BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada masa balita terutama pada masa kritis perkembangan selain dipengaruhi oleh faktor-
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan seperti gizi, perkembangan juga dipengaruhi oleh
stimulasi atau rangsangan. Stimulasi diperlukan agar potensi anak,yang secara alami memang
sudah ada di dalam dirinya dapat lebih berkembang.
Stimulasi adalah perangsangan yang datang dari lingkungan luar anak.Stimulasi
merupakan hal yang penting dalam tumbuh kembang anak. Anak yang mendapat stimulasi yang
terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang diandingkan dengan anak yang kurang atau
tidak mendapat stimulasi.
Hurlock (1994) mengemukakan bahwa lingkungan yang merangsangmerupakan salah satu
faktor pendorong perkembangan anak.Lingkungan yang merangsang mendorong perkembangan
fisik dan mental yang baik, sedangkan lingkungan yang tidak merangsang menyebabkan
perkembangan anak di bawah kemampuannya.Pemberian stimulasi pada anak usia dini akan
lebih efektif apabila memperhatikan kebutuhan – kebutuhan anak sesuai dengan tahap
perkembangannya.
Pada awal perkembangan kognitif, anak berbeda dalam tahap sensori motorik. Pada tahap
ini keadaan kognitif anak akan memperlihatkan aktifitas-aktifitas motorik, yang merupakan hasil
dari stimulasi sensorik.Kegiatan stimulasi meliputi berbagai kegiatan untuk merangsang
perkembangan anak seperti latihan gerak, bicara, berpikir, mandiri serta bergaul.
Kegiatan stimulasi ini dapat dilakukan oleh orang tua atau keluarga setiap ada kesempatan
atau sehari-hari.Untuk perkembangan yang normal diperlukan pertumbuhan yang selalu
bersamaan dengan kematangan fungsi.Pertumbuhan dan perkembangan anak harus diikuti
dengan beberapa tahap perkembangan, salah satunya adalah Toilet training .
Toilet training adalah latihan buang air besar dan buang air kecil yangdiberikan pada anak
perempuan mulai usia 18 bulan (atau lebih cepat) sampai usia3 tahun (atau 5 tahun pada yang
termasuk terlambat (delayed toilet training), yangbertujuan melatih anak buang air besar dan
buang air kecil yang baik bersih danbenar seperti cara cebok yakni dari depan ke belakang, dan
secara luas termasukkontrol buang air besar dan buang air kecil yang baik. Hal yang
menyebalkan sekaligus menggemaskan buat orang tua adalah pada saat buah hatinya buang air
kecil (BAK) atau buang air besar (BAB) di lantai yang sudah bersih.apabila bukan sayang
kepada sang buah hati , tentu saja cacian dan marahanakan terlontar dari mulut orang tua yang
mendapatkananaknya sedang BAK dan BAB disembarang tempat. Salah satu cara menyiasati
agar anak tidak BAK dan BAB disembarang tempat adalah dengan mengajarkan toilet training
sedini mungkin pada si kecil. Buang air besar (BAB) dan air kecil (BAK) bukanlah suatu
masalah besar, namun bagi anak balita, mandiri untuk bisa BAB dan BAK hal yang patut
diacungi jempol. Minimal, anak bisa memberi tanda-tanda saat akan BAK atau BAB. Bagaimana
melatih kemandirian anak untuk bisa BAB atau BAK.
Para orangtua umumnya ingin secepatnya melatih anak mereka untuk latihantoilet.
Biasanya anak akan siap pada saat usia 18 sampai 24 bulan.Ketika anak siapuntuk latihan toilet
( ketika anak tertarik ) pelatihan akan berjalan dengan lancar.Hampir semua anak kelihatan tidak
nyaman dan mersa kotor jika celana ataupopoknya basah.Sehingga saat akan buang air besar atau
buang air kecil ( karenamerasa mereka akan kotor), mereka suka untuk menahannya, hal ini
akanmenimbulkan konstipasi dan residu urin yang merupakan risiko ISK. Buangair besar
(bowell) kemudian lanjutkan latihan buang air kecil (bladder)
B. RUMUSAN MASALAH
1. Menjelaskan bagaimana cara memberikan stimulus agar anak dapat tumuh dan berkembang
sesuai dengan periode tumbang ?
