RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS
SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DI DESA TARUMAJAYA,
KECAMATAN KERTASARI, KABUPATEN BANDUNG,
JAWA BARAT.
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
MAULYDA WULANDARI
NIM. 1112015000101
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2016
iii
ABSTRAK
Maulyda Wulandari (NIM: 1112015000101). Respon Masyarakat Dalam
Pemanfaatan Biogas Sebagai Energi Alternatif Di Desa Tarumajaya,
Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Desa Tarumajaya menjadi Desa yang sedikit banyak warganya telah
menggunakan biogas. Penggunaan biogas ini tidak terlepas dari lokasi Desa
Tarumajaya yang paling dekat dengan bantaran hulu Citarum tepatnya berada di
kaki Gunung Wayang dan sebagai 0 Km Citarum yang mata airnya berasal dari
Situ Cisanti. Keadaan ini semakin genting saat adanya isu pencemaran Citarum,
oleh karena itu KLH Kabupaten Bandung membuat program biogas untuk
mengurangi limbah kotoran sapi yang dibuang langsung ke Citarum.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon masyarakat yang telah
menggunakan ataupun tidak menggunakan biogas yang dapat dijadikan energi
alternatif pengganti gas elpiji atau minyak tanah di Desa Tarumajaya, Kecamatan
Kertasari, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode grounded atau
grounded research. Metode dilakukan untuk mengetahui suatu permasalahan
yang masih samar jawabannya kemudian setelah dilakukan penelitian akan
mendapatkan hasil yang jelas.
Tehknik pengumpulan data digunakan antara lain wawancara, observasi,
dan dokumentasi. Kemudian tekhnik analisis data yang digunakan adalah reduksi
data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Bedasarkan hasil penelitian diketahui respon masyarakat positif terhadap
biogas dikemukakan oleh warga yang menggunakan biogas karena gratis, mudah,
kandang dekat rumah dan sebagai pengganti elpiji karena harga elpiji disana
lumayan mahal. Sedangkan diketahui respon negatif adalah untuk warga yang
tidak menggunakan biogas dengan alasan lahan milik orang lain, jarak kandang
jauh dengan rumah, dan trauma dengan instalasi biogas dahulu karena pernah
meledak.
Kata Kunci : Biogas, Desa Tarumajaya, Respon Masyarakat.
iv
ABSTRACT
Maulyda Wulandari (NIM: 1112015000101). Respon Masyarakat Dalam
Pemanfaatan Biogas Sebagai Energi Alternatif Di Desa Tarumajaya,
Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Tarumajaya village became a little village where many people have been
using biogas. The use of biogas is not independent of the location of Tarumajaya
village closest to the riverbank upstream Citarum precisely located at the font of
Mount Wayang and as 0 km Citarum eyes water comes from Situ Cisanti. This
situation is increasingly precarious when the Citarum pollution issues, therefore
KLH Bandung regency create biogas program to reduce cow manure waste
dumped directly into the Citarum. This study aims to investigate the response of
the public who have been using or not using a biogas that can be used as an
alternative energy LPG or kerosene in the village Tarumajaya, Kertasari
subdistrict.
The method used is this research is grounded or grounded research to
determine an issue that is still vague answer later after the study will get the
obvious. Also use other data collection techniques used include interviews,
observation, and documentation. Then the data analysis technique used is data
reduction, data presentation, and conclusion.
Based on the survey results revealed a positive public respons to the
biogas expressed by residents who use biogas as a free, easy, stables near the
house and as a substitute for LPG because LPG prices there quite expensive.
While known negative response is for people who do not use the biogas by reason
of land owned by another person, a distance away with the home cages, and
trauma to the first biogas installation for ever exploded.
Key words: Biogas, Tarumajaya Village, Public Respons
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rahmat, hidayah serta karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Respon Masyarakat dalam Pemanfaatan
Biogas sebagai Energi Alternatif di Desa Tarumajaya Kecamatan Kertasari
Kabupaten Bandung Jawa Barat”. Shalawat bertangkaian salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW beserta para
sahabat.
Penulis menyadari penulisan skripsi ini tidak selalu berjalan mulus, sangat
diperlukan niat, do’a yang terus menerus serta usaha keras. Sehubungan dengan
selesainya penulisan skripsi dan seiring ucapan Alhamdulillah penulis haturkan
terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
3. Drs. H. Syaripulloh, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
4. Dosen Pembimbing I, Andri Noor Ardiansyah, M.Si yang selalu
memberikan saran dan ilmu tambahan selama menyelesaikan skripsi ini.
Terima kasih Bapak atas bimbingan dari mulai pengerjaan proposal,
hingga skripsi ini selesai.
5. Dosen Pembimbing II, Neng Sri Nuraeni, M.Pd yang selalu memberikan
semangat serta dukungan dalam penulisan skripsi. Ibu membuat
mahasiswa menjadi semangat dalam penyelesaian skripsi dengan
vi
memberikan nasihat-nasihat dan selalu meluangkan waktunya dikala sibuk
untuk mahasiswa bimbingan Ibu.
6. Kedua orang tua tercinta dan tersayang, Bapak dan Mamah yang
senantiasa memberikan dukungan baik material maupun spiritual serta
kasih sayang yang tiada batas dan do’a sepanjang waktu yang sangat
berarti.
7. Desty Ristianingsih, kakak kandung satu-satunya yang telah banyak
membantu secara material maupun non material atas selesainnya proposal,
hingga rampungnya skripsi. Memberikan arahan, menjadi pembimbing
dan tempat bertukar pikiran.
8. Segenap keluarga besar di Bogor, Sumedang, Garut dan Bandung, yang
turut memberikan do’a dan dukungan.
9. Aldi Priyandana terima kasih untuk segala waktu, materi, keringat,
perjuangan dan do’a demi membantu terselesaikannya skripsi ini. Menjadi
penyemangat di segala suasanya, tempat bertukar emosi dan perasaan atas
segala beban di awal dan akhir proposal hingga terselesaikannya skripsi
ini.
10. Kang Uus, Teh Kokom, Kang Ivan, dan tak lupa seluruh warga Kampung
Babakan Ranca dan Kampung Pilar Dua, Desa Tarumajaya yang telah
membantu dengan tulus dalam memberikan informasi tentang Desa
Tarumajaya atas segala bantuan dan kebaikan semoga Allah
membalasnya.
11. Didik Hariyanto, kakak ipar yang telah memberikan bantuan demi
terselesaikannya skripsi ini, terima kasih atas segala bantuan, dorongan
serta do’a nya.
12. Sahabat teristimewa Sri Setiyowati, Eni Haryati, Eli Karlina, dan
Khoirunnisa. Terima kasih untuk waktu bersama, beban bersama yang
telah dilewati selama di bangku perkuliahan. Terima kasih juga untuk
tidak pernah bosan dalam memberikan saran nya selama proposal hingga
skripsi rampung.
vii
13. Teman-teman sepanjang kuliah, Prisda Ayutt Mutiami, Fauzziyah Nur
Rahma, Ari Yanti Alita, Febby Famela, Ikrom Rosyidin, Aniszul Fuad,
Wulan Permatasari, Dessy dan seluruh keluarga besar pendidikan IPS
angkatan 2012P, khususnya teman-teman Geografi 2013.
14. Segenap pihak yang telah mendukung penulis dalam proses penulisan,
semoga Allah membalas jasa kalian.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Ciputat, September 2016
Penulis
Maulyda Wulandari
NIM. 1112015000101
viii
DAFTAR ISI
Surat Pernyataan Karya Ilmiah ........................................................................... i
Lembar Pengesahan Skripsi................................................................................. ii
Abstrak ............................................................................................................. iii
Kata Pengantar ...................................................................................................... v
Daftar Isi ........................................................................................................... viii
Daftar Gambar ..................................................................................................... xi
Daftar Tabel ......................................................................................................... xii
Daftar Lampiran ................................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 6
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah........................................................... 6
D. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 7
E. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 7
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Pengertian Respon Masyarakat ............................................................. 9
a. Pengertian Respon ............................................................................ 9
b. Macam-Macam Respon .................................................................. 10
c. Pengertian Masyarakat ................................................................... 12
d. Pengertian Respon Masyarakat ...................................................... 13
2. Pengertian Energi Alternatif ............................................................... 13
3. Macam-macam Energi Alternatif ......................................................... 14
a. Energi Air ....................................................................................... 14
b. Energi Matahari .............................................................................. 15
c. Energi Angin .................................................................................. 15
ix
d. Energi Panas Bumi ......................................................................... 15
4. Biogas ................................................................................................... 16
a. Pengertian Biogas........................................................................... 16
b. Proses Pembentukan Biogas .......................................................... 17
a) Hidrolisis ............................................................................ 17
b) Pengasaman (Asidifikasi)................................................... 18
c) Metanogenesis .................................................................... 18
c. Bahan Baku Pembuatan Biogas ..................................................... 19
1) Limbah Peternakan............................................................. 19
2) Limbah Pertanian ............................................................... 20
3) Limbah Perairan ................................................................. 21
4) Sampah Organik ................................................................. 21
d. Bagian Instalasi Pembuatan Biogas................................................ 22
1) Unit Digester ...................................................................... 22
2) Pipa ..................................................................................... 24
3) Pompa Biogas ..................................................................... 24
4) Kantong Penampung Biogas .............................................. 25
5) Manometer .......................................................................... 25
6) Katup atau Keran Gas ......................................................... 25
5. Membangun Instalasi Biogas ............................................................... 25
1) Membuat Lubang Penempatan Digester .................................. 26
2) Membuat Saluran Pemasukan (Inlet) ....................................... 27
3) Membuat Saluran Pengeluaran dan Penampungan Limbah..... 28
4) Memasang Instalasi Biogas ...................................................... 28
5) Memelihara Instalasi Biogas .................................................... 29
6. Kelebihan dan Kekurang Penggunaan Biogas ..................................... 30
7. Dampak Positif Biogas Untuk Masyarakat di Desa Peternak .............. 31
B. Hasil Penelitian Yang Relevan .................................................................. 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 34
x
B. Metode Penelitian....................................................................................... 36
C. Populasi dan Sampel .................................................................................. 38
D. Produser Pengumpulan dan Pengelolahan Data ......................................... 39
E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data ......................................... 40
F. Teknik Analisis Data .................................................................................. 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. GambaranUmumLokasiPenelitian ....................................................... 43
a. SejarahGunungWayang.................................................................. 43
b. Lokasi, Letak, danLuas Daerah Penelitian ..................................... 44
c. Keadaan Iklim Daerah Penelitian................................................... 44
2. KarakteristikInforman .......................................................................... 46
B. ResponMasyarakatdalamPemanfaatan Biogas........................................... 47
1. ResponKognitifMasyarakatdalamPemanfaatan Biogas
SebagaiEnergiAlternatif ................................................................. 47
2. ResponAfektifMasyarakatdalamPemanfaatan Biogas
SebagaiEnergiAlternatif ................................................................. 57
3. ResponBehavioral MasyarakatdalamPemanfaatan Biogas
SebagaiEnergiAlternatif ................................................................. 60
C. Pembahasan ................................................................................................ 64
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................ 67
B. Implikasi ..................................................................................................... 69
C. Saran ........................................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 71
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Peta Administarasi Desa Tarumajaya ............................................ 34
Gambar 3.1. Peta Administrasi Desa Tarumajaya .............................................. 42
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Produksi Kotoran Ternak Segar Per Hari ............................................ 20
Tabel 2.2. Kelebihan dan Kekurangan Beberapa Jenis Digester ......................... 23
Tabel 2.3. Ukuran Lubang Untuk Penempatan Digester...................................... 27
Tabel 3.1. Jadwal Penelitian ................................................................................. 35
Tabel 3.2. Kisi-kisi Pedoman Wawancara ........................................................... 42
Tabel 3.3. Kisi-kisi Lembar Observasi ................................................................. 48
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kisi-kisi Pedoman Wawancara ....................................................... 74
Lampiran 2 . Instrumen Pedoman Wawancara Tokoh Masyarakat ...................... 75
Lampiran 3. Instrumen Pedoman Wawancara Aktivis Lingkungan ................... 76
Lampiran 4. Instrumen Pedoman Wawancara Peternak Biogas ......................... 77
Lampiran 5 . Instrumen Pedoman Wawancara Warga Setempat ......................... 78
Lampiran 6. Instrumen Penelitian Pedoman Observasi ...................................... 79
Lampiran 7 . Kisi-kisi Lembar Observasi ............................................................. 80
Lampiran 8. Transkip Wawancara ...................................................................... 81
Lampiran 9 . Transkip Wawancara ....................................................................... 88
Lampiran 10. Transkip Wawancara ...................................................................... 91
Lampiran 11. Transkip Wawancara ...................................................................... 99
Lampiran 12. Transkip Wawancara .................................................................... 102
Lampiran 13. Transkip Wawancara .................................................................... 104
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Energi merupakan salah satu kebutuhan paling mendasar bagi manusia.
Seiring dengan meningkatnya kebutuhan manusia, tidak dapat dipungkiri
kebutuhan akan energi pun bertambah. Pasalnya, berbagai aktivitas manusia tidak
telepas dari energi. Mulai dari aktivitas sehari-hari seperti dalam rumah tangga,
penerangan, hingga pergerakan transportasi, tanpa adanya energi aktivitas
kehidupan manusia akan terganggu.1 Kebutuhan manusia yang terus meningkat
tak jarang menimbulkan kerusakan secara tidak langsung untuk lingkungan yang
ditempati tak terkecuali soal pasokan energi yang tidak dikelola secara bijak akan
berdampak pula pada keberlangsungan hajat orang banyak.
Penggunaan energi sebagai sektor utama terpenting penggerak kehidupan
tentunya harus dioptimalkan dengan baik. Manusia sebagai motor penggerak
kehidupan mempunyai tugas sebagai penanggung jawab terhadap pasokan energi,
dalam hal ini manusia harus memiliki berbagai cara untuk terus melakukan
inovasi terbarukan dalam rangka mengelola energi lebih baik untuk kedepannya.
Pada dasarnya, penggunaan energi untuk kehidupan sehari-hari sudah
dilakukan sejak lama. Sejarah penggunaan energi sudah dilakukan sejak zaman
dahulu hingga sekarang. Manusia dahulu mendapatkan sumber energi dan bahan-
bahan yang diambil atau dikumpulkan dari alam, seperti kayu bakar. Keadaan ini
terus berkembang hingga ditemukan batu bara untuk penggunaan mesin uap.2
Kebutuhan energi yang setiap tahun terus meningkat tidak dibarengi
dengan pasokan ketersediaan energi di muka bumi yang terbatas atau tidak dapat
1Sri Wahyuni, Biogas Energi Alternatif pengganti BBM, Gas, dan Listrik, ( Jakarta : Agro
Media Pustaka, 2013), h.2.
2Ibid.
2
diperbaharui. Sebagai negara kepulauan, Indonesia merupakan negara dengan
banyak potensial energi yang dapat diperbaharui namun begitu belum banyak
halyang dilakukan oleh masyarakat maupun pemerintah sendiri dalam upaya
menjaga ketahanan kestabilan energi. Terhitung sejak tahun 2013 Indonesia
memiliki cadangan terbukti (proven reserve) minyak bumi sekitar 4 miliar barrel,
gas bumi sekitar 104 miliar ton cubic feet (tcf) dan batubara sekitar 21 miliar ton.
Laju produksi minyak saat ini sekitar 900.000 barrel per hari (bph), gas sekitar 1,5
juta barrel setara minyak (bsm), dan batubara 340 juta ton. Sementara konsumsi
domestik minyak sekitar 1,3 juta bph, gas 750.000 bsm, dan batubara 67 juta ton.3
Keadaan seperti ini apabila terus berlanjut akan menyebabkan permasalahan krisis
energi.
Dampak dari krisis energi yakni semakin menipisnya cadangan energi di
muka bumi yang mengakibatkan berdampak kepada semua aspek. Selain
berdampak langsung kepada kegiatan manusia, energi yang tereksploitasi secara
besar-besaran melalui proses penggunaan bahan bakar fosil, penggunaan tata guna
lahan, limbah industri, dan kebakaran hutan dapat menyebabkan dampak paling
bahaya yang biasa disebut sebagai “global warming” atau pemanasan global.
Menurut Sri Wahyuni dalam Biogas Energi Alternatif Pengganti BBM, Gas dan
Listrik, salah satu gejala yang dapat dirasakan saat ini adalah kelangkaan bahan
bakar minyak, seperti minyak tanah, solar, dan bensin. Kondisi ini telah menuntun
untuk dilakukan inovasi-inovasi baru yang bertujuan untuk menemukan sumber
energi baru yang terbarukan.4
Oleh karena itu dalam mengatasi krisis energi yang tiap tahun jumlahnya
semakin meningkat, energi perlu dilakukan pembaharuan secara terus-menerus
melalui inovasi terbarukan untuk kemudian dapat menjadi sumber energi baru
yang dapat diperbaharui.
Macam-macam energi terbarukan meliputi energi air, energi matahari,
energi angin, dan energi panas bumi, energi gelombang laut, biomassa, bioetanol,
3Sukandarrumidi, Herry Zardak Kotta, dan Djoko Wintolo, Energi Terbarukan Konsep
Dasar Menuju Kemandirian Energi ( Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2013), h.27-28
4Wahyuni, Biogas sebagai Energi Alternatif pengganti BBM, Gas, dan Listrik.h.4
3
biogas, dan masih banyak lagi. Semua macam energi alternatif tersebut berpotensi
besar dikembangkan di Indonesia. Sumber energi alternatif tersebut dapat
dikembangkan oleh pemerintah maupun kelompok masyarakat. Sumber energi
yang membutuhkan modal besar seperti air, matahari, angin, geotermal dan
gelombang laut dikembangkan oleh pemerintah atau perusahaan yang memiliki
modal besar. Sedangkan sumber energi yang tidak membutuhkan banyak modal
seperti biogas, bioetanol, dapat dikembangkan secara individual oleh kelompok
masyarakat. Seperti masyarakat di Desa Tarumajaya yang mengembangkan energi
alternatif biogas.
Desa Tarumajaya merupakan Desa yang terletak sekitar 50 km di selatan
Kota Bandung. Desa Tarumajaya yang terletak di kaki Gunung Wayang ini berada
di ketinggian antara 1.400 hingga 1.700 m di atas permukaan laut. Sebagai daerah
yang memiliki ketinggian sekitar 1000 m di atas permukaan laut, Desa
Tarumajaya memiliki potensi besar dalam sektor perkebunan khususnya
perkebunan teh, kentang, dan wortel. Selain perkebunan, Desa Tarumajaya juga
menjadi desa peternakan sebagai pemasok susu yang dihasilkan melalui
peternakan sapi ke PT. Ultra Jaya dan Frisian Flag melalui KPBS Pangalengan.5
Permukiman warga yang dekat dengan sungai Citarum membuat mudah
sebagaian masyarakat dapat membuang limbah rumah tangga maupun limbah
kotoran sapi ke dalam Sungai. Tercatat ada sekitar 784 peternak di desa ini.
Sedangkan dari kegiatan dokumentasi di aliran 10 km Sungai Citarum yang
dilakukan Cita-Citarum dan Citarum Recovery Program (CRP) bersama warga
pada bulan Juni 2013 lalu, setidaknya ditemukan 24 kandang sapi dan sekitar 663
ekor sapi. Sebagian besar peternak masih membuang limbah kotoran sapi ke
sungai. Dari para peternak, diketahui bahwa satu ekor sapi setidaknya membuang
kotoran sekitar 15 – 20 kilogram per harinya. Jika dihitung secara sederhana saja,
5https://id.wikipedia.org/wiki/Tarumajaya,_Kertasari,_Bandung diakses Minggu 06
September pukul 20:51 WIB.
4
maka setidaknya di Desa Tarumajaya ini menghasilkan sekitar 10 ton kotoran sapi
setiap harinya.6
Pencemaran yang terus terjadi di aliran sungai Citarum apabila tidak di
atasi dengan baik, tak payah menjadikan sungai Citarum tercemar oleh kotoran
sapi yang lama kelamaan akan menjadi polusi air di Citarum. Sekitar tahun 2008,
penggunaan biogas telah dilaksanakan di Desa ini. Dengan pembangunan
sebanyak 100 unit biogas yang dibantu oleh Dinas Pertanian dan Peternakan.
Sampai saat ini program biogas di Desa Tarumajaya terus dilakukan selain itu
banyak program yang diperbaharukan, mengingat banyaknya isu yang
memberitakan banyak permasalahan yang terjadi di hulu sungai Citarum. Program
yang saat ini tengah dicanangkan adalah rencana pembangunan 150 unit biogas di
Desa Tarumajaya yang diberikan melalui Program BIRU (Biogas Rumah),
kerjasama antara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan
Pemerintah Belanda.7
Bukan saja Desa Tarumajaya yang telah menggunakan biogas, di daerah
Jawa Barat ternyata sangat potensial dalam mengembangkan biogas, salah satunya
yaitu Desa Kebon Pedes di Kabupaten Bogor. Perkembangan pengelolaan biogas
di daerah ini sudah cukup baik dan dibantu oleh instansi pemerintah, yaitu Dinas
Peternakan Kabupaten Bogor. Digester disini dikelola secara mandiri, rata-rata
peternak memiliki 6 ekor sapi namun apabila kurang para peternak ini bergabung
dengan tetangganya. Jenis digester yang digunakan yakni jenis fixed dome.Di
Desa Kebon Pedes sendiri, hasil pengelolaan biogas digunakan sebagai sumber
untuk memasak dan untuk penerangan.8
Program biogas di Desa Tarumajaya tentu banyak menuai pro dan kontra.
Di lirik dari masyarakat yang kurang wawasan mengenai biogas tentu akan
memandang sebelah mata manfaat yang dihasilkan biogas ini. Seharusnya setiap
6Cita-citarum Recovery, Limbah Sapi di Desa Tarumajaya, 2013,
(http://citarum.org/info-citarum/berita-artikel/1359-limbah-sapi-di-desa-tarumajaya.html di akses
Minggu 06 September 2015 pukul 20:50 WIB).
7Ibid.,
8Ana Nurhasanah, dkk, Perkembangan Digester Biogas di Indonesia (Studi Kasus di Jawa
Barat dan Jawa Tengah), Jurnal Balai Besar Pengembangan Mekanisme Pertanian, h.1
5
warga yang tidak tahu menahu tentang biogas didampingi dulu untuk pemanfaatan
kotoran sapi, jadi pupuk organik misalnya. Tetapi didampingi hingga
pemasarannya, sehingga bisa menambah pemasukan ekonomi. Untuk biogas,
yang perlu dilakukan adalah pendamping dan aktivasi kembali biogas yang sudah
ada. Dimaksimalkan saja dulu yang sudah ada.9 Faktor lain selain dari
masyarakat, kekhawatiran lain juga muncul untuk alat yang digunakan sebagai
tempat pembuatan biogas (digester) ini rusak. Bagaimana pengelolaannya dan
bagaimana pemeliharaannya, semua harus diberikan pengarahan juga sosialisasi
berkelanjutan untuk dapat mengoptimalkan program biogas kedepannya.
Selain faktor diatas, faktor yang paling penting adalah biaya.
Dibandingkan dengan pembuatan pupuk kandang, biogas memerlukan biaya yang
cukup mahal untuk membeli setiap alat demi menunjang prosesnya. Pembuatan
pupuk kandang hanya melibatkan kotoran sapi tanpa melalui proses yang panjang.
Dapat disimpulkan bahwa terjadinya perbedaan respon baik itu negatif
maupun positif dari masyarakat Desa Tarumajaya mengenai program biogas yang
telah berjalan hingga saat ini. Masyarakat yang masih awam tentang biogas
beranggapan bahwa biogas memerlukan biaya yang banyak, belum lagi kurangnya
pengetahuan dan sosialisasi akan manfaat yang dihasilkan dari biogas. Maka dari
itu penggunaan biogas saat ini diharapkan dapat diterima positif oleh masyarakat
Desa Tarumajaya dalam upaya memperbaiki keadaan sungai Citarum dan menjadi
energi alternatif untuk keberlangsungan hidup bersama.
Penelitian terdahulu telah dilakukan oleh Shofian Rinazani tahun 2011
mengenai respon masyarakat terhadap pemanfaatan energi biogas di Desa
Tarumajaya, hasil yang didapatkan menunjukan ada 3 respon yakni respon
masyarakat yang menolak biogas dikarenakan kurangnya pelatihan dan informasi,
respon kedua yakni masyarakat menerima tapi tidak pernah mempraktekan
dikarenakan tidak sepenuhnya memahami akan manfaat biogas, dan respon
9 Hasil wawancara dengan Kang Uus, aktivis lingkungan Desa Tarumajaya, 4 September
2016
6
terakhir yakni masyarakat yang telah menerima informasi dan telah menggunakan
biogas sampai saat ini.10
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul: “Respon Masyarakat Dalam Pemanfaatan Biogas
Sebagai Energi Alternatif di Desa Tarumajaya Kecamatan Kertasari
Kabupaten Bandung Jawa Barat”.
B. Identifikasi Masalah
Setelah paparan yang didapatkan dari latar belakang masalah, faktor-faktor
penyebab pemanfaatan biogas sebagai energi alternatif di Desa Tarumajaya,
Kecamatan Kertasari adalah:
1. Pencemaran sungai Citarum oleh kotoran sapi
2. Banyaknya kotoran sapi yang tidak dimanfaatkan secara baik oleh warga
sekitar.
3. Kurangnya pemanfaatan biogas di Desa Tarumajaya.
4. Kurangnya respon masyarakat Desa Tarumajaya mengenai biogas
khususnya kotoran sapi sebagai energi alternatif.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Masalah penelitian ini dibatasi pada wilayah Desa Tarumajaya. Variabel
yang dijadikan fokus kajian:
1. Pemanfaatan biogas di Desa Tarumajaya Kecamatan Kertasari Kabupaten
Bandung
2. Respon masyarakat dalam pemanfaatan biogas sebagai energi alternatif di
Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung.
10Shofian Rinazani, “ Respon Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Energi Alternatif (
Biogas ) Di Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung.” Skripsi pada UPI
Bandung, Bandung 2011, tidak dipublikasikan
7
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut penulis menemukan rumusan
masalah :
1. Bagaimana pemanfaatan biogas di Desa Tarumajaya, Kecamatan
Kertasari, Kabupaten Bandung?
2. Bagaimana respon masyarakat dalam pemanfaatan biogas sebagai energi
alternatif di Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari, Kabupaten
Bandung?
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan uraian yang telah dikemukakan tujuan dari penelitian ini
adalah :
1. Untuk mengidentifikasi pemanfaatan biogas di Desa Tarumajaya,
Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung.
2. Untuk mengukur respon masyarakat dalam pemanfaatan biogas
sebagai energi alternatif di Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari,
Kabupaten Bandung.
E. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil ini dapat dijadikan sumber wawasan dalam khasanah ilmu
pengetahuan khususnya bagi diri penulis maupun bagi masyarakat
pada umumnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi mahasiswa: Hasil ini dapat dijadikan bahan dalam
pemanfaatan biogas di Desa Tarumajaya Kecamatan Kertasari
sebagai upaya menemukan sumber daya baru untuk menghasilkan
energi alternatif yang dapat diperbaharui dan dapat dimanfaatkan
untuk kebutuhan orang banyak di Desa Tarumajaya.
b. Bagi masyarakat: Hasil ini dapat dijadikan sumber wawasan baru
yang diharapkan dapat dengan mudah dilaksanakan oleh
8
masyarakat Desa Tarumajaya mengenai pemanfaatan biogas, yang
kedepannya dapat ikut membantu melestarikan lingkungan agar
lingkungan tetap bersih serta dapat mengatasi kekurangan energi
yang tengah terjadi saat ini.
c. Bagi pemerintah: Hasil ini dapat dijadikan referensi guna
mendapatkan energi alternatif dengan mudah dan hemat.
d. Bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Hasil ini dapat dijadikan
koleksi kepustakaan untuk pemenuhan kebutuhan mahasiswa
kedepannya, dan dapat diaplikasikan oleh mahasiswa dengan
mudah.
9
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Pengertian Respon Masyarakat
a. Pengertian Respon
Menurut Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer disebutkan bahwa respon
adalah tanggapan atau reaksi.1 Pengertian respon menurut Anggi Ria, adalah
respon terbentuk dari proses rangsangan atau pemberian aksi atau sebab yang
berujung pada reaksi dan akibat dari proses rangsangan. Respon akan muncul
dari penerimaan pesan setelah terjadinya serangkaian komunikasi.2
Pendapat lain dikemukakan oleh John dan Hasan, respon berasal dari kata
response yang berarti jawaban, balasan dan tanggapan.3 Respon juga
diartikan sebagai suatu balasan, tanggapan, atau jawaban sebagai reaksi
terhadap suatu rangsangan yang mengenai diri seseorang.4
Jadi, dapat disimpulkan dari beberapa pengertian diatas, bahwa respon
merupakan suatu rangsangan atau tanggapan yang didapatkan dari hasil
komunikasi, sifatnya bisa otomatis dan kendali.
b. Macam-macam Respon
Secara umum hasil respon mencakup tiga aspek, berdasarkan teori yang
ada di buku Psikologi Komunikasi, Jalaludin Rahmat dalam Galih Aulia
Rachman dibagi menjadi tiga respon, yaitu:
1. Respon kognitif terjadi apabila ada perubahan pada apa yang
diketahui, dipahami, atau dipersepsi tentang khalayak. Respon ini
1Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta :
Pusat Bahasa, 2008). h.1204
2Anggi Ria Puspitasari, Respon Siswa SMP Negeri 3 Kelapa Banga Belitung Terhadap
Film Laskar Pelangi, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011, tidak dipublikasikan
3John Echlos & Hasan Shadily. Kamus Besar Bahasa Inggris Indonesia. Jakarta :
Gramedia, 1996), h. 481
4Kadarina Wastuti, “ Respon Masyarakat Badegan Terhadap Siaran Dakwah K.H.
