Download - PPK Gabungan Dermatologi RSPTN Final

Transcript
  • 8/17/2019 PPK Gabungan Dermatologi RSPTN Final

    1/107

     

    PANDUAN PRAKTEK KLINIS

    SMF KULIT DAN KELAMIN

    2016

    RUMAH SAKIT

    UNIVERSITAS UDAYANA

  • 8/17/2019 PPK Gabungan Dermatologi RSPTN Final

    2/107

     

    DAFTAR ISI

    I.  Dermatologi UmumErisipelas …………………..... 1 

    Selulitis ……………………… 2 Impetigo …………………….. 4 

    Prurigo Nodularis …………… 5 Varisela ……………………… 6 

    Herpes Zoster ………………... 7 Furunkel ……………………... 9 

    Tuberkulosis Kutis …………. 10 Ulkus Kruris ………………... 12 

    II.  Dermatologi Anak

    Staphylococcal Scalded Skin

    Syndrome (SSSS) …………... 15 Epidermolisis bulosa ……….. 16 

    III. MikologiTinea Kapitis ……………….. 20 

    Tinea Kruris ………………... 22 Kandidiasis Intertriginosa ….. 23 

    Pitiriasis Versikolor ………… 25 Onikomikosis ………………. 27

    Tinea Korporis ……………... 29

    IV. Morbus HansenMorbus Hansen …………….. 31 

    Reaksi Kusta ……………….. 32 

    V.  Infeksi Menular SeksualKondiloma Akuiminata …….. 35 

    Sifilis ……………………….. 36 Trikomoniasis ……………… 39 

    Servisitis Gonokokal ……….. 41 Herpes Genitalis ……………. 42 

    Servisitis Non Gonokokal ….. 44 Kandidosis Vulvovaginal dan

    Balanitis Kandida …………... 46 Ulkus Molle ………………... 47 

    Limfogranuloma Venereum ... 49Bakterial Vaginosis ………… 51 

    VI. ImunologiDermatitis Kontak Alergi …... 53 

    Dermatitis Atopik …………... 54 Pemfigus Vulgaris ………….. 56 

    Pemfigoid Bulosa …………... 58 Erupsi Obat Makulopapular ... 60

    Stevens-Johnson Syndrome /Sindroma Stevens Johnson … 61 

     Nekrolisis Epidermal Toksik ..64 Fixed Drug Eruption ……….. 66 

    Lupus Eritematosus Kutaneus..68Eritroderma ………………… 70 

    Dermatitis Herpetiformis …... 71 

    Urtikaria dan Angioedema …. 73 Psoriasis ……………………. 75 Eritema Multiforme ………... 77 

    VII.  Tumor Bedah Kulit

    Veruka Vulgaris ……………. 79 Moluskum Kontagiosum …… 80 

    Hemangioma ……………….. 81 Nevus Pigmentosum ……….. 83

    Keratosis Seboroik …………. 84Karsinoma Sel Basal (KSB) ... 85

    Karsinoma Sel Skuamosa ….. 87Melanoma Maligna ………... 89

    VIII.  Kosmetik

    Akne Vulgaris ……………… 91 Melasma ................................. 93

    Alopesia Areata …………….. 94 Alopesia Androgenik ………. 97 

    Vitiligo ……………………... 98 Penuaan kulit ……………… 100 

     Peeling Kimiawi AHA ......... 101 Peeling Kimiawi

    Asam Salisilat ..................... 103

  • 8/17/2019 PPK Gabungan Dermatologi RSPTN Final

    3/107

    1

    KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGIUNIVERSITAS UDAYANA

    RUMAH SAKIT UNIVERSITAS UDAYANAJl. Rumah Sakit Universitas Udayana No 1, Badung, Bali

    Telepon : (0361) 8953670 e-mail : [email protected]

    RUMAH SAKIT

    UNIVERSITAS UDAYANA

    PANDUAN PRAKTEK KLINIS

    SMF : Kulit dan Kelamin

    ERISIPELAS2016

    1 No.ICD 10 A46

    2 Diagnosis Erisipelas

    3 Pengertian Infeksi kulit yang umumnya disebabkan oleh

    Staphylococcus aureus atau Streptococcus B haemolyticus yang ditandai dengan edema disertai adanya indurasi dan

    rasa nyeri.Infeksi ini mengenai lapisan dermis,subkutaneus dan jaringan limfatik superfisial.

    4 Anamnesis Bengkak dan kemerahan pada kulit yang nyeri disertaigejala sistemik seperti demam, menggigil, malaise dan

    disertai riwayat luka sebelumnya.

    5 Pemeriksaan Fisik Eritema batas tegas, edema,panas pada perabaan, kadang

    disertai dengan bula6 Kriteria Diagnosis Anamnesis, klinis, dan pemeriksaan penunjang.

    7 Diagnosis Banding Selulitis, Deep venous trombosis, limfedema.

    8 Pemeriksaan Penunjang DL, BS acak, BUN, SC, gram pada dasar luka, kultur dantes sensitivitas pada dasar luka atau kultur dan tes

    sensitivitas darah

    9 Konsultasi Mikrobiologi klinik, penyakit dalam, radiologi, BTKV

    10 Perawatan Rumah Sakit Rawat inap

    11 Terapi/tindakan ( ICD 9 – 

    CM)

    1.  IVFD NaCl 0,9% 20 tts permenit.

    2.  Amoksisilin + asam klavulanat 1g iv @ 8 jamdewasa

    Bayi 0-3 : 30mg/kgBB @12 jam; anak-anak 3bln-12tahun : 30mg/kgBB @ 8 jam apabila alergi terhadap

     penisilin, diganti dengan gentamisin inj 80mg iv@

    8jam/ eritromisin 500 mg po @ 6 jam/

    anak: 30-50 mg/kg/hari terbagi dalam setiap 6-12 jam

    tidak lebih dari 2g sehari. Klindamisin 300 mg po @ 6

     jam.bayi 1 bulan :8-20 mg/kg/hari Parasetamol 500

    mg @ 8 jam anak: 10 mg/ KgBB.3.

     

    Kompres povidon iodine 1% pada area edema

    4. 

     Natrium fusidat krim

  • 8/17/2019 PPK Gabungan Dermatologi RSPTN Final

    4/107

    2

    12 Tempat Pelayanan Ruang rawat inap

    13 Penyulit MRSA, Diabetes melitus, DVT, sepsis, gangguan ginjal.

    14 Informed Consent Bila perlu

    15 Tenaga Standar Dokter Spesialis, residen kulit dan kelamin, perawat

    16 Lama Perawatan 10 - 14 hari

    17 Masa Pemulihan 14 hari18 Hasil sembuh

    19 Patologi Tidak diperlukan

    20 Otopsi Tidak diperlukan

    21 Prognosis Dubius ad bonam

    22 Tindak Lanjut Kontrol poli klinik kulit dan kelamin

    23 Tingkat Eviden &

    Rekomendasi

    Ia dan rekomendasi A

    24 Indikator Medis 1.  Eritema dan edema hilang, demam turun, nyeri tidak

    ada. Imobilisasi dan elevasi tungkai selama perawatan

    di ruang perawatan

    2. 

    Mencegah terjadinya penularan ke bagian tubuh

    lainnya.

    25 Edukasi 1.  Imobilisasi dan elevasi tungkai selama perawatan di

    ruang perawatan

    2.  Mencegah terjadinya penularan ke bagian tubuh

    lainnya.

    26 Kepustakaan Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine 8t

     edition

    2012

    RUMAH SAKITUNIVERSITAS UDAYANA

    PANDUAN PRAKTEK KLINISSMF : Kulit dan Kelamin

    SELULITIS2016

    1 No.ICD 10 L03.902 Diagnosis Selulitis

    3 Pengertian Infeksi kulit yang umumnya disebabkan oleh

    Staphylococcus aureus dan Streptococcus B Haemolyticus 

     pada kulit yang ditandai dengan edema dan rasa nyeri.

    Infeksi ini terjadi pada lapisan dermis dan subkutaneus

    kulit.

    4 Anamnesis Bengkak dan kemerahan pada kulit yang disertai panas

     badan, menggigil dan malaise.

    5 Pemeriksaan Fisik Eritema berbatas tidak tegas, pitting edema. Limfadenopati

    regional (+)

  • 8/17/2019 PPK Gabungan Dermatologi RSPTN Final

    5/107

    3

    6 Kriteria Diagnosis Anamnesis, gambaran klinis, pemeriksaan fisik dan

     pemeriksaan penunjang

    7 Diagnosis Banding Erisipelas, Lupus eritematosus, dermatitis kontak, insect

     bite, deep venous thrombosis, limfedema, sarkoidosis,

    dermatoses neutofilik, sinus abses, infeksi mikobakterium

    atipikal, necrotizing fasciitis

    8 Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan gram , kultur, histopatologi, pemeriksaan

    darah lengkap dan radiologi (USG atau MRI)

    9 Konsultasi SMF Penyakit Dalam, Mikrobiologi Klinik, Bedah thoraks

    kardiovaskular

    10 Perawatan Rumah Sakit Rawat inap

    11 Terapi/tindakan ( ICD 9 – 

    CM)

    1. ..IVFD NaCl 0,9% 20 tts permenit.

    2. ..Amoksisilin + asam klavulanat 1g iv @ 8 jamdewasa

    Bayi 0-3 : 30mg/kgBB @12 jam; anak-anak 3bln-12tahun : 30mg/kgBB @ 8 jam apabila alergi terhadap

     penisilin, diganti dengan gentamisin inj 80mg iv@

    8jam/ eritromisin 500 mg po @ 6 jam/

    anak: 30-50 mg/kg/hari terbagi dalam setiap 6-12 jam

    tidak lebih dari 2g sehari. Klindamisin 300 mg po @ 6

     jam.bayi 1 bulan :8-20 mg/kg/hari Parasetamol 500mg @ 8 jam anak: 10 mg/ KgBB.

    3.  Kompres povidon iodine 1% pada area edema4.   Natrium fusidat krim

    12 Tempat Pelayanan Poliklinik, ruang rawat inap

    13 Penyulit MRSA, DM, DVT

    14 Informed Consent Bila perlu

    15 Tenaga Standar Dokter Spesialis, Dokter Umum/ Residen kulit, perawat

    yang terlatih

    16 Lama Perawatan 7 hari (bila tidak ada penyulit)

    17 Masa Pemulihan 7 hari

    18 Hasil Sembuh dengan sempurna

    19 Patologi Dikerjakan untuk konfirmasi diagnosis

    20 Otopsi Bila diperlukan

    21 Prognosis Dubius ad Bonam22 Tindak Lanjut Kontrol Poliklinik Kulit dan Kelamin

    23 Tingkat Eviden &

    Rekomendasi

    Ia & A

    24 Indikator Medis Edema hilang, lesi menjadi macula hiperpigmentasi

    25 Edukasi 1.  Elevasi tungkai selama perawatan di ruang perawatan

    2. 

    Jika terdapat luka, agar dirawat dengan baik sehingga

    tidak terjadi infeksi

    26 Kepustakaan Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine 8t  edition

    2012

  • 8/17/2019 PPK Gabungan Dermatologi RSPTN Final

    6/107

    4

    RUMAH SAKITUNIVERSITAS UDAYANA

    PANDUAN PRAKTEK KLINIS

    SMF : Kulit dan Kelamin

    IMPETIGO2016

    1 No.ICD 10 L01

    2 Diagnosis Impetigo

    3 Pengertian Impetigo adalah infeksi bakteri superfisial yang disebabkan

    oleh Staphylococcus atau Streptococcus  beta hemoliticus

    grup A. ditandai dengan adanya bula, erosi yang ditutupi

    oleh krusta kekuningan.

    4 Anamnesis Gelembung berair atau luka pada daerah wajah, sekitar

    hidung dan ketiak5 Pemeriksaan Fisik 1.

     

    Impetigo krustosa: erosi ditutupi krusta kekuningan

    seperti madu2.

     

    Impetigo bulosa: bula berdinding kendor (hipopion),

    dan erosi.

    6 Kriteria Diagnosis Pemeriksaan Fisik, gram, kultur dan tes sensitivitas pada

    lesi

    7 Diagnosis Banding Herpes simpleks, varisela, dermatitis kontak

    8 Pemeriksaan Penunjang 1.  Pengecatan gram

    2.  Kultur dan tes sensitivitas3.  DL

    9 Konsultasi Mikrobiologi, Pediatri (bila terjadi penyulit ), penyakit

    dalam

    10 Perawatan Rumah Sakit Tidak diperlukan kecuali dengan penyulit

    11 Terapi/tindakan ( ICD 9 – 

    CM)

    Salep topikal mengandung asam fusidat dan mupirosin,

    antibiotika sistemik jika lesi luas seperti amoksisilin,kloksasilin, eritromisin

    12 Tempat Pelayanan Poliklinik

    13 Penyulit 1.  Sepsis

    2. 

