ANALISIS KINERJA MANAJEMEN SEKOLAH MENENGAH
KEJURUAN (SMK) NEGERI DAN SWASTA SE-KABUPATEN KENDAL
SKRIPSI
Diajukan dalam Rangka Menyelesaikan Studi Strata 1 Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Agus Nur Ikhsan Kurniawan
3301404526
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2009
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan kesidang panitia
ujian pada:
Hari :
Tanggal :
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Sukardi Ikhsan,M.Si Amir Mahmud, S.Pd., M.Si
NIP 130515747 NIP 132205936
Mengetahui,
Ketua Jurusan Akuntansi
Drs. Sukirman. M.Si
NIP 131967646
ii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada:
Hari :
Tanggal :
Penguji Skripsi,
Rediana Setyani, S.Pd., M.Si. NIP. 132320173
Anggota I Anggota II
Drs. Sukardi Ikhsan, M.Si. Amir Mahmud, S.Pd., M.Si. NIP.130515747 NIP.132205936
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi
Drs. Agus Wahyudin, M.Si. NIP. 131658236
iii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis didalam skripsi ini benar-benar hasil
karya saya sendiri, bukan karena jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian
atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, Januari 2009
Agus Nur Ikhsan Kurniawan
NIM.3301404526
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto ;
“Didalam kehidupan terkadang Tuhan tidak memberikan apa
yang kamu inginkan, akan tetapi sebenarnya Tuhan telah
memberikan sesuatu kepadamu, dan begitu juga sebaliknya”.
(Imam ibnu Atha’illah As Sakandary dalam kitab Al Hikam)
“Menunda amal perbuatan yang baik karena menanti-nanti
kesempatan yang lebih baik merupakan tanda kebodohan yang
mempengaruhi jiwa”. (Ibnu Atha’illah dalam Gubuk Maya Gus
Mus)
“Tak ada rahasia untuk mencapai sukses. Sukses itu dapat
terjadi karena persiapan, kerja keras dan mau belajar dari
kegagalan”. (General Colin Power)
Persembahan ; Dengan tanpa mengurangi rasa syukurku pada Allah SWT, kupersembahkan karyaku ini dengan penuh cinta dan ketulusan untuk : • Ibu bapakku tercinta, terima kasih atas
cinta, kasih sayang, do’a dan dukungannya.
• Adikku Dwi Maghfiroh makasih atas do’a dan semangatnya.
• Dek Barid YNs terima kasih atas do’a, bantuan, dukungan dan semangatnya.
• Teman-teman pendidikan akuntansi 2004
v
• Teman-teman kost Zona Ngapak • Almamaterku
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat,
berkah dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Analisis Kinerja Manajemen Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) negeri
dan swasta Se-Kabupaten Kendal”
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat tersusun dengan baik dan
selesai tepat waktu tanpa adanya dukungan dan batuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, rasa terima kasih yang tulus penulis ucapkan kepada:
1. Prof. Drs. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si. Rektor Universitas Negeri
Semarang.
2. Drs. Agus Wahyudin, M.Si. Dekan Fakultas Ekonomi
3. Drs. Sukirman, M.Si. Ketua Jurusan Akuntansi yang telah memberikan surat
ijin penelitian.
4. Drs. Sukardi Ikhsan, M.Si Dosen Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi.
5. Amir Mahmud, S.Pd,. M.Si Dosen Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi.
6. Kepala BAPPEDA Kabupaten Kendal yang telah memberikan ijin kepada
penulis untuk melaksanakan penelitian.
vi
7. Kepala DIKPORA Kabupaten Kendal yang telah memberikan ijin kepada
penulis untuk melaksanakan penelitian.
8. Kepala SMK se-Kabupaten Kendal yang telah memberikan ijin kepada penulis
untuk melaksanakan penelitian.
9. Guru-guru di SMK se-Kabupaten Kendal yang telah bersedia membantu
penulis dalam mengisi angket penelitian.
10. Ibu, bapak, adikku beserta keluarga besarku atas do’a dan dukungannya.
11. Dek Barid YNs atas do’a dan semangatnya.
12. Teman-temanku dikost Zona Ngapak beserta alumninya atas bantuan dan
motivasinya.
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Semoga bantuan yang telah diberikan kepada penulis menjadi catatan amal
baik, serta mendapat pahala yang setimpal dari Allah yang Maha Pemurah. Pada
akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Semarang, Januari 2009
Penulis
vii
SARI PENELITIAN
Kurniawan, Agus Nur Ikhsan., 2009. Analisis Kinerja Manajemen Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri dan Swasta Se-Kabupaten Kendal. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Drs. Sukardi Ikhsan, M.Si., Pembimbing II: Amir Mahmud, S.Pd., M.Si. Kata Kunci : Manajemen Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri dan Swasta.
Formula agar sekolah dapat diberdayakan secara optimal, sekolah perlu diberikan kepercayaan dan kesempatan untuk mengelola sekolah secara mandiri. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut pemerintah merasa perlu untuk menerapkan manajemen berbasis sekolah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja kepemimpinan kepala sekolah, manajemen kurikulum, manajemen tenaga kependidikan, manajemen kesiswaan, dan manajemen sarana prasarana di SMK negeri dan swasta se-Kabupaten Kendal.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh SMK negeri dan swasta se-Kabupaten Kendal yang berjumlah 17. Sampel penelitian berjumlah 4 SMK negeri dan 13 SMK swasta dengan teknik populasi sampling. Variabel dalam penelitian ini adalah kepemimpinan kepala sekolah, manajemen kurikulum, manajemen tenaga kependidikan, manajemen kesiswaan, dan manajemen sarana prasarana. Metode pengumpulan data, dengan metode angket. Uji validitas menggunakan rumus Product Moment, sedang uji reliabilitas menggunakan rumus alpha. Metode analisis data adalah analisis deskriptif kualitatif dengan kategorisasi skor tiap variabel.
Berdasarkan hasil penelitian skor rata-rata SMK negeri pada komponen kepemimpinan kepala sekolah berkriteria sangat ideal, manajemen kurikulum sangat optimal, manajemen tenaga kependidikan sangat ideal, manajemen kesiswaan sangat tinggi, dan manajemen sarana prasarana optimal serta output berkriteria tinggi. Kemudian pada SMK swasta komponen kepemimpinan berkriteria sangat ideal, manajemen kurikulum sangat optimal, manajemen tenaga kependidikan ideal, manajemen kesiswaan sangat tinggi, manajemen sarana prasarana optimal, serta output berkriteria tinggi.
Simpulan yang dapat diambil adalah bahwa kinerja manajemen sekolah Menengah Kejuruan (SMK) se-Kabupaten Kendal sudah optimal. Saran dalam penelitian ini masing-masing kepala sekolah baik SMK negeri maupun swasta hendaknya dapat mengoptimalkan kompetensi manajerialnya. Khusus pada SMK swasta ditambah lagi untuk dapat mengoptimalkan program supervisi. Pada aspek kurikulum hendaknya SMK swasta membuat kalender pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan. Pada aspek out put, hendaknya sekolah merencanakan dampak yang akan dialami oleh lulusannya. Pada perekrutan tenaga laborat dan pustakawan sebaiknya di cari orang yang memiliki keahlian dibidangnya. Pada aspek sarana prasarana, SMK
viii
negeri hendaknya meningkatkan usahanya dalam pengadaaan dan inventarisasi secara lengkap. Sedangkan untuk SMK swasta disarankan dalam pengadaan dan pemeliharaaan agar ditingkatkan.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii
PERNYATAAN ........................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................. vi
SARI PENELITIAN .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
1.2 Rumusan Permasalahan ............................................................... 10
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 11
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................ 11
BAB II LANDASAN TEORI ...................................................................... 13
ix
2.1 ..............................................................................................Kinerj
a ................................................................................................... 13
2.1.1 .....................................................................................Penger
tian Kinerja ...................................................................... 13
2.2 ..............................................................................................Penger
tian Manajemen dan Fungsi-fungsi Manajemen ......................... 13
2.2.1 .....................................................................................Penger
tian Manajemen ............................................................... 13
2.2.2 .....................................................................................Fungsi
-fungsi Manajemen .......................................................... 14
2.3 ..............................................................................................Manaj
emen Sekolah ............................................................................... 16
2.3.1 .....................................................................................Penger
tian Manajemen Sekolah .................................................. 16
2.3.2 .....................................................................................Tujuan
Manajemen Sekolah ......................................................... 17
2.3.3 .....................................................................................Fungsi
-fungsi Manajemen Sekolah ............................................ 18
2.3.4 .....................................................................................Prinsip
-prinsip Manajemen Sekolah ........................................... 21
2.3.5 .....................................................................................Kepem
impinan Kepala Sekolah .................................................. 22
x
2.3.6 .....................................................................................Manaj
emen Komponen-komponen Sekolah .............................. 26
2.4 ..............................................................................................Hasil
Penelitian Terdahulu .................................................................... 42
2.4.1 .....................................................................................Hasil-
hasil yang sudah diteliti ................................................... 42
2.4.2 .....................................................................................Kajian
Penelitian yang telah dilakukan ....................................... 44
2.5 ..............................................................................................Kerang
ka Berfikir .................................................................................... 46
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 53
3.1 ..............................................................................................Jenis
Penelitian ..................................................................................... 53
3.2 ..............................................................................................Popula
si Penelitian .................................................................................. 53
3.3 ..............................................................................................Variab
el Penelitian ................................................................................. 54
3.4 ..............................................................................................Metod
e Pengumpulan Data .................................................................... 58
3.4.1 Metode Angket ................................................................ 58
3.5 ..............................................................................................Validit
as dan Realibilitas ........................................................................ 60
3.5.1 Validitas ........................................................................... 60
xi
3.5.2 Realibilitas ....................................................................... 63
3.6 ..............................................................................................Metod
e Analisis Data ............................................................................. 64
3.6.1 Analisis Deskriptif Kualitatif ........................................... 64
3.6.1.1 Pengkategorian Skor ............................................ 64
3.6.1.2 Penyusunan Tabel Kritria Manajemen Sekolah ... 67
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 84
4.1 Hasil Penelitian ............................................................................ 84
4.1.1 Gambaran Umum Populasi dan Sampel Penelitian ......... 84
4.1.2 Analisis Diskriptif Variabel dan Indikator Penelitian ...... 85
4.2 Pembahasan ................................................................................. 112
4.2.1 Kinerja Manajemen SMK negeri dan swasta di
Kabupaten Kendal ........................................................... 112
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 122
5.1 Simpulan ...................................................................................... 122
5.2 Saran ............................................................................................ 124
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 126
LAMPIRAN ................................................................................................. 128
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Berfikir ....................................................................... 52
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Kompetensi-kompetensi kepala sekolah ........................................................ 24
Kajian penelitian yang telah dilakukan .......................................................... 44
Populasi dan Sampel ...................................................................................... 54
Variabel-variabel penelitian ........................................................................... 55
Jumlah angket yang disebar disekolah ............................................................ 59
Hasil uji coba validitas angket ....................................................................... 62
Distribusi skor manajemen sekolah ............................................................... 66
Kategori skor kepemimpinan kepala sekolah ................................................ 66
Kategori skor kurikulum ................................................................................ 66
Kategori skor tenaga kependidikan ................................................................. 66
Kategori skor manajemen kesiswaan ............................................................. 67
Kategori skor output ........................................................................................ 67
Kategori skor sarana prasarana ...................................................................... 67
Kepemimpinan kepala sekolah ....................................................................... 68
Kategori skor kompetensi kepribadian kepala sekolah ................................... 69
Kategori skor kompetensi manajerial kepala sekolah .................................... 69
xiv
Kategori skor kompetensi kewirausahaan kepala sekolah .............................. 70
Kategori skor kompetensi supervisi kepala sekolah ...................................... 70
Kategori skor kompetensi sosial kepala sekolah ............................................ 71
Manajemen Kurikulum .................................................................................. 71
Kategori skor KTSP ....................................................................................... 72
Kategori skor kalender pendidikan ................................................................ 73
Kategori skor program pembelajaran .............................................................. 73
Kategori skor penilaian hasil belajar ............................................................... 74
Kategori skor peraturan akademik .................................................................. 74
Manajemen tenaga kependidikan..................................................................... 75
Kategori skor wakil kepala sekolah ................................................................ 76
Kategori skor guru .......................................................................................... 76
Kategori skor konselor .................................................................................... 77
Kategori skor pustakawan .............................................................................. 77
Kategori skor laborat ...................................................................................... 78
Kategori skor tenaga administrasi ................................................................... 79
Manajemen kesiswaan .................................................................................... 79
Kategori skor input siswa ................................................................................ 80
Kategori skor proses pengajaran ..................................................................... 80
Kategori skor out put (kelulusan) ................................................................... 81
Manajemen sarana prasarana .......................................................................... 81
Kategori skor pengadaan sarana prasarana sekolah ....................................... 82
Kategori skor pemeliharaan sarana prasarana sekolah .................................... 82
xv
Kategori skor inventarisasi sarana prasarana sekolah .................................... 83
Deskripsi kepemimpinan kepala sekolah negeri ............................................. 86
Deskripsi kepemimpinan kepala sekolah swasta ............................................ 89
Deskripsi kurikulum sekolah negeri ............................................................... 92
Deskripsi kurikulum sekolah swasta ............................................................... 95
Deskripsi manajemen tenaga kependidikan sekolah negeri ............................ 97
Deskripsi manajemen tenaga kependidikan sekolah swasta ........................... 101
Deskripsi manajemen kesiswaan sekolah negeri ............................................ 104
Deskripsi output SMK Negeri ....................................................................... 105
Deskripsi manajemen kesiswaan sekolah swasta ............................................ 106
Deskripsi output SMK swasta ......................................................................... 107
Deskripsi manajemen sarana prasarana sekolah negeri .................................. 108
Deskripsi manajemen sarana prasarana sekolah swasta .................................. 110
Rekap hasil penelitian ..................................................................................... 111
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A. Instrumen Penelitian
Lampiran B. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Lampiran C. Cara Perhitungan Skor Setiap Variabel dan Sub Variabel
Lampiran D. Hasil Penelitian
Lampiran E. Surat Ijin Penelitian
Lampiran F. Surat Rekomendasi dari BAPPEDA dan DIKPORA Kendal
Lampiran G. Surat Keterangan Penelitian
xvii
xviii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Keberhasilan suatu bangsa dalam membangun kehidupan berbangsa dan
bernegara sangat ditentukan oleh kemampuan bangsa yang bersangkutan untuk
memandang dan menyikapi secara benar persoalan-persoalan yang dihadapi.
Salah satu persoalan yang perlu kita pandang sangat penting adalah pendidikan.
Pendidikan dalam kehidupan tidak bisa ditinggalkan dan tidak bisa dipandang
sebelah mata. Artinya bangsa yang selalu memandang penting dan perlunya
sebuah pendidikan bagi manusia yang menghuni didalamnya, maka bangsa
tersebut sudah menanamkan modal dari setengah tujuan dan cita-cita bangsa
dalam lingkup nasional.
Dalam perkembangannya, manusia ingin mencapai suatu kehidupan yang
lebih baik. Untuk meningkatkan kehidupannya itu manusia akan selalu berusaha
untuk mendapatkan pengalaman-pengalaman baru. Usaha tersebut adalah sebuah
fenomena nyata sebuah pendidikan yang sedang dijalankan oleh manusia.
Pendidikan merupakan usaha sadar dan sistematis, yang dilakukan oleh orang-
orang yang diserahi tanggungjawab untuk mempengaruhi peserta didik agar
mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita nasional dalam dimensi
pendidikan.
Sesuai dengan tujuan negara sebagaimana termaktub dalam pembukaan
Undang-undang Dasar (UUD) 1945, pemerintah berkewajiban mencerdaskan
2
kehidupan bangsa, maka pasal 31 UUD 1945 menegaskan bahwa setiap warga
negara berhak mendapatkan pendidikan. Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang diatur dalam undang-
undang. Dengan demikian tugas pemerintah begitu berat menyangkut pendidikan
yang diemban didalamnya, karena mengandung unsur perbaikan moral, keimanan,
ketakwaan dan akhlaq sehingga memerlukan substansi materi pendidikan yang
cocok dan juga penggunaan sistem yang baik.
Amanat yang berat ini, tentunya tidak bisa dilaksanakan oleh pemerintah
pusat sendiri. Adanya otonomi daerah yang memungkinkan bagi masing-masing
wilayah/daerah untuk mengembangkan identitas wilayahnya terutama pada dunia
pendidikan, menciptakan keringanan tersendiri pada diri pemerintah pusat.
Perbedaan model pendidikan diseluruh wilayah Indonesia, memberikan nilai
positif tersendiri dimasing-masing daerah. Alasan yang tepat untuk menjelaskan
hal diatas adalah, karena tanggungjawab dan peraturan yang dibuat guna
mencerdaskan kehidupan bangsa adalah milik pemerintah daerah. Bisa dikatakan
dalam otonomi daerah peranan dan kebijakan penting ada pada pemerintah
daerah. Sehingga mutu sumber daya manusia yang ada didaerah akan semakin
terjaga sesuai dengan kelebihan daerah tersebut dan akan meningkat seiring
dengan semakin baiknya penanganan pendidikan khususnya dalam sekolah.
Agar sekolah dapat diberdayakan secara optimal, sekolah perlu diberikan
kepercayaan dan wewenang serta kesempatan untuk mengelola sendiri sesuai
dengan kebijakan pemerintah mengenai pendidikan nasional dan desentralisasi.
Untuk memenuhi kebutuhan ini pemerintah merasa perlu untuk menerapkan dan
3
mengembangkan model manajemen yang disebut ”school based manajement”
atau Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
Menurut Morphi (2005) menyebutkan bahwa, salah satu indikator efisiensi
manajemen pendidikan adalah terkelolanya sekolah secara optimal dalam situasi
yang kondusif, seluruh komponen manajemen sekolah memiliki kinerja yang
efektif, serta kepala sekolah memegang peranan penting dalam keberhasilan
manajemen sekolah.
Selanjutnya Helmi (2005) menjelaskan bahwa manajemen peningkatan mutu
berbasis sekolah ditandai dengan adanya otonomi sekolah dan partisipasi
masyarakat tanpa mengabaikan kebijaksanaan nasional dengan harapan
kemandirian sekolah, partisipasi orang tua dan masyarakat, efisiensi, mutu dan
pemerataan pendidikan.
Secara realitas, sekolah terdiri atas sekolah yang maju, sedang dan
tertinggal. Kemudian secara ekstrim dibagi atas sekolah negeri dan swasta, oleh
sebab itu, sekolah perlu penanganan kegiatan manajemen sekolah yang spesifik
sesuai kondisi obyektifnya. Sistem pendidikan disekolah dalam konsep
manajemen sekolah menganut pola otonomi sekolah yang memiliki suatu
landasan pada pemberdayaan seluruh potensi sekolah. Sekolah menggunakan
perencanaan strategis yang lebih menjamin efektifitas dan efisiensi, serta kualitas
manajemen sekolah untuk memenangkan persaingan mutu.
Manajemen pendidikan dipandang merupakan hal yang primer bagi
peningkatan mutu pendidikan. Tidak adanya manajemen pendidikan disuatu
lembaga pendidikan, adalah simbol matinya sistem pendidikan. Dalam
4
perkembangannya istilah manajemen disamakan secara substansial dengan istilah
administrasi. Perbedaan keduanya terletak pada ruang lingkupnya saja.
Administrasi lebih luas ruang lingkupnya dibanding dengan manajemen.
Keduanya menekankan pada tercapainya efisiensi dan efektifitas kerja sebagai
implementasi tujuan organisasi.
Pada hakikatnya tujuan manajemen sekolah tidak dapat terlepas dari tujuan
sekolah sebagai suatu organisasi. Sekolah sebagai suatu organisasi memiliki
tujuan yang ingin dicapai yang sering disebut tujuan institusional (kelembagaan)
baik tujuan institusional umum (visi) maupun institusional khusus (misi). Dalam
melaksanakan tugas kelembagaan tersebut diperlukan adanya proses manajemen
yang baik.
Proses manajemen yang baik manakala didalamnya terdapat kegiatan
manajerial yang operatif. Dapat dikatakan tujuan manajemen sekolah adalah
membantu memperlancar pencapaian tujuan sekolah agar tercapai secara efektif
dan efisien. Dasar dari model penerapan manajemen sekolah adalah Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS), karena sifat yang dimiliki oleh manajemen sekolah
hanya berbasis pada lingkup pengaturan organisasi sekolah itu sendiri.
Manajemen berbasis sekolah merupakan pelimpahan wewenang pada lapis
sekolah untuk mengambil keputusan mengenai alokasi dan pemanfaatan sumber-
sumber berdasarkan akuntanbilitas yang berkaitan dengan sumber tersebut,
(Yusufhadi, 2004:726). Tujuan manajemen sekolah adalah agar sekolah dapat : 1)
meningkatkan efisiensi dalam penggunaan sumber, 2) meningkatkan efektivitas
sekolah melalui perbaikan mutu belajar dan pembelajaran, 3) lebih responsif
5
terhadap kebutuhan dan kondisi customer, 4) menambah kesempatan bagi siapa
saja untuk mengikuti pendidikan, 5) memberikan kesempatan kepada masyarakat
termasuk keluarga untuk berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
Meskipun sekolah diberikan wewenang khusus untuk mengatur dan
mengelola pendidikan secara mandiri, namun perlu diingat sekolah tidak bisa
berbuat semaunya sendiri. Ada beberapa rambu-rambu legal yang harus diikuti
oleh masing-masing sekolah. Salah satu rambu-rambu tersebut adalah tujuan
pendidikan yang ditetapkan oleh pemerintah pusat selaku poros utama dalam
membangun kehidupan berbangsa dan bernegara, kemudian dirumuskan kembali
oleh masing-masing daerah dengan tidak melenceng dari tujuan utama pendidikan
nasional. Terakhir oleh setiap sekolah merumuskan lebih rinci tentang tujuan yang
ingin dicapai dimasing-masing organisasi sekolah.
Pada saat ini Kabupaten Kendal menjadi salah satu daerah untuk program
percontohan SMK di wilayah Jawa Tengah. Dimana Sekolah Menengah Kejuruan
akan dioptimalkan guna mengembangkan potensi yang ada diwilayah Kendal. Hal
yang sangat menggembirakan bagi para sivitas akademika didaerah tersebut, lebih
jauh lagi lulusan SMK akan langsung bisa bekerja sesuai dengan kemampuan dan
keahlian yang mereka miliki.
Namun demikian sedikitnya terdapat empat komponen sekolah yang harus
dikelola dengan baik dalam rangka MBS, hal ini untuk mengoptimalkan kualitas
pendidikan diwilayah Kendal. Manajemen tersebut adalah manajemen kurikulum,
tenaga kependidikan, kesiswaan, dan sarana prasarana (sarpras) pendidikan.
6
Komponen-komponen manajemen sekolah tersebut akan dikendalikan oleh
pimpinan sekolah, dalam hal ini adalah peranan kepemimpinan kepala sekolah.
Kepemimpinan kepala sekolah merupakan faktor utama bagi keberhasilan
dalam setiap proses pendidikan yang ada disekolah. Kepala sekolah selain
memimpin penyelenggaraan pendidikan disekolah juga berperan sebagai
pendidik, manager, administrator, supervisor, pembaharu dan pembankit minat.
(Suprihatin, 2004:79)
Berdasarkan hasil observasi awal pada bulan Maret 2008 dalam pelaksanaan
manajemen sekolah di SMK se-Kabupaten Kendal pada aspek kepemimpinan
kepala sekolah teryata dalam kaitannya dengan MBS, kepala sekolah belum bisa
secara optimal menjalankan fungsinya. Yaitu dalam menjalin hubungan yang
harmonis dengan masyarakat sehingga dapat melibatkan secara aktif dalam rangka
mewujudkan tujuan sekolah.
Menurut Pidarta dalam Suprihatin (2004:80) mengemukakan tiga macam
ketrampilan yang harus dimiliki oleh kepala sekolah untuk mensukseskan
kepemimpinannya, yaitu ketrampilan konseptual; ketrampilan untuk memahami
dan mengoperasikan organisasi, ketrampilan manusiawi; ketrampilan untuk
bekerjasama, memotivasi, memimpin, serta ketrampilan teknik; ketrampilan
dalam menggunakan pengetahuan, metode, teknik serta perlengkapan untuk
menyelesaikan tugas tertentu. Lebiha lanjut dikemukakan bahwa untuk memiliki
kemampuan, terutama ketrampilan konsep, para kepala sekolah diharapkan
melakukan kegiatan-kegiatan berikut:
7
1. Senantiasa belajar dari pekerjaan sehari-hari terutama dari cara kerja para
guru dan pegawai seklah lainnya;
2. Melakukan observasi kegiatan manajemen secara terencana;
3. Membaca berbagai hal yang berkaitan dengan kegiatan yang sedang
dilaksanakan;
4. Memanfaatkan hasil penelitian orang lain;
5. Berfikir untuk masa yang akan datang;
6. Merumuskan ide-ide yang dapat diujicobakan.
Dari berbagai kegiatan-kegiatan diatas yang belum dilaksanakan secara
berkala oleh kepala SMK kendal adalah memanfaatkan hasil penelitian orang lain.
Hal ini tentunya untuk menambah masukan pada kegiatan manajemen yang ada
disekolah. Apabila seorang kepala sekolah belum bisa memanfaatkan temuan
yang dihasilkan dari sebuah penelitian, khususnya terkait dengan manajemen
sekolah, maka dapat diperkirakan bahwa sekolah yang dipimpin akan terlambat
pemahamannya tentang manajemen sekolah.
Hasil temuan pada manajemen kurikulum adalah dalam melaksanakan
model kegiatan pembelajaran, guru belum mengacu pada Standar Proses. Padahal
dalam Permendiknas 2007 manajemen kurikulum pada aspek program
pembelajaran mengemukakan bahwa mutu pembelajaran disekolah dikembangkan
dengan; 1) model kegiatan pembelajaran yang mengacu pada Standar Proses, 2)
melibatkan peserta didik secara aktif, demokratis, mendidik, memotivasi,
mendorong kreativitas dan dialogis.
8
Temuan pada aspek manajemen tenaga kependidikan berupa tidak tepatnya
pemberian tugas kepada tenaga kependidikan, yang dalam hal ini adalah tenaga
laborat, pustakawan dan sebagian tenaga pendidik (guru mata pelajaran).
Diungkapkan oleh Suprihatin (2004:42) agar para personel atau tenaga
kependidikan dapat melaksanakan tugasnya secara tepat guna, berdaya guna dan
berhasil guna, mereka perlu ditata berdasarkan prinsip ”The right man on the
right place”, dengan memperhatikan latar belakang pendidikan,
ijazah/keahliannya, dan interes kerjanya.
Sebaliknya, demi suksesnya penataan itu, dari pihak pimpinan sekolah
hendaknya dapat menyediakan situasi dan kondisi kerja yang memadai, tenteram,
aman serta nyaman sehingga para pegawai makin mencintai pekerjaannya, makin
menekuni tugasnya, puas dengan hasil kerjanya, bangga dengan jabatannya,
sehingga menimbulkan kepuasan lahir dan batin yang dapat senantiasa
memotivasi peningkatan kariernya disertai loyalitas kerja yang tinggi.
