Rangkuman Mata Kuliah
Auditing I kelas C
Bab 11 Keseluruhan Perencanan dan Program Audit
Pertemuan 13
untuk
Drs. Wartono, Msi., Akt., CPA, CA
Oleh
Benedictus Andre C.A. F0312027
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sebelas Maret
Semester Genap 2013/2014
Keseluruhan Perencanan dan Program Audit
A. Jenis-Jenis Pengujian
Prosedur Untuk Memperoleh Pemahaman Atas Struktur Pengendalian Intern.
Sudah dibahas sebelumnya mengenai metodologi dan prosedur yang digunakan untuk
memperoleh pemahaman atas struktur pengendalian intern. Selama proses/tahap audit
tersebut, auditor harus memusatkan perhatiannya kepada rancangan dan operasi dari aspek-
aspek struktur pengendalian intern sampai seluas yang diperlukan guna dapat merencanakan
audit dengan efektif. Tujuan pelaksanaan prosedur selanjutnya adalah untuk memberikan
pemahaman dan bahan bukti untuk mendukung hal itu. Lima jenis prosedur audit yang
berhubungan dengan pemahaman auditor atas struktur pengendalian internialah :
Pengalaman auditor pada periode sebelumnya terhadap satuan usaha tersebut
Tanya jawab dengan pegawai perusahaan
Pemeriksaan pedoman kebijakan dan system
Pemeriksaan atas dokumen dan catatan
Pengamatan akitivitas dan operasi satuan usaha tersebut
Pengujian Atas Pengendalian
Penggunaan utama dari pemahaman auditor atas struktur pengendalian intern ialah
untuk menetapkan resiko pengendalian relatif terhadap barbagai tujuan audit berkait-
transaksi. jika auditor merasa yakin dan percaya bahwa kebijakan dan prosedur pengendalian
dirancang dengan efektif, dan dijalankan dengan efisien, dia dapat menetapkan resiko
pengendalian pada tingkat yang dapat mencerminkan evaluasi tersebut. Meskipun demikian,
tingkat resiko pengendalian yang ditetapkan harus dibatasi sampai tingkat yang didukung
oleh bahan bukti yang diperoleh. Dan prosedur yang digunakan guna memeroleh bahan bukti
semacam ini disebut pengujian atas pengendalian.
Pengujian ini mencakup jenis bahan bukti berikut :
Tanya jawab dengan pegawai klien
Pemeriksaan dokumen dan catatan
Pengamatan aktifitas-akifitas berhubungan dengan pengendalian
Pelaksanaan ulang oleh auditor terhadap prosedur-prosedur klien
Pengujian Substantif Atas Transaksi
Pengujian substantif merupakan suatu prosedur yang dirancang untuk menguji
kekeliruan atau ketidakberesan dalam bentuk uang yang langsung memengaruhi kebenaran
saldo laporan keuangan. Terdapat tiga jenis pengujian substantif : pengujian atas transaksi,
prosedur analitis dan pengujian terinci atas saldo. Sedangka tujuan pengujian substantif atas
transaksi adalah untuk menentukan apakah transaksi akuntansi klien telah diotorisasi dengan
pantas, dicatat dan diikhtisarkan dalam jurnal dengan benar dan diposting ke buku besar dan
buku tambahan dengan benar.
Prosedur Analitis
Prosedur analitis mencakup perbandingan jumlah yang dicatat dengan ekspektasi yang
dikembangkan oleh auditor. Ada empat tujuan penggunaan prosedur analitis yaitu :
memahami bidang klien, menetapkan kemampuan kelangsungan hidup suatu satuan usaha,
indikasi timbulnya kemungkinan salah saji dlam laporan keuangan, dan mengurangi
pengujian audit yang lebih rinci.
