BulelinKeselamalan STATUTA, Vol. I,No. I, Agustus-Nopember2000: 8-14
SIKAP TERHADAP KESELAMA T AN DARI PEKERJA RADIASI RUMAHSAKITDAN INDUSTRI INDONESIA
Yusri, H.**& Johnny Situmorang***Badan Pengawas Tenaga Nuklir
*Pusat Pengembangan Teknologi Keselamatan Nuklir,
ABSTRAKSIKAP TERHADAP KESEUMATAN DARI PEKERJA RADIASI RUMAHSAKIT DAN INDUSTRIINDONESIA. Telah dilakukan sunJei mengenai sikap terhadap keselamatan bagi pekelja radiasi di rumahsakit danindustri Indonesia. SunJei ini bertujuan untuk mempelaj'ari implementasi budaya keselamatan. SunJei dilakukandengan cara mendistribusikan kuesioner ke peke1J'a radiasi di lingkungan rumahsakit dan industri, dan diantaranyayang balik adalah 69 dari peke1J'a radiasi rumahsakit dan 85 dari pekelja radiasi industri.. Berdasarkan evaluasijawaban kuesioner tersebut didapatkan bahwa budaya keselamatan di kedua lingkungan kelja tersebut secara umumcukup baik tetapi masih dapat dan masih perlu ditingkatkan.
ABSTRACTATTITUDE TO SAFETY OF RADIATION WORKER IN HOSPITAL AND INDUSTRI. A "~urvey on safetyculture of hospitals and industries for radiation worker"~ ha.~ been carried out. Thi.~ "~urvey was intended to "I'tudysafety culture in hospitals and industries. Survey was perfomled by distributing questionnaire to radiation worker inhospitals and industries, and there are 69 radiation worker of haspitals and 85 radiation worker of industrie.1' whichare sent back the questionaraires. Based on the questionnaire evaluation, it is found that safety culture in thatfacilities generally is good enough, but has still to be enhanced.
PENDAHULUAN
Aspek keselamatan selalu menjadi
perhatian utama dalam setiap penerapan teknologi
umumnya dan teknologi nuklir khususnya. Sehingga
di setiap negara yang memanfaatkan teknologi nuklir
selalu mempunyai Badan Regulasi Nuklir yang
bertugas mengawasi penggunaan dan penerapan
tenaga nuklir agar tidak melanggar aturan yang telah
ditentukan, yang intinya adalah mencegah sejauh
mungkin resiko bahaya nuklir.
Aspek keselamatan di fasilitaslperalatan
yang menggunakan tenaga nuklir atau radiasi saat
semakin menjadi sorotan, menyusul berbagai
kecelakaan radiasi yang terjadi, teristimewa
terjadinya kecelakaan parah pada Reaktor Daya
Chernobyl. Dari kejadian-kejadian tersebut Badan
Tenaga Atom mternasional lAEA (International
Atomic Energy Agency) mempromosikan isu Budaya
Keselamatat\ (Sqfety Culture), serta menjadikannya
sebagai bagian dari pertahanan berlapis (defence in
depth). Walaupun pada awalnya terminologi Budaya
Keselamatan tersebut terutama diterapkan pada
industri nuklir (reaktor daya), narnun pada pertemuan
tentang Keselarnatan dipertimbangkan bahwa budaya
keselarnatan dapat diterapkan baik pada berbagai
kegiatan yang memeliki potensi bahaya sekecil
apapun, tennasuk diantaranya pada reaktor fiset,
fasilitas nuklir hingga kegiatan lain yang bahkan
sarna sekali tidak ada hubungannya dengan nuklir
atau radiasi.
Di Indonesia budaya keselarnata11 tertuang
dalarn UU No. 10 Tahun 1997 Tentang Undang
Undang Tenaga Nuklir. Pada Penjelasan Pasal 15,
yaitu pasal tentang tujuan dan maksud pengawasan,
dinyatakan bahwa budaya keselarnatan
mempersyaratkan agar semua kewajiban yang
berkaitan dengan keselarnatan harus dilaksanakall
secara benar, seksarna, clan penuh rasa
tanggungjawab. Dengan pernyataan ini diharapkan
tujuan clan maksud pengawasan dapat tercapai, yaitu
dengan pelaksanaan yang dimulai dari sifat clan sikap
pada seluruh tingkat orgalusasi clan individu.
