i
Peran Pusat Pengendalian Operasi (PUSDALOPS)
BPBD Kota Cilegon dalam Pelayanan
Penanggulangan Bencana di Kota Cilegon
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh :
Mila Octafia
NIM. 6661130207
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2017
ii
ABSTRAK
Mila Octafia. NIM. 6661130207. Skripsi. 2017. Peran Pusat Pengendalian
Operasi (PUSDALOPS) BPBD Kota Cilegon dalam Pelayanan
Penanggulangan Bencana di Kota Cilegon. Program Studi Ilmu Administrasi
Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa. Dosen Pembimbing I: Riny Handayani, M.Si, Dosen Pembimbing
II: Anis Fuadi, M.Si.
Permasalahan dalam penelitian ini diantaranya sistem informasi yang dikelola
Pusdalops BPBD Kota Cilegon tidak update serta terbatasnya sarana dan
prasarana yang dimiliki Pusdalops BPBD Kota Cilegon dalam menunjang
kelancaran kegiatan pengelolaan informasi kebencanaan. Fokus dalam penelitian
ini adalah peran Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD Kota Cilegon
dalam pelayanan penanggulangan bencana di Kota Cilegon. Tujuan dalam
penelitian ini untuk mengetahui gambaran tentang peran Pusdalops BPBD Kota
Cilegon. Teori yang digunakan yaitu teori peran menurut Biddle & Thomas dalam
Sarwono (2006:216) yang meliputi: harapan, norma, wujud perilaku, dan
penilaian & sanksi. Metode yang digunakan yaitu kualitatif. Teknik pengumpulan
data yang digunakan yaitu observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Informan
dalam penelitian ini yaitu instansi terkait kebencanaan, masyarakat, industri,
Untirta, Manajer Pusdalops dan staf operator Pudalops BPBD Kota Cilegon. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Pusdalops BPBD Kota Cilegon belum memainkan
perannya dengan optimal karena harapan-harapan masyarakat belum terpenuhi
diantaranya penambahan personil, peralatan dan penggabungan lokasi
Rupusdalops, Posko dan Kantor BPBD Kota Cilegon. Selain itu, ditemukan
peralatan-peralatan yang rusak seperti sirine dan siaran video digital yang
berfungsi untuk mendiseminasikan peringatan dini kepada pejabat berwenang dan
masyarakat. Saran dalam penelitian ini yaitu penggabungan tiga kantor dalam satu
lokasi serta adanya anggaran untuk melakukan perawatan rutin peralatan-
peralatan Pusdalops BPBD Kota Cilegon.
Kata Kunci: Pelayanan Penanggulangan Bencana, Peran Pusat Pengendalian
Operasi (Pusdalops) BPBD Kota Cilegon
iii
ABSTRACT
Mila octafia. NIM. 6661130207. Paper Research. 2017. Role of Peran Pusat
Pengendalian Operasi (PUSDALOPS) BPBD Cilegon in Disaster
Management Service in Cilegon. Department of Public Administration.
Faculty of Social and Political Sciences. Sultan of Ageng Tirtayasa
University. Advistor I: Riny Handayani, M.Si, Advistor II: Anis Fuadi, M.Si.
Problems of this research include information systems which managed by
Pusdalops BPBD Cilegon not updated and limited facilities and infrastructure
which owned by Pusdalops BPBD Cilegon in supporting the smoothness of
disaster information management activities. The focus of this research is the role
of Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD Cilegon in disaster
management service in Cilegon. The purpose of this research is to know the
description about the role of Pusdalops BPBD Cilegon. The theory used is the role
theory according to Biddle & Thomas in Sarwono (2006: 216) which includes:
expectation, norm, performance, and evaluation & sanction. The method used is
qualitative. Data collection techniques used were observation, interview and
documentation. Informants of this research are agencies related of disaster,
society, industry, Untirta, Pusdalops Manager and operator staff of Pusdalops
BPBD Cilegon. The result of the research shows that Pusdalops BPBD Cilegon
has not played its role optimally because the society expectations has not been
fulfilled including the addition of personnel, equipment and merging of Crisis
Centre, Posko and BPBD Cilegon office. Besides, there are found damaged
equipment such as sirens and digital video broadcast that serve to dissiminate
early warning to the authorities and the public. Suggestions in this research is the
representation of three offices in one location and the budget for maintenance
routinely of equipments Pusdalops BPBD Cilegon.
Keywords: Disaster management service, Role of Pusat Pengendalian
Operasi (Pusdalops) BPBD Cilegon
iv
v
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat.” (Q.S. Al-Mujadalah:11)
“Barangsiapa yang menginginkan kehidupan dunia, maka ia
harus memiliki ilmu, dan barangsiapa yang menginginkan
kehidupan akhirat maka itu pun harus dengan ilmu, dan
barangsiapa yang menginginkan keduanya maka itu pun harus
dengan ilmu.”
(HR. Thabrani)
Skripsi ini saya persembahkan
untuk Ayahanda dan Ibunda tercinta,
Bapak Hasni dan Ibu Bahariah (Almh)
serta kakak dan adikku tersayang
Sulhafiyah dan Lismanda Islamia
yang telah memberikan doa dan motivasi tiada henti
kepada penulis
vi
vii
i
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas ridho
dan rahmat-Nya. Solawat serta salam semoga terlimpah dan tercurah kepada
junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah mengiringi doa dan
harapan penulis untuk mewujudkan terselesaikannya skripsi ini yang berjudul
“Peran Pusat Pengendalian Operasi (PUSDALOPS) BPBD Kota Cilegon
dalam Pelayanan Penanggulangan Bencana di Kota Cilegon”.
Hasil penelitian ini tentunya tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak yang selalu mendukung peneliti secara moril maupun materil.
Untuk itu dengan segenap ketulusan hati, pada kesempatan ini peneliti ingin
mengucapkan terima kasih yang tak terhingga khususnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
2. Bapak DR. Agus Sjafari, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Ibu Rahmawati, S.Sos., M.Si., Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4. Bapak Iman Mukhroman, S.Sos, M.Si., Wakil Dekan II Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
5. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos, M.Si., Wakil Dekan III Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
6. Ibu Listyaningsih, M.Si., Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
ii
7. Bapak Riswanda, Ph.D Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
8. Ibu Riny Handayani, M.Si., sebagai dosen pembimbing I yang telah
senantiasa memberikan bimbingan, arahan dan motivasi kepada penulis
dalam menyelesaikan proposal penelitian ini.
9. Bapak Anis Fuadi, M.Si., sebagai dosen pembimbing II yang telah
senantiasa memberikan bimbingan, arahan dan motivasi kepada penulis
dalam menyelesaikan proposal penelitian ini.
10. Seluruh Dosen Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang membekali
penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.
11. Para staf Tata Usaha (TU) Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
atas segala bantuan informasi selama perkuliahan.
12. Bapak Purwadi, S.Sos, M.Si selaku Plt. Kepala Pelaksana Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Cilegon yang telah
memberikan informasi, data, dan ketersediaan waktu dalam proses
pengambilan data untuk penulis.
13. Bapak H. Ahmad Mafruh, S.Ag, MM selaku Kepala Seksi Tanggap
Darurat BPBD Kota Cilegon yang telah berkenan menjadi informan dan
memberikan informasi, data, dan ketersediaan waktu dalam proses
pengambilan data untuk penulis.
iii
14. Bapak Wahyu Iskandar, ST selaku Kepala Seksi Kesiapsiagaan BPBD
Kota Cilegon yang telah menjadi informan dan memberikan informasi,
data, dan ketersediaan waktu dalam proses pengambilan data untuk
penulis.
15. Seluruh Staf Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota
Cilegon yang telah berkenan memberikan informasi, data, dan
ketersediaan waktu untuk penulis.
16. Seluruh Staf Pusdalops BPBD Kota Cilegon, khususnya Pak Dimaz, Pak
Nurul, Pak Sunhaji, Pak Nawa dan Pak Erwin yang telah menjadi
informan dan memberikan banyak informasi yang saya butuhkan selama
penyusunan skripsi.
17. Dr. Romi Wiyadinata, ST. M.Eng selaku Kepala Bidang Mitigasi Bencana
dsn Human Factor Fakultas Teknik Untirta Cilegon yang telah berkenan
menjadi informan dan memberikan informasi, data, dan ketersediaan
waktu dalam proses pengambilan data untuk penulis.
18. Instansi terkait kebencanaan Kota Cilegon diantaranya Dinas Sosial,
Tagana, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kesehatan, Pemadam Kebakaran
dan Palang Merah Indonesia yang telah menjadi informan dan
memberikan banyak informasi yang saya butuhkan selama penyusunan
skripsi.
19. Kodim 0623 Kota Cilegon dan Polres Kota Cilegon yang telah
memberikan informasi/data dan ketersediaan waktu dalam pengambilan
data untuk penulis.
iv
20. Kelurahan Gerem dan Forum Pengurangan Resiko Bencana Kelurahan
Gerem yang telah memberikan informasi dan data, dan ketersediaan waktu
dalam proses pengambilan data untuk penulis.
21. Ayahanda tercinta Bapak Hasni yang telah memberikan pengorbanan dan
kebahagiaan. Terimakasih atas segala doa, kasih sayang, bimbingan,
perhatian, dukungan serta motivasi yang tiada henti.
22. Nenekku Ibu Saki yang telah merawat dan menjaga aku dari bayi hingga
saat ini. Terimakasih selalu mendoakan, memberikan cinta dan kasih
sayang.
23. Kakak serta adikku Sdr. Ramli Yudiana, SE, Sdri. Sulhafiyah dan Sdri.
Lismanda Islamia yang senantiasa mendoakan dan memberikan dorongan.
Dukungan kalian sangat berarti.
24. Para sahabat Apriadalista, Faizah Noor, Hanny Minati, Wulan Resti dan
Yunita Rizky yang telah memberikan keceriaan dan kebahagiaan selama
empat tahun perkuliahan. Terimakasih atas semua kenangan selama ini.
25. Para sahabatku Novi Adistya, Fadilatuluyun, Linda Saraswati, Abharina
Atikah, Asep Saepudin dan Nizar Cahlia Rahman yang telah membantu
selama penyusunan skripsi.
26. Para sahabatku Teletubies reborn Linda Rahmawati, Nitalia Rohmah, dan
Eka Putri Utami yang telah mendoakan dan memberikan semangat untuk
penulis menyelesaikan skripsi ini.
27. Kawan-kawan Administrasi Negara 2013 yang saling menyemangati.
v
28. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per-satu, peneliti
mengucapkan terimakasih sedalam-dalamnya
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak terdapat
kekurangan dan kelemahan, yang semata-mata muncul karena keterbatasan
wawasan peneliti. Untuk itu demi kesempurnaan skripsi ini, dengan senang hati
peneliti bersedia menerima segala kritik dan saran pembaca sepenuhnya.
Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat menambah wawasan
bagi yang membacanya.
Serang, Mei 2017
Penulis
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK
ABSTRACT
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR ........................................................................................i
DAFTAR ISI .......................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................x
DAFTAR TABEL ...............................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah ..........................................................................19
1.3 Batasan Masalah................................................................................20
1.4 Rumusan Masalah .............................................................................20
1.5 Tujuan Penelitian ..............................................................................20
1.6 Manfaat Penelitian ............................................................................20
vii
1.7 Sistematika Penulisan........................................................................21
BAB II DESKRIPSI TEORI PENELITIAN
2.1 Deskripsi Teori ..................................................................................26
2.1.1 Definisi Peran ..................................................................26
2.1.2 Bencana ...........................................................................32
2.1.3 Penanggulangan Bencana................................................35
2.1.4 Bencana Di kota Cilegon ................................................39
2.1.5 Organisasi ........................................................................41
2.2 Penelitian Terdahulu .........................................................................43
2.3 Kerangka Pemikiran ..........................................................................45
2.4 Asumsi Dasar ....................................................................................48
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian..............................................................................49
3.2 Fokus Peneltian .................................................................................50
3.3 Lokasi Penelitian ...............................................................................50
3.4 Instrumen Penelitian..........................................................................50
3.5 Informan Penelitian ...........................................................................51
3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ..............................................53
viii
3.6.1 Teknik Pengumpulan Data ..............................................53
3.6.2 Teknik Analisis Data .......................................................56
3.7 Uji Keabsahan Data...........................................................................59
3.8 Jadwal Penelitian ...............................................................................61
BAB IV HASIL PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian ................................................................62
4.1.1 Gambaran Umum Kota Cilegon..........................................62
4.1.2 Gambaran Umum BPBD Kota Cilegon ..............................65
4.1.3 Gambaran Umum Pusat Pengendalian Operasi
(PUSDALOPS) ...................................................................69
4.2 Informan Penelitian ...........................................................................79
4.3 Deskripsi Data ...................................................................................81
4.4 Analisis Hasil Penelitian ...................................................................84
4.4.1 Harapan (Expectation) ........................................................84
4.4.2 Norma (Norm) ....................................................................106
4.4.3 Wujud Perilaku (Performance) ...........................................122
4.4.4 Penilaian and Sanksi (Evaluationand Sanction) .................139
4.5 Pembahasan .......................................................................................149
ix
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .......................................................................................162
5.2 Saran ..................................................................................................166
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR GAMBAR
1.1 Grafik Perkembangan jumlah kejadian bencana di Indonesia
Tahun 2007- 2016………………………………………………………..3
1.2 Persentase Kejadian Bencana di Kota Cilegon
Tahun 2015-2016…………………………………………………………7
1.3 Peta Rawan Bencana Banjir di Kota Cilegon……………………………9
2.1 Siklus Manajemen Bencana……………………………………………..38
2.2 Kerangka Berpikir……………………………………………………….47
3.1 Proses Analisis Data……………………………………………………..57
4.1 Peta Wilayah Kota Cilegon……………………………………………...63
4.2 Struktur Organisasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Kota Cilegon……………………………………………………………..68
4.3 Pusdalops sebagai Pengelola Informasi………………………………….73
4.4 Pusdalops sebagai Pengendali Koordinasi………………………………..74
xi
DAFTAR TABEL
1.1 Data Kejadian Bencana di Provisni Banten Tahun 2016………………..5
1.2 Rekapitulasi Kejadian Bencana Banjir di Kota Cilegon Tahun 2016…..8
1.3 Fasilitas Sarana dan Prasarana yang dimiliki Pusdalops
Kota Cilegon…………………………………………………………….12
1.4 Daftar Nama-Nama Perusahaan Kimia di Kawasan Zona 1
Tahun 2015……………………………………………………………….13
3.1 Deskripsi Informan Penelitian…………………………………………...52
3.2 Pedoman Wawancara…………………………………………………….54
3.3 Waktu dan Rincian Kegiatan……………………………………………..61
4.1 Luas Wilayah, Jumlah Kelurahan, RT dan RW di Kota Cilegon
Tahun 2016……………………………………………………………….64
4.2 Daftar Informan Peneliti………………………………………………….80
4.3 Ringkasan Pembahasan…………………………………………………..158
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 2 Jadwal Wawancara
Lampiran 3 Rekapitulasi Temuan Lapangan
Lampiran 4 Membercheck
Lampiran 5 Matriks Kategorisasi Data
Lampiran 6 Dokumentasi
Lampiran 7 Perka BNPB No.15 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pusat
Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana
(PUSDALOPSPB)
Lampiran 8 Rekapitulasi Kejadian Bencana di Kota Cilegon 2015 – 2016
Lampiran 9 SOP Tanggap Darurat BPBD Kota Cilegon
Lampiran 10 Form Bimbingan Skripsi
Lampiran 11 Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia menjadi negara yang paling rawan terhadap bencana di dunia
berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk
Strategi Internasional Pengurangan Risiko Bencana (UNISDR) yang dilansir dari
website British Broadcasting Corporation (BBC) Indonesia yaitu menduduki
peringkat tertinggi untuk ancaman bahaya tsunami, tanah longsor, dan gunung
berapi. Secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak
pada pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng Benua Asia, Benua
Australia, lempeng Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Pada bagian selatan
dan timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari
Pulau Sumatera – Jawa – Nusa Tenggara - Sulawesi, yang sisinya berupa
pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah yang sebagian didominasi oleh
rawa-rawa. Kondisi tersebut sangat berpotensi sekaligus rawan bencana seperti
letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor (Sumber:
Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) 2006 – 2009,
hal II-1).
2
Bersamaan dengan pernyataan tersebut, pemerintah Indonesia mempunyai
kewajiban dan tanggung jawab dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana
meliputi tahap prabencana, tanggap darurat, dan pasca bencana. Hal ini tertuang
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat dengan jelas
menyatakan bahwa “Negara Republik Indonesia bertanggung jawab melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia”, yakni
memberikan perlindungan terhadap kehidupan dan penghidupan termasuk
perlindungan dari ancaman bencana dalam rangka mewujudkan kesejahteraan
umum. Instansi yang berwenang dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana
secara nasional adalah Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Berdasarkan data sementara selama tahun 2016 yaitu dari bulan Januari
sampai bulan November 2016, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
mencatat telah terjadi 2.171 kejadian bencana di Indonesia. Jumlah ini masih akan
mengalami peningkatan karena curah hujan di bulan Desember 2016 akan terus
meningkat sehingga kejadian banjir, longsor dan puting beliung diprediksi akan
terus terjadi di berbagai wilayah Indonesia. Selain itu, belum semua kejadian
bencana yang ada di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di laporkan
ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Jumlah kejadian bencana
sebanyak 2.171 bencana ini adalah rekor tertinggi yang pernah terjadi di Indonesia
sejak 10 tahun terakhir. Berikut grafik perkembangan jumlah kejadian bencana di
Indonesia tahun 2007 – 2016 :
3
Gambar1.1
Grafik Perkembangan jumlah kejadian bencana di Indonesia
Tahun 2007 – 2016
(Sumber : Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), 2016)
Berdasarkan grafik di atas, jumlah kejadian bencana di Indonesia setiap
tahun mengalami naik turun. Namun, tahun 2016 menjadi tahun terkelam untuk
urusan bencana. Karena jumlah kejadian bencana di tahun 2016 merupakan
jumlah tertinggi yang pernah terjadi di Indonesia dari tahun-tahun sebelumnya.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga telah memetakan
daerah-daerah rawan longor dan banjir di Indonesia. 10 daerah paling rawan yaitu
Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Barat, Kalimantan Timur,
Jogjakarta, Aceh, Sumatera Selatan, Nusa Tenggara Timur, dan Banten.
Diperkirakan akan ada 64 juta jiwa masyarakat yang terpapar dari bahaya banjir
dengan intensitas sedang hingga tinggi, dan setidaknya ada 40,9 juta jiwa
penduduk terpapar dari bahaya longsor dengan intensitas sedang hingga tinggi.
0
500
1000
1500
2000
2500
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
4
Provinsi Banten masuk ke dalam salah satu daerah dari 10 daerah yang
paling rawan bencana banjir dan longsor dengan intensitas bahaya sedang hingga
tinggi. Secara umum, Provinsi Banten merupakan dataran rendah dengan
ketinggian 0 – 200 meter di atas permukaan laut, serta memiliki beberapa gunung
dengan ketinggian mencapai 2.000 meter di atas permukaan laut. Provinsi Banten
terdiri dari empat kabupaten dan empat kota, yaitu Kabupaten Pandeglang,
Kabupaten Lebak, Kabupaten Tangerang, Kabupaten Serang, Kota Tangerang,
Kota Cilegon, Kota Serang, dan Kota Tangerang Selatan (Sumber: Badan Pusat
Statistik (BPS) , 2016).
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Provinsi Banten pada tahun 2016, di wilayah Provinsi Banten teridentifikasi 7
jenis kejadian bencana, meliputi: banjir, kebakaran, puting beliung, kekeringan,
tanah longsor, gempa bumi, dan kegagalan teknologi. Wilayah Kabupaten/Kota di
Provinsi Banten rentan akan berbagai macam bencana. Berikut data kejadian
bencana Kabupaten/Kota di Provinsi Banten tahun 2016:
5
Tabel 1.1
Data Kejadian bencana di Provinsi Banten Tahun 2016
No Kab/Kota Jumlah
Jenis Kejadian Bencana
Ban
jir
Keb
akar
an
Pu
tin
g B
eliu
ng
Kek
erin
gan
Tan
ah L
ong
sor
Gem
pa
Bu
mi
Gag
al
Tek
no
log
i
1 Kab.
Pandeglang 13 10 2 - - 1 - -
2 Kab. Lebak 56 15 24 1 - 16 - -
3 Kab. Serang 56 24 23 - - 7 2 -
4 Kab.
Tangerang 6 6 - - - - - -
5 Kota Serang 21 3 18 - - - - -
6 Kota Cilegon 23 13 - 4 - 5 - 1
7 Kota
Tangerang 3 3 - - - - - -
8
Kota
Tangerang
Selatan
3 2 - - - 1 - -
Total 181 76 67 5 - 30 2 1
(Sumber: Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Banten,
2016)
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa Kabupaten/Kota yang sering
mengalami bencana yaitu Kabupaten Lebak dan Kabupaten Serang dengan
komposisi yang sama yaitu 56 jumlah kejadian bencana, kemudian Kota Cilegon
dengan komposisi 23 jumlah kejadian bencana. Dari 7 jenis bencana, banjir adalah
bencana yang paling sering terjadi yaitu sebanyak 76 kejadian. Sedangkan,
bencana kegagalan teknologi hanya terjadi 1 kali di Kota Cilegon.
6
Sebagai wilayah yang rentan akan berbagai macam ancaman bencana serta
dalam rangka mendukung pelaksanaan penganggulangan bencana yang efektif,
terpadu dan menyeluruh, pemerintah Indonesia telah membentuk Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sebagaimana yang diamanatkan
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana pada
pasal 18. Dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana, maka pemerintah pusat serta pemerintah daerah
menjadi penanggungjawab dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.
Sebagai implementasi dari peraturan tersebut, pada saat ini Provinsi Banten telah
memiliki BPBD di tingkat Provinsi dan memiliki BPBD di setiap kabupaten/kota.
Kota Cilegon merupakan salah satu dari empat kabupaten dan empat kota
di Provinsi Banten yang rawan bencana. Bersumber dari Indeks Resiko Bencana
Indonesia (IRBI) tahun 2013, Kota Cilegon termasuk ke dalam wilayah yang
memiliki indeks resiko bencana multi ancaman dengan kelas resiko yang tinggi
dengan skor 182 (berada pada urutan 103 resiko tertinggi dari 496
Kabupaten/Kota di Indonesia). Faktor geografis yang menjadi penyebab utama
ancaman bencana alam di Kota Cilegon, antara lain meletusnya gunung berapi
(Gunung Anak Krakatau di Provinsi Lampung), gempa bumi akibat tumbukan dan
pergeseran lempeng, serta tsunami yang disebabkan oleh gempa tektonik di
perairan Selat Sunda maupun Samudera Hindia. Selain itu, faktor perkembangan
wilayah dan pembangunan juga menjadikan Kota Cilegon rawan terhadap
bencana non-alam seperti kegagalan teknologi (kecelakaan industri). Berikut
presentase kejadian bencana di Kota Cilegon dari tahun 2015-2016 :
7
Gambar 1.2
Persentase Kejadian Bencana di Kota Cilegon Tahun 2015-2016
(Sumber: Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Cilegon, 2016)
Hal di atas menunjukkan bahwa bencana yang sering terjadi di Kota
Cilegon adalah banjir yaitu sebanyak 40%. Sedangkan, untuk bencana kegagalan
teknologi, kekeringan dan cuaca ekstrim memiliki presentase yang setara yaitu
sebanyak 20%. Faktor utama penyebab banjir yang terjadi di Kota Cilegon
disebabkan oleh hujan deras. Namun, ada banyak faktor lain yang menjadi
penyebab banjir di Kota Cilegon. Beberapa di antaranya adalah sistem drainase
yang buruk, kurangnya lahan resapan air, kebiasaan membuang sampah
sembarangan dan meningginya endapan sedimentasi di sejumlah kali maupun
sungai yang turut memicu meningkatnya kerentanan potensi ancaman bencana
banjir di Kota Cilegon (Sumber: Sunhaji, Staf Operator Pusdalops BPBD Kota
Cilegon, wawancara dilakukan pada tanggal 14 Oktober 2016 pukul 10.00 WIB
pada masa observasi awal).
0%
10%
20%
30%
40%
50%
Banjir Kegagalan
Teknologi
Kekeringan Cuaca Ekstrim
8
Adapun rekapitulasi kejadian bencana di Kota Cilegon tahun 2016 dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 1.2
Rekapitulasi Kejadian Bencana Banjir di Kota Cilegon Tahun 2016
No. Jenis
Bencana
Jumlah Lokasi Kerugian
1. Banjir 13 Kali 1. Kecamatan Ciwandan: Link.Cilodan,
Link.Ciwandan, Link.Jublin, Komp.
Sinyar, Tegal Buntu, Cigading Lor,
Cigading Tengah, Link.Serang Ilir,
dan Link.Umbul Jabar.
2. Kecamatan Pulomerak: Link.Sawah,
Link.Laharmas, Link.Bumiwaras,
Link.Babakanturi, Link.Sukasari, dan
Link.Sawah Pulorida.
3. Link.Ciora Waseh Kecamatan Grogol
4.Link.Kaligandu Kecamatan Purwakarta
5. Kelurahan Citangkil
6.Link.Seneja Sawah Kecamatan Jombang
Total 8.931
warga
terendam air
dengan kisaran
ketinggian air
50-150 cm
2. Longsor 5 Kali 1. Kecamatan Pulomerak :
Link.Suka Senang, Link.Mekar Jaya,
Link.Langon Indah, Link.Pancuran.
2. Kecamatan Grogol : Link. Watu
Lawang
5 rumah warga
ambruk dan 7
rumah warga
rusak ringan
3. Puting
Beliung
4 Kali Jl. Raya Merak (Depan Hotel Mangku
Putra) Kec. Pulomerak, Link. Kalentemu
Timur Kec. Citangkil, Jl. Buyut Arman
Kec. Citangkil, dan Jl. Rajawali Kec.
Cibeber
1 rumah warga
tertimpa pohon
dan 3 pohon
tumbang
menghalangi
jalan umum
4. Kegagalan
Teknologi
1 Kali PT. Dover Chemical Kec. Grogol 1 orang
meninggal, 2
orang kritis, 3
orang sesak
nafas, dan 5
mobil milik
perusahaan
terbakar
(Sumber: Catatan Harian Pusdalops BPBD Kota Cilegon, diolah, 2016)
9
Berdasarkan tabel di atas, jenis bencana yang kerap kali terjadi di Kota
Cilegon pada tahun 2016 yaitu banjir dengan jumlah 13 kali kejadian. Tidak ada
korban jiwa yang disebabkan oleh bencana banjir. Sedangkan, bencana yang
banyak menimbulkan kerusakan yaitu longsor sebanyak 5 kali kejadian dengan
kerugian 5 rumah warga mengalami rusak berat dan 7 rumah warga mengalami
rusak ringan. Selanjutnya, di urutan ketiga yaitu puting beliung dengan jumlah
kejadian sebanyak 4 kali yang mengakibatkan 1 rumah warga tertimpa pohon, dan
di urutan terakhir yaitu bencana kegagalan teknologi sebanyak 1 kali kejadian
yang menimbulkan kerugian materi dan menelan korban jiwa. Oleh karena itu,
peneliti akan mencoba menunjukkan peta rawan bencana banjir di Kota Cilegon:
Gambar 1.3
Peta Rawan Bencana Banjir di Kota Cilegon
(Sumber: Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Cilegon, 2016)
10
Berdasarkan gambar di atas, semua titik di 8 Kecamatan Kota Cilegon
memiliki potensi bencana banjir. Warna hijau memiliki arti indeks bahaya banjir
dengan intensitas rendah yaitu Kecamatan Cibeber, Kecamatan Cilegon dan
Kecamatan Jombang. Warna kuning memiliki arti indeks bahaya banjir dengan
intensitas sedang yaitu Kecamatan Purwakarta dan Kecamatan Grogol.
Sedangkan, warna merah memiliki arti indeks bahaya banjir dengan intensitas
tinggi yaitu Kecamatan Citangkil, Kecamatan Ciwandan dan Kecamatan
Pulomerak.
Sebagai salah satu daerah yang rawan bencana, Pemerintah Kota Cilegon
telah membentuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang
dilegalkan melalui Peraturan Daerah (Perda) Kota Cilegon Nomor 5 Tahun 2014
tentang Pembentukan Organisasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) Kota Cilegon. Pemerintah Kota Cilegon juga menerbitkan Peraturan
Walikota Cilegon Nomor 2 Tahun 2015 tentang Tata Kerja dan Uraian Tugas
Jabatan Struktural Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Cilegon
sebagai acuan dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) yang pengisian struktur organisasinya dilakukan pada
tanggal 22 Januari 2015, pasalnya hingga akhir tahun 2014 Kota Cilegon menjadi
satu-satunya kabupaten/kota di Provinsi Banten yang belum memiliki Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) (Sumber: Buletin Kegiatan Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Cilegon, 2015).
11
Dalam rangka mengurangi kerentanan dan resiko bencana di Kota
Cilegon, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Cilegon
berkomitmen membenahi sistem informasi sebagai upaya penanggulangan
bencana di Kota Cilegon. Salah satu upaya yang ditempuh yaitu dengan
memperkuat Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops). Penguatan Pusdalops
dilakukan agar semua data informasi terkait bencana di Kota Cilegon dapat
diakses dengan cepat dan akurat oleh seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) yang memiliki peran dalam penanggulangan bencana dan seluruh lapisan
masyarakat (Sumber: Bapak Purwadi, S.Sos., M.Si selaku Plt. Kepala Pelaksana
BPBD Kota Cilegon, dikutip dari Buletin BPBD Kota Cilegon 2016, hal.15).
Oleh karena itu, sejalan dengan pentingnya ketersediaan data dan
informasi kebencanaan yang cepat dan akurat, maka dibentuklah Pusat
Pengendalian Operasi (Pusdalops) yang diperkuat dengan adanya Peraturan
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (Perka BNPB) Nomor 3 Tahun
2008 tentang Pedoman Pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) pada bab 3 mengamanatkan agar dalam melaksanakan tugasnya, kepala
pelaksana BPBD wajib membentuk Satuan Tugas Pusat Pengendalian Operasi
(Pusdalops).
Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) adalah unit organisasi (satgas)
fungsional pada BPBD yang didukung fasilitas sarana dan prasarana dengan
fungsi utamanya yaitu sebagai pengelola informasi bencana meliputi menerima
informasi/data, mencatat, mengolah dan mendesiminasikan informasi/data yang
sudah diveifikasi sesuai prosedur yang ditetapkan. Pusat Pengendalian Operasi
12
(Pusdalops) juga memiliki fungsi sebagai pengendali koordinasi antar
instansi/lembaga kebencanaan maupun masyarakat dalam pelaksanaan
penanggulangan bencana pada pra bencana, saat bencana dan pasca bencana.
Tabel 1.3
Fasilitas Sarana dan Prasarana yang dimiliki Pusdalops BPBD Kota Cilegon
Nama Barang Jumlah
Monitor 3
Komputer 6
DVB (Digital Video Broadcast) 1
Motor Trail 7
HT (Handy Talk) 6
Rupusdalops (Ruang Pusat Pengendalian Operasi) 1
Pos Pusdalops BPBD Kota Cilegon 1
(Sumber: Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD Kota Cilegon, 2016)
Berdasarkan tabel di atas, sarana yang dimaksud adalah alat atau benda-
benda yang digunakan Pusdalops BPBD Kota Cilegon untuk mencapai tujuan
sebagai pengelola informasi kebencanaan maupun pengendali koordinasi antar
lembaga maupun masyarakat yaitu Monitor, Komputer, DVB (Digital Video
Broadcast) dan HT (Handy Talk). Monitor digunakan untuk melakukan
pemantauan kondisi alam dan aktivitas terhadap potensi bencana di Kota Cilegon
yang dilakukan terus menerus (setiap hari) oleh petugas piket Pusdalops BPBD
Kota Cilegon, yaitu perkiraan cuaca meliputi kelembaban, kecepatan angin, tinggi
gelombang, gempa dan potensi tsunami. Hal tersebut dilakukan pada saat sebelum
bencana. Komputer juga digunakan untuk melakukan pemantauan atau
mendeteksi bencana, komputer ini dilengkapi dengan inawear (aplikasi website)
sehingga terhubung dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
dan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG). DVB (Digital
13
Video Broadcast) merupakan alat yang digunakan Pusdalops BPBD Kota Cilegon
untuk menyebarluaskan (mendiseminasikan) informasi dari BMKG terkait
ancaman bencana gempa bumi kepada stakeholder, lembaga/instansi kebencanaan
maupun masyarakat, dan HT (Handy Talk) adalah alat atau sistem komunikasi
yang dipakai Pusdalops BPBD Kota Cilegon ketika kondisi normal maupun saat
terjadi bencana seperti banjir, longsor atau bencana lainnya. Sedangkan, yang
dimaksud prasarana yaitu segala sesuatu yang merupakan penunjang utama
terselenggaranya tujuan Pusdalops BPBD Kota Cilegon, dalam hal ini lebih
ditujukan pada Rupusdalops (Ruang Pusat Pengendalian Operasi) dan Pos
Pusdalops BPBD Kota Cilegon. Rupusdalops (Ruang Pusat Pengendalian
Operasi) saat ini berada di Kecamatan Citangkil. Sementara, Pos Pusdalops BPBD
Kota Cilegon berada di Kecamatan Jombang, bersebelahan dengan BPBD Kota
Cilegon. Perbedaan lokasi ini, dikarenakan BPBD Kota Cilegon belum
mempunyai kantor permanen sejak 2 tahun lalu pembentukannya yang
mengakibatkan lokasi Rupusdalops (Ruang Pusat Pengendalian Operasi) tidak
tersentralisasi dengan BPBD Kota Cilegon.
Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) Kota Cilegon sudah terbentuk
dari 8 tahun yang lalu, dari tahun 2008 dengan nama Satuan Pelaksana
Penanggulangan Bencana (Satlak-PB) yang mulanya berada dibawah tanggung
jawab Dinas Lingkungan Hidup Pertambangan dan Energi Kota Cilegon.
Kemudian, mengalami pemindahan tanggung jawab dibawah Kepala Badan
Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Kesbanglinmas) Kota Cilegon.
Satlak-PB Kota Cilegon dibentuk oleh Drs. H. Edi Ariadi, M.Si selaku Sekda,
14
yang mengetahui bahwa Kota Cilegon termasuk ke dalam wilayah yang memiliki
kerentanan yang cukup tinggi terhadap bencana. Hal yang mendasari
pembentukan Satlak-PB Kota Cilegon diawali dengan tragedi tsunami yang
menimbulkan kerusakan terbesar dan terluas dalam sejarah dunia di kawasan
Samudera Hindia akibat gemba bumi 8,9 Skala Richter di sekitar Pulau Simeuleu
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) pada tanggal 26 Desember 2004.
Dalam merespon dan menindaklanjuti Peraturan Daerah (Perda) Kota Cilegon
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pembentukan Organisasi BPBD Kota Cilegon,
maka saat ini kedudukan Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) Kota Cilegon
berada dibawah tanggung jawab langsung Kepala Pelaksana BPBD Kota Cilegon
(Sumber:H. Ahmad Mafruh, S.Ag, MM, Kepala Seksi Tanggap Darurat BPBD
Kota Cilegon, wawancara dilakukan pada tanggal 3 Oktober 2016 pukul 10.00
WIB pada observasi awal).
Bersumber dari Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (Perka BNPB) Nomor 15 Tahun 2012 tentang Pedoman Pusat
Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops-PB), tugas Pusdalops,
yaitu: 1).Sebelum bencana yaitu mengelola data dan informasi terkait bencana
(pengumpul, pengolah, penyaji data dan informasi kebencanaan) secara rutin
hingga mendesiminasikan kepada pejabat berwenang dan masyarakat; 2).Saat
bencana yaitu memberikan dukungan pada posko tanggap darurat dan pelaksanaan
kegiatan darurat; dan 3).Pasca bencana yaitu penyedia data dan informasi
khususnya dalam pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi. Berdasarkan
observasi awal yang peneliti lakukan, ditemukan beberapa permasalahan yaitu:
15
Pertama, sistem informasi yang dikelola Pusdalops BPBD Kota Cilegon
tidak update. Berdasarkan pernyataan Erwin selaku staf operator Pusdalops BPBD
Kota Cilegon, pembentukan Pusdalops Kota Cilegon pada awalnya bertujuan
untuk menekan potensi kegagalan teknologi yang cukup besar di Kota Cilegon,
namun saat ini tujuan Pusdalops BPBD Kota Cilegon lebih kompleks yaitu tidak
fokus terhadap kegagalan teknologi saja, melainkan seluruh potensi bencana yang
kemungkinan dapat terjadi di Kota Cilegon. Untuk mendeteksi bencana alam
seperti gempa bumi, banjir, kekeringan atau tanah longsor, Pusdalops BPBD Kota
Cilegon dapat memperoleh data dan informasi setiap harinya melalui pemantauan
di depan layar monitor yang dilakukan oleh petugas piket, atau bersumber dari
laporan masyarakat maupun stakeholder. Namun, untuk bencana kegagalan
teknologi, hingga saat ini sistem yang dipakai Pusdalops BPBD Kota Cilegon
masih menggunakan data 2003 sehingga data yang dimiliki Pusdalops BPBD
Kota Cilegon tidak akurat karena tidak diperbarui setiap tahunnya. Sistem yang
dimaksud yaitu Cameo (berupa database nama perusahaan dan jenis/bahan kimia),
Marplot (untuk mendeteksi posisi lokasi) dan Aloha (untuk menghitung luas
sebaran dari bahan kimia). Hal ini disebabkan akses perolehan data yang sulit dari
dunia usaha (Sumber: Erwin, Staf Operator Pusdalops BPBD Kota Cilegon,
wawancara dilakukan pada tanggal 2 Februari 2017 pukul 11.00 WIB).
Kedua, terbatasnya sarana dan prasarana yang dimiliki Pusdalops BPBD
Kota Cilegon dalam menunjang kelancaran kegiatan pengelolaan informasi
kebencanaan. Sarana dan prasarana merupakan penunjang kinerja Pusdalops
BPBD Kota Cilegon yang cukup penting dalam melakukan pemantauan kondisi
16
alam dan aktivitas terhadap potensi bencana yang dilakukan secara rutin serta
untuk meneruskan peringatan dini kepada instansi terkait kebencanaan dan
masyarakat. Tanpa sarana dan prasarana yang memadai, proses penyelenggaraan
penanggulangan bencana tidak dapat berjalan optimal. Saat ini, Pusdalops BPBD
Kota Cilegon hanya memiliki 1 monitor yang berfungsi, sementara 2 monitor
mengalami kerusakan. Selain itu, Sirine yang terletak pada 2 tempat yaitu
Ciwandan dan Grogol sudah tidak berfungsi. Sedangkan, Ciwandan termasuk
kedalam zona 1 kawasan bahaya ancaman kegagalan teknologi dan lokasi yang
diperkirakan akan mengalami hantaman terbesar karena bencana tsunami. Berikut
daftar nama-nama perusahaan kimia di Kawasan Zona 1 :
Tabel 1.4
Daftar Nama-Nama Perusahaan Kimia di Kawasan Zona 1 Tahun 2015
No. Lokasi
KECAMATAN CIWANDAN
1. PT. Trypolyta
2. PT. Dong Jin Indonesia
3. PT. Lautan Outsuka Chemical
4. PT. Asahimas Chemical
5. PT. Bayer Material Science, PT. Polypet Karya Persada, dan PT.
Polyprima Karya Reksa
6. PT. Chandra Asri
7. PT. Nippon Shokubai Indonesia
(Sumber : Buletin Kegiatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Kota Cilegon, 2015)
Berdasarkan tabel di atas, Kecamatan Ciwandan berada di kawasan
industri-industri besar. Kondisi tersebut menyebabkan timbulnya risiko terjadinya
bencana non alam seperti bencana yang diakibatkan kebocoran industri kimia
maupun ledakan gas di industri yang akan sangat sulit diperkirakan kejadiannya.
Selain itu, letak geografis Kecamatan Ciwandan berada di pinggir pesisir laut
17
sehingga beberapa jenis bencana seperti gempa bumi dengan bencana ikutan
Tsunami, hampir tidak mungkin diperkirakan secara akurat kapan terjadi, dimana
akan terjadi dan berapa besarannya jika meledakkan perusahaan-perusahaan kimia
tersebut (Sumber: Nurul. Staf Operator Pusdalops BPBD Kota Cilegon,
wawancara dilakukan pada tanggal 7 Oktober 2016 pukul 11.15 WIB pada masa
observasi awal).
Ketiga, belum memadainya peran Pusdalops BPBD Kota Cilegon karena
keterbatasan kapasitas SDM. Berdasarkan pernyataan Dimas selaku staf operator
Pusdalops BPBD Kota Cilegon, bahwa saat ini Pusdalops BPBD Kota Cilegon
memiliki jumlah personil 13 orang dan semua personil tersebut adalah staf
operator, yang terbagi atas 3 regu piket dengan masing-masing regu terdiri atas 4 -
5 orang, yang bertugas selama 7 hari dalam seminggu dan beroperasi selama 24
jam. Staf operator ini akan berada dalam kondisi siaga baik pada kondisi normal
maupun saat terjadi bencana. Pada saat kondisi normal, 4 orang petugas piket
dibagi di 2 tempat, 2 orang staf bertugas melakukan pantuan kejadian bencana di
Ruangan Pusat Pengendalian Operasi (Crisis Centre), dan 2 orang staf lagi
bertugas di Pos BPBD Kota Cilegon untuk menjembatani informasi antara BPBD
Kota Cilegon dengan staf Pusdalops BPBD Kota Cilegon yang berada di Crisis
Centre. Sedangkan pada saat terjadi bencana, staf Pusdalops BPBD Kota Cilegon
bertugas tidak sebatas mengelola data kejadian bencana tetapi melakukan kegiatan
darurat juga, yaitu kaji cepat data, pemberian bantuan logistik, evakuasi korban
dan penyelamatan. Hal ini memiliki arti bahwa dengan jumlah personil 4 - 5 orang
tidak memungkinkan peran Pusdalops BPBD Kota Cilegon berjalan optimal
18
(Sumber: Dimas, Staf Operator Pusdalops BPBD Kota Cilegon, wawancara
dilakukan pada tanggal 7 Oktober 2016 pukul 11.00 WIB pada observasi awal).
Keempat, belum tersedianya jaringan komunikasi yang dimiliki Pusdalops
BPBD Kota Cilegon untuk mendiseminasikan peringatan dini kepada masyarakat.
Dalam hal ini, Pusdalops BPBD Kota Cilegon memiliki peran sebagai penerima,
pengolah dan penerus peringatan dini kepada pejabat berwenang, instansi terkait
kebencanaan dan masyarakat. Namun, jaringan komunikasi yang dimiliki
Pusdalops BPBD Kota Cilegon hanya dapat menyebarkan informasi bencana
kepada lembaga prantara seperti pemerintah daerah, BNPB, BPBD, POLRI, TNI,
pihak media, dan institusi lainnya. Kemudian pemangku kepentingan
kebencanaan ini yang akan membantu mendiseminasikan peringatan dengan
sistem broadcast kepada masyarakat. Hal ini disebabkan sistem yang dimiliki
Pusdalops BPBD Kota Cilegon yaitu sistem penerima peringatan (warning
receiver system) yang hanya dapat mengirim informasi kebencanaan kepada 25
informan saja melalui SMS dengan jumlah karakter yang terbatas (160 karakter),
jika lebih dari 25 informan maka sistem ini akan berjalan lambat (Sumber: Wahyu
Iskandar, ST., Kepala Seksi Kesiapsiagaan BPBD Kota Cilegon. wawancara
dilakukan pada tanggal 7 Oktober 2016 jam 09.30 WIB pada observasi awal).
Kelima, belum adanya Standar Operasional Prosedur (SOP) Pusdalops
BPBD Kota Cilegon. Berdasarkan pernyataan Bapak H, Ahmad Mafruh selaku
Kepala Seksi Tanggap Darurat BPBD Kota Cilegon, bahwa hingga saat ini belum
ada SOP yang dikeluarkan BPBD Kota Cilegon untuk Satgas Pusdalops BPBD
Kota Cilegon. Dalam penanganan bencana, Pusdalops BPBD Kota Cilegon masih
19
menggunakan SOP Tanggap Darurat yang ada (Sumber:H. Ahmad Mafruh, S.Ag,
MM., Kepala Seksi Tanggap Darurat BPBD Kota Cilegon, wawancara dilakukan
pada tanggal 2 Februari 2016 pukul 09.20 WIB).
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, peneliti tertarik untuk mengkaji
lebih lanjut masalah tersebut dalam bentuk skripsi dengan judul “Peran Pusat
Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD Kota Cilegon dalam Pelayanan
Penanggulangan Bencana di Kota Cilegon”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, masalah yang dapat
diidentifikasi sebagai dasar dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Sistem informasi yang dikelola Pusdalops BPBD Kota Cilegon tidak
update;
b. Terbatasnya sarana dan prasarana yang dimiliki Pusdalops BPBD Kota
Cilegon dalam menunjang kelancaran kegiatan pengelolaan informasi
kebencanaan;
c. Belum memadainya peran Pusdalops BPBD Kota Cilegon karena
keterbatasan kapasitas SDM;
d. Belum tersedianya jaringan komunikasi yang dimiliki Pusdalops BPBD
Kota Cilegon untuk mendiseminasikan peringatan dini kepada masyarakat;
e. Belum adanya Standar Operasional Prosedur (SOP) Pusdalops BPBD Kota
Cilegon.
20
1.3 Batasan Masalah
Dari identifikasi masalah tersebut, peneliti memfokuskan permasalahan
untuk menjaga agar permasalahan dalam penelitian ini tidak terlalu luas dan
pembahasan lebih mengarah pada pemahaman yang lebih baik maka, dalam
penelitian ini membatasi masalah pada ruang lingkup permasalahan mengenai
Peran Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD Kota Cilegon dalam
Pelayanan Penanggulangan Bencana di Kota Cilegon.
1.4 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu,: “Bagaimana peran
Pusdalops BPBD Kota Cilegon dalam pelayanan penanggulangan bencana di
Kota Cilegon?”
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka, tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian Peran Pusdalops BPBD Kota Cilegon dalam Pelayanan
Penanggulangan Bencana Daerah di Kota Cilegon yaitu,: “Untuk mengetahui
sejauh mana peran Pusdalops BPBD Kota Cilegon dalam pelayanan
penanggulangan bencana di Kota Cilegon.”
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis
maupun secara praktis yaitu:
21
a. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperluas
pengetahuan yang berkaitan dengan Ilmu Administrasi Negara, terutama
mengenai peran suatu lembaga/organisasi dalam penanggulangan bencana,
serta dapat mengembangkan teori-teori yang telah ada sehingga
memperkaya hasil-hasil ilmu pengetahuan yang baru.
b. Secara Praktis, diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi bagi
peneliti-peneliti lain yang menjadikan peran lembaga maupun
penanggulangan bencana sebagai objek penelitiannya, dan juga dapat
meningkatkan kualitas belajar dan referensi berfikir, serta memberikan dan
menambah ilmu pengetahuan bagi peneliti dan mahasiswa lainnya.
1.7 Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran yang sistematis serta dapat dengan mudah
dipahami maka penelitian ini disusun berdasarkan ketentuan yang biasa digunakan
sesuai petunjuk penulisan penelitian dari perguruan tinggi tempat penulis belajar,
dengan ketentuan sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
Latar belakang masalah menerangkan atau menjelaskan ruang lingkup dan
kedudukan masalah yang akan diteliti. Bentuk penerapan dan penjelasan
diuraikan secara deduktif, artinya dimulai dari penjelasan yang berbentuk
umum hingga memiliki masalah spesifik dan relevan.
22
1.2 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah mendeteksi aspek permasalahan yang muncul
berkaitan dari tema/topik/judul penelitian atau dengan masalah.
1.3 Batasan Masalah
Pembatasan masalah memfokuskan pada masalah spesifik yang akan
diajukan dalam rumusan masalah.
1.4 Rumusan Masalah
Rumusan masalah bertujuan untuk memiliki dan menetapkan masalah yang
paling penting yang berkaitan dengan judul penelitian.
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian mengungkapkan tentang sasaran yang ingin dicapai
dengan dilaksanakannya penelitian terhadap permasalahan yang telah
dirumuskan sebelumnya.
1.6 Manfaat Penelitian
Menjelaskan manfaat teoritis dan praktis dalam temuan penelitian. Manfaat
teoritis berguna memberikan kontribusi tertentu terhadap perkembangan
teori dan ilmu pengetahuan serta dunia akademis. Manfaat praktis
memberikan kontribusi tertentu terhadap objek penelitian, baik individual,
kelompok maupun organisasi.
1.7 Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran yang sistematis serta dapat dengan mudah
dipahami maka tugas Skripsi ini disusun berdasarkan ketentuan yang biasa
digunakan sesuai petunjuk dari perguruan tinggi dimana penulis belajar.
23
BAB II Tinjauan Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Asumsi Dasar
2.1 Deskripsi Teori
Deskripsi teori memuat hasil kajian terhadap sejumlah teori yang relevan
dengan permasalahan yang variabel penelitian sehingga akan memperoleh
konsep penelitian yang jelas
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu menjelaskan tentang referensi penelitian yang sudah
ada sebelumnya.
2.3 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran penelitian menggambarkan alur pikiran peneliti
sebagai kelanjutan dari teori untuk memberikan penjelasan kepada
pembaca dapat dilengkapi dengan sebuah bagan yang menunjukkan alur
pikiran peneliti serta kaitan antara teori yang diteliti.
2.4 Asumsi Dasar
Asumsi dasar menjelaskan tentang pikiran awal peneliti terhadap suatu
masalah atau kajian yang diteliti.
BAB III Metodologi Penelitian
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian
Bagian ini menguraikan tentang pendekatan penelitian kualitatif
deskriptif.
24
3.2 Fokus Penelitian
Bagian ini membatasi dan menjelaskan substansi materi kajian penelitian
yang akan dilakukan.
3.3 Lokasi Penelitian
Menjelaskan tempat (locus) penelitian dilaksanakan dan alasan
memilihnya.
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian menjelaskan tentang instrumen penelitian yang
dipakai oleh peneliti dalam melakukan penelitian.
3.5 Informan Penelitian
Menjelaskan tentang teknik yang digunakan dalam menentukan informan
penelitian.
3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Menjelaskan tentang teknik analisis dan rasionalisasinya yang sesuai
dengan sifat data yang diteliti. Pengumpulan data kualitatif dilakukan
melalui pengamatan berperan serta, wawancara, dokumen dan bahan-
bahan visual. Analisis data dilakukan melalui pengkodean dan
pengkodingan data (berdasarkan kategorisasi data) sampai penyimpulan
akhir.
3.7 Jadwal Penelitian
Menjelaskan tentang waktu penelitian dari waktu pelaksanaan penelitian
sampai penelitian itu berakhir.
25
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
Menjelaskan mengenai objek penelitian yang meliputi lokasi penelitian
secara jelas, struktur organisasi dan populasi atau sampel (dalam
penelitian ini menggunakan informan).
4.2 Deskripsi Data
Menjelaskan hasil penelitian yang diolah dari data mentah dengan
mempergunakan teknik analisa data yang relevan.
4.3 Temuan Lapangan
Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah dengan
menggunakan teknik analisa data kualitatif.
4.4 Pembahasan
Merupakan pembahasan lebih lanjut dan lebih rinci terhadap hasil
penelitian.
Bab V Penutup
5.1 Kesimpulan
Menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara jelas, singkat dan
juga mudah dipahami.
5.2 Saran
Memiliki isi berupa tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap
bidang yang diteliti secara teoritis maupun praktis.
26
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI DASAR
2.1 Deskripsi Teori
Dalam bidang Administrasi Hoy & Miskel dalam Sugiyono (2009:43)
mengemukakan, “Teori adalah seperangkat konsep, asumsi, dan generalisasi yang
dapat digunakan untuk mengungkapkan dan menjelaskan perilaku dalam berbagai
organisasi.” Sedangkan, menurut William dalam Sugiyono (2009:41) menyatakan
bahwa suatu teori akan memperoleh arti penting, bila ia lebih banyak dapat
melukiskan, menerangkan dan meramalkan gejala yang ada.
2.1.1 Definisi Peran
Peran menurut Robbins (2001:249) singkatnya adalah
“Seperangkat pola perilaku yang diharapkan yang dikaitkan pada
seseorang yang menduduki suatu posisi tertentu dalam suatu unit sosial.”
Dalam penelitian ini, peran yang dimaksud yaitu peran merupakan
tugas utama yang diharapkan oleh masyarakat berupa penanganan masalah
bencana yang dilakukan oleh Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops)
BPBD Kota Cilegon sebagai unit organisasi (satgas) yang bertanggung
jawab sebagai pengelola informasi bencana (disaster information
manager) sekaligus berfungsi sebagai pengendali koordinasi antar instansi
27
dan lembaga baik pemerintah maupun masyarakat untuk penanganan
bencana di Kota Cilegon.
Peran atau peranan merupakan serangkaian perilaku yang
diharapkan dilakukan oleh seseorang. Pengharapan semacam itu
merupakan suatu norma yang dapat mengakibatkan terjadinya suatu
peranan. Menurut Thoha (2003:80), bagaimana seseorang berperilaku
dalam peranan organisasi sangat ditentukan oleh :
1. Karaketristik pribadinya.
2. Pengertiannya tentang apa yang diharapkan orang lain
kepadanya.
3. Kemauannya untuk mentaati norma yang telah menetapkan
pengharapan tadi.
Maka berbicara mengenai peran, Pusat Pengendalian Operasi
(Pusdalops), sebagai salah satu organisasi publik tentu saja memiliki
karakteristik peran yang berbeda dengan organisasi-organisasi publik
lainnya. Dimana, organisasi publik ini memiliki peran yang erat kaitannya
dengan masyarakat, maka peran yang dijalankan oleh organisasi publik ini
merupakan sangat penting karena besar harapan yang diharapkan dari
perannya.
Berkaitan dengan peran itu, maka akan muncul norma-norma yang
harus ditaati secara bersama-sama supaya harapan-harapan tersebut dapat
tercapai. Harapan tersebut dapat tercapai apabila setiap orang atau
organisasi publik tersebut menjalankan perannya dengan baik. Menurut
Soekanto (2012:212), peranan (role) merupakan aspek dinamis kedudukan
28
(status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai
dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan. Peranan dan
kedudukan tidak dapat dipisahkan, karena yang satu tergantung pada yang
lain dan sebaliknya. Tak ada peranan tanpa kedudukan atau kedudukan
tanpa peranan. Setiap orang mempunyai macam-macam peranan yang
berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya. Hal itu sekaligus berarti bahwa
peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta
kesempatan-kesempatan yang diberikan oleh masyarakat kepadanya.
Pentingnya peranan adalah karena ia mengatur perilaku seseorang.
Peranan menyebabkan seseorang pada batas-batas tertentu dapat
meramalkan perbuatan-perbuatan orang lain. Peranan yang melekat pada
diri seseorang harus dibedakan dengan posisi dalam pergaulan
kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat (sosial position)
merupakan unsur statis yang menunjukkan tempat individu pada
organisasi masyarakat. Peranan lebih banyak menunjuk pada fungsi,
penyesuaian diri dan sebagai suatu proses. Jadi, seseorang menduduki
suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan.
Menurut Levinson dalam Soekanto (2012:213), peranan mencakup
tiga hal :
1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan
posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam
arti ini merupakan rangkaian peraturan yang membimbing
seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.
2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan
individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
29
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang
penting sebagai struktur sosial masyarakat.
Dalam kehidupan bermasyarakat, tentu saja setiap orang memiliki
peranan yang berbeda-beda yang harus dijalankan sesuai dengan norma-
norma yang berlaku. Peranan merupakan perilaku setiap individu maupun
organisasi atau kelompok yang sangat penting dalam kehidupan
masyarakat, karena didalamya dapat dicapai harapan-harapan yang
tujuannya adalah menyejahterakan masyarakat guna saling memudahkan
satu sama lain dalam menjalankan peran masing-masing.
Sarwono (2006:215-230) menyatakan bahwa,
“Teori peran adalah teori yang merupakan perpaduan berbagai
teori, orientasi, maupun disiplin ilmu. Selain dari psikologi, teori
peran berawal dari dan masih tetap digunakan dalam sosiologi dan
antropologi. Istilah “peran” diambil dari dunia teater. Dalam teater,
seseorang aktor harus bermain sebagai seorang tokoh tertentu dan
dalam posisinya sebagai tokoh itu ia diharapkan untuk berperilaku
secara tertentu. Posisi aktor dalam teori itu kemudian dianalogikan
dengan posisi seseorang dalam masyarakat. Sebagaimana halnya
dalam teater, yaitu bahwa perilaku yang diharapkan daripadanya
tidak berdiri sendiri, melainkan selalu berada dalam kaitan dengan
orang-orang lain yang berhubungan dengan orang atau aktor
tersebut. Dari sudut pandangan inilah disusun teori-teori peran.”
