SURVEILANS EPIDEMIOLOGI DAN RESPON KLB ( PHEIC )
(Pada Pelaksanaan Ibadah Haji)
Budi Santosa, SKM.MKKK
KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I SURABAYA
OUTLINE
PERATURAN PRUNDANGAN
Tugas Pokok dan Fungsi KKP
SURVEILANS EPIDEMIOLOGI KESEHATAN HAJI DAN RESPON KLB (PHEIC )
KESIAPAN BANDARA JUANDA
PERATURAN PERUNDANGAN
1. UU No 1 tahun 1962 tentang Karantina Laut
2. UU No 2 tahun 1962 tentang Karantina Udara
3. UU No 4 tahun 1984 tentang Wabah
4. UU No 17 tahun 2008 tentang Pelayaran
5. UU No.13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Haji
6. UU No 1 tahun 2009 tentang Penerbangan
7. UU No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
8. PP No 70 tahun 2001 tentang Kebandarudaraan
9. Permenkes No 356 / 2008 tentang Organisasi & Tata Kerja KKP
10. Permenkes No.15 tahun 2016 tentang Istitoah Kes Jamaah haji
11. Permenkes No 1501 tahun 2010 tentang Jenis Penyakit Menular
Tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya
Penanggulangan
11. Permenkes No,15 tahun 2016 tentang Istitoah Kesehatan
12. Permenkes No 131/ Menkes/Per/lll/l984 tentang Pengamanan KesehatanPerjalanan Peserta Umrah
13. raturPermenkes No 131/ Menkes/Per/lll/l984 tentang PengamananKesehatan Perjalanan Peserta Umrah
14. Permenkes No 131/ Menkes/Per/lll/l984 tentang Pengamanan KesehatanPerjalanan Peserta Umrah
15. Keputusan Menkes No 4241Menkes/SK/IV/2007 tentang Pedoman UpayaKesehatan Pelabuhan dalam Rangka Karantina Kesehatan
16. Instruksi Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan PenyehatanLingkungan No.HK.07.01/D111.4/217/2008 tentang Pemberlakuan Kartu ICVbaru
17. Instruksi Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan PenyehatanLingkungan yang telah menerbitkan Prosedur Tetap NomorHK.02.041d/Ll.4/220/2009 Tentang Vakslnasl Meningitis Meningokokus danPenerbitan International Certificate Of Vaccination (ICV) bagi Jemaah IbadahUmroh
• Surat Edaran Dirjen PP dan PL, No:
PM.01.02/D/II.1/1335/2013 tanggal 24 Juni 2013 kepada
Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah tentang
peningkatan kewaspadaan terhadap MERS CoV bagi
jemaah haji.
• Surat Dirjen PP dan PL, No: IR.02.02/D/III.3/444/2014
kepada Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah
Indonesia (AMPHURI) dan Asosiasi Muslim Penyelenggara
Umrah dan Haji (AMPUH) tentang kewaspadaan MERS
CoV termasuk upaya pencegahan bagi jemaah haji dan
umrah.
Dasar Penyelenggaraan Kesehatan Haji
UU No. 13 Tahun 2008
Bab III Pasal 6
Bab VIII Pasal 31
Posisi Kesehatan Haji
PASAL 47
Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan
PASAL 48
Penyelenggaraan upaya kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 dilaksanakan melalui kegiatan:
a. pelayanan kesehatan; b. pelayanan kesehatan tradisional; c. peningkatan kesehatan dan
pencegahan penyakit; ...m. Kesehatan Matra...
Kesehatan Haji
Tujuan Penyelenggaraan Kesehatan Haji
Meningkatkan kondisi kesehatan jemaah haji sebelum
keberangkatan (peran Puskesmas, Din Kes Kab/Kota
dan Provinsi)
Menjaga agar jemaah haji dalam kondisi sehat selama
menunaikan ibadah, sampai tiba kembali di tanah
air (peran TKHI/PPIH)
Mencegah terjadinya transmisi penyakit menularyang mungkin terbawa keluar / masuk oleh jemaah haji
(peran TKHI, PPIH, Embarkasi/Debarkasi)
Sehat Fisikdan Jiwa
TUGAS POKOK DAN FUNGSI KANTOR
KESEHATAN PELABUHAN KELAS I SURABAYA
TUGAS – TUGAS
KKP
Bidang Pengendalian
Kekarantinaan &
Surveilans Epidemiologi
Penyiapan bahan perencanaan,
Pemantauan,
Evaluasi,
Penyusunan laporan dan
Koordinasi pelaksanaan
kekarantinaan,
Surveilans Epidemiologi penyakit,
penyakit menular potensial
wabah, penyakit baru dan
penyakit yang muncul kembali,
Pengawasan Alat Angkut dan
muatannya,
-Pengawasan lalu lintas OMKABA,
Jejaring teknis bidang kekarantinaan
Permenkes No 356 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja KKP
Bidang
Pengendalian
Risiko
Lingkungan
Melaksanakan perencanaan,
pemantauan dan evaluasi serta
penyusunan laporan di Bid.
Pengendalian Vektor dan binatang
penular penyakit
Pembinaan sanitasi lingkungan
Jejaring Kerja dan Kemitraan
Kajian dan pengembangan teknologi
Pendidikan dan Pelatihan bidang
pengendalian risiko lingkungan di
wilayah kerja bandara, pelabuhan dan
lintas batas darat negara
Bidang Upaya
Kesehatan dan
Lintas Wilayah
Melakukan penyiapan bahan
perencanaan, pemantauan, evaluasi,
penyusunan laporan
Koordinasi pelayanan kesehatan
terbatas, kesehatan kerja, kesehatan
matra, kesehatan haji, perpindahan
penduduk, penanggulangan bencana
Vaksinasi Internasional
Pengembangan jejaring kerja,
kemitraan, kajian dan teknologi
Pelatihan teknis bidang upaya
kesehatan di wilayah kerja bandara
pelabuhan dan lintas batas negara
Surveilans Epidemiologi Kesehatan Haji
•Mencegah keluar dan masuknyapenyakit menular yang berasal dariIndonesia maupun dari luar negeriyang mungkin terbawa oleh calon/jemaah haji ke Indonesia
•Mengetahui distribusi penyakit,kematian menurut waktu dan tempatserta faktor risiko yang terdapat padacalon/ jamaah haji Indonesia
TUJUAN
KEGIATAN
1.Pengumpulan, pengolahan, analisis dan disiminasi/informasi data Sejak calon jemaah haji melakukan pemeriksaan kesehatan di daerah
asal, diperjalanan, selama di Arab Saudi dan setelah kembali dariArab Saudi sampai ke daerah asal selama 14 hari.