Mabarun Di Radio Persatuan Bantul.” Skripsi pada UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta 2010, tidak
dipublikasikan
10
berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan
atau informasi.
2. Respon afektif timbul apabila ada perubahan pada apa yang dirasakan,
disegani atau dibenci khalayak. Respon ini ada hubungannya dengan
emosi, sikap, atau nilai.
3. Respon behavioral merujuk kepada perilaku nyata yang dapat diamati
yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan perilaku.5
Berdasarkan pernyataan Jalaludin Rahmat mengenai klasifikasi respon,
penulis menyimpulkan bahwa respon dibagi menjadi 3 macam. Yang pertama
respon kognitif berisi tentang pengetahuan, keterampilan maupun informasi.
Respon kedua yakni respon afektif atau biasa dikenal dengan respon sikap.
Didalam respon ini berhubungan dengan sikap, nilai maupun emosi dari
setiap orang. Terakhir respon behavioral, respon ini dikenal dengan respon
tindakan, yang didalamnya merujuk kepada perilaku sehari-hari dari tiap
individu.
Winkel mengklasifikasikan ranah kognitif, afektif. Berikut adalah
taksonomi dan klasifikasi:
1) Ranah kognitif (cognitive domain)
a. Pengetahuan (knowledge), mencakup ingatan akan hal-hal
yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan.
b. Pemahaman (comprehension), mencakup kemampuan untuk
menangkap makna dari arti bahan yang dipelajari.
c. Penerapan (application), mencakup kemampuan untuk
menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu
kasus atau problem yang kongkrit dan baru.
d. Analisis (analysis), mencakup kemampuan untuk merinci
suatu kesatuan kedalam bagian-bagian suatu struktur.
e. Sintesis (synthesis), mencakup kemampuan untuk
membentuk suatu kesatuan atau pola baru.
f. Evaluasi (evaluation), mencakup kemampuan untuk
membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa
hal.6
Penulis menyimpulkan, dalam ranah kognitif atau pengetahuan
klasifikasinya terbagi menjadi 6 bagian yaitu pengetahuan tentang apa yang
5Galih Aulia Rachman, Respon Masyarakat Terhadap Implementasi Program Keluarga
Harapan (PHK) di Dusun Bulurejo Desa Mongol Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunung Kidul
Yogyakarat, Skripsi pada UIN Sunan Kalijati Yogyakarta, 2015. h. 19
6W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Grasindo, 1996), h. 245
11
pernah dipelajari dan kemudian disimpan dalam ingatan, yang kedua
pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makna dari
pembelajaran, ketiga yaitu penerapan mencakup kemampuan untuk
menerapkan atau menyelesaikan suatu kasus. Keempat analisis mencakup
kemampuan untuk merinci struktur-struktur, kelima ialah sistesis mencakup
kemampuan membentuk suatu pola baru, dan terakhir evaluasi mencakup
kemampuan untuk dapat memberikan suatu pendapat atau
pertanggungjawaban.
2) Ranah afektif (Affective domain)
a. Penerimaan (receiving), mencakup kepekaan adanya suatu
perangsang.
b. Partisipasi (responding), mencakup kerelaan untuk
memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu
kegiatan.
c. Penilaian (valuing), mencakup kemampuan untuk
memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri
sesuai dengan penilaian itu.
d. Organisasi (organization), mencakup kemampuan untuk
membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan
pegangan dalam hidup.
e. Pembentukan pola hidup (characterization by a value
complex), mencakup kemampuan untuk mengahayati
nilai-nilai kehidupan7.
Selanjutnya dalam ranah afektif bagian-bagiannya meliputi penerimaan,
partisipasi, penilaian, organisasi, dan pembentukan pola baru. Penerimaan
mencakup kepekaan terhadap rangsangan. Partisipasi mencakup kemampuan
untuk memperhatikan dan berpartisipasi dalam setiap kegiatan. Penilaian
kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap suatu objek tertentu.
Organisasi mencakup kemampuan dalam membentuk sistem dan nilai untuk
dijadikan pedoman hidup, dan terakhir adalah pembentukan pola baru
mencakup kemampuan untuk dapat terus menghayati nilai-nilai dalam suatu
kehidupan.
7Ibid,. h. 246
12
c. Pengertian Masyarakat
Masyarakat menurut Shadily dalam Abu Ahmadi, adalah “golongan besar
atau kecil dari beberapa manusia, dengan atau karena sendirinya, bertalian
secara golongan dan mempunyai pengaruh kebatinan satu sama lain”.8
Masyarakat bisa diartikan pula sebagai kelompok manusia yang saling
berinteraksi dan saling mempengaruhi yang memiliki peranan untuk mencapai
tujuan bersama.
Pendapat J.L. Gillin dan J. P. Gillin mengatakan bahwa masyarakat adalah
“kelompok manusia terbesar dan mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan
perasaan persatuan yang sama. Masyarakat itu meliputi pengelompokan-
pengelompokan yang lebih kecil”.9
Dalam bahasa Inggris masyarakat disebut sebagai society, asal kata socius
yang berarti kawan. Adapun “masyarakat” berasal dari bahasa Arab yaitu
syirk yang artinya bergaul. Adanya saling begaul itu tentu karena ada
bentuk-bentuk aturan hidup, yang bukan disebabkan oleh manusia sebagai
perseorangan, melainkan oleh unsur-unsur kekuatan lain dalam lingkungan
sosial yang merupakan kesatuan.10
JBAF Mayor Polak dalam Abu Ahmadi menyebut masyarakat adalah
“wadah segenap antar hubungan sosial terdiri atas banyak sekali kolektiva-
kolektiva serta kelompok dan tiap-tiap kelompok terdiri atas kelompok-
kelompok lebih baik atau sub kelompok”.11
Masyarakat dapat diartikan sebagai kelompok-kelompok yang besar
didalamnya terdiri sub-sub kelompok atau pengelompokan lebih kecil lagi.
Dapat disimpulkan dari pernyataan diatas, Masyarakat berasal dari 2
bahasa yaitu bahasa Inggris dan Arab yang memiliki pengertian yakni kawan
dan bergaul maksudnya adalah sekolompok individu-individu yang memiliki
kepentingan dan tujuan sama dengan cara berinteraksi antara yang satu dengan
yang lainnya.
8Abu Ahmadi, dkk, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta; PT Rineka Cipta, 2009), h. 106
9Ibid.
10
M. Munandar Soelaeman, Ilmu Sosial Dasar Edisi Revisi, ( Bandung: PT Eresco, 1995)
h. 63
11
Abu Ahmadi, dkk, op. cit.,h.96
13
d. Pengertian Respon Masyarakat
Berdasarkan pernyataan diatas tentang respon dan masyarakat. Dapat
disimpulkan respon masyarakat adalah tanggapan tentang suatu hal yang
didapatkan dari hasil komunikasi antara individu yang satu dengan yang lain,
yang bersifat terkendali ataupun otomatis.
2. Pengertian Energi Alternatif
Asan Damanik mendifinisikan “Energi sebagai kemampuan untuk
melakukan usaha (kerja). Yang melakukan usaha (kerja) itu dinamakan
gaya (force). Tidak semua gaya menghasilkan usaha atau kerja. Sedangkan
energi alternatif atau disebut dengan energi terbarukan yang layak diteliti
dan dikembangkan sebaiknya energi yang menghasilkan seminimal
mungkin emisi atau produk buangan yang dapat merusak lingkungan dan
harganya terjangkau oleh masyarakat luas”.12
Berdasarkan pengertian diatas, energi alternatif disebut juga sebagai energi
terbarukan yang harus dikembangkan, dalam hal ini energi yang dikembangkan
adalah energi yang menghasilkan seminimal mungkin emisi yang dapat
merusak lingkungan.
Menurut Tuti Haryati, Energi alternatif merupakan perpaduan kata energi
dan alternatif yang bermakna masing-masing. Energi adalah sebuah
kemampuan melakukan kegiatan dalam menjalani kehidupan. Seperti
tubuh manusia yang membutuhkan fungsi karbohidrat, fungsi protein,
dan zat-zat lain untuk proses metabolisme tubuh. Kemudian untuk kata
“alternatif” berarti pengganti dari suatu barang tanpa harus kehilangan
kegunaannya.13
Energi alternatif dapat dijabarkan sebagai energi terbarukan sebagai
pengganti energi konvensional.
Energi alternatif adalah istilah yang merujuk kepada semua energi yang
dapat bertujuan untuk menggantikan bahan bakar konvensional. Berdasarkan
Intergovernmental Panel On Climate Change umumnya istilah ini digunakan
untuk mengurangi bahan bakar hidrokarbon yang dapat mengakibatkan
12
Asan Damanik, Fisika Energi, ( Yogyakarta : Penerbit Universitas Sanata Dharma,
2011), h.21
13
Tuti Haryati, Biogas: Limbah Peternakan yang Menjadi Sumber Energi Alternatif.
Jurnal WARTAZOA Vol 16 No.3 tahun 2006. h. 164
14
kerusakan lingkungan diakibatkan emisi karbon dioksida yang tinggi, yang
berkontribusi besar terhadap pemanasan global14
.
Menurut Mediastika, “Istilah alternatif merujuk pada sesuatu yang dipilih
kemudian. Artinya, selama alternatif pertama (yaitu, energi yang selama ini
digunakan atau energi tak terbarukan) masih dapat digunakan, alternatif
selanjutnya belum pernah digunakan. Istilah energi alternatif disarankan untuk
tidak digunakan dan istilah energi terbarukan-lah yang terus
dimasyarakatkan”.15
Dapat disimpulkan dari pernyataan diatas, pengertian energi dan alternatif
memiliki unsur yang berbeda. Energi adalah kemampuan yang digunakan
untuk melakukan suatu kegiatan, sedangkan yang dimaksud dengan alternatif
adalah pengganti atau pembaharuan. Jadi energi alternatif apabila disimpulkan
menjadi energi yang bertujuan untuk menghentikan penggunaan sumber daya
alam atau pengrusakan lingkungan.
3. Macam-macam Energi Alternatif
a. Energi Air
Sumber energi alternatif yang pertama yaitu air. Air merupakan salah satu
energi terbarukan dengan banyak manfaatnya. Pemanfaatan energi air secara
mekanis pertama kali ditemukan di Mesir, Cina, dan Persia khususnya untuk
menggerakan gilingan padi dan keperluan lain.16
Energi air digunakan untuk menggerakan turbin dan penggunaan moda
transportasi. Penggunaan energi air biasanya dilakukan untuk menggerakan
turbin dan penggunaan moda transportasi.
14
Budisan, “Fikruzzaman, Muhammad. “Lakon Ekonomi Rendah Karbon”. Harian
Kompas Siang (E-Paper), Jakarta 02 November 2013.http://budisansblog.blogspot.in/2013/11/l...
diakses tanggal 11 Oktober 2016 Pukul 20:49 WIB
15
Christina E. Mediastika, Hemat Energi & Lestari Lingkungan melalui Bangunan, (
Yogyakarta : C.V Andi Offset, 2013), h. 5
16
Damanik, op.cit, h.35-36
15
b. Energi Matahari
Matahari adalah bola berpijar dengan senyawa penyusun utamanya berupa
gas Hidrogen (74%) dan helium (25%). Cahaya matahari berasal dari hasil
reaksi fusi hidrogen menjadi helium.17
Pancaran matahari yang kita rasakan setiap hari didapatkan dari sinar
matahari. Sinar matahari menjadi sumber utama panas bumi yang mudah
didapatkan. Pemanfaatan sinar matahari digunakan untuk menjemur segala
jenis keperluan manusia, berupa menjemur pakaian, menjemur badan untuk
mendapatkan asupan vitamin D, dan menjemur bermacam jenis makanan.
Sinar matahari dijadikan sebagai energi alternatif dengan mengggunakan
sinar matahari sebagai energi pembangkit listrik, yang dapat mengaliari listrik
ke rumah-rumah. Energi matahari diserap oleh sel surya dari sel surya ini di
hasilkan listrik. Listrik ini dapat dimanfaatkan untuk menyalakan televisi,
memberikan penerangan, dan kebutuhan rumah tangga lainnya.
c. Energi Angin
Angin adalah udara yang bergerak yang diakibatkan oleh rotasi bumi dan
juga karena adanya perbedaan tekanan atau suhu udara.18
Arah angin yang cepat digunakan sebagai pemutar kincir angin yang
nantinya akan menghasilkan energi listrik. Energi angin memutar turbin
angin, hasilnya setelah turbin bergerak diteruskan menuju generator, dari
generator tersebut dihasilkan energi listrik, yang dapat dipergunakan sehari-
hari dalam memenuhi keperluan sehari-hari.
d. Energi Panas Bumi
Energi panas bumi adalah energi yang dieksraksi dari panas yang
tersimpan di dalam bumi. Energi panas ini berasal dari aktivitas tektonik di
17
Christina, op cit h.15
18
Ibid., h.25
16
dalam bumi. Wilayah sumber panas bumi terbesar saat ini di dunia, disebut
The Geyser berada di Islandia, Kutub Utara.19
Pembangkit panas bumi ini hanya dapat dilakukan apabila daerah dekat
dengan sumber panas bumi dimana letaknya sekitaran lempeng tektonik.
Energi panas bumi juga terbilang ekonomis dan ramah lingkungan. Dampak
yang dihasilkan oleh panas bumi tidak berdampak langsung kepada
lingkungan. Hasil panas bumi ini dapat menghasilkan listrik yang dapat
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sejak tahun 2004, pengunaan panas bumi
sudah dilakukan oleh kelima negara berikut yang daerahnya dekat dengan
lempeng tektonik, El Savador, Kenya, Filipina, Islandia, dan Kostarika.20
4. Biogas
a. Pengertian Biogas
Menurut Sukandarrumidi, Herry Zardak Kotta, dan Djoko Wintolo, “Biogas
(dari asal kata biologi dan gas) merupakan salah satu jenis energi terbarukan
yang terbentuk melalui proses fermentasi bahan-bahan limbah organik,
seperti kotoran ternak, sampah organik, serta bahan-bahan lainnya oleh
bakteri metanogenik dalam kondisi anaerob ( tanpa oksigen )”.21
Berdasarkan pendapat Sukandarrumidi, biogas adalah energi terbarukan
yang terbentuk berdasarkan proses fermentasi bahan-bahan limbah organik
dalam kondisi anaerob.
Dewi Hastusi (Dosen Fakultas Pertanian Wahid Hasyim) mendefinisikan,
gas mudah terbakar (flammable) yang dihasilkan dari proses fermentasi
bahan-bahan organik oleh bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam keadaan
kedap udara)”.22
Definisi lain di kemukakan oleh Tuti Haryati menurutnya biogas adalah
renewable energy yang dapat dijadikan bahan bakar alternatif untuk
19
Sukandarrumidi, Herry Zardak Kotta, dan Djoko Wintolo, Energi Terbarukan Konsep
Dasar Menuju Kemandirian Energi ( Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2013), h.118
20
Ibid., h.119
21
Ibid ., h.288
22
Dewi Hastuti, Aplikasi Tekhnologi Biogas Guna Menunjang Kesejahteraan Petani
Ternak, Jurnal Mediagro, Vol 5 Tahun 2009, h. 22
17
menggantikan bahan bakar yang berasal dari fosil seperti minyak tanah dan
gas alam”.23
Berdasarkan pengertian diatas, dapat dikemukakan biogas adalah jenis
energi terbarukan yang terbentuk melalui proses fermentasi bahan-bahan
limbah organik, seperti kotoran ternak, sampah organik, pengelolaan limbah
air, pengelolahan limbah organik pertanian, peternakan, industri, dan
perkotaan oleh bakteri metanogenik dalam kondisi anaerob ( tanpa oksigen )
yang menghasilkan suatu gas yang sebagian besar terdiri atas campuran
metan dan arang dioksida. Penggunaan biogas sebagai energi alternatif
digunakan dalam rangka menemukan sumber energi baru yang dapat
diperbaharui.
b. Proses Pembentukan Biogas
Biogas secara karakteristik fisik bersifat gas. Oleh karenanya proses
pembentukannya harus dalam keadaan tertutup dan dalam kondisi kedap
udara. Proses yang berlangsung secara tertutup juga memberikan keuntungan
kepada lingkungan karena tidak menimbulkan bau. Biogas sendiri terbentuk
melalui serangkaian proses kimiawi yang melibatkan mikroorganisme. Proses
pembentukan biogas terbagi menjadi tiga proses yakni: hidrolisis,
pengasaman, dan metanogenesis.24
a) Hidrolisis
Hidrolisis adalah proses pemecahan molekul komplek berukuran
besar menjadi molekul yang sederhana. Fermentasi adalah proses
penguraian senyawa-senyawa organik kompleks menjadi senyawa
sederhana dalam kondisi anaerob. Pada tahap ini, bahan-bahan organik
seperti karbohidrat, lipid dan protein didegradasi menjadi senyawa dengan
rantai pendek.25
23
Tuti Haryati, op. cit., h. 160
24
Sri Wahyuni, Biogas Energi Alternatif pengganti BBM, Gas, dan Listrik, ( Jakarta :
Agro Media Pustaka, 2013), h. 17
25LailanNi’mah, Biogas From Solid Waste Of Tofu Production And Cow Manure
Mixture: Composition Effect, JurnalChemica,Volume 1, Nomor 1, Juni 2014, h.2
18
Tahap ini juga diartikan sebagai struktur dari bentuk polimer menjadi
bentuk monomer. Senyawa yang dihasilkan dari proses hidrolisis di
antaranya senyawa asam organik, glukosa, etanol, CO₂, dan senyawa
hidrokarbon lainnya. Senyawa ini akan dimanfaatkan mikroorganisme
sebagai sumber energi untuk melakukan aktivitas fermentasi.
b) Pengasaman ( Asidifikasi )
Senyawa-senyawa yang terbentuk pada tahap hidrolisis akan
dijadikan sumber energi bagi mikroorganisme untuk tahap selanjutnya,
yaitu pengasaman atau asidifikasi.
Haryati mengungkapkan pada tahap pengasaman komponen
manomer (gula sederhana) yang terbentuk pada tahap hidrolisis
akan menjadi bahan makanan bagi bakteri pembentuk asam.
Produk ahkir dari perombakan gula-gula sederhana tadi yaitu asam
asetat, asam propionat, asam butirat, dan asam laktat beserta
produk sampingan berupa alkohol, CO₂, hidrogen, dan zat
amonia.26
Dapat disimpulkan bahwa proses pengasaman adalah suatu proses
awal mula berkembangnya beberapa sumber energi yang nantinya dapat
dijadikan sebagai bahan makanan untuk mikroorganisme yang berperan
dalam proses pembentukan asam yang selanjutnya menghasilkan gas.
c) Metanogenesis
Menurut Gunawan dalam Sri Maryani mengungkapkan bahwa
bakteri metanogen adalah bakteri yang terdapat pada bahan-bahan organik
dan menghasilkan metana secara anaerob. Bakteri metanogen
menggunakan senyawa karbon dan energi untuk melakukan proses
metanogenesis.27
Bakteri metanogen seperti methanococus, methanosarcina dan methano
bactherium akan mengubah produk lanjutan dari tahap pengemasan
menjadi gas metan, karbondioksida, dan air yang merupakan komponen
26
Tuti Haryati, op. cit, h. 160-169
27
Sri Maryani, Potensi Campuran Sampah Sayuran Dan Kotoran Sapi Sebagai Penghasil
Biogas, Skripsi pada Universitas Islam Malik Ibrahim Malang 2016, tidak dipublikasikan
19
penyusun biogas. Sedangkan bakteri non metanogen yang terlibat dalam
proses pembentukan biogas sebagai bakteri hidrolitik dan pembentukan
asam yakni Bacteroidesfragilis, Peptostreptococcus, Clistridium diffeliclie,
E. Coli, Micrococcus, Bacillus, Bacillusanthracis, Bacillus Subtilis Coryne
bacteium mamycolatum, Pseudemonasborbori, Salmonella enteris
Streptococcus bovis Entrococus.
Peranan bakteri hidrolitik untuk menghidrolisis bahan-bahan yang ada di
dalam digester. Seperti adalah satunya adalah Bacillus Subtilis yang
merupakan bakteri gram positif dan motilitas positif.
Gas metana yang terkandung dalam komposisi biogas menjadi penentu
jumlah energi yang dikeluarkan, semakin banyak jumlah metana dalam
setiap komponennya maka semakin baik pula hasil energi yang dihasilkan.
Begitu juga sebaliknya, semakin sedikit jumlah metana maka semakin
rendah pula energi yang dihasilkan.
c. Bahan Baku Pembuatan Biogas
Bahan baku pembuatan biogas merupakan limbah-limbah hasil aktivitas
manusia. Limbah ini antara lain: limbah peternakan, limbah pertanian, limbah
industri, limbah perairan, hingga sampahorganik.
1) Limbah Peternakan
Komoditas peternakan masih menjadi sektor unggulan Indonesia yang tiap
tahun terus mengalami peningkatan. Kebutuhan masyarakat akan
peternakan tidak terlepas dari kebutuhan manusia akan daging, telur, dan
susu yang dijadikan kebutuhan dasar dalam pemenuhan gizi.
Terlepas dari pemenuhan gizi yang di dapat dari hasil peternakan,
produksi hasil ternak juga menghasilkan produksi limbah peternakan.
Limbah peternakan hewan ternak juga terus mengalami peningkatan.
Keadaan ini apabila terus di diamkan akan menimbulkan masalah yang
cukup serius bagi kesehatan lingkungan terutama dalam hal kebersihan.
Pengelolaan limbah peternakan yang baik dapat di kelola menjadi biogas,
20
Sisa hasil produksi dapat dijadikan pupuk organik sebagai penyubur
tanaman. Ada beberapa karakteristik limbah peternakan sapi perah
menurut Hidayatullah, dkk yaitu dapat dimanfaatkan dan menghasilkan
milai ekonomis karena limbah dari ternak tersebut dapat diolah menjadi
kompos, biogas.28
Tabel 2.1 Produksi Kotoran Ternak Segar Per Hari
Jenis ternak Bobot ternak (kg/ekor) Produksi (kg/hari)
Sapi potong 400-500 20-29
Sapi perah 500-600 30-50
Ayam petelur 1,5-2,0 0,10
Ayam pedaging 1,0-1,5 0,06
Babi dewasa 80-90 7,00
Domba 30-40 2,00
Sumber : United Nations, 1984 dalam Wahyuni
Dapat disimpulkan bahwa sapi merupakan hewan yang memproduksi kotoran
ternak paling banyak per harinya dibanding hewan lain.
2) Limbah Pertanian
Pertanian merupakan sektor usaha di Indonesia yang terbilang luas selain
dari sektor peternakan. Pertanian masih mendominasi ladang usaha
masyarakat kawasan pedesaan. Semakin banyak jumlah pertanian semakin
banyak pula jumlah limbah pertanian. Limbah pertanian yang dihasilkan
berupa jerami atau sekam.29
Pemanfaatan jerami ini belum dilaksanakan dengan baik, masih banyak
sisa jerami yang menumpuk menjadi sampah di areal sekitar persawahan,
yang nantinya berakibat buruk kepada lingkungan. Padahal apabila jerami
ini apabila dikelola lagi dapat membawa keutungan. Pengelolaan limbah
pertanian ini yanng tepat dapat di kelola menjadi biogas, selain dapat
28
Hidayatullah, Penerapan Produksi Bersih Pada Usaha Peternakan Sapi Perah (Studi
Kasus di CV. Lembah Hijau Multifarm, Solo-Jawa Tengah), Tesis di Program PascaSarjana IPB,
2002, h.41-43
29
Wahyuni, op.cit, h. 22
21
menghasilkan gas sisa-sisa jerami yang nantinya sudah tidak terpakai lagi
akan digunakan menjadi pupuk kandang yang bermanfaat bagi kesuburan
tanaman.
3) Limbah Perairan
Limbah perairan yang banyak di manfaatkan berupa eceng gondok,
rumpur laut, dan alga. Kebanyakan masyarakat mengkonsumsi limbah
perairan ini untuk kebutuhan makanan sehari-hari sebagai pelengkap
sayur-mayur. Namun begitu terlepas dari konsumsi masyarakat akan
limbah perairan, justru semakin banyak limbah perairan malah berakibat
sebagai perusak biota air laut.Pengelolaan limbah perairan yang baik dapat
di kelola menjadi biogas. Selain menggunakan limbah peternakan dan
limbah pertanian, hasil dari limbah perairan berupa rumput laut dan eceng
gondok dapat di manfaatkan menjadi bahan baku pembuatan biogas.30
4) Sampah Organik
Keberadaan sampah memang sudah tidak dapat diragukan lagi,
selain mengotori lingkungan sampah yang sulit terurai menjadi ancaman
yang serius bagi keberlangsungan kehidupan manusia.
Menurut Kuncoro Sejati, ada beberarapa macam penggolongan
sampah. Sampah organik atau sampah basah, sampah anorganik atau
sampah kering dan sampah berbahaya, berikut penjelasannya:
a) Sampah oraganik/basah adalah sampah yang berasal dari makhluk
hidup, seperti daun-daunan, sampah dapur, sampah kotoran, sisa
sayuran, sisa buah, dll. Sampah jenis ini dapat terdegradasi
(membusuk/hancur) secara alami.
b) Sampah anorganik/kering adalah sampah yang tidak dapat
terdegradasi secara alami. Contohnya: logam, besi, kaleng, plastik,
karet, botol, dll.
30
Diyanti Rizki Rahayu, dkk. Pembuatan Biogas dari Eceng Gondok (Eichorniacrassipes)
Melalui Pretreatment dengan Jamur Phanerochaete chrysospirium dan Trichodermaharzianum.
Jurnal Tekhnik Pomits Vol 1, No. 1 Tahun 2013. h. 1
22
c) Sampah berbahaya ini berbahaya bagi manusia. Contohnya:
Baterai, jarum suntik bekas, limbah racun kimia, limbah nuklir, dll.
Sampah jenis ini memerlukan penanganan khusus.31
Berdasarkan pernyataan diatas, sampah terbagi menjadi tiga,
sampah organik dapat dimanfaatkan ulang, sampah kering tidak dapat
dimanfaatkan ulang dan juga sampah berbahaya untuk manusia karena
sampah jenis ini perlu penanganan lebih lanjut. Melihat macam-macam
sampah diatas, sampah organik lah yang dapat dimanfaatkan menjadi
bahan baku pembuatan biogas selanjutnya.
d. Bagian Instalasi Pembuatan Biogas
Bagian terpenting pembuatan biogas harus melirik pada alat yang
berkualitas agar hasil yang di keluarkan juga baik. Komponen utama instalasi
biogas diantaranya digester yang dilengkapi dengan lubang pemasukan (inlet)
danlubang pengeluaran (outlet), penampungan gas, serta penampungan sludge
(sisa buangan dalam bentuk padat dan cair).32
1) Unit digester
Pemilihan digester mencakup beberapa hal penting yang perlu
diperhatikan seperti ukuran, model, bahan, dan juga ketahannya terhadap
suhu, banjir dan juga gempa. Jika ukuran digester terlalu kecil maka akan
sulit untuk menampung kotoran sapi yang setiap harinya makin bertambah,
begitupun sebaliknya jika digester terlalu besar gas yang dihasilkan kurang
maksimal.
Menurut Widarto dan Sudarto, dalam Sukandarrumidi, dkk, perihal
perhitungan kapasitas alat didasarkan pada jumlah ternak sapi dan tinja
yang dihasilkan:
1) Tiap 1 ekor sapi menghasilkan 2 ember kotoran per hari.
2) Kotoran perlu diencerkan dengan 3 ember air.
3) Volume untuk 1 ember adalah sekitar kurang lebih 10 liter.
4) Jumlah ternak yang diusahakan untuk digunakan minimal 4 ekor
sapi.
31
Kuncoro Sejati, Pengolahan Sampah Terpadu dengan Sistem Node, Sub Point, Center
Point, ( Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2009), h. 15
32
Tuti Haryati, op, cit. h.165-167
23
5) Lamanya fermentasi (proses pembentukan gas kurang lebih 30
hari).33
Berdasarkan perhitungan diatas, maka setiap hari kotoran yang masuk
sebagai umpan dalam digester adalah 2 ember (tinja) + 3 ember (air) = 5
ember. Bila 1 ember = 10 liter, maka ada 50 liter campuran tinja dan air untuk
1 ekor sapi. Lama proses pembentukan gas dalam digester 30 hari, maka tiap
ekor sapi membutuhkan ruang digester 30X50 liter = 1.500 liter. Bila jumlah
ternak yang diusahakan 4 ekor sapi, maka volume digester yang harus dibuat
4X1.500 liter = 6.000 liter atau 6 meter kubik.