Dalam teorinya Biddle & Thomas dalam Sarwono (2006:224) yang
dimaksud dengan peran adalah ”Serangkaian rumusan yang membatasi
perilaku-perilaku yang diharapkan dari pemegang kedudukan tertentu”.
Masih dalam buku Sarwono (2006:215) pada teori Biddle & Thomas ini
terbagi peristilahan dalam teori peran ke dalam empat golongan, yaitu:
a. Orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial.
b. Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut.
c. Kedudukan orang-orang dalam perilaku.
30
d. Kaitan antara orang dan perilaku.
Pertama, orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial
dapat dibagi dalam dua golongan sebagai berikut :
a. Aktor (actor, pelaku) yaitu orang yang sedang berperilaku
menuruti suatu peran.
b. Target (sasaran) atau orang lain (other) yaitu orang yang
mempunyai hubungan dengan aktor dan perilakunya.
Aktor maupun target bisa berubah individu ataupun kumpulan
individu (kelompok). Hubungan anatara kelompok dengan
kelompok misalnya terjadi antara sebuah paduan suara (aktor)
dan pendengar (target).
Kedua, menurut Biddle & Thomas dalam Sarwono (2006:216), ada
lima istilah tentang perilaku dalam kaitannya dengan peran :
a. Expectation (harapan)
Harapan tentang peran adalah harapan-harapan orang lain pada
umumnya tentang perilaku yang pantas, yang ditujukan pada
orang yang memiliki peran-peran tertentu dalam masyrakat.
b. Norm (norma)
Menurut Secord dan Backman (1964) dalam Sarwono norma
hanya merupakan salah satu bentuk harapan. Jenis-jenis
harapan menurut Secord dan Backman adalah sebagai berikut :
1. Harapan yang bersifat meramalkan (anticipatory), yaitu
harapan tentang suatu perilaku yang akan terjadi.
2. Harapan normatif adalah keharusan yang menyertai peran.
Biddle dan Thomas membagi lagi harapan normatif ini ke
dalam dua jenis, yakni :
i. Harapan yang terselubung (covert): harapan itu
tetap ada walaupun tidak diucapkan.
ii. Harapan yang terbuka, yaitu harapan yang
diucapkan.
c. Performance (wujud perilaku)
Wujud perilaku yaitu peran yang diwujudkan oleh aktor.
Goffman dalam Sarwono (2006:220) meninjau perwujudan
peran ini dengan memperkenalkan istilah permukaan (front),
yaitu untuk menunjukkan perilaku-perilaku tertentu yang
diekspresikan secara khusus agar orang lain mengetahui dengan
jelas peran si pelaku (aktor).
31
d. Evaluation (penilaian) dan sanction (sanksi)
Penilaian dan sanksi agak sulit dipisahkan jika dikaitkan
dengan peran. Biddle & Thomas dalam Sarwono (2006:220)
menyatakan bahwa kedua hal tersebut didasarkan pada harapan
masyarakat (orang lain) tentang norma. Berdasarkan norma itu,
orang memberikan kesan negatif atau positif terhadap suatu
perilaku. Kesan positif dan negatif inilah yang dinamakan
penilaian peran. Sedangkan yang dimaksud dengan sanksi
adalah usaha orang untuk mempertahankan suatu nilai positif
atau agar perwujudan peran diubah sedemikan rupa sehingga
hal yang tadinya dinilai negatif menjadi positif.
Ketiga, Secord & Backman dan Biddle & Thomas dalam Sarwono
(2006:222) memberikan definisi yang saling melengkapi tentang
kedudukan (posisi). Dari kedua definisi mereka dapat disimpulkan bahwa
kedudukan adalah sekumpulan orang yang secara bersama-sama (kolektif)
diakui perbedaannya dari kelompok-kelompok lain berdasarkan sifat-sifat
yang mereka miliki bersama, perilaku yang sama-sama mereka perbuat,
dan reaksi orang terhadap mereka bersama.
Keempat, Biddle & Thomas dalam Sarwono (2006:226)
mengemukakan bahwa kaitan (hubungan) yang dapat dibuktikan ada atau
tidak adanya dan dapat diperkirakan kekuatannya adalah kaitan antara
orang dengan perilaku dan perilaku dengan perilaku. Kriteria untuk
menetapkan kaitan-kaitan tersebut diatas adalah sebagai berikut:
a. Derajat kesamaan atau ketidaksamaan antara bagian-bagian
yang saling terkait.
b. Derajat saling menentukan atau saling ketergantungan antara
bagian-bagian tersebut.
c. Gabungan antara derajat kesamaan dan saling ketergantungan
(a+b).
32
Berdasarkan teori-teori diatas, peneliti mengambil kesimpulan
bahwa peran adalah penilaian mengenai fungsi seseorang atau kumpulan
orang (kelompok) yang menduduki suatu posisi untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan sebagai wujud pemenuhan hak dan kewajiban
berupa tindakan yang diharapkan oleh masyarakat sesuai dengan
kedudukannya.
2.1.2 Bencana
Menurut W. Nick Carter yang dikutip oleh Nurjanah dkk (2013:10)
memberikan definisi bencana yang dimuat dalam buku disaster
management yaitu:
”An event, natural or man-made, sudden or progressive, which
impacts with such severity that the affected community has to
respond by taking expectional measures.”
Definisi lain menurut International Strategy for Disaster Reduction
(UN-ISDR, 2002:24) adalah:
“A serious disruption of the functioning of a community or a
society causing widespread human, material, economic, or
environmental lossed which exceed the ability of the affected
community/society to cope using its own resources.”
“Suatu kejadian yang disebabkan oleh alam atau karena ulah
manusia, terjadi secara tiba-tiba atau perlahan-lahan, sehingga
menyebabkan hilangnya jiwa manusia, harta benda dan kerusakan
lingkungan, kejadian ini terjadi di luar kemampuan masyarakat
dengan segala sumber dayanya.”
33
Berdasarkan definisi bencana di atas, dapat digeneralisasikan
bahwa untuk dapat disebut “bencana” harus dipenuhi beberapa kriteria
sebagai berikut:
1. Ada peristiwa,
2. Terjadi karena faktor alam atau karena ulah manusia,
3. Terjadi secara tiba-tiba (sudden) akan tetapi dapat juga terjadi
secara perlahan-lahan/bertahap (slow),
4. Menimbulkan hilangnya jiwa manusia, harta benda, kerugian
sosial ekonomi, kerusakan lingkungan, dan lain-lain,
5. Berada di luar kemampuan masyarakat untuk
menanggulanginya.
Sedangkan definisi menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2007 tentang Penanggulangan Bencana bahwa,
“Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam atau faktor non
alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda,
dan dampak psikologis.”
Masih menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana, bencana terbagi menjadi tiga kategori, yaitu :
a. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa
atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara
lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir,
kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
b. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh
peristiwa atau rangkaian peristiwa non-alam yang antara lain
berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah
penyakit, kebakaran.
c. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa
atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang
meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas
masyarakat, dan teror.
34
Sedangkan menurut Eko Teguh Paripurno dalam Nurjanah dkk
(2013:22), sumber ancaman bencana dapat dikelompokkan ke dalam
empat sumber ancaman, yaitu:
1. Sumber ancaman klimatologis
Adalah sumber ancaman yang ditimbulkan oleh pengaruh
iklim, dapat berupa rendah dan tingginya curah hujan, tinggi
dan derasnya ombak di pantai, arah angin, serta beberapa
kejadian alam lain yang sangat erat hubungannya dengan iklim
dan cuaca.
2. Sumber ancaman geologis
Adalah sumber ancaman yang terjadi oleh adanya dinamika
bumi, baik berupa pergerakan lempeng bumi, bentuk dan rupa
bumi, jenis dan materi penyusunan bumi.
3. Sumber ancaman industri dan kegagalan teknologi
Adalah sumber ancaman akibat adanya kegagalan teknologi
maupun kesalahan pengelolaan suatu proses industri,
pembuangan limbah, polusi yang ditimbulkan, atau dapat pula
akibat proses persiapan produksi.
4. Faktor manusia juga merupakan salah satu sumber ancaman
Perilaku atau ulah manusia, baik dalam pengelolaan
lingkungan, perebutan sumber daya, permasalahan ras dan
kepentingan lainnya serta akibat dari sebuah kebijakan yang
berdampak pada sebuah komunitas pada dasarnya merupakan
sumber ancaman.
Menurut Benson and Clay dalam Nurjanah dkk (2013:35)
menyatakan bahwa dampak bencana dapat dibagi kedalam tiga bagian,
yaitu:
1. Dampak langsung (direct impact)
Meliputi kerugian finansial dari kerusakan aset ekonomi,
misalnya rusaknya bangunan tempat tinggal, infrastruktur,
lahan pertanian dan lain-lain.
2. Dampak tidak langsung (indirect impact)
Meliputi berhentinya proses produksi, hilangnya output dan
sumber penerimaan.
3. Dampak sekunder (secondary impact)
Meliputi terhambatnya pertumbuhan ekonomi, tergangguny
rencana pembangunan yang telah disusun, meningkatnya
defisit neraca pembayaran, meningkatnya angka kemiskinan
dan lain-lain.
35
Jadi, bencana menurut peneliti yaitu suatu peristiwa yang
menyebabkan keadaan normal menjadi berpotensi memberikan dampak
buruk bagi lingkungan dan makhluk hidup di dalamnya.
2.1.3 Penanggulangan Bencana
Menurut William Nick Carter, namun dalam Warto dkk (2003:12),
dinyatakan bahwa:
“Penanggulangan bencana perlu diselenggarakan melalui tahapan-
tahapan persiapan, penghadangan/penanganan, perbaikan akibat
kerusakan, pemfungsian kembali prasarana dan sarana sosial yang
rusak, dan penjinakan gerak alam yang menimbulkan bencana.”
Tertulis dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana pasal 2
bahwa, “Penyelenggaraan penanggulangan bencana bertujuan untuk
menjamin terselenggaranya pelaksanaan penanggulangan bencana secara
terencana, terpadu, terkoordinasi dan menyeluruh dalam rangka
memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman, resiko, dan
dampak bencana.”
Selanjutnya membahas mengenai penanggulangan bencana, kita
tidak dapat terlepas dari manajemen penanggulangan bencana. Dalam
Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana
tidak dikenal istilah manajemen penanggulangan bencana (disaster
management), melainkan penyelenggaraan penanggulangan bencana, yang
36
dalam bahasa Inggris juga disebut disaster management. Terkait dengan
manajemen penanggulangan bencana, maka dalam Undang-Undang
Nomor 24 tahun 2007 menyatakan bahwa: “Penyelenggaraan
penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi
penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana,
kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi”. Makna
penanggulangan bencana dari Undang-Undang tersebut di atas
mengandung dua pengertian dasar yaitu:
1. Penanggulangan bencana sebagai sebuah rangkaian atau siklus,
2. Penanggulagan bencana dimulai dari penetapan kebijakan
pembangunan yang didasari risiko bencna dan diikuti tahap
kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi
serta rekonstruksi.
Dari pemaparan di atas, maka secara sederhana dapat dikatakan
bahwa penanggulangan bencana merupakan serangkaian kegiatan
pelayanan dalam menghadapi suatu bencana. Seluruh pihak dalam suatu
pemerintahan pada dasarnya terlibat dalam upaya penanggulangan
bencana ini, namun dikoordinir oleh Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD).
Dalam penelitian kali ini, akan fokus membahas mengenai peran
Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD Kota Cilegon sebagai
satuan tugas yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung
kepada Kepala Unsur Pelaksana BPBD Kota Cilegon. Berdasarkan
Peraturan Kepaala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (Perka
BNPB) Nomor 15 Tahun 2012 tentang Pedoman Pusat Pengendalian
37
Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops-PB), bentuk–bentuk
pelayanan yang diberikan Pusdalops dalam pelayanan penanggulangan
bencana terbagi menjadi tiga kelompok yaitu:
1. Pelayanan sebelum bencana, pelayanan dalam hal ini memberikan
dukungan kegiatan pada saat sebelum bencana, mulai dari menerima
informasi, mengumpulkan, mengolah dan mendesiminasikan informasi
kebencanaan secara rutin. Pelayanan sebelum bencana ini dilakukan
sebagai bentuk pencegahan dan kesiapsiagaan terhadap bencana,
sebelum bencana itu terjadi.
2. Pelayanan saat bencana, pelayanan ini yaitu memberikan dukungan
pada posko tanggap darurat dan pelaksana kegiatan darurat pada saat
terjadi bencana. Dimana seluruh personil Pusat Pengendalian Operasi
(Pusdalops) akan terjun langsung ke lokasi bencana untuk memberikan
respon penanggulangan bencana sesuai dengan prosedur tanggap
darurat bencana yang ada (kaji cepat, penyelamatan dan evakuasi).
3. Pelayanan pasca bencana, pelayanan ini memberikan dukungan
kegiatan pada saat setelah bencana terjadi yaitu menyedikan data dan
informasi khususnya dalam pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi.
Pada dasarnya pelayanan ini berkesinambungan mulai dari
pelayanan sebelum bencana, saat bencana dan pasca bencana. Pelayanan
ini merupakan tanggung jawab dan wewenang dari Pusat Pengendalian
Operasi (Pusdalops). Tiga fase tersebut adalah tahapan siklus manajemen
penanggulangan bencana yang kita kenal selama ini (pencegahan dan
mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat dan pemulihan). Berikut siklus
manajemen bencana yaitu:
38
Gambar 2.1
Siklus Manajemen Bencana
Bencana
Tanggap Darurat
Kesiapsiagaan
Pemulihan
Mitigasi
Pencegahan Pembangunan
(Sumber: Nick Carter dalam Nurjanah dkk (2013:42)
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana pasal 3 disebutkan bahwa azas/ prinsip-prinsip
penyelenggaraan penanggulangan bencana yaitu: kemanusiaan, keadilan,
kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan, keseimbangan,
keselarasan, keteriban dan kepastian hukum, kebersamaan, kelestarian
lingkungan hidup, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Selain itu, Nurjanah dkk (2013:45) mengemukakan bahwa
penanggulangan bencana harus didasarkan pada prinsip-prinsip praktis
sebagai berikut:
1. Cepat dan Tepat
Bahwa penanggulangan bencana dilaksanakan dengan secara
tepat dam tepat sesuai dengan tuntutan keadaan.
2. Prioritas
Prioritas dimaksudkan sebagai upaya penanggulangan bencana
yang harus mengutamakan kelompok rentan.
39
3. Koordinasi dan Keterpaduan
Koordinasi dimaksudkan sebagai upaya penanggulangan
bencana yang didasarkan pada koordinasi yang baik dan saling
mendukung. Sedangkan keterpaduan dimaksudkan sebagai
upaya penanggulangan bencana dilaksanakan oleh berbagai
sektor secara terpadu yang didasarkan pada kerjasama yang
baik dan saling mendukung.
4. Berdayaguna dan Berhasilguna
Dalam mengatasi kesulitan masyarakat dilakukan dengan tidak
membuang waktu, tenaga, dan biaya yang berlebihan.
5. Transparansi dan Akuntabilitas
Transparansi dimaksudkan bahwa upaya penanggulangan
bencana dilakukan secara terbuka dan dapat
dipertanggungjawabkan. Sedangkan akuntabilitas adalah bahwa
upaya penanggulangan bencana dilakukan secara terbuka dan
dapat dipertanggungjawabkan secara etik dan hukum.
6. Kemitraan
Penanggulangan bencana harus melibatkan berbagai pihak
secara seimbang.
7. Pemberdayaan
Penanggulangan bencana dilakukan dengan melibatkan korban
bencana secara aktif.
8. Non Diskriminatif
Penanggulangan bencana tidak memberikan perlakuan yang
berbeda terhadap jenis kelamin, suku, agama, ras, dan aliran
politik apapun.
9. Non Proselitisi
Dalam penanggulangan bencana dilarang menyebarkan agama
dan atau keyakinan.
2.1.4 Bencana di Kota Cilegon
Berdasarkan administrasi pemerintahan, Kota Cilegon memiliki
luas wilayah 17.550 Ha terbagi atas 8 (delapan) kecamatan yaitu
Kecamatan Cilegon, Kecamatan Ciwandan, Kecamatan Pulomerak,
Kecamatan Cibeber, Kecamatan Grogol, Kecamatan Purwakarta,
Kecamatan Citangkil, dan Kecamatan Jombang (Sumber: BPS 2016).
40
Kota Cilegon memiliki kerentanan yang cukup tinggi terhadap
bencana. Faktor geografis menjadi penyebab utama ancaman bencana
alam antara lain meletusnya gunung berapi (Gunung Anak Krakatau di
Provinsi Lampung), gempa bumi akibat tumbukan dan pergeseran
lempeng, serta tsunami yang disebabkan oleh gempa tektonik di perairan
Selat Sunda maupun Samudera Hindia. Sejarah mencatat Krakatau
menjadi gunung api terkenal di dunia karena letusan dahsyat pada 27
Agustus 1883. Ancaman bencana alam ini hampir tidak dapat diperkirakan
secara akurat, kapan, dimana akan terjadi dan berapa besar kekuatannya.
Selain faktor geografis, faktor perkembangan wilayah Kota Cilegon juga
menjadikan Kota Cilegon rawan terhadap bencana. Kota Cilegon
berkembang pesat di bidang industri sehingga banyak berdiri pabrik kimia
di Kota Cilegon. Kondisi tersebut menyebabkan timbulnya risiko
terjadinya bencana non-alam seperti bencana kegagalan teknologi, yang
dapat terjadi secara tiba-tiba maupun melalui proses yang berlangsung
secara perlahan dan sangat sulit diperkirakan kejadiannya.
Kejadian bencana yang sering terjadi di Kota Cilegon dari Tahun
2015-2016 adalah banjir dengan presentase 40%, dan diikuti berturut-turut
bencana kegagalan teknologi, kekeringan dan cuaca ekstrrim dengan
presentase masing-masing 20%. Kejadian bencana selalu memberikan
dampak kejutan dan menimbulkan banyak kerugian materi maupun jiwa.
Kondisi tersebut terjadi karena kurangnya kewaspadaan dan kesiapan
dalam menghadapi ancaman bahaya. Oleh karenanya, diperlukan upaya
41
untuk mengurangi kerentanan dan risiko dalam penanggulangan bencana
meliputi tahapan sebelum bencana, saat bencana dan pasca bencana.
2.1.5 Organisasi
Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) merupakan salah satu
bentuk organisasi, oleh karena itu peneliti di sini mencoba untuk
memahami organisasi itu sendiri. Dalam mengartikan suatu hal terlebih
mengenai suatu teori, akan muncul banyak pendapat karena masing-
masing peneliti sebelumnya melihat organisasi dari berbagai sudut
pandang.
Menurut Gitosudarmo dalam Tahir (2014:21) mengemukakan
bahwa “Organisasi adalah suatu sistem yang terdiri dari pola aktivitas
kerjasama yang dilakukan secara teratur dan berulang-ulang oleh
sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan.”
Sementara menurut Nawawi dalam Tahir (2014:21) menyatakan
pendapatnya tentang pengertian organisasi dari dua segi yaitu pengertian
organisasi secara statis dan dinamis, yaitu:
1. Pengertian statis : Organisasi adalah wadah berhimpun sejumlah
manusia karena memiliki kepentingan yang sama. Statis dalam arti
bahwa setiap organisasi memiliki struktur yang cenderung tidak
berubah-ubah disamping itu posisi, status dan jabatan juga cenderung
permanen.
2. Pengertian dinamis : Proses kerjasama sejumlah manusia (dua orang
atau lebih) untuk mencapai tujuan bersama. Dinamis dalam arti bahwa
kerjasama berlangsung secara berkelanjutan atau proses yang selalu
mungkin menjadi lebih efektif dan efisien, sebaliknya juga semakin
kurang efektif dan kurang efesien. Disamping itu interaksi antar
manusia di dalam organisasi tidak pernah sama dari waktu ke waktu.
42
Masih menurut Nawawi dalam Tahir (2014:22) dari pengertian
organisasi sebagai mana telah diuraikan di atas, pada dasarnya memiliki 4
(empat) unsur pokok (Nawawi, 2008) yaitu:
1. Manusia : unsur ini dari segi jumlah terdiri dari dua orang atau
lebih/
2. Filsafat : manusia yang menghimpun diri dalam organisasi, dengan
hakekat kemanusiannya, menjalani kehidupan bersama
berdasarkan filsafat yang sama, sehingga memungkinkan
terwujudnya kerjasama.
3. Proses : organisasi sebagai perwujudan interaksi antar manusia
yang menghasilkan kerjasama, tidak pernah berhenti selama
manusia berhimpun didalamnya. Oleh sebab itu kerjasama tersebut
sebagai kegiatan yang berlangsung sebagai proses.
4. Tujuan : organisasi didirikan manusia adalah karena kesamaan
kepentingan, baik dalam rangka mewujudkan hakekat
kemanusiaannya maupun secara berkelanjutan untuk memenuhi
kebutuhannya.
Berdasarkan teori-teori di atas, peneliti menarik kesimpulan bahwa
organisasi merupakan kesatuan sosial yang tergabung untuk mencapai
suatu tujuan yang telah ditetapkan.
43
2.2 Penelitian Terdahulu
Temuan-temuan hasil dari penelitian sebelumnya merupakan sebagai
alat/bahan pertimbangan dan data pendukung dalam penelitian yang sedang
dilakukan. Penelitian terdahulu, harus ada keterkaitan dengan penelitian yang
sedang diteliti, sehingga dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan pendukung
data. Oleh karena itu pentingnya melihat hasil penelitian yang terdahulu, maka
peneliti akan memaparkan setidaknya dua hasil penelitian yang sudah ada.
Pemaparan hasil penelitian akan dijelaskan dibawah ini.
1. Peneliti Pertama
Penelitian yang dilakukan oleh Vera Noviyanti, Program Ilmu
Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang Tahun 2013 dengan
berjudul “Peran Taruna Siaga Bencana (Tagana) Provinsi Banten
dalam Penanggulangan Bencana di Provinsi Banten”. Penelitian
tersebut bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran Taruna Siaga
Bencana (Tagana) Provinsi Banten dalam Penanggulangan Bencana di
Provinsi Banten. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan
kualitatif. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa peran Tagana
Provinsi Banten masih belum memainkan perannya dengan optimal
dalam penanggulangan bencana di Provinsi Banten, pada pra bencana,
sosialisasi yang dilakukan masih belum menjangkau semua wilayan
Provinsi Banten. Sedangkan untuk saat bencana dan pasca bencana,
peran Tagana Provinsi Banten secara keseluruhan tugas utama yang
44
diharapkan oleh masyarakat berupa penanganan masalah bencana oleh
Tagana Provinsi Banten belum semuanya terpenuhi.
2. Peneliti Kedua
Penelitian yang dilakukan oleh Abdul Latief, Program Studi Ilmu
Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Hasanuddin Makassar Tahun 2015 dengan berjudul “Peran Pemerintah
Daerah dalam Penanggulangan Bencana Alam di Kota Palopo”.
Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dalam
menanggulangi resiko bencana banjir di Kecamatan Wara Kota Palopo
serta untuk mengetahui hubungan kerjasama pemerintah dengan
masyarakat dalam menanggulangi resiko bencana banjir di Kecamatan
Wara Kota Palopo. Metode penelitian yang digunakan adalah
pendekatan kualitatif. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa
peran pemerintah dalam penanggulangan bencana alam di Kota Palopo
bisa dikategorikan baik, karena berdasarkan dari penuturan masyarakat
yang menjadi korban bencana banjir itu sendiri yang merasakan
program-program yang telah pemerintah daerah laksanakan serta
kesiapsiagaan yang sangat intensif dilakukan dengan baik sebelum
terjadi bencana banjir. Begitu juga dengan hubungan kerjasama
pemerintah dengan masyarakat dalam menanggulangi resiko banjir
terjalin sangat baik dengan ikut serta berpartisipasi dan aktif dalam
melibatkan diri dalam persiapan dan penanganan ketika bencana.
45
2.3 Kerangka Pemikiran
Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang teori bagaimana
teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai
masalah yang penting (Sugiyono, 2009:50).
Bencana merupakan sebuah kejadian yang tidak biasa terjadi disebabkan
oleh alam maupun ulah manusia, termasuk pula di dalamnya merupakan imbas
dari kesalahan teknologi yang memicu respon dari masyarakat, komunitas
maupun lingkungan, khususnya lembaga/badan/organisasi terkait dengan
penanggulangan bencana. Organisasi tersebut salah satunya yaitu Pusat
Pengendalian Operasi (Pusdalops) sebagai organisasi publik yang bertanggung
jawab sebagai pengelola informasi bencana dan sebagai pengendali koordinasi
antar instansi dan lembaga baik pemerintah maupun masyarakat untuk
penanganan bencana di Kota Cilegon.
Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah peran Pusat
Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD Kota Cilegon dalam Pelayanan
Penanggulangan Bencana di Kota Cilegon. Dalam hal ini peneliti mengamati dan
menganalisa terkait permasalahan yang terjadi di lapangan sehingga peneliti
memperoleh data dan informasi mengenai fokus penelitian.
Pada kenyataanya bahwa terdapat masalah-masalah terkait peran Pusat
Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD Kota Cilegon, diantaranya sistem
informasi yang dikelola Pusdalops BPBD Kota Cilegon tidak update, terbatasnya
sarana dan prasarana yang dimilki Pusdalops BPBD Kota Cilegon dalam
46
menunjang kelancaran kegiatan pengelolaan informasi kebencanaan, belum
memadainya peran Pusdalops BPBD Kota Cilegon karena keterbatasan kapasitas
SDM, belum tersedianya jaringan komunikasi yang dimiliki Pusdalops BPBD
Kota Cilegon untuk mendesiminasikan peringatan dini kepada masyarakat dan
belum adanya Standar Operasional Prosedur (SOP) Pusdalops BPBD Kota
Cilegon.
Dari pemaparan permasalahan tersebut, maka peneliti mengkajinya
menggunakan teori peran oleh Biddle & Thomas dalam Sarwono (2008:216), ada
lima istilah tentang perilaku dalam kaitannya dengan peran, diantaranya
expectation (harapan), norm (norma), performance (wujud perilaku) dan
evaluation (penilaian) & sanction (sanksi).
Teori tersebut merupakan sebuah paradigma yang dianggap relevan
sehingga dapat digunakan dalam kondisi dan situasi dimana penelitian dilakukan.
Peneliti berharap dengan menggunakan teori tersebut maka peran Pusat
Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD Kota Cilegon dalam memberikan
pelayanan penanggulangan bencana di Kota Cilegon berjalan lebih optimal.
47
Gambar 2.2
Kerangka Berpikir
a. Sistem informasi yang dikelola Pusdalops BPBD Kota Cilegon tidak
update;
b. Terbatasnya sarana dan prasarana yang dimiliki Pusdalops BPBD Kota
Cilegon dalam menunjang kelancaran kegiatan pengelolaan informasi
kebencanaan;
c. Belum memadainya peran Pusdalops BPBD Kota Cilegon karena
keterbatasan kapasitas SDM;
d. Belum tersedianya jaringan komunikasi yang dimiliki Pusdalops BPBD
Kota Cilegon untuk mendiseminasikan peringatan dini kepada
masyarakat;
e. Belum adanya Standar Operasional Prosedur (SOP) Pusdalops BPBD
Kota Cilegon.
Sumber : Penulis, 2017
Biddle & Thomas dalam
Sarwono (2006:216), ada
lima istilah tentang perilaku
dalam kaitannya dengan
peran yaitu:
a. Expectation (harapan),
b. Norm (norma)
c. Performance (wujud
perilaku)
d. Evaluation (penilaian)
& Sanction (sanksi).
Pelayanan yang diberikan oleh
Pusdalops-PB
1. Sebelum bencana
2. Saat bencana
3. Pasca bencana
Sumber : (Perka BNPB) No.15 Tahun
2012 tentang Pedoman Pusat Pengendalian
Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops-PB)
Hasil yang diharapkan (Output)
Peran Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD Kota
Cilegon dalam memberikan pelayanan penanggulangan
bencana di Kota Cilegon berjalan optimal.
48
2.3 Asumsi Dasar
Asumsi adalah dugaan atau anggapan sementara peneliti yang berkaitan
dengan penelitian yang ditelitinya. Dalam hal ini peneliti melakukan penelitian
tentang “Peran Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD Kota Cilegon
dalam Pelayanan Penanggulangan Bencana di Kota Cilegon”.
Berdasarkan identifikasi masalah dalam penelitian ini, maka peneliti
berasumsi bahwa peran Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD Kota
Cilegon dalam pelayanan penanggulangan bencana di Kota Cilegon belum
berjalan optimal.
49
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Menurut Sugiyono (2012:2) menyatakan bahwa metode penelitian pada
dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan
kegunaan tertentu. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, yang
dalam penjabaran hasil penelitiannya lebih banyak dituangkan dalam kata-kata.
Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2007:4) menyatakan bahwa,
“Metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati.”
Denzin dan Lincoln dalam Moleong (2007:5) menyatakan bahwa,
“Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan
maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan
melibatkan berbagai metode yang ada.”
Sugiyono (2009:1) mendefinisikan,
“Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk
meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah
eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data
bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari
pada generalisasi.”
50
Berdasarkan penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian
kualitatif berusaha untuk melihat, mengetahui, dan menggambarkan fenomena
tentang apa yang dialami oleh objek penelitian sesuai kenyataan yang terjadi atau
apa adanya dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan gambaran holistik.
3.2 Fokus Penelitian
Fokus peneliti pada penelitian ini adalah Peran Pusat Pengendalian
Operasi (Pusdalops) BPBD Kota Cilegon dalam Pelayanan Penanggulangan
Bencana di Kota Cilegon.
3.3 Lokasi Penelitian
Dengan judul penelitian “Peran Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops)
BPBD Kota Cilegon dalam Pelayanan Penanggulangan Bencana di Kota Cilegon”
penelitian dilaksanakan di:
1. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Cilegon, Jl.
Kubang Laban No. 23 RT. 01 RW. 14, Kelurahan Jombang Wetan
Kec. Jombang Kota Cilegon 42411 Telp. (0254) 8370628.
2. Rupusdalops (Crisis Centre) Kota Cilegon, Jl. Buyut Arman No.1,
Citangkil Kota Cilegon Telp. (0254) 377555.
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian dalam penelitian kualitatif adalah orang atau human
instrument, yaitu peneliti itu sendiri Sugiyono (2009:2). Artinya, untuk dapat
menjadi instrumen, maka peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang
51
luas, sehingga mampu bertanya, menganalisis, memotret, dan mengkonstruksi
objek yang diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna.
Menurut Nasution dalam Sugiyono (2009:60) menyatakan bahwa,
“Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan
manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala
sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian,
prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan,
itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya.
Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam
keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dari
hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.”
Berdasarkan pernyatan di atas, dapat dimengerti bahwa dalam penelitian
kualitatif peneliti merupakan alat pengumpul data utama. Adapun alat-alat
tambahan yang digunakan dalam melakukan penelitian yaitu panduan wawancara,
ponsel yang merangkap sebagai kamera serta alat perekam, dan buku sebagai
catatan lapangan.
3.5 Informan Penelitian
Menurut Moleong (2007:132) menyatakan bahwa, “Informan adalah
orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi
latar penelitian.” Informan penelitian merupakan orang yang benar-benar
mengetahui permasalahan yang akan diteliti. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan teknik purposive, yaitu orang-orang yang menurut peneliti memiliki
informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.
52
Pada penelitian ini, penentuan informan dibagi dua yaitu key informan dan
secondary informan. Key informan yaitu sebagai informan utama yang lebih
mengetahui situasi fokus penelitian sedangkan secondary informan sebagai
informan pendukung dalam menambah informasi dalam fokus penelitian. Berikut
merupakan tabel pengkodingan informan yang peneliti gunakan:
Tabel 3.1
Deskripsi Informan Penelitian
Koding Kategori Koding Kategori
I1 Pusdalops BPBD Kota
Cilegon (Key Informan)
I1.1 Manajer Pusdalops
I1.1 Staf Operator Pusdalops
I2 Instansi terkait kebencanaan
(Secondary Informan)
I2.1 Dinas Sosial Kota Cilegon
I2.2 Tagana Kota Cilegon
I2.3 Dinas Kesehatan Kota Cilegon
I2.4 Dinas Pekerjaan Umum Kota Cilegon
I2.5 Pemadam Kebakaran Kota Cilegon
I2.6 PMI Kota Cilegon
I3 TNI (Key Informan) I3.1 Personil TNI
I4 POLRI (Key Informan) I4.1 Personil POLRI
I5 Masyarakat (Key Informan) I5.1 Pihak Kelurahan
I5.2 Tokoh Masyarakat
I5.3 Masyarakat
I5.4 Masyarakat
I5.5 Masyarakat
I6 Dunia Usaha
(Secondary Informan)
I6.1 PT. Dover Chemical
I6.2 PT. Lautan Outsuka Chemical
I7 Perguruan Tinggi
(Key Informan)
I7.1 Pusat Studi Kebencanaan Cilegon
(Sumber : Peneliti, 2017)
53
3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
3.6.1 Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan kelengkapan informasi yang sesuai dengan
fokus penelitian, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini sebagai berikut :
1. Observasi
Menurut Nasution dalam Sugiyono (2009:64) menyatakan bahwa,
“Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan.” Sedangkan
Marshall dalam Sugiyono (2009:64) mendefinisikan, “Melalui
observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku
tersebut.” Dalam melakukan penelitian ini, teknik observasi yang
digunakan adalah observasi tanpa berperan serta. Peneliti hanya
sebagai pengamat saja tanpa menjadi anggota resmi organisasi yang
diteliti.
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan
itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2007:186).
Berikut merupakan pedoman wawancara yang digunakan dalam
penelitian ini:
54
Tabel 3.2
Pedoman Wawancara
No. Dimensi Sub Dimensi Uraian Pertanyaan Informan
1. Harapan
(Expectation)
Eksistensi
dan harapan
Apa anda mengetahui informasi
mengenai bencana apa saja yang
terjadi di Kota Cilegon?
I1.1,I1.2, I2.1,I2.2,
I2.3, I2.4, I2.5,I2.6,
I3.1, I4.1, I5.1,I5.2,
I5.3, I5.4, I5.5, I7.1
Apa fungsi koordinasi yang
dijalankan Pusdalops BPBD
Kota Cilegon dalam
pelaksanaan pelayanan
penanggulangan bencana
berjalan dengan baik?
I1.1,I1.2, I2.1,I2.2,
I2.3, I2.4, I2.5,I2.6,
I3.1, I4.1, I5.1,I5.2,
I5.3,I5.4, I5.5,I6.1,
I6.2, I7.1
Apa anda sudah merasakan
peran BPBD Kota Cilegon?
I2.1,I2.2, I2.3, I2.4,
I2.5,I2.6, I3.1,I4.1,
I5.1,I5.2, I5.3, I5.4,
I5.5, I7.1
Apa harapan anda terhadap
BPBD Kota Cilegon
kedepannya?
I1.1,I1.2, I2.1,I2.2,
I2.3, I2.4, I2.5,I2.6,
I3.1, I4.1, I5.1,I5.2,
I5.3, I5.4, I5.5, I7.1
2. Norma (Norm)
Peraturan
dan tugas
Apakah SOP untuk menjadi staf
operator Pusdalops BPBD Kota
Cilegon sudah terpenuhi?
I1.1, I1.2, I7.1
Apa SDM Pusdalops BPBD
Kota Cilegon sudah cukup?
I1.1, I1.2, I7.1
Mengapa lokasi bangunan Crisis
Centre harus tersentralisasi
dengan BPBD?
I1.1, I1.2, I7.1
Apa sistem yang dimiliki
Pusdalop BPBD Kota Cilegon
sudah diupdate secara rutin?
I1.1, I1.2
Apakah pengumpulan informasi
kebencanaan sudah melibatkan
masyarakat?
I1.1,I1.2, I2.1,I2.2,
I2.3, I2.4, I2.5,I2.6,
I3.1, I4.1, I5.1,I5.2,
I5.3, I5.4, I5.5, I7.1
Apakah hasil pantauan
Pusdalops BPBD Kota Cilegon
sudah terdokumentasi dan
tersebar dengan baik kepada
instansi kebencanaan terkait?
I1.1,I1.2, I2.1,I2.2,
I2.3, I2.4, I2.5,I2.6,
I3.1, I4.1, I5.1,I5.2,
I5.3, I5.4, I5.5
Apakah data Pusdalops BPBD
Kota Cilegon sudah
dimanfaatkan secara optimal
I1.1,I1.2, I2.1,I2.2,
I2.3, I2.4, I2.5,I2.6,
I3.1, I4.1, I5.1,I5.2,
55
oleh instansi kebencanaan
terkait?
I5.3, I5.4, I5.5
Apakah jaringan komunikasi
yang dimiliki Pusdalops BPBD
Kota Cilegon sudah
terstandarisasi?
I1.1, I1.2, I7.1
3. Wujud
Perilaku
(Performance)
Peran dan
pelaporan
Apa peran Pusdalops BPBD
Cilegon?
I1.1, I1.2, I7.1
Kendala apa yang ditemukan
Pusdalops BPBD Kota Cilegon
dalam pengelolan informasi
kebencanaan?
I1.1, I1.2, I7.1
Jaringan komunikasi apa saja
yang dipakai Pusdalops BPBD
Kota Cilegon dalam
mendiseminasikan peringatan
dini kepada masyarakat dan
instansi kebencanaan terkait?
I1.1,I1.2, I2.1,I2.2,
I2.3, I2.4, I2.5,I2.6,
I3.1, I4.1, I5.1,I5.2,
I5.3, I5.4, I5.5, I7.1
Bagaimana Pusdalops BPBD
Kota Cilegon menyikapi SOP
yang tumpang tindih?
I1.1, I1.2, I7.1
Apakah pelaporan kejadian
bencana yang dilakukan
Pusdalops BPBD Kota Cilegon
sudah tersistematif?
I1.1, I1.2, I7.1
Apakah pelaporan Pusdalops
BPBD Kota Cilegon berperan
dalam pencegahan bencana di
Kota Cilegon?
I1.1,I1.2, I2.1,I2.2,
I2.3, I2.4, I2.5,I2.6,
I3.1, I4.1, I5.1,I5.2,
I5.3, I5.4, I5.5, I7.1
4. Penilaian
(Evaluation) &
Sanksi
(Sanction)
Dampak,
hasil dan
bentuk sanksi
Apa dampak adanya Pusdalops
BPBD Kota Cilegon sebagai
organisasi publik khusus
menangani pengelolaan
informasi kebencanaan di Kota
Cilegon?
I2.1,I2.2, I2.3, I2.4,
I2.5,I2.6, I3.1,
I4.1, I5.1,I5.2, I5.3,
I5.4, I5.5, I7.1
Apa hasil positif dari peran
BPBD Kota Cilegon?
I2.1,I2.2, I2.3, I2.4,
I2.5,I2.6, I3.1,
I4.1, I5.1,I5.2, I5.3,
I5.4, I5.5, I7.1
Adakah bentuk sanksi jika staf
Pusdalops BPBD Kota Cilegon
melakukan kesalahan
interpretasi kejadian bencana
yang menimbulkan adanya
korban jiwa?
I1.1, I1.2
(Sumber : Peneliti, 2016)
56
3. Studi Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2009:82) dokumen merupakan catatan peristiwa
yang sudah berlalu. Studi dokumentasi yang dilakukan peneliti yaitu
mengumpulkan data dan telaah dokumen-dokumen yang dianggap
relevan dengan permasalahan yang akan dilteliti baik berupa literatur,
laporan, jurnal atau karta tulis ilmiah.
3.6.2 Teknik Analisis Data
Teknik analsis data kualitatif menurut Irawan (2006:19) adalah,
“Sebagai kegiatan analisis yang dilakukan terhadap data-data non
angka seperti wawancara, catatan laporan, buku-buku, artikel, juga
termasuk non tulisan seperti foto, gambar, atau film. “
Sedangkan menurut Bogdan dan Biklen dalam Moleong
(2007:248),
“Upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang
dapat dikelola, mensintetiskannya, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.”
57
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data
menurut Irawan (2005:527) adalah sebagai berkut :
Gambar 3.1
Proses Analisis Data
(Sumber: Irawan, 2005)
1. Pengumpulan Data Mentah
Tahap ini untuk peneliti mengumpulkan data mentah melalui wawancara,
observasi lapangan, kajian pustaka dengan menggunakan alat-alat yang
dibutuhkan, seperti ponsel yang merangkap sebagai kamera dan alat
rekam. Dalam tahap ini peneliti hanya mencatat data apa adanya, tanpa
mencampurkannya dengan pikiran, komentar, dan sikap peneliti sendiri.
2. Transkip Data
Pada tahap ini peneliti mengubah catatan data mentah menjadi bentuk
tertulis, yang ditulis oleh peneliti pun harus apa adanya tanpa mencampur-
adukkannya dengan pikiran peneliti.
Kategorisasi
Data
Pembuatan
Koding
Transkip
Data
Pengumpulan
Data Mentah
Penyimpulan
Sementara
Triangulasi Penyimpulan
Akhir
58
3. Pembuatan Koding
Di tahap ini peneliti membaca ulang seluruh data yang telah di transkip.
Hal-hal penting di dalam transkip dicatat dan diambil kata kuncinya dan
kemudian diberi kode.
4. Kategorisasi Data
Tahap ini peneliti mulai menyederhanakan data dengan cara mengikat
konsep-konsep berupa kata-kata kunci dalam satu besaran yang dinamakan
atau disebut dengan “Kategori”.
5. Penyimpulan Sementara
Dalam tahap ini peneliti dapat mengambil kesimpulan yang bersifat
sementara.
6. Triangulasi
Triangulasi merupakan proses check and re-check antara sumber data yang
satu dengan sumber data lainnya. Dalam proses tahapan ini beberapa
kemungkinan bisa terjadi seperti:
a. Satu sumber cocok dengan sumber lain.
b. Satu sumber data berbeda dengan sumber lain, tetapi tidak harus
berarti bertentangan.
c. Satu sumber bertolak belakang dengan sumber lain.
7. Penyimpulan akhir
Kesimpulan akhir dapat diambil ketika peneliti telah merasa bahwa data
peneliti sudah bersifat jenuh dan setiap penambahan data barunya hanya
berarti ketumpang-tindihan.
59
3.7 Uji Keabsahan Data
Keabsahan data dalam penelitian kualitatif suatu realitas (sosial situation)
bersifat konsisten dan berulang seperti semula dan untuk melakukan pengujian
keabsahan data dalam penelitian ini, dapat dilakukan dengan dua cara:
1. Triangulasi
Sugiyono (2009:83) mengatakan bahwa, “Triangulasi diartikan sebagai
teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai
teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.”
Kesimpulannya, apabila peneliti melakukan pengumpulan data dengan
triangulasi, maka sebenarnya peneliti pengumpulkan data yang sekaligus
menguji kreadibilitas data.
Terdapat enam jenis triangulasi yaitu:
a. Triangulasi Sumber : Dilakukan dengan cara mengecek data yang telah
diperoleh dari lapangan melalui beberapa sumber.
b. Triangulasi Teknik : Dilakukan dengan cara mengecek data kepada
sumber yang sama dengan teknik yang berbeda seperti observasi.
c. Triangulasi Waktu : Data didapat dari waktu yang berbeda.
d. Triangulasi Tempat : Data dicari di tempat-tempat yang berbeda.
e. Triangulasi Metode : Memverifikasi data dengan metode lain.
f. Triangulasi Teori : Mengembangkan teori atau menggunakan teori
yang berbeda.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sumber dan
triangulasi teknik. Pengecekan dilakukan dengan teknik wawancara, observasi,
dan dokumentasi.
60
2. Membercheck
Menurut Sugiyono (2009:129) menyatakan bahwa, “ Membercheck adalah
proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data.
Tujuan membercheck adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang
diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.” Dengan
adanya kesepakatan dari pemberi data berarti data tersebut dapat dikatakan
valid, sehingga dapat dipercaya.
61
3.8 Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2016 sampai dengan bulan
April 2017. Adapun waktu penelitian yang telah dijadwalkan oleh peneliti yaitu
sebagai berikut :
Tabel 3.3
Waktu dan Rincian Kegiatan
No. Kegiatan Waktu Penelitian
2016 2017
Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar
1. Penentuan Judul
penelitian
2. Observasi Awal
3. Penyusunan
Proposal
4. Seminar Proposal
Skripsi
5. Revisi Proposal
Skripsi
6. Acc dan Kegiatan
Lapangan
7. Analisis data
8. Penyusunan Bab
IV dan V
9. Sidang Skripsi
10. Pengumpulan
Akhir (Bab 1-5)
(Sumber : Peneliti, 2017)
62
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
Deskripsi objek penelitian berisi mengenai objek penelitian yang meliputi
lokasi penelitian secara jelas, struktur organisasi serta hal lain yang berhubungan
dengan objek penelitian. Objek penelitian dalam penelitian ini yaitu Pusat
Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD Kota Cilegon. Adapun gambaran umum
Kota Cilegon, akan dijelaskan di bawah ini:
4.1.1 Gambaran Umum Kota Cilegon
Kota Cilegon merupakan kota otonomi yang secara yuridis
dibentuk berdasarkan UU. No.15/1999 sebagai kota yang berada di Ujung
Barat Pulau Jawa. Kota Cilegon merupakan pintu gerbang utama yang
menghubungkan Pulau Jawa dengan Sumatera. Secara geografis, Kota
Cilegon berada pada koordinat 5052’24” -6
004’07” Lintang Selatan dan
105054’05” - 106
005’11” Bujur Timur, yang dibatasi oleh:
- Sebelah Barat : Selat Sunda
- Sebelah Utara : Kabupaten Serang
- Sebelah Timur : Kabupaten Serang
- Sebelah Selatan : Kabupaten Serang
62
63
Dengan luas 175,5 KM2, Kota Cilegon dibagi ke dalam 8 (delapan)
kecamatan dan 43 kelurahan. Proyeksi penduduk pada tahun 2015
sebanyak 412.106 Jiwa, dengan komposisi 210.505 laki-laki dan 201.601
Perempuan dengan tingkat kepadatan mencapai 2.348 jiwa/km2. Kota
Cilegon memiliki iklim tropis dengan temperatur berkisar antara 23,50C –
32,40C dan curah hujan rata-rata 126,5 mm per bulan. Berikut peta
wilayah Kota Cilegon:
Gambar 4.1
Peta Wilayah Kota Cilegon
(Sumber: Cilegon dalam Angka, 2016)
64
Berdasarkan wilayah administrasi Kota Cilegon, luas daratan
masing-masing kecamatan, yaitu: Ciwandan (51,81km2), Citangkil
(22,98km2), Pulomerak (19,86km
2), Purwakarta (15,29km
2), Grogol
(23,38km2), Cilegon (9,15km
2), Jombang (11,55km
2) serta Cibeber
(21,49km2).
Jarak antara Ibukota Kecamatan ke Ibukota Kota Cilegon:
1. Purwakarta – Tegal Ratu : 11,10 km.
2. Purwakarta – Kebonsari : 5,70 km.
3. Purwakarta – Lebak Gede : 11,20 km.
4. Purwakarta – Rawa Arum : 4,6 km.
5. Purwakarta - Ciwaduk : 5,8 km.
6. Purwakarta – Jombang Wetan : 5,20 km.
7. Purwakarta – Kalitimbang : 7,20 km.
Tabel 4.1
Luas Wilayah, Jumlah Kelurahan, RT dan RW di Kota Cilegon Tahun 2016
No. Kecamatan Luas Wilayah Jumlah
Kelurahan
Jumlah
RT
Jumlah
RW
1. Ciwandan 51,81km2 6 28 121
2. Citangkil 22,98km2 7 52 187
3. Pulomerak 19,86km2 4 27 132
4. Purwakarta 15,29km2 6 40 127
5. Grogol 23,38km2 4 27 102
6. Cilegon 9,15km2 5 30 105
7. Jombang 11,55km2 5 43 172
8. Cibeber 21,49km2 6 37 159
Jumlah 175,51 km2 43 284 1.105
(Sumber: Cilegon dalam Angka, 2016)
65
4.1.2 Gambaran Umum Badan Penaggulangan Bencana Daerah
(BPBD) Kota Cilegon
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Cilegon
adalah perangkat daerah yang bertugas memberikan usaha
penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana,
penanganan darurat, rehabilitasi, serta rekonstruksi secara adil dan setara.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Cilegon dibentuk
berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Kota Cilegon Nomor 5 Tahun 2014
tentang Pembentukan Organisasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Kota Cilegon. Dengan struktur organisasi Kepala BPBD (ex Officio
Sekda), Kepala Pelaksana BPBD, Sekretaris, Kepala Bidang Pencegahan
dan Kesiapsiagaan (Kepala Seksi Pencegahan dan Kepala Seksi
Kesiapsiagaan), Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik (Kepala Seksi
Kedaruratan dan Kepala Seksi Logistik), Kepala Bidang Rehabilitasi dan
Rekonstruksi (Kepala Seksi Rehabilitasi dan Kepala Seksi Rekonstruksi).
Dengan semboyan “Salam Tangguh dan Kemanusiaan”.
66
Adapun tugas pokok, fungsi dan tujuan BPBD Kota Cilegon,
sebagai berikut:
a. Tugas Pokok BPBD Kota Cilegon
1. Menetapkan pedoman dan pengarahan terhadap usaha
penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan penanganan
darurat, rehabilitasi, serta rekonstruksi secara adil dan setara;
2. Menetapkan standarisasi serta kebutuhan penyelenggaraan
penanggulangan bencana berdasarkan peraturan perundang-
undangan;
3. Menyusun, menetapkan, dan menginformasikan peta rawan
bencana;
4. Menyusun dan menetapkan prosedur tetap penanganan bencana;
5. Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada
Walikota setiap bulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat
dalam kondisi darurat bencana;
6. Mengendalikan pengumpulan dan penyaluran uang dan barang;
7. Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima
dari APBD dan penerimaan lain yang sah; dan
8. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
67
b. Fungsi BPBD Kota Cilegon
1. Perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan
penanganan pengungsi dengan tindak cepat dan tepat, efektif dan
efesien;
2. Pengoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana
secara terencana, terpadu dan menyeluruh; dan
3. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan
bidang tugas dan fungsinya.
c. Tujuan BPBD Kota Cilegon
1. Meningkatkan kinerja penyelenggaraan pemerintahan dan
pelayanan publik;
2. Mengurangi risiko bencana melalui penyadaran dan peningkatan
kemampuan masyarakat menghadapi ancaman bencana;
3. Mengoptimalkan operasi penanganan darurat pada saat terjadi
bencana dan menyediakan kebutuhan dasar masyarakat pada saat
terjadi bencana;
4. Melaksanakan rehabilitasi dan rekonstruksi dengan manajemen
pemulihan pasca bencana yang terpadu, efektif dan efisien.
68
Gambar 4.2
Struktur Organisasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Cilegon
KEPALA
BPBD KOTA CILEGON
Ex Officio Sekda
UNSUR PENGARAH
Instansi
Professional / Ahli
UNSUR PELAKSANA
Kepala Pelaksana
BPBD Kota Cilegon
KELOMPOK
JABFUNG
SEKRETARIAT
KASUBAG
PROGRAM
DAN
EVALUASI
KASUBAG
UMUM DAN
KEPEGAWAIAN
KASUBAG
KEUANGAN
KEPALA BIDANG
KEDARURATAN
DAN LOGISTIK
KEPALA BIDANG
REHABILITASI DAN
REKONSTRUKSI
KEPALA BIDANG
PENCEGAHAN DAN
KESIAPSIAGAAN
KEPALA SEKSI
KESIAPSIAGAAN
KEPALA SEKSI
REHABILITASI
KEPALA SEKSI
TANGGAP
DARURAT
KEPALA SEKSI
PENCEGAHAN
KEPALA SEKSI
LOGISTIK
KEPALA SEKSI
REKONSTRUKSI
SATUAN TUGAS PUSDALOPS
69
4.1.3 Gambaran Umum Pusat Pengendalian Operasi (PUSDALOPS)
Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) adalah satuan tugas
fungsional pada BPBD Kota Cilegon yang bertanggung jawab langsung
kepada Kepala Pelaksana BPBD Kota Cilegon yaitu
Plt.Purwadi,S.Sos,M.Si, serta didukung fasilitas sarana dan prasarana
dengan fungsi utamanya yaitu sebagai pengelola informasi bencana
meliputi menerima informasi/data, mencatat, mengolah dan
mendesiminasikan informasi/data kepada pemerintah, lembaga/instansi
dan masyarakat. Selain itu, Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) juga
memiliki fungsi sebagai pengendali koordinasi antar instansi/lembaga
kebencanaan maupun masyarakat dalam pelaksanaan penanggulangan
bencana pada pra bencana, saat bencana dan pasca bencana.
Pembentukan Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) merupakan
suatu upaya untuk mengurangi kerentanan dan resiko dalam
penanggulangan bencana di Kota Cilegon. Pusdalops Kota Cilegon
terbentuk pada tahun 2008 dengan nama Satuan Pelaksana
Penanggulangan Bencana (Satlak-PB). Pusdalops Kota Cilegon dibentuk
oleh Drs. H. Edi Ariadi, M.Si selaku Sekda, yang mengetahui bahwa Kota
Cilegon termasuk ke dalam wilayah yang memiliki kerentanan yang cukup
tinggi terhadap bencana. Hal yang mendasari pembentukan Pusdalops
Kota Cilegon diawali dengan tragedi tsunami di Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam (NAD).
70
Dalam merespon dan menindaklanjuti Peraturan Daerah Kota
Cilegon Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pembentukan Organisasi BPBD
Kota Cilegon, maka saat ini kedudukan Pusdalops Kota Cilegon berada
dibawah tanggung jawab BPBD Kota Cilegon. Pusdalops di BPBD Kota
Cilegon dipimpin oleh seorang Manajer Pusdalops yaitu H. Ahmad
Mafruh, S.Ag, MM, sekaligus Kepala Seksi Tanggap Darurat BPBD Kota
Cilegon.
Lokasi Rupusdalops (Crisis Centre) Kota Cilegon berada di Jalan
Buyut Arman No.1, Citangkil, Kota Cilegon. Sedangkan, lokasi BPBD
Kota Cilegon berada di Jalan Kubang Laban No. 23 RT. 01 RW. 14,
Jombang, Kota Cilegon. Untuk saat ini, lokasi bangunan Rupusdalops
(Crisis Centre) masih terpisah dengan BPBD Kota Cilegon, karena BPBD
Kota Cilegon belum mempunyai kantor permanen.
Pusdalops BPBD Kota Cilegon memiliki seragam yaitu baju PDH
yang berwarna cokelat susu dengan beberapa atribut, celana panjang
warna hijau tua dengan sepatu boots, dan baju PDL atau lapangan warna
orange, celana training warna hitam, rompi dan topi. Logo yang
menempel pada bahu lengan kanan seragam dan topi Pusdalops BPBD
Kota Cilegon yaitu segitiga biru, yang menggambarkan kewajiban
penanganan kebencanaan merupakan tanggung jawab bersama antara
pemerintah, masyarakat dan dunia usaha. Anggota Pusdalops Kota
Cilegon berjumlah 13 personil.
71
Berikut prinsip, tugas pokok, fungsi dan tanggung jawab
Pusdalops, sebagai berikut:
a. Prinsip Pusdalops:
1. Cepat dan tepat;
2. Akurat;
3. Koordinatif;
4. Kooperatif;
5. Transparansi; dan
6. Akuntabel.
b. Tugas pokok Pusdalops:
1. Sebelum bencana : memberikan dukungan kegiatan pada saat
sebelum bencana (pengumpul, pengolah, penyaji data dan
informasi kebencanaan) secara rutin;
2. Saat bencana : memberikan dukungan pada posko tanggap
darurat dan pelaksanaan kegiatan darurat;
3. Setelah bencana : memberikan dukungan kegiataan pada saat
setelah bencana terjadi (penyedia data dan informasi khususnya
dalam pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi).
72
c. Fungsi Pusdalops:
1. Fungsi penerima, pengolah dan pendistribusi informasi
kebencanaan;
2. Fungsi penerima, pengolah dan penerus peringatan dini kepada
instansi terkait dan masyarakat;
3. Fungsi tanggap darurat sebagai fasilisator pengerahan sumber
daya untuk penanganan tanggap darurat bencana secara cepat
tepat, efesien dan efektif;
4. Fungsi koordinasi, komunikasi dan sinkronisasi pelaksanaan
penanggulangan bencana.
d. Tanggung Jawab Pusdalops:
1. Secara Struktural
Unit pemantau kebencanaan dari Badan Penanggulangan
Bencana Daerah Kota Cilegon yang menyelenggarakan
kegiatan penanggulangan bencana.
2. Secara Institusional
Sebagai pelaksana amanah peraturan perundang-undangan
kebencanaan yang berlaku.
3. Secara Operasional
Sebagai pelaksana tugas pokok, fungsi dan peran Pusdalops.
