PERAN AUDIT OPERASIONAL DAN GAYA KEPEMIMPINAN
TERHADAP KINERJA PELAYANAN (STUDI KASUS PADA INSTALASI
RAWAT INAP NON PSIKIATRI DI RUMAH SAKIT dr H MARZOEKI
MAHDI BOGOR)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh:
NURUL RAHMAWATI
1110082000128
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017 M / 1438
i
PERAN AUDIT OPERASIONAL DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP
KINERJA PELAYANAN (STUDI KASUS PADA INSTALASI RAWAT INAP
NON PSIKIATRI RUMAH SAKIT dr H MARZOEKI MAHDI
BOGOR)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Nurul Rahmawati
NIM.1110082000128
Di Bawah Bimbingan
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016 M / 1437 H
Nurwachidah Yulianti, SE, MS. Ak.
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari Ini, Senin tanggal 7 Maret 2016 telah dilakukan ujian komprehensif atas
Mahasiswa:
1. Nama : Nurul Rahmawati
2. Nim : 1110082000128
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : Pengaruh Audit Operasional Dan Gaya Kepemimpinan
Terhadap Kinerja Pelayanan Studi Kasus Pada Instalasi
Rawat Inap Non Psikiatri Rumah Sakit dr H Marzoeki
Mahdi Bogor
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap
Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 7 Maret 2016
iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Nurul Rahmawati
NIM : 1110082000128
Jurusan : Akuntansi
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggung jawabkan.
2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau
tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya
ini.
Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui
pembuktian yang dapat di pertanggung jawabkan, ternyata memang di temukan bukti
bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap di kenai sanksi
berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, Juni 2016
Nurul Rahmawati
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi :
Nama : Nurul Rahmawati
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 29 Juli 1992
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama :Islam
Alamat : Komplek Marinir Jl Lapangan Tembak No. 32 RT
011/05 Kecamatan Cilandak Timur, KelurahanPasar
Minggu, Jakarta Selatan. KodePos: 12560
Email : [email protected]
No. tlp/HP : 085883120120
Data PendidikanFormal :
1. 1998 – 2004 :SDIT AL IMAN
2. 2004 – 2007 : Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Jakarta
3. 2007 – 2010 : Madrasah Aliyah Negeri 13 Jakarta
4. 2010 – 2016 : Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan
Akuntansi
v
THE ROLE OF OPERATIONAL AUDIT AND THE STYLE OF LEADERSHIP
ON THE PERFORMANCE OF SERVICE (STUDY CASE IN THE INPATIENT
CARE NON PSIKIATRIS INSTALATION dr H MARZOEKI MAHDI HOSPITAL
BOGOR)
ABSTRACT
This research aimed to analyze the role of operational audit and the style of
leadership on the performance of service in the inpatien care for non psikiatris
installation dr H Marzoeki Mahdi Hospital Bogor. Respondents in this research were
adiminstrative employee in dr H Marzoeki Mahdi Hospital Bogor. The determination
of sample by using convenience sampling method. The data that used by this
research is primary data, it was collected by questionnaires. The questionnaire can
be processed in analysis are 30 questionnaires from 35 questionnaires were
distributed. This research used multiple regression analysis.
These results indicate that operational audit has a positive influence to
performance of service. And the style of leadership has not influence on the
performance of service in the inpatient care for non psikiatris.
Keyword: operational audit, the style of leadership, and performance of service in
the inpatient care for non psikiatris.
vi
PERAN AUDIT OPERASIONAL DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP
KINERJA PELAYANAN (STUDI KASUS PADA INSTALASI RAWAT INAP
NON PSIKIATRI RUMAH SAKIT dr H MARZOEKI MAHDI BOGOR)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Peran Audit Operasional dan
Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Instalasi Rawat Inap Non Psikiatri Rumah
Sakit dr H Marzoeki Mahdi Bogor. Responden dari penelitian ini adalah karyawan
bagian administrasi rawat inap non psikiatri Rumah Sakit dr H Marzoeki Mahdi
Bogor. Penentuan sampel dengan metode convenience sampling. Data yang
digunakan adalah data primer yang dikumpulkan melalui kuesioner. Kuesioner yang
dapat diolah berjumlah 30 kuesioner dari 35 kuesioner yang disebarkan. Penelitian ini
menggunakan analisis regresi berganda.
Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa audit operasional berpengaruh
positif terhadap kinerja instalasi rawat inap non psikiatri Rumah Sakit dr H Marzoeki
Mahdi Bogor. Sedangkan gaya kepemimpinan tidak berpengaruh terhadapa kinerja
instalasi rawat inap non psikiatri Rumah Sakit dr H Marzoeki Mahdi Bogor.
Kata kunci: audit operasional, gaya kepemimpinan, dan kinerja instalasi rawat inap
non psikiatri Rumah Sakit dr H Marzoeki Mahdi Bogor.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan
Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan
judul Peran Audit Operasional dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja
Instalasi Rawat Inap Non Psikiatri di Rumah Sakit dr H Marzoeki Mahdi
Bogor.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan
guna meraih gelar kesajarnahan Strata 1 (S1) di bidang Akuntansi pada Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak
baik langsung maupun tidak langsung. Untuk itu sepatutnya penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ayahanda dan Ibunda Tercinta Bapak Rosadi dan Ibu Tri Handayani yang telah
memberikan pandangan dan bantuan moril serta doa selama menyelesaikan
skripsi ini;
2. Pasukan cucu-cucu babeh Nurul Fathurrahman, Rizky Fakhry Oktarianto, Shafa
Nabila Yasin, Faqieh Nurul Irfan, Nurul Hana Muhtar, Nurul Salsabila Muhtar,
Nurul Ayyash Muhtar, Muhammad Rukmana, dan Ahmad Zhofran. Makasih
buat canda tawanya;
3. Nenek dan kakek tercinta almh. Musrifah binti Mochtar dan H Ngadiman yang
telah memberikan semangat untuk mejadi seseorang yang lebih tangguh;
4. Bapak Prof. DR. Azzam Jasin, MBA. Dan Ibu Nurwachidah Yulianti, SE., MS.
Ak. selaku dosen Pembimbing Skripsi yang sudah dengan sabar dan berbesar hati
meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan dan memberikan saran
serta semangat dalam penyusunan skripsi ini.
viii
5. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;
6. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si.,Ak.,CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi;
7. Semua Bapak/Ibu Pengajar Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta;
8. Bapak Akemat, S.Kp., M.Kes selaku Kepala Bagian Pendidikan dan Penelitian
Rumah Sakit Dr H Marzoeki Mahdi Bogor;
9. Ibu Yanti Nuryati Nada Gemilang, SE., Ak., MM selaku Pembimbing di Rumah
Sakit Dr H Marzoeki Mahdi Bogor;
10. Semua Bapak dan Ibu responden yang telah dengan sukarela membantu mengisi
kuesioner daftar pertanyaan yang penulis berikan;
11. My best partner ever Mr.S, maaf atas ketidaknyamanannya selama aku nyusun
skripsi ini. Terimakasih atas pengertian, perhatian, dan hiburan-hiburannya disaat
aku lagi stuck nyusun skripsi. Thanks for everything.
12. Teman-temanku Nunung Iyoh Sunaziah, Tieneke Syaraswati, Suci Fitria
Wahyuni, dan Eriza Heri yang telah memberikan motivasi kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini; dan
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, bahkan
masih terdapat kekurangan ini tak lain dari keterbatasan ilmu dari penulis dalam
melaksanakan tugas penelitian ini. maka penulis mengharapkan saran dan
sumbangan pikiran yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. akhirnya
penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran dan
manfaat bagi para pembaca. Terima kasih atas semua dedikasi yang telah diberikan,
semoga Allah SWT memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin.
Jakarta, September 2016
Penulis
ix
Daftar Isi
Lembar Pengesahan Skripsi ..................................................................... ….. i
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ................................................. ii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi …................……………………....…... iii
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah .....…………………………. iv
Daftar Riwayat Hidup ….……….………....……………………………... v
Abstrak …………………..........………………………....………………….. vi
Kata Pengantar ………………..……………………....………......………... vii
Daftar Isi …………………………………………...…......…………..……... xiii
Daftar Tabel ……………………………………………….....……........…… xiv
Daftar Gambar …...…………………………………………….....………..… xv
Daftar Lampiran .......................................................................................... xvi
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang ……………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………….. 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………………………….....… 5
BAB II Tinjauan Pustaka
A. Audit Operasional
1. Definisi Audit Operasional ……………………………………….. 7
2. Tujuan Audit Operasional ………………....……………………… 8
3. Karakteristik Audit Operasional ………………………………….. 10
4. Tahapan-Tahapan Audit Operasional …………………….……….. 10
x
B. Satuan Pengawasan Internal
1. Definisi Satuan Pengawasan Internal ……………………………. 16
2. Tujuan, Fungsi, wewenang dan Tanggung Jawab, dan Kriteria Profesi
Satuan Pengawasan Internal……..................................................... 19
3. Kriteria/Standar Profesi Satuan Pengawas Internal ................ 23
C. Gaya Kepemimpinan
1. Definisi Kepemimpinan ………………………………………......... 24
2. Unsur-unsur kepemimpinan ………………....……………………... 26
3. Tanggung Jawab dan Wewenang Kepemimpinan …………………. 26
4. Pengertian dan Jenis Gaya Kepemimpinan …………....…………… 28
D. Kinerja
1. Pengertian Kinerja……………………………………………….. 30
2. Penilaian Kinerja ……………………………………………….… 31
3. Ruang Lingkup Pengukuran Kinerja ………….………………… 32
4. Manfaat Penilaian Kinerja ……………………………………… 33
E. Pelayanan Kesehatan
1. Definisi Pelayanan Kesehatan ………………………….………. 34
2. Indikator-Indikator Pelayanan Rumah Sakit ………………….. 35
F. Penelitian Terdahulu …………………....………………………… 39
G. Keterkaitan Antar Variabel dan Hipotesis ………………………. 43
H. Kerangka Pemikiran ……………………………………………… 44
xi
BAB III Metodologi Penelitian
A. Objek Penelitian ................................................................................ 46
B. Metode Penentuan Sampel ............................................................... 46
C. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 46
D. Metode Analisis Data ......................................................................... 47
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian ................................................ 56
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Rumah Sakit Dr H Marzoeki Mahdi.................................... 59
2. Visi, Misi, Nilai-nilai, dan Motto Organisasi Rumah Sakit
Dr H Marzoeki Mahdi ..................................................................... 61
B. Tempat Dan Waktu Penelitian.............................................................. 63
C. Karakteristik Responden....................................................................... 64
D. Hasil Instrumen Penelitian
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif........................................................... 67
2. Hasil Uji Kualitas Data ................................................................ 68
3. Hasil Uji Asumsi Klasik ................................................................ 71
4. Hasil Uji Hipotesis .......................................................................... 76
5. Hasil Uji Regresi Berganda ..................................................... 77
xii
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………… 81
B. Implikasi……………………………………………………………… 81
C. Keterbatasan Penelitian……………………………………………… 82
D. Saran …………………………………………………………………... 83
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 85
Lampiran .................................................................................................... 87
xiii
Daftar Tabel
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ………………………...………………… 40
Tabel 3.1 Operasional Variabel ………………………………………….. 58
Tabel 4.1 Data Sampel Penelitian……..……………………….....…….... 63
Tabel 4.2 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin…... 64
Tabel 4.3 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia…..………… 65
Tabel 4.4 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan
Pendidikan Terakhir ............................................................ ….. 66
Tabel 4.5 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Bekerja….... 66
Tabel 4.6 Hasil Uji Statistik Deskriptif ………………....……………….. 68
Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Operasional Audit …………………………. 68
Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Gaya Kepemimpinan ……………………… 69
Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas Gaya Kinerja Kepemimpinan .................... 69
Tabel 4.10 Hasil Uji Reliabilitas ……………………………………...…… 70
Tabel 4.11 Hasil Uji Multikolonieritas …………………………………….. 71
Tabel 4.12 Hasil Uji Normalitas Data Berdasarkan Analisis Statistik ..... 74
Tabel 4.13 Hasil Uji Koefisien Determinasi ……………………………..... 76
Tabel 4.14 Hasil Uji Statistik t ………………………………….……….. 77
Tabel 4. 15 Hasil Uji Statistik f ............................................................. 79
xiv
Daftar Gambar
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran …………………………………………… 45
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Histogram …….…………. 73
Gambar 4.2 Hasil Uji Heterokedastisitas dengan Scatterplot .……………… 75
xv
Daftar Lampiran
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian ................................................................. 88
Lampiran 2. Surat Pemberitahuan Magang ..................................................... 90
Lampiran 3. Struktur Organisasi ................................................................ 92
Lampiran 4. Data SDM RS dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor tahun 2015 ...... 94
Lampiran 5. Kuesioner Penelitian ............................................................... 96
Lampiran 6. Daftar jawaban Kuesioner Penelitian ............................ 105
Lampiran 7. Hasil uji ......................................................................... 112
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semakin luasnya ruang lingkup aktivitas yang dilakukan oleh organisasi,
maka tingkat pengawasan dan pengendalian yang dilakukan oleh manajemen
akan semakin bertambah. Oleh karena tingkat aktivitas yang semakin tinggi
ini maka diharapkan pihak manajemen mampu untuk mengendalikan
pelaksanaan kegiatan perusahaan ini. Oleh karena itu, menurut penelitian
yang dilakukan Divianto (2011) yang berjudul “Peranan Audit Operasional
Terhadap Efektivitas Pelayanan Kesehatan Rawat Inap Di Rumah Sakit
(Studi Kasus pada Rumah Sakit Bunda Palembang)”. Dalam memenuhi
tujuan dari pihak manajemen tersebut maka hal-hal mengenai pemeliharaan
dan juga kestabilan organisasi tersebut harus diatur dan diawasi sedemikian
rupa, agar dalam pelaksanaannya nanti dapat menjamin mutu pelayanan
kesehatan sampai pada tingkat yang diharapkan. Rumah sakit merupakan
suatu organisasi nirbala yang dalam kegiatannya Rumah Sakit tidak mencari
keuntungan maksimum melainkan memberikan pelayanan jasa yang
maksimum, sehingga didalam mencegah atau meminimumkan
ketidakefektifan dan ketidakefisienan yang mungkin terjadi dalam
pengelolaan kegiatan penjualan jasa pelayanan kesehatan diperlukan adanya
audit operasional terhadap kegiatan tersebut. Audit operasional secara umum
bertujuan untuk memeriksa apakah pelaksanaan suatu kegiatan yang telah
dilaksanakan telah sesuai dengan apa yang diharapkan dan apabila di dalam
2
audit tersebut ditemukan hal-hal yang menyimpang dari apa yang diharapkan,
maka pemeriksa melaporkan temuan-temuan tersebut kepada manajemen dan
memberikan rekomendasi untuk tindakan perbaikan dan penyempurnaan.
Pihak manajemen yang berkepentingan langsung dengan pemeriksaan
tersebut harus menerima setiap hasil pemeriksaan dan segera melakukan
tindakan perbaikan yang diperlukan, sehingga setiap kegiatan yang
dilaksanakan dapat berjalan secara efektif dan efisien.
Selain dilihat dari sisi Audit Operasional, Kualitas dari pemimpin
seringkali dianggap sebagai faktor terpenting dalam keberhasilan atau
kegagalan organisasi (Bass (1990), dalam Menon (2002)). Demikian juga
keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi baik yang berorientasi bisnis
maupun publik, biasanya dipersepsikan sebagai keberhasilan atau kegagalan
pemimpin. Begitu pentingnya peran pemimpin sehingga isu mengenai
pemimpin menjadi fokus yang menarik perhatian para peneliti bidang
perilaku keorganisasian.
Sebuah rumah sakit didirikan dengan tujuan untuk memberikan suatu
pelayanan kesehatan, diantaranya adalah dalam bentuk perawatan,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan medis, dan diagnostik lainnya yang
dibutuhkan oleh pasien dalam batas-batas kemampuan teknologi dan sarana
yang disediakan oleh Rumah Sakit. Untuk mendukung pencapaian tujuan
tersebut, salah satu komponen yang dibutuhkan adalah pengawas intern yang
bertujuan untuk mencegah secara dini tindakan yang akan menyimpang dari
3
jalur pencapaian tujuan organisasi. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009
Tentang Rumah Sakit Pasal 39 menetapkan:
1. Dalam penyelenggaraan rumah sakit harus dilakukan audit;
2. Audit yang dilaksanakan dapat berupa audit kinerja, dan audit medis;
3. Audit kinerja dan audit medis dapat dilakukan secara internal dan
eksternal;
4. Pelaksanaan audit kinerja eksternal dilakukan dilakukan oleh tenaga
pengawas; dan
5. Pelaksanaan audit medis berpedoman pada ketentuan yang ditetapkan oleh
menteri.
Selanjutnya sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012
Mengenai Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005
Tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, Badan Layanan
Umum (BLU) merupakan instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk
untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan
barang/jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam
melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
BLU beroperasi sebagai unit kerja kementerian negara/lembaga/pemerintah
daerah untuk tujuan pemberian pelayanan umum yang pengelolaannya
berdasarkan kewenangan yang didelegasikan oleh instansi induk yang
bersangkutan. BLU juga merupakan bagian perangkat pencapai tujuan
kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah dan karenanya status hukum
BLU tidak terpisah dari kementrian negara/lembaga/pemerintah daerah.
4
Standar pelayanan minimum yang dilakukan oleh BLU harus
mempertimbangkan kualitas pelayanan, pemerataan dan kesetaraan
pelayanan, biaya serta kemudahan untuk mendapatkan pelayanan. BLU dapat
memungut biaya kepada masyarakat sebagai imbalan atas barang/jasa layanan
yang diberikan dengan mempertimbangkan hal-hal berikut:
a. Kontinuitas dan pengembangan layanan;
b. Daya beli masyarakat;
c. Asas keadilan dan kepatuhan; dan
d. Kompetisi yang sehat.
Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor (RSMM Bogor) yang
berlokasi di Jl Dr. Sumeru No. 114 Bogor 16111 merupakan salah satu rumah
sakit terunggul di Bogor yang modern dengan nuansa Green Hospital
sehingga membuat pasien nyaman berada di Rumah Sakit dr. H. Marzoeki
Mahdi Bogor (RSMM Bogor). Sesuai dengan visi nya Rumah Sakit DR. H.
Marzoeki Mahdi Bogor (RSMM Bogor) menjadi rumah sakit jiwa rujukan
nasional dengan unggulan layanan rehabilitasi psikososial pada tahun 2019.
Sama halnya dengan pelayanan kesehatan Instalasi Rawat Inap Non Psikiatri
tidak lepas dari efektifitas dalam menjalankan pelayanan terhadap pasien.
RSMM Bogor mempunyai luas wilayah 572.026 m2 dan luas bangunan
34.035,56 m2. RSMM Bogor memiliki kapasitas rawat inap sebanyak 718
tempat tidur, yang terdiri dari 483 tempat tidur untuk rawat inap psikiatri, 97
tempat tidur untuk pemulihan ketergantungan NAPZA, dan138 tempat tidur
untuk rawat inap non psikiatri, sementara berdasarkan kelas terdiri dari kelas
5
VIP dan Utama sebanyak 45 tempat tidur (6,27%), kelas I sebanyak 57
tempat tidur (7,10%), kelas II sebanyak 57 tempat tidur (7,94%), kelas III
sebanyak 373 tempat tidur (51,95%), dan kelas khusus sebanyak 194 tempat
tidur (26,94%) (www.rsmmbogor.com/index.php).
