PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP KINERJA KEUANGAN
(Studi Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index Tahun 2006-2007)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
Oleh :
Ishaq Bahruni Sinukaban NIM : 105046101557
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1430 H/2009 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 06 November 2009
Ishaq Bahruni Sinukaban
PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP KINERJA KEUANGAN
(Studi Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index Tahun 2006-2007)
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
Oleh :
Ishaq Bahruni Sinukaban NIM : 105046101557
Pembimbing I, Pembimbing II,
Dr. H. Yayan Sofyan, M.Ag Indoyama Nasarudin, SE, MAB NIP. 150277991 NIP. 19741127 200212 1 002
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1430 H/2009 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP KINERJA KEUANGAN (Studi Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index Tahun 2006-2007) telah diujikan dalam siding Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 25 Nopember 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, 21 Desember 2009 Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof.Dr.H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 19550505 198203 1 012
PANITIA UJIAN Ketua :Dr. Euis Amalia, M.Ag (….…………...)
NIP. 19710701 199803 2 002 Sekretaris :H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH (………….…...)
NIP. 19740725 200112 1 001 Pembimbing I :Dr. H. Yayan Sopyan, M.Ag (………….…...)
NIP. 150277991 Pembimbing II :Indoyama Nasarudin, SE, MAB (………….…...)
NIP. 19741127 200212 1 002 Penguji I :Drs. Noryamin Aini, M.A (………....... …)
NIP. 19630305 199103 1 002 Penguji II :Dr. Ir.M. Nadratuzzaman Hosen, Ms, M.Ec, Ph.D. (………………)
NIP. 19610624 198512 1 001
ABSTRAKSI
Ishaq Bahruni Sinukaban. Pengaruh Modal Kerja terhadap Kinerja Keuangan (Studi Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index), Skripsi, Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Modal kerja merupakan dana yang dipergunakan oleh perusahaan untuk melangsungkan kegiatan operasi sehari-hari. Untuk mengetahui berapa jumlah modal kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan, manajer melakukan analisis terhadap modal kerjanya yang didasarkan kepada informasi atau laporan keuangan perusahaan, kemudian dikaitkan dengan kinerja keuangan yang diukur dengan penilaian analisis rasio keuangan. Debt to Equity Ratio (DER) termasuk bagian dari rasio-rasio keuangan yang dapat digunakan untuk menganalisis jumlah modal kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan. Seluruh perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index Bursa Efek Indonesia merupakan 30 saham yang memenuhi kriteria syariah yang ditetapkan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN). Selain mempertimbangkan aspek-aspek syariah, perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index juga merupakan perusahaan yang dipilih dengan mempertimbangkan aspek likuiditas dan kondisi keuangan. Maka dari itu, pengelolaan modal kerja pada perusahaan sangat memerlukan perhatian khusus. Perusahaan juga berkepentingan untuk menjaga kinerja keuangannya dengan baik terutama Debt to Equity Ratio agar perusahaan mampu untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya baik jangka panjang maupun jangka pendek. Untuk itu tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh modal kerja (current ratio, quick ratio, cash ratio, cash to total asset) terhadap kinerja keuangan (Debt to Equity Ratio) baik secara parsial maupun simultan, bagaimana nilai rata-rata modal kerja perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index tahun 2006-2007 serta mencari variabel yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap Debt to Equity Ratio (DER). Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif, dilakukan pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index dengan pengambilan sampel bersifat purposive sampling. Teknik analisa data menggunakan uji asumsi klasik dan uji statistik dengan program SPSS 12. Hasil yang didapat adalah ada pengaruh antara modal kerja (current ratio, quick ratio, cash ratio, cash to total asset) terhadap kinerja keuangan (Debt to Equity Ratio) secara parsial. Hubungan modal kerja terhadap kinerja keuangan cukup kuat. Variabel yang paling berpengaruh terhadap kinerja keuangan(Debt to Equity Ratio) adalah quick ratio. Rata-rata perkembangan current ratio,quick ratio, cash ratio, cash to total asset ratio dan debt to equity ratio tahun 2006-2007 mengalami kenaikan yaitu current ratio naik 1,06%, quick ratio naik1,36%, cash ratio naik 1,36%, cash to total asset ratio naik 1,38% dan Debt to Equity Ratio naik 1,15%.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin. Segala puji dan syukur kepada Allah SWT
Tuhan semesta alam yang telah memberikan segala rahmat, hidayah serta karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dalam rangka memenuhi
persyaratan mencapai gelar Sarjana Ekonomi Islam pada Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sholawat dan salam penulis haturkan kepada penutup segala nabi dan rasul
Muhammad SAW, tauladan dan panutan bagi seluruh umat manusia sampai akhir
zaman.
Dalam melakukan penelitian ini, penulis sangat terbantu oleh partisipasi dari
banyak pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung. Atas bantuan,
motivasi serta masukan terhadap penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini,
oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH, MA, MM, selaku Dekan Fakultas Syariah
dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Euis Amalia, M.Ag, selaku Ketua Program Studi Muamalat (Ekonomi
Islam) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, selaku sekretaris Program Studi Muamalat
(Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
4. Kepada Dr. H. Yayan Sopyan, M.Ag, dan Indoyama Nasarudin, SE, MAB,
selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu untuk
memberikan bimbingan, arahan, ilmu pengetahuan, koreksi serta saran-
sarannya kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini terselesaikan.
5. Kepada Drs. Noryamin Aini, M.A dan Dr. Ir.M. Nadratuzzaman Hosen, Ms,
M.Ec, Ph.D selaku penguji dalam siding Munaqosah skripsi penulis.
6. Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) Bursa Efek Indonesia yang telah
menyediakan data laporan keuangan untuk kelangsungan penelitian ini.
7. Kepada ayah dan bunda tercinta yang telah memberikan dukungan baik moril
maupun materil kepada penulis.
8. Pimpinan serta staff Perpustakaan Utama UIN, Perpustakaan Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta Perpustakaan PDII-LIPI
yang telah membantu penulis dalam melengkapi literatur guna mendukung
penulisan skripsi ini.
9. Seluruh Dosen serta segenap Civitas Akademi Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang
bermanfaat untuk penulis.
10. My Siblings Nur Asiah S.Pd.I, Siti Fatimah SE, Ahmad Syukri dan segenap
keluarga besar baik di Medan maupun Jakarta yang selalu memberikan
motivasi.
11. Untuk semua sahabat, teman-teman KKS dan BAKSOS 2009, IKRH
JABABODETABEK, teman-teman alumni angkatan 2005 RH Islamic
Boarding School Medan, rekan-rekan Prodi Muamalat seangkatan khususnya
teman-teman PS A, dan semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan
satu persatu, terima kasih atas bantuan, saran dan iringan do’anya. Semoga
Allah SWT selalu memberikan yang terbaik untuk kalian semua. Amin
Jakarta, 06 November 2009
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Kegunaan/Manfaat Penelitian
E. Review Studi Terdahulu
F. Kerangka Pemikiran
G. Hipotesis
H. Metode Penelitian
I. Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Modal Kerja
1. Pengertian Modal Kerja
2. Jenis-jenis Modal Kerja
3. Sumber dan Penggunaan Modal Kerja
4. Manfaat Modal Kerja
5. Pengendalian Modal Kerja
1. Pentingnya Pengendalian Modal Kerja
2. Komponen Modal Kerja
3. Rasio Modal Kerja
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja
C. Kinerja Keuangan
1. Pengukuran Kinerja Keuangan
2. Rasio Keuangan
D. Hubungan Modal Kerja terhadap Kinerja Keuangan
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
B. Metode Penarikan Sampel
C. Metode Pengumpulan Data
D. Operasional dan Pengukuran Variabel
E. Metode Analisis Data
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN DAN ANALISA
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia
B. Gambaran Umum Jakarta Islamic Index
C. Analisa Hasil Penelitian
1. Analisis Deskriptif
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Heteroskedastisitas
b. Uji Autokorelasi
c. Uji Multikolinearitas
d. Uji Normalitas Data
3. Uji Statistik
a. Persamaan Regresi Berganda
b. Analisis Pengaruh secara Parsial (Uji t)
c. Analisis Pengaruh secara Simultan (Uji F)
d. Uji Koefisien Determinasi
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
1. Tabel 3.1 Perusahaan-perusahaan yang dijadikan sampel penelitian
2. Tabel 3.2 Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi
3. Tabel 4.1 Sejarah Perkembangan Bursa Efek Indonesia
4. Tabel 4.2 Data Current Ratio
5. Tabel 4.3 Data Quick Ratio
6. Tabel 4.4 Data Cash Ratio
7. Tabel 4.5 Data Cash to Total Asset Ratio
8. Tabel 4.6 Data Debt to Equity Ratio
9. Tabel 4.7 Hasil Uji Autokorelasi
10. Tabel 4.8 Durbin Watson Test Bound
11. Tabel 4.9 Hasil Uji Multikolinearitas
12. Tabel 4.10 Model Regresi Linier Berganda dan Nilai Thitung
13. Tabel 4.11 Nilai Koefisien Determinasi
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran Penelitian
2. Gambar 4.1 Struktur Pasar Modal Indonesia
3. Gambar 4.2 Grafik Perkembangan Current ratio
4. Gambar 4.3 Grafik Perkembangan Quick ratio
5. Gambar 4.4 Grafik Perkembangan Cash ratio
6. Gambar 4.5 Grafik Perkembangan Cash to total assets ratio
7. Gambar 4.6 Grafik Perkembangan Debt to Equity Ratio (DER)
8. Gambar 4.7 Grafik Scatterplot
9. Gambar 4.8 Hasil Uji Normalitas
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran I Data Keuangan perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Jakarta
Islamic Index Bursa Efek Indonesia Tahun 2006 - 2007
2. Lampiran II Hasil Perhitungan Debt to Equity Ratio
3. Lampiran III Hasil Perhitungan Current Ratio
4. Lampiran IV Hasil Perhitungan Quick Ratio
5. Lampiran V Hasil Perhitungan Cash Ratio
6. Lampiran VI Hasil Perhitungan Cash to Total Asset Ratio
7. Lampiran VII Perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Index (JII)
Periode 2006-2007
8. Lampiran VIII Statistik d Durbin –Watson
9. Lampiran IX Tabel Uji t
10. Lampiran X Hasil output SPSS versi 12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dengan arus globalisasi, perilaku bisnis pun secara cepat terus berubah.
Berbagai parameter, nilai-nilai untuk memenuhi kepuasan dan selera konsumen
harus terus ditingkatkan. Setiap perusahaan menginginkan bisnisnya tumbuh dan
berkembang secara berkesinambungan. Kondisi demikian mengharuskan pelaku
bisnis bertindak dengan hati-hati dan cermat dalam menentukan strategi
usahanya, dengan tujuan menghindari adanya langkah keliru, dan dapat
mempengaruhi kebijakan yang dapat mengancam kelangsungan hidup
perusahaan.
Sejalan dengan perkembangan manajemen keuangan dalam mencapai
tujuan perusahaan, setiap perusahaan seharusnya dapat memperlihatkan kebijakan
dan keputusan yang akan diambil, terutama dalam hal yang berkaitan dengan
masalah keuangan. Keuangan memegang peranan penting dalam setiap kegiatan
operasi perusahaan, keuangan diibaratkan “urat nadi” perusahaan. Modal adalah
satu diantara faktor terpenting untuk mengoperasikan suatu perusahaan, dan
selalu diperlukan setiap saat. Perusahaan memerlukan dana atau modal yang
digunakan untuk membiayai/membelanjai kegiatan operasional dan investasi
jangka panjang perusahaan. Adapun belanja operasional yang dimaksud adalah
membeli bahan mentah, bahan pembantu, mambayar upah, gaji karyawan dengan
harapan bahwa melalui penjualan, perusahaan dapat memperoleh kembali dana
yang telah dikeluarkan beserta labanya, mengingat tujuan perusahaan adalah
untuk memaksimalkan labanya, ini berarti bahwa setiap dana yang ditanam dalam
aktiva harus dapat digunakan seefisien mungkin untuk dapat menghasilkan
tingkat keuntungan yang maksimal serta dapat memenuhi seluruh kewajibannya.
Efisiensi dalam manajemen modal kerja diperlukan untuk menjamin
kelangsungan atau keberhasilan jangka panjang dan untuk mencapai tujuan
perusahaan secara keseluruhan yang dalam hal ini memperbesar kekayaan bagi
para pemilik. Apabila manajer keuangan tidak dapat mengelola modal kerja
perusahaan secara efisien, maka tidak akan ada gunanya untuk
mempertimbangkan keberhasilan dalam jangka panjang. Karena keberhasilan
jangka pendek adalah merupakan prasyarat untuk tercapainya keberhasilan jangka
panjang.1
Peningkatan nilai perusahaan antara lain tercermin dari peningkatan
kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba (profit), maka perusahaan
senantiasa menjaga kecukupan modal kerja secara seimbang dengan kebutuhan
operasionalnya, sehingga perusahaan dapat menjalankan bisnisnya dengan baik.
Kesalahan pada pengelolaan modal kerja dapat mengakibatkan kelebihan
atau kekurangan modal kerja, yang merupakan satu diantara penyebab kegagalan
perusahaan.
1 Lukman Syamsuddin, Manajemen Keuangan Perusahaan : konsep aplikasi dalam :
perencanaan, pengawasan, dan pengambilan keputusan Edisi Baru-9-, Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada, 2007, hal. 200.
Modal kerja yang berlebihan akan mengakibatkan inefisiensi terjadi pada
dana yang menganggur dan tidak produktif, yang seharusnya dapat digunakan
pada satu diantara alternatif investasi yang dapat memberikan keuntungan bagi
perusahaan. Sebaliknya dengan modal kerja yang kurang akan mengganggu
kegiatan produksi dan penyediaan jasa, sehingga perusahaan akan mengalami
kesulitan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek yang sudah jatuh tempo, dan
mengganggu kelancaran aktivitas perusahaan, yang dapat mengakibatkan
kerugian perusahaan. Efisiensi penggunaan dana secara langsung akan
menentukan tingkat keuntungan dari investasi, dengan modal kerja yang cukup
besar, belumlah tentu perusahaan memperoleh profit yang cukup tinggi, bila
dengan pengelolaan modal kerjanya yang tidak efisien dan efektif. Sebaliknya
dengan modal kerja yang relative kecil akan ada kemungkinan perusahaan
mendapatkan profit yang tinggi, bila cara mengelola modal kerjanya dilakukan
dengan baik.
Mengingat seluruh perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index
merupakan perusahaan yang cukup besar, yang dipilih dengan
mempertimbangkan faktor-faktor tertentu diantaranya perusahaan-perusahaan
yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah seperti : usaha
perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang,
usaha yang memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan makanan dan
minuman yang tergolong haram dan usaha yang memproduksi, mendistribusi
dan/atau menyediakan barang-barang ataupun jasa yang merusak moral dan
bersifat mudarat.
Firman Allah SWT dalam QS. An-Nisa ayat 29 :
$ yγ •ƒ r'‾≈tƒ šÏ% ©!$# (#θãΨ tΒ#u Ÿω (#þθ è=à2ù' s? Νä3 s9≡uθ øΒr& Μà6oΨ÷�t/ È≅ÏÜ≈t6 ø9$$Î/ HωÎ) βr& šχθ ä3s?
¸οt�≈pgÏB tã <Ú#t� s? öΝä3ΖÏiΒ 4 Ÿω uρ (# þθè=çF ø) s? öΝä3 |¡à�Ρr& 4 ¨βÎ) ©!$# tβ%x. öΝ ä3Î/ $ VϑŠÏmu‘ ∩⊄∪
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”.
Ayat diatas menunjukkan larangan memakan harta dengan jalan yang
batil, termasuk dalam usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi serta
memproduksi, mendistribusi dan memperdagangkan makanan,minuman, barang-
barang ataupun jasa yang tergolong haram dan bersifat mudarat. Oleh karena itu
prinsip-prinsip Islami sangat penting diaplikasikan pada setiap aspek kehidupan
khususnya dalam kegiatan ekonomi, termasuk transaksi di bursa saham.
Perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) juga
merupakan perusahaan yang dipilih dengan mempertimbangkan aspek likuiditas
dan kondisi keuangan. Maka dari itu, pengelolaan modal kerja dalam perusahaan
sangat memerlukan perhatian khusus. Perusahaan juga berkepentingan untuk
menjaga kinerja keuangannya dengan baik terutama pada Debt to Equity Ratio
agar perusahaan mampu untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya baik
jangka panjang maupun jangka pendek.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk menganalisis modal kerja
serta kemampuan perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index untuk
membayar semua kewajibannya. Penulisan ini didasarkan pada penelitian atas
laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index Bursa Efek
Indonesia, dengan judul “PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP
KINERJA KEUANGAN (Studi Perusahaan yang terdaftar di Jakarta
Islamic Index Tahun 2006-2007)’’
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Untuk dapat mengetahui pengaruh Modal Kerja terhadap Kinerja
Keuangan pada Perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index, penulis
memberikan batasan masalah sebagai berikut :
1. Rasio Modal Kerja yang akan dijadikan variabel independen pada penelitian
ini adalah Rasio Lancar (Current Ratio), Rasio Cepat (Quick Ratio), Rasio kas
terhadap kewajiban lancar (Cash Ratio) dan rasio kas terhadap total aktiva
(Cash to total assets ratio).
2. Untuk mengukur kinerja keuangan, maka dalam penelitian ini penulis
menggunakan rasio solvabilitas yaitu Debt to Equity Ratio (DER) dan akan
dijadikan sebagai variabel dependen.
3. Tempat penelitian akan dilakukan di Bursa Efek Indonesia.
4. Perusahaan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di
Jakarta Islamic Index yang akan diteliti yaitu pada laporan keuangan untuk
tahun 2006 dan 2007 yang tersedia lengkap.
5. Laporan keuangan yang tersedia dinyatakan dalam rupiah.
2. Perumusan Masalah
1. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan (Debt to Equity
Ratio)?
2. Bagaimana pengaruh Modal Kerja (Current Ratio, Quick Ratio, Cash Ratio
dan Cash to Total Assets Ratio) terhadap Kinerja Keuangan (Debt to Equity
Ratio) jika dianalisa secara parsial?
3. Dari keempat variabel modal kerja tersebut manakah yang mempunyai
pangaruh paling dominan terhadap Kinerja Keuangan (Debt to Equity Ratio)?
C. Tujuan Penelitian
a) Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja
keuangan (Debt to Equity Ratio).
b) Untuk mengetahui pengaruh Modal Kerja (Current Ratio, Quick Ratio, Cash
Ratio dan Cash to total assets ratio ) terhadap Kinerja Keuangan (DER) jika
dianalisa secara parsial.
c) Untuk mengetahui variabel yang mempunyai pengaruh paling dominan
terhadap Kinerja Keuangan (DER).
D. Kegunaan/Manfaat Penelitian
a) Bagi Penulis, sebagai pembelajaran dalam menganalisis suatu laporan
keuangan dan diharapkan hasil penelitian dapat menambah kemampuan
berfikir dan menambah ilmu pengetahuan yang berharga.
b) Bagi Akademisi, sebagai bahan bacaan dan menambah referensi yang belum
ada pada perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah.
c) Bagi Perusahaan, sebagai bahan masukan untuk merencanakan perbaikan
kinerja keuangan perusahaan, khususnya dalam usaha memenuhi semua
kewajibannya Debt to Equity Ratio (DER).
d) Bagi Mahasiswa dan Masyarakat, sebagai bahan bacaan yang relevan dengan
ilmu yang dipelajari maupun sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya.
E. Review Studi Terdahulu
Untuk mendukung materi dalam penelitian ini, penulis akan
mengemukakan beberapa penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan
variabel dalam penelitian ini :
1. Oktaviani, mahasiwa program studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial UIN Jakarta (2005) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Pengaruh
Modal Kerja terhadap Profitabilitas pada Industri Properti (BEJ)”. Dalam
penelitiannya digunakan 4 sub variabel bebas dari variabel modal kerja yaitu
X1 (Current Ratio), X2 (Cash to Revenues Ratio), X3 (Quick Asset To
Revenues Ratio), X4 (Current Asset To Total Asset Ratio) dan yang digunakan
pada variabel terikatnya adalah rasio Net Profit Margin dari variabel
profitabilitas. Objek penelitian ini didasarkan pada Industri Properti Bursa
Efek Jakarta tahun 2002-2003. Dalam hasil analisisnya menunjukkan terdapat
pengaruh positif yang signifikan antara keempat variabel modal kerja dengan
profitabilitas (Net Profit Margin).
Perbedaan :
Penelitian penulis ini menganalisis pengaruh modal kerja terhadap
kinerja keuangan pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index
Bursa Efek Indonesia untuk laporan keuangan tahun 2006-2007. Variabel
dalam penelitian ini yaitu variabel modal kerja (X) sebagai variabel bebas
yang terdiri dari sub variabel X1 (Current Ratio), X2 (Quick Ratio), X3 (Cash
Ratio) dan X4 (Cash to total assets ratio) dan variabel kinerja keuangan yang
menggunakan Debt to Equity Ratio dari variabel solvabilitas sebagai variabel
terikat.
