Download - Prescil Tb milier

Transcript

PRESENTASI KASUS

TB MILIER DENGAN PERITONITIS TB

Diajukan kepada :

dr. Indah Rahmawati, Sp.PDisusun oleh :

Bellindra Putra HaryokoG4A013094Sofia KusumadewiG4A013096SMF ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

RSUD PROF. Dr. MARGONO SOEKARJO

PURWOKERTO

2014LEMBAR PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS

TB MILIER DENGAN PERITONITIS TBDisusun oleh :

Bellindra Putra HaryokoG4A013094Sofia KusumadewiG4A013096Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti

program profesi dokter di Bagian Ilmu Penyakit Dalam

RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto

Telah dipresentasikan pada

Tanggal, Agustus 2014Pembimbing,

dr. Indah Rahmawati, Sp.P19670316 200604 2 001BAB I

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PENDERITA

Nama : Nn. WUsia

: 18 tahun

Jenis kelamin : PerempuanStatus : Belum menikahAgama : IslamPekerjaan : PelajarAlamat : Kretek RT 1 RW 03, Paguyangan Tanggal masuk : 16 Juli 2014Tanggal periksa : 21 Juli 2014No. CM

: 716232II. SUBJEKTIF1. Keluhan UtamaNyeri perut2. Riwayat Penyakit Sekarang

Keluhan utama yang dirasakan adalah nyeri perut pada bekas operasi laparotomi. Nyeri perut dirasakan kurang lebih empat hari sebelum masuk RSMS. Nyeri dirakan di bawah umbulikal. Nyeri terasa seperti di tusuk-tusuk, dirasakan terus menerus dan memberat setiap harinya. Nyeri pada perut pasien menganggu aktivitas sehari-hari. Nyeri perut dirasa semakin memberat apabila pasien batuk, dan terasa lebih ringan bila pasien beristirahat.

Selain itu, keluhan yang dirasakan adalah batuk dan sesak nafas. Batuk berdahak dirasakan sejak enam bulan sebelum masuk RSMS. Dahak berwarna hijau kental, tanpa disertai darah. Batuk dirasa kambuh-kambuhan dan bertambah berat. Batuk bertambah bila setelah memakan gorengan, dan berkurang bila minum obat batuk, namun hanya sementara. Pasien juga mengeluh sesak nafas sejak satu bulan sebelum masuk RSMS. Sesak bertambah bila posisi tidur terlentang. Nafsu makan juga berkurang, dan berat badan menurun.3. Riwayat Penyakit Dahulu

a. Riwayat keluhan serupa: diakui (nyeri perut diakui pernah dirasakan pada bulan Juni 2014, nyeri perut dirasakan pada seluruh bagian perut)b. Riwayat OAT

: disangkalc. Riwayat hipertensi

: disangkald. Riwayat kencing manis: disangkal

e. Riwayat asma

: disangkal

f. Riwayat alergi

: disangkalg. Riwayat operasi

: diakui (tanggal 27 Juni 2014, operasi laparotomi eksplorasi et causa peritonitis generalisata di RSMS)4. Riwayat Penyakit Keluarga

a. Riwayat keluhan serupa: disangkalb. Riwayat hipertensi

: disangkalc. Riwayat kencing manis: disangkal

d. Riwayat asma

: disangkal

e. Riwayat alergi

: disangkalf. Riwayat TB

: diakui (kakak pasien pernah pengobatan TB selama 6 bulan pada bulan Desember tahun 2013, di RSMS, dan dinyatakan sembuh)5. Riwayat Sosial Ekonomi

a. Community

Sebelum sakit, pasien seorang pelajar SMA. Hubungan dengan teman cukup baik. Pasien memiliki banyak teman yang mendukung kegiatan sehari-harinya. Pasien tidak mengetahui di lingkungan bermain pasien terdapat teman atau tetangga dengan keluhan yang sama. b. Home

Pasien tinggal di Paguyangan, Bumiayu. Pasien tinggal dengan kedua orang tua,satu orang kakak, dan satu orang adik. Kakak pasien mempunyai riwayat penyakit TB dan sudah pengobatan OAT selama 6 bulan di RSMS dan dinyatakan sembuh. Ayah dan kakak pasien adalah perokok aktif.Rumah pasien beralaskan keramik. Terdapat beberapa buah jendela serta ventilasi yang terkadang dibuka. Rumah pasien terdiri dari 4 kamar tidur, satu ruang tamu, satu ruang keluarga, satu dapur, dan satu kamar mandi, sumber air berasal dari sumur. Pencahayaan rumah pasien berasal dari lampu dan sinar matahari yang cukup. c. Occupational

