GAMBARAN UMUM MENGENAI EKSPLOITASI DAN INDUSTRIPERTAMBANGAN SERTA SIFAT – SIFAT FISIK BAHAN GALIAN
KAITANNYA DALAM PENENTUAN DESAIN TAMBANG
OLEH
ERICK SYARIFUDIN
F1G1 12 064
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2014
GAMBARAN UMUM MENGENAI EKSPLOITASI DAN INDUSTRIPERTAMBANGAN SERTA SIFAT – SIFAT FISIK BAHAN GALIAN
KAITANNYA DALAM PENENTUAN DESAIN TAMBANG
OLEH
ERICK SYARIFUDIN
F1G1 12 064
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2014
GAMBARAN UMUM MENGENAI EKSPLOITASI DAN INDUSTRIPERTAMBANGAN SERTA SIFAT – SIFAT FISIK BAHAN GALIAN
KAITANNYA DALAM PENENTUAN DESAIN TAMBANG
OLEH
ERICK SYARIFUDIN
F1G1 12 064
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2014
Tugas : TAMBANG UMUMTugas : TAMBANG UMUMTugas : TAMBANG UMUM
A. INDUSTRI PERTAMBANGAN
Kegiatan eksplorasi yang meluas selarna masa Repelita I, baik
untuk minyak dan gas bumi, maupun untuk mineral lain, telah menga-
kibatkan beberapa proyek pertambangan baru telah berhasil dibangun
selama periode Repelita II. Meskipun kemudian, sebagai akibat dari-
pada resesi ekonomi dunia laju pembangunan tersebut mengalami ke-
merosotan, namun pembangunan sektor pertambangan secara kese-
luruhan telah berhasil mencapai sasaran pokok Repelita II bidang
pertambangan yaitu melaksanakan diversifikasi usaha, di samping me-
ningkatkan usaha pengolahan hasii tambang di dalam negeri.
Apabila pada akhir masa Repelita I sektor pertambangan baru
menghasilkan kurang lebih 55% dari seluruh penghasilan devisa
Indonesia, maka selama masa Repelita II angka tersebut telah
meningkat menjadi lebih kurang 72%. Sampai saat ini berbagai hasil
tambang utama Indonesia semata-mata dihasilkan untuk keperluan
pasaran luar negeri, seperti misalnya bijih nikel dan feronikel,
konsentrat tembaga serta bauksit. Dari produksi minyak bumi yang
berjumlah rata – rata 1,5 juta barrel perhari, keperluan bahan bakar
minyak untuk dalam negeri berjumlah kurang dari seperlimanya dan
selebihnya adalah untuk ekspor. Demikian pula halnya dengan timah,
dari produksi tahunan sebesar lebih kurang 25.000 ton, keperluan
untuk pasaran dalam negeri rata-rata hanya sekitar 500 ton setahun.
Gas bumi yang semula ba-nyak terbuang, dalam beberapa tahun
terakhir ini sudah semakin banyak dimanfaatkan untuk keperluan
produksi, baik sebagai bahan mentah, antara lain untuk pembuatan
pupuk urea maupun sebagai bahan bakar yang bernilai tinggi. Dalam
pada itu gas bumi yang tidak berasosiasi dengan minyak, telah
berhasil diekspor sejak tahun 1977 dalam bentuk "liquefied natural
gas" atau gas alam yang dicairkan.
Bahan tambang non logam, seperti kaolin, batu gamping, pasir
kwarsa, dolomit dan lain sebagainya merupakan bahan baku untuk
berbagai jenis industri di dalam negeri. Karenanya perkembangan
bahan tambang non-logam ini tergantung pada tingkat industrialisasi,
khususnya industri bahan bangunan dan industri kimia.
Bahan galian batubara yang selama dua dekade merupakan
sumber energi yang tersisihkan oleh minyak bumi, dapat diharapkan
akan kembali merupakan sumber energi yang akan banyak
dipergunakan dengan meningkatnya harga minyak dan gas bumi.
Selama masa Repelita II kegiatan-kegiatan inventarisasi dan
pe-nyelidikan mineral masih terus dilaksanakan sebagai kelanjutan ke-
giatan-kegiatan yang telah dilaksanakan dalam Repelita I.
Inventarisasi dan penyelidikan tersebut di atas meliputi kegiatan-
kegiatan pemetaan geologi, penyelidikan geologi dan penyelidikan
eksplorasi guna menentukan daerah-daerah mineralisasi serta mencari
cadangan – cadangan baru mineral.
