1
PERBANDINGAN PEMIKIRAN POLITIK THOMAS HOBBES DENGAN
JEAN-JACQUES ROUSSEAU TENTANG KONSEP MANUSIA
Disusun Oleh
YURNAWAN FARDINANTA HAREFA
140906003
Dosen Pembimbing: Warjio, Ph.D
Diajukan dalam Rangka Memenuhi Salah Satu Persyaratan untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Politik (S.I.P)
DEPARTEMEN ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
Universitas Sumatera Utara
2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK
YURNAWAN FARDINANTA HAREFA (140906003)
Perbandingan Pemikiran Politik Thomas Hobbes dengan Jean-Jacques Rousseau tentang Konsep Manusia. Rincian isi Skripsi xi, 104 halaman, 28 buku, 6 situs internet (Kisaran buku dari tahun 1937-2013)
ABSTRAK
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang paling
sempurna di antara makhluk-makhluk lain, karena ia mempunyai berbagai potensi
yang tidak dimiliki makhluk lain. Potensi itu akan mengarahkan manusia pada
tahap mencapai hakikatnya sebagai manusia. Hakikat manusia tersebut mencoba
digambarkan oleh Thomas Hobbes dan Jean-Jacques Rousseau dalam memahami
konsep manusia. Hobbes dan Rousseau masing-masing lahir pada masa berbeda
serta kondisi sosial politik yang berbeda pula. Hobbes lahir dimana masa-masa
kelam pemerintahan Inggris dalam menyebarkan Protestan ke Skotlandia dan
Wales dan upaya penyatuan yang disebut Inggris Raya. Dalam keadaan itu,
Hobbes telah merasakan anarki serta ketidakacauan yang sebenarnya, yang lantas
Universitas Sumatera Utara
3
menginspirasi beliau dalam memberikan pandangan tentang konsep manusia.
Sementara Rousseau lahir dalam kondisi dilemma melihat struktur sosial politik di
Perancis, yang menurutnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
menyebabkan manusia kehilangan fitrahnya sebagai manusia.
Penelitian ini mencoba membandingkan pemikiran Hobbes dengan
Rousseau melalui pendekatan budaya untuk menjelaskan fenomena manusia
tersebut. Serta teori Manusia, Psikologi Sigmund Freud untuk mengidentifikasi
tingkah pola manusia dalam dua kurun waktu yang berbeda antara pemikiran.
Apa yang diuraikan penulis dalam tulisan ini, akan memberikan
gambaran-gambaran perbandingan pemikiran Hobbes dengan Rousseau. Dari itu
pembaca bisa melihat persamaan dan perbedaan pemikiran keduanya.
Universitas Sumatera Utara
4
UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA FACULTY OF SOSIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTEMENT OF POLITICAL SCIENCE
YURNAWAN FARDINANTA HAREFA (140906003)
Comparison of Thomas Hobbes's Political Thought with Jean-Jacques Rousseau on Human Concepts. Details of thesis. Contents: xi, 104 pages, 28 books, 6 websites (publication from 1937-2013)
ABSTRACT
Man is the most perfect creature of God Almighty among other creatures,
because he has various potentials that no other creature has. That potential will
direct humans to the stage of achieving their nature as human beings. The nature
of humanity is tried to be described by Thomas Hobbes and Jean-Jacques
Rousseau in understanding human concepts. Hobbes and Rousseau were each
born in different times and different socio-political conditions. Hobbes was born
in the dark days of the British government in spreading Protestantism to Scotland
and Wales and efforts to unite the so-called Great Britain. Under these
circumstances, Hobbes had felt anarchy and true disruption, which then inspired
him to provide a view of human concepts. While Rousseau was born in a state of
dilemma to see the socio-political structure in France, which according to him the
Universitas Sumatera Utara
5
progress of science and technology caused humans to lose their natural disposition
as humans.
This study tried to compare Hobbes's thoughts with Rousseau through a
cultural approach to explain human phenomena. As well as the theory of Man,
Psychology Sigmund Freud to identify the behavior of humans in two different
periods of time between thoughts.What the writer describes in this paper will
provide comparative descriptions of Hobbes's thoughts with Rousseau. From that
the reader can see the similarities and differences in their thoughts
Universitas Sumatera Utara
6
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, penulis diberikan berupa kesempatan
dan kesehatan untuk menyelesaikan studi ini yang berjudul “Perbandingan
Pemikiran Politik Thomas Hobbes dengan Jean-Jacques Rousseau Tentang
Konsep Manusia”. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurahkan kepada
Nabi Muhammad saw berserta para sahabatnya yang semoga selalu mendapat
manfaat dalam menebar kebaikan.
Dalam Skripsi ini menguraikan tentang konsepsi manusia dalam dua
pandangan yang berbeda, yakni Thomas Hobbes dan Jean-Jacques Rousseau
dengan keadaan sosial politik serta rentang waktu yang berbeda. Mendefiniskan
awal mula manusia yang telah menjadi hakikat di sepanjang hidupnya,
menemukan tantangan dalam hidup manusia serta tujuan akhir manusia dari
berbagai tantangan yang dihadapinya tersebut. Kedua tokoh mendefiniskan
konsep manusia menurut pandangan masing-masing, sehingga penulis tertarik
untuk membandingkan serta menemukan perbedaan yang menarik dari kedua
definisi tersebut.
Dalam kesempatan ini, tentunya saya banyak berterima kasih kepada
pihak-pihak yang membantu saya dalam menyelesaikan Skripsi ini, saya
berterimakasih kepada:
Universitas Sumatera Utara
7
1. Bapak Warjio, Ph.D selaku Ketua Jurusan Ilmu Politik sekaligus sebagai
dosen pembimbing saya yang tak hentinya membimbing saya hingga dapat
menyelesaikan Skripsi ini dengan baik.
2. Keluarga tercinta saya, Ayah Fatizomasi Harefa dan Ibu Iriani yang selalu
memberikan doa dukungan selama ini dalam menyelesaikan kuliah. Serta
Adik Marwani Harefa yang selalu ngomel ketika saya tidak dalam keadaan
focus sekedar untuk mengingatkan kembali agar Skripsi segera
diselesaikan.
3. Seluruh civitas akademika Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dalam
membantu melancarkan proses administrasi dan birokrasi, Pak Burhan dan
Kak Ema. Serta Staf Perpustakaan Pusat serta Perpustakaan FISIP yang
telah banyak memberikan saya pinjam sumber-sumber buku dalam
membantu penyelesaian Skripsi saya.
4. Teman-teman Ilmu Politik stambuk 2014 yang sama-sama masuk namun
tidak serta-merta sama-sama keluarnya. Untuk yang sudah wisuda duluan
maupun yang masih menyelesaikannya, jangan lama-lama ya keluarnya,
saya kan selalu mendukung kalian.
5. Teman seperjuangan dalam menggapai cita-cita, Adil Cahyo dan John
yang sekaligus menjadi kelompok PKL. Banyak cerita, sudah saling-
mengenal satu sama lain, belangnya, warnanya, hehehe... Adil, orang
selalu punya cerita, selalu ceria terukir di wajahnya, namun selalu gagal
dalam urusan wanita, orang yang mampu membuatku “ceplas-ceplos” jika
Universitas Sumatera Utara
8
berbicara dengannya. Untuk John Garcia, rekan sebangku yang bahkan
banyak orang bilang kami mirip, selalu bareng selama di kampus, terlebih
ketika jam makan siang, kerjakan tugas-tugas dan bahkan bermain game
online. Jangan sering-sering main PUBG, Mobile Legends, John... kuyyy
selesaikan skripsi mu. Untuk Sambi Faradolin, terimaksih, di awal-awal
masuk kuliah, saya selalu berkunjung ke kos mu, sekedar untuk
membuang waktu saat jam kuliah selanjutnya dan bahkan sering
menginap, ya maklum lokasi saya di Tembung. Untuk filsuf muda Irfan
Prayogi terimakasih masukkannya.
6. Untuk Organisasi GMNI Komisariat FISIP USU (Gerakan Mahasiswa
Nasional Indonesia), terimakasih yang telah memberi sedikit banyaknya
sumbangsih dalam pembentukan nilai karakter diri saya. Maaf belum bisa
memberi lebih untuk organisasi ini.
Ada satu hal yang ingin saya klarifikasi saat saya masih menjabat
sebagai Wakil Komisaris Bidang Politik Periode 2016-2017, namun saya
mengundurkan diri. Mengenai hal pengunduran diri tersebut, adalah pure
dari hati nurani dan tidak ada unsur desakan dari pihak manapun. Ada
suara-suara yang sumbang selalu terngiang mengiri pengunduran diri saya
sampai saat ini, suara-suara sumbang itu adalah alasan pengunduran diri
saya karena jabatan yang lebih besar di suatu organisasi intra. Dalan point
keenam di sesi Kata Pengantar ini, saya menegaskan kembali saya mundur
Universitas Sumatera Utara
9
murni dari hati nurani dan TIDAK ada desakan atau tergiur untuk jabatan
lain.
Awal-awal pengunduran saya berdekatan dengan pemilihan Ketua
IMADIP Periode 2016-2017, makanya “mungkin” timbul isu mundurnya
saya adalah ingin jabatan di IMADIP. Perlu diketahui, saya sudah
mengajukan surat pengunduran diri SEBELUM salah satu kandidat calon
IMADIP tersebut mengajak ngobrol dengan maksud melakukan koalisi,
namun saya mengatakan saat itu, saya sudah tidak menjabat Wakompol
lagi, lalu saya sudah menghubungi Komisaris serta Wakil Komisaris lain
untuk meneruskannya di dalam rapat internal. Namun diluar dugaan saya,
ajakan koalisi dari salah satu pasangan calon tersebut tidak digubris jajaran
Komisaris dan berlalu begitu saya. Ya sudah, saya bisa apa? saya hanya
menyampaikan berita itu kepada jajaran Komisariat FISIP untuk
diteruskan, saya tidak dapat mengambil alih karena posisi saya sudah tidak
menjadi Wakil Komisaris lagi.
Universitas Sumatera Utara
10
Ketika hari pemungutan suara pemilihan ketua IMADIP Periode
2016-2017, beliau yang berkeingan menjalin komunikasi ternyata
memenangkan pertarungan tersebut. Dalam penyusunan jajarannya, saya
masuk dalam kandidatnya untuk pemilihan Ketua Bidang Penelitian dan
Pengembangan, saya pun mensepakati dan menjalankan jabatan itu dengan
baik dalam 1 periode.
Nah, untuk itulah saya menekankan bahwa mundurnya saya
Wakompol adalah murni dari hati nurani serta ketidakcocokan terhadap
jajaran Komisariat, DAN BUKAN PAKSAAN ATAU TERGIUR
JABATAN di IMADIP. Dari situlah saya mulai sedikit terganggu dan
mencoba sedikit menjauh untuk mengurai isu tersebut. Sekarang lah
saatnya untuk mengklarifikasi isu tersebut melalui Kata Pengantar ini,
semoga kalian membaca.
Akhir kata, saya bangga menjadi bagian dari GMNI, Saya bangga menjadi
bagian salah satu kendaraan perjuangan dalam rangka menegakkan keadilan
rakyat melalui perjuangan mahasiswa. GMNI!! JAYA!! MARHAEN MENANG!!
Medan, 06 Agustus 2018
Yurnawan Fardinanta Harefa
Universitas Sumatera Utara
11
DAFTAR ISI
Halaman
Abstrak..................................................................................................................... i
Abstract................................................................................................................... ii
Halaman Pengesahan............................................................................................. v
Halaman Persetujuan.............................................................................................. vi
Lembar Persembahan............................................................................................ vii
Kata Pengantar.................................................................................................... viii
Daftar Isi..................................................................................................................1
BAB I. Pendahuluan................................................................................................4
1.1. Latar Belakang...........................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah....................................................................................12
1.3. Batasan Masalah....................................................................................... 12
1.4. Tujuan Penelitian..................................................................................... 12
1.5. Manfaat Penelitian...................................................................................13
1.6. Kerangka Teori......................................................................................... 13
1.6.1. Filsafat Politik.................................................................................... 13
1.6.2. Pemikiran Politik Barat Serta Kontribusinya Terhadap Dunia-
Barat................................................................................................... 17
a. Peradaban Yunani-Romawi................................................................19
b. Peradaban Yahudi-Kristen.................................................................22
c. Kontribusi Peradaban Islam............................................................... 26
Universitas Sumatera Utara
12
1.6.3. Teori Perbandingan Ilmu Politik........................................................ 27
1.6.4. Konsep Manusia................................................................................. 32
1.6.5. Teori Psikoanalisis Freud................................................................... 36
1.7. Metodologi Penelitian.............................................................................. 39
1.7.1. Jenis Penelitian................................................................................... 39
1.7.2. Teknik Pengumpulan Data................................................................. 40
1.7.3. Teknik Analisa Data....................................................................... 40
1.8. Sistematika Penulisan.............................................................................. 40
BAB II. Thomas Hobbes dan Jean-Jacques Rousseau......................................... 42
2.1. Empirisme Modern................................................................................... 42
2.2. Thomas Hobbes (1588-1679) .................................................................. 43
2.2.1. Pemikiran........................................................................................... 46
a. Geometri............................................................................................. 47
b. Etika................................................................................................... 47
c. Filsafat................................................................................................ 48
d. Politik................................................................................................. 50
2.2.2. Karya-karya........................................................................................ 54
2.3. Sang Filsuf Pencerahan............................................................................ 56
2.3.1. Filsuf Pencerahan di Perancis............................................................ 58
2.3.2. Gerakan Romantisme......................................................................... 59
2.4. Jean-Jacques Rousseau (1712-1778)........................................................ 63
2.4.1. Pemikiran........................................................................................... 66
Universitas Sumatera Utara
13
a. Keadaan Alamiah (State Of Nature).................................................. 66
b. Kontrak Sosial (Contract Social)....................................................... 69
c. Pendidikan (Emile)............................................................................. 71
d. Romantik............................................................................................ 72
e. Bentuk Pemerintahan......................................................................... 73
2.4.2. Karya-karya........................................................................................ 74
BAB III. Konsep Manusia menurut Thomas Hobbes dengan Jean-Jacques
Rousseau............................................................................................... 76
3.1. Konsep Manusia menurut Thomas Hobbes.............................................. 76
3.1.1. Filsafat Manusia Thomas Hobbes....................................................... 77
3.1.2. Manusia Alamiah................................................................................ 79
3.1.3. Manusia Politik................................................................................... 82
3.2. Konsep Manusia menurut Jean-Jacques Rousseau................................... 85
3.2.1. Filsafat Manusia Jean-Jacques Rousseau............................................ 87
3.2.2. Manusia Alamiah................................................................................ 89
3.2.3. Manusia Politik................................................................................... 90
BAB IV. Penutup.................................................................................................. 96
4.1. Kesimpulan................................................................................................ 95
4.2. Saran......................................................................................................... 101
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 102
Universitas Sumatera Utara
14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Manusia secara bahasa disebut juga insan yang dalam bahasa arabnya,
yang berasal dari kata nasiya yang berarti lupa dan jika dilihat dari kata dasar al-
uns yang berarti jinak. Kata insan dipakai untuk menyebut manusia, karena
manusia memiliki sifat lupa danjinak artinya manusia selalu menyesuaikan diri
dengan keadaan yang baru disekitarnya. Manusia cara keberadaannya yang
sekaligus membedakannya secara nyata dengan mahluk yang lain. Seperti dalam
kenyataan mahluk yang berjalan diatas dua kaki, kemampuan berfikir dan berfikir
tersebut yang menentukan hakekat manusia. Manusia juga memiliki karya yang
dihasilkan sehingga berbeda dengan mahluk yang lain.1
Kesempurnaan struktur tubuh manusia itu ternyata juga dimiliki oleh
psikis manusia. Freud mengemukakan bahwa psikis manusia juga memiliki
struktur dan sistem sempurna, yang terdiri dari tiga unsur besar, yaitu Id, Ego dan
Superegoyang memiliki hubungan tersebut memiliki satu kesatuan yang utuh dan
mempengaruhi satu sama lain.2
_________________________________________________
1 Musa Asy’ari, Filsafat Islam, (Yogyakarta: LESFI. 1999) 2 Matias Siagian, dkk.Etika Umum.(Medan: Grasindomonoratama. 2011) hal. 140
Universitas Sumatera Utara
15
Psikis manusia ibarat gunung es yang terapung-apung dilaut, dimana kita
hanya dapat melihat puncak dar gunug es tersebut, tanpa dapat melihat bagian
terbesarnya yang tenggelam di laut. Begitu juga dengan psikis manusia, sebagian
kecil yang kelihatan, yang oleh Freud disebut kesadaran.3Oleh karena itu,
sebagian besar aktivitas, kehendak, keinginan, cita-cita manusia sesungguhnya
dikendalikan oleh alam bawah sadar atau yang tidak sadar tadi.Keunikan individu
manusia dengan segala kekuatan dan kelemahan atau keterbatasannya ini akan
berhadapan langsung dengan tata sosial yang mapan maupun dinamis.
Dalam kondisi yang demikianlah, manusia memiliki kebebasan yang
mungkin saja dihadapkan dengan situasi, termasuk di antaranya situasi dalam
bentuk keterpaksaan maupun tekanan. Situasi ini seperti yang dikemukakan oleh
Aristoteles bahwa pada hakikatnya negara lebih dahulu ada dari manusia pribadi,
karena hubungan manusia dengan negara adalah hubungan antara bagian dengan
keseluruhannya (bahwa keseluruhannya adalah lebih dahulu dari pada bagian-
bagiannya).4Akibat adanya pengelompokan sekumpulan manusia menjadi negara
(zoon politicoon),menurutnya ada dua jenis manusia, manusia merdeka dan
budak. Seseorang yang merdeka adalah mereka yang memiliki tubuh dan
kemampuan untuk mengatur serta menentukan jalan hidupnya sendiri. Seorang
budak adalah manusia yang secara natural dimiliki oleh orang lain,
dianggap property dan bukan manusia yang seutuhnya.
______________________________ 3 Ibid., hal. 41 4 Ibid., hal. 67
Universitas Sumatera Utara
16
Perkembangan manusia yang cepat dan dinamis ini disebut sebagai pelaku
sejarah, yang memiliki hubungan dengan dunia. Ini juga salah satu perbedaan
manusia dengan makhluk lain. Segala tindakan dan perbuatan serta kesadaran
manusia membuat hubungan dengan dunia bersifat epokal, yang menujukkan
disini dengan disana, sekarang berhubungan dengan masa lalu dan berhubungan
dengan masa depan.5
Akibat perkembangan manusia yang melintasi jangka waktu ini, penulis
tertarik akan konsep serta keadaan manusia ini menurut dua ahli, yaitu Thomas
Hobbes (1588-1679) dengan Jean Jacques Rousseau (1712-1778) yang tentu saja
keadaan serta perilaku manusia pada dua zaman itu sangat berbeda dan akan
mempengaruhi kedua tokoh tersebut mengemukakan konsepnya masing-masing.
Thomas Hobbes, lahir di Malmesbury, Inggris tahun 1588. Ia sempat
mengecap pendidikan di Oxford University, tetapi kesempatan itu tidak
memberikan banyak manfaat.Ia sempat mempelajari pemikiran Aristoteles yang di
kemudian hari dikritiknya.6Pada masa itu, Inggris sedang mengalami pada
keadaan perang saudara, terjadi ketakutan, kekhawatiran demikian merajalela.
Kepala pemerintahan di negeri itu pun mengalami pergantian.
___________________________________________ 5 psikologi.com/pengertian-manusia-menurut-para-ahli-filsafat. (Diakses pada 4/1/2018 pkl. 20.33 WIB) 6 Dr. Firdaus Syam, MA. Pemikiran Politik Barat: Sejarah, Filsafat, Ideologi, dan Pengaruhnya Terhadap
Dunia ke-3. (Jakarta: Bumi Aksara. 2005). hal. 115.
Universitas Sumatera Utara
17
Ketidakstabilan politik itu tentu telah mengilhami Hobbes untuk menulis
dengan menarasikan bagaimana pendiriannya terhadap kehidupan politik maupun
kehidupan masyarakat.7Pada usia 22 tahun, ia telah melalang buana ke berbagai
negara, antara lain Perancis dan Italia. Disana Hobbes berkenalan dengan Rene
Descartes dengan alam pikirannya, Galileo Galilei, F. Bacon, dan lain-lain.
Mereka telah mempengaruhi Hobbes dalam memahami manusia dan perilakunya.8
Hobbes tampil sebagai pembela hak-hak pemerintahan raja di Inggris.
Oleh karena itu, ia melarikan diri dari Inggris ke Prancis, ketika kedudukan Raja
Charles I sudah mulai mengguncang, di tahun 1640.Dari semua tokoh yang
dikenalnya, tokoh pemikir yang mempengaruhinya adalah Frans Bacon.
Kedekatannya dengan ilmuwan dari Inggris itu bagi Hobbes telah membuka
pikirannya betapa pentingnya penggunaan suatu nalar serta metode eksperimental
dalam kehidupan sains.9 Selain itu juga terpengaruh dengan gagasan Bacon
mengenai pandangan politik otoritarianismenya.
Tentang pendekatan dan mempelajari manusia dan masyarakat, Hobbes
terpengaruh dari para filsuf-filsuf besar lainnya, antara lain Galileo Galilei dalam
memahami alam semesta. Atas pengaruh itu, pandangan Hobbes tentang manusia
dimulai dari pertanyaan: apa yang menggerakkan manusia? (what makes him
tick?).
_________________________________________________ 7 Deliar Noer, Pemikiran Politik di Negara Barat, (Jakarta: Mizan, 1999) hal. 103 8 Firdaus Syam, Pemikiran...Op.,cit.hal. 116. 9Ibid., hal. 117
Universitas Sumatera Utara
18
Disini, Hobbes membandingkan manusia dengan sebuah jam tangan yang
bergerak secara teratur karena ada “onderdil-onderdil” di dalamnya. Maka dari itu
menurutnya bahwa tubuh manusia merupakan alat-alat mekanis.10Karya Hobbes
yang paling terkenal adalah Leviathan. Dalam tulisannya itu tampak jelas
bagaimana pengaruh masuk dalam diri cara pikir atas pergolakan yang terjadi di
negerinya. Ia seperti hendak mencari pemecahan terhadap keadaan sosial dan
politik, memberikan kepastian keamanan rakyat pada masa itu. Maka Leviathan
itu sama dengan sebuah negara kekuasaan (machstaat).
Masalah konflik dalam setiap manusia, apakah itu pertengkaran,
perselisihan serta konflik sesama itu merupakan suatu bawaan sejak lahir.
