PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
MATEMATIKA DENGAN MODEL PROBLEM BASED
LEARNING (PBL)
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I
pada Jurusan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Oleh:
DWI AGUSTIN
A410150118
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
1
PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
MATEMATIKA DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematika melalui model Problem Based Learning. Penelitian ini adalah
penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dengan
guru matematika, dimana subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII B yang
berjumlah 32 siswa. Teknik pengumpulan data dalam penelitian iniyaitudengancara
observasi, catatan lapangan, dan dokumentasi. Teknik analisisdata melalui teknik
analisis mengalir yang meliputi 3 komponen yaitu reduksi data,penyajian data dan
verifikasi data. Keabsahan data mengunakan triangulasi teknik.Dari hasil
penelitian diperoleh data terdapat peningkatan pemecahan masalah matematika
siswa, haltersebut dapat dilihat dari data berikut ini: 1) Siswa mampu menunjukkan
pemahaman masalah dari sebelum tindakan ada 10 siswa (31.25%) setelah
diberikan tindakan meningkat menjadi 25 siswa (78.125%). 2) Siswa mampu
memilih metode pemecahan masalah sebanyak 12 (37.5%) setelah diberikan
tindakan meningkat menjadi28 siswa (87.5%). 3) Siswa mampu menyelesaikan
masalah dengan benar sebanyak 7 siswa (21.875%) setelah diberikan tindakan
meningkat menjadi20 (62.5%). 4) Siswa mampu melihat/memeriksa kembali
pekerjaannya sebesar 5 siswa (15.625%) setelah diberikan tindakan meningkat
menjadi17 siswa (53.125%). Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa
penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa.
Kata kunci: kemampuan siswa, pemecahan masalah, Problem Based Learning
Abstract
The purpose of this study was to improve the ability to solve mathematical
problems through the Problem Based Learning model. This research is a classroom
action research conducted collaboratively between researchers and mathematics
teachers, where the subject of this study was students of class VIII B, amounting to
32 students. Data collection techniques in this study are by observation, field notes,
and documentation. The technique of analyzing data through flow analysis
techniques which includes 3 components, namely data reduction, data presentation
and data verification. The validity of the data uses triangulation techniques. From
the results of the study obtained data there is an increase in students' mathematical
problem solving, it can be seen from the following data: 1) Students are able to
show understanding of the problem before the action there were 10 students
(31.25%) after being given the action increased to 25 students (78.125%). 2)
Students are able to choose the problem solving method as many as 12 (37.5%)
after being given action to increase to 28 students (87.5%). 3) Students are able to
solve problems correctly as many as 7 students (21,875%) after being given the
action increased to 20 (62.5%). 4) Students are able to see / re-examine their work
by 5 students (15,625%) after being given action to increase to 17 students
(53.125%). Based on the description it can be concluded that the application of the
2
Problem Based Learning model can improve students' mathematical problem
solving abilities.
Keywords: student ability, problem solving, Problem Based Learning
1. PENDAHULUAN
Menurut Carl Friedrich Gauss yang dikutip oleh (Slamet Hw,2017:34)
mengungkapkan bahwa matematika adalah “Ratunya Ilmu Pengetahuan” ataubiasa
disebut “The Queen of Science”. Matematika sendiri boleh dibilang mata pelajaran
pokok atau wajib diberikan kepada siswa bahkan matematika sudah diberikan ketika
peserta didik masih duduk di bangku TK begitupun di SD, SMP/MTs,
SMK/SMA/MA, PT (perguruan tinggi) pasti akan menjumpai matematika. Tapi pada
realitanya hampir sebagian besar peserta didik kurang menyukai pelajaran
matematika dan menganggap bahwa matematika adalah pelajaran yang rumit serta
banyak rumus-rumus yang sulit untuk dipahami.
Dalam pembelajaran matematika siswa dituntut untuk mampu menyelesaikan
permasalahan yang ada yaitu dengan cara meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematika. Menurut Polya yang dikutip Wahyudi (2017) pemecahan
masalah merupakan upaya untuk menemukan jalan keluar dari suatu masalah serta
merupakan upaya mencapai tujuan yang tidak dapat dicapai dengan segera. Sehingga
kemampuan pemecahan masalah menjadi salah satu unsur yang sangat penting dalam
pembelajaran matematika.