Penulis melakukan penelitian berdasarkan referensi dari penelitian
Divianto (2011) yang berjudul “Peranan Audit Operasional Terhadap
Efektivitas Pelayanan Kesehatan Rawat Inap Di Rumah Sakit (Studi Kasus
pada Rumah Sakit Bunda Palembang)”. Divianto (2011) mengungkapkan
bahwa peranan audit operasional mempunyai peranan terhadap efektivitas
terhadap pelayanan kesehatan namun peneliti menambahkan variabel lain
yaitu variabel gaya kepemimpinan sebagai pendukung kinerja pelayanan di
instalasi rawat inap karena gaya kepemimpinan yang efektif dalam suatu unit
kerja akan berpengaruh pada perilaku kerja yang diindikasikan dengan
peningkatan kepuasan kerja dan peningkatan kinerja individu sehingga
kinerja pelayanan pun bisa berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “PENGARUH AUDIT OPERASIONAL DAN
DAGAYA KEPEMIMPINAN ATAS KINERJA PELAYANAN (STUDI
KASUS PADA INSTALASI RAWAT INAP NON PSIKIATRI DI RS dr H
MARZOEKI MAHDI BOGOR).”
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
a. Apakah audit operasional berpengaruh terhadap kinerja pelayanan?
b. Apakah gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja pelayanan?
c. Apakah audit operasional dan gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap
kinerja pelayanan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis:
a. Apakah peran audit operasional berpengaruh terhadap kinerja
pelayanan.
b. Apakah gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja pelayanan.
c. Apakah audit operasional dan gaya kepemimpinan berpengaruh
terhadap kinerja pelayanan.
2. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini diharapkan
bermanfaat bagi semua pihak diantaranya:
a. Bagi Auditor Internal
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk mengidentifikasi
kegiatan, program, dan aktivitas yang masih memerlukan perbaikan,
7
sehingga dengan rekomendasi yang diberikan nantinya dapat dicapai
perbaikan atas pengelolaan berbagai program dan aktivitas pada
perusahaan tersebut.
b. Bagi Manajemen
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan penilai kinerja yang
dilakukan dengan membandingkan kegiatan organisasi dengan tujuan,
seperti kebijakan, standar, dan sasaran organisasi yang ditetapkan
manajemen atau pihak yang menugaskan, serta dengan kriteria penilaian
lain yang sesuai.
c. Bagi Masyarakat
Menambah literatur dan acuan penelitian pada bidang audit operasional
sehingga dapat dijadikan bahan kepustakaan atau referensi, terutama
untuk peneliti yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai
audit operasional, dan gaya kepemimpinan atas kinerja organisasi.
d. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan mengembangkan wawasan
peneliti, khususnya peran audit operasional, maupun gaya kepemimpinan
organisasi.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Audit Operasional
1. Pengertian Audit Operasional
Menurut Phyrr, seperti yang dikutip oleh Widjayanto (2006)
menyatakan bahwa pemeriksaan operasional (audit operasional) adalah
suatu tinjauan dan penelaahan efektivitas serta efesiensi suatu kegiatan
atau prosedur-prosedur kegiatan pemeriksaan ini dilaksanakan dengan
disertai tanggung jawab untuk mengungkapkan dan memberi informasi
kepada manajemen mengenai berbagai masalah operasi meskipun tujuan
sebenarnya adalah membantu manajemen untuk memecahkan berbagai
masalah dengan merekomendasikan berbagai tindakan yang diperlukan.
menurut Arens dan Loebbecke (2003), pengertian audit operasional
merupakan penelahaan atas bagian manapun dari prosedur dan metode
operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi dan efektifitas.
Menurut IBK. Bayangkara (2011) Audit operasional (audit
manajemen) adalah pengevaluasian terhadap efisiensi dan efektifitas
operasi perusahaan. Dalam konteks audit manajemen, manajemen
meliputi seluruh operasi internal perusahaan yang harus
dipertanggungjawabkan kepada berbagai pihak yang memiliki wewenang
yang lebih tinggi. Audit manajemen dirancang secara sistematis untuk
mengaudit aktifitas, program-program yang diselenggarakan, atau
sebagian dari entitas yang bisa diaudit untuk menilai dan melaporkan
9
apakah sumber daya dan dana telah digunakan secara efisien serta apakah
tujuan dari program dan aktifitas yang telah direncanakan dapat tercapai
dan tidak melanggar ketentuan aturan dan kebijakan yang telah
ditetapkan perusahaan.
Menurut Noorgard yang dikutip Widjayanto (2006) menyatakan
bahwa pemeriksaan operasional (audit operasional) adalah suatu tinjauan
dan evaluasi sistematis atas suatu organisasi atau bagian dari organisasi
atau bagian dari organisasi yang dilaksanakan dengan tujuan untuk
menetapkan apakah organisasi tersebut beroperasi secara efisien.
Menurut Divianto (2012) menyatakan bahwa audit operasional
adalah suatu penelitian yang terorganisasi mengenai masalah-masalah
yang berkaitan dengan efektivitas dan efisien organisasi. Menurut
Divianto ada beberapa hal yang menjadi inti dari audit operasional yaitu:
a. Audit operasional merupakan penelaahan sistematis yang menentukan
bahwa proses pengumpulan dan penganalisaan bukti dilakukan secara
sistematis berdasarkan pengamatan dan analisa objektif.
b. Objek audit operasional mencakup beberapa kegiatan, program, unit
atau fungsi yang menjadi bagian dari suatu organisasi.
c. Tujuan pokok diadakannya audit operasional adalah menilai
efektivitas, efisiensi, kehematan serta lebih lanjut mengidentifikasikan
kemungkinan perbaikan.
d. Audit operasional lebih berorientasi ke masa depan, artinya hasil
penilaian berbagai kegiatan operasional diharapkan dapat membantu
10
manajemen dalam meningkatkan efektivitas pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan oleh organisasi.
e. Melalui audit operasional, hasil evaluasi dapat dilaporkan kepada
pihak-pihak yang berwenang dan memberikan rekomendasi yang
berguna bagi peningkatan perbaikan kepada pihak manajemen.
2. Tujuan Audit Operasional
Menurut Widjayanto (2006) tujuan penugasan audit operasional adalah:
a. Untuk menilai kegiatan yang tengah berjalan.
b. Untuk mengidentifikasikan berbagai kelemahan untuk perbaikan.
c. Mencari peluang untuk penyempurnaan dan pengembangan.
d. Pengembangan rekomendasi untuk meningkatkan efektivitas, dan
efisiensi.
Tujuan audit operasional yang dikemukakan oleh Cashin (2006) yang
dikutip dari Divianto (2012) adalah:
a. Appraisal of control, penilaian pengendalian ini berhubungan dengan
administrasi pada semua tingkat usaha. Tujuannya adalah untuk
menentukan apakah pengendalian dalam rencana operasi telah memadai
dan efektif dalam mencapai tujuan manajemen. Auditor ingin
memastikan apakah perusahaan telah beroperasi sesuai dengan standar
dan pengendalian yang telah ada.
b. Evaluating of performance, auditor mengumpulkan informasi
kuantitatif untuk mengukur efektivitas dan efisiensi serta kehematan
terhadap pekerjaan yang telah ditentukan untuk menunjukan baik
11
buruknya pelaksanaan pekerjaan kepada manajemen, dimana informasi
tersebut akan menjadi masukan kepada manajemen sebagai dasar untuk
pengambilan keputusan dalam peubahan rencana serta perbakan
pengendalian.
c. Appraisal of objective and plans, auditor memperhatikan tujuan dari
organisasi atau perusahaan, yang mana tujuan tersebut harus jelas serta
dapat dimengerti, memadai, layak dan mencerminkan tanggung jawab
kepada pemegang saham, karyawan, masyarakat, dan pemerintah
secara secara tepat, dan dikomunikasikan secara baik kepada personal
operating sehingga tidak akan mengakibatkan kebingungan. Auditor
memperhatikan pula perencanaan yang dibuat, apakah perencanaan itu
fleksibel apabila diubah dengan metode yang efisien.
d. Appraisal of organization structure, auditor mengamati apakah stuktur
organisasi harmonis dengan tujuan perusahaan, adanya tanggung jawab
yang jelas dari top manajemen sampai tingkat yang paling bawah,
stuktur organisasi telah mempunyai fungsi yang seimbang, stuktur
organisasi telah memberikan unity of command (satu orang memberikan
laporan hanya kepada satu orang supervisor), terdapat fungsi-fungsi
yang sesuai dengan satu grup.
Sedangkan Widjayanto (2006) mengemukakan bahwa audit operasional
terutama bertujuan untuk memeriksa kehematan, efektivitas dan efisiensi
kegiatan, dan juga menilai apakah cara-cara pengelolaan yang diterapkan
dalam kegiatan tersebut sudah berjalan dengan baik.
12
3. Karakteristik Audit Operasional
Menurut Arens dan Loebbecke yang dikutip oleh Jusuf (2006)
menyebutkan beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam audit
operasional yaitu:
a. Historical performance
b. Engineered standard
c. Discussion and agreement
4. Tahapan-Tahapan Audit Operasional
Dalam melaksanakan audit operasional, seringkali auditor memerlukan
suatu kerangka tugas atau tahapan tugas yang berguna sebagai pedoman di
dalam melaksanakan pemeriksaan tanpa adanya kerangka yang tersusun
dengan baik. Auditor akan banyak menghadapi kesulitan dalam
melaksanakan pekerjaannya mengingat bahwa stuktur perusahaannya
kegiatannya sekarang ini sudah semakin maju dan rumit. Menurut
Widjayanto (2006: 30) tahap-tahap audit operasional dibagi dalam tiga
tahap yaitu :
1. Tahap pendahuluan
Tahap survei pendahuluan memberikan kemungkinan untuk
terselenggaranya perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan audit secara
teratur. Ruang lingkup survei pendahuluan dan waktu yang diperlukan
untuk melaksanakannya banyak tergantung pada keahlian dan
pengalaman auditor, pengetahuannya atas bidang yang diperiksa,
ukuran dan kerumitan aktivitas atau program, tipe pemeriksaan yang
13
akan dilakukan, serta daerah geografis kegiatan organisasi. Tahap
pendahuluan terdiri dari:
a) Pengamatan fisik sekilas.
Dalam pengamatan fisik sekilas harus dipelajari indikasi dan
permasalahannya. Dalam hal ini, pemeriksa juga perlu untuk
mewawancarai masing-masing pimpinan yang bertanggung jawab
atas suatu fasilitas fisik. Dalam hal ini auditor biasanya
menggunakan kuisioner yang telah tersusun menurut tekanan
permasalahan tertentu. Tahap pengamatan fisik sekilas dapat
menjadi alat bantu yang amat baik bagi kemampuan auditor dalam
menemukan hal-hal penting.
b) Mencari data tertulis
Tujuan dari audit operasional adalah menetapkan apakah perusahaan
telah menerapkan praktek manajemen yang konsisten. Untuk itu
auditor harus mendapatkan dokumentasi yang dijadikan bahan
banding dengan data per departemen. Tipe dokumen-dokumen
tertulis yang harus didapat oleh auditor adalah sasaran dan tujuan
perusahaan yang tertulis, petunjuk kebijaksanaan dan prosedur
perusahaan, uraian tugas, bagan organisasi, anggaran, laporan-
laporan intern per departemen, laporan keuangan, katalog-katalog,
bagan arus, formulir-formulir, management letter yang dibuat oleh
auditor keuangan eksternal, peraturan-peraturan, pemerintah atau
instansi lain yang berwenang.
14
c) Wawancara dengan personil manajemen
Wawancara dengan masing-masing manajer adalah bagian ketiga
dari fase pendahuluan audit operasional. Audit operasional harus
belajar dari karyawan perusahaan, dalam arti memahami apa yang
mereka rasakan dan bagaimana pandangan mereka terhadap suatu
perusahaan tertentu. Para ahli dalam suatu perusahaan adalah mereka
yang berwenang menjalankan perusahaan, karenanya pemeriksa
dapat memperoleh informasi yang terbaik dengan jalan
mewawancarai para manajer untuk mengidentifikasikan
permasalahan.
d) Analisa keuangan
Dalam kegiatan ini pemeriksa juga harus meninjau pengendalian
intern dan arus data transaksi yang bergerak dalam sistem akuntansi.
Hasil dalam tahap pendahuluan ini disimpulkan dalam laporan
pemeriksa yang lazim disebut memoranda survei. Memoranda survei
tidak diserahkan pada pihak lain, tetapi semata-mata hanya diajukan
untuk menetapkan bagaimana kiranya memerlukan pemeriksaan.
2) Tahap pemeriksa mendalam
Tahap ini merupakan tahap lanjutan dari pendahuluan. Dalam tahap ini
pemeriksaan lebih lanjut atas penilaian kegiatan-kegiatan perusahaan
guna mencapai tujuan pemeriksaan yang telah ditetapkan sejak semula,
yaitu efektivitas dan efisiensi. Dengan melaksanakan pemeriksaan
mendalam, pemeriksa akan memperoleh kesempatan yang lebih luas
15
untuk memperkuat dan meyakinkan kesimpulannya. Dalam pemeriksaan
mendalam tercakup kegiatan-kegiatan:
a) Studi lapangan yang meliputi.
1. Wawancara dengan semua pegawai inti pada semua tingkatan
organisasi.
2. Mengidentifikasi dan mewawancarai sumber-sumber ekstern
yang dianggap penting tanpa melanggar kerahasiaan penugasan.
3. Observasi aktivitas operasional dan fungsi-fungsi manajemen
(perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian).
4. Penelitian sistem pengendalian intern.
5. Penelitian arus transaksi dalam penisahaan.
6. Penelitian penempatan pegawai, peralatan, formulir dan laporan.
7. Penelitian aspek-aspek inti aktivitas fungsional.
8. Pendiskusian dan pengusulan penggunaan kriteria penggunaan
pegawai yang sesuai.
b) Analisa yang meliputi antara lain:
1. penghubung data yang dikumpulkan dengan kriteria
pengukurankegiatan, apabila diperlukan.
2. Penilaian resiko pemisahan untuk menentukan bidang dan
aktivitas yang dapat ditingkatkan, pendokumentasian temuan-
temuan dan manfaat potensial.
3. Penegasan kembali kriteria pengukuran dengan pegawai yang
bersangkutan.
16
4. Pengembangan alternatif, rekomendasi dan sran-saran untuk
melakukan studi lebih lanjut tentang kesempatan perbaikan
pokok.
5. Temuan. Temuan-temuan merupakan himpunan informasi
mengenai aktivitas, organisasi, keadaan atau hal-hal lain yang
telah dianalisis dan dinilai oleh auditor dan harus
dikomunikasikan lebih lanjut pada pimpinan perusahaan. Syarat-
syarat temuan yang harus dikomunikasikan ini diantaranya:
a. Cukup berarti untuk dikomunikasikan pada bagian-bagian ini.
b. Berdasarkan pada fakta-fakta dan bukti yang tepat serta
nyata.
c. Disusun atau dikembangkan secara objektif.
d. Berdasarkan atas kegiatan-kegiatan audit yang memadai guna
mendukung setiap simpulan yang diambil.
e. Simpulan-simpulan yang dibuat harus logis, layak, jelas dan
bertolak ukur pada fakta-fakta yang disajikan.
6. Rekomendasi. Pada umumnya temuan-temuan diakhiri dengan
rekomendasi dari auditor yang ditujukan pada pimpinan
perusahaan yang bertanggung jawab melaksanakan perbaikan dan
kekurangan atau penyimpangan untuk mencegah supaya hal
tersebut tidak terulang lagi. Pelaksanaan rekomendasi ini
diserahkan pada pimpinan tingkatan yang lebih rendah.
Rekomendasi yang merupakan pendapat yang telah
17
dipertimbangkan untuk suatu situasi tertentu harus mencerminkan
pengetahuan dan penilaian mengenai pokok persoalannya, apabila
tindakan yang akan direkomendasi merupakan tindakan yang
harus diuraikan sejelas-jelasnya.
3. Tahap Pelaporan
Setelah tahap pendahuluan selesai, pemeriksa dapat menyusun laporan
audit formal, yang mana hasil akhhir operasional adalah suatu laporan
formal tertulis yang disampaikan pada manajemen perusahaan sebagai
pengambilan tindakan perbaikan atau sebagai informasi laporan audit
berbagai masalah yang ditelusuri. Dalam penyusunan laporan ini ada
beberapa kegiatan sebagai berikut:
a) Pengorganisasian laporan yang meliputi pengutaraan temuan,
rekomendasi dan manfaat.
b) Pengembangan rencana implementasi dan label waktu rekomendasi
bilamana sesuai.
c) Pendiskusian konsep laporan dengan para pejabat dan manajer yang
sesuai dari organisasi yang diteliti apabila berbeda dengan pihak yang
memberikan tugas.
d) Pengajuan laporan. Isi laporan audit operasional akan banyak berbeda
antara satu dengan yang lainnya tergantung dari sifat perusahaan yang
diperiksa dan tipe masalah yang perlu ditelaah. Akan tetapi pada
umumnya suatu laporan audit operasional akan meliputi unsur-unsur
sebagai berikut:
18
1) Tujuan dan ruang lingkup penugasan.
2) Prosedur-prosedur yang digunakan oleh auditor.
3) Temuan-temuan khusus
4) Rekomendasi-rekomendasi jika perlu.
B. Satuan Pengawasan Internal
1. Definisi Satuan Pengawasan Internal
The Auditing Practises Board (APB) Auditing Guidelines dalam
GuideInternal Auditors, mendefinisikan audit internal sebagaimana dikutip
Pickett (2005:3) sebagai berikut :
“Internal audit is an independent appraisal function established by
management for the review of the internal control system as a service to
the organisation. It objectively examines, evaluates and reports on the
adequacy of internal control as a contribution to the proper, economic,
efficient and effective use of resources.”
Dalam perkembangannya, audit internal merupakan pengendalian
manajemen serta pendukung utama untuk tercapainya pengendalian
internal. Selama melaksanakan kegiatannya, audit internal harus bersikap
objektif dan kedudukannya dalam perusahaan harus bersifat independen.
Selama melaksanakan kegiatannya, audit internal harus bersikap objektif
dan kedudukannya dalam perusahaan harus bersifat independen. Ratliff
(1996:49), mengemukakan bahwa:
“Internal auditing is an independent appraisal function established
within an organization to examine and evaluate its activities as a service
to the organization.”
19
Institute of Internal Auditors di dalam Statement of Responsibilities of
Internal Auditing yang dikutip oleh Arens Loebecke (2000: 732) dalam
bukunya Internal Auditing an Integrated Approach mendefinisikan
pemeriksaan intern sebagai berikut:
”Internal auditing is an independent, objective assurance and
consulting activities designed to add value and improve an organization’s
operations. It helps an organization accomplish its objective by bringing a
systematic, disciplined approach to evaluate and improve the effectiveness
of risk management, control and governance processes.”
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012 Mengenai
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 Tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, Badan Layanan Umum
merupakan instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang/jasa
yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam
melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan
produktivitas. Dari definisi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
a) Independent, menandakan bahwa audit bersifat bebas dan perbatasan
yang dapat mengurangi ruang lingkup dan keefektifan atas audit
ataupun pelaporan atas temuan audit serta kesimpulan.
b) Appraisal, menyatakan keyakinan penilaian audit internal atas
kesimpulan yang dibuatnya.
c) Esthablished, menyatakan pengakuan perusahaan atas peranan audit
internal.
