Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global
5
Tiongkok antara lain disebabkan oleh
menurunnya aktivitas konsumsi dan investasi
swasta –akibat perlambatan ekonomi
global dan ketidakpastian penyelesaian
konflik perdagangan dengan AS, serta
kondisi likuiditas yang relatif masih ketat.
Sementara itu, kinerja AS, Inggris, dan Jepang
menunjukkan perbaikan –meskipun ditopang
oleh faktor temporer. Kinerja ekonomi AS
di luar dugaan tumbuh membaik. Namun,
kinerja positif tersebut belum mencerminkan
perbaikan fundamental karena pertumbuhan
ekonomi AS lebih ditopang oleh inventori dan
penurunan impor.
Inflasi global pada TW1-19 melemah
dipicu antara lain oleh penurunan permintaan
domestik dan harga energi yang masih
rendah. Pelemahan tekanan inflasi terjadi pada
sebagian besar negara maju, sedangkan di
negara berkembang tekanan inflasi cenderung
variatif. Di negara maju, melemahnya tekanan
inflasi terutama dialami oleh AS, Kawasan
Euro, dan Inggris. Tekanan inflasi di negara
tersebut cenderung bergerak di bawah target
2%. Di negara berkembang, inflasi di beberapa
Pertumbuhan ekonomi dunia
melemah pada TW1-19. Pelemahan ekonomi
dunia dipicu oleh penurunan aktivitas
konsumsi dan investasi seiring melemahnya
sentimen konsumen dan bisnis akibat masih
berlanjutnya ketidakpastian global. Selain
itu, eskalasi konflik perdagangan semakin
menekan aktivitas perdagangan global
sehingga memengaruhi kinerja ekspor dan
menurunkan permintaan global. Pelemahan
permintaan global tersebut menyebabkan
harga komoditas secara umum masih rendah,
meski harga minyak dan logam cenderung
membaik seiring penurunan pasokan.
Pertumbuhan ekonomi negara-negara
di dunia cenderung melemah pada TW1-
19, kecuali AS, UK, dan Jepang. Kinerja
ekonomi Kawasan Euro tetap lemah seiring
masih rendahnya sentimen ekonomi dan
bisnis, serta tertekannya kinerja ekspor akibat
ketidakpastian Brexit dan penyelesaian konflik
perdagangan dunia. Aktivitas ekonomi
yang melemah juga dialami oleh negara
utama di kawasan emerging, terutama
Tiongkok dan India. Pelemahan ekonomi
PERKEMBANGAN EKONOMI GLOBAL
BAB
1
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2019
6
moneter akomodatif guna merespons
perlambatan pertumbuhan ekonomi dan
pelemahan inflasi. The Fed mempertahankan
suku bunga Fed Fund Rate (FFR), memberikan
sinyal akan lebih bersabar dalam menetapkan
FFR, dan mengurangi nominal penurunan
balance sheet. Sejalan dengan langkah the
Fed, ECB dan BOJ juga mempertahankan
kebijakan akomodatif untuk mendukung
aktivitas ekonomi dan memberikan sinyal
akan mempertahankan tingkat suku bunga
rendah dalam jangka waktu tertentu. ECB
menambahkan rencana penerapan kembali
kebijakan Targeted Long-Term Refinancing
Operations (TLTRO) pada September 2019
hingga Maret 2021 sebagai respons kebijakan.
Sementara itu, the People’s Bank of
China (PBC) mempertahankan suku bunga
kebijakan dan menurunkan kembali Giro
Wajib Minimum (GWM), serta berupaya
menambah likuiditas melalui fasilitas Targeted
Medium-term Lending Facility (TMLF) bagi
perbankan. Reserve Bank of India (RBI) juga
memilih untuk menurunkan suku bunga
acuan untuk mendorong perbaikan ekonomi
dan inflasi.
Pertumbuhan ekonomi global
pada 2019 diprakirakan melambat. IMF
memprediksi ekonomi dunia pada 2019
tumbuh sebesar 3,3% yoy1, lebih rendah
dibandingkan pertumbuhan ekonomi
2018 sebesar 3,6% yoy. Pada 2020, IMF
memproyeksikan ekonomi dunia tumbuh
membaik mencapai 3,6%. Perbaikan prospek
1 World Economic Outlook – IMF Juli 2019.
negara ASEAN-5 seperti Filipina, Vietnam, dan
Malaysia cenderung menurun dan relatif stabil
pada level yang rendah. Sementara inflasi
di Tiongkok dan India bergerak naik akibat
kendala pasokan makanan.
Sentimen terhadap negosiasi
perdagangan antara AS-Tiongkok yang
sempat membaik, dan sinyal kebijakan
sejumlah bank sentral utama yang cenderung
dovish mendorong perilaku risk on investor.
