Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga resume ini
dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa penulis juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.
Dan harapan penulis semoga resume ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi resume
agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis, penulis yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Surabaya, 12 November 2015
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ……………………………………………………………………….. 1
Daftar Isi ……………………………………………………………………………… 2
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………… 3
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………….. 3
1.3 Tujuan ………………………………………………………………………… 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Resume …..………………………………………………………....……….. 5
2.2 Penambahan ………………………………………………………...……….. 7
BAB III PENUTUP
3.1 kesimpulan ………………………………………………………………….… 14
3.2 saran ……..………………………………………………………………….… 14
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB 1
Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Makhluk hidup secara alami memiliki system pertahanan tubuh yang berkaitan dengan
pemeliharan kelangsungan hidupnya. Makhluk hidup akan berusaha mempertahankan
dirinya dari penyerangan yang tidak dikehendaki seperti virus, bakteri, jamur. dan
organisme lain yang dapat masuk ke dalam tubuh kita dan menyebabkan penyakit . Pada
saat terkena penyakit, tubuh kita merasa tidak nyaman atau merasakan sakit. Hal ini
berarti tubuh kita kemasukan virus atau organisme penyebab penyakit. Namun, meskipun
di sekitar kita selalu terdapat virus atau organisme penyebab penyakit tersebut. tubuh kita
tidak selalu terkena suatu penyakit. Tubuh kita dapat mencegah atau menolak suatu
penyakit masuk ke dalam tubuh. Tubuh kita memiliki sistem imun. Sistem imun tersusun
dari sel-sel dan jaringan yang membentuk imunitas, yaitu kekebalan tubuh terhadap
infeksi atau penyakit.
Organisme penyebab penyakit (patogen) dapat masuk ke dalam tubuh dan memasuki
jaringan atau sel-sel dalam tubuh. Patogen juga dapat menghancurkan sistem irnun dalam
tubuh kita dan menggandakan diri di dalam tubuh. Patogen juga dapat menghancurkan
jaringan - jaringan dalam tubuh kita dengan melepaskan racun. Jika kekebalan tubuh kita
dapat dikalahkan oleh patogen, berarti tubuh kita mengalami suatu penyakit.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa saja fungsi organ limfa?
2. Ada berapa macam system imun di dalam tubuh makhluk hidup?
3. Bagaimana mekanisme pathogen menyerang tubuh?
4. Ada berapa macam garis pertahanan terhadap adanya invasi?
5. Apa saja yang di hasilkan di sumsum tulang ?
6. Bagaimana batas nilai normal dari sel darah ?
7. Bagaimana langkah respon inflamasi ?
3
1.3 Tujuan
1. Menegetahui apa saja fungsi organ limfa.
2. Mengetahui macam - macam system imun di dalam tubuh makhluk hidup.
3. Mengetahui mekanisme pathogen menyerang tubuh.
4. Menegetahui macam - macam baris pertahanan terhadap adanya invasi.
5. Mengetahui apa saja yang di hasilkan di sumsum tulang.
6. Mengetahui batas nilai normal dari sel darah.
7. Mengetahui langkah respon inflamasi.
4
BAB 2
Pembahasan
2.1 Resume
Tubuh manusia adalah habitat yang ideal bagi pathogen untuk hidup karena mengandung
nutrien yang melimpah yang digunakan untuk pertumbuhan dan reproduksinya. Patogen
dapat berupa bakteri, jamur, protozoa, parasit, dan virus. Patogen tersebut dapat masuk ke
dalam tubuh melalui udara, makanan, air, dan luka. Sistem imun bersinergi dengan sistem
limfatik untuk melindungi tubuh dari infeksi pathogen. Pada sistem limfatik terdiri dari
pembuluh limfatik dan organ limfatik.
