STUDI PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH
DI DESA BALEREJO KECAMATAN PANGGUNGREJO
KABUPATEN BLITAR
JURNAL
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Akhir
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (ST.)
Disusun oleh :
AMILYA AYUNING TYAS
NIM. 115060401111024-64
KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK PENGAIRAN
MALANG
2015
STUDI PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH
DI DESA BALEREJO KECAMATAN PANGGUNGREJO
KABUPATEN BLITAR
Amilya Ayuning Tyas1, Ery Suhartanto
2, Very Dermawan
2
1Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya
2Dosen Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Teknik Pengairan Universitas Brawijaya-Malang, Jawa Timur, Indonesia
Jl. MT. Haryono 167 Malang 65145 Indonesia [email protected]
ABSTRAK Kabupaten Blitar khususnya Kecamatan Panggungrejo pada saat musim kemarau sering mengalami
kekeringan. Kecamatan Panggungrejo memiliki desa rawan air paling banyak sekitar 43% dari total desa yang
ada. Tingkat pelayanan air minum yang dikelola swakelola masyarakat (PAMDES) masih sangat rendah yaitu
37%, dengan kualitas pelayanan yang belum memadai baik kuantitas maupun kontinuitasnya.
Kajian ini bertujuan untuk mengetahui ketersediaan air sumber sampai dengan tahun 2029 dan kondisi
hidrolis yang ada. Simulasi jaringan pipa dilakukan dengan bantuan program WaterCAD V8 XM Edition.
Besarnya kebutuhan air disesuaikan dengan permintaan daerah yang dilayani.
Diketahui total debit yang tersedia di RD Balerejo II sebesar 4,0 liter/detik. Berdasarkan analisa hasil
perhitungan diketahui bahwa besar total debit untuk bisa melayani 100% kebutuhan air rata-rata sebesar 2,74
liter/detik untuk daerah pelayanan RD Balerejo II. Perhitungan dilakuakan dengan simulasi kondisi tidak
permanen dengan kebutuhann air berubah sesuai dengan kebutuhan tiap jamnya.
Berdasarkan hasil akhir simulasi, dengan menggunakan program WaterCAD V8 XM Edition, bahwa
sistem jaringan pipa dapat berjalan dengan baik. Hal ini berdasarkan kondisi tekanan, kecepatan dan Headloss
yang sudah sesuai dengan syarat perencanaan dan volume tandon yang mampu untuk memenuhi kebutuhan air
bersih di daerah studi.
Kata kunci: air bersih, jaringan pipa, jaringan perpipaan, simulasi program
ABSTRACT Blitar regency especially in district Panggungrejo often experienced drought. in the dry season.
Panggungrejo district has the highest number of water-prone villages which are about 43% of the total villages.
The service of water supply managed by community or PAMDES is still very low, which is 37%, with an
inadequate both of quality and continuity.
This study aimed to determine the availability of water supply until 2029 and the hydraulic condition.
Of it pipeline simulation carried out with the program WaterCAD V8 XM Edition. The amount of water
demands was appropriate to the demand of the service area.
It was given that the total discharge available in RD Balerejo II was 4,0 liters/sec. Based on the
analysis of the calculation result, it is known that the total discharge required to fulfill 100% of water demands
is 2,74 liter/sec for RD Balerejo II service area. The calculation was done by simulating an Extended Period
Simulation (EPS) where it provided acceptable levels of service over a period hours based on the demands.
Based on the result of the final simulation using the program WaterCAD V8 XM Edition, the pipeline
operated well. The pressure conditions, velocity and Headloss were agree with the requirements of planning
and reservoir volume was able to fulfill the water demands in the study area.
Keywords: clean water, pipelines, piping, simulation program
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyediaan air bersih untuk masyarakat
mempunyai peranan yang sangat penting
dalam meningkatkan kesehatan lingkungan
atau masyarakat, yakni mempunyai peranan
dalam menurunkan angka penderita penyakit,
khususnya yang berhubungan dengan air, dan
berperan dalam meningkatkan standar atau
kualitas hidup masyarakat.
