STRATEGI PENDISTRIBUSIAN DANA ZAKAT INFAK SHODAQOH
(ZIS) MELALUI PROGRAM PEMBERDAYAAN ANAK YATIM DI
YAYASAN INSAN CITA AL-MUKASSYAFAH
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S. Sos)
Oleh:
Ahmad Tarmizi
NIM: 1110053000068
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/ 2017 M
i
ii
iii
iv
ABSTRAKSI
Ahmad Tarmizi NIM : 1110053000068, Startegi Pendistribusian Dana Zakat
Infaq Shodaqoh (ZIS) Melaui Program Pemberdayaan Anak Yatim Di
Yayasan Insan Cita Al-Mukasyafah, dibawah bimbingan Drs. Sugiharto,
MA.
Mekanisme zakat, infaq, dan shadaqah menjadi salah satu pemecah
masalah kemiskinan dan kepincangan sosial. Sehingga dana ZIS harus bias
didistribusikan secara efektif dan maksimal sebagai kunci dalam pemerataan harta
ZIS kepada mustahiq. Hal ini menuntut adanya pengaturan yang baik atau startegi
yang mapan dalam pendistribusiannya, sehingga tepat sasaran dan profesinal.
Oleh karena itu, penulis memilih Yayasan Insan Cita Al-Mukassyafah satu
lembaga yang ikut mendistribusikan dana di Bekasi ZIS. Dana ZIS ini kemudian
didistribusiakan melalui dua pola yaitu; konsumtif dan produktif. Pendistribusian
secara konsumtif berupa kebutuhan pokok sementara, sedangkan pendisribusian
produktif dengan menyalurkan dana tersebut berupa pemberdayaan anak yatim
dibidang pendidikan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk pengembangan pengetahuan ilmiah
dalam bidang zakat secara umum serta pada konsentrasi ZIS khususnya.
Disamping itu penelitian ini, diharapkan menjadi bahan pertimbangan bagi
penggelola Yayasan YICA dalam memperbaiki dan mempertahankan system
pendistribusian yang sudah ada. Untuk sampai pada tujuan tersebut, penulis
merumuskannya menjadi dua rumusan masalah yaitu; bagaimana strategi
pendistribusian dana ZIS di YICA dan Analisis SWOT dalam pendistribusian
dana ZIS.
Metodelogi penelitian yang digunakan penulis dalam hal ini adalah
Metodelogi Penelitian Kualitatif, yakni penulis mengobservasi langsung terhadap
objek penelitian secara langsung serta menghimpun data secara utuh baik data
tertulis maupun wawancara serta mengolahnya kemudian mendiskripsikan data
tersebut dengan jelas, sehingga dapat menghasilkan penelitian yang valid.
Hasil penelitian ini, secara garis besar dapat disimpulkan bahwa startegi
pendistribusian ZIS melalui pemberdayaan anak yatim di YICA Bekasi masih
kurang efisien dan professional. Ini dibuktikan dengan adanya dua pola
pendistribusian yakni; konsumtif dan produktif yang belum memiliki manajemen
yang baik, sehingga dana ZIS yang didapat masih kurang untuk menjalankan
program yang ada di yayasan.
Kata Kunci : Strategi, Pendistribusian Dana, Pemberdayaan
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim
Assalamu’alaikumWr. Wb
AlhamdulillahiRabbil‘alamin, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan seru
sekalian alam yang menyeru sekalian hati hamba-Nya untuk selalu turut serta
dalam samudra makrifat hingga tenggelam dalam kecintaan kepada-Nya. Tiada
kata yang tepat untuk mendeskripsikan segalanya selain rasa syukur atas petunjuk
dan pertolongan kepada penulis, sehingga terselesaikannya skripsi ini. Shalawat
serta salam atas Al-Mustafa Rosulillah Sayyidina Muhammad SAW, serta
keluarga dan para sahabatnya yang telah membawa kebaikan kepada umatnya dari
jaman kegelapan menuju jalan yang terang benderang hingga saat ini.
Setelah beberapa semester lamanya menimba ilmu di kampus tercinta,
akhirnya penulis dapat dengan sabar mengentaskan karya ini sebagai tongkat
estafet pengejawantahan ilmu. Penulis menyadari, karya ini belum mencapai
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis membuka dengan lebar kritik dan saran
para pembaca. Penulisan karya ini juga tidak terlepas dari bantuan banyak pihak.
Untuk itu penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
Suparto, M,Ed, Ph,D selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dra. Hj.
Roudhonah, M.A selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi dan Keuangan,
dan Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan.
vi
2. Drs. Cecep Castrawijaya, MA selaku ketua Program Studi Manajemen
Dakwah yang telah meluangkan waktu untuk berkonsultasi dan membantu
penulis dalam hal perkuliahan.
3. Drs.Sugiharto, MA selaku sekertaris Program Studi Manajemen Dakwah
sekaligus menjadi dosen pembimbing dalam penelitian ini, yang telah banyak
meluangkan waktu juga tenaga serta memberikan ilmunya selama dalam
proses bimbingan. Sebagai sekretaris Program Studi beliau juga telah banyak
memberikan bantuan moril kepada penulis.
4. Tim penguji sidang munaqosyah Drs. Cecep Castrawijaya, MA selaku ketua
pimpinan sidang, Ahmad Fathoni, S.Sos.I selaku sekretaris, Drs. H. M.
Sungaidi, MA penguji 1, H. Mulkanasir, BA, S.Pd, MM penguji 2,
Drs.Sugiharto, MA dosen pembimbing, yang sudah menyempatkan waktunya
untuk menguji penulis.
5. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu-ilmunya kepada penulis
selama penulis menimba ilmu di sana.
6. Segenap staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
7. Pimpinan Yayasan Insan Cita Al-Mukasyafah KH. Syamsudin Nur serta
Ustadz Ahmad Muzaki, S.Pd beserta keluarga besar. Yang telah meluangkan
waktu untuk berkonsultasi membantu penulis untuk penelitian ini.
8. Ahmad Zarkasih, S.Thi yang selalu memantau perkembangan penelitian ini
baik yang bersifat moril maupun materiil.
vii
9. Orang tua tercinta Buya H. Nurali serta Umi Hj. Ria Masroroh yang telah
telah bersabar dan selalu memberikan do’a menjadi motivasi penulis untuk
menyelesaikan penelitian ini.
10. Kakak serta adik penulis, Lia Amalia Tushaleha, Fahri Rojain, Harun Robain,
Amar Hasan yang tiada hentinya member dukungan baik yang bersifat moril
maupun materiil.
11. Engkong tercinta Alm. H. Marip bin H. jain beserta keluarga besar yang sudah
sangat berjasa kepada penulis.
12. Sahabat selamanya Mulyo Triyanto S,Pd yang selalu ada menemani dikala
suka maupun duka.
13. Siti Rahmawati Muslim, S.Pd yang selalu menemani dan memberikan
semangat perkembangan penelitian, baik yang bersifat moril maupun materiil.
14. Teman-teman satu angkatan 2010, Manajemen Dakwah B khususnya, sahabat
jurnalistik Ardiansyah Pratama S.Sos, Rizky Sholehudin S.Sos, Ahmad
Alghifari S.Sos yang sama-sama berjuang dalam proses penulisan skripsi.
yang selalu memberikan semangat serta pencerahan dalam melakukan
penelitian. Semoga tali silaturahmi kita akan terus abadi.
15. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang membantu
yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga Allah selalu memberikan
kebaikan serta keberkahan kepada kita semua Aamiin.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Bekasi, 15 Juni 2017
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN PANTIA UJIAN…..................................................ii
LEMBAR PERNYATAAN..................................................................................iii
ABSTRAK ...........................................................................................................iv
KATA PENGANTAR .........................................................................................v
DAFTAR ISI .....................................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...................................................................1
B. Batasan dan Perumusan Masalah.....................................................8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian........................................................8
D. Metodelogi Penelitian....................................................................10
E. Tinjauan Pustaka............................................................................14
F. Sistematika Penulisan.....................................................................16
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Strategi
1. Konsep Strategi..........................................................................18
2. Tahapan Strategi........................................................................19
3. Bentuk Dan Macam Strategi......................................................20
B. Penistribusian
Konsep Pendistribusian..................................................................21
Pendistribusian ZIS (Zakat,Infaq Shodaqoh).................................22
ix
C. Pemberdayaan
Pengertian Pemberdayaan...............................................................25
D. Zakat
Pengertian Zakat.............................................................................27
Hikmah Dan Manfaat Zakat...........................................................40
E. Infak
Pengertian Infak..............................................................................40
Pengertian Shodaqoh......................................................................45
F. Anak Yatim
Pengertian Yatim............................................................................50
Batasan Umur Yatim......................................................................52
BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG YAYASAN YICA AL-
MUKASYAFAH
A. Latar Belakang berdirinya Yayasan................................................56
B. Visi, Misi dan Tujuan Yayasan.......................................................58
C. Struktur Kepengurusan YICA........................................................59
D. Program Kerja Yayasan.................................................................59
E. Kurikulum dan Kegiatan Pesantren……...……………..…….….61
F. Daftar Nama Anak Yatim …..………………………..……….….62
G. Sumber Dana Yayasan…................................................................63
BAB IV STRATEGI PENDISTRIBUSIAN ZIS DI YAYASAN YICA AL-
MUKASYAFAH
A. Strategi Pendistribusian ZIS YICA……………………..……..64
x
B. Analisis SWOT Pendistribusian Dana ZIS………………...….68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan…………………...……………………………….....71
1. Strategi Pendisbusian Dana ZIS…...………….…..........….71
2. Analisi SWOT Pendistribusian Dana ZIS...……….........…71
B. Saran….…………………………………………………….........72
DAFTAR PUSTAKA.…………………………………………………….........73
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Laporan penerimaan Lazis
Table 2 : Laporan pendistribusian produktif
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam merupakan agama yang diturunkan kepada ummat manusia
untuk mengatur berbagai permasalahan dan persoalan kehidupan didunia
serta mempersiapkan untuk kehidupan di akhirat kelak. Ketika seseorang
sudah beragama Islam, maka ia wajib menjalankan semua rukun yakni
Rukun Islam. Dalam hal ini Rukun Islam yang ke empat adalah Zakat.
Pengertian zakat adalah salah satu rukun Islam yang wajib dipenuhi oleh
setiap muslim laki-laki dan muslim perempuan. Zakat merupakan pokok
agama yang penting dan strategis dalam Islam. Ia bukan saja berfungsi
membentuk kesalehan sosial karenanya zakat sering disebut ibadah
maaliyyah ijtima’iyyah.1 Maksudnya adalah ibadah yang dilaksanakan
dengan sesama manusia, sehingga zakat harus diaktualisasikan dan
diterapkan dalam kehidupan ekonomi umat sebagai rahmat bagi manusia.
Di samping itu, ada yang disebut dengan “Infak”, akan tetapi
mempunyai makna yang lebih umum daripada zakat, karena setiap orang
beriman dianjurkan untuk berinfak, baik mampu ataupun tidak mampu.
Infak tidak ditentukan jenis barangnya, jumlahnya, dan sasarannya. Oleh
karna itu, berinfak boleh diberikan oleh siapapun. Sedangkan infak untuk
seseorang atau suatu lembaga dengan tidak ada ketentuan jumlah yang
harus dikeluarkan dalam rangka beribadah kepada Allah SWT.
1 Yusuf al-Qardhawi, Al-Ibadah Fiil Islam (Beirut: Muassasah Risalah, 1993), h. 235.
2
Sedangkan Shodaqoh dalam konsep Islam mempunyai arti luas,
tidak hanya terbatas pada pemberian sesuatu yang sifatnya materil kepada
orang-orang miskin, tetapi lebih dari itu, shodaqoh mencakup semua
perbuatan kebaikan, baik fisik maupun non fisik. Akan tetapi kemudian
ZIS (zakat, infaq dan shodaqoh ini menuai permasalahan tersendiri dalam
pemberdayaan serta pendistribusiannya di kalangan ummat Islam itu
sendiri. Banyaknya kasus yang mendera dalam Startegi Pendistribusian
dana ZIS, merupakan sebuah masalah yang harus diselesaikan baik secara
institusi maupun secara pemahamannya dikalangan masyarakat.
Oleh karena itu pendistribusian ZIS sangatlah penting dalam
mencapai tujuan dari ZIS itu sendiri, hal ini juga tidak terlepas dari
beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam segi pendistribusian ZIS,
yaitu ;2
1. Ilmu, yaitu suatu ilmu yang harus dimiliki, terutama ilmu
tentang zakat, infaq dan shadaqah secara kaffah (keseluruhan)
berdasarkan dalil-dalil yang qat’i
2. Amal, yaitu penerapan ilmu yang telah dimiliki baik ilmu
tentang zakat, infaq dan shadaqah secara kaffah maupun ilmu
manajemen yang sehat.
2 Abdurrahman Qadir, Zakat : Dalam Dimensi Mahdhah Dan Sosial(Jakarta :PT. Raja
Grafindo Persada, 1998),cet.ke-1,h.65-69
3
3. Dakwah yaitu mengajak kepada orang lain untuk mengetahui,
mengkaji dan mengamalkan ilmu yang telah dimiliki itu.
4. Sabar, yaitu tabah dan tangguh dalam menghadapi segala
rintangan dan tantangan baik dalam meuntut ilmunya,
mengamalkan, maupun berdakwah.
Dengan demikian, zakat, infaq dan shadaqah (ZIS) sebagai suatu
kekuatan actual Islam yang perlu dikelola oleh sebuah lembaga khusus
yang menangani ZIS yaitu salah satunya Badan Amil Zakat (BAZ) yang
merupakan sebuah lembaga dengan menggunakan system manajemen
sebagaimana yang digunakan dalam bidang perekonomian masyarakat
lainnya.
Secara teoritis, Pemberdayaan dana zakat diarahkan pada tujuan
pemberdayaan melalui berbagai program yang berdampak positif
(maslahat) bagi masyarakat khususnya umat Islam yang kurang beruntung
(golongan asnaf). Dengan pemberdayaan ini diharapkan akan tercipta
pemahaman dan kesadaran serta membentuk sikap dan perilaku hidup
individu dan kelompok menuju kemandirian3 Fungsi pemberdayaan,
sesungguhnya upaya mewujudkan misi pembentukan amil, yakni
bagaimana masyarakat muzakki menjadi lebih berkah rezekinya dan
ketenteraman kehidupannya menjadi terjamin dan masyarakat mustahiq
tidak selamanya tergantung dengan pemberian bahkan dalam jangka
3 Khasanah dan Umrotul. Manajemen Zakat Modern (Malang: UIN Maliki Press. 2010), h
.198
4
panjang diharapkan dapat berubah menjadi muzakki baru4. Pemberdayaan
zakat harus berdampak positif bagi mustahiq, baik secara ekonomi maupun
sosial.
Dari sisi ekonomi, Mustahiq dituntut benar-benar dapat mandiri
dan hidup secara layak sedangkan dari sisi sosial, mustahiq dituntut dapat
hidup sejajar dengan masyarakat yang lain. Hal ini berarti, zakat tidak
hanya didistribusikan untuk hal-hal yang konsumtif saja dan hanya bersifat
Charity tetapi lebih untuk kepentingan yang produktif dan bersifat edukatif
.5 Pemberdayaan yang efektif ialah manfaatnya sesuai dengan tujuan dan
sasaran sebagaimana dalam al-Qur‟an surat at-Taubah ayat 60:
Artinya: Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang
fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang
dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang
berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah
Maha mengetahui lagi Maha Bijaksan.
