STUDI PENINGKATAN IMUNOSTIMULAN DARI KOMBINASI
TAURIN, EKSTRAK ETANOL MENIRAN (Phyllanthus niruri),
DAN JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus) PADA MENCIT
JANTAN (Mus musculus L.)
(Skripsi)
Oleh
AGUSTIN MAULIYA SAFITRI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2018
ABSTRACT
STUDY OF IMPROVING IMMUNOSTIMULAN WITH COMBINATIONS
TAURINE, ETHANOL EXCTRACT OF MENIRAN (Phyllanthus niruri),
AND OYSTER MUSHROOM (Pleurotus ostreatus) ON MALE MICE
(Mus musculus L.)
By
AGUSTIN MAULIYA SAFITRI
Immunomodulators are variety of recombinant, synthetic and natural
ingredients which used in immunotherapy to replace and repair impaired immune
systems or to suppress excessive functioning of the immune system. Taurine,
meniran, and oyster mushrooms can be used as immunostimulators. The
presumably content in oyster mushrooms is β-Glukan, and in meniran is flavonoids
which proved as immunostimulan or have capability to stimulate immune system.
In addition, taurine (as one of organic acids) is known as antioxidant and
anticarcinogenic by protects cells from damage caused by free radicals.
This research was purposed to study the characteristic of immunostimulan
on combination taurine, meniran and oyster mushroom by using male mice (Mus
musculus) as sample animals. Parameters used in this study were antibody titer, the
number of leucosyts and erytrosites. This research used complete random design
with 4 treatment groups and 7 repetitions on each group. The treatment groups
consisted of K1 (used taurine), K2 (used taurine and meniran extract), K3 (used
taurine and oyster mushroom exctract) and K4 (used meniran and oyster
mushroom exctract). The result was analyzed by One Way ANOVA and followed
by LSD at 5% which showed that combinations of taurine, and meniran extract
had highest affected in an increase in immune response of male mice induced by
red blood cell of sheep as an antigen.
Keywords: immunostimulant, taurine, Phyllanthus niruri, Pleurotus ostreatus,
Mus musculus L.
ABSTRAK
STUDI PENINGKATAN IMUNOSTIMULAN DARI KOMBINASI
TAURIN, EKSTRAK ETANOL MENIRAN (Phyllanthus niruri),
DAN JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus) PADA MENCIT
JANTAN (Mus musculus L.)
Oleh
AGUSTIN MAULIYA SAFITRI
Imunomodulator adalah berbagai macam bahan baik rekombinan, sintetik
maupun alamiah yang merupakan obat-obatan yang digunakan dalam imunoterapi
yang dapat mengembalikan dan memperbaiki sistem imun yang fungsinya
terganggu atau untuk menekan fungsi sistem imun yang berlebihan. Taurin,
meniran, dan jamur tiram dapat dimanfaatkan sebagai imunostimulator.
Kandungan yang dimanfaatkan dalam jamur tiram adalah B-Glukan, dalam
meniran adalah flavonoid terbukti bersifat immunostimulan atau mampu
merangsang daya tahan tubuh seseorang, sehingga kebal terhadap serangan
penyakit. Disamping itu, taurin (golongan asam organik) juga bersifat sebagai
antioksidan dan antikarsinogenik karena mampu melindungi sel-sel tubuh dari
kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas.
Tujuan dari penelitian ini menguji sifat imunostimulan pada kombinasi
senyawa taurin, ekstrak etanol meniran (Phyllanthusniruri), dan jamur tiram
putih (Pleurotus ostreatus) pada mencit jantan (Mus musculus L.). Parameter
yang diuji adalah titer antibodi, jumlah leukosit, dan jumlah eritrosit. Penelitian
ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap yang terbagi dalam 4 kelompok
perlakuan dengan masing-masing 7 ulangan. Kelompok K1 (pemberian taurin),
K2 (pemberian taurin dan ekstrak etanol meniran), K3 ( pemberian taurin dan
ekstrak etanol jamur tiram) dan K4 (pemberian ekstrak etanol meniran dan jamur
tiram). Hasil analisis dengan One Way ANOVA dan dilanjutkan BNT pada taraf
nyata 5% pemberian kombinasi taurin dan ekstrak meniran memberikan pengaruh
yang tertinggi dalam meningkatkan respon imun mencit jantan yang telah
diinduksi dengan antigen berupa sel darah merah domba.
Kata kunci: imunostimulan, taurin, Phyllanthus niruri, Pleurotus ostreatus,
Mus musculus L.
STUDI PENINGKATAN IMUNOSTIMULAN DARI KOMBINASI
TAURIN, EKSTRAK ETANOL MENIRAN (Phyllanthus niruri),
DAN JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus) PADA MENCIT
JANTAN (Mus musculus L.)
Oleh
AGUSTIN MAULIYA SAFITRI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
SARJANA SAINS
Pada
Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Metro, pada tanggal 14 Agustus 1996. Penulis merupakan
anak pertama dari dua bersaudara oleh pasangan Bapak M.Huzaily dan Ibu
Hawaliyah RS.
Penulis mulai menempuh pendidikan pertamanya di Taman Kanak-kanak Kartika
Candra Kirana Metro pada tahun 2001. Pada tahun 2002, penulis melanjutkan
pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 1 Metro Pusat. Kemudian penulis
melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Metro tahun 2008.
Pada tahun 2011, penulis melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah Atas
Negeri 1 Metro.
Pada tahun 2014, penulis tercatat sebagai salah satu mahasiswa Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam di Universitas Lampung.
Selama menjadi mahasiswa di Jurusan Biologi FMIPA Unila, Penulis pernah
menjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Umum Jurusan Teknologi Hasil
Pangan. Penulis juga aktif sebagai anggota di Organisasi Himpunan Mahasiswa
Biologi (HIMBIO) FMIPA Unila.
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Sumber Fajar,
Kecamatan Seputih Banyak, Kabupaten Lampung Tengah pada Januari-Maret
2017 dan melaksanakan Kerja Praktik di UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi
Benih (BPSB) Lampung pada Juli-Agustus 2017 dengan judul “Pematahan
Masa Dormansi Benih Padi Varietas Cimelati Dan Situbagendit Dengan
Perlakuan KNO3 Dan Air Kelapa selama 24 Jam”.
MOTTO
“ALLAH akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat.” (Al-Mujadalah ayat 11)
“Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka ALLAH
akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699)
“Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka ALLAH akan mudahkan baginya jalan menuju surga.”
(HR. Muslim, no. 2699)
"Cukuplah ALLAH bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada- Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang
memiliki 'Arsy yang agung". (At-Taubah ayat 129)
“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan ?” (Ar-Rahman Ayat 13
x
PERSEMBAHAN
Dengan mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan Rahmat,
Ridho, dan Karunia-Nya yang tak henti-hentinya Dia berikan kepadaku, Kupersembahkan
karya kecilku ini untuk :
Mama dan papa tercinta yang senantiasa mengucap namaku dalam do’a, selalu
mencurahkan kasih dan sayangnya
untukku, serta selalu mendukung dan memotivasi
dalam setiap langkahku,
Bapak dan Ibu Dosen yang selalu membimbing dan memberikanku
ilmu yang bermanfaat, sehingga membuat diriku memahami
akan kebesaran ALLAH SWT dan membantuku dalam
menggapai kesuksesan,
Teman-teman, kakak-kakak, dan adik-adik yang selalu memberikanku pengalaman
berharga, motivasi, dan semangat,
Serta Almamaterku tercinta
xi
SANWACANA
Alhamdulillahirobbil’alamin,
Dengan mengucap syukur kepada ALLAH SWT , Dzat yang Maha
Besar, Maha Memiliki Ilmu, segala petunjuk serta karunianya, sehingga
penulis telah menyelesaikan skripsi dengan judul “STUDI
PENINGKATAN IMUNOSTIMULAN DARI KOMBINASI
TAURIN, EKSTRAK ETANOL MENIRAN (Phyllanthus niruri),
DAN JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus) PADA MENCIT
JANTAN (Mus musculus L)” yang merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Sains di Universitas Lampung.
Penghargaan dan ucapan terima kasih penulis haturkan kepada semua
pihak yang telah berperan atas dorongan, bantuan, saran, kritik, dan
bimbingannya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan, antara lain kepada:
1. Mama dan Papa tercinta yang selalu kuhormati, atas segala kasih
sayang yang telah diberikan, do’a yang terus dipanjatkan, serta tak
pernah lupa memberikan nasihat agar tetap tabah dan tawakal dalam
menuntut ilmu selama di bangku kuliah, semangat dan motivasi
kepada penulis.
xii
2. Ibu Endang Linirin Widiastuti, Ph.D. selaku Pembimbing 1 atas
semua ilmu, bantuan, bimbingan, nasihat, saran, dan pengarahan, baik
selama perkuliahan maupun dalam penyusunan skripsi.
