1
ANALISIS PENGARUH KUALITAS PRODUK DAN PERSEPSI
HARGA TERHADAP KEPUTUSAN BERPINDAH MEREK PADA
KONSUMEN PEMBALUT WANITA KOTEX DI SEMARANG
Tristiana Oktariko
Farida Indriani, S.E., M.M.
ABSTRACT
This research is aimed to investigate brand switching decision of sanitary
napkins. The question proposed is whether there is an impact from quality of product
and perceived price to brand switching decision of sanitary napkins users. In this
study, data were collected through questionnaires from 96 respondents who used
sanitary napkins in Semarang by employing purposive sampling technique.
The model of this research developed consists of two independent variables,
quality of product and perceived price, and one dependent variable, brand switching
decision. Using OLS, the result shows that the influence of quality of product on
brand switching decision is -0,991 and significant at 1%. This means the higher the
quality of product, the lower the brand switching decision. In addition, the influence
of perceived price on brand switching decision is -0,045 and significant at 5%. This
implies, the higher the perceived price, the lower the brand swiching decision.
Based on the F test and R2, the model is well fit. This research concludes to
increase the quality of product and perceived price to reduce brand switching
decision of sanitary napkins users.
Keywords: Brand Switching Decision, Quality of Product, Perceived Price
2
1 PENDAHULUAN
Seiring dengan berkembangnya zaman maka semakin banyak pula merek-
merek yang menghasilkan produk yang sama. Dengan banyaknya merek yang ada,
hal itu dapat menyebabkan konsumen berpindah dari satu merek ke merek lainnya.
Melihat adanya fenomena tersebut, perusahaan seharusnya dapat memenuhi apa yang
dibutuhkan dan diharapkan dari konsumen. Memberi janji yang berlebihan (over
promise) hanya akan membuat konsumen semakin berharap. Ketika janji itu tidak
terpenuhi konsumen akan merasa kecewa dan mungkin saja beralih ke merek lain
terlebih merek yang tersedia begitu banyak. Dalam Tjiptono (1999) pembeli yang
puas merupakan iklan yang terbaik (Bayus dalam Kotler, et al, 1996). \
Pengambilan keputusan perpindahan merek yang dilakukan konsumen dapat
terjadi karena adanya ketidakpuasan yang diterima konsumen setelah melakukan
pembelian. Hal ini menimbulkan ketidakpuasan yang dapat mempengaruhi sikap dan
niat untuk melakukan pembelian pada masa konsumsi berikutnya (Junaidi dan
Dharmmesta, 2002).
Berikut adalah tabel mengenai kinerja produk dari beberapa merek pembalut
wanita di Indonesia:
Tabel 1.1
Kinerja Produk Pembalut Wanita 2008-2010
No. Merek Brand Value
2010
Brand Value
2009
Brand Value
2008
1. Laurier 61,9 69,9 39,7
2. Charm 54,7 59,7 24,5
3. Softex 44,6 52,3 17,4
4. Kotex 41,5 53,2 10,0
5. Hers Protex 41,5 50,3 5,4
Sumber: SWA No.15/XXVI/15-28 Juli 2010
3
Dari data yang didapat, bahwa Kotex memiliki penurunan pada brand value
yang paling tinggi dibandingkan merek lainnya. Pada tahun 2010 semua merek
mengalami penurunan brand value. Kotex juga mengalami penurunan sebesar 11,7
yaitu dari 53,2 menjadi 41,5.
Market share dihitung dari penjualan perusahaan dan dibagi dengan total
penjualan pada industri yang sama pada suatu periode tertentu. Perhitungan ini
digunakan untuk memberikan gambaran umum mengenai kekuatan perusahaan
terhadap pasar dan pesaingnya (www.investopodia.com).
Berikut adalah tabel mengenai market share dari beberapa merek pembalut
wanita di Indonesia:
Tabel 1.2
Market Share Pembalut Wanita 2008-2010
No. Merek Market Share
2010
Market Share
2009
Market Share
2008
1. Laurier 42,3 45,3 45,7
2. Charm 29,5 28,3 27,6
3. Softex 12,0 9,2 9,5
4. Kotex 7,6 7,8 8,3
5. Hers Protex 7,7 8,3 8,6
Sumber: SWA No.15/XXVI/15-28 Juli 2010
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari tahun ke tahun, terdapat
beberapa merek pembalut wanita yang mengalami penurunan market share.
Penjualan pada merek yang mengalami penurunan market share berarti juga
mengalami penurunan pada penjualan produk mereka. Hal itu dapat dikatakan bahwa
konsumen yang menggunakan merek tersebut mengambil keputusan untuk berpindah
merek.
4
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Loyalitas Merek
Dari sudut pandang strategi pemasaran, loyalitas merek (brand loyalty) adalah
suatu konsep yang sangat penting. Khususnya pada kondisi pasar dengan tingkat
pertumbuhan yang sangat rendah namun tingkat persaingannya ketat saat ini,
keberadaan konsumen yang loyal pada merek sangat dibutuhkan agar perusahaan
dapat bertahan hidup, dan upaya mempertahankan ini sering menjadi strategi yang
jauh lebih efektif ketimbang upaya menarik pelanggan-pelanggan baru. Diperkirakan
bahwa biaya rata-rata untuk menarik konsumen baru enam kali lebih besar ketimbang
jika mempertahankan yang telah ada (Peter dan Olson, 2000).