Sampai saat ini penyediaan air bersih
untuk masyarakatdi Indonesia masih di-
hadapkan pada beberapa permasalahan yang
cukup kompleks dan sampai saat ini masih
belum dapat diatasi sepenuhnya. Salah satu
masalah yang masih dihadapi sampai saat ini
yakni masih rendahnya tingkat pelayanan air
bersih untuk masyarakat.
Dalam “Studi Perencanaan Sistem Pe-
nyediaan Air Bersih Untuk Desa Balerejo,
Kecamatan Panggungrejo, Kabupaten Bli-
tar”, Kajiannya secara teknis merupakan
suatu sistem jaringan yang melayani Desa
Balerejo, Kecamatan Panggungrejo, Kab-
upaten Blitar.
1.2. Identifikasi Masalah
Secara geografis Kecamatan Panggung-
rejo, Kabupaten Blitar terletak pada posisi
111o 40’ – 112
o 10’ Bujur Timur dan 7
o 58’ -
8o 9’ 51” Lintang Selatan. Penduduk Desa
Balerejo mengandalkan sumur dangkal yang
pada saat musim kemarau selalu mengalami
kekeringan, tetapi pada saat musim hujan,
air didaerah ini masih dapat dikatakan cukup
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Namun, pendistribusiannya masih belum
merata khususnya pada musim kemarau
maka pengadaan penyediaan air minum di
daerah ini sangat mendesak.
Salah satu usaha untuk memenuhi
kebutuhan air bersih di wilayah ini adalah
dengan memanfaatakan kapasitas debit
Sumber Air Balerejo II, yang menghasilkan
debit air 4 liter/detik, yang secara posisi
Sumber Air Balerejo II,terletak pada 8o
17’34,6”S 112o 17’ 54,1”E dan elevasi dari
hasil Google Earth +277 m. Desa Balerejo
yang berpenduduk sejumlah 1.218 Kepala
Keluarga (KK), sedangkan jumlah penduduk
di daerah yang mengalami kekeringan
terparah, berada di Desa Balerejo II RT.04
RW.02 berjumlah 47 Kepala Keluarga (KK).
Sistem distribusi yang kurang memadai
disebabkan oleh adanya perencanaan yang
kurang memperhatikan peningkatan pola
kebutuhan konsumen.
Secara umum permasalahan pemenuhan
kebutuhan baku untuk air minum di Desa
Balerejo, Kecamatan Panggungrejo, Kab-
upaten Blitar adalah sebagai berikut:
• Penyebaran sumber air yang tidak
merata dan sebagian sumber air berada
pada elevasi di bawah daerah layanan
dengan topografi daerah yang berbukit-
bukit.
• Pemukiman penduduk umumnya ber-
pecar-pencar dan terbatasnya sarana
dan prasarana penyediaan air baku.
Perencanaan sistem jaringan pipa pada
studi ini dengan memanfaatkan salah
satu reservoir distribusi (RD) dari salah
satu sistem jaringan air baku Sumber
Air Balerejo II.
Analisa hidraulika yang dilakukan pada
sistem jaringan pipa adalah pengaruh tinggi
tekan hidraulik dan diameter pipa yang harus
cukup untuk mengalirkan debit sesuai dengan
yang dibutuhkan. Oleh karena elevasi sumber
air pada perencanaan ini berada dibawah
daerah layanan, maka diperlukan pompa
untuk mengalirkan debit menuju daerah
layanan.
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari pelaksanaan studi ini
adalah untuk:
1. Mengetahui debit kebutuhan air
bersih di Desa Balerejo, Kecamatan
Panggungrejo, Kabupaten Blitar.
2. Memperoleh perencanaan jaringan
distribiusi air bersih sampai tahun
2029 dengan menerapkan model
simulasi dengan bantuan program
WaterCAD V8 XM Edition.