Menurut Ruhimat Mamat, adapun alat-alat yang digunakan saat
pembuatan biogas adalah mesin las listrik, mesin gerinda, gergaji besi,
palu, thermometer, meteran, dan anemometer. Sedangkan bahan-bahan
yang digunakan adalah drum ukuran 200 liter sebanyak 3 buah, pipa
ukuran 0.5 in sebanyak 2 batang, pipa ukuran 2 in sebanyak 120 cm,
kompor gas sebanyak 1 buah, stop kran 0,5 sebanyak 4 buah, selang karet
sebanyak 1 buah, plat besi 3 mm 50x30 sebanyak 1 buah, panci ukuran 6
liter air.34
Tabel 2.2 Kelebihan dan Kekurangan Beberapa Jenis Digester
Beton/bata Fiber glass ( PT SWEN
IT)
Plastik
Pembangunan harus
teliti, butuh waktu lama.
Produk. pabrik, sistem
knock down, sangat kedap
udara, pemasangan relatif
singkat.
Konstruksi
sederhana, waktu
pemasangan
singkat.
Tidak dapat
dipindahkan.
Dapat dipindah, mudah
untuk direnovasi.
Dapat
dipindahkan, tetapi
cukup riskan
(rusak).
33
Sukandarrumidi, Herry Zardak Kotta, dan Djoko Wintolo, op. cit. h. 270.
34
Mamat Ruhimat,dkk, Sosialisasi dan Pelatihan Pemanfaatan Biogas Skala Rumah
Tangga sebagai Sumber Energi Alternatif Ramah Lingkungan di Kampung Parabon Desa
Warnasari Kecamatan Pengalengan Kabupaten Bandung, Survey Pemetaan dan Informasi
Geografis FPIPS UPI, h.3
24
Kebocoran sullit
dideteksi.
Apabila bocor mudah
dideteksi dan diperbaiki.
Apabila terjadi
kebocoran sulit
diperbaiki.
Biaya konstruksi agak
mahal.
Biaya konstruksi agak
mahal.
Biaya konstruksi
murah.
Operasional mudah
kotoran dapat langsung
disalurkan ke dalam
reaktor.
Operasional mudah,
kotoran dapat langsung
disalurkan ke dalam
reaktor
Operasional agak
rumit, bahan baku
kotoran diisi
menggunakan
tangan.
Daya tahan terganatung
saat pembuatan.
Daya tahan kuat terhadap
segaka cuaca hingga 10-
15 tahun.
Daya tahan sangat
kurang, mudah
rusak.
Sumber : Riset PT Swen Inovasi Transfer dalam Wahyuni
2) Pipa
Instalasi pipa berfungsi sebagai media penyaluran atau pendistribusian gas
dari digester ke peralatan aplikasi biogas. Jumlah yang dibutuhkan tergantung
pada jarak anatara digester dengan peralatan listrik, disarankan jaraknya tidak
lebih dari 30 meter agar mempermudah kontrol penggunaan dan keamanan.35
3) Pompa Biogas
Pompa berfungsi untuk megeluarkan biogas dari kantong penampung
biogas (biogas storage bag). Biasanya, terdiri dari pompa besar dan pompa
kecil, perbedaan kedua pompa ini hanya terletak pada penggunaan baterai
kering sebagai sumber arus listrik.36
35
Wahyuni., op. cit, h.26
36
Ibid., h.26-27
25
4) Kantong Penampung Biogas
Kantong ini berfungsi sebagai tempat penampungan sementara untuk gas
yang dihasilkan pada proses metanogenesis. Hasil biogas yang telah
megalami proses metanogenesis kemudian disalurkan dengan menggunakan
pompa menuju tempat lain. Tempat lain yang dimaksud ialah tempat yang
akan dialiri biogas biasanya slang yang telah dipasang untuk kemudian
mengaliri biogas ke kompor atau alat penerang.37
5) Manometer
Alat ini berfungsi sebagai indikator pengukur tekanan biogas di dalam
digester dan tempat penampungan pada saat akan digunakan. Pada umumnya,
manometer ini diletakkan pada bagian bawah kubah digester dan tempat
peralatan aplikasi biogas.38
6) Katup atau Keran Gas
Katup ini berfungsi sebagai pengatur besar atau kecilnya aliran gas.
Pemasangan biasanya terdapat pada slang atau alat aplikasi. Jumlah keran
yang dibutuhkan tergantung kepada banyak tidaknya peralatan aplikasi
biogas. Biasanya, untuk satu unit biogas dibutuhkan 3-6 buah keran. Terdapat
beberapa jenis katup atau keran gas seperti katup berbahan plastik dan katup
besi.39
5. Membangun Instalasi Biogas
Menurut Sukandarrumidi, dkk, mengungkapkan beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam menentukan lokasi instalasi biogas:
a. Yakinkan bahwa tanah yang akan di jadikan lokasi pemasangan
instalasi biogas itu stabil, tidak mudah longsor atau ambles, dan bukan
tempat bekumpulnya air hujan (tempat yang rendah).
b. Pilih tempat yang selalu terkena sinar matahari secara langsung agar
gas yang dihasilkan tetap hangat.
37
Ibid., h. 28
38
Ibid.
39
Ibid., h. 29
26
c. Dekat dengan bahan baku yang berupa feses ternak, sebaiknya
berdekatan dengan kandang ternak yang akan dimanfaatkan feses-nya.
Jarak nya berkisar kurang lebih 50m. Hal ini agar memudahkan proses
dalam pembuatan biogas.
d. Dekat dengan sumber air dan persediaan yang cukup untuk bahan
pengencer kotoran ternak maupun untuk menggelontor masuknya
kotoran ternak ke dalam digester.
e. Usahakan lokasinya tidak begitu jauh dari dapur, akan lebih baik bila
kurang dari 100 meter, namun tidak terlalu dekat dengan sumber air.
f. Demi estetika, digester jangan diposisikan di depan atau samping
rumah. Tempatkan digester dibelakang rumah agar dekat dengan
kandang sapi dan dekat dengan sumber air. Bangunan digester jangan
menyatu dengan rumah induk.40
Berdasarkan pernyataan diatas, hal-hal yang perlu dilakukan sebelum
menentukan lokasi dalam memasang instalasi biogas yakni yakinkan bahwa
tanah yang akan dipasang instalasi bukan tempat yang rendah hal ini
dilakukan karena dikhawatirkan akan merusak instalasi biogas.
Yang kedua pilihlah tempat yang selalu terkena sinar matahari untuk tetap
membuat hasil gas yang tetap hangat. Langkah ketiga usahakan dekat dengan
bahan baku (feses) dan dekat dengan sumber air. Usaha ini dilakukan untuk
memudahkan dan tidak membuang banyak waktu dan tempat.Selanjutnya,
simpan digester dibelakang rumah. Selain menambah estetika hal ini juga
dilakukan agar tidak mencemari lingkungan sekitar khususnya wilayah depan
rumah.
Langkah selanjutnya setelah menentukan lokasi adalah membangun
instalasi biogas. Pembangunan instalasi biogas mencakup 5 hal
yaitu:1)Membangun Lubang Penempatan Digester, 2)Membuat Saluran
Pemasukan (inlet), 3)Membuat Saluran Pengeluaran dan Penampungan
Limbah, 4) Memasang Instalasi Biogas, 5)Pemeliharaan Instalasi Biogas.41
1) Membuat Lubang Penempatan Digester
Setelah menentukan jenis, bentuk, ukuran dan lokasi pembangunan
digester, langkah awal adalah membuat lubang penempatan digester.
40
Sukandarrumidi, Herry Zardak Kotta, dan Djoko Wintolo, op.,cit. h.295
41
Wahyuni, op. cit, h. 45
27
Pembuatan lubang bertujuan untuk menempatkan digesterke dalam posisi
yang lebih rendah. Lubang penempatan digester dibuat dengan ukuran dan
bentuk digester. Karena itu, sebelum membuat lubang perhatikan ukuran dan
besarnya digester agar kedalaman dan lebar tanah yang di gali
sesuai.Biasanya pada instalasi biogas yang berbahan baku kotoran sapi,
digester dibuat ditanah yang digali sehingga posisinya lebih rendah dari
kandang sapi.42
Tabel 2.3 Ukuran Lubang Untuk Penempatan Digester
Sumber : Riset PT Swen Inovasi Transfer dalam Wahyuni.
2) Membuat Saluran Pemasukan (Inlet)
Guna mempermudah proses penyaluran kotoran dari kandang sapi ke
dalam digester, sebaiknya dibuat saluran dari arah kandang menuju lubang
pemasukan digester dengan diameter 20-30 cm. Saluran tersebut terbuat dari
42
Ibid.,h. 46
Kapasitas
Digester m³
Dimensi Lubang
Tinggi ( m ) Diameter ( m ) Tebal ( m )
4,0 2,5 1,5 3-5
5,0 2,5 1,7 5-8
6,4 2,5 2,0 5-8
7,0 2,5 2,0 3-5
11,0 2,5 2,6 5-8
17,0 3,5 2,6 8-10
28
pasangan batu bata yang diplester. Kedalaman saluran disesuaikan dengan
kemiringan agar kotoran dan air yang mengalir lancar ke dalam digester.43
3) Membuat Saluran Pengeluaran dan Penampungan Limbah
Saluran ini dibuat untuk menghubungkan lubang pengeluaran bahan
organik yang sudah tidak menghasilkan biogas lagi dengan bak
penampungan. Bak penampungan dibangun dengan membuat galian
berbentuk kotak segi empat berukuran 1 m x 1 m dengan kedalaman 1 meter
dari pasangan batu bata yang diplester. Outlet atau saluran pengeluaran dapat
dibuat dari satu kotak dengan jarak dari lubang digester dengan posisi searah
dengan lubang pemasukan sekitar 20 cm. Sisa bahan baku yang tertampung
pada outlet dapat dijadikan pupuk kandang.44
4) Memasang Instalasi Biogas
Instalasi yang dipasang merupakan sarana penghubung antara peralatan
aplikasi dan digester sebagai sumber biogas. Instalasi terdiri dari saluran
penghubung berupa pipa atau slang, keran atau ketup penutup, dan alat untuk
memeriksa tekanan dan persediaan gas. Beberapa langkah pemasangan
instalasi biogas:
a) Lakukan penyetelan dan pemeriksaan terhadap kondisi digester
sebelum dimasukkan ke dalam lubang.
b) Masukkan digester secara perlahan-lahan ke dalam lubang untuk
menghindari kerusakan atau pecahnya digester. Selain itu,
pastikan posisi inlet dan outlet sudah pas.
c) Usahakan saluran gas terbuat dari bahan polimer pipa PVC
dengan ukuran diameter pipa 0,5 inci.
d) Pasang keran gas kontrol pada salah satu bagian pipa paralon
yang ada di bagian atas kubah digester. Sementara itu, satu pipa
lainnya disambungkan ke dapur atau generator penghasil listrik.
e) Lakukan penimbunan tanah di sekeliling digester jika digester
tersebut telah terisi kotoran ternak.
f) Sambung slang dengan keran gas yang telah disediakan ke
kompor dan slang direkatkan dengan benar.45
43
Ibid., h. 47
44
Ibid.
45
Ibid., h. 48-49
29
Dalam memasang instalasi biogas cara yang paling awal yakni dengan
melakukan penyetelan akan kondisi digester sebelum dimasukkan ke dalam
lubang yang telah dibuat dengan diameter 1 meter. Langkah selanjutnya
masukan digester perlahan agar tidak rusak pastikan kembali posisi inlet dan
outlet sudah pas. Setelah digester masuk kedalam lubang, pasang gas yang
telah terhubung dengan bagian atas digester untuk pipa lainnya
disambungkan ke dapur untuk menghasilkan panas. Langkah selanjutnya
timbun tanah disekeliling digester tersebut. Terakhir sambungkan slang yang
telah disediakan ke kompor agar dapat menyalurakan gas hasil fermentasi
tersebut.
5) Pemeliharaan Instalasi Biogas
Berikut beberapa hal yang harus diperhatikan agar biogas dapat
memproduksi gas secara terus-menerus:
a) Mengisi bahan baku berupa kotoran ternak segar ke dalam
digester sesuai dengan kapasitas harian agar produksi dapat
kontinu.
b) Mencegah bahan penghambat (pestisida, disinfektan, air detergen,
atau sabun) masuk ke dalam digester.
c) Membersihkan peralatan seperti kompor dan generator secara
teratur.
d) Mengelola limbah biogas secara teratur.
e) Mengaplikasikan hasil olahan sisa bahan baku pembuatan biogas
agar tidak terjadi penumpukan pada bak penampungan.
f) Segera perbaiki jika terjadi kebocoran pada instalasi peralatan
biogas.46
Berdasarkan pernyataan tentang pemeliharaan instalasi biogas,
disebutkan bahwa dalam memelihara instalasi biogas hal pertama yang
perlu dilakukan adalah mengisi bahan baku agar dapat dilakukan proses
fermentasi secara kontinu dan mengurangi limbah peternakan. Kedua
yakni mencegah bahan penghambat masuk salah satunya yaitu sabun hal
ini di khawatirkan akan menyumbat atau mengurangi hasil gas karena
tercampur bahan dari luar.
46
Ibid,. h. 49-50
30
Selanjutnya membersihkan dan mengelola limbah secara teratur
agar terlihat selalu bersih. Selanjutnya yakni mengaplikasikan atau
mendaur ulang hasil olahan sisa pembuatan biogas menjadi pupuk agar
tidak mengasilkan bau. Terakhir segera perbaiki jika terjadi kerusakan
pada instalasi biogas.
6. Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Biogas
P. Renosari mengungkapkan beberapa kelebihan dan kekurangan
dari biogas adalah sebagai berikut:
a. Masyarakat tak perlu menebang pohon untuk dijadikan kayu bakar.
b. Kotorannya dapat digunakan sebagai bahan bakar pengganti gas
elpiji.
c. Sisa limbah yang dikeluarkan dari biodigester dapat dijadikan
pupuk sehingga tidak mencemari lingkungan.
d. Dapat berkontribusi menurunkan emisi gas rumah kaca melalui
pengurangan pemakaian bahan bakar kayu dan bahan bakar
minyak.
e. Relatif lebih aman dari ancaman bahaya kebakaran.
f. Mengurangi penggunaan bahan bakar lain (minyak tanah, kayu,
dan lain sebagainya) oleh rumah tangga atau komunitas.
g. Menjadi metode pengolahan sampah (raw waste) yang baik dan
mengurangi pembuangan sampah ke lingkungan (aliran air/sungai).
h. Meningkatkan kualitas udara karena mengurangi asap dan jumlah
karbodioksida akibat pembakaran bahan bakar minyak/kayu bakar.
i. Secara ekonomi, murah dalam instalasi serta menjadi investasi
yang menguntungkan dalam jangka panjang.
Selain keuntungan dari penggunaan biogas sebagai energi
alternatif, adapun kekurangan dari penggunaan biogas antara lain:
a. Memerlukan dana tinggi untuk aplikasi dalam bentuk instalasi
biogas.
b. Tenaga kerja tidak memiliki kemampuan memadai terutama dalam
proses produksi.
c. Belum dikenal masyarakat.
d. Tidak dapat dikemas dalam bentuk cair dalam tabung.47
Penulis menyimpulkan, biogas memiliki beberapa kelebihan juga
kekurangan. Biogas yang memiliki harga murah, relatif aman,
47
P. Renosori. Kajian Peningkatan Pemanfaatan Kotoran Sapi Menjadi Biogas Dengan
Metode SWOT dan AHP di Desa Wangunsari Kecamatan Lembang. Jurnal Buana Sains, Vol. 12,
No. 1 Tahun 2012. h. 109.
31
menggurangi penggunaan bahan bakar lain seperti minyak tanah, kayu,
juga dapat mengurangi pembuangan sampah ke lingkungan. Dampak
negatif dari biogas belum terlalu nampak sejauh penelitian yang telah
dilakukan, hanya saja program biogas memang belum banyak diketahui
oleh masyarakat dikarenakan kurangnya sosialisasi.Terlebih dari
banyaknya keuntungan yang didapatkan dari penggunaan biogas
ketimbang dari kekurangannya, hal ini menjadi tidak berlebihan ketika
biogas dapat digunakan menjadi energi alternatif yang mudah, murah, dan
berjangka panjang.
7. Dampak Positif Biogas untuk Masyarakat di Desa Peternak
Penggunaan biogas di daerah pedesaan telah banyak memberi
dampak positif bagi masyarakat terutama untuk lingkungan sekitar, tak
terkecuali para peternak yang menggunakan kotoran sapinya untuk
dijadikan biogas. Manfaat biogas selain mudah pembuatannya, murah
bahan bakunya juga relatif aman digunakan untuk memenuhi kebutuhan
rumah tangga, biogas juga dapat dijadikan mata pencaharian sampingan
yakni hasil pupuk nya dapat dijual di pasar-pasar. Seperti yang telah
dilakukan oleh kelompok tani Pasanggani Limboro yang bekerja sama
dengan Balai Penelitian Tekhnologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Tengah
melalui program peningkatan pendapatan petani melalui inovasi yang
dibiayai oleh Asian Development Bank.
Menurut Ahyar selaku tehknis biogas Limbaro mengungkapkan,
manfaat biogas sudah sangat terasa di desa ini. Biasanya kami
membutuhkan 20 liter minyak tanah perbulan, namun semenjak adanya
biogas hanya dibutuhkan dua liter untuk penggunaan satu bulan. Beliau
menambahkan, “Beberapa desa dan kecamatan di Donggala meminta
32
diajari membuat biogas dari tahi sapi ini. Cuma kendalanya, kompor gas
tidak tersedia karena membutuhkan kompor khusus.48
B. Hasil Penelitian yang Relevan
1. Penelitian dilakukan oleh Shofian Rinazani (Respon Masyarakat
Terhadap Pemanfaatan Energi Alternatif ( Biogas ) Di Desa
Tarumajaya Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung, Skripsi). Hasil
penelitian menunjukan 3 respon yang diberikan masyarakat yaitu:
masyarakat yang menolak program biogas dikarenakan kurangnya
pelatihan dan informasi mengenai biogas, masyarakat yang menerima
tapi tidak pernah mempraktekan biogas ini dikarenakan tidak
sepenuhnya memahami akan manfaat biogas, cara membuat instalasi
biogas, serta mekanisme cara kerja biogas, dan masyartakat yang telah
menerima informasi dan menggunakan biogas sampai saat ini.49
2. Penelitian dilakukan oleh Mamat Ruhimat, dkk ( Sosialisasi dan
Pelatihan Pemanfaatan Biogas Skala Rumah Tangga Sebagai Sumber
Energi Alternatif Ramah Lingkungan di Kampung Parabon Desa
Warnasari Kecamatan Pengalengan Kabupaten Bandung, Jurnal).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penduduk di Kampung
Parabon masih belum mendukung sepenuhnya kegiatan biogas ini hal
ini dikarenakan masih adanya trauma akibat gempa bumi yang terjadi
pada tanggal 02 September 2009 sehingga kegiatan ini menjadi molor
dari jadwal yang telah dibuat. Masih banyak penduduk yang malas
mengelola kotoran sapi untuk di buat menjadi biogas, kebanyakan
penduduk desa Parabon membuang kotoran sapinya begitu saja yang
48
Darlis, Minyak Tanah Mahal, Warga Gunakan Biogas Kotoran Sapi, Tempo Interaktif,
Jakarta, 21 September 2007, (http://id.scribd.com/doc/301816139/Biogas-Dari-Kotoran-Sapi,
diakses tanggal 11 Oktober pukul 23:32 WIB
49
Shofian Rinazani, “ Respon Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Energi Alternatif (
Biogas ) Di Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung.” Skripsi pada UPI
Bandung, Bandung 2011, tidak dipublikasikan.
33
berakibat pada tercemarnya lingkungan. Ditambah lagi kurangnya
sosialisasi di lingkungan penduduk akan manfaat biogas.50
3. Penelitian ini dilakukan oleh Alla Asmara, M. Parulian Hutagaol, dan
Salundik (Analisis Potensi Produksi dan Persepsi Masyarakat dalam
Pengembangan Biogas pada Sentra Usaha Ternak Sapi Perah pada
Kabupaten Bogor, Jurnal). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
sebagian besar responden, baik peternak maupun non-peternak
menyatakan setuju bahwa kotoran sapi yang tidak diolah akan
memberikan dampak yang negatif. Berdasarkan survey diketahui 95%
responden setuju bahwa kotoran sapi yang tidak diolah akan
menimbulkan bau dan mengakibatkan penyakit. Sementara itu, terkait
dengan pernyataan bahwa kotoran sapi yang tidak diolah akan
merusak lingkungan pemukiman dijawab setuju oleh 81% responden.
Proporsi rumah tangga nonpeternak yang menyatakan setuju
mencapai lebih dari 95%, sedangkan responden peternak hanya sekitar
57%. Keseluruhan responden sepakat bahwa pengolahan kotoran sapi
menjadi biogas akan memberikan dampak positif kepada masyarakat,
sebanyak 87,5% menyatakan setuju atas pernyataan ini.Namun begitu
alasan peternak masih belum banyak yang mengguanakan biogas
dikarenakan terbatasnya pengolahan biogas yang dilakukan adalah
ketidakmampuan menyediakan biaya, ketidaktahuan tentang
tekhnologi biogas dan biogas membutuhkan tekhnologi yang canggih.
Sebanyak 47,50% menyatakan setuju atas pernyataan ini.51
50
Mamat Ruhimat,dkk, op.cit., h.5-6
51
Alla Asmara, M. Parulian Hutagaol, dan Salundik,Analisis Potensi Produksi dan
Persepsi Masyarakat dalam Pengembangan Biogas pada Sentra Usaha Ternak Sapi Perah di
Kabupaten Bogor, Jurnal Agribisnis Indonesia. Vol. 1, 2013. h.74
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Desa Tarumajaya Kecamatan Kertasari
Kabupaten Bandung Jawa Barat. Waktu penelitian dilakukan pada semester
VII (ganjil) tahun pelajaran 2014-2015.
Gambar 3.1
Peta Administrasi Desa Tarumajaya
Peneliti mengambil Desa Tarumajaya menjadi tempat penelitian karena
Desa Tarumajaya menjadi Desa dengan banyak peternakan sebagai pemasok
susu yang dihasilkan peternakan sapi ke PT. Ultra Jaya dan Frisian Flag
melalui KPBS Pangalengan.1
1https://id.wikipedia.org/wiki/Tarumajaya,_Kertasari,_Bandung diakses Minggu 06
September pukul 20:51 WIB.
35
Belum lagi tahun 2013 tercatat sudah ada 784 petenak sapi di desa ini,
kemungkinan peternak sapi masih terus bertambah seiring dengan semakin
meningkatnya kebutuhan akan susu, dan daging sapi.
Desa Tarumajaya merupakan salah satu desa yang telah mengelola kotoran
sapi menjadi biogas sejak tahun 2008. Telah ada 100 unit biogas yang ada di
desa ini, saat ini tengah direncanakan program pembangunan 150 unit biogas.
Table 3.1
Jadwal Penelitian
No
Kegiatan
Bulan
November
2015
Maret
2016
Mei
2016
Juli
2016
Agustus
2016
1. Pengajuan
proposal
2. Seminar proposal
3. Penyusunan Bab I-
III
4. Penyusunan
instrumen
penelitian
5. Pengumpulan data
6. Pengolahan data
dan analisis data
7. Pemeriksaan dan
keabsahan data
8. Penyerahan hasil
penelitian
36
B. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan suatu data
dengan tujuan yang ingin dicapai di dalam penelitian ini. Penelitian yang
akan dilakukan di desa Tarumajaya ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan metode grounded research.
Meleong menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena yang dialami oleh objek penelitian
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain sebagainya. secara
holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa,
pada konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
metode ilmiah.2
Menurut Glaser dan Strauss dalam Syamsir, penelitian grounded
merupakan “Penelitian sebagai reaksi tajam atas stagnasi teori dalam ilmu-
ilmu sosial. Oleh karenannya, penelitian grounded tidak bertitik tolak dari
data atau situasi sosial, melainkan dari konsep, hipotesis dan teori yang
sudah mapan yang mungkin sekali tidak relevan dengan situasi sosial yang
khas dari masyarakat yang diteliti. Karena sifatnya verifikasi atau
pengecekan terhadap teori yang sudah tersedia, maka teori-teori baru tidak
tumbuh dan berkembang. Sebaliknya, terkadang timbul teori baru tetapi
pula tidak berlandaskan data”.3
Widoyo mengemukakan pengertian grounded research adalah “suatu
metode penelitian yang mendasarkan diri pada fakta dan menggunakan
analisis perbandingan bertujuan mengadakan generalisasi empiris,
menetapkan konsep, membuktikan teori dan mengembangkan teori dimana
pengumpulan dan analisis data berjalan pada waktu yang sama”.4
Adapun metode-metode yang ada didalam metode grounded research
yakni:
a. Tujuan yang berupa generalisasi empiris, menetapkan konsep,
membuktikan teori dan mengembangkan teori.
b. Jawaban atas pertanyaan bagaimana (hubungan kausal)
c. Data, fakta, tanpa teori digunakan untuk membangun suatu teori,
konsep.
2Lexy J. Meleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Banudng: PT. Remaja Rosdakarya,
2009), hal. 6
3Syamsir Salam dan Jaenal Aripin, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: UIN Jakarta
press), h. 26
4 Widoyo Alfiandi, Epistemologi Geografi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
2001) h, 122
37
d. Membuat klasifikasi melalui metode penelaran induksi
(penggolongan/perwilayahan) untuk membedakan dan persamaan
antar wilayah, yang merupakan dasar utama analisis.
e. Pengumpulan data dan analisis dilakukan pada waktu bersamaan,
pengumpulan data dikuasai oleh pengembangan analisis.5
Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa metode
grounded research merupakan suatu metode yang bertujuan untuk
mengembangkan teori ataupun mencari teori baru selain itu metode ini juga
dijadikan sebagai jawaban atas hubungan kausal atara pertanyaan bagaimana.
Pengumpulan data dan analisis data pada metode ini dilakukan secara
bersamaan saat sedang melaksanakan penelitian.
Secara umum menurut Payne grounded research dapat digunakan untuk:
1. Wilayah penelitian yang belum banyak diketahui
2. Belum ada teori yang menjelaskan keadaan yang terjadi
3. Peneliti ingin membandingkan/menantang teori yang sudah ada
4. Peneliti ingin mencari tahu pemahaman, persepsi, dan pengalaman
partisipan
5. Peneliti ini bertujuan membangun suatu teori baru.6
Metode grounded research digunakan untuk melihat suatu pernyataan
yang masih dirasa kurang jelas kemudian dilakukan penelitian dan didapatkan
hasil dari penelitian tersebut. Selain itu metode ini juga digunakan untuk
menjelaskan kepada pembaca tentang wilayah yang ingin diteliti hal ini
bertujuan sebagai ajang promosi sekaligus agar pembaca dapat mengetahui
potensi yang dimiliki setiap wilayah di Provinsi Jawa Barat, khusunya Desa
Tarumajaya.
Penggunaan grounded research dalam penelitian ini juga sebagai
pembanding/pembeda dengan penelitian yang sudah dilakukan oleh Shofian
Rinazani dengan judul Respon Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Energi
Alternatif (Biogas) di Desa Tarumajaya Kecamatan Kertasari Kabupaten
Bandung tahun 2011, peneliti akan membandingkan respon masyarakat
5Ibid.
6Khusni Mustaqim, Rasa Logika : Sekilas Mengenai Grounded
Theory,http://berpikirberbeda.blogspot.in/2011/11/sekilas-mengenai-grounded-research.html
diakses tanggal 3 Oktober 2016, pukul 19:21 WIB
38
terhadap pemanfaatan biogas pada tahun 2011 ke tahun 2016. Dapat dilihat
adakan perbedaan yang mencolok di tahun 2016 ini, apakah ada tambahan
instalasi atau pengurangan instalasi, dan apakah sampai saat ini program
biogas masih dilakukan oleh waraga Desa Tarumajaya. Lewat pembeda ini
peneliti akan mengetahui persepsi atau respon dari setiap partisipan yang
akan diwawacarai nanti.
C. Populasi dan Sampel
Populasi menurut Sugiyono adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas :
objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Jadi populasi bukan hanya orang tetapi juga objek dan benda-benda alam
yang lain”.7
Menurut pendapat Nursid Sumaatmadja, populasi adalah “keseluruhan
gejala, individu, kasus dan masalah yang kita teliti, yang ada di daerah
penelitian, menjadi obyek penelitian geografi itu meliputi kasus
(masalah, peristiwa tertentu), individu (manusia baik sebagai perorangan,
maupun sebagai kelompok), dan gejala (fisis, sosial, ekonomi, budaya,
politik) yang ada pada ruang geografi tertentu”.8
Pendapat Suharsimi mengenai populasi adalah “ Keseluruhan subjek
penelitian”.9
Populasi menurut Moh. Pabundu Tika adalah himpunan atau objek yang
banyaknya terbatas atau tidak terbatas”.10
Berdasarkan pernyataan diatas, populasi adalah keseluruhan dari suatu
objek maupun subjek dari suatu tempat penelitian. Populasi di penelitian ini
adalah keseluruhan warga masyarakat yang ada di wilayah Desa Tarumajaya.
7Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.( Bandung : Penerbit
Alfabeta, 2009). h. 80
8Nursid Sumaatmadja, Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan,
(Bandung: Alumni 1988), h. 112
9Suharsini Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), h.173
10
Moh. Pabundu Tika, Metode Penelitian Geografi, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), h
24
39
Sampel menurut Moh. Pabundu Tikaadalah “sebagian dari objek atau
individu-individu yang mewakili suatu populasi”.11
Pendapat lain menurut Suharsimi Arikunto adalah “sebagian atau wakil
populasi yang diteliti”.12
Sampel sebagai setengah bagian dari suatu populasi, sampel ini dijadikan
sebagai pembatas dalam penarikan data. Sampel didalam penelitian ini
adalah peternak sapi yang telah menggunakan biogas, tokoh masyarakat,
ketua RT, dan warga yang menggunakan biogas maupun yang tidak
menggunakan biogas.
D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data
Agar data yang diinginkan oleh penulis dapat terkumpul, maka prosedur
pengumpulan data meliputi:
A. Observasi
Menurut Nasution dalam Sugiyono, menyebutkan “observasi
adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja
berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh
melalui observasi”.13
Observasi dilakukan untuk melihat lebih dekat proses pembuatan
biogas dan dapat diamati secara langsung.
B. Wawancara
Wawancara adalah suatu kegiatan tanya jawab dengan tatap muka
antara pewawancara dan yang diwawancarai untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah
respondenya sedikit/kecil.14
11Ibid.
12
Suharsini Arikunto.op. cit., h.109
13
Sugiyono, op. cit., h.226
14
Ibid.,h.137
40
Wawancara dilakukan kepada para peternak yang menggunakan
hasil limbahnya sebagai bahan baku biogas, ketua RT setempat dan ketua
RW setempat.
C. Dokumentasi
Menurut Sugiyono, “Dokumentasi merupakan catatan peristiwa
yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-
karya monumental dari seseorang”.15
Dokumentasi dalam penelitian ini mengambil segala kegiatan yang
dilaksanakan sejak awal penelitian hingga akhir penelitian. Dengan
menggunakan kamera, alat perekam, catatan kecil.
E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data
Pemeriksaan atau pengecekan keabsahan data dilakukan dengan teknik
triangulasi dikenal dengan istilah cek dan ricek yaitu mengecek data
menggunakan berbagai sumber, tekhnik, dan waktu.16
Beragam sumber
dimaksud kan mencari lebih dari satu sumber untuk memastikan apakah data
telah benar. Beragam teknik adalah teknik yang dilakukakan berkenaan untuk
memastikan apakah datanya memang benar, teknik bisa dilakukan dengan
wawancara, observasi maupun pengamatan serta analisis dokumen. Dan untuk
beragam waktu yakni memeriksa keterangan dari sumber pada waktu yang
berbeda.
Sugiyono membagi triangulasi menjadi tiga yakni triangulasi sumber,
triangulasi teknik dan triangulasi waktu dibawah ini;
a) Triangulasi sumber, digunakan untuk menguji kreadibilitas data
dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui
beberapa sumber. Setelah didapatkan data selanjutnya data
dideskripsikan, dikategorisasikan, dan dicari yang lebih spesifik.
15Ibid.,140
16
Nusa Putera, Penelitian Kualitatif : Proses & Aplikasi, ( Jakarta: PT Indeks, 2012), h.
189
41
Dalam penelitian ini, triangulasi sumber mengambil ketua RT setempat,
peternak sapi, masyarakat yang rumahnya berdekatan dengan instalasi
biogas.
b) Triangulasi tekhnik, untuk menguji kreadibilitas data dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan tekhnik yang berbeda.
c) Triangulasi waktu, data dikumpulkan dengan pembagian 3 waktu yakni,
pagi, siang, dan sore. Hal ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan
pendapat berdasarkan perbedaan waktu.17
F. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi.18
Analisis data dilakukan sebelum memasuki lapangan, selama dilapangan,
hingga setelah selesai dilapangan.
Nasution dalam Sugiyono mengungkapkan “Analisis telah mulai sejak
merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan
berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Analisis data menjadi
pegangan bagi penelitian selanjutnya sampai jika mungkin, teori yang
“grounded”.19
Dalam proses analisis data penelitian kualitatif ada beberapa langkah-
langkah yang dilakukan menurut model Miles dan Huberman dalam Sugiyono,
sebagai berikut:
a. Data reduksi, tujuan dari mereduksi yakni untuk merangkum, memilih hal-
hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan
polanya. Dengan demikian data akan lebih karena telah memberikan
gambaran untuk melakukan pengumpulan data.
17Sugiyono, op, cit. h.273
18Ibid., h.244
19
Ibid., h. 245
42
b. Data display, display dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan
cara singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sebagainya.
Selain dapat berbentuk naratif, display data juga dapat berupa grafik,
matriks, network.
Dalam hal ini, peneliti harus menguji apa yang telah ditemukan pada saat
telah memasuki lapangan ternyata hipotesis yang didukung data pada saat
dikumpulkan di lapangan, maka hipotesis tersebut terbukti dan
berkembang menjadi teori yang grounded.
c. Penarikan kesimpulan, kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin
dapat menjawab rumusan masalah yanng telah dirumuskan sejak awal,
tetapi mungkin juga tidak, karena masalah dan rumusan masalah masih
bersifat sementara.20
20Ibid., h.247
43
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Sejarah Gunung Wayang
Gunung Wayang merupakan gunung yang berada di Desa
Tarumajaya Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung Provinsi Jawa
Barat. Gunung Wayang memiliki sejarah tersendiri. Kata Wayang
dalam Gunung Wayang ternyata bukan berasal dari kata wayang
(golek) seperti yang dikenal saat ini. Secara etimologis Wayang di sini
berasal dari kata wa, yang berarti angin atau berangin lembut, dan
yang atau hyang artinya dewa. Wayang yang menjadi nama gunung
ini berarti angin surgawi atau angin dewata yang lembut, yang
mencirikan gambaran keindah-permaian alam yang abadi. Gunung
Wayang memiliki kelebihan tersendiri dibanding dengan gunung-
gunung tetangganya seperti Gunung Rakutak dan Gunung Malabar.
Gunung wayang memiliki mata air utama yang mengaliri wilayah
Jawa Barat dan Jakarta. Mata air itu di sebut mata air Pangsiraman
yang mengalir ke aliran Sungai Citarum dengan luas panjang aliran
Sungai Citarum adalah 225 Km.1
b. Lokasi, Letak dan Luas Daerah Penelitian
Desa Tarumajaya terletak pada koordinat 7,208°LS dan
107,63°BT. Desa Tarumajaya merupakan desa pegunungan yang
dikelilingi oleh kawasan hutan dan perkebunan teh. Letaknya tepat di
kaki Gunung Wayang yang merupakan zona inti daerah aliran Sungai
Ci Tarum Hulu. Secara administratif, Desa Tarumajaya merupakan
1Moch. Aditia Gunawan, Praktik Alih Fungsi Hutan Lindung di Gunung Wayang
Kecamatan Kertasari, 2013, (http://raksawahanacitarum.wordpress.com/2012/08/08/praktik-alih-
fungsi-hutan-lindung-di-gunung-wayang-kecamatan-kertasari/ di akses Kamis, 22 September
pukul 23.47 WIB).
44
bagian dari Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung. Jarak tempuh
dari Ibu Kota Kabupaten Bandung di Soreang sejauh 51 Km. Luas
Desa Tarumajaya adalah 2745,0 Ha.2
Batas-batas wilayah Desa Tarumajaya antara lain:
a. Sebelah Utara Desa Cibeureum, Kecamatan Kertasari
b. Sebelah Selatan Desa Santosa dan Desa Neglawangi,
Kecamatan Kertasari
c. Sebelah Timur Desa Cikembang, Kecamatan Kertasari dan
Kabupaten Garut
d. Sebelah Barat Desa Kertamanah, Kecamatan Pangalengan.
Tabel 4.1
Peta Administrasi Desa Tarumajaya
c. Keadaan Iklim Daerah Penelitian
Iklim adalah perubahan nilai unsur-unsur cuaca (hari demi hari dan
bulan demi bulan) dalam jangka panjang di suatu wilayah.3
2 Monografi Desa Tarumajaya, 2010
3Andri Noor Ardiansyah, Klimatologi Umum, (Tangerang Selatan : UIN Jakarta Press,
2013), h. 71
45
a. Klasifikasi Iklim Menurut Junghuhn
Suhu di udara di Desa Tarumajaya yang berketinggian 1400
– 1700 m di atas permukaan laut ini berkisar antara 10 -
20°C. Menurut Junghuhn pembagian daerah iklim dapat
dibedakan sebagai berikut:
1) Daerah panas/tropis, yaitu zone iklim yang berada pada
ketinggian antara 0 - 600 m dari permukaan laut. Suhu
26,3° - 22°C. Tanamannya seperti padi, jagung, kopi,
tembakau, tebu, karet, kelapa, dan cokelat.
2) Daerah sedang, yaitu zone iklim yang berada pada
ketingggian 600 - 1500 m dari permukaan laut. Suhu
22° - 17,1°C. Tanamannya seperti padi, tembakau, teh,
kopi, cokelat, kina, dan sayur-sayuran.
3) Daerah sejuk, yaitu zone iklim dengan tinggi tempat
1500 - 2500 m dari permukaan laut. Suhu 17,1° -
11,1°C. Tanamannya seperti teh, kopi, kina, dan sayur-
sayuran.
4) Daerah dingin, yaitu zone iklim dengan tinggi tempat
lebih dari 2500 m dari permukaan laut. Suhu 11,1° -
6,2°C. Tanamannya tidak ada tanaman budidaya.4
Sesuai dengan klasifikasi iklim Junghuhn tersebut, Desa
Tarumajaya berada pada zone iklim sejuk dengan kisaran suhu
tahunan 10 - 20°C dan dengan ketinggian tempat 1400 – 1700 m di
atas permukaan laut. Sesuai dengan klasifikasi iklim Junghuhn
yang diklasifikasikan sesuai dengan kehidupan tumbuh-tumbuhan,
maka Desa Tarumajaya termasuk ke dalam zone iklim sejuk yang
cocok ditanami teh, kopi, kina, dan sayur-sayuran.
4Ibid., h.93
46
2. Karakteristik Informan
Secara umum gambaran karakteristik informan yang berhasil di
wawancarai beserta identitasnya sebagai berikut:
Tabel 4.2
Karakteristik Informan
No Nama
Informan
Jenis
Kelamin
Alamat Status
1 Kang Uus Laki-laki Kp. Babakan
Ranca RT 3
RW 20, Desa
Tarumajaya.
Kecamatan
Kertasari.
Aktivis
Lingkungan
Desa
Tarumajaya,
anggota Institut
Gunung
Wayang.
2 Jajang Laki-laki Kp. Pilar 2 RT
1 RW 11, Desa
Tarumajaya,
Kecamatan
Kertasari.
Ketua RT 1 RW
11
3 Icha Perempuan Kp. Pilar 2 RT
1 RW 11, Desa
Tarumajaya.
Kecamatan
Kertasari.
Warga peternak
yang tidak
menggunakan
biogas.
4 Dede Nuryani Perempuan Kp. Pilar 2 RT
1 RW 11, Desa
Tarumajaya.
Kecamatan
Kertasari.
Warga yang
telah 3 tahun
menggunakan
biogas sampai
saat ini.
47
5 Ivan Laki-laki Kp. Babakan
Ranca RT 3
RW 20, Desa
Tarumajaya.
Kecamatan
Kertasari.
Warga yang
pernah
menggunakan
biogas dan
berhenti
menggunakan
biogas.
6 Aep Laki-laki Kp. Pilar 2 RT
1 RW 11, Desa
Tarumajaya.
Kecamatan
Kertasari.
Warga yang
sudah
menggunakan
biogas sejak
tahun 2015.
7 Teh Eneng Perempuan Kp. Pilar 2 RT
1 RW 11, Desa
Tarumajaya,
Kecamatan
Kertasari.
Warga peternak
yang tidak
menggunakan
biogas.
B. Respon Masyarakat Dalam Pemanfaatan Biogas
1. Respon Kognitif Masyarakat dalam Pemanfaatan Biogas Sebagai
Energi Alternatif.
Secara umum hasil respon mencakup tiga aspek, berdasarkan teori yang
ada di buku Psikologi Komunikasi, Jalaludin Rahmat dalam Galih Aulia
Rachman. Respon kognitif terjadi apabila ada perubahan pada apa yang
diketahui, dipahami, atau dipersepsi tentang khalayak. Respon ini berkaitan
dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan atau informasi.5
5Galih Aulia Rachman, Respon Masyarakat Terhadap Implementasi Program Keluarga
Harapan (PHK) di Dusun Bulurejo Desa Mongol Kecamatan Saptosari Kabupaten GunungKidul
Yogyakarat, Skripsi pada UIN Sunan Kalijati Yogyakarta, 2015. h. 19
48
Winkel mengklasifikasikan ranah kognitif berdasarkan taksonomi dan
klasifikasi:
1) Ranah kognitif (cognitive domain)
a. Pengetahuan (knowledge), mencakup ingatan akan hal-hal
yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan.
b. Pemahaman (comprehension), mencakup kemampuan untuk
menangkap makna dari arti bahan yang dipelajari.
c. Penerapan (application), mencakup kemampuan untuk
menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu
kasus atau problem yang kongkrit dan baru.
d. Analisis (analysis), mencakup kemampuan untuk merinci
suatu kesatuan kedalam bagian-bagian suatu struktur.
e. Sintesis (synthesis), mencakup kemampuan untuk
membentuk suatu kesatuan atau pola baru.
f. Evaluasi (evaluation), mencakup kemampuan untuk
membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa
hal.6
Penulis menyimpulkan, dalam ranah kognitif atau pengetahuan
klasifikasinya terbagi menjadi 6 bagian yaitu pengetahuan tentang apa
yang pernah dipelajari dan kemudian disimpan dalam ingatan, yang kedua
pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makna dari
pembelajaran, ketiga yaitu penerapan mencakup kemampuan untuk
menerapkan atau menyelesaikan suatu kasus. Keempat analisis mencakup
kemampuan untuk merinci struktur-struktur, kelima ialah sistesis
mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru, dan terakhir evaluasi
mencakup kemampuan untuk dapat memberikan suatu pendapat atau
pertanggungjawaban.
Bentuk respon kognitif dari hasil penelitian dijabarkan dalan poin-
poin berikut:
a. Mengetahui Isu Pencemaran Sungai Citarum
Isu pencemaran hulu Sungai Citarum sudah ada sejak tahun 2004
dikarenakan adanya alih fungsi lahan untuk dijadikan tempat pertanian.
Hal ini mengakibatkan tanah yang dikeruk di pinggiran sungai bergerak
dan menghasilkan sedimentasi di DAS Citarum. Hasil penelitian
6W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Yogyakarta: Media Abadi, 2004), h. 273
49
didapatkan bahwa pengetahuan akan isu sungai Citarum yang diketahui
oleh Aktivis Lingkungan, seperti ungkapan berikut:
“Pencemaran Hulu Sungai Citarum itu sangat banyak masalah
banget. Eeemmm Hulu Sungai Citarum itu udah dari tahun 2004
sebenarnya dari mulai Program Pemerintah meluncurkan, 2009 itu
sudah mulai. Saya masuk datang itu isu nya sudah itu, tapi Saya
tidak terlibat langsung untuk Hulu Sungai Citarum. Dulu itu ada
Gerakan Citarum Bergetar, Gerakan Citarum Bergetar ini
merupakan program dari Provinsi untuk menangani kritisnya para
petani merambah hutan, itu awalnya. Merambah hutan itu
sebutannya dengan alih fungsi menjadi tempat pertanian, jadi
sedimentasi tanah itu terbawa oleh air hujan terbawa ke Sungai
Citarum, pendangkalan otomatis di daerah DAS Citarum yang
dilokasi Dayeuh Kolot, Bale Endah.
Peternak bukan dari Citarum aja yang membuang kotorannya
langsung ke Citarum eeemm karena tidak ada penanganan khusus,
ternyata setelah kita coba ngobrol dengan peternak inisiatif lah ya
ngobrol dengan peternak. Jadi permasalahnya tadinya bukan mau
membuang secara langsung itu karena keterbatasan lahan, awalnya.
Jadi dia bikin diawal sempadan itu bikin kandang sapi karena
tanahnya sedikit untuk membuang itunya kan deket perumahan nih,
untuk membuang kotoran di sini banyak lalet dan lain sebagainya
mencemari ke rumah, nah gitu. Mungkin dia tidak berpikir panjang
kalo peternak mah di buang aja di masukin ke Citarum. Lebih
bersih untuk lingkungan, lingkungan mereka gitu yahh. Padahal
dampak ke yang lain itu sangat dasyat, karena terus mengandap dan
itu salah satunya yakni pendangkalan limbahnya, nah itu. Kasus
dari daerah sempadan Citarum ini tidak ada jalan keluar khusus nah
kawan-kawan kita dsni bikin Tim Revorma Agraria untuk
mengalihkan yang berkonsentrasi di Wilayah DAS Citarum,
dialihkan ke tempat yang khusus”.7
Menurut Kang Uus selaku aktivis Lingkungan mengaku bahwa isu
Pencemaran Hulu Sungai Citarum sudah ada sejak tahun 2004 dikarenakan
adanya alih fungsi Lahan untuk dijadikan tempat pertanian. Hal ini
mengakibatkan tanah yang di keruk menghasilkan sedimentasi di DAS
Citarum. ditambah lagi dengan aktivitas Peternak yang membuang limbah
Sapi ke Citarum.
7Wawancara pribadi dengan Kang Uus (aktivis lingkungan Desa Tarumajaya), September
2016, h. 92
50
Senada dengan Kang Uus, Pak Jajang selaku ketua RT 1
menyebutkan masalah krusial yang belakangan ini terjadi di Desa
Tarumajaya adalah masalah lingkungan dan Pencemaran Citarum, sepeti
ungkapan berikut ini:
“Masalah yang ada di Desa ini teh, masalah lingkungan dan
pencemaran Citarum. sebetulnya banyak program yang sudah
dilakukan untuk penanganan Citarum, mulai dari Pemda Kabupaten
Bandung, Provinsi, Kementerian ESDM, BAPENAS, dan KLH nah
kebetulan di RT kami dari KLH (Kementerian Lingkungan
Hidup)”.8
Secara umum didapatkan untuk dua informan ini, masalah yang
sedang hangatnya ialah masalah pencemaran sungai Citarum akibat
peternak membuang limbah sapi ke Sungai.
b. Memahami Penggunaan Instalasi Biogas
Bagian terpenting pembuatan biogas harus melirik pada alat yang
berkualitas agar hasil yang di keluarkan juga baik. Komponen utama
instalasi biogas diantaranya digester yang dilengkapi dengan lubang
pemasukan (inlet) danlubang pengeluaran (outlet), penampungan gas, serta
penampungan sludge (sisa buangan dalam bentuk padat dan cair).9
1) Unit digester
Pemilihan digester mencakup beberapa hal penting yang perlu
diperhatikan seperti ukuran, model, bahan, dan juga ketahannya terhadap
suhu, banjir dan juga gempa. Jika ukuran digester terlalu kecil maka akan
sulit untuk menampung kotoran sapi yang setiap harinya makin bertambah,
begitupun sebaliknya jika digester terlalu besar gas yang dihasilkan kurang
maksimal.
Menurut Ruhimat Mamat, adapun alat-alat yang digunakan saat
pembuatan biogas adalah mesin las listrik, mesin gerinda, gergaji besi,
palu, thermometer, meteran, dan anemometer. Sedangkan bahan-bahan
yang digunakan adalah drum ukuran 200 liter sebanyak 3 buah, pipa
8Wawancara pribadi dengan Pak Jajang Ketua RT 01, September 2016, h. 100
9Tuti Haryati, Biogas: Limbah Peternakan yang Menjadi Sumber Energi Alternatif,
Jurnal Wartazoa, Vol 16 No. 3 tahun 2006. h.165-167
51
ukuran 0.5 in sebanyak 2 batang, pipa ukuran 2 in sebanyak 120 cm,
kompor gas sebanyak 1 buah, stop kran 0,5 sebanyak 4 buah, selang karet
sebanyak 1 buah, plat besi 3 mm 50x30 sebanyak 1 buah, panci ukuran 6
liter air.10
2) Pipa
Instalasi pipa berfungsi sebagai media penyaluran atau
pendistribusian gas dari digester ke peralatan aplikasi biogas. Jumlah yang
dibutuhkan tergantung pada jarak anatara digester dengan peralatan listrik,
disarankan jaraknya tidak lebih dari 30 meter agar mempermudah kontrol
penggunaan dan keamanan.11
3) Pompa Biogas
Pompa berfungsi untuk megeluarkan biogas dari kantong
penampung biogas (biogas storage bag). Biasanya, terdiri dari pompa
besar dan pompa kecil, perbedaan kedua pompa ini hanya terletak pada
penggunaan baterai kering sebagai sumber arus listrik.12
4) Kantong Penampung Biogas
Kantong ini berfungsi sebagai tempat penampungan sementara
untuk gas yang dihasilkan pada proses metanogenesis. Hasil biogas yang
telah megalami proses metanogenesis kemudian disalurkan dengan
menggunakan pompa menuju tempat lain. Tempat lain yang dimaksud
ialah tempat yang akan dialiri biogas biasanya slang yang telah dipasang
untuk kemudian mengaliri biogas ke kompor atau alat penerang.13
5) Manometer
Alat ini berfungsi sebagai indikator pengukur tekanan biogas di
dalam digester dan tempat penampungan pada saat akan digunakan. Pada
10Mamat Ruhimat,dkk, Sosialisasi dan Pelatihan Pemanfaatan Biogas Skala Rumah
Tangga sebagai Sumber Energi Alternatif Ramah Lingkungan di Kampung Parabon Desa
Warnasari Kecamatan Pengalengan Kabupaten Bandung, Survey Pemetaan dan Informasi
Geografis FPIPS UPI.
11
Sri Wahyuni, Biogas Energi Alternatif pengganti BBM, Gas, dan Listrik, ( Jakarta :
Agro Media Pustaka, 2013), h.26
12
Ibid., h.26-27
13
Ibid., h. 28
52
umumnya, manometer ini diletakkan pada bagian bawah kubah digester
dan tempat peralatan aplikasi biogas.14
6) Katup atau Keran Gas
Katup ini berfungsi sebagai pengatur besar atau kecilnya aliran gas.
Pemasangan biasanya terdapat pada slang atau alat aplikasi. Jumlah keran
yang dibutuhkan tergantung kepada banyak tidaknya peralatan aplikasi
biogas. Biasanya, untuk satu unit biogas dibutuhkan 3-6 buah keran.
Terdapat beberapa jenis katup atau keran gas seperti katup berbahan
plastik dan katup besi.15
5. Membangun Instalasi Biogas
Menurut Sukandarrumidi, dkk, mengungkapkan beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam menentukan lokasi instalasi biogas:
a. Yakinkan bahwa tanah yang akan di jadikan lokasi pemasangan
instalasi biogas itu stabil, tidak mudah longsor atau ambles, dan bukan
tempat bekumpulnya air hujan (tempat yang rendah).
b. Pilih tempat yang selalu terkena sinar matahari secara langsung agar
gas yang dihasilkan tetap hangat.
c. Dekat dengan bahan baku yang berupa feses ternak, sebaiknya
berdekatan dengan kandang ternak yang akan dimanfaatkan feses-nya.
Jarak nya berkisar kurang lebih 50m. Hal ini agar memudahkan proses
dalam pembuatan biogas.
d. Dekat dengan sumber air dan persediaan yang cukup untuk bahan
pengencer kotoran ternak maupun untuk menggelontor masuknya
kotoran ternak ke dalam digester.
e. Usahakan lokasinya tidak begitu jauh dari dapur, akan lebih baik bila
kurang dari 100 meter, namun tidak terlalu dekat dengan sumber air.
f. Demi estetika, digester jangan diposisikan di depan atau samping
rumah. Tempatkan digester dibelakang rumah agar dekat dengan
kandang sapi dan dekat dengan sumber air. Bangunan digester jangan
menyatu dengan rumah induk.16
Hasil penelitian tentang pemahaman penggunaan instalasi Biogas
biasanya didapatkan selama mengikuti proses sosialisasi yang diberikan
14Ibid.
15
Ibid., h. 29
16
Sukandarrumidi, Herry Zardak Kotta, dan Djoko Wintolo, Energi Terbarukan Konsep
Dasar Menuju Kemandirian Energi ( Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2013), h.295
53
oleh Kementerian Lingkungan Hidup (KLHP) yang dilaksanakan 1 tahun
sekali. Berikut penuturan Kang Uus selaku aktivis lingkungan Desa
Tarumajaya.
“Tidak ada kesulitan selama memberikan pemahaman tentang
instalasi biogas. Karena mereka mah tinggal duduk, santai we.
Dibangunin tenaga kerja dari sana paling pekerja kasarnya juga
orang sana, orang lokal lah. Nanti diisiin bareng-bareng. Tapi ada
beberapan warga yang sudah diajak untuk mengikuti sosialisasi
tentang instalasi biogas ada yang menolak karena ada beberapa
orang yang mengambil keuntungan dengan meminta bayaran, ada
yang minta Rp 300.000 sampai Rp 500.000 untuk sekali
pemasangan isntalasi, jadi otomatis banyak warga yang tidak minat
membangun biogas”.17
Kang Uus menuturkan, pemahaman warga Desa Tarumajaya akan
instalasi biasanya dilakukan saat sosialisasi. Tidak ada kesulitan saat
sosialisasi karena cara penyampaian berbeda dengan orang kebanyakan.
Kang Uus lebih menggunakan pendekatan secara kekeluargaan.
Desa Tarumajaya telah menggunakan instalasi yang lebih praktis
dibandingkan dengan instalasi yang dulu. Penggunaan kantong penampung
sebagai tempat penyimpanan hasil gas yang sudah dapat langsung
digunakan untuk memasak dan penerangan dengan waktu kurang dari 10
hari. Namun semakin besar kantong penampung yang
dipompamenggunakan tenaga listrik maka gas yang ada juga banyak hal
ini menjadi penyebab meledaknya kantong penampung.18
Jadi dapat dipahami bahwa pemahaman warga tentang instalasi
biogas dilakukan selama sosialisasi yang diadakan oleh KLH setahun
sekali. Proses sosialisasi lebih mudah karena dilakukan secara
kekeluargaan melalui pendekatan datang langsung ke rumah warga.
Namun masih banyak pula warga peternak yang tidak mendapatkan
sosialisasi dikarenakan tidak tertarik menggunakan biogas.
17Wawancara pribadi dengan Kang Uus selaku aktivis lingkungan, September 2016, h. 97
18
Wawancara pribadi dengan A Ivan, Warga Desa Tarumajaya Kampung Babakan Ranca,
September 2016, h. 102
54
c. Mengemukakan Perbedaan Sebelum dan Sesudah ada Biogas
Perbedaan sebelum dan sesudah adanya biogas disini berarti
perubahan serta dampaknya yang telah dirasakan langusng oleh warga
yang telah menggunakan biogas maupun yang tidak. Menurut pengamatan
penulis perbedaan yang ada setelah ada biogas kotoran sapi ternyata dapat
dimanfaatkan menjadi lebih dari sekedar pupuk organik saja namun
banyak lagi manfaat dari kotoran sapi. Menurut Bapak Aep selaku warga
yang setahun terkahir menggunakan biogas mengungkapkan:
“Yang banyak Neng, keuntungannya banyak. Kalo belum ada
biogas kotoran ngalir ke jalan sampai ke Citarum, sekarang enggak.
Enggak ada polusi kotoran-kotoran limbah, alhamdulillah. Biaya
juga, pengeluaran rumah tangga menjadi irit. Kalo make biogas 1
kali proses bisa 1 minggu, kalo 1 tabung gas Cuma 3 hari”.19
Selain mengurangi limbah yang ada dijalan, biogas dapat
mengurangi jumlah pengeluaran rumah tangga, karena disana khususnya
Desa Tarumajaya untuk 1 Kg tabung gas di jual dengan harga Rp. 26.000
sedangkan untuk biogas dapat terus dijalankan hanya tinggal memasukan
kotoran sapi saja. Dilihat dari segi keindahan juga, biogas dapat
mengurangi limbah peternakan dan tidak mencemari lingkungan sekitar.20
Dapat disimpulkan perbedaan sebelum dan setelah adanya biogas
dapat dilihat dari kebersihan lingkungan. Lingkungan sekitar menjadi lebih
bersih dan tidak banyak kotoran sapi dimana-mana. Disamping itu biogas
juga sangat membantu mengurangi pengeluaran rumah tangga setiap
bulannya.
d. Mengetahui Program Lain yang Sedang Berjalan selain Biogas
Menurut Sukandarrumidi, Herry Zardak Kotta, dan Djoko Wintolo ,
“Biogas ( dari asal kata biologi dan gas ) merupakan salah satu jenis energi
terbarukan yang terbentuk melalui proses fermentasi bahan-bahan limbah
organik, seperti kotoran ternak, sampah organik, serta bahan-bahan
19Wawancara pribadi dengan Pak Aep, Warga Desa Tarumajaya Kampung Pilar Dua,
September 2016, h. 82
20
Wawancara pribadi dengan Kang Uus, aktivis lingkungan, September 2016, h. 84
55
lainnya oleh bakteri metanogenik dalam kondisi anaerob (tanpa
oksigen)”.21
Dewi Hastusi (Dosen Fakultas Pertanian Wahid Hasyim)
mendefinisikan,gas mudah terbakar (flammable) yang dihasilkan dari
proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob
(bakteri yang hidup dalam keadaan kedap udara)”.22
Berdasarkan pengertian diatas, dapat dikemukakan biogas adalah
jenis energi terbarukan yang terbentuk melalui proses fermentasi bahan-
bahan limbah organik, seperti kotoran ternak, sampah organik,
pengelolaan limbah air, pengelolahan limbah organik pertanian,
peternakan, industri, dan perkotaan oleh bakteri metanogenik dalam
kondisi anaerob ( tanpa oksigen ) yang menghasilkan suatu gas yang
sebagian besar terdiri atas campuran metan dan arang dioksida.