Pasien adalah seorang pelajar SMA di Paguyangan. Pasien merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Pembiayaan rumah sakit ditanggung oleh BPJS PBI. d. Personal habit

Pasien mengaku makan sehari 2 kali sehari, dengan nasi, sayur dan lauk pauk seadanya. Pasien mengaku tidak pernah merokok, tidak pernah mengkonsumsi alkohol, ataupun mengkonsumsi obat-obatan terlarang.III. OBJEKTIF1. Pemeriksaan Fisik di Bangsal Cendana tanggal 21 Juli 2014a. Keadaan Umum : sedangb. Kesadaran : composmentis, GCS E4M6V5 (15)c. BB: 3 kg

d. TB: 160 cme. IMT: 15,74 (underweight)f. Vital sign

- Tekanan Darah : 110/60 mmHg

- Nadi : 86 x/menit

- RR : 18 x/menit

- Suhu : 36,1 oCd. Status Generalis

1) Kepala

Bentuk : mesochepal, simetris, venektasi temporal (-) Rambut : warna hitam kemerahan, tidak mudah dicabut, distribusi merata, tidak rontok2) Mata

Palpebra

: edema (-/-) ptosis (-/-)

Konjungtiva

: anemis (+/+)

Sclera

: ikterik (-/-)

Pupil

: reflek cahaya (+/+) normal, isokor 3 mm3) Telinga

otore (-/-) deformitas (-/-) nyeri tekan (-/-) discharge (-/-)4) Hidung

nafas cuping hidung (-/-) deformitas (-/-) discharge (-/-) rinorhea (-/-)5) Mulut

bibir sianosis (-) bibir kering (-) lidah kotor (-)6) Leher

Trakhea

: deviasi trakhea (-/-)

Kelenjar lymphoid : tidak membesar, nyeri (-)

Kelenjar thyroid : tidak membesar

JVP

: nampak, tidak kuat angkat7) Dada

a) Paru

Inspeksi : bentuk dada simetris, ketinggalan gerak

(-) kanan,Jejas (-)

Retraksi suprasternalis (-)

Retraksi intercostalis (-)

Retraksi epigastrik (-) Palpasi : vocal fremitus kanan = kiriketinggalan gerak (-) Perkusi : sonor pada semua lapang paru Batas paru hepar di SIC V LMCD Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), wheezing (-/-)Ronki basah kasar (+/+), ronki basah halus (-/-)b) Jantung

Inspeksi : ictus cordis nampak pada SIC V 2 jari medial LMCS Palpasi : ictus cordis teraba di SIC V 2 jari medial LMCS, tidak kuat angkat

Perkusi : batas jantung kanan atas : SIC II LPSDBatas jantung kiri atas : SIC II LPSSBatas jantung kanan bawah :SIC IV LPSDBatas jantung kiri bawah :SIC V 2 jari medial LMCS

Auskultasi : S1>S2, reguler, murmur (-), gallops (-)

8) Abdomen

Inspeksi : datar, luka bekas operasi di linea mediana sebesar 10 cm, terdapat bekas operasi yang terbuka dengan ukuran diameter 1 cm. Auskultasi : bising usus (+) normal

Perkusi : timpani, pekak sisi (-), pekak alih (-), nyeri ketok costovertebrae (-) Palpasi : supel, nyeri tekan (-), undulasi (-)

Hepar

: tidak teraba Lien

: tidak teraba9) Ekstrimitas

Superior : edema (-/-), sianosis (-/-) Inferior : edema (-/-), sianosis (-/-)2. Pemeriksaan penunjang a. Laboratorium darah 18 Juli 2014Darah Lengkap

Hemoglobin

: 10.0 g/dl(14 18 g/dl)

Leukosit

: 4420/uL(4800 10800/ul)

Hematokrit

: 31 %

(42 52 %)

Eritrosit

: 4.0x106/ul(4,7 6,1 x 106/ul)

Trombosit

: 272.000/ul

(150.000-400.000/ul)

MCV

: 78.5 fL(79 99 fL)

MCH

: 25.0pg(27 31 pg)