2.2 Perpindahan Merek (Brand Switching)
Perilaku perpindahan merek pada pelanggan merupakan suatu fenomena yang
kompleks yang dipengaruhi oleh faktor-faktor keperilakuan, persaingan, dan waktu
(Srinivasan, 1996). Perilaku ini dapat juga terjadi karena adanya masalah yang
ditemukan atas produk yang sudah dibeli (Widyasari, 2008). Menurut Van Trijp,
Hoyer, dan Inman (1996) perpindahan merek yang dilakukan konsumen disebabkan
oleh pencarian variasi. Sedangkan menurut Assael (1995) perpindahan merek terjadi
pada produk-produk dengan karakteristik keterlibatan pembelian yang rendah. Tipe
perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian yang cenderung
melakukan perpindahan merek adalah pengambilan keputusan terbatas dan inersia.
Konsumen yang hanya mengaktifkan tahap kognitifnya adalah konsumen yang paling
rentan terhadap perpindahan merek karena adanya rangsangan pemasaran (Junaidi
dan Dharmmesta, 2002).
2.3 Kualitas Produk
Mowen (1995) memberikan definisi kualitas produk merupakan evaluasi
menyeluruh yang dilakukan pelanggan terhadap keandalan dan superiotas dari
5
performance produk tersebut. Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat dikatakan
bahwa kualitas adalah nilai suatu produk/jasa yang diberikan dalam pemenuhan
kebutuhan dan kepuasan bagi yang menggunakannya. Konsumen mengharapkan
barang yang diterimanya dapat digunakan untuk masa yang panjang dan tidak mudah
rusak. Untuk itu, peran kualitas produk sangat menentukan keinginan konsumen
tersebut sehingga dengan kualitas produk akan tercapai suatu kepuasan tersendiri bagi
konsumen (Rodhiah, 2007).
2.3.1 Hubungan Kualitas Produk terhadap Keputusan Berpindah Merek
Penelitian yang dilakukan oleh Shukla (2004) yang berjudul Effect of Product
Usage, Satisfaction, and Involvement on Brand Switching Behaviour mengambil
objek dalam lima kategori produk, yaitu kendaraan, televisi, sabun, minyak rambut,
dan es krim. Hasi penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata konsumen di India
rentan untuk melakukan brand switching untuk sebuah alasan universal yaitu
kualitas. Dari penelitian itu dapat ditarik kesimpulan bahwa kepuasan konsumen
tidak menjamin konsumen untuk tidak melakukan brand switching, hal ini
dikarenakan tuntutan konsumen terhadap peningkatan kualitas produk, sebuah produk
yang memiliki kualitas yang tidak bersifat dinamis akan semakin meningkatkan risiko
konsumen akan melakukan brand switching, di sisi lain produk yang memiliki tingkat
kualitas yang dinamis akan mengurangi risiko terjadinya brand switching (Abisatya,
2009). Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:
H1 : Semakin rendah kualitas produk maka semakin tinggi tingkat keputusan
berpindah merek.
2.4 Persepsi Harga
Persepsi harga didefinisikan sebagai sesuatu yang diberikan atau dikorbankan
untuk mendapatkan jasa atau produk (Athanasopoulus, 2000; Cronin, Brudy and
6
Hult, 2000; Voss, Parasuraman and Grewal, 1998). Dalam memandang suatu harga
konsumen mempunyai beberapa pandangan berbeda. Harga yang ditetapkan di atas
harga pesaing dipandang mencerminkan kualitas yang lebih baik atau mungkin juga
dipandang sebagai harga yang terlalu mahal. Sementara harga yang ditetapkan di
bawah harga produk pesaing akan dipandang sebagai produk yang murah atau
dipandang sebagai produk yang berkualitas rendah (Leliana dan Suryandari, 2004)
2.4.1 Hubungan Persepsi Harga terhadap Keputusan Berpindah Merek
Persepsi harga didefinisikan sebagai sesuatu yang diberikan atau dikorbankan
untuk mendapatkan jasa atau produk (Athanasopoulus, 2000; Cronin, Brudy and
Hult, 2000; Voss, Parasuraman and Grewal, 1998). Harga adalah atribut produk atau
jasa yang paling sering digunakan oleh sebagian besar konsumen untuk mengevaluasi
produk. Untuk sebagian besar konsumen Indonesia yang masih berpendapatan
rendah, maka harga adalah faktor utama yang dipertimbangkan dalam memilih
produk maupun jasa. Konsumen pun sangat sensitif terhadap harga (Sumarwan,
2002).
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa konsumen di Indonesia termasuk rentan
terhadap perpindahan merek. Konsumen tersebut dapat digolongkan menjadi
konsumen yang mengaktifkan tahap kognitif. Konsumen tersebut sangat peduli
mengenai kualitas, biaya, dan manfaat. Konsumen yang hanya mengaktifkan tahap
kognitifnya adalah konsumen yang paling rentan terhadap perpindahan merek karena
adanya rangsangan pemasaran (Junaidi dan Dharmmesta, 2002). Berdasarkan uraian
di atas, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H2 : Semakin rendah persepsi harga maka semakin tinggi tingkat keputusan
berpindah merek.