Pada SMK swasta tenaga kependidikan belum merasakan kondisi kerja yang
tersebut diatas. Fakta ini menujukkan belum ada insentif kepada tenaga
kependidikan di SMK swasta. Setidaknya ini juga disampaikan oleh Pak Said
(salah seorang guru besar Universitas Kebangsaan Malaysia), bahwa sebetulnya
yang sangat mempengaruhi kualitas guru adalah kondisi sosial guru. Berikut
adalah unkapannya "Di Indonesia sebetulnya gurunya pintar-pintar jika
dibandingkan dengan Malaysia, lalu kenapa pendidikan disana lebih maju pesat,
karena kami saat mengajar dalam benak kami tidak punya pikiran aduh gimana
9
besok, sehingga kami benar-benar bekerja keras untuk pendidikan". (Artikel Info
Pendidikan, 18 Juni 2008)
Dalam bidang manajemen kesiswaan baik SMK negeri maupun swasta
mengalami kondisi yang sama, yaitu mereka masih disulitkan dengan pengelolaan
dampak dari para lulusan (out put) yang mereka ciptakan. Hal ini terlihat para
lulusan SMK masih sulit untuk mengaplikasikan ilmunya, baik itu dengan bekerja
diperusahaan maupun berwirausaha.
Penyelenggaraan pendidikan di SMK pada hakikatnya merupakan suatu
proses sistem yang secara utuh meliputi, pelayanan kepada siswa sebagai masukan
(in put), pelayanan proses pembelajaran dalam satuan waktu tertentu, dan
pelayanan pada tamatan (out put). {Kepmen Dikbud Nomor 0490/U/1992, Pasal
25 ayat (1)}. Pelayanan kepada tamatan yang dimaksud adalah pemasaran dan
penelusuran tamatan. Untuk menjamin kelangsungan kegiatan pemasaran dan
penelusuran tamatan secara berkesinambungan dan mencapai sasaran yang
diharapkan, SMK menunjuk petugas khusus untuk menanganinya. Hal ini belum
dilakukan secara menyeluruh pada SMK di Kab. Kendal, sehingga mengakibatkan
para lulusan di SMK Kendal belum bisa terserap secara maksimal oleh lowongan
pekerjaan yang ada.
Pada manajemen sarpras, perlengkapan dan fasilitas sekolah sudah cukup
lengkap dan mendukung sekolah, akan tetapi dilihat dari SMK negeri dan swasta,
SMK negeri lebih lengkap dari pada SMK swasta yang meliputi ruang kelas,
ruang laboratorium bahasa, laboratorium komputer, perpustakaan, ruang
keterampilan, dan ruang serba guna. Sarana olah raga seperti lapangan voly,
10
lapangan sepak bola, tenis meja, lapangan basket. Sarana kebersihan meliputi
tempat sampah, kamar mandi untuk guru dan siswa. Sarana penunjang lainya
yaitu ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang TU, dan ruang ibadah.
Manajemen sarpras baik SMK negeri maupun swasta juga tidak
mensosialisasikan seluruh program pengelolaan sarpras pendidikan kepada
pendidik, tenaga pendidik, dan peserta didik. Hal ini seharusnya dilaksanakan oleh
setiap sekolah, karena telah termaktub dalam Permendiknas tahun 2007. Maksud
dari hal tersebut adalah supaya semua sivitas akademika turut bertanggung jawab
agar sarpras yang ada terpelihara dengan baik.
Melihat sangat pentingnya penerapan manajemen sekolah dalam aspek
manajemen kurikulum, tenaga kependidikan, kesiswaan dan sarana prasarana,
seperti dalam praktiknya yang sudah ditemukan dilapangan, maka penyusunan
skripsi hanya dibatasi pada hal tersebut. Berpijak dari latar belakang diatas, judul
yang dapat dipetik adalah ”Analisis Kinerja Manajemen Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) Negeri dan Swasta se-Kabupaten Kendal”.
1.2 Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merumuskan permasalahan dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana kinerja kepemimpinan kepala sekolah di SMK negeri dan swasta
se-kabupaten Kendal?
2. Bagaimana kinerja manajemen kurikulum di SMK negeri dan swasta se-
kabupaten Kendal?
11
3. Bagaimana kinerja manajemen tenaga kependidikan di SMK negeri dan
swasta se-kabupaten Kendal?
4. Bagaimana kinerja manajemen kesiswaan di SMK negeri dan swasta se-
kabupaten Kendal?
5. Bagaimana kinerja manajemen sarana dan prasarana di SMK negeri dan
swasta se-kabupaten Kendal?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah disajikan maka
tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui kinerja kepemimpinan kepala sekolah di SMK negeri dan
swasta se-kabupaten Kendal.
2. Untuk mengetahui kinerja manajemen kurikulum di SMK negeri dan swasta
se-kabupaten Kendal.
3. Untuk mengetahui kinerja manajemen tenaga kependidikan di SMK negeri
dan swasta se-kabupaten Kendal.
4. Untuk mengetahui kinerja manajemen kesiswaan di SMK negeri dan swasta
se-kabupaten Kendal.
5. Untuk mengetahui kinerja manajemen sarana dan prasarana di SMK negeri
dan swasta se-kabupaten Kendal.
1.4 Manfaat Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah:
1.4.1 Kegunaan teoritis:
12
a. Bagi penulis, dapat menambah pengetahuan dan mengembangkan ilmu
yang telah didapat selama kuliah, sehingga terciptanya wacana ilmiah.
b. Bagi para akademisi, dapat digunakan sebagai referensi dalam menambah
khasanah ilmu pengetahuan dibidang pendidikan, khususnya tentang
manajemen sekolah.
1.4.2 Kegunaan Praktis:
a. Bagi pihak sekolah, dapat memberikan masukan dalam usaha
meningkatkan mutu sekolah dengan mengimplementasikan manajemen
sekolah yang efektif & efisien.
b. Bagi praktisi pendidikan, yaitu seluruh personel sekolah, mahasiswa calon
guru, ilmuan pendidikan dan masyarakat luas sebagai pemerhati
pendidikan, diharapkan dapat terbantu memberi arah, dasar dan titik tolak
penyelenggaraan pendidikan disekolah.
13
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kinerja
2.1.1 Pengertian Kinerja
Menurut Vroom dalam Asa’ad (2000:50) kinerja adalah tingkat sejauh mana
keberhasilan seseorang didalam melakukan tugas pekerjaanya, sehingga kegiatan
yang lazim dinilai dalam suatu organisasi adalah kinerja pegawai yakni
bagaimana ia melakukan segala sesuatu yang berhubungan dengan suatu
pekerjaan, jabatan atau peran dalam organisasi.
2.2 Pengertian Manajemen dan Fungsi-fungsi Manajemen
2.2.1 Pengertian Manajemen
Definisi manajemen menurut Stoner dalam T. Hani Handoko (2003:8)
adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-
usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya
agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Stoner menggunakan kata
proses bukan seni yang berarti cara yang sistematis untuk melakukan pekerjaan.
Manajemen diartikan sebagai proses karena semua manajer, tanpa memperdulikan
kecakapan atau keterampilan khusus mereka, harus melaksanakan kegiatan-
kegiatan tertentu yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan-tujuan yang mereka
inginkan.
Menurut Handoko (2003;12) manajemen bukan hanya merupakan ilmu atau
seni, tetapi kombinasi dari keduanya. Kombinasi ini tidak dalam proporsi yang
14
tetap tetapi dalam proporsi yang bermacam-macam. Pada umumnya manajer yang
efektif mempergunakan pendekatan yang ilmiah dalam pembuatan keputusan,
apalagi dengan berkembangnya peralatan komputer. Dilain pihak dalam banyak
aspek perencanaan, kepemimpinan, komunikasi, dan segala sesuatu yang
menyangkut unsur manusia, bagaimanapun manajer harus menggunakan
pendekatan artistik (seni).
2.2.2 Fungsi-fungsi Manajemen
Fattah (2003:1) mengungkapkan, bahwa dalam proses manajemen terlibat
fungsi-fungsi pokok yang ditampilkan oleh seorang manajer/pimpinan, yaitu
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pemimpinan (leading),
dan pengawasan (controlling). Oleh karena itu manajemen diartikan sebagai
proses merencana, mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan upaya
organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif
dan efisien.
Fungsi perencanaan antara lain menentukan tujuan atau kerangka tindakan
yang diperlukan untuk mencapai tujuan tertentu. Fungsi pengorganisasian
meliputi fungsi, hubungan, dan struktur. Fungsi pemimpin menggambarkan
bagaimana manajer mengarahkan dan memepengaruhi para bawahan, bagaimana
orang lain melaksanakan tugas yang esensial dengan menciptakan suasana yang
menyenangkan untuk bekerja sama. Fungsi pengawasan meliputi penentuan
standar, supervisi, dan mengukur penampilan/pelaksanaan terhadap standar dan
memberikan keyakinan bahwa tujuan organisasi tercapai. Pengawasan sangat erat
15
kaitannya dengan perencanaan, karena melalui pengawasan efektivitas
manajemen dapat diukur (Nanang, 2003:2).
Sesudah rencana dibuat, organisasi dibentuk dan disusun personalianya,
langkah berikutnya adalah menugaskan karyawan untuk bergerak menuju tujuan
yang telah ditentukan. Bila fungsi perencanaan dan fungsi pengorganisasian lebih
banyak menyangkut aspek-aspek abstrak proses manajemen, kegiatan pengarahan
langsung menyangkut orang-orang dalam organisasi.
Semua fungsi terdahulu tidak akan efektif tanpa fungsi-fungsi pengawasan
(controlling). Pengawasan adalah penemuan dan penerapan cara dan peralatan
untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah
ditetapkan. Fungsi pengawasan pada dasarnya menyangkut hal-hal sebagai
berikut:
a. Penetapan standar pelaksanaan
b. Penentuan ukuran-ukuran pelaksanaan
c. Pengukuran pelaksanaan nyata dan membandingkannya dengan standar yang
telah ditetapkan
d. Pengambilan tindakan koreksi yang diperlukan bila pelaksanaan menyimpang
dari standar.
Fungsi manajemen menurut Bafadal (2003:42) meliputi, perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengawasan. Perencanaan dapat diartikan
sebagai keseluruhan proses pemikiran dan penentuan semua aktivitas yang akan
dilakukan pada masa yang akan datang dalam rangka mencapai tujuan.
Pengorganisasian merupakan keseluruhan proses kerja sama sehingga tercipta
16
suatu sistem kerja yang baik dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pengorganisasian dilakukan berdasarkan tujuan dan program kerja sebagaimana
dihasilkan dalam perencanaan. Kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai
keseluruhan proses memepengaruhi, mendorong, mengajak, menggerakkan, dan
menuntun orang lain dalam proses kerja agar berpikir, bersikap dan bertindak
sesuai aturan yang berlaku dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Semua fungsi-fungsi manajemen ini harus dilaksanakan oleh manajer kapan
saja dan dimana saja kelompok-kelompok diorganisasi, walaupun ada perbedaan
tekanan untuk tipe organisasi, jabatan-jabatan fungsional, dan tingkatan
manajemen yang berbeda. Akhirnya gagal atau suksesnya suatu organisasi sangat
tergantung pada kemampuan manajer untuk melaksanakan fungsi-fungsi tersebut
secara efektif.
2.3 Manajemen Sekolah
2.3.1 Pengertian Manajemen Sekolah
Menurut Suprihatin (2004:2), mengungkapkan pengertian manajemen
sekolah sebagai aplikasi ilmu manajemen dalam bidang persekolahan. Demikian
pula istilah administrasi pendidikan, merupakan aplikasi ilmu administrasi
kedalam bidang pendidikan. Penggunaan istilah administrasi dan manajemen
dalam bidang persekolahan atau pendidikan secara substansial sebenarnya tidak
ada perbedaan, keduanya dapat dipandang secara esensial dari tiga sudut pandang
yakni sebagai ilmu, seni dan sebagai proses kegiatan.
Pengertian manajemen sekolah menurut Sagala (2006:55) adalah proses
pendayagunaan sumber daya sekolah melalui kegiatan fungsi-fungsi perencanaan,
17
pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian secara lebih efektif dan efisien
dengan segala aspeknya dengan menggunakan semua potensi yang tersedia agar
tercapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien serta produktifitas sekolah
yang bermutu.
2.3.2 Tujuan Manajemen Sekolah
Pada hakekatnya tujuan manajemen sekolah tidak dapat terlepas dari tujuan
sekolah sebagai suatu organisasi. Sekolah sebagai suatu organisasi memiliki
tujuan yang ingin dicapai yang disebut tujuan institusional (kelembagaan) baik
tujuan institusional umum maupun institusional khusus. Tujuan institusional
umum mengacu pada jenjang dan jenis pendidikan, sedangkan tujuan institusional
khusus disamping diwarnai oleh jenjang dan jenis pendidikan juga diwarnai oleh
penyelenggara pendidikan itu sendiri (Suprihatin, 2004:4)
Suatu tujuan institusional baik umum maupun khusus akan tercapai
manakala ada suatu proses kegiatan dalam lembaga (organisasi sekolah). Dengan
kata lain tujuan institusi dapat tercapai tergantung dari bagaimana lembaga
tersebut melakukan tugas kelembagaannya. Dalam melaksanakan tugas
kelembagaan tersebut diperlukan adanya proses manajemen yang baik.
Proses manajemen yang baik manakala didalamnya terdapat keemauan
untuk membantu memperlancar pencapaian tujuan sekolah agar tercapai secara
efektif dan efisien. Kehadiran manajemen dalam proses persekolahan sebagai
salah satu alat untuk membantu memperlancar pencapaian tujuan. Pencapaian
tujuan sekolah dipengaruhi oleh banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam
proses kegiatan sekolah.
18
Manakala tujuan pada tiap jenjang dan jenis sekolah sebagai suatu
organisasi pendidikan telah tercapai dengan baik, maka diharapkan tujuan
pendidikan nasional dapat tercapai. Tujuan pendidikan nasional dapat tercapai
dengan baik diperlukan partisipasi aktif seluruh komponen masyarakat.
Secara lebih terinci tujuan khusus dilaksanakannya manajemen sekolah
yang baik agar: pertama, pada tiap jenis dan jenjang pendidikan terjadi adanya
efektivitas produksi. Para lulusannya dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan
diatasnya, dapat bekerja sesuai dengan pengetahuan dan keterampilannya. Kedua,
tercapainya efisiensi penggunaan sumber daya dan dana, tidak terjadi pemborosan
baik waktu, tenaga, maupun uang dan lainnya. Ketiga, lulusannya mampu
menyesuaikan diri dalam kehidupan dimasyarakat, dan keempat, terciptanya
kepuasan kerja pada setiap anggota warga sekolah. Untuk itu perlu dibangun
suatu iklim organisasi sekolah yang sehat.
2.3.3 Fungsi-fungsi Manajemen Sekolah
Menurut Suprihatin (2004:5), fungsi manajemen sekolah dilihat dari wujud
problemanya terdiri dari bidang-bidang garapan dari manajemen sekolah.
Problema-problema yang merupakan bidang garapan dari manajemen sekolah
terdiri dari:
a. Bidang pengajaran atau lebih luas disebut kurikulum
b. Bidang kesiswaan
c. Bidang personalia
d. Bidang keuangan
e. Bidang sarana
19
f. Bidang prasarana, dan
g. Bidang hubungan sekolah dengan masyarakat (humas)
Fungsi manajemen sekolah menurut Sagala (2007:56-64) adalah sebagai
berikut:
a. Fungsi perencanaan
Perencanaan mengutamakan kontinuitas program sebagai lanjutan bagi
terciptanya stabilitas kegiatan belajar-mengajar disekolah. Sekolah harus
membuat rencana jangka pendek pada tiap semester dan tahunan, karena
kegiatannya selalu berubah. Perencanaan adalah proses memikirkan dan
menetapkan kegiatan-kegiatan atau program-program yang akan dilakukan
pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan tertentu. Baghart dan
Trull dalam Sagala (2007:56) mengemukakan ’Educational planning is first of
all a rational procces”
b. Fungsi pengorganisasian
Pengorganisasian diartikan sebagai kegiatan pembagi tugas-tugas pada orang
yang terlibat dalam kerja sama sekolah. Karena tugas-tugas ini demikian
banyak dan tidak dapat diselesaikan oleh satu orang saja, tugas-tugas ini
dibagi untuk dikerjakan oleh masing-masing unit organisasi. Kegiatan
pengorganisasian menentukan siapa yang akan melaksanakan tugas sesuai
prinsip pengorganisasian. Salah satu prinsip pengorganisasian terbaginya
tugas-tugas dalam berbagai unsur organisasi, dengan kata lain
pengorganisasian yang efektif adalah membagi habis dan menstrukturkan
20
tugas-tugas kedalam sub-sub atau komponen-komponen organisasi secara
proporsional.
c. Fungsi penggerakan
Menggerakkan menurut Terry dalam Sagala (2007:60) berarti merangsang
anggota-anggota kelompok melaksanakan tugas-tugas dengan antusiasdan
kemauan yang baik. Tugas menggerakkan dilakukan oleh pemimpin. Oleh
karena itu kepemimpinan kepala sekolah mempunyai peran yang sangat
penting dalam menggerakkan personal sekolah melaksanakan program
kerjanya.
d. Fungsi pengkoordinasian
Koordinasi dalam operasionalnya mengerjakan unit-unit, orang-orang, lalu
lintas informasi, dan pengawasan seefektif mungkin, semuanya harus
seimbang dan selaras dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Organisasi yang baik menurut Sergiovanni dalam Sagala (2007:61)
memberikan susunan administratif, aturan-aturan, mekanisme
pengkoordinasian yang dibutuhkan untuk memudahkan menjalankan aktivitas
organisasi secara maksimal.
e. Fungsi pengarahan
Pengarahan dilakukan agar kegiatan yang dilakukan bersama tetap melalui
jalur yang telah ditetapkan, tidak terjadi penyimpangan yang dapat
menimbulkan terjadinya pemborosan.
21
f. Fungsi pengawasan
Pengendalian manajemen menurut Stoner (1982:257) ialah proses melalui
manajer dapat memastikan bahwa aktivitas yang aktual sesuai dengan yang
direncanakan, sedangkan proses pengawasan mencatat pengembangan ke arah
tujuan dan memungkinkan manajer mendeteksi penyimpangan dari
perencanaan tepat pada waktunya untuk mengambil tindakan korektif sebelum
terlambat. Pengawasan dan pengendalian sekolah harus dilakukan oleh kepala
sekolah, pengawasan layanan belajar harus dilakukan oleh supervisor, dan
pengawasan layanan teknis kependidikan dilakukan oleh tenaga kependidikan
yang diberi wewenang untuk itu. Pengendalian dan pengawasan penggunaan
anggaran dalam penyelenggaraanprogram sekolah harus ditentukan batas dari
sumber-sumber anggaran sekolah yang dapat digunakan untuk menjalankan
operasi sekolah. Kualitas layanan belajar biasanya akan diawasi melalui
metode pengawasan kualitas menurut ilmu statistik dan ilmu pendidikan
dalam hal pengukuran kemajuan belajar siswa dan juga kinerja sekolah secara
keseluruhan.
2.3.4 Prinsip-prinsip Manajemen Sekolah
Menurut Suprihatin (2004:7) dalam pengelolaan sekolah agar dapat
mencapai tujuan sekolah yang baik, maka perlu mendasarkan pada prinsip-prinsip
manajemen sebagai berikut:
a. Prinsip efisiensi, yakni dengan penggunaan modal yang sedikit dapat
menghasilkan hasil yang optimal.
b. Prinsip efektivitas, yakni ketercapaian sasaran sesuai tujuan yang diharapkan
22
c. Prinsip pengelolaan, yakni seorang manajer harus melakukan pengelolaan
sumber-sumber daya yang ada.
d. Prinsip pengutamaan tugas pengelolaan, yakni seorang manajer harus
mengutamakan tugas-tugas pokoknya.
e. Prinsip kerja sama, yakni seorang manajer hendaknya dapat membangun kerja
sama yang baik secara vertikal maupun secara horizontal.
f. Prinsip kepemimpinan yang efektif, yakni bagaimana seorang manajer dapat
memberi pengaruh, ajakan pada orang lain untuk pencapaian tujuan bersama.
2.3.5 Kepemimpinan Kepala Sekolah
Menurut Richard dalam Sagala (2007:19), kepemimpinan adalah salah satu
fenomena yang paling mudah diobservasi, tetapi menjadi salah satu hal yang
paling sulit dipahami, sedangkan menurut Joseph dalam Sagala (2007:19),
kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang saling mempengaruhi diantara
pemimpin dan pengikut yang menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan
tujuan bersamanya.
Kepala sekolah adalah orang yang diberi tugas dan tanggung jawab
mengelola sekolah menghimpun, memanfaatkan, dan menggerakkan seluruh
potensi sekolah secara optimal untuk mencapai tujuan. Kepala sekolah
sebagai”Human Resource Manager” adalah individu yang biasanya menduduki
jabatan yang memainkan peran sebagai adviser (staff khusus) tatkala bekerja
dengan manajer lain terkait dengan urusan SDM.
Kepala sekolah termasuk pemimpin akademik, adalah pemain alam yang
berangkat dari masing-masing latar pendidikan, pengetahuan, dan pengalaman.
23
Karena itu kepemimpinan kepala sekolah harus memiliki jiwa entrepreneurship,
konsep kelembagaan, dan visioner. Setiap kepala sekolah membawa pengaruh
besar terhadap pengajaran untuk kebaikan atau keburukan. Kepala sekolah
memerlukan instrumen yang mampu menjelaskan berbagai aspek lingkungan
sekolah dan kinerjanya dalam memantau perjalanan kearah masa depan yang
menjanjikan.
Berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab kepala sekolah dalam
mengelola sekolah, menurut PERMENDIKNAS No.13 Tahun 2007 tentang
standar kepala sekolah/madrasah, maka kepala sekolah harus memiliki beberapa
kualifikasi dan kompetensi yang harus dipenuhi, kualifikasi dan kompetensi
tersebut adalah sebagai berikut:
A. Kualifikasi
1. Kualifikasi Umum
a. Memilki kualitas akademik sarjana (SI) atau diploma empat (D IV)
kependidikan atau non kependidikan pada perguruan tinggi yang
terakreditasi
b. Pada waktu diangkat sebagai kepala sekolah berusia setinggi-tingginya 56
tahun.
c. Memilki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun
menurut jenjang sekolah masing-masing
d. Memiliki pangkat serendah-rendahnya III/c bagi pegawai negeri sipil
(PNS) dan bagi non-PNS disetarakan dengan kepangkatan yang
dikeluarkan oleh yayasan atau lembaga berwenang.
24
2. Kualifikasi Khusus
Kualifikasi khusus bagi kepala Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) adalah sebagai berikut:
a. Berstatus sebagai guru SMK/MAK.
b. Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SMK/MAK.
c. Memiliki sertifikat kepala SMK/MAK yang diterbitkan oleh lembaga
yang ditetapkan oleh pemerintah.
B. Kompetensi
Seorang kepala sekolah harus memiliki beberapa kompetensi yang terdiri
dari kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial., kompetensi kewirausahaan,
kompetensi supervisi dan kompetensi sosial. Kompetensi-kompetensi tersebut
adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Kompetensi-kompetensi Kepala Sekolah
NO DIMENSI KOMPETENSI
KOMPETENSI
1
2
Kepribadian Manajerial
a. Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia, dan menjadi teladan akhlak mulia bagi komunitas sekolah
b. Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin c. Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan
diri sebagai kepala sekolah d. Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok
dan fungsinya e. Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah
dalam pekerjaan sebagai kepala sekolah. f. Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin
pendidikan a. Menyusun perencanaan sekolah untuk berbagai
tingkatan perencanaan. b. Mengembangkan organisasi sekolah sesuai dengan
kebutuhan c. Memimpin sekolah dalam rangka pendayagunaan
sumber daya sekolah secara optimal d. Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah
25
3
Kewirausahaan
menuju organisasi pembelajar yang efektif e. Menciptakan budaya dan iklim sekolah yang
kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik.
f. Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal
g. Mengelola sarana prasarana sekolah dalam rangka pendayagunaan secara optimal.
h. Mengelola hubungan sekolah dan masyarakat dalam rangka pencarian dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah.
i. Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru, dan penempatan dan pengembangan kapasitas peserta didik.
j. Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan tujuan pendidikan nasional.
k. Mengelola keuangan sekolah sesuai prinsip pengelolaan yang akuntabel, transparan, dan efisien.
l. Mengelola ketata usahaan sekolah dalam mendukung pencapaian tujuan sekolah.
m. Mengelola unit layanan khusus sekolah dalam mendukung kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik disekolah.
n. Mengelola sistem informasi sekolah dalam mendukung penyusunan program dan pengambilan keputusan
o. Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah
p. Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan sekolah dengan prosedur yang tepat, serta merencanakan tindak lanjutnya.
a. Menciptakan inovasi yang berguna bagi
pengembangan sekolah. b. Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah
sebagai organisasi pembelajar yang efektif. c. Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah.
d. Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala yang dihadapi sekolah.
e. Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi jasa sekolah sebagai sumber belajar peserta didik.
26
4
5
Supervisi Sosial
a. Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.
b. Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat.
c. Menindaklanjuti hasil observasi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.
a. Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan
sekolah b. Berpartisipasi dalam kegiatan sosial
kemasyarakatan. c. Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau
kelompok lain.
Sumber : PERMENDIKNAS TAHUN 2007
2.3.6 Manajemen Komponen-komponen Sekolah
Salah satu cara untuk mengembangkan manajemen sekolah adalah dengan
menggunakan pendekatan sistem, yang memberikan gambaran menyeluruh
terhadap semua komponen serta lingkungan yang mempengaruhi sistem sekolah
yang bersangkutan. Menurut Mulyasa (2004:22), manajemen sekolah akan
melihat bagaimana manajemen substansi-substansi pendidikan di suatu sekolah
atau manajemen berbasis sekolah agar dapat berjalan dengan tertib, lancar, dan
benar-benar terintegrasi dalam suatu sistem kerja sama untuk mencapai tujuan
secara efektif dan efisien. Hal yang paling penting dalam manajemen sekolah
adalah manajemen terhadap komponen-komponen sekolah itu sendiri.
Menurut Suprihatin (2004:5) bahwa fungsi manajemen sekolah dilihat dari
wujud problemanya terdiri dari bidang-bidang garapan dari manajemen sekolah.
Problema-problema yang merupakan bidang garapan dari manajemen sekolah
terdiri dari: 1). Bidang pengajaran atau lebih luas disebut kurikulum, 2). Bidang
27
personalia, 3). Bidang kesiswaan, 4). Bidang keuangan, 5). Bidang sarana, 6).
Bidang prasarana, dan 7). Bidang hubungan sekolah dengan masyarakat (humas).
