PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA POP UP BOOK UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA
SD ISLAM TAMAN QURANIYAH
(Penelitian Quasi Eksperimen di Kelas III SD Islam Taman Quraniyah,
Tanjung Barat)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Intan Sri Ayu Wulandari
NIM 11140183000066
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
i
ABSTRAK
INTAN SRI AYU WULANDARI (11140183000066) “Pengaruh penggunaan
Media Pop Up Book Untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa SD Islam
Taman Quraniyah.” Skripsi Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan Media Pop
Up Book terhadap hasil belajar IPA siswa SD Islam Taman Quraniyah pada tahun
ajaran 2018/2019. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
quasi experiment dengan desain Posttest Only. Penelitian ini di lakukan di SD
Islam Taman Quraniyah Jakarta selatan. Sampel pada penelitian ini terdiri dari
dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen berjumlah
20 orang dan kelas kontrol berjumlah 20 orang. Kelas eksperimen adalah kelas
yang diajarkan menggunakan media pembelajaran Pop Up Book. Sedangkan kelas
kontrol adalah kelas yang di ajarkan dengan metode ceramah yang
pembelajarannya hanya menggunakan buku paket. Instrumen yang digunakan
adalah intrumen tes hasil belajar yang telah diuji validitas dan reabilitasnnya.
Pengujian Hipotesis dengan menggunakan Independent Sample T Test dan di
peroleh pada taraf signifikan 0.05 menunjukan bahwa nilai probilitas
(Signifikansi) adalah 0,000. Karena nilai signifikansi 0,000< 0.05 (α= 0.05) maka
Ho di tolak. Hal ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh penggunaan media Pop
Up pada pelajaran IPA di SD Islam Taman Quraniyah Jagakarsa Jakarta Selatan.
Kata kunci : Media Pop Up, Hasil belajar IPA
ii
ABSTRACT
INTAN SRI AYU WULANDARI (11140183000066) "The effect of using Pop
Up Media to improve the learning outcomes of Islamic elementary school
students at Taman Quraniyah Islamic Elementary School." “Skripsi” of
Department of Madrasah Ibtidaiyah Teaching Education, Faculty of Educational
Sciences, Syarif Hidayatullah State Islamic University, Jakarta.
The purpose of this study was to determine the effect of using Pop Up Media on
the learning outcomes of Islamic elementary school students of Taman Quraniyah
in the 2018/2019 school year. The method used in this study is a quasi-
experimental study with a posttest only design. This research was conducted at
Taman Islamiyah Islamic Elementary School in South Jakarta. The sample in this
study consisted of two classes, namely the experimental class and the control
class. The experimental class consisted of 20 people and the control class
consisted of 20 people. Experimental class is a class taught using Pop Up
learning media. Whereas the control class is a class taught by the lecture method
whose learning only uses textbooks. The instrument used was a learning
achievement test instrument that had been tested for its validity and reliability.
Hypothesis testing using the Independent Sample T Test and obtained at a
significant level of 0.05 shows that the probability value (Significance) is 0,000.
Because the significance value is 0,000 <0.05 (α = 0.05), Ho is rejected. This
shows that there is an effect of the use of Pop Up media in science lessons at
Taman Quraniyah Jagakarsa South Jakarta Islamic Elementary School.
Keywords: Media Pop Up, Science learning outcomes
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas berkat rahmat dan
kuasa Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelsaikan skripsi ini.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah SAW, beserta
keluarga, sahabat, dan orang-orang yang mengikuti beliau hingga hari akhir nanti.
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd.). Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan
dan selama proses penulisan serta penyelesaian skripsi ini, tidak sedikit kesulitan
dan hambatan yang dialami. Skripsi ini dapat terselesaikan berkat adanya
bimbingan, dukungan, bantuan, dan kerjasama dengan berbagai pihak. Semoga
Allah SWT membalas jasa dan kebaikan budi mereka yang telah membantu
menyelesaikan proposal skripsi. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis
menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Dr. Sururin, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
(FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Asep Ediana Latip, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Rohmat Widiyanto, M.Pd., selaku Sekertaris Jurusan Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Nafia Wafiqni,M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi, yang senantiasa
memberikan arahan, saran, serta bimbingan.
5. Drs. H. Abd Shomad, M.A selaku dosen Pembimbing Akademik (PA) yang
senantiasa memberikan arahan, saran, serta bimbingan.
6. Sofia S.Ag selaku Kepala SD Islam Taman Quraniyah beserta jajarannya
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan
penelitian di sekolah tersebut.
iv
7. Siti Masfifah S.Ag dan Eka Dwi Haryanto S.Pd selaku wali kelas III di SD
Islam Taman Quraniyah yang telah memberikan kesempatan dan bersedia
bekerjasama dalam pelaksanaan penelitian.
8. Siswa dan siswi kelas III dan kelas IV SD Islam Taman Quraniyah yang telah
bersedia bekerjasama dalam pelaksanaan penelitian.
9. Teruntuk keluargaku, terutama kepada Ayah dan (Alm) Mama, terima kasih
atas pengorbanan kalian dalam mendukungku, memotivasiku, dan terima
kasih atas doa yang tiada henti kalian panjatkan demi kebahagiaan dan
kesuksesanku. Semoga kalian selalu sehat, dan berada dalam lindungan Allah
swt.
10. Kepada Muhammad Kahfi, Nadhif Al Ghiffari dan Indah Cahya Ramadan,
Lukmanul Hakim terima kasih karena sudah mendukungku, menghiburku,
dan membantuku dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Sahabat-sahabatku yang selalu ada dari awal masa perkuliahan, Nurul, ghita,
bela, vivi, tria yang selalu membantu, memberi semangat, dan dukungan.
12. Teman-teman PPKT SD Islam Al Azhar Kebayoran Baru, Naila Qonita dan
Ayu Rifka yang telah menemani, memberikan saran, motivasi, do’a dan
semangat.
13. Sahabat-sahabat tercinta, Mafaza Annisa,Idah, Anwar Musaddad dan lola
shinta yang selalu menghibur dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis hanya dapat memanjatkan doa kepada Allah SWT semoga segala
perhatian, motivasi dan bantuan yang diberikan dibalas oleh-Nya sebagai amal
kebaikan. Amin.
Penulis menyadari sepenuhnya dalam skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun
demi sempurnanya skripsi ini. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Jakarta, 30 September 2019
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... viii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................................ 5
C. Pembatasan Fokus Penelitian .................................................................................. 6
D. Perumusan Masalah Penelitian ............................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian .................................................................................................. 6
BAB II ................................................................................................................................. 8
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS .......................................................... 8
A. Media Pembelajaran ................................................................................................ 8
B. Karakteristik Media .............................................................................................. 11
C. Tinjauan Media Pembelajaran .............................................................................. 13
D. Klasifikasi Media Pembelajaran ........................................................................... 15
E. Fungsi Media Pembelajaran .................................................................................. 15
F. Kegunaan Media Pembelajaran ............................................................................ 16
G. Langkah- Langkah pemanfaatan penggunaan Media ........................................... 17
H. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran ............................................................... 18
I. Pengertian Media Pop Up ..................................................................................... 19
J. Manfaat Media Pop Up ......................................................................................... 21
K. Kelebihan Media Pop Up ...................................................................................... 23
L. Kekurangan Media Pop Up................................................................................... 23
M. Kerucut pengalaman Edgar Dale ........................................................................... 24
N. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam .......................................................................... 26
O. Tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar (SD) .................................................. 29
vi
P. Media Pop Up pada pelajaran IPA ....................................................................... 30
Q. Perbedaan Pop-Up Book Yang Dikembangkan Dengan Pop-up Book Terdahulu 31
R. Hasil Belajar .......................................................................................................... 36
S. Hasil Belajar Aspek Pengetahuan ......................................................................... 37
T. Pengukuran Hasil Belajar...................................................................................... 38
U. Faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar............................................................. 39
V. Hakikat Pembelajaran IPA di sekolah dasar ......................................................... 41
W. Penelitian yang relevan ..................................................................................... 42
X. Kerangka Berfikir ................................................................................................. 45
Y. Hipotesis Penelitian .............................................................................................. 46
BAB III ............................................................................................................................. 47
METODELOGI PENELITIAN ........................................................................................ 47
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................... 47
B. Metode Penelitian ................................................................................................. 47
C. Populasi dan Sampel ............................................................................................. 48
D. Variabel Penelitian ................................................................................................ 50
E. Teknik Pengumpulan data ..................................................................................... 50
F. Instrumen Penelitian ............................................................................................. 51
G. Kontrol terhadap Validitas Internal ....................................................................... 52
H. Teknik Analisa Data ............................................................................................. 54
I. Hipotesis Statistik ................................................................................................. 56
BAB IV ............................................................................................................................. 57
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................................................ 57
A. Hasil Penelitian ..................................................................................................... 57
B. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................................ 62
C. Keterbatasan Penelitian ......................................................................................... 63
BAB V .............................................................................................................................. 65
KESIMPULAN ................................................................................................................. 65
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 65
B. Implikasi ............................................................................................................... 65
C. Saran ..................................................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 67
vii
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerucut Pengalaman Edgar Dale………...........................................24
Gambar 2.2 Perbedaan Pop Up yang di kembangkan…… ...................................32
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia pasti membutuhkan
pendidikan. Melalui pendidikan, manusia melakukan kegiatan belajar yakni
memperoleh pengetahuan dan pengalaman berupa perubahan tingkah laku dan
kemampuan yang relatif permanen karena adanya interaksi individu dengan
lingkungan. Menurut Mulyati, “Belajar merupakan suatu usaha sadar individu
untuk mencapai tujuan peningkatan diri atau perubahan diri melalui latihan-
latihan dan pengulangan-pengulangan dan perubahan yang terjadi bukan karena
peristiwa kebetulan”.1 Slameto (Djamarah) merumuskan pengertian tentang
belajar, menurutnya “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya”.2
Belajar adalah suatu proses kegiatan dimana suatu tingkah laku dapat
ditimbulkan atau diperbaiki melalui proses dari reaksi atas situasi (rangsang) yang
terjadi.3 Sedangkan menurut Skinner (Syah), belajar merupakan suatu proses
adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang akan mendatangkan hasil optimal
apabila diberi penguat yang berlangsung secara progresif.4 Perubahan yang
diperoleh seseorang yang belajar berarti ia memiliki usaha dalam mengubah
perbuatannya dengan melakukan penyesuaian tingkah lakunya, dimana
perubahan-perubahan tersebut diakibatkan oleh pengalaman yang dialaminya
sendiri secara progresif. “Secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan
perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil
pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif”.5
1 Mulyati, Psikologi Belajar, (Yogyakarta: Andi Offset, 2005), h. 5.
2 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), h. 13.
3 Ahmad Fauzi, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), Cet. ke- IV, h. 44.
4 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset, 2010), Cet. ke-15, h. 88. 5 Ibid., h. 90.
2
Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam merubah tingkah
laku manusia, karena tujuan pendidikan pada dasarnya adalah mengantarkan
peserta didik menuju perubahan-perubahan tingkah laku agar peserta didik dapat
menjadi utuh dan hidup mandiri sebagai individu dan makhluk sosial.
Dalam UndangUndang No.20 tahun 2006 tentang sistem pendidikan
nasional bab 1 pasal 1 dinyatakan bahwa:6 ”Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara”.
Dari uraian tersebut sangatlah jelas bahwa tanggung jawab seorang guru
tidaklah mudah dalam mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang
kondusif. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran tidaklah selalu berjalan
lancar, tetapi adakalanya mengalami hambatan-hambatan atau kesulitan baik yang
dialami guru dalam mengajar maupun kesulitan yang dialami oleh siswa dalam
belajar. Pada pelaksanaannya guru dituntut untuk lebih kreatif dalam memahami
setiap perubahan yang terjadi di lingkungan sekitar, serta harus mampu
menentukan berbagai macam strategi, metode serta media pembelajaran yang
dapat melibatkan siswa aktif dalam proses belajar mengajar agar kegiatan
pembelajaran lebih efektif.
Dalam kegiatan belajar, terjadi interaksi siswa dengan guru dan sumber
belajar. Kegiatan belajar dikatakan berhasil apabila adanya perubahan tingkah
laku. Sama halnya seperti dalam belajar fisika, dikatakan adanya usaha jika
adanya perpindahan suatu barang. Dalam pembelajarannya, siswa hanya dituntut
untuk bisa mengerjakan soal-soal yang diberikan, tanpa memahami konsep,
berinteraksi dengan teman, ataupun mengemukakan pendapatnya. Tidak
terkecuali dengan kegiatan pembelajaran dalam bidang studi IPA, yang dilakukan
6 Undang-Undang RI No.20 Tahun 2006, “Sistem Pendidikan Nasional”,
(FOKUSMEDIA: Bandung, 2006) h. 2
3
guru adalah mentransfer materi yang sudah ada di buku paket untuk diberikan
kepada siswa dan dilanjutkan dengan latihan soal-soal. Siswa hanya berperan
sebagai penonton yang bertugas mendengarkan, mencatat, dan menghafal apa
yang dijelaskan oleh guru tanpa ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran
sehingga tujuan pembelajaran yang dicapai kurang maksimal.
Guru menerapkan pembelajaran lebih menekankan strategi mengaktifkan
guru, kurang melibatkan peserta didik, pembelajaran kurang kreatif, lebih banyak
menggunakan strategi konvensional dan kurang mengoptimalkan media
pembelajaran. Hal ini menyebabkan siswa kurang aktif mengikuti proses
pembelajaran, bahkan cenderung pasif.
Saat ini kesadaran guru untuk mencoba menggunakan Media dalam
kegiatan belajar mengajar masih rendah. Hal itu disebabkan karena mereka sudah
merasa nyaman mengajar menggunakan metode ceramah yang verbalism. Metode
yang sejak dulu sudah digunakan tersebut memang tidak dapat dikatakan sebagai
metode yang buruk. Dengan hanya menggunakan metode ceramah telah lahir
tokoh-tokoh hebat dan berpengaruh. Selanjutnya, jika kita sudah mengetahui
bahwa metode baru yang belum teruji secara zaman dapat menghasilkan orang-
orang hebat? Pemikiran seperti inilah yang selalu ada dalam benak para guru
hingga sekarang ini.