7
3 METODE PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian
ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 1999). Variabel yang digunakan dalam penelitian
dapat diklasifikasikan menjadi variabel dependen, yaitu variabel yang menjadi pusat
perhatian peneliti. Variabel dependen pada penelitian ini adalah Keputusan Berpindah
Merek (Y). Variabel independen, yaitu variabel yang mempengaruhi variabel
dependen (Ferdinand, 2006). Variabel independen pada penelitian ini adalah Kualitas
produk (X1) dan Persepsi Harga (X2).
3.2 Penentuan Sampel
Sampel (sample) adalah sebagian dari populasi. Sampel terdiri atas sejumlah
anggota yang dipilih dari populasi. Dengan kata lain, sejumlah, tapi tidak semua,
elemen populasi akan membentuk sampel. Dengan mempelajari sampel, peneliti akan
mampu menarik kesimpulan yang dapat digeneralisasikan terhadap populasi
penelitian.
Pengambilan sampel (sampling) adalah proses memilih sejumlah elemen
secukupnya dari populasi, sehingga penelitian terhadap sampel dan pemahaman
tentang sifat atau karakteristiknya akan membuat kita dapat menggeneralisasikan sifat
atau karakteristik tersebut pada elemen populasi. (Sekaran, 2006).
Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode Rao
Purba (1996) dalam Nofi Ernawati (2008).
n = Z2
4(moe)2 ……………………………………………………………... (3.1)
8
Dimana:
n : Jumlah sampel
Z : Tingkat keyakinan yang dalam penentuan sampel 95% = 1,96
moe :Margin of error atau kesalahan maksimal yang bisa dikolerasi, disini
ditetapkan 10%
n = 1,962
4(0,1)2
= 96,04
Dengan perhitungan tersebut, maka penulis mengambil 96 orang sebagai
sampelnya untuk diteliti.
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive
sampling atau sampel bertujuan secara subyektif. Dalam penelitian ini terdapat
beberapa kriteria untuk dijadikan sampel. Kriteria yang dapat dijadikan sebagai
sampel dalam penelitian ini adalah konsumen yang menggunakan produk pembalut
kemudian berpindah ke merek lain, dan bertempat tinggal di Semarang selama kurun
waktu penelitian.
3.3 Metode Analisis Data
3.3.1 Uji Validitas
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data
(mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur. Pengujian validitas tiap butir digunakan
analisis item, yaitu mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang
merupakan jumlah tiap skor butir (Sugiyono, 1999). Suatu kuesioner dikatakan valid
jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan
diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2005).
9
3.3.2 Uji Reliabilitas
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali
untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Reliabilitas
instrumen merupakan syarat untuk pengujian validitas instrumen. Oleh karena itu
walaupun instrumen yang valid umumnya pasti reliabel, tetapi pengujian reliabilitas
instrumen perlu dilakukan (Sugiyono, 1999).
3.3.3 Uji Asumsi Klasik
3.3.3.1 Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel
independen saling berkolerasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal (Ghozali,
2005).
3.3.3.2 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Kebanyakan data
crossection mengandung situasi heteroskedastisitas karena data ini menghimpun data
yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang dan besar) (Ghozali, 2005).
3.3.3.3 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t
dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau
10
asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.
(Ghozali, 2005).
3.3.4 Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi dilakukan bila hubungan dua variabel berupa hubungan
kausal atau fungsional. Analisis regresi digunakan apabila kita ingin mengetahui
bagaimana variabel dependen/kriteria dapat diprediksikan melalui variabel
independen atau prediktor, secara individual.
Penelitian ini menggunakan analisis regresi ganda yang berguna untuk
meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen (kriterium), bila
dua atau lebih variabel independen sebagai faktor prediktor dimanipulasi (dinaik
turunkan nilainya). Jadi, analisis regresi ganda akan dilakukan bila jumlah variabel
independennya minimal dua (Sugiyono, 1999).
Persamaan regresi dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh variabel independen atau bebas yaitu Kualitas Produk (X1) dan Harga
(X2) terhadap Keputusan Berpindah Merek (Y).
Rumus matematis dari regresi berganda yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
Y = a + b1X1 + b2X2 + e …………………………………………………...... (3.2)
Keterangan:
Y = Keputusan Berpindah Merek
a = constanta
b1 = Koefisien regresi antara kualitas produk dengan keputusan berpindah merek
b2 = Koefisien regresi antara harga dengan keputusan berpindah merek
X1 = Variabel kualitas produk
X2 = Variabel harga
e = error disturbances
11
3.3.5 Goodness of Fit
Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari
Goodness of fitnya. Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur dari nilai koefisien
determinasi, nilai statistik F dan nilai statistik t. Perhitungan statistik disebut
signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis
(daerah dimana Ho ditolak). Sebaliknya disebut tidak signifikan bila nilai uji
statistiknya berada dalam daerah dimana Ho diterima (Ghozali, 2005).
3.3.5.1 Uji Parsial (Uji t)
Pengetahuan tentang koefisien regresi bertujuan untuk memastikan apakah
variabel independen yang terdapat dalam persamaan tersebut secara individu
berpengaruh terhadap nilai variabel dependen (uji parsial). Caranya adalah dengan
melakukan pengujian hipotesis terhadap koefisien regresi semua variabel independen
(Algifari, 2003).
