Tesis
PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM PADA PEMBENTUKAN KARAKTER ISLAMI
SISWA SMA NEGERI 1 MODEL TANJUNG PURA
KABUPATEN LANGKAT
Oleh :
MAULIDA
NIM 3003173018
Program Studi
PENDIDIKAN ISLAM
PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
ABSTRAK
PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA
PEMBENTUKAN KARAKTER ISLAMI SISWA
SMA NEGERI 1 MODEL TANJUNG PURA
KABUPATEN LANGKAT
MAULIDA
NIM : 3003173018
Program Studi : Pendidikan Islam (PEDI)
Tempat/tanggal lahir :Besilam/19September 1993
Nama Orangtua (Ayah) : Syamsul Bahri
(Ibu) : Maryani, S.Pd.i
Pembimbing : 1. Dr. Ali Imran Sinaga, MA
2. Dr. Wahyudin Nur Nasution, M.Ag
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang Problematika
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Pembentukan Karakter Islami
Siswa SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura Kabupaten Langkat.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif.Sumber
informasi penelitian ini adalah Guru Pendidikan Agama Islam, Kepala Sekolah,
Peserta didik, Serta Guru Bidang Studi lainnya.Teknik pengumpulan data
dilakukan melalui wawancara, observasi partisipan, dan dokumentasi. Teknik
analisis data dilakukan menggunakan model Miles dan Huberman.
Temuan dalam penelitian ini adalah tentang peran pendidikan agama Islam
di Sekolah dalam pembentukan karakter peserta didik. Pendidikan Agama Islam
(PAI) merupakan salah satu pilar pendidikan karakter yang paling utama.
Pendidikan karakter akan tumbuh dengan baik jika di mulai dari tertanamnya
jiwa keberagamaan pada anak, oleh karena itu materi Pendidikan Agama Islam
(PAI) di sekolah menjadi salah satu penunjang pendidikan karakter.
Melalui pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) siswa di ajarkan
aqidah sebagai dasar keagamaannya, di ajarkan al-Quran dan Hadits sebagai
pedoman hidupnya, di ajarkan fiqih sebagai rambu-rambu hukum dalam
beribadah, mengajarkan sejarah Islam sebagai sebuah keteladanan hidup, dan
mengajarkan akhlak sebagai pedoman perilaku manusia apakah dalam kategori
baik ataupun buruk. Oleh sebab itu, tujuan utama dari Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI) adalah pembentukan kepribadian pada diri siswa yang
tercermin dalam tingkah laku dan pola pikirnya dalam kehidupan sehari-hari. Di
samping itu, keberhasilan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di
sekolah salah satunya juga di tentukan oleh penerapan metode pembelajaran
yang tepat.
ABSTRAK
PROBLEMS IN LEARNING ISLAMIC
RELIGIOUS EDUCATION ON THE FORMATION
OF ISLAMIC CHARACTER IN STATE SENIOR
HIGH SCHOOL STUDENTS 1 MODEL OF
TANJUNG PURA KABUPATEN LANGKAT
MAULIDA
NIM : 3003173018
Program Studi : Islamic Education
Tempat/tanggal lahir :Besilam/19September 1993
Nama Orangtua (Ayah) : Syamsul Bahri
(Ibu) : Maryani, S.Pd.i
Pembimbing : 1. Dr. Ali Imran Sinaga, MA
2. Dr. Wahyudin Nur Nasution, M.Ag
This research aims to describe it about educational Problems in Learning
Islamic Rligious Education on The Formation of Islamic Character in State
Senior Hight School Students 1 Model of Tanjung Pura Kabupaten Langkat.
Type of this research is a descriptive qualitative approach. Information
sources thisThe teacher Pendidikan Agama Islam, Headmaster, Learners, Other
studi Teacher. The technique of data collection was done through interviews,
participant observation, and documentation. Technique of data analysis
performed by Miles and Huberman models.
The findings in this study there were eight about the role of Pendidikan
Agama Islam (PAI) lesson toward students. Pendidikan Agama Islam (PAI) is
one of the most importances pilar of character education. Character education
will build well, if it is started from culvating religious sense of student therefore,
Pendidikan Agama Islam (PAI) lesson become one of supporting lesson of
character education.
Through Pendidikan Agama Islam (PAI) teaching and learning, the students
is thought belief of God as the basic of their religion, thaught al quran and hadits
as their way of life, taught fiqih as law signs in doing Islam teaching, taught
Islam history as a good life example, and taught ethica as the way of human
caharacter.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah swt, yang
telah memberikan kesabaran, kekuatan dan keteguhan jiwa. Karena dengan
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat melaksanakan kegiatan penulisan dan
penyusunan laporan penulisan dalam bentuk tesis sesuai dengan waktu yang di
tetapkan. Tiada kata yang sebanding untuk mendampingi ucapan syukur selain
sholawat serta salam keharibaan baginda Nabi Muhammad swa, beserta keluarga,
para sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Dalam penyusunan tesis ini, penulis menghadapi banyak kesulitan, tetapi
berkat ketekunan penulis dan bantuan berbagai pihak, maka dapat menyelesaikan
penulisan tesis ini. Sehubungan dengan hal itu, penulis ucapkan terima kasih
kepada Bapak Dr. Ali Imran Sinaga, M.Ag yang bertindak sebagai Pembimbing I
dan juga Bapak Dr. Wahyuddin Nur Nst, M.Ag sebagai Pembimbing II, yang di
dalam kesibukan mereka masih menyediakan waktu dan menyempatkan diri untuk
membimbing penulis dengan memberikan banyak waktu dan tempat untuk
berkonsultasi selama proses penulisan tesis ini. Demikian pula terima kasih
penulis kepada Bapak/Ibu Kepala Madrasah, guru – guru dan para siswa – siswi di
SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura yang telah memberikan data dan
informasinya dengan ikhlas guna penyelesaian tesis ini.
Penelitian berbertuk tesis merupakan salah satu syarat yang harus di
penuhi dalam menyelesaikan studi pada Pascasarjana UIN Sumatera Utara
Medan. Untuk dapat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd) pada
Program Studi Pendidikan Islam. Dalam penyusunan tesis yang berjudul
“Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Pembentukan
Karakter Islami Siswa SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura Kabupaten
Langkat” ini banyak mengalami kendala yang di hadapi, akan tetapi berkat usaha
dan kerja keras serta bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya tesis
ini dapat diselesaikan, Untuk itu dengan segala ketulusan dan kerendahan hati
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. KH. Saidurrahman, M.Ag sebagai Rektor UIN Sumatera
Utara Medan.
2. Bapak Prof. Dr. Syukur Kholil, MA sebagai Direktur Pascasarjana UIN
Sumatera Utara Medan.
3. Bapak Dr. Achyar Zein, M.Ag sebagai Wakil Direktur Pascasarjana UIN
Sumatera Utara Medan.
4. Bapak Dr. Syamsu Nahar, M.Ag sebagai Ketua Prodi Pendidikan Islam UIN
Sumatera Utara Medan.
5. Segenap Dosen dan seluruh aktivitas Akademik Pascasarjana UIN Sumatera
Utara Medan yang telah memberikan dukungan selama proses penyelesaian
studi.
6. Paling teristimewa keluarga besar, terutama Ayah Syamsul Bahri dan Ibu
Maryani, S.Pd,I yang telah memberikan doa, dukungan moral maupun moril
dalam pelaksanaan studi hingga selesainya penulisan tesis. Sehingga mereka
mendapatkan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Aamiin ya Rabbal
Alamin.
7. Kepada Abang Muhammad Alfin, S.Pd dan Kakan Nurfiana, S.Pd serta
sahabat Muhammad Herman, S.Pd.I, Satria Wiguna, M.Pd, dan Erna Wati
Boru Ginting, M.Ag yang telah lama menjadi sahabatseperjuangan yang
selalu memberikan semangat dalam proses penyelesaian studi program
magister ini.
8. Almamaterku angkatan seluruh Prodi Pendidikan Islam UIN Sumatera Utara
yang telah memberikan semangat dalam proses penyelesaian studi program
magister ini.
Penulis menyadari bahwa tesis ini adalah langkah awal yang tak berakhir
dalam proses pengembangan diri dan dedikasi dalam bidang keilmuan
khususnya Pendidikan Islam. Penulis berharap tesis ini bermanfaat terutama
dalam peningkatan moral dan akhlak anak demi kepentingan pencerdasan
kehidupan bangsa di lingkungan UIN Sumatera Utara, sekolah/madrasah,
masyarakat, bangsa dan negara.
Akhirnya dengan berserah diri kepada Allah swt semoga upaya yang di
laksanakan secara sistematis, terencana, terukur dan terlaksana guru menghasilkan
karya yang bermanfaat. Kritik dan saran tetap di harapkan demi perbaikan mutu
pendidikan dan proses penulisan di masa yang akan datang.
Tanjung Pura, Febbuari 2019
Penulis,
MAULIDA
TRANSLITERASI
1. Konsonan
Fenon konsonan bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab
dilambangkan dengan huruf, dalam transliterasi ini sebagian dilambangkan
dengan huruf dan sebagian lagi dilambangkan dengan tanda, dan sebagian yang
lain lagi dengan huruf dan tanda sekaligus. Di bawah ini daftar huruf Arab itu dan
transliterasi dengan huruf Latin.
Huruf Araf Nama Huruf Latin Nama
Alif اTidak
dilambangkan Tidak dilambangkan
Ba B Be ب
Ta T Te ت
ša Š es (dengan titik di atas) ث
Jim J Je ج
Ha H ha (dengan titik di bawah) ح
Kha Kh ka dan ha خ
Dal D de (dengan titik di atas) د
Zal Ż zet (dengan titik di atas) ذ
Ra R Er ر
Zai Z Zet ز
Sin S Es س
Syim Sy es dan ye ش
Sad ¡ es (dengan titik di bawah) ص
Dad D de (dengan titik di bawah) ض
Ta T te (dengan titik di bawah) ط
Za Z zet (dengan titik di bawah) ظ
ain ‗ koma terbalik di atas„ ع
Gain G Ge غ
Fa F Ef ف
Qaf Q Qi ق
Kaf K Ka ك
Lam L El ل
Mim M Em م
Nun N En ن
Waw W We و
Ha H Ha ه
hamzah ‗ Apostrof ء
Ya Y Ye ي
2. Vokal
Vokal bahasa Arab adalah seperti vokal dalam bahasa Indonesia, terdiri dari
vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.
a. Vokal Tunggal
Vokal tunggal dalam bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau
harkat, transliterasinya sebagai berikut:
b. Vokal Rangkap
Vokal rangkap dalm bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara
harkat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu:
Tanda dan huruf Nama Gabungan Nama
Fathah dan ya ai a dan i — ي
Fathah dan waw au a dan u — و
Contoh:
kataba: كخـب
fa‟ala : فـعـم
żukira : ذكــس
Tanda Nama Gabungan
huruf Nama
— fathah a A
— kasrah i I
— dammah u U
yażhabu : يرهـب
suila :ظـئـم
kaifa : كـيـف
haula :هــىل
c. Maddah
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harkat huruf,
transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:
Harkat dan
huruf Nama Huruf dan tanda Nama
آFathah dan alif atau
ya ā a dan garis di atas
Kasrah dan ya i I dan garis di atas — ي
Dammah dan wau ū u dan garis di atas — و
Contoh:
qàla : قبل
ramà : زمـــب
qila : قــيم
yaqūlu : يقــــىل
d. Ta marbū¯ah
Transliterasi untuk ta marbū¯ah ada dua:
1) ta marbū¯ah hidup
Tamarbū¯ah yang hidup atau mendapat ¥arkat fat¥ah, kasrah dan
«ammah, transliterasinya /t/.
2). Ta marbū¯ah mati
Tamarbū¯ah yang mati yang mendapat harkat sukun,
transliterasinya adalah /h/
3). Kalau pada kata yang terakhir dengan tamarbū¯ah diikuti oleh kata yang
menggunakan kata sandang al serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka
tamarbū¯ah itu ditransliterasikan dengan ha (h)
Contoh:
- rau«ah al-atfàl – rau«atul atfàl : زوضـــت اآلطـفـبل
- al-Madinah al Munawwarah : انــمـديـىت انــمـىـىزة
- talhah : طـهـــحت
e. Syaddah (tasyd³d)
Syaddah atau tasyd³d yang pada tulisan Arab dilambangkan dengan
sebuah tanda, tanda syaddah atau tanda tasyd³d, dalam transliterasi ini tanda
tasydid tersebut dilambangkan dengan huruf, yaitu yang sama dengan huruf yang
diberi tanda syaddah itu.
Contoh:
- rabbanā : زبـــىب
- nazzala : وـــصل
- al-birr : انبـــس
- al-hajj : انــحج
- nu‟ima : وــعم
f. Kata Sandang
kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf,
yaitu: ل١ , namun dalam trasliterasi ini kata sandang itu dibedakan atas kata
sandang yang diikuti oleh huruf syamsiah dan kata sandang yang diikuti oleh
huruf qamariah.
1) Kata sandang diikuti oleh huruf syamsiah
Kata sandang diikuti oleh huruf syamsiah ditransliterasikan sesuai
dengan bunyinya, yaitu huruf (I) diganti dengan huruf yang sama dengan
huruf yang langsung mengikuti kata sandang itu.
2) Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariah
Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariah ditransliterasikan
sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai pula dengan
bunyinya. Baik diikuti huruf syamsiah maupun huruf qamariah, kata sandang
ditulis terpisah dari kata yang mengikuti dan dihubungkan dengan tanda
sempang.
Contoh:
- ar-rajulu : انــسجــم
- as-sayyidatu : انــعيــدة
- asy-syamsu : انـشـمـط
- al-qalamu : انــقـهــم
- al-bad³‟u : انبــديع
- al-jalalu : انــجــالل
g. Hamzah
Dinyatakan di depan bahwa hamzah ditransliterasikan dengan apostrof
namun, itu hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan di akhir kata.
Bila hamzah terletak diawal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan
Arab berupa alif.
contoh:
- ta‟khuzūna : حبخــرون
- an-nau‟ : انــىىء
- syai‟un : شــيىء
- inna : ان
- umirtu : امــسث
- akala : اكم
h. Penulisan kata
Pada dasarnya setiap kata, baik fi‟il (kata kerja), isim (kata benda) maupun
hurf, ditulis terpisah. Hanya kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf
Arab sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harkat
yang dihilangkan, maka dalam transliterasi ini penulisan kata tersebut
dirangkaikan juga dengan kata lain yang mengikutinya.
Contoh:
- Wa innallaha lahua khair ar-razqin :وان هللا نــهم خــيس انــساشقـــيه
- Wa innall±ha lahua khairurraziqin :وان هللا نــهم خــيس انــساشقـــيه
- Fa aufū al-kaila wa al-mizna :فبوفـــىا انكـــيهى انــمــيصان
- Fa auful-kaila wal-mizana :فبوفـــىا انكـــيهى انــمــيصان
- Ibrahim al-Khalll :ابــساهــيم انخــهيم
- Ibr±himul-Khal³l : ابــساهــيم انخــهبم
- Bismillahi majreha wa murs±h± :بــعم هللا مــجساهب و مــسظــهب
- Walillahi „alan-nasi hijju al-bait ى انــىبض حــج انـــبيج:وهللا عــه
- Man istata‟a ilaihi sabila :مـــه اظــخطبع انــــيه ظــــبيم
- Walillahi „alan-nasi hijjul-baiti : وهلل عــهى انـىــبض حــج انـبيج
- Man ista¯a‟a ilaihi sabila : مـــه اظــخطبع انــــيه ظــــبيم
i. Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam
trasliterasi ini huruf tersebut digunakan juga. Penggunaan huruf kapital seperti apa
yang berlaku dalam EYD, di antaranya: Huruf kapital digunakan untuk
menuliskan huruf awal nama diri dan permulaan kalimat. Bila nama diri itu
didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf
awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya.
Contoh:
- Wa ma Muhammadun illa rasūl
- Inna awwala baitin wudi‟a linnasi lallazi bi bakkata mubarakan
- Syahru Ramadan al-lazi unzila fihi al-Qur‟anu
- Syahru Ramadanal-lazi unzila fihil-Qur‟anu
- Wa laqad ra‟ahu bil ufuq al-mubin
- Wa laqad ra‟ahu bil-ufuqil-mubin
- Alhamdu lillahi rabbil – „alamin
Penggunaan huruf awal kapital untuk Allah hanya berlaku bila dalam
tulisan Arabnya memang lengkap demikian dan kalau penulisan itu disatukan
dengan kata lain sehingga ada huruf atau harkat yang dihilangkan, huruf kapital
yang tidak dipergunakan
Contoh:
- Na¡run minallahi wa fathun qar³b
- Lillahi al-amru jami‟an
- Lillahil-armu jami‟an
- Wallahu bikulli syai‟in „alim
j. Tajwid
Bagi mereka yang menginginkan kefasehan dalam bacaan, pedoman
transliterasi ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan ilmu tajwid.
Karena itu peresmian pedoman transliterasi ini perlu disertai dengan ilmu tajwid.
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN ................................................................................................. ii
ABSTRAKSI....................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................................. vii
TRASLITERASI ......................................................................................................... xv
DAFTAR ISI............................................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ......................................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................ xvii
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang masalah ................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 5
C. Penjelasan Istilah ............................................................................. 6
D. Tujuan Penelitian.............................................................................. 7
E. Kegunaan Penelitian ......................................................................... 7
F. Sistematika Pembahasan .................................................................. 8
BAB II: LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Tentang Pendidikan Agama Islam .................................... 10
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ........................................... 10
2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Agama Islam .............................. 11
3. Pengertian Problema Pendidikan Agama Islam .......................... 13
4. Bentuk-Bentuk Nilai Karakter ..................................................... 15
5. Konsep Pendidikan Karakter Islami ............................................ 17
B. Problematika dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada
Pembentukan Karakter Islami .......................................................... 18
1. Faktor Internal.............................................................................. 19
a. Guru/Pendidik…………………………………………… .. 19
b. Siswa/Peserta Didik……………………………………….. 20
2. Faktor Eksternal………………………………………………. 21
a. Lingkungan Keluarga……………………………………... 21
b. Lingkungan Sekolah………………………………………. 23
c. Lingkungan Masyarakat…………………………………… 25
C. Upaya Mengatasi Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam Pada Pembentukan Karakter Islami ....................................... 25
1. Faktor Internal…………………………………………………. 25
a. Guru/Pendidik……………………………………………… 25
b. Siswa/Peserta Didik………………………………………... 26
2. Faktor Eksternal………………………………………………... 22
a. Lingkungan Keluarga……………………………………… 27
b. Lingkungan Sekolah……………………………………….. 27
c. Lingkungan Masyarakat……………………………………. 27
D. Kajian Pustaka……………………………………………………... 28
BAB III:METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ................................................................................. 30
B. Lokasi Penelitian .............................................................................. 32
C. Subjek dan Informan Penelitian ....................................................... 32
D. Instrument Pengumpulan Data ......................................................... 33
E. Teknik Analisis Data ........................................................................ 35
F. Teknik Penjaminan Keabsahan Data................................................ 36
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Umum Penelitian ................................................................ 39
1. Sejarah Berdirinya SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura........... 39
2. Visi dan Misi SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura.................... 41
3. Struktur Organisasi .................................................................... 43
4. TujuanSMA Negeri 1 Model Tanjung Pura .............................. 45
5. Data Sekolah .............................................................................. 46
6. Kepala Sekolah ........................................................................... 47
7. Daftar Nama-Nama Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Model
Tanjung Pura .............................................................................. 48
8. Sumber Daya Tenaga Edukatif dan Administratif .................... 49
9. Data Siswa .................................................................................. 49
10. Daftar Tamatan ........................................................................... 56
11. Kegiatan Ekstrakurikuler yang Diselenggarakan DiSekolah ..... 57
12. Sarana dan Prasarana .................................................................. 57
B. Temuan Khusus ................................................................................ 58
1. Problem dan Kendala Apa Saja yang Dialami oleh Peserta
Didik SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura dalam
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Terhadap
Pembentukan Karakter Islami .................................................... 58
2. Bagaimana Upaya atau Solusi Dalam Penanaman Nilai
Pendidikan Agama Islam Terhadap Pembentukan Karakter
Islami. ......................................................................................... 72
C. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................... 81
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................... 96
B. Saran................................................................................................... 97
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 101
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 119
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I : Data Sekolah ............................................................................. 46
Tabel II : Identitas Kepala Sekolah ............................................................ 47
Tabel III : Daftar nama-nama Kepala Sekolah ............................................ 48
Tabel IV : Data Jumlah Siswa Berdasarkan Penghasilan Orang Tua
SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura.......................................... 49
Tabel V : Data Fasilitas Olahraga ............................................................... 50
Tabel VI : Data Kelengkapan Administrasi Sekolah ................................... 50
Tabel VII : Prestasi yang pernah di capai ..................................................... 52
Tabel VIII : Data Perolehan Nilai Rata-Rata .................................................. 52
Tabel IX : Data Sarana Prasarana Sekolah .................................................. 53
Tabel X : Data Keadaan Mobiler ................................................................ 54
Tabel XI : Data Fasilitas Olahraga ............................................................... 54
Tabel XII : Data Kelengkapan Administrasi Sekolah ................................... 54
Tabel XIII : Data Tamatan .............................................................................. 56
Tabel XIV : Data Gedung yang dimiliki Sekolah .......................................... 57
Tabel XV : Data WC dan Kamar Mandi ...................................................... 57
Tabel XVI : Data Laboraturium dan Ruang Praktek ..................................... 58
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 : Gambar Sekolah SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura ............. 118
Gambar 2 : Gambar Wawancara dengan Guru Pendidikan Agama
Islam SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura ................................. 119
Gambar 3 : Gambar Wawancara dengan Peserta DidikSMA
Negeri 1 Model Tanjung Pura .................................................. 120
Gambar 4 : Gambar Penyelesaian Masalah Pembentukan Karakter
Islami di SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura .......................... 121
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Contoh Kisi-Kisi Instrument Penelitian .................................. 102
Lampiran 2 Contoh Panduan dan Catatan Observasi ................................. 105
Lampiran 3 Kisi-Kisi Dokumen ................................................................. 106
Lampiran 4 Pedoman Wawancara dengan Kepala SMA Negeri 1
Model Tanjung Pura ............................................................... 107
Lampiran 5 Pedoman Wawancara dengan PKS Kesiswaan SMA
Negeri 1 Model Tanjung Pura ................................................ 110
Lampiran 6 Pedoman Wawamcara dengan Guru Bimbingan dan
Konseling SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura ..................... 113
Lampiran 7 Pedoman Wawancara dengan Guru Bidang Studi
Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Model
Tanjung Pura ........................................................................... 116
Lampiran 8 Surat Pernyataan ..................................................................... 119
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses belajar mengajar merupakan kegiatan untuk perubahan tingkah
laku di dalam diri peserta didik mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam.
Menurut Abu Ahmad dan Widodo Supriyono, siswa yang telah belajar
Pendidikan Agama Islam memiliki ciri-ciri yaitu perubahan tingkah laku.1
Dalam Bab II, Dasar, Fungsi dan Tujuan, pasal 3, Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional mendefenisikan
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2
Ki Hadjar Dewantara seperti dikutip Abu Ahmadi dan Nur Ukhbiyati
mendefenisikan pendidikan sebagai tuntutan segala kekuatan kodrat yang ada
pada anak agar mereka kelak menjadi manusia dan anggota masyarakat yang
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.3 Hal yang sama
juga di uraikan H. Mangun Budiyanto yang berpendapat bahwa pendidikan
adalah mempersiapkan dan menumbuhkan anak didik atau individu manusia
yang prosesnya berlangsung secara terus menerus sejak ia lahir sampai ia
meninggal dunia. Aspek yang di persiapkan dan ditumbuhkan itu meliputi aspek
badannya, akalnya, dan ruhani sebagai suatu kesatuan tanpa mensampingkan
salah satu aspek dan melebihkan aspek yang lain. Persiapan dan pertumbuhan itu
1 Abu Ahmad dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar (Edisi Revisi), (Jakarta:Rineka
Cipta, 2004), h. 149. 2Lihat UU RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
3Ki Hajar Dewantara dalam Abu Ahmadi dan Nur Ukhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam,
(Jakarta:Rineka Cipta, 1991), h. 69.
diarahkan agar ia menjadi manusia yang berdaya guna bagi dirinya sendiri dan
bagi masyarakat serta dapat memperoleh suatu kehidupan yang sempurna.4
Dengan demikian dalam suatu defenisi yang komperehensif bahwa
pendidikan adalah seluruh aktifitas atau upaya secara sadar yang dilakukan oleh
pendidik kepada peserta didik terhadap semua aspek perkembangan keperibadian,
baik jasmani dan ruhani, secara formal, informal, dan non formal yang berjalan
terus menerus mencapai kebahagiaan dan nilai yang tinggi (baik insaniyah
maupun ilahiyah).
Sementara itu, istilah karakter yang dalam bahasa inggris character,5
berasal dari istilah Yunani, character dari kata charassein yang berarti membuat
tajam atau membuat dalam.6Karakter juga dapat berarti mengukir. Sifat utama
ukiran adalah melekat kuat di atas benda yang di ukir. Karena itu, Wardani
seperti dikutip Endri Agus Nugraha menyatakan bahwa karakter adalah ciri khas
seseorang dan karakter tidak dapat di lepaskan dari konteks sosial budaya
karena karakter terbentuk dalam lingkungan sosial budaya tertentu.7
Suyanto mendefenisikan karakter sebagai cara berpikir dan berperilaku
yang yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik
dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang
berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap
mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat.8
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter adalah sifat-sifat
kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang
4H. Mangun Budiyanto, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Griya Santri, 2010), h. 7-8.
5Lihat John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia,
2006). 6Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta: Gramedia, 2005), h. 392.
7Endri Agus Nugraha, ―Membangun dan Mengembangkan Karakter Anak dengan
Menyelaraskan Pendidikan Keluarga dan Sekolah, dalam http://freegratissemua-
ariendri.blogspot.com. 8Suyanto, ―Urgensi Pendidikan Karakter‖, dalam www.mandikdasmen.depdiknas.go.id.
lain.9Karakter mengacu pada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors),
motivasi (motivations), dan keterampilan (skills).
Pendidikan karakter menjadi isu penting dalam dunia pendidikan akhir-
akhir ini, hal ini berkaitan dengan fenomena dekadensi moral yang terjadi
ditengah-tengah masyarakat maupun di lingkungan pemerintah yang semakin
meningkat dan beragam. Kriminalitas, HAM, menjadi bukti bahwa telah terjadi
krisis jati diri dan karakteristik pada bangsa Indonesia. Budi pekerti luhur,
kesantunan, dan relugiusitas yang di junjung tinggi dan menjadi budaya bangsa
Indonesia selama ini seakan-akan menjadi terasa asing dan jarang di temui di
tengah-tengah masyarakat. Kondisi ini akan menjadi lebih parah lagi jika
pemerintah tidak segera mengupayakan program-program perbaikan baik yang
bersifat jangka panjang maupun jangka pendek.
Salah satu alternatif yang dapat dilakukan dalam melaksanakan
pendidikan karakter disekolah adalah mengoptimalkan pembelajaran materi
pendidikan agama Islam (PAI). Peran pendidikan agama khususnya pendidikan
agama Islam sangatlah strategis dalam mewujudkan pembentukan karakter
siswa. Pendidikan agama merupakan sarana transformasi norma serta nilai
moral untuk membentuk sikap (aspek afektif), yang berperan dalam
mengendalikan perilaku (aspek psikomotorik) sehingga tercipta kepribadian
manusia seutuhnya.
Pendidikan Agama Islam diharapkan mampu menghasilkan manusia
yang selalu berupaya menyempurnakan iman, taqwa, dan berakhlak mulia,
akhlak mencakup etika, budi pekerti atau moral sebagai perwujudan dari
pendidikan.10
Manusia seperti itu diharapkan tangguh dalam menghadapi
tantangan, hambatan dan perubahan yang muncul dalam pergaulan masyarakat
baik dalam lingkup lokal, nasional, regional, maupun global.
9 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2011), h. 623. 10
Permendiknas No 22 Tahun 2006, Tentang Standart Isi Untuk Satuan Pendidikan
Tingkat Dsar Dan Menengah, h. 2.
Dalam kerangka besar bahwa manusia mempunyai dua karakter yang
saling berlawanan, yaitu karakter baik atau buruk. Sebagaimana firman Allah
dalam surat Asy-Syam ayat 8-10.
Artinya: Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaannya, Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan
Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (Q. S. Asy-Syam: 8-10)
Berdasarkan observasi peneliti, bahwa di SMA Negeri 1 Tanjung Pura
walaupun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam telah di berikan disetiap kelas,
masih ditemukan beberapa kesenjangan antara seharusnya dengan kenyataan,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Masih banyak peserta didik yang ditemukan tidak pandai membaca
Alquran dengan baik dan bahkan ada pula yang lupa dengan huruf-huruf
hijaiyah padahal materi pelajaran Pendidikan Agama Islam aspek Alquran
telah diajarkan mulai tingkat SD sampai SMA.
2. Banyak peserta didik yang sibuk mencari les tambahan untuk mata
pelajaran yang di UN-kan. Akan tetapi sangat sedikit mencari les
tambahan mengaji padahal mereka tahu keterampilan membaca Alquran
mereka kurang baik. Seolah-olah Pendidikan Agama Islam tidak begitu
penting.
3. Masih banyak peserta didik yang tidak menghapal surah-surah pendek
Alquran. Jika tidak ditakut-takuti dengan nilai, mereka malas
menghapalnya. Namun, kalau menghapal lagu tidak payah disuruh,
mereka dengan senang hati menghapalnya.
4. Masih banyak peserta didik yang tidak melaksanakan sholat fardhu lima
waktu, padahal selain merupakan kewajiban bagi umat Islam, materi
tentang sholat telah diajarkan di sekolah mulai tingkat SD sampai SMA.
Misalnya pada waktu sholat dzuhur, mushola sekolah sunyi, hanya sedikit
peserta didik yang melaksanakan sholat padahal mayoritas peserta didik
di SMA Negeri 1 Tanjung pura Beragama Islam.
5. Kurangnya rasa malu untuk melakukan perbuatan buruk dan minat
mengikuti kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Dan masih
ditemukan peserta didik yang suka berkata-kata kasar, mengejek dan
memanggil teman-temannya dengan panggilan buruk.
6. Masih ada di temukan peserta didik yang apabila di evaluasi pada ujian
semester mendapat nilai yang tinggi padahal akhlaknya kurang baik.
7. Mayoritas peserta didik SMA 1 Negeri Tanjung Pura adalah beragama
Islam. Namun masih banyak peserta didik yang malas mengikuti kegiatan
keagamaan.. misalnya saja pesantren kilat yang diadakan pada Tahun 2017
kemarin hanya 60 orang yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.
Kegiatan mingguan dari 10 kelas hanya 50 orang yang hadir bahkan
terkadang kurang dari jumlah itu. Jika tidak ditakut-takuti atau diancam
dengan hukuman, mereka malas hadir padahal tidak dipungut biaya.
Sedangkan kegiatan pentas seni walaupun dipungut biaya, sekolah padat
oleh banyaknya peserta didik yang hadir.
