109
ISSN : 2339-0859 (Online)
Jurnal Magister Akuntansi Trisakti
Vol.8 No.2 Tahun 2021 : hal 109-132
Doi: http://dx.doi.org/10.25105/jmat.v8i2.9627
PENGARUH OTHER COMPREHENSIVE INCOME,
KARAKTERISTIK KOMITE AUDIT DAN KUALITAS AUDIT
TERHADAP REAL EARNING MANAGEMENT DENGAN
LEVERAGE SEBAGAI VARIABEL MODERASI
Dimas Rahmat Hidayat1
Deden Afriyanto Perdana2
Sekar Mayangsari3
Lin Oktris4
1,2,3,4 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Trisakti
*Korespondensi: [email protected]
Abstract
This study aims to analyze the effect of Other Comprehensive Income, Audit Committee
Characteristics and Audit Quality on Real Earning Management with Leverage as
Moderating Variable. The data used are secondary data obtained from the financial
statements of manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange. This
research is a research conducted by testing the hypothesis. A total of 216 samples from
57 companies with an observation period of 4 years, 2016-2019 were selected using the
Data Cross Sections method. The analytical method used to test the hypothesis in this
study is multiple linear regression analysis. The results of this study indicate that Other
Comprehensive Income Variables, audit committee financial expertise, audit committee
tenure, number of audit committee meetings and audit quality do not have a negative
effect on real earning management while financial leverage variable has a positive effect
on real earnings. management, and the financial leverage variable was not able to
weaken the negative influence of the Other Comprehensive Income variable, the variable
financial expertise/ financial expertise of the audit committee, the tenure of the audit
committee, the number of audit committee meetings and audit quality on real earnings
management.
Keywords : Audit Quality; Financial Leverage; Other Comprehensive Income; Real
Earnings Management; The Audit Committee Financial Expertise;
The Audit Committee Tenure; The Number of Audit Committee Meetings.
JEL Classification : M4, G4
Submission date: 30 Juni 2021 Accepted date: 03 Agustus 2021
Jurnal Magister Akuntansi Trisakti Vol. 8 No. 2 September 2021
110
PENDAHULUAN
Laporan keuangan salah satu alat terpenting untuk mengkomunikasikan informasi
keuangan perusahaan kepada pihak eksternal dan sebagai alat utama yang digunakan
manajer untuk menunjukan efektivitas pencapaian tujuan dan untuk melaksanakan fungsi
pertanggungjawaban perusahaan. Dalam laporan keuangan terdapat informasi laba yang
merupakan komponen laporan keuangan yang secara umum menjadi perhatian utama
para pengguna laporan keuangan dalam menilai kinerja suatu perusahaan. Informasi laba
sebagai indikator yang disediakan untuk menilai kinerja manajemen, mengestimasi
kemampuan laba yang representatif dalam jangka panjang, memprediksi laba, dan
menaksir risiko dalam investasi dan kredit. Penilaian kinerja manajemen melalui
informasi laba memotivasi manajemen untuk mencapai target laba yang ditentukan.
Pengertian untuk laporan keuangan itu sendiri adalah catatan informasi keuangan suatu
perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan
kinerja perusahaan tersebut. Salah satu tindakan yang dilakukan oleh manajemen untuk
menyajikan laporan keuangan terlihat menarik oleh investor atau pihak luar yaitu dengan
tindakan Real earning management dari penyimpangan aktivitas operasi normal
perusahaan yang dimotivasi oleh keinginan manajemen untuk memberikan persepsi yang
keliru kepada stakeholders mengenai kinerja perusahaan. Menurut Roychowdhury
(2006) tindakan real earning management dilakukan dengan tiga cara yaitu sales
manipulation, Reduction of discretionary expenditures dan over. Fenomena manajemen
laba yang terjadi pada tahun 2018 seperti pada perusahaan BUMN PT Garuda Indonesia
Tbk yang mencatat piutang sebagai pendapatan sehingga membuat laporan keuangan
terlihat sehat yang seharusnya mengalami kerugian sebesar Rp.1.66 Triliun dan mencatat
laba bersih setara Rp. 11,33 miliar laba itu berkat melambungnya pendapatan usaha
lainnya. Dari kasus PT Garuda Indonesia Tbk ini dapat ditarik kesimpulan bahwa
manajemen melakukan tindakan praktik real earning management dengan cara sales
manipulation. (www.economy.okezone.com, 2019)
Roychowdhury (2006) menyatakan bahwa campur tangan manager dalam proses
pelaporan keuangan tidak hanya melalui metode-metode atau estimasi-estimasi
akuntansi saja tetapi juga dapat dilakukan melalui keputusan-keputusan yang
berhubungan dengan kegiatan operasional. Lebih lanjut, manajer juga memiliki
kesempatan untuk memanipulasi aktivitas-aktivitas riil selama tahun berjalan untuk
memenuhi target laba. Dalam pernyataan tersebut dapat digunakan sebagai pertimbangan
bagi calon investor dalam mengambil keputusan bahwa kandungan informasi laporan
keuangan menunjukan nilai kredibilitas perusahaan. Praktik manajemen laba dengan
aktivitas riil secara jelas akan berdampak pada penurunan keinformatifan laba karena
praktik ini menurunkan kualitas laporan keuangan. Praktik memanipulasi aktivitas riil
untuk memenuhi tujuan tertentu jelas mengurangi faithful representation dalam SFAC
No. 8 (FASB, 2010). Pengungkapan OCI (Other Comprhensive Income) dalam laporan
keuangan merupakan jenis pengungkapan wajib yang diatur oleh regulator akuntansi
bagi perusahaan yang memiliki pos-pos OCI Pengungkapan OCI diharapkan dapat
menurunkan tingkat asimetri informasi antara agent dan principal yang merupakan akar
Pengaruh Other Comprehensive Income, Karakteristik Komite Audit Dan Kualitas
Audit Terhadap Real Earning Management Dengan Leverage Sebagai Variabel
Moderasi
111
masalah dari teori keagenan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Basyirun (2018)
mengungkapkan bahwa hasil dari pengaruh other comprehensive income berpengaruh
negatif signifikan terhadap manajemen laba yang artinya perusahaan yang
mengungkapkan OCI di dalam laporan keuangan perusahaan dapat memberikan
informasi kepada pengguna laporan keuangan atas penghasilan lain yang diperoleh
perusahaan dalam satu periode akuntansi dan meminimalisir terjadinya praktik real
earning management dalam laporan keuangan.
Sampel data dalam penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI selama 4 berturut – turut dari Tahun 2016-2019 sampel penelitian
perusahaan manufaktur diambil karena memiliki resiko bisnis yang besar dan less
regulated sehingga fenomena real earning management. Tujuan penelitian ini terdiri dari
untuk menguji dan menganalisis (1) Other Comprehensive Income (OCI) berpengaruh
terhadap real earning management (2) Kualitas Audit berpengaruh terhadap real earning
management (3) Komite Audit berpengaruh terhadap real earning management (4)
leverage berpengaruh terhadap real earning management. Penelitian ini mengacu pada
hasil penelitian Lin et al. (2013) dan Basyirun (2018) yang menyatakan bahwa
pengungkapan OCI mempunyai pengaruh negatif terhadap manajemen laba atau adanya
pengungkapan OCI dapat mengurangi terjadinya praktik manajemen laba pada
perusahaan. Hasil penelitian Lin et al., (2013) menyatakan bahwa terdapat hubungan
yang negatif antara financial expertise dan manajemen laba. Penelitian-penelitian
tersebut menemukan bukti bahwa komite audit yang terdiri dari paling tidak satu
financial expertise akan mengurangi terjadinya manajemen laba. Hasil penelitian Sun et
al., (2014) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan negatif antara rata-rata masa
penugasan anggota komite audit dengan manajemen laba. Hasil penelitian Sharma,
Naiker., and Lee, (2009) membuktikan bahwa perusahaan yang memiliki komite audit
dengan tingkat frekuensi pertemuan yang kecil akan cenderung menghasilkan laporan
keuangan yang kurang berkualitas. Hasil penelitian Sugiartha, (2016) membuktikan
bahwa kualitas audit memiliki dampak negatif dan signifikan pada manipulasi aktivitas
riil.
Kontribusi penelitian ini terdiri dari kontribusi teoritis, kontribusi praktis dan
kontribusi akademisi. Kontribusi penelitian meliputi Other Comprehensive Income
(OCI), karakteristik komite audit yang diproksikan dengan financial expertise, masa
jabatan komite audit, jumlah pertemuan dan leverage terhadap real earning management.
Kontribusi praktis pihak eksternal (investor, kreditur, dan pihak lain), diharapkan hasil
penelitian ini nantinya juga dapat memberikan manfaat dalam hal investasi atau
pemberian kreditnya terhadap pihak lain dan juga sebagai masukan untuk pembuatan
keputusan dalam berinvestasi serta pengendalian dalam manajemen portofolio saham
yang dimilikinya. Kontribusi akademisi diharapkan dikemudian hari dapat digunakan
sebagai sumber informasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan juga untuk
menambah wawasan terhadap materi manajemen laba khususnya untuk real earning
management. Penelitian ini pada dasarnya akan memodifikasi dari penelitian terdahulu
serta menggabungkan beberapa literatur dari penelitian yang berbeda untuk mengkaji
Jurnal Magister Akuntansi Trisakti Vol. 8 No. 2 September 2021
112
pengaruh dan hubungannya pada penelitian sebelumnya, dimana penelitian ini bertujuan
memberikan kontribusi untuk menguji apakah terjadi penguatan konsistensi terhadap
teori maupun penelitian yang ada selama ini.