2.Pengamatan terhadap jemaah haji sakit dan wafat Di Arab Saudi, di embarkasi/ debarkasi haji dan sekembalinya dari
Arab Saudi.
3.Sumber data SE kesehatan haji meliputi : Hasil pemeriksaan kesehatan calon jemaah haji di puskesmas dan
dinas kesehatan kabupaten/ kota, laboratorium, rumah sakit dan unit-unit rujukan lainnya baik di Indonesia maupun di Arab Saudi. SE dilakukan melalui jejaring surveilans kesehatan haji (net working)
sejak di tanah air sampai dengan di Arab Saudi. Pengumpulan, pengolahan, analisis dan diseminasi data atau
informasi, dilakukan dengan menggunakan fasilitas sistemkomputerisasi haji terpadu (Siskohat) bidang kesehatan di ArabSaudi, pusat, embarkasi/ debarkasi haji dan dinas kesehatan provinsi/kesehatan kota (kab)
KEGIATAN
4. Pengumpulan, pengolahan, analisis dan diseminasi data atauinformasi di puskesmas, dinas kesehatan kabupaten/ kota dandinas kesehatan provinsi yang belum tersedia jaringan Siskohatbidang kesehatan dilakukan dengan mengirim laporan sesuaidengan ketentuan yang berlaku.
5. Dinas kesehatan Kabupaten/ Kota bersama-sama petugaspuskesmas melaksanakan SE paska haji dengan mengamatikondisi kesehatan jemaah haji secara pasif dan aktif.
• SE secara pasif adalah Petugas puskesmas menunggu jemaahhaji mengirimkan K3JH setelah 14 hari setibanya di daerahasal ke Puskesmas pemeriksaan awal/ terdekat.
• SE secara aktif adalah petugas puskesmas mengunjungi kerumah jemaah haji untuk mengetahui kondisi kesehatannyaapabila setelah 14 hari jemaah haji tidak mengirimkan K3JH.
• Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota bertanggung jawabmengkoordinasikan pelaksanaan SE yang dilaksanakan olehPuskesmas.
• Pembiayaan SE secara aktif disediakan oleh Dinas KesehatanKabupaten/ Kota
• Pembiayaan SE kesehatan haji di Arab Saudi bersumber padabiaya PPIH di Arab Saudi.
SASARAN
Sasaran SE meliputi :• Penyakit menular sesuai dengan
ketentuan Undang-undang Karantina,Undang-undang Wabah PenyakitMenular, International HealthRegulation (IHR)
• Penyakit tidak menular• Keracunan• Kesehatan lingkungan.
Bagan Tahapan Pemeriksaan dan Pembinaan
Pemeriksaan Kesehatan
Tahap Pertama
Tahapan Pemeriksaan dan Pembinaan Kesehatan Haji
RISTI NON
RISTI
Pembinaan Masa Tunggu
Pemeriksaan Kesehatan
Tahap Kedua
Memenuhi
Syarat
Memenuhi Syarat Dengan
Pendampingan
TidakMemenuhi
Syarat Sementara
Tidak
Memenuhi
Syarat
Pembinaan Masa Keberangkatan
Pemeriksaan Kesehatan
Tahap Ketiga
Kabupaten/
Kota
Embarkasi
Laik
Terbang
Tidak
Laik
Terbang
Puskesmas/
Rumah Sakit
Pemeriksaan Kesehatan Tahap Pertama
• Pemeriksaan Kesehatan tahap pertama dilaksanakan oleh TimPenyelenggara Kesehatan Haji Kabupaten/Kota di puskesmasdan/atau rumah sakit pada saat jemaah Haji melakukanpendaftaran untuk mendapatkan nomor porsi.
• Pemeriksaan kesehatan tahap pertama dilakukan sesuaistandar profesi kedokteran meliputi pemeriksaan medis dasar;1. Anamnesis2. Pemeriksaan fisik3. Pemeriksaan penunjang4. Penilaian kebugaran
• Berdasarkan Pemeriksaan Kesehatan tahap pertamaditetapkan status kesehatan Jemaah Haji Risiko Tinggi atautidak Risiko Tinggi.
• Nama dgn bin/binti,
• Tempat/Tanggal Lahir
• Alamat tinggal (domisili),
• Pekerjaan,
• Pendidikan,
• Status perkawinan
Identitas Jemaah:
• Riwayat Kesehatan Sekarang ( penyakit menular ttt, PTM/disabilitas)
• Riwayat Penyakit Dahulu (pykt yg pernah diderita , operasiyg pernah dijalani), ditulis secara kronologis.
• Riwayat Penyakit Keluarga (berhubungan secara genetik)
Riwayat Kesehatan
• Tanda vital ( TD, Nadi, Pernapasan, Suhu )
• Postur tubuh (TB, BB, IMT)
• Kepala : pemeriksaan saraf kranial, mata, THT
• Paru/Toraks (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)
• Kardiovaskuler (inspkesi, palpasi, perkusi, auskultasi)
• Abdomen (inspkesi, palpasi, perkusi, auskultasi)
• Ekstremitas : bentuk, kekuatan otot, refleks
Pemeriksaan fisik :
• Instrumen sederhana gangguan jiwa,
• Algoritme Pemeriksaan Kesehatan Jiwa, atau
• Protap anjuran dari Profesi.