Selain kesenjangan yang terkait dengan peserta didik, terdapat beberapa
kesenjangan yang peneliti temukan di lokasi penelitian yang terkait dengan
pendidik, lingkungan dan pendekatan dalam pendidikan karakter. Berdasarkan
fenomena-fenomena di atas, bertolak belakang bahwa terjadi beberapa
kesenjangan antara yang seharusnya dengan kenyataan, maka peneliti merasa
tertarik untuk meneliti apa yang menyebabkan hal tersebut terjadi dengan judul
“Probelematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada
Pembentukan Karakter Islami Siswa SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura
Kabupaten Langkat”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, urutan fenomena yang perlu
dan menarik untuk di analisis adalah:
1. Apa saja Problem yang dihadapi Pendidikan Agama Islam pada
Pembentukan Karakter Islami di SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura
Kabupaten Langkat?
2. Bagaimana Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi Problematika
dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Pembentukan Karakter
Islami di SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura Kabupaten Langkat?
C. Penjelasan Istilah
Adapun penjelasan istilah dari judul tesis ini adalah sebagai berikut:
1. Problematika
Problem adalah masalah, persoalan.11
Masalah adalah kesenjangan antara
apa yang seharusnya dan apa yang ada dalam kenyataan, antara apa yang
diperlukan dan apa yang tersedia, dan antara harapan dan kenyataan.12
Adanya
kesenjangan yang seharusnya dan apa yang ada dalam realita menjadi fokus dari
kegiatan penelitian ini. Jadi yang dimaksud dengan problematika dalam penulisan
tesis ini adalah permasalahan-permasalahan yang terdapat pada pelaksanaan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Tanjung Pura.
Problematika PAI di SMA ini akan dilihat dan diteliti dari sistem
pembelajarannya yang meliputi faktor peserta didik, faktor pendidik, faktor
metode pembelajaran, faktor kurikulum dan faktor sarana dan problematika PAI
dilihat dari evaluasi pembelajaran.
2. Pendidikan Agama Islam
11
Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, Cet. 2, 2002), h.
896 12
Effy Eswita, Metode Penelitian Pendidikan, (Medan: Unimed Press, 2012), h. 27.
Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan melalui ajaran-ajaran Islam,
yaitu berupa bimbingan terhadap peserta didik agar nantinya selesai pendidikan, ia
dapat memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam yang diyakininya secara
menyeluruh serta menjadikan ajaran Islam itu sebagai pedoman hidup di dunia
dan akhirat kelak. Jadi secara sederhana Pendidikan Agama Islam adalah suatu
mata pelajaran yang diajarkan disekolah yang bertujuan agar peserta didik dapat
meyakini, memahami dan mengamalkan agama Islam dan menjadikannya
pedoman hidup.
3. Karakter Islami
Karakter berasal dari kata Yunani yang berarti ―To Mark‖ atau
menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam
bentuk tindakan atau tingkah laku sehingga orang yang tidak jujur, kejam dan
rakus serta perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya
orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter
mulia atau berkarakter Islami.13
D. Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan rumusan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengidentifikasi Problematika Pendidikan Agama Islam pada
Pembentukan Karakter Islami di SMA Negeri 1 Tanjung Pura Kabupaten
Langkat.
2. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi
Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Pembentukan
Karakter Islami di SMA Negeri 1 Tanjung Pura Kabupaten Langkat.
E. Kegunaan Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
13
Sofan Amri, Ahmad Jauhari dan Tatik Elisah, Implementasi Pendidikan Karakter dalam
Pembelajaran, (Jakarata: Prestasi Pustaka Raya, 2011), h. 3
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan wacana kajian tentang
problematika pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Pembentukan
Karakter Islami dan upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasinya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pihak sekolah, sebagai bahan informasi, pertimbangan dan acuan
kerangka berpikir bagi pengelolaan sekolah demi tercapainya tujuan
pendidikan sebagaimana yang diharapkan masyarakat, bangsa dan
negara.
b. Bagi guru Pendidikan Agama Islam, sebagai bahan masukan guru,
untuk meningkatkan rasa tanggung jawabnya sebagai seorang guru dan
diharapkan dapat menambah wawasan serta bahan evaluasi tambahan
untuk kesempurnaan dan perbaikan sistem dan metode pembelajaran
yang akan datang.
c. Bagi peneliti berikutnya, penelitian ini diharapkan sebagai bahan
masukan bagi peneliti berikutnya yang ingin melanjutkan penelitian ini
untuk penelitian yang relevan.
F. Sistematika Pembahasan
Untuk memudahkan pembahasan ini, maka penulis membuat sistematika
pembahasan. Pembahasan dalam kajian ini dibagi kedalam lima bab yang
dijabarkan dalam garis besarnya.
Bab pertama merupakan pendahuluan yang didalamnya mencakup
beberapa sub bahasan, yaitu latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan
istilah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, metode penelitian
dan sistematika pembahasannya.
Bab kedua merupakan gambaran landasan teori yang berisi tentang
Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam sistem
pembelajarannya yang terdiri dari problem peserta didik, pendidik, kurikulum,
metode pembelajaran dan sarana prasarana. Evaluasi pembelajaran yang terdiri
dari evaluasi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik dan membahas tentang
kemampuan guru dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran serta upaya dalam
penyelesaian problematika pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada
pembentukan karakter Islami.
Bab ketiga merupakan gambaran jenis penelitian, lokasi penelitian, subjek
informan penelitian, instrument pengumpulan data, teknik pengumpulan data,
teknik penjamin keabsahan data dan sistematika pembahasannya.
Bab keempat merupakan gambaran umum SMA Negeri 1 Tanjung Pura
yang mencakup sub bahasan yaitu sejarah singkat SMA Negeri 1 Tanjung Pura,
visi, misi dan tujuan, personil sekolah dan peserta didik, keadaan sarana dan
prasarana, wadah dan ajang kreatifitas siswa, penanaman keimanan dan
ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Program sekolah SMA Negeri 1
Tanjung Pura. Serta wawancara yang dilakukan kepada pihak Kepala sekolah,
guru-guru bidang studi lainnya, siswa dan guru pendidikan Agama Islam.
Bab kelima merupakan hasil dari penelitian yang dilakukan berupa
kesimpulan dan saran yang terkait sehingga membangun motivasi yang
bermanfaat untuk penelitian ini.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Tentang Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan yang memberikan
pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian dan keterampilan peserta didik
yang berasas Islam dalam mengamalkan ajaran Islam, yang di laksanakan
sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran/kuliah pada semua jalur, jenjang dan
jenis pendidikan.14
Dan untuk mencapai pengertian tersebut maka harus ada serangkaian
yang saling mendukung antara lain:
a. Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar, yakni suatu kegiatan
bimbingan pengajaran atau latihan yang dilakukan secara berencana dan
sadar akan tujuan yang hendak di capai.
b. Peserta didik yang hendak di siapkan untuk mencapai tujuan, dalam arti yang
di bimbing, di ajari atau di latih dalam peningkatan keyakinan, pemahaman,
penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran Agama Islam.
c. Pendidik/guru yang melakukan kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan
secara sadar terhadap peserta didiknya untuk mencapai tujuan tertentu.
d. Kegiatan pendidikan Agama Islam di arahkan untuk meningkatkan
keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan terhadap peserta
didik, untuk membentuk kesalehan atau kualitas pribadi, juga sekaligus
untuk membentuk kesalehan sosial.15
Menurut Zakiah Drajdat, yang di kutip oleh Abdul Majid dan Dian
Andayani, ―Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan
mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara
14
Haidar Putra Daulay, Pemberdayaan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Jakarta:
Kencana, 2016), h. 43 15
Muhaimin, Abd Aghofir & Nur Ali, Strategi Belajar Mengajar, (Surabaya: Karya
Anak Bangsa, 1996), h. 3.
menyeluruh, lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan
serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup‖.16
Dari pengertian diatas dapat di ketahui bahwasanya dalam penyampaian
pendidikan Agama Islam maupun menerima Pendidikan Agama Islam adalah
dua hal yang di lakukan secara sadar dan terencana oleh peserta didik dan guru
untuk meyakini akan adanya suatu ajaran, kemudian ajaran tersebut di pahami, di
hayati dan setelah itu di amalkan atau di aplikasikan, akan tetapi di situ juga di
tuntut untuk menghargai dan menghormati agama lain.
Dengan istilah lain manusia yang telah mendapatkan pendidikan Islam itu
harus mampu hidup dalam kedamaian dan kesejahteraan sebagaimana cita-cita
Islam. Pengertian Pendidikan Agama Islam dengan sendirinya adalah suatu
sistem pendidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan
oleh hamba Allah. Pendidikan Islam yang khususnya bersumberkan nilai-nilai
tersebut juga mengembangkan kemampuan berilmu pengetahuan. Sejalan dengan
nilai-nilai Islam yang melandasinya adalah merupakan proses ikhtiariah yang
secara pedagogis kematangan yang menguntungkan.
2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Agama Islam
H.M. Arifin menyebutkan, bahwa tujuan proses pendidikan Islam adalah
―Idiealitas (cita-cita) yang mengandung nilai-nilai Islam yang hendak di capai
dalam proses kependidikan yang berdasarkan ajaran Islam secara bertahap.‖17
Dari sini dapat diketahui betapa pentingnya kedudukan pendidikan
agama dalam membangun manusia Indonesia seutuhnya, dapat di buktikan
dengan ditempatkannya unsur-unsur agama dalam sendi-sendi kehidupan
berbangsa dan bernegara. Pendidikan Agama Islam di sekolah atau madrasah
juga bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui
pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, serta
16
Abdul Majid & Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 130. 17
H. M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Sinar Garfika Offset, 2004), h. 13.
pengalaman peserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi manusia
muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya, berbangsa
serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.18
Pendidikan Islam juga mempunyai tujuan pembentukan kepribadian
muslim, yaitu suatu kepribadian yang seluruh aspeknya di jiwai oleh ajaran
Islam.19
Maka jika kita perhatikan tujuan dari Pendidikan Agama Islam adalah
sejalan dengan tujuan hidup manusia itu sendiri, yakni sebagaimana tercermin
dalam firman Allah dalam surat Adz Dzariyat ayat 56
Artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku. (Q. S. Adz Dzariyat: 56).20
Dengan demikian tujuan pendidikan Islam haruslah diarahkan pada
pencapaian tujuan akhir tersebut, yaitu membentuk insan yang senantiasa
berhamba kepada Allah, dalam semua aspek kehidupannya.21
Tujuan pendidikan Agama Islam juga dapat dirumuskan sebagaimana
berikut:
a. Untuk mempelajari secara mendalam tentang apa sebenarnya (hakikat)
agama Islam itu, dan bagaimana posisi serta hubungannya dengan agama-
agama lain dalam kehidupan budaya manusia.
b. Untuk mempelajari secara mendalam pokok-pokok isi ajaran agama yang
asli, bagaimana penjabaran Islam sepanjang sejarahnya.
18
Lihat Kurikulum PAI, 2002 19
Irpan Abd Gafar & Muhammad Jamil, Reformulasi Rancangan Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo, 2003), h. 23. 20
Departemen Republik Agama RI, Al Qur‟an dan terjemahannya, Al Jumanatul Ali,
(Bandung:Art, 2005), h.254. 21
Tayar Yusuf & Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama & Bahasa Arab,
(Jakarta: Raja Grafindo, 1997), h. 11.
c. Untuk mempelajari secara mendalam sumber ajaran Agama Islam yang tetap
abadi dan dinamis, bagaimana aktualisasinya sepanjang sejarahnya.
d. Untuk mempelajari secara mendalam prinsip-prinsip dan nilai-nilai dasar
ajaran Agama Islam, dan bagaimana realisasinya dalam membimbing dan
mengarahkan serta mengontrol perkembangan budaya dan peradaban manusia
pada zaman modern ini.
3. Pengertian Problematika Pendidikan Agama Islam
Secara etimologi kata problematika berasal dari kata problem (masalah,
perkara sulit, persoalan). Problema (perkara sulit), problematika (merupakan
sulit, ragu-ragu, tak menentukan, tak tertentu) dan problematika (berbagai
permasalahan). Banyak para ―pakar pendidikan‖ telah berusaha dengan segala
cara untuk ikut andil dan terlibat aktif memikirkan atau menyelesaikan beberapa
problema yang ―menggerogoti‖ sistem pendidikan Agama Islam dewasa ini.
Pendidikan saat ini, sungguh masih dalam kondisi yang sangat dan
mengenaskan dan memprihatinkan. Karena pendidikan Islam mengalami
keterpurukan akibat adanya pengaruh global an dunia barat dan juga adanya di
kotomi sistem pembelajaran antara mata pelajaran Islam dan mata pelajaran mata
umum. Melihat realitas yang terjadi sekarang bahwa pendidikan Agama Islam
tidak bisa kembali seperti zaman keemasan (Andalusia dan Baghdad) yang bisa
menjadi pusat peradaban Islam, yang terjadi sekarang justru sebaliknya,
pendidikan Agama Islam sekarang mengekor dan berkiblat pada barat.22
Terkait dengan problematika terdapat dua faktor yang menjadi dasar
pembahasan ini ialah sebagai berikut:
a. Faktor internal
1) Peserta didik
Sebagai peserta didik adalah pihak yang hendak disiapkan untuk
mencapai tujuan, dalam arti yang di bimbing, di ajari dan atau dilatih dalam
22
Syamsul Ma‘arif, Revitalisasi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), h. 1.
peningkatan keyakinan, pemahaman, pengkhayatan, dan pengamalan terhadap
ajaran Agama Islam. Di antara komponen terpenting dalam pendidikan Islam
adalah peserta didik, dalam perspektif pendidikan Islam, peserta didik merupakan
subyek dan obyek. Oleh karena itu aktifitas kependidikan tidak akan
terlaksanakan tanpa keterlibatan peserta didik di dalamnya.
Dalam pandangan Islam, yang disebut peserta didik adalah yang merujuk
hadits Nabi : ‖Tuntutlah ilmu dari buaian hingga sampai tiang lahat” merupakan
bahwa gambaran konsep Isalam dalam pendidikan adalah pendidikan seumur
hidup. Karena itu, peserta didik dalam pandangan Islam adalah seluruh manusia
yang masih terus berproses untuk dididik tanpa mengenal batas usia. Seterusnya
bila di pandang dari kacamata tujuan pendidikan Islam untuk membentuk
manusia sempurna (insan kamil), maka tentu saja tidak ada manusia yang akan
mencapainya dalam arti sesungguhnya. Karena manusia selalu di tuntuk untuk
mencapai tingkat-tingkat kesempurnaan, maka manusia menenpuh perjalanan dari
satu stasiun ke stasiun lainnya atau dari satu halte ke halte lainnya pula, untuk
sampai ke tujuan. Setiap halte yang telah di lewati adalah gambaran tentang sudah
dimana dia berada dalam rangka mencapai titik kesempurnaan hidup.23
Jika demikianlah gambarannya, maka tidak ada manusia dalam pandangan
Islam yang tidak terdidik. Artinya, manusia tidak pernah tamat dan berakhir
untuk memperoleh pendidikan . Selesai dari satu halte pindah ke halte lainnya
begitulah seterusnya. Jika demikian halnya, maka bisa di jawab di awal, bahwa
peserta didik dalam pandangan Islam adalah manusia muslim keseluruhannya
yang terus membutuhkan pendidikan sepanjang hayatnya. Adapun yang di
maksud dengan peserta didik dalam tulisan ini adalah siswa yang sedang
menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal, pada tingkat pendidikan dasar dan
pendidikan menengah.24
23
Haidar Putra Daulay, Pemberdayaan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, h. 60 24
Ibid, h. 61
2) Pendidik (guru)
Dalam proses pendidikan khususnya pendidikan di sekolah, pendidikan
memegang peranan yang paling utama. Sebagaimana dalam Al-Qur‘an surat Al-
Baqarah ayat 151.
Artinya: ―Sebagaimana (kami telah menyempurnakan nikmat Kami
kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang
membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan
mengajarkan kepadamu Al kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu
apa yang belum kamu ketahui‖. (Q. S. Al- Baqarah ayat: 151).25
Dalam konsep pendidikan Islam , bahwa pendidik utama dan pertama itu
adalah Allah Swt. Allah-lah yang mendidik para rasul sejak adam a.s sampai
Muhammad Rasulullah Swt. Ketika Allah Swt memerintahkan para malaikat
sujud kepada Adam a.s., maka terlebih dahulu Allah Swt mengajari Adam a.s
tentang nama-nama suatu benda. Dalam operasionalnya sehari-hari pendidik itu
di perankan orang tua di rumah, guru di sekolah, dan pemimpin masyarakat baik
formal dan non formal di masyarakat.
b. Faktor Eksternal
Pendidikan tidak hanya terpacu pada lingkup sekolah saja, akan tetapi
lingkungan selain sekolah sering kali mengambil peran penting dalam pendidikan
tersebut, begitu juga dengan pendidikan Agama Islam. Berhasil atau tidaknya
pendidikan Agama Islam, lingkungan sosial berperan penting terhadap
25
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, Al-Jumanatul Ali, (Bandung:
Art, 2005), h. 24.
keberhasilan pendidikan Agama Islam, karena perkembangan anak sangat di
pengaruhi oleh lingkungan melalui lingkungan dapat di temukan pengaruh yang
baik dan pengaruh yang buruk. Dalam problem lingkungan ini meliputi:
1) Lingkungan masyarakat yang kurang agamis, akan mengganggu perjalanan
proses belajar mengajar.26
2) Lingkungan keluarga yang mempunyai berbagai macam faktor yaitu: anak
yang di besarkan dalam keluarga yang bermasalah, terlalu keras dalam
mendidik anak, orang tua tidak mendidik anak dengan kedisiplinan waktu
pada anak, terlalu sibuk dengan pekerjaan rumah.
3) Lingkungan sekolah, dalam lingkungan sekolah terjadi beberapa problem
yaitu, kerasnya guru dalam mempengaruhi pada anak, anak kurang minat
dengan materi pembelajaran, guru terlalu sering mangancam anak, tidak ada
hunbungan timbal balik yang baik antara guru dan anak didik, rendahnya
tingkat persiapan guru.
B. Kendala-Kendala Dalam Problematika Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam Pada Pembentukan Karakter Islami
Ada dua kendala yang di hadapi oleh pihak yang bersangkutan dalam
mengatasi probelamtika pembelajaran pendidikan Agama Islam pada
pembentukan karakter Islami yaitu:
1. Faktor Internal
a. Guru/pendidik
Dari segi bahasa adalah pendidik adalah orang yang mendidik.27
Ahmad D
Marimba menyatakan bahwa pendidik ialah orang yang memikul tanggung jawab
26
Sumardi S, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo, 2004), h. 184. 27
WJS. Poerwardaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1976), g. 250.
untuk mendidik.28
Dari pengertian ini timbul kesan bahwa pendidik ialah orang
yang melakukan kegiatan dalam hal mendidik.
Secara lebih khusus lagi Hadari Nawawi mengatakan bahwa guru atau
dosen adalah orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang
ikut bertanggungjawab dalam membantu anak-anak mencapai kedewasaan
masing-masing. Guru dan dosen dalam pengertian tersebut dengan demikian
bukanlah sekedar orang yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan materi
pengetahuan tertentu, melainkan anggota masyarakat yang harus ikut aktif dan
berjiwa berbahasa serta kreatif dalam mengarahkan perkembangan anak didiknya
untuk menjadi anggota masyarakat sebagai orang dewasa.29
Di samping itu pendayagunaan guru juga meliputi peningkatan karir dan
kesejahteraan guru. Dalam pendayagunaan yang merupakan kendala utama yang
dihadapi adalah adanya kesenjangan antara formasi yang tersedia dengan
kebutuhan nyata. Upaya pendayagunaan guru melalui pembinaan pendidikan dan
pelatihan hingga saat ini belum mencapai hasil yang maksimal. Permasalahan
yang perlu mendapat perbaikan bahwa penataran yang dilakukan oleh berbagai
unit masih belum dapat memberikan kesempatan yang merata kepada semua guru.
Sistem rekrumen guru yang ada selama ini masih belum menjamin
terjaringnya calon guru yang berkualitas yang menguasai bidang studi dan
mempunyai motivasi yang tinggi untuk menjadi guru. salah satu penyebab karena
adanya ujian masuk atau seleksi hanya berupa pengetahuan umum yang sifatnya
sementara. Upaya dengan seleksi ujian bidang studi dan ujian kemampuan
mengajar didepan kelas diharapkan mampu dapat memperkecil dampak yang di
timbulkan.
Ada tiga tugas pokok pendidik. Pertama, menstransferkan ilmu (Transfer
of knowledge), Kedua transfer nilai (Transfer of value), Ketiga transfer
28
Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung, Al-Ma‘arif,
1989). h. 37. 29
Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, (Jakarta: Haji Masgung,
1989). h.123.
keterampilan (Transfer of skill). Untuk itu sang pendidik mengisi tiga ranah;
kognitif, afektif dan psikomotor. Ranah pertama untuk mengsisi otak, ranah
kedua untuk mengisi hati dan ketiga untuk mengisi keterampilan. Ketiga ini
dapat juga di singkat dengan H-3: Head (kepala), Heart (hati), dan Hand (tangan).
Head (kepala) sebagai simbol dari ilmu, disini pendidik mengisi otak peserta
didik dengan berbagai pengetahuan, Heart (hati) adalah simbol dari jiwa, disini
pendidik mengsisi jiwa (hati) peserta didik dengan nilai-nilai (Value) kebajikan,
mengisi afektif mereka. Hand (tangan) adalah simbol dari kerja, disini pendidik
memberi keterampilan kepada peserta didik, mengisi psikomotor mereka, agar
tercapai target maksimal dari ketiga ranah itu maka pendidik mesti melakukan
berbagai tugas utama yakni mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai dan mengevaluasi.30
Suatu hal yang menjadi permasalahan pendidikan kita saat sekarang ini
adalah terlalu dominannya pendekatan kognitif dalam pembelajaran. Segala
sesuatunya di ukur berdasarkan kemampuan akal pikiran, kurang
mempertimbangkan aspek afektif dan psikomotor. Seseungguhnya sebuah
pembelajaran yang berhasil adalah apabila pembelajaran itu di dekati dengan
ketiga aspek tersebut. Seorang pendidik haruslaj merancang pembelajaran yang
mencapai ketiganya . Taksonomi Bloom telah memaparkan hal tersebut. Ketika
sebuah mata pelajaran dengan pokok bahasan tertentu akan diajarkan oleh
pendidik, maka dia sudah merancangkan pencapaian domain kognitif, afektif dan
psikomotor yang akan di raihnya. Karena itu pendekatan pembelajaran itu tidak
hanya pendekatan kognitif dan pencapaian aspek kognitif saja.31
b. Siswa/Peserta Didik
Dalam masyarakat, ada beberapa istilah yang digunakan untuk menyebut
peserta didik, seperti siswa, murid, santri, pelajar, mahasiswa dan sebagainya.
Istilah siswa, murid, dan pelajar, umumnya digunakan untuk menyatakan peserta
didik pada jenjang pendidikan dasar sampai sekolah menengah. Sementara pada
30
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Karakter, (Medan: CV Mnahaji, 2016), h. 44 31
Ibid, h. 45
peserta didik pada tingkat pendidikan tinggi atau akademi, disebut mahasiswa.
Istilah santri sering digunakan untuk mengatakan peserta didik dipondok
pesantren.32
Peserta didik adalah tiap orang atau sekelompok orang yang
menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan
kegiatan pendidikan.
Dari kesimpulan diatas dapat dikatakan bahwa peserta didik merupakan
orang-orang yang sedang memerlukan pengetahuan atau ilmu, bimbingan,
maupun arahan dari orang lain. Untuk menentukan jenis peserta didik maka tidak
dapat terlepas dari jenis-jenis atau bentuk-bentuk pendidikan. Secara umum,
bentuk pendidikan dibagi menjadi dua, yaitu pendidikan sekolah dan pendidikan
luar sekolah.
Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatakan sumber daya
manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan suatu bangsa dan
agama. Pada masa akan datang peningkatan daya saing suatu bangsa perlu
mendapat perhatian serius khususnya dalam memanfaatkan ilmu pengetahuan
dan teknologi, guna menghasilkan anak didik yang berkualitas khususnya pada
mata pelajaran Agama Islam dengan harga yang kompetitif. Perkembangan
pendidikan agama Islam dihadapkan pada kendala berkurangnya dukungan
masyarakat terutama kelas menengah ke bawah untuk turut serta
mensukseskannya. Selain itu kendala yang terjadi pada pendidikan agama Islam
tidak diminati karena anak didik tidak terbiasa di perhatikan oleh orang tuanya,
sehingga anak didik menganggap bahwa pendidikan agama Islam tidak terlalu
penting bagi siswa.
2. Faktor Eksternal
a. Lingkungan Keluarga
Fungsi keluarga adalah menjadi wahana untuk mendidik, mengasuh dan
mensosialisasikan sesuatu pada anak, mengembangkan seluruh anggotanya agar
dapat menjalankan fungsinya di masyarakat dengan baik serta memberikan
32
WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, h. 664 & 955.
kepuasan dan lingkungan yang sehat guna tercapainya keluarga sejahtera.
Keluarga merupakan aspek penting untuk menanamkan karakter pada anak
sehingga anak mempunyai karakter yang baik.
Dalam proses pendidikan, sebelum mengenal lingkungan masyarakat yang
luas dan sebelum mendapat bimbingan dari lingkungan sekolah, seorang anak
terlebih dahulu memperoleh bimbingan dari lingkungan keluarga.33
Dalam hal ini
orang tua berperan sebagai pendidik dan si anak menjadi peserta didik. Namun
banyak kendala yang di hadapi bahwa orang tua yang terlalu sibuk dengan
aktifitas di luar, sehingga kurang dalam memberi pengajaran agama terhadap
anaknya. Dan akibatnya banyaknya anak yang kurang sopan terhadap orang yang
lebih tua dari dirinya.
Sebagai lingkungan pendidikan yang paling dekat dengan anak , kontribusi
lingkungan keluarga terhadap kesuksesan pendidikan karakter cukup besar. Dari
kedua orang tua, untuk pertama sekalinya seorang anak mengalami pembentukan
watak (kepribadian) dan mendapatkan pengarahan moral. Lingkungan keluarga
menjadi tempat berlangsungnya sosialisai yang berfungsi dalam pembentukan
kepribadian sebagai makhluk individu, makhluk sosial, makhluk susila, dan
makhluk keagaamaan. Pengalaman hidup bersama keluarga akan memberi andil
yang besar dalam pembentukan kepribadaian anak. Keluarga yang harmonis,
rukun, dan damai akan mempengaruhi kondisi psikologis dan karakter seorang
anak. Begitupun sebaliknya, anak yang kurang berbakti bahkan melakukan
tindakan di luar moral kemanusiaan, dibebani oleh ketidakharmonisan dalam
lingkungan keluarga.34
b. Lingkungan Sekolah
Peserta didik merupakan generasi yang akan menentukan nasib bangsa kita
di kemudian hari. Karakter peserta didik yang terbentuk sejak sekarang akan
33
Moh. Haitami Salim dan Syamsul Kurniawan, Studi Ilmu Pendidikan Islam,
(Pontianak: STAIN Pontianak Press, 2009), h. 273. 34
Agus Wibowo, Pendidikan Karakter: Strategi Membangun Karakter Bangsa
Berperadaban, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), h. 107-108.
sangat menentukan karakter bangsa ini di kemudian hari. Karakter peserta didik
akan terbentuk dengan baik manakala dalam proses tumbuh kembang mereka
mendapatkan cukup ruang untuk mengekspresikan diri secara leluasa. Peserta
didik adalah pribadi yang mempunyai hak untuk tumbuh dan berkembang secara
optimal sesuai dengan iramanya masing-masing.
Menurut William Benner, sekolah memiliki peran yang sangat urgen
dalam pendidikan karakter seorang peserta didik. Apalagi bagi peserta didik yang
tidak mendapatkan pendidikan karakter sama sekali dari lingkungan dan keluarga
mereka. Ringkasnya, sekolah merupakan salah satu wahana efektif dalam
internalisasi pendidikan karakter terhadap anak didik. Banyak kendala yang di
hadapi pihak sekolah, bahwa peserta didik ada yang curang dalam mengerjakan
tugas yang diberikan oleh guru, seperti menyontek dalam ulangan dan tidak
memiliki sikap jujur dalam akademis.
Kita tentunya masih ingat dengan kejadian tanggal 16 Mei 2011, tepatnya
setelah 4 hari Ujian Nasional berakhir, Siami mengetahui bahwa putranya Alif
diminta oleh gurunya untuk memberikan sontekan jawaban kepada siswa lainnya
di dalam kelas. Siami harus mengkonfirmasi ke kepala sekolah. Tak puas dengan
jawaban kepala sekolah, ia lalu mengadu ke Komite Sekolah, namun tak kunjung
mendapat tanggapan. Ia pun membawa masalah ini ke sebuah radio di Surabaya
hingga akhirnya laporan tersebut sampai ke telinga Walikota Surabaya Tri
Rismaharini. Setelah dilakukan proses penyidikan, sanksi pun dijatuhkan pada
pihak yang di nilai bertanggung jawab, yaitu kepala sekolah dan dua guru.
Kasus sontek massal yang terjadi di SDN Gadel II Surabaya Jawa Timur
di atas menjadi pelajaran tentang bagaimana ―kecurangan‖ di negeri ini dipandang
sebagai seseuatu yang lazim dan tidak harus di persoalkan. Padahal, sekolah
memiliki peranan penting dalam membentuk karakter individu-individu peserta
didik. Maka, amat keliru jika ada yang beranggapan bahwa sekolah hanya
berfungsi mengajarkan pengetahuan dan keterampilan saja. Sekolah juga harus
berfungsi membentuk akhlak dan kecerdasan emosional peserta didik sehingga
menjadi seseorang yang berbudi pekerti luhur. Sekolah baik secara langsung
maupun tidak langsung, hendaknya juga mengajarkan dan mentransmisi budaya,
seperti nilai-nilai, sikap, peran dan pola-pola prilaku. Sekolah harusnya
mengajarkan dan membudayakan pada peserta didik untuk menghindari
perbuatan curang dan menghargai kejujuran.
c. Lingkungan Masyarakat
Masyarakat kita belakangan ini menunjukkan gejala kemerosotan moral
yang amat parah. Oleh karena itu, pilihan untuk menjadikan msyarakat sebagai
pusat pendidikan karakter disamping keluarga dan sekolah tentulah tepat dan
mendesak agar bangsa ini tidak terlalu lama menjadi bangsa yang ―sakit‖ sebelum
bertambah parah menjadi ―kronis‖, yang pada akhirnya membunuh harapan masa
depan bangsa kita. Gejala kemerosotan moral di masyarakat mengindikasikan
adanya pergeseran kea rah ketidakpastian jati diri dan karakter bangsa.35
Banyaknya penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh para
remaja, seperti kasus narkoba, kasus bullying, kasus bentrokan atau tawuran,
kasus seks bebas dan lain sebagainya. Kejahatan seperti menjadi tren pada era
sekarang. Pemicu utama pelaku kejahatan beraksi akibat tidak memiliki keimanan
sehingga mudah terpengaruhi dengan lingkungan masyarakat yang tidak baik.
Dari berbagai kejadian dan fenomena yang terjadi, masyarakat hendaknya
juga dapat mengambil bagian penting dalam proses pendidikan karakter.
Masyarakat yang terdiri dari sekelompok atau beberapa individu yang beragam
akan mempengaruhi tumbuh kembang karakter-karakter individu yang ada di
lingkungan masyarakat. Jadi, masyarakat juga mempunyai tanggung jawab yang
sama dalam mendidik.
