BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahan Pangan adalah suatu bahan makanan dalam keadaan mentah. Bahan pangan
yang akan diolah perlu diperhatikan teutama pembersihan dari kontaminasi selama budidaya
dan penanganan pasca panen.
Cleaning adalah proses memisahkan kontaminan dari bahan. Pengaruhnya yaitu
apabila kontaminan seperti misalnya daun,batu/kerikil tidak dipisahkan akan menghambat
atau bahkan menghalangi proses pengeringan bahan dan proses pengolahan bahan pangan.
Proses cleaning ini dengan cara pengambilan kontaminan salah satunya adalah mineral,
bagian tanaman yang tidak dibutuhakan, bagian hewan yang tidk di olah, bahan kimia yang
berbahaya, serta mikroba yang tumbuh, cleaning juga merupakan tahap yang dapat
mengontrol kandungan mikroba yang terdapat dalam bahan pangan serta bertujuan untuk
menghindari kerusahan alat.
Cleaning bertujuan untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang menempel pada
bahan. Kotoran yang menempel pada bahan akan menjadi sumber kontaminasi. Kontaminasi
biasanya terjadi saat pemanenan, penyimpanan sebelum proses, penundaan panen dan
pengolahan, serta selama transportasi dan transit. Jenis kontaminan berdasarkan wujudnya
dapat dapat dikelompokkan menjadi : kotoran berupa tanah, kotoran berupa sisa pemungutan
hasil, kotoran berupa benda-benda asing, kotoran berupa serangga atau kotoran biologis lain,
dan kotoran berupa sisa bahan kimia.
Kebersihan sangat mempengaruhi penampakan dari bahan dan hasil dari proses
pengolahan tersebut. Oleh karena itu sebelum proses, suatu bahan pangan harus dibersihkan
dari kotoran-kotoran dan bagian-bagian yang tidak diperlukan. Air yang diperlukan untuk
kegiatan pencucian suatu hendaknya diperhatikan dan harus memiliki persyaratan tertentu.
Secara fisik, air harus jernih, tidak berwarna, dan tidak berbau. Secara kimiawi, air yang
digunakan hendaknya tidak mengandung senyawa-senyawa kimiawi yang berbahaya.
Dilihat dari segi mikrobiologis, air yang digunakan untuk mencuci harus bebas dari
mikroorganisme yang menjadi wabah penyakit. Ada dua metode pembersihan pada bahan
pangan yaitu Pembersihan Cara basah (Wet Cleaning Method) dan Pembersihan cara kering
(Dry Cleaning)Pembersihan bahan dengan Cara basah (Wet Cleaning Method) biasanya
direndam ke dalam air dengan waktu tertentu untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang
menempel pada bahan. Perlakuan ini biasanya dibantu dengan penggosokan secara hati-hati
agar bahan tidak tergores.
Metode pembersihan cara basah meliputi menggetarkan atau mengocok (soaking),
menyemprot (spraying), mengapungkan kontaminan (floating), pembersihan ultrasonik,
menyaring (filtration), mengendapkan (settling). Sedangkan, Metode pembersihan cara
kering (Dry Cleaning) merupakan metode yang pembersihannya tanpa menggunakan air.
Pembersihan cara kering ini meliputi penyaringan (screening), penyikatan, hembusan udara,
menggosok, pemisahan secara magnetic, pengayakan, abrasi, elektrostatik, radio isotop dan
sinar x.
Selama proses cleaning berlangsung hendaknya tahapan memiliki efisiensi tinggi
baik waktu maupun tenaga, pengambilan kontaminan sempurna seperti yang di inginkan, cara
dan peralatan sesuai dan memadai, aseptabilitas bahan tinggi sehingga terbebas dari
kontaminasi,dan kerusakan bahan kecil.
Dalam kenyataannya spesifikasi bahan baku masih belum sesuai untuk kebutuhan
pengolahan. Spesifikasi ini dapat dilihat dari segi bentuk, ukuran, warna, maupun parameter
lainnya. Maka dari itu sangat perlu melewati proses pemilahan bahan baku yang layak dan
tidak untuk diolah. Berupa pembersihan untuk menghilangkan kontaminasi dan dari bagian
pangan yang tidak layak dikonsumsi dan juga dengan melewati proses sortasi dan grading.
Sortasi merupakan proses pengklasifikasian bahan berdasatkan sifat fisiknya.
Pengaruhnya, apabila tidak dilakukan sortasi maka proses pengeringan dna pengolahan tidak
merata. Misalnya bahan dengan ukuran besar bercampur dengan bahan berukuran kecil
sehingga proses pengeringan dan pengolahannya akan lebih cepat bahan berukuran kecil.