2. Menjelaskan tentang prosedur toilet Training pada anak ?
3. Menjelaskan tentang pandangan islam terhadap kebersihan pada anak ?
C. TUJUAN
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara memberikan stimulus agar anak dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik sesuai dengan periode tumbang yang dialami
2. Agar mampu mengajarkan bagaimana prosedur toilet training pada anak ?
3. Agar mahasiswa mampu menjelaskan tentang pandangan islam terhadap kebersihan pada anak
BAB II
PEMBAHASAN
A. STIMULUSTUMBUH DAN KEMBANG ANAK
Stimulasi tumbuh kembang anak dapat dilakukan dengan cara memberikan permainan atau
bermain, mengingat dengan bermain anak akan belajar dari kehidupan. Ketika anak sudah
memasuki masa bermain atau disebut juga sebagai masa toddler, maka anak selalu membutuhkan
kesenangan pada dirinya.Oleh karena itu, tidak terlalu heran apabila masa anak-anak sangat
identk dengan masa bermain, sebab pada masa tersebut perkembangan anakakan mulai diasah
sesuai dengan kebutuhannya.Namun banyak orang yang menganggap masa bermain pada anak
tidak perlu mendapat perhatian secara khusus, sehingga banyak orang tua yng membiarkan anak
bermain tanpa memerhatikan unsur pendidikan terhadap permainan yang dilakukan oleh anak.
Oleh karena itu, sebelum memahami alat permainan pada anak secara khusus maka terlebih
dahulu harus mengenal pengertian bermain pada anak.Bermain merupakan suatu aktivitas
dimana anak dapat melakukan atau mempraktikkan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap
pemikiran, menjadi kreatif, serta mempersiapkan diri untuk berperan dan berprilaku dewasa.
Sebagai suatu aktivitas yang memberikan stimulasi dalam kemampuan keterampilan, kognitif,
dan afektif, maka seharusnya diperlukan suatu bimbingan, mengingat bermain bagi anak
merupakan suatu bagi dirinya sebagaimana kebutuhan lainnya, seperti halnya kebutuhan makan,
kebutuhan akan rasa nyaman, kebutuhan kasih sayang, dan lain-lain. Sebagai kebutuhan,
sebaiknya aktivitas bermain juga perlu diperhatikan secara cermat, bukan hanya dijadikan sarana
untuk mengisi kesibukan atau mengisi waktu luang.Bermain pada anak harus selalu diperhatikan
sebagaimana memerhatikan pemenuhan terhadap kebutuhan lainnya.
Dengan bermain, anak akan selalu mengenal dunia, mampu mengembangkan kematangan
fisik, emosional, dan mental sehingga akan membuat anak tumbuh menjadi anak yang kreatif,
cerdas, dan penuh inovatif.Banyak ditemukan anak yang oada masa tumbuh kembangnya
mengalami keterlambatan yang dapat disebabkan oleh kurangnya pemenuhan kebutuhan pada
diri anak,, termasuk didalamnya adalah kebutuhan bermain. Masa kanak-kanak seharusnya
merupakan masa bermain yang diharapkan dapat menumbuhkan kematangan dalam
pertumbuhan dan perkembangan, sehingga apabila masa tersebut tidak digunakan sebaik
mungkin maka tentu akhirnya akan menggangu tumbuh kembang anak.
Selama anak bermain perlu diperhatikan kekurangan dan kelebihan permainan yang
dilakukan anak. Permainan harus dapat menstimulasi perkembangan kreativitas anak serta
perkembangan mental dan emosional, sehingga orangtua harus mengarah agar sesuai dengan
proses pematangan perkembangan tersebut. Pada anak yang mendapatkan atau terpenuhi
kebutuhan bermainnya dapat terlihat pula adanya suatu polaperkembangan yang baik.