C. Upaya yang Dilakukan Untuk Mengatasi Problematika Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam Pada Pembentukan Karakter Islami
1. Faktor Internal
35
Syamsul Kurniawan, “Konsep dan Implementasi Pendidikan Karakter di Lingkungan
Keluarga, Sekolah, dan Maysrakat”, dalam At-Turast, Vol 6Nomor 1 Desember 2012, h. 25.
a. Guru/Pendidik
Bukan rahasia lagi kalau guru memiliki posisi yang strategis dalam
pengembangan segenap potensi yang di miliki anak didik. Selagi ada kegiatan
pembelajaran, maka disanalah pendidikan sangat di butuhkan karena pada diri
pendidiklah kejayaan dan keselamatan masa depan bangsa akan tejamin. Dalam
peningkatan etos kerja dan meningkatakan kualitas pendidikan Agama Islam
disekolah, maka yang perlu diperhatiakan diantanya adalah:
1) Penghasilan pendidik dapat mencukupi kebutuhan hidupnya. Karena
rendahnya gaji pendidik akan mengakibatkan terhambatnya usaha dalam
meningkatkan profesionalisme kualitas pendidik.
2) Seorang pendidik memahami tabi‘at, kemampuan dan kesiapan peserta didik.
3) Seorang pendidik harus mampu menggunakan variasi metode mengajar
dengan baik, sesuai dengan karakter materi pelajaran dan situasi belajar
mengajar.
b. Siswa/Peserta Didik
Dalam dunia pendidikan Agama Islam peserta didik merupakan salah satu
faktor yang terpenting. Oleh karena itu, segala sesuatu yang ada kaitannya dengan
individu peserta didik, pendidik harus tanggap dan berusaha mencari solusinya.
Hal ini disebabkan karena peserta didik selalu mengalami perkembangan,
dimana perkembangan sedikit banyaknya dipengaruhi oleh tingkat kecerdasan
dari masing-masing peserta didik. Adapun upaya yang dilakukan dalam mengatasi
masalah tersebut adapun langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menarik minat peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.
2) Adanya motivasi terhadap peserta didik baik motivasi intrinsik yaitu motivasi
yang datang dari diri peserta didik atau motivasi ekstrinsik yaitu motivai yang
datang dari luar lingkungan diri peserta didik.
3) Mengingat adanya hambatan terhadap peserta didik tersebut maka sebaliknya
pendidik mengadakan test untuk mengetahui kemampuan peserta didik.
2. Faktor Eksternal
a. Lingkungan Keluarga
Ada beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan dalam pendidikan
karakter di lingkungan keluarga, yaitu:
1) Pola interaksi antar-anggota keluarga.
2) Pertumbuhan dan perkembangan priode anak.
3) Pola asuh anak.
4) Dan teladan orang tua.
b. Lingkungan Sekolah
Beberapa aspek yang perlu semestinya diperhatikan dalam pendidikan
karakter di lingkungan sekolah, yaitu:
1) Pembenahan kurikulum sekolah.
2) Memperbaiki kompotensi, kinerja, dan karakter guru/kepala sekolah.
3) Pegintegrasian dalam budaya sekolah.
c. Lingkungan Masyarakat
Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam pendidikan karakter di
lingkungan masyarakat, yang mencakup:
1) Pengondisian di lingkungan masyarakat
2) Sarana-sarana pendidikan karakter di lingkungan masyarakat.
3) Keteladanan pemimpin, tokoh agama, dan tokoh masyarakat.
Dalam bidang pendidikan ada beberapa teknik yang bisa dipergunakan
dalam pembinaan akhlak yang mulia kepada anak-anak atau peserta didik. Hadari
Nawawi menawarkan beberapa teknik yaitu: 1) mendidik melalui teladan, 2)
mendidik melalui kebiasaan, 3) mendidik melalui nasihat dan cerita, 4) mendidik
melalui disiplin, 5) mendidik melalui partisipasi dan 6) mendidik melalui
pemeliharaan.36
36
Hadari Nawawi, Pendidikan Dalam Islam, (Surabaya: Al Ikhlas, 1993), h. 231.
4. Bentuk-Bentuk Nilai Karakter
Nilai-Nilai pembentuk karakter dapat di jabarkan dalam tabel berikut ini:
No Nilai Deskripsi
1. Religius Sikap dan Perilaku yang patuh dalam melaksanakan
ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap
pelaksanaan ibadah agama lain dan hidup rukun dengan
pemeluk agama lain.
2. Jujur Perilaku yang dilaksanakan pada upaya menjadikan
dirinya sebagai orang yang selalu dapat di percaya
dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan.
3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,
suku, etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain
yang berbeda dari dirinya.
4. Di siplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh
pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5. Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh
dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas,
serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan
cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada
orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai
sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa Ingin
Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu
yang dipelajarainya, dilihat, dan didengar.
10. Semangat
Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
menenpatkan kepentingan bangsa dan negara di atsa
kepentingan diri dan kelompoknya.
11. Cinta Tanah
Air
Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi
terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi, dan politik bangsa.
12. Menghargai
Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuai yang berguna bagi masyarakat dan
mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/
Komunikatif
Tindakan yang memperhatikan rasa senang berbicara,
bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
14. Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan
orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran
dirinya.
15. Gemar
Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca
berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi
dirinya.
16. Peduli
Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya dan
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki
kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan
pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung
Jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan
tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan ,
terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan, (alam,
sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.37
37
Sri Narwanti, Pendidikan Karakter Pengintegrasian 18 Nilai Pembentuk Karakter
dalam Mata Pelajaran, (Yogyakarta: Familia, 2011), h. 29-30
5. Konsep Pendidikan Karakter Islami
Hakikat pendidikan Agama dan pendidikan karakter, kedua ini memiliki
titik singgung yang sangat erat sekali bahkan pada hakikatnya menyatu dan tidak
terpisahkan. Domain pokok dari pendidikan agama ada tiga: pendidikan
keimanan (akidah), pendidikan ibadah dan pendidikan akhlak. Dalam konsep
Islam domain akidah dan ibadah terkait erat dengan akhlak. Akidah membuat
orang menjadi berakhlak sebab selalu merasa kehadiran Allah swt dalam
hidupnya, ketika seseorang memiliki sikap yang sedemikian itu maka dia akan
terhindar dari perbuatan tak terpuji.38
Akhlak itu sesungguhnya adalah perpaduan antara lahir dan bathin.
Seseorang di katakan berakhlak apabila seirama antara perilaku lahirnya dengan
batinnya. Karena akhlak juga terkait dengan hati maka pensucian hati adalah
salah satu jalan untuk mencapai akhlak mulia. Dalam pandangan Islam hati yang
kotor akan menghalangi seseorang mencapai akhlak mulia, boleh jadi dia
melakukan kebajikan, tetapi kebajikan yang di lakukan itu bukanlah tergolong
akhlak mulia, karena tidak di landasi oleh hati yang mulia pula.
Rasulullah menegaskan bahwa beliau di utus untuk menyempurnakan
akhlak mulia. (HR. Ahmad). ― mukmin paling sempurna imannya adalah yang
paling baik akhlaknya. (HR. Tarmidzi). Hadits Nabi juga menjelaskan bahwa
masuk surga atau neraka seseorang terkait erat dengan akhlaknya. Digambarkan
beliau bahwa seseorang yang taat beribadah, tetapi tidak berakhlak mulia di
tempatkan di neraka, sedangkan seseorang yang ibadahnya biasa-biasa saja
sekedar yang di wajibkan kepadanya yang di kerjakannya tetapi memiliki akhlak
yang baik, maka dia akan masuk surga.
Dalam pandangan Islam pendidikan akhlak tidak bisa hanya sekedar
mendidik perilaku saja, tetapi juga harus di didik dari mana sumber perilaku itu.
Karena itulah orang-orang yang ingin memperbaiki akhlaknya terus menerus dia
harus melakukan pembersihan hati secara terus menerus dari sifat tercela.
38
Haidar Daulay, Pendidikan Karakter, Medan,: CV Manhaji, 2016), h. 31
Pendidikan karakter Islami adalah mendidik seseorang untuk memiliki perilaku
yang baik sehingga perilaku itu menjadi ciri khasnya yang tidak bisa dipisahkan
dari dirinya dan kehidupannya. Karakter yang baik itu telah menjadi bagian dari
dirinya. Sedangkan akhlak itu adalah sesuatu keadaan yang melekat pada jiwa
manusia yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa melalui
proses pemikiran, pertimbangan atau penelitian.39
Banyak faktor yang menyebabkan kerusakan akhlak generasi muda,
disamping faktor melemahnya pendidikan agama dan akhlak, juga disebabkan
oleh karena masuknya arus budaya yang merusak mental mereka. Arus
globalisasi, informasi dan komunikasi yang sedang melanda dunia saat sekarang
ini tidak lepas dari membawa dampak negatif. Berkenaan dengan ini, maka
sejauh mungkin yang dapat di hindarkan dari generasi muda sangat di harapkan
supaya tidak mempengaruhi mereka Dalam hal ini di butuhkan penegakan
peraturan-peraturan.
Lemahnya penegakan peraturan-peraturan yang merusak generasi muda,
maka hal ini akan berdampak sangat besar bagi kerusakan akhlak mereka.
Tantangan yang di hadapi akibat meoderniasasi begitu sangat tangguhnya,
sehingga upaya-upaya pembinaan lewat pendidikan seolah-olah kurang berdaya
meghadapinya. Oleh karena itu untuk memberdayakan upaya-upaya pendidikan
perlu di kurangi seminimal mungkin dampak-dampak negatif dari modernisasi
tersebut. Berkenaan dengan itu penanggung jawab pendidikan mesti berupaya
semaksimal mungkin guna mencari solusinya, bila tidak tentu akan timbul akibat
yang fatal.
Berdasarkan ungkapan yang diatas dapat penulis simpulkan bahwa
pendidikan akhlak mempunyai kaitan erat dengan pendidikan karakter, bahkan
obyek-obyek pembahasan dalam kajian karakter itu adalah juga menjadi objek
bahasan dalam akhlak begitu juga sebaliknya. Dengan pendidikan akhlak secara
utuh, kaffah telah tercakup di dalamnya sekaligus pendidikan karakter, karena itu
39
Ibid, h. 32
salah satu bagian yang harus di perkuat di Indonesia saat sekarang ini adalah
pendidikan akhlak yang menjadi bagian dari pendidikan agama. Sehubungan
dengan itu maka pemberdayaan pendidikan agama adalah salah satu upaya untuk
memperdayakan pendidikan karakter bangsa.40
D. Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada
Pembentukan Karakter Islami
Ada dua kendala yang di hadapi oleh pihak yang bersangkutan dalam
mengatasi probelamatika pembelajaran pendidikan Agama Islam pada
pembentukan karakter Islami yaitu:
1. Faktor Internal
a. Guru/pendidik
Dari segi bahasa adalah pendidik adalah orang yang mendidik.41
Ahmad D
Marimba menyatakan bahwa pendidik ialah orang yang memikul tanggung jawab
untuk mendidik.42
Dari pengertian ini timbul kesan bahwa pendidik ialah orang
yang melakukan kegiatan dalam hal mendidik.
Secara lebih khusus lagi Hadari Nawawi mengatakan bahwa guru atau
dosen adalah orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang
ikut bertanggungjawab dalam membantu anak-anak mencapai kedewasaan
masing-masing. Guru dan dosen dalam pengertian tersebut dengan demikian
bukanlah sekedar orang yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan materi
pengetahuan tertentu, melainkan anggota masyarakat yang harus ikut aktif dan
berjiwa berbahasa serta kreatif dalam mengarahkan perkembangan anak didiknya
untuk menjadi anggota masyarakat sebagai orang dewasa.43
40
Ibid, h. 33 41
WJS.Poerwardaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976),
g. 250. 42
Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung, Al-Ma‘arif,
1989). h. 37. 43
Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, (Jakarta: Haji Masgung,
1989). h.123.
Di samping itu pendayagunaan guru juga meliputi peningkatan karir dan
kesejahteraan guru. Dalam pendayagunaan yang merupakan kendala utama yang
dihadapi adalah adanya kesenjangan antara formasi yang tersedia dengan
kebutuhan nyata. Upaya pendayagunaan guru melalui pembinaan pendidikan dan
pelatihan hingga saat ini belum mencapai hasil yang maksimal. Permasalahan
yang perlu mendapat perbaikan bahwa penataran yang dilakukan oleh berbagai
unit masih belum dapat memberikan kesempatan yang merata kepada semua guru.
Sistem rekrumen guru yang ada selama ini masih belum menjamin
terjaringnya calon guru yang berkualitas yang menguasai bidang studi dan
mempunyai motivasi yang tinggi untuk menjadi guru. Salah satu penyebab karena
adanya ujian masuk atau seleksi hanya berupa pengetahuan umum yang sifatnya
sementara. Upaya dengan seleksi ujian bidang studi dan ujian kemampuan
mengajar didepan kelas diharapkan mampu dapat memperkecil dampak yang di
timbulkan.
b. Siswa/Peserta Didik
Dalam masyarakat, ada beberapa istilah yang digunakan untuk menyebut
peserta didik, seperti siswa, murid, santri, pelajar, mahasiswa dan
sebagainya.Istilah siswa, murid, dan pelajar, umumnya digunakan untuk
menyatakan peserta didik pada jenjang pendidikan dasar sampai sekolah
menengah.Sementara pada peserta didik pada tingkat pendidikan tinggi atau
akademik, disebut mahasiswa.Istilah santri sering digunakan untuk mengatakan
peserta didik dipondok pesantren.44
Peserta didik adalah tiap orang atau
sekelompok orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok
orang yang menjalankan kegiatan pendidikan.
Dari kesimpulan diatas dapat dikatakan bahwa peserta didik merupakan
orang-orang yang sedang memerlukan pengetahuan atau ilmu, bimbingan,
maupun arahan dari orang lain. Untuk menentukan jenis peserta didik maka tidak
dapat terlepas dari jenis-jenis atau bentuk-bentuk pendidikan.Secara umum,
44
WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, h. 664 & 955.
bentuk pendidikan dibagi menjadi dua, yaitu pendidikan sekolah dan pendidikan
luar sekolah.
Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatakan sumber daya
manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan suatu bangsa dan
agama. Pada masa akan datang peningkatan daya saing suatu bangsa perlu
mendapat perhatian serius khusunya dalam memanfaatkan ilmu pengetahuan dan
teknologi, guna menghasilkan anak didik yang berkualitas khususnya pada mata
pelajaran Agama Islam dengan harga yang kompetitif. Perkembangan pendidikan
agama Islam dihadapkan pada kendala berkurangnya dukungan masyarakat
terutama kelas menengah ke bawah untuk turut serta mensukseskannya. Selain
itu kendala yang terjadi pada pendidikan agama Islam tidak diminati karena anak
didik tidak terbiasa di perhatikan oleh orang tuanya, sehingga anak didik
menganggap bahwa pendidikan agama Islam tidak terlalu penting bagi siswa.
2. Faktor Eksternal
a. Lingkungan Keluarga
Fungsi keluarga adalah menjadi wahana untuk mendidik, mengasuh dan
mensosialisasikan sesuatu pada anak, mengembangkan seluruh anggotanya agar
dapat menjalankan fungsinya di masyarakat dengan baik serta memberikan
kepuasan dan lingkungan yang sehat guna tercapainya keluarga sejahtera.
Keluarga merupakan aspek penting untuk menanamkan karakter pada anak
sehingga anak mempunyai karakter yang baik.
Dalam proses pendidikan, sebelum mengenal lingkungan masyarakat yang
luas dan sebelum mendapat bimbingan dari lingkungan sekolah, seorang anak
terlebih dahulu memperoleh bimbingan dari lingkungan keluarga.45
Dalam hal ini
orang tua berperan sebagai pendidik dan si anak menjadi peserta didik.Namun
banyak kendala yang di hadapi bahwa orang tua yang terlalu sibuk dengan
aktifitas di luar, sehingga kurang dalam memberi pengajaran agama terhadap
45
Moh. Haitami Salim dan Syamsul Kurniawan, Studi Ilmu Pendidikan Islam, (Pontianak:
STAIN Pontianak Press, 2009), h. 273.
anaknya.Dan akibatnya banyaknya anak yang kurang sopan terhadap orang yang
lebih tua dari dirinya.
Sebagai lingkungan pendidikan yang paling dekat dengan anak, kontribusi
lingkungan keluarga terhadap kesuksesan pendidikan karakter cukup besar. Dari
kedua orang tua, untuk pertama sekalinya seorang anak mengalami pembentukan
watak (kepribadian) dan mendapatkan pengarahan moral.Lingkungan keluarga
menjadi tempat berlangsungnya sosialisasi yang berfungsi dalam pembentukan
kepribadian sebagai makhluk individu, makhluk sosial, makhluk susila, dan
makhluk keagaamaan. Pengalaman hidup bersama keluarga akan memberi andil
yang besar dalam pembentukan kepribadaian anak. Keluarga yang harmonis,
rukun, dan damai akan mempengaruhi kondisi psikologis dan karakter seorang
anak. Begitupun sebaliknya, anak yang kurang berbakti bahkan melakukan
tindakan di luar moral kemanusiaan, dibebani oleh ketidakharmonisan dalam
lingkungan keluarga.46
Peran keluarga dalam membantu keberhasilan pendidikan karakter bisa
di lakukan dengan cara-cara sederhana, misalnya:
1. Mencintai dan menyayangi anak-anaknya. Ketika anak-anak mendapatkan
cinta dan kasih sayang cukup dari kedua orang tuanya, maka pada saat
mereka berada di luar rumah dan menghadapi masalah-masalah baru
mereka akan bisa menghadapi dan menyelesaikan dengan baik. Sebaliknya
jika kedua orang tua terlalu ikut campur dalam urusan mereka atau
mereka memaksakan anak-anaknya untuk menaati mereka, atau mereka
memaksakan anak-anaknya untuk menaati mereka, maka perilaku kedua
orang tua yang demikian ini akan menjadi penghalang bagi kesempurnaan
keperibadian mereka.
2. Menjaga ketenangan rumah sehingga bisa membawa ketenangan jiwa.
3. Saling menghormati antara kedua orang tua dan anak-anak. Hormat disini
bukan berarti bersikap sopan secara lahir. Akan tetapi, selain ketegasan
46
Agus Wibowo, Pendidikan Karakter: Strategi Membangun Karakter Bangsa
Berperadaban, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), h. 107-108.
kedua orang tua, mereka harus memperhatikan keinginan dan permintaan
alami dan fitri anak-anak. Saling menghormati artinya dengan mengurangi
kritik dan pembicaraan negatif sekaitan dengan kepribadian dan perilaku
mereka serta menciptakan iklim kasih sayang dan keakraban, dan pada
waktu yang bersamaan kedua orang tua harus menjaga hak-hak hukum
mereka yang terkait dengan diri mereka dan orang lain. Kedua orang tua
harus bersikap tegas supaya mereka juga mau menghormati sesamanya.
4. Mewujudkan kepercayaan. Menghargai dan memberikan kepercayaan
terhadap anak-anak berarti memberikan penghargaan dan kelayakan
terhadap mereka, karena hal ini akan menjadikan mereka maju dan
berusaha serta berani dalam bersikap. Kepercayaan anak-anak terhadap
dirinya sendiri akan menyebabkan mereka mudah untuk menerima
kekurangan dan kesalahan yang ada pada diri mereka. Mereka percaya diri
dan yakin dengan kemampuannya sendiri. dengan membantu orang lain
mereka merasa keberadaannya bermanfaat dan penting.47
b. Lingkungan Sekolah
Peserta didik merupakan generasi yang akan menentukan nasib bangsa kita
di kemudian hari. Karakter peserta didik yang terbentuk sejak sekarang akan
sangat menentukan karakter bangsa ini di kemudian hari. Karakter peserta didik
akan terbentuk dengan baik manakala dalam proses tumbuh kembang mereka
mendapatkan cukup ruang untuk mengekspresikan diri secara leluasa. Peserta
didik adalah pribadi yang mempunyai hak untuk tumbuh dan berkembang secara
optimal sesuai dengan iramanya masing-masing.
Wadah yang paling strategis dan efektif untuk mewujudkan pendidikan
karakter tersebut adalah dunia pendidikan sejak dari PAUD hingga perguruan
tinggi. Seorang guru dan karyawan di suatu sekolah di tuntut lebih berkomitmen
dalam pendidikan karakter di sekolahnya. Tak sekedar memberikan pemahaman,
47
Sri Narwanti, Pendidikan Karakter Pengintegrasian 18 Nilai Pembentuk Karakter
dalam Mata Pelajaran, h. 45-46
tetapi juga mengajak peserta didik mencintai perilaku kebajikan dan menjadikan
nya sebagai kebiasaan.
Pendidikan karakter tak sekedar pemahaman atau sebatas wacana
intelektualitas. Akan tetapi, harus dilanjutkan dengan upaya menumbuhkan rasa
mencintai perilaku yang berkebajikan dan setiap hari ada upaya untuk
menjadikan nilai-nilai kehidupan sebagai pembiasaan. Sebagai wadah yang
paling strategis satuan pendidikan dapat melakukan pembinaan dan
pengembangan karakter dengan menggunakan:
a) Pendekatan terintegrasi dalam semua mata pelajaran
b) Pengembangan budaya satuan pendidikan
c) Pelaksanaan kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler, serta
d) Pembiasaan perilaku dalam kehidupan di lingkungan satuan pendidikan
Pengembangan karakter melalui satuan pendidikan di lakukan mulai dari
pendidikan usia dini sampai pendidikan tinggi. Salah satu kunci keberhasilan
program pengembangan karakter pada satuan pendidikan adalah keteladanan dari
para pendidik dan tenaga kependidikan. Keteladanan bukan sekedar sebagai
contoh bagi peserta didik, melainkan juga sebagai penguat moral bagi peserta
didik dalam bersikap dan berperilaku. Oleh karena itu, penerapan keteladanan di
lingkungan satuan pendidikan menjadi prasyarat dalam pengembangan karakter
peserta didik. Selain itu, di perlukan metode dan strategi yang tepat dalam
pengintegrasian pendidikan karakter di satuan pendidikan.48
Kita tentunya masih ingat dengan kejadian tanggal 16 Mei 2011, tepatnya
setelah 4 hari Ujian Nasional berakhir, Siami mengetahui bahwa putranya Alif
diminta oleh gurunya untuk memberikan sontekan jawaban kepada siswa lainnya
di dalam kelas. Siami harus mengkonfirmasi ke kepala sekolah. Tak puas dengan
jawaban kepala sekolah, ia lalu mengadu ke Komite Sekolah, namun tak kunjung
mendapat tanggapan. Ia pun membawa masalah ini ke sebuah radio di Surabaya
hingga akhirnya laporan tersebut sampai ke telinga Walikota Surabaya Tri
48
Ibid, h. 42
Rismaharini. Setelah dilakukan proses penyidikan, sanksi pun dijatuhkan pada
pihak yang di nilai bertanggung jawab, yaitu kepala sekolah dan dua guru.
Kasus sontek massal yang terjadi di SDN Gadel II Surabaya Jawa Timur
di atas menjadi pelajaran tentang bagaimana ―kecurangan‖ di negeri ini dipandang
sebagai seseuatu yang lazim dan tidak harus di persoalkan. Padahal, sekolah
memiliki peranan penting dalam membentuk karakter individu-individu peserta
didik.Maka, amat keliru jika ada yang beranggapan bahwa sekolah hanya
berfungsi mengajarkan pengetahuan dan keterampilan saja.Sekolah juga harus
berfungsi membentuk akhlak dan kecerdasan emosional peserta didik sehingga
menjadi seseorang yang berbudi pekerti luhur.Sekolah baik secara langsung
maupun tidak langsung, hendaknya juga mengajarkan dan mentransmisi budaya,
seperti nilai-nilai, sikap, peran dan pola-pola prilaku. Sekolah harusnya
mengajarkan dan membudayakan pada peserta didik untuk menghindari
perbuatan curang dan menghargai kejujuran.
c. Lingkungan Masyarakat
Masyarakat kita belakangan ini menunjukkan gejala kemerosotan moral
yang amat parah. Oleh karena itu, pilihan untuk menjadikan msyarakat sebagai
pusat pendidikan karakter disamping keluarga dan sekolah tentulah tepat dan
mendesak agar bangsa ini tidak terlalu lama menjadi bangsa yang ―sakit‖ sebelum
bertambah parah menjadi ―kronis‖, yang pada akhirnya membunuh harapan masa
depan bangsa kita. Gejala kemerosotan moral di masyarakat mengindikasikan
adanya pergeseran kea rah ketidakpastian jati diri dan karakter bangsa.49
Banyaknya penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh para
remaja, seperti kasus narkoba, kasus bullying, kasus bentrokan atau tawuran,
kasus seks bebas dan lain sebagainya. Kejahatan seperti menjadi trend pada era
sekarang. Pemicu utama pelaku kejahatan beraksi akibat tidak memiliki keimanan
sehingga mudah terpengaruhi dengan lingkungan masyarakat yang tidak baik.
49
Syamsul Kurniawan, “Konsep dan Implementasi Pendidikan Karakter di Lingkungan
Keluarga, Sekolah, dan Maysrakat”, dalam At-Turast, Vol 6Nomor 1 Desember 2012, h. 25.
Dari berbagai kejadian dan fenomena yang terjadi, masyarakat hendaknya
juga dapat mengambil bagian penting dalam proses pendidikan karakter.
Masyarakat yang terdiri dari sekelompok atau beberapa individu yang beragam
akan mempengaruhi tumbuh kembang karakter-karakter individu yang ada di
lingkungan masyarakat. Jadi, masyarakat juga mempunyai tanggung jawab yang
sama dalam mendidik.
E. Upaya yang Dilakukan Untuk Mengatasi Problematika Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam Pada Pembentukan Karakter Islami
1. Faktor Internal
a. Guru/Pendidik
Bukan rahasia lagi kalau guru memiliki posisi yang strategis dalam
pengembangan segenap potensi yang di miliki anak didik. Selagi ada kegiatan
pembelajaran, maka disanalah pendidikan sangat di butuhkan karena pada diri
pendidiklah kejayaan dan keselamatan masa depan bangsa akan tejamin. Dalam
peningkatan etos kerja dan meningkatakan kualitas pendidikan Agama Islam
disekolah, maka yang perlu diperhatiakan diantanya adalah:
4) Penghasilan pendidik dapat mencukupi kebutuhan hidupnya. Karena
rendahnya gaji pendidik akan mengakibatkan terhambatnya usaha dalam
meningkatkan profesionalisme kualitas pendidik.
5) Seorang pendidik memahami tabi‘at, kemampuan dan kesiapan peserta didik.
6) Seorang pendidik harus mampu menggunakan variasi metode mengajar
dengan baik, sesuai dengan karakter materi pelajaran dan situasi belajar
mengajar.
b. Siswa/Peserta Didik
Dalam dunia pendidikan Agama Islam peserta didik merupakan salah satu
faktor yang terpenting. Oleh karena itu, segala sesuatu yang ada kaitannya dengan
individu peserta didik, pendidik harus tanggap dan berusaha mencari solusinya.
Hal ini disebabkan karena peserta didik selalu mengalami perkembangan,
dimana perkembangan sedikit banyaknya dipengaruhi oleh tingkat kecerdasan
dari masing-masing peserta didik. Adapun upaya yang dilakukan dalam mengatasi
masalah tersebut adapun langkah-langkah sebagai berikut:
4) Menarik minat peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.
5) Adanya motivasi terhadap peserta didik baik motivasi intrinsik yaitu motivasi
yang datang dari diri peserta didik atau motivasi ekstrinsik yaitu motivai yang
datang dari luar lingkungan diri peserta didik.
6) Mengingat adanya hambatan terhadap peserta didik tersebut maka sebaliknya
pendidik mengadakan test untuk mengetahui kemampuan peserta didik.
2. Faktor Eksternal
a. Lingkungan Keluarga
Ada beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan dalam pendidikan
karakter di lingkungan keluarga, yaitu:
5) Pola interaksi antar-anggota keluarga.
6) Pertumbuhan dan perkembangan priode anak.
7) Pola asuh anak.
8) Dan teladan orang tua.
b. Lingkungan Sekolah
Beberapa aspek yang perlu semsetinya diperhatikan dalam pendidikan
karakter di lingkungan sekolah, yaitu:
4) Pembenahan kurikulum sekolah.
5) Memperbaiki kompotensi, kinerja, dan karakter guru/kepala sekolah.
6) Pegintegrasian dalam budaya sekolah.
c. Lingkungan Masyarakat
Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam pendidikan karakter di
lingkungan masyarakat, yang mencakup:
4) Pengondisian di lingkungan masyarakat
5) Sarana-sarana pendidikan karakter di lingkungan masyarakat.
6) Keteladanan pemimpin, tokoh agama, dan tokoh masyarakat.
Dalam bidang pendidikan ada beberapa teknik yang bisa dipergunakan
dalam pembinaan akhlak yang mulia kepada anak-anak atau peserta didik. Hadari
Nawawi menawarkan beberapa teknik yaitu: 1) mendidik melalui teladan, 2)
mendidik melalui kebiasaan, 3) mendidik melalui nasihat dan cerita, 4) mendidik
melalui disiplin, 5) mendidik melalui partisipasi dan 6) mendidik melalui
pemeliharaan.50
c. Kajian Pustaka
1. Penelitian Relevan
Berdasarkan penelusuran terhadap penelitian yang relevan, ada beberapa
karya yang memiliki kesamaan dengan tema tesis ini diantaranya ialah sebagai
berikut:
a. Uswatun Hasanah, ―Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
di TK Aisiyah Ponggok Belitar‖ ditemukan hasil penelitian problem pada
peserta didik usia dini yaitu anak bandel dan keras serta pertanyaan
tentang Tuhan dan takut terhadap siksa neraka. Upaya yang dilakukan
yaitu pembiasaan, belajar sambil bermain, bernyanyi, nasihat, cerita, karya
wisata, perhatian serta kerjasama dengan orang tua.
b. Arif Lukman Juniawan, 2011, dengan judul ―Problematika Pembelajaran
Al Qur‟an dan Upaya Pemecahannya di SMK Muhammadiyah 1
Kepanjen Malang‖, ditemukan hasil penelitian peserta didik kelas X TKR
belum bisa membaca dan menulis Al Qur‘an sesuai kaidah ilmu tajwid
dan kurang mampu membaca huruf yang telah disatukan. Upaya yang
dilakukan ialah peserta didik harus mampu memanfaatkan sumber belajar
yang ada dan melakukan proses pembelajaran Al Qur‘an diluar jam
pelajaran serta menetapkan beberapa metode untuk menunjang proses
belajar.
