i
TANGGUNG JAWAB ORANG TUA TERHADAP
PENDIDIKAN ANAK DALAM AL-QUR’AN
SKRIPSI
Disusun guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)
Oleh :
PURNAMASARI
NIM : 11412022
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2016
ii
iii
iv
v
MOTTO
ك لى م ووك ودى ك وم كى م م ى وو ف و م فى م م بم م اكى بك م ووم اف فىى كم و م اف فى ى بك م و م اف فى م و م و
“Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka hanya kedua orang tuanyalah yang akan menjadikannya
seorang yahudi atau seorang nasrani atau seorang majusi”. (HR.Bukhari)
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
1. Bapak (Sarozi) dan Ibu (Zuhriyah) tercinta, yang senantiasa mencurahkan
kasih sayang, dukungan, dan doa yang tak pernah putus untuk anak-anaknya.
Semoga Bapak Ibu Sehat dan slalu dalam lindungan-Nya
2. Bapak (Rosid Partono) dan Ibu (Subiyati) mertua, yang senantiasa
mencurahkan kasih sayang, dukungan, dan doa yang tak pernah putus untuk
anak-anaknya. Semoga Bapak Ibu Sehat dan slalu dalam lindungan-Nya
3. Suami (Ristani) tercinta, yang selalu membantu tanpa kenal lelah dan selalu
memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini
4. Anak Tercinta (Alya Nadhifah Zahra Annafisah), semoga selalu semangat dan
tidak putus asa dalam menuntut ilmu dan berguna bagi nusa bangsa.
5. Kakak (Suryadi dan Mutik)Adek (Ripin,Indah,Dian,Abdul,Aji,Yoga) yang
selalu memberikan motivasi serta kasih sayangnya baik suka maupun duka.
Semoga menjadi anak yang selalu bisa membangakan orang tuanya dan kelak
bisa menjadi imam yang baik.
6. Keluarga besar MTs.Tarqiyatul Himmah yang selalu memberikan motivasi
7. Teman-teman Ekstensi angkatan 2012 yang tidak bisa disebutkan satu
persatu.
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. Yang telah
memberikan rahmat, taufik, nikmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat
menyelesaikanskripsi ini. Sholawat serta salam senantiasa terlimpah curahkan
kepada beliau Baginda Nabi Agung Muhammad SAW beserta para keluarga,
sahabat dan para pengikutnya yang selalu istiqomah dijalan-Nya. Yang telah
menunjukkan kepada kita agama yang hak dan menuntun kita dari zakam
kebodohan hingga ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan ini.
Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa ada
bantuan, dorongan, motivasi serta bimbingan dari berbagai pihak yang terkait.
Namun kebahagiaan yang tiada taranya tidak dapat disembunyikan setelah
penulisan skripsi ini selesai. Oleh karena itu tak lupa peneliti ucapkan banyak
terimakasih setulus-tulusnya atas terselesaikanya skripsi ini kepada:
1. Dr. Rahmad Haryadi, M.Pd selaku rektor IAIN Salatiga;
2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAIN Salatiga;
3. Siti Rukhayati, M.Ag selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam beserta
stafnya yang telah membantu penulis selama menjalani kuliah dan ketika
penyusunan skripsi ini;
viii
4. M.Gufron, M.Ag. selaku pembimbing yang telah mengarahkan dan
memberikan bimbingan serta meluangkan waktu dan perhatian dalam
penulisan skripsi ini;
5. Bapak ibu dosen yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan dan
pengalaman dengan penuh kesungguhan dan kesabaran, serta bagian
akademik IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta bantuan kepada
peneliti; dan
6. Semua pihak yang telah membantu demi lancarnya skripsi ini baik secara
langsung maupun tidak langsung, sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
Hanya rasa syukur yang dapat peneliti haturkan kepada Allah Saw yang
telah memberikan anugrah-Nya dalam penyusunan skripsi ini, dengan demikian
akhirnya peneliti mengucapkan banyak terimaksih dan tentunya dalam penulisan
atau penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan.Maka peneliti
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, sehingga skripsi ini
dapat bermanfaat khususnya bagi peneliti umumnya bagi pembaca yang
dermawan, serta bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa.
Salatiga,10 Maret 2016
Purnamasari
NIM:114 12 022
ix
ABSTRAK
Purnamasari. 2016. Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Pendidikan Anak
Dalam Al-Qur’an. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Tarbiyah. Program Strata
I Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. 2016.
Pembimbing: M.Gufron, M. Ag
Kata kunci: Tanggung Jawab Orang Tua
Tanggung jawab orang tua terhadap anak tidaklah kecil. Secara umum
inti tanggung jawab itu adalah penyelenggaraan pendidikan bagi anak-anak
dalam keluarga agar terbentuk pribadi yang qur‟ani atau berakhlakul karimah.
Tanggung jawab itu terletak di atas pundak para orang tua sehingga anak-
anak terhindar dari kerugian, keburukan, dan api neraka yang senantiasa
menantikan manusia yang jauh dari Allah SWT
Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui tanggung jawab
orang tua terhadap pendidikan anak dalam Al-Qur‟an. Pertanyaan yang ingin
dijawab melalui penelitian ini adalah 1. Bagaimana tanggung jawab orang tua
tehadap pendidikan anak berdasarkan Al-Qur‟an. 2 Bagaimana implementasi
tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anak dalam Al-Qur‟an. Untuk
menjawab pertanyaan tersebut maka kajian ini menggunakan penelitian
library research. Sumber data dalam penelitian ini yaitu diperoleh dengan
membaca, mencatat dari buku-buku yang relevan. Adapun metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode content analysis
dalam menguraikan makna yang terkandung dalam redaksi al-Qur‟an, setelah
itu dari hasil interpretasi tersebut dilakukan analisa secara mendalam dan
seksama guna menjawab dari rumusan masalah yang telah dipaparkan oleh
penulis.
Hasil penelitian ini menunjukkan tanggung jawab pendidikan anak
sepenuhnya adalah keluarga. Jika orang tua memberikan pendidikan yang
baik anak-anaknya akan selamat baik di dunia maupun di akhirat. Pendidikan
pertama `yang harus diberikan oleh orang tua kepada anak adalah pendidikan
keiman dengan cara bagi anak bisa didahulukan dengan mengenalkan Allah
SWT dan menanamkan kecintaan terhadap-Nya. Orangtua dapat menjelaskan
bahwa Allah swt adalah Maha Pencipta semesta alam, dunia beserta isinya,
Allah swt adalah Maha Pemberi Rezeki, Maha Baik, Maha Kuasa, Maha
Mengetahui dan Mendengar segalanya, dan sebagainya. Kemudian, dengan
bertahap anak diajarkan untuk menjalankan semua perintah Allah swt seperti
sholat, puasa, dan lain-lain, serta untuk menjauhi segala larangan Allah swt.
x
Daftar Isi
Halaman Judul .................................................................................................... i
Halaman Nota Pembimbing ............................................................................... ii
Halaman Pengesahan ......................................................................................... iii
Deklarasi ............................................................................................................ iv
Motto .................................................................................................................. v
Persembahan ...................................................................................................... vi
Kata Pengantar ................................................................................................... vii
Abstrak ............................................................................................................... ix
Daftar Isi ............................................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 7
D. Kegunaan Penelitian ................................................................... 8
E. Metode Penelitian ...................................................................... 9
F. Penegasan Istilah ........................................................................ 10
G. Sistematika Penulisan Skripsi ................................................... 12
BAB II KOMPILASI AYAT
Kompilasi ayat-ayat tentang tanggung jawab orang tua terhadap
pendidikan anak ....................................................................... 13
xi
BAB III ASBABUN NUZUL DAN MUNASABAH AYAT
A. Asbabun Nuzul ................................................................... 25
B. Munasabah ayat ................................................................... 32
BAB IV TANGGUNG JAWAB ORANG TU TERHADAP PENDIDIKAN
ANAK DALAM Al-QUR’AN SURAH AT TAHRIM AYAT 6
A. Analisis Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Pendidikan Anak
1. Pendidikan anak dalam surah At-Tahrim ayat 6 ................. 38
2. Pendidikan anak dalam surah Al-Isro‟ ayat 32 ................... 39
3. Pendidikan anak dalam surah Thahaa ayat 132 ................... 40
4. Pendidikan anak dalam surah luqman ayat 13-15 …........... 41
B. IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB ORANG TUA
TERHADAP PENDIDIKAN ANAK
1. Peran penting keluarga dalam menjaga dan memelihara anak
agar terhindar dari api neraka ............................................. 42
2. Metode Pendidikana Anak ................................................. 48
3. Materi pendidikan anak ...................................................... 72
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………...……….. 83
B. Saran-saran …………………………...…………….……… 84
Daftar Pustaka
Lampiran
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam pandangan islam anak adalah amanat yang dibebankan oleh
Allah SWT kepada orang tuanya, karena itu orang tua harus menjaga dan
memelihara serta menyampaikan amanat itu kepada yang berhak menerima.
Karena manusia adalah milik Allah SWT, mereka harus mengantarkan
anaknya untuk mengenal dan menghadapkan diri kepada Allah SWT.
(Thoha,1996:103). Anak adalah anggota keluarga, dimana orang tua adalah
pemimpin keluarga, sebagai penanggung jawab atas keselamatan warganya di
dunia dan khususnya diakhirat (Ahmadi, Uhbiyati, 1991: 177).
Setiap orang tua pastinya menginginkan anaknya menjadi anak yang
sholeh, taat beribadah dan mempunyai akhlak yang terpuji. Untuk
mewujudkan hal itu tidaklah mudah. Keluarga sebagai pendidik utama
mempunyai tanggung jawab yang besar dalam mendidik anak. Menurut
K.H.Dewantara kata “Keluarga” secara etimologi sebagai berikut:
“Bagi bangsa kita perkataan”Keluarga” tadi kita kenal sebagai
rangkaian perkataan-perkataan “kawula” dan “warga”. Sebagai kita ketahui,
maka “kawula” itu tidak lain artinya dari pada “abdi” yakni “hamba”
sedangkan “warga” berarti anggota. Sebagai “abdi” di dalam “keluarga”
wajiblah seseorang disitu menyerahkan segala kepentingan-kepentingan
kepada keluarganya. Sebaliknya sebagai “warga” atau “anggota” ia berhak
sepenuhnya pula untuk ikut mengurus segala kepentingan di dalam
keluarganya tadi” (Ahmadi, Uhbiyati, 1991: 177).
Keluarga mempunyai peran penting dalam pendidikan anak. Karena
keluarga sebagai lingkungan pendidikan yang pertama dalam membentuk
pola kepribadian anak. Karena di dalam keluarga, anak pertama kali
2
berkenalan dengan nilai dan moral. Peranan tersebut seharusnya dapat
memberikan pendidikan yang lebih baik pada anak. Intelek anak berhubungan
dengan kesehatan jasmaninya. Kesehatan jasmaninya sangat dipengaruhi oleh
emosi-emosinya. Sedangkan emosi-emosinya dipengaruhi oleh keberhasilan
anak di sekolah, kesehatan jasmaninya dan kapasitasnya mentalnya.
Pertumbuhan anak baik fisik, intelektual maupun sosial sangat ditentukan
oleh latar belakang keluarganya, latar belakang pribadinya dan aktivitas
sehari-hari (Islamuddin,2012;34).
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari
suami istri, atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan
anaknya. Setiap anak manusia dilahirkan di dunia dalam kondisi yang lemah.
Ia tidak akan dapat berbuat banyak, tanpa adanya pertolongan orang lain,
terutama orang tua. Dibalik kelemahannnya itu ia memiliki potensi baik yang
bersifat jasmani maupun rohaniah. Keluarga merupakan lembaga pendidikan
tertua yang bersifat informal dan kodrati, karena itu pendidikan anak menjadi
tanggung jawab orang tua. Adapun fungsi keluarga seperti yang dikutip
dalam buku Landasan Pendidikan oleh M.Jumali dkk adalah sebagai berikut:
Pertama pengalaman pertama masa kanak-kanak, lembaga pendidikan
keluarga memberikan pengalaman pertama yang merupakan faktor penting
bagi perkembangan anak berikutnya. Pengalaman masa kanak-kanak akan
memberi warna pada perkembangan berikutnya. Kedua menjamin kehidupan
anak, pendidikan di lingkungan keluarga dapat menjamin kehidupan
emosional anak untuk tumbuh dan berkembang. Kehidupan emosional ini
3
sangat penting dalam pribadi anak. Hubungan emosional yang kurang dan
berlebihan akan banyak merugikan anak.
Ketiga menanamkan dasar pendidikan moral, dalam keluarga tertanam
dasar-dasar moral dimana pendidikan moral ini terutama tidak diberikan
dengan penerangan atau ceramah, tetapi melalui contoh-contoh kongkrit
dalam perbuatan hidup sehari-sehari. Keempat membentuk dasar pendidikan
sosial, kehidupan keluarga yang penuh rasa tolong menolong secara
kekeluargaan, misalnya menolong tetangga yang sakit, bersama-sama
menjaga ketertiban, kedamaian, kesemuanya memupuk berkembangnya
benih-benih kesadaran sosial. Kelima dasar pendidikan agama, keluarga
merupakan lembaga yang memang berperan dalam meletakkan dasar-dasar
pendidikan agama. Kebiasaan orang membawa anaknya ke masjid merupakan
langkah yang bijaksana dari keluarga dalam upaya pembentukan anak sebagai
makhluk religius.
Orang tua yang terdiri dari ayah dan ibu memiliki tanggung jawab
yang besar terhadap pendidikan anaknya. Orang tua menjadi pendidik
terhadap anak-anaknya. Fungsinya ialah melindungi, mangasuh, mangasah
dan mengasihi. Pelaksanaan pendidikan anak dalam keluarga merupakan
pendidikan yang pertama yang sangat penting bagi perkembangan anak
selanjutnya. Baik dan buruknya kepribadian anak tergantung pada pendidikan
serta lingkungan yang mempengaruhinya.
Peranan orang tua sebagai guru dan pendidikan anak sangat
menentukan kepribadian anak tersebut. Sebagai orang tua harus mendidik
4
anaknya dengan baik mulai sejak anak lahir. Pendidikan anak merupakan
tanggung jawab penuh dari kedua orangtua, bukan yang lain. Tanggung
jawab bukan sebatas memilihkan sekolah atau membiaya sekolah dan segala
keperluanya. Lebih dari itu, tanggung jawab orangtua diwujudkan dalam
keterlibatan langsung orangtua dalam pendidikan (kehidupan) anak-anaknya.
Pendidikan merupakan upaya manusia yang harus dilaksanakan
dengan penuh tanggung jawab, karena menyangkut masa depan anak, masa
depan masyarakat dan masa depan umat manusia, sepenuhnya ada di tangan
pendidik. Menurut M.J. Langkeveld pendidikan adalah kegiatan membimbing
anak manusia menuju pada kedewasaan dan mandiri (Jumali dkk,2007; 20).
Secara sederhana dan umum pendidikan adalah usaha manusia untuk
menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik
jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam
masyarakat dan kebudayaan (Indar,1994;16).
Dalam UUSPN,10.5 dikatakan, pendidikan keluarga merupakan
bagian dari jalur luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga, dan
memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral, dan keterampilan.
(Thoha,1996:103). Untuk membina anak agar mempunyai sifat-sifat terpuji,
tidaklah mungkin dengan penjelasan pengertian saja, akan tetapi perlu
membiasakan untuk melakukan hal yang baik yang diharapkan nanti dia akan
mempunyai sifat-sifat itu, dan menjahui sifat tercela sepeti minuman keras,
pergaulan bebas. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Maidah ayat 90-91
5
Artinya :” 90. Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum)
khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib
dengan panah[434], adalah Termasuk perbuatan syaitan.
Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan.
91. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan
permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran
(meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu
dari mengingat Allah dan sembahyang; Maka berhentilah
kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu)”.
Secara umum inti tanggung jawab orang tua terhadap anak adalah
penyelenggaraan pendidikan bagi anak-anak dalam keluarga. Agar anak
menjadi generasi yang berintelektual dan berakhlak yang mulia dan terhindari
dari hal-hal yang buruk yang dapat menyebabkan anak terjerumus kedalam
api neraka maka sebagai orang tua harus membekali anak dengan pendidikan.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur‟an surah At-Tahrim ayat 6 :
ىى ى ى ى ىى ى ى ى
ى ى ىىى ىى ى ى ى ىىىىىArtinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.( Al-
Qur‟an Terjemah, 2007 ; 560)
6
Ayat tersebut secara jelas Allah SWT berfirman,”Hai orang-orang
yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka,” yaitu
kamu perintahkan dirimu dan keluarganya yang terdiri dari istri, anak,
saudara, kerabat, sahaya wanita dan sahaya laki-laki untuk taat kepada Allah.
Dan kamu larang beserta semua orang yang berada di bawah tanggung
jawabmu untuk tidak melakukan kemaksiatan kepada Allah. Kamu ajari dan
didik mereka dengan perintah Allah. Kamu perintahkan mereka untuk
melaksanakannya dan kamu bantu mereka dalam merealisasikannya
(Abdullah, 2000: 751).
Menjaga diri artinya setiap orang yang beriman harus dapat
melakukan selft education, dan melakukan pendidikan terhadap anggota
keluarganya untuk mentaati Allah dan Rasulnya. Tanggung jawab orang tua
terhadap pendidikan anak berlangsung terus sampai akhir hayat. Orang tua
sebagai bagian terpenting dalam kehidupan keluarga mempunyai tanggung
jawab besar dalam pendidikan anak-anaknya, terutama dalam membentuk
sikap, perilaku dan kepribadian. Karena secara langsung atau tidak, seorang
anak akan menyerap norma-norma dari orang tua. Pendidikan di lingkungan
keluarga memegang peranan yang cukup besar bagi perkembangan seorang
anak. Seperti diketahui, bahwa sebelum ia memasuki lingkungan pergaulan
yang lebih luas, anak akan tumbuh di tengah-tengah keluarga.
Dalam Al-Qur‟an menjelaskan bahwa tanggung jawab orang tua
terhadap pendidikan anak sangatlah besar. Kita diperintahkan untuk menjaga
dan memelihara keluarga kita dari api neraka. Maka dari itu sebagai orang tua
7
harus memperhatikan terhadap pendidikan anak-anaknya, agar anak-anaknya
tidak salah langkah dalam menjalani kehidupan dan tidak terpengaruh oleh
hal-hal yang negatif seperti tawuran antar pelajar, pencurian, narkoba,
kekerasan yang dilakukan anak terhadap orang tua dan lain-lain.
Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
penulis tertarik untuk mengangkat penelitian ini menjadi sebuah skripsi yang
berjudul TANGGUNG JAWAB ORANG TUA TERHADAP
PENDIDIKAN ANAK DALAM Al-QUR’AN.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalahnya yaitu :
1. Bagaimana tanggung jawab orang tua tehadap pendidikan anak dalam Al-
Qur‟an (surah At-Tahrim ayat 6, surat Al-Isra‟ ayat 32, surat Thahaa 132,
dan surah Luqman ayat 13-15) !
2. Bagaimana implementasi tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan
anak dalam Al-Qur‟an (surah At-Tahrim ayat 6, surat Al-Isra‟ ayat 32,
surat Thahaa 132, dan surah Luqman ayat 13-15) !
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui tanggung jawab orang tua terhadap anak dalam Al-
Qur‟an (surah At-Tahrim ayat 6, surat Al-Isra‟ ayat 32, surat Thahaa 132,
dan surah Luqman ayat 13-15) .
8
2. Untuk mengetahui implementasi tanggung jawab orang tua terhadap
pendidikan anak dalam Al-Qur‟an (surah At-Tahrim ayat 6, surat Al-Isra‟
ayat 32, surat Thahaa 132, dan surah Luqman ayat 13-15).
D. Kegunaan Penelitian
Dari hasil kajian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat baik dalam
bidang teoritis maupun praktis.
1. Secara Teoritis
Secara teoritis hasil dari kajian ini dapat bermanfaat untuk
mengembangan khazanah keilmuan dalam pendidikan, dan sebagai bahan
masukan dan tambahan di perpustakaan IAIN SALATIGA serta dapat
menjadi masukan bagi khalayak umum lainnya.
2. Secara Praktis
a. Bagi Penulis
Menambah wawasan penulis mengenai tanggung jawab orang tua
terhadap pendidikan anak
b. Bagi Ilmu Pengetahuan
1) Menambah khazanah keilmuan tentang tanggung jawab orang tua
terhadap pendidikan anak yang terdapat dalam Al-Qur‟an
2) Sebagai bahan referensi dalam ilmu pendidikan sehingga dapat
memperkaya dan menambah wawasan di bidang tersebut.
9
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Riset Kepustakaan atau sering disebut
studi pustaka. Mestika Zed (2004: 3) mengartikan Riset Kepustakaan atau
studi pustaka ialah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode
pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan
penelitian.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini dapat digolongkan menjadi dua,
yaitu:
a. Sumber Data Primer
Yaitu data yang diperoleh langsung subjek penelitian dengan
mengenakan alat pengukur atau alat pengambil data langsung pada
subyek sebagai sumber informasi yang dicari (Azwar, 1998:91).
Dalam hal ini sumber primernya adalah tanggung jawab orang tua
dalam Al-Qur‟an (surah At-Tahrim ayat 6, surat Al-Isra‟ ayat 32,
surat Thahaa 132, dan surah Luqman ayat 13-15).
b. Sumber Data Sekunder
Yaitu sumber data yang berhubungan dan berkaitan serta
melengkapi sumber-sumber data primer dalam penelitian ini.
Adapun yang menjadi sumber data sekunder diantaranya adalah
buku Psikologi Pendidikan karya Muhibbin Syah, Ilmu Budaya
Dasar karya Widyo Nugroho dkk, Kapita Selekta karya Chabib
10
Thoha, Metode Penelitian karya Saifudin Azwar, Psikologi
Pendidikan Karya Haryu Islamuddin, Filsafat Pendidikan karya
Suparlan Suhartono, dan buku-buku relevan lainnya.
3. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang penulis gunakan adalah tehnik
pengumpulan data pustaka, membaca, mencatat, dari berbagai sumber
primer yaitu tanggung jawab orang tua dalam Al-Qur‟an dan pendapat
para tokoh terkait masalah tersebut.
4. Tehnik Analisis Data
Analisis non-statistik sesuai untuk data deskriptif atau data textular.
Data deskriptif sering hanya dianalisis menurut isinya, dan karena itu
analisis macam ini juga disebut analisis isi (content analysis) (Sumadi
Suryabrata, 1995:85). Disini peneliti menggunakan metode content
analysis dalam menguraikan makna yang terkandung dalam redaksi al-
Qur‟an, setelah itu dari hasil interpretasi tersebut dilakukan analisa secara
mendalam dan seksama guna menjawab dari rumusan masalah yang telah
dipaparkan oleh penulis.
F. Penegasan Istilah
Untuk menghindari salah tafsir dalam memahami judul di atas, maka
perlu adanya pembahasan dan penjelasan terlebih dahulu dengan judul
tersebut. Adapun pembahasan dan penjelasan tersebut adalah sebagai berikut:
11
1. Tanggung jawab orang tua
Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku
atau perbuatan yang disengaja maupun tidak disengaja
(Nugroho,dkk,1996:153). Pengertian Tangggung jawab menurut kamus
bahasa Indonesia adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatu
(KBI,2003:1139). Orang Tua ayah ibu kandung. Jadi, yang dimaksud
dengan tanggung jawab orang tua adalah kewajiban yang harus dilakukan
oleh bapak ibu sebagai pemimpin keluarga dalam melaksanakan tugas-
tugasnya, ditekankan dalam hal mendidik anak-anaknya.
2. Pendidikan Anak
Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu
sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah
laku sesuai dengan kebutuhan (Muhibbin,1995;10). Sedangkan Anak
adalah amanat yang dibebankan oleh Allah SWT kepada orang tuanya.
Jadi pendidikan anak adalah usaha atau cara tertentu yang
dilakukakan orang tua agar anaknya mendapat pengetahuan yang sesuai
dengan kebutuhannya.
Dalam konteks Penelitian ini adalah menggunakan perspektif Al-
Qur‟an sebagaimana termuat dalam surah At-Tahrim ayat 6, surat Al-Isra‟
ayat 32, surat Thahaa 132, dan surah Luqman ayat 13-15 Pemilihan ayat-
ayat tersebut tidak dimaksudkan menganggap kurang pentingnya ayat-ayat
yang lain namun hanya untuk memudahkan penulis dalam
menyederhanakan analisis
12
G. Sistematika Penulisan
Untuk mengarahkan pembahasan menjadi sistematis, maka hasil
penelitian dilaporkan berdasarkan langkah-langkah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab pertama merupakan gambaran awal dari keseluruhan
masalah yang dikaji. Bab ini memuat latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan
penelitian, metode penelitian, penegasan istilah,
sistematika penulisan
BAB II : KOMPILASI AYAT-AYAT
Bab ini berisi tentang kompilasi ayat yang berhubungan
dengan tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan
anak dalam Al-Qur‟an
BAB III : ASABABUN NUZUL DAN MUNASABAH AYAT
Pembahasan bab ini meliputi Asababun Nuzul dan
munasabah ayat tentang tanggung jawab orang tua
terhadap pendidikan anak dalam Al-Qur‟an
BAB IV : TANGGUNG JAWAB ORANG TUA TERHADAP
PENDIDIKAN ANAK DALAM AL-QUR‟AN
Pembahasan bab terdiri dari dua sub bab pertama tentang
analisis tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan
anak dalam Al-Qur‟an, meliputi : pendidikan anak dalam
surat At-Tahrim ayat 6, pendidikan anak dalam surat Al-
13
Isro‟ ayat 32, pendidikan anak dalam surah thahaa ayat
132, pendidikan anak dalam surat luqman ayat 13-15,
Kedua implementasi tanggung jawab orang tua terhadap
anak dalam Al-Qur‟an, meliputi : peran penting keluarga
dalam menjaga dan memelihara anak agar terhindar dari
api neraka, motode pendidikan anak dan materi
pendidikan anak.
BAB V : Berisi kesimpulan, dan saran.
14
BAB II
KOMPILASI AYAT-AYAT
TANGGUNG JAWAB ORANG TUA TERHADAP PENDIDIKAN ANAK
A. Kompilasi Ayat Al-Qur’an Yang Berhubungan Dengan Tanggung Jawab
Orang Tua Terhadap Pendidikan Anak
Al-Qur‟an adalah firman Allah SWT yang wahyukan kepada Nabi
Muhammad melalui perantara malaikat jibril. Al-Qur‟an diciptakan oleh
Allah SWT sebagai penyempurna kitab-kitab terdahulu dan sebagai petunjuk
serta pembeda antara yang baik dan yang buruk. Al-Qur‟an juga menjelaskan
tentang aqidah, akhlak, muamalah, dan lain-lain. Salah satunya yaitu tentang
tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anak.
Ada beberapa ayat Al-Qur‟an yang menjelaskan tentang
pendidikan anak di dalamnya, berikut kompilasi ayat-ayat menjelaskan
tentang pendidikan anak menjadi pokok pembahasan dari peneliti, yaitu
sebagai berikut :
1. Tanggunga jawab orang tua terhadap anak untuk menjaga diri dari api
neraka. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surah At-Tahrim ayat 6
Artinya:”Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan.”
15
Dalam ayat diatas menjelaskan kepada orang yang beriman
untuk memelihara diri dari sisksa api neraka, yaitu dengan meneladani
Nabi Muhammad SAW, dan juga memelihara keluarga yang terdiri dari
istri, anak, dan seluruh yang berada dibawah tanggung jawab dengan cara
membimbing dan mendidik mereka. Dalam ayat ini menggambarkan
bahwa dakwah dan pendidikan harus bermula dari rumah atau keluarga.
Pendidikan di lingkungan keluarga memegang peranan yang cukup besar
bagi perkembangan seorang anak. Seperti diketahui, bahwa sebelum ia
memasuki lingkungan pergaulan yang lebih luas, anak akan tumbuh di
tengah-tengah keluarga.
2. Tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anak tentang larangan
zina. Firman Allah dalam Surah Al-Isra‟ ayat 32
Artinya:” Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu
adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang
buruk”.
Ayat tersebut secara eksplisit menjelaskan tentang pentingnya
pendidikan pada anak dalam hal pergaulan bebas yang dapat menjerumus
kepada perzinaan. Meskipun ayat tersebut melarang mendekati zina,
namum tidak berarti bahwa yang dilarang itu mendekati tetapi bukan zina.
Namum sesungguhnya ayat tersebut mengajarkan mendekatinya saja tidak
boleh apalagi melakukan.
Terkait dengan hal itu tentu peran orang tua sangat penting
karena orang tua adalah lingkungan utama dan pertama.
16
3. Tanggung jawab orang tua tentang pentingnya pendidikan shalat dalam
keluarga. Allah SWT berfirman dalam surah thaahaa ayat 132
Artinya:” Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan
bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta
rezki kepadamu, kamilah yang memberi rezki kepadamu. dan
akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa”.
Ayat ini berisi perintah untuk mendirikan shalat dengan sabar
sebagai sarana menuju ketaqwaan. Melalui sarana taqwa ini setiap muslim
mendapat jaminan Allah berupa jalan keluar dari berbagai kesulitan dan
pintu bagi datangnya rizqi dari jalan yang tiada di sangka-sangka.
Perintah kepada keluarga untuk melaksanakan shalat adalah dalam rangka
membentengi mereka dari penyebab masuknya ke dalam neraka, sebab
meninggalkan shalat adalah satu sebab seseorang dimasukkan ke dalam
neraka.
Sebagai orang tua hendaklah dapat menjadi contoh yang baik
untuk anak-anaknya. Apabila anak melihat orang tua nya melaksanakan
shalat maka anak pun akan melaksanakan shalat tetapi sebaliknya apabila
orang tua tidak pernah melaksanakan shalat tentunya anak pun tidak akan
melaksanakan shalat. Shalat merupakan kewajiban bagi setiap muslim dan
merupakan tiang agama islam. Begitu pentingnya shalat, Sesungguhnya
amal hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah
shalatnya. Apabila shalatnya baik, dia akan mendapatkan keberuntungan
dan keselamatan. Apabila shalatnya rusak, dia akan menyesal dan merugi.
17
4. Tanggung jawab orang tua tentang pentingnya pendidikan membaca Al-
Qur‟an. Firman Allah SWT dalam surah Thaahaa ayat 114
Artinya:” Maka Maha Tinggi Allah raja yang sebenar-benarnya, dan
janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al qur'an sebelum
disempurnakan mewahyukannya kepadamu dan Katakanlah:
"Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan."
Al-Quran adalah sumber utama dalam hukum Islam. Salah satu
yang wajib diajarakan kepada anak adalah segala hal tentang Al-Qur‟an,
karena Al-Qur‟an merupakan pedoman hidup manusia. Mengajarkan Al-
Qur‟an kepada anak-anak merupakan untuk dekat dengan pedoman
hidupnya dan selalu dekat dengan Allah. Dari ayat di atas, menunjukkan
tentang cara seseorang mempelajari ilmu pengetahuan termasuk ilmu
agama, yaitu dengan cara sabar (tidak tergesa-gesa. Ayat ini juga
menjelaskan kepada kita dalam proses menyerap atau menerima ilmu
sebaiknya yang kita utamakan adalah pemahaman terhadap ilmu yang
diterima, sehingga jangan sampai kita berpindah-pindah dari satu bab ke
bab yang yang lain sebelum benar-benar paham.
