© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Laporan Penelitian Daerah 2011 – Badan Otonom Economica Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia
Persepsi Masyarakat terhadap Lokasi Potensial Pariwisata Pantai di
Gunungkidul: Identifikasi Faktor Kesejahteraan, Dukungan Infrastruktur
oleh Pemerintah daerah dan Peran Masyarakat dalam Pengembangan
Daerah
Gunungkidul, DIYogyakarta
7-11 Juli 2011
Oleh: Tim Penelitian Daerah, Divisi Penelitian-Badan Otonom Economica
COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION
© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
“Ketika mahasiswa kian minim kontribusi dan ketika aksi terlalu sempit
dimaknai, tanpa basa-basi kami memberi bukti. Melalui aksi yang berakselerasi
menjadi sebuah kontribusi. Karena sebatas kata-kata bukan budaya kami”
Penelitian Daerah 2011
Badan Otonom Economica
COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION
© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Abstrak
Gunungkidul adalah salah satu contoh keindahan alam yang belum terekspose di negeri ini.
Banyak orang mengira bahwa daerah ini hanyalah kabupaten yang miskin air bersih. Padahal,
kabupaten ini memiliki sedikitnya 17 pantai yang indah dan berpotensi sebagai obyek pariwisata
terkemuka. Penelitian ini ingin melihat kesejahteraan masyarakat lokal yang memiliki usaha
kecil atau bermukim di sekitar daerah pantai. Dengan membuka usaha di sekitar daerah pantai,
apakah mereka merasa ada peningkatan kesejahteraan seiring dengan semakin banyaknya
wisatawan yang mengunjungi pantai-pantai tersebut? Lantas, faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi peningkatan kesejahteraan? Pertanyaan ini akan dijawab menggunakan metode
probit dan masyarakat akan menunjukkan persepsi seputar ada atau tidaknya peningkatan
kesejahteraan yang mereka rasakan. Lebih jauh, penelitian ini akan mengungkap bagaimana
kondisi infrastruktur dan peran masyarakat dalam pembangunan daerah tersebut. Pada
akhirnya, penelitian ini menghasilkan rekomendasi bagi pembuat kebijakan untuk
mengembangkan daerah wisata yang berpotensi dengan melibatkan masyarakat lokal sehingga
mereka dapat berkontribusi lebih bagi peningkatan PDRB, penurunan angka kemiskinan, dan
penurunan angka pengangguran.
Kata kunci : potensi pariwisata, pelaku usaha, persepsi, peningkatan kesejahteraan, pemerintah
daerah, Gunungkidul DIYogyakarta
COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION
© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Latar Belakang
Indonesia dengan sejuta keindahannya merupakan salah satu negara yang diminati para
pelancong untuk berpariwisata. Potensi pariwisatanya pun sudah terkenal hingga mancanegara.
Mulai dari pariwisata bahari, pariwisata gunung, pariwisata budaya, dan lain sebagainya lengkap
terdapat di Indonesia. Namun, masih banyak daerah yang memiliki potensi pariwisata yang besar
tetapi belum dikenal oleh masyarakat luas serta belum digarap serius oleh pemerintah. Apabila
potensi pariwisata daerah tersebut dapat dikembangkan niscaya daerah tersebut dapat menjadi
objek wisata yang menawan sehingga hal ini dapat berdampak pula pada peningkatan taraf hidup
masyarakat sekitar daerah tersebut. Salah satu daerah tersebut adalah Gunungkidul.
Gunungkidul dikenal sebagai daerah yang tandus, gersang, dan sulit untuk mendapatkan
air. Namun, belum banyak masyarakat yang mengetahui adanya potensi wisata pantai yang
belum dikembangkan secara maksimal, baik oleh masyarakat setempat ataupun pemerintah
daerah. Daerah Gunungkidul memiliki setidaknya 17 obyek wisata pantai yang dapat dikunjungi
yaitu Pantai Jungwok, Pantai Ngusalan, Pantai Pulutan, Pantai Sedahan, Pantai Sinden, Pantai
Watu Lumbung, Pantai Sili dan Ngandong, Pantai Kukup, Pantai Sepanjang, Pantai Krakal,
Pantai Sundak, Pantai Siung, Pantai Wediombo, Pantai Ngrenehan, Pantai Drini, Pantai Sadeng,
dan Pantai Baron.
Bila pantai-pantai tersebut dikembangkan, maka dapat mendongkrak kesejahteraan
masyarakat Gunungkidul. Selain itu, dengan digarapnya pantai-pantai yang berpotensi melalui
promosi yang gencar, pembangunan infrastruktur, dll diharapkan semakin banyak wisatawan
datang ke obyek wisata Gunungkidul. Hal ini dapat mendorong masyarakat sekitar untuk
memanfaatkan peluang dalam mencari tambahan pendapatan dengan berbisnis dan selanjutnya
dapat meningkatkan lapangan kerja.
COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION
© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Rumusan Masalah dalam Penelitian dan Cara Menjawab
1. Kedatangan para wisatawan seharusnya dapat dijadikan peluang bagi masyarakat lokal untuk
mencari tambahan pendapatan. Dengan pendapatan yang lebih besar, masyarakat mudah untuk
menuju taraf pendidikan yang lebih tinggi dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak.
Sebagian masyarakat lokal pun jeli melihat peluang ini dengan membuka usaha kecil-kecilan.
Gambaran tentang potensi pariwisata dan masyarakat ini memunculkan pertanyaan seputar
persepsi masyarakat tentang kesejahteraan yang mereka rasakan:
Faktor apa saja yang mempengaruhi peningkatan kesejahteraan (dari segi finansial)
masyarakat dari keberadaan obyek pariwisata di Gunungkidul ?
Untuk masalah pertama, yaitu nomor 1, akan dijawab dengan menggunakan metode probit
model karena variabel dependen bersifat kualitatif dengan dua pilihan kemungkinan (binary
regressand model), yaitu ada peningkatan kesejahteraan dan tidak ada peningkatan
kesejahteraan.
2. Jika suatu daerah memiliki obyek-obyek yang berpotensi untuk dijadikan tempat wisata,
idealnya pemerintah akan membangun infrastruktur yang dibutuhkan untuk menunjang kondisi
pariwisata lokal. Perkembangan pariwisata yang pesat dapat semakin meningkatkan keinginan
masyarakat lokal untuk membuka usaha, yang berarti hal tersebut memberikan eksternalitas
positif bagi masyarakat lokal. Eksternalitas positif yang didapat oleh masyarakat dapat tercipta
bila pemerintah turut serta dalam proses pemajuan dan pengembangan pariwisata di
Gunungkidul, salah satunya dengan pembangunan infrastruktur. Beranjak dari penjelasan yang
normatif ini, muncul pertanyaan sebagai berikut yang dapat digunakan untuk analisis kondisi
Gunungkidul lebih jauh:
Bagaimana pendapat masyarakat lokal mengenai kondisi pembangunan infrastruktur di
daerah tersebut ?
Dijawab menggunakan satisfaction index
COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION
© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
3. Perkembangan suatu kawasan pariwisata juga dipengaruhi oleh hal-hal lain, seperti faktor
udara yang bersih dan ketersediaan air bersih. Ketersediaan air bersih belum sepenuhnya dapat
dinikmati oleh masyarakat Gunungkidul. Ketersediaan air tidak diimbangi dengan investasi
pipanisasi agar sumber air dapat dinikmati oleh seluruh penduduk. Investasi pipanisasi
membutuhkan biaya besar, sehingga dapat disinyalir inilah alasan mengapa keberadaan air bersih
masih terbatas. Masalah ini menimbulkan pertanyaan:
Bagaimana ekspektasi masyarakat terhadap pemerintah dalam hal pembangunan dan
pengelolaan infrastruktur?
Dijawab menggunakan satisfaction index
4. Peran pemerintah dalam pengembangan pariwisata memang sangat diperlukan, namun
masyarakat lokal sebenarnya memiliki kewajiban untuk menjalankan peran sebagai ‘penjaga’
obyek wisata. Sebagai orang-orang yang tinggal disekitarnya, mereka harus tahu bagaimana
keadaan obyek tersebut karena dengan pengetahuan mereka dapat memberikan kontribusi bagi
kemajuan pariwisata dan nilai tambah bagi mereka sendiri. Kontribusi tersebut berupa tindakan
nyata seperti membersihkan daerah sekitar, penyediaan layanan tour guide agar wisatawan tahu
tempat-tempat mana saja yang belum mereka kenal dan harus dikunjungi, penyediaan tempat
makan dan penginapan, turut melakukan promosi obyek wisata, dsb. Hal-hal tersebut dilakukan
untuk menarik minat para wisatawan agar semakin tertarik dengan pariwisata Gunungkidul
sekaligus meningkatkan nilai tambah bagi masyarakat sekitar dalam hal ekonomi. Dengan ini
muncul pertanyaan:
Apakah masyarakat lokal turut berperan dalam pengembangan potensi pariwisata, serta
bagaimana peran tersebut?
