PERKEMBANGAN ARSITEKTUR KRISTEN
I. GEOGRAFIS, GEOLOGIS dan IKLIM
Agama kristen lahir dan berkembang di Wilayah timur, dibawa Santo Petrus dan santo
Paulus ke Roma yang kemudian menjadi pusatnya. Wilayah kekaisaran Roma mencangkup
seluruh wilayah di sekeliling Laut Mediterania, termasuk Syria, Asia Minor dan Afrika Utara.
Pada wilayah itulah berkembang Arsitektur yang mempunyai ciri khas, pada jaman Kristen Awal
(313-800).
Aspek geologi berpengaruh pada arsitektur Kristen Awal, pada bahan bangunan
khususnya bahan galian. Pada umumnya dimana didirikan, di situlah bahan bangunan diambil
seperti misalnya batu dan marmer, demikian pula bahan-bahan lainnya untuk dekorasi
termasuk mozaik dan patung.
Iklim berpengaruh pada sistem penghawaan dan pencahayaan alami. Pada wilayah yang
lebih panas, biasanya lebih banyak membuat jendela.
II. SEJARAH
Pada abad I Masehi kekuasaan Kerajaan Romawi mulai melemah, masalah terbesar
tertutama pada perekonomian negara dan pemberontakan suku-suku bangsa yang dahulu telah
ditaklukkan oleh bangsa Romawi. Kekaisaran Romawi akhirnya pecah menjadi dua bagian Timur
dan Barat. Romawi Timur di bawah pimpinan Konstantin yang masih bisa mempertahankan
wilayahnya. Di bagian barat bercerai-berai dan menjadi jajahan suku bangsa Jerman.
Pada awal abad VI Italia jatuh ke tangan suku bangsa Ostrogoth dan Galia jatuh ke
tangan suku bangsa Prancis. Suku Wisigoth menguasai Spanyol dan suku Vandal rnenguasai
wilayah Afrika Utara. Bersamaan dengan itu suku Merowing berhasil mempersatukan semua
suku bangsa Jerman di wilayah Prancis dan membuat undang-undang dasar baru untuk wilayah
Barat, sehingga kekuatan dan kekuasaan di wilayah Laut Tengah berpindah ke Utara dan
berakhir pula kebudayaan zaman kuno.
Periode Kristen Awal
0-325 M : Periode pengajaran dan awal mula kristen ditandai dengan penyaliban
Yesus (sekitar tahun 30 Masehi)
313-325 M : Kaisar Konstantin mengeluarkan peraturan yang memungkinkan umat
Kristen mempraktekkan agama secara bebas di Romawi
325 M : Kaisar Konstantin masuk agama Kristen
325-395 M : Kristen adalah agama resmi Kekaisaran Romawi
395 M : Perpecahan Kerajaan Romawi
Masa Kristen Awal terjadi pada abad pertengahan, sedangkan Perkembangan Yunani
dan Romawi terjadi pada zaman klasik.
Nilai-nilai yang terkandung pada zaman klasik diantaranya:
Penghargaan terhadap nilai-nilai fisik, nilai-nilai manusiawi dan bersifat rasional.
Karya arsitekturnya memiliki skala manusia
Karya seni menggambarkan kehidupan manusia pada waktu itu.
Munculnya nilai-nilai demokrasi.
Menghargai nilai-nilai yang bersifat manusiawi, seperti munculnya karya-karya
arsitektur yang monumental.
Pada zaman Kristen awal mulai terjadi perubahan nilai. Manusia mulai memikirkan hal-
hal yang bersifat ukhrawi atau kehidupan dunia sesudah kematian. Hal ini setidaknya terlihat
pada ciri-ciri sebagai berikut:
Manusia cenderung berintrospeksi pada diri sendiri
Karya arsitekturnya bersifat religius (tempat-tempat ibadah). Contoh tempat
pembabtisan, kuburan, gereja dan biara-biara.
Karya seni lebih ditonjolkan untuk kepentingan agama.