Pengujian Terinci Atas Saldo (Test of Details of Balances)
Pengujian ini menitik-beratkan atau memfokuskan pada saldo akhir buku besar baik
untuk akun-akun neraca maupun laba rugi, namun penekanan utama pada kebanyakan
pengujian terinci atas saldo adalah neraca. Pengujian terinci atas saldo akhir ini penting
dalam pelaksanaan audit, karena dalam kebanyakan bagiannnya bahan bukti diperoleh dari
sumber yang independen dari klien dan dengan demikian dinilai berkualitas tinggi.
Sementara itu pengujian terinci atas saldo ini bertujuan untuk memberikan kebenaran
moneter atas akun – akun yang berkaitan dan dengan demikian pengujian substantif. Sebagai
contoh, konfirmasi menguji salah saji dan ketidakberesan moneter dan dengan demikian
merupakan pengujian substantif. Demikian pula, perhitungan persediaan dan kas di tangan
juga merupakan pengujian substantif.
B. Memilih Jenis Pengujian Yang Akan Dilaksanakan
Biasanya auditor menggunakan kelima jenis pengujian ketika melakukan audit atas
laporan keuangan, tetapi ada jenis tertentu yang lebih ditekankan, tergantung pada situasinya.
Beberapa faktor dapat mempengaruhi pilihan auditor atas jenis pengujian yang akan dipilih,
termasuk ketersediaan delapan jenis bukti, biaya relatif dari setiap jenis pengujian, efektifitas
pengendalian internal, dan risiko inheren.
Ketersediaan Jenis Bukti Untuk Prosedur Audit Selanjutnya
Hubungan antara prosedur audit selanjutnya dengan bukti :
1. Lebih banyak jenis bukti, enam jumlahnya yang digunakan untuk pengujian rincian
saldo ketimbang jenis pengujian lainnya
2. Hanya pengujian rincian saldo yang melibatkan pemeriksaan fisik dan konfirmasi
3. Tanya jawab dengan klien dilakukan untuk setiap jenis pengujian
4. Dokumentasi digunakan dalam setiap jenis pengujian kecuali prosedur analitis
5. Pelaksanaan ulang digunakan dalam setiap jenis pengujian kecuali prosedur analitis
6. Rekalkulasi digunakan untuk memverifikasi keakuratan matematis transaksi apabila
melaksanakan penjualan substantif atas transaksi dan saldo akun ketika melaksanakan
pengujian rincian saldo
Biaya Relatif
Ketika auditor harus memutuskan jenis pengujian mana yang akan dipilih untuk
memperoleh bukti yang tepat yang mencukupi, biaya bukti itu merupakan pertimbangan yang
penting. Jenis pengujian yang tercantum berikut ini disusun menurut peningkatan biayanya :
1. Prosedur analitis
2. Prosedur penilaian risiko
3. Pengujian pengendalian
4. Pengujian substantif atas transaksi
5. Pengujian rincian risiko
Hubungan Antara Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif
Untuk memahami dengan lebih baik pengujian pengendalian dan pengujian substantif,
mari kita lihat perbedaannya. Suatu pengecualian dalam pengujian pengendalian hanya
mengindikasikan kemungkinan salah saji laporan keuangan, sedangkan pengecualian dalam
pengujian substantif atas transaksi atau pengujian rincian saldo merupakan salah saji laporan
keuangan. Pengecualian dalam pengujian pengendalian disebut deviasi pengujian
pengendalian.
Hubungan Antara Prosedur Analitis dan Pengujian Substantif
Seperti pengujian pengendalian, prosedur analitis juga hanya mengindikasikan
kemungkinan salah saji yang mempengaruhi nilai mata uang dalam laporan keuangan.
Fluktuasi yang tidak biasa dalam hubungan antara satu akun dengan akun lainnya, atau
dengan informasi nonkeuangan, dapat mengindikasikan kemungkinan yang meningkat bahwa
ada salah saji yang material tanpa harus menyediakan bukti langsung tentang salah saji yang
material itu. Apabiala prosedur analitis mengidentifikasi fluktuasi yang tidak biasa, auditor
harus melaksanakan pengujian substantif atas transaksi atau pengujian rincian saldo untuk
menentukan apakah salah saji telah benar-benar terjadi. Jika auditor melaksanakan prosedur
analitis dan yakin bahwa kemungkinan salah saji yang material nilainya kecil, pengujian
substantif lainnya dapat dikurangi.