Pemeriksaan Kesehatan Jiwa:
• Laboratorium: Atas Indikasi (kadar gula darah, kolesterol, lipid, ureum creatinin), Faktor Risiko PTM.
• EKG dan Ro Dada : atas indikasi
Pemeriksaan Penunjang:
• Gunakan metode yang sesuai.
Pemeriksaan Kebugaran:
Formulir I
SURAT KETERANGAN HASIL PEMERIKSAAN KESEHATAN
JEMAAH HAJI Nomor:..............................
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama :
Jabatan :
Telah melakukan Pemeriksaan Kesehatan kepada Jemaah Haji di bawah ini:
Nama : Bin/Binti :
Umur :
Nomor Porsi :
Pekerjaan :
Alamat :
Menyatakan bahwa Jemaah tersebut di atas didiagnosis sebagai:
1. ....................................... 2. ....................................... 3. .......................................
4. ....................................... 5. .......................................
Sehingga, sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 15 Tahun 2016 Tentang
Istithaah Kesehatan Jemaah Haji Menyatakan bahwa Status Kesehatan Jemaah Haji tersebut (Risiko
Tinggi/Tidak Risiko Tinggi)* untuk ditindaklanjuti dengan Pembinaan Kesehatan Haji.
............................20........
Dokter Pemeriksa Tahap Pertama
*) Coret yang tidak perlu
Stempel/Cap
Puskesmas/RS
Pemeriksaan Kesehatan Tahap Kedua
• Pemeriksaan Kesehatan tahap kedua dilaksanakanoleh Tim Penyelenggara Kesehatan HajiKabupaten/Kota di puskesmas dan/atau rumah sakitpada saat pemerintah telah menentukan kepastiankeberangkatan Jemaah Haji pada tahun berjalan.
• Berdasarkan Pemeriksaan Kesehatan tahap keduaditetapkan Istithaah Kesehatan Jemaah Haji.
• Nama dgn bin/binti,
• Tempat/Tanggal Lahir
• Alamat tinggal (domisili),
• Pekerjaan,
• Pendidikan,
• Status perkawinan
Identitas Jemaah:
• Riwayat Kesehatan Sekarang ( penyakit menular ttt, PTM/disabilitas)
• Riwayat Penyakit Dahulu (pykt yg pernah diderita , operasiyg pernah dijalani), ditulis secara kronologis.
• Riwayat Penyakit Keluarga (berhubungan secaragenetik)
Riwayat Kesehatan
• Tanda vital ( TD, Nadi, Pernapasan, Suhu )
• Postur tubuh (TB, BB, IMT)
• Kepala : pemeriksaan saraf kranial, mata, THT
• Paru/Toraks (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)
• Kardiovaskuler (inspkesi, palpasi, perkusi, auskultasi)
• Abdomen (inspkesi, palpasi, perkusi, auskultasi)
• Ekstremitas : bentuk, kekuatan otot, refleks
Pemeriksaan fisik :
• Instrumen sederhana gangguan jiwa,
• Algoritme Pemeriksaan Kesehatan Jiwa, atau
• Protap anjuran dari Profesi.
Pemeriksaan Kesehatan Jiwa:
• Laboratorium Rutin: Darah dan Urin.
• EKG dan Ro Dada : Diatas 40 Tahun dan/atau atas indikasi
Pemeriksaan Penunjang:
• Menggunakan Barthel Indeks (1 dan 2).
• Dapat menggunakan metode lain yang direkomendasi oleh organisasi profesi.
Penilaian Kemandirian:
• Gunakan metode yang sesuai.
• Tuliskan metode yang digunakan pada BKJH.
Penilaian Kebugaran:
Formulir II
BERITA ACARA PENETAPAN ISTITHAAH KESEHATAN
JEMAAH HAJI Nomor:..............................
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama :
Jabatan :
Telah melakukan Pemeriksaan Kesehatan kepada Jamaah Haji di bawah ini:
Nama : Bin/Binti :
Umur :
Nomor Porsi :
Pekerjaan :
Alamat :
Menyatakan bahwa Jemaah tersebut di atas didiagnosis sebagai :
1. ....................................... 2. ....................................... 3. .......................................
4. ....................................... 5. .......................................
Sehingga, sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 15 Tahun 2016 Tentang
Istithaah Kesehatan Jemaah Haji Menyatakan bahwa Jemaah Haji tersebut (MEMENUHI SYARAT/MEMENUHI
SYARAT DENGAN PENDAMPINGAN/TIDAK MEMENUHI SYARAT SEMENTARA/ TIDAK MEMENUHI SYARAT)* untuk pelaksanaan ibadah haji.
............................20........
Ketua Tim Penyelenggara Kesehatan Haji Kab/Kota………….
*) Coret yang tidak perlu
Stempel/Cap
Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
Pemeriksaan Kesehatan Tahap Ketiga
• Pemeriksaan Kesehatan tahap ketigadilaksanakan oleh PPIH Embarkasi BidangKesehatan di embarkasi pada saat Jemaah Hajimenjelang pemberangkatan.
• Dilakukan untuk menetapkan status kesehatanJemaah Haji laik atau tidak laik terbang.
• adalah upaya penentuan kelaikan jemaah haji untuk mengikuti perjalanan ibadah haji dari segi kesehatan, dengan mempertimbangkan hasil Pemeriksaan Kesehatan Tahap Ketiga dan Riwayat pemeriksaan sebelumnya. Dilaksanakan oleh Tim PPIH Embarkasibidang kesehatan berkoordinasi dengan dokter Penerbangan.
Batasan
• Seluruh data dikompilasikan.
• Lakukan:
• Pengecekan kelengkapan data.