Sebaliknya pada sisi yang lainnya, di balik adanya sikap pertentangan itu, pada
hakikatnya setiap manusia memerlukan suatu keadaan untuk hidup damai dan
rukun.Oleh karena itu diperlukan apa yang dijelaskannya sebagai ‘tunduk pada
kekuasaan yang diakui bersama’. Hobbes, tentu menegaskan bahwa di antara dua
keinginan itu, tentu ada keinginan yang lebih kuat dari kedua itu, yakni keinginan
untuk memiliki kekuasaan demi kekuasaan.11
_______________________________________ 10Ibid., 11Ibid., hal.121
Universitas Sumatera Utara
19
Sementara,Jean Jacques Rousseau lahir di Jenewa, Swiss, tahun 1712.
Rousseau adalah seorang filsuf yang ideal pandangannya meliputi soal sosial,
kesusastraan, politik dan bapak gerakan Romantik12 yang mulai menjelma di
Eropa pada umumnya di abad ke-18. Golongan romantik lebih cenderung
melihatmanusia secara perseorangan bukan secara kolektif atau golongan Mereka
tidak suka kepada industri dan kota karena ini tidak mengandung keindahan sama
sekali, demikian pula pada suatu usaha yang mengeruk laba, mereka benci.13
Ia bersama ayahnya yang bernama Issac Rousseau, hidup tatkala Perancis
menjadi salah satu centre of civilization, penuh semangat membaca apa yang
ditulis Plurch mengenai tokoh-tokoh republik Romawi Kuno. Ayahnya
merupakan figure yang begitu berpengaruh terhadap pembentukan watak dan
pemikirannya. Di usia 16 tahun ia mulai mengembara, disinilah awal dari
perantauan hidupnya yang panjang.Meninggalkan Jenewa di tahun 1728 ke
negeri Savoy, lalu melarikan diri ke Paris pada tahun 1740 sampai akhirnya
meninggal pada tahun 1778 di desa Ermenonville.14
_____________________________________________ 12Sebuah gerakan yang dikenal dengan la sensibilite atau sensibility, yakni kecendrungan kepada emosi yang
digerakkan secara langsung dan kuat bukan disertai pemikiran sebelumnya. Sebuah “karakter” orang dari
golongan romantis ini akan menangis tersedu-sedu melihat suatu keluarga miskin, tetapi bersikap dingin
terhadap pemikiran yang akan menaikkan derajat hidup golongan keluarga yang miskin itu. Lihat Deliar
Noer, Pemikiran Politik di Negara Barat. (Jakarta: Mizan, 1999) hal. 149.
13Ibid., hal. 149. 14Ibid., hal. 152.
Universitas Sumatera Utara
20
Ia seorang filsuf yang memiliki pandangan yang kontraversi, memiliki
pengaruh yang luas dan selalu gelisah tidak pernah tenang untuk dapat
menemukan pola kehidupan yang stabil. Pandangan terhadap pengaguman akan
rasio dan akal juga dikritik Rousseau. Ia menolak keras rasionalisme dan
pengandalan persepsi indrawi sebagai tolak ukur kebenaran menyebabkan
manusia kehilangan perasaannya, dalam istilah Rousseau La Sensibilite.15Dalam
konteks inilah dapat dipahami mengapa ia ingin mengembalikan manusia ke
fitrahnya; manusia yang mementingkan emosi, perasaan dan tidak mendewakan
rasio serta tidak menganggap manusia sekadar jasad tanpa ruh. Gagasan inilah
yang kemudian menjadi cikal bakal aliran Romantisme di Eropa.16
Perbedaan yang fundamental dari kedua tokoh ini dalam memahami
konsep manusia sangat terlihat dan cenderung berseberangan, disamping pola
pemikiran mereka yang juga berbeda, Hobbes dengan rasionalisnya sedangkan
Rousseau dengan romatismenya. Hobbes menyebut bahwa manusia sebagai alat
mekanis dengan “onderdil-onderdil” didalamnya antara lain terdiri dari naluri dan
akal, mereka saling melengkapi satu sama lain untuk mencegah terjadinya
kekacuan dalam diri manusia yang berkeinginan untuk memiliki kuasa demi
kekuasaan manusia lain.17
______________________________________ 15Ibid., 16Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat: Kajian Sejarah, Perkembangan, Pemikiran Negara, Masyarakat
dan Kekuasaan. (Jakarta: Gramedia, 2001). hal. 238-239. 17Firdaus Syam, Pemikiran...Op.Cit., hal. 121.
Universitas Sumatera Utara
21
Sementara Rousseau justru mengganggap kekacauan dalam diri manusia
terjadi karena berkembangnya ilmu-ilmu teknologi serta budaya yang cepat
sehingga manusia kehilangan fitrahnya, terasingkan oleh dirinya sendiri. Maka
Rousseau ingin mengembalikan fitrah tersebut tulisannya yang berjudul “Emile”
atau tentang “Pendidikan”. Teknologi dan Kebudayaan tidak hanya merugikan
masyarakat secara pribadi, maka dari itu anak-anak harus dijauhkan dari
kebudayaan namun harus diberi pendidikan Alam, anak-anak harus diberi
kesempatan untuk berkembang secara bebas di alam terbuka maka dari itulah
anak-anak yang masih dini terhindar dari hilangnya jatidiri sebagai manusia serta
menemukan bakatnya sendiri.18
Dua tokoh filsuf yang sangat berpengaruh ini dengan pemikiran serta
konsepnya yang cenderung berbeda membuat penulis tertarik membahas
bagaimana konsep manusia menurut Thomas Hobbes dan J.J. Rousseau dengan
segala kondisi, keadaan, dinamika politik yang berbeda.Maka penulis mengambil
judul: PERBANDINGAN PEMIKIRAN POLITIK THOMAS HOBBES DAN
J.J. ROUSSEAU TENTANG KONSEP MANUSIA.
_______________________________________ 18Harry Hamersma, Tokoh-yokoh Filsafat Barat Modern. (Jakarta:Gramedia1983). hal. 26.
Universitas Sumatera Utara
22
1.2. Rumusan Masalah
Dalam satu penelitian, perlu adanya penjelasan kenapa masalah atau
bahasan tersebut menarik untuk diteliti. Maka dari itu, penulis membuat rumusan
masalah, yaitu: Bagaimana perbandingan pemikiran konsep manusia menurut
Thomas Hobbes dan J.J. Rousseau tentang konsep manusia. Apakah suatu
keadaan atau rentang masa suatu kejadian (masa Thomas Hobbes dengan J.J.
Rousseau) dapat membuat konsep manusia bisa berbeda dengan menganalisis
keadaan sosial politiknya.
1.3. Batasan Masalah
Agar penelitian masalah yang akan dibahas oleh penulis tidak keluar dari
tujuan yang dicapai atau dengan kata lain bisa berfokus, maka batasan masalah
dalam penelitian ini adalah: Pemikiran dari kedua tokoh yang menganalisis
kebebasan manusia serta hakikat manusia.
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah:
1. Mengetahui konsep manusia menurut Thomas Hobbesdengan J.J.
Rousseau.
2. Mengetahui perbandingan konsep manusia dengan rentang masayang
berbeda. Yang artinya apakah konsep manusia itu tetap samadengan
rentang waktu, keadaan dan tempat yang berbeda.
3. Mengetahui perbedaan-perbedaan yang mendasari terciptanya
pengertian tentang konsep manusia.
Universitas Sumatera Utara
23
1.5. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis, penelitian ini merupakan kajian ilmu politik yang
diharapkan mampu memberikan kontribusi pemikiran mengenai
perbandingan pemikiran politik Thomas Hobbes dengan J.J. Rousseau
tentang konsep manusia.
2. Secara Akademis, diharapkan penelitian ini dapat menjadi pisau
analisis bagi para mahasiswa/i, aktivis sosial dalam membicarakan
persoalan konsep manusia menurut Thomas Hobbes dan J.J.
Rousseau.
3. Secara Kelembagaan, diharapkan penelitian ini dapat menambah
pembendaharaan referensi dan kajian peneliti sosial bagi Departemen
Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, serta Universitas
Sumatera Utara.
1.6. Kerangka Teori
1.6.1. Filsafat Politik
Konsepsi-konsepsi tentang kehidupan dan dunia yang kita sebut “filosofis”
dihasilkan oleh dua faktor;pertama, konsepsi-konsepsi religius dan etis warisan;
kedua, semacam penelitian yang bisa disebut “ilmiah”.19 Kedua faktor ini
mempengaruhi sistem-sistem yang dibuat oleh para filsuf secara perseorangan
dalam proporsi yang berbeda-beda, tetapi kedua faktor inilah yang sampai batas-
batas tertentu mencirikan filsafat.
___________________________________ 19Bertrand Russell.Sejarah Filsafat Barat: ‘Kaitannya dengan kondisi sosio-politik zaman kuno hingga sekarang’.(Yogyakarta:Pustaka Pelajar.2002). hal. xvii
Universitas Sumatera Utara
24
Filsafat, adalah sesuatu yang berada di tengah-tengah antara teologi dan
sains. Sebagaimana teologi, filafat berisikan pemikiran-pemikiran mengenai
masalah-masalah yang pengetahuan definitif tentangnya, sampai sebegitu jauh,
tidak bisa dipastikan; namun, seperti sains, filsafat lebih menarik perhatian akal
manusia daripada otoritas tradisi amupun otoritas wahyu. Semua pengetahuan
definitive termasuk ke dalam sains; semua dogma, yang melampaui pengetahuan
defiinitif termasuk ke dalam teologi. Tetapi, diantara sains dan teologi terdapat
sebuah wilayah yang tidak dimiliki oleh seorang manusia pun, yang tidak
terlindungi dari serangan di kedua sisinya;wilayah tak bertuan ini adalah filsafat.20
Sejak munculnya pemikiran yang membedakan watak alam sosial, dengan
alam fisik, lebih 2500 tahun yang lalu, teori politik telah menarik pemikir-pemikir
dari segala zaman. Tidak ada bidang yang tak tersentuh oleh gairah pemikiran
politik. Di antara kalangan yang berupaya merenungkan watak fenomena politik
adalah para teolog semisal Santo Agustinus, Thomas Aquinas dan Clavin; para
filsuf seperti Plato, Aristoteles, Kant, Hegel. Minat dan perhatian yang mendalam
ini tidak terlalu mengejutkan karena manusia adalah Zoon Politicon (manusia
politik). Manusia selalu bertanya tentang dirinya, lingkungannya, peranannya
dalam alam, dan maksud serta tujuan eksistensinya. Seolah-olah mereka diarahkan
oleh dorongan dalam diri mereka untuk mencari jawaban akan masalah-masalah
dasar ini. Dan dari pencarian akan kebenaran yang tidak pernah berakhir, dalam
proses ini yang menempati kedudukan penting adalah pemikiran spekulatif-
_________________________ 20 Ibid.,
Universitas Sumatera Utara
25
tentang manusia sebagai pelaku politik, anggota masyarakat sipil.21
Sejarah filsafat politik adalah studi tentang ide-ide dan institusi-institusi
yang berkembang sepanjang waktu. Ia berusaha menjelaskan pemahaman
mengenai cara bagaimana manusia di sepanjang zaman membentuk dan
mengimplementasikan aspirasi politik dan sosial mereka. Namun filsafat poltiik
juga merupakan sesuatu yang lebih dari sekedar analisis mengenai teori-teori
politik masa lalu. Ia berusaha menemukan prinsip-prinsip universal yang
mendasari fenomena politik dalam semua situasi historisnya. Filsafat politik, atau
pelacakan perilaku dua fenomena politik dalam suatu kerangka etik, merupakan,
bagian integral dari studi politik.
Filsafat politik melahirkan istilah ‘teori politik’, yang berarti seperangkat
hipotesa mengenai proses atau intuisi pemerintah, atau juga bisa merujuk pada
prinsip-prinsip dan norma-norma moral yang mengontrol perilaku politik. Teori
politik dapat digunakan mengenai fungsi-fungsi pemerintahan, memberi kepada
pembuat kebijakan yang membantu mereka dalam menangani problem-problem
sosial-politik tertentu, atau juga bisa berupaya untuk memberikan seperangkat
norma-norma untuk memutuskan apa yang secara etis baik dalam kehidupan
politik.
______________________________________________ 21 Henry J. Schamndt. Filsafat Politik:‘Kajian Historis dari Zaman Yunani Kuno Sampai Zaman Modern’. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2002). hal. 3-4
Universitas Sumatera Utara
26
Digunakan dalam makna kausal, teori politik merujuk seperangkat konsep
mengenai fakta-fakta politik dan hubungan-hubungan diantara keduanya.
Tujuannya adalah untuk membuat tatanan dan makna pada suatu pengumpulan
data; mengikuti tugasnya dengan membangun hipotesis tertentu mengenai proses-
proses pemerintahan dari investigasi politik (dengan observasi dan pengalaman)
ke dalam fenomena-fenomena politik.22Kajian teori politik bukanlah kajian
epistimologi, atau watak, batas-batas dan validitas pengetahuan. Bagaimanapun,
karena problem pengetahuan merupakan dasar bagi seluruh filsafat, politik dan
lainnya, dan karena ia muncul kembali secara konstan dalam karya-karya para
teorisasi politik, para pengkaji harusnya sadar akan kehadiran dan signifikansinya.
Hal lain yang berkaitan dengan ini adalah teori, yang disebut dengan
“rasionalisme”, yang beranggapan bahwa merupakan hal yang mungkin untuk
menegakkan kebenaran dengan wawasan akal semata yang bebas dari pengalaman
indera apa pun. Di bawah teori ini, jawaban-jawaban kategoris dapat diberikan
kepada semua problem pemerintah melalui penalaran abstrak tanpa perlu merujuk
pada pengalaman atau konteks historus yang problem itu muncul diluarnya. Jenis
pemikiran ini diilustrasikan Descartes dan para pengikutnya.
___________________________ 22 Ibid., hal. 5
Universitas Sumatera Utara
27
Teori pengetahuan lain berada di antara kedua bentuk rasionalisme dan
empirime. Dikemukakan oleh Aristoteles dan dikembangkan oleh pemikir-
pemikir belakangan, teori ini mengkritik doktrin bahwa penalaran langsung yang
terpisah dari pengalaman keseluruhan dapat menetapkan kebenaran mengenai
realitas.23Dengan cara yang sama teori ini berpandangan bahwa pengetahuan yang
valid harus dibatasi dengen pengetahuan inderawi. Ia beranggapan bahwa realitas
politik yang sangat bermakna eksistensinya tidak bergantung pada pengetahuan
kita mengenal hal tersebut, namun adalah menemukan tujuan-tujuan moral dalam
realitas sendiri dan menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai apa yang
seharusnya ada dalam persoalan politik.
1.6.2. Pemikiran Politik Barat serta Kontribusi Terhadap Dunia
Barat
Sejarah peradaban Pemikiran Politik Barat merupakan suatu peristiwa
yang luar biasa. Filsafat, ilmu pengetahuan hingga kebudayaan yang berkembang
di Barat pada dasarnya berasal dari suatu proses “pergumulan” peristiwa dari
interaksi peradaban-peradaban besar, tak terkecuali Hobbes dan Rousseau yang
merupakan dua diantara filsuf-filsuf barat lainnya. Peradaban-peradaban besar itu
sendiri teridiri atas: Peradaban Yunani-Romawi, Yahudi-Kristiani, dan Islam.24
_______________________________________________ 23 Ibid., hal. 24. 24Roger Gaudy, Janji-janji Islam (terj.), H.M. Rasyidi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984) hal. 11.
Universitas Sumatera Utara
28
Setelah runtuhnya tiga peradaban besar itu, memberikan pupuk penyubur
untuk tumbuhnya suatu peradaban baru bagi bangsa-bangsa di Barat. Namun,
sebelum dari pada itu bangsa-bangsa di Barat terlebih dahulu melewati masa The
Dark Ages25(masa kegelapan) yang panjang, dan kemudian mereka belajar dari
kemajuan serta keunggulan dari peradaban sebelumnya.26Seiring dengan pasang
surut sejarah, kemajuan serta peradaban bergulir kepada peradaban yang lain,
bagai roda penggerak perubahan sekaligus penghancuran yang bermula dari
puncak bangunan sejarah kelompok masyarakat kepada peredupan, penghancuran,
bahkan hilangnya sebuah pelaku peradaban kecuali puing-puing kebudayaan. Ini
semua bukti dari adanya pasang surut sejarah kebudayaan peradaban umat
manusia.
Pemikiran politik Barat menjadi bagian di dalamnya yang kini meluas
serta mempengaruhi keberlangsungan peradaban dan pemikiran politik modern
hingga saat ini, adalah bentukan yang tidak datang dan terjadi dengan sendirinya,
melainkan suatu proses panjang orang-orang di daratan Eropa. Melalui kelompok
kecil telah membuka, menyadarkan serta membangkitkan bangsa-bangsa Eropa
untuk mau belajar dari kemajuan peradaban terdahulu. Artinya bagaimana warisan
intelektual ketiga peradaban besar itu terhadap pembentukan tradisi keilmuan dan
perkembangan interaksi serta pengaruh kemudian ke belahan dunia lainnya.Yang
menjadi inti tradisi Barat adalah konsepsi manusia sebagai makhluk rasional yang
memiliki tujuan tertinggi dan kehendak menentukan dirinya.
_ ____ ____ ____ ____ ____ ____ ____ ____ ____ ____ ____ ____ ____ ____ ____ ____ ____ ____ ____ ____ ____ ____ ____ ____ ____ ____ ____ ____ ____ ____ ____ ____ ____ ____ ____ ____ ____ ____ ____ ____ ____ ____ ____ ____ ____ ____ __ -___ ____ ____ ____ ____ ____ ____ ____ ____ ____
25Abad dimana bangsa-bangsa di Eropa dipenuhi oleh perang antaragama, abad anti intelektualisme serta
masih kuatnya akan tahayul dan irasionalisme. Liat Firdaus Syam, Pemikiran...Op,.cit.,hal. 9. 26Firdaus Syam, Pemikiran... Op.Cit., hal. 11
Universitas Sumatera Utara
29
a. Peradaban Yunani-Romawi
Peradaban Yunani-Romawi merupakan peradaban yang sangat
berpengaruh serta bermanfaat. Bagaimana tidak hampir dalam semua aspek
peradaban, berupa filsafat, seni, sains, etika, politik, kedokteran, matematika dan
lainnya. Agaknya Barat berutang budi pada peradaban ini. Dari segi pandang
hidup (way of life) yang berkembang di Barat sejak Renaissanshingga sekarang,
dapat dikatakan sama dan kelanjutan dari pandangan orang-orang Yunani seperti
pandangan rasionalisme, individualisme, liberalisme serta sekularisme.27Pada
awal perkembangan ilmu pengetahuan Yunani, filsafat tampil sebagai induk dari
segala ilmu pengetahuan (mater scienterium).
Sebagaimana halnya dengan pengetahuan, filsafat dimulai dan didorong
oleh rasa ingin tahu manusia. Rasa ingin tahu itu multidimensi, seperti tahu
tentang objek atau fenomena sehingga seseorang itu mengetahui apa saja yang
ingin diketahui.28Cara pandang yang pragmatis, empiris dan materialis itulah
mengakibatkan cara pandang kemajuan bangsa Eropa di kemudian waktu lebih
bertumpu pada filsafat Yunani.Pada dunia politik, filsuf Yunani seperti Plato dan
Aristoteles mempengaruhi pemikiran dan filsafat Barat. Sebagai
peristiwanya,pada mula negara yang ada pada saat ini belum benar-benar dapat
disebut negara.
_____________________________________________________
Universitas Sumatera Utara
30
27Ibid., hal. 3 28Matias Siagian, Etika...Op.,cit. hal. 1-2. Terdapat proses panjang yang dilalui manusia hingga sampai pada masa
negara-negara modern muncul. Proses tersebut dimulai pada masa Yunani Kuno
yang bentuk negaranya masih berbentuk polis atau city-states (negara kota).29
Hingga muncul ide pemerintahan demokratis pertama kali dibentuk dan
dipraktekkan, bahwa nilai-nilai kebebasan manusia, keadilan, dan nasib individu
diakui dan bahwa benih peradaban Barat ditanamkan dan dipelihara.
SementaraKontribusi peradaban Romawi terhadap pemikiran politik Barat
terkhusus kepada bidang pemikiran sistem hukum dan lembaga politik.30Utama
pada bidang hukum di berbagai negara Eropa Barat seperti Perancis, Italia, Swiss,
Jerman, Belanda, Amerika Selatan, bahkan juga terhadap negara Commonwelth,
mempratikkan hukum Romawi. Ada tiga hukum yang mempengaruhi pemikiran
hukum di Barat, yakni Ius Civile, Ius Gentium, Ius Naturale.31
___________________________________________________ 29Miriam Budiardjo. Dasar-dasar Ilmu Politik. (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 2008). hal. 5 30Firdaus Syam. Pemikiran...Op.,Cit., hal. 4 31Ius Civile merupakan hukum sipil yang secara khusus diberlakukan untuk kalangan sipil dan warga negara
Romawi, bukan warga negara lain. Ius Gentium, merupakan hukum yang diberlakukan kepada semua orang,
terlepas apa pun kewarganegaraannya, tidak memandang nasionalitas seseorang. Ius Naturale, suatu prinsip
filsafat hukum yang menganggap keadilan dan kebenaran selamanya sesuai dengan tuntutan rasional dan
hakikat alam. Oleh sebab itu, semua orang memiliki hak-hak dan kedudukan yang sama di mata hukum
Universitas Sumatera Utara
31
pemerintah (negara). Tidak berhak mengintervensi hak-hak hukum itu. (Lihat Firdaus Syam.
Pemikiran...op.cit,. hal. 5)
Dari segi pemikiran politik Romawi, memberikan pemahaman kepada
Barat tentang teori imeprium. Sebuah teori tentang kekuasaan dan otoritas negara
di mana kedaulatan dan kekuasaan negara dianggap sebagai bentuk pendelegasian
kedaulatan rakyat kepada penguasa negara. Dengan demikian, teori ini pada
hakikatnya kedaulatan sepenuhnya milik rakyat, penguasa politik hanyalah
lembaga yang melaksanakan bukan menguasai serta mendominasi dan
menggunakan kedaulatan untuk kebaikan seluruh rakyat.32Rakyat juga memiliki
hak-hak politik yang sama (equal rights) dan merupakan esensi tertinggi
kedaulatan negara.
Dari pemikiran ini, Romawi mengembangkan gagasan kontrak pemerintah
(governmental contract), kemudian dijadikan model teoritis bagi para pemikir
politk Barat seperti John Locke, Rousseau, Hobbes dan lainnya. Teori imperium
lalu digunakan juga sebagai kekuasaan dan keagaaman di gereja Katolik. Domain
ini yang mempengaruhi di dalam paham Kristiani dalam membangun peradaban
pemikiran, kekuasaan dan sistem Politik Barat sepanjang 600 tahun lebih. Yang
berupa ‘Kerajaan Tuhan” yang berkuasa atas bangsa Eropa telah menjelma dalam
bentuk kekuasaan “Pendeta dan Gereja” demikian mutlak tampilnya tokoh seperti
St. Agustinus, Thomas Aquinas yang telah menjelaskan bagaimana paham gereja
yang telah mengadopsi kebudayaan Romawi.33
_____________________________________________
Universitas Sumatera Utara
32
32Ibid., hal. 5 33Ibid., hal. 5-6.
b. Peradaban Yahudi-Kristen
Orang-orang Yahudi itu sebagai The Historic People, yakni orang-orang
yang melahirkan peristiwa sejarah, menjadi subjek dan bukan objek peristiwa itu
melalui gagasan cerdas yang mereka kemukakan.34Dalam perspektif sejarah
kelahiran para Rasul dari agama besar di dunia, sebagian besar dari mereka
terlahir dan keturunan dari orang-orang Yahudi (Bani Israil).