Trade-Off Antara Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif
Ada trade-off antara pengujian pengendalian dan pengujian substantif. Selama tahap
perencanaan, auditor memutuskan apakan akan menilai risiko pengendalian dibawah
maksimum. Jika melakukannya, auditor kemudian harus melaksanakan pengujian
pengendalian untuk menentukan apakah penilaian tingkat risiko pengendalian itu didukung.
Jika pengujian pengendalian mendukung penilaian risiko pengendalian, risiko deteksi yang
direncanakan dalam model risiko audit akan meningkat, dan karenannya pengujian substantif
yang direncanakan dapat dikurangi.
C. Dampak Teknologi Informasi Terhadap Pengujian Audit
SAS 80 (AU 326) dan SAS 109 (AU 319) memberikan pedoman bagi auditor entitas
yang mengirimkan, memroses, memelihara, atau mengakses informasi penting secara
elektronis. Contoh bukti elektronik meliputi record transfer dana elektronik dan pesanan
pembelian yang dikirimkan melalui electronic data transfer (EDI). Bukti kinerja dari
pengendalian yang terotomatisasi, seperti perbandingan pesanan penjualan dang diusulkan
dengan batas kredit pelanggan yang dilakukan computer, juga hanya bisa dalam bentuk
elektronik.
Standar auditing mengakui bahwa jika ada sejumlah besar bukti audit dalam format
elektronik, mungkin tidak praktis atau tidak mungkin untuk mengurangi risiko deteksi hingga
tingkat yang dapat diterima dengan hanya melakukan pengujian substantif. Dalam situasi ini,
auditor harus melaksanakan pengujian pengendalian untuk mengumpulkan bukti guna
mendukung penilaian tingkat risiko pengendalian di bawah maksimum bagi asersi laporan
keuangan yang terpengaruh. Dalam audit atas perusahaan public, pengendalian yang
dilakukan computer, harus diuji jika auditor mempertimbangkannya sebagai pengendalian
kunci untuk mengurangi kemungkinan salah saji yang material da;am laporan keuangan.
Namun, karena konsistensi yang melekat dalam pemrosesan TI auditor mungkin dapat
mengurangi luas pengujian atas pengendalian yang terotomatisasi.sebagai contoh,
pengendalian berbasis-perangkat lunak hamper pasti dapat berfungsi secara konsisten kecuali
programnya diubah. Setelah menentukan bahwa pengendalian yang terotomatisasi berfungsi
dengan baik, auditor dapat berfokus pada pengujian berikutnya untuk menilai apakah setiap
perubahan yang terjadi akan membatasi efektivitas pengendalian tersebut. Pengujian
semacam itu mungkin meliputi penentuan apakah setiap perubahan telah terjadi pada
program dan apakah perubahan tersebut telah diotorisasi dan diuji secara layak sebelum
diimplementasikan. Pendekatan ini menghasilkan audit yang sangat efisien apabila auditor
menentukan bahwa pengendalian terotomatisasi yang telah diuji pada audit tahun
sebelumnya belum diubah dan tetap mengikuti pengendalian umum yang efektif. Meskipun
pengendalian umum yang efektif menghasilkan audit yang sangat efisien, PCAOB Standard 2
mengharuskan auditor perusahaan public untuk menguji pengendalian setiap tahun.
Untuk menguji pengendalian atau data yang terotomatisasi, auditor mungkin harus
menggunakan teknik audit berbantukan computer atau menggunakan laporan yang dihasilkan
TI untuk menguji efektivitas operasi pengujian umum TI, seperti pengendalian pengubahan
program dan pengendalian akses. Ketika menguji pengendalian manual yang mengandalkan
pada laporan yang dihasilkan TI, auditor harus mempertimbangkan baik efektivitas review
manajemen maupun pengendalian atas keakuratan informasi dalam laporan bersangkutan.