Penggunaan biogas sebagai energi alternatif digunakan dalam rangka
menemukan sumber energi baru yang dapat diperbaharui.
Berdasarkan latar belakang di bab 1, penulis mengungkapkan
bahwa di Desa Tarumajaya selain biogas program yang sedang berjalan
adalah program BIRU (Biogas Rumah), bekerjasama dengan Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Pemerintah Belanda.
Sejalan dengan program BIRU, aktivis lingkungan mengaku
program BIRU sama dengan Program Biogas kebanyak yang sudah ada di
Desa Tarumajaya.
Kang Uus juga menuturkan bahwa, di Desa Tarumajaya selain
program BIRU ada program bernama Eco Village atau Kampung
Berbudaya Lingkungan, seperti ungkapan berikut ini:
“Eco Village, Kampung Berbudaya Lingkungan, yang kalo sama
saya ya. Itu udah hampir 2 tahun lebih. Program-program nya biasa
me-recyle, pokoknya yang berhubungan dengan lingkungan aja. Itu
21
Sukandarrumidi, Herry Zardak Kotta, dan Djoko Wintolo, op.,cit.h.288
22
Dewi Hastuti, Aplikasi Tekhnologi Biogas Guna Menunjang Kesejahteraan Petani
Ternak, Jurnal Mediagro, Vol 5 Tahun 2009, h. 22
56
selalu lah. Kami juga menyebar kiplet dengan kawan-kawan
komunitas”.23
Program Eco Village di Desa Tarumajaya lebih konsen kepada
lingkungan, dengan melakukan recycle barang-barang bekas, menjualnya
ke beda Desa dan membuat pestisida yang dibantu rekan-rekan
Mahasiswa/i.
e. Mengetahui Respon Masyarakat Tentang Biogas
Pengertian respon menurut Anggi Ria, adalah respon terbentuk dari
proses rangsangan atau pemberian aksi atau sebab yang berujung pada
reaksi dan akibat dari proses rangsangan. Respon akan muncul dari
penerimaan pesan setelah terjadinya serangkaian komunikasi.24
Respon juga diartikan sebagai suatu balasan, tanggapan, atau
jawaban sebagai reaksi terhadap suatu rangsangan yang mengenai diri
seseorang.25
Menurut pengamatan penulis respon berupa tanggapan dari warga
Desa Tarumajaya menyatakan positif dan negatif untuk program biogas di
Desa ini. Untuk respon positif biogas baik semoga lancar kedepannya, ada
perbaikan lagi ke depannya. Keunggulannya supaya bisa untuk penerangan
gang atau kandang sapi seperti di Desa Cibeureum.26
Namun tidak semua warga memberikan respon yang positif ada
warga yang menggangap penggunaan biogas merepotkan hanya
membuang-buang waktu kadang apabila ada pekerjaan biogas bisa saja
ditinggalkan dan dibiarkan berantakan tidak dilanjutkan lagi serta
terbatasnya lahan.27
23
Wawancara pribadi dengan Kang Uus, aktivis lingkungan, September 2016, h. 93
24
Anggi Ria Puspitasari, Respon Siswa SMP Negeri 3 Kelapa Bangka Belitung Terhadap
Film Laskar Pelangi, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011, tidak dipublikasikan
25
Kadarina Wastuti, “ Respon Masyarakat Badegan Terhadap Siaran Dakwah K.H.
Mabarun Di Radio Persatuan Bantul.” Skripsi pada UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta 2010, tidak
dipublikasikan
26
Wawancara pribadi dengan Pak Aep, Warga Desa Tarumajaya Kampung Pilar Dua,
September 2016, h. 87
27
Wawancara pribadi dengan Bu Icha, Warga Desa Tarumajaya Kampung Pilar Dua,
September 2016. 89
57
Hal berbeda diungkapkan oleh A Ivan selaku warga yang pernah
menggunakan biogas dan trauma karena kantong penampung biogas
meledak, khawatiran ini membuat A Ivan berhenti untuk menggunakan
biogas dan beralih menggunakan gas elpiji ukuran 3 Kg.
Berdasarkan hasil wawancara diatas, dapat disimpulkan bahwa
respon masyarakat terhadap biogas sudah baik dan ingin supaya program
yang lain dikembangkan untuk memajukan Desa khususnya Desa
Tarumajaya. Namun begitu tidak semua masyarakat merespon baik biogas
karena terkendala lahan, dan air saat musim kemarau. Lahan yang mereka
lewati adalah milik orang lain di khawatirkan akan membuat kotor.
2. Respon Afektif Masyarakat dalam Pemanfaatan Biogas Sebagai
Energi Alternatif.
W.S Winkel mengaklasifikasikan ranah afektif (Affective domain)
dibawah ini:
a) Penerimaan (receiving), mencakup kepekaan adanya suatu
perangsang.
b) Partisipasi (responding), mencakup kerelaan untuk
memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu
kegiatan.
c) Penilaian (valuing), mencakup kemampuan untuk
memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri
sesuai dengan penilaian itu.
d) Organisasi (organization), mencakup kemampuan untuk
membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan
pegangan dalam hidup.
e) Pembentukan pola hidup (characterization by a value
complex), mencakup kemampuan untuk mengahayati
nilai-nilai kehidupan.28
Selanjutnya dalam ranah afektif bagian-bagiannya meliputi penerimaan,
partisipasi, penilaian, organisasi, dan pembentukan pola baru. Penerimaan
mencakup kepekaan terhadap rangsangan. Partisipasi mencakup kemampuan
untuk memperhatikan dan berpartisipasi dalam setiap kegiatan. Penilaian
kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap suatu objek tertentu.
Organisasi mencakup kemampuan dalam membentuk sistem dan nilai untuk
28Winkel op.cit,. h. 274-277
58
dijadikan pedoman hidup, dan terakhir adalah pembentukan pola baru
mencakup kemampuan untuk dapat terus menghayati nilai-nilai dalam suatu
kehidupan.Bentuk respon afektif berdasarkan hasil penelitian dijabarkan
seperti berikut:
a. Mengemukakan Ketertarikan Menggunakan Biogas
Ketertarikan disini berarti melihat pada faktor apa yang membuat
warga memilih menggunakan biogas dibandingkan gas elpiji 3 Kg ataupun
kayu bakar. Menurut pengamatan penulis ketertarikan menggunakan
biogas adalah gratis. Tidak perlu mengeluarkan biaya apapun karena
semuanya telah ditanggung oleh pemerintah setempat dalam hal ini KLH
Kabupaten Bandung. Selain ini ketertarikan menggunakan biogas menurut
Ibu Dede yang telah 3 tahun menggunakan biogas adalah mengurangi
jumlah pengeluaran rumah tangga dan dapat menghemat, menggunakan
biogas juga tidak sulit hanya harus rutin mengisi kotoran sapi ke dalam
digester.29
Terlepas dari itu, ternyata ada warga yang tidak tertarik
menggunakan biogas, alasan ketidaktertarikan ini didasarkan atas malas
mencampuri kotoran dengan sapi secara manual yang dianggap akan
menghabiskan waktu, sedangkan petani harus pergi ke kebun untuk bertani
setiap pagi sampai siang hari.30
Berdasarkan hasil wawancara diatas, warga ada yang tertarik dan
tidak tertarik. Ketertarikan warga hanya didasarkan kepada gratis dan
mudah dalam membuat biogas, namun yang tidak tertarik karena instalasi
yang digunakan masih instalasi dulu jadi warga khawatir meledak dan
juga jauh dari kandangnya takut mengotori lahan milik orang.
29
Wawancara pribadi dengan Ibu Dede, Warga Kampung Pilar Dua, September 2016, h.
86
30
Wawancara pribadi dengan Teh Eneng, Warga Kampung Pilar Dua, September 2016, h.
89
59
b. Program Biogas sebagai Pengganti Minyak Tanah/Gas
Biogas adalah suatu energi alternatif pengganti gas elpiji yang
pembuatannya dibantu oleh mikroorganisme. Mikroorganisme yang
memproduksi gas metana dan karbondioksida disebut dengan
metanogen.31
Setelah dilakukan proses fermentasi biogas bisa langsung
digunakan untuk keperluan memasak. Penggunaan biogas sebagai energi
pengganti minyak tanah yang kini sulit didapatkan dan sebagai pengganti
gas elpiji yang kenyataannya jarang dan bahkan masih langka dibeberapa
daerah di Indonesia.
Seperti yang kemukakan oleh Mamat Ruhimat bahwa untuk 1m³
biogas sama dengan 0.62 liter minyak tanah sama dengan 3,5 kg kayu
bakar dan setara dengan 0,46 kg elpiji.
Menurut Bu Dede menggunakan biogas bisa mengurangi
pengeluaran rumah tangga, untuk satu tabung elpiji disana dibandrol
dengan harga Rp. 26.000. Berbeda dengan biogas yang gratis asalkan
rutin mengisi kotoran sapi ke digester, selain itu hasil akhir biogas tidak
mengeluarkan bau sama sekali.32
Berdasarkan wawancara diatas, penggunaan minyak tanah ataupun
gas sudah tidak digunakan lagi bagi warga yang telah mengaplikasikan
biogas. Namun berbeda dengan warga yang masih menggunakan elpiji3
Kg untuk kebutuhan sehari-hari. Penggunaan gas elpiji hanya bertahan
tiga hari karena digunakan untuk keperluan menjual makanan di warung,
namun bagi yang hanya di gunakan untuk keperluan masak rumah tangga
penggunaan gas elpiji bertahan hingga satu minggu.
31Mahdalena, Pengaruh Suhu Terhadap Produksi Biogas Pada Proses Metanogenesis
Berbahan Baku Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit, Skripsi pada Universitas Sumatera Utara,
Medan 2014, tidak dipublikasikan 32
Wawancara pribadi dengan Bu Dede, Warga Kampung Pilar Dua, September 2016, h. 84
60
c. Mendapatkan Dana dari Pemerintah atau Secara Gotong-
royong
Pemberian dana untuk program Desa biasanya diberikan oleh pihak
Desa secara cuma-cuma melalui RW yang nantinya rinci lagi ke masing-
masing ketua RT yang ada di dalam wilayah RW tersebut.
Menurut Kang Uus, “Kementerian Lingkungan Hidup, tapi beda
Desa beda pemberian. Ada yang dari Pemerintah, Kementerian dan juga
ada yang dari Provinsi. Untuk Desa Tarumajaya di dapatkan dari
Kementerian Lingkungan Hidup”.33
Pemberian instalasi biogas didapatkan dari Kementerian
Lingkungan Hidup untuk Desa Tarumajaya sendiri. Untuk warga tidak
dipungut biaya bahkan di berikan upah untuk warga yang mau sukarela
membangun instalasi biogas, pembayaran upah sesuai dengan upah kerja
perjam, setiap warga hanya mengangkut batu sebagai bantuan swadaya.34
Berdasarkan hasil diatas, dapat disimpulkan bahwa instalasi biogas
100% gratis di dapatkan dari Pemerintah, yang kemudian hanya diminta
secara swadaya untuk mengangkat batu, malah jadi warga yang rumah
nya mau di bangun instalasi biogas, di berikan uang oleh pemerintah.
3. Respon Behavioral Masyarakat dalam Pembuatan Biogas Sebagai
Energi Alternatif
Respon behavioral merujuk kepada perilaku nyata yang dapat
diamati yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan
perilaku.35
Bentuk dari respon behavorial berdasakan hasil penelitian
dijabarkan dalam sebagai berikut:
a. Mengisi Rutin Kotoran Sapi ke Digester
Menurut Widarto dan Sudarto, dalam Sukandarrumidi, dkk, perihal
perhitungan kapasitas alat didasarkan pada jumlah ternak sapi dan tinja
yang dihasilkan:
33Wawancara pribadi dengan Kang Uus , aktivis lingkungan, September 2016, h.91
34Wawancara pribadi dengan Kang Uus , aktivis lingkungan, September 2016, h.92
35
Galih Aulia Rachman, op, cit. h. 19
61
1) Tiap 1 ekor sapi menghasilkan 2 ember kotoran per hari.
2) Kotoran perlu diencerkan dengan 3 ember air.
3) Volume untuk 1 ember adalah sekitar kurang lebih 10 liter.
4) Jumlah ternak yang diusahakan untuk digunakan minimal 4 ekor
sapi.
5) Lamanya fermentasi (proses pembentukan gas kurang lebih 30
hari).36
Berdasarkan perhitungan diatas, maka setiap hari kotoran yang
masuk sebagai umpan dalam digester adalah 2 ember (tinja) + 3 ember
(air) = 5 ember. Bila 1 ember = 10 liter, maka ada 50 liter campuran tinja
dan air untuk 1 ekor sapi. Lama proses pembentukan gas dalam digester
30 hari, maka tiap ekor sapi membutuhkan ruang digester 30X50 liter =
1.500 liter. Bila jumlah ternak yang diusahakan 4 ekor sapi, maka
volume digester yang harus dibuat 4X1.500 liter = 6.000 liter atau 6
meter kubik.
Seperti pernyataan diatas bahwa biogas membutuhkan waktu
kurang dari 30 hari untuk menghasilkan gas, pernyataan ini senada
dengan Mamat Ruhimat, menurutnya setelah kurang dari 10 hari reaktor
biogas dan penampung biogas akan terlihat mengembang dan mengeras
karena biogas telah menghasilkan gas. Biogas yang telah tertampung
dapat langsung digunakan.37
Menurut Kang Uus, instalasi yang ada di Desa Tarumajaya adalah
instalasi yang praktis dan mudah tidak mengoperasikan instalasi yang
lama karena dulu pernah meledak dan harus di pompa dengan dihasilkan
dari tenaga listrik.38
Penggunaan listrik tidak sama dengan prinsip biogas yang
berfungsi sebagai energi alternatif tanpa bantuan energi listrik, hanya
dibantu oleh bakteri pada saat proses fermentasi berlangsung dan
mendapatkan panas matahari yang cukup agar suhu tetap hangat.
36Sukandarrumidi, Herry Zardak Kotta, dan Djoko Wintolo, op. cit. h. 270.
37
Mamat Ruhimat,dkk, Sosialisasi dan Pelatihan Pemanfaatan Biogas Skala Rumah
Tangga sebagai Sumber Energi Alternatif Ramah Lingkungan di Kampung Parabon Desa
Warnasari Kecamatan Pengalengan Kabupaten Bandung, Survey Pemetaan dan Informasi
Geografis FPIPS UPI 38
Wawancara pribadi dengan Kang Uus, Aktivis Lingkungan, September 2016, h.97
62
Menurut Kang Aep selaku warga yang setahun belakang
menggunakan biogas menuturkan banyaknya takaran kotoran sapi yang
dimasukkan ke digester sebagai berikut:
“1 ember kotoran sapidimasukan ke digester dalamnya kira-kira
5m³ tambahkan saja 2 ember air. Kalau tidak cair tidak dapat
memproses kalau terlalu cair juga hasilnya tidak bagus”, untuk
ukuran dalam digester 5m³ bisa untuk seminggu maksimal
pemakaian untuk dua rumah saja”.39
.
Banyaknya hasil gas yang didapatkan ternyata berdasarkan kepada
besar atau luas dari instalasi itu sendiri. Semakin besar digester semakin
banyak kotoran sapi yang dimasukkan otomatis semakin banyak pula
hasil gas yang dihasilkan. Di Desa Tarumajaya sendiri yang di gunakan
luas jari-jari nya 1,5 Meter diputarkan menjadi 3 Meter untuk luas
diameter dengan kedalaman 5m³.
Penulis menyimpulkan bahwa instalasi yang digunakan di Desa
Tarumajaya adalah instalasi terbaru yang praktis dan mudah. Untuk
pembuatan biogas sendiri takaran 1 ember yang isinya kotoran sapi
dicampur dengan air sebanyak 2 ember, cukup untuk pemenuhan gas
selama satu minggu dan maksimal digunakan untuk 2 rumah. Jumlah
biogas tidak tergantung dari banyaknya kotoran sapi yang dimasukan,
tapi bergantung kepada ukuran digester semakin besar digester otomatis
semakin banyak gas yang dihasilkan.
b. Mengikuti Jalannya Sosialisasi
Sosialisasi diartikan sebagai bentuk keikutsertaan warga dalam
setiap program yang sedang berjalan, keikutsertaan terbentuk dalam
bentuk perkumpulan. Penulis mengamati sosialisasi di Desa Tarumajaya
dilakukan secara kekeluargaan dengan cara mendatangi rumah warga
yang nantinya diberi pengarahan terkait program yang tengah berjalan.
Untuk sosialisasi biogas yang sedang berjalan Bapak Aep
menurutkansosialiasi tentang biogas di Desa Tarumajaya yang diberikan
39
Wawancara pribadi dengan Kang Aep, Warga Kampung Pilar Dua, September 2016, h. 83
63
oleh pemerintah hanya sekali selama 3 tahun biogas berjalan di Desa
Tarumajaya.40
Sejalan dengan pernyataan Bapak Aep sebagai warga yang telah
menggunakan biogas dari tahun 2015, Ibu Dede pun mengaku bahwa, di
Desa Tarumajaya jarang diadakan sosialisasi khusus untuk kaum ibu-ibu
diberikan sosialisasi langsung dijemput hal ini dilakukan untuk menarik
minat mengikuti sosialisasi”.41
Tak jauh berbeda dengan pendapat kedua responden diatas,
pernayataan juga sama dikemukakan oleh Ibu Icha selaku warga peternak
namun tidak menggunakan biogas, “Pernah diberitahu kalau ingin ikut,
begitu ya. Didatengin tapi tidak dikasih tau kalau mau masang biogas,
diberitahu langsung didata tapi waktu itu saya tidak kebagian jadi masuk
ke gelombang dua”.42
Menurut Kang Uus yang bertindak sebagai aktivis lingkungan,
sosialisasi biasanya diberikan oleh KLH. Orang KLH yang langsung
datang ke Desa Tarumajaya bukan kami yang meminta orang KLH yang
dateng. Kalau orang KLH mau ketemu warga bisa langsung datang
kesini. Dalam setahun hanya sekali orang KLH yang datang. Ketika mau
membuat program atau meluncurkan program.43
Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa pemberian sosialiasasi diberikan oleh pihak KLH Kabupaten
Bandung dilakukan ketika membuat atau meluncurkan program. Untuk
biogas di Desa Tarumajaya sendiri, sosialiasasi diberikan setahun sekali.
Yang memberikan sosialisasi adalah orang Kementerian Lingkungan
Hidup sendiri yang khusus datang ke Desa Tarumajaya. Pemberian
sosialisasi hanya dilakukan ketika akan membuat atau meluncurkan
sebuah program Desa.
40
Wawancara pribadi dengan Kang Aep, Warga Kampung Pilar Dua, September 2016, h. 86 41
Wawancara prbadi dengan Ibu Dede, Warga Kampung Pilar Dua, September 2016, h. 86 42
Wawancara pribadi dengan Bu Icha, Warga Kampung Pilar Dua September 2016, h. 89 43
Wawancara pribadi dengan Kang Uus, aktivis lingkungan, September 2016, h. 97
64
C. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil diatas, isu pencemaran hulu Citarum sudah ada
sejak tahun 2004. Isu ini dimulai sejak krisisnya hutan akibat alih fungsi
lahan isu ini semakin santer terdengar dengan dibuatnya kandang sapi di
sempadan sungai yang menyebabkan warga yang tinggal di bantaran
sungai membuang kotoran sapi ke Citarum seperti yang di jelaskan oleh
Kang Uus selaku aktivis lingkungan Desa Tarumajaya. Dengan adanya isu
tersebut pemerintah dalam hal ini KLH (Kementerian Lingkungan Hidup)
Kabupaten Bandung memberikan program biogas secara gratis kepada
warga Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung, Jawa
Barat.
Biogas adalah jenis energi terbarukan melalui proses fermentasi
bahan-bahan limbah organik seperti kotoran ternak, sampah organik,
pengelolaan limbah air, pengelolaan limbah organik pertanian, peternakan
dan industri oleh bakteri metanogenik dalam kondisi anaerob (tanpa
oksigen). Limbah yang dijadikan sebagai bahan pembuatan biogas adalah
kotoran sapi. Menurut Wahyuni produksi kotoran sapi ternak perhari bisa
mancapai 20-29 kg, dibandingkan dengan hewan ternak lainnya yang
hanya memproduksi kotoran sebesar 2,00 – 7,00 untuk hewan babi dewasa
hingga domba. Sesuai dengan tabel dibawah ini
Tabel 2.1 Produksi Kotoran Ternak Segar Per Hari
Jenis ternak Bobot ternak (kg/ekor) Produksi (kg/hari)
Sapi potong 400-500 20-29
Sapi perah 500-600 30-50
Ayam petelur 1,5-2,0 0,10
Ayam pedaging 1,0-1,5 0,06
Babi dewasa 80-90 7,00
Domba 30-40 2,00
Sumber : United Nations, 1984 dalam Wahyuni
65
Dapat disimpulkan bahwa sapi merupakan hewan yang
memproduksi kotoran ternak paling banyak per harinya dibanding hewan
lain.
Program ini telah berjalan selama 3 tahun terhitung sejak tahun
2013 di Desa Tarumajaya. Pengelolaan biogas saat ini di Desa Tarumajaya
tidak rumit seperti sebelumnya, penggunaan instalasi biogas saat ini lebih
praktis dan tidak akan menyebabkan kebocoran pipa atau kantong
penampung biogas. Biogas mendapatkan respon yang positif karena gratis,
mengurangi pengeluaran rumah tangga sebagai pengganti gas karena harga
gas elpiji disana mencapai Rp 26.000 dan cara pengelolaannya yang
mudah namun tidak semua warga memberikan respon positif, beberapa
warga beranggapan bahwa pengelolaan biogas memakan waktu dan
menambah pekerjaan karena mereka harus pergi pagi dan pulang siang
hari untuk berkebun.
Respon masyarakat Desa Tarumajaya memiliki kesamaan dengan
respon masyarakat mengenai biogas di Kampung Parabon Desa Wanasari
yang dilakukan oleh Mamat Ruhimat mengenai Masih banyak penduduk
yang malas mengelola kotoran sapi untuk di buat menjadi biogas,
kebanyakan penduduk desa Parabon membuang kotoran sapinya begitu
saja yang berakibat pada tercemarnya lingkungan. Ditambah lagi
kurangnya sosialisasi di lingkungan penduduk akan manfaat biogas.44
Senada dengan penelitian relevan diatas, peneliti melihat
pemanfaatan biogas di Desa Tarumajaya masih terkendala dalam hal
sosialisasi. Pelaksanaan sosialisasi hanya di lakukan setahun sekali saat
akan mengadakan program atau akan membuat program baru, tentu ini
akan menjadi faktor kurang berkembangnya biogas di Desa Tarumajaya.
Disana juga kebanyakan warga yang malas untuk memanfaatkan kotoran
sapi menjadi biogas. Hal ini terlihat di sepanjang jalan Kampung Pilar Dua
44Mamat Ruhimat, dkk, Sosialisasi dan Pelatihan Pemanfaatan Biogas Skala Rumah
Tangga Sebagai Sumber Energi Alternatif Ramah Lingkungan di Kampung Parabon Desa
Warnasari Kecamatan Pengalengan Kabupaten Bandung”, Jurnal Abmas, 2011, h.6
66
yang dijadikan sebagai tempat penelitian, kotoran sapi masih banyak yang
berserakan sepanjang jalan, dan terlihat mengalir hingga ke Citarum.
67
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah
dikemukakan tentang respon masyarakat terhadap pemanfaatan biogas
sebagai energi alternatif di Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari,
Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Maka didapatkan kesimpulan sebagai
berikut:
1. Pemanfaatan biogas saat ini di Desa Tarumajaya masih kurang
berkembang. Hal ini disebabkan karena sosialisasi yang dilakukan
oleh KLH hanya setahun sekali tentu hal ini akan menjadi dampak
tidak berkembangnya biogas di Desa Tarumajaya. Selain itu ada
faktor-faktor lain yang membuat biogas kurang berkembang.
Faktor tersebut anatara lain:
a. Lokasi antara kandang sapi dan rumah jauh.
b. Ada beberapa oknum yang menggunakan sosialisasi
sebagai jalan mencari uang. Setiap warga yang ingin
memasang instalasi biogas dimintai dana sebesar Rp.
300.000 sampai Rp. 500.000.
c. Terbatasnya lahan, karena lahan disana hampir 70% milik
pemerintah BUMN dan swasta.
d. Tidak tertariknya warga menggunakan biogas karena dirasa
merepotkan, tidak ada waktu untuk membuat biogas
kebanyakan warga disana bekerja sebagai petani yang
berangkat pagi pulang siang.
Dilihat dari kondisi fisik dan iklimnya Desa Tarumajaya memiliki
potensi untuk pemanfaatan biogas. Berdasarkan kondisi fisik dan
iklim nya Desa Tarumajaya berada di kaki Gunung Wayang.
Gunung Wayang sendiri memiliki kelebihan tersendiri dibanding
dengan gunung-gunung tetangganya seperti Gunung Rakutak dan
68
Gunung Malabar. Gunung wayang memiliki mata air utama yang
mengaliri wilayah Jawa Barat dan Jakarta. Mata air itu di sebut
mata air Pangsiraman yang mengalir ke aliran Sungai Citarum
dengan luas panjang aliran Sungai Citarum adalah 225 Km. Hal ini
sangat penting karena dalam usaha peternakan sapi dapat
digunakan untuk memandikan sapi, membersihkan kotoran ternak
dan membersihkan kandang. Daerah penelitian mendukung dalam
pemanfaatan biogas menjadi energi alternatif karena Desa
Tarumajaya berada pada zone iklim sejuk dengan kisaran suhu
tahunan 10 - 20°C dan dengan ketinggian tempat 1400 – 1700 m di
atas permukaan laut. Sesuai dengan klasifikasi iklim Junghuhn
yang diklasifikasikan sesuai dengan kehidupan tumbuh-tumbuhan,
maka Desa Tarumajaya termasuk ke dalam zone iklim sejuk yang
cocok ditanami teh, kopi, kina, dan sayur-sayuran. Kondisi ini
menguntungkan untuk peternak karena mudah mendapatkan pakan
ternak.
2. Respon masyarakat dalam pemanfaatan biogas di Desa Tarumajaya
antara lain:
a. Masyarakat yang sepenuhnya menerima yaitu masyarakat
yang telah lama menggunakan biogas. Masyarakat ini
adalah masyarakat yang mengikuti sosialisasi dan
pelatiahan dari awal pembuatan biogas sampai sekarang
masih menggunakan biogas.
b. Masyarakat yang menerima biogas namun belum pernah
mempraktekan pembuatan biogas. Masyarakat ini adalah
masyarakat yang telah mendapatkan sosialisasi seputar
biogas tetapi tidak sepenuhnya memahami akan manfaat
yang telah diberikan oleh biogas, cara kerja biogas serta
mekanisme pembuatan biogas.
c. Masyarakat yang menerima biogas dan sudah pernah
mempraktekan pembuatan biogas. Masyarakat ini adalah
69
masyarakat yang telah mengikuti sosialisasi biogas dan
pernah menggunakan biogas namun trauma akibat kantong
penampung biogas pernah meledak. Hingga saat ini tidak
pernah mau menggunakan biogas lagi.
d. Masyarakat yang menolak biogas. Masyarakat ini adalah
masyarakat yang terang-terangan tidak pernah mengikuti
sosialisasi.
B. IMPLIKASI
Pemanfaatan biogas sejak tahun 2013 mendapatkan respon yang
positif dan negatif dari masyarakat Desa Tarumajaya. Masyarakat yang
memberikan respon postif adalah masyarakat yang benar-benar paham,
sering melakukan sosialisasi dan telah menggunakan biogas sampai hari
ini. Untuk masyarakat yang memberikan repson negatif adalah masyarakat
yang tidak pernah mengikuti sosialisasi dan tidak paham akan manfaat
serta penggunaan biogas.
Keterlibatan masyarakat dalam pemanfaatann biogas kurang
terlihat. Peneliti mengemukakan bahwa pemanfaatan biogas masih kurang
berkembang di Desa Tarumajaya. Hal ini diakibatkan kurangnya
kesadaran masyarakat untuk membersihkan lingkungannya dari kotoran
ternak dan sengaja membuang ke aliran sungai sampai ke Citarum.
C. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas, saran-saran
yang dapat penulis berikan untuk pengembangan biogas di Desa
Tarumajaya antara lain:
a. Masyarakat harus lebih aktif lagi dan memiliki sifat peduli
terhadap lingkungan sekitar, karena berdasarkan penelitian hanya
segelintir warga yang aktif dalam mengurangi kotoran sapi menjadi
pupuk dan dijadikan bahan baku pembuatan biogas, selebihnya
dibiarkan mengalir sampai ke Citarum.
