Download - Pengkajian DHF

Transcript
Page 1: Pengkajian DHF

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit menular yang

dapat menimbulkan kejadian luar biasa/wabah. Nyamuk penularnya ( Aedes Aegypti ) yang

tersebar luas sehingga penularannya dapat terjadi di semua tempat. Karena banyaknya kasus

demam berdarah yang terjadi negara Indonesia, maka Indonesia berencana meluncurkan hari

demam berdarah se-ASEAN (ASEAN Dengue Day) yang disepakati setiap tanggal 15 Juni.

Tujuan dari peluncuran ASEAN Dengue Day ini adalah meningkatkan komitmen nasional

dan antarnegara anggota ASEAN pada upaya pengendalian demam berdarah, baik

pencegahan, penanggulangan, hingga tata laksana sehingga angka kejadian dan kematian

akibat DBD bisa ditekan. Kasus DBD di Kaltim, tahun 2007 mencapai 5.244 kasus

meninggal dunia 102 orang. Tahun 2008 sebanyak 5.777 kasus meninggal 105 orang dan

tahun 2009 sebanyak 5.244 kasus meninggal sebanyak 68 orang. Terbanyak penderitanya

adalah di Samarinda, Balikpapan dan Kukar dengan angka kematian sebesar 1,9 persen.

Berdasarkan dana Dinkes Samarinda tahun 2009 terdapat 1.138 kasus dengan angka kejadian

26/10.000 penduduk. Sedangkan di Indonesia, Dengan jumlah kematian sekitar 1.317 orang

tahun 2010, Indonesia menduduki urutan tertinggi kasus demam berdarah dengue di ASEAN.

Untuk itu, Indonesia bekerja sama dengan negara-negara anggota ASEAN dalam membasmi

penyakit DBD. Berdasarkan data P2B2, jumlah kasus DBD di Indonesia tahun 2010 ada

150.000 kasus. Menurut Rita, potensi penyebaran DBD di antara negara-negara anggota

ASEAN cukup tinggi mengingat banyak wisatawan keluar masuk dari satu negara ke negara

lain.

Bila pada kasus anak dengan DHF ini lambat penanganannya, maka akan dapat terjadi

komplikasi seperti efusi pleura karena adanya kebocoran lambung akibat meningkatnya

permeabilitas membrane, perdarahan pada lambung karena anak mengalami mual dan

muntah serta kurangnya nafsu makan, terjadi pembesaran pada hati, limpa dan kelenjar getah

bening karena bocornya plasma yang mengandung cairan, dan dapat terjadi syok hipovolemik

karena adanya peningkatan nilai hematokrit.

Berdasarkan angka kejadian diatas dan masalah-masalah yang terjadi akibat

lambatnya penanganan, maka kelompok akan memberikan asuhan keperawatan pada klien

An. W dengan diagnose medis DHF sehingga penulisan dalam makalah ini mengambil judul

“ Asuhan Keperawatan Pada Klien An. W dengan Dengue Hemorrhagic Fever ( DHF ).

1

Page 2: Pengkajian DHF

B.   Tujuan Penulisan

1.  Tujuan umum

Memberikan gambaran kepada masyarakat tentang penyakit DHF serta agar dapat

diaplikasikan asuhan keperawatan pada anak yang terinfeksi DHF.

2.  Tujuan Khusus

Diharapkan dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan

DHF, kelompok akan dapat :

a. Memberikan gambaran tentang pengkajian asuhan keperawatan pada anak

usia prasekolah tentang penyakit DHF

b. Memberikan gambaran tentang diagnose keperawatan yang akan muncul

jika seorang anak terinveksi virus dengue.

c. Memberikan gambaran tentang intervensi keperawatan pada anak dengan

DHF

d. Memberikan gambaran tentang implementasi keperawatan pada anak

dengan DHF

e. Memberikan gambaran tentang evaluasi keperawatan pada anak dengan

DHF

f. Memberikan gambaran tentang dokumentasi keperawatan pada anak

dengan DHF setelah melakukan pengevaluasian dari semua tindakan.

C.   Manfaat Penulisan

1.  Manfaat bagi mahasiswa

a. Meningkatkan pengetahuan dan memperoleh pengalaman dalam melakukan asuhan

keperawatan pada keluarga secara langsung.

b. Sebagai bahan bacaan untuk menambah pengetahuan khususnya rekan-rekan

Mahasiswa jurusan keperawatan dan program profesi Ners Ners Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Makassar .

2 . Manfaat bagi institusi pendidikan

Laporan askep ini diharapkan dapat menjadi tolak ukur sejauh mana upaya

meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam melakukan asuhan keperawatan keluarga.

2

Page 3: Pengkajian DHF

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR MEDIS

1. DEFINISI

DHF (Dengue Hemorragic Fever) adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh

empat serotipe virus dengue dan ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu demam

tinggi, manifestasi perdarahan, hepatomegali dan tanda kegagalan sirkulasi sampai timbul

renjatan (sindrom renjatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran plasma yang dapat

menyebabkan kematian. (Soegeng Soegijanto, 2002). DHF (Dengue Haemorragic Fever)

adalah merupakan penyakit anak yang disebabkan oleh virus dengue yang termasuk golongan

arbovirus melalui gigitan nyamuk Aedes aegipty betina.(A.Aziz alimul hidayat,2005).DHF

(Dengue Haemorragic Fever) atau demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular

yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegipty

(DR. Nursalam, 2005). Demam Berdarah Dengue (DBD) ialah penyakit yang terdapat pada

anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi dan biasanya memburuk

setelah 2 hari pertama. (Arif Mansjoer, 2000). Penyakit demam berdarah dengue adalah

penyakit yang disebabkan oleh virus dengue I, II, III, dan IV yang ditularkan oleh nyamuk

Aedes aegepti dan Aedes albopictus. (Soegeng Soegijanto, 2002).

2.Etiologi

Gigitan nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus dengue (sejenis arbovirus).Virus

dengue tergolong dalam famili/suku/grup flaviviridae dan dikenal ada 4 serotipe. Dengue 1

dan 2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia ke-III, sedangkan dengue 3 dan

4 ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun1953–1954. Virus dengue berbentuk batang,

bersifat termolabil, sensitif terhadap inaktivasi oleh dietileter dan natrium dioksikolat, stabil

pada suhu 700 C. Dengue merupakan serotipe yang paling banyak beredar.

3. Klasifikasi

Dengue Haemorragic Fever (DHF) diklasifikasikan menjadi 4 kategori penderita menurut

derajat beratnya sebagai berikut :

Derajat I : Adanya demam tanpa perdarahan spontan, manifestasi perdarahan hanya berupa

touniket tes yang positif.

