TAHAP-TAHAP PROSES PRODUKSI
Tandan buah Segar (TBS) yang telah dipanen di kebun diangkut ke lokasi Pabrik
Minyak Sawit dengan menggunakan truk. Sebelum dimasukan ke dalam Loading
Ramp, Tandan Buah Segar tersebut harus ditimbang terlebih dahulu pada jembatan
penimbangan (Weighing Brigae). Secara garis besar diagram alir dari proses
pengolahan kelapa sawit dan neraca material balance pengolahan kelapa sawit
disajikan pada Gambar 1 dan 2. Informasi diagram alir tersebut sebagai berikut:
2.1. Perebusan
Tandan buah segar setelah ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam lori
rebusan yang terbuat dari plat baja berlubang-lubang (cage) dan langsung dimasukkan
ke dalam sterilizer yaitu bejana perebusan yang menggunakan uap air yang bertekanan
antara 2.2 sampai 3.0 Kg/cm2. Proses perebusan ini dimaksudkan untuk mematikan
enzim-enzim yang dapat menurunkan kuaiitas minyak.
Disamping itu, juga dimaksudkan agar buah mudah lepas dari tandannya dan
memudahkan pemisahan cangkang dan inti dengan keluarnya air dari biji. Proses ini
biasanya berlangsung selama 90 menit dengan menggunakan uap air yang
berkekuatan antara 280 sampai 290 Kg/ton TBS. Dengan proses ini dapat dihasilkan
kondensat yang mengandung 0.5% minyak ikutan pada temperature tinggi. Kondensat
ini kemudian dimasukkan ke dalam Fat Pit. Tandan buah yang sudah direbus
dimasukan ke dalam Threser dengan menggunakan Hoisting Crane.
2.2. Perontokan Buah dari Tandan
Pada tahapan ini, buah yang masih melekat pada tandannya akan dipisahkan
dengan menggunakan prinsip bantingan sehingga buah tersebut terlepas kemudian
ditampung dan dibawa oleh Fit Conveyor ke Digester. Tujuannya untuk memisahkan
brondolan (fruilet) dari tangkai tandan. Alat yang digunakan disebut thresher dengan
drum berputar (rotari drum thresher). Hasil stripping tidak selalu 100%, artinya masih
ada brondolan yang melekat pada tangkai tandan, hal ini yang disebut dengan USB
(Unstripped Bunch). Untuk mengatasi hal ini, maka dipakai sistem “Double Threshing“.
Sisitem ini bekerja dengan cara janjang kosong/EFB (Empty Fruit Bunch) dan USB
yang keluar dari thresher pertama, tidak langsung dibuang, tetapi masuk ke threser
1
kedua yang selanjutnya EFB dibawa ketempat pembakaran (incinerator) dan
dimanfaatkan sebagai produk samping
Gambar 1. Diagram alir Proses Pengolahan Kelapa sawit
2.3. Pengolahan Minyak dari Daging Buah
Brondolan buah (buah lepas) yang dibawa oleh Fruit Conveyor dimasukkan ke
dalam Digester atau peralatan pengaduk. Di dalam alat ini dimaksudkan supaya buah
terlepas dari biji. Dalam proses pengadukan (Digester) ini digunakan uap air yang
temperaturnya selalu dijaga agar stabil antara 80° - 90°C. Setelah massa buah dari
proses pengadukan selesai kemudian dimasukkan ke dalam alat pengepresan (Scew
Press) agar minyak keluar dari biji dan fibre.Untuk proses pengepresan ini perlu
tambahan panas sekitar 10% s/d 15% terhadap kapasitas pengepresan. Dari
pengepresan tersebut akan diperoleh minyak kasar dan ampas serta biji.