A. Organ limfa memiliki fungsi antara lain sebagai :
1. Menyerap kelebihan cairan dan mengembalikannya ke dalam darah.
2. Menyerap lemak dalam bentuk lipoprotein
3. Memproduksi, memeliharaan, dan mendistribusikan limfosit
4. Membantu pertahanan tubuh melawan pathogen
Kelenjar getah bening, limpa, kelenjar timus, dan sumsum tulang merah adalah organ
lympathic utama yang membantu kekebalan tubuh. Apabila pathogen telah masuk
kedalam tubuh maka akan terjadi pembesaran ½ hingga 2 inci ketika sebagai respon
terhadap pathogen yang telah masuk kedalam tubuh manusia.
Sel darah putih sangat sensitive dalam membedakan pathogen. Limfosit menggunakan
molekul permukaan untuk menentukan benda asing atau bukan yang masuk kedalam
tubuh. Apabila yang terdeteksi adalah pathogen limfosit akan segara menghilangkan
mikroba yang masuk ke dalam tubuh dengan cara di hancurkan.
B. Macam – macam system imun dibagi menjadi 2 :
1. system imun innate / bawaan dari lahir
Bagian luar tubuh yang terdiri dari kulit dan membrane mukosa , sedangkan untuk
bagian dalam tubuh terdiri dari fagosit , antimikroba protein , respon inflamasi.
2. system aquired
Yang terdiri dari tubuh manusia sendiri yang berupa antibody dan yang terdapat di
dalam sel seperti sitotoksik dan sel limfa.
5
Imunitas aktif / system innate diberikan oleh respon host terhadap antigen mikroba,
sedangkan imunitas pasif / system aquired diberikan melalui transfer angkat atau
antibodi atau limfosit T spesifik untuk mikroba. Kedua bentuk kekebalan memberikan
perlawanan terhadap infeksi dan spesifik untuk antigen mikroba, tetapi hanya respon
imun aktif yang menghasilkan memori imunologi. Sel transfer bisa dilakukan hanya
antara donor dan penerima genetik identik untuk menghindari penolakan dari sel-sel
yang ditransfer.
C. Mekanisme pathogen menyerang tubuh:
1. terjadi paparan pathogen melalui kulit atau mukosa
2. terjadi invasi melalui sel epitel, sehingga pathogen dapat masuk kedalam jaringan
tubuh
3. pathogen yang telah masuk berkoloni dan tumbuh serta memproduksi virulensi
berupa toxin
4. toxin yang dihasilkan menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan.
D. Baris pertahanan tubuh terhadap invasi:
1. Hambatan untuk masuk, yang terdiri dari kulit dan membrane mukosa yang
bertindak untuk mencegah patogen dari mendapatkan masuk ke dalam tubuh.
2. responden pertama, seperti sel-sel darah putih fagosit, respon peradangan, demam,
natural killer sel yang bertindak untuk mencegah infeksi setelah invasi terjadi
karena patogen mendapatkan Past harrier dan masuk dalam tubuh.
3. pertahanan Acquired mengatasi infeksi dengan membunuh agen penyebab penyakit
tertentu yang telah memasuki tubuh.
E. Berbagai jenis sel darah yang di hasilkan sumsum tulang , antara lain:
1. eritrosit yang terdiri dari eritrosit
2. trombosit yang terdiri dari plateles , basofil , neotrofil, eosinofil , dan monosit
3. leukosit terdiri dari limfosite
F. Batas nilai normal sel darah :
a. leukosit : 4500 – 11.000
6
b. neutrofil : 1800 – 7700
c. eosofil : 0 – 450
d. basofil : 0 – 200
e. limfosit : 1000 – 4800
f. monosit : 0 – 800
G. Langkah respon inflamasi :
1. Karena perubahan kapiler di daerah yang rusak dan pelepasan mediator kimia,
seperti histamin oleh sel mast daerah meradang menunjukkan kemerahan, panas,
bengkak, dan nyeri.
