BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Latar belakang dari penulisan makalah ini adalah pengenalan terhadap Batu
bara beserta manfaatnya agar kita mengetahui secara lanjut tentang batu bara ini.
B. Tujuan Penulisan
Untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Geologi.
Menambah pengetahuan saya dan para pembaca tentang batu bara.
C. Rumusan Masalah
Pengertian Batubara
Umur Batubara
Kelas dan jenis batu bara
Manfaat batu bara
Briket batu bara
Pengenalan pembangkit listrik batu bara
1
BAB II
PEMBAHASAN
A). Pengertian batu bara
Batu bara atau batubara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian
umumnya adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan
organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses
pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen.
Batubara adalah batuan yang mudah terbakar yang lebih dari 50% -70% berat
volumenya merupakan bahan organik yang merupakan material karbonan termasuk
inherent moisture. Bahan organik utamanya yaitu tumbuhan yang dapat berupa jejak
kulit pohon, daun, akar, struktur kayu, spora, polen, damar, dan lain-lain. Selanjutnya
bahan organik tersebut mengalami berbagai tingkat pembusukan (dekomposisi)
sehingga menyebabkan perubahan sifat-sifat fisik maupun kimia baik sebelum
ataupun sesudah tertutup oleh endapan lainnya.
B). Umur batu bara
Pembentukan batu bara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya
terjadi pada era-era tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman Karbon, kira-kira 340
2
juta tahun yang lalu (jtl), adalah masa pembentukan batu bara yang paling produktif
dimana hampir seluruh deposit batu bara (black coal) yang ekonomis di belahan
bumi bagian utara terbentuk.
Pada Zaman Permian, kira-kira 270 jtl, juga terbentuk endapan-endapan batu
bara yang ekonomis di belahan bumi bagian selatan, seperti Australia, dan
berlangsung terus hingga ke Zaman Tersier (70 - 13 jtl) di berbagai belahan bumi lain.
C). Kelas dan jenis batu bara
Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan,
panas dan waktu, batu bara umumnya dibagi dalam lima kelas: antrasit, bituminus,
sub-bituminus, lignit dan gambut.
Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan
(luster) metalik, mengandung antara 86% - 98% unsur karbon(C) dengan kadar
air kurang dari 8%.
Bituminus mengandung 68 - 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10%
dari beratnya. Kelas batu bara yang paling banyak ditambang di Australia.
Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh
karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan
bituminus.
Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang
mengandung air 35-75% dari beratnya.
Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang
paling rendah.
D). Manfaat batu bara
Pemasok Bahan Bakar Yang Potensial dan dapat Dihandalkan Untuk Rumah
Tangga dan Industri Kecil.
Pembangkit tenaga listrik dari batu bara.
Sumberdaya Energi Yang Mampu Menyuplai Dalam Jangka Panjang.
Pengganti BBM/Kayu Bakar Dalam Industri Kecil dan Rumah Tangga.
3
Merupakan tempat penyerapan tenaga kerja yang cukup berarti baik di pabrik
briketnya, distributor, industri tungku, dan mesin briket dsbnya.
Daur ulang minyak pelumas bekas dengan menggunakan batubara peringkat
rendah sebagai penyerap.
Menghasilkan briket batubara.
Bahan pembuatan pakaian.
Sebagi pemasok devisa negara.
Sebagai bahan campuran semen.
Sebagai bahan campuran pembuatan keramik.
Bahan campuran kosmetik dan lain-lain.
E). Briket batu bara
Briket batubara adalah bahan bakar padat dengan bentuk dan ukuran
tertentu, yang tersusun dari butiran batubara halus yang telah mengalami proses
pemampatan dengan daya tekan tertentu, agar bahan bakar tersebut lebih mudah
ditangani dan menghasilkan nilai tambah dalam pemanfaatannya.
Ada 4 dasar pemikiran mengapa briket perlu mendapat perhatian yang serius
dalam pengembangan diversifikasi energi di Indonesia yaitu :
Makin menipisnya cadangan minyak bumi.