Persamaan :
Persamaan penilitian ini dengan penelitian sekarang adalah sama-sama
meneliti tentang modal kerja. Metode penelitian yang digunakan juga
memiliki kesamaan yaitu menggunakan metode penelitian deskriptif
kuantitatif. Selain itu, tingkat signifikansi yang digunakan juga memiliki
kesamaan yaitu 5%.
2. Bintang Dwi Ramadhan, mahasiswa Program Studi Akuntansi Universitas
Widyatama Bandung dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Modal Kerja
terhadap Rentabilitas pada PT. Pos Indonesia (PERSERO)”. Penelitian ini
menganalisis pengaruh modal kerja terhadap rentabilitas pada PT. Pos
Indonesia (PERSERO) tahun 1999-2002. Variabel yang menjadi bahan
penelitian ini adalah variabel modal kerja (X) sebagai variabel bebas dan
rentabilitas (Y) sebagai variabel terikat. Metode penelitian yang digunakan
adalah metode deskriptif. Penelitian ini menggunakan perhitungan statistik
korelasi dan determinasi, pengujian dilakukan dengan uji t dengan tingkat
signifikansi atau taraf nyata 5%. Adapun hasil pengujian secara statistik
ternyata modal kerja tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
rentabilitas ekonomi.
Perbedaan :
Penelitian yang dilakukan oleh penulis sekarang ini menganalisis
pengaruh modal kerja terhadap kinerja keuangan pada perusahaan yang
terdaftar di Jakarta Islamic Index Bursa Efek Indonesia untuk laporan
keuangan tahun 2006-2007. Variabel dalam penelitian ini yaitu variabel
modal kerja (X) sebagai variabel bebas yang terdiri dari sub variabel X1
(Current Ratio), X2 (Quick Ratio), X3 (Cash Ratio) dan X4 (Cash to total
assets ratio) dan variabel kinerja keuangan yang menggunakan Debt to Equity
Ratio sebagai variabel terikat. Metode penelitiannya menggunakan metode
deskriptif kuantitatif dengan analisis deskriptif serta perhitungan regresi
berganda. Pengujian dilakukan dengan uji asumsi klasik serta uji t dan uji F
dengan tingkat signifikansi 5%.
Persamaan :
Penelitian ini dengan penelitian sekarang memiliki kesamaan
diantaranya adalah meneliti tentang modal kerja, menggunakan tingkat
signifikansi 5% dalam pengujian secara parsial.
3. Temi Apriani, mahasiswa Program Studi Manajemen Universitas Widyatama
Bandung dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Investasi dalam Aktiva
Tetap dan Modal Kerja terhadap Profitabilitas PT. Telekomunikasi Indonesia
periode 2001-2005”. Tujuan yang hendak dicapai adalah untuk mengetahui
pengaruh investasi dalam aktiva tetap dan modal kerja terhadap profitabilitas.
Adapun objek penelitian ini pada PT. Telekomunikasi Indonesia untuk tahun
2001-2005. Variabel yang menjadi bahan penelitian ini adalah variabel
investasi dalam aktiva tetap (X1) dan investasi dalam modal kerja (X2) sebagai
variabel bebas dan variabel terikatnya yaitu variabel profitabilitas dengan
menggunakan rasio Return On Investmen. Metode penelitian yang digunakan
adalah metode deskriptif dan metode verifikatif. Berdasarkan hasil penelitian
diperoleh kesimpulan bahwa variabel-variabel independen memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap variabel dependen.
Perbedaan :
Penelitian yang dilakukan penulis sekarang ini menganalisis pengaruh
modal kerja terhadap kinerja keuangan pada perusahaan yang terdaftar di
Jakarta Islamic Index Bursa Efek Indonesia untuk laporan keuangan tahun
2006-2007. Variabel dalam penelitian ini yaitu variabel modal kerja (X)
sebagai variabel bebas yang terdiri dari sub variabel X1 (Current Ratio), X2
(Quick Ratio), X3 (Cash Ratio) dan X4 (Cash to total assets ratio) dan
variabel kinerja keuangan yang menggunakan Debt to Equity Ratio sebagai
variabel terikat. Metode penelitiannya menggunakan metode kuantitatif
dengan perhitungan regresi berganda. Pengujiannya dilakukan dengan
menggunakan uji asumsi klasik dan uji statistik.
Persamaan :
Penelitian yang dilakukan Temi Apriani dengan penelitian penulis
memiliki kesamaan yaitu sama-sama meneliti tentang modal kerja.
F. Kerangka Pemikiran
Setiap perusahaan dalam menjalankan aktivitas operasionalnya tentu
membutuhkan dana yang cukup agar kontinuitas perusahaan dapat berjalan
dengan baik. Disamping itu pengelolaan keuangan secara efektif dan efisien pun
menjadi salah satu kunci di dalam keberhasilan suatu perusahaan untuk dapat
mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Keberhasilan suatu perusahaan akan lebih mudah dicapai dengan adanya
perencanaan yang matang sebelum proses produksi dimulai, seperti pencarian
sumber-sumber daya yang berkualitas dan pengendalian dalam hal kualitas serta
dengan adanya perluasan modal kerja. Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari
semakin berkembang dan tumbuhnya suatu perusahaan.
Pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index Bursa Efek
Indonesia, modal kerja merupakan unsur yang berperan dalam menghasilkan
pendapatan. Tingginya investasi perusahaan yang tercermin dalam aktiva lancar
menunjukkan hal tersebut. Seluruh perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic
Index harus menyediakan modal kerja untuk menjalankan kegiatan sehari-hari
yang digunakan untuk membiayai kebutuhan-kebutuhannya, seperti pembayaran
gaji, upah, biaya perawatan, biaya perbaikan, pembelian bahan dan biaya-biaya
lainnya. Selain itu dengan modal kerja yang cukup perusahaan juga dapat
memenuhi kewajiban-kewajibannya.
Tujuan pembentukan Jakarta Islamic Index adalah untuk meningkatkan
kepercayaan investor untuk melakukan investasi pada saham berbasis syariah dan
memberikan manfaat bagi pemodal dalam menjalankan syariah Islam untuk
melakukan investasi di Bursa Efek Indonesia.
Untuk meningkatkan kepercayaan investor tersebut, para investor yang
ingin melakukan investasi pada saham Jakarta Islamic Index dapat menilai
kinerja keuangan yang diukur dari rasio-rasio keuangan pada laporan keuangan
perusahaan. Rasio keuangan merupakan salah satu bentuk informasi akuntansi
yang penting dalam proses penilaian kinerja perusahaan, sehingga dengan rasio
keuangan tersebut dapat mengungkapkan kondisi keuangan suatu perusahaan
maupun kinerja yang telah dicapai perusahaan untuk suatu periode tertentu.
Modal Kerja merupakan dana yang dipergunakan oleh perusahaan untuk
melangsungkan kegiatan operasi sehari-hari. Rasio-rasio keuangan dari modal
kerja yang digunakan sebagai variabel-variabel independen adalah Current
Ratio(X1), Quick Ratio(X2), Cash Ratio(X3), Cash to Total Asset(X4). Sedangkan
untuk mengukur kinerja keuangan, penulis menggunakan Debt to Equity Ratio
(DER) sebagai variabel dependen.
Adapun alur pemikiran hubungan variabel-variabel independen terhadap
variabel dependen adalah sebagai berikut :
1. Current Ratio
Current ratio adalah rasio yang membandingkan antara aktiva lancar yang
dimiliki perusahaan dengan hutang jangka pendek, aktiva lancar meliputi kas,
efek persediaan, dan aktiva lancar lainnya. Sedangkan hutang jangka pendek
meliputi hutang dagang, hutang wesel, hutang bank, hutang gaji, dan hutang
lainnya yang harus segera dibayarkan.
Semakin tinggi rasio ini berarti semakin bagus karena menunjukkan
bahwa perusahaan mampu melunasi kewajiban jangka pendeknya tepat waktu.
Semakin tinggi rasio ini berarti semakin tinggi tingkat likuiditas perusahaan
sehingga kinerja keuangan tersebut semakin baik.
Apabila dikaitkan Current ratio terhadap Debt to Equity Ratio yaitu jika
Current ratio naik, belum menjadi ukuran bahwa Debt to Equity Ratio juga akan
mengalami kenaikan. Oleh karena itu, jika current ratio naik sedangkan Debt to
Equity Ratio turun akan membawa dampak yang baik bagi perusahaan karena jika
perusahaan memiliki tingkat Debt to Equity Ratio yang tinggi berarti semakin
buruk kondisi solvabilitasnya berarti perusahaan akan mengalami kesulitan dalam
menutupi hutang-hutangnya. Apabila semakin rendah Debt to Equity Ratio berarti
perusahaan mampu menutup hutang-hutangnya kepada pihak luar. Current Ratio
membandingkan aktiva lancar dengan kewajiban lancar, apabila rasio semakin
naik berarti perusahaan semakin mampu untuk memenuhi kewajibannya dan akan
mempengaruhi penurunan Debt to Equity Ratio yang berarti perusahaanpun akan
mampu menutupi kewajiban-kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka
panjang. Dalam hal ini kinerja keuangan perusahaan yang terdaftar di Jakarta
Islamic Index akan semakin baik sehingga investorpun semakin yakin untuk
menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut.
2. Quick Ratio
Quick Ratio adalah hasil pembagian antara aktiva lancar setelah dikurangi
persediaan dengan kewajiban jangka pendek. Rasio ini digunakan untuk
mengukur likuiditas dengan jangka yang sangat pendek. Quick ratio hanya
memperhitungkan aset yang sudah lebih dekat dengan uang tunai.
Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik, karena perusahaan mampu
melunasi kewajiban jangka sangat pendeknya tepat waktu. Semakin tinggi rasio
ini maka semakin tinggi tingkat likuiditas perusahaan tetapi belum tentu kondisi
kinerja keuangan yang diukur oleh Debt to Equity Ratio akan semakin baik. Quick
ratio yang membandingkan aktiva lancar setelah dikurangi persediaan dengan
kewajiban akan dapat mempengaruhi kenaikan Debt to Equity Ratio perusahaan
karena dengan adanya pengurangan persediaan walaupun persediaan bukan
termasuk aktiva paling likuid dalam aktiva lancar namun hal ini dapat
mempengaruhi terhadap kondisi solvabilitas perusahaan. Oleh karena itu, jika
rasio ini naik berarti perusahaan akan mampu memenuhi kewajiban jangka sangat
pendek tepat waktu tapi akan mempengaruhi kenaikan Debt to Equity Ratio
perusahaan yang berarti perusahaan akan mengalami kesulitan dalam menutupi
kewajiban jangka panjangnya. Apabila Debt to Equity Rationya naik berarti
kinerja perusahaan dinilai kurang baik.
3. Cash Ratio
Cash ratio yang tinggi akan semakin baik bagi suatu perusahaan. Rasio ini
mengukur kemampuan sesungguhnya untuk memenuhi kewajiban tepat pada
waktunya.2 Mengingat kembali komponen aktiva lancar, jika piutang usaha
dinilai akan sulit tertagih (kredit macet), komponen aktiva lancar yang benar-
benar siap dicairkan hanyalah kas dan surat berharga jangka pendek. Jadi, rasio
kas mengukur likuiditas dari aktiva lancar yang pasti dapat dicairkan menjadi kas.
Bilamana persediaan diperkirakan lama terjual dan piutang lama tertagih, maka
sebaiknya menggunakan rasio kas sebagai pengukur likuiditas.3
2 Agnes Sawir, “Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan
Perusahaan”(Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001), h. 147. 3 Handono Mardiyanto, “Intisari Manajemen Keuangan” (Jakarta :PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia, 2009), h. 56.
Rasio kas membandingkan kas dan surat berharga jangka pendek dengan
kewajiban lancar. Semakin tinggi rasio ini akan semakin bagus karena perusahaan
akan mampu memenuhi kewajibannya tepat waktu. Selain itu juga akan
mempengaruhi penurunan Debt to Equity Ratio. Apabila Debt to Equity Ratio
semakin kecil maka perusahaan akan mampu menutupi hutang-hutangnya baik
jangka pendek maupun jangka panjang dari naiknya rasio kas tersebut. Dalam hal
ini kondisi kinerja keuangan perusahaan akan semakin baik. Akibatnya investor
akan semakin yakin untuk berinvestasi pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta
Islamic Index.
4. Cash to Total Asset
Cash to total asset ratio merupakan rasio modal kerja yang
membandingkan jumlah kas dengan total aktiva. Besarnya kas sebagai bagian dari
aktiva merefleksikan kebijakan perusahaan tentang pentingnya likuiditas versus
penggunaan dana untuk aktiva tetap.4
Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin baik dalam memenuhi
kewajiban hutang-hutang perusahaan. Akan tetapi cash to total asset ratio yang
tinggi belum menjadi ukuran bahwa kinerja keuangan yang diukur oleh debt to
equity ratio akan semakin baik. Karena apabila cash to total asset ratio naik maka
debt to equity ratio juga akan naik. Apabila debt to equity ratio naik berarti
menunjukan kondisi solvabilitas perusahaan semakin buruk karena perusahaan
4 Agnes Sawir, “Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan
Perusahaan”(Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001), h. 147.
akan mengalami kesulitan dalam menutupi hutang-hutangnya baik jangka pendek
maupun jangka panjang.
5. Debt to Equity Ratio
Kemampuan suatu perusahaan untuk membayar semua hutang-hutangnya
menunjukkan “solvabilitas” suatu perusahaan. Suatu perusahaan yang “solvabel”
berarti perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk
membayar semua hutang-hutangnya, tetapi tidak dengan sendirinya berarti bahwa
perusahaan tersebut likuid.5
Debt to equity ratio adalah rasio pengukur leverage perusahaan. Debt to
equity ratio menunjukan struktur permodalan suatu perusahaan, merupakan
perbandingan antara total hutang dengan ekuitas yang digunakan sebagai sumber
pendanaan perusahaan. Semakin tinggi debt to equity ratio, semakin besar
persentase modal asing yang digunakan dalam operasional perusahaan, atau
semakin besar debt to equity ratio menandakan struktur permodalan usaha lebih
banyak memanfaatkan hutang-hutang relatif terhadap ekuitas.
Debt to equity ratio yang semakin tinggi menunjukkan semakin besarnya
proporsi hutang terhadap ekuitas, sehingga mencerminkan risiko perusahaan yang
relatif tinggi dan risiko yang harus ditanggung investor juga akan semakin tinggi.
Pada akhirnya investor akan menghindari saham perusahaan yang memiliki debt
to equity ratio yang tinggi. Semakin kecil rasio ini berarti menunjukkan bahwa
5 Bambang Riyanto, Dasar Dasar Pembelanjaan Perusahaan Edisi 4(Yogyakarta : BPFE-
YOGYAKARTA, 2001),h. 32.
perusahaan mampu menutup hutang-hutangnya kepada pihak luar. Solvable suatu
perusahaan, maka kinerja keuangan perusahaan tersebut semakin bagus.
Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran Penelitian
Bursa Efek Indonesia (BEI)
Jakarta Islamic Index (JII)
Laporan Keuangan Perusahaan Tahun 2006-2007
Rasio Modal Kerja
Cash to total assets (X4) Cash Ratio (X3) Quick Ratio (X2) Current Ratio (X1)
Kinerja Keuangan = Debt to Equity Ratio (Y)
Uji Asumsi Klasik
Uji Statistik : Regresi Linier Berganda
Y = a + b1x1 + b2x2 +b3x3 + b4x4 + єi
Analisis secara parsial dan uji koefisien determinasi
G. Hipotesis
Adapun hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Ho : b1 = 0 :Variabel modal kerja (Current ratio, Quick ratio, Cash ratio, Cash to
total asset) tidak berpengaruh secara parsial terhadap kinerja
keuangan (Debt to Equity Ratio).
Ha : b1 ≠ 0 : Variabel modal kerja (Current ratio, Quick ratio, Cash ratio, Cash
to total asset) berpengaruh secara parsial terhadap kinerja keuangan
(Debt to Equity Ratio).
H. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Pada penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif
kuantitatif yaitu penelitian yang menggunakan angka mulai dari pengumpulan
data, penafsiran terhadap data serta penampilan hasilnya.6
Kemudian membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian,
menerangkan hubungan-hubungan, menguji hipotesis, membuat prediksi serta
mendapatkan makna dan implikasi dari suatu masalah yang ingin dipecahkan.
2. Objek Penelitian
Penulis melakukan penelitian di Bursa Efek Indonesia, pada seluruh
perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index periode 2006-2007.
6 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, cet. XIII (Jakarta: PT
Rinela Cipta, 2006), h. 12.
3. Teknik Penulisan
Teknik penulisan yang digunakan berpedoman pada buku “Pedoman
Penulisan Skripsi” yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
4. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data kuantitatif
khususnya data diskrit, yaitu data yang diperoleh dari perhitungan.7 Adapun
sumber data pada penelitian ini bersumber dari data sekunder, yaitu berupa
data laporan keuangan perusahaan per 30 Desember untuk perhitungan rasio-
rasio modal kerja dan rasio keuangan yang diteliti. Data penelitian yang
digunakan adalah data pertahun atau per 30 Desember dari laporan keuangan
dengan rentang waktu yang dijadikan analisa adalah dari tanggal 1 Januari
2006 hingga 31 Desember 2007.
5. Teknik Analisa Data
Analisa data dengan menggunakan program SPSS 12. Data diinput
dan selanjutnya output dari program SPSS 12 tersebut dianalisa dengan uji
asumsi klasik (Heterokedastisitas, Autokorelasi, Multikolinearitas,
Normalitas) dan juga diuji secara statistik (Persamaan regresi berganda,
Analisa pengaruh secara parsial dan uji koefisien determinasi).
7 Boediono, Teori dan Aplikasi: Statistika dan Probabilitas, (Bandung: Rosda, 2002), h. 6-7.
I. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran secara sederhana agar memudahkan
penulisan skripsi, maka akan disusun sistematika penulisan yang terdiri dari lima
bab dengan rincian sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan, akan memuat latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan/manfaat penelitian,
review studi terdahulu, kerangka pemikiran, hipotesis, metode
penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Teoritis, akan memuat tentang pengertian modal kerja, Jenis-
jenis modal kerja, sumber dan penggunaan modal kerja, pengendalian
modal kerja, kinerja keuangan dan hubungan modal kerja terhadap
kinerja keuangan.
BAB III Metode Penelitian, akan memuat tentang ruang lingkup penelitian,
metode penarikan sampel, prosedur pengumpulan data, operasional
dan pengukuran variabel, dan metode analisa data.
BAB IV Gambaran umum objek penelitian dan analisa hasil penelitian, akan
memuat tentang gambaran umum Bursa Efek Indonesia, Jakarta
Islamic Index dan analisa hasil uji signifikansi.
BAB V Penutup, akan memuat kesimpulan dan rekomendasi.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Modal Kerja
1. Pengertian Modal Kerja
Modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki
perusahaan, atau dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasi
perusahaan sehari-hari.
Gitman memberikan pengertian modal kerja sebagai berikut :“working
capital is current assets, which represent the portion of investment that
circulates from one form to another in the ordinary conduct of business.”8
Dari pengertian diatas, modal kerja adalah aktiva lancar, yang
menghadirkan bagian investasi yang beredar dari satu bentuk ke lain bentuk
yang biasa melakukan bisnis.
Menurut Dewi Astuti dalam bukunya “Manajemen Keuangan
Perusahaan”, modal kerja adalah investasi perusahaan pada aktiva jangka
pendek yaitu kas, sekuritas yang mudah dijual, persediaan dan piutang. Jadi
modal kerja adalah dana yang digunakan untuk operasional sehari-hari dan
wujud dari modal kerja tersebut adalah perkiraan-perkiraan yang ada dalam
8 Lawrence.J Gitman, Principle of Managerial Finance (Addison-Wesley, 2003), h. 598.
aktiva lancar.9 Bambang Riyanto mengemukakan modal kerja dengan
beberapa konsep sebagai berikut10 :
1. Konsep Kuantitatif
Konsep ini mendasarkan pada kuantitas dari dana yang tertanam dalam
unsur-unsur aktiva lancar di mana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali
berputar kembali dalam bentuk semula atau aktiva di mana dana yang
tertanam di dalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu yang pendek.
Dengan demikian modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari
jumlah aktiva lancar. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal
kerja bruto (gross working capital).
