39
Setiap orangtua dan guru tentu berharap bahwa anak memiliki
perkembangan emosi sosial dan moral yang benar dan lancar
sehingga tidak mempengaruhi kehidupan serta masa depan anak.
Anak diharapkan memiliki sikap perilaku emosi sosial dan moral yang
sesuai dengan aturan-aturan yang ada di lingkungan dimana dia
berada. Hal ini akan dapat terjadi jika orangtua bekerjasama
dengan pihak sekolah atau guru dalam mendukung kelancaran
perkembangan emosi sosial dan moral anak.
Pada bab 4 ini dijelaskan, strategi perkembangan emosi sosial dan
moral anak melalui bidang pendidikan, khususnya proses
pembelajaran di sekolah. Selain itu, juga dijelaskan usaha-usaha yang
dapat dilakukan oleh orangtua dalam mendukung perkembangan
emosi sosial moral anak.
A. STRATEGI DALAM PEMBELAJARAN AUD
Perhatian guru terhadap perkembangan emosi sosial dan moral
siswa hendaknya seimbang dengan perhatiannya terhadap
perkembangan kognitif (prestasi akademik) siswanya. Sangat
disayangkan jika sekolah maupun guru hanya memperhatikan
pada aspek kognitif belaka, karena perkembangan emosi sosial
dan moral tidak terlepas dalam mendukung perkembangan
kognitif siswa, bahkan mempengaruhi perkembangan-
perkembangan lainnya. Oleh karena itu, guru harus memahami
pentingnya perkembangan emosi sosial dan moral siswa, dan perlu
Strategi Pengembangan Emosi Sosial dan Moral AUD
40
menyusun strategi dalam pembelajaran untuk mendukung
perkembangan emosi sosial dan moral siswanya.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, strategi diartikan sebagai
rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran
khusus (Depdikbud, 1990). Strategi dalam pembelajaran dapat
diartikan sebagai rencana yang disusun dalam rancangan kegiatan
pembelajaran di sekolah guna mencapai rumusan tujuan. Dalam hal
ini, tujuan yang dimaksud adalah berupa perkembangan emosi
sosial dan moral siswa (anak sisa dini).
Terdapat beberapa tahap dalam menerapkan strategi
pembelajaran tersebut, yakni tahap Awal, tahap Persiapan, dan
Tahap Pelaksanaan serta Evaluasi, seperti ada pada gambar 1
berikut.
Gambar 1. Tahap-tahap dalam Pembelajaran
Strategi Perkembangan Emosi Sosial dan Moral AUD
41
1. Tahap Awal
Dalam tahap Awal, ada dua hal yang perlu dibekalkan pada
guru, yakni Pertama, guru harus memiliki bekal yang cukup dan
paham mengenai konsep perkembangan AUD dari berbagai
aspek, antara lain aspek Kognitif, Fisik Motorik, dan Emosi Sosial
serta Moral. Selain itu, guru juga perlu memahami karakteristik
beserta indikator-indikator pencapaian tahap perkembangan
AUD tersebut. Berbagai pemahaman di atas dapat diperoleh
baik melalui perkuliahan, pendidikan dan pelatihan, maupun
dengan belajar sendiri dari bahan bacaan.
Kedua, Guru PAUD juga harus mampu melakukan identifikasi
kebutuhan (masalah) yang dialami AUD sesuai dengan tahap
perkembangannya. Oleh karena itu, guru harus terampil
menyusun dan menggunakan instrumen yang tepat guna
melakukan identifikasi kebutuhan.
Perlu dipahami bahwa pada umumnya instrumen yang
digunakan untuk melakukan identifikasi kebutuhan AUD tersebut
berupa panduan observasi. Hal ini disebabkan AUD belum
mampu untuk diajak untuk berwawancara, apalagi menulis untuk
menjawab angket. Namun, tidak semua aspek dapat
diidentifikasi dengan sekali observasi. Setiap aspek akan lebih
tepat dan teliti jika disusun dalam suatu panduan observasi, dan
tidak perlu dicampur (digabung) dengan aspek yang lain,
misalnya tentang Kemandirian, Kemampuan Pro-Sosial,
Kedisiplinan. Masing-masing panduan observasi perlu disusun
sesuai dengan indikator-indikator yang mencerminkan satu
aspek (variabel) itu saja, agar pengamatan dapat dilakukan
secara terfokus sesuai dengan indikator-indikator dalam
variabel tersebut.