Dalam perkembangannya, akibat beberapa sumber kebenaran berasal dari para pendeta
(yang dikenal sebagai tokoh panutan, meskipun ada yang berperilaku salah), maka sering timbul
ketidakbenaran penyalahgunaan jabatan pendeta sebagai pemimpin umat yang ternyata
digunakan untuk kepentingan diri sendiri. Hal ini mengakibatkan rasio atau akal pikiran para
pendeta tidak jalan sehingga terjadi kesenjangan komunikasi antara umat dengan para
pendeta. Pola pikir yang dianut menunjukkan kepercayaan terhadap ajaran Kristen yang
dogmatik (yaitu peraturan-peraturan yang dibuat oleh para pendeta sendiri) ini berlanjut
kurang lebih selama 1000 tahun sampai dengan zaman Gotik. Pada periode ini disebut sebagai
zaman kegelapan (dark ages) dimana perkembangan kebudayaan dan peradaban di Barat tidak
berkembang.
Pengaruh-pengaruh
Perjalanan selanjutnya dari bangunan gereja setelah masa arsitektur Kristen awal
diwarnai pengaruh arsitektur Byzantium. Pengaruh yang mengedepan adalah adanya warna
Asia berupa bentuk-bentuk lengkung, busur, kubah, maupun dinding-dinding masif. Ciri dari
pengaruh Byzantium pada bangunan gereja adalah penggunaan dekorasi berupa fresco (teknik
lukis cat air pada dinding basah), mozaik, ataupun marmer pada ruang dalamnya. Ciri lainnya
yang menjadi identitas dan pengenal utama, digunakannya atap kubah dengan konstruksi
pendentive.
Beberapa contoh yang sangat terkenal di dunia untuk karya Byzantium adalah Gereja S.
Sophia di Konstantinopel, Gereja S. Vitale di Ravena, dan Gereja S. Minerva Medica di Roma.
Ketiga gereja ini menggunakan bentuk dasar denah Salib Yunani (lengan atau transept-nya
sama panjang) dengan berbagai variasi setelah melampaui era arsitektur Byzantium bangunan
gereja mengalir perkembangannya ke era arsitektur Romanika yang berlangsung sekitar abad
IX-XII.
Ketika masa ini berlangsung, arsitektur Byzantium masih memiliki peran yang sangat
kuat. Terlebih lagi ketika itu daerah-daerah yang dikuasai Roma melepaskan diri. Akibatnya,
tradisi masing-masing daerah bangkit kembali mewarnai corak dan ragam arsitekturnya.
Menguatnya tradisi setempat ditimpali dengan dibukanya jalur perdagangan laut dan darat
ketika itu di Venesia, Ravenna, dan Marseilles. Ini berakibat makin maraknya lintas budaya
dengan berbagai pengaruhnya yang akhirnya bermuara pada perkembangan arsitekturnya.
Bentuk dasar denah dengan patrun Salib Romawi merupakan identitas yang lahir dan
berkembang pada era Romanika. Citra lainnya yang menjadi identitas dari masa keemasan
arsitektur Romanika adalah adanya menara lonceng pada bagian depan maupun pada ujung
bangunan, dekorasi hanya pada bagian tampak depan saja, dan mulai diperkenalkannya
penggunaan kolom majemuk. Arsitektur Romanika berkembang dengan pesat di wilayah Itali,
Perancis, dan Jerman. Karya yang menonjol dan terkenal sampai dengan saat ini adalah S. Peter
Roma di Itali.
Karakter Arsitektur
Bentuk dasar Arsitektur gereja Kristen Lama mengacu dari bentuk arsitektur Romawi,
dimana arsitektur Kristen Lama mengalami evaluasi dalam beberapa tahap. Pengaruh lain
secara umum adalah pemakaian altar, yang digunakan sebagai tempat untuk persembahan
pada para dewa Romawi, pada masa Kristen lama juga dipakai untuk persembahan suci.
Pemakaian model catacombe, yaitu makam umat Kristen yang terletak pada ceruk-ceruk
bukit, merupakan lorong-lorong panjang dan gelap (tempat ini digunakan untuk tempat
peribadahan). Pada waktu agama Kristen masih dilarang model ini digunakan bila membangun
katedral, maka nama katedral tersebut memakai nama orang yang disucikan dan dimakamkan
di situ, sedangkan diatas makam tersebut dibangun altar.
