Download - Referat Kulit Sita

Transcript
  • 7/24/2019 Referat Kulit Sita

    1/18

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Kusta merupakan penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium

    leprae yang bersifat intraseluler obligat. Penyebaran penyakit ini dari suatu tempat

    ke tempat lain dapat disebabkan oleh perpindahan penduduk yang terinfeksi penyakit

    tersebut. 1

    Dewasa ini penyakit kusta itu sendiri masih menjadi masalah kesehatan di dunia,

    khususnya di negara-negara yang sedang berkembang. Masalah yang dihadapi penderita

    bukan hanya dari medis saja, tetapi juga menimbulkan beban psikologis, sosial dan

    ekonomi. 2

    ebuah penelitian menyatakan bahwa jumlah penderita kusta di dunia pada tahun

    2!!" diperkirakan 2-# juta orang lebih, $!% di antaranya berasal dari daerah tropis. Pada

    tahun yang sama &ndonesia masih menempati urutan ke tiga setelah &ndia dan 'ra(il dalam

    hal penyumbang jumlah penderita kusta di dunia. )alaupun se*ara nasional &ndonesia

    telah men*apai eliminasi kusta sejak +uni 2!!!. rtinya, se*ara nasional angka prealensi

    kusta di &ndonesia lebih ke*il dari 1 per 1!.!!! penduduk. amun untuk tingkat proinsi dan

    kabupaten sampai akhir tahun 2!!" masih ada 1/ proinsi dan 100 kabupaten yang angka

    prealensinya di atas 1 per 1!.!!! penduduk. Ke-1/ proinsi tersebut antara lain angroe

    *eh Darussalam, DK& +akarta, +awa 'arat, +awa imur, Kalimantan elatan, ulawesi

    elatan, ulawesi enggara, usa enggara imur, Maluku, orontalo dan Papua.#

    Pada penderita kusta itu sendiri dapat mengalami suatu kondisi yang lebih dikenal

    dengan reaksi kusta. &stilah reaksi kusta digunakan untuk menggambarkan berbagai

    gejala dan tanda radang akut pada lesi dalam perjalanan penyakit yang kronis. 3eaksi ini

    menyebabkan gangguan dalam keseimbangan sistem imunologi. Meningkatnya insidensi

    penyakit kusta dan kondisi reaksi kusta ini menyebabkan penulis tertarik mengangkat hal

    tersebut dalam tulisan ini. /

    1

  • 7/24/2019 Referat Kulit Sita

    2/18

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    1. Definisi

    Kusta adalah penyakit infeksi granulomatous kronik yang disebabkan oleh

    My*oba*terium leprae, terutama mengenai kulit, sistem saraf perifer, namun dapat

    juga terjadi sistem pernapasan bagian atas, mata, kelenjar getah bening dan testis dan

    sendi-sendi. 1,0

    Kusta itu sendiri dalam perjalannnya bisa menimbulkan suatu kondisi yang disebut

    dengan reaksi kusta. 3eaksi kusta adalah suatu episode dalam perjalanan kronis penyakit

    kusta yang merupakan suatu reaksi kekebalan 4*ellular response5 atau reaksi antigen

    antibody 4humoral response5 dengan akibat merugikan penderita, terutama jikamengenai saraf tepi karena menyebabkan gangguan fungsi 4*a*at5. 3eaksi ini dapat

    terjadi sebelum pengobatan, tetapi terutama terjadi selama atau setelah pengobatan.

    3eaksi kusta dapat dibagi menjadi dua yaitu reaksi tipe & atau reaksi reersal yang

    disebabkan karena meningkatnya kekebalan seluler se*ara *epat dan reaksi tipe && atau

    reaksi erythema nodosum leprosum 4675 yang merupakan reaksi humoral yang

    ditandai dengan timbulnya nodul kemerahan,neuritis,gangguan saraf dan lainnya. 3eaksi

    ini terutama terjadi pada tipe lepromatosa 4775 dan borderline lepromatosa 4'75. /

    2. 6pidemiologi

    ebuah penelitian menyatakan bahwa jumlah penderita kusta di dunia pada tahun

    2!!" diperkirakan 2-# juta orang lebih, $!% di antaranya berasal dari daerah tropis.