3. Ibu Dr. Nuning Nurcahyani, M.Sc. selaku Ketua Jurusan
Biologi FMIPA Universitas Lampung dan Pembimbing 2 atas
semua ilmu, bantuan, bimbingan, nasihat, saran, dan
pengarahan, baik selama perkuliahan maupun penyusunan
skripsi.
4. Bapak Dr. Hendri Busman, M.Biomed. selaku Pembimbing
Akademik dan Pembahas atas semua ilmu, bantuan,
bimbingan, nasihat, saran, motivasi, dan pengarahan, baik
selama perkuliahan maupun penyusunan skripsi.
5. Ibu Dr.Emantis Rosa, M.Biomed. selaku Kepala
Laboratorium Biologi Molekuler dan Mbak Nunung
Cahyawati, A.Md. selaku Laboran yang telah mengizinkan
dan membantu penulis melaksanakan penelitian di
Lab.tersebut.
6. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Biologi FMIPA Universitas
Lampung, terima kasih telah banyak memberikan ilmu
pengetahuan selama perkuliahan.
7. Sahabat seperjuangan dari SMP hingga Akhir kuliah dan
semoga hingga Jannah Aulia Rozana yang telah menemani,
serta memotivasi dalam proses penyelesaian skripsi, terima
xiii
kasih atas kesabaran dan pengertiannya selama penelitian
berlangsung.
8. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin,M.P. selaku Rektor Universitas
Lampung.
9. Prof. Warsito, S.Si., D.E.A., Ph.D. selaku Dekan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Lampung.
10. Adikku Marcheliya Aryani, yang selalu memberikan
semangat, do’a, serta tempat untuk berbagi canda tawa.
11. Sahabat terbaik Andri Sambas Surya Jaya yang selalu
memotivasi, menemani, selalu membantu saat kesulitan dan
mendengarkan keluh kesah untuk menyelesaikan skripsi
penulis.
12. Mba iffa Afika K yang selalu membantu saat kesulitan,
memotivasi, membimbing, dan mendoakan dalam
menyelesaikan skripsi.
13. Teman – teman tersayang Nurjannah Cortesa, Victoria
Agatha, Maulidina Agustin, Mentari Prima, Zahra Zafira,
Maya Alviorita, Syahnaz Yuliasaputri, Fathia Jannah, Dewi
Ayu, Kak Ani, Kak dinda, Ismi Aditya, Chelsea, Vely Brian,
Talita, yang senantiasan menjadi teman saat senang dan sedih
dan selalu mendoakan. Semoga kita selalu diberikan
kesuksekan dunia dan akhirat, Amin.
xiv
14. Teman-teman Biologi Angkatan 2014 atas keakraban, canda
tawa, dukungan, dan kebersamaannya selama ini yang telah
kalian berikan.
15. Seluruh kakak dan adik tingkat Jurusan Biologi FMIPA Unila
yang tidak dapat disebutkan satu-persatu atas kebersamaannya
di FMIPA, Universitas Lampung.
16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu
yang telah memberikan penulis dukungan, berbagai kritik dan
saran,
17. Serta almamater Universitas Lampung tercinta. Semoga segala
kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan kebaikan
pula dari Allah SWT. Aamiin.
Demikianlah, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan
pengetahuan baru kepada setiap orang yang membacanya.
Bandar Lampung, Februari 2018
Penulis,
Agustin Mauliya Safitri
xv
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DEPAN ............................................................................ i
ABSTRACT ........................................................................................... ii
ABSTRAK ............................................................................................ iii
HALAMAN JUDUL DALAM ............................................................ iv
HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................. v
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... vi
RIWAYAT HIDUP ............................................................................... vii
MOTTO .............................................................................................. . ix
HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................ x
SANWACANA ...................................................................................... xi
DAFTAR ISI......................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xvii
I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ....................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian......................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian....................................................................... 3
E. Kerangka Pikir............................................................................. 4
F. Hipotesis ...................................................................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 6
A. Sistem Imun ................................................................................. 6
B.Taurin........................................................................................... 8
xvi
C.Meniran.......................................................................................... 10
D.Jamur Tiram..................................................................................... 15
E.Mencit........................................................................................ 17
F. Leukosit........................................................................................... 19
G.Eritrosit.................................................................................... 21
III.
METODE PENELITIAN .............................................................
23 A. Waktu dan Tempat ...................................................................... 23 B. Alat dan Bahan ............................................................................ 24 C. Metode Penelitian........................................................................ 25 D. Pelaksanaan Penelitian ................................................................ 26 E. Diagram Alir Penelitian .............................................................. 29 F. Parameter Penelitian.................................................................... 31 G. Analisis Data ............................................................................... 34
V. SIMPULAN DAN SARAN............................................................. 45
A. Simpulan...................................................................................... 45
B. Saran ............................................................................................ 45
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................
46
LAMPIRAN...........................................................................................
50
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................
35 A. Hasil Pembacaan Titer Antibodi Mencit Jantan...................... 35 B. Hasil Perhitungan Leukosit Mencit Jantan..............................
38 C. Hasil Perhitungan Eritrosit Mencit Jantan.............................
Jantan......................................
42
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 1. Taurin................................................................................. 9
Gambar 2. Meniran........................................................................... ... 12
Gambar 3. Jamur Tiram....................................................................... 15
Gambar 4. Mencit............................................................................... 17
Gambar 5. Leukosit............................................................................ 21
Gambar 6. Eritrosit.............................................................................. 22
Gambar 7. Proses Ekstraksi Meniran................................................... 27
Gambar 8. Proses Ekstraksi Jamur Tiram........................................... 28
Gambar 9. Diagram Alir Penelitian.................................................... 30
Gambar 10. Kamar Hitung ................................................................ 32
Gambar 11. Diagram Alir Uji Titer Antibodi.................................... 33
Gambar 12. Titer antibodi mencit jantan setelah diberi perlakuan
kombinasi taurin, ekstrak etanol meniran dan jamur
tiram............................................................................ 35
Gambar 13. Jumlah leukosit pada mencit jantan setelah diberi
perlakuan kombinasi taurin, ekstrak etanol meniran
dan jamur tiram.......................................................... 39
Gambar 14. Jumlah eritrosit pada mencit jantan setelah diberi
perlakuan kombinasi taurin, ekstrak etanol meniran
dan jamur tiram......................................................... 42
xviii
Gambar 15. Uji Normalitas titer antibodi mencit jantan.................. 51
Gambar 16. Uji Homogenitas titer antibodi mencit jantan ............ 51
Gambar 17. Histogram titer antibodi mencit jantan...................... 52
Gambar 18. Boxplot titer antibodi mencit jantan........................... 52
Gambar 19. Uji Normalitas rerata jumlah leukosit mencit jantan 53
Gambar 20. Uji Homogenitas rerata jumlah leukosit mencit jantan 53
Gambar 21. Histogram rerata jumlah leukosit mencit jantan.......... 54
Gambar 22. Boxplot rerata jumlah leukosit mencit jantan.............. 54
Gambar 23. Uji Normalitas rerata jumlah eritrosit mencit jantan 55
Gambar 24. Uji Homogenitas rerata jumlah eritrosit mencit jantan 55
Gambar 25. Histogram rerata jumlah eritrosit mencit jantan......... 56
Gambar 26. Boxplot rerata jumlah eritrosit mencit jantan............ 56
Gambar 27. Tanaman meniran (Phyllantus niruri)....................... 61
Gambar 28. Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus)............................. 61
Gambar 29. Taurin......................................................................... 61
Gambar 30. Proses pembersihan dan pengeringan meniran.......... 62
Gambar 31. Proses mengeringkan meniran dengan oven............. 62
Gambar 32. Proses penggilingan dan penyaringan jamur tiram ... 63
Gambar 33. Proses penimbangan meniran .................................... 63
Gambar 34. Proses maserasi meniran........................................... 64
Gambar 35. Proses maserasi jamur tiram.................................... 64
Gambar 36. Proses filtrasi (penyaringan) meniran .................... 65
Gambar 37. Proses filtrasi (penyaringan jamur tiram)............... 65
Gambar 38. Proses evaporasi meniran dan jamur tiram............ 66
xix
Gambar 39. Penimbangan meniran & jamur tiram yang telah
dievaporasi ............................................................ 66
Gambar 40. Proses oven ekstrak meniran dan jamur tiram untuk
menjadikan pasta ................................................... 67
Gambar 41. Proses autoklaf antikoagulan alsever..................... 67
Gambar 42. Proses aklimatisasi menci...................................... 68
Gambar 43. Proses pemberian kombinasi ekstrak taurin, ekstrak
meniran, dan ekstrak jamur tiram pada mencit jantan 68
Gambar 44. Proses pengambilan sel darah merah domba (DMD)
di Balai Veteriner Lampung .................................. 69
Gambar 45. Penyuntikan suspensi sel DMD pada mencit
secara intraperitonial.............................................. 69
Gambar 46. Pengambilan darah mencit melalui cardiac puncture 70
Gambar 47. Perhitungan jumlah leukosit dan eritrosit pada mencit
Jantan....................................................................... 70
Gambar 48. Uji titer antibodi...................................................... 70
Gambar 49. Timbangan.............................................................. 71
Gambar 50. Shaker..................................................................... 71
Gambar 51. Tabung EDTA....................................................... 71
Gambar 52. Alat bedah.............................................................. 72
Gambar 53. Autoklaf.................................................................. 72
Gambar 54. Water bath.............................................................. 72
Gambar 55. Hasil pembacan leukosit ....................................... 72
Gambar 56. Hasil pembacan Eritrosit ....................................... 73
1
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem imun merupakan mekanisme pertahanan tubuh sebagai
perlindungan dari bahaya berbagai bahan dalam lingkungan yang
dianggap asing bagi tubuh seperti bakteri, virus, jamur, parasit dan
protozoa (Abbas, Lichtman, and Pillai, 2015; Baratawidjaja dan
Rengganis, 2009; Benjamini et al, 2000).