Bukan hal yang mudah untuk menjejaki kapan peran penting itu dimulai,
ada yang menduga peran itu dimulai ketika orang-orang Yahudi berdiaspora ke
berbagai penjuru Eropa terutama kawasan Italia, sekitar Mediterania dan wilayah
bekas jajahan imperium Romawi dan Islam. Peradaban Renaissance yang lahir di
Eropa pada abad XIV-XVI tidak terlepas dari peranan orang-orang Yahudi.
Mereka yang bermukin di Florence, Italia, selama berabad-abad telah berhasil
membangun kota-kota baru serta melakukan aktivitas perekonomian, pendidikan.
Di sini terjadi perkembangan intelektual serta ekspansi kapitalisme di kawasan
Italia, lambat laun menciptakan kondisi kondusif untuk lahirnya gerakan
Renainssans di Eropa.
_________________________________________________ 34Lihat Max Dimon, The Indesstructible Jews. The New American Library, 1971. Karya ini merupakan kajian
yang menjawab rahasia kekuatan bangsa Yahudi sepanjang sejarahnya dimana mereka mampu tetap bertahan,
Universitas Sumatera Utara
33
sekaligus yang membedakannya dengan bangsa lain yang pernah jaya namun kemudian peradabannya punah
seperti Mesir Kuno, Mesopotam
Pada abad XIX dan XX, minoritas Yahudi Eropa telah melahirkan tokoh-
tokoh besar di berbagai bidang pengetahuan dan filsafat, seperti Hegel, Marx,
Freud, Nitzsche, Charles Darwin, Herbert Spencer dan lainnya. Meskipun juga
banyak pemikir lainnya yang non-Yahudi seperti Hobbes, Machiavelli, John
Locke dan lainnya, akan tetapi cara mereka ada kesamaan, penentangan terhadap
konsep agama dan mengembangkan gagasan securism (pemisah) agama dalam
persoalan kehidupan dunia (politik).35Dapat diliat melalui Baruch Spinoza yang
meletakkan dasar pemikiran mengenai pembentukan masyarakat baru dan bebas,
tetapi terikat selaras dengan hakikat ketuhanan. Ia juga perintis lahirnya agama
sekuler bagi manusia modern dan mengajarkan bahwa akal dan intuisi dapat
mengarahkan manusia pada kesatuan dirinya dengan sumber segala sesuatu yang
disebut Intellectual Love of God. 36
Lalu, dalam peradaban Kristen yang paling diingat ketika Barat tengah
dirundung masa atau abad kegelapan (The Dark Ages). Abad di mana banga-
bangsa di Eropa dipenuhi dengan perang antaragama, abad anti intelektualisme
serta masih kuatnya akan tahayul dan irasionalisme. Akan tetapi, abad ini juga
telah merintis jalan bagi terbentuknya suatu peradaban, yakni saat dimulai
dibangun universitas, gereja-gereja katedral Gothic dan lahirnya negara-negara
bangsa (nation state).
____________________________________________
Universitas Sumatera Utara
34
35Firdaus Syam. Pemikiran....Op,.cit,. hal. 7 36Ibid., hal. 7-8.
Peristiwa historis penting ini tidak dapat dipisahkan dari peran pemuka
agama Kristiani. Organisasi gereja merupakan elemen vital abad pertengahan,
karena telah berhasil memperkembangkan struktur masyarakat Eropa. Oleh karena
itu, masyarakat Barat diidentikkan sebagai masyarakat Kristiani selama berabad-
abad.Gereja pada masa itu telah mengambil alih peran serta fungsi penting dari
imperium serta mengendalikan berbagai kekacauan sosial yang diakibatkan
kehancuran imperium Romawi. Peran gereja menghindari Eropa dari kehancuran
yang lebih dalam sebagai suatu peradaban masyarakat di daratan Eropa. Lembaga-
lembaga gereja telah membantu memperadabkan suku-suku Barbar, mengenalkan
cita-cita luhur, mentransformasikan kekayaan warisan kuno Yunani-Romawi serta
Islam ke jantung peradaban Barat. Sumbangan penting lainnya, mempelopori
adanya ‘kebangkitan nalar’ Eropa.
Konsep nalar yang rasional itu, sebenarnya mulai nyata dan menonjol
diterima lembaga gereja ketika lahirnya Protestanisme dan Calvinisme. Peran itu
dilakukan oleh Thomas Aquinas sebagai suatu aliran filsafat Skolastisisme. Aliran
Skolastik ini memiliki karakteristik, yakni rasionalitas akan tetapi tidak empiris.
Dengan kata lain, aliran ini dibangun atas dasar logika (logic), bukan sains
(science) atau pengalaman (experience). Lalu skolaisme ini mementingkan
pendekatan etika, sebab tujuan manusia dunia adalah bagaimana manusia dapat
hidup lebih baik, di dunia maupun kelak sesudah mati.37
Universitas Sumatera Utara
35
______________________________ 37Ibid., hal. 10.
Puncak sumbangan agama Kristiani kepada Barat adalah peranan agama
dalam melahirkan gerakan reformasi Protestan. Tokoh-tokohnya antara lain
Martin Luther, Zwingli, Calvin. Reformasi ini kemudian menjadi salah satu
tonggak penting sejarah pemikiran dan peradaban Barat. Reformasi Protestan
merupakan produk interpretasi terhadap doktrin Katolik Ortodoks dan reaksi
terhadap berbagai penyimpangan kekuasaan gereja.
Gerakan intelektual keagamaan ini dimulai ketika gereja menjual surat-
surat pengampunan dosa yang kemudian diprotes oleh Luther. Dasar pemikiran
reformasi Protestan adalah ajaran tentang etika kerja, atau etos Kapitalisme yang
dirumuskan oleh Johanes Calvin. Calvinisme dicetuskan yang berisi ajaran bahwa
kerja merupakan panggilan Tuhan (Calling of God), serta pula pentingnya
menghargai waktu, rasional dalam berpikir dan bertindak, berorientasi ke masa
depan, hemat dalam kegiatan ekonomi sehari-hari merupakan etika yang
sepenuhnya sesuai dengan runtutan doktrin Kristiani.38Sehingga Webber dalam
hal ini melihat adanya pertautan khusus antara etika Kristiani dengan semangat
atau etos Kapitalisme. Dengan demikian, etika protestan telah dijadikan dasar
doktrin bagi perkembangan kapitalisme serta berkembangnya paham rasionalisme
di Eropa.
Universitas Sumatera Utara
36
____________________________________ 38Ibid., hal. 10-11
c. Kontribusi Peradaban Islam
Peradaban Islam mempengaruhi dunia Barat di Eropa merupakan fase
ketiga setelah dua peradaban besar sebelumnya. Peradaban Islam yang pernah
mencapai puncak kegemilangan selama seribu tahun sejak dimulai misi kenabian.
Harus diakui, memang terjadi persentuhan dari warisan yang ditinggalkan
peradaban Yunani-Romawi.Cita dalam pemikir politik kalangan Muslim dari
pengaruh cita pikiran zaman Yunani Kuno itu tidak sedikit, ahli-ahli seperti Ibnu
Sina (980-1037) dengankonsep Negara Sosialis berdasarkan kekeluargaan, Al
Farabi (870-950) yang banyak membicarakan manusia, Al Ghazali (1058-1111)
tentang Negara Moral sertaIbnu Khaldun (1332-1406) dengan metodologi ilmu
berupa kajian teoritis empiris di bidang ilmu-ilmu sosial.39
Sebenarnya bagi kalangan pemikir Islam masa lalu dengan sifat ajarannya,
Islam yang terbuka untuk menyerap segala sesuatu yang positif telah menjadikan
umat Islam tidak ‘alergis’ terhadap peradaban yang datang dari mana pun seperti
peradaban Mesopotamis, Bizantium, Persia, Hindu dan Cina. Sebagaimana
dikemukakan para pemikir Islam, bahwa Islam itu agama yang inklusif, bersikap
terbuka dan toleran guna memperkaya khazanah peradaban itu sendiri.Dengan
karakteristik seperti itu, menyebabkan kehadiran Islam tidak diiringi dengan
penghancuran peradaban lokal negeri yang dibebaskan serta menerima secara
kreatif warisan Yunani-Romawi, juga warisan peradaban negeri-negeri
taklukkanlainnya, karena watak mereka yang kosmopolis dan universalis.40
Universitas Sumatera Utara
37
________________________________________________________ 39Zainal Abidin Ahmad, Teori Politik Islam. (Jakarta: Bulan Bintang, 1977) hal. 10.
40Firdaus Syam. Pemikiran...Op.,cit., hal. 13. Kontribusi peradaban Islam di Barat tidak bisa dikemsampingkan, bila kita
melihat karya-karya salah satu dari mereka yaitu Ibnu Rusyd (1126-1198) yang
rasionalis pengikut aliran Mu’tazilah yang gagasannya sangat kuat dipengaruhi
Aristoteles. Melalui Ibnu Rusyd dunia Barat mulai menganut kebebasan berpikir
dan menyerap kekayaan intelektual Yunani kuno.Ajaran Ibnu Rusyd mengenai
kekekalan benda (eternity of matter) dan kefanaan jiwa (immortality of the soul)
atau Panteisme (Pantheisme) telah melahirkan banyak pemikir bebas dan sangat
berpengaruh kepada kalangan pemikir Eropa seperti Albertus Magnus dan
Thomas Aquinas.41Dari keempat peradaban tersebut merupakan adanya
persentuhan atau persinggungan, ada perbedaan, yang sangat-sangat berpengaruh
dalam kontruksi dan tonggak sejarah pemikiran Politik Barat.
1.6.3. Teori Perbandingan Ilmu Politik
Perbandingan ilmu politik sudah setua ilmu politik itu sendiri. Selama
berabad-abad telah banyak perbandingan sistem politik yang dilakukan oleh para
teorisasi dunia, termasuk membandingkan antara negara dengan negara,
monarki/oligarki dengan demokrasi, konstitusional dengan tirani dan
sebagainya.42Secara sederhana definisi perbandingan adalah suatu kegiatan untuk
mengadakan identifikasi persamaan/perbedaan antara dua gejala atau
lebih.43Namun, dalam studi perbandingan ilmu politik, acap kali banyak istilah
yang terlanjur digunakan secara longgar dan diartikan secara berbeda-beda.
____________________________________________________
Universitas Sumatera Utara
38
41Ibid., hal. 6 42M. Masoed. Perbandingan Sistem Politik. (Yogyakarta: Gajah Mada University Press). hal. 21. 43S. Soekanto, Perbandingan Ilmu Hukum. (Bandung: Sinar Grafika, 1979). hal. 10.
Contohnya istilah “perbandingan pemerintahan”, yang biasanya mengacu
ke studi tentang berbagai negara bangsa di Eropa, dan fokus studi ini adalah
tentang lembaga-lembaga beserta segenap fungsinya di negara-negara itu,
denganpenekanan pada lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif, serta berbagai
organisasi lain yang terkait seperti partai-partai politik dan kelompok-kelompok
penekan (pressure group).Sedangkan studi perbandingan politik (comparative
politics) mempelajari kegiatan-kegiatan politik dalam cakupan lebih luas,
termasuk mengenai pemerintahan dan berbagai lembaganya dan juga aneka
organisasi yang tidak secara langsung berhubungan dengan pemerintahan (antara
lain adalah suku-suku bangsa, masyarakat, asosiasi-asosiasi, dan berbagai
perserikatan).44
Ilmu politik dan ilmu perbandingan politik berkaitan dalam hal teori dan
metode. Teori (theory) adalah serangkaian generalisasi yang tersusun seacara
sistematik, sedangkan metode (method) adalah suatu prosedur atau proses yang
menggunakan teknik-teknik dan perangkat-perangkat tertentu dalam mengkaji
suatu guna menelaah, menguji dan mengevaluasi teori. Sedangkan metodologi
(methodology) mencakup berbagai metode, prosedur, konsep-konsep kerja, aturan,
dan sebagainya, yang digunakan untuk menguji teori menjadi pedoman kajian,
serta kerangka arahan dalam mencari solusi atas berbagai persoalan di dunia
nyata.45
_______________________________________________
Universitas Sumatera Utara
39
44Ronald H. Chilote. Teori Perbandingan Politik: “Penelusuran Paradigma”. (Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada. 2003) hal. 4. 45Ibid., hal. 4.
Teori maupun metode dalam perbandingan ilmu politik banyak bersumber
dari pemikiran para filsuf politik, seperti Aristoteles, Plato, Machiavelli,
Montesquieu, Hegel, Marx dan Mill. Pemikir abad ke-20 juga ikut serta seperti
Wodrow Wilson, James Bryce, Carl Friedrich yang telah mengarah ke studi
formal tentang pemerintahan dan negara.
Garis-garis besar Studi Perbandingan Ilmu Politik sejak tahun 1953
cenderung teoritis umum dibidang ini terbagi kedalam empat kelompok teori
yakni:46
1. Teori-teori Sistem
2. Teori-teori Budaya
3. Teori-teori Pembangunan Politik
4. Teori-teori Kelas
Berkaitan dengan permasalahan yang dibahas sebagai pisau analisis di bab
selanjutnya, penulis mengambil subjek dari garis-garis besar studi perbandingan
ilmu politik yakni Teori-teori Budaya.
Teori-teori Budaya
Pendekatan budaya awalnya lahir lewat konseptualisasi dan studi-studi
budaya sendiri dari pembahasan tentang budaya sampai kajian budaya politik.
Lahirnya konsep budaya politik awalnya dalam pengertian antropologi. Tahun
1871, E. Taylor memperkenalkan konsep budaya kepada antropologi sebagai
“keutuhan kompleks yang menyertakan pengetahuan, keyakinan, seni,
Universitas Sumatera Utara
40
moral,hukum, dan kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan lain dari sebuah
komunitas”.
_______________________________________________ 46 studypolitic.org (Diakses pada 03/03/2018 pkl. 12.00 WIB.
a. Budaya sebagai Sistem Adaptif
Suatu perkembangan yang berasal dari aliran yang meninjau kebudayaan
dari sudut pandangan evolusioner. Suatu jembatan antara kajian-kajian tentang
evolusi makhluk humanoid dan kajian tentang kehidupan sosial makhluk
manusia.47 Melihat Budaya sebagai Sistem Adaptif ini mampu merubah pola
tingkah laku yang terikat kepada kelompok-kelompok tertentu, yakin adat istiadat
(custom) atau cara kehidupan (way of life) manusia. Perubahan kultural pada
dasarnya adalah suatu proses adaptasi dan dalam artian adalah seleksi alam.
b. Budaya Sebagai Sistem Kognitif
Budaya dipandang sebagai sistem pengetahuan. Menurut Ward
Goodenough, kebudayaan suatu masyarakat terdiri atas segala sesuatu yang harus
diketahui atau dipercayai seseorang agar dia dapat diterima oleh anggota-anggota
masyarakat tersebut. Budaya sebagai sistem kognitif adalah bentuk hal-hal yang
ada dalam pikiran manusia (mind), model-model yang dipunyai manusia untuk
menerima, menghubungkan dan kemudian menafsirkan suatu perubahan kultural.
c. Budaya sebagai sistem Struktural
Levi Strauss memandangn budaya sebagai sistem Struktural yang dimiliki
bersama, dan merupakan ciptaan pikiran (creation of mind). Strauss berusaha
Universitas Sumatera Utara
41
menemukan dalam penstrukturan bidang kultural dan prinsip-prinsip dari pikiran
yang menghasilkan budaya itu. Pikiran (mind) memaksakan tatanan yang terpola-
___________________________________________________________
47 Roger M. Keesing, “Theories of Culture” Annual Review of Anthropology (1974).pdf
secara kultural pada satu dunia yang terus-menerus berubah.48
Pendekatan kebudayaan dalam perbandingan ilmu politik marak selama
1960-an. Konsep budaya politik ini dikaitkan ke konsep negara atau budaya-
budaya nasional serta berkaitan dengan sistem. Hal ini karena budaya politik
terdiri dari serangkaian keyakinan, simbol-simbol, dan nilai-nilai yang
melatarbelakangi situasi dimana suatu peristiwa politik terjadi. Antropolog Franz
Boaz juga mengatakan bahwa “budaya merangkul seluruh perwujudan kebiasaan
suatu komunitas, reaksi-reaksi individual ketika dipengaruhi oleh kebiasaan-
kebiasaan kelompok di mana ia tinggal dan produk-produk kegiatan manusia yang
ditentukan oleh kebiasaan-kebiasaan tersebut”.49
Peristiwa-peristiwa ini seperti pada pembahasan si penulis, ketika Hobbes
dan Rousseau masing-masing mengalami suatu keadaan yang melatarbelakangi
suatu peristiwa politik terjadi.Sikap masyarakat suatu negara melatarbelakangi
peristiwa politik terjadi, karena budaya politik menunjuk pada orientasi dari
tingkah laku individu/masyarakat terhadap sistem politik.
Universitas Sumatera Utara
42
____________________________________________ 48 Ibid.,
49studypolitic.org/blog/2017/11/07teori-teori-budaya/ (Diakses pada 03/03/2018 pkl. 12.06 WIB)
1.6.4. Konsep Manusia
Seperti yang sudah ditulis dalam bagian pendahuluan,manusia secara
bahasa disebut juga insan yang dalam bahasa Arabnya, yang berasal dari kata
Nasiya yang berarti lupa dan jika dilihat dari kata dasar Al-Uns yang berarti jinak.
Kata insan dipakai untuk menyebut manusia, karena manusia memiliki sifat lupa
dan jinak artinya manusia selalu menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru
disekitarnya. Manusia cara keberadaannya yang sekaligus membedakannya secara
nyata dengan mahluk yang lain.Seperti dalam kenyataan mahluk yang berjalan
diatas dua kaki, kemampuan berfikir dan berfikir tersebut yang menentukan
manusia hakikat manusia. Manusia juga memiliki karya yang dihasilkan sehingga
berbeda dengan mahluk yang lain. Manusia dalam memiliki karya dapat dilihat
dalam seting sejarah, seting psikologis, situasi emosiona l dan intelektual yang
melatarbelakangi karyanya. Dari karya yang dibuat manusia tersebut menjadikan
ia sebagai mahluk yang menciptakan sejarah.
Manusia juga dapat dilihat dari sisi dalam pendekatan teologis, dalam
pandangan ini melengkapi dari pandangan yang sesudahnya dengan melengkapi
sisi trasendensi dikarenakan pemahaman lebih bersifat fundamental. Pengetahuan
pencipta tentang ciptaannya jauh lebih lengkap dari pada pengetahuan ciptaan
tentang dirinya.50
Universitas Sumatera Utara
43
_______________________________________________________
50Musa Asy’ari, Filsafat Islam. (Yogyakarta, LESFI. 1999).
Berbicara tentang manusia maka yang tergambar dalam fikiran adalah
berbagai macam perfektif, ada yang mengatakan masnusia adalah hewan rasional
(animal rasional) dan pendapat ini diyakini oleh para filosof. Sedangkan yang lain
menilai manusia sebagai animal simbolik adalah pernyatakan tersebut
dikarenakan manusia mengkomunikasikan bahasa melalui simbol-simbol dan
manusia menafsirkan simbol-simbol tersebut. Ada yang lain menilai tentang
manusia adalah sebagai homo feber dimana manusia adalah hewan yang
melakukan pekerjaan dan dapat gila terhadap kerja.51Dalam ilmu pengetahuan,
disiplin ilmu tentang manusia juga bermacam-macam, mulai dari Teologi,
Biologi, Antropologi, Sosiologi dan Psikologi.52
Manusia menurut Plato adalah makhluk ganda. Manusia memiliki tubuh
yang “berubah”, yang tidak terpisahkan dengan dunia indera, dan tunduk pada
takdir yang sama seperti segala sesuatu yang lain di dunia ini. Semua yang
manusia didasarkan pada tubuh, dan karenanya tidak dapat dipercaya.Namun
manusia memiliki jiwa yang abadi, dan jiwa inilah dunianya akal, dan karena
tidak bersifat fisik, jiwa dapat menyelidiki dunia ide.53
_____________________________________________
51K. Bertens. Panorama Filsafat Modern. (Jakarta: Gramedia, 2005).
Universitas Sumatera Utara
44
52Arif Budiman, dkk.Mencari Konsep Manusia Indonesia, Sebuah Bunga Rampai. (Jakarta: Erlangga. 1986). 53Jostelin Gaarder. Dunia Sophie. (Bandung: Mizan, 1966). hal. 108.
Menurut Plato, martabat manusia sebagai pribadi tidak terbatas pada
mulainya jiwa bersatu dengan raga. Jiwa telah berada lebih dulu sebelum jatuh ke
dunia dan disatukan dengan badan. Maka bagi Plato, yang disebut manusia atau
pribadi adalah jiwa sendiri. Sedangkan badan oleh Plato dianggap seabagi alat
yang berguna sewaktu masih hidup di dunia ini.Tetapi badan itu, di samping
berguna, sekaligus juga memberati usaha jiwa untuk mencapai kesempurnaan,
yaitu kembali kepada dunia ide. Jiwa menurut Plato sudah berada sebelum bersatu
dengan badan. Persatuan jiwa dengan badan merupakan hukuman karena
kegagalan jiwa untuk memusatkan perhatiannya kepada dunia ide. Jadi manusia
mempunyai “pra ekstensi”, yaitu sudah berada sebelum dipersatukan dengan
badan dan jatuh ke dunia ini.54
Hakikat serta Watak Rasional Manusia
Terdapat banyak pandangan-pandangan berbeda tentang hakikat manusia.
Dua diantaranya adalah pandangan kaum spritualis dan pandangan kaum
materialis. Menurut kaum spiritualis, manusia adalah realitas yang tersusun atas
tubuh dan jiwa (ruh). Ruh atau jiwa bersifat abadi dan tak akan binasa karena
kematian. Menurut kaum materialis, manusia hanya tersusun atas tubuh semesta,
yang akan rusak karena kematian dan berarti terputusnya kepribadiannya.55
____________________________________________
Universitas Sumatera Utara
45
54Hardono, Hadi. Jati Diri Manusia Berdasarkan Filsafat Organisme. (Yogyakarta: Kanisius. 1996). hal. 32.