Kebaruan dalam penelitian ini adalah penelitian ini mengambil variabel penelitian
yang menjelaskan secara langsung other comprehensive income (OCI), karakteristik
komite audit dan kualitas audit terhadap real earning management dengan menambahkan
leverage sebagai variabel moderasi yang mungkin memperkuat atau memperlemah real
earning management. Penelitian ini akan mengambil data sekunder dari Bursa Efek
Indonesia (BEI) untuk perusahaan manufaktur periode 2016-2019.
REVIU LITERATUR DAN HIPOTESIS
Landasan Teori
Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan pertama kali dikembangkan oleh Jensen dan Meckling pada tahun
1976. Teori ini menggambarkan hubungan keagenan merupakan suatu kontrak dimana
satu atau lebih orang (prinsipal) memerintah orang lain (agen) untuk melakukan suatu
jasa atas nama prinsipal serta memberi wewenang kepada agen membuat keputusan yang
terbaik bagi prinsipal. Jika kedua belah pihak tersebut mempunyai tujuan yang sama
untuk memaksimumkan nilai perusahaan, maka diyakini agen akan bertindak dengan
cara yang sesuai dengan kepentingan prinsipal.
Teori Sinyal (Signalling Theory)
Teori sinyal pertama kali dikembangkan oleh Ross (1977), menyatakan bahwa
pihak eksekutif perusahaan memiliki informasi lebih baik mengenai perusahaannya akan
terdorong untuk menyampaikan informasi tersebut kepada calon investor agar harga
saham perusahaannya meningkat. Teori sinyal juga didasarkan pada asumsi bahwa
informasi yang diterima oleh masing-masing pihak tidak sama. Dengan kata lain, teori
sinyal berkaitan dengan asimetri informasi.
Real Earning Management.
Manajemen laba (earnings management) menurut (Palestin (2006) merupakan
masalah agensi yang sering terjadi di lingkungan bisnis. Perilaku manajemen laba
bermula dengan adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan dalam suatu
perusahaan yang menimbulkan masalah keagenan (agency problems). Jensen, &
Meckling, (1976) memandang baik principal dan agent merupakan pemaksimum
kesejahteraan, sehingga ada kemungkinan besar bahwa agent tidak selalu bertindak demi
kepentingan terbaik dari principal. Manajemen laba riil adalah tindakan-tindakan
manajemen yang menyimpang dari praktek bisnis yang normal yang dilakukan dengan
tujuan utama untuk mencapai target laba (Roychowdhury, _2006), Cohen, (2010).
Manajemen laba riil dapat dilakukan dengan 3 (tiga) cara yaitu:
1. Manipulasi Penjualan
Pengaruh Other Comprehensive Income, Karakteristik Komite Audit Dan Kualitas
Audit Terhadap Real Earning Management Dengan Leverage Sebagai Variabel
Moderasi
113
Manipulasi penjualan merupakan usaha untuk meningkatkan penjualan secara
temporer dalam periode tertentu dengan menawarkan diskon harga produk secara
berlebihan atau memberikan persyaratan kredit yang lebih lunak. Strategi ini dapat
meningkatkan volume penjualan dan laba periode saat ini, dengan mengasumsikan
marginnya positif.
2. Penurunan beban-beban diskresionari (dicretionary expenditures)
Perusahaan dapat menurunkan discretionary expenditures seperti beban penelitian
dan pengembangan, iklan, dan penjualan, administrasi, dan umum terutama dalam
periode di mana pengeluaran tersebut tidak langsung menyebabkan pendapatan dan
laba. Strategi ini dapat meningkatkan laba dan arus kas periode saat ini namun dengan
resiko menurunkan arus kas periode mendatang.
3. Produksi yang berlebihan (overproduction)
Untuk meningkatkan laba, manajer perusahaan dapat memproduksi lebih banyak
daripada yang diperlukan dengan asumsi bahwa tingkat produksi yang lebih tinggi
akan menyebabkan biaya tetap per unit produk lebih rendah. Strategi ini dapat
menurunkan biaya barang terjual (cost of goods sold) dan meningkatkan laba operasi.
Pendapatan Komprehensif Lain (Other Comprehensive Income (OCI))
Pendapatan komprehensif lain (other comprehensive income – OCI) adalah total
penghasilan dikurang beban (termasuk penyesuaian reklasifikasi) yang tidak diakui
dalam laba rugi sebagaimana yang disyaratkan dalam SAK lainnya. Adapun komponen
pendapatan komprehensif lain meliputi perubahan dalam surplus; keuntungan dan
kerugian aktuarial atas program manfaat pasti yang diakui; keuntungan dan kerugian
yang timbul dari penjabaran laporan keuangan dari entitas; keuntungan dan kerugian dari
pengukuran kembali aset keuangan yang dikategorikan sebagai tersedia untuk dijual;
bagian efektif dari keuntungan dan kerugian instrumen lindung nilai arus kas.
Karakteristik Komite Audit
Dalam pembentukan komite audit, perusahaan perlu memperhatikan beberapa
karakteristik komite audit agar komite audit yang dibentuk dapat memiliki sikap yang
independen dan tidak mudah dipengaruhi oleh berbagai pihak. Seperti yang terdapat
dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 55/POJK.04/2015 yang membahas
beberapa karakteristik komite audit berupa anggota yang memiliki keahlian di bidang
akuntansi atau keuangan, masa jabatan komite audit, serta jumlah pertemuan rapat
komite audit yang dilaksanakan.
Kualitas Audit
DeAngelo (1981) mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas gabungan
untuk mendeteksi dan melaporkan kesalahan yang material dalam laporan keuangan.
Kualitas audit dipandang sebagai kemampuan untuk mempertinggi kualitas pelaporan
keuangan perusahaan. Dengan kualitas audit yang tinggi diharapkan mampu
meningkatkan kepercayaan investor. Proksi lain dari kualitas auditor adalah auditor big
Jurnal Magister Akuntansi Trisakti Vol. 8 No. 2 September 2021
114
four. Auditor big four adalah auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP)
yang termasuk dalam kelompok big four. Auditor big four memiliki reputasi yang lebih
baik dibandingkan dengan auditor yang termasuk dalam kelompok non-big four.
Financial Leverage
Leverage adalah penggunaan sumber dana yang memiliki beban tetap dengan
harapan bahwa akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar daripada beban
tetapnya sehingga akan meningkatkan keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham.
Biaya tetap operasi merupakan beban atau biaya tetap yang harus diperhitungkan sebagai
akibat dari fungsi pelaksanaan investasi, sedangkan biaya finansial merupakan beban
atau biaya yang harus diperhitungkan sebagai akibat dari pelaksanaan fungsi pendanaan.
Pengembangan Hipotesis
Pengaruh Other Comprehensive Income Terhadap Real Earning Management
Laporan keuangan tahunan dibuat oleh manajemen sebagai data dan informasi
yang dibutuhkan pemangku kepentingan untuk pengambilan keputusan yang
berdasarkan dengan teori keagenan (Agency Theory). Pengungkapan Informasi dalam
laporan keuangan memiliki keterkaitan yang erat dengan praktik manajemen laba riil.
Laporan keuangan harus bersifat transparan agar para pengguna laporan keuangan
perusahaan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Semakin tinggi transparansi
yang dilakukan maka akan memberikan pengaruh menurunnya tindakan praktik
manajemen laba riil di perusahaan. Adapun keterkaitan antara Other comprehensive
income dengan teori sinyal (signal theory) adalah teori sinyal dapat menekankan bahwa
pentingnya informasi pada laporan keuangan yang dikeluarkan perusahaan sebagai dasar
investor untuk melakukan investasi di perusahaan. Teori sinyal merupakan bagaimana
perusahaan dapat memberikan sinyal tentang informasi pada laporan keuangan untuk
para pengguna laporan keuangan. Other comprehensive income merupakan salah satu
sinyal bagi investor sebagai informasi tentang kinerja perusahaan untuk memberikan
investasi
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lobo & Zhou (2001) menunjukkan hasil
bahwa pengungkapan yang dilakukan perusahaan (corporate disclosure) memiliki
hubungan negatif dengan manajemen laba dan penelitian yang dilakukan oleh Rong
(2012) menghasilkan kesimpulan bahwa pengungkapan pendapatan komprehensif lain
berpengaruh negatif secara signifikan terhadap manajemen laba yang dilakukan oleh
manajemen. Perusahaan yang mengungkapkan Other Comprehensive Income juga
mengungkapkan jumlah pajak terkait dengan Other Comprehensive Income, termasuk
penyesuaian reklasifikasi, baik dalam laporan laba rugi komprehensif maupun Catatan
Atas Laporan Keuangan (CALK). Pengungkapan Other Comprehensive Income yang
disertai adanya tambahan pajak penghasilan yang harus dibayarkan terkait komponen
Other Comprehensive Income dapat mengurangi tindakan oportunis manajer yang ingin
memaksimalkan kekayaannya. Sehingga pengungkapan Other Comprehensive Income
ini dapat menghambat motivasi manajemen dalam melakukan manajemen laba. Namun
Pengaruh Other Comprehensive Income, Karakteristik Komite Audit Dan Kualitas
Audit Terhadap Real Earning Management Dengan Leverage Sebagai Variabel
Moderasi
115
demikian, praktik di Indonesia belum banyak ditemui pengungkapan pendapatan
komprehensif lain oleh manajemen perusahaan meskipun sudah banyak ditemukan
praktik manajemen laba, salah satunya praktik manajemen laba riil. Berdasarkan
penjelasan tersebut dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H1: Other comprehensive income berpengaruh negatif terhadap real earning
management.