Potensi dan kualitas batubaranya cukup tersedia dan dapat menghasilkan
briket yang mempunyai persyaratan.
Tersedianya teknologi sederhana yang memungkinkan batubara dapat
dibentuk menjadi briket.
Dapat menggantikan penggunaan kayu bakar yang sangat meningkat
konsumsinya dan berpotensi merusak ekologi hutan.
Merupakan bahan bakar yang harganya terjangkau bagi masyarakat pada
daerah-daerah terpencil.
Memberikan sumber pendapatan kepada penyuplai bahan baku briket
seperti: batubara, tanah liat, kapur, serbuk biomas, dsbnya.
4
Sebagai wadah pengalihan teknologi dan keterampilan bagi tenaga kerja
Indonesia baik langsung maupun tidak langsung.
Menghasilkan briket batubara yang sangat dibutuhkan bagi masyarakat
berpenghasilan rendah dan UKM dalam kebutuhan energinya yang akan terus
meningkat setiap tahunnya.
Jenis Briket Batubara
jenis briket batu bara yang dikenal ada 2 jenis briket,yaitu :
1. Type yontan (silinder) untuk keperluan rumah tangga
Type ini lebih dikenal dan popular, disebut dengan yontan, suatu nama local
berbentuk silinder dengan garis tengah 150 mm, tinggi 142 mm, berat 3,5 kg dan
mempunyai lubang-lubang sebanyak 22 lubang.
2. Type egg (telor) untuk keperluan industry dan rumah tangga
Type ini juga dipergunakan untuk bahan bakar industry kecil seperti untuk
pembakaran kapur, bata, genteng, gerabah, pandai besi dan sebagainya, tetapi
juga untuk keperluan rumah tangga. Jenis ini mempunyai lebar 32-39 mm panjang
46-58 mm dan tebal 20-24mm.
Cara Membuat Briket Batu Bara:
1) Bahan Campuran Briket Batu Bara dan Fungsinya
A. Batubara, sebagai bahan utama pembuatan briket batubara.
Semakin tinggi nilai kalorinya, panas yang dihasilkan akan semakin tinggi
Semakin tinggi nilai kalorinya, pembakaran akan semakin lama karena unsur
zat yang mudah terbakar (volatile matter) yang dikandungnya akan semakin
sedikit.
Semakin banyak komposisi batubaranya, pembakaran yang dihasilkan akan
semakin panas dan semakin lama.
5
Semakin tinggi nilai kalorinya semakin sulit menyala, karena kadar volatile
matternya akan semakin sedikit.
Semakin rendah nilai kalorinya, panas yang dihasilkan akan semakin berkurang
dan lama pembakaran akan semakin cepat. Batubara dengan nilai kalori
rendah juga mengandung banyak air sehingga menyulitkan dalam penyalaan,
berasap dan panas yang berkurang. Solusinya dengan cara pengeringan
(mengurangi kadar air) dan dengan cara karbonisasi (menaikkan kadar kalori
batubara).
B. Biomassa (serbuk kayu keras), sebagai bahan untuk mempercepat dan
memudahkan proses pembakaran
Semakin banyak komposisi biomassa maka briket akan semakin mudah
terbakar dan pencapaian suhu maksimalnya akan semakin cepat.
Kelemahannya semakin banyak komposisi biomassanya, lama pembakaran
menjadi semakin berkurang.
Biomassa dapat diubah / diolah menjadi bio arang, yang merupakan bahan
bakar dengan tingkat nilai kalor yang cukup tinggi dan dapat digunakan dalam
kehidupan sehari-hari.
Semakin besar komposisi biomassa, maka kandungan emisi polutan CO dan
polusi HC akan semakin berkurang.
C. Tanah liat, sebagai bahan pengeras sekaligus perekat
Jenis tanah liat yang dipilih, harus mengandung unsur Kaulinik yaitu unsur
yang mempengaruhi kerekatan, kekerasan dan kekeringan.