55 Murtadha Muthahhari. Manusia Sempurna. (Yogyakarta: Prisma Media, 2004). hal. 25-26.
Meskipun ada perbedaan yang sangat besar, ada sesuatu yang disepakati
oleh kedua paham tersebut, yaitu kenyataan bahwa ada elemen-elemen non-
material tertentu yang disebut dengan akal, yang memberi manusia nilai dan
kepribadiannya, yang mampu membedakan baik dan buruk.56Manusia adalah
makhluk yang sadar, sadar dalam arti bahwa melalui daya refleksi yang
menakjubkan, ia memahami aktualitas dunia eksternal, menyingkap rahasia yang
tersembunyi dari pengamatan, dan mampu menganalisa masing-masing realitas
dan peristiwa.57Manusia adalah makhluk yang idealis, ia tidak pernah puas dengan
apa yang ada, tetapi berjuang untuk mengubahnya menjadi apa yang seharusnya.
Manusia adalah makhluk kratif, memiliki suatu daya yang kuat dan gemilang
yang dapat mendorong dia keatas, yaitu cinta (eros).
Eros inilah yang menurut Plato adalah daya kreatif dalam diri manusia,
pencetus kehidupan, inspirator kehidupan. Eros memenuhi kita dengan semangat
kebersamaan, membebaskan kita dari kesendirian. Eros itu luwes, murah hati,
dikagumi oleh para cerdik dan pandai, dan disayangi para dewa.58Dan yang
terakhir, seperti yang sedikit diuraikan diatas, manusia adalah mahkluk moral
yang terdiri dari nilai. Nilai yang terdiri dari ikatan ada antara manusia dan setiap
gejala, perilaku, perbuatan. Dan hal serta aspek-aspek inilah yang membedakan
manusia dengan makhluk lainnya.
_________________________________________________ 56Ibid., 57umamsmile.blogspot.co.id/2012/09/hakikat-manusia.html?m=1(Diakses 30/1/2018 pkl. 17.13 wib)
Universitas Sumatera Utara
46
58K. Bertens. Filsuf-filsuf Besar Tentang Manusia. (Jakarta: Gramedia, 1988) hal. 33. Terjemahan dari buku
karya Dr. PA. Van der Weij, Grote Filosofen Over De Mens. (Utrech: Erven J. Bijleveld. 1972).
Sejarah pemikiran politik benar-benar menggambarkan hubungan yang
dekat antara watak manusia dan filsafat politik. Ini hal biasa, namun yan tidak
kalah pentingnya untuk dicatat adalah bahwa setiap tatatnan sosial dan politik
pasti didasarkan atas suatu filsafat yang mencakup asumsi-asumsi dan keyakinan-
keyakinan dasar dasar mengenai manusia. Jika kita mengetahui mengetahui apa
itu manusia, kita bisa menentukan bagaimana dia harus bertindak dan tujuan apa
yang seharusnya ia kejar. Dan dengan dimiliki pengetahuan ini, kita bisa
menentukan peran yang harus dimainkan negara dan tujuan apa yang seharusnya
dicari. Filsafat politik, karenanya harus bermula dengan manusia. Struktur teoritis
yang didesain pemikir mana pun, pada akhirnya ditentukan oleh konsepnya
tentang konsepsi dan watak manusia. 59
1.6.5. Teori Psikonalisis Freud
Konsep manusia dan hakikat manusia menjadi satu konsentrasi yang
dikhususnya bagi pembelajaran Freud, yaitu Psikonalisis.Teori psikoanalisis ini
merujuk pada istilah yang dipopulerkan oleh Freud. Secara garis besar, teori ini
menyatakan bahwa “ketidaksadaran” pada individu memiliki peran yang utama
dalam diri seseorang. Dengan landasan teori ini, Freud melakukan pengobatan
mereka yang menderita gangguan psikis.Karena latar belakang Freud adalah
seorang dokter, pada usia 17 tahun, Freud masuk Universitas Vienna untuk studi
ilmu kedokteran.
Universitas Sumatera Utara
47
______________________________________________ 59Henry J. Schamndt. Filsafat Politik...Op.,cit. hal. 11
Awalnya, minat studi Freud dalam ilmu kedokteran adalah zoology atau
ilmu tentang binatang, sebelum akhirnya pindah pada objek manusia.60Teori
Psikoanalisis Freud telah menjadi teori yang paling banyak digunakan dan
dikembangkan hingga saat ini. Konsep teori ini digunakan untuk meneliti
kepribadian seseorang terhadap proses psikis yang tidak terjangkau oleh hal yang
bersifat ilmiah.Dengan metode psikoanalisis, Freud bermaksud mengembalikan
struktur kepribadian pasien dengan cara memunculkan kesadaran yang tidak ia
sadari sebelumnya. Tingkah laku seseorang dipahami melalui pengkajian terhadap
keadaan kesadaran dan ketidaksadaran.
Freud menganalogikan persepsi jiwa manusia dengan gunung es untuk
menunjukkan skema gambaran jiwa seseorang. Bagian puncak dinamakan
kesadaran (conciousnes), Bagian tengah dinamakan pra-kesadaran (sub
conciousnes) dan bagian dasar yang tertutup air adalah ketidaksadaran
(unconciousnes). Dialam bawah sadar atau ketidaksadaran merupakan hal yang
paling menentukan kehidupan manusia. Dimana penyebab dari penyimpangan
perilaku ini berasal dari faktor alam bawah sadar ini.61Hal yang seperti inilah yang
dianalisa oleh Freud untuk mengungkapkepribadian seseorang dan menjadikan
analisa ini sebagai metode penyembuhan. kepribadian seseorang dan menjadikan
analisa ini sebagai metode penyembuhan.
Universitas Sumatera Utara
48
________________________________________________ 60https://dosenpsikologi.com/teori-psikoanalisis-klasik. Diakses pada 17/04/18. pkl. 13.01 WIB. 61Matias Siagian, Etika...Op.,cit., hal. 140
Lebih jauh, manusia dalam konteks ini adalah tersusun dalam sebuah
mekanisme yang didorong oleh sejumlah energi seksual tetap yang disebut dengan
libido. Libido akan menyebabkan ketegangan yang menyakitkan yang
“energinya” hanya bisa dikurangi atau ditekan lewat pelepasan fisik. Upaya
pelepasan inilah yang oleh Freud dijelaskan lewat konsep pleasure principle
(prinsip kesenangan).Konsep ini dikontraskan dengan yang dia sebut sebagai
reality principle (prinsip realitas),yang menunjukkan apa yang dicari manusial
dan segala yang akan mereka hindari, dalam kehidupan nyata mereka di dunia
agar mereka bisa bertahan hidup.62Prinsip realitas akan selalu bertabrakan dengan
prinsip kesenangan, dan keseimbangan yang terjadi akibat benturan keduanya
merupakan prasyarat bagi kesehatan mental manusia.
Freud melihat perkembangan manusia sebagian sebuah evolusi, dalam
bentuk perkembangan individu. Perkembangan umat manusia, menurut Freud
sangat mirip dengan perkembangan individu dalam berbagai aspek. Manusia
primitif, misalnya, dalam perspektif Freud, adalah individu yang melakukan
sepenuhnya kepuasan sesuai dorongan insting yang dimilikinya, sementara
manusia juga selalu mempertahankan insting-insting yang menjadi bagian
seksualitas primitifnya.
Universitas Sumatera Utara
49
_________________________________________ 62Sigmund, Freud. Pengantar Umum Psikonalisis. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2006) hal. 4
Lantas terjadinya peradaban justru mendorong manusia untuk menahan
pemuasan dan insting-insting secara langsung dan sepenuhnya. Insting yang tidak
terpenuhi inilah yang selanjutnya berubah menjadi energi mental dan psikis
nonseksual, yang selanjutnya bergulir kembali menjadi dasar pembentukan
peradaban manusia. 63
1.7. Metodologi Penelitian
1.7.1. Jenis Penelitian
Dalam menganalisi perbandingan pemikiran politik Thomas Hobbes
dengan J.J. Roussseau tentang konsep manusia yang merdeka,
penulismenggunakan penelitiaan kepustakaan (Library Research). Penelitian ini
bersifat kualitatif deskriptif dimana penulis akan berusaha untuk mendiskripsikan.
Pada umumnya penelitian kualitatif tidak mempergunakan angka atau nomor
dalam mengolah data yang diperlukan. Data kualitatif diungkapkan dalam bentuk
kalimat serta uraian-uraian, bahkan dapat berupa cerita pendek. Data kualitatif
Penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan, meringkas berbagai
kondisi, berbagai situasi ataupun variabel tertentu.64
Universitas Sumatera Utara
50
___________________________________________ 63Ibid., Hal. 5
64Burhan Bungin. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group:
2013). hal. 67
1.7.2. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan mengumpulkan
kepustakaan. Data yang digunakan merupakan data-data sekunder yaitu karya-
karya dari kedua tokoh yang akan diteliti dan juga karya-karya pemikir lain
mengenai Thomas Hobbes dan J.J. Rousseau atau topik bahasan yang diteliti.
Data sekunder ini bisa berupa data-data yang didapat dalam bentuk buku, majalah,
karya ilmiah, maupun dalam elektronik seperti data yang didapat dari situs
internet.
1.7.3. Teknik Analisa Data
Data-data yang dikumpulkan melalui tulisan-tulisan Thomas Hobbes dan
J.J. Rousseau ataupun tulisan-tulisan dari pemikir lain yang membahas mengenai
topic yang dipilih penulis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif, yaitu
dengan analisis atas masalah yang ada sehingga selanjutnya akan diperoleh
gambaran jelas mengenai objek yang akan diteliti dan kemudian akan dilakukan
penarikan kesimpulan pada bahasan yang akan diteliti.
1.8. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Universitas Sumatera Utara
51
Bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, perumusan masalah, batasan
masalah, tujuan penelitian, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika
penulisan
BAB II : THOMAS HOBBES DAN JEAN-JACQUESROUSSEAU
Bab ini menguraikan tentang segala sesuatu mengenai objek penelitian ini,
yaitu profil Hobbes dan Rousseau, latar belakang kehidupan serta karya-karya
mereka.
BAB III : KONSEP MANUSIA MENURUT PEMIKIRAN THOMAS
HOBBES DAN JEAN-JACQUES ROUSSEAU
Bab ini menguraikan inti dari objek penelitian, menganalisis pemikiran
Hobbes dan J.J. Rousseau tentang konsep manusia. Bagaimana perbandingan dari
pemikiran mereka dengan rentang waktu yang berbeda ini.
BAB IV : PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan akhir dari penelitian yang dilakukan oleh si
penulis, beserta saran dan kesimpulan-kesimpulan terkait dengan penelitian
tersebut yang berguna bagi penulis nantinya.
Universitas Sumatera Utara
52
BAB II
THOMAS HOBBES DAN JEAN-JACQUES ROUSSEAU
2.1. Empirisme Modern
Perkembangan filsafat rasionalisme tentu sangat berpengaruh dan pesat.
Para pengikut aliran rasionalisme sangat mengagungkan peranan rasio atau akal
sebagai satu-satunya sumber ilmu pengetahuan. Dengan demikian, mereka
menganggap segala hal yang berada di luar rasio, seperti hasil-hasil perasaan
misalnya, bukanlah merupakan sebuah kebenaran.65 Namun, pemikiran aliran
rasionalisme tersebut kemudian mendapat banyak tantangan dair pemikir-pemikir
selanjutnya, yakni para pemikir empiris. Aliran ini meyakini bahwa pengalaman
adalah yang menentukan munculnya ilmu pengetahuan.
Pada zaman sekarang ini, empirisme menjadi sikap dasar segala bentuk
penelitian ilmiah. Pengetahuan harus didasarkan pada observasi empiris.
Sebenarnya empiris macam ini sudah didapatkan dari pemikiran Francis Bacon
tentang metode induksinya, namun baru dalam filsafat Hobbes, Locke, Berkeley
dan Hume, pengalaman entah yang bersifat indrawi atau bathiniah menjadi pokok
refleksi utama. Empirisme mengembalikan pengetahuan pada pengalaman,
empirisme berusaha membebaskan diri dari bentuk-bentuk spekulasi spritiual
yang menandai metafisika tradisional.Dengan cara itu empirisme mencoba
memisahkan filsafat dengan teologi.
____________________________________________ 65panduan-belajar-mandiri.blogspot.com. (Diakses 06/06/18 pkl. 11.23 WIB).
Universitas Sumatera Utara
53
Lama kelamaan menjadi jelas juga bahwa para filsuf aliran ini (dalam hal
ini Thomas Hobbes) memelopori kelahiran ilmu-ilmu kemanusiaan modern yang
didasarkan pada observasi empiris, misalnya psikologi.
2.2. Thomas Hobbes (1588-1679)
Thomas Hobbes, lahir di Malmesbury, Inggris tahun 1588. Ia sempat
mengecap pendidikan di Oxford University, tetapi kesempatan itu tidak
memberikan banyak manfaat. Ia sempat mempelajari pemikiran Aristoteles yang
di kemudian hari dikritiknya.66 Pada masa itu, Inggris sedang mengalami pada
keadaan perang saudara, terjadi ketakutan, kekhawatiran demikian merajalela.
Ketidakstabilan politik itu tentu telah mengilhami Hobbes untuk menulis dengan
menarasikan bagaimana pendiriannya terhadap kehidupan politik maupun
masyarakat pada saat suatu penaklukan Inggris atas Irlandia Utara dan Skotlandia
untuk menjadi bagian Inggris Raya (Great Britanain).67
Ia sebagai sosok filsuf yang tumbuh di bawah prahara politik masa itu.
Politik yang penuh anarkis di abad ke-17, adanya perang dan konfrontasi baik
karena agama, maupun perang sipil yang sedang berkecamuk di Inggris. Ia hidup
dalam suasana malapetaka perang saudara antara kubu Charles I dan kubu
parlemen yang akhirnya dimenangkan kubu parlemen. Charles I akhirnya
dihukum gantung, lalu berdirilah republik yang dipimpin oleh Oliver Cromwell. 68
_______________________________________________ 66Firdaus Syam, Pemikiran...Op.Cit., hal. 115 67Deliar Noer, Pemikiran...Op.Cit., hal. 103 68F. Budi Hardiman. Pemikiran-pemikiran yang Membentuk Dunia Modern (Dari Machiavelli sampai
Nietzsche). (Jakarta:Erlangga, 2011) hal.56.
Universitas Sumatera Utara
54
Pengalaman bahaya-bahaya perang itu memberinya kesan yang mendalam
dalam hidupnya bahwa anarki adalah sebuah bencana kemanusiaan yang tragis
dalam kehiudpan bermasyarakat adalah sebuah usaha yang sangat rapuh.Ia sendiri
melukiskan dirinya identik dengan ketakutan itu: ‘Fear an I, Hobbes said, were
born together’.69Pada masa itu ada tuntutan kuat untuk terjadinya perubahan di
segala bidang kehidupan. Perubahan besar dalam pandangan intelektual Eropa,
dalam masalah falsafah dan ilmu pengetahuan, mengharuskan perubahan hebat
yang sama dalam ajaran politik. Di sinilah signifikansi kehadiran Thomas Hobbes,
sebagaimana filsuf dan pemikir besar lainnya masa Renaisans.
Pada usia 22 tahun, ia telah melalang buana ke berbagai negara, antara lain
Perancis dan Italia. Disana Hobbes berkenalan dengan Rene Descartes dengan
alam pikirannya, Galileo Galilei, F. Bacon, dan lain-lain. Mereka telah
mempengaruhi Hobbes dalam memahami manusia dan perilakunya. Hampir
sepanjang hidupnya dia berusaha memecahkan masalah kodrat manusia yang
menurutnya rapuh untuk kehidupan sosial. Ketika kedudukan Raja Charles I
sudah mulai mengguncang, di tahun 1640. Ia melarikan diri ke Perancis karena
pamfletnya yang mempertahankan hak absolut raja.
_____________________________________________
69Cranston, Makers of Modern Thought, New York, American Heritages Publishing Co. Inco. 1972, hal. 193
Universitas Sumatera Utara
55
Porak-porandanya kesatuan abad pertengahan mempengaruhi Inggris dan
daratan Eropa. Monarki Tudor diuntungkan oleh pecahnya mata rantai politik
eksternal dan spiritual ini, tetapi kekuatan yang sama yang memungkinkan
terbentuknya negara modern juga melahirkan semangat baru akan kemerdekaan
dan penentuan nasib sendiri di kalangan masyarakat.70Karena kekuasaan raja
semakin besar, para pedagang dan pemilik tanah mulai melihat adanya bahaya
yang terkandung dalam kekuasaan politik yang tidak terbatas dan tidak terkontrol
ini. Demikian pula halnya, persoalan monopoli keagamaan dalam negara mulai
menciptakan kesulitan pada masa itu ketika Bible sudah menjadi sumber
kebenaran, dan hak penafsiran diakui secara luas.
Pada zaman Stuarts, kekuatan-kekuatan ini menjadi nyata di Inggris.
Zaman berikutnya adalah zaman kekerasan di mana kesewang-wenangan para
penguasa berlangsung seiring dengan pergolakan yang diakibatkannya. Inggris
tidak menikmati kehidupan internal damai yang nyata pada saat James I naik ke
tampuk kekuasaan pada tahun 1903.Dan dalam lingkungan seperti inilah Hobbes
menulis karya politik terbesarnya, Leviathan.71
____________________________________________________ 70Henry J. Schamndt. Filsafat Politik...Op.,cit. hal. 305 71Ibid., hal. 305-306.
Universitas Sumatera Utara
56
Dari semua tokoh yang dikenalnya, tokoh pemikir yang mempengaruhinya
adalah Frans Bacon. Kedekatannya dengan ilmuwan dari Inggris itu bagi Hobbes
telah membuka pikirannya betapa pentingnya penggunaan suatu nalar serta
metode eksperimental dalam kehidupan sains. Selain itu juga terpengaruh dengan
gagasan Bacon mengenai pandangan politik otoritarianismenya. Namun karena
karya-karyanya, khsususnya Leviathan, Hobbes dianggap sebagai atheis yang
jahat. Ia dimusuhi oleh semua golongan agama pada zamannya: Kaum Kalvini,
Anglikan, maupun Katolik. Meskipun demikian, kehidupan pribadi Hobbes
menyangkal semua itu, ia adalah seorang berbudi bahasa, toleran dan
mengabdikan seluruh hidupnya demi kemajuan ilmu pengetahuan.
2.2.1. Pemikiran
Hobbes adalah seorang perintis kemandirian filsafat. Karena itu, dialah
yang mencoba membedakan ruang lingkup filsafat dengan teologi. Menurutnya,
filsafatnya tidak berkaitan dengan ajaran-ajaran teologis, yang menjadi objek-
objek lahiriah yang bergerak beserta ciri-cirinya atau dengan kata lain, objek-
objek yang dapat dialami dengan tubuh kita. Kalau ada suatu substansi yang tak
berubah-ubah, yaitu Allah, dan juga substansi yang tak bisa diraba (malaikat, roh,
dan lain-lain), substansi-substansi macam itu harus disingkirkan dri refleksi
biologis. 72
________________________________________ 72 F. Budi Hardiman. Pemikir...Op.,Cit..hal.56.
Universitas Sumatera Utara
57
Dalam buku Budi Hardiman disebut bahwaHobbes hanya mengesahkan
empat bidang filsafat, yaitu:
a. Geometri
Yaitu refleksi atas benda-benda dalam ruang. Hobbes berpendapat segala
sesuatu di dunia ini, termasuk juga manusia, terdiri atas bagian-bagian yang
bergerak menurut hukum mekanisme yang telah pasti. Apa yang akan terjadi
dapat diperhitungkan lebih dahulu secara pasti. Secara prinsip, apa pun di dunia
ini, termasuk masalah manusia, masyarakat dan negara akan dapat dipahami
sesempurna mungkin oleh akal manusia untuk memahami suatu mekanisme.
b. Etika
Etika, yang dewasa ini disebut ‘psikologi’, yaitu hasrat-hasrat dan
perasaan-perasaan manusia dan gerak-gerak mentalnya. Pendekatan-pendekatan
manusiaHobbes terinspirasi dari Galileo Galilei dalam memahami alam semesta.
Dengan pengaruh itu, pandangan Hobbes tentang manusia dimulai dari
pertanyaan: Apa yang menggerakkan manusia? (what makes him tick?) . Disini,
Hobbes membandingkan manusia dengan sebuah jam tangan yang bergerak secara
teratur karena ada “onderdil-onderdil” di dalamnya. Maka dari itu menurutnya
bahwa tubuh manusia merupakan alat-alat mekanis, namun manusia itu
merupakan mesin-mesin yang berpikir. Akal telah menyebabkan manusia
mencari-cari alasan-alasan rasional untuk tidak saling menghancurkan.73
_____________________________________________ 73Firdaus Syam, Pemikiran...Op.,cit., hal. 117
Universitas Sumatera Utara
58
c. Filsafat
Yaitu refleksi atas hubungan timbal-balik manusia. Dalam hal ini Hobbe s,
melukiskan manusia dalam ‘keadaan alamiah’ (State of Nature).Manusia sebelum
terbentuknya sebuah negara, masyarakat politik atau kekuasaan bersama sebagai
keadaan alamiah. Dalam keadaan ilmiah, struktur sosial dan kekuasaan belum
terbentuk. Keadaan normal kehidupan manusia adalah kehidupan konflik terus-
menerus, persaingan yang brutal dalam meraih kekuasaan dan kedudukan.
Manusia bebas melakukan apapun yang dikehendakinya sesuai tuntutan nalurinya.
Tidak ada hal lain yang dilakukannya kecuali hal itu bisa membantunya
mempertahankan kehidupannya menghadapi musuh-musuhnya; dalam keadaan ini
setiap orang mempunyai hak atas segala sesuatu, bahkan pada tubuh orang lain. 74
Setiap manusia memiliki motivasi yang sama dan juga berusaha mengejar
kepuasan mereka. Dengan keterbatasan benda material, beberapa orang pasti
meninginkan benda benda yang sama. Dan karena manusia pada umumnya sama
dalam kemampuan mereka untuk mempertahankan diri dan memenuhi rasa
aman.Jika dua orang menginginkan hal yang sama, yang dengan sendirinya tidak
dapat dinikmati oleh keduanya, mereka menjadi musuh; dan dalam upaya untuk
meraih keinginannya, mereka saling mengalahkan satus sama lain.
____________________________ 74Henry J. Schamndt. Filsafat Politik...Op.Cit., hal. 311-312.
Universitas Sumatera Utara
59
Meskipun demikian, Hobbes berpendapat manusia dalam keadaan alamiah
bukanlah sejenis hewan sosial (social animal) seperti yang dikemukakan
Aristoteles. Meski sama-sama memiliki naluri, manusia berbeda dengan hewan.