Ketika daya tahan tubuh lemah maka sistem imun tubuh manusia
sangat mudah terserang penyakit. Oleh karena itu, upaya
meningkatkan sistem imun menjadi penting untuk dilakukan, salah
satunya adalah dengan menggunakan imunomodulator yang bersifat
imunostimulan. Imunomodulator merupakan bahan yang dapat
berinteraksi dengan sistem imun dan menyebabkan peningkatan atau
penurunan aspek spesifik respon imun.
Beberapa tanaman yang berpotensi sebagai imunomodulator antara
lain meniran (Phyllanthus niruri L.), sirih merah (Piper crocatum Ruiz
& Pav.) dan keladi tikus (Typhonium flagelliformae (Lodd.) Blume).
2
Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa penggunaan ekstrak tunggal
herba meniran (Ash, 2012; Lestarini, 2008; Eze, Nworu, Esimone, and
Okore, 2014), telah terbukti mampu meningkatkan respon imun.
Untuk meningkatkan efek terapetik dan meminimalisasi timbulnya
efek samping maka kombinasi obat atau herbal biasanya dilakukan
dengan menggabungkan beberapa obat atau herbal dengan dosis yang
lebih kecil daripada dosis optimumnya.
Penelitian mengenai pemanfaatan jamur tiram sebagai munomodulator
pada mencit sudah pernah dilakukan hasilnya belum memuaskan
(Rismunandar,1984). Namun demikian, perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut untuk meningkatkan studi tersebut dengan menggunakan
kombinasi taurin, meniran dan jamur.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan dijawab
dalam penelitian ini yaitu bagaimana respon dari pemberian kombinasi
taurin, ekstrak etanol meniran (Phyllanthus niruri), dan ekstrak etanol
jamur tiram (Pleurotus ostreatus) terhadap titer immunoglobulin M
(IgM) sebagai parameter imun spesifik pada mencit jantan (Mus
musculus) yang diinduksi sel darah merah domba (DMD).
3
C. Tujuan Penelitian
Adapun penelitian ini bertujuan untuk :
1. Melakukan pengujian sifat imunostimulan dari perlakuan
kombinasi taurin, ekstrak etanol meniran (Phyllanthus niruri) dan
jamur tiram (P.ostreatus) pada mencit jantan (Mus musculus L )
yang telah diinduksi oleh sel darah merah domba sebagai antigen .
2. Menguji tingkatan sifat imunostimulan dari keempat perlakuan.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai sumber
informasi ilmiah mengenai potensi dari kombinasikan taurin, ekstrak
etanol meniran (Phyllanthus niruri) dan jamur tiram (P.ostreatus)
sebagai imunostimulan.
E. Kerangka Pikir
Sistem kekebalan atau sistem imun (immune system) adalah sistem
pertahanan manusia sebagai perlindungan terhadap infeksi dari
makromolekul asing atau serangan organisme, termasuk virus, bakteri,
protozoa dan parasit. Sistem kekebalan juga berperan dalam
perlawanan terhadap protein tubuh dan molekul lain seperti yang terjadi
pada autoimunitas, dan melawan sel yang bertransformasi menjadi
tumor. Tugas sistem imun adalah mencari dan merusak invader
(penyerbu) yang membahayakan tubuh manusia. Fungsi sistem
4
imunitas tubuh (immunocompetence) menurun sesuai umur.
Kemampuan imunitas tubuh melawan infeksi menurun termasuk
kecepatan respons imun seiring dengan peningkatan usia.
Taurin merupakan asam amino yang mampu menggerakkan jenis
mineral kalium, magnesium, dan natrium ke dalam membran sel.
Taurin memiliki peran penting dalam proses metabolisme lemak dalam
tubuh, menyerap vitamin yang larut dalam lemak, dan mengatur kadar
kolesterol. Taurin juga berperan sebagai antioksidan yang dapat
melindungi mata dengan mengurangi kerusakan oksidatif yang
disebabkan oleh sinar matahari, selain itu senyawa ini juga dapat
meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Meniran merupakan salah satu tanaman yang dipercaya berkhasiat dan
digunakan dalam pengobatan herbal. Meniran mengandung filantin,
hipofilantin, kalium, damar dan tanin. Filantin dan hipofilantin
dipercaya berkhasiat melindungi sel hati dari zat toksik
(hepatoprotektor) meniran memiliki khasiat sebagai obat antivirus.
Penelitian terbaru membuktikan bahwa meniran memiliki aktivitas
immunomodulator. Immunomodulator berperan membuat sistem tubuh
lebih aktif menjalankan tugasnya, termasuk menguatkan sistem
imun/sistem kekebalan tubuh. Jika sistem imun meningkat, maka daya
tahan tubuh terhadap serangan berbagai bakteri dan virus juga
meningkat.
5
Jamur tiram merupakan jamur yang paling lezat rasanya dibanding
jamur pangan lainnya dan juga mempunyai kandungan nutrisi yang
cukup baik. Jamur tiram memiliki nilai nutrisi yang sangat bagus dan
kaya vitamin-mineral, rendah karbohidrat, lemak, dan kalori.Jamur
tiram juga sebagai antibakterial, dan anti-tumor sehingga jamur tiram
juga banyak dimanfaatkan untuk mengobati berbagai macam penyakit
dan sebagai daya tahan tubuh.
Untuk itu, pemberian taurin yang dikombinasikan dengan ekstrak
meniran (Phyllanthus niruri) dan taurin yang dikombinasikan dengan
ekstrak jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) pada mencit
digunakan sebagai menggali potensi senyawa alami yang dapat
digunakan untuk meningkatkan daya tahan tubuh pada mencit jantan
(Mus musculus L.).
F. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Pemberian kombinasi taurin, ekstrak etanol meniran (P.niruri),
dan jamur tiram putih (P.ostreatus) dapat meningkatkan respon
imun mencit jantan (Mus musculus) yang telah diinduksi antigen
berupa sel darah merah domba.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Sistem Imun
Kata imun berasal dari bahasa latin immunis yang berarti bebas dari
beban. Sistem imun adalah semua mekanisme yang digunakan tubuh
untuk mempertahankan keutuhannya sebagai perlindungan terhadap
bahaya yang ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup yang
dianggap asing bagi tubuh (Baratawidjaja, 2000; Benjamini, Coico, dan
Sunshine, 2000).
Mekanisme tersebut melibatkan gabungan sel, molekul, dan jaringan
yang berperan dalam resistensi terhadap infeksi yang disebabkan oleh
berbagai unsur patogen yang terdapat di lingkungan sekitar kita seperti
virus, bakteri, fungus, protozoa dan parasit (Kresno, 1996; Baratawidjaja
dan Rengganis, 2009).
Reaksi yang dikoordinasi oleh sel-sel, molekul-molekul dan bahan
lainnya terhadap mikroba disebut dengan respon imun (Baratawidjaja dan
Rengganis, 2009).
7
Sistem imun memiliki tiga fungsi yaitu fungsi pertahanan (melawan
pathogen), fungsi homeostasis (mempertahankan keseimbangan kondisi
tubuh dengan cara memusnahkan sel-sel yang sudah tidak berguna) dan
pengawasan (surveillance). Pada fungsi pengawasan dini sistem imun
akan mengenali sel-sel abnormal yang timbul di dalam tubuh dikarenakan
virus maupun zat kimia. Sistem imun akan mengenali sel abnormal
tersebut dan memusnahkannya (Abbas et al, 2014).
1. Imunomodulator
Imunomodulator adalah berbagai macam bahan baik rekombinan,
sintetik maupun alamiah yang merupakan obat-obatan yang
digunakan dalam imunoterapi yang dapat mengembalikan dan
memperbaiki sistem imun yang fungsinya terganggu atau untuk
menekan yang fungsinya berlebihan (Baratawidjaja, 2000).