Menurut Arsyad, guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan alat yang
murah dan efisien, meskipun sederhana dan bersahaja tetapi merupakan keharusan
dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang di harapkan. Selain mampu
menggunakan alat-alat yang tersedia, guru juga dituntut untuk dapat
menggembangkan keterampilan membuat media pembelajaran yang akan
digunakannya apabila media tersebut belum tersedia.7
Untuk memudahkan siswa dalam memahami pelajaran yang diajarkan,
maka dibutuhkan media. Media mempunyai peran yang sangat penting dalam
7 Azhar Arsyas, Media Pembelajaran, ( Jakarta: Rajawali Pers, 2010), Ed. 1, Cet 13 hal
15.
4
setiap proses belajar mengajar. Penggunaan media akan membantu guru dan siswa
dalam proses pembelajaran. Penggunaan media juga dapat meningkatkan hasil
belajar siswa. Permasalahan pembelajaran IPA masih terjadi di sekolah dasar.
Berdasarkan pra penelitian yang dilakukan di SD Islam Taman Quraniyah peneliti
menemukan permasalahan dalam pelajaran IPA. Hal ini berdasarkan observasi,
wawancara dengan guru kelas III SD Islam Taman Quraniyah pada hari Selasa, 26
Februari 2019. Keterangan diperoleh bahwa dalam pembelajaran bahwa model
pembelajaran yang digunakan belum bervariatif dan kurang efektif. Dalam
pembelajaran, guru hanya mengandalkan media pembelajaran yang sudah tersedia
di sekolah berupa buku paket dan gambar serta benda yang ada disekitar siswa.
Hal tersebut mengakibatkan tingkat pemahaman siswa terhadap muatan IPA
menjadi rendah. Buku Pelajaran yang digunakan dalam pembelajaran kurang
menarik karena hanya berisi banyak tulisan dan beberapa gambar dan tebal
sehingga mempunyai kesan membosankan dan monoton. Buku pelajaran dengan
tampilan yang cenderung kurang menarik, menyebabkan kurangnya minat siswa
untuk membaca buku. Gambar yang digunakan sebagai media pembelajaran
sudah cukup memadai, tetapi tidak cukup besar ukurannya jika digunakan untuk
tujuan pengajaran kelompok besar, kecuali jika diproyeksikan melalui proyektor.
Guru dalam mengajar menggunakan ceramah satu arah dan tanya jawab,
siswapun cenderung pasif karena siswa hanya mendengarkan penjelasan guru
kemudian mencatat, lalu mengerjakan soal yang diberikan. Siswa juga kurang
memahami soal yang dikerjakan di sekolah, hal ini sangat berpengaruh terhadap
motivasi belajar siswa itu sendiri.
Menurut Ibu Sofia, selaku guru Kepala SD Islam Taman Quraniyah
menginginkan setiap kegiatan belajar mengajar di rancang semenarik mungkin
agar membuat siswa antusias dalam belajar sehingga pemahaman siswa
bertambah. Menurut Ibu Dian Rosdiana, selaku guru kelas IV B SD Islam Taman
Quraniyah, di zaman sekarang kita sebagai guru harus dapat mengikuti
perkembangan zaman, selalu memanfaatkan kemajuan teknologi dan merancang
5
setiap kegiatan belajar mengajar agar selalu menarik perhatian siswa dan selalu
membuat siswa antusias dan memiliki pemahaman yang tinggi.
Penggunaan media pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman dalam
belajar terlebih dengan menggunakan media tersebut peserta didik dilibatkan
secara langsung. Oleh karena itu dengan menerapkan penggunaan Media
Pembelajaran Pop Up sebagai strategi pembelajaran dalam pembelajaran IPA, hal
tersebut dalam kelas rendah yakni kelas III dapat membuat pembelajaran menjadi
aktif dan menyenangkan dan dapat mencapai tujuan pembelajaran.
Pop Up Book merupakan salah satu media pembelajaran yang sedemikian
rupa dirancang guru untuk menarik perhatian siswa untuk mengikuti pelajaran dan
menyerap pelajaran semaksimal mungkin. Pop Up Book lebih memberikan
kenikmatan bagi anak untuk membacanya karena saat membaca Pop Up Book
maka anak bisa berimajinasi dan berinteraksi dengan apa yang mereka baca
dengan cara menyentuh gambar-gambar yang timbul pada buku tersebut. 8
Pop Up Book dapat digunakan sebagai alternatif media pembelajaran yang
mampu membangkitkan imajinasi anak serta merupakan media yang praktis baik
dalam penggunaan maupun pembuatan, hanya perlu membuat pola gambar pada
kertas, setelah itu digunting dan ditempelkan pada karton maka jadilah Pop Up
Book. 9
Oleh karena itu pada penelitian ini akan dibuat dengan judul Pengaruh
Penggunaan Media Pop Up untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA siswa SD
Islam Taman Quraniyah.
B. Identifikasi Masalah
Dari analisis latar belakang, dapat diidentifikasikan kondisi yang saat
ini ada di lapangan, yaitu:
8 Siregar, Annisarti dan Elva Rahmah. Model Pop Up Book Keluarga Untuk
mempercepat kemampuan membaca anak kelas rendah sekolah dasar. http://ejournal.unp.ac.id
/index.php/iipk/article/view/6288 . Di Unduh 1 Nopember 2017. 9 Sholikhah, Aimatus. 2017. Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri.
Simki.unprkediri.ac.id, di Unduh 1 Nopember 2017.
6
1) Tingkat pemahaman siswa terhadap pelajaran IPA masih rendah.
2) Metode pembelajaran yang digunakan guru lebih didominasi metode
ceramah sehingga peserta didik terlihat kurang berpartisipasi dalam
pembelajaran.
3) Kurang optimalnya respon peserta didik pada proses pembelajaran
sehingga interaksi antara guru dan peserta didik kurang terlihat.
C. Pembatasan Fokus Penelitian
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan penelitian yang dilakukan
tidak terlalu meluas, maka penulis membatasi masalah-masalah yang diteliti
yaitu:
1. Media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian adalah media Pop
Up pada materi Lingkungan Sehat dan tidak sehat kelas III semester
genap tahun ajaran 2018-2019 SD Islam Taman Quraniyah, dan
2. Penelitian ini akan meneliti hasil belajar IPA siswa pada materi
Lingkungan sehat dan tidak sehat kelas III
D. Perumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan pembatasan penelitian, rumusan masalah pada penelitian ini
adalah Apakah terdapat pengaruh penggunaan media Pop Up Book dalam
meningkatkan hasil belajar IPA siswa SD Islam Taman Quraniyah?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan media
Pop Up untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa SD Islam Taman
Quraniyah.
F. Manfaat Penelitian
1) Bagi penulis, penelitian ini merupakan media uji kemampuan sebagai
upaya pengembangan pengetahuan dan pengalaman nyata berdasarkan
bekal teori dan praktik yang diperoleh selama menempuh pendidikan di
bangku kuliah.
7
2) Bagi pembaca dan penulis selanjutnya, penelitian ini dapat dijadikan
bahan referensi bagi penelitian yang relevan dengan pokok bahasan
sejenis.
3) Bagi guru, penelitian ini dapat dijadikan referensi dan tambahan
pengetahuan tentang penggunaan metode pembelajaran pada pelajaran
IPA untuk meningkatkan pemahaman siswa.
4) Bagi sekolah, dapat membantu meningkatkan kualitas hasil belajar
dalam pelajaran IPA yang berdampak pada kualitas pendidikan sekolah.
8
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Media Pembelajaran
Media merupakan komponen yang sangat penting dalam suatu proses
komunikasi.10
Media kaitannya dengan proses pembelajaran. Kata Media menurut
Heinich, dkk. (1993) media merupakan alat saluran komunikasi. Media berasal
dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang secara
harfiah berate “perantara” yaitu peranatara sumber pesan (a source) dengan
penerima pesan (a receiver). Heinich mencontohkan media ini seperti film,
televisi, diagram, bahan tercetak (printed materials), komputer, dan instruktur.
Dalam proses pembelajaran media sering kali di artikan sebagai alat elektronik
yang berfungsi untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali
informasi.11
Contoh media tersebut bisa dipertimbangkan sebagai media
pembelajaran jika memebawa pesan-pesan (messages) dalam rangka mencapai
tujuan pembelajaran. Jadi dapat diartikan secara umum bahwa media
pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai alat bantu
untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa dalam proses pembelajaran.12
Media pembelajaran adalah alat yang digunakan untuk berinteraksi antara
guru dengan siswa dalam proses pembelajaran di sekolah. Media pembelajaran
meliputi alat yang digunakan untuk menyampaikan isi materi pembelajaran dan
merupakan komponen sumber belajar yang mengandung materi instruksional di
lingkungan siswa yang memotivasi siswauntuk belajar. 13
Dalam metodelogi pengajaran ada dua aspek yang menonjol yakni metode
mengajar dan media pengajaran sebagai alat bantu mengajar, ada beberapa jenis
10
H. Rayandra Asyhar, M,Si. Kreatif Mengembangkan media Pembelajaran, (Referensi
Jakarta: Jakarta. 2012), h. 5
11 Egi rima wati, Ragam Media Pembelajaran, (Kata Petah, 2016) h.2
12 Asep dkk, Media Pembelajaran Sekolah Dasar,(Bandung:UPI PRESS, 2007) cet.1, h.3
13 Egi Rima Wati, Op Cit, h. 3
9
media pengajaran yang biasa digunakan dalam proses pengajaran. Pertama media
grafis seperti gambar media grafik atau biasa disebut media dua dimensi yang
mempunyai ukuran panjang dan lebar. Kedua media tiga dimensi, yaitu model
padat (solide model, model susun, diorama dan lain-lain). Ketiga model film
seperti OHP dan lain-lain.14
Hal tersebut membuktikan bahwa media adalah salah
satu alat yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan untuk merangsang
pikiran, perasaan, serta kemauan audien (siswa) sehingga dapat mendorong
terjadinya proses belajar pada dirinya.
Media pembelajaran dapat menambah kualitas pengetahuan belajar siswa
dalam proses pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat meningkatkan
mutu hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa yang bersangkutan, hal tersebut
terjadi karena penggunaan media pembelajaran dapat meningkat pengetahuan
siswa dan mudah memahami materi yang diajarkan, yang pada akhirnya siswa
dapat berinteraksi secara langsung dan tidak hanya sekedar mendengarkan
penjelasan yang disampaikan oleh guru.
Media pembelajaran memiliki posisi yang strategis sebagai perantara dalam
proses interaksi antara siswa dengan guru. Kedudukan media pembelajaran
sebagai mediator yang digunakan oleh guru untuk mencapai tujuan belajar yang
diinginkan. Pada penggunaan media tiga dimensi dalam pelajaran matematika
yang berupa bentuk bangun ruang memiliki posisi sebagai alat komunikasi antara
guru dan siswa dalam memahami materi yang diajarkan.
Media pembelajaran selalu terdiri atas dua unsur penting, yaitu unsur
peralatan atau perangkat keras (hardware) dan unsur pesan yang dibawanya
(message/software).15
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran adalah segala alat pengajaran yang digunakan untuk membantu
menyampaikan materi pembelajaran dalam proses belajar. Segala sesuatu yang
dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan
kemampuan atau keterampilan belajar sehingga dapat mendorong terjadinya
14
Dr. Nana Sudjana. Media Pengajaran, (Sinar Baru Algensindo: Jakarta, 2010), h. 3 15
Azhar Arsyad. Media Pembelajaran, (PT Raja Grafindo Persada:Jakarta, 2007), h. 5
10
proses belajar. penggunaan media pembelajaran dapat meningkatkan proses dan
hasil belajar, karena dengan media pembelajaran hal-hal yang abstrak dapat di
kongkretkan sehingga siswa akan lebih mudah dalam memperoleh informasi
terkait materi yang diajarkan oleh guru. Media pembelajaran sangat membantu
dalam upaya mencapai keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Oleh karena itu, guru sebagai seorang pendidik harus mempunyai keterampilan
dalam penggunaannya.
Selain dapat menyalurkan pesan, media pembelajaran juga mempunyai
banyak manfaat dalam proses pembelajaran. Media pembelajaran merupakan
sarana perantara dalam proses pembelajaran. Selain itu media pembelajaran juga
berperan sebagai salah satu komponen komunikasi yaitu sebagai pembawa pesan
dari komunikator menuju komunikan. Dengan demikian Perolehan pengetahuan
siswa akan semakin abstrak apabila pesan disampaikan melalui kata verbal. Hal
ini memungkinkan terjadinya verbalisme. Artinya siswa hanya mengetahui
tentang kata tanpa memahami dan mengerti makna yang terkandung di dalamnya.
Hal semacam ini akan menimbulkan kesalahan persepsi siswa. Oleh sebab itu,
sebaliknya siswa memiliki pengalaman yang lebih konkrit, pesan yang ingin
disampaikan benar-benar dapat mencapai sasaran dan tujuan.
Dalam penerapannya media pembelajaran memiliki aspek-aspek kegunaan
diantaranya adalah:16
1) Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalisme.
2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga dan daya indera.
3) Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid
dengan sumber belajar.
4) Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan
kemampuan visual, auditori dan kinestetiknya.
5) Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan
menimbulkan persepsi yang sama.
16
Rudi Susilana dan Cepi Riyana. Media Pembelajaran Hakikat, Pengembangan,
Pemanfaatan, dan Penilaian, (CV Wacana Prima:Bandung, 2007), h. 9
11
Kegunaan-kegunaan tersebut tetap menuntut keaktifan dan kekreatifan guru
yang bersangkutan dalam proses belajar mengajar.