1. Fungsi Bermain Pada Anak
Sebelum memberikan berbagai stimulasi dari jenis permainan pada anak, maka orangtua
seharusnya mengetahui maksud dan tujuan permainan yang akan diberikan pada anak tersebut
bertujuan untuk dapat mengetahui perkembangan anak lebih lanjut,mengingat anak memiliki
berbagai masa dalam tumbuh kembang yang membutuhkan stimulasi dalam mencapai
puncaknya seperti masa kritis,optimal,dan sensitif.
Untuk lebih jelasnya,di bawah ini terdapat beberapa fungsi bermain pada anak di antaranya
sebagai ber ikut.
a. Membantu perkembangan sensorik dan motoric
Fungsi bermain pada anak dapat di kembangkan dengan melakukan rangsangan pada sensorik
dan motorik,melalui rangsangan ini aktivitas anak dapat mengeksplorasi alam di
sekitarnya.sebagai contoh,bayi dapat di lakukan dengan ransangan taktil,audio,dan visual.Hal
tersebut dapat dicontohkan apabila sejak lahir anak yang telah di kenalkan atau di rangsang
visualnya,maka di kemudian hari kemampuan visual anak akan lebih menonjol,misalnya lebih
cepat mengenal sesuatu yang baru di lihatnya.demikian juga pendengaran,apabila sejak bayi di
kenalkan atau di rangsang melalui suara-suara maka daya pendengarannya di kemudian hari
lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang tidak di beri stimulasi sejak dini.pada
perkembangan motorik,apabila sejak sejak usia bayi kemampuan motorik sudah dilakukan
rangsangan maka kemampuan motorik akan cepat berkembang di bandingkan dengan tanpa
stimulasi,seperti ransangan kemampuan menggenggam dan kemampuan ini akan memberikan
dasar dalam perkembangan motorik selanjutnya.Rangsangan atau stimutasi yang dimaksud
tersebut dapat di berikan melalui suatu permainan.
b. Membantu perkembangan kognitif
Perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui permainan,hal ini dapat terlihat pada saat anak
bermain.anak akan mencoba melakukan komunikasi dengan bahasa anak; mampu memahami
objek permaianan,seperti dunia tempat tinggal;mampu membedakan khayalan dan
kenyataan;mampu belajar warna,memahami bentuk,ukuran,dan berbagai mamfaat benda yang
digunakan dalam permainan.fungsi bermain pada model tersebut akan meningkatkan
perkembangan kognitif selanjutnya.
c. Meningkatkan kemampuan sosialisasi anak
Proses sosialisasi dapat terjadi melalui permainan,misalnya pada saat anak akan merasakan
kesenangan terhadap kehadiran orang lain dan merasakan ada teman yang dunianya sama.pada
usia toddler anak sudah mencoba bermain dengan sesamanya dan ini merupakan proses
sosialisasi satu dengan yang lain,kemudian bermain peran,misalnya pura-pura menjadi seorang
guru,menjadi seorang anak,menjadi seorang bapak atau ibu,dan lain-lain.kemudian pada usia
prasekolah anak sudah mulai menyadari kemeradaan teman sebaya,sehingga di harapkan anak
mampu melakukan sosialisasi dengan teman dan orang lain.
d. Meningkatkan kreativitas
Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreativitas,di mana anak mulai belajar
menciptakan sesuatu dari permainan yang ada dan mampu memodifikasi objek yang digunakan
dalam permainan sehingga anak akan lebih kreatif melalui model permainan ini,seperti bongkar
pasang mobil-mobilan.
e. Meningkatkan kesadaran diri
Barmain pada anak dapat memberi kemampuan untuk mengeksplorasi tubuh dan merasakan
dirinya sadar dengan orang lain yang merupakan bagian dari individu yang saling
berhubungan,anak mau balajar mengatur perilaku,serta membandingkan dengan perilaku orang
lain.