3. Memperoleh kondisi hidrolis sistem
jaringan distribusi air bersih untuk
memenuhi kebutuhan di Desa Bale-
rejo, Kecamatan Panggungrejo, Kab-
upaten Blitar.
2. KAJIAN PUSTAKA
2.1. Proyeksi Pertumbuhan Jumlah
Penduduk
Agar dapat menentukan kebutuhan air
bersih pada masa mendatang perlu terlebih
dahulu diperhatikan keadaan yang ada pada
saat ini dan proyeksi jumlah penduduk di
masa mendatang Metode yang digunakan
untuk memproyeksikan jumlah penduduk di
masa mendatang yaitu: (Muliakusumah,
2000:115).
1. Metode Eksponensial
2. Metode Geometrik
3. Metode Aritmatik
2.2. Kebutuhan Air Bersih
Kebutuhan air adalah jumlah air yang
dipergunakan secara wajar untuk keperluan
pokok mausia (domestik) dan kegiatan-
kegiatan lainnya yang memerlukan air. Pada
umumnya banyak diperlukan oleh masya-
rakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Pemakaian air oleh masyarakat tidak
terbatas pada keperluan domestik, namun
untuk keperluan industri dan keperluan
perkotaan. Besarnya pemakaian oleh masya-
rakat dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti
tingkat hidup, pendidikan, tingkat ekonomi
dan kondisi sosial. Dengan demikian, dalam
perencanaan suatu sistem penyediaan air,
kemungkinan penggunaan air dan variasinya
haruslah diperhitungkan secermat mungkin
(Linsley, 1996:91).
Macam kebutuhan air bersih umumnya
dibagi atas dua kelompok yaitu:
1. Kebutuhan Domestik
2. Kebutuhan Non Domestik
2.3. Analisis Hidrolika Pada Sistem
Jaringan Pipa Air Bersih
Air di dalam pipa selalu mengalir dari
tempat yang memiliki tinggi energi lebih
besar menuju tempat yang memiliki tinggi
energi lebih kecil. Aliran tersebut memiliki
tiga macam energi yang bekerja di dalamnya,
yaitu (Priyantoro, 1991:5):
1. Energi kinetik, yaitu energi yang ada
pada partikel massa air sehubungan
dengan kecepatannya.
2. Energi tekanan, yaitu energi yang ada
pada partikel massa air sehubungan
dengan tekanannya.
3. Energi ketinggian, yaitu energi yang
ada pada partikel massa air sehub-
ungan dengan ketinggiannya terhadap
garis refrensi (datum line).
2.4. Pipa Hubungan Seri
Apabila dalam suatu saluran pipa terdiri
dari pipa dengan ukuran yang bebeda-beda
yang tersambung dengan diameter yang
sama, maka pipa tersebut dalam hubungan
seri, pemasangan pipa secara seri akibat
adanya dari perbedaan ukuran akan
menimbulkan beberapa kehilangan tinggi
(Priyantoro, 1991:49)
Gambar 1. Pipa hubungan seri
Sumber: Dake 1985:78
Persamaan Kontinuitas (Triatmodjo,
1996:74):
Q = Q1 = Q2 (2-1)
dimana:
Q = total debit pada pipa yang
terpasang seri (m3/det)
Q1, Q2 = adalah debit pada pipa 1dan 2
(m3/det)
Sedangkan untuk total kehilangan tekanan
pada pipa yang terpasang seri (Triatmodjo,
1996:74):
H = hf1 + hf2 (2-2)
dimana:
H = Total kehilangan tekan pada pipa
yang terpasang seri (m)
hf1,hf2 = Kehilangan pada tiap pipa (m)
2.5. Kriteria Jaringan Pipa Air Bersih
Dalam perencanaan jaringan pipa harus
memenuhi kriteria-kriteria agar pada saat
pengoperasian dapat berjalan sesuai dengan
standar yang ada. Adapun kriteria jaringan
pipa ditampilkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Kriteria Jaringan Pipa HDPE
