PROSIDINGWEBINAR INTERNASIONAL “INDUSTRI PETROKIMIA HULU: MENILIK SUMBER PENCEMARAN PLASTIK YANG TIDAK TERLIHAT”
PROSIDINGWEBINAR INTERNASIONAL “INDUSTRI PETROKIMIA HULU: MENILIK SUMBER PENCEMARAN PLASTIK YANG TIDAK TERLIHAT”
PROSIDING - WEBINAR INTERNASIONAL “INDUSTRI PETROKIMIA HULU: MENILIK SUMBER PENCEMARAN PLASTIK YANG TIDAK TERLIHAT”
Diterbitkan oleh:
Indonesian Center for Environmental Law (ICEL)
Jl. Dempo II No. 21, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, 12120, Indonesia
Phone: (62-21) 7262740, 7233390 | Fax: (62-21) 7269331
www.icel.or.id | [email protected]
Isi dari publikasi ini adalah tanggung jawab penuh dari ICEL.
Pengutipan, pengalihbahasaan dan perbanyakan (copy) isi buku ini demi pembaharuan hukum
diperkenankan dengan menyebut sumbernya.
Prosiding - Webinar Internasional
“Industri Petrokimia Hulu: Menilik Sumber Pencemaran Plastik Yang Tidak Terlihat”
| iii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR iv
LATAR BELAKANG v
HASIL PEMAPARAN NARASUMBER
01. Jane Patton 1
A. Rangkuman Pembahasan 1
B. Pembahasan 1
02. Dr. Ir. Retno Gumilang Dewi, M. Env. Eng. Sc 7
A. Rangkuman Pembahasan 7
B. Pembahasan 7
03. Raynaldo G. Sembiring 19
A. Rangkuman Pembahasan 19
B. Pembahasan 19
DISKUSI PEMAPARAN 23
KESIMPULAN DISKUSI 31
ICEL – Indonesian Center for Environmental Law
iv |
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Ancaman Emisi Limbah Plastik pada Kesehatan 2
Gambar 2. Kemungkinan Permasalahan Kesehatan pada Tubuh Manusia 2
Gambar 3. Tabel Zat Beracun Hasil Produksi Plastik 3
Gambar 4. Demand dan Pengembangan Industri Petrokimia 4
Gambar 5. Kutipan Promosi Penggunaan Plastik, CIEL. 5
Gambar 6. Kelompok Jenis Plastik 8
Gambar 7. Proses Produksi Plastik dan Dampak Terhadap Lingkungan 9
Gambar 8. Proses Prosuksi Petrokimia 10
Gambar 9. Industri Produksi Petrokimia Berbasis Migas 10
Gambar 10. Industri Petrokimia Berbasis Batubara dan Coal Bed Methane 11
Gambar 11. Pola Integrasi Industri Petrokimia 12
Gambar 12. Industri Petrokimia Berbasis Biomassa 13
Gambar 13. Mitigasi Emisi GRK Untuk Menurunkan Carbon Foot Print Plastik 13
Gambar 14. Sumber Emisi GRK 14
Gambar 15. Kontribusi Plastik pada Mitigasi Emisi GRK 15
Gambar 16. Industri Petrokimia Berbahan Baku Plastik Daur Ulang 16
Gambar 17. Produksi Olefin dan Konsumsi Bahan Baku 20
Gambar 18. Sebaran Industri Petrokimia di Indonesia 20
Prosiding - Webinar Internasional
“Industri Petrokimia Hulu: Menilik Sumber Pencemaran Plastik Yang Tidak Terlihat”
| v
LATAR BELAKANG INDONESIAN CENTER FOR ENVIRONMENTAL LAW (ICEL)
Polemik sampah plastik tidak akan terselesaikan secara tuntas apabila permasalahan
tidak dilihat sampai pada akarnya. Sedikit orang yang mengetahui bahwa plastik
merupakan bahan olahan dari hidrokarbon yang berasal dari bahan bakar fosil seperti
minyak bumi, batubara, dan gas alam. Hasil olahan minyak bumi dan gas alam tersebut
akan diolah kembali dalam pabrik petrokimia, sehingga menghasilkan virgin plastic yang
akan digunakan untuk memproduksi plastik yang akan digunakan oleh masyarakat
sehari-hari. Ketika industri petrokimia terus memproduksi biji plastik, maka sangat
mungkin sampah plastik akan terus bermunculan karena produsen plastik terus akan
memiliki bahan baku untuk membuat produk plastik.
Pemerintah Indonesia berencana untuk mengembangkan industri petrokimia hulu yang
menghasilkan biji plastik ini. Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional Tahun
2015 – 2035 (RIPIN) menempatkan beberapa industri yang berkaitan dengan produksi
plastik sebagai industri prioritas. Salah satunya adalah industri petrokimia hulu yang
masuk kelompok industri kimia dasar berbasis migas dan batubara. Terdapat berbagai
jenis-jenis produk biji plastik dari industri petrokimia hulu serta dari industri resin sintetik
dan bahan plastik yang ingin dikembangkan selama tahun 2015 sampai 2035. RIPIN
juga mencantumkan program serta pengembangan teknologi untuk industri petrokimia
hulu, di antaranya adalah industri petrokimia hulu skala besar dengan orientasi ekspor.
Aspek positif dari pengembangan industri petrokimia hulu ini harus diseimbangkan
dengan perhatian pada potensi dampak negatif yang timbul dari pengembangan industri
petrokimia hulu. Dari sisi pengelolaan sampah secara komprehensif, beban penanganan
timbulan sampah di hilir akan terus bertambah berat tanpa adanya pengendalian
produksi biji plastik di hulu. Dengan begitu, Pemerintah Indonesia juga harus menyiapkan
kebijakan pengurangan sampah sejak dari industri petrokimia hulu. Selain itu, dampak
lingkungan hidup dari buangan atau sisa usaha dan/atau kegiatan industri petrokimia
hulu juga harus dikendalikan. Selain menghasilkan emisi gas rumah kaca yang tinggi,
industri petrokimia hulu juga menimbulkan masalah pencemaran udara melalui emisi
yang dibuang serta pencemaran air oleh biji plastik.
Berangkat dari identifikasi masalah tersebut, Indonesian Center for Environmental Law
(ICEL) melihat pentingnya diskursus mengenai pengembangan industri petrokimia hulu
dan kaitannya dengan pengelolaan sampah dan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup. Maka dari itu, ICEL telah melaksanakan webinar internasional yang
berjudul “Industri Petrokimia Hulu: Menilik Sumber Pencemaran Plastik yang Tidak
ICEL – Indonesian Center for Environmental Law
vi |
Terlihat”. Webinar ini dilaksanakan pada tanggal Senin, 14 Juni 2021 pukul 09.00-
11.30. Webinar tersebut dihadiri 180 peserta dari berbagai latar belakang mulai dari
pelajar, akademisi, aktivis lingkungan, sampai pejabat pemerintah. Hasil diskusi dalam
webinar tersebut dirangkum dalam Prosiding berikut.