Naluri hewan mendorong seekor semut atau lebah untuk berkompromi dan
berdamai. Sebaliknya, naluri manusia mendorong sesorang untuk berkompetisi
atau berperang. Manusia, tidak seperti semut dan lebah, berusaha meraih
kebesaran dan hak-hak istimewa. Keadaan seperti itulah yang kemudian
‘memaksa’ akal manusia untuk mencari kehidupan alternatif yang baik dimana
manusia dapat mengekang hawa nafsunya.
Manusia mempunyai hak alamiah (kebebasan) untuk mencari apa saja
yang akan memuaskan keinginannya. Hobbes berpendapat bahwa tiap-tiap orang
bertindak untuk menyelamatkan apa yang dianggap sebagai kebaikan dan
menghindari bahaya. Kehidupan alternatif itu ditemukan Hobbes setelah manusia
mengadakan perjanjian untuk membentuk negara.75Hal inilah yang disebut hukum
alam menurut Hobbes. Hukum ini adalah seperangkat prinsip-prinsip materialistik
bagi pengembangan masyarakat yang aktif yang berasal dari tindakan dan
interaksi individu-individu. Dengan kata lain, ini adalah aturan ataupetuah tentang
kebijaksanaan sehingga diharapkan manusia mampu mengatasi ketakutan akan
kematian dan menikmati kehidupan yang menyenangkan.76
______________________________________________ 75Ahmad Suhelmi, Pemikiran.... Op.Cit., hal. 175 76Op.,cit., hal. 314.
Universitas Sumatera Utara
60
d. Politik
. Yaitu refleksi intuisi-intuisi sosial, termasuklah ketika Hobbes
memimpikan mewujudkan suatu negara versi dirinya. Dimulai dari era perjanjian
sosial,kehidupan alternatif pada keadaan alamiah yang Hobbes sebut untuk
mengadakan perjanjian membentuk suatu negara. Keinginan alternatif manusia itu
untuk mempertahankan hidup dri terhindar dari kematian serta tragis dan
memotivasi manusia untuk keluar dari zona alamiah-nya menuju ke zona
masyarakat politik. Akal mengajarkan bahwa manusia sebaiknya hidup damai di
bawah kekuasaan negara dan hukum daripada hidup dalam keadaan bebas tapi
anarkis dan berbahaya bagi keselamatan dirinya.
Pada titik inilah, Hobbes berpendapat bahwa terbentuknya sebuah negara
pada hakikatnya merupakan sebuah kontrak atau perjanjian sosial (covenant).
Dalam perjanjian itu manusia atau individu secara sukarela menyerahkan hak-hak-
nya serta kebebasannya kepada seorang negara atau penguasa. Hanya satu yang
tidak diserahkan oleh negara yaitu hak mempertahankan diri.Perjanjian ini hanya
terjadi pada individu dengan individu lain, bukan antara negara individu. Dengan
demikian negara bebas melakukan apapun yang dikehendakinya, terlepas itu
sesuai atau tidak sesuai dengan kehendak invidu.77
________________________________________________
77Ahmad Suhelmi, Pemikiran.... Op,.Cit., hal. 175
Universitas Sumatera Utara
61
Kesatuan orang-orang yang dibentuk oleh perjanjian sosial ini lebih
merupakan konsekuensi dari kedaulatan daripada sumber kedaulatan. Sumber
pokok negara yang terpenting, adalah kehendak individu yang mengadakan
persetujuan dengan orang lain. Berbagai kehendak ini semata-mata disatukan
sebagai hasil dair kontrak mereka serta dibentuknya kekuatan bersama, yaitu
‘rakyat’. Kesatuan ini riil dan bukan semata-mata bersifat moral. Bukan
kesepakatan tapi penyerahan kehendak semua orang kepada kehendak satu orang
yang menciptakan masyarakat sipil.78
Dengan terbentuknya negara dari hasil sebuah kontrak atau perjanjian
sosial (covenant), Hobbes menjuluki negara kekuasaan sebagai Leviathan. Pihak
yang kepadanya individu-individu menyerahkan kekuasaan mereka disebut
penguasa (the sovereign). Kedudukannya mempunyai hak-hak serta kekuasaan
dasar tertentu. Orang-orang tidak bisa mencabut penyerahan otoritas mereka tanpa
ijinnya karena mereka telah mengadakan perjanjian yang mengikat satu sama lain,
mengganggapnya sebagai pemilik semuanya sehingga ia yang sudah menjadi
penguasa mereka akan melakukan dan memutuskan segala sesuatu yang dianggap
pantas.79Karena penguasa bukanlah pihak yang terlibat dalam kontrak, maka tidak
ada kendali dari orang-orang di bawah kekuasaan terhadapanya. Apapun yang
dilakukan penguasa adalah baik dan adil serta tidak bisa dipertanyakan oleh
rakyat.
_______________________________________________ 78Henry J. Schamndt. Filsafat Politik...Op.Cit., hal. 318. 79Ibid.,hal. 319.
Universitas Sumatera Utara
62
”Kekuasaan tidak bisa dipindahkan kepada orang lain tanpa persetujuannya. Ia
tidak bisa kehilangan kekuasaanya. Ia tidak bisa dituduh melakukan
penganiayaan oleh bawahan-bawahannya. Ia tidak bisa dijatuhi hukuman oleh
mereka. Ia adalah orang yang memutuskan apa yang perlu dilakukan untuk
perdamaian dan hakim doktrin. Ia adalah satu-satunya legislator dan hakim
perselisihan yang tertinggi, dan hakim pada masa perang dan damai” 80
Lalu nilai apa yang dimiliki hak-hak individu ini jika penguasaatidak
bertanggung jawab pada kedudukannya? Sebenarnya, mereka tidak mempunyai
apa-apa, hak-hak tersebut secara etis dan hukum tidak berarti. Akibat dari
‘kerasnya’ efek yang ditimbulkan dari kontrak ini, terjadi pemberontakan-
pemberontakan. Dalam hal ini penguasa wajib melindungi serta memadamkan
pemberontakan yang terjadi. Jika penguasa tidak dapat memadamkan hal tersebut,
maka perjanjian akan berakhir dan orang-orang akan kembali pada keadaan
alamiah.81
Dan benar saja, konsep serta kontrak yang ditimbulkan menjadi meluas.
Dalam buku Ahmad Suhelmi menyebut, negara ini menimbulkan rasa takut
kepada siapa pun yang melanggar hukum negara. Bila warga negara melanggar
hukum, negara Leviathan tak segan-segan menjatuhkan vonis hukuman mati.
Negara ini merupakan lembaga politik yang hanya mengenal hak, tapi minus
kewajiban. Penguasa diberi hak untuk melakukan apa saja demi kebaikan negara.
________________________________________ 82Ibid., hal. 320. Dikutip dari Leviathan. Bab II. hal. 20. 83Ibid., hal. 322.
Universitas Sumatera Utara
63
Dengan alat-alat kekerasan yang dilembagakan, negara berhak memaksa
warganya untuk patuh.80Negara Leviathan harus kuat. Bila lemah, akan timbul
anarki, perang sipil mudah meletus dan dapat mengakibatkan kekuasaan negara
terbelah. Apa pun kritik terhadap negara Leviathan, Hobbes berkeyakinan negara
seperti itu jauh lebih baik daripada terjadinya anarkis akibat terbelahnya
kekuasaan negara. Menurutnya kekuasaan tunggal (absolut) dapat lebih konsisten
dengan kebijakan-kebijakannya.
Ia sangat menolak sistem demokrasiyang menurutnya pembagian
kekuasaan dapat menjadi kelemahan bagi keutuhan suatu negara.Kekuasaan itu
memang harus mutlak bagi penguasa. Baginya negara merupakan Leviathan,
tetapi tidak seorang pun menyukai dan memuja ‘binatang’ yang menakutkan itu.
Itu dialihkan sebagai sesuatu yang berguna, baik untuk apa yang diperbuat, yang
semata-mata sebagai pelayan untuk keselamatan individu. Alasan sesungguhnya
yang mendorong individu hidup bermasyarakat adalah ketakutan untuk dihukum,
sedangkan kekuasaan hukum hanya dapat berlangsung sepanjang pelaksanaannya
bisa dirasakan. Pada prinsipnya, konsep negara itu memperlakukan pemerintahan
sama dengan kekuatan. 81
______________________________________________ 80Ahmad Suhelmi, Pemikiran.... Op.Cit., hal. 177. 81 GH. Sabine. A History of Political. (London: George G. Harrap & Co. Ltd, 1937) hal. 122.
Universitas Sumatera Utara
64
2.2.2. Karya-karya
1651 --- Leviathan, dalam tulisannya itu tampak jelas bagaimana pengaruh
atas pergolakan yang terjadi di negerinya. Ia seperti hendak mencari pemecahan
terhadap keadaan sosial dan politik, memberikan kepastian keamanan rakyat pada
masa itu. Maka Leviathan itu sama dengan sebuah negara kekuasaan (machstaat).
Masalah konflik dalam setiap manusia, apakah itu pertengkaran, perselisihan serta
konflik sesama itu merupakan suatu bawaan sejak lahir.
Sebaliknya pada sisi yang lainnya, di balik adanya sikap pertentangan itu,
pada hakikatnya setiap manusia memerlukan suatu keadaan untuk hidup damai
dan rukun.Oleh karena itu diperlukan apa yang dijelaskannyasebagai ‘tunduk pada
kekuasaan yang diakui bersama’.Hobbes, tentu menegaskan bahwa di antara dua
keinginan itu, tentu ada keinginan yang lebih kuat dari kedua itu, yakni keinginan
untuk memiliki kekuasaan demi kekuasaan.82
Karya gabungannya yang diberi judul Elementa Philosophica 1651-1658
merupakan karya yang tidak dapat dipisahkan dari karya-karya lainnya :
1640 --- The Elements of Law, Nature and Politic(Unsur-unsur Hukum,
Alam dan Politik). Pada akhir 1630-an Parlemen dan raja berkonflik tentang
seberapa jauh kekuasaan raja biasa dapat dilampaui dalam keadaan luar biasa,
terutama dalam hal mengumpulkan uang untuk tentara.Pada 1640 Hobbes menulis
sebuah risalah yang membela penafsiran luas Raja Charles I tentang hak
prerogatifnya. Anggota Parlemen Royalis menggunakan argument dari risalah-
__________________________________________ 82Ahmad Suhelmi., Pemikiran...Op.,cit. hal. 176.
Universitas Sumatera Utara
65
Hobbes dalam perdebatan, dan risalah itu sendiri beredar dalam bentuk
manuskrip.Diterbitkan dalam versi tanpa izin yang disalahtafsirkan pada 1650. Ia
sendiri tidak bermaksud untuk publikasi sebagai sebuah buku.
Trilogi agungnya yang terkandun g dalam De Corpore(1655, tentang
jiwaraga),De Homine(1658, tentangmanusia), dan De Cive (1642, tentang
kewarganegaraan) bagian yang tak terpisahkan dari karyanya. Karya-karya ini
adalah usahanya untuk menyusun berbagai potongan ilmu alam, serta psikologi
dan politik, menjadi hierarki, mulai dari yang paling umum dan mendasar hingga
yang paling spesifik. Walaupun secara logis merupakan bagian terakhir dari
sistemnya, De Cive diterbitkan lebih dulu, karena kekacauan politik di Inggris
membuat pesannya sangat tepat waktu dan karena doktrinnya dapat dipahami baik
dengan dan tanpa pendahuluan ilmiah-ilmiah.
Di dalam karya De Corpore dan De Homine memiliki temuan-temuan,
antara lain, Galileo pada gerakan tubuh terestrial, Kepler tentang astronomi,
William Harvey pada peredaran darah, dan Hobbes sendiri pada disiplin optik.
Ilmu politik yang terkandung dalam De Cive secara substansial dijelaskan dalam
Bagian II dari Unsur-Unsur Hukum dan dikembangkan lebih lanjut di
Leviathan.83
____________________________________________________ 83https://www.britannica.com/biography/Thomas-Hobbes/Intellectual-development#ref68421. Diakses pada
15/05/2018 pukul 11.28 WIB
Universitas Sumatera Utara
66
1654 --- The Questions concerning Liberty, Necessity and Chance. Karya
ini menyajikan pertukaran antara Hobbes dan ulama Anglikan, John Bramhall.
Hobbes dan Bramhall memperdebatkan pertanyaan seperti apakah manusia dapat
bertindak secara bebas, apa artinya kebebasan, apakah kebebasan dan penentuan
material dapat hidup berdampingan, dan bagaimana hukuman ilahi dapat
dibenarkan. Buku ini, diedit oleh Vere Chappell, termasuk teks lengkap dari surat
awal mereka, pilihan dari balasan mereka berikutnya satu sama lain, dan kutipan
dari karya Hobbes lainnya yang menyentuh kebutuhan. 84
2.3. Sang Filsuf Pencerahan
Garis pemikiran modern yang sudah dirintis sejak Descartes, dilanjutkan
oleh rasionalisme dan empirisme, bagaimanapun meyakini bahwa rasio
merupakan kekuatan manusiawi yang terpenting. Di abad ke-18 keyakinan itu
menggejala dan menjadi sebuah gerakan zaman memengaruhi tidak hanya
kehidupan akademis, melainkan juga kehidupan sosial, politis dan kultural.
Zaman itu disebut zaman ‘Aufklraung’ (Jerman), ‘les lumieres’ (Perancis),
‘enlightmen’t (Inggris) yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai
zaman ‘pencerahan’.85
_____________________________________________
84http://thegreatthinkers.org/hobbes/major-works/the-works-of-thomas-hobbes-of-malmesbury-volume-5-the
questions-concerning-liberty-necessity-and-chance/. Diakses pada 15/05/2018 pukul 11.30 WIB 85F. Budi Hardiman. Pemikir...Op.,cit. hal. 81
Universitas Sumatera Utara
67
Di zaman ini para pemikir sangat yakin bahwa umat manusia dapat
mencapai kesempurnaan dan kebahagian di dunia ini sehingga manusia tidak
perlu menunggu-nunggu rahmat atau kehidupan akhirat sebagaimana diajarkan
oleh agama Kristen, melainkan mewujudkannya sekarang di dunia ini. Keyakinan
ini diperoleh berdasarkan pengalaman bahwa berabad-abad dominasi religius
tidak menghasilkan kebahagiaan duniawi, melainkan sebagai bentuk
ketergantungan dan ketakutan karena kepercayaan naif akan takhayul-takhayul.
Menurut pandangan zaman itu rasio merupakan terang baru (maka disebut
‘pencerahan’) yang menggantikan iman kepercayaan, dan rasio ini membawa
tidak hanya kebenaran, melainkan juga kebahagiaan dalam hidup manusia.
Rasio menjadi dewa tertinggi dari kultus intelektual baru; tetapi ia bukan
lagi akal masa lalu. Ia adalah akal baru, sepenuhnya percaya diri, yakin dengan
otonominya, dan yakin bahwa ia telah menemukan kunci untuk menyingkap
misteri semesta alam yang tersembunyi.86Dengan optimisme macam itu, para
pemikir di zaman ini dengan gigih dan tajam mengkritik segala bentuk intuisi
religious lama beserta takhayul-takhayul. Maksudnya adalah untuk membebaskan
kehidupan manusia dari segala bentuk ketergantungan karena ketidaktahuan.
Ketidaktahuan ini menurut zaman itu, tidak disebabkan oleh ketidakmampuan
manusia, melainkan karena manusia tidak memakai rasionya semaksimal
mungkin. 87
______________________________________________ 86Henry J. Schamndt. Filsafat Politik...Op.,cit., hal. 357. 87 F. Budi Hardiman. Pemikir...Op.,Cit.hal.83.
Universitas Sumatera Utara
68
Menurut tafsiran Kant, dengan pencerahan manusia barulah sadar bahwa
selama ini perkembangan dirinya terhambat karena hidup dalam prasangka-
prasangka dan tuntutan dogma-dogma.88Rasa salah muncul dari suatu refleksi atas
ketergantungan dogmatis selama berabad-abad, karena rasio tidak pernah
difungsikan sepenuhnya. Pencerahan lalu dilihat sebagai suatu kesadaran baru
akan tanggung jawab untuk memakai rasio itu, karena jika tidak, kebahagiaan
yang dicita-citakan itu tak akan terwujud.
Semboyan ‘Sapere aude!’ (Berani berpikir sendiri!) memuat suatu
keyakinan bahwa rasio itu juga menjelaskan bahwa kemampuan manusiawi yang
sentral. Semboyan itu juga menjelaskan bahwa kemampuan itu baru menjadi
actual kalau dikaitkan dengan keberanian. Kaitannya dengan kemajuan
(pencerahan) jelas bahwa untuk upaya kebahagiaan di dunia, sebab kebahagiaan
harus tampil dalam bentuk kemajuan material dan tentu dengan semangat
keberanian.
2.3.1. Filsuf Pencerahan di Perancis
Beberapa filsuf Inggris sudah membawa gagasan ant-klerikalisme dan juga
menyingkirkan misteri-misteri dalam agama wahyu. Pengaruh filsafat Inggris,
khusunya empirisme dan fisika Newton meluas di Perancis. Jadi, kalau di abad
ke-17 filsafat Perancis-rasionalisme-banyak dipelajari di Inggris, di abad ke-18 ini
terjadi hal sebaliknya: Empirisme melanda Perancis.89
__________________________________ 88Ibid., hal. 83. 89Ibid., hal. 89.
Universitas Sumatera Utara
69
Di negeri ini gelombang anti-klerikalisme dan anti-metafisika tampil
dalam semangatnya yang paling ekstrem. Di sini kita menyaksikan bagaimana
sebuah gerakan zaman yang sudah dirintis sejak Renainsans, melalui rasionalisme
dan empirisme, mendapatkan momentum historisnya untuk menjebol dominasi
feodal dan religiua yang berakar selama berabad-abad di Eropa. Reaksi kritis
zaman itu secara intelektual tampil dalam bentuk materialis dan pemuja ilmu-ilmu
alam. Ilmu-ilmu ini menyimpan janji kesejahteraan di dunia ini lewat penemuan-
penemuan teknlogi dan industri. Salah seorang yang membuka jalan kearah
pencerahan di Perancis adalah Pierre Bayle (1647-1706).
2.3.2. Gerakan Romantisme
Kaum fisiokrat, ensiklopedis, materialis, dan kelompok-kelompok filsuf
pencerahan lainnya sangat optimis akan masa depan kemanusiaan yang bisa diraih
lewat kemajuan ilmiah. Kemajuan ilmu pengetahuan akan menghasilkan
kemajuan moral dan kebudayaan pula. Optimisme atas kekuatan rasio itu
mendapat tantangan yang paling keras di Perancis dari sebuah gerakan yang
sangat terkenal yakni dengan sebutan “Romantisme”. Gerakan ini berlangsung di
bidang kesusastraan, kebudayaan, seni, filsafat dan lebih mengutamakan segi-segi
emosional dan kepekaan afeksi serta ‘petualangan fantasi’ manusia daripada segi-
segi rasionalnya.90 Sedikit banyak filsafat Timur memengaruhinya. Gerakan ini
mulai sejak tahun 1770-an sampai dasawarsa pertama abad ke-19, maka
sebenarnya mencakup dalam zaman Pencerahan.
______________________________ 90Ibid., hal. 98
Universitas Sumatera Utara
70
Romantisme, seperti juga Pencerahan berpandang bahwa manusia pada
dasarnya adalah makhluk yang baik dan merdeka. Keduanya bersimpang jalan
dalam penjelasan mereka tentang apa yang membelenggu manusia. Pencerahan
memandang mitos-mitos dan emosi-emosi subjektif manusia, sedangkan
Romantisme sebaliknya memandang kebudayaan adalah hasil dari daripada hal-
hal yang membuat manusia terbelenggu. Seorang filsuf besar yang mewakili
gerakan ini menulis sebuah ucapan yang sangat terkenal, dia adalah Jean-Jaques
Rousseau:
“Manusia dilahirkan bebas; dan dimana-mana dia terbelenggu. Orang
menganggap dirinya tuan atas orang-orang lain, padalah dirinya tetap menjadi
seorang budak yang lebih parah daripada mereka”.91
Gerakan Romantik pada dasarnya adalah pemberontakan menentang
standar moral dan estetik yang sudah diterima.Kalangan yang menjunjung tinggi
tata-krama di Perancis abad ke-18 sangat mengagumi apa yang mereka sebut La
Sensibilite, yang berarti mudah menangkap perasaan, dan lebih khusus lagi
terhadap rasa simpati. Agar benar-benar memuaskan, perasaan mesti bersifat
langsung, keras dan tidak tersentuh oleh pikiran. Orang yang peka akan terharu
dan meneteskan air mata melihat satu keluarga petani yang sangat miskin, namun
bersikap dingin terhadap rencana matang untuk memiskinkan kaum petani sebagai
sebuah kelas. 92
____________________________________________________________ 91Ibid., hal. 98 92Bertrand Russell. Sejarah Filsafat...Op.,cit. Hal. 883.
Universitas Sumatera Utara
71
Kaum miskin seyogyanya lebih memiliki kebaikan ketimbang orang yang
berpunya; orang bijak diyakini adalah seorang yang meninggalkan kebobrokan
istana menuju perdamaian hidup di perdusunan yang suasanya tidak ambisius.
Sebagai perasaan yang diungkapkan, sikap ini didapati di kalangan penyair
hampir di setiap periode.Kaum miskin, dalam imajinasi mereka yang telah
tertanam kepekaan, selalu memiliki beberapa jengkal lahan warisan, dan mencari
nafkah dengan tenaga mereka sendiri tanpa perlu melakukan perdangangan
eksternal. Kaum miskin, bagi kalangan romantis bukanlah kaum perkotaan
maupun kalangan industri.
Rousseau tertarik dengan pengkultusan kepekaan yang ada, dan
memberinya lingkup yang sebenarnya tidak ia miliki. Dia seorang demokrat, tidak
hanya dalam teorinya namun juga dalam seleranya. Dalam waktu yang lama ia
menjadi gelandangan miskin, mendapat perlakuan baik dari orang-orang yang
hanya sedikit lebih miskin darinya. Dengan selera seorang gelandangan dia
mendapati bahwa pengekangan oleh komunitas Paris sangat menjengkelkan.
Darinya kalangan romantis mempelajari kebencian akan pembatasan ketentuan—
pertama dalam hal berpakaian dan bertingkah-laku, dalam lagu dan syair
kepahlawanan, dan kemudia dalam seni dan cinta, dan yang terakhir dalam
keseluruhan lingkup moral tradisiona l.93
______________________________ 93Ibid., hal. 884.
Universitas Sumatera Utara
72
Watak kalangan romantis banyak dibahas dalam fiksi. Mereka menyukai
hal-hal aneh; hantu, kastil kuno yang berantakan, hipnotis dan ilmu ghaib.Para
pengikut terdiri dari pendukung statisme otoritarian dan sosialis utopian; orang-
orang Protestan yang taat dan orang-orang Katolik yang sungguh-sungguh; orang-
orang moderat yang hanya berusaha menemukan kembali nilai-nilai lama dan
menekankan pentingnya tradisi dalam masyarakat kepada orang-orang ekstrem
yang menolak semua otoritas tradisional dan menempatkan keinginan dan emosi
dalam pertentangan langsung dengan akal.