20
d) Examine and Evaluate, menyatakan tindakan audit internal sebagai
auditor untuk menemukan fakta dan sebagai pengevaluasi dan
menggunakan pertimbangannya.
e) Its activities, menyatakan bahwa ruang lingkup pekerjaan audit internal
ditujukan kepeda seluruh bagian organisasi.
f) Service to organization, menyatakan bahwa keberadaan audit internal
adalah untuk menambah atau meningkatkan manfaat seluruh organisasi.
Istilah service juga memberi kesan bahwa audit internal merupakan
fungsi staf dalam melayani kepentingan suatu organisasi.
Sedangkan menurut Mulyadi dan Kanaka P (1998: 202) dalam
bukunya yang berjudul Auditing menjelaskan bahwa audit intern
merupakan kegiatan penilaian bebas, yang terdapat dalam organisasi,
yang dilakukan dengan cara memeriksa akuntansi, keuangan dan kegiatan
lain untuk memberikan jasa bagi manajemen dalam melaksanakan
tanggung jawabnya.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa satuan
pengawasan intern merupakan fungsi staf yang melakukan penilaian
secara bebas atau tidak memihak dalam suatu organisasi untuk memeriksa
dan mengevaluasi seluruh aktivitas dan melaporkan hasil pekerjaannya
tersebut kepada manajemen sebagai suatu jasa pelayanan, dan bertanggung
jawab penuh kepada manajemen.
21
2. Tujuan, Fungsi, Tanggung Jawab dan Kriteria Profesi Satuan
Pengawasan Internal
a. Tujuan Satuan Pengawasan Internal
Tujuan audit internal sebenarnya sudah tersirat dalam definisi audit
internal itu sendiri, yaitu membantu seluruh anggota manajemen agar
dapat melaksanakan tanggung jawab secara efektif dengan jalan
memberikan analisis, penilaian, rekomendasi, saran dan keterangan
dari operasi perusahaan yang diperiksanya. Mulyadi (2002)
mengemukakan tujuan dari audit internal adalah membantu semua
anggota manajemen dalam melaksanakan tanggung jawab mereka,
dengan cara menyajikan analisis, penilaian, rekomendasi dan
komentar-komentar penting mengenai kegiatan mereka.
b. Fungsi Satuan Pengawasan Internal
Fungsi audit internal memerlukan pemeriksaan yang berkualitas
tinggi. Fungsi audit internal tidak akan berhasil tanpa adanya
orang-orang yang mempunyai pengetahuan yang cukup,
mempunyai daya imajinasi yang kuat, serta berinisiatif dan
mempunyai kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain.
Standar Profesional Akuntan Publik (IAI, 2001: 319.30),
memberikan pernyataan mengenai fungsi audit internal,
menyatakan bahwa fungsi audit internal dapat terdiri dari satu
atau lebih individu yang melaksanakan aktivitas audit intern
dalam suatu entitas. Mereka secara teratur memberikan informasi
22
tentang berfungsinya pengendalian intern, memfokuskan sebagian
besar perhatian mereka pada evaluasi terhadap desain dan operasi
pengendalian intern. Mereka mengkomunikasikan informasi
tentang kekuatan dan kelemahan dan rekomendasi untuk
memperbaiki pengendalian intern.
Jadi dapat disimpulkan bahwa fungsi pemeriksaan internal
meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) Penilaian terhadap prosedur dan masalah-masalah yang
berhubungan dengan itu, seperti penilaian efisiensi prosedur
yang telah ditetapkan dan pengembangan serta
penyempurnaan prosedur tersebut.
2) Penilaian terhadap data yang dihasilkan oleh sistem akuntansi
dan membuat analisis lebih lanjut untuk mendukung
kesimpulan tertentu.
3) Penilaian kegiatan yang menyangkut ketaatan terhadap
kebijakan, peraturan pemerintah dan kewajiban-kewajiban
dengan pihak luar.
c. Wewenang dan tanggung Jawab Satuan Pengawasan Internal
Wewenang dan tanggung jawab Satuan Pengawasan Intern Badan
Wewenang yang dimiliki auditor internal dalam melakukan audit
adalah kebebasan untuk me-review dan menilai kebijakan-
kebijakan, rencana, prosedur, dan sistem yang telah ditetapkan.
Wewenang yang diberikan harus bersumber dari manajemen dan
23
disetujui oleh dewan direksi. Adapun tanggung jawab audit internal
menurut Komite Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar
Profesional Akuntan Publik (IAI, 2001: 322.1) auditor internal
bertanggung jawab untuk menyediakan jasa analisis dan evaluasi,
memberikan keyakinan dan rekomendasi, dan informasi lain
kepada manajemen entitas dan dewan komisaris, atau pihak lain
yang setara wewenang dan tanggung jawabnya. Untuk memenuhi
tanggung jawabnya tersebut, auditor intern mempertahankan
objektivitasnya yang berkaitan dengan aktivitas yang diauditnya.
Tanggung jawab penting fungsi audit intern adalah memantau
kinerja pengendalian entitas.
d. Kriteria/Standar Profesi Satuan Pengawasan Internal
Agar terciptanya Satuan pengawasan internal atau audit internal
yang efektif, maka perlu dipenuhi suatu kriteria atau standar. Salah
satu standar yang digunakan adalah Standards for the Professional
Practice of Internal Auditing yang dikeluarkan oleh The Institute of
Internal Auditors (1996), sebagai berikut:
1) Independence (Independensi)
Audit Internal harus mandiri dan terpisah dari kegiatan yang
diperiksanya.
2) Professional Proficiency (Kemampuan Profesional)
Audit Internal harus dilaksanakan dengan keahlian dan ketelitian
profesional.
24
3) Scope of Work (Ruang Lingkup)
Lingkup pekerjaan audit internal harus meliputi pengujian dan
evaluasi terhadap kecukupan dan keefektivan sistem
pengendalian internal yang dimiliki organisasi dan kualitas
pelaksanaan tanggung jawab yang diberikan.
4) Performance of Audit Work (Pelaksanaan Kegiatan Audit)
Kegiatan audit harus meliputi perencanaan audit (Audit
Program), pengujian dan pengevaluasian informasi,
pemberitahuan hasil (Reporting) dan menindak lanjuti
(Following Up).
5) Management of The Internal Auditing Department (Manajemen
Bagian Audit Internal)
Pimpinan audit internal harus mengelola bagian audit internal
secara tepat.”
C. Gaya Kepemimpinan
1. Definisi Kepemimpinan
Menurut Winardi (2007: 304), kepemimpinan adalah
seseorang yang karena kecakapan-kecakapan kepribadiannya
dengan atau tanpa pengangkatan resmi dapat mempengaruhi
kelompok yang dipimpinnya untuk mengarahkan usaha bersama ke
arah pencapaian “sasaran-sasaran tertentu”. Kepemimpinan
menurut umam (2010) kepemimpinan dapat dilihat dari dua
konteks, yaitu struktural dan nonstruktural. Dalam konteks
25
struktural, kepemimpinan diartikan sebagai proses pemberian
motivasi agar orang-orang yang dipimpinnya melakukan kegiatan-
kegiatan atau pekerjaan sesuai dengan program yang ditetapkan.
Kepemimpinan juga berarti mengarahkan, membimbing, dan
mempengaruhi orang lain, agar pikiran dan kegiatannya tidak
menyimpang dari tugas pokok masing-masing. Adapun dalam
konteks nonstruktural kepemimpinan dapat diartikan sebagai
proses mempengaruhi pikiran, perasaan, tingkah laku dan
mengarahkan fasilitas untuk mendapat tujuan yang telah ditetapkan
bersama.
Menurut Fuad Mas’ud (1998) dalam diagnosis pengembangan
organisasi berpendapat bahwa kemajuan dan keberhasilan
organisasi sangat tergantung pada para karyawan. Sejauh mana
karyawan tersebut mampu dan mau bekerja keras, kreatif,
inovatif, loyal, disiplin, jujur dan bertanggung jawab akan
menentukan prestasi organisasi. Oleh karena itu untuk mengetahui
sejauhmana para karyawan bekerja, pimpinan organisasi perlu
mengetahui bagaimana sikap dan perilaku karyawannya. Sikap
akan mencerminkan perilaku seseorang. Namun untuk mengetahui
bagaimana sikap seseorang tidak mudah, karena sikap dipengaruhi
oleh banyak faktor seperti persepsi, motivasi, lingkungan dan
lainnya.
26
2. Unsur-unsur kepemimpinan
Menurut Umam (2010: 271) unsur-unsur kepemimpinan ada lima,
yaitu:
a. Seseorang atau lebih yang berfungsi memimpin disebut pemimpin
(leader);
b. Adanya orang yang dipimpin;
c. Adanya kegiatan menggerakkan orang lain yang dilakukan dengan
mempengaruhi da
d. n mengarahkan perasaan, pikiran, dan tingkah lakunya;
e. Adanya tujuan yang hendak dicapai yang dirumuskan secara
sisrematis; dan
f. Berlangsung berupa proses di dalam institusi, organisasi, atau
kelompok.
Adapun unsur-unsur kepemimpinan menurut Stoner (1984) dalam
Umam (2010: 273), yaitu:
a. Perencanaan;
b. Pengorganisasian;
c. Pemimpin; dan
d. Pengendalian.
27
3. Tanggung Jawab dan Wewenang Kepemimpinan
Menurut Kartono (2008: 117), tanggung jawab dan wewenang
seorang pemimpin adalah:
a. Memelihara struktur kelompok, menjamin interaksi yang
lancar, dan memudahkan pelaksanaan tugas-tugas.
Menyamakan ideologi, ide, pikiran, dan ambisi anggota
kelompok dengan pola keinginan pemimpin.
b. Memberikan rasa aman dan status yang jelas kepada setiap
anggota, sehingga mereka bersedia memberikan partisipasi
penuh.
c. Memanfaatkan dan mengoptimalisasikan kemampuan, bakat
dan produktivitas semua anggota kelompok untuk berkarya dan
berprestasi.
d. Menegakkan peraturan, larangan, disiplin, dan norma-norma
kelompok agar tercapai kepaduan kelompok, meminimalisir
konflik dan perbedaan-perbedaan.
e. Merumuskan nilai-nilai kelompok, dan memilih tujuan-tujuan
kelompok, sambil menentukan sarana dan cara-cara
operasional guna mencapainya.
f. Mampu memenuhi harapan, keinginan, dan kebutuhan-
kebutuhan para anggota, sehingga mereka merasa puas. Juga
membantu adaptasi mereka terhadap tuntutan-tuntutan
28
eksternal di tengah masyarakat, dan memecahkan kesulitan-
kesulitan anggota kelompok setiap hari.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan pada dasarnya menunjukkan perlu adanya
pengarahan kepada karyawan atau bawahan, serta membantu
mereka agar dapat mengatasi kesulitan-kesulitan, dan memudahkan
mereka dalam menjalankan tugas-tugas sesuai dengan yang telah
ditentukan.
4. Pengertian dan Jenis Gaya Kepemimpinan
Menurut Kartono (2008), gaya kepemimpinan adalah sifat,
kebiasaan, watak, dan kepribadian yang membedakan seorang
Malayu S. P Hasibuan (2005), ada lima jenis gaya kepemimpinan,
yaitu gaya otoriter, gaya partisipatif, gaya delegatif, gaya
kharismatik, dan gaya demokratis.
a. gaya otoriter. Pemimpin yang otoriter adalah jika kekuasaan
atau wewenanng, sebagian besar mutlak atau berada pada
pemimpin atau menganut sistem sentralisasi wewenang.
Pengambilan keputusan dan kebijakan hanya ditetapkan
sendiri oleh pemimpin, bawahan tidak diikutsertakan untuk
memberikan saran, ide dan pertimbangan dalam proses
pengambilan keputusan.
b. Gaya kepemimpinan partisipatif. Gaya kepemimpinan
partisipatif adalah apabila dalam kepemimpinannya dilakukan
29
dengan cara persuatif, menciptakan kerja sama yang serasi,
menumbuhkan loyalitas, dan partisipasi para bawahan agar
merasa ikut memiliki perusahaan.
c. Gaya Kepemimpinan Delegatif. Pada gaya ini dapat dikatakan
bahwa seseorang pemimpin mendelegasikan wewenang
kepada bawahan dengan agak lengkap. Dengan demikian,
bawahan dapat mengambil keputusan dan kebijaksanaan
dengan bebas atau leluasa dalam melakukan pekerjaan.
d. Gaya Kepemimpinan Kharismatik. Pemimpin dengan gaya ini
memiliki daya tarik dan pembawaan yang luar biasa, sehingga
ia mempunyai pengikut dan jumlahnya yang sangat luar biasa.
Sampai sekarang pun orang tidak mengetahui sebab-sebab
secara pasti mengapa seseorang itu memiliki kharisma yang
begitu besar .
e. Gaya Kepemimpinan demokratik. Gaya ini menitikberatkan
pada bimbingan yang efisien pada para anggotanya.
Koordinasi pekerjaan terjalin dengan baik dengan semua lini,
terutama penekanan pada rasa tanggung jawab internal dan
kerja sama yang baik. kopemimpinan jenis ini menghargai
potensi setiap individu, mau mendengarkan nasehat dan
sugesti bawahan, bersedia mengakui keahlian para spesialis
dengan bidangnya masing-masing pada saat kondisi yang
tepat.
30
D. Kinerja
1. Pengertian Kinerja
Menurut Harsey dan Blanchard (2005), kinerja
(performance) merupakan suatu fungsi dari motivasi dan
kemampuan. Untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan, seseorang
harus memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu.
Kesediaan dan keterampilan tidaklah cukup efektif untuk
mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa
yang akan dikerjakan dan bagaimana mengerjakan.
Jadi kinerja merupakan suatu hasil kerja yang dicapai
seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan
kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan
kesungguhan serta waktu. Dengan demikian, kinerja merupakan
gabungan dari tiga faktor penting yaitu kemampuan dan minat
seorang pekerja, kemampuan dan penerimaan atas penjelasan
delegasi tugas dan peran, serta tingkat motivasi pekerja. Semakin
tinggi ketiga faktor di atas, maka semakin besar prestasi kerja
karyawan yang bersangkutan.
2. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja merupakan kajian sistematis tentang kondisi kerja
karyawan yang dilaksanakan secara formal yang dikaitkan dengan
standar kerja yang telah ditentukan organisasi/perusahaan. Sebagai
suatu sistem evaluasi, penilaian kinerja dapat mempengaruhi atribut-
31
atribut yang berhubungan dengan pekerjaan karyawan, perilaku, dan
keluaran, dan tingkat absensi untuk mengetahui tingkat kinerja
karyawan pada saat ini. Alat evaluasi yang digunakan bisa berupa
pemberian komentar di dalam formulir yang isinya berkaitan dengan
pengamatan seorang pemimpin tentang kerja itu sendiri dan perilaku
di dalam pekerjaan. Menurut Simamora (2001), ada tiga kriteria dalam
melakukan penilaian kinerja karyawan, yaitu: (1) tugas karyawan; (2)
perilaku karyawan; dan (3) ciri-ciri karyawan. Seseorang pemimpin
dapat melihat efektivitas karyawan, menelusuri faktor-faktor yang
membentuk kinerja, menyesuaikan standar kinerja dengan kondisi
yang ada, dan memberikan tambahan kemampuan kepada karyawan.
Jadi, evaluasi kinerja pada dasarnya merupakan proses yang
digunakan organisasi atau perusahaan untuk mengevaluasi job
performance. Jika dikerjakan dengan benar, hal ini akan memberikan
manfaat yang penting bagi karyawan, supervisor, departemen SDM,
maupun perusahaan.
Menurut Fuad Mas’ud (1998) dalam diagnosis pengembangan
organisasi berpendapat bahwa kemajuan dan keberhasilan organisasi
sangat tergantung pada para karyawan. Sejauh mana karyawan
tersebut mampu dan mau bekerja keras, kreatif, inovatif, loyal,
disiplin, jujur dan bertanggung jawab akan menentukan prestasi
organisasi.
32
3. Ruang Lingkup Pengukuran Kinerja
Agar penilaian kinerja tidak bias dan dapat mencapai sasaran
sesuai dengan yang diharapkan. Perlu adanya kejelasan ruang lingkup
pengukuran, seperti berikut ini:
a. Who?
Pertanyaan ini mencakup “Siapa yang harus dinilai?” dan “Siapa
yang harus menilai?” Tentu saja seluruh pegawai yang ada di
dalam organisasi/perusahaan itu yang harus dinilai dan atasan
langsung/ridak langsung yang harus menilai.
b. What?
Pertanyaan ini mencakup objek atau materi yang dinilai (hasil
kerja, kemampuan sikap, kepemimpinan kerja dan motivasi kerja)
dan dimensi waktu, yaitu kinerja yang dicapai pada saat ini serta
potensi yang dapat dikembangkan di masa yang akan datang.
c. Why?
Mengapa penilaian kinerja harus dilakukan? Hal ini digunakan
untuk memelihara potensi kerja, menentukan kebutuhan pelatihan,
dasar untuk promosi jabatan.
d. When?
Menjelaskan tentang waktu penilaian kinerja yang dapat dilakukan
baik secara formal (secara periodik) maupun secara informal
(secara terus-menerus).
33
e. Where?
Penilaian kinerja dapat dilakukan di tempat kerja (on the job
evaluation) dam di luar tempat kerja (off the job evaluation).
f. How?
Penilaian dilakukan dengan menggunakan metode tradisional
(rating scale dan employee comparison) dan metode modern
(management by objective dan assessment center).
Berdasarkan ruang lingkup pengukuran kinerja di atas, menurut
Dessler (2006), ada tiga langkah dalam melakukan penilaian terhadap
kinerja pegawai, yaitu (1) mendefinisikan pekerjaan berarti
memastikan adanya kesepakatan tentang tugas-tugas yang diberikan;
(2) menilai kinerja berarti membandingkan kinerja aktual bawahan
dengan standar-standar yang telah ditetapkan; dan (3) memberikan
umpan baik pada pegawai dengan tujuan memotivasi orang tersebut
untuk menghindari penurunan kinerja.
4. Manfaat Penilaian Kinerja
Menurut Dessler (2006), dalam pengelolaan sumber daya manusia,
sistem penilaian kinerja menjadi sangat penting, baik untuk orang
yang dinilai (karyawan), maupun penilai (supervisor, atasan,
pimpinan, dan manajer), maupun perusahaan. Oleh karena itu, sistem
penilaian kinerja ini memberikan manfaat, antara lain:
a. Meningkatkan motivasi dan kepuasan kerja;
b. Adanya kejelasan standar hasil yang diharapkan mereka;
34
c. Menjadi umpan balik tentang prestasi kerja yang berguna bagi
pegawai untuk mengetahui kekuatan dan kelemahannya dengan
tujuan pengembangan diri lebih lanjut; dan
d. Sebagai dasar dalam pengambilan keputusan untuk promosi,
mutasi PHK, dan penetapan balas jasa.
Berdasarkan pada berbagai pendapat di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam
melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Indikator dari
kinerja yaitu kesetiaan, ketaatan, kejujuran, tanggung jawab,
peraturan, latihan, pengawasan, dan sistem upah.