3

Page 4: Pengkajian DHF

Derajat II : Gejala demam diikuti dengan perdarahan spontan, biasanya berupa perdarahan

dibawah kulit dan atau berupa perdarahan lainnya.

Derajat III : Adanya kegagalan sirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah penyempitan

tekanan nadi (< 20 mmHg) atau hipotensi dengan disertai akral yang dingin dan

gelisah.

Derajat IV : Adanya syok yang berat dengan nadi tak teraba dan tekanan darah yang tidak

terukur.

( Soegeng Soegijanto, 2005)

4. Patofisiologi

Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan

kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus-antibody, dalam

asirkulasi akan mengaktivasi sistem komplemen (Suriadi & Yuliani, 2001). Virus dengue

masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi pertama kali menyebabkandemam

dengue. Reaksi tubuh merupakan reaksi yang biasa terlihat pada infeksi oleh virus. Reaksi

yang amat berbeda akan tampak, bila seseorang mendapat infeksi berulang dengan tipe virus

dengue yang berlainan. Dan DHF dapat terjadi bila seseorang setelah terinfeksi pertama kali,

mendapat infeksi berulang virus dengue lainnya. Re-infeksi ini akan menyebabkan suatu

reaksi anamnestik antibodi, sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks antigen-antibodi

(kompleks virus-antibodi) yang tinggi (Noer, dkk, 1999).

Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk kedalam tubuh penderita adalah viremia

yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal

diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit), hiperemi tenggorokan dan hal lain

yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati

(hepatomegali) dan pembesaran limpa (splenomegali). Peningkatan dinding kapiler

mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi dan

hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (Syok).

Hemokontrasi (peningkatan hematokrit 32%) menunjukkan atau menggambarkan

adanya kebocoran (perembesan) plasma (plasma leakage) sehingga nilai hematokrit menjadi

penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Oleh karena itu ada penderita Demam

Berdarah Dengue (DHF) sangat dianjurkan untuk memantau hematokrit darah berkala untuk

mengetahui berapa persen hemokonsentrasi yang terjadi.

4

Page 5: Pengkajian DHF

Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan

kebocoran plasma telah teratasi sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi

kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung.

Sebaliknya jika tidak mendapat cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan

cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan.

Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan,

metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik. (Christantie

Effendy,1995).

5.Gambaran Klinis

Bentuk ringan demam dengue menyerang semua golongan umur dan bermanivestasi

lebih berat pada orang dewasa. Demam dengue pada bayi dan anak berupa demam ringan

yang disertai dengan timbulnya ruam makulopapular. Pada anak besar dan dewasa, penyakit

ini dikenal dengan sindrom triase dengue yang berupa demam tinggi dan mendadak yang

dapat mencapai 40C atau lebih dan terkadang disertai dengan kejang demam, sakit kepala,

anoreksia, muntah-muntah (vomiting), epigastrik discomfort, nyeri perut kanan atas atau

seluruh bagian perut dan perdarahan, terutama perdarahan kulit, walaupun hanya berupa uji

tourniguet positif. Selain itu, perdarahan kulit dapat berwujud memar atau juga berupa

perdarahan spontan mulai dari petechiae (muncul pada hari-hari pertama demam dan

berlangsung selama 3-6 hari) pada ekstremitas, tubuh, dan muka, sampai epistaksis dan

perdarahan gusi, sementara perdarahan gastrointestinal masih lebih jarang terjadi dan

biasanya terjadi pada kasus syok yang berkepanjangan. Pada masa konvalesens seringkali

ditemukan eritema pada telapak tangan dan kaki dan hepatomegali. Nyeri tekan sering kali

ditemukan tanpa ikterus maupun kegagalan peredaran darah.

Patokan World Health Organization (WHO, 1975) untuk menegaskan diagnosa Dengue

Haemorragic Fever (DHF) adalah sebagai berikut :

a.       Demam tinggi mendadak dan terus-menerus selama 2-7 hari.

b.      Manifestasi perdarahan, termasuk paling tidak uji tourniguet positif dan bentuk lain

perdarahan/perdarahan spontan (Patechia, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi) dan

hematemesis melena.

c.       Pembesaran hati.

d.      Syok yang ditandai dengan nadi lemah dan cepat disertai dengan tekanan nadi yang

menurun (20 mmHg atau kurang) tekanan darah yang menurun (tekanan sistolik menurun

5

Page 6: Pengkajian DHF

sampai 80 mmHg atau kurang) dan kulit yang teraba dingin dan lembab, terutama pada ujung

hidung, jari dan kaki penderita gelisah serta timbul sianosis disekitar mulut.

( Nursalam, 2005).

6. Pemeriksaan diagnostik

1. Darah

a. Trombosit menurun.

b. HB meningkat lebih 20 %

c. HT meningkat lebih 20 %

d. Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3

e. Protein darah rendah

f. Ureum PH bisa meningkat

g. NA dan CL rendah

2. Serology : HI (hemaglutination inhibition test).

a. Rontgen thorax : Efusi pleura.

b. Uji test tourniket (+)

7. Penatalaksanaan

Berdasarkan kenyataan dimasyarakat penatalaksanaan kasus Dengue Haemorragic

Fever (DBD) dibagi sebagai berikut :

a.       Kasus Dengue Haemorragic Fever (DBD) yang diperkenakan berobat jalan

Bila penderita mengeluh panas, tetapi keinginan makan dan minum masih baik. Untuk

mengatasi panas tinggi yang mendadak diperkenankan memberi obat panas paracetamol 10-

15 mg/kg BB setiap 3-4 jam diulang jika gejala panas masih nyata diatas 38,5 C. Obat panas

salisilat tidak dianjurkan karena mempunyai resiko terjadinya penyulit perdarahan dan

asidosis. Sebagian besar kasus Dengue Haemorragic Fever (DHF) yang berobat jalan ini

adalah kasus Dengue Haemorragic Fever (DHF) yang menunjukkan manifestasi panas hari

pertama dan hari kedua tanpa menunjukkan penyulit lainnya.

Apabila penderita Dengue Haemorragic Fever (DHF) ini menunjukkan manifestasi

penyulit hipertermi dan konvalesens sebaiknya kasus ini dianjurkan untuk dirawat inap.

b.      Kasus Dengue Haemorragic Fever (DHF) derajat I dan II

Pada hari ke 3, 4, dan 5 panas dianjurkan rawat inap karena penderita ini mempunyai

resiko terjadinya syok. Untuk mengantisipasi kejadian tetesan berdasarkan tatanan 7,5%.