01 HASIL PEMAPARAN NARASUMBER
Prosiding - Webinar Internasional
“Industri Petrokimia Hulu: Menilik Sumber Pencemaran Plastik Yang Tidak Terlihat”
| 1
01. Jane Patton Senior Campaigner, Center for International Environmental Law
A. RANGKUMAN PEMBAHASAN
1. Terdapat relasi kuat antara plastik, dengan industri minyak, gas, dan batubara yang
menjadi bahan baku utama plastik.
2. Produksi plastik memiliki kontribusi besar pada pelepasan gas rumah kaca. Daur
hidup plastik saat ini memiliki emisi yang setara denga 189 PLTU Batubara, dan
diperkirakan akan terus bertambah.
3. Proses produksi plastik memiliki dampak besar terhadap kesehatan manusia,
pemberian informasi kepada masyarakat terkait dampak proses produksi plastik dan
upaya advokasi melawan rantai produksi plastik menjadi sangat penting.
4. “To stop plastic pollution, stop making plastic”, “to stop climate change, stop putting
carbon to the atmosphere”
B. PEMBAHASAN
Secara umum, narasumber memaparkan mengenai asal muasal dari plastik dan dampak
yang ditimbulkan oleh industri petrokimia terhadap lingkungan hidup. Plastik, yang
bahan bakunya berasal dari bahan bakar fosil yakni minyak bumi, gas alam, dan dalam
skala kecil batubara sehingga relasi antara keduanya tidak dapat dikesampingkan.
Beberapa perusahaan yang memproduksi bahan bakar fosil juga memproduksi plastik.
Pada tahun 2025, kapasitas produksi plastik diperkirakan untuk tumbuh sebesar 1/3 (satu
per tiga) untuk etilen dan propilen, yang keduanya merupakan bahan dasar plastik.
Secara garis besar, produksi plastik melalui industri petrokimia hulu menghasilkan
dampak lingkungan yang masif seperti kontribusi terhadap jumlah emisi gas rumah kaca
(GRK) yang dilepas ke atmosfer dan juga dampak kesehatan bagi manusia.
Jika ditinjau dari kontribusi produksi plastik peningkatan emisi GRK, angka yang timbul
cukup besar. Hal ini disebabkan karena setiap tahapan hidup dari plastik mulai dari
pengambilan bahan baku, manufaktur, akhir penggunaan dan konsumsi hingga sampai
pengelolaan sampahnya, menghasilkan GRK. Saat ini, produksi plastik di seluruh dunia
setara dengan emisi yang dikeluarkan oleh 189 Pembangkit Listrik Tenaga Uap Batubara
(PLTU-B) yang berproduksi secara penuh selama 24 jam sehari. Jika pertumbuhan
produksi plastik ini terus berlanjut, maka pada tahun 2050 total emisi yang dihasilkan
oleh plastik ekuivalen dengan emisi yang dihasilkan oleh 615 PLTU-B baru. Sayangnya,
diskursus mengenai ancaman plastik terhadap perubahan iklim masih belum banyak
01. Jane Patton
2 |
dibicarakan. Padahal, jika negara-negara dan korporasi di tingkat global tidak
memasukkan rencana pengurangan plastik dalam komitmen iklimnya, sangat sulit untuk
mencapai komitmen tersebut sebab emisi GRK dari tahapan hidup plastik akan memakan
10-15% dari jumlah anggaran karbon yang saat ini dimiliki.
Gambar 1. Ancaman Emisi Limbah Plastik pada Kesehatan
Gambar 2. Kemungkinan Permasalahan Kesehatan pada Tubuh Manusia
Prosiding - Webinar Internasional
“Industri Petrokimia Hulu: Menilik Sumber Pencemaran Plastik Yang Tidak Terlihat”
| 3
Di samping itu, produksi plastik juga berdampak pada kesehatan manusia dalam setiap
tahapannya. Rangkaian tahapan hidup plastik mulai dari produksi, manufaktur,
penggunaan dan pengelolaan sampah plastik menyebabkan terhirupnya, tertelannya,
dan diserapnya zat-zat beracun oleh kulit ke dalam tubuh manusia khususnya bagi
mereka yang tinggal dekat fasilitas produksi petrokimia atau plastik. Masuknya zat-zat
beracun ke dalam tubuh manusia ini menyebabkan masalah kesehatan yang serius.
Masalah kesehatan yang timbul pada anak akibat plastik antara lain Attention Defisit
Hyperactive Disorder (ADHD), Obesitas, dan puberti dini. Dampak kesehatan yang
ditimbulkan oleh produksi plastik terhadap orang dewasa antara lain berbagai jenis
kanker seperti kanker prostat dan payudara, gangguan tiroid, diabetes, obesitas, dan
kemandulan. Dampak-dampak yang disebabkan oleh plastik tersebut harus mulai
diberitahukan dan dibicarakan.
Gambar 3. Tabel Zat Beracun Hasil Produksi Plastik
Untuk mulai membicarakan dampak plastik dan industri petrokimia diperlukan
kemampuan untuk mengetahui banyak hal antara lain struktur dan rantai produksi
industri petrokimia, produk-produk industri petrokimia, dan mengapa produk-produk
tersebut khususnya plastik menjadi penting untuk dihentikan produksinya. Untuk mampu
mencari empati masyarakat dan meningkatkan pengaruh dari kampanye, bahkan
diperlukan juga pengetahuan tentang sejarah tempat di mana fasilitas petrokimia tersebut
dibangun. Tak hanya itu, masyarakat juga harus memahami dinamika ekonomi yang
mendorong perkembangan industri petrokimia. Hal tersebut dikarenakan seiring dengan
menguatnya agenda transisi energi untuk menghindari bencana perubahan iklim, pelaku
usaha minyak dan gas maupun batubara banyak yang mengalihkan usaha mereka ke
petrokimia dan melihat plastik sebagai sumber keuntungan mereka di masa depan.
01. Jane Patton
4 |
Pengetahuan ini juga digunakan untuk menjelaskan kepada masyarakat mengenai
dampak yang ditimbulkan oleh industri petrokimia dalam jangka panjang karena banyak
masyarakat yang mempertahankan berjalannya industri petrokimia karena industri
petrokimia menyediakan lapangan pekerjaan. Saat ini terdapat 349 proyek
pembangunan fasilitas petrokimia baru dengan total investasi $209 Milyar. Kampanye
yang dilakukan harus mampu menjelaskan dampak dari proyek-proyek ini.
Gambar 4. Demand dan Pengembangan Industri Petrokimia
Prosiding - Webinar Internasional
“Industri Petrokimia Hulu: Menilik Sumber Pencemaran Plastik Yang Tidak Terlihat”
| 5
Selain cara di atas, advokasi juga dapat dilakukan dengan selalu melakukan panggilan
aksi bagi masyarakat. Advokasi juga dilakukan dengan membekali masyarakat dengan
poin-poin pembicaraan sehingga mereka bisa menyuarakan isu ini di radio, koran, dan
ketika memberikan keterangan di parlemen. Kampanye dilakukan di jalanan dengan
membagikan selebaran dan secara aktif menghampiri masyarakat. Jika terdapat sumber
daya, dapat juga dilakukan polling untuk melihat pesan apa yang paling mudah untuk
diterima oleh masyarakat. Selain menyampaikan atau menceritakan apa yang terjadi,
harus pula disampaikan apa yang diinginkan dan hendak dicapai ke depannya.