Denah:
Bentuk denah Basilika yang dikembangkan dengan menghilangkan salah satu tribun
yang berbentuk setengah lingkaran, sehingga tribun yang tinggal dijadikan sebagai suatu
pengakhiran yaitu Apse (apsis). Jalan masuk dari tengah/sisi memanjang dipindah ke Barat,
sehingga umat yang datang langsung menghadap altar. Sedangkan Nave atau ruang induk
(ruang peribadahan) dipisahkan oleh sederetan tiang-tiang yang menopang entablature (balok
dengan hiasan berbentuk segitiga diatasnya), atau kalau bentangan lebar, maka deretan kolom
memakai bentuk setengah lingkaran diatasnya.
Kemegahan dicapai melalui kesan perspektif memanjang ke arah Sanctuan (tempat
altar) dan diakhiri oleh Apse di mana tempat Imam berada. Hal yang demikian ini
dikomposisikan dengan perbandingan tinggi/rendahnya langit-langit sehingga proporsinya
kelihatan lebih panjang dari yang sebenarnya.
Gereja basilica diberi kiblat sehingga pusat perhatian yaitu ½ lingkaran di
dalam Apse (apsis) berada di sisi timur ke arah Yerusalem. Pada perkembangan gereja
selanjutnya yaitu perluasan dikedua sisi (navis), sehingga denahnya berbentuk salib yang
selanjutnya mengawali bentuk poko yang bertahan sampai sekarang.
Meskipun dari luar tampak sederhana namun gereja-gereja yang dibangun masa Kaisar
Constantinus (sebelum memindahkan ibukota) memperindah keindahan interiornya. Agama
Kristen Lama mengikuti adat Ibrani, yang melarang pemujaan patung maka gerejanya tidak
dihiasi patung sebesar manusia yang sebelumnya banyak menghiasi basilica-basilika romawi.
Atap:
Atap ditutup dengan konstruksi kayu yang sederhana, dimana hal ini merupakan tipikal
dari arsitektur Kristen Lama. Bentuk keseluruhan secara skyline adalah horizontal dan
sederhana.
Dinding:
Pemakaian metode konstruksi dari Romawi, yaitu beton/batu yang diplester dan diberi
hiasan ornamen Mosaic yaitu pecahan batuan berwarna-warni memberikan efek estetis dan
plastis, sehingga berkesan cerah, merah dan biasanya hiasan tersut menceritakan tentang Nabi
Isa As.
Periode Masa Kristen Awal:
1. Periode Pengejaran (0 —325 M)
Umat Kristiani mengalami perlakuan yang kejam dari bangsa Romawi.
Menolak pemujaan terhadap kaisar, kepentingan negara, dan upacara agama negara.
Adanya kebutuhan terhadap ruang untuk upacara keagamaan seperti kuburan korban
penindasan yang diletakkan dibawah tanah (catacomb) dan tempat berdoa atau
pemujaan kepada Tuhan.
Karya Arsitektur
Seperti dalam prinsip hidup ajaran agama ini yang lebih mengutamakan introspeksi
pada din sendiri maka banyak bangunan bawah tanah yang dibuat secara darurat dan
sederhana. Ruang berbentuk lorong yang difungsikan sebagai tempat tinggal, kuburan dan
tempat berdoa. Letak tersembunyi dengan jalan masuk rahasia agar tidak ditemukan oleh
tentara Kaisar Romawi.
Karya Seni
Gaya (simbol) memiliki kesamaan dengan karya-karya seni masa Romawi namun subjek
(isi) berbeda. Subjek dalam lukisan zaman Romawi ditampilkan dalam bentuk pagan (berhala),
sedangkan pada zaman Kristen Awal tema berupa seorang gembala dengan domba-domba.
(seorang gembala ditafsirkan sebagai nabi Isa, domba-domba ditafsirkan sebagai umat
manusia). Dalam karya seni yang lainnya terjadi perubahan karya lukisan yang sangat signifikan
dengan menghindari bentuk-bentuk alamiah Greco Roman (denaturing).
2. Periode Pengakuan (325-395 M)
Akhirnya agama Kristen diakui sebagai agama Negara oleh kaisar Constantine, sehingga
banyak unsur-unsur Romawi yang masuk dalam agama Kristen. Karena semakin banyak
umatnya dan diakui oleh Negara, nilai-nilai kemanusiaan terhadap kaum nasrani diangkat dan
instrospeksi lebih mementingkan nilai-nilai spiritual.