    Staphylococcal scalded skin sindrome

    3.  Glomerulonefritis akut

    14 Informed Consent Bila Perlu15 Tenaga Standar Dokter Spesialis, Residen kulit dan kelamin, perawat yang

    terlatih

    16 Lama Perawatan 1 Minggu

    17 Masa Pemulihan 5-7 hari

    18 Hasil Sembuh tanpa cacat

    19 Patologi -

    20 Otopsi Tidak diperlukan

    21 Prognosis Dubius ad bonam

    22 Tindak Lanjut Kontrol poli klinik kulit dan kelamin

    23 Tingkat Eviden &

    Rekomendasi

    Ia dan rekomendasi A

  • 8/17/2019 PPK Gabungan Dermatologi RSPTN Final

    7/107

    5

    24 Indikator Medis Bula hilang, erosi hilang, tidak ada lesi baru.

    25 Edukasi Menjaga kebersihan, cuci tangan setelah memegang lesi,

    dapat menular

    26 Kepustakaan Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine 8t  edition

    2012

    RUMAH SAKITUNIVERSITAS UDAYANA

    PANDUAN PRAKTEK KLINISSMF : Kulit dan Kelamin

    PRURIGO NODULARIS2016

    1 No.ICD 10 L28.1

    2 Diagnosis Prurigo Nodularis

    3 Pengertian Suatu kondisi kulit kronis yang ditandai oleh adanya rasagatal yang hebat, dengan manifestasi klinis berupa nodul

    hiperkeratotik dan eskoriasi

    4 Anamnesis Gatal yang hebat, riwayat garukan di daerah ekstremitas

    atas dan bawah.

    5 Pemeriksaan Fisik Nodul padat multipel, permukaan hiperkeratotik, simetris,

    ekskoriasi, ukuran bervariasi dari 0,5-3 cm,

    6 Kriteria Diagnosis Anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang

    (PA)

    7 Diagnosis Banding 1. 

     Perforating disease 

    2.  Liken planus hipertropik3.

     

    Pemfigoid nodularis

    4.  Actinic prurigo

    5.  Multiple keratoachantomas

    6.  Skabies nodular

    7.  Dermatitis herpetiformis

    8 Pemeriksaan Penunjang DL, BUN, SC, Biopsi Kulit untuk Histopatologi

    9 Konsultasi PA, penyakit dalam

    10 Perawatan Rumah Sakit Tidak diperlukan

    11 Terapi/tindakan ( ICD 9 – 

    CM)

    Desoksimetason 0,25% salep kulit, injeksi triamsinolon

    asetonid intralesi, CTM 4mg @ 8 jam atau loratadine 10

    mg @ 24 jam.12 Tempat Pelayanan Poliklinik Kulit dan Kelamin

    13 Penyulit Infeksi sekunder, imunokompromais (DM, gagal ginjal,HIV, gangguan fungsi hati)

    14 Informed Consent bila dilakukan tindakan

    15 Tenaga Standar Dokter Spesialis, Residen kulit dan kelamin

    16 Lama Perawatan 30 hari

    17 Masa Pemulihan 21 hari –  30 hari

    18 Hasil Post inflamasi hiperpigmentasi

    19 Patologi Terjadi parakeratosis, hipergranulosis, hyperplasia

    epidermis psoriasis form,penebalan kolagen papilan dermis

    dan dapat dijumpai hipertropi neural

  • 8/17/2019 PPK Gabungan Dermatologi RSPTN Final

    8/107

    6

    20 Otopsi Tidak diperlukan

    21 Prognosis Dubius

    22 Tindak Lanjut Kontrol poliklinik Kulit dan Kelamin

    23 Tingkat Eviden &

    Rekomendasi

    Ia dan A

    24 Indikator Medis Rasa gatal berkurang sampai hilang, nodul menipis atauhilang

    25 Edukasi Tidak menggaruk lesi, memakai pakaian tertutup untuk

    menghindari garukan

    26 Kepustakaan Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine 8t  edition

    2012

    RUMAH SAKIT

    UNIVERSITAS UDAYANA

    PANDUAN PRAKTEK KLINIS

    SMF : Kulit dan Kelamin

    VARISELA

    2016

    1 No.ICD 10 B01

    2 Diagnosis Varisela

    3 Pengertian Manifestasi kulit yang disebabkan oleh infeksi virus

    varisela zoster yang ditandai dengan adanya papul

    kemerahan, vesikel, pustul, krusta.

    4 Anamnesis Badan panas, sakit kepala, malaise, nafsu makan menurun,nyeri otot disusul oleh munculnya bintil-bintil berair

    terutama di daerah badan.5 Pemeriksaan Fisik Papul eritema, vesikulae, pustulae, erosi ditutupi krusta,

    disertai limfadenopati.

    6 Kriteria Diagnosis Anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang

    (Tzanck tes, gram)

    7 Diagnosis Banding 1. 

    Herpes zoster generalisata

    2.  Variola 

    8 Pemeriksaan Penunjang 1. 

    Tes Tzanck

    2.  Gram bila ada infeksi sekunder.

    9 Konsultasi Bila ada penyulit seperti pneumonia

    10 Perawatan Rumah Sakit 

    11 Terapi/tindakan ( ICD 9 – 

    CM)

    1.  VFD NaCl 0,9% 20 tts per menit

    2.  Asiklovir 800 mg @ 4 jam

    anak 80mg/kgBB/hari terbagi dalam 6 jam untuk 5 hari

    3. Valasiklovir 1gr @ 8 jam (dewasa); Anak 8-12  tahun

    20mg/kgBB @ 8 jam per hari selama 5 hari

    4. Parasetamol 500 mg @ 8 jam

    anak 10 mg/kgBB @8jam

    5. Topikal

      Bedak salisilat 1% (untuk lesi yang belum pecah)

      Antibiotik topikal natrium fusidat (untuk lesi yang

    sudah pecah)

  • 8/17/2019 PPK Gabungan Dermatologi RSPTN Final

    9/107

    7

    12 Tempat Pelayanan Ruang poliklinik Kulit dan Kelamin, ruang rawat inap

    13 Penyulit Gangguan keseimbangan cairan / elektrolit, Pneumoni,

    encephalitis.

    14 Informed Consent Bila Perlu

    15 Tenaga Standar Dokter Spesialis, Residen kulit dan kelamin, perawat yang

    terlatih16 Lama Perawatan 1 minggu

    17 Masa Pemulihan 10 hari- 14 hari

    18 Hasil Sembuh

    19 Patologi Tidak perlu

    20 Otopsi Tidak perlu

    21 Prognosis Dubius ad bonam

    22 Tindak Lanjut Kontrol Poli Kulit dan Kelamin

    23 Tingkat Eviden &

    Rekomendasi

    Ia dan A

    24 Indikator Medis Vesikel hilang, tidak ada lesi baru, krusta hilang dan terjadihiperpigmentasi untuk sementara, panas badan tidak ada.

    25 Edukasi Menghindarti penularan terhadap orang lain, Istirahat,makan minum bebas, boleh mandi.

    26 Kepustakaan Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine 8t  edition

    2012

    RUMAH SAKIT

    UNIVERSITAS UDAYANA

    PANDUAN PRAKTEK KLINIS

    SMF : Kulit dan KelaminHERPES ZOSTER

    2016

    1 No.ICD 10 B02

    2 Diagnosis Herpes Zoster

    3 Pengertian Penyakit yang menyerang kulit dan mukosa disebabkan

    oleh reaktivasi virus varisela-zoster.

    4 Anamnesis Didahului dengan gejala prodormal (demam, malaise),diikuti nyeri dermatom sebelum timbulnya lesi, disertai

    rasa panas dan terbakar, selanjutnya timbul vesikel.5 Pemeriksaan Fisik makula eritema dengan vesikel multipel bergerombol di

    atasnya. Kelompok lesi tersebut tersebar sesuai peta

    dermatom. Vesikel awalnya berisi cairan jernih, dalam

     beberapa hari akan menjadi purulent dan apabila pecahakan membentuk krusta. Diantara vesikel bergerombol

    terdapat kulit yang normal. Terdapat pembengkakankalenjar limfe regional

    6 Kriteria Diagnosis Anamnesis, Klinis, Pemeriksaan penunjang

    7 Diagnosis Banding Herpes Simpleks zosteriformis, dermatitis venenata, insect

    bite

  • 8/17/2019 PPK Gabungan Dermatologi RSPTN Final

    10/107

    8

    8 Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Sitologi (Tzanck Smear) : ditemukan sel datia

     berinti banyak

    9 Konsultasi Ophtalmologi, THT-KL, Neurologi, Anastesi dan

    Rehabilitasi Medis

    10 Perawatan Rumah Sakit Perawatan rawat inap untuk kasus herpes zoster optalmika

    dan sindrom Ramsay-Hunt11 Terapi/tindakan ( ICD 9 – 

    CM)

    1.  IVFD NaCl 0.9% 20 tts/menit

    2.  Sistemik:

    a.  Asiklovir 5x800 mg/ hari (7-10 hari) atau

    valasiklovir 1000 mg @ 8 jam (72 jam pertama

    setelah timbul ruam kulit). Anak 80mg/kgBB/hari

    terbagi @ 6 jam

     b.  Asam mefenamat 250  –   500 mg @ 8jam atau

     parasetamol 500 mg @ 4 jam. anak: 10 mg/kgBB

    @8jam

    1.  Pengobatan topikal:

    a. 

    Stadium vesikuler: bedak salisil 1 % dan

    mentol 0,5 % b.  Bila lesi basah diberikan kompres dengan

    larutan salin.c.

     

    Lesi erosi diberikan natrium fusidat krim @

    12 jam5.

     

     Neurotropik vitamin B1B6B12 (B1 1x100mg, B6

    1x100mg, B12 1x200mcg).

    6.  Metilprednisolon 16mg 2x sehari (pagi dan siang)

    diberikan untuk kasus herpes zoster ophtalmika,

    sindrom Ramsay-Hunt atau terdapat paresis nervusfasialis. Anak 0,5-1,7 mg/kg/hari IV/PO/IM terbagi

    @12jam

    7.  Amitriptilin 25mg @ 24 jam (malam hari)

    diberikan untuk kasus neuralgia paska herpetika .

    12 Tempat Pelayanan Poliklinik Kulit dan Kelamin

    13 Penyulit Keadaan imunodefisiensi, Sindrom Ramsay-Hunt, danneuralgia paska herpetika, paresis nervus fasialis

    14 Informed Consent Bila diperlukan

    15 Tenaga Standar Dokter spesialis, Residen kulit dan kelamin, perawat yang

    terlatih16 Lama Perawatan 7 - 10 hari

    17 Masa Pemulihan 1 – 2 minggu

    18 Hasil Sembuh, jaringan parut serta komplikasi neurologikal(neuralgia paska herpetika)

    19 Patologi -

    20 Otopsi -

    21 Prognosis Dubius ad bonam

    22 Tindak Lanjut Kontrol poliklinik Kulit dan Kelamin pada hari ke- 7

    23 Tingkat Eviden &

    Rekomendasi

    Tingkat eviden 1a dan rekomendasi grade A

  • 8/17/2019 PPK Gabungan Dermatologi RSPTN Final

    11/107

    9

    24 Indikator Medis Vesikel hilang, lesi baru tidak ada, krusta hilang, terjadi

    hiperpigmentasi untuk sementara

    25 Edukasi -  Menghindarkan penularan terhadap orang lain

    -  Minum yang banyak, diperbolehkan mandi

    -  Menjelaskan kemungkinan terjadinya neuralgia

     paska herpetika26 Kepustakaan 1.

     

    Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine Section

    31 Chapter 194 : Varicella and Herpes Zoster

    2. 

    Center for Disease Control and Prevention : Shingles

    (Herpes Zoster)

    RUMAH SAKIT

    UNIVERSITAS UDAYANA

    PANDUAN PRAKTEK KLINIS

    SMF : Kulit dan Kelamin

    FURUNKEL 

    2016

    1 No.ICD 10 L02.0-9

    2 Diagnosis Furunkel

    3 Pengertian Radang pada folikel rambut dan jaringan kulit sekitarnya.

    4 Anamnesis Benjolan pada kulit dengan kemerahan di kulit sekitarnya,

    disertai rasa nyeri.

    5 Pemeriksaan Fisik Pustul folikuler disertai dengan eritema di sekitarnya

    (nodul), pada puncaknya terdapat pungtat (core)

    6 Kriteria Diagnosis Anamnesis, pemeriksaan fisik, Pemeriksaan penunjang

    7 Diagnosis Banding Karbunkel, multipel abses8 Pemeriksaan Penunjang 1.  Pemeriksaan Gram dari pus

    2. 

    Pemeriksaan kultur dan sensitivitas dari dasar lesi

    3.  DL, BS acak

    9 Konsultasi Mikrobiologi Klinik (konsultasi hasil pemeriksaan

     penunjang)

    10 Perawatan Rumah Sakit Poliklinik Kulit dan Kelamin

    11 Terapi/tindakan ( ICD 9 – 

    CM)

    1. Pengobatan sistemik:

    a.  amoksisilin + asam klavulanat Dosis

    dewasa: 500 mg @ 8 jam , Dosis anak: 25

    mg/kgBB/hari terbagi dalam 3 dosis pemberian (@ 8jam selama 5-7 hari

     b.  Sefadroksil 2 x 500 mg p.o/hari selama 5  –  

    7 hari atau sesuai dengan tes sensitivitas.