Kemudian, masyarakat harus punya kesatuan tujuan. Di Amerika Serikat, terdapat
pergerakan yang bernama “Gulf South for A Green New Deal” di mana dalam gerakan
terdapat kesamaan tujuan dan prinsip bersama. Setiap bulan dilakukan pertemuan
secara rutin, diadakan pula penggalangan dana, gerakan dan kampanye di tingkat
nasional maupun regional dan yang terpenting gerakan ini dipimpin oleh masyarakat
lokal, adat, dan orang kulit hitam yang merupakan kelompok marjinal-rentan serta
memiliki lingkungan yang sangat mendukung dan generatif.
Pemaparan ditutup dengan kutipan, “to stop plastic pollution, stop making plastic”, “to
stop climate change, stop putting carbon to the atmosphere”. Narasumber menegaskan
bahwa kita tidak dapat hanya fokus untuk membersihkan dan memulihkan dampak yang
telah terjadi, tetapi juga harus fokus untuk mengubah sistem yang membawa kita pada
kondisi saat ini.
Gambar 5. Kutipan Promosi Penggunaan Plastik, CIEL.
Prosiding - Webinar Internasional
“Industri Petrokimia Hulu: Menilik Sumber Pencemaran Plastik Yang Tidak Terlihat”
| 7
02. Dr. Ir. Retno Gumilang Dewi, M. Env. Eng. Sc Pengajar Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Bandung
A. RANGKUMAN PEMBAHASAN
1. Plastik memiliki berbagai keunggulan dibandingkan material lainnya yang
membuatnya digunakan secara sangat luas untuk berbagai keperluan.
2. Namun, plastik memiliki beberapa kekurangan seperti sifatnya yang tidak
biodegradable. Plastik juga memiliki potensi untuk memaparkan berbagai zat
beracun dari saat produksi sampai pembuangan.
3. Penting untuk memperhitungkan dampak lingkungan plastik dari proses produksinya
sampai pengelolaan ketika sudah menjadi sampah (cradle-to-grave) approach.
4. Indonesia perlu menghentikan impor plastik dengan kualitas rendah, selain karena
tidak menguntungkan secara ekonomi, plastik dengan kualitas rendah juga lebih sulit
untuk didaur ulang.
B. PEMBAHASAN
Pemaparan narasumber dibuka dengan penjelasan mengenai pengenalan terhadap
plastik sebab dengan mengetahui plastik dan menggunakannya secara bijak kita dapat
meminimalisir dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh plastik. Mengenal plastik juga
dapat menambah jumlah plastik yang dapat didaur ulang. Terdapat dua tipe plastik yakni
plastik thermoset dan thermoplastic. Thermoset adalah plastik yang tidak dapat didaur
ulang seperti resin epoksi, bakelit, resin melamin, urea-formaldehida sedangkan
thermoplastic adalah plastik yang jenisnya dapat didaur ulang atau dibentuk lagi dengan
proses pemanasan ulang seperti polietilen (PE), polistren (PS), ABS, polikarbonat seperti
untuk kendaraan. Saat ini plastik juga digunakan untuk penyaluran air minum dan air
bersih, karena sifatnya yang tahan korosif. Lalu ada juga plastik yang digunakan secara
spesifik untuk baju, dan plastik alami seperti karet untuk kendaraan. Karet alam dan karet
sintetis dicampur untuk menghasilkan kualitas ban yang baik. Hal ini karena jika ban
terdiri dari karet alami saja apabila terjadi oksidasi ban tersebut akan rentan.
Menambahkan karet sintetis membuat ban tersebut lebih tahan lama.
02. Dr. Ir. Retno Gumilang Dewi, M. Env. Eng. Sc
8 |
Gambar 6. Kelompok Jenis Plastik
Plastik juga dibedakan berdasarkan kinerja dan penggunaannya yaitu plastik komoditas.
Plastik ini memiliki sifat mekanik yang tidak bagus, tidak tahan panas (PE, PS, ABS, PMMA,
SAN) yang digunakan untuk elektronik, pembungkus makanan, botol minuman dan
lainnya. Lalu ada plastik teknik yang tahan panas dengan temperatur operasi >100
derajat celcius. Sifat mekanik yang bagus dan digunakan untuk komponen otomotif dan
elektronik seperti PE, PS, ABS, PMMA, SAN. Terakhir, ada plastik khusus yang memiliki
sifat mekanik yang sangat baik dengan kekuatan daya tarik diatas 500Kgf/cm2,
temperatur operasi di atas 150 derajat celcius. Plastik tersebut digunakan untuk aplikasi
komponen pesawat seperti PSF, PES, PAI dan PAR.
Plastik saat ini juga digunakan dalam berbagai aktivitas. Selain plastik, produk petrokimia
juga digunakan untuk industri farmasi seperti parasetamol yang dibuat dari petrokimia
berbasis minyak bumi. Lalu ada juga artificial essence dengan rasa jeruk, manis, asam
dan lainnya yang berbasis hidrokarbon dan berasal dari industri petrokimia. Hingga
produk elektronik seperti notebook, komputer dan casing handphone juga dibuat dari
bahan biobased plastic yaitu EBS. EBS sendiri dibuat dari CPO (Crude Palm Oil). Kantong
kresek sekali pakai itu juga ada yang berasal dari CPO dan ada pula yang berasal dari
gula atau limbah gula. Plastik telah menjadi bahan yang penting sekali bagi kehidupan,
karena ia memiliki karakter yang unggul dibanding lainnya. Plastik yang memiliki kualitas
Prosiding - Webinar Internasional
“Industri Petrokimia Hulu: Menilik Sumber Pencemaran Plastik Yang Tidak Terlihat”
| 9
bagus dapat dipakai berkali-kali berkali kali sampai rusak kemudian dipisahkan dan
masuk ke daur 3R.
Selain memang memiliki sifat yang unggul, plastik memiliki sifat atau aspek yang negatif.
Mulai dari sifatnya yang non-biodegradable, mudah terbakar dan melepaskan asap
beracun ketika dibakar. Asap tersebut berbahaya sekali karena terdapat adesit
didalamnya yang bersifat karsinogenik. Selain itu, apabila dibakar akan mengeluarkan
klorin yang dapat merusak lapisan ozon. Plastik juga dapat mencemari makanan dengan
senyawa kimia berbahaya dan memiliki titik leleh yang rendah serta dapat mengembang
dengan panas. Polimer plastik juga apabila dipakai berkali-kali dan sudah menjadi
bekas, akan mudah patah dan apabila patahan tersebut masuk ke dalam tubuh akan
menjadi bahan karsinogenik juga bagi tubuh. Plastik jenis termoset tidak dapat di daur
ulang, apabila dilakukan pemanasan ulang akan menyebabkan kerusakan molekul, dan
akan jadi bahaya apabila molekul tersebut masuk ke jaringan tubuh atau masuk ke siklus
makanan.