Semakin banyak komposisinya, briket yang dihasilkan akan semakin keras.
Semakin banyak komposisinya, gas CO yang dihasilkan akan semakin sedikit.
Dari hasil uji coba untuk ketahanan dan lama pembakaran, komposisi yang
terbaik untuk tanah liat adalah 10%.
6
D. Tepung tapioka, sebagai bahan perekat utama
Pemilihan tepung tapioka yang baik juga diperlukan untuk mendapatkan daya
rekat yang kuat dan tidak mudah hancur.
Pembuatan "adonan perekat" dari tepung tapioka dengan air juga harus
diperhatikan sehingga benar-benar matang dan kental. Setelah adonan jadi
sebaiknya didinginkan terlebih dahulu sehingga adonan tersebut benar-benar
kental dan rekat.
E. Kapur (lime), sebagai bahan imbuhan yang digunakan untuk mengikat racun
dan mengurangi bau belerang
Dari hasil uji coba, komposisi yang terbaik untuk kapur adalah 1%.
Komposisi kapur juga perlu diperhatikan, karena apabila terlalu banyak akan
membuat panas pembakaran briket menjadi berkurang.
2) Proses Pembuatan
Terdapat tiga cara pembuatan briket batubara :
1. Teknologi tanpa karbonisasi
Batubara halus ( -3 mm) dicampur bahan pengikat ( dapat berupa tepung
tapioca, serbuk tanah liat, molase atau pengikat lainnya) lalu dicetak pada
tekanan pembriket 200 – 400 kg/cm2, selanjutnya dikeringkan.
2. Teknologi dengan karbonisasi
Batubara dipanaskan pada temperatur 700 C selama 3 - 4 jam, didinginkan,
digerus sampai -3 mm. Selanjutnya dilakukan pekerjaan seperti no. 1 di atas.
3. Teknologi biobatubara (biocoal)
Batubara halus - 3 mm dikeringkan sampai kadar air 10 %, ditambahkan
biomasa (berupa bagas, serbuk gergaji) kemudian dicetak pada tekanan
pembriketan 2-3 ton/cm2.
3). Kelemahan Briket Batubara dan Solusinya
A. Sulit dalam pada saat menyalakan, solusinya :
Bahan baku batubara dan tanah liat dalam keadaan kering (dijemur terlebih
dahulu), sehingga kadar airnya rendah.
7
Bahan baku batubara dan tanah liat "di-crusher" dan "di-screen" terlebih
dahulu dengan menggunakan lubang saringan yang kecil dari 3 mm2.
Memperbesar komposisi biomassa (serbuk kayu keras), karena biomassa
dapat membantu mempercepat proses penyalaan.
Briket batubara yang sudah dicetak harus dikeringkan terlebih dahulu dengan
cara dijemur atau dipanaskan dengan "oven" sebelum dikemas dalam karung.
Hal ini untuk menghindari briket lembab saat digunakan nantinya.
B. Berasap dan berbau, solusinya :
Semua bahan diusahakan dalam keadaan kering, karena kelembaban dan
kadar air yang banyak menyebabkan asap yang banyak dan berbau.
Pemberian angin atau menggunakan cerobong pada saat penyalaan awal akan
membantu briket cepat menjadi bara sehingga asap dan bau yang dihasilkan
dari pembakaran briket tersebut juga akan berkurang.
Penambahan unsur kapur dalam komposisi briket. komposisi terbaik untuk
kapur 1%. Hal ini juga akan mengurangi kadar asap dan bau.
Pemberian biomassa juga akan membantu mempercepat batubara menjadi
bara sehingga asap dan bau akan cepat berkurang.
Dengan cara batubara dikarbonisasi terlebih dahulu, karena dengan proses
karbonisasi, telah membuang sebagian zat terbang dan gas-gas sisa
pembakaran.
C. Panas dan lama pembakaran, solusinya :
Pemilihan batubara dengan kalori tinggi atau dengan cara dikarbonisasi.