Hal tersebut menyebabkan pasar saham global
TW1-19 berhasil pulih dari koreksi tajam pada
triwulan sebelumnya. Sementara itu, sinyal
pelonggaran kebijakan sejumlah bank sentral
utama juga mendorong peningkatan harga
obligasi (dan penurunan yield), meski terdapat
kekhawatiran perlambatan pertumbuhan
ekonomi global. Penurunan yield terjadi
serempak pada obligasi negara maju maupun
berkembang.
Di tengah perlambatan ekonomi
global, harga komoditas dunia mulai membaik
terutama sejalan dengan peningkatan harga
minyak dan logam. Harga minyak meningkat
dipicu oleh kesepakatan penurunan produksi
oleh negara-negara penghasil minyak dunia,
sedangkan harga logam membaik sejalan
dengan peningkatan permintaan dari
Tiongkok dan menurunnya pasokan akibat
gangguan produksi di beberapa negara
penghasil logam. Sementara itu, harga
komoditas pertanian masih lemah seiring
masih memadainya pasokan.
Bank sentral di negara maju maupun
negara berkembang menerapkan kebijakan
Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global
7
gilirannya berdampak pada penurunan
aktivitas konsumsi dan investasi. Selain itu,
aktivitas perdagangan global makin tertekan
akibat ketidakpastian penyelesaian konflik
perdagangan sehingga memengaruhi kinerja
ekspor negara-negara di dunia.
Pertumbuhan ekonomi negara-
negara di dunia cenderung melemah
pada TW1-19, kecuali AS, UK, dan Jepang.
Kinerja ekonomi Kawasan Euro tetap lemah
seiring tetap rendahnya sentimen ekonomi
dan bisnis, serta tertekannya kinerja ekspor
akibat ketidakpastian Brexit dan eskalasi tensi
perdagangan dunia. PDB Kawasan Euro TW1-
19 tumbuh 1,2% yoy –stabil dari capaian
triwulan sebelumnya. Meskipun stabil,
level pertumbuhan tersebut relatif rendah
dibandingkan kinerja ekonomi Kawasan Euro
periode sebelumnya. Tertahannya pelemahan
ekonomi Kawasan Euro tidak terlepas dari
peran stimulus fiskal dan kebijakan moneter
ECB yang akomodatif, serta pasar tenaga
kerja yang masih solid.
Kinerja ekonomi yang lemah juga
dialami oleh negara utama di kawasan
emerging, terutama Tiongkok dan India.
Ekonomi Tiongkok masih dalam tren yang
lemah, meskipun pada TW1-19 tumbuh
6,4% yoy (sama dengan TW4-18). Pelemahan
ekonomi Tiongkok disebabkan oleh
menurunnya aktivitas konsumsi dan investasi
swasta –akibat perlambatan ekonomi global
dan ketidakpastian penyelesaian konflik
perdagangan dengan AS, serta kondisi
likuiditas yang relatif masih ketat. Pelemahan
ekonomi Tiongkok yang lebih dalam dapat
ekonomi global 2020 tersebut didasarkan
asumsi bahwa kondisi ekonomi dari negara
emerging dan developing yang mengalami
tekanan, seperti Argentina dan Turki, akan
mengalami perbaikan.
Kondisi perekonomian global ke
depan masih akan dibayangi sejumlah risiko
lama yang berpotensi makin meningkat.
Risiko tersebut antara lain bersumber dari
eskalasi konflik perdagangan AS-Tiongkok
dan potensi perluasan ketegangan yang
dapat mengganggu rantai pasokan global,
pelemahan ekonomi Tiongkok yang lebih
besar dari ekspektasi, dan berlanjutnya
ketidakpastian negosiasi Brexit serta politik
di Eropa. Adapun beberapa risiko yang
bersumber dari faktor fundamental, antara
lain produktivitas yang menurun dan aging
population, tetap berpotensi menghambat
prospek pertumbuhan ekonomi dunia.
A. Perkembangan Ekonomi Global
Kinerja Ekonomi Global
Pertumbuhan ekonomi dunia
melemah pada TW1-19. Pelemahan
ekonomi global tersebut disebabkan oleh
eskalasi konflik perdagangan antara AS dan
Tiongkok, perlambatan ekonomi Tiongkok,
berlanjutnya ketidakpastian negosiasi Brexit,
faktor idiosinkratik di beberapa negara
utama dunia (antara lain gangguan sektor
otomotif di Jerman), dan faktor geopolitik.
Berbagai faktor ini menyebabkan pelemahan
sentimen konsumen dan bisnis yang pada
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2019
8
emerging, kinerja AS, Inggris, dan
Jepang menunjukkan perbaikan –
meskipun ditopang oleh faktor temporer.