• Pemeriksaan kesehatan akhir jemaah tertentu oleh PPIH Embarkasi ( WUS, Hb, saturasi oksigen, dsb, penyakit menular)
• Buat Rekomendasi Laik/ tidak laik
• Tidak Laik:
• tidak memenuhi standar keselamatan penerbangan internasional dan/atau peraturankesehatan International, hamil usia tertentu, menderita penyakit menular tertentu
Langkah-langkah:
• Disampaikan kepada semua pihak yang berkepentingan.
Rekomendasi:
Formulir III
BERITA ACARA KELAIKAN TERBANG JEMAAH HAJI
Nomor:..............................
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama :
Jabatan :
Setelah memperoleh hasil pemeriksaan yang telah kami terima dari Tim Penyelenggara Kesehatan Haji kabupaten/Kota, dengan ini menyatakan bahwa
Jamaah Haji dibawah ini :
Nama :
Bin/Binti : Umur :
Nomor Porsi :
Nomor Paspor :
Pekerjaan :
Alamat :
a. Telah dilaksanakan pemeriksaan kesehatan dan diberikan penjelasan mengenai ketentuan Istithaah Kesehatan yang terdapat dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 15 Tahun 2016; b. Menetapkan bahwa jemaah haji tersebut di atas (LAIK/TIDAK LAIK)*
Terbang berdasarkan Pemeriksaan Kesehatan Tahap ketiga yang dilakukan
oleh Tim PPIH Embarkasi Bidang Kesehatan.
Demikian surat penetapan ini dibuat untuk di tindaklanjuti sesuai ketentuaan yang berlaku.
............................20........
Ketua PPIH Embarkasi Bidang Kesehatan
Anggota Tim Penyelenggara Kesehatan Haji: 1.
2. 3.
*) Coret yang tidak perlu
Stempel/Cap
PPIH Embarkasi
NO. Kab./Kota Cakupan K3JH
1. Bangkalan 7.2
2. Banyuwangi 92
3. Batu Kota 94
4. Blitar 95
5. Blitar Kota 97
6. Bojonegoro 96
7. Bondowoso 100
8. Gresik 86
9. Jember 90
10. Jombang 94
11. Kediri 92
12. Kediri Kota 93
13. Lamongan 78
NO. Kab./Kota Cakupan K3JH
14. Lumajang 70
15. Madiun 92
16. Madiun Kota 95
17. Magetan 97
18. Malang 11
19. Malang Kota 78
20. Mojokerto 86
21. Mojokerto Kota 100
22. Nganjuk 21
23. Ngawi 76
24. Pacitan 99
25. Pamekasan 80
26. Pasuruan 88
NO. Kab./Kota Cakupan K3JH
27. Pasuruan Kota 86
28. Ponorogo 98
29. Probolinggo 96
30. Probolinggo Kota 100
31. Sampang 60
32. Sidoarjo 96
33. Situbondo 43
34. Sumenep 50
35. Surabaya 80
36. Trenggalek 95
37. Tuban 77
38 Tulungagung 80
Jawa Timur 81
• Tidak semua JH tahu kalau K3JH harus dikirim ke Puskesmassetempat selama atau setelah 14 hari, sehingga petugas Puskesmasyang harus aktif silaturahmi ke rumah JH.
• Adanya budaya JH boleh keluar rumah setelah 40 hari.• JH banyak yang tidak tahu pentingnya lembar K3JH yang
dibagikan pada saat proses penerimaan debarkasi sehingga ketikapetugas puskesmas menanyakan tidak tahu bahkan ada yang tidakada karena hilang.
• Cakupan K3JH Provinsi tinggi tapi tidak merata di seluruhKab./kota.
PENANGGULANGAN KLB ( PHEIC)
1. Sistem Kewaspadaan Dini(SKD) dan Respon KLB
2. Penanggulangan KLB/Musibah masal
TERDIRI DARI
SKD dan Respon KLB • Tujuan SKD dan Respon
KLB• Kegiatan SKD dan Respon
KLB Calon Jamah Haji
1. Terwujudnya sikap tanggap petugasterhadap kondisi yang mengancamterjadinya KLB untuk melakukantindakan pencegahan dan atau tindakandini terhadap KLB penyakit maupunkeracunan makanan
2. Terlaksananya pemantauan, tanggapdalam melakukan respon terhadappeningkatan kesakitan, kematian,penurunan kinerja pelayanan kesehatan,memburuknya sanitasi, lemahnyapengamanan kesehatan makanan danpenurunan status kesehatan imunitascalon/ jemaah haji.
Tujuan SKD dan Respon
KLB
Kegiatan SKD dan Respon KLB
• Persiapan SKD dan KLB
• Kegiatan Operasional
• Kesiapsiagaan
PersiapanSKD dan
KLB
• Identifikasi Penyakit potensial wabahpada calon / jemaah haji Indonesiayang perlu diwaspadai adalahpenyakit Diare, Malaria, Demamberdarah, Pes, Kholera, Yellowfever, Meningitis meningokokus,Influenza, Rift Valley Fever (RVF),Ebola, Hepatitis, Tifus bercak wabahdan keracunan
• Identifikasi faktor yang berpengaruhmeliputi faktor risiko pada populasi,lingkungan, sarana dan prasaranayang tersedia serta sumber dayamanusia.
PersiapanSKD dan KLB
• Mekanisme pelaporan sesuai denganjejaring SKD respon KLB, dimulaidari tingkat puskesmas, kabupaten,provinsi, embarkasi dan debarkasihaji, pusat ( Ditjen PPM & PL )selama di Arab Saudi dansekembalinya dari Arab Saudi. Setiaptingkat pelaporan melibatkan pihakterkait misalnya laboratoriumkesehatan, Rumah sakit maupunSistem Komputerisasi Haji Terpadubidang kesehatan.
• Pelatihan dan gladi bersih.