Pengaruh senyawa tersebut terhadap respon imun dapat tergantung
pada dosis, rute pemberian dan waktu pemberian. Imunoterapi
merupakan suatu pendekatan pengobatan dengan cara merestorasi,
meningkatkan atau mensupresi respon imun. Ada dua cara
mekanisme kerja dari obat imunomodulator yaitu up regulation
(menguatkan sistem imun tubuh / imunostimulasi dan
imunorestorasi) dan down regulation (menekan reaksi sistem imun
yang berlebihan atau imunosupresi) (Baratawidjaja, 2000).
8
Imunostimulasi adalah cara memperbaiki fungsi sistem imun
menggunakan bahan yang merangsang sistem tersebut. Bahan yang
dapat menginduksi atau meningkatkan sistem imun disebut dengan
imunomostimulan, yang diperlukan pada pengobatan penyakit
infeksi, imunodefisiensi dan keganasan (kanker). Imunorestorasi
adalah suatu cara mengembalikan fungsi sistem imun yang terganggu
dengan memberikan berbagai komponen sistem imun, seperti
immunoglobulin dalam bentuk immune serum globulin (ISG),
hyperimmune serum globulin (HSG), plasma, transplantasi sumsum
tulang, jaringan hati, timus, plasmaferesis, dan leukoferesis
(Baratawidjaja, 2000).
Imunosupresi merupakan tindakan menekan respon imun.Senyawa
yang dapat menekan respon imun disebut dengan imunosupresan.
Penekanan sistem imun diperlukan pada beberapa kondisi misalnya
transplantasi organ dan penyakit inflamasi yang menimbulkan
kerusakan atau gejala sistemik seperti autoimun atau auto inflamasi
(Baratawidjaja, 2000).
B. Taurin
Taurin (2-amino ethane sulfonic acid) merupakan asam organik
turunan dari asam amino sistein yang mengandung sulfur
(sulfihidril) Gambar 1. Taurin dalam arti sempit tidak digolongkan
sebagai asam amino karena tidak memiliki gugus karboksil.
9
Namun, taurin memiliki gugus sulfonat sehingga disebut asam
sulfonat amino (Burhan, 2004).
Gambar 1. Taurin (Burhan, 2004)
Pada tahun 1827, ilmuwan Jerman yaitu Friedrich Tiedemann dan
Leopold Gmelin mengisolasi taurin pertama kali dari empedu sapi.
Arouma (1988) menyebutkan bahwa taurin adalah kandungan utama
dari empedu. Pada manusia,taurin dapat ditemukan pada otot
rangka, jantung, sel darah putih dan sistem saraf pusat. Senyawa ini
juga ditemukan pada beberapa sayuran dan kacang-kacangan.
Berbeda dengan asam amino, taurin (khususnya L-taurin), tidak
digunakan sebagai protein blok pembangun. Taurin digunakan untuk
membantu penyerapan lemak dan vitamin yang larut dalam lemak,
membantu perkembangan sel-sel tubuh (terutama otot), membantu
pendistribusian nutrisi keseluruh tubuh, membantu mengatur detakan
jantung, menstabilkan membran sel, dan memelihara kelangsungan
sel-sel otak. Tidak hanya itu, senyawa yang biasa digunakan dalam
suplemen dan minuman berenergi ini juga berpotensi besar untuk
dikembangkan sebagai obat anti kanker karena memiliki kemampuan
10
sebagai inhibitor proteosome (XiaZang,Bi, Fan, Cui, Chen, Xiao, dan
Dou, 2008).
Taurin berfungsi sebagai anti karsinogenik dengan cara melindungi
sel-sel tubuh dari kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas.
Taurin juga dianggap sebagai factor penting untuk mengontrol
berbagai perubahan biokimia yang terjadi selama proses penuaan dan
kerusakan sel oleh radikal bebas (Burhan, 2004).
C. Meniran
Popularitas tumbuhan obat atau herbal semakin meningkat. Berbagai jenis
produk terus bermunculan.ada produk yang berupa supplement food
(makanan tambahan) , healthfood (makanan kesehatan) , dan herbal
medicine (obat herbal). Dengan demikian mungkin sebagian dari
konsumen tidak menyadari bahwa sebagian besar produk herbal tersebut
bahannya ada di sekelilingnya. Salah satu tanaman liar yang khasiatnya
luarbiasa adalah meniran (Phyllanthus niruri L.). Ekstrak meniran telah
terbukti bersifat immunostimulan atau mampu merangsang daya tahan
tubuh seseorang, sehingga kebal terhadap serangan penyakit. Meniran
mengandung beberapa komponen kimia di antaranya flavonoid yang
mampu merangsang sistem imun tubuh manusia agar bekerja lebih baik.
Pemanfaatan meniran untuk pengobatan begitu luas,terutama untuk
penyakit infeksi yang kronis dan infeksi viral. Di Madras, meniran telah
teruji mampu mengobati hepatitis B. Sementara itu, di Vietnam dan
11
Kamboja, meniran digunakan untuk mengobati penyakit TBC. Bahkan di
beberapa negara, herba ini di gunakan untuk terapi (tambahan) obat-obatan
untuk mengobati penyakit yang disebabkan inveksi Human
Immunodeficienci Virus (HIV) yaitu Acquired Imuno Deficiency (AIDS)
(Diarini, 2014).
1. Tata Nama Meniran
a. Secara Ilmiah
Meniran (Phyllanthus niruri L.) merupakan tanaman liar dari
Asia Tropik yang tersebar diseluruh daratan Asia termasuk
Indonesia. Saat ini, tanaman ini telah tersebar ke Benua Afrika,
Amerika, dan Australia. Meniran tumbuh di daerah dataran
rendah hingga dataran tinggi dengan ketinggian 1000 meter di
atas permukaan laut. Tumbuhan dengan tinggi 40-100 cm ini
tumbuh secara liar di tempat berbatu dan lembab, seperti di tepi
sungai, pantai, semak, lahan bekas sawah,tanah terlantar di antara
rerumputan, hutan atau ladang, atau tumbuh di sekitar pekarangan
rumah, baik di perdesaan maupun di perkotaan. Meniran
mempunyai akar tunggang dan sepasang bunga yaitu bunga jantan
yang keluar di bawah ketiak daun dan bunga betina yang keluar di
atas ketiak daun. Daun meniran mirip dengan daun asam,
berbentuk lonjong dan tersusun majemuk. Pada Gambar 2 dapat
dilihat bentuk morfologi tumbuhan meniran.
12
Gambar 2. Meniran (Diarini, 2014)
b. Klasifikasi
Di Indonesia,penyebaran meniran cukup luas.hal itu diketahui
dari beberapa nama daerah yang melekat pada tumbuhan ini.
Dikalangan ilmiah meniran memiliki nama botani Phyllanthus
niruri L. atau Phyllanthus urinaria L. dengan klasifikasi sebagai
berikut
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Euphorbiales
Suku : Euphorbiaceae
Genus : Phyllanthus
Spesies : Phyllanthus niruri L.
(Diarini, 2014).
13
c. Nama Daerah
Dibeberapa daerah di Indonesia, meniran dikenal dengan nama
ba’me tano, sidukung anak, dudukung anak, baket sikolop
(Sumatera); meniran ijo, meniran merah, memeniran (Jawa);
bolobungu, sidukung anak(Sulawesi); serta gosau ma dungi,
gosau ma dungi roriha, belalang babiji (Maluku).
Beberapa nama asing di antaranya zhen zhu cao, hsieh hsia chu,
ye xia zhu (China); child pick a back (Inggris); stone breaker,
shaterrstone, chamber bitter (Amerika Selatan); dan arrebenta
pedira (Brasil). Nama umum atau nama dagangnya adalah
meniran, sedangkan nama simplisianya adalah phyllanthi herba
(Diarini, 2014).
2. Jenis Meniran
Terdapat beberapa jenis meniran, tetapi yang lebih di kenal
masyarakat umum dan yang bisa digunakan untuk pengobatan hanya
dua spesies,yaitu Phyllanthus niruri L. dan Phyllanthus urinaria L.
keduanya memiliki bentuk morfologi serta khasiat yang hampir sama
untuk pengobatan. Khusus untuk pengobatan, Phyllanthus niruri L.
(meniran hijau) lebih dominan digunakan dibandingkan dengan
Phyllanthus urinaria L. (meniran merah). Komponen yang
terkandung dalam meniran hijau lebih banyak daripada meniran
14
merah. Untuk menghindari kesalahan memilih meniran untuk
pengobatan, berikut ini dijelaskan bentuk morfologinya (Diarini,
2014).
a. Meniran Hijau (Phyllanthus niruri L.)
Meniran hijau memiliki batang berwarna hijau muda atau hijau
tua. Setiap cabang atau ranting terdiri dari 8-25 helai daun. Daun
berwarna hijau ukurannya 0,5-2x0,5cm. Kepala sari meniran
hijau yang sudah matang akan pecah secara membujur.
