Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 7
PEMAHAMAN TENTAG PUSAT PELESTARIAN DAN
PENGEMBANGAN KESENIAN PELEGONGAN DI GIANYAR
Pada bab ini nantinya akan menjelasakan pemahaman tentang teori – teori dan
literature yang berkaitan dengan pusat pelestarian dan pengembangan seni tari
khususnya tari legong, beberapa kajian objek - objek sejenis, kesimpulan tentang
teori serta spesifikasi umum pengadaan Pusat Pelestarian dan Pengembangan
Kesnian Pelegongan ini.
2.1 Pemahaman Tentang Pelestarian dan Pengembangan
2.1.1 Pemahaman Pelestarian
Pelestarian secara umum diartikan sebagai suatu hal yang ingin
dipertahankan dan dijaga dengan baik. Menurut kamus besar bahasa Indonesia
pelestarian diartikan menjadi tiga yaitu:
1. Seperti keadaan semula
2. Tidak berubah
BAB II
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 8
3. Kekal
Menurut J.M Dureau dan D.W.G. Clements (2013), menyatakan bahwa
pelestarian itu mempunyai arti yang luas, yaitu mencangkup unsur – unsur atau
upaya untuk menjaga, menyimpan dan melindungi sesuatu yang ingin
dilestarikan. Istilah pelestarian meliputi 3 jenis kegiatan yaitu:
a. Kegiatan – kegiatan yang bertujuan untuk mengontrol sesuatu hal yang ingin
dilestarikan dengan upaya yang diharapakn nantinya mampu menjaga dan
melindungi.
b. Berbagai usaha – usaha yang dilakukan untuk mendukung hal yang nantinya
akan dilestarikan, contoh memberikan sarana penunjang didalam kegiatan
yang ingin dilestarikan.
c. Seluruh kegiatan yang berkaitan dangan upaya – upaya pelestarian mampu
memberikan informasi secara lengkap dan bermanfaat terhadap hal yang akan
dilestarikan.
Kegiatan pelestarian dan kelestarian adalah upaya untuk membuat sesuatu
tetap selama tidak berubah yang dilakukan secara terus menerus, terarah dan
terpadu, guna mewujudkan tujuan tertentu diaspek stabilisasi manusia, serta
kegiatan pencerminan dinamika seseorang. Tujuan dari kegiatan pelestarian
adalah sebagai berikut:
1. Menyelamatkan nilai informasi
2. Menyelamatkan fisik
3. Mengatasi kendala kekurangan ruang
4. Mempercepat perolehan informasi
(Ranjabar, 2006:115)
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa pelestarian adalah suatu
kegiatan yang ingin dipertahankan dan dijaga dengan baik, yang sifatnya tidak
berubah dan kekal, guna memperoleh suatu tujuan tertentu didalamnya.
2.1.2 Pemahaman Pengembangan
Menurut beberapa ahli seperti Paturusi , pengembangan adalah suatu strategi
yang di pergunakan untuk memajukan, memperbaiki dan meningkatkan kondisi
sesuatu yang ingin dikembangkan. Pengembangan itu sendiri diartikan sebagai
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 9
cara atau sesuatu yang diproses dan mengalami beberapa perubahan tetapi tidak
menghilangakn arti dan makna sebalumnya, hal ini dikutip juga dari kamus besar
bahasa Indonesi. Dalam hal ini jika dikaitkan dengan kesenian dapat diartikan
sebagai sebauah cara atau proses yang dilakukan untuk memperluas,
mengembangkan suatu kesenian yang nantinya akan mengalami perkembangan
namun tidak akan mengubah ataupun merusak makna dari kesenian tersebut.
2.2 Pemahaman Seni Tari
Seni tari adalah seni yang melibatkan gerakan tubuh secara berirama yang
dilakukan ditempat dan waktu tertentu untuk keperluan mengungkapkan perasaan,
maksud dan pikiran. Tarian merupakan perpaduan dari beberapa unsur yaitu raga,
irama, dan rasa. Seni tari pada hakikatnya adalah kelompok seni pentas yang
mengutamakan sajian seni gerak dan visual yang dinikmati melalui penglihatan
dan pendengaran. seni gerak merupakan elemen yang paling mendominasi
pertunjukan tari, disamping menjadi penentu daya pikat seni pertunjukan itu. Tari
pada intinya adalah jalinan gerak-gerak indah dan ritmis yang diikat oleh ruang
dan waktu, membatasi tari sebagai seni sesaat dari ekspresi yang dipertunjukan
dengan bentuk serta gaya tertentu lewat tubuh manusia yang bergerak didalam
ruang dan waktu. Trai disamping sebagai hiburan yang selalu hadir didalam
kehidupan manusia, juga bisa memperlihatkan identitas suatu daerah.
(Rianawati, 2014: 2/3).
Seni tari adalah kelompok seni pentas yang mengutamakan sajian seni pada
gerak dan visual, yang dinikmati melalui penglihatan dan pendengaran (audio-
visual form). Meskipun ada beberapa elemen lainnya yang ikut terlibat di
dalamnya, tetapi seni gerak merupakan elemen yang paling mendominasi
pertunjukan tari, disamping menjadi penentu daya pikat seni pertunjukan itu. Hal
ini dikemukakan oleh (Wiratini, 2009:124).
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa seni tari lahir dari jalinan –
jalinan gerak ritmis yang dilakukan oleh manusia didalam ruang ataupun tempat
dan dengan situasi ikatan waktu, baik dengan durasi yang panjang maupun
singkat, serta bertujuan untuk mengungkapkan perasaan, magsud dan pikiran.