Sortasi juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang memisahkan produk
berdasarkan tingkat keutuhan atau kerusakan produk, baik karena cacat karena mekanis
ataupun cacat karena bekas serangan hama atau penyakit. Pada kegiatan sortasi, penentuan
mutu hasil panen biasanya didasarkan pada kebersihan produk, ukuran, bobot, warna, bentuk,
kematangan, kesegaran, ada atau tidak adanya serangan atau kerusakan oleh penyakit, adanya
kerusakan oleh serangga, dan luka oleh faktor mekanis.
Prinsip sortasi menggunakan mesin biasannya mengacu pada sifat-sifat buah yang
dapat digunakan sebagai dasar sortasi secara mekanis. Sifat-sifat buah itu meliputi berat,
ukuran, Bentuk, Karakteristik potometrik (berdasarkan warna dan perubahan transmisi sorter)
Aerodinamik dan hidrodinamik yang merupakan pemisahan berdasarkan densitas atau daya
apung, dan permukaan alami digunakan pada alat sortasi dengan cara menggetarkan dan
mendorong.
Grading merupakan proses pengklasifikasian bahan berdasarkan kualitasnya.
Pengaruhnya yaitu misalnya pada bahan yang tua dan muda,jika dilakukan pengeringan maka
yang akan lebih cepat kering adalah bahan yang tua karena berhubungan dengan sifat
fisiologis dan morfologis bahan yaitu pori –pori bahan yang lebih besar dan sifat jaringan
bahan yang tua lebih renggang sehingga mempermudah kehilangan air dari jaringan. Grading
merupakan Pemisahan bahan pangan kedalam beberapa katagori berdasarkan mutunya.
Standar grade bahan meliputi tiga hal atau parameter yang meliputi nama komoditas, kelas
grade kualitasnya dan atribut yang digunakan dalam penetapan standar grade tersebut seperti:
warna, ukuran, kemasakan, tekstur dan bebas tidaknya dari kerusakan seperti kebusukan,
penyakit dan kerusakan akibat benturan fisik, aroma dan cita rasa, fungsi,bebas dari
kontaminan, bebas dari bagian yang tidak perlu sesuai standar/kode. Alat bantu proses
grading ini agar dalam memberikan hasil yang akurat seperti alat pengukur warna atau
ukuran buah apel.
Atribut parameter kualitas buah seperti warna dan ukuran buah sering menggunakan
alat sebagai pembanding atau alat koreksi kebenaran dari inspector dalam melakukan
tugasnya. Kemampuan inspektor melakukan tugasnya dengan baik dan benar dalam
menentukan grade suatu produk atau sistem grading secara umum dengan bantuan alat yang
minimal sangat penting karena akan menentukan kecepatan dalam melaksanakan tugas.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Mesin Pemisah Tipe Magnetik ( Magnetic Sparator )
Mesin pembersih dan sortasi ini bekerja berdasarkan textur permukaan dan sifat
kelengketan bahan. Campuran bahan yang dimasukan kedalam mesin dimasukan ke dalam
mesin akan menerima semprotan air sehingga keadaannya menjadi lembab. Setelah itu, bahan
dicampur dengan serbuk besi. Dalam keadaan lembab serbuk besi akan menempel dengan
kuat pada bahan yang rusak, pecah dan kulitnya lengket. Sedangkan pada bahan yang licin
atau tidak rusak sserbuk besi tidak akan menempel dengan kuat karena air yang disemprotkan
pada bahan tidak akan menyebabkannya menjadi lembab (tidak meresap ke dalam bahan).
Kemudian campuran bahan dan serbuk besi tersebut akan dipisahkan oleh drum magnetik
yang berputar, dimana bahan yang baik (relatif mengandung sedikit serbuk besi) tidak akan
menempel pada drum magnetik dan akan jatuh ke saluran pengeluaran yang baik dan bersih.
Sedangkan bahan yang rusak (yang relatif mengandung banyak serbuk besi) dan benda benda
asing yang merupakan logam (seperti paku, kawat, dan sebagainya) akan menempel pada
drum magnetik dan akan dijatuhkan ke pengeluaran bahan yang rusak, oleh sikat yang
berputar.
B. Gambar dan Sketsa Alat
Berikut merupakan gambar mesin pemisah tipe magnetik (MAGNETIC
SEPARATOR) :
Keterangan :
1. Pengumpanan (penampungan bahan)
2. Penyemprotan air
3. Percampuran serbuk besi
4. Drum Magnetic ( Sahay dan Singh, 1994)
Gambar berikut merupakan gambar didalam drum magnetik dimana bahan magnetik dan non
magnetik dipisahkan.
Top Related