Perubahan
1. Kecepatan 0,1-2,5 m/detik
- Kecepatan kurang dari 0,1 m/detik
a. Diameter pipa diperkecil
b. Ditambahkan pompa
c. Elevasi hulu pipa hendaknya lebih tinggi
(disesuaikan di lapangan)
- Kecepatan lebih dari 2,5 m/detik
a. Diameter pipa diperbesar
b. Elevasi pipa bagian hulu terlalu besar
dibandingkan dengan hilir
2. Headloss Gradient 0 – 15 m/km
- Headloss Gradient lebih dari 15 m/km
a. Diameter pipa diperbesar
b. Elevasi pipa bagian hulu terlalu besar
dibandingkan dengan hilir pipa
3. Tekanan 10-60 mH2O
- Tekanan kurang dari 10 mH2O
a. Diameter pipa diperbesar
b. Ditambahkan pompa
c. Pemasangan pipa yang kedua di bagian atas,
sebagian atau keseluruhan dari panjang pipa
- Tekanan lebih dari 60 mH2O
a. Diameter pipa diperkecil
b. Ditambahkna bangunan bak pelepas tekan
c. Pemasangan Pressure Reducer Valve (PRV)
Sumber: SNI 06-4829-2005
Dalam perencanaan dimensi pipa harus
memenuhi ketentuan teknis sebagai berikut:
a. Pipa harus direncanakan untuk meng-
alirkan debit maksimum harian;
b. Kehilangan tekanan dalam pipa tidak
lebih 30% dari total tekanan statis (Head
statis) pada sistem perpipaan dengan
pemompaan. Untuk sistem gravitasi,
kehilangan tekanan maksimum 5 m/
1000 m.
2.6. Perencanaan Sistem Pompa
Pompa adalah perangkat yang mengubah
tenaga mekanis menjadi tenaga hidrolis
(Linsley II, 1996:17) penggunaan pompa
mampu memberikan tambahan tekanan
dalam suatu sistem jaringan distribusi air
bersih. Dengan adanya pompa tinggi tekanan
yang berkurang dapat dinaikkan kembali
sehingga sistem dapat mengalirkan air
ketempat pelayanan yang lebih tinggi dan
jauh. Sehingga dalam operasinya pompa
harus dapat memenuhi tinggi tekan yang
dibutuhkan sistem. Apabila sebelum pompa
dipasang telah ada aliran, maka pompa dapat
digunakan untuk menambah kapasitas
debitnya. Untuk menggunakan pompa dalam
pekerjaan konstruksi diperlukan penge-
tahuan dan perhitungan, beberapa faktor
yang mempengaruhi perencanaan pompa
diantaranya adalah:
Debit yang tersedia
Fluktuasi keadaan air yang dipompa
Total Head yang diperlukan
Letak pompa terhadap titik peng-
ambilan
Jumlah air yang harus dipompa
Ukuran dan panjang pipa transmisi
Sambungan, percabangan dan klep-
klep yang ada untuk kelancaran ope-
rasi.
Faktor ukuran, panjang pipa sambungan
serta percabangan digunakan dalam per-
hitungan kehilangan tinggi tekan sepan-jang
aliran.
2.7.Macam Pompa
Pompa mempunyai beberapa macam
bentuk dan sifat tergantung dari prinsip
kerjanya. Macam pompa pada dasarnya
dibedakan menjadi tiga, yaitu: (De Gruyter,
1979)
a. Pompa yang mempunyai alat untuk
mendorong air ke atas atau mempunyai
sudu-sudu yang berguna untuk me-
naikkan air ke tempat yang lebih tinggi.
b. Pompa rotodinamik
Prinsip kerjanya harus ada transfer en-
ergi untuk menggerakkan alat se-hing-
ga menimbulkan kecepatan dan te-
kanan untuk menaikkan air.
c. Pompa positif
Prinsip kerjanya mengikuti hukum
Boyle, yaitu air dimasukkan kedalam
rongga yang membesar, kemudian
dengan membuat rongga menjadi sem-
pit maka air akan tertekan selanjutnya
dimanfaatkan untuk menaikkan air ke
elevasi yang lebih tinggi.