    (Untuk pasien yang tidak membaik dengan

    antibiotika golongan penisilin)

    Eritromisin dosis dewasa: 500 mg @ 6 jam, anak: 20-50

    mg/kgBB/hari terbagi 4 dosis, selama 5-7 hari, atau

    Klindamisin 300 mg @ 8 jam selama 5  –   7 hari (untuk

    hipersensitif terhadap penisilin)2. Antipiretik/Analgetik : paracetamol 500 mg @ 8 jam

    3. Pengobatan topikal natrium fusidat krim @ 12 jam

  • 8/17/2019 PPK Gabungan Dermatologi RSPTN Final

    12/107

    10

    12 Tempat Pelayanan Poliklinik Kulit dan Kelamin

    13 Penyulit Limfadenitis supuratif, Bakteremia (sepsis), diabetes

    melitus

    14 Informed Consent Bila perlu

    15 Tenaga Standar Dokter spesialis, Residen kulit dan kelamin, perawat

    terlatih16 Lama Perawatan 5-7 hari

    17 Masa Pemulihan 5 –  7 hari

    18 Hasil Sembuh, hiperpigmentasi untuk sementara

    19 Patologi -

    20 Otopsi -

    21 Prognosis Dubius ad bonam

    22 Tindak Lanjut Kontrol poliklinik Kulit dan Kelamin pada hari -7 paska

     pemberian terapi antibiotika

    23 Tingkat Eviden &

    Rekomendasi

    Tingkat eviden 1a dan rekomendasi grade A

    24 Indikator Medis Klinis

    25 Edukasi Edukasi menghindarkan penularan terhadap orang lain,menjaga kebersihan lingkungan dan peroranga

    26 Kepustakaan Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine Section

    RUMAH SAKIT

    UNIVERSITAS UDAYANA

    PANDUAN PRAKTEK KLINIS

    SMF : Kulit dan KelaminTUBERKULOSIS KUTIS

    2016

    1 No.ICD 10 A18.4

    2 Diagnosis Tuberkulosis Kutis

    3 Pengertian Infeksi pada kulit yang disebabkan oleh  Mycobacterium

    tuberculosis atau strain sejenis lainnya, bersamaan dengan

    reaksi inflamasi dari penyakit tuberkulosis 

    4 Anamnesis Lesi kulit yang kronis, dapat berupa benjolan atau plakat,keringat malam hari, serta demam hilang timbul.

    5 Pemeriksaan Fisik Plak dengan permukaan verukosa, papul, nodul, ulkus yangtidak nyeri, terdapat warna keunguan di sekitarnya

    Terdapat 4 tipe :1.

     

    Inokulasi primer

    2.  Tuberkulosis kutis verukosa3.

     

    Lupus Vulgaris

    4.  Skrofuloderma 

    6 Kriteria Diagnosis Anamnesis, klinis, Pemeriksaan penunjang

    7 Diagnosis Banding Isifilis tersier, sporotrikosis, kromomikosis, blastomikosis,

    aktinomikosis, sarkoidosis, lupus eritematosus, liken

     planus, hidradenitis supurativa, infeksi M.scrofulaceum,

    kusta, leishmaniasis

  • 8/17/2019 PPK Gabungan Dermatologi RSPTN Final

    13/107

    11

    8 Pemeriksaan Penunjang 1. 

    Pemeriksaan pulasan Ziel-Nielsen: ditemukan bakteri

    tahan asam2.

     

    Histopatologi

    3.  Rontgen

    4.  Kultur bakteri: ditemukan M.tuberculosis 

    5. 

    PCR6.  DL dan LED

    9 Konsultasi Mikrobiologi Klinik + Biomolekuler, Paru, OBGYN(untuk pasien wanita), Radiologi, VCT (bila perlu)

    10 Perawatan Rumah Sakit Rawat jalan (poliklinis)

    11 Terapi/tindakan ( ICD 9 – 

    CM)

    Fase inisial

    INH, RIF, PZA, EMB 7 hari perminggu untuk 56 dosis (8

    minggu) atau 5 hari perminggu untuk 40 dosis (8 minggu)

    Fase lanjutan

    INH/RIF 7 Hari perminggu untuk 126 dosis (18 minggu)

    atau 5 hari perminggu untuk 90 dosis (18 minggu)

    Keterangan:

    Rifampisin 10-20 mg/kg/day IV/PO atau 10-20 mg/kg PO2x seminggu

    (DOT) tidak lebih dari 600 mg/hari,Isoniazid 5 mg/kg PO/IM per hari, tidak lebih dari 300mg

     per hari atau 15 mg/kg PO/IM tidak lebih dari 900 mg 1-3kali per minggu,

    Pyrazinamid 15-30 mg/kg PO per hari tidak lebih dari 2g

     per hari atau 50 mg/kg PO 2x seminggu tidak lebih dari 2g

     per dosis, dan

    Etambutol 15-25 mg/kg/hari PO tidak lebih dari 1g/hariatau 50mg/kg PO 2x/minggu tidak lebih dar9i 2,5g per

    dosis selama 2 bulan

    12 Tempat Pelayanan Poliklinik Kulit dan Kelamin dan Poliklinik Paru

    13 Penyulit Jaringan parut, Elephantiasis, penyebaran ke organ dalam.

    14 Informed Consent Bila ada tindakan

    15 Tenaga Standar Dokter spesialis dan Residen kulit dan kelamin, Dokter

    spesialis dan residen penyakit dalam (divisi pulmonologi)

    16 Lama Perawatan 8 minggu fase inisial dilanjutkan 18 minggu fase lanjutan

    17 Masa Pemulihan 4-6 bulan

    18 Hasil Sembuh dengan jaringan parut

    19 Patologi Pola reaksi granuloma : Histiosit epiteloid dengan selLangerhans raksasa disertai nekrosis kaseosa yang

    disekelilingi oleh imfosit dan monosit. Tuberkulid

    granuloma (+)

    20 Otopsi -

    21 Prognosis Dubius

    22 Tindak Lanjut Kontrol poliklinik Kulit dan Kelamin dan poliklinikPenyakit Dalam divisi pulmonologi

    23 Tingkat Eviden &Rekomendasi

    1a dan A

    24 Indikator Medis Klinis dan pemeriksaan penunjang (LED menjadi normal)

  • 8/17/2019 PPK Gabungan Dermatologi RSPTN Final

    14/107

    12

    25 Edukasi Menjelaskan cara pemberian obat (efek samping, lama

     pengobatan)Menemukan sumber penularan didalam keluarga

    Rutin konsumsi obat sesuai dengan jadwal yang sudah

    diberikan oleh Pengawas Minum Obat (PMO).

    26 Kepustakaan Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, LeffellDJ, Wolff K, In : Fitzpatrick’s Dermatology In General

    Medicine. Eighth ed. New York : MacGraw-Hill, 2012

    RUMAH SAKIT

    UNIVERSITAS UDAYANA

    PANDUAN PRAKTEK KLINIS

    SMF : Kulit dan Kelamin

    ULKUS KRURIS2016

    1 No.ICD 10 L-97

    2 Diagnosis Ulkus Kruris

    3 Pengertian Hilangnya epidermis hingga sebagian atau seluruh dermis

    di regio kruris.

    4 Anamnesis Luka pada kaki yang terasa nyeri dapat berbau dengan

    riwayat trauma, riwayat infeksi sebelumnya, melakukan

    aktivitas lebih banyak berdiri, berat badan yang berlebih .

    5 Pemeriksaan Fisik Ulkus tropikum: bentuk ulkus lonjong atau bulat, ditutupi

     jaringan nekrotik, sekret serosanguinolen, tepi meninggi,

    dinding landai, kulit di sekitarnya eritema, nyeri

    Ulkus varikosum: Berlokasi di maleolus medialis, dangkal,tepi rata, jaringan granulasi ditutupi eksudat sedang hingga

     berat , kulit sekitarnya hiperpigmentasi, menebal disertai

    dilatasi vena, pulsasi A. Dorsalis pedis normal.

    Ulkus arteriosum: Berlokasi di maleolus lateralis dan

    daerah tibialis, ulkus berbentuk plong ( punched out ), tepiireguler, dasar jaringan nekrotik dengan eksudat minimal,

    tepi meninggi, kulit disekitarnya kering, dingin, pucat saatkaki dielevasi. pulsasi A. Dorsalis pedis lemah. Nyeri

    hilang timbul yang memburuk saat malam hari atau saatistirahat.

    Ulkus neurotrofik: Berlokasi di bagian plantar kaki pasien

    dengan diabetes, kelainan neurologis, atau kusta. Bentuk

    ulkus bulat dan dalam (mencapai tulang, membentuk

    sinus), ditutupi jaringan nekrotik, kulit di sekelilingnya

    hiperkeratotik dan kering.

    6 Kriteria Diagnosis Mikrobiologi Klinik , Penyakit Dalam, BTKV

    7 Diagnosis Banding 1. 

    Ulkus tropikum

    2.  Ulkus varikosum

    3.  Ulkus arteriosum4.

     

    Ulkus neurotrofik

    5. 

    Pioderma gangrenosum tipe ulseratif  

  • 8/17/2019 PPK Gabungan Dermatologi RSPTN Final

    15/107

    13

    8 Pemeriksaan Penunjang DL, BS acak, Gram, Kultur, tes ABI, histo PA

    9 Konsultasi •  Mikrobiologi Klinik , Penyakit Dalam, BTKV

    10 Perawatan Rumah Sakit •  Rawat inap

    11 Terapi/tindakan ( ICD 9 – 

    CM)Ulkus tropikum:

    •   Nutrisi adekuat

    • 

    Kompres dengan povidon iodine 1%•  Amoxicilline + asam clavulanat 1gr @ 8 jam

    selama 7-10 hari

    •  Antibiotik sesuai hasil kultur

    •  Debridement

    Ulkus varikosum:•  Mekanik: Elevasi tungkai, stoking kompresi, perban

    kompresi

    •  Obat-obatan: aspirin 300 – 325 mg/hari,

     pentoxifyline 400mg PO @8jam, mupirosin krim,

    topikal steroid (dermatitis stasis)

    Amoxicilline+asam clavulanat 625mg @ 8 jam (bila ada

    infeksi sekunder)

    •  Perawatan luka:

    •  dressing kering dan dressing basah

    (Kompres dengan cairan NaCl 0.9%) yang

    tidak lengket pada luka

    •  dressing oklusif hidrokoloid atau jel

    •  Unna boot ( bebat dengan pasta zinc)

    •  Bedah (skleroterapi, stripping vena savena)

    Ulkus arteriosum:• 

    Revaskularisasi bedah•  Obat antiplatelet

    •  Kompres dengan cairan Nacl 0,9%

    •  Amoxicilline + asam clavulanat 625mg @ 8 jam

    •  Asam mefenamat 500mg @ 8 jam

    •  Debridemen oleh BTKV

    Ulkus neurotrofik:

    •  Kurangi beban tekanan, kelembaban berlebih, dan

    gesekan.

    •   Nutrisi adekuat

    •  Kompres dengan cairan NaCl 0.9%

     

    Amoxicilline + asam clavulanat 625mg @ 8 jam ( bila ada infeksi sekunder).

    •  Mencari dan mengobati penyakit yang mendasari.

     Nekrotomi

    12 Tempat Pelayanan Poliklinik Kulit dan Kelamin

    13 Penyulit Diabetes mellitus, Hipertensi, Morbus Hansen, Varises,insufisiensi arteri

    14 Informed Consent Diperlukan

    15 Tenaga Standar Dokter spesialis, Residen kulit dan kelamin, perawat

    terlatih

    16 Lama Perawatan 10-14 hari

    17 Masa Pemulihan 6-12 minggu

  • 8/17/2019 PPK Gabungan Dermatologi RSPTN Final

    16/107

    14

    18 Hasil Ulkus menutup

    19 Patologi Hilangnya sebagian atau seluruh jaringan epidermis dan

    dermis yang disertai dengan kondisi dasar (kelainan

    vascular, infeksi maupun keganasan).

    20 Otopsi Tidak diperlukan

    21 Prognosis Dubius22 Tindak Lanjut Kontrol poliklinik Kulit dan Kelamin

    23 Tingkat Eviden &

    Rekomendasi

    1a dan A

    24 Indikator Medis Klinis dan laboratorium

    25 Edukasi Menjelaskan dan menjalankan pengobatan penyakit yang

    mendasari, Menjaga higiene (boleh mandi), tidak berdiri

    terlalu lama, menghindari penularan, menghindari paparan

    suhu ekstrim, menghindari trauma, menggunakan alas kaki.

    26 Kepustakaan   Fitzpatrick’s Dermatology In General Medicine.

    Eighth ed. New York : MacGraw-Hill, 2012  Agale SV. Chronic leg ulcers: epidemiology,

    aetiopathogenesis, and management. Ulcers,vol.

    2013, Article ID 413604, 9 pages, 2013.

    Doi:10.1155/2013/413604

      Puri V, Venkateshwaran N, Khare N. Trophic

    ulcers-Practical management guidelines. Indian J

    Plast Surg. 2012 May-Aug; 45(2): 340-351

  • 8/17/2019 PPK Gabungan Dermatologi RSPTN Final

    17/107

    15

    RUMAH SAKITUNIVERSITAS

    UDAYANA

    PANDUAN PRAKTEK KLINIS

    SMF : Kulit dan Kelamin

    STAPHYLOCOCCAL SCALDED SKIN SYNDROME (SSSS)2016

     No. ICD 10 L00

    Diagnosis Staphylococcal Scalded Skin Syndrome (SSSS)

    Pengertian Kelainan kulit berupa pengelupasan kulit yang superfisial dan luas,disebabkan oleh eksotoksin Staphylococcus aureus

    Anamnesis   Diawali dengan demam, lemas, batuk, pilek, sakit mata, atau

    kemerahan di sekitar mulut dan pusar.

     

    Muncul kemerahan pada kulit wajah, leher, ketiak, lipat pahayang kemudian menyebar ke seluruh tubuh dalam 24 jam. Muncul

    gelembung yang mudah pecah dalam 1-2 hari, terjadi pengelupasan kulit seperti lembaran.

    Pemeriksaan Fisik Makula eritema batas tidak tegas, bula superfisial yang mudah pecah,

    deskuamasi superfisial yang luas dengan skuama berbentuk lembaran.

    Tanda Nikolsky positif.