    Pada tahun yang sama &ndonesia masih menempati urutan ke tiga setelah &ndia dan

    'ra(il dalam hal penyumbang jumlah penderita kusta di dunia. )alaupun se*ara

    nasional &ndonesia telah men*apai eliminasi kusta sejak +uni 2!!!. rtinya, se*ara

    nasional angka prealensi kusta di &ndonesia lebih ke*il dari 1 per 1!.!!! penduduk.amun untuk tingkat proinsi dan kabupaten sampai akhir tahun 2!!" masih ada 1/

    proinsi dan 100 kabupaten yang angka prealensinya di atas 1 per 1!.!!! penduduk.

    Ke-1/ proinsi tersebut antara lain angroe *eh Darussalam, DK& +akarta, +awa

    'arat, +awa imur, Kalimantan elatan, ulawesi elatan, ulawesi enggara, usa

    enggara imur, Maluku, orontalo dan Papua.#

    Penelitian yang lain yang dilakukan di daerah 'rebes, +awa engah diperoleh

    sampel sebanyak 1!8 penderita. 0# orang sebagai *ontrol dan 0# orang adalah

    penderita kusta. 3esponden yang mengalami reaksi kusta tipe & sebanyak 2/,0 %

    2

  • 7/24/2019 Referat Kulit Sita

    3/18

    dan tipe && sebanyak "0,0%. Dari 0# penderita yang mengalami reaksi kusta, sebanyak

    9/,# % penderita mengalami reaksi kusta berat dan 0," % mengalami reaksi kusta ringan.

    'erdasarkan status pengobatan MD, sebanyak 0," % penderita belum mendapat

    pengobatan, sedang dalam pengobatan sebanyak 02,$ % dan sesudah pengobatan

    sebanyak /1,0 %. /

    #. 6tiologi

    Meskipun gambaran klinis, bakteriologis, histopatologis maupun faktor pen*etus

    reaksi kusta sudah diketahui dengan jelas, namun penyebab pasti belum diketahui.

    Kemungkinan reaksi ini menggambarkan episode hipersensitiitas akut terhadap

    antigen basil yang menimbulkan gangguan keseimbangan imunitas yang telah ada.

    :aktor pen*etus yang dapat menyebabkan timbulnya hal tersebut ialah infeksi,

    stress mental dan fisik, kehamilan , aksinasi, faktor hormonal dan nutrisi. /,8,"

    /. Klasifikasi

    Pengklasifikasian reaksi kusta yang paling banyak dipakai dewasa ini adalah1;

    1. 3eaksi kusta tipe 1 disebabkan oleh hipersensitiitas selular 4reaksi reersal

    upgrading5

    2. 3eaksi kusta tipe 2 disebabkan oleh hipersensitiitas humoral 467

  • 7/24/2019 Referat Kulit Sita

    4/18

    pengobatan, sedangkan down grading rea*tion lebih jarang dijumpai oleh karena

    berjalan lebih lambat dan umumnya dijumpai pada kasus-kasus yang tidak

    mendapat pengobatan.