73
Berikut merupakan bagan mengenai fungsi utama Pusdalops
sebagai pengelola informasi kebencanaan:
Gambar 4.3
Pusdalops sebagai Pengelola Informasi
BMKG
BNPB
BPBD PROVINSI
(Sumber: Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) Kota Cilegon, 2017)
Posko siaga Pusdalops memiliki fungsi utama sebagai penerima,
pengolah dan mendistribusikan informasi yang diterima. Penerimaan
informasi dan distribusinya dilakukan secara harian dengan teratur agar
didapat tujuan akhir yaitu disiplin komunikasi, disiplin prosedur, dan
database bencana. Posko siaga Pusdalops terdiri dari 13 personil staf
operator yang terbagi atas 3 regu piket, masing-masing shift terdiri dari 4 -
5 personil. Jam kerja Pusdalops Kota Cilegon yaitu selama 24 jam,
beroperasi setiap hari. 2 personil bertugas di Rupusdalops (crisis centre)
dan 2 personil lagi bertugas di Posko Pusdalops BPBD Kota Cilegon
untuk menjembatani komunikasi antara Pusdalops dengan pihak BPBD
Kota Cilegon. Terakhir, dilakukan penyimpanan informasi/data
kebencanaan dalam bentuk hard dan softcopy sebagai database Pusdalops,
POSKO SIAGA
PUSDALOPS
BPBD KOTA CILEGON
74
kemudian di share pada WhatsApp Group BPBD Kota Cilegon yang
beranggotakan SKPD-SKPD terkait kebencanaan.
Berikut merupakan bagan mengenai fungsi koordinasi yang
dilakukan Pusdalops pada saat bencana (tanggap darurat):
Gambar 4.4
Pusdalops sebagai Pengendali Koordinasi
(Sumber: Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Cilegon, 2017)
KAPUSDALOPS
Group 2
Infrastruktur
Group 3
Logistik dan Kesehatan
Group 1
Evakuasi dan SAR
- POLRI : BRIMOB, LANTAS
- TNI : PASKHAS, MARINIR/AD
- BMKG : Data Harian
- PMI : Medical SRU
- SAR : Search and Rescue
- Pemadam Kebakaran
- Radio, Media Cetak dan
Elektronik : Informasi Publik
- RAPI/ORARI :
Komunikasi Evakuasi
- Dinas Kesehatan :
Medical Korban
- Dinas Perhubungan:
Transportasi dan Evakuasi
- PLN
- PDAM
- Dinas PU
- TNI
- POLRI
- Telkom
- RAPI / ORARI
- Dinas Kebersihan
- Dinas Perhubungan
- Dinas Kesehatan
- PMI
- Rumah Sakit
- Dolog
- Dinas Sosial
- Pramuka
- LSM
- Tagana
75
Menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Cilegon,
Fungsi Pusdalops Kota Cilegon dalam penangggulangan bencana, yaitu:
1. Fungsi Pra bencana, terdiri dari:
a. Regu piket Pusdalops Kota Cilegon melakukan pemantauan
dan komunikasi dengan BMKG, personil di Posko
Pusdalops Kota Cilegon, dan personil lapangan di
kelurahan dengan menggunakan peralatan komunikasi
seperti internet, radio komunikasi, telepon, WhatsApp
Group atau telepon genggam.
b. Apabila komunikasi berhasil dilakukan, dilanjutkan
pemantauan untuk memperoleh kondisi terkini tentang :
1. Situasi dan kondisi seluruh wilayah.
2. Kesiapsiagaan masyarakat di lokasi bersangkutan.
3. Ketersediaan sarana dan prasarana penanggulangan
bencana.
4. Gambaran kondisi sosial masyarakat pada wilayah
tertentu, daerah rawan bencana (fakir miskin, penderita
cacat, lansia, balita).
5. Ketersediaan, lokasi dan akses buffer stock, termasuk
pihak yang berwenang mengeluarkan.
6. Peringatan dini dan tanda-tanda bahaya (rambu-rambu).
7. Seluruh hasil komunikasi dicatat di dalam log book dan
di share di Whats App Group BPBD Kota Cilegon.
76
2. Fungsi saat bencana, terdiri dari:
a. Informasi bencana atau kondisi darurat diperoleh dari
BMKG, Personil di kelurahan, Tim Reaksi Cepat
Penanggulangan Bencana (TRC-PB) Kota Cilegon atau dari
instansi lain yang terkait diterima oleh petugas piket
Pusdalops Kota Cilegon.
b. Petugas operator piket melakukan komunikasi dan
memberikan arahan kepada personil di tempat kejadian
untuk menjamin kelangsungan komunikasi.
c. Petugas operator melakukan kirim-terima berita, maupun
meneruskan informasi dari dan ke lokasi bencana kepada
Pusdalops di tingkat yang lebih tinggi atau ke daerah
sekitar lokasi bencana.
d. Komunikasi dilakukan untuk menghimpun informasi
bencana, tentang:
1. Jenis bencana.
2. Tempat kejadian bencana.
3. Waktu kejadian bencana.
4. Perkiraan jumlah korban dan kategorinya.
5. Perkiraan kerusakan lingkungan.
6. Cakupan bencana.
7. Upaya penanggulangan yang telah, sedang dan akan
dilakukan.
77
8. Jenis dan jumlah bantuan yang tersedia dibutuhkan dan
cara distribusinya.
e. Informasi sebagai hasil dari komunikasi yang dilakukan
selanjutnya dicatat ke dalam log book sebagai bahan untuk
menyusun laporan harian.
f. Manajer Pusdalops Kota Cilegon melakukan perkiraan
kebutuhan personil, dana, bahan dan peralatan logistik.
Mendukung penyusunan rencana operasi tanggap darurat,
melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait.
g. Manajer Pusdalops Kota Cilegon melaksanakan evaluasi
dan monitoring dengan melaksanakan hal-hal sebagai
berikut :
1. Memonitor mobilisasi umum seluruh potensi dan
perangkat pemerintah daerah dalam tanggap darurat.
2. Koordinasi dengan lembaga/instansi terkait.
3. Memantau perkembangan penanggulangan bencana di
lapangan.
78
3. Fungsi Pasca Bencana, terdiri dari:
a. Operator Pusdalops Kota Cilegon melakukan komunikasi
untuk menghimpun informasi pasca bencana, yaitu:
1. Pendataan akhir terhadap lokasi-lokasi bencana, jenis
kerusakan, jumlah kerugian dan kondisi sumber daya.
2. Jumlah korban yang meninggal dunia, mengungsi dan
yang masih dirawat dengan kategorinya.
3. Korban yang masih mengungsi dan kategorinya.
4. Taksiran kerugian.
5. Jenis bantuan yang masih dibutuhkan untuk pemulihan
darurat, kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi termasuk
pemulihan dini.
6. Jenis bantuan lanjutan untuk memenuhi kebutuhan
fisik, mental, sosialekonomi korban bencana.
7. Ketersediaan buffer stock dan jenis bantuan lanjutan.
8. Mencatat semua informasi tersebut ke dalam log book
dan kemudian menjadi bahan untuk laporan harian
kepada Manajer Pusdalops Kota Cilegon.
b. Seluruh informasi yang terkait dengan kegiatan pasca
bencana digunakan untuk pemutakhiran basis data pada
Pusdalops Kota Cilegon.
c. Manajer Pusdalops Kota Cilegon menyusun laporan tertulis
lengkap dengan data daerah yang terkena bencana untuk
79
dilaporkan kepada Kepala Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) Kota Cilegon.
4.2 Informan Penelitian
Seperti yang sudah dijelaskan pada Bab 3 sebelumnya, bahwa penelitian
ini informan penelitiannya ditentukan dengan teknik purposive, yaitu suatu
teknik pengambilan informan dengan pertimbangan tertentu dari pihak peneliti
yang memahami objek dan fokus penelitian. Informan yang terpilih merupakan
pihak-pihak yang secara langsung terkait dengan fokus penelitian dengan dasar
bahwa informan tersebut dianggap memiliki data-data dan informasi yang
peneliti anggap sangat penting untuk menjawab rumusan masalah yang telah
dibuat oleh peneliti. Berikut rincian informan dalam penelitian ini:
80
Tabel 4.2
Daftar Informan Peneliti
No. Kode
Informan
Nama Informan Pekerjaan/Jabatan Informan
1. I1 H. Ahmad Mafruh, S.Ag, MM
(I1.1)
Manajer Pusdalops Kota Cilegon
Dimaz (I1.2) Staf Operator Pusdalops Kota
Cilegon
2. I2 H. Tb. Hkualizaman, MM (I2.1)
Kasi Perlindungan dan Jaminan
Sosial, Dinas Sosial Kota Cilegon
Supandi, S.AP (I2.2)
Kepala Tagana Kota Cilegon, Dinas
Sosial Kota Cilegon
Tatang Priatna, SKM, MM (I2.3)
Kasi Survelen Imunisasi dan Krisis
Kesehatan, Dinas Kesehatan Kota
Cilegon
Drs. Ridwan, M.Si (I2.4) Sekertaris Dinas Pekerjaan Umum
Kota Cilegon
Ipan Zaenudin, S.IP (I2.5) Kasi Penyelamatan, Evakuasi dan
Perlindungan Hak Sipil, Damkar
Kota Cilegon
Ujang Samsul (I2.6) Sekertaris PMI Kota Cilegon
3. I3 Nandang Rachman (I3.1) TNI – AD Perwira Seksi Operasi
Kodim 0623 Cilegon
4. I4 Jusep Sulistiawan, SH (I4.1) POLRI Perwira Urusan Sub Bagian
Pembinaan Operasional Polres
Cilegon
5. I5 Habibi Rahmat, MM (I5.1) Kasi Pemerintahan dan Ketertiban
Umum Kelurahan Gerem
Kurtubi (I5.2) Ketua Forum Pengurangan Resiko
Bencana Kelurahan Gerem
Sam’un (I5.3) Karyawan Swasta / Masyarakat
Korban Bencana Longsor
Andi (I5.4) Karyawan Swasta / Masyarakat
Korban Bencana Banjir
Seriye (I5.5) Petani / Masyarakat Korban Bencana
Longsor
6. I6 Tobi (I6.1) HRD PT. Dover Chemical
Indra (I6.2) Foreman PT. Lautan Outsuka
Chemical
7. I7 Dr. Romi Wiyadinata, ST. M.Eng
(I7.1)
Kabid Mitigasi Bencana dan Human
Factor, Fakultas Teknik Untirta
(Sumber: Peneliti, 2017)
81
Informan di atas merupakan informan dalam penelitian ini, baik key
informan (informan utama) maupun secondary informan (informan pendukung).
Adapun sumber data-data lain yang merupakan data pelengkap, peneliti dapatkan
dari beberapa sumber lain yang dapat dikatakan sebagai informasi-informasi
pelengkap dan informasi yang telah diberikan oleh informan utama.
4.3 Deskripsi Data
Deskripsi data merupakan penjelasan mengenai data yang diperoleh
peneliti dari penelitian di lapangan. Penelitian mengenai Peran Pusat
Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD Kota Cilegon dalam Pelayanan
Penanggulangan Bencana di Kota Cilegon ini menggunakan pisau analisis berupa
teori menurut Biddle & Thomas dalam Sarwono (2006:216) mengenai lima istilah
tentang perilaku yang muncul dalam interaksi kaitannya dengan peran, yaitu
harapan (expectation), norma (norm), wujud perilaku (performance), penilaian
(evaluation), dan sanksi (sanction). Untuk melakukan analisis dalam penelitian
ini, dibutuhkan data sebagai objek analisisnya atau sebagai dasar informasi dalam
menjawab perumusan masalah yang telah dirumuskan pada Bab sebelumnya.
Data-data tersebut diperoleh dari kegiatan pencarian secara investigasi dimana
peneliti mengumpulkan data-data dengan melakukan observasi dan
mewawancarai sejumlah informan yang memiliki informasi tentang masalah yang
sedang diteliti dan kemudian di tulis dalam catatan lapangan dan direkam dengan
alat perekam. Data-data tersebut merupakan data-data yang berkaitan dengan
82
penanggulangan bencana yang dilakukan oleh Pusat Pengendalian Operasi
(Pusdalops) dengan instansi-instansi terkait kebencanaan lainnya di Kota Cilegon.
Data-data yang telah didapatkan kemudian dianalisa sehingga dapat menghasilkan
suatu pemahaman baru dari data yang didapatkan.
Penelitian kualitatif merupakan penelitian investigasi sehingga data yang
didapatkan harus dikonfirmasi ulang tidak hanya dari satu sumber data atau
informan. Tetapi, dari sumber lain yang memiliki informasi yang berhubungan
dengan fokus penelitian. Dalam penelitian kualitatif ini, kata-kata dan tindakan
yang berasal dari informan yang diwawancarai merupakan sumber utama
informasi. Sumber data ini kemudian oleh peneliti dicatat dengan menggunakan
catatan tertulis berupa membercheck dan catatan lapangan. Sebelumnya peneliti
sudah menjelaskan teknik analisis data yang peneliti gunakan pada Bab III yaitu
dengan menggunakan teknik analisis data menurut Prasetya Irawan dimana
terdapat tujuh tahapan analisis. Analisis data dilakukan oleh peneliti selama
penelitian ini berlangsung, dimulai dari pengumpulan data mentah dengan
bantuan catatan lapangan, kamera dan alat perekam, lalu transkip data merupakan
kegiatan mengubah hasil wawancara berupa rekaman menjadi bentuk tertulis
seperti adanya tanpa pendapat peneliti. Selanjutnya pembuatan koding yaitu
peneliti membaca ulang hasil transkip data atas data-data yang diperoleh dari hasil
observasi, wawancara, dan kajian pustaka dan diolah kembali dalam bentuk
tertulis untuk mendapatkan pola analisis dan diberi kode-kode pada aspek-aspek
tertentu berdasarkan jawaban-jawaban yang sama dan berkaitan dengan
83
pembahasan permasalahan penelitian. Berikut merupakan kode-kode yang
terdapat dalam analisis data penelitian ini yaitu:
1. Kode Q (Question) : item pertanyaan
2. Kode A (Answer) : item jawaban
3. Kode I : item informan
4. Kode angka (1-dst) : item informasi
Setelah pengkodingan atas informasi yang diperoleh, kemudian dilakukan
kategorisasi data yaitu menyederhanakan data dengan membaca dan menelaah
jawaban-jawaban atau informasi yang ditemukan dari penelitian di lapangan yang
disederhanakan menjadi konsep berupa kata-kata kunci, setelah itu peneliti
mengambil kesimpulan sementara berdasarkan data yang ada tanpa adanya
penafsiran peneliti, jika peneliti ingin memberi penafsiran dan pemikiran sendiri
maka ditulis pada bagian akhir kesimpulan sementara tersebut, hal ini disebut
dengan OC atau Observer’s Comment. Setelah itu, temuan pada tahap analisis
sebelumnya diuji dengan metode triangulasi sumber dengan mengecek data yang
telah diperoleh dari lapangan yang berasal dari beberapa sumber, dan triangulasi
teknik dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama namun dengan tekik
yang berbeda yaitu observasi.
84
4.4 Analisis Hasil Penelitian
Dalam bagian ini, peneliti berusaha untuk menyajikan dan menjabarkan
data-data yang peneliti dapatkan ketika melakukan observasi di lapangan, dengan
membandingkan teori dengan temuan-temuan yang ada di lapangan, serta
analisis peneliti. Penelitian mengenai Peran Pusat Pengendalian Operasi
(Pusdalops) BPBD Kota Cilegon dalam Pelayanan Penanggulangan Bencana di
Kota Cilegon ini menggunakan Teori Peran menurut Biddle & Thomas, yang
digunakan sebagai pisau analisis peneliti, yaitu teori Biddle & Thomas mengenai
lima istilah tentang perilaku yang muncul dalam interaksi kaitannya dengan
peran, yaitu harapan (expectation), norma (norm), wujud perilaku (performance),
penilaian (evaluation), dan sanksi (sanction).
4.4.1 Harapan (Expectation)
Peran dapat diukur melalui harapan-harapan orang lain pada
umumnya tentang perilaku yang pantas, yang ditujukan pada orang yang
memiliki peran-peran tertentu dalam masyarakat. Masyarakat mempunyai
harapan yang sangat besar bagi Pusdalops, karena peran Pusdalops sangat
penting dalam pengelolaan data dan informasi kebencanaan di Kota
Cilegon sehingga bencana di Kota Cilegon dapat diantipasi, ditanggulangi
serta dampaknya dapat direhabilitasi dan rekonstuksi secara cepat dengan
data dan informasi yang dikelola tersebut.
85
Pertama, untuk mengetahui peran Pusdalops, hal yang mendasar
ditanyakan yaitu apakah anda mengetahui informasi mengenai bencana
apa saja yang terjadi di Kota Cilegon. Sebagaimana yang disampaikan
oleh Manajer Pusdalops Kota Cilegon:
“Ya tahu. Bencana itu kan ada bencana alam, bencana non-alam
dan bencana sosial. Untuk di Kota Cilegon sendiri, bencana yang
paling sering terjadi 2016 sampai 2017 ini yaitu banjir dan
longsor. Kita sebutnya bencana hidrometeorologi atau bencana
yang disebabkan oleh cuaca ekstrim. Namun potensi bencana
paling besar di Kota Cilegon yaitu kegagalan teknologi atau
bencana industri. Di bulan Februari 2016 itu ada 1 orang yang
meninggal akibat kesalahan prosedur dan menyebabkan kematian
dengan luka bakar 100% di PT. Dover Chemical. Untuk
kekeringan, paling banyak terjadi di tahun 2015 di Gunung batur
dan Cipala, Merak.” (Wawancara dengan I1.1, 13 Ferbuari 2017,
Pukul 8.11 WIB, di BPBD Kota Cilegon).
Dari pendapat yang disampaikan oleh I1.1 dapat disimpulkan bahwa
beliau sebagai Manajer Pusdalops Kota Cilegon sekaligus Kepala Seksi
Tanggap Darurat BPBD Kota Cilegon mengetahui informasi mengenai
bencana apa saja yang terjadi di Kota Cilegon. Pada pernyataan di atas
disebutkan bahwa jenis bencana digolongkan dalam tiga macam
diantaranya bencana alam, bencana non-alam dan bencana sosial. Untuk
Kota Cilegon sendiri, bencana alam yang paling sering terjadi yaitu banjir
dan tanah longsor, sedangkan untuk potensi bencana yang paling besar
terjadi di Kota Cilegon disebabkan faktor non-alam/kelalaian manusia
yaitu kegagalan teknologi/bencana industi. Sementara untuk bencana alam
kekeringan paling banyak terjadi di tahun 2015.
86
Hal serupa juga dikatakan oleh Kepala Tagana Dinas Sosial Kota
Cilegon menyatakan bahwa:
“Bencana itu macam-macam ya, ada tiga macam, bencana alam,
bencana sosial, terus bencana industri. Jadi tiga bencana itu ada
di Kota Cilegon. Kalo bencana alam yang sering terjadi di Kota
Cilegon itu banjir dan longsor.” (Wawancara dengan I2.2, 24
Februari 2017, Pukul 14.45 WIB, di Sekretariat Tagana, Dinas
Sosial Kota Cilegon).
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh I2.2 dapat
disimpulkan bahwa beliau sebagai Kepala Tagana Kota Cilegon
mengetahui informasi bencana apa saja yang terjadi di Kota Cilegon dan
mengelompokkannya menjadi tiga macam yaitu bencana alam, bencana
sosial dan bencana industri. Namun beliau hanya menyebutkan bencana
alam yaitu banjir dan longsor untuk bencana yang sering terjadi di Kota
Cilegon.
Hal senada juga dikatakan oleh Kepala Seksi Survelen Imunisasi
dan Krisis Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Cilegon menyatakan bahwa:
“Saya tahu mengenai informasi bencana apa saja yang terjadi di
Kota Cilegon. Kejadian di Kota Cilegon itu banjir, tanah longsor,
paling itu kalo bencana alam. Kalo bencana non alam, kegagalan
teknologi yaitu ledakan atau kebakaran di perusahaan industri.”
(Wawancara dengan I2.3, 23 Februari 2017, Pukul 09.20 WIB, di
Dinas Kesehatan Kota Cilegon)
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh I2.3 dapat
disimpulkan bahwa beliau telah mengetahui informasi mengenai bencana
apa yang terjadi di Kota Cilegon yakni bencana alam berupa kejadian
banjir dan tanah longsor, serta bencana non-alam yaitu kegagalan industri.
87
Hal di atas juga diperkuat oleh pernyataan yang diberikan oleh staf
operator Pusdalops Kota Cilegon sebagai berikut:
“Tahu pastinya mengenai informasi bencana apa saja yang terjadi
dan bencana apa yang bisa terjadi di Kota Cilegon, karena itu
memang tugas saya sebagai pengelola informasi kebencanaan di
Kota Cilegon. Bencana yang memiliki potensi terbesar di Kota
Cilegon yaitu kegagalan teknologi, karena kondisi geografisnya
yang dekat dengan laut sehingga menyimpan potensi bencana
gempa bumi dan tsunami yang mengakibatkan meledaknya bahan
kimia. Kegagalan teknologi ini pernah terjadi pada 2015 di PT.
Chandra Asri dan 2016 di PT. Dover Chemical. Kota Cilegon juga
kerap sekali terjadi banjir dan longsor.” (Wawancara dengan I1.2,
13 Februari 2017, Pukul 10.05 WIB, di Posko Pusdalops BPBD
Kota Cilegon).
Dari pendapat yang dinyatakan oleh I1.2 dapat disimpulkan bahwa
beliau mengetahui informasi mengenai bencana apa saja yang terjadi di
Kota Cilegon karena memang beliau adalah staf operator Pusdalops Kota
Cilegon yang tugasnya sebagai pengelola informasi kebencanaan di Kota
Cilegon. Dapat diketahui pula bahwa potensi bencana terbesar yang sangat
rentan terjadi di Kota Cilegon yaitu kegagalan teknologi akibat adanya
gempa bumi dan tsunami di laut. Sedangkan, Kepala Seksi Perlindungan
dan Jaminan Sosial Dinas Sosial Kota Cilegon menyatakan pendapatnya
sebagai berikut:
“Kita tahu mengenai informasi bencana di Kota Cilegon itu apa
aja. Seringnya banjir, kemudian longsor yang mengakibatkan
rumah warga roboh. Itu yang biasa kita hadapi kaitan dengan
bencana. Informasi yang kita dapat itu dari Tagana di kecamatan,
ada kader-kader yang kita tempatkan disetiap titik rawan bencana
yang menginformasikan. Informasi dari BPBD Kota Cilegon itu
sendiri, ada kelurahan tangguh bencana yang melaporkan ke
kita.” (Wawancara dengan I2.1, 22 Februari 2017, Pukul 15.05
WIB, di Dinas Sosial Kota Cilegon)
88
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh I2.1 dapat
disimpulkan bahwa pihak Dinas Sosial Kota Cilegon mengetahui
informasi bencana apa saja yang terjadi di Kota Cilegon karena mereka
ikut terlibat dalam penanggulangan bencana di Kota Cilegon. Mengenai
informasi itu sendiri, bersumber dari relawan-relawan mereka yaitu
Tagana di kecamatan dan kader-kader yang mereka tempatkan disetiap
titik rawan bencana. Selain itu, informasi juga bersumber dari BPBD Kota
Cilegon dan kelurahan tangguh bencana (KTB) yang melaporkan kepada
Pihak Dinas Dosial Kota Cilegon. Hal senada juga disampaikan oleh TNI-
AD Kodim 0623 Cilegon:
“Tahu ya informasi bencana di Kota Ciegon. Karena kita
diberikan selembaran-selembaran dari BPBD dan Pusdalops Kota
Cilegon, disitu ada informasi mengenai bencana banjir, tanah
longsor, kekeringan, tsunami dan gempa bumi yang dilengkapi
penjelasan cara-cara yang harus dilakukan pada pra bencana,
saat bencana dan pasca bencana. Sementara untuk kejadian yang
pernah ditangani hanya masalah banjir.” (Wawancara dengan I3.1,
23 Februari 2017, Pukul 09.40 WIB, di Kodim 0623 Cilegon)
Dari pendapat yang disampaikan oleh I3.1 dapat disimpulkan bahwa
beliau mengetahui informasi mengenai kedi Kota Cilegon melalui
selembaran-selembaran yang diberikan oleh BPBD dan Pusdalops Kota
Cilegon yang memuat mengenai informasi bencana dan cara-cara yang
harus dilakukan pada tahap pra bencana, saat terjadi bencana dan pasca
bencana. Hanya saja hingga saat ini, kejadian bencana yang baru ditangani
oleh Kodim 0623 Cilegon bersama dengan Pusdalops Kota Cilegon hanya
masalah banjir.
89
Kemudian, Kepala Seksi Pemerintahan dan Ketertiban Kelurahan
Gerem menyatakan bahwa:
“Bencananya ada banjir, longsor, pohon tumbang. Dengar juga
ada kebakaran, kalau daerah sini alhamdulillah tidak ada.
Informasi saya dapat dari warga, dari radio, dari koran, bahkan
mengalami langsung, waktu saya lewat terus ada banjir dijalan.”
(Wawancara dengan I5.1, 1 Maret 2017, Pukul 15.50 WIB, di
Kelurahan Gerem)
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh I5.1 dapat
disimpulkan bahwa beliau mengetahui informasi bencana apa saja yang
terjadi di Kota Cilegon berdasarkan informasi yang diperoleh dari warga,
radio, koran, bahkan mengalami sendiri terjebak banjir. Dan, Ketua Forum
Pengurangan Resiko Bencana (PRB) Kelurahan Gerem mengatakan:
“Iya, saya tahu tentang informasi bencana di Kota Cilegon.
Bencana yang terjadi dari tahun 2000 sampai sekarang 2017 di
Kota Cilegon lebih sering bencana banjir dan longsor, untuk
kegagalan teknologi itu sekali waktu 2016. Informasi saya peroleh
melalui WhatsApp Group karena saya tergabung di WhatsApp
Group BPBD Kota Cilegon namanya Forum Penanggulangan
Resiko Bencana.” (Wawancara dengan I5.2, 1 Maret 2017, Pukul
13.20 WIB, di Kelurahan Kotasari)
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh I5.2 dapat
disimpulkan bahwa beliau mengetahui informasi bencana apa saja yang
terjadi di Kota Cilegon. Dari tahun 2000-2017 bencana yang sering terjadi
yaitu banjir dan tanah longsor. Sementara untuk kegagalan teknologi
hanya terjadi satu kali di tahun 2016. Beliau mengetahui informasi
bencana tersebut karena tergabung kedalam WhatsApp Group Forum
Penanggulangan Resiko Bencana.
90
Namun, pendapat lain disampaikan oleh I5.3 selaku korban bencana
tanah longsor di Link. Dermaga Malang:
“Belum pernah ada informasi kebencanaan disini. Cuma kita lihat
kondisi memang bukit tebing sih ya, cuma enggak ada
pemberitahuan. Mungkin ada sosialisasi, mungkin kebetulan saya
enggak ikut karena kerja. Buktinya kan disini ada kadernya,
berartikan sosialisasi itu ada. Karena kadernya juga tetep datang
kesini waktu hari kamis, longsor itu terjadi.” (Wawancara dengan
I5.3, 20 Februari 2017, Pukul 14.00 WIB, di Link. Dermaga Malang,
Kelurahan Gerem)
Dari pendapat yang disampaikan oleh I5.3 dapat disimpulkan bahwa
beliau tidak mengetahui informasi mengenai bencana apa saja yang terjadi
di Kota Cilegon. Namun beliau juga menyadari bahwa kader-kader
kebencanaan itu membantunya saat melakukan evakuasi rumah akibat
bencana longsor. Ketidaktahuan beliau ini disebabkan karena tidak
mengikuti sosialisasi yang dilakukan oleh kader-kader kelurahan tangguh
bencana (KTB) di Kelurahan Gerem. Sementara, pendapat lainnya juga
dikatakan oleh masyarakat yang terkena bencana banjir di Kelurahan
Tamansari:
“Tahu ya mengenai bencana apa saja yang terjadi di Kota
Cilegon. Seringnya banjir, terutama didaerah tempat saya ini
termasuk salah satu daerah langganan banjir. Ada juga longsor.
Saya tahunya liat dari berita online, dikoran juga saya baca.”
(Wawancara dengan I5.4, 3 April 017, Pukul 16.00 WIB, di Link.
Sawah, Kelurahan Tamansari)
Dari pendapat yang disampaikan oleh I5.4 dapat disimpulkan bahwa
masyarakat telah mengetahui informasi mengenai bencana apa saja yang
terjadi di Kota Cilegon karena mengalami sendiri bencana tersebut serta
membaca berita baik cetak maupun online.
91
Selain itu, dipertanyakan juga mengenai tanggapan atas fungsi
koordinasi yang dijalankan oleh Pusdalops Kota Cilegon dengan instansi
terkait kebencanaan dan masyarakat dalam hal penanggulangan bencana.
Dengan mengajukan pertanyaan mengenai fungsi koordinasi yang
dijalankan oleh Pusdalops Kota Cilegon, kita dapat mengetahui seperti apa
pandangan masyarakat mengenai fungsi koordinasi yang dijalankan oleh
Pusdalops Kota Cilegon apakah sudah berjalan dengan baik atau belum.
Tanggapan positif disampaikan oleh Manajer Pusdalops Kota
Cilegon sekaligus Kepala Seksi Tanggap Darurat BPBD Kota Cilegon, I1.1
sebagai berikut:
“Baik internal maupun eksternal koordinasi yang dijalankan
Pusdalops Kota Cilegon sudah berjalan dengan baik. Kita
memiliki WhatsApp Group BPBD Kota Cilegon yang didalamnya
ada instansi kebencanaan terkait, untirta dan industri. BPBD Kota
Cilegon dan instansi terkait kebencanaan juga sudah tergabung
dalam tim reaksi cepat penanggulangan bencana (TRC-PB),
sehingga koordinasi yang dijalankan dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana di Kota Cilegon berjalan dengan baik
dan cepat.” (Wawancara dengan I1.1, 13 Ferbuari 2017, Pukul 8.20
WIB, di BPBD Kota Cilegon).
Dari pendapat yang disampaikan oleh I1.1 dapat disimpulkan bahwa
koordinasi yang dijalankan oleh Pusdalops Kota Cilegon sudah berjalan
dengan baik, dengan instansi-instansi kebencanaan, perguruan tinggi
maupun dengan pihak industri. Mereka berkoordinasi melalui WhatsApp
Group BPBD Kota Cilegon dan membentuk Tim Reaksi Cepat
Penanggulangan Bencana (TRC-PB) dalam menangani kebencanaan di
Kota Cilegon.
92
Hal senada juga diungkapkan oleh I1.2:
“Untuk sampai saat ini alhamdulillah koordinasi dengan dinas-
dinas kebencanaan terkait sudah berjalan dengan baik termasuk
dengan pihak industri dan Untirta Teknik Cilegon. Kita juga sudah
tergabung di WhatsApp Group BPBD Kota Cilegon. Kita juga
telah membentuk tim reaksi cepat penanggulangan bencana (TRC-
PB) yang didalamnya itu instansi-intansi kebencanaan Kota
Cilegon, sehingga dalam penyelenggaraan penanggulangan
bencana koordinasi yang dijalankan oleh Pusdalops Kota Cilegon
bisa cepat. Namun untuk industri mereka itu tertutup kalau
berkaitan dengan kebencanaan, karena kaitannya kan dengan citra
perusahaan. Biasanya mereka sebisa mungkin mengatasi bencana
itu sendiri, kalau tidak bisa tertangani baru berkoordinasi dengan
kami.” (Wawancara dengan I1.2, 13 Februari 2017, Pukul 10.20
WIB, di Posko Pusdalops BPBD Kota Cilegon).
Dari pernyataan di atas yang disampaikan oleh I1.2 bahwa
koordinasi yang dijalankan oleh Pusdalops Kota Cilegon dengan dinas-
dinas terkait sudah berjalan dengan baik dan tergabung dalam tim reaksi
cepat penanggulangan bencana (TRC-PB) Kota Cilegon. Koordinasi
dengan baik juga terjalin dengan pihak industri dan Untirta Fakultas
Teknik Cilegon melalui WhatsApp Group. Hanya saja pihak industri lebih
tertutup dengan insiden/kebencanaan, mereka hanya akan berkoordinasi
dengan Pusdalops Kota Cilegon apabila insiden tersebut tidak mampu
ditangani sendiri oleh perusahaan. Berikut pernyataan dari pihak industri
PT. Dover Chemical:
“Untuk koordinasi dalam penanggulangan bencana kita sudah
tergabung dalam WhasApp Group BPBD Kota Cilegon. Namun
karena ini kaitannya dengan insiden, kita tidak bisa kasih
informasi apa-apa, koordinasinya seperti apa. Silahkan mbak, cari
industri lain aja.” Wawancara dengan I6.1, 21 Februari 2017,
Pukul 13.15 WIB, di PT. Dover Chemical).
93
Hal yang sama juga disampaikan oleh pihak industri PT. Lautan
Outsuka Chemical sebagai berikut:
“Untuk koordinasi itu adanya di Top Manajemen yang tahu. Kami
tidak bisa sembarangan kasih argument. Walaupun memang
pabrik kami dengan laut, tapi belum pernah ada pemberitaan
terjadi bencana kegagalan teknologi di industri kami, kan? Mbak
tanya ke perusahaan yang pernah ada kejadian bencana aja ya.”
Wawancara dengan I6.2, 21 Februari 2017, Pukul 15.10 WIB, di PT.
Lautan Outsuka Chemical).
Berdasarkan kedua pernyataan di atas yang disampaikan oleh I6.1
dan I6.2 dapat disimpulkan bahwa pihak industri enggan memberikan
informasi mengenai koordinasi yang dijalankan antara pihak industri
dengan Pusdalops Kota Cilegon, karena hal tersebut berkaitan dengan
insiden sehingga tidak bisa memberikan argument, tetapi pihak industri
menyatakan sudah tergabung dalam WhatsApp Group BPBD Kota
Cilegon.
Berikut pendapat yang diungkapkan oleh Kepala Bidang Mitigasi
Bencana dan Human Factor Fakultas Teknik Untirta:
“Koordinasi berjalan dengan efektif. Baik koordinasi dengan
instansi terkait kebencanaan, Walikota, dan industri hubungannya
erat, jadi koordinasinya berjalan dengan baik. Khusus untuk
industri, industri itu tidak percaya dengan pemerintah, yakin pihak
industri dimana pun tidak percaya dengan pemerintah. Karena
terkait dengan peraturan yang ada di pemerintah yang
memberatkan pihak industri. Tetapi, semenjak adanya BPBD Kota
Cilegon, industri itu percaya dengan BPBD Kota Cilegon, karena
mereka punya hubungan yang erat untuk kesehatan lingkungan,
ada dana masyarakat juga dari industri, dan kalau ada kegiatan
keselamatan kerja, selalu melibatkan BPBD Kota Cilegon. Yang
tidak dipercaya adalah kamu kesana ini membawa atas nama
siapa, itu yang susah. Harus lewat group bawah tanah. Group
bawah tanah ini didirikan oleh BPBD Kota Cilegon tanpa
94
sepengetahuan kantor, orangnya merupakan orang sosial
dibawahnya sosial, tanpa anggaran juga. Industri itu hanya
percaya kepada bebarapa orang bukan ke satu instansi. Jadi kalau
kamu kesana tanpa salah satu orang group bawah tanah tadi, ya
tidak akan dapat data.” (Wawancara dengan I7.1, 10 Maret 2017,
Pukul 16.38WIB, di Kampus Untirta Cilegon)
Dilihat dari jawaban di atas dapat disimpulkan bahwa koordinasi
yang dijalankan oleh Pusdalops Kota Cilegon sudah berjalan dengan
efektif, baik koordinasi dengan instansi terkait kebencanaan, walikota,
terutama koordinasi dengan pihak industri. Karena sejak terbentuknya
BPBD Kota Cilegon, jalinan koordinasi antara pihak industri dengan
Pusdalops Kota Cilegon semakin erat, terutama dengan orang-orang yang
berada dalam group bawah tanah karena adanya kepercayaan dibangun.
Sementara, industri menolak diwawancarai oleh peneliti karena peneliti
bukan anggota dari group bawah tanah sehingga informasi tersebut tidak
dapat disampaikan atau dibagi oleh pihak industri kepada sembarang
orang.
Kepala Seksi Perlindungan dan Jaminan Sosial Dinas Sosial Kota
Cilegon menyatakan pendapatnya sebagai berikut:
“Kita ada kepala UPT Data, tetap kita sifatnya koordinasi. Karena
saya baru berapa bulan di kerjaan ini, ya koordinasinya pada saat
terjadi bencana. Kan ada WhatsApp Group, enggak usah formal
yang penting penanganan bencana cepat tertangani. Intinya gitu.”
(Wawancara dengan I2.1, 22 Februari 2017, Pukul 15.15 WIB, di
Dinas Sosial Kota Cilegon).
Berdasarkan pernyataan di atas yang disampaikan oleh I2.1 dapat
disimpulkan bahwa Dinas Sosial Kota Cilegon mempunyai Kepala UPT
Data tersendiri yang menangani pengelolaan data namun koordinasi
95
dengan Pusdalops Kota Cilegon tetap dilakukan melalui WhatsApp Group
agar penanganan bencana cepat tertangani.
Kemudian, Kepala Seksi Pemerintahan dan Ketertiban Kelurahan
Gerem menyatakan bahwa:
“Koordinasi yang pertama kali dihubungi Pusdalops BPBD Kota
Cilegon. Kita kalau menghubungi langsung ke personilnya, biar
cepat. Kita hubungi pak H. Afuh atau pak Utang lewat telepon
atau WhatsApp Group. Cukup cepat untuk penanganan
bencananya. Kalau misal berkaitan dengan pencegahan bencana,
kita koordinasi melalui surat yang kita kirim ke BPBD Kota
Cilegon.” (Wawancara dengan I5.1, 1 Maret 2017, Pukul 16.05
WIB, di Kelurahan Gerem)
Berdasarkan jawaban di atas yang disampaikan oleh I5.1 dapat
disimpulkan bahwa koordinasi yang terjalin antara Pusdalops Kota
Cilegon dengan pihak kelurahan sudah cukup baik, koordinasi dilakukan
dengan menghubungi langsung personil Pusdalops Kota Cilegon yaitu Pak
H. Afuh dan Pak Utang, baik melalui telepon maupun WhatsApp Group.
Koordinasi yang dijalankan tidak hanya pada saat terjadi bencana saja
tetapi pada pra bencana juga yaitu melalui surat yang dikirim ke BPBD
Kota Cilegon. Dan, I2.4 mengemukakan pendapatnya sebagai berikut:
“Koordinasinya bagus sudah berjalan. Kita juga sudah ada
petugas khusus yang diperbantukan di BPBD Kota Cilegon
tergabung dalam tim reaksi cepat Penanggulangan Bencana
(TRC-PB). Ada rapat koordinasi juga dijalankan.” (Wawancara
dengan I2.4, 16 Februari 2017, Pukul 10.20 WIB, di Dinas
Pekerjaan Umum Kota Cilegon)
Berdasarkan pernyataan yang diutarakan oleh I2.4 dapat
disimpulkan bahwa koordinasi yang dijalankan Pusdalops Kota Cilegon
telah berjalan dengan baik, khususnya dengan Dinas Pekerjaan Umum
96
Kota Cilegon karena sudah tergabung dalam tim reaksi cepat
Penanggulangan Bencana (TRC-PB) Kota Cilegon, sehingga koordinasi
yang dilakukan dalam pelayanan penanggulangan bencana di Kota
Cilegon berjalan dengan lancar.
Kemudian Kepala Seksi Survelen Imunisasi dan Krisis Kesehatan
Dinas Kesehatan Kota Cilegon menyatakan bahwa:
“Kita punya koordinasi yang baik. Kita sudah tergabung dalam
Tim Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana (TRC-PB) Kota
Cilegon, Dinas Kesehatan dilibatkan disitu. Sebenarnya dinas
kesehatan itu bukan pada saat bencananya, kita pasca
bencananya. Kita dateng ke lokasi, masyarakat butuh apa,
terdampak dari bencana itu butuh apa, kalau butuh pelayanan
kesehatan ya kita buka disitu pelayanan kesehatan dengan
melibatkan puskesmas, rumah sakit, bisa juga dengan profesi yang
lain, seperti PMI dan lain-lain.” (Wawancara dengan I2.3, 23
Februari 2017, Pukul 09.35 WIB, di Dinas Kesehatan Kota
Cilegon)
Berdasarkan pernyataan di atas yang disampaikan oleh I2.3 dapat
disimpulkan bahwa koordinasi yang dijalankan oleh Pusdalops Kota
Cilegon sudah berjalan dengan baik, karena Dinas Kesehatan Kota
Cilegon juga telah bergabung dalam Tim Reaksi Cepat Penanggulangan
Bencana (TRC-PB) Kota Cilegon, dan terlibatkan dalam pelayanan
penanggulangan bencana khususnya pada pasca bencana dengan
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang terdampak dari
bencana.
97
Kasi Penyelamatan Evakuasi dan Perlindungan Hak Sipil
Pemadam Kebakaran Kota Cilegon mengatakan:
“Koordinasinya berjalan dengan baik. Ketika terjadi kebencanaan
dan membutuhkan tenaga kami atau peralatan kami dalam hal
penyelamatan atau penanggulangan bencana, maka mereka akan
menghubungi kami.” (Wawancara dengan I2.5, 16 Februari 2017,
Pukul 11.15 WIB, di Kantor Pemadam Kebakaran Kota Cilegon)
Berdasarkan pernyataan yang diutarakan oleh I2.5 dapat
disimpulkan bahwa koordinasi yang dijalankan antara Pusdalops Kota
Cilegon dengan Pemadam Kebakaran Kota Cilegon sudah berjalan dengan
baik. Penanggulangan bencana yang membutuhkan bantuan dari Pemadam
Kebakaran Kota Cilegon baik personil maupun peralatan, maka Pusdalops
Kota Cilegon akan menghubungi pihak Pemadam Kebakaran Kota
Cilegon. Kemudian pendapat lainnya diungkapkan oleh I5.3 selaku korban
bencana tanah longsor di Link. Dermaga Malang:
“Koordinasinya baik buktinya saya laporannya ke kelurahan,
karena emang saya enggak tahu juga ya nomer telepon BPBD atau
Pusdalops Kota Cilegon itu berapa, tapi semua instansi
kebencanaan itu datang, kayak dari koramil, kepolisian, BPBD,
dinsos, dari tim tagana juga. Kader-kader kebencanaan yang
dikelurahan juga datang.” (Wawancara dengan I5.3, 20 Februari
2017, Pukul 14.05WIB, di Link. Dermaga Malang, Kelurahan
Gerem)
Hal senada juga diungkapkan oleh I5.5 selaku korban bencana tanah
longsor di Link. Waatulawang:
“Saya enggak tahu nomer telepon Pusdalops, nomer telpon BPBD
Kota Cilegon juga enggak tahu. Waktu rumah saya kena longsor
itu laporannya ke Pak RT, ke Kurtubi juga pemuda disini yang
aktif kalau ada bencana itu dia, katanya iya nanti dilaporkan ke
BPBD Kota Cilegon. Terus orang-orang yang pake baju orange itu
enggak lama cuma 20 menitanlah, pada dateng itu malem-malem
98
ngebantu saya buat bersihin rumah saya, lumayan parah sih
tertimbun tanahnya.” (Wawancara dengan I5.5, 4 April 2017, Pukul
8.42 WIB, di Link. Watulawang, Kelurahan Gerem)
Dilihat dari kedua jawaban di atas yang disampaikan oleh I5.3 dan
I5.5 dapat disimpulkan bahwa koordinasi yang dijalankan oleh Pusdalops
Kota Cilegon berjalan dengan baik. Walaupun masyarakat tidak
menghubungi pihak Pusdalops Kota Cilegon secara langsung, tetapi
informasi tersebut sampai ke BPBD dan Pusdalops Kota Cilego melalui
kader-kader di kelurahan tangguh bencana (KTB) sehingga koordinasi
tetap berjalan dan penanggulangan bencana tetap dilakukan. Namun,
pendapat lainnya juga dikatakan oleh I5.4:
“Koordinasinya sudah berjalan dengan baik. Berhubung di link.
Sawah, meraklah ya pokonya, itu sering banjir, jadi masyarakat
tinggal menghubungi nomer telpon pusdalops Kota Cilegon.
Alhamdulillah mereka tanggap, waktu bencananya terjadi tengah
malam pun mereka datang buat mengevakuasi korban, bawa
perahu karet, peralatan yang lainnya.” (Wawancara dengan I5.4, 3
April 017, Pukul 16.05 WIB, di Link. Sawah, Kelurahan
Tamansari)
Berdasarkan pernyataan di atas yang diungkapkan oleh I5.4 dapat
disimpulkan bahwa koordinasi yang dijalankan oleh Pusdalops Kota
Cilegon telah berjalan dengan baik. Begitu ada laporan dari masyarakat
mengenai kejadian bencana, Pusdalops Kota Cilegon tanggap turun ke
lokasi melakukan evakuasi korban. Namun dari kedua pernyataan
sebelumnya dapat diketahui bahwa belum semua masyarakat mengetahui
kontak Pusdalops Kota Cilegon.
99
Kedua, untuk mengetahui peran dari Pusdalops Kota Cilegon, hal
yang dipertanyakan yaitu apakah anda sudah merasakan peran BPBD Kota
Cilegon karena Pusdalops merupakan satuan tugas yang ada di BPBD
Kota Cilegon. Kepala Seksi Perlindungan dan Jaminan Sosial Dinas Sosial
Kota Cilegon mengatakan bahwa:
”Udah, BPBD kan samalah dengan kita ya, mengangkat relawan-
relawan di tiap titik yang ada di kota cilegon, ketika ada kejadian
langsung dia menginformasikan. Kayak kemaren di Cupas, di
Watulawang kan rumah roboh, kan kamu ikut kan? Nah seperti itu.
Cepat turun ke lapangan. Perannya sudah berjalan dengan baik,
kalau tidak jalan, bencana tidak dapat ditangani.” (Wawancara
dengan I2.1, 22 Februari 2017, Pukul 15.25 WIB, di Dinas Sosial
Kota Cilegon)
Berdasarkan jawaban di atas yang disampaikan oleh I2.1 dapat
disimpulkan bahwa beliau telah merasakan peran BPBD Kota Cilegon
karena selaku Kepala Seksi Perlindungan dan Jaminan Sosial Dinas Sosial
Kota Cilegon mengetahui bahwa BPBD Kota Cilegon telah mengangkat
relawan-relawan di setiap titik-titik rawan bencana di Kota Cilegon seperti
yang dilakukan oleh Dinas Sosial Kota Cilegon yang mengangkat
relawan-relawan Tagana di setiap titik-titik rawan bencana. Selain itu,
Beliau juga telibat langsung dalam membantu masyarakat yang rumahnya
roboh akibat bencana longsor yang pada saat itu turun langsung
kelapangan bersama dengan BPBD Kota Cilegon. Menurut beliau peran
BPBD Kota Cilegon dapat dikatakan sudah baik karena tertanganinya
penanggulangan bencana di Kota Cilegon. Disini peneliti juga ikut
langsung turun kelapangan melihat kondisi dan memberi bantuan berupa
bantuan logistik yang diberikan oleh BPBD Kota Cilegon dan Dinas Sosial
100
Kota Cilegon kepada masyarakat yang terdampak bencana longsor di Link
Cupas dan Link. Watulawang, Kelurahan Gerem.
Sebagai tindak konfirmasi, peneliti juga menanyakan hal yang
seruoa kepada masyarakat. Berikut pernyataan yang diberikan I5.2 yaitu:
“Sudah hadir di masyarakat. Sekiranya memungkinkan ya
langsung ke lapangan, bahkan kemarin ketika terjadi longsor
dicupas dan di Watulawang yang siangnya langsung kesana itu,
BPBD langsung sigap, langsung naik gunung, karena jalan
tertutup aksesnya jadi tidak bisa langsung ke atas, mentok di
jurang yang longsor itu.” (Wawancara dengan I5.2, 1 Maret 2017,
Pukul 13.45 WIB, di Kelurahan Kotasari)
Hal senada juga disampaikan oleh I5.5 sebagai berikut:
“Iya ngerasain. Saya mengucapkan terimakasih buat BPBD dan
Pusdalops Kota Cilegon udah membantu saya dan keluarga saya
waktu tertimpa musibah itu. Terimakasih juga untuk bantuan
logistiknya, siangnya mereka yang baju orange sama orang dinsos
tagana-tagana itu kesini lagi soalnya buat ngasih makanan.” (Wawancara dengan I5.5, 4 April 2017, Pukul 8.45 WIB, di Link.
Watulawang, Kelurahan Gerem)
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh I5.2 dan I5.5 dapat
disimpulkan bahwa masyarakat sudah sudah merasakan peran BPBD Kota
Cilegon serta menilai bahwa BPBD Kota Cilegon sigap dalam membantu
masyarakat. Selain itu, masyarakat juga mengucapkan terimakasih kepada
BPBD dan Pusdalops Kota Cilegon serta Tagana atas bantuan logistik atau
buffer stock yang diberikan kepada masyarakat.
Kemudian, I2.4 berpendapatkan sebagai berikut:
“Sudah merasakan ya peran dari BPBD Kota Cilegon sebagai
penanggulangan bencana. Saya tahu BPBD walaupun tengah
malam mereka tetap hadir ke masyarakat menangani pengungsi
101
yang terkena banjir.” (Wawancara dengan I2.4, 16 Februari 2017,
Pukul 10.30 WIB, di Dinas Pekerjaan Umum Kota Cilegon)
Selaras pula dengan yang dikatakan oleh I2.6:
“Sudah merasakan peran dari BPBD Kota Cilegon, mereka sudah
hadir di tengah-tengah masyarakat membantu masyarakat yang
terkena banjir. Mau waktunya siang hari atau malam hari mereka
datang membantu masyarakat.” (Wawancara dengan I2.6, 17
Februari 2017, Pukul 15.35 WIB, di Sekretariat PMI Kota Cilegon)
Dari kedua pernyataan di atas yang disampaikan oleh I2.4 dan I2.6
dapat disimpulkan bahwa peran BPBD Kota Cilegon sudah dirasakan oleh
masyarakat karena mereka mengetahui BPBD Kota Cilegon telah hadir
ditengah-tengah masyarakat menangani pengungsi yang terkena banjir
walaupun bencana terjadi malam hari.
Berikut konfirmasi yang peneliti lakukan dengan masyarakat yang
terdampak banjir di Link. Sawah yaitu:
“Jelas saya merasakan peran BPBD Kota Cilegon. Kami
masyarakat yang terkena bencana atau musibah terasa terbantu
dengan adanya BPBD Kota Cilegon. Karena hampir ribuan rumah
yang terendam banjir untuk kejadian dibulan lalu itu. Seperti yang
saya bilang sebelumnya, BPBD dan Pusdalops Kota Cilegon hadir
ditengah masyarakat yang kesusahan melakukan penanggulangan
bencana.” (Wawancara dengan I5.4, 3 April 017, Pukul 16.10 WIB,
di Link. Sawah, Kelurahan Tamansari)
Selain itu, I5.3 juga mengungkapkan pendapatnya sebagai berikut:
“Iya merasakan peran BPBD, walaupun Pusdalops tidak langsung
datang kesini, katanya di Merak bencananya lebih parah
dibanding disini, karena mereka terbatas personil makanya
Pusdalops tidak datang, tapi kader-kadernya yang ada di
kelurahan mah tetep datang kesini waktu longsor itu terjadi.”
(Wawancara dengan I5.3, 20 Februari 2017, Pukul 14.15WIB, di
Link. Dermaga Malang, Kelurahan Gerem)
102
Dari jawaban di atas, dapat disimpulkan bahwa peran BPBD sudah
dirasakan oleh masyarakat karena masyarakat merasa terbantu dengan
adanya BPBD Kota Cilegon. Walaupun BPBD Kota Cilegon dan
Pusdalops tidak datang langsung ke lokasi bencana karena keterbatasan
SDM, tetapi kader-kader yang ada di kelurahan dengan sigap turun ke
lapangan atau lokasi bencana membantu masyarakat dalam
penyelenggaraan penanggulangan bencana. Pandangan positif lainnya juga
dinyatakan oleh I2.3, sebagai berikut:
“Sudah berperan banget dengan adanya BPBD Kota Cilegon saat
ini. Kami yaitu dinas-dinas terkait kebencanaan jadi punya
leading sector yang mengomandoi pada saat kami harus turun
kelapagan, tidak masing-masing. Jadi tahu yang sebenarnya
dibutuhkan masyarakat itu apa. Kalau dulu sebelum ada BPBD
Kota Cilegon kan semua dinas kebencanaan turun kelapangan.”
(Wawancara dengan I2.3, 23 Februari 2017, Pukul 09.40 WIB, di
Dinas Kesehatan Kota Cilegon)
Dari pernyataan di atas dapat terlihat bahwa dengan adanya BPBD
Kota Cilegon maka instansi terkait bencanaan tidak bergerak sendiri-
sendiri, lebih terkoordinir dengan adanya BPBD Kota Cilegon sebagai
leading sector dan itu sangat membantu dinas-dinas terkait dalam hal
penyelenggaraan penanggulangan bencana di Kota Cilegon agar lebih
efektif.
103
Kemudian, untuk mengetahui harapan peran dapat dilihat dari
harapan-harapan masyarakat yang ditujukan kepada BPBD Kota Cilegon.
Berikut yang disampaikan oleh Sekertaris Dinas Pekerjaan Umum Kota
Cilegon:
“Harapannya pertama lebih professional. Alhamdulillah sekarang
sudah bagus, lebih ditingkatkan lagi kinerjanya, baik sumber daya
manusianya, peralatan dilengkapi lagi, kecepatan penanggulangan
bencana sudah baik.” (Wawancara dengan I2.4, 16 Februari 2017,
Pukul 10.40 WIB, di Dinas Pekerjaan Umum Kota Cilegon)
Harapan lainnya juga dikatakan oleh I2.5:
“Harapan kedepannya, BPBD sebagai organisasi pemerintah
lebih sigap dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat baik
secara personil maupun peralatannya. Koordinasinya lebih
ditingkatkan, sekarang sudah bagus, kedepannya lebih bagus
lagi.”(Wawancara dengan I2.5, 16 Februari 2017, Pukul 11.15 WIB,
di Kantor Pemadam Kebakaran Kota Cilegon)
Berdasarkan kedua jawaban di atas yang disampaikan oleh I2.4 dan
I2.5 dapat disimpulkan bahwa harapannya agar adanya penambahan
personil dan peralatan Pusdalops Kota Cilegon serta koordinasinya
ditingkatkan kembali. Harapan lain disampaikan lebih jelas oleh I5.2:
“Harapan BPBD kedepan, terutama ke masyarakat ketika sekecil
apapun masyarakat meminta mudah-mudahan BPBD langsung
tanggap terhadap itu, dan tidak ada tersendat misalnya kita
membutuhkan perahu karet ketika ada banjir, atau ketika ada
pohon tumbang kita meminta alat senso secepatnya, mungkin
pengadaan barangnya dan personilnya ditambah. Karena kita
sering meminta, alasan mereka anggota kami terbatas, sarana
juga kurang. Kita sudah meminta ke BPBD untuk menganggarkan
alat senso untuk kelurahan tangguh bencana, Kelurahan Gerem.”
(Wawancara dengan I5.2, 1 Maret 2017, Pukul 14.00 WIB, di
Kelurahan Kotasari)
104
Dari jawaban di atas yang disampaikan oleh I5.2 dapat disimpulkan
bahwa harapan masyarakat kepada BPBD Kota Cilegon agar lebih
mendengarkan kebutuhan masyarakat serta adanya penambahan sarana
dan prasarana dalam mendukung kegiatan penanggulangan bencana seperti
perahu karet dan alat senso. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan
yang dilontarkan oleh I4.1:
“Pertama, harapannya koordinasi lebih terjalin lagi dengan baik.
Yang kedua, komunikasi lebih ditingkatkan. Ketiga, penyiapan
sarana dan prasarana untuk saling mendukung dalam tugas
penanggulangan bencana seperti alat angkut, perahu karet dan
dapur umum. Keempat, birokrasi yang berbelit dalam sistem
penanggulangan bencana bisa dipotong, karena kita kadang minta
segera, namun keterlambatan dalam pelaksanaan.” (Wawancara
dengan I4.1, 28 Februari 2017, Pukul 12.50 WIB, di Polres Cilegon)
Kemudian, I5.4 berpendapat sebagai berikut:
“Harapannya supaya BPBD Kota Cilegon lebih tanggap lagi,
kemudian koordinasi dengan dinas-dinas lain juga berjalan
dengan baik lagi, supaya penanggulangan bencana itu enggak
cuma saat bencana aja gitu. Kita mau ada pembangunan drainase
yang lebih besar biar enggak banjir lagi.” (Wawancara dengan I5.4,
3 April 017, Pukul 16.15 WIB, di Link. Sawah, Kelurahan
Tamansari)
Dari pendapat di atas yang disampaikan oleh I5.4 dapat disimpulkan
bahwa masyarakat mengharapkan agar BPBD Kota Cilegon lebih menjalin
koordinasi yang baik antar instansi kebencanaan, koordinasi tidak hanya
dilakukan pada saat terjadi bencana saja tetapi pasca bencana juga.