2. Konsep Kualitatif
Apabila pada konsep kuantitatif modal kerja itu hanya dikaitkan
dengan besarnya jumlah aktiva lancar saja, maka pada konsep kualitatif ini
pengertian modal kerja juga dikaitkan dengan besarnya jumlah utang lancar
atau utang yang segera harus dibayar. Dengan demikian maka sebagian dari
aktiva lancar ini harus disediakan untuk memenuhi kewajiban finansiil yang
segera harus dilakukan, di mana bagian aktiva lancar ini tidak boleh
digunakan untuk membiayai operasinya perusahaan untuk menjaga
likuiditasnya. Oleh karenanya maka modal kerja menurut konsep ini adalah
9 Dewi Astuti, Manajemen Keuangan Perusahaan ( Jakarta : Ghalia Indonesia, 2002), h.
156. 10 Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan Edisi 4 ( Yogyakarta : BPFE-
Yogyakarta, 1995), h.57-58.
sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk
membiayai operasinya perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya, yaitu
yang merupakan kelebihan aktiva lancar di atas utang lancarnya. Modal kerja
dalam pengertian ini sering disebut modal kerja neto (net working capital).
Menurut Stephen A Ross, Randolf W Westerfield dan Bradford D
Jordan, modal kerja bersih (net working capital) adalah selisih antara asset
lancar sebuah perusahaan dengan kewajiban lancarnya. Modal kerja bersih
akan positif ketika aset lancar lebih besar dari kewajiban lancar. Berdasarkan
definisi tentang aset lancar dan kewajiban lancar, hal ini artinya kas yang akan
tersedia sepanjang masa 12 bulan kedepan akan melebihi jumlah kas yang
harus dibayarkan sepanjang masa yang sama. Karena alasan ini, modal kerja
bersih biasanya akan positif pada sebuah perusahaan yang sehat.11
3. Konsep Fungsionil
Konsep ini mendasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan
pendapatan (income). Setiap dana yang dikerjakan atau digunakan dalam
perusahaan adalah dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Ada
sebagian dana yang digunakan dalam suatu periode accounting tertentu yang
seluruhnya langsung menghasilkan pendapatan bagi periode tersebut (current
income) dan ada sebagian dana lain yang juga digunakan selama periode
tersebut tetapi tidak seluruhnya digunakan untuk menghasilkan “current
11 Stephen A Ross, dkk, Pengantar Keuangan Perusahaan Corporate Finance Fundamentals
Edisi 8 Terjemahan yang diterjemahkan oleh Ali Akbar Yulianto, Rafika Yuniasih dan Christine (Jakarta : Salemba Empat, 2009), h. 31.
income”. Sebagian dari dana itu dimaksudkan juga untuk menghasilkan
pendapatan untuk periode-periode berikutnya (future income). Dalam
hubungan ini, Bambang Riyanto juga memberikan definisi modal kerja
sebagai dana yang digunakan selama periode accounting yang dimaksudkan
untuk menghasilkan current income (sebagai lawan dari future income) yang
sesuai dengan maksud utama didirikan perusahaan tersebut.
Menurut Sofyan Syafri Harahap, modal kerja adalah aktiva lancar
dikurangi utang lancar. Modal kerja ini merupakan ukuran tentang keamanan
dari kepentingan kreditur jangka pendek. Modal kerja bisa juga dianggap
sebagai dana yang tersedia untuk diinvestasikan dalam aktiva tidak lancar atau
untuk membayar utang tidak lancar. Kenaikan dalam modal kerja terjadi
apabila aktiva menurun atau dijual atau karena kenaikan dalam utang jangka
panjang dan modal. Penurunan dalam modal kerja timbul akibat aktiva tidak
lancar naik atau dibeli atas utang jangka panjang dan modal naik.12
2. Jenis-Jenis Modal Kerja
Agnes Sawir menggolongkan modal kerja dalam 2 (dua) jenis :
a) Modal kerja permanen yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada
perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya, atau dengan kata lain
modal kerja secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha, dan
dapat dibedakan dalam :
12 Sofyan Syafri Harahap, “Analisis Kritis atas Laporan Keuangan”(Jakarta : PT.Raja
Grafindo Persada, 1997), h.288.
1) Modal kerja primer yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada
pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usaha.
2) Modal kerja normal yaitu jumlah modal kerja diperlukan untuk
menyelenggarakan produksi normal dalam artian yang dinamis.
b) Modal kerja variabel yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah
sesuai perubahan keadaan, dan dapat dibedakan dalam :
1) Modal kerja musiman yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah
disebabkan karena fluktuasi musim.
2) Modal kerja siklis yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah
karena fluktuasi konjungtur.
3) Modal kerja darurat yaitu modal kerja yang berdasarkan perubahan
karena keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya.13
3. Sumber dan Penggunaan Modal Kerja
Apabila sumber lebih besar dari pada penggunaan, berarti ada
kenaikan modal kerja. Sebaliknya apabila penggunaan lebih besar dari pada
sumber, berarti terjadi penurunan modal kerja.
a. Sumber Modal Kerja
Sumber-sumber modal kerja yang akan menambah modal kerja adalah:
1) Adanya kenaikan sektor modal, baik yang berasal dari laba maupun
penambahan modal saham.
13 Agnes Sawir, Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan(Jakarta
: PT.Gramedia Pustaka Utama, 2001),h.132.
2) Adanya pengurangan atau penurunan aktiva tetap karena adanya
penjualan aktiva tetap maupun melalui proses depresiasi.
3) Ada penambahan utang jangka panjang, baik dalam bentuk obligasi
atau utang jangka panjang lainnya.
b. Penggunaan Modal Kerja
Penggunaan-penggunaan modal kerja yang mengakibatkan turunnya
modal kerja adalah sebagai berikut :
1) Berkurangnya modal sendiri karena kerugian, maupun pengambilan
privasi oleh pemilik perusahaan.
2) Pembayaran utang-utang jangka panjang.
3) Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap.14
4. Manfaat Modal Kerja
Modal kerja harus cukup besar, dalam arti harus mampu membiayai
pengeluaran atau operasi perusahaan sehari-hari, karena dengan modal kerja
yang cukup akan menguntungkan perusahaan, disamping memungkinkan bagi
perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan.
Menurut S.Munawir, keberadaan modal kerja yang cukup akan
memberikan beberapa manfaat :
1. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena kurangnya
aktiva lancar.
2. Memungkinkan untuk membayar semua kewajiban tepat pada waktunya.
14 Agnes Sawir, Ibid,h.140-142.
3. Menjamin dimilikinya credit standing perusahaan semakin besar dan
memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya-bahaya
atau kesulitan-kesulitan keuangan yang mungkin terjadi.
4. Memungkinkan untuk memiliki persediaan barang dalam jumlah yang
cukup untuk melayani konsumen.
5. Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat-syarat kredit
yang lebih menarik bagi pelanggan.
6. Memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi lebih efisien karena
tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan.15
5. Pengendalian Modal Kerja
1. Pentingnya Pengendalian Modal Kerja
Setiap perusahaan perlu mengendalikan modal kerjanya agar dapat
mengetahui apakah modal kerja perusahaan sudah sesuai dengan yang
direncanakan. Disamping pengendalian, pengelolaan modal kerja juga
dibutuhkan karena aktiva lancar merupakan bagian yang cukup besar dari
total aktiva, umumnya sekitar 40%. Perusahaan harus mampu menyediakan
modal kerja yang cukup untuk membiayai kegiatan usahanya. Kelebihan
modal kerja akan menyebabkan inefisiensi, karena terjadi dana yang
menganggur, disisi lain bila kekurangan dana dapat menimbulkan kesulitan
bagi perusahaan.
15 S.Munawir, Analisis Laporan Keuangan(Yogyakarta :Liberty,2002),h.116.
2. Komponen Modal Kerja
Komponen modal kerja meliputi semua aspek pengelolaan dan
pengendalian aktiva lancar dan kewajiban lancar. Aktiva lancar adalah aktiva
yang habis dalam satu kali berputar dalam proses produksi dan proses
perputarannya adalah dalam jangka waktu pendek, terdiri dari kas dan surat
berharga, piutang dagang dan persediaan.
1) Kas
Kas merupakan unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat
likuiditasnya. Tersedianya uang kas yang cukup akan lebih menguntungkan
bagi perusahaan jika sewaktu-waktu harus mengadakan transaksi dengan
pihak ketiga, yang nantinya menghasilkan keuntungan. Disamping itu dengan
tersedianya uang kas yang cukup akan mampu mengatasi kesulitan-kesulitan
dalam keadaan darurat. Yang dimaksud uang kas adalah uang tunai yang
tersedia di perusahaan maupun yang berada di bank. Uang kas dapat
digunakan untuk operasi perusahaan sehari-hari, memiliki barang dan jasa
yang diharapkan juga memenuhi kewajiban perusahaan.
2) Surat berharga
Perusahaan dapat menggunakan kelebihan dananya untuk membeli
surat berharga. Pembelian ini bertujuan untuk menjaga likuiditas juga
merupakan investasi yang bersifat sementara, yaitu apabila perusahaan
membutuhkan uang tunai untuk memenuhi kewajiban yang mendesak,
perusahaan dapat segera menjual kembali surat-surat berharga tersebut.
3) Piutang Dagang
Piutang dagang timbul karena perusahaan menjual secara kredit.
Penjualan kredit dimaksudkan untuk memperbesar volume penjualan.
Penjualan kredit tidak segera menghasilkan penerimaan kas, tetapi
menimbulkan piutang yang kemudian pada hari jatuh tempo pembayaan
piutang tersebut adalah penerimaan kas. Pengaturan piutang ditujukan agar
kredit yang diberikan dapat tertagih tepat pada waktunya. Oleh karena itu
manajemen piutang perlu diperhatikan sebaik-baiknya.
4) Persediaan
Persediaan disini merupakan bagian-bagian yang ada pada perusahaan
yang pada suatu saat akan dijual. Bagi suatu perusahaan, persediaan
merupakan elemen modal kerja yang utama, yang selalu dalam keadaan
berputar, dimana secara terus-menerus mengalami perubahan. Penentuan
besarnya persediaan barang atau alokasi modal dalam persediaan merupakan
masalah penting karena mempunyai efek yang langsung terhadap keuntungan
perusahaan. Oleh karena itu perusahaan harus menentukan berapa besarnya
persediaan dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya.16
16 Bintang Dwi Ramadhan, “ Pengaruh Modal Kerja Terhadap Rentabilitas Perusahaan pada
PT.Pos Indonesia (PERSERO) Bandung.” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, Universitas Widyatama, 2005), h.18-19.
3. Rasio Modal Kerja
Besarnya modal kerja sebuah perusahaan berhubungan dengan
berbagai aktivitas operasional dan finansial. Tanpa modal kerja yang cukup
aktivitas bisnis perusahaan dapat terancam.
Masalah likuiditas berhubungan dengan masalah kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya. Sebuah perusahaan
yang mampu memenuhi segala kewajiban finansialnya digolongkan sebagai
perusahaan “likuid”. Sebaliknya jika perusahaan tidak mampu memenuhi
segala kewajiban finansialnya maka perusahaan tersebut dikatakan “illikuid ”.
Adapun rasio yang biasa digunakan untuk menghitung modal kerja adalah
sebagai berikut:
a) Kecukupan Aktiva Lancar17
Aktiva lancar perusahaan merupakan tolak ukuran yang paling kasar
yang menunjukkan adanya dana likuid yang segera menjadi kas dan tersedia
untuk membayar tagihan-tagihan. Rasio yang dapat digunakan adalah:
1. Rasio aktiva lancar terhadap kewajiban lancar (current ratio)
Rasio ini untuk mengukur kesanggupan perusahaan dalam melunasi
hutang jangka pendeknya dengan jumlah aktiva dan hutang lancar. Rasio yang
rendah mengindikasikan bahwa perusahaan tidak dapat membayar tagihannya
pada masa mendatang. Rasio yang tinggi mengindikasikan jumlah aktiva
lancar yang berlebihan.
17 Agnes Sawir, Ibid,h.144-145.
Current Assets Current Ratio = ------------------------------- Current Liabilities
2. Rasio aktiva lancar terhadap total aktiva
Rasio yang rendah menunjukkan kurangnya penjualan kredit (piutang
yang rendah) atau kurangnya dukungan untuk produksi dengan persediaan
yang cukup. Rasio yang tinggi mengindikasikan kebijakan piutang berlebihan
atau persediaan yang besar.
Current Assets Current Assets to Total Asset Ratio = -------------------------- Total Assets
3. Rasio aktiva lancar terhadap penjualan
Dengan adanya penjualan, maka terdapat tagihan untuk dibayar,
piutang untuk didanai dan persediaan untuk mendukung penjualan. Besarnya
aktiva haruslah cukup untuk membayar tagihan tepat waktu, memungkinkan
pengiriman barang yang cepat, dan pemberian kredit dengan syarat kredit
yang kompetitif, sehingga aktiva lancar seharusnya tumbuh secara
professional dengan penjualan atau menurun apabila penjualan berkurang.
Quick Assets Quick Assets To Revenues Ratio = ---------------------- Revenues
b) Kecukupan Quick Asset18
Quick Asset terdiri dari kas dan piutang dan merupakan aktiva paling
likuid dalam neraca, dengan menggunakan kas dan piutang, likuiditas dapat
diukur dengan lebih tepat dari pada aktiva lancar.
1) Rasio quick assets terhadap kewajiban lancar (quick ratio)
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar
tagihan tanpa bergantung pada penjualan persediaannya.
Rasio ini digunakan untuk mengukur likuiditas dengan menggunakan aktiva
paling likuid terhadap kewajiban lancar. Adapun rumus yang dipakai adalah :
Quick Assets Quick Ratio = -------------------------- Current Liabilities
2) Rasio quick assets terhadap total aktiva
Sebuah perusahaan membutuhkan aktiva likuid yang cukup sebagai
bagian dari bauran total aktivanya. Rasio ini menunjukkan besar kas dan
piutang dalam bauran total aktivanya.
Quick Assets Quick Assets To Total Asset Ratio = ---------------------- Total Assets
3) Rasio quick assets terhadap penjualan
Kas dan piutang yang cukup juga diperlukan untuk mendukung
penjualan. Rasio ini memperlihatkan kecukupan kas dan piutang apabila
18 Agnes Sawir, Ibid,h.145-146.
penjualan meningkat. Rasio ini juga menunjukkan kas dan piutang yang
berlebihan bila penjualan menurun.
Quick Assets Quick Assets to revenues ratio = ---------------------- Revenues
c) Kecukupan Kas19
Kebanyakan perusahaan mempertahankan saldo kas seminimal
mungkin tetapi menginvestasikan dalam efek yang setara kas yang dapat
segera dicairkan. Efek-efek tersebut harus dimasukkan dalam perhitungan
rasio untuk menghitung kecukupan kas. Rasio-rasio yang dapat berguna untuk
keperluan analisis ini adalah:
1) Rasio kas terhadap kewajiban lancar (cash ratio)
Kas harus tersedia untuk membayar tagihan-tagihan yang jatuh tempo
dalam hitungan minggu ataupun bulan. Pengukuran terhadap kecukupan kas
dapat dilakukan dengan menggunakan rasio kas terhadap kewajiban lancar.
Rasio ini mengukur kemampuan sesungguhnya untuk memenuhi kewajiban
tepat pada waktunya.
Cash Cash Ratio = --------------------------------- Current Liabilities
19 Agnes Sawir, Ibid, h.146-147.
2) Rasio kas terhadap total aktiva
Besarnya kas sebagai bagian dari aktiva merefleksikan kebijakan
perusahaan tentang pentingnya likuiditas versus penggunaan dana untuk
aktiva tetap. Hal ini dapat diukur dengan rasio dibawah ini:
Cash Cash to total assets = ----------------------- Total Assets
3) Rasio kas terhadap penjualan
Bila perusahaan meningkatkan penjualannya, maka kas juga perlu
ditingkatkan. Rasio ini mengukur kecukupan kas dibandingkan dengan
kegiatan operasinya.
Cash Cash to revenues ratio = ------------------ Revenues
d) Arus dana dari persediaan20
Penting bagi sebuah perusahaan memiliki arus kas yang cukup dari
kegiatan operasinya. Apabila perusahaan tidak menjual persediaan, maka
tidak akan ada piutang. Apabila piutang tidak dilunasi, perusahaan tidak
memiliki kas.
1) Perputaran persediaan dalam kas (Inventory turnover in cash)
Rasio ini mengukur berapa kali dalam 1 tahun sebuah perusahaan
menghasilkan penjualan yang sama dengan saldo persediaannya.
20 Agnes Sawir, Ibid,h.148.
Revenues Inventory turnover in cash = ------------------ Inventory
2) Perputaran persediaan dalam unit (Inventory turnover in unit)
Rasio ini mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam persediaan
berputar dalam suatu periode tertentu. Rasio ini mengukur perputaran fisik
persediaan.
COGS Inventory turnover in units = ---------------- Inventory
e) Kecukupan Modal Kerja21
Modal kerja bersih, selisih antara aktiva lancar dan kewajiban lancar,
adalah ukuran dasar dari likuiditas perusahaan. Kecukupan modal kerja dapat
dievaluasi dengan menggunakan rasio:
1) Rasio total aktiva terhadap modal kerja bersih (total assets to net working
capital)
Rasio yang tinggi mengindikasikan rendahnya tingkat likuiditas,
sedangkan rasio yang rendah mengindikasikan tingkat likuiditas yang tinggi.
Total Assets Total assets to net working capital= ------------------------------- Net Working Capital
21 Agnes Sawir,Ibid.h.150-151.
2) Rasio kewajiban lancar terhadap modal kerja bersih (current liabilities to
net working capital ratio)
Rasio ini merupakan ekspresi alternative dari current ratio. Bila
current ratio rendah, rasio ini akan tinggi, mengindikasikan likuiditas rendah.
Bila rasio ini rendah, current ratio akan tinggi, mengindikasikan likuiditas
tinggi.
Current Liabilities Current Liabilities to net working capital=------------------------ Net working capital
3) Perputaran modal kerja (revenues to net working capital ratio)
Rasio ini mengukur aktivitas bisnis terhadap kelebihan aktiva lancar
atas kewajiban lancar. Rasio yang tinggi mengindikasikan likuiditas yang
rendah untuk mendukung operasional, rasio yang rendah menunjukkan
likuiditas tinggi.
Revenues Working capital turnover = ------------------------------ Net Working Capital
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja
Modal kerja memang sangat penting bagi perusahaan, oleh karena itu
dalam menentukan besarnya besarnya modal kerja yang dibutuhkan, menurut
Ridwan S. Sundjaja dan Inge Barlian dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Besar kecilnya skala usaha perusahaan
Kebutuhan modal kerja pada perusahaan besar berbeda dengan
perusahaan kecil. Hal yang terjadi karena beberapa alasan. Perusahaan besar
mempunyai keuntungan akibat lebih luasnya sumber pembiayaan yang
tersedia dibandingkan dengan perusahaan kecil yang sangat tergantung pada
beberapa sumber saja. Pada perusahaan kecil, tidak tertagihnya beberapa
piutang para pelanggan dapat sangat mempengaruhi unsur-unsur modal kerja
lainnya seperti kas dan persediaan.
2. Aktivitas perusahaan
Perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa tidak mempunyai
persediaan barang dagangan, sedangkan perusahaan yang menjual
persediaannya secara tunai tidak memiliki piutang dagang. Hal ini
mempengaruhi tingkat perputaran dan jumlah modal kerja suatu perusahaan.
Demikian pula dengan syarat pembelian dan waktu yang dibutuhkan untuk
memproduksi atau memperoleh barang yang akan dijual.
3. Volume Penjualan
Volume penjualan merupakan faktor yang sangat penting yang
mempengaruhi kebutuhan modal kerja. Bila penjualan meningkat maka
kebutuhan modal kerja pun akan meningkat, demikian pula sebaliknya.
4. Perkembangan Teknologi
Kemajuan teknologi, khususnya yang berhubungan dengan proses
produksi akan mempengaruhi kebutuhan modal kerja. Otomatisasi yang
mengakibatkan proses produksi yang lebih cepat membutuhkan persediaan
bahan baku yang lebih banyak agar kapasitas maksimum dapat dicapai, selain
itu akan membuat perusahaan mempunyai persediaan barang jadi dalam
jumlah yang lebih banyak pula bila tidak diimbangi dengan pertambahan
penjualan yang besar.
5. Sikap perusahaan terhadap likuiditas dan profitabilitas
Adanya biaya dari semua dana yang digunakan perusahaan
mengakibatkan jumlah modal kerja yang relatif besar mempunyai
kecenderungan untuk mengurangi laba perusahaan, tetapi dengan menahan
uang kas dan persediaan barang yang lebih besar akan membuat perusahaan
lebih mampu untuk membayar transaksi yang dilakukan dan risiko kehilangan
pelanggan tidak terjadi karena perusahaan mempunyai persediaan barang
yang cukup.22
C. Kinerja Keuangan
Suatu kinerja perusahaan yang baik dapat dinilai dan berbagai bidang,
baik pemasaran, produksi, distribusi, human resources, keuangan dan lain-lain.23
Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan salah satu sumber
informasi mengenai posisi keuangan perusahaan, kinerja serta perubahan posisi
22
Ridwan S.Sundjaja dan Inge Barlian, Manajemen Keuangan Dua (Jakarta : Literata Lintas Media,2002),h.157.