Zakat itu mempunyai dua fungsi utama. Pertama adalah untuk
membersihkan harta benda dan jiwa manusia supaya senantiasa berada
dalam keadaan fitrah. Seseorang yang telah memberikan hartanya untuk
disampaikan kepada yang berhak menerimanya berarti pula bahwa ia telah
menyucikan harta dan jiwanya dengan pemberian itu. Dengan tindakan
4 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil.(Yogyakarta: UII Press
2004), h. 201 5 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil, h.216
5
tersebut, ia sekaligus telah menunaikan kewajiban agama, melaksanakan
ibadah kepada Allah. Dalam hubungan ini yang dipentingkan adalah
keikhlasan yang bersangkutan. Artinya, ia telah ikhlas mengeluarkan
bagian tertentu dari hartanya. Untuk apa zakatnya itu dipergunakan, tidak
menjadi masalah baginya. Kedua, zakat itu juga berfungsi sebagai dana
masyarakat yang tepat dimanfaatkan untuk kepentingan
sosial guna mengurangi kemiskinan. Dalam hal yang kedua ini
pemanfatannya mempunyai arti yang penting, sebagai salah satu upaya
untuk mencapai keadilan sosial.6
Secara umum, ajaran Islam sangat peduli dengan nasib anak yatim,
laki-laki atau perempuan, kaya atau miskin. Jika anak yatim itu miskin,
fakir, muallaf, dan sebagainya sehingga masuk kategori 8 kelompok yang
berhak menerima Zakat; mereka sangat diutamakan untuk menerima
Zakat. Namun jika mereka tergolong anak yatim yang kaya,
berkecukupan, mendapat nafkah yang memadai dari kerabatnya, tetap
berhak mendapat kemurahan dari kaum Muslimin. Tetapi bentuknya
bukan materi, melainkan perhatian, kasih-sayang, kelembutan, serta
perlindungan.7
6 Muhammad Ali Daud, Sistem Ekonomi Islam zakat dan Wakaf,( Jakarta: UI-Press,
1988), h. 61 7 Mujahidin Nur, Keajaiban Menyantuni Anak Yatim.(Jakarta: Ufuk Press, 2008),h, 81
6
Dikutip dari Syaikh Muhammad telah disebutkan dalam Shahihain
(Shahih Bukhari dan Shahih Muslim), dari Nabi SAW, bahwa beliau
pernah bersabda, 8
Artinya: Saya dan orang yang mengasuh anak yatim akan berada di
surga begini, kemudian beliau mengisyaratkan dengan jari telunjuk dan
jari tengah, dan merenggangkannya sedikit. (H.R. Bukhori, Tirmidzi, Abu
Daud, dan Ahmad dari Sahl bin Sa‟d). (Lihat Shahih Bukhori, Kitab Ath-
Thalaq: 4892. Sunan Tirmidzi, Kitab Al-Birr wa Ash-Shilah „an
Rasulillah: 1841. Sunan Abi Daud, Kitab Al-Adab:4483 dan Musnad
Ahmad:21754).
Nabi Muhammad saw mengisyaratkan dengan jari telunjuk dan jari
tengahnya. Imam An-Nawawi Rahimahullah berkata dalam penjelasannya
pada kitab Syarh Muslim “Orang yang mengkafil anak yatim adalah orang
yang mengurus segala macam keperluannya seperti memberinya nafkah,
pakaian, mengajarkan adab, pendidikan, dan lain sebagainya”Status
sebagai anak yatim tidaklah menjamin dirinya sebagai orang yang berhak
menerima zakat. Seorang anak yatim yang kebutuhan hidupnya telah
tercukupi dan terpenuhi tidak berhak menerima zakat. Sebab,ketika
kebutuhannya telah terpenuhi, berarti ia tidak termasuk dalam golongan
penerima zakat.Jika kebutuhan dasar anak yatim itu belum terpenuhi atau
tidak ada orang yang menanggung hidupnya secarapenuh serta tidak
memiliki harta, maka ia berhak menerima zakat. Ia berhak menerima zakat
bukan karena statusnya sebagai yatim, melainkan karena
8Syaikh Muhammad, Fatwa-Fatwa Zakat, (Jakarta: Darus Sunnah, 2008), h. 394
7
ketidakmampuannya memenuhi kebutuhan dasar hidup. Itulah sebabnya ia
termasuk kategori fakir atau miskin yang berhak menerima zakat.9
Perintah tentang menyantuni anak yatim yang telah dijelaskan
dalam al-Qur‟an. Dimana aktivitasnya merupakan ibadah yang tidak
sekedar sosial, bahkan bersifat dua arah, yaitu ibadah langsung kepada
Allah dan Rasulnya, dan yang kedua ibadah langsung kepada sesama
manusia. Anak yatim yang wajib disantuni adalah anak yatim yang fakir.
Hal ini dapat dilihat dalam ungkapan berikut, tidak ada perbedaan
pendapat di kalangan ulama bahwa sifat fakir termasuk menyertai kategori
anak yatim, maka anak yatim yang kaya tidak. Dalam memberdayakan
anak yatim, khususnya yang dari kalangan dhuafa (lemah) adalah
mendidik merekamenjadi anak yang mandiri. Dengan memberikan
pelatihan dan pendampingan yang berkesinambungan.10
Sejak Undang-undang No.38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan
Zakat ini ditetapkan dan diberlakukan, masyarakat berharap banyak bahwa
zakat itu akan lebih diefektifkan dalam pengambilan dan
pendistribusiannya. Konsekuensi Undang-Undang itu adalah
mempositifkan hal-hal yang tadinya hanya bersifat normatif,11 hal ini
sejalan dengan Undang-Undang tersebut.
Sehubungan dengan permasalahan di atas, penulis tertarik meneliti
sebuah Yayasan Insan Cita Al-Mukassyafah atau yang biasa
dipanggil“YICA”yang telah melaksanakan pendistribusian ZIS melalui
9 Abdul Rochim, Gelombang Ekonomi Zakat,( Jakarta: Dompet Dhuafa. 2013), h. 120 10 Ja’far Shodiq, Santunilah Anak Yatim, (Yogyakarta: Lafal, 2014), h. 15 11 Didin Hafifudin, Islam Aplikatif,(Jakarta : Gema Insani Pres, 2001) h. 103
8
program pemberdayaan anak yatim yang bertujuan untuk meningkatkan
derajat hidup serta memberikan layanan sepenuh hati di bidang
pendidikan, kesehatan, keagamaan, penghargaan dan pembinaan bakat.
Program ini bertujuan untuk meberdayakan para anak yatim, agar mampu
keluar dari lingkaran keterpurukan.
Penulis tertarik untuk menyusun sebuah tulisan dalam bentuk
skripsi dengan judul “Startegi Pendistribusian Dana Zakat Infaq dan
Shodaqoh (ZIS) Melaui Program Pemberdayaan Anak Yatim Di Yayasan
Insan Cita Al-Mukasyafah Jatikramat Bekasi” tahun 2015-2016.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah serta terfokus, maka dalam
penulisan skripsi ini, penulis membatasinya hanya pada Startegi
Pendistribusian dana ZIS Anak Yatim Piatu Al-Mukasyafah yang berlokasi
di Jatikramat Bekasi.
Pembatasan diatas bertujuan agar dapat menjawab permasalahan
sebagai berikut :
1. Analisis SWOT Startegi Pendistribusian dana ZIS di Yayasan
Yatim Piatu Al-Mukasyafah Tahun 2015/2016?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui
Startegi Pendistribusian dana ZIS pada yayasan yatim piatu YICA Al–
Mukasyafah, mengetahui kendala yang dihadapi yayasan dalam
9
memberdayakan dana ZIS yang dikelolanya. Sementara manfaat penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan
pengetahuan ilmiah di bidang Zakat secara umumnya dan
dalam Startegi Pendistribusian dana ZIS pada khususnya.
2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kajian yang
menarik dan dapat menambah wawasan keilmuan bagi para
pembaca khususnya mahasiswa Manajemen Dakwah, serta
dapat berguna bagi banyak pihak terutama sebagai tambahan
referensi atau perbandingan bagi studi-studi yang akan datang.
3. Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan wawasan baru
dan memberikan motivasi bagi para praktisi yang kongkrit
terhadap perkembangan Ilmu dakwah.
4. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan
bagi Yayasan Yatim Piatu Al-Mukasyafah secara umum, dan
menjadi bahan kajian manajemen al-Mukasyafah yang
menangani masalah ini secara khusus, agar mampu
mempertahankan kinerja yang sudah baik dan memaksimalkan
kinerja yang belum tercapai secara optimal.
D. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pada penyusunan penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan
kualitatif yaitu dengan melakukan penelitian yang menghasilkan data
10
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang diamati. Untuk memahami istilah penelitian kualitatif ini, perlu
kiranya dikemukakan teori menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh
Lexy, dia mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari perilaku
orang-orang yang dapat diamati.12
Dengan memilih metode kualitatif ini, penulis berharap dapat
memperoleh data yang lengkap dan akurat. Ditinjau dari sifat penyajian
datanya, penulis menggunakan metode deskriptif yang mana metode
deskriptif merupakan penelitian yang tidak mencari atau menjelaskan
hubungan, tidak menguji hipotesis atau produksi.13
2. Subjek Dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah Yayasan Yatim Piatu Al– Mukasyafah
dan Objeknya adalah Startegi Pendistribusian dana ZIS pada anak yatim
pada Yayasan Yatim Piatu Al – Mukasyafah.
3. Waktu Dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 01 April 2017
bertemat di Yayasan (YICA) Yatim Piatu Al –Mukasyafah yang berlokasi
di Jl. H. Gemin Jatikramat–Bekasi.
12 Lexy J. Mleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2000), h. 3 13 Jalaludin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi dilengkapi Contoh Analisis Statistik
(Bandung: PT. Rosdakarya, 2002), h. 24
11
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
data.14 Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan:
1. Observasi atau pengamatan
Observasi adalah suatu kegiatan pengumpulan data yang
dilakukan melalui pengamatan dan mencatat fenomena yang
muncul dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam
fenomena tersebut.15
Hingga saat ini ada dua model observasi yang sudah biasa
dilakukan sesuai dengan standar yang ditetapkan. Pertama,
Observasi secara langsung dan ikut terlibat dalam peristiwa yang
sedang dijadikan obyek observasi. kedua, observasi non partisipan,
yakni pembimbing berada di luar obyek atau peran yang sedang
diidentifikasi, bisa dari jarak dekat atau jarak jauh. Artinya, pihak
observer hanya mengamati dan mencatat fakta atau kejadian-
kejadian yang tampak sebagaimana layaknya orang yang sedang
mengamati sesuatu.
Dalam hal ini peneliti mengadakan penelitian langsung kepada
proses kegiatan Pendistribusian dana ZIS pada Anak Yatim Al-
14 Sugiyono Prof. Dr. Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: ALFABETA, 2005) 15 E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi, ( Jakarta:
Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi, LPSP3 UI, 1983), h. 62.
12
Mukasyafah. Dalam observasi peneliti melakukan pencatatan apa
yang bisa dilihat oleh mata dan didengar oleh telinga, kemudian
peneliti tuangkan dalam penulisan skripsi ini sesuai dengan data
yang dibutuhkan.
2. Wawancara
Wawancara adalah satu cara atau teknik yang digunakan untuk
mengungkapkan dan mengetahui mengenai fakta-fakta
mental/kejiwaan (psikis) yang ada pada diri terbimbing atau klien.
Wawancara juga merupakan alat re-cheking atau pembuktian
terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya.
Dalam penelitian kualitatif yang digunakan adalah teknik
wawancara mendalam, dimana seorang responden atau kelompok
responden mengominikasikan bahan-bahan dan mendorong untuk
didiskusikan secara bebas.16
Pada teknik wawancara ini penulis mendapatkan data dengan
cara tanya jawab dan tatap muka antara peneliti dengan manajer
pemberdayaan yang bertugas melakukan kegiatan yang
berhubungan dengan Program Startegi Pendistribusian dana ZIS
pada Anak Yatim Al-Mukasyafah.
3. Dokumentasi
16 Elvinaro Ardianto, Metodologi Penelitian untuk Public Relation, (Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, 2010), C.. Ke-1, h. 61
13
Dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui
dokumen-dokumen.17 Dalam hal ini Peneliti mengumpulkan,
membaca, memperoleh, dan mempelajari berbagai macam bentuk
data melalui pengumpulan dokumen-dokumen yang ada di Kantor
Pusat Yayasan Yatim Piatu Al-Mukasyafah serta data-data lain di
perpustakaan yang dapat dijadikan bahan analisa untuk hasil dalam
penelitian ini. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data yang
telah didokumentasikan dalam buku dan majalah sesuai dengan
masalah yang diteliti.
5. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data penulis menggunakan metode deskriftif
analisis, yaitu suatu teknik menganalisis data dimana penulis lebih dahulu
menganalisisnya dengan berpedoman pada sumber-sumber data tertulis.
Ada berbagai cara untuk menganalisa data, akan tetapi secara garis
besarnya ada beberapa langkah- langkah sebagai berikut :
1. Redaksi data yang merupakan bentuk analisis haruslah relevan,
mengolah data sedemikian rupa sehingga kesimpulannya dapat
ditarik dan diverivikasi.
2. Penyajian data, setelah data mengenai startegipendistribusian
diperoleh, maka data tersebut disajikan dalam bentuk narasi,
visual, gabar, audio, matrik, bagan, tabel dan lain-lain.
Sehingga tujuan penelitian dapat terjawab.
17 Husaini Husman, Metodologi Penelitian Sosial, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 73
14
3. Penyimupan, data yang tersaji pada analisa antar kasus
khususnya yang berisi jawaban atas tujuan penelitian kualitatif
diuraikan secara singkat, sehinggadapat diambil kesimpulan
mengenai subjek dan objek penelitian.
6. Teknik Penulisan
Dalam penulisan ini penulis berpedoman dan mengacu
kepada buku panduan “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi,
Tesis, Desertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta“ Yang
diterbitkan oleh CEQDA, September 2015, Cetakan Ke 2.
E. Tinjauan Pustaka
Dari beberapa penelitian yang penulis baca, ada beberapa skripsi
yang membahas tentang pemberdayaan, tema-tema skripsi tersebut adalah
:
1. Skripsi yang ditulis oleh Wahyu Amaluddin Mahasiswa Fakultas
Dakwah Jurusan ZISWAF tahun 2016 dengan judul “Startegi
Pendayagunaan Zakat Dompet Peduli Ummat (DPU) Darrut Tauhid
Cabang Jakarta Dalam Penguatan Program Balai Latihan Kerja (BLK)
Cahaya Indonesia”. Pada penelitian ini penulis, menginformasikan bahwa
DPU Darrut Tauhid menyalurkan dana ZIS dalam bentuk Cuma-Cuma
kepada para mustahiq melalui pelatihan kerja.
3. Skripsi yang diulis oleh Syaifudin Elman dengan judul “ Strategi
Penyaluran Dana BAZNAS Melalui Program Pemberdayaan Ekonomi,
15
skripsi tahun 2015. Dalam penelitian ini menginformasikan bahwa
keberadaan BAZNAS sangatlah berguna dimasyarakat terutama bagi para
Mustahiq yang langsung merasakan dampaknya dalam hal ini,
mengentaskan kemiskinan dengan jalan memberikan modal usaha bagi
mereka.
2. Skripsi yang ditulis oleh Siti Masuko Mahasiswi Fakultas
Dakwah Jurusan ZISWAF dengan judul“ Startegi Penyaluran Dana Lazis
Yayasan Amaliah Astra Dalam Rangka Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat” Skripsi tahun 2014. Dalam penelitian ini penulis
menginginformasikan bahwa Yayasan tersebut menyalurkan dana Lazis
kepada masyarakat dengan cara memberikan pinjaman untuk modal usaha
masyarakat.
3. Skripsi yang ditulis oleh Juli Anto Mahasiswa Pengembangan
Masyarakat Islam 2012, “Pemberdayaan Anak Jalanan melalui program
Daur Ulang Sampah di Rumah Belajar Keluarga anaklangit”. Pada
penulisan skripsi tersebut peneliti mengetahui bagaimana proses
pemberdayaan anak jalanan melalui daur ulang sampah serta bagaimana
partisipasi anak jalanan serta dampak perubahan sosial dan ekonomi bagi
anak-anak jalanan tersebut di Rumah Belajar Keluarga anak langit.
4. Skripsi berikutnya oleh Mustofa Mahasiswa Kesejahteraan
Sosial 2010. “Pemberdayaan Kaum Dhuafa melalui program Laboratorium
Skill di Yayasan Bina Insan Mandiri Depok”. Pada skripsi tersebut peneliti
16
hanya meninformasikan bagaimana pelaksanaan pemberdayaan kaum
dhuafa melalui laboratorium keterampilan percetakan.
Berdasarkan beberapa tema skripsi diatas, penulis tertarik
mengangkat tema “Startegi Pendistribusian dana ZIS Melalui Program
Startegi Pemberdayaan Anak Yatim di Yayasan Yatim Piatu Al-
Mukasyafah”.
Perbedaan penelitian ini, yaitu terkait Startegi Pendistribusian dana
Zakat Infaq dan Shodaqoh melalui dua pola pedistribusian yaitu;
konsumtif dan produktif yang dilakukan secara langsung pada tiap tahunya
dibulan Muharram, sehingga terjadi kekurangan dana untuk anak asuh di
Yayasan YICA Al-Mukasyafah Bekasi.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini terdiri dari lima bab, adapun rincian
pembahasannya adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan
Manfaat Penelitian, Metodelogi Penelitian, Tinjauan Pustaka dan
Sistematika Penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Dalam bab ini penulis menguraikan Landasan Teoritis terkait
didalamnya; Konsep Startegi, Bentuk Dan Macam Startegi, Tahapan
Startegi, Konsep Distribusi, Pendistribusian ZIS, Pengertian
17
Pemberdayaan, Konsep Zakat, Konsep Infak, Konsep Shodaqoh,
Hikmah Zakat Infak dan Shadaqah, Muzakki dan Mustahiq Serta
Pengertian Anak Yatim, Batasan Usia Yatim
BAB III : GAMBARAN UMUM TENTANG YAYASAN (YICA)
Latar Belakang berdirinya Yayasan Yatim Piatu Al-Mukasyafah Visi,
Misi dan Tujuan Yayasan Yatim Piatu Al-Mukasyafah, Struktur
Organisasi, Program Kerja Yayasan Yatim Piatu Al-Mukasyafah,
Sumber Dana pada Yayasan Al-Mukasyafah.