Ekonomi AS pada TW1-19 tumbuh 3,2%
yoy (lebih tinggi dari 3,0% pada TW4-
18). Membaiknya ekonomi AS tersebut
di luar ekspektasi mengingat ekonomi AS
sebelumnya diprediksi akan melambat akibat
partial government shutdown dan konflik
perdagangan dengan Tiongkok. Meskipun
membaik, kinerja positif tersebut belum
mencerminkan perbaikan ekonomi secara
fundamental karena pertumbuhan ekonomi
AS ditopang oleh inventori dan penurunan
impor. Di sisi lain, terdapat indikasi ekonomi
AS ke depan akan melambat karena sektor
konsumsi AS –kontributor terbesar pada
PDB– justru melemah.
Kinerja ekonomi Inggris dan
Jepang juga membaik. PDB Inggris TW1-19
tumbuh 1,8% yoy (lebih tinggi dibandingkan
TW4-18 sebesar 1,4%). Pencapaian positif
tersebut terutama ditopang oleh peningkatan
aktivitas investasi sejalan dengan upaya
memupuk persediaan (stockpiling) sebagai
antisipasi keluarnya Inggris dari Uni Eropa
yang semula dijadwalkan pada 29 Maret
2019. Sementara itu, ekonomi Jepang TW1-
19 tumbuh 0,9% yoy (membaik dari TW4-18
sebesar 0,3%). Perbaikan ekonomi Jepang
antara lain ditopang oleh peningkatan
investasi pemerintah sejalan dengan program
rekonstruksi pascabencana. Meskipun
membaik, kinerja ekonomi Jepang tetap perlu
dicermati karena terdapat indikasi pelemahan
permintaan domestik sebagaimana tercermin
dihindari –setidaknya pada TW1-19– karena
pengaruh dari stimulus fiskal yang ekspansif
dan kebijakan moneter yang akomodatif.
Selain itu, kinerja impor yang melambat lebih
tajam dibandingkan ekspor membuat net
ekspor dapat berkontribusi positif terhadap
pertumbuhan di TW1-19.
Ekonomi India di luar dugaan
tumbuh melambat lebih dalam
dibandingkan perkiraan. PDB India TW1-19
tumbuh 5,8% yoy (lebih rendah dibandingkan
TW4-18 sebesar 6,6% yoy). Perlambatan
ekonomi tersebut dipicu oleh perlambatan
konsumsi, investasi, dan kinerja ekspor, sebagai
dampak dari penurunan daya beli, penurunan
sentimen konsumen dan bisnis, serta
pelemahan ekonomi global dan ketegangan
perdagangan AS dengan Tiongkok. Stimulus
fiskal India meningkat cukup signifikan sejalan
dengan persiapan pemilu, namun belum
dapat memitigasi perlambatan ekonomi
India. Sementara itu, ekonomi ASEAN-5
juga melemah terdampak oleh perlambatan
ekonomi global dan tensi perdagangan global.
Meskipun terdapat negara ASEAN-5 (Vietnam)
yang memperoleh manfaat dari pengalihan
impor AS dari Tiongkok (trade diversion),
secara keseluruhan ketegangan perdagangan
dunia telah memengaruhi kinerja ekspor
negara-negara ASEAN-5. Kinerja ekspor
beberapa negara seperti Singapura, Filipina,
dan Vietnam terkoreksi cukup tajam, terutama
untuk produk elektronik, semi konduktor, dan
mobile phones.
Berbeda dengan kinerja Kawasan
Euro dan beberapa negara di kawasan
Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global
9
dengan Tiongkok– serta penurunan real
disposable income. Sementara itu, aktivitas
konsumsi di Jepang juga melambat seiring
melemahnya kepercayaan konsumen dan
menurunnya daya beli. Kinerja yang berbeda
ditunjukkan oleh Inggris dan Kawaan Euro.
Kinerja konsumsi di Inggris membaik ditopang
oleh aksi front loading untuk mengantisipasi
Brexit dan perbaikan sektor tenaga kerja,
sedangkan aktivitas konsumsi di Kawasan
Euro juga meningkat ditopang oleh perbaikan
daya beli sejalan dengan perbaikan tenaga
kerja dan kenaikan upah minimum.