Selain itu, guru PAUD juga perlu berlatih menyusun kisi-kisi
sebelum mengembangkannya ke dalam bentuk instrumen
(panduan) observasi. Penyusunan kisi-kisi dapat dilakukan
Strategi Pengembangan Emosi Sosial dan Moral AUD
42
dengan mengkaji teori-teori atau panduan yang terkait dengan
penjelasan aspek atau variabel yang akan diamati. Selanjutnya,
kisi-kisi yang sudah disusun tersebut dikembangkan dalam
bentuk panduan observasi.
Di bawah ini, dapat dikaji bagaimana bentuk kisi-kisi yang
terkait dengan aspek (variabel) prososial AUD. Ada 9 indikator
yang dijabarkan dari variabel prososial AUD, seperti yang
terlihat dalam tabel 4.1.
Tabel 4.1. Contoh Kisi-kisi Perilaku Prososial AUD
No Aspek Indikator No
Item
1 Perilaku Prososial Bermain dengan teman sebaya
Mengetahui perasaan temannya
dan merespon secara wajar
Berbagi dengan teman
Menghargai
hak/pendapat/karya teman
Menggunakan cara yang diterima
secara sosial (kelompok teman)
dalam menyelesaikan masalah
dengan menggunakan pikiran
untuk menyelesaikan masalah
Bersikap kooperatif dengan
teman
Menunjukkan sikap toleran
Mengekspresikan emosi yang
sesuai dengan kondisi yang ada
(senang-sedih-antusias dsb)
Mengenal tata krama dan sopan
santun sesuai dengan nilai sosial
budaya setempat
Strategi Perkembangan Emosi Sosial dan Moral AUD
43
Hasil dari kisi-kisi di atas, selanjutnya dikembangkan menjadi
panduan observasi, yang masih perlu dikaji kembali baik berdasar
dari konten (isi) yang harus diamati, penyusunan kalimatnya, atau tata
urutnya serta cara penggunaannya. Pada tabel 4.2 merupakan
contoh panduan untuk melakukan observasi tentang perilaku prososial
AUD.
Tabel 4.2. Contoh Panduan Observasi tentang Perilaku ProSosial AUD
Catatan:
Berdasar hasil observasi, berikan tanda centang pada pilihan (kolom) Ya jika
perilaku prososial yang sudah nampak; dan tanda centang pada kolom Tidak jika
perilaku prososial belum nampak.
No Item Indikator Ya Tidak
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Bermain dengan teman sebaya
Mengetahui perasaan temannya dan
merespon secara wajar
Berbagi dengan teman
Menghargai hak/pendapat/karya
teman
Menggunakan cara yang diterima
secara sosial (kelompok teman) dalam
menyelesaikan masalah dengan
menggunakan pikiran untuk
menyelesaikan masalah
Bersikap kooperatif dengan teman
Menunjukkan sikap toleran
Mengekspresikan emosi yang sesuai
dengan kondisi yang ada (senang-
sedih-antusias dsb)
Mengenal tata krama dan sopan
santun sesuai dengan nilai sosial
budaya setempat
Contoh tentang pengamatan perilaku prososial AUD tersebut
dilakukan pada setiap siswa, sehingga perlu disediakan panduan
Strategi Pengembangan Emosi Sosial dan Moral AUD
44
observasi minimal sejumlah siswa yang akan diamati. Jika cukup
banyak, misalnya lebih dari 5 anak yang diamati, maka
sebaiknya pelaksanaan pengamatan dilakukan oleh beberapa
observer (pengamat), dimana setiap observer sudah memahami
cara penggunaan panduan observasinya serta mengetahui siapa
saja yang akan diamati.