    Kriteria Diagnosis Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang

    Diagnosis Banding 1.  Toxic Epidermal Necrosis (TEN)

    2. 

    Impetigo bulosa

    Pemeriksaan Penunjang   DL, elektrolit

      Gram, kultur dan uji sensitivitas dari swab tenggorokan, umbilikusdan nares

    Konsultasi Bagian Anak, THT

    Perawatan Rumah Sakit Rawat inap

    Terapi / tindakan

    (ICD 9-CM)

    Sistemik :

      Amoksisilin + asam klavulanat 25 mg/kgBB dalam 3 dosis terbagi

    @ 8 jam selama 5-7 hari / sesuai dengan hasil kultur dan ujisensitivitas.

      Sefaleksin 500 mg @ 8 jam (dosis dewasa), sefaleksin 100-250 mg@ 8 jam selama 5-7 hari

      Azitromisin 500 mg @ 24 jam selama 3 hari, dosis anak 10mg/kgBB @ 24 jam selama 3 hari (bila terjadi hipersensitivitas

    dengan amoksisilin).

      Parasetamol 10-15 mg/kgBB/hari (bila demam)

    Topikal :

      emolien (pada lesi deskuamasi)

  • 8/17/2019 PPK Gabungan Dermatologi RSPTN Final

    18/107

    16

    Tempat Pelayanan Ruang rawat inap

    Penyulit Sepsis, pneumonia, infeksi MRSA

    Informed Consent Perlu

    Tenaga Standar Dokter Spesialis Kulit, Residen kulit, perawatLama Perawatan 1-2 minggu

    Masa Pemulihan 1 minggu

    Hasil Dengan penanganan yang tepat, kulit dapat sembuh sempurna tanpa

     bekas

    Patologi Dikerjakan untuk mengetahui penyebabnya

    Otopsi Bila diperlukan

    Prognosis Dubius ad bonam

    Tindak Lanjut Kontrol Poliklinik Kulit dan Kelamin

    Tingkat Evidens &Rekomendasi

    Ia & A

    Indikator Medis Demam turun, deskuamasi hilang

    Edukasi Pasien dimandikan atau perawatan kulit, penyakitnya disebabkan oleh

    infeksi bakteri dan dapat ditularkan ke orang lain, dapat menimbulkansuatu komplikasi yang serius

    Kepustakaan 1. 

    Paller, A.S., Mancini, A.J. Bacterial, Mycobacterial, and Protozoa

    Infection of the Skin In: Hurwitz Clinical Pediatric Dermatology.

    4th ed. Endinburg: ElsevierSaunders; 2011.p. 330-35.

    2.  Travers, J.B, Mousdicas, N. Gram-Positive Infection AssociatedWith Toxin Production. In : In: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest

    BA, PallerAS, Leffell DJ, Wolff K, editors. Fitzpatrick’sDermatology in General Medicine. 8th  Ed. New York: McGraw

    Hill Companies; 2012.p.1710-19. 

    RUMAH SAKIT

    UNIVERSITAS

    UDAYANA

    PANDUAN PRAKTEK KLINIS

    SMF : Kulit dan Kelamin

    EPIDERMOLISIS BULOSA2016

    1 No.ICD 10 Q81

    2 Diagnosis Epidermolisis bulosa

  • 8/17/2019 PPK Gabungan Dermatologi RSPTN Final

    19/107

    17

    3 Pengertian Kelainan kulit yang ditandai dengan adanya bula akibat trauma

    mekanik yang ringan. Diturunkan secara autosomal dominan atau

    resesif.

    4 Anamnesis Muncul gelembung berair yang terasa nyeri terutama pada tempat-

    tempat yang mudah terkena trauma. Onset seringnya setelah lahir, bayi dan dapat setelah dewasa.

    5 Pemeriksaan Fisik Terdapat 3 tipe:

    1.  Epidermolisis Bulosa Simplek

    Ditandai dengan vesikel atau bula pada daerah yang seringterkena trauma. Pada penyembuhan tidak menimbulkan

     jaringan parut.

    2.  Epidermolisis Jungsional

     Herlitz JEB: Adanya vesikel dan bula generalisata hingga

    melibatkan kuku, pitting  pada enamel gigi, erosi mukosa

    orofaring, failure to thrive, retardasi mental. Non-Herlitz JEB: gejala klinis lebih ringan dari Herlitz JEB.

    3.  Epidermolisis Bulosa DistrofikDitandai dengan vesikel dan bula dari saat lahir atau pada masaanak-anak, tanpa didahului trauma, bulanya lebih ekstensif dan

    timbul tanda-tanda distrofik. Pada penyembuhan meninggalkan

    sikatriks pada kulit maupun mukosa yang atrofi dan hipertrofi.

    6 Kriteria Diagnosis Anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang

    7 Diagnosis Banding Bula traumatikum, chronic bullous dermatosis of childhood ,sistemik lupus eritematosus bulosa, pemfigoid sikatrisial.

    8 Pemeriksaan

    Penunjang  DL, albumin,

      Gram, kultur dan tes sensitivitas dari lesi kulit

      Tzank tes

      Pemeriksaan histopatologi

    9 Konsultasi Gizi Klinik, rehabilitasi medis, Mata, THT-KL, Psikiatri,Mikrobiologi, Patologi Anatomi.

    10 Perawatan Rumah

    Sakit

    rawat inap

  • 8/17/2019 PPK Gabungan Dermatologi RSPTN Final

    20/107

    18

    11 Terapi/ tindakan Sistemik :

      Amoksisilin + asam klavulanat 25mg/kgBB dalam 3 dosis

    terbagi @ 8 jam selama 5-7 hari (Bila ada infeksi)

      Eritromisin 30-50 mg/kgBB/hari selama 5 hari atau sesuaidengan tes sensitivitas (bila terjadi reaksi hipersensitivitas

    terhadap amoksisilin)

      Kortikosteroid (Prednison, Metil Prednisolon) 1-2mg/kgBB/hari sampai ada perbaikan (untuk kasus berat

    seperti EB Jungsional Resesif, EB Distrofik Resesif)

    Topikal:

      Kompres Nacl 0,9 % untuk lesi basah.

      Hidrokortison 1% dan kloramfenikol 2% untuk lesi kering

      Emolien

    12. Tempat pelayanan Rawat inap, burn unit, NICU/ PICU

    13. Penyulit Infeksi sekunder, sepsis, deformitas tungkai dan periorifisiumrekuren, karsinoma sel skuamosa dan metastasenya, striktur

    esofagus, lesi pada mata (inflamasi, ulkus kornea, kerusakan

    duktus lakrimalis), penyempitan jalan nafas dan aspirasi paru,

    gangguan nutrisi dan anemia

    14. Informed Consent Perlu

    15. Tenaga standar Dokter spesialis kulit dan kelamin, residen kulit, perawat

    16. Lama perawatan 2-3 minggu

    17. Masa pemulihan 3 minggu

    18. Hasil Tidak ada bula baru, sikatriks, kelainan pigmentasi sementara,

    kelainan pada kuku

    19. Patologi Perlu

    20. Otopsi Tidak perlu

    21. Prognosis Dubius ad bonam (EB Simpleks), dubius ad malam (EB Junctional

    resesif dan EB distrofik)

    22. Tindak Lanjut Kontrol poliklinik Kulit dan Kelamin

    23. Tingkat Evidens &

    Rekomendasi

    1a dan A

    24. Indikator Medis Perbaikan klinis

    25. Edukasi   Penyakit ini dapat kambuh, perlu pencegahan terhadap

    trauma,

      Kemungkinan terjadinya jaringan parut

      Makanan cair atau lembut, hindari makanan panas atau

    dingin dan hindari penggunaan bottle feeding. 

     

    Penyakit ini dapat diwariskan (diturunkan secara genetik)

  • 8/17/2019 PPK Gabungan Dermatologi RSPTN Final

    21/107

    19

    26 Kepustakaan Marinkovich MP. Inherited Epidermolysis Bullosa. In: Goldsmith

    LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K.

    Fitzpatrick dermatology in general medicine. 8th ed. New York:

    McGraw-Hill, 2012. p. 649-65

  • 8/17/2019 PPK Gabungan Dermatologi RSPTN Final

    22/107

    20

    RUMAH SAKITUNIVERSITAS UDAYANA

    PANDUAN PRAKTEK KLINIS

    SMF : Kulit dan Kelamin

    TINEA KAPITIS2016

    1.   No. ICD 10 B350

    2.  Pengertian Infeksi jamur dermatofita pada kulit kepala dan rambut, terutama

    disebabkan spesies Trichophyton dan Microsporum. 

    Klasifikasi tinea kapitis:

    a. Tipe noninflamasi (tipe gray patch/bentuk seboroik) disebabkan

    oleh Microsporum audouinii / Microsporum ferrugineum. 

     b. Tipe black dot disebabkan oleh Trichophyton tonsuran,

    Trichophyton violaceum.c. Tipe inflamasi disebabkan oleh  Microsporum canis, M.

     gypseum, M. verrucosum 

    d. Tipe favus: disebabkan oleh Trichophyton schoenleinii. 

    3.  Anamnesis Adanya bercak kemerahan disertai sisik, botak setempat, bintik-

     bintik hitam atau bintil bernanah pada kulit kepala, kadang

    disertai rasa gatal.

    4. 

    Pemeriksaan Fisik 1.  Tipe noninflamasi (tipe gray patch/ bentuk seboroik): ditandai

    makula atau plak eritema, berbatas tegas, ditutupi skuama,

    rambut suram dan mudah patah, dapat disertai alopesia

    setempat tanpa skar  , dan gatal. 

    2.  Tipe black dot : ditandai bintik-bintik hitam sisa dari rambutyang patah tepat pada muara folikel rambut, rambut normal

    masih terdapat dalam plak diantara rambut yang rusak.Kadang disertai pustul folikuler.

    3.  Tipe inflamasi: ditandai pustul folikuler, furunkulosis ataukerion, sering disertai  scarring alopecia, gatal dan nyeri.

    Kadang disertai limfadenopati cervikal posterior.

    4.  Tipe favus: ditandai krusta kuning kecoklatan skutula yang

     berbau musky odor , dapat terjadi skar, atropi dan alopesia

     permanen.5.  Kriteria Diagnosis Berdasarkan klinis dan pemeriksaan penunjang (lampu wood,

    KOH 10-30% dan baku emas diagnostik pemeriksaan kultur

     jamur).

    6.  Diagnosis Banding Dermatitis seboroik, psoriasis, alopesia areata, trikotilomania,

    folikulitis, impetigo, lupus eritematosus, dan penyebab alopesia

    lainnya.

    7. 

    Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan lampu wood, KOH 10-30%, kultur jamur, test fungsi

    liver.

  • 8/17/2019 PPK Gabungan Dermatologi RSPTN Final

    23/107

    21

    8.  Konsultasi -

    9. 

    Perawatan Rumah Sakit -

    10.  Terapi / tindakan(ICD 9-CM)

    Antifungi Sistemik

    1.  Griseofulvin, dosis :

    2.  Ultramicrosize: 300-375 mg/hari (selama 4-8 minggu) atauuntuk usia > 2 th : 5-10 mg/kgBB/hr (selama 6-12 minggu)

    3.   Microsize: 500 mg/hari (4-8 mgg) atau untuk usia > 2 tahun15-20 mg/kgBB /hari (selama 6-12 minggu)

    4.  Ketokonazol 3,3-6,6 mg/kg BB (selama 3-6 minggu)Tipe inflamasi ditambahkan

    -  Metilprednisolon setara prednison 0,5-1 mg/kgBB (selama2-4 minggu)

    -  Amoksisilin - asam klavulanat 3x500 mg/hari, dosis anak

    25mg/kgBB/hr. (empiris RS/ fornas tdk ditanggung)

    - Eritromisin 4x500 mg/, anak-anak 30-50 mg/kgBB/hari, 3-4x/hari (sesuai KDSI dan fornas)

    11. 

    Tempat Pelayanan Poliklinik Kulit dan Kelamin

    12. 

    Penyulit •  Infeksi bakteri sekunder, reaksi Id terhadap jamur, tipe

    inflamasi berat (kerion dan favus) dapat menyebabkan

     sequalae berupa scarring dan alopesia yang permanen.

    •  Gangguan fungsi hati

    13. 

    Informed Consent Bila perlu

    14. 

    Tenaga Standar Dokter Spesialis, Residen Kulit dan Kelamin, Dokter Umum

    15.  Lama Perawatan 4-12 minggu

    16.  Masa Pemulihan 4-12 minggu

    17.  Hasil Sembuh sempurna pada tipe non inflmasi atau dapatmeninggalkan sequalae berupa  scarring alopecia  pada tipe

    inflamasi yang berat

    18.  Prognosis Dubius ad bonam

    19.  Tindak Lanjut Kontrol Poliklinik Kulit dan Kelamin setiap 2 minggu

    20. 

    Tingkat Evidens &

    Rekomendasi

    Ia&rekomendasi A

    21.  Indikator Medis Klinis : lesi membaik, rambut tumbuh kembali

    Pemeriksaan penunjang :

    -KOH 10-20% : tidak ditemukan elemen jamur

    -Wood lamp : tidak didapatkan fluorosence 

    22.  Edukasi Sumber penularan: pisau cukur, sisir rambut, handuk, topi, helm

    dan binatang peliharaan.

  • 8/17/2019 PPK Gabungan Dermatologi RSPTN Final

    24/107

    22

    23.  Kepustakaan Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine 8t ed

    Hurwit’s Clinical Pediatric Dermatology edisi ke-4,

    RUMAH SAKIT

    UNIVERSITAS UDAYANA

    PANDUAN PRAKTEK KLINIS

    SMF : Kulit dan Kelamin

    TINEA KRURIS

    2016

    1. 