Gambar 7. Proses Produksi Plastik dan Dampak Terhadap Lingkungan
02. Dr. Ir. Retno Gumilang Dewi, M. Env. Eng. Sc
10 |
Gambar 8. Proses Prosuksi Petrokimia
Gambar 9. Industri Produksi Petrokimia Berbasis Migas
Prosiding - Webinar Internasional
“Industri Petrokimia Hulu: Menilik Sumber Pencemaran Plastik Yang Tidak Terlihat”
| 11
Proses penggunaan plastik ini mulai dari pembuatan bahan baku hingga limbah proses
dan produknya sangat toxic. Saat dimanfaatkan bisa terjadi leaching yang masuk ke
rantai makanan, lalu saat manufaktur juga ada. Prosesnya juga menggunakan katalis
yang menggunakan logam berat yang cukup toxic. Katalis juga mempunyai dampak
lingkungan. Dampak lingkungan plastik tidak hanya dari jejak karbon tapi juga dari
rangkaian prosesnya (cradle to grave). Hal ini karena plastik berbasis hidrokarbon, jadi
sampai akhir pun saat menjadi sampah masih sulit terdegradasi secara alami. Selain itu,
benzene, dan xylene juga merupakan senyawa yang mengancam ekosistem. Alam akan
mengurai plastik yang nantinya terdekomposisi menjadi partikel kecil yang menyerap
bahan kimia beracun dan menjadi tidak terkendali. Partikel kecil plastik dapat berdampak
pada, udara dan rantai makanan. Pada tahapan proses produksi petrokimia, setiap
tahapannya terdapat konsumsi energi, ada pelepasan bahan kimia. Pada industri
petrokimia hulu terdapat fasilitas steam cracker yang mengkonsumsi energi energi, dan
menghasilkan produk turunannya dan produk akhir.
Gambar 10. Industri Petrokimia Berbasis Batubara dan Coal Bed Methane
Saat ini, Indonesia mulai membuat unit yang menghasilkan gasifikasi batubara (syngas)
dan kemudian dipakai menjadi bahan baku yang sekarang untuk DME sebagai pengganti
LPG. Tetapi dapat juga digunakan untuk metanol, yang juga dapat diolah menjadi bahan
baku plastik.
02. Dr. Ir. Retno Gumilang Dewi, M. Env. Eng. Sc
12 |
Gambar 11. Pola Integrasi Industri Petrokimia
Indonesia nanti akan memiliki kilang minyak yang sangat besar di Asia Tenggara dan
akan terintegrasi dengan produk petrokimia. Produk kilang, hulu dan hilir akan menjadi
satu. Industri Petrokimia akan membuat karet sintetis untuk ban, dan bahkan obat-
obatan. Proses kilang dan petrokimianya menyatu tetapi untuk minyak dan gas sendiri
Indonesia masih Impor. Hal tersebut dikarenakan minyak dan gas Indonesia, tidak
mampu memenuhi kebutuhan kilang. Kilang terintegrasi dengan petrokimia akan
memberikan nilai tambah yang jauh lebih besar. Cara gasifikasi batubara menjadi syngas
itu diubah juga menjadi hidrokarbon berat atau ringan. Lalu ada juga produk aromatik,
dan di hilir ada metanol, amonia, asam format, asam asetat dan benzene akan
mempunyai turunan produk petrokimianya.
Prosiding - Webinar Internasional
“Industri Petrokimia Hulu: Menilik Sumber Pencemaran Plastik Yang Tidak Terlihat”
| 13
Gambar 12. Industri Petrokimia Berbasis Biomassa
Selain itu, Indonesia juga mempunyai biomassa untuk diambil selulosa atau patinya yang
bisa menjadi produk petrokimia. Minyak nabati pun bisa menjadi produk yang serupa
dengan produk petrokimia yang disebut sebagai olefin. Apabila berbasis migas, maka
biomassa bisa mengubahnya menjadi produk oleochemical. Batam, Surabaya dan
Jakarta menjadi basis industri biomassa. Indonesia juga mempunyai banyak sawit yang
bisa menggantikan produk petrokimia. Industri gula juga dapat diimanfaatkan limbahnya
sebagai bioplastic atau biodegradable plastic. Jepang sendiri sudah menargetkan
penggunaan bioplastic sebesar 26% pada tahun 2030 dan 100% pada tahun 2050.
Penggunaan Bio PET ke depan juga akan menggunakan paraxylene berbasis bio-
hidrokarbon yang katalisnya sudah dan dan dikerjasamakan dengan pertamina. Jika
diproduksi, turunannya bisa menjadi parasilen dan kedepannya akan menggunakan
biobased.
Gambar 13. Mitigasi Emisi GRK Untuk Menurunkan Carbon Foot Print Plastik
02. Dr. Ir. Retno Gumilang Dewi, M. Env. Eng. Sc
14 |
Gambar 14. Sumber Emisi GRK
Kemudian mengenai jejak karbon dari tahapan hidup plastik. Apabila hidrokarbon
dibakar, CO2 pasti akan selalu ada. Apabila Hidrokarbon dibakar akan mengeluarkan
CO2, uap air, gas CO, sulfur dan klorin yang kemudian pada saat proses produksi
pengunaan energi yang juga melepaskan CO2. Lalu saat dilakukan daur ulang dan
energy recovery juga menjadi CO2.
Penggunaan plastik sebagai suatu bahan bakar mulai digalakan dengan cara dicampur
dengan biomassa dan sampah. Pembakaran ini perlu dicampur karena apabila hanya
menggunakan biomass saja heating value-nya akan kurang, tetapi jika dicampur plastik
akan naik, tetapi ada pembatasan untuk jumlah air pollution yang dihasilkan. Jejak
karbon juga erat dengan konsep life cycle assessmenti (LCA). Jejak karbon termasuk
dalam LCA namun hanya terbatas pada energi dan dampaknya terhadap CO2. LCA
sendiri bukan suatu konsep yang cradle to cradle tetapi lebih ke cradle to grave. Jejak
karbon itu menjadi suatu non-trade barrier di dalam WTO yang harus di cap dalam
produk. Kertas yang tidak less-carbon contohnya akan sulit masuk ke Eropa dan Jepang.
Tekstil Indonesia juga sudah mengalami kendala ini. Maka dari itu produk kita tidak dapat
bersaing.
Prosiding - Webinar Internasional
“Industri Petrokimia Hulu: Menilik Sumber Pencemaran Plastik Yang Tidak Terlihat”
| 15
Gambar 15. Kontribusi Plastik pada Mitigasi Emisi GRK
02. Dr. Ir. Retno Gumilang Dewi, M. Env. Eng. Sc
16 |
Kemudian, pembicara juga menyampaikan bahwa mitigasi sendiri bisa dilakukan mulai
dari tahapan awal melalui karbon yang diinjeksikan kembali menjadi Carbon Capture
and Storage (CCS). Dengan diinjeksikan maka carbon footprintnya akan menjadi nol.