Harapan lain juga disampaikan oleh I5.5:
“Saya berharap bantuannya itu enggak cuma makanan ya neng.
Rumah saya rusak parah, saya pengennya bantuan rehab rumah
gitu. Tapi segitu juga saya udah terima kasih udah ditolongin
105
sama BPBD Kota Cilegon.” (Wawancara dengan I5.5, 4 April 2017,
Pukul 8.50 WIB, di Link. Watulawang, Kelurahan Gerem)
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh I5.5 dapat
disimpulkan bahwa masyarakat mengharapkan bantuan yang diberikan
oleh BPBD Kota Cilegon tidak sebatas bantuan logistik atau buffer stock,
tapi lebih kepada bantuan rehabilitasi rumah atau pasca bencananya.
Sedangkan PMI Kota Cilegon memiliki harapan tersendiri, seperti
yang disampaikan oleh:
“Harapannya, pertama Rupusdalops dengan BPBD dijadikan 1
kantornya. Yang kedua, tempatkan orang-orang yang professional,
cerdas dan tanggap di Pusat Pengendalian Operasi. Disanakan
banyak layar yang terkoneksi dengan lembaga dan SKPD, petugas
disana paham tidak mengoperasikannya, jangan-jangan mereka
gaptek, gagap teknologi.” (Wawancara dengan I2.6, 17 Februari
2017, Pukul 15.30 WIB, di Sekretariat PMI Kota Cilegon)
Berdasarkan penyataan di atas yang disampaikan oleh I2.6 bahwa
harapan yang diinginkan bagi BPBD Kota Cilegon terdapat dua hal, yang
pertama yaitu agar Rupusdalops Kota Cilegon dan BPBD Kota Cilegon
terdapat dalam 1 lokasi. Kedua, menempatkan staf operator Pusdalops
yang memiliki keahlian dan kemampuan untuk mengoperasikan sarana
dan prasarana yang ada di Rupusdalops Kota Cilegon.
106
4.4.2 Norma (Norm)
Norma merupakan salah satu bentuk harapan, yakni harapan yang
bersifat meramalkan (anticipatory), yaitu harapan tentang suatu perilaku
yang akan terjadi. Dan harapan normatif, yaitu keharusan yang menyertai
peran. Dengan demikian peran Pusdalops dalam pelayanan
penanggulangan bencana di Kota Cilegon akan selalu berkaitan dengan
peraturan perundang-undangan. Pertama, mengenai dimensi norma
(norm) peneliti mengajukan pertanyaan kepada Manajer Pusdalops yaitu
apakah standar operasional prosedur (SOP) untuk menjadi staf operator
Pusdalops Kota Cilegon sudah terpenuhi. Berikut pernyataan yang
disampaikan oleh I1.1:
“Mengacu pada Perka BNPB No.15 Tahun 2012 tentang Pedoman
Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana, SOP
untuk menjadi staf pusdalops Kota Cilegon belum terpenuhi. Staf
pusdalops direkrut sesuai kebijakan pimpinan saja, sehingga tidak
memperhatikan kualifikasi pendidikan. Berdasarkan peraturan
tersebut, menjadi staf operator minimal lulusan sarjana. Namun
dari 13 personil staf operator Pusdalops Kota Cilegon, baru 4
orang yang memenuhi standar lulusan sarjana, sisanya pendidikan
terakhir masih tingkat SMA.” (Wawancara dengan I1.1, 13 Ferbuari
2017, Pukul 8.35 WIB, di BPBD Kota Cilegon)
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh I1.1 dapat
disimpulkan bahwa standar operasional prosedur (SOP) untuk menjadi staf
operator Pusdalops Kota Cilegon belum terpenuhi. Dalam pelaksanaan
rekrutmen staf operator Pusdalops Kota Cilegon, pimpinan tidak
memperhatikan kualifikasi pendidikan terlihat dari jumlah 13 personil staf
operator Pusdalops Kota Cilegon hanya 4 dari 13 orang yang memenuhi
107
persyaratan lulusan sarjana muda yang tertuang dalam Perka BNPB No.15
Tahun 2012 tentang Pedoman Pusat Pengendalian Operasi
Penanggulangan Bencana (Pusdalops-PB).
Hal senada juga diungkapkan oleh I1.2 selaku staf operator
Pusdalops Kota cilegon mengatakan:
“Kalau mengacu Perka BNPB No.15 Tahun 2012 tentang
Pedoman Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana,
SOP untuk menjadi staf Pusdalops Kota Cilegon masih belum
terpenuhi. Lulusan SMA bisa menjadi staf Pusdalops dengan
ketentuan mempunyai keahlian-keahlian khusus, seperti keahlian
khusus tentang IT, keahlian khusus tentang kimia, keahlian khusus
tentang pemetaan, masih banyak lagi. Sedangkan saat ini kualitas
SDM staf Pusdalops Kota Cilegon belum memadai. Belum semua
staf Pusdalops Kota Cilegon memiliki keahlian tersebut.”
(Wawancara dengan I1.2, 13 Februari 2017, Pukul 10.36 WIB, di
Posko Pusdalops BPBD Kota Cilegon)
Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa standar
operasional prosedur (SOP) untuk menjadi staf operator Pusdalops Kota
Cilegon belum terpenuhi karena menurut beliau belum semua staf operator
Pusdalops Kota Cilegon memiliki keahlian-keahlian khusus yang
menunjang kinerjanya sebagai Pusdalops Kota Cilegon seperti keahlian
khusus tentang kimia, teknologi, pemetaan, dan lain-lain. Selain syarat
kualifikasi pendidikan yang belum terpenuhi, syarat memiliki keahlian
khusus yang diwajibkan dimiliki oleh staf operator Pusdalops Kota
Cilegon juga belum terpenuhi.
108
Seperti pendapat lainnya yang menyatakan bahwa standar
operasional prosedur (SOP) menjadi staf operator Pusdalops Kota Cilegon
belum terpenuhi, yang disampaikan oleh I7.1:
“Belum terpenuhi ya. Tidak semua staf operator bisa mengelola
data dan informasi kebencanaan yang kerjanya mantau lewat
monitor di Rupusdalops itu ya. Makanya dari 13 personil itu
dibagi lagi kedalam 3 tim, tapi setiap satu tim itu pasti ada satu
personil yang mengerti mengelola dan analisis data, dan itu ketua
regu piketnya. Makanya yang melaporkan ke BPBD dan share ke
WhatsApp Group itu ketua regunya, Nyetting radio juga belum
semua ngerti.” ((Wawancara dengan I7.1, 10 Maret 2017, Pukul
16.38WIB, di Kampus Untirta Cilegon)
Dari pernyataan di atas yang disampaikan oleh I7.1 dapat
disimpulkan bahwa SOP untuk menjadi staf operator Pusdalops Kota
Cilegon masih belum terpenuhi. Hal tersebut dikarenakan tidak semua
personil mampu mengelola serta analisis data dan informasi kebencanaan.
Hanya masing-masing ketua regu dari tiga tim tersebut yang mengerti
mengelola dan analisis data. Selain itu, belum semua personil mampu
setting radio yang merupakan jaringan komunikasi yang digunakan oleh
Pusdalops Kota Cilegon. Kemudian, peneliti juga menanyakan kepada I1.1
selaku Manajer Pusdalops, apakah jumlah SDM Pusdalops Kota Cilegon
saat ini sudah cukup. Berikut pendapat beliau:
“Kami rasa dengan jumlah staf operator 13 orang belum cukup,
masih perlu penambahan. Personil lain seperti supervisor,
koordinator administrasi, staf keuangan, staf dokumentasi, staf
sarana dan prasarana masih dibantu dengan staf yang ada di
BPBD Kota Cilegon. Tapi itu kembali lagi pada kebijakan
pimpinan, apa mau ditambah atau tidak.” (Wawancara dengan I1.1,
13 Ferbuari 2017, Pukul 8.40 WIB, di BPBD Kota Cilegon)
109
Selaras dengan pernyataan yang dilontarkan oleh I1.2:
“Belum cukup. Harusnya sesuai Perka BNPB itu staf operator saja
harusnya 16 orang, sedangkan kita jumlah keseluruhan personil
Pusdalops masih 13 orang. Untuk ukuran Kota Cilegon harusnya
sekitar 25 orang karena cukup banyak bencana apalagi di musim
hujan kayak gini. Di Perka BNPB juga dijelaskan bahwa
komposisi personil Pusdalops itu 25 orang.” (Wawancara dengan
I1.2, 13 Februari 2017, Pukul 10.40 WIB, di Posko Pusdalops BPBD
Kota Cilegon)
Berdasarkan pernyataan di atas yang diungkapkan oleh I1.1 dan I1.2
dapat disimpulkan bahwa dengan jumlah personil Pusdalops sebanyak 13
orang belum cukup untuk menangani permasalahan kebencanaan di Kota
Cilegon. Karena apabila mengacu pada peraturan yang ada, staf operator
Pusdalops saja seharusnya berjumlah 16 orang, sedangkan staf-staf lain
seperti supervisor, koordinator administrasi, staf keuangan, staf
dokumentasi, staf sarana dan prasarana juga harusnya terpisah dengan staf
BPBD Kota Cilegon. Sementara untuk di BPBD Kota Cilegon, personil
staf operator Pusdalops dan staf-staf lainnya masih dibantu dengan staf-
staf BPBD Kota Cilegon karena kekurangan sumber daya manusia (SDM).
Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Kepala
Bidang Mitigasi Bencana dan Human Factor Fakultas Teknik Untirta:
“Untuk jumlah personil Pusdalops Kota Cilegon sendiri masih
belum memadai, kita masih kekurangan orang. Kalau
dibandingkan dengan Jogja itu satu group piket itu 20-30 orang,
kalau di Cilegon kan satu piket cuma ada 4 orang. Jadi masih
kurang.” (Wawancara dengan I7.1, 10 Maret 2017, Pukul
16.38WIB, di Kampus Untirta Cilegon)
110
Kemudian, peneliti mempertanyakan mengenai lokasi bangunan
Rupusdalops (Crisis Centre) yang terpisah dengan BPBD Kota Cilegon.
Berikut pendapat yang diungkapkan oleh I1.2 :
“Untuk saat ini bangunan Crisis Centre dengan BPBD Kota
Cilegon masih terpisah, hal tersebut tentu membuat komunikasi
menjadi kurang efektif, karena analisis dilakukan di BPBD,
kemudian dilaporkan ke walikota. Kalau lokasi terpisah seperti ini,
jadi bolak balik saja pelaporannya antara pusdalops dan BPBD.
Karena kan yang mempunyai komando itu BPBD, sedangkan
Pusdalops merupakan jembatan koordinasi antara dinas-dinas
kebencanaan dan stakeholder terkait. Jadi, ya harusnya digabung
agar komunikasinya lebih mudah.” (Wawancara dengan I1.2, 13
Februari 2017, Pukul 10.45 WIB, di Posko Pusdalops BPBD Kota
Cilegon)
Dari pernyataan di atas yang disampaikan oleh I1.2 dapat
disimpulkan bahwa kondisi bangunan Rupusdalops (Crisis Centre) Kota
Cilegon dan BPBD Kota Cilegon hingga saat ini masih terpisah.
Perbedaan lokasi ini mengakibatkan terhambatnya proses pelaporan,
analisis serta pengambilan keputusan oleh pimpinan BPBD. Staf
Pusdalops Kota Cilegon menginginkan agar segera dilakukan
penggabungan lokasi agar komunikasi yang terjalin antara staf Pusdalops
Kota Cilegon dan pimpinan BPBD Kota Cilegon berjalan lebih efektif.
Kemudian, rencana kedepannya diungkapkan oleh I7.1:
“Karena untuk mengendalikan personil Pusdalops Kota Cilegon
dalam satu titik itu agak susah kalau tempatnya terpisah kayak
gini. Salah satu kelemahannya yaitu karena BPBD punya tiga pos.
rupusdalops, posko bpbd, dan gudang. Tahun depan rencananya,
BPBD akan punya kantor baru, di samping damkar.” (Wawancara
dengan I7.1, 10 Maret 2017, Pukul 16.43WIB, di Kampus Untirta
Cilegon)
111
Berdasarkan pernyataan yang diungkapkan oleh I7.1 dapat
disimpulkan bahwa dengan lokasi yang terpisah antara Rupusdalops
(Crisis Centre) Kota Cilegon dengan BPBD Kota Cilegon mengakibatkan
sulitnya menggabungkan personil Pusdalops Kota Cilegon dalam satu titik
yang sama. Tapi, beliau juga mengungkapkan bahwa akan ada rencana
untuk penggabungan lokasi tiga pos tersebut menjadi satu lokasi di
komplek yang sama yaitu disamping Kantor Pemadam Kebakaran Kota
Cilegon.
Kedua, untuk mengetahui harapan normatif yaitu keharusan yang
menyertai peran Pusdalops. Peneliti mengajukan pertanyaan mengenai
sistem yang dimiliki Pusdalops Kota Cilegon. Berikut pernyataan yang
disampaikan oleh staf operator Pusdalops sebagai berikut :
“Dari awal terbentuknya Pusdalops Kota Cilegon tahun 2008
sampai 2016 itu, kita pakai datanya data 2003. Ini data dari
industri, karena kita pakainya data 2003 terus sebenarnya
bahayanya juga. Karena enggak diperbarui tiap tahun, kita enggak
tahu apa perusahaan itu masih berdiri atau sudah bangkrut, apa
sudah ganti jenis kimia yang diproduksi atau tetap sama, apa
dampak ledakan dari jenis kimia yang ditimbulkan itu lebih besar
atau lebih kecil. Cuma sekarang tahun 2017 ini akan di upgrade
dari pihak BMKG. Baru akan kami update juga. Tapi belum tahu
kapan sedang menunggu tanda tangan walikota.” (Wawancara
dengan I1.2, 13 Februari 2017, Pukul 10.50 WIB, di Posko
Pusdalops BPBD Kota Cilegon)
Berdasarkan pernyataan di atas yang diungkapkan oleh I1.2 dapat
disimpulkan bahwa dari tahun 2008-2016 sistem yang dipakai oleh
Pusdalops Kota Cilegon yaitu data 2003. Namun, di tahun 2017 ini akan
dilakukan upgrade atau peningkatan sistem dari Badan Meteorologi
112
Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang akan dipasang pada tahun 2017
juga, hanya saja masih menunggu persetujuan tanda tangan dari Walikota
Cilegon.
Selain itu, terkait norma yang berkaitan dengan peran yang
menyertai tugas Pusdalops Kota Cilegon. Hal yang selanjutnya
dipertanyakan yaitu apakah pengumpulan informasi kebencanaan sudah
melibatkan masyarakat. I1.1 mengatakan:
“Kita sudah melibatkan dan mengikutsertakan masyarakat dalam
pengumpulan informasi seperti kelurahan tangguh bencana dan
relawan-relawan dititik-titik rawan bencana. Untuk kelurahan
tangguh bencana sendiri kita sudah bentuk salah satunya di
Kelurahan Gerem. Jadi masyarakat bisa menghubungi nomer
BPBD Kota Cilegon, Pusdalops Kota Cilegon atau menghubungi
saya langsung kalau terjadi bencana diwilayahnya.” (Wawancara
dengan I1.1, 13 Ferbuari 2017, Pukul 8.55 WIB, di BPBD Kota
Cilegon)
Dari pernyataan di atas yang disampaikan oleh I1.1 dapat
disimpulkan bahwa pengumpulan informasi sudah melibatkan masyarakat.
BPBD Kota Cilegon juga telah membentuk kelurahan tangguh bencana.
Masyarakat dapat menginformasikan apabila terjadi bencana dengan
menghubungi pihak BPBD Kota Cilegon, Pusdalops Kota Cilegon atau
menelpon langsung personilnya. Berikut konfirmasi dari pihak Kelurahan
Gerem:
“Kelurahan kita telah dibentuk oleh BPBD Kota Cilegon sebagai
kelurahan tangguh bencana di Kota Cilegon. Kita juga ada
organisasinya yang diketuai oleh Pak Kurtubi itu, namanya PRB
(Pengurangan Resiko Bencana). Ada 30 orang, terkait
pengumpulan informasi kita melibatkan warga, RT, RW, kader dan
113
karang taruna.” (Wawancara dengan I5.1, 1 Maret 2017, Pukul
16.30 WIB, di Kelurahan Gerem)
Dari pernyataan di atas yang disampaikan oleh I5.1 dapat
disimpulkan bahwa Kelurahan Gerem telah dibentuk sebagai kelurahan
tangguh bencana (KTB) oleh BPBD Kota Cilegon sehingga pengumpulan
informasi sudah mengikutsertakan masyarakat melalui forum pengurangan
resiko bencana (PRB) melibatkan warga, RT, RW, kader-kader yang ada
di kelurahan dan karang taruna. Hal ini diperkuat dengan pernyataan yang
berikan oleh masyarakat di Link.Dermaga, Kelurahan Gerem, beliau
mengatakan bahwa pengumpulan informasinya sudah melibatkan
masyarakat, aada kader-kadernya di kelurahan, jumlah cukup banyak dan
itu rata-rata ibu-ibu. Kemudian I5.4 mengatakan bahwa :
“Masyarakat sudah dilibatkan dalam pengumpulan informasi.
Ketika kita ada bencana, khususnya banjir kalau di daerah sini,
masyarakat bisa melaporkan kejadian bencana tersebut ke
Pusdalops Kota Cilegon, ada nomer telepon mereka yang bisa kita
hubungi.” (Wawancara dengan I5.4, 3 April 017, Pukul 16.18 WIB,
di Link. Sawah, Kelurahan Tamansari)
Dari jawaban di atas yang disampaikan oleh I5.4 dapat disimpulkan
bahwa masyarakat sudah dilibatkan dalam pengumpulan informasi
bencana di Kota Cilegon. Masyarakat juga bisa memberikan informasi
yang dialami mereka dengan memberikan laporan kebencanaan kepada
Pusdalops Kota Cilegon.
Untuk mengetahui lebih dalam, peneliti mengajukan pertanyaan
lainnya yaitu apakah hasil pantauan Pusdalops Kota Cilegon sudah
114
terdokumentasi dan tersebar kepada instansi kebencanaan dan masyarakat.
Berikut pernyataan dari I1.1:
“Sudah terdokumentasi dan tersebar dengan baik ke dinas-dinas
terkait kebencanaan di Kota Cilegon. Kami kan ada WhatsApp
Group, didalamnya itu ada instansi kebencanaan terkait, untirta,
industri, kader-kader di kelurahan tangguh bencana, disitu hasil
pantauan dari Pusdalops Kota Cilegon kita share setiap hari
mengenai perkiraan cuaca, info kebencanaan gempa dan tsunami,
stok darah yang dimiliki PMI, bahkan kita cantumkan petugas
yang piket dilengkapi nomor telepon BPBD dan Pusdalops Kota
Cilegon.” (Wawancara dengan I1.1, 13 Ferbuari 2017, Pukul 9.00
WIB, di BPBD Kota Cilegon)
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh I1.1 dapat
disimpulkan bahwa hasil pantauan Pusdalops Kota Cilegon sudah
terdokumentasi dan tersebar dengan baik kepada instansi kebencanaan,
Untirta, industri dan masyarakat melalui WhatsApp Group. Hasil pantauan
Pusdalops Kota Cilegon tidak hanya mengenai perkiraan cuaca saja, disitu
juga terdapat info kebencanaan gempa dan tsunami, stok darah yang
dimiliki PMI, bahkan nomer telepon dari petugas piket agar memudahkan
masyarakat dalam menyampaikan laporan bencana di Kota Cilegon.
Kemudian peneliti juga mengajukan pertanyaan yang sama kepada
Kepala Seksi Perlindungan dan Jaminan Sosial Dinas Sosial Kota Cilegon.
Berikut pernyataan yang diungkapkan oleh I2.1:
“Iya hasil pantauan tersebar dan terdokumentasi di WhatsApp
Group. Selain itu, BPBD juga kerja sama dengan BCO (Berita
Cilegon Online), jadi disitu semua kejadian bencana di cilegon di
share. Nah, masyarakat tahu, SKPD tahu, apa yang dilakukan oleh
BPBD, instansi terkait, dinsos, kemudian kecamatan, kelurahan,
instansi yang terkait ajalah pokoknya. Belum lagi di koran-koran,
media cetak, BPBD juga kerjasama. Itu juga kan sama, bentuk
115
laporan juga kan ke masyarakat dan SKPD terkait, termasuk
kepala daerah.” (Wawancara dengan I2.1, 22 Februari 2017, Pukul
15.40 WIB, di Dinas Sosial Kota Cilegon).
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh I2.1 dapat
disimpulkan bahwa hasil pantauan Pusdalops Kota Cilegon sudah
terdokumentasi dan tersebar melalui WhatsApp Group ke Dinas Sosial
Kota Cilegon. Selain melalui WhatsApp Group, hasil pantauan Pusdalops
Kota Cilegon juga disebar dan didokumentasikan di media cetak yaitu
koran-koran lokal dan media elektronik salah satunya yaitu BCO (Berita
Cilegon Online).
Berikut pernyataan yang disampaikan oleh I2.3:
“Ada. Jadi Pusdalops itu ada laporan yang tersebar ke kami setiap
hari dan pertahunnya. Misalnya satu tahun menanggulangi
bencananya apa aja, kejadiannya berapa kali dalam setahun, itu
mereka kasih laporan ke kita, kejadian-kejadian dilaporkan dan
terdokumentasi.” (Wawancara dengan I2.3, 23 Februari 2017, Pukul
10.00 WIB, di Dinas Kesehatan Kota Cilegon)
Dari jawaban di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil pantauan
Pusdalops Kota Cilegon sudah tersebar dengan baik kepada Dinas
Kesehatan Kota Cilegon. Laporan yang diberikan Pusdalops Kota Cilegon
tidak hanya laporan rutin harian tetapi laporan yang sifatnya tahunan juga
dilaporkan kepada instansi-instansi terkait kebencanaan.
Pendapat lain juga disampaikan oleh Sekertaris Dinas Pekerjaan
Umum Kota Cilegon:
“Informasi bencana sudah diberikan melalui surat pemberitahuan
kepada dinas-dinas terkait. Disitu diberitahu titik rawan bencana,
titik evakuasi korban jika terjadi tsunami, ada kiat-kiat untuk pra
116
bencana, saat bencana dan pasca bencana dijelaskan secara rinci
dari masing-masing bencana, seperti banjir, longsor, kekeringan,
tsunami, gempa bumi, dan lain-lain.” (Wawancara dengan I2.4, 16
Februari 2017, Pukul 10.45 WIB, di Dinas Pekerjaan Umum Kota
Cilegon)
Serupa dengan yang diungkapkan oleh I3.1:
“Sudah tersebar gitu kan, dengan baik, terdokumentasi maupun
kegiatan selembaran-selembaran seperti yang ini, yang bapak
bawa. Karena apa, karena untuk kesiapsiagaan dari mulai
persiapan bencana, saat terjadi bencana, sebelum terjadi bencana,
sesudah terjadi bencana, kita ada protap yang dibuat oleh BPBD
Kota Cilegon bersama-sama dinas terkait yang harus
dilaksanakan.” (Wawancara dengan I3.1, 23 Februari 2017, Pukul
10.05 WIB, di Kodim 0623 Cilegon)
Berdasarkan kedua jawaban di atas dapat disimpulkan bahwa
Dinas Pekerjaan Umum Kota Cilegon dan Kodim 0623 Cilegon telah
menerima hasil pantauan dari Pusdalops Kota Cilegon melalui surat
pemberitahuan yang diberikan kepada dinas-dinas yang terkait
kebencanaan di Kota Cilegon. Surat pemberitahuan atau selembaran-
selembaran tersebut sudah mencakup mengenai titik-titik rawan bencana
di Kota Cilegon, jalur evakuasi Kota Cilegon, kiat-kiat untuk menghadapi
jenis-jenis bencana pada pra bencana, saat terjadi bencana dan pasca
bencana yang dijadikan sebagai landasan bagi instansi-instansi terkait
kebencanaan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana di Kota
Cilegon.
117
Pendapat lain juga diungkapkan oleh Kasi Penyelamatan Evakuasi
dan Perlindungan Hak Sipil Pemadam Kebakaran Kota Cilegon, sebagai
berikut:
“Belum ada hasil pantauan pusdalops yang tersebar ke saya,
karena saya baru jadi kasi penyelamatan di damkar, jadi belum
masuk ke WhatsApp Group BPBD Kota Cilegon. Mungkin
dibagian sekertaris sudah masuk. Karena memang kami selalu
diberitahu terkait kebencanaan oleh BPBD, jika BPBD tahu lebih
dahulu dan memang membutuhkan bantuan pihak damkar.”
(Wawancara dengan I2.5, 16 Februari 2017, Pukul 11.20 WIB, di
Kantor Pemadam Kebakaran Kota Cilegon)
Hal senada juga diungkapkan oleh I5.2:
“Sedikit yang sudah masuk, banyak yang belum terakomodir oleh
pantauan Pusdalops. Kita enggak gabung di whats app group
pusdalops sih, kita masuknya di forum PRB aja jadi datanya belum
terakomodir di kami.” (Wawancara dengan I5.2, 1 Maret 2017,
Pukul 14.05 WIB, di Kelurahan Kotasari)
Dari kedua jawaban di atas yang disampaikan oleh I2.5 dan I5.2 dapat
disimpulkan bahwa hasil pantauan Pusdalops Kota Cilegon belum tersebar
dengan baik kepada instansi kebencaanan dan masyarakat dikarenakan
mereka belum tergabung dalam WhatsApp Group Forum Penanggulangan
Bencana Daerah Kota Cilegon. Sehingga informasi yang dilaporkan setiap
harinya oleh Pusdalops Kota Cilegon tidak mereka ketahui.
Masih untuk mengetahui norma yang berkaitan dengan peran
Pusdalops sebagai pengelola data dan informasi kebencanaan. Peneliti
mengajukan pertanyaan lainnya yaitu apakah data yang dikelola oleh
Pusdalops Kota Cilegon sudah dimanfaatkan secara optimal oleh instansi
118
kebencanaan terkait. Berikut pernyataan dari staf operator Pusdalops Kota
Cilegon:
“Data sudah dimanfaatkan dengan baik, seperti Bappeda
digunakan untuk pembangunan daerah, Dinas PU untuk
pembangunan drainase yang kurang lebar. Dinkes itu terkait
wabah penyakit, misal ada banjir, datanya digunakan untuk
memprediksi jenis penyakitnya apa, obat yang dibutuhkan apa
saja, sementara pemadam kebakaran datanya untuk data alat-alat
pemadam di industri, apa sudah cukup apa masih perlu bantuan
dari damkar Kota Cilegon.” (Wawancara dengan I1.2, 13 Februari
2017, Pukul 11.05 WIB, di Posko Pusdalops BPBD Kota Cilegon)
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh I12 dapat
disimpulkan bahwa data yang dikelola oleh Pusdalops Kota Cilegon telah
dimanfaatkan dengan baik oleh instansi-instansi terkait kebencanaan di
Kota Cilegon sesuai dengan tupoksinya masing-masing seperti yang telah
disebutkan di atas oleh beliau diantaranya data sudah dimanfaatkan oleh
Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kesehatan dan Dinas Pemadam
Kebakaran. Kemudian, berikut pernyataan yang disampaikan oleh I2.1:
“Data yang ada sudah kita dimanfaatkan, di dinsos itu ada
bagiannya kepala UPT Data. Sehingga data-data yang ada di kita
yang tupoksinya kita, terutama data-data PMKS (Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial) terutama masalah bantuan fakir
miskin, kita bantu dengan pemakanan, logistik atau dapur umum.”
(Wawancara dengan I2.1, 22 Februari 2017, Pukul 15.45 WIB, di
Dinas Sosial Kota Cilegon).
Dari penyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa data yang
diberikan oleh Pusdalops Kota Cilegon sudah dimanfaatkan oleh Dinas
Sosial Kota Cilegon sesuai dengan tupoksinya yaitu dengan memberikan
bantuan logistik (buffer stock) dan dapur umum kepada masyarakat yang
tertimpa bencana.
119
Pernyataan lainnya juga diungkapkan oleh I3.1:
“Sudah dimanfaatkan secara optimal, minimal untuk kegiatan
acuan di wilayah, misalkan suatu saat terjadi, kita sudah tahu titik-
titik kerawanan, itu data yang dikeluarkan dari BPBD. Dan kalau
misalkan terjadi hal yang tidak kita harapkan pun, seperti terjadi
tsunami, kita sudah menyiapkan titik lokasi atau daerah evakuasi
bencana tsunami. Seperti titik-titik yang sudah ditentukan, dan
sudah dibahas, dan sudah dikoordinasikan secara matang, dapat
dikatakan sudah merupakan sebuah protap tingkat Kota Cilegon.”
(Wawancara dengan I3.1, 23 Februari 2017, Pukul 10.10 WIB, di
Kodim 0623 Cilegon)
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa data
yang dikelola oleh Pusdalops Kota Cilegon sudah dimanfaatkan secara
optimal oleh Kodim 0623 Cilegon khususnya untuk kegiatan acuan di
wilayah-wilayah rawan bencana. Dengan data tersebut, masyarakat jadi
mengetahui titik-titik kerawanan dan titik-titik daerah evakuasi saat terjadi
bencana. Dengan data tersebut pula, Pemerintah Kota Cilegon menjadi
lebih siap ketika terjadi bencana. Pernyataan lain juga dikatakan oleh I5.1:
“Kita manfaatkan secara optimal, kalo itu memang berkaitan
dengan wilayah kita, tentunya kita langsung informasikan kepada
masyrakat yang bersangkutan, terutama bagi masyarakat yang ada
dilokasi benar-benar beresiko bencana.” (Wawancara dengan I5.1,
1 Maret 2017, Pukul 16.30 WIB, di Kelurahan Gerem)
Dari pernyataan di atas yang disampaikan oleh I5.1 dapat
disimpulkan bahwa data yang diberikan oleh Pusdalops Kota Cilegon telah
dimanfaatkan secara optimal khususnya apabila data yang diberikan
tersebut berkaitan dengan wilayah di Kelurahan Gerem. Data tersebut
digunakan untuk menginformasikan kepada masyarakat yang berada
dilokasi rawan bencana.
120
Selain itu, berikut pernyataan yang diutarakan oleh I2.4:
“Sudah dimanfaatkan terutama untuk pasca bencananya. Kita
punya alat berat seperti loder, jadi apa yang dibutuhkan oleh
BPBD, akan kita kirimkan kesana ke lokasi bencana. Itu artinya,
data yang diberikan oleh BPBD, kita manfaatkan untuk itu.”
(Wawancara dengan I2.4, 16 Februari 2017, Pukul 10.50 WIB, di
Dinas Pekerjaan Umum Kota Cilegon)
Dari penyataan di atas yang diutarakan oleh I2.4 dapat disimpulkan
bahwa data yang dikelola oleh Pusdalops Kota Cilegon telah dimanfaatkan
oleh Dinas Pekerjaan Umum Kota Cilegon untuk membantu masyarakat
dalam kegiatan pasca bencana salah satunya dengan memberikan bantuan
alat berat seperti loder.
Pertanyaa terakhir yang peneliti berikan terkait dengan dimensi
norma (norm) yaitu mengenai jaringan komunikasi yang dimiliki
Pusdalops Kota Cilegon. Berikut pernyataan yang disampaikan oleh I1.1:
“Untuk jaringan komunikasi semuanya sudah terstandarisasi.
Hanya saja untuk di Kota Cilegon jaringan komunikasi yang
dimiliki belum maksimal. Standarnya kan personil
penanggulangan bencana itu mempunyai HT, tapi di kami belum,
apalagi di tingkat masyarakat atau kecamatan, masih terbentur
anggaran, jadi untuk saat ini kami hanya memakai jaringan
komunikasi yaitu telepon dan radio genggam untuk personil
dilapangan, dinas terkait dan masyarakat. Jaringan komunikasi itu
kan memerlukan biaya yang cukup besar. Anggarannya ada hanya
saja tidak tercover.” (Wawancara dengan I1.1, 13 Ferbuari 2017,
Pukul 9.10 WIB, di BPBD Kota Cilegon)
Dari pernyataan di atas yang disampaikan oleh I1.1 dapat
disimpulkan bahwa jaringan komunikasi yang dimiliki Pusdalops Kota
Cilegon sudah terstandarisasi, hanya saja peralatan yang sudah ada belum
maksimal seperti Handy Talk (HT) yang merupakan alat komunikasi yang
dipakai Pusdalops Kota Cilegon belum tersedia sampai tingkat kecamatan.
121
Jaringan komunikasi yang dipakai oleh Pusdalops Kota Cilegon untuk saat
ini yaitu telepon dan radio gengam untuk personil dilapangan saat terjadi
bencana.
Hal senada juga disampaikan oleh Kepala Bidang Mitigasi
Bencana dan Human Factor Fakultas Teknik Untirta:
“Sebenarnya semua peralatan itu sudah terstandarisasi. Kayak
sirine, DVB, InaTews yang Early Warning untuk tsunami, bouy,
CCTV, kan itu standar Jerman, tapi semuanya rusak. Dibilang
terstandarisasi ya terstandarisasi, di bilang punya ya punya, tapi
gimana, semuanya rusak. Tapi Pusdalops tidak tergantung dengan
alat. Maksudnya misalnya tidak ada sirine, masih ada kentongan,
terus untuk DVB tidak bisa, kita pakai WhatsApp. Kamera kan
untuk mantau saja, kalau tidak ada banjir ya tidak ada yang
dipantau. Kalau banjir pakai laporan lewat WhatsApp masih bisa,
artinya perannya masih bisa berjalan. Kalau bencana
mengandalkan high technology, ya susah.” (Wawancara dengan
I7.1, 10 Maret 2017, Pukul 16.50 WIB, di Kampus Untirta Cilegon)
Dari pernyataan di atas yang disampaikan oleh I7.1 dapat
disimpulkan bahwa jaringan komunikasi yang dimiliki Pusdalops Kota
Cilegon semuanya sudah terstandarisasi. Hanya saja peralatan tersebut
sudah tidak berfungsi seperti Sirine, Digital Video Broadcast (DVB),
Indonesia Tsunami Early Warning sistem (InaTews) untuk sistem
peringatan dini ketika terjadi tsunami, Bouy yaitu alat pendeteksi tsunami,
dan Closed Circuit Television (CCTV). Dengan peralatan yang tidak
berfungsi tersebut maka Pusdalops Kota Cilegon mensiasatinya dengan
menggunakan media sosial yaitu WhatsApp. Disisi lain, perbaikan
peralatan-peralatan juga tidak bisa dilakukan seluruhnya karena terbentur
dengan anggaran yang dimiliki oleh BPBD Kota Cilegon.
122
4.4.3 Wujud Perilaku (Performane)
Peran yang diwujudkan oleh aktor, meninjau perwujudan peran ini
dengan memperkenalkan istilah permukaan (front), yaitu untuk
menunjukkan perilaku-perilaku tertentu yang diekspresikan secara khusus
agar orang lain mengetahui dengan jelas peran si pelaku (actor). Dengan
demikian, Pusdalops Kota Cilegon merupakan satuan tugas yang ada di
BPBD Kota Cilegon yang berperan sebagai pengelola informasi
kebencanaan dan pengendali koordinasi antar intansi terkait kebencanaan,
stakeholder dan masyarakat. Sehingga peran dan wujud perilaku yang
ditunjukkan oleh Pusdalops Kota Cilegon disini sangat penting.
Dalam wujud perilaku terdapat dua sub dimensi yang terdiri dari
peran dan pelaporan, sehingga kerentanan dan dampak bencana yang
dikhawatirkan pun dapat dicegah dan diminimalisir sebelum bencana
123
tersebut benar-benar terjadi. Pertama, mengenai dimensi wujud perilaku
(performance), peneliti mengajukan pertanyaan yang paling mendasar
yaitu apa peran Pusdalops Kota Cilegon. Berikut jawaban yang
diungkapkan oleh Manajer Pusdalops:
“Peran Pusdalops Kota Cilegon itu sebagai pengelola informasi
kebencanaan sekaligus pengendali koordinasi antara pemerintah,
lembaga, dunia usaha dan masyarakat. Pengelolaan informasi
tersebut dilakukan setiap hari oleh Pusdalops di Rupusdalops,
sedangkan koordinasi dilakukan pada saat terjadi bencana dan
pasca bencana dengan instansi kebencanaan terkait sesuai dengan
data yang ada dan yang dibutuhkan oleh masyrakat. Pada saat
terjadi bencana, personil Pusdalops juga ikut turun ke lokasi
bencana untuk membantu masyarakat melakukan evakuasi korban
dan penyelamatan, kaji cepat data, bantuan logistik termasuk
melakukan koordinasi dengan instansi terkait kebencanaan tadi.”
(Wawancara dengan I1.1, 13 Ferbuari 2017, Pukul 9.15 WIB, di
BPBD Kota Cilegon)
Berdasarkan pernyataan yang diungkapkan oleh I1.1 dapat
disimpulkan bahwa peran Pusdalops Kota Cilegon yaitu sebagai pengelola
informasi kebencanaan dan sebagai pengendali koordinasi. Peran
Pusdalops Kota Cilegon sebagai pengelola informasi kebencanaan
merupakan kegiatan harian yaitu melakukan pemantauan kondisi geografis
Kota Cilegon melalui monitor di Rupusdalops (Crisis Centre) Kota
Cilegon. Sedangkan, peran Pusdalops Kota sebagai pengendali koordinasi
hanya dilakukan pada saat terjadi bencana dan pasca bencana dengan
instansi-instansi terkait kebencanaan sesuai dengan apa yang dibutuhkan
oleh masyarakat yang terdampak dari bencana tersebut. Selain itu, peran
Pusdalops Kota Cilegon pada saat terjadi bencana juga turun ke lokasi
124
bencana untuk melakukan evakuasi korban, penyelamatan, kaji cepat data
serta memberi bantuan logistik.
Hal senada juga diungkapkan oleh I1.2:
“Peran Pusdalops Kota Cilegon itu untuk menganalisa kejadian
bencana di Kota Cilegon pada tahap pra bencana, pada saat
terjadi bencana Pusdalops juga mengelola data kejadian dan
aktivasi tanggap darurat yaitu evakuasi korban, harta bencana,
peyediaan logistik dan peralatan penanggulangan bencana serta
menjalin koordinasi dengan dinas-dinas kebencanaan terkait pada
saat terjadi bencana dan pasca bencana untuk dilakukan
rehabilitasi dan rekonstruksinya. Jadi, pusatnya informasi dan
komunikasi kebencanaan ada di Pusdalops Kota Cilegon berbasis
data.” (Wawancara dengan I1.2, 13 Februari 2017, Pukul 11.15
WIB, di Posko Pusdalops BPBD Kota Cilegon)
Berdasarkan pernyataan yang diungkapkan oleh I1.1 dapat
disimpulkan bahwa peran Pusdalops Kota Cilegon yaitu menganalisa
kejadian bencana pada tahap pra bencana, pada saat terjadi bencana dan
pasca bencana yang berbasis data. Pada tahap pra bencana, Pusdalops Kota
Cilegon menganalisa kejadian bencana di Rupusdalops (Crisis Centre).
Pada saat terjadi bencana, Pusdalops Kota Cilegon mengelola kejadian
bencana dengan melakukan kaji cepat data dan aktivasi tanggap darurat.
Pusdalops Kota Cilegon juga menjalin koordinasi dengan instansi-instansi
kebencanaan pada saat terjadi bencana dan pasca bencana untuk
penyelenggaraan penanggulangan bencana.
Hal ini dipekuat dengan pernyataan yang diungkapkan oleh I7.1
sebagai berikut:
“Peran pusdalops itu ada tiga yaitu pra bencana, saat bencana
dan pasca bencana. Pra bencana itu Pusdalops punya program
125
dan kegiatan, seperti desa/kelurahan tanggap bencana
(DESTANA). Pusdalops ini mendampingi destana untuk persiapan
ketika terjadi bencana. Pada saat bencana, jelas Pusdalops turun
tangan seperti pada banjir kemarin di merak, itu Pusdalops yang
turun tangan, kita bunyi kan saja frekuensi ini, mereka pasti selalu
siap. Kalau pasca bencana yang menyalurkan bantuan itu BPDB.
Dinas-dinas tersebut menyalurkan bantuannya lewat BPBD, nanti
yang menyalurkan lagi Pusdalops.” (Wawancara dengan I7.1, 10
Maret 2017, Pukul 16.55 WIB, di Kampus Untirta Cilegon)
Dari pendapat yang disampaikan oleh I7.1 dapat disimpulkan bahwa
Pusdalops Kota Cilegon memainkan perannya yaitu pada pra bencana, saat
bencana dan pasca bencana. Peran Pusdalops Kota Cilegon pada pra
bencana melakukan pemantauan secara rutin di Rupusdalops dan membuat
program dan kegiatan seperti desa tangguh bencana (DESTANA). Pada
saat terjadi bencana, peran Pusdalops yaitu membantu masyarakat
langsung ke lokasi bencana. Sedangkan untuk pasca bencana, Pusdalops
mengkoordinasikan instansi terkait kebencanaan untuk melakukan
rehabilitasi dan rekonstruksi sesuai dengan tupoksi masing-masing.
Namun, dalan hal melakukan kegiatan pra bencana, saat bencana
dan pasca bencana, juga terdapat kendala yang dikeluhkan. Peneliti
mencoba menanyakan mengenai kendala apa yang ditemukan Pusdalops
Kota Cilegon dalam pengelolan informasi kebencanaan. Berikut jawaban
yang diungkapkan I1.1 selaku Manajer Pusdalops:
“Kendala dalam pengelolaan informasi yaitu lebih kepada sarana
dan prasarana yang tidak memadai. Kita tahu dalam melakukan
akitivitas pemantauan kita memerlukan alat seperti monitor,
namun untuk saat ini monitor yang dimiliki pusdalops mengalami
kerusakan, hanya 1 yang berfungsi dari 3 monitor yang dimiliki.”
(Wawancara dengan I1.1, 13 Ferbuari 2017, Pukul 9.20 WIB, di
BPBD Kota Cilegon)
126
Dari pernyataan yang disampaikan oleh I1.1 dapat disimpulkan
bahwa kendala yang dialami Pusdalops Kota Cilegon yaitu pada saat
melakukan akitivitas pemantauan di Rupusdalops (Crisis Centre) karena
terkendala peralatan yang tidak berfungsi salah satunya monitor yang
merupakan alat yang cukup penting dalam melakukan pengelolan
informasi kebencanaan. Senada dengan yang dikatakan oleh I7.1 bahwa:
“Semua alat dimiliki Pusdalops tapi keadaannya tidak berfungsi.
DVB mati jadi untuk saat ini tidak bisa broadcast ke instansi-
instansi, kayak kemarin kejadian di Cilegon ada gempa 10 km
kedalamnya, kecil 3,5 SR. DVB Pusdalops mati. Jadi untuk sarana
pengelolaan informasi kebencanaan dibilang punya ya punya
Pusdalops itu, tapi semuanya rusak.” (Wawancara dengan I7.1, 10
Maret 2017, Pukul 17.00 WIB, di Kampus Untirta Cilegon)
Dari jawaban yang disampaikan oleh I7.1 dapat disimpulkan bahwa
kendala yang ditemukan oleh Pusdalops Kota Cilegon yaitu rusakya
sarana dan prasarana yang dimiliki Pusdalops Kota Cilegon seperti tidak
berfungsinya DVB (Digital Video Broadcats) yang merupakan sarana
untuk mendisemeniasikan peringatan dini kepada stakeholder, instansi
terkait kebencanaan, relawan-relawan dan masyarakat. Pendapat lain
dikatakan oleh staf operator Pusdalops Kota Cilegon sebagai berikut:
“Kendala dalam pengumpulan informasi yaitu monitoring.
Monitor yang dimilki pusdalops hanya 3, dimana 2 tidak berfungsi.
Sementara, monitoring sangat penting dalam pengelolaan
informasi kebencanaan untuk mendeteksi kejadian bencana yang
akan terjadi di Kota Cilegon. Hambatannya ada diperalatan, yaitu
monitor mati. Namun, kendala ketika terjadi bencana yaitu saat
melakukan koordinasi, karena kita melalui via telpon, masalah
pertama tidak ada sinyal, masalah kedua pulsanya (namanya
dilapangan tahu-tahu pulsa habis bingung belinya), ketiga kadang-
kadang yang namanya alat pakai radio suka error.” (Wawancara
127
dengan I1.2, 13 Februari 2017, Pukul 11.20 WIB, di Posko
Pusdalops BPBD Kota Cilegon)
Dari pernyataan yang disampaikan oleh I1.2 dapat disimpulkan
bahwa kendala yang dialami Pusdalops Kota Cilegon tidak hanya pada pra
bencana yakni pada saat pengumpulan informasi kebencanaan seperti tidak
berfungsinya monitor. Kendala lain juga ditemukan Pusdalops Kota
Cilegon pada saat terjadi bencana yaitu terhambatnya kooordinasi yang
dijalankan oleh Pusdalops Kota Cilegon. Kendala tersebut diantarannya
tidak terdapat sinyal jika berada di lokasi yang sulit terjangkau atau
bahkan kehabisan pulsa karena Pusdalops Kota Cilegn melakukan
koordinasi melalui via telepon, selain itu jaringan komunikasi radio juga
terkadang suka error.
Kemudian, terkait dengan peran Pusdalops peneliti juga
mempertanyakan mengenai jaringan komunikasi apa saja yang dipakai
Pusdalops Kota Cilegon dalam mendiseminasikan peringatan dini kepada
masyarakat dan instansi kebencanaan. Berikut upaya yang telah dilakukan
oleh BPBD dan Pusdalops Kota Cilegon untuk mendesiminasikan
peringatan kepada masyarakat berupa himbauan atau pemberitaan Early
Warning melalui 5 stasiun radio, yaitu:
a. PT. Radio 2Threefour Mediatama Communication (SAM Radio
96,9 MHz);
b. PT. Radio Swara Kukila Kenari (Banten Radio Frekwensi 95,3
MHz);
c. PT. Radio Top Persada (Top FM Cilegon Frekwensi 91,8 MHz);
d. PT. Radio Khatulistiwa Sentra Senada (Kis FM Frekwensi 90,2
MHz);
e. Radio Cilegon Mandiri (Mandiri FM Frekwensi 102 MHz).
128
Kemudian, himbauan juga dilakukan melalui media cetak dan
media elektronik, dengan rincian sebagai berikut:
a. Media Cetak dilaksanakan pada 4 media massa lokal yaitu: Radar
Banten, Kabar Banten, Banten Pos dan Banten Raya. Selain itu
dilakukan sosialisasi melalui Leafleat, Stiker, Benner, dan Plang
Himbauan/Larangan.
b. Media Elektronik dilaksanakan pada 4 media online yaitu: Banten
News, Local 1 News, Sebelasnews, dan Berita Cilegon.
Seperti yang dijelaskan oleh I1.1:
“Pada pra bencana, jaringan komunikasi yang dipakai untuk
mendesiminasikan informasi kebencanaan lewat WhatsApp Group,
karena semua instansi kebencanaan, stakeholder dan masyarakat
tergabung disitu. Kita share data dan informasi yang dianalisis
oleh Pusdalops secara rutin setiap harinya. Selain itu kita juga
kerja sama dengan beberapa radio untuk memberikan himbauan
kepada masyarakat Kota Cilegon terkait kebencanaan. Pada saat
terjadi bencana atau tanggap darurat, jaringan komunikasi yang
dipakai by phone aja kita mendiseminasikannya, baik ke
masyarakat maupun instansi, agar lebih cepat penanganan
penanggulangan bencananya. Kemudian pasca bencana, kita juga
bekerja sama dengan media cetak dan media elektronik, segala
bentuk bencana di Kota Cilegon seperti banjir, kegagalan
teknologi, longsor, pohon tumbang selalu diberitakan agar
masyarakat tahu informasi tersebut dan mengetahui titik-titik
rawan bencana di Kota Cilegon.” (Wawancara dengan I1.1, 13
Ferbuari 2017, Pukul 9.25 WIB, di BPBD Kota Cilegon)
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa jaringan
komunikasi yang digunakan Pusdalops Kota Cilegon pada pra bencana
untuk mendiseminasikan peringatan dini kepada masyarakat yaitu
himbauan melalui radio-radio lokal serta melalui WhatsApp Group.
Kemudian pada saat terjadi bencana jaringan komunikasi yang digunakan
yaitu melalui via telepon agar bencana bisa cepat ditanggulangi.
129
Sedangkan untuk pasca bencana Pusdalops Kota Cilegon telah
bekerjasama dengan media cetak dan media elektronik.
Hal senada juga diungkapkan oleh Kepala Bidang Mitigasi
Bencana dan Human Factor Fakultas Teknik Untirta menyatakan bahwa:
“Mendiseminasikannya pakai WhatsApp, HT, Radio Komunikasi,
pakai amatir radio. Kalau internet Cilegon belum aktif. Ada media
sosial, koran, banyak kerjasama dengan media elektronik maupun
cetak. Kalau Koran itu pasca. Pakai HT tapi tidak semua
kecamatan punya HT. DVB yang dimiliki Pusdalops mati. Jadi,
untuk saat ini tidak bisa broadcast ke instansi-instansi terkait
kebencanaan dan stakeholder.” (Wawancara dengan I7.1, 10 Maret
2017, Pukul 17.05 WIB, di Kampus Untirta Cilegon)
Berdasarkan pernyataan di atas yang disampaikan oleh I7.1 dapat
disimpulkan bahwa jaringan komunikasi yang dipakai Pusdalops Kota
Cilegon dalam mendiseminasikan peringatan dini kepada masyarakat yaitu
melalui WhatsApp, Handy Talk dan radio komunikasi. Selain itu,
Pusdalops Kota Cilegon mneggunakan jaringan komunikasi yaitu media
cetak dan media elektronik untuk mendiseminasikan peringatan dini
kepada masyarakat.
Sebagai tindak konfirmasi, peneliti juga menanyakan hak serupa
kepada masyarakat. Berikut pendapat yang diberikan oleh I5.3:
“Enggak tahu pakai apa. katanya sih ada himbauan tentang
kebencanaan melalui radio, tapi kan orang zaman sekarang udah
jarang dengerin radio, yang ada malah itungannya televisi kan,
elektroniknya.” (Wawancara dengan I5.3, 20 Februari 2017, Pukul
14.25 WIB, di Link. Dermaga Malang, Kelurahan Gerem)
130
Berdasarkan pernyataan di atas yang disampaikan oleh I5.3 dapat
disimpulkan bahwa masyarakat belum mengetahui jaringan komunikasi
yang dipakai Pusdalops Kota Cilegon dalam mendiseminasikan peringatan
dini kepada masyarakat. Dan berpendapat bahwa di zaman modern ini,
radio bukan jaringan komunikasi yang efektif untuk mendiseminasikan
peringatan dini kepada masyarakat.
Namun, masyarakat yang terkena banjir di Link. Sawah Kelurahan
Tamansari menyatakan pendapat yang berbeda sebagai berikut:
“Yang saya tahu, BPBD Kota Cilegon bekerjasama dengan radio-
radio lokal kayak SAM Radio, Mandiri FM, suka ada
pemberitahuan tentang bencana gitu. Selain itu, yang saya tahu
juga mereka bekerja sama dengan media eletronik tinggal buka
berita online cilegon itu berita bencana ada semua, dikoran-koran
juga ada beritanya.” (Wawancara dengan I5.4, 3 April 017, Pukul
16.22 WIB, di Link. Sawah, Kelurahan Tamansari)
Berdasarkan pernyataan di atas yang disampaikan oleh I5.4 dapat
disimpulkan bahwa masyarakat telah mengetahui jaringan komunikasi
yang dipakai Pusdalops Kota Cilegon dalam mendiseminasikan peringatan
dini kepada masyarakat yaitu radio, media elektronik dan media cetak.
Kemudian, masyarakat lainnya mengatakan bahwa:
“Kalau disini ngasih tahu masyarakatnya pakai speaker masjid
buat ngasih tahu kalau ada bencana atau ada masyarakat
dilingkungan kita yang kena bencana. Pakai telpon juga biasanya
buat ngehubungin pak RT, pak Lurah.” (Wawancara dengan I5.5, 4
April 2017, Pukul 8.50 WIB, di Link. Watulawang, Kelurahan
Gerem)
131
Pernyataan yang serupa juga dilontarkan oleh Kodim 0623 Cilegon:
“Kalau jaringan komunikasi yang digunakan kepada masyarakat,
kita menggunakan sarana HP, WhatsApp Group kelurahan /
BPBD, gitu kan. Untuk langsung ke masyarakat menggunakan
himbauan dengan menggunakan sarana yang ada seperti pengeras
suara di masjid atau mushola.” (Wawancara dengan I3.1, 23
Februari 2017, Pukul 10.15 WIB, di Kodim 0623 Cilegon)
Berdasarkan kedua pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa
jaringan komunikasi yang dipakai untuk mendiseminasikan peringaatan
dini kepada masyarakat selain menggunakan telepon dan WhatsApp Group
juga menggunakan alat pengeras suara (speaker) masjid. Hal ini diperkuat
dengan penyataan oleh I5.1:
“Kalau masuk ke siaga bencana (tanggap darurat), pertama dari
speaker masjid, terus dari telepon, misal ada hujan deras.
Masyarakat yang tinggal diatas, menginformasikan kepada
masyarakat yang dibawah, “hati-hati yang dibawah air debit
tinggi dari atas. Itu bisa dari hp atau speaker masjid. Dari whats
App juga, karena ketua PRB kan tinggalnya juga diatas, pak
kurtubi itu. Jadi langsung di share di WhatsApp. Kalau mati listrik
alternatifnya pakai kentongan, ada kode-kodenya, kalau
dibunyikannya cepat tandanya udah bahaya, namun warga belum
tahu, itu akan kita sosialisasikan. Karena kita sekarang masih
pakai hp, lagian kalau kentongan belum tentu terdengar dari atas
ke bawah, soalnya jarak dari kampung ke atas itu jauh, sekitar 2
km lebih, jadi otomatis kentongan juga tidak akan terdengar.
Rencananya sih akan diadakan penggunaan HT.” (Wawancara
dengan I5.1, 1 Maret 2017, Pukul 16.35 WIB, di Kelurahan Gerem)
Berdasarkan jawaban yang disampaikan oleh I5.1 dapat disimpulkan
bahwa jaringan komunikasi yang dipakai untuk mendiseminasikan
peringatan dini kepada masyarakat pada saat tanggap darurat atau terjadi
bencana yaitu menggunakan telepon dan WhatsApp. Selain itu juga
memanfaatkan sarana yang ada di masyarakat berupa pengeras suara di
132
masjid dan mushola. Sedangkan apabila kondisinya sedang mengalami
mati listrik, maka alternatif yang digunakan yaitu kentongan. Hal tersebut
dibenarkan oleh staf operator Pusdalops Kota Cilegon yang menyatakan
bahwa:
”Untuk menyebarkan informasi saat ini Pusdalops memakai
jaringan komunikasi melalui WhatsApp Group dan telepon
mendiseminasikan peringatan dini untuk masyarakat dan instansi
kebencanaan, DVB dan Sirine kan masih tidak berfungsi. Jadi
untuk sementara masih menggunakan pesan berantai saja melalui
WhatsApp dan telepon, karena keterbatasan sarana dan prasarana
yang dimiliki Pusdalops Kota Cilegon dalam mendistribusikan
peringatan dini kepada masyarakat.” (Wawancara dengan I1.2, 13
Februari 2017, Pukul 11.30 WIB, di Posko Pusdalops BPBD Kota
Cilegon)
Hal ini juga diperkuat dengan pernyataan yang disampaikan oleh I2.5:
“Dulu pembentukan crisis centre waktu rame-ramenya tsunami,
tujuannya untuk memberikan mendiseminasikan peringatan dini
kepada masyarakat, saya tidak tahu jalan apa tidak. Cuma sampai
saat ini, belum ada peringatan dini yang disampaikan atau
dikeluarkan oleh Pusdalops Kota Cilegon dari Rupusdalops
(Crisis Centre) mungkin karena belum ada bencana yang benar-
benar dampaknya besar sekali. .Untuk jaringan komunikasi yang
dipakai saat ini hanya melalui telepon dan WhatsApp Group.”
(Wawancara dengan I2.5, 16 Februari 2017, Pukul 11.25 WIB, di
Kantor Pemadam Kebakaran Kota Cilegon)
Berdasarkan pernyataan di atas yang disampikan oleh I2.5, dapat
disimpulkan bahwa hingga saat ini belum ada bentuk peringatan dini yang
keluar dari Rupusdalops (Crisis Centre) Tetapi, komunikasi terkait
kebencanaan tetap dijalankan mengunakan telepon dan WhatsApp Group.
133
Pernyataan lain juga disampaikan oleh Pihak Kepolisian Polres
Cilegon:
“Saya pikir dibeberapa tempat sudah disiapkan alarm, namanya
Early Warning System (sistem peringatan dini), untuk lokasinya
dimana saja bisa tanyakan langsung ke BPBD Kota Cilegon, ya.
