Tabel 1.1 Keaslian penelitian
NoPeneliti(tahun)
Judul Aspek yang ditelitiDesain studi
Hasil
1 Sunarni (2009)
Hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan pelaksanaan hemodialisis pada pasien gagal ginjal kronik di RSUD dr. Muwardi Surakarta
- Dukungan keluarga- Kepatuhan pelaksanaan
Cross sectional
Didapatkan hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan pelaksanaan hemodialisis sebagian besar sedang (54%)
2 Dwi susilowati (2003)
Hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada pasien ggk yang menjalani terapi hemodialisis
- dukungan keluarga - tingkat depresi
Cross sectional
Terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat depresi
3 Ahmad Sapari (2009)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan dalam mengurangi asupan cairan pada pasien ggk yang menjalani hemodialisis
- karakteristik pasien- kepatuhan mengurangi asupan cairan
Cross sectional
Dari 52 responden didapatkan 67,3% pasien yang patuh dan 32,7% pasien yang tidak patuh dalam mengurangi asupan cairan
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat praktis
a) Memberi pengetahuan masyarakat tentang gagal ginjal sehingga dapat
meningkatkan kepatuhan pasien yang menjalani hemodialisis.
b) Menambah pengetahuan bagi tenaga kesehatan, pentingnya
memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga sehingga
dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani hemodialisis.
c) Memberikan pengalaman dan menambah pengetahuan bagi peneliti.
2. Manfaat Teoritis dan Metodologis
Menjadikan informasi sebagai bahan acuan tambahan bagi peneliti
selanjutnya.
E. Bidang Ilmu
Penelitian ini termasuk dalam ruang ilmu kesehatan masyarakat
khususnya bidang ilmu epidemiologi.
F. Keaslian Penelitian
Perbedaan penelitian yang telah dilaksanakan dengan penelitian yang
akan dilakukan adalah pada penelitian sebelumnya belum ada yang meneliti
variabel dukungan keluarga, tingkat pengetahuan dan sikap.
dampak dan proses cuci darah menyebabkan hidup tidak nyaman dan pasien
harus memahami apabila tindakan hemodialisis ini terhenti tanpa anjuran dari
tenaga medis dapat mengakibatkan keadaan lebih fatal bahkan kematian.(7)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut “adakah hubungan antara dukungan
keluarga, tingkat pengetahuan dan sikap dengan kepatuhan menjalani
hemodialisis pada pasien GGK di Rumah Sakit Telogorejo Semarang ?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum : Mengetahui hubungan antara dukungan keluarga,
pengetahuan dan sikap dengan kepatuhan dalam menjalani hemodialisis
pada pasien GGK di Rumah Sakit Telogorejo Semarang.
2. Tujuan khusus :
a. Mendeskripsikan dukungan keluarga pada pasien GGK yang
menjalani hemodialisis di Rumah Sakit Telogorejo Semarang.
b. Mendeskripsikan tingkat pengetahuan pasien GGK yang menjalani
hemodialisis di Rumah Sakit Telogorejo Semarang.
c. Mendeskripsikan sikap pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisis di Rumah Sakit Telogorejo Semarang.
d. Mendeskripsikan kepatuhan pada pasien GGK yang menjalani terapi
hemodialisis di Rumah Sakit Telogorejo Semarang.
e. Menganalisis hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan
menjalani hemodialisis di Rumah Sakit Telogorejo Semarang.
f. Menganalisis hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan
menjalani hemodialisis di Rumah Sakit Telogorejo Semarang.
g. Menganalisis hubungan antara sikap dengan kepatuhan menjalani
hemodialisis di Rumah Sakit Telogorejo Semarang.
keluarga yang mendampingi saat pelaksanaan hemodialisis dan mengantar ke
rumah sakit atau kontrol ke dokter.
Salah satu faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan pasien menjalani
hemodialisis adalah tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit GGK. Tingkat
pengetahuan tersebut mempengaruhi kemampuan untuk memutuskan terapi
hemodialisis yang sesuai kondisinya. Penghasilan yang rendah berhubungan
dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Sikap merupakan faktor penentu
dalam tingkah laku seseorang dalam memutuskan untuk selalu taat menjalani
hemodialisis.17
Ketidakpatuhan dalam tindakan hemodialisis: Apabila pasien dalam
menjalani terapi hemodialisis tidak sesuai instruksi medis maupun program
yang ditentukan petugas kesehatan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Rumah Sakit Telogorejo
Semarang di ruang Hemodialisis dalam tiga bulan terakhir ini (Januari-Maret
2011) diperoleh informasi bahwa pasien yang tidak patuh/tidak rutin dalam
menjalani terapi hemodialisis ada 23 pasien, dengan alasan: tidak ada dana,
takut disuntik, males, bosan, semangat drop, tidak ada yang mengantar, tidak
ada semangat, takut ada efek samping hemodialisis.