1) Manajemen Kurikulum
Dalam program akademik yang bersifat umum, kurikulum sekolah
sekarang sudah sedemikian inovatif sampai kejenjang Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP). Hal ini tidak harus berarti bahwa seluruh materi
pelajaran yang ditentukan dalam kurikulum tersebut harus diliput atau
diajarkan. Yang lebih penting adalah bahwa siswa mampu menguasai
kemampuan dasar (basic competencies) dari tiap mata pelajaran, yang
mengarah pada pencapaian kualifikasi akademik.
Ukuran keberhasilan pendidikan tidak semata-mata didasarkan pada
keberhasilan lulusan dalam Ujian Nasional sehingga dapat diterima
diperguruan tinggi. Terbentuknya sikap yang positif terhadap ilmu
pengetahuan dan teknologi serta terhadap lingkungan, merupakan indikator
keberhasilan yang lebih penting. Kecuali itu atas penguasaan piranti (tools)
atau metode untuk belajar lebih lanjut/sepanjang hayat juga merupakan
indikator yang lebih penting dari pada hanya sekedar mampu menjawab
pertanyaan atau mengerjakan soal ujian. Kedua hal terakhir ini (mampu
menjawab pertanyaan dan mengerjakan soal) merupakan apa yang dilakukan
oleh lembaga bimbingan belajar, dan bukanlah tugas dari lembaga pendidikan.
Penguasaan atas tujuan belajar harus diusahakan tidak hanya pada
jenjang yang rendah. Dalam ranah kognitif misalnya, penguasaan itu tidak
cukup pada kemampuan untuk mengingat dengan menyebutkan,
28
mengidentifikasi, dan mengulang, melainkan pada jenjang kognitif yang lebih
tinggi seperti kemampuan menganalisis, menilai, dan mencipta. Dalam ranah
afektif tujuan tidak hanya pada jenjang pengenalan dan pemberian respons,
melainkan pada jenjang pengorganisasian dan pengamalan (Yusufhadi,
2004:732).
Manajemen kurikulum mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan,
dan penilaian kurikulum. Perencanan dan pengembangan kurikulum nasional
pada umumnya telah dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional pada
tingkat pusat. Sekolah yang paling penting adalah merealisasikan dan
menyesuaikan kurikulum tersebut dengan kegiatan pembelajaran. Sekolah
juga bertugas dan berwewenang untuk mengembangkan kurikulum muatan
lokal sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan lingkungan setempat.
Kurikulum muatan lokal yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
objektif lingkungan, perlu dikembangkan dan mendapat perhatian yang besar.
Pengembangan kurikulum muatan lokal sperti diamanatkan dalam UUSPN
[Pasal 50 Ayat (5)] merupakan tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota.
Namun sekolah perlu memberikan masukan agar dimungkinkan adanya
fleksebilitas dalam pelaksanaan kurikulum tersebut agar sesuai dengan
kebutuhan masyarakat, termasuk orang tua siswa dan kemampuan sekolah.
Sekolah merupakan ujung tombak pelaksanaan kurikulum, baik
kurikulum nasional maupun muatan lokal yang diwujudkan melalui proses
belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, institusional,
kurikuler, dan instruksional. Menurut Mulyasa (2004:24) manajemen atau
29
administrasi pengajaran adalah keseluruhan proses pengajaran yang bertujuan
agar seluruh kegiatan pengajaran terlaksana secara efektif dan efisien.
Untuk menjamin efektifitas pengembangan kurikulum dalam manajemen
berbasis sekolah, kepala sekolah sebagai pengelola program pengajaran
bersama guru-guru harus menjabarkan isi kurikulum secara lebih rinci dan
operasional kedalam program tahunan, caturwulan dan bulanan. Adapun
program mingguan atau program satuan pelajaran, wajib dikembangkan guru
sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar.
Manajemen kurikulum meliputi tiga kegiatan pokok yaitu kegiatan yang
berhubungan dengan tugas guru, peserta didik, dan seluruh sivitas akademika
atau warga sekolah.
1. Kegiatan yang berhubungan dengan tugas guru meliputi
a. Pembagian tugas guru yang dijabarkan dari struktur program
pengajaran dan ketentuan tentang beban mengajar wajib bagi guru,
beban tugas maksimum seorang guru 24 jam per minggu.
b. Tugas guru dalam mengikuti jadwal pelajaran. Adapun jadwal tugas
guru ada tiga yaitu
1) Jadwal pelajaran kurikuler dengan memperhatikan ketentuan
akademik seperti keseimbangan berat ringan bobot pelajaran tiap
hari, pengaturan mata pelajaran mana yang didahulukan/
ditengah/diakhir pelajaran, mata pelajaran bersifat praktikum/
PKL/PPL.
30
2) Jadwal pelajaran non kurikuler, disusun sesuai situasi dan kondisi
individual atau kelompok peserta didik.
3) Jadwal pelajaran ekstra kurikuler disusun diluar jam pelajaran.
Kurikuler dan program kurikuler, biasanya bersifat
pengembangan ekspresi, hobi, bakat, minat serta prestasi seperti
seni tari, musik, Pencinta Alam (PA), palang merah remaja,
pramuka serta penunjang proses belajar mengajar lainya.
c. Tugas guru dalam kegiatan proses belajar mengajar meliputi
1) Membuat persiapan atau perencanaan pengajaran
2) Melaksanakan pengajaran
3) Mengevaluasi hasil pengajaran
2. Kegiatan yang berhubungan dengan tugas peserta didik
Tugas ini adalah tugas guru dalam membimbing siswa supaya dapat
melaksanakan belajar dengan hasil yang maksimal.
3. Kegiatan yang berhubungan dengan seluruh sivitas akademika.
Kegiatan ini merupakan pedoman sinkronasi segala kegiatan sekolah, yang
kurikuler, ekstra kurikuler, akademik atau non akademik, hari-hari kerja,
hari-hari libur, karya wisata, hari-hari besar nasional atau agama.
(Suprihatin, 2002 : 10-11)
Berdasarkan PERMENDIKNAS Tahun 2007 peraturan di bidang
kurikulum dan kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
1) Sekolah atau madrasah menyusun KTSP
31
2) Penyusunan KTSP memperhatikan Standar Kompetensi Lulusan,
Standar isi, dan peraturan pelaksanaannya.
3) KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi sekolah/madrasah,
potensi atau karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat,
dan peserta didik.
4) Kepala sekolah/madrasah bertanggungjawab atas KTSP.
5) Wakil kepala sekolah bidang kurikulum bertanggungjawab atas
pelaksanaan penyusunan KTSP
6) Setiap guru bertanggungjawab menyusun silabus setiap mata pelajaran
yang diampunya sesuai dengan standar isi, standar kompetensi
lulusan, dan panduan penyusunan KTSP.
7) Dalam penyusunan sillabus, guru dapat bekerjasama dengan
kelompok kerja guru, MGMP, LPMP atau perguruan tinggi.
8) Penyusunan KTSP dikoordinasi, disupervisi, dan difasilitasi oleh
Dinas Pendidikan Provinsi yang bertanggungjawab dibidang
pendidikan, sedangkan untuk penyusunan KTSP Pendidikan agama
islam oleh kantor wilayah Departemen Agama Provinsi.
b. Kalender pendidikan
1) Sekolah/madrasah menyusun kalender pendidikan yang meliputi
jadwal pembelajaran, ulangan, ujian, kegiatan ekstrakurikuler, dan
hari libur.
2) Penyusunan kalender akademik didasarkan pada standar isi, berisi
mengenai pelaksanaan aktivitas sekolah selama satu tahun dan dirinci
32
secara semesteran, bulanan dan mingguan, serta diputuskan dalam
rapat dewan pendidik dan ditetapkan oleh kepala sekolah/madrasah.
3) Sekolah menyusun jadwal penyusunan KTSP
4) Sekolah menyusun mata pelajaran yang dijadwalkan pada semester
gasal, dan semester genap.
c. Program pembelajaran
1) Sekolah/madrasah menjamin mutu kegiatan pembelajaran untuk setiap
mata pelajaran dan program pendidikan tambahan yang dipilihnya.
2) Kegiatan pembelajaran didasarkan pada Standar Kompetensi Lulusan,
standar isi, dan peraturan pelaksanaannya, serta Standar Proses dan
Standar Penilaian.
3) Mutu pembelajaran disekolah/madrasah dikembangkan dengan model
kegiatan pembelajaran yang mengacu pada Standar Proses, melibatkan
peserta didik secara aktif, demokratis, mendidik, memotivasi,
mendorong kreativitas dan dialogis, tujuan agar peserta didik
mencapai pola pikir dan kebebasan berfikir, berargumentasi,
mempertanyakan, mengkaji, menemukan dan memprediksi serta
pemahaman bahwa keterlibatan peserta didik secara aktif dalam
proses belajar yang dilakukan secara sungguh-sungguh dan mendalam
untuk mencapai pemahaman konsep, tidak terbatas pada materi yang
diberikan oleh guru
4) Setiap guru mempertanggungjawabkan terhadap mutu perencanaan
kegiatan pembelajaran untuk setiap mata pelajaran yang diampunya
33
agar peserta didik mampu meningkatkan rasa ingin tahu, mencapai
keberhasilan belajarnya secara konsisten sesuai dengan tujuan
pendidikan, mengolah informasi menjadi pengetahuan, menggunakan
pengetahuan untuk menyelesaikan masalah, mengkomunikasikan
pengetahuan pada pihak lain, dan mengembangkan belajar mandiri
dan kelompok dengan proporsi yang wajar.
5) Kepala sekolah bertanggungjawab terhadap kegiatan pembelajaran
sesuai dengan peraturan yang ditetapkan pemerintah
6) Kepala sekolah dan wakil kepala sekolah bidang kurikulum
bertanggungjawab terhadap mutu kegiatan pembelajaran.
7) Setiap guru bertanggungjawab terhadap mutu kegiatam pembelajaran
untuk setiap mata pelajaran yang diampunya.
d. Penilaian hasil belajar peserta didik
1) Sekolah/madrasah menyusun program penilaian hasil belajar yang
berkeadilan, bertanggungjawab dan berkesinambungan
2) Penyusunan program penilaian hasil belajar didasarkan pada standar
penilaian pendidikan.
3) Sekolah/madrasah menilai hasil belajar untuk seluruh kelompok mata
pelajaran, dan membuat catatan keseluruhan, untuk menjadi bahan
program remedial, klarifikasi capaian ketuntasan yang direncanakan,
laporan kepada pihak yang memerlukan, pertimbangan kenaikan kelas
atau kelulusan, dan dokumentasi
4) Seluruh program penilaian disosialisasikan kepada guru.
34
5) Program penilaian hasil belajar perlu ditinjau secara periodik.
6) Sekolah menetapkan prosedur yang mengatur transparasi sistem
evaluasi hasil belajar.
7) Semua guru mengembalikan hasil kerja siswa yang dinilai.
8) Sekolah menetapkan petunjuk pelaksanaan operasional mengenai
penilaian hasil belajar.
9) Penilaian meliputi semua kompetensi dan materi yang diajarkan.
10) Seperangkatn metode penilaian yang sesuai dengan metode/strategi
pembelajaran yang digunakan.
11) Sekolah menyusun ketentuan pelaksanaan penilaian hasil belajar
sesuai dengan Standar Penilaian Pendidikan.
12) Kemajuan yang dicapai oleh peserta didik dipantau
13) Penilaian yang didokumentasikan disertai bukti bukti kesahihan,
keandalan, dan dievaluasi secara periodik untuk perbaikan metode
penilaian.
14) Sekolah/madrasah melaporkan hasil belajar kepada orang tua peserta
didik, komite sekolah, dan institusi diatasnya.
e. Peraturan akademik
1) Sekolah menyusun dan menetapkan peraturan akademik.
2) Peraturan akademik berisi, persyaratan minimal kehadiran siswa,
ketentuan mengenai ulangan, remedial, ujian, kenaikan kelas, dan
kelulusan, ketentuan mengenai hak siswa, ketentuan mengenai
35
layanan konsultasi kepada guru mata pelajaran, wali kelas dan
konselor.
3) Peraturan akademik diputuskan oleh rapat dewan pendidik dan
ditetapkan oleh kepala sekolah.
2) Manajemen Tenaga Kependidikan
Pengembangan kapabilitas dan tenaga merupakan aspek yang sangat
penting dalam setiap usaha pembaharuan, meskipun disadari bahwa tenaga
yang kapabel dan kompeten saja tidak akan cukup untuk dapat mencapai
tujuan yang diharapakan. Keseluruhan organisasi perlu dikembangkan secara
serentak. Tenaga yang perlu dikembangkan meliputi guru dan tenaga
kependidikan lain, baik yang bertugas didalam sekolah dan berinteraksi
langsung dengan siswa seperti guru, pustakawan, dan konselor maupun
mereka yang bertugas diluar sekolah dan tidak berintraksi langsung dengan
siswa-siswa seperti supervisor/pengawas, kepala sekolah, orang tua siswa,
pengurus yayasan, dan pengelola program pendidikan di daerah (provinsi,
kabupaten dan kota) dan di Pusat. Para pengelola ini berperan memfasilitasi
dan membina pengembangan persekolahan secara keseluruhan.
Pengembangan tenaga guru merupakan prioritas pertama.
Pengembangan ini dengan mendidik kembali dan menatar guru yang telah ada
sehingga berkelayakan, menambah guru baru yang sesuai dengan kebutuhan,
dan memberikan penugasan yang cocok dengan latar belakang pendidikan
atau keahliannya. Pengembangan tenaga dalam lingkup sekolah tidak hanya
dilakukan oleh guru semata, melainkan tenaga kependidikan lain seperti
36
konselor, pustakawan dan kepala sekolah sendiri perlu deberi kesempatan
untuk mengembangkan kemampuan profesionalismenya sesuai dengan
tuntutan perkembangan IPTEK.
Kepala sekolah selaku tampuk pimpinan tinggi yang ada dalam
manjemen sekolah merupakan faktor sangat penting dalam pengambilan setiap
kebijakan terkait dengan manajemen tenaga kependidikan. Manajemen tenaga
kependidikan atau manajemen personalia pendidikan bertujuan untuk
mendayagunakan tenaga kependidikan secara efektif dan efisien untuk
mencapai hasil yang optimal namun tetap dalam kondisi yang menyenangkan.
Sehubungan dengan itu, fungsi personalia yang harus dilaksanakan pimpinan
adalah menarik, mengembangkan, mengkaji, dan memotivasi personil guna
mencapai tujuan sistem, membantu anggota mencapai posisi dan standar
peilaku, memaksimalkan perkembangan karier tenaga kependidikan serta
menyelaraskan tujuan individu dan organisasi.
Berdasarkan PERMENDIKNAS Tahun 2007, peraturan di bidang tenaga
kependidikan adalah:
a. Sekolah menyusun program pendayagunaan pendidik dan tenaga
kependidikan
b. Program pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan disusun
dengan memperhatikan Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, serta
dikembangkan sesuai dengan kondisi sekolah.
c. Pengangkatan pendidik dan tenaga kependidikan tambahan dilaksanakan
berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh penyelenggara sekolah.
37
d. Sekolah perlu mendukung upaya, promosi pendidik dan tenaga
kependidikan berdasarkan asas kamanfaatan, kepatutan dan
profesionalisme, pengembangan tenaga kependidikan yang diidentifikasi
secara sistematis sesuai dengan aspirasi individu, kebutuhan kurikulum
dan sekolah, penempatan tenaga kependidikan disesuaikan dengan
kebutuhan fisik jumlah maupun kualifikasinya dengan menetapkan
prioritas, serta mutasi tenaga kependidikan dari satu posisi ke posisi
lainnya didasarkan pada analisis jabatan.
e. Sekolah/ madrasah mendayagunakan kepala sekolah sebagai pengelola
sekolah, wakil kepala sekolah sebagai pembantu kepala sekolah, wakil
kepala sekolah bidang kurikulum sebagai pembantu kepala sekolah dalam
mengelola bidang kurikulum, wakil kepala sekolah bidang sarana
prasarana sebagai pembantu dalam mengelola sarana prasarana, wakil
kepala sekolah bidang kesiswaan sebagai pembantu dalam mengelola
peserta didik, guru melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai
agen pembelajaran, konselor memberikan layanan bimbingan dan
konseling kepada peserta didik, instruktur memberikan pelatihan teknis
kepada peserta didik pada kegiatan pelatihan, tenaga perpustakaan
melaksanakan pengelolaan sumber belajar di perpustakaan, tenaga
laboratorium membantu guru mengelola kegiatan praktikum di
laboratorium, tenaga administrasi menyelenggarakan pelayanan
administratif, dan tenaga kebersihan malaksanakan tugas dalam
memberikan layanan kebersihan lingkungan.
38
4) Manajemen Kesiswaan
Peserta didik (kesiswaan) merupakan komponen utama setiap program
pendidikan. Sesuai dengan ketentuan perundangan (UUSPN No. 20 Pasal 5
ayat 1), setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu. Oleh karena itu penerimaan siswa baru harus tidak
dibatasi pada kriteria keunggulan atau jenis kelamin dan suku tertentu,
melainkan diterima dengan kriteria yang berlaku umum atau yang disepakati
bersama dengan komite sekolah.
Setiap siswa berhak untuk memperoleh perlakuan adil sesuai dengan
karakteristik masing-masing. Mereka yang memiliki keunggulan tertentu
diberikan kesempatan untuk berkembang tanpa mendapat hambatan, misalnya
dengan program pengayaan. Sedangkan mereka yang mengalami hambatan,
misalnya lambat dalam belajar, perlu mendapat bimbingan atau program
remidial, sehingga mampu dicapai dengan standar minimum yang diharapkan.
Para siswa perlu dipersiapkan sehingga mampu menguasai pengetahuan,
mampu mengenal jati diri, mampu berkarya, dan mampu untuk hidup bersama
dalam keselarasan dengan lingkungan.
Pemilihan jurusan atau program pendidikan ketrampilan harus dilakukan
sesuai dengan kemampuan serta bakat dan minat maing-masing siswa. Mereka
yang tidak berminat untuk meneruskan pendidikan ke perguruan tinggi, perlu
diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya atau
ketrampilannya hingga dapat bermanfaat untuk kehidupan bermasyarakat,
baik untuk memasuki dunia kerja, maupun untuk berwirausaha.
39
Manajemen peserta didik merupakan hal yang penting untuk menjadi
sebuah pemikiran utama dalam setiap manajemen sekolah. Pemikiran yang
selalu berevolusi sehingga menghasilkan inovasi guna menunjang
perkembangan siswa diharapkan jangan pernah berhenti untuk menuju titik
inovasi yang maksimal.
Menurut Soetjipto (2007:165) terdapat tiga kegiatan dalam manajemen kesiswaan, yaitu penerimaan siswa baru, pembinaan siswa, dan penamatan program siswa di sekolah. Ketiga program tersebut yaitu: 1. Penerimaan siswa
Penerimaan siswa adalah proses pencatatan dan layanan kepada siswa yang baru masuk sekolah, setelah mereka memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditentukan oleh sekolah itu.
2. Pembinaan siswa Pembinaan siswa adalah pemberian layanan kepada siswa di suatu lembaga pendidikan, baik di dalam maupun di luar jam pelajaran. Pembinaan dilakukan dengan menciptakan kondisi atau membuat siswa sadar akan tugas-tugas belajarnya.
3. Tamat belajar Apabila siswa telah menamatkan semua mata pelajaran atau telah menempuh kurikulum sekolah dengan memuaskan, maka siswa berhak mendapatkan surat tanda tamat belajar.
5) Manajemen Sarana dan Prasarana
Menurut Mulyasa (2004:49) sarana pendidikan adalah peralatan dan
perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses
pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas,
meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran.
Sarana yang dikembangkan disekolah meliputi ruang kelas dengan
perabotannya, laboratorium dengan kelengkapannya, perpustakaan dengan
koleksi buku serta bahan belajar lain, ruang ketrampilan dengan peralatannya,
40
ruang perkantoran, gedung serbaguna, dan sarana penunjang lain, seperti
mushola, kamar kecil dan lain-lain.
Semua sarana diatas dapat didayagunakan secara optimal dengan tujuan
untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi program pembelajaran. Sarana ini
harus diusahakan sebagai tempat yang menyenangkan dan menarik untuk
belajar.
Dalam kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan peserta didik dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar, maka sarana dan prasarana sangat
mutlak dibutuhkan. Dalam hubungannya dengan sarana pendidikan, Nawawi
dalam Bafadal (2003:2) mengklasifikasikannya menjadi beberapa macam
sarana pendidikan, yaitu ditinjau dari sudut habis tidaknya dipakai, bergerak
tidaknya pada saat digunakan, dan hubungannya dengan peroses belajar
mengajar.
Sedangkan prasarana pendidikan di sekolah bisa diklasifikasikan
menjadi dua macam yaitu prasarana pendidikan yang secara langsung
digunakan untuk proses belajar mengajar dan prasarana sekolah yang
keberadaannya tidak digunakan untuk proses belajar mengajar, tetapi secara
langsung sangat menunjang terjadinya proses balajar mengajar.
Menurut Bafadal (2003:5) secara umum, tujuan manajemen
perlengkapan sekolah adalah memberikan layanan secara profesional di
bidang saran prasarana pendidikan dalam rangka terselenggaranya proses
pendidikan secara efektif dan efisien. Tujuannya adalah untuk mengupayakan
pengadaan sarana dan prasarana pendidikan malalui sistem perencanaan dan
41
pengadaan yang hati-hati dan seksama, untuk mengupayakan pemakaian
sarana dan prasarana sekolah secar tepat dan efisien, dan untuk mengupayakan
pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah sehingga keberadaannya selalu
dalam kondisi siap pakai dalam setiap diperlukan oleh semua personil sekolah.
Berdasarkan PERMENDIKNAS tahun 2007 mengatur bidang sarana
prasarana sebagai berikut:
a. Sekolah menetapkan kebijakan program secara tertulis mengenai
pengelolaan sarana prasarana.
b. Program pengelolaan sarana prasarana mengacu pada Standar Sarana dan
Prasarana dalam hal merencanakan, memenuhi, mendayagunakan,
mengevaluasi, pemeliharaan, melengkapi, menyusun skala prioritas
pengembangan fasilitas pendidikan serta pemeliharaan semua fasilitas fisik
dan peralatan dengan memeperhatikan kesehatan dan keamanan
lingkungan.
c. Seluruh program pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan
disosialisasikan kepada pendidik, tenaga kependidikan dan peserta didik
d. Pengelolaan sarana prasarana sekolah direncanakan secara sistematis dan
dituangkan dalam rencana pokok yang meliputi gedung dan laboratorium
serta pengembangannya.
e. Pengelolaan perpustakaan perlu menyediakan petunjuk pelaksanaan
operasional peminjaman buku dan bahan pustaka lain, merencanakan
fasilitas peminjaman buku dan bahan pustaka lain, membuka pelayanan
42
minimal enam jam sehari pada jam kerja, melengkapi fasilitas peminjaman
antar perpustakaan, baik internal maupun eksternal
f. Pengelolaan laboratorium dikembangkan sejalan dengan perkembangan
ilmu pengetahuan.
g. Pengelolaan fasilitas fisik untuk kegiatan ekstra-kurikuler disesuaikan
dengan perkembangan kegiatan ekstra-kurikuler peserta didik dan
mengacu pada standar sarana dan prasarana.
2.4 Hasil Penelitian Terdahulu
2.4.1 Hasil-hasil yang sudah Diteliti
Untuk mendukung pencapaian hasil secara maksimal dalam pelaksanaan
MBS, berbagai program pendukung/pengiring hingga saat ini telah dilakukan oleh
pemerintah baik pusat, propinsi, maupuan kabupaten/kota, bekerjasama dengan
komponen masyarakat (LSM).
Beberapa program yang telah dilakukan antara:
1) Program Advokasi dan Pendampingan MBS
Tujuan program ini adalah meningkatkan pemahaman dan komitmen
para penyelenggara pendidikan, mancakup unsur pimpinan dan pelaksana
(pengawas sekolah, kepala sekolah dan guru) terhadap pentingnya
menerapkan program MBS dalam pengelolaan pendidikan (sekolah). Agar
pemahaman dan komitmen para penyelenggara sekolah terhadap program
MBS tetap tinggi dan terarah, maka dilakukan advokasi dan pendampingan.
Hasil yang diperoleh adalah adanya pemahaman dan komitmen yang
43
meningkat dari para penyelenggara pendidikan terhadap pentingnya
pelaksanaan MBS secara maksimal di sekolah.
2) Program Pelatihan Peran Serta Masyarakat (PSM)
Program ini bertujuan meningkatkan partisipasi masyarakat dan
stakeholder pendidikan dalam mendukung program-program sekolah,
terutama berkaitan dengan pelaksanaan MBS. Implementasi program ini
berupa: (a) pelatihan bagi pelaksana pendidikan, kelompok (tokoh/LSM)
masyarakat, Komite Sekolah yang peduli terhadap kemajuan pendidikan di
lingkungannya; (b) mendorong kelompok masyarakat/LSM untuk
menciptakan program-program kerjasama dengan lembaga pendidikan,
khususnya lembaga pendidikakan yang melaksanakan program MBS.
Hasil-hasil yang dapat dicapai dalam program PSM ini antara lain:
a) Meningkatnya pemahaman dan apresiasi penyelenggara pendidikan,
kelompok masyarakat/LSM, Komite Sekolah, serta stakeholder terkait,
terhadap substansi program MBS;
b) Meningkatnya dukungan masyarakat/komite sekolah dalam pengelolaan
sekolah melalui program MBS;
c) Meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap perkembangan dan
kemajuan pendidikan, baik pada konteks lokal, regional maupun
nasional.
3) Program Pembelajaran Aktif, Kretaif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM)
Program ini berkaitan langsung dengan pelaksanaan MBS, khususnya
dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
44
Sebagai salah satu unsur manajemen sekolah yang didesentralisasikan, guru
sejatinya adalah aset utama pendidikan. Untuk itu, kinerja dan
profesionalismenya harus selalu berkembang.
Model PAKEM, pada dasarnya telah diakui keberadaannya oleh
kalangan pendidik tingak pendidikan dasar. Dalam konteks MBS, model ini
perlu diadopsi oleh guru-guru yang sekolahnya melaksanakan program MBS.
Hasil yang diharapkan bagi guru-guru peserta pelatihan PAKEM adalah
bahwa dirinya memiliki bekal kemampuan yang meningkat, serta berpeluang
menerapkan dan mengembangkan pembelajaran secara kreatif khususnya
merujuk kepada prinsip pembelajaran PAKEM.