Untuk menaikkkan air pada sistem jari-
ngan pipa dibutuhkan pompa yang fleksibel,
maksudnya adalah mampu dalam hal penye-
diaan debit dan perbedaan elevasi yang cuk-
up besar antara muka air yang dihi-sap ter-
hadap daerah yang akan di distribusi.
3. METODOLOGI PENELITIAN
Pada bagian ini akan dibahas mengenai
metode penelitian untuk mengkaji sistem
penyediaan air bersih pada daerah kajian.
Untuk mengkaji sistem tersebut diperlikan
suatu tahapan penelitian yaitu dengan cara
mengumpulkan data-data teknis dan
pendukungnya.
Adapun data-data yang diperlukan dalam
kajiannya antara lain sebagai berkut:
Data kondisi daerah studi
Data teknis sistem jaringan distribusi
air bersih
Data jumlah penduduk yang akan
dilayani
Data yang terkumpul selanjutnya digunakan
untuk menghitung dan melakukan per-
encanaan sistem penyediaan air bersih pada
daerah kajian.
Secara posisi Sumber Mata Air Balerejo
II terletak pada pada 8o 17’34,6”S 112
o 17’
54,1”E dan elevasi dari hasil Google Earth
+277 m, terletak Desa Balerejo, Kecamatan
Panggungrejo, Kabupaten Blitar. Untuk
mengalirkan air baku agar sampai dipada
daerah layanan diperlukan pompa untuk
menaikkan air samapai daerah rencana. Besar
debit pada site sumber mata air adalah 4
liter/detik. Panjang rencana jalur pipa air
baku ± 2000 m – 3037 m dari site ke lokasi
layanan.
Oleh karena adanya beda elevasi yang
cukup tinggi, sehingga dalam pemompaan
dilakukan secara 2 (dua) tahap. Reservoir
distribusi (RD) tersebut berfungsi menam-
pung air untuk dialirkan ke daerah layanan
terdekat maupun dipompa kembali menuju
daerah layanan yang memiliki elevasi lebih
tinggi. Dalam perencanaan ini dilakukan
4(empat) skenario perencanaan air bersih
antara lain:
- Alternatif 1: skenario 1 pompa, operasi
pompa 18 jam/hari dengan debit inflow 4
liter/detik (pompa menyala 6 jam-an),
pompa mulai beroperasi jam 05.00.
- Alternatif 2: skenario 1 pompa, operasi
pompa 18 jam dengan debit inflow 4
liter/detik (pompa menyala per 6 jam-an),
jam 23.00 WIB sampai 24.00 WIB pompa
dimatikan, pompa mulai beroperasi jam
05.00.
- Alternatif 3: skenario 2 pompa, operasi
pompa 16 jam/hari dengan debit inflow 4
liter/detik (pompa menyala per 7 jam-an),
jam 20.00 WIB sampai 24.00 WIB pompa
dimatikan, pompa mulai beroperasi jam
05.00.
- Alternatif 4: skenario 3 pompa, operasi
pompa 15 jam/hari dengan debit inflow 4
liter/detik (pompa menyala per 4 jam-an),
jam 22.00 sampai 24.00 pompa dimatikan,
pompa mulai beroperasi jam 04.00.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Proyeksi Jumlah Penduduk
Perhitungan proyeksi penduduk dapat
dilakukan dengan 3 metode, yaitu metode
geometrik, metode aritmatik, dan metode
eksponensial. Setelah diketahui hasil dari
perhitungan masing-masing metode, diten-
tukan pula nilai dari standart deviasi dan
koefisien korelasi (r) dari masing-masing
metode, untuk menentukan metode mana
yang akan di pakai untuk menghitung
proyeksi kebutuhan air. Kriteria penentuan
metode proyeksi penduduk yang dipilih
berdasarkan pada nilai koefisien korelasi
yang terbesar mendekati +1.