Jika observasi sudah dilakukan maka selanjutnya tugas guru
maupun peneliti menjumlah skor yang dimiliki oleh masing-masing
anak. Misalnya, setiap kolom ya diberi skor 1, sebaliknya pada
kolom tidak diberi skor 0. Berdasar jumlah skor yang diperoleh
tersebut, anak dapat dikategorikan sesuai dengan peruntukan
jumlah skornya.
Tabel 4.3. Contoh Distribusi Frekuensi Perilaku ProSosial Siswa
TK Kamulyan Terpadu Salatiga
Kategori Frekuensi Prosentase
Sangat Tinggi 1 11,1
Tinggi 2 22,2
Cukup 3 33,3
Rendah 3 33,3
Total 9 100
Sumber: Soesilo (2017).
Sebagai contoh, pada Tabel 4.3. menggambarkan distribusi
frekuensi perilaku prososial siswa yang datanya dikumpulkan
melalui observasi. Di antara 9 anak, jumlah anak yang memiliki
perilaku prososial sangat tinggi dan yang tinggi masing-masing
terdiri dari 1 dan 2 anak saja. Sedangkan yang memiliki
perilaku prososial pada kategori cukup, dan rendah memiliki
jumlah yang sama dan lebih dominan, yakni masing-masing
terdiri dari 3 anak. Berdasar temuan tersebut, maka guru
sebaiknya merancang kegiatan pembelajaran yang dapat
meningkatkan kemampuan prososial anak.
Strategi Perkembangan Emosi Sosial dan Moral AUD
45
2. Tahap Persiapan Pembelajaran
Pada tahap Persiapan Pembelajaran, terdapat dua hal yang
perlu dilakukan oleh guru yakni Pertama, menentukan materi
yang perlu diimplementasikan dalam pembelajaran. Materi
disusun berdasar hasil temuan identifikasi kebutuhan yang
dilakukan sebelumnya, yakni pada tahap awal. Berdasar hasi
identifikasi kebutuhan tersebut, dilanjutkan dengan menyusun
tujuan beserta materi yang disesuaikan dengan tujuan tersebut.
Kedua, menyusun RPPH sesuai dengan format. Pada umumnya
isian dalam RPPH terdiri dari indikator, KBM dan metode, alat
peraga dan media, Pendidikan karakter, dan penilaian
perkembangan. Indikator merupakan keberhasilan minimal yang
harus dicapai selama pembelajaran. Pada umumnya indikator
menggunakan kalimat yang operasional yang bersifat terukur.
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) merupakan gambaran
kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa selama
pembelajaran berlangsung. Dalam setiap pembelajaran, guru
perlu menentukan metode yang tepat sesuai dengan tujuan dan
kondisi kelas serta kemampuan guru. Sedangkan pendidikan
karakter merupakan keberhasilan yang terkait dengan
kemampuan sosial, emosi dan moral siswa. Pada bagian akhir
terdapat cara penilaian perkembangan.
3. Tahap Pelaksanaan dan Evaluasi
Pada tahap Pelaksanaan dan Evaluasi, guru meng-
implementasikan kegiatan pembelajaran sesuai dengan
langkah-langkah RPPH yang disusun. Implementasi
pembelajaran merupakan penerapan metode yang sudah
ditetapkan. Dalam menerapkan metode yang digunakan dalam
pembelajaran, guru juga mengembangkan strateginya supaya
tujuan dari pembelajaran dapat tercapai.
Strategi Pengembangan Emosi Sosial dan Moral AUD
46
Selanjutnya setelah pembelajaran berlangsung, guru perlu
melakukan pengukuran (asesmen) untuk mengukur pencapaian
perkembangan siswa. Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan alat (instrumen) berupa observasi yang sudah
disediakan sebelumnya. Berdasar hasil pengukuran tersebut,
guru melakukan evaluasi untuk menentukan keberhasilan
pembelajaran, apakah sudah terjadi perkembangan siswa
(dalam aspek tertentu) sesuai dengan indikator yang ditentukan.