Pengaruh Financial Expertise Komite Audit Terhadap Real Earning Management
Proporsi anggota komite audit yang merupakan ahli di bidang keuangan juga dapat
meningkatkan fungsi pengawasan pemilik perusahaan terhadap pihak manajemen.
Dengan semakin besar proporsi anggota komite audit yang memiliki keahlian di bidang
keuangan maka pelaporan keuangan oleh manajemen akan lebih berkualitas. Menurut
penelitian yang dilakukan oleh (Lawrence J. Abbott; Susan Parker; Gary F. Peters;
Dasaratha V. Rama, 2007) dalam (Lin et al., 2013) menunjukan hasil bahwa terdapat
hubungan yang negatif antara financial expertise dengan adanya manajemen laba.
Penelitian-penelitian tersebut menemukan bukti bahwa komite audit yang terdiri dari
paling tidak satu financial expertise akan mengurangi terjadinya manajemen laba. Sesuai
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 55/POJK.04/2005 tentang pembentukan dan
pedoman pelaksanaan kerja komite audit menyebutkan bahwa perusahaan wajib
memiliki paling sedikit 1 (satu) anggota komite audit yang berlatar belakang pendidikan
dan keahlian di bidang akuntansi dan keuangan. Dengan demikian, anggota komite audit
diharapkan mampu memahami kompleksitas laporan keuangan, mengevaluasi kebijakan
akuntansi, memahami keputusan auditor, dan menilai kualitas pelaporan keuangan
(Kalbers, 1992). Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H2: Financial expertise komite audit berpengaruh negatif terhadap real earning
management.
Pengaruh Masa Jabatan Komite Audit Terhadap Real Earning Management
Masa jabatan komite audit merupakan salah satu karakteristik komite audit yang
penting. Karena semakin lama masa penugasan komite audit semakin banyak ilmu
pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki sehingga komite audit memiliki efektivitas
yang lebih baik dalam mengawasi manajemen agar tidak melakukan tindakan yang
menguntungkan kepentingan pribadi (Sun et al., 2014) yang menyatakan bahwa terdapat
hubungan negatif antara rata-rata masa penugasan anggota komite audit dengan
manajemen laba. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa semakin lama jangka
waktu penugasan anggota komite audit, akan lebih efektif mengawasi perusahaan dan
akan menyebabkan meningkatkan kualitas audit. Sehingga akan meminimalisir serta
mencegah untuk terjadinya tindakan real earning management. Berdasarkan penjelasan
tersebut dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H3: Masa jabatan komite audit berpengaruh negatif terhadap real earning management.
Jurnal Magister Akuntansi Trisakti Vol. 8 No. 2 September 2021
116
Pengaruh Jumlah Pertemuan Komite Audit Terhadap Real Earning Management
Jumlah pertemuan komite audit ini diuji pada beberapa penelitian sebelumnya
karena komite audit yang kurang aktif akan mengurangi pengawasan terhadap
manajemen. (Sharma,.et al., 2009) dalam (Putri, 2011) membuktikan bahwa perusahaan
yang memiliki komite audit dengan tingkat frekuensi pertemuan yang kecil akan
cenderung menghasilkan laporan keuangan yang kurang berkualitas. Sehingga dapat
dikatakan bahwa semakin besar ukuran komite audit dapat meminimalisasi terjadinya
manajemen laba. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut :
H4: Jumlah Pertemuan Komite Audit berpengaruh negatif terhadap real earning
management
Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Real Earning Management
Kualitas audit yang tinggi dapat dilihat dari keandalan laporan keuangan yang
dimiliki oleh perusahaan melalui opini audit yang dikeluarkan oleh KAP. Besarnya KAP
akan sangat mempengaruhi independensi dan kemampuan untuk mendeteksi manajemen
laba yang dilakukan oleh perusahaan, sehingga KAP big four dapat dikatakan lebih
mampu untuk mendeteksi manajemen laba dibandingkan dengan KAP. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh (Sugiartha, 2016) menyatakan bahwa kualitas audit berpengaruh
negatif terhadap manajemen laba. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:
H5: Kualitas audit berpengaruh negatif terhadap real earning management.
Pengaruh Financial Leverage Terhadap Real Earning Management
Laporan keuangan tahunan dibuat oleh manajemen sebagai data dan informasi
yang dibutuhkan pemangku kepentingan untuk pengambilan keputusan yang
berdasarkan dengan teori keagenan (agency theory). Teori ini menggambarkan hubungan
keagenan merupakan suatu kontrak dimana satu atau lebih orang (principal) memerintah
orang lain (agent) untuk melakukan suatu jasa atas nama prinsipal serta memberi
wewenang kepada agen membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal. Menurut (Susan
2006), leverage merupakan suatu kebijakan yang dilakukan oleh suatu perusahaan dalam
hal menginvestasikan dana atau memperoleh sumber dana yang disertai dengan adanya
beban/biaya tetap yang harus ditanggung perusahaan. Semakin besar rasio leverage,
berarti semakin tinggi nilai utang perusahaan. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H6: Financial leverage berpengaruh positif terhadap real earning management.
Financial Leverage Memoderasi Pengaruh Other Comprehensive Income Terhadap
Real Earning Management
Pengungkapan pendapatan komprehensif lain akan meningkatkan transparansi
informasi keuangan yang akan menurunkan praktik manajemen laba. Dalam penelitian
sebelumnya, (Lin et al., 2013) menyatakan bahwa pengungkapan pendapatan
Pengaruh Other Comprehensive Income, Karakteristik Komite Audit Dan Kualitas
Audit Terhadap Real Earning Management Dengan Leverage Sebagai Variabel
Moderasi
117
komprehensif lain memiliki hubungan negatif dengan manajemen laba, dengan kata lain
adanya pengungkapan pendapatan komprehensif lain pada laporan laba rugi dapat
membatasi ruang manajemen untuk melakukan praktik manajemen laba. (Lin et al.,
2013) sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hunton et al. (2006) yang
menemukan bahwa pengungkapan informasi pada laporan keuangan yang rinci akan
menurunkan tingkat praktik manajemen laba. Berbeda dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh (Khafid, 2014) menunjukkan bahwa financial leverage berpengaruh
positif terhadap manajemen laba.
Dimana semakin tinggi hutang berarti semakin tinggi pula tuntutan pihak kreditur
terhadap perusahaan maupun manajemen untuk memastikan dapat mengembalikan
pinjaman pokok dan bunga sehingga leverage yang tinggi akan menyebabkan nilai
pembiayaan yang tinggi pula dengan tujuan untuk mempertahankan kinerja jangka
panjang yang akan memberikan kepercayaan terhadap manajemen perusahaan dengan
demikian ada celah manajemen untuk melakukan praktik real earning management
dengan begitu perusahaan memiliki financial leverage yang tinggi dan mengungkapkan
Other Comprehensive Income meminimalisir terjadinya real earning management.
Berdasarkan penjelasan informasi tersebut maka, hipotesis yang dapat dikembangkan
adalah sebagai berikut :
H7: Financial Leverage memperlemah pengaruh positif Other Comprehensive Income
Terhadap real earning management.
Financial Leverage Memoderasi Pengaruh Keahlian Bidang Keuangan (Financial
Expertise) Komite Audit Terhadap Real Earning Management
(David A. Guenther, 1994) dalam (Setiawati & Na’im, 2000) menemukan bahwa
tingkat manajemen laba perusahaan dengan tingkat leverage utang yang tinggi, relatif
lebih tinggi dibandingkan perusahaan dengan tingkat leverage utang rendah. Menurut
(Widyaningdyah, 2001) Perusahaan yang mempunyai rasio leverage tinggi diduga
melakukan earnings management karena perusahaan terancam default yaitu tidak dapat
memenuhi kewajiban pembayaran utang pada waktunya. Dengan keahlian dibidang
keuangan dapat memonitor pengendalian internal terkait manajemen laba dengan begitu
perusahaan dengan leverage yang tinggi dan dengan adanya peran komite audit yang ahli
dalam bidang keuangan maka akan meminimalisir tingkat praktik real earning
management. Berdasarkan penjelasan informasi tersebut maka, hipotesis yang dapat
dikembangkan adalah sebagai berikut :
H8: Financial Leverage memperlemah pengaruh positif keahlian bidang keuangan
komite audit terhadap real earning management.