B. Karakteristik Media17
Menurut Kemp dalam Mubarak dkk 2007, karakteristik media merupakan
dasar pemilihan media sesuai dengan situasi belajar tertentu. Karakteristik media
yang sering di gunakan dalam media pembelajaran di Indonesia adalah :
1. Media Grafis
Berfungsi untuk menyalurkan pesan berupa simbol-simbol
komunikasi visual yang perlu dipahami, untuk menarik perhatian,
memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang
mungkin akan cepat dilupakan apabila tidak diilustrasikan. Beberapa
jenis media grafis adalah:
a. Gambar/foto,
Gambar yang dimaksud disini termasuk foto, lukisan/gambar dan
sketsa (gambar garis).
b. Sketsa
Sketsa adalah gambar yang sederhana atau draft kasar yang
melukiskan bagian-bagianpokoknya tanpa detail.
c. Diagram
Diagram merupakan suatu gambaran sederhana yang dirancang
untuk memperlihatkan tentang cara kerja dari suatu benda, terutama
dengan garis-garis.
d. Bagan/chart,
Bagan menurut Nana Sudjana (2005:27) adalah kombinasi anatara
media grafis, gambar dan foto yang dirancang untuk
memvisualisasikan secara logis dan teratur mengenai fakta pokok
atau gagasan. Kegunaan bagan adalah untuk menunjukan hubungan
17
Herry hernawan, Asep dkk,. Media Pembelajaran Sekolah Dasar, (UPI PRESS:
Bandung 2007)
12
keterkaitan, perbandingan, jumlah yang relatif, perkembangan
tertentu, proses tertentu mengklasifikasikan dan pengorganisasian.
e. Grafik
Secara sederhana grafik dapat diartikan sebagai media yang
memvisualisasikan data-data dalam bentuk angka. Tujuan
pembuatan grafik adalah menunjukan perbandingan, informasi
kualitatif dengan cepat serta sederhana. Terdapat beberapa jenis
grafik yang umum digunakan, yaitu : grafik garis, grafik batang,
grafik lingkaran dan grafik bergambar.
2. Media Audio
Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk
auditif (hanya dapat didengar) yang dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan kemauan para siswa untuk mempelajari bahan
ajar. Jenis media audio terdiri atas program kaset suara (audio
cassette), CD audio, dan program radio.
Penggunaan media audio dalam pembelajaran sudah cukup lama
dilakukan, hal ini disebabkan karena dalam komunikasi sehari-hari
pemanfaatan audio menjadi bagian penting. Pengguanaan media audio
dalam kegiatan pembelajaran pada umumnya untuk melatih
keterampilan yang berhubungan dengan aspek-aspek keterampilan
mendengarkan. Media audio dapat diartikan sebagai bahan
pembelajaran yang disajikan dalam bentuk auditif yag dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga
terjadi proses belajar mengajar.18
Penggunaan media audio untuk pembelajaran diantaranya : Radio
pendidikan, alat perekam, laboraturium bahasa.
Terdapat beberapa pertimbangan apabila akan menggunakan
media audio, diantaranya :
a. Media ini hanya akan mampu melayani (secara baik) bagi mereka
yang sudah mempunyai kemampuan berfikir abstrak.
18
Dr. Nana Sudjana. Media Pengajaran, (Sinar Baru Algensindo: Jakarta, 2005), h. 129
13
b. Media ini memerlukan pemusatan perhatian yang lebih tinggi di
banding media lainnya. Oleh karena itu dibutuhkan teknik-teknik
tertentu dalam belajar melalui media ini.
c. Karena sifatnya yang auditif, jika ingin memperoleh hasil belajar
yang baik diperlukan juga pengalaman-pengalaman secara visual,
sedangkan kontrol belajar bisa dilakukan melalui penguasaan
perbendaharaan kata-kata, bahasa, dan susunan kalimat.
3. Media Audio-Visual
Media audio visual adalah media peranatara antara penggunaan materi
dan penerapannya melalui pandangan dan pendengaran sehingga
membangun kondisi yang dapat
Contoh dari media audio visual diantaranya program video/ televisi
pendidikan , video/televise instruksional, program slide suara
(soundslide) dan program CD interaktif.
Setiap media memiliki karakteristik (kelebihan dan keterbatasan),
oleh karena itu tidak ada media yang dapat digunakan untuk semua situasi
atau tujuan. Media mana yang akan digunakan tergantung pada
kompetensi/tujuan yang ingin dicapai, sifat bahan ajar, ketersediaan media
tersebut dan kemampuan guru dalam menggunakannya.
C. Tinjauan Media Pembelajaran
Media merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kegiatan proses
belajar mengajar. Tidak semua media pembelajaran bisa diterapkan pada setiap
mata pelajaran yang disampaikan, hal tersebut memerlukan penyesuaian dengan
mata pelajaran yang akan disampaikan. Media pembelajaran memiliki
keanekaragaman, dan karena beraneka ragamnya media tersebut, maka
masingmasing media mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Dalam
penggunaan media pembelajaran hendaknya guru melakukan proses pemilihan
media yang dianggap sesuai untuk digunakan pada materi yang diajarkan.
14
Berkaitan dengan hal tersebut ada beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan
dalam pemilihan media diantara adalah:19
1. Hendaknya selaras dan menunjang tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan.
2. Aspek materi menjadi pertimbangan yang dianggap penting dalam
memilih media, karena sesuai atau tidaknya antara materi dengan media
yang digunakan akan berdampak pada hasil pembelajaran siswa.
3. Kondisi audien (siswa) dari segi subjek belajar menjadi perhatian yang
serius bagi guru dalam memilih media yang sesuai dengan kondisi
anak. Faktor umur, intelegensi, latar belakang pendidikan, budaya, dan
lingkungan anak menjadi titik perhatian dan pertimbangan dalam
memilih media pengajaran.
4. Ketersediaan media di sekolah atau memungkinkan bagi guru
mendesain sendiri media yang akan digunakan merupakan hal yang
perlu menjadi pertimbangan seorang guru.
5. Media yang dipilih seharusnya dapat menjelaskan apa yang akan
disampaikan kepada audien (siswa) secara tepat dan berhasil guna,
dengan kata lain tujuan yang ditetapkan dapat dicapai secara optimal.
6. Biaya yang akan dikeluarkan dalam pemanfaatan media harus seimbang
dengan hasil yang akan dicapai.
Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektifitas dan
efisiensi pembelajaran, media pembelajaran yang diterapkan dalam suatu
pengajaran dikatakan efektif bila menghasilkan hal yang sesuai dengan yang
diharapkan atau dengan kata lain dikatakan tujuannya telah tercapai.20
19
Ibid, h. 15 20
Dra. Erna Suwangsih, S.Pd., M.Pd. Model Pembelajaran Matematika (UPI PRESS:
Bandung, 2006), h.179
15
D. Klasifikasi Media Pembelajaran
Pada era globalisasi sekarang, dunia pendidikan dihadapkan pada pilihan
media yang banyak sekali, walaupun masih banyak sekolah yang belum
menerapkan media pembelajaran yang banyak tersebut. Jika di klasifikasikan
dalam katagori tertentu, yang didasarkan pada kemampuannya, bentuk fisik, biaya
dan sebagainya.
Maka media pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu :
1. Media yang mampu menyajikan informasi (media penyaji)
Yang termasuk pada media penyaji diantaranya : grafis, film bingkai
(slides), media audio, gambar, televise, dan multimedia. 21
2. Media yang mengandung informasi (media objek)
Yang termasuk pada media objek adalh benda tiga dimensi yang
mengandung informasi, tidak dalam bentuk penyajian tetapi melalui ciri
fisiknya seperti ukurannya, beratnya, bentuknya, susunannya,
warnannya, fungsinya dan sebagainya.
3. Media yang memungkinkan untuk berinteraksi (media interaktif)22
E. Fungsi Media Pembelajaran
Media pembelajaran dapat membangun minat siswa mengikuti proses
pembelajaran secara fokus. Selain itu media pembelajaran yang akan ditampilkan
dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa untuk rajin belajar. Media
pembelajaran juga dapat memberikan rangsangan dalam kegiatan belajar siswa.
Penggunaan media pembelajaran sangan membantu keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran dan kemudahan bagi guru dalam menyampaikan pesan dan isi
materi pembelajaran.
Media pembelajaran membantu memantapkan pengetahuan dan wawasan
siswa dalam menghidupkan proses pembelajaran. Selain itu, media pembelajaran
juga memiliki banyak fungsi di antaranya adalah :
21
Asep dkk, Media Pembelajaran Sekolah Dasar, (Bandung: UPI PRESS, 2007) cet.1, h.3 22
Ibid, h.316
16
a. Fungsi atensi, merupakan fungsi inti dari media pembelajaran,
yaitu untuk menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk fokus
kepada materi pembelajaran yang ditampilkan. Seringkali awal
pembelajaran siswa belum tertarik dengan materi yang tidak
disenangi oleh mereka, sehingga mereka tidak memperhatikan.
Dengan demikian, kemungkinan untuk memperoleh dan mengingat
isi materi semakin besar.
b. Fungsi afektif, merupakan fungsi yang dapat dilihat dari tingkat
kenyamanan siswa ketika belajar atau membaca teks yang
bergambar. Gambar yang ditampilkan melalui proses pembelajaran
dapat menggugah emosi dan sikap siswa.
c. Fungsi kognitif, merupakan fungsi yang terlihat dari tampilannya.
Tampilan materi pembelajaran tersebut memperlancar pencapaian
tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang
terkandung dalam materi pembelajaran.
d. Fungsi kompensatoris, fungsi yang dapat dilihat dari hasil
penelitian. Media pembelajaran memberikan konteks untuk
memahami teks dan membantu siswa yang kesulitan dalam
membaca. Media pembelajaran berfungsi untuk
mengakomodasikan siswa yang lemah atau lambat menerima dan
memahami materi yang disajikan.
F. Kegunaan Media Pembelajaran
Kegunaan secara umum media mempunyai kegunaan yang cukup strategis
dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, yaitu :
a. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.
b. Menanggulangi keterbatasan ruang, waktu, tenaga, dan gaya indra.
c. Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid
dengan sumber belajar.
17
d. Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan
kemampuan visual, auditori dan kinestetiknya.
e. Memberi rangsangan yang sama.
Selain itu, kontribusi media pembelajaran menurut Kemp dan Dayton
(1985), meliputi : 23
a. Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar.
b. Pembelajaran dapat lebih menarik.
c. Pembelajaran jadi lebih interaktif dengan menggunakan teori belajar.
d. Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek.
e. Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan.
f. Proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun
diperlukan.
g. Sikap positif peserta didik terhadap materi pembelajaran serta proses
pembelajaran dapat ditingkatkan.
h. Peran guru berubah kearah yang lebih positif.
Dari uraian diatas, dapat kita simpulkan bahwa guru perlu memperhatikan
dalam memilih media sesuai dengan kondisi dan kebutuhan sesuai materi, karena
kesesuaian media, materi, dan karakteristik peserta didik akan mempengaruhi
keberhasilan dalam proses pembelajaran.
G. Langkah- Langkah pemanfaatan penggunaan Media
Langkah-langkah pemanfaatan penggunaan media dalam proses
pembelajaran. Ada enam yang bisa ditempuh guru pada waktu mengajar dengan
menggunakan media. Langkah-langkah itu adalah:
1. Merumuskan tujuan pengajaran dengan memanfaatkan media.
2. Persiapan guru. Pada fase ini guru memilih dan menetapkan media
mana yang akan dimanfaatkan guna mencapai tujuan. Dalam hal ini
prinsip pemilihan dan dasar pertimbangannya patut diperhatikan.
23
Ibid, h.326
18
3. Persiapan kelas. Pada fase ini siswa atau kelas harus mempunyai
persiapan, sebelum mereka menerima pelajaran dengan menggunakan
media. Guru harus dapat memotivasi mereka agar dapat menilai,
mengantisipasi, menghayati pelajaran dengan menggunakan media
pengajaran.
4. Langkah penyajian pelajaran dan pemanfaatan media. Pada fase ini
penyajian bahan pelajaran dengan memanfaatkan media pengajaran.
H. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran
Media merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kegiatan proses
belajar mengajar. Tidak semua media pembelajaran bisa diterapkan pada setiap
mata pelajaran yang disampaikan, hal tersebut memerlukan penyesuaian dengan
mata pelajaran yang akan disampaikan. Media pembelajaran memiliki
keanekaragaman, dan karena beraneka ragamnya media tersebut, maka
masingmasing media mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Dalam
penggunaan media pembelajaran hendaknya guru melakukan proses pemilihan
media yang dianggap sesuai untuk digunakan pada materi yang diajarkan.
Berkaitan dengan hal tersebut ada beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan
dalam pemilihan media diantara adalah:24
1. Hendaknya selaras dan menunjang tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan.
2. Aspek materi menjadi pertimbangan yang dianggap penting dalam
memilih media, karena sesuai atau tidaknya antara materi dengan
media yang digunakan akan berdampak pada hasil pembelajaran
siswa.
3. Kondisi audien (siswa) dari segi subjek belajar menjadi perhatian
yang serius bagi guru dalam memilih media yang sesuai dengan
kondisi anak. Faktor umur, intelegensi, latar belakang pendidikan,
24
Rudi Susilana dan Cepi Riyana. Media Pembelajaran Hakikat, Pengembangan,
Pemanfaatan, dan Penilaian, (CV Wacana Prima:Bandung, 2007), h. 15
19
budaya, dan lingkungan anak menjadi titik perhatian dan
pertimbangan dalam memilih media pengajaran.
4. Ketersediaan media di sekolah atau memungkinkan bagi guru
mendesain sendiri media yang akan digunakan merupakan hal yang
perlu menjadi pertimbangan seorang guru.
5. Media yang dipilih seharusnya dapat menjelaskan apa yang akan
disampaikan kepada audien (siswa) secara tepat dan berhasil guna,
dengan kata lain tujuan yang ditetapkan dapat dicapai secara
optimal.
6. Biaya yang akan dikeluarkan dalam pemanfaatan media harus
seimbang dengan hasil yang akan dicapai.
Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektifitas dan
efisiensi pembelajaran, media pembelajaran yang diterapkan dalam suatu
pengajaran dikatakan efektif bila menghasilkan hal yang sesuai dengan yang
diharapkan atau dengan kata lain dikatakan tujuannya telah tercapai.25
I. Pengertian Media Pop Up
Media pembelajaran sebagai saluran penyampaian pesan dari guru kepada
anak didik agar informasi tersebut dapat diterima dengan baik. Media Pop-up
book merupakan salah satu media yang dapat digunakan sebagai saluran
penyampaian pesan dari guru kepada anak. Media Pop-up book merupakan salah
satu jenis media berbasis cetakan. Menurut Kurniawati (2016) Pop-up book
adalah sebuah buku yang memiliki bagian yang dapat bergerak atau memiliki
unsur 3 dimensi yang dapat bergerak ketika halamannya dibuka. Menurut
Wikipedia, istilah pop-up book sering digunakan untuk setiap buku tiga dimensi
atau buku bergerak, meskipun istilah umum buku bergerak meliputi pop-up,
transformasi, buku terowongan, volvelles, flaps, pull-tab, pop-out, pull-down, dan
lainnya, masing-masing yang dilakukan dengan cara yang berbeda. Pop-up book
adalah sebuah buku yang menampilkan potensi untuk bergerak dan interaksinya
25
Dra. Erna Suwangsih, S.Pd., M.Pd. Model Pembelajaran Matematika (UPI PRESS:
Bandung, 2006), h.179
20
melalui penggunaan kertas sebagai bahan lipatan, gulungan, bentuk, roda atau
putarannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Sylvia dan
Hariani yang berbunyi, “pop up book is a book that offers the potential for motion
and interaction through the use of paper mechanisms such as folds, scrolls, slides,
tabs or wheels”. Pop-up book adalah sebuah buku cerita bergambar dengan
gambar yang lucu atau yang bentuknya menarik karena dapat bergerak ketika
halamannya dibuka. Pengertian lain menurut Montanaro (2009) pop-up book
merupakan sebuah buku yang memiliki bagian yang dapat bergerak atau memiliki
unsur 3 dimensi. Sedangkan menurut Joko Muktiono, pop-up book adalah sebuah
buku yang memiliki tampilan gambar yang bisa ditegakkan serta membentuk
obyek-obyek yang indah dan dapat bergerak atau memberi efek yang
menakjubkan. Menurut Dzuanda26
jenis-jenis pop-up book ada bermacam-macam,
beberapa diantaranya adalah transformations pop-up, tunnel pop-up books,
Volvelles pop-up, Movable pop-up, Pull-tabs dan Pop-outs.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan buku pop-up adalah buku
yang memiliki bagian yang dapat bergerak atau berunsur tiga dimensi. Buku pop
up memberikan visualisasi cerita yang lebih menarik. Buku ini juga memberikan
kejutan-kejutan dalam setiap halamannya yang dapat mengundang ketakjuban
ketika halamannya dibuka, disamping itu pop-up book memiliki tampilan gambar
yang indah dan dapat ditegakkan. Sehingga media pop-up book sangatlah cocok
digunakan sebagai alat peraga di Sekolah Dasar. Selain itu, proses pembelajaran
dengan menggunakan media pop-up book akan jauh lebih menyenangkan.
Pop Up Book adalah jenis buku atau kartu yang didalamnya terdapat
lipatan gambar yang dipotong dan muncul membentuk lapisan tiga dimensi ketika
halaman tersebut dibuka. 27 Pop Up Book adalah sebuah sebuah buku yang
26
Ibid, h.23 27
Febrianto, Muhammad Fatchual Mubarok, dkk. 2014. Penerapan Media dalam bentuk
Pop Up Book pada pembelajaran unsur-unsur rupa untuk siswa kelas 2 SDNU Kanjeng Sepuh
Sidayu Gresik. Vol 2. Hal.148.
21
memiliki bagian yang dapat bergerak atau memiliki unsur tiga dimensi.28 Sekilas
Pop Up Book hampir sama dengan origami dimana kedua seni ini
mempergunakan teknik melipat kertas. Walau demikian origami lebih
memfokuskan diri pada menciptakan objek atau benda sedangkan Pop Up lebih
cenderung pada pembuatan mekanis kertas yang dapat membuat gambar tampak
secara lebih berbeda baik dari sisi perspektif / dimensi serta perubahan bentuk
hingga dapat bergerak yang disusun sealami mungkin.
J. Manfaat Media Pop Up
Menurut Dzuanda, media pop-up book memiliki berbagai manfaat yang
sangat berguna, yaitu : 29
1. Mengajarkan anak untuk lebih menghargai buku dan
memperlakukannya dengan lebih baik.
2. Mendekatkan anak dengan orang tua karena pop-up book memiliki
bagian yang halus sehingga memberikan kesempatan untuk orang tua
untuk duduk bersama dengan putra-putri mereka dan menikmati cerita
(mendekatkan hubungan antara orang tua dan anak).
3. Mengembangkan kreativitas anak.
4. Merangsang imajinasi anak.
5. Menambah pengetahuan hingga memberikan penggambaran bentuk
suatu benda (pengenalan benda).
6. Dapat digunakan sebagai media untuk menanamkan kecintaan anak
terhadap membaca.
Beberapa kegunaan media pop-up book, yaitu:
1. Untuk mengembangkan kecintaan anak muda terhadap buku dan
membaca.
28
Dzuanda, 2011. Design Pop Up Child Book Puppet Figures Series Gatot Kac. Jurnal
Library ITS Undergraduate. http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-5380-3402100054-
abstract%20id.pdf. Di unduh 25 September 2017
29ibid . h.4
22
2. Bagi peserta didik anak usia dini untuk menjembatani hubungan
antara situasi kehidupan nyata dan simbol yang mewakilinya ) Bagi
siswa yang lebih tua ataa siswa berbakat dan memiliki kemampuan
dapat berguna untuk mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan
kreatif.
3. Untuk mengembangkan kmmpuan berpikir kritis dan kreatif.
4. Bagi yang enggan membaca, anak-anak dengan ketidakmampuan
belajar bahasa inggris sebagai bahasa kedua (ESL) dapat membantu
siswa untuk menangkap makna melalui perwakilan gambar yang
menarik dan untuk memunculkan keinginan serta dorongan membaca
secara mandiri dengan kemampuannya untuk melakukan hal tersebut
secara terampil.
Pop Up Book dapat memberikan visualisasi cerita yang lebih menarik.
Mulai dari tampilan gambar yang terlihat lebih memiliki dimensi, gambar yang
dapat bergerak ketika halaman-nya dibuka atau bagiannya digeser, bagian yang
dapat berubah bentuk, memiliki tekstur seperti benda aslinya bahkan beberapa ada
yang dapat mengeluarkan bunyi. Hal-hal seperti ini membuat ceritanya lebih
menyenangkan dan menarik untuk dinikmati.
Hal lain yang membuat Pop Up Book menarik dan berbeda dari buku
cerita ilustrasi biasa adalah ia memberikan kejutan-kejutan dalam setiap
halamannya yang dapat mengundang ketakjuban ketika halamannya di buka.
“Pembaca seperti menjadi bagian dari hal yang menabjukan itu karena mereka
memiliki andil ketika mereka membuka halaman buku”. Hal ini membuat
pembaca memancing antusias pembaca dalam mengikuti ceritanya karena mereka
menanti kejutan apa lagi yang akan diberikan di halaman selanjutnya.
Buku Pop Up mempunyai kemampuan untuk memperkuat kesan yang
ingin disampaikan dalam sebuah cerita sehingga dapat lebih terasa.
23
K. Kelebihan Media Pop Up
Kelebihan media pop-up book seperti yang dikemukakan oleh Dzuanda
antara lain: 30
1. Memberikan visualisasi cerita yang lebih menarik mulai dari tampilan
gambar yang terlihat lebih memiliki dimensi hingga gambar yang dapat
bergerak ketika halamannya dibuka atau bagiannya digeser
2. Memberikan kejutan-kejutan dalam setiap halamannya yang dapat
mengundang ketakjuban ketika halamannya dibuka sehingga pembaca
menanti kejutan apa lagi yang akan diberikan di halaman selanjutnya
3. Memperkuat kesan yang ingin disampaikan dalam sebuah cerita.
4. Tampilan visual yang lebih berdimensi membuat cerita semakin terasa
nyata ditambah lagi dengan kejutan yang diberikan dalam setiap
halamannya.
L. Kekurangan Media Pop Up
Selain berbagai keunggulannya, Pop Up Book memiliki kelemahan juga.
Kelebihan Pop Up Book adalah kelemahannya juga karena memiliki mekanik
yang dapat membuat Pop Up Book bergerak, muncul hingga secara lebih
berdimensi, waktu pengerjaannya cenderung lebih lama karena menuntut
ketelitian yang lebih ekstra sehingga mekanik dapat bekerja dengan baik dalam
waktu yang lama dan juga untuk menjaga durabilitynya. Hal ini menyebabkan
Pop Up Book menjadi lebih mahal dari pada buku cerita ilustrasi pada umumnya.
Selain dari itu, penggunaan material buku yang berkualitas juga membuat buku
seperti ini lebih mahal. Menurut Sylvia dan Hariani, media Pop Up memiliki
kekurangan yaitu:
1. Waktu pengerjaannya cenderung lebih lama karena menuntut ketelitian
yang lebih ekstra, dan
2. Harganya relatif mahal.
30 Dzuanda, 2011. Design Pop Up Child Book Puppet Figures Series Gatot Kac. Jurnal
Library ITS Undergraduate. http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-5380-3402100054-
abstract%20id.pdf. Di unduh 25 September 2017
24
M. Kerucut pengalaman Edgar Dale
Dalam usaha memanfaatkan media sebagai alat bantu, Edgar Dale
membuat klasifikasi pengalaman menurut tingkatan dari siswa yang berpartisipasi
dalam pengalaman nyata, kemudian menuju siswa sebagai pengamat kejadian
nyata, dilanjutkan ke siswa sebagai pengamat kejadian yang disajikan dengan
media, dan terakhir siswa sebagai pengamat kejadian yang disajikan dengan
simbol. Jenjang konkrit-abstrak ini ditunjukkan dengan bagan dalam bentuk
kerucut pengalaman (cone of experiment).
Gambar 2.1 Kerucut Pengalaman Edgar Dale
Hasil belajar seseorang diperoleh mulai dari pengalaman langsung
(konkret), kenyataan yang ada di lingkungan kehidupan seseorang kemudian
melalui benda tiruan, sampai pada lambang verbal (abstrak). Kustandi 31
menyimpulkan, bahwa semakin bawah menunjukkan pengetahuan yang diperoleh
semakin besar dan semakin tinggi, dan sebaliknya semakin atas maka
pengetahuan yang diperoleh semakin kecil. Hal yang peru diperhatikan bahwa
31
Kustandi, C. & Sutjipto, B. 2012. Media Pembelajaran (Manual & Digital). Jakarta:
Ghalia Indonesia
25
urutan-urutan tersebut tidak berarti proses belajar dan interaksi pembelajaran
harus selalu dimulai dari pengalaman langsung, tetapi dimulai dengan jenis
pengalaman yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan kelompok
siswa yang dihadapi dengan mempertimbangkan situasi belajarnya.
Dasar pengembangan kerucut pengalaman Dale adalah tingkat keabstrakan
dari jumlah seluruh indera manusia yang turut serta dalam penerimaan
pembelajaran atau pesan. Pengalaman langsung akan memberikan informasi dan
gagasan yang terkandung dalam pengalaman belajar karena melibatkan indera
penglihatan, pendengaran, perasaan, penciuman, dan peraba. 32
Pop-up book sebagai salah satu media visual dapat mempermudah peserta
didik dalam memahami sesuatu yang abstrak menjadi lebih kongkrit. Menurut
Piaget, seorang anak dalam belajarnya akan lebih berhasil apabila disesuaikan
dengan tahap perkembangan kognitifnya. Berdasarkan teori tersebut anak usia
sekolah dasar berada pada tahap operasional konkret usia (7-11 tahun). Pada tahap
ini anak dapat menggunakan cara menggunakan cara berpikir operasional untuk
memahami tentang peristiwa-peristiwa yang konkret. Untuk membantu siswa
memahami peristiwa konkret dibutuhkan media yang dapat memvisualisasikan
peristiwa tersebut. Dalam penelitian ini, digunakan media pembelajaran berupa
pop-up book untuk membantu siswa memahami materi lingkungan pada pelajar
IPA.
Berdasarkan kerucut pengalaman Edgar Dale, Pop-up book termasuk
dalam tahap melihat gambar yang disajikan dalam bentuk pop-up book. Pada
tahap ini siswa mengamati media pembelajaran berupa pop-up book. Media pop-
up book membantu siswa untuk memahami materi lingkungan. Penggunaan pop-
up book pada materi lingkungan sehat dan tidak sehat akan memudahkan
penyampaian pesan (informasi) yang disampaikan guru kepada siswa akan
tersampaikan dengan baik.
32
Ibid h.55
26
N. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains dalam arti sempit sebagai
disiplin ilmu dari physical sciences dan life sciences. Yang termasuk physical
sciences adalah ilu-ilmu astronomi, kimia, geologi, mineralogi, meteorologi, dan
fisika, sedangkan life sciences meliputi biologi (anatomi, fisiologi, zoologi,
citologi, dan seterusnya). Samatowa mendefinisikan sains sebagai “suatu deretan
konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain, dan yang
tumbuh sebagai hasil eksperimentasi dan observasi, serta berguna untuk diamati
dan dieksperimentasikan lebih lanjut. A.N Whitehead menyatakan bahwa “sains
dibentuk karena dibentuk karena pertemuan dua orde pengalaman. Orde pertama
didasarkan pada hasil observasi terhadap gejala atau fakta (orde observasi), dan
kedua didasarkan pada konsep-konsep manusia mengenai alam (orde
konseptional). Gagne (2010) mendefinisikan bahwa : IPA harus dipandang
sebagai cara berpikir dalam pencarian tentang pengertian rahasia alam, sebagai
cara penyelidikan terhadap gejala alam, dan sebagai batang tubuh yang dihasilkan
dari inkuiri”.
Ilmu Pengetahuan Alam unuk peserta didik didefinisikan oleh Haryono sebagai
berikut:
1. Mengamati apa yang terjadi
2. Mencoba memahami apa yang diamati
3. Mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang akan
terjadi
4. Menguji ramalan-ramalan di bawah kondisi-kondisi untuk melihat
apakah ramalan tersebut benar.