Penelitian terapan dan pengembangan teknologi telah pula dila-
kukan dalam usaha mendapatkan cara-cara pemanfaatan, pengolahan
mineral dan penggaliannya untuk mendorong pengembangan usaha-
usaha pertambangan di dalam negeri. Sejalan dengan itu telah pula
dilakukan penyempurnaan pengaturan, pengawasan, pembinaan dan
penyuluhan pada usaha-usaha pertambangan.
Inventarisasi masalah lingkungan yang diakibatkan oleh
kegiatan pertambangan terus dilakukan, dan hasilnya perlu dilakukan
peneli- tian-penelitian lebih lanjut guna menentukan pengaturan
langkah-langkah pencegahan akibat-akibat yang merugikan.
Dalam usaha meningkatkan kernampuan perusahaan untuk mela-
kukan pencegahan kecelakaan kerja dan pemeliharaan lingkungan
kerja yang aman maka telah dilakukan pengadaan pendidikan dan la-
tihan keterampilan di bidang keselamatan kerja pertambangan.
Dana yang dibutuhkan untuk mengembangkan usaha
pertambang-an adalah sangat besar. Dengan terbatasnya modal dan
dan dalam negeri, maka di bidang pertambangan masih tetap dibuka
kesempatan modal asing untuk ikut mengembangkan pertambangan di
Indonesia. Sejalan dengan itu penyempurnaan pengaturan dan
pengawasan penanaman modal asing baik yang dewasa ini telah
beroperasi maupun yang akan datang terus ditingkatkan.
B. PENGERTIAN EKSPLOITASI
Eksploitasi adalah usaha penambangan dengan maksud untuk
menghasilkan bahan galian dan memanfaatkannya. Kegiatan ini dapat
dibedakan berdasarkan sifat bahan galiannya yaitu, galian padat dan
bahan galian cair serta gas.
Eksploitasi berasal dari bahasa Inggris, eksploitasi adalah politik
pemanfaatan, eksploitasi adalah untuk kepentingan ekonomi atau
kesejahteraan. Ekspolitasi sumberdaya alam berarti mengambil dan
menggunakan sumber daya alam itu untuk tujuan pemenuhan kebutuhan
hidup manusia.
Eksploitasi sumberdaya alam yang mengabaikan lingkungan akan
mengancam keberlajutan dan ketersedian sumber daya alam itu. pasal 33
ayat (3) Undang - undang Dasar 1945 menggariskan bahwa “Bumi danair dan kekayaan yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negaradan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Salah satu asas penting dalam pemanfaatan kekayaan alam dalam
pembangunan Indonesia adalah pengutamaan pengelolaan sumber daya
alam yang dapat diperbarui. Oleh karena itu, agar pemanfaatannya dapat
berkesinambungan, maka tindakan eksploitasi sumber daya alam harus
disertai dengan tindakan perlindungan.
Pemeliharaan dan pengembangan lingkungan hidup harus
dilakukan dengan cara yang rasional antara lain sebagai berikut:
a. Memanfaatkan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui
denganhati-hati dan efisien, misalnya: air, tanah, dan udara.
b. Menggunakan bahan pengganti, misalnya hasil metalurgi
(campuran).
c. Mengembangkan metoda menambang dan memproses yang
efisien,serta pendaur-ulangan (recycling).
d. Melaksanakan etika lingkungan berdasarkan falsafah hidup secara
damai dengan alam.
C. FAKTOR PENDORONG EKSPLOITASI
Eksploitasi alam terjadi karena kebutuhan manusia yang tidak
terbatas.dimasa modern seperti saat ini kebutuhan manusia akan sumber
daya alam sangatlah tinggi. Padahal tanpa mereka sadari eksploitasi yang
mereka lakukan itu telah merusak lingkungan tempat mereka hidup
sendiri. Salah satu faktor yang mendorong eksploitasi ini terjadi adalah
kebutuhan manusia yang tidak terbatas. Selain itu faktor ekonomi
sangatlah berpengaruh penting dalam usaha eksploitasi alam ini.
Eksploitasi alam seperti pertambangan batu kapur di daerah padalarang
adalah salah satunya, kebutuhan akan bahan mentah odol, semen dll.
Menjadikan gunung kapur itu sebagai lahan pengeruk rupiah yang cukup
menjanjikan, selain karena faktor masyarakat sekitar yang
menggantungkan kehidupan mereka dari hasil pengolahan tambang batu
kapur tersebut.