6

Page 7: Pengkajian DHF

Pada saat fase panas penderita dianjurkan banyak minum air buah atau oralit yang biasa

dipakai untuk mengatasi diare. Apabila hematokrit meningkat lebih dari 20% dan harga

normal merupakan indikator adanya kebocoran plasma dan sebaiknya penderita dirawat

diruang observasi dipusat rehidrasi selama kurun waktu 12-14 jam.

c.       Penatalaksanaan Dengue Haemorragic Fever (DHF) derajat III , IV

“Dengue Shock Syndrome” (sindrome renjatan dengue) termasuk kasus kegawatan

yang membutuhkan penanganan secara cepat dan perlu memperoleh cairan pengganti secara

tepat. Biasanya dijumpai kelainan asam basa dan elektrolit (hiponatremi). dalam hal ini perlu

dipikirkan kemungkinan dapat terjadi DIC. Terkumpulnya asam dalam darah mendorong

terjadinya DIC yang dapat menyebabkan terjadinya perdarahan hebat dan renjatan yang sukar

diatasi.

Penggantian secara cepat plasma yang hilang digunakan larutan garam isotonik (ringer

laktat, 5% dekstrose, larutan ringer asetat dan larutan normal garam faali) dengan jumlah 10-

20 ml/kg/1 jam.

d.      Obat penanganan

Pada beberapa kasus obat penenang dibutuhkan terutama pada kasus yang sangat

gelisah. Obat yang hipatoksik sebaiknya dihindari, chloral hidrat oral atau rektal dianjurkan

dengan dosis 12,5-50 mm/kg (tetapi jangan lebih 1 jam) digunakan sebagai satu macam obat

hipnotik.

e.       Terapi oksigen

f.       Transfusi darah.

g.      Kelainan ginjal

Dalam keadaan syok, harus yakin benar bahwa penggantian volume intravaskuler telah

benar-benar terpenuhi dengan baik. Apabila diuresis belum mencukup 2 ml/kg BB/jam

sedangkan cairan yang diberikan sudah sesuai kebutuhan, maka selanjutnya furosemid 1

mg/BB dapat diberikan pemantauan tetap dilakukan untuk jumlah diuresis, kadar ureum dan

kreatinin. Tetapi apabila diuresis tetap belum mencukupi, pada umumnya syok juga belum

dapat dikoreksi dengan baik maka pemasangan Centrol Venous Pressure (CVP) perlu

dilakukan untuk pedoman pemberian cairan selanjutnya.

h.  Monitoring

Tanda vital dan kadar hematokrit harus dimonitor dan dievaluasi secara teratur untuk

menilai hasil pengobatan.

i.  Kriteria memulangkan pasien

Pasien dapat dipulangkan apabila :

7

Page 8: Pengkajian DHF

1)    Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik.

2)    Nafsu makan membaik.

3)    Tampak perbaikan secara klinis.

4)    Hematokrit stabil.

5)    Tiga hari setelah syok teratasi.

6)    Jumlah trombosit 200.000-300.000 /mm3

7)    Tidak disertai distress pernapasan.

8)    Ruang khusus darurat penderita Dengue Haemorragic Fever (DHF)

(Soegijanto Soegeng.2002)

8.Pencegahan

Prinsip yang tepat dalam pencegahan DHF ialah sebagai berikut

a. Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan

melaksanakan pemberantasan vektor pada saat sedikit terdapatnya kasus DHF.

b. Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada tingkat

sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita viremia sembuh secara

spontan.

c. Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah penyebaran yaitu di sekolah,

rumah sakit termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.

d. Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi penularan tinggi.

Ada 2 macam pemberantasan vektor antara lain :

a. Menggunakan insektisida.

Yang lazim digunakan dalam program pemberantasan demam berdarah

dengue adalah malathion untuk membunuh nyamuk dewasa dan temephos

(abate) untuk membunuh jentik (larvasida). Cara penggunaan malathion ialah

dengan pengasapan atau pengabutan. Cara penggunaan temephos (abate) ialah

dengan pasir abate ke dalam sarang-sarang nyamuk aedes yaitu bejana tempat

penampungan air bersih, dosis yang digunakan ialah 1 ppm atau 1 gram abate

SG 1 % per 10 liter air.

8

Page 9: Pengkajian DHF

b.Tanpa insektisida

Caranya adalah :

1. Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air minimal

1 x seminggu (perkembangan telur nyamuk lamanya 7 – 10 hari).

2. Menutup tempat penampungan air rapat-rapat.

3. Membersihkan halaman rumah dari kaleng bekas, botol pecah dan

benda lain yang memungkinkan nyamuk bersarang.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

Menurut Doenges ( 2000: 833 ), data pengkajian pada pasien DBD bergantung

pada berat dan lamanya ketidakseimbangan metabolik dan pengaruh fungsi pada organ,

data yang kaji meliputi :

A. Aktivitas/ Istirahat

Gejala : Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya,

progresi kelelahan/ malaise perubahan pola tidur.

Tanda : Kelemahan otot, menurunnya masa otot

B. Sirkulasi

Gejala : Proses penyembuhan luka yang lambat ( bila anemi ); perdarahan

lama pada cedera ( jarang terjadi )

Tanda : Takikardi, perubahan TD postural, menurunnya volume nadi perifer,

pucat atau sianosis; perpanjangan pengisian kapiler.

C. Integritas Ego

Gejala : Faktor stress yang berhubungan dengan kehilangan mis ; dukungan

keluarga, hubungan dengan orang lain, penghasilan, gaya hidup

tertentu, dengan distress spiritual

Tanda : Mengingkari, cemas, depresi, takut menarik diri.

Prilaku marah, postur tubuh mengelak, menangis, dan kontak mata

yang kurang.

D. Makanan/ Cairan

Gejala : Tidak nafsu makan, perubahan dalam kemampuan mengenali makan

9

Page 10: Pengkajian DHF

B. Diagnosa Keperawatan

Adapun diagnosa keperawatan yang sering dijumpai pada pasien dengan Dengue

Hemorhagic Fever

a. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan infeksi virus

dengue.

b. Deficit volume cairan tubuh berhubungan dengan ketidakseimbangan input

dan output cairan.

c. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah,

anoreksia.

d. Resiko tinggi terjadinya syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan

hebat, penurunan tekanan osmotik.

e.    Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik

f.    Resiko terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan

trombositopenia.

g.    Kecemasan orang tua/keluarga berhubungan dengan kurangnya

pengetahuan, dan kurang informasi.

( sumber : perawatan pasien DHF, Christiantie efendy )

C. Rencana Asuhan Keperawatan.

1 : Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue

Tujuan : Suhu tubuh normal

Kriteria : - Suhu tubuh antara 36 – 37

- Nyeri otot hilang

Intervensi :

a. Kaji suhu tubuh pasien

Rasional : mengetahui peningkatan suhu tubuh, memudahkan intervensi

b. Beri kompres air hangat

Rasional : mengurangi panas dengan pemindahan panas secara konduksi. Air hangat

mengontrol pemindahan panas secara perlahan tanpa menyebabkan hipotermi atau menggigil.

c. Berikan/anjurkan pasien untuk banyak minum 1500-2000 cc/hari (sesuai toleransi)

Rasional : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi.

d. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat

Rasional : Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis mudah menyerap keringat dan

tidak merangsang peningkatan suhu tubuh.