2.4.2 Kajian Penelitian yang telah Dilakukan
Tabel.2.2 PENELITIAN TERDAHULU
No Judul Variabel Hasil Temuan Analisis Daman (2001)
1
Pelaksanaan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MBS) di SLTP Kota Semarang
1. Aspek Keterbukaan Manajemen Sekolah
2. Kerjasama 3. Kemandirian 4. Ketercapaian
sasaran dan dampak MBS
1. Secara umum MBS dilaksanakan dengan kategori baik.
2. Hasilnya mencapai 77,36%
Pada tahun 2001 prosentase ketercapaian mencapai angka 73%. Hasil ini belum maksimal karena terkendala masalah belum terbiasanya pengelola sekolah menerapkan MBS
Jasman Indarto (2002)
2
Kontribusi Penerapan MBS Terhadap Kualitas Penyelenggara Pendidikan Tingkat Dasar Di Jawa Tengah
1. Manajemen kepala sekolah
2. Proses
pembelajaran 3. Partisispasi
masyarakat
1. Hasil 65,3% kategori cukup.
2. Hasil 90,3% kategori tinggi
3. Hasil
Pada tesis ini ditunjukkan cukup siginifikannya kontribusi MBS terhadap kualitas pengelola sekolah tingkat dasar. Artinya semakin baik pelaksanaan
45
88,9% kategori cukup
MBS pada tiga aspek ini akan semakin baik juga kualitas penyelenggaraan pendidikan.
Andini Arsika Sari (2008)
3
Analisis kinerja manajemen kurikulum, kependidikan (personalia), kesiswaan, sarana dan prasarana sekolah di SMA se kabupaten Jepara
Kepemimpinan kepala sekolah, manajemen kurikulum, manajemen kependidikan (personalia), manajemen sarana dan prasarana
1. Kepemimpinan kepala sekolah sangat ideal
2. Manajemen kurikulum berkritria ideal
3. Kependidikan berkritria ideal
4. Kesiswaan berkriteria cukup tinggi
5. Manajemen sarana dan prasarana berkritria ideal
Sri Yuliningtias (2008) 4
Analisis Portofolio Kinerja Manajemen Kinerja Manajemen Madrasah Aliyah (MA) Negeri dan Swasta se-Kab. Rembang
Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kurikulum, Kependidikan, Kesiswaan, Keuangan, Hudungan Masyarakat, Layanan Khusus, Sarana dan Prasarana (Sarpras)
1. kepemimpinan kepsek sangat ideal
2. kurikulum dengan kriteria ideal
3. kependidikan dengan kriteria ideal
4. kesiswaan dengan kriteria cukup tinggi
5. keuangan berkriteria tinggi
6. Humas berkriteria ideal
7. Layanan khusus
8. Sarpras Berkriteria ideal
1. Kepemimpinan kepsek lemah pada kompetensi sosial
2. Kurikulum lemah pada program pengajaran
3. Kependidikan lemah pada tenaga laborat
4. Kesiswaan memiliki input yang rendah
5. Keuangan, MA negeri lebih tinggi dari pada MA swasta
6. Humas baik 7. Layanan khusus
sudah baik terutama kesehatan
8. Sarpras lemah pada inventarisasi
Sumber: Studi Pustaka
46
Daman (2001) dalam penelitiannnya menyebutkan hambatan-hambatan
dalam pelaksanaan MBS antara lain di SLTP adalah pengelola sekolah belum
terbiasa melaksanakan teori-teori MBS; dan budaya masyarakat baik guru, siswa,
tata usaha, maupun orang tua murid belum banyak menyadari pentingnya
pendidikan. Rekomendasi dalam penelitian tersebut adalah perlu dilakukan
sosialisasi ke semua lapisan masyarakat tentang adanya MBS baik dari kalangan
struktural maupun lapisan masyarakat dan perlu diperbanyak model-model
pengembangan peningkatan mutu sekolah melalui pemberdayaan sumber-sumber
belajar.
Jasman Indarno (2002) menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan
antara manajemen kepala sekolah, proses pembelajaran, dan partisipasi
masyarakat terhadap kualitas penyelenggaraan pendidikan. Sedangkan Andini
(2008) dalam penelitiannya mendeskripsikan bahwa kinerja manajmen sekolah di
SMA se-Kabupaten Jepara sudah optimal kacuali manajemen kesiswaan.
Merujuk pada penelitian terdahulu, kendati tidak menyarankan untuk
melakukan penelitian lanjutan akan tetapi penelitian pada jenjang SMK, terlebih
di KabupatenKendal belum pernah dilakukan. Oleh karenanya penelitian ini
mencoba meneliti perihal tersebut.
2.5 Kerangka Berfikir
Usaha peningkatan Mutu Pendidikan Dasar yang ditandai dengan
dikeluarkannya INPRES Nomor 5 Tahun 1994 tentang Program Wajib Belajar
Pendidikan Dasar Sembilan Tahun, telah banyak memperlihatkan hasil yang
positif. Namun hasil itu banyak pula mengalami penurunan karena krisis ekonomi
47
yang diikuti oleh krisis multidimensional yang melanda dunia dan negara kita.
Krisis tersebut secara umum telah mengganggu pelaksanaan sistem pemerintahan
dan pembangunan bidang pendidikan.
Untuk menata kembali sistem pemerintahan, telah dilakukan perubahan
paradigma pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi dengan dikeluarkannya
Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, bahkan
telah direvisi melalui Undang-undang Nomor 32 tahun 2004.
Perubahan sistem pemerintahan ini telah menggeser hak dan kewenangan
penyelenggaraan pendidikan dari pusat ke lini terdepan pendidikan, yakni sekolah
dan masyarakat. Implementasi penyelenggaraan pendidikan yang berbasis kepada
sekolah dan masyarakat ini diwujudkan melalui penerapan konsep manajemen
berbasis sekolah (School Based Management) dengan titik berat Manajemen
Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) yang tujuannya adalah untuk
meningkatkan mutu pendidikan.
Beberapa model peningkatan mutu pendidikan sudah bukan merupakan
upaya baru dan memang seharusnya menjadi komitmen semua pihak. Akhir-akhir
ini, kita mencoba pendekatan model pembelajaran "joyful learning" atau yang
lebih dikenal dengan model pembelajaran PAKEM (Pembelajaran Aktif, Efektif
dan Menyenangkan). Dari berbagai pengalaman yang amat berharga tersebut,
dapat disimpulkan bahwa apapun konsep yang diterapkan di sekolah akan sangat
bergantung kepada sekolah dan seluruh stakeholder pendidikan yang ada di
sekolah. Itulah sebabnya, maka kebijakan dan program yang sedang diluncurkan
48
harus dimulai melalui upaya pemberdayaan sekolah dan masyarakat sebagai
pemilik dan ujung tombak pendidikan.
Program "Bantuan Operasional untuk Manajemen Mutu (BOMM)" yang
telah diluncurkan sejak tahun 1999 merupakan langkah maju untuk memberikan
kepercayaan secara penuh kepada sekolah dan masyarakat dalam upaya
peningkatan mutu pendidikan di sekolahnya. Program seperti ini sudah
seharusnya ditindaklanjuti dan dikembangkan melalui program-program lainnya
dengan menggunakan sumber dana dari pusat, propinsi maupun kabupaten/kota.
Banyak manfaat yang telah dapat dirasakan baik oleh pemerintah daerah
maupun pihak sekolah yang secara langsung menjadi sasaran pelaksanaan. Hal ini
karena dalam melaksanakan program-program tersebut diterapkan prinsip-prinsip
manajemen berbasis sekolah (MBS), mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan,
sampai dengan proses pelaporan dan umpan baliknya.
Dengan kata lain program-program yang dilaksanakan menganut prinsip-
prinsip demokratis, transparan, profesional dan akuntabel. Melalui pelaksanaan
program ini para pengelola pendidikan di sekolah termasuk kepala sekolah, guru,
komite sekolah dan tokoh masyarakat setempat dilibatkan secara aktif dalam
setiap tahapan kegiatan. Disinilah proses pembelajaran itu berlangsung dan semua
pihak saling memberikan kekuatan untuk memberikan yang terbaik bagi kemajuan
sekolah.
Upaya peningkatan mutu pendidikan yang dilakukan melalui kegiatan-
kegiatan yang disebutkan di atas, dikelola langsung oleh Komite Sekolah/Majelis
Madrasah sebagai langkah awal aplikasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
49
Peningkatan mutu pendidikan melalui MBS ini berlandaskan pada asumsi bahwa
sekolah akan meningkat mutunya jika kepala sekolah bersama guru, orang tua
siswa dan masyarakat setempat diberi kewenangan yang cukup besar untuk
mengelola kegiatannya sendiri. Pengelolaan ini meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pengawasan dan pembinaan, baik dalam hal keuangan maupun
pembelajaran secara umum. Bukankah upaya peningkatan mutu pendidikan
merupakan akumulasi dari upaya peningkatan mutu pembelajaran di tingkat
sekolah.
Oleh karena itu sudah saatnya sekolah diberikan kewenangan bersama
seluruh komponen masyarakat yang ada di sekolah untuk merencanakan,
melaksanakan, mengorganisir dan memberikan kontrol pelaksanaan kegiatan yang
berkaitan dengan peningkatan pembelajaran di sekolah masing-masing. Untuk
melaksanakan hal ini memang diperlukan perubahan yang sangat mendasar.
Artinya manajemen sekolah yang diterapkan harus benar-benar dimulai dari awal
dan harus dibantu dengan kesadaran bersama antar pelaku organisasi (sekolah)
dalam menjalankan tugasnya.
Dalam penelitian yang akan digali secara mendalam oleh penulis hanya akan
diambil 4 (empat) aspek manajemen sekolah saja, selain manajemen dana dan
manajemen dampak penulis beranggapan bahwa keempat manajemen tersebut
adalah inti dari kinerja manajemen sekolah. Keempat aspek tersebut adalah :
1) Manajemen Kurikulum
2) Manajemen Tenaga Kependidikan
3) Manajemen Kesiswaan dan
50
4) Manajemen Sarana Prasarana
Ada satu lagi yang perlu diteliti dalam penulisan karya ilmiah ini, yaitu
kepimimpinan kepala sekolah. Hal ini dikarenakan kepala sekolah merupakan
manajer dilingkup organisasi sekolah. Seorang kepala sekolah bersama warga
sekolah lain, seperti orang tua dan masyarakat berhak menentukan arah
pendidikan sekolahnya sendiri tanpa melenceng dari tujuan pendidikan nasional.
Kepala sekolah sebagai pimpinan disekolah harus tahu dan mengenali apa
yang dinilai tinggi oleh masyarakat dan memilih proporsi nilai apa yang akan
diberikan. Pemimpin dituntut untuk menjadi pelayan bagi organisasi dan
bawahan. Visi organisasi tidak hanya dimiliki oleh pemimpin, tetapi oleh seluruh
anggota organisasi. Pelaksanaan fungsi pemimpin oleh seorang administrator atau
manajer adalah mutlak, baik dibidang pemerintahan, sosial, maupun pendidikan.
Menurut Yuliningtias (2008:72) Faktor-faktor penentu kinerja sekolah
melaksanakan fungsi tugasnya secara maksimal indikatornya antara lain adalah:
a. Manajemen kurikulum yang lugas dan fleksibel berpedoman pada standar
nasional
b. Proses belajar mengajar yang efektif menggunakan strategi yang tepat dengan
mengedepankan fungsi pelayanan belajar yang berkualitas untuk memperoleh
mutu yang terbaik.
c. Lingkungan sekolah yang sehat terdiri dari lingkungan fisik dan kerja sama
yang kondusif
d. Sumber daya manusia dan sumber daya lain yang handal yaitu memenuhi
kualifikasi yang dibutuhkan mengacu pada profesionalisme
e. Standardisasi pengajaran yang tinggi dan evaluasi hasil belajar yang terukur.
51
Seluruh personel sekolah harus memiliki cara-cara yang benar dalam
berkarya atau bekerja untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat sesuai dengan
harapan mereka masing-masing dan sesuai pola dan tujuan sekolah. Mengingat
pentingnya peran personal sekolah, manajemen harus mempunyai program
pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan
sekaligus meningkatkan kualitas kinerja sekolah. Dengan kualitas kinerja yang
tinggi diharapkan dapat memberi sumbangan yang sangat berarti bagi kinerja dan
kemajuan sekolah khususnya mutu pendidikan.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri dan Swasta di Kabupaten
Kendal adalah lembaga pendidikan yang khusus ditugaskan untuk mencetak
lulusan agar bisa langsung bekerja sesuai dengan keahlian yang dimiliki oleh para
lulusannya. Untuk merealisasikan hal tersebut, harus ada kerja keras dari semua
komponen pendidikan yang bersangkutan. Kerja keras yang diharapkan tidak
terlepas dari prinsip efektif dan efisien.
Prosedur yang paling cocok untuk memperoleh prinsip efektif adan efisien
adalah dengan menerapkan manajemen sekolah pada setiap keberlangsungan
pendidikan. Dalam mengaplikasikan manajemen sekolah, baik SMK Negeri dan
Swasta di Kendal telah berupaya melaksanakan keempat aspek yang tersebut
diatas. Fakta ini menunjukkan bahwa ada keseriusan dalam mengelola pendidikan
di Kendal khususnya pada jenjang SMK. Dukungan lebih signifikan lagi adalah
kepala sekolah selaku manajer utama dalam organisasi sekolah bekerja keras
untuk kebehasilan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
52
Penelitian yang dilakukan penulis hanya sebatas melihat kinerja manajemen
sekolah di SMK Negeri dan Swasta di Kabupaten Kendal. Sehingga pembahasan
cendrung pada penilaian keunggulan dan kekurangan disetiap SMK Negeri dan
Swasta. Bisa digambarkan secara menyeluruh penelitian yang akan dilaksanakan
penulis adalah sebagai berikut :
Gambar 1: Kerangka Berfikir
Manajemen Sekolah Swasta
1. Kepemimpinan Kepala
Sekolah
2. Manajemen Kurikulum
3. Manajemen Tenaga
Kependidikan
4. Manajemen Kesiswaan
5. Manajemen Sarana dan
Prasarana
DIDESKRIPSIKAN
OUT PUT OUT PUT
Manajemen Sekolah Negeri
1. Kepemimpinan Kepala
Sekolah
2. Manajemen Kurikulum
3. Manajemen Tenaga
Kependidikan
4. Manajemen Kesiswaan
5. Manajemen Sarana dan
Prasarana
53
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh penulis merupakan penelitian kualitatif yang
berbentuk deskriptif, dimana dalam memberikan penafsiran dan penjelasan dari
hasil data yang diperoleh bersamaan dengan pengunpulan data. Data yang didapat
biasanya hanya sekedar pernyataan-pernyataan yang berupa lembar tertulis
semata. Namun demikian, bukan berarti penelitian kualitatif tidak boleh
menggunakan angka-angka dalam pengumpulan datanya. Dengan kata lain,
penelitian kualitatif bisa menggunakan angka seperti penelitian kuantitatif, akan
tetapi model pengolahan data tersebut bersifat sederhana. Berbeda dengan
penelitian kuantitatif yang sangat detail dalam proses pengolahan datanya.
3.2 Populasi Penelitian
Menurut Arikunto (2002:15), populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.
Pendapat lain mengatakan bahwa populasi adalah totalitas semua nilai yang
mungkin, hasil menghitung atau pengukuran, kualitatif maupun kuantitatif
tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin
dipelajari sifat-sifatnya (Sudjana, 2002:6).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh SMK Negeri dan Swasta se-
Kabupaten Kendal yang berjumlah 17, dengan rincian 4 SMK negeri dan 13 SMK
swasta. Penelitian ini merupakan penelitian populasi, maka populasi penelitian
juga merupakan sampel penelitian.
54
Berikut adalah nama Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) negeri dan swasta
se-Kabupaten Kendal yang dijadikan sampel penelitian :
Tabel 3.01 Sampel Penelitian
No Nama Sekolah Status 1. SMK Negeri 1 Kendal Negeri 2. SMK Negeri 2 Kendal Negeri 3. SMK Negeri 3 Kendal Negeri 4. SMK Negeri 4 Kendal Negeri 5. SMK Muhammadiyah. 1 Weleri Swasta 6. SMK Muhammadiyah. 2 Boja Swasta 7. SMK Muhammadiyah. 3 Weleri Swasta 8. SMK Muhammadiyah. 4 Sukorejo Swasta 9. SMK Nahdhotul Ulama’ 01 Kendal Swasta 10. SMK Nahdhotul Ulama’ 02 Rowosari Swasta 11. SMK Nahdhotul Ulama’ 03 Kaliwungu Swasta 12. SMK Nahdhotul Ulama’ 04 Patebon Swasta 13. SMK Teknologi Nusantara Sukorejo Swasta 14. SMK Bhakti Persada Patebon Swasta 15. SMK Lentera Kendal Swasta 16. SMK YPPM Boja Swasta 17. SMK Darul Amanah Sukorejo Swasta
Sumber : Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kab. Kendal
3.3 Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu
penelitian (Arikunto, 2002:96). Sedangkan menurut Sutrisno Hadi (1999:425)
populasi adalah semua keadaan, faktor, kondisi perlakukan atau tindakan yang
dapat mempengaruhi hasil penenlitian. Karena variabel sebagai objek penelitian,
maka menurut Nazir (1999:149), variabel adalah konsep yang mempunyai
macam-macam nilai. Variabel dalam penelitian ini adalah kinerja manajemen
kurikulum, manajemen tenaga kependidikan, manajemen kesiswaan, dan
manajemen sarana dan prasarana pendidikan.
55
Tabel 3.02 Variabel-variabel penelitian
No Aspek/Dimensi Pengukuran Skor Kriteria
1. Kepemimpinan Kepala Sekolah a. Kepribadian
b. Manajerial
c. Kewirausahaan
d. Supervisi
e. Sosial
Integritas kepemimpinan Kemampuan manajerial Jiwa wirausaha Kemampuan supervisi Kepekaan sosial
5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
5 4 3 2 1
a) Sangat ideal b) Ideal c) Cukup ideal d) Kurang ideal e) Tidak ideal
a) Sangat ideal b) Ideal c) Cukup ideal d) Kurang ideal e) Tidak ideal
a) Sangat ideal b) Ideal c) Cukup ideal d) Kurang ideal e) Tidak ideal
a) Sangat ideal b) Ideal c) Cukup ideal d) Kurang ideal e) Tidak ideal a) Sangat ideal b) Ideal c) Cukup ideal d) Kurang ideal e) Tidak ideal
2. Kurikulum a. Kurikulum KTSP
b. Kalender
Pendidikan
Implementasi KTSP sesuai standart. (aturan PERMENDIKNAS tahun 2007) Pelaksanaan kegiatan sekolah sesuai dengan
5 4 3 2 1 5 4 3
a) Sangat optimal b) Optimal c) Cukup optimal d) Kurangoptimal e) Tidak optimal a) Sangat sesuai b) Sesuai c) Cukup sesuai
56
c. Program
Pembelajaran d. Penilaian Hasil
Belajar e. Peraturan Akademik
program yang tertera didalam kalender akademik Kondisi pelaksanaan kegiatan pembelajaran Kondisi pelaksanaan sesuai standart ketuntasan belajar (nilai mata pelajaran masing-masing) Pelaksanaan sesuai peraturan yang telah disepakati warga sekolah
2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
d) Kurang sesuai e) Tidak sesuai a) Sangat optimal b) Optimal c) Cukup optimal d) Kurang optimal e) Tidak optimal a) Sangat sesuai b) Sesuai c) Cukup sesuai d) Kurang sesuai e) Tidak sesuai a) Sangat ideal b) Ideal c) Cukup ideal d) Kurang ideal e) Tidak ideal
3. Tenaga Kependidikan a. Wakil Kepala
Sekolah b. Guru c. Konselor d. Pustakawan
Kompetensi profesional dalam tugas dan tanggung jawabnya Kondisi kesesuaian antara background pendidikan guru dengan mata pelajaran yang diampu Kondisi kesesuaian background pendidikan konselor dengan profesinya sebagai konselor Kesesuaian background pendidikan
5 4 3 2 1
5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
5 4 3
a) Sangat ideal b) Ideal c) Cukup ideal d) Kurang ideal e) Tidak ideal a) Sangat sesuai b) Sesuai c) Cukup sesuai d) Kurang sesuai e) Tidak sesuai
a) Sangat sesuai b) Sesuai c) Cukup sesuai d) Kurang sesuai e) Tidak sesuai
a) Sangat sesuai b) Sesuai c) Cukup sesuai
57
e. Laborat f. Tenaga Administrasi
pustakawan dengan profesinya Kondisi kesesuaian background pendidikan laborat dengan profesinya Kondisi kesesuaian background pendidikan tenaga administrasi dengan profesinya
2 1 5 4 3 2 1
5 4 3 2 1
d) Kurang sesuai e) Tidak sesuai
a) Sangat sesuai b) Sesuai c) Cukup sesuai d) Kurang sesuai e) Tidak sesuai a) Sangat sesuai b) Sesuai c) Cukup sesuai d) Kurang sesuai e) Tidak sesuai
4. Kesiswaan a. Input b. Proses Pembelajaran c. Output
Nilai siswa baru (NEM SLTP/sekolah sebelumnya) Kondisi kegiatan belajar mengajar serta kesesuaian pelaksanaan pembelajaran dengan kurikulum yang ada (KTSP) Tingkat kelulusan, nilai dan tingkat diterimanya bekerja diperusahaan
5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
5 4 3 2 1
a) Sangat tinggi b) Tinggi c) Cukup tinggi d) Kurang tinggi e) Tidak tinggi a) Sangat optimal b) Optimal c) Cukup optimal d) Kurang optimal e) Tidak optimal
a) Sangat tinggi b) Tinggi c) Cukup tinggi d) Kurang tinggi e) Tidak tinggi
5. Sarana Prasarana a. Pengadaan b. Pemeliharaan
Kesesuaian dengan kebutuhan sekolah Kondisi sarana prasarana sesuai dengan kondisi sekolah
5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
a) Sangat ideal b) Ideal c) Cukup ideal d) Kurang ideal e) Tidak ideal
a) Sangat optimal b) Optimal c) Cukup optimal d) Kurang optimal e) Tidak optimal
58
c. Inventarisasi
Kegiatan inventarisasi sarana prasarana sekolah
5 4 3 2 1
a) Sangat optimal b) Optimal c) Cukup optimal d) Kurang optimal e) Tidak optimal
3.4 Metode Pengumpulan Data
Penentuan metode pengumpulan data yang tepat sangat menentukan
kebenaran ilmiah suatu penelitian. Selain itu, penentuan metode pengumpulan
data yang tepat dan sesuai dengan masalah yang diteliti akan membantu
memperlancar tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Metode pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
3.4.1 Metode Angket
Angket atau kuosioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto,2002:108). Menurut Ridwan
(2002:25), angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang
bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna.
Digunakannya metode ini dengan alasan bahwa : (a) data yang diperoleh
nantinya akan benar-benar valid karena pihak yang mengisi angket bukan orang
yang diteliti, sehingga tidak akan terjadi manipulasi data; (b) pihak yang diberi
angket adalah orang yang terlibat langsung dan mengetahui pelaksanaan
manajemen sekolah disekolahnya masing-masing; (c) hemat waktu, biaya, dan
tenaga.
59
Angket yang digunakan adalah angket tertutup, dimana responden tidak
diberi kesempatan untuk memberi jawaban dengan kata-kata sendiri. Responden
tinggal memilih jawaban yang sudah disediakan. Respondn yang dijadikan
sumber informasi adalah kepala sekolah dan guru di masing-masing sekolah,
dengan asumsi bahwa pemberi respon atas angket yang disebar layak untuk
dijadikan sumber informasi utama dalam penelitian. Pengambilan sampel
responden dengan menggunakan rumus Slovin dengan standar error 5%.
Berikut rumus Slovin yang digunakan dalam pengambilan sampel
responden disetiap sekolah :
n : N 1 + N.e2
Keterangan : n : Jumlah Responden
N : Jumlah Responden dalam Sampel
e : Standar Error
Husein Umar (2003:120)
Hasil dari perhitungan dengan menggunakan rumus Slovin disetiap
sekolah adalah sebagai berikut:
Tabel 3.03 Jumlah Angket
No Nama Sekolah Status Jumlah Guru
Jumlah Sampel
Jumlah Angket
1. SMK Negeri 1 Kendal Negeri 74 62 41 2. SMK Negeri 2 Kendal Negeri 89 73 47 3. SMK Negeri 3 Kendal Negeri 51 40 33 4. SMK Negeri 4 Kendal Negeri 60 46 37 5. SMK Muh. 1 Weleri Swasta 30 26 23 6. SMK Muh. 2 Boja Swasta 58 51 36 7. SMK Muh. 3 Weleri Swasta 52 46 34 8. SMK Muh. 4 Sukorejo Swasta 34 31 26 9. SMK NU 01 Kendal Swasta 49 44 32
60
10 SMK NU 02 Rowosari Swasta 32 30 24 11 SMK NU 03 Kaliwungu Swasta 40 36 28 12 SMK NU 04 Patebon Swasta 25 23 20 13 SMK Teknologi Nusantara Swasta 17 16 14 14 SMK Bhakti Persada Swasta 27 25 21 15 SMK Lentera Kendal Swasta 5 4 3 16 SMK YPPM Boja Swasta 45 40 31 17 SMK Darul Amanah Swasta 20 19 16
Dalam menyusun angket ini, digunakan skala likert, yaitu skala yang
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang tentang
fenomena sosial tertentu (Ali, 1993 : 5). Jadi dengan skala likert ini, peneliti ingin
mengetahui sikap, pendapat, dan persepsi responden tentang pelaksanaan
manajemen sekolah disekolahnya masing-masing.
Untuk penskoran dari setiap jawaban yang diberikan oleh responden,
peneliti menentukan sebagai berikut:
a. Skor 5 untuk jawaban sangat memenuhi
b. Skor 4 untuk jawaban memenuhi
c. Skor 3 untuk jawaban cukup memenuhi
d. Skor 2 untuk jawaban tidak memenuhi
e. Skor 1 untuk jawaban sangat tidak memenuhi
3.5 Validitas dan Reliabilitas
3.5.1 Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrument (Arikunto, 2002:144). Sebuah instrumen
dikatakan valid apabila instrument tersebut mampu mengukur apa yang
diinginkan dan dapat mengukur data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi
61
rendahnya validitas suatu instrument adalah menunjukan sejauh mana data
terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud.
Berdasrkan pengujiannya validitas dibedakan menjadi dua yaitu validitas internal
dan eksternal.
Dalam penelitian ini uji validitas yang digunakan adalah validitas internal.
Validitas internal adalah validitas yang dicapai apabila terdapat kesesuaian antara
bagian-bagian instrumen dengan keseluruhan (Arikunto, 2002:147) dengan kata
lain sebuah instrument dikatakan validitas internal apabila setiap instrument
mendukung misi instrument secara keseluruhan yaitu dapat mengungkap data dari
variabel yang dimaksud.
Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan analisis butir, yaitu dengan
mengkorelasikan tiap butir pertanyaan dengan skor total, kemudian
dikonsultasikan dengan tabel nilai r dengan taraf signifikasi 95%. Instrumen valid
jika hasil korelasi skor tiap butir soal lebih besar dengan nilai tabel sebaliknya.
