LAPORAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
BERBASIS INKUIRI PADA SISWA KELAS VII SMP HARAPAN MULIA, JAKARTA
UTARA PADA MATERI NORMA DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
ENOS HASIBUAN, S.H.
GUGUS PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
SMP HARAPAN MULIA, PADEMANGAN. JAKARTA UTARA
DKI JAKARTA
2011
MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
BERBASIS INKUIRI PADA SISWA KELAS VII SMP HARAPAN MULIA, JAKARTA
UTARA PADA MATERI NORMA DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tugas guru yang utama adalah mengajar, yaitu menyampaikan atau mentransfer ilmu
kepada anak didiknya. Oleh karena itu seorang guru dituntut untuk menguasai semua bidang
studi. Namun hasil perolehan nilai beberapa mata pelajaran dalam kenyataannya masih ada
yang belum memenuhi standar, tidak terkecuali untuk mata pelajaran PKN. Berdasarkan
pengalaman peneliti hal ini disebabkan oleh, teknik mengajar yang masih relatif monoton.
Sejauh ini pembelajaran PKN di kelas mayoritas masih dilaksanakan dengan metode ceramah.
Hal ini tidak menutup kemungkinan menyebabkan interaksi belajar mengajar yang lebih
melemahkan motivasi belajar siswa.
Motivasi belajar tidak akan terbangun apabila siswa masih merasa kesulitan dalam
menerima pelajaran PKN, PKN dianggap sebagai pelajaran yang membosankan. Sehingga
jangan disalahkan apabila disetiap jam pelajaran PKN siswa cenderung merasa enggan dan
malas. Untuk mengantisipasi hal tersebut perlu ada solusi dalam penyampaian mata pelajaran
PKN dengan menggunakan berbagai cara yang menarik yang ada kaitannya dengan kehidupan
sehari-hari.
Pembelajaran PKN haruslah lebih berkembang, tidak hanya terfokus pada kebiasaan
dengan strategi atau urutan penyajian sebagai berikut: diajarkan definisi, diberikan contoh-
contoh dan diberikan latihan soal. Hal ini sangat memungkinkan siswa mengalami kesulitan
dalam menerima konsep yang tidak berasosiasi dengan pengalaman sebelumnya. Memperhatikan
uraian tersebut, keadaan yang sama dialami juga oleh siswa SMP Harapan Mulia, siswa masih
merasa kesulitan, takut dan kurang berani bertanya terhadap hal-hal yang belum dipahami,
sementara itu peneliti kurang melibatkan siswa dalam pembelajaran. Keadaan ini jika dibiarkan
maka nilai pelajaran PKN akan semakin menurun dan gagal dalam memperoleh nilai ketuntasan
minimal yang telah ditentukan. Untuk mengatasi masalah tersebut seorang guru harus mampu
memberikan motivasi terhadap siswa melalui pengelolaan kelas yang menarik dan melibatkan
siswa dalam menemukan konsep.
Dalam pembelajaran guru tidak menggunakan alat bantu pembelajaran. Hal inilah yang
diduga menyebabkan lemahnya siswa dalam memahami konsep-konsep dasar PKN, hal ini bisa
dilihat dari hasil belajar yang rendah. Pengalaman peneliti sebagai guru PKN di SMP Harapan
Mulia belum melaksanakan pembelajaran sudah berusaha maksimal, mulai dari persiapan RPP,
media hingga strategi pembelajaran dan pengelolaan kelas. Namun disisi lain peneliti sebagai
guru memang masih cenderung menggunakan metode mengajar yang monoton yaitu metode
ceramah, kondisi ini ternyata membuat siswa menjadi bosan, jemu dan tidak tertarik untuk
belajar. Guru kurang mampu mengelola kelas dengan baik, sehingga banyak diantara siswa yang
acuh tak acuh terhadap pembelajaran yang sedang dilakukan oleh guru bahkan sebagian
diantaranya lebih sering mengerjakan tugas lain.
Untuk mengatasi hal tersebut perlu diupayakan langkah-langkah yang dapat dilaksanakan
baik oleh siswa maupun guru. Guru hendaknya mengemas proses belajar mengajar dengan
metode yang tepat dan menarik dalam penyajiannya. Salah satu langkahnya adalah menggunakan
metode variasi dan bantuan alat peraga.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah proses pembelajaran melalui implementasi pembelajaran berbasis inkuiri
siswa kelas VII SMP Harapan Mulia pada PKN ?