KegiatanOperasional
• Surveilans terhadap kejadiankesakitan dan kematian.
• Surveilans terhadap indikatorfaktor risiko.
• Penyelidikan keadaan rawanKLB penyakit, keracunan atauadanya dugaan KLB.
• Peningkatan kesiapsiagaanoperasional.
• Penanggulangan KLB.
Kesiapsiagaan
• Tersedianya SDM yang terlatih dansiap pakai.
• Adanya tim ahli yang mudah diaksesuntuk konsultasi dan tersedianyareferensi.
• Tersedianya fasilitas komunikasi(telphone, faximile, e-mail, website,dll).
• Tersedianya fasilitas transportasi(kendaraan operasional, ambulancedll).
• Tersedianya prosedur kerja tetap(Protap/ SOP).
PEMBIAYAAN
• Pembiayaan SKD dan respon KLBdan jejaringnya agar dialokasikanbiaya penanggulangan KLB di DinasKesehatan Provinsi, Dinas KesehatanKabupaten/ Kota dan KKP.
• Biaya rujukan dan perawatan selamadi embarkasi/ debarkasi haji danselama di Arab Saudi dibebankanpada PPIH di embarkasi/ debarkasidan PPIH di Arab Saudi.
Penanggung jawab penyelidikan danpenanggulangan KLB
• Di Kabupaten/ Kota termasuk wilayah disekitar asramahaji embarkasi penanggung jawabnya Dinas KesehatanKabupaten/ Kota.
• Diperjalanan lintas Kabupaten/ Kota menuju pelabuhanembarkasi/ debarkasi-antara dan atau embarkasi/debarkasi haji penanggung jawabnya adalah DinasKesehatan Provinsi.
Penanggung jawab penyelidikan danpenanggulangan KLB
• Di Asrama Transito Kabupaten/ Kota dan Provinsipenanggung jawabnya adalah masing-masing DinasKesehatan Kabupaten/ Kota dan Provinsi.
• Di dalam asrama haji embarkasi/ debarkasi-antaradan di pelabuhan embakasi/ debarkasi-antarapenanggung jawabnya adalah Kepala KKP.
Penanggung jawab penyelidikan danpenanggulangan KLB
• Di dalam asrama haji embarkasi danpelabuhan embarkasi/ debarkasi hajipenanggung jawabnya adalah Kepala KKP.
• Pada saat debarkasi petugas KKP mencatattanggal kedatangan dan membubuhkanstempel pada Kartu Kewaspadaan KesehatanJemaah Haji (K3JH) sebagai dasarpelaksanaan SKD dan respon KLB di daerahasal.
• KLB pada calon/ jemaah haji dilaporkansecepatnya dalam waktu 24 jam melaluitelepon, fax, email dan atau formulir WIsecara berjenjang sampai ke Ditjen PPM & PL(Cq. Pusat Kesehatan Haji).
Penanggulangan KLB
• Tujuan
• Kegiatan Penanggulangan KLB
Tujuan
• Meningkatkan upaya pencegahan danpenanggulangan KLB penyakit menular, tidakmenular, keracunan, kepada para calon/ jemaah hajiagar mereka terlindungi dan terhindar dari bahayatersebut.
• Mencegah dan memutuskan rantai penularanpenyakit menular yang terbawa oleh calon/jemaahhaji dari Indonesia ke luar negeri dan atausebaliknya.
Tujuan
• Menurunkan frekuensi KLB.
• Menurunkan jumlah kasus dan kematian dalamsuatu KLB.
• Memperpendek periode KLB.
• Terwujudnya kesiapsiagaan petugas haji dalammengantisipasi dan menanggulangi KLB penyakitmenular, tidak menular, keracunan makanan.
Kegiatan Penanggulangan KLB
• Menetapkan populasi rentan terhadap KLBberdasarkan waktu, tempat dan kelompokmasyarakat.
• Melakukan upaya pencegahan melalui perbaikankondisi kesehatan dan lingkungan yangmenyebabkan timbulnya kerentanan dalam suatupopulasi.
• Memantapkan pelaksanaan SKD dan respon KLB.
Kegiatan Penanggulangan KLB
• Memantapkan keadaan kesiapsiagaanmenghadapi kemungkinan timbulnya KLB.
• Melakukan penyelidikan epidemiologi danpenanggulangan pada saat terjadi KLB.
• Mengkaji data atau informasi KLB.
IHR Core Capacity (4) : Response• Intinya :
• Respon Tata Laksana Kasus• Respon Pelaporan Cepat• Respon Kesehatan Masyarakat (Pengendalian Faktor Risiko)
• Kapasitas / Kemampuan Respon Cepat
– Mekanisme Respon Darurat Kes – Masy (prosedur manajemen, hubungan
komunikasi operasional, Posko, dsb)
– Tim Gerak Cepat (TGC) di tingkat Nasional, Propinsi, dan Kabupaten / Kota.