Penggunaan tcknologi nuktir atau dall
teknologi radiasi di Indonesia dilakasanakan
teristimewa oleh Badall Tenaga Nuklir Nasional,
Q
Sikap terhadap Keselamatan Dari Pekerja RadiasiDi Lingkungan Rumahsakit Dan Industri Indonesia, Yusri
yaitu berupa penelitian di bidang teknologi nuklir clan
pengkajian terhadap kemungkinan pengembangan
teknologi nuklir untuk Pembagkit Listrik Tenaga
Nuklir (PL TN). Selain penggunaan di atas tersebut,
pada rumahsakit clan industri penggunaan teknologi
nuklir pada umumnya terbatas pada teknologi radiasi
yang ditujukan untuk pengecekan kesehatan
(misalnya roentgen) pada rumahsakit, clan inspeksi
perlengkapan (misalnya radiografi) pada industri.
Namun demikian, untuk seluruh .kegiatan .tersebut,
kesiapan sumber clara manusia clan manajemen
maupun teknologinya juga hams cukup memadai.
Survei budaya keselamatan ini diharapkan
akan memberikan gambaran tentang tingkat budaya
keselamatan di rumahsakit clan industri, khususnya
pada kegiatan yang berhubungan dcngat1 tcknologi
nuklir atau radiasi.
berhati-hati terhadap selurull kegiatan. Selain itu
individu juga harns mampu clan mudah untuk
mengadakan komunikasi.
Individu sebagai manajer harns mempunyai
tanggungjawab dan mampu menentukan pemantaum\
praktek kerja untuk menjamin kehati-hatian bekerja
dan kualitas kerja, menerapkan kompetensi star dan
memberikan penghargam\ dan sm1ksi. Ymlg harns
diingat adalah seorang manajer harns mampu
memberikan tauladan mengetlai komitmen terhadap
budaya keselamatan.
Individu sebagai pengambil kebijakan
membuat keputusan tentang kebijaksanaan
keselamatan untuk organisasi, operasi atau untuk
bagian regulasi. Pembuat keputusan membuat
deklarasi tental\g keselmnatan UI\tuk kcndali diri
bempa' institusi administratif dan mcngadakan
kualifikasi sumber daya.
Budaya keselamatan juga mempakan
karakteristik yang diperlukan untuk l~encapai
keselamatan di instalasi nuklir sehingga harns dapat
dinilai statusnya untuk meningkatkan dml
mempertahm1kannya pada tingkat optimum. Penilaian
ini harns konsisten dengan kecendemngan umum
dalam pengoperasian suatu instalasi, .sehingga adanya
masalah keselmnatan operasional dapat dimnut ke
belakang pada masalah budaya keselamatan. Adalah
bijaksana UI\tuk mengantisipasi dan mengidentifikasi
indikator ymlg akan memberikan kontribusi ymlg
paling berpengamh sebelum masalah terjadi.
Indikator-indikator irti tidak akan menunjukkan
tingkat budaya keselamatan suatu organisasi, tetapi
lebih menunjukkan proses untuk memperbaiki
beberapa sumber masalah terhadap budaya
keselamatan.
EVALUASI BUDAYA KESELAMATAN DI
RUMAHSAKIT DAN INDUSTRI
Indikator budaya keselamatan yang
digunakan dalam survei ini adalah: efektivitas
prosedur keselamatan kerja, tingkat keselamatan
kerja, sikap terhadap keselamatan kerja, perhatian
KONSEP BUDAYA KESELAMATAN
International Nuclear Safety Advisory
Group (lNSAG) mendefinisikan Budaya keselamatan
adalah [I, 2] :
Budaya Keselamatan merupakan paduan
antara sifat clan sikap dalam organisasi clan
individu yang menekankan pentingnya
keselamatan.
Sifat universal budaya keselamatan untuk
semua jenis aktivitas pada semua level baik
organisasi maupun individu adalah:
-Kesadaran individu (individual awareness)
-Pengetahuan clan kemampuan (knowledge and
competence)
-Komitmen (Commitment)
-Motivasi (Motivation)
-Pengawasan (supervision)
-Tanggungjawab (responsibility)Sifat universal ini merupakan suatu kesatuan yang
utuh. Selain itu juga menempatkan individu tidak
selalu berlaku hanya sebagai individu melainkan pada
beberapa individu berlaku sebagai manajer atau
pengambil keputusan.
Individu sebagai individu harns mempunyai
perasaan ingin tahu clan pendekatan yang teliti serta
9
Bulelin Keselamatan STATUTA, Vol. I, No. I, Agustus-Nopember 2000: 8-14
pimpinaJl terhadap keselamatan kelja dan tingkat
kecelakaan kerja.
penilaian terhadap karyawan. Selain itu, pimpinan
mempunyai wewenang yang besar dalam menentukwl
kebijakan-kebijakan mengenai keselamatan kerja.