Financial Leverage Memoderasi Pengaruh Masa Jabatan Komite Audit Terhadap
Real Earning Management
Menurut penelitian (Beasley, 1996) dalam (Antonia et al., 2007) menemukan
bahwa rata-rata masa jabatan komite audit yang lebih pendek akan mudah dipengaruhi
oleh para manajer sedangkan untuk komite audit yang memiliki masa jabatan yang lebih
Jurnal Magister Akuntansi Trisakti Vol. 8 No. 2 September 2021
118
lama akan berpengalaman, dengan demikian komite audit akan lebih independen. (Watts,
1986) dalam teori akuntansi positif menyebutkan bahwa ketika perusahaan memiliki
rasio leverage yang besar, maka direksi akan memilih metode akuntansi yang akan
mengecilkan rasio leverage perusahaan dengan cara menggeser laba periode mendatang
ke periode saat ini. Hal ini dapat menimbulkan terjadinya praktik manajemen laba riil
pada perusahaan. Berdasarkan penjelasan informasi tersebut maka, hipotesis yang dapat
dikembangkan adalah sebagai berikut:
H9: Financial Leverage memperlemah pengaruh positif masa jabatan komite audit
terhadap real earning management.
Financial Leverage Memoderasi Pengaruh Jumlah Pertemuan Komite Audit
Terhadap Real Earning Management
Berdasarkan keputusan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor
55/POJK.04/2015 tentang Pembentukan Dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit
menyebutkan bahwa komite audit harus mengadakan rapat secara berkala minimal tiga
bulan sekali atau empat kali dalam satu tahun. Menurut (McMullen, D. & Raghunanthan,
1996) menyatakan dengan adanya pertemuan anggota komite audit memberikan bukti
bahwa mekanisme tata kelola dapat meningkatkan transparansi perusahaan dan
berkontribusi terhadap peningkatan keandalan laporan keuangan dengan mengurangi
tingkat kesalahan. Dengan demikian pertemuan komite audit yang dilakukan berkala
sesuai dengan ketentuan pada peraturan OJK Nomor 55/POJK.04/2015 akan
meminimalisir terjadinya praktik manajemen laba riil pada perusahaan.
Menurut (Azlina, 2010) Leverage adalah kemampuan perusahaan untuk
menggunakan aktiva atau dana yang mempunyai beban tetap (hutang) secara efektif
sehingga dapat memperoleh tingkat penghasilan usaha yang optimal. Menurut (Elva
Nuraina, 2013) menjelaskan bagaimana kecenderungan struktur permodalan usaha,
apakah perusahaan lebih banyak menggunakan pendanaan utang atau lebih konsentrasi
pada modal sendiri (ekuitas) dalam struktur permodalan usaha. Perbandingan antara
utang dan aktiva yang menunjukkan berapa bagian aktiva yang digunakan untuk
menjamin utang inilah yang disebut dengan rasio leverage. Berdasarkan penjelasan
informasi tersebut maka, hipotesis yang dapat dikembangkan adalah sebagai berikut:
H10: Financial Leverage memperlemah pengaruh positif Jumlah Pertemuan Komite
Audit terhadap real earning management.
Financial Leverage Memoderasi Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Real Earning
Management
Pemegang saham membutuhkan informasi yang nantinya akan dijadikan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Informasi tersebut didapat dari laporan
keuangan yang telah diaudit oleh auditor. Auditor diharapkan mampu meminimalisasi
terjadinya manajemen laba dan segala kecurangan yang dilakukannya demi membuat
kesan bahwa laporan keuangan yang telah dibuat terlihat baik. Untuk melakukan itu
semua dibutuhkan seorang auditor yang berkualitas yang mampu mendeteksi manajemen
Pengaruh Other Comprehensive Income, Karakteristik Komite Audit Dan Kualitas
Audit Terhadap Real Earning Management Dengan Leverage Sebagai Variabel
Moderasi
119
laba dengan kualitas audit yang tinggi diharapkan mampu meningkatkan kepercayaan
investor.
Proksi lain dari kualitas auditor adalah auditor big four. Auditor big four adalah
auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang termasuk dalam
kelompok big four. Auditor big four memiliki reputasi yang lebih baik dibandingkan
dengan auditor yang termasuk dalam kelompok non-big four. Peran KAP sangat penting
dalam memberikan advise kedepannya bagi perusahaan untuk itu ketika perusahaan
mengalami financial leverage yang tinggi dan akan meminimalisir praktik real earning
management. Berdasarkan penjelasan informasi tersebut maka, hipotesis yang dapat
dikembangkan adalah sebagai berikut :
H11: Financial Leverage memperlemah pengaruh positif kualitas audit terhadap real
earning management.
Rerangka Konseptual
Keterkaitan antara variabel independen, variabel dependen, maupun variabel
moderasi digambarkan dalam model penelitian sebagai berikut:
Gambar 1.
Kerangka Penelitian
METODE PENELITIAN
Identifikasi dan Pengukuran Variabel
Variabel Dependen real earning management adalah tindakan-tindakan
manajemen yang menyimpang dari praktek bisnis yang normal yang dilakukan dengan
tujuan utama untuk mencapai target laba (Roychowdhury, (2006); Cohen, (2010)).
Adapun pengukuran manajemen laba riil dapat dilakukan dengan 3 (tiga) cara yaitu: arus
Jurnal Magister Akuntansi Trisakti Vol. 8 No. 2 September 2021
120
kas dari operasi (Abn_CFO), biaya produksi (Abn_Prod) dan discretionary expense
(Abn_DiscExp) sesuai dengan penelitian (Roychowdhury, 2006) yang dirumuskan
sebagai berikut:
REM = Abn_CFO + Abn_Discexp - Abn_Prod
1. Abnormal Cash Flow Operation (Abn_CFO sebagai nilai residu yang diprediksi,
dihitung dengan menggunakan koefisien yang diperoleh dari hasil regresi model
berikut:
Keterangan Abnormal CFOit
CFOit = Arus kas dari operasi perusahaan pada tahun t
Assetsi,t-1 = Total aset perusahaan pada tahun t-1
Salesi,t = Penjualan perusahaan pada tahun t,
Δ Salesi,t = Perubahan penjualan perusahaan pada t
2. Abnormal Production (Abn_Prod) didefinisikan sebagai nilai residu yang diprediksi,
dihitung dengan menggunakan koefisien yang diperoleh dari hasil regresi model
berikut :
Keterangan Abnormal Prodit:
Prodit = Jumlah dari HPP ditambah perubahan persediaan perusahaan pada
tahun t Assetsi,t-1 = Total aset perusahaan pada tahun t-1
Salesi,t = Penjualan perusahaan pada tahun t
Δ Salesi,t = Perubahan penjualan perusahaan pada t
Δ Salesi,t-1 = Perubahan penjualan perusahaan pada t-1
3. Abnormal Discretionary Expense (Abn_DiscExp) didefinisikan sebagai nilai residu
yang diprediksi, dihitung dengan menggunakan koefisien yang diperoleh dari hasil
regresi model berikut :
Keterangan Abnormal Discretionary Expense :
Discexpit = Jumlah dari beban iklan, beban R&D, dan beban penjualan, umum, dan
administrasi (SG&A) perusahaan pada tahun t
Assetsi,t-1 = Total aset perusahaan pada tahun t-1
Salesi,t-1 = Penjualan perusahaan pada tahun t-1
Variabel Independen
Other Comprehensive Income
Penyajian OCI sebagai salah satu cara manajemen dalam menginformasikan
kondisi keuangan atau kerugian yang dihasilkan dari aktivitas non operasional
perusahaan. Menurut PSAK 1 (revisi 2019) pendapatan komprehensif lain merupakan
komponen yang wajib untuk dilaporkan oleh perusahaan seperti dijelaskan oleh SFAS
𝐶𝐹𝑂𝑖𝑡 1 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠𝑖𝑡 ∆𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠𝑖,𝑡
𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠𝑖,𝑡−1 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠𝑖,𝑡−1 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠𝑖,𝑡−1 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠𝑖,𝑡−1+ 𝜀𝑖𝑡𝑎3𝑡)( ) (𝑎1𝑡 + 𝑎2𝑡 )= (
Prod𝑖𝑡 1 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠𝑖𝑡 ∆𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠𝑖,𝑡 ∆𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠𝑖,𝑡-1
𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠𝑖,𝑡−1 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠𝑖,𝑡−1 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠𝑖,𝑡−1 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠𝑖,𝑡−1 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠𝑖,𝑡−1( 𝜀𝑖𝑡+( ) ( 𝑎3𝑡 ( + 𝑎4𝑡= 𝑎1𝑡 + 𝑎2𝑡 ))
𝐷𝑖𝑠𝑐𝑒𝑥𝑝𝑖𝑡 1 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠𝑖,𝑡-1
𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠𝑖,𝑡−1 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠𝑖,𝑡−1 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠𝑖,𝑡−1( ) + 𝜀𝑖𝑡= 𝑎1𝑡 ( ) + 𝑎2𝑡
Pengaruh Other Comprehensive Income, Karakteristik Komite Audit Dan Kualitas
Audit Terhadap Real Earning Management Dengan Leverage Sebagai Variabel
Moderasi
121
130, OCI dihitung dengan menyesuaikan laba bersih dengan pos kelebihan kotor atau
pendapatan komprehensif Sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan (Lin et al.,
2013) rasio pendapatan komprehensif lain diukur dengan cara sebagai berikut :
Rasio OCI = Total Pendapatan Komprehensif Lain
Total Pendapatan Komprehensif
Financial Expertise Komite Audit
Sesuai peraturan Bapepam tentang komite audit bahwa perusahaan wajib memiliki
setidaknya 3 (tiga) orang anggota komite audit, salah satunya adalah komisaris
independen, yang bertindak sebagai ketua komite audit, sedangkan 2 (dua) anggota
lainnya harus pihak independen yang salah satunya mempunyai keahlian akuntansi
dan/atau keuangan (financial expertise). Komite audit yang terdiri dari paling tidak 1
(satu) anggota yang memiliki keahlian di bidang finansial akan lebih efektif dalam
mendeteksi kesalahan penyajian yang material. Variabel ini diukur dengan cara mencari
persentase dari jumlah anggota komite audit yang merupakan financial expertise
terhadap jumlah anggota komite audit keseluruhan.