D. PERTAMBANGAN & KARAKTERISTIK DESA PERTAMBANGAN
Pada umumnya jika kita berbicara masalah desa, maka secara
tidak langsung kita akan membahas masyarakat pertanian. Hal ini karena
mayoritas masyarakat desa bekerja dalam sektor pertanian. Sebagaimana
diungkapkan oleh Wibberly dalam Tjondronegoro (1999 : 59) yang
mendefinisikan desa sebagai suatu negeri yang memperlihatkan
penggunaan tanah yang luas sebagai ciri penentu, baik pada waktu
sekarang maupun beberapa waktu yang lampau. Jadi pedesaan
merupakan kesatuan wilayah yang diorganisir dengan wewenang otonomi
untuk mengatur masyarakat dan wilayah yang dibatasi serta
menggambarkan penggunaan tanahnya untuk kehidupan pertanian,
peternakan dan perikanan.
Selain identik dengan pertanian kita juga bisa melihat desa dari
segi masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan dan dikategorikan
sebagai masyarakat yang masih hidup dalam suasana dan arah pemikiran
pedesaan. Biasanya mereka pekerja, berbicara, berpikir dan melakukan
kegiatan apapun selalu mendasarkan diri pada apa-apa yang biasanya
berlaku di daerah pedesaan (Siswopangripto dan Sastrosupono, 1984:20).
Pada umumnya desa-desa di Indonesia dikelompokkan menjadi
beberapa jenis. Berdasarkan pengertian administratif, kita dapat
menjumpai berbagai jenis desa, misalnya bila dilihat dari jenis tofografi
ada desa pegunungan, dataran rendah, dataran tinggi dan pantai.
Berdasarkan usahanya, ada desa petani sawah menetap, kampung
peladang berpindah-pindah, desa perkebunan rakyat dan desa nelayan.
Namun ada juga desa yang mengadakan usaha spesifik misalnya desa
penghasil buah-buahan, desa industri kapur, genting, desa kerajinan
tangan dan sebagainya. Tetapi satu ciri yang mereka memiliki banyak
biasanya masih ada (Tjondronegoro, 1999:19).
Desa-desa yang memiliki usaha spesifik sebagaimana disebutkan
diatas jumlahnya sangat sedikit, karena pada umumnya desa-desa di
Indonesia berada dalam sektor pertanian. Salah satu desa yang tergolong
dalam desa pemilik usaha spesifik adalah desa pertambangan. Jumlah
desa yang bergerak dalam bidang pertambangan di Indonesia memang
sangat sedikit, hal ini karena potensi sumber daya alam berupa bahan
galian tambang hanya tersebar pada daerah-daerah tertentu saja.
Sehingga tidak semua daerah sumber daya alamnya dapat dijadikan
sebagai bahan galian tambang.
Pertambangan pada hakikatnya merupakan upaya pengembangan
sumber daya alam mineral dan energi yang potensisal untuk dimanfaatkan
secara hemat dan optimal bagi kepentingan dan kemakmuran rakyat,
melalui serangkaian kegiatan eksplorasi, pengusahaan, dan pemanfaatan
hasil tambang. Upaya tersebut bertumpu pada pendayagunaan berbagai
sumber daya, tertutama sumber daya alam mineral dan energi, didukung
oleh sumber daya manusia yang berkualitas, penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta kemampuan manajemen (Ruchiyat,
1980: 162).
Pengolahan dalam bidang pertambangan berbeda halnya dengan
pertanian yang ditentukan oleh musim. Selama sumber bahan galian
masih tersedia di alam maka eksploitasi terhadap sumber daya alam
tersebut terus dilakukan. Oleh karena itu etika lingkungan sangat
diperlukan sebagai pengendali dalam pelaksanaan kegiatan
pertambangan. Etika lingkungan merupakan petunjuk atau perilaku praktis
manusia dalam mengusahakan terwujudnya moral lingkungan. Melalui
etika lingkungan, kita tidak saja mengimbngi hak dengan kewajiban
terhadap lingkungan tetapi etika lingkungan juga membatasi tingkah laku
dan upaya untuk mengendalikan berbagai kegiatan agar tetap berada
dalam bata kepentingan hidup kita (Soerjani, 1987 : 15).