Kebutuhan Ruang
Kebutuhan ruang untuk tempat ibadah bersama (misa), Lempat pembabtisan dan
mousoleum (kuburan di atas tanah). Kebanyakan bangunan yang digunakan untuk fungsi ini
diambil dari ruang yang sudah ada dengan mengganti fungsinya, sehingga bentuk yang dipakai
sama seperti arsitektur Romawi namun fungsi, isi dan maknanya berbeda. Contohnya bangunan
Basilika yang pada zaman Romawi digunakan untuk ruang pengadilan, dirubah menjadi gereja
dengan menghilangkan kolom berupa patung dan hal-hal yang bersifat duniawi (materi)
menjadi suasana tempat peribadatan yang bersifat non materi (dematerialized).
Arsitektur
Bentuk gereja yang berasal dan Basilika dengan denah panjang berbentuk silang latin
dijadikan bentuk dasar yang akan dipakai untuk gereja selanjutnya. Tempat babtis dan
Mouseleum dengan bentuk denah bulat, segi banyak bersifat konsentnis dan lebih
mengutamakan bagian interior (introspeksi), sedangkan ruang luar tidak diperhatikan karena
tidak ada hubungannya dengan ruang dalam. Ornamen sederhana yang hanya ditempatkan
pada bagian interior seperti pada tampilan mozaik dinding dengan pola gambar naturalis.
Dinding terbuat dan bata, kuda-kuda dari kayu dan bagian atap terbuat dari bahan genteng.
Bangunun-bangunan Kristen Awal
Pertemuan kebaktian orang-orang Kristen mula-mula diadakan di tempat-tempat
rahasia, seperti rumah-rumah penduduk dan di lorong-lorong bawah tanah. Karya seni, lukisan
dan mosaik gaya ini berasal dan abad pertama (V dan VI), hanyak ditemukan di lorong-lorong
bawah tanah atau yang biasa disebut catacomb, yang pada awal masa Kristen merupakan
tempat pemakaman. Catacomb dan bangunan-bangunan lainnya kebanyakan dibangun di luar
perbatasan kota karena faktor keamanan dan harga tanah.
Akibat perkembangan umat Kristiani yang terus bertambah maka kebutuhan ruang
ibadah semakin besar. Sejak itu dibangun tempat peribadatan di seluruh wilayah kekaisaran
Romawi berupa gereja-gereja kuno. Pada pertengahan (abad ke-3) sudah ada lebih dari 40 buah
rurnah ibadah di Roma. Pada awalnya gereja mempunyai aturan yang berbeda dibandingkan
dengan kuil hedonisme zaman Romawi. Gereja merupakan tempat pertemuan para pengikut
Kristen. Bagian dalam bangunan yang diletakkan secara terpisah, terdapat ruang yang disucikan
dan dipercaya sebagai tempat bersemayam Tuhan yang tidak kelihatan. Umat memuja dan
berdoa melalui perantara pendeta atau imam. Karenanya letak altar dan pendeta harus
berhadapan dengan umat, maka bentuk gereja membutuhkan denah memanjang, seperti
bangunan Basilika zaman Romawi.
Pendapat mengenai pengaruh masa kuno terhadap Basilika Kristen masih beragam.
Salah satu hipotesis yang mengungkapkan bahwa bangunan Basilika Kristen dibuat berdasarkan
Basilika Romawi yang juga berfungsi sebagai tempat pertemuan. Namun ada juga yang
mengatakan, bahwa prinsip dasar Basilika Kristen adalah rumah tinggal gaya Romawi yang
memiliki atrium di bagian tengahnya dan dikombinasikan dengan gaya susunan gedung
pertemuan (basilika).
CIRI-CIRI:
Temboknya tebal, bangunannya tidak terlalu tinggi, atapnya melengkung membentuk
kubah setengah lingkaran, ruang-ruangnya gelap dan pada dindingnya ada sedikit
Ukiran itu berupa gambar-gambar binatang, gambar dedaunan, malaikat dan rang-orang
suci.
ukiran gaya fresco yang sangat sederhana.
Pilar-pilarnya sangat besar.
Bentuk-bentuk denahnya sangat terikat oleh dalil-dalil yang sistematik, yaitu bentuk
simetris, jelas dan teratur dengan teknik konstruksi yang bersahaja.
arsitektur ditangani dengan menggunakan daya nalar atau pikiran yang rasional.