    Meskipun se*ara teoritis reaksi tipe & ini dapat terjadi pada semua

    bentuk kusta yang subpolar, tetapi pada bentuk '' jauh lebih sering terjadi

    daripada bentuk yang lain sehingga disebut reaksi borderline.ertambah aktif dan

    atau timbul lesi baru dalam waktu yang relatie singkat. danya lesi

    hipopigmentasi menjadi eritema, lesi ma*ula menjadi infiltrate, lesi luas.

    ambar 1 ; 3eaksi ipe 1

    b. 3eaksi ipe &&

    3eaksi tipe 2 terjadi reaksi hipersensitiitas tipe &&& karena adanya reaksi

    kompleks antigen-antibodi yang melibatkan komplemen. erjadi lebih banyak pada

    tipe lepromatus juga tampak pada '7. 3eaksi tipe 2 sering disebut sebagai

    6rithema odosum 7eprosum 4675 dengan gambaran lesi lebih eritematus,

    mengkilap, sedikit tampak nodul atau plakat, ukuran ma*am-ma*am, pada umumnya

    ke*il, terdistribusi bilateral dan simetris, terutama di daerah tungkai bawah, wajah,

    lengan dan paha, serta dapat pula mun*ul di hampir seluruh bagian tubuh

    ke*uali daerah kepala yang berambut, aksila, lipatan paha dan daerah perineum.

    elain itu didapatkan nyeri, pustulasi dan ulserasi juga disertai gejala sistematik

    seperti demam dan malaise. Perlu juga memperhatikan keterlibatan organ lain seperti

    saraf, mata, ginjal, sendi, testis dan limfe.

    4

  • 7/24/2019 Referat Kulit Sita

    5/18

    ambar 2 ; 3eaksi Kusta ipe 2

    ambar #. ebelum reaksi Ketika reaksi

    5

  • 7/24/2019 Referat Kulit Sita

    6/18

    ambar / ; >ontoh ? *ontoh reaksi 67

    6

  • 7/24/2019 Referat Kulit Sita

    7/18

    abel 1. Perbedaan 3eaksi Kusta ipe 1 dan ipe 2

    o ejala < anda ipe 1 ipe2

    1. Kondisi umum 'aik atau demam ringan 'uruk, disertai malaise

    dan febris

    2. Peradangan di kulit 'er*ak kulit lama menjadi

    lebih meradang 4merah5,

    dapat timbul ber*ak baru.

    imbul nodul

    kemerahan, lunak dan

    nyeri tekan. 'iasanya

    pada lengan dan

    tungkai. odul dapat

    pe*ah 4ulserasi5

    #. )aktu terjadi wal pengobatan MD 'iasanya setelah

    pengobatan yang lama,

    umumnya lebih dari 8

    bulan

    /. ipe Kusta Dapat tipe P' dan M' @anya terjadi pada M'

    0. araf ering terjadi, umumnya

    berupa nyeri tekan saraf

    dan

  • 7/24/2019 Referat Kulit Sita

    8/18

    anda

    3ingan 'erat 3ingan 'erat

    1. Kulit 'er*ak ;

    merah, tebal,

    panas, nyeri

    'er*ak ;

    merah, tebal

    panas, nyeri

    yang bertambah

    parah sampai

    pe*ah

    odul ;

    Merah, panas,

    nyeri

    odul ; merah,

    panas,nyeri yang

    bertambah parah

    sampai pe*ah

    2. araf epi yeri pada

    perabaan 4-5

    yeri pada

    perabaan 4A5

    yeri pada

    perabaan 4-5

    yeri pada

    perabaan 4A5

    #. Keadaan

    Bmum

    Demam 4-5 Demam 4A5 Demam 4A5 Demam 4A5

    /. angguan

    pada organ

    lain

    - - - A

    erjadi

    peradangan

    pada;

    Mata ;

    &rido*y*litis

    estis;6pididim

    oor*hitisinjal ; efritis

    Kelenjar limpa;

    7imfadenitis

    angguan pada

    tulang, hidung

    dan tenggorokan

    C 'ila ada reaksi pada lesi kulit yang dekat dengan saraf, dikategorikan sebagai

    reaksi berat

    *. :enomena 7u*io

    :enomena lu*io merupakan reaksi kusta yang sangat berat yang terjadi

    pada kusta tipe lepromatosa non nodular difus. ambaran klinis berupa plak atau

    infiltrate difus, berwarna merah muda, bentuk tidah teratur dan terasa nyeri. 7esiterutama di ekstermitas, kemudian meluas keseluruh tubuh. 7esi yang berat