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 10
2.2.1 Peranan dan Fungsi Tari
Sebelum kita mempelajari lebih jauh tentang seni tari legong, sebaiknya kita
mempelajari dulu tentang bagaimana peranan dan fungsi tari bagi
keberlangsungan kehidupan bermasayarakat di Bali. Tari memiliki peranan dan
fungsinya yang sangat erat kaitannya dengat adat istiadat, baik yang mencangkup
sebagai persembahan upacara keagamaan, tradisi dan adat isitiadat setempat hal
ini dikutip dari situs resmi dinas kebudayaan Provinsi Bali. Menurut beberapa
sumber sejenis peranan dan fungsi pertunjukan tari adalah sebagai berikut :
1. Dipercaya bisa memangil keuatan gaib.
2. Penjemput roh pelindung desa agar hadir ditempat upacara / tempat pemujaan.
3. Memperingati suatu peristiwa / kejdian masa lalu yang diangap penting.
4. Melengkapi pelaksanaan upacara.
5. Perwujudan dari dorongan untuk mengungkapkan perasaan keidahan semata.
Sedangkan menurut R.M.Soedarso (1985:10), dalam tulisannya yang berjudul
peranan seni budaya didalam kehidupan manusia, Soedarso menguraikan fungsi
dari suatu kajian, yaitu fungsi seni tari pertujukan itu di bagi menjadi tiga
kelompok sebagai berikut :
a. Tari sebagai sarana upacara
b. Tari sebagai sarana hiburan pribadi
c. Tari sebagai tontonan
Jadi dapat disimpulkan bahwa peranan dan fungsi tari sangat erat kaitannya
dengan didalam kehidupan bermasayarakat yang dipengaruhi oleh tradisi dan
agaman.
2.3 Pemahaman Seni Tari Legong
Tari – tarian Bali merupakan penunjang kebutuhan adat dan agama
dikelompokan sebagai tari wali, bebali dan bebalihan. Diantara kelompok
tersebut, jenis balih – baliah yang banyak berkembang dimasyarakat sebagai
hiburan atau tontonan. Satu dari tari tersebuat berbentuk tari lepas, terdiri dari
pelegongan dan kekebayaran yang dibawakan kalangan remaja dan anak – anak.
Tari pelegongan merupakan tari kelasik kerena muncul pada zaman kerajaan pada
awal abad 18 di daerah Sukawati – Gianyar yang memiliki pola dan struktur gerak
tari nan baku, hingga sekarang tetap bertahan sebagai primadona tari Bali.
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 11
Disamping itu tari legong merupakan dasar tari perempuan karena memiliki dasar
gerak tari yang sangat lengkap. Masyarakat Bali mengenal banyak gaya legong,
antara lain gaya Bedulu, Peliatan, Saba dari Kabupaten Gianyar serta gaya
Klandis, Kuta, Kapal, dari Kabupaten Badung, dimana pada masing – masing
gaya memiliki ke khasan masing – masing.
Trai legong yang bisanya disebut pelegongan muncul pada zaman kerajaan,
sudah tentu bentuk dan gayanya mendapat pengaruh dari tatanan kehidupan
kerajaan. Hal ini dapat disimak dari bentuk tarian legong yang cukup popular di
kalangan pecintanya yaitu tari legong lasem yang memakai cerita panji,
dibawakan oleh tiga orang penari. Satu orang penari diceritakan sebagai abdi yang
disebut condong legong, memiliki bentuk tari tersendiri yang kemudian
menghadap dua orang penari legong yang memerankan sosok putra seorang raja.
Didalam ceritanya, seorang penari memerankan Perabu Lasem yang akan
menggoda Putri Rengkasari, namun rayuan Perabu Lasem ditolak oleh Rengkasri,
selanjutnya terjadilah perang antara Perabu Lesem dengan garuda yang di
bawakan oleh penari Condong (Arini, 2011:2/3), untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Gambar 2.1 berikut.
Gambar 2.1 Pemeran Perabu Lasem
Sumber : Observasi 9 Oktober 2015
2.3.1 Asal Mula Tari Legong
Tari legong dikembangkan dari Sanghyang Dedari atau Sanghyang Legong
Topeng yang kini masi kita jumpai di desa Ketewel, Sukawati. Hal ini terungkap
dalam Babad Dalem Sukawati, koleksi I Ketut Rinda (alm) yang menyebutkan
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 12
bahwa dalam tapa semedi I Dewa Agung Made Karna bermimpi melihat bidadari
di sorga. Ketika sadar dari mimpinya, beliau langsung memerintahkan bendesa
ketewel untuk membuat beberapa topeng dan mengubah sebuah tarian yang mirib
dengan impian beliau. Bendesa adat Ketewel berhasil membuat sembilan buah
topeng yang mencerminkan sembilan bidadari yang dikeramatkan sampai
sekarang, disimpan di Pura Payogan Agung Ketewel dan dipertunjukan setiap
Buda Kliwon Pagerwesi. Beberapa lama berselang, I Gusti Ngurah Djelantik dari
Belahbatuh mengubah tari nandir yang gerakaanya hampir sama tetapi ditarikan
oleh anak laki – laki tanpa mengenakan topeng. Pertunjukan tarian Nandir sangat
menggugah hati raja Gianyar yakni I Dewa Agung Manggis dan kemudian
memerintahkan I Dewa Rai Perit untuk menata tarian legong yang dibawakan
oleh anak – anak perempuan. Atas gagasannya itu terciptalah tarian legong yang
bisa kita kenal hingga sekarang dan peristiwa itu kira – kira terjadi tahun 1811.
(Arini, 1985: 5), untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut.
Gambar 2.2 Anak – Anak Penari Legong
Sumber : http://luk.staff.ugm.ac.id/itd/Bali/02.html
2.3.2 Tema dan Jenis – Jenis Cerita Pada Tari Legong
Tari legong mempunyai banyak tema dan jenis cerita. Adapun tema – tema
dan cerita pelegongan yang ada antara lain :
1. Malat (cerita Panji), khusus cerita Perabu Lasem.
2. Kunti (kunti), Kisah Subali dan Sugriwa sewaktu kecil.
3. Jobog, kisah Subali dan Sugriwa sewaktu setelah dewasa.
4. Legod Bawa, kisah Lingga Manik yang menampilkan tokoh Brahma, Wisnu,
dan Siwa.
http://luk.staff.ugm.ac.id/itd/Bali/02.html
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 13
5. Kuntul, kisah burung kuntul / bangau.
6. Pelayon, merupakan tarian dengan gerak – gerak tari abstrak.
7. Candrakanta, kisah mengenai bulan dan matahari.
8. Raja Cina, kisah putri dan raja Cina.
9. Kupu – kupu tarum, kisah kehidupan kupu – kupu.
10. Gowak macok, kisah kehidupan burung gagak.
11. Bramara, kisah kehidupan kumbang atau tambulilingan.
12. Gadung Melati, kisah bunga gadung yang sangat harum.
13. Bapang, jenis tarian yang menunjukan ekspresi gagah.
14. Sudarsana, menampilkan cerita penyalonarangan.
15. Samaradana, kisah asmara Betara Ratih dan Betara Seamare yang di bakar
oleh Betara Siwa, kemudaian abunya ditebarkan kebumi sebagai awal cinta
kasih manusia.