Tabel 2. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk
Desa Balerejo Tahun 2011-2029
Sumber: Hasil Perhitungan
Pada studi ini perhitungan proyeksi
penduduk dilakukan sampai dengan 15 tahun
kedepan mulai dari tahun 2015 sampai dengan
tahun 2029.
4.2. Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Perhitungan Proyeksi kebutuhan air
bersih Desa Balerejo, Kecamatan Panggung-
rejo, Kabupaten Blitar sebagai berikut:
A. Kebutuhan Domestik dan Non Domestik
Macam kebutuhan air bersih terdiri dari
2 macam yaitu, kebutuhan domestik dan
kebutuhan non domestik. Berdasarkan
beberapa faktor dari letak geografis
maupun kondisi sosial ekonominya Desa
Balerejo termasuk dalam golongan Desa
kecil (jumlah penduduk pada tahun 2029
dibawah 10.000 jiwa) dengan asumsi
kebu-tuhan air bersih sebesar 60 li-
ter/orang/hari. Sedangkan kebutuhan non
domestik ditujukan untuk ber-bagai
fasilitas umum, berdasarkan Permen PU
Tentang Penyelenggaraan Pengem-
bangan SPAM tingkat pelayanan air
untuk kebutuhan non domestik sebesar
15% dari kebutuhan domestik.
B. Fluktuasi Kebutuhan Air
Besarnya pemakaian air pada daerah
studi berbeda pada setiap jamnya, hal ini
dikarenakan terjadinya fluktuasi pada
setiap jam yang dipengaruhi oleh pe-
makaian/faktor beban konsumen.
C. Kehilangan Air
Kehilangan air merupakan besar air yang
hilang selama proses pendistribusian air.
Berdasarkan Permen PU Tentang Penye-
lenggaraan Pengembangan SPAM ke-
hilangan air karena faktor teknis mak-
simal sebesar 15% dan faktor nonteknis
mendekati nol.
Berdasarkan dari hasil perhitungan ke-
butuhan air yang telah dilakukan, dida-patkan
total debit yang dibutuhkan untuk memenuhi
seluruh sambungan rumah sampai tahun 2029
yang ada pada jalur reservoir distribusi (RD)
Sumber Mata Air Balerejo II sebesar 2,74 li-
ter/detik dengan debit yang tersedia sebesar 4,0
liter/detik, dan dari hasil perhitungan yang
didapatkan maka tahun 2029, kemampuan pe-
layanan debit sumber terhadap kebutuhan air
bersih pada saat jam puncak adalah 93,50%
Tabel 3. Rekapitulasi Kebutuhan Air Bersih
Desa Balerejo Tahun 2029
Sumber: Hasil Perhitungan
4.3. Alternatif Skenario Operasi Jaringan
Distribusi Air Bersih
Alternatif 1 RD Balerejo II: Skenario 1
Pompa, Operasi Pompa 18 Jam (Pompa
Menyala per 6 jam) dimana pompa mulai
beroperasi jam 05.00.
Gambar 2. Grafik fluktuasi muka air
dalam tandon pada Alternatif 1 RD
Balerejo II
Gambar 3. Grafik perbandingan volume
air total dengan volume air effektif dalam
tandon pada Alternatif 1 RD Balerejo II
Gambar 4. Grafik debit pompa pada
Alternatif 1 RD Balerejo II
Gambar 5. Grafik debit inflow dan outflow
pada Alternatif 1 RD Balerejo II
Alternatif 2 RD Balerejo II : Skenario 1
Pompa, Operasi Pompa 18 Jam (Pompa
Menyala per 6 jam) jam 23.00 sampai jam
24.00 pompa dimatikan, dimana pompa
mulai beroperasi jam 05.00.