3.3.5.2 Uji Simultan (Uji F)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel independen
secara bersama-sama (simultan) dapat berpengaruh terhadap variabel dependen.
Pengujian terhadap pengaruh variabel independen secara bersama-sama (simultan)
terhadap perubahan nilai variabel dependen dilakukan melalui pengujian terhadap
besarnya perubahan nilai variabel dependen yang dapat dijelaskan (explained) oleh
perubahan nilai semua variabel independen (Algifari, 2003).
3.3.5.3 Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) persamaan regresi berguna untuk mengetahui
besarnya persentase pengaruh semua variabel independen tehadap nilai variabel
dependen. Besarnya koefisien determinasi dari 0 sampai dengan 1. Semakin
mendekati nol besarnya koefisien determinasi suatu persamaan regresi, maka semakin
12
kecil pula pengaruh semua variabel independen terhadap nilai variabel dependen.
Sebaliknya, semakin mendekat satu besarnya koefisien determinasi suatu persamaan
regresi, maka semakin besar pula pengaruh semua variabel independen terhadap
variabel dependen (Algifari, 2003).
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Uji Validitas
Tabel 4.1
Hasil Pengujian Validitas
Variabel/Item r hitung r tabel Keterangan
Kualitas Produk (X1)
q1 0.721 0.201 Valid
q2 0.683 0.201 Valid
q3 0.684 0.201 Valid
q4 0.584 0.201 Valid
q5 0.619 0.201 Valid
q6 0.685 0.201 Valid
q7 0.755 0.201 Valid
q8 0.753 0.201 Valid
q9 0.807 0.201 Valid
q10 0.735 0.201 Valid
Persepsi Harga (X2)
q11 0.860 0.201 Valid
q12 0.836 0.201 Valid
q13 0.737 0.201 Valid
Keputusan Berpindah Merek (Y)
q14 0.849 0.201 Valid
q15 0.836 0.201 Valid
q16 0.829 0.201 Valid
Sumber : Data yang diolah, 2011
Dalam penelitian ini, validitas dari indikator dianalisis menggunakan df (degree
of freedom) dengan rumus df = n-k, dimana n = jumlah sampel, k = jumlah variabel
independen. Jadi df yang digunakan adalah 96-2 = 94 dengan alpha sebesar 5%, maka
13
menghasilkan nilai r tabel (uji dua sisi) sebesar 0,201. Jika r hitung (untuk tiap butir
dapat dilihat pada kolom Corrected Item –Total Correlation) lebih besar dari r tabel
dan nilai r positif, maka butir pernyataan dikatakan valid (Ghozali, 2001).
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat disimpulkan bahwa semua item indikator tersebut
dinyatakan valid karena nilai r hitung (corrected item–total correlation) lebih besar
daripada nilai r tabel yaitu lebih besar dari 0,201.
4.2 Uji Reliabilitas
Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap
pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2006). Uji
reliabilitas adalah tingkat kestabilan suatu alat pengukur dalam mengukur suatu
gejala/kejadian. Menurut Nunnaly (1967) dalam Ghozali (2006), suatu konstruk
dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,6.
Adapun hasil uji reliabilitas dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel 4.2
berikut ini :
Tabel 4.2
Hasil Ringkasan Uji Reliabilitas
Variabel Alpha Keterangan
Kualitas Produk (X1) 0.885 Reliabel
Persepsi Harga (X2) 0.742 Reliabel
Keputusan Berpindah Merek (Y) 0.788 Reliabel
Sumber: Data yang diolah, 2011
Hasil uji reliabilitas tersebut menunjukkan bahwa semua variabel mempunyai
koefisien Alpha yang cukup besar yaitu di atas 0,6 sehingga dapat dikatakan semua
konsep pengukur masing-masing variabel dari kuesioner adalah reliabel. Dengan
demikian item-item pada masing-masing konsep variabel tersebut layak digunakan
sebagai alat ukur.
14
4.3 Uji Asumsi Klasik
4.3.1 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel
independen saling berkolerasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal.
Salah satu metode untuk mendiagnosa adanya multicollinearity adalah dengan
menganalisis nilai tolerance dan lawannya variance inflation factor (VIF). Tolerance
mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh
variabel independen lainnya. Nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF
tinggi, karena VIF = 1/ Tolerance. Nilai cut off yang dipakai untuk menunjukkan
adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance kurang dari 0,1 atau sama dengan
nilai VIF lebih dari 10 (Ghozali, 2005).
Berdasarkan hasil pengujian multikolinearitas pada Tabel 4.3 diketahui bahwa
seluruh variabel independen memiliki nilai VIF lebih kecil dari 10, sehingga dapat
disimpulkan bahwa data bebas dari masalah multikolinearitas. Berikut adalah tabel
hasil uji multikolinearitas dengan perhitungan statistik dengan menggunakan SPSS:
Tabel 4.3
Hasil Pengujian Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
Kualitas Produk .910 1.098
Persepsi Harga .910 1.098
a. Dependent Variable: Kept Berpindah Merek
Sumber: Data primer yang diolah, 2011
15
4.3.2 Uji Heteroskedastisitas
Pendekatan yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya
heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel
dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Ada tidaknya
heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada
grafik scatterplots antara SRESID dan ZPRED, di mana sumbu Y adalah Y yang
telah diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi - Y sesungguhnya) yang
telah di-studentized. Kriteria yang digunakan adalah jika terdapat pola tertentu seperti
titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar
kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
Sebaliknya, jika tidak terdapat pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2005).