E. Pelayanan Kesehatan
a. Definisi Pelayanan Kesehatan
Menurut Depkes RI (2009) pelayanan kesehatan adalah setiap
upaya yang diselenggrakan sendiri atau secara bersama-sama
dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan
ataupun masyarakat.
b. Indikator-Indikator Pelayanan Rumah Sakit
Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk
mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan
rumah sakit. Indikator-indikator berikut bersumber dari sensus
harian rawat inap:
35
1) BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka Penggunaan Tempat
Tidur)
BOR menurut Depkes RI (2005) adalah prosentase pemakaian
tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini
memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan
tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal
adalah antara 60-85%. Semakin tinggi nilai BOR berarti semakin
efisien penggunaan tempat tidur yang ada untuk perawatan
pasien. Disisi lain, semakin rendah BOR berarti semakin sedikit
tempat tidur yang digunakan untuk merawat pasien
dibandingkan dengan tempat tidur yang tersedia. Angka ini
sebenarnya tidak bisa langsung digunakan begitu saja untuk
semua jenis RS. RS penyakit khusus tentu beda polanya dengan
RSU. Begitu pula RS disuatu daerah tentu beda penilaian tingkat
“kesuksesan” BOR-nya dengan daerah lain. Hal ini bisa
dimungkinkan karena perbedaan sosial budaya dan ekonomi
setempat. Selain itu, penilaian BOR antara rumah sakit tidak
bisa dibandingkan satu sama lain dikarenakan adanya perbedaan
seperti perbedaan fasilitas rumah sakit, tindakan medis, dan
perbedaan dalam teknologi. Pengukuran BOR menggunakan
rumus:
BOR = [Jumlah hari perawatan / (jumlah tempat tidur X jumlah
hari dalam satu periode)] X 100%
36
Contoh: Pada tanggal 1 September jumlah pasien yang dirawat
sebanyak 97 pasien, tanggal 2 September jumlah pasien yang
dirawat sebanyak 98 pasien, tanggal 3 September sebanyak 100
pasien, tanggal 4 September jumlah pasien dirawat sebanyak 89
pasien. Maka jumlah hari perawatan dari tanggal 1-4 September
sebanyak 384 pasien. selama 4 hari (periode) dengan jumlah
tempat tidur yang ada 200 tempat tidur. Maka BORnya adalah:
2) AVLOS (Average Length of Stay = Rata-rata Lamanya Pasien
Dirawat Dalam Satu Periode (lamanya pasien dirawat setelah
pasien keluar hidup dan meninggal)
AVLOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat
seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran
tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu
pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat
dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara
umum nilai AVLOS yang ideal antara 6-9 hari. Pengukuran
AVLOS menggunakan rumus:
Contoh: pada tanggal 4 September ada 5 orang pasien keluar dari
rumah sakit. Pasien A pulang dengan lama dirawat 4 hari, Pasien B
pulang paksa dengan lama dirawat 2 hari, Pasien C meninggal
AVLOS = Jumlah lama dirawat / jumlah pasien keluar (hidup + mati)
BOR = [384 / (200 X 4)] X 100% = 48%
37
dengan lama dirawat 10 hari, Pasien D pulang dengan lama dirawat
3 hari, dan Pasien E pulang dengan lama dirawat 6 hari. Jadi
jumlah lama dirawat pada tanggal 4 September adalah 25 hari dan
pasien yang pulang (baik hidup ataupun meninggal) ada 5 orang.
Maka pada tanggal 4 September tersebut AVLOS nya adalah:
3) TOI (Turn Over Interval = Tenggang Perputaran)
TOI menurut Depkes (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat
tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya.
Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.
Pengukuran TOI menggunakan rumus:
Contoh: diketahui sebuah rumah sakit dalam 1 hari memiliki
jumlah hari perawatan sebanyak 90 hari dengan jumlah tempat
tidur sebanyak 200 buah dan memiliki jumlah pasien yang
meninggal sebanyak 5 orang, maka besarnya tenggang perputaran
adalah:
\
4) BTO (Bed Turn Over = Angka Perputaran Tempat Tidur)
TOI = [(Jumlah tempat tidur X periode) – hari perawatan] / jumlah
pasien keluar (hidup + mati)
AVLOS = Jumlah lama dirawat / jumlah pasien keluar (hidup + mati)
= 25 hari / 5 orang = 5 hari
TOI = [(Jumlah tempat tidur X periode) – hari perawatan] / jumlah
pasien keluar (hidup + mati)
= [(200 buah X 1) – 90 hari] / 5 = 22 hari
38
BTO menurut Depkes (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat
tidur dalam satu satuan waktu. Idealnya dalam satu tahun, satu
tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.
Pengukuran BTO menggunakan rumus:
Contoh: pada tanggal 4 September terdapat 5 orang pasien keluar
hidup dan meninggal dengan jumlah tenpat tidur sebanyak 200
buah, maka besarnya angka perputaran tempat tidurnya adalah:
5) NDR (Net Death Rate)
NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48 jam
setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini
memberikan gambaran mutu rumah sakit. Pengukuran NDR
menggunakan rumus:
6) GDR (Gross Death Rate)
GDR menurut Depkes (2005) adalah angka kematian umum untuk
1000 penderita keluar. Pengukuran NDR menggunakan rumus:
\
BTO = jumlah pasien keluar (hidup + mati) /Jumlah tempat tidur
NDR = [jumlah pasien mati > 48 jam/ Jumlah pasien keluar
(hidup + mati)] X 1000 permil
GDR = [jumlah pasien mati seluruhnya / Jumlah pasien keluar
(hidup + mati)] X 1000 permil
BTO = jumlah pasien keluar (hidup + mati) /Jumlah tempat tidur
= 5 orang/ 200 buah = 0,025 kali
39
F. Penelitian Terdahulu
Penelitian peran audit operasional dan Gaya Kepemimpinan atas kinerja
yang terdapat di rumah sakit telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti
sebelumnya. Tabel 2.1 menunjukkan penelitian-penelitian yang telah
dilakukan serta metode penelitian yang digunakan untuk memperoleh hasil
penelitian mengenai peran audit operasional atas kinerja yang terdapat di
rumah sakit.
40
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
(Kesimpulan) Persamaan Perbedaan
Ella Dwi
Septianingsih, Pupung
Purnamasari, dan
Hendra Gunawan
(2014)
Pengaruh Audit
Operasional dan Good
Clinical Governance
terhadap Efektivitas
pelayanan JKN/BPJS
(Survey pada 2 Rumah
SakitUmum di Kota
Bandung, Jawa Barat
1. Peran audit
operasional (X1)
2. Objek penelitian
terdapat di bidang
kesehatan
1. Gaya
kepemimpinan
(X2)
2. Kinerja (Y)
Berdasarkan keseluruhan analisis perhitungan statistik
pada bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa
secara simultan Audit Operasional dan Good Clinical
Governance berpengaruh signifikan terhadap Efektivitas
pelayanan JKN/BPJS di Rumah Sakit Sariningsih dan
Rumah Sakit Pindad Bandung dengan total pengaruh
94%, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain.
Mr. AlaDeen Mah’d
Alloubani, R.N, MSc;
Dr. Mohammad
Almatari, PhD; and
Mohammad Musa
Almukhtar, PhD
(2014)
Review: Effects Of
Leadership Styles On
Quality Of Services In
Healthcare
1) Gaya
kepemimpinan
(X2)
2) Objek penelitian
terdapat di
bidang kesehatan
1. Peran audit
operasional
(X1)
2. Kinerja (Y)
The leadership styles have a direct influence in nursing
practices, education and healthcare policies; a proficient
leader leads nurses and provides direction for an
organization towards accomplishing desired goals.
However stronger leadership is the demand of healthcare
sectors at the mean time. This can be explained in the
view of the fact that at the time of treating patient advice
of an expert who usually plays the role of leader holds
great significance on healthcare policies.
(bersambung ke halaman berikutnya)
41
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
(Kesimpulan) Persamaan Perbedaan
Umar Baki M.S
(2012)
Analisis Pengaruh
Kepemimpinan Dan Motivasi
Terhadap Kinerja Pegawai
Pada Dinas Kesehatan Kota
Bandar Lampung
Kepemimpinan/gaya
kepemimpinan (X2)
1. Peran audit
operasional (X1)
2. Kinerja
pelayanan (Y)
3. objek penelitian
ini terdapat di
instansi
pemerintah
Korelasi antara variabel kepemimpinan terhadap
kinerja adalah 0,517, termasuk korelasi yang sedang
(0,40 – 0,599). Korelasi antara variabel motivasi
terhadap kinerja adalah 0,578, termasuk korelasi yang
sedang (0,40 – 0,599). Kemudian korelasi antara
variabel kepemimpinan dan motivasi terhadap kinerja
adalah 0,616, termasuk korelasi yang tinggi (0,60-
0,799)
Divianto
(2012)
Peranan Audit Operasional
Terhadap Efektifitas
Pelayanan Kesehatan Rawat
Inap Di Rumah Sakit (Studi
Kasus Pada Rumah Sakit
Bunda Palembang)
1. Peran audit
operasional (X1)
2. Objek penelitian
ini terdapat di
rumah sakit
1. Gaya
kepemimpinan
(X2)
2. Kinerja (Y)
Dari hasil pengujian hipotesis diperoleh bahwa sig.
Sebesar0.000 (p < 0.05), sehingga H0 ditolak dan H1
diterima. Berdasarkan analisis statistik tersebut dapat
dikatakan bahwa audit operasional memiliki peranan
yang signifikan dalam menunjang efektivitas pelayanan
kesehatan rawat inap.
Tengku Teviana
(2011)
Pengaruh Gaya
Kepemimpinan dan
Komunikasi Intern Terhadap
Efektivitas Kerja Pegawai
Pada RS ESTOMIHI Medan
1. Gaya
kepemimpinan
(X2)
2. objek penelitian
ini terdapat di
instansi Rumah
Sakit
1. Peran audit
operasional (X1)
2. Kinerja (Y)
Gaya kepemimpinan dan komunikasi intern secara
bersama-sama mempengaruhi efektivitas kerja sebesar
64,8%
(bersambung ke halaman berikutnya)
42
G. Keterkaitan Antar Variabel dan Hipotesis
1. Pengaruh Audit Operasional atas Kinerja instalasi Rawat Inap Non
Psikiatri di Rumah Sakit
Penelitian yang dilakukan oleh Divianto (2012) mengenai peran audit
operasional dalam mendorong pelayanan kesehatan rawat inap, audit
operasional sebagai suatu pendekatan yang dilaksanakan untuk
memenuhi kriteria efektivitas pelayanan kesehatan Rawar Inap, artinya
dengan dilaksanakannya audit operasional dalam kegiatan pelayanan
kesehatan Rawat Inap, berupa kegiatan pemeriksaan, pengevaluasian,
penelaahan, dan pendeteksian, maka akan ditentukan hambatan yang
kemudian akan dicari dan dipikirkan cara-cara untuk mengantisipasi dan
menanggulangi hal-hal tersebut. Sehingga pada akhirnya pelayanan
kesehatan akan tercapai dan lebih lanjut lagi tujuan perusahaan dapat
terlaksana dengan baik. Dengan demikian, keterkaitan antara peran audit
operasional terhadap pelayanan kesehatan di instalasi rawat inap dapat
dapat dirumuskan melalui hipotesis sebagai berikut:
H1: Pengaruh audit operasional berpengaruh terhadap kinerja Instalasi
Rawat Inap Non Psikiatri yang terdapat di RS Dr H Marzoeki
Mahdi Bogor
2. Pengaruh Gaya Kepemimpinan atas Kinerja Instalasi Rawat Inap
Non Psikiatri di Rumah Sakit
Penelitian yang dilakukan oleh Teviana (2011) gaya kepemimpinan
memberikan pengaruh terhadap kerja pegawai. Oleh karena itu, pimpinan
43
rumah sakit hendaknya dapat menciptakan kepemimpinan tim yang baik,
dimana perhatian pimpinan terhadap hasil kerja tinggi begitu juga
terhadap hubungan dengan dengan para bawahan, sehingga kerja
pegawai dapat terus meningkat.
H2: Peran gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja Instalasi
Rawat Inap Non Psikiatri yang terdapat di RS Dr H Marzoeki
Mahdi Bogor
H. Kerangka Pemikiran
Menurut Hamid (2007) mendefinisikan bahwa kerangka pemikiran adalah
sebagai berikut: “Kerangka pemikiran adalah merupakan sintesa dari
serangkaian teori yang tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya
merupakan gambaran sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi
atau alternatif solusi dari serangkaian masalah yang diterapkan”.
Kerangka ini merupakan model konseptual bagaimana teori hubungan
dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang
penting. Adapun masalah-masalah yang dianggap penting dalam penelitiaan
ini adalah “Pengaruh Audit Operasional dan Gaya Kepemimpinan Terhadap
Kinerja Pelayanan Studi Kasus Pada Instalasi Rawat Inap Non Psikiatri Di
RS Dr H Marzoeki Mahdi Bogor”.Kerangka pemikiran dalam penelitian ini
dapat digambarkan dalam gambar 2.1
44
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Judul:
Pengaruh Audit Operasional dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pelayanan
(Studi Kasus Pada Instalasi Rawat Inap Non Psikiatri Di RS dr H Marzoeki Mahdi
Bogor)
Fenomena:
1. ketidakprofesionalan pelayanan yang dapat menyebabkan terjadinya hal yang
tidak diinginkan
2. pemimpin terkadang tidak mau menerima saran dan masukan dari bawahan yang
sangat diperlukan oleh pegawai untuk memberikan semangat kepada pegawai
dalam melayani setiap pasien yang ada di instalasi rawat inap
Audit Operasional (X1)
Gaya kepemimpinan (X2)
Kinerja instalasi rawat
inap Non Psikiatri di
RS Dr H Marzoeki
Mahdi Bogor (Y)
Model Penelitian : Regresi Berganda
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan dan Saran
45
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Objek Penelitian
Objek penelitian dalam penelitian ini mengenai peranan audit
operasional atas efektivitas pelayanan kesehatan instalasi rawat inap di
rumah sakit pada RS dr H Mardzoeki Mahdi yang bertempat di Jalan dr
Sumeru 10, Bogor, Jawa Barat.
B. Metode Penentuan Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode
convenience sampling, yaitu istilah umum yang mencakup variasi luasnya
prosedur pemilihan responden. Convenience sampling berarti unit
sampling yang ditarik mudah dihubungi, tidak menyusahkan, mudah untuk
mengukur, dan bersifat kooperatif (Hamid: 2007). Metode convenience
sampling digunakan karena peneliti dapat memiliki kebebasan untuk
memilih sampel dengan cepat dari elemen populasi yang datanya mudah
diperoleh. Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepala
ruangan dan karyawan di instalasi rawat inap non psikiatris.
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini menggunakan pengumpulan data
dengan cara sebagai berikut :
1. Penelitian Lapangan (field research)
Penelitian lapangan merupakan penelitian yang dilakukan dengan cara
melakukan pengamatan langsung pada objek yang diteliti untuk
46
memperoleh data primer. Adapun teknik pengumpulan data yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Wawancara
Penulis melakukan tanya jawab dengan bagian-bagian yang
memiliki hubungan erat dengan data-data yang penulis perlukan.
b. Kuesioner
Kuesioner yaitu teknik pengumpulan data dengan cara
membagikan pertanyaan secara tertulis kepada responden yang
telah dipilih.
2. Studi kepustakaan
Peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang sedang
diteliti melalui buku, jurnal, skripsi, atau berbagai bentuk terbitan
periodik baik secara manual ataupun komputer.
D. Metode Analisis Data
Data yang digunakan dipenelitian ini adalah metode analisis statistik
yang perhitungannya dilakukan menggunakan SPSS (Statistical Package
for Social Sciences) versi 21. Analisis ini bertujuan untuk menguji
pengaruh antara variabel Audit Operasional (X1) dan gaya kepemimpinan
(X2) dan Kinerja Instalasi Rawat Inap Non Psikiatri (Y). Metode analisis
data menggunakan statistik deskriptif, uji kualitas data, uji asumsi klasik,
dan uji hipotesis.
47
1. Statistik deskriptif memberikan gambaran suatu data yang dilihat dari
nilai rata-rata (mean), median, standar deviasi, maksimum dan
minimum, (Ghozali: 2011).
2. Uji kualitas data
a. Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner
dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap
pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu
(Ghozali: 2011).
Imam Ghozali (2011) menyebutkan bahwa pengukuran reliabilitas
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1) Repeated Measure atau pengukuran ulang: Disini seseorang
akan disodori pertanyaan yang sama pada waktu yang berbeda,
dan kemudian dilihat apakah ia tetap konsisten dengan
jawabannya.
2) One Shot atau pengukuran sekali saja: Disini pengukurannya
hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan
pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban
pertanyaan.
Kriteria pengujian dilakukan dengan menggunakan pengujian
Cronbach Alpha (α). Suatu variabel dikatakan reliabel jika
memberikan nilai Cronbach Alpha> 0,60 (Nunnaly, 1960 dalam
Ghozali: 2011).
48
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya
suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan
pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan
diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali: 2011).
Pengujian validitas dalam penelitian ini menggunakan Pearson
Correlation yaitu dengan cara menghitung korelasi antara nilai
yang diperoleh dari pertanyaan-pertanyaan. Apabila Pearson
Correlation yang didapat memiliki nilai di bawah 0,05 berarti data
yang diperoleh adalah valid (Ghozali: 2011).
3. Uji asumsi klasik
Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data primer ini, maka peneliti
melakukan uji multikolonieritas, uji normalitas, dan uji
heteroskedastisitas.
a. Uji Multikolinearitas
Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara
variabel independen. Multikolinearitas dapat juga dilihat dari nilai
Tolerance dan metode VIF (Variance Inflation Factor). Nilai
Tolerance berkebalikan dengan VIF. Tolerance adalah besarnya
variasi dari satu variabel independen yang tidak dijelaskan oleh
variabel independen lainnya. Sedangkan VIF menjelaskan derajat
suatu variabel independen yang dijelaskan oleh variabel
49
independen lainnya. Uji multikolonieritas dilihat dari nilai
tolerance kurang dari 1% dan Variance Inflantion Factor (VIF)
kurang dari 10% serta besaran korelasi antar variabel independen
b. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah sebuah model
regresi variabel dependen, variabel independen atau keduanya
mempunyai distribusi normal atau tidak. Terdapat dua cara untuk
mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu
dengan analisis grafik dan analisis statistik (Ghozali: 2011).
1) Analisis Grafik
Metode yang digunakan dalam analisis grafik adalah dengan
melihat normal probability plot yang membandingkan
distribusi
kumulatif dari distribusi normal. Untuk dapat mengetahui
apakah model regresi tersebut mengalami normalitas atau tidak
dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu
diagonal dari grafik. Adapun dasar pengambilan keputusan
menurut Santoso (2002) adalah:
a) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya
menunjukkan pola distribusi normal maka model regresi
tersebut memenuhi asumsi normalitas.
50
b) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak
mengikuti garis diagonal atau grafik histogram tidak
menunjukkan pola distribusi normal maka model regresi
tidak memenuhi asumsi normalitas.