E. KETERKAITAN EKSPLOITASI DENGAN PENYIMPANGAN SOSIAL
Dari penjelasan diatas bahwa eksploitasi ada keterkaitanya dengan
penyimpangan sosial. Kegiatan penambangan ini disatu sisi menjadi
penghasilan utama masyarakat/para penambang batu kapur tetapi di lain
sisi aktifitas penambangan yang berlebihan ini tanpa disadari telah
mengakibatkan kerusakan alam yang berakibat pada kelangkaan sumber
daya alam seperti: berdasarkan penuturan masyarakat sekitar daerah
penambangan batu kapur di sana sering terjadi kesulitas mendapatkan air
tanah ketika musim kemarau, polusi udara akibar dari aktifitas
pembakaran dan pengolahan batu kapur, hilangnya daerah resanpan air,
dan menyebabkan dearah tersebut menjadi rawan bencana alam.
Akhirnya dari kerusakan alam ini akan berdampak kembali kepada
masyarakat itu sendiri. Dan tanpa disadari masyarakat penambang
tersebut telah melakukan penyimpangan sosial karena merugikan
masyarakat banyak akibat dari rusaknya lingkungan, padahal pemerintah
daerah telah mengatur sebagaimana dalam perda no 10 tahun 2010Tentang Pengelolaan Pertambangan Mineral dan Batu Bara Poin a:”Bahwa mineral dan batu bara merupakan potensi sumber daya alam
yang tidak dapat diperbaharui, sehingga pengelolaannya perlu dilakukan
secara beryada guna, bertanggung jawab, berwawasan lingkungan,
berkelanjutan, berdaya saing, efesien, guna menjamin pembangunan
daerah yang berkelanjutan, serta pemanfaatanya ditunjukan bagi sebesar-
besarnya kesejahteraan rakyat.” Namun dalam implemantasinya,
penambangan yang dilakukan di daerah padalarang tidak
mempertimbangkan kelestarian lingkungan. Para penambang lebih
mengutamakan hasil tambang yang optimal dan terkesan berlebih karena
tidak ada regulasi pembatasan penambangan batu kapur yang jelas.
F. ISTILAH TAMBANG DALAM EKSPLOITASI
Penyiapan Tambang ( Mine Development )
Tahap kegiatan untuk menyiapkan prasarana dan sarana yang akan
diperlukan pada tahap kegiatan penambangan.
Eksploitasi ( Exploitation )
Penggatian endapan bahan galian dari kulit bumi secara ekonomis
dengan menggunakan sistem penambangan tertentu.
Batuan Samping ( Country Rock )
1. Batuan yang mengelilingi massa intrusi batuan beku atau urat bijih;
2. batuan yang tidak mengandung mineral berharga (berkadar
rendah) yang mengelilingi tubuh bijih.
Mineral Ikutan ( Accessory Mineral; Gangue Mineral )
Mineral pembentuk batuan hasil kristalisasi magma, terdapat dalam
jumlah relatif sedikit (kurang dari 5%), ada tidaknya mineral tersebut
dalam batuan tidak berpengaruh dalam penentuan nama batuan, msl.
apatit, zirkon, magnetit, rutil, dan sebagainya.
Limbah ( Waste )
Zat padat, cair, atau gas yang dibuang, diemisi, atau diendapkan pada
lingkungan hidup dalam jumlah tertentu yang dapat menyebabkan
perubahan kualitas lingkungan hidup.
Mineral Urat ( Vein Mineral )
Mineral-mineral yang mengisi atau membentuk urat.
Urat Bernas ( Oreshoot )
Bagian dari urat bijih yang memiliki konsentrasi bijih lebih kaya dari
sekelilingnya.
Endapan Berlapis ( Bedded Deposit )
Endapan bijih yang letaknya relatif datar dan sejajar dengan
perlapisan batuan induknya.
Singkapan ( Out Crops )
Bagian dari satuan batuan atau bahan galian berharga yang
tersingkap di permukaan bumi.
Apungan ( Float )
Potongan-potongan lepas dari batuan atau bijih yang terdapat pada
atau dekat permukaan tanah, atau dasar sungai; dapat digunakan sebagai
petunjuk adanya mineralisasi; sin. Serpihan.
Lapisan Penutup ( Overburden )
Lapisan tanah atau batuan yang berada di atas dan langsung
menutupi lapisan bahan galian berharga sehingga perlu disingkirkan
terlebih dahulu sebelum dapat menggali bahan galian berharga itu.
Batuan Berlapis ( Bedded Rock )
Batuan sedimen yang terdiri dari beberapa lapisan batuan.
Batuan Dasar ( Bedrock; Base Rock )
Batuan yang berada langsung di bawah lapisan batuan yang
ekonomis untuk ditambang; sin. batuan landas.
Dinding Atas ( Hanging Wall )
Batuan yang terletak di atas endapan bijih atau urat bijih yang miring.