5. Tanggung jawab orang tua terhadap anak tentang pendidikan aqidah dan
berbakti kepada orang tua. Sebagaimana firman Allah SWT Surah
Luqman ayat 13-15
18
Artinya: 13. Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di
waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku,
janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman
yang besar.
14. Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik)
kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah
mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah-
tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah
kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Kulah kembalimu.
15. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan
dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang
itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan
pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah
jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya
kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu
apa yang telah kamu kerjakan.
Surah luqman ayat 13-15 berisi tentang pendidikan yang harus
diberikan kepada anak, yaitu Menanamkan keimanan kepada anak sejak
dini untuk selalu iman kepada Allah, dan melarang untuk menyekutukan-
Nya, nasehat Luqman kepada anaknya mengisyaratkan bahwa memdidik
hendaknya senantiasa menasehati peserta didik kita untuk melakukan
kebaikan yang diperintahkan oleh Allah swt dan meninggalkan larangan-
19
Nya, panggilan Luqman kepada anaknya dengan “anakku sayang”
mengisyaratkan bahwa mendidik hendaknya didasari oleh rasa kasih
sayang terhadap peserta didik, meninggalkan yang buruk, yang puncaknya
adalah syirik, lebih utama daripada mengamalkan yang baik, pentingnya
air susu ibu (ASI) bagi anak, maka penyususan yang sempurna adalah dua
tahun sejak kelahiran anak, salah satu hikmah yang tersebar adalah
syukur, yakni memfungsikan anugerah yang diterima sesuai dengan
tujuan penganugerahannya, tidak dibenarkan mematuhi siapapun, walau
ibu bapak, dalam hal-hal yang bertentangan dengan ajaran agama, dan
wajib menghormati kedua orang tua kendati mereka non-muslim.
6. Tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anak tentang meutup
aurat. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surah Al-Ahzab ayat 59
Artinya :” Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak
perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah
mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka".
yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk
dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah
adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Ayat diatas berisi perintah untuk menutup aurat atau berjilbab.
Tujuannya untuk menjaga kehormatan dan kemuliaan mereka. Selain itu
Allah mensyariatkan hijab juga bertujuan agar para wanita terbebas dari
gangguan maupun godaan orang-orang fasiq. Penggunaan jilbab dalam
20
kehidupan umum akan mendatangkan kebaikan bagi semua pihak.
Dengan tubuh yang tertutup jilbab, kehadiran wanita jelas tidak akan
membangkitkan birahi lawan jenisnya. Sebab, naluri seksual tidak akan
muncul dan menuntut pemenuhan jika tidak ada stimulus yang
merangsangnya. Dengan demikian, kewajiban berjilbab telah menutup
salah satu celah yang dapat mengantarkan manusia terjerumus ke dalam
perzinaan; sebuah perbuatan menjijikkan yang amat dilarang oleh Islam.
7. Tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anak tentang menjaga
kehormatan. Sebagaimana disebutkan dalam Firman Allah Surah An-Nur
30-31
21
Artinya :” 30. Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman:
"Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan
memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah
lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang mereka perbuat".
31. Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah
mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya,
dan janganlah mereka Menampakkan perhiasannya,
kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan
hendaklah mereka menutupkan kain kudung
kedadanya, dan janganlah Menampakkan
perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah
mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera
mereka, atau putera-putera suami mereka, atau
saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera
saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara
perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau
budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-
pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan
(terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti
tentang aurat wanita. dan janganlah mereka
memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang
mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian
kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya
kamu beruntung.
Ayat ini merupakan perintah Allah SWT kepada wanita muslim
yang beriman supaya kehormatan diri, dengan cara menjaga pandangan,
kemaluan serta menutup auratnya. Islam melarang lelaki dan wanita yang
bukan mahram berpandangan antara satu sama lain justru dibimbangi
mendatangkan fitnah yang boleh mendorong kepada gejala kerosakan
akhlaq yang lebih besar seperti penzinaan
8. Tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anak tentang pentingnya
menuntut ilmu. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surah Al-
Mujaddilah ayat 11
22
Artinya :” Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan
apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah,
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman
di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan”.
Surah Al-Mujadillah ayat 11 menjelaskan tentang keutamaan
orang-orang beriman dan berilmu pengetahuan. Ayat ini menjelaskan
bahwa orang yang beriman dan berilmu pengetahuan akan diangkat
derajatnya oleh Allah SWT. Orang beriman adalah orang yang paling
mulia dihadapan Allah SWT. Sedangkan orang yang memiliki ilmu
pengetahuan luas akan dihormati lain, diberi kepercayaan untuk
mengendalikan atau mengelola apa saja yang terjadi dalam kehidupan ini.
9. Tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anak tentang beberapa
larangan dalam agama, seperti khamar. Firman Allah SWT dalam Surah
Al-Maidah ayat 90-91
23
Artinya :” 90. Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya
(meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala,
mengundi nasib dengan panah, adalah Termasuk
perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan
itu agar kamu mendapat keberuntungan.
91. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan
permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran
(meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi
kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; Maka
berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).
Ayat diatas menjelaskan bahwa khamar, berjudi, berkorban
untuk berhala-berhala, mengundi nasib dengan panah termasuk perbuatan
setan yang rijs yakni sesuatu yang kotor dan buruk yang tidak patut
dilakukan oleh manusia yang beriman kepada Allah, yang oleh karenanya
Allah menyuruh manusia untuk menjauhinya agar mendapat
keberuntungan baik di dunia maupun di akhirat.
Allah melarang khamar karena khamar memabukan. Orang
yang mabuk tentu kehilangan kesadaran. Orang yang hilang kesadarannya
mudah melakukan perbuatan yang tidak layak, atau mengucapkan kata-
kata yang seharusnya tidak diucapkannya. Perbuatan dan perkataannya itu
sering kali merugikan orang lain, sehingga menimbulkan permusuhan
diantara mareka. Disisi lain orang yang sedang mabuk tentu tidak ingat
melakukan ibadah dan zikir atau apabila ia melakukannya, tentu dengan
cara tidak benar dan tidak khusu.
24
Adapun judi amat besar bahayanya bagi peribadi dan
masayrakat. Judi dapat merusak kepribadian dan moral seseorang, kerena
seorang pejudi selalu berangan-angan akan mendapat keuntungan besar
tanpa bekerja dan berusaha, menghabiskan umurnya dimeja judi tanpa
menhiraukan kesehatannya, keperluan hidupnya dan hidup keluarganya
yang menyebabkan rumah tangga hancur.
Menyembah berhala adalah perbutan sesat. Karena yang patut
disembah dan diagungkan adalah Allah. Manusia dapat menyembah Allah
tanpa perantaraan, jika ingin berkurban, sembelihan kurban itu, kemudian
daging-dagingnya dapat dibagi-bagikan kepada manusia yang dapat
memanfaatkannya jangan kepada patung-patung. Mengundi nasib, juga
suatu perbuatan yang telah lama dikenal manusia, bahkan sampai
sekarang masih ada yang melakukannya dan mempercayain oleh sebagai
orang. Orang beriman dilarang mempercayain ramalan-ramalan itu baik
dikatakan secara langsung ole tukang-tukang ramal, ataupun yang bisah
dipoblikasikan dimedia cetak dan elektronik. Ramalan-ramalan tersebut
dapat merusak iman.
25
BAB III
ASABABUN NUZUL DAN MUNASABAH AYAT
A. Asbabun Nuzul
Pengertian Asbabun Nuzul adalah:
ى ف م م ف فى ك م م و م ةىوم كى م و كف و م ةى م و كى م و ك ف بو م ة فف م ف فى م م مى ك ك و ف فى م م ك ماك فوم ف ام م كى م ف او
“Semua yang disebabkan olehnya diturunkan suatu ayat atau beberapa ayat
yang mengandung sebabnya, memberi jawaban terhadap sebabnya, atau
menerangkan hukumnya, pada saat terjadi peristiwa itu”.(Zuhdi,1997:36).
Asbabun nuzul tentang ayat-ayat yang berhubungan dengan
pendidikan anak adalah
1. Surah At-Tahrim ayat 6
Dalam tafsir Ibnu Katsir sebab turunnya surah At-Tahrim ayat 6
adalah Allah memerintahkan agar supaya kita memelihara diri dan
keluarga dari api neraka, sebagaimana bunyi ayat
“Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka”, yaitu
kamu perintahkan dirimu dan keluarga yang terdiri dari istri, anak,
saudara, kerabat, sahaya wanita dan sahaya laki – laki untuk taat kepada
Allah SWT. Setelah ayat perintah untuk memelihara diri dan keluarga dari
api neraka turun, bertanyalah Sayyidina Umar Bin Khathab kepada
Rasulullah SAW: ”Kita telah memelihara diri dari api sendiri neraka,
26
bagaimana pula caranya kita memelihara ahli kita dari neraka”. Rasulullah
SAW Menjawab:
ابة ة وى فم ى م م م اكى بم بو م وابم ك وى م م ىابم م ى ك كى اكى م وى ك ر و
Artinya:”Kamu laranglah mereka dari segala perbuatan yang dilarang
Allah dan kamu suruhlah mereka mengerjakan apa yang
diperintahkan oleh Allah”. (Hamka, 311-312)
Firman-Nya lebih lanjut " yang bahan
bakarnya adalah manusia dan batu”. Kata berarti bahan bakar yang
tubuh umat manusia dilempar ke dalam “Dan batu,” ada yang
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan kata itu adalah patung yang
dijadikan sembahan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur‟an
surah Al-Anbiyaa‟ ayat 98
ى ى ىىىى ىىى ى ىىىى
Artinya:”Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah,
adalah umpan Jahannam, kamu pasti masuk ke dalamnya” (Al-
Quran Terjemah: 2007 :329).
Dan Firman Allah SWT selanjutnya
“penjaganya Malaikat-malaikat yang kasar,yang keras, ” yaitu tabiatnya
kasar . Allah telah mencabut dari hati mereka rasah kasih sayang terhadap
orang-orang kafir. “yang keras”, yaitu susunan tubuh mereka sangat
keras, tebal, dan penampilannya yang mengerikan. Wajah-wajah mereka
27
hitam dan taring-taring mereka menakutkan. Tidak tersimpan masing-
masing dari hati mereka rasa kasih sayang terhadap orang-orang kafir,
walaupun sebesar biji dzarrah. Allah berfirman ام بمعو ك وام امى مآى م م مهك وى
عم ك و مى م بك و م ك و مى yaitu mereka tidak pernah menangguhkan bila dating م بم و
perintah dari Allah walaupun sekejab mata, padahal mereka bisa saja
melakukan hal itu dan mereka tidak mengenal lelah. Mereka itulah para
malaikat Zabaniah.
2. Surah Thahaa ayat 132
Artinya:” Maka Maha Tinggi Allah raja yang sebenar-benarnya, dan
janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al qur'an sebelum
disempurnakan mewahyukannya kepadamu dan Katakanlah:
"Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan."
Dalam suatu riwayat dikemukakan, Rasulullah SAW pernah
mengalami kesulitan pada waktu penerimaan wahyu yang sempat
menggerakan lidahnya. Lalu Allah menurunkan ayat ini, sebagai teguran
agar tidak terburu-buru menghafalnya sebelum wahyu itu selesai
diturunkan (Abdullah,2000;420).
28
3. Surah luqman ayat 13-15
Artinya: 13. Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di
waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku,
janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman
yang besar.
14. Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik)
kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah
mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah-
tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah
kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Kulah kembalimu.
15. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan
dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang
itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan
pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah
jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya
kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu
apa yang telah kamu kerjakan.
Surah luqman ayat 13 Abdullah mengatakan ayat ini diturunkan
berkenaan dengan nasihat Rasulullah kepada para sahabat, para sahabat
keberatan. Mereka menghadap Rasulullah dan bertanya. “wahai Rasul,
siapa diantara kami yang dapat membersikan keimanan dari kedzaliman?”
“apa kalian telah mendengar wasiat lukman kepada anaknya. „Anakku,
janganlah kamu menyekutukan Allah, karena itu adalah kedzaliman yang
29
sangat besar. Kemudian dia mengiringi wasiat beribadah kepada Allah
dengan berbakti kepada kedua orang tua (Abdullah,2000;401)
Sa‟ad bin malik berkata ketika diturunkan nya ayat ini
)ى ى ىى ىى ىى ىىىى ىى)ى
Dahulu aku adalah seorang laki-laki yang berbakti kepada ibuku, lalu
ketika aku telah masuk Islam, ibu ku berkata kepada ku “Hai Sa‟ad apa
yang terjadi padamu yang aku lihat ini? Engkau akan tinggalkan agamamu
ini atau aku tidak akan makan minum sampai aku mati. Maka karena aku
engkau akan dipanggil “hai pembunuh ibunya”. Lalu aku berkata “jangan
engkau lakukan hai ibu! Karena aku tidak akan meninggalkan agamaku
karena apapun! Maka dia malakukannya satu hari satu malam tidak
makan, dia telah bersungguh-sungguh melakukan itu. Lalu dia pun
melakukan pula satu hari satu m alam tidak makan. diapun berusaha untuk
melalukan itu, lalu diapun melakukan lagi satu hari satu malam untu tidak
makan, dia sangat bersunguh-sungguh melakukan itu. Setelah aku
menyaksikan ibu ku seperti itu, lalu aku berkata kepadanya “Wahai, ibu ku
harapa engkau ketahui! Demi Allah kalau seandainya engkau itu
mempunyai seratus jiwa dan jiwa itu satu persatu meninggalkanmu, agar
aku meninggalkan agamaku, demi Allah aku tidak akan meninggalkan
agamaku karena apapun yang terjadi, maka makanlah kalau mau engkau
makan, kalau tidak mau ibu makan itu terserah pada Ibu, lalu dia pun
makan ((Abdullah,2000;402).
4. Surah Al-Ahzab ayat 59
Artinya :” Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak
perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah
mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka".
yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk
dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah
adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa dahulu orang-orang fasik
penduduk madinah keluar diwaktu malam disaat kegelapan malam
30
merasuk jalan-jalan madinah. Lalu mereka mencari wanita-wanita. Dahulu
rumah-rumah penduduk Madinah sangat sempit. Jika malam tiba, wanita
itu keluar ke jalan-jalan untuk menunaikan hajat mereka. Lalu orang-orang
fasik itu mencari mereka. Jika mereka melihat wanita-wanita berjilbab
mereka berkata “ini adalah budak wanita” mereka menggodanya. Mujtahid
berkata”mereka berjilbab sehingga mereka dikenal sebagai wanita
merdeka maka orang fasik tidak akan mengganggu dan menggoda mereka,
maka Allah SWT menurunkan ayat tersebut. (Abdullah,2000;537)
5. Surah Al-Mujaadilah ayat 11
Artinya:”Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila
dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah
akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan
Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Qatadah mengatakan ayat ini turun berkenaan dengan majelis-
majelis dzikir, yaitu jika melihat salah seorang dating diantara mereka,
maka mereka tidak memberikan peluang untuk duduk didekat Rasullullah
SAW, maka Allah SWT menyuruh mereka memberikan kelapangan
sesama mereka ( 89).
6. Surah Al-Maidah ayat 90-91
31
Artinya:” 90. Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum)
khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi
nasib dengan panah[434], adalah Termasuk perbuatan
syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu
mendapat keberuntungan.
91. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan
permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran
(meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu
dari mengingat Allah dan sembahyang; Maka berhentilah
kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).
Ibnu Abbas telah berkata: “sesungguhnya ayat pengharaman
khamr itu diturunkan berkenaan dengan peristiwa yang menimpa dua
kabilah dari kalangan kaum Anshar yang gemar minum khamr. Pada suatu
hari mereka minum-minum khamr hingga mabuk, sewaktu keadaan mabuk
mulai menguasai mereka, sebagian dari mereka mempermainkan sebagian
lainnya. Dan tatkala mereka sadar dari mabuknya, seseorang diantara
mereka melihat bekas-bekasnya pada wajah, kepala, dan janggutnya. Lalu
ia mengatakan: “Hal itu tentu dilakukan oleh si Fulan saudaraku‟. Mereka
adalah bersaudara, di dalam hati mereka tidak ada rasa dengki atau
permusuhan antara sesamanya. Selanjutnya laki-laki tadi berkata: „Demi
Allah, andai kata si Fulan itu menaru belas kasihan dan sayang kepadaku,
niscaya ia tidak akan melakukan hal ini terhadap diriku‟. Akhirnya setelah
peristiwa itu rasa dengki mulai merasuk di dalam dada mereka, lalu Allah
SWT. menurunkan ayat 90-91 (Abdullah,2000;168).
32
B. Munasabah Ayat
Ilmu munasabah ialah yang menerangkan korelasi atau hubungan
antara suatu ayat dengan ayat lain, baik baik yang ada di belakangnya atau
ayat yang ada di mukanya. Didalam Al-Qur‟an banyak ayat-ayat yang
menyebutkan tentang pedidikan kepada anak. Dalam penelitian ini hanya
menggunakan ayat-ayat Al-Qur‟an surah surah At-Tahrim ayat 6, surat Al-
Isra‟ ayat 32, surat Thahaa 132, dan surah Luqman ayat 13-15 pemilihan
ayat-ayat ini untuk memudahkan dalam menganalisis
1. Surah At-Tahrim ayat 6
Artinya:”Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan.”
Ayat diatas memerintahkan untuk memelihara diri dan
keluarga dari siksaan api neraka. Keluarga yang dimaksud didini adalah
istri, anak, kerabat, sahaya laki-laki, sahaya wanita. Dengan cara taat
kepada Allah SWT dan mencega mereka durhaka kepada Allah SWT
dengan cara melaksanakan segala perintah-Nya dan menjahui larangan-
Nya.
Merupakan tanggung jawab setiap manusia untuk menjaga
dirinya sendiri, serta keluarganya, sebab manusia merupakan pemimpin
bagi dirinya sendiri dan keluarganya yang nanti akan dimintai
33
pertanggungjawabannya. Ketika ayat ke 6 ini turun, Umar berkata:
“Wahai Rasulullah, kami sudah menjaga diri kami, dan bagaimana
menjaga keluarga kami?” Rasulullah SAW. menjawab: “Larang mereka
mengerjakan apa yang kamu dilarang mengerjakannya dan perintahkanlah
mereka melakukan apa yang Allah memerintahkan kepadamu
melakukannya. Begitulah caranya meluputkan mereka dari api neraka.
Neraka itu dijaga oleh malaikat yang kasar dan keras yang pemimpinnya
berjumlah sembilan belas malaikat, mereka dikuasakan mengadakan
penyiksaan di dalam neraka, tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepadanya.
Maka jelas bahwa tugas manusia tidak hanya menjaga dirinya
sendiri, namun juga keluarganya dari siksa neraka. Untuk dapat
melaksanakan taat kepada Allah SWT, tentunya harus dengan
menjalankan segala perintahNya, serta menjauhi segala laranganNya. Dan
itu semua tak akan bisa terjadi tanpa adanya pendidikan syari‟at. Maka
disimpulkan bahwa keluarga juga merupakan objek pendidikan. Dilihat
dari ayat itu sendiri terdapat hubungan antar kalimat (munasabah), bahwa
manusia diharapkan seperti prilaku malaikat, yakni mengerjakan apa yang
diperintah Allah SWT.
2. Surah thaahaa ayat 132
34
Artinya:” Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan
bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta
rezki kepadamu, kamilah yang memberi rezki kepadamu. dan
akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa”.
Setelah ayat yang lalu memerintahkan untuk memelihara diri
dan keluarga dari siksa api neraka. Ayat ini berisi perintah untuk
mendirikan shalat dengan sabar sebagai sarana menuju ketaqwaan.
Melalui sarana taqwa ini setiap muslim mendapat jaminan Allah berupa
jalan keluar dari berbagai kesulitan dan pintu bagi datangnya rizqi dari
jalan yang tiada di sangka-sangka.
3. Surah Luqman ayat 13-15
Artinya: 13. Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di
waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku,
janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman
yang besar.
14. Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik)
kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah
mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah-
tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah
35
kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Kulah kembalimu.
15. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan
dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang
itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan
pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah
jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya
kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu
apa yang telah kamu kerjakan.
Setelah ayat yang lalu memerintahkan mendirikan shalat dengan
sabar pada surah luqman ayat 13-15 berisi tentang pendidikan yang harus
diberikan kepada anak, yaitu Menanamkan keimanan kepada anak sejak
dini untuk selalu iman kepada Allah, dan melarang untuk menyekutukan-
Nya, mendidik hendaknya didasari oleh rasa kasih sayang terhadap
peserta didik, meninggalkan yang buruk, pentingnya air susu ibu (ASI)
bagi anak, wajib menghormati kedua orang tua kendati mereka non-
muslim.
4. Surah Al-Ahzab ayat 59
Artinya :” Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak
perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah
mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka".
yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk
dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah
adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Setelah Allah SWT memerinthkan untuk beriman kepada Allah dan
berbakti kepada kedua orang tua ayat diatas berisi perintah untuk menutup
aurat atau berjilbab.
36
5. Surah Al-Maidah ayat 90-91
Artinya :” 90. Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya
(meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala,
mengundi nasib dengan panah, adalah Termasuk
perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan
itu agar kamu mendapat keberuntungan.
91. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan
permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran
(meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi
kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; Maka
berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).
Setelah Allah memerintahkan untuk menjga kehormatan dengan
menutup aurat atau jilbab. Pada ayat diatas Allah melarang manusia
meminum khamar, berjudi, menyembah berhala karena itu semua
termasuk perbuatan-perbuatan syaitan dan dapat menimbulkan kebencian
dan permusuhan sesame muslim.
6. Surah Al-Mujaddilah ayat 11
Artinya :” Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan
apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah,
37
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman
di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan”.
Pada ayat-ayat sebelumnya Allah SWT memerintahkan
menjahui khamar, berjudi, dan menyembah berhala. Allah SWT
menurunkan ayat ini untuk berlapang-lapang didalam majelis dan
berlomba-lomba dalam memperdalam ilmu pengetahuan. Karena Allah
akan meninggikan derajat orang beriman dan berilmu pengetahuan.
38
BAB IV
TANGGUNG JAWAB ORANG TUA TERHADAP
PENDIDIKAN ANAK DALAM AL-QUR’AN
A. Analisis Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Pendidikan Anak
Pada bagian ini penulis akan memberikan analisis tentang
pendidikan anak yang menjadi tanggung jawab orang tua yang terdapat dalam
Al-Qur‟an (Surah At-Tahrim ayat 6, Surah Isro‟ ayat 32, Surah Thahaa ayat
132, Surah Luqman ayat 13-15)
1. Pendidikan anak dalam Surah At-Tahrim ayat 6
Artinya:”Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan.” Ayat diatas menggambarkan bahwa dakwah dan pendidikan
harus bermula dirumah. Ini berarti kedua orang tua bertanggung jawab terhadap
anak-anak dan juga pasangan masing-masing sebagaimana masing-masing
bertanggung jawab atas kelakuannya. Tanggung jawab pendidikan tidak hanya
dibeban kepada ayah atau ibu saja tetapi kedu-dua nya yaitu ayah dan ibu.
Dalam surah At-Tahrim ayat 6 pendidikan yang harus diberikan
oleh orang tua adalah ketaatan kepada Allah dengan cara melaksanakan perintah
Allah dan menjahui larangannya. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
membiasakan anak untuk melaksanakan shalat, puasa, berkata-kata jujur, dan
lain-lain. Anak adalah aset bagi orang tua dan di tangan orangtualah anak-
39
anak tumbuh dan menemukan jalan-jalannya. Banyak orang tua “salah
asuh” kepada anak sehingga perkembangan fisik yang cepat diera
globalisasi ini tidak diiringi dengan perkembangan mental dan spiritual
yang benar kepada anak sehingga banyak prilaku kenakalan-kenalakan
oleh para remaja
2. Pendidikan anak dalam Surah Al-Isra‟ ayat 32
Artinya:” Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu
adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang
buruk”.
Menurut pandangan hukum Islam, perbuatan zina merupakan
dosa besar yang dilarang keras oleh Allah SWT. zina dikategorikan
sebagai perbuatan yang keji, hina, dan buruk. Tegas sekali Allah telah
memberi predikat terhadap perbuatan zina melalui ayat tersebut sebagai
perbuatan yang merendahkan harkat, martabat, dan kehormatan manusia.
Karena demikian bahayanya perbuatan zina, maka sebagai langkah
pencegahan maka Allah juga melarang perbuatan yang mendekati atau
mengarah kepada zina.
Oleh karena itu, untuk mencegah agar terhindar dari zina
dalam kehidupan modern ini, sebagai orang tua agar anak-anak tehindar
dari perbuatan zina maka sebagai orang tua harus memberikan
Pendidikan Agama kepada anak agar tidak mudah terpengaruh terhadap
hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya
40
3. Pendidikan anak dalam Surah Thaahaa ayat 132
Artinya:” Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan
bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta
rezki kepadamu, kamilah yang memberi rezki katas epadamu.
dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa”.
Dalam ayat diatas telah jelas pendidikan yang harus diberikan
kepada anak adalah tentang shalat. dengan sabar,tujuannya adalah agar
ibadah tersebut menjadi penolong dalam menghadapi berbagai kesukaran.
Tidak diragukan lagi bahwa perkara shalat merupakan perkara paling
agung dan paling penting dalam syariat. Shalat merupakan tiang agama,
lambang kesuksesan, tanda ketakwaan. Dia adalah amal yang paling
pertama dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat. Jika hisab
shalatnya baik, maka baiklah seluruh amalnya, sedangkan jika shalatnya
buruk, maka buruklah seluruh amalnya.
Karena shalat adalah benteng yang paling kokoh untuk
melindungi anak dari serangan moral kejahatan dan kemunkaran. Adapun
cara mendidik anak mengerjakan shalat adalah dengan dibawa ke mesjid,
sehingga sang anak bisa menyaksikan bagaimana Kaum Muslimin
melaksanakan shalat secara berjamah. Sebagai pendidik yang utama maka
jangan sampai lalai mendidik mereka. Hendaklah anak-anak
diperintahakan shalat jika sudah berusia tujuh tahun, dan pukullah (jika
belum melaksanakan shalat) jika telah berusia sepuluh tahun dengan
41
pukulan ringan yang mendorongnya untuk taat kepada Allah serta
membiasakan mereka untuk menunaikan shalat pada waktunya.
4. Pendidikan anak dalam Surah Luqman ayat 13-15
Artinya: 13. Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di
waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku,
janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman
yang besar.
14. Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik)
kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah
mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah-
tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah
kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Kulah kembalimu.
15. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan
dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang
itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan
pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah
jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya
kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu
apa yang telah kamu kerjakan. Mendidik anak yang baik dan benar hendaknya dimulai dengan
memberikan pemahaman tentang kewajiban bersyukur kepada Allah SWT. dan
menjauhi perilaku kufur, dengan berbuat baik kepada Allah dan berbuat baik
42
kepada sesama makhluk ciptaan-Nya. Cara mendidik anak berdasarkan surah
Luqman ayat 13-15 adalah mengajarkan aqidah dan keiman kepada anak serta
mengajarkan untuk berbakti kepada orang tua.
B. IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB ORANG TUA TERHADAP
PENDIDIKAN ANAK DALAM AL-QUR’AN
Pada bagian ini penulis ingin menjelaskan tentang tanggung jawab
orang tua terhadap pendidikan anak yang termaksud dalam surah …
Sengaja penulis memaparkan surah AT-Tahrim ayat 6 pembuka diantara ayat-
ayat berikutnya karena ayat ini menyebutkan secara global tentang
pentingnya keluarga menjaga anak-anak mereka dari siksaan api neraka.
1. Peran pentingnya keluarga dalam menjaga dan memelihara anak
agar terhindar dari api neraka
Setiap anak manusia dilahirkan di dunia dalam kondisi lemah. Ia
tidak akan dapat berbuat banyak, tanpa adanya pertolongan orang lain,
terutama orang tuanya. sebagaimana termaktub dalam al-Qur‟an surah
an-Nahl ayat 78 sebagai berikut:
عمى ى بمعو م ك مىشم وئة ى مجمعم مىوم ك كى و م و ى ك م م ف ك وىام ى ك ك ف م و م كى مخو مجم ك وى ف وم وئف م مىومعم م ك وى م و ك ك مى ى م او م و م ام م او
Artinya:”Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan
tidak mengetahui apapun, dan Dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur” (Al-
Quran Terjemah, 2007 :275)
Keteladanan dalam pendidikan adalah cara yang paling efektif dan
berhasil dalam mempersiapkan anak dari segi akhlak,membentuk
43
mental,dan sosialnya. Keteladanan menjadi faktor yang sangat
berpengaruh pada baik buruknya anak („Ulwan,2012:516). Ketika anak
mendapatkan kedua orang tua memberikan contoh yang baik dalam
segala hal, maka anak pun secara tidak langsung merekam prinsip
kebaikan yang diajarkan. Ketika orang tua menghendaki anaknya sedikit
demi sedikit memiliki akhlak jujur,amanah,kasih sayang dan menjahui
yang batil maka sebagai orang tua harus memberikan teladan terlebih
dahulu dan dalam melakukan kebaikan dan menghindari kejelekan.
Anak yang melihat orang tuanya berbohong, tidak mungkin akan
belajar kejujuran. Sebagaimana juga anak yang melihat orang tuanya
menipu, tidak mungkin anak akan belajar amanah. Dan anak yang
mendengar dari orang tuanya kata-kata kotor dan celaan, tidak mungkin
dapat belajar bicara yang baik. Anak akan tumbuh dalam kebaikan,
terdidik dalam akhlak terpuji jika ia mendapatkan teladan dari kedua
orang tuanya. Tetapi sebaliknya apabila anak sering melihat orang tuanya
melakukan perbuatan dosa maka anak pun akan meniru perbuatan orang
tuanya.
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi
manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau
buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif. Pendidikan adalah
proses perubahan tingkahlaku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui usaha pengajar dan pelatihan
(Islamuddin,2012;3). Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
44
(UUSPN) Nomor 20 Tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,dan
pelatihan bagi perannya dimasa yang akan datang. Menurut Langeveld
(1961) pendidikan adalah bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa
kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaan
(Syukur,2014:19-20).
Anak adalah anugerah terindah yang diberikan Allah kepada setiap
orang tua. Selama anak masih kecil, ia hidup di bawah buaian kedua
orang tuanya. Dan selama ia masih pada usia pembelajaran dan
pendidikan, hendaknya kedua orang tua dan para pendidik tidak
meninggalkan sarana untuk mengadakan perbaikan dan menempuh
metode dalam meluruskan kepincangan dan mendidik naluri dan akhlak.