2. Makrofag melepaskan sitokin, yang merangsang kekebalan tubuh reponses
inflamasi dan lainnya
3. Monosit dan neutrofil masuk melalui dinding kapiler dari darah dan
olcphagocytize patogen
4. Bekuan darah dapat membentuk segel untuk mencegah terjadinya kehilangan
darah.
2.2 Pengembangan
A. Fungsi system imun
Sistem imun memiliki beberapa fungsi bagi tubuh, yaitu sebagai berikut :
1. penangkal “benda” asing yang masuk ke dalam tubuh
2. untuk keseimbangan fungsi tubuh terutama menjaga keseimbangan komponen
tubuh yang telah tua
3. sebagai pendeteksi adanya sel-sel abnormal, termutasi, atau ganas, serta
menghancurkannya.
Sistem imun melibatkan banyak sekali komponen untuk menjalankan fungsinya dan
tidak dapat bekerja sendiri - sendiri , melainkan harus terjalin dalam satu kesatuan
Pada Prinsipnya, jika sistem imun seeorang bekerja optimal, orang tersebut tidak
mudah terkena penyakit dan sistem keseimbangannya iuga normal. Namun, sistem
imun tidak dapat dibentuk dalam waktu singkat. Respon imun tubuh alamiah
terhadap serangan patogen baru akan muncul dalam waktu 24 Jam.
7
B. Macam – macam respon imun
a. Respons Imun Non-spesifik
Respons imun non-spesifik, merupakan imunitas bawaan (innate immunity)
yaitu respons terhadap zat asing, dapat terjadi walaupun tubuh sebelumnya tidak
pernah terpapar pada zat tersebut. Imunitas ini diturunkan secara alami, tidak
selektif dalam menahan setiap benda asing atau sel abnormal pada pertama kali
terpapar. Respons ini mempertahankan tubuh terhadap infeksi, iritasi, bahan
kimia, luka jaringan karena trauma mekanik atau terbakar.
Respons imun non-spesifik berperan dengan menyertakan beberapa agens
pertahanan tubuh, misalnya:
a)Pada peradangan menyertakan neutrofil dan makrofag.
b)Interferon untuk menahan serangan virus.
c)Natural killer cel, sejenis limfosit menahan serangan virus dan sel tumor.
d)Sistem komplemen, suatu plasma protein.
Salah satu upaya tubuh untuk mempertahankan diri terhadap masuknya antigen,
misalnya antigen bakteri, adalah dengan mengahancurkan bakteri tersebut secara
non-spesifik dengan fagositosis. Untuk mencapai hal ini, maka fagosit harus
bergerak menuju sasaran yang memungkinkan dilepaskannya zat atau mediator
tertentu, yang disebut faktor leukotaktik atau kemotaktik yang berasal dari
bakteri maupun yang dilepaskan oleh neutrofil atau makrofag yang sebelumnya
telah berada dilokasi bakteri.
Respons imun non-spesifik membentuk lini pertahanan pertama terhadap sel
asing, cedera, atau peradangan. Kerusakan jaringan sebagian besar di perantarai
oleh fagosit yang berubah menjadi makrofag, sekresinya menghancurkan sel
asing dan sel yang rusak melalui proses fagositosis dan pengeluaran zat kimia.
Pertahanan non-spesifik yang beraksi tanpa memandang apakah agens pencetus
pernah atau belum pernah dijumpai. Misalnya:
a) Peradangan, suatu respons non-spesifik terhadap cedera jaringan. Pada
keadaan ini spesialis fagosit neutrofil dan makrofag dalam memberi
bantuan dari sel-sel imun jenis lain.
b) Interferon, sekelompok protein yang secara non-spesifik mempertahankan
tubuh terhadap infeksi virus.