23 Sayekti Suindyah D, “Penggunaan Rasio Keuangan untuk pengelompokan perusahaan dari segi kinerja keuangan Pada Industri Manufaktur Yang Go Publik di Bursa Efek Surabaya.” (Fakultas Ekonomi Darul ‘Ulum Jombang, 1998), h. 49.
keuangan perusahaan yang sangat berguna untuk mendukung pengambilan
keputusan yang tepat.24 Untuk melakukan analisis perusahaan, disamping
dilakukan dengan melihat laporan keuangan perusahaan, juga bisa dilakukan
dengan menggunakan analisis rasio keuangan.25 Salah satu analisis untuk
membuat perencanaan dan pengendalian keuangan yang baik adalah dengan
melakukan analisis rasio keuangan. Rasio keuangan merupakan salah satu bentuk
informasi akuntansi yang penting dalam proses penilaian kinerja perusahaan,
sehingga dengan rasio keuangan tersebut dapat mengungkapkan kondisi keuangan
suatu perusahaan maupun kinerja yang telah dicapai perusahaan untuk suatu
periode tertentu.
1. Pengukuran Kinerja Keuangan
Pengukuran kinerja keuangan dapat dilakukan dengan penilaian
analisis rasio keuangan. Analisis rasio keuangan merupakan dasar untuk
menilai dan menganalisis prestasi operasi perusahaan atau kinerja perusahaan.
Rasio keuangan dirancang untuk mengevaluasi keuangan, yang berisi data
tentang posisi perusahaan pada suatu titik dan operasi perusahaan pada masa
lalu. Nilai nyata laporan keuangan terletak pada fakta bahwa laporan
keuangan dapat digunakan untuk membantu memperkirakan pendapatan dan
dividen masa yang akan datang. Analisis laporan keuangan merupakan
24 Dian Meriewaty dan Astuti Yuli Setyani. “Analisis Ratio Keuangan terhadap perubahan
Kinerja pada Perusahaan di Industri Food and Beverages yang Terdaftar di BEJ.” (Laporan Penelitian Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta, 2005), h. 105.
25 Umi Murtini dan Shinta Mareta.”Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Perubahan Harga Saham.” (Jurnal Riset Manajemen dan Bisnis 2006), h. 114.
permulaan masa depan bila dilihat dari sudut pandang investor, sedangkan
bagi manajemen, bermanfaat untuk membantu mengantisipasi kondisi
mendatang dan menjadi titik awal perencanaan tindakan yang akan
mempengaruhi jalannya kejadian mendatang.
2. Rasio Keuangan
Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari perbandingan dari
satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan
yang relevan.26 Menurut Keown, rasio keuangan adalah penulisan ulang data
akuntansi ke dalam bentuk perbandingan dalam rangka mengidentifikasi
kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan. Rasio keuangan dirancang
untuk memperlihatkan hubungan antara perkiraan-perkiraan laporan
keuangan.27 Ada beberapa rasio keuangan, yaitu :
1. Price Earning Ratio (PER)
PER tergolong dalam rasio penilaian yang merupakan ukuran
prestasi perusahaan yang paling lengkap oleh rasio tersebut mencerminkan
kombinasi pengaruh dari rasio resiko dengan rasio hasil pengembalian.
2. Return on Assets (ROA)
ROA tergolong dalam rasio profitabilitas yang merupakan hasil
akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan. Rasio ini adalah
26 Dian Meriewaty dan Astuti Yuli Setyani, Ibid. h.107. 27 Keown, Martin dkk, Manajemen Keuangan(Jakarta : Indeks,2002),h.70.
tingkat pengembalian atas total aktiva, yang dihitung dengan membagi
laba bersih setelah pajak dengan total aktiva.
3. Net Profit Margin (NPM)
NPM tergolong dalam rasio profitabilitas yang merupakan hasil
akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan. Rasio ini adalah
marjin laba atas penjualan, yang dihitung dengan membagi laba bersih
setelah pajak dengan penjualan bersih.
4. Debt Equity Ratio (DER)
Rasio ini menggambarkan perbandingan antara total hutang
dengan total ekuitas perusahaan yang digunakan sebagai sumber
pendanaan perusahaan.28
D. Hubungan Modal Kerja terhadap Kinerja Keuangan (Debt to Equity Ratio)
Besarnya modal kerja yang digunakan oleh perusahaan belum bisa
menjamin bahwa kinerja keuangannya akan baik, namun sebaliknya penggunaan
modal kerja yang kecil mungkin justru kinerja keuangannya akan baik, karena hal
ini tergantung dari efisien dan efektifnya perusahaan dalam menggunakan modal
kerja.
Berdasarkan uraian diatas mengenai faktor yang menyebabkan perubahan
kinerja keuangan, semakin jelas bahwa perubahan modal kerja akan
mempengaruhi kinerja keuangan. Hal tersebut dikarenakan aktiva likuid yang ada
pada modal kerja seperti kas, piutang dan persediaan mempunyai peranan yang
28 Umi Murtini, Ibid,h.114-115.
sangat besar terutama dalam penentuan besarnya produksi, penjualan dan target
akhir yaitu laba, serta perputaran aktiva.
Jadi apabila modal kerja mengalami perubahan maka secara otomatis
produksi, penjualan, laba serta perputaran aktiva akan mengalami perubahan dan
pada akhirnya kinerja keuangan juga akan mengalami perubahan. Untuk
mengukur seberapa besar pengaruh modal kerja terhadap kinerja keuangan akan
digunakan analisis regresi berganda dan analisis korelasi.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini akan membahas mengenai pengaruh modal kerja
terhadap kinerja keuangan. Obyek penelitian ini adalah perusahaan-
perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index tahun 2006-2007. Oleh
karena itu, ruang lingkup penelitian ini terdiri atas variabel modal kerja, yaitu
Current Ratio, Quick Ratio, Cash Ratio, Cash to Total Asset yang merupakan
variabel bebas (independen) dan variabel kinerja keuangan yaitu Debt to
Equity Ratio yang merupakan variabel terikat (dependen). Sumber data dalam
penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari publikasi laporan
keuangan perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index,
profil Bursa Efek Indonesia, buku-buku, dan jurnal ilmiah yang membahas
manajemen keuangan.
B. Metode Penarikan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar
di Jakarta Islamic Index. Sedangkan metode penarikan sampel pada penelitian
ini adalah dengan menggunakan metode Non Probability Sampling Purposive.
Non Probability Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu (umumnya disesuaikan dengan tujuan dan masalah
penelitian). Elemen populasi yang dipilih sebagai sampel dibatasi pada
elemen-elemen yang dapat memberikan informasi berdasarkan pertimbangan
tersebut.29 Adapun pertimbangan yang menjadi dasar pemilihan sampel adalah
1. Perusahaan yang digunakan sebagai sampel merupakan perusahaan-
perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index selama dua kali
berturut-turut dalam periode tahun 2006 hingga tahun 2007.
2. Laporan keuangan perusahaan per 30 Desember dari tahun 2006 sampai
tahun 2007 yang tersedia lengkap.
3. Laporan keuangan perusahaan dinyatakan dalam rupiah.
Dalam penelitian ini, hanya 23 perusahaan yang terdaftar di Jakarta
Islamic Index selama dua tahun berturut-turut dalam periode tahun 2006
hingga tahun 2007 dan laporan keuangannya dinyatakan dalam rupiah.
Adapun 23 perusahaan yang dijadikan sampel pada penelitian ini adalah :
Tabel 3.1 Perusahaan-perusahaan yang dijadikan sampel penelitian
NO KODE NAMA PERUSAHAAN 1 AALI Astra Agro Lestari Tbk 2 ADHI Adhi Karya (Persero) Tbk 3 ASII Astra International Tbk 4 ANTM Aneka Tambang (Persero) Tbk 5 BLTA Berlian Laju Tanker Tbk 6 BNBR Bakri & Brothers Tbk 7 BTEL Bakrie Telecom Tbk 8 CTRA Ciputra Development Tbk 9 CTRS Ciputra Surya Tbk 10 GJTL Gajah Tunggal Tbk 11 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
29 Ety Rochaety dkk, Metodologi Penelitian Bisnis: Dengan Aplikasi SPSS-Edisi pertama
(Jakarta : Mitra Wacana Media,2007),h.66.
12 INTP Indocement Tunggal Perkasa Tbk 13 ISAT Indosat Tbk 14 KLBF Kalbe Farma Tbk 15 LPKR Lippo Karawaci Tbk 16 LSIP PP London Sumatera Tbk 17 PGAS Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk 18 PTBA Tambang Batubara Bukit Asam Tbk 19 SMCB Holcim Indonesia Tbk 20 TLKM Telekomunikasi Indonesia Tbk 21 UNSP Bakrie Sumatera Plantations Tbk 22 UNTR United Tractors Tbk 23 UNVR Unilever Indonesia Tbk
Sumber : www.idx.co.id (Data diolah)
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
studi dokumentasi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder, yaitu berupa catatan atau laporan histeris yang telah dipublikasikan,
yaitu laporan keuangan tahunan perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic
Index tahun 2006 sampai dengan tahun 2007. Dimana data-data tersebut
diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui Pusat Referensi Pasar
Modal (PRPM). Selain itu metode yang digunakan dalam pengumpulan data
yaitu dengan mendownload di situs Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id).
Data-data yang dikumpulkan merupakan data time series dan cross section
yang disebut juga pooled data atau panel data. Data time series adalah data
yang berurutan dari tahun ke tahun, sedangkan data cross section adalah data
berupa variabel-variabel baik itu variabel independen maupun variabel
dependen.30
D. Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel adalah sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan dalam
penelitian yang merupakan satu konsep yang telah dioperasionalisasikan
menjadi berbagai variasi nilai (kategori)31. Variabel tersebut berupa variabel
bebas dan variabel terikat. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel Terikat ( Dependent Variable)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan yang
dikontribusikan dengan huruf (Y), rasio yang digunakan adalah Debt to
Equity, yaitu tingkat perbandingan utang atas ekuitas dalam pendanaan
perusahaan, yang dihitung dengan membagi total utang dengan total ekuitas.
Debt to Equity Ratio (DER) mengukur kemampuan modal sendiri perusahaan
dalam memenuhi seluruh kewajibannya. Ratio ini mengukur keseimbangan
proporsi antara aktiva yang didanai oleh kreditor dan yang didanai oleh
pemilik perusahaan dan juga dapat memberikan gambaran mengenai struktur
30 Umi Murtini dan Shinta Mareta, “Pengaruh Rasio Keuangan terhadap perubahan
Harga Saham.” Jurnal Riset Manajemen dan Bisnis, 2006. 31 Puguh Suharso, Metode Penelitian Kuantitatif Untuk Bisnis : Pendekatan Filosofi
dan Praktis, Jakarta : Pusat Pengkajian Kebijakan Teknologi Pengembangan Wilayah (BPPT), 2007, hal. 46.
modal yang dimiliki oleh perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak
tertagihnya suatu utang.32
2. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah modal kerja perusahaan
yang dikontribusikan dengan huruf (X) yang terdiri dari:
a. Current Ratio yaitu perbandingan antara jumlah aktiva lancar dengan
kewajiban lancar, yang memberikan gambaran tentang cukup tidak
tersedianya modal kerja.
b. Quick Ratio yaitu perbandingan antara quick asset dengan current
liabilities, yang mengukur likuiditas dengan menggunakan aktiva
paling likuid terhadap kewajiban lancar.
c. Cash Ratio yaitu perbandingan antara kas dengan kewajiban lancar,
yang mengukur kemampuan sesungguhnya untuk memenuhi utang-
utang tepat pada waktunya.
d. Cash to total assets ratio yaitu perbandingan antara kas dengan total
aktiva, besarnya kas sebagai bagian dari aktiva merefleksikan
kebijakan perusahaan tentang pentingnya likuiditas versus penggunaan
dana untuk aktiva tetap.
32 Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty. Analisis Laporan Keuangan Konsep dan Aplikasi
(Yogyakarta : UPP STIM YKPN, 2005), h.89.
E. Metode Analisis Data
1. Uji Asumsi Klasik
1) Uji Heterokedastisitas
Heterokedastisitas adalah suatu keadaan dimana varian dari
kesalahan pengganggu tidak konstan untuk semua nilai variabel bebas.
Uji heterokesdatisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain dengan menggunakan grafik Scatterplot. Model
regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas. Dasar
pengambilan keputusannya, jika ada pola tertentu, seperti titik-titik
yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang,
melebar, kemudian menyempit), maka mengindikasikan bahwa telah
terjadi heterokedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik
menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak
terjadi heterokedastisitas.33
2) Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika
terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi.
33 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS(Semarang :
BP. Undip, 2005),h.105.
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang
waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual
(kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi
lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu (time series)
karena gangguan pada seseorang individu/kelompok cenderung
mempengaruhi gangguan pada individu/kelompok yang sama pada
periode berikutnya. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi
dapat dilakukan dengan uji Durbin Watson. Menurut Ghozali
pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :34
Tabel 3.2 Pengambilan Keputusan ada tidaknya autokorelasi
Hipotesis nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif
Tolak 0 < d < dl
Tidak ada autokorelasi positif
No decision dl ≤ d ≤ du
Tidak ada korelasi negatif Tolak 4 – dl < d < 4 Tidak ada korelasi negatif No decision 4 – du ≤ d ≤ 4 - dl Tidak ada autokorelasi, positif atau negatif
Tidak ditolak du < d < 4 - du
Adapun Hipotesis yang akan diuji adalah :
H0 : Tidak ada autokorelasi (r = 0)
Ha : Ada autokorelasi (r ≠ 0)
34 Imam Ghozali, Ibid, h.95-96.
3) Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika
terjadi korelasi, maka terdapat masalah multikolinearitas atau multiko.
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara
variabel independennya. Ada tidaknya multikolinearitas di dalam
model regresi adalah dilihat dari besaran VIF (Variance Inflation
Factor) dan tolerance. Regresi yang terbebas dari masalah
multikolinearitas apabila nilai VIF<10 dan nilai tolerance>0,10, maka
data tersebut tidak ada multikolinearitas.35
4) Uji Normalitas Data
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel dependen dan variabel independen mempunyai
distribusi data normal atau tidak dengan menggunakan Normal P.P
Plot. Model regresi yang baik adalah mempunyai distribusi normal
atau mendekati normal. Jika data menyebar disekitar garis diagonal
dan mengikuti arah garis diagonal menunjukkan pola distribusi
normal, sehingga model regresi memenuhi asumsi normalitas.36
35 Imam Ghozali, Ibid,h.92. 36 Ibid,h.112.
2. Uji Statistik
1) Persamaan Regresi Berganda
Untuk menguji pengaruh Modal Kerja (Current Ratio, Quick
Ratio, Cash Ratio dan Cash to total assets ratio) terhadap Kinerja
Keuangan (Debt to Equity Ratio), maka akan digunakan teknik analisis
regresi linier berganda. Untuk menguji pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen, persamaan regresi yang digunakan adalah
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4+ e
Dimana:
Y = Debt to Equity
X1 = Current Ratio
X2 = Quick Ratio
X3 = Cash Ratio
X4 = Cash to total assets Ratio
α = Konstanta
e = Error
2) Analisis Pengaruh secara Parsial (Uji t)
Uji t digunakan untuk mengetahui hubungan masing-masing
variabel independen secara individual terhadap variabel dependen.
Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh masing-masing variabel
independen secara individual terhadap variabel dependen digunakan
taraf kepercayaan atau tingkat signifikansi 0,05. Taraf kepercayaan (α)
adalah peluang menolak H0 padahal H0 benar, yaitu peluang untuk
membuat salah jenis I. Biasanya taraf kepercayaan ditetapkan,
misalnya 5 dari 100 atau 5%.37 Jika probability t lebih besar dari 0,05
maka tidak ada pengaruh dari variabel independen terhadap variabel
dependen (koefisien regresi tidak signifikan), sedangkan jika nilai
probability t lebih kecil dari 0,05 maka terdapat pengaruh dari variabel
independen terhadap variabel dependen (koefisien signifikan).38
3) Uji Koefisien Determinasi
Untuk menentukan seberapa besar variabel independen dapat
menjelaskan variabel dependen, maka perlu diketahui koefisien
determinasi (R-Square). Jika R-Square adalah sebesar 1 berarti
fluktuasi variabel dependen seluruhnya dapat dijelaskan oleh variabel
independen dan tidak ada faktor lain yang menyebabkan fluktuasi
variabel dependen. Nilai R-Square berkisar hampir 1, berarti semakin
kuat kemampuan variabel independen dapat menjelaskan variabel
dependen. Sebaliknya, jika nilai R-Square semakin mendekati angka 0
berarti semakin lemah kemampuan variabel independen dapat
menjelaskan fluktuasi variabel dependen.39 Karena adanya kelemahan
mendasar penggunaan koefisien determinasi R2, maka digunakan nilai
37 Ety Rochaety dkk, Metodologi Penelitian Bisnis: Dengan Aplikasi SPSS-Edisi pertama (Jakarta : Mitra Wacana Media,2007),h.106.
38 Singgih Santoso, Latihan SPSS Statistik Parametrik, (Jakarta: Elekmedia Komputindo, 2002).h.168.
39 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, (Semarang:BP Undip,2005).h.45.
Adjusted R2 dalam penelitian ini dan nilai Adjusted R2 dapat naik dan
turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke model.
BAB IV
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN DAN ANALISA
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia
Bursa efek (stock exchange) adalah lembaga yang menyelenggarakan dan
menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan
beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara pelaku
pasar. Bursa efek didirikan dengan tujuan menyelenggarakan perdagangan efek
yang teratur, wajar dan efisien. Pemegang saham bursa efek adalah perusahaan
efek yang telah memperoleh izin usaha untuk melakukan kegiatan sebagai
perantara pedagang efek. Sebagai organisasi yang mengatur dirinya sendiri (self
regulatory organization), bursa efek wajib menetapkan peraturan keanggotaan,
pencatatan, perdagangan, kesepadanan efek, kliring dan penyelesaian transaksi
bursa, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan bursa efek. Selain itu bursa efek
juga menetapkan tata cara peralihan efek sehubungan dengan transaksi bursa yang
ditetapkan oleh bursa efek, menetapkan biaya pencatatan, iuran keanggotaan,
biaya transaksi, dan menetapkan satuan pemeriksa.40
40 Hendy M. Fakhruddin, Istilah Pasar Modal A-Z (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo,
2008), h.28.
Tabel 4.1 Sejarah Perkembangan Bursa Efek Indonesia
TAHUN KETERANGAN
14 Desember 1912 Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda.
1914 – 1918 Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I 1925 – 1942 Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan
Bursa Efek di Semarang dan Surabaya Awal tahun 1939 Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di
Semarang dan Surabaya ditutup. 1942 – 1952 Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang
Dunia II 1952 Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU
Darurat Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri keuangan (Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang diperdagangkan: Obligasi Pemerintah RI (1950)
1956 Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif.
1956 – 1977 Perdagangan di Bursa Efek vakum. 10 Agustus 1977 Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto.
BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama.
1977 – 1987 Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal.
1987 Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.
1988 – 1990 Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat.
2 Juni 1988 Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.
Desember 1988 Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.
16 Juni 1989 Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.
13 Juli 1992 Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.
22 Mei 1995 Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems).
10 November 1995 Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996.
1995 Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.
2000 Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia.
2002 BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading).
2007 Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).
Sumber : Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id)
Sumber : Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id)
B. Gambaran Umum
Pasar Modal Syariah merupakan pasar modal yang menerapkan prinsip
prinsip syariah dalam kegiatan transaksi ekonomi dan terlepas
dilarang seperti : riba, perjudian, spekulasi dan lain
Pasar modal syariah secara resmi diluncurkan pada tanggal 14 Maret 2003
bersamaan dengan penandatanganan MOU antara BAPEPAM
Syariah Nasional-
Walaupun secara resmi diluncurkan pada tahun 2003, namun instrumen
pasar modal syariah telah hadir di Indonesia pada tahun 1997. Hal ini ditandai
dengan peluncuran Danareksa Syariah pada 3 Juli 1997 oleh PT. Danareksa
Gambar 4.1 Struktur Pasar Modal Indonesia
Sumber : Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id)
Gambaran Umum Jakarta Islamic Index
Pasar Modal Syariah merupakan pasar modal yang menerapkan prinsip
prinsip syariah dalam kegiatan transaksi ekonomi dan terlepas
dilarang seperti : riba, perjudian, spekulasi dan lain-lain.
Pasar modal syariah secara resmi diluncurkan pada tanggal 14 Maret 2003
bersamaan dengan penandatanganan MOU antara BAPEPAM
-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI).