Dari kelimabelas tema / cerita yang dipakai sebagai pelegongan hanya enam
diantaranya yakni Lesman, Kuntir, Jobog, Legodbawa, Sudarsana, dan
Semaradana yang memakai cerita utuh, (lakon dimainkan lengkap), sedangkan
sisanya merupakan kisah atau peniruan dari keindahan gerak binatang, bunga
serta kearifan alam semesta lainnya.
(Arini 2011: 9/10)
2.4 Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan merupakan tempat
yang nantinya akan menyediakan fasilitas – fasilitas kesenian yang akan
mewadahi produk seni tari khususnya tari legong, dimana kesenian tari legong
nantinya akan dijaga dan dilindungi keberadaannya. Adapun kagiatan yang
nantinya akan mewadahi produk tari khususnya legong menjadi produk seni yang
dapat dilestarikan dan dikembangkan sebagai berikut:
1. Pembentukan Sanggar Tari
Sanggar merupakan suatu tempat atau sarana yang digunakan untuk
berkegiatan seni seperti, seni tari, seni lukis, seni kerajinan, seni musik, yang
dilakukan oleh suatu komunitas atau kelompok tertentu. Kegiatan yang ada
dalam sebuah sanggar seni berupa kegiatan pembelajaran yang berkecimpung
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 14
didalam ruang lingkup seni, yang meliputi proses didalam pembelajaran,
penciptaan hingga produksi dan semua prosesnya itu sebagaian besar
dilakukan di sanggar.
2. Pembantukan Kelompok Kesenian (sekehe)
Upaya didalam pembentukan kelompok atau sekehe termasuk kedalam upaya
didalam melestarikan suatu seni maupun kebudayaan pada suatu daerah,
didalam hal ini klompok atau sekehe yang dimagsud adalah klompok yang
memeng terbentuk kusus untuk melestarikan kesenian tari pelegongan di Bali.
Dalam kelompok tersebuat juga terbagi atas dua sekehe yaitu sekehe tabuh
dan sekehe tari. Sekehe tabuh nantinya bertugas untuk mengiringi instrument
tarian pelegongan, sedangkan sekehe tari lebeih di fokuskan kepada tarian
saja.
3. Penyelenggaraan Museum
Penyelenggaraan Museum legong ini bertujuan untuk memperkenalkan jenis
– jenis varian legong yang pernah ada di Bali, sejarah penari – penari legong
dari masa kemasa selain itu kostum, patung dan juga gambelan pengiring
tarian legong juga ditampilkan. Museum ini bersifat edukasi bagi masayarakat
serta wisatawan dimana dari setiap unsurnya memberikan pengetahuan
tentang bagaimana pentingnya pelestarian kesenian kuno kususnya kesenaian
legong.
4. Pengadaan Perpustakaan
Pengadaan perpustakaan bertujuan untuk memberikan informasi secara
inovatip terhadap tari legong melalui buku, majalah maupun jurnal – jurnal
yang berkaitan dengan kesenian tari khususnya tari legong yang dilakukan
melalui kegiatan perpustakaan.
5. Festival Tari Legong
Festival tari – tarian yang salah satunya melibatkan tarian legong merupakan
salah satu upaya untuk melestarikan kesenian tari pelegongan. Untuk
mengekspresikan suatu karya seni, melalui festival ini juga menjadi penunjang
utama dari sector pariwisata kususnya di Bali, selaian itu juga menjadi ajang
promosi kesenian tari pelegongan yang diharapkan nanti lebih di kenal oleh
banyak kalangan masayarakat.
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 15
2.5 Teori Bangunan yang Berkaitan Dengan Pelestarian & Pengembangan
Adapun beberapa teori yang nantinya akan menjadi dasar perencanaan dan
perancangan Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan yang akan
menyediakan fasilitas khusus untuk menunjang produk seni tari legong sebagai
berikut :
2.5.1 Teori Mengenai Tempat Pementasan (Kalangan)
Tempat atau areana pementasan yang bisanya disebuat kalangan merupakan
suatu elemen penting yang berpengaruh bagi kelancaran dan kesuksesan suatu
pertunjukan seni di Bali. Kalangan sendiri diangap sangat penting, dalam tarian di
Bali yang memiliki konsep dan aturan tersendiri.
Berdasarkan tata letak ruang pentas, kalangan dapat dibedakan menjadi tiga
tipe yaitu:
1. Kalangan Ngelanjur
Kalngan ngelanjur adalah tempat pementasan dengan ruang pentas yang
ukuran lebarnya lebih kecil dari ukuran panjannya. Panggung terbuka Ardha
Candra dan Kalngan Ayodya adalah dua contoh tempat pementasan yang
menggunakan bentuk kalangan ngelanjur, untuk lebih jelasnya dapat di lihat
pada Gambar 2.3 berikut.
Gambar 2.3 Denah Kalangan Ngelanjur
Sumber : Dibia (2013:99)
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 16
2. Kalangan Ngeleng atau Ngompek
Kalangan ngeleng atau ngampek adalah tempat pementasan dengan ruang
pentas yang ukuran panjangnya lebih panjang dari lebar, kalngan ini kebalikan
dari kalangan ngelanjur. Panggung terbuka Niritya Mandala ISI Denpasar,
Balai Budaya Gianyar, Stage tertutup Krisnawa (Art Centre), adalah contoh
tempat pementasan yang di golongkan kedalam jenis kalangan ngeleng atau
ngompek, untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Gambar 2.4 berikut.
Gambar 2.4 Denah Kalangan Ngeleng atau Ngompak
Sumber : Dibia (2013:99)
3. Kalangan Merepat
Klangan marapat merupakan tempat pementasan yang ruang pentasanya
berbentuk segi empat (panjang dan lebarnya relatife sama). Stage Natya
Mandala ISI Denpasar, panggung tertutup Balai Budaya Gianyar, dan Stage
Geoks Singapadu adalah tempat pementasan yang termasuk kedalan golongan
kalngan marapat, untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Gambar 2.5 berikut.