BAB IV : STRATEGI PENDISTRIBUSIAN DANA ZAKAT, INFAQ DAN
SHODAQOH DI YICA
Dalam bab ini, penulis menganalisis Startegi Pendistribusian Zakat,
Infaq dan Shodaqoh di Yayasan Insan Cita Al-Mukasyafah; Startegi
Pendistribusian dana ZIS Anak Yatim di Yayasan Insan Cita Al-
Mukasyafah. Faktor Penghambat dan Pendukung Pendistribusian ZIS
di Yayasan Insan Cita Al-Mukasyafah Bekasi
BAB V : PENUTUP
Kesimpulan dan Saran
18
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Strategi
Secara etimologi, strategi berasal dari bahasa yunani, strategos yang
berarti jendral. Strategi pada mulanya berasal dari peristiwa peperangan
yaitu sebagai sesuatu siasat untuk mengalahkan musuh. Namun pada
akhirnya strategi berkembang untuk semua kegiatan organisasi termasuk
keperluan ekonomi, sosial, budaya, dan agama. Dalam bukunya George A.
Steiner yang berjudul Kebijakan dan Strategi Manajemen, George
mendefinisikan Strategi berasal dari bahasa yunani yaitu strategos, yang
berarti jenderal. Oleh karena itu, kata strategi secara harfiah berarti “seni
para jenderal.” Kata ini mengacu kepada perhatian utama manajemen
puncak organisasi. Secara khusus, strategi adalah penempatan misi
perusahaan, penetapan sasaran organisasi dengan mengingat kekuatan
eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan strategi tertentu untuk
mencapai sasaran dan memastikan implementasinya secara tepat, sehingga
tujuan dan sasaran utama organisasi akan tercapai.18
Dengan kata lain, menyusun strategi berarti mencari jalan
bagaimana mencapai hasil yang ditargetkan sesuai dengan visi dan misi di
dalam situasi organisasi dan prospek yang dihadapi. Strategi adalah jalan
untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk mencapai target keuangan dan
18Rafi’udin dan Manna Abdul Djaliel, Prinsip Dan Strategi Dakwah, (Bandung : Pustaka
Setia, 1997), h. 76
19
posisi strategis. Strategi pada dasarnya terdiri atas dua hal. Pertama,
tindakan manajemen yang terukur dan bertujuan (intended strategy) dan,
kedua, reaksi atas perkembangan yang tidak diantisipasi sebelumnya dan
tekanan persaingan seperti peraturan pemerintah, masuknya pendatang
baru, dan perubahan taktik pesaing.19
B. Tahapan Strategi
Strategi juga melalui berbagai tahapan dalam prosesnya, secara
garis besar strategi melalui tiga tahapan, yaitu:
a. Perumusan Strategi
Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah merumuskan
strategi yang akan dilakukan. Sudah termasuk di dalamnya adalah
pengembangan tujuan, mengenai peluang dan ancaman eksternal,
menetapkan kekuatan kelemahan secara internal, menetapkan suatu
objektifitas, menghasilkan strategi alternatif, dan memilih strategi untuk
dilaksanakan. Dalam perumusan strategi juga ditentukan suatu sikap untuk
memutuskan, memperluas, menghindari atau melakukan suatu keputusan
dalam proses kegiatan.
b. Implementasi Strategi
Setelah kita merumuskan dan memilih strategi yang telah
ditetapkan, maka langkah berikutnya adalah melaksanakan strategi yang
ditetapkan tersebut. Dalam tahap pelaksanaan strategi yang telah dipilih
19 Agustinus Sri Wahyudi, Manajemen Strategik: Pengantar Proses Berpikir Strategik,
C.ke 2, 2011, h. 17
20
sangat membutuhkan komitmen dan kerja sama dari seluruh unit, tingkat,
dan anggota organisasi.
c. Evaluasi Strategi
Tahap akhir dari strategi ini adalah evaluasi strategi diperlukan
karena keberhasilan yang telah dicapai dapat diukur kembali untuk
menetapkan tujuan berikutnya. Evaluasi menjadi tolak ukur untuk strategi
yang akan dilaksanakan kembali oleh suatu organisasi dan evaluasi sangat
diperlukan untuk memastikan sasaran yang dinyatakan telah dicapai. 20
C. Bentuk dan Macam Strategi
Pada prinsipnya strategi dapat dikelompokkan berdasarkan tiga
tipe strategi yaitu, strategi manajemen, strategi investasi, dan strategi
bisnis.21
1. Strategi Manajemen
Strategi manajemen meliputi strategi yang dapat dilakukan
oleh manajemen dengan orientasi pengembangan strategi secara
makro. Misalnya, strategi pengembangan produk, strategi
penerapan harga, strategi akuisisi, strategi pengembangan pasar,
strategi mengenai keuangan, dan sebagainya.
2. Strategi Investasi
Srategi ini merupakan kegiatan yang berorientasi pada
investasi. Misalnya, apakah perusahaan ingin melakukan strategi
20 Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Prenhalindo, 2002), h. 30 21 Fredy Rangkuti, Analisis SWOT :Teknik Membedah Kasus Bisnis, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2009), h. 6
21
pertumbuhan yang agresif atau berusaha mengadakan penetrasi
pasar, strategi bertahan, strategi pembangunan kembali suatu
divisi baru atau strategi divestasi, dan sebagainya.
3. Strategi Bisnis
Strategi bisnis ini sering juga disebut startegi bisnis secara
fungsional karena strategi ini berorientasi pada fungsi-fungsi
kegiatan manajemen. Misalnya, strategi pemasaran, startegi
produksi atau operasional, strategi distribusi, strategi organisasi,
dan strategi-strategi yang berhubungan dengan keuangan
D. Pendistribusian
1. Pengertian Pendistribusian
Secara teoritis, yang dimaksud dengan pendistribusian pada
umumnya adalah Pendistribusian berasal dari bahasa inggris yaitu
Distribute yang berarti pembagian atau penyaluran, secara terminology
pendistribusian adalah penyaluran ( pembagian) kepada orang banyak atau
beberapa tempat. Pengertian lain mendefinisikan pendistribusian sebagai
penyaluran barang keperluan sehari-hari oleh pemerintah kepada pegawai
negeri, penduduk, dan sebagainya.22 Oleh karenanya, dapat diartikan
bahwa pendistribusian merupakan bentuk dari serangkaian proses
sampainya barang, jasa atau sesuatu dari produsen kepada konsumen.
Hal tersebut sejalan dengan apa yang didefinisikan oleh Philip
Kotlet dalam bukunya “Menejemen Pemasaran” Pendistribusian adalah
22 W.H.S. Poerwadaminta,Kamus umum Indonesia,(Jakarta : Balai Pustaka, 1991), C. Ke-
7, h.269
22
serangkaian organisasi yang saling tergantung yang terlibat dalam proses
untuk menjadikan produk atau jasa yang siap untuk digunakan atau
dikonsumsi. Dalam hal ini pendistribusian dapat diartikan sebagai kegiatan
(membagikan, mengirimkan) kepada orang atau kebeberapa tempat.23
Dengan demikian terkait dengan ZIS dalam hal ini, merupakan bagian dari
suatu usaha pendistribusaian atau penyaluran kepada yang berhak
menirimanya yakni mustahiq.
2. Pendistribusian ZIS (Zakat, Infaq dan Shodaqoh)
Pendistribusian zakat adalah suatu aktifitas atau kegiatan untuk
mengatur sesuai dengan fungsi manajemen dalam upaya menyalurkan
dana zakat yang diterima dari pihak mujakki kepada mustahiq sehingga
tercapai tujuan organisasi secara efektif.
System pendistribusian zakat dari masa ke masa mengalami
perubahan. Semula lebih banyak disalurkan untuk kegiatan konsumtif
tetapi belakangan ini banyak pemanfaatan dana zakat untuk kegiatan
produktif. Dengan upaya seperti ini dapat diharapkan dapat tumbuh strata
dari yang terendah (mustahiq) ke yang lebih tinggi (muzakki)
Oleh karena itu, Salah satu syarat bagi keberhasilan zakat, dalam
mencapai tujuan sosial kemanusiaan adalah dengan cara pendistribusian
yang professional yang didasarkan kepada landasan yang sehat, sehingga
zakat tidak salah sasaran. Dimana orang yang berhak menerimanya tidak
mendapatkannya malah diberikan kepada yang tidak berhak atau berhak
23 W.H.S. Poerwadaminta,Kamus Umum Indonesia, h.308
23
tapi memperoleh jumlah zakat yang tidak mencukupi atau diberikan
kepada orang yang kondisi ekonominya lebih baik, sementara yang
kondisi ekonominya kurang baik justru tidak mendapatkanya.
Menurut Yusuf al-Qordhawi dalam bukunya: Manajemen Zakat
Professional ada beberapa cara untuk mendistribusikan dana zakat secara
profesinal yaitu :
a. Pola Pendistribusian Produktif
Pola pendistribusian produktif adalah adalah pola
penyaluran dana zakat kepada Mustahiq yang ada dipinjamkan
oleh amil untuk kepentingan aktifitas suatu usaha / bisnis.
Pola penyaluran secara produktif (pemberdayaan) adalah
penyaluran zakat dan lainnya disertai target merubah kedaan
penerima(lebih dikhususkan kepada mustahiq / golongan fakir
miskin)dari kondisi kategori mustahiq menjadi kategori muzakki.
Model ini pernah dikembangkan oleh Nabi, yaitu beliau pernah
memberikan zakat kepada seorang fakir sebanyak dua dirham
untuk makan dan satu dirham untuk pembelian kapak sebagai alat
untuk bekerja supaya hidupnya tidak tergantung pada orang lain
lagi. khalifah umar juga pernah menyerahkan zakat berupa 3 ekor
unta sekaligus kepada salah seorang mustahiq yang sudah rutin
meminta zakat padanya. Pada saat penyerahannya, khalifah
24
berharap orang tersebut tidak datang lagi sebagai penerima zakat
tetapi sebagai pembayar zakat.
b. Pendistribusian Secara Lokal
Pendistribusian Lokal disini adalah bahwa para mustahik di
masing-masing wilayah lebih diprioritaskan daripada mustahik di
wilayah lain, sebagaimana yang kita kenal dengan konsep otonomi
daerah. Masing-masing daerah atau sejumlah daerah yang
berdampingan lebih diprioritaskan untuk mendapatkan zakat
orang-orang kaya setempat melalui lembaga-lembaga amil zakat,
unit pengelola zakat didaerah dimana masyarakat itu tinggal.
Disetiap negeri Islam dapat mengikuti cara seperti ini, dimulai dari
unit yang terkecil kemudian ke unit yang lebih besar.
Pendistribusian dana zakat yang lebih dari lembaga zakat
tingkat propinsi dikirimkan ke lembaga zakat pusat untuk
membantu propinsi lain yang perolehan zakatnya kurang, atau
kaum fakir dan orang-orang yang membutuhkannya disbanding
propinsi lain. Itulah petunjuk Islam dalam membelanjakan
perolehan zakat dan itulah konsepnya yang arip dan bijaksana,
yang sejalan dengan konsep manajemen dan politik keuangan yang
paling maju / modern di zaman kita sekarang.
c. Pendistribusian Yang Adil Terhadap Semua Golongan
Pengertian adil terhadap semua golongan yang telah
dijanjikan sebagai mustahiqin oleh Allah dan Rasul-nya dan adil
25
diantara semua individu dalam satu golongan mustahiqin. Yang
kami maksudkan bukan mensamaratakan antara golongan-
golongan maustahik atau individu dalam setiap golongan itu,
melainkan keadilan yang memperhatikan dan mempertimbangkan
hak, besarnya kebutuhan, dan kemaslahatan Islam yang tertinggi.24
Dari pemaparan pola pendistribusian di atas, jelas terdapat
beberapa pokok penting yang harus di perhatikan dalam segi
pendistribusian terkait ZIS yaitu;
1) Penetapan Mustahiq harus sesuai agar dalam pendistribusiannya
tepat pada sasaran.
2) Lebih mengedepankan pada asas manfaat yang utuh bukan hanya
sekedar pada pemenuhan kebutuhan biologis saja.
3) Mengutamakan pendistribusian Lokal, agar supaya dana ZIS dapat
bermanfaat bagi lingkungan sekitar.
E. Pemberdayaan
Pengertian Pemberdayaan
Pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment), berasal dari
kata power (kekuasaan atau keberdayaan).25 Awalan em berasal dari bahasa
Latin dan Yunani, yang berarti didalamnya, oleh karena itu pemberdayaan
dapat berarti kekuatan dalam diri manusia, suatu sumber kretifitas. Dalam
Kamus Umum Bahasa Indonesia kata pemberdayaan diterjemahkan sebagai
24 Yusuf Qardawi, Hukum Zakat : Study Komperatif Mengenai Status Dan Filsafat Zakat
Berdasarkan Qur’an dan Hadist, (Jakarta : PT. Pustaka Mizan, 1996). C.4, h. 238 25 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: PT Refika
Aditama, 2005), h.57
26
upaya pendayagunaan atau pemanfaatan yang sebaik-baiknya dengan hasil
yang memuaskan.26 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
pemberdayaan adalah proses, cara, perbuatan memberdayakan.27
Pemberdayaan adalah upaya peningkatan kemampuan dalam
mencapai penguatan diri guna meraih keinginan yang dicapai.
pemberdayaan akan melahirkan kemandirian, baik kemandirian berfikir,
sikap, dan tindakan yang bermuara pada pencapaian harapan hidup yang
lebih baik.28 Pemberdayaan sebagai suatu proses merupakan sesuatu yang
berkesinambungan dimana komunitas atau kelompok masih ingin
melakukan perubahan maupun perbaikan dan tidak hanya terpaku pada satu
program saja.29
Memahami uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa
pemberdaayan adalah sebuah proses untuk meningkatkan kemampuan guna
mencapai suatu tujuan tertentu. Pemberdayaan dapat menciptakan
kemandirian berpikir, sikap, dan tindakan. Pemberdayaan merupakan
serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan kelompok lemah dalam
masyarakat. Kelompok - kelompok lemah dalam masyarakat adalah
individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan.
Adanya pemberdayaan memiliki sebuah tujuan. Tujuan dari
pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh
26 Yus Badudu Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Bandung: Pustaka Sinar
Harapan,2001), h.318 27 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2007) cet ke-4, h.242. 28 Rofik A. dkk., Pemberdayaan Pesantren, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005), h.33. 29 Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran Anak dari Keluarga Miskin, (Jakarta: Universitas
Indonesia Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial, 2003), h.43.
27
sebuah perubahan sosial yaitu masyarakat yang berdaya dan memiliki
kekuasaan, pengetahuan, dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi maupun sosial.30
Edi Suharto mengemukakan dalam bukunya bahwa Pemberdayaan
bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah atau
tidak beruntung. Pemberdayaan disebut sebagai tujuan yakni pemberdayaan
menunjuk pada keadaan yang berdaya, memiliki kekuasaan atau
mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya baik bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki
kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata
pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam
melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.31
Dari tinjauan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa adanya
pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan suatu golongan
yang lemah dan tak berdaya yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial.
F. Zakat
1. Pengertian Zakat
Menunaikan zakat merupakan salah satu rukun Islam ke-3. Banyak
pendapat yang telah mengemukakan pengertian zakat. Zakat secara bahasa
berarti suci (ath-thaharah), tumbuh dan berkembang (al-nama’),
30 Harry Hikmat, Strategi Pemberdayaan Masyarakat (Bandung: Humaniora Utama
Press, 2010), h.60 31 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, h.60
28
keberkahan (al-barakah), dan baik (thayib).32 Sedangkan menurut
terminologi syari’ah zakat berarti kewajiban atas harta atau kewajiban atas
sejumlah harta tertentu untuk kelompok tertentu dan dalam waktu
tertentu.33 Secara teknis zakat berarti menyucikan harta milik seseorang
dengan cara pendistribusian oleh kaum kaya sebagiannya kepada kaum
miskin sebagai hak mereka, dengan pembayaran zakat, maka seseorang
memperoleh penyucian hati dan dirinya serta melakukan tindakan yang
benar dan memperoleh rahmat selain itu hartanya akan bertambah.34
Sedangkan menurut istilah, zakat adalah nama bagi sejumlah harta
tertentu yang telah mencapai syarat tertentu yang diwajibkan Allah untuk
dikeluarkan dan diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan
persyaratan tertentu pula.35 Dan secara lahiriah zakat mengurangi nilai
nominal (harta) dengan mengeluarkannya, tetapi dibalik pengurangan
yang bersifat zhahir ini hakikatnya akan bertambah dan berkembang (nilai
intrinstik) yang hakiki disisi Allah SWT.