3. Kandungan Dan Manfaat Meniran
Meniran dengan nama simplisia phyllathi herba banyak mengandung
berbagai unsur kimia yaitu lignan yang terdiri dari phyllanthine,
hypophyllanthine, phyltetralin, lintretalin. Meniran adalah
immunomodulator alami yang berkhasiat meningkatkan kekebalan
tubuh. Meniran (Phyllanthus niruri L.) termasuk famili
Euphorbiaceae, merupakan satu tumbuhan obat asli Indonesia yang
sering digunakan masyarakat untuk mengobati berbagai macam
penyakit. Keseluruhan bagian dari meniran dapat dimanfaatkan
sebagai obat. Masyarakat menggunakan meniran untuk mengobati
penyakit kuning, infeksi saluran kencing, diuretik, diare, busung lapar,
blennorrhagia, infeksi saluran pencernaan, penyakit karena gangguan
fungsi hati, luka dan scabies, serta untuk meningkatkan nafsu makan
dan anti demam (Diarini, 2014).
15
D. Jamur Tiram
Jamur tiram adalah salah satu jenis jamur kayu yang banyak tumbuh pada
media kayu, baik kayu gelondongan ataupun serbuk kayu. Pada limbah
hasil hutan dan hampir semua kayu keras, produk samping kayu, tongkol
jagung dan lainnya, jamur dapat tumbuh secara luas pada media tersebut.
Di Indonesia jamur tiram putih merupakan salah satu jenis jamur yang
banyak dibudidayakan. Karena bentuk yang membulat, lonjong, dan agak
melengkung serupa cakra tiram maka jamur kayu ini disebut jamur tiram
(Cahyana,1999).
1. Klasifikasi Jamur Tiram
Kingdom : Mycetea
Division : Amastigomycotae
Phylum : Basidiomycotae
Class : Hymenomycetes
Ordo : Agaricales
Family : Pleurotaceae
Genus : Pleurotus
Species : Pleurotus ostreatus
(Cahyana,1999).
Jamur tiram atau yang dikenal juga dengan jamur mutiara memiliki
bagian tubuh yang terdiri dari akar semu (rhizoid), tangkai (stipe),
insang (lamella), dan tudung (pileus/cap) (Suryani, 2007).
16
Jamur tiram memiliki ciri-ciri fisik seperti permukaannya yang licin
dan agak berminyak ketika lembab, bagian tepinya agak
bergelombang, letak tangkai lateral agak disamping tudung dan
daging buah berwarna putih (pleurotus spp). Jamur tiram memiliki
diameter tudung yang menyerupai cangkang tiram berkisar antara 5 –
15 cm (Gambar 3). Jamur ini dapat tumbuh pada kayu-kayu lunak
dan pada ketinggian 600 meter dari permukaan laut, spesies ini tidak
memerlukan intensitas cahaya tinggi karena dapat merusak miselia
jamur dan tumbuhnya buah jamur (Achmad, 2010).
Gambar 3. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus)
2. Kandungan dan Manfaat Jamur
Sebagai bahan pangan, jamur tiram putih mempunyai tekstur dan cita
rasa yang spesifik. Selain itu terkandung pula asam amino yang
cukup lengkap didalamnya. Jamur merupakan salah satu bahan
pangan yang mempunyai nilai gizi, yaitu sekitar 34 - 89%
(Rismunandar, 1984). Jamur segar umumnya mengandung 85 - 89%.
Protein yang terkandung dalam jamur tergolong tinggi dibandingkan
17
dengan kandungan protein pada bahan makanan lainnya yaitu berkisar
antara 15 - 20% dari berat keringnya (Bobek, Ozdin, Kajaba,1997).
Jamur juga merupakan sumber vitamin antara lain tiamin, niasin,
biotin dan asam askorbat. Pada jamur jarang ditemukan vitamin A
dan D. Namun, terkandung ergosterol yang merupakan prekursor
vitamin D dengan iradiasi sinar ultraviolet dalam jamur tiram putih.
Pada umumnya jamur kaya akan kandungan mineral, terutama fosfor.
potassium, sodium, kalsium dan magnesium merupakan mineral yang
paling banyak terkandung didalam jamur. Menurut hasil penelitian
Puslitbang Hasil Hutan Bogor , jamur tiram dapat digunakan untuk
mencegah dan menanggulangi kekurangan gizi, mencegah dan
menyembuhkan anemia, antitumor, menurunkan berat badan dan
mencegah kekurangan zat besi (Gemalasari, 2002).
E. Mencit (Mus musculus L.)
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mencit
(Mus musculus L.) (Gambar 4).
Gambar 4. Mencit jantan (Agustin,2017)
18
Berdasarkan taksonominya, klasifikasi mencit putih menurut Pramono
dan Malole (1989) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Mamalia
Bangsa : Rodentia
Suku : Muridae
Marga : Mus
Jenis : Mus musculus L.
Karakteristik umum mencit menurut Thrall (2004) dan Suckow (2006)
yaitu memiliki panjang tubuh 7,5-10 cm, dengan luas permukaan tubuh
36 cm2. Lama hidup 1-3 tahun, pada usia 35 hari mencit telah
dikatagorikan dewasa. Berat mencit jantan dewasa berkisar antara 20 -
40 g sementara berat betina berkisar antara 18 - 35 g. Mencit memiliki
siklus estrus 4-5 hari dengan lama bunting antara 19-21 hari. Selain itu,
mencit memiliki jumlah sel darah merah 6,5-10,1x106sel/µl dan sel darah
putih sebanyak 2,61-10,05x103sel/µl. Denyut jantung mencit berkisar
325-800 denyut/menit dengan laju respirasi 95-165 tarikan nafas/menit
sejak abad ke-19, mencit banyak digunakan sebagai hewan uji dalam
penelitian. Mencit banyak digunakan karena memiliki gen yang relatif
mirip dengan manusia. Mencit merupakan hewan yang mudah
dipelihara, dikarenakan morfologinya kecil, jinak, lemah, mudah
ditangani, mengkonsumsi makanan relatif sedikit dan memiliki harga
19
yang relatif murah. Mencit juga memiliki daya reproduksi yang tinggi
dengan masa kebuntingan yang singkat (Soegijanto et al, 2003 ; Yuwono,
2009).
F. Leukosit
Darah merupakan cairan yang membawa nutrien, transportasi oksigen dan
karbondioksida, menjaga keseimbangan suhu tubuh dan berperan penting
dalam sistem pertahanan tubuh dan berperan penting dalam sistem
pertahanan tubuh. Leukosit dalam darah jumlah nya lebih sedikit dari pada
eritrosit dengan rasio 1:700. Leukosit adalah bagian dari sel darah yang
berinti disebut juga sel darah putih. Leukosit berperan penting dalam
pertahanan seluler dan humoral organisme terhadap benda-benda asing.
Jumlah leukosit lebih banyak diproduksi jika kondisi tubuh sedang sakit
apabila dalam sirkulasi darah jumah leukositnya lebih sedikit dibanding
eritrositnya (Pearce, 2001).
Sel darah putih berperan dalam melawan infeksi. Penurunan jumlah
leukosit dapat terjadi karena infeksi usus, keracunan bakteri, septiceonia,
kehamilan dan partus (Kimball, 2003).
Jumlah leukosit dipengaruhi oleh kondisi tubuh, stress, kurang makan atau
disebabkan aleh faktor lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah
eritrosit dan leukosit yaitu tergantung pada spesies dan kondisi pakannya,
selain itu juga bahan organik yang terkandung seperti glukosa, lemak,
20
urea, asam urat dan lainnya.umur,kondisi lingkungan dan musim juga
sangat mempengaruhi jumlah eritrosit dan leukosit (Soetrisno, 2007).
Turunnya jumlah protein mungkin dapat dijadikan media tambahan untuk
menghentikan senyawa agar meningkatkan pemenuhan senyawa energi
untuk mengatasi kondisi lingkungan yang tidak terlindungi dari racun
(Ramesh 2008). Darah bagi organisme sangat penting, apabila terjadi
kekurangan atau kelebihan sel darah maka mengakibatkan tidak normalnya
proses fisiologis suatu organisme sehingga menimbulkan penyakit (Pearse,
2001).
Kurang dari 1 % darah manusia adalah leukosit. Ukuran leukosit lebih
besar daripada eritrosit. Leukosit tidak mengandung haemoglobin,
memiliki nucleus dan pada dasarnya dijumpai dalam keadaan tidak
berwarna (Kimball, 2003).
Ada 2 macam tipe leukosit yaitu granular dan agranular. Granulosit
adalah leukosit sirkular dan memiliki granule pada sitoplasmanya.
Sedangkan agranulosit tidak memiliki granule pada sitoplasmanya.
Granulosit terdiri atas 3 tipe yaitu sel neutrofil, dimana paling banyak
dijumpai, mewarnai dirinya dengan pewarna netral atau campuran
pewarna asam basa dan tampak berwarna ungu sel eosinofil, dimana sel ini
sedikit dijumpai, penyerap warna yang bersifat asam atau eosin dan
kelihatan merah sel basofil yang menyerap pewarna basa dan menjadi biru.