    8

  • 7/24/2019 Referat Kulit Sita

    9/18

    tampak lebih eritematous disertai purpur, bula kemudian dengan *epat terjadi

    nekrosis serta ulserasi yang nyeri. 7esi lambat menyembuh dan akhirnya

    terbentuk jaringan parut.

    ambaran histopatologi menunjukan nekrosis epidermal iskemik dengan

    nekrosis pembuluh darah superfi*ial, edema, dan proliferasi endothelial pembuluh

    darah lebih dalam. Didapatkan basil M.7eprae di endotel kapiler. )alaupun tidak

    ditemukan infiltrate polimorfonuklear seperti pada 67 namun dengan

    imunofluorensi tampak deposit imonoglobulin dan komplemen didalam dinding

    pembuluh darah. iter kompleks imun yang beredar dan krigobulin sangat tinggi

    pada semua penderita.

    ambar 0 ; :enomena 7u*io

    0. Patofisiologi 67

    Mekanisme imunopatologi 67 masih kurang jelas. 67 diduga merupakan

    manifestasi pengendapan kompleks antigen antibodi pada pembuluh darah./ Perlu

    ditegaskan bahwa pada 67 tidak terjadi perubahan tipe. 7ain halnya dengan reaksi

    reersal yang hanya dapat terjadi pada tipe borderline 47i, '7, '', ', i5 sehingga

    9

  • 7/24/2019 Referat Kulit Sita

    10/18

    dapat disebut reaksi borderline. Diperkirakan reaksi pada 67 ada hubungannya dengan

    reaksi hipersensitiitas tipe lambat. 3eaksi peradangan terjadi pada tempat-tempat basil

    lepra berada, yaitu pada saraf dan kulit, umumnya terjadi pada pengobatan 8 bulan

    pertama.1

    Pada pengobatan, banyak basil kusta yang mati dan han*ur, yang berarti banyak

    pula antigen yang dilepaskan. danya faktor pen*etus seperti infeksi irus, stress,

    aksinasi dan kehamilan menyebabkan terjadinya infiltrasi sel helper 2 yang

    menghasilkan berbagai sitokin yaitu &7-/ yang menginduksi sel ' menjadi sel plasma

    yang kemudian memproduksi antibodi. Konsentrasi antigen dan presipitasi antibodi

    tersebut akan bereaksi dan membentuk kompleks imun yang terus beredar dalam

    sirkulasi darah yang akhirnya dapat diendapkan dalam berbagai organ atau jaringan yang

    kemudian mengaktifkan sistem komplemen.$,9

    e*ara ringkasnya fenomena ini berupa kompleks imun akibat reaksi antara

    antigen M.leprae A antibody 4 &gM, &g 5 A komplemen kompleks imun. Komplemen

    akan bergabung dengan kompleks imun dan akhirnya akan membentuk endapan

    kompleks imun dan menghasilkan polimorfonuklear leukotaktik fa*tor. &tulah sebabnya

    penimbunan kompleks imun pada pembuluh darah dan lesi merupakan karakteristik

    reaksi 67.1,0

    :agositosis kompleks imun oleh neutrofil yang terakumulasi menimbulkan

    pelepasan atau produksi sejumlah substansi proinflamasi tambahan, termasuk

    proataglandin, peptida asodilator, dan substansi kemotaksis,serta en(im lisosom yang

    mampu men*erna membran basalis, kolagen, elastin, dan kartilago yang menyebabkan

    inflamasi dan nekrosis jaringan.1

    erdapat juga penelitian yang mempelajari peranan tumor nekrosis faktor alfa

    4:-a5 pada patogenesiss 67. Penderita 77 yang menunjukkan reaksi 67 setelah

    terapi MD juga menunjukkan kadar :-a yang tinggi. Data ini menunjukkan eratnya

    hubungan antara :-a dengan patogenesis 67."