Rumus yang digunakan untuk uji validitas menggunakan produk momen dari
pearson, sebagai berikut :
r = xy
( ){ } ( ){ }2222
))((
∑ ∑∑∑∑∑∑
−−
−
YYNXXN
YXXYN
rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan Y
N = Jumlah subyek
∑ x = Jumlah skor total item X
∑ y = Jumlah skor total item Y
(Arikunto, 2002:146)
62
Untuk menentukan valid tidaknya instrumen adalah dengan cara
mengkonsultasikan hasil perhitungan koefisien korelasi dengan tabel nilai
koefisien korelasi (r) pada taraf signifikan 5% atau taraf kepercayaan 95%.
Berikut adalah tabel hasil uji coba validitas pada tiap butir pertanyaan dalam
angket, dengan 41 responden.
Tabel 3.04 Hasil Uji Coba Validitas Angket
No Item
rxy rtabel Kriteria No item
rxy rtabel Kriteria
1 0,401 0,308 Valid 43 0,842 0,308 Valid 2 0,541 0,308 Valid 44 0,815 0,308 Valid 3 0,473 0,308 Valid 45 0,616 0,308 Valid 4 0,485 0,308 Valid 46 0,686 0,308 Valid 5 0,421 0,308 Valid 47 0,579 0,308 Valid 6 0,462 0,308 Valid 48 0,871 0,308 Valid 7 0,424 0,308 Valid 49 0,761 0,308 Valid 8 0,333 0,308 Valid 50 0,883 0,308 Valid 9 0,472 0,308 Valid 51 0,785 0,308 Valid 10 0,516 0,308 Valid 52 0,394 0,308 Valid 11 0,548 0,308 Valid 53 0,796 0,308 Valid 12 0,511 0,308 Valid 54 0,609 0,308 Valid 13 0,488 0,308 Valid 55 0,720 0,308 Valid 14 0,451 0,308 Valid 56 0,758 0,308 Valid 15 0,577 0,308 Valid 57 0,438 0,308 Valid 16 0,412 0,308 Valid 58 0,568 0,308 Valid 17 0,433 0,308 Valid 59 0,337 0,308 Valid 18 0,451 0,308 Valid 60 0,698 0,308 Valid 19 0,556 0,308 Valid 61 0,697 0,308 Valid 20 0,452 0,308 Valid 62 0,613 0,308 Valid 21 0,488 0,308 Valid 63 0,780 0,308 Valid 22 0,750 0,308 Valid 64 0,723 0,308 Valid 23 0,726 0,308 Valid 65 0,542 0,308 Valid 24 0,716 0,308 Valid 66 0,774 0,308 Valid 25 0,665 0,308 Valid 67 0,771 0,308 Valid 26 0,663 0,308 Valid 68 0,711 0,308 Valid 27 0,785 0,308 Valid 69 0,668 0,308 Valid 28 0,790 0,308 Valid 70 0,742 0,308 Valid 29 0,794 0,308 Valid 71 0,818 0,308 Valid 30 0,803 0,308 Valid 72 0,418 0,308 Valid 31 0,825 0,308 Valid 73 0,574 0,308 Valid 32 0,553 0,308 Valid 74 0,408 0,308 Valid 33 0,686 0,308 Valid 75 0,724 0,308 Valid
63
34 0,777 0,308 Valid 76 0,767 0,308 Valid 35 0,799 0,308 Valid 77 0,620 0,308 Valid 36 0,810 0,308 Valid 78 0,805 0,308 Valid 37 0,687 0,308 Valid 79 0,737 0,308 Valid 38 0,713 0,308 Valid 80 0,698 0,308 Valid 39 0,771 0,308 Valid 81 0,731 0,308 Valid 40 0,788 0,308 Valid 82 0,821 0,308 Valid 41 0,823 0,308 Valid 83 0,741 0,308 Valid 42 0,816 0,308 Valid 84 0,674 0,308 Valid
Sumber : Olahan Data Penelitian
3.5.2 Reliabilitas
Reliabilitas adalah ketepatan atau tingkat presisi suatu ukuran atau alat
pengukur (Nazir Moh, 1999:162). Reliabilitas mengandung pengertian bahwa
suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul
data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2002:154). Instrumen yang
sudah dapat dipercaya atau yang reliabel dapat menghasilkan data yang dapat
dipercaya juga.
Dalam penelitian ini untuk mencari reabilitas instrumen menggunakan
rumus Alpha, karena instrumen ini berbentuk angket yang skornya merupakan
rentangan dari 1 samai 5. rumus Alpha adalah sebagai berikut :
r11 = ( ) ⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛−⎟⎟
⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛−
∑2
2
11 t
bk
kσσ
rxy = Reliabilitas instrument
K = Banyaknya butir pertanyaan
∑ =2bσ Jumlah varians
=2tσ Varians total
64
Kemudian menentukan reliabel tidaknya instrumen dilakukan dengan cara
mengkonsultasika dengan r tabel. Jika hasil perhitungan lebih besar dari r tabel
maka instrumen dinyatakan reliabel dan dapat digunakan untuk mengambil data
dalam penelitian.
3.6 Metode Analisis Data
3.6.1 Analisis Deskriptif Kualitatif
Menurut Santoso dalam Novia (2008:26) Analisis Deskriptif lebih
berhubungan dengan pengumpulan dan peringkasan data, serta penyajian hasil
peringkasan tersebut. Data statistik yang diperoleh dari hasil sensus, survei, atau
pengamatan lainnya. Umumnya masih acak, ‘mentah’ dan tidak terorganisir
dengan baik (raw data). Dalam penelitian ini, data yang didapat berasal dari skor
angket. Data-data tersebut kemudian diringkas dengan baik dan teratur, baik
dalam bentuk table dan pengkategorian skor, hal ini dilakukan sebagai dasar untuk
berbagai pengambilan keputusan.
Kemudian dalam proses penggunaan analisis ini ditujukan untuk
memperkaya pemahaman tentang variabel-variabel penelitian, pemahaman
terhadap variabel akan lebih dapat dilakukan sehingga analisa akan lebih
mendalam pada inti permasalahan sehingga ditemukan solusi yang tepat. Maka
dalam analisis tersebut dipilihlah program Microsoft Office Excel 2007 untuk
menghitung data kuantitatif dari angket.
3.6.1.1 Pengkategorian Skor
Skor mentah yang dihasilkan suatu skala merupakan penjumlahan dari skor
item-item dalam skala itu. Untuk memberikan makna yang memiliki nilai
65
diagnostik skor mentah perlu diderivasi dan diacukan pada suatu norma
kategorisasi (Azwar, 2007:107)
Untuk mengkategorisasikan subjek pada penelitian ini dengan menggunakan
kategori jenjang. Tujuan kategori ini adalah menempatkan individu dalam
kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum
berdasar atribut yang diukur. Banyaknya jenjang kategori diagnosis yang akan
dibuat biasanya tidak lebih dari lima jenjang dan tidak kurang dari tiga jenjang
(Azwar, 2007:107).
Kategori ini bersifat relatif, sehingga kategorisasi indikator-indikator dalam
penelitian ini, dibuat berbeda berdasarkan standar yang terdapat pada masing-
masing indikator. Adapun syarat untuk kategorisasi sebagai berikut:
a ( x ≤ μ -1.5σ) Sangat rendah
b ( μ -1.5σ < x ≤ μ -0.5σ) Rendah
c ( μ -0.5σ < x ≤ μ + 0.5σ) Sedang
d ( μ + 0.5σ < x ≤ μ + 1.5σ) Tinggi
e ( μ + 1.5σ < x) Sangat tinggi
Dalam penyajiannya, hasil analisis ini didasarkan pada distribusi frekuensi
yang memberikan gambaran mengenai distribusi subjek menurut kategori-kategori
nilai variabel. Untuk mengetahuinya didasarkan pada nilai atau skor yang telah
ditetapkan untuk setiap alternatif jawaban yang tersedia dalam angket.
Penyusunan tabel kriteria manajemen sekolah, adalah sebagai berikut:
66
Tabel. 3.05 Distribusi Skor Manajemen Sekolah
No Variabel Skor Tertinggi
Skor Terendah
Rata-rata
Standar Deviasi
1 Kepemimpinan kepala sekolah 105 21 63 14 2 Kurikulum 100 20 60 13.33 3 Ketenaga kependidikan 100 20 60 13.33 4 Kesiswaan 50 10 30 6.67 5. Output 15 3 9 2 6. Sarana prasarana 50 10 30 6.67
Sumber: Pengolahan Skor Hipotetik
Tabel kategori skor masing-masing variabel secara keseluruhan adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.06 Kategori Skor Kepemimpinan Kepala Sekolah
Skor Kriteria 84<Skor≤105 70<Skor≤84 56<Skor≤70 42<Skor≤56 21<Skor≤42
Sangat ideal Ideal
Cukup ideal Kurang ideal Tidak ideal
Sumber: Pengolahan Skor Kategorisasi
Tabel 3.07 Kategori Skor Kurikulum dan Program Pengajaran
Skor Kriteria 79.995<Skor≤100
66.665<Skor≤79.995 53.335<Skor≤66.665 40.005<Skor≤53.335
20<Skor≤40.005
Sangat optimal Optimal
Cukup optimal Kurang optimal Tidak optimal
Sumber: Pengolahan Skor Kategorisasi
Tabel 3.08 Kategori Skor Tenaga Kependidikan Skor Kriteria
79.995<Skor≤100 66.665<Skor≤79.995 53.335<Skor≤66.665 40.005<Skor≤53.335
20<Skor≤40.005
Sangat ideal Ideal
Cukup ideal Kurang ideal Tidak ideal
Sumber: Pengolahan Skor Kategorisasi
67
Tabel 3.09 Kategori Skor Manajemen Kesiswaan
Skor Kriteria 40.005<Skor≤50
33.335<Skor≤40.005 26.665<Skor≤33.335 19.995<Skor≤26.665
10<Skor≤19.995
Sangat tinggi Tinggi
Cukup tinggi Kurang tinggi Tidak tinggi
Sumber: Pengolahan Skor Kategorisasi
Tabel 3.10 Kategori Skor Output
Skor Kriteria 12<Skor≤15 10<Skor≤12 7<Skor≤10 6<Skor≤7 3<Skor≤6
Sangat tinggi Tinggi
Cukup tinggi Kurang tinggi Tidak tinggi
Sumber: Pengolahan Skor Kategorisasi
Tabel 3.11 Kategori Skor Sarana Prasarana
40.005<Skor≤50 33.335<Skor≤40.005 26.665<Skor≤33.335 19.995<Skor≤26.665
10<Skor≤19.995
Sangat optimal Optimal
Cukup optimal Kurang optimal Tidak optimal
Sumber: Pengolahan Skor Kategorisasi
3.6.1.2 Penyusunan Tabel Kriteria Manajemen Sekolah dengan Masing-masing
Indikatornya
a) Variabel kepemimpinan kepala sekolah
Data kepemimpinan kepala sekolah didapat dari data angket penelitian.
Kriteria penilaian kepemimpinan kepala sekolah yaitu dengan nilai maksimum
sebesar 105 (jika kepala sekolah memiliki kompetensi kepribadian, kompetensi
manajerial, kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervisi dan kompetensi
68
sosial yang ideal dan menggunakannya secara optimal dan relevan), dan nilai
terendah 21 (jika kepala sekolah tidak memiliki kompetensi-kompetensi yang
harus dimiliki kepala sekolah serta tidak menggunakannya secara optimal).
Sedangkan untuk penyusunan tabel kriteria masing-masing indikator adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.12 Kepemimpinan Kepala Sekolah
Indikator Statistik Hipotetik Kepribadian Skor Tertinggi
Skor Terendah Rata-Rata
Standar Deviasi
25 5 15
3.33 Manajerial Skor Tertinggi
Skor Terendah Rata-Rata
Standar Deviasi
35 7 21
6.33 Kewirausahaan Skor Tertinggi
Skor Terendah Rata-Rata
Standar Deviasi
15 3 9 2
Supervisi Skor Tertinggi Skor Terendah
Rata-Rata Standar Deviasi
15 3 9 2
Sosial Skor Tertinggi Skor Terendah
Rata-Rata Standar Deviasi
15 3 9 2
Sumber: Pengolahan Skor Hipotetik
1. Kompetensi Kepribadian
Data kompetensi kepribadian kepala sekolah didapat dari data angket
penelitian. Kriteria penilaian kompetensi kepribadian kepala sekolah yaitu dengan
nilai maksimum sebesar 25 (jika kepala sekolah memiliki akhlak mulia, memilki
integritas kepemimpinan, memiliki sikap terbuka dan bisa mengendalikan diri),
69
dan nilai terendah 5 (jika kepala sekolah tidak memilki aspek kompetensi
kepribadian yang ideal.
Berikut disajikan tabel kriteria skor kompetensi kepribadian:
Tabel 3.13 Kategori Skor Kompetensi Kepribadian Kepala Sekolah
No Interval Skor Kriteria 1 19.995<skor≤25 Sangat ideal 2 16.665<skor≤19.995 Ideal 3 13.335<skor≤16.665 Cukup ideal 4 10.005<skor≤13.335 Kurang ideal 5 5<skor≤10.005 Tidak ideal
Sumber: Pengolahan Skor Kategorisasi 2. Kompetensi Manajerial
Data tentang kompetensi manajerial dengan nilai maksimum 35 (jika kepala
sekolah melaksanakan aspek-aspek manajerial dengan optimal) dan dengan nilai
minimal 7 (jika tidak dapat melaksanakan dari aspek-aspek manajerial secara
optimal).
Berikut disajikan tabel kriteria skor kompetensi manajerial:
Tabel 3.14 Kategori Skor Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah
No Interval Skor Kriteria 1 30.495<skor≤35 Sangat ideal 2 24.165<skor≤30.495 Ideal 3 17.835<skor≤24.165 Cukup ideal 4 11.055<skor≤17.835 Kurang ideal 5 7<skor≤11.055 Tidak ideal
Sumber: Pengolahan Skor Kategorisasi
3. Kompetensi Kewirausahaan
Data tentang kompetensi kewirausahaan dengan nilai maksimum 15 (jika
kepala sekolah memiliki jiwa kewirausahaan dan menggunakannya secara optimal
70
dalam mengembangkan sekolah yang dipimpinnya) dan dengan nilai minimal 3
(jika kepala sekolah tidak memiliki jiwa kewirausahaan dan tidak
melaksanakannya secara optimal ).
Berikut disajikan tabel kriteria skor kompetensi kewirausahaan:
Tabel 3.15 Kategori Skor Kompetensi Kewirausahaan Kepala Sekolah
No Interval Skor Kriteria 1 12<skor≤15 Sangat ideal 2 10<skor≤12 Ideal 3 8<skor≤10 Cukup ideal 4 6<skor≤8 Kurang ideal 5 3<skor≤6 Tidak ideal
Sumber: Pengolahan Skor Kategorisasi 4. Kompetensi Supervisi
Data tentang kompetensi supervisi dengan nilai maksimum 15 (jika kepala
sekolah memiliki program supervisi, melaksanakan dan menindaklanjuti hasil
supervisi) dan dengan nilai minimal 3 (jika kepala sekolah tidak memiliki
program supervisi).
Berikut disajikan tabel kriteria skor kompetensi supervisi:
Tabel 3.16 Kategori Skor Kompetensi Supervisi Kepala Sekolah
No Interval Skor Kriteria 1 12<skor≤15 Sangat ideal 2 10<skor≤12 Ideal 3 8<skor≤10 Cukup ideal 4 6<skor≤8 Kurang ideal 5 3<skor≤6 Tidak ideal
Sumber: Pengolahan Skor Kategorisasi
5. Kompetensi Sosial
Data tentang kompetensi sosial dengan nilai maksimum 15 (jika kepala
sekolah memiliki aspek sosial yang baik, serta menggunakannya secara optimal)
71
dan dengan nilai minimal 3 (jika kepala sekolah tidak memiliki dan tidak
menggunakan aspek sosial secara optimal).
Berikut disajikan tabel kriteria skor kompetensi sosial :
Tabel 3.17 Kategori Skor Kompetensi Sosial Kepala Sekolah
No Interval Skor Kriteria 1 12<skor≤15 Sangat ideal 2 10<skor≤12 Ideal 3 8<skor≤10 Cukup ideal 4 6<skor≤8 Kurang ideal 5 3<skor≤6 Tidak ideal
Sumber: Pengolahan Skor Kategorisasi
b) Manajemen Kurikulum
Data tentang kurikulum dan program pengajaran dengan nilai maksimum
100 (jika sekolah melaksanakan KTSP secara optimal, memiliki kalender
pendidikan dan dijalankan sesuai dengan apa yang tertera dikalender pendidikan,
memiliki program pembelajaran, memiliki pedoman penilaian hasil belajar dan
memiliki peraturan akademik, serta peraturan tersebut ditaati oleh seluruh warga
sekolah) dan dengan nilai minimal 20 (jika tidak bisa melaksanakan dari
komponen manajemen kurikulum dan program pengajaran secara optimal).
Tabel 3.20 Manajemen Kurikulum
Indikator Statistik Hipotetik KTSP Skor Tertinggi
Skor Terendah Rata-Rata
Standar Deviasi
25 5 15
3.33 Kalender
Pendidikan Skor Tertinggi Skor Terendah
Rata-Rata Standar Deviasi
10 2 6
1.33
72
Program Pembelajaran
Skor Tertinggi Skor Terendah
Rata-Rata Standar Deviasi
30 6 18 4
Penilaian Hasil Belajar
Skor Tertinggi Skor Terendah
Rata-Rata Standar Deviasi
20 4 12
2.67 Peraturan Akademik
Skor Tertinggi Skor Terendah
Rata-Rata Standar Deviasi
15 3 9 2
Sumber: Pengolahan Skor Hipotetik 1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Data tentang KTSP dengan nilai maksimum 25 (jika sekolah menggunakan
dan melaksanakan KTSP sesuai dengan peraturan Permendiknas) dan dengan nilai
minimal 5 (jika sekolah melaksanakan KTSP tidak sesuai dengan peraturan
Permendiknas).
Berikut disajikan tabel kriteria skor KTSP:
Tabel 3.19 Kategori Skor KTSP
No Interval Skor Kriteria 1 19.995<skor≤25 Sangat optimal 2 16.665<skor≤19.995 Optimal 3 13.335<skor≤16.665 Cukup optimal 4 10.005<skor≤13.335 Kurang optimal 5 5<skor≤10.005 Tidak optimal
Sumber: Pengolahan Skor Kategorisasi
2. Kalender Pendidikan
Data tentang kalender pendidikan dengan nilai maksimum 10 (jika sekolah
memiliki kalender pendidikan dan melaksanakan kegiatan sekolah sesuai dengan
73
kalender pendidikan) dan dengan nilai minimal 2 (jika sekolah tidak memiliki
kalender pendidikan).
Berikut disajikan tabel kriteria skor kalender pendidikan:
Tabel 3.20 Kategori Skor Kalender Pendidikan
No Interval Skor Kriteria 1 7.995<skor≤10 Sangat sesuai 2 6.665<skor≤7.995 Sesuai 3 5.335<skor≤6.665 Cukup sesuai 4 4.005<skor≤5.335 Kurang sesuai 5 2<skor≤4.005 Tidak sesuai
Sumber: Pengolahan Skor Kategorisasi
3. Program Pembelajaran
Data tentang program pembelajaran dengan nilai maksimum 30 (jika
sekolah memiliki program pembelajaran dan melaksanakan proses pembelajaran
yang kondusif, efektif dan efisien) dan dengan nilai minimal 6 ( jika sekolah tidak
dapat menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien). Berikut disajikan tabel
kriteria skor program pembelajaran:
Tabel 3.21 Kategori Skor Program Pembelajaran
No Interval Skor Kriteria 1 24<skor≤30 Sangat optimal 2 20<skor≤24 Optimal 3 16<skor≤20 Cukup optimal 4 12<skor≤16 Kurang optimal 5 6<skor≤12 Tidak optimal
Sumber: Pengolahan Skor Kategorisasi
4. Penilaian Hasil Belajar
Data tentang penilaian hasil belajar dengan nilai maksimum 20 (jika
sekolah memiliki program penilaian hasil belajar dan melaksanakan evaluasi
belajar secara optimal dan rutin) dan dengan nilai minimal 4 ( jika sekolah tidak
dapat melaksanakan penilaian hasil belajar secara optimal).
74
Berikut disajikan tabel kriteria skor penilaian hasil belajar:
Tabel 3.22 Kategori Skor Penilaian Hasil Belajar
No Interval Skor Kriteria 1 16.005<skor≤20 Sangat sesuai 2 13.335<skor≤16.005 Sesuai 3 10.665<skor≤13.335 Cukup sesuai 4 7.995<skor≤10.665 Kurang sesuai 5 4<skor≤7.995 Tidak sesuai
Sumber: Pengolahan Skor Kategorisasi
5. Peraturan akademik
Data tentang peraturan akademik dengan nilai maksimum 15 (jika sekolah
memiliki peraturan akademik, peraturan akademik tersosialisasi dengan baik serta
diipatuhi) dan dengan nilai minimal 3 (jika sekolah tidak memiliki peraturan
akademik).
Berikut disajikan tabel kriteria skor peraturan akademik:
Tabel 3.23 Kategori Skor Peraturan akademik
No Interval Skor Kriteria 1 12<skor≤15 Sangat ideal 2 10<skor≤12 Ideal 3 8<skor≤10 Cukup ideal 4 6<skor≤8 Kurang ideal 5 3<skor≤6 Tidak ideal
Sumber: Pengolahan Skor Kategorisasi
c) Manajemen Tenaga Kependidikan
Data tentang manajemen tenaga kependidikan dengan nilai maksimum 100
(jika tenaga kependidikan memiliki kualifikasi akademik yang sesuai dengan
profesinya, serta tenaga kependidikan dapat melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya secara optimal) dan dengan nilai minimal 20 (jika tidak memiliki
75
kualifikasi akademik yang memadai, serta tidak dapat melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya secara optimal).
Berikut disajikan tabel data manajemen tenaga kependidikan:
Tabel 3.24 Manajemen Tenaga Kependidikan
Indikator Statistik Hipotetik Wakil Kepala
Sekolah Skor Tertinggi Skor Terendah
Rata-Rata Standar Deviasi
50 10 30
6.67 Guru Skor Tertinggi
Skor Terendah Rata-Rata
Standar Deviasi
10 2 6
1.33 Konselor Skor Tertinggi
Skor Terendah Rata-Rata
Standar Deviasi
10 2 6
1.33 Pustakawan Skor Tertinggi
Skor Terendah Rata-Rata
Standar Deviasi
10 2 6
1.33 Laborat Skor Tertinggi
Skor Terendah Rata-Rata
Standar Deviasi
10 2 6
1.33 Tenaga
Administrasi Skor Tertinggi Skor Terendah
Rata-Rata Standar Deviasi
10 2 6
1.33 Sumber: Pengolahan Skor Hipotetik
1. Wakil Kepala Sekolah
Data tentang kepala sekolah dengan nilai maksimum 50 (jika wakil kepala
sekolah melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara optimal) dan dengan
nilai minimal 10 (jika wakil kepala sekolah tidakmelaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya dengan baik).
Berikut disajikan tabel kriteria skor wakil kepala sekolah:
76
Tabel 3.25 Kategori Skor Wakil Kepala Sekolah
No Interval Skor Kriteria 1 40.005<skor≤50 Sangat ideal 2 33.335<skor≤40.005 Ideal 3 26.665<skor≤33.335 Cukup ideal 4 19.995<skor≤26.665 Kurang ideal 5 10<skor≤19.995 Tidak ideal
Sumber: Pengolahan Skor Kategorisasi
2. Guru
Data tentang guru dengan nilai maksimum 10 (jika guru memiliki
kualifikasi akademik yang memadai, background pendidikan sesuai dengan
profesi serta dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara optimal)
dan dengan nilai minimal 2 (jika guru tidak memiliki kualifikasi akademik yang
memadai, background pendidikan tidak sesuai, serta tidak dapat melaksanakan
tugas dan tanggung jawabnya secara ideal). Berikut disajikan tabel kriteria skor
guru.
Tabel 3.26 Kategori Skor Guru
No Interval Skor Kriteria 1 7.995<skor≤10 Sangat sesuai 2 6.665<skor≤7.995 Sesuai 3 5.335<skor≤6.665 Cukup sesuai 4 4.005<skor≤5.335 Kurang sesuai 5 2<skor≤4.005 Tidak sesuai
Sumber: Pengolahan Skor Kategorisasi
3. Konselor
Data tentang konselor dengan nilai maksimum 10 (jika konselor memiliki
kualifikasi akademik yang memadai, background pendidikan sesuai dengan
profesi serta dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara optimal)
dan dengan nilai minimal 2 (jika konselor tidak memilki kualifikasi akademik
77
yang memadai, background pendidikan tidak sesuai, serta tidak dapat
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara optimal). Berikut disajikan
tabel kriteria skor konselor:
Tabel 3.27 Kategori Skor Konselor
No Interval Skor Kriteria 1 7.995<skor≤10 Sangat sesuai 2 6.665<skor≤7.995 Sesuai 3 5.335<skor≤6.665 Cukup sesuai 4 4.005<skor≤5.335 Kurang sesuai 5 2<skor≤4.005 Tidak sesuai
Sumber: Pengolahan Skor Kategorisasi
4. Pustakawan
Data tentang pustakawan dengan nilai maksimum 10 (jika pustakawan
memiliki kualifikasi akademik yang memadai, background pendidikan sesuai
dengan profesi serta dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara
optimal) dan dengan nilai minimal 2 (jika pustakawan tidak memilki kualifikasi
akademik yang memadai, background pendidikan tidak sesuai, serta tidak dapat
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara optimal).
Berikut disajikan tabel kriteria skor pustakawan
Tabel 3.28 Kategori Skor Pustakawan
No Interval Skor Kriteria 1 7.995<skor≤10 Sangat sesuai 2 6.665<skor≤7.995 Sesuai 3 5.335<skor≤6.665 Cukup sesuai 4 4.005<skor≤5.335 Kurang sesuai 5 2<skor≤4.005 Tidak sesuai
Sumber: Pengolahan Skor Kategorisasi
78
5. Laborat
Data tentang laborat dengan nilai maksimum 10 (jika laborat memiliki
kualifikasi akademik yang memadai, background pendidikan sesuai dengan
profesi serta dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara optimal)
dan dengan nilai minimal 2 (jika laborat tidak memilki kualifikasi akademik yang
memadai, background pendidikan tidak sesuai, serta tidak dapat melaksanakan
tugas dan tanggung jawabnya secara optimal). Berikut disajikan tabel kriteria skor
laborat:
Tabel 3.29 Kategori Skor Laborat
No Interval Skor Kriteria 1 7.995<skor≤10 Sangat sesuai 2 6.665<skor≤7.995 Sesuai 3 5.335<skor≤6.665 Cukup sesuai 4 4.005<skor≤5.335 Kurang sesuai 5 2<skor≤4.005 Tidak sesuai
Sumber: Pengolahan Skor Kategorisasi
6. Tenaga Administrasi
Data tentang tenaga administrasi dengan nilai maksimum 10 (jika tenaga
administrasi memiliki kualifikasi akademik yang memadai, background
pendidikan sesuai dengan profesi serta dapat melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya secara optimal) dan dengan nilai minimal 2 (jika tenaga administrasi
tidak memilki kualifikasi akademik yang memadai, background pendidikan tidak
sesuai, serta tidak dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara
optimal).