B. STRATEGI PENGEMBANGAN EMOSI SOSIAL DAN MORAL ANAK
OLEH ORANGTUA
Seperti yang dijelaskan pada bagian sebelumnya, bahwa masih
bayak orangtua lebih perhatian pada aspek kognitif dan prestasi
anak daripada memperhatikan perkembangan aspek emosi sosial
anak. Perkembangan emosi sosial anak usia dini sangat
berpengaruh dalam pembentukan pribadi, konsep diri dan
kemampuan sosial serta cara-cara dalam berinteraksi dengan
orang lain. Bahkan, berbagai hal tersebut dianggap penting
terkait dengan kemampuan dalam memperjuangkan kesuksesan di
masa depannya kelak. Dengan demikian, orangtua perlu
memahami pentingnya pengembangan emosi sosial dan moral
anak sejak dini.
Dalam upaya mengembangkan emosi sosial dan moral anak
tersebut, orangtua perlu memperhatikan beberapa hal, sebagai
strategi untuk mengembangkan emosi sosial dan moral si anak,
sebagai berikut:
1. Mengajak Berinteraksi
Perlu dipahami bahwa perkembangan kemampuan berbahasa
di usia 2-3 tahun dan perkembangan konsep diri di usia 2-3
tahun mendukung perkembangan emosi pada anak. Oleh
karena itu peran orang tua, khususnya ibu, di usia 2-3 tahun
penting agar anak mampu mengembangkan pemahaman
Strategi Perkembangan Emosi Sosial dan Moral AUD
47
emosional yang lebih baik. Sejumlah data riset menunjukkan ibu
lebih banyak melibatkan ekspresi kasih sayang dan ekspresi
berbahasa dalam pengasuhannya. Ekspresi kasih sayang
menjadikan pengasuhan dihayati hangat oleh anak. Ekspresi
berbahasa memudahkan anak belajar mengenal dan
mendeteksi emosi dengan tepat.
Mengajak anak untuk berinteraksi dengan orang lain, termasuk
di luar anggota keluarga, merupakan cara pembelajaran untuk
membekali anak bagaimana melakukan interaksi dengan orang
lain, juga supaya anak dapat mengelola emosi diri. Respon-
respon yang timbul sebagai akibat saling berinteraksi pada
umumnya berupa emosi-emosi. Munculnya emosi sebagai akibat
berinteraksi, akan mendukung pada pemahaman anak tentang
bagaimana mengelola emosi sesuai dengan kondisi diri dan
lingkungannya.
Melalui pembiasaan berinteraksi dengan orang lain maka akan
dapat mendukung pada kemampuan sosial anak. Selain itu,
selama melakukan interaksi tersebut anak juga belajar bahwa
pada setiap lingkungan memiliki aturan-aturan yang harus
diikuti. Oelh karena itu, pembiasaan berinteraksi tersebut juga
mendukung pada pengembangan moral anak.
2. Penerimaan Diri (Self Acceptance) apa adanya
Tidak jarang orangtua memiliki pengharapan yang tinggi
terhadap kemampuan anak. Ketika anak mewujudkan
kemampuannya baik secara akademik maupun non-akademik
yang tidak sesuai dengan harapan orangtua, tidak jarang
respon orangtua berupa kurang menerima keberadaan atau
prestasi yang diperoleh si anak. Bahkan, respon orangtua
berupa marah-marah pada anak karena prestasi yang
dicapainya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Jika hal ini
berlangsung terus menerus, maka berakibat terhambatnya rasa
Strategi Pengembangan Emosi Sosial dan Moral AUD
48
percaya diri siswa dalam mengembangkan kemampuannya.
Dengan demikian, hal tersebut menjadikan anak selalu rendah
diri di hadapan siapapun, yang pada akhirnya tidak dapat
mewujudkan prestasinya secara optimal.
Orangtua maupun para pendidik perlu menerima diri (self
acceptance) apa adanya terhadap keberadaan si anak, baik
dalam hal kondisi fisiknya, mentalnya maupun prestasi yang
diraihnya. Dalam kondisi (keberadaan) apapun si anak, tugas
orangtua adalah memberi motivasi agar dia menjadi percaya
terhadap kemampuan dan usaha-usahanya; bukan menuntut
anak untuk mencapai sesuai standar orangtua.