    :aktor nekrosis tumor ini bisa menimbulkan kerusakan langsung pada sel dan

    jaringan, mengaktifkan makrofag, mema*u makrofag memproduksi &7-1 dan &7-8 dan

    mema*u sel hepar menghasilkan protein reaktif > 4P3>5. Peninggian konsenterasi :-a

    dan P3> dalam serum penderita 67 yang berkorelasi positif sekitar 90% apabila

    dibandingkan dengan penderita kusta lepromatosa non reaksi.0

    8. ejala Klinis

    10

  • 7/24/2019 Referat Kulit Sita

    11/18

    ejala dan keluhan penyakit bergantung pada; multiplikasi dan diseminasi kuman

    M. 7eprae, respons imun penderita terhadap kuman M. 7eprae dan komplikasi yang

    diakibatkan oleh kerusakan saraf perifer. 1!

    Manifestasi klinis dari kusta sangat beragam, namun terutama mengenai kulit,

    saraf, dan membran mukosa. Pasien dengan penyakit ini dapat dikelompokkan lagi

    menjadi kusta tuberkuloid 4&nggris; pau*iba*illary5, kusta lepromatosa 4penyakit @ansen

    multibasiler5, atau kusta multibasiler 4borderline leprosy5. 11

    Penilaian untuk tanda-tanda fisik terdapat pada # area umum; lesi kutaneus,

    neuropathi, dan mata. Bntuk lesi kutaneus, menilai jumlah dan distribusi lesi pada kulit.

    Makula hipopigmentasi dengan tepian yang menonjol sering merupakan lesi kutaneus

    yang pertama kali mun*ul. ering juga berupa plak. 7esi mungkin atau tidak mungkin

    menjadi hipoesthetik. 7esi pada pantat sering sebagai indikasi tipe borderline.

    anda-tanda umum dari neuropati lepra ; 15 neuropati sensoris jauh lebih umum

    dibandingkan neuropathy motorik, tapi neuropati motorik murni dapat juga mun*ul. 25

    mononeuropati dan multipleE mononeuritis dapat timbul, dengan saraf ulna dan peroneal

    yang lebih sering terlibat dan #5 neuropati perifer simetris dapat juga timbul

    ejala dari neuropati lepra biasanya termasuk berikut; a5 anesthesia, tidak nyeri,

    patchkulit yang tidak gatal, pasien dengan lesi kulit yang menutupi *abang saraf perifer

    mempunyai resiko tinggi untuk berkembangnya kerusakan motoris dan sensoris.

    b5 deformitas yang disebabkan kelemahan dan mensia-siakan dari otot-otot yang

    diinerasi oleh saraf perifer yang terpengaruh 4*law hand atau drop foot menyusul

    kelemahan otot5, *5 gejala sensoris yang berkurang untuk melengkapi hilangnya sensasi,

    paresthesia dalam distribusi saraf-saraf yang terpengaruh, nyeri neuralgia saat saraf

    memendek atau diregangkan dan d5 lepuh yang timbul spontan dan ul*us tropik sebagai

    konsekuensi dari hilangnya sensoris

    ejala yang terlihat pada suatu reaksi

    F reaksi reersal ? onset yang mendadak dari kulit yang kemerahan dan mun*ulnya

    lesi-lesi kulit yang baru

    F reaksi 67 ? nodul pada kulit yang multiple, demam, nyeri sendi, nyeri otot, dan

    mata merah.Pada kulit akan timbul gejala klinis yang berupa nodus eritema,dan

    nyeri dengan tempat predileksi di lengan dantungkai. 'ila mengenai organ lain

    dapat menimbulkangejala seperti iridosiklitis, neuritis akut,limfadenitis,arthritis,or

    kitis, dan nefritis yang akut dengan adanya proteinuria.&a juga dapat disertai gejala

    11

  • 7/24/2019 Referat Kulit Sita

    12/18

    konstitusi dari ringan sampai berat yang dapat diterangkan se*ara imunologik

    pula.

    yeri neuritik yang hebat dan perubahan yang *epat dari kerusakan saraf perifer yang

    menghasilkan claw handatau drop foot.