Dinding Bawah ( Foot Wall )
Batuan yang terletak di bawah endapan bijih atau urat bijih yang
miring.
Miring,Kemiringan ( Dip; Grade; Slope )
1. sudut yang dibentuk antara bidang perlapisan batuan dengan
bidang horizontal;
2. Besarnya kenaikan atau penurunan jalan/lereng untuk setiap jarak
horizontal 100 m (ft), dinyatakan dalam %;
3. Sudut yang dibuat antara bidang horizontal dengan bidang aliran
material pada suatu alat pengolahan bahan galian, dinyatakan
dalam derajat.
Jurus ( Strike )
Garis perpotongan antara bidang perlapisan dan bidang horizontal
yang dinyatakan dalam arah azimut dan tegak lurus terhadap arah
kemiringan (dip).
Terowongan ( Tunnel )
1. Lubang bukaan mendatar atau hampir mendatar yang menembus
kedua lereng bukit;
2. Lubang bukaan yang berada di bawah tanah atau air, kedua
ujungnya berhubungan langsung dengan udara luar.
Terowongan Buntu ( Adit, )
Jalan masuk utama ke tambang bawah tanah, berupa terowongan
buntu yang dibuat mendatar dan menghubungkan tempat bawah tanah
dengan udara luar atau permukaan bumi; sin. terowongan buntu.
Terowongan Silang ( Cross Cut )
Terowongan atau jalan dalam tambang bawah tanah yang menyilang
jurus cebakan atau urat.
Lorong Angkut ( Haulage Drift )
Lubang bukaan yang relatif mendatar pada tambang bawah tanah
yang dipergunakan untuk pengangkutan bijih berai.
Lorong Angkut Utama ( Main Haulage Way )
Jalan utama pada tambang bawah tanah yang berfungsi untuk
pengangkutan bijih berai.
Lorong Naik ( Raise )
Lubang bukaan miring atau tegak di tambang bawah tanah yang digali
dari paras (level) bawah menuju ke paras diatasnya (lihat juga lorong
turun).
Lorong Turun ( Winze )
Lubang bukaan tegak atau miring di tambang bawah tanah yang digali
dari paras (level) atas menuju ke paras dibawahnya.
Sumuran Buntu ( Blind Shaft )
Sumuran pada tambang bawah tanah yang tidak berhubungan
langsung dengan udara luar lihat juga sumuran tegak; sin. sumuran buta.
Lombong ( Stope )
Lubang bukaan dalam tambang bawah tanah tempat penambangan
berlangsung.
Lopak ( Sump )
Sumuran dangkal tempat penampungan air atau lumpur yang bersifat
sementara di dalam tambang sebelum dipompa ke luar; sin. pelimbahan;
ceruk.
Pelombongan Terbuka ( Open Stope )
Cara pelombongan pada cebakan bijih dan batuan samping yang kuat
sehingga tidak memerlukan penyangga buatan; hanya bila diperlukan
dapat ditinggalkan sebagian kecil bijih sebagai pilar-pilar.
Kribing ( Cribbing )
Penyangga kayu yang terdiri atas susunan balok kayu persegi
panjang yang yang dipasang secara beraturan menutupi dinding sumuran.
Muka,Permuka Kerja ( Face; Front, )
Permukaan batuan atau bahan galian yang sedang digali (ditambang);
sin. medan kerja.
Sumuran Kombinasi ( Combination Shaft )
Lenis sumuran yang merupakan kombinasi sumuran tegak dan
sumuran miring, berfungsi sebagai jalan keluar masuk utama ke tambang
bawah tanah.
Batuan Tudung ( Cap Rock )
Batuan kurang telap berstruktur cembung yang menutupi batuan
waduk atau akuifer
Pasca Tambang ( Post Mining )
Pasca tambang adalah masa setelah berhentinya kegiatan tambang
pada seluruh atau sebagian wilayah usaha pertambangan
eksploitasi/operasi produksi, baik karena berakhirnya izin usaha
pertambangan dan atau karena dikembalikannya seluruh atau sebagian
wilayah usaha pertambangan eksploitasi/operasi produksi.
Tiang ( Posts )
Bagian dari sistem penyanggaan yang dipasang tegak atau agak
miring pada tambang bawah tanah.
Penyanggaan Tunggal ( One Piece Set )
Sebutan untuk sebatang balok kayu yang digunakan untuk
penyanggaan tambang bawah tanah ditempat yang rawan ambruk; sin.
Prop.