Perlu dipahami bahwa apapun yang dilakukan orangtua di
depan si anak sebenarnya juga merupakan bagian
pembelajaran bagi si anak untuk melakukan hal sama terhadap
orang lain. Dengan demikian, jika orangtua menerima diri (self
acceptance) apa adanya terhadap keberadaan si anak, maka
sebenarnya juga mengajarkan pada anak untuk dapat
menerima diri (self acceptance) apa adanya terhadap
keberadaan orang lain.
3. Self Esteem (Harga Diri)
Sebagai akibat adanya penerimaan diri (self acceptance) apa
adanya terhadap keberadaan si anak, maka anak memiliki
percaya diri dan merasa dihargai. Selain itu, anak akan merasa
mau dan mampu dalam mewujudkan keinginan-keinginannya.
Saat anak sudah memiliki harga diri, pada umumnya dapat
menentukan perilaku yang tepat sesuai dengan pemahamannya.
Orangtua bertugas dan bertanggung dalam menciptakan
percaya diri dan harga diri anak. Oleh karena itu, orangtua
perlu membekali dan memberi pengalaman anak tentang
kebiasaan (aturan-aturan), dan bagaimana berperilaku pada
lingkungannya.
Strategi Perkembangan Emosi Sosial dan Moral AUD
49
4. Mengajak Berkomunikasi tentang Emosi
Orangtua juga bertugas dalam menjalin komunikasi dengan
anak. Terciptanya komunikasi tersebut membuat orangtua dan
anak dapat saling memahami perasaan emosinya. Dalam
percakapan sehari-hari, menanyakan apa yang dirasakan anak
akan menjadikan komunikasi mencapai kedalaman hingga
tingkat pemahaman emosi. Misalnya; “kamu senang nak?” atau
“hei, kamu menangis, kamu sedih sekali ya? Apa yang
membuatmu sedih?” Atau melalui kegiatan bermain, dengan
menggunakan boneka jari hingga panggung boneka selain
melalui kegiatan menyanyi bersama. Ibu dapat menggunakan
lagu yang mengandung perasaan tertentu didalamnya, “meletus
balon hijau, hatiku sangat kacau.” Atau “di sini senang, di sana
senang..”. Melalui komunikasi semacam hal tersebut akan
menciptakan relasi yang baik sehingga anak berani
mengungkapkan perasaan emosinya, serta dapat menerima
bagaimana cara mengungkapkan suatu emosi terkait suatu
kondisi.
5. Perlu Problem Solving
Tidak jarang dijumpai, terdapat orangtua yang selalu berusaha
untuk memberi kemudahan-kemudahan anak, dan bahkan
menjadi overprotektif terhadap kesulitan-kesulitan yang dialami
anak. Jika hal ini berlangsung terus menerus maka akan
menjadikan anak selalu berlindung dan tidak mau mengatasi
kesulitan-kesulitan yang dihadapinya. Anak tidak mau berjuang
dalam mengatasi berbagai persoalan atau kesulitan, baik di
rumah, di sekolah maupun di lingkungan sosialnya.
Anak perlu diajari untuk berjuang dalam mengatasi berbagai
kesulitan, sehingga anak memiliki daya juang untuk mengatasi
kesulitannya sendiri. Orangtua jangan sampai terlalu cepat
dalam memberi perlindungan atau kemudahan saat anak
Strategi Pengembangan Emosi Sosial dan Moral AUD
50
menghadapi kesulitan. Jika perlu justru orangtua memberikan
tugas yang bersifat problem solving pada diri anak, sehingga
anak akan terbiasa dalam menangani persoalan-persoalan
dirinya. Tentu saja orangtua sudah memiliki „berat ringannya‟
problem solving yang dibebankan pada diri anak. Orangtua
tetap bertugas mengamati sejauhmana dan bagaimana anak
dalam mengatasi kesulitan-kesulitannya.