     No. ICD 10 B350

    2. 

    Pengertian Tinea kruris adalah dermatofitosis pada lipatan paha, genitalia, area

     pubis, kulit pada perineal dan perianal.

    3.  Anamnesis Keluhan bercak kemerahan, semakin melebar disertai gatal teritama

     bila berkeringat, pada lipatan paha genitalia, area pubis, kulit pada

     perineal dan perianal.

    4.  Pemeriksaan Fisik Makula eritema, berbatas tegas, dengan tepi meninggi, berbentuk

    anular, ditutupi skuama putih, unilateral atau bilateral.

    5.  Kriteria Diagnosis Berdasarkan klinis dan pemeriksaan penunjang (lampu wood, KOH,

    dan baku emas diagnostik pemeriksaan kultur jamur)

    6. 

    Diagnosis Banding 1. 

    Kandidiasis intertriginosa2.  Eritrasma

    3.  Dermatitis kontak alergi / dermatitis kontak iritan

    4.  Dermatitis seboroik

    7.  Pemeriksaan Penunjang Lampu wood, KOH 10-20% didapatkan hifa panjang-panjang dan

    miselium, Kultur jamur

    8.  Konsultasi -

    9.  Perawatan Rumah Sakit -

    10. 

    Terapi / tindakan(ICD 9-CM)

    Topikal1.Ketokonazol 2% krim, 2 x/hr

    2.Mikonazol 2% krim, 2x/hr

    Sistemik: (diberikan bila lesi luas dan berat atau bila pemberian obat

    topikal dianggap gagal)

    1.

    .

    Griseofulvin 1x500 mg/hari atau 10mg/kgBB/hari selama 2-6

    minggu

    Jika hipersensitivitas atau kontraindikasi terhadap griseofulvin :

    2. Ketokonazol 1x200 mg/hari selama 2 minggu

    11. 

    Tempat Pelayanan Poliklinik Kulit dan Kelamin

  • 8/17/2019 PPK Gabungan Dermatologi RSPTN Final

    25/107

    23

    12.  Penyulit Gangguan fungsi liver, foto sensitivitas, gangguan pencernaan

    13. 

    Informed Consent -

    14.  Tenaga Standar Dokter spesialis kulit dan kelamin, residen kulit dan kelamin, dokterumum.

    15.  Lama Perawatan 4 minggu

    16. 

    Masa Pemulihan -

    17. 

    Hasil Sembuh sempurna

    18.  Prognosis Prognosis baik

    19.  Tindak Lanjut Kontrol poliklinik kulit dan kelamin setiap 2 minggu

    20.  Tingkat Evidens &Rekomendasi

    Ia& A

    21.  Indikator Medis Klinis : lesi membaikPemeriksaan penunjang :

    -KOH 10-20% : tidak ditemukan elemen jamur-Wood lamp : tidak didapatkan fluorosence 

    22. 

    Edukasi Sumber penularan: binatang, tanah, kontak dengan orang lain yang

    terinfeksi, pakaian, handuk.

    23.  Kepustakaan Fitzpatrick’s dermatology in General Medicine ed 8t  

    RUMAH SAKIT

    UNIVERSITAS UDAYANA

    PANDUAN PRAKTEK KLINIS

    SMF : Kulit dan Kelamin

    KANDIDIASIS INTERTRIGINOSA2016

    1. 

     No. ICD 10 B.37.2

    2. 

    Diagnosis Kandidiasis Intertriginosa

    3.  Pengertian Kandidiasis adalah infeksi jamur dengan predileksi lipatan kulitterutama aksila, gluteal, genitokrural, interdigiti, retroaurikuler,

     perianal, yang sebagian besar disebabkan oleh spesies Candidaterutama Candida albican, C. glabrata, C. tropicalis, C. krusei, C.

    dubliniensis, C. parapsilosis. 

    4.  Anamnesis Bercak merah pada lipatan kulit dan meluas, disertai bintik-bintik

    merah kecil disekitarnya, dengan keluhan sangat gatal dan rasa panas seperti trbakar.

  • 8/17/2019 PPK Gabungan Dermatologi RSPTN Final

    26/107

    24

    5.  Pemeriksaan Fisik Bercak eritema, berbatas tegas, maserasi disertai dengan lesi satelit

    vesikopustul.

    6.  Kriteria Diagnosis Berdasarkan klinis dan pemeriksaan penunjang (KOH 10-20%, dan

     baku emas diagnostik pemeriksaan kultur jamur)

    7. 

    Diagnosis Banding 1.  Dermatitis kontakiritan

    2.  Dermatofitosis (tinea korporis et kruris)

    3.  Eritrasma

    4.  Dermatitis seboroik

    8.  Pemeriksaan Penunjang 1.  KOH 10-20%, pseudohifa dan blastospora

    2.  Kultur jamur

    9.  Konsultasi - Penyakit Dalam (apabila ada penyulit seperti diabetes mellitus)

    - VCT (apabila dicurigai adanya imunodefisiensi atau infeksi HIV)

    10. 

    Perawatan Rumah Sakit -

    11.  Terapi / tindakan

    (ICD 9-CM)1.  Topikal:

    a.  Bedak nistatin atau mikonazole akan mengeringkan kulit

    yang lembab

     b.  Klotrimazol cream 1%,2x/hr,selama 2 minggu

    a.  Krim ketokonazol 2 %, 2x/hr, selama 2 minggu

     b.  Krim mikonazol 2 %, 2x/hr, selama 2 minggu

    2.  Sistemik: (untuk lesi yang luas)

    a.  Flukonazol 150 mg/minggu selama 2 minggu

     b.  Itrakonazol 100-200 mg/hari, selama 2 minggu

    c. 

    Ketokonazol 1x200 mg/hari, selama 2 minggu

    12.  Tempat Pelayanan Poliklinik kulit dan kelamin

    13. 

    Penyulit DM, HIV-AIDS, karsinoma dan penyakit imunokompromais

    lainnya. Pasien yang mendapat pengobatan antibiotik dan

    kortikosteroid lama.

    14.  Informed Consent -

    15.  Tenaga Standar Dokter spesialis Kulit dan Kelamin, residen kulit dan kelamin,dokter umum

    16. 

    Lama Perawatan 2 minggu

    17.  Masa Pemulihan -

    18.  Hasil Sembuh sempurna

    19.  Prognosis Baik

    20.  Tindak Lanjut Kontrol poliklinik kulit dan kelamin setiap 2 minggu

    21.  Tingkat Evidens &

    Rekomendasi

    Ia& A

  • 8/17/2019 PPK Gabungan Dermatologi RSPTN Final

    27/107

    25

    22.  Indikator Medis Klinis : lesi membaik

    Pemeriksaan penunjang :

    -KOH 10-20% : tidak ditemukan pesudohifa dan blastospora

    23. 

    Edukasi Menjaga lesi tetap kering, tidak menggunakan pakaian ketat,

    menggunakan pakaian menyerap keringat, menurunkan berat badan pada penderita obesitas.

    24.  Kepustakaan Fitzpatrick’s dermatology in General Medicine ed 8t

     

    RUMAH SAKITUNIVERSITAS UDAYANA

    PANDUAN PRAKTEK KLINIS

    SMF : Kulit dan Kelamin

    PITIRIASIS VERSIKOLOR  2016

    1.   No. ICD 10 B 36.0

    2. 

    Pengertian Pitiriasis versikolor adalah penyakit jamur susperfisial ringan akibat

    infeksi kulit kronis oleh jamur lipofilik genus  Malassezia terutama

     M. furfur. 

    Pitiriasis folikulitis adalah infeksi kronis pada folikel rambut

    disertai gatal akibat infeksi oleh Malassezia terutama M. furfur. 

    3.  Anamnesis Pitiriasis versikolor: bercak putih, keabuan dan kecoklatan pada

    kulit dengan sisik tipis kadang terasa gatal saat berkeringat.

    Pitiriasis folikulitis: bintik merah atau bernanah disertai gatal

    terutama pada badan bagian atas, leher, lengan atas.

    4.  Pemeriksaan Fisik Pitiriasis versikolor: makula berbentuk bulat atau oval, dengan

    warna bervariasi (putih, coklat kemerahan, kecoklatan yang

    ditutupi dengan skuama halus).

    Pitiriasis folikulitis: papul-papulopustul folikuler monomorfik

    disertai eritema perifolikuler pada badan bagian atas, leher, lengan

    atas.

    5.  Kriteria Diagnosis Gejala klinis dan pemeriksaan penunjang lampu wood dan KOH 10-

    20%.

  • 8/17/2019 PPK Gabungan Dermatologi RSPTN Final

    28/107

    26

    6.  Diagnosis Banding Pitiriasis folikulitis:

    1.  Pitiriasis alba

    2.  Pitiriasis rosea

    3.  Dermatitis seboroik

    4.  Morbus Hansen tipe BT

    Pitiriasis folikulitis:1.  Acne vulgaris

    2.  Folikulitis bakteri

    3.  Folikulitis kandida

    4.  Folikulitis steroid

    7.  Pemeriksaan Penunjang 1.  Lampu wood (365 nm) memberikan flurosensi kuning-oranye

    2.  KOH 10-30%, spora bergerombol dan hifa pendek-pendek

    (“ spaghetti dan meatball ”) 

    8.  Konsultasi -

    9.  Perawatan Rumah Sakit -

    10.  Terapi / tindakan

    (ICD 9-CM)

    Pitiriasis versikolor:

    1.Topikal:

    a.  Ketokonazol 2% shampoo, diaplikasikan selama 5 menit

    kemudian dibilas, diulang setiap 3 hari.

     b.  Selenium sulfida 2,5% shampoo, diaplikasikan selama 7-10

    menit kemudian dibilas, 3-4 kali perminggu.

    c.  Terbinafin 1% diaplikasikan dua kali sehari, selama 7 hari

    2.Sistemik: (bila lesi luas dan tidak sembuh dengan terapi topikal)

    a. 

    Ketokonazol 1x200 mg/hari (selama 1 minggu,) atau 400 mgdosis tunggal

     b.  Fluconazol 400 mg dosis tunggal

    c.  Itrakonazol 200 mg-400 mg perhari selama 3 sampai 7 hari.

    Pitiriasis Folikulitis

    1.Topikal:

    a.  Ketokonazol 2% shampoo, diaplikasikan selama 5 menit

    kemudian dibilas, diulang setiap 3 hari.

     b.  Selenium sulfida 2,5% shampoo, diaplikasikan selama 7-10

    menit kemudian dibilas, 3-4 kali perminggu.

    c. 

    Terbinafin 1% diaplikasikan dua kali sehari, selama 7 hari2. Sistemik: (bila lesi luas dan tidak sembuh dengan terapi topikal)

    a.  Ketokonazol 1x200 mg/hari, (selama 4 minggu )

     b.  Flukonazol 1x150 mg/minggu (selama 2-4 minggu)

    c.  Itrakonazol 200 mg-400 mg perhari selama 3 sampai 7 hari.

    11.  Tempat Pelayanan Poliklinik kulit dan kelamin

    12.  Penyulit Gangguan fungsi hati

    13.  Informed Consent -

  • 8/17/2019 PPK Gabungan Dermatologi RSPTN Final

    29/107

    27

    14.  Tenaga Standar Dokter spesialis Kulit dan Kelamin, residen kulit dan kelamin /

    dokter umum.

    15.  Lama Perawatan 2 minggu

    16.  Masa Pemulihan 2 minggu

    17.  Hasil Meninggalkan bercak putih yang akan hilang beberapa minggu

    sampai bulan.

    18.  Patologi -

    19.  Otopsi -

    20.  Prognosis Baik (Dubius ad bonam )

    21.  Tindak Lanjut Kontrol Poli Klinik Kulit dan Kelamin setiap 2 minggu.

    22. 

    Tingkat Evidens

    &Rekomendasi

    I A & A

    23.  Indikator Medis Berdasarkan pemeriksaaan penunjang yaitu KOH dan lampu wood

    24.  Edukasi Segera membersihkan keringat, memakai pakaian yang menyerap

    keringat dan menghindari sumber infeksi.

    25.  Kepustakaan Fitzpatrick’s dermatology in General Medicine ed 8t  

    RUMAH SAKIT

    UNIVERSITAS UDAYANA

    PANDUAN PRAKTEK KLINIS

    SMF : Kulit dan Kelamin

    ONIKOMIKOSIS 2016

    1. 

     No. ICD 10 B35.1

    2. 

    Diagnosis Onikomikosis

    3. 

    Pengertian Onikomikosis adalah kelainan kuku akibat infeksi jamur baik olehdermatofita, non dermatofita (ragi dan kapang).

    4. 

    Anamnesis Keluhan terdapat bercak kekuningan pada kuku, kuku rusak,

    menebal. Dapat bengkak disekitar kuku, merah dan terasa nyeri.

    5.  Pemeriksaan Fisik Permukaan kuku tidak rata, suram, berwarna kekuningan, kuku

    dapat tampak menebal dan rusak, tampak debris subungual. Dapat

    ditemukan eritema pada kulit di sekitar kuku.

    6. 

    Kriteria Diagnosis Berdasarkan klinis dan pemeriksaan penunjang (KOH 10-20%, dan

     baku emas diagnostik pemeriksaan kultur jamur)

  • 8/17/2019 PPK Gabungan Dermatologi RSPTN Final

    30/107

    28

    7.  Diagnosis Banding 1.  Psoriasis kuku

    2.  Liken planus

    3.  Trauma

    4.  Pakonikia kongenital

    5.  Penyakit Darier

    6. 