Komunikasi yang baik antara pimpinan dan star juga
sangat mexnbantu dalam menentukwl kebijakan-
kebijakan mengenai keselamatan.
5. Tingkat Kecelakaan Kerja
Tingkat kecelakaan kerja merupakan
catataIl mengenai kecelakaan kerja yaxlg pernah
dialami karyawan selama bekerja. Tingkat
kecelakaan kerja, sebagaimana tingkat keselamatan
kerja, merupakan suatu ukuran keselaxnatan yang bisa
di pertaIlgglmgj a wabkaxl.
1. Efektivitas Prosedur Keselamlltan Kerja
Efektivitas prosedur keselamatan kerja
dapat diukur dari pengetahuan dan pemahaman
prosedur keselamatan dan seberapa besar prosedur
tersebut diMggap mwnpu mcmberikal1 mwlt'aat daJl
kemudahal1 pclaksanaarulya, dengM
mcmpcrtiInbwlgkM situasi daJl kondisi tempat
lingkUllgM kerja. Prosedur YWlg baik harus ketat,
untuk menjamin bahwa kecelakaan sekecil apapun
yang diakibatkM oleh kelcmallwl prosedur tersebut,
tidak akal1 teljadi.
2. Tingkat Keselamatan Kerja
Tingkat keselarnata11 kerja merupakan suatu
ukuran yang nyata terhadap budaya keselarnatan
karena palulg bisa dipertanggungjawabkan. Tingkat
keselarnatan kerja mengindikasikan apakah
organisasi yang bersangkuta11 memperhatikan dan
menerapkml aspek keselmnatan kerja. Tingkat
keselmnatan kerja meliputi tingkat keselarnatan
perorangan dan tingkat keselarnatan secara umum
dalarn satu unit kerja.
TATA KERJA
Survei dilakukan dengan cara penyebaraIl
kuesioner. Kuesioner terdiri daTi 39 pertanyaan YaI1g
berhubungan dengan indikator budaya keselamata11
yang digunakaIl. Cuplikan yang diarnbil wltuk survei
ini adalah beberapa nunah sakit dan industri yang
dilakukan secara acak. Cuplikan berasal daTi
berbagai nunahsakit daIl industri tanpa membedakan
jenis kelarnin, WUuf, masa kerja, jabatan dan lain
sebagainya.3. Sikap terhadap Keselamatan Kerja
Sikap terhadap keselalnataIl kerja adalah
sikap moral psikologis terhadap keselamatan keIja.
Sikap terhadap keselamatan kerja sangat penting
karena menentukan seberapa besar perhatian
seseorang terhadap keselamatan keIja. Keselamatan
mestinya dapat dianggap suatu pre stasi yang tingkat
pelaksanaaJU1ya dapat diusahakan. Sikap terhadap
keselamatan juga dipengaruhi oleh lingkWlgan keIja
dan perilaku orang-orang yang ada disekitarnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari seluruh kuesioner yang didistribusikan
tidak semuanya kembali. Kuesioner yang kembali
masing-masing dari pekerja radiasi 69 clan dari
pekerj!l radiasi industri 85.
Setelah melakukan evaluasi terhadap kuesioner dari
enam unit tersebut didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Efektivitas Prosedur Keselamatan Kerja
Berdasarkan basil evaluasi kuesioner pada
pekerja radiasi didapatkan tanggapaI1 terhadap
prosedur keselamatan kerja di lingkUl1gaI1 rwuahsakit
: 42,4% baik, 16,7% sedang, dan 40,9 % kurang dan
di lingkungan industri 46,2% baik, 14,3% sedang,
dan 39,6% kurang seperti ditunjukkan pacta Gambar
l.a dan b. Efektivitas prosedur keseiamataI1 dinilai
4. Perhatian Pimpinan terhadap Keselamatan
Kerja
Perhatian pimpinan terhadap keselamatan
kerja sangat berpeng~ terhadap usaha
meningkatkan keselamatan kerja. Pimpinan
mempunyai wewenang dalam hal pengawasan dan
10
Sikap terhadap Keselamatan Dari Pekerja RadiasiDi Lingkungan Rumahsakit Dan Industri Indonesia, Yusri
I1]
BAlK
kurang, terutama dalam hal adanya pelangaran-
pelanggaran tcrhadap prosedur kesclamatan. Tetapi
pada dasarnya 61 % responden setuju dengan
pernyataan bahwa "orang yang bekerja dengan
prosedur keselamatan senantiasa akan selamat"
(pertanyaan nomor 33 dalam kuesioner). Sedangkan
berdasarkan evaluasi kuesioner kedua lingkungan
terse but, lingkUl1gat1 memberikan tanggapan yang
paling baik terhadap efektivitas prosedur keselamatan
kerja.