Sumber: Bloomberg
-12,0
-10,0
-8,0
-6,0
-4,0
-2,0
0,0
2,0
4,0
6,0
8,0
0,2
0,8
1,8
2,8
3,8
4,8
5,8
6,8
7,8
Mar
Mei Jul
Sep
Nov Jan
Mar
Mei Jul
Sep
Nov Jan
Mar
Mei Jul
Sep
Nov Jan
Mar
May Jul
Sep
Nov Jan
Mar
2015 2016 2017 2018 2019
% yoy% yoy AS Kawasan Euro Inggris Jepang, rhs
Grafik 1.3 Penjualan Ritel Negara Maju
Sumber: Bloomberg
-30
-20
-10
00
10
20
30
40
8,0
8,5
9,0
9,5
10,0
10,5
11
11,5
Mar
Mei Jul
Sep
Nov Jan
Mar
Mei Jul
Sep
Nov Jan
Mar
Mei Jul
Sep
Nov Jan
Mar
May Jul
Sep
Nov Jan
Mar
2015 2016 2017 2018 2019
% yoy% yoy Tiongkok India, rhs
Grafik 1.4 Penjualan Ritel Negara Emerging
dari melemahnya konsumsi dan impor.
Sumber: Bloomberg
3,2
1,2
1,8
0,8
-1,5
-1
-0,5
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1*
2014 2015 2016 2017 2018 2019
% yoy % yoy AS Kawasan Euro Inggris Jepang, rhs
Grafik 1.1 Pertumbuhan PDB Negara Maju
Sumber: Bloomberg
6,4
6,6
4,5
2,8
-1
0
1
2
3
4
5
6
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1*2014 2015 2016 2017 2018 2019
% yoy % yoy Tiongkok India Malaysia Thailand, rhs
Grafik 1.2 Pertumbuhan PDB Negara
Emerging
Aktivitas konsumsi global
melambat dipicu oleh pelemahan daya
beli –seiring perlambatan ekonomi– dan
pemburukan consumer confidence antara
lain akibat trade tension. Pelemahan
aktivitas konsumsi dialami baik oleh negara
maju maupun berkembang, kecuali Inggris
dan Kawasan Euro. Aktivitas konsumsi di
AS tumbuh melambat seiring kepercayaan
konsumen yang makin lemah –akibat partial
government shutdown dan trade tension
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2019
10
penurunan daya beli.
Aktivitas produksi global
melambat cukup signifikan di tengah
pelemahan permintaan eksternal dan
domestik, serta pelemahan sentimen
bisnis –antara lain akibat konflik
perdagangan AS dengan Tiongkok.
Perlambatan aktivitas produksi terjadi pada
beberapa negara utama seperti AS, Kawasan
Euro, Jepang, dan India. Diantara empat
negara utama tersebut, perlambatan aktivitas
produksi terbesar dialami oleh Jepang
seiring perlambatan konsumsi domestik dan
pelemahan kinerja ekspor. Sementara itu,
aktivitas produksi di Inggris dan Tiongkok
mengalami perbaikan. Aktivitas produksi
di Inggris membaik sejalan dengan upaya
stockpiling, sedangkan aktivitas produksi di
Tiongkok meningkat karena ditopang oleh
stimulus fiskal.
Sejalan dengan perlambatan
kegiatan produksi, ekspansi kegiatan
bisnis melemah terutama di sektor
manufaktur. Perlambatan ekspansi bisnis
sektor manufaktur dipicu antara lain oleh
penurunan new export order –seiring
perlambatan ekonomi global dan dampak
trade tension. Perlambatan ekspansi
bisnis sektor manufaktur tersebut terjadi
di beberapa negara utama, terutama di
Jepang dan Kawasan Euro. PMI Manufaktur
di Jepang melemah akibat pelemahan
permintaan eksternal terutama dari Tiongkok.
Sementara, PMI Manufaktur di Kawasan Euro
melemah cukup signifikan bahkan mencapai
level terendah dalam enam tahun terakhir.
Sumber: Bloomberg
-6,0
-4,0
-2,0
0
2,0
4,0
6,0
8,0
Mar
Mei Jul
Sep
Nov Jan
Mar
Mei Jul
Sep
Nov Jan
Mar
Mei Jul
Sep
Nov Jan
Mar
May Ju
lSe
pN
ov Jan
Mar
2015 2016 2017 2018 2019
% yoy AS Kawasan Euro Inggris Jepang
Grafik 1.5 Produksi Industri Negara Maju
Sumber: Bloomberg
-2,0
0,0
2,0
4,0
6,0
8,0
10,0
5,0
5,5
6,0
6,5
7,0
7,5
8,0
8,5
9,0
Mar
Mei Jul
Sep
Nov Jan
Mar
Mei Jul
Sep
Nov Jan
Mar
Mei Jul
Sep
Nov Jan
Mar
May Jul
Sep
Nov Jan
Mar
2015 2016 2017 2018 2019
% yoy% yoy Tiongkok India, rhs
Grafik 1.6 Produksi Industri Negara
Berkembang
Kegiatan konsumsi di negara
emerging melemah cukup signifikan,
terutama Tiongkok dan India. Aktivitas
konsumsi di Tiongkok melambat seiring
permintaan domestik yang menurun dan
akibat konflik perdagangan dengan AS.