MCHC

: 31.0 %(33 37 %)

RDW

: 15.0 %(11,5 14,5 %)

MPV

: 11.1 fL

(7.2 11.1 fL)

Hitung Jenis

Basofil

: 0.2%

(0.00 1.00 %)

Eosinofil

: 0.2% (2.00 4.00 %)

Batang

: 0.7%

(2.00 5.00 %)

Segmen

: 68.6%

(40.0 70.0 %)

Limfosit

: 21.5%(25.0 40.0 %)

Monosit

: 8.8%

(2.00 8.00 %)

Kimia Klinik SGOT

: 48 u/L(15-37 u/L)SGPT

: 36 u/L (30 65 mg/dl)Asam Urat

: 5.2 ng/dL

(2.6-6.0 ng/dL)

b. Pemeriksaan BTA tanggal 20 Juli 2014Pewarnaan ZN Ix

BTA I : negatif

Lekosit : positif

Epitel : positif

Pewarnaan ZN IIx

BTA II : negatif

Lekosit : positif

Epitel : positif

c. Laboratorium darah 21 Juli 2014Total protein

: 7.32 g/dL

(6.4 8.2 g/dL)

Albumin

: 3.04 g/dL (3.40 -5.00 g/dL)

Globulin

: 4.28 g/dL (2.7 3.2 g/dL)d. Foto thoraks

Foto Thorax 19 Juli 2014 di RSMS

Interpretasi : Cor tidak membesar, gambaran TB miliere. Pemeriksaan Patologi Anatomi tanggal 28 Juni 2014

Mikroskopis : sediaan terdiri dari jaringan fibrous, sembab, hiperemi, berserbukan sel radang kronis, tampak tuberkel sel epiteloid, sel datia langerhans, dan nekrosis kaseosa. Tak tampak tanda keganasan.

Sesuai dengan radang kronis spesifik tuberkulosa.

IV. DIAGNOSIS1. Peritonitis TB post laparotomi2. TB paru BTA negatif lesi luas kasus baru : TB milier3. Anemia Ringan4. Hipoalbumin V. PLANNING

1. Diagosis

a. Sputum BTA SPS ( BTA I dan II negatif)b. Foto Thorax (TB milier)

c. Konsul bedah : luka bekas operasi terbukad. Cek Albumin2. Terapi

a. Farmakologi1) 02 3-4 lpm (nasal kanul, K/P)

2) IVFD RL 20 tpm3) Inj. Tutofuschin ops 1x 24 jam4) Inj. Rantin 2x1 amp (IV)5) Inj. MP 3 x 62.5 mg

6) P.O Cefixime 2x100 mg7) P.O Kalnex tab 3x18) P.O B6 1x1 tab9) P.O SF 2x1 tab

10) P.O FG Troches11) P.O. 4FDC 1 x II tabb. Non Farmakologi1) Diet TKTPDiet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP) bertujuan memberikan makanan secukupnya untuk memenuhi kebutuhan kalori dan protein yang bertambah guna mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh atau guna menambah berat badan hingga mencapai normal. Syarat diet ini adalah tinggi kalori, tinggi protein, cukup vitamin dan mineral, serta mudah dicerna. Makanan yang harus diberikan, meliputi :a. Sumber kalori : Nasi, kentang, roti, gandum, jagung, dan lain-lain.

b. Sumber protein : Ayam, daging, hati, ikan, telur, susu dan keju.

c. Sumber protein nabati : kacang-kacangan, tahu,tempedan oncom.

Makanan yang harus dihindarkan, meliputi makanan yang terlalu manis dan gurih yang dapat mengurangi nafsu makan, seperti gula-gula, dodol,cake, dan sebagainya.2) Mobilisasi3) Rawat luka bekas operasi dan jaga kebersihan tubuh

4) Edukasi pasien dan keluarga pasien mengenai penyebab, penularan, pengobatan, efek samping obat dan komplikasi dari penyakit TB.5) Edukasi mengenai kebersihan lingkungan rumah, seperti buka ventilasi setiap hari agar sinar matahari dan udara masuk juga edukasi untuk selalu membersihkan rumahnya dan edukasi agar pasien menutup mulut apabila batuk atau menggunakan masker, tidak mambuang dahak sembarangan lagi.