Dengan memperbesar komposisi batubara. Karena semakin banyak komposisi
batubaranya maka akan semakin lama dan semakin panas hasil
pembakarannya.
Penentuan komposisi tanah liat dan jenis tanah liat juga berpengaruh
terhadap lama pembakaran. Pemilihan tanah liat yang baik akan membuat
briket lebih rekat, padat dan keras yang akhirnya juga memperlama proses
pembakaran.
8
Pengeringan hasil briket. Karena briket yang lembab dan basah akan
berpengaruh besar terhadap panas yang dihasilkan.
D. Kepadatan dan kekerasan, solusinya :
Pemilihan tanah liat yang baik yang mengandung unsur kaulinik sehingga
mempunyai daya rekat dan kekerasan yang tinggi serta cepat kering.
Penghancuran (crusher) dan penyaringan (screen) bahan baku juga
berpengaruh terhadap kekerasan hasil cetak. Semakin kecil partikel bahan
baku akan membuat partikel tercampur (mixer) lebih merata dan padat serta
tidak mudah hancur.
Pemilihan tepung tapioka dan pembuatan "adonan tapioka" yang baik
sehingga didapatkan campuran adonan tapioka yang kental dan mempunyai
daya rekat yang baik.
Penjemuran atau peng-oven-an hasil briket sampai benar-benar kering
sebelum dikemas dalam karung. Untuk mengurangi briket yang hancur dan
mutu yang buruk saat pengiriman dan pemakaian.
E. Harga jual produk, solusinya :
Pemilihan lokasi pabrik yang dekat dengan sumber bahan baku dan
konsumen. Hal ini akan mempengaruhi harga jual sehingga lebih mudah
bersaing di pasar.
Proses produksi yang baik dan benar, untuk mengurangi kegagalan produksi
atau "complain" dari konsumen.
"Quantity" produksi yang besar akan menurunkan biaya produksi.
F). Pengenalan Pembangkit Listrik Batubara
Bahan bakar yang digunakan untuk pembangkitan tenaga listrik ada yang
berbentuk padat, cair, maupun gas. Bahan bakar padat yang banyak digunakan
adalah batubara. Untuk bahan bakar cair dan gas, pembangkitan tenaga listrik
banyak menggunakan minyak bumi dan gas bumi.
9
Di Filipina, pernah direncanakan PLTU menggunakan kayu (dan turunannya
yang disebut juga biomassa) sebagai bahan bakar dengan harapan agar didapat
sumber energi terbarukan (renewable energy). Jenis kayu yang digunakan dalam
bahasa Filipina disebut yakni sejenis kayu lamtoro. Untuk penyediaan bahan bakar
kayu ini diperlukan lahan yang luas bagi penanaman kayu ipil-ipil ini untuk dapat
memasok kayu bagi PLTU secara kontinu dengan daya terpasang tertentu.
Penggunaan kayu ini dapat juga dianggap sebagai energi surya tidak langsung karena
kayu adalah hasil fotosintesis yang terjadi dengan bantuan energi surya langsung.
Bahan bakar yang lain adalah sampah kota. Di negara-negara maju, sampah
kota dijadikan bahan bakar PLTU, tetapi yang menjadi sasaran utama bukanlah
pembangkitan listriknya, melainkan menyelesaikan masalah sampah kota. Batubara
berasal dari hutan (kayu) yang tertimbun dalam tanah, di mana makin tua umurnya,
maka makin tinggi nilai kalorinya. Batubara pada dasarnya adalah Karbon (C) yang
didapat dari tambang dengan kualitas berbeda-beda, karena tercampur dengan
bahan-bahan lain yang tergantung pada kondisi tambangnya. Hal-hal yang
menentukan mutu batubara, antara lain adalah nilai kalorinya. Nilai kalori ini ada 2
macam, yaitu nilai atas (Ho) dan nilai bawah (Hu).