Sebelum minyak kasar tersebut ditampung pada Crude Oil Tank, harus
dilakukan pemisahan kandungan pasirnya pada Sand Trap yang kemudian dilakukan
penyaringan (Vibrating Screen). Sedangkan ampas dan biji yang masih mengandung
minyak (oil sludge) dikirim ke pemisahan ampas dan biji (Depericarper). Dalam proses
penyaringan minyak kasar tersebut perlu ditambahkan air panas untuk melancarkan
2
penyaringan minyak tersebut. Minyak kasar (Crude Oil) kemudian dipompakan ke
dalam Decenter guna memisahkan Solid dan Liquid. Pada fase cair yang berupa
minyak, air dan masa janis ringan ditampung pada Countnuous Settling Tank, minyak
dialirkan ke oil tank dan pada fase berat (sludge) yang terdiri dari air dan padatan
terlarut ditampung ke dalam Sludge Tank yang kemudian dialirkan ke Sludge Separator
untuk memisahkan minyaknya.
2.4. Proses Pemurnian Minyak
Minyak dari oil tank kemudian dialirkan ke dalam Oil Purifer untuk memisahkan
kotoran/solid yang mengandung kadar air. Selanjutnya dialirkan ke Vacuum Drier untuk
memisahkan air sampai pada batas standard. Kemudian melalui Sarvo Balance, maka
minyak sawit dipompakan ke tangki timbun (Oil Storege Tank).
2.5. Proses Pengolahan lnti Sawit
Ampas kempa yang terdiri dari biji dan serabut dimasukkan ke dalam
Depericaper melalui Cake Brake Conveyor yang dipanaskan dengan uap air agar
sebagian kandungan air dapat diperkecil, sehingga Press Cake terurai dan
memudahkan proses pemisahan. Pada Depericaper terjadi proses pemisahan fibre dan
biji. Pemisahan terjadi akibat perbedaaan berat dan gaya isap blower. Biji tertampung
pada Nut Silo yang dialiri dengan udara panas antara 60 - 80°C sefama 18 - 24 jam
agar kadar air turun dari sekitar 21 % menjadi 4 %.
Sebelum biji masuk ke dalam Nut Craker terlebih dahulu diproses di dalam Nut
Grading Drum untuk dapat dipisahkan ukuran besar kecilnya biji yang disesuaikan
dengan fraksi yang telah ditentukan. Nut kemudian dialirkan ke Nut Craker sebagai alat
pemecah. Masa biji pecah dimasukkan dalam Dry Seperator (Proses pemisahan debu
dan cangkang halus) untuk memisahkan cangkang halus, biji utuh dengan
cangkang/inti. Masa cangkang bercampur inti dialirkan masuk ke dalam Hydro Cyclone
untuk memisahkan antara inti dengan cangkang. Inti dialirkan masuk ke dalam Kernel
Drier untuk proses pengeringan sampai kadar airnya mencapai 7 % dengan tingkat
pengeringan 50°C, 60°C dan 70°C dalam waktu 14 - 16 jam. Selanjutnya guna
memisahkan kotoran, maka dialirkan melalui Winnowing Kernel (Kernel Storage),
sebelum diangkut dengan truk ke pabrik pemproses berikutnya.
3
JENIS DAN POTENSI LIMBAH KELAPA SAWIT
Jenis limbah kelapa sawit pada generasi pertama adalah limbah padat yang
terdiri dari Tandan Kosong, pelepah, cangkang dan lain-lain. Sedangkan limbah cair
yang terjadi pada in house keeping. Limbah padat dan limbah cair pada generasi
berikutnya dapat dilihat pada Gambar 3. Pada Gambar tersebut terlihat bahwa limbah
yang terjadi pada generasi pertama dapat dimanfaatkan dan terjadi limbah berikutnya.
Pada Tabel 1 terlihat potensi limbah yang dapat dimanfaatkan sehingga mempunyai
nilai ekonomi yang tidak sedikit. Salah satunya adalah potensi limbah dapat
dimanfaatkan sebagai sumber unsur hara yang mampu menggantikan pupuk sintetis.