f. Mempunyai nilai terapeutik
Bermain dapat menjadikan diri anak lebih senang dan nyaman sehingga adanya stres dan
ketegangan dapat dihindari,mengingat bermain dapat menghibur dari anak terhadap dunianya.
g. Mempunyai nilai moral pada anak
Bermain juga dapat memberikan nilai moral tersendiri pada anak,hal ini dapat dijumpai ketika
anak sudah mampu belajar benar atau salah dari budaya di rumah,di sekolah,dan ketika
berinteraksi dengan temannya.Di samping itu,ada beberapa permainan yang memiliki aturan-
aturan yang harus dilakukan dan tidak boleh dilanggar.
2. Jenis-jenis stimulasi permainan berdasarkan sifat
Beberapa sifat bermain pada anak,di antaranya bersifat aktif dan fasif.sifat demikian akan
memberikan jenis permainan yang berbeda.dikatakan bermain aktif jika anak berperan secara
aktif dalam permaianan,selalu memberikan rangsangan,dan melaksanakannya.akan tetapi,jika
sifat bermain tersebut adalah pasif,maka anak akan memberikan respons secara pasif terhadap
permainan dan sebaliknya,orang atau lingkungan yang memberikan terspons secara
aktif.Berdasarkan sifat-sifat tersebut kita dapat mengenal beberapa macam permainan yang akan
dijelaskan sebagai berikut.
a. Bermain Afektif Sosial
Model bermain ini menunjukkan adanya perasaan senang dalam berhubungan dengan orang
lain.Hal ini dapat di lakukan misalnya dengan cara orang tua memeluk anaknya sambil
berbicara,bersenandung,kemudian anak memberikan respons seperti
tersenyum,tertawa,bergembira,dan lain-lain.sifat dari bermain ini adalah orang lain yang
berperan aktif dan anak hanya berespons terhadap stimulasi sehingga akan memberikan
kesenangan dan kepuasan bagi anak.
b. Bermain bersenang-senang
Model bermain ini hanya memberikan kesenangan pada anak melalui objek yang ada,sehingga
anak merasa senang dan bergembira tanpa adanya kehadiran orang lain.sifat bermain ini adalah
bergantung pada stimulasi yang diberikan pada anak,mengingat sifat dari bermain ini hanya
memberikan kesenangan pada anak tanpa memedulikan aspek kehadiran orang lain,misalnya
bermain boneka,binatang-bintangang,dan lain-lain.
c. Bermain Keterampilan
Bermain keterampilan dilakukan dengan menggunakan objek yang dapat melatih kemampuan
keterampilan anak yang dapat diharapkan mampu untuk berkreai dan terampil dalam segala hal.
Permainan ini bersifat aktif, di mana anak selalu ingin mencoba kemampuan dalam keterampilan
tertentu, misalnya bermain bongkar pasang gambar, latihan memakai baju dan lain – lain.
d. Bermain Drama
Model bermain ini dapat dilakukan anak dengan mencoba berpura – pura dalam berprilaku,
misalnya anak berpura – pura menjadi orang dewasa, seorang ibu, atau guru dalam kehidupan
sehari – hari.Sifat dari permainan ini adalah anak dituntut aktif dalam memerankan
sesuatu.Bermain drama ini dapat dilakukan apabila anak sudah mampu berkomunikasi dan
mengenal kehidupan sosial.
e. Bermain Menyelidiki
Model bermain ini dilakukan dengan memberikan sentuhan pada anak untuk berperan dalam
menyelidiki suatu atau memeriksa alat permainan, misalnya mengocok untuk mengembangkan
kemampuan kecerdasan pada anak. Sifat permainan tersebut adalah harus selalu diberikan
stimulasi dari orang lain agar senantiasa dapat menambah kemampuan kecerdasan anak.