Zakat merupakan ibadah yang memiliki dimensi ganda,
transendental dan horizontal. Oleh sebab itu, zakat memiliki banyak arti
dalam kehidupan ummat manusia terutama ummat islam. Zakat memiliki
banyak hikmah baik yang berkaitan dengan Allah maupun hubungan
sosial kemasyarakatan sesama manusia. Hubungan sosial kemasyarakatan
32 Masdar . Mas’udi, dkk., Reinterprestasi Pendayagunaan Zakat Infaq dan Shodaqoh
(Jakarta: PIRAMEDIA:2004), h.6 33 Yuswar Z.B, dkk., Zakat, Infak, Sedekah (Jakarta: Universitas Trisakti: 2015), C. ke-1.
h.42 34Yuswar Z.B, dkk., Zakat, Infak, Sedekah. h.2
35 Didin hafidhudin, Panduan Praktis Tentang Zakat, Infaq, Shadaqah (Jakarta: Gema
Insani, 1998), C.ke-1, h. 106
29
sesama manusia antara lain: menolong, membantu, membina, dan
membangun kaum dhuafa yang lemah dengan materi sekedarnya untuk
memenuhi kebutuhan pokok hidupnya. Dengan membangun kaum dhuafa
tersebut akan mampu melaksanakan kewajibannya terhadap Allah SWT,
memberantas penyakit iri hati, rasa benci, dan dengki dari diri orang-orang
yang berkehidupan mewah. Sedangkan kaum dhuafa sendiri tak memiliki
apa-apa dan tidak ada uluran tangan dari mereka yang berkecukupan
hartanya.
Hubungan antara pengertian zakat menurut bahasa dengan
pengertian menurut istilah yaitu harta yang dikeluarkan zakatnya akan
menjadi berkah, tumbuh, berkembang, dan bertambah suci. Zakat adalah
ibadah maaliyah yang mempunyai dimensi pemerataan karunia Allah
SWT sebagai fungsi social ekonomi sebagai perwujudan solidaritas social,
pernyataan rasa kemanusiaan dan keadilan, pembuktian persaudaraan
Islam, pengikat persatuan ummat, sebagai pengikat bathin antara golongan
kaya dengan miskin zakat, sarana membangun kedekatan antara yang kuat
dengan yang lemah, serta mewujudkan tatanan masyarakat yang sejahtera
dan harmonis yang akhirnya dapat menyiptakan situasi yang tentram.
Dalam kehidupan masyarakat seperti itu, tidak ada lagi kekhawatiran
hidupnya kembali bahaya komunisme, sebab dengan fungsi ganda zakat,
kesenjangan sosial yang dihadapi seperti kapitalisme maupun sosialisme
30
dengan sendirinya akan terkikis, menuju terciptanya tatanan sebuah
masyarakat yang baldatun thoyiban wa Rabbun Ghafur.36
Memperhatikan uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa zakat
adalah ibadah yang sifatnya wajib untuk setiap muslim ketika hartanya
sudah mencapai syarat tertentu. Zakat dikerjakan berdampingan dengan
ibadah shalat. Zakat memiliki banyak hikmah, baik yang berkaitan
hubungan dengan Allah maupun hubungan social kemasyarakatan sesama
manusia.
Adapun tujuan zakat sebagaimana Yusuf Qardhawi membagi dua
tujuan dari ajaran zakat, yaitu tujuan untuk kehidupan individu dan untuk
kehidupan sosial kemasyarakatan. Tujuan yang pertama meliputi
pensucian jiwa dari sifat kikir, mengembangkan sifat suka berinfak atau
memberi, mengembangkan akhlak seperti akhlak Allah SWT, mengobati
hati dari cinta dunia yang membabi buta, mengembangkan kekayaan batin
dan menumbuhkan rasa simpati dan cinta sesama manusia. Dengan
ungkapan lain, esensi dari semua tujuan ini adalah pendidikan yang
bertujuan untuk memperkaya jiwa manusia dengan nilai-nilai spiritual
yang dapat meninggikan harkat dan martabat manusia melebihi martabat
benda, dan menghilangkan sifat materialisme dalam diri manusia.37
Tujuan kedua memiliki dampak pada kehidupan kemasyarakatan
secara luas. Dari segi kehidupan masyarakat, zakat merupakan suatu
bagian dari sistem jaminan social dalam islam. Kehidupan masyarakat
36 Lili Bariadi, dkk. Zakat dan Wirausaha (Jakarta: CED,2005), C. ke-1,h.6 37 Yusuf Qardawi, Hukum Zakat : Study Komperatif Mengenai Status Dan Filsafat Zakat
Berdasarkan Qur’an dan Hadist, h.16-17
31
sering terganggu oleh problema kesenjangan, gelandangan, problema
kematian dalam keluarga dan hilangnya perlindungan, bencana alam
maupun kultural dan lain sebagainya. Dengan adanya zakat akan
mengurangi adanya kesenjangan antar sesama muslim yang memiliki harta
lebih maupun yang memiliki kekurangan. Sedangkan tujuan lain dari zakat
ialah:
a. Merupakan perwujudan ketundukan, ketaatan, dan rasa syukur atas
karunia Tuhan (QS At-Taubah: 103; Ar-Rum: 39; dan Ibrahim: 7);
b. Zakat merupakan hak mustahik yang berfungsi untuk menolong,
membantu dan membina mereka kearah kehidupan yang lebih baik
dan lebih sejahtera, agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan
layak dan dapat beribadah kepada-Nya.
c. Merupakan pilar amal bersama (jama’i) antara orang-orang kaya yang
berkecukupan hidupnya dan para mujahid yang seluruh waktunya
untuk berjihad di jalan Allah (QS Al-Baqarah: 273; Al-Maidah: 2)
d. Sebagai sumber dana bagi pembangunan sarana maupun prasarana
yang harus dimiliki umat Islam, seperti sarana ibadah, pendidikan,
kesehatan, social maupun ekonomi sekaligus sarana pengembangan
kualitas sumber daya manusia.
e. Untuk kemasyarakatan etika bisnis yang benar sebab zakat itu
bukanlah membersihkan harta yang kotor akan tetapi mengeluarkan
bagian dari hak orang lain atas harta kita yang kita usahakan dengan
baik dan benar sesuai ketentuan Allah SWT.
32
f. Merupakan salah satu instrumen/sarana bagi pembangunan
kesejahteraan umat, pertumbuhan dan pemerataan pendapat.
g. Mendorong umat untuk bekerja dan berusaha sehingga memiliki
memiliki harta untuk bekerja dan berusaha sehingga memiliki harta
untuk dapat memenuhi kehidupan diri dan keluarganya serta dapat
berzakat/berinfak.38
Memperhatikan uraian di atas mengenai tujuan dan hikmah zakat
adalah perwujudan ketaatan dan rasa syukur kepada Allah SWT atas
segala karunia-Nya dan sebagai salah satu pendidikan untuk memperkaya
jiwa manusia dengan nilai-nilai spirutual yang dapat meninggikan harkat
dan martabat manusia. Zakat juga dapat menyingkirkan sifat iri hati
sesama muslim.
Zakat adalah salah satu dari rukun Islam yang lima, serta
merupakan kewajiban individu bagi setiap orang yang memiliki syarat-
syarat tertentu. Zakat diwajibkan pada tahun kedua hijriyah. Kewajiban
zakat merupakan sesuatu yang ma'lūm minad-dīn bid-darūrah (diketahui
keberadaannya secara otomatis) dan merupakan bagian mutlak dari
keislaman seseorang.
Dasar hukum zakat dapat dijumpai baik dalam Qur'an, hadis
maupun ijma'.
38 Didin Hafiduddin, Panduan Praktis Tentang Zakat, Infaq, Shadaqah, h.10-15
33
a. Al-Qur'an :
Artinya :"Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk
mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi
mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. At-
taubah : 103).39
b. Al-Hadiŝ :
Artinya: Dari Ibnu Umar r.a bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:
Islam itu ditegakkan atas lima dasar, 1. bersaksi bahwa tidak ada Tuhan
yang haq selain Allah, dan bahwa Muhammad itu utusan Allah, 2.
mendirikan shalat lima waktu, 3. membayar zakat, 4. mengerjakan ibadah
haji ke Baitullah, 5. berpuasa dalam bulan ramadhan (HR. Bukhari dan
Muslim).40
Artinya: Dari Ibnu Abbas r.a. bahwasanya Nabi SAW mengutus
mu’adz r.a. ke Yaman, kemudian beliau bersabda: ajaklah mereka untuk
menyaksikan bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah dan bahwasanya aku
adalah utusan Allah. Apabila mereka menuruti ajakanmu itu maka
beritahukanlah kepada mereka bahwasannya Allah ta’ala mewajibkan
mereka untuk sholat lima kali sehari semalam. Apabila mereka telah
mematuhinya apa yang kamu beritahukan itu maka beritahukan pula pada
mereka bahwasannya Allah mewajibkan mereka untuk mengeluarkan
zakat yang dipungut dari orangorang yang kaya dan diberikan kepada
orang-orang yang miskin. (Riwayat Bukhari dan Muslim)28
Kemudian disamping itu, Dasar hukum zakat yang berhubungan
dengan kesejahteraan ummat:
39 Al-Qur'an dan Terjemahnya, Terj Hasbi Ashiddiqi dkk, Jakarta; Yayasan
Peyelenggara/ Penafsiran Al Qur’an,1971, h. 297. 40 Muslih Shabir. Terjemah Riyadlus Shalihin, jus II, Semarang: CV Toha Putra, tt, h. 171 28 Muslih Shabir. Terjemah Riyadlus Shalihin, jus II,h. 174
34
Artinya ; Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada
RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka
adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim,
orangorang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya
harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara
kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa
yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya. (QS. Al - Hasyr :
7).41
Dalam pelaksanaannya penunaian zakat harus memenuhi syarat – syarat
tertentu. Syarat – syarat tersebut adalah :
a. Beragama Islam
Para ulama mengatakan bahwa zakat tidak wajib bagi orang non
muslim, karena zakat adalah merupakan salah satu rukun Islam.
Syairozi yang dikuatkan oleh An-Nawawi berdasarkan pendapat
mazhab Syafi'i mengemukakan alasan lain mengapa zakat tidak
diwajibkan kepada orang kafir, yaitu bahwa zakat bukan merupakan
beban dan oleh karena itu tidak dibebankan kepada orang kafir, baik
kafir yang memusuhi Islam (harbi) maupun yang hidup di bawah
naungan Islam (żimmi). Ia tidak terkena kewajiban itu pada saat kafir
tersebut dan tidak pula harus melunasinya apabila ia masuk Islam.42
b. Berakal sehat dan dewasa
41 Al-Qur'an dan Terjemahnya, Terj Hasbi Ashiddiqi dkk, h. 918.
42Yusuf Qardawi, Hukum Zakat : Study Komperatif Mengenai Status Dan Filsafat Zakat
Berdasarkan Qur’an dan Hadist, h. 97.
35
Orang yang tidak memiliki akal sehat dan anak yang belum
dewasa tidak diwajibkan mengeluarkan zakat, sebab anak yang belum
dewasa dan orang yang tidak berakal tidak mempunyai tanggung
jawab hukum.
c. Merdeka
Para ulama sepakat bahwa zakat hanya diwajibkan kepada seorang
muslim dewasa yang berakal sehat dan merdeka.43
d. Milik penuh ( Sempurna )
Maksud dari milik penuh adalah bahwa kekayaan itu harus berada
di bawah kontrol dan di dalam kekuasaannya. Atau seperti yang
dinyatakan oleh sebagian ahli fiqih, bahwa kekayaan itu harus berada
di tangannya, tidak tersangkut di dalamnya hak orang lain, dapat ia
pergunakan, dan faedahnya dapat dinikmati.44
e. Harta itu berkembang
Salah satu syarat wajib zakat adalah berkembang, yakni harta itu
dikembangkan dengan sengaja atau memiliki potensi untuk
berkembang dalam rangka mendapatkan keuntungan. 45
f. Cukup satu nishab
Islam tidak mewajibkan zakat atas beberapa besar kekayaan yang
berkembang sekalipun kecil sekali, tetapi memberikan ketentuan
tersendiri dengan jumlah tertentu yang dalam ilmu fiqih disebut
43 Yusuf Qardawi, Hukum Zakat : Study Komperatif Mengenai Status Dan Filsafat Zakat
Berdasarkan Qur’an dan Hadist,h. 96
44 Yusuf Qardawi, Hukum Zakat h.128 45 Yusuf Qardawi, Hukum Zakat,h.138
36
nishab. Nishab adalah kadar minimal jumlah harta yang wajib dizakati
berdasarkan ketetapan syara'.46
g. Sampai satu tahun dimiliki
Kekayaan yang dimiliki seseorang tidak wajib dizakati kecuali
apabila sudah genap satu tahun dalam keadaan genap satu nishab.
Yang dimaksud dengan satu tahun di sini adalah dengan hitungan
tahun qomariyah (hijriyah) bukan tahun syamsiyah (masehi).
h. Melebihi kebutuhan biasa (pokok)
Di antara ulama-ulama fiqih ada yang menambah ketentuan nishab
kekayaan yang berkembang itu dengan lebihnya kekayaan itu dari
kebutuhan biasa pemiliknya, misalnya ulama-ulama Hanafi. Hal itu
oleh karena dengan lebih dari kebutuhan biasa itulah seseorang
disebut kaya dan menikmati kehidupan yang tergolong mewah.47
i. Bebas dari hutang
Pemilikan sempurna yang dijadikan persyaratan wajib zakat dan
harus lebih dari kebutuhan primer haruslah pula cukup satu nishab
yang sudah bebas dari hutang. Bila pemilik mempunyai hutang yang
menghabiskan atau mengurangi jumlah satu nishab itu, maka zakat
tidaklah wajib.48
Menurut Al- Quran dan hadis secara garis besarnya, zakat dibagi
menjadi 2 bagian:
46Yusuf Qardhawi, di kutip Lili bariadi, dkk. Zakat dan Wirausaha, C. ke-1h.149 47 Yusuf Qardawi, Hukum Zakat: Study Komperatif Mengenai Status Dan Filsafat Zakat
Berdasarkan Qur’an dan Hadist,h.150. 48 Yusuf Qardawi, Hukum Zakat : Study Komperatif Mengenai Status Dan Filsafat Zakat
Berdasarkan Qur’an dan Hadist, h.155.
37
a. Zakat harta (zakat maal) misalnya zakat emas, perak,binatang ternak,hasil
tumbuh-tumbuhan dan harta perniagaan.
b. Zakat jiwa (zakat nafs) zakat ini popular di tengah ummat sebagai
zakatul fitri yaitu zakat yang dikeluarkan oleh setiap muslim di bulan
ramadhan dan menjelang sholat idul fitri.
Sedangkan untuk jenis harta yang wajib dikeluarkan zakatnya ada
lima jenis yaitu hewan ternak, emas dan perak (aŝman), tanaman-tanaman
(zuru'), buah-buahan (aŝmar) dan harta dagangan.49 Kewajiban zakat pada
tiap-tiap jenis ini ditetapkan sesuai dengan persyaratan tertentu, yaitu:
1) Hewan Ternak
Di antara hewan ternak yang wajib dizakati adalah unta, sapi/kerbau
dan kambing, karena jenis hewan ini diternakkan untuk tujuan
pengembangan (namma') melalui susu dan anaknya, sehingga sudah
sepantasnya dikenakan beban tanggungan. Syarat wajib zakat hewan
ternak selain ketentuan di atas adalah harus digembalakan (saum). Adapun
mengenai ketentuan nishabnya yaitu seperti tercantum dalam tabel
dibawah ini :
Tabel 2.2.1 Nishab zakat Hewan unta
Jumlah Hewan Zakat
5 – 9 1 ekor kambing/domba
10 – 14 2 ekor kambing/domba
49 Yusuf Qardawi, Hukum Zakat : Study Komperatif Mengenai Status Dan Filsafat Zakat
Berdasarkan Qur’an dan Hadist, h.207
38
15 – 19 3 ekor kambing/domba
20 – 24 4 ekor kambing/domba
25 – 35 1 ekor unta bintu
makhad
36 – 45 1 ekor unta labun
46 – 60 1 ekor unta hiqoh
61 – 75 1 ekor unta jadz’ah
76 – 90 2 ekor unta bintu labun
91 – 100 2 ekor unta hiqoh
Keterangan:
Kambing / domba berumur 2 tahun lebih
Unta bintu makhad adalah unta betina umur 1 tahun, masuk
ke umur 2 tahun.
Unta bintu labun adalah unta betina umur 2 tahun, masuk ke
umur 3 tahun.
