7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi
1/213
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi
2/213
PENERBIT PT KANISIUS
Menyelami Keberhasilan IPKM
Kabupaten Kepulauan Wakatobi
Noor Edi Sukoco
Bunga Ch. Rosha
Kencana Sari
Basuki Imanhadi
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi
3/213
Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi
1015003052
2015 - PT Kanisius
Penerbit PT Kanisius (Anggota IKAPI)
Jl. Cempaka 9, Deresan, Caturtunggal, Depok, Sleman,
Daerah Ismewa Yogyakarta 55281, INDONESIA
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
Telepon (0274) 588783, 565996; Fax (0274) 563349
E-mail : [email protected]
Website : www.kanisiusmedia.com
Cetakan ke- 3 2 1
Tahun 17 16 15
Editor : Prof. dr. Agus Suwandono, MPH, Dr.PH
Dr. Trihono, M.Sc
Dr. Semiarto Aji Purwanto
Atmarita, MPH., Dr.PH
Desainer isi : Oktavianus
Desainer sampul : Agung Dwi Laksono
ISBN 978-979-21-4412-3
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan
cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.
Dicetak oleh PT Kanisius Yogyakarta
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi
4/213
Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi iii
DEWAN EDITORProf. dr. Agus Suwandono, MPH, Dr.PH guru besar pada
Universitas Diponegoro Semarang, sekaligus Profesor Riset
dari Badan Penelian dan Pengembangan Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Dr. Trihono, M.Sc Ketua Komite Pendayagunaan Konsultan
Kesehatan (KPKK), yang juga Ketua Majelis Tenaga Kesehatan
Indonesia (MTKI), sekaligus konsultan Health Policy Unit
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Dr. Semiarto Aji Purwantoantropolog, Ketua Dewan Redaksi
Jurnal Antropologi Universitas Indonesia, sekaligus pengajar
pada Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Polik Universitas Indonesia di Jakarta.
Atmarita, MPH., Dr.PH doktor yang expertdi bidang gizi.
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi
5/213
Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobiiv
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Internaonal
Development Research Centre, Oawa, Canada, atas dukungan
nansial yang diberikan untuk kegiatan pengembangan Indeks
Pembangunan Kesehatan Masyarakat tahun 2013 dan studi kasus
kualitaf gambaran peningkatan dan penurunan IPKM di Sembilan
Kabupaten/Kota di Indonesia.
This work was carried out with the aid of a grant from the
Internaonal Development Research Centre, Oawa, Canada.
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi
6/213
Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi v
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur kepada Allah SWT selalu kami panjatkan, karena
dengan rahmat dan karunia-Nya buku ini telah dapat diselesaikan
dengan baik. Buku ini merupakan bagian dari sembilan buku seri
hasil studi kualitaf di sembilan Kabupaten/Kota (Nagan Raya,
Padang Sidempuan, Tojo Una-Una, Gunungkidul, Wakatobi,
Murung Raya, Seram Bagian Barat, Lombok Barat, dan Tolikara)
di Indonesia, sebagai ndak lanjut dari hasil Indeks Pembagunan
Kesehatan Masyarakat.
Hasil Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM)
menunjukkan hasil yang bervariasi di antara 497 Kabupaten/Kota
di Indonesia. Beberapa Kabupaten/Kota mengalami peningkatan
ataupun penurunan nilai IPKM pada tahun 2013 ini dibandingkandengan IPKM 2007. Sembilan buku seri ini akan menggambarkan
secara lebih mendalam faktor-faktor yang berkaitan dengan
penurunan ataupun peningkatan nilai IPKM yang berkaitan
dengan kondisi sosial, ekonomi, budaya, maupun geogras
wilayah Kabupaten/Kota. Buku ini diharapkan dapat memberikan
semangat ataupun pemikiran yang inovaf bagi Kabupaten/Kota
lokasi studi kualitaf dilakukan, dalam membangun kesehatan
secara lebih terarah dan terpadu. Disamping itu, buku ini dapat
memberikan suatu pembelajaran bagi Kabupaten/Kota lainnya
dalam meningkatkan status kesehatan masyarakatnya.
Penghargaan yang nggi serta terima kasih yang tulus kami
sampaikan atas semua dukungan dan keterlibatan yang opmal
kepada m penulis buku, Internaonal Development Research
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi
7/213
Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobivi
Center (IDRC) Oawa, Canada, peneli Badan Litbangkes, para
pakar di bidang kesehatan, serta semua pihak yang telah ber-
parsipasi dalam studi kualitaf dan penulisan buku ini. Kami
sampaikan juga penghargaan yang nggi kepada semua pihak
di daerah Provinsi, Kabupaten/Kota sampai dengan ngkat Desa
baik di sektor kesehatan maupun non-kesehatan serta anggota
masyarakat, yang telah berparsipasi akf dalam studi kualitaf
di sembilan Kabupaten/Kota.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan
dari penyusunan buku ini, untuk itu akan menerima secara terbuka
masukan dan saran yang dapat menjadikan buku ini lebih baik.
Kami berharap buku ini selanjutnya dapat bermanfaat bagi upaya
peningkatan pembangunan kesehatan masyarakat di Indonesia.
Billahiauqwalhidayah, Wassalamualaikum Wr. Wb.
Jakarta, Juli 2015
Kepala Badan Penelian dan Pengembangan Kesehatan
Kementrian Kesehatan RI.
Prof. dr. Tjandra Yoga AditamaSpP (K)., MARS., DTM&H., DTCE.
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi
8/213
Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi vii
DAFTAR ISI
UCAPAN TERIMA KASIH........................................................ iv
KATA PENGANTAR ................................................................. v
DAFTAR ISI............................................................................ vii
DAFTAR TABEL...................................................................... x
DAFTAR GAMBAR................................................................. xi
Bab 1 PENDAHULUAN....................................................... 1
Bab 2 GAMBARAN UMUMKABUPATEN WAKATOBI.......... 7
Geogra Dan Iklim................................................... 7
Demogra................................................................ 11
Sosial Ekonomi ......................................................... 12
Infrastruktur ............................................................ 20
Kesehatan ................................................................ 21
Bab 3 POTRET WAKATOBI SEBAGAI CAGAR BIOSFER........ 29
Geologi dan Klimatologi.......................................... 29
Fungsi Lahan dan Potensi Wilayah.......................... 30
Kawasan Perikanan dan Kelautan............................ 34
Kawasan Peruntukan Pariwisata.............................. 36
Bab 4 LONJAKAN IPKM WAKATOBI.................................... 37
Juskasi Pemilihan Kasus....................................... 43
Bab 5 TEROBOSAN DALAM PENINGKATAN STATUS
KESEHATAN BALITA.................................................. 45
Ada Apa Dengan Kesehatan Balita?......................... 45
Dukungan Kebijakan Pimpinan Dalam
Peningkatan Kesehatan Balita ................................. 49
Petugas Penunjang Sebagai Sebuah Peluang.......... 50
Pahlawan Tanpa Tanda Jasa Itu Bernama
PetugasVolunteer.................................................... 52
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi
9/213
Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobiviii
Terobosan Inovaf Dan Intervensi Dalam
Peningkatan Kesehatan Balita ................................. 54
Sweepingdoor To DoorUntuk Peningkatan
Cakupan Penimbangan Dan Imunisasi..................... 59
Horeee Aku Lulus Imunisasi .................................... 62
Denda Lima Ribu, Peringatan Kecil Berdampak
Besar ........................................................................ 65
Pemberian Makanan Tambahan, Intervensi
Klasik Yang Dilestarikan........................................... 66
Dukungan Kebijakan Lintas Sektor........................... 71
Posyandu Milik Kita Bersama.................................. 71
Diversikasi Pangan Keluarga Dalam Meningkatkan
Status Gizi Balita...................................................... 73
Peran Serta Masyarakat Dalam
Kegiatan Kesehatan ................................................. 75
Bab 6 TRANSISI PENYAKIT MENULAR KE PENYAKIT
TIDAK MENULAR..................................................... 77
Selayang Pandang Penyakit Menular....................... 77
Diare ........................................................................ 87
Pneumonia .............................................................. 94
TuberkulosisParu ..................................................... 95
HIV & AIDS............................................................... 98
Kusta ........................................................................ 99
Malaria.................................................................... 101
Demam Berdarah Dengue (DBD) ............................. 102
Filariasis................................................................... 103
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)................... 104
Penyakit Tidak Menular........................................... 104
Stroke ...................................................................... 105
Hipertensi................................................................ 106
Diabetes Mellitus(Kencing manis) .......................... 107
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi
10/213
Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi ix
Bab 7 KEKUATAN KERJA SAMA LINTAS SEKTOR DALAM
PENYEHATAN LINGKUNGAN.................................... 109
Juskasi pemilihan kasus....................................... 109
AKSES SANITASI....................................................... 115
AKSES AIR BERSIH.................................................... 119
Dukungan kebijakan dan strategi intervensi............ 125
BAB 8 INOVASI PEMENUHAN PELAYANAN KESEHATAN..... 139
Mengapa pelayanan kesehatan menjadi penng
dalam pencapaian IPKM Wakatobi?........................ 141
Kebijakan dan strategi intervensi............................ 143
Regulasi posif terhadap perbaikan pelayanan
kesehatan ................................................................ 143
Dukungan kebijakan pimpinan Bupa, dinkes......... 144
Inovasi kebijakan pimpinan Puskesmas .................. 149
Puskesmas tetap pada pengobatan gras............... 151
Pelaksanaan Program .............................................. 152
Kemitraan dukun dan bidan sebagai upaya
meningkatkan persalinan di tenaga kesehatan ....... 152
Kepemilikan jaminan kesehatan untuk menjamin
akses terhadap pelayanan kesehatan...................... 156
Inovasi pemanfaatan sumber daya lokal untuk
penguatan sumber daya manusia kesehatan.......... 158
Sarana prasarana pelayanan kesehatan.................. 165
Peran lintas sektor ................................................... 167
Dukungan kebijakan lintas sektor............................ 168
Peran serta masyarakat........................................... 170
KESIMPULAN ....................................................................... 175
DAFTAR PUSTAKA................................................................. 181
Index ............................................................................ 185
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi
11/213
Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobix
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Indikator dan sub indikator IPKM 2013.............. 2
Tabel 2.1 Luas wilayah Kabupaten Wakatobi
menurutkecamatan ............................................ 10
Tabel 2.2 Luas wilayah, jumlah penduduk dan kepadatan
penduduk berdasarkan wilayah kecamatan....... 11
Tabel 2.3 Fasilitas pendidikan yang tersedia di
Kabupaten Wakatobi .......................................... 13
Tabel 2.4 Angka melek huruf penduduk
Kabupaten Wakatobi ......................................... 13
Tabel2.5 Angka parsipasi sekolah jenjang SD/sederajat,
SMP/sederajat, dan SMA/sederajat................... 15
Tabel 2.6 Indeks Pembangunan ManusiaKabupaten Wakatobi, Tahun 2007 2009 .......... 18
Tabel 2.7 Jumlah keluarga miskin berdasarkan wilayah
kecamatan di Kabupaten Wakatobi .................... 19
Tabel 2.8 Panjang jalan, sanitasi rumah tangga, dan
kawasan perumahan di Kabupaten Wakatobi,
2008-2010.......................................................... 20
Tabel 2.9 Jumlah absolut kasus kemaan absolut ibu,
bayi dan balita di Kabupaten Wakatobi,
2007-2013 .......................................................... 21
Tabel 2.10 Jumlah absolut kasus Gizi Kurang dan
Gizi Buruk di Kabupaten Wakatobi,
Tahun 2007-2010................................................ 22
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi
12/213
Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi xi
Tabel 2.11 Anggaran kesehatan dibandingkan dengan
APBD, 2007-2013............................................... 25
Tabel 4.1 Skor IPKM menurut kelompok indikator,Kabupaten Wakatobi 2013 ................................. 38
Tabel 4.2 Perbandingan Indikator IPKM 2007 dan
IPKM 2013 Kabupaten Wakatobi (Rumus 2007) 39
Tabel 4.3 Perbandingan Indikator IPKM 2007 dan
IPKM 2013 Kabupaten Wakatobi (Rumus 2013) 41
Tabel 5.1 Perubahan nilai IPKM 2007-2013 indikator
kesehatan balita di Kabupaten Wakatobi ........... 46
Tabel 6.1 Indikator penyakit menular, bobot dan kategori
bobot IPKM 2007 dan 2013 Kabupaten Wakatobi 79
Tabel 6.2 Urutan penyakit ISPA dan Diare dalam 10 besar
penyakit di Kabupaten Wakatobi 2005-2014..... 80
Tabel 6.3 Prevalensi ISPA, ISPA balita, Diare, dan Diare
balita di Kabupaten Wakatobi dibandingkandengan Provinsi Sultra dan Nasional ................. 81
Tabel 6.4 Program pemberantasan penyakit menular,
promosi kesehatan di Wakatobi, 2012 2016... 83
Tabel 6.6 Penemuan kasus Pneumonia di Wakatobi,
2007-2012 .......................................................... 95
Tabel 6.7 Perkembangan Kasus TB di Kabupaten Wakatobi 96
Tabel 6.8 Penanggulangan Kusta di Kabupaten Wakatobi. 100
Tabel 7.1 Perbandingan Nilai Kelompok Indikator
KesehatanLingkungan pada IPKM 2007
dengan IPKM 2013............................................. 110
Tabel 7.2 Peringkat kota/kabupaten di Provinsi Sulawesi
Tenggara untuk indikator akses sanitasi dan
air bersih pada IPKM 2007................................. 111
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi
13/213
Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobixii
Tabel 7.3 Peringkat kota/kabupaten di Provinsi Sulawesi
Tenggara untuk indikator akses sanitasi dan
air bersih pada IPKM 2013................................. 112
Tabel 7.4 Sumber air yang dikelola Perusahaan
Daerah Air Minum/PDAM Kabupaten Wakatobi. 121
Tabel 7.5 Jumlah dan Jenis Sarana Air Bersih di Wilayah
Kabupaten Wakatobi. ......................................... 122
Tabel 8.1 Indeks IPKM Pelayanan Kesehatan tahun
2007-2013, Kabupaten Wakatobi ....................... 140
Tabel 8.2 Jenis dan jumlah fasilitas pelayanan kesehatan,
Kabupaten Wakatobi 2013 ................................. 165
Tabel 8.3 Retribusi pelayanan kesehatan
Kabupaten Wakatobi .......................................... 173
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi
14/213
Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Letak Geogras Kabupaten Wakatobi............. 8
Gambar 2.2 Posisi Wakatobi Dalam Pusat Segi Tiga
Karang Dunia................................................... 8
Gambar 2.3 Peta Batas Wilayah Kabupaten Wakatobi....... 10
Gambar 2.4 Sumber anggaran kesehatan
Kabupaten Wakatobi ...................................... 25
Gambar 3.1 Cagar Budaya Benteng Keraton Liya............... 34
Gambar 5.1 Petugas penunjang di Puskesmas Liya,
Pulau Wangi-Wangi ........................................ 51
Gambar 5.2 Perubahan jumlah posyandu tahun 2007-2013
di Kabupaten Wakatobi .................................. 55
Gambar 5.3. Undangan posyandu di Popalia, Binongko...... 56Gambar 5.4 Balita dan ibu pada saat posyandu di Popalia. 57
Gambar 5.5 Suasana kegiatan posyandu popalia............... 58
Gambar 5.6 Cakupan Penimbangan anak balita Kabupaten
Wakatobi, 2007-2013 ..................................... 61
Gambar 5.7 Hadiah topi dan kaos untuk anakyang lulus
imunisasi ......................................................... 63
Gambar 5.8 Proses wisuda imunisasi di Posyandu Popalia,
Pulau Binongko ............................................... 64
Gambar 5.9 Jumlah anak BGM Kab Wakatobi, 2007-2013. 67
Gambar 5.10 Jumlah balita gizi buruk di Wakatobi,
2007-2013 ....................................................... 68
Gambar 5.11 Makanan tambahan berupa biskuit untuk anak
balita Puskesmas Waii, Tomia Timur........... 69
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi
15/213
Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobixiv
Gambar 5.12 Bibit tanaman yang diberikan ke masyarakat. 74
Gambar 5.13 Tugas kader di meja pendaaran dan
penimbangan di Posyandu Liya, Wangi-Wangi
Selatan ............................................................ 75
Gambar 7.2 Guci tanah liat untuk penampungan air hujan
yang digunakan warga di Desa Popalia,
Kecamatan Togo Binongko Pulau Binongko. ... 124
Gambar 8.1 IPKM (kelompok indikator pelayanan
kesehatan) Kabupaten Wakatobi, Provinsi
Sulawesi Tenggara dan Indonesia, 2013......... 142
Gambar 8.2 Trend persalinan oleh nakes........................... 152
Gambar 8.3 Para sando dan petugas Puskesmas Popalia,
Togo Binongko ................................................ 154
Gambar 8.4 Kepemilikan jaminan kesehatan..................... 157
Gambar 8.5 Berita pro dan kontra terkait kebijakan
pelarangan pemungutan tari berobat.......... 164
Gambar 8.6 Poskesdes, polindes, dan pustu
di Wangi-Wangi Selatan, Pulau Wangi-Wangi 166
Gambar 8.7 Jenis alat transportasi yang digunakan,
gerobak dan kaisar sebagai ambulans darurat 171
Gambar 8.8 Inkubator dan mikroskop, bersih belum
difungsikan di Puskesmas Kaledupa ............... 173
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi
16/213
1
Bab 1
PENDAHULUAN
Wakatobi adalah salah satu kabupaten dari empat belas
kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara. Kabupaten Wakatobi
merupakan gugusan kepulauan yang berjumlah 39 pulau, terdiri
atas 4 (empat) pulau besar, yakni Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia,
dan Binongko (WAKATOBI). Kabupaten Wakatobi baru terbentuk
pada tahun 2003 yang merupakan pemekaran dari Kabupaten
Buton berdasarkan UU No.29 tahun 2003 tentang Pembentukan
Kabupaten Bombana, Kabupaten Wakatobi, Kabupaten Kolaka
Utara di Sulawesi Tenggara. Selain berupaya untuk mewujudkan
surga nyata bawah laut di pusat segiga karang dunia, KabupatenWakatobi juga memiliki misi untuk mendorong peningkatan dan
pemerataan kesejahteraan masyarakat.
Tingkat kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari ber-
bagai indeks, salah satunya adalah indeks Pembangunan Manusia
(IPM). Prioritas pembangunan di daerah selalu diarahkan pada
upaya peningkatan IPM, sehingga banyak pemerintah daerah
yang memprioritaskan ga pilar pembangunan yaitu: ekonomi,
pendidikan, dan kesehatan. Untuk bidang kesehatan, dak cukup
dijawab oleh satu indikator sebagaimana dalam IPM yaitu indikator
umur harapan hidup. Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan
merumuskan indeks pembangunan kesehatan masyarakat (IPKM)
yang terdiri dari serangkaian indikator kesehatan lain yang lebih
komprehensif sebanyak 24 indikator pada tahun 2007/2008
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi
17/213
Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi2
dan disempurnakan menjadi 30 indikator pada tahun 2013.
Sumber data IPKM 2007 berasal dari data Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) 2007, Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS),
dan survei potensi desa (Podes), sedangkan data yang digunakan
untuk menyusun IPKM 2013 adalah data Riskesdas (2013) dan
podes 2011.
Indikator IPKM yang dirumuskan pada tahun 2007 meng-
alami perubahan indikator dalam IPKM 2013. Perubahan me-
lipu penambahan indikator yang dianggap penng tetapi dak
dikumpulkan pada tahun 2007, pengurangan indikator yang di-
anggap pada saat ini kurang berperan terhadap perubahan status
kesehatan, beberapa indikator dipertajam dengan menambah-
kan kriteria yang lebih sensif untuk menjelaskan masalah ke-
sehatan.
Ruang lingkup indikator yang digunakan dalam pengem-
bangan model IPKM 2013 adalah:
Tabel 1.1 Indikator dan sub indikator IPKM 2013
No Indikator Sub Indikator
1. Kesehatan Balita 1. balita gizi buruk dan kurang
2. balita pendek dan sangat pendek
3. Balita gemuk
4. Penimbangan balita
5. Kunjungan neonatal6. Imunisasi lengkap
2. Kesehatan reproduksi 7. penggunaan alat kontrasepsi
(MKJP)
8. pemeriksaan kehamilan (K4:1-1-2)
9. kurang energi kronik pada WUS
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi
18/213
Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi 3
No Indikator Sub Indikator
3. Pelayanan kesehatan 10. persalinan oleh tenaga kesehatan
di fasilitas kesehatan
11. proporsi kecamatan dengan
kecukupan jumlah dokter
12. proporsi desa dengan kecukupan
jumlah posyandu per desa
13. proporsi desa dengan kecukupan
jumlah bidan per penduduk
14. kepemilikan jaminan pelayanan
kesehatan4. Perilaku kesehatan 15. merokok
16. cuci tangan dengan benar
17. buang air besar di jamban
18. akvitas sik cukup
19. menggosok gigi dengan benar
5. Penyakit menular 20. hipertensi
21. cedera
22. diabetes melitus
23. gangguan mental
24. obesitas sentral
25. sakit gigi dan mulut
6. Penyakit dak menular 26. pneumonia
27. diare balita
28. ISPA balita
7. Kesehatan lingkungan 29. akses sanitasi30. akses air bersih
Sumber: Buku IPKM 2013
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi
19/213
Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi4
Terpilihnya Kabupaten Wakatobi
Pemilihan Kabupaten Wakatobi dalam penelian ini di-
karenakan beberapa alasan yang mendasarinya yaitu pem-bangunan kesehatan Kabupaten Wakatobi bila dilihat berdasarkan
IPKM mengalami peningkatan nilai IPKM dari 2007 ke 2013 yang
sangat signikan pada nilai maupun peringkatnya. Pada IPKM
2007, Kabupaten Wakatobi memiliki nilai indeks sebesar 0,44,
menempatkannya pada ranking nasional urutan ke-340 dari 440
kabupaten/kota di Indonesia. Perubahan yang pesat dapat dilihat
pada hasil IPKM 2013, dimana Kabupaten Wakatobi memiliki nilai
indeks sebesar 0,78 dan menempatkan pada peringkat nasional
ke-18 dari 497 kabupaten/kota di Indonesia. Dari 24 indikator
tersebut, hampir semua indikator mengalami kenaikan yang
berar, hanya satu indikator saja yang mengalami penurunan
yaitu cakupan imunisasi dari 27,0 ke 7,45.