Berikut disajikan tabel kriteria skor tenaga administrasi:
79
Tabel 3.30 Kategori Skor Tenaga Administrasi
No Interval Skor Kriteria 1 7.995<skor≤10 Sangat sesuai 2 6.665<skor≤7.995 Sesuai 3 5.335<skor≤6.665 Cukup sesuai 4 4.005<skor≤5.335 Kurang sesuai 5 2<skor≤4.005 Tidak sesuai
Sumber: Pengolahan Skor Kategorisasi
d) Manajemen Kesiswaan
Data tentang kesiswaan dengan nilai maksimum 65 (jika input siswa baik,
proses belajar mengajar berjalan dengan efektif dan efisien) dan dengan nilai
minimal 13 (jika semua butir aspek hanya minimum).
Berikut disajikan tabel data manajemen kesiswaan:
Tabel 3.31 Manajemen Kesiswaan
Indikator Statistik Hipotetik Input siswa Skor Tertinggi
Skor Terendah Rata-Rata
Standar Deviasi
15 3 9 2
Proses Pembelajaran
Skor Tertinggi Skor Terendah
Rata-Rata Standar Deviasi
35 7 21
4.67 Out Put Skor Tertinggi
Skor Terendah Rata-Rata
Standar Deviasi
15 3 9 2
Sumber: Pengolahan Skor Hipotetik
1. Input
Kriteria penilaian input siswa yaitu dengan nilai maksimum sebesar 15
(jika nilai input siswa tinggi, yang berupa nilai NEM sekolah sebelumnya/SMP)
dan nilai terendah 3 (jika nilai input siswa rendah).
80
Berikut disajikan tabel kriteria skor input siswa
Tabel 3.32 Kategori Skor Input Siswa
No Interval Skor Kriteria 1 12<skor≤15 Sangat tinggi 2 10<skor≤12 Tinggi 3 8<skor≤10 Cukup tinggi 4 6<skor≤8 Kurang tinggi 5 3<skor≤6 Tidak tinggi
Sumber: Pengolahan Skor Kategorisasi
2. Proses Pengajaran
Kriteria penilaian Proses pengajaran yaitu dengan nilai maksimum sebesar
35 (jika sekolah bisa menciptakan proses belajar mengajar yang efektif dan
efisien) dan nilai terendah 7 (jika sekolah tidak dapat menciptakan proses belajar
mengajar yang efektif dan efisien). Berikut disajikan tabel kriteria skor proses
pembelajaran:
Tabel 3.33 Kategori Skor Proses Pembelajaran
No Interval Skor Kriteria 1 28.005<skor≤35 Sangat optimal 2 23.335<skor≤28.005 Optimal 3 18.665<skor≤23.335 Cukup optimal 4 13.995<skor≤18.665 Kurang optimal 5 7<skor≤13.995 Tidak optimal
Sumber: Pengolahan Skor Kategorisasi
3. Output
Data tentang output siswa dengan nilai maksimum 15 (jika output siswa
mempunyai kualitas tinggi) dan dengan nilai minimal 3 (jika output siswa
rendah). Berikut disajikan tabel data output siswa:
81
Tabel 3.34 Kategori Skor Output Siswa
No Interval Skor Kriteria 1 12<skor≤15 Sangat tinggi 2 10<skor≤12 Tinggi 3 8<skor≤10 Cukup tinggi 4 6<skor≤8 Kurang tinggi 5 3<skor≤6 Tidak tinggi
Sumber: Pengolahan Skor Kategorisasi
e) Manajemen Sarana Prasarana
Data tentang sarana prasarana dengan nilai maksimum 50 (jika sekolah
memiliki program pengadaan sarana prasarana yang disesuaikan dengan
kebutuhan sekolah, serta melakukan pemeliharaan dan inventarisasi secara
optimal) dan dengan nilai minimal 10 (jika sekolah tidak memanajemen sarana
prasarana secara optimal).
Berikut disajikan tabel data manajemen sarana prasarana:
Tabel 3.35 Manajemen Sarana Prasarana
Indikator Statistik Hipotetik Pengadaan Skor Tertinggi
Skor Terendah Rata-Rata
Standar Deviasi
15 3 9 2
Pemeliharaan Skor Tertinggi Skor Terendah
Rata-Rata Standar Deviasi
15 3 9 2
Inventarisasi Skor Tertinggi Skor Terendah
Rata-Rata Standar Deviasi
20 4 12
2.67 Sumber: Pengolahan Skor Hipotetik
82
1. Pengadaan Sarana Prasarana
Data tentang pengadaan sarana prasarana sekolah dengan nilai maksimum
15 (jika pengadaan sarana prasarana disesuaikan dengan kebutuhan dan dana yang
dimiliki sekolah) dan dengan nilai minimal 3 (jika pengadaan sarana prasarana
tidak terprogram secara ideal). Berikut disajikan tabel kriteria skor pengadaan
sarana prasarana sekolah:
Tabel 3.36 Kategori Skor Pengadaan Sarana Prasarana
No Interval Skor Kriteria 1 12<skor≤15 Sangat ideal 2 10<skor≤12 Ideal 3 8<skor≤10 Cukup ideal 4 6<skor≤8 Kurang ideal 5 3<skor≤6 Tidak ideal
Sumber: Pengolahan Skor Kategorisasi 2. Pemeliharaan Sarana Prasarana
Data tentang pemeliharaan sarana prasarana sekolah dengan nilai
maksimum 15 (jika pemeliharaan sarana prasarana dilakukan dengan optimal) dan
dengan nilai minimal 3 (jika pemeliharaan sarana prasarana tidak dilakukan secara
optimal). Berikut disajikan tabel kriteria skor pemeliharaan sarana prasarana
sekolah:
Tabel 3.37 Kategori Skor Pemeliharaan Sarana Prasarana
No Interval Skor Kriteria 1 12<skor≤15 Sangat optimal 2 10<skor≤12 Optimal 3 8<skor≤10 Cukup optimal 4 6<skor≤8 Kurang optimal 5 3<skor≤6 Tidak optimal
Sumber: Pengolahan Skor Kategorisasi
83
3. Inventarisasi Sarana Prasarana
Data tentang perawatan sarana prasarana sekolah dengan nilai maksimum
20 (jika inventarisasi sarana prasarana dilakukan secara optimal) dan dengan nilai
minimal 4 (jika perawatan sarana prasarana tidak dilakukan secara optimal).
Berikut disajikan tabel kriteria skor inventarisasi sarana prasarana:
Tabel 3.38 Kategori Skor Inventarisasi Sarana Prasarana
No Interval Skor Kriteria 1 16.005<skor≤20 Sangat optimal 2 13.335<skor≤16.005 Optimal 3 10.66<skor≤13.335 Cukup optimal 4 7.99<skor≤10.66 Kurang optimal 5 4<skor≤7.99 Tidak optimal
Sumber: Pengolahan Skor Kategorisasi
84
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Populasi dan Sampel Penelitian
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di seluruh Kabupaten Kendal
merupakan sebuah wahana pendidikan yang terus dipacu untuk dikembangkan
lebih baik menuju amanat tujuan pendidikan di tingkat SMK. Pemerintah yang
selalu tanggap, menunjukkan keseriuasan tersendiri bagi dunia pendidikan di
Kabupaten Kendal.
Seluruh SMK di Kabupaten Kendal merupakan sebagian kelompok SMK di
Indonesia yang menjadi program percontohan Mentri Pendidikan Nasional. Hal
tersebut sangat menggembirakan bagi generasi muda yang ada di Kabupaten
Kendal dan sekitarnya. Melalui SMK mereka bisa mengembangkan bakat dan
ketrampilan yang dimiliki, tidak tanggung-tanggung, pemerintah akan menjamin
lapangan kerja yang luas. Artinya bagi mereka yang lulus SMK adalah orang-
orang yang siap menjalankan pekerjaan dikemudian hari sesuai dengan keahlian
mereka masing-masing.
Program keahlian yang diterapkan disemua SMK di Kendal baik negeri
maupun swasta, dapat dikatakan sangatlah lengkap. Dimulai dari Teknik Mesin
(Otomotif), Teknik Elektro, Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), Teknik
Pendingin dan Tata Udara, Teknik Bangunan, Tata Busana, Bisnis Manajemen
(Bismen) dan program keahlian Akuntansi. Sedangkan Program keahlian
85
Budidaya Tanaman, Ternak. Ikan, Teknologi hasil Pertanian, Geologi
Pertambangan, dan lain sebagainya, Pemerintah kabupaten Kendal akan berusaha
sekuat tenaga untuk merealisasikan program keahlian tesebut.
Merujuk pada kompleksnya program keahlian yang ada diseluruh SMK
Kendal, maka penulis tidak melihat lebih jauh tentang program keahlian tersebut.
Penulis hanya meneliti manajemen sekolah secara umum yang diterapkan
dimasing-masing Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) diseluruhn Kabupaten
Kendal dengan status sekolah negeri dan swasta.
Sekolah Menengah Kejuruan baik negeri dan swasta yang ada di Kabupaten
Kendal dapat dikatakan mempunyai persaingan yang kompetitif disetiap unsur
sistem manajemen sekolah, dimulai dari model persaingan penerimaan siswa baru,
proses belajar mengajar, dan menentukan prestasi lulusan. Lebih detail dan
semakin dalam lagi, kepemimpinan kepala sekolah pun diuji dalam persaingan
yang sehat dan penuh pengertian, tenaga pendidikan, administrasi dan lain
sebagainya selalu ada persaingan menjadi yang lebih baik dari seluruh SMK di
Kendal. Namun demikian tidak berarti antar sekolahan saling menjatuhkan sama
lain, hal yang demikian tidak terjadi di SMK Kendal. Malainkan hal sebaliknya
yang tersaji dalam persaingan tersebut, yaitu saling melengkapi kekurangan yang
dimiliki masing-masing sekolah.
4.1.2 Analisis Diskriptif Variabel dan Indikator Penelitian
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) negeri dan swasta di Kabupaten
Kendal merupakan SMK yang menerapkan banyak program keahlian. Banyaknya
program keahlian yang di tempuh oleh sekolah, menjadikan sekolah tersebut
86
memerlukan kinerja manajemen yang optimal untuk mendukung berjalanya
kegiatan sekolah.
Manajemen kurikulum, tenaga kependidikan, kesiswaan, dan manajemen
sarana prasarana merupakan komponen manajemen yang harus dijaga kualitasnya
agar kesemua manajemen tersebut dapat berjalan sesuai dengan rencana dan
tujuan masing-masing sekolah. Kepala sekolah selaku penggerak utama dalam
semua kebijakan untuk menjalankan amanat dimasing-masing manajemen, harus
berperan kooperatif guna menciptakan kondisi yang maksimal disetiap kinerja
manjemen.
Analisis diskriptif yang akan penulis sampaikan disetiap variabel beserta
indikatornya, digunakan untuk lebih memudahkan dan agar komunikatif dalam
mendiskripsikan hasil penelitian. Berikut adalah hasil penelitian dengan
menggunakan metode angket di setiap SMK Negeri dan Swasta se Kabupaten
Kendal.
A. Kepemimpinan Kepala Sekolah
Tabel 4.01 Deskripsi Kepemimpinan Kepala SMK Negeri
No Indikator Skor Tertinggi
Skor Terendah
Rata-rata Standar Deviasi
1. Kepribadian 23.43 20.93 22.18 0.417 2. Manajerial 32.18 26.95 29.565 0.872 3. Kewirausahaan 13.73 11.74 12.735 0.332 4. Supervisi 13.79 10.78 12.285 0.502 5. Sosial 13.89 12.07 12.98 0.287
Total 96.92 82.47 89.745 2.408 Sumber: Data Penelitian (Diolah)
Nilai rata-rata secara keseluruhan pada tabel diatas menunjukkan kondisi
kepemimpinan kepala SMK negeri di Kabupaten Kendal. Berdasarkan tabel diatas
87
dapat dilihat dari nilai rata-rata kepemimpinan kepala sekolah berada pada
kategori pertama dan termasuk dalam kriteria sangat ideal. Dengan standar deviasi
menunjukan nilai yang kecil, nilai standar deviasi yang kecil ini berarti
kecenderungan mendekati kriteria rata-rata, berarti kepemimpinan kepala sekolah
sudah menggunakan secara maksimal kompetensi kepribadian, manajerial,
kewirausahaan, supervisi, dan sosial. Namun dalam komponen kepemimpinan
kepala sekolah, kompetensi manajerial masih kurang maksimal bagi kepala SMK
negeri. Berdasarkan nilai rata-rata, kompetensi manajerial berada pada kategori
kedua dan termasuk dalam kriteria ideal, atau merupakan kelemahan dari variabel
kepemimpinan kepala sekolah. Kelemahan tersebut lebih dikarenakan kepala
sekolah belum bisa secara berkala menyesuaikan kurikulum pendidikan dengan
kebutuhan pelanggan. Sehingga ada halangan pada penciptaan iklim yang inovatif
dalam pengembangan sekolah. Secara lebih rinci deskripsi kepemimpinan kepala
sekolah akan dijelaskan seperti berikut :
a) Kompetensi Kepribadian
Skor rata-rata kepribadian kepala sekolah memiliki kriteria sangat ideal, hal
ini banyak dikarenakan kepala sekolah selalu bersikap mulia sehingga mampu
menjadi teladan bagi warga sekolah, dan juga selalu menggunakan sikap terbuka
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Kepala sekolah juga bisa
mengendalikan diri dalam menghadapi masalah sekolah. Hal ini terbukti,
penyimpangan dalam aspek kepribadian hanya sebesar 0.417.
88
b) Kompetensi Manajerial
Kompetensi manajerial pada SMK negeri masuk dalam kriteria ideal, hal ini
menunjukkan belum sempurnanya proses manajemen yang ada disekolah. Fakta
tersebut lebih dikarenakan kepala sekolah belum bisa mengelola pensesuaian
kurikulum dengan kebutuhan dunia usaha atau pelanggan. Sehingga ada halangan
pada penciptaan iklim yang inovatif dalam pengembangan sekolah. Kepala
sekolah juga belum secara signifikan dalam mengelolah staff guru dan karyawan.
Terbukti penyimpangan dalam aspek manajerial mencapai sebesar 0.872.
c) Kompetensi Kewirausahaan
Nilai rata-rata dari tabel 4.01 diatas menunjukkan kompetensi
kewirausahaan dalam kriteria sangat ideal. Nilai tersebut lebih dikarenakan kepala
sekolah telah menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah,
kepala sekolah juga bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah.
Kompetensi kewirausahaan juga tercermin pada sikap kepala sekolah yang
pantang menyerah dalam menghadapi kendala sekolah, semua dikoordinasikan
dan dipecahkan secara bersama-sama dengan warga sekolah melalui rapat-rapat
rutin yang dilaksanakan oleh sekolah. Hal ini terbukti, penyimpangan dalam aspek
kewirausahaan sebesar 0.332.
d) Kompetensi Supervisi
Tabel 4.01 menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari komptensi supervisi
masuk dalam kriteria sangat ideal. Hal ini dikarenakan kepala sekolah telah
merencanakan dan melaksanakan program supervisi akademik dalam rangka
profesionalisme guru, dan juga telah menggunakan pendekatan dan teknik
89
supervisi yang tepat. Terbukti dengan penyimpangan dari nilai rata-rata sebesar
0.502.
e) Kompetensi Sosial
Nilai rata-rata dari komptensi sosial pada table 4.01 menunjukkan kritria
sangat idal. Hal ini terjadi lebih dikarenakan kepala sekolah sudah bisa
berkomunikasi langsung oleh masyarakat sekolah dan masyarakat luar sekolah.
Sehingga permasalahan yang sering dihadapi oleh sekolah bisa terselesaikan
dengan baik dan bijaksana. Hal ini terbukti, penyimpangan dalam aspek sosial
hanya sebesar 0.287.
Tabel 4.02 Deskripsi Kepemimpinan Kepala SMK Swasta
No Indikator Skor Tertinggi
Skor Terendah
Rata-rata Standar Deviasi
1. Kepribadian 24.43 19.22 21.825 0.868 2. Manajerial 33.71 25.43 29.57 1.38 3. Kewirausahaan 14.57 11.31 12.94 0.543 4. Supervisi 14.00 9.00 11.5 0.833 5. Sosial 14.21 10.52 12.365 0.615
Total 100.92 75.48 88.2 4.24 Sumber: Data Penelitian, Diolah
Nilai rata-rata pada tabel diatas menunjukkan kondisi kepemimpinan kepala
sekolah pada SMK swasta. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari nilai rata-
rata kepemimpinan kepala sekolah berada pada kategori pertama dan termasuk
dalam kriteria sangat ideal. Dengan standar deviasi menunjukkan nilai yang kecil,
nilai standar deviasi yang kecil ini berarti semakin mendekati kriteria rata-rata,
berarti kepemimpinan kepala sekolah SMK swasta sudah mendekati kriteria
sangat ideal. Kepala sekolah menggunakan secara maksimal kompetensi
kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial. Namun dari kelima
90
kompetensi kepala sekolah, kompetensi manajerial dan supervisi yang masih
kurang. Berdasarkan nilai rata-rata kompetensi manajerial dan supervisi kepala
sekolah, menggambarkan kompetensi tersebut pada kepala sekolah SMK swasta
di Kabupaten Kendal berada pada kategori kedua dan berkriteria ideal.
Kelemahan pada kompetensi manajerial menunjukkan belum sempurnanya
proses manajemen yang ada disekolah. Fakta tersebut lebih dikarenakan kepala
sekolah belum bisa secara berkala menyesuaikan kurikulum pendidikan dengan
kebutuhan pelanggan. Sehingga ada halangan pada penciptaan iklim inovatif
dalam pengembangan sekolah.
Sementara itu untuk kompetensi supervisi masuk dalam kriteria ideal atau
masih terdapat kelemahan dalam kompetensi supervisi di SMK swasta. Hal ini
dikarenakan kepala sekolah belum merencanakan dan melaksanakan program
supervisi akademik secara tepat, akibatnya dalam pencapaian profesionalitas guru
belum sepenuhnya tercapai. Secara lebih rinci deskripsi kepemimpinan kepala
sekolah seperti berikut ini :
a) Kompetensi Kepribadian
Perolehan nilai rata-rata kepribadian kepala sekolah memiliki kriteria sangat
ideal, hal ini dikarenakan kepala sekolah selalu bersikap mulia sehingga mampu
menjadi teladan bagi warga sekolah, dan juga selalu menggunakan sikap terbuka
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Kepala sekolah juga bisa
mengendalikan diri dalam menghadapi masalah sekolah. Hal ini terbukti,
penyimpangan dalam aspek kepribadian hanya sebesar 0.868.
91
b) Kompetensi Manajerial
Pada SMK swasta kompetensi manajerial masuk dalam kriteria ideal, hal ini
menunjukkan belum sempurnanya proses manajemen yang ada disekolah. Fakta
tersebut lebih dikarenakan kepala sekolah belum bisa mengelola pensesuaian
kurikulum dengan kebutuhan dunia usaha atau pelanggan. Sehingga ada halangan
pada penciptaan iklim inovatif dalam pengembangan sekolah. Terbukti
penyimpangan dalam aspek manajerial mencapai sebesar 1.38.
c) Kompetensi Kewirausahaan
Skor rata-rata pada kompetensi kewirausahaan dalam kriteria sangat ideal.
Nilai tersebut lebih dikarenakan kepala sekolah telah menciptakan inovasi yang
berguna bagi pengembangan sekolah, kepala sekolah juga bekerja keras untuk
mencapai keberhasilan sekolah. Kompetensi kewirausahaan juga tercermin pada
sikap kepala sekolah yang pantang menyerah dalam menghadapi kendala sekolah,
semua dikoordinasikan dan dipecahkan secara bersama-sama dengan warga
sekolah. Hal ini terbukti, penyimpangan dalam aspek kewirausahaan sebesar
0.543.
d) Kompetensi Supervisi
Tabel 4.02 menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari kompetensi supervisi
masuk dalam kriteria ideal atau masih terdapat kelemahan dalam kompetensi
supervisi di SMK swasta. Hal ini dikarenakan kepala sekolah belum
merencanakan dan melaksanakan program supervisi akademik secara tepat,
akibatnya dalam pencapaian profesionalitas guru belum sepenuhnya tercapai.
Terbukti dengan penyimpangan dari nilai rata-rata sebesar 0.833.
92
e) Kompetensi Sosial
Nilai rata-rata dari komptensi sosial pada table 4.02 menunjukkan kriteria
sangat ideal. Hal ini terjadi lebih dikarenakan kepala sekolah aktif berkomunikasi
langsung dengan masyarakat sekolah maupun masyarakat luar sekolah. Sehingga
permasalahan yang sering dihadapi oleh sekolah bisa terselesaikan dengan baik
dan bijaksana. Hal ini terbukti, penyimpangan dalam aspek sosial hanya sebesar
0.615.
B. Manajemen Kurikulum
Tabel 4.03 Deskripsi Manajemen Kurikulum SMK Negeri
No Indikator Skor Tertinggi
Skor Terendah
Rata-rata Standar Deviasi
1. KTSP 23.21 20.76 21.985 0.408 2. Kalender Pendidikan 9.68 8.73 9.205 0.158 3. Program Pembelajaran 27.97 25.22 26.595 0.458 4. Penilaian Hasil Belajar 18.48 17.07 17.775 0.235 5. Peraturan Akademik 14.00 12.71 13.355 0.215
Total 93.34 84.49 88.915 1.475 Sumber: Data Penelitian, Diolah
Nilai rata-rata pada tabel diatas mewakili kondisi manajemen kurikulum dan
program pengajaran SMK negeri. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari nilai
rata-rata kurikulum berada pada kategori kesatu dan termasuk dalam kriteria
sangat optimal. Dengan standar deviasi menunjukan nilai yang kecil, nilai standar
deviasi yang kecil ini berarti semakin mendekati kriteria rata-rata, berarti
kurikulum dan program pengajaran sekolah sudah sangat optimal. Pelaksanakan
kurikulum telah sesuai dengan aturan. Secara lebih rinci deskripsi manajemen
kurikulum adalah seperti berikut ini :
93
a) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Analisis yang digunakan untuk menjawab penilaian pada skor rata-rata yang
tertulis diatas dengan kriteria sangat optimal adalah karena seluruh SMK negeri
telah menggunakan KTSP dan penyusunannya telah memperhatikan standar
kompetensi lulusan, standar isi dan praturan pelaksanaannya.
KTSP yang ada dalam sekolah juga telah dikembangkan sesuai dengan
kondisi sekolah, kondisi peserta didik, kondisi lingkungan dan kondisi sosial
masyarakat setempat. Dukungan yang lebih kuat lagi datang dari staff pengajar
yang mana mereka telah bertanggungjawab menyusun SILABUS dan RPP
disetiap mata pelajaran yang diampunya. Sehingga dalam pencapaian
terlaksananya KTSP dalam lingkup proses belajar selalu optimal. Penilaian sangat
optimal yang dimiliki oleh masing-masing sekolah dapat dibuktikan, bahwa
penyimpangan dalam aspek KTSP hanya sebesar 0.408.
b) Kalender Pendidikan (Kaldik)
Berdasarkan deskripsi hasil penelitian, skor rata-rata dari kaldik
menunjukkan kriteria sangat sesuai. Hasil tersebut memperlihatkan bahwa
kegiatan yang dilakukan oleh sekolah sudah susuai dengan kaldik. Hal ini
terbukti, penyimpangan dalam aspek kalender pendidikan dari masing-masing
SMK negeri hanya sebesar 0.158.
c) Program Pengajaran
Pelaksanaan program pengajaran di SMK negeri sudah sangat optimal.
Kriteria sangat optimal yang dimiliki oleh SMK negeri lebih disebabkan bahwa
semua tenaga pendidikan dari mulai staf waka kurikulum sebagai
94
penanggungjawab dan guru pengampu mata pelajaran telah menerapkan program
pengajaran dengan sangat optimal, seperti halnya guru telah membuat program
pengajaran yang berkualitas dan dapat membuat suasana belajar yang kondusif.
Hal ini terbukti, penyimpangan dalam aspek program pengajaran hanya sebesar
0.458.
d) Penilaian Hasil Belajar (PHB)
Penilaian yang dilaksanakan meliputi post-test, ujian praktek, mid semester,
ujian semester dan untuk kelas XII ada Ujian Akhir Nasional (UAN). Untuk
menentukan siswanya yang berhasil dalam penilaian, SMK negeri juga memiliki
pedoman kriteria ketuntasan minimal (KKM).
Berdasarkan deskripsi hasil penelitian, skor rata-rata PHB mendapatkan
kriteria sangat sesuai. Kritria tersebut menunjukkan bahwa SMK negeri di Kendal
telah menggunakan pedoman KKM, dan melaksanakan hal seperti penilaian selalu
dilaporkan kepada peserta didik, wali murid, komite sekolah dan institusi
diatasnya. Hal ini terbukti, bahwa penyimpangan dalam aspek penilaian hasil
belajar hanya sebesar 0.235.
e) Peraturan Akademik
Berdasarkan deskripsi hasil penelitian, skor rata-rata PHB mendapatkan
kriteria sangat ideal. Hal ini dikarenakan peraturan akademik selalu diperbarui,
disosialisasikan dan ada komitmen bersama warga sekolah untuk menaatinya.
Terbukti bahwa penyimpangan dalam aspek peraturan akademik hanya sebesar
0.215.