Unta hiqoh adalah unta betina umur 3 tahun, masuk umur 4
tahun.
Unta jadz’ah adalah unta umur umur 4 tahun, masuk umur 5
tahun.
Kemudian, dalam jumlah tersebut bertambah 40 ekor, maka
zakatnya bertambah 1 ekor bintu labun. Dan jika bertambah 50 ekor,
zakatnya bertambah 1 ekor hiqoh.
Tabel 2.2.2 (Nishab zakat hewan sapi)
39
Jumlah Ekor Zakat
30-39
40-59
60-69
70-79
80-89
1 ekor sapi jantan / betina tabi’
1 ekor sapi betina musinah
2 ekor sapi tabi’
1 ekor musinah dan 1 ekor tabi’
2 ekor musinah
Keterangan:
a. Sapi tabi’ adalah sapi berumur 1 tahun, masuk umur 2 tahun.
b. Sapi musinah adalah sapi umur 2 tahun, masuk umur 3 tahun.
c. Selanjutnya setiap bertambah 30 ekor. Zakatnya bertambah 1
ekor tabi’ dan setiap bertambah 40 ekor, maka zakatnya
bertambah 1 ekor sapi musinah.
Tabel 2.3 (Nishab zakat Hewan kambing)
Jumlah Ekor Zakat
40-120
121-200
201-300
1 ekor kambing / domba umur 2 tahun
2 ekor kambing / domba umur 2 tahun
3 ekor kambing / domba umur 2 tahun
Selanjutnya jika setiap jumlah bertambah 100 ekor, maka zakatnya
bertambah 1 ekor. 50
2) Emas dan Perak
50 Yusuf Qardawi, Hukum Zakat : Study Komperatif Mengenai Status Dan Filsafat Zakat
Berdasarkan Qur’an dan Hadist, h.176.
40
Emas dan perak merupakan tambang elok, Allah memberikan
padanya banyak manfaat yang tidak terdapat pada aneka tambang lain
lantaran kelangkaan dan keindahannya. Bangsa manusia telah
menjadikannya uang dan nilai tukar bagi segala sesuatu sejak beberapa
kurun waktu lalu. Menurut pendapat para ulama fiqih, nishab emas
adalah 20 misqal. Nishab perak adalah 200 dirham. Mereka memberi
syarat berlalunya waktu satu tahun dalam keadaan nishab, juga jumlah
yang wajib dikeluarkan adalah 2,5%.
3) Tanaman dan Buah-buahan
Macam-macam tanaman yang wajib dikeluarkan zakatnya yaitu
tanaman yang memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Berupa tanaman makanan pokok, yaitu makanan yang dapat
mengenyangkan perut orang di daerah masing-masing.
b. Ditanam oleh manusia, dipelihara serta dimiliki olehnya.
c. Mencapai satu nishab. Firman Allah SWT:
Artinya;”Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung
dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang
bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan
warnanya) dan tidak sama (rasanya). makanlah dari buahnya (yang
bermacam-macam itu) bila Dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari
memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada faqir miskin); dan
41
janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang yang berlebih-lebihan.”(QS. al-An'am: 141).51
Berdasarkan Firman Allah diatas, bahwa kewajiban mengeluarkan
zakat tanaman adalah disaat panen.
4) Harta Dagangan
Barang dagangan ('urud at-tijarah) wajib dizakati berdasarkan
firman Allah pada surat al-Baqarah : 206.
Artinya:”Dan apabila dikatakan kepadanya: "Bertakwalah kepada
Allah", bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa.
Maka cukuplah (balasannya) neraka Jahannam. dan sungguh neraka
Jahannam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya”.(Q.S. al-Baqarah :
206)52
Menurut Imam Mujahid, ayat ini diturunkan berkenaan dengan
zakat tijarah (barang dagangan). Alasan lain yang dikemukakan ialah
bahwa harta dagangan itu dimaksudkan untuk pengembangan (namma')
sama halnya dengan hewan ternak yang digembalakan, dan oleh karena itu
dikenakan zakat.
Nishab barang dagangan sama dengan nishab emas dan perak
yakni 200 dirham, menurut harganya pada akhir tahun (haul). Dengan
demikian bila perdagangan itu telah berlangsung satu tahun maka barang-
barang itu wajib diperhitungkan nilai harganya. Apabila pada akhir haul
51 Al-Qur'an dan Terjemahnya, Penafsiran AlQur’an,1971, h. 212. 52 Al-Qur'an dan Terjemahnya, Penafsiran Al Qur’an,1971, h. 50
42
itu nilainya, ditambah dengan uang yang ada (laba) mencapai nishab maka
wajib dikeluarkan zakatnya.
Besarnya zakat yang harus dikeluarkan juga sama dengan emas
dan perak, yakni 2,5 % dari keseluruhan nilai barang serta uang yang
dimiliki dan dibayarkan dalam bentuk uang.
2. Hikmah Dan Manfaat Zakat
Hikmah dan Manfaat ZakatAda banyak hikmah dan manfaat di
balik perintah berzakat, di antaranya ialah:
a. Zakat dapat membiasakanorang yang menunaikannya memiliki
sifat dermawan, sekaligus menghilangkan sifat pelit dan kikir.
b. Zakat dapat menguatkan benih persaudaraan, serta menambah
rasa cinta dan kasih sayang sesama muslim.
c. Zakat merupakan salah satu upaya dalam mengatasi
kemiskinan.
d. Zakat dapat mengurangi angka pengangguran penyebab-
penyebabnya. Sebab hasil zakat dapat digunakan untuk
menciptakan lapangan pekerjaan baru.53
G. Infak dan Shodaqoh
1. Pengertian Infak
Infak berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu
untuk kepentingan sesuatu. Menurut kamus bahasa Indonesia infak adalah
mengeluarkan harta yang mencakup zakat dan nonzakat. Sedangkan
53 El-Madani, Fiqih Zakat Lengkap. (Jogjakarta: Diva Press. 2013), h.15-16
43
menurut terminologi syariat, infak berarti mengeluarkan sebagian dari
harta atau pendapatan/penghasilan untuk sesuatu kepentingan yang
diperintahkan ajaran Islam.54
Hal serupa dikemukakan oleh Az-Zaibari dalam bukunya bahwa
kata “infak” diambil dari kata berbahasa Arab infaq yang menurut
penggunaan Bahasa berarti “berlalu, hilang, tidak ada lagi” dengan
berbagai sebab : kematian, kepunahan, dan sebagainya. Atas dasar ini, Al-
Quraan kata infak dalam berbagai bentuknya. Bukan hanya harta benda
tetapi juga dalam bentuk lainnya. Dari sini dapat dipahami mengapa ayat-
ayat Al-Quraan yang secara tegas menyebutkan kata “harta” setelah kata
infak. Misalnya QS al-Baqarah ayat 262.55 Hal ini menunjukkan bahwa
pengertian infak adalah pemberian harta benda dari tangan sang pemilik
ketangan orang lainnya.
Selain itu, pendapat mengenai infak dikemukakan oleh An
Nawawi menggungkapkan bahwa kata “infak” digunakan tidak hanya
menyangkut sesuatu yang wajib, tetapi mencakup segala macam
pengeluaran/nafkah. Firman Allah SWT dalam QS al-Baqarah (2) : 262
dan 265 serta QS al-Anfal (8) : 36 dan at-Taubah (9) : 54 merupakan
sebagian ayat yang dapat menjadikan acuan mengenai infak.56
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh An Nawawi bahwa
Infak dapat berupa zakat dan bukan zakat. Infak ada yang wajib dan ada
54 Yuswar Z.B, dkk., Zakat, Infak, Sedekah , h.25 55 Az Zaibari, Amir Sa’id, Kiat Menjadi Pakar Fikih (Bandung: Gema Risallah Press,
1998), h.143 56 An Nawawi, Sahih Muslim bi Syarhi An Nawawi Juz VII (Darul Fikr. Beirut, 1982), h.32
44
yang sunnah. Infak wajib diantaranya zakat, kafarat, dan nadzar. Infak
sunnah diantara nya, infak kepada fakir miskin sesama muslim, infak
bencana alam, dan infak kemanusiaan.
Pengertian infak lebih luas dan lebih umum dibanding dengan
zakat. Infak tidak ditentukan jenisnya, jumlahnya, dan waktunya. Allah
SWT memberi kebebasan pemiliknya untuk menentukan jenis harta,
berapa jumlah yang sebaiknya diserahkan maupun waktunya
pemberiannya. Infak adalah pengeluaran sukarela yang dilakukan
seseorang setiap kali memperoleh rezeki dengan jumlah sebanyak yang
dikehendaki.
Namun infak berbeda dengan zakat, infak tidak mengenal nishab
atau jumlah harta yang ditentukan secara hukum. Infak tidak harus
diberikan kepada mustahik tertentu melainkan kepada siapapun misalnya
orang tua, kerabat, anak yatim, orang miskin, atau orang-orang yang
sedang dalam perjalanan.
Ditinjau uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa infak adalah
mengeluarkan harta secara sukarela yang mencakup zakat dan bukan
zakat. Infak tidak mengenal jenis, jumlah dan waktu. Infaq tidak harus
diberikan kepada mustahik tertentu melainkan kepada siapapun misalnya
orang tua, kerabat, anak yatim, maupun orang miskin.
Infaq memiliki berapa tujuan, Adapun tujuan infak bagi seorang
muslim antara lain:
a. Infaq merupakan bagian dari keimanan dari seorang muslim.
45
b. Orang yang enggan berinfak adalah orang yang menjatuhkan
diri dalam kebinasaan.
c. Di dalam ibadah terkandung hikmah dan manfaat besar. yang
dibutuhkan ummat islam, menolong dan membantu kaum
dhuafa.
Infak terbagi menjadi empat jenis menurut hukumnya. Berikut
merupakan empat jenis infak antara lain:57
a. Infak mubah
Mengeluarkan harta untuk perkara mubah seperti
berdagang, bercocok tanam
b. Infak wajib
Penerapan dari Infak Wajib yaitu Mengeluarkan harta untuk
perkara wajib seperti:
1) Membayar mahar (emas kawin)
2) Menafkahi istri
3) Menafkahi istri yang ditalak dan masih dalam keadaan
iddah
c. Infak Haram
Mengeluarkan harta dengan tujuan yang diharamkan oleh
Allah yaitu:
1) Infak nya orang kafir untuk menghalangi syiar Islam.58
57 Al-Qur'an dan Terjemahnya, Penafsiran Al Qur’an,1971,QS Al-Kahfi 18:43 58 Al-Qur'an dan Terjemahnya, Penafsiran Al Qur’an,1971,QS Al-Anfal 8:36
46
2) Infak nya orang Islam kepada fakir miskin tapi tidak karena
Allah.59
3) Infak sunnah yaitu mengeluarkan harta dengan niat
sadaqah.
Infak tipe ini yaitu ada 2 (dua) macam Sebagai berikut:
1). Infak untuk jihad.
2). Infak kepada yang membutuhkan.
Adapun dasar hukum infak telah banyak dijelasakan baik dalam
Al- Qur’an atau hadits.
قل لو أنتم تملكون خزائن رحمة ربي إذا ألمسكتم خشية اإلنفاق
Artinya: Katakanlah: "Kalau seandainya kamu menguasai
perbendaharaan-perbendaharaan rahmat Tuhanku, niscaya
perbendaharaan itu kamu tahan, karena takut membelanjakannya". Dan
adalah manusia itu sangat kikir.
Kemudian dalam QS Adz-Dzariyat 51:19 disebutkan yang
berbunyi:
Artinya: Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin
yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.
Selain itu dalam QS Al-Baqarah 2: 245 juga disebutkan, yang
berbunyi:
Artinya: Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah,
pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah
59 Al-Qur'an dan Terjemahnya, Penafsiran Al Qur’an,1971,QS An-Nisa' 4:38
47
akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang
banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-
Nya-lah kamu dikembalikan.
Memperhatikan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dan
hikmah infak adalah wujud dari iman kepada Allah SWT untuk mendapat
ridha dan karunia Allah SWT.
2. Pengertian Shadaqah
Sedekah berasal dari kata shadaqa yang artinya benar, maka orang
yang bersedekah adalah orang yang benar imannya. Pengertian sedekah
sama dengan pengertian infak, perbedaannya adalah infak hanya berkaitan
dengan materil sedangkan sedekah memiliki arti luas menyangkut juga hal
yang bersifat nonmaterial.60
Menurut Ahmad Sangid dalam bukunya mengemukakan bahwa
Sedekah dalam konsep islam mempunyai arti luas, tidak hanya terbatas
pada pemberian sesuatu yang sifatnya materil kepada orang-orang miskin.
Sedekah itu mencakup semua perbuatan kebaikan, baik fisik maupun non
fisik.61 Pendapat mengenai sedekah yang dikemukakan oleh Ahmad
Sangid tersebut menyatakan bahwa sedekah tidak hanya sebuah pemberian
materil berupa harta, namun sedekah dapat berupa sesuatu yang bersifat
non fisik. Salah satu contoh sedekah non fisik adalah ilmu yang
bermanfaat.
Sedekah dapat dilihat dari dua segi yaitu dari segi orang yang
bersedekah dan dari segi yang menerima sedekah. Dilihat dari segi orang
60 Yuswar Z.B, dkk., Zakat, Infak, Sedekah. h.33 61 Ahmad Sangid, Dahsyatnya Sedekah (Jakarta: Qultum Media, 2008), h.25
48
yang memberi sedekah, dianjurkan kepada setiap orang yang beriman baik
yang miskin ataupun kaya. Sedekah dilakukan baik yang untuk lemah
maupun yang kuat, baik laki-laki maupun perempuan, dan baik yang tua
maupun muda, Sedangkan zakat diwajibkan kepada orang-orang orang
yang mempunyai harta dan memenuhi persyaratan sebagai wajib zakat.
Dilihat dari segi yang menerima sedekah diberikan kepada 8 golongan
mustahik maupun kepada golongan yang membutuhkan untuk
kemashalatan ummat.
Bersedekah sangat dianjurkan bagi ummat islam. Setiap yang
bersedekah pasti mendapatkan ganti dari Allah SWT juga disebutkan
dalam hadist riwayat Bukhari Muslim sebagai berikut: “Abu Hurairah r.a
berkata: Nabi Muhammad SAW, bersabda: Allah ta’ala berfirman:
Belanjakanlah niscaya aku akan membelanjaimu (memberikan ganti
padamu). Lalu Nabi Muhammad SAW bersabda: Tangan Allah SWT tetap
penuh, tidak berkurang karena nafkah tercurah siang dan malam, lalu
bersabda: Perhatikan apa yang diturunkan (dicurahkan) Allah SWT sejak
terjadinya langit dan bumi hingga kini, maka tidak berkurang kekayaan
Allah SWT yang di tangan-Nya, sedangkan arasy Allah di atas air
ditangan Allah neraca timbangan menaikkan dan menurunkan.
(HR.Bukhori Muslim)62
Adapun istilah sedekah, maknanya berkisar pada 3 (tiga)
pengertian berikut ini:
62 Muhammad Fu’ad Abdul Baqi, Mutiara Hadis yang disepakati Bukhori dan Muslim
(Surabaya: PT. Bina Ilmu Offset, 2005), h.303
49
Pertama, sedekah adalah pemberian harta kepada orang-orang
fakir, orang yang membutuhkan, ataupun pihak-pihak lain yang berhak
menerima sedekah tanpa disertai imbalan. Sedekah ini hukumnya sunnah
bukan wajib. Karena itu, untuk membedakannya dengan zakat yang
hukumnya wajib, para fuqaha menggunakan istilah shadaqah tathawwu’
atau ash shadaqah an nafilah. Sedang untuk zakat, dipakai istilah ash
shadaqah al mafrudhah. Namun seperti uraian Az Zuhaili, hukum sunnah
ini bisa menjadi haram bila diketahui bahwa penerima sedekah akan
memanfaatkannya pada yang haram, sesuai kaidah syara’ Al wasilatul
haram haram (الواصلة الحرام حرام), artinya, segala perantaran kepada yang
haram, hukumnya haram pula.
Adapun hukumnya menjadi wajib, misalnya untuk menolong orang
yang dalam keadaan terpaksa yang sangat membutuhkan pertolongan,
misalnya berupa makanan atau pakaian. Menolong mereka adalah untuk
menghilangkan dharar yang wajib hukumnya. Jika kewajiban ini tidak
dapat terlaksana kecuali dengan sedekah, maka sedekah menjadi wajib
hukumnya, sesuai kaidah syara’: maa laa yatimmul wajibu illa bihi
fahuwa wajib ( إالبه فهو واجب مااليتم الواجب ) artinya segala sesuatu yang
tanpanya suatu kewajiban tak terlaksana sempurna, maka sesuatu itu
menjadi wajib pula hukumnya. Dalam kebiasaan para fuqaha,
sebagaimana dapat dikaji dalam kitab-kitab fikih berbagai madzhab, jika
disebut istilah sedekah secara mutlak, maka yang dimaksudkan adalah
50
sedekah dalam arti yang pertama ini, yaitu yang hukumnya sunnah bukan
zakat.