70
b. Pelaksanaan sosialisasi harus dilakukan minimal setahun dua kali
untuk melihat apakah ada kerusakan dan penambahan instalasi di
Desa Tarumajaya. Sehingga masyarakat dapat dengan mudah
mengantisipasi apabila terjadi kerusakan pada instalasi biogas.
c. Adanya penambahan program selain biogas, dan eco village yang
sedang berjalan di Desa Tarumajaya. Karena peneliti melihat
program eco village atau kampung berbudaya lingkungan yang
tengah dilaksanakan kurang mendapat respon di masyarakat.
Masyarakat yang melakukan program eco village berasal dari luar
Desa Tarumajaya, untuk di Desa sendiri masih kurang warga yang
ikut berpartisipasi.
d. Keterlibatan perangkat Desa antara lain Kelurahan, RW, maupun
RT untuk bekerjasama dalam melakukan sosialiasasi kepada warga
mengenai program biogas di Desa Tarumajaya, Kecamatan
Kertasari, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
e. Koordinasi kepada pihak Kementerian Lingkungan Hidup dan
Perhutani dalam hal pembagian lahan agar masyarakat dapat
mendapatkan lahan sebagai tempat pembuatan instalasi biogas.
71
DAFTAR PUSTAKA
Alfiandi, Widoyo, Epistemologi Geografi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
2001.
Ardiansyah, Andri Noor , Klimatologi Umum, Tangerang Selatan : UIN Jakarta Press, 2013.
Arikunto, Suharsini. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta,
2002.
Aripin, Jaenal dan Salam, Syamsir, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: UIN Jakarta
press).
Damanik, Asan. Fisika Energi. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma, 2011.
Hamalik, Abu, dkk, Ilmu Sosial Dasar, Jakarta; PT Rineka Cipta, 2009
Kang Uus. Wawancara. Desa Tarumajaya. 4 September 2016.
Mediastika, Christiana E. Hemat Energi & Lestari Lingkungan melalui Bangunan.
Yogyakarta: C.V Andi Offset, 2013.
Meleong, Lexy. J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009.
Monografi Desa Tarumajaya tahun 2010
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta : Pusat
Bahasa, 2008.
Putera, Nusa, Penelitian Kualitatif : Proses & Aplikasi, Jakarta: PT Indeks, 2012.
Sejati, Kuncoro, Pengolahan Sampah Terpadu dengan Sistem Node, Sub Point, Center Point,
Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2009.
Shadily, Hasan dan Echlos, John. Kamus Besar Bahasa Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia,
2003.
Soelaeman, M. Munandar, Ilmu Sosial Dasar Edisi Revisi, Bandung: PT Eresco, 1995.
Sukandarrumidi, dkk. Energi Terbarukan Konsep Dasar Menuju Kemandirian Energi.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2013.
Wahyuni, Sri. Biogas Energi Alternatif Pengganti BBM, Gas, dan Listrik. Jakarta: Agro
Media Pustaka, 2013.
Winkel, W.S. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi, 2004.
72
Jurnal dan Skripsi
Asmara, M. Alla, dkk. Sosialisasi dan Pelatihan Pemanfaatan Biogas Skala Rumah Tangga
sebagai Sumber Energi Alternatif Ramah Lingkungan di Kampung Parabon Desa
Warnasari Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung, Jurnal Abmas, 2011.
Aulia Rachman, Galih, Respon Masyarakat Terhadap Implementasi Program Keluarga
Harapan (PHK) di Dusun Bulurejo Desa Mongol Kecamatan Saptosari Kabupaten
GunungKidul Yogyakarat, Skripsi pada UIN Sunan Kalijati Yogyakarta, 2015.
Haryati, Tuti. “Biogas: Limbah Peternakan yang Menjadi Sumber Energi Alternatif”. Jurnal
Wartazoa, Vol.6, 2006.
Hidayatullah, Penerapan Produksi Bersih Pada Usaha Peternakan Sapi Perah (Studi Kasus di
CV. Lembah Hijau Multifarm, Solo-Jawa Tengah), Tesis di Program PascaSarjana IPB,
2002, h.41-43Hastuti, Dewi, Aplikasi Tekhnologi Biogas Guna Menunjang
Kesejahteraan Petani Ternak, Jurnal Mediagro, Vol 5 Tahun 2009.
Mahdalena.“Pengaruh Suhu Terhadap Produksi Biogas Pada Proses Metanogenesis
Berbahan Baku Limbah Cair Pabrik Kepala Sawit”, Skripsi pada Universitas Sumatera
Utara, Medan 2014, tidak dipublikasikan.
Ruhimat, Mamat, dkk. Sosialisasi dan Pelatihan Pemanfaatan Biogas Skala Rumah Tangga
sebagai Sumber Energi Alternatif Ramah Lingkungan di Kampung Parabon Desa
Warnasari Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung, Survey Pemataan dan
Informasi Geografis FPIPS UPI.
Maryani, Sri, Potensi Campuran Sampah Sayuran dan Kotoran Sapi sebagai Penghasil
Biogas, Skripsi pada Universitas Islam Malik Ibrahim Malang 2016, tidak
dipublikasikan.
Ni’mah, Lailan, Biogas From Solid Waste Of Tofu Production And Cow Manure Mixture:
Composition Effect, JurnalChemica,Volume 1, Nomor 1, Juni 2014.
Nurhasanah, Anna, dkk. Perkembangan Digester Biogas di Indonesia (Studi Kasus di Jawa
Barat dan Jawa Tengah), Jurnal Balai Besar Pengembangan Mekanisme Pertanian.
Puspitasari, Anggi Ria. “Respon Siswa SMP Negeri 3 Kelapa Bangka Belitung Terhadap
Film Laskar Pelangi”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011, tidak
dipublikasikan.
73
Rahayu, Rizki Diyanti, dkk. Pembuatan Biogas dari Eceng Gondok (Eichorniacrassipes)
Melalui Pretreatment dengan Jamur Phanerochaete Chrysospirium dan
Trichodermaharzianum, Jurnal Tekhnik Pomits, Vol.1, 2013.
Renosari, P. Kajian Peningkatan Pemanfaatan Kotoran Sapi Menjadi Biogas Dengan Metode
SWOT dan AHP di Desa Wangunsari Kecamatan Lembang. Jurnal Buana Sains, Vol.
12, 2012.
Rinazani, Shofian. “Respon Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Energi Alternatif (Biogas) Di
Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung.” Skripsi pada UPI
Bandung, Bandung 2011, tidak dipublikasikan.
Wastuti, Kadarina. “Respon Masyarakat Badegan Terhadap Siaran Dakwah K.H. Mabarun di
Radio Pemersatu Bantul.” Skripsi pada UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta 2010, tidak
dipublikasikan.
Internet
Aditia Gunawan, Moch. Praktik Alih Fungsi Hutan Lindung di Gunung Wayang Kecamatan
Kertasari, 2013, (http://raksawahanacitarum.wordpress.com/2012/08/08/praktik-alih
fungsi-hutan-lindung-di-gunung-wayang-kecamatan-kertasari/ di akses
Kamis, 22 September pukul 23:47 WIB
Basuki, Seno, Pengenalan Dasar Tentang Iklim dan Cuaca, dalam http://jateng.litbang.
deptan.go.id/ind/images/Publikasi/databaseristek/iklimdancuaca.pdf, 2011 diakses
tanggal 22 September 2016 pukul 23:58 WIB
Budisan, “Fikruzzaman, Muhammad. “Lakon Ekonomi Rendah Karbon”. Harian Kompas
Siang (E-Paper), Jakarta 02 November 2013. http://budisansblog.blogspot.in/2013/11/l...
diakses tanggal 11 Oktober 2016 Pukul 20:49 WIB
Cita-citarum Recovery. “Limbah Sapi di Desa Tarumajaya”, (http://citarum.org/info-
citarum/berita-artikel/1359-limbah-sapi-di-desa-tarumajaya.html, 06 September 2015.
Darlis. Minyak Tanah Mahal, Warga Gunakan Biogas Kotoran Sapi. Tempo Interaktif,
Jakarta, 21 September 2007, http://id.scribd.com/doc/301816139/Biogas-Dari-Kotoran-
Sapi, diakses tanggal 11 Oktober pukul 23:32 WIB
https://id.wikipedia.org/wiki/Tarumajaya,_Kertasari,_Bandung, 06 September 2015.
Mustaqim, Khusni, Rasa Logika : Sekilas Mengenai Grounded Theory,
http://berpikirberbeda.blogspot.in/2011/11/sekilas-mengenai-grounded-research.html
diakses tanggal 3 Oktober 2016, pukul 19:21 WIB
74
Lampiran 1
Tabel 3.2
Kisi-kisi Pedoman Wawancara
Variabel Dimensi Pernyataan
Respon
Masyarakat
dalam
Pemanfaatan
Biogas sebagai
Energi
Alternatif
KOGNITIF
1. Mengetahui program biogas.
2. Paham tentang instalasi biogas.
3. Selain memasak digunakan untuk apa
hasil biogas.
4. Perkembangan sebelum dan sesudah
ada biogas.
5. Program lain yang sedang berjalan
kecuali biogas.
6. Respon seberapa pentingkah
penggunaan biogas.
AFEKTIF
1. Respon warga desa Tarumajaya saat
pertama kali program biogas
dilaksanakan.
2. Sering mengikuti sosialisasi.
3. Tertarik menggunakan biogas
4. Dana dr pemerintah, gotong royong
atau perseorangan.
5. Menggantikan gas/minyak tanah atau
kayu bakar
BEHAVIORAL
1. m³ tahi sapi dalam sehari untuk
pemenuhan perhari nya
2. Lama pembuatan biogas
75
Lampiran 2
Wawancara
1. Identitas informan ( Tokoh Masyarakat, Ketua RT, Ketua RW)
Nama :
Jenis kelamin :
Alamat :
Status :
2. Sudah berapa lama Anda mendiami desa Tarumajaya?
3. Apa mata pencaharian utama di desa Tarumajaya?
4. Menurut Anda, apa masalah yang terjadi belakangan ini di desa
Tarumajaya?
5. Apakah Anda mengetahui program biogas yang tengah berjalan saat ini di
desa Tarumajaya?
6. Seberapa paham kah Anda tentang instalasi alat pembuatan biogas?
7. Dapatkah Anda menjelaskan sejarah singkat awal mula program biogas
hingga saat ini di desa Tarumajaya?
8. Apa perbedaan yang mencolok sebelum dan sesudah ada biogas?
9. Adakah perbedaan hasil dari biogas dari tahun ke tahun?
10. Selama program biogas berjalan, bagaimana respon warga yang
menggunakan biogas?
11. Pernahkan Anda mendapatkan keluhan dari warga untuk program biogas
yang saat ini tengah berjalan?
12. Untuk kedepannya, apa harapan untuk biogas kedepannya?
76
Lampiran 3
Wawancara
1. Identitas informan (Aktivis Lingkungan Desa Tarumajaya)
Nama :
Jenis kelamin :
Alamat :
Status :
2. Bagaimana pendapat Anda tentang isu pencemaran di hulu Sungai
Citarum?
3. Apakah biogas dijadikan priyoritas warga dalam mengelola limbah
peternakan di Desa Tarumajaya?
4. Sebelum memulai menggunakan biogas, warga desa memanfaatkan
limbah peternakan untuk apa?
5. Sudah berapa lama program biogas berjalan di desa Tarumajaya?
6. Pembangunan instalasi biogas (unit biogas) mendapatkan dana dari
pemerintah, gotong-royong atau perseorangan?
7. Menurut Anda, siapakah yang pertama kali mencetuskan program biogas
di Desa Tarumajaya?
8. Selain biogas, adakah program lain yang sedang dikembangkan di desa
Anda?
9. Seberapa sering sosialisasi penggunaan biogas diberikan kepada warga
setempat?
10. Bagaimana respon pertama warga desa Tarumajaya saat dibekali
pengetahuan tentang biogas?
11. Bagaimana respon warga desa Tarumajaya saat pertama kali program
biogas dilaksanakan?
12. Apa harapan Anda terhadap biogas kedepannya selaku aktivis lingkungan
di desa Tarumajaya?
77
Lampiran 4
Wawancara
1. Identitas informan (Peternak Biogas)
Nama :
Jenis kelamin :
Alamat :
Status :
2. Mengapa Anda tertarik membuat biogas?
3. Apa saja keunggulan biogas menurut Anda dibandingkan dengan produk
lain dari hasil limbah peternakan?
4. Selain untuk memasak, digunakan untuk apa saja hasil biogas ini?
5. Setelah proses biogas selesai hasil akhir yang keluar apakah masih
mengeluarkan bau kotoran sapi atau tidak?
6. Dalam satu minggu, berapa kali Anda melakukan proses fermentasi
kotoran sapi di dalam digester untuk mengasilkan biogas?
7. Berapa m³ kotoran sapi per harinya yang digunakan untuk membuat
biogas?
8. Hasil yang didapatkan perhari nya dapatkah mencukupi kebutuhan berapa
banyak rumah?
9. Pernahkah Anda meyakinkan peternak yang belum menggunakan biogas
untuk menggunakan biogas?
10. Bagaimana respon Anda terhadap biogas, dan untuk kedapannya harapan
Anda untuk biogas?
78
Lampiran 5
Wawancara
1. Identitas informan (Warga setempat)
Nama :
Jenis kelamin :
Alamat :
Status :
2. Tertarikah Anda membangun biogas? Jika iya, mengapa dan jika tidak
mengapa?
3. Perbedaan yang Anda lihat di desa Tarumajaya saat sebelum dan sesudah
ada program biogas?
4. Apakah Anda memproitaskan biogas untuk kebutuhan sehari-hari
pengganti minyak tanah/ gas?
5. Apakah Anda pernah melihat proses pembuatan biogas secara langsung?
6. Sesering apa Anda menggunakan biogas?
7. Sudahkan warga desa Tarumajaya mendapatkan manfaatnya selama
program biogas ini berjalan?
8. Menurut Anda, apa yang ditakutkan saat Anda menggunakan biogas?
9. Bagaimana respon Anda sebagai penikmat biogas, untuk biogas
kedepannya?
79
Lampiran 6
INSTRUMEN PENELITIAN
PEDOMAN OBSERVASI
1. Kondisi Geografis Desa Tarumajaya
2. Jumlah penduduk Desa Tarumajaya
3. Kondisi Ekonomi Masyarakat Desa Tarumajaya
4. Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Tarumajaya
5. Jenis Pekerjaan Masyarakat Desa Tarumajaya
6. Jumlah pengguna Biogas di Desa Tarumajaya
7. Jumlah Masyarakat yang aktif menggunakan biogas
8. Keterlibatan Pemerintah Pusat
9. Keterlibatan Perangkat Desa
10. Keterlibatan dalam sosialisasi
11. Keunggulan Biogas sebagai energi alternatif terbarukan
12. Faktor penghambat produksi Biogas
13. Faktor pendorong peroduksi Biogas
14. Peran serta Masyarakat setempat dalam menjalani program Biogas
15. Tingkat keberhasilan Program Biogas
80
Lampiran 7
Tabel 3.3
Kisi-kisi Lembar Observasi
Variabel Aspek yang diamati Ya Tidak
Respon
Masyarakat
dalam
Pemanfaatan
Biogas
sebagai
Energi
Alternatif
A. KOGNITIF
1. Mengetahui isu pencemaran sungai Citarum
2. Memahami penggunaan instalasi biogas
3. Mengemukakan perkembangan sebelum dan sesudah ada
biogas
4. Mengetahui program yang sedang berjalan selain biogas
5. Mengetahui respon masyarakat tentang pentingkah
penggunaan biogas
B. AFEKTIF
1. Mengemukakan ketertarikan menggunakan biogas
2. Mengarahkan program biogas sebagai pengganti minyak
tanah/gas
3. Mendapatkan dana dari Pemerintah atau secara gotong-
royong
C. BEHAVIORAL
1. Mengukur waktu pembuatan biogas
2. Mengikuti jalannya sosialisasi
81
Lampiran 8
Transkip Wawancara
Transkip wawancara dengan Bu Dede, Bapak Aep, Kang Uus. Peneliti
mendatangi kediaman Bu Dede yang sudah tiga tahun menggunakan biogas,
serta Bapak Aep selaku warga yang menggunakan biogas sejak tahu 2015.
Bersamaan dengan Bu Dede, karena kandang sapi mereka berhadap-hadapan.
Tempat : Wawancara dilakukan di rumah Bu Dede di Kampung Pilar 2 RT
1 RW 11, Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari. Peneliti
melakukan wawancara ke Kampung Pilar 2 yang berbeda RT dan
RW dengan Kampung Babakan Ranca dimana Babakan Ranca
merupakan lokasi Akitivis Lingkungan Desa Tarumajaya tinggal.
Perjalanan ke beda RW tersebut memakan waktu sekitar 10 menit
menggunakan kendaraan roda dua.
Waktu : Wawancara tanggal 4 September 2016 Pukul 10:19 – 10:46 WIB.
Keterangan
P = Peneliti
K = Kang Uus
D = Bu Dede
A = Bapak Aep
P : Assalamualikum Ibu, sebelumnya saya mau memperkenalkan diri terlebih
dahulu. Nama saya Maulyda Wulandari, mahasiswi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang bermaksud untuk melakukan wawancara terkait
dengan respon Ibu terhadap Biogas untuk hasil akhir saya Bu.
D :Waalaikumsalam, Iya”. (Bu Dede sambil terbangun untuk memanggil
Bapak Aep, yang ada di samping rumah).
K : Siap Bu? (Heheheh)
P : Ibu sudah siap?
D : Hehehe
P : Bu, jadi saya yang tidak siap. Heheh
K :Santai we, ngobrol biasa
P : Bapak Ketua RW? (Bertanya kepada Bapak Aep yang baru duduk)
A : Sanes Neng, mantan.
K : Tapi aya Pak RT?
D : Aya mereun RT/RW. RT di dinya, RW di dinya.
K : Engke we lah Bu eta mah
D : Paneri.
P : Emmm Ibu, Bismillahirahmanirahim.. jadi grogi sendiri ( hehehe )
D : Hehehee
P : Gak pernah wawancara jadi bingung.
P : Ibu, tanya nama dulu ya bu, nama Ibu siapa?
D : Ibu Dede
P : Panjangannya?
D : Dede Nuryani (sambil memandang foto)
82
P : Ibu alamatnya apa disini?
D : Kampung Pilar 2 RT hiji RW sabelas, Desa Tarumajaya
P : Ibu, pertama mau tanya ketertarikan Ibu sama biogas, Yang membuat Ibu
tertarik menggunakan biogas?
D : Kumaha?
K : Jadi naon alesan Ibu teh awalnya masang biogas teh?
A : Aya dampak naon ka Ibu na?
D : Teu aya da pengeluaran mah.
K : Nya, naon tertarik na teh?
D : Tertarik na mah pan biogas teh gratis ari biogas eta mah meuli nya, ari ieu
mah heunteu asal daek ngisi tai sapi we asal daek ngisi berak.
P : Berak? Heheh
D : Kotoran sapi.
P : Ibu,sudah membuat biogas berapa lama?
D : Tiga tahun
P : Tiga tahun? Dari tahun 2013 berarti?
D : Taun sabaraha?
K : Taun 2013
A : 2013
D : Maneh mah 2015, pan pertama pisan ieu mah taun 2013
P :Menurut Ibu kan sudah menggunakan biogas selama 3 tahun,
keunggulannya dibandingkan dengan limbah kotoran sapi yang lain apa?
D : Pake ngecor geuning
P : Pake ngecor bisa bu?
K : Hasil akhir biogas mengelurkan lindih
P : Lindih naon?
K : Lindih dari, kan tekanan yang ke atas jadi gas, yang kebawah itu namanya
lindih, itu jadi pupuk cair. Itu sama si Ibu dijadikan cor untuk penyuburan
sayuran.
K : Jadi pertanyaan na ku si Neng, keunggulan tina biogas teh naon? Pastina
mah gratis we nya?
D : He’euh gratis we
K : Yang jelas mah mengeluari pengeluaran rumah tangga nya mah
P : Terus Bu, hasil biogas ini digunakan untuk apa saja?
D : Untuk memasak, ieu mendidihkan air.
P : Kalau untuk penerangan suka pake Bu?
A : Enggak pernah Cuma buat masak aja.
P : Terus Bu, untuk proses pembuatan biogas berapa lama dari dimasukannya
tahi sapi?
A : Langsung jadi
D : Langsung jadi
P : Oh, jadi setelah dimasukan tahi sapi dan air langsung bisa jadi Bu?
D : Iya langsung
A : Jadi kalau sudah ada berak didalam, tidak dimasukan lagi 1 minggu,
Biogas tetap berjalan.
K : Ini untuk digester yang baru, tidak tahu kalo yang lama
P : Ooh gitu.. jadi enggak perlu menunggu 1-2 hari? Soalnya yang saya baca
di buku prosesnya menunggu 1-2 hari.
83
A : Awal doang
K : Kalo awal mah pas bikin harus penuh, 5 kibik teh di tunggu dulu
K : Sabaraha loba na teh?
D : 5 Kibik ari teu salah mah. Saminggu we
K : 1 minggu juga masih menyala
A : Tidak diisi seminggu juga masih menyala
P : Kalau tidak diisi selama seminggu bisa habis gak Pak ?
A : Iya kalau tidak diisi mah seminggu juga habis
D : Yang penting mah di isi we Neng yang rutin gitu
P : Terus Pak, untuk hasil biogas akhir masih mengeluarkan bau tidak?
D : Enya mimiti na mah
A : Lain bau tai sapi, bau gas akhir na mah
P :Jadi pembuatan biogas hanya dimasukan air saja Pak? Tidak perlu
menambahkan apa-apa lagi?
A : Air, Cuma air
P : Biasanya pak untuk pembuatan biogas berapa banyak perbandingannya?
A : Oohh. Per ember mereun. Kumaha kayaan tahi sapi. Lamun seer tahi sapi
na mah amun encer tahi sapi mah.
K : Perbandinganana tahi sapi saember tahi sapi baraha liter air?
A : 1 ember tahi sapi, 2 ember air. Lamun teu encer mah teu bisa meroses ari
terlalu encer gas na teu alus.
K : Lanjut?
P : Hehehe, saya udah bikin jadi bingung sendiri
K : Biarin dibantuin tenang aja, hehehe
P :Lanjut bu, menggunakan biogas ini apakah Ibu pernah memberikan
kepada berapa warga, ehh maksudnya, untuk sekali proses Ibu bisa
memberikan berapa rumah?
A : Batasnya Cuma 2
K : Kekuatannya Cuma 2 rumah, si Ibu dan Bapak
D : Iya, Cuma 2 rumah
K : Tapi kalo biogasnya yang besar digesternya yang komunal itu 10 kubik,
15 kubik bisa untuk banyak orang
D : Lahannya enggak ada
P : Jadi volume berapa kubik Pak untuk 2 rumah?
A : 5 Kubik untuk 2 Rumah
D : Tapi anu badag mah 8 atawa 10 mah kuat, lahan na ge kudu luas
K : Disini mah jari-jari 1,5 meter diputerin... sssssstttttt
P : Bu, dikasih instalasi biogas dari pemerintah?
A : Iya dari Pemerintah
K : Kementerian Lingkungan Hidup
D : Dari Kementerian
P : Tapi sama gak Bu setiap Desa atau beda-beda?
K : Beda-beda, ada yang dari Pemerintah, ada yang dari Provinsi. Kalau ini
dari Kementerian.
P : Alasan Pemerintah kenapa Pak membagikan biogas ini?
K: Mungkin kayanya gini, Kabupaten menganggarkan, Provinsi
menganggarkan tingkat Nasional juga menganggarkan. Karena kenapa,
jadi fokus DAS Citarum? Karena jadi Kawasan Strategis Provinsi (KSP)
84
ini teh. Makannya jadi dari mana-mana tuh masuk. Dan juga Desa
Tarumajaya tuh menjadi Desa terbesar peternakan.
P : Dari Pangalengan sendiri?
K : Iya, tapi sekarang sudah banyak Pangalengan karena sudah komunal,
1000 ekor. Gitu.
P : Pak. Pernah gak Bapak mengajak warga yang belum menggunakan biogas
untuk menggunakan biogas?
A : Enggak neng, karena kasihan yang tidak punya lahan mau gimana. Yang
diajak yang punya sapi.
D : Ari ngajak mah pernah mereun
P : Waktu ngajak berarti Bapak pernah memberikan keunggulan-keunggulan
tentang biogas? Oh seperti ini lho Pak atau Bu?
K: Dahulu mah Neng banyak yang tidak meu menggunakan biogas
sebenarnya ada beberapa faktor, pertama kali saya masuk kesini, ini kan
bukan keinginan masyarakat soalnya. Saya dulu juga pemetaan dulu.
Banyak yang tidak mau karena instalasi jelek. Di sini mah dicoba dulu
seminggu, desshh langsung nyala.
A : Kalau dahulu mah pake plastik ditempel di dinding rumah
D : Iya pake plastik dahulu mah
P : Berarti Ibu dan Bapak sekarang tidak pernah menggunakan Gas atau
Minyak tanah?
A : Tidak pernah Neng, nyalanya lebih bagus daripada elpiji, cepet masak.
P : Cepet mateng ya Pak?
A : Iya
K : Tingkat bahaya na ge teu aya nya?
D : Enya, ieu mah teu aya tingkat bahaya na, jadi gas ieu mah upami seep we
kitu limbah na nya parem we ku nyalira teu aya hambatan nanaon
P : Tidak bau ya Bu?
D : Tidak
P : Iya Bu, lagipula tidak pernah bocor selang atau bocor regulator ya Bu?
D : Iya Tidak
P : Tapi Ibu masih menggunakan kayu bakar?
D : Enggak
P : Ibu bisa habis berapa kalau beli gas di warung?
D : Gas itu mah komo, 3 hari 1, 3 hari 1. Seminggu berapa?
K : 10 we nya sabulan, 10 di kali 26.000 ?
P : 26.000 Gas 3 Kg disini?
A : Iya 1 gas elpiji harganya itu 26.000
K : Makannya kalo ketemu saya, senyum dia (Gurauan Kang Uus)
P : Bapak punya berapa sapi?
A : 2
P : Kalau Ibu?
D : 3
P : Oh jadi 2 sapi juga sudah cukup ya bu untuk membuat biogas?
A : 1 juga sudah cukup kalau tahi sapi nya sudah banyak
P : Emmm, Bapak. Setelah ada biogas apa perbedaan sebelum dan setelah ada
biogas?
85
A : Ya banyak Neng. Keuntungan biogas, kalau belum ada biogas kotoran
ngalir di jalan sampai Citarum
D : Heheh, sekarang enggak
A : Iya sekarang enggak
P : Mengurangi lah ya?
A : Iya mengurangi polusi-polusi juga
K : Alhamdulillah lah ya
P : Terus ada lagi Pak keuntungannya?
A : Biaya mereun nya, mengurangi biaya pengeluaran rumah tangga
P : Kalau menggunakan biogas 1 kali proses bisa untuk 1 minggu, kalau beli
gas 1 tabung cukup untuk 3 hari?
D : Iya
K :Program biogas juga dulu pernah gak diterima sama warga karena
dimintain duit. Coba tanya pada dimintain duit gak?
D : Tidak, gratis
A : Iya, tidak ada minta uang. Malahan kalau gali sendiri dikasih uang
K : Yang swadaya paling ngankat batu doang
P : Ooh gituu, oiya Pak, yang saya baca di Buku itu Desa Tarumajaya sedang
ada program lagi yakni program BIRU, apa Bapak tahu?
A : Apa ya. Tidak tahu itu mah Neng
K : Program na hampir sama jeung biogas, beda sumber na
P : Berarti kalau di Desa Tarumajaya hanya ada Program Biogas saja Bu
tidak ada yang lain?
D : Naon nya?
A : Teu aya kos na mah
K : Ari eta naon Walungan PTP, tapi bukan saya yang fasilitasi
D : Benteng Citarum eta
A : Perbaikan DAM Citarum
P : Kalau di RW 11 ini ada berapa orang yang menggunakan biogas? Apal
gak Pak?
A : Emmmmm, 7 rumah
P : 1 rumah punya 1 instlasi Pak, atau?
D : Apan di lebak ge Mang Didi?
K : Maksudnya nu aya di RW 11
D : Apan kan ngahiji, da RW 11 mah ngahiji ka urang. He’eh apan kan RW
teh mimitina 10.
A : 8, 9, 10
D : 10,12 ejeung Mang Ahmad. Apan Desa Cikembang mah misah
A : 12 satu RW
K : Program biogas dari Kabupaten mereun eta mah di RW lain
P : Emmmm, Bapak sering ikut sosialisasi biogas atau langsung dari Kang
Uus?
A : Pernah sekali, kalau dari pemerintah jarang
D : Desa jarang, anu ti Pamarentah mah anu aleut-aleutan tea. Aya bangsa
Ibu-Ibu teh sok di jajapkeun
P : Berarti selama sosialisasi hanya perawatan saja ya?
D : Iya hanya perawatannya saja
86
P : Tapi pernah gak, untuk warga yang tidak menggunakan biogas diberikan
sosialisasi?
K : Iya pernah yang Kecamatan Pangalengan itu tapi gak pernah hadir
I : Hehehe, pada sibuk
K :Ada sebenernya Neng, orang KLH sebelum sosialisasi itu menerapkan
dulu Cuma 2 Kecamatan di satuin, tapi yang dari Desa ini tidak datang
karena sibuk ambil rumput dan lain sebagainya.