95
Tabel 4.04 Deskripsi Manajemen Kurikulum SMK Swasta
No Indikator Skor Tertinggi
Skor Terendah
Rata-rata Standar Deviasi
1. KTSP 23.50 17.67 20.585 0.972 2. Kalender Pendidikan 9.50 7.19 8.345 0.385 3. Program Pengajaran 28.25 21.47 24.86 1.13 4. Penilaian Hasil Belajar 18.64 13.67 19.86 0.828 5. Peraturan Akademik 14.24 10.31 12.275 0.655
Total 94.13 70.31 82.22 3.97 Sumber: Data Penelitian, Diolah
Nilai rata-rata pada tabel diatas mewakili kondisi manajemen kurikulum
pada SMK swasta. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari nilai rata-rata
manajemen kurikulum berada pada kategori kesatu dan termasuk dalam kriteria
sangat optimal. Dengan standar deviasi menunjukan nilai yang kecil, nilai standar
deviasi yang kecil ini berarti semakin mendekati kriteria rata-rata, berarti
manajemen kurikulum dan program pengajaran SMK swasta sudah sangat
optimal. Pelaksanaan kurikulum sudah dilaksanakan sesuai aturan. Namun dalam
komponen manajemen kurikulum masih memiliki kekurangan pada indikator
kalender pendidikan. Secara lebih rinci deskripsi manajemen kurikulum adalah
seperti berikut ini :
a) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Skor rata-rata yang tertulis pada tabel 4.04 dengan kriteria sangat optimal
adalah lebih dikarena seluruh SMK swasta telah menggunakan KTSP dan
penyusunannya telah memperhatikan standar kompetensi lulusan, standar isi dan
peraturan pelaksanaannya. KTSP yang ada dalam sekolah juga telah
dikembangkan sesuai dengan kondisi sekolah, kondisi peserta didik, kondisi
lingkungan dan kondisi sosial masyarakat setempat. Penilaian sangat optimal yang
96
dimiliki oleh masing-masing sekolah dapat dibuktikan, bahwa penyimpangan
dalam aspek KTSP hanya sebesar 0.972.
b) Kalender Pendidikan (Kaldik)
Berdasarkan deskripsi hasil penelitian, skor rata-rata dari kaldik
menunjukkan kriteria sesuai. Hasil tersebut memperlihatkan bahwa kegiatan yang
dilakukan oleh sekolah sudah susuai dengan kaldik. Akan tetapi pelaksanaan
kaldik belum maksimal, hal ini terlihat dengan kurang tepatnya pelaksanaan ujian
semester. Sehingga dalam menyiapkan anak didiknya, seorang guru tidak
maksimal dalam mengajar. Seorang guru kadang tidak lengkap dan tuntas dalam
memberi materi pelajaran, karena waktu yang sudah habis untuk kegiatan belajar
mengajar. Fakta ini ditunjukkan dengan penyimpangan dalam aspek kalender
pendidikan dari masing-masing SMK swasta sebesar 0.385.
c) Program Pengajaran
Pelaksanaan program pengajaran di SMK swasta sangat optimal. Kriteria
sangat optimal yang dimiliki oleh sekolah lebih disebabkan bahwa semua tenaga
pendidikan dari mulai staf waka kurikulum sebagai penanggungjawab dan guru
pengampu mata pelajaran telah menerapkan program pengajaran dengan sangat
optimal, seperti halnya guru telah membuat program pengajaran yang berkualitas
dan dapat membuat suasana belajar yang kondusif. Hal ini terbukti,
penyimpangan dalam aspek program pengajaran hanya sebesar 1.13.
d) Penilaian Hasil Belajar (PHB)
Penilaian yang dilaksanakan meliputi post-test, ujian praktek, mid semester,
ujian semester dan untuk kelas XII ada Ujian Akhir Nasional (UAN). Untuk
97
menentukan siswanya yang berhasil dalam penilaian, SMK swasta juga memiliki
pedoman kriteria ketuntasan minimal (KKM).
Berdasarkan deskripsi hasil penelitian, skor rata-rata PHB mendapatkan
kriteria sangat sesuai. Kritria tersebut menunjukkan bahwa SMK swasta di Kendal
telah menggunakan pedoman KKM, dan melaksanakan hal seperti penilaian selalu
dilaporkan kepada peserta didik, wali murid, komite sekolah dan institusi
diatasnya. Hal ini terbukti, bahwa penyimpangan dalam aspek penilaian hasil
belajar hanya sebesar 0.828.
e) Peraturan Akademik
Berdasarkan deskripsi hasil penelitian, skor rata-rata PHB mendapatkan
kriteria sangat ideal. Hal ini dikarenakan peraturan akademik selalu diperbarui,
disosialisasikan dan ada komitmen bersama warga sekolah untuk menaatinya.
Terbukti bahwa penyimpangan dalam aspek peraturan akademik hanya sebesar
0.655.
C. Manajemen Tenaga Kependidikan
Tabel 4.05 Deskripsi Manajemen Tenaga Kependidikan SMK Negeri
No Indikator Skor Tertinggi
Skor Terendah
Rata-rata Standar Deviasi
1. Wakil Kep.Sek 46.28 40.78 43.53 0.917 2. Guru 9.34 8.05 8.695 0.215 3. Konselor 9.24 7.49 8.365 0.292 4. Pustakawan 8.64 7.00 7.82 0.273 5. Laborat 8.40 6.63 7.515 0.295 6. Administrasi 8.89 7.78 8.335 0.185
Total 90.79 77.73 84.26 2.177 Sumber: Data Penelitian, Diolah
98
Nilai rata-rata pada tabel diatas mewakili kondisi tenaga kependidikan
SMK negeri. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari nilai rata-rata tenaga
kependidikan berada pada kategori pertama dan termasuk dalam kriteria sangat
ideal. Dengan standar deviasi menunjukan nilai yang kecil, nilai standar deviasi
yang kecil ini berarti semakin mendekati kriteria awal, berarti tenaga
kependidikan sekolah sudah mendekati kriteria sangat ideal. Hal ini berarti tenaga
kependidikan di sekolah tersebut telah sesuai dengan kebutuhan sekolah. Namun
dalam komponen ini masih terdapat kekurangan dalam hal tenaga pustakawan dan
laborat. Secara lebih rinci deskripsi manajemen tenaga kependidikan adalah
seperti berikut ini :
a) Wakil Kepala Sekolah (Wakasek)
Berdasarkan deskripsi hasil penelitian diatas, wakasek memperoleh kriteria
sangat ideal. Kriteria tersebut disebabkan semua SMK negeri telah memiliki 4
Wakil kepala sekolah yaitu wakil kepala sekolah bidang kurikulum, kesiswaan,
sarana prasarana dan hubungan masyarakat. Semua wakil kepala sekolah tersebut
telah melaksanakan tugasnya dengan sangat maksimal. Dalam hal ini kepala
sekolah sangat terbantu dengan adanya wakasek dalam bidangnya masing-masing.
Terbukti bahwa penyimpangan dalam aspek wakasek hanya sebesar 0.917.
b) Guru
Nilai rata-rata yang diperoleh dari indicator guru berkriteria sangat sesuai
perolehan skor rata-rata menunjukkan bahwa guru yang mengajar di SMK negeri
sudah mememiliki kualifikasi akademik yan memadai. Disamping itu, guru juga
telah memberikan motivasi, mendidik, membimbing, memfasilitasi, dan melatih
99
peserta didik untuk menjadi manusia yang berkualitas. Hal ini terbukti,
penyimpangan dalam aspek guru hanya sebesar 0.215.
c) Konselor
Nilai rata-rata dari indikator guru Bimbingan Konseling (BK) atau koselor
yang ada di SMK negeri mendapat kriteria sesuai. Nilai tersebut dikarenakan
konselor yang mengajar di sekolah sesuai dengan latar belakangnya, sehingga
dalam memberikan layanan bisa terlaksana dengan maksimal. Hal ini terbukti,
penyimpangan dalam aspek tenaga konslor dari masing-masing sekolah negeri
hanya sebesar 0.292.
Dalam memberikan bimbingan dan konseling terhadap para siswa, guru
selalu tepat pada tujuan yang diinginkan saat membimbing dan saat memberikan
konseling. Dengan latar belakang yang cocok dengan pekerjaannya, mereka tidak
kesulitan untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi siswa dan sekolah.
d) Pustakawan
Perolehan skor rata-rata pada indikator pustakawan dalam kriteria sesuai
atau mrupakan kelemahan dari indikator pustakawan. Namun demikian tenaga
pustakawan telah bekerja dengan sebaik mungkin, hal ini terlihat dari pengamatan
langsung dimana tatanan buku yang ada di perpustakaan tertata rapi sehingga
membuat siswa dan warga sekolah yang lain senang dan nyaman untuk membaca
buku di perpustakaan. Pelayanan dalam menggunakan fasilitas perpustakaan juga
telah maksimal dilaksanakan. Dapat dibuktikan, bahwa penyimpangan dalam
indicator pustakawan hanya sebesar 0.273.
100
e) Tenaga Laborat
Berdasarkan deskripsi perolehan skor rata-rata aspek tenaga laborat
mendapat kriteria sesuai. Nilai rata-rata tersebut memberi arti bahwa tenaga
laborat biasanya hanya membantu guru yang bersangkutan dalam melakukan
percobaan atau penelitian dilaboratorium, kegiatan belajar mengajar di dalam
laborat yang dominan tetap dilakukan guru yang bersangkutan. Di SMK negeri
belum ada tenaga laborat yang khusus untuk menjaga dan menangani ruang
laboratorium. Karena masih belum adanya tenaga laborat yang sesuai dengan
kualifiksi akademik, maka dalam indikator tenaga laborat terdapat penyimpangan
dari nilai rata-rata sebesar 0.295.
f) Tenaga Administrasi
Perolehan nilai rata-rata dari indikator tenaga administrasi menunjukkan
bahwa tenaga administrasi umumnya sudah memiliki kualifikasi akademik yang
sesuai dengan pekerjaannya. Sehingga dalam melaksanakan pekerjaan, mereka
telah bekerja dengan baik dan maksimal. Fakta tersebut bisa dilihat seperti halnya
dokumen telah tertata rapi, baik itu data tenaga personalia sekolah ataupun yang
berhubungan dengan dokumen sekolah lainya.
Pelayanan tenaga administrasi juga telah sangat sesuai, ini terlihat pelayanan
kepada guru maupun siswa sudah optimal, sehingga jika guru dan siswa
mempunyai keluhan soal keadministrasian bisa terselesaikan dengan baik. Fakta
ini terbukti, dengan penyimpangan dalam aspek tenaga administrasi hanya sebesar
0.185.
101
Tabel 4.06 Deskripsi Manajemen Tenaga Kependidikan SMK Swasta
No Indikator Skor Tertinggi
Skor Terendah
Rata-rata Standar Deviasi
1. Wakil Kep.Sek 44.63 35.78 40.205 1.475 2. Guru 9.50 6.92 8.21 0.43 3. Konselor 8.77 7.39 8.08 0.23 4. Pustakawan 8.35 6.27 7.31 0.347 5. Laborat 8.63 5.75 7.19 0.48 6. Administrasi 9.13 7.08 8.105 0.342
Total 89.01 69.19 79.1 3.303 Sumber: Data Penelitian, Diolah
Nilai rata-rata pada tabel diatas mewakili kondisi manajemen tenaga
kependidikan pada SMK swasta. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari nilai
rata-rata manajemen tenaga kependidikan berada pada kategori kedua dan
termasuk dalam kriteria ideal. Dengan standar deviasi menunjukan nilai yang
kecil, nilai standar deviasi yang kecil ini berarti semakin mendekati kriteria rata-
rata, berarti manajemen tenaga kependidikan SMK swasta sudah mendekati
kriteria ideal. Secara keseluruhan tenaga kependidikan di sekolah tersebut telah
sesuai dengan kebutuhan sekolah. Namun dalam komponen tenaga pustakawan
dan laborat masih kurang. Secara lebih rinci deskripsi manajemen tenaga
kependidikan adalah seperti berikut ini :
a) Wakil Kepala Sekolah (Wakasek)
Berdasarkan deskripsi hasil penelitian diatas, wakasek memperoleh kriteria
sangat ideal. Kriteria tersebut disebabkan semua SMK swasta telah memiliki 4
Wakil kepala sekolah yaitu wakil kepala sekolah bidang kurikulum, kesiswaan,
sarana prasarana dan hubungan masyarakat. Semua wakil kepala sekolah tersebut
telah melaksanakan tugasnya dengan sangat maksimal, sehingga kepala sekolah
102
sangat terbantu dengan adanya wakasek dalam bidangnya masing-masing.
Terbukti bahwa penyimpangan dalam aspek wakasek hanya sebesar 1.475.
b) Guru
Nilai rata-rata yang diperoleh dari indikator guru berkriteria sangat sesuai
perolehan skor rata-rata menunjukkan bahwa guru yang mengajar di SMK swasta
sudah mememiliki kualifikasi akademik yan memadai. Disamping itu, guru juga
telah memberikan motivasi, mendidik, membimbing, memfasilitasi, dan melatih
peserta didik untuk menjadi manusia yang berkualitas. Hal ini terbukti,
penyimpangan dalam aspek guru hanya sebesar 0.43.
c) Konselor
Nilai rata-rata dari indikator guru Bimbingan Konseling (BK) atau koselor
yang ada di SMK swasta mendapat kriteria sesuai. Nilai tersebut dikarenakan
konselor yang mengajar di sekolah sesuai dengan latar belakangnya, sehingga
dalam memberikan layanan bisa terlaksana dengan maksimal. Hal ini terbukti,
penyimpangan dalam aspek tenaga konselor dari masing-masing sekolah swasta
hanya sebesar 0.23.
d) Pustakawan
Perolehan skor rata-rata pada indikator pustakawan dalam kriteria sesuai
atau masih ada kelemahan pada indikator pustakawan. Akan tetapi tenaga
pustakawan telah bekerja dengan sebaik mungkin, hal ini terlihat dari pengamatan
langsung dimana tatanan buku yang ada di perpustakaan tertata rapi sehingga
membuat siswa dan warga sekolah yang lain senang dan nyaman untuk membaca
buku di perpustakaan. Pelayanan dalam menggunakan fasilitas perpustakaan juga
103
telah maksimal dilaksanakan. Dapat dibuktikan, bahwa penyimpangan dalam
indikator pustakawan hanya sebesar 0.347.
e) Tenaga Laborat
Berdasarkan deskripsi perolehan skor rata-rata pada aspek tenaga laborat
mendapat kriteria sesuai. Nilai rata-rata tersebut memberi arti bahwa tenaga
laborat biasanya hanya membantu guru yang bersangkutan dalam melakukan
percobaan atau penelitian dilaboratorium, kegiatan belajar mengajar di dalam
laborat yang dominan tetap dilakukan guru yang bersangkutan. Di SMK swasta
belum ada tenaga laborat yang khusus untuk menjaga dan menangani ruang
laboratorium. Karena masih belum adanya tenaga laborat yang sesuai dengan
kualifiksi akademik, maka dalam indikator tenaga laborat terdapat penyimpangan
dari nilai rata-rata sebesar 0.48.
f) Tenaga Administrasi
Perolehan nilai rata-rata dari indikator tenaga administrasi menunjukkan
bahwa tenaga administrasi umumnya sudah memiliki kualifikasi akademik yang
sesuai dengan pekerjaannya. Sehingga dalam melaksanakan pekerjaan, mereka
telah bekerja dengan baik dan maksimal. Fakta tersebut bisa dilihat seperti halnya
dokumen telah tertata rapi, baik itu data tenaga personalia sekolah ataupun yang
berhubungan dengan dokumen sekolah lainya.
Pelayanan tenaga administrasi juga telah sangat sesuai, ini terlihat pelayanan
kepada guru maupun siswa sudah optimal, sehingga jika guru dan siswa
mempunyai keluhan soal keadministrasian bisa terselesaikan dengan baik. Fakta
104
ini terbukti, dengan penyimpangan dalam aspek tenaga administrasi hanya sebesar
0.342.
D. Manajemen Kesiswaan
Tabel 4.07 Deskripsi Manajemen Kesiswaan SMK Negeri
No Indikator Skor Tertinggi
Skor Terendah
Rata-rata Standar Deviasi
1. In Put 14.30 12.63 13.465 0.278 2. Proses 32.26 28.12 30.19 0.69
Total 43.655 Sumber: Data Penelitian, Diolah
Nilai rata-rata pada tabel diatas mewakili kondisi kesiswaan SMK negeri.
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari nilai rata-rata kesiswaan berada pada
kategori pertama dan termasuk dalam kriteria sangat tinggi. Dengan standar
deviasi menunjukan nilai yang kecil, nilai standar deviasi yang kecil ini berarti
semakin mendekati kriteria rata-rata, berarti manajemen kesiswaan SMK negeri
sudah sangat tinggi. Secara lebih rinci deskripsi manajemen kesiswaan adalah
seperti berikut ini :
a) In Put
Nilai rata-rata dari indikator in put siswa SMK negeri mendapat kriteria
sangat tinggi. Fakta ini dikarenakan banyak dari calon siswa SMK beralasan
setelah mereka lulus dari sekolah, ingin langsung bekerja dari pada melanjutkan
kejenjang yang lebih tinggi, seperti masuk kuliah ke perguruan tinggi. Berangkat
dari alasan inilah mereka melanjutkan kejenjang sekolah kejuruan, dan mereka
cendrung untuk memilih SMK negeri terlebih dahulu dari pada SMK swasta.
105
Karena banyaknya peminat yang ingin masuk pada SMK negeri, maka SMK
negeri menyiapkan dengan seksama terutama yang berkaitan dengan penerimaan
siswa baru. Hal ini yang menyebabkan nilai atau kriteria yang dimiliki SMK
negeri sangat tinggi. Walaupun memang ada penyimpangan sedikit hanya sebesar
0.278.
b) Proses Pembelajaran
Nilai rata-rata dari indikator proses pembelajaran menunjukkan criteria
sangat optimal. Hal ini diduga karena sekolah terutama guru dalam mengajar
selalu berusaha menciptakan proses belajar mengajar yang kondusif, efektif dan
efisien agar menghasilkan lulusan yang berkualitas memiliki daya saing tinggi.
Hal ini terbukti, penyimpangan dalam aspek PBM dari masing-masing SMK
negeri hanya sebesar 0.69.
Tabel 4.08
Deskripsi Manajemen Kesiswaan SMK Negeri No Indikator Skor
Tertinggi Skor
Terendah Rata-rata Standar
Deviasi 1. Out Put 13.12 9.80 11.46 0.553
Total 11.46 Sumber: Data Penelitian, Diolah
Nilai rata-rata pada tabel diatas mewakili kondisi output (lulusan) pada
SMK negeri. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari nilai rata-rata output
(lulusan) berada pada kategori kedua dan termasuk dalam kriteria tinggi. Dengan
standar deviasi menunjukan nilai yang kecil, nilai standar deviasi yang kecil ini
berarti semakin mendekati kriteria rata-rata, berarti output (lulusan) SMK negeri
sudah mendekati kriteria tinggi. Hasil analisis angket penelitian menunjukkan,
output SMK negeri sudah termasuk dalam kriteria tinggi. Tingkat kelulusan dalam
106
kurun waktu 4 tahun terakhir mengalami peningkatan. Siswa yang diterima
diperusahaan untuk bekerja semakin meningkat, dengan demikian secara
keseluruhan grafik perkembangan akademik mengalami kenaikan.
Tabel 4.09 Deskripsi Manajemen Kesiswaan SMK Swasta
No Indikator Skor Tertinggi
Skor Terendah
Rata-rata Standar Deviasi
1. In Put 14.52 10.47 12.495 0.675 2. Proses 34.13 24.78 29.455 1.558
Total 41.95 Sumber: Data Penelitian, Diolah
Nilai rata-rata pada tabel diatas mewakili kondisi manajemen kesiswaan
pada SMK swasta. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari nilai rata-rata
manajemen kesiswaan berada pada kategori kesatu dan termasuk dalam kriteria
sangat tinggi. Dengan standar deviasi menunjukan nilai yang kecil, nilai standar
deviasi yang kecil ini berarti semakin mendekati kriteria rata-rata, berarti
manajemen kesiswaan SMK swasta sudah sangat tinggi. Secara lebih rinci
deskripsi manajemen kesiswaan adalah seperti berikut ini :
a) In Put
Nilai rata-rata dari indikator in put siswa SMK swasta mendapat kriteria
sangat tinggi. Fakta ini dikarenakan banyak dari calon siswa SMK beralasan
setelah mereka lulus dari sekolah, ingin langsung bekerja dari pada melanjutkan
kejenjang yang lebih tinggi, seperti masuk kuliah ke perguruan tinggi. Berangkat
dari alasan inilah mereka melanjutkan kejenjang sekolah kejuruan.
Karena banyaknya siswa yang ingin masuk pada SMK swasta, maka SMK
swasta menyiapkan dengan seksama terutama yang berkaitan dengan penerimaan
siswa baru. Hal ini yang menyebabkan nilai atau kriteria yang dimiliki SMK
107
swasta sangat tinggi. Walaupun memang ada penyimpangan sedikit hanya sebesar
0.675. Standar deviasi tersebut menunjukkan perlu adanya perbaikan sistem pada
model penerimaan siswa baru. Perbaikan ini harus terus dijalankan untuk bisa
bersaing dengan SMK negeri.
b) Proses Pembelajaran
Nilai rata-rata dari indikator proses pembelajaran menunjukkan kriteria
sangat optimal. Hal ini diduga karena sekolah terutama guru dalam mengajar
selalu berusaha menciptakan proses belajar mengajar yang kondusif, efektif dan
efisien agar menghasilkan lulusan yang berkualitas memiliki daya saing tinggi.
Hal ini terbukti, penyimpangan dalam aspek PBM dari masing-masing SMK
swasta hanya sebesar 1.558.
Tabel 4.10 Deskripsi Manajemen Kesiswaan SMK Swasta
No Indikator Skor Tertinggi
Skor Terendah
Rata-rata Standar Deviasi
1. Out Put 12.52 8.54 10.53 0.663 Total 10.53
Sumber: Data Penelitian, Diolah
Nilai rata-rata pada tabel diatas mewakili kondisi output (lulusan) pada
SMK swasta. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari nilai rata-rata output
(lulusan) berada pada kategori kedua dan termasuk dalam kriteria tinggi.
Sedangkan standar deviasi menunjukan nilai yang kecil, nilai standar deviasi yang
kecil berarti semakin mendekati nilai rata-rata, artinya output (lulusan) SMK
swasta sudah mendekati kriteria tinggi.
108
E. Manajemen Sarana dan Prasarana
Tabel 4.11 Deskripsi Manajemen Sarana Prasarana SMK Negeri
No. Indikator Skor Tertinggi
Skor Terendah
Rata-rata Standar Deviasi
1. Pengadaan 13.11 10.76 11.935 0.392 2. Pemeliharaan 13.22 10.95 12.085 0.378 3. Inventarisasi 17.72 14.22 15.97 0.583
Total 44.05 35.93 39.999 1.353 Sumber: Data Penelitian, Diolah
Nilai rata-rata pada tabel diatas mewakili kondisi sarana dan prasarana
SMK negeri. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari nilai rata-rata manajemen
sarana dan prasarana berada pada kategori pertama dan termasuk dalam kriteria
sangat optimal. Dengan standar deviasi menunjukan nilai yang kecil, nilai standar
deviasi yang kecil ini berarti semakin mendekati kriteria rata-rata, berarti
manajemen sarana dan prasarana SMK negeri sudah mendekati kriteria sangat
optimal. Namun dalam komponen ini masih terdapat kekurangan dalam hal
pengadaan dan inventarisasi sarana prasarana. Pelaksanaan manajemen sarana dan
prasarana untuk unsur pemeliharaan mencapai taraf sangat optimal. Sedangkan
untuk aspek pengadaan dan inventarisasi hanya berkriteria optimal. Secara lebih
rinci deskripsi manajemen sarana dan prasarana adalah seperti berikut ini :
a) Pengadaan
Kritria ideal yang diterima dari skor rata-rata diatas, jika dianalisis artinya
SMK negeri pada aspek pengadaan sarana dan prasarana seperti halnya membeli
perlengkapan untuk kebutuhan sekolah dalam taraf wajar-wajar saja. Karena pada
aspek pengadaan sarpras, SMK negeri tidak membutuhkan sarpras yang baru,
sehingga pembelian sarpras tidak diutamakan dalam anggaran belanja sekolah.
109
Keterangan diatas mengindikasikan masih adanya kelemahan pada indikator
pengadaan sarpras. Terbukti, penyimpangan dalam aspek pengadaan sarana
prasarana dari masing-masing sekolah hanya sebesar 0.392.
b) Pemeliharaan
Hal ini dikarenakan SMK negeri mempunyai daya dan kemampuan lebih
untuk menjaga sarana yang ada, seperti terdapat tenaga kerja yang selalu menjaga
sarana disekolah, dan juga dana yang mencukupi untuk kegiatan pemeliharaan
sarana dan prasarana disekolah. Berbeda halnya dengan SMK swasta, disamping
kurangnya tenaga kerja untuk merawat sarana dan prasarana, mereka juga lemah
dalam pendanaan dalam pemeliharaan sarpras. Hal ini terbukti, penyimpangan
dalam aspek pemeliharaan sarana prasarana dari SMK negeri hanya sebesar 0.378.
Walaupun sudah unggul dari SMK swasta, SMK negeri harus lebih
meningkatkan kualitas dan tata cara penjagaan sarpras disekolahan. Karena jika
dilihat masih terdapat penyimpangan nilai dari skor rata-rata pada aspek
pemeliharaan. Sehingga dengan peningkatan tata cara pemeliharaan sarpras,
diharapkan umur ekonomis dari barang tersebut masih cendrung utuh atau sedikit
penyusutannya.
c) Inventarisasi
Berdasarkan pengamatan langsung sarana prasarana yang di miliki oleh
SMK Negeri umumnya dalam keadaan teratur. Hal ini terbukti, penyimpangan
dalam aspek inventarisasi sarana prasarana hanya sebesar 0.583.
110
Tabel 4.12 Deskripsi Manajemen Sarana Prasarana SMK Swasta
No. Indikator Skor Tertinggi
Skor Terendah
Rata-rata Standar Deviasi
1. Pengadaan 13.75 10.00 11.875 0.625 2. Pemeliharaan 14.00 9.89 11.945 0.685 3. Inventarisasi 18.50 13.64 16.07 0.81
Total 46.25 33.53 39.89 2.21 Sumber: Data Penelitian, Diolah
Nilai rata-rata pada tabel diatas mewakili kondisi manajemen sarana dan
prasarana pada SMK swasta. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari nilai rata-
rata manajemen sarana dan prasarana berada pada kategori kedua dan termasuk
dalam kriteria optimal. Dengan standar deviasi menunjukan nilai yang kecil, nilai
standar deviasi yang kecil ini berarti semakin mendekati kriteria rata-rata, berarti
manajemen sarana dan prasarana SMK swasta sudah mendekati kriteria optimal.
Namun terdapat kekurangan dalam hal pengadaan dan pemeliharaan sarana
prasarana. Secara lebih rinci deskripsi manajemen sarana dan prasarana adalah
seperti berikut ini :
a) Pengadaan
Kritria ideal yang diterima dari skor rata-rata diatas, jika dianalisis artinya
SMK negeri pada aspek pengadaan sarana dan prasarana seperti halnya membeli
perlengkapan untuk kebutuhan sekolah dalam taraf wajar-wajar saja. Karena pada
aspek pengadaan sarpras, SMK swasta tidak membutuhkan sarpras yang baru,
sehingga pembelian sarpras tidak diutamakan dalam anggaran belanja sekolah.
Keterangan diatas mengindikasikan masih adanya kelemahan pada indikator
pengadaan sarpras. Terbukti, penyimpangan dalam aspek pengadaan sarana
prasarana dari masing-masing sekolah hanya sebesar 0.392.
111
b) Pemeliharaan
Hal ini dikarenakan SMK swasta mempunyai daya dan kemampuan lebih
untuk menjaga sarana yang ada, seperti terdapat tenaga kerja yang selalu menjaga
sarana disekolah, dan juga dana yang mencukupi untuk kegiatan pemeliharaan
sarana dan prasarana disekolah. Berbeda halnya dengan SMK negeri, disamping
kurangnya tenaga kerja untuk merawat sarana dan prasarana, SMK swasta juga
lemah dalam pendanaan dalam pemeliharaan sarpras. Hal ini terbukti,
penyimpangan dalam aspek pemeliharaan sarana prasarana dari SMK swasta
hanya sebesar 0.378.
c) Inventarisasi
Berdasarkan pengamatan langsung sarana prasarana yang di miliki oleh
SMK Negeri umumnya dalam keadaan teratur. Hal ini terbukti, penyimpangan
dalam aspek inventarisasi sarana prasarana hanya sebesar 0.583. Standar deviasi
menunjukkan perlu adanya pendataan kembali sarpras yang dimiliki sekolah.