Gambar 4.1
Uji Heterokedastisitas
Sumber: Data primer yang diolah, 2011
Berdasarkan grafik scatterplots pada Gambar 4.1 terlihat bahwa titik-titik
menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada
16
sumbu Y. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada
model regresi.
4.3.3 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t
dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau
asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.
(Ghozali, 2005).
Uji normalitas menghasilkan grafik normal probability plot yang tampak pada
Gambar 4.2 berikut :
Gambar 4.2
Hasil Uji Normalitas
Sumber: Data primer yang diolah, 2011
Pada Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa grafik normal probability plot of
regresison standardized menunjukan pola grafik yang normal. Hal ini terlihat dari
titik-titik yang menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti garis
diagonal. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi layak dipakai karena
memenuhi asumsi normalitas.
17
4.4 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda yang telah dilakukan diperoleh koefisien regresi,
nilai t hitung dan tingkat signifikansi sebagaimana ditampilkan pada Tabel 4.4
berikut:
Tabel 4.4
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
95%
Confidence
Interval for B
Collinearity
Statistics
B
Std.
Error Beta
Lower
Bound
Upper
Bound Tolerance VIF
1 (Constant) 13.348 .191 70.000 .000 12.969 13.727
Kualitas
Produk -1.259 .028 -.991
-
44.193 .000 -1.315 -1.202 .910 1.098
Persepsi
Harga -.038 .019 -.045 -2.021 .046 -.075 .000 .910 1.098
a. Dependent Variable: Kept Berpindah Merek
Sumber: Data primer yang diolah, 2011
Persamaan regresi yang diperoleh adalah:
Y = – 0,991 X1 – 0,045 X2
Keterangan :
Y : Keputusan Berpindah Merek
(X1) : Kualitas Produk
(X2) : Persepsi Harga
4.5 Goodness of Fit
4.5.1 Uji t
Pengetahuan tentang koefisien regresi bertujuan untuk memastikan apakah
variabel independen (kualitas produk dan persepsi harga) yang terdapat dalam
18
persamaan tersebut secara individu berpengaruh terhadap nilai variabel dependen
(keputusan berpindah merek) secara parsial. Caranya adalah dengan melakukan
pengujian hipotesis terhadap koefisien regresi semua variabel independen (Algifari,
2003).
Berdasarkan Tabel 4.4 didapat hasil analisis uji t sebagai berikut :
1. Nilai absolut thitung pada variabel kualitas produk (X1) adalah sebesar 44,193
dengan tingkat signifikansi 0,0. Karena 44,193 > 1,99 dan 0,0 < 0,05 maka H0
ditolak dan H1 diterima.
Kesimpulan: variabel kualitas produk berpengaruh negatif terhadap keputusan
berpindah merek pembalut wanita. Semakin rendah kualitas produk maka
semakin tinggi keputusan berpindah merek. Dengan demikian, H1 diterima.
2. Nilai absolut thitung pada variabel persepsi harga (X2) adalah sebesar 2,021 dengan
tingkat signifikansi 0,046. Karena 2,021 > 1,99 dan 0,046 < 0,05 maka H0 ditolak
dan H1 diterima.
Kesimpulan: variabel persepsi harga berpengaruh negatif terhadap keputusan
berpindah merek pembalut wanita. Semakin rendah persepsi harga maka semakin
tinggi keputusan berpindah merek. Dengan demikian, H1 diterima.
4.5.2 Uji F
Uji F digunakan untuk melakukan pengujian variabel bebas secara bersama-
sama terhadap variabel terikatnya. Berikut adalah tabel hasil uji F dengan perhitungan
statistik dengan menggunakan SPSS.
19
Tabel 4.5
Uji F
ANOVAb
Model
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 124.303 2 62.152 1.045E3 .000a
Residual 5.529 93 .059
Total 129.832 95
a. Predictors: (Constant), persepsi harga, kualitas produk
b. Dependent Variable: kept berpindah merk
Sumber: Data yang diolah, 2011
Berdasarkan hasil uji ANOVA didapatkan Fhitung sebesar 1.045E3 dengan
tingkat signifikansi 0,00. Karena Fhitung > Ftabel yaitu lebih besar dari 3,095 dan
tingkat signifikansi 0,00 < 0,05 maka model regresi dapat digunakan untuk
memprediksi keputusan berpindah merek (Y) atau dikatakan bahwa variabel X1 dan
X2 secara bersama-sama berpengaruh secara nyata terhadap variabel Y. Dengan kata
lain, persamaan model regresi dari tabel 4.9 signifikan.
4.5.3 Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) persamaan regresi berguna untuk mengetahui
besarnya persentase pengaruh semua variabel independen tehadap nilai variabel
dependen. Besarnya koefisien determinasi dari 0 sampai dengan 1 (Algifari, 2003).
Nilai koefisien determinasi dapat dilihat pada Tabel 4.6 di bawah ini:
20
Tabel 4.6
Hasil Uji Determinasi
Model Summaryb
Model R
R
Square
Adjusted
R
Square
Std.