2) Analisis Statistik
Selain itu penelitian uji normalitas dapat juga menggunakan uji
Kolmogorov Smirnov dengan bantuan program SPSS. Dalam
penelitian ini, uji yang dilakukan untuk menentukan normalitas
dengan menggunakan statistik Kolmogorov–Smirnov (Ghozali,
2009:30). Hal ini dapat dilihat sebagai berikut:
(a) Dengan membandingkan K-Shitung dengan K-Stabel :
(1) Jika K- Shitung < K- Stabel , Ho ditolak.
(2) Jika K- Shitung > K- Stabel , Ho diterima.
(b) Dengan melihat angka probabilitas, dengan ketentuan:
(1) Probabilitas > 0,05, maka Ho ditolak.
(2) Probabilitas < 0,05, maka Ho diterima
c. Uji Autokorelasi
Uji auto korelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pada periode
sebelumnya. Jika terdapat korelasi, maka dinamakan ada problem
autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang beruntun
sepanjang waktu yang berkaitan satu sama lain. Masalah yang
51
timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari
satu observasi ke observasi lainnya (Ghozali: 2011).
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan
ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, dan jika
varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain berbeda
disebut heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
gejala heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik
plot antara nilai prediksi variabel terikat dengan residual. Jika
menunjukkan suatu pola titik seperti titik yang bergelombang atau
melebar kemudian menyempit, maka dapat disimpulkan bahwa
telah terjadi heteroskedastisitas. Tetapi jika grafik plot tidak
membentuk pola yang jelas, maka tidak terjadi heteroskedastisitas
(Ghozali: 2011).
Selain menggunakan analisis grafik, peneliti juga
menggunakan analisis statistik yaitu dengan uji glejser. Dalam uji
glejser mengusulkan untuk meregres nilai absolut residual terhadap
variabel independen. Jika varians residual dari satu pengamatan ke
pengamatan yang lain tetap maka disebut homokedastisitas
(Ghozali: 2011).
52
4. Uji Hipotesis
Uji hipotesis terbagi menjadi dua macam yaitu uji interaksi dan uji
regresi linear berganda. Penjelasan masing-masing dari kedua metode
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Uji Regresi Linear Berganda
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
regresi linier berganda. Regresi berganda dapat didefinisikan
sebagai pengaruh antara lebih dari dua variabel, di mana terdiri
dari dua atau lebih variabel independen (bebas) dan satu variabel
dependen (terikat) dan juga digunakan untuk membangun
persamaan dan menggunakan persamaan tersebut untuk membuat
perkiraan (Kurniawan: 2011).
Dalam penelitian ini persamaan regresi yang digunakan adalah:
Dimana:
Y = Kinerja Pelayanan
= Konstanta
= Koefisien Regresi
X1=Audit Operasional
X2= Gaya Kepemimpinan
= Error
53
Pengujian hipotesis dilakukan melalui:
1) Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Nilai koefisien determinan adalah antara nol dan satu.
Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
dependen amat terbatas. Kelemahan mendasar penggunaan
koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel
independen yang dimasukkan ke dalam model.
Acuan yang menjadi ukuran seberapa besar penjelasan R2
adalah sebagai berikut:
0,00 – 0,199 : Sangat Rendah
0,20 – 0,399 : Rendah
0,40 – 0,599 : Sedang
0,60 – 0,799 : Kuat
0,80 – 1,000 : Sangat Kuat
Insukindro (1998) dalam Ghozali (2011) menekankan
bahwa koefisien determinasi hanyalah salah satu dan bukan
satu-satunya kriteria memilih model yang baik. Alasannya bila
suatu estimasi regresi linear menghasilkan koefisien determinasi
yang tinggi, tetapi tidak konsisten dengan teori ekonimika yang
dipilih oleh peneliti, atau tidak lolos dari ujian asumsi klasik,
54
maka model tersebut bukanlah model penaksir yang baikdan
seharusnya tidak dipilih menjadi model empirik.
Kelemahan mendasar koefisien determinasi adalah bias
terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan kedalam
model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R2
pasti
meningkat tidak perduli apakah variabel tersebut berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu
banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai
Adjusted R2
pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik.
Tidak seperti R2
, nilai Adjusted R2
dapat naik atau turun apabila
satu variabel independen ditambahkan kedalam model (Ghozali,
2011).
2) Uji Statistik t
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing
(secara individual) variabel independen (bebas) terhadap
variabel dependen (terikat) diuji dengan tingkat signifikansi
0,05. Menurut Santoso (2000) dasar pengambilan keputusan
adalah sebagai berikut:
1. Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05, maka Ho
diterimaatau Ha ditolak, ini berarti menyatakan bahwa
variabel independen (bebas) tidak mempunyai pengaruh
signifikan secara individual terhadap variabel dependen
(terikat).
55
2. Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak
atau Ha diterima, ini berarti menyatakan bahwa variabel
independen (bebas) mempunyai pengaruh signifikan secara
individual terhadap variabel dependen (terikat).
3) Uji Pengaruh Simultan (Uji F)
Uji statistik F ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh secara bersama-sama (simultan) variabel-variabel
independen (bebas) terhadap variabel dependen (terikat) diuji
dengan tingkat signifikansi 0,05. Menurut Santoso (2000: 120)
dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
a) Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05, maka Ho diterima
atau Ha ditolak, ini berarti menyatakan bahwa semua variabel
independen (bebas) tidak mempunyai pengaruh signifikan
secara bersama-sama terhadap variabel dependen (terikat).
b) Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak
atau Ha diterima, ini berarti menyatakan bahwa semua
variabel independen (bebas) mempunyai pengaruh signifikan
secara bersama-sama terhadap variabel dependen (terikat).
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel adalah segala sesuatu yang dapat diberi berbagai macam
nilai. Variabel merupakan proksi (proxy) atau representasi dari construct
(abstraksi dari fenomena-fenomena kehidupan nyata yang diamati) yang
dapat diukur dengan berbagai macam nilai. Variabel merupakan mediator
56
antara construct yang abstrak dengan fenomena yang nyata (Indriantoro
dan Supomo: 2002).
Dalam penelitian ini variabel diklasifikasikan menjadi 2 jenis, yaitu
variabel independen (independent variabel) dan variabel dependen
(dependent variabel). Maka operasionalisasi variabel dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Variabel Independen
Variabel independen atau bebas adalah tipe variabel yang menjelaskan
atau mempengaruhi variabel yang lain. Variabel independen dalam
penelitian ini adalah Peran Audit Operasional dan Gaya
Kepemimpinan.
b. Variabel tidak bebas (Dependent Variable)
Merupakan suatu variabel yang keberadaanya dipengaruhi oleh
variabel sebelumnya. Dalam skripsi ini variabel tidak bebasnya adalah
kinerja Instalasi Rawat Inap Non Psikiatri. Variabel ini diukur dengan
menggunakan skala ordinal yang berkaitan dengan 3 (tiga) pilihan
yaitu: (3) Setuju (2) Netral , Dan (1) Tidak Setuju.
Gambar ini merupakan Operasional Variabel dalam penelitian ini
dapat dilihat pada tabel 3.1
57
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel Indikator Sub Indikator No. Butir
Pertanyaan
Skala
Pengukuran
Audit
Operasional
(X1)
(Widjayanto
(2006: 12-18)
1. Tahap
pendahuluan
Kualifikasi Auditor 1-7 Likert
Pengamatan Fisik
Sekilas 12, 14 Likert
Wawancara Dengan
Manajemen 11 Likert
2. Tahap
Pemeriksaan
Mendalam
Studi lapangan 15,16, 19 Likert
Analisa 8-10, 17,
20, 21,22 Likert
3. Tahap
Pelaporan
13, 18, 23 Likert
Gaya
Kepemimpinan
(X2)
(Malayu S. P.
Hasibuan:
2005)
1. Gaya Otoriter 24-26 Likert
2. Gaya
Partisipatif
27-32 Likert
3. Gaya
Kharismatik
33-37 Likert
4. Gaya
Demokratis
38-40 Likert
Kinerja
Pelayanan
(Y)
(Fuad Mas’ud
(1998))
1. Loyalitas 41 Likert
2. Disiplin 42 Likert
3. Kerja Keras 43 Likert
4. Tanggung
Jawab
44-45 Likert
5. Inovatif 46 Likert
6. Pengawasan 47 Likert
58
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
7. Sejarah Rumah Sakit dr H Marzoeki Mahdi Bogor
Rumah Sakit dr Marzoeki Mahdi yang dulunya dikenal sebagai
Rumah Sakit Jiwa Pusat Bogor telah mengalami pasang surut sejarah yang
cukup panjang. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit yang pertama
didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 1 Juli 1882. Ada
dua alasan penting mengapa pemerintah Hindia Belanda ingin mendirikan
rumah sakit jiwa, yaitu: hasil sensus yang dilakukan pada tahun 1862 telah
memperlihatkan kesimpulan tentang banyaknya pasien gangguan jiwa yang
berkeliaran bebas di masyarakat; dan keyakinan bahwa penyakit jiwa dapat
disembuhkan jika diberi perhatian dan perawatan yang layak.
Berdasarkan surat dinas dari cabinet di Indonesia (”Ex Nederlands-India)
kepada Inspektur Urusan Asylum di negeri Belanda pada bulan
September 1865, dikeluarkan suatu Surat Keputusan Kerajaan No. 100
tanggal 20 Desember 1865, surat tersebut berisi tentang persetujuan untuk
mendirikan 2 (Dua) Rumah Sakit Jiwa di Indonesia, namun RSJ yang kedua
baru dapat didirikan setelah pembangunan RSJ yang pertama selesai dan
untuk keperluan di atas ditunjuklah 2 (dua) orang yaitu dr. F. H. Bauer
seorang psikiater dan Dr. W. M. Smit seorang dokter Angkatan Laut
Belanda untuk meneliti beberapa kemungkinan lokasi untuk pendirian 2
(dua) RSJ tersebut. Tanggal 1 Juli 1882 diresmikanlah RSJ Pusat Bogor
59
dengan nama asli ”Krankzinnigengestich te Beuitenzorg” oleh Direktur P &
K (Ex Onderwijs Van Eeredienst En Nijverheid) dengan jumlah pekerja 35
orang Eropa dan 95 Pegawai Indonesia dan keturunan Cina diantaranya
seorang dokter jiwa yang bernama Dr. Sumeru, dengan kapasitas 400
tempat tidur. Pada kurun 1942 -1945 RSJ Pusat Bogor digunakan sebagai
penampungan tentara Jepang dan sebagian lain untuk tempat karantina
penyakit menular. Dalam periode tahun 1945-1950 yang merupakan periode
revolusi fisik dalam mempertahankan kemerdekaan tidak banyak perhatian
yang diberikan terhadap nasib RSJ Pusat Bogor. Antara tahun 1950-1969
hanya sedikit perbaikan gedung yang dapat dilaksanakan bahkan proses
pengrusakan berjalan cepat. Barulah pada periode Repelita sedikit demi
sedikit perbaikan dan perubahan gedung/ruang perawatan yang cukup
berarti. Semenjak tahun 1978 dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan
No. 135/Menkes/SK/IV/1978 tanggal 28 April 1978 diatur Susunan
Organisasi dan Tata Kerja RSJP Bogor. Tahun 1998, RSJP Bogor telah
terakreditasi untuk 5 (lima) jenis pelayanan, yaitu:
1. Pelayanan Medis
2. Pelayanan Administrasi dan Manajemen
3. Pelayanan Gawat Darurat
4. Pelayanan Keperawatan
5. Pelayanan Rekam Medis
60
Pada periode tahun 1997-2001 terjadi peningkatan kunjungan rawat jalan
dan peningkatan rata-rata hunian tempat tidur/rawat inap yang cukup
signifikan seiring dengan peningkatan mutu pelayanan, pengembangan
pelayanan dan pembukaan pelayanan baru seperti Instalasi Pemulihan
Napza, Ruang Model Praktik Keperawatan Profesional, ICU Psikiatri,
Ruang Detoksifikasi maupun pelayanan umum. Seiring dengan nuansa
reformasi, RSJP Bogor mengalami beberapa perubahan, baik dari tatanan
organisasi, strategi pelayanan maupun perubahan status RS RSJP Bogor
diproyeksikan akan menjadi salah satu RS PERJAN. Strategi lain dari
pengembangan pelayanan adalah dengan mengubah nama RS dan
bersamaan dengan momen peringatan 120 tahun RSJP Bogor pada tanggal 1
Juli 2002 RSJP Bogor diresmikan menjadi Rumah Sakit Dr.H.Marzoeki
Mahdi. Sedangkan Surat Keputusan Resmi (SK)-nya sendiri baru terbit pada
tanggal 28 Juli 2002.
b. Visi, Misi, Nilai-nilai, dan Motto Organisasi Rumah Sakit dr H Marzoeki
Mahdi
a. Visi Rumah Sakit dr H Marzoeki Mahdi
Visi dari Rumah Sakit dr H Marzoeki Mahdi ialah menjadi rumah sakit
jiwa rujukan nasional dengan unggulan layanan rehabilitasi psikososial
pada tahun 2019
61
c. Misi Rumah Sakit dr H Marzoeki Mahdi
Adapun misi dari Rumah Sakit dr H Marzoeki Mahdi ialah sebagai
berikut.
1) Mewujudkan pelayanan kesehatan jiwa dengan unggulan rehabilitasi
psikososial;
2) meningkatkan penyelenggaraan pendidikan, pelatihan, dan riset
unggul dalam bidang kesehatan jiwa;
3) meningkatkan peran strategis dalam program kesehatan jiwa
nasional;
4) meningkatkan kemitraan dan pemberdayaan stakeholder; dan
5) meningkatkan komitmen dan kinerja pegawai untuk mencapai
kesejahteraan.
d. Nilai-nilai Rumah Sakit dr H Marzoeki Mahdi
Adapun nilai-nilai yang diterapkan oleh Rumah Sakit dr H Marzoeki
Mahdi ialah sebagai berikut.
1) Belajar dan berkembang;
2) Profesionalisme;
3) Bekerja seimbang;
4) Kekeluargaan;
5) Saling menghargai; dan
6) Motivasi dan komitmen.
62
e. Motto Rumah Sakit dr H MARZOEKI MAHDI BOGOR
Adapun motto yang diterapkan oleh Rumah Sakit dr H MARZOEKI
MAHDI BOGOR adalah “SMART (Sehat, Empati, Harmoni, Antusias,
dan Tertib).”
I. Tempat Dan Waktu Penelitian
Responden dalam penelitian ini adalah karyawan bagian administrasi rawat
inap non psikiatri Rumah Sakit dr H Marzoeki Mahdi Bogor. Pengumpulan
data dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner secara langsung yang peneliti
lakukan kepada para responden. Penyebaran kuesioner dilaksanakan pada
tanggal 25 Januari 2016. Kuesioner yang disebar berjumlah 35 buah dan
jumlah yang kembali juga berjumlah 35 buah atau sebesar 100%. Walaupun
kuesioner yang disebar kembali 100%, namun kuesioner yang dapat diolah
hanya berjumlah 30 buah atau 87% sedangkan sisanya 5 buah atau 13% tidak
dapat diolah oleh peneliti. Kuesioner yang tidak dapat diolah dikarenakan
responden yang mengisi kuesioner bukan termasuk karyawan bagian
administrasi rawat inap non psikiatri sehingga dapat dikatakan responden
tersebut bukan merupakan sampel pada penelitian ini. Data sampel dapat
dilihat dalam tabel 4.1.
\
63
Tabel 4.1.
Data Sampel Penelitian
No. Keterangan Jumlah Persentase
1. Jumlah kuesioner yang disebar 35 100%
2. Jumlah kuesioner yang tidak
kembali 0 0%
3. Jumlah kuesioner yang kembali 35 100%
4. Jumlah kuesioner yang tidak
dapat diolah 5 13%
5. Jumlah kuesioner yang dapat
diolah 30 87%
Sumber: Data primer yang diolah
J. Karakteristik Responden
a. Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4.2
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Wanita 21 70 70 70
Pria 9 30 30 100.0
Total 30 100.0 100.0
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.2 diatas, jumlah responden terlihat lebih dominan
dibandingkan dengan responden wanita, yakni sebesar 21 orang atau 70%
sedangkan responden pria hanya berjumlah 9 orang atau 30%. Hal ini
sesuai dengan bukti yang peneliti temukan dalam lapangan, dimana lebih
banyak wanita yang berada di ruangan bagian administrasi rawat inap non
psikiatri.
Selain itu kenyataan tersebut juga diperkuat oleh beberapa pengakuan
yang peneliti dapatkan dari beberapa responden wanita yang mengakui
64
bahwa kebanyakan perusahaan memberikan kepercayaan kepada wanita
untuk melakukan aktivitas pelayanan administrasi (mulai dari melayani
administrasi, mencatat seluruh aktivitas yang berkaitan dengan pelayanan,
dan lain-lain). Hal tersebut ditentukan dengan beberapa pertimbangan
seperti tugas seorang administrasi diperlukan sebuah ketelitian, kecakapan,
dan lain sebagainya.
b. Deskripsi responden berdasarkan usia
Tabel 4.3
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid <20 0 0.0 0.0 0.0
20-30 10 33 33 33
30-40 14 47 47 80
>40 6 20 20 100.0
Total 30 100.0 100.0
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.3 diatas, menunjukkan bahwa tidak terdapat responden yang
berusia dibawah 20 tahun. Hal ini dikarenakan responden dalam usia
tersebut tidak diperkenankan atau belum diwajibkan untuk melakukan
aktivitas pelayanan administrasi, biasanya mereka hanya digunakan sebagai
tenaga pembantu saja.
Responden yang berusia 20-30 tahun ada sebanyak 10 orang atau sebesar
33%. Jumlah tersebut hanya berbeda sedikit dengan responden pada interval
usia 30-40 tahun yaitu sebanyak 14 orang atau 47%. Responden dalam
kedua interval tersebut memang dikatakan sudah mulai familiar (tidak
65
canggung) lagi dalam melaksanakan aktivitas pelayanan administrasi.
Mereka juga sudah mulai memiliki keahlian di bidang administrasi.
Selanjutnya yaitu responden dengan usia 40-50 tahun dengan jumlah 6
orang atau 30% dari total keseluruhan responden. Berdasarkan hasil riset
yang peneliti lakukan, responden pada interval tersebut sudah tidak teliti
dalam mencatat semua kegiatan administrasi.
c. Deskripsi responden berdasarkan pendidikan terakhir
Tabel 4.4
Hasil Uji Deskripsi Responden
Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid SMA 2 7 7 7
D3 25 83 83 90
S1 3 10 47 100.0
S2 0 0 0 100.0
Total 30 100.0 100.0
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.4 diatas, menunjukkan bahwa 7% pendidikan terakhir
responden ialah SMA, 83% pendidikan terakhir responden ialah D3, dan
10% pendidikan terakhir responden adalah S1.
66
d. Deskripsi responden berdasarkan lama bekerja
Tabel 4.5
Hasil Uji Deskripsi Responden
Berdasarkan Lama Bekerja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid <5 tahun 5 17 17 17
5-10 tahun 10 33 33 50
>10 tahun 15 50 50 100.0
Total 30 100.0 100.0
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.5 di atas, menunjukkan bahwa 17% responden bekerja
selama <5 tahun, 10% responden bekerja selama 5-10 tahun, dan 50%
responden bekerja selama >10 tahun.
K. Hasil Instrumen Penelitian
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Variabel-variabel dalam penelitian ini telah diuji menggunakan uji statistik
deskriptif. Hasil pengujian tersebut dapat dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6
Hasil Uji Statistik Deskriptif
sumber: Data primer yang diolah.