2. Bagaimanakah peningkatan pemahaman siswa kelas VII SMP Harapan Mulia pada
materi norma dalam kehidupan bermasyarakat ?
3. Bagaimanakah peningkatan kreativitas siswa kelas VII SMP Harapan Mulia melalui
implementasi pembelajaran berbasis inkuiri ?
4. Bagaimanakah respon siswa terhadap implementasi pembelajaran berbasis inkuiri siswa
kelas VII SMP Harapan Mulia?
C. Pemecahan Masalah
Pkn sebagai salah satu bidang studi yang memiliki tujuan ”How to Develop Better Civics
Behaviours” membekali siswa untuk mengembangkan penalarannya disamping aspek nilai dan
moral, banyak memuat materi sosial. Pkn merupakan salah satu dari lima tradisi pendidikan
yakni citizenship education yakni aspek akademis, aspek kurikuler, dan aspek sosial budaya.
Impelementasinya sangat dibutuhkan guru yang profesional, guru yang profesional dituntut
menguasai sejumlah kemampuan dan keterampilan, antara lain:
1. Kemampuan menguasai bahan ajar.
2. Kemampuan dalam mengelola kelas.
3. Kemampuan dalam menggunakan metode, media dan sumber belajar.
4. Kemampuan untuk melakukan penilain baik proses maupun hasil.
Berdasarkan uraian analisis permasalahan diatas, pendekatan model inkuiri apabila diterapkan
dikelas akan meningkatkan kemampuan memahami norma di kehidupan bermasyarakan dalam
pelajaran Pkn.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mendeskripsikan proses pembelajaran melalui implementasi pembelajaran
berbasis inkuiri siswa kelas VII SMP Harapan Mulia
2. Untuk mengetahui sejauh mana implementasi pembelajaran berbasis inkuiri dapat
meningkatkan pemahaman siswa kelas VII SMP Harapan Mulia
3. Untuk mengetahui sejauh mana implementasi pembelajaran berbasis inkuiri dapat
meningkatkan kreativitas siswa kelas VII SMP Harapan Mulia
4. Untuk mengetahui respon siswa terhadap implementasi pembelajaran berbasis inkuiri
siswa kelas VII SMP Harapan Mulia
E. Manfaat Hasil Penelitian
Penelitian ini sangat bermanfaat, baik bagi siswa, maupun guru.
a. Bagi siswa :
Dapat meningkatkan keberanian siswa bertanya, menjawab, dan mengemukakan pendapat,
makna pembelajaran bagi siswa, dan meningkatkan pemahaman dan kreativitas siswa tentang
benda dan sifatnya
b. Bagi guru,
Dapat meningkatkan keterampilan pengembangan pendekatan, metode atau model dalam proses
pembelajaran di kelas
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Inkuiri
Model inkuiri didefinisikan oleh (Sund dan Trowbridge, 1973) dalam (Putrayasa, 2001)
sebagai: Pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan eksperimen
sendiri; dalam arti luas ingin melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, ingin
menggunakan simbul-simbul dan mencari jawaban atas pertanyaan sendiri, menghubungkan
penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukan dengan
yang ditemukan orang lain.
Dahar (1988) mendefinisikan model inkuiri sebagai pengajaran di mana guru dan anak
mempelajari peristiwa-peristiwa dan gejala-gejala ilmiah dengan pendekatan dan jiwa para
ilmuwan. Pengajaran berdasarkan inkuiri adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa di mana
kelompok-kelompok siswa dihadapkan pada suatu persoalan atau mencari jawaban terhadap
pertanyaan-pertanyaan di dalam suatu prosedur dan struktur kelompok yang digariskan secara
jelas
Menurut (Trowbridge, 1990) dalam (Putrayasa, 2001) menyatakan bahwa model inkuiri
adalah sebuah model proses pengajaran yang berdasarkan atas teori belajar dan perilaku. Inkuiri
merupakan suatu cara mengajar murid-murid bagaimana belajar dengan menggunakan
keterampilan, proses, sikap, dan pengetahuan berpikir rasional .