Sehingga anak tumbuh dalam perangai yang islami yang sempurna dan
adab sosial yang luhur („Ulwan,2012:33). Allah jadikan anak sebagai
hiasan kehidupan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur‟an
surah Al-Kahfi ayat 46
Arinya:” Harta dan anak adalah perhiasan kehidupan dunia …” (Al-Qur‟an
Terjemah,2007 ;299)
Anak merupakan amanah yang berada di pundak kedua orang tua.
Pada hari kiamat, kedua orang tuanya akan diminta bertanggung jawab
perihal si anak. Dengan memberikan pendidikan agama dan akhlak
kepada mereka, orang tua akan terlepas dari beban tanggung-jawab
tersebut. Selain itu, pendidikan juga memberikan perbaikan kepada anak
45
sehingga anak menjadi penyejuk mata kedua orang tuanya di dunia dan
di akhirat. Pendidikan dalam lingkungan keluarga memiliki peranan
penting terhadap perkembangan anak. Orang tua mereka bertanggung
jawab terhadap semua peningkatan dan kemajuan pendidikan anak-
anaknya.
Keluargalah merupakan penentu masa depan anak, dalam sebuah
keluarga, pendidikan diawali sejak anak masih dalam ayunan, ditimang
dan dibelai untuk kemudian dibentuk sebuah karakter anak yang
diharapkan. Dalam lingkungan keluarga, anak mendapatkan pengaruh
sadar dari anggota keluarga terutama orangtua. Apa yang diperbuat
orangtua, sikap orangtua disadari atau tidak, dapat mempengaruhi
pembentukan kepribadian anak. Perbuatan maupun sikap orangtua dalam
keluarga merupakan metode efektif bagi pembinaan kepribadian anak.
Karena apa yang diterima anak secara langsung diserap maknanya dan
akan ditiru oleh anak.
Peran penting keluarga merupakan hal yang paling berpengaruh
besar terhadap jiwa dan perkembangan mental anak-anak, mereka diberi
bekal ilmu dan pengetahuan yang orang tua miliki. Law Nolte pernah
menyatakan bahwa anak belajar dari kehidupan lingkungannya. Jika anak
dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki. Jika anak dibesarkan
dengan permusuhan, ia belajar berkelahi. Jika anak dibesarkan dengan
cemoohan, ia belajar rendah diri. Jika anak dibesarkan dengan
penghinaan, ia belajar menyesali diri. Jika a`nak dibesarkan dengan
46
toleransi, ia belajar menahan diri. Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia
belajar menghargai. Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan,
ia belajar keadilan. Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar
menaruh kepercayaan. Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar
menyenangi diri. Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan
persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan.
(www.rajaebookgratis.com, diakses tanggal 25 desember pukul 4:48).
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa lingkungan, terutama
keluarga akan membentuk sikap dan perilaku anak. Setiap orang tua pasti
ingin anaknya "berhasil" di masa depan. Berhasil dalam hal ini bukan
pada karier, tetapi lebih pada aspek kognitif, afektif dan perilaku. Salah
satu cara agar anak "berhasil" di masa depannya daat dilakukan di
lingkungan keluarga, yaitu dengan menerapkan pola asuh orang tua
terhadap anak yang tepat. Kesalahan yang terjadi dapat berakibat buruk
bagi masa depan anak, baik dari segi kognitif, afektif dan perilaku.
Orang tua sebagai pendidik dalam keluarga harus memperhatikan
dalam memberikan kasih sayangnya, jangan berlebih-lebihan dan jangan
pula kurang. Oleh karena itu orang tua harus pandai dan tepat dalam
memberikan kasih sayang yang dibutuhkan oleh anaknya. Kalau pendidik
dalam hal ini adalah orang tua tidak mendidik dan memelihara anak
akhirnya anak akan terjerumus ke dalam hal-hal yang negatif, maka orang
tua juga akan menerima akibatnya baik kehidupan di dunia maupun akhirat.
Agama Islam menyeru para orang tua untuk memikul tanggung
jawab besar dalam mendidik anak-anaknya. Mereka juga dibebani
47
menyiapkan anak untuk memikul beban hidup dan mengancam mereka
dengan azab yang besar jika mereka meninggalkan dan meremehka atau
berkhianat. Begitu besarnya tanggung jawab orang tua dalam masalah
pendidikan anak-anaknya.
Mengingat pendidikan itu sangat penting, agar akhlak, perilaku,
sifat, dan pikiran menjadi lebih baik, sebagaimana dalam hadits
dikatakan صع ا ط ع ع و ع ط و ة و و ا إ ن و و و اط ع طع و ع ط الص او ط ع و و ا ط ا ا ط اط ع ط
“Tuntutlah Ilmu sampai ke negeri Cina, karena mencari ilmu itu wajib
bagi setiap muslim” ini menunjukkan betapa pentingnya pendidikan,
walaupun harus bersusah payah, harus menempuh jarak yang jauh, akan
tetapi nantinya akan merasakan sendiri manisnya hasil dari semua itu.
Pada zaman sekarang ini, tanggung jawab tersebut menjadi semakin
penting mengingat banyaknya sendi kehidupan sosial yang melenceng
dari tujuan pendidikan, khususnya tujuan pendidikan Islam, baik itu
pengaruh dari media massa, tayangan radio atau televisi atau tempat-
tempat yang dilegalisasi untuk pelecehan seksual.
Jika peran orang tua tidak siaga dan waspada, berarti mereka telah
menyerahkan putra-putrinya pada genggaman setan dan pengikutnya.
Maka secara khusus al-Qur‟an memberi peringatan pada para orang tua
untuk menjaga dirinya dan keluarganya agar terhindar dari siksa api
neraka. Hal ini ditegaskan dalam al-Qur‟an surah at-Tahrim ayat 6
sebagai berikut:
48
ى ىى ى ى ىى ى ى ى
ى ى ىىى ىى ى ى ى ىىىىىArtinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa
yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan”. (Al-Qur‟an
Terjemah, 2007 ; 560)
Anak adalah aset bagi orang tua dan di tangan orangtualah anak-
anak tumbuh dan menemukan jalan-jalannya. Banyak orang tua “salah
asuh” kepada anak sehingga perkembangan fisik yang cepat diera
globalisasi ini tidak diiringi dengan perkembangan mental dan spiritual
yang benar kepada anak sehingga banyak prilaku kenakalan-kenalakan
oleh para remaja. Dengan pendidikan anak bisa belajar berbagai hal.
2. Metode Pendidikan Anak
a. Metode Keteladanan
Keteladanan merupakan faktor yang berpengaruh pada baik
buruknya anak. Jika pendidik adalah orang yang jujur dan terpercaya ,
maka anak pun akan tumbuh dalam kejujuran dan sikap amanah.
Namun, jika pendidik adalah seorang yang pendusta dan khianat maka
anak pun akan tumbuh dalam kebiasaan dusta dan tidak bisa dipercaya
(„Ulwan, 2012:516). Contoh keteladanan yang bisa diberikan orang
tua untuk anaknya yaitu melatih anak untuk selalu memberi salam bila
pergi dan tiba di rumah, selalu minta ijin kepada orang tua bila
49
bermain keluar rumah. Ini perlu ditekankan kepada anak karena orang
tua harus tahu dimana mereka berada dan dengan siapa mereka
bermain atau pergi, melaksanakan ibadah dengan baik dan tepat
waktu, merapikan sendiri tempat tidur, meja belajar, buku pelajaran
dan pakaiannya, meminta ijin sebelum menggunakan sesuatu yang
baru atau sesuatu milik orang lain, menghadap orang yang sedang
mengajak berbicara, membuang sampah pada tempat yang sudah
disediakan, dan masih banyak contoh lain yang dapat diajarkan orang
tua kepada anak-anaknya.
Dengan contoh tingkah laku perbuatan tersebut, akan
menimbulkan gejala identifikasi yaitu penyamaan diri dengan orang
yang ditiru. Hal ini sangat penting dalam pembentukan kepribadian
anak. Ada tiga faktor yang mempengaruhi kepribadian anak, yaitu
(Ekram,Beshir, 2015;51).
a) Lingkungan keluarga
Keluarga adalah lingkungan pertama anak dan mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap kepribadian anak. Hubungan
antar kedua orang tua adalah teladan untuk semua hubungan yang
lain dalam sebuah keluarga. Bersikap adil dalam berurusan dengan
anak- anak kita , tidak pilih kasih memberikan kontribusi positif
terhadap kepribadian mereka. Kerjasama antar orang tua dan
anggota keluarga adalah karakter positif yang membantu anak –
anak mengembangkan kepribadian yang sehat. Kepribadian
50
tumbuh dan berkembang sepanjang hidup manusia, terutama sejak
lahir sampai masa remaja yang selalu berada dalam lingkungan
keluarga, diasuh oleh orang tua dan bergaul dengan anggota
keluarga lain(Ahmadi,Sholeh,2005;167).
Pembentukan kepribadian anak haruslah dilakukan dengan
kontinu dan diadakan pemeliharaan sehingga menjadi matang dan
tidak mungkin berubah lagi. Adapun aspek-aspek kepribadian
yaitu: (Ahmadi,Sholeh,2005;169).
(1) Aspek kognitif (pengenalan)
Yaitu pemikiran, ingatan, hayalan, daya bayang,
inisiatif, kreativitas, pengamatan dan penginderaan. Fungsi
aspek kognitif adalah menunjukkan jalan, mengarahkan dan
mengendalikan tingkah laku.
(2) Aspek afektif
Yaitu bagian kejiwaan yang berhubungan dengan
kehidupan alam perasaan atau emosi, sedangkan hasrat,
kehendak, kemauan, keinginan, kebutuhan, dorongan dan
elemen motivasi lainnya disebut aspek kognitif atau
psikomotorik (kecenderungan atau niat tindak) yang tidak
dapat dipisahkna dengan aspek efektif . kedua aspek itu sering
disebut aspek finalis yang berfungsi sebagai energy atau tenaga
mental yang menyebabkan manusia bertingkah laku.
(3) Aspek motorik
51
Yaitu berfungsi sebagai pelaksanan tingkah laku
manusia seperti perbuatan dengan gerakan jasmaniah lainya.
b) Posisi dalam keluarga
Posisi anak dan keluarga merupakan faktor penting yang
mempengaruhi kepribadiannya. Anak akan terus mencari
posisinya sampai mereka menemukan tempatnya dalam keluarga.
Misalnya, dalam keluarga yang terdiri dari suami, istri dan satu
anak. Anak ini selalu menikmati banyak perhatian dari orang
tuanya. Semua waktu keluarga yang dimiliki orang tuanya terpusat
hanya untuknya. Tetapi berbeda ketika bayi kedua lahir. Anak
yang lebih tua kini mengamati semua perhatian diberikan kepada
bayi. Untuk mendapatkan perhatian orang tua anak pertama harus
mencari posisi barunya dalam keluarga.
Contoh keteladanan yang bisa dilakukan oleh orang tua
adalah dengan cara Orang tua memberi contoh kepada anak
bagaimana berperilaku yang baik seperti tidak suka berbohong,
bersifat adil, mencintai sesama, tekun belajar, berdisiplin dan lain
lain.
b. Metode pelatihan
Metode yang digunakan untuk melatih anak memiliki dampak
yang besar pada kepribadiannya. Jika metode yang digunakan keras
dan tidak seimbang, kepribadian anak tidak akan moderat dan
mungkin dia memilih pandangan ekstrem dimasa dewasanya. Adapun
52
metode pelatihan islam, memimpin dengan memberikan contoh dan
panutan adalah cara yang paling penting. Cara lain adalah menasehati
dengan halus, memberikan imbalan dan hukuman, membangun
kebiasaan, menggunakan peristiwa, manfaatkan waktu dengan baik,
bercerita, dan bermain game. Penting bagi orang tua memahami
pengaruh metode ini terhadap kepribadian anak- anak mereka
sehingga mereka dapat berhati-hati tentang apa yang dilakukan anak-
anak mereka.
Dalam mendidik anak tidaklah cukup hanya dengan
memberikan pelajaran saja tetapi harus dengan memberikan contoh
agar mudah untuk dimengerti oleh anak. Pendidikan keteladanan yang
baik adalah cara yang efektif untuk meluruskan penyimpangan anak.
Tanpa adanya keteladanan pendidikan apapun tidak berguna bagi anak
dan nasehat apapun tidak berpengaruh untuknya.
c. Mendidik dengan Kebiasaan
Anak adalah amanah bagi orang tuanya. Hatinya yang suci
adalah substansi yang berharga. Jika anak dibiasakan dengan kebaikan
ia akan tumbuh dalam kebaikan dan bahagia di dunia dan akhirat.
Adapun jika ia dibiasakan dengan kejelekan dan diabaikan begitu saja
maka ia akan sengsara dan celaka.
Contoh mendidik dengan kebiasaan Anak harus dibiasakan
bangun pagi agar mereka gemar melaksanakan shalat Subuh. Anak
harus dibiasakan ke masjid agar mereka gemar melakukan berbagai
53
ritual ibadah di masjid. Pembiasaan itu harus dimulai sejak dini,
bahkan pembiasaan membaca Al-Quran pun bisa dimulai sejak dalam
kandungan. Pembiasaan shalat pada anak harus sudah dimulai sejak
anak berumur tujuh tahun.
d. Mendidik dengan Nasehat
Metode nasehat merupakan salah satu metode yang efektif dalam
mendidik anak, karena nasehat memiliki pengaruh yang besar yang
membuat anak mengerti tentang hakekat sesuatu dan memberinya
kesadaran tentang prinsip-prinsip islam („Ulwan,2012:558). Memberi
nasehat merupakan salah satu metode penting dalam pendidikan anak.
Dengan metode ini pendidik dapat menanamkan pengaruh yang baik
ke dalam jiwa apabila digunakan dengan cara yang dapat mengetuk
relung jiwa melalui pintunya yang tepat. Bahkan, dengan metode ini
pendidik mempunyai kesempatan yang luas untuk mengarahkan
peserta didik kepada berbagai kebaikan. Jika para pendidik
menggunakan metode tersebut dalam mendidik anak pastilah anak
tumbuh menjadi manusia yang baik sebagai hasil dari pendidikan
yang luhur, memiliki akhlak terpuji.
Sebagai salah satu contohnya apabila orang tua mengetahui anak
nya tidak melaksanakan shalat sebagai orang tua yang harus dilakukan
adalah bukan memarahi anak tetapi hal pertama yang dilakukan oleh
orang tua adalah menanyakan kepada anak kenapa ia tidak
melaksanakan shalat. Setelah anak memberikan alasan kenapa tidak
54
melakukan shalat maka orang tua harus memberikan nasehat kepada
anak. Orang tua menjelaskan kepada anak pentingnya melaksnakan
shalat dan menjelaskan apa saja akibatnya kalau meninggalkan shalat.
Rasulullah SAW telah memberi perhatian yang besar terhadap
penyampaian nasehat dan mengarahkan pendidik untuk
menyampaikan nasehat. Metode yang digunakan Rasulullah SAW
sebagai guru utama dan pertama kita adalah metode yang terbaik
dalam menyampaikan nasehat. Beberapa metode yang digunakan
Rasulullah SAW adalah sebagai berikut:
1) Metode berkisah
Seorang pendidik yang bijak dan cerdas dapat menyesuaikan
cara penyampaian kisah dengan gaya bahasa yang sesuai dengan
pemahaman objek yang diajak bicara. Mereka juga mampu
mengeluarkan berbagai pelajaran penting dari kisah yang mereka
sampaikan agar memiliki pengaruh yang lebih kuat dan
mendapatkan respon lebih cepat.