Sedangkan agranulosit terdiri atas monosit, yang berfungsi untuk menutup
21
daerah luka, membungkus dan memfagosit setelah netrofil dan basofil
(Pearce, 2001). Bentuk leukosit dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Leukosit (Kimball, 2003)
G. Eritrosit
Sel darah merah atau eritrosit berbentuk cakram kecil bikonkaf, cekung
pada kedua sisinya, sehingga dilihat dari samping tampak seperti dua buah
bulan sabit yang saling bertolak belakang (Gambar 6). Dalam setiap
mm3 darah terdapat 5.000.000 sel darah. Bila dilihat satu per satu
warnanya kuning pucat, tetapi dalam jumlah besar kelihatan merah dan
memberi warna pada darah. Strukturnya terdiri atas pembungkus luar atau
stroma dan berisi masa hemoglobin. Sel darah merah terbentuk di dalam
sumsum tulang (Pearce, 2001).
22
Gambar 6. Eritrosit (interactive-biology.com, 2017)
Jangka hidup sel darah merah kira- kira 120 hari. Sel - sel darah merah
yang telah tua akan ditelan oleh sel- sel fagostik yang terdapat dalam hati
dan limpa. Jumlah sel darah merah pada wanita normal kira- kira 4,5 juta
sel / mm3 darah. Laki - laki normal 5 juta / mm
3 darah. Meskipun
demikian nilai-nilai ini dapat turun-naik dalam suatu kisaran yang luas
sekali, tergantung pada faktor-faktor seperti ketinggian tempat seorang
hidup dan kesehatan (Kimball, 1999).
Wanita normal mempunyai ± 4,5 juta sel dalam setiap milimeter kubik
darah. Pada laki-laki normal, rata-rata jumlah ± 5 juta sel. Meskipun
demikian nilai-nilai ini dapat turun-naik dalam suatu kisaran yang luas
sekali, tergantung pada faktor-faktor seperti ketinggian tempat seorang
hidup dan kesehatan (Kimball,1993).
23
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni – Oktober 2017. Dengan
Pemberian kombinasi taurin, ekstrak etanol meniran (P.niruri) dan
jamur tiram putih (P.ostreatus) pada mencit (Mus musculus L.),
pemberian antigen berupa sel darah merah domba kepada hewan uji.
Seluruh perlakuan hewan uji dilakukan di Laboratorium Biologi
Molekuler, Gedung MIPA Terpadu, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Lampung. perhitungan leukosit dan
eritrosit dilakukan di Laboratorium Zoologi Fakultas MIPA,
Universitas Lampung.
B. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain hewan uji
berupa 21 mencit jantan (Mus musculus L.) berumur 3 bulan dengan
berat badan +30-40 gram yang terbagi dalam 4 kelompok, pelet
pakan mencit, air minum, taurin,darah merah domba (DMD) sebagai
antigen, meniran (P.niruri), jamur tiram (P.ostreatus), etanol 96%
digunakan untuk ekstraksi meniran dan jamur tiram, larutan PZ
24
(Phisiological Zalt) 0,9% untuk pengenceran pada uji titer antibodi
dan pengenceran pada sel darah domba, antikoagulan alsever sebagai
media pencegah penggumpalan pada Darah Merah Domba (DMD)
dan darah mencit, Carboxymethyl cellulose (CMC) yang digunakan
dalam pelarutan ekstrak, serum darah mencit yang telah diuji,
larutan Hayem untuk menghitung jumlah eritrosit, larutan Turk
digunakan untuk menghitung jumlah leukosit.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain peralatan
pemeliharaan mencit (bak berbahan plastik berukuran 20x30 cm
dilengkapi dengan penutup berbahan kawat, wadah pakan, dan
wadah minuman sebanyak 28 buah), neraca analitik untuk
menimbang bahan dan mengukur berat badan mencit, jarum suntik
untuk menginduksi antigen yaitu DMD, sonde lambung untuk
mencekokkan taurin, dan ekstrak meniran dan jamur tiram pada
mencit, beaker glass, erlenmeyer, alat ekstraksi (blender, oven,
kertas saring, corong Buchner, dan rotary evaporator), alat
keselamatan kerja (sarung tangan dan masker) , alat pembuatan
antikoagulan alsever ( autoklaf dan sentrifuge), set alat untuk
melakukan uji titer antibodi (sentrifuge,waterbath, micro plate
bottom V, shaker, micro pipet untuk pengenceran), set alat
perhitungan jumlah leukosit dan eritrosit (mikroskop,
haemocytometer, kertas tisu, object glass, dan cover glass) dan
kamera untuk dokumentasi.
25
C. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan tiga kelompok perlakuan, dimana masing-
masing perlakuan berisi tujuh ulangan. Kelompok tersebut yaitu
sebagai berikut:
1. Kelompok 1:
Kelompok yang diberi taurin dengan dosis 15,7 mg/bb/hari selama
8 hari, kemudian pada hari ke-8 diinduksi sel DMD 2% melalui
intraperitonial dan selanjutnya diberi ekstrak kembali selama 10
hari.
2. Kelompok 2:
Kelompok yang diberi kombinasi taurin dengan dosis 15,7
mg/bb/hari dan ekstrak etanol meniran dengan dosis 20 mg/bb/hari
selama 8 hari, kemudian pada hari ke-8 diinduksi sel DMD 2%
melalui intraperitonial dan selanjutnya diberi ekstrak kembali
selama 10 hari.
3. Kelompok 3:
Kelompok yang diberi kombinasi taurin dengan dosis 15,7
mg/bb/hari dan ekstrak etanol jamur tiram dengan dosis 20
mg/bb/hari selama 8 hari, kemudian pada hari ke-8 diinduksi
sel DMD 2% melalui intraperitonial dan selanjutnya diberi
ekstrak kembali selama 10 hari.
4. Kelompok 4:
Kelompok yang di berikan kombinasi ekstrak etanol meniran
dan jamur tiram dengan dosis 20 mg/bb/hari selama 8 hari,
kemudian pada hari ke-8 diinduksi sel DMD 2% melalui
26
intraperitonial dan selanjutnya diberi ekstrak kembali selama
10 hari.
D. Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan Hewan Uji
Hewan uji berupa mencit jantan (Mus musculusL.) berjumlah
21 ekor berumur 3 bulan dengan berat badan +30-40g. Mencit
diperoleh dari Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner
(BPPV) Regional III Bandar Lampung. Mencit dipelihara
pada lingkungan homogen secara individu di dalam bak
berbahan plastik berukuran 20x30 cm dengan penutup
berbahan kawat yang dilengkapi wadah pakan, dan wadah air
minum.
Aklimatisasi mencit dilakukan selama 7 hari sebelum perlakuan,
hal ini bertujuan agar mencit dapat beradaptasi dengan kondisi
kandang. Selama proses aklimatiasasi, mencit diberi pakan
standar (pelet), dan air minum secukupnya.
2. Persiapan Bahan Uji
Bahan uji yang digunakan yaitu taurin, ekstrak etanol meniran,
dan jamur, tiram, yang dibuat sebagaimana tersaji pada
(Gambar 7).
27
2.1. Persiapan Ekstrak Etanol Meniran
Tahapan ekstraksi meniran (Phyllanthus niruri) sebagai berikut :
Gambar 7. Proses ekstraksi meniran
Daun meniran yang segar dicuci dengan air mengalir
Daun meniran dikeringanginkan dalam suhu ruang
selama 2x24 jam dan setelahnya dikeringkan
menggunakan oven dengan suhu 40˚C selama 2x24
jam
Meniran yang telah kering digiling menggunakan mesin
giling dan kemudian dihaluskan kembali menggunakan
blender
Meniran yang telah halus, di maserasi selama 3x24 jam
dengan pelarut etanol 96% hingga diperoleh maserat
Maseratdisaringmenggunakan
corong buchner
Maserat disaring menggunakan kertas saring
Filtrat dari maserat dipekatkan dengan rotary evaporator
pada suhu 50˚C hingga di dapat ekstrak kental,
kemudian dimasukkan ke dalam oven hingga diperoleh
ekstrak dalam bentuk pasta
28
2.2. Persiapan Ekstrak Etanol Jamur Tiram
Tahapan ekstraksi Jamur Tiram (P.ostreatus)
:
Gambar 5. Proses pembuatan ekstrak jamur tiram
Gambar 8. Proses ekstraksi jamur tiram
Jamur Tiram segar dicuci dengan air mengalir
Jamur tiram dikeringanginkan dalam suhu ruang
selama 1x24 jam
Jamur tiram yang telah dikeringkan dihaluskan
menggunakan blender
Jamur tiram yang telah halus dimaserasi selama 3x24
jam dengan pelarut etanol 96% hingga diperoleh
maserat Maserat disaring menggunakan corong buchner
Maserat disaring menggunakan kertas saring
Filtrat dari maserat dipekatkan dengan rotary evaporator
pada suhu 50˚C hingga didapat ekstrak kental, kemudian
dimasukkan ke dalam oven hingga diperoleh ekstrak
dalam bentuk pasta
29
2.3. Persiapan Taurin
Dosis normal pemberian taurin yang biasa diberikan pada
manusia adalah sebesar 3 g/70 kg berat badan . Jika
dihitung berdasarkan hasil konversi, dosis normal taurin
yang diberikan kepada mencit yaitu 3000 mg dikalikan
dengan 0,0026 adalah sebesar 7,8mg/bb/hari.