Faktor utama rendahnya kemampuan penyelesaian masalah matematika siswa
adalah guru. Dimana guru masih kurang dalam menerapkan model pembelajaran
yang inovatif dan menyenangkan supaya materi pelajaran yang diberikan kepada
siswa mudah di terima. Walaupun guru telah mencoba untuk menerapkan pendekatan
saintifik tapi penerapannya kurang maksimal sehingga hal inilah yang menjadi
penyebab kemampuan pemecahan masalah matematika siswa SMP Negeri 3 Sawit
masih rendah. Oleh karena itu, dibutuhkan solusi untuk mengatasi masalah tersebut.
Salah satu solusi alternatif untuk meningkatkan pemecahan masalah matematika
adalah dengan menggunakan model Problem Based Learning dalam proses
pembelajaran matematika.
3
Strategi pembelajaran dengan model Problem Based Learning adalah usaha
untuk membentuk suatu proses pemahaman suatu mata pelajaran padaseluruh
kurikulum, diungkapkan oleh Smith & Ragan (2002:3) dalam Rusmono (2017:74).
Sedangkan dalam strategi pembelajaran dengan model Problem Based Learning,
siswa diharapkan dapat terlibat dan menjadi tokoh utama dalam proses
mengidentifikasi permasalahan, mengumpulkan data, dan menggunakan data tersebut
untuk pemecahan masalah.diungkapkan oleh Panen (2001:85) dalam Rusmono
(2017:74)
Ciri-ciri strategi PBL Menurut Baron (2003:1) dalam Rusmono (2017:75)
diantaranya: 1) Biasanya menggunakan permasalahan sehari-hari dalam dunia nyata,
2) Penyelesaian masalah menjadi pusat dalam pembelajaran, 3) siswa menentukan
tujuan dari pembelajaran, dan 4) guru berperan sebagai fasilitator. Dalam strategi
Problem Based Learning, keterlibatan siswa meliputi kegiatan kelompok dan
kegiatan perorangan. Rusmono (2017:82) tahap – tahapan pembelajaran dengan
model PBL diantaranya adalah: 1) Membantu mengorganisasikan siswa pada
permasalahan, 2) Membantu mengorganisasikan siswa untuk belajar, 3) Membantu
siswa dalam penyelidikan mandiri maupun kelompok, 4) Siswa mampu
mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya serta pameran, 5) Menganalisis
dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Dalam jurnalnya Gd. Gunantara, Md Suarjana, & Pt. Nanci Riastini (2014)
menyimpulkan bahwa, dengan menerapkan model Problem Based Learning
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dapat meningkat yakni dari
siklus I ke siklus II sebesar 16,42% dari kriteria sedang menjadi tinggi. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa hasil pembelajaran dengan model Problem Based
Learning dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Dari uraian diatas, disimpulkan bahwa jika proses berlangsung dengan maksimal
maka besar hasil belajar yang diperoleh juga akan optimal. Hal ini berarti dalam
strategi pembelajaran dengan model Problem Based Learning hal yang dipentingkan
adalah dari segi proses bukan hanya sekedar hasil belajar yang diperoleh.
Pembelajaran dengan model Problem Based Learning (PBL) memiliki kelebihan
4
diantaranya yaitu siswa dapat memahami suatu materi secara berkelompok dan
saling membantu antara satu dengan yang lainnya, pemecahan masalah dapat
dilakukan secara langsung, siswa dapat membuat kesimpulan dari hasil diskusi serta
mampu mempresentasikan di depan kelas sebagai salah satu langkah evaluasi
terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Dengan demikian strategi
pembelajaran dengan model Problem Based Learning (PBL)diharapkan mampu
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada pembelajaran matematika.
Berdasarkan latar belakang diatas, dilakukan penelitian yang berjudul
“PeningkatanKemampuanPemecahanMasalahMatematikadengan Model Problem
Based Learning (PBL) (PTK Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Sawit)”.