2) Metode dialog dan bertanya
Yaitu dengan cara memberikan pertanyaan untuk memancing
perhatian dan menstimulus kecerdasannya. Hal ini sekaligus untuk
menyaring mereka menemukan nasehat-nasehat yang baik dengan
perasaan puas.
3) Memulai penyampain nasehat dengan sumpah atas Allah
55
Hal ini dilakukan untuk menekankan pada diri pendengar
tentang pentingnya perkara yang disumpahi itu, agar dilakukan
oleh pendengar atau untuk dijahui.
4) Menyisipkan canda dalam penyampaian nasehat
Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan rasa
bosan dan dan menghibur jiwa.
5) Mengatur pemberian nasehat untuk menghindari rasa bosan
6) Membuat nasehat yang sedang disampaikan dapat menguasai
pendengar
7) Menyampaikan nasehat dengan memberi contoh
Rasulullah SAW sering memberi contoh untuk menjelaskan
nasehat yang sedang disampaikannya. Contoh yang bersifat
kongkret yang dapat dilihat dan diraba, agar nasehat tersebut lebih
berpengaruh ke dalam jiwa dan lebih melekat di dalam ingatan.
8) Menyampaikan nasehat dengan peragaan tangan
Apabila Rasulullah SAW ingin menegaskan satu perkara
penting, beliau memperagakan kedua tangannya sebagai isyarat
penting perkara yang harus mereka perhatikan dan laksanakan.
9) Menyampaikan nasehat melalui media gambar dan penjelasan
Rasulullah SAW pernah membuat garis-garis di depan para
sahabatnya untuk menjelaskan kepada mereka beberapa
pemahaman penting, sehingga mudah dipahami oleh mereka.
Diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas‟ud Rasulullah SAW
56
menggambar garis berbentuk persegi empat dan menggariskan lagi
garis di tengah-tengahnya yang keluar dari persegi yang keluar dari
persegi empat tadi. Beliau juga menggariskan lagi beberapa garis
kecil yang menuju ke arah garis di tengah-tengah. Beliau lantas
bersabda:
ا م ك،ى مهمذم ى مجم ك كىمكف ةى ف ف، ى( م فى و م فى: م وى) مهمذم ىخم اجرىهمذم ى إلفى ام و م اكى م م ك كى ى،ى مهمذفافى وك م كى و و م اك ى م و بم م ئفبك ى م م وفثك يم
ىهفئم كى ك م جف
ى مخو م ماكىهمذم ىابم م م كى و ى مخو م ماكىهمذم ،ىابم م م كىهمذم ،ى مإف و ،ى مإف وىهمذم ، ى ك ل م ى م م م كى اوم م كى مخو م ماكى م ف و
Artinya:”Ini adalah manusia dan ini adalah ajal yang meliputi
dirinya. Dan garis yang keluar dari kalangan ini adalah
angan-angannya,sedangkan garis-garis yang kecil-kecil
ini dan yang membentang ini adalah peristiwa dan
musibah yang dating tiba-tiba. Jika ia luput dari yang ini,
maka aia tentu akan terkena oleh yang ini. Dan jika ia
luput dari yang ini, maka ia tentu akan terkena oleh yang
ini. Jika ia luput dari semuanya, maka ia akan tertimpa
kelemahan.”(HR.Al-Bukhori)
10) Menyampaikan nasehat dengan praktik
Rasulullah SAW memberikan kepada para sahabatnya model
hidup dalam metode pengajaran dan pendidikan. Salah satu
contohnya dalam riwayat disebutkan bahwa Rasulullah SAW
berwudhu di hadapan sekumpul orang kemudian beliau bersabdah:
ى ف ف م ىابم و م كى فىامىيكم وثك عم بميو ى كضك ئف ىهمذم ىثكمى م م ىام و ى بم مضم مىنمو م م وى ماو ف فى ىوم كى م ى بم م م مى ف و ابو م ى ك ف م ى و ل ف ميو دى ف م
Artinyai:”Barang siapa yang berwudhu seperti wudhuku ini,
kemudian dia shalat dua rekaat, yang di dalam shalat
57
jiwanya tidak membicarakan sedikit pun tentang
keduniaan, pasti ia diampuni terhadap apa yang telah
lalu dari dosanya (HR.Al-Bukhori).
11) Menyampaikan nasehat dengan memanfaatkan momen atau
kesempatan
Rasulullah SAW sering memanfaatkan momen dan
kesempatan yang tepat untuk menyampaikan nasehat kepada
orang yang beliau kehendakai. Hal ini bertujuan agar nasehat
tersebut lebih berpengaruh dan lebih mudah dipahami serta
diingat. Diantaranya yaitu diriwayatkan dari jabir Rasulullah
SAW berjalan melalui pasar, sedang orang-orang yang berada
disebelah kiri dan kananya. Kemudian beliau melalui seekor anak
kambing yang kecil telinganya dan telah mati. Beliau meraih
telinganya, lalu bertanya :
ى؟ ى م ك و مىهمذم ىوم كى ف فاوهم د ى م و م ل ك وىيكفبل
Artinya:”Siapakah diantara kalian yang suka membeli ini seharga
satu dirham”.
Orang-orang menjawab, “kami semua tidak suka menukarnya
dengan apapun dan akan kami gunakan untuk apa itu?”. Belaiu
bertanya lagi:
ى مابم ك م ك و؟ متكف بل و مArtinya:”Sukahkah engkau semua kalau ini diberikan saja
padamu”.
Orang-orang menjawab,”Demi Allah, seandanya kambing itu
hidup, ia pun cacat karena kecil telinganya. Maka berapa
58
harganya setelah kambing itu mati?”. Kemudian beliau
bersabdah:
ىهمذم ى م م و ك وى ابو م ى مهو م كى م م ى افى ف و بم م افىو لArtinya:”Demi Allah, niscahayalah dunia ini lebih hina di sisi
Allah dari pada kambing ini bagimu semua”.
(HR.Muslim)
12) Menyampaikan nasehat dengan beralih kepada yang paling
penting
Rasulullah SAW sering mengalihkan dari satu pertanyaan
lain yang lebih penting. Diantara contohnya adalah hadits yang
diriwayatkan dari Anas bin Malik, seseorang bertanya kepada
Rasulullah SAW “kapankah kiamat itu, wahai Rasulullah?”.belaiu
menjawab:
ىامم م م و موو مArtinya: ”Apa yang telah engkau persiapakan untuk kiamat”.
Laki-laki itu menjawab,”Aku mencintai Allah dan Rasul-Nya.
Rasulullah SAW bersabdah:
ى م و م و مى ى معمى م و ماو مArtinya: ”Engkau bersama dengan yang engkau cintai.”(HR.Al-
Bukhori dan Muslim)
Rasulullah SAW mengalihkan pertanyaan orang tersebut tentang
kapan terjadinya kiamat, yang sebenarnya hanya Allah semata
yang tahu kepada hal yang lebih penting dan lebih perlu, yaitu
mempersiapkan amal shalih untuk menghadapi hari kiamat
59
tersebut. Sebab, ketika itu semua orang akan disidang dihadapan
Allah SWT.
13) Menyampaikan nasehat dengan menunjukkan perkara yang
diharamkan
Rasulullah SAW pernah membawa sesuatu yang haram dan
dilarang di tangannya. Beliau mengangkatnya di depan orang-
orang untuk menunjukkannya kepada mereka, selain dengan
perkataan juga dengan penglihatan mereka langsung. Hal ini
bertujuan agar itu lebih mengena kepada hati dan lebih pasti
pengharamannya.
Ali Bin Abi Thalib berkata”Rasulullah SAW mengambil
selembar kain sutra di tangan kirinya dan emas di tangan
kanannya. Kemudian beliau mengangkat keduanya sambil
bersabdah:
ام افف وى, ف مىهمذم و فى م م رى م م ى ك ك واف ك م فى ى ف لىإلفف Artinya:”Kedua benda ini haram untuk laki-laki umatku dan halal
untu kaum perempuannya.”(HR.Abu Dawud,An-Nasa‟i
dan Ibnu Majah)
Para pendidik hendaknya memahami betul cara
menggunakan metode-metode al-Qur‟an dalam upaya
memberikan nasihat, peringatan dan bimbingannya untuk
mempersiapkan anak-anak mereka yang masih usia muda, baik
masih anak-anak maupun pada usia remaja. Dalam hal ini akidah
maupun moral dalam pembentukan kepribadian maupun
60
kehidupan sosial, jika mereka memang menginginkan kebaikan,
kesempurnaan, kematangan akhlak dan akal anak-anak.
e. Mendidik dengan Perhatian atau Pengawasan
Maksud dari mendidik dengan perhatian adalah mengikuti
perkembangan anak dan mengawasinya dalam pembentukan akidah,
akhlak, mental, dan sosialnya. Mendidik dengan cara ini dianggap
sebagai salah satu dari asas yang kuat dalam membentuk manusia
yang seimbang, yaitu yang memberikan semua hak nya sesuai dengan
porsinya masing-masing, yang sanggup mengemban semua tanggung
jawab yang harus dipikulnya, yang melakukan semua kewajibannya,
dan yang terbentuk menjadi muslim hakiki sebagai batu pertama
untuk membangun fondasi islam yang kokoh, yang dengannya akan
terwujud kemuliaan islam.
Contoh pendidikan dengan perhatian atau pengawasan adalah
Misalnya dalam hal berpakaian. Baik anak laki-laki maupun anak
perempuan, harus sudah kita berikan rambu-rambu dan aturan-aturan
tentang cara berpakaian sejak dini.Kepada anak perempuan, berikan
selalu pakaian anak perempuan dan kepada anak laki-lak berikan
selalu pakaian anak laki-laki. Ketika anak sudah mulai senang
bertanya, jelaskan kepadanya tentang tatacara berpakaian dalam Islam.
Bagaimana seorang perempuan harus berpakaian, sampai dimana
batasan auratnya dan berikan gambaran tentang jenis-jenis pakaian
anak perempuan. Jelaskan pula bagaimana pakaian anak laki-laki,
61
sampai dimana batasan auratnya, seperti apa jenis-jenis pakaian anak
laki-laki.
Setelah tahap pendidikan di atas kita tanamkan, perhatikan
perilaku anak baik-baik ketika anak sudah mulai memiliki pilihan-
pilihan dalam menentukan pakaian yang akan mereka pakai. Apakah
ia memilih pakaian seperti tatacara yang seharusnya atau tidak. Bila
anak telah memilih pakaian sebagaimana yang diatur, berikan pada
mereka pujian. Sebaliknya, bila anak memilih pakaian yang tidak
seharusnya ia pilih, berikan peringatan dan nasihat dengan baik.
Orang tua dalam memperhatikan pendidikan anak haruslah
sebagai orang tua itu tahu betul tingkah laku anak agar mudah dalam
memberikan solusinya dan juga laranglah mereka apa yang dilarang
Allah dan perintahkan mereka apa yang diperintahkan oleh Allah.
Insya Allah anak tersebut akan menjadi anak yang shalih yang
berbakti kepada kedua orang tuanya.
Perhatian dan pengawasan pada diri pendidik merupakan asas
yang paling utama, karena dengan cara seperti itu anak selalu berada
di bawah pantauan pendidik, mulai dari gerak-geriknya, perkataan,
perbuatan, sampai orientasi dan kecenderungannya. Mendidik dengan
pengawasan tidak hanya terbatas pada satu atau dua aspek saja yang
terdapat dalam pendidikan. Tetapi juga meliputi seluruh aspek, yaitu
keimanan, akal, akhlak, jasmani, mental,dan sosialnya. Sehingga
pendidikan dapat memberikan buahnya dalam menciptakan individu
62
muslim yang seimbang dan sempurna, yang dapat memberikan semua
haknya sesuai porsinya masing-masing dalam kehidupan
(„Ulwan:2012:611).
1) Perhatian terhadap aspek keimanan anak
Bentuk perhatian terhadap anak dalam aspek keimanan adalah :
a) Pendidikan memperhatikan terhadap apa yang telah didapatkan
anak berupa prinsip, pemikiran dan keyakinan dari orang yang
telah mengajarnya, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
b) Memperhatikan bacaan anak berupa buku, majalah, dan
semacamnya. Jika terdapat pemikiran yang menyimpang,
atheis dan upaya kristenisasi, hendaklah pendidik langsung
melakukan tugasnya untuk menyita buku dan majalah tersebut.
c) Memperhatikan siapa yang menjadi teman anak. Jika teman-
teman dan orang-orang yang menyertainya adalah orang-orang
atheis, berperilaku menyimpang, dan sesat, maka pendidik
berkewajiban memutus hubungan mereka.
d) Memperhatikan partai atau organisasi apa yang diikuti anak.
Jika itu adalah partai atheis dalam prinsip dan arahanya, atau
organisasi yang tidak beragama dalam tujuan dan orientasinya,
maka pendidik harus melarangnya dan memberikan penjelasan
yang memuaskan kepada anak tentang hal itu.
2) Perhatian terhadap aspek akhlak anak
63
a) Pendidikan memperhatikan kejujuran anak. Jika ia
mendapatkan anak melakukan kebohongan dalam perkataan
dan janjinya, bermain kata-kata, serta menampakan sifat
pembohong dan munafik di masyarakat, maka pendidik harus
segera mengambil tindakan ketika anak pertama kali
berbohong. Tunjukan kepadanya kebenaran yang seharusnya
dan jelaskan secara rinci konsekuensinya dari berbohong dan
nifak. Sehingga ia tidak pernah lagi mengulangi perbuatannya
selamanya.
b) Pendidik memperhatikan sikap amanah pada diri anak. Jika ia
mendapati anak mencuri seperti uang receh saudaranya atau
pena temennya, pendidik harus langsung memperbaikinya.
Pahamkan kepada anak bahwa itu adalah haram, karena
mengambil barang orang yang bukan haknya.
c) Memperhatiakan anak dalam menjaga lisannya.jika didapati
anak mencela dan mengatakan kata-kata kotor, pendidik dengan
bijaksana harus langsung memperbaikinya dan mengenali sebab
yang membuatnya seperti itu, untuk memutusnya dengan anak.
Kemudian terangkan kepada anak tentang sifat-sifat dan akhlak
yang baik dengan cara yang menarik perhatiannya, agar ia
menyenangi akhlak-akhlak terpuji.
d) Memperhatikan kehendak anak. Artinya, jika ditemukan anak
ikut-ikutan menikmati dan mendengarkan lagu-lagu fulgar,
64
laki-laki berdandan seperti perempuan, berbaur dengan
perempuan yang bukan mahramnya , menonton adegan-adegan
yang tidak senonoh di televisi atau bioskop dan sebagainya,
maka pendidik harus segera memperbaikinya dengan nasehat
yang baik
3) Perhatian terhadap aspek pengetahuan anak
a) Pendidik memperhatikan usaha anak dalam memperoleh
pengetahuan dan wawasannya, baik itu hukumnya fardhu „ain
maupun fardu kifayah. Pendidik berkewajiban untuk
mempehatikan apakah anak sudah mempelajari pengetahuan
yang bersifat fardu „ain seperti belajar membaca Al-Qur‟an,
hukum-hukum ibadah, mana yang halal dan haram, sirah
Rasulullah SAW dan pengetahuan agama lainnya. Adapun
pengetahuan yang bersifat fardhu kifayah seperti ilmu
kedokteran, arsitek, dan lainnya.
b) Pendidik memperhatikan kesadaran anak dari aspek
keterkaitannya dengan islam sebagai agama dan negara, Al-
Qur‟an sebagai agama dan sumber hukum, Rasulullah SAW
sebagai pemimpin dan teladan, sejarah islam sebagai
kebanggaan dan kemuliaan, kebudayaan islam sebagai ruh dan
pikiran, serta dengan dakwah sebagai dorongan dan semangat.
c) Pendidik hendaknya juga memperhatikan kesehatan mental dan
pikiran anak. Pendidik harus menjahukan atau melarang anak
65
dari segala hal yang memberi pengaruh negatif pada pikiran
dan mental anak. Sekaligus menjelaskan bahwa hal tersebut
berbahaya bagi fisik, pikiran dan mental.