• Prosedur Tata Laksana Kasus untuk berbagai macam bahaya kesehatan
masyarakat
• Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Sarana – sarana kesehatan pada
semua tingkat administrasi
• Disinfeksi, dekontaminasi dan kemampuan pengendalian vektor bagi
semua bahaya
Alur Penemuan Kasus di pOEPelaku Perjalanan dari negara terjangkit
HAC
DEMAM
Tidak
Pemeriksaan KKP
Tata laksana kasus dan rujukan sesuai SOP
Lakukan tindakan thd barang dan alat angkut
Laporkan dlm 24 jam ke Posko KLB cc Dinkes Prov
Identifkasi dan Pemantauan kontak kasus
Pulang
Edukasi
Pemantauan selama 21 hari
Notifikasi ke Dinkes Prov
Kasus / kluster kasus :Demam mendadak, disertai Minimal 3 gejala berikut:
Sakit kepala muntahtidak nafsu makan diaresakit otot atau sendi nyeri peruthiccup (cegukan) sulit menelanlemah sesak napas
Riwayat perjalanan dari negara terjangkit dalam kurun waktu 21 hari sebelum timbul gejala
Rujuk RS
Ya
Tidak
Ya
KESIAPSIAGAAN
BANDARA JUANDA
DALAM MENGHADAPI
PANDEMI INFLUENSA/
Mers COV
FASILITAS EOC
(EMERGENCY OPERATION CENTER)
KOMITE PENANGGULANGANKEADAAN DARURAT (AEC)
KAOTBAN IIIPEMBINA
KETUA
ANGGOTA
SEKRETARIS
GENERAL MANAGER
SSDH
Perwakilandari Instansidibandaradan/ atau
disekitarnya
Instansi di Bandar Udara
1. Bea Cukai2. Imigrasi3. Karantina ikan / tumbuhan4. KKP5. BMKG6. Poliklinik Bandara7. PKP-PK8. Pengamanan Bandara9. Airlines10. Unit Transportasi
Instansi disekitar Bandar Udara
1. TNI2. POLRI3. DPK Pemda4. Dinas Kesehatan Pemda5. Dinas Perhubungan6. Kantor SAR7. Rumah Sakit/ Puskesmas8. PMI9. Unit Penanggulangan
Bencana Daerah
WKL. KETUA
.GM AIRNAV
.DANLANUDAL
.DANLANUD.
JENIS TAHAPAN PENANGANAN
PENUMPANG SUSPECT
STANDAR OPERATING PROSEDUR ( SOP )
SUSPEK AWAL YANG BERANGKAT DENGAN
PESAWAT UDARA.
A. Suspek Awal sedang menuju ke Bandar
Udara
B. Suspek Awal sudah berada di Bandar Udara
C. Suspek Awal sudah berada di pesawat udara
1. KKP menginformasikan kepada GM AP.I Bandara Juanda bahwa terdapat suspek awal (SA) yang sedang menuju ke Bandara.
2. GM AP. I meneruskan kepada KAOTBAN, dan menginstruksikankepada para Department Head untuk siaga mengambil tindakansesuai dengan petunjuk KKP.
3. GM membuka Emergency Operation Center (EOC).
4. Airport Operation Department Head dan Airport Security Department Head bersama-sama dengan pihak KKP melaksanakan pemeriksaan terhadap SA di lokasi pintu masuk Terminal Bandara untuk mencegah SA masuk.
A. SUSPEK AWAL SEDANG MENUJU KE BANDARA
5.Pemeriksaan dilakukan melalui identitas diri, wawancaraserta pemeriksaan fisik oleh KKP terhadap kondisi tubuhsesuai dengan gejala Avian Influenza/ Mers-CoV.
6. Apabila SA ternyata memenuhi kriteria Suspek maka yangbersangkutan dirujuk ke rumah sakit rujukan oleh petugasKKP yang dilengkapi peralatan Personel ProtectiveEquiptment (PPE) dengan menggunakan mobil evakuasipenyakit menular yang disiapkan oleh KKP.
7. Apabila SA tidak memenuhi kriteria Suspek maka yangbersangkutan dapat ditunda keberangkatannya dan diobatisampai dengan dapat dinyatakan sehat untuk melanjutkanperjalanan dengan pesawat udara.
8. General Manager menutup Emergency Operation Center(EOC).
B. SUSPEK AWAL SUDAH BERADA DI BANDARA
1. KKP menginformasikan kepada General Manager AP I bahwa ada Suspek Awal (SA) yang sudah berada di Bandara.
2. GM API meneruskan berita ke KAOTBAN dan GM Perum LPPNPI, kemudian menginstruksikan kepada para Department Head untuk siaga mengambil tindakan sesuai dengan petunjuk KKP.
3. General Manager membuka Emergency Operation Center (EOC).
4. Pihak Airport Operation Department, Airport Security Departmentbersama- sama dengan pihak Ground Handling, Airline dan KKP ikut serta membantu pelaksanaan pencarian.
Kemuliaan Melayani
5. Apabila SA sudah ditemukan maka yang bersangkutan langsung dibawa ke KKPdi Bandara untuk dilakukan pemeriksaan fisik dan wawancara guna konfirmasi lebihlanjut.
6.Apabila SA memenuhi kriteria Suspek maka dirujuk langsung ke rumah sakit rujukanoleh petugas yang dilengkapi peralatan Personel Protective Equiptment (PPE)dengan menggunakan mobil evakuasi penyakit menular yang disiapkan oleh KKP
melalui airside dan Gardu Utama Sekuriti.7. Apabila SA tidak memenuhi kriteria Suspek maka yang bersangkutan dapat ditunda
keberangkatannya dan diobati sampai dengan dapat dinyatakan sehat untukmelanjutkan perjalanan dengan pesawat udara.
8. Apabila SA belum diketemukan maka dilakukan pemeriksaan terhadap semuapenumpang yang ada di boarding lounge dengan menggunakan peralatanThermoscanner.
9. General Manager menutup Emergency Operation Center (EOC)..
C. SUSPEK AWAL SUDAH BERADA DI
PESAWAT UDARA
1. KKP menginformasikan kepada General Manager AP I bahwa ada SA sudah berada di Pesawat Udara.
2. GM AP I meneruskan kepada KAOTBAN dan GM Perum LPPNPI, selanjutnya GM AP I menginstruksikan kepada Airport Operation Department Head dan Airport Security Department Head untuk siaga mengambil tindakan sesuai dengan petunjuk KKP.
3. GM AP I membuka Emergency Operation Center (EOC).
4. General Manager Perum LPPNPI menginstruksikan petugas Tower untuk melakukan penundaan keberangkatan sementara terhadap pesawat pengangkut Suspek Awal.
5. KKP melalui koordinasi dengan Sekuriti Bandara dan pihakAirlines/Ground Handling, menuju pesawat dan mengevakuasiSA untuk pemeriksaan fisik dan wawancara oleh petugas KKP.
