PENGARUH LAPORAN ARUS KAS TERHADAP HARGA SAHAM DAN RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR DI BURSA EFEK JAKARTA
TESIS
Oleh
TAGOR DARIUS SIDAURUK 047017019/ AKT
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2008
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang
dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang
(Eduardus: 2001). Seorang investor membeli sejumlah saham saat ini dengan harapan
memperoleh keuntungan dari kenaikan harga saham ataupun sejumlah dividen di masa
akan datang, sebagai imbalan atas waktu dan risiko yang terkait dengan investasi
tersebut.
Tujuan seorang investor menginvestasikan dananya dalam bentuk saham di pasar
modal adalah untuk memperoleh hasil yang besar, namun tidak tertutup kemungkinan
risiko akan gagal selalu ada dalam investasi tersebut. Oleh karena itu keberhasilan suatu
investasi dalam saham tidak terlepas dari pengetahuan dan kemampuan investor dalam
mengolah informasi yang tersedia di pasar modal. Keputusan investasi di pasar modal
memerlukan berbagai informasi termasuk didalamnya informasi yang berhubungan
dengan kinerja perusahaan. Informasi yang berhubungan dengan kondisi perusahaan
umumnya ditunjukkan dalam laporan keuangan yang merupakan salah satu ukuran
kinerja perusahaan. Investor pada umumnya membeli saham dengan harapan akan
menerima keuntungan (return) dalam bentuk dividen dan capital gain.
Seiring dengan perkembangan pasar modal maka kebutuhan akan informasi yang
relevan dalam pengambilan keputusan oleh investor juga semakin meningkat. Kegiatan
pasar modal tidak akan terlepas dari tersedianya berbagai macam informasi tentang
emiten. Informasi bagi para pelaku di lantai bursa tersebut akan mempengaruhi berbagai
macam keputusan yang akan diambil, yang berakibat pada perubahan atau fluktuasi
harga maupun saham yang diperdagangkan.
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
Beberapa penelitian memberikan bukti bahwa laporan keuangan diperlukan
investor untuk pengambilan keputusan investasi mereka. Informasi laba dan arus kas
membawa muatan informasi ke pasar modal sebagai konsekwensi dari manfaatnya
dalam memprediksi arus kas masa depan. Investor menggunakan informasi akuntansi
tersebut untuk mengevaluasi kinerja perusahaan yang telah tercatat di pasar modal
sebelum mengambil keputusan untuk investasi pada saham perusahaan tertentu yang
dianggap akan dapat memberikan return yang lebih besar dibandingkan dengan
perusahaan lain.
Penelitian yang dilakukan oleh Wilson (1986), Boywen dkk (1986) dan Rayburn
(1986) telah membuktikan eksistensi muatan informasi pada laba, modal kerja operasi
maupun arus kas. Wilson dalam penelitiannya menemukan bukti bahwa ada muatan
informasi tambahan dari pembedaan laba bersih dengan arus kas operasi dan akrual. Di
Indonesia penelitian serupa telah dilakukan oleh Hastuti dan Sudibyo (1998), mereka
menemukan bukti bahwa pengumuman laporan keuangan yang salah satunya adalah
laporan arus kas mempengaruhi keputusan investor di pasar modal. Hal ini terefleksikan
dalam rata-rata perubahan aktivitas volume perdagangan relatif di seputar tanggal
publikasi laporan keuangan pada periode sebelum dan sesudah pelaporan arus kas. Ini
dapat diartikan bahwa informasi yang terdapat dalam laporan arus kas mempengaruhi
perdagangan saham di pasar modal.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi harga saham dan return saham di
bursa. Faktor-faktor tersebut terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal perusahaan.
Berbagai informasi di luar perusahaan seperti informasi ekonomi makro, gejolak politik
dalam negeri, keamanan, nilai tukar rupiah terhadap dollar, sektor industri dan kondisi
pasar seringkali mempengaruhi harga saham dan return saham, namun demikian
seringkali pula faktor internal masih berpengaruh dominan terhadap harga saham dan
return saham, misalnya kinerja keuangan perusahaan yang terangkum dalam laporan
keuangan.