6) Screening pada anggota keluarga yang lain apabila ada yang mengalami gejala yang sama terutama anak kecil dan untuk tindakan pencegahan juga pengobatan lebih awal jika keluarga lain sudah tertular. 3. Monitoringa. Keadaan umum dan kesadaran

b. Tanda vital

c. Evaluasi klinis Pasien dievaluasi setiap 2 minggu sampai akhir bulan kedua pengobatan, selanjutnya tiap 1 bulan mulai bulan ketiga. Evaluasi respon pengobatan dan ada tidaknya efek samping obat serta ada tidaknya komplikasi, apabila muncul efek samping dari obat, pasien harus segera kontrol ke rumah sakit. Evaluasi klinis meliputi keluhan, berat badan, pemeriksaan fisikd. Evaluasi radiologi Sebelum pengobatan Untuk kategori I, satu minggu sebelum akhir pengobatan bulan kedua, untuk kategori II akhir minggu sebelum pengobatan bulan ketiga Sebulan sebelum pengobatan terakhir Pada akhir pengobatane. Evaluasi efek samping Periksa fungsi hati (SGOT, SGPT, bilirubin)f. Evaluasi keteraturan obat4. PrognosisKeberhasilan kesembuhan penyakit tuberkulosis tergantung pada:a. Kepatuhan minum obat

b. Komunikasi dan edukasi serta pengawasan minum obat

c. Umur penderita

d. Penyakit yang menyertai

e. Resistensi obatAd vitam

: dubia ad bonamAd fungsionam: dubia ad bonamAd sanationam: dubia ad bonamBAB IIPEMBAHASAN1. Penegakan Diagnosis Peritonitis TB post laparotomiTB Miliera. AnamnesisSesuai dengan keluhan utama dari autoanamnesis dan aloanamnesis bahwa pasien mengeluhkan nyeri perut sejak empat hari yang lalu sebelum masuk RSMS. Nyeri perut dirasakan pada bekas luka operasi laparotomi. Keluhan tambahan yang dirasakan pasien adalah sesak nafas, nafsu makan menurun, berat badan menurun,. Selain itu pasien mengeluhkan adanya batuk berdahak yang terus menerus sejak 6 bulan yang lalu tanpa disertai darah. Keluhan tersebut dapat terjadi karena gambaran klinik yang ditimbulkan oleh infeksi tuberkulosis. Menurunnya nafsu makan juga dapat menyebabkan kurangnya asupan nutrisi bagi pasien, sehingga dapat menyebabkan berbagai hal seperti anemia dan badan yang terasa lemas.Status gizi pasien menjadi salah satu faktor resiko untuk terjadinya penularan TB. Status gizi pasien memperlihatkan adanya penurunan sistem kekebalan tubuh sehingga pasien akan mudah untuk tertular penyakit. Selain itu, dari anamnesis diketahui bahwa kakak pasien mempunyai riwayat penyakit TB dan sudah pengobatan selama 6 bulan, dan tuntas. Hubungan kakak dan pasien tersebut cukup baik, intens berkomunikasi sehingga kemungkinan adanya penularan kuman TB lebih besar.b. Pemeriksaan Fisik1) Antropometri

BB : 34 Kg

TB : 160 cmIMT: 15.74 (underweight)2) Vital Sign

-Tekanan Darah : 100/600 mmHg

- Nadi : 84x/menit

- RR : 18x/menit

- Suhu : 36,1 oC3) Pemeriksaan Pulmo Inspeksi : bentuk dada simetris, ketinggalan gerak (-),

Jejas (-)

Retraksi suprasternalis (-)

Retraksi intercostalis (-)

Retraksi epigastrik (-) Palpasi : vocal fremitus kanan = kiriketinggalan gerak (-)

Perkusi : sonor pada lapang paru kiri dan kananBatas paru hepar di SIC V LMCD Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), wheezing (-/-)

Ronki basah kasar (+/+), ronki basah halus (-/-)Dari pemeriksaan fisik pasien ini, pada pasien menunjukkan adanya kelainan yang mengarah ke diagnosis TB. Secara klinis, pasien menujukkan klinis berupa underwight, anemis, dan Rhonki Basah Kasar.c. Pemeriksaaan PenunjangPemeriksaan Patologi Anatomi tanggal 28 Juni 2014Sesuai dengan radang kronis spesifik tuberkulosa.