IPKM menggambarkan keberhasilan dan kesenjangan ngkatkesehatan masyarakat antardaerah. Kesenjangan yang terjadi
bukan hanya kesenjangan antara daerah Timur dan Barat (region
disparity), tetapi juga kesenjangan antarprovinsi serta kesenjangan
antarkabupaten/kota di satu provinsi. Dari kesenjangan ngkat
kesehatan masyarakat antardaerah tersebut, akan diketahui bahwa
daerah tersebut termasuk daerah bermasalah kesehatan (DBK)
atau dak. Pada tahun 2007 persentase kemiskinan Kabupaten
Wakatobi sebesar 24,51, dan indeks IPKM sebesar 0,439676,
kondisi semacam ini mengindikasikan bahwa Kabupaten Wakatobi
termasuk Daerah Bermasalah Kesehatan (DBK) dan mendapatkan
pendampingan dari pusat.
Hal ini merupakan sesuatu yang sangat menarik untuk digali
lebih dalam. Oleh karena itu, studi kualitaf ini perlu dilaksanakan
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi
20/213
Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi 5
guna mendapatkan informasi yang lebih mendalam mengenai apa
saja yang sudah dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Wakatobi
dalam meningkatkan nilai indikator yang menjadikan kabupaten
Wakatobi memiliki nilai IPKM yang nggi.
Metode
Tujuan umum dari penelian kualitaf ini untuk menggali
latar belakang serta penyebab informasi tentang program dan
kebijakan di Kabupaten Wakatobi yang disinyalir mendongkrak
nilai IPKM 2013 dan variabel-variabel terkait lainnya. Tujuan khusus
dari penelian ini adalah 1) menggali lebih dalam informasi yang
berhubungan dengan berbagai program kesehatan yang sudah
ada (strength and weakness) dari perspekf kesehatan, non-
kesehatan dan masyarakat; 2) mempelajari kontribusi lintas sektor
3) tantangan yang dihadapi serta terobosan yang dilakukan dalam
menghadapi tantangan.Penelian ini dilakukan selama 20 hari di Kabupaten
Wakatobi. Lokasi penelian melipu 1) Puskesmas Wangi-Wangi
Selatan dan Puskesmas Liya, Pulau Wangi-Wangi, 2) Puskesmas
Kaledupa, Pulau Kaledupa, 3)Puskesmas Usuku, Pulau Tomia, 4)
Puskesmas Popalia, Pulau Binongko.
Pengumpulan data dilakukan dengan metode kualitaf dan
kuantaf. Data kualitaf didapat dengan melakukan wawancara
mendalam, diskusi kelompok terarah (FGD) dan pengamatan
lapangan. Informan berasal dari instansi pemerintah di bidang
kesehatan dan instansi pemerintah non kesehatan. Selain informan
yang berasal dari instansi pemerintah, ada juga informan dari
masyarakat. Informan dari masyarakat adalah tokoh masyarakat
formal dan non-formal, tokoh agama, kader kesehatan, dukun
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi
21/213
Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi6
beranak (sando), lembaga swadaya masyarakat, dan masyarakat
umum. Sedangkan data kuantaf didapatkan dari pengumpulan
data sekunder berupa literatur atau dokumen peraturan daerah,
prol daerah, prol kesehatan daerah, dokumen pelaksanaan
anggaran (DPA), laporan run dan evaluasi, dokumen RPJPD dan
RPJMD, rencana strategis, dan lain-lain.
Pengumpulan data wawancara mendalam dan FGD dilaku-
kan dengan menggunakan pedoman wawancara kepada informan
yang memiliki pengetahuan dan kompetensi terhadap kasus yang
akan dicari penjelasan dan solusinya. Alat yang digunakan dalam
pengumpulan data adalah recorder, catatan lapangan, dan kamera
untuk dokumentasi gambar.
Hasil data kualitaf yang didapat pada saat pengumpulan
data di lapangan dianalisis secara content analysis dengan
menggunakan matriks serta skema hubungan. Analisis dilakukan
dengan mengkategorikan tema yang ada dalam data untuk
selanjutnya dikaitkan satu sama lain.
Penelian ini mendapatkan persetujuan ek dari Komisi Ek
Badan Litbangkes.
Buku ini dituangkan dalam beberapa bab yang diawali bab
pendahuluan, potret Wakatobi sebagai cagar biosfer, lonjakan
IPKM Wakatobi. Bab selanjutnya berisi studi kasus mengenai
beberapa indikator dengan judul terobosan dalam peningkatanstatus kesehatan balita, transisi penyakit menular dan penyakit
dak menular, kekuatan kerjasama lintas sektor dalam penyehatan
lingkungan, inovasi pemenuhan pelayanan kesehatan, kemudian
ditutup oleh bab kesimpulan dan saran.
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi
22/213
7
Bab 2Gambaran Umum
Kabupaten Wakatobi
GEOGRAFI DAN IKLIM
Geogra
Kabupaten Wakatobi terdiri dari gugusan pulau-pulau di
tenggara Provinsi Sulawesi Tenggara. Secara astronomis Kabu-
paten Wakatobi terletak pada bagian selatan garis khatuliswa,
membentang sepanjang kurang lebih 160 km dari Utara ke
Selatan pada posisi garis lintang 512 - 625 Lintang Selatan dan
sepanjang kurang lebih 120 km garis bujur 12320 - 12439 Bujur
Timur (Gambar 2.1).
Kabupaten Wakatobi terletak pada posisi sangat strategis
karena dilalui oleh jalur pelayaran kawasan Timur dan Barat
Indonesia, diapit oleh Laut Banda dan Laut Flores yang memilikipotensi sumberdaya keragaman haya kelautan dan perikanan
cukup besar, berada pada Pusat Kawasan Segi Tiga Karang Dunia
(Coral Tri-angle Center) melipu enam negara, yakni Indonesia,
Malaysia, Philipines, Papua New Guine, Solomon Island, dan Timor
Leste (Gambar 2.2).
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi
23/213
Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi8
Gambar 2.1 Letak Geogras Kabupaten Wakatobi
Sumber: RPJPD Kabupaten Wakatobi
Gambar 2.2 Posisi Wakatobi dalam Pusat Segi Tiga Karang Dunia
Sumber: RPJPD Kabupaten Wakatobi
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi
24/213
Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi 9
Kabupaten Wakatobi bisa diakses melalui jalur laut dan
udara. Akses dari ibukota kabupaten (Wangi-Wangi) ke Pulau
Kaledupa, Tomia, dan Binongko tersedia seap hari dengan armada
kapal laut. Pelabuhan yang terdapat di Kabupaten Wakatobi
yaitu Pelabuhan Laut Nasional Panggulu Belo, dan jalur angkutan
Ferry ASDP Kamaru-Wanci. Satu-satunya wilayah pulau kecil
yang relaf sulit dijangkau namun telah berpenghuni ialah Pulau
Runduma yang termasuk dalam wilayah administrasi Kecamatan
Tomia, terletak di bagian mur Pulau Tomia tepat di tengah Laut
Banda. Untuk akses jalur udara terdapat Bandar Udara Matahora
di Pulau Wangi-Wangi yang mulai beroperasi tahun 2009 dan
Bandar Udara Maranggodi Pulau Tomia yang merupakan moda
transportasi khusus untuk wisatawan dari Bali dan Singapura yang
mulai beroperasi sejak tahun 2006.
Luas dan Batas Wilayah Administrasi
Luas wilayah Kabupaten Wakatobi sekitar 19.200km,
terdiri dari daratan seluas 823 km dan lautan seluas 18.377
km2. Atas dasar kondisi tersebut, maka potensi sektor perikanan
dan kelautan serta sektor pariwisata berbasis wisata laut/bahari
menjadi sektor andalan daerah Kabupaten Wakatobi.
Pada tahun 2014, Kabupaten Wakatobi terdiri dari dela-
pan kecamatan, yaitu Wangi-Wangi, Wangi-Wangi Selatan, Kale-
dupa, Kaledupa Selatan, Tomia, Tomia Timur, Binongko, dan
Togo Binongko. Wilayah kecamatan terluas adalah kecamatan
Wangi-Wangi dengan luas 242 km atau 29 persen yang sekaligus
merupakan wilayah ibu kota kabupaten, sedangkan kecamatan
yang wilayahnya paling kecil adalah Kecamatan Kaledupa, yaitu
seluas 46 km. Luas Wilayah Kabupaten Wakatobi menurut
kecamatan disajikan pada Tabel 2.1.
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi
25/213
Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi10
Tabel 2.1 Luas wilayah Kabupaten Wakatobi menurut kecamatan
Kecamatan Luas Daratan (km) Persentase (%)
Wangi-Wangi 241,98 29,40
Wangi-Wangi Selatan 206,02 25,03
Kaledupa 45,50 5,53
Kaledupa Selatan 58,50 7,11
Tomia 47.10 5,72
Tomia Timur 67,90 8,25
Binongko 93,10 11,30
Togo Binongko 62,90 7,64
Luas Total Darat 823,00 3,00
Luas Laut 18.377,00 97,00
Total 19.200,00 100,00
Sumber: Kabupaten Wakatobi Dalam Angka, 2014.
Batas wilayah administrasi Kabupaten Wakatobi dapat
dilihat pada Gambar 2.3 di bawah ini.
Gambar 2.3 Peta Batas Wilayah Kabupaten Wakatobi
Sumber: RPJPD Kabupaten Wakatobi
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi
26/213
Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi 11
DEMOGRAFI
Jumlah penduduk Kabupaten Wakatobi pada tahun 2013
menurut proyeksi hasil survei penduduk tahun 2010 adalah 95.157jiwa. Kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terbanyak yaitu
di Kecamatan Wangi-Wangi Selatan sebesar 25.126 jiwa. Dengan
distribusi penduduk mencapai 26,4% dari seluruh penduduk di
Kabupaten Wakatobi.
Tabel 2.2 Luas wilayah, jumlah penduduk dan kepadatan
penduduk berdasarkan wilayah kecamatan
Kecamatan Luas (km2)
Jumlah
Penduduk Tahun
2012
Kepadatan
Penduduk
Binongko 93,1 8.563 92
Togo Binongko 62,9 4.837 77
Tomia 47,1 7.041 149
Tomia Timur 67,9 8.593 127
Kaledupa 45,5 10.188 224
Kaledupa Selatan 58,5 6.781 116
Wangi-Wangi 242,0 24.028 99
Wangi-Wangi
Selatan
206,0 25.126 122
Jumlah 823,0 95.157 116
Sumber: BPS Kabupaten Wakatobi 2014
Menurut jenis kelamin pada tahun 2013, jumlah penduduk
laki-laki sebanyak 45.678 jiwa dan perempuan sebanyak 49.479
jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 92,3. Arnya, jumlah
penduduk perempuan 7,7 persen lebih banyak dibanding laki-laki.