Untuk instansi informasi diberikan lewat WhatsApp Group
maupun twitter, instagram, FB, polres sudah memiliki semua
medsos itu, jadi masyarakat bisa tag akun polres cilegon terkait
kebencanaan di Kota Cilegon. Ada satu lagi yang penting dalam
menindaklanjuti terkait kebencanaan yaitu Polda Banten telah
melaunching namanya itu “Banten Bersatu” yang dibisa diunggah
dari Playstore. Tanggal 23 Januari 2017. Karena terkait
kebencanaan itu penting ya. Ini merupakan sarana komunikasi
dengan masyarakat dan bentuk komunikasi yang dijalan antara
pemerintah dengan masyarakat. Kalo mau memberi laporan
tinggal tekan “darurat”. Kalo informasinya palsu, bisa dideteksi.”
(Wawancara dengan I4.1, 28 Februari 2017, Pukul 12.55 WIB, di
Polres Cilegon)
Berdasarkan jawaban di atas yang disampaikan oleh I3.1 dapat
disimpulkan bahwa jaringan komunikasi yang dipakai Pusdalops Kota
Cilegon untuk mendiseminasikan peringatan dini kepada masyarakat yaitu
melalui WhatsApp dan beberapa alarm dititik rawan bencana. Sementara
Polres Cilegon sendiri telah memiliki akun media sosial di Twitter,
Instagram maupun Facebook untuk mempermudah masyarakat
melaporkan kejadian bencana yang mereka alami. Selain itu pihak
kepolisian juga telah melaunching “Banten Bersatu” yang merupakan
terobosan baru dari Polda Banten dalam menindaklanjuti terkait
kebencanaan.
Masih mengenai dimensi wujud perilaku (performance), peneliti
mengajukan pertanyaan yaitu bagaimana Pusdalops Kota Cilegon
134
menyikapi SOP yang tumpang tindih dengan bidang tanggap darurat
BPBD Kota Cilegon. Berikut jawaban yang diberikan oleh Manajer
Pusdalops:
“Karena untuk saat ini Pusdalops Kota Cilegon belum mempunyai
SOP sendiri. Jadi, sementara kita pakai tanggap darurat,
menyikapiya dengan tanggap darurat. Tapi menurut saya, SOP
khusus diperlukan agar mengefektifkan ketika operasi bencana dan
pengumpulan data.” (Wawancara dengan I1.1, 13 Ferbuari 2017,
Pukul 9.30 WIB, di BPBD Kota Cilegon)
Berdasarkan jawaban di atas yang disampaikan oleh I1.1 dapat
disimpulkan bahwa untuk saat ini Pusdalops Kota Cilegon pada saat
terjadi bencana atau tanggap darurat, prosedur yang digunakan masih
memakai prosedur bagian tanggap darurat BPBD Kota Cilegon. Tapi
menurut beliau perlu adanya SOP tersendiri untuk mengefektifkan peran
Pusdalops dalam mengelola informasi kebencanaan maupun menjalin
koordinasi dengan instansi kebencanaan serta masyarakat agar berjalan
lebih efektif.
Pendapat lainnya justru berbeda, seperti yang diungkapkan oleh
Kepala Bidang Mitigasi Bencana dan Human Factor Fakultas Teknik
Untirta:
“Ada SOP pusdalops tapi belum di kaji ulang. Ada di lemari
warna orange, saya sudah dikasih tahu, bappeda yang ngasih
tahu, bukan BPBD. Pak sabri orang Bappeda yang ngasih tahu.
Dulu Pusdalops dibawah Kesbanglinmas, sekarang pindah ke
BPBD jadi BPBD ketimpa tugas banyak, belum sampai untuk
mengkaji SOP. SOP-nya jelas dan rinci, dokumennya ada, hanya
saja belum dikaji ulang.” (Wawancara dengan I7.1, 10 Maret 2017,
Pukul 17.10 WIB, di Kampus Untirta Cilegon)
135
Berdasarkan pernyataan di atas oleh I7.1 dapat disimpulkan bahwa
SOP Pusdalops Kota Cilegon sebenarnya sudah ada tetapi belum dikaji
ulang oleh BPBD Kota Cilegon. Karena BPBD Kota Cilegon baru berdiri
sekitar 2 tahun sehingga masih banyak program dan kegiatan yang harus
disosialisasikan dan belum sampai untuk melakukan kaji ulang mengenai
SOP Pusdalops.
Kedua, yaitu mengenai pelaporan kejadian bencana yang dilakukan
Pusdalops Kota Cilegon apakah sudah tersistematif. Pelaporan pada
Pusdalops ini dimaksudkan sebagai media aliran data dan informasi serta
pertanggungjawaban baik secara lisan maupun secara tertulis. Berikut hal
yang disampaikan oleh Manajer Pusdalops I1.1 :
“Pelaporan dilaksanakan dengan cara sistematis. Untuk membuat
laporan kejadian bencana dihimpun oleh operator pusdalops kota
cilegon yang sedang piket di Rupusdalops kemudian mencatatnya
di dalam log book harian mereka. Selanjutnya, laporan harian
tersebut ditandatangani oleh ketua regu. Laporan harian ini
kemudian diserahkan kepada saya selaku Manajer Pusdalops
untuk diteruskan lagi ke Kepala BPBD Kota Cilegon. Catatan
harian operator Pusdalops ini berisi rangkuman atau rekapitulasi
dari log book yang disusun dalam format baku yang sudah
ditentukan.” (Wawancara dengan I1.1, 13 Ferbuari 2017, Pukul
9.35 WIB, di BPBD Kota Cilegon)
Dari pendapat yang disampikan oleh I1.1 dapat disimpulkan bahwa
pelaporan yang dihimpun oleh Pusdalops Kota Cilegon telah tersistematif.
Mulai dari melakukan pemantauan, kemudian mencatatnya dalam log book
harian, kemudian laporan tersebut diserahkan kepada Manajer Pusdalops
Kota Cilegon yang sebelumnya telah di tandatangani oleh petugas piket,
136
sampai dengan laporan tersebut diteruskan kepada Kepala BPBD Kota
Cilegon. Sama halnya dengan yang dikatakan oleh I1.2:
“Pelaporan kejadian bencana sudah tersistematif. Pertama,
laporan kami peroleh dari hasil pantauan atau ada laporan dari
masyarakat. Kalau laporan tersebut bersumber dari masyarakat,
Pusdalops melakukan assessment dengan dinas-dinas terkait yang
lebih paham. Misalnya longsor itu penyebabnya apa, dicari tahu,
tanahnya bergeser atau memang tanahnya berada di tempat yang
seharusnya tidak berdiri bangunan. Kemudian info dan kegiatan
yang dilakukan Pusdalops itu di catat di log book secara manual
atau tulis tangan oleh ketua regu piket. Kemudian hasilnya
dilaporkan kepada Manajer Pusdalops dengan format yang diketik
di Microsoft Excel untuk diteruskan kepada Kepala BPBD Kota
Cilegon selaku pengambil keputusan.” (Wawancara dengan I1.2, 13
Februari 2017, Pukul 11.40 WIB, di Posko Pusdalops BPBD Kota
Cilegon)
Dari pendapat yang disampikan oleh I1.2 dapat disimpulkan bahwa
laporan yang dikelola oleh Pusdalops Kota Cilegon sudah tersistematiff.
Sumber laporan tidak hanya dari hasil pantauan di monitor saja, tetapi juga
bisa bersumber langsung dari masyarakat yang terdampak bencana yang
melaporkan kejadian tersebut kepada Pusdalops Kota Cilegon. Setelah itu,
Pusdalops Kota Cilegon akan melakukan assessment dan analisis data,
yang mana laporan tersebut akan diserahkan kepada pimpinanya yaitu
Manajer Pusdalops dalam bentuk Microsoft Excel untuk diteruskan kepada
Kepala BPBD Kota Cilegon sebagai pengambil keputusan.
Peneliti juga mengajukan pertanyaan lain yaitu apakah pelaporan
yang dilakukan Pusdalops Kota Cilegon berperan dalam pencegahan
bencana di Kota Cilegon.
137
Sebagaimana yang disampaikan oleh I1.2:
”Pelaporan sudah berperan dalam pencegahan bencana, tapi
belum maksimal. Karena untuk bencana itu sendiri kan sifatnya
kayak kejutan gitu ya, enggak tahu kapan terjadi, dimana, dampak
kerugiannya berapa besar. Kalau bencana kayak banjir bisa
dicegah dengan gotong royong dan memberi plang larangan tidak
membuang sampah di aliran sungai. Tapi kalau bencana alam ya
susah, terutama bencana di industri sulit diprediksi karena
bencana itu terjadi kalau manusia lalai atau salah prosedur aja.”
(Wawancara dengan I1.2, 13 Februari 2017, Pukul 11.45 WIB, di
Posko Pusdalops BPBD Kota Cilegon)
Dari pendapat yang disampikan oleh I1.2 dapat disimpulkan bahwa
pelaporan yang dilakukan Pusdalops Kota Cilegon sudah berperan dalam
pencegahan bencana tetapi belum maksimal. Karena bencana alam itu sulit
diprediksi kejadiannya terutama bencana di industri yang mana kejadianya
terjadi apabila manusianya salah melakukan prosedur. Sedangkan jika
bencananya seperti banjir, Pusdalops Kota Cilegon telah berupaya
menguranginya dengan mengadakan gotong royong dengan masyarakat
dan memberikan himbauan larangan didekat sungai.
Sebagai tindak konfirmasi, peneliti juga menanyakan hal serupa
kepada masyarakat. Berikut pendapat yang diberikan oleh I5.1:
“Tentu berperan, karena mereka menginformasikan ke kita tentang
hasil pantauannya,kita jadi tahu daerah-daerah mana saja yang
rawan bencana, kayak banjir, tanah longsor dan lain-lain, tentu
kita akan melakukan antisipasi dari informasi yang kita dapatkan
dari Pusdalop Kota Cilegon. Atau misalnya ada resiko pohon
tumbang, ya tentu akan kita tebang, sebelum pohonitu roboh. Jadi
ya laporannya berperan dan bermanfaat.” (Wawancara dengan
I5.1, 1 Maret 2017, Pukul 16.40 WIB, di Kelurahan Gerem)
138
Dari pendapat yang disampikan I5.1 oleh dapat disimpulkan bahwa
pelaporan yang dilakukan Pusdalops Kota Cilegon sudah berperan dalam
pencegahan bencana di Kota Cilegon. Masyakat jadi tahu daerah-daerah
rawan bencana dan dapat mengantisipasinya dari laporan informasi yang
diberikan oleh Pusdalops Kota Cilegon salah satunya resiko pohon
tumbang.
Hal senada juga diungkapkan oleh I2.3:
“Sangat berperan sekali, dengan adanya laporan dari Pusdalops
Kota Cilegon. Kita jadi tahu titik-titik warning untuk musim hujan
ini yang harus diwaspadai daerah apa, atau sebelum musim
penghujan datang masyarakat sudah mengantisipasi dengan
membersihkan aliran sungai dari sampah.” (Wawancara dengan
I2.3, 23 Februari 2017, Pukul 10.10 WIB, di Dinas Kesehatan Kota
Cilegon)
Dari pernyataan yang disampaikan oleh I2.3 dapat disimpulkan
bahwa pelaporan yang dilakukan Pusdalops Kota Cilegon sangat berperan
dalam pencegahan bencana di Kota Cilegon. Dengan adanya laporan dari
Pusdalops Kota Cilegon, masyarakat jadi tahu titik-titik warning yang
harus diwaspadai dari bencana banjir dan mengantisipasi kejadian banjir
dengan cara membersihkan aliran sungai dari banjir.
139
4.4.4 Penilaian (Evaluation) dan Sanksi (Sanction)
Penilaian dan sanksi agak sulit dipisahkan jika dikaitkan dengan
peran. Karena kedua hal tersebut didasarkan pada harapan masyarakat
(orang lain) tentang norma. Berdasarkan norma itu, orang memberikan
kesan positif atau negatif terhadap suatu perilaku. Kesan negatif dan
positif inilah yang dinamakan dengan peran, begitu pula dengan peran
yang ditunjukkan oleh Pusdalops Kota Cilegon kepada masyarakat.
Sedangkan yang dimaksud dengan sanksi adalah usaha orang untuk
mempertahakan suatu nilai posiif atau agar perwujudan peran diubah
sedemikian rupa sehingga hal yang tadinya dinilai negatif menjadi positif.
Untuk mengetahui penilaian dari masyarakat terdapat dua pertanyaan
yaitu pertama, mengenai dampak dari adanya Pusdalops Kota Cilegon.
Berikut pernyataan yang disampaikan oleh Ketua Bidang Mitigasi
Bencana dan Human Factor Fakultas Teknik Untirta, berikut ini:
“Pusdalops punya garis komando yang kuat di BPBD, berbeda
waktu pusdalops dibawah tanggung jawab kesbanglinmas. Jadi
dampak positifnya semenjak ada Pusdalops ini masyarakat tahu
harus laporan kesiapa, masyarakat makin dekat dengan
pemerintah, industri juga makin erat hubungannya. Dampak
negatifnya, masyarakat jadi manja, banjir selutut pun dianggapnya
bencana. Contohnya ada air ngegenang sedikit langsung laporan
ke BPBD, jadi BPBD harus turun. Pohon tumbang lapor BPBD.
Tumbang yang membuat rugi banyak warga memang harus lapor
BPBD, tapi kalau tumbang di tanahnya sendiri itu bukan tugasnya
BPBD.” (Wawancara dengan I7.1, 10 Maret 2017, Pukul 17.20
WIB, di Kampus Untirta Cilegon)
140
Berdasarkan kedua penyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa
dengan adanya Pusdalops Kota Cilegon selain memberikan dampak positif
bagi masyarakat, juga memberikan dampak negatif. Dampak positif dari
adanya Pusdalops Kota Cilegon, masyarakat jadi mengetahui harus
memberi laporan kejadian bencana ke siapa atau pihak mana. Namun
disini lain, masyakarat masih salah persepsi dengan definisi bencana.
Setiap kejadian yang bukan termasuk kategori bencana justru dilaporkan
ke BPBD, seperti ada air genangan atau pohon tumbang dilahannya.
Pernyataan lain juga diungkapkan oleh I2.3:
“Dampaknya sangat besar ya, Pusdalops yang mengendalikan
koordinasi antara instansi-instansi kebencanaan terkait. Pusdalops
yang pertama mengetahui bencana apa yang terjadi, bantuan dari
dinas mana yang dibutuhkan oleh masyarakat, jadi kita sekarang
tidak bergerak sendiri, ada yang mengomandoi, lebih mudah dan
pasti.” (Wawancara dengan I2.3, 23 Februari 2017, Pukul 10.15
WIB, di Dinas Kesehatan Kota Cilegon)
Berdasarkan pernyataan yang diungkapkan oleh I2.3 dapat
disimpulkan bahwa dengan adanya Pusdalops Kota Cilegon sebagai pusat
data dan pusat pengendali koordinasi, saat ini lebih memudahkan instansi-
instansi kebencanaan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana di
Kota Cilegon. Pernyataan lain juga diungkapkan seperti yang dituturkan
oleh I3.1:
“Cukup bagus, pertama untuk antisipasi hal-hal yang tidak kita
harapkan kalau terjadi bencana. Kedua, untuk kesiapsiagaan
pemerintah kota cilegon dalam menghadapi bencana, suatu saat
ada bencana, kita siap bergerak sesuai dengan rapat koordinasi
atau protap satuan masing-masing.” (Wawancara dengan I3.1, 23
Februari 2017, Pukul 10.25 WIB, di Kodim 0623 Cilegon)
141
Berdasarkan jawaban di atas yang disampaikan oleh I3.1 dapat
disimpulkan bahwa dampak dengan adanya Pusdalops Kota Cilegon
masyarakat dapat mengantisipasi kejadian bencana. Selain itum
pemerintah Kota Cilegon juga lebih siap menghadapi bencana karena
sudah ada program tetap (PROTAP) satuan masing-masiang yang telah
dirapatkan dan dikoordinasaikan dengan BPBD Kota Cilegon.
Tanggapan negatif dikatakan oleh Sekertaris PMI Kota Cilegon
sebagai berikut:
“Saya tidak tahu peranya apa. Menurut saya tidak ada manfaatnya
buang-buang anggaran gaji karyawan. Piketnya nunggu barang
aja biar tidak hilang. Fungsi pusdalops awalnya untuk kegagalan
teknologi. Misal ada kapal ternggelam. Berita itu masuk ke
pusdalops. Pusdalops menyampaikan ke seluruh SKPD terkait.
Pusdalops juga melaporkan kepada pimpinannya (BPBD) dan
Sekda, kemudian perintahnya kembali lagi ke pusdalops. Misalkan,
PMI siapkan ambulance, dinas kesehatan siapkan tim kesehatan,
dan lain-lain. Itu harusnya informasi ini keluarnya dari
Rupusdalops. Ketika kita melakukan pengendalian operasi,
disitulah pusatnya. Mereka yang mengendalikam, mestinya itu.
Sekarang fungsi itu ga berfungsi.” (Wawancara dengan I2.6, 17
Februari 2017, Pukul 15.40 WIB, di Sekretariat PMI Kota Cilegon)
Pendapat yang berani ini dilontarkan karena informan tersebut
melihat hingga saat ini Pusdalops Kota Cilegon tidak terlihat perannya
sebagai pengelola informasi kebencanaan di Kota Cilegon. Beliau
beranggapan bahwa kerja staf Pusdalops hanya menunggu barang di
Rupusdalops agar tidak hilang saja.
142
Dampak Positif adanya Pusdalops Kota Cilegon juga diungkapkan
oleh masyarakat yang terkena banjir di Link. Sawah Kelurahan Tamansari:
“Dampaknya sangat besar. Kalau saya merasakannya itu
informasi kebencanaan di Kota Cilegon bisa mudah di akses. Saya
jadi tahu di daerah mana aja yang sedang ada kejadian bencana.
Tinggal cari beritanya di berita cilegon online, itu update terus
beritanya. Selain itu, kalau masyarakat laporan ditanggapinya
cepat.” (Wawancara dengan I5.4, 3 April 017, Pukul 16.25 WIB, di
Link. Sawah, Kelurahan Tamansari)
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh I5.4 dapat
disimpulkan bahwa masyarakat telah merasakan dari dampak adanya
Pusdalops Kota Cilegon. Masyarakat merasakan kemudahan dalam
mengakses informasi bencana melalui media elektronik yaitu BCO (Berita
Online Cilegon). Selain itu, masyarakat juga merasa dimudahkan dalam
memberikan laporan kepada Pusdalops Kota Cilegon kemudian
laporannya juga ditanggapi dengan cepat.
Kedua, yaitu mengenai hasil positif dari peran BPBD Kota
Cilegon, seperti halnya yang disampaikan oleh Manajer Pusdalops BPBD
Kota Cilegon:
“Hasil positif dari peran BPBD yaitu pelayanan masyarakat
khususnya dalam pelayanan penanggulangan bencana menjadi
lebih baik. Selain itu, hasil positif lainnya dari peran BPBD Kota
Cilegon dapat meminimalisir jumlah korban bencana, karena kita
standby 24 jam dalam penyelenggaraan penanggulangan
bencana.” (Wawancara dengan I1.1, 13 Ferbuari 2017, Pukul 9.50
WIB, di BPBD Kota Cilegon)
143
Berdasarkan jawaban di atas yang disampaikan oleh I1.1 dapat
disimpulkan bahwa hasil positif dari peran BPBD Kota Cilegon yaitu
pelayanan penanggulangan bencana menjadi lebih baik karena dapat
meminimalisir jumlah korban dengan kesiapsiagaan stand by selama 24
jam. Tanggapan serupa jawaban yang diberikan oleh I1.2 sebagai berikut:
“Masyarakat merasa terbantu dengan adanya BPBD Kota
Cilegon. Karena kami sigap turun ke lapangan membantu
mayarakat yang mengalami bencana kapanpun waktunya. Kalau
ada laporan bencana, tengah malam pun kami pasti turun ke
lapangan.” (Wawancara dengan I1.2, 13 Februari 2017, Pukul 11.55
WIB, di Posko Pusdalops BPBD Kota Cilegon)
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh I1.2 dapat
disimpulkan bahwa peran positif dari BPBD Kota Cilegon yaitu
masyarakat merasa terbantu karena walaupun kejadiannya terjadi tengah
malam sekalipun BPBD Kota Cilegon sigap turun ke lokasi bencana.
Pendapat lain juga disampaikan oleh I2.4 sebagai berikut:
“Bermanfaat bagi masyarakat, terutama bagi yang terkena
bencana, dengan ketepatan dan kecepatan waktu dalam
penanggulangan bencana, sehingga masyarakat merasa terbantu
dengan adanya BPBD Kota Cilegon.” (Wawancara dengan I2.4, 16
Februari 2017, Pukul 11.05 WIB, di Dinas Pekerjaan Umum Kota
Cilegon)
Dari pandangan positif tersebut yang diutarakan oleh I2.4 dapat
disimpulkan bahwa masyarakat merasa terbantu dengan adanya BPBD
Kota Cilegon yang sigap dan cepat dalam membantu masyarakat yang
terkena bencana.
144
Hal tersebut selaras dengan yang dikatakan oleh I5.1:
“Dengan adanya BPBD Kota Cilegon bencana cepat
ditanggulangi, cepat tertangani dan teratasi. Proses evakuasi juga
dibantu BPBD Kota Cilegon dengan staf Pusdalops itu sehingga
memudahkan masyarakat dalam mengevakuasi mereka.”
(Wawancara dengan I5.1, 1 Maret 2017, Pukul 16.50 WIB, di
Kelurahan Gerem)
Serupa juga dengan yang disampaikan Ketua Forum Pengurangan
Resiko Bencana Kelurahan Gerem, seperti yang dikatakan oleh I5.2 berikut
ini:
“Mereka tanggap, mereka langsung turun kesini, enggak butuh
waktu lama, soalnya disini kan ada kader yang dibentuk, jadi
walaupun saya enggak laporan langsung ke mereka, mereka tau
informasinya dari kadernya itu, mereka datang cek lokasi,
evakuasi barang-barang milik warga dan melakukan
penyelamatan korban.” (Wawancara dengan I5.2, 1 Maret 2017,
Pukul 14.30 WIB, di Kelurahan Kotasari)
Dari kedua pendapat di atas yang disampaikan oleh I5.1 dan I5.2
dapat disimpulkan bahwa BPBD Kota Cilegon berperan positif bagi
masyarakat khususnya yang terdampak bencana. Masyarakat merasa
terbantu dengan penanggulangan bencana yang dilakukan BPBD Kota
Cilegon karena proses evakuasi korban dan barang-barang milik warga
dilakukan dengan cepat. Selain itu, BPBD Kota Cilegon juga tanggap
dalam merespon laporan dari masyarakat dan cepat turun membantu
masyarakat di lokasi bencana. Pandangan positif lainnya juga diutarakan
oleh I2.1 sebagai berikut:
“Masyarakat merasa terbantu dengan keberadaan BPBD. Merasa
nyaman, tenang, ketika ada bencana. Karena bencana itu kan pasti
mendatangkan kesengsaraan, rumah terbakar, kebanjiran, kemarin
145
aja di merak kan ada 2000 rumah bahkan lebih, ada yang hanyut
semua perabotan rumah, kita dateng, kita berikan bantuan
permakanan, kita bantu, karena mereka kan tidak bisa usaha. Jadi
positif adanya kegiatan ini bersinergi dengan BPBD Kota
Cilegon.” (Wawancara dengan I2.1, 22 Februari 2017, Pukul 15.55
WIB, di Dinas Sosial Kota Cilegon)
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh I2.1 dapat
disimpulkan bahwa BPBD Kota Cilegon memiliki peran positif yaitu
dapat mensinergikan dinas-dinas terkait kebencanaan dalam
penyelenggaraan penanggulangan bencana di Kota Cilegon salah satunya
Dinas Sosial Kota Cilegon untuk turun dan terlibat langsung ke lokasi
bencana membantu masyarakat sesuai dengan tupoksinya yaitu
memberikan bantuan logistik (buffer stock). Hal ini diperkuat dengan yang
diutarakan oleh I2.3 sebagai berikut:
“Positif banget. Kalau dulu sebelum ada BPBD, kita dinas
kesehatan langsung turun, semua instansi yang terkait
kebencanaan langsung turun tanpa ada komando. Kalau sekarang
kita nunggu dulu komando dari BPBD, dibarengi dengan Tim
Reaksi Cepat itu. Jadi, lebih tahulah yang masyarakat butuhkan itu
bantuan apa, dinas apa yang harus turun ke lokasi bencana.”
(Wawancara dengan I2.3, 23 Februari 2017, Pukul 10.20 WIB, di
Dinas Kesehatan Kota Cilegon)
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh I2.3 dapat
disimpulkan bahwa BPBD Kota Cilegon memiliki peran yang sangat
positif sebagai pengendali koordinasi atau pemegang komando antar
instansi kebencanaan di Kota Cilegon sehingga ketika aktivasi tanggap
darurat atau turun ke lokasi bencana itu ada satu komando dan
memudahkan kerja instansi-instansi kebencanaan terkait.
146
Selaras dengan yang diungkapkan oleh I2.5:
“Bagus sih, yang jelas banyak positifnya peran BPBD, contohnya
ketika masyarakat terkena bencana atau kayak kegagalan
teknologi kemarin di Dover, paling tidak damkar kota cilegon tidak
bekerja sendiri, karena BPBD akan menurunkan tim untuk
membantu.” (Wawancara dengan I2.5, 16 Februari 2017, Pukul
11.35 WIB, di Kantor Pemadam Kebakaran Kota Cilegon)
Berdasarkan penyataan di atas yang disampaikan oleh I2.5 dapat
disimpulkan bahwa peran positif dari BPBD Kota Cilegon dapat
mensinergikan instansi-instansti terkait kebencanaan untuk ikut membantu
dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana yaitu dengan
menurunkan Tim Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana (TRC-PB) Kota
Cilegon.
Pendapat lainnya juga dikatakan oleh I5.4:
“Sangat positif ya. Masyarakat jadi tahu harus laporan ke BPBD
Kota Cilegon kalau ada bencana. Kalau sebelum BPBD Kota
Cilegon itu terbentuk agak bingung juga laporannya ke dinsos iya,
dinkes iya, PU iya. Kalau sekarang tinggal menghubungi BPBD
Kota Cilegon aja, tapi dinas-dinas yang dibutuhkan oleh
masyarakat juga tetep datang kesini.”(Wawancara dengan I5.4, 3
April 017, Pukul 16.25 WIB, di Link. Sawah, Kelurahan
Tamansari)
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh I5.4 dapat
disimpulkan bahwa peran positif dari BPBD Kota Cilegon yaitu
masyarakat jadi mengetahui harus laporan kemana dahulu kalau
mengalami bencana. Karena sebelum ada BPBD Kota Cilegon,
masyarakat harus menghubungi semua instansi yang dibutuhkan di lokasi
bencana. Sedangkan,saat ini masyarakat cukup menghubungi pihak BPBD
147
Kota Cilegon kemudian instansi-instansi terkait kebencanaan yang
dibutuhkan masyarakat akan ikut datang/turun ke lokasi bencana atas
komando dari BPBD Kota Cilegon.
Namun, menurut masyarakat peran yang diharapkan berbeda,
seperti yang diutarakan oleh Ketua Forum Pengurangan Resiko Bencana
Kelurahan Gerem:
“Peran positif dari BPBD, sedikit bisa membantu masyarakat,
walaupun masyarakat tidak puas, tapi sedikit sudah
menggembirakan hati masyarakat yang tertimpa bencana.
Walaupun tidak teratasi total, setidaknya ada perhatian dari
pemerintah. Kalau masyarakat itu maunya bantuan tidak sekedar
logistik tapi lebih ke perawatan seperti pengadaan semen dan lain
sebagainya. Tapi Alhamdulillah sajalah, udah diperhatikan udah
didengar, daripada tidak sama sekali. Karena memang fokus
BPBD kan dalam penanggulangan bencana bukan di pengadaan
barang. Kemudian, di forum ini, kita lebih dekat dengan BPBD,
ketika ada bencana-bencana longsor, banjir, dan lain sebagainya,
itu langsung tahu dan ditangani.” (Wawancara dengan I5.2, 1 Maret
2017, Pukul 14.35 WIB, di Kelurahan Kotasari)
Dari pernyataan di atas yang diutarakan oleh I5.2 dapat disimpulkan
bahwa peran BPBD Kota Cilegon sudah baik, penanganan bencana
dilakukan secara cepat tetapi yang diharapkan masyarakat tidak hanya
sebatas membantu pada proses evakuasi dan pemberian logistik saja,
namun lebih kepengadaan barang.
Setelah membahas dimensi penilaian (evaluation), peneliti akan
membahas mengenai sanksi (sanction). Sebab dua dimensi penilaian dan
sanksi erat kaitannya dengan peran, oleh karena itu suatu penilaian dan
sanksi tidak dapat dipisahkan, karena dimana seseorang melakukan peran
148
akan terdapat penilaian baik yang berdampak positif maupun yang
berdampak negatif. Dan sesuatu yang berdampak negatif akan ada sanksi
atau hukuman apa yang akan diterima dari peran atau perilaku yang
berdampak negatif tersebut. Pertanyaan yang sangat penting dipertanyakan
yaitu mengenai apa bentuk sanksi yang diberikan kepada staf Pusdalops
Kota Cilegon apabila melakukan kesalahan interpretasi kejadian bencana
yang menimbulkan adanya korban jiwa. Seperti yang disampaikan oleh I1.1
sebagai berikut:
“Kalau ada kesalahan interpretasi seperti itu, itu kan human
error, kita tidak mungkin langsung berikan sanksi tegas. Karena
kita pegawai ya, sanksi pertama lisan atau tertulis,enggak bisa
langsung dipecat, ada prosedurnya.” (Wawancara dengan I1.1, 13
Ferbuari 2017, Pukul 9.55 WIB, di BPBD Kota Cilegon)
Selaras dengan yang diungkapkan oleh I1.2:
“Kami belum pernah kayak gitu. Kalo misalnya melakukan
kesakahan intrepretasi sampai ada korban jiwa kayak gitu,
sanksinya mungkin sanksi ringan, cuma sekedar kena marah dari
atasan. Kita belum pernah melakukan kesalahan seperti itu.”
Wawancara dengan I1.2, 13 Februari 2017, Pukul 12.00 WIB, di
Posko Pusdalops BPBD Kota Cilegon)
Berdasarkan pernyataan di atas yang disampaikan oleh I1.1 dan I1.2
dapat disimpulkan bahwa tidak ada bentuk sanksi yang tegas apabila staf
Pusdalops Kota Cilegon melakukan kesalahan interpretasi kejadian
bencana yang menimbulkan adanya korban jiwa. Kemungkinan hanya
mendapat teguran saja dari pimpinan karena memang hingga saat ini staf
Pusdalops Kota Cilegon belum pernah melakukan kesalahan interpretasi
kejadian bencana hingga menimbulkan adanya korban jiwa.
149
4.5 Pembahasan
Pembahasan merupakan isi dari hasil analisis data dan fakta yang peneliti
dapatkan di lapangan serta disesuaikan dengan teori yang digunakan dalam
penelitian ini. Pembahasan hasil penelitian ini dilakukan untuk memberikan
penjelasan terhadap hasil yang diperoleh selama penelitian berlangsung. Dalam
bagian ini, peneliti akan membahas mengenai fokus penelitian yaitu Peran Pusat
Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD Kota Cilegon dalam Pelayanan
Penanggulangan Bencana di Kota Cilegon dengan menggunakan teori peran
menurut Biddle & Thomas dimana terdapat empat dimensi agar kita memahami
suatu peran yaitu harapan (expectation), norma (norm), wujud perilaku
(performance), dan penilaian (evaluation) & sanksi (sanction).
Harapan (Expectation)
Dalam kategori harapan (expectation), berdasarkan hasil analisis data dan
fakta yang peneliti dapatkan di lapangan yaitu informasi bencana yang dikelola
oleh staf operator Pusdalops Kota Cilegon sudah diketahui oleh instansi terkait
kebencanaan dan masyarakat Kota Cilegon melalui WhatsApp Group BPBD Kota
Cilegon. WhatsApp Group BPBD Kota Cilegon ini beranggotakan pihak industri,
Untirta Teknik Cilegon, masyarakat yakni pihak kelurahan dan kader-kader di
DESTANA (Desa Tangguh Bencana) serta instansi terkait kebencanaan, seperti
Dinas Sosial Kota Cilegon, Tagana Kota Cilegon, Dinas Kesehatan Kota Cilegon,
Dinas Pekerjaan Umum Kota Cilegon, Pemadan Kebakaran Kota Cilegon, PMI
150
Kota Cilegon, Polres Cilegon dan Kodim 0623 Cilegon. Mereka sepakat bahwa
dari tahun 2000 hingga tahun 2017, bencana yang sering terjadi dan mereka
tangani bersama-sama dengan Pusdalops Kota Cilegon yaitu banjir dan tanah
longsor. Selain itu, WhatsApp Group BPBD Kota Cilegon juga dijadikan sebagai
alat komunikasi untuk melakukan koordinasi dengan masyarakat. Saat ini
koordinasi yang dijalankan Pusdalops Kota Cilegon dengan masyarakat sudah
berjalan dengan baik. Koordinasi tidak hanya dilakukan pada saat terjadi bencana
dan pasca bencana, tetapi juga pada pra bencana yaitu dengan mengirim surat ke
BPBD Kota Cilegon apabila terdapat potensi bencana misalnya akan ada pohon
yang tumbang dan menghalangi jalan umum atau menimpa rumah warga agar
kejadian tersebut bisa diantisipasi. Koordinasi juga dilakukan tidak hanya dengan
menggunakan WhatsApp Group, tetapi bisa juga by phone atau menghubungi
langsung kontak Pusdalops Kota Cilegon. Karena Pusdalops Kota Cilegon telah
berkomitmen bahwa bencana harus ditangani dengan cepat sehingga
koordinasinya tidak harus bersifat formal. Kemudian, setiap instansi terkait
kebencanaan Kota Cilegon sudah terdapat petugas khusus yang diperbantukan di
BPBD Kota Cilegon yang tergabung dalam tim reaksi cepat penanggulangan
bencana (TRC-PB) Kota Cilegon. Tim ini dibentuk agar penanganan darurat
bencana berjalan dengan cepat. Sedangkan, untuk menjalin koordinasi yang erat
dengan pihak industri sudah dilakukan upaya lain yaitu dengan membentuk “Grup
Bawah Tanah”. Mereka yang tergabung dalam Grup Bawah Tanah ini bekerja
tanpa anggaran (non-budgeter). Masyarakat mempunyai harapan bagi Pusdalops
Kota Cilegon, pertama yaitu masyarakat mengharapkan adanya penambahan
151
personil Pusdalops Kota Cilegon karena dengan jumlah personil saat ini yakni 13
orang masih belum cukup dalam membantu masyarakat khususnya pada saat
terjadi bencana. Seperti pada 16 Februari 2017 ada bencana longsor yang
mengakibatkan rumah roboh di Link. Dermaga Malang. Namun, ada bencana
banjir juga di Merak. Karena keterbatasan personil, maka personil Pusdalops Kota
Cilegon tidak bisa datang ke lokasi bencana akibat tanah longsor, karena bencana
banjir di Merak dianggap lebih parah. Kedua, masyarakat mengharapkan agar
sarana dan prasarana yang dimiliki Pusdalops Kota Cilegon dilengkapi lagi.
Karena ketika masyarakat meminta bantuan peralatan seperti perahu karet ketika
ada banjir atau alat senso ketika ada pohon tumbang dan meminta secepatnya,
BPBD bilang sarana yang dimiliki terbatas. Terakhir, masyarakat mengharapkan
agar lokasi Rupusdalops dan BPBD Kota Cilegon berada dalam 1 lokasi agar
komukasi antara Pusdalops dengan pimpinan BPBD Kota Cilegon lebih efektif.
Norma (Norm)
Berdasarkan hasil analisis data dan fakta yang peneliti dapatkan di
lapangan, untuk kategori norma (norm) yaitu saat ini sumber daya manusia
Pusdalops Kota Cilegon berjumlah 13 personil. Dari 13 personil tersebut baru 4
orang yang memenuhi standar kualifikasi lulusan sarjana (S-1) dan 9 orang
lainnya masih lulusan SMA. Kemudian, belum semua staf operator Pusdalops
Kota Cilegon mampu mengelola informasi kebencanaan. Terlihat dari jumlah
keseluruhan 13 personil, hanya 3 personil yang mampu mengelola informasi
152
kebencanaan yaitu yang ditunjuk sebagai ketua regu. Kemudian, dengan jumlah
staf operator Pusdalops Kota Cilegon 13 personil masih kurang untuk ukuran
Kota Cilegon yang wilayahnya cukup banyak mengalami bencana apalagi di
musim hujan. Berdasarkan Perka BNPB No.15 Tahun 2012 tentang Pedoman
Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops-PB) juga
dijelaskan bahwa komposisi personil Pusdalops itu 25 orang. Selain itu, lokasi
Rupusdalops (Crisis Centre) dan BPBD Kota Cilegon, semenjak Pusdalops Kota
Cilegon berpindah di bawah tanggung jawab BPBD Kota Cilegon, lokasinya
masih terpisah. Karena BPBD Kota Cilegon baru berdiri 2 tahun dan belum
mempunyai kantor permanen. Rupusdalops (Crisis Centre) hingga saat ini masih
berada di Jalan Buyut Arman Kelurahan Citangkil dan BPBD Kota Cilegon
berada di Jalan Kubang Laban Kelurahan Jombang. Tidak hanya itu, data yang
dimiliki Pusdalops Kota Cilegon juga belum di update secara rutin setiap
tahunnya. Dari tahun 2003 sampai tahun 2016, data yang digunakan masih
menggunakan data 2003. Tapi di tahun 2017 ini akan di update oleh Pusdalops
Kota Cilegon, hanya saja masih menunggu persetujuan tanda tangan dari
Walikota Cilegon. Untuk pengumpulan informasi kebencanaan, Pusdalops Kota
Cilegon telah melibatkan masyarakat yaitu kelurahan tangguh bencana (KTB)
yang telah dibentuk oleh BPBD Kota Cilegon di tiap titik-titik rawan bencana
salah satunya di Kelurahan Gerem yang terdiri dari 30 orang yaitu RT, RW,
warga dan Karang Taruna. Hasil pantauan yang dilakukan Pusdalops Kota
Cilegon juga sudah terdokumentasi dan tersebar kepada instansi terkait
kebencanaan, industri, Untirta dan masyarakat melalui Whatsapp Group “Forum
153
Penanggulangan Bencana Daerah Kota Cilegon”. Hasil pantauan ini di share
setiap hari oleh ketua regu piket mengenai perkiraan cuaca, informasi
kebencanaan gempa dan tsunami, stok darah yang dimiliki PMI, nama petugas
yang sedang melaksanakan piket juga dicantumkan disana, dilengkapi dengan
nomer telepon BPBD dan Pusdalops Kota Cilegon. Tidak hanya hasil laporan
harian yang di share oleh Pusdalops Kota Cilegon , laporan yang sifatnya
tahunan juga diberikan oleh Pusdalops Kota Cilegon yaitu berupa rekapitulasi
kejadian bencana. Hasil pantauan atau data dan informasi kebencanaan yang
dikelola Pusdalops Kota Cilegon ini, sudah dimanfaatkan oleh instansi terkait
kebencanan sesuai dengan tupoksinya masing-masing, seperti Bappeda
digunakan untuk pembangunan daerah, Dinas Pekerjaan Umum untuk
pembangunan drainase yang kurang lebar, Dinas Kesehatan untuk memprediksi
jenis penyakit apa yang timbulkan dari bencana yang terjadi, dan Dinas
Kesehatan untuk bantuan logistik atau dapur umum. Kemudian, terkait dengan
jaringan komunikasi yang dimiliki Pusdalops Kota Cilegon, semuanya sudah
terstandarisasi seperti Sirine, CCTV (Closed Circuit Television), DVB (Digital
Video Broadcast), Indonesia Tsunami Early Warning sistem (InaTews) dan Bouy.
Hanya saja tidak anggaran yang ada tidak cukup untuk melakukan perawatan
peralatan yang sudah dimiliki oleh Pusdalops Kota Cilegon sehingga peralatan
tersebut saat ini tidak berfungsi.
154
Wujud perilaku (Performance)
Kategori ketiga yaitu wujud perilaku (performance). Disini peneliti ikut
turun langsung kelapangan melihat kondisi rumah warga yang tertimpa longsor
di Link Cupas dan Link. Watulawang, Kelurahan Gerem, Kota Cilegon. Pada 16
Februari 2017 ini ada 4 rumah warga yang rusak parah akibat dari bencana
longsor. Disana peneliti memberi bantuan peralatan berupa terpal dan bantuan
logistik (Buffer Stock) seperti mie instan, aqua dus, sarden, kecap, saos, dan lain
sebagainya yang diberikan oleh Pusdalops bersama dengan BPBD Kota Cilegon,
Dinas Sosial Kota Cilegon dan Tagana Kota Cilegon kepada masyarakat yang
rumahnya terdampak dari bencana longsor di Kelurahan Gerem. Dalam wujud
perilaku, peran Pusdalops Kota Cilegon yaitu memberikan pelayanan
penanggulangan bencana pada pra bencana, saat terjadi bencana dan pasca
bencana. Dalam pelaksanaan kegiatan pra bencana, Pusdalops Kota Cilegon
memiliki kendala yaitu pada saat pengumpulan informasi atau monitoring di
Rupusdalops (Crisis Centre). Sarana dan prasarana yang dimiliki Pusdalops Kota
Cilegon tidak memadai, dari 3 monitor hanya 1 monitor yang berfungsi. Selain
itu, terdapat juga kendala pada saat terjadi bencana yaitu DVB (Digital Video
Broadcast) untuk mendiseminasikan peringatan dini kepada masyarakat rusak
dan Sirine juga mati. Sedangkan, untuk kendala di lapangan saat terjadi bencana
karena Pusdalops Kota Cilegon saat ini menggunakan telepon dan radio
komunikasi, kendalanya yaitu tidak ada sinyal dan radio komunikasi terkadang
suka error. Jadi, jaringan komunikasi yang dipakai Pusdalops Kota Cilegon saat
ini untuk mendiseminasikan peringatan dini kepada masyarakat yaitu melalui
155
WhatsApp Group, telepon, radio, media cetak dan media elektronik. Pada tahap
pra bencana, jaringan komunikasi yang digunakan berupa himbauan atau
pemberitaan Early Warning melalui WhatsApp Group dan 5 stasiun radio antara
lain SAM Radio, Banten Radio, Top FM, Kis FM dan Mandiri FM. Namun
masyarakat berpendapat bahwa jaringan komunikasi melalui radio tidak efektif
digunakan untuk di zaman modern ini karena sudah banyak masyarakat yang
meninggalkan pengggunaan radio. Pada tahap saat bencana, jaringan komunikasi
yang digunakan yaitu melalui telepon agar penanganan bencana lebih cepat. Cara
lain yang biasanya digunakan yaitu pengeras suara di Masjid, namun apabila
listrik sedang padam maka menggunakan alternatif lain seperti kentongan.
Kemudian pada pasca bencana, Pusdalops Kota Cilegon bekerjasama dengan
media cetak dan media elektronik untuk menginformasikan kepada masyarakat
seperti Radar Banten, Kabar Banten, Banten Pos dan Banten Raya. Sedangkan
untuk media elektronik yaitu Banten News, Local 1 News, Sebelas News dan
Berita Cilegon. Saat ini, Pusdalops Kota Cilegon belum mempunyai Standar
Opearsional Prosedur (SOP) tersendiri, masih tergabung dengan bagian Tanggap
Darurat BPBD Kota Cilegon. SOP Pusdalops Kota Cilegon sebenarnya sudah
ada, hanya saja belum dikaji ulang karena BPBD Kota Cilegon masih sibuk
dengan programnya sehingga belum sempat untuk melakukan kaji ulang SOP
Pusdalops Kota Cilegon. Terkait dengan pelaporan, pelaporan kejadian bencana
yang dikelola oleh Pusdalops Kota Cilegon sudah tersistematif. Pelaporan yang
bersumber dari masyarakat dicatat di log book, selanjutnya dilakukan assessment
atau cek lokasi, kemudian dilakukan analisis data, yang mana laporan tersebut
156
lalu diserahkan kepada Manajer Pusdalops Kota Cilegon untuk diteruskan kepada
Kepala BPBD Kota Cilegon. Pelaporan yang dilakukan Pusdalops Kota Cilegon
juga sudah berperan dalam pencegahan bencana, salah satunya bencana banjir.
Ada kegiatan kerja bakti dan gotong royong yang melibatkan unsur pemeritah,
TNI, POLRI, relawan kebencanaan dan masyarakat untuk membersihkan sungai
dari sampah. Sedangkan, untuk bencana alam lainnya seperti tsunami atau gempa
bumi tentu merupakan bencana yang memberikan dampak kejutan karena terjadi
secara tiba-tiba dan tidak bisa dicegah. Namun, bisa diminimalisir jumlah
korban, karena saat ini Pusdalops Kota Cilegon sudah menetapkan lokasi dan
jalur evakuasi Kota Cilegon.
Penilaian (Evaluation) dan Sanksi (Sanction)
Terakhir yaitu penilaian (evaluation) dan sanksi (sanction). Berdasarkan
hasil analisis data dan fakta yang peneliti dapatkan di lapangan terkait dengan
penilaian (evaluation) yaitu dengan adanya Pusdalops Kota Cilegon mempunyai
dampak positif bagi masyarakat. Segala informasi kebencanaan dapat
disampaikan kepada masyarakat, baik pada pra bencana, saat bencana dan pasca
bencana sehingga kerentanan resiko bencana dapat diminimalisir dan
kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana bisa ditingkatkan. Kemudian, dampak
lainnya yang dirasakan oleh masyarakat yaitu Pusdalops Kota Cilegon sigap
dalam membantu masyarakat yang terdampak bencana, karena Pusdalops Kota
Cilegon beroperasi 24 jam sehingga jam berapapun ada laporan masyarakat,
157
setelah melakukan assessment atau cek lokasi seperti di Merak ada 2000 rumah
warga terendam air, maka Pusdalops Kota Cilegon akan mengerahkan sumber
daya untuk ke lokasi bencana. Pelayanan penanggulangan bencana di Kota
Cilegon juga menjadi lebih cepat. Dengan adanya Pusdalops Kota Cilegon,
masyarakat jadi tahu kalau ada bencana harus laporan ke siapa. Namun disisi
lain, masyarakat masih salah memaknai definisi bencana. Sedikit-sedikit ada
kejadian langsung melapor ke Pusdalops Kota Cilegon, misalnya ada air
mengenang semata kaki saja, masyarakat laporan ke Pusdalops Kota Cilegon,
atau ada pohon tumbang dilahannya sendiri lapor ke Pusdalops Kota Cilegon
padahal itkejadian seperti itu belum dikategorikan sebagai bencana. Selain itu,
dampak positif dari adanya Pusdalops Kota Cilegon juga dirasakan oleh instansi
terkait kebencanaan terkait koordinasi yang berjalan dengan baik. Sebelum ada
Pusdalops Kota Cilegon sebagai pengendali koordinasi, instansi kebencanaan
semuanya turun ke lokasi bencana, padahal belum tentu sesuai dengan perannya
yang dibutuhkan masyarakat. Saat ini, instansi kebencanaan jadi lebih terkordinir
karena adanya komando dari Pusdalops Kota Cilegon. Mengenai sanksi,
berdasarkan wawancara dengan Manajer Pusalops Kota Cilegon dan staf operator
Pusdalops Kota Cilegon belum pernah ada bentuk sanksi yang diberikan kepada
staf Pusdalops Kota Cilegon karena hingga saat ini staf Pusdalops Kota Cilegon
belum pernah melakukan kesalahan interpretasi kejadian bencana yang
mengakibatkan adanya korban jiwa atau kerugian harta benda.
158
Tabel 4.3
Ringkasan Pembahasan
Peran
Dimensi Temuan Lapangan
Harapan (Expectation) 1. Informasi bencana yang dikelola oleh staf operator
Pusdalops BPBD Kota Cilegon sudah diketahui
oleh instansi terkait kebencanaan dan masyarakat
Kota Cilegon melalui WhatsApp Group BPBD Kota
Cilegon. Mereka sepakat bahwa dari tahun 2000
hingga tahun 2017, bencana yang sering terjadi dan
mereka tangani bersama-sama dengan Pusdalops
Kota Cilegon yaitu banjir dan tanah longsor.
2. WhatsApp Group BPBD Kota Cilegon juga
dijadikan sebagai alat komunikasi untuk melakukan
koordinasi dengan masyarakat. Saat ini koordinasi
yang dijalankan Pusdalops Kota Cilegon dengan
masyarakat sudah berjalan dengan baik pada saat
pra bencana, saat bencana dan pasca bencana.
3. Koordinasi juga dilakukan tidak hanya dengan
menggunakan WhatsApp Group, tetapi by phone
atau menghubungi langsung kontak Pusdalops Kota
Cilegon. Karena Pusdalops Kota Cilegon telah
berkomitmen bahwa bencana harus ditangani
dengan cepat sehingga koordinasinya tidak harus
bersifat formal.
4. Setiap instansi terkait kebencanaan Kota Cilegon
sudah terdapat satu petugas khusus untuk
diperbantukan di BPBD Kota Cilegon yang
tergabung dalam tim reaksi cepat penanggulangan
bencana (TRC-PB) Kota Cilegon. Tim ini dibentuk
agar penanganan darurat bencana berjalan dengan
cepat.
5. Untuk menjalin koordinasi yang erat dengan pihak
industri sudah dilakukan upaya lain yaitu dengan
membentuk “Grup Bawah Tanah”. Mereka yang
tergabung dalam Grup Bawah Tanah ini bekerja
tanpa anggaran (non-budgeter).
6. Masyarakat mengharapkan adanya penambahan
personil Pusdalops Kota Cilegon karena dengan
jumlah personil saat ini yakni 13 personil masih
belum cukup dalam membantu masyarakat pada
saat terjadi bencana.
7. Masyarakat juga mengharapkan agar sarana dan
prasarana yang dimiliki Pusdalops Kota Cilegon
159
dilengkapi lagi. Karena ketika masyarakat meminta
bantuan peralatan seperti perahu karet ketika ada
banjir atau alat senso ketika ada pohon tumbang dan
meminta secepatnya, BPBD bilang sarana yang
dimiliki terbatas.
8. Masyarakat juga mengharapkan agar lokasi
Rupusdalops dan BPBD Kota Cilegon berada dalam
1 lokasi agar komukasi antara Pusdalops dengan
pimpinan BPBD Kota Cilegon lebih efektif.
Norma (Norm) 1. Saat ini SDM Pusdalops Kota Cilegon berjumlah 13
personil. Dari 13 personil tersebut baru 4 orang
yang memenuhi standar kualifikasi lulusan sarjana
(S-1) dan 9 orang lainnya masih lulusan SMA.
Kemudian, belum semua staf operator Pusdalops
Kota Cilegon mampu mengelola informasi
kebencanaan. Terlihat dari jumlah keseluruhan 13
personil, hanya 3 personil yang mampu mengelola
informasi kebencanaan yaitu yang ditunjuk sebagai
ketua regu.
2. Dengan jumlah staf operator Pusdalops Kota
Cilegon 13 personil belum cukup. Berdasarkan
Perka BNPB No.15 Tahun 2012 tentang Pedoman
Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan
Bencana (Pusdalops-PB) juga dijelaskan bahwa
komposisi personil Pusdalops itu 25 orang.
3. Lokasi Rupusdalops (Crisis Centre) dan BPBD
Kota Cilegon masih terpisah. Karena BPBD Kota
Cilegon baru berdiri 2 tahun dan belum mempunyai
kantor permanen.
4. Data yang dimiliki Pusdalops Kota Cilegon belum
di update secara rutin setiap tahunnya. Dari tahun
2003 hingga 2016 data yang digunakan masih
menggunakan data 2003. Tapi di tahun 2017 ini
akan di update, hanya saja masih menunggu
persetujuan Walikota Cilegon.
5. Untuk pengumpulan informasi kebencanaan,
Pusdalops Kota Cilegon telah melibatkan
masyarakat yaitu kelurahan tangguh bencana (KTB)
yang telah dibentuk oleh BPBD Kota Cilegon di
tiap titik-titik rawan bencana salah satunya di
Kelurahan Gerem yang beranggotakan 30 orang.
6. Hasil pantauan yang dilakukan Pusdalops Kota
Cilegon sudah terdokumentasi dan tersebar kepada
instansi terkait kebencanaan, industri, Untirta dan
masyarakat melalui WhatsApp Group dan di share
setiap hari.
160
7. Data yang dikelola Pusdalops Kota Cilegon sudah
dimanfaatkan oleh instansi terkait kebencanan
sesuai dengan tupoksinya masing-masing, seperti
Bappeda digunakan untuk pembangunan daerah,
Dinas Pekerjaan Umum untuk pembangunan
drainase yang kurang lebar, Dinas Kesehatan untuk
memprediksi jenis penyakit apa yang timbulkan dari
bencana, dan Dinas Sosial untuk bantuan logistik
atau dapur umum.
8. Jaringan komunikasi yang dimiliki Pusdalops Kota
Cilegon semuanya sudah terstandarisasi seperti
Sirine, CCTV (Closed Circuit Television), DVB
(Digital Video Broadcast), Indonesia Tsunami
Early Warning sistem (InaTews) dan Bouy. Namun,
anggaran yang ada tidak cukup untuk melakukan
perawatan peralatan yang sudah dimiliki oleh
Pusdalops Kota Cilegon sehingga peralatan tersebut
saat ini tidak berfungsi.
Wujud Perilaku
(Performance)
1. Disini peneliti bersama dengan Pusdalops Kota
Cilegon turun langsung kelapangan melihat kondisi
rumah warga yang tertimpa longsor di Link Cupas
dan Link. Watulawang, Kelurahan Gerem, Kota
Cilegon. Dan memberi bantuan peralatan berupa
terpal dan bantuan logistik (Buffer Stock) seperti
mie instan, aqua dus, sarden, kecap, saos, dan lain
sebagainya.
2. Peran Pusdalops Kota Cilegon yaitu memberikan
pelayanan penanggulangan bencana pada pra
bencana, saat terjadi bencana dan pasca bencana.
3. Dalam pelaksanaan kegiatan pra bencana yaitu
pengumpulan informasi atau monitoring di
Rupusdalops terdapat kendala terkait sarana dan
prasarana yang tidak memadai, dari 3 monitor
hanya 1 monitor yang berfungsi.
4. Kendala pada saat terjadi bencana yaitu DVB
(Digital Video Broadcast) untuk mendiseminasikan
peringatan dini kepada masyarakat rusak dan Sirine
juga mati. Sedangkan, untuk kendala di lapangan
saat terjadi bencana karena Pusdalops Kota Cilegon
saat ini menggunakan telepon dan radio
komunikasi, kendalanya yaitu tidak ada sinyal dan
radio komunikasi terkadang suka error.
5. Saat ini jaringan komunikasi yang dipakai
Pusdalops Kota Cilegon untuk mendiseminasikan
peringatan dini kepada masyarakat yaitu melalui
161
WhatsApp Group, telepon, radio, media cetak dan
media elektronik. Namun masyarakat berpendapat
bahwa jaringan komunikasi melalui radio tidak
efektif digunakan untuk di zaman modern ini,
karena sudah banyak masyarakat yang
meninggalkan pengggunaan radio. Cara lain yang
biasanya digunakan yaitu pengeras suara di Masjid,
namun apabila listrik sedang padam maka
menggunakan alternatif lain seperti kentongan.
6. Pusdalops Kota Cilegon saat ini belum mempunyai
Standar Opearsional Prosedur (SOP) tersendiri
masih tergabung dengan bagian Tanggap Darurat
BPBD Kota Cilegon. SOP Pusdalops Kota Cilegon
sebenarnya sudah ada, hanya saja belum dikaji
ulang oleh BPBD Kota Cilegon.
7. Pelaporan kejadian bencana yang dihimpun oleh
Pusdalops Kota Cilegon sudah tersistematif.
Pelaporan yang bersumber dari masyarakat dicatat
di log book, selanjutnya dilakukan assessment atau
cek lokasi, kemudian dilakukan analisis data, yang
mana laporan tersebut lalu diserahkan kepada
Manajer Pusdalops Kota Cilegon untuk diteruskan
kepada Kepala BPBD Kota Cilegon.
8. Pelaporan yang dilakukan Pusdalops Kota Cilegon
sudah berperan dalam pencegahan bencana, salah
satunya bencana banjir. Ada kegiatan kerja bakti
dan gotong royong Sedangkan, untuk bencana alam
lainnya seperti tsunami atau gempa bumi hanya
dapat diminimalisir jumlah korban, karena saat ini
Pusdalops Kota Cilegon telah menetapkan lokasi
dan jalur evakuasi Kota Cilegon.
Penilaian (Evaluation)
dan Sanksi (Sanction)
1. Dampak dari adanya Pusdalops Kota segala
informasi kebencanaan dapat disampaikan kepada
stakeholder, instansi terkait kebencanaan dan
masyarakat, baik pada pra bencana, saat bencana
dan pasca bencana sehingga kerentanan resiko
diharapkan dapat diminimalisir dan kesiapsiagaaan
dalam menghadapi bencana bisa ditingkatkan.