Kedua, sedekah adalah identik dengan zakat ini merupakan makna
kedua dari sedekah, sebab dalam nash-nash syara’ terdapat lafazh
“sedekah” yang berarti zakat. Misalnya firman Allah SWT
Artinya : “sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang
fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang
dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang orang yang
berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (QS At Taubah: 60)
Dalam ayat tersebut, “zakat-zakat” diungkapkan dengan lafazh
“ash shadaqaat”. Begitu pula pada sabda Nabi SAW kepada Mu’adz bin
Jabal RA ketika dia diutus Nabi ke Yaman :
، م أط ...فأعلمهم أن هللا افترض عليهم صدقة تؤ خد من أغنيائهم فترد في فقرائهم، فإن ه اعوالل
ري كرائم أموالهم، واتق دعوة المظلوم، فإنه ليس بينها وبين هللا حجاب...)رواه البخافإياك و
ومسلم(
Artinya : “...beritahukanlah kepada mereka (Ahli Kitab yang telah
masuk islam), bahwa Allah telah mewajibkan zakat atas mereka, yang
diambil dari orang-orang kaya di antara mereka, dan berikanlah kepada
orang fakir di antara mereka…” (HR. Bukhari dan Muslim)
Pada hadist diatas, kata “zakat” diungkapkan dengan kata
“sedekah”. Berdasarkan nash-nash ini dan yang semisalnya, sedekah
merupakan kata lain dari zakat. Namun demikian, pengguna kata sedekah
dalam arti zakat ini tidaklah bersifat mutlak. Artinya, untuk mengartikan
sedekah sebagai zakat, dibutuhkan qarinah (indikasi) yang menunjukan
bahwa kata sedekah dalam konteks ayat atau hadist tertentu artinya adalah
51
zakat yang berhukum wajib, bukan sedekah tathawwu’ yang berhukum
sunnah. Pada ayat ke-60 surat at Taubah di atas, lafazh “ash shadaqat”
diartikan sebagai zakat (yang hukumnya wajib), karena pada ujung ayat
terdapat ungkapan faridhatan minallah (sebagai suatu ketetapan yang
diwajibkan Allah). Ungkapan ini merupakan qarinah, yang menunjukan
bahwa yang dimaksud dengan lafazh “ash shadaqaat” dalam ayat tadi,
adalah zakat yang wajib, bukan sedekah yang lain-lain.
Begitu pula pada hadist Mu’adz, kata “sedekah” diartikan sebagai
zakat, karena pada awal hadist terdapat lafazh “iftaradha” (mewajibkan /
memfardhukan). Ini merupakan qarinah bahwa yang dimaksud dengan
“sedekah” pada hadist itu, adalah zakat, bukan yang lain. Dengan
demikian, kata “sedekah” tidak dapat diartikan sebagai “zakat”, kecuali
bila terdapat qarinah yang menunjukannya.
Ketiga, sedekah adalah sesuatu yang ma’ruf (benar dalam keadaan
syara’). Pengertian ini didasarkan pada hadits shahih riwayat Imam
Muslim bahwa Nabi SAW bersabda : kullu ma’rufin sedekah artinya setiap
kebajikan, adalah sedekah. Berdasarkan ini, maka mencegah diri dari
perbuatan maksiat adalah sedekah, memberi nafkah kepada keluarga
adalah sedekah, beramar ma’ruf nahi munkar adalah sedekah,
menumpahkan syahwat kepada istri adalah sedekah, dan tersenyum
kepada sesama muslim pun adalah juga sedekah. Agaknya arti sedekah
yang sangat luas inilah yang dimaksudkan oleh Al Jurjani ketika beliau
mendefinisikan sedekah dalm kitabnya At Ta’rifaat. Menurut beliau,
52
sedekah adalah segala pemberian yang dengan nya kita mengharap pahala
dari Allah SWT.
Pemberian (al ‘athiyah) disini dapat diartikan secara luas, baik
pemberian yang berupa harta maupun pemberian yang berupa suatu sikap
atau perbuatan baik.63
Memperhatikan uraian di atas mengenai pengertian sedekah
penulis menyimpulkan bahwa sedekah adalah pemberian harta kepada
orang-orang fakir, orang yang membutuhkan, ataupun pihak-pihak lain
yang berhak menerima sedekah. Sedekah tidak hanya sebuah pemberian
materil berupa harta, namun sedekah dapat berupa sesuatu yang bersifat
non fisik.
Ibnu Abbas r.a berkata bahwa yang dimaksudkan dalam harta
mereka ada hak adalah hak selain zakat.64 Oleh sebab itu, sebagai seorang
muslim anjuran untuk bersedekah. Sedekah yang dimaksudkan adalah
sedekah selain zakat.
Menurut QS. Adz-Dzariyat ayat 19 diterangkan bahwa sifat-sifat
khusus seorang muslim yang sempurna imannya adalah orang yang sering
memberikan sedekah dan yang menjadikan sedekah sebagai kewajiban dan
tanggung jawabnya. Karena sebagian harta-harta seorang muslim ada hak
orang miskin.
Menurut QS. Al-Hadid ayat 18 diterangkan bahwa setiap laki-laki
maupun wanita muslim yang bersedekah karena Allah SWT akan
63 Yuswar Z.B, dkk., Zakat, Infak, Sedekah .h.33 64 Maulana Muhammad Z, Fadilah Sedekah, (Yogyakarta: Ash-Shaff, 2006), cet ke-3.
h.42
53
mendapatkan pahala dan mendapatkan tempat yang sangat mulia di sisi
Allah SWT.
Menurut QS. Saba ayat 39 diterangkan bahwa sempit atau
lapangnya rezeki itu datangnya dari Allah SWT. Harta yang dibelanjakan
di jalan Allah balasannya pasti diperoleh di akhirat. Bersedekah adalah
salah satu contoh membelanjakan harta di jalan Allah. Bersedekah
merupakan satu cara untuk melapangkan rezeki.
Memperhatikan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dan
hikmah bersedekah adalah menyempurnakan iman seorang muslim untuk
mendapatkan ridha Allah SWT dan mendapatkan tempat yang mulia di
akhirat kelak.
H. Anak Yatim
1. Pengertian Anak Yatim
Anak yatim adalah mereka yang sudah tidak memiki orang tua lagi
dan keluarga yang memeliharanya65. Sebagian besar hidupnya dalam
keadaan tidak baik, karena kehilangan tulang punggung pencari nafkah
dan figur orang tua dalam hidupnya. Mereka masih banyak yang tidak
sanggup dalam menuntut ilmu dan tidak bisa melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi. Karena itu uluran tangan kita sebagai
saudaranya tentu sangatlah berarti, tidak hanya dengan simpati, tapi perlu
adanya tindakan nyata dengan memberi bantuan materil berupa harta
benda. Adalah sangat berdosa bagi kita, apabila kita berdiam diri atas
65 Syaikh Mahmud Syaltut, Metodologi Al-Qur’an(Solo: CV Ramadhani, 1991), h. 116
54
penderitaan mereka. Walaupun bantuan itu belum cukup memenuhi
seluruh kebutuhan hidupnya, akan tetapi paling tidak dapat memberikan
semangat hidup bagi mereka, bahwa kita saudara-saudaranya masih
mempunyai kepedulian terhadap mereka.
Anak yatim ialah seorang anak yang masih kecil, lemah dan belum
mampu berdiri sendiri yang ditinggalkan oleh orang tua yang menanggung
biaya penghidupannya66. Sebagai anak yang hidup penuh dengan
kekurangan dan serba penderitaan dari segi mental, untuk itulah anak-anak
yatim membutuhkan kehadiran orang tua asuh. Yaitu orang yang
mengikhlaskan dan mengorbankan diri termasuk harta untuk merawat
mereka67. Melalui orang tua asuh mereka dapat memperoleh nafkah dan
kebutuhan sehari-hari, selain mendapat perhatian dan kasih sayang yang
cukup.
Rasulullah SAW pernah bersabda: “Sebaik-baik rumah diantara
rumah kaum muslimin ialah rumah yang dimana ada anak yatim yang
diperlakukan dengan baik. Dan sejelek-jeleknya rumah diantara rumah
kaum muslimin dimana ada anak yatim yang diperlakukan dengan tidak
baik. Aku dan orang yang memelihara anak yatim didalam syurga adalah
seperti ini: Beliau mengisyaratkan dengan dua jari (dengan maksud makna
dekat)”Dari sabda Rasulullah tersebut, dapat diambil hikmahnya bagi kita
66 Achmad Zurzani Djunaedi dan Ismail Maulana Syarif, Sepuluh Inti Perintah Allah,
Fikahati Aneska,( Jakarta, 1991), h. 199 67 Muhsin M.K, Mari Mencintai Anak Yatim, Gema Insani Press, Jakarta, 2003, h. 2
55
umat muslim bahwa jaminan dari perlakukan anak yatim dengan baik
adalah hidup disyurga dekat dengan Rasulullah SAW.
Dari uraian di atas, sangat jelas bahwa memelihara anak yatim
merupakan kewajiban umat Islam khususnya bagi orang yang mempunyai
kelebihan harta untuk diberikan kepadanya, sehingga ia tercukupi
kebutuhannya sehari-hari baik dalam bidang pendidikan ataupun dalam
bidang yang lain.
2. Batasan Usia Anak Yatim
Kedewasaan seorang anak, di samping diukur dengan
kemampuannya secara fisik untuk kawin, biasanya ditandai dengan
bermimpi mengeluarkan mani dan haid untuk wanita. Hal ini diukur
dengan faktor kecerdasan, seperti yang dinyatakan oleh Allah SWT dalam
QS. An-Nisa ayat 6:
Artinya: dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk
kawin. kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai
memelihara harta), Maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya.
dan janganlah kamu Makan harta anak yatim lebih dari batas kepatutan
dan (janganlah kamu) tergesa-gesa (membelanjakannya) sebelum mereka
dewasa. Barang siapa (di antara pemelihara itu) mampu, Maka
hendaklah ia menahan diri (dari memakan harta anak yatim itu) dan
Barangsiapa yang miskin, Maka bolehlah ia Makan harta itu menurut
yang patut. kemudian apabila kamu menyerahkan harta kepada mereka,
56
Maka hendaklah kamu adakan saksi-saksi (tentang penyerahan itu) bagi
mereka. dan cukuplah Allah sebagai Pengawas (atas persaksian itu)68
Dari ayat tersebut dapat dikatakan bahwa faktor kecerdasan sangat
penting dipertimbangkan supaya anak yatim sebelum hidup mandiri
terlebih dahulu hendaklah diyakini bahwa perkembangan fisiknya telah
seimbang. Tidak hanya seimbang, tetapi juga sebanding dengan
perkembangan kecerdasannya. Jika batasan Baligh adalah setelah
bermimpi basah bagi laki-laki dan haid bagi perempuan, menurut penulis,
secara kemapanan anak tersebut belum dewasa dan mandiri. Sebab
biasanya anak lelaki mengalami mimpi basah ketika berusia sekitar 13
tahun atau haid untuk perempuan sekitar 15 tahun (bahkan ada yang
berumur sebelum itu). Pada umur tersebut, anak yatim justru
membutuhkan perhatian dan penanganan yang lebih. Sebab, ia masih
sedang dalam proses pencarian jati diri. Apabila saat itu tidak lagi disebut
yatim dan lepas dari segala perhatian dan kasih sayang, sungguh malang
nasibnya. Namun, jika yang dimaksud baligh di sini adalah dewasa dan
mandiri, baru dikatakan tepat. Batasan ini sebagaimana disinyalir dalam
QS. Al-Isra‟ ayat 34:
Artinya: “dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali
dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan
penuhilah janji; Sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan
jawabnya.69
68Al-Qur'an dan Terjemahnya, Penafsiran Al Qur’an,1971, h. 15 69 Al-Qur'an dan Terjemahnya, Penafsiran Al Qur’an,1971,h. 285
57
Oleh karena itu, jelas sudah batasan keyatiman seseorang, kapan ia
boleh mengelola hartanya sendiri dan kapan harus lepas dari tanggungan
orang lain yaitu jika telah dewasa dan mandiri. Anak yatim berhak
menerima infaq dan ṣadaqah karena pada umumnya anak yatim tidak
mampu mencukupi kebutuhannya disebabkan ditinggal orang tua yang
menjadi penyangga hidupnya.
Secara umum dapat dikatakan bahwa anak yatim dalam Islam
berada pada posisi istimewa dan terhormat. Hal itu disebabkan karena
pada diri anak yatim terdapat beberapa kelemahan dan kekurangan yang
memerlukan pihak lain untuk membantu dan memeliharanya. Selain itu,
melalui keadaan yatim yang demikian, ajaran Islam menentukan
kewajiban yang harus dilaksanakan oleh umatnya terhadap anak yatim
yang menjadi tolak ukur dari manifestasi imannya kepada Allah SWT.
Setiap manusia mempunyai hak-hak dalam menjalani hidup di
dunia ini termasuk dalam hal ini anak yatim. Dilihat dari segi kebutuhan,
setiap anak memiliki tiga hak kebutuhan utama.Pertama, kebutuhan fisik,
kebutuhan ini terdiri dari makanan, pakaian, dan tempat berteduh. Anak
yatim berhak memperoleh makanan yang bergizi sehingga ia bisa
melakukan berbagai kegiatan dalam belajar, bermain dan tumbuh
sehat.Kedua, kebutuhan fasilitas, yang terdiri dari sarana belajar dan
sarana kesehatan. Anak yatim berhak memperoleh pendidikan setinggi-
tingginya.
58
Pendampingan pendidikan mulai dari yang dasar harus diterapkan
pada diri anak yatim.Ketiga, kebutuhan emosional dan psikologis,
kebutuhan ini terdiri dari perhatian dan kasih sayang (bukan usapan),
pengakuan dan pujian (bukan basa basi), kesempatan berekspresi (bukan
coba-coba), kesempatan berkompetisi (bukan main-main), tantangan dan
mengatasi kesulitan.Langkah selanjutnya, dalam rangka memberdayakan
anak yatim, khususnya yang dari kalangan dhuafa (lemah), adalah
mendidik mereka menjadi anak yang mandiri. Dengan memberikan
pelatihan dan pendampingan yang berkesinambungan.70
70 Ja’far Shodiq, Santunilah Anak Yatim, (Yogyakarta: Lafal, 2014), h. 22-23
59
BAB III
GAMBARAN UMUM
YAYASAN INSAN CITA AL-MUKASYAFAH
A. Latar Belakang
Historisasi berdirinya Yayasan Insan Cita Al Mukassyafah atau yang biasa
dipanggil “YICA” ini bermuala sejak awal lebih familiar dengan sebutan
pesantren “Bahsul Masa il” yang didirikan oleh KH.Syamsuddin Nur pada tahun
1998.Terletak di Kelurahan Jatikramat Kecamatan Jatiaish Kota Bekasi. Pengasuh
pada awalnya adalah seorang santri beliau alumnus Yayasan Perguruan Islam El
Nur El Kasysyaf( YAPINK Tambun-Bekasi) yang di asuh oleh Alm. KH Dawam
yang terletak di daerah Tambun-Bekasi yang di asuh oleh Alm.KH.Dawam.71
Beliau menimba ilmu pengetahuan di pondok pesantren ini selama 6 tahun
dari tahun 1981 sampai 1987 berbagai macam ilmu pengetahuan yang di ajarkan
disini diantaranya; Nahwu dan Shorof, fiqih mazhab Syafiiyah didalamnya
termasuk; kitab Safinatun Najah, Fathul Qorib, Taqrib sampai pada Fathul Baari.
Disamping itu juga,ia menimba ilmu retorika (Muhadloroh), serta
menghafal berbagai kosa kata Bahasa Arab serta keilmuan Agama Lainnya.
Setelah mondok selama 6 tahun Syamsuddin Nur kembali ke kampungannya yaitu
di Jatiasih, ketika sampai ditempat kelahirannya ia melihat realitas masyarakat
yang masih buta huruf Al Qur’an serta awam dalam mengenal ilmu agama.
Terlebih secara perilaku kesehariankehidupan masyarakat disini cenderung
71 Wawancara pribadi dengan KH.Syamsuddin Nur, Pimpinan YICA Bekasi, 16 Juni 2017
60
berperilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai agama seperti melakukan
perbuatan Syirik, Zina, perilaku kekerasan sesamanya dengan cara merampas hak
milik orang lain dan lain sebagainya, hal ini bisa terjadi lantaran pondasi agama
dan keimanan yang belum kuat karena ketidaktahuannya mereka terhadap agama
islam.