Gerakan romantisme pertama kali muncul di Jerman, kendati salah satu
sumbernya adalah Rousseau. Kaum romantik Jerman adalah kaum muda di
penghujung abad ke-18, dan di masa muda itulah mereka mengungkapkan apa
yang menjadi cirri khas pandangan mereka. Sementara di Inggris, awal
romantisme dapat diketahui dari tulisan para saitris. Dalam karya Sheridan, Rival
(1775), pahlawati diseyogyakan menikahi pria miskin demi cintanya, ketimbang
pria kaya yang hanya untuk menyenangkan para pendukungnya dan orang
tuanya.94
_________________________________ 94Ibid., hal. 885
Universitas Sumatera Utara
73
2.4. Jean-Jacques Rousseau (1712-1778)
Jean Jacques Rousseau lahir di Jenewa, Swiss, tahun 1712. Rousseau
adalah seorang filsuf yang ideal pandangannya meliputi soal sosial, kesusastraan,
politik dan bapak gerakan Romantikyang mulai menjelma di Eropa pada
umumnya di abad ke-18. Golongan romantik lebih cenderung melihat manusia
secara perseorangan bukan secara kolektif atau golongan. Mereka tidak suka
kepada industri dan kota karena ini tidak mengandung keindahan sama sekali,
demikian pula pada suatu usaha yang mengeruk laba, mereka benci.95Ia bersama
ayahnya yang bernama Issac Rousseau, hidup tatkala Perancis menjadi salah satu
centre of civilization, penuh semangat membaca apa yang ditulis Plurch mengenai
tokoh-tokoh republik Romawi Kuno.
Ayahnya merupakan figur yang begitu berpengaruh terhadap pembentukan
watak dan pemikirannya. Bersma ayahnya menghabiskan malam masa kanak-
kanaknya membaca berbagai karya klasik Plutarch di Genewa yang juga
mempengaruhi jiwa dan perkembangan intelektualnya. Semua itu membuat
Rousseau memiliki kepekaan dan berjiwa romantik yang tinggi. Sampai ia dewasa
menjadikannya memiliki kepekaan dan kehalusan jiwa daripada logika dan
rasional.
___________________________________________________________________
95Firdaus Syam, Pemikiran... Op.,cit., hal. 149
Universitas Sumatera Utara
74
Rousseau banyak membaca karya filsuf besar lainnya, seperti Pufendorf
dan Grotius, juga karya pengarang Inggris abad sebelumnya, Hobbes dan Locke.
Ia bergaul juga dengan filosofi, yakni sekelompok cendikiawan yang berjuang
melakukan perubahan otoritarianisme serta kekolotan agama yang mencandui
kehidupan intelektual Perancis semasa Louis XIV. Mereka melakukan jalan
berpikir yang bebas dan rasional, mengembangkan filsafat sosial politik yang
datang dari para pemikir di Inggris dengan menggunakan Encyclopedia yang
disunting Diderot, tidak terlewatkan juga pandangan Montesquieu dengan
pengaruhnya kepada Rousseau. 96
Di usia 16 tahun ia mulai mengembara, disinilah awal dari perantauan
hidupnya yang panjang. Meninggalkan Jenewa di tahun 1728 ke negeri Savoy,
lalu melarikan diri ke Paris pada tahun 1740 sampai akhirnya meninggal pada
tahun 1778 di desa Ermenonville.Ia seorang filsuf yang memiliki pandangan yang
kontraversi, memiliki pengaruh yang luas dan selalu gelisah tidak pernah
tenanguntuk dapat menemukan pola kehidupan yang stabil. Pandangan terhadap
pengaguman akan rasio dan akal juga dikritik Rousseau. Ia menolak keras
rasionalisme dan pengandalan persepsi indrawi sebagai tolak ukur kebenaran
menyebabkan manusia kehilangan perasaannya, dalam istilah Rousseau La
Sensibilite.97
__________________________________________________ 96Sastrapratedja & Frans Magnis Parera, Kontrak Sosial. (Yogyakarta:Yayasan Kartika Saran,1989) hal. 10 97 Op.,cit.hal. 152.
Universitas Sumatera Utara
75
Dalam konteks inilah dapat dipahami mengapa ia ingin mengembalikan
manusia ke fitrahnya; manusia yang mementingkan emosi, perasaan dan tidak
mendewakan rasio serta tidak menganggap manusia sekadar jasad tanpa ruh.
Gagasan inilah yang kemudian menjadi cikal bakal aliran Romantisme di
Eropa.Rousseau juga menolak produk-produk peradaban rasional abad
Pencerahan yang dinilainya telah merusak tatanan sosial tradisional. Pemikiran
mengenai hak kepemilikan yang dikembangkan tokoh-tokoh seperti John Locke,
menurut Rousseau telah menciptakan ketimpangan-ketimpangan sosial. Manusia
menjadi tidak sederajat dengan manusia lainnya.
Sebagaimana manusia ada yang memiliki kekayaaan yang jauh lebih besar
dari sebagian (besar) manusia lainnya. Ia juga menyatakan bahwa peradaban
modern dengan logika Rasionalisme Cartesiannya membuat manusia menjadi
terasing dari kehidupannya. Kritik Rousseau ini membalikkan keyakinan dari
pencerahan. Bagi pencerahan kemajuan teknologi berhubungan dengan
perkembangan moral. Rousseau justru mengecam ilmu dan teknologi yang
berkembang sebagai ‘pembangkang’ konsep nilai luhur manusia.
Rasionalisme membuat manusia mengabaikan aspek emosi dan
romantisme dalam dirinya. Manusia tidak lagi menjadi manusia yang alamiah.
Manusia berperadaban modern, tidak seperti manusia Sparta yang bebas dan
merdeka, ternyata telah menjadi budak bagi dirinya sendiri.
Universitas Sumatera Utara
76
Dengan gaya retoris Rousseau menulis:
“Untuk anda masyarakat modern, anda tidak melakukan perbudakan tetapi telah
melakukannya; anda membayar harga kebebasan dengan diri anda”.98
2.4.1. Pemikiran
a. Keadaan Alamiah (State Of Nature)
Rousseau menggunakan konsep keadaan alamiah dalam tiga maksud:
menjelaskan keadaan atau primitif ras manusia; mengidentifikasi prinsip-prinsip
dasar hakikat manusia yang ada dalam keadaan asli atau primitif itu; menjelaskan
keadaan manusia yang hidup dalam masyarakat modern. 99
Dalam keadaan ilmiah, manusia pada dasarnya baik (liar tapi baik),
manusia bertindak didorong oleh kecintaan pada diri sendiri yang membuatnya
selalu menjaga keselamatan dirinya.Manusia sangat damai, penuh kasih sayang
dan menghindari perang. Rousseau mengganggap manusia terjadi perang karena
fenomena alam (nature phenomenon) bukan fenomena sosial (social
phenomenom). Artinya terjadinya perang ketika keadaan alami manusia berubah
menjadi masyarakat sosial. Perang adalah sesuatu yang secara sosial
dikontruksikan, hanya dalam kehidupan sosial perang akan terjadi. Keadaan
ilmiah ini juga dapat berubah menjadi keadaan perang apabila terjadi kesenjangan
derajat manusia, baik karena perbedaan atas kepemilikan atau posisi sosial.
____________________________________________________________ 98Ahmad Suhelmi, Pemikiran...Op.,cit. hal. 244.Dikutip dalam buku Rousseau, Du Contract Social, (Paris:
Editors Granier Freres, 1962) hal. 303 99 Adam dan Lively and Andrew Reeve, Modern Political Theory from Hobbes to Marx. Key Debates.
(London and New York: Routledge, 1993) hal. 114
Universitas Sumatera Utara
77
Pandangan ini berbeda dengan gagasan Hobbes yang melihat keadaan
alamiah dapat berubah menjadi keadaan perang, bukan karena kesenjangan
derajat, melainkan watak agresif manusia.100
Dalam keadaan ilmiah, manusia menurut Rousseau memiliki kebebasan
mutlak. Mereka bebas melakukan apa pun yang dikehendakinya, terlepas apakah
hal itu akan menyebabkan pertikaian dengan manusia lainnya. Kebabasan
merupakan determinan yang membuat manusia menjadi manusia alamiah.
Manusia alamiah adalah makhluk yang belum mengerti nilai-nilai baik dan buruk
dalam pengertian moralitas yang kita pahami, sebab mereka tidak terdidik dalam
struktur sosial yang mendominasi oleh moralitas. Manusia menjadi buruk
perilakunya. tidak lagi menjadi manusia alamiah, adalah karena masyarakat
sekitarnya serta peradaban modernnya telah membuatnya demikian. Peradaban
dan masyarakat modern secara bertahap mengkis sifat-sifat modern yang mungkin
tidak disadari para perintis dunia modern.
Dalam Discourse on the Origin and Foundation of Inquality (1754),
ditulis tujuh tahun sebelumnya, ia menggambarkan manusia yang hidup di taman
Sorga dalam keadaan yang sederhana, bahagia dan tenang. Dalam keadaan ini,
individu memenuhi kebutuhan pokoknya sendiri, dengan naluri dan bukan rasio.
Ia mempunyai dua insting dasar: mempertahankan diri sendiri (self-preservation)
dan simpati (pitie) atau rasa kasihan atas penderitaan orang lain. 101
_________________________________________________________________________
100Ahmad Suhelmi.,Pemikiran...Op.,cit., hal. 248 101Henry J. Schamndt. Filsafat Politik...Op.,cit., hal. 391
Universitas Sumatera Utara
78
Untuk menjadi manusia alamiah, Rousseau mencoba memberikan
pemecahan masalah. Menurutnya manusia harus dididik sejak kanak-kanak.
Janganlah anak-anak dididik dalam struktur sosial dunia modern dengan segala
etika dan nilai-nilai moralitasnya. Anak-anak harus dibiarkan bebas menentukan
watak dan kepribadiannya sesuai dengan kehendak alam. Manusia yang alamiah
adalah manusia dalam keadaan bebas sejak dilahirkan. Rousseau menegaskan
bahwa pada dasarnya semua manusia menurut kodrat alaminya bebas, tapi
kemudian terbelenggu setelah terlepas dari kodrat alaminya.
Seperti telah dikemukakan diatas, dalam keadaan ilmiah manusia
mempunyai kebebasan penuh dan bergerak menurut nafsu dan nalurinya. Sebaik
apa pun keadaan alamiah disadari kemudian bahwa situasi demikian teramat
rentan akan dapat mengancam eksistensi manusia. Perang dan pertikaian akan
mudah terjadi. Kekhawatiran itulah yang kemudian menggerakkan manusia untuk
mengadakan ikatan bersama, berupa kontrak sosial. Manusia berdasarkan
kesadaran penuh, berusaha untuk keluar dengan alamiah dan membentuk negara.
Maksudnya agar dengan adanya kekuasaan negara itu mereka bisa merasa lebih
terjamin hidupnya dan terhindar dari anarki. 102
________________________________________________________________
102Ahmad Suhelmi. Pemikiran... Op.,cit., hal. 250
Universitas Sumatera Utara
79
b. Kontrak Sosial (Contract Social)
Konsepsi tentang Kontrak Sosial pada awalnya tampak sejalan dengan
konsepsi Locke dan Hobbes. Dalam perkembangannya dari negara alami, ada saat
ketika individu tidak lagi bertahan dengan kemandirian primitifnya, selanjutnya
dirasakan perlu upaya perlindungan diri sehingga mereka bersatu membentuk
sebuah masyarakat. Namun bagaimana menjamin suatu kebebasan individu tanpa
merugikan kebebasan individu lain. Yang menjadi persoalan adalah bagaimana
mencari bentuk perkumpulan yang akan secara bersama mempertahankan dan
melindungi orang dan barang masing-masing, meski menggabungkan diri dengan
kelompok dapat tetap otonom seperti sebelumnya. Inilah yang coba dipecahkan
melalui Kontrak Sosial.103
Menurut Rousseau, negara merupakan sebuah produk perjanjian sosial.
Individu-individu dalam masyarakat sepakat untuk menyerahkan sebagian hak-
hak, kebebasan dan kekuasaan yang dimilikinya kepada suatu kekuasaan bersama.
Kekuasaan bersama ini kemudian dinamakan negara, kedaulatan rakyat,
kekuasaan negara, atau istilah-istilah lain yang identik dengannya, tergantung dari
mana kita melihatnya. Dengan menyerahkan hak-hak itu, individu-individu itu
tidak kehilangan kebebasan atau kekuasaannya. Mereka tetap dalam sediakala.
_____________________________________________ 103Bertrand Russell. Sejarah Filsafat... Op.,cit. hal. 908.
Universitas Sumatera Utara
80
Negara berdaulat karena mandat dari rakyat untuk mengatur, mengayomi
dan menjaga keamanan maupun harta dan benda. Kedaulatan negara akan tetap
absah selama negara tetap menjalankan fungsi-fungsinya sesuai dengan kehendak
umum. Kontrak tersebut bertujuan untuk ‘menemukan’ bentuk persekutuan
(association) yang dengan kekuatan bersama akan mempertahankan dna
melindungi orang serta miliknya, dan di mana masing-masing orang, meskipun
telah menyatukan dirinya dengan orang lain. masih patuh pada dirinya saja, dan
tetap bebas sebagaimana sebelumnya.104
Ketika kontrak sosial terbentuk, dengan segera sebagai pengganti dari
personalitas masing-masing kelompok, bentuk-bentuk persekutuan ini
menciptakan lembaga moral dan kolektif, terdiri dari anggota yang jumlahnya
sama dengan pemilih parlemen. Kepada badan kolektif ini, komunitas politik
masing-masing orang secara penuh dan bulat tunduk dan menyerahkan hak-
haknya. Penyerahan penuh dari masing-masing orang yang bersekutu, bersama-
sama dengan semua hak-haknya, kepada semua komunitas; terutama karena
ketika masing-masing menyerahkan dirinya seacara mutlak, tidak ada orang yang
mempunyai kepentingan menjadikan mereka beban bagi orang lain.Menurutnya
juga, negara yang memiliki keabsahan memerintah atas kehendak umum atau
rakyat itu memiliki dua hal: pertama kemauan, dan kedua, kekuatan.Yang
dimaksud Rousseau dengan kemauan adalah kekuasaan legislative (legislative
power), sedangkan kekuatan adalah kekuatan eksekutif (executive power).
________________________________________ 104Henry J. Schamndt. Filsafat Politik...Op.Cit., hal. 393
Universitas Sumatera Utara
81
Setiap anggota dalam menghormati perjanjian sosial bersedia
menyerlaraskan kehendak individunya dengan kehendak masyarakat dalam semua
masalah umum. Kehendak yang timbul dari pernyataan politik mempunyai tiga
karakter penting; ia selalu benar dan selalu untuk kepentingan umum; ia bukanlah
kehendak mayoritas atau jumlah keseluruhan dari kehendak individu-individu,
dan ia berdaulat dan dinyatakan dalam hukum.
c. Pendidikan (Emile)
Pada zaman Rousseau pendidikan dilakukan secara otoratif, dengan
disiplin ketat dan nyaris mekanis, menurut kepatuhan luar biasa dari siswa yang
bertujuan akhir untuk penyeragaman tingkah-laku dan indormasi.105Pendidikan
macam itu tidak disetujui Rousseau.Dalam tulisan Emile, Rousseau memberi
suatu ideal pedagogis, yang juga berdasarkan prinsip ‘kembali ke alam’.
Kebudayaan tidak hanya merugikan masyarakat, melainkan juga setiap anggota
masyarakat secara pribadi.Salah satu elemen kebudayaan yang bertanggung jawab
atas korupsi moral manusia adalah pendidikan, maka pendidikan ahrus
ditransformasikan. Jadi, manusia harus dididik sejak kanak-kanak. Dan anak-anak
itu harus dibiarkan bebas menentukan watak dan kepribadiannya sesuai dengan
kehendak alam.
___________________________________________________________ 105 F. Budi Hardiman. Pemikir...Op.cit.,hal. 103
Universitas Sumatera Utara
82
Karena pendidikan yang baik bukanlah membuat anak belajar dari segala
tata krama sopan santun, terikat oleh norma atau nilai-nilai etika, melainkan
membiarkannya sepenuhnya berkembang sesuai naluri kemanusiaan dan insting
kemanusiaannya.
d. Romantik
Rousseau merupakan ‘wajah lain’ di jamannya. Rasionalisme, Empirisme,
perkembangan ilmu-ilmu eksakta. Rousseau menekankan semua unsur lain;
perasaan, sentiment, nafsu, kesederhanaan, kemurnian alam, dan suara
hati.106Rousseau adalah pelopor Romantisme, didikan ayahnya membuat dirinya
memiliki kepekaan perasaan dan jiwa romantik yang tinggi. Maka, tak
mengherankan jika sejak kecil ia terbiasa melatih emosi dan kepekaan
perasaannya ketimbang berpikir secara rasional. Pemikirannya mengenai ‘kembali
ke alam’ adalah merupakan cirri khas pemikiran dari seorang romantik. Manusia
yang dikembalikan ke fitrahnya; manusia yang mementingkan emosi, perasaan
dan tidak mendewakan rasio serta tidak menganggap manusia sekedar jasad tanpa
ruh.107
____________________________________ 106 Harry Hamersma, Tokoh-tokoh FIlsafat Barat Modern. (Jakarta:Gramedia, 1983) hal. 26 107 Firdaus Syam, Pemikiran...Op.cit., hal. 157
Universitas Sumatera Utara
83
e. Bentuk Pemerintahan
Hukum adalah suara kehendak umum, yang pada gilirannya adalah
kehendak rakyat yang tergabung sebagai lembaga politik. Hukum bukanlah
ketetapan individu atau kelompok yang memaksa kita bertindak bertentangan
dengan kehendak diri sendiri.Hukum tidak dibuat oleh paksaan tetapi oleh
persetujuan dan kesepakatan rakyat. Dan karena rakyat adalah subyek hukum,
mereka harus menjadi pembuatnya. Semua anggota komunitas politik harus
mempunyai kedudukan yang sama dalam membuat hukum karena mereka
mempunyai kepentingan bersama dalam kehidupan bersama. Kedaulatan, oleh
karenanya, tidak terletak pada monarki atau pemerintahan tetapi pada komunitas
dalam kapasitas kolektif legislatifnya.108
Negara ideal baginya haruslah tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil.
Negara yang terlalu luas akan menyukarkan penyetartaan rakyat dan luas daerah
dari negara itu bergantung kepada perbandingan yang tepat antara jumlah manusia
dengan keadaan tanah yang akan menghidupi rakyat itu. Negara ideal bagi
Rousseau adalah negara seluas Polis (Police State) dengan sistem demokrasi
langsung.109Rosseau merasa bahwa kebabasan lebih terjamin ketika rakyat bisa
berkumpul secara periodik untuk menyatakan kehendak umum. Membayangkan
sebuah sistem dimana kursi pemerintahan digirikan secara periodik dalam wilayah
negara secara bergantian.
______________________________________________ 108Bertrand Russell. Sejarah Filsafat... Op.cit. Hal. 401. 109Firdaus Syam, Pemikiran...Op.cit., hal. 159
Universitas Sumatera Utara
84
Kehendak umum terbentuk ketika setiap orang merasa dirinya terikat
bersekutu dengan setiap anggota masyarakat lainnya secara spontan.110Hanya
pada saat inilah sikap mementingkan diri sendiri dari individu hilang dan yang ada
adalah kehendak umum yang sejati.Pemerintah dalam pengertian Rousseau adalah
instumen sedangkan warga negara sebagai penguasa menerapkan hukum-hukum
mereka ciptakan terhadap diri mereka sendiri sebagai subyek. Meskipun warga
negara patuh kepada pemerintah, ia adalah penguasanya yang berdaulat karena
partisipasinya dalam kehendak umum. Jadi, meskipun warga harus bertindak
sesuai dengan hukum.
2.4.2. Karya-karya
1749 --- Discours sur les sciences et les arts (Ilmu Pengetahuan dan Seni),
karya ini memberikan jawaban bahwa kemajuan dalam kesenian dan ilmu-ilmu
pengetahuan tidak melainkan merusak kemurnian moral manusia. Ia melontarkan
tuduhan bahwa ketidaksamaan antarmanusia bersumber pada masyarakat dan
negara.
1761 --- Julie, ou La Nouvelle Heloise (Roman), Ditulis berdasarkan
gambaran masyarakat Paris yang kosmopolitan, menerangkan bahwa kehidupan
modern merupakan kemerosotan bagi moralitas manusia. Ini terlihat pada bagian
ke-27 novel tersebut:“The farther we retreat from business, great cities, and
numerous societies, the fewer and weaker are the obstacles to morality”
____________________________________________ 110Bertrand Russell. Sejarah... Op. Cit. hal. 403
Universitas Sumatera Utara
85
1962 --- Du Contrat Social (Kontrak Sosial), menguraikan kembali
bagaimana peran negara untuk mengembalikan manusia dalam hak kebebasan dan
alamiah.
Bertrand Russell dalam bukunya,mengatakan bahwa karya Rousseau ini
membahayakan karena mendukung demokrasi dan mengabaikan hak suci para
raja. Berkat karya itu, Rousseau menuai kecaman dari para pejabat dan diwajibkan
untuk segera angkat kaki dari Perancis, Lalu dirinya kembali ke Jenewa, namun
juga tidak menerimanya. Pada akhirnya Frederick the Great (Frederick II, Raja
Prusia 1740-1786) bersimpati kepada Rousseau dan memperbolehkan tinggal di
Montiers. Selama tiga tahun tinggal, pada 1765 penduduk Montiers menuduh dia
telah meracuni mental masyarakat, dan mencoba membunuhnya. Rousseau lari ke
Inggris, di mana Hume mengulurkan jasa bantuannya pada.111
1762 --- Emile ou de l’Education (Pendidikan), menguraikan kembali
bagaimana seharusnya manusia belajar menjadi hakikat manusia yang alamiah.
__________________________________ 111Ibid.,hal. 901-902
Universitas Sumatera Utara
86
BAB III
KONSEP MANUSIA MENURUT PEMIKIRAN THOMAS HOBBES
DAN JEAN-JACQUES ROUSSEAU
3.1. Konsep Manusia menurut Thomas Hobbes
Konsep tentang manusia merupakan pemikiran fundamentalHobbes dalam
memberikan apresiasi luas terhadap segala hal, baik dalamkehidupan manusia.