Gambar 2.5 Denah Kalangan Merepat
Sumber : Dibia (2013:99)
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 17
Didalm tempat pertunjukan atau pementasan haruslah memperhitungkan
bagaimana kenayamanan penenton didalam menikmati pertunjukan yang
disuguhkan serta kelancaran bagi kegiatan yang dilakukan didalamnya, maka dari
itu diperlukan seting ruang yang dapat mendukung segala aktivitas dan civitas
didalam ruang pementasan ini adapaun seting ruang tersebut akan dijelasakan
pada Gambar 2.6 berikut.
Gambar 2.6 Bangku Penonton dan Denah Ruangan Pertunjukan
Sumber : Neufert Arsitek Data Jilid 2 :138/139
Pada gambar 2.6 menjelasakan tentang standar bangku penonton dan
besaran sirkulasi pada area penonton, denah sendiri menggambarkan sudut
dimana seting ruang yang baik memberikan kenyamanan bagi penonton didalam
menikmati pertunjukan seni. Untuk lebih jelasnya lihat Gambar 2.7 berikut:
Gambar 2.7 Seting Area Penonton dan Panggung
Sumber : Neufert Arsitek Data Jilid 2 :138/139
Panggung
Area Penonton
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 18
Untuk sistem penerangan sangat mempengaruhi seting ruang untuk tempat
pementasan selain itu pencahyaan yang baik memberikan nilai estetika yang
tinggi bagi pertunjukan yang disuguhkan, pada ruang pertunjukan memerlukan
konsep penerangan yang khusus, yaitu menggunakan artificial light sistem, untuk
medapatkan efek cahaya khusus pada ruang pertunjukan. Selain itu juga
mengunakan sistem pencahayaan base light yaitu penerangan dasar yang
diarahkan secara tidak langsung ke atas dan juga menggunakan beberapa tipe blok
– blok lampu yang di gantung shingga penyinaran dapat dimungkinkan dari
berbagai arah untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.8 berikut.
Gambar 2.8 Tampilan Pencahayaan Ruang Pertunjukan
Sumber : Neufert Arsitek Data Jilid 2 :138/139
2.5.2 Teori Mengenai Museum
Museum tidak hanya dipakai sebagai tempat untuk mengadakan pameran
melainkan juga sebagai pusat kebudayaan, ilmu pengetahuan, sejarah, serta
tempat belajar bagi seluruh lapisan masyarakat. Untuk ruangan museum
umumnya harus:
a. Terlindung dari gangguan pencuri, kelembaban, kering dan debu.
b. Mendapatkan cahaya yang terang, baik secara alami maupun buatan
sebagai bagian dari ruang museum yang baik.
Suatu ruang meseum yang baik harus dapat dilihat oleh publik dengan
nyaman dan tanpa rasa lelah, dengan seting ruang yang baik memberikan kesan
nyaman terhadap pengunjung sehingga rasa lelah tidak dirasakan setelah
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 19
berkeliling. Adapun seting ruang tersebuat akan dijelaskan pada Gemabar 2.9
berikut:
Gambar 2.9 Seting Ruang Museum
Sumber : Neufert Arsitek Data Jilid 2 : 205
2.5.3 Teori Mengenai Perpustakaan
Untuk ruang perpustakaan terbagi menjadi 2 macam yaitu ruang untuk
menaruh koleksi berupa buku atau majalah dan ruang untuk membaca. Dari ruang
tersebut memerluka seting ruang yaitu dibagian pencahayaan untuk ruang koleksi
memerlukan 250 – 500 Lx sedangkan utuk ruang baca memerlukan 300 – 850 Lx,
untuk penghawaan pada ruang koleksi dan ruang baca memerlukan kelembaban
sekitar 20 – 22oC. untuk ruang koleksi memerlukan rak untuk menaruh buku atau
majalah koleksi dan pada ruang baca memerlukan kursi dan meja untuk
ukurannya sendiri akan dijelasakan pada Gambar 2.10 berikut:
Gambar 2.10 Seting Ruang Perpustakaan
Sumber : Neufert Arsitek Data Jilid 2 :1/3
Lampu
sorot Lampu Down light
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 20
2.5.4 Tinjauan Mengenai Langgam Arsitektur
Dalam kaitannya pada penentuan tema dan langgam arsitektur maka perlu
dialakukan tinjauan teori untuk mendasari terbentuknya tema yang akan
diterapkan nantinya pada konsep maupun rancangan arsitektur. Adapun tema
langgam arsitektur yang nantinya akan dipakai adalah langgam arsitektur Neo
Vernakular. Arsitektur Neo Vernakular tumbuh dari Arsitektur rakyat, yang lahir
dari masyarakat. Dengan demikian Arsitektur tersebut sejalan dengan paham
kosmologi, pandangan hidup, gaya hidup dan memiliki tampilan khas sebagai
cerminan jati diri yang dapat dikembangkan secara inovatif dan kreatif.
Arsitektur Neo Vernakular merupakan aliran arsitektur yang memasukkan
langgam serta ciri khas daerah tertentu yang dikemas kedalam style yang lebih
baru. Arsitektur Neo Vernakular hanya mengambil langgam atau ornamennya
saja, tapi tidak mengambil keseluruhan konsepnya.
(Toffler dalam Wiranto, 2008:15)
2.6 Studi Banding Fasilitas Sejenis
Studi banding pada fasilitas sejenis ini berisikan tentang bagaimana
memahami proyek sejenis untuk dijadikan referensi perancangan dan bisa
dimodifikasi untuk mendapatkan rancangan yang lebih baik. Adapun beberapa
objekstudi banding besertakan alasannya sebagai berikut:
2.6.1 Sanggar Tari Balerung Stage
Balerung Stage merupakn sebuah sanggar seni yang mendalami bidang
kesenian tari dan tabuh. Alsan kenapa mengambil sanggar tari dan tabuh pada
objek studi banding ini karena sanggar merupakan tempat pembelajaran serta
pendidikan yang mencangkup atau menjurus kesatu bidang didalam ruang lingkup
kesenian. Adapun penggambran objek akan di jelaskan pada Gambar 2.11 berikut.