8
c) Sel natural killer: sel jenis khusus mirip limfosit yang secara spontan dan
relatif non-spesifik menyebabkan ruptur dan menghancurkan sel penjamu
yang terinfeksi virus dan sel kanker
d) Sistem komplemen, sekelompok protein plasma inaktif yang apabila
diaktifkan secara sekuensial, menghancurkan sel asing dengan menyerang
membran plasma. Secara non-spesifik diaktifkan oleh adanya benda asing
juga antibodi yang dihasilkan sebagai respons imun spesifik terhadap
mikroorganisme tertentu. Sistem komplemen terlibat dalam mekanisme
pertahanan non-spesifik dan spesifik. Berbagai komponen dalam sistem
imun melakukan interaksi yang erat dan saling bergantung sehingga
sistem ini sangat efektif.
b. Respons Imun Spesifik
Respons imun spesifik merupakan respons didapat (dari luar organisme). Sel-sel
leukosit memegang peran penting dalam respons imun terutama limfosit, yang
merupakan inti dalam proses imun spesifik. Sel ini dapat mengenal setiap jenis
antigen baik intraseluler maupun ekstraseluler, misalnya dalam cairan tubuh
atau dalam darah. Responsnya bersifat selektif yang ditujukan pada materi asing
tertentu dan tubuh pernah terpapar sebelumnya, respons imun ini dilakukan
melalui limfosit. Antibodi dihasilkan oleh sel limlosit B dan teraktivasi bila
mengenali antigen yang terdapat pada Permukaan sel patogen, dengan bantuan
sel limfosit T. Terdapat tiga jenis sel limfosit B, yaitu sebagai berikut:
1. Sel B plasma, mensekresikan antibodi ke sistem sirkulasi tubuh. Setiap
antibodi sifatnya spesifik terhadap satu antigen patogenik. Sel plasma
memproduk sel antibodi sangat cepat yaitu sekitar 2000 per detik untuk
tiap sel. Sel plasma yang aktif dapat hidup selama 4 sampai 5 hari.
2. Set B memori, hidup untuk waktu yang lama dalam darah. Sel tersebut
tidak memproduksi antibodi, tapi diprogram untuk mengingat suatu
antigen yang spesifik dan akan merespon dengan sangat cepat bila terjadi
infeksi kedua.
3. Sel B pembelah, berfungsi untuk menghasilkan lebih banyak lagi sel-scl
limfosit B.
9
Respons imun spesifik dimulai dengan aktifitas makrofag (antigen presenting
cell) yang memproses antigen, sedemikian lupa sehingga dapat menimbulkan
interaksi dengan sel-sel imun spesifik . Dengan rangsangan antigen yang telah
diproses, sel-sel sistem imun bernefroliferasi (beradaptasi dengan ginjal) dan
berdiferensiasi (membedakan) sehingga menjadi sel yang memiliki kompetensi
imunologik dan mampu bereaksi dengan antigen . Respons imun spesifik
mencakup imunitas yang diperantarai oleh antibodi yang dilaksanakan oleh
turunan limfosit B dan imunitas yang diperantarai oleh sel yang dilaksanakan
oleh limfosit T .
Respons imun spesifik adalah serangan selektif yang ditujukan untuk membatasi
atau menetralisasi serangan tertentu yang oleh tubuh telah disiapkan untuk
dihadapi, karena tubuh sebelumnya sudah pernah terpajan ke sasaran tersebut,
Terdapat dua kelas respons imun spesifik:
a) Imunitas yang diperantai oleh antibodi atau imunitas humoral yang
melibatkan pembentukan antibodi oleh turunan limfosit B.
b) Imunitas yang diperantarai oleh sel atau imunitas seluler, melibatkan
pembentukan limfosit T aktif yang secara langsung menyerang sel-sel
yang tidak diinginkan.
Mekanisme Imun Non-Spesifik Mekanisme Imun Spesifik
Peradangan
1. Pencaplokan bakteri invasif oleh
makrofag jaringan.
1. Pengolahan dan penyajian bakteri
oleh makrofag ke sel B spesifik
untuk antigen tersebut.