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
OA 30 32 69 59.50 13.572
GK 30 25 51 41.77 8.537
P 30 10 21 18.87 3.839
Valid N
(listwise) 30
67
Tabel 4.6 menjelaskan bahwa variabel operasional audit jawaban
minimum responden sebesar 32 dan maksimum sebesar 69, dengan
rata-rata total 59.50 dan standar deviasi 13.572. Hal ini menyatakan
bahwa pada umumnya responden menjawab antara setuju dan tidak
setuju dalam skala operasional audit. Pada variabel gaya kepemimpinan
jawaban minimum responden sebesar 25 dan maksimum sebesar 51,
dengan rata-rata total 41,77 dan standar deviasi 8,537. Hal ini
menyatakan bahwa pada umumnya responden menjawab setuju dalam
skala gaya kepemimpinan. Variabel kinerja Instalasi Rawat Inap Non
Psikiatri jawaban minimum responden sebesar 10 dan maksimum
sebesar 21, dengan rata-rata total 18,87 dan standar deviasi 3,839. Hal
ini menyatakan bahwa pada umumnya responden menjawab setuju
dalam skala pelayanan.
2. Hasil Uji Kualitas Data
a. Hasil Uji Validitas Data
Uji validitas data digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya
suatu kuesioner. Jika korelasi antara skor pada masing-masing butir
pertanyaan dengan total skor mempunyai tingkat signifikansi
dibawah 0,05 maka butir pertanyaan tersebut dikatakan valid
(Ghozali, 2011:45).
68
Tabel 4.7
Hasil Uji Validitas Operasional Audit
Butir Pertanyaan Pearson Correlation Sig. (2-
tailed) Keterangan
OA 1 .881**
.000 Valid
OA 2 .830**
.000 Valid
OA 3 .853**
.000 Valid
OA 4 .702**
.000 Valid
OA 5 .855**
.000 Valid
OA 6 .888**
.000 Valid
OA 7 .876**
.000 Valid
OA 8 .872**
.000 Valid
OA 9 .941**
.000 Valid
OA 10 .658**
.000 Valid
OA 11 .931**
.000 Valid
OA 12 .865**
.000 Valid
OA 13 .819**
.000 Valid
OA 14 .925**
.000 Valid
OA 15 .923**
.000 Valid
OA 16 .807**
.000 Valid
OA 17 .916**
.000 Valid
OA18 .850**
.000 Valid
OA 19 .830**
.000 Valid
OA 20 .588**
.000 Valid
OA 21 .944**
.000 Valid
OA 22 .842**
.000 Valid
OA 23 .481**
.000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
69
Tabel 4.8
Hasil Uji Validitas Gaya Kepemimpin
Butir Pertanyaan Pearson Correlation Sig. (2-
tailed) Keterangan
GK 1 .621**
.000 Valid
GK 2 .703**
.000 Valid
GK 3 .732**
.000 Valid
GK 4 .773**
.000 Valid
GK 5 .835**
.000 Valid
GK 6 .663**
.000 Valid
GK 7 .582**
.000 Valid
GK 8 .498**
.000 Valid
GK 9 .524**
.000 Valid
GK 10 .704**
.000 Valid
GK 11 .762**
.000 Valid
GK 12 .618**
.000 Valid
GK 13 .793**
.000 Valid
GK 14 .834**
.000 Valid
GK 15 .866**
.000 Valid
GK 16 .561**
.000 Valid
GK 17 .731**
.000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.9
Hasil Uji Validitas Kinerja Pelayanan
Butir Pertanyaan Pearson Correlation Sig. (2-
tailed) Keterangan
P1 .783**
.000 Valid
P2 .884**
.000 Valid
P3 .867**
.000 Valid
P4 .791**
.000 Valid
P5 .819**
.000 Valid
P6 .844**
.000 Valid
P7 .807**
.000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.7 sampai 4.9 menunjukkan bahwa variabel audit
operasional, gaya kepemimpinan, dan kinerja instalasi rawat inap non
psikiatri memiliki kriteria valid untuk setiap item pertanyaan dengan
nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti semua item
70
pernyataan yang digunakan dalam penelitian ini mampu
mengungkapkan sesuatu yang diukur pada kuesioner tersebut.
b. Hasil Uji reabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk menilai konsistensi dari instrumen
penelitian. Suatu instrumen penelitian dapat dikatakan reliabel jika nilai
Cronbach Alpha berada diatas 0,6. Tabel 4.10 menunjukkan hasil uji
reliabilitas untuk empat variabel penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini.
Tabel 4.10
Hasil Uji Reliabilitas
No Variabel Cronbach’s
Alpha
N of
Items Hasil
1. Operasional Audit .979 23 Reliabel
2. Gaya Kepemimpinan .932 14 Reliabel
3. Kinerja Instalasi Rawat
Inap Non Psikiatri .922 7 Reliabel
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.10 menunjukkan nilai cronbach’s alpha atas variabel
operasional audit sebesar 0,979, gaya kepemimpinan sebesar 0,932,
Kinerja Instalasi Rawat Inap Non Psikiatrisebesar 0,922. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa pertanyaan dalam kuesioner ini
reliabel karena mempunyai nilai cronbach’s alpha lebih besar dari
0,6. Hal ini menunjukkan bahwa setiap item pernyataan yang
digunakan akan mampu memperoleh data yang konsisten yang berarti
bila pernyataan itu diajukan kembali akan diperoleh jawaban yang
relatif sama dengan jawaban sebelumnya.
71
3. Hasil Pengujian Asumsi Klasik
Asumsi klasik merupakan asumsi yang mendasari analisis regresi.
Pengujian asumsi klasik bertujuan untuk memastikan bahwa data yang
diperoleh benar-benar memenuhi asumsi dasar dalam regresi. Asumsi
dasar tersebut antara lain data terdistribusi secara normal, tidak terjadi
heteroskedastisitas, tidak terjadi multikolinearitas, dan tidak terjadi
autokorelasi.
a. Uji Multikolonieritas
Uji Multikolinearitas dilakukan untuk menguji adanya korelasi antar
variable bebas (independen) dalam model regresi tersebut. Model
regresi yang baik seharusnya tidak memiliki variabel independen yang
memiliki korelasi dengan variable independen lainnya. Untuk
mendeteksinya, peneliti melihat nilai tolerance dan Variance Inflation
Factor (VIF) serta besaran korelasi antar variabel independen.
Tabel 4.11
Hasil Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
OA .126 7.917
GK .126 7.917
a. Dependent Variable: P
Sumber: Data primer yang diolah
72
Berdasarkan tabel 4.11 diatas terlihat bahwa nilai tolerance
mendekati angka 1 dan nilai variance inflation factor (VIF) disekitar
angka 1 untuk setiap variabel, yang ditunjukkan dengan nilai
tolerance 0,126 dan 0,126 serta VIF sebesar 7.917 dan 7.917 untuk
variabel operasional audit dan gaya kepemimpinan dalam
melaksanakan Kinerja Instalasi Rawat Inap Non Psikiatridi instalasi
rawat inap non psikiatri. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
model persamaan regresi tidak terdapat problem multiko dan dapat
digunakan dalam penelitian ini.
b. Uji Normalitas Data
Pada dasarnya, data-data yang tercatat dalam bentuk skala memiliki
asumsi bahwa data-data tersebut telah terdistribusi secara normal.
Namun, ada kalanya hal itu tidak selalu benar. Maka dari itu, untuk
memastikan hal tersebut harus dilakukan uji normalitas atas data-data
tersebut. Menurut Imam Ghozali (2011), Uji normalitas bertujuan
untuk menguji apakah sebuah model regresi variabel dependen,
variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau
tidak. Terdapat dua cara untuk mendeteksi apakah residual
berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan
analisis statistik (Ghozali: 2011).
1) Uji Normalitas Berdasarkan Analisis Grafik
Peneliti menggunakan grafik normal P-Plot untuk melakukan uji
normalitas yang didasari atas analisis grafik. Grafik normal P-Plot
73
sangat mudah dipahami karena dengan menggunakan grafik P-
Plot data yang terdistribusi normal akan tersebar mengikuti garis
sumbu diagonal yang terdapat pada grafik.
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Histogram
Sumber: Data primer yang diolah
Seperti yang terlihat pada grafik diatas, titik-titik menyebar
disekitar garis diagonal dan arahnya mengikuti garis diagonal
pada grafik tersebut. Hal ini membuktikan bahwa data tersebut
terdistribusi normal sehingga model regresi dapat digunakan
(ghozali: 2011)
74
2) Uji Normalitas Berdasarkan Analisis Statistik
Uji normalitas berdasarkan analisis grafik diatas terlihat
cukup baik. Namun hal ini juga dapat menyesatkan kalau tidak
hati-hati. Secara visual data atas model regresi ini terlihat
normal dan baik, namun adakalanya secara statistik semuanya
bisa berubah sebaliknya. Oleh karena itu, Imam Ghozali (2011)
menganjurkan untuk melakukan analisis statistik juga terhadap
data tersebut disamping analisis grafik.
Uji normalitas berdasarkan analisis statistik dilakukan
dengan menggunakan uji Kolomogorof-Smirnov yang hasilnya
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.12
Hasil Uji Normalitas Data Berdasarkan Analisis Statistik
Berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov diatas, terlihat nilai
Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 0.899 dengan nilai Asymp. Sig.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 30
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 2.45996305
Most Extreme
Differences
Absolute .164
Positive .164
Negative -.143
Kolmogorov-Smirnov Z .899
Asymp. Sig. (2-tailed) .394
a. Test distribution is Normal.
Sumber: data yang telah diolah
75
sebesar 0,394. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa nilai
unstandardized residual memiliki nilai sig. (0.394) > 0.05, ini
berarti bahwa semua data terdistribusi dengan normal dan model
regresi tersebut layak untuk digunakan sehingga penelitian dapat
dilanjutkan.
c. Hasil Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu
pengamatan ke pengamatan yang lain atau tidak. Deteksi ada tidaknya
heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola
tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED, yang
diperlihatkan pada gambar 4.2.
Gambar 4.2
Hasil Uji Heterokedastisitas dengan Scatterplot
Sumber: Data primer yang diolah
76
Berdasarkan gambar 4.2, grafik scatterplot menunjukkan bahwa
data tersebar di atas dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y. Hal
ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model persamaan
regresi, sehingga model regresi layak digunakan.
4. Hasil Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan model regresi
berganda (multiple regression analysis), yang terdiri dari:
a. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji koefisien determinasi dilakukan untuk mengetahui seberapa
besar kemampuan variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel
independen.
Tabel 4.13
Hasil Uji Koefisien Determinasi
sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.13 menunjukkan nilai R sebesar 0,768 atau 76,8%. Hal ini
berarti bahwa korelasi antara kinerja instalasi rawat inap non psikiatri
melaksanakan operasional audit dan gaya kepemimpinan adalah cukup
kuat. Sedangkan nilai Adjusted R Square menunjukkan jumlah sebesar
0,559 atau 55,9%. Hal ini berarti 58,9%. variabel kinerja instalasi rawat
inap non psikiatri dapat dijelaskan oleh variabel audit operasional dan
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
1 .768a .589 .559 2.549
a. Predictors: (Constant), GK, OA
b. Dependent Variable: P
77
gaya kepemimpinan, Sedangkan sisanya 44,1% (100%-55,9%)
dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak disertakan dalam model
penelitian ini.
5. Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Uji regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui ada
tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara
individual terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat
signifikansi 0,05. Hasil uji statistik t dapat dilihat pada tabel 4.14, jika
nilai probability t lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan menolak
H0, sedangkan jika nilai probability t lebih besar dari 0,05 maka H0
diterima dan menolak Ha.
Tabel 4.14
Hasil Uji Statistik t
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B
Std.
Error Beta
(Constant) 7.750 2.359 3.285 .003
OA .367 .115 1.298 3.190 .002
GK -.253 .178 -.580 -1.425 .151
a. Dependent Variable: P
Sumber: Data primer yang diolah
Dari uji regresi linier berganda yang terdapat pada tabel 4.10 diatas
dapat dirumuskan sebuah persamaan regresi untuk mengetahui
pengaruh antara audit operasional dan gaya kepemimpinan terhadap
kinerja pelayanan sebagai berikut:
78
Dimana:
Y = Kinerja Pelayanan
= Konstanta
= Koefisien Regresi
X1=Audit Operasional
X2= Gaya Kepemimpinan
= Error
Dari persamaan regresi diatas dapat disimpulkan bahwa :
a) Jika kedua variabel independen (audit operasional dan gaya
kepemimpinan) tidak ada pergerakan (konstan) atau bernilai 0,
maka kinerja pelayanan akan mengalami kenaikan sebesar
7,750 satuan.
b) Koefisien regresi audit operasional sebesar 0,367. Hal ini
menyatakan bahwa jika audit operasional bertambah atau
meningkat 1 satuan, maka kinerja pelayanan akan mengalami
kenaikan sebesar 0,367 satuan dengan catatan variabel
independen lainnya konstan atau bernilai 0.
c) Koefisien regresi gaya kepemimpinan sebesar (-0,253). Hal ini
menyatakan bahwa jika gaya kepemimpimam bertambah atau
meningkat 1 satuan, maka kinerja pelayanan akan mengalami
penurunan sebesar 0,253 satuan dengan catatan variabel
independen lainnya konstan atau bernilai 0.
79
a. Hasil Uji Statistik F
Uji statistik F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel
independen yang dimasukkan dalam model regresi secara bersama-
sama terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikan
0,05. Hasil uji statistik F dapat dilihat pada tabel 4.16, jika nilai
probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan menolak H0,
sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima
dan menolak Ha.
Tabel 4.15
Hasil Uji Statistik f
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression 251.976 2 125.988 19.384 .000a
Residual 175.491 27 6.500
Total 427.467 29
a. Predictors: (Constant), GK, OA
b. Dependent Variable: P
Sumber: Data primer yang diolah
Hasil Uji Hipotesis 1: Pengaruh Audit Operasional terhadap Kinerja
Pelayanan Instalasi Rawat Inap Non Psikiatri Rumah Sakit dr H Marzoeki
Mahdi Bogor
Hasil uji hipotesis 1 dapat dilihat pada tabel 4.14 tingkat
signifikansi 0,002. Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 ( ≤
0,05) maka H1 diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa audit
operasional berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja instalasi
rawat inap non psikiatri Rumah Sakit dr H Marzoeki Mahdi Bogor.
80
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Divianto (2012)
sakinah (2013), serta Ella, dkk. (2014).
Secara logika hubungan antara audit operasional dan kinerja
pelayanan adalah audit operasional sebagai suatu pendekatan yang
dilaksanakan untuk memenuhi kriteria kinerja pelayanan yang telah
diterapkan, artinya dengan dengan dilaksanakannya audit operasional
dalam kegiatan pelayanan kesehatan Rawat Inap, berupa kegiatan
pemeriksaan, pengevaluasian, penelaahan, dan pendeteksian, maka
akan ditentukan hambatan dan ketidak efektifan yang kemudian akan
dicari dan dipikirkan cara-cara untuk mengantisipasi dan
menanggulangi hal-hal tersebut. Sehingga pada akhirnya keefektifan
pelayanan kesehatan akan tercapai dan lebih lanjut lagi tujuan
perusahaan dapat terlaksana dengan baik. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa untuk menjaga kinerja Instalasi Rawat Inap Non
Psikiatri instalasi rawat inap perlu ada perbaikan secara terus menerus
oleh Rumah Sakit dr H Marzoeki Mahdi Bogor, dalam bidang
pengawasan bagian operasional agar dapat melakukan kembali audit
operasional, di dalam rumah sakit tersebut.
Hasil Uji Hipotesis 2: Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja
Pelayanan Instalasi Rawat Inap Non Psikiatri Rumah Sakit dr H Marzoeki
Mahdi Bogor
Hasil uji hipotesis 2 dapat dilihat pada tabel 4.14 tingkat
signifikansi .151. Karena tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05 ( ≥
81
0,05) maka H1 ditolak, sehingga dapat dikatakan bahwa audit
operasional tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja
instalasi rawat inap non psikiatri Rumah Sakit dr H Marzoeki Mahdi
Bogor. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Teviana (2011).
Secara logika Gaya atau sikap yang ditunjukkan pimpinan akan
mewarnai cara berfikir para karyawannya yang pada akhirnya akan
mempengaruhi perilaku kerja karyawan di organisasi tersebut.
Pemimpin yang mampu memberikan dorongan dan semangat kerja
kepada para bawahannya akan mampu meningkatkan kemampuan kerja
karyawan tersebut, sehingga kinerja pelayanan di instalasi rawat inap
akan meningkat pula.Dengan demikian dapat dikatakan bahwa untuk
menjaga kinerja Instalasi Rawat Inap Non Psikiatri instalasi rawat inap
tidak perlu adanya perbaikan secara terus menerus oleh Rumah Sakit dr
H Marzoeki Mahdi Bogor, dalam bidang gaya kepemimpinan dalam
rumah sakit tersebut.
Hasil Uji Hipotesis 3: Pengaruh Audit Operasional, Gaya Kepemimpinan
Terhadap Kinerja Pelayanan Instalasi Rawat Inap Non Psikiatri Rumah
Sakit dr H Marzoeki Mahdi Bogor
Hasil uji hipotesis 3 dapat dilihat pada tabel 4.15 dimana nilai F
diperoleh sebesar 19,384 dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena
tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 ( ≤ 0,05) maka H3 diterima,
sehingga dapat dikatakan bahwa audit operasional dan gaya
82
kepemimpinan berpengaruh secara signifikan terhadapkinerja instalasi
rawat inap non psikiatri Rumah Sakit dr H Marzoeki Mahdi Bogor.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa untuk menjaga kinerja
Instalasi Rawat Inap Non Psikiatri instalasi rawat inap perlu ada
perbaikan secara terus menerus oleh Rumah Sakit dr H Marzoeki
Mahdi Bogor, baik dalam bidang pengawasan bagian operasional agar
dapat melakukan kembali audit operasional, maupun dari gaya
kepemimpinan itu sendiri oleh para pemimpin yang terdapat di dalam
rumah sakit tersebut.
Jadi, apabila audit operasional yang didukung oleh gaya
kepemimpinan yang diterapkan oleh manajemen, maka keduanya hal
tersebut akan bersama-sama mempengaruhi Kinerja Instalasi Rawat
Inap Non Psikiatri di instalasi rawat inap non psikiatri.
83
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh audit operasional
dan gaya kepemimpinan terhadap Kinerja Instalasi Rawat Inap Non
Psikiatri istalasi rawat inap non psikiatri. Berdasarkan pada data yang telah
dikumpulkan dan pengujian yang telah dilakukan terhadap permasalahan
dengan menggunakan model regresi berganda, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
a. Audit operasional berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja
pelayanan instalasi rawat inap non psikiatri. Hasil penelitian ini konsisten
dengan penelitian yang dilakukan oleh Divianto (2012), sakinah (2013),
serta Ella, dkk. (2014).
b. Gaya kepemimpinan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja
pelayanan instalasi rawat inap non psikiatri. hi
c. Audit operasional dan gaya kepemimpinan berpengaruh secara signifikan
terhadap kinerja pelayanan instalasi rawat inap non psikiatri .