CCS ini penting, karena secara produk, jejak karbonnya turun dan bisa mencapai net
zero. Selain itu, karena pada saat diproduksi di kilang hidrokarbon melepaskan CO2
akibat padatnya konsumsi energi, dan proses pembakaran pada end of life plastik juga
menghasilkan CO2, maka jumlah CO2 yang dilepaskannya juga akan menurun jika
dilakukan efisiensi energi. Menurunkan konsumsi energi dan meningkatkan kualitasnya
dapat membantu produksi wind turbine untuk berjalan secara full time sehingga akan ada
substitusi dan menurukan emisi GRK. Kemudian jejak karbonnya dapat dihitung dari LDPE
atau PET sekitar 6kg CO2/Kg dari plastik.
Gambar 16. Industri Petrokimia Berbahan Baku Plastik Daur Ulang
Sebagai penutup, pembicara menekankan kembali mengenai dampak lingkungan dari
proses produksi plastik dan menyampaikan beberapa rekomendasi terkait
penanggulangan dampak. Tersebut. Selain jejak karbon, plastik juga memiliki dampak
lingkungan lewat polusi pasca digunakan. Dampak tersebut bisa berefek pada
pencemaran laut, darat dan udara. Dampak negatif itu juga mencakup cradle to grave
toxicity seperti kemasan plastik yang sampai bertahun-tahun tidak pernah rusak atau
terurai. Kebijakan kedepan harus mengatur air pollution dari produksi plastik dan
Prosiding - Webinar Internasional
“Industri Petrokimia Hulu: Menilik Sumber Pencemaran Plastik Yang Tidak Terlihat”
| 17
menggunakan CCS, dan yang terpenting adalah tidak mengimpor low quality plastics.
Jika mengimpor Indonesia hanya akan mendapatkan limbah dan mencemari lingkungan.
Harus dilakukan upaya untuk mengedukasi konsumen, peningkatan daur ulang plastik
dan membatasi atau mengurangi impor sampah plastik. Terakhir, adalah
pengembangan produk turunan oleochemicals yang berbasis sawit dan minyak nabati
serta bio-based material. Mengenai proses produksi plastik dan dampaknya terhadap
lingkungan, perlu diperhatikan bagaimana melakukan proses daur ulang yang baik
sehingga produk daur ulang tersebut kualitasnya bagus. Caranya adalah demonorisasi
kemudian polimerisasi dibanding dengan hanya dilakukan recycle produk berulang-
ulang.
Prosiding - Webinar Internasional
“Industri Petrokimia Hulu: Menilik Sumber Pencemaran Plastik Yang Tidak Terlihat”
| 19
03. Raynaldo G. Sembiring Direktur Eksekutif, Indonesian Center for Environmental Law
A. RANGKUMAN PEMBAHASAN
1. Produk industri petrokimia berkaitan dengan daur ulang, sebab semakin murah
harga virgin plastic maka akan semakin kecil insentif untuk melakukan daur ulang.
2. Indonesia memiliki rencana besar untuk mengembangkan industri petrokimia di
berbagai daerah.
3. Saat ini telah terdapat gugatan yang dilakukan berdasarkan pencemaran yang terjadi
karena kebocoran biji plastik ke media lingkungan. Hal tersebut menunjukkan urgensi
untuk pengaturan mengenai produksi dan transpotrasi plastik.
4. Sejauh ini masih terdapat kekosongan hukum di Indonesia untuk mengatur industri
petrokimia.
B. PEMBAHASAN
Secara umum, narasumber memaparkan mengenai status quo regulasi industri
petrokimia di Indonesia. Narasumber memaparkan bahwa secara ekonomis,
kelangsungan daur ulang bergantung pada harga virgin plastic dan seberapa mahal
upaya daur ulang dibandingkan dengan metode pengelolaan sampah lainnya. Hal inilah
inilah yang kemudian menjadikan industri petrokimia perlu diperhatikan, sebab Indonesia
banyak melakukan impor bahan baku dengan harga murah dan mengakibatkan daur
ulang kurang dilirik. Selain itu produksi biji plastik domestik dan pengelolaan sampah
seperti insinerasi melahirkan dampak lingkungan baik air, udara, dan perubahan iklim.
Indonesia sendiri, industri petrokimia baik industri petrokimia hulu dan antara, cukup
dilirik dan rencananya akan dikembangkan namun meskipun memiliki berbagai dampak
dan potensi pencemaran yang besar, hingga saat ini belum ada environmental safeguards
yang cukup untuk mengatur dan memonitor industri petrokimia. Jika dilihat, pertambahan
suplai biji plastik murah domestik dan metode pengelolaan sampah lain yang lebih murah
cenderung berpotensi menurunkan insentif untuk melakukan daur ulang.
03. Raynaldo G. Sembiring
20 |
Gambar 17. Produksi Olefin dan Konsumsi Bahan Baku
Gambar 18. Sebaran Industri Petrokimia di Indonesia
Terdapat satu kasus yang menarik terkait pencemaran biji plastik yang terjadi di salah
satu muara di San Antonio Bay (San Antonio Bay v. Formosa Plastics Corp). Pada kasus
tersebut, ditemukan banyak biji plastik yang mencemari muara yang diduga lepas dari
pengelolaan Formosa Plastics Corp sehingga kemudian perusahaan Formosa Plastics
Prosiding - Webinar Internasional
“Industri Petrokimia Hulu: Menilik Sumber Pencemaran Plastik Yang Tidak Terlihat”
| 21
Corp digugat dengan Clean Water Act. Meskipun hanya berakhir sampai pada akta
perdamaian, namun akta perdamaian ini cukup ketat karena mengharuskan revisi izin
dari Formosa Plastics Corp dan pembayaran sejumlah uang kepada lembaga dana
amanah yang khusus melakukan pemulihan lingkungan dan juga jaminan mekanisme
yang lebih ketat untuk mencegah kebocoran biji plastik. Berangkat dari kasus ini, dapat
dilihat bahwa pencemaran proses produksi plastik itu sangat tinggi dan menunjukkan
pentingnya regulasi yang tidak hanya pada proses produksi tetapi juga saat proses
transportasi biji plastik. Terdapat beberapa instrumen yang dapat digunakan seperti
command and control (CaC), instrumen ekonomi ataupun instrumen lainnya. Akan tetapi,
yang paling pertama perlu dipastikan adalah bahwa regulasi yang ada mampu
menjangkau industri petrokimia sehingga dapat melakukan upaya penaatan dan
kepatuhan bagi para pelaku usaha industri petrokimia hulu dan antara.