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang dapat
dipergunakan investor dalam mengambil keputusan investasi di bursa. Oleh karena itu
analisis terhadap laporan keuangan ini dianggap penting dilakukan untuk memahami
informasi yang terkandung dalam laporan keuangan tersebut.
Ukuran yang digunakan dalam analisis kinerja keuangan melalui laporan
keuangan ini sangat beragam macamnya dan kadang-kadang berbeda dari satu industri
ke industri lainnya. Salah satu alat analisis yang dapat digunakan oleh investor maupun
pihak manajemen adalah analisis terhadap laporan arus kas (Statement of Cash Flow
Analysis). Manurung (1998:11) berpendapat bahwa analisis terhadap arus kas emiten
melalui laporan arus kas dapat digunakan untuk melihat kinerja perusahaan di bursa
saham dalam rangka membeli suatu saham perusahaan emiten.
Beberapa pendapat menyatakan bahwa laporan keuangan sebaiknya didasarkan
pada Cash Flow Orientation. Penekanan pada arus kas ini diantaranya dikemukakan
oleh Burthon (1981), yang menyatakan bahwa analisis terhadap arus kas masuk dan
arus kas keluar lebih banyak dipakai oleh investor daripada analisis terhadap laba
konvensional. Selain itu ada kesulitan untuk membandingkan laba antar perusahaan
karena tersedianya beberapa alternatif metode akuntansi yang disediakan oleh standar
sehingga membuka peluang untuk terjadinya manipulasi data akrual oleh pihak
manajemen untuk memperbesar labanya. Kelebihan manfaat arus kas dibandingkan
dengan laba dalam pengambilan keputusan investasi juga telah dibuktikan oleh Finger
(1994), yang menguji kemampuan laba untuk memprediksi laba dan arus kas di masa
yang akan datang.
Arus kas merupakan bagian penting dalam perusahaan yang ingin beroperasi
secara terus-menerus karena tanpa adanya arus kas maka kelangsungan perusahaan akan
tersendat-sendat (Manurung 1998: 11). Arus kas yang lancar adalah sangat penting bagi
tujuan likuiditas manajemen. Apabila arus kas melebihi kebutuhan operasi dan ekspansi
perusahaan maka perusahaan tentunya tidak perlu meminjam tambahan dana yang besar
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
karena arus kas yang berlebih ini akan tersedia untuk mengurangi hutang perusahaan dan
meningkatkan posisi keuangan perusahaan emitmen.
Informasi tentang arus kas berguna bagi investor dan pemakai lainnya sebagai
dasar untuk menilai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan arus kas tersebut.
Berdasarkan Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1
mengidentifikasi beberapa tujuan laporan keuangan. Tujuan yang paling utama adalah
untuk menyediakan informasi yang berguna bagi investor, kreditor, dan pemakai
eksternal lainnya, untuk berkenaan dengan keharusan pelaporan keuangan, yaitu
menyediakan informasi mengenai prospek arus kas untuk membantu investor dan
kreditur dalam mengukur prospek arus kas perusahaan yang bersangkutan karena
investor melakukan investasi kedalam suatu perusahaan, demikian juga kreditur
memberikan kredit kepada suatu perusahaan maka prospek arus kas kreditur akan
dipengaruhi oleh arus kas perusahaan tersebut.
Pada mulanya arus kas bukan merupakan bagian dari pelaporan keuangan,
karena sebelum tahun 1971 pelaporan keuangan yang dikehendaki oleh Generally
Accepted Accounting Principles (GAAP) hanya neraca dan laporan rugi-laba. Seiring
dengan perkembangan ekonomi dan keingingan kreditur, investor dan pemakai lainnya
untuk menerima informasi tentang aktivitas pendanaan dan aktivitas investasi
menyebabkan FASB pada tahun 1987 mengeluarkan Statement of Financial Accounting
Standard (SFAS) No. 95 berbagai pengeluaran dan penerimaan kas diklasifikasikan
menjadi: aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan.