f. Bermain Konstruksi
Model bermain ini bertujuan untuk menyusun suatu objek permainan agar menjadi sebuah
konstruksi yang, misalnya permainan menyusun balok.Permainan ini bersifat aktif, di mana anak
selalu ingin menyelesaikan tugas – tugas yang ada dalam perminan dan mampu membangun
kecerdasan pada anak.
g. Bermain Onlooker
Model bermain ini adalah dengan melihat apa yang dilakukan oleh anak lain yang sedang
bermain, tetapi tidak ikut bermain. Permainan ini bersifat pasif, namun anak akan mempunyai
kesenangan atau kepuasan sendiri dengan melihatnya.
h. Bermain Soliter/Mandiri
Model bermain ini merupakan bermain yang dilakukan sendiri dan hanya terpusat pada
permainannya tanpa memedulikan orang lain. Permainan ini bersifat aktif dan bentuk stimulasi
tambahan kurang, namun dapat membantu untuk menciptakan kemandirian pada anak.
i. Bermain Pararel
Model bermain ini adalah bermain sendiri di tengah – tengah anak lain yang sedang melakukan
permainan yang berbeda atau tidak ikut bergabung dalam permainan. Permainan ini bersifat aktif
secara mandiri, tetapi masih dalam satu kelompok, dengan harapan kemampuan anak dalam
menyelesasikan tugas mandiri dalam kelompok tersebut terlatih dengan baik.
j. Bermain Asosiatif
Bermain asosiatif merupakan bermain dengan tidak terikat pada aturan yang ada, semuanya
bermain tanpa memedulikan teman yang lain dalam sebuah aturan main. Bermain ini akan
menumbuhkan kretivitas anak karena adanya stimulasi dari anak lain, namun belum dilatih untuk
mengikuti peraturan dalam kelompok.
k. Bermain Kooperatif
Bermain kooperatif merupakan bermain bersama – sama dengan adanya aturan yang jelas,
sehingga terbentuk perasaan kebersamaan dan terbentuk hubungan antara pemimpin dan
pengikut. Permainan ini bersifat aktif, di mana anak akan selalu menumbuhkan kreativitasnya.
Selain itu, jenis bermain ini juga dapat melatih anak pada peraturan kelompok anak dituntut
selalu mengikuti peraturan.
3. Jenis Stimulasi Permainan Berdasarkan Kelompok Usia
Penggunaan alat permainan pada anak tidak selalu sama dalam setiap usia tumbuh
kembang, hal ini dikarenakan setiap tahap usia tumbuh kembang anak selalu mempunyai tugas –
tugas perkembangan yang berbeda sehingga dalam penggunaan alat selalu memerhatikan tugas
masing- masing usia tumbuh kembang. Di bawah ini terdapat jenis alat permainan yang dapat
digunakan untuk anak dalam setiap tahap usia tumbuh kemabang.
a. Usia 0-1 Tahun
Pada usia ini perkembangan anak mulai dapat dilatih dengan adanya refleks: melatih kerja sama
antara mata dan tangan atau mata dan telinga dalam berkoordinasi; melatih mencari objek yang
ada tetapi tidak kelihatan; serta melatih mengenal asal suara, kepekaan perabaan, dan
keterampilan dengan gerakan yang berulang. Fungsi bermain pada usia ini adalah untuk
memperbaiki pertumbuhan dan perkembangan.
Jenis permainan yang dianjurkan pada usia ini antarra lain benda (permainan) yang aman
sehingga dapat dimasukkan ke dalam mulut, misalnya gambar bentuk muka, boneka orang dan
binatang, alat permainan yang dapat digoyangkan dan menimbulkan suara, alat permainan yang
berupa selimut, boneka, dan lain – lain.
b. Usia 1-2 tahun
Jenis permainan yang dapat dilakukan pada usia 1-2 tahun pada dasarnya bertujuan untuk
melatih anak melakukan gerakan mendorong atau menarik, melatih melakukan imajinasi, matih
anak melakukan kegiatan sehari-hari, serta memperkenalkan beberapa bunyi dan mampu
mebedakannya. Jenis permainan ini menggunakan semua alat permainan yang dapat didorong
dan ditarik, misalnya alat rumah tangga, balok-balok, buku begambar, kertas, pensil berwarna,
dan lain-lain.
c. Usia 2-3 Tahun
Pada usia ini anak dianjurkan untuk bermain dengan tujuan menyalurkanperasaan atau emosinya
anak, mengembangkan keterampilan berbahasa, melatih motorik kasar dan halus,
mengembangkan kecerdasan, melatih daya imajinasi, serta melatih kemampuan membedakan
permukaan dan warna benda.