G. DESAIN TAMBANG BERDASARKAN SIFAT FISIK BAHAN GALIAN
Penambangan adalah bagian kegiatan usaha pertambangan untuk
memproduksi mineral, batubara, dan mineral ikutannya (UU No. 4 Tahun
2009). Kegiatan penambangan membutuhkan perencanaan tambang
yang baik dan detail, sehingga menghasilkan keuntungan yang maksimal.
Mine Design atau desain tambang adalah upaya yang dilakukan
untuk memvisualisasikan model model rencana tambang ke dalam bentuk
visual/gambar yang terperinci.
Berdasarkan metodanya, tambang terbagi atas 2 jenis yaitu
Tambang Permukaan (Surface Mining) dan Tambang Bawah Permukaan
(Underground Mining).
Pada dasarnya cara berpikir ketika membuat desain tambang baik
itu tambang permukaan ataupun bawah permukaan sama saja.
Bagaimana mengambil bahan galian secara efektif dan efisienlah
yang menjadi tujuan dalam pembuatan desain tambang, oleh karena itu
hal hal detail tersebut harus tercantum di dalam bentuk visual desain
tambang.
Secara umum dalam desain tambang dimuat ;
1. Surface Mininga. Garis kontur topografi, yaitu garis garis yang menunjukan
elevasi yang sama di suatu daerah
b. Desain bukaan tambang, yang terdiri atas ; bench (toe and
crest), coal bedding, overburden, hauling road, sump
c. Disposal area
d. Topsoil Stockpile
e. ROM stockpile
f. Settling Pond
2. Underground Mininga. Garis kontur topografi, yaitu garis garis yang menunjukan elevasi
yang sama di suatu daerah
b. Desain bukaan tambang, yang terdiri atas ; shaft, tunnel, channel,
pit area, sump
c. Support model
d. ROM stockpile
e. Processing unit
f. Settling pond
3. Data Data Yang Dibutuhkan :a. Data Teknis ; singkapan, pemboran, pola aliran air, pemetaan
topografi, struktur geologi, geologi teknik, lab. sample analisis, alat
berat yang akan digunakan, dll
b. Production scheduled untuk pembuatan mine scheduling
4. Tahapan Pembuatan Desain Tambanga. Collecting semua data teknis dan analisisnya
Perhatikan data data tersebut mulai dari sejarah
pengambilan data hingga analisisnya di bagian eksplorasi. Penting
untuk memahaminya agar kecendrungan simpangan data akibat
'kesalahan' pengambilan dan analisis bisa ditemukan sejak awal
pekerjaan sehingga kesalahan pada desain bisa diminimalisir.
b. Mendapatkan informasi dari managemen berkenaan denganrencana produksi, umur tambang, penggunaan alat berat, dll
Berkaitan dengan model visualisasi desain tambang
nantinya dan juga rencana kemajuan tambang yang dikehendaki.
c. Dapatkan rencana pengolahan bahan galianBerkaitan dengan rencana kapasitas pengolahan, fasilitas
fasilitas pendukungnya, bentuk end produk yang diinginkan,
analisis lokasi yang cocok untuk semua fasilitas tadi seperti
stockpile, pabrik, smelter dll
d. Dapatkan rencana pengelolaan lingkunganBerkaitan dengan dokumen AMDAL/ANDAL/RKL/UPL dll
yang telah disepakati dengan pemerintah dan masyarakat
setempat.
e. Breakdown-kan semua data data tadi plus rencana produksidan penggunaan alat berat kedalam bentuk visual.
Hal yang sangat penting adalah menentukan area pit
berdasarkan target produksi harian-bulanan-triwulan-tahunan
sehingga tahapan tahapan penambangan nantinya tidak saling
tumpang tindih. Perhatikan pula rencana penggunaan alat berat
harus disesuaikan dengan akses keluar-masuknya seperti di jalan
angkut, shaft atau tunnel. Perhatikan pula jarak buang tanah
penutup ataupun lokasi bahan galian harus disesuaikan dengan
produktifitas maksimal dari semua unit alat berat yang digunakan.
TAHAPAN DESAIN DAN PERENCANAAN TAMBANG
Validasi Data (Geologi, Topografi, Jumlah Data)
Model geologi à (Geological Resources, Bentuk Cadangan,
Kualitas dsb.)