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 21
Gambar 2.11 Denah Balerung Stage
Sumber : observasi 10 oktober 2015
1. Lokasi
Sanggar tari Balerung Stage terletak di desa Peliatan yaitu tepatnya di Jl.
Pekandelan, Peliatan, Ubud Bali sekitar 7 km dari pusat kota Gianyar dan 23
km dari pusat kota Denpasar.
2. Sejarah
Sanggar tari Balerung Stage memiliki sejarah yang unik pada masa
pembentukannya. Dicikal bakali oleh peraan puri yang sudah mulai
berkembang tidak hanya sebatas sebagai pusat pemerintahan seni dan budaya
namun sudah mencangkup berbagi macam aspek didalamnya. Kembali
kecerita masa lalu yang di kemukakn oleh A. A. Oka Dalem beliau sebagai
pencetus terbentuknya saggar tari yang diberi nama Balerung Mandara
Srinetya Waditya pada tahun 1999. A. A. Oka Dalem melihat jelas peranan
puri yang mulai mengalami pergeseran dari masa kemasa hal ini tentu saja
menjadi suatu problem atau permasalahan bagi para seniman – seniman
Stage
Parkir
Halaman
Office
Toilet R. Gambelan R. Kostum
R. Tatarias
Back Stage
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 22
didalam berkarya, A. A. Oke Dalem sebagai salah satu seniman di Bali yang
melihat problematika tersebut berani mencetuskan sebuah tempat yang
memang di kususkan untuk kegiatan seni baik itu seni tari maupun seni tabuh.
3. Kedudukan
Sanggar tari Balerung Stage merupakan sebuah sangar kesenian di desa
Peliatan yang dikususkan untuk melakukan kegiatan seni baik itu seni tari
mapun seni tabuh. Kegiatan – kegiatan yang dilakukan pada sanggar tari
Balerung Stage berupa pergelaran atau pementasan seni setiap hari jumat
malam, pelatain tabuh setiap hari sabtu dan tari pada hari minggu.
4. Tugas dan Fungsi
Tugas dan fungsi dari dibangunnya sangar tari Balerung Stage ini bertujuan
untuk menjaga dan melestarikan kesenian kususnya di desa Peliatan, selain itu
para senimanpun juga lebih leluasa untuk mengekspresikan atau berinovasi
terhadat karya – karya mereka.
5. Fasilitas
Adapun fasilitas – fasilitas didalam sanggar tari Balerung Stage adalah sebagai
berikut:
a. Lobby Entrance
Lobby pada sangar tari ini disifatkan situasional dikarenakan penataan
dalam pengerjaan sanggar tari Balerung Stage ini masih banyak terdapat
kendala – kendala baik secara teknis mapun non teknis, adapun kendala –
kendala yang dihadapi seperti masalah lahan dan biaya pada
pembangunan, untuk lebih jelasnya lihat Gambar 2.12 berikut.
Gambar 2.12 Lobby & Entrance
Sumber : observasi 9 oktober 2015
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 23
b. Office
Office terletak di lantai 2 di atas tempat pementasan, keterbatasan lahan
yang hanya 3 are menyebabkan kurangnya lahan untuk membangun kantor
yang memadai untuk mengelola sebuah sanggar yang baik, dapat dilihat
pada Gambar 2.13 berikut.
Gambar 2.13 Office/Kantor
Sumber : observasi 9 oktober 2015
c. Tempat Pementasan dan Pelatian
Tempat pementasan dan pelatian pada sanggar Balerung Stage di jadikan
satu dikarenakan faktor yang sama yaitu terbatasnya lahan pembangunan
sanggar ini. Selaian itu tempat penonton atau audien sifatnya semi, hanya
pada ada pementasan dan pergelaran seni yang di tampilkan di sanggar ini,
kursi – kusi penonton di sediakan, dapat dilihat pada Gambar 2.14 berikut.
Gambar 2.14 Area Stage
Sumber : observasi 9 oktober 2015
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 24
d. Ruang Tatarias dan kostum
Ruang tata riahas dan kostum terletak di blakang stage tempat pementasan
yang hanya sebesar 6 m2, dapat dilihat pada Gambar 2.15 berikut
Gambar 2.15 Back Stage
Sumber : observasi 9 oktober 2015
e. Gudang penyimpanan kostum
Runag kostum yang hanya sebesar 8 m2 digunakan untuk menyimpan dan
menaruh kostum maupun sarana – samara pelengkap pada tari, dapat
dilihat pada Gambar 2.16 berikut.
Gambar 2.16 R. Penyimpanan Kostum
Sumber : observasi 9 oktober 2015
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 25
f. Gudang penyimpanan Instrumen/ Alat musik berupa gambelan dsb.
Gudang alat musik yang ada di sanggar Balerung Stage ini luasnya sekitar
8 m2 yang di pakai sebagai tempat menyimpan dan menaruh alat musik
berupa gambelan dan sarana alat pelengkap lainnya, dapat dilihat pada
Gambar 2.17 berikut.
Gambar 2.17 R. Penyimpanan Gambelan
Sumber : observasi 9 oktober 2015
g. Dapur
Dapur digunakan sebagai sarana penunjang yang melengkapi
sanggar Balerung Stage, terletak di bawah tempat pementasan yang
luasnya sekitar 6 m2, dapat dilihat pada Gambar 2.18 berikut.
Gambar 2.18 Dapur
Sumber : observasi 9 oktober 2015
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 26
h. Toilet
Toilet disini difungsikan sebagai sarana servis didalam pengoprasian
sanggar tari ini di bedakan menjadi 2 jenis toilet untuk pengunjung
atau wisatawan dan toilet untuk pengelola, dapat dilihat pada
Gambar 2.19 berikut..
Gambar 2.19 Toilet
Sumber : observasi 9 oktober 2015
2.6.2 Puri Agung Pelaitan
Puri Agung Peliatan merupan tempat tinggal dari keluarga kerajaan didaerah
Peliatan, Ubud, Gianyar. Alsan kenapa Puri Agung Pelitan dipakai sebagai kajian
studi banding objek sejenis karena area puri dulunya dipakai sebagai pusat
pemerintahan serta pusat pergelaran seni dan kebudayaan, namun seiring
perkembangan jaman, pada jaman modern ini fungsi puri tidak lagi sebagai pusat
pemerintahan tetapai, dipakai sebagai pusat sentral seni dan kebudayaan didaerah
Gianyar, dapat dilihat pada Gambar 2.20 tampilan dari Puri Agung Pelitan.