Sementara di India kegiatan konsumsi
turun tajam terdampak oleh penurunan
daya beli dan kepercayaan konsumen yang
melemah. Kinerja konsumsi negara-negara
di ASEAN-5 secara umum juga melemah
seiring menurunnya kepercayaan konsumen
akibat perlambatan permintaan domestik dan
Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global
11
berlanjutnya pelemahan perdagangan global.
Beberapa negara mengalami pelemahan
ekspor yang cukup signifikan akibat trade
tension, terutama Tiongkok dan Jepang.
Kinerja ekspor Tiongkok melemah terutama
ekspor ke AS dan beberapa negara di Asia.
Sementara itu, ekspor Jepang mengalami
kontraksi terutama ekspor ke Tiongkok, AS,
dan Kawasan Euro. Penurunan ekspor Jepang
terutama untuk produk manufaktur dan
produk elektronik. Ke depan, perlambatan
perdagangan global dapat berlanjut seiring
terdapat potensi meluasnya eskalasi tensi
perdagangan antara AS dengan negara mitra
utama lainnya, seperti Kawasan Euro dan
Jepang.
Sumber: Central Planning Bureau, World Trade Monitor, diolah
0,0
1,0
2,0
3,0
4,0
5,0
6,0
7,0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q12014 2015 2016 2017 2018 2019
% yoy WTV Imports WTV Exports WTV
Grafik 1.9 Volume Perdagangan Dunia
Di tengah pertumbuhan ekonomi
dunia yang melambat, harga komoditas
mulai meningkat meski masih pada
kisaran level yang rendah. Perbaikan
harga komoditas terutama ditopang oleh
harga minyak –sejalan dengan pengurangan
supply minyak dunia oleh OPEC dan non-
OPEC, serta faktor geopolitik. Sementara itu,
harga komoditas non-energi turut meningkat
Pelemahan PMI Manufaktur juga dialami
oleh Tiongkok sejalan dengan perlambatan
permintaan domestik dan pelemahan kinerja
ekspor.
Sumber: Bloomberg
45
47
49
51
53
55
57
59
61
63
Mei Jul
Sep
Nov Jan
Mar
Mei Jul
Sep
Nov Jan
Mar
May Jul
Sep
Nov Jan
Mar
20172016 2018 2019
Indeks AS Kawasan Euro Inggris Jepang
Grafik 1.7 PMI Manufacturing Negara Maju
Sumber: Bloomberg
45
47
49
51
53
55
57
Mei Jul
Sep
Nov
Mei Jul
Sep
NovJan
Mar
Mei Jul
Sep
NovJan
Mar Jan
Mar
20172016 2018 2019
Indeks Tiongkok India
Grafik 1.8 PMI Manufacturing
Negara Emerging
Aktivitas perdagangan dunia
kembali turun tajam akibat pelemahan
ekonomi global dan trade tension. Rerata
realisasi world trade volume (WTV) pada
TW1-19 tumbuh 0,4% yoy (lebih rendah
dibandingkan rerata TW3-18 sebesar 1,6%
yoy). Trade truce antara AS dan Tiongkok pada
akhir Desember 2018 belum dapat mencegah
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2019
12
di negara berkembang cenderung variatif.
Di negara maju, melemahnya tekanan inflasi
terutama dialami oleh AS, Kawasan Euro, dan
Inggris. Tekanan inflasi di negara tersebut
cenderung bergerak melemah menjauhi
target 2%. Sementara itu, meskipun inflasi
di Jepang meningkat tipis, tingkat inflasi
di Jepang masih rendah dan jauh di bawah
target 2%. Di negara berkembang, inflasi di
beberapa negara ASEAN-5 seperti Filipina,
Vietnam, dan Malaysia cenderung menurun
dan relatif stabil pada level yang rendah.
ditopang oleh penguatan harga logam
seiring perbaikan permintaan dari Tiongkok
dan gangguan pasokan yang dialami oleh
beberapa negara produsen. Di sisi lain, harga
komoditas pertanian secara umum masih
lemah karena melambatnya permintaan dan
pasokan yang relatif memadai.