Menurut struktur usia pada tahun 2013, penduduk berusia muda
atau yang berumur 15 tahun ke bawah di Kabupaten Wakatobi
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi
27/213
Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi12
mencapai 32.635 jiwa atau sekitar 34 persen dari total jumlah
penduduk. Sedangkan usia diatas 65 tahun berjumlah 6.329 jiwa.
Kondisi tersebut berimplikasi terhadap besarnya angka beban
tanggungan pada tahun 2013 yang mencapai 69,34 persen yang
merupakan perbandingan angka antara banyaknya penduduk
yang dak produkf (umur dibawah 15 tahun dan 65 tahun ke
atas) dengan banyaknya penduduk yang produkf yakni penduduk
yang berusia antara 15-64 tahun. Angka tersebut menunjukkan
bahwa seap 100 orang produkf menanggung 69 orang dak
produkf.
SOSIAL EKONOMI
Pendidikan
Pemerintah Kabupaten Wakatobi telah berupaya maksimal
dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui kegiatan
di bidang pendidikan, hal ini dapat dilihat dari terpenuhinya
sarana pendidikan di masing-masing pulau, Pulau Wangi-Wangi,
Pulau Kaledupa, Pulau Tomia, dan Pulau Binongko. Tabel berikut
adalah fasilitas pendidikan yang tersebar di seluruh kecamatan di
Kabupaten Wakatobi.
Jumlah fasilitas pendidikan dari jenjang pendidikan kelom-
pok belajar/PAUD sampai jenjang sekolah menengah atas diKabupaten Wakatobi sebesar 329 buah. Fasilitas pendidikan paling
banyak adalah fasilitas pendidikan sekolah dasar (SD) umum
sebesar 110 buah dan fasilitas pendidikan paling sedikit adalah
madrasah ibdaiyah (MI) sebesar 1 buah (Tabel 2.3).
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi
28/213
Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi 13
Tabel 2.3 Fasilitas pendidikan yang tersedia di Kabupaten
Wakatobi
Kecamatan
Jumlah Sarana Pendidikan
Umum Agama
KB TK SD SLTP SMA SMK MI MTs MA
Binongko 0 8 13 3 3 0 0 1 1
Togo Binongko 0 4 7 2 1 0 0 0 0
Tomia 11 10 10 4 1 0 0 1 0
Tomia Timur 9 11 13 5 1 0 0 0 0
Kaledupa 16 16 13 5 1 1 0 1 0
Kaledupa
Selatan
13 9 10 5 2 0 0 0 0
Wangi-Wangi 10 12 22 8 2 2 0 1 0
Wangi-Wangi
Selatan
16 10 22 7 4 0 0 0 1
Jumlah 75 80 110 39 15 3 1 4 2
Sumber: BPS Kab. Wakatobi Tahun 2012
Angka Melek Huruf (AMH) penduduk Kabupaten Wakatobi
selama periode enam tahun 2005-2011 terus mengalami pening-
katan. Pada tahun 2007, AMH sebesar 88,78 persen, meningkat
menjadi 94,31 persen pada tahun 2011 atau mengalami pening-
katan sebesar 5,53 persen (Tabel 2.4).
Tabel 2.4 Angka melek huruf penduduk Kabupaten Wakatobi
Tahun Angka Melek Huruf (%)2007 88,78
2008 88,80
2009 89,13
2010 91,70
2011 94,31
Sumber: Wakatobi dalam angka, 2014
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi
29/213
Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi14
Rata-rata lama sekolah penduduk di Kabupaten Wakatobi
pada tahun 2005 hanya mencapai 5,8 tahun, tahun 2006 sebesar
6,35, tahun 2008 meningkat menjadi 6,52, dan tahun 2009
mencapai 6,85. Ini berar bahwa ngkat pendidikan penduduk di
Kabupaten Wakatobi secara rata-rata adalah hanya tamat sekolah
dasar (SD). Angka tersebut masih di bawah rata-rata Sulawesi
Tenggara dan Nasional tahun 2008 yakni masing-masing sebesar
7,74 dan 7,52 tahun.
Angka putus sekolah di Kabupaten Wakatobi terutama
terjadi pada penduduk miskin. Pada tahun 2009, penduduk miskin
di Kabupaten Wakatobi yang dak menamatkan pendidikan SD
adalah sebesar 51,30 persen. Sementara itu, yang tamat SD/
SLTP adalah sebesar 36,35 persen, dan hanya 12,34 persen yang
berhasil menamatkan pendidikan pada jenjang SLTA ke atas (BPS,
2010).
Angka Parsipasi Sekolah (APS) menunjukkan seberapa
besar anak usia menurut ngkat pendidikan tertentu berada
dalam lingkup pendidikan dan penyerapan dunia pendidikan
formal terhadap penduduk usia sekolah. APS penduduk usia 7-12
tahun berkisar pada angka 96-98 persen selama periode 5 (lima)
tahun. Selanjutnya, APS pada kelompok umur 13-15 tahun dan
16-18 tahun masing-masing mencapai 91 persen dan 75 persen
(Tabel 2.5).
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi
30/213
Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi 15
Tabel2.5 Angka parsipasi sekolah jenjang SD/sederajat, SMP/
sederajat, dan SMA/sederajat
UmurTahun
2006 2007 2008 2009 2010 2011
7-12 97,17 98,00 98,11 97,14 96,34 98,91
13-15 86,50 87,10 86,09 89,43 91,07 96,52
16-18 60,58 63,16 58,14 74,77 75,42 81,82
19-24 10,93 4,38 4,49 11,19 9,73 9,73
Sumber: Disbud Kab. Wakatobi, 2007-2011
Pekerjaan
Pada tahun 2013, jumlah penduduk di Kabupaten Wakatobi
yang tergolong usia kerja (umur 15 tahun ke atas) sebanyak
62.522 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 29.069 jiwa atau
46,49 persen dan perempuan sebanyak 33.453 jiwa atau 53,51
persen. Dari jumlah tersebut, terdapat angkatan kerja sebanyak
40.766 orang terdiri dari yang bekerja 37.884 jiwa atau 61,65
persen terhadap penduduk usia kerja. Tingkat pengangguranterbuka (rasio pencari kerja terhadap angkatan kerja) sebanyak
7,07 persen. Sedangkan penduduk yang bukan angkatan kerja
sebanyak 20.675 jiwa atau 33,77 persen dari usia kerja.
Komposisi penduduk menurut lapangan pekerjaan pada
tahun 2013 di Kabupaten Wakatobi mayoritas bekerja pada
sektor pertanian, yakni sebanyak 17.411 jiwa atau 45,95 per-
sen, kemudian sektor perdagangan dan akomodasi 8.563 jiwa
atau 22,06 persen disusul sektor jasa kemasyarakatan sosial,
transportasi komunikasi.
Menurut pendidikan,jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas
dan kaitannya dengan ngkat pendidikan menunjukkan adanya
penurunan. Penduduk usia kerja menurut ngkat pendidikan ber-
turut-turut yaitu penduduk dak pernah sekolah sebanyak 6.375
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi
31/213
Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi16
jiwa atau 10,37 persen, dak tamat SD sebanyak 11.319 jiwa
atau 18,42 persen, tamat SD sebanyak 16.284 atau 26,50 persen,
tamat SMP sederajat 12.337 jiwa atau 20,07 persen, tamat SMA
sederajat 11.659 jiwa atau 18,97 persen, jenjang Diploma ke atas
sebanyak 1.136 jiwa atau 18,48 persen, dan jenjang sarjana/S2/S3
sebanyak 2.333 atau 37,97 persen.
Kapasitas Fiskal
Berdasarkan peraturan menteri keuangan Republik Indonesia
No. 226/PMK.07/2012 tentang peta kapasitas skal daerah adalah
gambaran kemampuan keuangan masing-masing daerah yang
dicerminkan melalui penerimaan umum anggaran pendapatan dan
belanja daerah (dak termasuk dana alokasi khusus, dana darurat,
dana pinjaman lama, dan penerimaan lain yang penggunaannya
dibatasi untuk membiayai pengeluaran tertentu. Indeks kapasitas
skal dikategorikan menjadi empat kategori yaitu sangat nggi
(>=2), nggi (1
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi
32/213
Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi 17
ekonomi Kabupaten Wakatobi mengalami peningkatan yang sa-
ngat fantass yakni sebesar 13,67 persen. Meskipun pertumbuh-
an ekonomi Kabupaten Wakatobi pada tahun 2010 lebih rendah
jika dibandingkan dengan tahun 2009, namun angkanya masih
nggi, yakni sebesar 10,87 persen dan berada di atas rata-rata
pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tenggara.
PDRB perkapita Kabupaten Wakatobi semakin membaik
dari tahun ke tahun dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 20,71
persen. Pada tahun 2006, PDRB perkapita Kabupaten Wakatobi
hanya sebesar Rp5.072.098,- meningkat menjadi Rp5.846.891,-
tahun 2007 atau mengalami peningkatan sebesar 12,27 persen
dan pada tahun 2008 meningkat lagi menjadi Rp7.219.480,-
atau mengalami peningkatan 35,14 persen jika dibandingkan
dengan tahun 2007. Pada tahun 2009, PDRB perkapita Kabupaten
Wakatobi mencapai Rp8.819.614,- atau mengalami peningkatan
sebesar 22,05 persen dari tahun 2008 dan pada tahun 2010
mencapai Rp10.038.507,- atau mengalami peningkatan sebesar
17,64 persen. Pada tahun 2012, PDRB per kapita atas dasar harga
berlaku di Kabupaten Wakatobi adalah Rp11.120.000.
Seiring dengan meningkatnya PDRB perkapita Kabupaten
Wakatobi selama kurun waktu lima tahun terakhir sebagaimana
dikemukakan di atas, maka jumlah penduduk miskin juga me-
ngalami penurunan yang sangat signikan. Pada tahun 2006,penduduk miskin di Kabupaten Wakatobi tercatat sebanyak 24.535
jiwa atau sebesar 24,99 persen mengalami penurunan menjadi
17.100 jiwa atau hanya sekitar 18,52 persen atau menurun sekitar
6,47 persen.
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi
33/213
Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi18
Kesejahteraan Masyarakat
Salah satu indikator yang menggambarkan ngkat kesejah-
teraan masyarakat ialah Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPMdaerah mengukur pencapaian rata-rata sebuah daerah dalam 3
(ga) dimensi dasar pembangunan manusia yaitu: 1) hidup yang
sehat dan panjang umur yang diukur dengan umur harapan hidup
saat kelahiran; 2) pendidikan diukur dengan angka ngkat baca
tulis pada orang dewasa; dan 3) standar kehidupan layak diukur
dengan logaritma natural dari produk domesk bruto per kapita
dalam paritas daya beli (BAPPENAS, 2011/Ran-pg 2001-2015).