Walaupun secara resmi diluncurkan pada tahun 2003, namun instrumen
pasar modal syariah telah hadir di Indonesia pada tahun 1997. Hal ini ditandai
dengan peluncuran Danareksa Syariah pada 3 Juli 1997 oleh PT. Danareksa
Pasar Modal Syariah merupakan pasar modal yang menerapkan prinsip-
prinsip syariah dalam kegiatan transaksi ekonomi dan terlepas dari hal-hal yang
Pasar modal syariah secara resmi diluncurkan pada tanggal 14 Maret 2003
bersamaan dengan penandatanganan MOU antara BAPEPAM-LK dengan Dewan
Walaupun secara resmi diluncurkan pada tahun 2003, namun instrumen
pasar modal syariah telah hadir di Indonesia pada tahun 1997. Hal ini ditandai
dengan peluncuran Danareksa Syariah pada 3 Juli 1997 oleh PT. Danareksa
Investment Management. Selanjutnya Bursa Efek Indonesia bekerjasama dengan
PT. Danareksa Investment Management meluncurkan Jakarta Islamic Indeks pada
tanggal 3 Juli 2000 yang bertujuan untuk memandu investor yang ingin
mananamkan dananya secara syariah. Dengan hadirnya indeks tersebut, maka
para pemodal telah disediakan saham-saham yang dapat dijadikan sarana
berinvestasi dengan penerapan prinsip syariah.
Perkembangan selanjutnya, instrumen investasi syariah di pasar modal
terus bertambah dengan kehadiran Obligasi Syariah PT. Indosat Tbk pada awal
September 2002. Instrumen ini merupakan obligasi syariah pertama dan
dilanjutkan dengan penerbitan obligasi syariah lainnya. Pada tahun 2004, terbit
pertama kali obligasi syariah dengan akad sewa atau dikenal dengan obligasi
syariah Ijarah. Selanjutnya, pada tahun 2006 muncul instrumen baru yaitu Reksa
Dana Indeks dimana indeks yang dijadikan sebagai underlying adalah Indeks JII.
Di Indonesia, prinsip-prinsip penyertaan modal secara syariah tidak
diwujudkan dalam bentuk saham syariah maupun non-syariah, melainkan berupa
pembentukan indeks saham yang memenuhi prinsip-prinsip syariah. Dalam hal
ini, di Bursa Efek Indonesia terdapat Jakarta Islamic Index (JII) yang merupakan
30 saham yang memenuhi kriteria syariah yang ditetapkan Dewan Syariah
Nasional (DSN). Indeks JII dipersiapkan oleh PT. Bursa Efek Indonesia (BEI)
bersama dengan PT. Danareksa Investment Management (DIM).
Jakarta Islamic Index dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolak ukur
(benchmark) untuk mengukur kinerja suatu investasi pada saham dengan basis
syariah. Melaui indeks ini diharapkan dapat menigkatkan kepercayaan investor
untuk mengembangkan investasi dalam ekuiti secara syariah.
Jakarta Islamic Index terdiri dari 30 jenis saham yang dipilih dari saham-
saham yang sesuai dengan syariah Islam. Penentuan kriteria pemilihan saham
dalam Jakarta Islamic Index melibatkan pihak Dewan Pengawas Syariah PT.
Danareksa Investment Management. Saham-saham yang masuk dalam Indeks
Syariah adalah emiten yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah
seperti :
1. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang
dilarang.
2. Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan dan
asuransi konvensional. Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta
memperdagangkan makanan dan minuman yang tergolong haram.
3. Usaha yang memperoduksi, mendistribusi dan/atau menyediakan barang-
barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.
Selain kriteria diatas, dalam proses pemilihan saham yang masuk JII
Bursa Efek Indonesia melakukan tahap-tahap pemilihan yang juga
mempertimbangkan aspek likuiditas dan kondisi keuangan emiten, yaitu :
1. Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 bulan (kecuali termasuk
dalam 10 kapitalisasi besar).
2. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahun
berakhir yang memiliki rasio Kewajiban terhadap Aktiva maksimal sebesar
90%.
3. Memilih 60 saham dari susunan saham diatas berdasarkan urutan rata-rata
kapitalisasi pasar (market capitalization) terbesar selama satu tahun terakhir.
4. Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata nilai
perdagangan regular selama satu tahun terakhir.
Pengkajian ulang akan dilakukan 6 bulan sekali dengan penentuan
komponen indeks pada awal bulan Januari dan Juli setiap tahunnya.
Sedangkan perubahan pada jenis usaha emiten akan dimonitoring secara terus
menerus berdasarkan data-data publik yang tersedia.
C. Analisa Hasil Penelitian
Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 23 perusahaan yang terdaftar di
Jakarta Islamic Index Bursa Efek Indonesia selama 2 tahun terhitung dari tahun 2006
sampai dengan tahun 2007. Dari hasil penelitian yang diperoleh dengan
menggunakan program komputer SPSS.12 (Statistical Package for Service Softition).
Hasil dan pembahasan dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Analisis Deskriptif
Data-data yang digunakan dalam analisa ini diperoleh dari laporan keuangan
publikasi tahunan untuk perhitungan modal kerja dan rasio-rasio keuangan yang
diteliti dari tahun 2006 hingga tahun 2007. Penulis hanya membatasi dari tahun 2006
hingga tahun 2007 karena memiliki sampel perusahaan yang cukup banyak yaitu 23
perusahaan dari 30 perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index. Setelah diteliti
dengan uji asumsi klasik data tahun 2006 sampai tahun 2007 tidak terjadi masalah,
sehingga data tersebut layak digunakan untuk memprediksi pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen.
a. Current Ratio
Current ratio adalah rasio yang membandingkan antara aktiva lancar yang
dimiliki perusahaan dengan hutang jangka pendek, aktiva lancar meliputi kas, efek
persediaan, dan aktiva lancar lainnya. Sedangkan hutang jangka pendek meliputi
hutang dagang, hutang wesel, hutang bank, hutang gaji, dan hutang lainnya yang
harus segera dibayarkan.
Semakin tinggi rasio ini berarti semakin bagus karena menunjukkan bahwa
perusahaan mampu melunasi kewajiban jangka pendeknya tepat waktu. Semakin
tinggi rasio ini berarti semakin tinggi tingkat likuiditas perusahaan sehingga kinerja
keuangan perusahaan tersebut semakin baik.
Rasio lancar (current ratio) adalah rasio untuk mengukur sampai seberapa
jauh aset lancar perusahaan mampu untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya.
Semakin tinggi rasio ini akan semakin aman bagi kreditor.41
Current ratio termasuk dalam kelompok rasio likuiditas dari rasio-rasio modal
kerja. Semakin tinggi jumlah aktiva lancar (relatif terhadap utang lancar) semakin
41 Toto Prihadi, Deteksi Cepat Kondisi Keuangan : 7 Analisis Rasio Keuangan, (Jakarta :
PPM, 2008).h.21.
tinggi rasio lancar, yang berarti pula semakin tinggi tingkat likuiditas perusahaan.42
Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah dalam
likuiditas. Sebaliknya suatu perusahaan yang current ratio-nya terlalu tinggi juga
kurang bagus, karena menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya
dapat mengurangi kemampuan labaan perusahaan.43
Tabel 4.2 Data Current Ratio Jakarta Islamic Index Tahun 2006-2007 NO Nama Perusahaan 2006 2007 1 AALI 0.8733 1.6030 2 ADHI 1.1949 1.2093 3 ANTM 2.8127 4.4741 4 ASII 0.7838 0.9124 5 BLTA 1.5332 0.6972 6 BNBR 1.9396 1.2511 7 BTEL 1.7609 1.8022 8 CTRA 2.8716 4.1585 9 CTRS 2.0637 2.6944 10 GJTL 1.9429 2.2085 11 INDF 1.1818 0.9210 12 INTP 2.1445 2.9602 13 ISAT 0.8327 0.9258 14 KLBF 5.0417 4.9826 15 LPKR 1.5425 1.6994 16 LSIP 0.5681 1.0974 17 PGAS 1.4562 1.1723 18 PTBA 5.4405 4.4321 19 SMCB 1.2264 1.3301 20 TLKM 0.6780 0.7728 21 UNSP 3.5481 3.1730 22 UNTR 1.3340 1.3394 23 UNVR 1.2660 1.1098 Rata-rata 1.9146 2.0403
Sumber : Data diolah
42 Handono Mardiyanto, Intisari Manajemen Keuangan, (Jakarta:PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia, 2009).h.55. 43 Agnes Sawir, Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan(Jakarta
: PT.Gramedia Pustaka Utama, 2001),h.8.
Nilai rata-rata current ratio, untuk tahun 2006 adalah 1.9146 dan tahun
2007 adalah 2.0403. Hal ini menunjukkan bahwa current ratio perusahaan yang
terdaftar di Jakarta Islamic Index tahun 2006 hingga 2007 mengalami kenaikan
sebesar 1.06 %.
Perusahaan yang berada diatas rata-rata pada tahun 2006 adalah PT.
Aneka Tambang (Persero) Tbk sebesar 2.8127, PT. Bakri & Brothers Tbk sebesar
1.9396, PT. Ciputra Development Tbk sebesar 2.8716, PT. Ciputra Surya Tbk
sebesar 2.0637, PT. Gajah Tunggal Tbk sebesar 1.9429, PT. Indocement Tunggal
Perkasa Tbk sebesar 2.1445, PT. Kalbe Farma Tbk sebesar 5.0417, PT. Tambang
Batubara Bukit Asam Tbk sebesar 5.4405, PT. Bakrie Sumatera Plantation Tbk
sebesar 3.5481.
Pada tahun 2007 perusahaan yang berada diatas rata-rata adalah PT.
Aneka Tambang (Persero) Tbk sebesar 4.4741, PT. Ciputra Development Tbk
sebesar 4.1585, PT. Ciputra Surya Tbk sebesar 2.6944, PT. Gajah Tunggal Tbk
sebesar 2.2085, PT. Indocement Tunggal Perkasa Tbk sebesar 2.9602, PT. Kalbe
Farma Tbk sebesar 4.9826, PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk sebesar
4.4321, PT. Bakrie Sumatera Plantations Tbk sebesar 3.1730.
Nilai current ratio tertinggi pada tahun 2006 dimiliki oleh PT. Tambang
Batubara Bukit Asam Tbk yaitu sebesar 5.4405 dan pada tahun 2007 oleh PT.
Kalbe Farma Tbk sebesar 4.9826. Perusahaan-perusahaan yang memiliki current
ratio yang paling tinggi ini merupakan perusahaan yang dapat menutupi semua
hutang lancarnya dengan aktiva lancar yang dimilikinya. Angka-angka tersebut
sangat bagus karena aset lancar yang dimiliki perusahaan Tambang Batubara
Bukit Asam dan Kalbe Farma sangat banyak dan cukup untuk menutupi hutang
lancarnya.
Nilai current ratio
London Sumatera Tbk yaitu sebesar 0.5681 dan pada tahun 2007 dimiliki oleh
PT. Berlian Laju Tanker Tbk yaitu sebesar 0.6972. Kondisi perusahaan
perusahaan ini sangat buruk, karena aset lan
mampu menutupi hutang lancarnya. Karena angka satu kali (1X) mencerminkan
aset lancar sama dengan utang lancar. Angka 1,5 X lebih aman untuk digunakan
sebagai batas bawah.
Grafik Perkembangan Rata
44 Toto Prihadi, Deteksi
PPM, 2008).h.21.
sangat bagus karena aset lancar yang dimiliki perusahaan Tambang Batubara
Bukit Asam dan Kalbe Farma sangat banyak dan cukup untuk menutupi hutang
current ratio terendah pada tahun 2006 dimiliki oleh PT. PP
London Sumatera Tbk yaitu sebesar 0.5681 dan pada tahun 2007 dimiliki oleh
PT. Berlian Laju Tanker Tbk yaitu sebesar 0.6972. Kondisi perusahaan
perusahaan ini sangat buruk, karena aset lancar perusahaan yang dimiliki tidak
mampu menutupi hutang lancarnya. Karena angka satu kali (1X) mencerminkan
aset lancar sama dengan utang lancar. Angka 1,5 X lebih aman untuk digunakan
sebagai batas bawah.44
Gambar 4.2 Grafik Perkembangan Rata-Rata Current ratio Jakarta Islamic Index
Januari 2006-Desember 2007
Deteksi Cepat Kondisi Keuangan : 7 Analisis Rasio Keuangan
1.91
2.04
Grafik Perkembangan Current ratio Tahun 2006-2007
Tahun 2006 Tahun 2007
sangat bagus karena aset lancar yang dimiliki perusahaan Tambang Batubara
Bukit Asam dan Kalbe Farma sangat banyak dan cukup untuk menutupi hutang
terendah pada tahun 2006 dimiliki oleh PT. PP
London Sumatera Tbk yaitu sebesar 0.5681 dan pada tahun 2007 dimiliki oleh
PT. Berlian Laju Tanker Tbk yaitu sebesar 0.6972. Kondisi perusahaan-
car perusahaan yang dimiliki tidak
mampu menutupi hutang lancarnya. Karena angka satu kali (1X) mencerminkan
aset lancar sama dengan utang lancar. Angka 1,5 X lebih aman untuk digunakan
ratio Jakarta Islamic Index Periode
Cepat Kondisi Keuangan : 7 Analisis Rasio Keuangan, (Jakarta :
Current
Pada grafik diatas menunjukkan adanya kenaikan current ratio. Nilai rata-
rata current ratio pada tahun 2006 sebesar 1,91 dan naik pada tahun 2007 sebesar
2,04. Hal ini berarti likuiditas perusahaan semakin bagus artinya perusahaan
mampu untuk memenuhi hutang-hutangnya.
b. Quick Ratio
Quick ratio yaitu hasil pembagian antara aktiva lancar setelah dikurangi
persediaan dengan kewajiban jangka pendek. Rasio ini digunakan untuk
mengukur likuiditas dengan jangka yang sangat pendek. Quick ratio hanya
memperhitungkan aset yang sudah lebih dekat dengan uang tunai. Secara umum,
dapat dikatakan bahwa sebuah perusahaan yang mempunyai rasio kurang dari 1:1
dianggap kurang baik.45
45 Handono Mardianto, Ibid.h.145-146.
Tabel 4.3 Data Quick Ratio Perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index
Tahun 2006 – 2007
NO Nama Perusahaan 2006 2007 1 AALI 0.5329 1.2005 2 ADHI 1.1117 1.1285 3 ANTM 2.0095 3.7408 4 ASII 0.5845 0.6978 5 BLTA 1.4879 0.6743 6 BNBR 1.5755 1.1211 7 BTEL 1.7196 1.7663 8 CTRA 0.8594 2.4322 9 CTRS 0.3105 0.4925 10 GJTL 1.0933 1.6084 11 INDF 0.7105 0.5946 12 INTP 0.9708 1.6487 13 ISAT 0.8164 0.9120 14 KLBF 3.6988 3.0915 15 LPKR 0.6359 0.7507 16 LSIP 0.4306 0.8264 17 PGAS 1.4394 1.1657 18 PTBA 4.8351 4.0415 19 SMCB 0.8597 1.0904 20 TLKM 0.6675 0.7626 21 UNSP 3.2309 2.8458 22 UNTR 0.9380 0.9356 23 UNVR 0.8949 0.7566 Rata-rata 1.3658 1.4906
Sumber : Data diolah
Nilai rata-rata quick ratio, untuk tahun 2006 adalah 1.3658 dan tahun
2007 adalah 1.4906. Hal ini menunjukkan bahwa quick ratio perusahaan yang
terdaftar di Jakarta Islamic Index tahun 2006 sampai dengan tahun 2007
mengalami kenaikan sebesar 1.09 %.
Perusahaan yang berada diatas rata-rata pada tahun 2006 adalah PT.
Aneka Tambang (Persero) Tbk yaitu sebesar 2.0095, PT. Berlian Laju Tanker
Tbk sebesar 1.4879, PT. Bakri & Brothers Tbk sebesar 1.5755, PT. Bakrie
Telecom Tbk yaitu sebesar 1.7196, PT. Kalbe Farma Tbk sebesar 3.6988,
Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk yaitu sebesar 1.4394, PT. Tambang
Batubara Bukit Asam Tbk sebesar 4.8351 dan PT. Bakrie Sumatera Plantations
Tbk sebesar 3.2309.
Pada tahun 2007 perusahaan yang berada diatas rata-rata adalah PT.
Aneka Tambang (Persero) Tbk yaitu sebesar 3.7408, PT. Bakrie Telecom Tbk
sebesar 1.7663, PT. Ciputra Development Tbk sebesar 2.4322, PT. Gajah Tunggal
Tbk sebesar 1.6084, PT. Indocement Tunggal Perkasa Tbk sebesar 1.6487, PT.
Kalbe Farma Tbk sebesar 3.0915, PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk yaitu
sebesar 4.0415 dan PT. Bakrie Sumatera Plantations Tbk sebesar 2.8458.
Nilai quick ratio tertinggi pada tahun 2006 dimiliki oleh PT. Tambang
Batubara Bukit Asam Tbk yaitu sebesar 4.8351 dan pada tahun 2007 oleh PT.
Tambang Batubara Bukit Asam Tbk sebesar 4.0415. Hal ini berarti perusahaan
Tambang Batubara Bukit Asam mampu melunasi hutang jangka sangat
pendeknya tepat waktu, karena nilai quick ratio-nya sangat tinggi. Nilai quick
ratio terendah pada tahun 2006 dan 2007 dimiliki oleh PT. Ciputra Surya Tbk
yaitu masing-masing sebesar 0.3105 dan 0.4925. Hal ini berarti perusahaan
tersebut memiliki likuiditas perusahaan jangka sangat pendeknya sangat rendah,
dan kurang bagus.
Grafik Perkembangan Rata
Pada grafik diatas menunjukkan adanya peningkatan
rata-rata quick ratio
sebesar 1,49. Hal ini menunjukkan kondisi likuiditas perusahaan yang terdaftar di
Jakarta Islamic Index
c. Cash Ratio
Cash ratio
kerja yang digunakan untuk menghitung kecukupan kas. Rasio kas mengukur
likuiditas dari aktiva lancar yang pasti dapat dicairkan menjadi kas. Bilamana
persediaan diperkirakan lama terjual dan piut
menggunakan rasio kas sebagai pengukur likuiditas, bukan rasio lancar atau rasio
Grafik Perkembangan
tersebut memiliki likuiditas perusahaan jangka sangat pendeknya sangat rendah,
dan kurang bagus.
Gambar 4.3 Grafik Perkembangan Rata-Rata Quick ratio Jakarta Islamic Index
Periode Januari 2006-Desember 2007
Pada grafik diatas menunjukkan adanya peningkatan
quick ratio pada tahun 2006 sebesar 1,36 dan naik pada tahun 2007
sebesar 1,49. Hal ini menunjukkan kondisi likuiditas perusahaan yang terdaftar di
Jakarta Islamic Index semakin baik.
Cash ratio merupakan kelompok rasio likuiditas dari rasio
kerja yang digunakan untuk menghitung kecukupan kas. Rasio kas mengukur
likuiditas dari aktiva lancar yang pasti dapat dicairkan menjadi kas. Bilamana
persediaan diperkirakan lama terjual dan piutang lama tertagih, kita sebaiknya
menggunakan rasio kas sebagai pengukur likuiditas, bukan rasio lancar atau rasio
1.36
1.49
Grafik Perkembangan Quick ratioTahun 2006-2007
Tahun 2006 Tahun 2007
tersebut memiliki likuiditas perusahaan jangka sangat pendeknya sangat rendah,
Rata Quick ratio Jakarta Islamic Index
Pada grafik diatas menunjukkan adanya peningkatan quick ratio. Nilai
pada tahun 2006 sebesar 1,36 dan naik pada tahun 2007
sebesar 1,49. Hal ini menunjukkan kondisi likuiditas perusahaan yang terdaftar di
merupakan kelompok rasio likuiditas dari rasio-rasio modal
kerja yang digunakan untuk menghitung kecukupan kas. Rasio kas mengukur
likuiditas dari aktiva lancar yang pasti dapat dicairkan menjadi kas. Bilamana
ang lama tertagih, kita sebaiknya
menggunakan rasio kas sebagai pengukur likuiditas, bukan rasio lancar atau rasio
Quick ratio
cepat. Semakin tinggi rasio ini, maka semakin tinggi tingkat likuiditas
perusahaan, sehingga kinerja keuangan perusahaan pun semakin baik.
Tabel 4.4 Data Cash Ratio Perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index
Tahun 2006-2007
NO Nama Perusahaan 2006 2007 1 AALI 0.3468 0.9852 2 ADHI 0.0808 0.2399 3 ANTM 0.9649 2.6372 4 ASII 0.2357 0.2935 5 BLTA 0.6888 0.3809 6 BNBR 0.4410 0.2636 7 BTEL 0.7994 0.5748 8 CTRA 0.6251 2.0899 9 CTRS 0.2253 0.2927 10 GJTL 0.1925 0.3673 11 INDF 0.2841 0.3551 12 INTP 0.0534 0.4051 13 ISAT 0.4126 0.6907 14 KLBF 1.9149 1.4793 15 LPKR 0.3330 0.4436 16 LSIP 0.2705 0.6700 17 PGAS 0.4942 0.3888 18 PTBA 3.0010 3.1982 19 SMCB 0.3357 0.6207 20 TLKM 0.4049 0.4905 21 UNSP 0.4608 0.8079 22 UNTR 0.2259 0.1973 23 UNVR 0.4930 0.1801 Rata-rata 0.5776 0.7849
Sumber : Data diolah
Nilai rata-rata cash ratio, untuk tahun 2006 adalah 0.5776 dan tahun 2007
adalah 0.7849. Hal ini menunjukkan bahwa cash ratio perusahaan yang terdaftar
di Jakarta Islamic Index tahun 2006 sampai dengan tahun 2007 mengalami
kenaikan sebesar 1.36 %.