50
Hadari Nawawi, Pendidikan Dalam Islam, (Surabaya: Al Ikhlas, 1993), h. 231.
c. Zulkarnain, (03 PEKI 667) Tesis (2005) dengan judul ― Problema
Pembelajaran Bahasa Arab di SMA Muhammadiyah I Medan‖, tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui problema pembelajaran bahasa
Arab dan upaya yang dilakukan untuk mengatasi problema pembelajaran
Bahasa Arab di SMA Muhammadiyah 1 Medan. Metode Penelitiannya
Kualitatif. Sampelnya adalah peserta didik kelas 3 SMA Muhammadiyah I
Medan yang berjumlah 86 orang. 1 orang guru Bahasa Arab dan kepala
sekolah SMA Muhammadiyah I Medan. Temuan penelitiannya adalah
latar belakang pendidikan peserta didik kebanyakan dari SMP dan ada
yang belum mengenal Bahasa Arab, belum pernah belajar di Madrasah
atau SMP Muhammadiyah sehingga menjadi problema dalam
pembelajaran Bahasa Arab, peserta didik merasa Bahasa Arab kurang
penting dan upaya penanggulangan pembelajaran Bahasa Arab guru
menugaskan peserta didik untuk menghapal kosa kata yang telah
diajarkan dan menganjurkan agar punya buku pelajaran Bahasa Arab.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Untuk mencapai hasil optimal yang sistematis serta dapat dipertanggung
jawabkan secara ilmiah maka sebuah penelitian harus mempunyai metode tertentu
sebagai suatu sistem atau aturan dalam menentukan jalan guna mencapai
pengertian baru pada bidang ilmu pengetahuan.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (Field
Research), yaitu penelitian yang pengumpulan datanya dilakukan dilapangan
dengan menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematis tentang keadaan
objek penelitian. Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan metode
penelitian kualitatif berusaha menyelidili, mengungkapkan serta memaparkan
data secara alami sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan. Bondan dan Biklen,
berpendapat bahwa penelitian kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskritif berupa kata-kata atau pernyataan lisan dari orang-
orang dan perilaku yang dapat diamati lebih lanjut.51
Menurut mereka penelitian
kualitatif memeiliki karakteristik sebagai sebagai berikut. (1) mempunyai latar
alami sebagai sumber, (2) peneliti di pandang sebagai instrument kunci, (3)
bersifat deskritif.
Evaluasi program dengan pendekatan kualitatif pada umumnya
berorientasi dalam hal eksplorasi, pengungkapan dan logika induktif.
Pendekatan suatu evaluasi adalah bersifat induktif di maksudakan bahwa
evaluator berupaya menyikapi dengan akal sehat suatu situasi tanpa
mengedepankan harapan sebelumnya perihal latar belakang program.52
Rancangan induktif di awali dengan pengamatan spesifik dan membangun ke
51
Bondan, Qualitatif Research In Education:An Introduction to Theory and Methode.
Thrid Edition, (Boston:Allyn and Baccon, 1998), h. 3 52
Micheal Quin Patton, Metode Evaluasi Kualitatif Terjamahan Budi Paspo Priyadi,
(Yogyakarta: Pustaka Pelaja, 2009), h. 15
arah pola umum. Dimensi analisi (kategori) muncul dari hasil pengamatan yangb
bersifat terbuka.
Dengan pendekatan kualitatif di harapkan peneliti mampu memberi
penilaian terhadap program, serta kelebihan dan kekurangan dari program yang
diselenggarakan. Evaluasi program dengan menggunakan pendekatan kualitatif
memiliki karakteristik antara lain: (1) subjek yang dievaluasi atau sumber data
adalah konteks yang alamiah, (2) evaluator sendiri yang menjadi instrument
utama, (3) deskriftif dan naratif, (4) lebih mengutamakan proses dengan tidak
mengabaikan hasil, (5) mencari makna di belakang perilaku, serta memahami
masalah dan situasi, (6) mengutamakan perolehan data dari sumber data secara
langsung, (7) adanya upaya triangulasi.53
Sementara itu, Moleong mengatakan bahwa karakteristik penelitian
kualitatif sebagai berikut. (1) peneliti bertindak sebagai instrument pertama,
maksudnya disamping sebagai pengumpul dan penganalisa data peneliti juga
terlibat langsung dalam proses penelitian, (2) data dan analisa secara induktif, (3)
hasil penelitian bersifat deskriftif, sebab data yang di peroleh bukan angka-angka
melainkan berupa kata-kata atau kalimat, (4) lebih mementingkan proses dari
pada hasil, (5) mempunyai data alami, maksudnya data yang di teliti dan data
yang di peroleh akan dipaparkan sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan,
dan (6) adanya batasan permasalahan yang ditentukan oleh fokus penelitian.54
Jenis penelitian adalah deskriftif, karena tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA
Negeri 1 Tanjung Pura. Sanapiah menjelaskan bahwa penelitian yang berawal
pada suatu permasalahan dan berakhir pada penjawaban terhadap permasalahan
yang di pertanyakan tersebut. Bila jawaban permasalahan berupa peringkasan
kenyataan dari suatu yang di permasalahkan, maka penelitian tersebut di sebut
penelitian deskriftif.
53
Djudju Sudjana, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah: untuk Pendidikan non
Formal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), h/213 54
Moleong, LJ. Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet ke-4, (Bandung: Penerbit PT
Remaja Rosdakarya, 2000), h. 2-8
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif, dimana semua data, baik lisan maupun tulisan, dari sumber data yang
diamati dan dokumen terkait lainnya akan di uraikan dan disajikan seringkas
mungkin guna menjawab permasalahan tentang pelaksanaan pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMA 1 Model Negeri Tanjung Pura.
B. Lokasi Penelitian
Spredley menjelaskan bahwa semua situasi sosial terdiri dari tiga elemen
pokok yaitu tempat, para aktor dan kegiatan-kegiatan.55
Dapat dipahami bahwa
situasi sosial itu terdiri dari 3 unsur yaitu tempat, aktor-aktor (pelaku), dan
kegiatan yang merupakan dimensi pokok dalam totalitas latar berlangsungnya
penelitian ini.
Adapun tempat penelitian, sesuai dengan judul penelitan ini dilaksanakan
di SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura Kecamatan Kabupaten Langkat. Lokasi ini
dipilih karena salah satu sekolah ini adalah salah satu sekolah yang menjadi
favorit di Tanjung Pura.Selain itu adalah bahwa sekolah ini dekat dengan rumah
peneliti, sehingga memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data.Data yang
diproleh dalam pelaksanaan penelitian bersumber dari subjek dan informan
penelitian serta literatur sebagai pendukung teori yang bersifat ilmiah.
C. Subjek dan Informan Penelitian
Subjek penelitian ini adalah guru-guru Pendidikan Agama Islam di SMA
Negeri 1 Tanjung Pura. Sementara informan terdiri dari orang-orang yang dapat
memberikan informasi tentang problematika Pendidikan Agama Islam Pada
Pembentukan Karakter Islami yang terjadi di SMA Negeri 1 Tanjung Pura,
seperti Kepala Sekolah, Pengawas PAI, para siswa dan guru bidang studi lain.
Subjek dan informan penelitian ini ditentukan dengan menggunakan teknik
Purposive Sampling. Pencapaian data akan diberhentikan apabila data telah jenuh
(Redudance).
55
Spredley, J.P, Participant Observation, (New York:Rinehart and Winston, 1980), h. 45.
D. Instrument Pengumpulan Data
Instrument pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
observasi, wawancara, studi dokument dan angket sebagai instrument
pendukung.Dalam penelitian kualitatif peneliti merupakan instrument utama (Key
Instrument). Bog dan Biklen menjelaskan: The Research With The
Researcher‟s Inseight Being The Key Instrument for Analysis.56
Dari pendapat
diatas bahwa dikemukakan dalam penelitian naturalistik, peneliti sendirilah
menjadi instrument utama yang terjun kelapangan serta berusaha mengumpulkan
informasi.
Kemudian, cara yang ditempuh peneliti untuk mendalami instrument
pengumpulan data seperti diuraikan diatas adalah sebagai berikut:
1. Observasi (pengamatan).
Sebagai metode ilmiah, observasi dilakukan untuk memperoleh informasi
tentang kelakuan manusia seperti terjadi dalam kenyataan.57
Observasi dilakukan
untuk melihat langsung Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Pada Pembentukan Karakter Islami di SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura
Kabupaten Langkat dengan terlebih dahulu mempersiapkan pedoman tertulis
tentang aspek-aspek yang akan di observasi. Pengamatan ini merupakan
keikutsertaan peneliti dalam kegiatan pelaksanaan Pendidikan Agama Islam agar
dapat melihat langsung problematika Pendidikan Agama Islam sehingga peneliti
dapat menemukan data, informasi secara langsung dan alamiah dari peristiwa
yang berlangsung. Metode observasi ini sekaligus akan digunakan sebagai analisis
silang terhadap data yang diperoleh melalui wawancara.
56
R. Bogdan dan S.K Biklen, Qualitative Research for Education, (Bostonn: Allyn and
Bacon, Cet. 11, 1992), h. 27. 57
S. Nasution, Metode Research, (Jakarta: Bumi Aksara, Cet. 1, 2008), h. 106.
2. Wawancara (Interview)
Wawancaraadalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan
oleh pewawancara (interview) yang mengajukan pertanyaan dan yang
diwawancarai (interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.58
Wawancara ditujukan kepada guru-guru Pendidikan Agama Islam di SMA
Negeri 1 Model Tanjung Pura sebagai subjek penelitian dan narasumber data dan
informasi. Disamping itu juga dilakukan terhadap kepala sekolah, pengawas
Pendidikan Agama Islam, Peserta didik kelas XII, beberapa guru bidang studi lain
untuk mencari data dan informasi pendukung yang selanjutnya dijadikan sebagai
bahan triangulasi.
Penelitian ini menggunakan indepth interview dengan teknik terstruktur,
tidak terstruktur dan semi terstruktur (semi-structured interview‟s).teknik ini
dipilih karena peneliti ingin mengobrol informasi yang diperoleh dari subjek dan
informan penelitian dengan tetap membuka kemungkinan munculnya pertanyaan
susulan ketika interview berlangsung. Dengan teknik ini, peneliti akan dibekali
dengan interview guide yang berisi kisi-kisi pertanyaan untuk dikembangkan
ketika wawancara dengan subjek dan informan penelitian. Wawancara akan
dilakukan terhadap subjek penelitian dan informan yang berhubungan dengan
fokus penelitian.
3. Studi Dokumen dan Literatur
Studi dokumen yaitu bahan tertulis ataupun baik yang bersifat resmi
maupun pribadi sebagai salah satu sumber data dimanfaatkan untuk menguji dan
menafsirkan.Cara mempelajarinya adalah kajian isi (conten analysis) secara
objektif dan sistematis untuk menemukan karakteristik dari dokumen-dokumen
tersebut.
58
Lexy, J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
Cet.27, 2010), h. 135.
Penelitian ini juga akan mencakup penelusuran informasi data yang
relevan atau yang dapat membantu pemahaman peneliti tentang problematika PAI
disekolah umum. Penelusuran ini akan dilakukan terhadap sumber berbeda seperti
buku atau literatur tentang problematika PAI disekolah umum dan data-data
dokumentasi yang berkaitan dengan masalah yang distudi.
E. Teknis Analisis Data
Analis data adalah teknik yang dapat digunakan untuk memaknai dan
mendapatkan pemahaman dari ratusan atau bahkan ribuan halaman kalimat atau
gambaran prilaku yang terdapat dalam catatan lapangan.59
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data secara
teknik mengacu pada langkah-langkah yang dikemukakan oleh Miles dan
Huberman. Siklus analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah
sebagai berikut:
a. Reduksi Data
Miles dan Huberman mendefenisikan reduksi data sebagai suatu proses
pemilihan, mempokuskan pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan tranformasi
data mentah (kasar) yang muncul dari catatan-catatan yang tertulis dilapangan.
Setelah data penelitian yang dipelukan dikumpulkan, maka agar tidak bertumpuk-
tumpuk dan memudahkan dalam mengelompokkan serta dalam menyimpulkan
diperlukan reduksi data.
b. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan setelah proses reduksi, menurut Miles dan
Huberman penyajian data merupakan proses pemberian sekumpulan informasi
yang sudah disusun yang memungkinkan untuk penarikan kesimpulan. Proses
penyajian data ini adalah mengungkapkan secara keseluruhan dari sekelompok
data yang diperoleh agar mudah dibaca.
59
Rustam, Rancangan Penelitian Sosial Keagamaan, (Medan: Pusat Penelitian IAIN SU,
2006), h. 25.
c. Kesimpulan
Data penelitian pada pokoknya berupa kata-kata, tulisan dan tingkah laku
sosial para aktor yang terkait dengan problematika pembelajaran PAI pada
pembentukan karakter Islami di SMA Negeri 1 Tanjung Pura. Miles dan
Huberman menjelaskan bahwa kesimpulan pada awalnya longgar, namun
kemudian meningkat menjadi lebih rinci dan mendalam dengan bertambah data
dan akhirnya kesimpulan merupakan suatu konfigurasi yang utuh.60
F. Teknik Penjaminan Keabsahan Data
Data yang telah dikumpulkan melalui observasi (pengamatan),
wawancara dan studi dokumen di periksa keeabsahannya melalui standart
keabsahan data, kriteria pemeriksaan keabsahan data dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Keterpercayaan (Credibility)
Untuk menjamin tingkat kepercayaan data yang diperoleh dalam penelitian
ini, peneliti akan melakukan:
1) Perpanjangan keikutesertaan, dalam hal ini proses penelitian tidak bisa
dilakukan dalam waktu singkat, peneliti memerlukan waktu yang panjang
untuk ikut sertanya dalam penelitian.
2) Ketelitian pengamatan. Pada kegiatan pengamatan bermaksud
menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan
dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan
diri pada hal-hal tersebut secara rinci.
3) Triangulasi, adalah informasi yang diperoleh dari beberapa sumber
diperiksa dan dibandingkan antara data pengamatan, data wawancara dan
dokumen.
60
Miles, M.B dan Huberman, A.M, Analisis dalam Kualitatif Terj. Tjeptjep Rohendi
Rohidi, (Jakarta: UI Press, 1992), h. 12.
4) Mendiskusikan dengan teman sejawat yang tidak berperan dalam
penelitian sehingga akan mendapatkan masukan dari orang lain.
5) Analisis kasus negatif, yaitu menganalisis dan mencari kasus atau keadaan
yang menyanggah temuan penelitian, sehingga tidak ada lagi bukti yang
menolak temuan penelitian.
6) Melengkapi semua catatan lapangan dengan tanggal, waktu, tempat, orang
dan berbagai aktifitas untuk mendapatkan akses informasi lalu menata
dengan rapi setiap data yang telah berhasil dikumpulkan.
b. Keteralihan (Transferability)
Setiap pembaca laporan penelitian ini diharapkan mendapat gambaran
yang jelas mengenai latar penelitian, agar hasil penelitian dapat diaplikasikan atau
diberlakukan kepada konteks atau situasi lain yang sejenis. Dalam hal ini makin
sama konteksnya maka semakin tinggi kemungkinan hasil penelitian dapat
ditransfer oleh pembaca laporan penelitian ini.
c. Kebergantungan (Dependability)
Kebergantungan (Dependability) yaitu ditunjukkan dengan jalan
mengadakan repliaksi studi. Jika dua atau beberapa kali diadakan pengulangan
suatu studi dalam suatu kondisi yang sama dan hasilnya secara esensial sama,
maka dikatakan reabilitasnya tercapai. Dalam hal ini peneliti dapat mengadakan
wawancara beberapa kali dengan kepala sekolah, guru-guru PAI, siswa juga
berulang mengadakan pengamatan untuk mencari tingkat reabilitas yang tinggi.
d. Kepastian (Confirmability)
Yaitu hasil penelitian yang dapat dialami oleh banyak orang secara
objektif. Dalam hal ini peneliti untuk menguji keabsahan data agar objektif
kebenarannya sangat dibutuhkan beberapa orang narasumber sebagai informan
dalam penelitian. Dengan teknik pemeriksaan data-data yang telah dikumpul
melalui teknik keabsahannya melalui standar keabsahan data seperti yang telah
dikemukakan diatas dengan konsep perpanjangan keikutsertaan dengan
membandingkan data dari studi dokumentasi dengan membandingkan hasil
temuan pengamatan secara langsung ditambah dengan ketelitian pengamatan di
SMA Negeri 1 Tanjung Pura, kemudian data didiskusikan dengan rekan-rekan
sejawat selanjutnya dianalisis dengan membandingkan teori dari beberapa
pendapat ahli.
Dengan teknik pemeriksaan keabsahan data ini diharapkan tingkat
keterpercayaan, ketelitian, kebergantungan dan kepastian data dapat disajikan
secara objektif dan dapat dipertanggungjawabkan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Umum Penelitian
1. Sejarah Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Tanjung Pura
SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura adalah sekolah Negeri yang berada di
bawah Kementrian Pendidikan Nasional. Lokasi Sekolah ini berada di Tengah
Kota Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat. Pendidikan Agama Islam di
laksanakan dengan visi, misi, dan tujuan yang terintegrasi dengan visi, misi, dan
tujuan institusi SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura, yaitu: membentuk para siswa
yang relegius, beriman, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tugas
pokok Pendidikan Agama Islam di sekolah ini adalah menanamkan nilai-nilai
keimanan dam ketaqwaan kepada Allah swt, melalui mata pelajaran yang di ikuti
siswa. Ini merupakan kekuatan tersendiri bagi pengembangan Pendidikan Agama
Islam di SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura.
Namun berbagai potensi yang di miliki SMA Negeri 1 Model Tanjung
Pura tersebut terlihat belum tergali secara optimal, karena bila semua potensi di
gali dan diberdayakan maka hasil yang di peroleh Pendidikan Agama Islam
tentunya lebih dari seperti yang di dapatkan sekarang ini. Hal ini disebabkan
karena keterbatasan kemampuan sekolah dalam menggali dan memberdayakan
potensi akademik Pendidikan Agama Islam di sekolah ini. Kemungkinan lain
adalah manajemen pengelolalamn sekolah maupun pembelajaran Pendididkan
Agama Islam khusunya belum berjalan dengan baik, misalnya pihak sekolah
beum terlalu luwes menyikapi aspirasi guru Pendidikan Agama Islam dalam
melakukan berbagai inovasi pendidikan dan kerjasama dengan pihak luar dalam
pengembangan Pendidikan Agama Islam.61
61
Wawancara dengan Drs. Muhammad (Guru Pendidikan Agama Islam SMA Negeri 1
Moddel Tanjung Pura), pada 12 November 2018.
a. Partisipasi Warga Sekolah dalam Pengelolaan Sekolah
SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura sebagai lembaga yaang bercita-cita
menghasilkan lulusan yang dapat melanjutkan dan memasuki perguruan tinggi
yang favorit di negeri ini, selama ini sudah banyak alumninya yang diterima di
berbagai perguruan tinggi negeri. Hal ini merupakan prestasi tersendiri, karena
ini adalah potensi yang bukanlah mustahil dapat di gali lebih dalam lagi untuk
meningkatkan serta upaya mengembangkan Pendidikan Agama Islam. Termasuk
dalam upaya pengembangan aspek metodologi pembelajaran Pendidikan Agama
Islam.
Pimpinan sekolah yang sangat peduli dengan pembentukan karakter
Islami peserta didik dan para guru yang memiliki latar belakang pendidikan
dalam bidangnya merupakan suatu situasi yang sangat kondusif dalam
mengembangkan Pendidikan Agama Islam.62
Demikian juga lingkungan belajar,
jumlah peserta didik bahkan hampir dari semua warga sekolah adalah muslim dan
upaya sekolah untuk menciptakan Religious Culture mampu memberikan
kontribusi terhadap pengembangan Pendidikan Agama Islam.
b. Penyediaan Fasilitas Belajar Pendidikan Agama Islam
Dukungan fasilitas fisik untuk pembelajaran Pendidikan Agama Islam
yang bersifat kegiatan ekstrakurikuler. Komitmen dan spirit pengabdian seluruh
warga sekolah terhadap pencapaian visi dan misi sekolah serta pengembangan
kehidupan keagamaan di SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura, dapat di jadikan
sebagai media pendidikan di sekolah. Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan
Agama Islam berjalan dengan lancar berkat dukungan fasilitas yang cukup
memadai seperti ruang kelas, sarana ibadah berupa masjid, komputer, buku-buku
sumber Pendidikan Agama Islam dan fasilitas pendukung lainnya.63
62
Observasi pada SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura selama bulan November 2018. 63
Observasi pada SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura selama bulan November 2018
c. Dukungan Warga Sekolah SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura
Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1
Model Tanjung Pura dapat berjalan dengan baik dan lancar apabila ada dukungan
moral dari semua elemen sekolah. Komitmen semua warga sekolah terhadap
pencitaan sekolah yang religius Islami merupakan kekuatan bagi pengembangan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam dimana upayanya adalah menciptakan
kehidupan beragama di sekolah dengan karakter islami. Maka jika sekolah
berkomitmen terhadap cita-cIta dan visi misi sekolah memberikan dukungan
positif terhadap pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Dukungan tersebut dibuktikan dengan kepedulian dan keterlibatan
lamgsung kepala sekolah dalam pengembangan pembelajaran Pendidikan Agama
Islam terutama dalam pembentukan karakter islami peserta didik. Kejelasan dari
visi dan misi dan tujuan Pendidikan Agama Islam dan keintegrasiannya dengan
visi, misi dan tujuan institusi SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura merupakan
strategi yang menjadi kekuatan dan spirit moral bagi pengembangan pembelajaran
Pendidikan Agama Islam.
2. Visi dan Misi Sekolah Menengah Atas Negeri 1Model Tanjung Pura
Visi merupakan atribut kunci kepemimpinan, termasuk kepemimpinan
akademik di sekolah. Visi sekolah pada intinya adalah statemen paling
fudamental (fundamental statement) mengenai nilai, aspirasi, dan tujuan institusi
persekolahan.64
Oleh karena itu, visi sekolah merupakan kunci keberhasilan
sebuah lembaga sekolah yang di kelola secara profesional. Visi yang baik di
rumuskan secara sederhana dan terfokus, dapat di tangkap maknanya oleh staf
atau tenaga pelaksana, menggambarkan kepastian, dapat di laksanakan, serta
realistis. Dengan visi yang jelas, akan memudahkan warga sekolah menetap
64
Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah : Dari Unit Birokrasi ke Lembaga
Akademik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 73
cara-cara untuk mencapainya. Cara-cara untuk mencapai/mewujudkan visi itulah
yang disebut misi.65
Adapun visi dan misi Sekolah Menengah Negeri 1 Model Tanjung Pura
Ajaran 2018/2019 sebagai berikut:
a. Visi
Dalam usaha mewujudkan tujuan pendidikan nasional sekolah harus
menyusun visi dan misi sekolah. Untuk mencapai diperlukan program kerja yang
baik dan berkelanjutan. Visi SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura adalah:
―Unggul dalam kompetensi akademik dan seni berdasarkan iman dan
taqwa menuju insan mandiri yang di jiwai oleh nilai-nilai budaya dan karakter
bangsa‖
Visi Sekolah SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura diwujudkan melalui
beberapa indikator keberhasilan:
1. Unggul dalam peningkatan rata-rata nilai ujian Nasional
2. Unggul dalam lomba Olimpiade Sains Nasional (OSN)
3. Berprestasi dalam olahraga, pramuka, dan seni
4. Unggul dalam disiplin waktu
5. Unggul dan aktif di setiap kegiatan keagamaan
6. Unggul dalam kepedulian pelestarian lingkungan hidup
b. Misi
Untuk mencapai visi tersebut , SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura
mengembangkan misi sebagai berikut:
1. Memberdayakan tenaga pendidik dan kependidikan yang memenuhi
standar yang di tetapkan.
65
Husaini Utsman, Manajemen Teori, Praktik, dn Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2010), h. 626
2. Menanamkan kedisiplinan melalui budaya bersih, budaya tertib, dan
budaya kerja.
3. Menumbuhkan penghayatan terhadap budaya dan seni daerah
sehingga menjadi salah satu sumber kearifan berperilaku dan
bermasyarakat.
4. Menumbuhkan inovasi dalam kehidupan sehari-hari yang dapat
menunjang pengembangan profesionalisme.
5. Memberdayakan seluruh komponen sekolah dan mengoptimalkan
sumber daya sekolah dalam mengembangkan potensi dan minat
peserta didik secara optimal.
Kebijakan yang sangat mendasar dalam upaya mencapai tujuan visi dan
Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Model Tanjung Pura yaitu mewujudkan
komitmen yang sama dari semua pihak bahwasanya yang bertanggung jawab
dalam mewujudkan visi dan misi yang telah dibuat, kemudian ada komitmen
yang sama antara warga sekolah, kemudian komitmen yang sama antara warga
sekolah dengan warga masyarakat setempat dalam mewujudkan visi dan SMA
Negeri 1 Model Tanjung Pura karena seluruh program yang akan direalisasikan
oelh madrasah, sangat membutuhkan masyarakat.
Apabila komitmen ini terbentuk dan semua pihak yang terkait
menjalankan sesuai dengan tugas dan fungsinya dengan baik maka SMA Negeri
1 Model Tanjung Pura akan berhasil mewujudkan visi dan misinya sehingga
SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura menjadi sebuah Lembaga Pendidikan yang
dapat memberikan jawaban dari harapan-harapan orang tua, masyarakat, bangsa,
negara dan agama.
3. Struktur Organisasi
Sejak awal berdirinya SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura, perkembangan
struktur organisasi madrasah mengalami perubahan sesuai dengan proses
pendidikan atau pembelajaran yang di kelola di lingkungan sekolah tersebut.
Struktur organisasi yang peneliti temukan secara umum di SMA Negeri 1 Model
Tanjung Pura menunjukkan bahwa setiap guru mengusahakan kegiatan sesuai
dengan aturan dan tata tertib madrasah, artinya pengambilan setiap keputusan
dalam membentuk karakter peserat didik di SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura
sesuai dengan aturan dan tata tertib yang tealah di buat,
Struktur organisasi sekolah merupakan mekanisme kerja organisasi itu
yang menggambarkan unit-unit kerjanya dengan tugass individu di dalam beserta
kerja samanya dengan individu-individu lainnya, dan hubungan antara unit-unit
kerja itu baik secara vertikal maupun horizontal.66
66
Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h. 61
Kepala Sekolah
Drs. Syafruddin
KETUA KOMITE
Muhayat
K.A BIDANG TU
Suparno
PKS KURIKULUM
Ahmad Khairi, M.Pd
PKS KESISWAAN
Drs. Arbain
PKS SARANA DAN
PRASARANA
Drs. Romi Martang
PKS LABORATURIUM
Dra. Delta Simajuntak
KOORDINATOR BP
Drs, Arifin Nainggolan
PESERTA DIDIK DEWAN GURU
Menurut penemuan peneliti secara umum gambaran budaya struktur
organisasi SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura khususnya prilaku Kepala
Sekolah senantiasa melakukan hubungan tatap muka (face to face) terhadap
bawahan di beberapa bidang struktur organisasi yang dimiliki sekolah, hal
tersebut bertujuan untuk mengarahkan pada kemajuan dan semangat kerja secara
profesional sesuai dengan bidangnya masing-masing.
Dede Rosyada mengatakan bahwa organisasi struktur sekolah juga
memiliki hierarki kewenangan, antara kepala sekolah dengan wakil kepala
sekolah, guru dengan tata usaha.67
Karena dengan adanya jenjang kewenangan ini
maka akan terbentuklah sistem kerja yang baik, sehingga tidak akan terjadi
kewenangan yang tumpang tindih.
4. Tujuan SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura
Tujuan sekolah sebagai bagian dari tujuan pendidikan nasional adalah
meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Secara
lebih rinci tujuan SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura Kabupaten Langkat
Propinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut:
a. Menyediakan sarana prasarana pendidikan yang memadai.
b. Melaksanakan proses belajar mengajar secara efektif dan efesien, sesuai
dengan tuntutan Kurikulum 2013 dengan menerapkan pembelajaran
saintifik yang mencakup domain sikap, pengetahuan, dan keterampilan,
serta melakukan penilaian autentik.
c. Meningkatkan kinerja masing-masing komponen sekolah (Kepala
Sekolah, tenaga pendidik, karyawan, peserta didik dan komite sekolah)
untuk bersama-sama melaksanakan kegiatan yang inovatif sesuai dengan
Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) masing-masing.
67
Dede Rosada, Paradigma Pendidikan Demokratis: Sebuah Model Pelibatan
Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 226
d. Meningkatkan program ekstrakurikuler dengan mewajibkan kegiatan
kepramukaan bagi seluruh warga, melalui kegiatan Gugus Depan, MOS
dan Kegiatan Akhir Pekan.
e. Mewujudkan peningkatan kualitas lulusan yang memiliki sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang seimbang, serta meningkatkan jumlah
lulusan yang melanjutkan ke perguruan tinggi.
f. Menyusun dan melaksanakan tata tertib dan segala ketentuan yang
mengatur operasional warga sekolah.
g. Meningkatkan kualitas semua Sumber Daya Manusia baik tenaga
pendidik, tenaga kependidikan dan peserta didik melalui berbagai
kegiatan dan pembiasaan.
h. Membantuk sikap dan perilaku dalam menjaga fungsi kelestarian
lingkungan.
i. Mengembangkan sikap peduli lingkungan dan menciptakan lingkungan
yang bersih dan sehat.
j. Meningkatkan kesadaran dan partisipasi warga sekolah dalam mengatasi
kerusakan lingkungan.
k. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dalam mewujudkan lingkungan
yang asri.
5. Data Sekolah
o Nama Sekolah : SMA NEGERI 1 TANJUNGPURA
o Alamat : Jl Sudirman No 52 Tanjungpura
- Kode Pos : 20853
- No Telp. : (061) 8960155
- Email : [email protected]
- Website : www.smanegeri1tanjungpura.webs.com
o Kelurahan : Pekan Tanjungpura
o Kecamatan : Tanjnngpura
o Kabupaten : Langkat
o Provinsi : Sumatera Utara
o NIS : 300420
o NSS : 301070208004
o NPSN : 10201334
o Tahun Berdiri : 9 Desember 1963 - SK Pepelrada No.
kep.
0085/Pepelrada/7/1966, tanggal 14 Juli
1966
o Status Tanah : Milik Pemerintah Kabupaten Langkat,
o Luas Tanah :2144 m2
o Status Bangunan : Milik Pemerintah Kabupaten Langkat
o Luas Bangunan : 2.693 m2
o No. Rekening Sekolah : 0297850049
o Nama Bank : Bank PT BNI
6. Kepala Sekolah
Identitas Diri
o Nama Lengkap : Drs. SYAFRUDDIN
o NIP : 19660525 199303 1 006
o Pangkat/Gol/Ruang : Pembina/IV/a
o Jenis Kelamin : Laki-laki
o Tempat/Tgl. Lahir : Stabat/25 Mei 1966
o Alamat Rumah : Jalan Karya Bakti Lingkungan V Stabat
o No. Telp. Rumah/HP : 081361239254
o Pendidikan Terakhir : S-2
o Jurusan : Pendidikan Sejarah
o Riwayat Pendidikan
- Sekolah Dasar (SD) Negeri No. 50656 Stabat kabupaten Langkat
Tamat Tahun 1978
- Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri Stabat di Kabupaten
Langkat Tamat Tahun 1982
- Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri Stabat Kabupaten Langkat
Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Tamat Tahun 1985
- Program S-1 Jurusan Pendidikan Sejarah IKIP Negeri Medan Tamat
Tahun 1990
- Program S-2 Jurusan Manajemen Pendidikan STIE IPWIJA Tamat
Tahun 2012
o Riwayat Pekerjaan
- Dari Tahun 1984 s.d 2003 menjadi Guru Sejarah di SMA Negeri
o Pelatihan yang Pernah Diikuti
No Tahun Nama Pelatihan Lama
Pelatihan Tempat
1. 1990 Pelatihan Guru Sejarah 100 jam BPG Medan
2. 1997 Pelatihan Guru Sejarah 85 jam BPG Medan
3. 1998 Pelatihan Calon Kepala
Sekolah 160 jam BPG Medan
4. 2004 Diklat Karya Tulis 32 jam Dinas P dan P
Langkat
7. Daftar Nama-nama Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Tanjungpura
No Nama Kepala
Sekolah Masa Tugas
Saat Ini
Bertugas Keterangan
1. Moesthar Soekoen 1964-1974 - Meninggal
Dunia
2. Drs. Usman 1975-1982 - Meninggal
Dunia
3. H. Aminullah Lubis 1982-1989 - Meninggal
Dunia
4. Plh. Drs. Umar 1989 Pensiun
Baki
5. Plh. Drs.
Amiruddin 1990
Dewan Pend.