6. Apabila SA memenuhi kriteria Suspek maka yang bersangkutandirujuk langsung ke rumah sakit rujukan oleh petugas yangdilengkapi peralatan Personel Protective Equiptment (PPE) denganmenggunakan mobil evakuasi penyakit menular yang disiapkanoleh KKP melalui airside dan Gardu Utama sekuriti dan kepadaPenumpang lainnya diwajibkan mengisi Kartu KewaspadanKesehatan yang disediakan KKP dan selanjutnya penerbangandiijinkan berangkat.
7. Apabila SA tidak memenuhi kriteria Suspek maka yangbersangkutan dapat ditunda keberangkatannya dan diobatisampai dengan dapat dinyatakan sehat untuk melanjutkanperjalanan dengan pesawat udara.
8. General Manager menutup Emergency Operation Center (EOC).
SUSPEK AWAL YANG DATANG DENGAN
PESAWAT UDARA
1. INFORMASI SA DITERIMA PADA SAAT YANG BERSANGKUTAN BERADA DI PESAWAT UDARA
2. INFORMASI SA DITERIMA SETELAH YANG BERSANGKUTAN TURUN DI BANDARA
1. KKP atau Bandara asal menginformasikan kepada GM AP Ibahwa ada SA berada di Pesawat Udara.
2. GM AP I meneruskan berita kepada KAOTBAN dan GM Perum LPPNPI, menginstruksikan kepada Airport Operation Department Head dan Airport Security Department Headuntuk siaga mengambil tindakan sesuai dengan petunjuk KKP.
3. GM AP I membuka Emergency Operation Center (EOC).
4. GM Perum LPPNPI menginstruksikan petugas ACC, APP atau ADC untuk menempatkan pesawat yang bersangkutan di isolated area (apabila diminta oleh KKP).
A. INFORMASI SA DITERIMA PADA SAAT YANG BERSANGKUTAN BERADA DI PESAWAT UDARA
5. SA dibawa ke KKP di Bandara untuk dilakukan pemeriksaan fisik danwawancara, apabila SA tidak memenuhi kriteria Suspek maka yangbersangkutan diobati atau dapat dirujuk ke Rumah Sakit/Poliklinikterdekat untuk melanjutkan perjalanannya serta penumpang yanglain diijinkan turun dan melanjutkan perjalanan.
6. Apabila SA memenuhi kriteria Suspek maka seluruh penumpanglainnya diwajibkan mengisi Kartu Kewaspadaan Kesehatan dandiijinkan melanjutkan perjalanan, sedang suspek dirujuk langsungke rumah sakit rujukan oleh petugas yang dilengkapi peralatanPersonel Protective Equiptment (PPE) dengan menggunakanmobil evakuasi penyakit menular yang disiapkan oleh KKPmelalui airside dan Gardu Utama sekuriti setelah dilakukanpemeriksaan oleh Petugas Imigrasi dan Bea Cukai.
7. General Manager menutup Emergency Operation Center (EOC).
B. INFORMASI SA DITERIMA SETELAH YANG BERSANGKUTAN TURUN DI BANDARA
1. KKP atau Bandara asal menginformasikan kepada GM AP Ibahwa ada suspek yang berada di Pesawat Udara.
2. GM AP I meneruskan berita ke KAOTBAN dan GM Perum LPPNPI, kemudian menginstruksikan kepada Airport Operation Department Head dan Airport Security Department Head untuk siaga mengambil tindakan sesuai dengan petunjuk KKP.
3. General Manager membuka Emergency Operation Center (EOC).
4. Pihak Airport Operation Department, Airport Security Department bersama-sama dengan pihak Ground Handling, Airline dan KKP ikut serta membantu pelaksanaan pencarian.
5. Apabila SA sudah ditemukan maka yang bersangkutan langsungdibawa ke KKP di Bandara untuk dilakukan pemeriksaan fisik danwawancara guna konfirmasi lebih lanjut.
6. Apabila yang bersangkutan memenuhi kriteria Suspek maka dirujuklangsung ke rumah sakit rujukan oleh petugas yang dilengkapiperalatan Personel Protective Equiptment (PPE) denganmenggunakan mobil evakuasi penyakit menular yang disiapkan olehKKP melalui airside dan Gardu Utama sekuriti setelah dilakukanpemeriksaan oleh Petugas Imigrasi dan Bea Cukai.
7. Apabila SA tidak memenuhi kriteria Suspek maka yangbersangkutan diobati atau dapat dirujuk ke Rumah Sakit/Poliklinik
terdekat untuk kelanjutan perjalanannya.8. Apabila SA belum diketemukan maka dilakukan pemeriksaan
terhadap semua penumpang yang ada di daerah kedatangandengan menggunakan peralatan Thermoscanner.
9. GM menutup Emergency Operation Center (EOC).
SUSPEK AWAL BUKAN PENUMPANG PESAWAT UDARA
1. SUSPEK AWAL SEDANG MENUJU KE BANDAR UDARA
2. SUSPEK AWAL SUDAH BERADA DI BANDAR UDARA
A. SUSPEK AWAL SEDANG MENUJU KE BANDAR UDARA
1. KKP menginformasikan kepada GM AP I bahwa ada SA yang sedangmenuju Bandara.
2. GM AP I meneruskan berita ke KAOTBAN dan menginstruksikankepada para Department Head untuk siaga mengambil tindakansesuai dengan petunjuk KKP.
3. General Manager membuka Emergency Operation Center (EOC).
4. Airport Operation Department dan Airport Security Departmentbersama-sama dengan pihak KKP melaksanakan pemeriksaanterhadap SA yang menuju Bandara pada lokasi di depan pintumasuk Bandara untuk mencegah suspek masuk Bandara.
5. Airport Security Department Head meminta bantuankepada TNI-AL dan Polsek Sedati untuk pelaksanaanpemeriksaan dan pengamanan.