Jika dilihat di Indonesia, Terdapat beberapa regulasi yang berkaitan dengan industri
petrokimia dan plastik antara lain UU No. 3 Tahun 2014, UU No. 18 Tahun 2008, dan
UU No. 32 Tahun 2009. Sayangnya, seluruh regulasi tersebut belum mampu mencakup
industri petrokimia hulu dan antara sebagai pencemar tidak terlihat dari plastik. Meskipun
UU No. 18 Tahun 2008 yang mengatur mengenai sampah telah menyinggung persoalan
sampah plastik, namun undang-undang tersebut hanya menyentuh pelaku usaha di hilir
untuk bertanggungjawab atas sampahnya sehinga sangat sulit untuk menjangkau industri
petrokimia.
Sedangkan UU No. 32 Tahun 2009, meskipun dapat digunakan sebagai acuan untuk
mendorong kualitas tertentu, hingga saat ini Indonesia belum memiliki peraturan yang
secara khusus mengatur baku mutu petrokimia hulu dan antara. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa masih terdapat kekosongan hukum. Di samping itu terdapat pula
resiko kebocoran biji plastik yang terlepas saat proses produksi maupun saat proses
pengangkutan, seperti pada kasus Formosa Plastic Corps dan kekabaran kapal X-Press di
Sri Lanka. Banyak referensi yang mengatakan potensi kebocoran plastik ke media
lingkungan rata-rata ialah sebesar 0.0001 – 1%.
Oleh karena itu, penting untuk mengoptimalkan peran UU No. 32 Tahun 2009 sebagai
undang-undang lingkungan guna menjadi langkah awal dan sementara melalui cara:
1. Menggunakan asas seperti asas kehati-hatian dan asas pencemar membayar
untuk melakukan pemantauan dan pengawasan untuk melakukan peninjauan
terhadap industri petrokimia
2. Asas pencemar membayar dapat menjadi disinsentif untuk berhati-hati bagi
pelaku usaha terutama dengan potensi menurunnya kualitas lingkungan akibat
industri petrokimia
3. Melakukan baku mutu yang ketat dan juga kepatuhan melalui mekanisme
Perizinan Berusaha di UU Cipta Kerja di mana pemerintah berkewajiban
melakukan pemantauan ketaatan dan pembinaan.
03. Raynaldo G. Sembiring
22 |
Beberapa hal yang diusulkan antara lain:
1. Banyak memberikan pemahaman kepada publik mengenai industri petrokimia
hulu dan antara
2. Memastikan mekanisme daur ulang biji plastik terlaksana secara optimal
sehingga mengurangi jumlah ekspor bahan baku plastik
3. Memastikan desain produk untuk pengurangan plastik terlaksana dengan
optimal
4. Mengatur standar/baku mutu industri petrokimia
5. Melaksanakan pengawasan kepatuhan industri petrokimia hulu dan antara
melalui penerapan asas kehati-hatian dan pencemar membayar.
02 DISKUSI PEMAPARAN
Prosiding - Webinar Internasional
“Industri Petrokimia Hulu: Menilik Sumber Pencemaran Plastik Yang Tidak Terlihat”
| 25
NARASUMBER:
JP – Jane Patton
RGD – Dr. Ir. Retno Gumilang Dewi, M. Env. Eng. Sc
RGS – Raynaldo G. Sembiring
Apakah Anda mengetahui proses litigasi terhadap industri petrokimia di Amerika
Serikat dan bagaimana hasilnya?
JP: Sebagian besar proses litigasi di Amerika Serikat fokus pada izin individual untuk
situs/fasilitas individu. Kami telah berhasil menggugat beberapa dari izin
tersebut di pengadilan tentang bagaimana cara izin diberikan atau terkait
substansi izin mereka. Beberapa izin dikeluarkan oleh pemerintah lokal,
beberapa dikeluarkan oleh pemerintah federal, jadi kami menggugat mereka
dengan alasan yang berbeda tergantung pada tingkatan pemerintah yang
mengeluarkan izin mereka. Misalnya, plastik formosa memiliki dua izin, satu
dari pemerintah federal dan satu dari pemerintah lokal dan kami telah berhasil
menggugat keduanya di pengadilan. Kasus-kasus itu belum diputus tetapi izin
federal mereka sekarang ditangguhkan karena suatu cacat yang kami temukan
dalam permohonan izin.
Apakah sudah ada atau sudah mulai memasukan isu pengurangan plastik dalam
Paris Agreement? Apakah sudah ada substitusi dari plastik?
JP: Saya belum melihat atau mendengar diskusi tentang plastik dalam Perjanjian
Paris. Ada percakapan dan saya percaya ada acara sampingan atau
semacamnya di COP iklim, tetapi itu masih merupakan percakapan yang relatif
baru untuk iklim. Ini bukan bagian dari Perjanjian Paris. Seperti yang saya
sebutkan, kami mencoba untuk mendapatkan perjanjian yang khusus hanya
untuk plastik, mengikat secara hukum. Kami mendorongnya di PBB dan jika
Anda ingin terlibat, kami ingin siapa pun berpartisipasi, silakan hubungi saya
melalui email.
Untuk pertanyaan kedua, saya harap ada jawaban yang mudah untuk
pertanyaan itu. Alternatif terbaik adalah tidak menggunakan plastik sekali
pakai. Jika Anda bertanya kepada saya, mana yang lebih baik kantong plastik
atau kantong kertas? jawabannya adalah tas yang dapat digunakan kembali.
Saya juga tahu apa yang saya minta orang lakukan ketika saya mengatakan
"Bawa saja tas Anda sendiri dan gunakan kembali". Anda bisa melakukannya
untuk tas, tetapi Anda tidak bisa melakukannya untuk sampo, sabun, dan
Diskusi Pemaparan
26 |
makanan karena banyak sekali yang dikemas dalam kemasan plastik sekali
pakai. Kami bekerja sama dengan perusahaan seperti Nestle, Coca-Cola dan
Break Free dari plastik mendorong perusahaan-perusahaan ini untuk
mendesain ulang produk mereka melalui extended producer responsibility (EPR).
Saya tahu bahwa itu mungkin dilakukan oleh kita, tetapi itu membutuhkan
banyak kerja dan inovasi. Saya sangat optimis kita akan sampai di sana. Yang
kita butuhkan adalah inovasi untuk benar-benar mengetahui rantai pasokan
global dalam ekonomi global yang tidak memerlukan plastik sekali pakai.
Untuk kertas, pohon dapat diperbarui sedangkan minyak tidak. Pada akhirnya,
kita harus mencari cara untuk memanfaatkan sumber daya kita sebaik mungkin
dan jawaban dari hal tersebut bersifat kolektif.
Sebenarnya bagaimana mengadvokasikan perusahaan petrokimia atau
asosiasinya untuk memiliki komitmen untuk menurunkan emisi yang sejalan
dengan Paris Agreement? Dikaitkan juga dengan gugatan yang diajukan
terhadap Shell.
JP: Saya pikir gugatan terhadap Shell akan bergema di industri minyak, gas, dan
petrokimia dengan cara yang belum bisa kita lihat. Saya pikir mereka sekarang
menyadari bahwa mereka memiliki risiko atas perilaku buruk mereka dan untuk
karbon yang mereka buang ke atmosfer. Saya tidak berpikir itu akan secara
otomatis meluas ke plastik dan petrokimia kecuali kita membuatnya demikian.