Sementara itu, Trowbridge (1990) dalam (Putrayasa, 2001) menjelaskan model inkuiri
sebagai proses mendefinisikan dan menyelidiki masalah-masalah, merumuskan hipotesis,
merancang eksperimen, menemukan data, dan menggambarkan kesimpulan masalah-masalah
tersebut. Hal senada dikatakan oleh Roestiyah (1998) mengatakan bahwa inkuiri adalah suatu
perluasan proses discovery yang digunakan dalam cara yang lebih dewasa. Sebagai tambahan
pada proses discovery, inkuiri mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya,
misalnya merumuskan masalah, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan
dan menganalisis data, menarik kesimpulan, menumbuhkan sikap objektif, jujur, hasrat ingin
tahu, terbuka dan sebagainya.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa inkuiri merupakan suatu
proses yang ditempuh siswa untuk memecahkan masalah, merencanakan eksperimen, melakukan
eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Jadi, dalam model
inkuiri ini siswa terlibat secara mental maupun fisik untuk memecahkan suatu permasalahan
yang diberikan guru. Dengan demikian, siswa akan terbiasa bersikap seperti para ilmuwan sains,
yaitu teliti, tekun/ulet, objektif/jujur, kreatif, dan menghormati pendapat orang lain.
B. Tingkatan Pemahaman Siswa Terhadap Materi Ajar
Tingkatan pemahaman (the levels of understanding) pada pembelajaran dapat dibedakan
menjadi dua. Menurut Skemp (1976) dalam Wahyudi (2001). Tingkatan pemahaman yang
pertama disebut pemahaman instruksional (instructional understanding). Pada tingkatan ini
dapat dikatakan bahwa siswa baru berada di tahap tahu atau hafal tetapi dia belum atau tidak tahu
mengapa hal itu bisa dan dapat terjadi. Lebih lanjut, siswa pada tahapan ini juga belum atau tidak
bisa menerapkan hal tersebut pada keadaan baru yang berkaitan. Selanjutnya, tingkatan
pemahaman yang kedua disebut pemahaman relasional (relational understanding). Pada tahapan
tingkatan ini, menurut Skemp, siswa tidak hanya sekedar tahu dan hafal tentang suatu hal, tetapi
dia juga tahu bagaimana dan mengapa hal itu dapat terjadi. Lebih lanjut, dia dapat
menggunakannya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang terkait pada situasi lain.
Menurut Byers dan Herscovics (1977) dalam Wahyudi (2001) menganalisis ide Skemp itu
dan mengembangkannya lebih jauh. yaitu, siswa terlebih dahulu berada pada tingkatan
pemahaman antara, yaitu tingkatan pemahaman intuitif (intuitive understanding) dan tingkatan
pemahaman formal (formal understanding). Pertama, sebelum sampai pada tingkatan
pemahaman instruksional, siswa terlebih dahulu berada pada tingkatan pemahaman intuitif.
Mereka mendefinisikannya sebagai berikut. "Intuitive understanding is the ability to solve a
problem without prior analysis of the problem." Pada tahap tingkatan ini siswa sering menebak
jawaban berdasarkan pengalaman-pengalaman keseharian dan tanpa melakukan analisis terlebih
dahulu. Akibatnya, meskipun siswa dapat menjawab suatu pertanyaan dengan benar, tetapi dia
tidak dapat menjelaskan kenapa (why). Kedua, sebelum siswa sampai pada tingkatan
pemahaman relasional, biasanya mereka akan melewati tingkatan pemahaman antara yang
disebut dengan pemahaman formal.
C. Pengertian Kreativitas
S.C. Utami Munandar (1992) dalam bukunya mengembangkan bakat dan kreativitas anak
sekolah, merumuskan kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru,
berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada. Selanjutnya dalam belajar kreatif siswa
terlibat secara aktif dan mendalami bahan yang dipelajari.(penalaran) tetapi juga berhubungan
dengan penghayatan pengalaman belajar yang mengasyikkan.
Pentingnya kreativitas dikembangkan karena : (1) dengan berkreasi orang dapat mewujudkan
dirinya; (2) kreativitas atau berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat berbagai macam
kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah; (3) bersibuk diri dengan kratif tidak hanya
bermanfaat, tetapi juga memberikan kepuasan kepada diri sendiri; (4) kreativitaslah yang
memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya (S.C. Utami Munandar, 1992).
Dari uraian yang ada diatas maka yang dimaksud dengan kreativitas adalah seorang yang
selalu mempunyai rasa ingin tahu, ingin mencoba, bertualang, suka bermain-main, intuisif, dan
mempunyai potensi untuk menjadi orang yang kreatif. Semua orang lahir dengan kreativitas dan
jika ia yakin ia adalah orang yang kreatif maka ia akan menemukan cara yang kreatif untuk
mengatasi masalah harian baik dalam pekerjaan maupun dalam kehidupan pribadinya.