Langkat
6. Drs. Ismail 1991-1994 - Meninggal
Dunia
7. Lisanol Fahmi, BA 1995-1996 Pensiun
8. Drs. Zainal Arifin
HS 1996-1997 Pensiun
9. Drs. Amiruddin
Tanjung 1997-1998 -
Meninggal
Dunia
10. Drs. Jamaluddin 1998-2001 - Meninggal
Dunia
11. Drs. Amiruddin Z 2002-2009 Pensiun
12. Drs. Payung
Sembiring 2009-2010 Pensiun
13. Drs. Sumardi 2010-2013 SMAN 1
Binjai
14. Drs. Syafruddin 2013 s.d
Sekarang
8. Sumber Daya Tenaga Edukatif dan Administratif
a. Data Keadaan Guru Tahun Pembelajaran 2018/2019 terlampir.
b. Data Kelebihan Kekurangan Guru (DAKL) terlampir
c. Data Tenaga Administratif terlampir
9. Data Siswa
a. Jumlah Rombongan Belajar : 21 Rombongan Belajar
o Kelas X : 6 Rombongan Belajar
- Kelas X MIA : 4 Rombongan Belajar
- Kelas X IIS : 2 Rombongan Belajar
o Kelas XI : 5 Rombongan Belajar
- Kelas XI MIA : 3 Rombingan Belajar
- Kelas XI IIS : 2 Rombongan Belajar
o Kelas XII : 10 Rombongan Belajar
- Kelas XII MIA : 7 Rombongan Belajar
- Kelas XII IIS : 3 Rombongan Belajar
b. Data Fasilitas Olah Raga
No Jenis Jumalah Kondisi
Baik
Kondisi
Rusak
1. Lapangan Futsal 1 1 -
2. Lapangan Basket 1 1 -
3. Lapangan Volley 1 1 -
4. Lapangan Sepak
Takrau 1 1 -
5. Lapangan
Badminton 1 1 -
6. Lapangan Lompat
Jauh - - -
c. Data Kelengkapan Administrasi Sekolah
No. Kelengkapan Ada Tidak Jumlah
1. Buku Induk Siswa √
2. Buku Mutasi √
3. Buku Mutasi √
4. Buku Tamu √
5. Buku Absensi Guru √
6. Buku Absensi Siswa √
7. Buku Klepper (PMB) √
8. Buku Kas Umum √
9. Buku Catatan Khisus √
10. Buku Ekspedisi √
11. Buku Agenda √
12. Gambar Presiden RI √
13. Gambar Wakil
Presiden RI √
14. Gambar Garuda
Pancasila √
15. Gambar Pahlawan √
16.. Naskah Pancasila √
17. Naskah Proklamasi √
18. Naskah UUD 1945 √
19. Naskah Sumpah
Pemuda √
20. Naskah Janji Siswa √
21. Naskah Kode Etik
Guru √
22. Naskah Panca Prasetya
Kopri √
23. Tata Tertib Guru √
24. Tata Tertib Siswa √
25. Tata Tertib Upaca
Bendera √
26. Roster Pelajaran √
27. Daftar Piket √
28. Papan Data √
29. Papan Pengumuman √
30. Jam Dinding √
31. Filing Kabinet √
32. Bendera Merah Putih √
33. Tiang Bendera √
34. Plang Sekolah √
d. Prestasi yang Pernah Dicapai oleh Sekolah (Akademik / Non
Akademik)
No Nama Kegiatan / Prestasi yang Diperoleh Tahun
1. Juara II Sepak Bola Pelajar SLTA Cup-II Tingkat
Kabupaten Langkat 1988
2. Juara-I Gerak Jalan Putra HUT RI ke 43 Kabupaten
Langkat 1988
3. Juara II Putra Bola Volly Pelajar SLTA Tingkat
Kabupaten Langkat 1989
4. Juara I Gerak Jalan Putri Tingkat SLTA Hardiknas
Tingkat Kabupaten Langkat 1990
5. Juara I Marchingband Tingkat Kabuapaten Langkat 2000
6. Juara III O2SN Tingakat Privinsi Cabang Pencak
Silat 2018
e. Data Perolehan Nilai Rata-rata Ujian Nasional
Tahun
Program IPA Program IPS
Bhs.
Indonesia
Bhs.
Inggris Matematika
Bhs.
Indonesia Bhs. Inggris Ekonomi
2011 – 2012 8,37 8,44 8,94 8,38 8,49 7,60
2012 – 2013 7,58 7,80 7,96 6,02 7,11 7,73
2013 – 2014 8,37 8,44 8,44 8,94 8,38 7,80
2014 – 2015 8,57 8,74 7,96 8,94 8,38 8,30
2015 – 2016 8,28 8,94 7,36 7,94 8,98 8,70
f. Data Prasarana Sekolah
No Sarana Ada Tidak Jumlah Kondisi Fisik
Jumlah Ket Baik RR RB
1. Kantor Kepala Sekolah √ - 1 1 - - 1 -
2, Kantor Wakil Kepala
Sekolah √ - 3 3 - - 3 -
3. Kantor Guru √ - 1 1 - - 1 -
4. Kantor Tata Usaha √ - 1 1 - - 1 -
5. Ruangan Kelas √ - 21 21 - - 21 -
6. Laboratorium √ - 2 2 - - 1 -
7. Laboratorium Komputer √ - 1 1 - - 1 -
8. Laboratorium Bahasa √ - - - - - -
9. Perpustakaan √ - 1 1 - - 1 -
10. Ruang BP/BK √ - 1 1 - - 1 -
11. Gudang √ - 1 1 - - 1 -
12. Kamar Mandi Guru √ - 1 1 - - 1 -
13. Kamar Mandi Siswa √ - 6 6 - - 6 -
14. Ruang OSIS √ - 1 1 - - 1 -
15. Rumah Penjaga Sekolah √ - 1 1 - - 1 -
16. Mushala √ - 1 1 - - 1 -
17. Kantin Sekolah √ - 3 3 - - 3 -
g. Data Sarana Sekolah
No Mobiler
Jumlah Mobiler Tahun
Pengadaan Kepala Sekolah Guru Siswa
Baik RR RB Baik RR RB Baik RR RB
1. Meja 2 20 400 84 85/11
2. Kursi 5 60 900 68 84/10
3. Lemari 3 2 1 - 8 2 85/11
h. Data Fasilitas Olah Raga
No Jenis Jumlah Kondisi
Baik
Kondisi
Rusak
1. Lapangan Futsal 1 1 -
2. Lapangan Basket 1 1 -
3. Lapangan Volley 1 1 -
4. Lapangan Sepak Takrau 1 1 -
5. Lapangan Badminton 1 1 -
6. Lapangan Lompat Jauh - - -
i. Data Kelengkapan Administrasi Sekolah
No. Kelengkapan Ada Tidak Jumlah
1. Buku Induk Siswa √
2. Buku Mutasi √
3. Buku Mutasi √
4. Buku Tamu √
5. Buku Absensi Guru √
6. Buku Absensi Siswa √
7. Buku Klepper
(PMB) √
8. Buku Kas Umum √
9. Buku Catatan
Khisus √
10. Buku Ekspedisi √
11. Buku Agenda √
12. Gambar Presiden RI √
13. Gambar Wakil
Presiden RI √
14. Gambar Garuda
Pancasila √
15. Gambar Pahlawan √
16.. Naskah Pancasila √
17. Naskah Proklamasi √
18. Naskah UUD 1945 √
19. Naskah Sumpah
Pemuda √
20. Naskah Janji Siswa √
21. Naskah Kode Etik
Guru √
22. Naskah Panca
Prasetya Kopri √
23. Tata Tertib Guru √
24. Tata Tertib Siswa √
25. Tata Tertib Upaca
Bendera √
26. Roster Pelajaran √
27. Daftar Piket √
28. Papan Data √
29. Papan Pengumuman √
30. Jam Dinding √
31. Filing Kabinet √
32. Bendera Merah
Putih √
33. Tiang Bendera √
34. Plang Sekolah √
j. Prestasi yang Pernah Dicapai oleh Sekolah (Aademik / Non Akademik)
No Nama Kegiatan / Prestasi yang Diperoleh Tahun
1. Juara II Sepak Bola Pelajar SLTA Cup-II Tingkat
Kabupaten Langkat 1988
2. Juara-I Gerak Jalan Putra HUT RI ke 43
Kabupaten Langkat 1988
3. Juara II Putra Bola Volly Pelajar SLTA Tingkat
Kabupaten Langkat 1989
4. Juara I Gerak Jalan Putri Tingkat SLTA
Hardiknas Tingkat Kabupaten Langkat 1990
5. Juara I Marchingband Tingkat Kabuapaten
Langkat 2000
6. Juara III O2SN Tingakat Privinsi Cabang Pencak
Silat 2018
10. Daftar Tamatan
Tahun
Tamatan
Tamatan (%) Rerata Nilai
UAN
Siswa yang
Lanjut ke PT
(%)
Jumlah Target Hasil Target Jumlah Target
2012/2013 100 100 71.01 68.50 25 30
2013/2014 100 100 71, 03 70.00 42 45
2014/2015 100 100 73.12 71.00 57 50
2016/2016 100 100 75.34 72.00 67 60
11. Kegiatan Ekstrakurikuler yang di Selenggarakan di Sekolah
a. Pramuka
b. PMR dan UKS
c. Paskibra
d. Pduan Suara
e. Pembinaan OSN
f. Seni Tani Tari
g. Olah Raga (Futsal, Pencak Silat, dan Bola Volley)
12. Prasarana Sekolah
a. Gedung yang Dimiliki Sekolah
b. WC dan Kamar Mandi
No Jenis
Keberadaan
Luas (m2)
Fungsi
Ada Tidak
Ada Ya Tidak
1. Ruang Kepala Sekolah √ 27.5 √
2. Ruang Wakil Kepala Sekolah √ 32 √
3. Ruang Guru √ 120 √
4. Ruang Layanan Bimbingan dan
Konseling √ 36 √
5. Ruang Tamu √ 18 √
Peruntukan
Keberadaan Luas
(m2)
Jumlah
Kondisi
Ada Tidak Baik Tidak
Baik
Kepala Sekolah √ 3 1 √
Guru/Karyawan Laki-laki √ 3.5 1 √
c. Laboratorium dan Ruang Praktik
B. Temuan Khusus Penelitian
1. Apa Saja Problem yang di Alami oleh Peserta Didik di SMA Negeri
1 Model Tanjung Pura dalam Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam Terhadap Pembentukan Karakter Islami
a. Pendidik
Menurut Ahmad Fauzi S.Pd.i, sebagai Guru Pendidikan Agama Islam di
SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura, beliau menjelaskan bahwa: ‖Problem yang
dialami dari Pendidikan Agama Islam Terhadap pembentukan Karakter Islami
siswa SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura adalah ada beberapa faktor yakni:
Pendidik, Peserta Didik, Kurikulum, Metode Pembelajran, Sarana dan Prasarana,
serta Evaluasi.
Pendidik menurut Ahmad Fauzi sebagai guru agama SMA Negeri 1 Model
Tanjung Pura ia menuturkan bahwa kendala yang di hadapi oleh pendidik dalam
hal pembentukan karakter Islami peserta didik adalah kurangnya didikan orang
Guru/Karyawan Perempuan √ 4.2 1 √
Siswa Laki-laki √ 3 13 √
Siswa Perempuan √ 3 13 √
Jenis Lab/Ruang
Praktik
Keberadaan
Luas
(m2)
Penggun
aan
(Jam/Mi
nggu)
Kondisi Berfungsi
Ada Tidak
Ada Baik
Tidak
Baik Ya Tidak
Fisika √ 72 14 √ √
Kimia √ 60 14 √ √
Biologi √ 120 14 √ √
Bahasa √ 120 - - -
Keterampilan √ - - - -
Ruang Ibadah √ 2703 10 √ √
tua terhadap pengetahuan agama peserta didiknya. Sehingga apa yang di ajarkan
di sekolah peserta didik lebih sulit untuk di atur dan di didik dengan baik.
Ahmad Fauzi S.Pd.i sendiri menuturkan dalam faktor Peserta Didik sendiri
kebanyakan karakter yang di bawa dari rumah sehingga susah untuk dibentuk
yang baiknya di sekolah. Sedangkan kalau pengetahuannya sendiri ia
menuturkan bahwa bisa di terapkan dan diselaraskan dengan kebijakan sekolah,
beliau juga menuturkan bahwa faktor utama dari penanaman nilai karakter
tersebut di karena faktor keluarga yang berbeda-beda dan pendidikan SMP yang
berbeda sehingga sulit untuk mendidik sesuai dengan akhlak yang telah di
ajarkan sesuai kurikulum. Beliau juga menuturkan bahwa tingkat masih sangat
rendah. Moral menurut beliau memaparkan bahwa moral juga merupakan
tantangan yang terberat yang mana dari peserta didik ini memiliki latar belakang
keluarga yang berbeda dan lingkungan yang berbeda sehingga susah
membentuknya di sekolah dengan jam yang sangat sedikit.68
Beliau juga menuturkan bahwa ada kerjasama antara Guru dan Orang Tua
dalam pembentukan karakter peserta didik. Dimana pihak sekolah mengadakan
sebuah Program untuk membentuk karakter islami para peserta didik dengan
program Taman Siswa Pendidikan Islam Agar mengingat Allah terutama peserta
didik yaitu melaksanakan shalat dhuha ketika jam nya telah tiba. Dan beliau juga
menuturkan bahwa peserta didik ini juga harus di ancam agar melakukan kegiatan
tersebut. Di karenakan peserta didik di atur atau dididik sehingga ancaman
terhadap nilai agar mau melaksanakan program yang telah di buat.
Ahmad Fauzi S.Pd.i juga menuturkan bahwa adanya Reward dan
Punishment dalam program yang telah mereka rencanakan. Agar peserta didik
terbiasa melaksanakan shalat. Di karenakan jumlah Guru Pendidikan Agama
Islam sangat sedikit sedangkan peserta didik banyak. Sehingga cara mengontrol
peserta didik dengan program yang telah di canangkan ini. Tidak hanya program
68
Hasil Wawancara dengan Ahamad Fauzi S.Pd.i, Selaku Guru Pendidikan Agama Islam
di SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura pada hari Kamis, pada tanggal 08 November 2018, jam
09:30 di ruang Guru SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura.
Taman Pendidikan Islam tetapi ada juga program lainnya yakni Pengajian rutin di
luar sekolah yang dianggap penting bagi penanaman karakter Islami peserta didik.
Pengajian ini di laksanakan dimana peserta didik tinggal dan di atur jadwalnya
sesuai Jumlah peserta didik.
Usaha yang di lakukan oleh Guru ini agar tidak ada alasan dari orang tua
peserta didik apabila ada tingkah laku dari peserta didik ini yang tidak sesuai
dengan norma. Maka Guru tidak bisa disalahkan oleh orang tua dalam
pembentukan karakter islami peserta didik. Ahmad Fauzi juga menuturkan bahwa
guru ada usaha yang di lakukan dalam penanaman nilai karakter islami peserta
didik. Beliau juga menuturkan bahwa pendidikan pertama bukan dari Guru
melainkan orang tualah pendidikan pertama.
Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam banyak di tanamkan nilai
pendidikan karakter Islami peserta didik. Tidak hanya itu, beliau juga menuturkan
bahwa kurikulum K-13 ini memang benar-benar memenuhi kebutuhan peserta
didik. Namun bagi peserta didik memang sulit untuk menetapkannya dan
melaksanakannya. Metode yang di gunakan oleh Ahamad Fauzi banyak di
gunakan metode ceramah aja yang di sukainya, terkadang juga metode diskusi
sesuai tema pelajarannya. Beliau menuturkan ukuran jam pelajarannya tidak
maksimal dan tidak efektif bagi peserta didik dalam penanaman nilai karakter
islami peserta didik.
Beliau menuturkan bahwa ada guru lain yang ikut berpartisipasi dalam
penanaman nilai karakter islami peserta didik. Arahan yang diberikan oleh guru
lainnya membimbing di luar jam pelajaran. Guru memberikan peluang waktu
untuk murid memberikan keluh kesahnya atau ada masalah peserta didik yang
ingin dibantu penyelesaian masalahnya. Dan guru ini juga membuat group dan
para guru serta peserta didik partisipasi dalam group tersebut dalam penyelesaian
masalah. Dalam hubungan Guru dan Orang Tua juga ada setiap peserta didik
nomor HP orang tuanya ada di guru. Jadi ketika peserta didik tidak hadir atau
terlambat ke sekolah maka pihak guru langsung menelpon orang tua peserta didik.
Orang tua juga ikut serta dalam penanaman karakter islami peserta didik.
Bahkan beberapa kedepan kehadiran peserta didik pakai pinger print agar
terkoneksi ke orang tua biar orang tua tau bahwa anaknya ke sekolah atau tidak.
Pelajaran agama tidak semuanya di terapkan karena ini sekolah umum. Jadi
pelajaran agama tidak semua di pelajari. Dalam kegiatan membaca alquran ada
setiap sebelum belajar langsung melaksanakan dalam waktu 15 menit.
Para guru agama juga mengusahakan beberapa waktu kedepan membuat
kultum sebelum shalat dzuhur dan imamnya di ambil dari kelas agar tertanamnya
sifat tanggungjawab oleh peserta didik. Beliau juga menuturkan bahwa dalam
pemakaian jilbab tidak di batasi terlalu ketat hanya saja jangan memakai pakaian
ketat atau baju gantung dan berlipstick. Guru lain juga ikut andil dan mendukung
dalam mendidik moral mereka. Problem dalam kurikulum bahwa k-13 ini banyak
peserta didik harus mencari sendiri pengetahuannya, namun banyak juga peserta
didik yang tidak mau mencari tahu dan lebih banyak mengandalkan informasi dari
gurunya langsung.
Kelemahannya dalam k-13 ini banyak peserta didik yang lebih
mengandalkan temannya dan ikut numpang nama saja dalam pembelajaran. Tidak
ada niat untuk mencari hanya mengandalkan yang aktif saja. Bahkan ada beberapa
peserta didik hanya mengandalkan materi saja dalam untuk mendapatkan nilai.
Ahmad Fauzi sendiri menganggap membuat RPP K-13 susah susah gampang dan
terkendala oleh uang. Dimana setiap guru wajib membina akhlak peserta didik
dan semua guru saling mengaplikasikan penanaman nilai karakter peserta didik.
Ahmad Fauzi menuturkan kenakalan peserta didik di SMA Negeri 1
Model Tanjung Pura ini adalah jatuh cinta dan mengatasnamakan bahwa jatuh
cinta nya itu dengan nilai Islami. Dengan Ta‘aruf chat tentang agama
mengataskan nama Islam dan Menghancurkan Islam. Pacaran dan pergaulan
antara mahram membuat peserta didik banyak yang menyimpang tingkah lakunya.
Setiap malam rabu beliau mengadakan pengajian agar bisa merubah moral peserta
didik dan mengulang pembelajaran yang telah di ajarkan. Saya selalu masuk
dalam kehidupan peserta didik untuk membantu mengawasi tingkah laku peserta
didik. Agar penanaman nilai karakter peserta didik menjadi lebih baik.
Adapun Ekstrakurikuler yang di ikuti oleh peserta didik adalah Rohis
terutama untuk penanaman nilai karakter islami peserta didik. Kemudian ada
kegiatan pramuka juga ada di tanamkan penanaman nilai agama, seperti mandi
wajib, shalat jenazah, khatib dan lain-lainnya. Problem yang di hadapi dalam
ekstrakurikuler adalah waktu yang sangat dominan di hadapi. Dan jarak yang jauh
juga menjadi hambatan dalam ekstrakurikuler.
Adapun metode yang efektif di gunakan ialah diskusi dan tanya jawab.
Beliau juga guru yang termasuk memberikan tugas tapi memberikan dokumen
yang apabila ada cara islami yang sangat diinginkan beliau, serta metode hafalan
beliau gunakan juga. Problem antara guru tidak ada semua ikut andil dan
mengontrol serta saling sport dalam membentuk karakter islami peserta didik. Dan
semua guru bertanggung jawab dalam pembentukan karakter islami.
Paskibra merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang sangat di minat oleh
peserta didik, lalu kemudian kedua Rohis dan ketiga Pramuka. Anak rohis itu ada
64 akhwat aktif dan 14 ikhwan yang aktif dalam rohis ini di sebabkan jumlah
perempuan lebih banyak di bandingkan laki-laki. Beliau juga menuturkan Hidup
tanpa Agama Buta, karena memang pun sehebat-hebatnya ketika di alam kubur
yang di tanyakan agama bukan yang lain. Agama sangatlah penting, istilahnya
agama ini kepalanya, matematika itu tangannya, biologi dan geograpi kakinya,
dan ekonomi itu tubuhnya. Jadi tidak bisa hidup tanpa agama karena agama
merupakan tuntunan.
Redaksi majalah aktif, rohis aktif, Pramuka aktif, dan menari kebudayaan
juga aktif untuk ekstrakurikulernya. Ada anggaran jelas dan peserta nya juga aktif.
Dari segisarana dan prasarana juga sudah mendukung. Dan lapangan ada, juga
kalau ada acara besar kita bisa alihkan ke Mesjid Azizi. Dalam Pembacaan
alquran untuk panjang pendek serta tajwidnya mampu namun dalam lancar
kajinya agak kurang dari peserta didik SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura.
Program tersendiri dalam membaca alquran di beri waktu 15 menit untuk mengaji
dan kawan yang pandai menyimak kawan yang kurang serta guru ikut menyimak.
Dalam melaksanakan shalat masih ada juga yang belum mengerjakan, yang tidak
shalat di absen dan diberi reward dan punishment.
Guru di SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura juga ikut melaksanakan shalat
dhuha. Sarana dan prasarana berupa lab yang gak ada lab bahasa, sedangkan lab
komputer dan biologi sudah ada. Adapun Evaluasi yang di tanyakan oleh Ahmad
Fauzi adalah tanyakan ulang. Misalnya praktek adalah maka di lakukan praktek.
Karakter yang di dapatkan dalam Pendidikan Agama Islam ini dari sikap tanggung
jawab untuk melaksanakan tugas dan kewajiban yang seharusnya ia lakukan,
disiplin atas apa yang telah di tentukan dan mengumpulkannya tepat waktu, dan
jujur bahwa yang di kerjakan benar-benar hasil sendiri tidak dari hasil melihat
punya teman sehingga kalau di lihat pendidikan karakter peserta didik SMA
Negeri 1 Model Tanjung Pura hanya 70%. Kejujuran sangat penting menurut
Ahmad Fauzi, karena banyak siswa yang mau mengambil punya temannya.
Pada dasarnya orangnya yang ngambil itu-itu aja. Yang biasa melakukan
hal tidak baik ada pemulangan peserta didik dan pemindahan peserta didik. Beliau
juga menuturkan bahwa bukan hanya sekolah umum saja yang prilaku
menyimpang tetapi yang sekolah agama juga menyimpang sesuai individunya
masing-masing. Sehingga menurut beliau dalam penanaman karakter Islami ini
bahwa sulit untuk mengontrolnya di luar kendali setelah selesai sekolah.
Sehingga itu sudah tergantung dari individunya masing-masing yang
penting saya pribadi sudah di tanamkan nilai moral yang baik sesuai yang ada.
Usaha yang sudah saya lakukan itulah semaksimal yang bisa saya lakukan.Untuk
itu untuk sekolah SMA Negeri Model 1 Tanjung Pura sudah berjalan selama 3
tahun sejak tahun 2015. Dan pelaksanaanya sudah mulai berkurang dan tidak
berjalan sesuai yang diinginkan adanya kemerosotan.69
Drs. Syafruddin selaku Kepala Sekolah menuturkan bahwa dalam
penerapan Sekolah Model adalah bagaimana pemenuhan dalam delapan sekolah
standart Nasional. Pemenuhannya sangat tergantung kepada anggaran yang di
terima. Pelaksana sekolah Model yang kedua persentase yang di lakukan masih
dalam proses yakni yang di jalani proses standar dan isi, seperti rpp, silabus atau
metode. Hambatannya ada yang mendukung dari Sumber Daya Manusia, dan
penggunaan IT. Idealnya ada hanya beberapa guru yang menggunakan IT
sementara kalau di lihat standar harus bisa menggunakan IT. Dari 33 yang PNS
hanya 5 guru yang menggunakankan, dan terkendala juga oleh infokus yang
hanya 7 dari 21 kelas.
Adapun Distribusi butir-butir karakter utama ke dalam mata pelajaran
adalah sebagai berikut:
No. Mata Pelajaran Nilai Utama
1. Pendidikan
Agama
Religius, jujur, santun, di siplin, bertanggung jawab,
cinta ilmu, ingin tahu, percaya diri, menghargai
keberagaman, patuh pada aturan sosial, bergaya hidup
sehat, sadar akan hak dan kewajiban, kerja keras, dan
peduli.
2. Pkn Nasionalis, patuh pada aturan sosial, demokratis, jujur,
menghargai keragaman, sadar akan hak dan kewajiban
diri dan orang lain.
3. Bahasa Indonesia Berpikir logis, kritis, kreatif dan inovatif, percatya
diri, bertanggung jawab, ingin tahu, santun, dan
nasionalis
69
Hasil Wawancara dengan Ahmad Fauzi S.Pd.i, Selaku Guru Pendidikan Agama Islam
di SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura pada hari Kamis, pada tanggal 08 November 2018, jam
09:30 di ruang Guru SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura.
4. IPS Nasionalis, menghargai keberagaman, berppikir logis,
kritis, kreatif, dan inovatif, peduli sosial dan
lingkungan, berjiwa wira usaha, jujur dan kerja keras.
5. IPA Ingin tahu, berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif,
jujur, bergaya hidup sehat, percaya diri, menghargai
keberagaman, disiplin, mandiri, bertanggung jawab,
peduli lingkungan dan cinta ilmu
6. Bahasa Inggris Menghargai keberagaman, santun, percaya diri,
mendiri, bekerja sama, dan patuh pada aturan sosial.
7. Seni Budaya Menghargai keberagaman, nasionalis dan menghargai
karya orang lain, ingin tahu, jujur, disiplin dan
demokratis.
8. Penjaskes Bergaya hidup sehat, kerja keras, disiplin, jujur,
percaya diri, mendiri, menghargai karya orang lain
9. TIK/Keterampilan Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif mandiri,
bertanggung jawab, dan menghargai karya orang lain.
10. Muatan Lokal Menghargai keberagaman, menghargai karya orang
lain, nasionalis dan peduli
Pendidikan karakter peserta didik dalam pembentukannya beliau
menuturkan harapan beliau adalah karakter anak sesuai dengan kurikulum K-13
ada 18 nilai karakter dan teramukulasi dalam 5 karakter, yakni nasionalisme,
gotong royong , mandiri dan lain sebagainya. Kita selaku guru masih kesulitan
alam membentuk karakter peserta didik. Karakter Religius walaupun sudah
dikerjakan seperti setiap pagi salaman dan apabila jumpa mengucapkan salam
dan pagi di kelas membaca doa, tetapi repleksinya di luar sekolah kita tidak dapat
pantau satu persatu peserta didik.
Pendidikan karakter dalam pengembangan ibadah, karena juga bangunan
mushola tidak dapat menempung semua peserta didik. Kemudian juga tantangan
eksternal yang banyak, seperti warnet, tempat-tempat mereka bolos yang
terkadang kita sebagai pihak sekolah tidak mampu untuk mengawasinya kesana.
Di samping itu juga sosial kondisi orang tua juga mempengaruhi tuturnya. Pihak
sekolah juga cemas apakah anaknya di suruh shalat atau tidak, karena bisa juga
orang tuanya tidak shalat di rumah. Menurutnya Gangguan terbesar adalah
Televisi yang itu tidak bisa di jangkau mana yang tontonan dan mana yang
tuntunan. Dan peserta didik lebih banyak main HP dari pada membaca buku.
Padahal disekolah SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura memiliki program
Literasi, ada 10 rak buku, yang telah disediakan, dan bukunyapun sudah habis
padahal ini sudah tahun kelima, hanya tersisa buku yang ada di pojok-pojok
sekolah saja. Persoalannya hanya pajangan belum mampu peserta didik
menjadikan buku sebagai kebutuhan. Dan Drs. Syafruddin juga menuturkan
bahwa pernah di buat setiap peserta didik membuat jurnal Literasi peserta didik
wajib stor kepada panitia dan itu hanya berlaku setahun saja.
Setelah itu sangat minim peserta didik sangat kurang minatnya untuk
membaca. Dan untuk daerah Langkat sampai Besitang tidak ada toko buku. Itu
juga merupakan faktor penghambat peserta didik untuk belajar. Dari segi sarana
prasarana ia menuturkan bahwa laboratorium IPA ada dua, laboratorium
komputer ada satu tapi tidak standart, dan perpustakaan ada satu tapi tidak
standart, dan hanya laboratorium IPA yang hanya standart. Untuk Evaluasi dalam
pembentukan karakter peserta didik, mereka SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura
menggunakan Sistem Penjamin Mutu Internasional (SPMI).
Ada raport mutu dari sekolah yang dibuat secra internal, setiap tahun ada
laporan. Setiap guru wajib memakai k-13. Beliau juga menuturkan dalam
pembentukan karakter dari kegiatan ekstrakurikuler adalah Rohis yang bekerja
sama dengan Sekolah Tinggi Jma‘iyah Mahmudiyah (STAI-JM) dalam
pembentukan karakter peserta didik. Pihak sekolah dan orang tua dalam
pembentukan karakter di sekolah, jika teerjadi kesalahan atau kenakalan yang di
lakukan peserta didik, pihak sekolah memenggil orang tua dari peserta didik yang
melakukan kesalahan. Dan peserta didik juga di bina di ruang BP agar
pembentukan karakter tersebut tidak terulang kembali perbuatan yang tidak
terpuji, yang dilakukan oleh peserta didik, Maka di tanamkanlah nilai-nilai
karakter yang baik oleh guru terhadap peserta didik.
Kalau bermasalah Narkoba itu pihak BNN yang datang kemari kesekolah,
namun jika kasus seperti merokok dan mencuri maka pihak BP lah yang akan
menangani kasus peserta didik dan di panggil orang tuanya. Kalau untuk masalah
Narkoba dalam sekolah sepertinya belum ada terjadi. Untuk Drop out dan di
pindahkan belum ada, terputus karena tidak mampu lagi menjangkaunya. Dan
kalaupun Droup out itu disarankan pindah agar jangan peserta didik tidak sekolah
atau putus sekolah kasian tuturnya Kepala Sekolah.