Adapun alat permainan pada usia ini yang dapat digunakan antara lain peralatan menggambar,
puzzle sederhana manik-manik ukuran besar, serta berbagai benda yang mempunyai permukaan
dan warna yang berbeda-beda.
d. Usia 3-6 tahun
Pada usia 2-6 tahun anak sudah mulai mampu mengembangkan kreativitas dan sosialisasinya,
sehingga sangat diperlukan permainan yang dapat mengembangkan kemampuan menyamakan
dan membedakan, kemampuan berbahasa, mengembangkan kecerdasan, menumbuhkan
sportivitas, mengembangkan koordinasi motorik, mngembangkan dan mengonrol emosi, motorik
kasar dan halus, memperkenalan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, serta
memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong.
Alat permainan yang dapat digunakan pada anak usia ini misalnya benda-benda disekitar rumah,
buku gambar, majalah anak-anak, alat gambar, ketas untuk belajar melipat, gunting, dan air.
B. TOILET TRAINING PADA ANAK
Toilet training adalah latihan buang air besar dan buang air kecil yangdiberikan pada anak
perempuan mulai usia 18 bulan ( atau lebih cepat24 ) sampai usia3 tahun ( atau 5 tahun pada
yang termasuk terlambat (delayed toilet training ), yangbertujuan melatih anak buang air besar
dan buang air kecil yang baik bersih danbenar seperti cara cebok yakni dari depan ke belakang,
dan secara luas termasukkontrol buang air besar dan buang air kecil yang baik.
Hal yang menyebalkan sekaligus menggemaskan buat orang tua adalah pada saat buah
hatinya buang air kecil (BAK) atau buang air besar (BAB) di lantai yang sudah bersih. Kalau
bukan sayang kepada sang buah hati ini, tentu saja cacian dan marahan bakal terlontar dari mulut
orang tua yang mendapati anaknya sedang BAK dan BAB disembarang tempat. Salah satu cara
menyiasati agar anak tidak BAK dan BAB disembarang tempat adalah dengan mengajarkan
toilet training sedini mungkin pada si kecil. Buang air besar (BAB) dan air kecil (BAK) bukanlah
suatu masalah besar, namun bagi anak balita, mandiri untuk bisa BAB dan BAK hal yang patut
diacungi jempol. Minimal, anak bisa memberi tanda-tanda saat akan BAK atau BAB. Bagaimana
melatih kemandirian anak untuk bisa BAB atau BAK.
Waktu yang tepat untuk dimulainya toilet training pada anak adalah pada saat anak mulai
berusia2 bulan, adapun tanda-tanda yang diberikan oleh anak saat ia sudah siap melakukan toilet
training adalah :
1. Tidak mengompol beberapa jam sehari, atau bila ia berhasil bangun tidur tanpa mengompol
sedikit pun
2. Waktu buang airnya sudah bisa diperkirakan
3. Sudah bisa memberitahu bila celana atau popok sekali pakainya sudah kotor ataupun basah.
4. Tertarik dengan kebiasaan masuk ke dalam toilet, seperti kebiasaan orang-orang lain di dalam
rumahnya
5. Minta untuk diajari menggunakan toilet.
Tahapan Toilet Training
Mengajarkan toilet training memerlukan beberapa tahapan:
1. Biasakan menggunakan toilet pada buah hati untuk buang air.
Mulailah dengan membiasakan anak masuk ke dalam WC. Latih si kecil untuk duduk di toilet
meski dengan pakaian lengkap. saat si kecil sedang membiasakan diri di toilet, Anda dapat
menjelaskan kegunaan toilet. Agar si kecil tidak takut di toilet, orang tua dapat menemaninya
sambil membacakan buku atau menyanyikan lagu kesayangannya.