(Depoter,2000)
D. Pengertian Hasil Belajar
Untuk mengetahui sejauh mana proses belajar mengajar mencapai tujuan pembelajaran
yang diharapkan, maka perlu diadakan tes hasil belajar. Menurut pendapat Winata Putra dan
Rosita (1997; 191 ) tes hasil belajar adalah salah satu alat ukur yang paling banyak digunakan
untuk menentukan keberhasilan seseorang dalam suatu proses belajar mengajar atau untuk
menentukan keberhasilan suatu program pendidikan. Adapun dasar-dasar penyususan tes hasil
belajar adalah sebagai berikut:
a) Tes hasil belajar harus dapat mengukur apa-apa yang dipelajari dalam proses pembelajaran
sesuai dengan tujuan instruksional yang tercantum dalam kurikulum yang berlaku.
b) Tes hasil belajar disusun sedemikian sehingga benar-benar mewakili bahan yang telah
dipelajari.
c) Bentuk pertanyaan tes hasil belajar hendaknya disesuaikan dengan aspek-aspek tingkat belajar
yang diharapkan.
d) Tes hasil belajar hendaknya dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar.
A. Tabrani (1992;3) mengatakan bahwa belajar mengajar adalah suatu proses yang rumit
karena tidak sekedar menyerap informasi dari guru, tetapi melibatkan berbagai kegiatan maupun
tindakan yang harus dilakukan , terutama bila diinginkan hasil yang lebih baik .
E. Tipe Hasil Belajar
Menurut Nana Sudjana (1988; 49), tujuan pendidikan yang ingin dicapai dalam suatu
pengajaran terdiri dari 3 macam yaitu: bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketiga aspek
tersebut merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan yang harus nampak sebagai hasil
belajar. Nana Sudjana (1988;50-54) juga mengemukakan unsur-unsur yang terdapat dalam ketiga
aspek pengajaran adalah sebagai berikut :
Tipe hasil belajar bidang kognitif
Tipe ini terbagi menjadi 6 poin, yaitu tipe hasil belajar :
a. Pengetahuan hafalan (Knowledge), yaitu pengetahuan yang sifatnya faktual. Merupakan
jembatan untuk menguasai tipe hasil belajar lainnya.
b. Pemahaman (konprehention), kemampuan menangkap makna atau arti dari suatu konsep
c. Penerapan (aplikasi), yaitu kesanggupan menerapkan dan mengabtraksikan suatu konsep. Ide,
rumus, hukum dalam situasi yang baru, misalnya memecahkan persoalan dengan menggunakan
rumus tertentu.
d. Analisis, yaitu kesanggupan memecahkan, menguasai suatu intergritas (kesatuan ynag utuh)
menjadi unsur atau bagian yang mempunyai arti .
e. Sintesis, yaitu kesanggupan menyatukan unsur atau bagian menjadi satu integritas.
f. Evaluasi, yaitu kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan
pendapat yang dimilikinya dan kriteria yang dipakainya.
Tipe hasil belajar afektif
Bidang afektif disini berkenaan dengan sikap. Bidang ini kurang diperhatikanoleh guru,
tetapi lebih menekankan bidang kognitif. Hal ini didasarkan pada pendapat beberapa ahli yang
mengatakan, bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila seseorang telah
menguasai bidang kognitif tingkat tinggi.
Beberapa tingkatan bidang afektif sebagai tujuan dan tipe hasil belajar dari yang
sederhana ke yang lebih komplek yaitu :
a. Receiving atau attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan dari luar
yang datang pada siswa, baik dalam bentuk masalah situasi dan gejala.
b. Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulus dari luar .
c. Valuing atau penilaian, yakni berhubungan dengan nilai dan kepercayaan terhadap stimulus.
d. Organisasi, yakni pengembangan nilai ke dalam system organisasi, termasuk menentukan
hubungan satu nilai dengan nilai lainnya dan kemantapan prioritas yang dimilikinya .