Nilai atas kalori bahan bakar didapat dengan cara membakar bahan bakar
tersebut sebanyak satu kilogram dan mengukur kalori yang didapat dengan
menggunakan kalorimeter pada suhu 15°C sehingga uap air yang didapat dari
pembakaran ini (hasil pembakaran) mengembun dan melepaskan kalori
pengembunannya. Sedangkan nilai bawah kalori bahan bakar didapat dengan eara
mengurangi nilai atasnya dengan kalori pengembunan air yang dikandungnya.
Pembakaran bahan bakar pada pembangkit listrik termal mengeluarkan gas buang
pada suhu yang jauh di atas titik embun air, perhitungan neraca energi didasarkan
pada nilai bawah kalori karena pada suhu gas buang setinggi itu air berada pada face
uap.
Selain oleh nilai kalori yang dimilikinya, mutu batubara juga ditentukan oleh
kemurniannya. Batubara selalu ditempeli zat-rat lain, seperti air serta unsur H, 0, N.
10
dan S. Tingkat kemurnian batu bara selain menyangkut umumya, juga dipengaruhi
oleh tambang asal tempat batu bara diambil.
Tabel di bawah ini menunjukkan klasifikasi batubara secara singkat.
Bahan bakar padat seperti batubara dibakar dalam ruang bakar ketel uap
PLTU untuk mendapatkan energi panasnya. Pembakaran itu sendiri sesungguhnya
adalah reaksi kimia dengan oksigen 02 yang ada dalam udara, dengan reaksi kimia
adalah sebagai berikut:
C + 02 → CO2 + energi panas
Tetapi karena batubara tercampur dengan unsur-unsur H, 0, N, dan S, maka
pada proses pembakaran batu bara juga timbul reaksi kimia antara unsur-unsur
tersebut dengan oksigen yang ada di udara seperti berikut ini:
2H2 + 02 → 2H20
N2 + 02 → NO2
yang selanjutnya dengan H2O yang ada di udara dapat bereaksi menjadi bermacam-
macam asam nitrat HNO2.
S + 02 → SO2
selanjutnya SO2 dengan H2O dan 02 yang ada di udara bereaksi
2502 + 2H2O + 02 → 2H2S02
11
Timbulnya asam nitrat HNO2 dan asam sulfat sebagai hasil pembakaran unsur N dan
S yang terbawa oleh batubara merupakan pencemaran lingkungan dan harus dibatasi
jumlahnya.
Unsur-unsur tersebut di atas bisa terbakar, bereaksi dengan O, yang
menghasilkan energi panas. Tetapi ada juga zat-zat yang tidak bisa terbakar, seperti
air dan abu yang dikandung batubara. Batubara yang keluar dad tambang selalu
mengandung air dan abu. Lignite ada yang kandungan airya melebihi 60%, sedangkan
pada anthracite hanya 2-5%. Kandungan abu dari batubara bervariasi antara 0,8-
20.8%.
Apabila batubara lignite dengan nilai kalori yang relatif rendah dan kandungan
air serta abu yang relatif tinggi digunakan sebagai bahan bakar PLTU, umumnya baru
dapat dikatakan ekonomis jika PLTU-nya dibangun di dekat tambang batubara atau
yang disebut sebagai PLTU Mulut Tambang. Hal ini terjadi karena mengangkut energi
dalam hentuk batubara yang hanyak mengandung air dan abu, serta rendah nilai
kalorinya lebih mahal daripada mengangkut energi dalam bentuk listrik yang
dihasilkan di dekat tambang bersangkutan.
Selain hal tersebut di atas, penggunaan batubara dengan nilai kalori yang
relatif rendah memerlukan ketel uap yang lebih besar daripada apabila digunakan
batubara dengan nilai kalori yang relatif tinggi karena jumlah kilogram batubara yang
harus dibakar per satuan waktu menjadi lebih besar untuk mencapai daya bangkitan
yang sama.