Cut of Grade/Optimum Pit Limit
Penentuan metoda Penambangan
Pembuatan Layout tambang & Design
Perhitungan Blok Cadangan
Pembuatan Schedule Produksi
Pemilihan Alat dan type alat yang “Suitable”
Penentuan Urutan (sequence) Tambang
Penentuan System Drainase
Analisa Lingkungan dan Rencana Rehabilitasi
DATA DAN MODEL GEOLOGI
I. Data Geologi
Topography Lapangan
Data Bor
Struktur Geology
II. Model Geologi
Penampang Geologi (Section)
Peta Struktur, Ketebalan Dan Kualitas (2 Dimensi)
Model Kualitas (3 Dimensi)
III. Data Geoteknik
Densitas Batuan (Wet And Dry)
Sudut Geser Dalam
Kohesi
Struktur Lapisan Geologi (Mis : Joint)
PENENTUAN BATAS PENAMBANGAN
Optimum stripping ratio
Batas tambang
Batas waste dump
Batas lain : sungai , jalan, dll
Contoh batas S/R dibeberapa job site PAMA :
Indominco 7.8 bcm Tanah : 1 ton Batubara
Adaro 2.8 bcm Tanah : 1 ton Batubara
Petangis 6.5 bcm Tanah : 1 ton Batubara
KPC 6.7 bcm Tanah : 1 ton Batubara
PEMILIHAN ALAT & METODE PENAMBANGAN
I. Parameter pemilihan alat :
Kondisi tanah dan bantuan
Target produksi
Karakteristik material
Tebalan dan kemiringan coal / ore
Jarak angkut
Topography
Cuaca
II. Parameter metode penambangan :
Dimensi lokasi kerja
Urutan penambangan ( Mine sequencing )
Rencana produksi ( Production scheduling )
Lebar jalan / Ramp
Grade jalan
Lokasi awal penambangan
Management disposal ( In and Out Pit dumping system )
LAYOUT & DESIGN TAMBANG
Desain pit
Desain ramp
Desain disposal
Desain jalan
Drainase
Dll
PERENCANAAN TAMBANG
1.Produksi :
Target produksi
Produktivitas
Jumlah alat
2.Jam Kerja :
Kalender kerja
Shift kerja
Total jam kerja setahun
DRAINASE TAMBANG
Drainase bench dan sump
Pemilihan pompa
Pengolahan aliran air
Pembuangan lumpur
DAMPAK LINGKUNGAN DAN REHABILITASI
Top soil stockpiling
Rencana rehabilitasi
Penanganan air limbah
SURFACE MODEL INTERPRETATION FROM DRILL HOLE DATA
STRUCTURE CONTOUR & SECTION FROM GEOLOGICAL MODEL
ASH ISOPACH FROM GEOLOGICAL MODEL
MINING SEQUENCE AND CUTTING PLAN SCHEDULE
Perencanaan tambang (mine planning) merupakan suatu tahapan
penting dalam studi kelayakan dan rencana operasi penambangan.
Perencanaan suatu tambang terbuka yang moderen memerlukan model
komputer dari sumberdaya yang akan ditambang. Model perencanaan
tambang dapat berupa block model untuk tambang mineral bijih dan
kuari, atau gridded seam model untuk endapan tabular seperti batubara.
Tiga aspek penting dalam perencanaan tambang adalah
perancangan pit limit atau penentuan batas akhir penambangan, tahapan
penambangan, dan penjadwalan produksi. Hasil yang diperoleh adalah
jumlah cadangan serta distribusi ton batubara yang harus direncanakan
besar produksi dan tahap-tahap penambangannya. Tingkat produksi yang
direncanakan akan menentukan jumlah peralatan dan tenaga kerja yang
dibutuhkan. Perencanaan tambang dapat mencakup kegiatan-kegiatan
prospeksi, eksplorasi, studi kelayakan (feasiblty study) yang dilengkapi
dengan analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL), persiapan
penambangan dan konstruksi prasarana (infrastruktur), serta sarana
(fasilitas) penambangan, kesehatan dan keselamatan kerja (K3), dan
pemantauan lingkungan hidup.
Ada berbagai macam perencanaan, antara lain:
i. Perencanaan jangka panjang
Perencanaan jangka panjang yaitu suatu perencanaan kegiatan
yang jangka waktunya lebih dari lima tahun secara berkelanjutan.
ii. Perencanaan jangka menengah
Perencanaan jangka menengah yaitu suatu perencanaan kerja
untuk jangka waktu antara satu sampai lima tahun.
iii. Perencanaan jangka pendek
Perencanaan jangka pendek yaitu suatu perencanaan aktivitas
untuk jangka waktu kurang dari setahun demi kelancaran perencanaan
jangka menengah dan jangka panjang.
iv. Perencanaan penyangga atau alternative
Perencanaan penyangga atau alternatif merupakan perencanaan
sampingan jika kemudian hari terjadi hal-hal tak terduga atau ada
perubahan data dan informasi sehingga dapat menyebabkan kegagalan.