Pembelajaran IPA dapat digambarkan sebagai suatu sistem yaitu sistem
pembelajaran IPA. Sistem pembelajaran IPA, seperti sistem-sistem lainnya terdiri
atas komponen masukan pembelajaran, proses pembelajaran, dan keluaran
pembelajaran. Pembelajaran IPA adalah interaksi antara komponen-komponen
pembelajaran dalam bentuk proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang
27
berbentuk kompetensi yang telah ditetapkan. Tugas utama guru IPA adalah
melaksanakan proses pembelajaran IPA. Proses pembelajaran IPA terdiri atas tiga
tahap, yaitu perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran,
dan penilaian hasil pembelajaran. Proses pembelajaran IPA harus memerhatikan
karakteristik IPA sebagai proses dan IPA sebagai produk. IPA sebagai IPA
terpadu telah diberikan di SD/MI dan SMP/MTs sebagai mata pembelajaran IPA
Terpadu dan secara terpisah di SMA/MA sebagai mata pembelajaran ilmu
Biologi, Fisika, Kimia, serta Bumi dan Antariksa. Menurut Cullingford,
pembelajaran sains dengan hafalan dan pemahaman konsep, anak harus diberi
kempatan untuk mengembangkan sikap ingin tahu dan berbagai penjelasan logis.
Sedangkan Claxton (1991) menyatakan bahwa pendidikan sains akan
dapat ditingkatkan, bila anak dapat lebih berkelakuan seperti seorang ilmuwan
bagi diri mereka sendiri, dan jika mereka diperbolehkan dan didorong untuk
melakukan hal itu, mereka dapat memperoleh bahwa materi menjadi lebih mudah
dan menyenangkan. Aspek pokok dalam pembelajaran IPA adalah anak dapat
menyadari keterbatasan pengetahuan mereka, memiliki rasa ingin tahu untuk
menggali berbagai pengetahuan baru, dan akhirnya dapat mengaplikasikannya
dala kehidupan mereka.
Beberapa aspek penting yang dapat diperhatikan guru dalam
memberdayakan anak melalui pembelajaran IPA 33
adalah:
1. Pentingnya memahami bahwa pada saat memulai kegiatan
pembelajarannya, anak telah memiliki berbagai konsepsi, pengetahuan
yang relevan dengan materi yang mereka pelajari.
2. Aktivitas anak melalui berbagai kegiatan nyata dengan alam menjadi
hal utama dalam pembelajaran IPA.
3. Dalam setiap pembelajaran IPA, kegiatan bertanya menjadi bagian yang
penting, bahkan menjadi bagian yang paling utama dalam
pembelajaran.
33
Samatowa, U. 2016. Pembelajaran IPA Sekolah Dasar. Jakarta: PT. Indeks
28
4. Dalam pembelajarana IPA memberikan kesempatan kepada anak untuk
mengembangkan kemampuan berpikirnya dalam menjelaskan suatu
masalah.
Hakikat pembelajaran IPA yang didefinisikan sebagai ilmu tentang alam
yang dalam bahasa indonesia disebut dengan ilmu pengetahuan alam, dapat
diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu ilmu pengetahuan alam sebagai
produk, proses dan sikap.
Dari ketiga komponen IPA tersebut, Susanto menambahkan bahwa IPA
juga sebagai teknologi atau aplikasi. 34
1. Ilmu Pengetahuan Alam sebagai produk, yaitu kumpulan hasil
penelitian yang telah ilmuwan lakukan dan sudah membentuk konsep
yang telah dikaji sebagai kegiatan empiris dan analitis. Bentuk IPA
sebagai produk antara lain: fakta, prinsip, hukum, dan teori-teori IPA.
Contoh: Dalam penelitian ini dijelaskan mengenai ciri-ciri lingkungan
sehat dan tidak sehat.
2. Ilmu Pengetahuan Alam sebagai proses, yaitu untuk menggali dan
memahami pengetahuan tentang alam. Adapun proses dalam
memahami IPA disebut degan kterampilan proses sains adalah
keterampilan yang dilakukan oleh para ilmuwan, seperti mengamati,
mengukur, mengklasifikasikan dan menyimpulkan.
Contoh: Berdasarkan pengamatan terhadap media pop-up book siswa
mengklasifikasikan lingkungan sehat dan lingkungan tidak sehat.
3. Ilmu Pengetahuan Alam sebagai sikap, ada sembilan aspek yang
dikembangkan dari sikap ilmiah dalam pembelajaran sains, yaitu:
sikap ingin tahu, ingin mendapat sesuatu yang baru, sikap kerja sama,
tidak putus asa, tidak berprasangka, bertanggung jawab, dan
kedsiplinan diri. Sikap ilmiah itu dikembangkan melalui kegiatan-
kegiatan siswa dalam pembelajaran IPA pada saat melakukan diskusi,
34
Susanto, A. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar, Jakarta:
Prenadamedia Group
29
percobaan, simulasi, dan kegiatan proyek di lapangan. Contoh: Ketika
siswa mengamati media pop-up book tentang macam-macam
lingkungan sehat dan tidak sehat maka dengan sendirinya dalam
pikirannya akan muncul rasa ingin tahu.
4. Ilmu Pengetahuan Alam sebagai teknologi atau aplikasi, aspek aplikasi
merujuk pada dimensi aksiologis IPA sebagai suatu ilmu, yaitu
penerapannya pengetahuan tentang IPA dalam kehidupan. Contoh:
lingkungan sehat yang berpengaruh pada kesehatan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA
merupakan pembelajaran berdasarkan pada prinsip-prinsip, proses yang dapat
menumbuhkan sikap ilmiah peserta didik terhadap konsep-konsep IPA. Oleh
karena itu, pembelajaran IPA di sekolah dasar dilakukan dengan penyelidikan
sederhana dan bukan hafalan terhadap kumpulan konsep IPA. Dengan kegiatan-
kegiatan tersebut pembelajaran IPA akan mendapat pengalaman langsung melalui
pengamatan, diskusi, dan penyelidikan sederhana. Pembelajaran yang demikian
dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa yang diindikasikan dengan merumuskan
masalah, menarik kesimpulan, sehingga mampu berpikir kristis melalui
pembelajaran IPA.
O. Tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar (SD)
Konsep IPA di sekolah dasar merupakan konsep yang masih terpadu,
karena belum d ipisahkan secara tersendiri, seperti mata pelajaran kimia, biologi,
dan fisika.
Adapun tujuan pembelajaran sains di sekolah dasar dalam Badan
Standar Nasional Pendidikan (BSNP, 2006), dimaksudkan untuk:
a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha
esa berdasarkan keberadaan, keindahan, keteraturan alam
ciptaanNya.
30
b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep
IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran
tentang adanya hubungan yang saling memengaruhi antara IPA,
lingkungan, teknologi, dan masyarakat.
d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.
e. Meningkatkan kesadaran untukberperan serta dalam memelihara,
menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
aturannya sebagai salh satu ciptaan Tuhan.
g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA
sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.
P. Media Pop Up pada pelajaran IPA
Untuk menyampaikan pesan pembelajaran khususnya pada mata pelajaran
IPA dari guru kepada peserta didik, guru dapat menggunakan alat bantu mengajar
berupa gambar, model, atau alat-alat lain yang dapat memberikan pengalaman
kongkrit, motivasi belajar, serta mempertinggi daya serap atau yang dikenal
sebagai alat bantu visual.
Pop-up book sebagai salah satu media visual dapat mempermudah peserta
didik dalam memahami sesuatu yang abstrak menjadi lebih kongkrit. Pop-up book
sebagai salah satu media pembelajaran mempunyai kaitan dengan pembelajaran
IPA, yaitu dapat menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima dan merangsang
pikiran, perasaan, perhatian, dan minat peserta didik sehingga terjadi proses
belajar IPA. Secara sederhana kehadiran media dalam hal ini media pop-up book
dalam pembelajaran IPA memiliki nilai-nilai praktis sebagai berikut35
:
35
Haryono. 2013. Pembelajaran IPA yang menarik dan mengasyikan (Teori dan aplikasi
PAIKEM), Yogyakarta: Kepel Press.
31
a. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman
yang dimiliki peserta didik.
b. Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi antara
peserta didik dengan lingkungannya.
c. Media yang disajikan dapat menghasilkan keseragaman
pengamatan peserta didik.
d. Secara potensial, media yang disajikan secara tepat dapat
menanamkan konsep dasar IPA yang kongkrit, benar, dan realistis.
Pop-up book dengan tampilan dan konten yang dikemas dengan menarik
dapat membangkitan motivasi dan merangsang peserta didik untuk belajar IPA.
Melalui kesan tiga dimensi, pop-up book dapat membuat konsep abstrak yang
disajikan menjadi lebih kongkrit. Selain itu peserta didik lebih banyak melakukan
kegiatan belajar kerena tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga
aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, dan lain-lain.
Berkenaan dengan taraf berpikir peserta didik, taraf berpikir manusia
mengikuti tahap perkembangan dimulai dari berpikir kongkrit menuju berpikir
abstrak, dari berpikir sederhana menuju berpikir kompleks. Dalam hal ini,
penggunaan media pembelajaran pop-up book erat dengan tahapan berpikir
tersebut, karena melalui media hal-hal yang abstrak dapat dikongkritkan dan hal
yang kompleks dapat disederhanakan.
Q. Perbedaan Pop-Up Book Yang Dikembangkan Dengan Pop-up Book
Terdahulu
Perbedaan pop-up book yang peneliti kembangkan dengan pop-up
book terdahulu terletak pada teknik pembuatan pop-up book. Ada
beberapa tenik dasar dalam membuat pop up yaitu v-folding, internal
stand, rotary parallel slide dan Lift the flap 36
36
Ibid
32
Tabel 2.2 Perbedaan Pop-Up Book Yang Dikembangkan Dengan Pop-
up Book Terdahulu
Teknik dasar Tampilan
1. V-Folding
Menambahkan
panel lipat pada sisi
gambar yang akan
ditempelkan. Penel
ini diletakkan disisi
dalam kartu
sehingga tidak
tampak dari luar.
Sudut harus
diperhatikan
agartidak terjadi
kemiringan.
2. Internal Stand
Biasanya digunakan
sebagai sandaran
kecil, sehingga pada
saat dibuka,
gambarnya
akanberdiri. Dibuat
dengan cara
potongan kertas
yang dilipat tegak
lurus dan diberi
panel untuk
ditempelkan pada
kartu.
33
3. Rotary
Caranya dengan
membuat dua
bagian secara
terpisah dan
disatukan oleh
poros
ditegahnya.Harus
diperhatikan
ketepatan porosnya
sehingga pada saat
diputar, gambar
yangtampak melalui
lubang yang
disediakan tidak
melenceng.
4. Mounth
Teknik yang
biasanya digunakan
untuk gerakan
mulut suatu
karakter di film
kartun. Teknik ini
merupakan
gambaran dari
teknik dua teknik
single slit yang
berhadapan.
Dengan satu
potongan dibagian
yang dilipat, lalu
34
satu sisi dilipat ke
atas dan satu ke
bawah dengan
sudut tertentu. Lalu
dua sisi yang dilipat
dibuka kembali dan
dilipat ke bagian
dalam.
5. Paraler Slide
Biasanya digunakan
untuk
memungkinkanada
gerakan secara
segaris. Cara
membuatnya
dengan membuat
lubang
secukupnyasebagai
lintasan, kemudian
tempelkan gambar
dan panel dengan
posisigambar-
kartupanel,
sehingga kartu
terletak di lapisan
tengah. Dengan
demikiangambar
dapat digerakan.
35
6. Lift the flap
Lift the flap
dikemas dengan
menyusun/menump
uk beberapa kertas,
lalu mengunci salah
satu sisi susunan
kertas dan
menyisakan
sebagian besar
bagian kertas agar
dapat dibuka dan
ditutup kembali.
Dari beberapa teknik dasar pop-up diatas, terdapat 2 teknik yang tidak
menampilkan bentuk timbul seperti pop-up yang banyak kita temui. Kedua teknik
ini yakni rotary dan parallel slide. Dari dasar inilah, kita perlu memahami bahwa
pop-up tidak selalu tampil dengan bentuk yang timbul, melainkan tampil dengan
gerakan yang menimbulkan kesan seperti timbul/berdimensi.
Pop-up book yang terdahulu hanya menggunakan teknik Lift the flap. Lift
the flap dapat kita nikmati pada saat kita membuka susunan kertas (bertumpuk)
yang terdapat pada halaman kertas. Pop-up book yang peneliti kembangkan,
menggunakan gabungan teknik v folding dan internal stand. Penggabungan
berbagai teknik sebenarnya dapat membantu untuk membuat pop-up book
memiliki bentuk yang variatif, atraktif, sekaligus interaktif. Penggabungan
berbagai teknik ini bisa juga digunakan untuk keindahan kemasan buku, yang
berkaitan dengan ketebalannya ketika buku tersebut ditutup.
36
R. Hasil Belajar
Kata hasil dalam kamus besar Bahasa Indonesia berati sesuatu yang
menjadi akibat dari usaha. Kata hasil sering dikaitkan dengan prestasi, hal ini
karena arti prestasi itu adalah hasil yang telah dicapai. Selanjutnya Soetioe
mengungkapkan pengertian belajar adalah perubahan mental pada diri pelajar atau
memodifikasi kecenderungan. Jadi dapat disimpulkan hasil belajar adalah
perubahan mental pada diri pelajar akibat dari usaha.
Sejalan dengan pernyataan di atas Sudjana mengungkapkan bahwasannya
hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima
pengalaman belajar.37
Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan
tingkah laku yang mencangkup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik.
Hasil belajar merupakan peristiwa yang bersifat internal dalam arti sesuatu
yang terjadi pada diri seseorang. Peristiwa tersebut dimulai dari adanya perubahan
kognitif atau pengetahuan untuk kemudian berpengaruh kepada perilaku. Dengan
demikian, perilaku belajar seseorang didasarkan kepada tingkat pengetahuan
terhadap sesuatu yang dipelajari yang kemudian diketahui melalui tes dan pada
akhirnya memunculkan hasil belajar dalam bentuk nilai ril atau non ril.
Hasil belajar diperoleh dari kegiatan evaluasi belajar (tes) dan evaluasi
belajar dilakukan karena adanya kegiatan belajar. Baik buruknya hasil belajar
sangat tergantung dari pengetahuan dan perubahan perilaku dari individu yang
bersangkutan terhadap yang dipelajari.