Masa Jabatan Komite Audit
Dalam penugasan komite audit dituangkan dalam pedoman komite audit. Pada
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 55/POJK.04/2015 terdapat aturan mengenai
masa jabatan komite audit dimana Masa tugas anggota Komite Audit tidak boleh lebih
lama dari masa jabatan Dewan Komisaris sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar dan
dapat dipilih kembali hanya untuk 1 (satu) periode berikutnya. Sedangkan masa jabatan
untuk Dewan Komisaris diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
33/POJK.04/2014 yaitu Dewan Komisaris memiliki 1 (satu) periode masa jabatan paling
lama 5 (lima) tahun atau sampai dengan penutupan RUPS tahunan pada akhir 1 (satu)
periode masa jabatan. Jadi, masa jabatan Komite Audit untuk 1 (satu) periode paling
lama adalah 5 (lima) tahun. Variabel ini diukur secara numeral, yaitu dilihat dari jumlah
nominal lamanya masa jabatan yang dilakukan oleh komite audit yang dinilai dari
lamanya menjabat sebagai komite audit serta sebagai penilaian pengalaman komite audit.
Jumlah Pertemuan Komite Audit
Komite audit memiliki pedoman kerja yang dituangkan dalam Pedoman Komite
Audit oleh Bapepam menyebutkan bahwa komite audit wajib mengadakan pertemuan
minimal sebanyak 4 (empat) kali dalam setahun. untuk mendiskusikan pelaporan
keuangan dengan auditor eksternal. Variabel ini diukur secara numeral, yaitu dilihat dari
jumlah nominal pertemuan yang dilakukan oleh komite audit dalam tahun berjalan.
Kualitas Audit
Pengukuran variabel ukuran KAP menggunakan variabel dummy, nilai 1 jika
perusahaan diaudit oleh KAP The big-4, dan 0 jika lainnya adalah untuk perusahaan
manufaktur yang diaudit oleh kantor akuntan publik yang tidak berafiliasi dengan big
Jurnal Magister Akuntansi Trisakti Vol. 8 No. 2 September 2021
122
four (non big four). Big four yaitu Ernest and Young, KPMG, Deloitte Touche &
Tohmatsu, dan Pricewaterhouse Coopers, (Sugiartha Sanjaya, 2016).
Variabel Moderasi
Financial Leverage
Financial Leverage adalah hutang yang digunakan oleh perusahaan untuk
membiayai asetnya dalam rangka menjalankan aktivitas operasionalnya. Semakin besar
hutang perusahaan maka semakin besar pula resiko yang dihadapi pemilik sehingga
pemilik akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi agar perusahaan tersebut
tidak terancam dilikuidasi. Jika suatu perusahaan terancam di likuidasi maka yang dapat
dilakukan adalah manajemen laba (Gunawan et al., 2015). Leverage perusahaan dihitung
dengan menggunakan rasio perbandingan total hutang dengan modal sendiri, atau
dikenal dengan Debt To Equity Ratio (DER). Berikut adalah model untuk persamaannya:
Total Hutang
DER = x 100%
Total Ekuitas
Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode regresi
berganda. Adapun model yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
REM = a + b1 OCI + b2 FE + b3 MJ + b4 JP + b5 KA + b6 LEV + b7 OCIxLEV + b8
FExLEV + b9 MJxLEV + b10 JPxLEV + b11 KAxLEV + e
Keterangan: Y (REM) = earning management, OCI = Other Comprehensive Income, FE
= Financial Expertise, MJ = Masa Jabatan komite audit, JP = Jumlah pertemuan komite
audit. KA = Kualitas Audit, Lev = Financial Leverage
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat pengujian hipotesis. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan keuangan
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2016 – 2019 yang
diunduh dari website Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) dan website resmi
perusahaan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini dipilih dengan metode
purposive sampling. Jumlah perusahaan yang memenuhi kriteria sampel adalah 57
perusahaan dan periode penelitian selama 4 tahun, maka unit analisis secara keseluruhan
adalah 228 perusahaan. Hasil pengamatan sampel disajikan dalam Tabel 1 sebagai
berikut:
Tabel 1
Kriteria Penarikan Sampel No Proses Pemilihan Sampel Sampel (N)
1 Jumlah perusahaan yang terdaftar di BEI selama tahun 2016-2019 168
Pengaruh Other Comprehensive Income, Karakteristik Komite Audit Dan Kualitas
Audit Terhadap Real Earning Management Dengan Leverage Sebagai Variabel
Moderasi
123
2 Perusahaan manufaktur yang tidak menggunakan Rupiah sebagai mata uang
fungsionalnya.
(30)
3 Perusahaan manufaktur yang digunakan untuk penelitian pada Bursa Efek
Indonesia selama periode 2016-2019
138
4 Laporan keuangan perusahaan manufaktur yang dipublikasikan tidak selalu
ada pada setiap tahunnya.
(24)
5 Variabel other comprehensive income yang memiliki nilai nol pada laporan
keuangan perusahaan manufaktur sehingga tidak sesuai
dengan data yang diperlukan dalam penelitian
(19)
6 variabel Financial Leverage yang memiliki nilai minus dan/atau nol pada
laporan keuangan perusahaan manufaktur sehingga tidak sesuai dengan data
yang diperlukan dalam penelitian.
(20)
7 variabel masa jabatan komite audit yang tidak dijelaskan di dalam laporan
keuangan perusahaan manufaktur sehingga tidak sesuai dengan data yang
diperlukan dalam penelitian
(18)
8 Jumlah sampel yang dijadikan penelitian 57
9 Jumlah observasi 57 (perusahaan) x 4 (2016-2019) 228
10 Jumlah outlier (12)
11 Jumlah sampel yang digunakan 216
Analisa Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif variabel penelitian menunjukkan nilai rata-rata, standar deviasi,
maksimum, dan minimum untuk masing-masing variabel penelitian selama periode
penelitian yang dapat dilihat pada tabel 2
Tabel 2
Analisis Statistik Deskriptif Variabel Kuantitatif Variabel N Mean Std. Dev Minimum Maximum
OCI 216 0,1428 0,62836 -2,70 4,21
FE 216 0,9630 0,18929 0,00 1
MJ 216 3,2315 1,3681 1 6
JP 216 6,8194 5,1008 2 38
LEV 216 1,3778 2,2127 0.7 23,92
REM 216 0,6125 1,10981 -2,49 6,24
Valid N
(listwise)
216
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa objek sebanyak 216 sampel data. Tabel
ini digunakan untuk membantu dalam melakukan identifikasi terhadap besar kecilnya
penyimpangan atas masing - masing variabel yang mempengaruhi variabel satu dengan
yang lainnya. Analisa statistik deskriptif menunjukkan hasil yaitu:
Variabel Other Comprehensive Income hasil statistik menunjukkan nilai minimum
sebesar -2,70 atau -270% yaitu dimiliki oleh PT. Lion Metal Works Tbk Tahun 2017,
artinya perusahan tersebut memiliki nilai Other Comprehensive Income yang rendah
dibandingkan dengan perusahaan lainnya dan nilai maksimum sebesar 4,211 atau
421,1% yaitu dimiliki oleh PT. Trias Sentosa Tbk Tahun 2016, artinya perusahan
tersebut memiliki nilai OCI yang tinggi dibandingkan dengan perusahaan lainnya. Nilai
rata-rata variabel OCI pada perusahaaan selama periode penelitian sebesar 0,1428 atau
14,4% dengan nilai standar deviasi sebesar 0,6283.
Variabel Keahlian Pelaporan Keuangan (Financial Expert) Komite Audit hasil
statistik menunjukkan bahwa nilai minimum sebesar 0,00 yang dimiliki oleh beberapa
Jurnal Magister Akuntansi Trisakti Vol. 8 No. 2 September 2021
124
perusahaan salah satunya adalah PT. Semen Baturaja Tbk Tahun 2016, artinya dimana
perusahaan tidak memiliki komite audit yang memiliki keahlian pelaporan keuangan/
financial expert dibandingkan perusahaan lainnya. Nilai maksimum yang dihasilkan
sebesar 1,00 yang dimiliki oleh perusahaan salah satunya adalah PT. Astra Otoparts Tbk
Tahun 2019, artinya dimana perusahaan yang memiliki 3 komite audit yang memiliki
keahlian pelaporan keuangan / financial expert dibandingkan perusahaan lainnya sebesar
1 atau (1:3). Nilai rata-rata variabel keahlian pelaporan keuangan / financial expert pada
perusahaan selama periode penelitian sebesar 0,963 dan nilai standar deviasi sebesar
0,1892.