    Kerusakan mata pada kusta dapat primer dan sekunder. Primer mengakibatkan

    alopesia pada alis mata dan bulu mata, juga dapat mendesak jaringan mata lainnya. ekunder

    disebabkan oleh rusaknya .fasialis yang dapat membuat paralisis .orbitkularis

    palpebrarum sebagian atau seluruhnya, mengakibatkan lagoftalmus yang selanjutnya,

    menyebabkan kerusakan bagian ? bagian mata lainnya. e*ara sendirian atau bersama ? sama

    akan menyebabkan kebutaan1!.

    ". Pemeriksaan Penunjang

    erdapat beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada reaksi kusta

    antara lain ;1!

    a. Pemeriksaan laboratorium, seperti ;

    1. @itung sel darah lengkap

    2. lukosa darah, 'B, *reatinine, lier fun*tion tests

    #. @&= status, terutama nonresponder

    /. Kerokan kulit dan atau mukosa hidung untuk :'

    0. Keluarga dan atau s*reening kontak untuk bukti terjangkit

    b. Pemeriksaaan bakterioskopik

    Pada pemeriksaan bakterioskopik di ambil sediaan dari kerokan jaringan kulit atau

    usapan mukosa hidung yang diwarnai dengan pewarnaan ' G&6@7 667H.

    ambar 8 ; Kuman solid

    *. &maging tudies

    1. :oto thorak

    2. :oto rontgen untuk mendeteksi keterlibatan tulang

    #. M3& atau > dari sendi neurophatik saat diperlukan/. Magneti* resonan*e 4M35 neurography pada kondisi khusus

    12

  • 7/24/2019 Referat Kulit Sita

    13/18

    0. Bltrasonography dan Doppler ultrasonography

    es Iang 7ain

    15 es &munologi

    a. 7epromin test

    b. 3espon imun seluler melawan M leprae juga dapat dipelajari dengan

    lympho*yte transformation test dan lympho*yte migration inhibition test

    47M&5. es berdasar pada deteksi antibody M lepra atau antigen.

    *. es serologi

    d. 6stimasi dari komponen spesifik M leprae pada jaringan

    25 D 3e*ombinant dan polymerase *hain rea*tion 4P>35

    #5 Penyelidikan tentang abnormalitas konduksi saraf termasuk sebagai berikut;

    konduksi yang melambat se*ara segmental terlihat pada tempat-tempat

    terperangkap 4segmen siku dari saraf ulnaris5, latensi distal memanjang,

    berkurangnya 4sensorik atau motorik5 elositas konduksi saraf berkurangnya amplitude dari eoked motor responses 4*ompound mus*le

    a*tion potentials J>MPs atau hilangnya amplitodo rendah dari potensial

    sensoris.

    araf-saraf yang paling sering terlibat didalamnya adalah saraf ulnaris,

    peroneal, median, dan saraf-saraf tibial.

    edangkan pemeriksaan penunjang pada 67 dapat berupa pemeriksaan laboratorium

    dan pemeriksaan histopatologi. 8,$,12

    1. Pada pemeriksaan laboratorium, dilakukan pemeriksaan protein dan sel darah

    merah dalam urine yang dapat menunjukkan terjadinya glomerulonefritis akut.