D. Bauran Bukti
Memilih jenis pengujian mana yang akan digunakan dan seberapa ekstensif pengujian
itu harus dilaksanakan dapat sangat bervariasi di antara audit dengan tingkat efektivitas
pengendalian internal dan risiko inheren yang berbeda. Bahkan dalam audit tertentu variasi
dapat terjadi dari satu siklus ke siklus lain. Kombinasi ini sering disebut bauran bukti. Dalam
setiap kasus, asumsikan bahwa bukti yang tepat yang mencukupi sudah terkumpul. Dalam
setiap audit, kita harus menentukan uraian tentang klien dari bauran bukti.
Analisi Audit 1
Klien ini adalah sebuah perusahaan besar yang memiliki pengendalian internal yang
canggih dan risiko inheren yang rendah. Karena itu, auditor melaksanakan pengujian
pengendalian yang ekstensif dan sangat mengandalkan pada pengendalian internal klien
untuk mengurangi pengujian substantif lain. Jadi, pengujian substantif atas transaksi dan
pengujian rincian saldo dapat diminimalkan.
Analisis Audit 2
Perusahaan ini berukuran sedang, yang memiliki sejumlah pengendalian dan beberapa
risiko inhern. Auditor telah memutuskan untuk melakukan pengujian dalam jumlah sedang
bagi semua jenis pengujian kecuali prosedur analitis substantif yang akan dilaksanakan secara
ekstensif.
Analisis Audit 3
Perusahaan ini berukuran sedang tapi mempunyai segelintir pengendalian yang efektif
dan risiko inheren yang signifikan. Memenjemen mungkin telah memutuskan bahwa
memiliki pengendalian internal yang lebih baik tidak efekltif dari segi biaya.
Analisi Audit 4
Rencana awal pada audit ini adalah mengikuti pendekatan yang digunakan dalam
audit 2. Namun auditor mungkin menemukan penyimpangan pengujian pengendalian yang
ekstensif dan salah saji yang signifikan meskipun melakukan pengujian substantif atas
transaksi dan prosedur analitis substantif.
E. Perancangan Program Audit
Setelah auditor menggunakan prosedur penilaian risiko untuk menentukan penekanan
yang tepat pada masing-masing dari empat jenis pengujian lainnya, program audit khusus
bagi setiap jenis harus dirancang. Prosedur audit ini kemudian digabungkan untuk
membentuk program audit.
Pada sebagian besar audit, auditor yang bertanggung jawab atas penugasan itu
merekomendasikan bauran bukti kepada manajer penugasan. Setelah bauran bukti tersebut
disetujui, auditor yang bertanggung jawab lalu menyusun program audit atau memodifikasi
program yanng sudah ada agar memenuhi semua tujuan audit, dengan mempertimbangkan
hal-hal seperti materialitas, bauran bukti, risiko inheren, risiko pengendalian, dan setiap risiko
kecurangan yang diidentifikasi, serta kebutuhan akan audit yang terintegrasi bagi sebuah
perusahaan publik. Auditor yang bertanggung jawab juga cenderung mendapatkan
persetujuan dari manajer Sebelum melaksanakan prosedur audit atau mendelegasikan
tugasnya kepada asisten.
Fokus dari perancangan program audit yaitu untuk memenuhi tujuan audit yang
berkaitan dengan saldo dan transaksi. Selain itu auditor juga akan merancang program audit
untuk memenuhi tujuan audit yang berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan.