Berangkat dari dasar pemikiran pada realitas masyarakat tersebut, maka
KH. Syamsuddin Nur, merasa terpanggil jiwanya untuk mengamalkan ilmu yang
didapatnya kemudian dijadikan dasar berjuang dengan menebarkan ilmu
pengetahuan agama semenjak dini baik berupa pengajian maupun kelembagaan
berupa lembaga institusi pondok pesantren Yayasan Insan Cita Al
Mukassyafah.Yayasan ini didirikan pada tanggal 23 Februari 1998 yang
beralamat di JL. H. Gemin No 2,Jatikramat kode pos 17421.
Kata “Al Mukassyafah” berasal dari kata “Al Kasysyaf” yang diambil
dari nama tempat beliau menimba ilmu di pesantrennya dulu, yang berarti
“menembus/menerobos” menembus dalam arti setiap santri dapat mempelajari
dan mengajarkan semua ilmu yang didapatinya selama belajar ke seluruh lapisan
masyarakat.Sehingga masyarakat dapat mengenal ajaran agama lebih baik dari
sebelumnya.
Akan tetapi, pada awal sejak berdirinya yayasan telah mengalami
perubahan nama pesantren yang sebelumnya bernama Bahsul Masa il menjadi
Yayasan Insan Cita Al Mukassyafah terjadi karena melalui proses yang cukup
panjang, dan nama YICA yang sekarang sudah memiliki data lembaga,
61
Administrasi, dokumentasi dan Institusi yang lengkap sehingga nama ini pun
ditetapkan dan dibuat sertifikat pada tahun 2003 sampai sekarang.
Yayasan Insan Cita Al-Mukassyafah sekarang ini sudah memiliki
beberapa lembaga keilmuan, dan lembaga Sosial, diantaranya adalah : Taman
Pendidikan Al Qur’an (TPA ), Madrasah Diniyah, pondok peasntren Salafi, majlis
Ta’lim Kaum Bapak dan Ibu, Lembaga Amil Zakat (LAZIS), Santunan Yatim
Dhuafa dan Koperasi. Jumlah peserta didik atau santri hingga sekarang ini
berjumlah kurang lebih 110 santri, dengan 6 guru (ustadz), memiliki pemondokan
untuk santri mukim dan ruang kelas. Dan Yayasan ini akan terus berkembang
seiring usaha dan kerja keras pendiri, keluarga, guru serta masyarakat yang ada di
sekitarnya.
B. Visi dan Misi
Dalam melaksanakan kegiatan KBM di yayasan ini memiliki Visi dan Misi
yang sangat jelas dan terarah yaitu72;
1. VISI: “Unggul dalam beribadah, berakhlaqul karimah, berprestasi,
mandiri dan terampil”
2. MISI:”Menumbuhkan penghayatan dan pengamalan ajaran Islam,
sehingga peserta didik menjadi tekun beribadah, jujur, disiplin, sportif,
tanggung jawab, percaya diri,hormat pada orang tua, dan guru serta
menyayangi sesama”.
Oleh karena itu, berdasarkan Visi dan Misi tersebut di atas, maka yayasan
al-Mukasyafah ini menekankan kepada para santrinya agar dapat mengusai
72 Wawancara pribadi dengan KH.Syamsuddin Nur, Pimpinan YICA Bekasi, 16 Juni 2017
62
berbagai macam ilmu pengetahuan baik yang bersifat keagamaan maupun yang
bersifat umum.
C. STRUKTUR PENGURUS YAYASAN AL-MUKASYAFAH
Sturktur kepengurusan di Yayasan Yayasan Insan Cita Al Mukassyafah
atau yang biasa dipanggil “YICA”bedasarkan Surat Keputusan No. 510 /YICA/
Thn 2016/2017 adalah sebagai berikut :
1. Pimpinan Yayasan YICA : KH. Syamsudin Nur Ismai’il.
2. Ketua Harian : Ahmad Mudzaqi S.Pd
3. Kepala TPA : Ustzah Marwiyah
4. Ketua Majlis Ta’lim : Ustzah Marwiyah
5. Kepala Diniah (SD) : Ahmad Mudzaqi S.Pd
6. Ketua LAZIS : Ahmad Mudzaqi S.Pd
7. Sekertaris ZIS: Nur Muhammad Syam
8. Bendahara ZIS : Euis Istiqomah, S.Si
Anggota LAZIS :
Fahri Ramadhan
Nur Muhammad
Zayan Yusuf
Ahmad Buhaiqi
D. Program Kerja YICA Al-Mukasyafah
Program kerja yayasan YICA terbagi menjadi tiga bagian besar dalam hal
ini di laksanakan oleh masing-masing penanggung jawab/PJ73;
73 Wawancara pribadi dengan Ahmad Mudzaqi, Ketua Bid. Pendidikan Bekasi, 16 Juni 2017
63
Program Kerja Tahunan.
Program kerja tahunan Yayasan YICA terdiri dari beberapa agenda pokok
Tahunan:
Haflah Wisuda Akhirus Sanah.
Program Wisuda Haflah Akhirus Sanah adalah salah satu program tahunan
yang dilaksanakan dilingkungan Yayasan, acara ini bersifat ceremonial
pelepasan siswa/i kelas enam Diniyah sekaligus pembekalan bagi para
santri.
Santunan Bersama Tahunan
Santunan bersama ini dilaksanakan pada pada tanggal 10 Muharram disetiap
tahun.Peserta santunan kali ini berasal adalah gabungan dari yayasan YICA
serta para yatama sekitar Jatikramat.
Pembentukan Panitia Periapan UN/UASBN.
Bea siswa bagi para santri yang berprestasi dalam pelajaran umum
maupun pelajaran pondok.
Pergantian kepengurusan Yayasan YICA ( pondokan).
Evaluasi Hasil Akhir Pelajaran/(yayasan/pengasuh).
Program Kerja Bulanan
1. Menuntaskan Target Ajar Bulanan Ketuntansan target pelajaran kurikulum
pondok dalam hal ini; Nahwu, Shorof, Bahasa Arab & Inggris, Hafalan Juz
30 serta surat pilihan.
2. Muhadloroh pondok; peserta adalah para santri yayasan.
64
3. Evaluasi Bulanan pengurus yayasan/pengasuh.
Program Kerja Mingguan
1. Menjalankan piket mingguan pondok
2. Mengatur Jadwal Piket Pondok
Program Keja Harian
1. Melaksananakan seluruh aktifitas kegiatan harian.
Program harian meliputi seluruh aktifitas para santri dari pukul 04:00 /sd selesai
22: 00.
E. Kurikulum dan Kegiatan Pondok Pesantren
Kegiatan belajar mengajar pada Yayasan Insan Cita Al Mukassyafah terbagi
menjadi beberapa bagian besar, seperti ;
a. Kurikulum Pemerintah atau Kurtilas (2013)
Pada kurikulum ini diterapkan di jenjang pendidikan Madrasah Ibtidaiyah
selain menekankan pada bidang keagamaan, berjalan keduanya menjadi satu
kesatuan kurikulum pendidikan pondok.
b. Ngaji Sorogan
Metode ngaji bersama atau yang lebih familiar dengan sebutan ngaji sorogan
ini, biasanya dilakukan secara bersamaan seluruh santri pondok. Dalam hal ini
ada berbagai macam kitab yang diajarkan diantaranya; kitab fiqih, meliputi ; kitab
safinatun Najah, Fathul Qoorib, serta Taqrib.
Kemudian bidang bahasa Arab dalam hal ini meliputi; kitab Nahwu dan Shorof
diantaranya kitab Zurmiyah, kitab Amtsilatut Tasrifiyah, serta Imrithy. Pada
metode ini, Kyai membacakan bab/per bab atau fasal kemudian dijelaskan
65
langsung kepada para santri isi kandungannya, kemudian para santri memberikan
tanda atau arti penjelasan itu dalam kitabnya masing-masing.
c. Muhadloroh/Retorika
Muhadloroh/Retorika adalah merupakan bagian penting dalam proses
pembelajaran di setiap pondok pada umumnya. Terlebih disini para santri di
berikan jadwal untuk belajar menyampaika sebuah materi keagamaan didepan
para santri lain, sehingga nanti pada saat terjun ke masyarakat para santri mampu
berinteraksi langsung dengan masyarakat serta menyampaikan dakwah islam.
Diharapkan para santri berani tampil di depan khalayak umum sebagai modal
penting dalam berdakwah.
d. Setoran Hafalan Qur’an dan kosa kata Bahasa Arab dan Inggris
Setoran hafalan Qur’an dilakukan para santri dua kali, setelah ba’da maghrib
dan sholat subuh berjamaah didepan kyai atau para Asatidz setelah itu dilanjutkan
dengan setoran kosa kata dalam Bahasa Arab dan Inggris.
Pada proses ini para santri mempunyai bekal dari segi Bahasa serta hafalan al-
Qur’an yang nantinya dapat dijadikan bekal ditengah-tengah masyarakat.
Kemudian Jenjang pendidikan yang terdapat di yayasan ini seara garis besar
ada dua yaitu; pendidikan baik formal maupun informal;
Jenjang Pendidikan Formal meliputi; Madrasah Diniyah atau setara
dengan Sekolah Dasar.
Jenjang Pendidikan Non Formal meliputi;Taman Pendidikan Al Qur’an (
TPA),Pondok Pesantren Salafi, Majlis Ta’lim Kaum Bapak dan Ibu.
66
F. Daftar Nama-Nama Yatim Piatu Yayasan Al-Mukasyafah :
Berikut nama-nama anak asuh Yayasan YICA Al-Mukasyafah Bekasi 74:
No Nama Umur Ket
1 Haikal Hariri 8 Tahun
2 Edo 10 Tahun
3 An-Nisa 16 Tahun
4 Vina 7 Tahun
5 Ahyar 13 Tahun
6 Dillah 14 Tahun
7 Apri 11 Tahun
8 Ikmal 13 Tahun
9 Dini 9 Tahun
10 Syakir 15 Tahun
11 Mar’ah 15 Tahun
12 Dede Simih 13 Tahun
13 Khoirun Nisa 13 Tahun
14 Julia 13 Tahun
Disamping nama-nama tersebut di atas, yayasan ini kadangkala
mengadakan santunan yatim bukan hanya pada para santri saja melainkan
bersama-sama dengan masyarakat sekitar.
74 Wawancara pribadi dengan Ahmad Mudzaqi, Ketua Bid. Pendidikan Bekasi, 16 Juni 2017
67
G. Sumber dana Yayasan Al-Mukasyafah.
Sebagaimana mestinya sebuah yayasan pada umumnya harus ditopang
dengan dukungan dana guna dapat melaksanakan segala bentuk kegiatan yang
dilaksanakannya. Pada bagian ini Yayasan al-Mukasyafah mempunyai beberapa
sumber dana yang di kategorikan sebagai berikut;
a. Donatur tetap
b. Donatur tidak tetap
c. Sumbangan ZIS dari warga sekitar serta simpatisan.
d. Sumbagan/proposal dari Hibah Pemkot/Pemprov Bekasi.
68
BAB IV
STARTEGI PENDISTRIBUSIAN DANA ZAKAT INFAQ
SHODAQOH MELALUI PEMBERDAYAAN ANAK YATIM DI
YICA AL-MUKASYAFAH
A. Startegi Pendistribusian Dana Zakat Infaq dan Shodaoh YICA
Strategi adalah penempatan misi perusahaan, penetapan sasaran
organisasi dengan mengingat kekuatan eksternal dan internal, perumusan
kebijakan dan strategi tertentu untuk mencapai sasaran dan memastikan
implementasinya secara tepat, sehingga tujuan dan sasaran utama organisasi
akan tercapai. pada dasarnya strategi adalah merupakan suatu bentuk cara
untuk mencapai tujuan dengan sempurna pada dasarnya startegi adalah
merupakan suatu bentuk cara untuk mencapai tujuan dengan sempurna.
Dalam hal ini yayasan YICA menggunakan beberapa langkah khusus dalam
mencapai tujuan tersebut, yaitu75;
a. Membentuk panitia LAZIS untuk melaksanakan tugas sesuai dengan
tanggung jawab masing-masing. Pembentukan panitia Lazis
diselenggarakan pada awal tahun agar dapat bekerja maksimal dalam
proses penghimpunan dana, sosialisasi kegitan serta pelaksanaan
kegiatan.
b. Menentukan para Mustahiq selain dari anak asuh yang ada diyayasan
Insan Cita Al-Mukasyafah itu sendiri, dalam hal ini mustahiq yang
berada dilingkungan sekitar.
75 Hasil Penelitian Penulis Selama dilapangan (observasi,bulan 16 Juni2017, Wawancara
Pribadi,dengan Sekertaris Yayasan YICA Bekasi : 16 Juni 2017
69
c. Mensosialisasikan acara puncak kegiatan pada bulan Muharram di setiap
tahunnya kepada seleruh masyarakat sekitar.
d. Membuat laporan pertanggung jawaban di setiap tahunnya kepada
seluruh donatur dan para mustahiq, pada saat acara kegiatan santunan
dilaksanakan.
e. Mendokumentasikan acara kegiatan tahunan yang dilaksanakan.
TABEL 1.
LAPORAN PENERIMAAN LAZIS DI YICA Al-MUKASYAFAH
JATIKRAMAT BEKASI
TAHUN 2015/2016
N
O
TGL/BL
N
DONATUR
TETAP
DONATUR
TIDAK
TETAP
JUMLAH
1 01/01/201
5
Rp.
1.000.000,00
Rp. 500.000,00 Rp.
1.500.000,00
2 01/02/201
5
Rp. 2.
500.000,00
Rp.
1.000.000,00
Rp.
3.500.000,00
3 01/03/201
5
Rp. 4.
000.000,00
Rp. 800.000,00 Rp.
4.800.000,00
4 01/04/201
5
Rp.
5.000.000,00
Rp. 300.000,00 Rp.
5.300.000,00
70
Keterangan :
Tabel tersebut di atas, adalah merupakan akumulasi dari keseluruhan
dana yang terkumpul dalam kurun waktu kurang lebih satu tahun dan akan
disalurkan pada tanggal 10 Muharram sebagai acara puncak santunan dan
didistribusikan untuk anak asuh (biaya pendidikan). Dari table di atas, dapat
terlihat pemasukan dana dari donator tetap sebesar Rp. 30.500.000,00
5 01/05/201
5
Rp.
3.000.000,00
Rp. 700.000,00 Rp.
3.700.000,00
6 01/06/201
5
Rp. 700.000,00 Rp. 300.000,00 Rp.
1.000.000,00
7 01/07/201
5
Rp.
1.400.000,00
Rp.
1.100.000,00
Rp.
2.500.000,00
8 01/08/201
5
Rp.
2.900.000,00
Rp. 600.000,00 Rp.
3.500.000,00
9 01/09/201
5
Rp.
10.000.000,00
Rp.
2.000.000,00
Rp.
12.000.000,00
SUB.TOTAL SUB.TOTAL SUB.TOTAL
Rp.
30.500.000,00
Rp.
7.300.000,00
Rp.
37.800.000,00
71
sedangkan donator tidak tetap sebesar Rp. 7.300.000,00. Dengan demikian
jumlah total keseluruhan dana terkumpul Rp. 37.800.000,00/Tahun. 76
TABEL II
LAPORAN PEDISTRIBUSIAN PRODUKTIF/ BEASISWA
YAYASAN INSAN CITA AL-MUKASYAFAH
2015/2016
No SPP/SD/
Ibtidaiyah
SPP/SMP/
Tsanawiyah
BUKU dan
SERAGAM
Alat Tulis
1 Rp.
100.000,00 x
@ 4 anak
asuh
Rp. 150.000,00 x
@ 10 anak asuh
Rp.300.000,00 x
@ 4 anak asuh
sd
Rp.1.200.000,00
Rp.100.000,00 x
@ 14 anak asuh
sd dan smp
Total/bln
Rp.
400.000,00 x
12 bln =
Rp.
4.800.000,00
Total /bin
Rp.1.500.00,00 x
12 bln =
Rp.18.000.000,00
Rp.400.000,00 x
@ 10 anak asuh
smp
Rp.4.000.000,00
Total /Thn
Rp.1.400.000,00
76 Hasil Penelitian Penulis Selama dilapangan (observasi,bulan 16 Juni2017, Wawancara
Pribadi dengan bendahara yayasan YICA, Bekasi : 16 Juni 2017
72
Keterangan :
Dari table di atas, dapat dideskripsikan alur pendistribusian dana ZIS untuk
anak asuh sebagai berikut;
1. Pendistribusian untuk anak asuh SD berjumlah (4 orang x Rp. 100.000,00 x 12
bulan) = untuk alokasi pembayaran SPP/tahun sebesar Rp. 4.800.000,00,
kemudian untuk alokasi dana buku dan seragam/tahun (4 orang x Rp.