2. Pusdalops Kota Cilegon sigap dalam membantu
masyarakat yang terdampak bencana, karena
mereka beroperasi 24 jam sehingga pelayanan
penanggulangan bencana di Kota Cilegon menjadi
lebih cepat.
3. Masyarakat jadi tahu kalau ada bencana harus
laporan ke siapa. Namun, masyarakat masih salah
memaknai definisi bencana. Sedikit-sedikit ada
162
kejadian langsung melapor ke Pusdalops padahal
belum bisa dikategorikan “bencana”.
4. Dampak lainnya yang dirasakan oleh instansi terkait
kebencanaan yaitu koordinasi berjalan dengan baik.
Instansi terkait kebencanaan jadi lebih terkordinir
karena adanya komando dari Pusdalops Kota
Cilegon.
5. Mengenai sanksi, belum pernah ada bentuk sanksi
yang diberikan kepada staf Pusdalops Kota Cilegon
karena hingga saat ini staf Pusdalops Kota Cilegon
belum pernah melakukan kesalahan interpretasi
kejadian bencana yang mengakibatkan adanya
korban jiwa atau kerugian harta benda.
(Sumber : Peneliti, 2017)
163
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan temuan-temuan peneliti di lapangan dan hasil penelitian,
peneliti menyimpulkan bahwa peran Pusdalops BPBD Kota Cilegon dalam
pelayanan penanggulangan bencana di Kota Cilegon belum berjalan optimal.
Dilihat dari harapan-harapan masyarakat yang belum terpenuhi diantaranya
harapan untuk penambahan personil di lapangan karena menurut masyarakat yang
diwawancarai peneliti pada 20 Februari 2017 di Link. Dermaga Malang,
Kelurahan Gerem mengatakan bahwa personil Pusdalops BPBD Kota Cilegon
tidak dapat memberikan pelayanan penganggulangan bencana akibat bencana
longsor didaerahnya karena personil Pusdalops BPBD Kota Cilegon pada saat itu
juga sedang melakukan evakuasi korban akibat bencana banjir di Merak yang
bencananya dianggap lebih parah. Harapan lainnya yang belum terpenuhi yaitu
masyarakat menginginkan adanya penambahan peralatan-peralatan yang dimiliki
Pusdalops BPBD Kota Cilegon seperti alat senso dan perahu karet, karena
bencana yang sering terjadi di Kota Cilegon setiap tahunnnya adalah banjir dan
tanah longsor. Pada Tahun 2016 tercatat sebanyak 13 kali kejadian banjir dan 5
kali untuk bencana akibat dari tanah longsor. Selain itu, harapan yang diinginkan
masyarakat yaitu penggabungan lokasi antara Rupusdalops (Crisis Centre) Kota
Cilegon, Posko BPBD Kota Cilegon dan BPBD Kota Cilegon agar komunikasi
163
164
antara Pusdalops BPBD Kota Cilegon dengan pimpinan BPBD Kota Cilegon
berjalan lebih efektif.
Pusdalops BPBD Kota Cilegon saat ini hanya memiliki personil sebanyak
13 orang yang semuanya bertugas sebagai staf operator, terbagi atas tiga regu dan
beroperasi selama 24 jam. Bila mengacu pada Perka BNPB No. 15 Tahun 2012
tentang Pedoman Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana
(Pusdalops-PB) jumlah tersebut belum memadai. Namun, mengenai pelaporan
kejadian bencana yang dihimpun oleh Pusdalops BPBD Kota Cilegon sudah
dilakukan secara tersistematif sesuai dengan peraturan yang ada mulai dari
pengumpulan informasi/data, mengolah data hingga mendiseminasikan peringatan
dini kepada penjabat berwenang dan masyarakat. Dalam hal mendiseminasikan
peringatan dini terdapat kendala-kendala yang dimiliki Pusdalops BPBD Kota
Cilegon diantaranya tidak berfungsinya Sirine dikedua tempat yaitu Ciwandan dan
Grogol serta DVB (Digital Video Broadcast) yang saat ini juga sedang mengalami
kerusakan. Hingga saat ini Pusdalops BPBD Kota Cilegon juga belum
mempunyai Standar Opearsional Prosedur (SOP) tersendiri dan masih
menggunakan Standar Opearsional Prosedur (SOP) bagian Tanggap Darurat
BPBD Kota Cilegon. Namun, dalam hal tanggap darurat masyarakat memberikan
pendapat yang positif kepada Pusdalops BPBD Kota Cilegon yang sigap
memberikan pelayanan penanggulangan bencana di Kota Cilegon. Ketika
masyarakat memberikan laporan kejadian bencana jam berapapun Pusdalops
BPBD Kota Cilegon menanggapi laporan tersebut, melakukan assessment dan
mengerahkan sumber daya untuk ke segera lokasi bencana. Proses pelaporannya
165
juga tidak kaku, masyarakat bisa langsung menghubungi nomer telepon Pusdalops
BPBD Kota Cilegon.
Dampak adanya Pusdalops Kota Cilegon yang dirasakan masyarakat yaitu
respon time yang cepat sehingga bencana dapat ditangani, kemudian segala
informasi kebencanaan di Kota Cilegon mudah diperoleh karena di share setiap
hari melalui WhatsApp Group yang mengakibatkan terjalinnya koordinasi yang
baik juga dengan instansi-instansi kebencanaan terkait dalam memberikan
pelayanan penanggulangan bencana di Kota Cilegon. Mengenai sanksi, belum
pernah ada bentuk sanksi yang diberikan kepada staf Pusdalops BPBD Kota
Cilegon karena hingga saat ini staf Pusdalops BPBD Kota Cilegon belum pernah
melakukan kesalahan interpretasi kejadian bencana yang mengakibatkan adanya
korban jiwa atau kerugian harta benda.
166
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian peran Pusat Pengendalian Operasi
(Pusdalops) BPBD Kota Cilegon dalam pelayanan penanggulangan bencana di
Kota Cilegon, peneliti mencoba untuk memberikan saran atau masukan
mengenai hasil penelitian ini agar dapat membantu Pusdalops BPBD Kota
Cilegon dalam hal penanggulangan bencana di Kota Cilegon, yaitu sebagai
berikut:
1. Pimpinan BPBD Kota Cilegon seharusnya melakukan penambahan personil
Pusdalops BPBD Kota Cilegon untuk dilapangan dalam membantu
mengevakuasi korban bencana karena dengan jumlah saat ini masih belum
cukup;
2. Pimpinan BPBD Kota Cilegon seharusnya melengkapi peralatan-peralatan
untuk menunjang kinerja Pusdalops BPBD Kota Cilegon sebagai pengelola
informasi kebencanaan agar perannya berjalan optimal;
3. Pimpinan BPBD Kota Cilegon perlu segera mengupayakan penggabungan
lokasi Rupusdalops (Crisis Centre), Posko BPBD Kota Cilegon dan BPBD
Kota Cilegon menjadi satu tempat agar komunikasi antara Pusdalops BPBD
Kota Cilegon dengan pimpinan BPBD Kota Cilegon berjalan lebih efektif;
4. Pusdalops BPBD Kota Cilegon perlu melakukan update data setiap tahun
agar sistem informasi yang disajikan oleh Pusdalops Kota Cilegon
merupakan informasi secara berkala dan ter-update;
167
5. Pimpinan BPBD Kota Cilegon seharusnya mengadakan anggaran untuk
melakukan perawatan rutin peralatan-peratan yang dimiliki Pusdalops BPBD
Kota Cilegon agar tidak cepat rusak;
6. Pimpinan BPBD Kota Cilegon perlu membuat Standar Operasional Prosedur
(SOP) untuk Pusdalops Kota Cilegon atau mengkaji ulang Standar
Operasional Prosedur (SOP) yang ada, agar penanganan bencana dapat
dilakukan oleh Pusdalops Kota Cilegon dapat berjalan dengan cepat, tepat
dan akurat.
168
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku:
Bungin, Burhan. 2005. Analisis Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman Filosofis dan
Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ke-4.
Jakarta: Gramedia
Hasan, Muhammad Tholhah. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif: Tinjauan
Teoritis dan Praktis. Malang: Visi Pers Offset Malang.
Irawan, Prasetya. 2005. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial.
Jakarta: DIA FISIP UI.
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Nurjanah, dkk. 2013. Manajemen Bencana. Bandung: Alfabeta
Robbins, Stephen P. 2001. Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi.
Jakarta: Prehallindo
Sarwono, Sarlito Wirawan. 2006. Teori-Teori Psikologi Sosial. Edisi Revisi. Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada.
Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada.
Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
169
Warto, dkk. 2003. Uji Coba Pola Manajemen Penanggulangan Korban Bencana
Alam Pada Era Otonomi Daerah. Jogjakarta: B2P3KS
Tahir, Arifin. 2014. Buku Ajar Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Deepublish.
Sumber Peraturan:
Undang – Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 15 Tahun 2015
tentang Pedoman Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana
(PUSDALOPS-PB)
SOP Tanggap Darurat BPBD Kota Cilegon
Sumber internet:
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2011/08/110810_indonesia_tsunami
shtml, diakses pada tanggal 3 Oktober 2016 jam 09.37 WIB
http://sebelasnews.com/cilegon-segera-bentuk-badan-penanggulangan-
bencanadaerah.html, diakses pada 21 Oktober 2016 jam 11.30 WIB
Sumber Dokumen:
Buletin Kegiatan BPBD Kota Cilegon Tahun 2015
Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana 2006 – 2009
Kota Cilegon Dalam Angka 2016
170
Skripsi Vera Noviyanti. Peran Taruna Siaga Bencana (Tagana) Provinsi Banten
dalam Penanggulangan Bencana di Provinsi Banten Tahun 2013.
Skripsi Abdul Latief. Peran Pemerintah Daerah dalam Penanggulangan Bencana
Alam di Kota Palopo Tahun 2015.
171
172
173
174
175
Lampiran 2
Jadwal Wawancara
Kode
Informan
Nama Status Jadwal
Wawancara
I1.1 H. Ahmad Mafruh,
S.Ag, MM
Manajer Pusdalops Kota
Cilegon
13 Februari 2017
I1.2 Dimaz Staf Operator Pusdalops
Kota Cilegon
13 Februari 2017
I2.1 H. Tb. Hkualizaman,
MM
Kasi Perlindungan dan
Jaminan Sosial, Dinas
Sosial Kota Cilegon
22 Februari 2017
I2.2 Supandi, S.AP Kepala Tagana Kota
Cilegon, Dinas Sosial Kota
Cilegon
24 Februari 2017
I2.3 Tatang Priatna, SKM,
MM
Kasi Survelen Imunisasi
dan Krisis Kesehatan,
Dinas Kesehatan Kota
Cilegon
23 Februari 2017
I2.4 Drs. Ridwan, M.Si Sekertaris Dinas Pekerjaan
Umum Kota Cilegon
16 Februari 2017
I2.5 Ipan Zaenudin, S.IP Kasi Penyelamatan,
Evakuasi dan Perlindungan
Hak Sipil, Damkar Kota
Cilegon
20 Februari 2017
I2.6 Ujang Samsul Sekertaris PMI Kota
Cilegon
17 Februari 2017
I3.1 Nandang Rachman TNI – AD Perwira Seksi
Operasi Kodim 0623
Cilegon
23 Februari 2017
I4.1 Jusep Sulistiawan, SH POLRI Perwira Urusan
Sub Bagian Pembinaan
Operasional Polres Cilegon
28 Februari 2017
I5.1 Habibi Rahmat, MM Kasi Pemerintahan dan
Ketertiban Umum
Kelurahan Gerem
1 Maret 2017
I5.2 Kurtubi Ketua Forum Pengurangan 1 Maret 2017
176
Resiko Bencana Kelurahan
Gerem
I5.3 Sam’un Karyawan Swasta /
Masyarakat Korban
Bencana Longsor
24 Februari 2017
I5.4 Andi Karyawan Swasta /
Masyarakat Korban
Bencana Banjir
3 April 2017
I5.5 Seriye Petani / Masyarakat
Korban Bencana Longsor
4 April 2017
I6.1 Tobi HRD PT. Dover Chemical 21 Februari 2017
I6.2 Indra Foreman PT. Lautan
Outsuka Chemical
21 Februari 2017
I7.1 Dr. Romi Wiyadinata,
ST. M.Eng
Kabid Mitigasi Bencana
dan Human Factor,
Fakultas Teknik Untirta
10 Maret 2017
177
Lampiran 3
Rekapitulasi Temuan Lapangan
No. Dimensi Temuan Lapangan Kategori
1. Harapan
(Expectation)
a. Eksistensi
b.harapan
1. Masyarakat telah mengetahui
informasi kebencanaan yang
dikelola oleh Pusdalops Kota
Cilegon;
2. Koordinasi yang dijalankan
Pusdalops Kota Cilegon berjalan
dengan baik antara pihak industri,
instansi terkait kebencanaan,
Untirta dan masyarakat;
3. Masyarakat telah merasakan peran
dari Pusdalops Kota Cilegon saat
terjadi bencana;
4. Masyarakat mengharapkan
pertambahan personil dan
peralatan Pusdalops Kota Cilegon.
Baik
Baik
Baik
Belum baik
2. Norma (Norm)
a. Peraturan
b.Tugas
1. Rekrutmen staf operator Pusdalops
Kota Cilegon tidak memperhatikan
kualifikasi pendidikan dan
keahlian;
2. Keterbatasan sumber daya manusia
Pusdalops Kota Cilegon;
3. Lokasi Rupusdalops Kota Cilegon
(Crisis Centre) masih terpisah
dengan BPBD Kota Cilegon;
4. Sistem yang dimiliki Pusdalops
Kota Cilegon tidak diupdate secara
rutin;
5. Pengumpulan informasi sudah
melibatkan masyarakat;
6. Hasil pantauan Pusdalops Kota
Cilegon sudah terdokumentasi dan
tersebar kepada instansi
kebencanaan dan masyarakat;
7. Data yang dikelola oleh Pusdalops
Kota Cilegon sudah dimanfaatkan
oleh instansi terkait kebencanaan
sesuai tupoksinya;
Belum baik
Belum baik
Belum baik
Belum baik
Baik
Baik
Baik
178
8. Jaringan komunikasi yang dimiliki
Pusdalops Kota Cilegon banyak
yang tidak berfungsi.
Belum baik
3. Wujud Perilaku
(Performance)
a. Peran
b.Pelaporan
1. Peran pra bencana Pusdalops Kota
Cilegon terhambat peralatan yang
rusak;
2. Peran saat terjadi bencana
terhambat radio komunikasi yang
suka error;
3. Masyarakat belum merasakan
peran Pusdalops Kota Cilegon di
pasca bencana;
4. Banyak masyarakat yang belum
mengetahui media yang dipakai
Pusdalops Kota Cilegon dalam
mendesiminasi peringatan dini
kepada masyarakat;
5. Pusdalops Kota Cilegon belum
mempunyai SOP;
6. Pelaporan yang dihimpun
Pusdalops Kota Cilegon telah
tersistematis;
7. Pelaporan yang dikelola Pusdalops
Kota Cilegon dapat mencegah
bencana yang sifatnya dapat
diantisipasi seperti banjir.
Belum baik
Belum baik
Belum baik
Belum baik
Belum baik
Baik
Baik
4. Penilaian
(Evaluation)
a. Dampak
b.Hasil
1. Peran Pusdalops Kota Cilegon
memberikan dampak positif bagi
masyarakat;
2. Masyarakat masih salah persepsi
mengenai bencana;
Baik
Belum baik
5. Sanksi (Sanction)
a. Bentuk Sanksi
1. Bentuk sanksinya tidak tegas
apabila staf Pusdalops Kota
Cilegon melakukan kesalahan.
Belum baik
179
180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
MEMBER CHECK
Nama : H. Ahmad Mafruh, S.Ag, MM
Pekerjaan/Jabatan : PNS / Kepala Seksi Tanggap Darurat BPBD Kota Cilegon
Pertanyaan Jawaban
Harapan
(Expectation)
Apa fungsi Pusdalops Kota
Cilegon?
Fungsi Pusdalops Kota Cilegon itu sebagai pengelola
informasi kebencanaan sekaligus pengendali
koordinasi antara pemerintah, lembaga, dunia usaha
dan masyarakat.
Apa fungsi koordinasi yang
dijalankan Pusdalops Kota
Cilegon dalam pelaksanaan
penanggulangan bencana sudah
berjalan dengan baik?
Baik internal maupun eksternal koordinasi yang
dijalankan pusdalops kota cilegon sudah berjalan
dengan baik.
Apa harapan saudara terhadap
BPBD Kota Cilegon
kedepannya?
Tambah eksis di masyarakat dan pelayanan yang kami
berikan lebih baik.
Norma
(Norm)
Apakah SOP untuk menjadi
staf operator Pusdalops Kota
Cilegon sudah terpenuhi?
SOP untuk menjadi staf pusdalops belum terpenuhi.
Staf pusdalops direkrut sesuai kebijakan pimpinan
saja.
Apa jumlah SDM Pusdalops
Kota Cilegon saat ini sudah
cukup?
Kami rasa dengan jumlah 18 orang belum cukup,
masih perlu penambahan. Tapi itu kembali lagi pada
kebijakan pimpinan.
Mengapa lokasi bangunan
Crisis Centre harus
tersentralisasi dengan BPBD?
Agar komunikasi yang diberikan oleh pusdalops
berjalan efektif, bisa cepat diberikan ke BPBD dan
cepat ditanggapi pimpinan.
Apa sistem yang dimiliki
Pusdalop Kota Cilegon sudah
diupdate secara rutin?
Sudah diupdate baik secara informasi kebencanaan
maupun informasi dari masyarakat. Kemarin ada pihak
BMKG kesini, tinggal tunggu tandatangan walikota
untuk pemasangan sistemnya
Apakah pengumpulan
informasi kebencanaan sudah
melibatkan masyarakat?
Sudah, kita melibatkan masyarakat seperti Kelurahan
Tangguh Bencana dan Relawan.
Apakah hasil pantauan
Pusdalops Kota Cilegon sudah
terdokumentasi dan tersebar
dengan baik kepada instansi
kebencanaan terkait?
Sudah, kami sebarkan pamlfet disitu kita cantumkan
nomer telpon BPBD 0254-8370627 dan nomer
pusdalops 0254-377555
Apakah data Pusdalops Kota
Cilegon sudah dimanfaatkan
secara optimal oleh instansi
kebencanaan terkait?
Sudah, data sudah dimanfaatkan oleh instansti
kebencanaan sesuai dengan tupoksinya masing-
masing, baik saat terjadi bencana (turun di lapangan)
maupun data yang digunakan untuk pasca bencana
yang dijadikan dasar untuk melakukan rehabilitasi dan
rekonstruksi.
Apakah jaringan komunikasi
yang dimiliki Pusdalops Kota
Cilegon sudah terstandarisasi?
Belum maksimal, karena komunikasi itu memerlukan
biaya yang cukup besar. Jaringan komuniasi ini harus
ditingkatkan karena terbentur dengan anggaran dan
193
SDM makanya yang ada saja kita gunakan. Anggaran
ada tapi tidak ke cover.
Apakah pelaporan kejadian
bencana yang dilakukan
Pusdalops Kota Cilegon sudah
tersistematif dan terkonstruktif?
Sudah, kita kan respon time ke lokasi langsung 20
menit begitu ada informasi.
Wujud Perlaku
(Performance)
Kendala apa yang ditemukan
Pusdalops Kota Cilegon dalam
pengelolan informasi
kebencanaan?
Kendala dalam pengumpulan informasi yaitu terkait
sarana dan prasarana yang tidak memadai. Kita tahu
dalam melakukan akitivitas pemantauan kita
memerlukan alat seperti monitor, namun untuk saat ini
monitor yang dimiliki pusdalops mengalami
kerusakan, hanya 1 yang berfungsi dari 3 monitor yang
dimiliki.
Bagaimana bentuk peringatan
dini yang dilakukan Pusdalops
Kota Cilegon kepada
masyarakat dan instansi
kebencanaan terkait?
By phone aja, kita koordinasikan melalui telpon baik
ke masyarakat maupun instansi kebencanaan terkait.
Bagaimana peran pusdalops
Kota Cilegon sebagai fasilisator
dalam mengerahkan sumber
daya untuk penanganan
tanggap darurat?
Perannya sangat penting. Kalau tidak ada pusdalops,
tidak ada petugas piket, kalau ada yang telpon ke
kantor atau ke pusdalops, kita tidak ada informasi.
Biasanya masyarakat itu ada yang langsung nelpon ke
saya dan ada yang ke kantor petugas piket. Sementara,
peran pusdalops juga sangat dibutuhkan di tempat
kejadian bencana yaitu melakukan evakuasi,
meminimalisir korban jiwa, membantu masyarakat,
membantu logistic, dan mengkordinir instansi
kebencanaan terkait.
Bagaimana Pusdalops Kota
Cilegon menyikapi SOP yang
tumpang tindih dengan tanggap
darurat?
Sementara kita pakai tanggap darurat, menyikapiya
dengan tanggap darurat.
Apakah pelaporan yang
dilakukan Pusdalops Kota
Cilegon berperan dalam
pencegahan bencana di Kota
Cilegon?
Alhamdulillah sudah, itu adanya dibidang 1
kesiapsiagaan dan pencegahan. Biasanya yang kita
cegah bencana non alam, seperti banjir, kita sudh
adakan kegiatan gotong royong.
Penilaian
(Evaluation)
Apa dampak adanya Pusdalops
Kota Cilegon sebagai
organisasi publik khusus
menangani pengelolaan
informasi kebencanaan di Kota
Cilegon?
Dampaknya sangat positif sekali, kalau tidak ada
pusalops, kita dilapangan tidak ada yang bisa turun.
Apa hasil positif dari peran
BPBD Kota Cilegon?
Pelayanan masyarakat menjadi lebih baik dan dapat
meminimalisir jumlah korban bencana.
Adakah bentuk sanksi jika staf
Pusdalops Kota Cilegon
melakukan kesalahan
interpretasi kejadian bencana
Itu kan human error, kita tidak mungkin langsung
berikan sanksi tegas. Karena kita pegawai, sanksi
pertama lisan atau tertulis, itu ada aturan terulis di
peraturan tentang kepegawaian.
194
Sanksi
(Sanction)
yang menimbulkan adanya
korban jiwa?
Bagaimana mekanisme
penyelenggaraan
penanggulangan bencana yang
dilakukan oleh Pusdalops Kota
Cilegon?
Pertama, pusdalops menerima informasi dari
masyarakat maupun stakeholder. Kemudian, 20 menit
sampai ke lokasi kejaian untuk assessment.
Menganalisis apa saja yang dibutuhkan, melakukan
evakuasi, penyelamatan dan melakukan dengan dinas
terkait. Kemudian, data yang didapat dianalisis lagi
agar datanya bisa dipakai untuk kegiatan pasca
bencana, yaitu rehabilitasi dan rekonstruksi.
Cilegon, 13 Februari 2017
H. Ahmad Mafruh, S.Ag, MM
195
MEMBER CHECK
Nama : Dimaz
Pekerjaan/Jabatan : Non PNS / Staf Operator Pusdalops
Pertanyaan Jawaban
Harapan
(Expectation)
Apa fungsi Pusdalops Kota
Cilegon?
Fungsi Pusdalops Kota Cilegon itu untuk
menganalisa kejadian bencana dan menjalin
koordinasi dengan dinas-dinas kebencanaan
terkait. Jadi, pusatnya informasi dan komunikasi
kebencanaan ada di Pusdalops Kota Cilegon
berbasis data.
Apa fungsi koordinasi yang
dijalankan Pusdalops Kota
Cilegon dalam pelaksanaan
penanggulangan bencana
sudah berjalan dengan baik?
Untuk sampai saat ini Alhamdulillah koordinasi
dengan dinas-dinas kebencanaan terkait sudah
berjalan dengan baik. Kalau pihak industri,
tertutup.
Apa harapan saudara
terhadap BPBD Kota
Cilegon kedepannya?
Harapannya selalu maju dan selalu terdepan.
Apakah SOP untuk menjadi
staf operator Pusdalops
Kota Cilegon sudah
terpenuhi?
SOP untuk menjadi staf Pusdalops Kota Cilegon
masih belum terpenuhi. Minimal mempunyai
keahlian-keahlian khusus, seperti keahlian
khusus tentang IT, keahlian khusus tentang
kimia, keahlian khusus tentang pemetaan, masih
banyak lagi. Sedangkan saat ini kualitas SDM
staf Pusdalops Kota Cilegon belum memadai.
Belum semua staf Pusdalops Kota Cilegon
memiliki keahlian tersebut.
Untuk pendidikan, lulusan SMA bisa menjadi
staf Pusdalops dengan ketentuan mempunyai
sertifikasi-sertifikasi keahlian. Ada pelatihan-
pelathian juga yang diberikan BPBD Kota
Cilegon, dan seluruh staf pusdalops sudah
mengikuti.
Apa jumlah SDM
Pusdalops Kota Cilegon
saat ini sudah cukup?
Belum cukup. Harusnya sesuai Perka itu 18
orang, tapi untuk ukuran Kota Cilegon harusnya
sekitar 25 orang.
Mengapa lokasi bangunan
Crisis Centre harus
tersentralisasi dengan
BPBD?
Biar mudah koordinasi antara staf Pusdalops
dengan BPBD. Karena yang mempunyai
komando itu BPBD, sedangkan pusdalops
merupakan jembatan koordinasi antara dinas-
dinas kebencanaan dan stakeholder terkait. Jadi,
ya harusnya digabung agar komunikasinya lebih
mudah.
Namun, untuk saat ini bangunan Crisis Centre
dengan BPBD Kota Cilegon masih terpisah, hal
tersebut tentu membuat komunikasi menjadi
kurang efektif, karena analisis dilakukan di
196
Norma
(Norm)
BPBD, kemudian dilaporkan ke walikota. Kalau
lokasi terpisah seperti ini, jadi bolak balik saja
pelaporannya antara pusdalops dan BPBD.
Apa sistem yang dimiliki
Pusdalop Kota Cilegon
sudah diupdate secara rutin?
Dulu kita pakai data 2003, cuma sekarang akan
di upgrade (ditingkatkan), baru akan di update
tapi belum tahu kapan sedang menunggu tanda
tangan walikota.
Apakah pengumpulan
informasi kebencanaan
sudah melibatkan
masyarakat?
Sudah melibatkan masyarakat, mengikut
sertakan relawan-relawan, seperti desa tangguh
bencana, Tagana, dan PMI.
Apakah hasil pantauan
Pusdalops Kota Cilegon
sudah terdokumentasi dan
tersebar dengan baik kepada
instansi kebencanaan
terkait?
Terdokumentasi dan tersebar dengan baik,
karena kami mempunyai whats App group yang
isinya seluruh instansi kebencanaan terkait dan
stakeholder.
Apakah data Pusdalops
Kota Cilegon sudah
dimanfaatkan secara
optimal oleh instansi
kebencanaan terkait?
Data sudah dimanfaatkan dengan baik, seperti
Bappeda digunakan untuk pembangunan daerah,
Dinas PU untuk pembangunan drainase yang
kurang lebar, Dinkes itu terkait wabah penyakit,
misal ada banjir, datanya digunakan untuk
memprediksi jenis penyakitnya apa, obat yang
dibutuhkan apa saja, sementara pemadam
kebakaran datanya untuk data alat-alat pemadam
di industri, apa sudah cukup apa masih perlu
bantuan dari damkar Kota Cilegon.
Apakah jaringan
komunikasi yang dimiliki
Pusdalops Kota Cilegon
sudah terstandarisasi?
Saat ini kami memakai jaringan komunikasi
yaitu telpon dan radio genggam untuk personil
dilapangan, dinas terkait dan masyarakat.
Sedangkan untuk stakeholder, kami memakai
DVB (Digital Video Broadcast), untuk 25
informan, isinya memberitahukan informasi
bencana yang terjadi, tujuannya agar stakeholder
bisa mengambil tindakan dengan cepat.
Apakah pelaporan kejadian
bencana yang dilakukan
Pusdalops Kota Cilegon
sudah tersistematif dan
terkonstruktif?
Sudah. Pertama, ada laporan dari masyarakat.
Kemudian pusdalops melakukan assessment
(penilaian) dengan dinas-dinas terkait yang lebih
paham. Misalnya longsor itu penyebabnya apa,
dicari tahu, tanahnya bergeser atau memang
tanahnya berada di tempat yang seharusnya
tidak berdiri bangunan.
Kendala apa yang
ditemukan Pusdalops Kota
Cilegon dalam pengelolan
informasi kebencanaan?
Kendala dalam pengumpulan informasi yaitu
monitoring. Monitor yang dimilki pusdalops
hanya 3, dimana 2 tidak berfungsi. Sementara,
monitoring sangat penting dalam pengelolaan
informasi kebencanaan untuk mendeteksi
kejadian bencana yang akan terjadi di Kota
Cilegon. Hambatannya ada diperalatan, yaitu
monitor mati.Namun, kendala ketika terjadi
bencana yaitu saat melakukan koordinasi, karena
197
Wujud Perilaku
(Performance)
kita melalui via telpon, masalah pertama tidak
ada sinyal, masalah kedua pulsanya (namanya
dilapangan tahu-tahu pulsa habis bingung
belinya), ketiga kadang-kadang yang namanya
alat pakai radio suka error.
Bagaimana bentuk
peringatan dini yang
dilakukan Pusdalops Kota
Cilegon kepada masyarakat
dan instansi kebencanaan
terkait?
Menyebarkan informasi melaui group whats
App (didalamnya pihak industri, relawan,
stakeholder), jadi untuk sementara masih
menggunakan pesan berantai saja, karena sirine
mati.
Bagaimana peran pusdalops
Kota Cilegon sebagai
fasilisator dalam
mengerahkan sumber daya
untuk penanganan tanggap
darurat?
Tugas pusdalops dalam tanggap darurat yaitu
menjembatani dinas-dinas terkait. Kita
mendapat laporan misal dari industri, lapor ke
pusdalops, pusdalops turun ke lapangan,
kemudian koordinasi dengan dinas terkait. Jadi,
peran kami hanya komando kepada dinas terkait
untuk menjalankan tupoksinya.
Bagaimana Pusdalops Kota
Cilegon menyikapi SOP
yang tumpang tindih
dengan tanggap darurat?
Itu sebenarnya bukan SOP tumpang tindih
memang jalurnya seperti itu. Pusdalops
mendapat informasi dari masyakat, kemudian
laporan ke pimpinan, pimpannya ada di BPBD,
BPBD langsung beri perintah ke pusdalops
melakukan koordinasi dengan dinas terkait.
Jalurnya seperti itu, bukan tumpang tindih. Tapi
menurut saya, SOP khusus diperlukan agar
mengefektifkan ketika operasi bencana dan
pengumpulan data.
Apakah pelaporan yang
dilakukan Pusdalops Kota
Cilegon berperan dalam
pencegahan bencana di
Kota Cilegon?
Sudah tapi belum maksimal. Karena untuk
bencana di industri tidak semua dilaporkan ke
pusdalops, mereka punya SOP Perusahaan
sendiri. SOP di industri jika terjadi bencana,
mereka tidak akan lapor ke pusdalops kalau
masih bisa menangani sendiri.
Penilaian
(Evaluation)
Apa dampak adanya
Pusdalops Kota Cilegon
sebagai organisasi publik
khusus menangani
pengelolaan informasi
kebencanaan di Kota
Cilegon?
Sebenarnya dampaknya bagus, cuma disisi lain
membuat masyarakat menjadi lebih lembek
istilah lainnya lebih manja. Sedikit-sedikit ada
kejadian langsung melapor, misal ada air
menggenang semata kaki aja melapor ke BPBD
katanya banjir. Jadi pola pikir masyarakatnya
harus dirubah, yang dikatakan bajir itu yang
kayak gimana, kita pakai logika, banjir semata
kaki mah bukan banjir tapi becekan, minimal
sebetis atau sudah masuk rumah warga baru bisa
dikatakan banjir.
Apa hasil positif dari peran
BPBD Kota Cilegon?
Hasil positifnya masyakarat lebih tahu lapornya
kemana.
Adakah bentuk sanksi jika
staf Pusdalops Kota Cilegon
melakukan kesalahan
Belum pernah kayak gitu. Kalo misalnya kayak
gitu, sanksinya mungkin sanksi ringan, cuma
sekedar kena marah dari atasan. Kita belum
198
Sanksi
(Sanction)
interpretasi kejadian
bencana yang menimbulkan
adanya korban jiwa?
pernah melakukan kesalahan seperti itu.
Bagaimana mekanisme
penyelenggaraan
penanggulangan bencana
yang dilakukan oleh
Pusdalops Kota Cilegon?
Pertama, adanya laporan dari warga atau
stakeholder terkait. Kemudian kita menganalisa
kejadian ini ada dimana, diprediksiin melalui
komunikasi dengan pihak camat/lurah, warga
yang kena dampak ada berapa jiwa, lalu kita
menyiapkan berapa jumlah personil, tim reaksi
cepat berangkat ke lapangan untuk assessment
untuk mengetahui apakah warga perlu bantuan
seperti mendirikan tenda, logistic. Kemudian
koordinasi dengan dinas terkait, seperti PMI,
Dinkes, PU tergantung kejadiannya. Terkait
medis seringnya PMI dan Dinkes. Lalu kita
mengambil data dari tim reaksi cepat, jika perlu
bantuan kita langsung kirimkan, datanya kita
analisa lagi butuh bantuan apa lagi, terkait
kesehatan kita koordinasikan dengan dinkes,
terkait pembangunan jalan ke dinas PU. Pasca,
baru kita lakukan rehabilitasi dan rekonstruksi.
Kita perintah ke dinas-dinas terkait untuk
melakukan tupoksinya masing-masing.
Cilegon, 13 Februari 2017
Dimaz
199
MEMBER CHECK
Nama : H. Tb. Hkualizaman
Pekerjaan/Jabatan : PNS / Kepala Seksi Perlindungan Sosial dan Korban Bencana
Dinas Sosial Kota Cilegon
Pertanyaan Jawaban
Harapan
(Expectation)
Apa anda mengetahui
informasi mengenai
bencana apa saja yang bisa
terjadi di Kota Cilegon?
Seringnya banjir, kemudian longsor, kemudian
rumah roboh. Itu yang biasa kita hadapi kaitan
dengan bencana.
Informasi didapat dari tagana di kecamatan, ada
tagana, ada TKSK, ada kader, yang
menginformasikan, ada BPBD, ada KSB
(Kampung Siaga Bencana), yang melaporkan ke
kita.
Apa fungsi koordinasi yang
dijalankan Pusdalops Kota
Cilegon dalam pelaksanaan
penanggulangan bencana
sudah berjalan dengan baik?
Kita ada kepala UPT Data, tetap kita sifatnya
koordinasi. Karena saya baru berapa bulan di
kerjaan ini, ya koordinasi paling kalo ada
permasalahan kita ketemu, rapat juga. Kan ada
group whats App, enggak usah formal yang
penting penanganan bencana cepat tertangani.
Intinya gitu.
Apa anda sudah merasakan
peran BPBD Kota Cilegon?
Udah, dia kan samalah dengan kita. Yaa,
mengangkat relawan-relawan di tiap titik yang
ada di kota cilegon, ketika ada kejadian
langsung dia menginformasikan. Kayak
kemaren di Cupas, di Batu kawang kan rumah
roboh, kan kamu ikut kan? Nah seperti itu.
Cepat turun ke lapangan. Perannya sudah
berjalan dengan baik, kalau tidak jalan, bencana
tidak dapat ditangani.
Apa harapan saudara
terhadap BPBD Kota
Cilegon kedepannya?
Harapannya kita semua lebih bersinergilah,
SKPD terkait duduk bersama membantu
masyarakat yang membutuhkan.
Norma
(Norm)
Apakah hasil pantauan
Pusdalops Kota Cilegon
sudah terdokumentasi dan
tersebar dengan baik kepada
instansi kebencanaan
terkait?
Iya, kita kan ada BCO (Berita Cilegon Online),
jadi disitu semua kejadian yang tadi tuh, di
share. Nah, masyarakat tahu, SKPD tahu, apa
yang dilakukan oleh instansi terkait, dinsos,
BPBD, kemudian kecamatan, kelurahn, instansi
yang terkait ajalah pokoknya. Kita punya radio
mandiri, kerjasama dengan itu. Belum lagi di
koran-koran, media cetak, kita kerjasama. Itu
kan bentuk laporan juga kan ke masyarakat dan
SKPD terkait, termasuk kepala daerah. Tidak
mesti kita dateng kerumahnya, melihat berita aja
seperti apa. Kayak kemarin kan di merak, ada
banjir, 3 kelurahan. Seperti itu.
200
Apakah data Pusdalops
Kota Cilegon sudah
dimanfaatkan secara
optimal oleh instansi
kebencanaan terkait?
Kan data itu kita udah ini yah, ada bagiannya
kepala UPT Data. Sehingga data-data yang ada
di kita, terutama data-data yang memang harus
dibantu termasuk PMKS (Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial) terutama masalah bantuan
fakir miskin.
Wujud Perilaku
(Performance)
Bagaimana bentuk
peringatan dini yang
dilakukan Pusdalops Kota
Cilegon kepada masyarakat
dan instansi kebencanaan
terkait?
Peringatannya melalui radio, melalui media
cetak, melalui sosialisasi, kemudian ada event-
event tertentu, kita berikan informasi tanggap
darurat seterusnya, termasuk data pemadam
kebakaran, BPBD, Tagana, PMI, nah nanti
bersinergi kan penangan bencana yang
professional seperti apa. Karena kalau terjadi
bencana, instansi terkait harus bersatu, enggak
mungkin kan satu SKPD menangani semuanya.
Kalau misal terjadi kebanjiran kebawa ke laut
tugasnya basarnas, ya? Kalau untuk evakuasi itu
BPBD, kalau yang untuk bantu obat-obatan,
PMI. Kalau Tagana (Dinsos) dari permakanan.
Kayak kemaren bikin Dapur Umum Lapangan
(DAPUMLAP).
Jaringan komunikasi apa
saja yang dipakai Pusdalops
Kota Cilegon dalam
mendiseminasikan
peringatan dini kepada
masyarakat dan instansi
kebencanaan terkait?
Biasanya di BPBD laporan-laporan di share di
whats App, kita ada groupnya kan, kalau bahwa
ada bencana banjir, lonsgor, gempa dan
seterusnya. Whats app ini isinya semua instansi
yang terkait, PMI, Tagana, Dinsos, segala
macem, sama tagana-tagana yang ada di
Kecamatan.
Bagaimana peran pusdalops
Kota Cilegon sebagai
fasilisator dalam
mengerahkan sumber daya
untuk penanganan tanggap
darurat?
Iya jadi waktu ada kejadian bencana kita harus
tanggap, ngapain kita nih? Udah ada SOP-nya,
enggak usah diperintah lagi. Kan tagana, tau
kan? Taruna siaga bencana, jadi harus siaga.
Jadi sebelum bencana kita sudah siap nih, ketika
ada bencana apa yang harus kita lakukan,
termasuk dari BPBD.
Penilaian
(Evaluation)
Apa dampak adanya
Pusdalops Kota Cilegon
sebagai organisasi publik
khusus menangani
pengelolaan informasi
kebencanaan di Kota
Cilegon?
Supaya penanganan lebih professional saja,
supaya tidak masing-masing (ada yang
koordinir). Semakin meningkatnya pelayanan,
kan kita abdi negara (aparat pemerintah) yang
selalu siap melayani masyarakat ketika
masyarakat membutuhkan bantuan kita.
Apa hasil positif dari peran
BPBD Kota Cilegon?
Masyarakat merasa terbantu dengan keberadaan
kita, merasa nyaman, tenang, ketika ada
bencana, karena bencana itu kan pasti
mendatangkan kesengsaraan, rumah terbakar,
kebanjiran, kemarin aja di merak kan ada 2000
rumah bahkan lebih, ada yang hanyut semua
perabotan rumah, kita dateng, kita berikan
bantuan permakanan, kita bantu, karena mereka
kan tidak bisa usaha. Jadi positif adanya
201
kegiatan ini, ya diharapkan masyarakat yang lain
juga turut membantu, berbondong-bondonglah,
terutama masyarakat yang membutuhkan itu,
memang kita harus memfentalisiri dulu
kebutuhannya, sekarang butuh perbaikan rumah
misalkan, kita ada program Rumah Tidak Layak
Huni (RUTILAHU), kemudian ada bantuan
pengobatan di PMI.
Cilegon, 22 Februari 2017
H. Tb. Hkualizaman
202
MEMBER CHECK
Nama : Supandi, S.AP
Pekerjaan/Jabatan : Kepala Tagana / Pelaksana Bidang Perlindungan Sosial dan
Korban Bencana Dinas Sosial Kota Cilegon
Pertanyaan Jawaban
Harapan
(Expectation)
Apa anda mengetahui
informasi mengenai
bencana apa saja yang bisa
terjadi di Kota Cilegon?
Bencana itu macam-macam ya, ada tiga macam,
bencana alam, terus bencana sosial, bencana
industri. Jadi tiga bencana itu ada di Kota
Cilegon. Bencana social boleh dikatakan
bencana yang sifatnya buatan, kayak konflik itu
kan sengaja ya, manusia. Kalo bencana alam
yang sering terjadi di Kota Cilegon itu banjir
dan longsor.
Apa fungsi koordinasi yang
dijalankan Pusdalops Kota
Cilegon dalam pelaksanaan
penanggulangan bencana
sudah berjalan dengan baik?
Koordinasinya kita itu harus nunggu komando
dari BPBD setiap ada penanggulangan bencana.
Karena leading sector penanggulangan bencana
itu ada di BPBD. Artinya koordinasi itu harus
dari BPBD menginformasikan ke kita, gitu. Jadi,
kita siap membantu kapan saja. Dalam artian
kita kan terutama ya, penanggulangan bencana
oleh tagana, relawan kita itu tagana, terus yang
kedua itu kalo dinas sosial itu logistik. Seperti
yang kita kirimkan kemarin ya, ada logistiknya,
gitu.
Jadi, selama ini bekerjasama dengan baik,
dengan kita, maupun dengan instansi lain, selalu
bersinergi.
Norma
(Norm)
Apakah hasil pantauan
Pusdalops Kota Cilegon
sudah terdokumentasi dan
tersebar dengan baik kepada
instansi kebencanaan
terkait?
Selama ini bagus, artinya setiap ada hal-hal yang
sekiranya mengenai bencana, selalu
menginformasikan.
Apakah data Pusdalops
Kota Cilegon sudah
dimanfaatkan secara
optimal oleh instansi
kebencanaan terkait?
Kita selaku koordinasi dan bekerjasama sama
Pusdalops. Jadi, Pusdalops yang koordinasi
dengan kita, ya salinglah.
Wujud Perilaku
(Performance)
Jaringan komunikasi apa
saja yang dipakai Pusdalops
Kota Cilegon dalam
mendiseminasikan
peringatan dini kepada
masyarakat dan instansi
kebencanaan terkait?
Karena kita kantornya dekat, bersebelahan, bisa
datang kesini langsung, kadang informasi itu
lewat telpon atau whatsapp melalui pak Kasi.
Antar kasi biasanya itu udah saling komunikasi.
Dari Pak Kasi ke Pak Kabid, dari Pak Kabid ke
Bu Kadis, Kadis ke Walikota, kan gitu.
Harus ada prosedurnya, enggak mungkin saya
langsung ke Bu Kadis.
203
Bagaimana peran pusdalops
Kota Cilegon sebagai
fasilisator dalam
mengerahkan sumber daya
untuk penanganan tanggap
darurat?
Tanggap darurat itu gini, bencana itu bisa
dikatakan darurat itu ada beberapa kriteria.
Mungkin bencana itu mencapai 3 hari, atau
dinyatakan oleh Walikota, di Surat Keputusan
oleh Walikota. Baru, kita kerjasama dengan
pemerintah pusat, provinsi maupun kementerian.
Apakah pelaporan yang
dilakukan Pusdalops Kota
Cilegon berperan dalam
pencegahan bencana di
Kota Cilegon?
Saya rasa yang namanya leading sector pasti
berusaha semaksimal mungkin mengurangi atau
mencegah bencana, termasuk dengan
meningkatkan kerjasama dengan instansi terkait
kebencanaan.
Penilaian
(Evaluation)
Apa dampak adanya
Pusdalops Kota Cilegon
sebagai organisasi publik
khusus menangani
pengelolaan informasi
kebencanaan di Kota
Cilegon?
Dampaknya sangat luar biasa, setiap ada
bencana pusdalops pasti turun.
Cilegon, 24 Februari 2017
Supandi, S.AP
204
MEMBER CHECK
Nama : Tatang Priatna, SKM, MM
Pekerjaan/Jabatan : PNS / Kepala Seksi Survelen Imunisasi dan Krisis Kesehatan
Dinas Kesehatan Kota Cilegon
Pertanyaan Jawaban
Harapan
(Expectation)
Apa anda mengetahui
informasi mengenai
bencana apa saja yang bisa
terjadi di Kota Cilegon?
Kejadian di Kota Cilegon itu banjir, tanah
longsor, paling itu kalo bencana alam. Kalo
bencana non alam, kegagalan teknologi yaitu
ledakan di perusahaan industri, kebakaran.
Apa fungsi koordinasi yang
dijalankan Pusdalops Kota
Cilegon dalam pelaksanaan
penanggulangan bencana
sudah berjalan dengan baik?
Kita punya koordinasi. Kepala leading sector-
nya BPBD Kota Cilegon. Kita tergabung dalam
Tim Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana
(TRC-PB), Dinas Kesehatan dilibatkan disitu.
Sebenarnya dinas kesehatan itu bukan pada saat
bencananya, kita pasca bencananya. Kita dateng
ke lokasi, masyarakat butuh apa, terdampak dari
bencana itu butuh apa, kalau butuh pelayanan
kesehatan ya kita buka disitu pelayana kesehatan
dengan melibatkan puskesmas, rumah sakit, bisa
juga dengan profesi yang lain, seperti PMI dan
lain-lain. Terus yang dibutuhkan pasca-nya apa,
yang terbanyak penyakit apa, kita periksa, kayak
kemarin kejadian banjir di merak, kita stand by
buka posko disitu, puskesmas merak, rumah
sakit, kita disitu gabung sampai jam 1 ya waktu
itu. Kita pelayanan distu, pelayanan apa sih,
kebanyakan disitu terdampak dari banjir itu,
karena penyakit diare atau penyakit kulit.
Apa anda sudah merasakan
peran BPBD Kota Cilegon?
Sudah berperan banget. Kita sekarang punya
leading sector yang mengomandoi instansi
terkait kebencanaan.
Apa harapan saudara
terhadap BPBD Kota
Cilegon kedepannya?
Harapannya BPBD sangat membantu dalam
pencegahan bencana, tanggap harus
ditingkatkan. Harapan kita dengan adanya
BPBD ini semua titik-titik rawan bencana itu
dapat diminimalisir.
Norma
(Norm)
Apakah hasil pantauan
Pusdalops Kota Cilegon
sudah terdokumentasi dan
tersebar dengan baik kepada
instansi kebencanaan
terkait?
Ada. Jadi Pusdalops itu ada laporan yang
tersebar. Misalnya satu tahun menanggulangi
bencana ada berapa, kasih laporan ke kita,
menangani banjir berapa kali dalam setahun,
kejadian-kejadian dilaporkan dan
terdokumentasi.
Apakah data Pusdalops
Kota Cilegon sudah
dimanfaatkan secara
optimal oleh instansi
Sudah dimanfaatkan secara optimal. Manfaat
banget, dengan data itu kita tahu daerah titik-
titik rawan bencananya itu dimana, pemetaannya
sudah ada.
205
kebencanaan terkait?
Wujud Perilaku
(Performance)
Bagaimana bentuk
peringatan dini yang
dilakukan Pusdalops Kota
Cilegon kepada masyarakat
dan instansi kebencanaan
terkait?
Peringatan dini secara khusus dengan
pembentukan tim reaksi cepat penanggulangan
bencana, whats app, handy talk (radio panggil).
Jaringan komunikasi apa
saja yang dipakai Pusdalops
Kota Cilegon dalam
mendiseminasikan
peringatan dini kepada
masyarakat dan instansi
kebencanaan terkait?
Kita punya semacem media social, kita punya
komunitasnya, leading sectornya BPBD, semua
sector ada, dinas kesehatan, damkar, kemudian
polres, dan lain-lain. Kita by telpon juga, kayak
kemarin itu ada kejadian banjir, ada juga kapal
kebakar, kecelakaan laut. Kita tahunya dari
ASDP merak, BPBD masuk kesitu, dari Tim
SAR juga, kemudian menghubungi dinas
kesehatan. Disini ada petugas satu yang terlibat
langsung, kalau disini namanya krisis kesehatan,
kirisis kesehatan itu termasuk didalamnya
penanggulangan bencana, gitu. Ada satu disitu
yang masuk dalam Tim Reaksi Cepat
Penanggulangan Bencana (TRC-PB).
Bagaimana peran pusdalops
Kota Cilegon sebagai
fasilisator dalam
mengerahkan sumber daya
untuk penanganan tanggap
darurat?
Tergantung bencana dulu. Bencananya apa,
kalau bencananya kimia, bukan pusdalops dulu,
pusdalops memerintahkan badan terkait seperti
badan lingkungan hidup untuk mensterilkan
dulu keadaan disitu, kimianya. Setelah streil,
setelah aman, baru sector lainnya. Tidak
sembarangan. Pusdalops harus menganalisa
dulu, benar-benar, dampak dari bencana ini itu
apa, leading sector yang harus pertama kali
turun itu apa, jadi harus tahu. Kalau banjir kan
berarti Tim SAR dulu kan yang masuk,
evakuasi, setelah selesai evakuasi, masyarakat
diungsikan, baru disitu, peran pasca bencana,
pasca banjir dinas kesehatan masuk kesitu.
Kalau kejadian kegagalan teknologi / kebocoran
industry, setelah badan lingkungan hidup
mensterilkan semua, baru dinas kesehatan
mengindentifikasi si korban itu.
Apakah pelaporan yang
dilakukan Pusdalops Kota
Cilegon berperan dalam
pencegahan bencana di
Kota Cilegon?
Sangat berperan sekali, dengan adanya
pusdalops, jadi tahu titik-titik warning untuk
musim hujan ini yang harus diwaspadai daerah
ini, daerah ini.
Apa dampak adanya
Pusdalops Kota Cilegon
sebagai organisasi publik
khusus menangani
pengelolaan informasi
Dampaknya sangat besar ya, dia yang
mengendalikan, dia harus mengetahui dulu
bencana-bencana, jadi kita tidak bergerak
sendiri, ada yang mengomandoi.
206
Penilaian
(Evaluation)
kebencanaan di Kota
Cilegon?
Apa hasil positif dari peran
BPBD Kota Cilegon?
Positif banget. Kalau dulu sebelum ada BPBD,
kita dinas kesehatan langsung turun, semua
instansi yang terkait kebencanaan langsung
turun tanpa ada komando. Kalau sekarang kita
nunggu dulu komando dari BPBD, dibarengi
dengan Tim Reaksi Cepat itu. Jadi, lebih tahulah
yang masyarakat butuhkan itu bantuan apa,
dinas apa yang harus turun ke lokasi bencana.
Cilegon, 23 Februari 2017
Tatang Priatna, SKM, MM
207
MEMBER CHECK
Nama : Drs. Ridwan, M.Si
Pekerjaan/Jabatan : PNS / Sekertaris Dinas Pekerjaan Umum Kota Cilegon
Pertanyaan Jawaban
Harapan
(Expectation)
Apa anda mengetahui
informasi mengenai
bencana apa saja yang bisa
terjadi di Kota Cilegon?
Bencana yang sering terjadi di Kota Cilegon itu
banjir, kadang juga longsor, sesekali ada
kebakaran.
Apa fungsi koordinasi yang
dijalankan Pusdalops Kota
Cilegon dalam pelaksanaan
penanggulangan bencana
sudah berjalan dengan baik?
Koordinasinya bagus sudah berjalan. Artinya,
kita juga sudah ada petugas khusus yang
diperbantukan di BPBD Kota Cilegon tergabung
dalam tim reaksi cepat (TRC). Ada rapat
koordinasi juga dijalankan.
Apa anda sudah merasakan
peran BPBD Kota Cilegon?
Sudah. Saya tahu BPBD walaupun tengah
malam hadir ke masyarakat menangani
pengungsi yang terkena banjir.
Apa harapan saudara
terhadap BPBD Kota
Cilegon kedepannya?
Harapannya pertama professional,
Alhamdulillah sekarang sudah bagus, lebih
ditingkatkan lagi kinerjanya, baik SDM,
peralatan dilengkapi lagi, kecepatan
penanggulangan bencana sudah baik.
Norma
(Norm)
Apakah hasil pantauan
Pusdalops Kota Cilegon
sudah terdokumentasi dan
tersebar dengan baik kepada
instansi kebencanaan
terkait?
Informasi rawan bencana sudah diberikan
melalui surat pemberitahuan kepada dinas-dinas
terkait.
Apakah data Pusdalops
Kota Cilegon sudah
dimanfaatkan secara
optimal oleh instansi
kebencanaan terkait?
Sudah, kita punya alat berat seperti loder, jadi
apa yang dibutuhkan oleh BPBD, akan kita
kirimkan kesana (lokasibencana). Itu artinya,
data yang diberikan oleh BPBD, kita
manfaatkan untuk itu.
Wujud Perilaku
(Performance)
Bagaimana bentuk
peringatan dini yang
dilakukan Pusdalops Kota
Cilegon kepada masyarakat
dan instansi kebencanaan
terkait?
Untuk dinas kita melalui hp, masyarakat bisa
menggunakan pengeras suara di masjid.
Jaringan komunikasi apa
saja yang dipakai Pusdalops
Kota Cilegon dalam
mendiseminasikan
peringatan dini kepada
masyarakat dan instansi
kebencanaan terkait?
Kita melalui hp saja, kita juga tergabung dalam
whats App group BPBD. Pantauan cuaca segala
macam di share disitu.
208
Bagaimana peran pusdalops
Kota Cilegon sebagai
fasilisator dalam
mengerahkan sumber daya
untuk penanganan tanggap
darurat?
Berjalan dengan baik, mereka siap 24 jam stand
by disana, kesiapsiagaannya sudah bagus.
Penilaian
(Evaluation)
Apa dampak adanya
Pusdalops Kota Cilegon
sebagai organisasi publik
khusus menangani
pengelolaan informasi
kebencanaan di Kota
Cilegon?
Pusdalops itu pusat data untuk mengetahui dan
untuk antisipasi kebencanaan, dengan itu kita
mudah berkoordinasi, operasional, pokonya
mempermudah penyelenggaraan
penanggulangan bencana.
Apa hasil positif dari peran
BPBD Kota Cilegon?
Bermanfaat bagi masyarakat, terutama bagi yang
terkena bencana, dengan ketepatan dan
kecepatan waktu dalam penanggulangan
bencana, sehingga masyarakat merasa terbantu
dengan adanya BPBD Kota Cilegon. Kemudian,
bantuan dari dinas-dinas terkait juga cepat
tersalurkan, penangannanya bagus
Cilegon, 16 Februari 2017
Drs. Ridwan, M.Si
209
MEMBER CHECK
Nama : Ipan Zaenudin, S.IP
Pekerjaan/Jabatan : PNS / Kasi Penyelamatan, Evakuasi dan Perlindungan Hak
Sipil, Pemadam Kebakaran Kota Cilegon
Pertanyaan Jawaban
Harapan
(Expectation)
Apa anda mengetahui
informasi mengenai
bencana apa saja yang bisa
terjadi di Kota Cilegon?
Banjir, walaupun tidak separah di daerah lain.
Banjirnya di Cilegon sih banjir lewat, surut di
hari itu juga. Saat ini, yang sering itu banjir dan
longsor. Namun, menurut informasi dari
BMKG, Kota Cilegon diprediksi akan
mengalami kemarau di tahun 2017 ini.
Apa fungsi koordinasi yang
dijalankan Pusdalops Kota
Cilegon dalam pelaksanaan
penanggulangan bencana
sudah berjalan dengan baik?
Secara struktural, BPBD Kota Cilegon dan
Pemadam Kebakaran merupakan dinas-dinas
tersendiri. Ketika terjadi kebencanaan atau
kedaruratan membutuhkan tenaga kami, dalam
hal penyelamatan atau penanggulangan bencana,
kalau memang informasi itu yang awal tahu
BPBD, dan membutuhkan bantuan pemadam
kebakaran, maka BPBD akan menghubungi
kami. Contohnya, terjadi kebakaran, BPBD yang
tahu duluan, maka BPBD akan
menginformasikan ke kami. Kemarin terjadi
tenggelamnya crew kapal, itu BPDB yang
menanggulangi, tapi kami juga turun, karena
kami di undang untuk penyelamatan.
Secara teknis, kita bantuannya baik personil atau
alat-alat (pemadam kebakaran, rescue
penyelamatan, perahu, tali, penyelaman).
Waktu PT. Dover meledak kita turun, yang
leading pertama itu damkar, karena
penyebabnya kan ledakan. Ada 4 unit mobil
yang kita turunkan, kita pun berkoordinasi
dengan pemadam kebakaran ASDP.