    Yellow-nail syndrome 

    8.  Pemeriksaan Penunjang 1.  KOH 20-30% didapatkan hifa (dermatofita), pseudohifa dengan

     blastospora (ragi)

    2.  Kultur jamur

    9.  Konsultasi -

    10.  Perawatan Rumah Sakit -

    11. 

    Terapi / tindakan

    (ICD 9-CM)1.  Topikal:

    a.  Klotrimazol krim selama 12 minggu

     b. 

    Bifonazol-urea salep (Bifonazol 1% + urea 40%)c.  Amorolfin cat kuku 5%

    d.  Siklopiroksolamin 8% cat kuku

    e.  Mikonazole 2% krim,2x/hari

    2.  Oral:

    a.  Terbinafin 250 mg/hari selama 3 bulan.

     b.  Itrakonazol 200 mg/hari atau dosis denyut 400 mg/hariselama 1 minggu setiap bulan. Untuk kuku jari tangan

    diberikan selama 2 bulan/ 2 denyut dan untuk kuku jari kaki

    selama 3 bulan/ 3 denyut. Dosis anak: 5 mg/ kgBB/ hari.

    c.  Flukonazol 100 mg/hari atau dosis mingguan 150 - 300 mg/

    minggu selama 3-12 bulan.

    Tindakan: Ekstraksi kuku bila diperlukan.

    12. 

    Tempat Pelayanan Poliklinik Kulit dan Kelamin

    13. 

    Penyulit Gangguan fungsi hati

    14.  Informed Consent Bila dilakukan ekstraksi kuku

    15.  Tenaga Standar Dokter spesialis kulit dan kelamin, residen kulit dan kelamin

    16. 

    Lama Perawatan 3-6 bulan

    17.  Masa Pemulihan 6-12 bulan

    18.  Hasil Sembuh atau sembuh dengan perubahan pada kuku

    19.  Prognosis  Dubius ad bonam 

    20. 

    Tindak Lanjut Kontrol poliklinik kulit dan kelamin setiap 2 minggu

    21.  Tingkat Evidens &Rekomendasi 

    IA & A

  • 8/17/2019 PPK Gabungan Dermatologi RSPTN Final

    31/107

    29

    22.  Indikator Medis Klinis: kuku membaik

    KOH 20% tidak ditemukan elemen jamur

    Kultur Jamur

    23. 

    Edukasi Menghindari faktor predisposisi seperti kelembaban.Menghindari

    sumber penularan seperti gunting kuku, sepatu, tanah, binatang peliharaan, pemandian umum.

    24.  Kepustakaan Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine 8t

    ed

    RUMAH SAKITUNIVERSITAS UDAYANA

    PANDUAN PRAKTEK KLINIS

    SMF : Kulit dan Kelamin

    TINEA KORPORIS 2016

    1.   No. ICD 10 B35.4

    2. 

    Pengertian Tinea korporis adalah dermatofitosis pada daerah tidak berambut

    kecuali telapak tangan, telapak kaki dan inguinal.

    3.  Anamnesis Keluhan terdapat bercak kemerahan yang melebar dengan predileksi

     pada wajah, badan, lengan atau tungkai disertai rasa gatal terutama

    saat berkeringat.4.

     

    Pemeriksaan Fisik Makula atau plak eritema berbatas tegas, dengan tepi meninggi,

     berbentuk anular, biasanya serpiginosa, ditutupi skuama putih dan

     bagian tengah lesi biasanya bersih (central clearing ).

    5. 

    Kriteria Diagnosis Berdasarkan klinis dan pemeriksaan penunjang (lampu wood, KOH

    10-20%, dan baku emas diagnostik pemeriksaan kultur jamur)

    6. 

    Diagnosis Banding 1.  Eritema anulare sentrifugum

    2.  Dermatitis numularis

    3.  Psoriasis vulgaris

    4. 

    Subacute cutaneous lupus erythematosus 5.  Dermatitis kontak, atopik atau seboroik

    6.  Lesi awal pityriasis rosea 

    7.  Pemeriksaan Penunjang Lampu wood, KOH 10-20% didapatkan hifa panjang dengan atau

    tanpa artrospora, Kultur jamur

    8.  Konsultasi -

    9.  Perawatan Rumah Sakit -

  • 8/17/2019 PPK Gabungan Dermatologi RSPTN Final

    32/107

    30

    10.  Terapi / tindakan

    (ICD 9-CM)

    Topikal

    1.Ketokonazol 2% krim, 2 x/hr

    2.Mikonazol 2% krim, 2x/hr

    Sistemik: (diberikan bila lesi luas dan berat atau bila pemberian obat

    topikal dianggap gagal)

    1. 

    Griseofulvin 1x500 mg/hari atau 10mg/kgBB/hari selama 2-6minggu

    Jika hipersensitivitas atau kontraindikasi terhadap griseofulvin :

    2. Ketokonazol 1x200 mg/hari selama 2 minggu

    11.  Tempat Pelayanan Poliklinik Kulit dan Kelamin

    12.  Penyulit Gangguan fungsi liver, foto sensitivitas, gangguan pencernaan.

    13.  Informed Consent Bila Perlu

    14.  Tenaga Standar Dokter spesialis kulit dan kelamin, residen kulit dan kelamin, dokter

    umum

    15.  Lama Perawatan 4 minggu

    16.  Masa Pemulihan -

    17.  Hasil Sembuh sempurna

    18.  Patologi -

    19. 

    Otopsi -

    20.  Prognosis Dubius ad bonam

    21. 

    Tindak Lanjut Kontrol Poliklinik Kulit dan Kelamin setiap 2 minggu

    22.  Tingkat Evidens &

    Rekomendasi

    Ia & A

    23. 

    Indikator Medis Klinis : lesi membaik

    Pemeriksaan penunjang :

    -KOH 10-20% : tidak ditemukan elemen jamur-Wood lamp : tidak didapatkan fluorosence 

    24.  Edukasi Pakaian dan handuk sering diganti, tidak menggunakan pakaian

    yang ketat, mengobati hewan peliharaan yang terinfeksi.

    25. 

    Kepustakaan Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine 8t ed

  • 8/17/2019 PPK Gabungan Dermatologi RSPTN Final

    33/107

    31

    RUMAH SAKITUNIVERSITAS UDAYANA

    PANDUAN PRAKTEK KLINIS

    SMF : Kulit dan Kelamin

    MORBUS HANSEN 2016

    1 No.ICD 10 2098

    2 Diagnosis Morbus Hansen

    3 Pengertian Kelainan kulit yang bersifat kronis dapat mengenai kulit dan

    saraf tepi ditandai dengan adanya makula hipopigmentasi,

    eritema, atau plakat yang hipo atau anastesi disebabkan oleh

     Mycobacterium leprae.

    4 Anamnesis   Bercak kulit mati rasa bersifat total atau sebagianterhadap rasa raba, rasa suhu, dan rasa nyeri

      Riwayat kontak dengan pasien kusta

    5 Pemeriksaan Fisik   Makula atau plak hipopigmentasi/eritema dengansensibilitas menurun atau hilang

      Penebalan saraf tepi dan gangguan fungsi saraf tepi

    sensoris, autonom dan motorik

      Terdapat 2 tipe berdasarkan WHO : tipe Pausibasiler dan

    tipe multibasiler6 Kriteria Diagnosis Anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang

    7 Diagnosis Banding Dermatofitosis, Psoriasis, Pitriasis versikolor, urtikaria

    8 Pemeriksaan Penunjang   Pemeriksaan basil tahan asam dari sayatan kulit

      Pemeriksaan histopatologi

    9 Konsultasi Rehabilitasi medik

    10 Perawatan Rumah Sakit Rawat jalan (poliklinis)

    11 Terapi/tindakan ( ICD 9 –  CM)

     

    MDT PB (Rifampisin 600 mg/bulan +DDS 100 mg/hari)sebanyak 6 paket diselesaikan dalam 6 –  9 bulan

      MDT MB (Rifampisin 600 mg/bulan +DDS 100

    mg/hari+ Lamprene 300 mg/bulan dilanjutkan 50

    mg/hari) sebanyak 12 paket diselesaikan dalam 12 -18

     bulan.

      ROM (Rifampisin 600 mg + Ofloksasin 400 mg +Minosiklin 100 mg) dosis tunggal pada PB atau tiap

     bulan selama 24 bulan untuk MB (terapi alternatif lain

     bila MDT PB atau MB tidak dapat diberikan, dapatdiganti dengan:

  • 8/17/2019 PPK Gabungan Dermatologi RSPTN Final

    34/107

    32

    COM (Clofazimin 50 mg + Ofloksasin 400 mg + Minosiklin 100

    mg) tiap hari selama 6 bulan dilanjutkan dengan Clofazimin 50mg + Ofloksasin 400 mg atau Clofazimin 50 mg + Minosiklin

    100 mg) tiap hari selama 18 bulan.

    (terapi alternatif lain bila MDT MB tidak dapat diberikan):vitamin Neurotropik B1 100 mg, B6 200 mg, B12 200 mcg

    12 Tempat Pelayanan Poliklinik Kulit dan Kelamin

    13 Penyulit Reaksi kusta tipe I dan II, cacat kusta primer dan sekunder

    14 Informed Consent Perlu

    15 Tenaga Standar Dokter spesialis, dokter umum/residen kulit, perawat yangterlatih

    16 Lama Perawatan 6 –  12 bulan

    17 Masa Pemulihan 12 - 18 bulan

    18 Hasil Lesi baru tidak ada, lesi lama memudar, Pemeriksaan BTA tidak

    ditemukan kuman yang solid

    19 Patologi Perlu

    20 Otopsi Tidak perlu

    21 Prognosis Dubius ad bonam

    22 Tindak Lanjut Kontrol poli klinik Kulit dan Kelamin tiap bulan selama masa

     pengobatan

    23 Tingkat Eviden &

    Rekomendasi

    1a dan A

    24 Indikator Medis Klinis dan laboratorium

    25 Edukasi   Menerangkan penyakit kusta memelukan waktu

     pengobatan yang panjang  Kemungkinan terjadi reaksi efek samping obat dan reaksi

    kusta

      Deteksi dini untuk keluarga kontak serumah

    26 Kepustakaan Pedoman Nasional Program Pengendalian Penyakit Kusta,

    Kementrian Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pengendalian

    Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 2012

    RUMAH SAKIT

    UNIVERSITAS UDAYANA

    PANDUAN PRAKTEK KLINIS

    SMF : Kulit dan Kelamin

    REAKSI KUSTA

    2016

    1. No. ICD 10 A30.8

    2. Diagnosis Reaksi Kusta

  • 8/17/2019 PPK Gabungan Dermatologi RSPTN Final

    35/107

    33

    3. Pengertian Kelainan kulit dan saraf yang ditandai dengan adanya makula

    eritema yang timbul kembali/bertambah atau nodul nyeri yangterjadi akut pada perjalanan kronis penyakit kusta.

    4. Anamnesis 1. RR :

     timbul bercak merah yang bertambah tebal dan banyak dari

    lesi semula, dapat disertai nyeri pada persendian dan demam2. ENL :

     timbul benjolan yang disertai nyeri dapat disertai demam

    5. Pemeriksaan Fisik Reaksi Kusta ada 2 yaitu :

    1. RR

    a. Gejala konstitusi

     b. Perluasan lesi semula, disertai tanda radang akut

    c. Neuritis ringan sampai berat

    2. ENLa. Gejala konstitusi (demam, malaise, anoreksia)

     b. Nodul eritema, nyeri, umumnya di bagian ekstensorekstremitas

    c. Kadang disertai neuritis akutd. Gejala organ lain (sendi, ginjal, mata)

    6. Kriteria Diagnosis Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang

    7. Diagnosis Banding  ENL : Eritema nodusum oleh karena tuberkulosis, erupsi obat

    dan rematoid

     

    RR : Urtikaria, erisipelas

    8. Pemeriksaan Penunjang  Hapusan sayatan kulit

     Biopsi untuk pemeriksaan histopatologi

    9. Konsultasi  Bagian Penyakit Dalam bila terjadi komplikasi ke organ

    dalam

     Bagian Mata bila terjatdi keluhan pada mata

    10. Perawatan Rumah Sakit Rawat inap

    11. Terapi / tindakan(ICD 9-CM)

    Reaksi kusta ringan :1. Istirahat dan imobilisasi

    2. Asam mefenamat 3x500 mg

    Reaksi kusta berat :1.

     

    Kortikosteroid dapat dimulai antara 30-80 mg

     prednisone/hari dan dapat diturunkan 5-10 mg/2 minggu.2.

     

    Asam mefenamat 3x500 mg

    12. Tempat Pelayanan Ruang rawat inap / rawat jalan

  • 8/17/2019 PPK Gabungan Dermatologi RSPTN Final

    36/107

    34

    13. Penyulit Alergi obat, efek samping steroid

    14. Informed Consent Perlu

    15. Tenaga Standar Dokter Spesialis dan Residen kulit, perawat terlatih

    16. Lama Perawatan 1- 2 minggu

    17. Masa Pemulihan 2 - 8 minggu

    18. Hasil Eritema berkurang, nodul hilang , nyeri saraf hilang

    19. Patologi Perlu

    20. Otopsi Tidak perlu

    21. Prognosis Dubius ad bonam

    22. Tindak Lanjut Kontrol Poliklinik Kulit dan Kelamin

    23. Tingkat Evidens &Rekomendasi

    1a dan A

    24. Indikator Medis Perbaikan Klinis

    25. Edukasi Penjelasan mengenai reaksi kusta, istirahat cukup, makan-

    minum yang bergizi, MDT diteruskan, minum obat secara

    teratur & kontrol hindari swaterapi

    26. Kepustakaan Delvhine J, Reat, Modlin R. LeprosyFitzpatrick’s Dermatology

    in General Medicine 8thed

  • 8/17/2019 PPK Gabungan Dermatologi RSPTN Final

    37/107

    35

    RUMAH SAKITUNIVERSITAS

    UDAYANA

    PANDUAN PRAKTEK KLINIS

    SMF : Kulit dan Kelamin

    KONDILOMA AKUIMINATA2016

    1. 