Dijawab menggunakan in depth interview dengan tokoh masyarakat yang berpengaruh
dalam pariwisata pantai di Gunungkidul
COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION
© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Analisis Deskriptif
Penelitian ini ingin melihat apakah para penduduk setempat merasakan ada peningkatan
kesejahteraan seiring dengan makin banyaknya wisatawan yang berkunjung ke daerah ini (dalam
5 tahun terakhir). Melihat banyaknya penduduk setempat yang membuka usaha, penelitian ini
menjadikan para pelaku usaha tersebut sebagai responden dengan lokasi penelitian yang tersebar
di lima pantai. Sejumlah 122 responden yang berada di Pantai Kukup, Pantai Krakal, Pantai
Sundak, Pantai Drini, dan Pantai Ngandong diwawancara oleh para surveyor dengan
menggunakan kuesioner yang telah dirancang. Sebagai catatan, jawaban responden mewakili
kondisi umum yang nyata dari para pelaku usaha sekitar pantai di Gunungkidul.
Secara teknis, pada saat perencanaan jumlah kuesioner yang rencana akan disebar
sejumlah 120 dengan pembagian di setiap pantai akan disebar 24 kuesioner. Namun, pada
kenyataannya ada data yang kembar sehingga harus dipilih salah satu dan kurangnya jumlah
responden karena populasi lebih sedikit dari pantai lain. Seperti yang terjadi di Pantai Ngandong,
jumlah populasi sangat sedikit, sehingga sample yang diambil pun sedikit. Hal ini menyebabkan
kuesioner yang ada harus dialokasikan ke pantai lain, seperti di Pantai Sundak dan Pantai Kukup.
Di Pantai Sundak disebar 4 kuesioner lebih banyak daripada yang direncanakan, sedangkan di
Pantai Kukup disebar 12 kuesioner lebih banyak. Diantara pantai-pantai yang dijadikan lokasi
penelitian, Pantai Kukup lah yang memiliki jumlah populasi responden utama terbanyak,
sehingga responden yang dijadikan sample pun paling banyak.
Seperti yang telah dijelaskan, penelitian ini mengambil lima pantai sebagai lokasi
penelitian dengan jumlah responden sebagai berikut:
Seluruh responden tinggal di Gunungkidul dengan kecamatan yang berbeda-beda. Kebanyakan
tinggal di daerah yang tidak jauh dari pantai, bahkan ada juga yang tinggal di kios usahanya
COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION
© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
yaitu di tepi pantai. Sebanyak 38,5% berjenis kelamin laki-laki dan 61,5% berjenis kelamin
perempuan. Selain itu, data responden menunjukkan bahwa sebesar 50% responden adalah
lulusan SD, disusul oleh lulusan SMP sebesar 40%. Bisa dilihat bahwa pelaku usaha bukanlah
para pengusaha dengan tingkat pendidikan tinggi, mereka bahkan memiliki tingkat pendidikan
yang sangat pas-pasan untuk dijadikan sebagai bekal mencari nafkah
.
50%41%7%
3%
SD SMP SMA PT
Kenyataan menunjukkan bahwa responden paling banyak
menggeluti usaha rumah makan. Hal tersebut seperti mendukung keberadaan data diri responden
yang sebagian besar wanita dengan tingkat pendidikan SMP. Bisa jadi karena usaha rumah
makan tidak membutuhkan teori tinggi seperti di ruang kelas, melainkan membutuhkan keahlian
memasak, suatu kegiatan yang sering dilakukan oleh para wanita.
Rumah makan sebagai usaha yang paling banyak digeluti (sebesar 33%), kemudian
disusul oleh pedagang makanan kecil sebesar 23% dan warung minum sebesar 14%. Sisanya
digeluti oleh penjual souvenir, tukang parkir, dan jasa penyewaan tikar. Usaha kuliner menjadi
usaha yang diminati oleh pelaku usaha maupun pembeli karena saat bermain di pantai banyak
orang mencari makanan atau minuman untuk mengisi kembali energi yang hilang.
Usaha yang dijalani oleh para responden tentu
membutuhkan modal, meski besarannya tidak sama
pada setiap pelaku usaha. Sebesar 88% responden
menyatakan bahwa modal utama mereka pada awal
melakukan usaha berupa uang, sedangkan hanya 8%
responden yang mengandalkan ketrampilan dan 4%
menjadikan barang sebagai modal.
Dalam usaha meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Gunungkidul, Pemerintah daerah dapat memicu para masyarakat
untuk berperan aktif dalam sektor pariwisata dengan
memberikan bantuan usaha atau kredit lunak. Meski begitu, bila
COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION
© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
ketrampilan hanya dijadikan modal sampingan, maka dalam jangka panjang kualitas usaha
(barang yang dijual) akan menurun, sehingga konsumen pun enggan membeli lagi. Oleh karena
itu, butuh pelatihan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah atau pihak lain untuk
meningkatkan ketrampilan masyarakat, sehingga kualitas usahanya tidak mengalami penurunan.
Menjalani usaha di tepi pantai ini nampaknya telah menjadi pekerjaan yang benar-benar
diandalkan oleh para pelaku usaha. Buktinya, sebanyak 67% responden menyatakan bahwa
mereka memiliki pekerjaan lain, seperti bertani atau berternak, namun 76% responden mengaku
bahwa yang mereka jadikan sebagai mata pencaharian utama adalah usaha di tepi pantai yang
mereka miliki. Waktu yang mereka sediakan untuk menjalankan usaha di tepi pantai ini turut
mendukung kenyataan bahwa mereka menjadikan pekerjaan ini sebagai pekerjaan utama.
Sebesar 54% responden membuka usahanya setiap hari pada hari biasa, meskipun sangat sedikit
pengunjung yang datang pada hari biasa. Sementara itu, ketika musim liburan, sebanyak 94%
responden membuka usahanya setiap hari. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Gunungkidul
telah berupaya memanfaatkan kesempatan dari keberadaan pantai-pantai.
Bila berbicara mengenai konsumen, ternyata para pelaku usaha menggantungkan pada
kunjungan para wisatawan.
COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION
© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Usaha yang mereka jalani memang ditujukan untuk para wisatawan, sehingga tidak heran
bila mereka sangat mengaharapkan banyak wisatawan yang berkunjung ke pantai-pantai
tersebut. Meski begitu, para wisatawan tidak akan berkunjung apabila tidak mengetahui apa yang
ada di Gunungkidul dan sarana yang tersedia bersifat memprihatinkan. Oleh karena itu, sangat
disarankan bagi Pemerintah Daerah, pihak swasta, maupun LSM yang ada untuk memasarkan
keindahan alam yang dimiliki oleh daerah ini. Tak lupa juga fasilitas infrastruktur (jalan, alat
transportasi, penginapan,dll) yang dapat membuat wisatawan merasa nyaman juga harus sangat
diperhatikan.
Dalam penelitian ini, kami juga bertanya pada para responden apakan mereka merasa ada
peningkatan jumlah konsumen dalam lima tahun terakhir. Ternyata jawabannya sebagai berikut:
Kondisi ini menunjukkan bahwa semakin lama daerah ini sedikit demi sedikit mulai dikenal,
sehingga banyak wisatawan yang berkunjung. Kunjungan tersebut mempengaruhi dunia usaha
tepi pantai dengan semakin banyaknya pembeli dari satu periode ke periode lain.
Selain itu, inilah yang dirasakan oleh para responden saat
mereka ditanya mengenai omzet yang mereka dapat selama
lima tahun terakhir. Dapat dikatakan bahwa dalam lima tahun
terakhir, konsumen dan omzet yang mereka dapat mengalami
COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION
82%
17% 1%Konsumen
Pengunjung pantaiMasyarakat PemukimanLainnya
© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
peningkatan. Sebagai catatan, jawaban ini merupakan persepsi mereka (apa yang dirasakan) dan
bukan didasarkan pada data yang didapat dari tahun ke tahun.