Penelitianinidiharpkanmampumeningkatkankemampuan pemecahan masalah
matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Sawit.
2. METODE
Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas atau Classroom Action
Research (CAR). menurut (Sutama, 2015 : 134) penelitian tindakan kelas merupakan
penelitian yang bersifat reflektif dimulai dari permasalahan riil yang dihadapi oleh
guru ketika proses belajar mengajar, kemudian ditindak lanjuti dan di refleksikan
alternatif pemecahan masalahnya dengan tindakan – tindakan nyata yang terstruktur
dan terencana.Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Sawitpada kelas VIII
tahun ajaran 2018/2019. Tempatpenelitian di SMP Negeri 3 Sawit yang berlokasi di
JL. Raya Yogya-Solo, Km. 15, RT. 01, RW. 01, Rejosari, Bendosari, Sawit,
KabupatenBoyolali, Jawa Tengah 57374. Denganjumlah 32 siswa yang terdiri dari
18 siswa laki – laki dan 14 siswa perempuan.
Teknik Pengumpulan Datayang digunakan dalam penelitian ini antara lain
dengan observasi, Catatan Lapangan, Dokumentasi. Observasi adalah teknik
pengumpulan data yang dilakukan peneliti dengan cara mengamati setiap kejadian
yang sedang berlangsung.Catatan lapangan digunakan untuk mencatat segala
kegiatan yang terjadi selama proses pembelajaran. Aspek yang dicatat berupa kondisi
kelas, interaksi antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru serta pengelolaan
kelas.Dokumentasi digunakan sebagai bukti selama proses penelitian. Teknik yang
5
digunakan untukmemeriksa keabsahan data yaitu triangulasiyang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah
ada.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil observasi pendahuluan, peneliti memperoleh data kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII B dengan jumlah keseluruhan
siswa 32 orang. Hal ini dapat dilihat dari indikator sebagai berikut: 1) Siswa mampu
menunjukkan pemahaman masalah ada 10 siswa dengan prosentase sebesar 31.25% ,
2) Siswa mampu memilih metode pemecahan masalah sebanyak 12 siswa atau
dengan prosentase sebanyak 37.5% , 3) Siswa mampu menyelesaikan masalah
dengan benar sebanyak 7 siswa atau dengan prosentase 21.875%, 4) Siswa mampu
melihat/memeriksa kembali pekerjaannya sebesar 5 siswa atau dengan prosentase
15.625% .
Pelaksanaan tindakan kelas pada siklus I dilaksanakan dalam 2 pertemuan.
Tepatnya pada hari Rabu, 7 November 2018 pada pukul 10.25 – 11.45 WIB atau jam
pelajaran ke 5 – 6. Pertemuan kedua pada hari Sabtu, 10 November 2018 pada pukul
10.25 – 12.45 WIB atau jam pelajaran ke 5 – 7 dengan jeda istirahat 20 menit.
Jumlah siswa yang hadir pada pertemuan siklus I ini berjumlah 32 siswa.
Berikut adalah pencapaian peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa
pada siklusI :
a. Siswa mampu menunjukkan pemahaman masalah ada 10 siswa dengan
prosentase sebesar 31.25% meningkat menjadi 15 siswa atau dalam prosentase
sebesar 46.875%.
b. Siswa mampu memilih metode pemecahan masalah sebanyak 12 siswa dengan
prosentase sebanyak 37.5% meningkat menjadi 16 siswa atau dalam prosentase
sebesar 50%.
c. Siswa mampu menyelesaikan masalah dengan benar sebanyak 7 siswa dengan
prosentase 21.875% meningkat menjadi 12 siswa atau dalam prosentase sebesar
37.5%.