Dalam menyediakan batubara untuk PLTU juga harus diperhatikan ada
tidaknya unsur yang dapat merusak ketel uap yang terbawa oleh batubara seperti
silika yang dapat menyebabkan korosi suhu tinggi. Di lain pihak, kandungan unsur S
yang dapat menimbulkan asam sulfat H2SO4 sesuai reaksi diatas pada bagian PLTU
yang suhunya relatif dingin (di bawah 180°C). yaitu di pemanas udara, bisa
mengembun dan menimbulkan korosi suhu rendah. Dalam penyediaan batubara
untuk PLTU juga harus diperhatikan tingkat kekerasan batuhara. Hal ini berkaitan
dengan kekuatan mesin piling pembuat serbuk batubara dad PLTU bersangkutan.
12
Unsur-unsur tersebut di atas dapat terbakar, bereaksi dengan 02 yang
menghasilkan energi panas. Tetapi ada juga zat-zat yang tidak bisa terbakar, seperti
air dan abu yang dikandung batubara. Karena hasil pembakaran batubara
menimbulkan gas-gas ikutan yang membuat pencemaran, maka dikembangkan
berbagai teknik untuk mengurangi pencemaran. Salah satu cara untuk mengurangi
pencemaran oleh gas buang hasil pembakaran batubara ialah dengan menggunakan
fluedized bed combustion, di mana batu bara dialirkan bersama air pencuci dalam
ruang bakar.
Pembangkit tenaga listrik dengan tungku lapisan perputaran.
Ciri yang diharapkan pembangkit listrik adalah menghasilkan aliran uap air
panas secara aman dan rumah lingkungan. Untuk pembangkit tenaga listnk dengan
bahan bakar batu bara telah dimanfaatkan teknik seperti tungku debu, tungku karat
dan sebagainya. kemudian dalam tahun delapan puluhan tungku lapisan perputaran.
Bermacam-macam konsep dan
pelaksanaan dikembangkan dari
statoner sampai bersirkulasi. Dengan
adanya tuntutan palestarian alam yang
meningkat, kecenderungan bergerak ke
arah tungku lapisan perputaran yang
bersirkulasi. Perkembangan selanjutnya
diharapkan dan keadaan sekarang
menuju lapisan perputaran yang dimuat
tekanan → Gambar 1 digambarkan
bagian instatasi yang panting dan aliran
bahan yang terpenting secara skematis.
Suatu bagian yang penting ialah
13
produksi uap. Terdiri dari rumah ketel dengan beberapa ketel, tempat penimbunan
batu bara dan tangki penyimpanan yang kecil, di samping instalasi tambahan,
saringan listrik, penghisap debu dan cerobong asap. Suatu kumpulan instalasi yang
kedua adalah produksi aliran listrik yang berisikan ruang turbin dengan turbinnya dan
pembagian uap serta instalasi listrik dengan transformator, pembagian aliran listrik,
teknik listrik, teknik pengukuran dan teknik pengaturan secara Otomatis.
Pengawasan dan pengendalian semua sistem dilakukan oleh menara jaga pusat.
Bahan yang panting adalah:
a) Aliran masuk seperti batu bara, minyak atau gas, kapur, pasir dan cairan dan gas
yang dipadatkan.
b) Aliran keluar seperti aliran listrik, uap dalam proses, abu dan gas asap.
c) Aliran bahan intern seperti air pendingin.
Pengolahan dan penyimpanan zat yang padat dan cair terjadi secara sentral di
instalasi tambahan di dalam pembangkit tenaga listrik yang diatur dari sini →
Gambar 2 digambarkan skema fungsi suatu pembangkit tenaga listrik dengan tungku
lapisan perputaran dan hubungan panas tenaga. Kepatan semacam itu terjadi di
pembangkit tenaga listrik industri dan pemanasan.
Bahan bakar batu bara dimasukkan ke dalam abu yang panas oleh suatu alat
pembawa dan mencapai bagian bawah ruang tungku, untuk jenis batu bara yang
kering, lebih didahulukan langsung dan tempat masuk langsung ke dalam ruang
tungku. Pada temperatur antara 800 derajat Celcius sampai 900 derajat Celcius
terjadi pembakaran yang sempuma.