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 27
Gambar 2.20 Puri Agung Peliatan
Sumber : observasi 9 oktober 2015
1. Lokasi
Puri Agung Peliatan terletak di desa Peliatan yaitu tepatnya di Jl. Raya
Peliatan, Ubud, Gianyar-Bali, sekitar 7 km dari pusat kota Gianyar dan 23 km
dari pusat kota Denpasar.
2. Sejarah
Puri Agung Peliatan didirikan pada tahun 1761 oleh Ida Agung Made yaitu
keturunan ketiga dari kerajaan dalem Sukawati. Kini Puri Agung Peliatan
sudah mencapai 10 generasi yang pada sekarang Cokorde Gde Putra Nindia
sebagai pengelingsir di Puri Agung Peliatan.
3. Kedudukan
Di daerah Gianyar Puri adalah sentral kegiatan seni dan kebudayaan sebagai
penarik minat wisatawan yang berkunjung kesana. Kegiatan – kegian yang di
lakukan di area Puri yang berkaitan dengan kegiatan seni pementasan pada
hari – hari tertentu contohnya di Puri Agung Peliatan yang mementaskan
kesenian setiah hari rabu dan sabtu.
4. Tugas dan Fungsi
Pada hakikatnya Puri pada jaman kerajaan dulu merupakan pusat atau sentran
pemerintahan serta pergelaran seni dan kebudayaan. Namun seiring dengan
perkembangan jaman pusat pemerintahan tidak lagi menggunakan sistem
kerajaan, dengan kata lain pusat pemerintahan berali menjadi sistem
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 28
pemerintahan presidensial. Cokorda Gde Nindya menjelasakan bahwa fungsi
Puri Agung Peliatan sekarang sebagai pusat seni dan kebudayaan.
5. Bagian – Bagian Pada Puri Agung Peliatan
Puri Agung Peliatan dibagi menjadi tiga mandala yaitu nista, madya, utama.
Atau kaki badan dan kepala.
a. Kaki terdiri dari dua tempat yaitu area semanggen dan encak saji.
b. Badan dibagi menjadi tiga yaitu 4 natah di barat (Puri Saren Kauh), 4
natah di tengah (Puri Agung), dan 4 natah di timur (Puri Saren
Kangin).
c. Kepala merupakan area suci dibagi menjadi empat yaitu, Jaba sisi, Jaba
Tengah, Merajan Agung dan Merajan Alit.
Areal pada daerah pusat pergelaran seni yaitu Encak Saji Puri Agung Peliatan,
dapat dilihat pada Gambar 2.21 berikut.
Gambar 2.21 Denah Enjak Saji Puri Agung Peliatan
Sumber : observasi 11 oktober 2015
Bale Kembar
Digunakan
sebagai bale
melinggih/rapat
sekala kecil.
Pendopo
Biasanya digunakan
sebagai tempat
rapat sekala besar.
Stage
Biasanya dipakai
sebagai tempat
pementasan atau
hiburan.
Bale Kembar
Digunakan
sebagai bale
gong, tempat
alat music atau
gambelan.
Bale Piasan
Dipakai sebagai
tempat menyimpan
sarana hiyasan pada
area encak saji
Bale Tegeh
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 29
Biasanya pementasan seni yang sering digelar pada area encak saji Puri
Agung Peliatan oleh sekeha gong gunung sari dilakukan pada hari sabtu mulai
dari jam 7 hingga jam 9 malam, menampilkan beberapa buah tarian yaitu:
1. Tari Kapiraja
2. Tari Pendet
3. Tari Baris
4. Tari Kebyar Terompong
5. Tari Legong Lasem
6. Tari Gembang Suling
7. Tari Oleg
8. Tari Barong
Gambar 2.22 Tiketing Gambar 2.23 Area Penonton
Sumber : observasi 11 oktober 2015 Sumber : observasi 11 oktober 2015
Gambar 2.24 Area Stage
Sumber : observasi 11 oktober 2015
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 30
Stage Restoran
Area Cottage
Gedung Baru
Lobby
Area Parkir
Gedung Lama
2.6.3 Museum Arma
Museum Arma merupakan museum seni rupa di Bali yang menyimpan
berbagai macam lukisan yang berasal dari pelukis – pelikis ternama baik dari
dalam negri maupun mancanegara, selaian itu museum ini juga menyediakan
fasilitas seperti pertunjukan seni, cafetarian dan resort. Alasan kenapa museum ini
dipakai sebagai kajian objek sejenis karena museum merupakan salah satu tempat
pelestarain, selaian itu fasilitas yang tersedia pada museum arma juga sangat
lengkap untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 2.25 berikut.
Gambar 2.25 Denah Musium Arma
Sumber : observasi 12 oktober 2015
1. Lokasi
Museum Arma terletak didaerah Pengosekan tepatnya di Jl. Bima,
Pengosekan, Ubud, Gianyar-Bali sekitar 7 km dari pusat kota Gianyar dan
23 km dari pusat kota Denpasar.
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 31
2. Sejarah
Museum Arma mulai resmi dioprasikan pada tahun 9 juni 1996 oleh
mentri pendidikan dan kebudayaan Indonesia yaitu Prof. Dr. Ing.
Wardiman Djojonugroho.
3. Jumlah Kunjungan Wisatawan
Jumlah kunjungan wisatawan ke Museum Arma dapat dilihat pada Tabel
2.1 berikut ini:
2.1 Tabel Data Kunjungan Wisatawan ke Museum Arma
No Tahun Total Orang
1 2010 30523
2 2011 22390
3 2012 22309
4 2013 30619
5 2014 31336
Sumber: Observasi 12 Oktober 2015
4. Tugas dan Fungsi
Tugas dan fung dari museum ini sebanarnya selain sebagai tempat
pelestarian kesenian juga sebagai destinasi wisata di daerah Ubud,
dikarenakan banyaknya antusias wisatawan untuk menikmati kesnian serta
fasilitas – fasilitas pendukung disekitrnya yang menyebabkan tampat ini
menjadi salah satu tujuan wisatawan yang berkunjung ke Bali.