IPM selain menggambarkan ngkat kemajuan suatu daerah, juga
untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap
kualitas hidup.
Secara umum, IPM Wakatobi mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun. Namun, IPM Wakatobi lebih rendah dibandingkan
dengan rata-rata IPM Sulawesi Tenggara. Hingga tahun 2009, IPMKabupaten Wakatobi masih menempa urutan ke-11 dari 12
kabupaten/kota di Sulawesi Tenggara (Tabel 2.6).
Tabel 2.6 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Wakatobi,
Tahun 2007 2009
KabupatenTahun
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Buton 67,08 67,82 68,24 68,80 69,34 69,95 70,35
Muna 65,93 66,49 67,03 67,45 67,95 68,35 68,97
Konawe 67,96 68,72 69,27 69,77 70,42 70,95 71,67
Kolaka 69,76 70,06 70,41 70,83 71,46 72,00 72,39
Konawe
Selatan68,37 68,86 69,24 69,42 69,80 70,24 70,70
Bombana 65,35 66,05 66,63 67,20 67,85 68,51 69,67
WAKATOBI 65,54 66,03 66,70 67,20 68,04 68,78 69,77
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi
34/213
Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi 19
Kolaka Utara 67,57 67,91 68,50 68,93 69,33 69,87 70,65
Buton Utara 66,89 67,16 67,62 68,07 68,86 69,31 70,13
Konawe Utara 66,83 67,43 67,97 68,38 69,24 69,84 70,66Kota Kendari 74,55 75,09 75,31 75,66 76,07 76,51 77,02
Kota Bau-Bau 71,56 72,14 72,87 73,48 74,10 74,58 75,10
Kolaka Timur 68,59
Konawe
Kepulauan66,04
Sulawesi
Tenggara68,93 69,00 69,52 70,00 70,55 71,05 71,73
Indonesia 70,59 71,17 69,52 72,27 72,77
Sumber: BPS, 2007-2013
Jumlah Keluarga Miskin
Berdasarkan jumlah keluarga miskin, Kabupaten Wakatobi
memiliki 9.257 keluarga miskin, paling banyak berada di Keca-
matan Wangi-Wangi Selatan sebesar 1.605 keluarga dan paling
sedikit berada di Kecamatan Kaledupa Selatan sebesar 727
keluarga (Tabel 2.7).
Tabel 2.7 Jumlah keluarga miskin berdasarkan wilayah kecamatan
di Kabupaten Wakatobi
Nama Kecamatan Jumlah Keluarga Miskin
Binongko 767
Togo Binongko 1.389Tomia 1.101
Tomia Timur 1.582
Kaledupa 742
Kaledupa Selatan 727
Wangi-Wangi 1.344
Wangi-Wangi Selatan 1.605
Jumlah 9.257
Sumber : Kecamatan seKab, Wakatobi 2013
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi
35/213
Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi20
INFRASTRUKTUR
Jaringan jalan yang baik, memiliki keterkaitan yang sangat
kuat dengan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah maupunterhadap kondisi sosial budaya kehidupan masyarakat. Infra-
struktur jalan yang baik adalah modal sosial masyarakat dalam
menjalani roda perekonomian, sehingga pertumbuhan ekonomi
yang nggi dak mungkin dicapai tanpa ketersediaan infrastruktur
jalan yang baik dan memadai.
Kinerja jaringan jalan berdasarkan kondisi dapat dikategori-
kan dengan jalan kondisi baik, sedang, sedang rusak, rusak, dan
rusak berat. Proporsi jalan dalam kondisi baik di Kabupaten
Wakatobi mengalami penurunan, dimana pada tahun 2008
proporsi jalan kondisi baik mencapai 45,82 persen namun pada
tahun 2010 kondisi tersebut menurun menjadi 32,77 persen
(Tabel 2.8). Sanitasi rumah tangga dan kawasan kumuh cenderung
membaik, namun masih diperlukan upaya-upaya perbaikan.Tabel 2.8 Panjang jalan, sanitasi rumah tangga, dan kawasan
perumahan di Kabupaten Wakatobi, 2008-2010
IndikatorTahun
2008 2009 2010 2011 2012 2013
Panjang jalan
kabupaten
dalamkondisi baik
(%)
45,82 38,80 32,77 34,27 36,67 38,54
Rumah
Tangga ber-
Sanitasi (%)
62,11 67,77 70,75 NA NA NA
Kawasan
Kumuh (%)0,02 0,01 0,01 NA NA NA
Sumber: BPS Kab. Wakatobi, 2007-2011 dan Wakatobi dalam Angka, 2014
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi
36/213
Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi 21
KESEHATAN
Angka Kemaan Ibu, Bayi dan Balita (AKI, AKB dan AKABA)
Angka absolut kejadian kemaan ibu, bayi dan balita di
Kabupaten Wakatobi dalam rentang waktu tahun 2007-2013
terjadi secara uktuaf (Tabel 2.9). Kasus kemaan ibu paling
banyak terjadi pada tahun 2007 sebesar 6 kasus kemaan. Untuk
kejadian kasus kemaan bayi paling banyak terjadi pada tahun
2010 sebesar 40 kasus kemaan, sedangkan kasus kemaan anak
balita paling banyak terjadi pada tahun 2009 sebesar 28 kasuskemaan.
Tabel 2.9 Jumlah absolut kasus kemaan absolut ibu, bayi dan
balita di Kabupaten Wakatobi, 2007-2013
Indikator 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
AKI 6 1 3 5 4 2 4
AKB 0 25 34 40 25 35 37
AKABA 11 7 28 10 8 4 7
Sumber: prol kesehatan kabupaten Wakatobi 2007-2013
Status Gizi
Prevalensi balita gizi kurang di Kabupaten Wakatobi selama
kurun waktu 2007-2013 menunjukkan kecenderungan uktuaf.
Kasus gizi kurang paling banyak terjadi pada tahun 2010 sebesar
468 kasus, diiku pada tahun 2012 sebesar 349 kasus dan tahun
2013 sebesar 187 kasus. Untuk kasus gizi buruk kecenderungannya
dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Kejadian gizi buruk
paling banyak terjadi pada tahun 2007 sebesar 78 kasus menurun
pada tahun-tahun selanjutnya. Kejadian gizi buruk paling sedikit
terjadi pada tahun 2012 dan 2013 sebesar 7 kasus (Tabel 2.10).
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi
37/213
Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi22
Tabel 2.10 Jumlah absolut kasus Gizi Kurang dan Gizi Buruk di
Kabupaten Wakatobi, Tahun 2007-2010
TahunJumlah Kasus
Gizi Kurang Gizi Buruk
2007 122 78
2008 154 30
2009 98 47
2010 468 43
2011 120 14
2012 349 7
2013 187 7
Sumber: Prol Dinkes Kab, Wakatobi, 2007-2013
Perencanaan Program Kesehatan
Dalam perencanaan pembangunan kesehatan, termasuk
dalam pembangunan pelayanan kesehatan, Kabupaten Wakatobi
mengarah pada kebijakan yang terdapat dalam Rencana Pem-
bangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) 2005-2025. PelaksanaanRPJPD tersebut diterjemahkan dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah I (RPJMD) 2005-2009, RPJMD II tahun
2010-2014.
Arah kebijakan yang ada kemudian dijadikan panduan
langkah kerja Dinas Kesehatan di dalam merumuskan program-
program pembangunan dan kegiatan 5 (lima) tahunan. Pada
RPJMD I (2006-2011) fokus pembangunan di Kabupaten Wakatobi
adalah pembangunan infrastruktur sektor yang menjadi kebutuhan
utama masyarakat dan peningkatan SDM seper kesehatan dan
pendidikan. Jadi yang dilakukan adalah pembangunan infrastruktur
di bidang kesehatan secara masif sehingga terjadi penyerapan
anggaran APBD diatas 10% bahkan sampai 13% (syarat pemerintah
pusat untuk anggaran kesehatan dalam APBD adalah 10%).
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi
38/213
Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi 23
Penyerapan anggaran ini digunakan untuk membangun fasilitas
kesehatan, penyediaan alat kesehatan dan logisk.
Pada RPJMD II (2012-2016), karena mayoritas infrastruktur
kesehatan sudah mencukupi maka k berat pembangunan
kesehatan adalah penataan manajemen dalam bentuk pembinaan
dan peningkatan capacity building. Selain itu, anggaran kesehatan
pada RPJMD II juga menganggarkan biaya pemeliharaan dan
operasional kegiatan di puskesmas, pembuatan alat peraga untuk
promosi kesehatan dan insenf untuk kader. Insenf untuk kader
selain posyandu juga untuk promkes dan PHBS. Sehingga anggaran
yang terserap pada RPJMD II ini biasanya berada disekitar 5% dari
total anggaran APBD pertahun.
Perencanaan sangat penng dalam pembangunan, karena
dengan perencanaan pembangunan bisa memiliki tujuan yang
jelas sehingga strategi untuk mencapai tujuan dapat dirancang
dengan saksama. Kabupaten Wakatobi secara umum memiliki
perencanaan yang bersifat boom to top, dimana perencanaan
pembangunan dibangun masyarakat melalui musrenbang ber-
jenjang dari ngkat desa sampai ngkat kabupaten. Musrenbang
difasilitasi oleh Bapeda dan gabungan SKPD yang lain.
Di ngkat puskesmas, perencanaan program sudah dilakukan
di masing-masing melalui beberapa tahapan, mulai membuat
rencana usulan kegiatan (RUK), plan of acon (POA), verikasioleh Dinkes, dan setelah disetujui dibuatlah POA bulanan sesuai
kegiatan yang direncanakan.
Perencanaan program dilakukan masing-masing pemegang
program, misalnya program gizi. Pemegang program gizi me-
rencanakan program berdasarkan evaluasi tahun sebelumnya dan
hasil musrenbang. Kemudian perencanaan yang telah disusun
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi
39/213
Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi24
program gizi dipaparkan pada minilok yang dihadiri oleh kepala
puskesmas dan seluruh pemegang program. Setelah itu hasil
dari pertemuan minilok dibawa ke dinas kesehatan kabupaten
untuk diverikasi oleh m verikasi pengampu program, lalu m
verikasi memberikan keputusan diterima atau ditolak rencana
kegiatan program gizi untuk tahun depan.
Untuk menjalankan program yang sudah disetujui mengacu
pada juknis yang diterbitkan oleh dinas kesehatan dalam seap
kegiatan. Biasanya sebelum pelaksanan program dilakukan pema-
paran juknis terlebih dahulu di ngkat kabupaten kemudian baru
diturunkan ke program di ap puskesmas.
Pembiayaan Kesehatan
Pembiayaan kesehatan di Wakatobi bersumber dari peme-
rintah daerah berupa Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD),
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), dan sumber lain
seper pinjaman/hibah luar negeri (PHLN). Anggaran kesehatan
yang bersumber dari APBD paling besar didapatkan pada tahun
2008 sebesar 60 milyar rupiah. Ironisnya anggaran kesehatan yang
bersumber dari APBD seap tahun cenderung menurun hingga
tahun 2012. Sebaliknya, anggaran kesehatan dari sumber lain
seap tahun cenderung naik walaupun sedikit (Gambar 2.4).