Pada proses produksi minyak kelapa sawit limbah dalam bentuk gas tidak begitu
banyak dihasilkan. Limbah dalam bentuk gas berasal dari pembakaran solar dari genset
dan pembakaran janjang kosong dan cangkang di incenerator.
4
Gambar 3. Pohon Industri Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit
5
TAHAP-TAHAP PENGELOLAAN LIMBAH
Konsep Zero Emissions seyogyanya dapat diterapkan pada Industri Kelapa
Sawit, karena konsep ini mempunyai falsafah dasar yang menyatakan bahwa proses
industry seharusnya tidak menghasilkan limbah dalam bentuk apapun karena limbah
tersebut merupakan bahan baku bagi industri lain. Melalui penerapan konsep ini,
proses-proses industri akan menghemat sumber daya alam, memperbanyak ragam
produk, menciptakan lebih banyak lapangan kerja baru serta mencegah pencemaran
dan kerusakan lingkungan.
Pengelolaan Limbah Cair
Dalam Pengolahan Limbah Kelapa Sawit dapat menerapkan teknik sebagai berikut :
1. Sistem Kolam Stabilisasi Biasa
Proses pengolahan Limbah Pabrik Kelapa Sawit (LPKS) terdiri dari
perlakuan awal dan pengendalian lanjutan. Perlakuan awal meliputi segregasi
aliran, pengurangan minyak di tangki pengutipan minyak (fat-pit), penurunan suhu
limbah dari 70-80°C menjadi 40-45°C melalui menara atau bak pendingin. Proses
biologis dapat mengurangi konsentrasi B0D limbah hingga 90%. Dekomposisi
anaerobik meliputi penguraian bahan organik majemuk menjadi senyawa asam-
asam organik dan selanjutnya diurai menjadi gas-gas dan air. Selanjutnya air
limbah dialirkan ke dalam kolam pengasaman dengan waktu penahanan hidrolis
(WPH) selama 5 hari. Air limbah di dalam kolam ini mengalami asidifikasi yaitu
terjadinya kenaikan konsentrasi asam-asam mudah menguap (volatile fatty acid
=FTA), sehingga air limbah yang mengandung bahan organic lebih mudah
mengalami biodegradasi dalam suasana anaerobik. Sebelum diolah di unit
pengolahan limbah (UPL) anaerobik, limbah dinetralkan terlebih dahulu dengan
menambahkan kapur tohor hingga mencapai pH antara 7,0-7,5. Pengendalian
lanjutan dapat dilakukan dengran proses biologis yang direkomendasi seperti
berikut :
6
A. Proses Biologis Anaerobik Aerasi
B. Proses Biologis Anaerobik-Fakultatif
2. Proses Biologis Anaerobik-Aplikasi Lahan
A. Teknik penyemprotan/sprinkler
Limbah cair yang sudah diolah dengan PBAn dengan WPH selama 75-80 hari
diaplkasikan ke areal tanaman kelapa sawit dengan penyemprotan/sprinkler
berputar atau dengan arah penyemprotan yang tetap.
B. Sistem Flatbed atau teknik parit dan teras
Sistem ini digunakan di lahan berombak-bergelombang dengan membuat
konstruksi diantara baris pohon yang dihubungkan dengan saluran parit yang dapat
mengalirkan limbah dari atas ke bawah dengan kemiringan tertentu. Sistem ini
dibangun mengikuti kemiringan tanah.