Gambar 6. Grafik fluktuasi muka air
dalam tandon pada Alternatif 2 RD
Balerejo II
Gambar 7. Grafik perbandingan volume air
total dengan volume air effektif dalam
tandon pada Alternatif 2 RD Balerejo II
Gambar 8. Grafik debit pompa pada
Alternatif 2 RD Balerejo II
Gambar 9. Grafik debit inflow dan outflow
pada Alternatif 2 RD Balerejo II
Alternatif 3 RD Balerejo II : Skenario 2
Pompa, Operasi Pompa 16 Jam (Pompa
Menyala per 7 jam) jam 20.00 sampai jam
24.00 pompa dimatikan, dimana pompa
mulai beroperasi jam 05.00.
Gambar 10. Grafik fluktuasi muka air
dalam tandon pada Alternatif 3 RD
Balerejo II
Gambar 11. Grafik perbandingan volume
air total dengan volume air effektif dalam
tandon pada Alternatif 3 RD Balerejo II
Gambar 12. Grafik fluktuasi muka air
dalam tandon pada Alternatif 3 RD
Balerejo II
Gambar 13. Grafik debit inflow dan
outflow pada Alternatif 3 RD Balerejo II
Alternatif 4 RD balerejo II : Skenario 3
Pompa, Operasi Pompa 15 Jam (Pompa
Menyala per 4 jam) jam22.00 sampai jam
24.00 pompa dimatikan, dimana pompa
mulai beroperasi jam 04.00.
Gambar 14. Grafik fluktuasi muka air
dalam tandon pada Alternatif 4 RD
Balerejo II
Gambar 15. Grafik perbandingan volume
air total dengan volume air effektif dalam
tandon pada Alternatif 4 RD Balerejo II
Gambar 16. Grafik fluktuasi muka air
dalam tandon pada Alternatif 4 RD
Balerejo II
Gambar 17. Grafik debit inflow dan
outflow pada Alternatif 4 RD Balerejo II
4.4. Hasil Simulasi Program WaterCAD V8
XM Edition Pada Junction
Pada jaringan Reservoir Distribusi (RD)
balerejo II
Pada jaringan Reservoir Distribusi
(RD) Balerejo II Alternatif 1 tekanan
tertinggi diperoleh pada jam 00.00
sebesar 27,861 mH2O dan tekanan
terendah pada jam 07.00 sebesar
25,993 mH2O, hasil ini sudah sesuai
dengan Standar Nasional Indonesia
(SNI) di mana batas tekanan (10-60
mH2O).
Gambar 18.Grafik Fluktuasi Tekanan J-65
Sumber: Hasil Analisa Program
WaterCAD V8 XM Edition
Pada jaringan Reservoir Distribusi
(RD) Balerejo II Alternatif 2 tekanan
tertinggi diperoleh pada jam 00.00
sebesar 25,806 mH2O dan tekanan ter-
endah pada jam 07.00 sebesar 22,606
mH2O, hasil ini sudah sesuai dengan
Standar Nasional Indonesia (SNI) di
mana batas tekanan (10-60 mH2O).
Gambar 19. Grafik Fluktuasi Tekanan J-45
Sumber: Hasil Analisa Program
WaterCAD V8 XM Edition
Pada jaringan Reservoir Distribusi
(RD) Balerejo II Alternatif 3 tekanan
tertinggi diperoleh pada jam 00.00
sebesar 10,954 mH2O dan tekanan
terendah pada jam 07.00 sebesar
10,406 mH2O, hasil ini sudah sesuai
dengan Standar Nasional Indonesia
(SNI)
Gambar 20. Grafik Fluktuasi Tekanan J-67
Sumber: Hasil Analisa Program
WaterCAD V8 XM Edition
Pada jaringan Reservoir Distribusi
(RD) Balerejo II Alternatif 4 tekanan
tertinggi diperoleh pada jam 00.00
sebesar 10,9537 mH2O, dan tekanan
terendah pada jam 07.00 sebesar
10,4063 mH2O, hasil ini sudah sesuai
dengan Standar Nasional Indonesia
(SNI).