5. Fasilitas
ada pun fasilitas – fasilitas yang ada pada Museum Arma adalah sebagai
berikut:
a. Parkir
Area parkir yang di sediakan oleh pihak museum cukup luas dan
terletak pada area depan dapat dilihat pada gambar 2.26 berikut.
Gambar 2.26 Area Parkir
Sumber : observasi 12 oktober 2015
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 32
b. Lobby
Lobby pada museum ini trdapat diarea depan dan terdapat tempat ruang
informasi, ruang tunggu, ruang baca, ticketing dan toilet.
Gambar 2.27 Tiketing Gambar 2.28 Perpustakaan
Sumber : Observasi 12 Oktober 2015 Sumber : Observasi 12 Oktober 2015
Gambar 2.29 : Area Tunggu Gambar 2.30 : Toilet
Sumber : Observasi 12 Oktober 2015 Sumber : Observasi 12 Oktober 2015
c. Museum
Terdapat dua buah gedung yang difungsikan sebagai tempat
pemajangan koleksi – koleksi museum, bagunan lama dan bangunan
baru, dapat dilihat pada Gambar 2.31 dan 2.32 berikut .
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 33
Gambar 2.31 Gedung Lama Gambar 2.32 Gedung Baru
Sumber : Observasi 12 Oktober 2015 Sumber : Observasi 12 Oktober 2015
d. Panggung hiburan
Selain sebagai museum, tempat ini juga dipakai sebagai tempat
pergelaran seni berupa seni pertunjukan, panggung petunjukan berada
pada bagian barat, dapat dilihat pada Gambar 2.33 dan 2.34 berikut.
Gambar 2.33 Area Pemantasan Gambar 2.34 Bale Gong
Sumber : Observasi 12 Oktober 2015 Sumber : Observasi 12 Oktober 2015
e. Restaurant
Retauran difungsikan sebagai fasilitas penunjang dari museum arma
untuk memberikan pengunjung kenyamanan didalam menikmati karya
seni, dapat dilihat pada Gambar 2.35 berikut.
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 34
Gambar 2.35 : Restauran
Sumber : observasi 12 oktober 2015
f. Rest Area
Rest area pada museum ini terdapat di tengah – tengah setalah melalui
lobby dan sebelum memasuki gedung museum, dapat dilihat pada
Gambar 2.36 berikut.
Gambar 2.36 Rest Area
Sumber : observasi 12 oktober 2015
2.6.4 Kesimpulan Terhadap Objek Sejenis
Berdasarkan dari penjelasan diatas mengenai tinjauan objek sejenis dapat
ditarik kesimpulan dari ketiga objek sejenis yang dipakai sebagai literature yang
menjelaskan fasilitas yang terdapat dimasing – masing objek tersebut, fungsi yang
mewadahi, serta aktifitas yang ada pada objek tersebut yang nantinya dapat
menjadi dasar pertimbangan dan perbandingan dengan fasilitas yang akan
disediakan pada Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan ini ,
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 35
adapun perbandingan antara ketiga objek sejenis yang telah di survey dapat dilihat
pada Tabel 2.2 di bawah ini.
2.2 Tabel Perbandingan Tinjauan Objek Sejenis
Perbandingan dan Kesimpulan Pada Studi Banding Objek Sejenis
NO Kriteria Balerung Satge Puri Agung Peliatan Musium Arma
1 Klasifikasi Sanggar kesenian
tari dan tabuh
Pusat seni dan
budaya
Tempat pelestarian
2 Lokasi Jl. Pekandelan,
Peliatan, Ubud,
Gianyar-Bali
Jl. Raya Peliatan,
Ubud, Gianyar-Bali
Jl. Raya Pengosekan,
Ubud, Gianyar-Bali
3 Fungsi dan
Peranan
Sebagai sanggar,
tempat pementasan
dan hiburan
kesenian, tempat
pelestarian.
Tampat tinggal, pusat
kesenian dan
kebudayaan.
Sebagai destinasi
wisata, museum,
tampat seni
pertunjukan, pameran
dls.
4 Fasilitas
Sehubung
dengan proyek
1. Tempat Pementasan Indor
dengan kapasistas
penonton sekitar
50 orang luasan
sekitar 120 m2
2. Office/ kantor dengan kapasitas 5
orang dengan luas
sekitar 8 m2
3. Ruang tatarias dengan kapasitas
20 orang dan luas
sekitar 16 m2
4. Gudang Penyimpanan
Kostum dengan
luasan sekitar 12
m2
5. Gudang instrument/alat
musik dengan
luasa sekitar 15
m2
6. Toilet dibagi menjadi 2, toilet
pengunjung
dengan kapasitas 4
orang dan toilet
pegawai 2 orang.
1. Pementasan Outdor dengan
kapasitas sekitar
80 orang.
2. Bale Gong dengan luasan sekitar 16
m2
3. Toilet pengunjung
dengan kapasitas 4
orang.
2.1 Parkir dengan kapasitas 5 bus, 25
mobil dan 50
motor.
2.2 Lobby yang ada di area depan
terdapat beberapa
ruang di dalamnya
yaitu runag
informasi,
ticketing, runag
tunggu, ruang
baca dan toilet.
yang luasanya
sekitar 42 m2.
2.3 Gedung Musium yang terdapat di
museum Arma di
bagi menjadi 2
gedung, gedung
lama dan gedung
baru, yang luasnya
masing – masing
sekitar 42 m2.
2.4 Panggung hiburan dengan kapasitas
50 orang dan
luasan sekitar 120
m2.
2.5 Restauran dengan kapasitas 50 orang
dan luas 80 m2
2.6 Rest area dengan luas 120 m2
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 36
2.2 Tabel Perbandingan Tinjauan Objek Sejenis (Lanjutan)
2.7 Spesifikasi Umum
Dalam Spesifikasi umum Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian
Pelegongan ini disusun berdasarkan teori dan studi banding proyek sejenis yang
ada di Bali. Membahas tentang definisi, fungsi, tujuan, sistem pengelolaan,
fasilitas, yang nantinya akan disediakan pada perancangan Pusat Pelestarian dan
Pengembangan Kesenian Pelegongan ini.