Sebagai penjual, para responden tentu memiliki kemampuan dalam berdagang. Namun,
banyak juga responden yang memiliki keahlian lain, seperti ahli bangunan, pemandu wisata,
bertani dan berkebun. Sebagian besar responden, sebanyak 85% memiliki ketrampilan dalam
berkebun dan bertani. Bertani sudah menjadi pekerjaan turun temurun di Gunungkidung,
sehingga tidak heran bila mereka mampu dan paham tentang cara berkebun dan bertani.
Sebanyak 30% responden mengaku memiliki kemampuan sebagai ahli bangunan.
Sedangkan 31% memiliki kemampuan sebagai pemandu wisatawan. Bila kemampuan
bahasa responden ditingkatkan, mungkin angka tersebut dapat lebih tinggi. Sebagai informasi,
kami menggolongkan seseorang memiliki kemampuan bahasa bila ia dapat secara aktif
menguasai minimal tiga bahasa, yaitu bahasa daerah, bahasa Indonesia, dan bahasa asing.
Beberapa responden tidak menguasai bahasa Indonesia dan hampir sebagian besar responden
tidak menguasai bahasa asing. Hal inilah yang menyebabkan hanya 6% responden dikatakan
memiliki kemampuan dalam berbahasa. Bahasa tentulah menjadi hal yang sangat penting untuk
membuat wisatawan merasa nyaman berada di daerah tersebut. Bila masyarakat diberi pelatihan
bahasa, mungkin lebih banyak yang akan memiliki kemampuan menjadi pemandu wisatawan.
Kemampuan pemandu wisatawan yang ahli dan profesional dapat membuat para wisatawan
betah dan memiliki kesan sendiri terhadap daerah tersebut, sehingga tertarik untuk datang lagi.
Dari jumlah 122 responden, terdapat 65% yang sudah memanfaatkan ketrampilan yang
mereka miliki, seperti yang disebutkan di halaman sebelunya.
Sudah65%
Belum35%
Memanfaatkan Ketrampilan
Sementara itu 35% mengaku bahwa mereka belum
memanfaatkan ketrampilan yang dimiliki karena kebanyakan dari mereka merasa kurang modal.
Hal ini sangat penting diperhatikan bagi pemda, koperasi
atau bank daerah untuk membantu masyarakat dalam
COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION
© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
mendapatkan kemudahan kredit untuk modal usaha. Ketrampilan lain yang dimaksud tentu
adalah ketrampilan yang dapat memberikan nilai tambah dan membuka peluang bagi masyarkat
yang ingin melebarkan sayap, untuk tidak hanya memiliki usaha berdagang. Selain modal,
masyarakat juga menginginkan bantuan semacam ini:
Di peringkat kedua, terdapat dukungan
infrastruktur sebagai bantuan yang dibutuhkan oleh
masyarakat sebesar 13%. Dapat disimpulkan
bahwa bila ingin membantu mengepakkan sayap
masyarakat, bukan hanya modal saja yang dapat
diberikan. Namun, Pemda dapat lebih memfasilitasi
infrastruktur yang ada, sementara pelatihan dapat diberikan oleh pihak swasta atau LSM yang
ada. Belum semua responden mengaku bahwa mereka pernah mendapatkan pelatihan. Hanya
36% yang pernah mendapatkannya, sementara sisanya belum pernah. Pelatihan yang pernah
mereka dapat beraneka ragam, seperti memasak, membuat kerajinan tangan, pengelolaan ikan,
dll. Sementara itu, bantuan lainnya yang diharap oleh masyarakat adalah bantuan dalam
memasarkan produk mereka.
Ketika ditanya mengenai bantuan apa yang diterima, masyarakat
mengatakan bahwa mereka mendapatkan raskin, sembako
murah, BOS dan jamkesmas. Sebanyak 73% responden
mendapatkan bantuan tersebut dan merasa senang karena
bantuan tersebut cukup membantu meringankan biaya hidup.
Dalam penelitian ini kami menanyakan persepsi masyarakat
seputar infrastruktur dan bantuan selama 5 tahun terakhir, apakah cenderung bertambah baik,
cenderung bertambah buruk, atau bahkan sama saja. Berikut kami sampaikan diagram untuk
menyatakan persepsi masyarakat:
COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION
© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Cenderung Membaik
68%
Cenderung Memburuk
14%
Sama Saja19%
Kualitas Jalan
Cenderung Membaik
62%Cenderung Memburuk
6%
Sama Saja32%
Kualitas Air Bersih
Cen-derung
Membaik62%
Cen-derung Mem-buruk
3%
Sama Saja34%
Kualitas Transportasi Umum
Cen-derung
Membaik55%
Cen-derung Mem-buruk
4%
Sama Saja41%
Kualitas Listrik
Cenderung Membaik
56%Cenderung Memburuk
8%
Sama saja37%
Kualitas Bangunan
Diagram di atas menjelaskan tentang keberadaan
infrastruktur. Menurut persepsi responden, selama 5 tahun terakhir kondisi infrastruktur
cenderung membaik. Bisa jadi ini adalah salah satu cara Pemda untuk menarik minat wisatawan
untuk berkunjung ke Gunungkidul.
COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION
© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Cenderung Membaik
55%Cenderung Memburuk
4%
Sama Saja41%
Kualitas Raskin
Cenderung Membaik
51%
Cenderung Memburuk
10%
Sama Saja39%
Kualitas Jamkesmas
Cenderung Membaik
55%Cenderung Memburuk
6%
Sama Saja39%
Kualitas Kredit
Cenderung Membaik
46%
Cenderung Memburuk
12%
Sama Saja41%
Kualitas Subsidi BBM
Diagram selanjutnya mengenai persepsi masyarakat terhadap bantuan-bantuan dari
pemerintah selama 5 tahun terakhir. Masih seperti tadi, jumlah responden yang menjawab
‘cenderung membaik’ lebih banyak daripada jawaban lainnya di setiap bantuan. Dengan
demikin, dapat dikatakan bahwa menurut masyarakat seluruh bantuan yang diberi oleh
pemerintah mengalami peningkatan (baik kualitas atau cara penyampaian).
Untuk tetap mempertahankan para wisatawan yang sudah tertarik dan menarik para
wisatawan yang belum mengetahu Gunungkidul memang dibutuhkan perhatian besar pada
kebersihan pantai. Kebersihan pantai dapat dimulai dari menjaga kebersihan lokasi penjualan.
Ketika ditanya mengenai cara membersihkan lokasi, para responden menyatakan bahwa mereka
menyewa orang khusus atau membersihkan sendiri lingkungannya. Meski begitu, ada iuran
wajib bagi para pedagang yang berjualan di sekitar pantai dan memenuhi syarat usaha seperti
mengikuti kegiatan perkumpulan pedagang. Secara keseluruhan, masyarakat merasa bahwa
mereka cukup sejahtera selama 5 tahun terakhir. Hal tersebut ditunjukkan dengan angka
kesejahteraan yang dipilih oleh masyarakat, yang paling menggambarkan kondisi kesejahteraan
mereka. Skala tersebut terbentang mulai 1 sampai 6, yang mana semakin besar berarti responden
semakin sejahtera. Dapat dilihat di diagram bahwa responden paling banyak memiliki nomor 4,
COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION
© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
dilanjutkan nomor 3 dengan selisih yang sangat sedikit. Definisi nomor tersebut berarti
masyarakat merasa ada peningkatan kesejahteraan secara perlahan.
18% 2
10%
331%
432%
511%
69%
Skala Kesejahteraan
Satisfaction Index
Tanggapan Masyarakat mengenai Infrastruktur
Kepuasan Masyarakat Secara Umum
Kepuasan masyarakat (society satisfaction) dapat diartikan sebagai perbandingan antara
apa yang diharapkan masyarakat dan apa yang dirasakan masyarakat ketika menggunakan
infrastruktur tersebut. Berdasarkan pengertian ini, dapat disimpulkan bahwa indikator kepuasan
masyarakat adalah saat masyarakat merasakan performance infrastructure sama atau melebihi
expected infrastructure, yang dapat diukur dengan menggunakan Indeks Kepuasan Masyarakat
atau Society Satisfaction Index (SSI). SSI dapat dirumuskan menjadi:
Dimana performance infrastructure maupun expected infrastructure di mata masyarakat dapat
dinotasikan dengan penilaian berskala likert.
COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION
© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Hasil survey kepuasan masyarakat pada infrastruktur menunjukkan angka SSI sebesar 65,843
Evaluasi Kinerja Untuk Setiap Variabel Penilaian
Terdapat lima variabel infrastruktur inti yang dianalisis, yaitu jalan, air bersih,
transportasi umum, listrik, dan bangunan tempat usaha. Hasil analisis adalah sebagai berikut:
Variabel SSIJalan (A) 62,683 %Air Bersih (B) 73,191 %Transportasi Umum (C) 77,827 %Listrik (D) 60,063 %Bangunan Tempat Usaha (E) 56,291 %
Selain dari variabel-variabel infrastruktur inti di atas, terdapat variabel lainnya yang merupakan
penyampaian dari responden. Variabel lainnya tersebut adalah tempat ibadah dan keamanan.
Dari analisis data variabel-variabel tersebut, diperoleh hasil sebagai berikut:
Variabel SSITempat Ibadah (F) 110,00 %Keamanan (G) 68,75 %
(*catatan: perhitungan variabel-variabel lain tidak dimasukkan dalam perhitungan variabel-variabel inti)
COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION
Indeks kepuasan masyarakat sebesar 65,843% menunjukkan bahwa secara umum
masyarakat CUKUP PUAS dengan Infrastruktur
© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Dari matriks kepuasan masyarakat diatas dapat dilakukan evaluasi sebagai berikut:
Area Merah Muda (high leverage/attributes to improve)
Kuadran ini memuat faktor-faktor yang dianggap penting oleh masyarakat namun pada
kenyataannya faktor belum sesuai seperti dengan yang diharapkannya. Variabel yang berada di
kuadran ini harus merupakan prioritas utama untuk ditingkatkan. Jalan dan Listrik masuk
dalam kategori ini.
Area Biru (attributes to maintain)
COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION
Rata-rata Kepuasan
Rata-rata Kepentingan
1
2
3
41 2 3
4 AB
C
D
E
Tingkat Kepuasan
3.791
2.496
3
4
3
3.5
3.52
Rata-rata Kepuasan
Rata-rata Kepentingan
A BD
E
2.5
2.496
3.791
CF
F
G
G
© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Variabel yang termasuk dalam kuadran ini harus dipertahankan dan ditingkatkan karena semua
variabel ini menjadikan infrastruktur tersebut unggul di mata masyarakat (variabel ini merupakan
kekuatan yg daerah miliki, terutama jika tingkat kepuasan melebihi tingkat
kepentingan).Variabel yang termasuk di dalam kategori ini adalah Air Bersih dan
Keamanan.
Area Kuning (attributes to maintain)
Kuadran ini adalah area yg memuat faktor-faktor yang dianggap kurang penting oleh masyarakat
dan pada kenyataannya, responden menilai kinerja/ kualitasnya tidak terlalu baik (lebih rendah
dari rata-rata seharusnya). Dari pengamatan, memang kepuasan responden terhadap variabel-
variabel di kuadran ini memang rendah, bahkan terdapat pula jawaban tidak puas dari
masyarakat, Namun, jika ingin meningkatkan kualitas pada variabel ini, bisa dipertimbangkan
lebih jauh karena pengaruhnya terhadap manfaat yang dirasakan masyarakat sangat kecil
(masyarakat tidak terlalu membutuhkan keistimewaan lebih terhadap variabel ini). Bangunan
Tempat Usaha berada dalam kategori ini.
Area Ungu (low leverage/attributes to de-emphasize)
Ini adalah kuadran yang memuat faktor-faktor yang dianggap kurang penting oleh masyarakat
(tingkat kepentingan dibawah rata-rata) dan dirasakan terlalu berlebihan (kepuasan melebihi
yang seharusnya). Sekilas jika hanya melihat gap, variabel yang berada di daerah ini terlihat
sebagai kekuatan (karena apa yang dirasakan masyarakat jauh melebihi apa yang mereka
inginkan). Namun, sebenarnya jika melihat dari pembagian kuadran ini, variabel yang berada di
kuadran ini bukan kekuatan yang patut ditonjolkan karena variabel ini tidak memberi manfaat
yang istimewa bagi masyarakat. Jadi, fokus yang berlebihan terhadap variabel ini mungkin bisa
dikurangi agar dapat menghemat biaya. Variabel yang masuk di dalam kategori ini adalah
Transportasi Umum dan Tempat Ibadah.
COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION
© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Perkembangan Kualitas Infrastruktur
Selain analisis kepuasan masyarakat terhadap infrastruktur, masyarakat juga melakukan
penilaian terhadap variabel-variabel inti mengenai perkembangan kualitas infrastruktur dari saat
mereka mulai bertempat tinggal ataupun memulai berusaha di lokasi tersebut hingga saat ini.
Dari grafik di atas, terlihat bahwa sebagian besar masyarakat merasa kualitas infrastruktur-
infrastruktur sekitar mereka cenderung mengalami peningkatan ke arah yang lebih baik. Apabila
diurutkan dari persentase, maka infrastruktur dengan peningkatan kualitas yang dirasa paling
baik adalah Jalan, kemudian adalah Transportasi Umum, Air Bersih, Listrik, dan yang terakhir
adalah Bangunan Tempat Usaha. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa upaya
peningkatan kualitas terhadap infrastruktur-infrastruktur tersebut benar-benar dirasakan
COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION
© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
dampaknya oleh masyarakat sehingga hal ini harus tetap dilakukan dan ditingkatkan agar
kepuasan masyarakat terhadap infrastruktur-infrastruktur tersebut dapat terus meningkat.
Untuk variabel-variabel
infrastruktur lainnya seperti
tempat ibadah dan
keamanan, beberapa
masyarakat kurang merasa
adanya peningkatan pada
infrastruktur-infrastruktur
tersebut.
Dari grafik di atas, terlihat bahwa untuk kualitas tempat ibadah 50% responden
menyatakan kualitas infrastruktur tersebut cenderung membaik tetapi 50% lainnya menyatakan
sama saja dari tahun ke tahun. Untuk kualitas keamanan, 50% responden menyatakan kualitas
keamanan di lokasi tersebut cenderung memburuk, lainnya yaitu masing-masing 25%
menyatakan kualitas keamanan cenderung membaik dan sama saja dari tahun ke tahun. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa perlu adanya peningkatan kualitas untuk infrastruktur-
infrastruktur tersebut, khususnya dalam hal keamanan, sehingga kepuasan masyarakat terhadap
infrastruktur tersebut dapat meningkat.
Tanggapan Masyarakat mengenai Fasilitas
Kepuasan Masyarakat Secara Umum
Kepuasan masyarakat (society satisfaction) dapat diartikan sebagai perbandingan antara
apa yang diharapkan masyarakat dan apa yang dirasakan masyarakat ketika menggunakan
fasilitas tersebut. Berdasarkan pengertian ini, dapat disimpulkan bahwa indikator kepuasan
masyarakat adalah saat masyarakat merasakan performance facility sama atau melebihi expected
facility, yang dapat diukur dengan menggunakan Indeks Kepuasan Masyarakat atau Society
Satisfaction Index (SSI). SSI dapat dirumuskan menjadi:
COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION
© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Dimana performance facility maupun expected facility di mata masyarakat dapat dinotasikan
dengan penilaian berskala likert.
Hasil survey kepuasan masyarakat pada fasilitas menunjukkan angka SSI sebesar 70,627%
Evaluasi Kinerja Untuk Setiap Variabel Penilaian
Terdapat delapan variabel fasilitas inti yang dianalisis, yaitu sekolah, puskesmas, koperasi, beras
miskin (raskin), jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas), bantuan operasional sekolah
(BOS), pinjaman kredit, dan subsidi bahan bakar minyak (BBM). Hasil analisis adalah sebagai
berikut:
Variabel SSISekolah (A) 76,677 %Puskesmas (B) 78,390 %Koperasi (C) 69,442 %Raskin (D) 69,852 %Jamkesmas (E) 62,291 %BOS (F) 69,745 %Pinjaman Kredit (G) 66,997 %Subsidi BBM (H) 71,243 %
COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION
Indeks kepuasan masyarakat sebesar 70,627% menunjukkan bahwa secara umum
masyarakat CUKUP PUAS dengan Fasilitas
© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Dari matriks kepuasan masyarakat diatas dapat dilakukan evaluasi sebagai berikut:
Area Merah Muda ( high leverage/attributes to improve )
Kuadran ini memuat faktor-faktor yang dianggap penting oleh masyarakat namun pada
kenyataannya faktor belum sesuai seperti dengan yang diharapkannya. Variabel yang berada di
kuadran ini harus merupakan prioritas utama untuk ditingkatkan. Raskin dan Jamkesmas
masuk dalam kategori ini.
COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION
Rata-rata Kepuasan
Rata-rata Kepentingan
123
41 2 3
4 AB
C
DE
Tingkat Kepuasan
3.828
2.704
34
3
3.5
3.5
Rata-rata Kepuasan
Rata-rata KepentinganADE
2.52.704
3.828C
F
F
G
G
H
BH
© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Area Biru ( attributes to maintain )
Variabel yang termasuk dalam kuadran ini harus dipertahankan dan ditingkatkan karena semua
variabel ini menjadikan fasilitas tersebut unggul di mata masyarakat (variabel ini merupakan
kekuatan yg daerah miliki, terutama jika tingkat kepuasan melebihi tingkat
kepentingan).Variabel yang termasuk di dalam kategori ini adalah Subsidi BBM.
Area Kuning ( attributes to maintain )
Kuadran ini adalah area yg memuat faktor-faktor yang dianggap kurang penting oleh masyarakat
dan pada kenyataannya, responden menilai kinerja/ kualitasnya tidak terlalu baik (lebih rendah
dari rata-rata seharusnya). Dari pengamatan, memang kepuasan responden terhadap variabel-
variabel di kuadran ini memang rendah, bahkan sekilas mungkin ada jawaban tidak puas dari
masyarakat. Namun, jika ingin meningkatkan kualitas pada variabel ini, bisa dipertimbangkan
lebih jauh karena pengaruhnya terhadap manfaat yang dirasakan masyarakat sangat kecil
(masyarakat tidak terlalu membutuhkan keistimewaan lebih terhadap variabel ini). Koperasi dan
Pinjaman Kredit berada dalam kategori ini.
Area Ungu ( low leverage/attributes to de-emphasize )
Ini adalah kuadran yang memuat faktor-faktor yang dianggap kurang penting oleh masyarakat
(tingkat kepentingan dibawah rata-rata) dan dirasakan terlalu berlebihan (kepuasan melebihi
yang seharusnya). Sekilas jika hanya melihat gap, variabel yang berada di daerah ini terlihat
sebagai kekuatan (karena apa yang dirasakan masyarakat jauh melebihi apa yang mereka
inginkan). Namun, sebenarnya jika melihat dari pembagian kuadran ini, variabel yang berada di
kuadran ini bukan kekuatan yang patut ditonjolkan karena variabel ini tidak memberi manfaat
yang istimewa bagi masyarakat. Jadi, fokus yang berlebihan terhadap variabel ini mungkin bisa
dikurangi agar dapat menghemat biaya. Variabel yang masuk di dalam kategori ini adalah
Sekolah, Puskesmas, dan BOS.
COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION
© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Perkembangan Kualitas Fasilitas
Selain analisis kepuasan masyarakat terhadap fasilitas, masyarakat juga melakukan
penilaian terhadap variabel-variabel inti mengenai perkembangan kualitas fasilitas dari saat
mereka mulai bertempat tinggal ataupun memulai berusaha di lokasi tersebut hingga saat ini.
Dari grafik di atas, terlihat bahwa sebagian besar masyarakat merasa kualitas fasilitas-
fasilitas sekitar mereka cenderung mengalami peningkatan ke arah yang lebih baik. Apabila
diurutkan dari persentase, maka fasilitas dengan peningkatan kualitas yang dirasa paling baik
adalah Sekolah, kemudian adalah Puskesmas, BOS, Raskin, Pinjaman Kredit, Jamkesmas,
Koperasi, dan yang terakhir adalah Subsidi BBM. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
upaya peningkatan kualitas terhadap fasilitas-fasilitas tersebut benar-benar dirasakan dampaknya
oleh masyarakat sehingga hal ini harus tetap dilakukan dan ditingkatkan agar kepuasan
masyarakat terhadap fasilitas-fasilitas tersebut dapat terus meningkat.
Model Penelitian
COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION
© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Y = β0 + β1Pen.Kua.Infi + β2La.Tingi + β3Pdptn (/bln)i + β4Pek.Sami + β5Pddkni
+ β6Jen.Keli + β7Pan1i + β8Pan 2i + β9Pan 3i + β10Pan 4i + β11La.Keri +
β12Jum.Ang.Kel.i + β13 Usiai + Ui
Y= peningkatan omzet
Variabel independen ini menjelaskan apakan responden merasa ada peningkatan pendapatan
atau tidak dalam kurun waktu 5 tahun.
Variabel dependen
1. Peningkatan Kualitas Infrastruktur
Variabel dependen yang menjelaskan mengenai persepsi masyarakat apakah mereka
merasa ada peningkatan kualitas infrastruktur atau tidak. Bila mereka merasa kualitas
infrastruktur mengalami peningkatan maka bernilai 1, namun bila sebaliknya bernilai 0.
2. Lama Tinggal
Variabel ini menunjukkan berapa tahun responden tinggal di daerah mereka saat ini.
3. Pendapatan
Berapa besar uang yang dihasilkan oleh responden dalam satu bulan dalam satuan
rupiah. Dalam proses pengolahan data, kami menggunakan aproksimasi pengeluaran
untuk memperkirakan total pengeluaran dalam satu bulan.
4. Pekerjaan Sampingan
Responden yang memiliki pekerjaan sampingan memiliki dummy 1, sedangkan yang
tidak memiliki pekerjaan sampingan memiliki dummy 0. Dikatakan memiliki pekerjaan
sampingan apabila ia memiliki pekerjaan lain di luar sektor pariwisata.
5. Pendidikan
Variabel ini menunjukkan berapa tahun responden menghabiskan waktu di bangku
sekolah.
6. Jenis Kelamin
Bila responden berjenis kelamin laki-laki, maka nilai dummy-nya adalah 1. Sebaliknya,
bila ia berjenis kelamin peremouan, maka nilai dummy-nya adalah 0.
7. Pantai 1
COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION
© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Bila responden berada di lokasi Pantai Kukup (Pantai 1), maka nilai dummy-nya adalah
1. Bila ia tidak berada di pantai ini, maka nilai dummy-nya adalah 0.
8. Pantai 2
Bila responden berada di lokasi Pantai Ngandong, maka nilai dummy adalah 1. Namun,
bila ia tidak berada di pantai tersebut maka nilai dummy adalah 0.
9. Pantai 3
Bila responden berada di lokasi Pantai Krakal, maka nilai dummy adalah 1. Namun, bila
ia tidak berada di pantai tersebut maka nilai dummy adalah 0.
10. Pantai 4
Bila responden berada di lokasi Pantai Sundak, maka nilai dummy adalah 1. Namun,
bila ia tidak berada di pantai tersebut maka nilai dummy adalah 0.
11. Lama Kerja
Variabel ini menjelaskan berapa tahun responden menjalani pekerjaan yang
berhubungan dengan sektor pariwisata.
12. Jumlah Anggota Keluarga
Berapa banyak jumlah orang dalam keluarga yang biaya hidupnya harus ditanggung oleh
responden.
13. Usia
Variabel yang menjelaskan berapa usia responden saat ini dalam hitungan tahun.
Dengan model ini akan terlihat apa yang dirasakan oleh masyarakat seputar kesejahteraan
mereka (persepsi), seiring dengan banyaknya wisatawan yang mengetahui pantai-pantai tersebut.
Bila dibandingkan antara probit dan logit dalam model ini, jumlah Pseudo R2 yang lebih besar
terdapat pada probit. Sehingga, yang digunakan untuk analisis selanjutnya dalam model ini
COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION
Metode Pseudo R2
Probit 0,1207Logit 0,1186
© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
adalah probit, dengan nilai R2 sebesar 0,1207. Berikut ini adalah hasil regresi menggunakan
probit.