6
d. Siswa mampu melihat/memeriksa kembali pekerjaannya sebesar 5 siswa dengan
prosentase 15.625% meningkat menjadi 8 siswa atau dengan prosentase 25%
Refleksi terhadap tindakan kelas pada siklus I yaitu : 1) Guru harus lebih
mengoptimalkan dalam menerapkan pembelajaran model Problem Based Learning
untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. 2) Guru harus dapat
mengkondisikan siswa dengan baik selama proses pembelajaran berlangsung
sehingga tercipta suasana kelas yang kondusif. 3) Guru harus lebih tegas dalam
menegur dan memberikan sanksi kepada siswa yang ramai pada saat proses
pembelajaran. 4) Guru harus bias memanfaatkan waktu agar setiap kelompok bias
memprsentasikan hasil diskusi. 5) Guru harus membimbing dan memberikan arahan
yang jelas sehingga siswa tidak mengalami kebingungan pada saat proses
pembelajaran berlangsung.
Dari pernyataan di atas diperoleh kesimpulan bahwa, kemampuan pemecahan
masalah siswa dalam pembelajaran matematika pada siklus I sudah mengalami
peningkatan meskipun belum maksimal.
Sedangkan pelaksanaan tindakan kelas pada siklus II dilaksanakan dalam 2
pertemuan. Tepatnya pada hari Rabu, 14 November 2018 pada pukul 10.25 – 11.45
WIB atau jam pelajaran ke 5 – 6. Pertemuan kedua pada hari Sabtu, 17 November
2018 pada pukul 10.25 – 12.45 WIB atau jam pelajaran ke 5 – 7 dengan jeda istirahat
20 menit. Jumlah siswa yang hadir pada pertemuan siklus II ini berjumlah 32 siswa.
Pada siklus II ini guru akan lebih memotivasi dan memberikan perhatian lebih
kepada siswa yang masih kurang dalam menunjukkan pemecahan masalah. Pada
siklus II ini guru akan lebih mengoptimalkan dalam menerapkan model Problem
Based Learning.
Berikut adalah pencapaian peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa
pada siklus II :
a. Siswa mampu menunjukkan pemahaman masalah ada 15 siswa dengan
prosentase sebesar 46.875% meningkat menjadi 25 siswa atau dalam prosentase
sebesar 78.125%
7
b. Siswa mampu memilih metode pemecahan masalah sebanyak 16 siswa dengan
prosentase sebanyak 50% meningkat menjadi 28 siswa atau dalam prosentase
sebesar 87.5%.
c. Siswa mampu menyelesaikan masalah dengan benar sebanyak 12 siswa dengan
prosentase 37.5% meningkat menjadi 20 siswa atau dalam prosentase sebesar
62.5%.
d. Siswa mampu melihat/memeriksa kembali pekerjaannya sebesar 8 siswa dengan
prosentase 25% meningkat menjadi 17 siswa atau dengan prosentase 53.125%.
Berdasarkan hasil refleksi siklus II dengan menggunakan model Problem Based
Learning maka dapat meningkatkan kemampuan pemecahan matematika siswa. Hal
ini terbukti berdasarkan data yang diperoleh dengan adanya peningkatan masing –
masing indikator yang digunakan peneliti.
Peningkatan pemecahan masalah matematika siswa dari sebelum tindakan,
siklus I serta siklus II dapat disajikan dalam bentuk tabel berikut :
Tabel 1. Data Peningkatan Pemecahan Masalah Matematika Siswa
No Indikator Sebelum
Tindakan
Indikator
Pencapaian
Setelah Tindakan
Siklus I Siklus II
pert.1 pert.2 pert.1 pert. 2
1. Siswa mampu 10 siswa ≥ 50% 12 15 18 25
menunjukkan (31.25%) Siswa Siswa Siswa Siswa
pemahaman (37.5%) (46.875%) (56.25%) (78.125%)
masalah
2. Siswa mampu 12 siswa ≥ 50% 14 siswa 16 siswa 22 siswa 28 siswa
memilih metode (37.5%)
(43.75%) (50%) (68.75%) (87.5%)
pemecahan Masalah
3. Siswa mampu 7 siswa ≥ 50% 8 siswa 12 siswa 16 siswa 20 siswa
menyelesaikan (21.75%)
(25%) (37.5%) (50%) (62.5%)
masalah dengan
benar
4. Siswa mampu 5 siswa ≥ 50% 6 siswa 8 siswa 12 siswa 17 siswa
melihat/memeriksa (15.625%) (18.75%) (25%) (37.5%) (53.125%)
kembali
Pekerjaannya
Berdasarkan data yang diperoleh akan disajikan dalam grafik peningkatan
pemecahan masalah matematika siswa dalam pembelajaran matematika dengan
8
model Problem Based Learning dari sebulum tindakan sampai siklus II sebagai
berikut:
Gambar 1. Grafik peningkatan pemecahan masalah matematika
Peningkatan hasil penelitian tentang kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa dalam proses pembelajaran dari sebelum tindakan, dilakukan
tindakan, sampai sesudah dilakukan tindakan dapat dilihat dari indikator yang
dijadikan acuan dalam penelitian ini. Indikator tersebut meliputi:
3.1 Siswa mampu menunjukkan pemahaman masalah
Hal ini dapat diamati pada saat proses pembelajaran berlangsung yaitu banyaknya
siswa yang mampu menunjukkan pemahaman masalah ketika berdiskusi dan
banyaknya siswa yang berinisiatif mencari contoh penyelesaian dari beberapa
sumber, seperti paket dan LKS, selain itu ada beberapa siswa yang bertanya kepada
guru mengenai materi yang belum dipahami.