Sumber: Bloomberg
-15
-10
-05
00
05
10
15
20
Mar
Mei Jul
Sep
Nov Jan
Mar
Mei Jul
Sep
Nov Jan
Mar
Mei Jul
Sep
Nov Jan
Mar
May Ju
lSe
pN
ov Jan
Mar
2015 2016 2017 2018 2019
% yoy AS Kawasan Euro Inggris Jepang
Grafik 1.10 Ekspor (Nominal) Negara Maju
Sumber: Bloomberg
-40
-30
-20
-10
00
10
20
30
40
50
Mar
Mei Jul
Sep
Nov Jan
Mar
Mei Jul
Sep
Nov Jan
Mar
Mei Jul
Sep
Nov Jan
Mar
May Ju
lSe
pN
ov Jan
Mar
2015 2016 2017 2018 2019
% yoy Tiongkok India
Grafik 1.11 Ekspor (Nominal) Negara
Emerging
Inflasi global pada TW1-19
melemah dipicu oleh harga energi yang
masih rendah dan penurunan permintaan
domestik. Pelemahan tekanan inflasi terjadi
pada sebagian besar negara maju, sedangkan
Sumber: Bloomberg
-1,0
-0,5
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
3,0
3,5
Mar
Mei Jul
Sep
Nov Jan
Mar
Mei Jul
Sep
Nov Jan
Mar
Mei Jul
Sep
Nov Jan
Mar
May Ju
lSe
pN
ov Jan
Mar
2015 2016 2017 2018 2019
% yoy AS Kawasan Euro Inggris Jepang
Grafik 1.12 Inflasi Headline Negara Maju
Sumber: Bloomberg
0,0
1,0
2,0
3,0
4,0
5,0
6,0
7,0
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
3,0
3,5
Mar
Mei Jul
Sep
Nov Jan
Mar
Mei Jul
Sep
Nov Jan
Mar
Mei Jul
Sep
Nov Jan
Mar
May Ju
lSe
pN
ov Jan
Mar
2015 2016 2017 2018 2019
% yoy% yoy Tiongkok India, rhs
Grafik 1.13 Inflasi Headline
Negara Emerging
Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global
13
(TLTRO) pada September 2019 hingga Maret
2021. Sementara itu, BOJ berkomitmen
untuk mencapai target inflasi dengan
mempertahankan kebijakan moneter
akomodatif dan memberikan sinyal akan
mempertahankan suku bunga rendah
setidaknya hingga musim semi 2020.
Sumber: Bloomberg
-0,50
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
Mar
Mei Jul
Sep
Nov Jan
Mar
Mei Jul
Sep
Nov Jan
Mar
Mei Jul
Sep
Nov Jan
Mar
May Jul
Sep
Nov Jan
Mar
2015 2016 2017 2018 2019
% AS Kawasan Euro Inggris Jepang Canada
Grafik 1.14 Suku Bunga Kebijakan
Negara Maju
Sumber: Bloomberg
0,0
2,0
4,0
6,0
8,0
10,0
12,0
14,0
16,0
3,0
3,5
4,0
4,5
5,0
5,5
6,0
6,5
7,0
7,5
8,0
Mar
Mei Jul
Sep
Nov Jan
Mar
Mei Jul
Sep
Nov Jan
Mar
Mei Jul
Sep
Nov Jan
Mar
May Ju
lSe
pN
ov Jan
Mar
2015 2016 2017 2018 2019
% % Tiongkok India Indonesia Brazil, rhs
Grafik 1.15 Suku Bunga Kebijakan
Negara Berkembang
Bank sentral negara berkembang
juga menempuh kebijakan moneter
akomodatif. Di Tiongkok, the People’s Bank
of China (PBC) mempertahankan suku bunga
Sementara itu, inflasi di Tiongkok bergerak
naik akibat kendala pasokan makanan. Inflasi
di India juga meningkat akibat kenaikan
harga makanan. Meskipun meningkat,
tingkat inflasi di Tiongkok dan India masih
lebih rendah dibandingkan target inflasi
kedua negara.
B. Respons Kebijakan dan Outlook
B.1. Respons Kebijakan
Kebijakan moneter berbagai
negara cenderung akomodatif. Kebijakan
moneter akomodatif diterapkan oleh bank
sentral baik di negara maju maupun negara
berkembang di tengah pertumbuhan
ekonomi yang melambat dan inflasi yang
cenderung di bawah target. Di negara maju,
the Fed menerapkan kebijakan moneter yang
lebih dovish dengan mempertahankan suku
bunga Fed Fund Rate (FFR), memberikan sinyal
akan lebih bersabar dalam menetapkan FFR,
dan mengurangi nominal penurunan balance
sheet. Langkah ini ditempuh karena the
Fed memandang terdapat potensi ekonomi
AS akan melemah pada paruh kedua 2019
dan mengingat tekanan inflasi melambat di
bawah target.