2. Respons vaskuler yang diinduksi oleh
histamine untuk meningkatkan aliran
darah ke tempat peradangan, sehingga
lebih banyak sel efektor imun dan
protein plasma.
2. Proliferasi dan diferensiasi klon sel B
menjadi sel plasma dan sel pengikat.
Sekresi antibodi oleh sel plasma yang
mengikat bakteri secara spesifik
3. Pengepungan tempat peradangan oleh
bekuan fibrin.
3. Penguatan oleh interkulin yang
dikeluarkan oleh makrofag.
10
4. Emigrasi neutrofil anmonosit/
makrofag ketempat peradangan untuk
mencaplok dan menghancurkan benda
asing dan untuk membersihkan debris
sel.
4. Penguatan oleh sel T penolong yang
telah diaktifkan oleh antigen bakteri
yang sama yang telah di olah dan
disakijan oleh makrofag.
5. Sekresi zat perantara kimiawi oleh sel
fagositikyang meningkatkan respon
imun non-spesifik dan spesifik serta
mencetuskan gejala lokal dan sistemik
yang terkait dengan infeksi.
5. Pengikat antibodi dengan bakteri dan
penguatan mekanisme non-spesifik yang
menyebabkan distruksi bakteri yang
bersangkutan :
Bakteri sebagai obsonin untuk
meningkatkan aktifitas fagosit.
Pengaktifan sistem komplemen.
Stimulasi sel pembunuh, yang secara
langsung melisiskan bakteri.
Pengaktifan non-spesifik sistem
komplemen.
6. Pembentukan tonjolan membran/ attack
complex yang menimbulkan lubang
didinding bakteri lisis. Pengikat
berbagai tahanan peradangan.
6. persistesi sel pengikat yang mampu
berespons secara lebih tepat dan kuat
jika bakteri yang sama kembali masuk.
C. Konsep sel darah putih sebagai pertahanan tubuh terhadap petogen, terdiri dari :
1. Neutrofil untuk fagositosis
2. Eosinofil berperan dalam reaksi alergi
3. Basofil berperan dalam reaksi inflamasi
4. Monosit berfungsi untuk fagositosis
5. Limfosit berperan dalam respon imun spesifik
D. Pertahanan Tubuh oleh Sel Darah Putih
Sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap patogen. Terdapat lima
jenis sel darah putih yang semuanya berasal dari pembelahan se!—sel stem yang
11
terdapat di sumsum tulang. Sel darah putih tersebut adalah neutrofil, eosinofil, basofil,
monosit. dan limfosit.
Neutrofil memiliki ciri nukleus berlobus, dan merupakan sel darah putih terbesar.
Netrofil memiliki fungsi fagositosis, yaitu menelan mikroorganime dan sisa - sisa sel
mati. Eosinofil memiliki peranan dalam reaksi alergi. Basofil dapat melepaskan
senyawa kimia seperti histamin yang menyebabkan reaksi inflamasi (pembengkakan).
Monosit menupakan sel berukuran besar dengan nukleus yang berbentuk seperti
ginjal. Monosit akan berkembang menjadi makrofag yang juga berfungsi fagositosis.
limfosit berukuran kecil dengan nukleus yang besar dan bulat. Limfosit terdiri atas
dua jenis sel yang keduanya memiliki peran penting dalam sistem imun, yaitu
limmosit B dan limfosit T. Limfosit B berperan dalam antibodi. sementara limfosit T
berperan dalam imunitas yang di perantarai sel. Kedua jenis sel limfosit tersebut akan
bermigrasi dari sumsum tulang ke nodus limfe dan limpa. tempat sel tersebut menjadi
rnatang. Dalam perjalanan. sel limfosit T akan melewati timus, dan setelah melewati
organ tersebut limfosit T akan memiliki kemampuan mengenali antigen ( suatu
senyawa kimia yang terdapat pada permukaan sel mikroorganisme dan benda asing )
yang spesifik. Neutrofil dan limfosit menuyusn 90 % dari sel darah putih dalam ubuh,
dan sisa 10% disusun oleh monosit, eosinofil, dan basofil.