10

Page 11: Pengkajian DHF

e. Observasi intake dan output, tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah) tiap 3 jam sekali atau

sesuai indikasi

Rasional : Mendeteksi dini kekurangan cairan serta mengetahui keseimbangan cairan dan

elektrolit dalam tubuh. Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum

pasien.

f. Kolaborasi : pemberian cairan intravena dan pemberian obat sesuai program.

Rasional : Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tubuh yang tinggi. Obat

khususnya untuk menurunkan panas tubuh pasien.

2. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke

ekstravaskuler.

Tujuan : Tidak terjadi defisit voume cairan

Kriteria : - Input dan output seimbang

- Vital sign dalam batas normal

- Tidak ada tanda presyok

- Akral hangat

- Capilarry refill < 2 detik

Intervensi :

a. Awasi vital sign tiap 3 jam/sesuai indikasi

Rasional : Vital sign membantu mengidentifikasi fluktuasi cairan intravaskuler

b. Observasi capillary Refill

Rasional : Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer

c. Observasi intake dan output. Catat warna urine / konsentrasi, BJ

Rasional : Penurunan haluaran urine pekat dengan peningkatan BJ diduga dehidrasi.

d. Anjurkan untuk minum 1500-2000 ml /hari ( sesuai toleransi )

Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh peroral

e. Kolaborasi : Pemberian cairan intravena

Rasional : Dapat meningkatkan jumlah cairan tubuh, untuk mencegah terjadinya

hipovolemic syok.

11

Page 12: Pengkajian DHF

3. Resiko Syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan,

pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.

Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik

Kriteria : - Tanda Vital dalam batas normal

Intervensi :

a. Monitor keadaan umum pasien

Rasional ; Untuk memonitor kondisi pasien selama perawatan terutama saat terdi

perdarahan. Perawat segera mengetahui tanda-tanda presyok /syok.

b. Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebih

Rasional : Perawat perlu terus mengobaservasi vital sign untuk memastikan tidak terjadi

presyok / syok.

c. Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera laporkan jika terjadi

perdarahan

Rasional : Dengan melibatkan psien dan keluarga maka tanda-tanda perdarahan dapat segera

diketahui dan tindakan yang cepat dan tepat dapat segera diberikan.

d. Kolaborasi : Pemberian cairan intravena

Rasional : Cairan intravena diperlukan untuk mengatasi kehilangan cairan tubuh secara

hebat.

e. Kolaborasi : pemeriksaan : HB, PCV, trombosit

Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami pasien dan

untuk acuan melakukan tindakan lebih lanjut.

4. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan

yang menurun.

Tujuan : Tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi

Kriteria : - Tidak ada tanda-tanda malnutrisi

- Menunjukkan berat badan yang seimbang.

Intervensi :

a. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai

Rasional : Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi

b. Observasi dan catat masukan makanan pasien

Rasional : Mengawasi masukan kalori/kualitas kekurangan konsumsi makanan

c. Timbang BB tiap hari (bila memungkinkan)

12

Page 13: Pengkajian DHF

Rasional : Mengawasi penurunan BB / mengawasi efektifitas intervensi.

d. Berikan makanan sedikit namun sering dan atau makan diantara waktu makan

Rasional : Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan masukan juga

mencegah distensi gaster.

e. Berikan dan Bantu oral hygiene.

Rasional : Meningkatkan nafsu makan dan masukan peroral

f. Hindari makanan yang merangsang dan mengandung gas.

Rasional : Menurunkan distensi dan iritasi gaster.

5. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-faktor

pembekuan darah (trombositopeni)

Tujuan : Tidak terjadi perdarahan

Kriteria : - TD 100/60 mmHg, N: 80-100x/menit reguler, pulsasi kuat

- Tidak ada tanda perdarahan lebih lanjut, trombosit meningkat.

Intervensi :

a. Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai tanda klinis.

Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda adanya kebocoran pembuluh darah yang

pada tahap tertentu dapat menimbulkan tanda-tanda klinis seperti epistaksis, ptike.

b. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat ( bedrest )

Rasional : Aktifitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya perdarahan.

c. Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga untuk melaporkan jika ada tanda perdarahan

seperti : hematemesis, melena, epistaksis.

Rasional : Keterlibatan pasien dan keluarga dapat membantu untuk penaganan dini bila

terjadi perdarahan.

d. Antisipasi adanya perdarahan : gunakan sikat gigi yang lunak, pelihara kebersihan mulut,

berikan tekanan 5-10 menit setiap selesai ambil darah.

Rasional : Mencegah terjadinya perdarahan lebih lanjut.

e. Kolaborasi, monitor trombosit setiap hari

Rasional : Dengan trombosit yang dipantau setiap hari, dapat diketahui tingkat kebocoran

pembuluh darah dan kemungkinan perdarahan yang dialami pasien.

13

Page 14: Pengkajian DHF

6. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi anak.

Tujuan : ansietas berkurang/terkontrol.

Kriteria : - klien melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik.

- tidak ada manifestasi perilaku akibat kecemasan.

Intervensi :

a. Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien.

Rasional : memudahkan intervensi.

b. Kaji mekanisme koping yang digunakan pasien untuk mengatasi ansietas di masa lalu.

Rasional : mempertahankan mekanisme koping adaftif, meningkatkan kemampuan

mengontrol ansietas.

c. Lakukan pendekatan dan berikan motivasi kepada pasien untuk mengungkapkan pikiran

dan perasaan.

Rasional : pendekatan dan motivasi membantu pasien untuk mengeksternalisasikan

kecemasan yang dirasakan.

d. Motivasi pasien untuk memfokuskan diri pada realita yang ada saat ini, harapan-harapan

yang positif terhadap terapy yang di jalani.

Rasional : alat untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk

mengurangi kecemasan.

e. Berikan penguatan yang positif untuk meneruskan aktivitas sehari-hari meskipun dalam

keadaan cemas.

Rasional : menciptakan rasa percaya dalam diri pasien bahwa dirinya mampu mengatasi

masalahnya dan memberi keyakinan pada diri sendri yang dibuktikan dengan pengakuan

orang lain atas kemampuannya.

f. Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi.

Rasional : menciptakan perasaan yang tenang dan nyaman.

g. Sediakan informasi factual (nyata dan benar) kepada pasien dan keluarga menyangkut

diagnosis, perawatan dan prognosis.