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi
40/213
Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi 25
Gambar 2.4 Sumber anggaran kesehatan Kabupaten Wakatobi
Persentase total anggaran kesehatan bila dibandingkan de-
ngan APBD Kabupaten Wakatobi yang terbesar terjadi pada tahun
2008 yaitu sebesar 11,96 persen, namun seap tahun terjadi
penurunan (Tabel 2.11).
Tabel 2.11 Anggaran kesehatan dibandingkan dengan APBD, 2007-
2013
Rincian2007 2008 2009 2010 2011* 2012 2013
(Dalam jutaan rp)
Total
Anggaran
Kesehatan
43.692 61.083 34.821 24.677 - 14.774 20.172
Total APBD
Kabupaten377.168 510.918 411.920 411.920 - 425.725 537.823
% APBD Kes
Thdp APBD
Kabupaten
10,63 11,96 8,45 5,99 - 3,47 2,75
Sumber data: Prol Dinas Kesehatan Kab, Wakatobi 2007-2013
Ket: *dak ada data
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi
41/213
Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi26
Porsi pembiayaan kesehatan pada tahun 2007-2013, 75
persen adalah program prevenf dan promof. Saat ini 40 persen
program kesehatan adalah pelayanan dan 60 persen promosi.
Untuk ngkat puskesmas, pembiayaan dirasakan sudah sesuai
karena merupakan perencanaan dari bawah. Hanya saja jumlahnya
kurang mencukupi.
Sejak tahun 2010 ada dana BOK yang berguna dalam mem-
bantu operasional pelaksanaan program. Dana ini dirasakan
manfaatnya hingga ngkat lapangan, terutama keka turun ke
masyarakat misalnya penyuluhan ataupun sweeping. Dengan
difasilitasi dana BOK, kegiatan promosi dan pencegahan bisa
dilakukan. Namun demikian di lapangan masih terdapat kendala
seper halnya pemberian insenf bagi petugas lapangan yang
berisiko nggi, misalnya saja petugas pemeriksa TB.
Pencatatan Pelaporan
Laporan run dari puskesmas ke dinas kesehatan maksimal
diserahkan seap tanggal lima seap bulan. Bentuk geogra yang
berupa kepulauan sedikit banyak menimbulkan tantangan tertentu.
Bagi pulau terjauh yaitu Binongko, mereka harus merencakan
dengan baik agar proses pelaporan tepat waktu. Ditambah lagi,
listrik hanya ada di Binongko pada malam hari, mulai jam 6 petang
hingga 6 pagi. Dengan demikian, proses pembuatan catatan
atau pekerjaan dengan menggunakan perangkat elektronik
harus ditunda dan dikerjakan saat malam hari. Namun, dengan
perencanaan yang baik, jarak yang jauh bukan penghalang bagi
sampainya laporan tepat waktu. Dengan mengandalkan petugas
kapal, laporan pun dipkan dan diambil oleh dinkes ke pelabuhan.
Jika kapal dak berlayar saat musim ombak besar, maka laporan
disampaikan melalui email tetapi itupun butuh usaha yang dak
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi
42/213
Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi 27
sedikit, sebab listrik hanya ada malam hari dan jaringan internet
pun tak kalah susahnya.
Monitoring dan Evaluasi
Keberhasilan peningkatan peringkat IPKM di Kabupaten
Wakatobi dak terlepas dari kegiatan yang dilakukan dalam
monitoring dan evaluasi. Sistem pengawasan yang dilakukan
oleh Kepala Dinas Kesehatan dan Bupa benar-benar melekat,
misalnya mereka mempunyai informan yang melaporkan lang-
sung segala sesuatu yang terjadi di masyarakat. Monitoring dan
evaluasi dilakukan secara berkala oleh Kadinkes.
Disisi lain, Kepala Dinas Kesehatan memberikan movasi
untuk meningkatkan kinerja kepada seluruh jajaran kesehatan
pada saat pertemuan run. Movasi yang diberikan antara lain
Teori 4 (empat) As, bahwa seap individu itu harus bekerja keras
menggunakan otot, bekerja cerdas menggunakan otak, bekerja
ikhlas dengan ha, dan bekerja tuntas hingga selesai.
Selain pengawasan secara manajemen, pengawasan
kemampuan SDM kesehatan juga dievaluasi. Tidak hanya dalam
pertemuan run evaluasi tetapi juga pada acara-acara dimana
kepala dinas ada, misalnya dalam pertemuan, kepala dinas
langsung menunjuk salah satu puskemas yang hadir dan diberi
tugas untuk menyuluh dengan tema tertentu. Hal ini memicu para
SDM kesehatan agar mengetahui seap tema kesehatan yang ada.
Evaluasi ketat juga berkisar tentang cakupan program, jika ada
yang memburuk maka akan dikejar habis-habisan mengapa bisa
terjadi dan apa saja yang dikerjakan selama ini.
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi
43/213
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi
44/213
29
Bab 3
Potret Wakatobi sebagai Cagar Biosfer
Geologi dan Klimatologi
Kabupaten Wakatobi memiliki kesuburan tanah yang ren-
dah akibat pH dan bahan organik rendah. Secara umum formasigeologi batuan daratan dengan bahan induk batu gamping jenis
koral dan dominasi tanah podsolik. Jenis tanah yang tersebar pada
beberapa tempat di empat pulau Kabupaten Wakatobi ialah jenis
organisol, alluvial, grumosol, mediteran, latosol, dan didominasi
oleh podsolik.
Iklim di Kabupaten Wakatobi terdiri dari dua musim yaitu
musim kemarau (musim mur: April-Agustus) dan musim hujan
(musim barat: September-Maret).Musim angin barat berlangsung
dari bulan Desember sampai dengan Maret yang ditandai dengan
sering terjadi hujan. Musim angin mur berlangsung bulan Juni
sampai dengan September. Peralihan musim yang biasa disebut
musim pancaroba terjadi pada bulan Oktober-November dan
bulan April-Mei.Jumlah hari hujan mengiku pola jumlah curah hujan dengan
kisaran antara 1-25 hari hujan. Suhu udara maksimum berkisar
31,6-35,40C dan suhu udara minimum berkisar pada 21,0-23,50C,
dengan kisaran suhu rata-rata antara 22,4-33,90C. Kelembaban
udara antara 93-112%. (BPS Kab. Wakatobi, 2013). Pola curah
hujan berguna dalam perencanaan pola tanaman lahan kering
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi
45/213
Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi30
terutama untuk tanaman pangan dan horkultura yang biasa
dilaksanakan pada bulan November dan Maret.
Angin kencang berup pada bulan Juli sampai September,
kemudian bulan November, Januari dan Februari. Tiupan angin
yang kencang dapat menimbulkan gelombang yang berpengaruh
pada frekuensi melaut para nelayan dan selanjutnya terhadap
jumlah ikan hasil tangkapan. Terkait hal ini, program pengadaan
kapal ikan dengan ukuran yang memadai akan sangat membantu
para nelayan.
Fungsi Lahan dan Potensi Wilayah
Penggunaan lahan di Kabupaten Wakatobi yaitu untuk
kawasan perumahan dan infrastruktur pemerintah sesuai Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Perda terkait. Oleh karena itu,
dalam pengembangan potensi wilayah, khususnya wilayah darat,
wilayah Kabupaten Wakatobi sesuai RTRW Kabupaten Wakatobidibagi ke dalam 2 (dua) fungsi kawasan yaitu kawasan budidaya
dan kawasan lindung, yang diuraikan sebagai berikut.
1. Potensi Kawasan Budidaya
Kawasan budidaya adalah kawasan yang dimanfaatkan
untuk kepenngan produksi dalam rangka memenuhi kebutuhan
manusia. Luas kawasan budidaya mencapai 66.647 ha atau81 persen dari luas keseluruhan wilayah daratan Kabupaten
Wakatobi. Potensi kawasan budidaya melipu pertanian lahan
kering, perkebunan, hutan produksi, hutan adat/rakyat, hutan
lindung, pemukiman, dan lain-lain.
Potensi kawasan pertanian lahan kering dikberatkan un-
tuk lahan tanaman pangan (ubi kayu, jagung, ubi jalar, dan kacang
tanah) dan horkultura (bawang merah, sawi, kacang merah, kacang
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi
46/213
Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi 31
panjang, cabe, tomat, terung, kemun, dan kangkung). Produksi
tanaman pangan dan horkultura dak mencukupi kebutuhan
masyarakat Kabupaten Wakatobi, sehingga didatangkan dari
Kabupaten Buton dan Kendari, misalnya kebutuhan beras dimana
seluruhnya berasal dari luar daerah Kabupaten Wakatobi. Di sisi
lain, luas lahan tanaman semakin berkurang akibat konversi dan
budaya konsumsi pangan lokal lambat-laun makin terkikis. Kondisi
ini jika dak diansipasi maka dalam jangka panjang akan berisiko
kerawanan pangan. Selain itu, potensi lahan kering dapat juga
dimanfaatkan untuk pengembangan peternakan dengan sistem
pertanian terpadu (integrated farming system).
Potensi pengembangan tanaman perkebunan paling banyak
dikembangkan oleh masyarakat di Kabupaten Wakatobi ialah kopra,
jambu mete, kakao, kopi, pala. Sedangkan untuk tanaman buah-
buahan yaitu pisang, diiku oleh jeruk, sirsak, nangka, nenas, dan
mangga. Pengembangan tanaman kelapa memungkinkan di semua
kecamatan Kabupaten Wakatobi dengan sentra pengembangan di
Kecamatan Kaledupa dan Kaledupa Selatan, demikian pula dengan
jambu mete. Khusus tanaman pala, saat ini hanya terdapat di
Kecamatan Wangi-Wangi dan Tomia.
Potensi peternakan di Kabupaten Wakatobi adalah ayam
buras, sapi, dan kambing. Rencana wilayah pengembangan
sektor peternakan adalah di Pulau Kaledupa dan Tomia. Selainintensikasi, pengembangan peternakan juga diarahkan pada
sistem pertanian terpadu berbasis ekologi (integrated ecofarming
system), yaitu mengintegrasikan peternakan ke dalam pertanian
tanaman pangan, perkebunan, dan kehutanan (agro-forestry
pasteur).
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi
47/213
Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi32
Kawasan hutan produksi dan hutan adat/rakyat cenderung
menurun akibat pembangunan infrastruktur dan pertambahan
penduduk, ditambah penebangan kayu berlebihan yang besumber
dari hutan produksi dan hutan adat/rakyat. Oleh karena itu,
pengelolaan kedua kawasan tersebut diarahkan pada pembinaan
masyarakat untuk melakukan tebang pilih dan rehabilitasi se-
hingga fungsi kemanfaatan sebagai sumber tambahan pendapatan
masyarakat dan fungsi ekologi bisa berjalan harmonis dan ber-
kelanjutan. Kawasan ini juga akan diintegrasikan dengan pe-
ngembangan peternakan.