3.2 Siswa mampu memilih metode pemecahan masalah
Hal ini dapat diamati pada saat proses pembelajaran berlangsung yaitu banyaknya
siswa yang mampu memilih metode pemecahan masalah yang sesuai dengan
persoalan yang diberikan oleh guru.
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
80.00%
90.00%
Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4
sebelum Tindakan
Siklus I pertemuan 1
Siklus I pertemuan 2
Siklus II pertemuan 1
siklus II pertemuan 2
9
3.3 Siswa mampu menyelesaikan masalah dengan benar
Hal ini dapat diamati pada saat proses pembelajaran berlangsung yaitu pada saat
quis yang dilakukan pada akhir pertemuan dari banyaknya siswa yang mampu
menyelesaikan masalah dengan benar.
3.4 Siswa mampu melihat/memeriksa kembali pekerjaannya
Hal ini dapat diamati pada saat proses pembelajaran berlangsung yaitu pada saat
diskusi dan quis yang dilakukan oleh guru melalui lembar observasi dimana siswa
yang mampu melihat/memeriksa kembali pekerjaannya.
Menurut Gunantara, Suarjana, & Nanci (2014) dalam penelitiannya
menyimpulkan bahwa penerapan pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa kelas V di SD Negeri 2
dari siklus I ke siklus II terdapat peningkatan kemampuan pemecahan masalah
sebanyak 16,42%. Selain itu menurut Rustam, Simamora, & Edy (2017) dalam
penelitiannya menyimpukan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) dapat meningkatkan aktivitas belajar dan kemampuan pemecahan
masalah siswa matematika di kelas VII B SMP Negeri 3 Medan.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti – peneliti sebelumnya. Penelitian
yang telah dilakukan peneliti pada kelas VIII B SMP Negeri 3 Sawit dalam
pembelajaran dengan menerapkan model Problem Based Learning dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
4. PENUTUP
Penelitian tindakan kelas yang dilakukan di kelas VIII B SMP Negeri 3 Sawit telah
mengalami peningkatan pada kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
setelah diterapkannya pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning.
Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dengan berkolaborasi antara
peneliti dan guru matematika, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan
menerapkan model Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa. Hal ini dapat dilihat dari setiap indikator
berikut:
10
Berdasarkan hasil tindakan kelas menunjukkan bahwa siswa yang mampu
mampu menunjukkan pemahaman masalah pada saat proses pembelajaran
mengalami peningkatan. Sebelum dilakukan tindakan kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa dalam menunjukkan pemahaman masalah pada kondisi
awal 31.25%, pada tindakan siklus I mengalami peningkatan menjadi 46.875%) dan
pada tindakan siklus II menjadi 78.125%.
Berdasarkan hasil tindakan kelas menunjukkan bahwa siswa yang mampu
memilih metode pemecahan masalah pada saat proses pembelajaran mengalami
peningkatan. Sebelum dilakukan tindakan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa dalam memilih metode pemecahan masalah pada kondisi awal
37.5%, pada tindakan siklus I mengalami peningkatan menjadi 50% dan pada
tindakan siklus II menjadi 87.5%.