4) Perhatian terhadap jasmani anak
a) Pendidik memperhatikan kewajibannya memberi nafkah
kepada anak, berupa makanan yang baik, tempat tinggal yang
layak, dan pakaian yang hangat. Sehingga secara fisik ia terjauh
dari segala macam penyakit.
b) Pendidik memperhatikan cara hidup sehat yang diajarkan islam,
berupa cara makan, minum, dan tidur. Mengenai makan,
pendidik harus memperhatikan agar anak tidak kekenyangan.
Berkenaan dengan minum pendidik harus memperhatikan cara
minum anak agar tidak minum sekaligus, tidak bernafas dalam
gelas. Sedangkan cara tidur, pendidik harus memperhatikan
anak tidur miring menghadap kekanan, dan tidak boleh tidur
setelah makan.
c) Pendidikan terutama ibu harus memisahkan anggota keluarga
sedang sakit menular agar tidak menular kepada anak-anaknya
yang lain
d) Memperhatikan cara-cara pencegahan peyakit dengan menjaga
keseatan anak, yaitu dengan memberitahukan agar tidak makan
buah yang masih mentah, sayuran yang belum dicuci, mencuci
66
tangan sebelum makan dan cara-cara lainnya yang diajarkan
islam.
e) Memperhatikan kebiasaan melakukan olahraga, hidup hemat
dan sehat, dan tidak tenggelam dalam kenikmatan , agar anak
tumbuh sehat dan kuat secara fisik dan mental.
f) Memperhatikan semua hal yang dapat merusak fisik dan
membahayakan kesehatan, seperti mengkonsumsi minuman
keras, narkoba, rokok, masturbasi, zina dan homoseksual.
Semua itu dapat menyebabkan penyakit berbahaya yang telah
diperingatkan oleh pakar dokter
5) Perhatian terhadap aspek mental anak
a) Pendidik hendaknya memperhatikan sikap pemalu anak. Jika
terlihat tertutup dan menjahui dari banyak orang, maka
pendidik harus menumbuhkan keberanian pada dirinya dan
keinginan untuk bersosialisasi dengan orang lain
b) Memperhatikan sifat takut pada anak. Jika anak terlihat penakut
dan lari dari kesulitan, maka pendidik harus menumbuhkan
kepercayaan diri, keteguhan, keberaniannya, sehingga ia
mampu menghadapi kehidupan dengan segala permasalahan
dan bahaya dengan penuh keridhaan.
c) Memperhatikan sifat minder pada anak. Jika anak tampak
merasa minder, pendidik harus dengan bijak mengatasinya,
memberi nasehat yang baik, dan menghilangkan sebab-sebab
67
yang dapat mengarah kesana. Adapun sebab munculnya minder
adalah dari sikap merendahkan dan menghinakan. Pendidik
harus berbicara dengan baik dengan anak dengan cara yang
baik dan panggil dia dengan nama baik pula.
d) Pendidik harus memperhatikan sifat marah pada anak. Jika
anak didapat marah karena beberapa sebab, maka pendidik
harus bisa mengatasinya dan menghilangkan sebabnya.
6) Perhatian terhadap aspek sosial anak
a) Pendidik harus memperhatikan anak, apakah ia sudah
melakukan kewajibannya kepada orang-orang. Memberikan
perhatian yang sempurna kepada anak dapat menjadikanya
tumbuh menjadi manusia yang penuh kesadaran, cerdas, dan
berakhlak yang memberikan haknya sesuai dengan porsinya
tanpa meremehkan satu pun juga.
b) Pendidik memperhatikan etika berkumpul dengan orang lain
pada diri anak. Jika terlihat anak melalaikan itu, seperti ketika
sedang makan, bercanda, berbicara, bersin, melayat yang
terkena musibah, atau etika berkumpul lainnya. Maka dari itu
pendidik harus mengajarkan kepada anak etika-etika islam dan
membiasakannya sehingga menjadi kebiasaan pada diri anak.
c) Memperhatikan sikap simpati anak terhadap orang lain. Jika
ditemukan anak bersikap egois, pendidik harus mengajarkannya
sikap mendahulukan orang lain.
68
7) Perhatian terhadap aspek ruhani anak
a) Pendidik memperhatikan sikap selalu merasa dilihat Allah pada
anak, yaitu dengan menyadarkan anak bahwa Allah selalu
melihat dan mendengarnya.
b) Pendidikan juga harus memperhatikan kekhusyukan dan
ketakwaan anak anak kepada Allah. Yaitu, dengan cara
menumbuhkan mata anak akan ke Maha Agung-an Allah dalam
segala hal yang tak terhitung jumlahnya, yang merupakan
ciptaan Allah SWT yang luar biasa.
c) Pendidik harus memperhatikan praktek ibadah anak, yaitu
dengan memperintahkannya shalat saat berusia 7 tahun.
Membiasakan anak melakukan puasa ramadhan sejak kecil jika
ia mampu.
d) Pendidik memperhatikan mujahadah psikologi dan ruhaniyah
pada diri anak, sehingga sejauh mana ia mampu dan
terpengaruh.
e) Pendidik memperhatikan anak dalam mempratikkan doa-doa
ma‟tsurah . Yaitu dengan mengajarkan anak untuk menghafal
doa-doa penting berupa doa pagi dan petang hari, doa tidur dan
bangun tidur, doa makan dan doa selesai makan, doa masuk dan
keluar rumah, doa mengenakan dan melepaskan pakaian, doa
istikharah, doa turun hujan, doa melihat hila, doa ketika sakit,
69
doa ketika bersedih dan doa-doa lainnya yang terdapat dalam
hadits-hadits shahih
Rasulullah SAW menggunakan perhatian sebagai metode
pendidikan dalam berbagai bentuk, antara lain dalam pendidikan
social, moral, spiritual, dan jasmani, dalam memperingatkan yang
haram, dalam mendidik anak kecil dan memberi petunjuk orang
dewasa serta pendidikan dakwah yang lemah lembut kepada orang
lain. Pendidikan dengan perhatian dan pengawasan tidak hanya
terbatas pada satu, dua segi perbaikan dalam pembentukan
kepribadian seseorang, tetapi harus mencakup semua segi baik
keimanan, mental, moral, fisik, spiritual, maupun sosial.
(Kholiq,1999:72)
f. Mendidik dengan Hukuman
Hukuman dalam syari‟at islam dikenal dengan hudud dan ta‟zir.
Hudud adalah hukuman yang didasarkan oleh syari‟ah yang wajib
dilaksanakan karena Allah. Tak‟zir adalah hukuman hukuman yang
tidak ditentukan oleh Allah karena pelanggaran yang dilakukan tidak
terdapat had atau kafarah, namum ia seperti hudud dalam hal memberi
pelajaran untuk orang lain demi kemaslahatan umat
(Kholid,dkk,1999;72).
Contoh pemberian hukuman adalah ketika anak tidak mau
mengerjakan shalat. Sebagaimana yang diperimakatahkan Allah
dalam surah Thahaa ayat 132
70
Artinya :”dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat
dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak
meminta rezki kepadamu, kamilah yang memberi rezki
kepadamu. dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang
bertakwa”.
Cara yang harus dilakukan orang tua pertama kali adalah
menasehatinya terlebih dahulu, Namun kadang, kita sudah menmpuh
segala langkah nasehat maupun pengarahan untuk meluruskan
kesalahan anak dan kenyataannya hal itu tidak mempan. Bahkan
mereka semakin parah penyimpangannya sekalipun telah diajak
kembali ke jalan yang lurus dengan cara yang baik dan halus. Dalam
keadaan seperti ini kita harus mengambil cara yang tegas demi
kebaikan anak. Yaitu dengan memberikan hukuman. Namun
pemberian hukuman itu harus diimbangi dengan pemberian pujian dan
balasan yang baik. Pendidikan dengan pemberian hukuman ini
hendaknya bermula dari ancaman hingga berakhir pada penjatuhan
sanksi.
Jika ternyata anak tidak menghiraukan, maka sanksi harus
benar-benar kita jatuhkan. Pemberian sanksi baru kita gunakan apabila
seluruh metode mengalami kegagalan. Dan saat menjatuhkan sanksi,
perhatikan waktu yang tepat dan bentuk sanksi yang sesuai dengan
kadar kesalahan. Bentuk sanksi ini bisa bervariasi dari yang teringan,
71
misalnya mengurangi jatah harian anak, mengurangi jam bermain dan
lain sebagainya.
Setiap anak memiliki respon yang berbeda-beda, sebagaimana
berbedanya watak antara satu pribadi dengan pribadi yang lain. Ibnu
Sina, Al-A‟bdari, dan Ibnu Khaldum berpendapat bahwa pendidik
tidak boleh memberi hukuman kecuali dalam keadaan terpaksa. Ia
juga tidak boleh menghukum dengan pukulan, kecuali sebelumnya
telah memberi ancaman untuk memberikan pengaruh yang diinginkan
dalam memperbaiki kesalahan anak dan membentuk akhlak dan
mentalnya („Ulwan,2012;628)
Sebagai seorang pendidik hendaklah bisa menjadi orang yang
bijak dalam menggunakan hukuman yang sesuai dengan tingkat
kecerdasan anak, pengetahuan, dan wataknya. Beberapa metode yang
digunakan oleh Rasulullah dalam menerapkan hukuman, yaitu:
(Kholid,dkk,1999;72).
1) Menunjukkan kesalahan denan pengarahan;
2) Menunjukkan kesalahan dengan keramahtamaan;
3) Menunjukkan kesalahan dengan memberi isyarat;
4) Menjukkan kesalahan dengan kecaman;
5) Menunjukkan kesalahan dengan memutuskan hubungan
(meninggalkannya);
6) Menunjukkan kesalahan dengan memukul;
72
7) Menunjuukan kesalahan dengan memberi hukuman yang
menjerakan.
Adapun pelaksanaan hukuman terhadap anak di dasarkan pada
prinsip-prinsip sebagai berikut :
a) Lemah lembut dan kasih sayang adalah mu‟amalah dengan anak;
b) Menjaga tabiat anak yang salah dalam menggunakan hukuman;
c) Dalam upaya memperbaiki, hendaknya dilakukan secara bertahap,
dari yang paling ringan hingga yang paling keras.
3. Materi Pendidikan Anak
Abdullah Nashih Ulwan dalam buku pemikiran pendidikan islam
karya kholiq,dkk tahun 1999 untuk mewujudkan generasi yang kokoh
iman dan islamnya, menekankan materi pendidikan yang bersifat
mendasar dan universal. Materi-materi pendidikan tersebut adalah
pendidikan iman, akhlak, fisik, intelektual, psikis,social dan seksual
a. Pendidikan Iman
Pendidkan iman adalah mengikat anak dengan dasar-dasar iman,
rukun islam dan syari‟ah sejak anak mulai mengerti dan memahami
sesuatu. Sebagaiman firman Allah dalam Surah Luqman ayat 13
Artinya :” dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di
waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku,
janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman
yang besar".
73
Tujuan dasar dari pendidikan ini adalah agar anak hanya
mengenal islam sebagai din-nya, Al-Qur‟an sebagai imamnya dan
Rasulullah sebagai pemimpin dan teladannya. Diantara ajaran-ajaran
Rasulullah SAW dalam hal pendidikan iman adalah sebagai berikut :
1) Membaca kalimat tauhid”La Ilaha „I-lah” (tiada tuhan selain
Allah) kepada anak dalam permulaan kehidupanya
2) Mengenalkan hukum-hukum halal dan haram kepada anak
3) Menyuruh anak untuk beribadah pada usia tujuh tahun dan
4) Mendidik anak untuk mencintai Rasul, ahli baitnya dan membaca
Al-Qur‟an
b. Pendidikan Akhlak (Moral)
Akhlak secara etimologis berasal dari bahasa arab, merupakan
bentuk jamak dari Khulq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah
laku atau tabiat (Sudrajat,dkk,2007 ;88). Ahmad Amin mengatakan
akhlak ialah kebiasaan kehendak. Menurut AlGhzali akhlak adalah
Al-Khuluq (jamak akhlak) ialah ibarat (sifat atau keadaan) dari pelaku
yang konstan (tetap) dan meresap dalam jiwa, dari padanya tumbuh
perbuatan-perbuatan dengan mudah dan wajar tanpa memerlukan
pikiran dan pertimbangan (Kholid,dkk,1999;87). Allah SWT
berfirman dalam surah Al-Ahzab ayat 59
74
Artinya:”Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak
perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah
mereka mengulurkan jilbabnyake seluruh tubuh mereka".
yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal,
karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.
Pada hakekatnya akhlak adalah suatu sifat yang melekat
dalam jiwa dan menjadi kepribadian, dari situlah memunculkan
perilaku atau perbuatan yang sopan, mudah, tanpa dsibuat-buat dan
tanpa memerlukan pemikiran. Akhlak memberikan nailai baik dan
buruk perbuatan manusia seperti halnya dalam etika dan moral.
Yuhaniar Ilyas (2004:12-14) memeberikan 5 ciri akhlak yaitu :
1) Akhlak Rabbani
Ajaran akhlak dalam islam bersumber pada Al-Qur‟an dan
Sunnah. Sifat rabbani dari akhlak berkaitan dengan tujuannya,
yakni memperoleh kebahagian di dunia dan akhirat. Ciri Rabbani
menegaskan bahwa akhlak dalam islam bukanlah moral yang
kondisional dan situasional, tetapi akhlak yang benar- benar
memiliki nilai yang mutlak. Akhlak Rabbani mampu menghindari
dari kekacauan nilai moralitas dalam hidup.
75
2) Akhlak Manusiawi
Ajaran akhlak dalam islam sejalan dan memenuhi tuntunan
fitrah manusia. Kerinduan jiwa manusia kepada kebaikan akan
terpenuhi dengan mengikuti ajaran akhlak dalam islam. Ajaran
akhlak dalam islam diperuntukkan bagi manusia yang merindukan
kebahagian dalam arti hakiki, bukan kebahagian semu. Akhlak
islam adalah akhlak yang benar-benar memelihara eksistensi
manusia sebagai makhluk yang terhormat sesuai dengan fitrahnya.
3) Akhlak Universal
Ajaran akhlak dalam islam sesuai dengan kemanusian yang
universal dan mencakup segala aspek hidup manusia, baik dimensi
vertical maupun horizontal. Contohnya Al-Qur‟an menyebutkan
sepuluh macam keburukan yang wajib dijahui manusia , yakni
menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua, membunuh
anak karena takut miskin, berbuat keji secara terbuka maupun
secara tersembunyi, membunuh orang tanpa alasan yang sah,
makan harta anak yatim, mengurangi takaran dan timbangan,
membebani orang lain dengan kewajiban melampaui kekuatannya,
persaksian tidak adil, menghianati janji dengan Allah.
Sepuluh macam keburukan ini adalah nilai-nilai yang
bersifat universal bagi siapapun, dimanapun, dan kapanpun terjadi
akan dinyatakan sebagi keburukan.
76
4) Akhlak Keseimbangan
Akhlak dalam islam berada di tengah di antara dua sisi.
Disatu sisi menghayalkan manusia sebagai malaikat yang menitik
beratkan pada sifat kebaikannya dan sisi lain menghayalkan
manusia sebagai hewan yang menitikberatkan pada sifat
keburukannya. Manusia menurut pandangan islam memiliki dua
kekuatan, yakni kekuatan baik yang berada dalam hati dan akal,
dan kekuatan buruk yang berada dalam hawa nafsunya. Manusia
memiliki unsur ruhania malaikat dan unsur naluriah hewani yang
masing-masing memerlukan pelayanan yang seimbang.