Sejalan dengan langkah the Fed,
ECB dan BOJ juga mempertahankan
kebijakan moneter akomodatif. ECB
akan mempertahankan suku bunga pada
level yang sama hingga akhir 2019 dan
berencana menerapkan kembali kebijakan
Targeted Long-Term Refinancing Operations
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2019
14
B.2. Outlook Ekonomi Global
Pertumbuhan ekonomi global
pada 2019 diprakirakan melambat. IMF
memprediksi ekonomi dunia pada 2019
tumbuh sebesar 3,3% yoy2, lebih rendah
dibandingkan pertumbuhan ekonomi 2018
sebesar 3,6% yoy. Sementara itu, IMF
memproyeksikan ekonomi dunia pada 2020
tumbuh membaik mencapai 3,6%. Perbaikan
prospek ekonomi global 2020 tersebut
didasarkan asumsi bahwa kondisi ekonomi
dari negara emerging dan developing yang
mengalami tekanan, seperti Argentina dan
Turki, akan mengalami perbaikan.
Pertumbuhan ekonomi beberapa
negara utama diprakirakan melambat.
IMF memprakirakan pertumbuhan ekonomi
AS akan melambat pada 2019 mencapai
2,3% yoy (dari 2,9% yoy pada 2018) sejalan
dengan meredanya daya dorong fiskal dan
dampak dari partial government shutdown.
Pada 2020, pertumbuhan ekonomi AS
diprakirakan kembali melambat menjadi
1,9% yoy. Prakiraan IMF tersebut sejalan
dengan the Fed yang memproyeksikan
pertumbuhan ekonomi AS pada 2019 dan
2020 akan melambat masing-masing pada
kisaran 1,9%-2,2% dan 1,8%-2,0%.
Untuk kawasan Euro, IMF
memprakirakan ekonomi Kawasan Euro
pada 2019 tumbuh 1,3% yoy (lebih
rendah dari 2018 sebesar 1,8%). Moderasi
pertumbuhan tersebut antara lain sejalan
dengan eskalasi konflik perdagangan AS
2 World Economic Outlook – IMF April 2019.
kebijakan dan menurunkan kembali Giro
Wajib Minimum (GWM) guna mendukung
pertumbuhan ekonomi dan menjaga
likuiditas. Selain itu, PBC berupaya menambah
likuiditas melalui fasilitas Targeted Medium-
term Lending Facility (TMLF) bagi perbankan.
Sementara itu, RBI menurunkan suku bunga
acuan untuk mendorong ekonomi India yang
melemah cukup signifikan dan inflasi yang
masih di bawah target.
Sementara itu, Bank Indonesia
mempertahankan BI 7-day Reverse
Repo Rate (BI7DRR) sebesar 6,00%, suku
bunga Deposit Facility sebesar 5,25%,
dan suku bunga Lending Facility sebesar
6,75%. Keputusan tersebut ditempuh
oleh Bank Indonesia untuk memperkuat
stabilitas eksternal perekonomian domestik
di tengah perlambatan ekonomi global dan
peningkatan tensi perdagangan AS dan
Tiongkok. Kebijakan tersebut diarahkan untuk
mengendalikan defisit transaksi berjalan
dalam batas yang aman dan mempertahankan
daya tarik aset keuangan domestik. Selain
itu, Bank Indonesia juga menempuh bauran
kebijakan antara lain untuk meningkatkan
ketersediaan likuiditas, meningkatkan
dukungan pembiayaan perbankan bagi dunia
usaha melalui kebijakan makroprudensial
yang akomodatif, dan mengakselerasi upaya
pendalaman pasar keuangan. Bank Indonesia
juga akan terus memperkuat koordinasi
dengan pemerintah dan otoritas terkait
dalam rangka pengendalian inflasi dan defisit
transaksi berjalan.
Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global
15
Ekonomi Tiongkok akan kembali termoderasi
pada 2020 menjadi sebesar 6,1% yoy.
Moderasi ekonomi Tiongkok tersebut antara
lain sejalan dengan pelemahan permintaan
global akibat konflik perdagangan dan
perlambatan domestic demand. Sementara
itu, IMF memprakirakan ekonomi India
pada 2019 tumbuh 7,3% yoy (meningkat
dari 7,1% yoy pada 2018). Ekonomi India
diperkirakan kembali tumbuh membaik pada
2020 mencapai sebesar 7,5% yoy. Prospek
pertumbuhan ekonomi India antara lain
ditopang oleh membaiknya keyakinan pasar
terhadap program pemerintah India yang
akan lebih fokus untuk mendorong investasi
dan kesinambungan program reformasi
struktural di India.
dan Tiongkok, dampak negatif dari faktor
idiosinkratik yang berlangsung lebih lama dari
perkiraan sebelumnya, dan faktor geopolitik.