Perusahaan yang berada diatas rata-rata pada tahun 2006 adalah PT.
Aneka Tambang (Persero) Tbk yaitu sebesar 0.9649, PT. Berlian Laju Tanker
Tbk sebesar 0.6888, PT. Bakrie Telecom Tbk yaitu sebesar 0.7994, PT. Ciputra
Development Tbk sebesar 0.6251, PT. Kalbe Farma Tbk sebesar 1.9149 dan PT.
Tambang Batubara Bukit Asam Tbk sebesar 3.0010.
Pada tahun 2007 perusahaan yang berada diatas rata-rata adalah PT. Astra
Agro Lestari Tbk sebesar 0.9852, PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk yaitu
sebesar 2.6372, PT. Ciputra Development Tbk sebesar 2.0899, PT. Kalbe Farma
Tbk sebesar 1.4793, PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk yaitu sebesar
3.1982 dan PT. Bakrie Sumatera Plantations Tbk sebesar 0.8079.
Nilai Cash ratio tertinggi pada tahun 2006 dan 2007 dimiliki oleh PT.
Tambang Batubara Bukit Asam Tbk yaitu sebesar 3.0010 dan 3.1982. Nilai cash
RATIO terendah pada tahun 2006 dimiliki oleh PT. Indocement Tunggal Perkasa
Tbk yaitu sebesar 0.0534 dan pada tahun 2007 dimiliki oleh PT. Unilever
Indonesia Tbk yaitu sebesar 0.1801.
Grafik Perkembangan Rata
Pada grafik diatas menunjukkan bahwa ada kenaikan
rata-rata cash ratio
0,78. Hal ini berarti kondisi likuiditas perusahaan semakin bagus karena
perusahaan dapat memenuhi kewajiban
d. Cash to Total Asset Ratio
Cash to total asset ratio
rasio modal kerja yang digunakan untuk menghitung kecukupan kas dari suatu
perusahaan. Rasio ini menjelaskan bahwa besarnya kas sebagai bagian dari aktiva
merefleksikan kebijakan perusahaan tentang pentingnya
penggunaan dana untuk aktiva tetap.
Grafik Perkembangan
Gambar 4.4 Grafik Perkembangan Rata-Rata Cash ratio Jakarta Islamic Index
Periode Januari 2006-Desember 2007
Pada grafik diatas menunjukkan bahwa ada kenaikan
atio tahun 2006 sebesar 0,57 dan naik pada tahun 2007 sebesar
0,78. Hal ini berarti kondisi likuiditas perusahaan semakin bagus karena
perusahaan dapat memenuhi kewajiban-kewajibannya tepat waktu.
Cash to Total Asset Ratio
Cash to total asset ratio merupakan kelompok rasio likuiditas dari rasio
rasio modal kerja yang digunakan untuk menghitung kecukupan kas dari suatu
perusahaan. Rasio ini menjelaskan bahwa besarnya kas sebagai bagian dari aktiva
merefleksikan kebijakan perusahaan tentang pentingnya
penggunaan dana untuk aktiva tetap.
0.57
0.78
Grafik Perkembangan Cash ratioTahun 2006-2007
Tahun 2006 Tahun 2007
Jakarta Islamic Index
Pada grafik diatas menunjukkan bahwa ada kenaikan cash ratio. Nilai
tahun 2006 sebesar 0,57 dan naik pada tahun 2007 sebesar
0,78. Hal ini berarti kondisi likuiditas perusahaan semakin bagus karena
kewajibannya tepat waktu.
merupakan kelompok rasio likuiditas dari rasio-
rasio modal kerja yang digunakan untuk menghitung kecukupan kas dari suatu
perusahaan. Rasio ini menjelaskan bahwa besarnya kas sebagai bagian dari aktiva
merefleksikan kebijakan perusahaan tentang pentingnya likuiditas versus
Cash ratio
Tabel 4.5 Data Cash to Total Asset Ratio Perusahaan yang Terdaftar di
Jakarta Islamic Index Tahun 2006 – 2007
NO Nama Perusahaan 2006 2007 1 AALI 0.0559 0.1892 2 ADHI 0.0606 0.1810 3 ANTM 0.1561 0.3941 4 ASII 0.0816 0.0986 5 BLTA 0.1080 0.0958 6 BNBR 0.0620 0.0625 7 BTEL 0.1080 0.0634 8 CTRA 0.1475 0.3059 9 CTRS 0.0868 0.0755 10 GJTL 0.0330 0.0678 11 INDF 0.1104 0.1536 12 INTP 0.0045 0.0307 13 ISAT 0.0820 0.1859 14 KLBF 0.2728 0.2173 15 LPKR 0.1590 0.1926 16 LSIP 0.0861 0.1418 17 PGAS 0.0444 0.0605 18 PTBA 0.4167 0.5659 19 SMCB 0.0406 0.0946 20 TLKM 0.1107 0.1236 21 UNSP 0.0489 0.0843 22 UNTR 0.0813 0.0797 23 UNVR 0.2193 0.0820 Rata-rata 0.1120 0.1542
Sumber : Data diolah
Nilai rata-rata cash to total asset ratio, untuk tahun 2006 adalah 0.1120
dan tahun 2007 adalah 0.1542. Hal ini menunjukkan bahwa cash to total asset
ratio perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index tahun 2006 sampai
dengan tahun 2007 mengalami kenaikan sebesar 1.38 %.
Perusahaan yang berada diatas rata-rata pada tahun 2006 adalah PT.
Aneka Tambang (Persero) Tbk yaitu sebesar 0.1561, PT. Ciputra Development
Tbk sebesar 0.1475, PT. Kalbe Farma Tbk sebesar 0.2728, PT. Lippo Karawaci
Tbk yaitu sebesar 0.1590, PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk sebesar
0.4167 dan PT. Unilever Indonesia Tbk sebesar 0.2193.
Pada tahun 2007 perusahaan yang berada diatas rata-rata adalah PT. Astra
Agro Lestari Tbk sebesar 0.1892, PT. Adhi Karya (Persero) Tbk yaitu sebesar
0.1810, PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk yaitu sebesar 0.3941, PT. Ciputra
Development Tbk sebesar 0.3059, PT. Indosat Tbk sebesar 0.1859, PT. Kalbe
Farma Tbk sebesar 0.2173, PT. Lippo Karawaci Tbk sebesar 0.1926 dan PT.
Tambang Batubara Bukit Asam Tbk yaitu sebesar 0.5659.
Nilai Cash to Total Asset Ratio tertinggi pada tahun 2006 dan 2007
dimiliki oleh PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk yaitu masing-masing
sebesar 0.4167 dan 0.5659. Nilai Cash to Total Asset Ratio terendah pada tahun
2006 dan tahun 2007 dimiliki oleh PT. Indocement Tunggal Perkasa Tbk yaitu
masing-masing sebesar 0.0045 dan 0.0307.
Grafik Perkembangan RataJakarta Islamic Index
Pada grafik diatas menunjukkan adanya kenaikan
Nilai rata-rata cash to total asset ratio
0,15 pada tahun 2007. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan mampu memenuhi
hutang-hutangnya dibuktikan dengan membaiknya kondisi likuiditas perusahaan.
e. Debt to Equity Ratio
Rasio utang terhadap ekuitas dihitung hany
perusahaan (termasuk kewajiban jangka pendek) dengan ekuitas pemegang
saham. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin buruk kondisi solvabilitasnya.
Rasio sebesar 2.33 X, yaitu 70% utang dan 30% modal, cukup layak untuk
Gambar 4.5 Grafik Perkembangan Rata-Rata Cash to total asset ratio
Jakarta Islamic Index Periode Januari 2006-Desember 2007
Pada grafik diatas menunjukkan adanya kenaikan cash to total asset ratio
cash to total asset ratio tahun 2006 sebesar 0,11 dan naik sebesar
0,15 pada tahun 2007. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan mampu memenuhi
hutangnya dibuktikan dengan membaiknya kondisi likuiditas perusahaan.
Debt to Equity Ratio
Rasio utang terhadap ekuitas dihitung hanya dengan membagi total utang
perusahaan (termasuk kewajiban jangka pendek) dengan ekuitas pemegang
saham. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin buruk kondisi solvabilitasnya.
Rasio sebesar 2.33 X, yaitu 70% utang dan 30% modal, cukup layak untuk
0.11
0.15
Grafik Perkembangan Cash to total asset ratio Tahun 2006-2007
Tahun 2006 Tahun 2007
Cash to total asset ratio Desember 2007
cash to total asset ratio.
tahun 2006 sebesar 0,11 dan naik sebesar
0,15 pada tahun 2007. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan mampu memenuhi
hutangnya dibuktikan dengan membaiknya kondisi likuiditas perusahaan.
a dengan membagi total utang
perusahaan (termasuk kewajiban jangka pendek) dengan ekuitas pemegang
saham. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin buruk kondisi solvabilitasnya.
Rasio sebesar 2.33 X, yaitu 70% utang dan 30% modal, cukup layak untuk
Cash to 2007
dijadikan sebagai pedoman.46 Rasio ini bertujuan untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-
kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio yang digunakan untuk
mengukur tingkat solvabilitas dalam penelitian ini yaitu leverage ratio.
Tabel 4.6 Data Debt to Equity Ratio
Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index Tahun 2006 – 2007
NO Nama Perusahaan 2006 2007 1 AALI 0.2723 0.3183 2 ADHI 5.5130 7.1302 3 ANTM 0.7031 0.3736 4 ASII 1.4077 1.1687 5 BLTA 1.6207 5.2338 6 BNBR 0.9354 0.8808 7 BTEL 0.4826 1.4873 8 CTRA 0.4581 0.3371 9 CTRS 0.6415 0.4122 10 GJTL 2.4076 2.5437 11 INDF 2.2312 3.1433 12 INTP 0.5910 0.4461 13 ISAT 1.2384 1.7204 14 KLBF 0.3607 0.3310 15 LPKR 1.7581 1.4263 16 LSIP 1.2180 0.7011 17 PGAS 1.7105 2.2258 18 PTBA 0.3485 0.3990 19 SMCB 2.3668 2.1932 20 TLKM 1.6768 1.4315 21 UNSP 1.7752 0.8073 22 UNTR 1.4380 1.2587 23 UNVR 0.9531 0.9811 Rata-rata 1.3960 1.6065
Sumber : Data diolah
46 Toto Prihadi, Deteksi Cepat Kondisi Keuangan : 7 Analisis Rasio Keuangan, (Jakarta :
PPM, 2008).h. 93.
Nilai rata-rata Debt to Equity Ratio, untuk tahun 2006 adalah 1.3960 dan
tahun 2007 adalah 1.6065. Hal ini menunjukkan bahwa Debt to Equity Ratio
perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index tahun 2006 sampai dengan
tahun 2007 mengalami kenaikan sebesar 1,15 %.
Perusahaan yang berada diatas rata-rata pada tahun 2006 adalah PT. Adhi
Karya (Persero) Tbk sebesar 5.5130, PT. Astra International Tbk sebesar 1.4077,
PT. Berlian Laju Tanker Tbk sebesar 1.6207, PT. Gajah Tunggal Tbk sebesar
2.4076, PT. Indofood Sukses Makmur Tbk sebesar 2.2312, PT. Lippo Karawaci
Tbk sebesar 1.7581, Perusahaan Gas Negara Tbk sebesar 1.7105, PT. Holcim
Indonesia Tbk sebesar 2.3668, PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk sebesar
1.6768, PT. Bakrie Sumatera Plantations Tbk sebesar 1.7752 dan PT. United
Tractors Tbk sebesar 1.4380.
Pada tahun 2007 perusahaan yang berada diatas rata-rata adalah PT. Adhi
Karya (Persero) Tbk yaitu sebesar 7.1302, PT. Berlian Laju Tanker Tbk sebesar
5.2338, PT. Gajah Tunggal Tbk sebesar 2.5437, PT. Indofood Sukses Makmur
Tbk sebesar 3.1433, PT. Indosat Tbk sebesar 1.7204, Perusahaan Gas Negara Tbk
sebesar 2.2258 dan PT. Holcim Indonesia Tbk sebesar 2.1932.
Perusahaan-perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang memiliki
debt to equity ratio-nya diatas rata-rata. Dengan demikian dapat dikatakan
perusahaan-perusahaan tersebut memiliki kondisi solvabilitas yang buruk. Hal ini
dibuktikan dengan angka debt to equity ratio-nya yang tinggi.
Nilai Debt to Equity Ratio
oleh PT. Adhi Ka
7.1320. Hal ini berarti perusahaan ini memiliki kondisi solvabilitas yang buruk
karena debt to equity
tahun 2006 dan tahun 2007 dimiliki ol
masing-masing sebesar 0.2723 dan 0.3183. Hal ini berarti Astra Agro Lestari
mampu untuk menutupi hutang
nilai debt to equity
kecil rasio ini berarti menunjukkan bahwa perusahaan mampu menutup hutang
hutangnya kepada pihak luar.
Grafik Perkembangan RataJakarta Islamic Index
Debt to Equity Ratio tertinggi pada tahun 2006 dan 2007 dimiliki
oleh PT. Adhi Karya (Persero) Tbk yaitu masing-masing sebesar 5.5130 dan
7.1320. Hal ini berarti perusahaan ini memiliki kondisi solvabilitas yang buruk
debt to equity-nya paling tinggi. Nilai Debt to Equity Ratio
tahun 2006 dan tahun 2007 dimiliki oleh PT. Astra Agro Lestari Tbk yaitu
masing sebesar 0.2723 dan 0.3183. Hal ini berarti Astra Agro Lestari
mampu untuk menutupi hutang-hutangnya kepada pihak luar, hal ini dibuktikan
debt to equity-nya rendah. Kondisi ini dapat dikatakan bagus
kecil rasio ini berarti menunjukkan bahwa perusahaan mampu menutup hutang
hutangnya kepada pihak luar.
Gambar 4.6 Grafik Perkembangan Rata-Rata Debt to Equity Ratio
Jakarta Islamic Index Periode Januari 2006-Desember 2007
1.39
1.6
Grafik Perkembangan Debt to Equity Ratio Tahun 2006-2007
Tahun 2006 Tahun 2007
tertinggi pada tahun 2006 dan 2007 dimiliki
masing sebesar 5.5130 dan
7.1320. Hal ini berarti perusahaan ini memiliki kondisi solvabilitas yang buruk
Debt to Equity Ratio terendah pada
eh PT. Astra Agro Lestari Tbk yaitu
masing sebesar 0.2723 dan 0.3183. Hal ini berarti Astra Agro Lestari
hutangnya kepada pihak luar, hal ini dibuktikan
nya rendah. Kondisi ini dapat dikatakan bagus karena semakin
kecil rasio ini berarti menunjukkan bahwa perusahaan mampu menutup hutang-
Debt to Equity Ratio Desember 2007
Debt to 2007
Pada grafik diatas menunjukkan adanya kenaikan debt to equity ratio.
Nilai rata-rata debt to equity ratio tahun 2006 sebesar 1,39 dan naik sebesar 1,6
pada tahun 2007. Ada peningkatan sebesar 1,15% menunjukkan kondisi
solvabilitas perusahaan memburuk karena semakin tinggi debt to equity ratio
semakin buruk kinerja keuangannya karena perusahaan kurang mampu untuk
menutupi hutang-hutangnya baik jangka panjang maupun jangka pendek tepat
waktu.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Heteroskedastisitas
Gambar 4.7. Grafik scatterplot hasil SPSS versi 12.0 for windows
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar secara acak,
tidak membentuk pola tertentu yang teratur, serta tersebar baik diatas maupun
dibawah angka nol pada sumbu Y, hal ini berarti model regresi tidak terjadi
-2 -1 0 1 2 3
Regression Standardized Predicted Value
-4
-2
0
2
4
Regre
ssion
Stud
entiz
ed Re
sidua
l
Dependent Variable: Debt to Equity Ratio
Scatterplot
heteroskedastisitas, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi
kinerja keuangan (DER) berdasarkan masukan dari variabel independennya.
b. Uji Autokorelasi
Tabel 4.7 Hasil Uji Autokorelasi
Model Summary(b)
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson 1 .754(a) .568 .526 .24476 2.218
a Predictors: (Constant), Cash to Total Asset, Current Ratio, Quick Ratio, Cash Ratio b Dependent Variable: Debt to Equity Ratio Sumber : Hasil SPSS versi 12.0 for windows
Nilai DW sebesar 2.218, nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel
dengan menggunakan nilai signifikansi 5 %, jumlah sampel 46 (n) dan jumlah
variabel independen 4 (k=4), maka di tabel Durbin Watson yang dimulai dari
jumlah sampel 15 sampai 50 akan didapatkan nilai 1,34 dl dan 1,72 du.
Tabel 4.8 Durbin Watson Test Bound
k=4 n dl du 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
0.69 0,74 0,78 0,82 0,86 0,90 0,93 0,96 0,99 1,01 1,04 1,06 1,08 1,10
1.97 1,93 1,90 1,87 1,85 1,83 1,81 1,80 1,79 1,78 1,77 1,76 1,76 1,75
29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 45 50
1,12 1,14 1,16 1,18 1,19 1,21 1,22 1,24 1,25 1,26 1,27 1,29 1.34 1,38
1,74 1,74 1,74 1,73 1,73 1,73 1,73 1,73 1,72 1,72 1,72 1,72 1,72 1.72
Sumber : Tabel Durbin Watson
Oleh karena nilai DW 2.218 lebih besar dari batas atas (du) 1.72 dan
kurang dari 4-1.72 (4-du), maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima, yang
menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi positif atau negatif atau dapat
disimpulkan tidak terdapat autokorelasi.
c. Uji Multikolinearitas
Tabel 4.9 Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficients(a)
Model CollinearityStatistics CollinearityStatistics
Tolerance VIF 1 (Constant) Current Ratio .379 2.636 Quick Ratio .273 3.657 Cash Ratio .190 5.262 Cash to Total Asset .330 3.032
a Dependent Variable: Debt to Equity Ratio Sumber : Hasil SPSS versi 12.0 for windows
Untuk mendeteksi model regresi terjadi masalah Multikolinearitas atau
tidak, dapat dilihat dari angka VIF (Variance Inflation Factor) dan tolerance
apabila nilai VIF>10 dan nilai tolerance<0,10, maka terjadi masalah
Multikolinearitas. Berdasarkan tabel 4.8. diatas nilai VIF masing-masing
variabel adalah sebesar 2,636, 3,657, 5,262 dan 3,032 jadi nilai VIF tidak ada
yang memiliki nilai lebih besar dari 10 dan nilai tolerancenya adalah 0,379,
0,273, 0,190 dan 0,330 yang berarti tidak ada yang memiliki nilai lebih kecil
dari 0,10. Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian ini tidak terjadi masalah
Multikolinearitas.
d. Uji Normalitas Data
Gambar 4.8. Hasil Uji Normalitas SPSS versi 12.0 for windows
Untuk mengetahui normal tidaknya data sampel penelitian, dapat
dideteksi dengan melihat Normal P-P Plot of Regression, yaitu :
a. Jika data atau titik-titiknya mendekati garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Expect
ed Cu
m Prob
Dependent Variable: Debt to Equity Ratio
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
b. Jika data atau titik-titiknya menjauhi garis diagonal dan atau tidak
mengikuti arah garis diagonal, maka diagonal regresi tidak memenuhi
asumsi normalitas.
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa titik-titiknya mendekati garis
diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi pada
penelitian ini memenuhi asumsi normalitas.
3. Uji Statistik
a. Persamaan Regresi Linier Berganda
Tabel 4.10 Model Regresi Linier Berganda dan Nilai T Hitung
Coefficients(a)
Model Unstandardized
Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta 1 (Constant) .335 .137 2.441 .019 Current Ratio -.986 .229 -.719 -4.315 .000 Quick Ratio .963 .251 .752 3.834 .000 Cash Ratio -.951 .228 -.981 -4.169 .000 Cash to Total
Asset .465 .182 .457 2.558 .014
a Dependent Variable: Debt to Equity Ratio
Dari hasil perhitungan diatas dapat dibuat model persamaannya, yakni :
Y = 0,335 – 0,986x1 + 0,963x2 – 0,951x3 + 0,465x4 + e
Cara membaca persamaan diatas adalah :
Nilai 0,335 merupakan nilai konstanta (a) yang menunjukan bahwa
jika tidak ada nilai untuk Current Ratio(X1), Quick Ratio(X2), Cash Ratio(X3)
dan Cash to Total Asset(X4), maka tingkat kinerja keuangan (Debt to Equity
Ratio) akan mencapai 0,335.