Setiap siklus transaksi mungkin akan dievaluasi dengan menggunakan serangkaian
program sub-audit yang terpisah. Dalam siklus penjualan dan penagihan misalnya, ausitor
dapat menggunakan :
Program audit pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi untuk
penjualan dan penerimaan kas
Program audit prosedur analitis substantif untuk keseluruhan siklus
Program audit pengujin rincian saldo untuk ka, piutang usaha, beban piutang tak
tertagih, penyisihan untuk piutang tak tertagih, dan piutang usaha rupa-rupa
Program audit pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi
biasanya meliputi bagian deskriptif yang mendokumentasikan pemahaman atas pengendalian
internal yang diperoleh selama pelaksanaan prosedur penilaian risiko.
Apabila pengendalian sudah efektif dan risiko pengendalian dinilai rendah, auditor
akan sangat menekankan pada pengujian pengendalian. Beberapapengujian substantif atas
transaksi juga akan disertakan. Jika risiko pengendalian dinilai maksimum, hanya pengujian
substantif atas transaksi yang akan digunakan, dengan asumsi audit itu dilakukan atas
perusahaan non publik.
Metodologi untuk Merancang Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif atas
Transaksi
*luas pengujian pengendalian ditentukan oleh ketergantungan yang direncanakan
pada pengendalian. Untuk perusahaan publik, pengujian harus mencukupi untuk
mengeluarkan pendapat tentang pengendalian internal atas pelaporan keuangan.
Prosedur Audit
Auditor mengikuti pendekatan empat langkah untuk mengurangi risiko pengendalian
yang diperkirakan
1. Memberlakukan tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi pada kelas transaksi
yang diuji, seperti penjualan
2. Mengidentifikasi pengendalian kunci yang dapat mengurangi risiko pengendalian
untuk setiap tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi
Memahami pengendalian internal
Menilai risiko pengendalian yang direncanakan
Menentukan luas pengujian pengendalian*
Merancang pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi untuk memenuhi tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi
Prosedur audit
Ukuran sampel
Item yang dipilih
Penetapan waktu
3. Mengembangkan pengujian pengendalian yang tepat bagi semua pengendalian
internal yg digunakan untuk mengurangi penilaian pendahuluan atas risiko
pengendalian di bawah maksimum (pengendalian kunci)
4. Untuk jenis salah saji yang berkaitan dengan setiap tujuan audit yang berkaitan
dengan transaksi, rancanglah pengujian substantif atas transaksi yang tepat, dengan
mempertimbangkan defisiensi dalam pengendalian internal dan hasil yg diharapkan
dari pengujian pengendalian pada langkah 3
Prosedur Analitis
Tujuan pelaksanaan prosedur analisis :
Memahami bidang usaha klien
Penetapan kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya
Indikasi adanya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan
Mengurangu pengujian audit yang terinci
1. Menentukan materialistis dan risiko
Materialistis dan risiko Adalah unsure penting dalam merencanakan audit dan
merancang pendekatan yang akan digunakan. Materialistas Adalah jumlah atau besarnya
kekeliruan atau salah saji dalam informasi akuntansi.
Langkah-langkah dalam penetapan materialistas Adalah sebagai berikut :
Langkah 1 : menentukan pertimbangan awal mengenai materialistas
Langkah 2 : mengalokasikan pertimbangan awal mengenai materialistas
Langkah 3 : mengestimasikan total salah saji dalam segmen
Langkah 4 : mengestimasikan salah saji gabungan
Langkah 5 : membandingkan estimasi salah saji gabungan dengan pertimbangan
awal mengenai meterialistas.
Estimasi jumlah kekeliruan atau salah saji dalam tiap segmen (langkah 3) terjadi selama
audit. Langkah 4 dan 5 dilakukan pada tahap penyelesaian audit. Selain itu,risiko dalam audit
berarti bahwa auditor menerima suatu tingkat ketidakpastian tertentu dalam pelaksanaan
audit.