Error of
the
Estimate
Change Statistics
Durbin-
Watson
R
Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .978a .957 .957 .24382 .957 1045.477 2 93 .000 .323
a. Predictors: (Constant), persepsi
harga, kualitas produk
b. Dependent Variable: kept berpindah
merk
Sumber: Data primer yang diolah, 2011
Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai Adjusted R Square adalah sebesar
0,957. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan seluruh variabel independen
untuk menjelaskan variasi pada variabel dependen adalah sebesar 95,7 persen dan
selebihnya dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dijelaskan dalam model regresi yang
diperoleh.
4.6 Pembahasan
1. Pengaruh Kualitas Produk terhadap Keputusan Berpindah Merek.
H1 : Semakin rendah kualitas produk maka semakin tinggi tingkat keputusan
berpindah merek.
Hasil dari uji t menunjukkan bahwa nilai absolut thitung pada variabel kualitas
produk (X1) adalah sebesar 44,193 dengan tingkat signifikansi 0,0. Karena
44,193 > 1,99 dan 0,0 < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Dari hasil diatas
dapat dijelaskan bahwa variabel kualitas produk berpengaruh negatif terhadap
keputusan berpindah merek pada konsumen pembalut wanita.
Hasil analisis regresi berganda diperoleh koefisien regresi untuk kualitas produk
sebesar – 0,991. Tanda (-) berarti variabel Kualitas Produk (X1) memiliki
21
pengaruh negatif terhadap Keputusan Berpindah Merek (Y). Berdasarkan hasil
analisis regresi berganda tersebut dapat dijelaskan bahwa semakin rendah
kualitas produk, maka semakin tinggi keputusan berpindah merek.
2. Pengaruh Persepsi Harga terhadap Keputusan Berpindah Merek.
H2 : Semakin rendah persepsi harga maka semakin tinggi tingkat keputusan
berpindah merek.
Hasil dari uji t menunjukkan bahwa nilai absolut thitung pada variabel persepsi
harga (X2) adalah sebesar 2,021 dengan tingkat signifikansi 0,046. Karena 2,021
> 1,99 dan 0,046 < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Dari hasil diatas dapat
dijelaskan bahwa variabel persepsi harga berpengaruh negatif terhadap
keputusan berpindah merek pada konsumen pembalut wanita.
Hasil analisis regresi berganda diperoleh koefisien regresi untuk persepsi harga
sebesar – 0,045. Tanda (-) berarti variabel Persepsi Harga (X2) memiliki
pengaruh negatif terhadap Keputusan Berpindah Merek (Y). Berdasarkan hasil
analisis regresi berganda tersebut dapat dijelaskan bahwa semakin rendah
persepsi harga, maka semakin tinggi keputusan berpindah merek.
5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh penurunan pada brand value produk
pembalut wanita Kotex. Dari data yang didapat, bahwa Kotex memiliki penurunan
pada brand value yang paling tinggi dibandingkan merek lainnya. Pada tahun 2010
semua merek mengalami penurunan brand value. Kotex juga mengalami penurunan
sebesar 11,7 yaitu dari 53,2 menjadi 41,5.
Sedangkan elemen-elemen yang digunakan untuk mengukur brand value adalah
harga premium, loyalitas jangka panjang, dan pangsa pasar. Dengan adanya
penurunan brand value pada masing-masing merek dapat disebabkan telah
22
menurunnya loyalitas merek yang berarti telah terjadi perpindahan merek yang
dilakukan konsumen pembalut wanita dari satu merek ke merek lain.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Kualitas Produk dan
Persepsi Harga terhadap Keputusan Berpindah Merek pada pembalut wanita di
Semarang. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Hipotesis pertama (H1) menunjukkan bahwa variabel Kualitas Produk memiliki
pengaruh yang signifikan dan berarah negatif terhadap Keputusan Berpindah
Merek pada pembalut wanita. Hal ini dibuktikan dengan hasil pengujian uji t dan
regresi berganda yang bernilai negatif serta nilai signifikansi yang lebih kecil dari
nilai alpha yang ditetapkan. Hal ini berarti Kualitas Produk yang rendah
berpengaruh terhadap Keputusan Berpindah Merek. Dari penelitian yang telah
dilakukan, kualitas produk yang rendah akan membuat responden melakukan
keputusan berpindah merek pada konsumen pembalut wanita.
Hasil penelitian yang didapat sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Shukla (2004) yang berjudul Effect of Product Usage, Satisfaction, and
Involvement on Brand Switching Behaviour mengambil objek dalam lima kategori
produk, yaitu kendaraan, televisi, sabun, minyak rambut, dan es krim. Hasi
penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata konsumen di India rentan untuk
melakukan brand switching untuk sebuah alasan universal yaitu kualitas.
2. Hipotesis kedua (H2) yang menyatakan bahwa variabel Persepsi Harga
berpengaruh signifikan dan berarah negatif terhadap Keputusan Berpindah Merek
pada pembalut wanita. Hal ini dibuktikan dengan hasil pengujian uji t dan regresi
berganda yang bernilai negatif serta nilai signifikansi yang lebih kecil dari nilai
alpha yang ditetapkan. Harga pembalut wanita yang lebih mahal dari pembalut
wanita merek lain atau tidak sesuai dengan manfaat yang diberikan akan
mengakibatkan konsumen berpindah ke pembalut wanita merek lain. Perbedaan
harga antar merek dapat mempengaruhi perilaku berpindah merek. Dengan
23
demikian dapat dikatakan bahwa semakin rendah Persepsi Harga maka semakin
tinggi Keputusan Berpindah Merek.