6. Anak diajarkan untuk tidak menyalahkan pada orang lain
(nge-blame)
Tanpa disadari, tidak jarang orangtua mengajarkan pada anak
untuk mencari „kambing hitam‟, jika menghadapi suatu persoalan
atau kesalahan. Dalam menghadapi persoalan, orangtua
bukannya berusaha mencari solusi bagaimana untuk
mengatasinya, tetapi justru mencari-cari kesalahan terutama
pada orang lain. Fenomena ini merupakan media pembelajaran
bagi anak „untuk mencari kesalahan jika menghadapi suatu
persoalan‟.
Jika orangtua dengan bijaksana menguraikan persoalan-
persoalan yang dihadapinya, dan menyusun rencana untuk
mengatasi persoalan tersebut, maka hal tersebut akan menjadi
pembelajaran bagi anak. Anak selalu berusaha mengatasi
persoalan-persoalnya tanpa mencari „kambing hitam‟, atau
menyalahkan orang lain.
Selain strategi seperti yang dijelaskan di atas, tentu masih banyak
lagi cara dalam mengembangkan kemampuan emosi sosial dan moral
anak. Di bawah ini diuraikan berbagai tips bagi orangtua dan guru
untuk mendukung perkembangan emosi sosial dan moral AUD sesuai
dengan usianya.
Strategi Perkembangan Emosi Sosial dan Moral AUD
51
a. Tips untuk Mendukung Perkembangan Anak Usia 2 – 3
Tahun
Di dalam banyak tulisan mengenai tumbuh kembang seringkali
disebutkan bahwa sejak usia 2 hingga 6 tahun anak sudah
tumbuh menjadi makhluk sosial yang kompleks. Mereka sudah
lebih peka dalam memahami perasaan orang lain dan
memahami situasi yang ada. Kepekaan pada orang lain dan
tanggap dalam memberikan bantuan sudah berkembang sejak
usia dua tahun. Aksi yang mencerminkan kecerdasan sosial.
Perlu dipahami bahwa kecerdasan sosial merupakan karakter
yang dibutuhkan bagi anak usia dini. Ada sejumlah kegiatan
yang dapat dilakukan orang tua agar karakter anak dapat
dikembangkan pada anak sejak dini. Tentu saja dalam bentuk
kegiatan yang menyenangkan dan disukai anak.
i) Orang tua memberi kesempatan pada anak untuk
menampilkan berbagai aksi tanggap pada orang lain,
seperti melibatkan anak dalam membantu mengerjakan
tugas-tugas rumah tangga sederhana di rumah.
Misalnya dengan membantu ibu mengambil jemuran, turut
menyiapkan perlengkapan mandi adik, hingga menyiapkan
meja makan. Tentu saja orang tua harus lebih dulu
menjadikan dirinya model perilaku bagi anak. Dengan
memberikan contoh bagaimana ayah dan ibu saling peka
dan tanggap satu sama lain. Ayah yang siap membantu ibu
membawakan barang belanjaan atau ibu yang
membukakan pintu bagi ayah yang pulang dari kantor
dapat menjadi contoh kecil bagi anak agar kelak
mengembangkan kepedulian yang sama.
ii) Mentransfer nilai-nilai dalam bentuk diskusi sesuai usia anak.
Tentu saja kegiatan ini umumnya dilakukan saat membaca
cerita atau menonton film dimana ayah dan ibu daat
memberikan pandangan mereka dan menggali pandangan
Strategi Pengembangan Emosi Sosial dan Moral AUD
52
anak tentang aksi-aksi tanggap dan peduli pada orang lain
yang ada pada tayangan. Anak yang berhati besar akan
mudah peka pada apa yang mereka lihat meski hanya
melalui film.
iii) Memberikan reinforcement atas perilaku prososial yang
ditampilan anak; seperti pujian secara verbal bahwa ia
sudah melakukan aksi hebat dari anak-anak yang berhati
besar.
Pujian merupakan penguat sosial yang tepat diberikan pada
anak agar kelak cenderung mengulangi aksi yang sama.