Keteladanan seorang pendidik beliau juga menuturkan dalam kedisiplinan
agar mendidik peserta didik juga agar karakternya lebih baik. Adapun untuk
kedisiplinan terhadap guru yakni dengan menggunkan Pinger Print. Dan beliau
juga menuturkan ada rapat yang dilakukan pihak sekolah terhadap guru agar guru
tahu bagaimana menjadi guru profesional. Dan mengajarkan guru mengucapkan
kata-kata kesopanan walaupun tidak semua guru seperti itu, masih ada guru yang
tidak sopan.70
Nurlina S.Pd mengatakan bahwa penanamana nilai karakter pada Peserta
didik adalah nilai tanggung jawab dalam mengerjakan tugas yang di berikan,
jujur, disiplin terhadap pengumpulan tugas yang diberikan dan lain sebagainya.
Beliau Guru Kimia ia hanya menanamkan karakter peserta didik dengan cara
menasehati dan memberi arahan yang baik terhadap peserta didik. Secara tertulis
ia mengatakan dalam mengevaluasi peserta didik dengan cara lihat tingkah peserta
didik, apakah mengerjakan PR yang disuruh atau tidak.
Dalam pembentukan karakter beliau menuturkan tidak ada kesulitan
dalam pembentukannya. Beliau juga suka menasehati bagaimana menggunakan
70
Hasil Wawancara dengan Drs. Syafruddin, Selaku Kepala Sekolah di SMA Negeri 1
Model Tanjung Pura pada hari Jum‘at, pada tanggal 09 November 2018, jam 08:22 di ruang
Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura
jilbab sesuai syariat Islam. Antara Muslim dan Non Muslim di jadikan satu kelas,
beliau tidak membeda-bedakan antara muslim dan non muslim. Beliau juga sama-
sama menanamkan nilai-nilai karakter yang baik terhadap peserta didik.71
Hasnah S.Pd. sebagai guru Bahasa Inggris mengatakan dalam penanaman
nilai karakter terhadap peserta didik dari K-13 sopan, cara berbicara terhadap
orang yang lebih tua itu di lihat dari tingkah peserta didik. Tidak ada kesulitan
dalam pembuatan K-13 dan dalam mengajarnya tidak ada kesulitan, Cuma dalam
penerapan ada perbedaan di karenakan tingkat dari pemahaman peserta didik.
Dengan Berjilbab dan tidak memakai pakaian ketat membuat karakter peserta
didik lebih baik. Jika tidak ada yang mau mengerjakan tugas sejauh ini beliau
menuturkan tidak sampai panggil orang tua, cukup dengan menyuruh pelakunya
atau peserta didik tersebut mengerjakan kembali tugas tersebut.72
Nurmaya S.Pd mengatakan penanaman karakter dalam pembelajaran
biologi adalah menghargai sesama manusia. Karena setiap manusia tidak ada
perbedaan. Dalam evaluasi secara khusus tidak ada penanaman nilai karakter.
Dalam penerapan K-13 ada kesulitan tapi bisa bekerja sama dengan teman yang
tahu. Dan peserta didik juga terlalu pakum dalam pembelajaran biologi. Dalam
berpakaian juga tidak membatasi hanya saja di lihat sesuai dengan tuntutan
Islam.73
Hamdi Masdi, Gilang Prabowo, M. Irza Mahendra Saragih, Gilang
Ramadhan, M. Rifqi Rahman, M. Yunus, Rifqi Syafrizal, T. Fahmi dan Diko
Armanda kelas XII MIA2, dan Reza Maulana, Muhammad Refly Triandi, Khairul
Amri, M. Diki Irawan kelas XII IIS1, mengenai pelajaran Pendidikan Agama
Islam ia sangat menyukainya, tetapi dalam pembelajarannya dari jamnya tidak
71
Hasil Wawancara dengan Nurlina S.Pd,Selaku Guru Kimia di SMA Negeri 1 Model
Tanjung Pura pada hari Kamis, pada tanggal 08 November 2018, jam 08:30 di ruang Guru SMA
Negeri 1 Model Tanjung Pura 72
Hasil Wawancara dengan Hasnah S.Pd, Selaku Guru Bahasa Inggris di SMA Negeri 1
Model Tanjung Pura pada hari Kamis, pada tanggal 08 November 2018, jam 09:20 di ruang Guru
SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura 73
Hasil Wawancara dengan Nurmaya S.Pd, Selaku Guru Sosiologi di SMA Negeri 1
Model Tanjung Pura pada hari Kamis, pada tanggal 08 November 2018, jam 10:30 di ruang Guru
SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura
efektif menurutnya. Dalam waktu 3 jam yang ada tidak tertanam semuanya nilai-
nilai karakter. Nilai pendidikan di luar sekolah ada kegiatan rohis dan pengajian
setiap malam rabu dengan penceramah yang berganti-ganti. Menurut Hamdi
dalam penanaman moral setiap guru mengajarkannya.
Peserta didik yang di wawancarai juga menuturkan bahwa dii rumah
orang tua mereka menyuruh shalat tetapi kami melaksanakannya kadang-kadang.
Nilai religius kami belum tertanam semua. Dan guru juga suka menggunakan
metode ceramah, tanya jawab, diskusi, hafalan dan kelompok.Pelaksanaan SMA
Negeri 1 Model Tanjung pura ada yang dilakukan setiap pagi membaca buku
literasi 15 menit, 3S Sapa, Senyum, dan Salam, ada pantun, baris berbaris dan
lain sebagainya. Pandangan mereka terhadap memakai jilbab sangat positif dan
antusias.74
Nadia Ananda Rukmana Kelas XII IIS3 mengenai Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam tergantung gurunya dan cara mengajarnya. Pak
Sulaiaman dan Ahmad Fauzi selalu ada menanamkan dan mengajarkan bagaimana
menerapkan nilai-nilai karakter yang harus di tanamkan kepada peserta didik.
Oorang tua Nadia selalu mengingatkan untuk shalat dan membaca alquran maka
saya laksanakan. Menurut saya penanaman nilai karakter yang di laksanakan
tergantung orangnya dan sifatnya. Ada yang saya terapkan dari pembelajaran yang
telah disampaikan oleh pak Ahmad Fauzi yaitu tidak boleh durhaka sama orang
tua dan tidak boleh menceritakan aib orang lain.
Pandangan peserta didik dalam hal mengenai berjilbab peserta didik
sendiri wajib menerapkannya bukan hanya di luar dan di sekolah, walaupun saya
pribadi terkadang tidak pakai jilbab. Namun saya tidak menggunakan pakaian
ketat karena orang tua saya juga mengontrol saya dari segi tingkah laku. Saya
sering juga menanyakan hal-hal yang tidak saya ketahui dan yang ingin ketahui
74
Hasil Wawancara dengan Peserta Didik kelas XII MIA2 dan Kelas XII IIS
1, Selaku
Peserta Didik di SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura pada hari Kamis, pada tanggal 08 November
2018, jam 12:30 di Lapangan Sekolah SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura
kepada guru pendidikan agama di sekolah. Dan saya pribadi dalam membaca
alquran alhamdulillah sudah mulai lancar karena sering di kaji ulang.75
Amanda Pratiwi, Safiya Arqiya, dan Muhammad Iqbal Firdaus
Matondang peserta didi kelas X MIA2 mengatakan pembelajaran Pendidikan
Agama Islam sangat menyenangkan baik dari materi mudah sangat di pahami.
Dalam pembelajaran guru Pendidikan Agama Islam sangat di siplin itu bisa
menggambarkan penanaman nilai karakter terhadap peserta didik. Tidak hanya
guru Agama yang menanamkan nilai pndidikan karakter, tetapi guru lain juga ikut
menanamkan nilai karakter.
Untuk membaca alquran orang tua kami selalu mengajarkan dan menyuruh
sholat. Penanaman nilai karakter baru 60% menurut Ananda begitu juga Iqbal,
Justru sebaliknya Safiya 70% dalam penanaman nilai karakter. Kami sebagai
peserta didik di ajarkan bagaimana cara berpakaian dan berjilbab. Guru agama
kami lebih monoton kepada metode ceramah, dengan metode ini efektif terhadap
pembelajaran Pendidikan Agama Islam.76
Dalam penanaman karakter berupa sikap disiplin, tanggungjawab, kukur
dan lain sebagainya terhadap peserta didik di sekolah, agar tidak terjadi
kesalahpahaman orang tua dalam memahami dan membantu pembentukan
karakter peserta didik dalam memahami tata tertib sekolah, maka perlunya ada
kerja sama antara pihak sekolah dengan orang tua peserta didik. M. Ngalim
Purwanto mengatakan bahwa dengan adanya kerja sama itu, orang tua akan dapat
memperoleh pengetahuan dan pengalaman dari guru dalam hal mendidik anak-
anaknya. Sebaliknya, para guru dapat pula memperoleh keterangan-keterangan
dari orang tua tentang kehidupan dan sifat-sifat anaknya.77
75
Hasil Wawancara dengan Nadia Ananda Rukmana Kelas XII IIS3, Selaku Peserta Didik
di SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura pada hari Kamis, pada tanggal 08 November 2018, jam
14:30 di Perpustakaan SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura 76
Hasil Wawancara dengan Amanda, dkk, Selaku Peserta Didik di SMA Negeri 1 Model
Tanjung Pura pada hari Kamis, pada tanggal 08 November 2018, jam 12:00 di Halaman Sekolah
SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura 77
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2007), h. 126
Sebagai salah satu wujud aplikasi dalam pembentukan karakter islami
peserta didik SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura juga di adakan pojok jujur yang
bertempat di samping Musholla, maksudnya jualan terbuka bagi peserta didik
yang membeli kemudian uangnya di letakkan di kotak yang telah disediakan.
Menurut Ahmad Fauzi S.Pd.i, kegiatan ini di lakukan bertujuan untuk menguji
mental dan kejujuran peserta didik.78
Namun, dalam lingkungan sekolah guru memiliki tanggung jawab besar
terhadap pembentukan dan pengembangan anak didiknya. Guru harus menjadi
Uswatun Hasanah(tauladan yang baik) bagi peserta didiknya agar proses
pendidikan tidak hanya menekankan kepada aspek afektif (sikap) dan
psikomotorik juga menjadi bagian dari pendidikan. Secara lebih terperinci tugas
guru menurut Slameto, berpust pada:
1. Mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian
tujuan baik jangka pendek dan jangka panjang.
2. Memberikan fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang
memadai.
3. Membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai dan
penyesuaian diri. Demikianlah dalam proses belajar mengajar guru tidak
terbatas sebagai penyampai ilmu pengetahuan akan tetapi lebih dari itu, ia
bertanggungjawab akan keseluruhan perkembangan kepribadian siswa. Ia
harus mampu menciptakan proses belajar yang sedemikian rupa sehingga
dapat merangsang siswa untuk belajar secara aktif dan dinamisa dalam
memenuhi kebutuhan dan menciptakan tujuan.79
Pernah sekali penulis melihat bahwa ada peserta didik yang berkelahi di
dalam kelas yang secara kebetulan ruang kelas tersebut berada di depan ruang
Kepala Sekolah, pada saat itu pula peserta didik tersebut langsung di proses
78
Hasil Wawancara dengan Ahamad Fauzi S.Pd.i, Selaku Guru Pendidikan Agama Islam
di SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura pada hari Kamis, pada tanggal 08 November 2018, jam
09:30 di ruang Guru SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura. 79
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2010), h. 97
dengan diberi nasehat dan apabila di ulangi lagi maka akan di panggil orang
tuanya.80
Demikian cepat dan tegasnya guru BK dalam menangani peserta didik
yang melanggar tata tertib sekolah.
Penjelasan uraian di atas, maka muncul pertanyaan dari peneliti
saiapakah yang terlibat dalam pembentukan karakter islami siswa SMA Negeri 1
Model Tanjung Pura?. Dalam wawancara dengan Guru Pendidikan Agama Islam
di jelaskan bahwa yang terlibat dalam pembentukan karakter siswa SMA Negeri
1 Model Tanjung Pura adalah keseluruhan guru terutama Guru Pendidikan Agama
Islam, perangkat/ pengurus kelas yaitu peserta didik (ketua kelas, seketaris, dan
bendahara kelas), OSIS kemudian mengatakan kepala sekolah sebagai
pengontrol dalam pembentukan karakter peserta didik.
Menurut observasi peneliti, bahwa pembentukan karakter peserta didik ini
harus benar-benar dilakukan secepat mungkin dengan cara tersendiri. Saat ini
banyak kita lihat secara fakta peserta didik yang tidak memiliki nilai moral yang
baik. Banyak kasus yang terjadi di tahun 2018 dan 2019 ini tersendiri para peserta
didik yang menunjang guru atau yang mencekik dengan tidak memiliki rasa
hormat terhadap Guru. Dimana kasus yang marak terjadi tepatnya 10 febuari
2018 anak mencekik gurunya karena merokok di dalam kelas di Semarang.
Namun akhirnya terjadi di panggil polisi dan meminta maaf dengan
gurunya. tapi kita seorang guru honor yang hanya bergaji Empat Ratus Lima
Puluh Ribu Rupiah ini yang digaji selama 3 bulan sekali, memiliki kerendahan
hati dengan memaafkan tingkah sang peserta didik yang telah melakukan tindakan
kriminal yang tidak layak di lakukan oleh peserta didik. Dapat kita lihat dari kasus
ini betapa hancurnya moral peserta didi teruatama di bidang karakter Islaminya.
Perlu dilihat kembali bagaimana K-13ini mampu membentuk peserta didiknya
memiliki karakter Islami. Dan peran orang tua sebagai wali dari peserta didik dan
guru juga ikut andil berpartisipasi dalam pembentukan karakter Islami pada diri
peserta didik wajib ditanamkan sejak dini.
80
Hasil Observasi Peneliti di SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura, pada tanggal 08
November 2018 jam 11:00 Wib.
2. Bagaimana Upaya atau Solusi dalam Penanaman Nilai Karkter
terhadap pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Beberapa problematika yang ada pada pembentukan karakter Islami
peserta didik SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura yakni:
1. Pendidik
Pendidik adalah elemen yang amat penting dalam pendidikan, sebab
pendidik berfungsi sebagai senytral dari seluruh aktifitas pendidikan khususnya
proses belajar mengajar. Hampir semua faktor pendidikan yang disebut dalam
teori pendidikan terpulang operasionalnya di tangan pendidik, misalnya metode,
bahan (materi) pelajaran, alat pendidikan dalam operasionalnya banyak tergantung
kepada pendidikan.
Karena itu, di antara sekian faktor penentu tentang kualitas pendidikan,
faktor utamanya adalah pendidik. Di tangan pendidik kurikulum akan hidup dan
bermakna, sehingga menjadi ―makanan‖ yang mendatangkan selera untuk di
santap oleh peserta didik. Di tangan pendidik pula metode penyajian menjadi
hidup dan menarik bagi peserta didik. Alat pendidikan akan bermanfaat di tangan
pendidik yang cekatan. Alat yang berbentuk materi dapat di berdayakan oleh
pendidik yang profesional sesederhana apapun alat tersebut. Alat pendidikan yang
memateri akan di gunakan oleh pendidik sesuai dengan kepentingan dan
kebutuhannya. Kapan misalnya peserta didik di beri hukuman, larangan, pujian,
hadiah, dan lain sebagainya.
Pendidik adalah salah satu faktor pendidikan yang sangat penting, sarana
dan fasilitas yang kurang dapat di tutupi oleh pendidik yang profesional, ukuran
pendidik yang profesional itu adalah kompotensi dan profesionalisme guru
agama. Permasalahan yang berkenan dengan pendidik ini adalah kuantitas dan
kualitas. Kuantitas berkenaan dengan jumlah tenaga pendidik yang masih kurang,
terutama di perdesaan dan di daerah terpencil, sedangkan kualitas berkenaan
dengan kompotensi. Selain itu menyangkut juga tentang sikap mental dan last but
not least, problema berikutnya adalah kesejahteraan guru. Bagi guru negeri dan
sudah tersertifikasi pula, kesejahteraannya sudah memadai, tetapi bagi guru agama
swasta disekolah yang tidak favorit dan belum tersertifikasi kesejahteraannya
masih rendah. Tanpa di ingkari bahwa kesejahteraan ini banyak terkait dengan
kinerja guru agama.
Pendidik, berkenaan dengan kompotensi pendidik dalam undang-undang
guru dan dosen menyebutkan komptensi dasar pendidik itu ada empat.
Kompotensi Pedagogik, Kepribadian, Profesional dan Kompotensi
Sosial.Kompotensi Pedagogik seorang pendidik mestilah memahami tentang teori
dan praktek pendidikan. Kompotensi kepribadian, berkaitan dengan akhlak dan
moral. Kompotensi sosial, berkaitan dengan kemampuan dan keterampilan
berkomunikasi dengan orang lain, kepedulian kepada lingkungan sosial.
Berdasarkan penjelasan di atas makanya pendidik memegang kunci yang
pentimg dalam memberdayakan pendidikan menghadapi dunia yang penuh
dengan kompetitif. Berkenaan dengan itu bagaimana kualifikasi pendidik dalam
menghadapi pasar bebas yang akan datang ini. Mengenai ini harus ada beberapa
hal yang menjadi agenda peningkatan kualifikasi guru. Tenaga guru yang sudah di
angkat perlu di evaluasi berdasarkan kualifikasi ini, bagi yang belum supaya di
arahkamn ke tingkat kualifikasi tersebut. Bagi calon pendidik harus di persiapkan
ke arah kualifikasi di maksu, yakni:
a. Keilmuan.
Pendidik betul-betul memiliki kualifikasi ilmu sesuai bidang yang di
ajarkannya berdasarkan jenjang pendidikan yang di ajarkannya.
b. Metodologi
Seorang guru mesti memiliki ilmu terapan yang akan di gunakan dalam
rangka mengkomunikasikan ilmu tersebut kepada peserta didik. Memiliki
keterampilan mengajar, keterampilan membuat persiapan mengajar,
mengevaluas, metode mengajar, manajemen pendidikan, kepemimpinan
guru, dan lain sebagainya.
c. Akhlak
Seorang pendidik mestilah memiliki moral yang tangguh, konsisten, dan
konsekuen menjalankan etika profesinya sebagai pendidik. Pendidik mesti
menjadi contoh, karena dia tempat bercermin anak didiknya.
d. Loyalitas
Kecintaan kepada profesinya menimbulkan kecintaan kepada tugas yang
di embannya. Karena itu profesi kependidikan bagi seorang pendidik
bukanlah pekerjaan sambilan yang di kerjakan setengah hati.
2. Peserta Didik
Problema yang menyangkut peserta didik . Pertama, kurang minat dan
motivasi peserta didik dalam mengikuti pendidikan agama, Kedua, peserta didik
pendidikan agama di sekolah, berasal dari latar belakang kehidupan yang
beragama beragam. Hal ini banyak di pengaruhi oleh latar belakang kehidupan
beragama di lingkungan keluarga masing-masing. Ada diantaranyan berasal dari
lingkungan keluarga yang taat beragama, tetapi juga ada sebaliknya. Hal ini
sangat berdampak terhadap keberhasilan pendidikan agama di sekolah.
Bagi peserta didik yang berasal dari lingkungan keluarga yang kurang
taat beragama perlu penanganan serius, sebab apabila tidak dicarikan solusinya
maka peserta didik ini bukan saja tidak serius mengikuti pendidikan agama tetapi
juga akan menganggap enteng pendidikan agama. Sikap seperti ini akan
terkontaminasi kepada peserta didik lainnya, Ketiga, usia peserta didik berada
pada usia pubertas (SMP dan SMA) sehingga terkadang menunjukkan sikap yang
sulit untuk di atur oleh pendidik dan menunjukkan perlawanan.81
Peserta didik problemanya adalah keberagamaan tingkat pengetahuan,
pengamalan, serta penghayatan agama peserta didik. Peserta didik berasal dari
latar belakang keluarga dan lingkungan yang berbeda, maka sekaligus
berdampak pula terhadap pengetahuan, pengamalan, serta penghayatan
agamanya.
81
Haidar Daulay, Pemberdayaan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Jakarta: Prenada
Media Group, 2016), h. 70
3. Kurikulum
Kurikulum, sehari-hari kurikulum di artikan sebagai apa yang di ajarkan,
pengertian itu tidak salah, akan tetapi pengertian yang luas tidak hanya
menyangkut apa yang di ajarkan akan tetapi seluruh aktifitas yang di laksanakan
di sekolah maupun di luar sekolah. Bagaimana keadaan kurikulum pendidikan
agama saat sekarang ini? Bila bertolak dari pengertian kurikulum dalam arti luas
di atas, maka kurikulum pendidikan agama ini masih terbatas pada pengajaran di
dalam kelas, sedikit atau hampir tidak ada pelajaran di luar kelas, terkonsentrasi
dalam mengsisi kognitif peserta didik, sangat sedikit menyentuh afektif. Di
perlukan penerapan kurikulum yang tidak hanya intrakurikuler, akan tetapi juga
kokurikuler, ekstrakurikuler, dan hidden kurikuler.
Kurikulum, silabus dan seterusnya GBPP merupakan isi atau materi
pelajaran yang akan di berikan kepada peserta didik. Problemanya adalah terlalu
terfokus kepada pendekatan kognitif dalam kurikulum yang diberlakukan selama
ini. Problema waktu yang terbatas di alokasikan kepada pendidik agama. Cakupan
kurikulum sangat luas, mencakup Al-Quran, hadits, fikih, akhlak dan sejarah
kebudayaan Islam, sedangkan alokasi waktu terbatas.82
4. Metode
Metode adalah upaya atau cara si pendidik untuk menyampaikan materi
pelajaran kepada peserta didik. Menurut teorinya metode ini sangat banyak
macam dan jenisnya diantara metode ini mana yang unggul? Jawabannya yang
paling tepat adalah semua metode itu baik. Hanya saja sesuaikanlah metode
dengan materinya. Yang paling dipentingkan dalam metode ini adalah
kemampuan pendidik untuk menyajikan mata pelajaran dalam berbagai variasi
metode sehingga tidak membosankan peserta didik. Penggunaan metode ceramah
sepanjang waktu barangkali dapat membosankan peserta didik yang berakibat
menimbulkan sikap pasif dikalangan mereka. Jika metode monoton dalam bentuk
ceramah pasti membosankan, bahkan bukan hanya itu tidak banyak memberikan
82
Ibid, h. 71
kesan dan pengaruh kepada peserta didik, sebab Confusius berkata: ― Apa yang
saya dengar, saya lihat saya mengerti sedikit, dan apa yang saya dengar saya lihat
dan saya praktikkan saya paham‖. Metode ceramah ini telah mulai di tinggalkan
dalam penyajian pembelajaran sekarang ini. Karena itu, telah banyak di
praktikkan metode active learning. Adapun problema ekstren, adalah tantangan
dan pengaruh faktor negatif dari kemajuan zaman dan globalisasi.
Pendidik harus berupaya secara terus menerus mencari metode yang lebih
menarik peserta didik, sehingga mereka tertarik dengan pendidikan agama.
Memang diakui bahwa masalah agama banyak berbicara tentang hal yang abstrak,
dan untuk memvisualkannya sangat sulit, misalnya berbicara tentang hari kiamat,
tentang akhirat tentang Allah, tentang malaikat dan lain sebagainya. Dalam hal ini
kepiawaian pendidik dsangat di butuhkan.83
5. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan alat bantu pendidik guna mempercepat
tercapainya tujuan pendidikan. Pendidikan agama juga sebetulnya membutuhkan
sarana dan prasarana. Tidak bisa diingkari bahwa sarana dan prasarana sangat
penting. Banyak subyek pendidikan agama yang memerlukan sarana misalnya,
muhola, air untuk berwudhu, gambar-gambar, yang mempermudah pembelajaran
agama, TV, video, CD casset bernuansa religius.
Keberadaan mushola diskolah adalah berfungsi ganda, sebagai tempat
ibdah bila waktu sholat tiba, dan sebagai tempat praktik ibadah. Praktik wudhu,
shalat dengan segala jenisnya, belajar Al-Quran dan lain sebagainya. Selama ini
perhatian terhadap sarana dan prasarana penddikan agama masih sangat kurang.
Pendidikan agama disekolah kebanyakan di berikan dalam bentuk verbal, ceramah
yang kadang sangat membosankan peserta didik.Masih banyak di temukan
sekolah-sekolah belum mempunyai sarana dan prasarana yang minimal, misalnya
mushola belum ada, air untuk berwudhu pun juga tidak ada.
83
Ibid, h. 72
Sarana dan fasilitas pembelajaran , sarana dan fasilitas justru sangat
kurang, sehingga pembelajaran hanya mengandalkan kegiatan verbal, ceramah,
diskusi, tanya jawab antar pendidik dengan peserta didik. Sudah sepantasnya pula
pendidikan agama tidak disajikan hanya dalam bentuk sedemikian rupa, perlu di
rangsang pendengaran, penglihatan, dan hati peserta didik dalam menghayati
pembelajaran agama. Untuk itu di perlukan laboraturium pendidikan agama. Di
laboratorium pendidikan agama itu terdapat berbagai media pembelajaran yang
dapat merangsang pendengaran, penglihatan, pengetahuan, dan hati peserta didik.
6. Evaluasi
Evaluasi di lakukan selama ini adalah mengukur kognitif si peserta didik
dan nilai evaluasi itulah yang di masukkan ke dalam nilai raport mereka. Bisa saja
terjadi anak yang tidak pernah sholat atau jarang shalat mendapat angka raport
yang baik ketimbang seorang anak yang rajin shalat. Ini terjadi di sebabkan cara
yang digunakan untuk mengevaluasinya. Pendidikan agama perlu di evaluasi
lewat evaluasi mengukur sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Adapun upaya yang bisa dilakukan dalam penanaman nilai karakter
terhadap pembelajaran Pendidikan Agama Islam yakni sebagai berikut:
a. Menjadikan figur atau teladan bagi siswa yang memiliki karakter religi.
b. Melaksanakan peraturan disiplin dan mempraktikkan moral.
c. Melakukan musyawarah demokrasi bersama peserta didik dalam
mengambil keputusan.
d. Mengajarkan nilai-nilai yang ada pada kurikulum.
e. Pelaksanaan budaya kerjasama melalui kegiatan peserta didik.
f. Menumbuhkan kekaryaan pada siswa dengan fasilitas yang mendukung.
g. Melakukan reflek si moral dan berupaya pada pemecahan masalah pada
peserta didik.84
84
Wawancara dengan Guru Pendidikan Agama Islam, Pada 08 November 2018.
Sedangkan upaya yang dapat di lakukan dalam pembentukan karakter
Islami peserta didik terhadap pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah:
a. Dalam hal kekurangan fasilitas penunjang seperti tidak cukupnya muatan
mushola terhadap penampungan peserta didik dalam melaksanakan shalat.
Sebaiknya guru Pendidikan Agama Islam yakni bekerja sama dengan
tokoh masyarakat untuk memberi ijin penggunaan mesjid di sekitar
sekolah. Harapannya pihak sekolah dapat memanfaatkan fasilitas mesjid
yang ada diluar sekolah agar lebih bisa menerapkan karakter islami pada
peserta didik, baik dalam kegiatan sholat maupun pengajian rutin yang di
adakan setiap bulan dan minggunya.
b. Guru Pendidikan Agama Islam juga mempunyai cara untuk sedikit ―
memaksa‖ yakni dengan membuat Kartu shalat atau kartu Mengaji. Kartu-
kartu tersebut di gunakan untuk memantau perkembangan peserta didik
baik dari ibadah dan iqra‘. Dalam kartu tersebut mengharuskan setiap
kegiatan yang dilakukan peserta didik harus di tanda tangani oleh orang
tua peserta didik. Dengan melibatkan orang tua dalam peraturan terhadap
peserta didik, harapannya orang tua juga ikut melaksanakan kegiatan
shalat dan mengaji yang dilakukan oleh peserta didik. Kita ketahui
tanggung jawab orang tua tidak hanya menyekolahkan anaknya saja,
namun tanggung jawab mendidik anaknya di rumah serta
mengajarkannya tentang agama Islam juga merupakan satu kewajiban
yang lebih besar.
Untuk mengatasi berbagai problem pembelajaran pendididkan agama
Islam maka dalam hal ini penulis akan menganalisis tentang solusi/upaya yang
dapat penulis tawarkan dalam mengatasi problematika pembelajaran Pendidikan
Agama Islam dalam pembentukan karakter Islami Siswa SMA Negeri 1 Model
Tanjung Pura sesuai dengan hasil wawancara dan hasil observasi dengan data
hasil penulisan maka penulis kemukakan solusi yang dapat di lakukan untuk
mengatasi problematika pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah sebagai
berikut:
1. Memotivasi Peserta Didik
Problematika yang di hadapi pendidik di SMA Negeri 1 Model Tanjung
Pura yang pertama adalah faktor peserta didik yang kurang berminat dan kurang
termotivasi dalam mengikuti pelajaran dan kurangnya kesadaran untuk
mengamalkan ajaran agama Islam. Solusi yang dapat di lakukan berdasarkan
hasil wawancara dengan pendidikan peserta didik SMA Negeri 1 Model Tanjung
Pura.
Sebagaimana hasil wawancara peneliti dengan beberapa guru Pendidikan
Agama Islam mengenai Kesadaran akan tugas dan tanggung jawab guru sebagai
Pendidik Agama Islam dalam membentuk motivasi:
Sebagai guru pendidikan Agama Islam yang tidak hanya menyampaikan
materi pelajaran, akan tetapi memberikan motivasi di dalam maupun di
luar pelajaran, maka motivasi yang di berikan seperti motivasi belajar,
memberi angka, memberi ulangan, dan memberi hadiah. Motivasi di
lakukan karena keadaan siswa yang berubah-ubah dan heterogen yang
selalu membutuhkan dorongan dan motivasi dari pendidik maupun orang
tuanya.85
Cara atau bentuk motivasi yang di lakukan guru di ruangan kelas saat
mengajar yaitu melalui nasehat-nasehat yang baik, kata-kata yang baik
seperti, bahwa hidup hanya sekali maka pergunakan kesempatan tersebut
untuk melakukan hal yang baik serta bermanfaat untuk orang lain,
misalnya kalian menemukan temannya di sekolah membutuhkan
pertolongan maka tolonglah karena mereka adalah saudara kalian.
Begitupun ketika kalian berada di masyarakat, kalian harus menolong
siapa saja yang membutuhkan pertolongan.. Salah satu contoh
pertolongan yang terlaksana di sekolah antara lain, meminjamkan pulpen
ke temannya, dan mengantar teman ke UKS ketika sedang sakit.86
2. Menciptakan Iklim Kelas yang Kondusif dan Menyenangkan dalam Proeses
Pembelajaran
Problematika yang kedua adalah siswa kurang konsentrasi dalam proses
belajar mengajar di karenakan suasana kelas yang kurang kondusif dan
85
Ahmad Fauzi , Guru Mata Pelajaran PAI di SMA N 1 Model Tanjung Pura, wawancara
pada 08 November 2018. 86
Ibid.
pembelajaran yang kurang menarik minat. Banyak faktor yang perlu di
perhatikan dalam menciptakan iklim kelas yang kondusif dan menyenangkan
dalam proses pembelajaran. Adapun solusi yang di peroleh tersebut yaitu:
Seorang pendidik dalam menciptakan suasana yang kondusif upaya yang
dapat dilakukan yaitu yang pertama adalah bisa memahami dan
mendalami karakter peserta didiknya. Karakter yang di miliki tentunya
akan berbeda antara peserta didik lainnya. Kelas yang kurang kondusif
bisa di sebabkan karena peserta didik memiliki fokus selain
memperhatikan penjelasan guru contohnya main HP dan sebagainya.