SEDANG.~. ::::.:::::.. .,. :::::.;
'w
(a) tanggapan responden rumahsakit
~
BAlK
BAlK
SEDANG
KURANG ,.~ ::.(b) tanggapan responden industri
(a) tanggapan responden rumahsakitGambar 2. Grafik Tallggapan I~cspol\dcl\ tcrhadap
Tingkat Keselamatan Kcrja
3. Pcrhatian Pimpinan tcrhadap Kcsclamatan
Kerja
Perhatian pitnpinan terhadap keselamatan
kerja di lingkungan rumahsakit: 52,5% baik, 20,0%
sedang, clan 27,5 % kurang clan di lingkungan
industri 59,5% baik, 11,1% seclang, clan 29,4%
kurang seperti dinmjukkan pada Gambar 3.a clan b.
Baik pekerja radiasi di lingkungan rumah sakit
maupun di lingkungan industri memberikan
tanggapan yang baik terhadap perhatian pimpinan
terhadap keselamatan kerja. Di kedua lingkungan
temyata bahwa tanggapan terhadap perhatiall
pitnpinan akall keselamatan kerja adalah baik.
Perhatian pimpinan terhadap keselamatan kerja
paling menonjol pada sikap mcnganjurkan bekerja
dengan aman (Q.No. 5) clan memberikan prioritas
terhadap masalah keselamatan dengan menyediakan
waktu cukup banyak (Q. No. 27).
KURANG
rambar I. Grafik Tanggapan Responden terhadapEfektivitas Prosedur Keselamatan Kerja
2. Tingkat Keselamatan Kerja
Tingkat keselamatan kerja di dapatkan di
lingkungan rumahsakit : 61,4% baik, 22,3% sedang,
dan 16,2 % kurang dan di lingkungan industri 78,2%
baik, 12,2% sedang, dan 9,7% kurang seperti
ditunjukkan pada Gambar 2.a clan b. Masing-masing
lingk-ungan memberikan tanggapan "baik" terhadap
tingkat keselamatan kerja. Umumnya sikap terhadap
tingkat keselamatan kerja adalah baik, demikian pula
kepercayaan terhadap tingkat keselamatan keja
kelompok kerja lainnya adalah baik.
BuletinKeselamatan STATUTA Vol. I,No. I,Agustus-Nopember2000: 8-14
Gambar 4. Graflk Tanggapan Responden terhadapSikap terhadap Keselamatan Kerja.
5. Tingkat Kecelakaan kerja.
Dari 69 responden yang berasallingkungan
rtunahsakit dengan mass kerja rata-rata 8,8 tahW1
(antara I saInpai 27 tahW1), hw1ya I responden YW1g
pemah mengalami kecelakaan kerja, yaitu responden
dengan pengalaman kerja 18 tahW1. Sementara di
lingkw1gan industri dari 85 responden dengw1 masa
kerja rata-rata 7,6 tahW1 (antara I sampai 30 tahW1),
ada 6 responden yang pemah mengalwni kecelakaal1
kerja, yaitu responden dengan pengalwuUl1 kerja 2, 6,
15,16,20 dan 22 tahW1. Dengan demikian responden
yang pemah mengalUlni kecelakaal1 kerja mcmpunyai
masa kerja an~a 2 sampai 22 tahW1. Sedangkan
sebagai akibat kecelakaan kerja tersebut yang tidak
masuk kerja tidak diberikan. Berdasarkan survei ini
dapat dikatakan bahwa tingkat kecelakaal1 kerja
adalah relatif kecil. Responden yang pemah
mengalami kecelakaan kerja ada daTi responden
dengan kurang berpengalaman hingga responden
dengan pengalamana yang cukup, rata-rata !nasa
kerja responden tersebut adalah 14 tahW1, ini berarti
kecelakaan yang terjadi bukan karena kurangnya
pengalaman dalam menangani pekerjaan.
Gambar 3. Graflk Tanggapan Responden terhadapPerhatian Pimpinan terhadapKeselamatan Kelja.