Probit regression
Number of observation= 120
LR chi2 (13) = 17.49
Prob > chi2 = 0.1780
Log likelihood = - 63.693227 Pseudo R2 = 0,1207
Peningkatan-t (variabel independen)
Coef. Std. Err. Z P > |z|
LokkukupLokngandongLokkrakalLoksundakJeniskelaminUsiaWaktusekolahLamatinggalLamakerjaKelharusdi-iKualitasin-rPekerjaanl-nLntotalper-n_cons
-.3323359.1495188.2226502.3386163.237332
-.0174073-.0980872-.0090764 .037864-.0222908 .5242138-.1508849-.0085061.686762
.3968572
.5630005
.4282764
.4358104
.2960406
.0182743
.0595534
.0121359
.0188819
.0601766
.2843942
.315039
.0466962
.9174499
-0.840.270.520.780.80-0.95-1.65-0.752.01-0.371.84-0.48-0.181.84
0.4020.7910.6030.4370.4230.3410.1000.4550.0450.7110.0650.6320.8550.066
Hipotesis
H0= beta adalah nol; sehingga perubahan / hubungan antara variabel independen dan
independen adalah tidak signifikan
H1= beta tidak sama dengan nol; sehingga perubahan / hubungan antara variabel independen
dan independen adalah signifikan
Prob>chi2 = 0.1780 (lebih besar dari 0.05 yang berarti terima H0)
Hal tersebut menunjukkan bahwa secara keseluruhan, hubungan antara variabel independen
dan independen tidak signifikan.
Signifikansi Tiap Variabel
COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION
© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
1. Pantai Kukup
P value = 0,402. Maka tidak signifikan atau tidak ada hubungan antara variabel Pantai
Kukup dengan variable peningkatan omzet.
2. Pantai Ngandong
P value| = 0,791. Maka tidak signifikan atau tidak ada hubungan antara variabel Pantai
Kukup dengan variable peningkatan omzet.
3. Pantai Krakal
P value| = 0,603. Maka tidak signifikan atau tidak ada hubungan antara variabel Pantai
Kukup dengan variabel peningkatan omzet.
4. Pantai Sundak
P value = 0,437. Maka tidak signifikan atau tidak ada hubungan antara variabel Pantai
Kukup dengan variabel peningkatan omzet.
5. Jenis Kelamin
P value = 0,423 . Maka tidak signifikan atau tidak ada hubungan antara variabel Pantai
Kukup dengan variabel peningkatan omzet.
6. Usia
P value= 0,341 . Maka tidak signifikan atau tidak ada hubungan antara variabel Pantai
Kukup dengan variabel peningkatan omzet.
7. Waktu Sekolah
P value| = 0,100 . Maka tidak signifikan atau tidak ada hubungan antara variabel Pantai
Kukup dengan variabel peningkatan omzet.
8. Lama Tinggal
P value = 0,455 . Maka tidak signifikan atau tidak ada hubungan antara variabel Pantai
Kukup dengan variabel peningkatan omzet.
9. Lama Kerja
P value = 0,045 . Maka signifikan atau ada hubungan antara variabel Pantai Kukup
dengan variabel peningkatan omzet.
10. Keluarga yang harus Dibiayai
P value = 0,711 . Maka tidak signifikan atau tidak ada hubungan antara variabel Pantai
Kukup dengan variablel peningkatan omzet.
11. Kualitas Infrastruktur
COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION
© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
P value = 0,065 . Maka tidak signifikan atau tidak ada hubungan antara variabel Pantai
Kukup dengan variabel peningkatan omzet.
12. Pekerjaan Lain
P value = 0,632 . Maka tidak signifikan atau tidak ada hubungan antara variabel Pantai
Kukup dengan variabel peningkatan omzet.
13. Pengeluaran per Bulan
P value = 0,855 . Maka tidak signifikan atau tidak ada hubungan antara variabel Pantai
Kukup dengan variabel peningkatan omzet.
Untuk dapat menganalisis lebih jauh mengenai tiap variabel, fungsi mfx harus dicari terlebih
dahulu.
Marginal Effects After Probit
Y = Pr (peningkatan omzet) (predict)
= .73263391
Variable dy/dxLokkukup*Loknga-g*Lokkra-l*Loksun-k* Jenisk-n*UsiaWaktus-hLamating-lLamaker-aKelhari-iKualit-r*Pekerj-n*Lntota-n
-.1135109.0472133.069959.1046621.0766227-.0057274-.0322727-.0029863.012458-.0073341.1748352-.0488724-.0027986
*dy/dx untuk dummy
Analisis per variabel:
1. Lokasi Kukup : Secara rata-rata ketika responden berada di lokasi Pantai Kukup, maka
kemungkinan responden untuk mengalami peningkatan omzet akan turun sebesar 11%
COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION
© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
2. Lokasi Ngandong : Secara rata-rata ketika responden berada di lokasi Pantai Ngandong,
maka kemungkinan responden akan mengalami peningkatan omzet akan meningkat sebesar
5%
3. Lokasi Krakal : Secara rata-rata ketika responden berada di lokasi Pantai Krakal, maka
kemungkinan responden mengalami peningkatan omzet akan meningkat sebesar 7%
4. Lokasi Sundak : Secara rata-rata ketika responden berada di lokasi Pantai Sundak, maka
kemungkinan responden mengalami peningkatan omzet akan meningkat sebesar 10%
5. Jenis kelamin : Secara rata-rata ketika responden berjenis kelamin laki-laki, maka
kemungkinan responden mengalami peningkatan omzet akan meningkat sebesar 8%
6. Usia : Secara rata-rata ketika usia responden meningkat sebesar 1 tahun, maka
probabilitas responden merasa ada pemingkatan omzet akan turun sebesar 0.57%
7. Waktu sekolah : Secara rata-rata ketika responden meningkatkan waktu sekolahnya
sebesar 1 tahun, maka kemungkinan responden merasa ada peningkatan omzet akan menurun
sebesar 3%
8. Lama tinggal : Secara rata-rata ketika variable lama tinggal di sekitar tempat usaha
meningkat sebesar 1 tahun, maka kemungkinan responden merasa ada peningkatan omzet
akan menurun sebesar 0.02%
9. Lama kerja : Secara rata-rata ketika variable lama memiliki suatu usaha meningkat
sebesar 1 tahun, maka kemungkinan responden merasa ada peningkatan omzet akan
meningkat sebesar 0.12%
10. Kel.yang harus dibiayai : Secara rata-rata ketika orang yang harus dibiayai dalam sebuah
keluarga meningkat sebanyak 1 orang, maka kemungkinan responden merasa ada peningkatan
omzet akan menurun sebesar 0.07%
11. Kualitas infrastruktur : Secara rata-rata ketika responden merasa ada peningkatan
infrastruktur, maka kemungkinan responden merasa ada peningkatan omzet akan meningkat
sebesar 17%
12. Pekerjaan lain : Secara rata-rata ketika responden memiliki pekerjaan lain, maka
kemungkinan mereka akan merasakan peningkatan omzet turun sebesar 4%
13. Total pengeluaran per bulan : Secara rata-rata bila responden memiliki peningkatan
pengeluaran sebesar Rp 1000, maka kemungkinan merasa ada peningkatan omzet akan
menurun sebesar 0.02%.
COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION
© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Bila dilihat dari analisis probit per variabel, maka variabel yang membuat para pelaku usaha
merasakan peningkatan omzet adalah :
1. Memiliki usaha di kawasan Pantai Ngandong, Pantai Sundak, Pantai Krakal. Hal ini
dikarenakan di pantai-pantai tersebut terdapat area yang dapat digunakan sebagai tempat
bermain (berenang) oleh para pengunjung. Semakin banyak area bermainnya, para
pengunjung pun akan tertarik untuk datang. Hal ini merupakan kesempatan bagi para
pelaku usaha untuk memasarkan dagangannya.
2. Para pelaku usaha berjenis kelamin laki-laki merasa memiliki peningkatan omzet selama
lima tahun terakhir berdagang di sekitar pantai.
3. Lama kerja menyebabkan pelaku usaha merasa adanya peningkatan pendapatan. Hal ini
dikarenakan semakin lama mereka menjalani usaha di sekitar pantai, semakin banyak
pengalaman yang didapat. Pengalaman membawa mereka paham cara meningkatkan
penjualan dan laba.
4. Kualitas infrastruktur memiliki andil dalam persepsi pelaku usaha seputar peningkatan
pendapatan. Semakin baik kualitas infrastruktur, maka pekerjaan akan lebih mudah
dilaksanakan. Hal ini mempermudah pelaku usaha dalam berdagang.