    Pada pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop, dapat terlihat kompleks imun

    pada glomerulus ginjal. Pada pemerksaan hematologi dapat ditemukan

    leukositosis PM, trombositosis, peninggian 76D, anemia normositik normokrom

    dan peninggian kadar gammaglobulin

    2. Pemerikaan histologi, 67 akan menunjukkan inflamasi akut berupa lapisan

    infiltrat pada inflamasi granulomatosa yang kronik dari '7 dan 77. elain itu,

    akan tampak peningkatan askularisasi dengan dilatasi kapiler pada dermis bagian

    atas dan pada dermis bagian bawah terdapat infiltrasi lekosit polimorfonuklear

    yang lokalisasinya disekeliling pembuluh darah dan menyerang dinding pembuluh

    darah. erdapat pembengkakan dan edema endothelium ena, arteriole dan arteri-

    artei ke*il pada lasi 67. :ragmen basil sedikit dan, terdapat disekitar pembuluh

    darah. Kerusakan dinding askuler ini mengakibatkan ekstraasasi eritrosit.

    $. Penatalaksanaan

    13

  • 7/24/2019 Referat Kulit Sita

    14/18

    Prinsip dalam penatalaksanaan reaksi kusta ; 8

    1. Mengontrol neurtis akut dalam rangka pen*egahan anastesi, paralisis dan

    kontraktur

    2. Menghentikan kerusakan pada mata dan men*egah kebutaan.

    7ebih jauh beberapa kepustakaan menyatakan bahwa penatalaksanaan reaksi kusta

    itu sendiri berbeda tergantung manifestasi dan berat ringannya penyakit. 1#

    a . Reaksi ringan

    Pada reaksi 67 ringan dapat diberikan analgesik < antipiretik seperti spirin

    atau setaminofen.

    b. Reaksi berat

    'erikut adalah pedoman )@H untuk pengelolaan reaksi eritema nodosum

    leprosum 4675 berat.

    Prinsip umum;

    1. 3eaksi 67 berat sering berulang dan kronis serta dapat berariasi dalam

    manifestasinya.

    2. Manajemen 67 berat yang terbaik dilakukan oleh dokter di pusat rujukan.

    #. Dosis dan durasi obat anti reaksi yang digunakan dapat disesuaikan oleh dokter

    sesuai dengan kebutuhan pasien indiidu

    Manajemen dengan kortikosteroid;

    1. +ika masih dalam pengobatan anti lepra, lanjutkan pemberian MD.

    2. unakan analgesik dengan dosis adekuat untuk mengatasi demam dan nyeri.

    #. unakan prednisolon dengan dosis per hari tidak melebihi 1mg

  • 7/24/2019 Referat Kulit Sita

    15/18

    1. +ika masih dalam pengobatan anti lepra, lanjutkan pemberian MD.

    2. unakan analgesik dengan dosis adekuat untuk mengatasi demam dan nyeri.

    #. Mulai pemberian klofa(imin 1!!mg #Esehari selama maksimum 12 minggu.

    /. Kurangi dosis klofa(imin sampai 1!!mg 2Esehari selama 12 minggu dan

    kemudian 1!!mg 1 E sehari selama 12-2/ minggu.

    Hbat lain yang berguna dalam pengobatan reaksi 67 adalah pentoEifylline

    saja atau dalam kombinasi dengan klofa(imin < prednisolone. Karena alasan efek

    samping teratogenik, )@H tidak menganjurkan penggunaan thalidomide untuk

    manajemen reaksi 67 pada kusta.

    ". Monitoring dan 6aluasi Pengobatan

    dapun hal lain yang juga penting adalah dilakukan monitoring dan ealuasi pengobatan