P : Ooohh Iya.
K : Maklum lah.Makannya saya inisiatif buat pelatihan langsung ke rumah-
rumah.Apa saja yang boleh dan tidak boleh masuk. Air sabun, rumput.
P : Ooh iya, jadi hanya air saja ya
K : Karena bahaya, kalo sabun bisa merubah biogasnya kalo rumput bisa
mandek
P : Pernah gak Pak dibersihkan kalau takutnya kemasukan air sabun atau
rumput?
A : Tidak pernah
K : Prosesnya kan masuk ke Inlet, dddeesssshh langusung keluar namanya
outlet
P : Boleh liat prosesnya langsung ya Pak?
A : Oiya boleh
P : Ada hambatan tidak ?
A : Tidak ada hambatannya
D : Tidak hambatannya mah
P : Intinya mah, perawatan tidak susah ya
D : Iya tidak
K : Karena kalau disini sama kompor-kompor nya juga dikasih
P : Ooh, langsung dapat kompor
K : Kompornya mah khusus
D : Tinggal nyala pokokna mah, dipasangkeun ku ditu
P : Tapi ada tidak yang punya sapi tapi tidak mau pake biogas?
D : Kumaha?
D : Ooh, nya ayaa
P : Kenapa ya?
K : Yang awal sosialisasi itu kan harus nenteng, rumit soalnya digester nya
bulet kaya ember gitu nyah, nah yang KLH percontohan disini pleekk itu
keluar dari sapi di selokannya campur air, jalan. Sudah
D : Enyaa, di kocok-kocok terus jalan
A : Iya itu aja
P : Kalu biasanya biogas sibelakang rumah, kalau disini bagaimana?
K : Dulu ada yang bukan di fasilitasi sama kita. Itu mah kandang sapi nya kan
komunal, kandang peternakan
D : Enya kitu
K : Saya gak yakin itu bisa tahan 1 tahun karena ngankut ke rumah berat, jauh
dari kandang
P : Pernah tidak bocor untuk biogas di Desa Tarumajaya?
K : Pernah bocor, tapi kalo disini mah aman. Di Pangalengan
D : Pan di itu ge pernah anu bocor
K : Gara-gara ada gempa, ada lini gitu yaa.
87
P : Berarti faktor dari alam ya, kalau dari luar ada tidak?
K : Paling kalo mampet, disedot dulu sama pompa nanti di bersihkan, mah
alhamdulillah. Ngeri nya gempa kalo disini mah kaya sejarah gempa tahun
2009. Gerakan tanah
P : Berarti untuk akhir respon Bapak dan Ibu terhadap biogas positif?
Terbantu dengan adanya biogas?
A : Iya
P : Untuk Ibu harapan kedepan untuk biogas?
D : Ya naon nya, lancar saja
A : Iya lancar kedepannya, ada perbaikan lagi ke depannya kalau rusak
D : Kusabab ari biogas mah Neng, 1 instalasi tahan 40 tahun
P : Ooohh gituu,, Emmmm
P : Bapak, Ibu terima kasih sebelumnya. Pertanyaan saya sudah habis, hehehe
D : Iya
P : Terima kasih Ibu, Bapak atas infonya sangat membantu. Ada sedikit
souvenir sama cemilan buat Bapak dan Ibu.
P : Boleh minta foto ya bu ? Hehehe
D : Iya boleh, boleh
K : Mau lihat proses biogas langsung tidak?
P : Boleh, boleh
K : Hayo kedapur
P : Ibu, Bapak maaf tidak bisa memberi banyak, hehe
A : Bapak duluan ya Neng
P : Ooh iya Pak terimakasih
P : Saya pamit ya Bu. Assalamualikum wrwb
D : Waalaikumsalam wrwb
(Peneliti diperlihatkan cara membuat biogas dari awal masuk tahi sapi sampai
keluarnya gas, sekitar 20 menit melakukan perekaman, pemotretan dan
mencoba membuat biogas sendiri.
88
Lampiran 9
Transkip Wawancara dengan Ibu Icha dan Teh Eneng
Warga peternak namun tidak mengaplikasikan biogas
Tempat : Wawancara dilakukan di rumah Bu Icha di Kampung Pilar 2 RT
1 RW 11, Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari.
Waktu : Wawancara tanggal 4 September 2016 Pukul 11:34 – 11:50 WIB.
Keterangan
P : Peneliti
I : Ibu Icha
T : Teh Eneng
P : Assalamualikum Ibu, sebelumnya saya mau memperkenalkan diri terlebih
dahulu. Nama saya Maulyda Wulandari, mahasiswi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang bermaksud untuk melakukan wawancara terkait
dengan respon Ibu terhadap Biogas untuk hasil akhir saya Bu.
Maaf, dengan siapa saya wawancara?
I : Ibu Icha Neng
P : Ibu pernah mencoba biogas?
I : Belum
P : Tapi sapi ada ya?
I : Ada
P : Emmm. Alasan Ibu tidak menggunakan biogas karena apa?
I : Jauh dari rumah Neng
P: Tapi kandang ada di belakang?
I : Iya tadi yang dilewatin
P : Oohh, berarti kalo mau bikin juga harus dibawa dulu ya Bu?
I : Iyah
P : Tapi tertarik tidak Bu, membangun biogas?
T : Kudu di macok-macok heula, hehehehe
I : Mun di bahasa Sunda mah rencet
P : Naon Rencet teh Bu?
T : Riweh kitu, jadi teu aya cai mah teu bisa masuk, apan kitu. Ejeung teu
kaburu mah cul, geuningan kitu
P : Tapi sekarang kan buat biogas gampang Bu, tinggal di kucek-kucek terus
dimasukan?
I : Iya kalo lagi musim hujan, kalau musim kemarau susah. Kalau mau
minum sapi juga ngangkut.
T : Susssah
P : Berarti di dekat rumah Bu Dede juga susah air?
I : Sama, ngan kitu ari di ditu cai aya
T : Asal nyebor, nya tah kitu
P : Berarti Ibu sehari-hari menggunakan tabung 3 Kg?
I : Iya
T : Iya
P : Biasanya untuk berapa hari?
T :Baraha hari nya?
89
I : 1 minggu
P : 1 minggu teh buat di rumah aja ya Bu, buat sehari-hari. Berbeda dengan
bu Dede yang membuka warung
P : Sebelumnya Ibu udah pernah melihat proses pembuatan biogas secara
langsung?
I : Iyah
P : Jadi Ibu tidak mau menggunakan biogas emang riweh ya Bu, terus juga
susah air?
I : Iya
T : Tah kitu, hehehe
P : Pernah tidak Bu, ada warga yang menggunakan biogas lalu memberikan
keunggulan-keunggulan tentang biogas, kepada Ibu?
I : Ada, Iyaah
P : Lalu bagaiamana respon Ibu?
I : Belum tertarik
P : Teteeh juga ?
T : Iya, belum tertarik sabab mah rencet, hehehe. Bakal piomongeun ari
kuduan mah. Urang nu ngucek-ngucek manehna nu make. Na kitu
P : Semisal ada tetangga yang disampig rumah Ibu ada yang pake biogas, Ibu
pernah rasain gak?
I : Belum
P : Belum pernah rasain ya. Hmmmmmm
T : Enya Neng, da hese kumaha
P : Tapi pengen gak Bu ngerasain hasilnya?
T : Da bau nya biogas teh?
I : Begini Neng, ngadamel biogas ternak na teu aya, nya kumaha. Sapi teh di
ara rical, da kumaha?
P : Oh jadi karena banyak sapi yang dijualin ya Bu?
T : Iya disini juga banyak yang sudah di jual
P : Terus Bu, bukannya bikin biogas gratis?
I : Iya gratis, kasihan yang bikin biaya Neng. Nya mun pageto jieun biogas ari
isukan sapi na teh diararical kumaha
T : Sayang-sayang, tidak dipaka. Da biaya na mah gede.
P : Karena biogas menggunakan lahan, lebih baik untuk yang lain kalo begitu
ya Bu?
T : Iya
I : Iya
P : Tapi Bu, pernah ada yang dipake tapi sekarang udah gak di pake lagi?
I : Belum
P : Kira-kira kenapa Bu, mereka pada jual sapi? Ekonomi ya?
I : Ada yang Ekonomi ada yang tidak kehartos. Ieu Neng ari Ieu teu kahartos
kapangenana. Jadi teu cekap we.
P: Ibu tapi pernah mengikuti sosialisasi langsung tentang tata cara
penggunaan biogas?
I : Belum
P : Belum pernah?
90
T : Pernah nya, dibejaan lamun rek milu. Kitu nyaa. Dateuing teu dibarejaan,
dibarejaan teh ngadarata tea ngan daptar da didieu ge teu kabagean, ah
moal we sakalian kitu. Kabagean aya periode ka dua
I : Enya
T : Katanya enggak mau, kan rumah yang disitu sama di sini jauh
I : Ngelewati lahan orang lain, ada yang dibongkar-bongkar kitu
P : Tapi kalau dekat mau Bu?
T : Iya mau
I : Mau ge, tapi lahan na dimana?
P : Biasanya untuk limbah sapi, Ibu gunain buat pupuk aja?
I : Iya
T : Da sebenernya juga deket kandang Ibu ada biogas, tapi tidak digunain
P : Lho kenapa bu?
I : Di gunain sama adik Ibu. Seharusnya dua kesini tapi Ibu enggak mau
P : Tapi sejauh ini, Ibu mendukung dengan program biogas?
I : Iya
P : Berarti respon Ibu positif ya?
I : Respon gimana? Positif kumaha maksudna?
P : Kalau positif Ibu mendukung kalo Negatif, Ibu tidak mendukung adanya
biogas?
I : Iya
T : Ngeunahan ari geus boga lahan sorangan mah
P : Ibu, harapan kedepannya untuk biogas apa
I : Kalau punya lahan sendiri mah mau gitu, hehehe
T : Asal punya lahan aja Neng.
P : hehehe, emmmm. Bu sepertinya sudah cukup Bu, ini ada souvenir dan
cemilan untuk Teteh dan Ibu. Terima kasih banyak ya Bu, Teh
sebelumnya hehehe.
P : Boleh minta foto ya Bu, Teh?
T : Mangga..
P : Sekali lagi terima kasih Bu, saya pamit dulu.. assalamualaikum
I : Waalaikumsalam
T : Waalaikumsalam, wr.wb
91
Lampiran 10
Transkip wawancara dengan Kang Uus
Aktivis Lingkungan Desa Tarumajaya sejak tahun 2009
Tempat : Kampung Babakan Ranca RT 3 RW 20. Desa Tarumajaya,
Kecamatan Kertasari.
Tanggal : 4 September 2016
Waktu : 14:32 WIB – WIB
Keterangan
P : Peneliti
K : Kang Uus
P :Assalamuaikum Kang, emmm Kang di sini kan menjadi aktivis
lingkungan ya?
K : Iya seperti itu.
P : Sudah berapa lama Kang?
K : 2009, yah
P : Awalnya tertarik untuk menjadi aktivis karena apa?
K : Jadi gini, jadi aktivis mah dari dulu juga sudah menjadi aktivis ya.
Semenjak dari Sekolah. Di Bogor jadi aktivis guru nah setelah itu pindah
kesini dan sebenernya mah aktivis pemuda Desa lah ya. Situasi Kertasari
semakin minim orang-orang mengenai perlibatan terhadap lingkungan.
Kita bikin komunitas lah, kita mulai memikirkan mata air, pemetaan mata
air yang ada di Gunung Wayang dan penanganan-penanganan penanaman
pohon-pohonan untuk melindungi mata air. Awalnya itu. Jadi kita sudah
mulai diskusi untuk masuk ke wilayah permasalah berkurangnya debit air
dan kurangnya air. Itu masalahnya di situ. Jadi tertarik untuk mengola
mata air ini untuk terlindungi
P : Memang awalnya perkumpulan pemuda doang?
K : Awalnya gitu, awalnya perkumpulan pemuda. Kita disuruh masuk.
Awalnya mah sebenernya dari Sekolah Polotik Anggaran dan saya itu
perwakilan pemuda Gunung Wayang, karena sudah lebih dulu lah selain
saya. Ada Kang Heri, dkk. Nah ikut diklat Sekolah politik anggraan. Di
sana ketemu lah aktivis-aktivis dari tingkat Jabar, ketemu dengan Walhi
dls. Ada Peling, Elingan. Nah diskusi masalah lingkungan jadi konsen
masalah di lokal. Jadi sampai sekrg gitu, kalo ada kegiatna2 merujuknya
kepada lingkungan sebagian. Oke lanjut.
P : Sekarang ini kan lagi ada berita tentang isu pencemaran Sungai Citarum,
nah makannya kenapa saya ngambil judul tentang ini. Karena emang
awalnya ada isu di hulu Sungai Citarum
K : he’eh
P : Menurut akang itu kaya gimana?
K : Pencemaran Hulu Citarum itu sangat banyak masalah banget. Eeemmm
Hulu Sungai Citarum itu udah dari tahun 2004 sebenaranya dari mulai
Program Pemerintah meluncurkan, 2009 itu sudah mulai. Saya masuk
datang itu isu nya sudah itu, tapi Saya tidak terlibat langsung untuk Hulu
Sungai Citarum. Dulu itu ada Gerakan Citarum Bergetar, Gerakan Citarum
92
Bergetar ini merupakan program dari Provinsi untuk menangani kritisnya
para petani merambah hutan, itu awalnya.
P : Maksudnya merambah hutan?
K : Merambah hutan itu sebutannya dengan alih fungsi menjadi tempat
pertanian, jadi sedimentasi tanah itu terbawa oleh air hujan terbawa ke
Sungai Citarum, pendangkalan otomatis di daerah DAS Citarum yang
dilokasi Dayeuh Kolot, Bale Endah.
Peternak bukan dari Citarum aja yang membuang kotorannya langsung ke
Citarum eeemm karena tidak ada penanganan khusus, ternyata setelah kita
coba ngobrol dengan peternak inisiatif lah ya ngobrol dengan peternak.
Jadi permasalahnya tadinya bukan mau membuang secara langsung itu
karena keterbatasan lahan, awalnya. Jadi dia bikin diawal sempadan itu
bikin kandang sapi karena tanahnya sedikit untuk membuang itunya kan
deket perumahan nih, untuk membuang kotoran di sini banyak lalet dan
lain sebagainya mencemari ke rumah, nah gitu. Mungkin dia tidak berpikir
panjang kalo peternak mah di buang aja di masukin ke Citarum. Lebih
bersih untuk lingkungan, lingkungan mereka gitu yahh. Padahal dampak
ke yang lain itu sangat dasyat, karena terus mengandap dan itu salah
satunya yakni pendangkalan limbahnya, nah itu. Kasus dari daerah
sempadan Citarum ini tidak ada jalan keluar khusus nah kawan-kawan kita
disni yang aktivis itu bikin Tim Revorma Agraria untuk mengalihkan yang
berkonsentrasi di Wilayah DAS Citarum, dialihkan ke tempat yang
khusus. Kalo dari konsep kita itu mengalihkan warga nya dan kandang-
kandangnya jauh dari Citarum, nah nanti dikelola secara baik lah. Nah itu.
Sampai terjadi pembabatan 25 m itu sebenernya untuk memindahkan, di
relokasi.
P : Tapi berjalan lancar?
K : Kalau di revorma nya mah berjalan, tapi untuk memindahkan nya warga
belum terjadi sampai hari ini. Tapi melihat visi misi kita untuk
menggerakan warga itu, di respon oleh Dinas Peternakan dibangunkan di
yang lahan yang sudah kita babat itu kandang komunal.
P : Terus respon Dinas lama gak dari pembabatan sampai membangunkan
kandang?
K : Setahun. Cepet setahun mah. Jadi gitu,Cuma yang di babat sudah rata dia
langsung bangun kandang sapi nya tapi Cuma sapi nyha aja yang
dipindahinnya, nah sebagian juga tidak ada yuang mau ngisi kandang sapi
nya yang sudah dipindahin kesini, karena si peternak tidak bisa lepas
dengan ternaknya kalau terlalu jauh
P : Iya
K : Terlalu inten ya pekerjaannya, subuh, siang, malem kadang, jd sebagian
ada yang pindah sebagian masih ada. Tapi berkurang untuk masalah
eemmm masalah itu, masalah limbah lah. Ada masalah yang sudah di
rapihkan olah di Kandang komunal oleh Dinas Peternakan, Pertanian dan
Provinsi. Sebernenya awal gagasannya itu, kita mengambil lahan dri
PTPN untuk menata ruang isu itu bagaimana menata ruang Gunung
Wayang, karena Gunung Wayang itu masuk dalam wilayah strategis
Provinsi karna banyak air, untuk titik 0 ke Citarum, nah itu sebagai awal
nya. Hanya kandangnya yang dipindahin sampai sekarang belum beres
93
maksudnya belum semua tapi sebagian belum terisi. Klo kandang yang
sekarang perkomunal sampai kandang yang paling besar dibangun. Sekrg
itu kandang komunal itu sudah 2 yang dibangun, yang 1 itu dan yang 1
lagi dibangun oleh Ultra Jaya. Itu mah kan milik dari Dinas.
Nah untuk penanganan lingkungan kebetulan itu saya sudah 2 tahun lebih
menggerakan kadar pemuda yang dibantu oleh Provinsi Jabar, program
Kampung Berbudaya Lingkungan. Kampung Berbudaya Lingkungan
Nama programnya Eco Village nah yang terpilih itu saya. Fokus
penangannya adalah Das Citarum RW 1, hanya membersihkan sampah
supaya tidak masuk ke Citarum. Tapi sampai sekarang juga belum selesai
karena Desa Tarumajaya tidak punya TPST masih banyak yang buang
sampah ke hutan. Sosialisasi di sini, ujung-ujungnya kita yang bersihin.
Udah di bersishin seminggu ada yang buang lagi. Karena kita itu gak ada
lahan untuk membuat TPS. Nah karena itu isu Desa Tarumajaya karena
minim lahan.
P : Terus Kang ini RT mana yang dekat dengan DAS Citarum?
K : RW 1
P : Oh, ini RW 11?
K : Ini mah RW 20
P : Berarti ada berapa RW, kang?
K : 30, Desa Tarumajaya. Waktu Desty itu ada 29. Sekarang pemekaran jadi
30
P : Ooohhhh
K : (Membuka laporan objektif Institut Gunung Wayang, melihat jumlah RW
di Desa Tarumajaya)
K : 28 RW, iya nambah satu. Itu di huni oleh 4.504 KK. Ini data yang tahun
2013 nih. Semua ini mata pencaharian ada. Kalo data yang ini soft datanya
saya ada. Kalau nanti dibutuhin.
P : Berarti disini mata pencaharian lebih banyak petani atau peternah?
K : Nahh, buruh
P : Buruh?
K : Iya buruh tani yang paling tinggi. Karyawan, Buruh BUMN kan yah
P : Iya
K : Petaninya Cuma sedikit
P : Iya ya, Cuma ada 1114
K : Ini gambaran tentang penguasaan lahan
P : Untuk jasa itu maksudnya gimana Kang?
K : Ya maksudnya kaya jasa cukur rambut
P : Wirausaha gitu?
K : Nah iya wirausaha gitu
K : Jasa service, perbengkelan. Nanti bisa di copy kalo mau
P : Dapat kaya gini bikin langsung Kang?
K : Iya bikin kalau ini ma gak bikin, ini sudah sampai ke KPK kan. Tadinya
laporan ini buat agraria itu, apa sih permasalahannya itu. Ke Menteri
BUMN, ke Menteri Agraria, DPR RI, ke Bupati apalagi. Sejarah tanahnya.
Apalagi kalau di isukan agraria. Ini permasalahan awalanya terpicu
masalah Citarum karena di DAS Citarum di sepadan sudah banyak rumah
gitu. Orang luar ngomongin terus, orang Gunung Wayang itu perncerman
94
tertinggi dari peternak dan pertanian, sedangkan Pemerintah tidak mau
menata agar ini karena jalan keluar sapi tfk mungkin dihilangkan. Gimana
kalau di pindah? Nah gagasan dari aktivis ini. Jadi we dengan desain
seperti ini. Saya punya gagasan nya seperti ini dibantu dengan kawan-
kawan ITB jadilah Tapak Bongkor ini.
P : Anak-anak ITB juga berarti?
K : Iya, dari jurusan planalogi. Da dari awalnya mah kita, Cuma ada jaringan
yaudah dibantu gambar gitu. Disini ada di ceritain permasalahan lahan,
jumlah penduduk, presentasenya. Jadi milik masyarakat itu Cuma 3,6%
P : Lahannya?
K : Yang murni milik mayarakat, sisanya milik swasta milik Perhutani
P : BUMN ya?
K : Iya BUMN. Nah kan kita bingung kan gak mungkin tanah BUMN yang
milik orang mau dihibahin, dia aja kurang gitu.
P : Tapi pernah Kang minta izin gitu sama orang BUMN nya?
K : Minta izin pernah, Perhutani gak ngasih. Saya aja kemaren masih ada
data-data nya di Lonsum sana. Saya kan punya perkumpulan Bank
Sampah, namanya Bank Sampah IGW khusus yang fokus di lahan. Di
tolak, dengan alasan dia itu ISO sekian
P: Emmmm
K : Padahal saya butuh, gitu ya. Mau minjemin juga sulit mengibahkan
apalagi. Akhirnya mijem pake lahan sulit jug. Permasalahan nya mah
emang begitu
P : Jadi awalanya emang karena permasalah Citarum ya Kang jadi kemana-
mana
K : Iya. Jadi permasalahan Citarum rusak jadi salah satunya, itu menurut
saya. Gunung Wayang gunduk itu karena emang tidak punya lahan.
Sejarahnya dulu itu ada. Jadi penguasaaan lahan itu dulunya penguasa
lahan yang deket sama tuan-tuan itu, di petakan hanya beberapa untuk
Kertasari. Keluarga ini karena dulunya dekat dengan kerjaan punya lahan
yang luas, yang lain mah enggak. Jadi we hutan gundul.
P : Tapi sudah ada reboisasi sampai sekarang?
K : Reboisasi sebetulnya kita terus-terusan, terakhir itu kita menanam
percontohan di petak 29 itu kita nanem ampe 2000 pohon, buah-buahan
sama tanaman keras. Kalau sama Desty waktu itu malah 7000 pohon, itu
7000 hari enggak berhenti. Dengan petani, diajak Pemerintah enggak mau
Pemerintahnya. Tapi Perhutani memberikan bibitnya kita kan gak punya
yaa pembibitan kayu nya. Kita bantu petak 73 yang dekat dengan Citarum
itu gundul. Ya pada waktu UIN itu, yang terbaru itu di petak 69 masih
dekat sepadan Citarum, mata air mata air.
P : Pernah gak Kang mau bikin rencana kawasan Edukasi penanaman, orang
misal dateng dari luar kota. Beli bibit nanti mereka di suruh nenem gitu?
K : He’eh
K : Sudah ada tapi bukan saya yang konsep. Kawan-kawan dari Sulindra
Artapera. Kalau tidak salah hari ini sedang melakukan penanaman. Saya
juga di undang. Artapela itu sebenarnya masuk Gunung Wayang tapi
namanya puncak Artapela. Uuuhhh gundul nya gila-gilaan lah ya.
P : Artapela itu puncak Gunung Wayang?
95
K : Bukan, puncak Gunung Wayang jadi berdampingan ini Gunung Wayang
ini puncak Artapela. Tapi masih kawasan Kertasari. Kalau fokus nya
Gunung Wayang mah da tidak gundul, terjaga. Kalau artapela mah kaki
nya sampai Desa Cibereum itu habis. Jadi yang paling ancur lah. Sudah
menjadi edukasi. Orang yang mau naik Gunung itu harus bawa
P : Bawa bibit?
K : Iya, tapi bukan Desa ini yang konsen kawan-kawan lain. Justru kawan-
kawan Desa Tarumajaya selain Kampung Berbudaya Lingkungan,
mengelola sampah mengedukasi warga mengola sampah, memilah,
memanfaatkan limbah ternak. Seperti yang di drum-drum itu kan pupuk
cair
P : Kalau begitu seperti yang Kang Uus bilang kan tidak mungkin
memberikan warga langsung ke rumah-rumah untuk bersosialisasi, pasti
kan belajar dulu. Nah awalnya gimana Kang?
K : Saya dulu kan ikut diklat ya, sebenarnya gini. Ilmu saya itu di kasih oleh
jaringan, tadinya sudah berjejaring dengan Walhi Jabar. Ada YPBB
contoh karena anggota dari Walhi nanti ngirim kontak dia. Ada pelatihan
cara olahan samaph oraganik anu anu anu seminggu gak boleh pulang.
Kita bawa temen-temen untuk studi banding.
P : Disini nya baru di buat nya gitu Kang, dikasih tau ke warga?
K : Nah karena kita udh ada progrma Eco Village kita buat FJD itu yang
hadir 45 orang, 20 orang. Masih terus-terusan. Sudah mulai terlihat yang
dulunya nasabah bank sampah yang mulai Cuma 6 orang sekarang sudah
ada 60 orang, berarti ada peningkatan
P : Jadi kalo warga Desa sini mah harus didorong ya, karena kurang paham
ya?
K : Iya namanya warga kan tingkat pendidikannya rendah ya jadi harus terus-
terusan, gotong royong setiap minggu masih terus berjalan
P : Tapi ada keluhan gak Kang?
K : Tidak ada keluhan, mereka mah ikut aja, tergantung yang ngajak. Karena
menyampaikannya tidak seperti warga kota ya. Da orang kampung mah
asal di ajak asal di undang. Pasti mau
P : Jadi isu pencemaran hulu sungai Citarum mah awalnya tahun 2009 itu
Kang?
K : Sebenarnya turun perambahan sejak tahun 1998 sejak turun Soeharto si
petani ini gak ada lahan tapi sejak itu berani naik lahan. Dahulu sempat di
berhentikan terusss deeeessshhh di mulai lagi tahun 2009. Yang tahun ini
membuat Perdes dengan Mahasiswa/i UNPAD bersama warga untuk
membuat Perdes perlindungan mata air. Jadi yang terakhir kita lakukan
adalah pembuatan Perdes. Jadi warga itu dari radius titik mata air 200 m
itu tidak boleh ada penanaman sayuran harus di hijaukan. Tinggal Desa
nya saja yang mau. Mendorong aja, saya dengan Kang Heri kalo di Desa
Tarumajaya. Kalau saya tidak mampu saya minta bantuan Mahasiswa
UNPAD dan ITB.
P : Berarti banyak yang bantuin mahasiswa?
K :Biasanya minta bantuan UNPAD di hukum untuk bagaimana cara
membuat Perdes. Bagaimana membuatnya kita diskusi, dibuat
penyusunannya. Saya gak bisa gambar akhirnya nanya dengan Mahasiswa
96
Planalogi daerah wilayah sepadan. Saya pernah menjelaskan tentang
sepadan itu di Kompas TV.
P : Kompas TV yang langsung dateng atau di undang?
K : Langsung dateng kesini, nyari saya. 2 kali itu saya di Kompas TV untuk
membuang limbah Sungai Citarum itu di acara Kabayan Nyintreuk kalau
tidak salah. Mereka itu anggap nya kita mah radikal we, padahal kita
punya konsep yang jelas. Itu masih ada desain tapaknya.
P : Berarti konsen banget ya di Citarum?
K : Iya kita juga sering koordinasi dengan BPHD, dari hulu sampai hilir itu
awalnya Cuma 7 meter dari titik nol Sungai Citarum untuk program Eco
Village sampai Bogor juga malahan. 190 Desa yang ikut program Eco
Village. Nah alhamdulillah yang dapet penghargaan dari Gubernur itu saya
peringkat ke 3. Karena konsen ya praktek-prakteknya ada, karena tidak di
support oleh Pemerintah.
P : Baik Kang, untuk hulu Sungai Citarum kita tinggalkan dulu, lanjut ke
masalah biogas ya Kang?
K : Oh siap
P : Tadi waktu kita wawancara rumah Bu Dede, sebenarnya dari Kang Uus
nya sendiri mau dijadikan priyoritas tidak?
K : Sebenarnya kalau saya maunya dijadikan priyoritas, kaya tadi kan pengen
mah pengen tapi tidak ada lahan, tidak ada tempat untuk bikin biogasnya.
Sebenernya sekarang sudah masuk semua, di masukan ke dalam RPMD
bahwa biogas untuk penangan limbah sapi. Itu dikawal malahan dari
Musrenbangdes, Kecamatan. Kita hanya mendorong itu. Tapi pihak Desa
tidak mensupport sama sekali, ini komunitas kita yang buat.
P : Di Desa Tarumajaya sendiri sudah 3 tahun pembuatan biogas, sejarah
awal mula pembuatan biogas ini dari Kang Uus atau yang lain?
K : Dari yang lain, nah itu awal pembuatan biogas itu dari Citarum bergetar.
Program biogas itu banyak sebenernya, dari KLH, Pemerintah, dari
Provinsi Jabar dan Kabupaten. Cuma kebetulan aja karena KLH itu sering
muncul di BPHD sama saya. Nah si orang nya kontak langsung. Itu
sebenernya awal mula masuknya biogas. Secara desain yang sekarang
lebih praktis tidak rumit
P : Warga yang tidak menggunakan biogas terkendala jarak doang ya Kang
sebenernya? Dan juga katanya susa air, padahal disini adalah daerah
pegunungan. Makannya sempet bingung juga
K : Air itu sebenarnya dari atas sudah banyak Cuma di bolongin oleh petani
untuk menyiram tanaman saat musim kemarau. Orang situ juga
sebenernya orang dalam.