Apa harapan saudara
terhadap BPBD Kota
Cilegon kedepannya?
Harapan kedepannya, BPBD sebagai organisasi
pemerintah lebih siap dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat khususnya dalam
penanggulangan bencana baik secara personil
maupun peralatannya. Koordinasinya lebih
ditingkatkan, sekarang sudah bagus, kedepannya
lebih bagus lagi.
Apakah hasil pantauan
Pusdalops Kota Cilegon
sudah terdokumentasi dan
tersebar dengan baik kepada
instansi kebencanaan
terkait?
Kami selalu diberitahu terkait bencana jika
BPBD lebih tahu lebih dahulu dan memang
membutuhkan bantuan pihak damkar. Pihak
BPBD akan menelpon kami, tentu prosesnya
lebih cepat tidak membutuhkan birokrasi yang
panjang, beda jika informasi yang disampaikan
210
Norma
(Norm)
dari masyakarat. Ketika memberitahukan
informasi, pihak kami akan menanyakan nama,
alamat, kejadian bagaimana, dan akan kami
hubungi lagi setelah dilakukan assessment.
Karena kadang informasi itu, tidak jelas, banyak
yang membohongi kami. Dulu ketika kami
masih UPTD, telpon ke kami kan gratis, jadi
hampir setengah jam sekali pasti bunyi telpon,
orang iseng. Pak, ada terjadi kebakaran?
Dimana? Di kompor. Banyak sekali kejadian
sejenis itu. Tapi semakin kesini, masyarakat
semakin menyadari telpon 113 bukan telpon
umum.
Apakah data Pusdalops
Kota Cilegon sudah
dimanfaatkan secara
optimal oleh instansi
kebencanaan terkait?
Dimanfaatkan secara optimal. Setiap informasi
yang disampaikan membutuhkan bantuan apa,
kita selalu bantu. Informasi yang kita dapat,
tidak hanya bersumber dari data dan informasi
dari pusdalops saja, masyarakat juga bisa
memberikan data dan informasi terkait bencana
yang terjadi di Kota Cilegon dengan menelpon
ke kantor kami (gratis).
Wujud Perilaku
(Performance)
Bagaimana bentuk
peringatan dini yang
dilakukan Pusdalops Kota
Cilegon kepada masyarakat
dan instansi kebencanaan
terkait?
Untuk saat ini belum ada peringatan dini. Dulu
pembentukan crisis centre waktu rame-ramenya
tsunami, tujuannya untuk memberikan
peringatan dini kepada masyarakat, saya tidak
tahu jalan apa tidak. Cuma sampai saat ini,
belum ada peringatan dini yang disampaikan
atau dikeluarkan oleh Pusdalops Kota Cilegon.
Jaringan komunikasi apa
saja yang dipakai Pusdalops
Kota Cilegon dalam
mendiseminasikan
peringatan dini kepada
masyarakat dan instansi
kebencanaan terkait?
Lewat telpon. Untuk gabung dengan group
whats app BPBD Kota Cilegon antar SKPD, kita
belum ada.
Penilaian
(Evaluation)
Apa dampak adanya
Pusdalops Kota Cilegon
sebagai organisasi publik
khusus menangani
pengelolaan informasi
kebencanaan di Kota
Cilegon?
Harusnya dengan adanya pusdalops sebagai
satgas khusus, ketika ada kebencanaan satgas ini
akan lebih tanggap dari pada pihak-pihak lain,
dan menyampaikan ke dinas-dinas kebencanaan
terkait, contohnya ke dinas pemadam kebakaran,
Apa hasil positif dari peran
BPBD Kota Cilegon?
Bagus sih, yang jelas banyak positifnya, ketika
masyarakat terkena bencana paling tidak, kita
(damkar) tidak bekerja sendiri, karena BPBD
akan menurunkan tim untuk membantu.
Cilegon, 20 Februari 2017
Ipan Zaenudin, S.IP
19690516 2000 03 1 002
211
MEMBER CHECK
Nama : Ujang Samsul
Pekerjaan/Jabatan : Non PNS / Sekertaris PMI Kota Cilegon
Pertanyaan Jawaban
Harapan
(Expectation)
Apa anda mengetahui
informasi mengenai
bencana apa saja yang bisa
terjadi di Kota Cilegon?
Banyak, yang sering terjadi ya banjir dan tanah
longsor.
Apa fungsi koordinasi yang
dijalankan BPBD Kota
Cilegon dalam pelaksanaan
penanggulangan bencana
sudah berjalan dengan baik?
Sudah berjalan dengan baik, semuanya berjalan
sesuai harapan. Ketika ada informasi bencana,
kita dikasih tahu dan diajak.
Apa anda sudah merasakan
peran BPBD Kota Cilegon?
Sudah baik, sudah hadir di tengah-tengah
masyarakat
Apa harapan saudara
terhadap BPBD Kota
Cilegon kedepannya?
Harapannya, pertama Rupusdalops dengan
BPBD dijadikan 1 kantornya. Yang kedua,
tempatkan orang-orang yang professional,
cerdas dan tanggal di Pusat Pngendalian
Operasi. Ketiga, disanakan banyak layar yang
terkoneksi dengan lembaga dan SKPD, petugas
disana paham tidak mengoperasikannya, jangan-
jangan mereka gaptek (gagap teknologi).
Wujud Perilaku
(Performance)
Bagaimana bentuk
peringatan dini yang
dilakukan Pusdalops Kota
Cilegon kepada masyarakat
dan instansi kebencanaan
terkait?
Melalui sms getway.
Jaringan komunikasi apa
saja yang dipakai Pusdalops
Kota Cilegon dalam
mendiseminasikan
peringatan dini kepada
masyarakat dan instansi
kebencanaan terkait?
Telpon langsung, melalui radio komunikasi,
sms, whats App.
Bagaimana peran pusdalops
Kota Cilegon sebagai
fasilisator dalam
mengerahkan sumber daya
untuk penanganan tanggap
darurat?
Prinsipnya, kita dikerahkan oleh BPBD. Kalau
BPBD bilang PMI bantu nasi bungkus, ya kami
bantu itu, PMI berikan bantuan pendampingan
pelayanan kesehatan, kita bantu. Jadi sesuai
perintah dan rekomendasi dari BPBD Kota
Cilegon.
Apa dampak adanya
Pusdalops Kota Cilegon
sebagai organisasi publik
khusus menangani
Saya tidak tahu peranya apa. Menurut saya tidak
ada manfaatnya buang-buang anggaran gaji
karyawan. Piketnya nunggu barang aja biar tidak
hilang.
212
Penilaian
(Evaluation)
pengelolaan informasi
kebencanaan di Kota
Cilegon?
Fungsi pusdalops awalnya untuk kegagalan
teknologi. Misal ada kapal ternggelam. Berita itu
masuk ke pusdalops. Pusdalops menyampaikan
ke seluruh SKPD terkait. Pusdalops juga
melaporkan kepada pimpinannya (BPBD) dan
Sekda, kemudian perintahnya kembali lagi ke
pusdalops. Misalkan, PMI siapkan ambulance,
dinas kesehatan siapkn tim kesehatan, dan-lain.
Itu harusnya informasi ini keluarnya dari
RuPusdalops. Ketika kita melakukan
pengendalian operasi, disitulah pusatnya.
Mereka yang mengendalikam, mestinya itu.
Sekarang fungsi itu ga berfungsi. Harusnya
BPBD punya kantor permanen terlebih dahulu.
Apa hasil positif dari peran
BPBD Kota Cilegon?
Masyarakat terbantu dengan adanya BPBD Kota
Cilegon.
Cilegon, 17 Februari 2017
Ujang Samsul
213
MEMBER CHECK
Nama : Kapten Inf Nandang R
Pekerjaan/Jabatan : TNI - AD / Perwira Seksi Operasi Kodim 0623 Cilegon
Pertanyaan Jawaban
Harapan
(Expectation)
Apa anda mengetahui
informasi mengenai
bencana apa saja yang bisa
terjadi di Kota Cilegon?
Kegiatan penangan bencana yang sudah
dilaksanakan itu kejadian banjir untuk wilayah
kota cilegon, pernah terjadi di daerah kecamatan
pulo merak, di Kelurahan Taman Sari dan
Mekar Sari. Kebetulan disitu ada masyarakat
yang kena bencana banjir dari dampak
penyempitan sungai karena tidak bisa
menampung debit air, hujan yang begitu tinggi.
Semantara, untuk kejadian yang pernah
ditangani hanya masalah banjir. Adapun
penanganan untuk dilapangan, kita kerjasama
dengan masyarakat yang ada termasuk dengan
dinas/instansi terkait. Contoh dengan dinas
kesehatan, Dinas PU, kepolisian, kecamatan dan
BPBD Kota Cilegon. Saya dapat informasi dari
BPBD dan dari Koramil, melalui whats App
group BPBD Kota Cilegon.
Apa fungsi koordinasi yang
dijalankan Pusdalops Kota
Cilegon dalam pelaksanaan
penanggulangan bencana
sudah berjalan dengan baik?
Selama ini koordinasi cukup baik, karena kita
sudah ada semacam komitmen antara TNI dan
BPBD untuk penanganan bencana, pas
pelaksanaan kejadian bencana, kita tidak
melaksanakan koordinasi tapi langsung
kelapangan, menyelesaikan, membantu
permasalahan masyarakat yang terkena banjir.
Sesudah pelaksanaan kegiatan penanganan
pertama, baru koordinasi untuk tindak lanjut
kedepan, andai kata membutuhkan penanganan
lebih lanjut, kita laksanakan kegiatan program
melalui kegiatan kerja bakti dan dipadukan
dengan dinas social termasuk BPBD membantu
masyarakat untuk makan kalau memungkinkan
harus dibentuk kita buat dapur umum, dalam
koordinasi kegiatan lanjutan.
Apa anda sudah merasakan
peran BPBD Kota Cilegon?
Sudah, karena masyarakat yang pernah
merasakan kena bencana itu, merasa sangat
terbantu dengan adanya BPBD.
Apa harapan saudara
terhadap BPBD Kota
Cilegon kedepannya?
Lebih aktif, gitu kan, mohon bantuan untuk
BPBD kelengkapan sarana dan prasarana untuk
membantu masyarakat, dilengkapi lagi.
Apakah hasil pantauan
Pusdalops Kota Cilegon
sudah terdokumentasi dan
tersebar dengan baik kepada
Sudah tersebar gitu kan, dengan baik,
terdokumentasi maupun kegiatan selembaran-
selembaran seperti yang ini, yang bapak bawa.
Karena apa, karena untuk kesiapsiagaan dari
214
Norma
(Norm)
instansi kebencanaan
terkait?
mulai persiapan bencana, saat terjadi bencana,
sebelum terjadi bencana, sesudah terjadi
bencana, kita ada protap yang dibuat oleh BPBD
Kota Cilegon bersama-sama dinas terkait.
Apakah data Pusdalops
Kota Cilegon sudah
dimanfaatkan secara
optimal oleh instansi
kebencanaan terkait?
Sudah dimanfaatkan secara optimal, minimal
untuk kegiatan acuan di wilayah, misalkan suatu
saat terjadi, kita sudah tahu titik-titik kerawanan,
itu data yang dikeluarkan dari BPBD. Dan kalau
misalkan terjadi hal yang tidak kita harapkan
pun, seperti terjadi tsunami, kita sudah
menyiapkan titik lokasi atau daerah evakuasi
bencana tsunami. Seperti titik-titik yang sudah
ditentukan, dan sudah dibahas, dan sudah
dikoordinasikan secara matang, dapat dikatakan
sudah merupakan sebuah protap tingkat Kota
Cilegon.
Apakah pelaporan kejadian
bencana yang dilakukan
Pusdalops Kota Cilegon
sudah tersistematif?
Untuk pelaporan kegiata bencana, kita
melaporkan secara struktur. Contoh gitu kan,
sesuai dengan tugas dinas/instansi terkait
masing-masing. Untuk kodim melaporkan
kegiatan ini satu tingkat lebih tinggi, dari mulai
koramil ke kodim, kodim melapor ke korem,
korem melapor ke kodam, kodam langsung ke
mabesat. Untuk antisipasi penanganan, mana
kala terjadi bencana itu harus membutuhkan
personil yang banyak dan tergantung skala
prioritas kejadian bencana,
Wujud Perilaku
(Performance)
Bagaimana bentuk
peringatan dini yang
dilakukan Pusdalops Kota
Cilegon kepada masyarakat
dan instansi kebencanaan
terkait?
Pendahuluan melalui telepon maupu melalui
whats app, gitu kan, kita dapat informasi dari
BPBD Kota Cilegon untuk kesiapsiagaan satuan
untuk pengerahan pasukan, mana kala kodim
dapat informasi dari BPBD, Kodim
melaksanakan kegiatan koordinasi dengan
koramil termasuk pengumpulkan personil yang
akan dilibatkan dalam kegiatan persiapan
bencana.
Jaringan komunikasi apa
saja yang dipakai Pusdalops
Kota Cilegon dalam
mendiseminasikan
peringatan dini kepada
masyarakat dan instansi
kebencanaan terkait?
Kalau jaringan komunikasi yang digunakan
kepada masyarakat, kita menggunakan sarana
HP, Whats app group kelurahan/BPBD, gitu
kan. Untuk langsung ke masyarakat
menggunakan himbauan dengan menggunakan
sarana yang ada seperti pengeras suara di masjid
/ mushola.
Bagaimana peran pusdalops
Kota Cilegon sebagai
fasilisator dalam
mengerahkan sumber daya
untuk penanganan tanggap
darurat?
Memerintahkan dan mengomandoi, karena kita
sudah dapat dikatakan memiliki Protap masing-
masing. Dalam protap itu sudah dibagi habis
kegiatan. Contoh untuk penanganan bencana
awal, gitu kan, semua dinas/instansi terlibat
dalam rangka penyelamatan, sesudah selesai
melakukan kegiatan penyelamatan, bekerja
sesuai dengan tugas pokok masing-masing.
215
Contoh, TNI membantu masyarakat evakuasi
masyarakat yang kena dampak dari bencana,
misalkan sakit, atau patah tulang, atau
bagaimana, itu dibawa ke dinas atau ke rumah
sakit atau ke posko yang sudah disiapkan. Untuk
penanganan lebih lanjut, dinas kesehatan yang
akan melaksanakan pengobatan. Dinas
Kesehatan, PMI, termasuk dinas social kalau
membutuhkan bantuan untuk kepentingan
masyarakat.
Apakah pelaporan yang
dilakukan Pusdalops Kota
Cilegon berperan dalam
pencegahan bencana di
Kota Cilegon?
Sangat berperan sekali. Karena untuk evaluasi
kedepan dengan laporan itu yang kita hadapi.
Dan kita pun kalau melaksanakan kegiatan pasti
kita akan melaksanakan rapat evaluasi kegiatan
yang dikomandoi oleh BPBD Kota Cilegon.
Penilaian
(Evaluation)
Apa dampak adanya
Pusdalops Kota Cilegon
sebagai organisasi publik
khusus menangani
pengelolaan informasi
kebencanaan di Kota
Cilegon?
Cukup bagus, Karena apa gitu kan, karena dapat
dikatakan untuk antisipasi hal-hal yang tidak
kita harapkan kalau terjadi bencana, kesatu.
Kedua, kesiapsiagaan pemerinth kota cilegon
dalam menghadapi bencana, suatu saat ada
bencana, kita siap bergerak sesuai dengan rapat
koordinasi atau protap satuan masing-masing..
Apa hasil positif dari peran
BPBD Kota Cilegon?
Sangat positif, karena masyarakat yang pernah
merasakan kena bencana itu, merasa sangat
terbantu dengan adanya BPBD.
Cilegon, 23 Februari 2017
Nandang Rachman
Kapten Inf NRP 594776
216
MEMBER CHECK
Nama : Yusep Sulistiawan, SH
Pekerjaan/Jabatan : Inspektur Polisi Tingkat Dua / Perwira Urusan Sub Bagian
Pembinaan Operasional, Polres Cilegon
Pertanyaan Jawaban
Harapan
(Expectation)
Apa anda mengetahui
informasi mengenai
bencana apa saja yang bisa
terjadi di Kota Cilegon?
Ya, bencana rawan di Cilegon itu banjir,
kemudian longsor dan potensi bahaya yaitu
bencana kimia dari industri.
Apa fungsi koordinasi yang
dijalankan Pusdalops Kota
Cilegon dalam pelaksanaan
penanggulangan bencana
sudah berjalan dengan baik?
Fungsi koordinasi jelas sangat baik. Kita sudah
jalin koordinasi dan terkoordinasi antara BPBD
Kota Cilegon dan Polres Cilegon, termasuk
Kodim 0623 Cilegon.
Apa harapan saudara
terhadap BPBD Kota
Cilegon kedepannya?
Pertama, harapannya koordinasi lebih terjalin
lagi dengan baik. Yang kedua, komunikasi lebih
ditingkatkan. Ketiga, penyiapan sarana dan
prasarana untuk saling mendukung dalam tugas
penanggulangan bencana seperti alat angkut,
perahu karet dan dapur umum. Keempat,
birokrasi yang berbelit dalam system
penanggulangan bencana bisa dipotong, karena
kita kadang minta segera, namun keterlambatan
dalam pelaksanaan.
Norma
(Norm)
Apakah hasil pantauan
Pusdalops Kota Cilegon
sudah terdokumentasi dan
tersebar dengan baik kepada
instansi kebencanaan
terkait?
Sudah terdokumentasi dan tersebar dengan baik.
Di kita itu ada group Whats App, namanya
Forum Penanggulangan Bencana Daerah Kota
Cilegon, disitu beranggotakan BPBD, SKPD
terkait kebencanaan, Untirta dan perusahaan-
perusahaan kimia juga sudah tergabung dan
terjalin komunikasi.
Apakah data Pusdalops
Kota Cilegon sudah
dimanfaatkan secara
optimal oleh instansi
kebencanaan terkait?
Dimanfaatkan sudah cuma mungkin belum
optimal. Belum optimalnya itu karena
sinkronisasi dan komunikasi antara Pusdalops
Kota Cilegon dan Polres Cilegon belum
terhubung dengan baik. Contoh alat komunikasi
handy talk (HT) itu Polres sendiri, Pusdalops
sendiri, paling kita lewat telepon.
Bagaimana bentuk
peringatan dini yang
dilakukan Pusdalops Kota
Cilegon kepada masyarakat
dan instansi kebencanaan
terkait?
Saya pikir dibeberapa tempat sudah disiapkan
alarm, namanya Early Warning System (sistem
peringatan dini), untuk lokasinya dimana saja
bisa tanyakan langsung ke BPBD Kota Cilegon,
ya. Untuk instansi informasi diberikan lewat
whats app group maupun twitter, instagram, FB,
polres sudah memiliki semua medsos itu, jadi
masyarakat bisa tag akun polres cilegon terkait
217
Wujud Perilaku
(Performance)
kebencanaan di Kota Cilegon. Ada satu lagi
yang penting dalam menindaklanjuti terkait
kebencanaan yaitu Polda Banten telah
melaunching namanya itu “Banten Bersatu”
yang dibisa diunggah dari Playstore. Tanggal 23
Januari 2017. Karena terkait kebencanaan itu
penting ya. Ini merupakan sarana komunikasi
dengan masyarakat dan bentuk komunikasi yang
dijalan antara pemerintah dengan masyarakat.
Kalo mau memberi laporan tinggal tekan
“darurat”. Kalo informasinya palsu, bisa
dideteksi.
Jaringan komunikasi apa
saja yang dipakai Pusdalops
Kota Cilegon dalam
mendiseminasikan
peringatan dini kepada
masyarakat dan instansi
kebencanaan terkait?
Saat ini menggunkaan HT dan telepon ya.
Hanya memang untuk HT belum terkoneksi
dengan Polres Cilegon. Untuk masyarakat dari
Polres, pertama di kita kan sudah tersebar di
desa-desa , polisi itu mulai dari kota sampai ke
desa-desa , nanti melaui itu
BABINKANTIBMAS (Bayangkara Pembina
Keamanan Ketertiban Masyarakat) untuk
didesa/kelurahan nanti mereka yang akan
menyampaikan informasinya ke kita.
BABINKANTIBMAS yang mempunyai
kewajiban menyampaikan peringatan dini ke
masyarakat, baik melalui masjid-masjid.
BABINKANTIBMAS itu 1 Kelurahan 1 orang.
Apakah pelaporan yang
dilakukan Pusdalops Kota
Cilegon berperan dalam
pencegahan bencana di
Kota Cilegon?
Sangat berperan sekali dalam rangka membuat
evaluasi, analisa, untuk menentukan langkah-
langkah kedepan.
Penilaian
(Evaluation)
Apa dampak adanya
Pusdalops Kota Cilegon
sebagai organisasi publik
khusus menangani
pengelolaan informasi
kebencanaan di Kota
Cilegon?
Dampaknya jelas sangat besar. Segala informasi
akan segera disampaikan baik apabila terjadi
kerawanan-kerawanan maupun ada perkiraan
kebencanaan.
Apa hasil positif dari peran
BPBD Kota Cilegon?
Positif banyak ya, seperti saat polres
membutuhkan sarana prasarana dalam rangka
menolong korban bencana, ya banjir, longsor,
pohon tumbang, yang tidak dimiliki oleh polisi,
itu akan lebih cepat proses pekerjaannya karena
adanya BPBD Kota Cilegon.
Cilegon, 28 Februari 2017
Yusep Sulistiawan, SH
IPDA NRP 68080504
218
MEMBER CHECK
Nama : Habibi Rahmat, MM
Pekerjaan/Jabatan : PNS / Kepala Seksi Pemerintahan dan Ketertiban Umum
Kelurahan Gerem
Pertanyaan Jawaban
Harapan
(Expectation)
Apa anda mengetahui
informasi mengenai
bencana apa saja yang bisa
terjadi di Kota Cilegon?
Bencananya ada banjir, longsor, pohon tumbang.
Dengar juga ada kebakaran, kalau daerah sini,
Alhamdulillah tidak ada. Informasi saya dapat
dari warga, dari radio, dari koran, bahkan
mengalami langsung.
Apa fungsi koordinasi yang
dijalankan Pusdalops Kota
Cilegon dalam pelaksanaan
penanggulangan bencana
sudah berjalan dengan baik?
Koordinasi yang pertama kali dihubungi
pusdalops BPBD Kota Cilegon. Kita kalau
menghubungi langsung ke personilnya, biar
cepat. Kita hubungi pak H. Afuh atau pak
Utang. Cukup cepat untuk penanganan
bencananya. Kalau misal berkaitan dengan
pencegahan bencana, kita koordinasi melalui
surat yang kita kirim ke BPBD Kota Cilegon.
Contoh ada pohon yang miring yang resikonya
menimpa rumah warga atau ada potensi longsor,
kita kirim surat untuk pencegahan. Kalau
pohonnya udah rubuh, ya kita hubungi langsung
lewat telpon, dan langsung ditanggapi.
Apa harapan saudara
terhadap BPBD Kota
Cilegon kedepannya?
Lebih tanggap, lebih memberikan bantuan yang
tepat sasaran dan memberikan bantuan alat
senso.
Norma
(Norm)
Apakah pengumpulan
informasi kebencanaan
sudah melibatkan
masyarakat?
Kita ada organisasinya yang diketuai oleh Pak
Kurtubi itu, namanya PRB (Pengurangan Resiko
Bencana) ada 30 orang yang melibatkan warga,
RT, RW, Kader dan karang taruna. Kita ada
pelatihan-pelatihan dan program-program
tentang air yang ada diatas Batu Lawang.
Apakah hasil pantauan
Pusdalops Kota Cilegon
sudah terdokumentasi dan
tersebar dengan baik kepada
instansi kebencanaan
terkait?
Ada di Whats App Group. Itu terhubung dengan
Babinsa, Kodim, unsur semuanya. Monitor
setiap ada kejadian bencana dilaporkan. Mereka
memberi laporan ke kita, kita juga kalo ada
kejadian bencana laporan ke mereka.
Apakah data Pusdalops
Kota Cilegon sudah
dimanfaatkan secara
optimal oleh instansi
kebencanaan terkait?
Kita manfaatkan secara optimal, kalo itu
memang berkaitan dengan wilayah kita,
tentunya kita langsung informasikan kepada
masyrakat yang bersangkutan, terutama bagi
masyarakat yang ada dilokasi benar-benar
beresiko bencana.
219
Wujud Perilaku
(Performance)
Jaringan komunikasi apa
saja yang dipakai Pusdalops
Kota Cilegon dalam
mendiseminasikan
peringatan dini kepada
masyarakat?
Kalau masuk ke siaga bencana (tanggap
darurat), pertama dari speaker masjid, terus dari
telepon, misal ada hujan deras. Masyarakat yang
tinggal diatas, menginformasikan kepada
masyarakat yang dibawah, “hati-hati yang
dibawah air debit tinggi dari atas”. Itu bisa dari
hp atau speaker masjid. Dari whats App juga,
karena ketua PRB kan tinggalnya juga diatas,
pak kurtubi itu. Jadi langsung di share di Whats
App. Kalau mati listrik alternatifnya pakai
kentongan, ada kode-kodenya, kalau
dibunyikannya cepat tandanya udah bahaya,
namun warga belum tahu, itu akan kita
sosialisasikan. Karena kita sekarang masih pakai
hp, lagian kalau kentongan belum tentu
terdengar dari atas ke bawah, soalnya jarak dari
kampung ke atas itu jauh, sekitar 2 km lebih,
jadi otomatis kentongan juga tidak akan
terdengar. Rencananya sih akan diadakan
penggunaan HT.
Apakah pelaporan yang
dilakukan Pusdalops Kota
Cilegon berperan dalam
pencegahan bencana di
Kota Cilegon?
Tentu. Karena disitu menginformasikan ke kita
bahwa hasil pantauan dari pusdalops, ada
daerah-daerah rawan bencana, tanah longsor dan
lain-lain, tentu kita antisipasi dari informasi
yang kita dapatkan dari pusdalops. Misalnya ada
resiko pohon tumbang, ya kita tebang, sebelum
itu roboh. Prosesnya, nanti kita bikin surat lagi,
tolong ditebang.
Penilaian
(Evaluation)
Apa dampak adanya
Pusdalops Kota Cilegon
sebagai organisasi publik
khusus menangani
pengelolaan informasi
kebencanaan di Kota
Cilegon?
Koordinasinya lancar, jadi bencana lebih cepat
tertangani, bisa diantisipasi juga.
Apa hasil positif dari peran
BPBD Kota Cilegon?
Cepat tertanganinya proses evakuasi bencana
sehingga memudahkan masyarakat dalam
mengevakuasi barang-barang milik mereka.
Cilegon, 1 Maret 2017
Habibi Rahmat, MM
198220503 200312 1 004
220
MEMBER CHECK
Nama : Kurtubi
Pekerjaan/Jabatan : Ketua Forum Pengurangan Resiko Bencana (PRB) Gerem
Pertanyaan Jawaban
Harapan
(Expectation)
Apa anda mengetahui
informasi mengenai
bencana apa saja yang bisa
terjadi di Kota Cilegon?
Bencana yang terjadi dari tahun 2000 sampai
sekarang 2017, Kota Cilegon lebih sering
bencana banjir dan longsor, untuk kegagalan
teknologi itu sekali waktu 2016.
Apa fungsi koordinasi yang
dijalankan Pusdalops Kota
Cilegon dalam pelaksanaan
penanggulangan bencana
sudah berjalan dengan baik?
Untuk koordinasi melalui whats app group agar
sekecil apapun informasi cepat tanggap, yang
dimasukkan di forum kelurahan siaga bencana
ini, hanya di Kasi Penanggulangan Bencana
BPBD, Pak Utang Sutardi, kemudian yang Kasi
Logistik pak Agusci, itu yang masukan di
forum. Ketika ada informasi dari anggota
langsung ke saya selaku admin, kemudian saya
infokan ke BPBD, langsung mereka jawab
respon, kalau sekiranya memungkinkan ya
langsung ke lapangan, bahkan kemarin terjadi
ketika longsor dibatu lawang yang siangnya
langsung kesana itu, itu jam 1 saya belum tidur,
ada warga yang lapor langsung saya sampaikan
ke BPBD, langsung sigap langsung naik gunung,
karena jalan tertutup aksesnya tidak bisa
langsung ke atas, mentok di jurang yang longsor
itu.
Apa harapan saudara
terhadap BPBD Kota
Cilegon kedepannya?
Harapan BPBD kedepan, terutama ke
masyarakat biar bisa mensinergikan lebih
optimal dengan masyarakat, ketika sekecil
apapun masyarakat meminta mudah-mudahan
BPBD langsung tanggap terhadap itu, dan tidak
ada tersendat misalnya kita membutuhkan
perahu karet ketika ada banjir, atau ketika ada
pohon tumbang kita meminta alat senso
secepatnya, mungkin pengadaan barangnya dan
personilnya ditambah. Karena kita sering
meminta, alasan mereka anggota kami terbatas,
sarana juga kurang. Kita sudah meminta ke
BPBD untuk menganggarkan alat senso untuk
keluarahan siaga bencana, kelurahan gerem.
Norma
(Norm)
Apakah pengumpulan
informasi kebencanaan
sudah melibatkan
masyarakat?
Kita sudah melibatkan masyarakat, karena dari
semua masyarakat di motori oleh kasi di
Kelurahan Gerem, disitu ada kejadian apapun
kita tanggapi, silakan masukan infonya kita
langsung infokan ke BPBD.
221
Apakah hasil pantauan
Pusdalops Kota Cilegon
sudah terdokumentasi dan
tersebar dengan baik?
Sedikit yang sudah masuk, banyak yang belum
terkomodir oleh pantauan Pusdalops. Kita
enggak gabung di whats app group pusdalops
sih, kita masuknya di forum PRB aja.
Wujud Perilaku
(Performance)
Jaringan komunikasi apa
saja yang dipakai Pusdalops
Kota Cilegon dalam
mendiseminasikan
peringatan dini kepada
masyarakat?
Kita usahakan gandeng pihak RT, RW, untuk
menginfomasikan ke warga. Lewat speaker
masjid dan telepon.
Apakah pelaporan yang
dilakukan Pusdalops Kota
Cilegon berperan dalam
pencegahan bencana di
Kota Cilegon?
Pelaporan akhir sih sudah.
Penilaian
(Evaluation)
Apa dampak adanya
Pusdalops Kota Cilegon
sebagai organisasi publik
khusus menangani
pengelolaan informasi
kebencanaan di Kota
Cilegon?
Kita semakin tahu, semakin peka terhadap
kesiapan untuk menghadapi bencana.
Apa hasil positif dari peran
BPBD Kota Cilegon?
Peran positif dari BPBD, sedikit bisa membantu
masyarakat, walaupun masyarakat tidak puas,
tapi sedikit sudah menggembirakan hati
masyarakat yang tertimpa bencana. Walaupun
tidak teratasi total, setidaknya ada perhatian dari
pemerintah. Kalau masyarakat itu maunya
bantuan tidak sekedar logistik tapi lebih ke
perawatan seperti pengadaan semen dan lain
sebagainya. Tapi Alhamdulillah sajalah, udah
diperhatikan udah didengar, daripada tidak sama
sekali. Karena memang fokus BPBD kan dalam
penanggulangan bencana bukan di pengadaan
barang. Kemudian, di forum ini, kita lebih dekat
dengan BPBD, ketika ada bencana-bencana
longsor, banjir, dan lain sebagainya, itu
langsung tahu dan ditangani.
Cilegon, 1 Maret 2017
Kurtubi
222
MEMBER CHECK
Nama : Sam’un
Pekerjaan/Jabatan : Karyawan Swasta / Masyarakat Link. Dermaga Malang,
Kelurahan Gerem (Korban Bencana Longsor)
Pertanyaan Jawaban
Harapan
(Expectation)
Apa anda mengetahui
informasi mengenai
bencana apa saja yang bisa
terjadi di Kota Cilegon?
Belum ada, belum pernah ada informasi
kebencanaan disini. Cuma kita lihat kondisi
memang bukit tebing sih ya, cuma enggak ada
pemberitahuan mah. Mungkin ada sosialisasi
mah, mungkin kebetulan saya enggak ikut, gitu.
Buktinya kana da kadernya, berartikan
sosialisasi itu ada. Karena kadernya juga tetep
datang kesini waktu longsor itu terjadi.
Apa fungsi koordinasi yang
dijalankan Pusdalops Kota
Cilegon dalam pelaksanaan
penanggulangan bencana
sudah berjalan dengan baik?
Paling kita laporannya ke balai desa, kebetulan
pak lurah juga datang kesini, langsung cek
lokasi, terus juga dari semua instansi datang,
dari koramil, kepolisian, dari tim tagana juga.
Kurang tahu saya ada Pusdalops atau enggak,
saya tidak tahu namanya satu per satu. Karena
memang kemarin sibuk banyak orang juga.
Karena kita enggak tahu juga ya nomer telepon
BPBD atau Pusdalops itu, dari mulut ke mulut,
kader itu dateng (kelurahan siaga bencana),
bahkan saya tidak laporan, karena saya gatau
laporannya kemana nih, yang saya hubungin itu
RT, RT nelpoon kelurahan, dari pohak
kelurahan baru kepihak lainnya.
Apa anda merasakan peran
BPBD Kota Cilegon?
Tahu saya, kalau di Cilegon ada BPBD,
Kebetulan disini juga ada kadernya, kadernya itu
itungannya yang saya lihat itu ibu-ibu, gitu
Kalau petugasnya kan sibuk juga di merak,
BPBD juga diundang kesini, cuma jawabannya
katanya lebih parah disana, gitu. Makanya
kader-kadernya aja yang dateng kesini.
Apa harapan saudara
terhadap BPBD Kota
Cilegon kedepannya?
Sebisa mungkin minta bantuan. Artinya kan, kita
kan ya mengabiskan dana yang sangat besar
sekali. Kami ya kepada instansi terkait atau
pengurus penanggulangan bencana kalau bisa
mohon bantuan.Harapannya, BPBD lebih
tanggap dalam melayani masyarakat.
Norma
(Norm)
Apakah pengumpulan
informasi kebencanaan
sudah melibatkan
masyarakat?
Saya tidak tahu nomer telpon pusdalops atau
BPBD.
223
Wujud Perilaku
(Performance)
Jaringan komunikasi apa
saja yang dipakai Pusdalops
Kota Cilegon dalam
mendiseminasikan
peringatan dini kepada
masyarakat?
Enggak tahu. Orang zaman sekarang kan jarang
dengerin radio, yang ada malah itungannya
televisi kan, elektroniknya, radio itu udah
jarang. Kalau berita cilegon online tau, cuma
saya jarang buka.
Penilaian
(Evaluation)
Apa dampak adanya
Pusdalops Kota Cilegon
sebagai organisasi publik
khusus menangani
pengelolaan informasi
kebencanaan di Kota
Cilegon?
Saya sih belum merasakan, saya aja
kebingungan menghubungi siapa, karena saya
enggak punya kontak BPBD dan Pusdalops.
Apa hasil positif dari peran
BPBD Kota Cilegon?
Mereka tanggap, mereka langsung turun kesini,
enggak butuh waktu lama, soalnya disini kan
ada kader yang dibentuk, jadi walaupun saya
enggak laporan langsung ke mereka, mereka tau
informasinya dari kadernya itu, mereka datang
cek lokasi, evakuasi dan penyelamatan.
Cilegon, 20 Februari 2017
Sam’un
224
MEMBER CHECK
Nama : Dr. Romi Wiyadinata, ST. M. Eng
Pekerjaan/Jabatan : Dosen / Kepala Bidang Mitigasi Bencana dan Ergonomi
Fakultas Teknik Untirta
Pertanyaan Jawaban
Harapan
(Expectation)
Apa fungsi Pusdalops Kota
Cilegon?
Pra bencana itu Pusdalops punya program dan
kegiatan, seperti destana (desa tanggap
bencana). Pusdalops ini mendampingi destana
untuk persiapan ketika terjadi bencana. Pada
saat bencana, jelas Pusdalops turun tangan
seperti pada banjir kemarin di merak, itu
Pusdalops yang turun tangan, kita bunyi kan saja
frekuensi ini, mereka pasti selalu siap. Kalau
pasca bencana yang menyalurkan bantuan itu
BPDB. BPBD ini punya tiga dinas yang kerja
sama. Ada dinsos, dinkes dan Bappeda. Tiga
dinas ini menyalurkan bantuannya lewat BPBD,
nanti yang menyalurkan lagi Pusdalops.
Apa fungsi koordinasi yang
dijalankan Pusdalops Kota
Cilegon dalam pelaksanaan
penanggulangan bencana
sudah berjalan dengan baik?
Berjalan dengan efektif. Baik koordinasi dengan
instansi terkait kebencanaan, Walikota, dan
industry hubungannya erat, jadi koordinasinya
berjalan dengan baik. Khusus untuk industry,
industry itu tidak percaya dengan pemerintah,
yakin pihak industry dimana pun tidak percaya
dengan pemerintah. Karena terkait dengan
peraturan yang ada di pemerintah yang
memberatkan pihak industry. Tetapi, semenjak
adanya BPBD, industry itu percaya dengan
BPBD, karena mereka punya hubungan yang
erat untuk kesehatan lingkungan, ada dana
masyarakat juga dari industri, dan kalau ada
kegiatan keselamatan kerja, selalu melibatkan
BPBD. Yang tidak dipercaya adalah kamu
kesana ini membawa atas nama siapa, itu yang
susah. Harus lewat group bawah tanah. Industry
itu hanya percaya kepada bebarapa orang bukan
ke satu instansi. Jadi kalau kamu kesana tanpa
salah satu orang group bawah tanah tadi, ya
tidak akan dipercaya, tidak akan dapat data.
Apa harapan saudara
terhadap BPBD Kota
Cilegon kedepannya?
Orangnya fokus. Orang yang ada dikebencanaan
harusnya orang-orang yang fokus dengan nilai
sosial yang tinggi. Kalau tidak memiliki itu,
BPBD runtuh. Jadi itu aja yang dibangun, kalau
untuk yang lainnya sudah bagus.
225
Norma
(Norm)
Apakah SOP untuk menjadi
staf operator Pusdalops
Kota Cilegon sudah
terpenuhi?
Belum. Tidak semua staf operator bisa analisis,
makanya dibagi 3 tim, tapi satu tim itu pasti ada
satu yang mengerti. Makanya yang melaporkan
itu ketua regunya, Nyetting radio belum semua
ngerti. Karena masih terbatas dengan orang.
Apa jumlah SDM
Pusdalops Kota Cilegon
saat ini sudah cukup?
Belum masih kekurangan orang. Kalau di Jogja
itu satu group piket itu 20-30 orang, kalau disini
kan satu piket cuma ada 4 orang. Jelas kurang
ya, idealnya satu group sampai 15 orang.
Mengapa lokasi bangunan
Crisis Centre harus
tersentralisasi dengan
BPBD?
Karena untuk mengendalikan mereka personil
Pusdalops dalam satu titik itu agak susah. Salah
satu kelemahannya itu karena BPBD punya tiga
pos. rupusdalops, posko bpbd, dan gudang.
Tahun depan rencananya, BPBD akan punya
kantor baru, di samping damkar.
Apa sistem yang dimiliki
Pusdalop Kota Cilegon
sudah diupdate secara rutin?
Apakah pengumpulan
informasi kebencanaan
sudah melibatkan
masyarakat?
Sudah melibatkan masyarakat, mulai dari lurah,
kader di destana juga.
Apakah hasil pantauan
Pusdalops Kota Cilegon
sudah terdokumentasi dan
tersebar dengan baik kepada
instansi kebencanaan
terkait?
Hasil pantauan tersebar kesemua instansi sampai
ke walikota, karena kita gabung dalam
WhatsApp Group. Polda, Polri, bahkan Polda
yang punyanya Provinsi. Kodim juga gabung.
Jadi hasil pantaun tersebar tidak hanya dinas.
Apakah data Pusdalops
Kota Cilegon sudah
dimanfaatkan secara
optimal oleh instansi
kebencanaan terkait?
Apakah jaringan
komunikasi yang dimiliki
Pusdalops Kota Cilegon
sudah terstandarisasi?
Sudah terstandarisasi. Inatews, Inaware, Inarisk,
itu standar dari BMKG, BNPB dan Internaisonal
semua. Kita punya Kobocollect, tidak semua
orang BPBD punya. Misalkan ada bencana di
poto, dilaporkan, itu langsung masuk datanya ke
BNPB.
Apakah pelaporan kejadian
bencana yang dilakukan
Pusdalops Kota Cilegon
sudah tersistematif dan
terkonstruktif?
Data sudah sistematif. Setiap pagi Pusdalops
selalu laporan. Disitu juga dituliskan, kalau
misalkan ada apa-apa bisa hubungi nomer telpon
Pusdalops Kota Cilegon. Pelaporannya dianalisa
sendiri oleh Pusdalops Kota Cilegon, yang share
dan analisis data itu ketua regunya.
Kendala apa yang
ditemukan Pusdalops Kota
Cilegon dalam pengelolan
Semua alat dimiliki Pusdalops tapi keadaannya
tidak berfungsi. DVB mati jadi untuk saat ini
tidak bisa broadcast ke instansi-instansi, kayak
226
Wujud Perilaku
(Performance)
informasi kebencanaan? kemarin kejadian di Cilegon ada gempa 10 km
kedalamnya, kecil 3,5 SR. DVB Pusdalops mati.
Cuma kan BMKG itu punya banyak DVB.
Artinya bisa broadcast lewat telkomsel, lewat xl,
BMKG sudah punya jaringan. Jadi punya
Pusdalops mati, ada DVB yang lain. Untuk
sarana pengelolaan informasi kebencanaan
dibilang punya ya punya, tapi semuanya rusak.
Bagaimana bentuk
peringatan dini yang
dilakukan Pusdalops Kota
Cilegon kepada masyarakat
dan instansi kebencanaan
terkait?
Pakai WhatsApp, pakai HT, Radio Komunikasi,
pakai amatir radio. Kalau internet Cilegon
belum aktif. Media Sosial, Koran, banyak
kerjasama dengan media elektronik maupun
cetak. Kalau Koran itu pasca. Pakai HT sudah
sampai RT. Tapi tidak semua kecamatan punya
HT. DVB yang dimiliki Pusdalops mati. Jadi,
untuk saat ini tidak bisa broadcast ke instansi-
instansi, kayak kemarin kejadian di Cilegon 10
km kedalamnya, Cuma kecil 3,5 SR. DVB
Pusdalops mati, cuma kan tidak satu DVB,
BMKG itu punya banyak DVB. Artinya bisa
broadcast lewat telkomsel, lewat xl, sudah punya
jaringan. Jadi punya Pusdalops mati, ada DVB
yang lain.dibilang punya ya punya, tapi gimana,
ya semuanya rusak.
Bagaimana peran pusdalops
Kota Cilegon sebagai
fasilisator dalam
mengerahkan sumber daya
untuk penanganan tanggap
darurat?
Bagaimana Pusdalops Kota
Cilegon menyikapi SOP
yang tumpang tindih
dengan tanggap darurat?
Ada SOP pusdalops tapi belum di kaji ulang.
Ada di lemari warna orange, saya sudah dikasih
tahu, bappeda yang ngasih tahu, bukan BPBD.
Pak sabri orang Bappeda yang ngasih tahu. Dulu
Pusdalops dibawah Kesbanglinmas, sekarang
pindah ke BPBD jadi BPBD ketimpa tugas
banyak, belum sampai untuk mengkaji SOP.
SOP-nya jelas dan rinci, dokumennya ada,
hanya saja belum dikaji ulang.
Apakah pelaporan yang
dilakukan Pusdalops Kota
Cilegon berperan dalam
pencegahan bencana di
Kota Cilegon?
Tidak. Bencana tidak bisa dikurangi.
Masalahnya ini politik. Contoh banjir grogo.
Inisiatif sendiri kita dengan teman-teman di
BPBD, kita punya satu group bawah tanah
namanya, kita kerja tanpa sepengetahuan orang-
orang kantor. Kita cari sumber masalahnya, ini
tanpa dana ya (non budgeter). Banjir grogol ini
salah satunya penyempitan gorong-gorong, kita
laporkan berkali-kali pun, solusinya ya
melebarkan gorong-gorongnya. Tapi gorong-
gorong ini jalannya jalan nasional, maka ini jadi
227
urusannya PU pusat, nah PU Kota Cilegon tidak
memiliki kebijakan.
Penilaian
(Evaluation)
Apa dampak adanya
Pusdalops Kota Cilegon
sebagai organisasi publik
khusus menangani
pengelolaan informasi
kebencanaan di Kota
Cilegon?
Pusdalops punya garis komando yang kuat di
BPBD, berbeda waktu pusdalops dibawah
tanggung jawab kesbanglinmas. Jadi dampak
positifnya semenjak ada Pusdalops ini
masyarakat tahu harus laporan kesiapa,
masyarakat makin dekat dengan pemerintah,
industry juga makin erat hubungannya. Dampak
negatifnya, masyarakat jadi mandi, banjir selutut
pun dianggapnya bencana. Contohnya ada air
ngegenang sedikit langsung laporan ke BPBD,
jadi BPBD harus turun. Pohon tumbang lapor
BPBD. Tumbang yang membuat rugi banyak
warga memang harus lapor BPBD, tapi kalau
tumbang di tanahnya sendiri itu bukan tugasnya
BPBD.
Cilegon, 10 Maret 2017
Dr. Romi Wiyadinata, ST. M. Eng
228
Lampiran 5
Matriks Kategorisasi Data
A. Pertanyaan untuk Pusdalops Kota Cilegon, pihak Industi dan Akademisi
Untirta Teknik
1. Harapan (Expectation)
Q1 Apa anda mengetahui informasi mengenai
bencana apa saja yang bisa terjadi di Kota
Cilegon?
Kesimpulan
I1.1 Ya tahu. Untuk di Kota Cilegon, bencana
yang paling sering terjadi banjir dan
longsor. Namun potensi bencana paling
besar di Kota Cilegon yaitu kegagalan
teknologi.
Menurut BPBD dan
Pusdalops Kota
Cilegon, bencana yang
sering terjadi di Kota
Cilegon yaitu banjir dan
longsor. Sedangkan,
bencana yang memiliki
potensi terbesar di Kota
Cilegon yaitu kegagalan
teknologi.
I1.2 Tahu, karena itu memang tugas saya
sebagai pengelola informasi kebencanaan
di Kota Cilegon. Bencana yang memiliki
potensi terbesar di Kota Cilegon yaitu
kegagalan teknologi, Cilegon juga kerap
sekali terjadi banjir dan longsor.
Q2 Apa fungsi koordinasi yang dijalankan
Pusdalops Kota Cilegon dalam pelaksanaan
penanggulangan bencana sudah berjalan
dengan baik?
Kesimpulan
I1.1 Baik internal maupun eksternal koordinasi
yang dijalankan Pusdalops Kota Cilegon
sudah berjalan dengan baik. Kita memiliki
WhatsApp Group dan sudah tergabung
dalam tim reaksi cepat penanggulangan
bencana (TRC-PB).
Koordinasi yang
dijalankan Pusdalops
Kota Cilegon dengan
instansi terkait
kebencanaan, Walikota,
dan industri sudah
berjalan baik. Dengan
instansi kebencanaan,
koordinasi terjalin
melalui WhatsApp
Group dan membentuk
tim reaksi cepat
penanggulangan
bencana (TRC-PB).
I1.2 Untuk koordinasi sudah berjalan dengan
baik termasuk dengan pihak industri. Kita
sudah tergabung di WhatsApp Group dan
telah membentuk tim reaksi cepat
penanggulangan bencana.
I1.7 Koordinasi berjalan dengan efektif. Baik
koordinasi dengan instansi terkait
kebencanaan, Walikota, dan industri
229
hubungannya erat melalui grup bawah
tanah yang didirikan oleh BPBD Kota
Cilegon.
Begitu juga dengan
pihak industri,
koordinasi berjalan
efektif melalui
WhatsApp Group
bagian Top Manajemen
dan dengan adanya grup
bawah tanah yang
didirikan oleh BPBD
Kota Cilegon.
I6.1 Untuk koordinasi dalam penanggulangan
bencana kita sudah tergabung dalam
WhatsApp Group BPBD Kota Cilegon.
I6.2 Untuk koordinasi itu adanya di Top
Manajemen yang tahu. Top Manajemen
yang gabung di WhatsApp Group BPBD
Kota Cilegon.
2. Norma (Norm)
Q5 Apakah SOP untuk menjadi staf operator
Pusdalops Kota Cilegon sudah terpenuhi?
Kesimpulan
I1.1 Mengacu pada Perka BNPB No.15 Tahun
2012 tentang Pedoman Pusdalops-PB, SOP
untuk menjadi staf pusdalops Kota Cilegon
belum terpenuhi. Staf pusdalops direkrut
sesuai kebijakan pimpinan saja, tidak
memperhatikan kualifikasi pendidikan.
Dari 13 personil baru 4 orang yang
memenuhi standar lulusan sarjana, sisanya
lulusan tingkat SMA.
SOP untuk menjadi staf
operator Pusdalops Kota
Cilegon belum
terpenuhi apabila
mengacu pada Perka
BNPB No.15 Tahun
2012 tentang Pedoman
Pusdalops-PB. Karena
staf operator Pusdalops
Kota Cilegon tidak
memenuhi kualifikasi
pendidikan lulusan
sarjana. Selain itu,
belum semua staf
operator Pusdalops Kota
Cilegon mempunyai
keahlian khusus
diantaranya belum bisa
analisis pemantauan
(monitoring) dan setting
radio.
I1.2 Masih belum terpenuhi. Lulusan SMA bisa
menjadi staf Pusdalops dengan ketentuan
mempunyai keahlian-keahlian khusus.
Sedangkan saat ini kualitas SDM staf
Pusdalops Kota Cilegon belum memadai.
I1.7 Belum. Tidak semua staf operator bisa
analisis, makanya dibagi 3 tim, tapi satu
tim itu pasti ada satu yang mengerti.
Nyetting radio juga belum semua ngerti.
Q6 Apa jumlah SDM Pusdalops Kota Cilegon
saat ini sudah cukup?
Kesimpulan
I1.1 Masih perlu penambahan. Kita masih
dibantu dengan staf yang ada di BPBD
Kota Cilegon. Tapi itu kembali lagi pada
Jumlah SDM Pusdalops
Kota Cilegon belum
memadai. Jumlah
230
kebijakan pimpinan, apa mau ditambah
atau tidak
personilnya saat ini
yaitu 13 orang,
sedangkan mengacu
pada Perka BNPB
No.15 Tahun 2012
tentang Pedoman
Pusdalops-PB, idealnya
berjumlah 16 orang
untuk staf operatornya
saja. Hingga saat ini
juga staf-staf lainnya
masih dibantu dengan
staf yang ada di BPBD
Kota Cilegon. Mereka
berharap ada
penambahan personil
tapi kembali lagi kepada
kebijakan pimpinan.
I1.2 Belum cukup. Harusnya sesuai Perka
BNPB itu staf operator saja harusnya 16
orang, sedangkan kita jumlah keseluruhan
personil Pusdalops masih 13 orang. Untuk
ukuran Kota Cilegon harusnya sekitar 25
orang karena cukup banyak bencana
apalagi di musim hujan kayak gini.
I1.7 Belum masih kekurangan orang. Kalau di
Jogja itu satu group piket itu 20-30 orang,
kalau disini kan satu piket cuma ada 4
orang. Jelas kurang ya, idealnya satu group
sampai 15 orang.
Q7 Mengapa lokasi bangunan Crisis Centre
harus tersentralisasi dengan BPBD?
Kesimpulan
I1.1 Mengacu pada Perka BNPB No.15 Tahun
2012 tentang Pedoman Pusdalops,
persyaratan idealnya bangunan
Rupusdalops (Crisis Centre) memang
terletak dalam satu komplek dengan BPBD.
Agar komunikasi yang diberikan oleh
Pusdalops berjalan efektif, bisa cepat
diberikan ke pimpinan BPBD.
Bangunan Rupusdalops
(Crisis Centre) harus
terletak dalam satu
komplek dengan BPBD.
Agar komunikasi yang
diberikan oleh
Pusdalops berjalan
efektif dan bisa cepat
diberikan ke pimpinan
BPBD karena
analisisnya juga
dilakukan di BPBD
yang kemudian
dilaporkan ke walikota.
Selain itu, lokasi Crisis
Centre harus
tersentralisasi agar
memudahkan
mengendalikan personil
Pusdalops dalam 1 titik.
I1.2 Untuk saat ini bangunan Crisis Centre
dengan BPBD Kota Cilegon masih
terpisah, hal tersebut tentu membuat
komunikasi menjadi kurang efektif, karena
analisis dilakukan di BPBD, kemudian
dilaporkan ke walikota. Kalau lokasi
terpisah seperti ini, jadi bolak balik saja
pelaporannya antara pusdalops dan BPBD.
I1.7 Karena untuk mengendalikan personil
Pusdalops dalam satu titik itu agak susah.
Karena BPBD punya tiga pos.
Rupusdalops, posko bpbd, dan gudang.
231
Q8 Apa sistem yang dimiliki Pusdalop Kota
Cilegon sudah diupdate secara rutin?
Kesimpulan
I1.1 Sudah di update baik secara informasi
kebencanaan maupun informasi dari
masyarakat. Kemarin ada pihak BMKG
kesini, tinggal tunggu tanda tangan
walikota untuk pemasangan sistemnya.
Belum di update secara
rutin setiap tahun.Dari
tahun 2003, baru akan
di upgrade di tahun
2017 dan sedang
menunggu tanda tangan
walikota untuk
pemasangan sistemnya.
I1.2 Dulu kita pakai data 2003, cuma sekarang
akan di upgrade (ditingkatkan), baru akan
di update tapi belum tahu kapan sedang
menunggu tanda tangan walikota.
Q9 Apakah pengumpulan informasi
kebencanaan sudah melibatkan
masyarakat?
Kesimpulan
I1.1 Kita melibatkan masyarakat seperti
kelurahan tangguh bencana dan relawan,
mereka juga bagian dari masyarakat.
Sudah melibatkan
masyarakat dalam
pengumpulan informasi
kebencanaan seperti
kelurahan tangguh
bencana, relawan, dan
tagana di kecamatan.
I1.2 Sudah melibatkan masyarakat,
mengikutsertakan relawan-relawan, seperti
kelurahan tangguh bencana, dan Tagana di
kecamatan.
Q10 Apakah data Pusdalops Kota Cilegon sudah
dimanfaatkan secara optimal oleh instansi
kebencanaan terkait?
Kesimpulan
I1.1 Data sudah dimanfaatkan oleh instansi
kebencanaan sesuai dengan tupoksinya
masing-masing, baik saat terjadi bencana,
turun di lapangan, maupun data yang
digunakan untuk pasca bencana yang
dijadikan dasar untuk melakukan
rehabilitasi dan rekonstruksi.
Data sudah
dimanfaatkan oleh
instansi kebencanaan
sesuai dengan
tupoksinya masing-
masing, baik saat terjadi
bencana, turun di
lapangan, maupun data
yang digunakan untuk
pasca bencana.
I1.2 Data sudah dimanfaatkan dengan baik.
Bappeda digunakan untuk pembangunan
daerah, Dinas PU untuk pembangunan
drainase yang kurang lebar, Dinkes terkait
wabah penyakit, misal banjir, data
digunakan untuk memprediksi jenis
penyakitnya apa, obat yang dibutuhkan apa.
232
Q11 Apakah hasil pantauan Pusdalops Kota
Cilegon sudah terdokumentasi dan tersebar
dengan baik kepada instansi kebencanaan
terkait?
Kesimpulan
I1.1 Kami kan ada WhatsApp Group, kita share
setiap hari mengenai prakiraan cuaca, info
kebencanaan gempa dan tsunami, stok
darah yang dimiliki PMI, bahkan kita
cantumkan petugas yang piket dilengkapi
nomor telepon BPBD dan Pusdalops Kota
Cilegon.
Sudah terdokumentasi
dan tersebar dengan
baik kepada instansi
kebencanaan terkait
sampai walikota melalui
WhatsApp Group
mengenai prakiraan
cuaca, info kebencanaan
gempa dan tsunami,
stok darah yang dimiliki
PMI, bahkan kita
cantumkan petugas yang
piket dilengkapi nomor
telepon BPBD dan
Pusdalops Kota Cilegon
yang di share setiap hari
oleh Pusdalops Kota
Cilegon.
I1.2 Hasil pantauan kami sudah terdokumentasi
dan tersebar dengan baik kepada instansi
kebencanaan terkait, karena kami
mempunyai WhatsApp Group yang isinya
seluruh instansi kebencanaan terkait dan
stakeholder, hasil pantauan kami share
disitu setiap hari.
I1.7 Hasil pantauan tersebar kesemua instansi
sampai ke walikota, karena kita gabung
dalam WhatsApp Group. Polda, Polri,
bahkan Polda yang punyanya Provinsi.
Kodim juga gabung. Jadi hasil pantaun
tersebar tidak hanya dinas.
Q12 Apakah jaringan komunikasi yang dimiliki
Pusdalops Kota Cilegon sudah
terstandarisasi?