E. Proses terjadinya inflamasi
Inflamasi atau pembengkakan jaringan merupakan reaksi cepat terhadap kerusakan
jaringan. Baik dalam respon terhadap luka, gigitan serangga, atau cedera akibat
pukulan keras, tanda-tanda terjadinya inflamasi tetap sama, yaitu sebagai berikut:
1. timbul warna kemerahan. Hal tersebut disebabkan pembuluh darah membesar.
meningkatkan aliran darah ke area jaringan yang rusak.
2. timbul panas. Hal tersebut juga disebahkan aliran darah yang lebih cepat.
3. Terjadi pembengkakan. Aliran darah yang meningkat menyebabkan makin
banyak cairan jaringan yang masuk ke dalam jaaringan yang rusak,
menyebabkan jaringan membengkak.
4. Timbul rasa sakit. Jaringan yang membengkak menekan reseptor dan saraf.
Selain itu, zat kimia yang dihasilkan oleh sel-sel di area jaringan rusak juga
menstimulasi saraf. Inflamasi sangat berguna bagi pertahanan tubuh. sebab reaksi
12
tersebut mencegah penyebaran infeksi ke jaringan lain dan mempercepat proses
penyembuhan. Reaksi tersebut juga memberikan informas pada komponen sistem
imun lain.
F. Proses Fagositosis
Fagositosis dilakukan oleh sel darah putih jenis neutrofil dan monosit. proses
fagositosis meliputi sel darah putih memelan patogen. membawanya ke dalam
vakuola yang ada di sitoplasma sel tersebut, lalu mencernanya dengan enzim litik.
G. Beberapa jenis kekebalan tubuh meliputi :
1. Kekebalan aktif alami : diperoleh ketika sakit, antibodi tetap didalam darah
untuk mencegah serangan lain penyakit yang sama. Tipe imun ini bisa
dihasilkan oleh apa yang disebut infeksi non-klinis, karena tubuh terpapar pada
sejumlah kecil mikroorganisme dalam jumlah yang tidak cukup untuk
memunculkan suatu gejala difinitif (gejala pasti) tetapi cukup untuk
menstimulasi produk antibodi.
2. Kekebalan aktif buatan diberikan kepada anak-anak dan orang yang bepergian
untuk mencegah mereka terkena penyakit yang serius atau fatal. Suntikan
mikroorganisme yang suda mati atau hidup diberikan dan tubuh berespons
dengan menghasilkan antibodi. Dengan cara ini imun aktif dibuat. Toksin yang
tidak berbahaya juga digunakan untuk memberikan imun tipe ini. Toksin adalah
racun kimia yang dihasilkan mikroorganisme, jika diberikan dalam kondisi tidak
berbahaya.
13
BAB 3
Penutup
3.1 Kesimpulan
Di dalam tubuh setiap manusia memiliki system imun yang berguna untuk
menghancurkan pathogen – pathogen yang dapat menyebabkan penyakit di dalam tubuh.
System imun terdiri dari system imun innate dan system imun acquired yang memberikan
perlawanan terhadap infeksi dari pathogen yang menyerang.
3.2 Saran
Kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan penulisan resume di
kemudian hari.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. James, Joyce ., Baker , Colin ., Swain , Helen. 2008. Prinsip – Prinsip SAINS untuk
Keperawatan. Jakarta : Erlangga.
2. Morton, Patricia Gonce. 1997. Panduan Pemeriksaan Kesehetan dengan Dokumentasi
SOAPIE. Jakarta : EGC.
3. Aryulina, Diah, Ph.D ., Muslim, Choirul, Ph.D. 2006. Biologi SMA dan MA untuk
kelas XI. Jakarta: Esis.
4. Playfair, J.H.L ., Chain, B.M. 2012. At a Glance Imunologi. Jakarta:Erlangga.
15