Untuk 2020, IMF memprediksi ekonomi
Kawasan Euro akan tumbuh membaik sebesar
1,5% yoy. Proyeksi IMF tersebut sejalan
dengan proyeksi ECB yang memprakirakan
ekonomi Kawasan Euro pada 2019 melambat
menjadi 1,1% yoy, dan membaik pada 2020
menjadi 1,6% yoy.
Ekonomi negara berkembang
diprakirakan melambat, namun tertahan
oleh kinerja ekonomi India yang tetap
tumbuh tinggi. IMF memproyeksikan
ekonomi Tiongkok pada 2019 tumbuh 6,1%
yoy (lebih rendah dari 2018 sebesar 6,6% yoy).
Realisasi
2017 2018 2019 2020 2018 2019 2020 2018 2019 2020 2018 2019 2020Dunia 3,7 3,6 3,3 3,6 -0,1 -0,2 0,0 - - - - - -AEs 2,4 2,2 1,8 1,7 -0,1 -0,2 0,0 - - - - - -Dunia (PDB PPP) - - - - - - - - - - - - -Amerika Serika 2,2 2,9 2,3 1,9 0,0 -0,2 0,1 2,9 2,4 2,0 0,0 0,0 0,0Kawasan Euro 2,5 1,8 1,3 1,5 0,0 -0,3 -0,2 1,8 1,1 1,3 0,0 -0,1 -0,1 Jerman 2,5 1,5 0,8 1,4 0,0 -0,5 -0,2 1,4 0,8 1,5 0,0 -0,2 0,0 Perancis 2,3 1,5 1,3 1,4 0,0 -0,2 -0,2 1,6 1,3 1,3 0,1 0,0 0,0 Italia 1,5 0,9 0,1 0,9 -0,1 -0,5 0,0 0,9 0,0 0,5 0,0 -0,1 -0,1 Spanyol 3,1 2,5 2,1 1,9 0,0 -0,1 0,0 2,6 2,2 1,9 0,1 0,0 0,0Inggris 1,7 1,4 1,2 1,4 0,0 -0,3 -0,2 1,4 1,3 1,5 0,0 0,0 0,0Jepang 1,7 0,8 1,0 0,5 -0,1 -0,1 -0,1 0,8 0,6 0,5 0,0 -0,1 0,1EMEs 4,7 4,5 4,4 4,8 -0,1 -0,1 -0,1 - - - - - -Brazil 1,0 1,1 2,1 2,5 -0,2 -0,4 0,3 1,1 1,9 2,6 0,0 -0,2 0,0Russia 1,5 2,3 1,6 1,7 0,6 0,0 0,0 2,3 1,5 1,8 0,0 0,0 0,0Tiongkok 6,9 6,6 6,3 6,1 0,0 0,1 -0,1 6,6 6,2 6,1 0,0 0,0 0,0India* 6,7 7,1 7,3 7,5 -0,2 -0,2 -0,2 7,1 7,1 7,3 0,0 -0,2 -Indonesia 5,1 5,2 5,2 5,2 - - - 5,2 5,1 5,1 0,0 0,0 0,0Malaysia 5,9 4,7 4,7 4,8 - - - 4,7 4,4 4,4 0,0 0,0 -0,1Filipina 6,6 6,2 6,5 6,6 - - - 6,2 6,1 6,1 0,0 -0,1 0,0Singapura 3,6 3,2 2,3 2,4 - - - 3,2 2,4 2,4 0,0 0,0 0,0Thailand 3,8 4,1 3,5 3,5 - - - 4,1 3,6 3,5 0,0 0,0 -0,1Vietnam 6,6 7,1 6,5 6,5 - - - 7,1 6,6 6,2 0,0 0,0 -0,1Sumber: IMF-WEO April 2019, Consensus Forecast April 2019
Consensus Forecast April 2019
Perubahan dari CF Maret 2019
% yoyIMF
WEO April 2019Perubahan dari
WEO Januari 2019
Tabel 1.1 Outlook Ekonomi Global
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2019
16
ekonomi global diantaranya pelemahan
ekonomi Tiongkok yang lebih besar dari
ekspektasi, dan berlanjutnya ketidakpastian
negosiasi Brexit dan politik di Eropa. Adapun
beberapa risiko yang bersumber dari faktor
fundamental, antara lain produktivitas
yang menurun dan aging population,
tetap berpotensi menghambat prospek
pertumbuhan ekonomi dunia.
Perekonomian global ke depan
masih akan dibayangi sejumlah risiko
lama yang berpotensi makin meningkat.
Risiko tersebut antara lain bersumber dari
eskalasi tensi perdagangan AS dan Tiongkok,
dan potensi meluasnya konflik perdagangan
ke area lainnya (antara lain otomotif) yang
dapat mengganggu rantai pasokan global.
Risiko lainnya juga masih akan mewarnai
Top Related