Rasional : meningkatkan pengetahuan, mengurangi kecemasan.

h. Kolaborasi pemberian obat anti ansietas.

Rasional : mengurangi ansietas sesuai kebutuhan.

14

Page 15: Pengkajian DHF

7. Kurang pengetahuan keluarga tentang penyakit, prognosis, efek prosedur, dan

perawatan anggota keluarga yang sakit berhubungan dengan kurang

terpajan/mengingat informasi.

Tujuan : orang tua mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses

pengobatan.

Kriteria : - melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan.

- memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam

regimen perawatan.

Intervensi :

a. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.

Rasional : mengetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga

tentang penyakitnya.

b. Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.

Rasional : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya

akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas.

c. Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanan nya.

Rasional : diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan.

d. Anjurkan keluarga untuk memperhatikan perawatan diri dan lingkungan bagi anggota

keluarga yang sakit. Lakukan/demonstrasikan teknik perawatan diri dan lingkungan klien.

Rasional : perawatan diri (mandi, toileting, berpakaian/berdandan) dan kebersihan

lingkungan penting untuk menciptakan perasaan nyaman/rileks klien sakit.

e. Minta klien/keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan.

Rasional : mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai

keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.

15

Page 16: Pengkajian DHF

D. IMPLEMENTASI

Implementasi, yang merupakan komponen dari proses keperawatan, adalah kategori

dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil

yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan.(Perry & Potter,

2005)

a)  Tindakan Keperawatan Mandiri

Tindakan yang dilakukan Tanpa Pesanan Dokter. Tindakan keperawatan mendiri

dilakukan oleh perawat. Misalnya menciptakan lingkungan yang tenang, mengompres hangat

saat klien demam.

b)  Tindakan Keperawatan Kolaboratif

Tindakan yang dilakukan oleh perawat apabila perawata bekerja dengan anggota

perawatan kesehatan yang lain dalam membuat keputusan bersama yang bertahan untuk

mengatasi masalah klien

E. Evaluasi Keperawatan

Langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respons klien terhadap tindakan

keperawatan dan kemajuan klien kea rah pencapaian tujuan. Evaluasi terjadi kapan saja

perawat berhubungan dengan klien. Penekanannya adalah pada hasil klien. Perawat

mengevaluasi apakah perilaku klien mencerminkan suatu kemunduran atau kemajuan dalam

diagnose keperawatan. ( Perry Potter, 2005 )

Pada saat akan melakukan pendokumentasian, menggunakan SOAP, yaitu :

S    : Data subyektif merupakan masalah yang diutarakan klien

O  : Data obyektif merupakan tanda klinik dan fakta yang berhubungan dengan diagnose

keperawatan

A   : Analisis dan diagnosa

P    : Perencanaan merupakan pengembangan rencana untuk yang akan datang dari intervensi

16

Page 17: Pengkajian DHF

BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN AN “S” DENGAN

KASUS DBD DI RUANG PERAWATAN IV

RSI FAISAL MAKASSAR

I. Biodata

A. Identitas klien

1. Nama/ nama panggilan : An S

2. Tempat tgl lahr/ usia : 6 Tahun

3. Jenis kelamin : Perempuan

4. Agama : Islam

5. Pendidikan : SD ( Sekolah dasar )

6. Alamat : Jl. Mesjid Nurul Hudayah

7. Tgl masuk : 12 Mei 2013

8. Tgl pengkajian : 13 Mei 2013

9. Diagnosa medis : DBD

B. Identitas orang tua

1.Ayah

a. Nama : Tn. A

b.Usia : 33 Tahun

c. Pendidikan : SD

d. Pekerjaan : Wiraswasta

e. Agama : Islam

f. Alamat : Jl. Mesjid Nurul Hudayah

2.Ibu

a. . Nama : Ny. S

b. Usia : 32 Tahun

c. Pendidikan : SMP

d. Pekerjaan : IRT

e. Agama : Islam

f. Alamat : Jl. Mesjid Nurul Hudayah

17

Page 18: Pengkajian DHF

C. Identitas saudara kandung

No NAMA USIA HUBUNGAN STATUS KESEHATAN

1. An. Y 1,7 Tahun Saudara

kandung

Sehat

II. Alasan Masuk Rumah Sakt :

1. Keluhan Utama : Demam

2. Keluhan yang menyertai :

Ibu klien mengatakan kalau anaknya mengeluh sakit pada perutnya disertai

muntah-muntah, sakit kepala ,dan tidak mau makan. Orang tua klien juga

mengatakan kondisi anaknya lemah di mana aktivitas klien di bantu oleh

kedua orang tuanya

III. Riwayat Kesehatan

A. Riwayat kesehatan sekarang : Klien mengalami demam sejak 3 hari sebelum

masuk rumah sakit dan muntah lebih dari 3 kali. Orang tua klien membawa

klien di Rumah Sakit Islam Faisal Makassar dari tanggal 12 mei 2013 dengan

diagnosa DBD

B. Riwayat kesehatan masa lalu

1. Kecelakaan yang pernah di alami : Orang tua klien mengatakan anaknya

tidak pernah mengalami kecelakaan.

2. Pernah di operasi :Orang tua klien mengatakan anaknya tidak pernah di

operasi.

3. Alergi : Orang tua klien mengatakan anaknya tidak ada riwayat alergi baik

makanan ataupun minuman dll.

4. Perkembangan anak di banding saudara lain : Orang tua klien mengatakan

perkembangan anak di bandingkan dengan saudara kandung tidak ada

perbedaan.

18

Page 19: Pengkajian DHF

C. Riwayat kesehatan keluarga

1. Genogram :

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Klien

: Garis Pernikahan

: Tinggal Serumah

? : Tidak di ketahui

Kesimpulan :

G1 : Kedua kakek dan nenek klien masih hidup dan dalam keadaan sehat.

G2 : kedua orang tua klien masih hidup, ayah klien adalah anak pertama

dari 8 bersaudara sedangkan ibu klien adalah anak kedua dari 3 bersaudara,

tidak ada penyakit keturunan dalam keluaraga.

G3 : Klien yang saat ini sedang di rawat di RS islam Faisal dengan

diagnosa DBD

19

? ?

? ?

1,7

?

32

6

???

31

?

??

? ??

Page 20: Pengkajian DHF

2. Penyakit anggota keluarga : Orang tua klien mengatakan tidak ada anggota keluarga

yang mengidap penyakit keturunan seperti asma, hipertensi DM.