e. Karakteristik nilai atau internalisasi, yakni keterpaduan dari semua nilai yang dimiliki
seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya
Tipe hasil belajar bidang psikomotor
Hasil belajar bidang psikomotorik tampak dalam bentuk ketrampilan, kemampuan
bertindak individu. Ada 6 tingkatan ketrampilan yaitu :
a. Gerakan refleks yaitu ketrampilan pada gerakan tidak sadar.
b. Ketrampilan pada gerakan-gerakan dasar.
c. Kemampuan pesreptual termasuk di dalamnya membedakan visual , adaptif, motorik, dan
lain-lain.
d. Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan keharmonisan dan ketetapan.
e. Gerakan-gerakan skill, mulai dari dari ketrampilan sederhana sampai pada ketrampilan yang
kompleks .
f. Kemampuan yang berkenaan dan komunikasi non decorsive seperti gerakan ekspresif,
interpretative.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Subyek Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMP Harapan Mulia, adapun subyek penelitian adalah siswa
kelas VII SMP Harapan Mulia, sebanyak 20 siswa. Latar belakang orang tua wali murid sebagian
pedagang, sebagian lagi wiraswasta, dan sebagian besar karyawan.
B. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2010/2011
1) Persiapan minggu I bulan Nopember 2010
2) Pelaksanaan tindakan I Nopember minggu II tanggal 19 Nopember 2010
3) Pelaksanaan tindakan II Nopember minggu II tanggal 22 Nopember 2010
4) Pelaksanaan tindakan III Nopember minggu II tanggal 24 Nopember 2010
5) Pengumpulan data bulan Desember 2010
6) Pelaporan bulan Desember 2010 tanggal 28 Desember 2010
C. Rancangan Penelitian
Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas
dengan kegiatan berulang-ulang atau bersiklus, dalam rangka memecahkan masalah, sampai
masalah itu dipecahkan. Dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), guru dapat
meneliti sendiri terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan secara langsung, sehingga
bila guru menemukan permasalahan dalam pembelajaran guru dapat merencanakan tindakan
alternatif, kemudian dilaksanakan dan dievaluasi apakah tindakan alternatif tersebut dapat
digunakan untuk memecahkan masalah.
Penelitian tindakan kelas lebih bertujuan untuk memperbaiki kinerja, sifatnya realistik dan
hasilnya tidak untuk digeneralisasi. Namun hasil penelitian dapat diterapkan oleh orang lain yang
mempunyai konteks yang sama dengan peneliti. Dalam buku Pedoman Teknis Pelaksanaan
Clasroom Action Research (CAR) atau Penelitian Tindakan Kelas (PTK Depdiknas (2001:5)
disebutkan penelitian bersiklus, tiap siklus terdiri dari:
a) Persiapan/perencanaan (Planning)
b) Tindakan/pelaksanaan (Acting)
c) Observasi (Observing)
d) Refleksi (Reflecting)
a. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan penelitian terdiri dari 3 siklus yaitu :
1) Siklus I
a. Perencanaan (Planning)
Sebelum melakukan penelitian, peneliti mempersiapkan hal-hal sebagai berikut :
1. Mengidentifikasikan bahan pembelajaran
2. Menyusun silabus dan RPP
3. Menyiapkan alat bantu pembelajaran
4. Menyiapkan lember tes
5. Menyiapkan lembar observasi.
b. Tindakan / pelaksanaan (Acting)
Dalam tahap ini merupakan tahap pelaksanaan apa yang telah tertuang dalam rencana
pembelajaran dengan modifikasi pelaksanaan sesuai dengan situasi yang terjadi :
1. Tindakan Siklus 1
Pokok Bahasan : Norma-norma, kebiasaan, adapt istiadat, peraturan yang berlaku dimasyarakat
Sub Pokok bahasan : norma-norma
Langkah-langkah tindakan:
- Tindakan pertama yang perlu dilakukan adalah mengaktifkan siswa dalam proses
pembelajaran dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan awal untuk membangkitkan motivasi
belajar.