3. Perpecahan Kerajaan Romawi (395 M)
Sesudah melewati suatu periode awal yang diwarnai penganiayaan, Kekristenan menjadi
legal pada abad ke-4. Konstantinus berperan penting dalam penyelenggaraan Konsili Nicea
Pertama pada tahun 325, yang ditujukan untuk melawan bidaah Arianis medan merumuskan
Kredo Nicea yang digunakan oleh Gereja Katolik, Ortodoksi Timur, dan berbagai Gereja
Protestan.
Tanggal 27 Februari 380 (Kaisar TeodosiusI) memberlakukan sebuah hukum
yang menetapkan Kekristenan Katolik sebagai agama resmi Kekaisaran Romawi dan
memerintahkan untuk menyebut yang lain dari pada itu sebagai bidaah.
ARSITEKTUR KRISTEN AWAL
Seni pada masa ini merupakan kelanjutan dari seni rupa kuno, romawi dan byzantium.
Pada awalnya, Kristen menolak adanya penggambaran pola-pola dekoratif yang
menggambarkan hal-hal yang bersifat agamis dan spiritualis.
Setelah abad ke empat, dibawah pengaruh imperialisme, awal arsitektural Kristen
sangat dipengaruhi oleh gaya kerajaan Romawi, yaitu bangunan berskala monumental. Gedung-
gedung gereja dibagi menjadi dua tipe; hall yang berbentuk longitudinal-Bassilica; bangunan
terpusat-mausoleum atau tempat pembaptisan. Eksterior gereja pada umumnya polos dan
minus dekorasi yang kontras dengan nuansa interiornya yang cenderung dekoratif dan glamour.
Contoh peninggalan arsitektur kristen awal:
III. PENINGGALAN-PENINGGALAN KRISTEN AWAL
1. Kredo Nicea
Ialah rangkuman keyakinan-keyakinan Gereja Katolik yang meyakini bahwa hanya ada satu
Allah saja, yang hadir dalam tiga pribadi: Allah Bapa, Yesus Sang Putera, dan Roh Kudus.
Ikon yang menggambarkan Para Bapa Suci dari Konsili Nicea Pertama memegang Kredo Nicea.
Baptisterium des Laterans in Roma
2. Basilika
Merupakan cikal bakal gereja yang mempunyai denah memanjang. Basilika Kristen
dibuat berdasarkan Basilika Romawi yang juga berfungsi sebagai tempat pertemuan. Namun
ada juga yang mengatakan, bahwa prinsip dasar Basilika Kristen adalah rumah tinggal gaya
Romawi yang memiliki atrium dibagian tengahnya dan dikombinasikan dengan gaya susunan
gedung pertemuan
Basilika Santa Maria Maggiore dikenal sebagai Basilika Liberian.
Basilika Santo Paulus di Luar Tembok Vatikan atau dikenal sebagai Basilika Ostian
Basilika Santo Petrus atau dikenal sebagai Basilika Vatikan
Basilika Santo Yohanes Lateran atau dikenal sebagai Basilika Lateran
3. Mouseleum (Makam)
Berbentuk denah bulat, segi banyak bersifat konsentnis dan lebih mengutamakan
bagian interior (introspeksi), sedangkan ruang luar tidak diperhatikan karena tidak ada
hubungannya dengan ruang dalam. Ornamen sederhana yang hanya ditempatkan pada bagian
interior seperti pada tampilan mozaik dinding dengan pola gambar naturalis. Dinding terbuat
dari bata, kuda-kuda dari kayu dan bagian atap terbuat dari bahan genteng.
Mouseleum Paramore keluarga di Pemakaman Bellefontaine, St Louis, Missouri
Arsitektur Gereja Basilika dan gereja
Gedung Basilica merupakan bangunan peninggalan arsitektur Romawi yang ketika itu
berfungsi sebagai bangunan pengadilan, dipilih dan diputuskan sebagai bangunan gereja,
sehingga para pakar menyebutkan bahwa masa awal arsitektur Kristen adalah perakitan
arsitektur Romawi. Dan sekarang Gereja ini terkenal sebagai tempat ziarah, karena fungsi dan
sejarah liturgi asosiasi.