5.2 Implikasi Manajerial
Berdasarkan hasil penelitian ini, saran yang dapat diberikan kepada perusahaan,
selaku produsen produk pembalut wanita adalah sebagai berikut:
Tabel 5.1
Implikasi Manajerial
No. Variabel Independen Implikasi Manajerial
1. Kualitas Produk • Menciptakan pembalut yang tidak
mudah bocor
• Menciptakan pembalut yang
mempunyai daya serap tinggi
• Membuat pembalut dengan lapisan
yang tetap kering agar tidak terjadi
iritasi
• Membuat pembalut yang tidak
mudah berkerut saat dipakai
• Membuat lapisan yang lembut pada
pembalut ketika digunakan
• Membuat bentuk pembalut sesuai
dengan lekuk tubuh
• Menggunakan bahan yang aman
No. Variabel Independen Implikasi Manajerial
pada pembalut sehingga tidak
terjadi iritasi
• Menggunakan bahan yang
mengedepankan kenyamanan
ketika digunakan
2. Persepsi Harga • Menetapkan harga yang tidak
terlalu tinggi dibandingkan merek
yang lain.
• Perusahaan harus menyesuaikan
harga yang ditetapkan dengan
manfaat dan kualitas yang
diberikan
Sumber: Data yang diolah, 2011
24
5.3 Keterbatasan Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, penulis menyadari adanya keterbatasan dalam
melakukan penelitian. Kelemahan dan kekurangan dalam penelitian ini terletak pada
kuesioner pada penelitian ini bersifat privasi sehingga sedikit ditemukan kesulitan
ketika mengambil data dari responden yang dituju.
5.4 Agenda Penelitian yang Akan Datang
Perlu diadakan pemilihan responden berdasarkan decision making agar
penyebaran kuesioner yang dilakukan tidak bias dan sesuai dengan yang apa yang
dibutuhkan pada penelitian yang sedang diteliti.
25
DAFTAR PUSTAKA
Abisatya, Diaz. 2009. “Competitive Advertising serta Dampaknya pada Perilaku
Brand Switching Konsumen.” Vol. X, No. 1, Maret 2009, h. 1-16.
Aditya, Helmi. 2004. “Analisis Pengaruh Merek, Orientasi Stratejik, dan Inovasi
terhadap Keunggulan Bersaing (Studi pada UKM Tanggulangin di Kota
Sidoarjo).” Jurnal Sains Pemasaran Indonesia, Vol. III, No. 3, Desember 2004, h.
309-324.
Algifari. 2003. STATISTIKA INDUKTIF untuk Ekonomi dan Bisnis. Edisi 2.
Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Akademi Manajemen Perusahaan
YKPN.
Amirin, Tatang M. 2000. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Asyhari. 2005. “Analisis Brand Switching Studi Kasus pada Koperasi ‘Sultan Agung’
Semarang.” Jurnal Riset Bisnis Indonesia, Vol.1, No. 2, Juli 2005, h. 117-126.
Dharmmesta, Basu Swastha. 1999. “Loyalitas Pelanggan: Sebuah Kajian Konseptual
Sebagai Panduan Bagi Peneliti.” Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 14,
No. 3, h. 73-88.
Djati, S. Pantja dan Didit Darmawan. 2004. “Pengaruh Kesan Kualitas Layanan,
Harga, dan Kepuasan Mahasiswa PTS terhadap Minat Mereferensikan
Kampusnya.” Jurnal Widya Manajemen & Akuntansi, Vol. 4, No.2, Agustus
2004, h. 190-204.
Ernawati, Nofi. 2008. Pengaruh Iklan Pesaing, Harga, dan Ketidakpuasan Konsumen
terhadap Niat Berpindah Merek pada Pelanggan Kartu Prabayar XL (Studi Kasus
pada Pelanggan Kartu Prabayar XL yang Telah Berpindah ke Merek Lain di
Kota Semarang). Skripsi Tidak Dipublikasikan, Fakultas Ekonomi Universitas
Diponegoro.
Ferdinand, Augusty. 2006. METODE PENELITIAN MANAJEMEN Pedoman
Penelitian Untuk Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi Ilmu Manajemen. Edisi
2. Semarang: CV Indoprint.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi 3.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
26
Halim, Rizal Edi. 2002. “Dampak Hubungan Kepercayaan Merek dan Afeksi Merek
terhadap Kinerja Merek: Suatu Analisis dari Perspektif Kesetiaan Merek.” Jurnal
Manajemen Indonesia, Vol. 1, No. 2, Desember 2002, h. 1-11.
Herri, Syafrizal, dan Handy Aditia Kusuma. 2007. “Analisis Faktor Penyebab
Konsumen Beralih Merek (Kasus PT X di Sumatera Barat).” Kajian Bisnis, Vol.
15 No. 1, Maret-Agustus 2007, h. 1-19.
Istijanto. 2007. “8 Dimensi Kualitas Produk dan Aplikasinya dalam Pemasaran.”