Terlebih Hobbes lahir dan besar pada masa-masa anarki, Ia sebagai sosok filsuf
yang tumbuh di bawah prahara politik masa itu. Politik yang penuh anarkis di
abad ke-17, adanya perang dan konfrontasi baik karena agama, maupun perang
sipil yang sedang berkecamuk di Inggris. Ia hidup dalam suasana malapetaka
perang saudara antara kubu Charles I dan kubu parlemen yang akhirnya
dimenangkan kubu parlemen. Charles I akhrinya dihukum gantung, lalu berdirilah
republic yang dipimpin oleh Oliver Cromwell.112
Pengalaman bahaya-bahaya perang itu memberinya kesan yang mendalam
dlaam hidupnya bahwa anarki adalah sebuah bencana kemanusiaan yang tragis
dalam kehiudpan bermasyarakat adalah sebuah usaha yang sangat rapuh. Ia
sendiri melukiskan dirinya identik dengan ketakutan itu: ‘Fear an I, Hobbes said,
were born together’. 113
_________________________________________________ 112F. Budi Hardiman. Pemikir...Op.Cit., hal.56. 113Cranston, Makers of Modern Thought, (New York, American Heritages Publishing: 1972) hal. 193
Universitas Sumatera Utara
87
Dalam memahami makna dari manusia, Hobbes sangat berhati-hati dalam
menjelaskannya. Setelah kejadian besar yang sudah dirasakannya, menjadikan
manusia menurut Hobbes sebagai pusat segala persoalan sosial dan politik.
Karena segala sesuatu di dunia ini, termasuk persoalan manusia terdiri atas
bagian-bagian yg bergerak menurut hukum mekanisme yg telah pasti, dengan
begitu, cara terbaik untuk menjelaskan manusia adalah dengan melihat manusia
sebagai sebuah ‘alat mekanis' dan memahaminya dari pendekatan matematis-
geometris.114Secara garis besar, pengertian manusia menurut Hobbes dibelah
melalui dua bagian, yaitu pada saat belum terbentuknya negara (manusia alami)
hingga terbentuknya negara (masyarakat politik).
3.1.1. Filsafat Manusia Thomas Hobbes
Manusia menurut Hobbes dipengaruhi oleh filsuf-filsuf besar lainnya
seperti Bacon, Descartes dan Galileo Galillei membuat konsep manusia ini tertata
dengan baik. Ia sepakat dengan Bacon bahwa pentingnya penggunaan nalar dan
metode-metode eksperimental dalam dunia ilmu pengetahuan , termasuk dalam
pengertian tentang manusia.Descartes mengatakan bahwa geometri bisa
membentuk suatu model pengetahuan sistematik ideal. Sistematika ideal inilah
yang kemudian Hobbes teruskan melalui suatu mekanisme penggunaan akal dan
penggunaan metode matematika.
___________________________________________________________
114Ahmad Suhelmi.,Pemikiran...Op.cit., hal. 169
Universitas Sumatera Utara
88
Lalu, Galileo Galilei yang berhasil memadukan ilmu pengetahuan teoritis
dengan ilmu pengetahuan praktis dalam kajiannya mengenai kerja alam semesta,
memberikan Hobbes gagasan untuk menggunakan pendekatan yang sama dalam
mempelajari manusia.Berdasarkan teori alam semesta yang terus bergerak.
Pandangan Hobbes tentang manusia dimulai dari pertanyaan: Apa yang
menggerakkan manusia? (what makes him tick?). Disini Hobbes membandingkan
manusia dengan sebuah jam tangan yang bergerak secara teratur karena ada
“onderdil-onderdil” di dalamnya. Maka dari itu menurutnya bahwa tubuh manusia
merupakan alat-alat mekanis. 115
Manusia adalah mesin-mesin yang berpikir, manusia memiliki akal dan
naluri dan tidak sama dengan hewan yang hanya memiliki naluri. Dengan akalnya,
manusia mampu melakukan refleksi, berkalkulasi dan berargumen. Bila hanya
memiliki naluri, manusia akan saling menghancurkan. Akal menyebabkan
manusia mencari alasan-alasan rasional untuk tidak saling
menghancurkan.Kekuatan akal dan naluri manusia sama kuatnya, kadang akal
lebih dominan, begitu juga sebaliknya.
Lebih dalam mengenai akal, Hobbesberpegangpada pandangan bahwa
yang riil hanyalah tubuh dan gerakannya, ia menyatakan bahwa perasaan, harus
mencakup gerakan partikel-partikel. Objek-objek eksternal menekankan organ-
organ indra dan menimbulkan gerakan yang terus bergerak ke dalam sampai ia
mencapai pusat organ otak. ___________________________________________________________________________________________________________________________
115Firdaus Syam, Pemikiran...Op.Cit., hal. 117.
Universitas Sumatera Utara
89
Disini terjadi reaksi terhadap gerakan yangmenimbulkan upaya atau tindakan
keluar pada subjek yang sadar menuju objek yang ditangkap. 116
Sumber indera adalah tubuh atau objek eksternal, yang menekan organ
pada tiap-tiap indera, baik secara langsung (sentuhan) dan tidak langsung
(penglihatan, penciuman). Hal ini terus bergerak ke dalam menuju otak dan hati,
dan menimbulkan resistensi atau daya tolak balik, atau reaksi untuk mengatur
dirinya sendiri. Hobbes menyatakan bahwa keinginan dan hasrat manusia sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapainya, sedangkan akal meminkan fungsi yang
murni instrumental pada keinginan manusia. Jadi, keinginan, menentukan tujuan
tertentu, dan hal ini pada gilirannya mendorong pemikiran individu untuk
menemukan saran-saran yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah
diproyeksikan.117
3.1.2. Manusia Alamiah
Maka dalam keadaan alamiah (setara), manusia bisa bertindak semata-
mata mengikuti keinginan-keinginan dirinya, yaitu memuaskan hawa nafsu,
sehingga kehidupan manusia hanyalah suatu usaha terus-menerus memuaskan
hawa nafsu (naluri), mencari kebahagian serta menghindari apa yang tidak
disukainya (akal).118Tujuan atau upaya manusia dalam mencapai keinginannya
adalah sama, dengan kata lain, alam menakdirkan manusia sama, dalam-
______________________________________________ 116Henry J. Schamndt. Filsafat Politik...Op.cit., hal. 308. 117Ibid., hal. 309.
118Ahmad Suhelmi. Pemikiran...Op.cit., hal. 171
Universitas Sumatera Utara
90
kemampuan tubuh dan akal, meskipun terdapat orang-orang yang mempunyai
tubuh lebih kuat, atau pikiran yang lebih cerdas, namun Hobbes meyakini manusia
mampu memenuhi keinginannya sendiri.119
Hobbes menganggap manusia secara alamiah dan pada dasarnya
selfish(mementingkan diri sendiri), suka bertengkar, haus kekuasaan, kejam dan
jahat. Karakter ini pada umumnya adalah hasil dari upaya manusia untuk
memenuhi keinginannya yang semakin bertambah, karena hanya dengan
memenuhi keinginannya tersebut individu dapat memperoleh kebahagiaan. Proses
ini terjadi terus-menerus dan abadi. Manusia menginginkan kepastian, rasa aman,
sehingga mereka bisa memenuhi bukan hanya dari keinginan jangka pendek tetapi
juga keinginan masa depan.
Hal inimelahirkan persaingan sesama manusia. Dalam usaha
memaksimalkan kebahagiaan dan meminimalisasi penderitaan diri, manusia akan
berhadapan dengan manusia lain. Mereka yang kalah akan tersingkir dan yg
menang akan berkuasa. Dalam menghadapi persaingan ini, manusia yang akan
bertarung cenderung menggunakan kekuasaannya (kekuasaan wilayah atau
kelompok/keluarga). Dari sinilah selalu timbul persaingan dan konflik kekuasaan.
Dalam hal persaingan ini, kekerasan adalah hal yang paling ampuh dalam
persaingan dan konflik itu, untuk memenangkan suatu ‘pertarungan’.
_____________________________ 119Op.cit., hal. 110
Universitas Sumatera Utara
91
Maka, tak mengherankan bahwa bila Hobbes kemudian menyebut manusia
secara alamiah akan memerangi manusia lainnya (Homo homini lupus bellum
omnium contra omnes). Dengan pengertian, Manusia akan menjadi serigala
terhadap manusia lain(Homo homini lupus), maka dari itu mereka akan berperang
melawan semua (Bellum omnium contra omnes).
Dalam suatu kehidupan alamiah itu, menempatkan fitrah manusia dan
tabiatnya tanpa mengalami hambatan apa pun, yang bagi Hobbes adalah
kemerdekaan seluas-luasnya untuk bertindak yang ditunjukkan kepada
kepentingan pertahanan diri sendiri (Ius Naturale).120 Dimana setiap orang
memiliki naluri untuk mempertahankan diri, termasuk mempertahankan
kebebasannya. Hal ini menjadikan menguasai yang lain (pertempuran) adalah hal
yang efektif untuk mempertahankan kebebasannya.Maka dari itu Hobbes
mengatakan bahwa penting ada kekuasaan yang berkuasa di atas segala yang lain,
yang berperan untuk mengatur dan menjaga kemerderkaan yang seluasnya-
luasnya ini.
__________________________________________ 120Firdaus Syam, Pemikiran...Op.cit., hal. 119.
Universitas Sumatera Utara
92
3.1.3. Manusia Politik
Berdasarkan pada kodrat egoistis dari manusia itu, Hobbes mengemukakan
ajarannya tentang negara dalam Leviathan. Kalau manusia pada dasarnya egois,
bagaimana kehidupan bermasyarakat ini menjadi mungkin terjadi diantara
makhluk-makhluk yang kejam, bengis dan buas seperti ini? Manusia mempunyai
hak alamiah (kebebasan) untuk mencari apa saja yang akan memuaskan
keinginannya. Hobbes berpendapat bahwa tiap-tiap orang bertindak untuk
menyelamatkan apa yang dianggap sebagai kebaikan dan menghindari bahaya.
Pemeliharaan diri menjadi kepentingan asasi setiap individu, saling menerkam
menjadi tidak rasional, sebab berlawanan dengan kepentingan asasi itu.Akal
mengajarkan bahwa manusia sebaiknya hidup damai di bawah kekuasaan negara
dan hukum daripada hidup dalam keadaan bebas tapi anarkis dan berbahaya bagi
keselamatan dirinya.
Hobbes membayangkan sebuah “keadilan asasi” yang menjadi alternatif.
Kehidupan alternatif itu ditemukan Hobbes setelah manusia mengadakan
perjanjian untuk membentuk negara.Hal inilah yang disebut hukum alam.121
Hukum ini adalah seperangkat prinsip-prinsip materialistik bagi pengembangan
masyarakat yang akrif yang berasal dari tindakan dan interaksi individu-individu.
Dengan kata lain, ini adalah aturan atau petuah tentang kebijaksanaan sehingga
diharapkan manusia mampu mengatasi ketakutan akan kematian dan menikmati
kehidupan yang menyenangkan.122
____________________________________________________________________________________________________ 121Ahmad Suhelmi, Pemikiran.... Op.cit., hal. 175. 122Henry J. Schamndt. Filsafat Politik...Op.cit., hal. 314.
Universitas Sumatera Utara
93
Dalam perjanjian membentuk suatu negara itu, manusia atau individu
secara sukarela menyerahkan hak-haknya serta kebebasannya kepada seorang
penguasa negara atau semacam dewan rakyat. Dalam Leviathan, Hobbes
mengatakan:
“Saya mewenangkan dan menyerahkan hak saya atas pengaturan ilahi saya
kepada orang ini atau kepada sekumpulan orang ini, dengan syarat ini bahwa
anda melepas hak anda kepadanya dan mewenangkan semua tindakannya dalam
perilaku yang sama”123
Dalam perjanjian itu juga disepakati untuk saling menyerang dan hidup
mematuhi undang-undang. Hanya satu hak yang tidak diserahkan kepada negara,
hak mempertahankan diri. Perlu ditegaskan bahwa perjanjian adalah individu-
individu itu. Negara sendiri bebas, tidak terikat dengan kehendak individu. Negara
versi Hobbes ini juga tidak memiliki tanggung jawab apa pun terhadap rakyat.
Negara yang telah terbentu itu memiliki hak menentukan nilai-nilai moralitas.
Negara menentukan baik dan buruknya suatu norma atau sistem nilai. Negara
berhak memutuskan perkara tertinggi. Apa yang dianggap nilai-nilai kebenaran
haruslah sesuai dengan yang ditentukan negara. Negara juga menentukan apakah
seseorang boleh menguasai aset atau sumber-sumber ekonomi atau tidak. Hak atas
kepemilikan kekayaan dapat disita negara kapan pun bila negara
menghendakinya.
_____________________________________________ 123Op.,Cit. hal. 176
Universitas Sumatera Utara
94
Dalam Leviathan, ada sebuah bab yang membahas tentang kebebasan
(liberty) warga negara, yang dimulai dengan sebuah definisi: Kebebasan adalah
tiadanya rintangan eksternal untuk bergerak. Dalam pengertian ini, kebebasan
sesuai dengan kebutuhan; misalnya, air mengalir ke bawah bukit karena tidak ada
hambatan untuk bergerak dan karenanya menurut definisi tersebut, air itu bebas.
Warga negara bebas campur tangan hukum, warga negara tidak memiliki hak
untuk menentang raja, kecuali raja menghendakinya dengan suka rela.124
Karena penguasa bukanlah pihak yang terlibat dalam kontrak, maka tidak
ada kendali dari orang-orang di bawah kekuasaan terhadapanya. Apapun yang
dilakukan penguasa adalah baik dan adil serta tidak bisa dipertanyakan oleh
rakyat.Negara ini menimbulkan rasa takut kepada siapa pun yang melanggar
hukum negara. Bila warga negara melanggar hukum, negara Leviathan tak segan-
segan menjatuhkan vonis hukuman mati. Negara ini merupakan lembaga politik
yang hanya mengenal hak, tapi minus kewajiban. Penguasa diberi hak untuk
melakukan apa saja demi kebaikan negara. Dengan alat-alat kekerasan yang
dilembagakan, negara berhak memaksa warganya untuk patuh. Negara Leviathan
harus kuat. Bila lemah, akan timbul anarki, perang sipil mudah meletus dan dapat
mengakibatkan kekuasaan negara terbelah. 125
_____________________________________________ 124Bertrand Russell. Sejarah...Op.,Cit. hal. 726 125 Ahmad Suhelmi, Pemikiran...Op..,Cit. hal. 178
Universitas Sumatera Utara
95
Hobbes berkeyakinan negara seperti itu merupakan pemecahan masalah
terbaik untuk menghadapi persoalan manusia yang kejam dan bengis. Negara
seperti itu jauh lebih baik daripada terjadinya anarkis akibat terbelahnya
kekuasaan negara yang telah belajar banyak dari sejarah bangsa Romawi,
khususnya kehancuran Athena. Negara merupakan satu-satunya alternative bagi
anarki; negara adalah alternatif yang paling shahih. Menurutnya kekuasaan
tunggal (absolut) dapat lebih konsisten dengan kebijakan-kebijakannya.
3.2. Konsep Manusia menurut Jean-Jacques Rousseau
Sama halnya dengan Thomas Hobbes, Rousseau lahir dan besar saat
dimana terjadi gejolak pemikiran politik. Rousseau adalah pengkritik ulung,
sehingga ia mendapatkan banyak musuh di berbagai perantauannya karena
dianggap telah meracuni watak pemikiran masayarakat. Hingga ia mengalami
gangguan psikis merasa terus dikejar-kejar sampai masa kematiannya.
Zaman pencerahan yang pada saat itu para pemikirnya sangat yakin bahwa
umat manusia dapat mencapai kesempurnaan dan kebahagian duniawi, sehingga
manusia tidak perlu menunggu-nunggu rahmat atau kehidupan akhirat. Menurut
pandangan zaman itu rasio merupakan terang baru (maka disebut ‘pencerahan’)
yang menggantikan iman kepercayaan, dan rasio ini membawa tidak hanya
kebenaran, melainkan juga kebahagiaan dalam hidup manusia. Rasio menjadi
dewa tertinggi dari kultus intelektual baru; tetapi ia bukan lagi akal masa lalu. Ia
adalah akal baru, sepenuhnya percaya diri, yakin dengan otonominya, dan yakin
Universitas Sumatera Utara
96
bahwa ia telah menemukan kunci untuk menyingkap misteri semesta alam yang
tersembunyi.126
Zaman pencerahan yang meluas di Perancis tidak lantas diterima
sepenuhnya. Optimisme atas kekuatan rasio itu mendapat tantangan yang paling
keras di Perancis dari sebuah gerakan yang sangat terkenal yakni “Romantisme”.
Gerakan ini berlangsung di bidang kesusastraan, kebudayaan, seni, filsafat dan
lebih mengutamakan segi-segi emosional dan kepekaan afeksi serta ‘petualangan
fantasi’ manusia daripada segi-segi rasionalnya.Rousseau sebagai bapak pelopor
gerakan Romantisme di Eropa menolak itu semua.
Romantisme, seperti juga halnya Pencerahan berpandang bahwa manusia
pada dasarnya adalah makhluk yang baik dan merdeka. Namun, keduanya
bersimpang jalan dalam penjelasan mereka tentang apa yang membelenggu
manusia. Pencerahan memandang mitos-mitos dan emosi-emosi subjektif
manusia, sedangkan Romantisme sebaliknya memandang kebudayaan adalah hasil
dari daripada hal-hal yang membuat manusia terbelenggu.Lantas Rousseau
menulis sebuah ucapan yang sangat terkenal, dia adalah Jean-Jaques Rousseau:
“Manusia dilahirkan bebas; dan dimana-mana dia terbelenggu. Orang
menganggap dirinya tuan atas orang-orang lain, padalah dirinya tetap menjadi
seorang budak yang lebih parah daripada mereka.127
________________________________________________ 126Op.cit., hal. 357. 127 F. Budi Hardiman. Pemikiran...Op.Cit.,hal.90.
Universitas Sumatera Utara
97
Gerakan Romantik pada dasarnya adalah pemberontakan menentang
standar moral dan estetik yang sudah diterima.Kalangan yang menjunjung tinggi
tata-krama di Perancis abad ke-18 sangat mengagumi apa yang mereka sebut La
Sensibilite, yang berarti mudah menangkap perasaan, dan lebih khusus lagi
terhadap rasa simpati.
3.2.1. Filsafat Manusia Jean-Jacques Rousseau
Rousseau adalah sang pemberontak pada Abad Pencerahan. Kritik
Rousseau ini membalikkan keyakinan dari pencerahan. Bagi pencerahan
kemajuan teknologi berhubungan dengan perkembangan moral. Rousseau justru
mengecam ilmu dan teknologi yang berkembang sebagai ‘pembangkang’ konsep
nilai luhur manusia.Ia terpengaruh oleh sang ayah terhadap pembentukan watak
dan sikap, karena ayahnya selalu membaca dongen, syair-syair, karya klasik
Plutarch di Jenewa yang juga mempengaruhi jiwa dan perkembangan
intelektualnya.
Rousseau banyak membaca karya filsuf besar lainnya, seperti Pufendorf
dan Grotius, juga karya pengarang Inggris abad sebelumnya, Hobbes dan Locke.
Ia bergaul juga dengan filosofi, yakni sekelompok cendikiawan yang berjuang
melakukan perubahan otoritarianisme serta kekolotan agama yang mencandui
kehidupan intelektual Perancis semasa Louis XIV. Semua itu membuat Rousseau
memiliki kepekaan dan berjiwa romantik yang tinggi. Sampai ia dewasa
menjadikannya memiliki kepekaan dan kehalusan jiwa daripada logika dan
rasional.
Universitas Sumatera Utara
98
Rousseau menolak keras rasionalisme dan pengandalan persepsi indrawi
sebagai tolak ukur kebenaran menyebabkan manusia kehilangan perasaannya,
dalam istilah Rousseau La Sensibilite. Dalam konteks inilah dapat dipahami
mengapa ia ingin mengembalikan manusia ke fitrahnya; manusia yang
mementingkan emosi, perasaan dan tidak mendewakan rasio serta tidak
menganggap manusia sekadar jasad tanpa ruh. Rousseau juga menolak produk-
produk peradaban rasional abad Pencerahan yang dinilainya telah merusak tatanan
sosial tradisional. Pemikiran mengenai hak kepemilikan yang dikembangkan
tokoh-tokoh seperti John Locke, menurut Rousseau telah menciptakan
ketimpangan-ketimpangan sosial. Manusia menjadi tidak sederajat dengan
manusia lainnya. Sebagaimana manusia ada yang memiliki kekayaaan yang jauh
lebih besar dari sebagian (besar) manusia lainnya. Ia juga menyatakan bahwa
peradaban modern dengan logika Rasionalisme Cartesiannya membuat manusia
menjadi terasing dari kehidupannya.
Penjelasan Rousseau tentang manusia juga serupa dengan Hobbes yang
mengklasifikasikan kehidupan manusia dari keadaan alamiah ke masyarakat
politik. Rousseau mencoba menjelaskan bagaimana keadaan manusia (pada saat
itu) yang seharusnya.
Universitas Sumatera Utara
99
3.2.2. Manusia Alamiah
Rousseau menggunakan konsep keadaan alamiah dalam tiga maksud:
menjelaskan keadaan atau primitif ras manusia; mengidentifikasi prinsip-prinsip
dasar hakikat manusia yang ada dalam keadaan asli atau primitif itu; menjelaskan
keadaan manusia yang hidup dalam masyarakat modern. 128
Dalam keadaan ilmiah, manusia pada dasarnya baik (liar tapi baik),
manusia bertindak didorong oleh kecintaan pada diri sendiri yang membuatnya
selalu menjaga keselamatan dirinya.Manusia sangat damai, penuh kasih sayang
dan menghindari perang. Manusia yang alamiah adalah manusia dalam ekadaan
bebas sejak dilahirkan.129Rousseau mengganggap manusia terjadi perang karena
fenomena alam (nature phenomenon) bukan fenomena sosial (social
phenomenom).Artinya terjadinya perang ketika keadaan alami manusia berubah
menjadi masyarakat sosial.Perang adalah sesuatu yang secara sosial
dikontruksikan, hanya dalam kehidupan sosial perang akan terjadi. Keadaan
ilmiah ini juga dapat berubah menjadi keadaan perang apabila terjadi kesenjangan
derajat manusia, baik karena perbedaan atas kepemilikan atau posisi sosial.
Dalam keadaan ilmiah, manusia menurut Rousseau memiliki kebebasan
mutlak. Mereka bebas melakukan apa pun yang dikehendakinya, terlepas apakah
hal itu akan menyebabkan pertikaian dengan manusia lainnya. Kebebasan
merupakan determinandeterminan yang membuat manusia menjadi manusia-
___________________________________ 128Adam, Lively and Andrew Reeve, Modern Political...Op.cit. hal. 114. 129 Ahmad Suhelmi, Pemikiran....Op.cit. hal. 248
Universitas Sumatera Utara
100
alamiah. Manusia alamiah adalah makhluk yang belum mengerti nilai-nilai baik
dan buruk dalam pengertian moralitas yang kita pahami, sebab mereka tidak
terdidik dalam struktur sosial yang mendominasi oleh moralitas. Manusia menjadi
burukperilakunya, tidak lagi menjadi manusia alamiah, adalah karena masyarakat
sekitarnya serta peradaban moderennya telah membuatnya demikian.