2. Potensi Kawasan Lindung
Keputusan Presiden nomor 32 tahun 1990 tentang penge-
lolaan kawasan lindung, melipu kawasan hutan lindung, kawasan
lahan basah, dan kawasan konservasi dan resapan air. Kawasan
hutan lindung terdiri dari kawasan hutan lindung daratan dan
lautan. Laut terdiri dari kawasan-kawasan terumbu karang dan
pulau-pulau tak berpenghuni.
Kawasan lindung lain yaitu kawasan perlindungan setempat
yang melipu sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar
danau/waduk, dan kawasan sekitar mata air. Kawasan sempadan
pantai sekurang-kurangnya minimal 100 m dari k pasang
ternggi ke arah darat. Sempadan sungai sekurang-kurangnya
antara 50-100 m di kiri dan kanan sungai bila di luar permukiman,
sedangkan di daerah permukiman diperkirakan seluas 10- 5 m
sebagai daerah bebas dari kegiatan manusia atau permukiman
penduduk.
Kabupaten Wakatobi juga mempunyai kawasan suaka alam
dan cagar budaya, terdiri atas: kawasan suaka alam, kawasan
suaka alam laut dan perairan lain, kawasan pantai berhutan bakau,
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi
48/213
Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi 33
taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam, dan
kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.
Kawasan suaka alam (cagar alam) ditujukan untuk me-
lindungi satwa tertentu (penyu dan satwa burung laut) di sekitar
Pulau Moromaho Kecamatan Togo Binongko. Kawasan pantai
berhutan bakau berfungsi perlindungan dan konservasi tersebar
di Pulau Kapota dan Desa Melai One (Kecamatan Wangi-Wangi),
Desa Waha (Kecamatan Wangi-Wangi Selatan), sebagian besar
Pulau Kaledupa, dan sebagian kecil Pulau Tomia dan Binongko.
Kawasan taman wisata alam laut terdapat hampir di seluruh
wilayah kecamatan di Kabupaten Wakatobi.
Taman Nasional Laut Wakatobi adalah kawasan Kepulauan
Wakatobi dan perairan di sekitarnya seluas 1.390.000 Ha
ditunjuk sebagai Taman Nasional berdasarkan SK Menhut No.
393/Kpts-VI/1996, tanggal 30 Juli 1996 dan telah ditetapkan
berdasarkan SK Menhut No. 7651/Kpts-II/2002, tanggal 19
Agustus 2002, terdiri dari 4 (empat) pulau besar (Pulau Wangi-
Wangi, Pulau Kaledupa, Pulau Tomia, dan Pulau Binongko) yang
terbagi menjadi 5 (lima) kecamatan dalam wilayah administraf
Kabupaten Wakatobi Provinsi Sulawesi Tenggara. Taman Nasional
Wakatobi (TNW) dikelola dengan sistem zonasi, yang ditetapkan
berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan
Pelestarian Alam No. 198/Kpts/DJVI/1997 tanggal 31 Desember1997, terdiri atas: zona in (Core Zone), zona pelindung (No Take
Zone), zona pariwisata (Tourism Zone), zona pemanfaatan lokal,
zona pemanfaatan umum, zona daratan.
Kawasan Cagar Budaya di antaranya peninggalan sejarah
berupa kompleks bangunan peninggalan kerajaan yang mem-
punyai nilai historis yang cukup nggi dan perlu dipertahan kan
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi
49/213
Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi34
keberadaannya. Lokasi kawasan ini terdapat di seluruh wilayah
kecamatan di Kabupaten Wakatobi.
Gambar 3.1 Cagar Budaya Benteng Keraton LiyaSumber: Dokumentasi Peneli
Kawasan Perikanan dan Kelautan
Perikanan dan kelautan merupakan sektor unggulan daerah
Kabupaten Wakatobi, selain pariwisata. Pengembangan kegiatan
perikanan dan kelautan merupakan bagian dari visi pemerintah
Kabupaten Wakatobi yang berbasis pada potensi sumberdayawilayah kepulauan dan karakterisk wilayah serta tetap mengacu
pada penetapan wilayah Kabupaten Wakatobi sebagai Taman
Nasional Laut Kepulauan Wakatobi dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 26 tahun 2008 tentang RTRW Nasional. Jenis/speciesikan
yang terdapat di perairan laut dak kurang dari 942 jenis ikan.
Dalam menunjang pemanfaatan dan pengendalian ke giat-
an sektor perikanan kelautan berdasarkan arahan pengelolaan
wilayah dalam Zonasi Taman Nasional Wakatobi (Surat Keputusan
Dirjen Hutan dan Konservasi Alam Nomor 149/IV-KK/2007),
terdapat berbagai arahan kegiatan pengembangan budidaya
perikanan dan kelautan sebagai 1) kawasan perikanan tangkap
sejauh 4 (empat) mil dari pantai; 2) kawasan budidaya perikanan
berupa keramba dan tambak. Budidaya perikanan yang sudah
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi
50/213
Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi 35
berkembang diusahakan oleh masyarakat adalah jenis rumput
laut; 3) hasil perikanan dan infrastruktur; 4) terumbu karang,
Kabupaten Wakatobi yang terletak di pusat segiga karang dunia
(World Coral Triangle Center) memiliki jenis/species terumbu
karang terbanyak di dunia yaitu mencapai 750 speciesdari total
850 speciesyang ada di dunia atau mencapai 88 persen, sebagai
bahan perbandingan adalah jumlah jenis speciesterumbu karang
di Selat Karibia yang hanya mencapai 50 speciesdan Laut Merah
mencapai 300 species. Data tersebut mengindikasikan bahwa
Kepulauan/Kabupaten Wakatobi ialah tempat terbaik dunia untuk
tujuan menyelam (diving).
Namun, potensi perikanan laut tersebut belum dapat
dimanfaatkan secara maksimal karena keterbatasan teknologi alat
tangkap maupun perahu yang digunakan oleh para nelayan lokal
Kabupaten Wakatobi. Selain itu, produksi ikan juga dipengaruhi
musim angin kencang dan gelombang besar di laut yang biasa
terjadi pada bulan Juli-Agustus karena kurangnya intensitas
nelayan ke laut.
Pengembangan perikanan ke depan diarahkan pada dukung-
an kelengkapan sarana dan prasarana pendukung perikanan
seper dermaga, pabrik es, tempat pelelangan ikan, balai benih,
pusat Bahan Bakar Minyak (BBM), bank/koperasi perikanan dan
ketersediaan sarana dan prasarana perikanan lain. Pembangunanindustri pengolahan hasil perikanan seper Industri Pengolahan
Rumput Laut di Kaledupa Selatan dan industri tepung ikan atau
pengalengan merupakan bagian dari perencanaan pengembangan
perikanan.
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi
51/213
Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi36
Kawasan Peruntukan Pariwisata
Sektor unggulan wilayah Kabupaten Wakatobi selain per-
ikanan dan kelautan ialah sektor pariwisata berbasis wisata alam(bahari). Pengembangan kegiatan pariwisata merupakan bagian
visi Kabupaten Wakatobi yang berbasis potensi sumberdaya
wilayah kepulauan dan karakterisk wilayah.
Jenis kegiatan pariwisata yang dapat dikembangkan di
Kabupaten Wakatobi adalah pariwisata laut/bahari berupa pano-
rama pantai dan laut, potensi terumbu karang, ombak untuk olah
raga air serta dinamika kehidupan nelayan, wisata alam (panorama
pegunungan, goa-goa bawah tanah), wisata seni dan budaya serta
wisata buatan lainnya.
Rencana pengembangan kegiatan pariwisata untuk Wilayah
Kabupaten Wakatobi dak terlepas dari rencana yang saat ini
telah disusun dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata
Daerah (RIPPDA) Kabupaten Wakatobi dan rencana Zonasi LautKabupaten Wakatobi. Konsep wisata yang dikembangkan adalah
wisata bahari dan wisata alam dengan semangat back to nature
dengan memperkuat visi Kabupaten Wakatobi Wakatobi Sebagai
Pusat Biodiversitas Bumi. Dengan demikian, pengelolaan kawa-
san wisata turut menjaga keseimbangan ekosistem darat dan laut
Wakatobi.
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi
52/213
37
Bab4
LONJAKAN IPKM WAKATOBI
Pada IPKM 2013, 30 indikator yang dikembangkan dikelom-
pokkan menjadi 7 (tujuh) kelompok sub-indeks yaitu 1) kesehatan
balita (balita gizi buruk dan kurang, balita sangat pendek dan
pendek, balita gemuk, penimbangan balita, kunjungan neonatal,
imunisasi lengkap), 2) kesehatan reproduksi (penggunaan alat
kontrasepsi MKJP, pemeriksaan kehamilan K4:1-1-2, KEK pada
WUS), 3) pelayanan kesehatan (persalinan oleh nakes di faskes,
proporsi kecamatan dengan kecukupan jumlah dokter per
penduduk, proporsi desa dengan kecukupan jumlah Posyandu
per desa, proporsi desa dengan kecukupan jumlah bidan perpenduduk, dan kepemilikan jaminan pelayanan kesehatan), 4)
perilaku kesehatan (merokok, cuci tangan dengan benar, buang
air besar di jamban, akvitas sik cukup, menggosok gigi dengan
benar), 5) penyakit dak menular (hipertensi, DM, gangguan
mental, obesitas sentral, sakit gigi dan mulut), 6) penyakit menular
(pneumonia, diare balita, ISPA balita), dan 7) kesehatan lingkungan
(akses sanitasi, akses air bersih).
Tabel 4.1 menunjukkan skor IPKM menurut tujuh kelompok
sub-indeks, skor seluruh kelompok sub-indeks berada diatas indi-
kator IPKM baik provinsi maupun nasional, Kelompok indikator
dengan urutan IPKM paling nggi secara berurutan adalah penyakit
menular, kesehatan balita, penyakit dak menular, dan kesehatan
lingkungan.
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi
53/213
Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi38
Tabel 4.1 Skor IPKM menurut kelompok indikator, Kabupaten
Wakatobi 2013
No
Kelompok
pengembangan IPKM
2013
KabupatenWakatobi
SulawesiTenggara
Indonesia
1 Kesehatan balita 0,7752 0,5979 0,6405
2 Kesehatan reproduksi 0,4783 0,2142 0,4756
3 Pelayanan kesehatan 0,3874 0,1691 0,3808
4 Perilaku 0,4384 0,2463 0,3652
5 Penyakit dak
menular
0,6902 0,3847 0,6260
6 Penyakit menular 0,9117 0,4751 0,7507
7 Kesehatan lingkungan 0,6039 0,4255 0,5430
Sumber: Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat, 2014
Tabel 4.2 dan 4.3 menunjukkan IPKM 2007 dan pengem-
bangan IPKM 2013. IPKM 2007 dan 2013 mengalami penyem-
purnaan yaitu 1) tujuh indikator IPKM 2007 yang mengalami
perubahan denisi yang disempurnakan di IPKM 2013 (akses air
bersih, kunjungan neonatal, proporsi kecamatan dengan kecukupan
jumlah dokter, proporsi desa dengan kecukupan jumlah bidan,
persalinan tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan, diare balita,
dan merokok); 2) empat indikator IPKM 2007 yang dak dilibatkan
di IPKM 2013 (balita sangat kurus dan kurus, asma, disabilitas, sakit
sendi, dan 9 indikator baru); 3) 10 indikator baru yang ditambahkan
pada IPKM 2013 (penggunaan alat kontrasepsi MKJP, pemeriksaan
kehamilan (K4 1-1-2), kurang energi kronis (KEK) pada WUS,
proporsi desa dengan kecukupan jumlah posyandu, kepemilikan
jaminan pelayanan kesehatan, buang air besar di jamban, akvitas
sik cukup, menggosok gigi dengan benar, diabetes mellitus, dan
obesitas sentral).