Kita harus fokus pada advokasi dan litigasi yang independen dan terpisah dari
pembicaraan minyak dan gas. Kita dapat berbicara tentang plastik sebagai
krisis iklim tetapi saya juga khawatir bahwa jika kita tidak fokus pada plastik
secara holistik, kita akan berakhir di tempat di mana mereka membuat plastik
dari jagung dan menyebutnya bioplastik, menempatkan CCS, dan
menggunakan solusi palsu ini. Jika demikian, Pada akhirnya kita tidak akan
mencapai masalah holistik dengan plastik. Mereka memiliki aditif yang
beracun, pembuatan plastik membutuhkan banyak energi panas dan air.
Bahkan membuat plastik dari jagung, tidak menghentikan kebutuhan aditif
yang merupakan hasil dari petrokimia itu sendiri. Membuat plastik dari jagung
bukan solusi. Kita harus mengurangi produksi, menghentikan pembangunan
fasilitas petrokimia, dan mencari alternatif. Saya pikir ini penting untuk melihat
kemajuan perjanjian plastik di UNEA. Ada tonggak sejarah di Februari 2022
ketika UNEA akan mengadakan pertemuan tahunannya. Jadi, kita harus
berhenti membuat plastik sebelum kita terus fokus pada cara
membersihkannya.
Prosiding - Webinar Internasional
“Industri Petrokimia Hulu: Menilik Sumber Pencemaran Plastik Yang Tidak Terlihat”
| 27
Sebenarnya apakah bahan bakar yang digunakan oleh industri petrokimia di
Louisiana?
JP: Di Louisiana, kami memiliki minyak tetapi kami juga memiliki gas metana. Di
sini mereka menyebutnya gas alam bawah tanah. Kami memiliki deposit dari
tempat mereka melakukan fracking (mereka menyuntikkan air dalam jumlah
besar yang terbuat dari bahan beracun dan tekanan tinggi). Tapi apa yang
paling menarik dari Louisiana ialah ia sangat dekat dengan rantai pasokan
global dan memiliki pasokan air tawar yang sangat mudah diakses. Apa yang
sebenarnya dibangun di Louisiana sebenarnya merupakan kapasitas
penyulingan, mereka menarik minyak dan gas dari Texas, menggunakan pipa
atau kapal dan menyulingnya di sini kemudian mengubahnya menjadi plastik
di sini dan mengirimkannya ke luar negeri. Mereka juga menyimpan gas alam
di sini. Kami tidak memiliki batu bara di sini, kami memiliki tenaga nuklir di sini,
tetapi itu bukan minyak dan gas. Kami mencoba mendorong mereka ke energi
matahari dan angin.
Saat ini apakah sudah ada regulasi yang mengatur tentang baku mutu biji
plastik dan mikroplastik sehingga kita bisa melakukan advokasi lebih lanjut
tentang industri pertrokimia?
RGD: Isu mikroplastik juga menjadi pembahasan tetapi regulasi untuk menangani itu
belum ada, yang ada regulasi pencegahan pencemaran oleh industri penghasil
plastik. Baik air pollution, water pollution dan land pollution. Terus pemanfaatan
berapa kali recycle itu sifatnya acuan. Apakah ada larangan? Tidak tapi untuk
daur ulang plastik, impor limbah plastik termasuk bagian dari red notice untuk
impor. Kalau pembatasan penggunaan biji plastik tidak ada larangannya.
Kalau standar kualitas untuk biji plastik itu ada namun regulasi tapi standar.
RGS: Sebenernya sama, kalau membicarakan regulasi belum ada yang ada hanya
beberapa standar. Jika kita berbicara soal regulasi khusus yang kita bisa
enforce dari segi lingkungan, kita hanya bisa menggunakan dengan UUPPLH.
Isu ini tidak baru, namun sistem atau mekanismenya belum settle.
Diskusi Pemaparan
28 |
Sejauh ini bagaimana keberpihakan pemerintah Indonesia dalam isu ini?
Terutama di sektor-sektor industri yang produknya banyak menggunakan
plastik.
RGD: Di industri hulu, intermediate, dan hilirnya sebetulnya sudah tertata dengan
baik sehingga pencemaran lingkungan bisa dikurangi, kalau ada masalah
sedikit saja bisa terlihat karena besar dan global. Namun yang justru
dikhawatirkan adalah end usenya, jadi pada saat end use mengolah dimolding
dan sebagainya, contohnya PVC sampai menjadi pipa, prosesnya cukup banyak
dan toksisitas yang bisa dikeluarkan juga banyak dan juga pada saat dibakar,
sebelum dibakar direcycle dulu sebanyak mungkin untuk produk yan bagus
untuk menjadi biji plastik. Proses daur ulang biji plastik banyak yang bisa lihat,
di Bandung itu ada pengolahan biji plastik dipress dan dipanaskan. Waktu itu
dihitung klorin ambien, di Bandung ada klorin padahal tidak ada laut sehingga
itu berasal dari plastik. Kandungan klorin di Bandung cukup tinggi yang berasal
dari biji plastik. Kita harus sadari kontribusi cukup besar pada GDP dan
pendapatan daerah, sehingga kalau dihapus perlu dipertimbangkan juga.
Namun kita punya kebijakan di plastik yang paling penting kebijakan
pemerintah kapan mengarah ke bio-based dan penyediaan bahan bakunya.
RGS: Kalau petrokimia menurut saya dari berbagai macam kita bisa mencari bahwa
pemerintah justru mendorong stimulus. Kita punya tax holiday dan kalau dilihat
dari konteks regulasinya itu ingin mendorong industri termasuk petrokimia
untuk lebih berkembang. Kalau keberpihakannya pasti ke sana karena
konteksnya ekonomi yang didorong dari UU No. 3 Tahun 2014 dan kebijakan
saat ini. Yang penting itu adalah bagaimana sebenarnya sistem atau
mekanisme yang jelas memaksa industri ini untuk pertama tidak impor karena
kalau membicara impor, kita sulit membahas pembatasan di hilir karena toh
masuk terus. Kita membicarakan bagaimana kita menghasilkan produk.
Bagaimana caranya menghentikan hilir kalau di hulunya terus diproduksi?
Kedua, bagaimana punya mekanisme untuk memastikan jadi ketika berbicara
biji plastik, perlu melihat bahwa kualitas ekosistem di sekitarnya tidak tercemar
karena ada kecenderungan kebocoran walaupun saya juga gak ngerti tapi
banyak kebocoran terjadi dan mungkin sistem itu yang perlu diperketat supaya
mekanisme atau kasus seperti di formosa tidak terjadi. kalau kita melihat dari
kasus formosa itukan salah satu kesepakatan perdamaiannya adalah
akuntabilitas dan akses informasi. Perlu ada edukasi dan pemberian informasi
yang cukup bagi masyarakat agar tahu. Ada pemantauan yang dipublikasikan,
ada laporan dan ada data-data tidak ada kebocoran, kondisi lingkungan
aman. Ini sebenenarnya penting untuk dilakukan dan rasanya tidak sulit untuk
dilakukan.