Laboratorium darah lengkap tanggal 18 Juli dan 21 Juli 2014

Anemia ringan

Hipoalbumin Foto Thoraks AP tanggal 19 Juli 2014 Cor: bentuk dan letak jantung normal Pulmo: corakan vaskuler meningkat, tampak bercak milier menyerupai snow storm padad kedua lapangan paru. Hemidiafragma kanan setinggi kosta 9 posterior. Sinus kostofrenikus kanan kiri lancip

Kesan : Cor tak membesar, Gambaran TB Milier.Sputum BTA tanggal 20 Juli 2014

BTA I dan II : negatif2. Tindak Lanjut Penanganan Pasien

a. Diagnosis

b. TerapiObat yang dipakai dalam pengobatan TB :

1. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah:

a. INH

b. Rifampisin

c. Pirazinamid

d. Streptomisin

e. Etambutol

2. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2)

a. Kanamisin

b. Amikasin

c. Kuinolon

d. Obat lain masih dalam penelitian yaitu makrolid dan amoksilin + asam klavulanat

e. Beberapa obat berikut ini belum tersedia di Indonesia antara lain :

1) Kapreomisin

2) Sikloserino

3) PAS (dulu tersedia)

4) Derivat rifampisin dan INH

5) Thioamides (ethionamide dan prothionamide)

Kemasan obat OAT yaitu kemasan obat tunggal (obat disajikan secara terpisah, masing-masing INH, rifampisin, pirazinamid dan etambutol) dan obat kombinasi dosis tetap (Fixed Dose Combination FDC). Kombinasi dosis tetap ini terdiri dari 3 atau 4 obat dalam satu tablet.

Tabel 3.1 Jenis dan dosis OATObatDosis(Mg/KgBB/Hari)Dosis yg dianjurkanDosis Maks (mg)Dosis (mg) / berat badan (kg)

Harian(mg/ kgBB /hari)Intermitten(mg/ Kg/BB/kali)< 4040-60>60

R8-121010600300450600

H4-6510300150300450

Z20-30253575010001500

E15-20153075010001500

S15-1815151000Sesuai BB7501000

Tabel 3.2 Dosis obat antituberkulosis kombinasi dosis tetapFase intensifFase lanjutan

2 bulan4 bulan

BBHarianHarian3x/mingguHarian3x/minggu

RHZE

150/75/400/275RHZ

150/75/400RHZ

150/150/500RH

150/75RH

150/150

30-37

38-54

55-70

>712

3

4

52

3

4

52

3

4

52

3

4

52

3

4

5

Pasien merupakan pasien TB milier kasus baru, maka panduan obat untuk tuberculosis milier seperti gambaran radiologi pasien adalah dengan terapi OAT katagori I (2RHZE/4RH). Hasil pemeriksaan fungsi hati normal sehingga tidak ada kontra indikasi untuk diberikannya terapi tersebut. Pada pasien ini dengan BB 34 kg berdasarkan dosis obat anti tuberkulosis kombinasi pasien mendapatkan 2 tablet OAT per hari (PDPI, 2011).Jika pasien direncanakan mendapat obat antituberculosis tunggal, maka dosis yang diberikan adalah sebagai berikut (PDPI, 2011): Rifampisin: dosis x BB

: 10mg/kgBB/hari x 34 kg

: 340 mg/hari Isoniazid

: dosis x BB

: 5 mg/kgBB/hari x 34 kg

: 170 mg/hari Pirazinamid: dosis x BB

: 25 mg/kgBB/hari x 34 kg

: 850 mg/hari Ethambutol: dosis x BB

: 15 mg/kgBB/hari x 34 kg

: 510 mg/hariJika pasien direncanakan mendapat obat antituberculosis kombinasi, maka jumlah tablet OAT yang diberikan berdasarkan berat badan (34 kg) adalah 2 tablet FDC (PDPI, 2011).Pasien merupakan pasien peritonitis TB. Terapi utama peritonitis tuberkulosa adalah pemberian OAT selama 9-12 bulan. Sekitar 80% penderita memberikan respon baik terhadap OAT. Pembedahan dila-kukan pada penderita peritonitis tuberkulosa dengan ileus obstruktif, perforasi usus, fistula, atau striktur usus. Selain OAT, diberikan pula kortikosteroid dosis inflamasi (20-40 mg) pada enam minggu pertama terapi peritonitis tuberkulosa untuk mencegah timbulnya fibrosis. Pada TB diluar paru lebih sering dilakukan tindakan bedah. Tindakan bedah dilakukan untuk mendapatkan bahan / spesimen untuk pemeriksaan (diagnosis) c. Monitoring