Probit model for peningkatan omzet, goodness-of-fit
Number of observation = 120
Number of Covariate patterns = 117
Pearson chi2 (103) = 114,40
Prob > chi2 = 0,2081
Correctly classified = 72,50%
Analisis:
1. Model fits baik karena number of covariate pattern (117) mendekati number of
observation sebesar 120
COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION
© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
2. Karena Prob > chi2 = 0.2081 yang berarti lebih besar dari 0.05, maka tidak cukup bukti
menolak H0,dimana : H0= tidak tolak model
H1= tolak model
3. Overall : model ini dapat menyatakan kebenaran sebesar 72.50%
In depth interview
Narasumber : Bapak Riyadi, seorang Pekerja Sosial Masyarakat di daerah wisata Pantai Gunungkidul
COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION
© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Untuk membangun suatu tempat wisata yang layak, tentunya diperlukan biaya yang tidak
sedikit, begitu juga yang dialami daerah wisata pantai Gunungkidul. Pemerintah hanya
mengucurkan dana sebesar Rp16.000.000 selama setahun dan itu pun untuk keseluruhan pantai-
pantai di Gunungkidul bukan untuk satu pantai. Misalnya saja pantai di Gunungkidul sebanyak
10 pantai, sehingga setiap pantai hanya memperoleh Rp1.600.000 untuk keperluan operasional,
perbaikan, penghijauan, dan lain sebagainya. Penerangan di pantai pun masih sangat minim.
Bangunan-bangunan di sekitar pantai pun jarang di cat, tugu yang berada di pintu masuk pantai
pernah dicat oleh Dinas Pariwisata tetapi itu pun sudah lama. Untuk itu, masyarakat pantai
Gunungkidul sangat membutuhkan pembangunan dan perbaikan infrastruktur secara cepat agar
mereka dapat siap untuk menerima pengunjung-pengunjung yang datang ke pantai tersebut.
Dalam hal penegakan aturan, memang terdapat peraturan daerah yang berlaku di daerah
pantai tersebut, tetapi tidak terdapat sanksi bagi yang melanggarnya. Sehingga banyak aturan-
aturan yang dirasakan menyimpang dan masyarakat pun meminta adanya aturan main yang jelas
agar kegiatan pantai berjalan dengan lancar sesuai dengan aturan yang berlaku. Masyarakat juga
berharap untuk tidak adanya pembatasan yang terlalu berbelit-belit yang intinya masyarakat
ingin memperoleh kebebasan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat itu sendiri.
Masyarakat mengharapkan adanya bantuan Dinas Pendidikan untuk bekerjasama
mendirikan daerah belajar terpadu di pantai. Masyarakat telah menemukan pantai baru yang
mereka beri nama Pantai Sangleng dimana mereka berencana untuk melakukan penghijauan
disana dan dengan bekerjasama dengan Dinas Pendidikan, mereka ingin membuat tempat wisata
khusus belajar. Selain itu, mereka juga ingin mendirikan museum kerang dan perpustakaan laut
di tempat tersebut. Hal ini dilakukan masyarakat untuk menumbuhkan rasa cinta dan
meningkatkan wawasan para pelajar mengenai laut. Untuk rencana tersebut, masyarakat tidak
mau meminta bantuan dari pihak swasta dikarenakan masyarakat takut pantai tersebut malah
diberi pagar pembatas dan menjadi pantai privat yang tidak terbuka untuk umum seperti yang
terjadi di Pantai Indrayanti dimana pantai tersebut dimiliki oleh pihak swasta dan memiliki
AD/ART sendiri dan tidak dibuka untuk umum.
Dalam menjaga lingkungan pantai, peran masyarakat menjadi hal yang paling utama.
Seberapa besar pun dana pemerintah yang dikucurkan tanpa adanya kepedulian masyarakat
terhadap pantai, maka hal ini akan menjadi sesuatu yang sia-sia saja. Pada awalnya masyarakat
kurang peduli akan kelestarian pantai, tetapi lambat laun hingga sekarang masyarakat sudah
COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION
© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
mulai peduli akan hal tersebut hingga mereka pun membentuk kelompok peduli lingkungan sejak
7 tahun silam yang mereka sebut Podarmis. Selain itu, masyarakat juga membuat program
penanaman mandiri dengan tagline “Hijau, Lestari, Mandiri” yang juga merupakan tujuan dari
program tersebut.
Dalam hal penghijauan, pohon-pohon perindang di sekitar pantai pada awalnya tampak
kering, tetapi dengan swadaya masyarakat dengan mengumpulkan modal sebesar Rp225ribu,
mereka berhasil meningkatkan penghijaun di pantai karena mereka berpikir pohon sangat
penting untuk mendukung kelestarian pantai selain digunakan oleh wisatawan untuk berteduh
dan digunakan oleh masyarakat itu sendiri untuk berjualan. Dinas Kehutanan pun pernah
memberikan bantuan 10.000 bibit pohon perindang untuk mendukung kegiatan masyarakat
tersebut. Siapapun warga yang ingin menebang pohon harus “kulonuwun” alias minta izin
terlebih dahulu.
Dengan usaha-usaha masyarakat, sekarang pantai menjadi lebih hijau. Masyarakat
menemui kendala yaitu biaya yang sangat besar dalam melakukan penghijauan di pantai, tetapi
masyarakat tetap optimis karena mereka memiliki kepedulian terhadap pantai yang merupakan
hal yang lebih penting untuk dapat menyukseskan penghijauan pantai. Pemerintah diharapkan
dapat lebih mendukung program-program masyarakat, seperti bantuan bibit pohon perindang.
Jangan sampai hal yang terjadi di Pantai Sepanjang terjadi berulang-ulang dimana pantai tersebut
sudah didirikan dari 7 tahun yang lalu tetapi pemerintah belum melakukan pembangunan sama
sekali untuk pantai tersebut. Masyarakat pun menginginkan agar masyarakat dapat lebih mandiri
lagi dalam menjaga kelestarian pantai. Pendidikan berwawasan pantai pun masih sangat kurang
walaupun hal itu sangat penting untuk digalakkan.
Polling Wisatawan
Tanggapan Wisatawan mengenai Fasilitas Pantai
Kepuasan Wisatawan Secara Umum
COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION
© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Kepuasan wisatawan (tourist satisfaction) dapat diartikan sebagai perbandingan antara apa yang
diharapkan wisatawan dan apa yang dirasakan wisatawan ketika menggunakan fasilitas pantai
tersebut. Berdasarkan pengertian ini, dapat disimpulkan bahwa indikator kepuasan wisatawan
adalah saat wisatawan merasakan performance facility sama atau melebihi expected facility, yang
dapat diukur dengan menggunakan Indeks Kepuasan Wisatawan atau Tourist Satisfaction Index
(TSI). TSI dapat dirumuskan menjadi:
Dimana performance facility maupun expected facility di mata wisatawan dapat dinotasikan
dengan penilaian berskala likert.
Hasil survey kepuasan wisatawan pada fasilitas pantai menunjukkan angka TSI sebesar 72,017%
Evaluasi Kinerja Untuk Setiap Variabel Penilaian
Terdapat tujuh variabel fasilitas yang dianalisis, yaitu hotel, tempat makan, kamar mandi,
kebersihan, transportasi, sarana rekreasi, dan tempat parkir. Hasil analisis adalah sebagai berikut:
Variabel TSIHotel (A) 71,402 %Tempat Makan (B) 71,239 %Kamar Mandi (C) 68,085 %Kebersihan (D) 73,617 %Transportasi (E) 61,321 %Sarana Rekreasi (F) 67,948 %
COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION
Indeks kepuasan wisatawan sebesar 72,017% menunjukkan bahwa secara umum wisatawan
CUKUP PUAS dengan fasilitas pantai
© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Tempat Parkir (G) 89,984 %
Dari matriks kepuasan masyarakat diatas dapat dilakukan evaluasi sebagai berikut:
Area Merah Muda (high leverage/attributes to improve)
Kuadran ini memuat faktor-faktor yang dianggap penting oleh wisatawan namun pada
kenyataannya faktor belum sesuai seperti dengan yang diharapkannya. Variabel yang berada di
kuadran ini harus merupakan prioritas utama untuk ditingkatkan. Tidak ada variabel yang
masuk dalam kategori ini.
COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION
Rata-rata Kepentingan
1
2
3
41 2 3
A
BE
Tingkat Kepuasan
3.563
2.566
3
4
3
3.5
3.52.5
Rata-rata Kepuasan
Rata-rata Kepentingan
A
B
D
E
2.566
3.563
C
F
F
G
G
© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Area Biru (attributes to maintain)
Variabel yang termasuk dalam kuadran ini harus dipertahankan dan ditingkatkan karena semua
variabel ini menjadikan infrastruktur tersebut unggul di mata wisatawan (variabel ini merupakan
kekuatan yg daerah miliki, terutama jika tingkat kepuasan melebihi tingkat kepentingan).Tidak
terdapat variabel dalam kategori ini.
Area Kuning (attributes to maintain)
Kuadran ini adalah area yg memuat faktor-faktor yang dianggap kurang penting oleh wisatawan
dan pada kenyataannya, responden menilai kinerja/ kualitasnya tidak terlalu baik (lebih rendah
dari rata-rata seharusnya). Dari pengamatan, kepuasan responden terhadap variabel-variabel di
kuadran ini memang rendah, bahkan terdapat pula jawaban tidak puas dari wisatawan, Namun,
jika ingin meningkatkan kualitas pada variabel ini, bisa dipertimbangkan lebih jauh karena
pengaruhnya terhadap manfaat yang dirasakan wisatawan sangat kecil (wisatawan tidak terlalu
membutuhkan keistimewaan lebih terhadap variabel ini). Hotel, Transportasi, dan Sarana
Rekreasi berada dalam kategori ini.
Area Ungu (low leverage/attributes to de-emphasize)
Ini adalah kuadran yang memuat faktor-faktor yang dianggap kurang penting oleh wisatawan
(tingkat kepentingan dibawah rata-rata) dan dirasakan terlalu berlebihan (kepuasan melebihi
yang seharusnya). Sekilas jika hanya melihat gap, variabel yang berada di daerah ini terlihat
sebagai kekuatan (karena apa yang dirasakan wisatawan jauh melebihi apa yang mereka
inginkan). Namun, sebenarnya jika melihat dari pembagian kuadran ini, variabel yang berada di
kuadran ini bukan kekuatan yang patut ditonjolkan karena variabel ini tidak memberi manfaat
yang istimewa bagi wisatawan. Jadi, fokus yang berlebihan terhadap variabel ini mungkin bisa
dikurangi agar dapat menghemat biaya. Variabel yang masuk di dalam kategori ini adalah
Tempat Makan, Kamar Mandi, Kebersihan, dan Tempat Parkir.
Kriteria Responden
COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION
© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Sebagian besar responden berada pada rentang usia di bawah
21 tahun yaitu sebesar 30%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian
besar pengunjung pantai merupakan para kawula muda.
Dari data, didapatkan sebanyak 55% responden berjenis
kelamin laki-laki dan sisanya 45% responden berjenis kelamin
perempuan. Walaupun persentase laki-laki lebih banyak, tetapi
proporsi keduanya cenderung serupa dan tidak berbeda jauh.
Hal ini menunjukkan bahwa pantai dikunjungi oleh semua
kalangan gender.
Sebanyak 97% responden merupakan wisatawan
domestik dan sisanya sebanyak 3% responden merupakan
wisatawan mancanegara. Dari 97% tersebut, mayoritas
responden berasal dari kota-kota sekitar Gunungkidul yaitu
Yogyakarta, Wonosari, Magelang, dan lain sebagainya.
Mayoritas responden berkunjung ke Pantai
bersama dengan keluarga mereka yaitu sebesar 46%.
Berikutnya sebanyak 40% responden menyatakan
berkunjung bersama teman.
COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION
© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Sebanyak 39% responden menyatakan bahwa kali itu adalah pertama kalinya mereka
berkunjung ke pantai tersebut, sedangkan sebanyak 38% responden menyatakan sudah 2 - 5 kali
berkunjung dan 23% responden menyatakan sudah lebih dari 5 kali berkunjung. Dengan cukup
tingginya presentase responden yang datang kembali ke pantai tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa pantai tersebut cukup diminati oleh responden.
Dari data responden yang baru pertama kali berkunjung ke pantai tersebut, sebesar 59%
responden menyatakan akan kembali lagi dan akan mereka prioritaskan, sebesar 38% responden
menyatakan akan kembali tetapi ragu-ragu, dan 3% responden menyatakan tidak akan kembali
lagi.
Dari data di samping, terlihat bahwa 79% responden
mengetahui informasi mengenai pantai melalui
teman, 10% dari internet, 8% melalui website, 2%
melalui radio, dan 1% melalui televisi. Situs yang
dibuka responden melalui internet antara lain adalah
kaskus, blog, dan google. Dari sini, dapat diambil
kesimpulan bahwa informasi mengenai pantai
tersebar luas dari mulut ke mulut dan metode
informasi lainnya belum terlaksana secara efektif.
COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION
© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
61% alasan responden berkunjung ke pantai tersebut
adalah karena keindahan pantainya, sisanya 14% karena direkomendasikan temannya, 12%
karena penasaran pernah mendengar tentang pantai ini, 4%
hanya secara tidak sengaja kebetulan lewat saja, dan 9%
responden menyatakan alasan yang beragam lainnya.
Sebanyak
54% responden
menyatakan bahwa pantai yang dikunjunginya tersebut merupakan pantai yang menjadi
prioritasnya dalam berkunjung dan 46% sisanya menyatakan pantai yang dikunjungi bukan
merupakan pantai yang menjadi prioritas mereka.
Dari data responden yang menyatakan tidak, pantai-pantai di Yogyakarta yang menjadi
prioritas mereka yakni Pantai Baron (sebesar 37%), Pantai Sundak (sebesar 19%), Pantai Krakal
(sebesar 19%), Pantai Kukup (sebesar 13%), dan Pantai Drini (sebesar 12%).
Mayoritas responden menyatakan kelebihan dari pantai tersebut antara lain adalah
pemandangan yang indah, pantai yang masih jernih, ombaknya yang tidak terlalu besar, pasir
yang putih, dan adanya gugus karang di pantai. Untuk kekurangan pantai, mayoritas responden
menyatakan kekurangannya antara lain adalah jalannya yang rusak, kurangnya kebersihan sekitar
pantai, sulitnya transportasi, dan kurangnya sarana rekreasi. Untuk dapat meningkatkan kepuasan
COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION
© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
masyarakat sangat diharapkan adanya perbaikan infrastruktur wisata di pantai, terutama oleh
pemerintah dan juga dengan swadaya serta kepedulian masyarakat sekitar pantai.
Kesimpulan dan Saran
Pekerjaan di sekitar pantai telah menjadi tumpuan hidup bagi para pelaku usaha
Gunungkidul. Hal ini terbukti dari adanya 76% responden yang merasa bahwa usaha di tepi
COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION
© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
pantai adalah pekerjaan utama atau pekerjaan yang diandalkan walaupun memiliki pekerjaan
lain. Infrastruktur memberikan pengaruh yang besar terhadap kegiatan mereka. Jalan dan listrik
menjadi infrastruktur yang harus dibenahi oleh pemerintah daerah untuk semakin mempermudah
aktivitas ekonomi masyarakat. Sedangkan keberadaan air bersih tidak menjadi masalah bagi
masyarakat karena bantuan dari pemerintah daerah dalam hal ini sudah mulai terasa.
Memberikan pelatihan ketrampilan menjadi hal yang harus dilakukan oleh pemerintah
daerah bila ingin mendorong masyarakat untuk berwirausaha. Pasalnya, penelitian menunjukkan
bahwa bila responden terlalu lama menuntut ilmu di sekolah yang banyak mempelajari teori,
kemungkinan untuk mendapatkan tambahan omzet justru turun. Hal ini dikarenakan dunia usaha
erat kaitannya dengan praktek. Secara keseluruhan, selama lima tahun terakhir, masyarakat
Gunungkidul memiliki persepsi bahwa omzet dari usaha meningkat seiring dengan semakin
banyaknya pengunjung pantai yang datang.
Pemasaran daerah Gunungkidul juga harus digencarkan lagi agar semakin banyak
kunjungan turis lokal maupun turis asing. Peningkatan jumalah pengunjung dapat membuka
lahan usaha baru untuk masyarakat setempat, sehingga diharapkan pendapatan mereka
meningkat. Pada intinya, dukungan mendorong kehidupan sektor pariwisata dimaksudkan agar
masyarakat Gunungkidul menjadi masyarakat yang mandiri dengan menciptakan usaha, sehingga
akhirnya dapat meningkatkan PDRB Gunungkidul.
COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION
Top Related