P : Emang sebelumnya belum pernah ketauan siapa yang membolongi?
K : Sudah sebenarnya mah Cuma dikasi kali untuk rokok nya mah
P : Jadi biogas disini sudah berjalan 3 tahun ya Kang, dengan Kang Uus saja?
K : Iya dengan saya, tapi saya pengen meriset ada berapa sih instalasi biogas,
karena dahulu tidak konsen. Tapi yang saya ketahui itu program biogas di
Desa Tarumajaya ngobrol sama Kabupaten Bandung itu sudah ada 140
unit. Nah ternyata denger lagi ada dari kementerian ESDM sudah lebih
200 unit. Tapi kan populasi peternak nya banyak siapa tau bisa nambah
lagi
97
P : Lalu kenapa Pak, di RW 20 sedikit yang menggunakan biogas?
K : Mungkin kali ya, karena tidak langsung dekat dengan sungai. Begitu, dan
juga lebih banyak pengumpulan berak sapi nya digunakan untuk kompos,
begitu.
P : Oohh, mungkin lebih banyak yang bertani ya kalau disana?
K : Sama, disini juga bertani. Kalau disana bertani nya ke hutan kalau disini
tidak. Di lahan datar, kalau ke hutan berat bawa kotoran sapi karena
bobotnya berat harus di komposting bener-bener.
P : Jadi sebelum ada biogas, hanya dipakai buat pupuk aja Kang?
K : Buat pupuk aja.
p : Untuk sosialisasi sendiri Kang? Diajak atau bagaimana?
K : Biasanya KLH yang datang kesini. Saya mah gak mau kalau dateng
kesana. Bapak kalo mau ketemu warga dateng aja kesini, gitu. Jadi kita
yang dorong.
P : Tapi sering?
K : Ya dalam satu tahun sekali lah ya. Ketika biasanya mau membuat
program atau meluncurkan program.
P : Respon pertama warga gimana Kang? Apa kaget mungkin bingung cara
menggunakannya?
K : Maksudnya respon terhadap hasilnya?
P : Awal biogas di bangun biogas, apa mungkin kebingungan?
K : Ah enggak mereka mah cuman duduk, gak ada masalah kan. Dibangunin
tenaga kerjanya dari sana, orang lokal lah ya. Dia mah duduk santai we.
Nanti diisiin bareng-bareng, begitu dinyalain mereka langsung seneng.
Jadi aman gak ada masalah.
P : Pernah dapet keluhan gak Kang? Misalnya ahh instalasi nya rusak nih?
K : Kalo yang sama saya belum pernah ada keluhan, karena tadi itu untuk
menanggulangi hal itu saya melaksanakan sosialisasi tentang
permasalahan teknis. Saya ngomong sama kontraktornya, ini kan gak ada
anggaran selama pembuatan biogas, mau gak kita ngeriung kalau ada
kerusakan gimana. Mau katanya, akhirnya kita diskusi sama RT disitu
sama warga yang dapet biogas. Saya yang dateng kesitu sama si Irfan.
Udah ngumpul warga kaya gini nih, ini mah inisiatif aja sebenernya mah.
P : Jadi respon nya mah baik ya Kang?
K : Iya
P : Susah enggak sih Kang ngasih sosialisasi ke warga nya, kan tergantung
umur ya?
K : Kalau saya kan bisa berkomunikasi dengan mereka ya gak ada sih gak ada
yang susah.
P : Jadi sekali di bilangin langsung paham Kang?
K : Saya kan detail ya, jadi harus langsung paham mengerti gitu. Fungsi nya
fasilitator. Harus meyakinkan. Enggak enggak sulit, insaAllah ya. Yang
sulit itu waktu saya di Tulungangung tentang limbah sampah. Ruming
bahasanya, dia enggak ngerti bahasa Indonesia saya enggak ngerti bahasa
Jawa. Tapi kalo di Jawa Barat mah gak bingung.
P : Untuk pembuatan kompos biasanya menggunakan berapa banyak kotoran
sapi Kang?
98
K : Gimana mau buatnya, terus ada lahannya apa tidak. Karena komposting
itu gampang, malah kalau dulu itu pemicu mikroorganismenya itu buatan
ITB, eh IPB. M4. Untuk kompos cairnya, starter untuk membuat
organisme cepat mengurai nah Kawan-kawan sudah membuat namanya
program IGW, nah kalau saya dari rumen Domba.
P : Rumen apa?
K : Dalamen Domba. Malah saya sudah sampai Bioculture, Hidroponik, tapi
jujur saya tidak konsen.
K : Ada lagi?
P : Sepertinya sudah cukup Kang. Hehe. Sebelumnya terima Kang atas
informasinya, sangat membantu.
K : Iya sama-sama
P : Masih mau wawancarai warga yang pernah menggunakan Biogas tapi
berhenti Kang
K : Okeh, orang nya masih berkebun. Tunggu saja ya
P : Iya udah Kang. Terima kasih.
99
Lampiran 11
Transkip Wawancara dengan Pak Jajang
Ketua RT 01 RW 11, Desa Tarumajaya Kecamatan Kertasari.
Tempat : Kampung Pilar dua RT 01 RW 11. Desa Tarumajaya Kecamatan
Kertasari.
Tanggal : 4 September 2016
Waktu : 15:43 WIB – 15:59 WIB
Keterangan
P : Peneliti
J : Bapak Jajang
P : Assalamualikum Pak, sebelumnya saya mau memperkenalkan diri terlebih
dahulu. Nama saya Maulyda Wulandari, mahasiswi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang bermaksud untuk melakukan wawancara terkait
dengan respon bapak terhadap Biogas di Desa Tarumajaya ini Pak.
J : Oiya silahkan.
P : Nama Bapak siapa kalau saya boleh tahu?
J : Bapak Jajang.
P : Gak ada panjangannya Pak?
J : Tidak ada, hehe
P : Oke,, untuk mempersingkat waktu. Pertanyaan yang ingin saya ketahui.
Sudah berapa lama Bapak mendiami Desa Tarumajaya?
J : 38 tahunan Neng
P : Oooh 38 Tahun, lumayan juga ya Pak. Hehe. Pertanyaan selanjutnya Pak,
Bapak tahu tidak kebanyakan warga disini bermata pencaharian apa?
J : Yang saya tahu Neng disini palingan itu kebanyakan buruh tani dan petani.
Petani teh karena ini kan memang hampir semua tempat nya dikelilingi
oleh Kebuh teh, kalau peternak malahan sedikit.
P : Iya Pak. Lanjut ya Pak, sudah 38 tahun mendiami Desa Tarumajaya ini
yang paling Bapak rasakan masalah yang sedang terjadi apa pak?
J : Kalau yang saya dan warga sedang perbincangkan masalah Lingkungan ya
dan pencemaran Citarum, karena itu masalah sudah sampe ke mana-mana
gitu. Jadi suka di salahkan oleh kebanyakan orang selain di Desa
Tarumajaya yang membuang limbah dari Desa Tarumajaya
kebanyakannya, gitu Neng.
P : Jadi memang sudah gencar dimana-mana ya Pak, untuk memperbaiki
aliran sungai Citarum, DAS Citarum nya itu.
J : Iya Neng memang seperti itu.
P : Lanjut ya Pak. Di Kampung ini apabila dibandingkan dengan Kampung
lainnya, ternyata paling banyak yang menggunakan biogas, apa Bapak
mengetahui program ini Pak?
J : Iya saya mengatahui
P : Selama ini Bapak pernah tidak melihat pembuatan biogas secara langsung
tidak? Terus Bapak paham tidak tentang instalasi alat pembuatan biogas?
100
J : Emmm, kalau dibilang pernah lihat mah pernah Neng karena biogas yang
sekarang kan beda dengan yang dulu. Untuk instalasi alat biogas itu saya
kurang begitu paham ya, tapi tahu saya tahu kalau si kotoran sapi itu bisa
untuk di buat biogas. Itu saja Neng, saya kurang paham.
P : Oke pak, kita next ke pertanyaan selanjutnya Pak
J : Iya
P : Bisa tidak Pak. Kira-kira nih kalau bapak menjelaskan sedikit atau yang
Bapak ketahui mengenai sejarah awal mulanya ada Biogas di Desa ini?
J : Sejarah nya maksudnya gimana?
P : Maksudnya menjelaskan sedikit saja awal mula Biogas bisa berkembang
di Desa ini khusunya Kampung Pilar dua.
J : Awalanya yang saya ketahui itu banyak program karena itu Neng, masalah
Citarum kan, mulai dari Pemda Kabupaten Bandung, Provinsi,
Kementerian ESDM, Bapenas, dan KLH. Nah kebetulan yang KLH itu di
RT kami, Kementerian Lingkungan Hidup.
P : Ooh gituuu.. emmm, untuk perbedaan nya yang Bapak lihat sebelum dan
sesudah ada biogas?
J : Yang saya lihat itu paling jelas ya tentu mulai berkurangnya limbah ke
Citarum, mengurangi gitu ya.
P : Lanjut ya Pak,Bapak bisa melihat perbedaan hasil dari biogas dari tahun
ke tahunnya?
J : Pasti ada ya Neng kalau hasil nya mah, tapi saya tidak begitu pasti
mengenai hal tersebut secara rinci, hehe
P : Baik Pak kalau begitu hehe
P : Next ya Pak, Respon warga terhadap pemanfaatan biogas bagaimana Pak?
Yang saya tahu sudah 3 tahun berjalan?
J : Bagus yah, dan alhamdulillah warga juga antusias Neng. Tidak susah
diajak untuk bekerja sama untuk membangun.
P : Selama 3 tahun ini Bapak pernah tidak mendapatkan keluhan, karena kan
tidak semua warga senang ya Pak dengan biogas, ada juga yang tidak
tertarik?
J : Keluhannya ada tapi orang yang mau program tersebut tapi tidak sesuai
karena lahannya sempit. Kadang ada yang mau, tapi lahan sempit Neng,
karena lahannya juga kan punya orang, jadi takut kalau nanti ngelewatin
lahan orang ngotorin gitu.
P :Berarti emang sebenrnya warga ingin adanya Biogas ya Pak? Tapi
kebanyakan kehalang lahan?
J : Kira-kira begitu lah Neng.
P : Pertanyaan terakhir Pak, Emmmm. Kedepannya harapan Bapak selaku
Ketua RT dengan adanya biogas ini?
J : Harapannya mah palingan juga supaya program untuk Desa Tarumajaya
ditambah lagi oleh Pemerintahnya, supaya bisa memberkan manfaat
kepada warga-warga yang bukan peternak.
P : Semoga ya Pak, Pemerintah bisa mengeluarkan program lagi.
J : Iya Neng, mudah-mudahan.
P :Alhmadulillah sepertinya pertanyaan sudah selesai semua. Kurang
lebihnya saya mohon maaf Pak, apabila banyak kekurangan atau bahasa
yang kurang berkenan di dengar. Hehe
101
J : Iya sama-sama Neng, saya juga terima kasih.
P : Oke Pak, Asslamualaikum wrwb
J : Waalaikumsalam wrwb.
102
Lampiran 12
Transkip Wawancara dengan A Ivan
Warga yang pernah menggunakan biogas dan telah berhenti menggunakan
biogas.
Tempat : Kampung Babakan Ranca RT 03 RW 20 Desa Tarumajaya
Kecamatan Kertasari.
Tanggal : 4 September 2016
Waktu : Sekitar pukul 17:10 - 17: 25 WIB
Keterangan
P : Peneliti
I : A Ivan
P : Assalamualikum A, sebelumnya saya mau memperkenalkan diri terlebih
dahulu. Nama saya Maulyda Wulandari, mahasiswi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang bermaksud untuk melakukan wawancara terkait
dengan responnya Aa terhadap Biogas di Desa Tarumajaya ini, karena
yang saya ketahui dari Kang Uus, Aa pernah menggunakan biogas tapi
berhenti? Betul begitu a?
I : Oh iyaa, betul. Saya memang pernah menggunakan biogas tapi tidak lama,
dan lupa dari tahun berapa sampai berapa menggunakannya
P : Tidak apa-apa A untuk maasalah itu, hehe
P : Langsung ke pertanyaan ya a, Ketertarikan memasang biogas hingga
akhirnya memutuskan untuk berhenti memasang biogas karena apa a?
I : Ketertarikan sama biogas itu memang karena itu sebagai pengganti gas ya,
makannya mau mencoba masang dulu. Setau saya ya, instalasi yang
dahulu itu tidak se praktis sekarang, kalau dulu itu ya Neng, ada namanya
kantong plastik besar di tempel dinding kalau sekarang mah hanya
memasukan kotoran sapi terus tinggal menunggu saja. Lagi juga Neng,
kalau pake kantong Plastik itu di dorong pake angin. Nah untuk
mendorong nya itu pake kompresor untuk mompa ban, tau kan? Itu pake
listrik kan Neng
P : Oiya ya, ini kan energi alternatif kenapa masih pake listirk ya?
I : Makannya itu Neng, saya khawatir kalau nanti meledaklagi.
P : Kenapa tidak mau menggunakannya kagi a, kan sekarang sudah praktis
alatnya, hanya di masukan kotoran sapi terus di kasih air terus tinggal di
tunggu saja?
I : Nah itu Neng, saya mikir-mikir lagi. Jarak antara kandang sama digester
kan jauh, kalo harus bawa-bawa nanti kena lahan orang, jadi nya kotor.
Kasihan kalau lahan orang kotor.
P : Berarti karena kurang lahan ya a, seperti yang sudah saya wawancara
beberapa warga juga mengatakan demikian?
103
I : Iya Neng soalnya disini lahan sedikit, kebanyakan punya BUMN atau
Lonsum ( Perkebunan London Sumatera).
P :Oooh gitu,, waktu menggunakan biogas dijadikan proyoritas tidak a.
Untuk menggantikan gas elpiji?
I : Iya kalau dulu mah masih saya proiritaskan, sekarang mah karena sudah
tidak menggunakan lagi ya yang menjadi priyotitas sekarng Cuma gas
elpiji yang 3 kg.
P : Hasil akhir selain untuk dijadikan biogas, output nya biasa digunakan
untuk apa a?
I : Digunakan untuk penggunaan pupuk cair untuk berkebun paling juga
Neng. Hanya itu saja palingan juga.
P : Hal yang a Ivan takutkan berarti yang sudah dikemukakan sebelumnya,
kalau saat penggunaan biogas takut meledak ya?
I : Iya itu Neng, makannya sampai sekarang saya belum menggunakan lagi,
dibilang trauma mah tidak ya, saya hanya khawatir takut-takutnya meledak
jadi ada kebakaran hebat, heheh
P :Oke a, jadi dapat disimpulkan aa tidak mau menggunakan biogas lagi
karena yang pertama jarak jauh, terus tidak ada lahan, dan kekhawatiran
akan meledak ya?
I : Iya benar
P : Sepertinya sudah cukup a, alasan kenapa tidak mau menggunakan biogas
hehe. Terima kasih a atas info nya cukup membantu saya. Kurang
lebihnya mohon maaf ya a. Assalamualaikum
I : Sama-sama Neng, iya. Waalaikumsalam.
GAMBARAN UMUM
DESA TARUMAJAYA KECAMATAN KERTASARI
KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT
I. GAMBARAN UMUM DESA
1.1. Kondisi geografis desa
Tarumajaya merupakan desa pegunungan yang dikelilingi oleh kawasan hutan dan perkebunan teh. Letaknya tepat di kaki Gunung Wayang yang merupakan Zona Inti Daerah Aliran Sungai Ci Tarum Hulu. Suhu di udara di desa berketinggian 1400 – 1700m dari permukaan laut ini berkisar antara 10-20°Celcius. Secara administratif, Tarumajaya merupakan bagian dari Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung. Jarak tempuh dari Ibu Kota Kabupaten Bandung di Soreang sejauh 51 Km.
Batas-batas wilayah desa Tarumajaya anatara lain:
Sebelah Utara Desa Cibeureum Kecamatan Kertasari
Sebelah Selatan Desa Santosa Dan Desa Neglawangi Kecamatan Kertasari
Sebelah Timur Desa Cikembang Kecamatan Kertasari Dan Kabupaten Garut
Sebelah Barat Desa Kertamanah Kecamatan Pangalengan
Tabel berikut menunjukkan sebaran kepemilikan lahan menurut data potensi dan perkembangan desa
Tarumajaya tahun 2010
Lahan Desa Ha % 1 2 3
Tanah Kering 119.8 4.36% Ladang 86.8 Pemukiman 33.0 Tanah Basah 7.0 0.26% Situ 7.0 Tanah Perkebunan 1800.0 65.57% BUMN 1200.0 BUMS 600.0 Tanah Fasilitas Umum 3.3 0.12% Kas Desa 2.0 Lapangan 1.0 Perkantoran Pemerintahan Desa 0.3 Tanah Hutan 814.9 29.69% Hutan Lindung 814.9 Luas Tanah 2745.0 1.00
1.2. Kondisi populasi penduduk desa
Wilayah Desa Tarumajaya dibagi dalam 7 dusun yang meliputi 27 RW dan 106 RT. Jumlah penduduk Desa Tarumajaya pada tahun 2010 tercatat sebanyak 14.048 jiwa yang terdiri dari 6.962 jiwa laki-laki dan 7.086 jiwa perempuan dari 4.243 kepala keluarga.
Jumlah Usia Produktif Total
1 2
Jumlah angkatan kerja (penduduk usia 18-56 tahun) 8,001
Penduduk usia 18-56 tahun yang masih sekolah dan tidak bekerja
586
Penduduk usia 18-56 tahun yang menjadi ibu rumah tangga 3,382
Penduduk usia 18-56 tahun yang bekerja penuh 3,592
Penduduk usia 18-56 tahun yang bekerja tidak tentu 408
Penduduk usia 18-56 tahun yang belum atau tidak bekerja 31
Penduduk usia 18-56 tahun yang cacat dan bekerja 2
1.3. Strata kehidupan penduduk desa (ekonomi, pendidikan, pekerjaan dll)
Tabel berikut menunjukkan peta kelompok mata pencaharian masyarakat menurut data potensi dan perkembangan desa Tarumajaya tahun 2010
Mata Pencaharian Jumlah Jiwa
Total Laki-Laki Perempuan
1 2 3 4
Buruh Tani 1,638 721 2,359
Peternak 780 4 784
Petani 451 3 454
Buruh/BUMNegara 168 221 389
Buruh/ BUMSwasta 153 174 327
Pembantu Rumah Tangga 10 117 127
Pegawai Negeri Sipil 23 19 42
Pedagang Keliling 27 15 42
Buruh Migran 8 32 40
Pengrajin Industri Rumah Tangga 10 15 25
Pengusaha kecil dan menengah 12 9 21
Pensiunan PNS/TNI/POLRI 3 7 10
Montir 9 - 9
Dukun Kampung Terlatih - 7 7
Jasa Pengobatan Alternatif 3 2 5
Seniman / Artis 2 - 2
Perawat Swasta 1 1
Tabel berikut menunjukkan jumlah kepemilikan asset pertanian menurut data potensi dan perkembangan desa Tarumajaya tahun 2010.
Kepemilikan Asset Luas Ha Ton/ Ha Jagung 5 125 Kentang 100 15 Kubis 100 20 Wortel 60 20 Bawang daun 10 25 Alpukat 5
Pisang 0,5 Perkebunan teh 1740 Kina 60
Tabel berikut menunjukkan jumlah kepemilikan asset peternakan menurut data potensi dan perkembangan desa Tarumajaya tahun 2010.
Kepemilikan Asset Jumlah Orang Ekor Ternak Ayam Kampung 120 850 Ternak Ayam Boiler 2 50 Ternak Itik/ bebek 3 30 Ternak Domba 95 231 Ternak Kambing 60 125 Ternak Kelinci 35 168 Empang/ kolam 6
Danau 7 Pancingan 3
Tabel berikut menunjukkan tingkat pendidikan masyarakat menurut data potensi dan perkembangan desa
Tarumajaya tahun 2010, dan masih terdapat buta huruf dan aksara sebanyaka 110 jiwa
Tingkat Pendidikan Tamat Jumlah Jiwa
Total Laki-Laki Perempuan
1 2 3 4
Sekolah Dasar/ sederajat 3,745 3,780 7,525
SMP/ sederajat 1,568 1,996 3,564
SMA/ sederajat 708 750 1,458
D-1/ sederajat 40 53 93
D-2/ sederajat 2 4 6
D-3/ sederajat 31 26 57
S-1/ sederajat 32 18 50
S-2/ sederejat 1 - 1
Tabel berikut menunjukkan usia tenaga kerja masyarakat menurut data potensi dan perkembangan desa
Tarumajaya tahun 2010
Tenaga Kerja Jumlah Jiwa
Total Laki-Laki Perempuan
1 2 3 4
Penduduk usia 18-56 tahun 3,920
4,081 8,001
Penduduk usia 18-56 tahun yang bekerja
3,265
2,360 5,625
Penduduk usia 18-56 tahun yang belum atau tidak bekerja
632
1,647 2,279
Penduduk usia 0 - 6 tahun 651
786 1,437
Penduduk masih sekolah 7 -18 tahun 1,121
1,168 2,289
Penduduk usia 56 tahun keatas 1,030
1,073 2,103
Tabel berikut menunjukkan usia angkatan kerja masyarakat menurut data potensi dan perkembangan desa
Tarumajaya tahun 2010
Angkatan Kerja
Jumlah Jiwa
Total Laki-Laki Perempuan
1 2 3 4
Penduduk usia 18-56 tahun yang buta kasara dan huruf/ angka latin
65 69 134
Penduduk usia 18-56 tahun yang tidak tamat SD
478 452 930
Penduduk usia 18-56 tahun yang tamat SD
3847 3892 7,739
Penduduk usia 18-56 tahun yang tamat SLTP
1568 1596 3,164
Penduduk usia 18-56 tahun yang tamat SLTA
708 750 1,458
Penduduk usia 18-56 tahun yang tamat Perguruan tinggi
89 81 170
1.4. Kehidupan sosial dan keberagamaan
Kondisi kehidupan sosial menurut data potensi dan perkembangan desa Tarumajaya tahun 2010, seluruh penduduknya berkewarganegaraan Indonesia. Adapun berikut ini tabel Entis yang ada di Desa Tarumajaya
Etnis Jumlah Jiwa
Total Laki-Laki Perempuan
1 2 3 4
Sunda 6,940 7,064 14,004
Batak 11 7 18
Minang 6 3 9
Jawa 7 10 17
Tabel berikut menunjukkan keberadaan kelembagaan masyarakat menurut data potensi dan perkembangan
desa Tarumajaya tahun 2010
Lembaga Unit Organanisasi
LPMD 1
PKK 1
RW 27
RT 106
Karang Taruna 1
Kelompok Tani 6
BUMDes 1
Organisasi Keagamaan 1
Organisasi Pemuda Lainnya 1
Kelompok Gotong Royong 1
Yayasan 2
Kompepar 1
LMDH 1
SPP PNPM 59
Wanita Mandiri 1
Tabel berikut menunjukkan kehidupan beragama masyarakat menurut data potensi dan perkembangan desa
Tarumajaya tahun 2010
Agama Jumlah Jiwa
Total Laki-Laki Perempuan
1 2 3 4
Islam 6,957 7,083 14,040
Kriten 5 3 8
1.5. Nilai khas pedesaan
Gunung Wayang dan Sungai Ci Tarum adalah dua nama yang sulit di pisahkan. Gunung ini merupakan tempat dimana mata air – mata air Citarum keluar. Menurut cerita penduduk setempat yang diperkuat oleh catatan sejarawan, di lereng Gunung Wayang pernah ditemukan benda bersejarah berupa arca. Sayangnya arca – arca
tersebut telah dihilangkan oleh sekelompok masyarakat yang khawatir keberadaannya bisa mengundang prilaku musrik.
Situ Cisanti merupakan bendungan buatan yang dibangun untuk menampung aliran air dari 7 mata air yang meberada di kawasan Zona Inti Hulu Sungai Ci Tarum. Situ seluas 7 Ha ini berada tepat di kaki Gunung Wayang. Setiap tanggal 10 muharam daerah ini menjadi tujuan kujungan para pejiarah dari luar daerah. Sebagian masyarakat menjadikan mata air “pangsiraman” yang berada di sudut Situ Cisanti sebagai tempat tujuan jiarah. Tempat ini diyakini sebagai salah satu “patilasan” tokoh sejarah Tatar Ukur yakni Adipati Ukur. Seorang adipati yang pernah memimpin pasukan Priangan menyerang Pemerintahan VOC di Batavia (sekarang Jakarta). Setiap hari minggu banyak warga masyarakat yang mengunjungi Ci Santi.
Sayangnya upaya untuk mengembangkan Gunung Wayang dan Cisanti sebagai tujuan wisata sejarah dan jiarah masih sangat terbatas. Upaya penataan dikawasan wisata belum didukung oleh penyedian infrastruktur jalan yang memadai. Sehingga denyut pariwisatanya belum mampu menggetarkan perekonomian masyarakat Tarumajaya.
1.6. Inprastruktur desa (jalan, pendidikan, kesehatan, bale umum dll)
Tabel berikut menunjukkan sarana dan prasarana desa menurut data potensi dan perkembangan desa Tarumajaya tahun 2010
Jenis Saran dan Prasarana Kondisi (KM - Unit)
Total Baik Rusak
1 2 3 4 Jalan Desa
21
Jalan Aspal 2
2 Jalan Makadam
2 2
Jalan Tanah
15 15 Jalanc Sirtu
2 2
Jalan Kabupaten
6 Jalan Aspal
0,6 0,6
Jalan Makadam
5,4 5,4 Jembatan Desa
4
Jembatan Beton
2 2 Jembatan Besi 2
2
Air Bersih
349 Sumur Pompa
182
Sumur Gali
143 Tangki Air Bersih
4
Mata Air
20 Sanitasi
1636
Sumur resapan air reumah tangga
1521 MCK
88
Saluran pembuangan limbah 11 16 27 Prasarana Irigasi
Panjang saluran primer 1500
1.500
Panjang saluran sekunder 2500
2.500 Pintu pembagi air
1
Peribadatan
60 Mesjid
24
Mushola
36
Prasarana Kesehatan
17 Puskesmas pembantu
1
Poliklinik
1 Posyandu
14
Toko obat
1 Sarana Kesehatan
12
Dukun bersalin terlatih
7 Bidan
1
Perawat
1 Dukun pengobatan alternatif
3
Pendidikan
21 Gedung SD/ sederajat
9
Gedung TK
2 Gedung tempat bermain anak
7
Lembaga pendidikan agama
2 Perpustakaan desa
1
Energi dan Penerangan
4245 Listrik PLN
4243
Genset pribadi
2 Kebersihan
81
TPS ilegal
9 Gerobak sampah
8
Tong sampah
54 Satgas kebersihan
10
II. KONDISI KEMISKINAN
Berdasarkan hasil diskusi, wawancara dan pengamatan maka dapat diperoleh gambaran tentang bentuk–bentuk kemiskinan yang ditemukan di Desa Tarumajaya Kecamatan Kertasari.
2.1. Ekonomi
Rendahnya tingkat pendapatan masyarakat terutama para buruh tani, buruh ternak, petani dan peternak miskin.
Minimnya ketersediaan asset dan modal produksi perekonomian masyarakat.
Banyaknya angkatan produktif yang kesulitan mendapatkan pekerjaan.
Sulit memenuhi kebutuhan pokok.
Sulit meningkatkan taraf hidup yang layak dan sejahtera.
2.2. Pendidikan
Banyak warga masyarakat yang tidak mampu menyekolahkan anaknya ke Sekolah Dasar. Meski sudah ada kebijakan sekolah gratis namun biaya pendidikan tetap sulit dipenuhi oleh sebagian warga masyarakat. Hal ini terjadi karena mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan akan buku pelajaran serta kebutuhan lainnya.
Tidak mampu melanjutkan pendidikan ke tingkat SMP dan SMU. Hal ini terjadi selain karena kesulitan mengadakan kebutuhan pendukung seperti buku pelajaran dan perlengkapan lainnya, jarak dari rumah ke tempat
sekolah pun membutuhkan biaya transportasi. Banyak siswa putus sekolah sebagai akibat dari ketidakmampuan untuk memenuhi biaya – biaya yang dibutuhkan.
2.3. Kesehatan
Banyak warga masyarakat yang tidak dapat mengobati penyakitnya secara optimal. Pelayanan kesehatan yang tersedia di tingkat desa dan kecamatan tidak cukup efektif untuk mengobati kasus – kasus penyakit berat. Sedangkan untuk melakukan pengobatan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) kabupaten cukup jauh jaraknya. Sehingga banyak warga masyarakat yang mengupayakan pengobatan semampunya. Akibatnya kondisi pasien semakin parah.
2.4. Perumahan dan Lingkungan
Banyak ditemukan rumah – rumah warga masyarakat yang berada di lahan bukan milik pribadi. Bahkan sebagian ada yang tinggal di sempadan – sempadan sungai dan rawan terkena bencana. Kondisi rumahnya pun sebagian kurang layak untuk di huni baik dari sisi konstruksi bangunan maupun sanitasi. Misalnya terdapat rumah warga yang berhimpitan dengan kandang – kandang sapi peliharaannya.
Top Related