IV. Riwayat munisasi

No Jenis imunisasi Waktu pemberian Reaksi setelah

pemberian

1. BCG 1x umur 1 minggu -

2. DPT ( I, II, III ) 3x umur 2,3 dan 4 bulan Demam

3. Polio ( I, II, III, IV ) 4x umur 1,2,3 dan 4 bulan -

4. Campak 1x umur 9 bulan -

5. Hepatitis 1x umur 1 minggu -

V. Riwayat Tumbuh Kembang

A. Perkembangan tiap tahap

Usia anak saat :

1. Berguling : 3 bulan

2. Duduk : 7 bulan

3. Merangkak : 10 bulan

4. Berdiri : 11 bulan

5. Berjalan : 13 bulan

6. Senyum kepada orang lain pertama kali :Orang tua klien tidak

ingat tentang usia berapa anaknya senyum pertama kali.

7. Bicara pertama kali : Orang tua klien tidak ingat tentang usia

berapa anaknya bicara pertama kali.

8. Berpakaian tanpa bantuan : Orang tua klien tidak ingat tentang

usia berapa anaknya berpakaian tanpa bantuan.

9. Waktu tumbuh gigi : Orang tua klien tidak ingat tentang usia

berapa anaknya tumbuh gigi.

VI. Riwayat Nutrisi

Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini

Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian

1. 0 - 4 Bulan

2. 4 – 12 Bulan

Air Susu Ibu (ASI)

Asi + bubur tim

6 Bulan

6 Bulan

20

Page 21: Pengkajian DHF

3. Saat ini Nasi + Lauk + Sayur 1 Tahun sampai sekarang

VII. Riwayat Psikososial

1. Anak tinggal di : rumah sendiri

2. Lingkungan berada di : Kota makassar

3. Rumah agak jauh dengan sekolah

4. Hubungan antar anggota keluarga: Orang tua klien mengatakan hubungan

antar anggota keluarga terjalin baik.

5. Pengasuh anak : klien di asuh oleh kedua orang tuanya.

6. Kondisi kesehatan lingkungan : orang tua klien mengatakan kondisi kesehatan

lingkungan baik ( bersih )

VIII. Riwayat Spritual

1. Support sisten dalam keluarga : kedua orang tua klien selalu memberi support

kepada klien agar klien cepat sembuh.

2. Keyakinan keagamaan yang berkaitan dengan kesehatan : klien berharap agar

cepat sembuh dan berdoa kepada Allah Subhana Wata`Ala agar cepat sembuh.

IX. Reaksi Hospitalisasi

A. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap :orang tua klien

mengatakan belum ada pengalaman megenai rawat inap.

1. Menggapa ibu membawa anak ke rumah sakit : Orang Tua klien membawa

anaknya ke rumah sakit karena anaknya demam sejak 3 hari yang lalu.

ibu klien juga mengatakan kalau anaknya mengeluh sakit pada perutnya

disertai pusing klien malas makan dan minum.

2. Apakah dokter menceritakan tentang kondis anaknya : orang tua klien

mengatakan dokter menceritakan kondisi anaknya

3. Apakah orang tua selalu berkunjung : orang tua klien selalu ada di rumah

sakit menemani anaknya

B. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap :

1. Mengapa keluarga/ orang tua membawa kamu kerumah sakit : Klien

mengatakan di bawa ke rumah sakit karena demam sejak 3 hari yang lalu.

2. Menurutmu apa yang menyebabkan kamu sakit : Klien mengatakan tidak

mengetahui apa yang menyebabkan dia sakit.

21

Page 22: Pengkajian DHF

3. Bagaimana rasanya di rawat di rumah sakit : klien mengatakan tidak betah

berada di rumah sakit klien ingin cepat pulang supaya bisa pergi ke

sekolah

X. Aktivitas sehari- hari

A. Nutrisi

Kondsi Sebelum sakit Saat sakit

1. Selera makan

2. Menu makan

3. Frekuensi makan

4. Makanan yang di sukai

5. Makanan pantangan

6. Pembatasan pola

makan

7. Cara makan

Baik

Nasi, ikan,tempe dan sayur

3x sehari

Ayam goreng

Tidak ada

Tidak ada

Makan sendiri

Kurang nafsu makan

Bubur,ikan,tempe dan sayur

hanya ± 3-4 sendok makan

-

-

Tidak ada

Tidak ada

Di suapi

B. Cairan

Kondisi Sebelum sakit Setelah sakit

1. Jenis minuman

2. Frekuensi minum

3. Kebutuhan cairan

4. Cara pemenuhan

Air putih + susu

7-9 gelas/hari dengan

takaran gelas 250 cc

Terpenuhi

Minum sendiri

Ar putih

3-4 gelas/ hari dengan

takaran gelas 250 cc

-

Minum sendiri +Dengan

cairan infus 60 Tpm/ 3600

TpJ

C. Eliminasi ( BAB & BAK )

Kondisi Sebelum sakit Setelah sakit

1. Tempat pembuangan

2. Frekuensi ( waktu )

Wc ( kamar mandi )

BAB :2 kali sehari

Wc ( kamar mandi )

BAB tidak ada perubahan

22

Page 23: Pengkajian DHF

3. Konsistensi

4. Kesulitan

BAK : 4- 5 kali/ hari

BAB lunak

Tidak ada kesulitan

BAK : 2-3 kali/ hari

Tidak ada perubahan

Tidak ada kesulitan

D. Istirahat tidur

Kondisi Sebelum sakit Setelah sakit

1. Jam tidur

- Siang

- Malam

2. Pola tidur

3. Kebiasaan sebelum tidur

4. Kesulitan tidur

± Pukul : 13:00- 15:00 wita

± Pukul : 21:00- 05:30 Wita

Baik

Tidak ada kebiasaan klien

sebelum tidur.

Tidak ada

± Pukul : 13:00- 15:00wita

± Pukul :21:00- 06:00Wita

Sering terbangun malam

hari

Tidak ada kebiasaan klien

sebelum tidur

Tidak ada

E. Personal hygiene

Kondisi Sebelum sakit Setelah sakit

1. Mandi

- Cara

- Frekuensi

- Alat mandi

2. Cuci rambut

- Frekuensi

- Cara

3. Gunting kuku

- Frekuensi

- Cara

4. Gosok gigi

- Frekuensi

Mandi sendiri

2x sehari

Sabun

Setiap 1 minggu 2 x

Setiap kuku panjang

2x 1, di bantu orang tua

2 x sehari digosok sendiri

- Badan klien hanya di lap

menggunakan waslap oleh

ibunya setiap 2x sehari

- Waslap dan sabun

- Belum pernah.

- Belum pernah

1 X sehari

23

Page 24: Pengkajian DHF

- Cara dibantu orang tua

F. Aktivitas/ mobiltas fisik

Kondisi Sebelum sakit Setelah sakit

1. Kegiatan seharai- hari

2. Penggunaan alat bantu

aktivitas

3. Kesulitan pergerakan

tubuh

ke sekolah

Klien tidak menggunakan

alat bantu kebutuhannya di

lakukan sendiri

Klien tidak mengalami

kesulitan dalam bergerak.