2.7.1 Definisi
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan adalah suatu
gagasan diman nantinya akan dibuat sutu tempat atau wadah yang bisa menunjang
kegiatan seni kususnya seni tari legong yang berbasis edukasi dengan sistem
pembelajaran dari sejarah, perkembangan tari legong dari masa – kemasa dan
seperti apa tarian legong dipanggung masa kini, selaian itu ada beberapa fasilitas
– fasilitas pendukung lainya seperti studio foto, mini museum kusus legong,
perpustakaan dan tempat pemutaran filem atau video dokumenter tentang legong.
2.7.2 Fungsi
Adapun fungsi dari Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian
Pelegongan ini nantinya sabagai tempat atau wadah bagi kegiatan seni kususnya
Perbandingan dan Kesimpulan Pada Studi Banding Objek Sejenis
NO Kriteria Balerung Satge Puri Agung Peliatan Musium Arma
5 Manajemen
Pengelola
Balerung Stage
dikelola oleh
seniman lokal yang
bernama A. A. Oka
Dalem
Puri Agung Pelitan
merupankan tempat
tingga serta pusat
kesenian dan
kebudayaan yang di
kelola olah
lingkungan puri yaitu
Cokorda Gde Putra
Nindia.
Museum Arma
dikelola oleh
perseorangan yaitu
oleh A.A. Asrama.
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 37
seni tari legong, sumber informasi bagi kalnagan luas, tempat pelestarian dan
pengembangan bagi kesenian – kesenian lokal.
2.7.3 Tujuan
Adapun tujuan dari Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian
Pelegongan yaitu:
1. Memberi kesempatan kepada seniman untuk menyalurkan aspirasi mereka
melalui pertunjukan seni hasil karyanya.
2. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk meningkatkan
penghayatan dan apresiasi dibidang seni pertunjukan.
3. Memberikan pembelajaran secara edukasi terhadap masyarakat didalam rung
lingkup pelestarian dan pengembangan seni maupun budaya disekitar kita.
4. Sebagai usaha pembinaan masyarakat peminat seni pertunjukan baik dari
kalangan masayarakat lokal maupun wisatawan yang berkunjung untuk
menimakti seni dan budaya di Bali.
2.7.4 Sistem Pengelolaan
Prinsip sistem pengelolaan Pusat Pelestarian dan Pengemembangan
Kesenian pelegongan merupakan kerjasama dangan pihak pemerintah (dinas
kebudayaan) kerjasama dengan desa adat, kerjasama dengan beberapa instansi
terkait dan sarana pendukung lainnya yang nantinya akan bergerak dibidang
industri pariwisata di Bali.
2.7.5 Fasilitas dan Persayaratan Fasilitas
Fasilitas – fasilitas yang terdapat pada Pusat Pelestarian dan
Pengembangan Kesenian Pelegongan ditentukan berdasarkan:
1. Literatur
Pada bagian depan terdapat areal untuk sirkulasi, parkir dan ruang penerimaan
seperti lobby, pemesanan tiket, toilet dan resh area. Sedangkan pada area
tengah terdapat, mini museum, studio foto, Dan pada area belakang terdapat
tempat pementasan.
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 38
Terdapat fasilitas – fasilitas yang menyediakan ruang pameran, ruang
penyimpanan kuhusu untuk sarana pertunjukan seperti kostum dan alat – alat
musik lainnya, ruang tunggu, restoran, perpustakaan, ruang pelatian /
pendidikan, souvenir shop, ruang hiburan ringan atau permainan kecil.
2. Studi Banding
Fasilitas – fasilitas yang terdapat di Balerung Stage dan berkaitan dengan
proyek/ judul adalah : Tempat pementasan indor, ruang tatarias busana,
gudang penyimpanan alat dan kostum, kantor/office, area pelatain.
Fasilitas – fasilitas yang terdapat di Puri Angung Peliatan dan berkaitan
dengan proyek / judul adalah, tempat pemetasan outdor, ruang tatarias dan
busana, ruang penyimpanan sarana pengiring tarian (gambelan)
Fasilitas – fasilitas yang terdapat di Musium Arma dan berkaitan dengan
proyek/ judul adalah : parkir, lobby, tampat pemesanan tiket, musium,
tampat pementasan outdor, restoran, perpusatakaan mini.
Berdasrkan teori dan studi banding tersebut, maka fasilitas – fasilitas utama
yang akan disediakan pada Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesnian
Pelegongan ini adalah :
1. Fasilitas Utama
Ruang Pertunjukan Outdor
Ruang Pertunjukan Indor
Ruang Pelatian (sanggar)
Musium
Perpustakaan
2. Fasilitas Pendukung
Lobby
Tiketing
Restauran
ATM Center
Souvenir shop
Ruang penyimpanan
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 39
Tempat suci
Kamar mandi/WC
Tempat parkir
Rest Area
3. Fasilitas Servis
Ruang MEP
Ruang Alat Kebersihan
Post Kemanan
Gudang
Loading dock
Bab II2.1 Pemahaman Tentang Pelestarian dan Pengembangan2.1.1 Pemahaman Pelestarian2.1.2 Pemahaman Pengembangan
2.2 Pemahaman Seni Tari2.2.1 Peranan dan Fungsi Tari
2.3 Pemahaman Seni Tari Legong2.3.1 Asal Mula Tari Legong2.3.2 Tema dan Jenis – Jenis Cerita Pada Tari Legong
2.4 Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan2.5 Teori Bangunan yang Berkaitan Dengan Pelestarian & Pengembangan 2.5.1 Teori Mengenai Tempat Pementasan (Kalangan)2.5.2 Teori Mengenai Museum 2.5.3 Teori Mengenai Perpustakaan2.5.4 Tinjauan Mengenai Langgam Arsitektur
2.6 Studi Banding Fasilitas Sejenis 2.6.1 Sanggar Tari Balerung Stage 2.6.2 Puri Agung Pelaitan2.6.3 Museum Arma 2.6.4 Kesimpulan Terhadap Objek Sejenis
2.7 Spesifikasi Umum2.7.1 Definisi 2.7.2 Fungsi 2.7.3 Tujuan2.7.4 Sistem Pengelolaan 2.7.5 Fasilitas dan Persayaratan Fasilitas
Top Related