KALENDER PRANATA MANGSA
Patokan Mengetahui Penyimpangan Musim
Dan Pedoman Bercocok Tanam
*
Ada dua hal yang menarik kalau kita mempelajari kembali Kalender Pranata Mangsa (KPM)
Pertama kita mempunyai ukuran atau patokan untuk mengetahui penyimpangan datangnya musim kemarau atau musim hujan. Kita dapat menilai sendiri datangnya musim kemarau tahun yang sedang berjalan maju, mundur atau normal-normal saja, demikian juga untuk musim hujan.Kedua, kalau kita akan mengembangkan pertanian organik, maka KPM tersebut dapat dipakai sebagai pedoman waktu bercocok tanam. Dalam segman KPM dikenal ada bulan (mangsa) dengan ciri-ciri kapan banyak/kurang air, kapan banyak serangan hama dan sebagainya.*
Mengenai datangnya musim hujan atau kemarau, saat ini kita hanya mendapat informasi dari prakiraan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) saja. Metodologi yang digunakan BMG dalam membuat prakiraan yaitu memakai angka curah hujan rata-rata 30 tahun dan data unsur iklim lainnya minimal 10 tahun dan data penyinaran matahari. Tidak semua orang dapat melakukan pekerjaan seperti itu, maka dari itu KPM dapat dipakai sebagai salah satu alat pembanding.
*
Untuk mengetahui adanya penyimpangan musim, biasanya petani atau masyarakat mengaitkannya dengan gejala-gejala alam seperti migrasi burung yang tidak sesuai dengan waktunya, semut keluar sarang, harimau turun gunung dan sebagainya. Karena KPM penyusunannya dikaitkan dengan sifat alam dalam merespons perubahan (pergeseran) letak matahari, maka KPM sangat berguna untuk pedoman bercocok tanam bagi petani di Jawa, khususnya di sekitar gunung Merapi dan Merbabu (Daldjoeni, 1968).
*
KPM tidak atau kurang mendapatkan penelitian dan pengembangan
secara ilmiah.
Menurut sistem KPM daur (siklus) waktu setahun (waktu matahari) dibagi menjadi 12 segman waktu yang durasinya berbeda tiap segmen waktu. Pembagian tiap segmen waktu dikaitkan dengan pergeseran letak matahari pada garis lintang dan ditandai dengan munculnya bintang-bintang tertentu dan perubahan arah angin. Dengan demikian yang menyusun KPM diperkirakan sangat menguasai ilmu falak dan ilmu pertanian.
*
Di samping itu di dalam setiap segmen waktu juga ditandai perubahan respons alam terhadap bergesernya letak matahari. Perubahan bioklimatologis ini kemudian dirumuskan secara baku, sehingga dapat menjadi pedoman masyarakat khususnya petani untuk melakukan kegiatannya. Seperti halnya di daerah yang mengalami musim dingin, musim semi, musim panas dan musim gugur juga terdapat respons alam terhadap perubahan letak matahari sehingga menjadi dasar bagi masyarakat untuk menyesuaikan kegiatannya.
*
Tiap mangsa (bulan) mempunyai watak (karakteristik) yang berbeda sesuai dengan gejala alam dalam merespons perubahan letak matahari. Karena kondisi alamnya berbeda pada tiap segmen, maka hal ini juga mempengaruhi kegiatan petani. Karena hal ini berulang-ulang setiap tahun, maka hal tersebut menjadi pedoman petani untuk bercocok tanam dan kegiatan lainnya.
*
Pembagian Mangsa Untuk Pertanian,
4 kelompok kalender pertanian:
*
*
*
*
Pembagian kalender pertanian dikaitkan juga dengan unsur unsur alam seperti pada musim katiga ditandai dengan maruto (angin), di mana pada periode 3 bulan (mangsa)tersebut didominasi oleh sifat sifat angin karena cuaca dalam keadaan kering. Selanjutnya pada mangsa labuh didominasi sifat sifat api (agni), mangsa rendheng didominasi sifat sifat air (tirto), dan terakhir mangsa mareng didominasi sifat sifat tanah (bantala).
*
Konsep lain pembagian mangsa, berkaitan dengan curah hujan & persediaan pangan;
1. Mangsa terang , berlangsung pd Mangsa Saddha (12) dan Kasa (1), lamanya 82 hari. Penciri : periode waktu langit sangat terang (tidak mendung) 2. Mangsa semplah (despair period), berlangsung pd mangsa katelu, kapat dan kalima. Merupakan waktu dimana manusia berusaha mempertahankan survivalnya, persediaan pangan menipis dan pekerjaan yang memerlukan banyak tenaga dan dana (untuk mengerjakan sawah dan sebagainya)*
*
*
*
Top Related