Istilah gereja basilica digunakan untuk gereja yang besar biasanya terbesar
dilingkungannya. Bangunan jaman kristen awal (awal abad IV hingga akhir abad VIII),
mempunyai nilai yang mendasarkan pada penyelesaian masalah kontruksi.
Inilah gereja terbesar di dunia yang pernah ada. Terletak di Roma ibukota Italy. Dengan
panjang 730 ft (220 m) dan lebar 500 ft (150 m), ia memiliki bagian terbesar dari setiap gereja
Kristen di dunia, dan menampung hingga 60.000 orang. Basilika Santo Petrus bergaya arsitektur
Renaissance dan Baroque. Basilica ini merupakan salah satu situs Kristen yang paling suci dan
yang terbesar di antara semua gereja-gereja Kristen. Dibangun dari 1506 sampai 1626 dengan
Michelangelo di antara para arsitek.
Gereja basilika santo petrus didirikan oleh Constantine. Gereja basilika ini didirikan di
lokasi di mana Katedral yang sekarang berada dengan nama yang sama, dalam komplek vatikan,
di roma.
St. Peter’s Basilica, Vatican City
bentuk dasar denah Basilica adalah segaris (linier) yang berbasis pada tiga ruang yaitu
tengah (utama) dan dua ruang samping yang mengapitnya. Pola ruang ini dengan jelas
menampilkan interaksi antara umat dengan imamnya -- sama dengan yang terjadi pada ruang
pengadilan ataupun ruang kelas.
Gereja-gereja Basilikan mempunyai kolom-kolom berjarak lebar untuk menyangga,
kerangka atap dari kayu di atas ruang umat utama (nave), di kiri-kanan terdapat sayap atau di
sebut aisle. Warna, kaca warna dan mozaik mulai banyak digunakan dalam bangunan-bangunan
pada jaman ini, termasuk lukisan pada bagian dalam dari kubah.
IV. KEBUDAYAAN PADA MASA AWAL PENGARUH AGAMA KIRSTEN
Roma tidak lagi mendominasi budaya dan arsitektur kristen sejak tahun 800-1000,
karena selain timbul regionalisme, juga pengaruh romanesque menjadi lebih kuat. Constatine
memindah pusat pemerintahan dari roma ke istanbul di wilayah byzantine yang namanya
kemudian di ubah menjadi Constantinople.
Sistem pemerintahan juga di ubah menjadi kekuasaan mutlak (absolute monarch)
hingga saat kematianya pada 337. Kekuatan kristen menjadi goyah karna kekacauan
ditimbulkan oleh julian apostate, sehingga ke keisaran romawi pada 364 terpecah menjadi dua:
valentian memerintah wilayah barat dan sodaranya valens diwilayah timur. Pada akhirnya
Teodosius 379-95 berhasil menyatukan kembali kekuasaan wilayah timur dan barat.
Suatu rangkaian emperium di barat berakhir pada 376 M, setelah emperium barat dan
diruntuhkan oleh Zeno memerintah di konstantinople. Kembali lagi terjadi perubahan
kekuasaan, menjadi teodoric dan goth yang memerintah itali 493-526, dimana tercapai masa
puncak kedamaian dan kemakmuran. Pada jaman kebangkitan ini, budaya dan seni byzantine
banyak mendapat pengaruh dari zaman kristen awal berikutnya raja di pilih dari semacam
negara bagian dari spanyol, afrika utara dan itali sendiri.
Negara - negara baru ini selain membuat budaya regional juga mendorong
berkembangnya bahasa-bahasa latin.
Kesenian pada masa awal pengaruh agama Kristen
Seni pada masa ini merupakan kelanjutan dari seni rupa kuno, romawi dan byzantium.
Pada awalnya, Kristen menolak adanya penggambaran pola-pola dekoratif yang
menggambarkan hal -hal yang bersifat agamis dan spiritualis. Setelah abad keempat, dibawah
pengaruh imperialisme, awal arsitektural Kristen sangat dipengaruhi oleh gaya kerajaan
Romawi, yaitu bangunan berskala monumental.
Para pengrajin dan seniman pada jaman Kristen Awal merupakan penerus dari tradisi
Romawi. Namun menurunnya kemakmuran yang sejalan dengan menurunnya kekuasaan,
membuat pembangunan lebih menyusuaikan pada kegunaannya dan kesediaan bahan jadi
faktor tertentu.