     No. ICD 10 A63.0

    2.  Diagnosis Kondiloma Akuiminata

    3.  Pengertian Kutil anogenital yang disebabkan oleh infeksi Human Papilloma virus 

    (HPV). Kutil berupa papul atau nodul epidermis dengan permukaan

    verukosa yang dapat mengenai perineum, genitalia, lipat paha dan

    anus.

    4.  Anamnesis Muncul kutil pada daerah kelamin dan atau bokong tanpa disertai rasa

    nyeri maupun gatal.5.

     

    Pemeriksaan Fisik Papul dapat soliter atau multipel dengan permukaan yang verukosa

    atau seperti jengger ayam. Predileksi umumnya di daerah anogenital.

    6.  Kriteria Diagnosis Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang

    7.  Diagnosis Banding 1.  Kondiloma lata

    2.  Karsinoma sel skuamosa

    8.  Pemeriksaan Penunjang 1.  Test acetowhite menggunakan asam asetat 3-5 %

    2. 

    Histopatologi

    3.   Polimerase Chain Reaction (PCR)

    9.  Konsultasi 1.  Patologi Anatomi

    2.  Bedah Onkologi

    3. 

    Obstetri dan Ginekologi

    10.  Perawatan Rumah

    Sakit

    Rawat jalan

    11. 

    Terapi / tindakan

    (ICD 9-CM)

    1. 

    Bedah listrik

    2.  Tutul dengan tinctura podofilin 10-25 %3.

     

    Tutul trichlor acetic acid (TCA) 80 -90%

    4.  Podofilotoksin 5%

    5.  Bedah beku (N2O liquid )

    6.  Injeksi intrelesi dengan interferon

    7.  Pengangkatan lesi dengan cara pembedahan

    12. 

    Tempat Pelayanan Poliklinik Kulit dan Kelamin13.  Penyulit 1.  Erosi, phimosis, striktur uretra pasca tindakan

    2. 

    Karsinoma sel skuamosa

    14.  Informed Consent Perlu

    15.  Tenaga Standar Dokter spesialis, residen kulit dan kelamin

    16.  Lama Perawatan 1-3 bulan

    17.  Masa Pemulihan 2-3 minggu

    18. 

    Hasil Membaik, tapi kemungkinan untuk muncul lesi baru tetap ada

    19.  Patologi Perlu dilakukan

    20.  Otopsi Tidak perlu

    21.  Prognosis Dubius ad bonam

    22. 

    Tindak Lanjut Kontrol poliklinik Kulit dan Kelamin

  • 8/17/2019 PPK Gabungan Dermatologi RSPTN Final

    38/107

    36

    23. 

    Tingkat Evidens

    &Rekomendasi

    Ia dan A

    24.  Indikator Medis Sembuh secara klinis

    25. 

    Edukasi Penyakit, pilihan pengobatan, kemungkinan menularkan

    kepadapasangan seksualnya,penyulit dan prognosisnya.

    26. 

    Kepustakaan 1. 

    Holmes, K.K., Sparling, P.F., Stamm, W.E., Piot, P., Wasserheit,J.N., Corey, L., Cohen, M.S., Watts, D.H., In: Sexually

    Transmitted Diseases. Forth ed. New York: MacGraw-Hill, 2008.

    2.  Pedoman penatalaksanaan IMS oleh Kelompok Studi IMS

    Indonesia (KSIMSI) tahun 2011.

    3.  Department of Health and Human Services Centers for Disease

    Control and Prevention. In: Sexually Transmitted Diseases

    Treatment Guidelines, 2010.

    RUMAH SAKIT

    UNIVERSITASUDAYANA

    PANDUAN PRAKTEK KLINIS

    SMF : Kulit dan Kelamin

    SIFILIS

    2016

    1. 

     No. ICD 10 A51.0

    2.  Pengertian Infeksi menular seksual yang disebabkan oleh Treponema pallidum.Merupakan penyakit kronis, bersifat sistemik dan dapat menyerang

    hampir semua organ tubuh. Sifilis mempunyai tiga stadium yaitusifilis primer, sekunder dan tersier. Ada masa laten (laten dini < 1

    tahun dan laten lanjut > 1 tahun) tanpa manifestasi klinis tetapi dapatditularkan kepada orang lain.

    3. 

    Anamnesis a. 

    Pada sifilis primer keluhan berupa luka pada kelamin yang tidak

    nyeri.

     b. 

    Pada sifilis sekunder keluhan dapat berupa kerontokan rambut

    dan/atau bercak kemerahan pada badan, telapak tangan atau

    telapak kaki tanpa disertai rasa gatal.c.

     

    Pada sifilis tersier keluhan berupa pusing, kaku kuduk, penurunan

    kesadaran, kelumpuhan,kejang dan nyeri dada.

    4. 

    Pemeriksaan Fisik a. 

    Sifilis Primer: terdapat ulkus atau erosi bentuk bulat atau bulat

    lonjong, tepi landai, bersih, kulit sekitarnya tidak meradang, relatiftidak nyeri (indolen) dan teraba keras (indurasi). Lokasi pada

    sulkus koronarius (laki-laki) dan labia minora dan mayora(wanita). Kelenjar limfe regional membesar, soliter dan tidak

    nyeri. b.

     

    Sifilis sekunder: muncul 6-8 minggu sesudah infeksi, lebih banyak

    sebagai kelainan kulit berupa makula, papul atau papuloskuamosa

     berwarna merah tembaga, kadang-kadang terdapat pustul. Lesi

    terutama terdapat pada badan, telapak tangan, telapak kaki, dan

    tidak terasa gatal. Disamping itu terdapat pula kondiloma lata, lesi

  • 8/17/2019 PPK Gabungan Dermatologi RSPTN Final

    39/107

    37

     pada mukosa mulut atau genital (mucous patches) dan alopesia.

    Terdapat limfadenopati generalisata.c.

     

    Sifilis tersier: muncul 1-20 tahun sesudah infeksi, melibatkan kulit,

    tulang, sistem saraf pusat dan organ dalam terutama jantung dan

     pembuluh darah besar. Kelainan yang dapat dijumpai berupa lesi

    noduloulseratif destruktif yang disebut gumma, osteomielitis,osteitis, kekakuan dan nyeri gerak dengan disertai berbagai tanda

    akan terjadinya meningitis, kejang, penurunan kesadaran, penyakit

    arteri koroner maupun regurgitasi aorta.

    5.  Kriteria Diagnosis Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang

    6.  Diagnosis Banding 1.  Sifilis primer: herpes genitalis, ulkus mole, ulkus piogenik, afek

     primer limfogranuloma venereum, skabies.2.  Sifilis sekunder: erupsi obat, morbili, pityriasis rosea, psoriasis

    vulgaris, kondiloma akuminata, alopesia areata.3.

     

    Sifilis tersier: jamur sistemik, tuberkulosis kutis, keganasan.

    7.  Pemeriksaan Penunjang 1.  Mikroskop lapangan gelap (dark field microscope) dengan

    spesimen berasal dari ulkus, lesi kulit dan/atau aspirasi kelenjar:

    ditemukan gerakan Treponema pallidum. 2.  Pemeriksaan untuk menentukan antibodi non spesifik: tes VDRL

    (Venereal Disease Research Laboratory), tes RPR ( Rapid Plasma Reagin).

    3.  Pemeriksaan antibodi spesifik: tes TPHA (Treponema Pallidum

     Haemaglutination Assay).

    8.  Konsultasi 1.  Bagian Pediatri untuk kasus sifilis congenital2.  Bagian Neurologi untuk kasus Neurosifilis

    9.  Perawatan Rumah

    Sakit

    Rawat jalan

    10.  Terapi / tindakan

    (ICD 9-CM)

    1.  Sifilis dini (sifilis primer, sekunder dan laten dini)

    1.  Benzatin penisilin G 2,4 juta unit intramuskulerdosis tunggal,

    atau

    2.  Prokain penisilin G 0,6 juta unit intramuskuler@ 24 jam

    selama 10 hari

    3.  Bila alergi penisilin diberikan:

    a. 

    Tetrasiklin hidroklorida* 500 mg per oral @ 6 jam selama

    30 hari, atau

     b. 

    Doksisiklin* 100 mg per oral @ 12 jam selama 30 hari,

    atau

    c. 

    Eritromisin stearat 500 mg per oral @ 6 jamselama 30 hari2.  Sifilis lanjut (sifilis laten lanjut, kardiovaskuler, sifilis lanjut

     benigna), kecuali neurosifilis1.

     

    Benzatin penisilin G 2,4 juta unit intramuskuler 1x/minggu

    selama 3 minggu berturut-turut atau2.

     

    Prokain penisilin G 0,6 juta unit intramuskuler24 jam selama

    21 hari berturut-turut3.

     

    Bila alergi penisilin diberikan:

    a.  Tetrasiklin hidroklorida* 500 mg @ 6 jam selama lebih

    dari 30 hari, atau

     b.  Doksisiklin* 100 mg @ 12 jam selama lebih dari 30 hari,

    atau

  • 8/17/2019 PPK Gabungan Dermatologi RSPTN Final

    40/107

    38

    c. 

    Eritromisin stearat 500 mg @ 6 jam selama lebih dari 30

    hari3.

     

    Pengobatan neurosifilis:

    1.  Aqueous benzylpenisilin 12  –  24 juta unit intravena, diberikan

    sebanyak 2  –  4 juta unit @ 4 jam dalam sehari selama 14 hari

    atau2.  Prokain benzilpenisilin 1,2 juta unit intramuskuler +

     probenesid 500 mg per oral @ 6 jam selama 10 –  14 hari.

    4.  Sifilis kongenital:

    Setiap bayi sebelum diberi pengobatan harus diperiksa cairan

    sumsum tulang belakang (CSTB) untuk memperoleh pengobatan

    dasar

    o  Bayi yang menderita sifilis kongenital dini dengan kelainan

    CSTB:

    1.  Penisilin G kristalin 50.000 unit/kgBB intramuskuler atau

    intravena@ 12 jam selama 10 hari, atau

    2. 

    Penisilin G prokain dalam aqua 50.000 unit/kgBBintramuskuler@ 24 jam selama 10 hari

    o  Bayi dengan CSTB normal:

    a.  Penisilin G prokain dalam aqua 50.000 unit/kgBB

    intramuskuler@ 24 jam selama 10 hari, atau

     b. Penisilin G Benzatin 50.000 unit/kg BB intramuskulerdosis

    tunggal

    o  Antibiotik selain penisilin tidak dianjurkan

    o  Terhadap sifilis kongenital > 2 tahun, dosis tidak lebih darisifilis lanjut yang didapat.

    o  Setelah masa neonatus, untuk yang alergi terhadap penisilindiberikan eritromisin dengan dosis tidak lebih dari sifilis

    didapat (Dosis anak: tetrasiklin 25-50 mg/kgBB/hari,eritromisin 30-50 mg/kgBB/hari, doksisiklin 2-4

    mg/kgBB/hari)

    *Tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, ibu menyusui dan anak

    dibawah usia 12 tahun.

    11.  Tempat Pelayanan Poliklinik Kulit dan Kelamin

    12.  Penyulit Sifilis pada penderita imunokompromais

    13.  Informed Consent Perlu

    14.  Tenaga Standar Dokter spesialis dan residen kulit dan kelamin

    15. 

    Lama Perawatan Sifilis dini: 1 hari, sifilis lanjut: 3 minggu16.  Masa Pemulihan Sifilis dini: 1 tahun, sifilis lanjut: 2 tahun

    17. 

    Hasil Sembuh

    18. 

    Prognosis Bonam

    19.  Tindak Lanjut Kontrol poliklinik Kulit dan Kelamin untuk evaluasi klinis dan

    serologis sesudah 3 bulan pengobatan. Evaluasi kedua dan ketiga

    dilakukan sesudah 6 bulan dan 12 bulan. Untuk sifilis lanjut dievaluasi

    sampai 24 bulan.

    20.  Tingkat Evidens &

    Rekomendasi

    Ia dan A

    21. 

    Indikator Medis Perbaikan secara klinis dan laboratorium (serologis)

    22. 

    Edukasi 1. 

    Menerangkan kepada pasien mengenai penyakitnya, penyebab dan

  • 8/17/2019 PPK Gabungan Dermatologi RSPTN Final

    41/107

    39

     perjalanan penyakit.

    2.  Mencegah penularan kepada pasangan seksualnya.3.

     

    Kemungkinan tertular HIV.

    4.  Pemeriksaan terhadap pasangan seksualnya.

    23. 

    Kepustakaan 1. 

    Holmes, K.K., Sparling, P.F., Stamm, W.E., Piot, P., Wasserheit,

    J.N., Corey, L., Cohen, M.S., Watts, D.H., In: SexuallyTransmitted Diseases. Forth ed. New York: MacGraw-Hill, 2008.