Gambar 4.21. Grafik Fluktuasi Tekanan J-67
Sumber: Hasil Analisa Program
WaterCAD V8 XM Edition
4.5. Hasil Simulasi Program WaterCAD V8
XM Edition Pada Pipa
Pada jaringan Reservoir Distribusi
(RD) Balerejo II kemiringan garis gradien
hidrolis mengalami peningkatan yang
cukup besar pada pukul pukul 04.00 - 07.00
yaitu dari 0,1111 m/km menjadi 4,3377
m/km. Penurunan terjadi pukul 07.00 – 13.00
dari Headloss gradient 4,3377/km menjadi
2,7163 m/km. Headloss gradient terbesar
terjadi pada pukul 07.00 sebesar 12,915
m/km.
Gambar 4.22. Grafik Fluktuasi Headloss
Gradient P-65
Sumber: Hasil Analisa Program
WaterCAD V8 XM Edition
Pada jaringan Reservoir Distribusi
(RD) Balerejo II Kecepatan tertinggi diper-
oleh pada jam puncak yaitu jam 07.00
sebesar 1,04 m/detik dan kecepatan terendah
terjadi pada pukul 04.00 sebesar 0,02
m/detik.
Gambar 4.23. Grafik Fluktuasi Kecepatan
P-65
Sumber: Hasil Analisa Program
WaterCAD V8 XM Edition
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa yang telah
dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari hasil perhitungan kebutuhan air
bersih dapat diketahui dengan meng-
gunakan tandon mampu melayani pen-
duduk sebesar 93,5% dengan kehilangan
air 20%. Sehingga besarnya debit sum-
ber yang tersedia sangat mencukupi
kebutuhan air bersih sampai dengan
tahun 2029.
2. Untuk daerah distribusi RD Balerejo II,
alternatif 3 yang paling sesuai untuk pola
operasi karena menggunakan 2 pompa
dan lama operasi pompa yang paling
pendek sehingga memperingan kerja
pompa. Meskipun sama-sama sanggup
memenuhi kebutuhan air bersih pen-
duduk, desain tandon pada alternatif 3
lebih kecil dibandingkan alternatif lain
sehingga lebih efisien dalam pembang-
unan.
3. Tekanan pada semua junction meme-
nuhi persyaratan batas tekan maksimum
HDPE (10-60 mH2O).
5.2. Saran
Untuk mendapatkan hasil yang baik
dalam suatu perencanaan sistem jaringan
pipa, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
1. Ketersediaan data yang ada sangat
membantu dalam perencanaan sistem
distribusi jaringan pipa.
2. Adanya kerjasama antara pihak yang
bertanggung jawab serta penduduk
sekitar unuk menjaga kelestarian sum-
ber air dan fasilitas yang ada untuk
menjaga kontinuitas dan kualitas mata
air tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2005. SNI 06-4829-2005, Jakarta:
Badan Standarisasi Nasional
De Gruyter.2000. Pompa dan Kompresor.
Jakarta: PT. Pradnya Paramitha
Dake. JMK. 1985. Hidrolika Teknik.
Terjemahan Oleh Endang P. Tacyhan
dan Y. P. Pangaribuan. Jakarta:
Erlangga.
Linsley, Ray K, dan Yoseph B. Franzini.
1996. Teknik Sumber Daya Air.
Terjemahan Oleh Djoko sasongko Jilid I.
Jakarta: Erlangga.
Muliakusumah, Sutarsih. 1998. Proyeksi
Penduduk. Jakarta: Fakultas Ekonomi
UI.
Priyantoro, Dwi. 1991. Hidraulika Saluran
Tertutup. Malang: Jurusan Pengairan
Fakultas Teknik Universitas Brawijaya.
Triatmojdo, Bambang. 1996. Hidraulika II.
Edisi kedua. Yogyakarta: Beta Offset.
Top Related