4. Sikap terbadap Keselamatan Kerja
Sikap terhadap keselamatall kerja di
lingkungan rumahsakit : 44,5% baik, 16,5% sedang,
dan 39,5 % wang dan di lingkungan industri 46,8%
baik, 10,3% sedang, dan 42,9% kw-ang seperti
ditunjukkan pada Gambar 3.a dan b. Bila
dibandingkan antara kedua lingkungan tersebut, rnaka
tanggapan terbaik diberikan oleh pekelja radiasi di
lingkungan industri. Namun demikian, tanggapan
wang juga diberikan oleh pekelja radiasi
dilingkungan industri.
KESIMPULAN
Berdasarkan evaluasi jawaban kuesioner
dari pekerja radiasi di lingkilllgan rurnahsakit dan
lingkilllgan industri diperoleh bahwa tingkat sikap
terhadap keselmnatan kerja cukup baik (52,2 %
12
VI LIIlgJ.UllguJl i"UIII"il;,d).ll UuJllilU~U I ilIUVII""I", ,,"",II
UCAPAN TERIMA KASrn
Kami mengucapkan terima kasih kepada
responden yang telah berparpatisipasi pada pengisian
kuesioner survei ini, dan pihak yang turut serta
menyebarkan clan mengumpulkan kuisioner.
DAFTAR ACUAN
1. IAEA, SAFETY SERIES No. 75-INSAG-4, pp.
4-5 Vienna, 1991
2. IAEA, TECDOC- 743 ASCOT Guidelines, pp. 1,
14, Vienna
jawaban haik, 18 % jawahan .redang, don 33 %
jawaban kurang baik). Dari lima indikator budaya
kcsclamatan yang dicvaluasi, tanggapan buruk adalah
terhadap efektivitas prosedur keselamatan clan sistem
keselamatan (39,5 s.d. 42,9 % jawaban kurang),
semen tara tingkat keselamatan kerja dijawab cukup
baik (61,6 clan 78,2 % menyatakan baik). Tanggapan
terhadap kelima indikator budaya keselamatan yang
dievaluasi mempunyai kecenderungan bahwa 52,2 %
jawabanyang menyatakan indikator tersebut adalah
baik. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa
sccara umum tingkat kincrja budaya keselamatan
kerja baik di lingkungan rumah sakit maupun di
lingkungan industri masih dapat clan masih perlu
ditingkatkan.
LAMPIRAN
DAFT AR PERT ANY AAN P ADA KUESIONER
I Pertanvaan-pertanvaan van!! berhubun!!an den!!an Efektivitas Prosedur Keselamatan Keria (EP):
I Prosedur keselamatan kami terlalu ketalrosedur keselamatan setalu bisa dilaksanakani temoat keria sava selalu berguna/bermanfaat.
EP5
,
25I Orang yang bekelja dengan prosedur keselamatan senantiasa stan selamat.
Bila berkaitan dengan keselamatan, kebanyakan orang di tempat sara bekerja sesungguhtlya Itidak men!!etahui ana van!! seharusnva mereka keriakan
EP7
I EP8 I 7 I Di tempatkeIia kami terdapat banyak pelanggaran terhadap prosedur keselamatan.
I pe~a!!Y~J}erianvaan van!! berhubun!!an den~aDTinl!~!tKeselamatanKe~ia (KS):I Secara ~~ bidang kami terdapat sikaD keselamatan ya!!~, KSI \ 2
12
Orang-orang di tempat saya ketja lebih memperhatikan keselamatan dibanding orang-orangya-ngbeked~d~U!!itkerja yang lain. -
KS2KS3 IS Se -
KS4 20 SeKS5 30 Tin
I ~~tl~Y~-J)ertanvaan van!! berhubungan~enl!an Sikan terhadap Keselamata_'-1:~ria (SK):~I SeluroI1-hal dipertimban*~~- ~ya puas d~pekerjaan saya,I SKII '.S~~umkondisi lingkungan keria say!! !:I:lem~gkinkan saya W1tuk bek~l:ia deng8n~.!~eberapa rekan sekeria saya m~s_ili selalu berbuat kesalahan ~ay~g berbahayal!I BeberalJa kary~~ tidak merasa perlu berbua~~u dengan arnan.
Hila d;lam percakapan. says mengangkat ten tang keselamatan. biasanya orang engganmembicarakan hal ini.
SK7 16
..I
A a.
Ji a saya awa If en g ese ama ya sepanJang w u saya I an pemah melakukan
oekeri~ saya.
I SK8 'T7\I-,~
13
Top Related