2. Memahami struktur pengendalian interen
Luasnya pemahaman tersebut ,paling tidak,mencukupi untuk merencanakan audit yang
memadai,dalam hal empat masalah spesifik perencanaan,yakni sebagai berikut :
Auditability
Potensi Salah Saji Yang Material
Risiko Penemuan
Perancangan Pengujian
Berikut ini prosedur yang berkaitan dengan perancangan dan penempatan dalam
operasi dan dapat dijadikan sebagai bahan untuk memperoleh pemahaman terhadap struktur
pengendalian intern klien :
Pengalaman auditor dalam periode sebelumnya atas satuan usaha
Tanya jawab dengan pegawai klien
Kebijakan dan pedoman system klien
Inspeksi dokumen dan catatan
Pengamatan atas aktivitas dan operasi satuan usaha
3. Mengembangkan rencana dan program audit menyeluruh
Rencana audit dan program audit berkaitan dengan jenis-jenis pengujian audit yang
dilakukan,yaitu prosedur untuk memperoleh pemahaman atas struktur pengendalian
intern,pengujian atas pengendalian,pengujian substantive atas transaksi,prosedur analisis dan
pengujian terinci atas saldo.
Pengujian Rincian Saldo
Metodologi untuk merancang pengujian rincian saldo :
1. Mengidentifikasi risiko bisnis klien yang mempengaruhi piutang usaha
2. Menetapkan salah saji yang dapat ditoleransi dan menilai risiko inheren untuk piutang
3. Menilai risiko pengendalian untuk siklus penjualan dan penagihan
4. Merancang dan melaksanakan pengujian pengendalian serta pengujian substantif atas
transaksi untuk siklus penjualan dan penagihan
5. Merancang dan melaksanakan prosedur analitis untuk saldo piutang usaha
6. Merancang pengujian rincian saldo piutang usaha untuk memenuhi tujuan audit yang
berkaitan dengan saldo
Pengujian substantif atas saldo kas
Istilah saldo kas hanya mengacu pada kas yang ditahan dan di bank, bukan termasuk
kas kecil dan dana imprest lainnya. Tahapannya yaitu :
Menentukan Risiko Deteksi
Merancang Pengujian Substantif
Prosedur Awal
Prosedur Analitis
Pengujian Rincian Transaksi
Tingkat Disagregasi Aktivitas Perencanaan
Tingkat disagregasi berkisar dari audit secara keseluruhan hingga tujuan audit yang
berkaitan dengan memperoleh informasi tentang latar belakang bisnis dan industri klien yang
bersangkutan dengan audit secara keseluruhan
Pertama auditor akan menggunakan informasi itu ketika menilai risiko audit yang
dapat diterima bagi penugasan secara keseluruhan. Kemudian auditor akan menggunakan
informasi tentang bisnis dan industri klien yang diperoleh melalui prosedur penilaian risiko
untuk menilai risiko inheren bagi tujuan audit khusus. Apabila audit terus berlanjut, auditor
mungkin akan menggunakan informasi itu ketika membuat keputusan tentang pengujian
rincian saldo. Demikian pula, pertama auditor akan menilai risiko kecurangan untuk audit
secara keseluruhan, dan kemudian mempertimbangkan apakah ada risiko kecurangan yang
dapat mempengaruhi penilaian risiko kecurangan bagi akun-akun khusus dan prosedur audit,
sertaukuran sampel untuk pengujian rincian saldo bagi akun-akun yang dipengaruhi.
Program Audit Ilistratif
Standar auditing mengharuskan auditor untuk menggunakan program audit tertulis.
Format segmen pengujian rincian saldo dari program audit atas piutang usaha digunakan
untuk menghubungkan prosedur audit dengan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo.