Prosiding - Webinar Internasional
“Industri Petrokimia Hulu: Menilik Sumber Pencemaran Plastik Yang Tidak Terlihat”
| 29
Apakah plastik dapat didaur ulang secara utuh hanya bisa didown cycling? Kira-
kira jenis plastik apa saja yang dapat didaur ulang? Apakah sachet bisa didaur
ulang?
RGD: Untuk proses daur ulang ada tujuh tipe terutama PET itu paling mahal yang
bisa didaur ulang karena sifatnya yang berulang kali, bisa dibentuk dsb. Atau
daur ulangnya jangan yang seperti itu botol plastik menjadi botol plastik tetapi
menjadi monomerisasi kemudian polimerisasi yang dilakukan di Thailand
sehingga kualitas polimernya lebih baik. Kemudian untuk tadi, proses mana
saja yang bisa didaur ulang bisa dilihat saja apakah bisa didaur ulang atau
tidak. Bahkan bekas infus itu bisa didaur ulang karena harganya mahal namun
reuse yang kita harus hati-hati. Jadi botol minuman yang seharusnya didaur
ulang malah diisi lagi, kekhawatirannya nanti ada yang lepas dan masuk ke
dalam tubuh kita. Kemudian biji plastiknya juga ada jenis tertentu. Ke depan
dimulai juga oleh pemerintah bahwa yang namanya recycle itu dijadikan
monomer terus polimer harus ada insentif untuk mengurangi sampah plastik.
Sayangnya kondisi sampah plastik kita sudah jelek, kalau masuk landfill akan
dibakar. Sachet dan kantong kresek itu paling susah didaur ulang. Itu
disarankan tidak digunakan dan dikurangi. Jadi yang diatur bukan industrinya
tapi end usenya. Dulu ada usulan mi instan baik kemasan dan bumbunya tidak
menggunakan sachet tetapi yang bisa langsung dicelupkan.
Penggunaan plastik tidak dapat dihindari dalam kehidupan sehari-hari. namun
dalam pengurangan terhadap limbah plastik, selama ini pemerintah hanya
mengeluarkan kebijakan dengan membebankan kepada masyarakat untuk tidak
menggunakan kantong plastik sekali pakai serta memberikan sanksi terhadap
pelanggaran tersebut. kebijakan tersebut juga masih berlaku di masing-masing
daerah belum berlaku secara nasional. Bagaimana caranya supaya organisasi
lingkungan hidup mendorong pemerintah untuk mengeluarkan peraturan agar
perusahaan penghasil plastik juga bertanggungjawab terhadap plastik yang
dihasilkan?
RGS: Kalau dibilang, ketika bicara kekurangan itu, kuncinya ada di daerah. Konteks
Pemerintah pusat justru mendorong dan mensupervisi pemerintah daerah
karena kalau kita lihatkan semuanya itu perkada di Bali dan Kalsel bahkan
Banjarmasin, Bali, Bogor. Jadi kalau bisa dilihat kenapa Perkada berarti ada
respon cepat dari kepala daerah untuk mengatasi masalah ini. Kalau saya lihat
sih, bentuk produknya kenapa harus Perkada tetapi dalam konteks tahapan
awal memang seperti itu. Memang peran OLH ialah agar setiap peraturan jelas
pencapaiannya, beberapa Banjarmasin, pernah melaporkan berapa capaian
Diskusi Pemaparan
30 |
dan ada pengurangan yang cukup signifikan. Sekarang pekerjaannya
bagaimana mengkonsolidasikan data yang ada ini dan menjadikannya satu
capaian bersama.
Organisasi lingkungan sebenarnya mendorong untuk mengurangi sampah,
kedua mengukur capaiannya dan dipublikasikan agar masyarakat tau dan
yang terpenting lagi, OLH juga aktif dalam mendefense peraturan perkada
(pergub) Bali yang sempat digugat oleh asosiasi lewat uji materil. Jadi tidak
hanya dalam konteks asistensi, tetapi juga bisa lewat amicus curiae dan defense
di pilkada. puji syukur perkadanya tidak dianggap bermasalah. Tapi, ini jangan
sampai membebankan masyarakat saja tapi harus ada solusi di mana produsen
juga disasar, yang di tahap hilir harus melakukan tahap signifikan seperti
redesign, peta jalan yang jelas dan accessible bagi publik sehingga kita bisa
melihat setiap produsen memiliki rencana yang jelas.
03 KESIMPULAN DISKUSI
Prosiding - Webinar Internasional
“Industri Petrokimia Hulu: Menilik Sumber Pencemaran Plastik Yang Tidak Terlihat”
| 33
Dari webinar yang telah diselenggarakan, terdapat beberapa kesimpulan yang menjadi
poin penting pada webinar kali ini, meliputi:
1 Melakukan sosialisasi lanjutan kepada masyarakat mengenai rangkaian
produksi plastik dan dampaknya terhadap lingkung an hidup serta kesehatan
mengingat industri petrokimia dianggap sebagai alternatif pemasukan bagi
perusahaan-perusahaan yang bergerak di industri minyak, gas, dan batubara
perlu untuk dilakukan.
2 Advokasi untuk mengurangi dampak lingkungan akibat produksi plastik dapat
dilakukan, pengorganisiran untuk mendorong kampanye dan aksi terkait
dampak industri petrokimia. Dalam pengorganisasian, perlu ditentukan tujuan
bersama dan rangkaian aksi yang hendak dilakukan untuk mencapai tujuan
tersebut. Kampanye dan aksi juga harus dilakukan secara inklusif dengan
melibatkan secara aktif kelompok-kelompok rentan, minoritas, dan
termarjinalkan.
3 Rangkaian produksi plastik dan industri petrokimia yang berbahan baku fosil
menghasilkan dampak lingkungan yang serius. Saat ini terdapat dapat
alternatif yang dikembangkan produk petrokimia yang berbasis biomassa,
salah satunya adalah bio-based plastic yang dapat dibuat dari kelapa sawit
(crude palm oil) atau limbah gula.
4 Indonesia harus menggencarkan larangan impor low-quality plastics untuk
mendorong daur ulang plastik. Selain itu, daur ulang plastik juga dapat
dilakukan dengan cara demonorisasi yang kemudian dipolimerisasi kembali
untuk mendapatkan plastik daur ulang dengan kualitas tinggi.
5 Cara terbaik untuk menghentikan pencemaran akibat plastik adalah dengan
menghentikan produksi plasik.
6 Indonesia perlu mengembangkan environmental safeguards bagi industri
petrokimia sebab hingga saat ini belum ada baku mutu yang dikenakan
kepada industri petrokimia. Selain itu perlu juga dilihat potensi pengaturan
yang dapat diterapkan bagi industri petrokimia melalui UUPPLH dan UU Cipta
Kerja
7 Peraturan perundang-undangan harus mampu menjangkau industri
petrokimia sehingga dapat melakukan upaya penaatan dan kepatuhan bagi
para pelaku usaha industri petrokimia hulu dan antara.
Top Related