Variabel Masa Jabatan Komite Audit hasil statistik menunjukkan nilai minimum
sebesar 1,00 tahun yang dimiliki oleh beberapa perusahaan salah satunya adalah PT.
Semen Indonesia (Persero) Tbk Tahun 2016, artinya dimana perusahaan memiliki masa
jabatan komite audit terendah yaitu selama 1 tahun masa jabatan dibandingkan
perusahaan lainnya dan nilai maksimum yang dihasilkan sebesar 6,00 tahun yang
dimiliki oleh salah satu perusahaan yaitu PT. Gunawan Dianjaya Steel Tbk Tahun 2016,
artinya dimana perusahaan memiliki masa jabatan komite audit terlama yaitu selama 6
tahun masa jabatan dibandingkan perusahaan lainnya. Nilai rata-rata variabel masa
jabatan komite audit pada perusahaan selama periode penelitian sebesar 3,23 dengan nilai
standar deviasi sebesar 1,368.
Variabel Jumlah Pertemuan Komite Audit hasil statistik menunjukkan nilai
minimum sebesar 2,00 kali yang dimiliki oleh beberapa perusahaan salah satunya adalah
PT. Indospring Tbk Tahun 2016, artinya perusahaan memiliki jumlah pertemuan komite
audit paling sedikit 2 kali dalam setahun dibandingkan dengan perusahaan lainnya dan
nilai maksimum sebesar 38,00 kali yang dimiliki oleh PT. Charoen Pokphand Indonesia
Tbk Tahun 2018, artinya perusahaan memiliki jumlah pertemuan komite audit paling
banyak 38 kali dalam setahun dibandingkan dengan perusahaan lainnya. Nilai rata-rata
variabel jumlah pertemuan komite audit pada perusahaan selama periode penelitian
sebesar 6,82 dengan nilai standar deviasi sebesar 5,101.
Variabel Financial Leverage hasil statistik menunjukkan nilai minimum sebesar
0,7 yang dimiliki oleh PT. Arga Karya Prima Industri Tbk Tahun 2016, artinya
perusahaan tersebut memiliki nilai financial leverage dengan nilai terendah
dibandingkan dengan perusahaan lainnya dan nilai maksimum sebesar 23,92 yang
dimiliki oleh PT. Alumindo Light Metal Industri Tbk Tahun 2017, artinya perusahaan
tersebut memiliki nilai financial leverage dengan nilai tertinggi dibandingkan dengan
perusahaan lainnya. Nilai rata-rata variabel financial leverage pada perusahaan selama
periode penelitian sebesar 1.3778 dengan standar deviasi sebesar 2.2127.
Variabel Real Earnings Management hasil statistik menunjukkan nilai minimum
sebesar -2,49 yang dimiliki oleh PT. Alkindo Naratama Tbk Tahun 2016, artinya
perusahaan tersebut memiliki tingkat manajemen laba riil dengan nilai terendah
dibandingkan dengan perusahaan lainnya dan nilai maksimum sebesar 6,24 yang dimiliki
oleh PT. Alumindo Tbk Tahun 2016, artinya perusahaan tersebut memiliki tingkat
manajemen laba riil dengan nilai tertinggi dibandingkan dengan perusahaan lainnya.
Pengaruh Other Comprehensive Income, Karakteristik Komite Audit Dan Kualitas
Audit Terhadap Real Earning Management Dengan Leverage Sebagai Variabel
Moderasi
125
Nilai rata-rata variabel manajemen laba riil pada perusahaan selama periode penelitian
sebesar 0,6125 dengan nilai standar deviasi sebesar 1,1098.
Tabel 3
Analisis Statistik Deskriptif Variabel Dummy
Frequency Percent
Valid 0 128 59,0
1 88 41,0
Total 216 100,0
Variabel kualitas audit Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui Dalam penelitian
ini terdapat 88 perusahaan yang diaudit oleh KAP Big 4 atau 41% dengan perusahaan
yang diaudit oleh KAP Big 4 sedangkan terdapat 128 perusahaan yang diaudit oleh KAP
Big 4 atau 59% dengan perusahaan yang tidak diaudit oleh KAP Big 4 jangka waktu
2016-2019.
Uji Normalitas
Diketahui bahwa hasil dari uji normalitas nilai Asymp. Sig. (2-tailed) = 0,059,
maka residual model regresi terdistribusi normal.
Uji Multikolinearitas
Tabel 4
Multikolinearitas
Model
Collinearity Statistics
Kesimpulan Tolerance VIF
1 (Constant)
OCI
FE
MJ
JP
KA
LEV
OCIxLEV
FExLEV
MJxLEV
JPxLEV
KAxLEV
0.487
0.567
0.639
0.275
0.381
0.061
0.377
0.020
0.147
0.079
0.213
2.052
1.762
1.565
3.643
2.625
63.901
2.651
49.500
5.754
12.644
3.207
Tidak terjadi multikolinearitas
Tidak terjadi multikolinearitas
Tidak terjadi multikolinearitas
Tidak terjadi multikolinearitas
Tidak terjadi multikolinearitas
Terjadi multikolinearitas
Tidak terjadi multikolinearitas
Terjadi multikolinearitas
Tidak terjadi multikolinearitas
Terjadi multikolinearitas
Tidak terjadi multikolinearitas
Hasil tabel 4 menunjukkan bahwa uji multikolinearitas terjadi pada pengaruh
variabel financial leverage, Financial leverage memoderasi hubungan Financial
expertise komite audit dan Financial leverage memoderasi hubungan jumlah pertemuan
komite audit hal ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang kuat antar variabel hal ini
dimungkinkan karena dalam penelitian ini menyertakan variabel moderasi
Uji Heteroskedastisitas
Pengujian ini bertujuan untuk melihat hubungan yang signifikan antara variabel
bebas dengan absolute residual, jika terdapat hubungan yang signifikan antara variabel
independent dan moderasi dengan absolute residual maka dapat disimpulkan terjadi
Jurnal Magister Akuntansi Trisakti Vol. 8 No. 2 September 2021
126
heteroskedastisitas atau tidak ada homogen. Berdasarkan pengujian seluruh variabel
independen dan moderasi memiliki nilai signifikan lebih besar dari 0,05 (sig > 0,05),
yang artinya bahwa Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa variance error dari
model regresi homogen atau tidak ada heteroskedastisitas. Dengan demikian asumsi atas
heterokedastisitas pada model persamaan regresi telah terpenuhi.
Uji Koefisien Determinasi (Goodness of Fit)
Pengujian ini bertujuan untuk memprediksi seberapa besar kontribusi pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen dengan syarat hasil uji F dalam analisis
regresi bernilai signifikan. Nilai adjusted R-Square menunjukkan kemampuan dari
seluruh variabel independen dalam menjelaskan variasi (keragaman) dari variabel
dependen. Nilai adjusted R-Squarese besar 0.111 atau sebesar 11.1%, hal ini
menunjukkan bahwa seluruh variabel independen (OCI, FE, MJ, JP, KA) dan variabel
moderasi (LEV) dapat menjelaskan 11,1% variasi (keragaman) dari variabel dependen
(REM), sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel independen lain yang tidak
dimasukkan kedalam model.
Uji F (Uji Serentak)
Pengujian ini bertujuan untuk melihat bagaimanakah pengaruh seluruh variabel
independen yang memengaruhi variabel dependennya secara signifikan. Nilai Sig. pada
hasil pengujian (Uji F) adalah 0.000 < 0,05, sehingga semua parameter telah signifikan
terhadap model regresi
Uji T (Uji Parsial)
Dalam penelitian ini pengujian parsial yang dilakukan menggunakan uji t. hasil
analisis regresi sebagai berikut:
Tabel 5
Hasil Uji Hipotesis
Model
Prediksi
Koefisien
Unstandardized Coefficients
B t
Sig. (One
Tailed) Keputusan
1
(Constant) -,145 -,402
OCI - ,271 1,665 0.048 Di tolak
FE - ,285 1,377 0.085 Di tolak
MJ - ,123 1,890 0.03 Di tolak
JP - ,006 ,211 0.416 Di tolak
KA - ,240 1,024 0.153 Di tolak
LEV + ,786 3,067 0.001 Di terima
OCI_LEV Memperlemah -,224 -2,561 0.005 Di tolak
FE_LEV Memperlemah -,466 -1,796 0.037 Di tolak
MJ_LEV Memperlemah -,111 -4,357 0.00 Di tolak
JP_LEV Memperlemah -,012 -,640 0.261 Di tolak
KA_LEV Memperlemah -,019 -,113 0.455 Di tolak
Pengaruh Other Comprehensive Income, Karakteristik Komite Audit Dan Kualitas
Audit Terhadap Real Earning Management Dengan Leverage Sebagai Variabel
Moderasi
127
Model regresi berganda untuk hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
REM = -0,156 + 0,271 OCI + 0,285 FE + 0,123 MJ + 0,006 JP + 0,240 Ka + 0,786 LEV
- 0,224 OCIxLEV - 0,466 FExLEV – 0,111 MJxLEV – 0,012 JPxLEV – 0,109
KAxLEV
Pengaruh Other Comprehensive Income Terhadap Manajemen Laba Riil (Real
Earnings Management)
Berdasarkan hasil pengujian regresi secara parsial (uji-t) yang ditunjukkan pada
tabel diatas terlihat bahwa nilai signifikan dari variabel other comprehensive income
terhadap real earnings management sebesar 0,048 sehingga lebih kecil dari 0,05 (0,048
< 0,05). Dengan nilai koefisien sebesar 0,271 yang berlawanan arah dengan prediksi
koefisien yaitu (-). Hasil ini menjelaskan bahwa H1 ditolak yang artinya variabel other
comprehensive income tidak berpengaruh negatif terhadap real earnings management.
Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian (Lin et al., 2013).
Pengaruh Keahlian Bidang Keuangan (Financial Expertise) Komite Audit
Terhadap Manajemen Laba Riil (Real Earnings Management)
Berdasarkan hasil pengujian regresi secara parsial (uji-t) yang ditunjukkan pada
tabel diatas terlihat bahwa nilai signifikan dari variabel financial expertise komite audit
terhadap real earnings management sebesar 0,085 sehingga lebih besar dari 0,05 (0,085
> 0,05). Dengan nilai koefisien sebesar 0,285 yang berlawanan arah dengan prediksi
koefisien yaitu (-). Hasil ini menjelaskan bahwa H2 ditolak yang artinya variabel
financial expertise komite audit tidak berpengaruh negatif terhadap real earnings
management.
Pengaruh Masa Jabatan Komite Audit Terhadap Manajemen Laba Riil (Real
Earnings Management)
Berdasarkan hasil pengujian regresi secara parsial (uji-t) yang ditunjukkan pada
tabel diatas terlihat bahwa nilai signifikan dari variabel masa jabatan komite audit
terhadap real earnings management sebesar 0,03 sehingga lebih kecil dari 0,05 (0,03 <
0,05) dan dengan nilai koefisien sebesar 0,123 yang berlawanan arah dengan prediksi
koefisien yaitu negatif (-). Hasil ini menjelaskan bahwa H3 ditolak yang artinya variabel
masa jabatan komite audit tidak berpengaruh negatif terhadap real earnings
management.
Pengaruh Jumlah Pertemuan Komite Audit Terhadap Manajemen Laba Riil (Real
Earnings Management)
Berdasarkan hasil pengujian regresi secara parsial (uji-t) yang ditunjukkan pada
table diatas terlihat bahwa nilai signifikan dari variabel jumlah pertemuan komite audit
terhadap real earnings management sebesar 0,416 sehingga lebih kecil dari 0,05 (0,416
> 0,05). Dengan nilai koefisien sebesar 0,006 yang berlawanan arah dengan prediksi
koefisien yaitu negatif (-). Hasil ini menjelaskan bahwa H4 ditolak yang artinya variabel
Jurnal Magister Akuntansi Trisakti Vol. 8 No. 2 September 2021
128
jumlah pertemuan komite audit tidak berpengaruh negatif terhadap real earnings
management.
Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Manajemen Laba Riil (Real Earnings
Management)
Berdasarkan hasil pengujian regresi secara parsial (uji-t) yang ditunjukkan pada
table diatas terlihat bahwa nilai signifikan dari variabel Kualitas Audit terhadap real
earnings management sebesar 0,153 sehingga lebih kecil dari 0,05 (0,153 > 0,05).
Dengan nilai koefisien sebesar 0,240 yang berlawanan arah dengan prediksi koefisien
yaitu negative (-). Hasil ini menjelaskan bahwa H5 ditolak yang artinya variabel Kualitas
Audit tidak berpengaruh negatif terhadap real earnings management.
Pengaruh Financial Leverage Terhadap Manajemen Laba Riil (Real Earnings
Management)
Berdasarkan hasil pengujian regresi secara parsial (uji-t) yang ditunjukkan pada
tabel diatas terlihat bahwa nilai signifikan dari variabel financial leverage terhadap real
earnings management sebesar 0,153 sehingga lebih kecil dari 0,001 (0,001 < 0,05).
Dengan nilai koefisien sebesar 0,786. Hasil ini menjelaskan bahwa H6 diterima yang
artinya variabel financial leverage memiliki pengaruh positif terhadap real earnings
management.
Financial Leverage Memoderasi Pengaruh Other Comprehensive Income Terhadap
Manajemen Laba Riil (Real Earnings Management)
Berdasarkan hasil pengujian regresi secara parsial (uji-t) yang ditunjukkan pada
tabel diatas terlihat bahwa nilai signifikan dari variabel other comprehensive income
yang dimoderasi oleh financial leverage terhadap real earnings management sebesar
0,005 sehingga lebih kecil dari 0,05 (0,005 < 0,05). Dengan nilai koefisien sebesar -
0,224. Hasil ini menjelaskan bahwa H7 ditolak yang artinya variabel financial leverage
tidak mampu memperlemah pengaruh hubungan negatif pada variabel other
comprehensive income terhadap real earnings management.
Financial Leverage Memoderasi Pengaruh Financial Expertise Komite Audit
Terhadap Manajemen Laba Riil (Real Earnings Management)
Berdasarkan hasil pengujian regresi secara parsial (uji-t) yang ditunjukkan pada
tabel diatas terlihat bahwa nilai signifikan dari variabel financial expertise komite audit
yang dimoderasi oleh financial leverage terhadap real earnings management sebesar
0,037 sehingga lebih kecil dari 0,05 (0,037 < 0,05). Dengan nilai koefisien sebesar -
0,466. Hasil ini menjelaskan bahwa H8 ditolak yang artinya variabel financial leverage
mampu memperlemah pengaruh hubungan negatif pada variabel financial expertise
komite audit terhadap real earnings management.
Pengaruh Other Comprehensive Income, Karakteristik Komite Audit Dan Kualitas
Audit Terhadap Real Earning Management Dengan Leverage Sebagai Variabel
Moderasi
129
Financial leverage Memoderasi Pengaruh Masa Jabatan Komite Audit Terhadap
Manajemen Laba Riil (Real Earnings Management
Berdasarkan hasil pengujian regresi secara parsial (uji-t) yang ditunjukkan pada
table diatas terlihat bahwa nilai signifikan dari variabel masa jabatan komite audit yang
dimoderasi oleh financial leverage terhadap real earnings management sebesar 0,00
sehingga lebih kecil dari 0,05 (0,00 < 0,05) dan dengan nilai koefisien sebesar -0,111.
Hasil ini menjelaskan bahwa H9 ditolak yang artinya variabel financial leverage tidak
mampu memperlemah pengaruh hubungan negatif pada variabel masa jabatan komite
audit audit terhadap real earnings management.
Financial leverage Memoderasi Hubungan Jumlah Pertemuan Komite Audit
terhadap Manajemen Laba Riil (Real Earnings Management)
Berdasarkan hasil pengujian regresi secara parsial (uji-t) yang ditunjukkan pada
tabel diatas terlihat bahwa nilai signifikan dari variabel jumlah pertemuan komite audit
yang dimoderasi oleh financial leverage terhadap real earnings management sebesar
0,261 sehingga lebih besar dari 0,05 (0,261 > 0,05). Dengan nilai koefisien sebesar -
0,012. Hasil ini menjelaskan bahwa H10 ditolak yang artinya variabel financial leverage
tidak mampu memperlemah pengaruh hubungan negatif variabel jumlah pertemuan
komite audit terhadap real earnings management.
Financial leverage Memoderasi Hubungan Kualitas Audit terhadap Manajemen
Laba Riil (Real Earnings Management)
Berdasarkan hasil pengujian regresi secara parsial (uji-t) yang ditunjukkan pada
tabel diatas terlihat bahwa nilai signifikan dari variabel kualitas audit yang dimoderasi
oleh financial leverage terhadap real earnings management sebesar 0,445 sehingga lebih
besar dari 0,05 (0,445 > 0,05). Dengan nilai koefisien sebesar -0,019. Hasil ini
menjelaskan bahwa H11 ditolak yang artinya variabel financial leverage tidak mampu
memperlemah pengaruh hubungan negatif variabel jumlah kualitas audit terhadap real
earnings management.
SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa: Variabel other comprehensive income, financial expertise komite
audit, Masa jabatan komite audit, Jumlah pertemuan komite audit dan kualitas audit tidak
berpengaruh negative terhadap real earning management artinya hipotesis H1 sampai
dengan H5 ditolak. Financial leverage berpengaruh positif terhadap real earning
management Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian (Naftalia, 2013) namun tidak
sejalan dengan penelitian (Mahiswari & Nugroho, 2016) dan financial leverage tidak
mampu memperlemah hubungan antara lima variabel independen. Berdasarkan hasil dari
penelitian ini, Financial Leverage memiliki pengaruh positif terhadap Real Earnings
Jurnal Magister Akuntansi Trisakti Vol. 8 No. 2 September 2021
130
Management. Dimana Financial Leverage merupakan suatu kebijakan yang dilakukan
oleh suatu perusahaan dalam hal menginvestasikan dana atau memperoleh sumber dana
yang disertai dengan adanya beban/biaya tetap yang harus ditanggung perusahaan.