Program audit dikembangkan setelah mempertimbangkan semua faktor yang
mempengaruhi pengujian rincian saldo dan didasarkan pada beberapa asumsi tentang risiko
inheren, risiko pengendalian, dan hasil dari pengujian pengendalian, pengujian substantif atas
transaksi, serta prosedur analitis substantif
F. Hubungan Tujuan Audit Yang Berkaitan Dengan Transaksi Dan
Tujuan Audit Yang Berkaitan Dengan Saldo Serta Penyajian dan
Pengungkapan
Meskipun semua tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi telah dipenuhi, auditor
terutama masih akan mengandalkan pada pengujian substantif atas saldo untuk memenuhi
tujuan audit yang berkaitan dengan saldo berikut
Nilai yang dapat direalisasikan
Hak dan kewajiban
Auditor akan melaksanakan pengujian pengendalian untuk mendukung penilaian
risiko pengendalian yang lebih rendah bagi masing-masing dari empat tujuan audit yang
berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan,
Auditor melaksanakan prosedur substantif untuk memperoleh assurance atau
keyakinan bahwa semua tujuan audit telah tercapai menyangkut informasi dan jumlah yang
termasuk dalam pengungkapan itu.
IKHTISAR ISTILAH-ISTILAH PENTING TERKAIT BUKTI
Beberapa istilah terkait bukti telah digunakan dalam beberapa bab sebelumnya. Untuk
membedakan dan memahami masing-masing istilah tersebut berikut penjelasan singkat.
Fase Proses Audit (Phase Of The Audit Process) empat fase proses audit dalam
kolom pertama merupakan cara yang mendasar dimana suatu audit disusun, sebagaimana
digambarkan menunjukkan komponen-komponen kunci terhadap keempat fase dalam proses
pengauditan ini.
Tujuan Audit (Audit Objectives) merupakan tujuan-tujuan dalam suatu pengauditan
yang harus terpenuhi sebelum auditor dapat menyimpulkan bahwa suatu kelompok transaksi
atau saldo akun sudah disajikan secara wajar. Terdapat enam tujuan terkait transaksi, delapan
tujuan terkait saldo, dan empat tujuan audit terkait penyajian dan pengungkapan.
Jenis-Jenis Pengujian (Types Of Test) lima jenis pengujian audit yang dibahas
sebelumnya yang digunakan auditor untuk menentukan apakah laporan keuangan telah
disajikan secara wajar dimasukkan dalam kolom ketiga pada tebel tersebut. Prosedur analitis
digunakan di fase III dan fase IV. Prosedur analitis perencanaan juga dilakukan sebagai
bagian dari prosedur penilaian risiko di fase I. prosedur analitis juga diperlukan saat
penyelesaian audit, yang menjadi penyebab mengapa prosedur analitis. Ini dimasukkan ke
fase IV.
Keputusan Bukti (Evidence Decisions) empat sub kategori keputusan yang dibuat
oleh auditor dalam pengumpulan bukti audit dimasukkan dalam kolom keempat tabel
tersebut. Kecuali prosedur analitis, keempat keputusan bukti terseut diterapkan disetiap jenis
pengujian.
Jenis-Jenis Bukti (Types Of Evidence) delapan kategori luas dalam bukti yang
dikumpulkan auditor dimasukkan dalam kolom terakhir pada tabel
G. Ikhtisar Proses Audit
Fase I : Merencanakan Dan Merancang Sebuah Pendekatan Audit
Auditor menggunakan informasi yang didapatkan dari prosedur penilaian risiko terkait
dengan penerimaan klien dan perencanaan awal, memahami bisnis dan industry klien,
menilai risiko bisnis klien dan melakukan prosedur analitis pendahuluan yang bertujuan
untuk menilai risiko bawaan dan risiko audit yang dapat diterima. Auditor menggunakan
penilaian materialitas, risiko audit yang dapat diterima, risiko bawaan, risiko pengendalian
dan setiap risiko kecurangan yang teridentifikasi untuk mengembangkan keseluruhan
perencanaan audit dan program audit. Diakhir fase I, auditor harus memilki suatu rencana
audit dan program audit spesifik yang sangat jelas untuk audit secara keseluruhan.