Forum Manajemen Prasetia Mulya, Vol. 1, No. 2, September 2007, h. 34-41.
Junaidi, Shellyana dan Basu Swastha Dharmmesta. 2002. “Pengaruh Ketidakpuasan
Konsumen, Karakteristik Kategori Produk, dan Kebutuhan Mencari Variasi
terhadap Keputusan Perpindahan Merek.” Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia,
Vol. 17, No. 1, h. 91-104.
Krishna, Anak Agung Gde Agung Narendra. 2009. “Pengaruh Price Satisfaction
Produk Indosat IM3 terhadap Perilaku Brand Switching Konsumen.” Jurnal
Bisnis & Manajemen, Vol. X, No. 2, September 2009, h. 179-199.
Kusumawati, Rini. 2007. “Analisis Pengaruh Image, Kualitas yang Dipersepsikan,
Harapan Nasabah pada Kepuasan Nasabah dan Pengaruh Kepuasan Nasabah
pada Loyalitas Nasabah dan Perilaku Beralih Merek.” Jurnal Ekonomi & Bisnis,
Vol. 1, No. 1, Maret 2007, h. 53-62.
Leliana dan Retno Tanding Suryandari. 2004. “Persepsi Harga dalam Perilaku
Belanja Konsumen (Studi Kasus pada Perusahaan Ritel di Surakarta).” Jurnal
Bisnis & Manajemen, Vol. 4, No.2, h. 111-129.
Marzuki. 2005. Metodologi Riset. Panduan Penelitian Bidang Bisnis dan Sosial. Ed.
2. Cetakan 1. Yogyakarta: Ekonisia.
Mutyalestari, Akari. 2009. “Pengaruh Emotional Branding terhadap Perilaku Brand
Switching Konsumen.” Jurnal Bisnis & Manajemen, Vol. X, No. 2, September
2009, h. 124-141.
Noviandra, W Mahestu. 2006. “Evaluasi Citra Produk dan Accessibility pada Perilaku
Perpindahan Merek Pembelian Produk Pemutih Kulit.” MODUS, Vol. 18, No. 1,
h. 62-72.
Peter, J. Paul dan Jerry C. Olson. 2000. CONSUMER BEHAVIOUR. Perilaku
Konsumen & Strategi Pemasaran. Ed. 4. Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.
27
Pramita, Fransiska. 2010. Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Kualitas Layanan, dan
Persepsi Harga terhadap Kepuasan Pelanggan Air Minum dalam Kemasan (Studi
Kasus Pada AMDK Jawa Tirta Semarang). Skripsi Tidak Dipublikasikan,
Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
Putri, Erni Puspanantasari. 2006. “Peningkatan Kualitas Produk Pengrajin Kulit
Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Usahanya dalam Memperluas Jaringan
Pasar.” VENTURA, Vol. 9, No. 1, April 2006, h. 81-94.
Rodhiah. 2007. “Perbedaan Rata-Rata Kualitas Produk Asal China Dibandingkan
Rata-Rata Kualitas Produk Asal Indonesia.” Jurnal Manajemen, Vol. 12, No. 1,
Mei 2007, h. 31-39.
Sadat, Andi M. 2009. Brand Belief: Strategi Membangun Merek Berbasis Keyakinan.
Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Santoso, Singgih dan Tjiptono. 2001. Riset Pemasaran Konsep dan Aplikasi dengan
SPSS. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Sekaran, Uma. 2006. RESEARCH METHODS FOR BUSINESS. Metodologi
Penelitian Untuk Bisnis. Buku 1. Edisi 4. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Sugiyono. 1999. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Sumarno dan Riana Sitawati. 2007. “Pengaruh Kualitas Pelayanan, Kualitas Produk
dan Harga terhadap Kepuasan dan Loyalitas Pasien Rawat Inap Rumah Sakit
PKU Muhammadiyah Karanganyar.” ASET, Vol. 9, No. 2, Agustus 2007, h.
436-553.
Sumarwan, Ujang. 2002. Perilaku Konsumen. Teori & Penerapannya dalam
Pemasaran. Cetakan 2. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.
Tjiptono, Fandy. 1997. Strategi Pemasaran. Ed. II. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Waluyo, Purwanto dan Agus Pamungkas. 2003. “Analisis Perilaku Brand Switching
Konsumen Dalam Pembelian Produk Handphone di Semarang.” JURNAL
BISNIS DAN EKONOMI, Maret 2003.
Widyasari, Suzy. 2008. “Analisis Perilaku Brand Switching Konsumen dalam
Pembelian Produk Sepeda Motor (Studi pada Konsumen Sepeda Motor di
Kotamadya Salatiga).” Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Vol. 15, No. 2, September
2008, h. 107-127.
28
Yazid. 2006. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Loyalitas.” SINERGI, Vol. 8, No.
2, Juni 2006, h. 113-127.
http://en.mimi.hu/marketingweb/. Diakses tanggal 10 Maret 2011.
http://iknow.co.id/. Diakses tanggal 12 Maret 2011.
http://investopodia.com/. Diakses tanggal 3 April 2011.
http://simonnamesho.wordpress.com/. Diakses tanggal 10 Maret 2011
SWA No.15/XXVI/15-28 Juli 2010
Top Related