Aneka Dekorasi Gereja pada jaman Kristen Awal
Dalam arsitektur Yunani, dekorasi hanya dibuat pada bagian – bagian tertentu dengan relief,
ukiran, dan lain – lain, tidak sebanyak ornament pada jaman Romawi (jaman kelanjutan
yunani). Pada arsitektur Kristen Awal yang merupakan perkembangan dari gaya Romawi,
dekorasi lebih banyak dari sebelumnya, antara lain mosaic dan lukisan dinding.
V. BEBERAPA BANGUNAN GEREJA YANG DIDIRIKAN PADA AWAL PENGARUH
AGAMA KRISTEN
a. Basilika S. Maria Maggiore
Basilika S. Maria Maggiore juga di roma (432), di bangun oleh Paus Sixtus III (432-440).
Slah satu dari tempat basilika di roma masih ada, sehingga dapat di lihat keindahan antara lain
dari nave, diapit kembar kiri-kanan oleh aisle tunggal (salah satu).
Kolom-kolom marmer berderet dikiri-kanan nave, coraknya Ionik, menyangga
entablature berhiaskan mozaik asli dari jaman Paus Sixtus III. Jendela atas berderet, selang-
seling dengan panel-panel, dimana masing-masing dihiasi lukisan. Lukisan pada panel dinding
tersebut bertema sejarah Perjanjian lama, di antaranya lukisan penyebrangan Laut Merah dan
jatuhnya Jericho. Rengka atap ditutup dengan plafond, diukir dengan pola kotak-kotak.
b. Byzantium
Perjalanan selanjutnya dari bangunan gereja setelah masa
arsitektur Kristen awal diwarnai pengaruh arsitektur Byzantium.
Pengaruh adalah adanya warna Asia berupa bentuk-bentuk
lengkung, busur, kubah, maupun dinding-dinding masif. Ciri dari
pengaruh Byzantium pada bangunan gereja adalah penggunaan
dekorasi berupa fresco (teknik lukis cat air pada dinding basah),
mozaik, molding dan relief ataupun marmer pada ruang
dalamnya. Ciri lainnya yang menjadi identitas dan pengenal
utama, digunakannya atap kubah dengan konstruksi portico
lateral berupa kolom-kolom lonik.
Beberapa contoh yang sangat terkenal di dunia untuk karya Byzantium:
Gereja S. Sophia di Konstantinopel,
Gereja S. Vitale di Ravena,
Gereja S. Minerva Medica di Roma
Ketiga gereja ini menggunakan bentuk dasar denah Salib Yunani (lengan atau transept-nya
sama panjang) dengan berbagai variasi setelah melampaui era arsitektur Byzantium bangunan
gereja mengalir perkembangannya ke era arsitektur Romanika yang berlangsung sekitar abad
IX-XII. Selain gereja – gereja yang telah disebutkan diatas, masih banyak bangunan – bangunan
gereja lainnya. Berikut sekilas denah dan penggambaran gereja – gereja pada masa itu:
Diluar Roma tidak sedikit gereja dan basilika dibangun dengan arsitektur berciri khas
seperti beberapa gereja dikemukakan diatas. Di Ravenna, sebuah kota di Itali utara-timur,
beberapa kilometer dari pantai Mediterania, terdapat sebuah gereja bernama S. Apollinare in
Classe (534-9).
Gereja didirikan oleh Justanian diatas lokasi dimana sebelunya terdapat kuil pemujaan
dewa Apolo. Kemungkinan besar seniman dan pengrajin dalam membangun gereja ini dari
Byzantine, sehingga pen garuh arsitektur Constantinople cukup besar dalam gereja ini.
Di Solonica, sebuah kota di pantai barat Laut agean (sekarang dalam wilayah yunani),
terdapat sebuah gereja bernama S. George, didirikan ketika wilayah itu dijajah Romawi (300).
Denahnya berbeda dengan gereja-gereja didiirikan sejaman yang cenderung membuat denah
segi empat, di sini lingkaran. Dindingnya berbentuk silindris, sangat tebal, tidak kurang dari lima
meter. Atapnya kubah berdiameter 24.49 M, namun di atasnya terdapat kontruksi kerangka
kayu ditutup genteng, bentuk kerucut hampir datar, bentuk segi tiga.