Fase II: Melakukan Pengujian Pengendalian Dan Pengujian Substantive Transaksi
Auditor melakukan pengujian pengendalian dan pengujian substantive transaksi selama fase
ini. Tujuan dari fase II ini adalah untuk:
1. Mendapatkan bukti yang mendukung pengendalian tertentu yang berkontribusi terhadap
penilaian risiko pengendalian yang dilakukan oleh auditor (yaitu, ketika risiko pengendalian
ini dikurangi di bawah maksimum) untuk audit atas laporan keuangan dan untuk audit
pengendalian internal atas laporan keuangan dalam suatu perusahaan public.
2. Mendapatkan bukti yang mendukung ketepatan moneter dalam transaksi-transaksi
Tujuan pertama terpenuhi dengan melakukan pengujian pengendalian dan yang kedua dengan
melakukan pengujian terperinci transaksi. Seringkali kedua jenis pengujian dilakukan secara
simultan untuk satu transaksi yang sama. Ketika pengendalian tidak dianggap efektif atau
ketika auditor menemukan adanya penyimpangan-penyimpangan, pengujian substantive
dapat diperluas dalam fase ini atau fase III juga dengan mempertimbangkan dampaknya pada
laporan auditor atas pengendalian internal terhadap laporan keuangan.
Fase III: Melakukan Prosedur Analitis Dan Pengujian Terperinci Saldo
Tujuan dari fase III adalah untuk mendapatkan bukti tambahan yang memadai untuk
menentukan apakah saldo akhir catatan-catatan kaki dalam laporan keuangan telah disajikan
dengan wajar. Sifat dan keluasan pekerjaan akan sangat bergantung pada temuan-temuan dari
dua fase sebelumnya.
Dua ketegori umum dalam prosedur di fase III adalah:
1. Prosedur analitis substantive yang menilai keseluruhan kewajaran transaksi-transaksi
dan saldo-saldo akun.
2. Pengujian terperinci saldo, yang mana prosedur audit digunakan untuk menguji salah
Fase IV: Menyelesaikan Audit Dan Menerbitka Suatu Laporan Audit
Setelah tiga fase pertama diselesaikan, auditor harus mengumpulkan bukti tambahan terkait
dengan tujuan penyajian dan pengungkapan, ikhtisar hasil, penerbitan laporan audit dan
melakukan bentuk-bentuk komunikasi lainnya.
Pengumpulan Bukti Akhir. Selain bukti yang didapatkan dari setiap siklus selama fase I
dan fase II dan untuk setiap akun selama fase III, auditor harus mendapatkan bukti berikut
untuk laporan keuangan secara keseluruhan selama fase penyelasaian.
· Melakukan prosedur analitis akhir
· Mengevaluasi asumsi keberlangsungan usaha (going concern)
· Mendapatkan surat representasi klien.
· Membaca informasi dalam laporan tahunan untuk meyakinkan bahwa informasi yang
disajikan konsiten dengan laporan keuangan.
Menerbitkan Laporan Audit. Jenis laporan audit yang akan diterbitkan bergantung pada
bukti yang dikumpulkan dan temuan-temuan auditnya.
Komunikasi Dengan Komite Audit Dan Manajemen. Auditor diharuskan untuk
mengomunikasikan setiap kekurangan dalam pengendalian internal yang signifikan pada
komite audit atau manajemen senior. Standar audit juga mengharuskan auditor untuk
mengomunikasikan beberapa hal pada mereka yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan
tata kelola perusahaan seperti pada komite audit atau badan yang sejenis menjelang
penyelesaian audit dan sesegera mungkin
Merevisi Program Audit Untuk Mencapai Efisiensi Yang Lebih Besar
Program audit harus direview dengan cermat selama tahap perencanaan audit untuk
menentukan apakah ada prosedur audit yang harus ditingkatkan atau dihilangkan. Penilaian
risiko harus menghasilkan pengurangan pengujian di area yang berisiko rendah dan lebih
fokus pada titik-titik masalahnya. Perencanaan dan review yang cermat atas program audit
dapat menghasilkan penghematan waktu yang besar.
Top Related