2. Lakukan secara rutin pada si kecil ketika terlihat ingin buang air.
Sejak si kecil terbiasa dengan toiletnya, ajaklah ia untuk menggunakannya. Biarkan ia duduk di
toilet pada waktu-waktu tertentu setiap hari, terutama 20 menit setelah bangun tidur dan seusai
makan. Bila pada waktu-waktu itu, si kecil sudah duduk di toilet namun tidak ingin buang air,
ajak ia segera keluar dari toilet. Bila sekali-sekali ia mengompol, itu merupakan hal yang normal.
Ibu juga tak perlu khawatir dan memaksanya bila si kecil kadang-kadang mogok dan tak mau ke
toilet.
3. Pujilah bila ia berhasil, meskipun kemajuannya tidak secepat yang anda inginkan. Bila si anak
mengalami kecelakaan segera bersihkan dan jangan menyalahkannya. Jadilah model yang baik,
agar si kecil lebih mudah mengerti. Contohkan padanya bagaimana menggunakan toilet sehari-
hari.Jika anak mengalami stress saat dikenalkan toilet training, malah akan mempersulit waktu
belajarnya. Perlu diingat juga, orang tua tidak dapat mengontrol kapan dan dimana anak akan
membuang hajatnya, kecuali si anak sendiri.
C. PERSPEKTIF ISLAM TERHADAP KEBERSIHAN ANAK
Allah SWT telah menciptakan manusia secara berpasangan. Ada laki-laki, ada juga
perempuan. Dengan adanya pasangan tersebut manusia dapat berketurunan dan berkembang dari
masa ke masa. Proses alami dari perkembangan manusia dalam berketurunan adalah dengan cara
berhubungan suami istri antara laki-laki dan perempuan dalam sebuah wadah mulia dan ikatan
suci yaitu pernikahan. Dari hasil hubungan tersebut akan membuahkan janin dalam rahim sang
istri. Proses kehamilan ini merupakan suatu yang alami dan paling mudah dalam melahirkan
keturunan. Bahkan secara naluri semua makhluk hidup juga mengetahui hal tersebut (Nurdin,
2009).
Allah SWT berfirman:
Artinya: “Dialah yang telah menciptakan kamu dari jiwa yang satu, lalu dijadikan darinya
pasangannya, lalu melahirkan dari keduanya banyak laki-laki dan perempuan …”(QS. Ar-rum:
30)
Ada beberapa hak-hak anak dalam Islam salah satunya adalah dengan cara menjaga
kebersihan anak dan memberikan nafkah.
Pakaian yang layak, di samping makanan, seorang anak juga membutuhkan perlengkapan
sehari-hari seperti pakaian yang layak dan bersih. Masa bayi merupakan masa rentan terhadap
berbagai penyakit, menyediakan pakaian yang layak dan menjaga kesehatan pakaian yang
digunakan bayi sangat penting dalam menjaga kesehatan anak tersebut, dalam hal ini Al-Quran
telah mewajibkan orang tua supaya memberikan pakaian kepada anaknya dengan cara yang baik
(makruf).
Kata makruf berarti baik, pakaian yang diberikan kepada anak harus baik dan memenuhi
syarat dari segi kesehatan dan juga sesuai dengan penghasilan seorang ayah. Di samping itu juga
harus selalu dijaga kebersihannya karena Islam adalah agama bersih dan sangat peduli terhadap
kebersihan, bahkan dalam sebuah hadits kebersihan itu dikaitkan dengan keimanan, bahkan
kebersihan merupakan bagian dari iman, artinya orang yang tidak bersih berarti tidak memiliki
sebagian dari iman, sehingga bisa dikatakan imannya belum sempurna.