6. Pemeriksaan dilakukan melalui identitas diri, wawancaraserta pemeriksaan fisik oleh KKP terhadap kondisi tubuhsesuai dengan gejala Avian Influenza. Apabila Suspek Awalternyata memenuhi kriteria Suspek maka yangbersangkutan dirujuk ke rumah sakit rujukan oleh petugasKKP yang dilengkapi peralatan P ersonel ProtectiveEquiptment (PPE) dengan menggunakan mobil evakuasipenyakit menular yang disiapkan oleh KKP.
7. General Manager menutup Emergency Operation Center(EOC).
B. SUSPEK AWAL SUDAH BERADA DI BANDAR UDARA
1. KKP menginformasikan kepada GM AP I bahwa ada SA yang sudah berada di Bandara.
2. General Manager meneruskan berita kepada KAOTBAN dan menginstruksikan kepada Airport Operation Department Head dan Airport Security Department Head untuk siaga mengambil tindakan sesuai dengan petunjuk KKP.
3. General Manager membuka Emergency Operation Center (EOC).
4. Airport Operation Department dan Airport Security Departmentbersama-sama dengan pihak Ground Handling, Airline dan KKP ikut serta membantu pelaksanaan pencarian
5. Apabila SA sudah ditemukan maka yang bersangkutanlangsung dibawa ke KKP di Bandara untuk dilakukanpemeriksaan fisik dan wawancara guna konfirmasi lebih lanjut.
6. Apabila yang bersangkutan memenuhi kriteria Suspek makadirujuk langsung ke rumah sakit rujukan oleh petugas yangdilengkapi peralatan Personel Protective Equiptment (PPE)dengan menggunakan mobil evakuasi penyakit menular yangdisiapkan oleh KKP.
7. Apabila Suspek Awal tidak memenuhi kriteria Suspek makayang bersangkutan diobati atau dapat dirujuk ke RumahSakit/Poliklinik terdekat untuk perawatan lebih lanjut.
8. General Manager menutup Emergency Operation Center(EOC).
1. Berdasarkan koordinasi dengan KKP GM dapat menginstruksikan Airport Security Department Head untuk mengisolasi daerah tertentu agar orang terhindar dari penularan, dengan bantuan TNI-AL dan Polsek Sedati, serta bila diperlukan untuk memasang pembatas mengelilingi lokasi yang rawan terjangkit dan dijaga oleh petugas Pengamanan Bandara.
2. Pembatas dapat dipindah pindah sesuai dengan keperluan atas petunjuk dari pihak Kantor Kesehatan Pelabuhan.
3. Orang yang akan menuju area rawan terjangkit harus memakai masker dan atau perlengkapan yang disarankan oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan.
4. Petugas Pengamanan Bandar Udara Juanda dan Kepolisian Sektor Sedatibertanggungjawab atas pengendalian arus lalulintas dari dan ke lokasi rawan terjangkit untuk menjamin kelancaran lalulintas dan masuknya kendaraan bantuan penanganan kondisi terjangkit atau gawat darurat bagi petugas atau instansi yang dibutuhkan.
PENGAWASAN AKSES LOKASI KEJADIAN
PENGAWASAN PERSONIL
1. Pada saat kejadian rawan terjangkit terjadi didalam terminal danatau di sisi udara, tetap dilakukan pengketatan penerbitan danpengawasan terhadap identitas atau Sistem Pas Orang BandarUdara.
2. Semua personil yang terlibat dalam situasi gawat darurat diingatkanuntuk lebih memperhatikan prosedur pemakaian Pas Orang BandarUdara sesuai ketentuan yang berlaku.
3. Pada saat kejadian rawan terjangkit KAOTBAN dapatmenerbitkan Pas Sementara Khusus untuk memenuhikepentingan para personil yang melakukan tugas atau kegiatansehubungan dengan kejadian dan Pas tersebut diganti setiaphari.
4. Semua personil yang terlibat dalam penanganan lokasi rawanterjangkit wajib menggunakan peralatan Personel Protective
Equiptment (PPE) sesuai dengan kebutuhan.
PENGAWASAN KENDARAAN
1. Pada saat kejadian rawan terjangkit di dalam terminal dan atau di sisi udara, tetap dilakukan pengketatan penerbitan dan
pengawasan terhadap identitas atau Sistem Pas Kendaraan Bandar Udara. Semua kendaraan yang dilibatkan dalam situasi gawat darurat harus memenuhi prosedur pengoperasian sesuai ketentuan yang berlaku.
2. Pada saat kejadian Kepala Kantor Otoritas Bandara Wilayah III dapat menerbitkan Pas Kendaraan Sementara Khusus untuk memenuhi kebutuhan operasional kendaraan bantuan yang dilibatkan sehubungan dengan kejadian.
3. Pas Kendaraan Sementara Khusus harus dipasang dengan jelas di
kaca bagian kiri depan dan dibelakang.
PERS DAN MEDIA
1. Juru bicara sehubungan dengan kejadian rawanterjangkit dan penanganan Flu Burung di Bandar Udara
adalah Kepala Kantor Otoritas Bandara Wilayah IIIbersama dengan General Manager PT. Angkasa Pura
I Bandar Udara Juanda Surabaya dan Kepala KantorKesehatan Pelabuhan Kelas I Surabaya, dan
peliputan kejadian untuk kepentingan publikasi olehpers harus atas ijin General Manager.
2. Share Service Department Head wajib menyiapkantempat wawancara atau pers release khusus untukkejadian rawan terjangki
LOKASI FASILITAS KKP T1
KKP
KKP
LOKASI FASILITAS KKP
FLOW EVAKUASI DI T1
POSKO AIRSIDE
FLOW EVAKUASI DI T2
POSKO AIRSIDE
86
TERIMA KASIH
Berhaji Sehat, Mandiri & Mabrur
Top Related