Berdasarkan hasil tindakan kelas menunjukkan bahwa siswa yang mampu
menyelesaikan masalah dengan benar pada saat proses pembelajaran mengalami
peningkatan. Sebelum dilakukan tindakan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa dalam menyelesaikan masalah dengan benar pada kondisi awal
21.875%, pada tindakan siklus I mengalami peningkatan menjadi 37.5% dan pada
tindakan siklus II menjadi 62.5%.
Berdasarkan hasil tindakan kelas menunjukkan bahwa siswa yang mampu
melihat/memeriksa kembali pekerjaannya pada saat proses pembelajaran mengalami
peningkatan. Sebelum dilakukan tindakan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa dalam melihat/memeriksa kembali pekerjaannya pada kondisiawal
15.625%, pada tindakan siklus I mengalami peningkatan menjadi 25% dan pada
tindakan siklus II menjadi 53.125%.
Dari uraian diiatas dapat disimpulkan bahwa penerapan model Problem
Based Learning memposisikan siswa menjadi tokoh utama dalam pembelajaran
dimana siswa diharapkan mampu mengidentifikasi permasalahan, mengumpulkan
data, dan menggunakan data tersebut untuk pemecahan masalah. Adapun Langkah
– langkah Problem Based Learning yaitu: Mengorientasikan siswa terhadap
masalah, Mengorganisasi siswa untuk belajar, Membimbing penyelidikan
11
individual maupun kelompok, Mengembangkan dan menyajikan hasil karya,
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
DAFTAR PUSTAKA
Bekti, Wulandari. 2013. “Pengaruh Problem – Based Learning terhadap hasil belajar
ditinjau dari motivasi belajar PLC di SMK”. Jurnal Pendidikan Vokasi,
3(2), 178- 191.
Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta:
Gava Media.
Fathurrohman, M. 2015. Model–Model Pembelajaran Inovatif . Jogjakarta: Ar –
Ruzz Media.
Gunantara, Suarjana., &Nanci Riastini. 2014. “Penerapan Model Pembelajaran
Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa Kelas V”. Jurnal Mimbar PGSD Universitas
Pendidikan Ganesha, 2(1).
Kurniasih & Sani. 2015. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran Untuk
Peningkatan Profesionalitas Guru. Jakarta: Kata Pena.
Kunandar. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai
Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Raja grafindo Persada.
Padmavathy & K. M. 2013. “Effectiveness of Problem Based Learning In
Mathematics”. International Multidisciplinary e-Journal, 2(1), 45-51.
Paloloang. 2014. “Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Panjang Garis Singgung
Persekutuan Dua Lingkaran Di Kelas VIII SMP Negeri 19 Palu”. Jurnal
Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako, 2(1), 67-77.
Putra, S. R. 2013. Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Jogjakarta:
DIVA Press.
Rusmono. 2017. Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning itu Perlu:
untuk meningkatkan profesionalitas guru.Bogor :Penerbit Ghalia Indonesia.
Rustam E. Simamora, Dewi Rotua Sida butarb, & Edy Surya. 2017.“Improving
Learning Activity and Students’ Problem Solving Skill through Problem
Based Learning (PBL) in Junior High School”. International Jurnal of
Science Basic and Research. 33(2), 321-33.
12
Sugiyono. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sukirman. 2016. Matematika Untuk Guru dan Calon Guru Pendidikan Dasar.
Yogyakarta: UNY Press.
Sutama. 2010. Penelitian Tindakan Teori dan Praktek dalam PTK, PTS, dan
PTBK.Semarang: Surya Offset.
Sutama. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitati, Kualitatif, PTK, R & D.
Surakarta: Fairuz Media.
Wahyudi & Anugraheni, Indri. 2017. Strategi pemecahan masalah matematika.
Salatiga : Satya Wacana University Press.
Wiyadi, Slamet Hadi. 2017. Filsafat Matematika. Surakarta :Muhammadiyah
University Press.
Top Related