Klien hanya terbaring di

rumah sakit

Dalam melakukan

aktivitas dan pemenuhan

ADL klien di bantu oleh

orang tuanya.

Klien mengalami kesulitan

dalam bergerak karna

kondisi yang lemah dan

karena tangan kanan klien

di infuse

G. Rekreasi

Kondisi Sebelum sakit Setelah sakit

1. Perasaan saat sekolah

2. Waktu luang

3. Perasaan setelah bermain

4. Kegiatan hari libur

Klien merasa senang saat

sekolah karena banyak punya

teman.

Waktu luang klien di gunakan

untuk berkumpul bersama

kedua orang tua serta kakak

klien.

Klien mengatakan senang

setelah bermain

Klien tidak bisa sekolah

karena lagi sakit dan di

rawat di RSI faisal.

-

-

24

Page 25: Pengkajian DHF

Pada hari libur klien biasa

bermain, nonton TV dan

istrahat

-

XI. Pemeriksaan Fisik

A. Keadaan umum klien : klien tampak lemah

B. Tanda – tanda vital

1. Tekanan Darah :100/70 mmHg

2. Suhu : 39,4 O C

3. Nadi : 88 x/menit

4. Respirasi : 30 x/ menit

C. Antropometri

1. Tinggi badan : 120 Cm

2. Berat badan : - Berat sebelum sakit : 25 kg

- Berat saat sakit : 23 kg

3. Lingkar lengan atas : 17 cm

4. Lingkar kepala : 49 cm

5. Lingkar dada : 55 cm

6. Lingkar perut : 58 cm

D. Sistem pernapasan

1. Hidung : Hidung klien smetris kiri dan kanan, tidak ada sekret, tidak

ada nyeri tekan pada hidung serta tidak ada polip.

2. Leher : Tidak ada pembesaran kalenjar tiroid, tidak ada pembesaran

vena jugularis dan tidak ada nyeri tekan pada leher.

3. Dada :

1. Bentuk dada : bentuk dada klien normal, barel chest ( smetris kiri dan

kanan ).

2. Gerakan dada : Normal Smetris kiri dan kanan

3. Suara napas : Vesikuler ( tidak ada suara nafas tambahan )

E. Sistem cardo vaskuler

25

Page 26: Pengkajian DHF

1. Konjungtiva : Nampak tidak anemis

2. Ukuran jantung : Tdak ada kelainan

3. Suara jantung : S1,S2 murni kesan normal, tidak ada bising

4. Capillary refilling time : < dari 2 detik

F. Sitem pencernaan

1. Sklera : Nampak tidak ikterus

2. Mulut : Mukosa bibir klien nampak kering,lidah klien nampak

kotor

3. Gaster : -

4. Abdomen : Terdapat nyeri tekan pada abomen

5. Anus : Tidak ada tanda- tanda hemoroid

G. Sistem indra

1. Mata

Kelopak mata : Kelopak mata klien baik mampu membuka dan

menutup dengan baik tidak ada nyeri tekan, dan tidak ada peningkatan tio.

2. Hidung

Penciuman : penciuman klien baik, tidak ada sekret yang

menghalngi sluran nafas.

3. Telinga

a. Keadaan daun telinga : Keadaan daun telinga klien baik, simetris kiri

dan kanan tidak ada nyeri tekan, tidak ada secret/ serumen pada telinga.

b. Fungsi pendengaran : Fungsi pendengaran klien baik

H. Sistem saraf

1. Fungsi cerebral

a. Status mental : Baik

b. Kesadaran : Compossmetis ( sadar penuh )

2. Fungsi nervus cranial : -

3. Fungsi motorik :

a. Motorik kasar : Klien nampak membalikkan badannya dan

menggerakkan anggota tubuhnya

b. Motorik halus : klen mampu bicara, mampu menjawab apa yang di

tanya, klien nampak tersenyum

4. Fungsi sensorik : Fungsi sensorik klien baik di mana klien mampu

merasakan sentuhan yang di berikan.

26

Page 27: Pengkajian DHF

5. Fungsi cerebellum : Fungsi koordinasi Baik

6. Fungsi refleks : R.T Patela ( + )

R. T Achiles ( + )

I. Sistem Muskulo skeletal

1. Kepala : Kepala klien Messocepal, klen mengeluh sakit kepala.

2. Vertebrae : tidak ada scoliosis, lordosis, kyposis. Gerakan aktif dan tidak

ada kekakuan dan tidak ditemukan adanya Spina bifida, ROM aktif,

Fungsi gerak baik.

3. Pelvis : Gaya jalan tidak dikaji, gerakan aktif, ROM aktif,

Trendelberg test dan Ortolani/Barlow tidak dikaji.

4. Lutut : Lutut klien normal tidak ada kesusahan gerak dan tidak ada

nyeri tekan.

5. Kaki : kaki klien simetris kiri dan kanan tidak ada edema dan nyeri

tekan.

6. Tangan : tangan klen simetris kiri dan kanan, tidak ada edema, Nampak

terpasang infuse RL 18 tts/menit pada tangan kanan klien, Nampak ada

bercak-bercak merah/ peteki pada tangan klien.

7. Kekuatan otot ke 4 ekstermitas : kekuatan otot klien 4 di mana ada gerakan

tapi tidak penuh

Ka Ki ket :

4 4 0: Tidak ada kontraksi sama sekali

4 4 1: Hanya ada kontraksi

2: Ada kemampuan bergerak tapi tidak dapat

melawan gravitasi bumi

3:Ada kekuatan bergerak untuk melawan

gravitas bumi

4: Ada gerakan tapi tidak penuh

5:Kekuatan penuh untuk dapat melakukan

Aktifitas

J. Sistem integument

1. Rambut : Rambut klien hitam lurus, pertumbuhan rambut baik tidak ada

ketombe.

2. Kulit : Warna kulit sawo matang tidak ada nyeri tekan,Nampak

27

Page 28: Pengkajian DHF

ada bercak- bercak merah/ peteki pada kulit tangan klien.

3. Kuku : Kuku berwarna putih pendek dan bersih.

K. Sistem endokrin

1. Kelenjar thyroid : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid

2. Ekskresi urin : tidak ada ekskresi urin yang berlebihan.

3. Suhu tubuh : suhu tubuh di atas batas normal yaitu 39,4 O C

4. Riwayat bekas air seni di kelilingi semut : klien mengatakan bekas air

seninya tidak di kelilingi semut.