Dari uraian di atas mencerminkan bahwa hasil belajar adalah sesuatu
peristiwa yang bersifat internal pada diri seseorang setelah melakukan kegiatan
belajar. Suatu peristiwa ini ditandai dengan perubahan perilaku dan pengetahuan
seseorang terhadap apa yang dipelajarinya. Kemudian hasil belajar dapat
diperoleh dengan melakukan evaluasi atau penilaian terhadap perubahan perilaku
dan pengetahuan tersebut.
37
Nana Sudjana, Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2001),h.22.
37
S. Hasil Belajar Aspek Pengetahuan
Penilaian terhadap hasil belajar dalam ranah kognitif ini merupakan hasil
belajar yang lebih banyak melibatkan kegiatan mental/otak. Pada ranah kognitif,
terdapat enam jenjang, diantaranya:
1. Pengetahuan (knowledge) berhubungan dengan kemampuan
mengingat pada materi pembelajaran yang sudah dipelajari
sebelumnya (recall). Contohnya, nama kepala Negara, nama
presiden, nama Negara, rumus, dalil hokum dan sebagainya;
2. Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan memahami arti
suatu materi pembelajaran.
Contohnya, menafsirkan menjelaskan atau meringkas/merangkum
suatu pengertian, seperti memahami isi suatu cerita;
3. Penerapan (application) adalah kemampuan menerapkan atau
menafsirkan suatu materi pembelajaran yang sudah dipelajari ke
dalam situasi baru atau situasi yang konkrit, seperti menerapkan
suatu dalil, metode, konsep, prinsip, atau teori. Contohnya, mampu
memecahkan masalah sebagai penerapan dari informasi atau
pengetahuan yang dimiliki sebelumnya;
4. Analisis (analysis) adalah kemampuan menguraikan atau
menjabarkan sesuatu ke dalam komponen-komponen atau bagian,
sehingga susunannya dapat dimengerti. Contohnya, menganalisis
suatu bentuk bagan atau diagram;
5. Sintesis (Synthesis) menunjukan pada menghimpun bagian ke
dalam suatu keseluruhan. Seperti merumuskan tema suatu rencana
atau melihat hubungan abstrak dari berbagai informasi atau fakta.
Contohnya, menyimpulkan suatu hasil diskusi, atau kesimpulan
cerita;
6. Evaluasi (evaluation) yaitu kemampuan membuat penilaian
terhadap sesuatu berdasarkan pada maksud atau kriteria tertentu.
38
Contohnya, menilai dua hasil karya atau gambar lalu ditentukan,
karya mana yang lebih baik dari yang lainnya.38
Penelitian ini menilai C1, C2,C3 yaitu pengetahuan (C1:mengingat,
misalnya mengetahui istilah,konsep dan fakta) , pemahaman (C2:memahami,
misalnya menjelaskan fakta dan isi pokok)dan penerapan (C3:penerapan,
misalnya menggunakan istilah atau konsep-konsep) pada materi Lingkungan
Sehat dan tidak sehat.
T. Pengukuran Hasil Belajar
Hasil belajar ini dapat diketahui dari proses penilaian, yaitu kegiatan
membandingkan hasil pengukuran (skor) sifat suatu objek dengan acuan yang
relevan sedemikian rupa sehingga diperoleh suatu kualitas kuantitatif. Pengukuran
hasil belajar dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya yaitu pengukuran
secara tertulis, pengukuran secara lisan, dan pengukuran melalui observasi. Setiap
cara/prosedur memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Prosedur
mana yang harus dipilih tergantung pada berbagai faktor yaitu: jenis kemampuan
yang diukur, jumlah siswa, dan waktu yang tersedia.
Dalam pembelajaran IPA khususnya IPA SD prosedur lisan pada
umumnya jarang dilakukan, mengingat jumlah siswa banyak sedangkan waktunya
terbatas. Adapun prosedurnya yang banyak dilakukan ialah prosedur tertulis dan
observasi. Prosedur tertulis di pakai untuk mengukur hasil belajar yang sifatnya
kognitif dan afektif. Sedangkan prosedur observasi digunakan untuk mengukur
hasil belajar yang sifatnya psikomotor.
Setiap pengukuran, baik melalui prosedur tertulis maupun prosedur
observasi, memerlukan alat ukur tertentu yang tetap. Alat ukur dapat
dikelompokan kedalam dua golongan besar yakni “tes” dan “bukan tes”. Tes
adalah kumpulan pertanyaan atau soal yang harus dijawab oleh siswa dengan
menggunakan menggunakan pengetahuan-pengetahuan serta kemampuan
38
Lukmanul Hakin, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009),
hal.171.
39
penalarannya. Alat ukur yang bukan tes mencangkup angket, skala sikap dan
sebagainya. Tes dapat di klasifikasi kedalam dua golongan yakni tes uraian dan
tes obyektif. Perbedaannya ialah tes uraian meminta jawaban uraian singkat yang
disusun siswa dengan memilih salah satu jawaban dari beberapa kata atau symbol
untuk melengkapi pernyataan yang belum sempurna.
U. Faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar
Seorang pendidik bertugas mendorong peserta didik agar belajar secara
berhasil, tetapi keadaan peserta didik yang bermacammacam menggambarkan
bahwa pengetahuan tentang masalah-masalah yang belajar merupakan hal yang
sangat penting bagi guru dan calon guru, di antaranya adalah tentang faktor-faktor
yang memepengaruhi. Hasil belajar akan dipengaruhi oleh banyak faktor, secara
garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat diklasifikasikan
menjadi dua yaitu faktor intern dan ekstern.39
a. Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri
peserta didik. Faktor intern dikelompokkan menjadi faktor
jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan.
a) Faktor jasmaniah meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh
b) Faktor psikologi meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat,
motif, kematangan, dan kesiapan.
c) Faktor kelelahan dibedakan menjadi dua yaitu, kelelahan
jasmani dan rohani.
b. Faktor Ekstern
Faktor ekstern dikelompokkan menjadi tiga, yaitu faktor keluarga,
faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
a) Faktor keluarga, peserta didik akan menerima pengaruh dari
keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi antar anggota
keluarga, suasana rumah tangga, dan keadaan ekonomi keluarga.
39
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Memperngaruhinya, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2010), Cet. 5, h. 54-70
40
b) Faktor sekolah, faktor ini mencakup mengajar, kurikulum,
relasi guru dan peserta didik, relasi peserta didik dengan peserta
didik, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah,standar
pengajaran, kualitas pengajaran, keadaan gedung, metode belajar,
dan tugas rumah.
c) Faktor masyarakat, pengaruh ini berupa keberadaan peserta
didik dengan masyarakat.
Selain itu, faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa terdapat faktor
lingkungan dan faktor instrumental; sedangkan factor-faktor yang berasal dari
dalam diri siswa berupa faktor fisiologis dan faktor psikologis dalam diri siswa.40
1) Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan siswa dapat dibagi menjadidua yaitu,
faktor lingkungan alam/nonsosial dan faktor lingkungan
sosial. Yang termasuk faktor lingkungan alam adalah
keadaan suhu, kelembaban udara, waktu, tempat letak
gedung sekolah, dan sebagainya. Faktor lingkungan
instrumental sosial berwujud manusia dan
representasinya termasuk budayanya akan
mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.
2) Faktor Instrumental
Faktor instrumental ini terdiri dari gedung/sarana fisik
kelas, sarana/ alat pengajaran, media pengajaran, guru
dan kurikulum/materi pelajaran, serta strategi belajar
mengajar yang digunakan akan mempengaruhi proses
dan hasil belajar siswa.
3) Faktor Kondisi Internal Siswa
Faktor kondisi siswa ini ada dua macam yaitu kondisi
fisiologis siswa dan kondisi psikologis siswa. faktor
fisiologis siswa terdiri dari kondisi kesehatan dan
40
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,2009), h. 59-60
41
kebugaran fisik dan kondisi panca inderanya terutama
penglihatan dan pendengarannya.
Adapun faktor psikologis yang akan mempengaruhi keberhasilan belajar
siswa adalah faktor; minat, bakat, intelegasi, motivasi, dan kemampuan-
kemampuan kognitif siswa.
Berdasarkan beberapa uraian di atas, dapat dipaparkan bahwa faktor yang
dapat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa ada yang berasal dari dalam diri
siswa dan ada juga yang berasal dari luar diri siswa. Faktor yang berasal dari
dalam diri siswa meliputi faktor fisiologis/ jasmaniah siswa dan faktor psikologis.
Sedangkan faktor yang berasal dari luar diri siswa meliputi faktor keluarga,
lingkungan, dan sekolah.
V. Hakikat Pembelajaran IPA di sekolah dasar
Ilmu pengetahuan alam merupakan terjemahan kata-kata dalam bahasa
Inggris yaitu natural science, artinya ilmu pengetahuan alam (IPA).41
Berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam, science artinya
ilmu pengetahuan. Jadi pengertiannya adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-
peristiwa yang terjadi di alam ini. .
IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secrara sistematis
yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh
manusia.42
Alasan IPA harus diajarkan di sekolah dasar digolongkan menjadi 4
golongan yakni:
1) Bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa. Kesejahteraan materil
suatu bangsa banyak sekali tergantung pada kemmapuan bangsa
itu dalam bidang IPA, sebab IPA merupakan dasar teknologi.
2) Bila diajarkan IPA menurut cara yang tepat, maka IPA diajarkan
dengan mengikuti metode “Menemukan Sendiri”.
41
Usman Samatowa, Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, Jakarta: PT. Indeks, 2011.
Hlm. 3. 42
Ibid
42
3) Bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan
oleh sendiri oleh anak, maka IPA tidaklah merupakan mata
pelajaran yang bersifat hapalan belaka.
4) Mata pelajaran ini mempunyai nila-nila pendidikan yaitu
mempunyai potensi yang dapat membentuk kepribadian anak
secara keseluruhan.43
Setiap guru harus memahami akan alasan mengapa suatu mata pelajaran
yang diajarkan perrlu diajarkan di sekolahnya. Dalam IPA model pembelajaran
yang cocok untuk anak Indonesia adalah belajar melalui pengalaman langsung
(Learning by doing). Tisno Hadisubroto dalam bukunya Pembelajaran IPA
Sekolah Dasar, Piage mengatakan bahwa pengalaman langsung yang memegang
peranan penting sebagai pendorong lajunya perkembangan kognitif anak.44
Pengalaman langsung anak yang terjadi seecara spontan dari kecil (sejak lahir)
sampai beurmur 12 tahum. Efesiensi pengalaman langsung pada anak tergantung
pada konsistensi antara hubungan metode dan objek yang dengan tingkat
perkembangan kognitif anak.
W. Penelitian yang relevan
Hasil penelitian terdahulu yang menggunakan media pembelajaran pop-up
book dan penelitian pada mata pelajaran IPA, yaitu:
Penelitian yang dilakukan oleh Nur Indah Sylvia dan Sri Hariani (2015),
dengan judul “Pengaruh Penggunaan Media pop-up book Terhadap Keterampilan
Menulis Narasi Siswa Sekolah Dasar”. Hasil penelitian menunjukkan nilai pretest
berjumlah 1319 dengan rata-rata kelas sebesar 52,76 dan nilai post-test berjumlah
1853 dengan rata-rata kelas sebesar 74,12. Data hasil nilai pre-test dan post-test
keterampilan menulis siswa dianalisis dengan uji t. Observasi keterlaksanaan
pembelajaran dilakukan dua kali, pada pertemuan 1 dan pertemuan 2
keterlaksanaannya 100% sesuai dengan yang telah dirumuskan dalam RPP dan
43
Ibid. Hlm. 4 44
Ibid. Hlm, 5.
43
nilai ketercapaian rata-rata sebesar 96,67. Hal ini menunjukkan bahwa
penggunaan media pop-up book terlaksana dengan sangat baik. Pada uji t
diperoleh hasil thitung = 9,565 dan ttabel = 2,064 sehingga thitung > ttabel. Hal
ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan a penggunaan media pop-
up book terhadap keterampilan menulis narasi.
Menurut Kurniawati dan Sartinah (2016) dengan judul “Pengaruh Metode
Bercakap-Cakap Berbasis Media Pop-up Book Terhadap Kemampuan Berbicara
Anak Kelompok A”, dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa dari hasil
penelitian dengan uji wilcoxon dapat diketahui bahwa Thitung<Ttabel (0<52)
dengan taraf signifikan 5%. Dengan demikian hipotesis alternatif (Ha) diterima
dan hipotesis nol (Ho) ditolak. Jadi, apabila Thitung<Ttabel maka Ha diterima.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan metode
bercakap-cakap berbasis media Pop-up Book terhadap kemampuan berbicara anak
kelompok A di TK Dharma Wanita Persatuan Retno Suwari Gresik.
Penelitian lain juga dilakukan oleh Sulastri (2016) dengan judul
“Pengembangan Media Pop-up Book Untuk Membaca Permulaan Siswa Kelas I
Sd Negeri Bangunharjo Bantul”. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
yang telah dilakukan, dapat disimpulkan Media pop-up book yang layak
digunakan untuk membaca permulaan siswa kelas I SD. Hal ini dibuktikan dari
hasil validasi ahli materi mendapatkan skor rata-rata 4,60 dengan kategori sangat
baik. Hasil validasi ahli media mendapat skor rata-rata 4,25 termasuk dalam
kategori sangat baik. Validasi empiris media pop-up book dilakukan terhadap
siswa kelas I SD Negeri Bangunharjo Bantul. Hasil uji coba perorangan mendapat
skor rata-rata 4,39 termasuk dalam kategori sangat baik. Hasil uji coba kelompok
kecil mendapat skor rata-rata 4,53 termasuk dalam kategori sangat baik. Hasil uji
coba lapangan mendapat skor rata-rata 4,64 termasuk dalam kategori sangat baik.
Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Adiza Belva H., Septi Rohni
Undari, Wildan Isnaini Yahya, Neng Sa’adah, dan Imas Widowati (2015) dengan
judul “Pobundo (Pop-up Budaya Indonesia) Sebagai Media Pembelajaran
44
Berbasis Kebudayaan Untuk Siswa Kelas Iv Sekolah Dasar” menunjukkan bahwa
hasil uji validasi media bahwa media POBUNDO sangat baik dalam aspek
tampilan media dengan presentase 100% dan dalam aspek media termasuk dalam
kategori sesuai dengan presentase 75%. Hasil uji validasi materi termasuk dalam
kategori sesuai dengan presentase 71,5%. Hasil uji lapangan menunjukkan bahwa
kelas eksperimen mengalami kenaikan yang signifikan dibandingkan kelas
kontrol, yaitu dari 2,695 menjadi 7,522. Sedangkan kelompok kontrol memiliki
kenaikan nilai dari 2,391 menjadi 5,043. Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat
disimpulkan bahwa pengembangan Pop-Up Budaya Indonesia (POBUNDO)
sebagai media pembelajaran berbasis kebudayaan yang layak, menarik, dan efektif
untuk mengenalkan kebudayaan Indonesia pada siswa kelas IV sekolah dasar.
Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Fatchul Mubarok Febrianto,
Drs. Wayan Setiadarma, M. Pd., dan Hendro Aryanto, S.Sn., M.Si. (2014) dengan
judul “Penerapan Media Dalam Bentuk Pop Up Book Pada Pembelajaran Unsur-
Unsur Rupa Untuk Siswa Kelas 2 Sdnu Kanjeng Sepuh Sidayu Gresik”, dari
semua objek gambar yang dibuat oleh siswa, diketahui bahwa 10 siswa mampu
untuk membuat objek gambar dengan menggunakan unsur titik, garis, bidang,
bentuk dan warna, itu artinya 29,4% siswa dikelas mampu untuk mengeksplorasi
unsur unsur seni rupa yang telah mereka pelajari dengan lebih baik, 18 siswa
mampu untuk membuat objek gambar dengan menggunakan unsur titik, garis,
bentuk, dan warna yang memperoleh prosentase sebanyak 52,9% , dan 6 siswa
mampu untuk membuat objek gambar dengan menggunakan unsur garis, bentuk,
dan warna yang jika diprosentasekan sebanyak 17,6%. Dari data diatas dapat
disimpulkan bahwa para siswa mampu untuk membuat objek gambar dengan
menggunakan unsur-unsur dasar seni rupa yang telah mereka pelajari.
Research by Nor Nashirah Nor Mahadzir and Li Funn Phung (2013) about
“The Use of Augmented Reality Pop-Up Book to Increase Motivation in English
Language Learning For National Primary School”. The result of the study is
obtained from observations of Year One primary school students using the AR
pop-up book and followed by semi-structured interview The reliability test was
45
done using on the observation checklist using Statistical Package for Social
Science (SPSS) and the alpha coefficient for the 12 items was 0.990, suggesting
that the items have relatively high internal consistency (Penellitian oleh Nor
Nashirah Nor Mahadzir and Li Funn Phung (2013) tentang Penggunaan Pop-up
Book Realitas Tertambah untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Bahasa Inggris
Untuk Sekolah Dasar Nasional). Hasil penelitian ini diperoleh dari pengamatan
terhadap siswa kelas I sekolah dasar menggunakan buku pop-up AR dan diikuti
dengan wawancara semi-terstruktur. Uji reliabilitas dilakukan dengan
menggunakan pada checklist pengamatan menggunakan Paket Statistik untuk
Ilmu Sosial (SPSS) dan koefisien alpha untuk 12 item adalah 0,990, menunjukkan
bahwa item memiliki konsistensi internal yang relatif tinggi).
Dalam penelitian ini membahas mengenai Penggunaan Media Pop Up
untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa SD Islam Taman Quraniyah.
X. Kerangka Berfikir
Penerapan suatu model, strategi, atau media dalam pembelajaran IPA,
merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan kemampuan siswa
secara konstruktif dan mengarah kepada penguasaan materi, karena itu dalam
proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi, metode dan media
pembelajaran yang tepat, efektif, efisien dan mengenai pada tujuan yang di
harapkan salah satunya dapat melibatkan siswa secara aktif, menarik minat dan
perhatian siswa, mengembangkan motivasi siswa, sehingga tentunya dapat
meningkatkan hasil belajar.
Selama ini siswa menganggap bahwa pelajaran IPA adalah suatu
pelajaran yang sulit karena cenderung bersifat menghafal dan memerlukan tingkat
pemahaman yang tinggi untuk menguasai suatu materi. Sehingga sifat inilah
menyebabkan bahwa banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar dan
membuat siswa semakin malas., tidak berminat belajar IPA. Jika keadaan ini
bertahan terus menerus dalam waktu yang panjang, maka tentu saja akan sangat
46
mempengaruhi sikap siswa terhadap pelajaran IPA. Sikap dari keadaan siswa
yang seperti ini akan membuat hasil belajar akan menurun.
Dengan digunakan Media Pop Up Book sebagai media pembelajaran IPA,
diharapkan siswa mempunyai minat yang tinggi terhadap pelajaran IPA dan kesan
negative dalam pelajaran IPA dapat di hilangkan. Selain itu, isinya diselingi
dengan unsur yang menarik sehingga mempelajarinya menjadi menyenangkan.
Jika Media Pop Up Book di gunakan dalam proses belajar mengajar, maka Media
Pop Up Book dapat membantu menciptakan tingkat pemahaman dalam
pembelajaran IPA. Sehingga dapat diasumsikan bahwa Media Pop Up Book dapat
meningkatkan hasil belajar Kognitif siswa dalam pembelajaran IPA.
Y. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan deskripsi teoritis dan kerangka berfikir, serta terdapatnya
berbagai macam media pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam
meningkatkan hasil belajar IPA siswa, maka hipotesis penelitian sebagai berikut :
“Terdapat Pengaruh Penggunaan Media Pop Up Book Dalam
Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa SD Islam Taman Quraniyah”.
47
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Islam Taman Quraniyah, Jalan Melati
No. 100 Tanjung Barat Jagakarsa Jakarta Selatan. Penelitian ini dilakukan pada
siswa kelas III tahun ajaran 2018/2019.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen
semu (quasi experiment). Eksperimen semu dapat diartikan sebagai penelitian
yang mendekati eksperimen, sehingga disebut sebagai eksperimen semu.45
Tujuan
penelitian eksperimen semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan
perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang
sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan
memanipulasikan semua variabel yang relevan.46
Pemilihan metode ini di
karenakan kelas yang jadikan objek penelitian sulit untuk dikontrol dari variabel-
variabel lain yang diukur dalam penelitian. Desain penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah nonequivalent posttest-only control group design.
Pada desain ini terdapat dua kelompok, kelompok pertama diberi perlakuan (X)
dan kelompok yang lain tidak diberi perlakuan X. kelompok yang diberi
perlakuan disebut kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak diberi
perlakuan disebut kelompok kontrol. Kemudian, kedua kelompok diberi Posttest
(O).47
Pada desain ini kelompok kontrol dan eksperimen tidak dipilih secara
random.48
Kedua kelompok dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu. Dalam
desain ini, baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol hanya dikenakan
posttest saja tanpa pretest sehingga struktur desainnya menjadi sebagai berikut.49
45
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan,(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003), h. 16. 46
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Rajawali Press, 2012), h.92. 47
Lestari, op. cit. h. 136. 48
Sugiyono, Metode penelitian Kuantitatif Kulitatif dan R&D, (Bandung:Alfabeta,2011),
h. 79 49
Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2011), Cet.
48
Desain Penelitian
Kelompok Perlakuan Posttest
E X O
K O
Keterangan :
E = Kelompok eksperimen
K = Kelompok kontrol
X = Perlakuan/treatment yang diberikan terhadap kelompok eksperimen
(Media
Pembelajaran Pop Up Book)
O = Tes akhir (Posttest) terhadap kedua kelompok (Eksperimen dan Kontrol)
Sebelum diberikan perlakuan, kedua kelompok diasumsikan memiliki
kemampuan terkait kondisi lingkungan dan pengaruhnya yang sama sehingga
tidak diberikan Pretest. Selanjutnya, kedua kelompok diberikan perlakuan yang
berbeda, yaitu kelompok kelas kontrol tidak diberikan perlakuan, sedangkan kelas
eksperimen diberikan perlakuan dengan menggunakan media pembelajaran Pop
Up Book . Setelah diberikan perlakuan, pada kedua kelompok diberikan Posttest
untuk mengetahui sejauh mana pengaruh perlakuan terhadap memori jangka
panjang siswa pada materi Lingkungan Sehat dan tidak Sehat..
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
I, h. 78.
49
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.50
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa SD Islam Taman
Quraniyah.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian unit populasi yang menjadi obyek penelitian
untuk memperkirakan karakteristik suatu populasi.51
Sampel pada
penelitian ini berjumlah dua kelas, yaitu kelas kontrol dan eksperimen.
Penentuan sampel pada penelitian ini ditentukan dengan teknik
purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu.52
Purposive sampling
dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata,
random, atau daerah, tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu.
Sampel ini dipilih dengan cermat sehingga relevan dengan desain
penelitian.53
Pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling
cukup baik karena sesuai dengan pertimbangan peneliti sendiri
sehingga dapat mewakili populasi. Disamping itu, keuntungan teknik
ini terletak pada ketetapan peneliti memilih sumber data sesuai dengan
variabel yang diteliti. 54
Penentuan sampel ditetapkan sebagai berikut:
a. Kelas III B sebagai kelompok eksperimen dengan jumlah siswa 20
orang.
b. Kelas III A sebagai kelompok kontrol dengan jumlah siswa 20
orang.
50
Ibid., h.80 51
Rachmat Trijono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Papas Sinar Sinanti),
2015, h. 31. 52
Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian : Lengkap, Praktis dan Mudah Dipahami,
(Yogyakarta: PUSTAKABARUPRESS), 2014, Cet. I, h. 72. 53
Nasution, Metode Reseacrh, (Jakarta: Bumi Aksara), Cet. 14, 2014, h. 98. 54
Suharsimi A, Prosedur Penelitian, Cetakan ke-15, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2013, hal.
183
50
D. Variabel Penelitian
Pada dasarnya variabel penelitian adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya.55
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel diantaranya variabel
bebas (Variabel Independen) dan variabel terikat (Variabel Dependen)
1. Variabel bebas atau variabel independen (X)
Variabel bebas sering disebut variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi penyebab timbulnya variabel terikat (variabel dependen).
Adapun variabel dalam penelitian ini adalah Penggunaan Media
Pembelajaran Pop Up .
a. Variabel terikat atau variabel dependen (Y)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain.
Adapun variabel terikat dalam penelitian ini adalah Hasil belajar (Y).
Berikut bagan hubungan antar variabel dalam penelitian ini:
E. Teknik Pengumpulan data
Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, diantaranya:
1. Tes
Tes merupakan himpunan pertanyaan yang harus dijawab, harus
ditanggapi, atau tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh orang yang
55
Sugiyono, op. cit, h. 58.
Media Pop Up
(Variable bebas)
Hasil belajar
(variabel terikat )
51
dites.56
Tes digunakan untuk mengukur kemampuan siswa. Tes pada
penelitian ini berupa Posttest yang digunakan dengan tujuan untuk
mengukur pengetahuan IPA siswa. Posttest diberikan setelah sampel
memperoleh perlakuan. Untuk lebih jelas mengenai teknik
pengumpulan data, disajikan pada tabel berikut
Sumber data Jenis data Tes Instrumen
Siswa Pengaruh
penggunaan
Media Pop Up
Book setelah
diterapkan
perlakuan pada
kelas kontrol
dan eksperimen.
Melaksanakan
tes tes akhir
(Posttest)
Soal pilihan
ganda
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati.57
Instrumen penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Tes adalah alat atau prosedur
yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana,
dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.58
Dalam
penyusunannya menggunakan beberapa prosedur yang telah ditetapkan,
yaitu: penyusunan kisi-kisi instrumen tes, penyusunan instrumen tes,
konsultasi kepada dosen pembimbing, dan uji coba soal yang telah
disusun. Tes yang digunakan untuk mengukur melalui Posttest hasil
56
Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran (Yogyakarta : Multi Pressindo,
2012), h.67. 57
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), (Bandung: Alfabeta, 2013),
h. 148. 58
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2015),
Ed. 2, Cet. 4, h. 67.
52
belajar siswa yang berupa tes pilihan ganda. Tes diberikan pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol dengan soal yang sama. Berikut ini adalah
kisi-kisi instrumen tes yang digunakan dalam penelitian dan selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu instrumen tes.
Instrumen tes tertulis berupa soal pilihan ganda. Tes disusun berdasarkan
indikator yang disesuaikan dengan KTSP. Skor yang digunakan pada
pilihan ganda adalah bernilai satu (1) untuk jawaban yang benar dan nol
(0) untuk jawaban yang salah.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan
instrumen penelitian adalah sebagai berikut:
1. Menentukan konsep dan sub konsep berdasarkan KTSP
2. Membuat kisi-kisi instrumen penelitian
3. Membuat soal berdasarkan instrumen penelitian
4. Instrumen yang telah dibuat kemudian dikonsultasikan ke dosen
pembimbing
5. Melakukan uji coba instrumen.
G. Kontrol terhadap Validitas Internal
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah tes objektif berbentuk uraian. Sebelum membuat instrumen,
terlebih dahulu dibuat kisi-kisi instrument agar soal yang dibuat mengacu
pada indikator-indikator kemampuan siswa pada kenampakan bumi.
Langkah selanjutnya dalah melakukan uji coba instrument pada siswa
kelas IV untuk mengetahui nilai validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan
daya pembeda soal.
Instrumen yang baik harus memuat dua hal penting yaitu valid
dan reliabel.
53
1. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen yang
digunakan benar-benar tepat untuk mngukur apa yang akan diukur.
instrumen dikatakan valid apabila validitasnya tinggi begitupun
sebaliknya jika instrumen kurang valid maka validitasnya rendah.
Dalam penelitian ini uji validitas yang digunakan yaitu pengujian
validitas konstruk.