- Guru mengajak siswa untuk mengenang detik-detik proklamasi kemerdekaan dengan
menunjukkan norma-norma yang ada dimasyarakat
- Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa seputar tentang pengetahuan yang berkaitan
dengan norma-norma yang ada dimasyarakat
- Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok dan disetiap kelompok diberikan tugas
simulasi untuk memerankan beberapa kejadian dalam norma-norma yang ada dimasyarakat
seperti:
- Guru mempersilahkan setiap kelompok untuk maju dan mensimulasikan fragmen adegan
tersebut diatas
- Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan hasil pembahasan materi dengan seksama dan
tepat
Beberapa hal yang diharapkan dalam siklus ini adalah:
1. Siswa mengalami peningkatan minat belajar dan aktivitas di kelas selama guru melakukan
kegiatan pembelajaran
2. Terdapat peningkatan konsentrasi belajar siswa sehingga aktivitas siswa menjadi terfokus
dalam penyelesaian tugas-tugas yang diberikan oleh guru
3. Siswa memiliki kemauan dan keberanian untuk bertanya kepada siswa tentang kesulitan yang
dialami pada saat menyelesaikan tugas yang diberikan
c. Observasi (Observing)
Dalam tahap observasi peneliti melakukan pengamatan selama kegiatan berlangsung, juga
teman, guru yang diminta bantuan untuk ikut mengamati selama kegiatan proses pembelajaran
berlangsung dengan menggunakan lembar observasi keaktifan siswa dan lembar observasi
aktifitas guru.
d. Refleksi (Reflecting)
Tahap ini merupakan tahap menganalisa, mensintesa, hasil dari catatan selama kegiatan
proses pembelajaran menggunakan instrumen lembar pengamatan, kuesioner, dan tes. Dalam
refleksi melibatkan siswa, teman sejawat yang mengamati dan kepala sekolah. Untuk melakukan
perencanaan pada siklus berikutnya, peneliti mengidentifikasi dan mengelompokkan masalah
yang timbul pada pembelajaran siklus I.
2) Siklus II
a. Persiapan/ perencanaan (Planning)
Sebelum melaksanakan tindakan siklus II, peneliti melakukan perbaikan-perbaikan terkait
dengan temuan-temuan pada siklus I
b. Tindakan/ pelaksanaan (Acting)
Pokok Bahasan : Norma-norma, kebiasaan, adat istiadat, peraturan yang berlaku dimasyarakat
Sub Pokok bahasan : adat istiadat dan peraturan yang berlaku dimasayarakat
Langkah-langkah tindakan:
- Guru mengajak siswa untuk menyanyikan lagu daerah
- Guru menanyakan kepada siswa beberapa tokoh penting yang berperan dalam adat istiadat
dan peraturan yang berlaku dimasayarakat
- Guru mengajak siswa untuk mengenal dan mendaftar adat istiadat dan peraturan yang berlaku
dimasyarakat
- Guru mengajak siswa melakukan studi kelompok dalam rangka memahami dan mengenal
lebih jauh tentang adat istiadat dan peraturan yang berlaku dimasayarakat
- Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok dan disetiap kelompok diberikan tugas
kelompok
- Siswa diharapkan menyelesaikan tugas dengan tepat waktu dan mengerjakannya dengan
berbagi tugas bersama rekannya dalam kelompok
- Siswa melaporkan hasil kerjanya ke depan kelas dan memulai diskusi bersama-sama, dalam
siklus II ini guru mengurangi peran dan intruksinya kepada siswa, hanya mengamati dengan
seksama bagaimana pelaksanaan pembelajaran yang dilakukannya dan perubahan aktifitas siswa
yang dialaminya
- Pada sesi akhir guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran secara bersama-sama
Harapan yang dimungkinkan muncul dalam siklus II ini adalah bahwa :
1. Guru dapat mengelola kelas dengan lebih baik dan lebih mampu memahami siswa
2. Siswa dapat meningkatkan kemampuan komunikasinya dan penguasaan konsep materi
pembelajaran
3. Partisipasi siswa dalam pembelajaran mengalami peningkatan yang baik
c. Observasi (Observing)
Pada tahap observasi peneliti melakukan pengamatan selama kegiatan berlangsung, peneliti juga
meminta bantuan teman guru untuk mengamati kegiatan proses pembelajaran berlangsung
dengan menggunakan lembar observasi aktifitas guru dan lembar keaktifan siswa.
d. Refleksi (reflecting)
Dari hasil pengamatan pada siklus kedua dapat digunakan untuk melakukan refleksi apakah hasil
ulangan siswa sudah memenuhi ketuntasan secara klasikal maupun individual.