Udara pembakaran yang perlu dihisap dan ruang ketel dari luar ruang ventilator
yang baru, dipanasi Olen pemanas pendahuluan udara dan dialirkan ke ruang tungku
dorong doh suatu pesawat peniup untuk meningkatkan tekanan, melalui dasar mesin
14
jet sebagai udara primer, dan dari samping di beberapa bidang sebagai udara
sekunder.
Pada waktu pembakaran terjadi gas asap yang panas, abu yang ada di ruang
tungku menampung perputaran yang intensif sebagian panas pembakaran, yang
dibaker oleh gas asap dan memberikan panas ke bidang pembakaran ruang tungku
sampai masuk ke dalam alat pemroses.
Di dalam alat pemroses zat padat dikeluarkan dan campuran-zat pada gas asap
dan disalurkan ke ruang tungku melalui gerakan mundur abu hingga terjadi suatu
sirkulasi zal padat. Gas asap yang panas didinginkan di dalam bidang pemanasan
listrik lanjutan disesuakan dengan temporatur uap tekanan tinggi dan uap tekanan
sedang melewati batas panas, zat cair dipadatkan dan udara pembakaran dipanasi.
Gas asap dibebaskan dan debu dengan lebih kurang 140 derajat Celcius didalam filter
listrik atau di dalam filter jaringan dan disalurkan dengan gaya hiSap di atas suatu
cerobong asap khusus atau di atas sebuah cerobong asap kolektif.
Uniuk menjalankan fungsinya, belerang kapur dalam jumlah tertentu diangkut
ke ruang tungku untuk pengisian pertama dan tambahan zat Padat yang bersirkulasi
yang dipakal antara lain pasir. Uap tekanan tinggi, yang dihasilkan sebagian dikurangi
tekanannya di dalam suatu turbin uap dan setelah pemanasan yang berlebihan
dibuang sebagai uap tekanan menengah sampai uap dalam keadaan siap proses;
energi aliran listrik diubah turbin menjadi tenaga, dan generator diubah lagi mejnadi
aliran listrik. Uap dalam proses dipasang untuk produksi air panas pada pemanasan
dari jauh dan untuk proses pengeringan dan reaksi kimia. Uap membenkan panas
melalui kondensasi.
Zat car yang menjadi padat dikumpulkan jika perlu dibersihkan dan dialirkan
kembali ke ketel sebagai air pangisi. → Gambar 3 memperlihatkan suatu penampang
lintang → Gambar 4 denah suatu pembangkit tenaga listrik dengan ukuran bagian
tertentu. Ukuran berlaku untuk pembangkit tenaga listrik industri menengah, yang
terdiri dan 3 ketel dengan produksi uap masing masing 200 t/h dan perluasan di
sekeliling sebuah ketel.
15
Penyusunan inatalasi yang baru di kompleks pembangkit tenaga listrik
diperlukan suatu pembangunan yang bertahap; konsep bangunan baru harus
memungkinkan terjadi suatu perluasan, yang aman saat instalasi yang ada dalam
keadaan bekerja agar tetap berkesinambungan; bidang yang penting di sini harus
dicadangkan.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Batubara adalah sumber daya alan yang tidak dapat diperbaharui, dan
termasuk golongan bahan tambang dan salah satu bahan bakar fosil. Batubara
terbuat dari endapan organik, dan terbentuk pada Zaman Karbon, kira-kira 340 juta
tahun yang lalu (jtl).
Batubara memiliki banyak manfaat antara lain, Pembangkit tenaga listrik dari
batu bara. Sumberdaya Energi Yang Mampu Menyuplai Dalam Jangka Panjang, dan
lain-lain.
B. SARAN
Diharapkan kami maupun pembaca dapat mendeskripsikan batubara beserta
manfaatnya. Dan kita sebagai generasi penerus bangsa harus bisa menjaga dan
melestarikan Sumber Daya Alam yang tidak dapat diperbaharu dari orang-orang yang
berniat untuk merusaknya.
17
Top Related