B. Implikasi
a. Bagi Manajemen Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa hanya
audit operasional saja yang berpengaruh terhadap kinerja pelayanan
instalasi rawat inap non psikiatri. Sedangkan untuk variabel gaya
84
kepemimpinan tidak berpengaruh secara signifikan dalam upayanya
meningkatkan kinerja pelayanan instalasi rawat inap non psikiatri,
manajemen rumah sakit diharapkan untuk meningkatkan audit
operasionalnya. Hal ini bertujuan agar manajemen dapat melihat output
kinerja pelayanan pada instalasi rawat inap non psikiatri sehingga
manajemen dapat memberikan keputusan secepat mungkin untuk
menghindari kesalahan-kesalahan yang dapat mengganggu kinerja
pelayanan yang terdapat pada instalasi rawat inap non psikiatri. Dengan
demikian kualitas dari kinerja pelayanan instalasi rawat inap non psikiatri
dapat meningkat sehingga dapat memberikan kepuasan kepada pasien.
b. Bagi Akademisi
Diharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan tambahan
pengetahuan mengenai audit operasional dan gaya kepemimpinan yang
terdapat di dalam manajemen rumah sakit dan dapat dijadikan sebagai
bahan acuan bagi mahasiswa lainnya untuk melakukan penelitian
selanjutnya mengenai kinerja pelayanan dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat dalam
penemuan teori-teori baru yang nantinya akan membantu peningkatan
kinerja pelayanan yang dilakukan oleh rumah sakit.
C. Keterbatasan Penelitian
Yang menjadi keterbatasan penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
85
1. Variabel independen yang peneliti ambil yaitu gaya kepemimpinan dapat
dikatakan masih belum menggambarkan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kinerja pelayanan instalasi rawat inap non psikiatri. Hal ini
dapat dilihat dari hanya satu variabel independen saja yaitu audit
operasional yang berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja pelayanan
instalasi rawat inap non psikiatri.
2. Ruang lingkup penelitian masih sempit karena hanya terbatas pada
karyawan administrasi di instalasi rawat inap non psikiatri, sehingga
penggeneralisasian kesimpulan dalam penelitian ini masih terbilang
kurang.
D. Saran
Saran-saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya, adalah sebagai
berikut:
a. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambahkan variabel-variabel
independen lainnya, baik yang berasal dari faktor eksternal maupun faktor
internal kinerja pelayanan rumah sakit. Hal ini tentunya berguna untuk
mengetahui variabel-variabel lain apa sajakah yang dapat meningkatkan
kinerja pelayanan rumah sakit. Variabel independen tersebut bisa saja
berupa responsibilitas atas pelayanan terhadap pasien, pendidikan dan
pelatihan staf rumah sakit, kepuasan pasien dan sebagainya.
b. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas ruang lingkup
penelitian. Bukan hanya terfokus pada satu rumah sakit tetapi juga pada
86
rumah sakit lainnya,sehingga dapat diperoleh hasil penelitian dengan tingkat
generalisasi yang lebih tinggi.
87
DAFTAR PUSTAKA
AlaDeen Mah’d Alloubani. 2014. Review: Effects Of Leadership Styles On
Quality Of Services In Healthcare. European Scientific Journal June 2014
edition vol.10, No.18 ISSN: 1857 – 7881 (Print) e - ISSN 1857- 7431.
Agoes, Sukrisno. Auditing (Pemeriksaan Akuntan oleh Kantor Akuntan publik.
Edisi ketiga. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jilid I.
Arens, lobbecke. 2003. Auditing. Jakarta: Salemba Empat.
Baki M.S, Umar. 2012. Analisis Pengaruh Kepemimpinan dan motivasi terhadap
Kinerja pegawai pada Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung. Jurnal
Organisasi dan Manajemen, Vol.2,No:1 (10-17) Maret 2012.
Depkes RI. 2005. Buku Petunjuk Pengisian, Pengolahan, Dan Penyajian Data
Rumah Sakit. Jakarta: DITJENYANMED.
Dessler, Garry. 2006. Human Resouce Management An Asian Perspective,
Prentice Hall, Pearson Education South Asia Pte Ltd,Singapore.
Divianto. 2012. Peran Audit Operasional Terhadap Efektivitas Pelayanan
Kesehatan Rawat Inap Di Rumah Sakit (Studi Kasus Pada Rumah Sakit
Bunda Palembang). JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI
AKUNTANSI (JENIUS), Vol. 2 No. 2. Mei.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS,
Edisi Revisi, Semarang: Badan Penerbit Universitas diponegoro
Guy, M Dan, C. Wayne Alderman, Alan J. Winters. 2003. Auditing. Jakarta:
Erlangga.
Harsey dan Blanchard. 2005. Management of Organizational Behavior, Utilizing
Human Resources. New Jersey: Prentice Hall.
http://www.rsmmbogor.com/index.php
IBK. Bayangkara,2011. Audit Manajemen. Jakarta:Salemba Empat
Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. Standar Profesional Akuntan Publik.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2004. Surabaya: PT Amelia.
Kartono, Kartini. 2008. Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Komaruddin. 2007. Encylopedia Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.
88
Mackay, Paul. 1997. Which Remuneration And Rewards System Will Work Best
For Us, Performance Based Or Skill Based? Management Development
Centre,USA.
Mas’ud, Fuad. 2004. Survai Diagnosis Organisasional Konsep dan Aplikasi,
Badan Penerbit UNDIP: Semarang.
Mulyadi dan Kanaka Puradiredja. 1998. Auditing. Edisi 5. Jakarta: Salemba
Empat.
Mulyadi. 2002. Auditing. Jakarta: Salemba Empat.
Menon, Maria E. 2002. Perceptions of Pre Service and In-Service Teachers
Regarding the Effectiveness of Elementary School Leadership in Cyprus. The
International Journal of Educational Management 16 February.
Malayu, Hasibuan S. P. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Revisi.
Jakarta: Bumi Aksara.
Peraturan Pemerintah Negara Republik Indonesia No. 74 Tahun 2012 Mengenai
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 Tentang
Pengelolaan Badan Layanan Umum.
Pickett, K. H. Specencer. 2005. The Essential Handbook Of Internal Auditing.
New Jersey: Jhon Wiley and sons.
Ruyatningsih, Anwar Musadad, dkk. 2013. Pengaruh Gaya Kepemimpinan
Terhadap Kinerja Karyawan Pada Bagian Operator SPBU PT Mitra Buana
Jayalestari Karawang. Jurnal Manajemen Vol. 10 No.3 April
Septianingsih, Ella Dwi, dkk. 2014. Pengaruh Audit Operasional dan Good
Clinical Governance Terhadap Efektivitas Pelayanan JKN/BPJS (Survey
Pada Rumah Sakit di Kota Bandung, Jawa Barat). ISSN: 2460-6561.
Simamora, Henry. 2001. Manajemen SDM. Yogyakarta: STIE YKPN.
Tadjudin. 1997. Menciptakan SDM Bermutu. Usahawan No.1, tahun XXVI,
Januari
Tengku. Teviana. 2011. Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Komunikasi Intern
Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai Pada RS ESTOMIHI Medan. Jurnal
Keuangan & Bisnis Volume 3, November 2011.
Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit.
Winardi. J. 2007. Manajemen Prilaku Organisasi. Jakarta: Prenada Media Grup
89
Widjayanto, Nugroho. 2004. Pemeriksaan operasional perusahaan. Jakarta:
FEUI.
90
91
92
93
94
95
96
97
98
Jumlah SDM RS dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor
Ta. 2015
Sumber: Arsip RS dr H Marzoeki Mahdi Bogor
No
.
Uraian Awal
Tahun
Mutasi Triwulan Akhir
Tahun 2015 Tambah Kurang
1 2 3 4 5 6
A Pegawai Tetap
1 Tenaga Medis
- Dokter Spesialis 39 2 1 40
- Dokter Umum 24 1 3 22
- Dokter Gigi 1 1
Jumlah Tenaga Medis 64 3 4 63
2 Tenaga Bidan 17 17
3 Tenaga Paramedis Keperawatan 355 3 3 355
4 Tenaga paramedis Non Keperawatan 123 7 3 127
5 Tenaga Non Medis 184 6 4 182
Jumlah Pegawai Tetap 743 19 14 748
B Tenaga Honorer
1 Dokter Tidak Tetap (Dokter Tamu) 9 2 7
2 Pegawai Honorer 274 12 262
3 Peer & Asst. Peer Counselor 6 6
4 PKWT 11 6 5 12
Jumlah Tenaga Honorer 300 6 19 287
Total Tenaga Kerja 1.043 25 33 1.035
99
100
Lampiran : 1 (satu) set kuesioner Jakarta, Januari 2016
perihal : Permohonan Menjadi
Responden Penelitian
Kepada:
Bapak/Ibu Karyawan
RS Dr. H. Mardzoeki Mahdi
Bogor
Dengan hormat,
Sehubungan dengan riset yang saya lakukan di lingkungan instalasi rawat
inap di RS dr. H. Mardzoeki Mahdi Bogor yang berjudul “Pengaruh Audit
Operasional dan Gaya Kepemimpian Terhadap Kinerja Pelayanan Studi
Kasus Pada Instalasi Rawat Inap Non Psikiatri Di Rs dr. H. Mardzoeki
Mahdi Bogor”, maka saya mohon kesediaan Bapak/Ibu/Sdr untuk menjadi
responden pada penelitian ini dengan mengisi kuesioner sejujurnya untuk
kepentingan ilmiah. Dalam hal ini saya berjanji akan menjaga kerahasiaan dari
jawaban yang Bapak/Ibu/Sdr berikan.
Atas kesediaan dan partisipasi Bapak/Ibu/Sdr untuk mengisi dan
mengembalikan kuesioner tersebut, saya ucapkan terima kasih.
Hormat saya,
Peneliti
Nurul Rahmawati
101
KUESIONER PENELITIAN
PENGARUH AUDIT OPERASIONAL DAN GAYA KEPEMIMPINAN
TERHADAP KINERJA PELAYANAN INSTALASI RAWAT INAP NON
PSIKIATRI DI RS dr H MARDZOEKI MAHDI BOGOR
A. Petunjuk Pengisian Kuesioner
1. Responden diharapkan membaca terlebih dahulu deskripsi masing-masing
pertanyaan sebelum memberikan jawaban
2. Mohon diberikan tanda cek list (√) pada salah satu pilihan jawaban sesuai
dengan pendapat Bapak/Ibu mengenai pernyataan yang diberikan.
Pilihan jawaban : S : Setuju
N : Netral
TS : Tidak Setuju
B. Identitas Responden
Umur : .................. Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan ` Laki-Laki
Pendidikan Terakhir : SLTA D3 S1 S2
Lainnya
Masa Kerja : <5 Tahun 5-10 Tahun >10 Tahun
102
A. Pernyataan Tentang Peran Audit Operasional (X1)
No Pernyataan S
(3)
N
(2)
TS
(1)
1.
Satuan Pemeriksaan Intern memiliki hubungan
kekerabatan dengan kepala/staf unit yang diaudit.
2.
Satuan Pemeriksaan Intern bergabung atau berada
dibawah bagian lain di dalam Rumah Sakit dr.
Marzoeki Mahdi.
3.
Satuan Pemeriksaan Intern ikut serta dalam
pelaksanaan fungsi pelayanan kepada pasien.
4.
Satuan Pemeriksaan Intern memiliki keleluasaan
dalam melakukan audit.
5.
Satuan Pemeriksaan Intern memiliki latar belakang
yang sesuai dengan pekerjaan.
6.
Satuan Pemeriksaan Intern dilakukan oleh orang-
orang yang profesional.
7.
Satuan Pemeriksaan Intern Intern dituntut untuk
mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik
terhadap orang lain.
8.
Satuan Pemeriksaan Intern melakukan program
audit setiap kali pelaksanaan audit.
103
No. Pernyataan S
(3)
N
(2)
TS
(1)
9.
Di dalam program audit terdapat tujuan audit,
prosedur audit, ruang lingkup audit, dll.
10.
Satuan Pemeriksaan Intern dalam melakukan audit
telah berpedoman terhadap program audit yang
telah dibuat.
11. Satuan Pemeriksaan Intern melakukan rapat dengan
pimpinan sebelum pelaksanaan kegiatan audit.
12. Satuan Pemeriksaan Intern melakukan pengamatan
sekilas atas fasilitas fisik saat setelah atau
bersamaan dengan pembuatan program audit.
13. Temuan-temuan yang telah ditemukan oleh Satuan
Pemeriksaan Intern langsung dicatat kedalam kertas
kerja.
14. Satuan Pemeriksaan Intern mengumpulkan
informasi mengenai kebijakan dan prosedur yang
ditetapkan oleh manajemen.
15. Satuan Pemeriksaan Intern kesulitan
mewawancarai staf di bagian yang di audit.
16. Temuan-temuan dalam studi lapangan akan
dijadikan sebagai dasar dalam penarikan
kesimpulan.
104
No. Pernyataan S
(3)
N
(2)
TS
(1)
17. Tindakan perbaikan diperlukan dalam penyelesaian
masalah selalu didasarkan pada hasil studi lapangan
semata.
18. Hasil temuan pada tahap audit mendalam selalu
didiskusikan.
19. Waktu penyajian laporan audit selalu tepat waktu dan
sesuai dengan rencana.
20. Semua temuan-temuan yang diperoleh Satuan
Pemeriksaan Intern dikonfirmasikan dan didiskusikan
kepada pihak terkait.
21. Satuan Pemeriksaan Intern memberikan saran-saran
yang membangun berdasarkan temuan.
22. Saran dan rekomendasi yang disampaikan kepada
manajemen mendapat tanggapan positif.
23. Satuan Pemeriksaan Intern melakukan pengawasan
terhadap tindak lanjut untuk memastikan temuan audit
yang dilaporkan telah dilakukan tindakan yang tepat.
105
B. Pernyataan Tentang Gaya Kepemimpinan (X2)
No Pernyataan S
(3)
N
(2)
TS
(1)
24.
Pimpinan menyamakan tujuan pribadi dengan tujuan
organisasi.
25. Pimpinan terlalu bergantung pada kekuasaan yang ia miliki.
26. Pimpinan dalam tindakan menggunakan pendekatan yang
menganut unsur paksaan dan hukuman.
27. Pimpinan melibatkan partipasi staf dalam setiap kegiatan.
28. Pimpinan berbuat sesuatu yang membuat staf menjadi
senang bekerja.
29. Pimpinan menggunakan partisipasi dari staf untuk
melancarkan komunikasi antar staf.
30. Pimpinan memberikan kesempatan kepada para pegawai
untuk mendiskusikan masalah-masalah dengan pemimpin.
31. Pimpinan memberikan perhatian pada staf yang tidak fokus
dalam bekerja.
32. Pimpinan bekerjasama dengan staf untuk menyusun
tugasnya masing-masing .
106
No Pernyataan S
(3)
N
(2)
TS
(1)
33. Pemimpin anda sering menekankan pentingnya tugas
dan meminta anda melaksanakan tugas dengan sebaik-
baiknya.
34. Ada kerja sama yang harmonis antar staf dengan
pimpinan ditempat kerja anda saat ini.
35. Atasan sangat membantu anda dalam mengembangkan
kemampuan intelektual.
36. Pimpinan memberikan contoh bersikap jujur, dan datang
tepat waktu.
37. Didalam bekerja pemimpin dan staf wajib bersama-
sama menciptakan suasana yang aman dan nyaman.
38. Pimpinan senang menerima saran, pendapat, dan
kritikan-kritikan dari staf.
39. Pimpinan selalu berusaha mensinkronisasikan
kepentingan dan tujuan organisasi.
40. Pimpinan lebih mengutamakan kerjasama dalam usaha
mencapai tujuan.