Oleh karena itu sebagai pendidik agar upaya yang dapat di lakukan yaitu
menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, menerapkan metode
yang bervariasi sehingga peserta didik tidak jenuh agar tujuan
pembelajaran pada tiap pertemuan bisa tercapai.
Dalam menciptakan kondisi kelas yang kondusif upaya yang di lakukan
adalah membuat peraturan dan tata tertib dan di sepakati oleh peserta
didik dan pendidik untuk mendisiplinkan mereka dan membuat mereka
peka serta menciptakan kebiasaan yang baik terkait dengan adanya saling
menghargai antara pendidik dan peserta didik, dan antar peserta didik
laiannya.87
Menyediakan berbagai sumber belajar atau informasi yang berkaitan
dengan berbagai sumber belajar yang dapat di akses dengan mudah kemudian di
pelajari. Hal ini mengandung pengertian bahwa pendidik bukan satu-satunya
sumber belajar dalam proses pembelajaran. Peran pendidik ialah memberi
bimbingan konsultasi, memberi pengarahan apabila peserta didik yang
mengalami kesulitan dalam memahami materi pembelajaran. Selain itu, pendidik
juga di tuntut untuk memberikan informasi tentang dimana sumber belajar itu
dapat di peroleh sehingga peserta didik secara aktif dan mandiri dapat
menemukan dan mengakses sumber belajar tersebut. Hal ini akan mempermudah
peserta didik untuk dapat belajar sesuai dengan gaya belajarnya masing-masing.
Dengan demikian pembelajaran di harapkan akan lebih bermakna dan berkualitas.
3. Membiasakan Pengamalan Ajaran Islam
Sebagaimana wawancara dengan Kepala Sekolah dan guru SMA Negeri 1
Model Tanjung Pura, beliau berpendapat bahwa salah satu yang mempengaruhi
87
Ahmad Nafiri, Wawancara Guru Pendidikan Agama Islam, pada 09 November 2018.
problem guru dalam pendidikan Agama Islam dalam proses pembelajaran yaitu
kesadaran dalam mengamalkan ajaran agama Islam peserta didik karena
kebiasaan yang di bawa dari luar lingkungan sekolah. Adapun solusi yang
dilakukan sekolah terhadap problem tersebut adalah:
Demi terciptanya akhlak yang baik terhadap peserta didik peran guru
harus membiasakan dan melatih peserta didik untuk menolong. Bentuk
pembiasaan guru di sekolah ialah membantu menyelesaikan setiap
permasalahan peserta didik dan membiasakan gotong royong
membersihkan ruang kelas dan lingkungan sekolah.
Salah satu upaya guru dalam mengembangkan kecerdasan spiritual
adalah dengan membiasakan peserta didik untuk disiplin. Baik itu di
siplin etika, di siplin shalat, di siplin menjaga kebersihan dan di siplin
belajar. Selain itu peserta didik juga dibiasakan membaca doa belajar dan
membaca alquran sebelum dan sesudah pelajaran, Karena dengan
kedisiplinan dan membiasakan akan mampu menanamkan kesadaran dan
nilai-nilai spiritual dalam dirinya.88
4. Meningkatkan Profesionalitas Pendidik
Merencanakan suatu pendidikan masa depan yang baik adalah dengan
membangun dan meningkatkan kualitas pendidik. Membangun dan
meningkatkan kualitas pendidik artinya mengarahkan para pendidik pada
profesionalitas yang di harapkan. Pekerjaan seorang pendidik adalah sebuah
profesi yang mulia, yaitu mulia di sisi manusia dan mulia di sisi Allah swt.
Sebagaimana hasil observasi penulis terhadap proses pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura, khususnya pada
kelas XI dengan pengamatan penulis, pendidik hanya menerapkan satu metode
saja ialah metode ceramah. Dalam gaya pemberian tugas pun pendidik hanya
menerapkan satu variasi saja, ialah menghapal ayat-ayat alqur‘an dan hadits Nabi
saw. sejalan dengan data hasil observasi, hasil wawancara penulis dengan
beberapa peserta didik di SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura menekankan hal
yang sama. Berikut petikan wawancara penulis:
88
Hasil Wawancara dengan Drs. Syafruddin, Selaku Kepala Sekolah di SMA Negeri 1
Model Tanjung Pura pada hari Jum‘at, pada tanggal 09 November 2018, jam 08:22 di ruang
Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura
Untuk meningkatkan kualitas diri, guru dapat melakukan secara mandiri
yaitu dengan cara mengaktifkan diri pada kegiatan belajar dan berlatih
secara terus menerus memperkayai wawasan mengenai metode
pembelajaran yang cocok dengan perkembangan zaman.
Salah satu yang mewadahi guru terkait kualitas diri yaitu, dapat dilakukan
dengan berkelompok atau MGMP yang rutin dilakukan setiap satu bulan
sekali. MGMP atau musyawarah guru mata pelajaran merupakan suatu
kelompok guru dngan mata pelajaran yang sama dan mengadakan
kegiatan efektif untuk mengkondisikan proses pendidikan dan
pembelajaran. Dalam kegiatan prodi yang di selenggarakan para guru
mencoba untuk mengsinkronkan langkah, persepsi, dan apresiasi terkait
pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan cara musyawarah. MGMP
di lakukan sebagai upaya untuk membicarakan terkait materi maupun
metode yang pada saat melaksanakan proses pendidikan. Guru-guru
yang mempunyai pengalaman dan kemampuan dapat membimbing guru-
guru yang masih kurang pengalaman.89
5. Melengkapi Sarana-Sarana Pendidikan
Untuk meningkatkan alat pendidikan agama Islam hendaknya pendidik
berusaha untuk memperoleh sesuatu yang sesuai dengan objek pendidikannya
maka pencapaian tujuan pendidikan agama Islam akan mudah di capai. Maksud
alat dan tujuan alat bantu mengajar ialah memberikan variasi dalam cara-cara
mengajar dan memberikan lebih banyak contoh-contoh real dalam mengajar agar
pembelajaran dapat lebih mudah di pahami peserta didik dan lebih terarah untuk
mencapai tujuan. Peduli terhadap lingkungan Sekolah. Baerdasarkan hasil
observasi maupun wawancara terkait probelem sarana dan prasarana yang
tersedia di sekolah, upaya yang dilakukan adalah:
Terkait dengan sarana dan prasarana yang tersedia di SMA Negeri 1
Model Tanjung Pura memang masih tergolong kurang, seperti penyektor
dan alat peraga lainnya, khususnya pada mata pelajaran pendidikan agama
Islam yang dapat di gunakan guru dalam menunjang pembelajaran.
Adapun yang di upayakan dari pihak pengelola di SMA Negeri 1 Model
Tanjung Pura berdasarkan hasil wawancara yaitu:
Kualitas pendidikan akan di dukung dengan sarana dan prasarana yang
menjadi standart sekolah atau instansi pendidikan yang terkait.
Terkhusus di SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura, pihak pengelola sarana
dan prasarana selalu mengupayakan agar sekolah dapat memfasilitasi
89
Ibid.
peserta didik untuk mencapai pendidikan yang di cita-citakan. Lebih
lanjut beliau menjelaskan Pengelolan yang di maksud agar dalam
menggunakan sarana dan prasarana di sekolah bisa berjalan dengan
efektif dan efesien. Seperti halnya tidak tersedia proyektor di sekolah
untuk guru dalam pembelajaran di kelas. Hal itu akan menjadi perhatian
lebih lanjut oleh pihak sekolah untuk kepentingan dan sebagai alat untuk
mencapai tujuan pendidikan.90
6. Peduli Terhadap Lingkungan Sekolah
Lingkungan pendidikan itu tidak hanya sebatas lingkungan kelas saja
akan tetapi lingkungan pendidikan itu juga termasuk lingkungan sekolah. Setelah
mengenyam berbagai materi pendidikan agama Islam di kelas, hendaknya
sekolah menyediakan wadah agar peserta didik dapat mengaplikasikan
pengetahuannya itu, seperti peserta didik secara gantian di beri amanah untuk
berkhutbah di mesjid sekolah selepas shalat berjamaah atau sekolah apabila
merayakan Maulid Nabi Muhammad saw maka sekolah melibatkan peserta didik
dalam perayaan tersebut baik itu sebagai panitia atau pengisi acaranya. Selain itu
upaya untuk mengaktifkan kegiatan ekstrakurikuler terkait dalam baca tulis
alquran agar peserta didik bisa lebih baik dalam hal membaca alquran sebagai
modal dalam memperdalam pengetahuan keagamaannya.
Sekolah juga dapat berkoordinasi dengan pendidik bidang studi
pendidikan agama Islam dengan maksud untuk mengetahui kesulitan para
peserta didik dalam pembelajaran agama Islam. Kemudian menindakinya dengan
membentuk sebuah forum studi club atau Islamic meeting dan sebagainya yang
mana peserta didik dalam forum tersebut dapat menambah wawasan
keislamannya dan dapat berdiskusi satu sama lain. Hal ini juga sedikit demi
sedikit dapat mengatasi kesenjangan pengetahuan yang di alami peserta didik dari
SMP. Sekolah juga di tuntut untuk lebih resvonsive dalam emngadakan kegiatan-
kegiatan keagamaan.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Adapun hasil solusi dari problematika pembelajaran pendidikan agama
Islam ialah:
90
Ahmad Nafiri, Wawancara Guru Pendidikan Agama Islam, pada 09 November 2018
No. Problematika Indikator Solusi
Guru Peneliti
1.
Pendidik
a. Jumlah Tenaga
Pendidik
berkurang
b. Harus
mempunyai
empat
kompotensi
sebagai pendidik
a. Guru
Harusnya
mampu
menangani
peserta didik
dalam hal
membentuk
karakter
Islami
b. Guru sering
melaksanaka
n MGMP
agar guru
lebih
profesional
dalam
mengajar
a. Hendaknya
Sebagai
Kepala
sekolah
mengambil
inisiatif agar
mudah untuk
membentuk
karakter
peserta didik
b. Hendaknya
setiap guru
jangan ada
yang
terlewatkan
dalam
memiliki
empat
kompotensi
yang telah di
tetapkan
oleh undang-
undang
2.
Peserta Didik a. Kurang Minat dan
Motivasi Siswa
b. Berasal dari latar
belakang yang
beragam dan
berbeda
c. Usia peserta didik
yang pubertas
a. Guru
memberi
Motivasi
berupa
muhasabah
diri
b. Memberi
motivasi
kepada
peserta didik
yang tidak
pandai untuk
mau belajar
pendidikan
agama Islam
c. Guru selalu
menasehati
yang lagi
pacaranm
bahwa di
dalam kelas
tidak di
perbolehkan
a. Hendaknya
motivasi
diberikan
setiap jam
pelajartan
bukan hanya
saja pada
pembelajara
n pendidikan
agama Islam
b. Hendaknya
guru
merangkul
yang tidak
pandai dan
mengajariny
a membaca
alquran
sampai
pandai
c. hendaknya
guru
memberikan
wawasan
tentang apa
yang
sebaiknya
harus
dilakukan di
usia yang
lagi pubertas
3. Kurikulum a. Terlalu pokus
pendekatan
kognitif
a. Guru
berusaha
memberikan
ketiga ranah
pendekatan
agar lebih
optimal
dalam
pembentukan
karakter
peserta didik
a. Guru
harusnya
tidak
melakukan
satu
pendekatan
saja tetapi
harus ketiga
pendekatan
agar efektif
dan efesien
dalam
pembentuka
n karakter
siswa
4. Metode a. Hanya
mengandalkan
dua metode yaitu
metode ceramah
a. Guru
berusaha
melakukan
kegiatan
a. Guru
hendaknya
mencari
metode yang
dan diskusi rapat agar
metode yang
digunakan
tidak hanya
ceramah dan
diskusi
melainkan
yang lainnya.
menarik agar
peserta didik
tertarik
dalam
mengikuti
pembelajara
n pendidikan
agama Islam
5. Sarana dan
Prasarana
a. Masih banyaknya
sarana dan
prasarana yang
tidak memadai
a. Guru masih
banyak yang
tidak pandai
menggunaka
n proyektor
dan masih
terbatasnya
laptop yang
dimiliki oleh
seorang guru
a. Guru
harusnya
memberi
masukan
kepada pihak
sekolah agar
menambah
baik dari
sarana dan
prasarana
untuk
kegiatan
pembelajara
n tidak
terhambat.
6. Evaluasi a. Hanya mengukur
kognitif dari
peserta didik
a. Guru
harusnya
tidak hanya
mengukur
cara kerja
peserta didik
dari kognitif.
a. Hendaknya
guru benar-
benar teliti
terhadap
penilaian
hail belajar
peserta
Seharusnya
penilaian di
lakukan
dngan
melihat
ketiga ranah
yaitu
kognitif,
afektif, dan
psikomotorik
didik, jangan
menilai dari
kenal dan
cantiknya
saja. Tetapi
harus
menilai
secara
objektif di
lihat dari
cara kerja
peserta didik
Bila kita cermati dengan baik tujuan pendidikan nasional yang telah di
rumuskan di atas, semuanya bermuara kepada perbaikan perilaku untuk
menciptakan manusia yang memiliki kepribadian yang luhur, berdisiplin sesuai
dengan peraturan, norma-norma dan tata tertib yang berlaku. Dengan demikian
pembentukan karakter peserta didik untuk membentuk manusia yang bersifat
mulia dan memiliki akhlakul karimah yang baik sudah tidak bisa di tawar-tawar
lagi dan menjadi kewajiban yang harus dilakukan bagi setiap lembaga
pendidikan.
Dalam setiap lembaga pendidikan tentunya semua memiliki tujuan
pendidikan yang akan di capai. Begitu pula halnya dengan pendidikan Islam,
sebagaimana yang di kemukakan Zakiah Daradjat bahwa tujuan pendidikan Islam
yaitu membuat keperibadian seseorang menjadi ―insan kamil‖ dengan pola taqwa.
Insan Kamil maksudnya manusia utuh rohani dan jasmani, dapat hidup dan
berkembang secara wajar dan normal karena taqwanya kepada Allah swt. Ini
mengandung arti bahwa pendidikan Islam itu di harapkan menghasilkan manusia
yang berguna bagi dirinya dan masyarakatnya serta senang dan gemar
mengamalkan dan mengembangkan ajaran Islam dalam berhubungan dengan
Allah dan dengan manusia sesamanya, dapat mengambil manfaat yang semakin
meningkat dari alam semesta ini untuk kepentingan hidup di dunia kini dan
diakhirat nanti.91
Al Abrasyi sebagaimana di kutip oleh Ahmad Tafsir menyatakan bahwa
tujuan akhir dari Pendidikan Islam adalah manusia yang berakhlak mulia.92
Senada dengan itu, Muhammad Atthiyah Al Abrasyi mengatakan bahwa tujuan
pendidikan Islam adlah membentuk budi pekerti dan pembentukan jiwa‖.93
Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas bahwa
pendidikan Islam bermuara pada keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt,
selain itu pendidikan Islam juga menenekankan pembentukan pribadi yang
berakhlakul karimah. Hal ini juga seiring dengan tujuan pendidikan dalam
pembentukan karakter Islami peserta didik SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura.
Jadi Pembentukan karakter Islami peserta didik sejalan dengan pembinaan akhlak
peserta didik itu tersendiri.
Untuk membina karakter Islami anak harus dimulai dari lingkungan
keluarga, orang tua memiliki peranan dan tanggung jawab yang besar terhadap
pembentukan karakter Islami ini, kemudian lingkungan sekolah meneruskan,
melatih dan membimbing anak untuk selalu menanamkan nilai-nilai budi pekerti
yang baik. Apabila anak telah mengetahui kegunaan dari karakter islami itu
tersendiri, maka peserta didik sebagai menifestasi dari tindakan yang dilakukan
akan timbul dari kesadarannya sendiri, bukan merupakan suatu keterpaksaan atas
paksaan dari orang lain. Sehingga peserta didik akan berlaku baik sesuai norma-
norma yang ada dan teratur dalam belajar baik di sekolah maupun dirumah, dan
akan menghasilkan suatu sistem aturan tata laku. Dimana peserta didik selalu
terikat kepada berbagai peraturan yang mengatur hubungan dengan lingkungan
sekolahnya dan lingkungan keluarganya. Suatu hal yang menjadi titik tolak
dalam pembentukan karakter Islami adalah sikap dan tindakan yang senantiasa
91
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan,..h. 29 92
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1994), h. 46 93
Muahammad Artthiyah Al-Abrasyi, Prinsip-Prinsip Dasar...,h, 13
taat dan mau melaksanakan keteraturan dalam suatu peraturan atau tata tertib
yang ada.
Dalam proses pendidikan Hadari Nawawi mengatakan bahwa setiap anak
harus dikenalkan dengan tata tertib, diusahakan untuk mengetahui manfaat atau
kegunaannya, di laksanakan tanpa atau dengan paksaan, termasuk juga usaha
melakukan pengawasan terhadap pelaksanaannya, diperbaiki jika di langgar atau
tidak dipatuhi termasuk juga di berikan sanksi atau hukuman jika di perlukan.94
Membina karakter Islami peserta didik sebaliknya melibatkan semua
unsur agar proses pembinaan karakter Islami dapat berjalan efektif dan efesien.
Namun dari semua unsur, yang paling mempengaruhi adalah seorang pendidik
atau guru. Guru memiliki peranan yang sangat penting terhadap keberhasilan atau
tidaknya suatu tujuan pendidikan. Oemar Hamalik, menjelaskan bahwa ―guru
merupakan titik sentral, yaitu sebagai ujung tombak di lapangan dalam
pengembangan kurikulum. Keberhasilan proses belajar mengajar antara lain di
tentukan oleh profesional dan peribadi guru‖.95
Sebagaimana dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14
Tahun 2005 Tentang Guru dan dosen pada Bab I Pasal 1, di jelaskan bahwa ―guru
adlah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing dan mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah‖.96
Abdul Majib dan Jusuf Mudzakkir menyatakan fungsi dan tugas pendidik
dalam pendidikan dapat di simpulkan menjadi tiga bagian, yaitu:
1) Sebagai pengajar (instruksional) yang bertugas merancang program
pengajaran dan melaksanakan program yang telah di sususn serta
mengakhiri dengan pelaksanaan penilaian setelah program di lakukan.
94
Hadari Nawawi, Pendidikan dalam Islam, (Surabaya: Al Ikhlas, 1993), h. 231 95
Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2009), h. 231 96
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen
2) Sebagai pendidik (edukator), yang mengarahkan peserta didik pada
tingkat kedewasaan dan berkepribadian kamil seiring dengan tujuan Allah
swt menciptakannya.
3) Sebagai pemimpin (managerial), yang memimpin, mengendalikan kepada
diri sendiri, dan masyarakat yang terkait, terhadap berbagai masalah yang
menyangkut upaya pengarahan, pengawasan, pengorganisaian,
pengontrolan dan partisipasi atau program pendidikan yang dilakukan.97
Hamzah B Uno, menjelaskan beberapa tugas guru yang harus
dilaksanakan: tugas guru sebagai suatu profesi meliputi mendidik dalam arti
meneruskan dan mengembangkan nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan
mengembangkan iptek, sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan
pada peserta didik. Tugas guru dalam bidang kemanusiaan meliputi bahwa guru
di sekolah harus dapat menjadi orang tua kedua, dapat memahami peserta didik
dengan tugas perkembangannay mulai dari sebagai makhluk bermain
(homoludens), sebagai makhluk remaja berkarya (homopither), dan sebagai
makhluk berpikir/dewasa (homosapiens), membantu mentransformasikan dirinya
sebagai upaya pembentukan sikap dan membantu peserta didik dalam
mengidentifikasikan diri peserta itu sendiri.98
Menurut Tomas Lickona, sebagaimana di kutip oleh Nurul Zuriah
mengatakan bahwa tugas guru sebagai ujung tombak dan penanggung jawab
pendidikan akhlak/budi pekerti dis ekolah yaitu:
1. Pendidik haruslah menjadi seorang model sekaligus menjadi mentor dari
peserta didik di dalam menjadikan nilai-nilai moral di dalam kehidupan di
sekolah.
2. Masyarakat sekolah haruslah merupakan masyarakat bermoral. Artinya
bukan hanya ilmu-ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga tempat
penemaian dari pengembangan nilai-nilai moral kemanusiaan.
97
Abdul Mujib dan Jusuf Muzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Prenada Media,
2010), h. 91 98
Hmazah B Uno, Profesi Kependidikan: Problema Solusi dan Reformasi Pendidikan di
Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 20-21
3. Pendidikan disiplin moral. Artinya bukan sekedar sesuatu yang deskriftif
tentang sesuatu yang baik, melainkan juga sesuatu yang mengarahkan
kelakuan dan pikiran seseorang untuk berbuat baik. Moral
mengimplikasikan adanya disiplin. Pelaksanaan moral yang tidak berdisiplin
sama artinya dengan tidak bermoral.
4. Menciptakan situasi demokratis di ruang kelas.
5. Mewujudkan nilai-nilai melalui kurikulum. Maksudnya di dalam setiap mata
pelajaran dalam kurikulum selalu tersirat perimbangan-perimbangan moral.
6. Budaya kerja sama (cooperative learning).
7. Tugas pendidik adlah menumbuhkan kesadaran berkarya
8. Mengambangkan refleksi moral. Refleksi dan perenungan moral dapat
dilaksanakan melalui pendidikan budi pekerti atau pendidikan moral
9. Mengajarkan resolusi konflik. Dengan berkembangnya nilai-nilai moral di
masyarakat bukan mustahil akan terjadi konflik dan pergeseran makna dan
nilai-nilai di dalam masyarakat dalam menerapkan nilai-nilai moral yang
telah disepakati. Satu hal yang perlu diingat bahwa konflik tersebut harus di
pecahkan dan dicari jalan keluar melalui suatu dikursus atau dialog.99
Dari uraian di atas, hal yang perlu diingat oleh guru adalah unsur
terpenting dalam pendidikan. Hari depan anak didik tergantung banyak kepad
guru. Guru yang pandai, bijaksana dan mempunyai keikhlasan serta sikap positif
terhadap pekerjaannya akan dapat membimbing anak-anak didik kearah sikap
yang positif yang di perlukan dalam hidupnya kemudian hari. Sebaliknya guru
yang tidak bijaksana dan menunaikan pekerjaannya tidak ikhlas atau di dasarkan
atas pertimbangan-pertimbangan bukan kepentingan pendidikan. Misalnya habya
sekedar untuk mencari rezeki atau hanya merasa terhormat menjadi guru itu dan
sebagainya, akan mengakibatkan arti atau manfaat pendidikan yang diberikannya
99
Nurul Zuriah, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 12-15
kepada anak didik menjadi kecil atau makin tidak ada, bahkan mungkin menjadi
negatif.100
Berbagai masalah dan rintangan dapat terjadi dalam mencapai tujuan
pendidikan yang direncanakan. Maka semua masalah, baik yang terdapat pada
anak, pada orang tua, maupun pada guru seharusnya diketahui, di mengerti dan
diusahakan untuk mengurangi dan mengatasinya. Begitu pula halnya dalam
pembentukan karakter Islami peserta didik di sekolah yang harus mendapat
perhatian khusus lebih di tingkatkan lagi agar tujuan pendidikan dapat terwujud
dengan baik, terlebih agar peserta didik memiliki akhlak yang baik,. Menurut Al
Rasyidin, ada beberapa langkah pokok yang harus dilakukan oleh pendidik dalam
membina dan membentuk karakter atau akhlak anak peserta didik, yakni:
1. Menggali dan merumuskan kembali secra eksplisit prinsip-prinsip dan ajaran
Islam tentang al-akhlaq al-karimah yang bersumber pada alquran dan
sunnah. Dlam kerangka ini, kita semua harus kembali pada misi asasi Islam
sebagai penyempurna akhlak manusia sesuai dengan misi kerasulan
Muhammad SAW, dimana beliau tidak di utus kecuali untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia. Untuk itu paradigma yang selama ini
cenderung disominasi oleh pemikiran bahwa alquran dan sunnah adalah
kitab hukum, perlu di kembangkan ke arah pandangan bahwa alquran dan
sunnah sebenarnya merupakan kitab akhlak yang memuat tentang berbagai
aspek perilaku manusia.
2. Merubah kebiasaan mendidik yang terlalu menekankan aspek ingatan dan
hafalan. Peran guru selama ini di dominasi oleh aktivitas mengajar perlu di
rubah ke arah aktivitas yang memberikan tekanan kepada mendidik,
membimbing dan memberi teladan yang baik.
3. Merubah kesan dan pandangan sebagai pendidik yang beranggapan bahwa
tugas dan tanggung jawab kependidikannya hanyalah terbatas pada ruang
kelas dan madrasah/sekolah belaka, semua pendidik muslim perlu
menyadari bahwa tugas dan tanggung jawab kependidikannya, adalah seluas
100
Zakiah Draajat, Ilmu Jiwa,,,h. 77
institusi pendidikan yang meliputi keluarga, madrasah dan institusi-institusi
lain di luar madrasah.
4. Membangun dan mengembangkan relasi yang konkrit antara kehidupan di
dalam madrasah dan perguruan tinggi dengan kenyataan-kenyataan empirik
di masyarakat. Dalam kerangka ini, ada beberapa hal yang harus dilakukan
yaitu:
a. Dari dimensi tujuan pelaksanaan Pendidikan Islam harus berorientasi
pada pembinaan kepribadian Muslim sesuai dengan prinsip-prinsip al-
akhlaq al –karimah dalam rangka memproduksi output yang memiliki
kecerdasan tinggi dalam menentukan piliah nilai untuk hidup di tengah-
tengah masyarakat masa depan.
b. Dari dimensi muatan, pendidikan kurikulum harus di rancang agar
bersifat kontekstual dengan tuntutan kehidupan masyarakat, terutama
dalam hal menumbuhkembangkan kepekaan normatif dan ketajaman
nurani.
c. Dari dimensi pembelajaran, proses Pendidikan Islam harus di desain
dengan prinsip-prinsip social, contextual, modelling, behavorial
treanoing and scientiffic inquiry. Maksudnya, penerapan prinsip-prinsip
ini dalam desain pembelajaran akan memberikan kesempatan yang luas
dan menstimulasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman-
pengalaman belajar secara langsung dari kehidupan empirik.
d. Dari dimensi metode dan pendekatan, pelaksanaan pembelajaran perlu
mengintegrasikan berbagai metode dan pendekatan Qur‟any Nabawy dan
pedagogy. Metode dan pendekatan Qur‟any Nabawy diaplikasikan dalam
pembelajaran untuk menganalisi landasan normatif dai alquran dan
sunnah dengan data-data empirik tenatang fenomena sosial kehidupan
manusia dewasa ini. Para pendidika mengajak peserta didik ―menjelajahi‖
alquran dan sunnah untuk mengidentifikasi prinsip-prinsip akhlaq dan
sejarah umat terdahulu untukl menumbuhkan kepakaan normatif dan
ketajaman nurani.101
Dari uraian di atas penulis berpikir apabila setiap lembaga pendidikan
atau sebuah rancangan kurikulum pendidikan selalu menanamkan sikap disipli,
jujur, tanggung jawab dan lain sebagainya, maka dengan sendirinya akan
membentuk karakter Islami atau akhlak peserta didik dan tujuan pendidikan akan
tercapai dengn baik. Namun juga, tidak bisa kita pungkiri peran orang tua dan
masyarakat yang turut serta dalam mebentuk karakter Islami untuk selalu taat
pada aturan dan tata tertib yang ada.
Pendidikan karakter merupakan hal yang sangat urgen yang perlu di
pelajari. Telah lama di pahami bahwa kondisi sebuah pemerintahan di tentukan
oleh karakter masyarakatnya. Berulangkali pencetus bangsa ini menekankan
bahwa berhasil atau gagalnya suatu eksprimen negara akan di tentukan oleh
nilai-nilai pendidikan karakter yang melekat pada kepribadian penduduk negeri
itu. Oleh karena itu, kita tidak bisa menafikan urgensi pendidikan karakter, kita
tidak boleh melakukannya setengah hati apalagi sampai salah dalam
pengelolannya.
Kita di tuntut memahami dan mengaktualisasikan nilai-nilai pendidika
karakter seserius kita melaksanakan pendidikan akademis. Kabar gembiranya,
semakin meningkatnya minat untuk mengkaji nilai-nilai pendidikan karakter dan
menanamkan pendidikan karakter kepad peserta didik di berbagai lapisan
masyarakat dan mendapat respon positif dari berbagai kalangan dan menjadi
issue yang menarik minat kaum kademisi untuk di jadikan sasaran kajian.
Bagaimanapun, sejumlah ilmuan telah melakukan penelitian ilmiah tentang
berbagai aspek yang terkait dengan pemgembangan melalui penanaman karakter
islami, baik dalam konteks satuan pendidikan secara holistik maupun secara
parsial dalam lingkup kelas.
101
Al Rasyidin, Percikan Pemikiran Pendidikan: Dari Filsafat Hingga Praktik
Pendidikan, (Bandung: Cita Psutaka Media, 2009), h. 102-105
Pentingnya pendidikan karakter atau akhlak dalam kehidupan manusia,
dimana dengan pendidikan karakter yang di berikan dan disampaiakn kepada
manusia tentunya akan menghasilkan orang-orang yang bermoral, laki-laki
maupun perempuan, memiliki jiwa yang bersih, kemauan yang keras, cita-cita
yang benar dan karakter yang tinggi, mengetahui arti kewajiban dan
pelaksanaannya, menghormati hak-hak manusia, mengetahui perbedaan burul\k
dan baik, memilih satu fadhilah karena cinta pada fadhilah pekerjaan yang mereka
lakukan.
Tujuan pokok dari Pendidikan Islam adalah mendidik budi pekerti dan
pembentukan jiwa. Pendidikan yang diberikan kepad anak didik haruslah
mengandung pelajaran-pelajaran karakter. Setiap pendidik haruslah memikirkan
karakter dan memeikirkan karakter keagamaan sebelum yang lain-lainnya karena
karakter keagamaan adalah karakter yang tertinggi, sedangkan karakter yang
mulia adalah tiang dari pendidikan Islam.
Kenyataan di lapangan menunjukkan terdapat berbagai masalah yang
berkaitan dengan pendidik dan pserta didik. Salah satu jabatan tenaga
kependidikan yang mendapat sorotan dari masyarakat untuk di tingkatkan
kemampuan dan profesionalitasnya adalah guru. Pendidik adalah tempat
bertumpunya harapan akan memperbaiki situasi pendidikan, karena mutu
pendidikan di pengaruhi oleh faktor guru dan peserta didik.
Membicarakan masalah peserta didik, sesungguhnya sama dengan
membicarakan tentang manusia yang memerlukan bimbingan, seperti yang di
ungkap Zuhairini dkk, bahwasanya anak yang telah di lahirkan membawa fitrah
beragama dan kemudian tergantung pada pendidik selanjutnya., jika mereka
dapat pendidikan agama dengan baik maka mereka akan menjadi orang dewasa
yang taat beragama begitu pula sebaliknya, bila benih agama yang di bawanya
itu tidak di pupuk dan di bina maka anak akan menjadi orang yang tidak
beragama.102
Pendidik merupakan salah satu faktor penting dalam proses pendidikan,
karena pendidik itulah yang kan bertanggung jawab dalam mendidik
danmembimbing anak dalam proses belajar mengajar ke arah pembentukan
kepribadian yang baik, cerdas, dan mempunyai wawasan cakrawala berpikir
yang luas serta dapat bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dan
kehidupannya. Terutama dalam pendidikan agama mempunyai kelebihan di
bandingkan dengan pendidikan umumnya karena selain bertanggung jawab
terhadap pembentukan kepribadian anak yang sesuai dengan ajaran Islam, ia juga
bertanggung jawab kepada Allah swr.