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi
54/213
Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi 39
Tabel 4.2 Perbandingan Indikator IPKM 2007 dan IPKM 2013
Kabupaten Wakatobi (Rumus 2007)
No Indikator IPKM 2007 Indikator Pengembangan IPKM 2013
IndikatorRumus
2007Indikator
Rumus
2007
1 Balita gizi buruk dan kurang 30,21 Balita gizi buruk dan kurang
2Balita sangat pendek dan
pendek52,67
Balita sangat pendek dan
pendek
3 Balita sangat kurus dan kurus 7,55 3,28
4 Akses air bersih 59,97 Akses air bersih 99,19
5 Aksessanitasi 43,46 Akses sanitasi
6 Penimbangan balita 17,73 Penimbangan balita
7 Kunjungan neonatal 42,86 Kunjungan neonatal (KN1) 99,12
8 Imunisasi lengkap 26,99 Imunisasi lengkap
9Rasio jumlah dokter dengan
jumlah puskesmas0,40
Proporsi kecamatan dengan
kecukupan jumlah dokter1,353
10Rasio jumlah bidan dengan
jumlah desa0,54
Proporsi desa dengan
kecukupan jumlah bidan1,06
11Persalinan oleh tenaga
kesehatan41,06
Persalinan oleh tenaga
kesehatan di fasilitas
kesehatan
90,93
12 Balita gemuk 8,02 Balita gemuk
13 Diare 9,77 Diare balita 1,87
14 Hipertensi 36,62 Hipertensi
15 Pneumonia 5,09 Pneumonia
16 Perilaku cuci tangan 11,78 Cuci tangan dengan benar
17 Ganguan mental 11,83 Gangguan mental
18 Konsumsi tembakau 19,82 Merokok 25,29
19 Sakit gigi dan mulut 24,57 Sakit gigi dan mulut
20 Asma 5,44 4,8721 Disabilitas 20,70 0,27
22 Cedera 5,02 Cedera
23 Sakit sendi 17,97 6,47
24 ISPA 20,82 ISPA Balita
25Penggunaan alat kontrasepsi
(MKJP)
26Pemeriksaan kehamilan
(K4:1-1-2)
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi
55/213
Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi40
27Kurang energi kronik (KEK)
pada WUS
28Proporsi desa dengan
kecukupan jumlah posyandu
29Kepemilikan Jaminan
Pelayanan Kesehatan
30 Buang air besar di jamban
31 Akvitas sik cukup
32Menggosok gigi dengan
benar
33 Diabetes Mellitus
34 Obesitas sentral
Nilai IPKM 0,4397 0,7768Ranking nasional 340 18
Ranking di provinsi 7 1
Perubahan skor Naik
Perubahan peringkat Naik
Sumber : Buku IPKM 2007 dan 2013
Tabel 4.2 dan 4.3 menunjukkan bahwa secara total, pada
IPKM 2007 terdapat 24 indikator, sedangkan pada model pengem-
bangan IPKM 2013 terdapat 30 indikator. Namun, dalam tabel
di atas tetap disajikan 24 indikator yang sama baik pada tahun
2007 dan 2013. Pada tahun 2007, IPKM Kabupaten Wakatobi
berada pada peringkat 340 dengan skor 0,4397 sedangkan pada
tahun 2013 mengalami kenaikan peringkat dan skor yang sangat
tajam menjadi ranking 18 dan skor IPKM 0,7768. Hampir semuaindikator yang dilibatkan dalam IPKM mengalami perubahan
posif yang cukup berar. Hanya ada beberapa indikator yang
mengalami perubahan negaf, salah satunya yaitu cakupan
imunisasi lengkap.
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi
56/213
Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi 41
Tabel 4.3 Perbandingan Indikator IPKM 2007 dan IPKM 2013
Kabupaten Wakatobi (Rumus 2013)
No Indikator IPKM 2007 Indikator Pengembangan IPKM 2013
IndikatorRumus
2007Indikator
Rumus
2013
1 Balita gizi buruk dan kurang 30,21 Balita gizi buruk dan kurang 4,09
2Balita sangat pendek dan
pendek52,67
Balita sangat pendek dan
pendek11,06
3Balita sangat kurus dan
kurus7,55
4 Akses air bersih 59,97 Akses air bersih 53,94
5 Akses sanitasi 43,46 Akses sanitasi 66,856 Penimbangan balita 17,73 Penimbangan balita 93,92
7 Kunjungan neonatal 42,86 Kunjungan neonatal (KN1) 97,69
8 Imunisasi lengkap 26,99 Imunisasi lengkap 7,45
9Rasio jumlah dokter dengan
jumlah puskesmas0,40
Proporsi kecamatan dengan
kecukupan jumlah dokter12,5
10Rasio jumlah bidan denga
njumlah desa0,54
Proporsi desa dengan
kecukupan jumlah bidan41,00
11Persalinan oleh tenaga
kesehatan 41,06
Persalinan oleh tenaga
kesehatan di fasilitaskesehatan
43,92
12 Balita gemuk 8,02 Balita gemuk 3,85
13 Diare 9,77 Diare balita 4,83
14 Hipertensi 36,62 Hipertensi 18,39
15 Pneumonia 5,09 Pneumonia 0,22
16 Perilaku cuci tangan 11,78 Cuci tangan dengan benar 59,06
17 Ganguan mental 11,83 Gangguan mental 0,94
18 Konsumsi tembakau 19,82 Merokok 21,42
19 Sakit gigi dan mulut 24,57 Sakit gigi dan mulut 20,80
20 Asma 5,44
21 Disabilitas 20,70
22 Cedera 5,02 Cedera 4,87
23 Sakit sendi 17,97
24 ISPA 20,82 ISPA Balita 16,42
25Penggunaan alat kontrasepsi
(MKJP)2,86
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi
57/213
Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi42
26Pemeriksaan kehamilan
(K4:1-1-2)66,37
27Kurang energi kronik (KEK)
pada WUS18,14
28Proporsi desa dengan
kecukupan jumlah posyandu4,00
29Kepemilikan Jaminan
Pelayanan Kesehatan99,40
30 Buang air besar di jamban 90,28
31 Akvitas sik cukup 12,85
32Menggosok gigi dengan
benar7,24
33 Diabetes Mellitus 1,85
34 Obesitas sentral 29,51
Nilai IPKM 0,4397 Nilai IPKM 0,6122
Ranking nasional 340 Ranking nasional 52
Ranking di provinsi 7 Ranking di provinsi 1
Sumber : Buku IPKM 2007 dan 2013
Nilai IPKM untuk indikator imunisasi lengkap tahun 2013
sebesar 7,45 persen. Nilai ini berbeda jauh dengan hasil Riskesdas
2013 yang menunjukkan prevalensi cakupan imunisasi lengkap di
Kabupaten Wakatobi sebesar lebih dari 84 persen. Dalam Riskesdas
data imunisasi didapatkan dari hasil pencatatan buku KIA atau
jika ibu dak memiliki buku KIA maka mengandalkan ingatan ibu.
Hasil Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa sebesar hampir 77
persen ibu memiliki dan dapat menunjukkan buku KIA, arnya 7persen lainnya berdasarkan ingatan ibu. Sedangkan berdasarkan
hasil temuan di lapangan menunjukkan bahwa program imunisasi
cukup berhasil di Kabupaten Wakatobi. Hal ini didukung oleh
data dari prol kesehatan Kabupaten Wakatobi tahun 2013
yang menunjukkan cakupan imunisasi DPT1 + HB1, DPT3 + HB3,
Campak, BCG, dan Polio masing-masing sebesar76,2 persen, 64,0
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi
58/213
Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi 43
persen, 61,0 persen, 77,0 persen dan 62,2 persen. Selain itu hasil
kualitaf menunjukkan beberapa temuan kegiatan yang dapat
meningkatkan cakupan imunisasi di Wakatobi sepanjang tahun
2013 seper ketersediaan vaksin untuk imunisasi, sweeping
imunisasi kepada balita yang dak datang imunisasi ke posyandu
atau tempat pelayanan kesehatan lainnya dan wisuda imunisasi
bagi balita yang telah menyelesaikan imunisasi lengkap.
Juskasi Pemilihan Kasus
IPKM merupakan indeks komposit yang dirumuskan dari
beberapa indikator kesehatan, untuk Riskesdas 2007 meng-
gunakan 24 indikator, sedangkan 2013 telah dilakukan perbaikan
dengan 30 indikator. Tiga puluh indikator tersebut dikelompokkan
menjadi 7 sub-indeks yaitu: Kesehatan Balita, Kesehatan Repro-
duksi, Pelayanan Kesehatan, Perilaku Kesehatan, Penyakit Tidak
Menular, Penyakit Menular, dan Kesling.
Dari 7 kelompok indikator tersebut, di Kabupaten Wakatobi
ada 2 (dua) kelompok sub-indeks yang apabila dilihat dari nilainya,
diasumsikan telah mendongkrak kenaikan ranking, yaitu sub-
indeks Kesehatan Balita dan Penyakit Menular. Namun, ada satu
sub-indeks lagi yang menjadi faktor pemicu di dalam mendukung
(konstrukf) pembangunan kesehatan di Kabupaten Wakatobi
yaitu Kesehatan Lingkungan. Tabel berikut menggambarkan
Indeks kelompok indikator pendongkrak IPKM 2013 di Kabupaten
Wakatobi.
Deskripsi penulisan narasi tersebut akan dilihat dari segi
geogras kepulauan yang terdiri atas 4 (empat) pulau besar,
yakni Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko (WAKATOBI).
Empat pulau besar tersebut mempunyai kearifan lokal masing-
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi
59/213
Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi44
masing yang perlu diangkat karena secara dak disadari kreavitas
dari masing-masing pimpinan wilayah kecamatan dan kepala
puskesmas telah membantu meningkatkan IPKM di Kabupaten
Wakatobi.
7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi
60/213
45
Bab 5
Terobosan dalam peningkatanstatus kesehatan balita
Ada Apa dengan Kesehatan Balita?
Sumber daya manusia adalah investasi berharga dalam
pembangunan, maka harus dipersiapkan kualitasnya dari sejak
dalam kandungan hingga dilahirkan dan terus dijaga dalam seap
siklus kehidupannya. Masa balita merupakan salah satu periode
kehidupan manusia yang penng diperhakan sebagai pijakan
untuk keberlangsungan hidup yang berkualitas di masa depan.SDM yang berkualitas dapat ditentukan dari status
Top Related