D. Perangkat penelitian
Dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas digunakan beberapa perangkat penelitian
sebagai berikut :
a. Rencana Pembelajaran
Skenario pembelajaran dengan pokok bahasan perpangkatan dan akar yang berisi tahapan-
tahapan kegiatan pembelajaran di dalam kelas, tentang bagaimana menerapakan metode variasi
sehingga mampu meningkatkan minat siswa terhadap pembelajaran
b. Media Pembelajaran
Alat bantu pembelajaran yang digunakan oleh peneliti, dalam rangka mempermudah proses
pembelajaran dengan metode variasi
E. Instrumen Penelitian
Dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas menggunakan beberapa analisa, antara lain :
1. Lembar observasi
Lembar observasi guru digunakan untuk mengungkapkan aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran antara lain contoh lembar observasi seperti pada lampiran.
2. Soal tes
Berupa tes hasil belajar berbentuk soal pilihan ganda dan uraian. Soal tes dikerjakan secara
invidu oleh siswa. Tes digunakan untuk mendapatkan gambaran hasil belajar siswa setelah
mengikuti proses pembelajaran, tes diadakan setiap akhir siklus. Dari hasil tes pada siklus satu
dan dua dapat ditarik kesimpulan ada tidaknya peningkatan hasil tes yang dilaksanakan. Data
yang diperoleh dari hasil ulangan siswa digunakan untuk mengetahui hasil ketuntasan klasikal
maupun individual.
3. Angket/ Kuisioner
Angket diberikan setelah proses pembelajaran berakhir pada akhir siklus. Tujuannya untuk
mengetahui respon siswa tentang kekurangan, kelebihan atau kendala yang ada serta saran siswa
terhadap proses pembelajaran. Contoh angket dapat dilihat dalam lampiran.
F. Tehnik Analisis Data
Dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas teknik analisis terhadap data yang telah
dikumpulkan sebagai berikut :
1. Data Aktivitas Siswa
Data aktivitas siswa adalah data kegiatan siswa dalam proses pembelajaran selanjutnya
diobservasi dengan mengkaitkannya dalam kategori;
Baik apabila tercatat ≥ 10 tally
Sedang apabila tercatat ≥ 6 tally
Rendah apabila tercatat ≤ 6 tally
Indikator observasi ini meliputi; memperhatikan penjelasan guru, mengajukan pertanyaan,
menjawab pertanyaan guru, mengerjakan soal ke papan tulis, dan menyelesaikan tugas mandiri.
(Lebih lanjut dapat dilihat dalam lampiran form pengamatan)
2. Data Hasil Tes Belajar Siswa
Data hasil tes adalah data yang diperoleh oleh peneliti setelah melakukan tes formatif terhadap
siswa setelah pembelajaran. Tes belajar siswa dilakukan selama 2 (dua) kali, pada setiap siklus
yang dilakukan. Dari hasil tes pada siklus satu dan dua nantinya akan dibandingkan sehingga
dapat ditarik kesimpulan ada tidaknya peningkatan hasil tes yang dilaksanakan. Data yang
diperoleh dari hasil ulangan siswa digunakan untuk mengetahui hasil ketuntasan klasikal maupun
individual. Ketuntasan individiual ditentukan dengan ketentuan:
Adapun rumusan yang digunakan di dalam ketuntasan belajar adalah sebagai berikut :
a). Ketuntasan secara individu
Rumus persentase
Jumlah skor yang diperoleh
x 100 %
Jumlah skor maksimal
b) Ketuntasan secara klasikal
Rumus persentase ketuntasan :
Jumlah siswa yang tuntas
X 100 %
Jumlah seluruh siswa
Ketuntasan belajar individu dinyatakan tuntas apabila tingkat persentase ketuntasan minimal
mencapai 65 %, sedangkan untuk tingkat klasikal minimal mencapai 85 % (Depdikbud, 1994,
dalam Kustantini:10)
3. Angket/ Kuisioner
Data yang diperoleh melalui angket siswa dianalisis dengan menggunakan jumlah responden
yang telah menjawab setiap pertanyaan angket. Kategori jawaban terbagi menjadi 3 (tiga)
macam: ya, tidak dan cukup.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Siklus I
a. Tindakan (KBM) siklus I
b. Hasil observasi aktivitas siswa
c. Hasil observasi pengelolaan pembelajaran
d. Hasil tes penguasaan materi
e. Refleksi siklus I
f. Rekomendasi siklus I
2. Siklus II
Dst.
B. Pembahasan
1. Deskripsi Tindakan
2. Deskripsi Aktivitas siswa
3. Deskripsi Pengelolaan Pembelajaran
4. Deskripsi Penguasaan Materi
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Top Related