3. Pemberian Bahan Uji Taurin, Ekstrak Etanol Meniran, dan
Jamur Tiram
Dosis pemberian ekstrak etanol meniran dan jamur tiram yang
diberikan pada tikus putih seberat 200g adalah 72 mg/hari
(Santoso, 1983). Nilai konversi dari tikus ke mencit adalah 0,14
(mencit dengan berat 20 g). Dosis ekstrak etanol meniran dan
jamur tiram yang diberikan untuk mencit dengan berat 30-40g
yaitu sebesar 72 mg x 0,14 x2=20,2 mg/bb/hari. Dalam
penelitian ini, digunakan dosis taurin untuk pengujian yaitu 15,7
mg/bb/hari (dua kali dosis normal).
E. Diagram Alir Penelitian
Keseluruhan tahapan penelitian ini dapat dilihat pada diagram alir
penelitian pada Gambar 9.
30
28 ekor mencit umur 3 bulan dengan bobot badan ± 30-40g
24 ekormencitumur3 bulan dengan
bobotbadan±30-40g
24 ekormencitumur3 bulan dengan
bobotbadan±30-40g
Aklimatisasi selama 7 hari (diberi pakan standar dan air minum)
7 ekor mencit
(Taurin)
7 ekor mencit
(Taurin dan Ekstrak
Meniran )
7 ekor mencit
(Taurin dan Ekstrak
Jamur tiram )
7 ekor mencit
(Ekstrak Meniran
dan jamur tiram)
Pakan standar
dan air minum
serta ekstrak
taurin dengan
dosis 15,6
mg/hari hingga
akhir penelitian
Pakan standar dan
air minum serta
taurin 15,6 mg/hari
dan ekstrak
meniran dosis 20
mg/hari hingga
akhir penelitian.
Pakan standar dan
air minum serta
taurin 15,6 mg/hari
dan ekstrak jamur
tiram dosis 20
mg/hari hingga
akhir penelitian.
Pakan standar
dan air minum
serta meniran
dan ekstrak
jamur tiram
dosis 20 mg/hari
hingga akhir
penelitian.
Suspensi sel darah merah domba (DMD) 2% intra peritonial diinduksi pada hari ke-8 dan dilanjutkan pemberian pakan, minum dan ekstrak
hingga hari ke-18
Pengambilan sampel darah mencit, pengujian titer antibodi, perhitungan jumlah leukosit dan eritrosit
Analisis Data
Gambar 9. Diagram alir penelitian
31
F. Parameter Penelitian
1. Perhitungan Leukosit
Perhitungan leukosit menggunakan darah mencit yang telah
diambil. Pengenceran darah untuk menghitung jumlah leukosit
menggunakan larutan Turk. Larutan Turk menyebabkan eritrosit
lisis. Darah diencerkan 20 kali dan sel eritrosit dihitung
menggunakan kamar hitung Improved Neubauer. Adapun
prosedurnya adalah sebagai berikut :
Darah dihisap menggunakan pipet leukosit hingga tanda 0,5.
Bekas darah di ujung pipet dibersihkan menggunakan tisu.
Kemudian larutan pengencer (larutan Turk) dihisap hingga
tanda 11. Pengenceran yang digunakan adalah pengenceran
20. Selanjutnya pipet leukosit dihomogenkan selama ± 1
menit. Darah dalam leukosit yang telah homogen dibuang
4-5 tetes pertama. Kamar hitung dan kaca penutup (cover
glass) untuk menghitung jumlah leukosit disiapkan. Darah
diletakkan pada kamar hitung tepatnya pada sudut 30° di
batas cover glass kemudian dilakukan proses perhitungan.
2. Perhitungan Eritrosit
Pengenceran darah untuk menghitung jumlah eritrosit
menggunakan larutan Hayem. Larutan Hayem menyebabkan
leukosit dan trombosit lisis. Darah diencerkan 200 kali dan sel
eritrosit dihitung pada 5 bidang sedang ditengah pada kamar hitung
32
Improved Neubauer. Adapun prosedur perhitungan eritrosit
sebagai berikut :
Darah mencit dihisap hingga tanda 0,5 pada pipet eritrosit
dan kemudian ujung pipet dibersihkan menggunakan tisu.
Setelah itu, larutan Hayem dihisap hingga tanda 101 dengan
tidak membentuk gelembung udara. Kedua ujung pipet
ditutup dengan ujung jari. Pipet dihomogenkan selama ±1
menit. Darah dalam pipet eritrosit yang telah homogen
dibuang 4-5 tetes pertama. Kamar hitung dan kaca penutup
(cover glass) disiapkan untuk menghitung jumlah eritrosit.
Darah diletakkan pada kamar hitung tepatnya pada sudut 30°
di batas cover glass dan dilakukan proses perhitungan.
Cara menghitung eritrosit yaitu dengan kamar hitung
diletakkan pada meja mikroskop dan digunakan lensa
objektif perbesaran 40 kali. Kemudian diamati penyebaran
sel eritrosit yang terlihat pada 5 bidang sedangkan yang
berbeda di tengah. Kamar hitung untuk perhitungan leukosit
dan eritrosit disajikan pada (Gambar 10).
Gambar 10. Kamar hitung (http://medlab.id, 2017)
33
3.Titer Antibodi
Pengujian titer antibodi dilakukan setelah pengambilan sampel
darah mencit yang telah diberikan perlakuan selama 18 hari. Titer
adalah nilai maksimun suatu tubuh untuk menolak penyakit.
Hasil tes titer anti bodi digunakan untuk mendeteksi IgM karena
ukuran IgM yang memudahkan untuk aglutinasi.
Adapun cara kerja dari uji HA tes. yaitu sebagai berikut :
Gambar 11. Diagram alir uji titer antibodi (Sulistyowati, 2006)
Microplate bottom V sebagai tempat pengujian titer
antibodi disiapkan
Semua lubang (12 lubang) pada microplate diisi dengan
larutan PZ 0,025 ml
Pada lubang pertama microplate ditambahkan serum
mencit 0,025 ml, dan kemudian diencerkan
½,1/4,1/8.1/16,1/32 dan seterusnya hingga lubang ke 10.
Lubang ke 11 dan 12 sebagai kontrol.
Semua lubang (12 lubang) ditambahkan sel DMD 1,5%
sebanyak 0,025 ml.
Microplate digoyang dalam microshaker selama 1 jam dan
dibiarkan pada suhu kamar selama 24 jam.
Analisis data hasil uji titer antibodi, apabila terjadi
aglutinasi hasil positif, apabila tidak terjadi aglutinasi hasil
negatif.
34
G. Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dengan metode statistik
ANOVA (Analysis of Variance) pada taraf nyata5% untuk melihat
perbedaan yang nyata antar kelompok perlakuan, kemudian jika
terdapat perbedaan maka dilanjutkan dengan uji BNT ( Beda Nyata
Terkecil) pada taraf nyata 5%.
45
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
a) Berdasarkan hasil pembacan jumlah titer antibodi, leukosit,
eritrosit menunjukan bahwa pemberian kombinasi taurin, ekstrak
etanol meniran (P.niruri), dan jamur tiram (P.ostreatus) dapat
meningkatkan imunostimulan.
b). Berdasarkan hasil pembacan jumlah titer antibodi, leukosit,
eritrosit, tingkatan sifat imunostimulan berturut dari yang paling
terbaik adalah pemberian kombinasi taurin dan ektrak etanol
meniran, pemberian taurin, pemberian kombinasi taurin dan
ektrak etanol jamur tiram, kemudian kombinasi ekstrak etanol
meniran dan jamur tiram.
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yaitu dengan pemberian dosis
yang lebih sedikit dari penelitian ini, serta pengukuran, jumlah leukosit
dan eritrosit sebelum perlakuan dan sesudah penginduksian antigen
terhadap mencit, guna sebagai perbandingan hasil pengujian.
46
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, A.K., Lichtman, A.H., and Pillai, S., 2015, Cellular and Molecular
Immunology, Eighth Edition, Elsevier, Saunders, Philadelphia.
Abbas, A.K., Lichtman, A.H., &Pillai, S., 2014, Basic Immunology, Fourth
Edition, Elsevier, Saunders, Philadelphia
Achmad. 2010. Bertanam Jamur Konsumsi. AgoMedia Pustaka. Jakarta.
Allan, W. H., V. E. Lancaster and B. Toth. 1978. Their Production and use ND
Vaccines. FAO. Rome. Italy. 1-159
Aldous, E.W., and D.J. Alexander. 2001. Detection and Differentiation of
Newscastle Disease Virus (Avian Paramyxovirus. Iraqi J.Vet. Sci. 23
(2):143-146.