Dalam proses interaksi belajar mengajar, seorang guru harus mampu
menciptakan dan menstimulusi kondisi belajar peserta didiknya dengan baik
agar dapat merealisasikan tujuan pembelajaran yang ingin di capai. para guru
khususnya guru bidang studi agama mempunyai tugas berat dan tangggung
jawab, sebagai berikut:
1. Wajib menemukan pembawaan yang ada pada peserta didik.
2. Berusaha menolong peserta didik mengembangkan pembawaan yang baik
dan menekan pembawaan yang buruk agar tidak berkembang
3. Memperlihatkan kepada peserta didik tugas orang dewasa dengan cara
memperkenalkan berbagai bidang keahlian dan keterampilan agar peserta
didik dapat memilihnya dengan tepat
4. Mengadakan evaluasi setiap waktu untuk mengetahui apakah perkembangan
peserta didik berjalan dengan baik
5. Memberikan bimbingan dan penyuluhan tatkala peserta didik menemui
kesulitan dalam mengembangkan potensinya.103
102
Zuhairini, dkk, Metode Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Ushan Nasional,
2003), h. 32 103
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2000), h. 79
Selain tugas di atas, ada satu hal yang sangat urgent bagi seorang guru
agama yaitu di tuntuk untuk menajdi contoh tauladan dalam segala tingkah laku
dan dalam segala keadaan bagi peserta didiknya.
Keberhasilan atau kegagalan guru dalam menjalankan proses
pembelajaran banyak di tentukan oleh kecakapannya dalam memilih dan
menggunakan metode pembelajaran. Metode mampunyai kedudukan yang sangat
penting dalam proses pembelajaran agama Islam sebagai upaya pencapai tujuan.
Metode menjadi sarana dalam menyampaikan materi pelajaran yang tersusun
dalam kurikulum. Tanpa metode, suatu materi pelajaran tidak akan dapat
berproses secara efesien dan efektif dalam kegiatan pembelajaran menuju
tercapainya tujuan pendidikan. Metode yang tidak efektif akan menjadi
penghambat kelancaran proses pembelajaran, sehingga membunag tenaga dan
waktu sia-sia. Oleh karena itu, metode yang di terapkan akan berdaya guna dan
berhasil jika mampu di gunakan dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah di
tetapkan.104
Kuncinya adalah jiwa seorang guru dalam masalah pendidikan. Selain
materi dan guru, jiwa guru yang sangat berperan penting dalam keberhasilan
pengajaran karena dengan jiwa ikhlas dan pengabdian maka guru akan dapat
mewarnai peserta didiknya. Oleh sebab itu, keberhasilan pendidikan tergantung
pada kebaikan, kebijakan, kecerdasan dan kekreatifan seorang pendidik.
Hemat penulis bahwa seorang pendidik yang baik, tidak hanya harus
memenuhi kriteria profesional saja, akan tetapi patutlah juga memilki komitmen
yang kuat sebagai seorang pendidik guru memenuhi kewajibannya untuk
mencerdaskan peserta didiknya. Keberhasilan seorang guru dalam mendidik
peserta didiknya memiliki rasa kepuasan tersendiri yang tak dapat di ungkap oleh
kata. Rasa bangganya kepada peserta didik mebuat ia tambah semangat dalam
mendidik.
104
Nasir A. Baki, Metode Pembelajaran Agama Islam, (Makasar: Alauddin Press, 2012),
h. 28
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penulisan dan analisis data yang berkaitan dengan pembahasan
sebelumnya maka penulisa dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Problematika pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Pembentukan
Karakter Islami Siswa SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura yaitu:
a. Rendahnya minat peserta didik dalam mempelajari bidang studi
pendidikan Agama Islam di karenakan kurang mendapat motivasi dari
pendidik.
b. Pendidik yang kurang menguasai metode pembelajaran sehingga
pembelajaran berjalan sangat flat karena metode yang di terapkan kurang
variatif. Sebab inilah sehingga peserta didik jenuh dalam pembelajaran
pendidikan agama Islam.
c. Lingkungan sekolah yang kurang memperhatikan ekstrakurikuler
keagamaan yang dapat di jadikan sebagai wadah tukar pikiran
menyangkut ilmu keagamaan peserta didik.
2. Solusi yang di lakukan sekolah dan guru pendidikan agama Islam dalam
mengatasi permasalahan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA
Negeri 1 Model Tanjung Pura yaitu:
a. Memotivasi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran misalnya saja
seperti; memberi angka, memberi hadiah, mengadakan kompetisi,
memberi ulangan, memberi hasil belajar, memberi pujian dan memberi
hukuman.
b. Meningkatkan profesionalitas pendidik dapat di tempuh dengan
senantiasa mengikuti peraturan-peraturan, mengikuti pelatihan bagi guru,
diklat, dan turut aktif dalam MGMP.
c. Dari segi sarana dan prasarana pendidikan Islam di perlukan adanya
peningkatan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: mengerti
tentang fungsi alat pendidikan, mengerti menggunakan media pendidikan
secara tepat dalam proses pembelajaran, mampu memilih media yang
tepat dan sesuai dengan tujuan dan misi pelajaran yang hendak diajarkan
serta membenahi seluru sarana pendidikan agar dapat menciptakan iklim
pembelajaran yang nyaman dan kondusif. Sekolah juga dapat
berkoordinasi dengan pendidik bidang studi pendidikan agama Islam
dengan maksud untuk mengetahui kesulitan para peserta didik dalam
pembelajaran agama kemudian menindakinya dengan membentuk sebuah
forum studi club atau Islmic meeting dan sebagainya.
B. Saran
Berpijak dari hasil penulisan sebagaimana yang di kemukakan di atas
maka implikasi mengenai gambaran Problematika pembelajaran pendidikan
agama Islam pada pembentukan karakter islami dan solusinya pada peserta didik
siswa SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura, yaitu:
1. Untuk pendidik di SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura agar dapat
Menciptakan pembelajaran yang baik yaitu pendidik dengan lebih
memahami kelemahan dan kelebihan mengenai karakter, bakat dan minat,
peserta didik serta harus mampu menciptakan iklim belajar yang kondusif
dengan penggunanan metode yang variatif sehingga dapat menjauhkan
peserta didik dari rasa jeniuh dan bosan.
2. Kepada Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura, pihak sekolah
seharusnya lebih memperhatikan kelengkapan dan kelayakan sarana dan
prasarana pendidikan agar dapat menunjang peroses pembelajaran denagn
baik sehingga pencapaian hasil belajar peserta didik dapat di capai secara
optimal.
3. Kepada guru PAI hendaknya senantiasa dapat melakukan evaluasi terhadap
kemampuan mengajarnya, memiliki diskusi yang tinggi dan bertanggung
jawab terhadap tugasnya sebagai guru.
4. Kepada guru bidang studi lain hendaknya juga mengimplikasikan nilai-nilai
agama dan nilai-nilai luhur pada mata pelajaran yang di ajarkannya untuk
mengefektifkan pendidikan agama Islam di SMA Negeri 1 Model Tanjung
Pura.
5. Kepada orang tua siswa hendaknya bekerja sama dengan guru PAI untuk
menanamkan pendidikan agama pada peserta didik.
6. Hendaknya kepada Kementrian Agama dan Kementrian Pendidikan Nasional
Propinsi Sumatera Utara meningkatkan program mutu guru dengan
memberikan izin belajar bagi guru yang ingin melanjutkan pendidikannya ke
jenajang S2 dan S3 Bidang Pendidikan Agama Islam
7. Hendaknya di adakan laboraturium PAI di suatu sekolah untuk membantu
tercapainya tujuan pendidikan agama Islam di sekolah.
8. Hendaknya mata pelajaran PAI yang utama di UN- kan agar peserta didik
merasa penting dan peduli dengan pendidikan agama.
9. Hasil penulisan ini mengenai problematika pembelajaran pendidikan agama
Islam pada pembentukan karakter siswa SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura
dan solusina pada pesrta iddik bukan merupakan final dari hasil penulisan
akan tetapi perlu diadakan penuliasan lebih luas dan spesifik guna
menciptakan hasil yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002.
Ali, Nur & Muhaimin, Abd Aghofir, Strategi Belajar Mengajar, Surabaya: Karya
Anak Bangsa, 1996.
Anwar, Syaiful & Tayar Yusuf, Metodologi Pengajaran Agama & Bahasa Arab,
Jakarta: Raja Grafindo, 1997.
Andayani, Dian & Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.
Amri, Sofan, Ahmad Jauhari dan Tatik Elisah, Implementasi Pendidikan Karakter
dalam Pembelajaran, Jakarata: Prestasi Pustaka Raya, 2011.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 1993.
Arifin, H. M, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Sinar Garfika Offset, 2004.
Budiyanto, H. Mangun, Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta: Griya Santri, 2010.
Bogdan R. dan S.K Biklen, Qualitative Research for Education, Bostonn: Allyn
and Bacon, Cet. 11, 1992.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2011.
Departemen Republik Agama RI, Al Qur‟an dan terjemahannya, Al Jumanatul
Ali, Bandung:Art, 2005.
Dewantara, Ki Hajar dalam Abu Ahmadi dan Nur Ukhbiyati, Ilmu Pendidikan
Islam, Jakarta:Rineka Cipta, 1991.
Eswita, Effy, Metode Penelitian Pendidikan, Medan: Unimed Press, 2012.
Echols, M, dan Shadily, Hasan, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: Gramedia,
2006.
Jamil, Muhammad & Irpan Abd Gafar, Reformulasi Rancangan Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Raja Grafindo, 2003.
Kurniawan Syamsul dan Moh. Haitami Salim, Studi Ilmu Pendidikan Islam,
Pontianak: STAIN Pontianak Press, 2009.
Kurniawan, Syamsul, “Konsep dan Implementasi Pendidikan Karakter di
Lingkungan Keluarga, Sekolah, dan Maysrakat”, dalam At-Turast, Vol
6Nomor 1 Desember 2012.
Lihat Kurikulum PAI, 2002.
Ma‘arif, Syamsul, Revitalisasi Pendidikan Islam, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007.
Marimba, Ahmad D, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung, Al-Ma‘arif,
1989.
Miles, M.B dan Huberman, A.M, Analisis dalam Kualitatif Terj. Tjeptjep Rohendi
Rohidi, Jakarta: UI Press, 1992.
Moleong Lexy, J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Rosdakarya, Cet.27, 2010.
Mujid Abd dan Muhaimin, Pemikiran Pendidikan Islam, t.t.p: t.p, 2007.
Nasution S, Metode Research, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. 1, 2008.
Nawawi, Hadari, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, Jakarta: Haji
Masgung, 1989.
Nawawi, Hadari, Pendidikan Dalam Islam, Surabaya: Al Ikhlas, 1993.
Nugraha, Endri Agus, ―Membangun dan Mengembangkan Karakter Anak dengan
Menyelaraskan Pendidikan Keluarga dan Sekolah, dalam
http://freegratissemua-ariendri.blogspot.com.
Permendiknas No 22 Tahun 2006, Tentang Standart Isi Untuk Satuan Pendidikan
Tingkat Dsar Dan Menengah
Poerwardaminta, WJS, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,
1976.
Rustam, Rancangan Penelitian Sosial Keagamaan, Medan: Pusat Penelitian
IAIN SU, 2006.
S, Sumardi ,Psikologi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo, 2004.
Suyanto, ―Urgensi Pendidikan Karakter‖ dalam
www.mandikdasmen.depdiknas.go.id.
Spredley, J.P, Participant Observation, New York:Rinehart and Winston, 1980.
Wibowo, Agus,Pendidikan Karakter: Strategi Membangun Karakter Bangsa
Berperadaban, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012.
Lampiran I
CONTOH KISI-KISI INSTRUMENT PENELITIAN
No Masalah/Tujuan
Penelitian
Sub/ Rincian
Masalah/Tujuan
Penelitian
Sumber
Data
Instrument
Pengumpul
Data
1. Profil Madrasah 1.1. Latar Belakang
Berdirinya
Madrasah
1.2.Visi dan Misi
Madrasah
1.3.Keadaan Guru dan
Peserta Didik
1.4.KeadaanGuru dan
Peserta Didik
1.5.Program dan
Aktivitas
Madrasah dalam
Pembentukan
Karakter Islami
1.6. Sarana dan
Prasarana SMA
Negeri 1 Model
Tanjung Pura
K.a
Madrasah,
Tata Usaha
Dokumen
Resmi
Madrasah
Studi
Lapangan
Obserrvasi
Wawancara
2. Penerapan
Pembentukan
Karakter Islami
Peserta Didik
2.1.Bagaimanakah
proses dalam
pembentukan
karakter Islami
peserta didik
2.2.Siapa saja yang
terlibat dalam
Ka.
Madrasah
WKM
Kesiswaan
Guru BK
Guru
Dokumen
Wawancara
Observassi
Dokumen
pembentukan
karakter Islami
peserta didik
2.3.Bagaimana peran
dan keterlibatan
Kepala Madrasah,
guru, dan pegawai
Resmi
madrasah
3. Target Tujuan
yang akan di
capai oleh
Madrasah dari
Pembentukan
Karakter Islami
Peserta Didik
5.1 Apa yang menjadi
tujuan utama dari
pembentukan
karakter Islami
Peserta didik
5.2 Adakah Reward
(penghargaan)
bagi peserta didik
yang berhasil
membentuk
karakter Islami
5.3 Apakah
pembentukan
karakter Islami
yang di terapkan
mampu
menunjang
prestasi peserta
didik
Ka.
Madrasah
WKM
Kesiswaan
Guru BK
Guru
Wawancara
Observasi
Dokumen
4. Kendala dan
solusinya dalam
pembentukan
karakter Islami
4.1. Apa yang menjadi
kendala dalam
pembentukan
karakter Islami
Ka.
Madrasah
Kesiswaan
Guru BK
Wawancara
Observasi
Dokumen
peserta didik peserta didik dan
apa solusinya?
4.2.Apakah orang tua
juga di libatkan
dalam
pembentukan
karakter Islami
peserta didik?
4.3. Apakah latar
belakang peserta
didik juga menjadi
alasan kendala
dalam
pembentukan
karakter Islami
dan bagaimana
solusinya?
Guru
Lampiran II
Contoh Panduan dan Catatan Observasi
Hari/Tanggal :.........................................................
Tempat Pengamatan :.........................................................
Objek yang Diamati :.........................................................
Waktu Pengamatan :...................s/d...........................WIB
No. Aspek-Aspek yang
Diobservasi
Deskripsi
Observasi
Catatan Refleksi
1. Jam masuk belajar Peserta
didik
2. Kegiatan Awal Peserta Didik
3. Kegiatan awal peserta didik
di dalam kelas sebelum
proses belajar mengajar
berlangsung
4. Keadaan peserta didik waktu
proses kegiatan belajar
mengajar
5. Pembentukan karakter Islami
Peserta didi dalam kegiatan
belajar mengajar
Lampiran III
Kisi-Kisi Dokumen
No. Tipe Dokumen Jenis Dokumen Digunakan Untuk
1. Dokument Resmi
SMA Negeri 1
Model Tanjung Pura
Buku profil
SMA Negeri 1
Model Tanjung
Pura
Statistik SMA
Negeri 1 Model
Tanjung Pura
Dokument BK
SMA Negeri 1
Model Tanjung
Pura
- Mendapatkan data
tentang sejarah
berdirinya SMA
Negeri 1 Model
Tanjung Pura, visi
dan misi, sarana dan
prasarana, serta
strukttur organisasi
SMA Negeri 1
Model Tanjung
Pura
- Mendapatkan data
tentang jumlah
guru dan peserta
didik di SMA
Negeri 1 Model
Tanjung Pura
- Memproleh catatan
peserta didik yang
melanggar tata
tertib/disiplin di
SMA Negeri 1
Model Tanjung
Pura Tahun Ajaran
2017-2018.
Lampiran IV
Pedoman Wawancara dengan Kepala SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura
Hari/Tanggal :.........................................................
Informan yang Diwawancarai :.........................................................
Tempat Wawancara :.........................................................
Waktu Wawancara :...................s/d...........................WIB
Aspek-Aspek yang di
wawancarakan
Deskripsi/Transkip
Wawancara
Catatan Reflektif
Peneliti
1 2 3
Penerapan
Pembentukan Karakter
Islami Peserta Didik
1. Sudah berapa lamakah Bapak
menjabat sebagai Kepala Sekolah
di SMA Negeri 1 Model Tanjung
Pura ini?
2.Bagaimanakah kegiatan dalam
pembentukan karakter Islami di
SMA Negeri 1 Model Tanjung
Pura?
3. Bagaimana upaya yang di
lakukan dalam mewujudkan
pembentukan karakter Islami
peserta didik di SMA Negeri 1
Model Tanjung Pura?
4. Siapa sajakah yang terlihat
dalam proses mewujudkan
pembentukan karakter Islami
peserta didik di SMA Negeri 1
Model Tanjung Pura?
5. Adakah hukuman (punishment)
bagi setiap peserta didik yang
melanggar di siplin peserta didik
di SMA Negeri 1 Model Tanjung
Pura?
6.Adakah hadiah/penghargaan
(reward) bagi peserta didik yang
paling disiplin di SMA Negeri 1
Model Tanjung Pura?
Target/tujuan yang
akan di capai oleh
Madrasah dari
Pembentukan Karakter
Islami Peserta Didik
1. Apa yang menjadi tujuan
utama dari pembentukan
karakter Islami peserta didik di
SMA Negeri 1 Model Tanjung
Pura?
2. Apakah pembentukan karakter
Islami yang di terapkan
Madrasah membawa perubahan
tingkah laku yang lebih baik
terhadap diri peserta didik baik
dari lingkungan SMA Negeri 1
Model Tanjung Pura ini maupun
di lingkungan keluarga dan
masyarakat?
3. Apakah pembentukan karakter
Islami yang diterapkan mampu
menunjang prestasi peserta didik
SMA Negeri 1 Model Tanjung
Pura?
4. Apakah pembentukan karakter
Islami peserta didik yang di
terapkan di SMA Negeri 1
Model Tanjung Pura sudah
dilaksanakan secara maksimal
sesuai dengan tujuannya?
Kendala dan solusinya
dalam pembentukan
karakter Islami peserta
didik
1. Aapa yang menjadi kendala
dalam pembentukan karakter
Islami peserta didimk di SMA
Negeri 1 Model Tanjung Pura
dan apa solusinya?
2. Adakah guru yang tidak peduli
terhadap pembentukan karakter
Islami SMA Negeri 1 Model
Tanjung Pura dan apabila ada
apa solusinya?
3. Apakah orang tua juga di
libatkan dalam pembentukan
karakter Islami peserta didik
SMA Negeri 1 Model Tanjung
Pura dan jika tidak ada apa
solusinya?
4. Apakah latar belakang
kehidupan orang tua pserta didik
juga menjadi alasan kendala
dalam pembentukan karrakter
Islami peserta didik SMA Negeri
1 Model Tanjung Pura dan jika ia
apa solusinya?
5. Apakah kondisi dan letak
Madrasah juga menjadi kendala
dalam pembentukan karakter
Islami peserta didik SMA Negeri
1 Model Tanjung Pura ini?
Lampiran V
Panduan Wawancara dengan PKS Kesiswaan SMA Negeri 1 Model
Tanjung Pura
Hari/Tanggal :.........................................................
Informan yang Diwawancarai :.........................................................
Tempat Wawancara :.........................................................
Waktu Wawancara :...................s/d...........................WIB
Aspek-Aspek yang di
wawancarakan
Deskripsi/Transkip
Wawancara
Catatan Reflektif
Peneliti
1 2 3
Penerapan
Pembentukan Karakter
Islami Peserta Didik
1. Sudah berapa lamakah Bapak
menjabat sebagai Kepala Sekolah
di SMA Negeri 1 Model Tanjung
Pura ini?
2.Bagaimanakah kegiatan dalam
pembentukan karakter Islami di
SMA Negeri 1 Model Tanjung
Pura?
3. Bagaimana upaya yang di
lakukan dalam mewujudkan
pembentukan karakter Islami
peserta didik di SMA Negeri 1
Model Tanjung Pura?
4. Siapa sajakah yang terlihat
dalam proses mewujudkan
pembentukan karakter Islami
peserta didik di SMA Negeri 1
Model Tanjung Pura?
5. Adakah hukuman (punishment)
bagi setiap peserta didik yang
melanggar di siplin peserta didik
di SMA Negeri 1 Model Tanjung
Pura?
6.Adakah hadiah/penghargaan
(reward) bagi peserta didik yang
paling disiplin di SMA Negeri 1
Model Tanjung Pura?
Target/tujuan yang
akan di capai oleh
Madrasah dari
Pembentukan Karakter
Islami Peserta Didik
1. Apa yang menjadi tujuan
utama dari pembentukan
karakter Islami peserta didik di
SMA Negeri 1 Model Tanjung
Pura?
2. Apakah pembentukan karakter
Islami yang di terapkan
Madrasah membawa perubahan
tingkah laku yang lebih baik
terhadap diri peserta didik baik
dari lingkungan SMA Negeri 1
Model Tanjung Pura ini maupun
di lingkungan keluarga dan
masyarakat?
3. Apakah pembentukan karakter
Islami yang diterapkan mampu
menunjang prestasi peserta didik
SMA Negeri 1 Model Tanjung
Pura?
4. Apakah pembentukan karakter
Islami peserta didik yang di
terapkan di SMA Negeri 1
Model Tanjung Pura sudah
dilaksanakan secara maksimal
sesuai dengan tujuannya?
Kendala dan solusinya
dalam pembentukan
karakter Islami peserta
didik
1. Aapa yang menjadi kendala
dalam pembentukan karakter
Islami peserta didimk di SMA
Negeri 1 Model Tanjung Pura
dan apa solusinya?
2. Adakah guru yang tidak peduli
terhadap pembentukan karakter
Islami SMA Negeri 1 Model
Tanjung Pura dan apabila ada
apa solusinya?
3. Apakah orang tua juga di
libatkan dalam pembentukan
karakter Islami peserta didik
SMA Negeri 1 Model Tanjung
Pura dan jika tidak ada apa
solusinya?
4. Apakah latar belakang
kehidupan orang tua pserta didik
juga menjadi alasan kendala
dalam pembentukan karrakter
Islami peserta didik SMA Negeri
1 Model Tanjung Pura dan jika ia
apa solusinya?
5. Apakah kondisi dan letak
Madrasah juga menjadi kendala
dalam pembentukan karakter
Islami peserta didik SMA Negeri
1 Model Tanjung Pura ini?
Lampiran VI
Panduan Wawancara dengan Guru Bimbingan dan Konseling
Hari/Tanggal :.........................................................
Informan yang Diwawancarai :.........................................................
Tempat Wawancara :.........................................................
Waktu Wawancara :...................s/d...........................WIB
Aspek-Aspek yang di
wawancarakan
Deskripsi/Transkip
Wawancara
Catatan Reflektif
Peneliti
1 2 3
Penerapan
Pembentukan Karakter
Islami Peserta Didik
1. Sudah berapa lamakah Bapak
menjabat sebagai Kepala Sekolah
di SMA Negeri 1 Model Tanjung
Pura ini?
2.Bagaimanakah kegiatan dalam
pembentukan karakter Islami di
SMA Negeri 1 Model Tanjung
Pura?
3. Bagaimana upaya yang di
lakukan dalam mewujudkan
pembentukan karakter Islami
peserta didik di SMA Negeri 1
Model Tanjung Pura?
4. Siapa sajakah yang terlihat
dalam proses mewujudkan
pembentukan karakter Islami
peserta didik di SMA Negeri 1
Model Tanjung Pura?
5. Adakah hukuman (punishment)
bagi setiap peserta didik yang
melanggar di siplin peserta didik
di SMA Negeri 1 Model Tanjung
Pura?
6.Adakah hadiah/penghargaan
(reward) bagi peserta didik yang
paling disiplin di SMA Negeri 1
Model Tanjung Pura?
Target/tujuan yang
akan di capai oleh
Madrasah dari
Pembentukan Karakter
Islami Peserta Didik
1. Apa yang menjadi tujuan
utama dari pembentukan
karakter Islami peserta didik di
SMA Negeri 1 Model Tanjung
Pura?
2. Apakah pembentukan karakter
Islami yang di terapkan
Madrasah membawa perubahan
tingkah laku yang lebih baik
terhadap diri peserta didik baik
dari lingkungan SMA Negeri 1
Model Tanjung Pura ini maupun
di lingkungan keluarga dan
masyarakat?
3. Apakah pembentukan karakter
Islami yang diterapkan mampu
menunjang prestasi peserta didik
SMA Negeri 1 Model Tanjung
Pura?
4. Apakah pembentukan karakter
Islami peserta didik yang di
terapkan di SMA Negeri 1
Model Tanjung Pura sudah
dilaksanakan secara maksimal
sesuai dengan tujuannya?
Kendala dan solusinya
dalam pembentukan
karakter Islami peserta
didik
1. Aapa yang menjadi kendala
dalam pembentukan karakter
Islami peserta didimk di SMA
Negeri 1 Model Tanjung Pura
dan apa solusinya?
2. Adakah guru yang tidak peduli
terhadap pembentukan karakter
Islami SMA Negeri 1 Model
Tanjung Pura dan apabila ada
apa solusinya?
3. Apakah orang tua juga di
libatkan dalam pembentukan
karakter Islami peserta didik
SMA Negeri 1 Model Tanjung
Pura dan jika tidak ada apa
solusinya?
4. Apakah latar belakang
kehidupan orang tua pserta didik
juga menjadi alasan kendala
dalam pembentukan karrakter
Islami peserta didik SMA Negeri
1 Model Tanjung Pura dan jika ia
apa solusinya?
5. Apakah kondisi dan letak
Madrasah juga menjadi kendala
dalam pembentukan karakter
Islami peserta didik SMA Negeri
1 Model Tanjung Pura ini?
Lampiran VII
Panduan Wawancara dengan Guru Bidang Studi Pendidikan Agama Islam di
SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura
Hari/Tanggal :.........................................................
Informan yang Diwawancarai :.........................................................
Tempat Wawancara :.........................................................
Waktu Wawancara :...................s/d...........................WIB
Aspek-Aspek yang di
wawancarakan
Deskripsi/Transkip
Wawancara
Catatan Reflektif
Peneliti
1 2 3
Penerapan
Pembentukan Karakter
Islami Peserta Didik
1. Sudah berapa lamakah Bapak
menjabat sebagai Kepala Sekolah
di SMA Negeri 1 Model Tanjung
Pura ini?
2.Bagaimanakah kegiatan dalam
pembentukan karakter Islami di
SMA Negeri 1 Model Tanjung
Pura?
3. Bagaimana upaya yang di
lakukan dalam mewujudkan
pembentukan karakter Islami
peserta didik di SMA Negeri 1
Model Tanjung Pura?
4. Siapa sajakah yang terlihat
dalam proses mewujudkan
pembentukan karakter Islami
peserta didik di SMA Negeri 1
Model Tanjung Pura?
5. Adakah hukuman (punishment)
bagi setiap peserta didik yang
melanggar di siplin peserta didik
di SMA Negeri 1 Model Tanjung
Pura?
6.Adakah hadiah/penghargaan
(reward) bagi peserta didik yang
paling disiplin di SMA Negeri 1
Model Tanjung Pura?
Target/tujuan yang
akan di capai oleh
Madrasah dari
Pembentukan Karakter
Islami Peserta Didik
1. Apa yang menjadi tujuan
utama dari pembentukan
karakter Islami peserta didik di
SMA Negeri 1 Model Tanjung
Pura?
2. Apakah pembentukan karakter
Islami yang di terapkan
Madrasah membawa perubahan
tingkah laku yang lebih baik
terhadap diri peserta didik baik
dari lingkungan SMA Negeri 1
Model Tanjung Pura ini maupun
di lingkungan keluarga dan
masyarakat?
3. Apakah pembentukan karakter
Islami yang diterapkan mampu
menunjang prestasi peserta didik
SMA Negeri 1 Model Tanjung
Pura?
4. Apakah pembentukan karakter
Islami peserta didik yang di
terapkan di SMA Negeri 1
Model Tanjung Pura sudah
dilaksanakan secara maksimal
sesuai dengan tujuannya?
Kendala dan solusinya
dalam pembentukan
karakter Islami peserta
didik
1. Aapa yang menjadi kendala
dalam pembentukan karakter
Islami peserta didimk di SMA
Negeri 1 Model Tanjung Pura
dan apa solusinya?
2. Adakah guru yang tidak peduli
terhadap pembentukan karakter
Islami SMA Negeri 1 Model
Tanjung Pura dan apabila ada
apa solusinya?
3. Apakah orang tua juga di
libatkan dalam pembentukan
karakter Islami peserta didik
SMA Negeri 1 Model Tanjung
Pura dan jika tidak ada apa
solusinya?
4. Apakah latar belakang
kehidupan orang tua pserta didik
juga menjadi alasan kendala
dalam pembentukan karrakter
Islami peserta didik SMA Negeri
1 Model Tanjung Pura dan jika ia
apa solusinya?
5. Apakah kondisi dan letak
Madrasah juga menjadi kendala
dalam pembentukan karakter
Islami peserta didik SMA Negeri
1 Model Tanjung Pura ini?
Lampiran VIII
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini orang tua dari:
Nama :
Kelas :
Alamat :
Dengan ini menyatakan:
1. Bersedia Membimbing anak saya untuk memenuhi peraturan dan tata tertib
Madrasah dan apabila anak saya melanggar tata tertib tersebut, maka saya
bersedia menerima Sanksi dari Madrasah.
2. Siap bekerja sama meningkatkan kualitas pendidikan di masyarakat.
3. Bekerja sama membimbing peningkatan amal ibadah anak saya dengan
metode Pembiasaan di rumah membentuk perilaku Akhlakul Karimah.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebanarnya.
Mengetahui, Medan.............................
Kepala SMA Negeri 1 Tanjung Pura Yang membuat pernyataan
Drs. Syafruddin (...................................)
Nip: 19660525 199303 1 006 (orang tua siswa)
GAMBAR WAWANCARA DENGAN PESERTA DIDIK SMA NEGERI
1MODEL TANJUNG PURA
GAMBAR WAWANCARA DENGAN GURU PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM DAN SOSIOLOGI SMA NEGERI 1 MODEL TANJUNG PURA
GAMBAR WAWANCARA DENGAN GURU PNDIDIKAN AGAMA
ISLAM DAN PESERTA DIDIK SMA NEGERI 1 MODEL TANJUNG
PURA
WAWANCARA DENGAN GURU BAHASA INDONESIA DAN BAHASA
INGGRIS SMA NEGERI 1 MODEL TANJUNG PURA
WAWANCARA DENGAN GURU SOSIOLOGI DAN PESERTA DIDIK DI
SMA NEGERI 1 MODEL TANJUNG PURA
GAMBAR SEKOLAH SMA NEGERI 1 MODEL TANJUNG PURA
KABUPATEN LANGKAT
Top Related