Apabila rasio leverage semakin besar, maka nilai hutang perusahaan semakin tinggi. Hal
ini perlu diperhatikan oleh perusahaan karena dapat menimbulkan tindakan kecurangan
dalam memanipulasi data misalnya real earnings management. Oleh karena itu,
perusahaan perlu melakukan pengawasan yang dilakukan oleh pihak manajemen salah
satunya bisa dengan menerapkan Corporate Governance didalam perusahaan.
Keterbatasan
Penelitian ini memiliki keterbatasan yang apabila diatasi oleh penelitian
selanjutnya, maka akan dapat memperbaiki hasil dari penelitian ini. Keterbatasan
tersebut antara lain ialah:
1. Peneliti masih kurang mendapatkan informasi penelitian terdahulu yang terbaru
mengenai keterkaitan Other Comprehensive Income, Karakteristik Komite Audit
terhadap Real Earnings Management.
2. Penelitian ini terdapat data yang outlier sehingga sempat mempengaruhi data yang
diteliti.
3. Beberapa perusahaan masih ada yang belum mengungkapkan other comprehensive
income (OCI) di laporan laba rugi komprehensif perusahaan secara berturut-turut.
4. Kemampuan dari variabel-variabel independen penelitian ini dalam memberikan
pengaruh terhadap manajemen laba riil hanya sebesar 11,1%, hal ini menandakan
adanya variabel-variabel lain yang lebih berpengaruh terhadap timbulnya
manajemen laba riil.
Saran
1. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menambahkan beberapa variabel
independen misalnya Additional Directorships, Ukuran Dewan Komisaris,
Kepemilikan Manajerial, Voluntary Disclosure, Ukuran Perusahaan, Ukuran
Komite Audit atau yang diperkirakan dapat mempengaruhi Real Earnings
Management.
2. Penelitian selanjutnya disarankan untuk memperpanjang atau memperluas periode
dan jumlah perusahaan dalam penelitian, sehingga dapat menghasilkan hasil
penelitian dan kesimpulan yang lebih akurat untuk menggambarkan pengaruh other
comprehensive income dan karakteristik komite audit terhadap manajemen laba riil
dengan leverage sebagai variabel moderasi.
3. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik meneliti judul yang sama hendaknya
memperluas lingkup perusahaan yang akan dijadikan sampel penelitian, seperti
menambah beberapa sektor yang terdaftar di BEI yaitu Sektor Pertanian, Sektor
Pertambangan, Sektor Industri Dasar dan Kimia, Sektor Aneka Industri, Sektor
Industri Barang Konsumsi, Sektor Property / Real Estate, Sektor Financial, Sektor
Perdagangan dan Jasa. Serta adanya penambahan jangka waktu atau periode tahun
Pengaruh Other Comprehensive Income, Karakteristik Komite Audit Dan Kualitas
Audit Terhadap Real Earning Management Dengan Leverage Sebagai Variabel
Moderasi
131
untuk penelitian, sehingga hasil yang diperoleh nanti dapat lebih digeneralisasikan
untuk semua perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Antonia, E., Suryanto, L., Mangunwihardjo, S., & Haryanto, M. (2007). Analisis
Pengaruh Reputasi Auditor, Proporsi Dewan Komisaris Independen, Leverage,
Kepemilikan Manajerial Dan Proporsi Komite Audit Independen Terhadap
Manajemen Laba (Studi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia
periode 2004 – 2006 ). Jurnal Manajemen Dan Organisasi, 4(1).
Azlina, N. (2010). Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Manajemen Laba.
Pekbis Jurnal, 2(3), 355–363. https://media.neliti.com/media/publications/8960-
ID-analisis-faktor-yang-mempengaruhi-manajamen-laba-studi-pada-perusahaan-
yang-terd.pdf
Basyirun, R. (2018). Pengaruh Pengungkapan Other Comprehensive Income (OCI), Arus
Kas Bebas dan Komite Audit Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi, 20(1),
1–21.
Beasley, M. S. (1996). An Empirical Analysis of the Relation between the Board of
Director Composition and Financial Statement Fraud. The Accounting Review,
71(4), 443. https://www.jstor.org/stable/248566
Cohen, D., and P. Z. (2010). Accrual-based and real earnings management around
seasoned equity offerings. Journal of Accounting and Economics, 50(1), 2.
David A. Guenther. (1994). Earnings Management in Response to Corporate Tax Rate
Changes: Evidence from the 1986 Tax Reform Act. The Accounting Review, 69(1),
230.
Elva Nuraina. (2013). Laba, Arus Kas Operasi Dan Akrual Sebagai Penentu Laba
Operasi Masa Depan. Jurnal Dinamika Manajemen, 2(1), 62–69.
https://doi.org/10.15294/jdm.v2i1.2488
Gunawan, I. K., Darmawan, N. A. S., & Purnamawati, I. G. A. (2015). Pengaruh Ukuran
Perusahaan, Profitabilitas, dan Leverage Terhadap Manajemen Laba. Jurnal
Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha, 03(1).
Jensen, M., C., & W. M. (1976). Theory of the firm: Managerial behavior, agency cost
and ownership structure. Journal of Finance Economic, 3, 305.
Kalbers, L. P. (1992). An Examination of the relationship between audit committees and
external auditors. The Ohio CPA Journal, 19.
Khafid, R. A. ? M. (2014). Analisis Pengaruh Leverage, Ukuran Perusahaan Dan
Voluntary Diclosure Terhadap Manipulasi Aktivitas Riil. Accounting Analysis
Journal, 3(3), 273–281. https://doi.org/10.15294/aaj.v3i3.4191
Lawrence J. Abbott; Susan Parker; Gary F. Peters; Dasaratha V. Rama. (2007). Corporate
Governance, Audit Quality, and the Sarbanes‐Oxley Act: Evidence from Internal
Audit Outsourcing. American Accounting Association, 84(4), 803.
https://meridian.allenpress.com/accounting-review/article-
abstract/82/4/803/53655/Corporate-Governance-Audit-Quality-and-the
Lin, W., Rong, M., Lin, W., & Rong, M. (2013). Impacts of other comprehensive income
disclosure on earnings management Impacts of other comprehensive income
disclosure on earnings management. https://doi.org/10.1108/20408741211201944
Jurnal Magister Akuntansi Trisakti Vol. 8 No. 2 September 2021
132
Linda ElizabethDeAngelo. (1981). Auditor size and audit quality. Journal of Accounting
and Economics, 3(3), 183.
https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/0165410181900057
Lobo, G. J., & Zhou, J. (2001). Disclosure quality and earnings management. Asia-
Pacific Journal of Accounting & Economics, 8(1), 1–20.
https://doi.org/10.1080/16081625.2001.10510584
Mahiswari, R., & Nugroho, P. I. (2016). Pengaruh Mekanisme Corporate Governance,
Ukuran Perusahaan dan Leverage Terhadap Manajemen Laba dan Kinerja
Keuangan. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 17(1), 1.
https://doi.org/10.24914/jeb.v17i1.237
McMullen, D. & Raghunanthan, K. (1996). Enhancing audit committee effectiveness.
Journal of Accountancy. Journal of Accountancy, 182, 79.
Naftalia, V. C. (2013). Pengaruh Leverage Terhadap Manajemen Laba Dengan
Corporate Governance Sebagai Variabel. Diponegoro Journal of Accounting, 2(1),
1–11.
Palestin. (2006). Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan , Praktik Corporate
Governance Dan Kompensasi Bonus Terhadap Manajemen Laba. Analisis
Pengaruh Struktur Kepemilikan , Praktik Corporate Governance Dan Kompensasi
Bonus Terhadap Manajemen Laba, 1–22.
Putri, D. M. (2011). Pengaruh Karakteristik Komite Audit terhadap Manajemen Laba
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode Tahun 2007-2009). Jurnal Akuntansi.
Roychowdhury, S. (2006). Earnings management through real activities manipulation.
Journal of Accounting and Economics, 42(3), 335–370.
https://doi.org/10.1016/j.jacceco.2006.01.002
Setiawati, L., & Na’im, A. (2000). Manajemen laba. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis
Indonesia, 15(4), 424–441.
Sharma, D.V., Naiker, V., and Lee, B. (2009). Determinants of Audit Committee Meeting
Frequency: Evidence from A Voluntary Governance System. Accounting Horizons.
Sugiartha Sanjaya, I. P. (2016). Pengaruh Kualitas Auditor terhadap Manipulasi
Aktivitas Riil. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, 18(2), 85–91.
https://doi.org/10.9744/jak.18.2.85-91
Sun, J., Lan, G., & Liu, G. (2014). Independent audit committee characteristics and real
earnings management. Managerial Auditing Journal, 29(2), 153–172.
https://doi.org/10.1108/MAJ-05-2013-0865
Susan Irawati. (2006). Manajemen Keuangan. pustaka.
Watts, R. L. dan J. L. Z. (1986). Positive Accounting Theory. Prentice-Hall.
Widyaningdyah, A. U. (2001). Terhadap Earnings Management Pada Perusahaan Go
Public Di Indonesia. Jurnal Akuntansi, 3, 1–101.
Top Related