Anonim, 2017. Morfologi Jamur Tiram. Wikipedia.org/wiki/Jamur-tiram, diakses
pada tanggal 25 agustus 2017 pukul 09.00 WIB.
Anonim, 2017. Leukosit. www.delherbal.com/leukosit-rendah, diakses pada
tanggal 28 Agustus 2017 pukul 20.00 WIB.
Anonim, 2017. Eritrosit. http://interactive-biology.com, diakses pada tanggal 27
Agustus 2017 pukul 08.00 WIB.
Anonim, 2017. Kamar Hitung. http://medlab.id, diakses pada tanggal 28 Agustus
2017 pukul 20.00 WIB.
Arouma, O.I.,B. Halliwell, B.M. Hoey dan J. Butler. 1988.The Antioxidant
Action Of Taurine, Hypotaurine And Their Metabolic Precursors. Biochem
J, 256:251-255.
Ash, A.I, 2012, Uji Komparasi Aktivitas Fagositosis Makrofag Dan Produksi
Nitrit Oksida Pada Mencit Bal b/c Akibat Perlakuan Ekstrak Meniran Hijau
(Phyllanthus niruri) dan Meniran Merah (Phyllanthus urinaria) yang
Diinfeksi Bakteri Salmonella thypi, Tesis, Program Studi Biosain, Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
47
Austyn, J.N. and K.J. Wood. 1994. Principle of cellular and molecular
immunology. Oxford : Oxford University Press, Pp 39-46.
Ball, G.F.M. 2004. Vitamins: Their Role in The Human Body. Blackwell
Publishing. London.
Baratawidjaja, K.G., 2000, Imunologi Dasar, Edisi IV, FKUI, Jakarta.
Baratawidjaja, K.G. dan Rengganis, I., 2009, Imunologi Dasar, Edisi VIII, Balai
Penerbit Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Benjamini, E., Coico, R., Sunshine, G., 2000, Immunology A Short Course, Forth
Edition, Wiley-Liss, A John Wiley and Sons, Inc., New York.
Burhan,E. 2004. Angka Tahan Hidup Penderita Kanker Paru Jenis Karsinoma
Bukan Sel Kecil yang Layak Dibedah. (Tesis). Departemen Pulmonologi
dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI.Jakarta.
Bobek, Ozdin, dan Kajaba, 1997 Pengaruh Dosis Dedak Dalam Media Tanam
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jamur Tiram Putih (Pleurotus floridae).
Jurnal Pertanian. UNWIM Jatinagor Sumedang.
Cahyana, YA. 1999.Jamur Tiram. Penebar Swadaya. Jakarta.
Diarini, N. N., 2014, Aktivitas Imunostimulan Kombinasi Ekstrak Etanolik Umbi
Keladi Tikus (Typhonium flagelliforme (Lodd.) Blume), Herba Meniran
(Phyllanthus niruri Linn.) dan Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz and
Pav) terhadap Proliferasi Limfosit Mencit Bal b/c yang Diinduksi Vaksin
Hepatitis B, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah
Mada,Yogyakarta.
Effendi, Zukesti. 2003. Peranan Leukosit sebagai Anti Inflamasi Alergik dalam
Tubuh. Fakultas Kedokteran:Universitas Sumatera Utara.
Effendi, Nurmaya., H. Widiastuti. 2014. Identifikasi Aktivitas Immunoglobulin M
(IgM) Ekstrak Etanolik Daun Ceplukan Pada Mencit. Jurnal Kesehatan vol.
VII nomor 2.Universitas Muslim. Indonesia. Makassar
Eze, C.O., Nworu, C.S., Esimone, C.O., dan Okore, V.C., 2014.
Immunomodulatory activities of methanol extract of the whole aerial part of
PhyllantusniruriL., Journal of Pharmacognosy and Phytotherapy, 6 (4), 41-
46.
Gemalasari, 2002. Pengaruh Konsentrasi Tapioka Serapan Mineral Jamur Tiram
Putih.Jurnal Kimia.UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
48
Goldsby, R.A., T.J. Kindt and B.A. Osborne. 2000. Kuby immunology. 4th Ed.
New York : W.H. Freeman and company, Pp 10-15.
Hasegawa, A., Y. Hamada, M. Shigeta, and K. Koyama. 2002. Contraceptive
potential of synthetic peptides of zona pellucida protein (ZPA). J Reprod
Immunol 53 : 91-98.
Herscowitz, H.B. 1993. Imunofisiologi : Fungsi sel dan interaksi seluler dalam
pembentukan antibodi. Dalam : Bellanti, J.A. (Eds) Immunology III.
Terjemahan A.S. Wahab. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, Hal
127-136.
Kimball, J, W. 2003. Biologi.Erlangga. Jakarta.
Kresno, S.B., 1996, Imunologi: Diagnosis dan Prosedur Laboratorium, Edisi III,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Lestarini, I.A., 2008, Pengaruh pemberian Phyllanthus niruri L terhadap respon
imunitas seluler mencit Bal b/c yang diinfeksi dengan Salmonella
typhimurium, Tesis, UniversitasDiponegoro, Semarang.
Panda H. Hand Book on Herbal Medicines. Gramedia; 2004. Jakarta.
Pearce, E. 2001.Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.Gramedia PustakaUtama.
Jakarta.
Paterson, M, M.R. Wilson, Z.A. Jennings, M. van Duin and R.J. Aitken. 1999.
Design and evaluation of a ZP3 peptide vaccine in a homologous primate
model. Mol Hum Reprod 5 (4) : 342-52
Porth, C. M. 2011. Essential of Pathophysiology Concepts of Altered Health
States, 3th edition, Wolters Kluwer Health, Lippincott Williams & Wilkins,
486-510.
Pramono dan Malole. 1989.Pengantar Hewan-Hewan Percobaan di
Laboratorium.Pusat Antar Universitas Bioteknologi IPB.Bogor.
Ramesh, M and Msaravanan. 2008. Haematological and Biochemical Biology
responses in a freshwater fish cyprinus carpio exposed to chlorpyrifos.
International Journal of Intgrative Biology.
Rismunandar, 1984.Jamur Tiram. Buku Pintar Bertanam Jamur Konsumsi.
Volume 2.Jakarta:Ago Media Pustaka.
Sadler, K., P.H. Bird. L.E. Brown and D.C. Jackson. 2000. The antigenic and
immunogenic properties of synthetic peptide immunocontraceptive vaccine
candidates based on gamete antigens. Vaccine 18 (2000) 416 – 425.
49
Santoso, S.D, 1983. Efek Samping dan Efek Toksik Obat Tradisional. Bull KFV.
Jakarta.
Soegijanto, S., F.A. Ratam,Soetjipto, K. Sudiyana, Y.Priyatna. 2003.Uji Coba
Vaksin Dengue Rekombinan pada Hewan Coba Mencit, Tikus, Kelinci
dan Monyet.Sari Pediatri, Vol. 5, No. 2, September 2003: 64– 71.
Soetrisno.2007. Diktat Fisiologi Ternak. Fakultas Peternakan Unsoed.
Purwokerto.
Suckow, M.A., S.H. Weisbroth, dan C.I.Franklin. 2006.Rats As Laboratory
Animals. ElsevierInc.London.
Sulistiyowati. 2006. Pemanfaatan Ekstrak Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus)
Sebagai Bahan Menimbulkan Kekebalan Tubuh Mencit. Journal of Science,
Vol. 1, No.2.
Suryani. 2007. Kajian Komposisi Medium Tumbuh pada Pertumbuhan dan Hasil
Dua Varietas JamurTiram. Laporan Penelitian. Universitas Warga
Manggala. Yogyakarta.
Srivastava, N.R., P. Santhanam, S. Sheela, S.S. Mukund, B.S. Thakral, Malik and
S.K. Gupta. 2002. Evaluation of the immunocontraceptive potential of
Escherichia coli-expressed recombinant dog ZP2 and ZP3 in a homologous
animal model. Reproduction123 : 847–857.
Thrall, M. A. 2004.Veterinary Hematology and Clinical Chemistry. Maryland:
Lippincott Williams dan Wilkins.hal 3-11; 20;69-77; 212-217.
Wayan, T.A., B, Nariono., dan S. Mangkuwidjojo. 1981. Perubahan Hematologik
Kelinci yang diinfeksi dengan Trypanosoma evansi. Prosiding Seminar
Nasional II. Jakarta
Xia Zhang, C. Bi, Y.Fan, Q. Cui, D. Chen, Y. Xiao dan Q. P. Dou. 2008.
Induction Of Tumor Cell Apoptosis By Taurine Schiff Base Copper
Complex Is Associated The With Inhibition Of Proteasomal Activity.Int J
Mol Med, 22(5): 677–682.
Yuwono. 2009. Mencit strain CBR Swiss Derived. Pusat Penelitian Penyakit
Menular Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen
Kesehatan RI. Jakarta.
Top Related