Manusia hidup tidak hanya di dunia melaikan di akhirat
juga. Kehidupan dunia menjadi ladang bagi akhirat. Akhlak islam
memenuhi tuntutan hidup kebutuhan manusia jasmani dan rohani
secara seimbang, tuntunan hidup bahagia di dunia dan akhirat
secara seimbang pula.
5) Akhlak Realistik
Manusia merupakan makhluk yang memiliki kelebihan
dibandingkan makhluk-makhluk yang lain, akan tetapi manusia
juga memiliki kelemahan-kelemahan, memiliki kecenderungan
manusiawi dan berbagai macam kebutuhan mental dan spiritual.
Dengan kelemahan-kelemahan itu manusia sangat mungkin
melakukan kesalahan-kesalahan dan pelanggaran. Oleh karena itu
77
ajaran islam memberikan kesempatan kepada manusia yang
melakukan kesalahan untuk memperbaiki diri dengan bertaubat.
Orang tua mempunyai kewajiban untuk menanamkan
akhlakul karimah pada anak-anaknya, dan pendidikan akhlakul
karimah sangat penting untuk diberikan oleh orang tua kepada
anak-anaknya dalam keluarga, sebagai firman Allah dalam Al-
Qur‟an surah Luqman ayat 19
Artinya:“Dan sederhanakanlah kamu dalam berjalan dan
lunakanlah suaramu dan sesungguhnya seburuk-buruk
suara adalah suara himar”. ( Al-Qur‟an Terjemah, 2007 :
412)
Dari ayat ini telah menunjukkan dan menjelaskan bahwa
tekanan pendidikan keluarga dalam islam adalah pendidikan
akhlak, dengan jalan melatih anak membiasakan hal-hal yang baik,
menghormati kedua orang tua, bertingkah laku sopan baik dalam
berperilaku keseharian maupun dalam bertutur kata.
Orang tua memegang peranan penting sekali dalam
pendidikan akhlak untuk anak-anak sebagai institusi yang mula-
mula sekali berinteraksi dengannya oleh sebab mereka mendapat
pengaruh dari padanya atas segala tingkah lakunya. Orang tua juga
seyogyanya menerangkan faedah terhadap tingkah laku yang
diperbuatnya, menerangkan tentang maslahat dan mudharatnya.
78
Akhlak merupakan implementasi dari akidah dan syari‟ah
dalam segala bentuk perilaku. Jika pendidikan anak jauh dari
akidah islam, terlepas dari arahan religious dan tidak berhubungan
dengan Allah, maka anak akan tumbuh dewasa di atas dasar
kefasikan, penyimpangan, kesesatan, dan kekafiran. Bahkan ia
akan mengikuti hawa nafsunya dan bergerak dengan motor nafsu
negatif dan bisikan-bisikan setan, sesuai dengan tabiat, keinginan
dan tuntutan yang rendah.
Akhlak menurut Al-Ghazali dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu akhlak baik dan akhlak yang buruk (tercela). Akhlak baik
adalah akhlak yang sesuai dengan agama dan syariat. Sedangkan
akhlak yang buruk adalah akhlak yang bertentangan dengan akal
dan syariat.
Tujuan dari pendidikan akhlak adalah untuk membentuk
benteng religius yang berakar pada hati sanubari. Benteng tersebut
akan memisahkan anak dari sifat-sifat negatif, kebiasaan-kebiasaan
dosa dan tradisi-tradisi jahiliyah. Jika pendidikan anak jauh dari
akidah islam, terlepas dari arahan religius dan tidak berhubungan
dengan ajaran Allah SWT, maka anak akan tumbuh dewasa di atas
kefasikan, penyimpangan, kesesatan dan kekafiran. Bahkan ia akan
selalu mengikuti hawa nafsunya dan bergerak dengan motor nafsu
negatif dan bisikan-bisikan setan, sesuai dengan tabiat, keinginan,
dan tuntutan yang rendah. Metode yang telah digariskan oleh
79
Rasulullah SAW di dalam mendidik anak adalah
(Kholid,dkk.1999:63).
a) Menjahukan diri dari peniruan dan taklid buta;
b) Larangan tenggelam dalam kesenangan;
c) Larangan mendengarkan musik dan lagu erotis;
d) Larangan menyerupai wanita;
e) Larangan berpergian, bersolek, bercampur baur dan
memandang hal-hal yang diharamkan.
c. Pendidikan fisik
Pendidikan fisik merupakan tanggung jawab yang sangat
mendasar bagi para orang tua (ayah-ibu) dan pendidik. Pendiikan fisik
ini akan menjamin anak tumbuh dewasa dengan kondisi fisik yang
kuat dan selamat, sehat, bergairah dan semangat. Beberapa metode
praktis yang digariskan Islam dalam mendidik fisik anak-anak adalah:
1) Memberi nafkah kepada keluarga termasuk anak- anak.
Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur‟an surah Al-Baqarah
ayat 233
2) Mengikuti aturan yang sehat dalam hal makan, minum, dan tidur
3) Mencegah penyakit yang menular
4) Pengobatan terhadap penyakit
5) Menerapkan dasar “tidak boleh memberikan madharat dan tidak
boleh dimadharatkan”
6) Membiasakan anak untuk berolahraga
80
7) Mmembiasakan anak untuk zuhud tidak tenggelam dalam
kenikmatan
8) Membiasakan anak-anak untuk sungguh-sungguh, jantan dan
menjauhkan diri dari pengangguran dan penyimpangan
d. Pendidikan intelektual
Pendidikan intelektual adalah pembentukan dan pembinaan
berfikir anak dengan segala sesuatu yang bermanfaat, seperti ilmu
pengetahuan, hukum, peradaban ilmiah dan modernisme, serta
kesadaran berfikir dan berbudaya. Pendidikan intelektual ini sangat
erat hubungannya dengan pendidikan iman, moral dan fisik, dalam
rangka membentuk peribadi anak serta integral dan di dalam mendidik
anak secara sempurna agar menjadi seorang insan yang konsisten
dalam melaksanakan kewajiban, risalah dan tanggung jawabnya.
Pelaksanaan pendidikan intelektual ini mencakup tiga masalah yang
krusial dan saling terkait, yaitu kewajiban mengajar, penyadaran
berfikir dan pemeliharaan kesehatan intlektual.
Allah berfirman dalam surah Al-Mujadillah ayat 11
Artinya:”Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan
kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka
lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka
81
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui
apa yang kamu kerjakan”.
e. Pendidikan psikis
Pendidikan psikis adalah upaya mendidik anak agar berani
bersikap, berani berterus terang, merasa mampu, suka berbuat baik
terhadap orang lain, mampu menahan diri ketika marah, serta senang
kepada seluruh bantuk keutamaan. Tujuan pendidikan ini adalah
membentuk, menyempurnakan, dan menyeimbangkan kepribadian
anak. Sehingga ketika anak telah mencapai usia taklif, ia dapat
me;laksanakan kewajiban-kewajibanyang dibebankan kapeada dirinya
dengan baik dan mulia.
f. Pendidikan sosial
Pendidikan sosial merupakan pendidikan yang bertujian
membiasakan anak-anak untuk menjalankan adab sosial yang baik.
Pendidikan ini tidak lepas dari penanaman dasar-dasar psikis yang
mulia yang bersumber pada akidah islamiyah yang abadi, serta
penenaman keimanan yang mendalam. Dengan pendidikan tersebut
anak dapat tampil dengan adab pergaulan yang baik, keseimbangan
akal yang matang dan tindakan bijaksana dalam kehidupan
bermasyarakat, pendidikan sosial ini merupakan manifestasi perilaku
dan watak orang yang mendidik dalam menjalankan hak-hak, tata
82
krama, kritik, sosial, keseimbangan intelektual, politik dan
pergaulannya bersama orang lain.
g. Pendidikan seksual
Pendidikan seksual merupakan upaya pengajaran, penyadaran
dan penerangan masalah-masalah seksual yang diberikan kepada anak,
sejak ia mengerti masalah-masalah yang berkenaan dengan seks,
naluri dan perkawinan. Dengan pendidikan ini anak akan dapat
memahami urusan-urusan kehidupan yang dihalalkan dan yang
diharamkan. Lebih lanjut ia akan mampu menerapkan ajaran Islam
dalam hal akhlak, kebiasaan dan tidak akan mengikuti dorongan
syahwat dan cara-cara hedonisme. Pendidikan seksual dilaksanakan
dalam empat fase, yaitu:
1) Fase pertama, usia 7-10 tahun, masa tamyis (pra pubertas), anak
diajarkan etika meminta izin dan memandang sesuatu
2) Fase kedua, usia 10-14 tahun, masa murahaqah (pubertas), anak
dijauhkan dari rangsangan seksual
3) Fase ketiga, usia 14-16 tahun, masa bulugh (adalosen), jika nak
suda siap menikah ia diberi pelajaran tentang adab mengadakan
hubungan seksual
4) Fase keempat, setelah masa adolesen, anak diberi pelajarn tentang
etika isti’faf (bersuci), jika memang ia belum mampu
melangsungkan pernikahan.
83
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari berbagai temuan dalm bab-bab sebelumnya dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
Bahwa dalam Al-Qur‟an terdapat berbagai ayat yang menjelaskan
tentang pentingnya pendidikan bagi anak yang menjadi tanggung jawab orang
tua, diantaranya “ Surah At-Tahrim ayat 6 menjelaskan tentang tanggung
jawab orang tua memelihara diri dan keluarga dari api neraka dengan cara
bertaqwa kepada Allah SWT dan melaksanakan segala perintah dan menjahui
larangan-Nya, surah Al-Isro‟ ayat 32 mengajarakan tentang larangan berbuat
zina, surah Thahaa ayat 132 memuat ajaran tentang pentingnya sikap sabar
dan shalat, surah thahaa ayat 114 mengajarkan pendidikan tentang pentingnya
membaca Al-Qur‟an, surah Luqman ayat 13-15 mengajarkan pendidikan
tentang aqidah dan berbakti kepada kedua orang tua, surat Al-Ahzab ayat 59
mengajarkan pendidikan tentang menutup aurat, surah An-Nur ayat 30-31
mengajarkan pendidikan tentang menjaga kehormatan, surah Al-Mujadillah
ayat 11 mengajarkan tentang pentingnya menuntut ilmu pengetahuan, dan
surah Al-Maidah ayat 90-91 mengajarkan pendidikan tentang larangan dalam
Islam seperti khamar, berjudi, menyembah berhala dan mengundi nasib”.
Berbagai kandungan dalam ayat sebagaimana tersebut di atas
tentu saja dapat di implementasikan dengan menggunakan pilihan-pilihan
metode dalam mendidik anak, misalanya keteladanan, pelatihan, kebiasaan,
84
nasehat, perhatian atau pengawasan, dan hukuman. Dengan cara itu
diharapakan konsep tentang pendidikan anak yang di anjurkan dalam Al-
Qur‟an dapat terealisasi dengan maksimal.
B. Saran-saran
Adapun saran-saran yang dapat penulis berikan adalah:
1. Orang tua sebagai pendidik yang utama hendaklah memperhatikan
pendidikan anaknya, terutama pendidikan tentang keimanan kepada Allah.
Sehingga dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi anak
tidak mudah terpengaruh terhadap hal-hal yang negatif yang dapat
merugikan diri sendiri dan orang lain.
2. Pembahasan pada skripsi ini hanya sebagian dari tanggung jawab orang
tua dalam keluarga implikasinya terhadap pendidikan anak dalam Al-
Qur‟an sedangkan pembahasan secara mendalam dan terperinci mengenai
hal tersebut belum terkaji secara menyeluruh. Oleh karena itu, penulis
berharap adanya kajian yang mendalam dan lebih rinci lagi terhadap hal
itu.
85
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Uhbiyati, Nur,1991.Ilmu Pendidikan, Jakarta : Rieneke Cipta,
Ahmad, Abu dan Munawar Sholeh, 2005. Psikologi Perkembangan, Jakarta;
PT.Rineka Cipta.
Abdullah, Nasih Muhammad, 2000. Tafsir Ibnu Katsir, Jakarta : Gema Insani
Press.
Ash-Shaburi, Syekh Muhammad Ali, 1991. Studi Ilmu Al-Qur’an, Bandung : CV
Pustaka Setia
Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi, 1954. Sejarah dan Pengantar Ilmu
Al-Qur’an atau Tafsir , Jakata : Bulan Bintang.
Azwar, Saefudin, 1998. Metode Penelitian, Yogyakarata : Pustaka Pelajar.
Baidan, Nasrudin,1998. Metodologi Penafsiran Al-Qur’an, Yogyakarata : Pustaka
Pelajar offset
Depag, 2007 .Al-Qur’an Terjemah, Surakata : Media Insani.
Ekram, Beshir, 2015. Parenting Skill Mendidik Anak dengan Cinta Berdasarkan
Al-Qur’an dan Hadits, Jakarta : Pustaka Ikadi.
Hamka,Tafsir Al-Azhar, Jakarta : Pustaka Pelajar
Indar,Djumberansyah, 1994.Psikologi Pendidikan, Surabaya : Karya Abitama
Islamuddin, Haryo, 2012. Psikologi Pendidikan, Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Jumali,M, dkk, 2007 . Landasan Pendidikan, Surakarta : Muhammadiyah
University Pres.
Kholiq, Abdul dkk, 1999. Pemikiran Pendidikan Islam, Semarang : Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang
Mardzuki, 2009. Prinsip Dasar Akhlak Mulia, Yogyakarta : Debut Wahana Press
Mestika, Zed, 2004. Metode Penelitian Kepustakaan, Yayasan Obrol Indonesia.
Muhmadayeli, 2007. Membangun Paradigma Pendidikan Islam, Pekan Baru:
Program Pasca Sarjana UIN Suska Riau.
Mustaqim, 2001. Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Nugroho, Widyo dkk, 1994. Ilmu Budaya Dasar, Jakarta: Gunadarma
Sudrajat. Ajat dkk, 2007 . Pendidikan Agama Islam, Yogyakarta: Uny Press.
Suharto, Suparlan, 2004. Filsafat Pendidikan, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
86
Syadati, Ahmad dan Rifa‟I Ahmad, 2001. Ulumul Qur’an I, Bandung: Pustaka
Setia.
Syah,Muhibin, 1995. Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.
Syukur, Abdul, 2014. Profesi Pendidik, Salatiga: Stain Jalan Press
Thoha, Chabib, 1960. Kapita Selekta, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Ulwan, Abdullah Nasihin, 2012. Pendidikan Anak Dalam Islam, Solo: Insan
Kamil.
Utari, Rahma, 2010. “Manajemen Pendidikan” Tantangan Kemitraan Orang Tua,
Sekolah dan Masyarakat.02.
Vembriarto, 1984. Kapita Selekta Pendidikan, Yogyakarta: Paramita
Zuhdi,Mahfudz, 1997. Pengantar Ulumul Qur’an, Bandung: Studi Ilmu Al-
Qur‟an.
1
Lampiran I
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap : Purnamasari
2. Tempat, Tanggal Lahir : Musi Rawas, 30 Juni 1989
3. Alamat Rumah : Dusun Wates Desa Seboto RT 002/RW 10
Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali
B. Riwayat Pendidikan
1. SD N Padaan 02 Lulus tahun 2001
2. MTs.Tarqiyatul Himmah Lulus tahun 2004
3. SMA N I Pabelan Lulus tahun 2007
C. Riwayat Bekerja
1. Tata Usaha di MTs.Tarqiyatul Himmah Pabelan dari tahun 2009 -sekarang
Top Related