    2.  Pedoman penatalaksanaan IMS oleh Kelompok Studi IMSIndonesia (KSIMSI) tahun 2011.

    3.  Department of Health and Human Services Centers for Disease

    Control and Prevention. In: Sexually Transmitted Diseases

    Treatment Guidelines, 2010.

    RUMAH SAKIT

    UNIVERSITASUDAYANA

    PANDUAN PRAKTEK KLINIS

    SMF : Kulit dan Kelamin

    TRIKOMONIASIS

    2016

    1. 

     No. ICD 10 A59

    2.  Pengertian Penyakit infeksi pada traktus urogenitalis bagian bawah wanita

    maupun pria yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis. Pada

    wanitaditandai dengan adanya keputihan, jumlah banyak, warna

    kehijauan dan berbusa, berbau busuk disertai rasa gatal dan perih pada

    kemaluan dan kulit sekitarnya. Pada pria ditandai dengan adanya rasagatal pada saluran kencing, nyeri kencing kadang disertai keluarnya

    cairan dari saluran kencing.

    3.  Anamnesis 1.  Keluhan umumnya muncul 2  –   28 hari setelah berhubungan

    seksual

    2.  Pada wanita:

      Umumnya mengeluh adanya keputihan, jumlah banyak,

    warna kehijauan dan berbusa, berbau busuk disertai rasa

    gatal dan perih pada kemaluan dan kulit sekitarnya.

      Keluhan lain yang mungkin terjadi: nyeri saat kencing,

    sering kencing, nyeri saat berhubungan seksual, perdarahan

    setelah berhubungan seksual dan perdarahan diantarasiklus menstruasi.

    3.  Pada pria:Rasa gatal pada saluran kencing, nyeri kencing kadang disertai

    keluarnya cairan dari saluran kencing.

    4.  Pemeriksaan Fisik 1.  Pada wanita:

      Dinding vagina eritema, edema, dengan duh tubuh berwarnakuning kehijauan, berbuih dan berbau busuk.

      Serviks dapat ditemukan bintik-bintik perdarahan sehingga

    menyerupai granuloma ( strawberry cervix).

    2. Pada pria: orifisium uretra eksternum tampak eritema, edema

  • 8/17/2019 PPK Gabungan Dermatologi RSPTN Final

    42/107

    40

    disertai keluarnya duh tubuh serous, mukoid atau seropurulen.

    5.  Kriteria Diagnosis Anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang.

    6. 

    Diagnosis Banding 1.  Pada wanita: vaginosis bakterial, kandidosis vulvovaginal,

    servisitis gonokokal, servisitis nongonokokal.

    2.  Pada pria: uretritis gonokokal, uretritis non gonokokal.

    7. 

    Pemeriksaan Penunjang  

    Pemeriksaan sediaan basah dengan larutan fisiologis untukmengamati adanya Trichomonas vaginalis.

       pH vagina: > 5 

    8.  Konsultasi Obstetri dan Ginekologi

    9.  Perawatan Rumah

    Sakit

    Rawat jalan

    10.  Terapi / tindakan

    (ICD 9-CM)

    1.  Pada wanita :

    a. 

    Metronidazole 2 gram per oral dosis tunggal, atau

     b.  Metronidazol 2 x 500 mg/hari per oral selama 7 –  14 hari, atau

    c. 

    Tinidazol 2 gram per oral dosis tunggal, atau

    d. 

    Tinidazol 2 x 500 mg/hari selama 7 –  14 hari2. 

    Pada pria :a.

     

    Metronidazol 2 x 500 mg/hari per oral selama 7 –  14 hari, atau

     b.  Tinidazol 2 x 500 mg/hari selama 7 –  14 hari

    11.  Tempat Pelayanan Poliklinik Kulit dan Kelamin

    12.  Penyulit Trikomoniasis rekuren dan persisten

    13.  Informed Consent Tidak perlu

    14. 

    Tenaga Standar Dokter spesialis, residen kulit dan kelamin

    15. 

    Lama Perawatan 7 –  14 hari

    16.  Masa Pemulihan 7 hari

    17.  Hasil Sembuh

    18. 

    Patologi Tidak perlu19.  Otopsi Tidak perlu

    20. 

    Prognosis Bonam

    21. 

    Tindak Lanjut Kontrol poliklinik Kulit dan Kelamin

    22.  Tingkat Evidens &Rekomendasi

    Ia dan A

    23.  Indikator Medis Kesembuhan secara klinis dan laboratorium

    24.  Edukasi 1.  Pemeriksaan dan pengobatan kepada pasangan seksual

    2. 

    Abstinensia hubungan seksual sampai pasien dan

     pasanganseksualnya sembuh secara klinis dan laboratorium

    3. 

    Selama pengobatan dengan metronidazol, pasien disarankan untuk

    tidak mengkonsumsi alkohol selama menggunakan obat tersebut

    sampai dengan 24 jam sesudah penggunaan obat yang terakhir.

    25.  Kepustakaan 1.  Holmes, K.K., Sparling, P.F., Stamm, W.E., Piot, P., Wasserheit,

    J.N., Corey, L., Cohen, M.S., Watts, D.H., In: Sexually

    Transmitted Diseases. Forth ed. New York: MacGraw-Hill, 2008.

    2. 

    Pedoman penatalaksanaan IMS oleh Kelompok Studi IMS

    Indonesia (KSIMSI) tahun 2011.

    3. 

    Department of Health and Human Services Centers for Disease

    Control and Prevention. In: Sexually Transmitted Diseases

    Treatment Guidelines, 2010.

  • 8/17/2019 PPK Gabungan Dermatologi RSPTN Final

    43/107

    41

    RUMAH SAKITUNIVERSITAS

    UDAYANA

    PANDUAN PRAKTEK KLINIS

    SMF : Kulit dan Kelamin

    SERVISITIS GONOKOKAL2016

    1. 

     No. ICD 10 A54.0

    2.  Pengertian Infeksi oleh  Neisseria gonorrhoeae  pada wanita yang ditandaidengan keluarnya duh tubuh vagina purulen dari serviks.

    3.  Anamnesis Keputihan yang disertai nyeri kencing, perdarahan diantara periode

    menstruasi, perdarahan menstruasi yang terlalu banyak. Keluhan

    umumnya muncul 2-10 hari setelah hubungan seksual.

    4.  Pemeriksaan Fisik   Tampak duh tubuh serviks yang purulen atau mukopurulen, disertai

    eritema dan edema pada orifisium uretra eksternum (OUE).  Duh tubuh purulen juga dapat dijumpai pada uretra, kelenjar

     periuretra dan duktus kelenjar Bartolin

    5.  Kriteria Diagnosis Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang

    6. 

    Diagnosis Banding Servisitis non gonokokal

    7. 

    Pemeriksaan Penunjang 1. 

    Pemeriksaan pulasan Gram dari apusan duh tubuh serviks:

     peningkatan jumlah leukosit PMN > 30/lapang pandang serta

    adanya diplokokus gram negatif intra dan ekstra seluler.2.  Biakan media Thayer Martin diikuti dengan tes oksidase, tes

    fermentasi dan uji kepekaan.3.  Tes beta laktamase untuk mengetahui strain  Penicillinase

     Producing Neisseria Gonorrhoeae (PPNG).

    8.  Konsultasi 1.  Mikrobiologi klinik

    2. 

    Obstetri dan Ginekologi

    9.  Perawatan Rumah

    Sakit

    Rawat jalan

    10. 

    Terapi / tindakan

    (ICD 9-CM)

    a. 

    Servisitis gonokokal non komplikata:

    1.  Sefiksim 400 mg per oral dosis tunggal , atau

    2.  Levofloksasin*500 mg per oral dosis tunggal, atau

    3.  Kanamisin 2 gram intramuskuler dosis tunggal, atau

    4.  Tiamfenikol* 3,5 gr per oral dosis tunggal, atau

    5. 

    Seftriakson 250 mg intramuskuler dosis tunggal b.  Servisitis gonokokal komplikata:

    1.  Sefiksim 400 mg per oral @ 24 jam selama 5 hari, atau

    2.  Levofloksasin* 500 mg @ 24 jam selama 5 hari, atau

    3. 

    Kanamisin 2 gram intramuskuler@ 24 jam selama 3 hari, atau

    4.  Seftriakson 250 mg intramuskuler@ 24 jam selama 3 hari atau

    5. 

    Tiamfenikol* 1x3,5g per hari per oral selama 5 hari

    *Tidak boleh diberikan pada ibu hamil, ibu menyusui dan anak

    dibawah usia 12 tahun.

    11.  Tempat Pelayanan Poliklinik Kulit dan Kelamin

    12.  Penyulit Bartolinitis, penyakit radang panggul (PRP/PID)

    13. 

    Informed Consent Tidak perlu

  • 8/17/2019 PPK Gabungan Dermatologi RSPTN Final

    44/107

    42

    14. 

    Tenaga Standar Dokter spesialis, residen kulit dan kelamin

    15. 

    Lama Perawatan 7 - 14 hari

    16.  Masa Pemulihan 7 hari

    17.  Hasil Sembuh

    18.  Prognosis Bonam.

    19. 

    Tindak Lanjut Kontrol poliklinik Kulit dan Kelamin pada hari ke-3, 7 dan 14 pasca pemberian terapi antibiotik.

    20.  Tingkat Evidens &

    Rekomendasi

    Ia dan A

    21.  Indikator Medis Sembuh secara klinis dan laboratorium.

    22.  Edukasi Abstinensia hubungan seksual sampai sembuh secara klinis danlaboratorium.

    23. 

    Kepustakaan 1. 

    Holmes, K.K., Sparling, P.F., Stamm, W.E., Piot, P., Wasserheit,

    J.N., Corey, L., Cohen, M.S., Watts, D.H., In: Sexually

    Transmitted Diseases. Forth ed. New York: MacGraw-Hill, 2008.2.

     

    Pedoman penatalaksanaan IMS oleh Kelompok Studi IMS

    Indonesia (KSIMSI) tahun 2011.3.

     

    Department of Health and Human Services Centers for Disease

    Control and Prevention. In: Sexually Transmitted DiseasesTreatment Guidelines, 2010.

    4.  Pedoman Nasional Penanganan IMS 2011 oleh Kemenkes RI.

    RUMAH SAKIT

    UNIVERSITAS

    UDAYANA

    PANDUAN PRAKTEK KLINISSMF : Kulit dan Kelamin

    HERPES GENITALIS2016

    1.   No. ICD 10 A60.0

    2.  Pengertian Penyakit infeksi pada genitalia yang disebabkan oleh Herpes Simplex

    Virus (HSV) dengan gejala yang khas berupa vesikel atau erosi

    multipel di atas kulit/mukosa yang eritema dan bersifat rekuren.

    3. 

    Anamnesis   Bintil-bintil berair pada daerah kelamin yang mudah pecah dan

    menjadi luka.  Sebelum muncul bintil-bintil berair dapat diawali oleh rasa

    terbakar atau gatal.

      Dapat disertai keluhan lain seperti demam dan nyeri otot.

    4.  Pemeriksaan Fisik 1.  Infeksi primer:

      Gerombolan vesikel di atas kulit eritema, dapat disertai pembesaran kelenjar limfe regional yang nyeri pada perabaan.

      Lokasi:

      Pria umumnya pada prepusium, glans penis, batang penis,

    uretra dan daerah anal pada homoseksual, jarang pada

    skrotum.

  • 8/17/2019 PPK Gabungan Dermatologi RSPTN Final

    45/107

    43

      Wanita umumnya pada labia mayora/minora, klitoris,

    introitus vagina atau serviks.2.

     

    Infeksi rekuren:

      Gejala lebih ringan.

      Lokasi umumnya sama dengan lokasi infeksi primer, biasanya

    tidak disertai gejala konstitusi.  Lesi berupa vesikel bergerombol di atas kulit eritema tapi

     jumlah lesi lebih sedikit dan unilateral.

      Limfadenopati inguinal dapat dijumpai.

    3.  Infeksi asimtomatik: tidak memberikan gejala klinis, tapi ada HSVdi dalam tubuhnya.

    5. 

    Kriteria Diagnosis Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang

    6. 

    Diagnosis Banding   Ulkus mole

      Afek primer limfogranuloma venereum

      Herpes zoster

     

    Ulkus durum7.  Pemeriksaan Penunjang 1.  Pemeriksaan sitologi (Tzanck test ): ditemukan sel datia berinti

     banyak (multinucleated giant cell )

    2.  Serologi: adanya antibodi spesifik (IgM atau IgG anti HSV-2 &

    HSV-1)

    8. 

    Konsultasi Obstetri dan Ginekologi

    9.  Perawatan RumahSakit

    1.  Rawat inap pada kasus herpes genitalis primer yang berat.2.

     

    Rawat jalan pada kasus herpes genitalis primer dan rekuren.

    10. 

    Terapi / tindakan(ICD 9-CM)

    1.  Infeksi primer: asiklovir 5x200 mg/hari per oral selama 7 hari atau3x400 mg per oral selama 7 hari atau valasiklovir per oral 2x500

    mg selama 7 hari.

    2. 

    Infeksi rekuren: asiklovir 5x200 mg/hari per oral selama 5 hariatau 3x400mg per oral selama 5 hari atau valasiklovir 2x500 mg

     per oral selama 5 hari.

    3.  Antipiretik bila demam.4.

     

    Topikal: kompres larutan salin, povidon iodine 1%.

    5.  Untuk mengurangi nyeri: analgetik seperti asam mefenamat 500mg per oral @ 8 jam atau antalgin 500 mg per oral @ 8 jam.

    6.  Bila terdapat infeksi sekunder diberikan antibiotik s