107
C. Pernyataan Tentang Kinerja Pelayanan (Y)
No Pernyataan S
(3)
N
(2)
TS
(1)
41. Semangat kerja yang tinggi ditandai dengan sikap
kesetiaan dan kebahagiaan dalam melaksanakan tugas
42. Saya berusaha selalu mengikuti peraturan yang berlaku
43. Saya berusaha selalu konsisten sesuai dengan komitmen
yang disepakati
44. Saya akan berusaha memberikan pelayanan yang terbaik
dan tepat pada waktunya
45. Dalam melaksanakan tugas yang diberikan, saya patuh
pada peraturan dan prosedur yang berlaku
46. Pelatihan dan pengembangan SDM menjadi prioritas
dalam meningkatkan kinerja pelayanan
47. Pengawasan perlu dilakukan untuk mengantisipasi
adanya kekeliruan dalam melayani pasien
108
109
Daftar Jawaban Responden Variabel Audit Operasional
No. OA
1
OA
2
OA
3
OA
4
OA
5
OA
6
OA
7
OA
8
OA
9
OA
10
OA
11
OA
12
OA
13
OA
14
OA
15
OA
16
OA
17
OA
18
OA
19
OA
20
OA
21
OA
22
OA
23 TOA
1 1 2 1 2 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 32
2 1 2 1 2 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 32
3 1 2 1 2 1 1 2 2 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 2 2 1 1 2 34
4 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 2 2 2 1 2 1 1 2 2 1 2 2 34
5 2 1 2 1 1 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 1 2 1 1 3 1 2 2 37
6 2 1 2 1 1 2 2 1 2 1 1 2 1 2 2 1 2 1 1 3 2 2 2 37
7 2 3 2 3 2 2 3 1 2 1 2 3 1 2 2 1 2 3 1 3 2 3 1 47
8 2 3 3 3 2 2 3 3 2 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 1 59
9 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 1 63
10 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 65
11 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 68
12 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 68
13 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 67
14 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 68
15 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 67
16 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 66
17 3 2 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 65
18 1 3 1 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 60
19 3 3 3 3 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 1 62
20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 1 3 3 3 66
Sumber: data yang telah diolah
110
No. OA
1
OA
2
OA
3
OA
4
OA
5
OA
6
OA
7
OA
8
OA
9
OA
10
OA
11
OA
12
OA
13
OA
14
OA
15
OA
16
OA
17
OA
18
OA
19
OA
20
OA
21
OA
22
OA
23 TOA
21 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 68
22 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 69
23 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 69
24 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 69
25 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 69
26 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 69
27 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 69
28 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 69
29 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 68
30 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 69
Sumber: data yang telah diolah
111
Daftar Jawaban Variabel Gaya Kepemimpinan
No. GK1 GK2 GK3 GK4 GK5 GK6 GK7 GK8 GK9 GK10 GK11 GK12 GK13 GK14 GK15 GK16 GK17 TGK
1 1 2 1 1 1 2 1 3 2 2 2 2 1 1 1 1 2 26
2 1 1 1 1 1 2 1 3 2 2 2 2 1 1 1 1 2 25
3 1 1 1 1 1 2 3 3 2 2 2 2 1 1 1 2 2 28
4 2 1 1 2 1 2 3 1 2 2 2 1 1 1 2 2 2 28
5 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 31
6 2 1 2 2 2 1 2 1 2 1 1 1 2 2 2 3 1 28
7 2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 1 3 2 2 2 3 1 30
8 3 2 2 2 2 1 2 2 1 1 1 3 3 3 3 3 1 35
9 3 2 2 3 2 1 2 2 1 1 3 3 3 3 3 3 1 38
10 3 2 3 3 3 1 3 2 1 3 3 3 3 3 3 3 1 43
11 3 2 3 3 3 3 3 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 47
12 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 49
13 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 50
14 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 51
15 3 3 3 3 3 3 1 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 46
16 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 47
17 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 46
18 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 46
19 2 2 2 1 3 3 3 3 3 1 3 2 3 3 3 3 3 43
20 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 49 Sumber: data yang telah diolah
112
No. GK1 GK2 GK3 GK4 GK5 GK6 GK7 GK8 GK9 GK10 GK11 GK12 GK13 GK14 GK15 GK16 GK17 TGK
21 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 1 3 3 3 2 3 45
22 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 1 2 3 3 3 44
23 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 47
24 2 2 2 3 3 3 1 3 1 3 3 2 3 2 2 3 3 41
25 3 2 2 3 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 45
26 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 51
27 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 51
28 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 49
29 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 47
30 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 47
Sumber: data yang telah dioah
113
Daftar Jawaban Responden Variabel Kinerja Pelayanan
NO. KP1 KP2 KP3 KP4 KP5 KP6 KP7 TKP
No. KP1 KP2 KP3 KP4 KP5 KP6 KP7 TKP
1 2 1 2 1 1 2 1 10 21 3 3 3 3 3 3 3 21
2 2 1 2 1 1 2 1 10 22 3 3 3 3 3 3 3 21
3 1 2 1 2 2 1 2 11 23 3 3 3 3 3 3 3 21
4 1 2 1 2 2 1 2 11 24 3 3 3 3 3 3 3 21
5 1 3 1 3 3 1 3 15 25 3 3 3 3 3 3 3 21
6 3 3 3 3 3 3 3 21 26 3 3 3 3 3 3 3 21
7 3 3 3 3 3 3 3 21 27 3 3 3 3 3 3 3 21
8 3 3 3 3 3 3 3 21 28 3 3 3 3 3 3 3 21
9 3 3 3 3 3 3 3 21 29 3 3 3 3 3 3 3 21
10 3 3 3 3 3 3 3 21 30 3 3 3 3 3 3 3 21
Sumber: data yang telah diolah
114
Hasil Deskripsi Responden
Sumber: Data yang telah diolah
No. USIA JENIS
KELAMIN PENDIDIKAN
LAMA BEKERJA
1 29 2 2 2
2 38 1 2 3
3 40 2 2 3
4 26 1 2 2
5 30 1 2 1
6 40 1 2 3
7 29 1 2 2
8 44 1 2 3
9 41 2 2 2
10 35 1 2 2
11 45 1 1 3
12 25 2 2 1
13 42 1 2 3
14 28 1 2 1
15 30 2 2 2
16 37 1 2 3
17 31 2 2 2
18 38 1 2 3
19 40 1 2 3
20 35 1 2 2
21 45 1 1 3
22 25 2 2 1
23 42 1 2 3
24 28 1 2 1
25 30 2 2 2
26 37 1 2 3
27 31 2 2 2
28 38 1 2 3
29 40 1 2 3
30 37 1 2 3
115
116
Hasil Uji Validitas Variabel Operasional Audit
Correlations
OA1 OA2 OA3 OA4 OA5 OA6 OA7 OA8 OA9 OA10 OA11 OA12 OA13 OA14 OA15 OA16 OA17 OA18 OA19 OA20 OA21 OA22 OA23 OA
OA1
Pearson
Correlation 1 .627
** .945
** .516
** .667
** .790
** .880
** .672
** .973
** .545
** .765
** .762
** .589
** .921
** .822
** .589
** .822
** .762
** .589
** .574
** .915
** .722
** .348 .881
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .004 .000 .000 .000 .000 .000 .002 .000 .000 .001 .000 .000 .001 .000 .000 .001 .001 .000 .000 .059 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
OA2
Pearson
Correlation .627
** 1 .577
** .793
** .700
** .642
** .700
** .823
** .693
** .621
** .787
** .684
** .806
** .650
** .721
** .728
** .721
** .921
** .728
** .353 .739
** .650
** .225 .830
**
Sig. (2-tailed) .000 .001 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .055 .000 .000 .232 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
OA3
Pearson
Correlation .945
** .577
** 1 .474
** .621
** .717
** .911
** .636
** .903
** .445
* .711
** .793
** .613
** .969
** .803
** .613
** .803
** .721
** .613
** .581
** .858
** .755
** .259 .853
**
Sig. (2-tailed) .000 .001 .008 .000 .000 .000 .000 .000 .014 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .001 .000 .000 .168 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
OA4
Pearson
Correlation .516
** .793
** .474
** 1 .564
** .521
** .591
** .703
** .576
** .380
* .711
** .649
** .613
** .541
** .605
** .613
** .605
** .793
** .613
** .283 .613
** .541
** .135 .702
**
Sig. (2-tailed) .004 .000 .008 .001 .003 .001 .000 .001 .039 .000 .000 .000 .002 .000 .000 .000 .000 .000 .130 .000 .002 .476 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
OA5
Pearson
Correlation .667
** .700
** .621
** .564
** 1 .838
** .685
** .720
** .748
** .524
** .833
** .700
** .652
** .713
** .733
** .652
** .733
** .700
** .774
** .426
* .789
** .774
** .669
** .855
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .001 .000 .000 .000 .000 .003 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .019 .000 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
117
OA6
Pearson
Correlation .790
** .642
** .717
** .521
** .838
** 1 .752
** .689
** .875
** .551
** .837
** .785
** .600
** .811
** .847
** .600
** .847
** .642
** .670
** .590
** .880
** .811
** .579
** .888
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .003 .000 .000 .000 .000 .002 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .001 .000 .000 .001 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
OA7
Pearson
Correlation .880
** .700
** .911
** .591
** .685
** .752
** 1 .620
** .882
** .405
* .772
** .875
** .580
** .926
** .831
** .580
** .831
** .788
** .580
** .687
** .857
** .839
** .217 .876
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .001 .000 .000 .000 .000 .026 .000 .000 .001 .000 .000 .001 .000 .000 .001 .000 .000 .000 .250 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
OA8
Pearson
Correlation .672
** .823
** .636
** .703
** .720
** .689
** .620
** 1 .741
** .675
** .809
** .605
** .931
** .715
** .769
** .931
** .769
** .823
** .931
** .305 .772
** .572
** .420
* .872
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .101 .000 .001 .021 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
OA9
Pearson
Correlation .973
** .693
** .903
** .576
** .748
** .875
** .882
** .741
** 1 .610
** .848
** .836
** .654
** .937
** .903
** .654
** .903
** .765
** .654
** .632
** .945
** .796
** .406
* .941
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .001 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .026 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
OA10
Pearson
Correlation .545
** .621
** .445
* .380
* .524
** .551
** .405
* .675
** .610
** 1 .616
** .406
* .796
** .512
** .510
** .654
** .510
** .478
** .654
** .188 .579
** .371
* .467
** .658
**
Sig. (2-tailed) .002 .000 .014 .039 .003 .002 .026 .000 .000 .000 .026 .000 .004 .004 .000 .004 .008 .000 .321 .001 .044 .009 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
OA11
Pearson
Correlation .765
** .787
** .711
** .711
** .833
** .837
** .772
** .809
** .848
** .616
** 1 .851
** .743
** .806
** .828
** .743
** .828
** .787
** .743
** .493
** .896
** .743
** .565
** .931
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .006 .000 .000 .001 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
OA12
Pearson
Correlation .762
** .684
** .793
** .649
** .700
** .785
** .875
** .605
** .836
** .406
* .851
** 1 .572
** .884
** .865
** .572
** .865
** .684
** .572
** .680
** .806
** .884
** .225 .865
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .026 .000 .001 .000 .000 .001 .000 .000 .001 .000 .000 .000 .232 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
118
OA13
Pearson
Correlation .589
** .806
** .613
** .613
** .652
** .600
** .580
** .931
** .654
** .796
** .743
** .572
** 1 .692
** .684
** .923
** .684
** .728
** .923
** .247 .697
** .537
** .384
* .819
**
Sig. (2-tailed) .001 .000 .000 .000 .000 .000 .001 .000 .000 .000 .000 .001 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .188 .000 .002 .036 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
OA14
Pearson
Correlation .921
** .650
** .969
** .541
** .713
** .811
** .926
** .715
** .937
** .512
** .806
** .884
** .692
** 1 .898
** .692
** .898
** .728
** .692
** .650
** .896
** .846
** .318 .925
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .002 .000 .000 .000 .000 .000 .004 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .087 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
OA15
Pearson
Correlation .822
** .721
** .803
** .605
** .733
** .847
** .831
** .769
** .903
** .510
** .828
** .865
** .684
** .898
** 1 .684
** .934
** .721
** .684
** .804
** .858
** .826
** .320 .923
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .004 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .085 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
OA16
Pearson
Correlation .589
** .728
** .613
** .613
** .652
** .600
** .580
** .931
** .654
** .654
** .743
** .572
** .923
** .692
** .684
** 1 .684
** .728
** .923
** .247 .697
** .537
** .384
* .807
**
Sig. (2-tailed) .001 .000 .000 .000 .000 .000 .001 .000 .000 .000 .000 .001 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .188 .000 .002 .036 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
OA17
Pearson
Correlation .822
** .721
** .803
** .605
** .733
** .847
** .831
** .769
** .903
** .510
** .828
** .865
** .684
** .898
** .934
** .684
** 1 .721
** .684
** .655
** .858
** .826
** .320 .916
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .004 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .085 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
OA18
Pearson
Correlation .762
** .921
** .721
** .793
** .700
** .642
** .788
** .823
** .765
** .478
** .787
** .684
** .728
** .728
** .721
** .728
** .721
** 1 .728
** .353 .806
** .650
** .225 .850
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .008 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .055 .000 .000 .232 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
OA19
Pearson
Correlation .589
** .728
** .613
** .613
** .774
** .670
** .580
** .931
** .654
** .654
** .743
** .572
** .923
** .692
** .684
** .923
** .684
** .728
** 1 .247 .697
** .614
** .518
** .830
**
Sig. (2-tailed) .001 .000 .000 .000 .000 .000 .001 .000 .000 .000 .000 .001 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .188 .000 .000 .003 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
119
OA20 Pearson
Correlation .574
** .353 .581
** .283 .426
* .590
** .687
** .305 .632
** .188 .493
** .680
** .247 .650
** .804
** .247 .655
** .353 .247 1 .555
** .650
** .102 .588
**
Sig. (2-tailed) .001 .055 .001 .130 .019 .001 .000 .101 .000 .321 .006 .000 .188 .000 .000 .188 .000 .055 .188 .001 .000 .591 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
OA21 Pearson
Correlation .915
** .739
** .858
** .613
** .789
** .880
** .857
** .772
** .945
** .579
** .896
** .806
** .697
** .896
** .858
** .697
** .858
** .806
** .697
** .555
** 1 .763
** .488
** .944
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .001 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .001 .000 .006 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
OA22
Pearson
Correlation .722
** .650
** .755
** .541
** .774
** .811
** .839
** .572
** .796
** .371
* .743
** .884
** .537
** .846
** .826
** .537
** .826
** .650
** .614
** .650
** .763
** 1 .384
* .842
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .002 .000 .000 .000 .001 .000 .044 .000 .000 .002 .000 .000 .002 .000 .000 .000 .000 .000 .036 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
OA23
Pearson
Correlation .348 .225 .259 .135 .669
** .579
** .217 .420
* .406
* .467
** .565
** .225 .384
* .318 .320 .384
* .320 .225 .518
** .102 .488
** .384
* 1 .481
**
Sig. (2-tailed) .059 .232 .168 .476 .000 .001 .250 .021 .026 .009 .001 .232 .036 .087 .085 .036 .085 .232 .003 .591 .006 .036 .007
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
OA
Pearson
Correlation .881
** .830
** .853
** .702
** .855
** .888
** .876
** .872
** .941
** .658
** .931
** .865
** .819
** .925
** .923
** .807
** .916
** .850
** .830
** .588
** .944
** .842
** .481
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .001 .000 .000 .007
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Sumber: Data yang telah diolah
120
Hasil Uji Validitas Variabel Gaya Kepemimpinan
Correlations
GK1 GK2 GK3 GK4 GK5 GK6 GK7 GK8 GK9 GK10 GK11 GK12 GK13 GK14 GK15 GK16 GK17 GK
GK1 Pearson
Correlation 1 .445
* .825
** .596
** .575
** .102 .261 -.123 .000 .232 .356 .518
** .685
** .702
** .721
** .715
** .102 .590
**
Sig. (2-tailed) .014 .000 .001 .001 .591 .163 .518 1.000 .217 .053 .003 .000 .000 .000 .000 .591 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
GK2 Pearson
Correlation .445
* 1 .596
** .606
** .647
** .475
** .178 .249 .374
* .420
* .413
* .606
** .640
** .643
** .601
** .378
* .475
** .688
**
Sig. (2-tailed) .014 .001 .000 .000 .008 .346 .185 .042 .021 .023 .000 .000 .000 .000 .039 .008 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
GK3 Pearson
Correlation .825**
.596**
1 .618**
.733**
.282 .284 -.009 .121 .441* .432
* .536
** .723
** .727
** .691
** .666
** .282 .693
**
Sig. (2-tailed) .000 .001 .000 .000 .131 .128 .961 .526 .015 .017 .002 .000 .000 .000 .000 .131 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
GK4 Pearson
Correlation .596
** .606
** .618
** 1 .899
** .526
** .581
** .224 .337 .588
** .688
** .545
** .896
** .861
** .928
** .632
** .526
** .872
**
Sig. (2-tailed) .001 .000 .000 .000 .003 .001 .234 .069 .001 .000 .002 .000 .000 .000 .000 .003 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
GK5 Pearson
Correlation .575
** .647
** .733
** .899
** 1 .640
** .583
** .362
* .458
* .709
** .675
** .618
** .939
** .903
** .908
** .634
** .640
** .946
**
Sig. (2-tailed) .001 .000 .000 .000 .000 .001 .049 .011 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
121
GK6 Pearson
Correlation .102 .475
** .282 .526
** .640
** 1 .498
** .629
** .761
** .851
** .701
** .329 .463
** .429
* .470
** .108
1.000*
*
.759**
Sig. (2-tailed) .591 .008 .131 .003 .000 .005 .000 .000 .000 .000 .076 .010 .018 .009 .569 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
GK7 Pearson
Correlation .261 .178 .284 .581
** .583
** .498
** 1 .456
* .453
* .555
** .512
** .275 .500
** .470
** .572
** .416
* .498
** .649
**
Sig. (2-tailed) .163 .346 .128 .001 .001 .005 .011 .012 .001 .004 .141 .005 .009 .001 .022 .005 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
GK8 Pearson
Correlation -.123 .249 -.009 .224 .362
* .629
** .456
* 1 .625
** .576
** .606
** .421
* .301 .270 .224 -.082 .629
** .531
**
Sig. (2-tailed) .518 .185 .961 .234 .049 .000 .011 .000 .001 .000 .020 .106 .149 .234 .667 .000 .003
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
GK9 Pearson
Correlation .000 .374
* .121 .337 .458
* .761
** .453
* .625
** 1 .602
** .458
* .135 .295 .251 .298 -.025 .761
** .572
**
Sig. (2-tailed) 1.000 .042 .526 .069 .011 .000 .012 .000 .000 .011 .477 .113 .180 .109 .897 .000 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
GK10 Pearson
Correlation .232 .420
* .441
* .588
** .709
** .851
** .555
** .576
** .602
** 1 .839
** .378
* .517
** .483
** .524
** .143 .851
** .789
**
Sig. (2-tailed) .217 .021 .015 .001 .000 .000 .001 .001 .000 .000 .039 .003 .007 .003 .450 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
GK11 Pearson
Correlation .356 .413
* .432
* .688
** .675
** .701
** .512
** .606
** .458
* .839
** 1 .548
** .609
** .576
** .621
** .249 .701
** .806
**
Sig. (2-tailed) .053 .023 .017 .000 .000 .000 .004 .000 .011 .000 .002 .000 .001 .000 .184 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
122
GK12 Pearson
Correlation .518
** .606
** .536
** .545
** .618
** .329 .275 .421
* .135 .378
* .548
** 1 .683
** .649
** .619
** .382
* .329 .675
**
Sig. (2-tailed) .003 .000 .002 .002 .000 .076 .141 .020 .477 .039 .002 .000 .000 .000 .037 .076 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
GK13 Pearson
Correlation .685
** .640
** .723
** .896
** .939
** .463
** .500
** .301 .295 .517
** .609
** .683
** 1 .968
** .968
** .700
** .463
** .893
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .010 .005 .106 .113 .003 .000 .000 .000 .000 .000 .010 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
GK14 Pearson
Correlation .702
** .643
** .727
** .861
** .903
** .429
* .470
** .270 .251 .483
** .576
** .649
** .968
** 1 .937
** .744
** .429
* .867
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .018 .009 .149 .180 .007 .001 .000 .000 .000 .000 .018 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
GK15 Pearson
Correlation .721
** .601
** .691
** .928
** .908
** .470
** .572
** .224 .298 .524
** .621
** .619
** .968
** .937
** 1 .707
** .470
** .885
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .009 .001 .234 .109 .003 .000 .000 .000 .000 .000 .009 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
GK16 Pearson
Correlation
.715**
.378* .666
** .632
** .634
** .108 .416
* -.082 -.025 .143 .249 .382
* .700
** .744
** .707
** 1 .108 .572
**
Sig. (2-tailed) .000 .039 .000 .000 .000 .569 .022 .667 .897 .450 .184 .037 .000 .000 .000 .569 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
123
GK17 Pearson
Correlation
.102 .475**
.282 .526**
.640**
1.000**
.498**
.629**
.761**
.851**
.701**
.329 .463**
.429* .470
** .108 1 .759
**
Sig. (2-tailed) .591 .008 .131 .003 .000 .000 .005 .000 .000 .000 .000 .076 .010 .018 .009 .569 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
GK Pearson
Correlation
.590**
.688**
.693**
.872**
.946**
.759**
.649**
.531**
.572**
.789**
.806**
.675**
.893**
.867**
.885**
.572**
.759**
1
Sig. (2-tailed) .001 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .003 .001 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .001 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber: Data yang telah diolah
124
Hasil Uji Validitas Variabel Gaya Kepemimpinan
Correlations
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P
P1 Pearson
Correlation 1 .464
** .819
** .550
** .346 .715
** .643
** .783
**
Sig. (2-tailed) .010 .000 .002 .061 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30
P2 Pearson
Correlation .464
** 1 .707
** .771
** .830
** .616
** .771
** .884
**
Sig. (2-tailed) .010 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30
P3 Pearson
Correlation .819
** .707
** 1 .483
** .562
** .881
** .483
** .867
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .007 .001 .000 .007 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30
P4 Pearson
Correlation .550
** .771
** .483
** 1 .628
** .410
* .893
** .791
**
Sig. (2-tailed) .002 .000 .007 .000 .025 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30
P5 Pearson
Correlation .346 .830
** .562
** .628
** 1 .723
** .628
** .819
**
Sig. (2-tailed) .061 .000 .001 .000 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30
P6 Pearson
Correlation .715
** .616
** .881
** .410
* .723
** 1 .410
* .844
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .025 .000 .025 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30
P7 Pearson
Correlation .643
** .771
** .483
** .893
** .628
** .410
* 1 .807
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .007 .000 .000 .025 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30
P Pearson
Correlation .783
** .884
** .867
** .791
** .819
** .844
** .807
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Sumber: Data yang telah diolah
125
126
Top Related