Mencegah terjadinya perburukan pada pasien dan menilai keberhasilan terapi, maka perlu dilakukan evaluasi klinis meliputi keluhan, berat badan, dan pemeriksaan fisik. Pasien dievaluasi setiap 2 minggu pada 1 bulan pertama pengobatan. Selain itu, evaluasi berupa respon pengobatan dan ada tidaknya efek samping obat serta komplikasi penyakit. Hal ini disebabkan obat-obat yang termasuk dalam OAT memiliki banyak efek samping. Evaluasi dapat dilihat dari keadaan klinis pasien dan hasil pemeriksaan laboratorium seperti tes fungsi hati, fungsi ginjal, gula darah, asam urat, tes visus dan uji buta warna, dan tes pendengaran dan keseimbangan. Monitoring pasien dilakukan juga berdasarkan radiologi (rontgen thorax), yaitu sebelum pengobatan, setelah 2 bulan pengobatan, dan di akhir pengobatan (PDPI, 2011).Kemungkinan penularan pada keluarga pasien sangat besar, sehingga perlu dilakukan edukasi dan motivasi skrining TB paru terhadap anggota keluarga yang lain dan tetangga sekitar. Perlu juga dijelaskan bahwa TB dinyatakan sembuh apabila memenuhi kriteria BTA mikroskopis negatif dua kali (pada akhir fase intensif dan akhir pengobatan), telah mendapatkan pengobatan yang adekuat, pada foto thorak dan gambaran radiologi serial tetap sama/terdapat perbaikan dan bila ada fasilitas biakan, maka kriteria sembuh ditambah hasil biakan negatif. Dalam menjamin keteraturan pengobatan diperlukan seorang Pengawas Minum Obat (PMO). PMO berperan penting dari keberhasilan pengobatan pasien TB. PMO memiliki beberapa tugas, yaitu (PDPI, 2011):a. Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai pengobatan (6 9 bulan)

b. Memberi dorongan dan semangat kepada pasien berupa nasehat nasehat

c. Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah ditentukan ataupun bila terdapat indikasi lain

d. Memberi penyuluhan kepada pasien & keluarga pasien mengenai penyakit TB dan mengawasi keluarga pasien yang mempunyai gejala-gejala mencurigakan TB agar melakukan pemeriksaan.

Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan keluarganya (PDPI, 2011):

a. TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur.b. TB bukan penyakit keturunan atau kutukan. c. Cara penularan TB, gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya. d. Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan). e. Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur.f. Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta pertolongan ke pelayanan kesehatan. Selain itu, penularan bakteri tuberkulosis harus diperhatikan. Pasien tinggal bersama kedua orang tua, seorang kakak dan seorang adik. Skrining TB paru terhadap anggota keluarga yang satu rumah perlu dilakukan sebagai usaha pencegahan. Setelah dinyatakan sembuh, pasien tetap perlu dilakukan evaluasi minimal dalam 2 tahun pertama setelah sembuh, untuk mengetahui ada tidaknya kekambuhan. Hal yang dievaluasi adalah sputum BTA dan foto toraks. Sputum BTA dilakukan pada 3, 6, 12, 24 bulan setelah dinyatakan sembuh. Evaluasi foto toraks dilakukan 6, 12, 24 bulan setelah dinyatakan sembuh (PDPI, 2011).BAB III

KESIMPULAN

1. Tuberkulosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis. 2. Penegakan diagnosis penyakit TB berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

3. Klasifikasi penyakit TB menentukan jenis terapi yang akan diberikan kepada pasien.4. Monitoring dan evaluasi selama pengobatan TB yaitu dari keadaan klinis, sputum bakterilogis, foto radilogis, efek samping obat dan keteraturan pengobatan

5. Efek samping dari OAT harus dievaluasi serta diedukasikan kepada pasien dan keluarga agar mengerti dan waspada.6. Keberhasilan pengobatan TB tergantung pada kepatuhan minum obat, pengawasan yang ketat, serta penyakit yang menyertai.

DAFTAR PUSTAKA

PDPI. 2011. Tuberkulosis: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Indah Offset Citra Grafika PAGE 21