Tempat tinggal yang memadai, Seorang anak harus disediakan tempat tinggal yang layak dan
bersih sesuai dengan kemampuan seorang ayah, Islam mengakui kesederhanaan dalam hidup
tetapi sederhana tidak identik dengan kumuh dan jorok. Rasulullah saw bersabda:
يمان اإل� شط�ر الطهورArtinya:
Kebersihan adalah bagian dari iman
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Stimulasi tumbuh kembang anak dapat dilakukan dengan cara memberikan permainan atau
bermain, mengingat dengan bermain anak akan belajar dari kehidupan.Ketikaanak sudah
memasuki masa bermain atau disebut juga sebagai masa toddler, maka anak selalu membutuhkan
kesenangan pada dirinya.Oleh karena itu, tidak terlalu heran apabila masa anak-anak sangat
identk dengan masa bermain, sebab pada masa tersebut perkembangan anakakan mulai diasah
sesuai dengan kebutuhannya.Namun banyak orang yang menganggap masa bermain pada anak
tidak perlu mendapat perhatian secara khusus, sehingga banyak orang tua yng membiarkan anak
bermain tanpa memerhatikan unsur pendidikan terhadap permainan yang dilakukan oleh anak.
Selama anak bermain perlu diperhatikan kekurangan dan kelebihan permainan yang
dilakukan anak. Permainan harus dapat menstimulasi perkembangan kreativitas anak serta
perkembangan mental dan emosional, sehingga orangtua harus mengarah agar sesuai dengan
proses pematangan perkembangan tersebut. Pada anak yang mendapatkan atau terpenuhi
kebutuhan bermainnya dapat terlihat pula adanya suatu polaperkembangan yang baik.
Pada toilet training dapat mulai dilatih pada saat mulai berumur 2 bulan yang ditandai
dengan ekspresi wajah anak yang siap untuk melakukan toilet training, adapun beberapa hak
anak kepada orang tuanya dalam islam adalah dengan cara memberikan pakaian yang layak
kepada anak dan tempat tinggal yang layak
Islam juga mengajarkan tentang hidu bersih dan menjaga kebersihan agar terhindar dari
penyakit yang dapat mengganggu tugas kita dalam beribadah kepada Allah SWT.
B. SARAN
Anak sebaiknya diberikan stimulus sejak dini dan sesuai dengan umur
tumbuhkembangnya dan ajarkanlah training toilet. Karena kebersihan adalah sebagian dari iman.
Semua ini harus diberikan sejak dini agar tumbuh kembang anak juga optimal.Ajarkan anak kita
sejak dini untuk menjaga kebersihannya agar anak kita menjadi generasi yang sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, A Aziz. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan.2008. Salemba Medika :
Jakarta
Natalia, Susi. Pengaruh ” Toilet Training ” Terhadap Kejadian Isk Berulang Pada Anak Perempuan
Usia 1 – 5 Tahun. 2006. Program Pasca SarjanaMagister Ilmu BiomedikDanProgram
Pendidikan Dokter Spesialis IIlmu Kesehatan AnakUniversitas Diponegoro: Semarang
Abu Hafs. Kebersihan Bagian Dari Iman. 2011.
at:http://umar-arrahimy.blogspot.com/2011/12/kebersihan-bagian-dari-iman.html
Anonymous.Toilet Training pada Anak.2010. http://maizarpsikologi09.blogspot.com/search?
q=toilet+training+pada+anak
Irawati.WAKTU TERBAIK AJARKAN “TOILET TRAINING” PADA ANAK. 2012. irawiranti.web.id
Tim Penyusun IKADI. PANDANGAN ISLAM TENTANG IBU HAMIL DAN KESEHATAN ANAK-
ANAK.2006.http://mulyadinurdin.wordpress.com/2009/12/31/pandangan-islam-tentang-ibu-
hamil-dan-kesehatan-anak-anak/
Top Related