Teknik parit atau alur (long bed)
Ada dua pola parit yang digunakan untuk distribusi limbah yaitu parit yang
lurus, dan berliku-liku. Parit berliku-liku digunakan untuk lahan yang curam
atau berbukit. Teknik seperti ini dilakukan dengan memompakan limbah ke
tempat yang tinggi, lalu dialirkan ke bawah dengan kemiringan tertentu di
dalam alur. Parit dibangun dengan kedalaman dan lebar tertentu. Kecepatan
aliran diatur agar perlahan-lahan, untuk memungkinkan perkolasi ke dalam
tanah. Dengan aliran larnbat juga dapat rnencegah erosi. Parit yang lurus
memanjang dapat dibangun di lahan sedikit miring, dan limbah dialirkan
hingga ke ujung parit. Jadi seperti aplikasi flatbed, limbah cair dipompakan
melalui pipa ke tempat yang relatif tinggi dan didistribusikan ke dalam parit
primer. Jumlah parit tergantung kepada tropografi.
Teknik traktor-tanki.
Sistem aplikasi limbah dengan cara ini yaitu dengan mengangkut limbah cair
dari IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) atau UPL (Unit Pengolahan
Limbah) ke areal tanaman dengan menggunakan traktor yang menarik
tangki. Limbah berbentuk cair diaplikasikan dengan bantuan Pompa
sentrifugal yang dihubungkan dengan lobang (Chasis) ke tangki. Peralatan
yang digunkan adalah traktor, tangki, dan pompa setrifugal
7
3. Proses Biologis Tangki Anaerobik-Aerasi lanjut
Gasbio merupakan gas yang dihasilkan dengan proses biologis dalam kondisi
anaerobik. Gas yang dihasilkan berupa karbondioksida dan metan. Komposisi rata-
ratanya adalah 60-70% gas metan, 20-40% gas karbondioksida, antara 0,2-0,3%
hidrogen sulfida, dan gas lainnya. Proses produksi gasbio ini secara mikrobiologis
dikenal dengan istilah fermentasi metan. Bakteri yang berperan dalarn proses
tersebut adalah bakteri metan, terutama Methanobacillus omelianskii, dan bakteri
metan lainnya seperti Methanobacterium formicum, Methanosarcina methanica,
dan methanococcusmazeki (Djokowibowo, 1992).
4. RANUT (Reaktor Anaerobik Unggun Tetap)
A. Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS) secara Anaerobik
Secara konvensional pengolahan LCPKS dilakukan dengan sistem kolam yang
terdiri dari kolam anaerobik dan aerobik dengan total waktu retensi sekitar 90-
120 hari.
B. RANUT (Reaktor Anaerobik Unggun Tetap)
Pengolahan fase cair pada RANUT bertujuan untuk merombak bahan organik
menjadi biogas dalam waktu singkat dan kinerja yang tinggi. Biogas yang
dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan tenaga listrik sebesar 26
kWh per ton TBS, dan LCPKS dapat digunakan untuk aplikasi lahan.
Pemilihan teknik pengolahan limbah cair disesuaikan dengan kondisi dan luas areal
yang tersedia, Jenis dan volume limbah cair, topografi lahan yang akan dialiri, Jenis
tanah dan kedalaman permukaan air tanah, umur tanaman Kelapa Sawit, Luas lahan
yang tersedia dan jaraknya dari pabrik, dekat tidaknya dengan air sungai atau
pemukiman penduduk.
8
Pengelolaan Limbah Padat
Limbah padat yang dihasilkan dari Industri Kelapa sawit seperti Tandan Kosong,
pelepah, cangkang, serabut, batang sawit, dll. Berikut ini metoda yang digunakan untuk
mengolah limbah tsb.
1. Pengelolaan Tandan Kosong
A. Tandan Kosong sebagai Mulsa
B. Tandan Kosong Sawit (TKS) sebagai Kompos dan Pupuk Organik
C. Pembuatan Kompos Bokasih dari Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit
D. Pembuatan Papan Semen Dari Serat Tandan Kosong Kelapa Sawit Yang
Disediakan Secara Bioteknologi
E. Tandan Kosong sebagai Bubur Kertas (Pulp)
2. Pengelolaan Sabut Kelapa Sawit
A. Pembuatan Papan Partikel dari Sabut Kelapa Sawit
B. Pembuatan Pulp dari Sabut Kelapa Sawit
3. Pengelolaan Batang Sawit (Bahan Baku Industri Mebel)
4. Pengelolaan cangkang (dan TKS) sebagai arang dan arang akif
Gambar tahapan proses pembuatan kompos
9
Pengelolaan Limbah Gas
Limbah udara berasal dari pembakaran solar dari genset dan pembakaran janjang
kosong dan cangkang di incenerator. Gas buangan ini dibuang ke udara terbuka.