Tahapan dalam perencanaan dapat terbagi tiga tahap (Lee,1984),
yaitu:
1. Studi konseptual
Studi konseptual merupakan suatu ide proyek yang diwujudkan
kedalam usulan investasi. Studi ini mencakup ruang dan estimasi biaya
untuk mengidentifikasikan suatu kesempatan investasi yang potensial.
Biaya modal dan biaya operasi biasanya didekati dengan perkiraan nisbah
yang menggunakan data historik. Persiapan studi ini pada umumnya
adalah pekerjaan dari satu atau dua insinyur. Hasil dari studi ini dilaporkan
sebagai evaluasi awal.
2. Pra studi kelayakan
Studi ini adalah suatu pekerjaan pada tingkat menengah dan
secara normal tidak untuk mengambil keputusan. Studi ini menentukan
apakah konsep proyek harus dilakukan studi kelayakan atau proyek
tersebut memerlukan suatu investigasi yang mendalam melalui suatu studi
pendukung.
3. Studi kelayakan
Sering pula disebut sebagai bankable feasibility study. Hasilnya
merupakan suatu dokumen yang hampir selalu ditujukan untuk mencari
modal untuk membiayai proyek tersebut. Oleh sebab itu, dokumen yang
dihasilkan ini biasanya disebarluaskan pula di luar perusahaan.
Agar perencanaan tambang dapat dilakukan dengan lebih mudah,
masalah ini biasanya dibagi menjadi tugas-tugas sebagai berikut:
1. Penentuan batas dari pit
Batas akhir penambangan (pit limit) merupakan batas wilayah layak
tambang dari cadangan batubara. Pit limit penambangan menentukan
berapa besar cadangan batubara yang akan ditambang yang akan
memaksimalkan nilai bersih total dari batubara tersebut. Penentuan batas
akhir dari pit penambangan belum memperhitungkan waktu dan biaya.
2. Perancangan sequence
Perancangan sequence penambangan batubara merupakan
tahapan penting dalam suatu perancangan geometri penambangan.
Rancangan sequence penambangan menentukan lokasi awal
penambangan hingga batas akhir dari kegiatan penambangan.
Perancangan sequence atau tahap-tahap penambangan ini membagi pit
limit menjadi unit-unit perencanaan yang lebih kecil dan lebih mudah
dikelola. Hal ini akan membuat masalah perancangan tambang tiga
dimensi yang kompleks menjadi lebih sederhana.
3. Penjadwalan produksi
Rancangan sequence penambangan batubara yang telah rancang,
selanjutnya diestimasi berdasarkan urutan waktu dan target produksi.
Penjadwalan produksi akan menyajikan jumlah tanah penutup dan
batubara yang akan ditambang berdasarkan periode tertentu.
4. Pemilihan alat
Berdasarkan peta-peta rencana penambangan dan penimbunan
lapisan penutup dari tahap empat (4) dapat dibuat profil jalan angkut untuk
setiap periode waktu. Dengan mengukur profil jalan angkut ini, kebutuhan
armada alat angkut dan alat muatnya dapat dihitung untuk setiap periode
(setiap tahun). Jumlah alat bor untuk peledakan serta alat-alat bantu
lainnya ikut diperhitungkan.
5. Perhitungan biaya-biaya operasi dan kapital
Dengan menggunakan tingkat produksi untuk peralatan yang
dipilih, dapat dihitung jumlah gilir kerja (operating shift) yang diperlukan
untuk mencapai sasaran produksi. Jumlah dan jadwal kerja dari personil
yang dibutuhkan untuk operasi, perawatan dan pengawasan dapat
ditentukan.
Filename: TAMBANG UMUMDirectory: C:\Users\User\DocumentsTemplate:
C:\Users\User\AppData\Roaming\Microsoft\Templates\Normal.dotm
Title:Subject:Author: UserKeywords:Comments:Creation Date: 17-10-2014 21:33:00Change Number: 12Last Saved On: 18-10-2014 6:56:00Last Saved By: UserTotal Editing Time: 61 MinutesLast Printed On: 28-10-2014 7:27:00As of Last Complete Printing
Number of Pages: 24Number of Words: 3.942Number of Characters: 24.730