Selain itu, di bawah ini dijelaskan beberapa tips untuk keluarga
dan guru dalam mendukung perkembangan emosi dan sosial anak
berdasar temuan Allen & Marotz, (2010), sebagai berikut:
Ijinkan anak-anak untuk menciptakan kegunaan baru untuk
peralatan rumah tangga yang aman; selimut di atas meja
untuk membuat tenda atau gua; sendok untuk masak-
masakan; surat yang tidak terpakai untuk bermain sebagai
tukang pos; selang dengan sedikit aliran air untuk mencuci
sepeda roda tiga atau kereta-gerobak; karton susu plastik
untuk membuat perahu; cat dan kuas untuk melukis.
Sediakan material yang lebih kompleks: blok parket/balok;
beberapa benda yang bisa dipasangkan, dihitung, dan
dicocokkan, dan lain-lain.
Tawarkan kesenian tangan yang dapat mendorong sisi
eksperimen mereka: krayon, spidol non-permanen, kapur,
kertas, lem, cat, dan kuas besar (harus diawasi).
Selalu sedia buku tentang hewan, keluarga, kejadian
sehari-hari, aktifitas menghitung dan alfabet, puisi dan
rima, dan lanjutkan sesi „membaca‟ harian.
Strategi Perkembangan Emosi Sosial dan Moral AUD
53
Pergi ke perpustakaan; sediakan waktu untuk mereka untuk
„membaca‟. Masukkan pilihan buku non-fiksi yang diminati
anak seperti tentang binatang, lautan, dan planet.
Habiskan waktu bersama di luar ruangan: tendang, pukul,
atau melempar bola: menangkap serangga: dan lainnya.
Sediakan mainan beroda yang bisa dinaiki, kereta sorong
dan alat berkebun, kereta dorong boneka, keranjang
belanja, dan lainnya yang bisa membangun ketangkasan
mata-tangan-kaki dengan „menyetir‟ dan berbelok.
Berjalan-jalan dengan anak-anak dengan kecepatan anak-
anak; berikan cukup waktu untuk mengeksplor, memeriksa,
dan mengumpulkan bebatuan, serangga, dedaunan, dan
bercakap-cakap sepanjang jalan.
b. Tips untuk Mendukung Perkembangan Anak Usia 3 – 4
Tahun
Di bawah ini beberapa tips untuk keluarga dan guru dalam
mendukung perkembangan emosi sosial anak usia 4 tahun
(dalam Allen & Marotz, 2010) sbb:
Bergabung dalam permainan papan atau kartu yang
sederhana yang lebih mengandalkan kesempatan, bukan
strategi; tekankan bahwa hal yang penting adalah
permainan, bukan untuk menang.
Sediakan puzzle dengan lima sampai dua puluh bagian
(tergantung dari kemampuan anak), permainan menghitung
dan huruf, permainan mencocokkan.
Tawarkan material ilmu pengetahuan alam atau matematika
sederhana: penggaris, kompas, kaca pembesar, timbangan
kecil, berikan dorongan untum aktifitas seperti mengumpulkan
daun, biji yang bertunas, cacing yang bertumbuh, dan lain-
lain.
Strategi Pengembangan Emosi Sosial dan Moral AUD
54
Apresiasi (dan terkadang bergabunglah) ke dalam rima
spontan anak, nyanyian, nama panggilan yang konyol,
candaan, dan teka-teki.
Lanjutkan kegiatan membaca harian; doronglah anak-anak
untuk selalu menambah kata dan frasa, untuk menebak „apa
yang akan terjadi kemudian‟ dalam sebuah cerita, untuk
menceritakan kembali dengan cara menceritakan apa yang
terjadi pertama, apa yang terjadi di akhir cerita,
mengenalkan ide untuk mencari sesuatu dalam ensiklopedia
atau kamus bergambar sederhana. Pergilah ke perpustakaan
secara reguler, ijinkan anak-anak untuk menikmati waktu
mereka bersama buku.