Hemodialisis dapat dilakukan pada saat toksin atau zat racun harus segera
dikeluarkan untuk mencegah kerusakan permanen atau menyebabkan kematian
agar dapat mempertahankan kelangsungan hidup pasien. Sesuai dengan
pernyataan tersebut diatas, maka pasien dan keluarga memerlukan bantuan,
penjelasan, dan dukungan selama masa ini. Karena nasihat dan dukungan
keluarga pada pasien GGK sangat berpengaruh dalam menjalani terapi
hemodialisis.(6)
Sungguh sulit bagi seseorang untuk menerima kenyataan bahwa dirinya
harus menjalani cuci darah seumur hidup dengan proses hemodialisis yang
berjalan selama 4-5 jam (tiap kali tindakan) dapat menimbulkan kejenuhan
dibutuhkan pendamping untuk memotivasi selama menjalani terapi tersebut,
Biasanya penyakit ini sering muncul tanpa keluhan maupun gejala klinik
kecuali bila masuk kedalam stadium terminal atau gagal ginjal terminal.(4)
Di Indonesia hemodialisis dilakukan 2 kali seminggu dengan setiap
hemodialisis dilakukan selama 5 jam. Di center dialisis lain ada juga dialisis
yang dilakukan 3 kali seminggu dengan lama dialisa 4 jam.(5)
Bagi pasien GGK hemodialisis merupakan hal yang sangat penting,
karena hemodialisis merupakan salah satu tindakan yang dapat mencegah
kematian. Namun demikian, hemodialisis tidak dapat menyembuhkan atau
memulihkan penyakit ginjal karena tidak mampu mengimbangi hilangnya
aktifitas metabolik penyakit ginjal atau endokrin yang dilaksanakan oleh ginjal
dan dampak dari gagal ginjal serta terapi terhadap kualitas hidup pasien. Oleh
karena itu, pada pasien yang menderita penyakit GGK harus menjalani dialisa
sepanjang hidupnya.(6)
Di Rumah Sakit Telogorejo Semarang pada tahun 2010 pasien yang
menjalani hemodialisis dalam satu bulan ada ± 100 pasien dengan frekuensi
setiap pasien berbeda, ada yang menjalani 1 kali dalam seminggu, yang rutin 2
kali seminggu dan ada yang 3 kali dalam seminggu sesuai anjuran dokter. Data
pasien tersebut yang rutin menjalani terapi hemodialisis rata-rata ada ±75
pasien dan yang tidak rutin atau tidak teratur untuk menjalani hemodialisis ada
± 25 pasien.
Berdasarkan Hasil observasi melalui wawancara pada bulan April 2011
dengan pasien dan perawat di RS Telogorejo Semarang diperoleh informasi
bahwa mereka patuh menjalani hemodialisis yang terus menerus karena
mempunyai keinginan dan keyakinan untuk sembuh, Menurut pasien dirinya
ingin berubah untuk memperoleh kesehatan yang lebih baik, mereka disiplin
melakukan hemodialisis karena tahu manfaatnya dan jika tidak dilakukan akan
berdampak pada kesehatan. Mereka rutin dalam menjalani hemodialisis agar
lebih bebas makan makanan yang diinginkan tanpa diet ketat. Ada juga pasien
yang mengatakan bahwa mereka akan taat menjalani hemodialisis kalau ada
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka penderita gangguan ginjal tergolong cukup tinggi dan menjadi
masalah kesehatan bukan hanya di Indonesia bahkan di negara maju. Di
Amerika Serikat misalnya, angka kejadian gagal ginjal meningkat tajam pada
sepuluh tahun terakhir. Tahun 1990 terjadi 166 ribu kasus, tahun 2000 menjadi
372 ribu kasus. Angka tersebut diperkirakan terus naik. Tahun 2010
diestimasikan lebih dari 650 ribu. Selain data tersebut 6 juta sampai 20 juta
individu di AS diperkirakan mengalami gagal ginjal kronis. Gagal Ginjal
Kronis (GGK) adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan
fungsi ginjal secara irreversible (tidak dapat pulih kembali) berlangsung lama
berharap dan bersifat progresif .(1,2)
Di Jepang pada akhir tahun 1996 ada 167 ribu penderita yang menerima
terapi pengganti. Menurut data tahun 2000 terjadi peningkatan menjadi 200 ribu
penderita. Berkat fasilitas yang tersedia dan berkat kepedulian pemerintah yang
sangat tinggi, usia harapan hidup pasien GGK di Jepang bisa bertahan hingga
bertahun-tahun. Beberapa kasus pasien bisa bertahan hingga umur lebih dari 80
tahun. Angka kematian akibat GGK pun bisa ditekan menjadi 10 per 1000
penderita. Hal tersebut sangat tidak mengejutkan karena para penderita di
Jepang mendapatkan pelayanan cuci darah yang baik serta memadai.(2)
Hemodialisis di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1970 dan sampai
sekarang telah dapat dilaksanakan rumah sakit rujukan (3). Di Indonesia setiap
tahunnya penyakit GGK masih terbilang tinggi, pasalnya masih banyak
masyarakat Indonesia tidak menjaga pola makannya dan kesehatan tubuhnya.
Selain itu gagal ginjal juga merupakan permasalahan bidang nefrologi dengan
angka kejadian yang masih cukup tinggi, dengan etiologi luas dan komplek.
Top Related