Akibat dari gagasannya yang mengatakan bahwa manusia telah
‘terkontaminasi’ oleh kemajuan teknologi dan dihimbau untuk kembali ke
manusia alamiah, Rousseau memberi suatu formula. Untuk menjadi manusia
alamiah, Rousseau mencoba memberikan pemecahan masalah. Menurutnya
manusia harus dididik sejak kanak-kanak. Janganlah anak-anak dididik dalam
struktur sosial dunia modern dengan segala etika dan nilai-nilai moralitasnya.
Anak-anak harus dibiarkan bebas menentukan watak dan kepribadiannya sesuai
dengan kehendak alami, membiarkannya sepenuhnya berkembang sesuai naluri
kemanusiaan dan insting kemanusiaannya. Rousseau menegaskan bahwa pada
dasarnya semua manusia menurut kodrat alaminya bebas, tapi kemudian
terbelenggu setelah terlepas dari kodrat alaminya.
3.2.3. Manusia Politik
Namun, Rousseau menyatakan bahwa kondisi alamiah itu bebas namun
bersifat elementer dan penuh dengan keinginan nafsu dan naluri, sehingga
manusia yang bersangkutan tidak ubahnya seperti budak, yaitu budak dari
keinginan, nafsu dan naluri. Kebebasan manusia adalah kebebasan alami, berupa
hak-hak yang tidak tentu dan tidak terbatas untuk mengambil saja yang menarik
Universitas Sumatera Utara
101
minatnya. Keadaan serba tidak tentu inilah yang diatasi dengan perjanjian
bersama. Hanya dalam masyarakat manusia itu akan mengalami kebebasannya
secara penuh.
Kebebasan menurut Rousseau adalah suatu keadaan tidak terdapatnya
keinginan manusia untuk menaklukkan sesamanya. Manusia merasa bebas dari
rasa ketakutan akan kemungkinan terjadinya penaklukkan atas dirinya sendiri,
secara persuasif maupun kekerasan. Kebebasan juga diartikan sebagai hak untuk
melakukan sesuatu yang orang lain tidak diperkenankan melakukannya, di sisi
lain istilah yang sama bisa dipahami sebagai keadaan dimana keadilan
sepenuhnya ditegakkan. Dengan demikian tidak ada manusia yang diperlakukan
semena-mena. Kebebasan tidak boleh menjadikan manusia anarki sosial.
Rousseau berkata bahwa orang yang merdeka (bebas) adalah orang yang patuh
terhadap hukum dan peraturan, tetapi tidak menjadi dirinya budak.130
Hanya dalam masyarakat politik, manusia menjadi ‘manusia’. Apa yang
membuat manusia hidup bermasyarakat. Menurutnya; pertama, jumlah penduduk
mendekatkan manusia dengan lainnya. Mereka harus bekerja sama untuk dapat
memenuhi kebutuhannya, yang dimulai pada tingkat komunitas keluarga meluas
kepada sejumlah keluarga dan akhirnya membentuk masyarakat.
______________________________________________ 130 Ibid.,hal. 249
Universitas Sumatera Utara
102
Tiap sekutu membentuk masyarakat atau badan politik menyerahkan
segenap haknya kepada semua sekutu, sehingga tiap orang berada dalam keadaan
yang sama dengan yang lain dalam persekutuan. Dengan itu persamaan pun
diciptakan serta mendapat jaminan. Pada masa ini menurut Rousseau fase yang
paling membahagiakan. Masa ini berlaku hukum kebiasaan, tidak ada hukum
tetap, terjadi perkembangan bahasa dan mereka memiliki pengertian.131
Negara merupakan sebuah produk dari perjanjian sosial. Individu
masyarakatnya sepakat untuk menyerahkan sebagian hak-hak, kebebasan dan
kekuasaan yang dimilik kepada suatu kekuasaan bersama. Negara berdaulat
karena mandat dari rakyat. Negara diberi mandat oleh rakyat untuk mengatur,
mengayomi dan menjaga keamanan dan harta benda mereka. Kedaulatan rakyat
akan tetap absah selama negara menjalankan fungsi-fungsinya mewujudkan
kehendak umum. Rousseau mengumpamakan negara memiliki sepuluh ribu
warga. Kekuasaan negara yang merupakan manifestasi dari penyerahan hak,
kebabasan dan kekuasaan serta kemuan individu haruslah dilihat secara kolektif
dan sebagai suatu lembaga politik yang utuh. Meskipun demikian, setiap individu
masyarakat yang merupakan subjek harus dilihat sebagai suatu entitas individual.
Bukan sebagai entitas kolektif. Makasetiap orang mewakili akses sepersepuluh
ribu dari kekuasaan negara, walaupun ia menyerahkan semua haknya pada
lembaga politik itu.132
___________________________________________________________________ 131 Firdaus Syam, Pemikiran...Op.cit. hal. 154 132Op.cit. hal 252
Universitas Sumatera Utara
103
Menurutnya, negara yang memiliki keabsahan memerintah atas kehendak
umum atau rakyat itu memiliki dua hal; pertama kemuan, dan kedua kekuatan.
Yang dimaksud kemauan adalah kekuasaan legislatif (legislative power),
sedangkan kekuasaan adalah kekuasaan eksekutif (executive power).Dua bentuk
kekuasaan ini harus bekerja bersama-sama secara harmonis apabila negara ingin
menjalankan fungsinya secara baik. Tanpa kerjasama dan keberadaan kedua
lembaga itu negara tidak bisa berbauat apa-apa.
Dalam buku Sosial Contract, setiap anggota dalam menghormati
perjanjian sosial bersedia menyelaraskan kehendak individunya dengan kehendak
masyarakat dalam semua masalah umum. Kehendak yang timbul dari penyatuan
politik mempunyai tiga karakter penting; ia selalu benar dan selalu untuk
kepentingan umum; ia bukanlah kehendak mayoritas atau jumlah keseluruhan dari
kehendak individu-individu; dan ia berdaulat dan dinyatakan dalam hukum.
Kehendak umum adalah ungkapan dari tuntutan kepentingan umum atau kemauan
bersama (volunte generale).
Ia didasarkan pada teori bahwa, ketika kelompok-kelompok individu
berpartisipasi dalam perjanjian sipil, kehendak mereka yang banyak menentukan
dan mempengaruhi satu sama lain guna menciptakan kehendak baru yang
diarahkan pada kebaikan umum.133
______________________________________________ 133Henry J. Schamndt. Filsafat Politik...Op.Cit., hal. 396.
Universitas Sumatera Utara
104
Ia senantiasa benar dan adil. Ia akan mengalahkan kepentingan dirinya
sendiri. Sang pemegang kedaulatan adalah yangtidak terbatas, tidak dapat
diserahkan dan tidak dapat pula dibagi-bagi; dan juga merupakan sumber hukum
yang senantiasa harus didasarkan pada ‘bersamanya’ bukan diuntukkan bagi
seseorang atau segolongan.
Negara ideal menurut Rousseau haruslah tidak terlalu besa dan tidak
terlalu kecil. Negara yang terlalu luas akan menyukarkan penyertaan rakyat dan
luas daerah dari negara itu bergantung kepada perbandingan yang tepat antara
jumlah manusia dengan keadaan tanah yang akan menghidupi rakyat itu. Negara
ideal bagi Rousseau adalah enagra seluas Polis (Police State).134
____________________________ 134 Deliar Noer. Pemikiran...Op.cit. hal. 154
Universitas Sumatera Utara
105
BAB IV.
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Kedua pemikir sejak awal sudah banyak memiliki perbedaan, mulai dari
latar belakang kehidupan sehingga mengiringi disepanjang perjalanan hidup
mereka, sampai mencestuskan bagaimana kehidupan manusia itu dapat dikatakan
layak untuk keberlangsungan hidup manusia. Walau sebenarnya mereka
mengklasifikasikan kehidupan manusia yang sama, yakni dari keadaan alamiah ke
masyarakat politik.
Bermula dari perbedaan zaman, yang merupakan point awal menemukan
perbedaan di kedua pemikir ini, zaman menentukan pola pikir mereka di
sepanjang kehidupannya dalam menemukan pengertian manusia. Kedua filsuf
tersebut termasuk dalam para filsuf modern, namun berbeda aliran. Hobbes lahir
pada tahun 1588, yang pada saat itu filsafat rasionalisme sangat berpengaruh serta
berkembang dengan pesat. Para pengikut aliran rasionalisme sangat
mengagungkan peranan rasional atau akal sebagai satu-satunya sumber ilmu
pengetahuan. Perkembangan rasionalisme ini mendapat tantangan banyak dair
aliran selanjutnya, yakni Empirisme. Aliran ini meyakini bahwa pengalaman
adalah yang menentukan munculnya ilmu pengetahuan.
Universitas Sumatera Utara
106
Sejalan dengan itu, pengetahuan harus didasarkan pada obeservasi empiris.
Empirisme mengembalikan pengetahuan pada pengalaman, empirisme berusaha
membebaskan diri dari bentuk-bentuk spekulasi spiritual yang menandai
metafisika tradisional. Dengan cara itu empirisme mencoba memisahkan filsafat
dengan teologi. Melalui pemikiran Francis Bacon, Hobbes, Locke serta Berkeley
membuat empirisme menjadi refleksi utama. Hobbes sepakat dengan Bacon
bahwa pentingnya penggunaan nalar dan metode-metode eksperimental dalam
ilmu pengetahuan, termasuk dalam pengertian tentang manusia. Yang akhirnya
Hobbes mengatakan bahwa manusia memiliki akal serta naluri.
Sementara Rousseau, lahir ketika aliran Rasionalisme serta Empirisme
melanda Perancis. Garis pemikiran yang sudah dirintis sejak Descartes ini justru
semakin menggejala dan menjadi sebuah gerakan yang tidak hanya
mempengaruhi kehidupan akademis, melainkan juga kehidupan sosial, politik dan
kultural. Zaman ini disebut ‘Aufklarung’ dalam bahasa Jerman, yang artinya
zaman ‘Pencerahan’. Pada zaman ini, rasio merupakan terang baru (maka disebut
‘pencerahan’) yang menggantikan iman kepercayaan, membawa tidak hanya
kebenaran, melainkan juga kebahagiaan dalam hidup manusia. Perkembangan
sains dan teknologi yang begitu cepat telah mengakibatkan perubahan orintasi
nilai secara radikal. Manusia Pencerahan berjuang gigih menaklukan alam
semesta dengan ilmu pengetahuan. Serta segala sesuatu termasuk kebenaran serta
kebahagian harus diukur dengan parameter sains dan teknologi. Perkembangan ini
menumbulkan revolusi berbagai bidang kehidupan manusia.
Universitas Sumatera Utara
107
Kecendrungan-kecendrungan Abad Pencerahan itu dikritik oleh Rousseau.
Ia membalikkan optimisme pencerahan menjadi pesimisme total. Apa yang
dianggap baik bagi pemikir Pencerahan, justru buruk bagi Rousseau.
Perkembangan sains dan teknologi yang dibanggakan Perancis menyebabkan
kerusakan akhlak dan dekadensi kebudayaan. Rasionalisme dan pengandalan
resepsi inderawi sebagai tolak ukur kebenaran menyababkan manusia kehilangan
perasaannya. Atas kritikan-kritikan itu Rousseau memiliki banyak musuh serta
sering tidak diterima di berbagai negara. Dan dalam konteks inilah Rousseau ingin
mengembalikan manusia kembali ke fitrahnya sebagai manusia, menurutnya
manusia kehilangan fitrahnya karena ‘kontaminasi’ dari kemajuan sains dan
teknologi. Dan ini juga yang menajdi cikal-bakal lahirnya aliran Romantisme di
Eropa.
Selanjutnya yang menjadi element perbedaan di kedua pemikir ini ialah
filsafatnya tentang manusia. Dalam membangun kerangka psikologi manusia,
Hobbes dipengaruhi oleh Bacon, Descartes serta Gallileo. Melalui Bacon tentang
penggunaan nalar serta metode eksperimen, Descartes tentang geometrinya dan
Gallileo tentang kerja alam semesta. Kesemua itu dipadukan oleh Hobbes menjadi
sebuah pertanyaan besar, yakni Apa yang menggerakkan manusia?. Disini
Hobbes membandingkan manusia dengan sebuah jam tangan yang bergerak secara
teratur karena ada ‘onderdil-onderil’ di dalam nya. Begitu pula dengan manusia
dengan adanya akal serta naluri. Lebih dalam dengan akal, Hobbes berpegang
pada pandangan bahwa yang riil hanyalah tubuh dan gerakannya, ia menyatakan
Universitas Sumatera Utara
108
bahwa perasaan mencakup gerakan partikel. Objek-objek eksternal menekankan
organ-organ indra dan menimbulkan gerakan yang terus bergerak ke dalam
sampai ia mencapai pusat organ otak. Bila lebih sedikit diteliti, pemikiran Hobbes
ini merupakan tolak ukur terhadap apa yang dikatakan oleh Freud tentang
penelitiannya yang berjudul manusia sebagai manusia. Menurut Freud, manusia
dalam konteks ini adalah tersusun dalam sebuah mekanisme yang didorong oleh
sejumlah enger tetap yang disebut sebagai lidibo.135
Sementara Rousseau lahir sebagai kemandirian berpikir walau ia sering
membaca buku karangan Pufendorf dan Grotius yang membuat dirinya memiliki
kepekaan dan kehalusan jiwa daripada logika dan rasional. Dan juga menjadikan
dirinya sebagai kritik ulung. Ia menolak apa yang sangat dibanggakan Perancis
pada saat itu, yakni zaman pencerahan yang menurutnya sebagai suatu
kemunduran yang sangat jauh bagi fitrah manusia.
Setelah mereka berdua telah menemukan pondasi serta kerangka dalam
membentuk manusia. Lebih lanjut mereka mengurai apa serta bagaimana manusia
itu, yang diklasifikasi melalui keadaan manusia alamiah ke manusia politik.
Dimulai dari Hobbes, ia menguraikan manusia dalam keadaan alamiah bisa
bertindak semata-mata untuk mengikuti keinginan-keinginan dirinya, yaitu
memuaskan hawa nafsu (naluri) serta mencari kebahagiaan serta menghindari apa
yang tidak mereka sukai (akal).
________________________________ 135Sigmund Freud. Pengantar Umum Psikonalisis..Op.cit., hal iv
Universitas Sumatera Utara
109
Namun Hobbes menganggap, sering kali naluri lebih dominan daripada
akal, karena pada dasarnya manusia bersifat selfish (mementingkan diri sendiri),
suka bertengkar, haus kekuasaan, kejam dan jahat dan keinginan serta naluri itu
semakin bertambah terus-menerus serta abadi. Sehingga mereka sesama manusia
saling memerangi satu sama lain (Homo Homini Lupus) atau dalam pengertian
lain menjadi serigala terhadap manusia, serta akan berbuntung panjang, yakni
berperang melawan semua (Bellum Omnius Contra Omnes)seperti yang dikatakan
Hobbes. Setelah menguraikan dasar sifat manusia, Hobbes mengemukakan
ajarannya tentang sebuah negara dalam Leviathan. Karena manusia pada dasarnya
egois yang tiap-tiap orang memiliki hak untuk menyelamatkan diri sendiri.
Hobbes membayangkan sebuah ‘keadilan asasi’ untuk mengajak manusia
mengadakan perjanjian sosial dalam membentuk negara untuk melindungi atau
mewadahi hak-hak saling menyelamatkan tersebut. Dengan kata lain, ini adalah
aturan atau petuah tentang kebijaksanaan sehingga diharapkan manusia mampu
mengatasi ketakutan akan kematian dan menikmati kehidupan yang
menyenangkan.
Sementara menurut Rousseau, manusia pada dasarnya baik, manusia
bertindak didorong oleh kecintaan pada diri sendiri yang membuatnya selalu
menjaga keselamatannya. Damai, penuh kasih sayang dan belum mengerti nilai-
nilai baik dan buruk dalam pengertian moralitas yang kita pahami. Namun dari
pada itu, manusia telah menjadi buruk perilakunya, tidak lagi menjadi manusia
ilmiah karena perdaban modern yang telah membuatnya. Kemajuan sains dan
Universitas Sumatera Utara
110
teknologi menurut Rousseau merupakan buah petakan bagi hilangnya fitrah pada
manusia. Untuk itu, ia mencoba menarik manusia kedalam manusia politik dalam
pengertiannya. Keadaan alamiah manusia yang bersifat elementer dan berubah-
ubah menjadikan manusia layaknya budak dari keinginan nafsu dan naluri. Hanya
dalam masyarakat politik, manusia menjadi ‘manusia’ yakni dengan mendekatkan
manusia dengan manusia lain, bekerja sama dalam lingkup masyarakat melalui
sebuah perjanjian sosial.
Dalam beberapa kesempatan, Rousseau juga pernah mengkritik tesis
Hobbes bahwa hanya ada dua pilihan bagi manusia: kebebasan atau menjadi objek
kekuasaan atau dikuasai. Hobbes tidak membuka peluang kemungkinan manusia
bisa bebasa tetapi pada saat yang sama berada dalam dominasi kekuasaan negara.
Dengan kata lain, manusia tidak dapat hidup dalam negara bila ia tetap menuntu
kebebasan sejati seperti yang dimikinya sebelum terbentuknya negara. Pandangan
ini bertolak dengan Rousseau. Manusia menurut Rousseau pada dasarnya
merdeka. Kebebasan itu tetap dapat dimilikinya meskipun dalam gradasi berbeda
apabila ia masuka menjadi bagian dari political society atau berada dalam
kekuasaan negara. Kebebasan itu bahkan bisa diraih justru apabila manusia
bergelut sepenuhnya dalam kehidupan bernegara. Lagi, lagi Rousseau selalu
optimis apabila manusia dikumpulkan menjadi sebuah komunitas besar (negara)
dengan segala hak serta kebebasan yang dimiliknya, manusia menjadi manusia
seutuhnya.
_________________________ 136 Ahmad Suhelmi, Pemikiran…Op.cit., hal. 250
Universitas Sumatera Utara
111
4.2. Saran
Kajian ini tentu tidak sempurna, sehingga diperlukan kajian-kajian yang
lebih mendalam mengenai tema tersebut, karena kajian ini menyangkut hakikat
manusia. Dengan mengetahui hakikat serta konsep manusia, ia akan hidup dengan
benar, yaitu hidup sesuai dengan keharusan-keharusan sebagaimana manusia.
.
Universitas Sumatera Utara
112
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Ahmad,Zainal Abidin. 1977. Teori Politik Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Asy’ari, Musa. 1999. Filsafat Islam. Yogyakarta: LESFI.
Bertens, K. 1988. Filsuf-filsuf Besar tentang Manusia. Jakarta: Gramedia.
Bertens, K. 2005. Panorama Filsafat Modern. Jakarta: Gramedia. Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Budiman, Arif dkk. 1986. Mencari Konsep Manusia Indonesia, Sebuah Bunga
Rampai. Jakarta: Erlangga.
Bungin, Burhan. 2013. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Cranston. 1972. Makers of Modern Thought. New York: American Heritages
Publishing
Freud, Sigmund. 2006. Pengantar Umum Psikonalisis: Terjemahan. Yogyakarta:
PustakaPelajar.
Gaarder, Jostellin. 1966. Dunia Sophie. Bandung: Mizan
Hadi, Hardono. 1996. Jati Diri Manusia Berdasarkan Filsafat Organisme.
Yogyakarta: Kanisius.
Hamersma, Harry. 1983. Tokoh-tokoh FIlsafat Barat Modern. Jakarta: Gramedia
Hardiman, F. Budi. 2011. Pemikiran-pemikiran yang Membentuk Dunia Modern
(Dari Machiavelli sampai Nietzsche). Jakarta:Erlangga
Universitas Sumatera Utara
113
Keesing, M. Roger. 1974. “Theories of Culture” Annual Review of Anthropology
Lively, Adam and Reeve, Andrew. 1993. Modern Political Theory from Hobbes
to Marx. KeyDebates. London and New York: Routledge.
Mas’oed, M. 1986. Perbandingan Sistem Politik. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press
Muthahhari, Murtadha. 2004. Manusia Sempurna. Yogyakarta: Prisma Media.
Noer, Deliar. 1999. Pemikiran Politik di Negara Barat. Jakarta: Mizan.
Rasyidi, H.M. 1984. Janji-janji Islam. Jakarta: Bulan Bintang
Ronald, Chilote. 2003. Teori Perbandingan Politik: “PenelusuranParadigma”.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Russell, Bertrand. 2002. Sejarah Filsafat Barat: ‘Kaitannya dengan kondisi
sosio-politik zaman kuno hingga sekarang’. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sabine, GH. 1937. A History of Political. London: George G. Harrap & Co. Ltd.
Sastrapratedja & Magnis Parera, Frans. 1989. Kontrak Sosial.Yogyakarta:
Yayasan Kartika
Schamndt, Henry J.2002. Filsafat Politik:‘Kajian Historis dari Zaman Yunani
Kuno sampai Zaman Modern’. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Siagian, Matias dkk. 2011. Etika Umum. Medan: Grasindomonoratama.
Soekanto, Sarjono. 1979. Perbandingan Ilmu Hukum. Bandung: Sinar Grafika.
Syam, Firdaus. 2005. Pemikiran Politik Barat: Sejarah, Filsafat, Ideologi, dan
PengaruhnyaTerhadap Dunia ke-3. Jakarta: Bumi Aksara.
Universitas Sumatera Utara
114
Suhelmi, Ahmad. 2001. Pemikiran Politik Barat: Kajian Sejarah, Perkembangan,
PemikiranNegara, Masyarakat dan Kekuasaan. Jakarta: Gramedia.
Internet:
- psikologi.com/pengertian-manusia-menurut-para-ahli-filsafat.
Diakses pada 4/1/2018 pkl. 20.33 WIB.
- umamsmile.blogspot.co.id/2012/09/hakikat-manusia.html?m=1.
Diakses pada 30/1/2018 pkl. 17.13 WIB.
- panduan-belajar-mandiri.blogspot.com.
Diakses 06/06/18 pkl. 11.23 WIB. - https://dosenpsikologi.com/teori-psikoanalisis-klasik.com.
Diakses pada 17/04/18 pkl. 13.01 WIB
-https://www.britannica.com/biography/Thomas-Hobbes/Intellectual-
development#ref68421. Diakses pada 15/05/2018 pukul 11.28 WIB
- http://thegreatthinkers.org/hobbes/major-works/the-works-of-thomas-hobbes-of-
malmesbury-volume-5-the-questions-concerning-liberty-necessity-and-chance/.
Diakses pada 15/05/2018 pukul 11.30 WIB
Universitas Sumatera Utara
Top Related