L. Sistem perkemihan

1. Edema palpebra : Tidak ada edema atau nyeri tekan pada palpebra.

2. Nocturia :-

M. Sitem reproduksi

a. Keadaan gland penis : -

b. Testia : -

c. Pertumbuhan rambut : Belum nampak adanya pertumbuhan rambut

d. Pertumbuhan jakun : -

N. Sistem imun

1. Alergi : Klien tidak memilki riwayat alergi

2. Penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca : klien mengatakan

jika musim hujan klien biasa flu

XII. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan

A. Usia 0-6 Tahun

Dengan menggunakan DDST ( tidak di lakukan )

1. Motorik Kasar

2. Motorik Halus

3. Bahasa

4. Personal sosial

B. 6 Tahun ke atas

1. Perkembangan kognitif : Pengetahuam klien baik,klien sekolah kelas 1

SD.

2. Perkembangan Psikoseksual : belum ada tanda-tanda perubahan

suara.

28

Page 29: Pengkajian DHF

3. Perkembangan Psikososial : klien sering berkumpul besama teman-

temanya dan sering berinteraksi dengan orang di sekitarnya.

XIII. Tes Diagnostik

1. Laboratorium :

No Jenis

pemeriksaan

Hasil pada Tanggal : Nilai rujukan

13/05/2013 14/05/2013 15/05/2013 16/ 05/2013

1.

2.

3.

4.

5.

6.

4.

Hemoglobin

Leukosi

Eritrosit

Hematokrit

Trombosit

Hitung jenis

leukosit

-Lymposit

14,8 14,2 15,2 15,5

5.500 7.300 7.100 6000

5.530000 3.980.000 4.700.000 4.560.000

43,9 31,5 44 45,5

12.000 24.000 135.000 155.000

28 44 45 27

L : 14- 16 gr/dl

P : 12- 14 gr/dl

4000 – 10.000/ mm3

L : 4,5- 5,5 juta/ mm3

P : 4 – 5 juta/ mm3

L : 40- 50 %

P : 37- 47 %

150.000- 400.0000 mm3

20- 30 %

XIV. Terapi Saat ini ( di tulis dengan rinci )

1. Infus RL : - Pada tanggal 12 mei 2013 Jumlah : 60 Tpm Sedangkan ,

- Pada tanggal 14 mei 2013 Jumlah : 30 Tpm

2. Paracetamol syr 3x2 cth/ 8 jam

Pagi Pukul : 08:00 wita, siang pukul 16:00 wita,malam pukul 24:00

wita

3. Zamel syr 2x1 cth/12 jam

Pagi pukul : 08:00 wita, Malam pukul : 20:00 wita

29

Page 30: Pengkajian DHF

DATA FOKUS

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF

1. Orang Tua klien mengatakan Klien / anaknya demam sejak 3 hari yang lalu.

2. Ibu klien juga mengatakan kalau anaknya mengeluh sakit pada perutnya disertai demam, muntah- muntah, sakit kepala dan tidak mau makan

3. Orang tua klien mengatakan kondisi anaknya lemah di mana aktivitas klien di bantu oleh kedua orang tuanya.

1 .Klien nampak lemah2. Mukosa bibir klien nampak kerimg3. Lidah klien nampak kotor4. Nampak porsi makan klien tidak di habiskan5. Nampak bercak- bercak merah/ piteki pada tangan kanan klien.6. Terdapat nyeri tekan pada abomen7.Nampak terpasang infus RL 60 Tpm pada tangan kanan klien8. kekuatan otot klien 4 di mana ada gerakan tapi tidak penuh9. Nampak dalam melakukan aktivitas dan pemenuhan ADL klien di bantu oleh orang tuanya.10. Nampak klien mengalami kesulitan dalam bergerak karena tangan kanan klien di infuse.12.Hasil TTV klien tgl 13 mei 2013 : - TD : 110/70 mmHg - Nadi : 88 kali/ menit - Suhu : 39,4 O C - Pernapasa : 30 kali/ menit13. BB klien sebelum sakit : 25 kg BB klen saat sakit : 23 kg14.Hasil uji trombosit : 12.000 tgl 13 mei 201315.Hasil uji eritrosit : 5.530000 tgl 13 Mei 13 201316.Hasil uji hematokrit : 43,9% tgl 13 mei 2013

30

Page 31: Pengkajian DHF

ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1.

2.

DS :Orang Tua klien mengatakan klien demam sejak 3 hari yang lalu.

DO :- Klien nampak lemah- Mukosa bibir klien Nampak

kering- Nampak bercak- bercak

merah/ piteki pada tangan klien

- Hasil uji trombosit : 12.000 tgl 13/05/2013

- Hasil uji eritrosit : 5.530000 tgl13/05/2013

- Hasil uji hematokrit :43,9% tgl13/5/2013

- Hasil TTV klien 13/05/2013: - TD : 100/70 mmHg - Nadi : 88/ menit - Suhu : 39,4 O C - Pernapasa : 30 kali/ Menit

DS :- Ibu klien mengatakan

anaknya malas makan dan minum.

- Ibu klien mengatakan kalau anaknya mengeluh sakit pada perutnya di sertai sakit kepala.

DO :- Klien nampak lemah- Lidah klien nampak kotor

Infeksi Dengue

Pelepasan toksin dan virus

Pemecahan virus

Pengeluaran zat virogen

Mencapai Hipothalamus( merangsang sel point )

Reaksi peningkatan suhu

Menggigil

Tubuh menyesuaikan diri

Reaksi demam

Hipertermi

Infeksi dengue

Mual muntah

Nafsu makan menurun

Intake tidak adekuat

Metabolisme glukosa terganggu

Pembentukan ATP/ADP terganggu

Hipertermi

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

31

Page 32: Pengkajian DHF

3.

- Nampak terpasang infus RL 60 Tpm pada tangan kanan klien

- Nampak porsi makan klien tidak di habiskan

- BB klien sebelum sakit : 25 kg

- BB klien saat sakit : 23 kgDS :Orang tua klien mengatakan kondisi anaknya lemah di mana aktivitas klien di bantu oleh kedua orang tuanya.

DO :- Klien nampak lemah- Kekuatan otot klien 4 di

mana ada gerakan tapi tidak penuh

- Nampak dalam melakukan aktivitas dan pemenuhan ADL klien di bantu oleh orang tuanya.

- Nampak klien mengalami kesulitan dalam bergerak karena tangan kanan klien di infus

Suplai nutrisi ke jaringan terganggu

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Infeksi dengue

Mual muntah

Nafsu makan menurun

Intake tidak adekuat

Metabolisme glukosa terganggu

Pembentukan ATP/ADP terganggu

Suplai nutrisi ke jaringan terganggu

Energy kurang

Kelemahan otot

Hambatan mobiltas fisik

Hambatan mobilitas fisik

32