Kesimpulan
I1.1 Untuk peralatan semuanya sudah
terstandarisasi, karena penanggulangan
bencan kan program nasioanal. Hanya saja
untuk di Kota Cilegon jaringan komunikasi
yang dimiliki belum maksimal, karena
komunikasi itu memerlukan biaya yang
cukup besar. Kita masih terbentur dengan
anggaran.
Untuk peralatan
semuanya sudah
terstandarisasi seperti
Sirine, DVB, InaTews
yang Early Warning
untuk tsunami, bouy,
CCTV, standar Jerman
tapi semuanya rusak.
Jadi, jaringan komunikasi yang
dimilikiPusdalops Kota
Cilegon belum
maksimal. Standarnya
I1.2 Standarnya personil penanggulangan
bencana itu mempunyai HT, tapi di kami
belum, apalagi di tingkat masyarakat atau
kecamatan, masih terbentur anggaran, jadi
untuk saat ini kami hanya memakai
233
jaringan komunikasi yaitu telepon dan
radio genggam untuk personil dilapangan.
personil Pusdalops
mempunyai HT, tapi
Pusdalops Kota Cilegon
belum, apalagi di
tingkat masyarakat atau
kecamatan,karena
komunikasi
memerlukan biaya yang
cukup besar dan BPBD
Kota Cilegon tidak
memiliki anggaran
untuk itu.
I1.7 Sebenarnya semua peralatan itu sudah
terstandarisasi. Kayak Sirine, DVB,
InaTews yang Early Warning untuk
tsunami, bouy, CCTV, kan itu standar
Jerman, tapi semuanya rusak. Dibilang
terstandarisasi ya terstandarisasi tapi
semuanya rusak.
3. Wujud Perilaku (Performance)
Q13 Apa peran Pusdalops Kota Cilegon? Kesimpulan
I1.1 Peran Pusdalops Kota Cilegon itu sebagai
pengelola informasi kebencanaan sekaligus
pengendali koordinasi antara pemerintah,
lembaga, dunia usaha dan masyarakat.
Pengelolaan informasi dilakukan setiap hari
oleh Pusdalops di Rupusdalops, sedangkan
koordinasi dilakukan pada saat terjadi
bencana dan pasca bencana dengan instansi
kebencanaan terkait sesuai dengan data
yang ada dan yang dibutuhkan oleh
masyarakat. Pada saat terjadi bencana,
personil Pusdalops turun ke lokasi bencana
untuk membantu masyarakat melakukan
evakuasi korban dan penyelamatan, kaji
cepat data, bantuan logistik termasuk
melakukan koordinasi dengan instansi
terkait kebencanaan di Kota Cilegon.
Pra bencana melakukan
pengelolaan informasi
kebencanaan di
Rupusdalops(Crisis
Centre) dan mempunyai
program dan kegiatan,
desa tanggap bencana.
Pusdalops mendampingi
destana untuk persiapan
ketika terjadi bencana.
Pada saat terjadi
bencana Pusdalops
aktivasi tanggap
darurat/turun langsung
ke lokasi bencana untuk
membantu masyarakat
melakukan evakuasi
korban dan
penyelamatan, kaji
cepat data, bantuan
logistik, dan pasca
bencana melakukan
koordinasi dengan
instansi kebencanaan
terkait menyalurkan
bantuan sesuai dengan
data yang ada dan yang
I1.2 Peran Pusdalops Kota Cilegon itu untuk
menganalisa kejadian bencana di Kota
Cilegon pada tahap pra bencana, pada saat
terjadi bencana Pusdalops juga mengelola
data kejadian dan aktivasi tanggap darurat
yaitu evakuasi korban, harta bencana,
penyediaan logistik dan peralatan
penanggulangan bencana serta menjalin
koordinasi dengan dinas-dinas kebencanaan
terkait pada saat terjadi bencana dan pasca
234
bencana untuk dilakukan rehabilitasi dan
rekonstruksi.
dibutuhkan oleh
masyarakat untuk
dilakukan rehabilitasi
dan rekonstruksi.. I1.7 Pra bencana itu Pusdalops punya program
dan kegiatan, seperti destana (desa tanggap
bencana). Pusdalops ini mendampingi
destana untuk persiapan ketika terjadi
bencana. Pada saat bencana, Pusdalops
turun tangan seperti pada banjir kemarin di
merak, Pusdalops turun tangan, mereka
pasti selalu siap. Kalau pasca bencana yang
menyalurkan bantuan itu BPDB. Dinas-
dinas tersebut menyalurkan bantuannya
lewat BPBD, nanti yang menyalurkan lagi
Pusdalops.
Q14 Kendala apa yang ditemukan Pusdalops
Kota Cilegon dalam pengelolan informasi
kebencanaan?
Kesimpulan
I1.1 Sarana dan prasarana yang tidak memadai.
Dalam melakukan akitivitas pemantauan
kita memerlukan alat seperti monitor,
namun untuk saat ini monitor yang dimiliki
pusdalops mengalami kerusakan, hanya 1
yang berfungsi dari 3 monitor yang
dimiliki.
Kendalanya yaitu terkait
sarana dan prasarana
yang tidak memadai,
diantarannya monitor
dan DVB (Digital Video
Broadcast) yang rusak
dan menghambat peran
Pusdalops dalam
melakukan pemantauan
(monitoring) serta
dalam hal
mendesiminasikan
peringatan dini kepada
instansi-instansi terkait
kebencanaan. Kendala
lain dilapamgan juga
tidak ada sinyal/pulsa
habis karena jaringan
komunikasi via telepon
dan radio juga kadang
suka error.
I1.2 Kendalanya monitoring. Monitor yang
dimiliki pusdalops hanya 3 dan 2 tidak
berfungsi. Monitoring ini sangat penting
dalam pengelolaan informasi kebencanaan
untuk mendeteksi kejadian bencana.
Kendala saat terjadi bencana, karena kita
melalui via telpon, masalah pertama tidak
ada sinyal, masalah kedua pulsanya
dilapangan tahu-tahu habis bingung
belinya, ketiga kadang-kadang yang
namanya alat pakai radio suka error.
I1.7 Semua alat dimiliki Pusdalops keadaannya
tidak berfungsi. DVB mati jadi untuk saat
ini tidak bisa broadcast ke instansi-instansi.
235
Q15 Jaringan komunikasi apa saja yang dipakai
Pusdalops Kota Cilegon untuk
mendiseminasikan peringatan dini kepada
masyarakat dan instansi kebencanaan
terkait?
Kesimpulan
I1.1 Jaringan komunikasi yang dipakai untuk
mendesiminasikan informasi kebencanaan
lewat WhatsApp Group, kerja sama dengan
beberapa radio untuk memberikan
himbauan kepada masyarakat, pakai by
phone. Kita juga bekerjasama dengan
media cetak dan media elektronik untuk
pasca bencana.
Jaringan komunikasi
yang dipakai untuk
mendesiminasikan
informasi kebencanaan
yaitu WhatsApp Group,
HT, kerja sama dengan
beberapa radio untuk
memberikan himbauan
kepada masyarakat,
pakai by phone,
kerjasama dengan media
cetak dan media
elektronik. Karena
sirine dan DVB (Digital
Video Broadcast) tidak
berfungsi.
I1.2 Untuk menyebarkan informasi saat ini
Pusdalops memakai jaringan komunikasi
melalui WhatsApp Group saja untuk
masyarakat dan instansi kebencanaan, DVB
dan Sirine masih tidak berfungsi.
I1.7 Pakai WhatsApp, pakai HT, Radio
Komunikasi, pakai amatir radio. Kalau
internet Cilegon belum aktif. Media Sosial,
Koran, banyak kerjasama dengan media
elektronik maupun cetak. Kalau Koran itu
pasca. Pakai HT sudah sampai RT. Tapi
tidak semua kecamatan punya HT.
Q16 Bagaimana Pusdalops Kota Cilegon
menyikapi SOP yang tumpang tindih
dengan tanggap darurat?
Kesimpulan
I1.1 Untuk saat ini Pusdalops Kota Cilegon
menyikapinya dengan memakai SOP
tanggap darurat.
Menyikapinya dengan
memakai SOP tanggap
darurat. SOP Pusdalops
Kota Cilegon
sebenarnya sudah ada,
hanya aja belum di kaji
ulang.
I1.2 Jalurnya seperti itu, bukan tumpang tindih.
Tapi menurut saya, SOP khusus diperlukan
agar mengefektifkan ketika operasi
bencana dan pengumpulan data.
I1.7 Ada SOP pusdalops tapi belum di kaji
ulang. Dulu Pusdalops dibawah
Kesbanglinmas, sekarang pindah ke BPBD
jadi BPBD ketimpa tugas banyak, belum
sampai untuk mengkaji SOP. SOP-nya
236
jelas dan rinci, dokumennya ada, hanya
saja belum dikaji ulang.
Q17 Apakah pelaporan kejadian bencana yang
dilakukan Pusdalops Kota Cilegon sudah
tersistematif?
Kesimpulan
I1.1 Pelaporan dilaksanakan dengan cara
sistematis. Operator pusdalops yang sedang
piket mencatat laporannya di log book
harian mereka. Selanjutnya, laporan harian
tersebut ditandatangani oleh ketua regu,
kemudian diserahkan kepada Manajer
Pusdalops untuk diteruskan lagi ke Kepala
BPBD Kota Cilegon.
Pelaporan dilaksanakan
dengan cara sistematis.
Pelaporan yang
bersumber dari hasil
pantauan dicatat di log
book harian,
ditandatangani oleh
ketua regu, kemudian
diserahkan kepada
Manajer Pusdalops
untuk diteruskan lagi ke
Kepala BPBD Kota
Cilegon. Sedangkan,
laporan yang diperoleh
dari aporan masyarakat.
Pusdalops harus
melakukan assessment
dengan dinas-dinas
terkait yang lebih
paham, selanjutnya
tahapannya sama yaitu
dicacat, ditandatangani,
diserahkan ke manajer
untuk diteruskan ke
Kepala BPBD Kota
Cilegon dalam bentuk
Microsoft Excel.
Laporan juga dilengkapi
dengan nomer telepon
Pusdalops Kota
Cilegon.
I1.2 Pertama, laporan kami peroleh dari hasil
pantauan atau ada laporan dari masyarakat.
Kalau laporan tersebut bersumber dari
masyarakat, Pusdalops melakukan
assessment dengan dinas-dinas terkait yang
lebih paham. Misalnya longsor itu
penyebabnya apa, dicari tahu, tanahnya
bergeser atau memang tanahnya berada di
tempat yang seharusnya tidak berdiri
bangunan. Kemudian info dan kegiatan
yang dilakukan Pusdalops itu di catat di log
book ditulis tangan oleh ketua regu piket.
Kemudian hasilnya dilaporkan kepada
Manajer Pusdalops dengan format yang
diketik di Microsoft Excel untuk diteruskan
kepada Kepala BPBD Kota Cilegon selaku
pengambil keputusan.
I1.7 Data sudah sistematif. Setiap pagi
Pusdalops selalu laporan. Disitu juga
dituliskan, kalau misalkan ada apa-apa bisa
hubungi nomer telepon Pusdalops Kota
Cilegon.
237
Q18 Apakah pelaporan yang dilakukan
Pusdalops Kota Cilegon berperan dalam
pencegahan bencana di Kota Cilegon?
Kesimpulan
I1.1 Pelaporan sudah berperan dalam
pencegahan bencana di Kota Cilegon.
Biasanya yang kita cegah itu sifatnya
bencana non alam, seperti banjir. Kita
sadakan kegiatan kerja bakti untuk
membersihkan sungai dari sampah yang
menghambat aliran sungai.
Pelaporan yang
dilakukan Pusdalops
Kota Cilegon berperan
dalam pencegahan
bencana di Kota
Cilegon salah satunya
untuk mencegh banjir
dengan mengadakan
kegiatan gotong royong
dan memberi plang
himbauan tidak
membuang sampah di
aliran sungai.
Sedangkan, untuk
bencana alam tidak
dapat dicegah apalagi
bencana kegagalan
teknologi yang terjadi
akibat kelalaian manusia
kemudian industri juga
memiliki SOP
Perusahaan sendiri.
Bencana tidak akan
dilaporkan kepada
Pusdalops apabilamya
bencana tersebut masih
bisa mereka tangai
sendiri.
I1.2 Pelaporan sudah berperan tapi belum
maksimal. Karena bencana sifatnya
kejutan, enggak tahu kapan terjadi, dimana,
dampak kerugiannya berapa besar. Kalau
bencana kayak banjir bisa dicegah dengan
gotong royong dan memberi plang larangan
tidak membuang sampah di aliran sungai.
Tapi kalau bencana alam itu susah,
terutama bencana di industri tidak semua
dilaporkan ke Pusdalops, mereka punya
SOP Perusahaan sendiri. SOP di industri
jika terjadi bencana, mereka tidak akan
lapor ke Pusdalops kalau masih bisa
menangani sendiri.
4. Penilaian dan Sanksi (Evaluation and Sanction)
Q19 Apa dampak adanya Pusdalops Kota Cilegon sebagai organisasi publik khusus
menangani pengelolaan informasi
kebencanaan di Kota Cilegon?
Kesimpulan
I1.1 Kalau tidak ada staf Pusdalops, kita
dilapangan tidak ada yang bisa turun.
Dengan adanya
Pusdalops, BPBD Kota
Cilegon jadi mempunyai
personil di lapangan I1.2 Dampaknya bagus, cuma disisi lain
membuat masyarakat menjadi lebih
238
lembek/lebih manja. Sedikit-sedikit ada
kejadian langsung melapor, misal ada air
menggenang semata kaki aja melapor ke
BPBD katanya banjir. Jadi pola pikir
masyarakatnya harus dirubah.
untuk turun ke lokasi
bencana. Masyarakat
jadi tahu laporan
kesiapa kalau terjadi
bencana. Pihak industri
juga hubungannya
makin erat dengan
pemerintah. Namun ada
dampak negatif yaitu
masyarakat masih salah
memaknai definisi
bencana sehingga
kejadian yang bukan
kategori bencana juga
dilaporkan kepada
BPBD Kota Cilegon.
I1.7 Masyarakat jadi tahu harus laporan kesiapa.
Masyarakat makin dekat dengan
pemerintah. Industri juga makin erat
hubungannya. Dampak negatifnya,
masyarakat jadi manja, banjir selutut pun
dianggapnya bencana.
Q20 Apa hasil positif dari peran BPBD Kota
Cilegon?
Kesimpulan
I1.1 Dapat meminimalisir jumlah korban
bencana karena kita stand by 24 jam.
Dapat meminimalisir
jumlah korban bencana
karena sigap turun ke
lapangan dan stand by
24 jam.
I1.2 Kami sigap turun ke lapangan membantu
mayarakat yang mengalami bencana
kapanpun waktunya.
Q21 Adakah bentuk sanksi jika staf Pusdalops
Kota Cilegon melakukan kesalahan
interpretasi kejadian bencana yang
menimbulkan adanya korban jiwa?
Kesimpulan
I1.1 Itu kan human error, kita tidak mungkin
langsung berikan sanksi tegas. Karena kita
pegawai, sanksi pertama lisan atau
tertulis,enggak bisa langsung dipecat, ada
prosedurnya.
Bentuk sanksinya tidak
tegas kalaupun staf
Pusdalops Kota Cilegon
melakukan kesalahan
interpretasi kejadian bencana yang
menyebabkan korban
jiwa. Tapi Pusdalops
Kota Cilegon belum
pernah melakukan
kesalahan seperti itu.
I1.2 Belum pernah kayak gitu. Kalo misalnya
kayak gitu, sanksinya mungkin sanksi
ringan, cuma sekedar kena marah dari
atasan. Kita belum pernah melakukan
kesalahan seperti itu.
239
B. Pertanyaan untuk instansi terkait kebencanaan di Kota Cilegon
1. Harapan (Expectation)
Q1 Apa anda mengetahui informasi mengenai
bencana apa saja yang bisa terjadi di Kota
Cilegon?
Kesimpulan
I2.1 Seringnya banjir, longsor. Itu yang biasa
kita hadapi kaitan dengan bencana.
Instansi-instansi
kebencanaan sudah
mengetahui informasi
mengenai bencana apa
saja yang bisa terjadi di
Kota Cilegon.
Untuk bencana alam
yang sering terjadi di
Kota Cilegon yaitu
banjir dan tanah
longsor. Sedangkan,
untuk bencana non alam
yaitu kegagalan industri.
I2.2 Bencana alam yang sering terjadi di Kota
Cilegon itu banjir dan longsor.
I2.3 Kejadian di Kota Cilegon itu banjir, tanah
longsor. Kalo bencana non alam, kegagalan
teknologi.
I2.4 Bencana yang sering itu banjir, kadang juga
longsor.
I2.5 Saat ini, yang sering itu banjir dan longsor.
I2.6 Yang sering terjadi banjir dan tanah
longsor.
I3.1 Untuk kejadian yang pernah ditangani
hanya masalah banjir.
I4.1 Ya, bencana rawan di Cilegon itu banjir,
kemudian longsor dan potensi bahaya yaitu
bencana kimia dari industri.
Q2 Apa fungsi koordinasi yang dijalankan
Pusdalops Kota Cilegon dalam pelaksanaan
penanggulangan bencana sudah berjalan
dengan baik?
Kesimpulan
I2.1 Koordinasi melalui WhatsApp Group,
enggak usah formal yang penting
penanganan bencana cepat tertangani.
Koordinasi yang
dijalankan Pusdalops
Kota Cilegon dalam
penanggulangan
bencana dengan instansi
terkait kebencanaan di
Kota Cilegon yaitu
menggunakan
WhatsApp Group dan
via telepon.
Selain itu, koordinasi
juga terjalin dengan
membentuk Tim Reaksi
Cepat Penanggulangan
I2.2 Koordinasinya kita itu harus nunggu
komando dari BPBD Kota Cilegon. Karena
leading sector penanggulangan bencana itu
BPBD Kota Cilegon.
I2.3 Kita punya koordinasi. Kita tergabung
dalam Tim Reaksi Cepat Penanggulangan
Bencana (TRC-PB).
I2.4 Koordinasinya bagus. Kita tergabung
dalam tim reaksi cepat (TRC).
I2.5 Pihak BPBD akan menelpon kami kalau
membutuhkan bantuan pihak damkar.
240
I2.6 Sudah berjalan dengan baik. Ketika ada
informasi bencana, kita dikasih tahu dan
diajak.
Bencana (TRC-PB)
Kota Cilegon yang
tergabung dari instansi-
instansi terkait
kebencanaan di Kota
Cilegon.
I3.1 Koordinasi cukup baik, karena kita sudah
ada semacam komitmen antara TNI dan
BPBD untuk penanganan bencana.
I4.1 Fungsi koordinasi jelas sangat baik. Kita
sudah jalin koordinasi dan terkoordinasi
dengan BPBD Kota Cilegon.
Q3 Apa anda sudah merasakan peran BPBD
Kota Cilegon?
Kesimpulan
I2.1 Udah, ketika ada kejadian langsung
Pusdalops menginformasikan. Cepat turun
ke lapangan.
Menurut instansi-
instansi kebencanaan di
Kota Cilegon, peran
BPBD Kota Cilegon
telah dirasakan oleh
masyarakat karena telah
membantu masyarakat
turun sigap ke lokasi
bencana walaupun
bencana terjadi tengah
malam. Selain itu, peran
yang dirasakan yaitu
adanya leading sector
dalam penanggulangan
bencana.
I2.3 Kita sekarang punya leading sector yang
mengomandoi instansi terkait kebencanaan.
I2.4 Saya tahu BPBD walaupun tengah malam
hadir ke masyarakat menangani pengungsi
yang terkena banjir.
I2.6 Sudah hadir di tengah-tengah masyarakat.
I3.1 Sudah, karena masyarakat yang pernah
merasakan kena bencana itu, merasa sangat
terbantu dengan adanya BPBD
Q4 Apa harapan saudara terhadap BPBD Kota
Cilegon kedepannya?
Kesimpulan
I2.1 Lebih bersinergi antar SKPD terkait
bencana dalam membantu masyarakat.
Harapan untuk BPBD
Kota Cilegon
diantaranya dapat
mensinergikan instansi
terkait kebencanaan,
dapat meminimalisir
bencana di titik-titik
rawan bencana,
menambah SDM dan
peralatan,
I2.3 Semua titik-titik rawan bencana itu dapat
diminimalisir bencananya.
I2.4 Lebih professional, lebih ditingkatkan lagi
kinerjanya, baik SDM dan peralatan.
I2.5 Lebih siap dalam memberikan pelayanan
baik secara personil maupun peralatannya.
I2.6 Harapannya, Rupusdalops dengan BPBD
Kota Cilegon dijadikan 1 kantornya. Lalu,
241
tempatkan orang-orang yang professional
di Ruangan Pusat Pengendalian Operasi.
penggabungan lokasi
Rupusdalops dengan
BPBD Kota Cilegon,
serta menempatkan
orang professional di
Rupusdalops.
I3.1 BPBD Kota Cilegon diharapkan
melengkapi kelengkapan sarana dan
prasarana untuk membantu masyarakat.
2. Norma (Norm)
Q10 Apakah hasil pantauan Pusdalops Kota
Cilegon sudah terdokumentasi dan tersebar
dengan baik kepada instansi kebencanaan
terkait?
Kesimpulan
I2.1 Di share di BCO (Berita Cilegon Online)
dan koran-koran.
Hasil pantauan
Pusdalops Kota Cilegon
sudah tersebar kepada
instansi terkait
kebencanaan melalui
surat pemberitahuan/
selembaran-selembaran
mengenai informasi
rawan bencana dan
kesiapsiagaan pada saat
terjadi bencana,
sebelum terjadi bencana
dan sesudah terjadi
bencan. Selain itu, hasil
pantauan juga diberikan
yang sifatnya tahunan
melalui WhatsApp
Group Forum
Penanggulangan
Bencana Daerah Kota
Cilegon dan di share di
media elektronik dan media cetak.
I2.2 Setiap ada hal-hal yang sekiranya mengenai
bencana, selalu menginformasikan.
I2.3 Pusdalops memberi laporan yang tersebar.
Misalnya satu tahun menanggulangi
bencana ada berapa, kasih laporan ke kita,
menangani banjir berapa kali dalam
setahun, kejadian-kejadian dilaporkan dan
terdokumentasi.
I2.4 Informasi rawan bencana sudah diberikan
melalui surat pemberitahuan kepada dinas-
dinas terkait.
I3.1 Sudah tersebar dengan baik melalui
selembaran-selembaran untuk
kesiapsiagaan saat terjadi bencana, sebelum
terjadi bencana, sesudah terjadi bencana.
I4.1 Di kita itu ada WhatsApp Group, namanya
Forum Penanggulangan Bencana Daerah
Kota Cilegon.
242
Q11 Apakah data Pusdalops Kota Cilegon sudah
dimanfaatkan secara optimal oleh instansi
kebencanaan terkait?
Kesimpulan
I2.1 Sudah dimanfaatkan, di kita juga kan ada
bagian UPT Data.
Data dari Pusdalops
Kota Cilegon sudah
dimanfaatkan oleh
instansi terkait
kebencanaan untuk
acuan dalam melakukan
penanggulangan
bencana dan membantu
masyarakat.
I2.3 Sudah dimanfaatkan secara optimal.
Dengan data itu kita jadi tahu daerah titik-
titik rawan bencananya itu dimana,
pemetaannya sudah ada.
I2.4 Sudah dimanfaatkan, kita punya alat berat
seperti loder, jadi apa yang dibutuhkan oleh
BPBD, akan kita kirimkan ke lokasi
bencana..
I2.5 Setiap informasi yang disampaikan
membutuhkan bantuan apa, kita selalu
bantu.
I3.1 Sudah dimanfaatkan untuk kegiatan acuan
di wilayah, seperti terjadi tsunami, kita
sudah menyiapkan titik lokasi atau daerah
evakuasi bencana tsunami.
3. Wujud Perilaku (Performance)
Q15 Jaringan komunikasi apa saja yang dipakai
Pusdalops Kota Cilegon untuk
mendiseminasikan peringatan dini kepada
masyarakat dan instansi kebencanaan
terkait?
Kesimpulan
I2.1 Biasanya di BPBD laporan-laporan di
share di WhatsApp Group.
Jaringan komunikasi
yang dipakai Pusdalops
Kota Cilegon untuk
mendiseminasikan
peringatan dini kepada
masyarakat dan instansi
terkait kebencanaan
yaitu menggunakan
telpon, WhatsApp, radio
komunikasi, sms dan
pengeras suara masjid.
Sedangkan untuk
penggunakan HT belum
terkoneksi.
I2.2 Informasi itu lewat telpon atau WhatsApp
melalui pak Kasi.
I2.3 Kita gabung WhatsApp Group, by telpon
juga.
I2.4 Kita melalui hp saja, kita juga tergabung dalam WhatsApp Group.
I2.5 Lewat telpon dan gabung dengan
WhatsApp Group BPBD Kota Cilegon.
I2.6 Telpon langsung, melalui radio
komunikasi, sms, WhatsApp Group.
I3.1 Menggunakan sarana HP, WhatsApp Group
kelurahan/BPBD. Untuk langsung ke
243
masyarakat menggunakan himbauan
dengan menggunakan sarana yang ada
seperti pengeras suara di masjid / mushola.
I4.1 Saat ini menggunakan HT dan telepon.
Untuk HT belum terkoneksi.
Q18 Apakah pelaporan yang dilakukan
Pusdalops Kota Cilegon berperan dalam
pencegahan bencana di Kota Cilegon?
Kesimpulan
I2.2 Sebagai leading sector pasti berusaha
semaksimal mungkin mengurangi atau
mencegah bencana.
Pelaporan yang
dilakukan Pusdalops
Kota Cilegon telah
berperan sekali. Dengan
adanya laporan dari
Pusdalops, instansi
terkait kebencanaan jadi
tahu titik-titik warning /
rawan bencana dan
untuk membuat evaluasi
dan analisa dalam
menentukan langkah-
langkah kedepan.
I2.3 Sangat berperan sekali, dengan adanya
pusdalops, jadi tahu titik-titik warning
untuk musim hujan ini yang harus
diwaspadai daerah ini, daerah ini.
I3.1 Sangat berperan sekali. Karena untuk
evaluasi kedepan dengan laporan itu yang
kita hadapi.
I4.1 Sangat berperan sekali dalam rangka
membuat evaluasi, analisa, untuk
menentukan langkah-langkah kedepan.
4. Penilaian dan Sanksi (Evaluation and Sanction)
Q19 Apa dampak adanya Pusdalops Kota
Cilegon sebagai organisasi publik khusus
menangani pengelolaan informasi
kebencanaan di Kota Cilegon?
Kesimpulan
I2.1 Supaya penanganan lebih professional saja,
supaya tidak masing-masing.
Dampak dari adanya
Pusdalops Kota Cilegon
yaitu Pusdalops Kota
Cilegon selalu turun ke
lokasi bencana, selain
itu untuk antisipasi
kerawanan bencana dan
perkiraan bencana.
Sedangkan untuk
instansi terkait
kebencanaan, perannya
sebagai pengendali
I2.2 Setiap ada bencana pusdalops pasti turun.
I2.3 Pusdalops yang mengendalikan. Jadi kita
tidak bergerak sendiri, ada yang
mengomandoi.
I2.4 Pusdalops itu pusat data, dengan itu kita
mudah berkoordinasi dalam
penyelenggaraan penanggulangan bencana.
I2.5 Harusnya lebih tanggap dari pada pihak-
pihak lain, dan menyampaikan ke dinas-
dinas kebencanaan terkait.
244
I2.6 Saya tidak tahu perannya apa. Menurut
saya tidak ada manfaatnya buang-buang
anggaran gaji karyawan. Piketnya nunggu
barang aja biar tidak hilang.
komando sehingga
memudahkan dalam
melakukan koordinasi.
Namun masih ada
tanggapan negatif
mengenai peran
Pusdalops Kota
Cilegon.
I3.1 Cukup bagus, untuk antisipasi hal-hal yang
tidak kita harapkan kalau terjadi bencana.
I4.1 Segala informasi segera disampaikan baik
apabila terjadi kerawanan-kerawanan
maupun ada perkiraan kebencanaan.
Q20 Apa hasil positif dari peran BPBD Kota
Cilegon?
Kesimpulan
I2.1 Masyarakat merasa terbantu dengan
keberadaan kita, kita datang, kita berikan
bantuan permakanan (buffer stock).
Peran BPBD Kota
Cilegon yaitu membantu
masyarakat dalam hal
penanggulangan
bencana di Kota
Cilegon diantaranya
dengan memberikan dan
menyalurkan bantuan
logistik (buffer stock).
Hasil positif lainnya
juga dirasakan oleh
instansi terkait
kebencanaan yaitu
adanya satu komando
sehingga lebih
terkoordinir dalam
penyelenggaraan
penanggulangan
bencana di Kota
Cilegon.
I2.3 Kalau dulu sebelum ada BPBD, kita dinas
kesehatan langsung turun, semua instansi
yang terkait kebencanaan langsung turun
tanpa ada komando. Kalau sekarang kita
nunggu dulu komando dari BPBD. Jadi,
lebih tahu apa yang masyarakat butuhkan,
bantuan apa, dinas apa yang harus turun ke
lokasi bencana.
I2.4 Ketepatan dan kecepatan waktu dalam
penanggulangan bencana sehingga
masyarakat merasa terbantu dengan adanya
BPBD Kota Cilegon. Bantuan dari dinas-
dinas terkait juga cepat tersalurkan.
I2.5 Yang jelas banyak positifnya, ketika
masyarakat terkena bencana paling tidak,
damkar tidak bekerja sendiri, karena BPBD
akan menurunkan tim untuk membantu.
I2.6 Masyarakat terbantu dengan adanya BPBD
Kota Cilegon.
I3.1 Sangat positif, karena masyarakat yang
pernah kena bencana merasa terbantu
dengan adanya BPBD.
245
C. Pertanyaan untuk masyarakat Kota Cilegon
1. Harapan (Expectation)
Q1 Apa anda mengetahui informasi mengenai
bencana apa saja yang bisa terjadi di Kota
Cilegon?
Kesimpulan
I5.1 Bencananya ada banjir, longsor, pohon
tumbang. Dengar juga ada kebakaran, kalau
daerah sini, Alhamdulillah tidak ada.
Sebagian masyarakat
telah mengetahui
informasi kebencanaan
di Cilegon yaitu
seringnya banjir dan
longsor. Namun
masyarakat lainnya
tidak mengetahui
informasi tersebut,
hanya saja mereka
mengalami sendiri
bencana tersebut baik
kejadian banjir maupun
tanah longsor.
I5.2 Bencana yang terjadi dari tahun 2000
sampai sekarang 2017, Kota Cilegon lebih
sering bencana banjir dan longsor, untuk
kegagalan teknologi itu sekali waktu 2016.
I5.3 Belum pernah ada informasi kebencanaan.
Kalaud iliat dari kondisi disini tebing, jadi
wajar kalo longsor.
I5.4 Seringnya banjir, terutama didaerah tempat
saya.
I5.5 Kalau yang saya sendiri alami bencananya
longsor. Karena kita tinggalnya di gunung,
ya bencananya longsor.
Q2 Apa fungsi koordinasi yang dijalankan
Pusdalops Kota Cilegon dalam pelaksanaan
penanggulangan bencana sudah berjalan
dengan baik?
Kesimpulan
I5.1 Kalau kita koordinasi yang pertama kali
dihubungi langsung ke personilnya, biar
cepat.
Koordinasi jika terjadi
bencana, masyarakat
bisa menghubungi
langsung personil
Pusdalops Kota
Cilegon, melalui
WhatsApp Group atau
laporan ke RT, RW dan
Forum PRB Kelurahan
Gerem yang diketuai
Pak Kurtubi.
I5.2 Untuk koordinasi melalui WhatsApp Group
agar sekecil apapun informasi cepat
tanggap.
I5.3 Paling kita laporannya ke balai desa, RT,
dan RW.
I5.4 Tinggal menghubungi nomer telpon
Pusdalops Kota Cilegon.
I5.5 Laporannya ke RT, ke Pak yang aktif kalau
ada bencana.
246
Q3 Apa anda merasakan peran BPBD Kota
Cilegon?
Kesimpulan
I5.3 Merasakan, walaupun personilnya tidak
datang karena sibuk di merak banjir lebih
parah. Makanya kader-kadernya aja yang
dateng kesini.
Masyarakat sudah
merasakan peran BPBD
Kota Cilegon karena
BPBD Kota Cilegon
telah hadir ditengah-
tengah mereka
melakukan
penanggulangan
bencana dan
memberikan bantuan
logistik kepada
masyarakat.
I5.4 Hampir ribuan rumah yang terendam banjir
untuk kejadian dibulan lalu. BPBD dan
Pusdalops Kota Cilegon hadir ditengah
masyarakat yang kesusahan melakukan
penanggulangan bencana.
I5.5 Iya ngerasain. Saya mengucapkan
terimakasih buat BPBD dan Pusdalops
Kota Cilegon udah membantu saya dan
keluarga saya. Terimakasih juga untuk
bantuan logistiknya.
Q4 Apa harapan saudara terhadap BPBD Kota
Cilegon kedepannya?
Kesimpulan
I5.1 Lebih tanggap, memberikan bantuan seperti
alat senso untuk kelurahan kami.
Masyarakat berharap
agar kinerja BPBD Kota
Cilegon lebih tanggap
lagi terutama bantuan
peralatan dan personil
yang saat ini masih
terhambat. Masyarakat
juga mengharapkan agar
BPBD Kota Cilegon
memberi bantuan tidak
sebatas logistik tetapi
pengadaan alat/barang
untuk rehab rumah.
Selain itu, masyarakat
berharap agar
penanggulangan
bencana pasca bencana
juga dilakukan.
I5.2 Ketika sekecil apapun masyarakat meminta
bantuan, mudah-mudahan BPBD langsung
tanggap dan tidak ada tersendat peralatan
dan personil yang kurang.
I5.3 Sebisa mungkin minta bantuan. Kita kan
mengabiskan dana yang sangat besar.
I5.4 Supaya BPBD Kota Cilegon lebih tanggap
lagi, kemudian koordinasi dengan dinas-
dinas lain juga berjalan dengan baik lagi,
supaya penanggulangan bencana itu enggak
cuma saat bencana aja.
I5.5 Berharap bantuannya enggak cuma
makanan.Tapi lebih kebantuan rehab
rumah.
247
2. Norma (Norm)
Q9 Apakah pengumpulan informasi
kebencanaan sudah melibatkan
masyarakat?
Kesimpulan
I5.1 Kita ada organisasinya yang diketuai oleh
Pak Kurtubi, namanya PRB (Pengurangan
Resiko Bencana) ada 30 orang yang
melibatkan warga, RT, RW, Kader dan
karang taruna.
Pengumpulan informasi
kebencanaan sudah
melibatkan masyarakat.
Masyarakat yang
terkena bencana bisa
menghubungi RT, RW,
Kader dan Karangtaruna
karena BPBD Kota
Cilegon telah
membentuk Forum PRB
atau menghubungi
langsung nomer
Pusdalops Kota
Cilegon.
I5.2 Kita sudah melibatkan masyarakat.
Masyarakat dipersilakan masukan info
bencana, kita langsung infokan ke BPBD.
I5.3 Dari mulut ke mulut, kader itu dateng.,
yang saaya hubungin itu RT.
I5.4 Kita dari masyarakat bisa memberikan
informasi bencana ke Pusdalops Kota
Cilegon, ada nomer telepon mereka yang
bisa kita hubungi.
I5.5 Disini ada kader-kader di kelurahan, itu
kayanya mereka yang suka kasih laporan
ke BPBD Kota Cilegon.
3. Wujud Perilaku (Performance)
Q15 Jaringan komunikasi apa saja yang dipakai
Pusdalops Kota Cilegon dalam
mendiseminasikan peringatan dini kepada
masyarakat?
Kesimpulan
I5.1 Dari speaker masjid, terus dari telepon. Jaringan komunikasi
yang dipakai Pusdalops
Kota Cilegon dalam
mendiseminasikan
peringatan dini kepada
masyarakat yaitu
menggunakan speaker
masjid, telepon, radio
dan berita online.
Namun masyarakat
menganggap
penggunaan radio sudah
ditinggalkan.
I5.2 Lewat speaker masjid dan telepon.
I5.3 Orang zaman sekarang kan jarang dengerin
radio, yang ada malah itungannya televisi
kan, elektroniknya, radio itu udah jarang.
Kalau berita cilegon online tau, cuma saya
jarang buka.
I5.4 BPBD Kota Cilegon bekerjasama dengan
radio-radio lokal kayak SAM Radio,
Mandiri FM. Selainnya paling
komunikasinya lewat handphone aja.
I5.5 Pakai speaker masjid Pakai telpon juga.
248
4. Penilaian dan Sanksi (Evaluation and Sanction)
Q20 Apa dampak adanya Pusdalops Kota
Cilegon sebagai organisasi publik khusus
menangani pengelolaan informasi
kebencanaan di Kota Cilegon?
Kesimpulan
I5.1 Koordinasinya lancar, jadi bencana lebih
cepat tertangani, bisa diantisipasi juga.
Dampak dengan adanya
Pusdalops Kota
Cilegon, masyarakat
merasakan bahwa
koordinasi berjalan
dengan lancar, bencana
dapat ditangani dengan
cepat, informasi dapat
diakses dengan mudah,
masyarakat semakin
siap menghadapi
bencana. Namun masih
ada masyarakat yang
kebingungan
menghubungi siapa
ketika mengalami
bencana.
I5.2 Kita semakin tahu, semakin peka terhadap
kesiapan untuk menghadapi bencana.
I5.3 Saya sih belum merasakan, saya masih
kebingungan menghubungi siapa.
I5.4 Informasi kebencanaan di Kota Cilegon
bisa mudah di akses.
I5.5 Kalau masyarakat laporan ada bencana
ditanggapinya cepet.
Q21 Apa hasil positif dari peran BPBD Kota
Cilegon?
Kesimpulan
I5.1 Cepat tertanganinya proses evakuasi
sehingga memudahkan masyarakat dalam
mengevakuasi barang-barang milik mereka.
Hasil positif dari peran
BPBD Kota Cilegon
yaitu masyarakat merasa
terbantu karena
tertanganinya proses
evakuasi milik
masyarakat dengan
cepat, mereka sigap
turun ke lokasi bencana
dengan bantuan
peralatan, merasa ada
perhatian dari
pemerintah terkait
penyelenggaraan
penanggulangan
bencana dan mudah
memberikan laporan.
I5.2 Walaupun tidak teratasi total, setidaknya
ada perhatian dari pemerintah. Kalau
masyarakat itu maunya bantuan tidak
sekedar logistik tapi lebih ke perawatan
seperti pengadaan semen dan lain
sebagainya.
I5.3 Mereka tanggap, mereka langsung turun
kesini, enggak butuh waktu lama untuk
datang cek lokasi, evakuasi dan
penyelamatan.
I5.4 Masyarakat jadi tahu harus laporan ke
BPBD Kota Cilegon kalau ada bencana.
I5.5 Kalau enggak dibantu mereka kewalahan.
Kita enggak punya alat-alatnya itu.
249
DOKUMENTASI
Lokasi bangunan BPBD Kota Cilegon
Bangunan RUPUSDALOPS (Crisis Centre) Kota Cilegon tampak depan
250
Ruang kerja Staf Operator Pusdalops Kota Cilegon melakukan pemantauan
Ruang RUPUSDALOPS Kota Cilegon
251
Radio Komunikasi yang dimiliki Pusdalops di RUPUSDALOPS Kota Cilegon
2 Monitor didepan peneliti dalam keadaan rusak atau tidak berfungsi
252
Peta Titik Evakuasi yang berada di RUPUSDALOPS Kota Cilegon
253
Pusdalops Kota Cilegon turun ke lokasi banjir untuk melakukan penyelamatan
korban dan harta benda milik masyrakat
Pusdalops beserta BPBD Kota Cilegon turun langsung ke lokasi bencana akibat
tanah longsor dan membantu masyarakat
254
Pusdalops beserta BPBD Kota Cilegon memberikan bantuan kepada warga yang
rumahnya tertimpa longsor di Link. Watu Lawang, Kelurahan Gerem
Potret peneliti dan Pusdalops Kota Cilegon seusai memberikan bantuan kepada
warga
255
Pusdalops Kota Cilegon dan Tagana Kota Cilegon memberikan bantuan terpal dan
logistik kepada masyarakat
Peneliti beserta Dinsos Kota Cilegon memberi bantuan logistik kepada warga yang
rumahnya tertimpa longsor
256
Surat permohonan bantuan dari Kelurahan Gerem untuk warga yang rumahnya
tertimpa longsor
Nama warga yang menerima bantuan bahan makanan buffer stock karena rumahnya
roboh akibat longsor di Link. Cupas dan Link. Watulawang
257
Peralatan-peralatan Pusdalops Kota Cilegon yang sedang diperbaiki oleh Kepala
Mitigasi Bencana dan Ergonomi di Fakultas Teknik Untirta
258
Kader-kader Desa Tangguh Bencana (DESTANA) sedang melakukan aktivitas rutin
yaitu Jum’at Bersih
Pihak Kelurahan Siaga Bencana (KSB) Kelurahan Gerem sedang melakukan kerja
bakti
259
Perbaikan alat jaringan komunikasi penggunaan Handy Talk (HT)
Perbaikan jaringan komunikasi di Cipala Merak karena antena tersambar petir
260
261
262
263
Sumber Bantuan
(Instansi/Dinas/Perusahaan)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Jum'at 01.30 WIB Link. Kaligandu - Lahan persawahan
1-Jan-16 Kel. Purwakarta milik masyarakat ± Ketinggian
Kec. Purwakarta terendam air hujan Air 50 cm
- Air menggenangi
jalan umum
2 Selasa 08.30 WIB Jl. Raya Merak Hujan deras disertai - Pohon Tumbang menghalangi
2-Feb-16 Depan Hotel Mangku Putra angin kencang jalan raya
Kel. Mekarsari
Kec. Pulomerak
3 Senin 23.30 WIB Link. Cilodan RT. 07/05 - Permukiman Warga Terendam 1. Air Mineral 14 Dus Ketinggian air ±
8-Feb-16 Kel. Gunung Sugih Air 2. Mie Instant 14 Dus 50 cm
Kec. Ciwandan 3. Kecap 70 Botol
4. Saos 70 Botol
4 Selasa Link. Ciwandan RT. 02/01 - Rumah warga sebanyak 5 KK 1. Air Mineral 4 Dus Ketinggian air ±
9-Feb-16 04.00 WIB Kel. Kepuh terendam air 2. Mie Instant 4 Dus 50 cm
Kec. Ciwandan 3. Kecap 20 Botol
4. Saos 20 Botol
5 Selasa 15.00 WIB Link. Kalentemu Timur 1 Rumah warga rusak tertimpa 1. Air mineral 3 Dus
9-Feb-16 RT. 04/02 Hujan deras disertai pohon 2. Mie Instant 3 Dus
Kel. Warnasari angin kencang 3. Kecap 10 Botol
Kec. Citangkil 4. Saos 10 Botol
5. Terpal 2 Buah
6 Kamis 08.15 WIB Jl. Buyut Arman No. Citangkil 1 pohon tumbang menutupi jalan
11-Feb-16 Samping Gedung Bappeda Hujan deras disertai umum
Kota Cilegon angin kencang
Kel. Citangkil
Kec. Citangkil
7 Kamis 15.30 WIB PT. Dover Chemical 1 Orang Meninggal Dunia 5 Mobil milik perusahaan terbakar
18-Feb-16 Kel. Gerem 2 Orang Kritis
Kec. Grogol 3 Orang Sesak Nafas
8 Minggu 02.30 WIB Link. Suka Senang RT.03 RW.01 Pondasi Rumah warga ± 1. Air Mineral 14 Dus
21-Feb-16 Kel. Tamansari 4 KK ambruk 2. Mie Instant 14 Dus
Kec. Pulomerak 3. Kecap 10 Botol
4. Saos 10 Botol Ketinggian air
5. Sarden 2 Dus 30 cm - 150 cm
6. Makanan
Tambahan Gizi 2 Dus
7. Tikar 4 Buah
8. Terpal 2 Buah
Longsor Hujan Deras - Milik Masyarakat BPBD Kota Cilegon
-
Kegagalan Teknologi Kebakaran Perusahaan - - -
Angin Puting Beliung 1 orang luka ringan - BPBD Kota Cilegon -
Angin Puting Beliung- - - -
Banjir Hujan deras - Milik Masyarakat BPBD Kota Cilegon
Banjir Hujan deras - Milik Masyarakat BPBD Kota Cilegon
Angin Puting Beliung - - - - -
Jenis Bantuan Keterangan
Banjir Hujan deras - - - -
REKAPITULASI KEJADIAN BENCANA KOTA CILEGON TAHUN 2016
No Hari, Tanggal Waktu Lokasi Jenis Bencana Penyebab Bencana Korban Bencana Kerusakan/Kerugian Data Pemilik
264
9 Sabtu 23.30 WIB - Link. Sawah RW. 04 Rumah warga ± 4.871 KK 1. Sarden 9 Dus
27-Feb-16 ( RT. 01 s.d 07 ) terendam air 2. Paket Sandang 210
- Link. Laharmas 3. Minyak Sayur
RW. 05 ( RT. 01, 02, 03, 04, 07 ) 492 Dus
- Link. Bumiwaras 4. Paket Tambahan
RW. 03 ( RT. 02, 03 ) Gizi 6 Dus
- Link. Babakanturi 5. Paket Lauk
RW. 02 ( RT. 07 ) Pauk 8 Dus
- Link. Sukasari 6. Sarden 900 Kaleng
RW. 01 ( RT. 01 ) 7. Air Mineral 65 Dus
Kel. Taman Sari 8. Kecap 672 Botol
Kec. Pulomerak 9. Handy Mop 20 Buah
10. Kidsware 65 Paket
11. Air Mineral 35 Dus
- Nasi Bungkus PMI Kota Cilegon
10 Senin 19.00 WIB Jl. Rajawali Perumnas Cibeber 1 pohon tumbang menutupi ruas
29-Feb-16 Kel. Cibeber jalan umum
Kec. Cibeber
11 Sabtu 18.00 WIB Link. Mekar Jaya RT. 01 RW. 07 1 Pohon tumbang menimpa tiang
5-Mar-16 Kel. Mekarsari listrik milik PLN dan menutupi ruas
Kec. Pulomerak jalan menuju Gunung Batur
12 Senin 14.00 WIB RT/RW 01 /02 Rumah warga sebanyak 1. Air Mineral 65 Dus ± Ketinggian
21-Mar-16 Link. Seneja Sawah ± 200 KK terendam air 2. Sarden 200 Kaleng Air 70 cm
Kel. Sukmajaya 3. Saos 7 Dus
Kec. Jombang 4. Kecap 5 Dus
5. Mie Instans 65 Dus
13 Senin 23.30 WIB - Link. Suka Senang RW. 01 Rumah warga sebanyak ± Ketinggian
28 Maret 2016 RT. 01, 02, 03, 04, 05, 06 ± 1.833 KK/ 5.500 KK terendam air Air 70 cm
- Link. Babakan Turi RW. 02
RT. 04 dan 07
- Link. Bumi Waras RW. 03
RT. 01 dan 03
- Link. Sawah / Baru Rw. 04,
RT. 01, 02, 03, 04,
05, 06 dan 07
Kel. Tamansari
Kec. Pulomerak
14 Senin 23.30 WIB RW. 01 50 rumah warga terendam air ± Ketinggian
28 Maret 2016 RT. 01, 02, 04, dan 07 ± 70 KK Air 70 cm
Kel. Mekarsari
Kec. Pulomerak
15 Selasa 18.00 WIB Link. Langon Indah RT.05/06 1 Rumah warga ambruk kerusakan ± Ketinggian
29 Maret 2016 Kel. Tamansari 80% Air 70 cm
Kec. Pulomerak
16 Rabu 19.00 WIB Link. Ciora Waseh RT. 08/02 Rumah warga sebanyak ± Ketinggian
Kel. Kotasari ± 20 KK terendam air Air 60 cm
30 Maret 2016 Kec. Grogol
Banjir Hujan Deras - Milik Masyarakat - -
Longsor Hujan Deras - Milik Masyarakat - -
Banjir Hujan Deras - Milik Masyarakat Paket Sembako DINSOS Kota Cilegon
Banjir Hujan Deras - Milik Masyarakat - -
-
Banjir Hujan Deras - Milik Masyarakat BPBD Kota Cilegon
Longsor Cuaca Ekstrim - - - -
-
Angin Puting Beliung Hujan Deras - - - - -
Banjir Hujan Deras - Milik Masyarakat BPBD Kota Cilegon
265
17 Jum'at 22.00 WIB Link. Sawah Pulorida 10 Rumah warga terendam air ± Ketinggian
1-Apr-16 Kel. Lebak Gede Air 60 cm
Kec. Pulomerak
18 Sabtu 02.00 WIB Link. Pancuran RT. 03 RW. 03 Rumah warga ± 1. Selimut 28 potong
2-Apr-16 Kel. Suralaya 6 KK rusak 50 % 2. Terpal 4 Buah
Kec. Pulomerak 3. Sarden 2 Dus
4. Minyak goreng
12 Dus
5. Air Mineral 12 Dus
6. Tikar 6 buah
19 Senin 08.00 WIB Link. Ciora Waseh RT. 08/02 Rumah warga sebanyak ± Ketinggian
11-Apr-16 Kel. Kotasari ± 20 KK terendam air Air 60 cm
Kec. Grogol
20 Kamis 14.30 WIB Jl.Raya Merak Cilegon Kel. GeremAngin Puting Beliung 2 Tiang Kabel Telpon dan 1 Lampu Perusahaan
14 Juli 2016 Kec. Grogol Rambu-rambu Lalulintas Roboh
21 Minggu 11.30 WIB Pantai Tanjung Peni Kel. WarnasariKecelakaan Laut ± Ketinggian ombak
17 Juli 2016 Kec. Citangkil 3 meter
22 Senin 02.00 WIB Kecamatan Ciwandan 1. Nasi Bungkus PMI ± Ketinggian Air 30 cm
25 Juli 2016 meliputi 4 Kelurahan 2. Kebutuhan Sembako DINSOS Kota Cilegon s.d 2 m
1. Kel. Gunung Sugih
2. Kel. Tegal Ratu
- Link. Jublin RT. 13/06
- Komp. Sinyar RT. 14/07
- Tegal Buntu RT. 16/07
- Cigading Elor RT. 01/01
- Cigading Tengah RT. 02/01
3. Kel. Kepuh
4. Kel. Randakari
- Link. Serang Ilir RT. 01/02
- Link. Umbul Jabar RT. 06/01
- Link. Suka Sari RT. 01/01
5. Kel. Kubangsari
- Link. Penauan RT. 04/01
23 Selasa Kecamatan Grogol 1. Paket Logistik BPBD Kota Cilegon ± Ketinggian Air 30 cm
16 Agust 2016 04.00 WIB 1. Kel. Grogol Kebencanaan s.d 2 m
2. Kel. Kotasari 2. Kebutuhan Sembako DINSOS Kota Cilegon
Kecamatan Purwakarta
1. Kel. Tegal Bunder
2. Kel. Kebondalem
3. Kel. Purwakarta
4. Kel. Kotabumi
Kecamatan jombang
1. Kel. Panggung Rawi
2. Kel. Gedong Dalem
Kecamatan Citangkil
1. Kel. Citangkil
24 Selasa 03.00 WIB - Link. Watu Lawang RT. 01 RW. 10 1. Paket Logistik
16 Agust 2016 - Link. Sumur Jurang RT. 01 RW. 09 Kebencanaan
Kel. Gerem
Kec. Grogol
Longsor Cuaca Ekstrim - 2 Rumah Warga (2 KK) Rusak Ringan Milik Masyarakat BPBD Kota Cilegon
Banjir Cuaca Ekstrim ,- Rumah Warga ± 406 KK Terendam Air Milik Masyarakat
Banjir Cuaca Ekstrim - Rumah Warga ± 791 KK Terendam Air Milik Masyarakat
Cuaca Ekstrim - - -
Gelombang Tinggi 4 Orang Meninggal Dunia - - - -
Banjir Hujan Deras - Milik Masyarakat - -
Longsor Hujan Deras - Milik Masyarakat BPBD Kota Cilegon -
Banjir Hujan Deras - Milik Masyarakat Paket Sembako DINSOS Kota Cilegon
266
Pengadm.
Surat
Masuk
Kalak Kabid Kasi
Pengadm.
Tanggap
Darurat
TIM Reaksi
CepatKelengkapan Waktu Output
1 Menerima laporan dari masyarakat/relawan melalui
telephone atau pesawat HT dan memverifikasi laporan
tersebut, selanjutnya meneruskan laporan kepada Kasi
Tanggap Darurat.
HT, Telephone, Buku
Laporan Kejadian
2 Menit Laporan
Kejadian
2 Meneruskan laporan tersebut kepada Kabid Darlog melalui
telephone atau pesawat HT
HT dan Telephone 1 Menit Perintah Lisan
3 Meneruskan laporan tersebut kepada Kalak melalui
telephone atau pesawat HT
HT dan Telephone 1 Menit Perintah Lisan
4 Memerintahkan kepada Kabid Darlog melalui telephone
dan pesawat HT untuk menyiapkan surat perintah dan tim
reaksi cepat
HT dan Telephone 1 Menit Perintah Lisan
5 Memerintahkan kepada Kasi Tanggap Darurat untuk
menyiapkan surat perintah dan tim reaksi cepat
HT dan Telephone 1 Menit Perintah Lisan
6 Memerintahkan kepada Pengadministrasian Tanggap
Darurat untuk menyiapkan surat perintah
HT dan Telephone 1 Menit Perintah Lisan
7 Mengetik surat perintah dan menyerahkan kepada Kasi
Tanggap Darurat.
Komputer/Laptop,
Printer dan Form
Surat Perintah
2 Menit Surat Perintah
8 Menyiapkan tim reaksi cepat Surat Perintah, ATK,
Form Laporan
Kejadian Tanggap
Darurat, GPS,
Telephone, HT, Alat
Pelindung Diri,
Kendaraan dan
Peralatan Tanggap
Darurat
21 Menit Surat Perintah
9 Melakukan reaksi cepat ke lokasi kejadian
musibah/bencana dan memberikan laporan tertulis
disertai foto-foto kepada Kasi Logistik
Surat Perintah, ATK,
Form Laporan
Kejadian Tanggap
Darurat, GPS,
Telephone, HT, Alat
Pelindung Diri,
Kendaraan dan
Peralatan Tanggap
Darurat
60 Menit Laporan
Kejadian
Disesuaikan
dengan
kondisi
lapangan
10 Membuat draft surat pengantar laporan tertulis tim reaksi
cepat dan menyerahkan kepada Pengadministrasi Tanggap
Darurat untuk diketik
ATK 5 Menit Draft Surat
Pengantar
11 Menyerahkan draft surat pengantar tersebut kepada Kasi
Tanggap Darurat
ATK,
Laptop/Komputer,
Printer
5 Menit Draft Surat
Pengantar
12 Memeriksa draft surat pengantar tersebut.Jika setuju,
memaraf dan menyerahkan kepada Kabid Darlog. Jika
tidak setuju, mengembalikan kepada Pengadinistrasi
Tanggap Darurat untuk diperbaiki.
Draft surat pengantar 3 Menit Draft Surat
Pengantar
13 Memeriksa draft surat pengantar tersebut. Jika setuju,
memaraf dan menyerahkan kepada Kalak. Jika tidak
setuju, mengembalikan kepada Kasi Tanggap Darurat
untuk diperbaiki.
Draft surat pengantar 3 Menit Draft Surat
Pengantar
14 Memeriksa draft surat pengantar tersebut. Jika setuju,
menandatangani dan menyerahkan kepada
Pengadministrasi Tanggap Darurat untuk
didokumentasikan dan dikirimkan kepada Walikota
dengan tembusan Kepala BPBD. Jika tidak setuju
mengembalikan kepada Kabid Darlog untuk diperbaiki.
Draft surat pengantar 3 Menit Surat
Pengantar
15 Mendokumentasikan laporan tersebut. Surat Pengantar 3 Menit Surat
Pengantar
No. KEGIATAN
MUTU BAKU
Keterangan
PELAKSANA
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Ya
267
268
269
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama Mila Octafia Kewarganegaraan Indonesia
NIM 6661130207 Jenis Kelamin Perempuan
Alamat Jl. Raya Serdang – Waringin Kurung No. Hp 085966346080
Kp. Cibeka RT/RW 01/03 0895801633492
Kecamatan Waringin Kurung
Serang-Banten
Tempat,
Tanggal Serang, 25 Oktober 1994 Status Belum Menikah
Lahir
Agama Islam Email [email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN
Pendidikan Nama Sekolah/Universitas Tahun Lulus/Tidak
S-1 Univeritas Sultan Ageng Tirtayasa 2013-2017 Lulus
SMA SMAN 1 Cilegon 2013 Lulus
SMP SMP Al-Ishlah Cilegon 2010 Lulus
SD SDN 1 Waringin Kurung 2007 Lulus
Top Related