Karena sangat rugi jika sarana yang telah dimiliki oleh sekolah hilang, dan
akhirnya system pendidikan yang ada disekolah dirugikan
Tabel 4.13 Rekapitulasi Skor Kinerja Manajemen Sekolah Negeri dan Swasta
No Variabel Penelitian SMK Negeri SMK Swasta 1. Kepemimpinan Kepala Sekolah 89.745 88.2 2. Kurikulum 88.915 82.22 3. Tenaga Kependidikan 84.26 79.1 4. Kesiswaan 43.655 41.95 5. Sarana dan Prasarana 39.999 39.89 6. Output 11.46 10.53
Sumber: Data Penelitian, Diolah
Tabel 4.13 menunjukkan secara keseluruhan kinerja manajemen sekolah
antara SMK negeri dan swasta. Berdasarkan hasil penelitian skor rata-rata SMK
112
negeri pada komponen kepemimpinan kepala sekolah berjumlah 89.745 (sangat
ideal), manajemen kurikulum 88.915 (sangat optimal), manajemen tenaga
kependidikan 84.26 (sangat ideal), manajemen kesiswaan 43.655 (sangat tinggi),
dan manajemen sarana prasarana 39.999 (optimal) serta output 11.46 (tinggi).
Kemudian pada SMK swasta komponen kepemimpinan berjumlah 88.2 (sangat
ideal), manajemen kurikulum 82.22 (sangat optimal), manajemen tenaga
kependidikan 79.1 (ideal), manajemen kesiswaan 41.95 ( sangat tinggi),
manajemen sarana prasarana 39.89 (optimal), serta output 10.53 (tinggi).
Terlihat bahwa SMK negeri lebih unggul sedikit dari SMK swasta. Akan
tetapi, kriteria yang diterima baik SMK negeri maupun swasta dalam kategori
yang seimbang. Artinya, kinerja manajemen sekolah di SMK negeri dan swasta di
Kabupaten Kendal dalam kondisi maksimal sesuai dengan teori dan Permendiknas
tahun 2007.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Kinerja Manajemen SMK Negeri dan Swasta di Kabupaten Kendal
1. Kepemimpinan Kepala Sekolah
Dalam hal kepemimpinan kepala sekolah, kepala sekolah SMK negeri
dan swasta sudah sangat optimal pada semua kompetensi, hanya pada aspek
kompetensi manajerial pada kepala sekolah negeri dan swasta belum bisa
optimal atau merupakan kelemahan pada aspek tersebut. Kelemahan dalam
aspek kompetensi manajerial dikarenakan dalam merumuskan kurikulum,
kepala sekolah belum bisa secara berkala menyesuaikan kurikulum sekolah
dengan kebutuhan dan perkembangan dunia usaha dilingkungan Kendal dan
113
sekitarnya, atau yang sering dikenal dengan kebutuhan yang berorientasi pada
pelanggan. Artinya bahwa kompetensi manajerial dalam dimensi pengelolaan
dan pengembangan kurikulum serta kegiatan pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan pelanggan dan tujuan pendidikan belum dilaksanakan oleh kepala
sekolah.
Fakta diatas disebabkan kepala sekolah belum mengadakan hubungan
kerja sama dengan perusahaan, baik perusahaan manufaktur, dagang maupun
jasa di wilayah Kabupaten Kendal. Padahal disamping untuk mengetahui
perkembangan teknologi yang digunakan oleh perusahaan dan untuk
memperbaiki kualitas kelulusan, sekolah juga dapat mengelola kelulusan agar
bisa bekerja pada perusahaan terkait. Kegiatan kerjasama hanya sebatas dalam
lingkup kegiatan praktik kerja industri (Prakerin) saja, belum mencapai tahap
kerjasama perkembangan teknologi dan pengelolaan kelulusan.
Sedangkan alasan mengapa kerjasama antara sekolah dan perusahaan
tidak terjadi, adalah karena pihak sekolah belum siap dengan tenaga pendidik
yang ada untuk mengikuti perkembangan teknologi perusahaan. Penyebab lain
adalah karena pihak perusahaan menganggap bahwa kerjasama dengan
sekolah tidak memberikan keuntungan yang signifikan bagi perusahaan. Hal
ini memberi arti bahwa harus ada perbaikan pada SMK se-Kabupaten Kendal,
karena alasan diatas menunjukkan bahwa pihak sekolah dinilai belum mampu
menjamin out put yang berkualitas untuk pelanggan atau dunia usaha.
Menurut Kemenade dan Garre (2003;33) dalam Martinis Yamin
(2007;78) menyebutkan bahwa standarisasi kelulusan pendidikan
114
mempersyaratkan delapan kategori, yaitu : 1) berorientasi pada pelanggan, 2)
memiliki pengetahuan praktis dan aplikasi alat-alat total quality management
(TQM), 3) mampu membuat keputusan berdasarkan fakta, 4) memiliki
pemahaman bahwa kerja adalah suatu proses, 5) berorientasi pada kelompok,
6) komitmen untuk peningkatan terus menerus, 7) pembelajaran aktif.
Merujuk pada penelitiannya Daman (2001), bahwa pelaksanaan
manajemen sekolah harus memenuhi syarat tentang keterbukaan manajemen,
kerjasama intern dan ekstern sekolah, kemandirian dan ketercapaian sasaran
dan dampak manajemen sekolah. Pada penelitian ini, aspek yang belum
maksimal adalah kerjasama diluar (ekstern) sekolah. Kerjasama yang perlu
dilakukan pada jenjang SMK adalah kerjasama sekolah dengan dunia usaha,
karena hal ini akan berpengaruh signifikan terhadap kualitas lulusan. Jadi bisa
disimpulkan bahwa temuan dari penelitian ini tidak konsisten dengan apa yang
dikatakan oleh Daman. Hal ini dikarenakan kepala sekolah belum bisa
mengelola pengembangan kurikulum sesuai dengan kebutuhan dunia usaha.
Sementara itu, temuan pada SMK swasta adalah terdapat kelemahan
pada kompetensi supervisi, hal ini terjadi karena kepala sekolah tidak
maksimal dalam mengamati kegiatan belajar mengajar dikelas, tidak
memantau secara berkala perkembangan peserta didik, dan belum bisa
memberikan tugas dan tanggungjawab kepada bawahannya yang sesuai
dengan latar belakang pendidikannya. Kepala sekolah hanya memberikan
tugas-tugas sekolah kepada orang-orang kepercayaannya saja, sehingga
profesionalitas didalam sekolah tidak bisa tercipta.
115
Penyebab dari fakta diatas adalah kepala sekolah mengganggap bahwa
guru yang mengajar dikelas sudah memiliki kemampuan yang maksimal,
sehingga dibiarkan saja dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dikelas.
Padahal sebenarnya masih banyak guru tidak berkualitas dalam KBM. Seperti
kurang tepatnya metode pembelajaran dengan pokok bahasan, tidak tepatnya
penanganan masalah dalam kelas dan kurang bisa memotivasi peserta didik
dalam belajar. Sedangkan penyebab ketidaksesuaian pemberian
tanggungjawab dari kepala sekolah kepada bawahannya adalah kurangnya
tenaga pendidik yang ada dalam sekolah, sehingga hanya orang yang
dipercaya kepala sekolah saja yang digunakan untuk memegang mata
pelajaran yang sebenarnya tidak sesuai dengan keahlian dan profesionalitas.
Upaya untuk meningkatkan kompetensi supervisi dapat dilakukan
dengan upaya pendayagunaan SDM adalah upaya-upaya memanfaatkan
pengetahuan, keterampilan, pengalaman dan potensi serta sikap SDM yang
ada di sekolah maupun masyarakat secara optimal untuk mencapai tujuan yang
telah disepakati bersama. Pendayagunaan SDM ini dapat dilakukan dengan:
a) Mengidentifikasi tugas yang harus dikerjakan;
b) Mengidentifikasi kemampuan, minat dan sikap SDM yang ada;
c) Mengupayakan agar tugas-tugas dilaksanakan oleh tenaga yang sesuai
dengan latar belakang pendidikan, pengalaman dan sikap seseorang
dengan mnggunakan moto ”the right man on the right place”;
d) Merumuskan tugas dan tanggung jawab (pembagian kerja secara
individual maupun secara kelompok) dengan koordinasi yang memadai;
116
e) Intensifkan komunikasi antara pimpinan dan staf dan sesama staf untuk
mendiskusikan pelaksanaan tugas dan tanggung jawab bersama maupun
tanggung jawab masing-masing;
f) Lakukan supervisi secara berkala dan sampaikan umpan balik dari hasil
supervisi dengan segera.
2. Manajemen Kurikulum
Secara keseluruhan berdasarkan hasil analisis angket penelitian,
pelaksanaan manajemen kurikulum di SMK negeri dan swasta memperoleh
kriteria sangat optimal. Karena kurikulum yang di terapkan di semua SMK
negeri dan swasta adalah kurikulum KTSP. Pelaksanaan kurikulum KTSP
berdasarkan Permendiknas tahun 2007 No.22 dan No.23 tentang standar isi
dan standar kompetensi lulusan. Indikator lain seperti kalender pendidikan,
program pembelajaran, penilaian hasil belajar dan peraturan akademik yang
dipakai juga telah dilaksanakan dengan sangat optimal.
Seperti yang dikatakan oleh Yusufhadi (2004:732), penguasaan atas
tujuan belajar dalam kurikulum harus diusahakan tidak hanya pada jenjang
yang rendah. Dalam ranah kognitif misalnya, penguasaan itu tidak cukup pada
kemampuan untuk mengingat dengan menyebutkan, mengidentifikasi, dan
mengulang, melainkan pada jenjang kognitif yang lebih tinggi seperti
kemampuan menganalisis, menilai, dan mencipta. Dalam ranah afektif tujuan
tidak hanya pada jenjang pengenalan dan pemberian respons, melainkan pada
jenjang pengorganisasian dan pengamalan.
117
Akan tetapi di SMK swasta ada kelemahan pada indikator kalender
pendidikan (kaldik). Kelemahan ini dikarenakan dalam memberikan kontrol
terhadap pelaksanaan kegiatan kaldik kurang maksimal diterapkan. Penyebab
dari lemahnya pelaksanaan kontrol terhadap kegiatan kaldik adalah kurang
jelasnya peran pihak yang bertanggung jawab atas kontrol kegiatan kaldik.
Ketidakjelasan ini terjadi karena sekolah tidak pernah memberi wewenang
kepada salah satu tenaga kependidikannya untuk mengawasi dan mengontrol
keberlangsungan kegiatan kaldik.
Sebagai contoh kegagalan dalam kaldik yaitu ; 1) pelaksanaan ujian
nasional sering mengalami ketidaktepatan, sehingga mengakibatkan
konsentrasi persiapan belajar siswa terganggu, 2) masih banyak guru yang
tidak masuk pada awal tahun ajaran, sehingga mengakibatkan banyak waktu
yang kosong terbuang. Hal ini yang membuat tujuan belajar belum tercapai
sesuai dengan yang dirumuskan oleh Yusufhadi.
Menurut Yuliningtias (2008:150) bahwa salah satu ketercapaian tujuan
pendidikan adalah pelaksanaan kaldik dengan tepat sesuai dengan yang
direncanakan. Jika kegiatan pendidikan yang terjadi terlepas dari rambu-
rambu kaldik, maka dimungkinkan sekolah akan melenceng dari tujuan awal
yang telah ditetapkan. Kalaupun tidak melenceng, dapat dipastikan mengalami
keterlambatan dalam pencapaian tujuan.
Mengacu pada penelitian tersebut, maka kaldik pada SMK swasta tidak
konsisten. Hal ini dikarenakan tingkat kontrol terhadap kaldik masih lemah,
dan perencanaan kaldik belum secara keseluruhan disesuaikan dengan
118
perencanaan tujuan sekolah, baik jangka pendek, menengah dan jangka
panjang.
3. Manajemen Tenaga Kependidikan
Pelaksanaan ke-enam manajemen tenaga kependidikan yang meliputi
wakil kepala sekolah, guru, konselor, pustakawan, laborat, dan tenaga
administrasi secara keseluruhan memperoleh kriteria sangat ideal. Sekolah
memiliki tenaga kependidikan yang lengkap, seperti wakil kepala sekolah,
guru bidang studi, konselor, pustakawan, laborat dan tenaga administrasi.
Akan tetapi masih terdapat kelemahan pada tenaga pustakawan dan laborat.
Diungkapkan oleh Suprihatin (2004:42) agar para personel atau tenaga
kependidikan dapat melaksanakan tugasnya secara tepat guna, berdaya guna
dan berhasil guna, mereka perlu ditata berdasarkan prinsip ”The right man on
the right place”, dengan memperhatikan latar belakang pendidikan,
ijazah/keahliannya, dan interes kerjanya. Hal ini tidak konsisten dengan tenaga
laborat dan pustakawan dimasing-masing sekolah.
Fakta diatas terjadi karena pada SMK negeri dan swasta belum
mempunyai kualifikasi akademik yang memadai untuk tenaga laborat dan
pustakawan. Sehingga untuk alokasi tenaga laborat masih dipegang secara
rangkap oleh guru masing-masing bidang studi. Sedangkan untuk pustakawan,
belum sesuai dengan bidang keahliannya. Padahal seharusnya sekolah
menempatkan tenaga khusus untuk fokus pada tugas laborat dan tugas
pengelolaan perpustakaan. Temuan peneliti perihal tersebut masih terkait soal
kurangnya dana untuk menggaji tenaga laborat dan pustakawan.
119
4. Manajemen Kesiswaan
Secara keseluruhan skor manajemen kesiswaan yang meliputi indikator
in put dan Proses Belajar Mengajar (PBM) mempunyai kriteria sangat tinggi
kriteria yang dimiliki oleh masing-masing SMK menunjukkan bahwa sekolah
telah berusaha maksimal dalam menyaring siswa baru dan telah optimal dalam
menciptakan kondisi belajar mengajar.
Temuan ini sesuai dengan teori input-process-output yang disampaikan
oleh Suparlan dkk bahwa elemen-elemen sekolah dianggap sebagai suatu
sistem. Sistem dimana antara masing-masing unsur akan saling berpengaruh.
Artinya terjadi hubungan kausalitas/sebab-akibat yang cukup signifikan.
Lebih lanjut Suparlan menggariskan salah satu indikator keberhasilan
MBS pada aspek peserta didik adalah dengan adanya kemampuan
pengembangan potensi. Artinya, jikalau sekolah swasta mengintensifkan
pegembangan potensi maka kelemahan tersebut akan dapat diatasi. Beberapa
upaya diantaranya dengan melakukan variasi pembelajaran dengan
mengkolaborasikan dengan media pembelajaran yang tepat dan efektif.
Jasman (2002) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa terdapat
pengaruh signifikan pada manajemen proses pembelajaran terhadap kualitas
penyelenggaraan pendidikan. Temuan Jasman menunjukkan bahwa proses
pembelajaran tanpa dikelola dengan baik, maka akan menyebabkan kualitas
pendidikan yang rendah. Jika alasan sekolah untuk proses pembelajaran
kurang optimal dikarenakan dari in putnya kurang baik atau tidak berkualitas,
maka alasan tersebut harus ditolak. Karena proses pembelajaran yang
120
berkualitas datangnya dari manajemen proses pembelajaran yang berkualitas
pula. Dalam manajemen kesesiswaan baik negeri maupun swasta, telah
konsisten dengan apa yang dikatakan oleh Jasman.
5. Aspek Out Put (Lulusan)
Pada aspek lulusan rata-rata yang diperoleh antara SMK negeri dan
swasta dengan kriteria tinggi. Artinya walaupun tidak berkriteria sangat tinggi,
baik SMK negeri maupun swasta para lulusannya telah banyak memasuki
dunia usaha, namun demikian belum secara keseluruhan SMK se-Kabupaten
Kendal para lulusannya terserap dalam dunia usaha. Bagi yang belum bisa
bekerja karena belum diterima di industri tertentu, untuk menghindari
pengangguran mereka menutupi permasalahan tersebut dengan berwirausaha
dan melanjutkan ke perguruan tinggi.
6. Manajemen Sarana dan Prasarana (Sarpras)
Manajemen sarana dan prasarana sekolah di maksudkan agar sarana
prasarana pendidikan tetap memberikan kontribusi secara optimal dalam
proses pendidikan. Hal-hal yang terkait dengan pengelolaan sarana prasarana,
menjadi tanggung jawab kepala sekolah dan dibantu oleh wakil kepala sekolah
bidang sarana prasarana.
Menurut Bafadal (2003:5) secara umum, tujuan manajemen
perlengkapan sekolah adalah memberikan layanan secara profesional di
bidang saran prasarana pendidikan dalam rangka terselenggaranya proses
pendidikan secara efektif dan efisien. Tujuannya adalah untuk mengupayakan
121
pengadaan sarana dan prasarana pendidikan malalui sistem perencanaan dan
pengadaan yang hati-hati dan seksama, untuk mengupayakan pemakaian
sarana dan prasarana sekolah secar tepat dan efisien, dan untuk mengupayakan
pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah sehingga keberadaannya selalu
dalam kondisi siap pakai dalam setiap diperlukan oleh semua personil sekolah.
Pada SMK negeri, pelaksanaan yang menjadi titik lemah manajemen
sarana dan prasarana (sarpras) adalah pada pengadaan dan inventarisasi
sarpras. Sedangkan SMK swasta memiliki kelemahan pada pengadaan dan
pemeliharaan. Dalam hal pengadaaan, SMK negeri mempunyai dua alasan
untukmenjawab ketidak optimalan dalam pengadaan sarpras. 1) kurangannya
dana untuk membeli sarpras, dan 2) tidak membutuhkan sarana yang baru.
Sedangkan pada SMK swasta, terjadi ketidakoptimalan dikarenakan tidak
mempunyai dana untuk pembelian sarpras. Begitu juga dengan tidak
maksimalnya inventarisasi sarpras pada SMK negeri dan pemeliharaan sarpras
pada SMK swasta, kedua-duanya didasari dengan alasan kurangnya biaya
dalam kegiatan tersebut.
122
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan analisis data yang telah diuraikan pada bab IV,
dapat disimpulkan bahwa pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) negeri dan
swasta se-kabupaten Kendal memiliki kinerja manajemen sekolah sebagai berikut:
1. Aspek Kepemimpinan Kepala Sekolah
Kepemimpinan kepala sekolah pada SMK negeri dan swasta memiliki
kriteria sangat ideal. Akan tetapi antara SMK negeri dan swasta memiliki
kekurangan yang sama dalam kompetensi manajerial dengan kritria ideal. Hal
ini dikarenakan dalam merumuskan kurikulum, kepala sekolah belum bisa
menyesuiakan dengan kebutuhan dan perkembangan dunia usaha, sehingga
iklim inovatif disekolahan tidak berkembang.
Sedangkan kelemahan lainnya pada SMK swasta terdapat pada
kompetensi supervisi. hal ini terjadi karena kepala sekolah tidak maksimal
dalam mengamati kegiatan belajar mengajar dikelas, sehingga tenaga pendidik
dan siswa tidak terpantau perkembangannya.
2. Aspek manajemen kurikulum
Manajemen kurikulum di SMK negeri dan swasta berkriteria sangat
optimal. Namun pada SMK swasta terdapat kriteria yang belum maksimal,
yaitu pada aspek kalender pendidikan dengan kriteria sesuai. Hal ini
dikarenakan dalam memberikan kontrol terhadap pelaksanaan kegiatan kaldik
123
kurang maksimal diterapkan, sehingga tujuan belajar belum bisa tercapai
secara dengan baik.
3. Pada aspek manajemen tenaga kependidikan
Pelaksanaan manajemen tenaga kependidikan secara keseluruhan
memperoleh kriteria sangat ideal. Namun, baik SMK negeri dan swasta sama-
sama memiliki kekurangan pada tenaga laboratorium dan pustakawan, fakta
ini dikarenakan rata-rata background pendidikan laboratorium dan
pustakawan tidak sesuai dengan profesinya.
4. Pada aspek manajemen kesiswaan
Manajemen kesiswaan yang meliputi indikator in put dan Proses
Belajar Mengajar (PBM) mempunyai kriteria sangat tinggi. SMK negeri
memiliki input yang sedikit lebih bagus kualitasnya dari pada SMK swasta,
hal ini disebabkan SMK swasta mendapatkan input dari siswa yang belum
mendapat kesempatan diterima pada SMK negeri. Sedangkan indikator PBM
tercatat sudah maksimal dilaksanakan.
5. Pada aspek out put (lulusan)
Aspek out put (lulusan) dalam manajemen kesiswaan rata-rata skor
yang diperoleh antara SMK negeri dan swasta dengan kriteria tinggi. Kriteria
tersebut dikarenakan belum semua tamatan terserap oleh lowongan kerja yang
ada, walaupun sebenarnya sebagian besar telah dapat bekerja.
6. Aspek manajemen sarana prasarana
Manajemen sarana prasarana memiliki skor rata-rata dengan kriteria
optimal. Namun pada SMK negeri belum maksimal pada indikator pengadaan
124
dan inventarisasi sarpras, sedangkan SMK swasta pada indikator pengadaan
dan pemeliharaan.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, dari penelitian ini dapat diajukan beberapa
saran sebagai berikut:
1. Pada aspek kepemimpinan kepala sekolah, saran yang dapat diajukan adalah :
a. Baik kepala SMK negeri maupun swasta hendaknya meningkatkan
kompetensi manajerial, dengan selalu membuat kurikulum yang sesuai
kebutuhan pelanggan atau dunia usaha. Upaya ini agar kegiatan belajar
mencapai titik efektif dan efisien.
b. Untuk SMK swasta disarankan pada kompetensi supervisi, kepala sekolah
hendaknya mengarahkan, mengkoordinasi, membantu dan membimbing
tenaga kependidikan. Agar dapat memperbaiki kualitas peserta didik
dengan mengoptimalkan proses pelajar mengajar.
2. Aspek manajemen kurikulum di SMK swasta hendaknya lebih ditingkatkan
dalam hal Kalender Pendidikan (kaldik). Yaitu dengan membuat kaldik sesuai
tujuan pendidikan ditingkat sekolah maupun ditingkat nasional dan
dilaksanakan disertai kontrol yang ketat sesuai dengan apa yang telah
direncanakan sebelumnya.
3. Dalam aspek tenaga kependidikan, hendaknya perekrutan karyawan
laboratorium dan pustakawan harus disesuaikan background pendidikan
dengan profesi yang akan ditekuninya.
125
4. Aspek out put atau lulusan, hendaknya sekolah mengadakan kontrak
perjanjian dengan perusahaan-perusahaan didalam wilayah Kendal maupun
diluar Kendal untuk memberi informasi tentang teknologi mutakhir yang
digunakan agar sekolah dapat menyesuaikan melalui kurikulumnya, sehingga
para lulusan tidak kesulitan untuk memenuhi kebutuhan yang disyaratkan oleh
perusahaan untuk bekerja.
5. Pada aspek manajemen sarana prasarana, disarankan :
a. Hendaknya SMK negeri untuk meningkatkan usahanya dalam pengadaan
sarpras untuk mendukung kegiatan belajar. Kemudian pada aspek
inventarisasi hendaknya menata dan mencatat kembali sarana prasarana
yang telah dimiliki agar bisa terjaga dan termonitor keberadaannya.
b. Untuk SMK swasta disarankan untuk meningkatkan usahanya dalam
pengadaan sarpras guna mendukung kegiatan belajar. Kemudian pada
aspek pemeliharaaan ditingkatkan supaya sarana prasarana yang dimiliki
disekolah bisa mendukung proses pendidikan.
126
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Helmi. 2005. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) dan Kemungkinan Penerapannya. Kota Padang Panjang
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Praktek. Jakarta : Rajawali
Press Azwar, Saifudin. 2007. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar As’ad, Mohamad.. 2000. Ilmu Sumber Daya Manusia: Psikologi Industri. Edisi
IV. Yogyakarta: Liberty Ali, Muhammad. 1993. Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa. Arsika Sari, Andini. 2008. Analisis kinerja manajemen kurikulum, kependidikan
(personalia), kesiswaan, sarana dan prasarana sekolah di SMA se kabupaten Jepara. Skripsi. Universitas Negeri Semarang (UNNES).
Bafadal, Ibrahim. 2003. Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar. Jakarta:
PT. Bumi Aksara Daman. 2001. Pelaksanaan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah
(MPMBS) di SLTP Kota Semarang. Laporan Penelitian, FIP Unnes. Depdiknas. 2002 . Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta:
Buku I Konsep dan Pelaksanaan Fattah, Nanang. 2003. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya Handoko, Hani. 2003. Manajemen. Yogyakarta : BPFE Hamonangan, S. 2004. Kesiapan Pengelolaan dan Pengembangan Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS) dalam Rangka Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Grobogan. Semarang: Sari Penelitian-Lemlit UNNES.
Umar, Husein. 2003. Metode Riset Perilaku Organisasi. Jakarta. PT Gramedia
Pustaka Utama. Indarno, Jasman. 2002. Konstribusi Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah
terhadap Kualitas Penyelenggaraan Pendidikan Tingkat Dasar di Jawa Tengah. Tesis. Semarang: Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.
127
Mulyasa. 2004. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Morphy, Ivery. 2005. Efisiensi Manajemen Pendidikan Untuk Peningkatan Mutu
SMK. Jurnal Guru N0. 02 Volume 02 Desember 2005. Kota Padang Panjang
Miarso, Yusufhadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta : Fajar
Interpratama Offset Menteri Pendidikan Nasional. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional.
Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Mangkunegara, A.P. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.
Bandung : PT Remaja Rosda Karya. Mathis, Robert L & John H. Jackson. 2002 . Manajemen Sumber daya Manusia
Perusahaan. Bandung: Remaja Rosdakarya Margono, S. 2000 . Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia Nurkholis. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta : Grasindo Sudjana. 2001. Metoda Statistika. Bandung : PT. Tarsito Suprihatin. 2004. Manajemen Sekolah. Semarang : UNNES PRESS Sagala, Syaiful. 2007. Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu
Pendidikan. Bandung : ALFABETA Setiyowati, Novia. 2008. Daya Tarik Iklan Produk Rokok Gudang Garam Merah
di Media Televisi. Skripsi. Fakultas Ekonomi Univrsitas Islam Indonesia. Yamin, Martinis. 2007. Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP. Jakarta :
Gaung Persada Press Jakarta Yulinintiyas, Sri. 2008. Analisis Portofolio Kinerja Manajemen Madrasah (MA)
Negeri dan Swasta se-Kabupaten Rembang. Skripsi. Semarang ; Universitas Negeri Semarang (UNNES)
Top Related