300.000,00) = Rp. 1. 200.000,00. Serta untuk alokasi dana alat tulis/tahun ( 4
orang x Rp.100.000,00) = Rp. 400.000,00.
2. Pendistribusian untuk anak asuh SMP berjumlah (10 orang x Rp. 150.000,00 x
12 bulan) = untuk alokasi pembayaran SPP/tahun sebesar Rp. 18.000.000,00,
kemudian untuk alokasi dana buku dan seragam/tahun (10 orang x Rp.
400.000,00) = Rp. 4. 000.000,00. Serta untuk alokasi dana alat tulis/tahun ( 10
orang x Rp.100.000,00) = Rp. 1.000.000,00.
Dengan demikian total dana keseluruhan yang harus dikeluarkan oleh
pihak Yayasan YICA/tahun sebesar Rp. 29.400.000,00 – Rp. 37.800.000,00
(total dana terkumpul/tahun = saldo sebesar Rp. 7.000.000,00. Saldo inilah
yang kemudian dikeluarkan untuk mustahiq yang lain seperti; Fuqoro, Masakin
dan lain-lain.77
Berdasarkan data yang penulis dapat, strategi pendistribusian yang
dilakukan oleh pihak Yayasan YICA belum termenej dengan baik dan benar
atau bisa dikatakan sebagai strategi accidental (apa adanya).
B. Analisis SWOT Pendistribusian Dana ZIS YICA
77 Hasil Penelitian Penulis Selama dilapangan (observasi,bulan 16 Juni2017, Wawancara
Pribadi dengan Bendahara Yayasan YICA, Bekasi : 16 Juni 2017
73
Penyaluran atau distribusi dana ZIS di YICA AL- MUKASYAFAH
sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa zakat, infaq, dan
shadaqah akan jauh lebih optimal manfaatnya apabila dikelola oleh lembaga
amil zakat daripada disalurkan sendiri oleh muzakki. Meskipun demikian
penyaluran ZIS boleh dilakukan sendiri, akan tetapi para ulama
menyarankan untuk disalurkan melalui lembaga amil. Sebagai
konsekuensinya lembaga amil harus amanah dan professional.
Berdasarkan pada data yang penulis himpun dari kegiatan
pendistribusian dana ZIS yang ada penulis mencoba memberikan sebuah
analisis SWOT, sebagai berikut;
1. Sternght (Kekuatan); sebagaimana telah disebutkan di atas, yang
merupakan kekuatan dari Yayasan YICA adalah sebagai berikut;
a. Mempunyai donatur tetap.
b. Sudah memiliki kepercayaan/tempat di hati masyarakat
sebagai lembaga yang memberdayakan anak yatim.
c. Bekerjasama dengan Pemda setempat.
d. Yaasan ini memiliki izin legalitas hukum yang jelas.
2. Weeknees (Kelemahan) Yayasan YICA memiliki berbagai
kelemahan dari beberapa sisi, yaitu;
a. Lembaga Amil Zakat yayasan ini belum memiliki izin dari
BAZNAS atau lembaga amil zakat pemerintah.
b. Pola pendistribusian yang masih belum matang dalam
mengelola pemasukan dan dana yang akan didistribusikan
74
ini langsung habis, hal tersebut dapat dilihat dari dua pola
pendistribusian; konsumtif dan produktif yang bersamaan.
Berdasarkan data yang penulis peroleh dana terkumpul dari
awal bulan Januari-September 2015 dana keseluruhan total
dana terhimpun sebanyak Rp. 37.800.000,00. Sedangkan
dana yang harus dikeluarkan untuk anak asuh selama satu
tahun sebesar Rp. 29.400.000,00/tahun. Dengan perincian
anak asuh SD sebanyak 4 (empat orang) sebesar Rp.
6.000.000,00/tahun sedangkan anak asuh tingkat SMP
sebanyak 10 (sepuluh) orang sebesar Rp. 22.000.000,00 +
Rp. 1.400.000,00 ( 14 anak asuh untuk alat tulis/tahun).
Sehingga jika dikalkulasikan Rp. 37.800.000,00. - Rp.
29.400.000,00 - Rp. 1.400.000,00 = Rp. 7.000.000,00.
Dengan demikian saldo sisa/ tahun Rp. 7. 000.000,00
c. Manajemen LAZ masih bersifat intern, dalam hal ini hanya
melibatkan kerabat/keluarga yayasan itu sendiri.
d. System penggalangan dana yang monoton hanya
mengandalkan donator tetap yang ada dilingkungan
yayasan serta masyarakat sekitar, sehingga perolehan dana
sangat minim.
3. Oppourtunity (Peluang), disamping kelemahan dan kekuatan di atas,
yayasan YICA dapat berpeluang menjadi yayasan yanglebih besar
dan mapan. Hal tersebut ada pada kegiatan santunan itu sendiri yang
75
sudah menjadi agenda pokok dan berkelanjutan program Yayasan
YICA.
4. Treathment (Ancaman), terakhir ancaman yang perlu diwaspadai
oleh pihak pengelola Yayasan YICA adalah dua pola pendistribusian
sekaligus bersamaan; distribusi konsumtif dan produktif, sehingga
dapat menimbulkan kerancuan dalam pendistribusiannya. Terlebih
terjadi defisit dana dalam pengelolaan dana ZIS. Hal tersebut dapat
berakibat pada pembengkakan dana yang harus ditanggung oleh
penggelola secara terus menerus.
76
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan dan dijelaskan pada bab-bab
sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut;
a. Strategi pendistribusian dana Zakat Infaq dan Shodaqoh di Yayasan
YICA yaitu; membentuk panita pelaksana, menentukan Mustahiq,
sosialisasi acara puncak pada bulan Muharram tiap tahunnya,
membuat LPJ serta melaporkannya secara tertulis,
mendokumentasikan acara kegiatan.
b. Analisis SWOT Pendistribusian Dana ZIS pada YICA, adalah sebagai
berikut;
Strength (Kekuatan); mempunyai donatur tetap, sudah memiliki
kepercayaan/tempat di hati masyarakat, bekerjasama dengan
Pemda setempat, serta yayasan ini memiliki izin legalitas hukum
yang jelas (izin Yayasan).
Weakness (Kelemahan); Lembaga Amil Zakat yayasan ini belum
memiliki izin dari BAZNAS, pola pendistribusian yang masih
belum matang dalam mengelola pemasukan dan dana yang akan
didistribusikan ini langsung habis, manajemen LAZ masih
bersifat intern (keluarga), sistem penggalangan dana yang
monoton hanya mengandalkan donatur tetap yang ada
dilingkungan yayasan serta masyarakat sekitar.
77
Opportunity (Peluang); kegiatan santunan sebagai agenda pokok
yang berkelanjutan program Yayasan YICA, ini dapat dijadikan
peluang untuk mendapatkan simpati dari berbagai pihak agar
dapat membantu secara finansial kebutuhan yang diperlukan
yayasan.
Treatment (Ancaman); pengelolaan yang sangat kurang efektif
dan efisien yakni adanya dua pola pendistribusian sekaligus
bersamaan; distribusi konsumtif dan produktif, sehingga dapat
menimbulkan kerancuan dalam pendistribusiannya serta terjadi
defisit dana.
B. Saran
Ada beberapa saran dari penulis untuk Yayasan Insan Cita Al-
Mukasyafah diantaranya;
a. Memperbaiki sistem manejemen penggalangan dana ZIS agar dapat
dikembangkan lagi guna mendapatkan support dana yang maksimal.
b. Membuat transparansi dana yang lebih baik untuk lebih menyakinkan
para donatur serta mereka yang mau menyisihkan dana ZIS.
c. Mengembangkan program pemberdayaan anak yatim dalam hal ini,
untuk lebih inovatif, seperti; membuat program latihan Prakarya,
enterpreunership.
78
DAFTAR PUSTAKA
Ali Muhammad Daud, Sistem Ekonomi Islam zakat dan Wakaf,( Jakarta: UI-Press,
1988)
Amir Az Zaibari, Sa’id, Kiat Menjadi Pakar Fikih (Bandung: Gema Risallah Press,
1998)
An-Nawawi, Sahih Muslim bi Syarhi An Nawawi Juz VII (Darul Fikr. Beirut, 1982),
Ardianto Elvinaro, M.Si, Metodologi Penelitian untuk Public Relation, (Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2010)
Lili Bariadi, dkk. Zakat dan Wirausaha (Jakarta: CED,2005)
E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi, (Jakarta:
Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi,
LPSP3 UI, 1983)
El-Madani, Fiqih Zakat Lengkap.( Jogjakarta: Diva Press. 2013)
Hafidhudin Didin, Panduan Praktis Tentang Zakat, Infaq, Shadaqah (Jakarta: Gema
Insani, 1998)
Hafifudin Didin, Islam Aplikatif, (Jakarta : Gema Insani Pres, 2001)
Hikmat Harry, Strategi Pemberdayaan Masyarakat (Bandung: Humaniora Utama
Press, 2010)
Hasbi Ashiddiqi dkk, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Jakarta; Yayasan Peyelenggara/
Penafsiran Al Qur’an, 1971)
Hasil Penelitian Penulis Selama dilapangan (observasi,bulan 16 Juni2017,
Wawancara Pribadi, Bekasi )
Husman Husaini, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000)
H W..S. Poerwadaminta, Kamus umum Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1991)
79
J. Lexy Mleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2000)
Khasanah, Umrotul.. Manajemen Zakat Modern Malang: (UIN Maliki Press.
2010)
Muhammad Fu’ad Abdul Baqi, Mutiara Hadis yang disepakati Bukhori dan Muslim
(Surabaya: PT. Bina Ilmu Offset, 2005)
Muhammad Maulana Z, Fadilah Sedekah, (Yogyakarta: Ash-Shaff, 2006)
Muhammad Syaikh, Fatwa-Fatwa Zakat, (Jakarta: Darus Sunnah, 2008)
Masdar Mas’udi, dkk, Reinterprestasi Pendayagunaan ZIS (Jakarta:
PIRAMEDIA:2004)
Muhsin M.K, , Mari Mencintai Anak Yatim, (Gema Insani Press, Jakarta, 2003)
Nur Mujahidin, Keajaiban Menyantuni Anak Yatim.(Jakarta: Ufuk Press, 2008)
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2007)
Qardhawi Yusuf, Al-Ibadah Fiil Islam (Beirut: Muassasah Risalah, 1993)
Qardhawi Yusuf, di kutip Lili bariadi, dkk. Zakat dan Wirausaha,( Jakarta cet ke-1,
2010)
Qardawi Yusuf, Hukum Zakat : Study Komperatif Mengenai Status Dan Filsafat
Zakat Berdasarkan Qur’an dan Hadist, (Jakarta : PT. Pustaka Mizan, 1996).
Qadir Abdurrahman Zakat: Dalam Dimensi Mahdhah Dan Social(Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 1998)
Rahmat Jalaludin, Metode Penelitian Komunikasi dilengkapi Contoh Analisis
Statistik (Bandung: PT. Rosdakarya, 2002)
Rangkuti Fredy, Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis, (Jakarta, 2011)
80
Ridwan Muhammad, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil.(Yogyakarta: UII Press
2004)
R Fred. David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Prenhalindo, 2002)
Rochim Abdul, Gelombang Ekonomi Zakat, (Jakarta: Dompet Dhuafa. 2013)
Rukminto Isbandi Adi, Pemikiran Anak dari Keluarga Miskin, (Jakarta: Universitas
Indonesia Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial, 2003)
Rafi’udin dan Manna Abdul Djaliel, Prinsip Dan Strategi Dakwah, (Bandung :
Pustaka Setia, 1997)
Rofik A. dkk., Pemberdayaan pesantren, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005)
Shabir Muslih, Terjemah Riyadlus Shalihin, jus II, (Semarang: CV Toha Putra,
2015)
Sangid Ahmad, Dahsyatnya Sedekah (Jakarta: Qultum Media, 2008)
Shodiq Ja’far, Santunilah Anak Yatim, Yogyakarta: Lafal, 2014)
Suharto Edi, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: PT
Refika Aditama, 2005)
Syaltut Mahmud, Metodologi Al-Qur’an, (Solo: CV Ramadhani, 1991)
Sugiyono Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: ALFABETA, 2005)
Sri Agustinus Wahyudi, Manajemen Strategik: Pengantar Proses Berpikir
Strategik,( Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2010)
Yus Badudu Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Bandung: Pustaka Sinar
Harapan,2001)
Z.Yuswar B, dkk, Zakat, Infak, Sedekah (Jakarta: Universitas Trisakti: 2015)
Zurzani Achmad Djunaedi dan Ismail Maulana Syarif, Sepuluh Inti Perintah Allah,(
Fikahati Aneska, Jakarta, 1991)
81
LAMPIRAN-LAMPIRAN FOTO-FOTO KEGIATAN YAYASAN YICA
BEKASI TAHUN 2016/2017
A. PENDISTRIBUSIAN DANA ZIS YAYASAN INSAN CITA AL-
MUKASSYAFAH
Dokumentasi santunan anak yatim tahun 2015 (Ahmad Tarmizi)
Dokumentasi santunan anak yatim tahun 2015 (Ahmad Tarmizi)
82
B. PROFIL YAYASAN INSAN CITA AL-MUKASSYAFAH
Gedung asrama Yayasan Insan Cita Al-Mukassyafah
Logo Yayasan Insan Cita Al-Mukassyafah
83
C. PROGRAM KEGIATAN YAYASAN INSAN CITA AL-
MUKASSYAFAH
Pengajian para santri anak-anak yatim (Ahmad Tarmizi)
Ziarah tahunan 2015-2016 (Ahmad Tarmizi)
84
TABEL 1.
LAPORAN PENERIMAAN LAZIS DI YICA Al-MUKASYAFAH
JATIKRAMAT BEKASI
TAHUN 2015/2016
N
O
TGL/BL
N
DONATUR
TETAP
DONATUR
TIDAK
TETAP
JUMLAH
1 01/01/201
5
Rp.
1.000.000,00
Rp. 500.000,00 Rp.
1.500.000,00
2 01/02/201
5
Rp. 2.
500.000,00
Rp.
1.000.000,00
Rp.
3.500.000,00
3 01/03/201
5
Rp. 4.
000.000,00
Rp. 800.000,00 Rp.
4.800.000,00
4 01/04/201
5
Rp.
5.000.000,00
Rp. 300.000,00 Rp.
5.300.000,00
5 01/05/201
5
Rp.
3.000.000,00
Rp. 700.000,00 Rp.
3.700.000,00
6 01/06/201
5
Rp. 700.000,00 Rp. 300.000,00 Rp.
1.000.000,00
7 01/07/201
5
Rp.
1.400.000,00
Rp.
1.100.000,00
Rp.
2.500.000,00
8 01/08/201
5
Rp.
2.900.000,00
Rp. 600.000,00 Rp.
3.500.000,00
9 01/09/201
5
Rp.
10.000.000,00
Rp.
2.000.000,00
Rp.
12.000.000,00
85
Tabel tersebut di atas, adalah merupakan akumulasi dari keseluruhan
dana yang terkumpul dalam kurun waktu kurang lebih satu tahun dan akan
disalurkan pada tanggal 10 Muharram sebagai acara puncak santunan dan
didistribusikan untuk anak asuh (biaya pendidikan). Dari table diatas, dapat
terlihat pemasukan dana baik dari donator tetap maupun tidak tetap. Yang
dimaksud dengan donattur tidak tetap adalah warga sekitar pondok/yayasan
YICA Bekasi.
TABEL II
LAPORAN PEDISTRIBUSIAN PRODUKTIF/ BEASISWA
YAYASAN INSAN CITA AL-MUKASYAFAH
2015/2016
No SPP/SD/
Ibtidaiyah
SPP/SMP/
Tsanawiyah
BUKU dan
SERAGAM
Alat Tulis
1 Rp.
100.000,00 x
@ 4 anak
asuh
Rp. 150.000,00 x
@ 10 anak asuh
Rp.300.000,00 x
@ 4 anak asuh
Rp.100.000,00 x
@ 14 anak asuh
SUB.TOTAL SUB.TOTAL SUB.TOTAL
Rp.
30.500.000,00
Rp.
7.300.000,00
Rp.
37.800.000,00
86
Total/bln
Rp.
400.000,00 x
12 bln =
Rp.
4.800.000,00
Total /bin
Rp.1.500.00,00 x
12 bln =
Rp.18.000.000,00
Rp.400.000,00 x
@ 10 anak asuh
Total /Thn
Rp.1.400.000,00
Total SD /Thn
Rp.1.200.000,00
Total SMP/Thn
Rp.4.000.000,00
Dari table diatas terlihat bahwa pendistribusian dana secara produktif sangat
signifikan yakni jumlah total pengeluaran yang harus dikeluarkan Yayasan
YICA sebesar Rp.29.400.000,00/ tahun. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa dana keseluruhan yang terkumpul untuk membiayai keseluruhan anak
asuh masih jauh dari harapan.
Top Related