Gereja S. Apollinare
VI. BANGUNAN MAKAM PADA AWAL PENGARUH AGAMA KRISTEN
Bentuk denahnya cenderung lingkaran atau polygonal. Kemungkinan bentuk lingkaran
cocok untuk makam karena mempunyai titik fokus, sehingga pada titik itulah sangat tepat
untuk meletakkan makam.
Salah satu contoh adalah makam St.
Constanza di Roma, dibangun pada 330 oleh
Constantine untuk makam adiknya Constantia.
Pintu masuk melalui sebuah porch, berdinding
tanpa tiang denga tiga pintu masuk, terbesar di
tengah diapit kembar di kiri kanan dengan pintu
lebih kecil. Ketiga pintu ambangnya
melengkung, khas Kristen Awal.
pelengkung setengah lingkaran. Kolom – kolom menjadi tumpuan dari pelengkung, yang
juga posisinya melingkar. atap berbentuk kubah.
kontruksi kubah lebih berfungsi sebagai plafond.
Bangunan makam lain pada masa itu:
VII. BANGUNAN PEMBABTISAN PADA MASA AWAL PENGARUH AGAMA KRISTEN
Babtistery adalah bagian dari sebuah gereja atau kapel, dapat juga berupa bangunan
khusus untuk upacara pembabtisan adalah Babtistery Constantine di Roma (432 – 40) di bangun
di dekat gereja Lateran. Yang membangun adalah Sixtus III. Nama Constantine dipakai karena
kepadanya pembabtisan ini diberikan untuk penghormatan.
Babtistery Constantine adalah salah satu tertua lainnya di Italy, sehingga kemungkinan
besar menjadi model banyak ditiru di di tempat lain. Denah dan potongan diatas adalah salah
satu contoh lain bangunan babtistery selain Babtistery Constantine di Roma.
KESIMPULAN
Perkembangan arsitektur Kristen dipengaruhi oleh beberapa faktor sesuai dengan
masanya. Seperti misalnya pada masa periode pengajaran dan awal mula kristen ditandai
dengan penyaliban Yesus (sekitar tahun 30 Masehi), dalam masa ini berlaku prinsip hidup
ajaran agama ini yang lebih mengutamakan introspeksi pada din sendiri maka banyak bangunan
bawah tanah yang dibuat secara darurat dan sederhana. Ruang berbentuk lorong yang
difungsikan sebagai tempat tinggal, kuburan dan tempat berdoa. Letak tersembunyi dengan
jalan masuk rahasia agar tidak ditemukan oleh tentara Kaisar Romawi. Kemudian ketika agama
Kristen mulai diakui maka semakin banyak kebutuhan ruang dan berkembanglah bangunan
untuk pembabtisan dan mosuleum atau pemakaman.
Eksterior gereja pada umumnya polos dan minus dekorasi yang kontras dengan nuansa
interiornya yang cenderung dekoratif dan glamour. Seperti pada Gereja-gereja Basilikan yang
mempunyai kolom-kolom berjarak lebar untuk menyangga, kerangka atap dari kayu di atas
ruang umat utama (nave), di kiri-kanan terdapat sayap atau di sebut aisle. Warna, kaca warna
dan mozaik mulai banyak digunakan dalam bangunan-bangunan pada jaman ini, termasuk
lukisan pada bagian dalam dari kubah.
Selanjutnya arsitektur Kristen tidak mengalami banyak perkembangan, seringkali lebih
mengacu pada bangunan arsitektur Kristen yang sudah ada, seperti Babtistery Constantine
sebagai salah satu bangunan tertua lainnya di Italy, sehingga kemungkinan besar menjadi
model banyak ditiru di di tempat lain.
SUMBER
http://rikasamira.blogspot.co.id/2010/06/kristen-awal-0m-4m.html
http://shie-arch.blogspot.co.id/2010_06_01_archive.html
http://dokumen.tips/documents/arsitektur-byzantium-gotik.html
http://arsitektur30.blogspot.co.id/2013/05/arsitektur-kristen-awal.html
raziq_hasan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/14068/KRISTEN+AWAL.pdf
Top Related