Umumnya limbah debu dan abu pembakaran janjang kosong dan cagkang sebelum
dibuang bebas ke udara dikendalikan dengan pemasangan dust collector, untuk
menangkap debu ikutan dalam sisa gas pembakaran, kemudian dialirkan melalui
cerobong asap setinggi ± 25 meter dari permukaan tanah. Debu dari dust collector
secara reguler ditampung dan dibuang ke lapangan untuk penimbunan daerah
rendahan sekitar kebun.
Dari uraian diatas kita mengetahui bahwa industri pengolahan minyak kelapa sawit
berpotensi untuk menimbulkan limbah baik dalam bentuk padat, cair maupun gas.
Untuk itulah hendaknya dilakukan pengelolaan limbah dengan benar agar limbah yang
dihasilkan tidak memberikan dampak yang negative baik bagi lingkungan maupun
masyarakat yang tinggal di sekitar industri. Berikut ini adalah alasan mengapa industri
kelapa sawit harus mengelola limbahnya :
1. Memberikan keuntungan ekonomi, sebab di dalam Produksi Bersih terdapat strategi
pencegahan pencemaran pada sumbernya (source reduction dan in process
recycling) yaitu mencegah terbentuknya limbah secara dini, yang dapat mengurangi
biaya terbentuknya limbah secara dini, serta dapat mengurangi biaya investasi
untuk pengolahan dan pembuangan limbah atau upaya perbaikan lingkungan.
2. Produk sampingan yang dihasilkan seperti pupuk kompos, mulsa, pakan ternak,
bahan bakar alternative biodisel, briket, papan partikel, sebagai bahan dasar
industri lain (sabun, industri kosmetik, industri makanan), dapat menjadi nilai
ekonomis tersendiri bagi perusahaan tersebut.
3. Mencegah terjadinya pencemaran dan perusakan lingkungan melalui pengurangan
limbah, daur ulang, pengolahan dan pembuangan yang aman.
4. Memelihara dan memperkuat pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang melalui
penerapan proses produksi dan penggunaan bahan baku dan energi yang lebih
efisien (konservasi sumberdaya, bahan baku dan energi).
10
5. Mendukung prinsip “enviromental equity“ dalam rangka pembangunan
berkelanjutan dimana kita harus memelihara lingkungan agar dapat diwariskan
kepada generasi mendatang.
6. Mencegah atau memperlambat terjadinya degradasi lingkungan dan memanfaatkan
sumberdaya alam melalui penerapan daur ulang limbah di dalam proses,yang pada
akhirnya menuju upaya konservasi sumberdaya untuk mencapai tujuan
pembangunan berkelanjutan.
7. Memelihara ekosistem lingkungan.
8. Memperkuat daya saing produk di pasar internasional.
Refrensi
http://agribisnis.deptan.go.id/xplore/view.php?file=PENGOLAHANHASIL/B3olahlimbahkelapasawit.pdf.
AGUSTINA, HARUKI. LAND APPLICATION SEBAGAI ALTERNATIF 3R PADA INDUSTRI KELAPA SAWIT, http://b3.menlh.go.id/
www.depperin.go.id/.../KelapaSawit/Minyak%20Kelapa%20Sawit.pdf
http://www.pdfqueen.com/pdf/pe/pengolahan-limbah-pabrik-kelapa-sawit/
11
Top Related