Nilai – 0,986 X1 merupakan koefisien regresi, yang menunjukan
bahwa setiap adanya upaya peningkatan sebesar satu satuan untuk Current
Ratio, maka akan ada penurunan kinerja keuangan (Debt to Equity Ratio)
sebesar Rp 0,986. Hal ini berarti current ratio memiliki pengaruh yang negatif
signifikan terhadap debt to equity ratio. Apabila current ratio naik maka debt
to equity ratio akan turun. Semakin kecil debt to equity ratio perusahaan
berarti kinerja keuangannya dinilai baik karena perusahaan tersebut mampu
menutupi hutang-hutangnya.
Nilai 0,963 X2 merupakan koefisien regresi, yang menunjukkan bahwa
setiap adanya upaya penambahan sebesar satu satuan nilai untuk Quick Ratio,
maka akan ada kenaikan tingkat kinerja keuangan (Debt to Equity Ratio)
sebesar Rp 0,963. Hal ini berarti quick ratio memiliki pengaruh yang positif
signifikan terhadap debt to equity ratio. Apabila quick ratio naik maka debt to
equity ratio akan naik. Semakin tinggi debt to equity ratio perusahaan berarti
kondisi solvabilitas perusahaannya buruk karena modal atau kekayaan yang
tersedia belum mampu menutupi hutang-hutang perusahaan baik jangka
pendek maupun jangka panjang disebabkan tingginya rasio hutang terhadap
modal sendiri. Dengan demikian kinerja keuangan perusahaan dinilai kurang
baik.
Nilai – 0,951 X3 merupakan koefisien regresi, yang menunjukan
bahwa setiap ada upaya peningkatan sebesar satu satuan nilai untuk Cash
Ratio, maka akan ada penurunan pada tingkat kinerja keuangan (Debt to
Equity Ratio) sebesar Rp 0,951. Hal ini berarti cash ratio berpengaruh negatif
signifikan terhadap debt to equity ratio. Apabila cash ratio naik maka debt to
equity ratio akan turun. Semakin kecil tingkat debt to equity ratio akan
semakin bagus kondisi solvabilitas perusahaan karena perusahaan dapat
menutupi seluruh hutang-hutangnya tepat waktu. Dengan demikian kinerja
keuangan perusahaan akan semakin baik.
Nilai 0,465 X4 merupakan koefisien regresi, yang menunjukkan bahwa
setiap adanya upaya peningkatan sebesar satu satuan nilai untuk Cash to Total
Asset, maka akan ada kenaikan pada tingkat kinerja keuangan (Debt to Equity
Ratio) sebesar Rp 0,465. Hal ini berarti cash to total asset berpengaruh
positif signifikan terhadap debt to equity ratio. Apabila cash to total asset
naik maka debt to equity ratio akan naik. Semakin tinggi debt to equity ratio
perusahaan maka kondisi solvabilitasnya buruk artinya perusahaan tidak
mampu untuk menutupi hutang-hutangnya dikarenakan tingginya rasio hutang
dibandingkan dengan modal sendiri perusahaan. Dengan demikian kinerja
keuangan perusahaan tersebut dinilai kurang baik.
Interpretasi :
Dengan memperhatikan persamaan regresi berganda dan tabel Thitung
diatas bahwa variabel independen yang paling dominan berpengaruh terhadap
variabel dependen adalah Quick Ratio(X2) karena setiap ada upaya
peningkatan sebesar satu satuan nilai untuk Quick Ratio maka akan ada
kenaikan tingkat kinerja keuangan (DER) sebesar 0,963. Dan jika
membandingkan nilai Thitung dan Ttabel, Quick Ratio memiliki nilai 3,834
(Thitung > Ttabel=3,834>1,684) yang berarti variabel Quick Ratio memiliki
pengaruh paling dominan terhadap variabel dependen dibandingkan variabel
independen lain.
b. Analisis Pengaruh secara Parsial (Uji t)
Pengujian nilai t dilakukan untuk menguji adakah pengaruh yang
signifikan masing-masing variabel current ratio(X1), quick ratio(X2), cash
ratio(X3) dan cash to total asset ratio(X4) terhadap debt to equity ratio(Y).
1. Pengujian X1 terhadap Y :
a) Hipotesis :
H0 : b1 = 0 : Tidak terdapat pengaruh X1 terhadap Y
Ha : b1 ≠ 0 : Terdapat pengaruh X1 terhadap Y
b) Ketentuan :
H0 : ditolak, jika probabilitas < α 0,05
H0 : diterima, jika probabilitas > α 0,05
c) Hasil Analisis :
Dari hasil perhitungan oleh SPSS, nilai t untuk variabel current ratio
sebesar – 4,315 dengan probabilitas (signifikansi) = 0,000. Ketentuan
menyebutkan bahwa jika angka probabilitas < dari 0,05 maka terdapat
hubungan yang signifikan antar variabel X1 dengan variabel Y. Jadi
probabilitas 0,000 < 0,05 , dengan demikian H0 ditolak, dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh X1 (Current Ratio) terhadap Y (Debt
to Equity Ratio).
2. Pengujian X2 terhadap Y :
a) Hipotesis :
H0 : b1 = 0 : Tidak terdapat pengaruh X2 terhadap Y
Ha : b1 ≠ 0 : Terdapat pengaruh X2 terhadap Y
b) Ketentuan :
H0 : ditolak, jika probabilitas < α 0,05
H0 : diterima, jika probabilitas > α 0,05
c) Hasil Analisis :
Jika melihat hasil perhitungan oleh SPSS, nilai t untuk variabel quick
ratio sebesar 3,834 dengan probabilitas (signifikansi) = 0,000. Jadi
probabilitas 0,000 < 0,05 , dengan demikian H0 ditolak, dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh X2 (Quick Ratio) terhadap Y (Debt
to Equity Ratio).
3. Pengujian X3 terhadap Y :
a) Hipotesis :
H0 : b1 = 0 : Tidak terdapat pengaruh X3 terhadap Y
Ha : b1 ≠ 0 : Terdapat pengaruh X3 terhadap Y
b) Ketentuan :
H0 : ditolak, jika probabilitas < α 0,05
H0 : diterima, jika probabilitas > α 0,05
c) Hasil Analisis :
Dari hasil perhitungan oleh SPSS, nilai t untuk variabel cash ratio
sebesar – 4,169 dengan probabilitas (signifikansi) = 0,000. Jadi
probabilitas 0,000 < 0,05 , dengan demikian H0 ditolak, dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh X3 (Cash Ratio) terhadap Y (Debt to
Equity Ratio).
4. Pengujian X4 terhadap Y :
a) Hipotesis :
H0 : b1 = 0 : Tidak terdapat pengaruh X4 terhadap Y
Ha : b1 ≠ 0 : Terdapat pengaruh X4 terhadap Y
b) Ketentuan :
H0 : ditolak, jika probabilitas < α 0,05
H0 : diterima, jika probabilitas > α 0,05
c) Hasil Analisis :
Jika memperhatikan hasil perhitungan oleh SPSS, maka nilai t untuk
variabel cash to total asset ratio sebesar 2,558 dengan probabilitas
(signifikansi) = 0,014. Jadi probabilitas 0,014 < 0,05 , dengan
demikian H0 ditolak, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh X4 (Cash
to Total Asset Ratio) terhadap Y (Debt to Equity Ratio).
c. Uji Koefisien Determinasi
Tabel 4.11 Nilai Koefisien Determinasi
Model Summary(b)
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson 1 .754(a) .568 .526 .24476 2.218
a Predictors: (Constant), Cash to Total Asset, Current Ratio, Quick Ratio, Cash Ratio b Dependent Variable: Debt to Equity Ratio
Sumber : Hasil SPSS versi 12.0 for windows
Uji koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui besarnya
kontribusi variabel independen terhadap variabel dependen. Tabel diatas
menampilkan nilai R, R2, Adjusted R2 dan Durbin Watson. Jika R semakin
mendekati angka 1, berarti semakin kuat kemampuan variabel independen
dapat menjelaskan variabel dependen.
Berdasarkan tabel 4.5 diatas, maka dapat dianalisis bahwa nilai R
sebesar 0,754 menunjukkan bahwa korelasi antara Debt to Equity Ratio
dengan keempat variabel independennya mempunyai pengaruh yang kuat.
Artinya jika rasio-rasio modal kerja (current ratio, quick ratio, cash ratio,
cash to total asset ratio) ditingkatkan, maka kinerja keuangan (Debt to Equity
Ratio) akan meningkat dan semakin baik.
Adapun nilai R2 (R Square) atau disebut dengan Koefisien
Determinasi (KD) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi
variabel independen terhadap variabel dependen. Berdasarkan tabel diatas, R
square = 0,568 artinya variabel Debt to Equity Ratio dapat dijelaskan oleh
variabel current ratio, quick ratio, cash ratio dan cash to total asset ratio
sebesar 56,8% sedangkan sisanya sebesar (100% - 56,8%) = 43,2 %
dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar model regresi tersebut.
Adjusted R Square atau koefisien determinasi yang disesuaikan
sebesar sebesar 0,526 adalah sebuah statistik yang berusaha untuk mengoreksi
koefisien determinasi untuk lebih mendekati ketepatan model dalam populasi.
Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa variabel independen mampu
menjelaskan variabel dependen sebesar 52,6% sedangkan sisanya dijelaskan
oleh variabel lain.
Interpretasi
Perbandingan hasil penelitian sekarang dengan penelitian sebelumnya
berdasarkan uji secara statistic adalah pada penelitian sekarang keempat
variabel modal kerja (Current ratio(X1), Quick ratio(X2), Cash ratio(X3) dan
Cash to total asset ratio(X4)) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
kinerja keuangan (Debt to Equity Ratio). Current ratio dan cash ratio
memiliki pengaruh yang negatif signifikan terhadap debt to equity ratio.
Sedangkan quick ratio dan cash to total asset ratio memiliki pengaruh yang
positif signifikan terhadap debt to equity ratio. Maka dari itu, perusahaan
harus memperhatikan modal kerjanya agar kemampuan perusahaan untuk
memenuhi seluruh kewajibannya dapat dilaksanakan dengan baik terutama
pada current ratio dan cash ratio perusahaan, karena dengan naiknya rasio-
rasio ini akan berpengaruh turunnya debt to equity ratio, semakin kecil debt to
equity ratio perusahaan maka semakin bagus kondisi solvabilitas perusahaan
karena perusahaan mampu untuk menutupi seluruh hutang-hutangnya kepada
pihak luar baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Sedangkan pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Oktaviani
(2005) hanya variabel X3 (Quick Asset to Revenues Ratio) saja yang tidak
berpengaruh terhadap variabel Y (Net Profit Marjin). Hal ini dikarenakan
rasio quick assets terhadap penjualan memang tidak ada pengaruhnya
terhadap net profit marjin. Sedangkan variabel X1 (current ratio), X2 (cash to
revenues ratio) dan X4 (current assets to total assets ratio) mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel Y (Net Profit Marjin). Hal ini
dikarenakan rasio kecukupan aktiva lancar dan rasio kecukupan kas sangat
berpengaruh terhadap perolehan laba. Semakin tinggi rasio kecukupan aktiva
lancar dan rasio kecukupan kas maka kemampuan perusahaan untuk
memperoleh laba akan semakin tinggi.
Pada penelitian Bintang Dwi Ramadhan menunjukkan bahwa tidak
adanya pengaruh modal kerja terhadap rentabilitas ekonomi karena thitung <
ttabel atau 0,806<4,3027, H0 diterima yang menyatakan bahwa tidak ada
pengaruh modal kerja terhadap rentabilitas ekonomi. Alasan yang mendasari
pernyataan tersebut bahwa modal kerja tidak berpengaruh terhadap
rentabilitas ekonomi adalah :
1. Rasio modal kerja per aktiva total selama kurun waktu empat tahun terus
mengalami penurunan, yaitu 0,813; 0,789; 0,771; 0,739. Penurunan modal
kerja ini disebabkan karena peningkatan unsur-unsur yang terdapat pada
modal kerja (aktiva lancar) yaitu kas dan bank, investasi jangka pendek,
piutang, persediaan, dan aktiva lancar lainnya, dimana unsure-unsur
tersebut mengalami penurunan.
2. Rentabilitas ekonomi selama kurun waktu empat tahun mengalami
peningkatan, kecuali pada tahun 2001 mengalami penurunan sebesar
5084,6% dari tahun sebelumnya. Penurunan yang terjadi pada tahun 2001
disebabkan adanya penurunan profit margin sebesar 5538,3%.
Pada penelitian Temi Apriani, aktiva tetap (X1) tidak berpengaruh
terhadap profitabilitas (Return on Investmen) karena nilai thitung (-0,649) < ttabel
(-2,571) berada didaerah penerimaan H0 yang artinya aktiva tetap tidak
berpengaruh terhadap profitabilitas. Sedangkan modal kerja (X2) berpengaruh
terhadap profitabilitas (Return on Investmen).
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan pada bab IV yang diselesaikan menurut metode
penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis dapat memberikan
beberapa kesimpulan mengenai pengaruh modal kerja terhadap kinerja keuangan
sebagai berikut :
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi Debt to Equity Ratio
Dari hasil penelitian ini, yang menjadi faktor-faktor yang
mempengaruhi Debt to Equity Ratio adalah rasio aktiva lancar terhadap aktiva
lancar (naiknya rasio ini akan menurunkan tingkat rasio utang terhadap modal
sendiri perusahaan), rasio quick assets terhadap kewajiban lancar (naiknya
rasio ini akan menaikkan tingkat Debt to Equity Ratio, rasio kas terhadap
kewajiban lancar (naiknya rasio ini akan menurunkan rasio utang terhadap
modal sendiri perusahaan), dan rasio kas terhadap total aktiva (naiknya rasio
ini akan menaikkan Debt to Equity Ratio.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi Debt to Equity Ratio diluar
dari penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Ratno Dewo dalam
tesisnya yang berjudul “Efek Pajak terhadap Besarnya Debt Equity Ratio pada
perusahaan Go Public di Bursa Efek Jakarta”. Adapun faktor-faktor tersebut
adalah variabel Tax shield, Firm size, Profitabilitas, Likuiditas dan
Asymmetric information.
Dengan mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi Debt
to Equity Ratio baik dari penelitian ini maupun penelitian sebelumnya, maka
investor yang ingin berinvestasi secara syariah di Jakarta Islamic Index dapat
memperhatikan faktor-faktor tersebut dengan harapan tidak menghadapi risiko
besar di kemudian hari.
2. Hasil uji secara parsial
Hasil uji t, dilihat dari tingkat signifikansinya, penelitian ini
mempunyai kesimpulan bahwa keempat variabel Current ratio(X1), Quick
ratio(X2), Cash ratio(X3) dan Cash to total asset ratio(X4) mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel Y dengan nilai signifikansinya X1
= 0,000 , X2 = 0,000 , X3 = 0,000 , dan X4 = 0,014 yang kesemuanya masih
dibawah 0,05. Current ratio dan cash ratio memiliki pengaruh negatif
signifikan terhadap debt to equity ratio sedangkan quick ratio dan cash to
total asset ratio memiliki pengaruh positif signifikan terhadap debt to equity
ratio.
3. Variabel X yang paling berpengaruh terhadap Y
Hasil pengujian regresi berganda menunjukkan bahwa variabel yang
mempunyai pengaruh paling dominan terhadap Debt to Equity Ratio (DER)
adalah variabel Quick ratio (X2).
B. REKOMENDASI
Berdasarkan hasil dan analisa yang telah dilakukan oleh peneliti, terdapat
pengaruh yang signifikan antara keempat variabel modal kerja terhadap kinerja
keuangan (Debt to Equity Ratio). Oleh karena itu, rekomendasi yang dapat
penulis berikan adalah sebagai berikut :
1. Bagi perusahaan
Bagi perusahaan agar selalu menjaga modal kerjanya secara efektif dan
efisien supaya kelangsungan operasional perusahaan dapat berjalan dengan
baik tanpa adanya hambatan, sehingga perusahaan akan mampu untuk
memenuhi seluruh kewajiban operasionalnya.
2. Bagi Investor
Sebelum para investor menanamkan modalnya secara syariah pada
perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index atau ingin membeli saham
mana yang memiliki prospek bagus, maka sebaiknya investor dapat
memperhatikan kinerja keuangan perusahaan tersebut yang dapat dilihat dari
rasio-rasio keuangan pada laporan keuangan.
3. Bagi Akademisi
Bagi peneliti selanjutnya agar dapat mengembangkan penelitian ini dengan
menambah variabel lain dari rasio-rasio modal kerja guna keluasan penelitian
dan agar lebih bervariasi, memperpanjang periode penelitian dan menambah
sampel penelitian sehingga dapat mencerminkan keadaan pasar yang
sesungguhnya di Bursa Efek Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Al-Karim
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik cet. XIII. Jakarta: PT Rinela Cipta, 2006.
Astuti, Dewi. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta : Ghalia Indonesia, 2002. Boediono. Teori dan Aplikasi: Statistika dan Probabilitas. Bandung: Rosda Karya,
2002. Darmadji, Tjiptono dan Fakhruddin, Hendy M. Pasar Modal di Indonesia :
Pendekatan Tanya Jawab. Jakarta : Salemba Empat, 2008. Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang : BP
Undip, 2005. Gitman, Lawrence. J. Principle of Managerial Finance. Addison-Wesley, 2003. Keown, Martin, Petty, ScottJr. Manajemen Keuangan. Jakarta : Indeks, 2002. Laporan Keuangan Perusahaan Jakarta Islamic Indeks Tahun 2006 dan 2007. Laporan
Keuangan diakses pada 19 Agustus 2009 pada http//www.idx.co.id Mardiyanto, Handono. Intisari Manajemen Keuangan. Jakarta : PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2009. Meriewaty, Dian dan Setyani, Astuti Yuli. “Analisis Ratio Keuangan terhadap
Perubahan Kinerja pada Perusahaan di Industri Food and Beverages yang Terdaftar di BEJ.” Laporan Penelitian Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta, 2005.
M. Fakhruddin, Hendy. Istilah Pasar Modal A-Z. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo, 2008. Munawir.S. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta : Liberty, 2002. Murtini, Umi dan Mareta, Shinta.”Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Perubahan
Harga Saham.” Jurnal Riset Manajemen dan Bisnis, 2006.
Nurismalatri. “Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) dan Return On Equity (ROE) terhadap Harga Saham (Pada Data Panel Perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Indeks.” Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009.
Oktaviani. “ Analisis Pengaruh Modal Kerja terhadap Profitabilitas pada Industri
Properti (BEJ) Periode tahun 2000-2003.” Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005.
Prastowo, Dwi dan Juliaty, Rifka. Analisis Laporan Keuangan Konsep dan Aplikasi.
Yogyakarta : UPP STIM YKPN, 2005. Prihadi, Toto. Deteksi Cepat Kondisi Keuangan : 7 Analisis Rasio Keuangan. Jakarta:
PPM, 2008. Profil Bursa Efek Indonesia dan Jakarta Islamic Indeks. Diakses pada 06 Agustus
2009 pada http//www.idx.co.id Riyanto, Bambang. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan Edisi 4. Yogyakarta :
BPFE-Yogyakarta, 1995. Rochaety, Ety. Metodologi Penelitian Bisnis : Dengan Aplikasi SPSS-Edisi Pertama.
Jakarta : Mitra Wacana Media, 2007. Ross, Stephen A. dkk. Pengantar Keuangan Perusahaan Corporate Finance
Fundamentals Edisi 8. Jakarta : Salemba Empat, 2009. Santoso, Singgih. Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta : Elekmedia
Komputindo, 2002. Sawir, Agnes. Analisa Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan.
Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001. Suharso, Puguh. Metode Penelitian Kuantitatif Untuk Bisnis : Pendekatan Filosofi
dan Praktis. Jakarta : Pusat Pengkajian Teknologi Pengembangan Wilayah Jakarta (BPPT), 2007.
Suindyah, Sayekti. “Penggunaan Rasio Keuangan untuk Pengelompokan Perusahaan
dari segi Kinerja Keuangan Pada Industri Manufaktur Yang Go Publik di Bursa Efek Surabaya.” Fakultas Ekonomi Universitas Darul’ Ulum Jombang, 1998.
Sundjaja, Ridwan S. dan Barlian Inge. Manajemen Keuangan Dua Edisi Keempat. Jakarta : Literata Lintas Media, 2002.
Syafri, Sofyan. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 1997. Syamsuddin, Lukman. Manajemen Keuangan Perusahaan : Konsep Aplikasi dalam :
Perencanaan, Pengawasan dan Pengambilan Keputusan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007.