Berpartisipasi 30 sampai 60 menit untuk aktifitas fisik yang
kuat tiap hari; berjalan-jalan, bermain di taman, bermain
sepeda, menendang bola, masuk dalam kelas tarian,
berenang (harus dengan pengawasan orang dewasa).
c. Tips untuk Mendukung Perkembangan Emosi Sosial Anak
Usia 5 Tahun
Menurut Allen & Marotz (2010), beberapa tips untuk keluarga
dan guru dalam mendukung perkembangan emosi sosial anak
usia 5 tahun antara lain sbb:
Sediakan material yang tidak mahal (kertas komputer,
majalah lama, buku, dan lain-lain) untuk kegiatan
menggunting, menempel, melukis, mewarnai, melipat,
membuat tenunan; tawarkan kegiatan menjahit sederhana
dan manik-manik untuk merangkai, kumpulkan kayu, lem, dan
alat untuk pekerjaan tukang kayu sederhana.
Kumpulkan alat peraga dan pakaian yang membantu akting
yang lebih mendetail untuk menunjang peran; kunjungi dan
bicarakan tentang aktifitas komunitas – pembangunan rumah,
kantor pos, dan pengiriman surat, pasar pertanian, doronglah
Strategi Perkembangan Emosi Sosial dan Moral AUD
55
untuk bermain dengan boneka; bantu untuk menyiapkan
panggung boneka.
Gunakan variasi buku untuk membantu anak dalam
mempelajari tentang kegembiraan dan fungsi buku dalam
kehidupan sehari-hari; lanjutkan untuk membaca dengan
keras secara rutin.
Mendorong untuk menumbuhkan minat terhadap permainan
kertas-pensil dan angka, huruf, dan permainan mengenali
kata yang diciptakan oleh anak namun membutuhkan bantuan
orang dewasa untuk melakukannya.
Rancanglah pengalaman memasak dimana si anak dapat
mencuci dan memotong sayuran, membentuk kue kering;
mengukur, mengaduk, dan mencampur sesuatu.
Tolonglah anak-anak dengan mengatur permainan target
yang sudah diimprovisasi yang melatih ketangkasan dan
koordinasi tangan dan mata (lempar bola, bowling, lempar
balok, basket, dan lainnya); pastikan ada kesempatan untuk
melakukan aktifitas fisik yang sedikit keras (menggali,
permainan roda, outbond, mengangkut, menyapu, dan
lainnya).
d. Tips untuk Mendukung Perkembangan Emosi Sosial Anak
Usia 6 Tahun
Menurut Allen & Marotz (2010), tips dalam mendukung
perkembangan emosi sosial anak usia 6 tahun antara lain sbb:
Sediakan materi untuk mewarnai, menggunting, memasang,
dan melukis.
Tawarkan permainan kertas dan gunting (titik-ke-titik, angka-
ke-angka, mencari kata, benda tersembunyi, menyalin dan
aktifitas melacak).
Strategi Pengembangan Emosi Sosial dan Moral AUD
56
Sediakan (dan bergabung) dalam permainan kartu mudah
dan permainan papan (Scrabble, checker dan lainnya),
terutama permainan yang rasa kompetitifnya minim.
Simpan banyak buku dan majalah untuk mereka baca dan
juga untuk orang dewasa bacakan kepada anak; dorong
anak untuk mengarang dan menceritakan cerita mereka.
Rancang agenda mingguan ke perpustakaan.
Berbagi minat dengan anak seperti mengoleksi obyek, bantu
mereka untuk mengelompokkan, memberi label, dan
memajang obyek tersebut.
Sediakan bermacam pakaian untuk laki-laki dan perempuan
dan gunakan minat anak dan pekerja komunitas yang sering
ditemui untuk bermain peran/role-play.
Dorong untuk melakukan masak, tukang kayu, dan kegiatan
konstruksi dasar dengan balok, mobil, truk, pesawat, dan
kebun binatang dan peternakan hewan (hindari mainan yang
menggunakan baterai dan alat mekanikal lainnya – saat hal
yang baru sudah mulai pudar, mereka akan menunjukkan
sedikit keterlibatan, dan pembelajaran menjadi terbatas).
Menganjurkan setidaknya 60 menit untuk aktifitas fisik harian
yang sedikit keras (bersepeda, berenang, berkebun,
melempar-pukul-tangkap bola, berjalan).
Ikut sertakan anak dalam kegiatan memasak, gunakan
kesempatan tersebut untuk membangun kemampuan Bahasa,
matematika, sains, dan pemecahan masalah.
Top Related