    pada penderita, berupa; 1, /,$

    1. etiap petugas harus memonitor tanggal pengambilan obat

    2. pabila penderita terlambat mengambil obat paling lama dalam 1 bulan harus

    dilakukan pela*akan

    #. 3: dapat dinyatakan setelah dosis dipenuhi tanpa diperlukan pemeriksaan

    laboratorium. etelah 3: penderita dikeluarkan dari form monitoring penderita

    /. Masa pengamatan ; pengamatan setelah 3: dilakukan se*ara pasif

    a. ipe P' selama 2 tahun

    b. ipe M' selama 0 tahun tanpa diperlukan pemeriksaan laboratorium

    0. Penderita P' yang telah mendapatkan pengobatan 8 dosis 4blister5 dalam waktu

    8-9 bulan dinyatakan 3:, tanpa harus pemeriksaan laboratorium

    8. Penderita M' yang telah mendapat pengobatan MD 12 dosis 4blister5 dalam waktu

    12-1$ bulan dinyatakan 3:, tanpa harus pemeriksaan laboratorium

    ". Defaulter

    +ika seorang penderita P' tidak mengambil obatnya lebih dari # bulan maka

    dinyatakan sebagai Defaulter P'

    +ika seorang penderita M' tidak mengambil obatnya lebih dari 8 bulan maka

    dinyatakan sebagai Defaulter M'.

    indakan bagi penderita defaulter ;

    a. Dikeluarkan dari monitoring dan register

    b. 'ila kemudian datang lagi maka harus dilakukan pemeriksaan klinis ulang,

    pengobatan menyesuaikan dengan gejala klinis yang didapat

    15

  • 7/24/2019 Referat Kulit Sita

    16/18

    $. 3elaps< Kambuh

    Dinyatakan kambuh setelah dinyatakan 3: timbul lesi baru pada kulit maka untuk

    menyatakan relaps harus dikonfirmasikan ke dokter kusta yang memiliki

    kemampuan klinis dalam mendiagnosis relaps. Bntuk relaps M' jika ternyata pada

    pemeriksaan ulang ' setelah 3: terjadi peningkatan &ndeks 'akteriologi 2 atau

    lebih disbanding saat diagnosis maka penderita dinyatakan 3elaps. 3ujuan dalam

    kasus relaps memungkinkan karena kasus relaps bukan termasuk kedaruratan. 'ila

    hasil relaps telah dikonfirmasikan maka penderita diobati sesuai hasil pemeriksaan

    pada saat itu

    9. &ndikasi pengeluaran penderita dari register adalah ; 3:, meninggal, pindah, salah

    diagnosis, ganti klasifikasi, default

    1!. Pada keadaan khusus dapat diberikan sekaligus beberapa blister disertai dengan

    pesan penyuluhan lengkap dengan efek samping dan indikasi untuk kembali ke

    pelayanan kesehatan

    16

  • 7/24/2019 Referat Kulit Sita

    17/18

    '' &&&

    K6&MPB7

    3eaksi kusta hampir selalu terjadi pada penderita kusta baik sebelum pengobatan,

    sedang dalam pengobatan dan sesudah pengobatan. 3eaksi kusta ini dibagi menjadi 2, yaitu ;

    reaksi tipe & atau reaksi reersal dan reaksi tipe && atau reaksi 67 dengan manifestasi klinis

    yang jelas.

    3eaksi kusta ini sangat sering ditemukan namun etiologinya masih belum jelas.

    'eberapa kepustakaan menyebutkan adanya faktor pen*etus diduga berkaitan dengan angka

    kejadian reaksi ini, seperti ; setelah pengobatan antikusta yang intensif, stress fisik

    < psikis, imunisasi, kehamilan, persalinan, menstruasi, infeksi, trauma, dan lain-lain.

    Penatalaksaan dan terapi yang tepat adalah hal utama untuk reaksi kusta ini, di

    samping itu monitoring dan ealuasi pengobatan jua menjadi hal penting lainnya demi

    penanganan yang adekuat dan tepat guna.

    17

  • 7/24/2019 Referat Kulit Sita

    18/18

    TINJAUAN PUSTAKA

    1. iregar 3. tlas 'erwarna aripati Penyakit Kulit. 6disi kedua, +akartaL 6>, 2!!2L

    p10/-18#.

    2. 7ewis, , 7eprosy. Bpdate :eb /, 2!1!. ailable at;

    http;