LAMPIRAN I :
DATA KEUANGAN PERUSAHAAN-PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI JAKARTA ISLAMIC INDEX BEI TAHUN 2006-2007 (Dalam Jutaan Rupiah)
1. PT. Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) Tahun Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Total Aktiva Total Kewajiban Ekuitas Kas Inventories 2006 492195 563599 3496955 748388 2748567 195440 191861 2007 1647854 1027958 5352986 1292384 4060602 1012772 413813
2. PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk. (ANTM) Tahun Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Total Aktiva Total Kewajiban Ekuitas Kas Inventories 2006 3317603 1179516 7292142 3010540 4281602 1138182 947390 2007 8048100 1798817 12037917 3274338 8763579 4743875 1319084
3. PT. Bakri & Brothers Tbk. (BNBR) Tahun Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Total Aktiva Total Kewajiban Ekuitas Kas Inventories 2006 2364935 1219306 8666760 4188830 4477930 537672 443910 2007 4195126 3353229 14137256 4322340 4907458 883975 435836
4. PT. Indocement Tunggal Perkasa Tbk. (INTP) Tahun Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Total Aktiva Total Kewajiban Ekuitas Kas Inventories 2006 1741702 812180 9598280 3565518 6032762 43386 953204 2007 2248589 759613 10016028 3090020 6926008 307759 996214
5. PT. Kalbe Farma Tbk. (KLBF) Tahun Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Total Aktiva Total Kewajiban Ekuitas Kas Inventories 2006 3321278 658760 4624619 1080171 2994817 1261454 884654 2007 3760008 754629 5138212 1121188 3386862 1116346 1427068
6. PT. PP London Sumatera Tbk. (LSIP) Tahun Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Total Aktiva Total Kewajiban Ekuitas Kas Inventories 2006 539735 950121 2985212 1639311 1345900 257054 130636 2007 914538 833347 3938140 1623113 2315027 558359 225833
7. PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk. (PTBA) Tahun Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Total Aktiva Total Kewajiban Ekuitas Kas Inventories 2006 2347761 431533 3107734 800093 2295460 1295035 261249 2007 3080350 695010 3928071 1116799 2799118 2222819 271482
8. PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. (TLKM) Tahun Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Total Aktiva Total Kewajiban Ekuitas Kas Inventories 2006 13920792 20535685 75135745 47067056 28068689 8315836 213329 2007 15978095 20674629 82058760 48310181 33748579 10140791 211441
9. PT. United Tractors Tbk. (UNTR) Tahun Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Total Aktiva Total Kewajiban Ekuitas Kas Inventories 2006 5402542 4049798 11247846 6606651 4594437 914887 1603720 2007 7036656 5253733 13002619 7216432 5733335 1036406 2121187
10. PT. Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) Tahun Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Total Aktiva Total Kewajiban Ekuitas Kas Inventories 2006 2604552 2057451 4626000 2257473 2368527 1014379 763398 2007 2694667 2428128 5333406 2641265 2692141 437224 857463
11. PT. Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI) Tahun Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Total Aktiva Total Kewajiban Ekuitas Kas Inventories 2006 2571437 2152017 2869948 2429287 440661 174005 179041 2007 3952657 3268544 4333167 3787812 531235 784298 264231
12. PT. Lippo Karawaci Tbk. (LPKR) Tahun Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Total Aktiva Total Kewajiban Ekuitas Kas Inventories 2006 6250399 4052070 8485854 5208254 2962489 1349407 3673732 2007 7773049 4574065 10533372 5998958 4206060 2028987 4339285
13. PT. Holcim Indonesia Tbk. (SMCB) Tahun Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Total Aktiva Total Kewajiban Ekuitas Kas Inventories 2006 1049572 855818 7065846 4967178 2098668 287284 313841 2007 1460971 1098383 7208250 4950893 2257357 681794 263316
14. PT. Astra International Tbk. (ASII) Tahun Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Total Aktiva Total Kewajiban Ekuitas Kas Inventories 2006 15731494 20070497 57929290 31498444 22375766 4729943 4000697 2007 19474163 21343163 63519598 31511736 26962594 6264894 4581729
15. PT. Berlian Laju Tanker Tbk. (BLTA) Tahun Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Total Aktiva Total Kewajiban Ekuitas Kas Inventories 2006 1972477 1286463 8205956 5074796 3131160 886091 58880 2007 3624617 5198831 20668624 17353043 3315582 1980423 118865
16. PT. Gajah Tunggal Tbk. (GJTL) Tahun Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Total Aktiva Total Kewajiban Ekuitas Kas Inventories 2006 2423220 1247198 7276025 5140783 2135242 240122 1059611 2007 3445377 1560032 8454693 6068879 2385814 572947 936260
17. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) Tahun Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Total Aktiva Total Kewajiban Ekuitas Kas Inventories 2006 7474205 6324301 16267483 11233020 5034463 1796689 2980805 2007 11766665 12776365 29527466 22400870 7126596 4536937 4169150
18. PT. Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS) Tahun Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Total Aktiva Total Kewajiban Ekuitas Kas Inventories 2006 1977086 1357679 15113902 9537869 5576033 670943 22789 2007 3715443 3169415 20348341 14040363 6307978 1232204 20840
19. PT. Indosat Tbk. (ISAT) Tahun Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Total Aktiva Total Kewajiban Ekuitas Kas Inventories 2006 5665432 6803205 34228658 18826293 15201745 2807260 110935 2007 10794127 11658581 43305086 28462986 16544730 8053006 161573
20. PT. Bakrie Sumatra Plantations Tbk. (UNSP) Tahun Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Total Aktiva Total Kewajiban Ekuitas Kas Inventories 2006 671586 189279 1783001 1140516 642485 87231 60043 2007 1427343 449844 4310904 1925698 2385206 363426 147162
21. PT. Bakrie Telecom Tbk. (BTEL) Tahun Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Total Aktiva Total Kewajiban Ekuitas Kas Inventories 2006 527412 299516 2217139 721717 1495422 239424 12373 2007 926983 514367 4664164 2788955 1875209 295663 18427
22. PT. Ciputra Development Tbk. (CTRA) Tahun Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Total Aktiva Total Kewajiban Ekuitas Kas Inventories 2006 3490878 1215664 5153112 1303270 2844824 759944 2446141 2007 4555004 1095357 7484109 1276670 3787473 2289226 1890908
23. PT. Ciputra Surya Tbk. (CTRS) Tahun Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Total Aktiva Total Kewajiban Ekuitas Kas Inventories 2006 1430229 693035 1798801 696349 1085516 156170 1215033 2007 1335459 495635 1921280 518184 1257022 145054 1091343
LAMPIRAN II:
HASIL PERHITUNGAN DEBT TO EQUITY RATIO (Variabel Y)
NO Nama Perusahaan 2006 2007
1 AALI 0.272282975 0.31827399
2 ADHI 5.512825051 7.130200382
3 ANTM 0.703134014 0.373630226
4 ASII 1.407703495 1.168720487
5 BLTA 1.620739917 5.233784898
6 BNBR 0.935438919 0.880769637
7 BTEL 0.482617616 1.487276885
8 CTRA 0.458119729 0.33707699
9 CTRS 0.641491236 0.412231449
10 GJTL 2.407587992 2.543735178
11 INDF 2.231225058 3.14327766
12 INTP 0.591025802 0.446147333
13 ISAT 1.238429733 1.7203657
14 KLBF 0.360680135 0.331040355
15 LPKR 1.75806695 1.426265436
16 LSIP 1.218003566 0.701120548
17 PGAS 1.710511577 2.225810394
18 PTBA 0.348554538 0.398982465
19 SMCB 2.3668241 2.193225529
20 TLKM 1.676852667 1.431473041
21 UNSP 1.775163622 0.807350812
22 UNTR 1.437967481 1.258679634
23 UNVR 0.953112631 0.98110203
LAMPIRAN III:
HASIL PERHITUNGAN CURRENT RATIO (Variabel X1)
NO Nama Perusahaan 2006 2007
1 AALI 0.873307085 1.603036311
2 ADHI 1.19489623 1.209302062
3 ANTM 2.812681642 4.474107149
4 ASII 0.783811881 0.912430974
5 BLTA 1.533255912 0.697198466
6 BNBR 1.939574643 1.251070535
7 BTEL 1.760880888 1.8021821
8 CTRA 2.871581292 4.158465231
9 CTRS 2.063718283 2.694440465
10 GJTL 1.942931275 2.208529697
11 INDF 1.181823098 0.920971262
12 INTP 2.144477825 2.96017709
13 ISAT 0.832759266 0.925852554
14 KLBF 5.041711701 4.982591446
15 LPKR 1.542519996 1.699374408
16 LSIP 0.568069751 1.097427602
17 PGAS 1.456224925 1.172280374
18 PTBA 5.44051324 4.432094502
19 SMCB 1.226396266 1.330110717
20 TLKM 0.677883012 0.772835875
21 UNSP 3.548127368 3.172973297
22 UNTR 1.334027524 1.339363078
23 UNVR 1.265912044 1.109771396
LAMPIRAN IV:
HASIL PERHITUNGAN QUICK RATIO (Variabel X2)
NO Nama Perusahaan 2006 2007
1 AALI 0.53288597 1.200478035
2 ADHI 1.111699396 1.12846148
3 ANTM 2.009479312 3.74080076
4 ASII 0.584479647 0.697761339
5 BLTA 1.487487009 0.674334673
6 BNBR 1.575506887 1.121095517
7 BTEL 1.719570908 1.766357484
8 CTRA 0.859396182 2.432171429
9 CTRS 0.310512456 0.492531803
10 GJTL 1.093338027 1.608375341
11 INDF 0.710497492 0.594653878
12 INTP 0.970841439 1.648701378
13 ISAT 0.816452981 0.911993835
14 KLBF 3.698803813 3.091505892
15 LPKR 0.635889064 0.750702931
16 LSIP 0.430575685 0.826432447
17 PGAS 1.439439661 1.165705028
18 PTBA 4.835115739 4.04147854
19 SMCB 0.859681615 1.090380132
20 TLKM 0.667494802 0.762608799
21 UNSP 3.230907813 2.845833222
22 UNTR 0.938027526 0.935614543
23 UNVR 0.894871372 0.756633917
LAMPIRAN V:
HASIL PERHITUNGAN CASH RATIO (Variabel X3)
NO Nama Perusahaan 2006 2007
1 AALI 0.346771375 0.985227023
2 ADHI 0.080856703 0.239953325
3 ANTM 0.964956813 2.63721935
4 ASII 0.235666461 0.293531657
5 BLTA 0.688780789 0.380936214
6 BNBR 0.440965598 0.263619037
7 BTEL 0.79936965 0.574809426
8 CTRA 0.62512668 2.089935975
9 CTRS 0.225342154 0.292662948
10 GJTL 0.192529173 0.367266184
11 INDF 0.284092898 0.355103897
12 INTP 0.053419193 0.40515236
13 ISAT 0.412637867 0.690736377
14 KLBF 1.914891615 1.479330903
15 LPKR 0.333016705 0.443585082
16 LSIP 0.270548699 0.670019812
17 PGAS 0.494183824 0.388779633
18 PTBA 3.001010351 3.198254701
19 SMCB 0.335683521 0.620725193
20 TLKM 0.404945635 0.490494461
21 UNSP 0.460859366 0.807893403
22 UNTR 0.225909292 0.197270398
23 UNVR 0.493027051 0.18006629
LAMPIRAN VI:
HASIL PERHITUNGAN CASH TO TOTAL ASSET RATIO (Variabel X4)
NO Nama Perusahaan 2006 2007
1 AALI 0.055888623 0.189197581
2 ADHI 0.060630018 0.180998794
3 ANTM 0.156083357 0.39407773
4 ASII 0.081650284 0.098629308
5 BLTA 0.107981447 0.095817844
6 BNBR 0.062038409 0.062528046
7 BTEL 0.107987817 0.063390352
8 CTRA 0.147472828 0.305878228
9 CTRS 0.086818942 0.075498626
10 GJTL 0.033001811 0.067766742
11 INDF 0.11044665 0.153651417
12 INTP 0.004520185 0.030726651
13 ISAT 0.082014901 0.18595982
14 KLBF 0.272769281 0.217263515
15 LPKR 0.159018409 0.192624641
16 LSIP 0.086109127 0.141782415
17 PGAS 0.044392441 0.060555502
18 PTBA 0.416713593 0.565880556
19 SMCB 0.040658118 0.094585232
20 TLKM 0.110677494 0.123579628
21 UNSP 0.048923697 0.084303895
22 UNTR 0.081338863 0.07970748
23 UNVR 0.219277778 0.081978383
LAMPIRAN IX - Tabel Uji t
α 0,25 0,20 0,15 0,10 0,05 0,025 0,01 0,005 0,0005
d.f
1 1,000 1,376 1,963 3,078 6,314 12,706 31,821 63,675 636,619 2 ,816 1,061 1,386 1,886 2,920 4,303 6,965 9,925 31,598 3 ,190 ,978 1,250 1,638 2,352 3,128 4,451 5,841 12,941 4 ,741 ,941 1,190 1,533 2,132 2,776 3,747 4,604 8,610 5 ,727 ,920 1,156 1,476 2,015 2,751 3,365 4,032 6,895 6 ,718 ,906 1,134 1,440 1,943 2,447 3,143 3,707 5,959 7 ,711 ,896 1,119 1,415 1,895 2,365 2,998 3,499 5,405 8 ,706 ,889 1,108 1,397 1,860 2,306 2,896 3,355 5,041 9 ,703 ,883 1,100 1,383 1,833 2,262 2,821 3,250 4,781 10 ,700 ,879 1,093 1,372 1,812 2,228 2,764 3,169 4,587 11 ,697 ,876 1,088 1,363 1,796 2,201 2,718 3,106 4,437 12 ,695 ,873 1,083 1,353 1,782 2,179 2,681 3,055 4,318 13 ,694 ,870 1,079 1,350 1,771 2,160 2,650 3,012 4,221 14 ,692 ,868 1,076 1,345 1,761 2,145 2,624 2,977 4,140 15 ,691 ,866 1,074 1,341 1,753 2,131 2,602 2,947 4,073 16 ,690 ,865 1,071 1,337 1,746 2,120 2,583 2,921 4,015 17 ,689 ,863 1,069 1,333 1,740 2,110 2,567 2,898 3,965 18 ,688 ,862 1,067 1,330 1,734 2,101 2,552 2,878 3,922 19 ,688 ,861 1,066 1,328 1,729 2,093 2,539 2,861 3,883 20 ,687 ,860 1,064 1,325 1,725 2,086 2,538 2,845 3,830 21 ,686 ,859 1,063 1,323 1,721 2,080 2,518 2,831 3,819 22 ,686 ,858 1,061 1,321 1,717 2,074 2,508 2,819 3,792 23 ,685 ,858 1,060 1,319 1,714 2,069 2,500 2,807 3,767 24 ,685 ,857 1,059 1,318 1,711 2,064 2,492 2,397 3,745 25 ,684 ,856 1,058 1,316 1,708 2,060 2,485 2,787 3,752 26 ,684 ,856 1,058 1,315 1,706 2,056 2,479 2,779 3,707 27 ,684 ,855 1,057 1,314 1,703 2,052 2,473 2,771 3,690 28 ,683 ,855 1,056 1,313 1,701 2,018 2,467 2,763 3,674 29 ,683 ,854 1,055 1,311 1,699 2,045 2,462 2,756 3,659 30 ,683 ,854 1,055 1,310 1,697 2,042 2,457 2,750 3,646 40 ,681 ,851 1,050 1,303 1,684 2,021 2,423 2,704 3,551 60 ,679 ,843 1,046 1,296 1,671 2,000 2,390 2,660 3,460 120 ,677 ,843 1,041 1,289 1,658 1,980 2,338 2,617 3,373 ∞ ,674 ,842 1,036 1,282 1,645 1,960 2,326 2,576 3,291
LAMPIRAN VII
PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DALAM JAKARTA ISLAMIC INDEKS
PERIODE TAHUN 2006-2007
No Jan06-Jun06 Jul06-Des06 Jan07-Jun07 Jul07-Des07 1 AALI ADHI AALI AALI 2 ADHI ANTM ADHI ANTM 3 ANTM ASII ANTM APEX 4 ASII BLTA ASII ASII 5 BLTA BNBR BLTA BLTA 6 BNBR BTEL BNBR BNBR 7 BUMI BUMI BTEL BTEL 8 CMNP CTRA BUMI BUMI 9 DOID CTRS CMNP CPRO 10 ENRG ENRG CTRA CTRA 11 GJTL GJTL CTRS FREN 12 INCO INCO GJTL INCO 13 INDF INDF INCO INDF 14 INKP INKP INDF INKP 15 INTP INTP INKP INTP 16 ISAT ISAT INTP ISAT 17 KIJA KIJA ISAT KLBF 18 KLBF KLBF KLBF LPKR 19 LSIP LPKR LPKR LSIP 20 MEDC LSIP LSIP MEDC 21 PGAS MEDC MEDC PGAS 22 PLAS PGAS PGAS PTBA 23 PTBA PLAS PTBA SMAR 24 SMCB PTBA SMCB SMCB 25 SMRA SMCB SULI SMGR 26 TKIM TKIM TLKM TINS 27 TLKM TLKM TOTL TLKM 28 UNSP UNSP UNSP TRUB 29 UNTR UNTR UNTR UNTR 30 UNVR UNVR UNVR UNVR
LAMPIRAN X : HASIL OUTPUT SPSS VERSI 12
Regression Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N Debt to Equity Ratio .0320 .35552 46 Current Ratio .2167 .25913 46 Quick Ratio .0607 .27769 46 Cash Ratio -.3321 .36692 46 Cash to Total Asset -.9973 .34939 46
Correlations
Debt to
Equity Ratio Current Ratio Quick Ratio Cash Ratio Cash to
Total Asset Pearson Correlation Debt to Equity Ratio 1.000 -.580 -.342 -.530 -.244
Current Ratio -.580 1.000 .784 .587 .274 Quick Ratio -.342 .784 1.000 .695 .331 Cash Ratio -.530 .587 .695 1.000 .767 Cash to Total Asset -.244 .274 .331 .767 1.000
Sig. (1-tailed) Debt to Equity Ratio . .000 .010 .000 .051 Current Ratio .000 . .000 .000 .033 Quick Ratio .010 .000 . .000 .012 Cash Ratio .000 .000 .000 . .000 Cash to Total Asset .051 .033 .012 .000 .
N Debt to Equity Ratio 46 46 46 46 46 Current Ratio 46 46 46 46 46 Quick Ratio 46 46 46 46 46 Cash Ratio 46 46 46 46 46 Cash to Total Asset 46 46 46 46 46
Variables Entered/Removed(b)
Model Variables Entered Variables Removed Method
1
Cash to TotaAsset, Current Ratio,
Quick Ratio, Cash Ratio(a)
. Enter
a All requested variables entered. b Dependent Variable: Debt to Equity Ratio Model Summary(b)
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 .754(a) .568 .526 .24476 2.218
a Predictors: (Constant), Cash to Total Asset, Current Ratio, Quick Ratio, Cash Ratio b Dependent Variable: Debt to Equity Ratio ANOVA(b)
Model Sum of
Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 3.232 4 .808 13.486 .000(a) Residual 2.456 41 .060 Total 5.688 45
a Predictors: (Constant), Cash to Total Asset, Current Ratio, Quick Ratio, Cash Ratio b Dependent Variable: Debt to Equity Ratio
Coefficients(a)
Model Unstandardized
Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
95% Confidence Interval for B Correlations Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Lower Bound Upper Bound Zero-order Partial Part Tolerance VIF
1 (Constant) .335 .137 2.441 .019 .058 .613 Current
Ratio -.986 .229 -.719 -4.315 .000 -1.448 -.525 -.580 -.559 -.443 .379 2.636
Quick Ratio .963 .251 .752 3.834 .000 .456 1.471 -.342 .514 .394 .273 3.657
Cash Ratio -.951 .228 -.981 -4.169 .000 -1.411 -.490 -.530 -.546 -.428 .190 5.262 Cash to
Total Asset
.465 .182 .457 2.558 .014 .098 .832 -.244 .371 .262 .330 3.032
a Dependent Variable: Debt to Equity Ratio Collinearity Diagnostics(a)
Model Dimension Eigenvalue
Condition Index
Variance Proportions
(Constant) Current Ratio Quick Ratio Cash Ratio Cash to
Total Asset 1 1 2.988 1.000 .01 .01 .00 .01 .00
2 1.715 1.320 .00 .03 .07 .01 .00 3 .155 4.384 .02 .47 .78 .09 .01 4 .120 4.996 .24 .48 .00 .27 .01 5 .022 11.607 .74 .00 .14 .62 .98
a Dependent Variable: Debt to Equity Ratio
Charts
-3 -2 -1 0 1 2
Regression Standardized Residual
0
2
4
6
8
10
Fre
qu
ency
Mean = -1.03E-15Std. Dev. = 0.955N = 46
Dependent Variable: Debt to Equity Ratio
Histogram
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Exp
ecte
d C
um P
rob
Dependent Variable: Debt to Equity Ratio
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
-2 -1 0 1 2 3
Regression Standardized Predicted Value
-4
-2
0
2
4
Reg
ress
ion
Stu
den
tize
d R
esid
ual
Dependent Variable: Debt to Equity Ratio
Scatterplot
Top Related