Pada pengujian validitas konstruk peneliti meminta pendapat dari
ahli yaitu dosen. Setelah validitas kontsruk selesai dilakukan dengan
meminta pendapat ahli maka dilanjutkan dengan uji coba instrumen
yang dicoba atau diujikan pada sampel dengan pengujian validitas
eksternal. Dalam hal ini, yaitu dengan mengkorelasikan antara skor
item instrumen dalam suatu faktor, dan mengkorelasikan skor faktor
dengan skor total.59
Adapun rumus yang digunakan adalah rumus product moment
yaitu:60
= ∑ – ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
Keterangan:
= Koefisien korelasi antara variabel X dan Y
N = Jumlah responden
∑ = Jumlah skor butir angket
∑ = Jumlah skor total butir angket
∑ = Jumlah skor kuadrat butir angket
∑ = Jumlah skor total kuadrat butir angket
∑ = Skor item yang dicari validitasnya
Sehingga butir pernyataan dikatakan valid apabila koefisien
korelasi rxy berharga positif dan sama atau lebih besar dari r tabel
59Sugiyono, op. cit, h. 125.
60
Suharsimi Arikunto, ibid, h. 213.
54
dengan taraf signifikasi 5%. Namun jika r tabel lebih kecil dari harga r
tabel 5% maka korelasi dikatakan tidak signifikan.
2. Uji Realibilitas
Instrumen yang baik adalah instrumen yang mengungkap data
yang dapat dipercaya, dapat di andalkan dan tidak bersifat tendensius
yang mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban
tertentu.61
Dalam penelitian ini digunakan rumus alpha untuk mencari
reabilitas variabel kemandirian belajar.
Adapun rumus yang digunakan untuk mengetahui konsistensi
angket yang digunakan sebagai instrumen yaitu menggunakan
Cronbach’s alpha atau koefesien alpha, rumusnya adalah:
= (
) (
∑
)
Keterangan:
R = Jumlah butir
= Varians butir
= Varian skor total
H. Teknik Analisa Data
1. Uji Persyaratan Analisis
a. Uji Normalitas
Untuk mengetahui apakah data yang telah terkumpul dari sampel
penelitian mempresentasikan populasinya atau bersubsidi normal atau
tidak maka perlu dilakukan uji normalitas. Dalam penelitian ini, uji
normalitas yang digunakan dengan metode Kolmogorof – Smirnov.
Dengan syarat jika signifikansi lebih besar dari 0,05 maka dapat
dikatakan bahwa data berdistribusi normal. Perhitungan ini diperoleh
dengan bantuan program SPSS.
61Op.cit, h. 221.
55
b. Uji Homogenitas
Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelompok ini
mempunyai homogenitas yang sama atau tidak. Uji homogenitas
menggunakan rumus uji F.62
F=
Keterangan :
: varian yang lebih besar
: varian yang lebih kecil
Dalam penelitian ini digunakan taraf signifikan 5% yang
berarti jika F hitung lebih kecil dari F tabel pada taraf signifikasi
5% maka kedua kelompok memiliki varians yang homogen.
Sebaliknya jika F hitung lebih besar dari F tabel pada taraf
signifikansi 5% maka kedua kelompok tidak memiliki varians yang
homogen. Proses perhitungan uji homogenitas dengan bantuan
program SPSS.
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis yang digunakan oleh peneliti yaitu uji-t. Uji-t
digunakan untuk menguji nilai rata-rata dari kedua kelas tersebut
apakah memiliki perbedaan atau tidak. Dalam penelitian ini peneliti
akan menggunakan uji-t dengan uji Independent sampel T Test dengan
menggunakan bantuan SPSS 22.00. Adapun kriteria pengujian
hipotesis, sebagai berikut: a. Jika probabilitas > 0.050, maka Ho
diterima, artinya tidak ada pengaruh penggunaan Media Pop Up
sebagai media pembelajaran terhadap hasil belajar IPA siswa.
Jika probabilitas < 0.050, maka Ho ditolak, artinya ada pengaruh
penggunaan Media Pop Up sebagai media pembelajaran terhadap hasil
belajar IPA siswa. Jika dalam uji normalitas diperoleh kedua
62Sugiyono, op. cit, h. 199.
56
kelompok tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal, maka
penelitian langsung kepada uji hipotesis dan uji hipotesis
menggunakan uji non parametrik. Adapun uji non parametrik yang
akan digunakan adalah Uji Mann-Whitney atau uji-U untuk
menetapkan perbedaan antara dua kelompok independen dengan taraf
signifikan α = 0,05 atau α = 0,025 Adapun kriteria pengujian untuk
uji-u ini adalah: a. Jika U ≤ Ukriteria maka tolak H0 b. Jika U >
Ukriteria maka terima H0
I. Hipotesis Statistik
Dalam penelitian ini hipotesis statistik yang digunakan adalah :
H0 : 𝜇1 = 𝜇2
H1 : 𝜇1 ≠ 𝜇2
Keterangan :
H0 : Hipotesis nol, tidak terdapat pengaruh penggunaan Media Pop
Up Book sebagai media pembelajaran terhadap hasil belajar IPA
siswa.
H1 : Hipotesis alternatif, terdapat pengaruh penggunaan Media Pop
Up Book sebagai media pembelajaran terhadap hasil belajar IPA
siswa.
µ1 : Rata-rata hasil belajar IPA siswa pada kelas eksperimen.
µ2 : Rata-rata hasil belajar IPA siswa pada kelas kontrol.
65
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh penggunaan media pembelajaran Pop Up terhadap
hasil belajar IPA siswa kelas III SD Islam Taman Quraniyah. Hal ini
ditunjukkan dari hasil uji hipotesis posttest yang mendapatkan nilai t sebesar
0,000 dengan taraf signifikansi 0,05, maka hipotesis nol (H0) ditolak dan
hipotesis satu (H1) diterima. Selain itu, nilai rata-rata posttest menunjukkan
bahwa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yakni
sebesar 81.50 untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol sebesar 66.75.
Pemberian perlakuan tersebut memberikan pengaruh siswa pada
proses pembelajaran dan peningkatan hasil belajar IPA siswa. Hal ini di
karenakan pada proses pembelajaran siswa menjadi lebih antusias dan
semangat. Jadi, pemberian perlakuan pada kelas eksperimen berupa media
pembelajaran Pop Up mendapatkan hasil sesuai yang di harapkan.
B. Implikasi
Mengacu pada hasil-hasil penelitian sebagaimana yang diungkapkan
pada BAB IV, maka implikasi dari hasil-hasil tersebut diuraikan berikut ini.
1. Penggunaan media pembelajaran Pop Up dapat meningkatkan hasil
belajar IPA siswa. Hal ini diperkuat dengan hasil tes akhir (posttest)
pada kelas ekperimen jauh berbeda dengan hasil pada kelas kontrol
karena media pembelajaran Pop Up membuat pembelajaran lebih
menyenangkan sehingga hasil tes jauh lebih baik.
2. Hasil penelitian ini sebagai masukan guru dalam meningkatkan hasil
belajar IPA siswa. Salah satunya adalah guru dapat menggunakan
media pembelajaran Pop Up ini dalam pembelajaran yang tepat untuk
diaplikasikan dalam proses pembelajaran khususnya pada materi
66
lingkungan dalam bentuk soal pilihan ganda yang dapat meningkatkan
hasil belajar IPA siswa.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas dan pengalaman dalam proses belajar
mengajar yang telah terjadi selama penelitian, maka penulis dapat
memberikan saran-saran sebagai berikut :
1. Dalam proses belajar mengajar untuk memperoleh hasil belajar IPA
yang maksimal khususnya pada sekolah dasar, guru hendaknya dapat
menggunakan metode atau media mengajar yang bervariasi dan dapat
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan serta dapat
membangun keaktifan dan motivasi siswa dalam belajar.
2. Sebagai pendidik harus terus memperbarui kreativitas, pengetahuan
dan pemahaman yang cukup tentang media pembelajaran maupun
komponen-komponen lain dalam proses pembelajaran untuk
meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan.
3. Pada peneliti selanjutnya agar menggunakan lembar obsevasi untuk
mengetahui ketercapaian proses pembelajaran saat kegiatan penerapan
media Pop Up berlangsung.
4. Mengatur waktu dengan baik agar semua tahapan dalam media Pop
Up terlaksana tepat waktu.
67
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta:
Rineka Cipta.
Arsyad, A. 2013. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Belva, A., Undari, R. S., Yahya, I. W., Sa’adah, N. & Widowati, I. 2015.
“POBUNDO (Pop-up Budaya Indonesia) as Culture-Based Teaching Media for
Grade IV Students of Elementary Schools”. Jurnal Pelita, 10(1): 65-76.
Daryanto. 2010. Media Pembelajaran. Bandung: CV. Yrama Widya.
Djamarah, B. S. & Zain, A. 2010. Strategi belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Dzuanda, 2011. Design Pop Up Child Book Puppet Figures Series Gatot Kac.
Jurnal Library ITS Undergraduate. http://digilib.its.ac.id/public/ITS-
Undergraduate-5380-3402100054-abstract%20id.pdf. Di unduh 25
September 2017
Febrianto, Muhammad Fatchual Mubarok, dkk. 2014. Penerapan Media dalam
bentuk Pop Up Book pada pembelajaran unsur-unsur rupa untuk siswa
kelas 2 SDNU Kanjeng Sepuh Sidayu Gresik. Vol 2. Hal.148.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV. Pustaka Setia
Haryono. 2013. Pembelajaran IPA yang Menarik dan Mengasyikkan (Teori dan
Aplikasi PAIKEM). Yogyakarta: Kepel Press.
Hidayah, A. N. 2016. “Pengembangan Buku Pop-up bagi Anak Usia Sekolah
Dasar di Rumah Belajar Indonesia Bangkit (RBIB) Jogja”. Jurnal Pendidikan
Guru Sekolah Dasar, 38(5): 3614-3622.
Kurniawati, S. & Sartinah, P. E., 2016. “Pengaruh Metode Bercakap-cakap
Berbasis Media Pop-up Book terhadap Kemampuan Berbicara Anak
Kelompok A”. Jurnal PAUD Teratai, 5(3): 68-72.
Kustandi, C. & Sutjipto, B. 2012. Media Pembelajaran (Manual & Digital).
Jakarta: Ghalia Indonesia.
68
Lismayanti, M., Hamidah, A. & Anggereini, E. 2016. “Pengembanagn Buku Pop
up sebagai Media Pembelajaran pada Materi Crustacea untuk SMA Kelas
X”. Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains, 18(1): 44-48.
Mahadzir, N. N. N. & Phung, F. L. 2013. “The Use of Augmented Reality Pop-Up
Book to Increase Motivation in English Language Learning For National
Primary School. IOSR Journal of Research & Method in Education, 1(1):
26-38.
Mariani, S., Wardono. & Kusumawardani, D., E. 2014. “The Effectiveness of
Learning by PBL Assisted Mathematics Pop Up Book Againts The Spatial Ability
in Grade VIII on Geometry Subject Matter”. International Journal of
Education and Research, 2(8): 531-548.
Sylvia, I. N. & Hariani, N. 2015. “Pengaruh Penggunaan Media Pop-Up Book
terhadap Keterampilan Menulis Narasi Siswa Sekolah Dasar”. Jurnal
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 3(2): 1196-1205.
Mulyati, 2005. Psikologi Belajar. Yogyakarta: Andi Offset
Nasehudin, S. T. & Gozali, N. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung:
CV. Pustaka Setia.
Prasarntong, N. & Dennis, K., N. 2016. “The Use Of Pop-up Dictionary For
English Vocabulary Learning For Primary School Level”. International
Journal of Research Granthaalayah, 4(7): 213-219.
Purwanto. 2014. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Rahmawati, Nila. Pengaruh Media Pop Up Book terhadap penguasaan kosakata
anak usia 5-6 tahun di TK Putera Harapan Surabaya.
Riduwan. 2013. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan, dan
PenelitiPemula. Bandung: Alfabeta
Rifa’i, A. & Anni, T. C. 2011. Psikologi Belajar. Semarang: UNNES Press.
Sadiman, S. A., Rahardjo, R., Haryono, A. & Rahardjito. 2012. Media Pendidikan
(Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya). Depok: Rajawali
Pers.
Sani, A. R. 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Samatowa, U. 2016. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: PT. Indeks.
69
Sardiman, M. A. 2014. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali
Pers.
Siddiq, D. M., Munawaoroh, I. & Sungkono. 2008. Pengembangan Bahan
Pembelajaran SD. Jakarta: Depdiknas.
Siregar, Annisarti dan Elva Rahmah. Model Pop Up Book Keluarga Untuk
mempercepat kemampuan membaca anak kelas rendah sekolah dasar.
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/iipk/article/view/6288 . Di Unduh 1
Nopember 2017.
Slameto. 2013. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sulastri. 2016. “Pengembangan Media Pop-up Book untuk Membaca Permulaan
Siswa Kelas I SD Negeri Bangunharjo Bantul”. Jurnal Pendidikan Guru
Sekolah Dasar, (5): 2270-2281.
Sudjana, N. & Rifa’i, A. 2011. Media Pengajaran (Penggunaan dan
Pembuatannya). Bandung: Sinar Baru Algesindo Offset.
Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta
.2015. Metode Penelitian & Pengembangan (Research and
Development). Bandung: Alfabeta
Sukerni, P. 2014. “Pengembangan Buku Ajar Pendidikan IPA Kelas IV Semester
1 SD No. 4 Kaliuntu dengan Model Dick and Carey”. Jurnal Pendidikan
Indonesia, 3(1): 386-396.
Sukmadinata, S. N. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Remaja
Rosdakarya.
Susanto, A. 2013. Teori Belajar Dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Jakarta:
Prenadamedia Group.
Sholikhah, Aimatus. 2017. Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri.
Simki.unprkediri.ac.id, di Unduh 1 Nopember 2017.
70
Umayah, Pipit. Perancangan Buku Pop Up Book sebagai Media pengenalan
rumah adat dan pakaian adat indonesia. UNY. Yogyakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Warsita, B. 2008. Teknologi Pembelajaran
(Landasan dan Aplikasinya). Jakarta: Rineka Cipta.
Pramesti, Jatu. 2015. Pengembangan Media Pop Up Book tema Peristiwa kelas 3
SD. Jurnal PGSD UNJ. Hal 2
Widoyoko, P. E. S. 2012. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Wisudawati, W. A. dan Sulistiyowati, E. 2014. Metodologi Pembelajaran IPA.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Top Related