Di Indonesia perkembangan standar juga mengalami kemajuan, yang mana pada
tanggal 7 September 1994 pengurus Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah mensyahkan
pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Dalam PSAK No. 2 alinea pertama
disebutkan bahwa perusahaan harus menyusun laporan arus kas dan harus menyajikan
laporan tersebut sebagai bagian yang tidak terpisahkan (integral) dari pelaporan
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
keuangan. Sejak itu penyusunan laporan arus kas dalam pelaporan keuangan sudah
merupakan keharusan.
Informasi akuntansi merupakan bagian yang terpenting dari seluruh informasi
yang diperlukan investor di lantai bursa. Salah satu informasi akuntansi yang tersedia di
publik (bursa efek) adalah laporan keuangan tahunan perusahaan yang telah diaudit.
Beberapa informasi seputar aktivitas-aktivitas tersebut sebenarnya dapat
diperoleh dengan membaca laporan keuangan lainnya, namun dalam laporan arus kas
terangkum segala transaksi yang mempengaruhi kas. Misalnya, laba atau rugi bersih
selama periode akuntansi kerap tidak menjelaskan besarnya perubahan saldo laba, selain
itu ada kejadian-kejadian lainnya yang tidak dilaporkan dalam laba rugi, seperti
transaksi-transaksi dividen dan saham yang diperoleh kembali. Lebih dari pada itu,
laporan laba rugi tidak merefleksikan perubahan-perubahan pada rekening ekuitas
pemegang saham lainnya dan semua perubahan dalam rekening ekuitas pemegang
saham disajikan dalam laporan arus kas (Simamora 2000: 372).
Lebih lanjut Simamora (2000: 459) berpendapat bahwa laporan neraca
sebenarnya dapat memberikan informasi tentang asset, kewajiban dan ekuitas pemilik
perusahaan ada saat tertentu, namun demikian neraca memberikan gambaran yang
kurang sempurna tentang asset, kewajiban dan ekuitas pemilik. Hal ini dikarenakan
neraca tidak mengandung informasi bagaimana perubahan-perubahan yang terjadi dalam
unsur-unsur neraca tersebut dari satu periode ke periode lainnya. Dalam hal ini laporan
arus kas memuat informasi yang lebih rinci tentang bagaimana asset, kewajiban dan
ekuitas pemilik berubah sebagai akibat dari penerimaan dan pengeluaran kas yang
berasal dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan perusahaan. Laporan arus kas
memberikan informasi penting yang melengkapi neraca dan laporan laba-rugi, dengan
kata lain bahwa laporan arus kas memberikan gambaran yang lebih lengkap mengenai
aktivitas-aktivitas usaha dan posisi keuangan perusahaan.
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
Berdasarkan uraian diatas maka laporan arus kas dianggap yang penting dalam
pelaporan keuangan suatu perusahaan di lantai bursa. Hal ini didasarkan pada logika
bahwa analisis terhadap ketiga kategori arus kas diasumsikan dapat mempengaruhi
harga saham dan return saham. Harga saham sebuah perusahaan akan meningkat jika
investor memperkirakan arus kas yang akan diperoleh dari perusahaan tersebut
meningkat. Peningkatan arus kas tersebut diharapkan dapat memberikan keuntungan
(return) bagi investor. Sebaliknya, jika investor memperkirakan arus kas yang akan
diterima di masa datang menurun, harga saham perusahaan tersebut akan turun, begitu
pula terhadap return saham.
Arus kas operasi mempengaruhi harga saham dan return saham jika arus kas
operasi pada periode akuntansi tertentu mengalami surplus atau bernilai positif. Livnat
dan Zarowin (1990) berpendapat bahwa arus kas operasi mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap return saham. Namun pendapat di atas di bantah oleh Ali (1994)
yang menyatakan bahwa laporan arus kas tidak memberikan informasi dalam
hubungannya dengan return saham kepada para pemegang saham. Hal ini dikarenakan
arus kas operasi yang positif mencerminkan realitas ekonomi perusahaan yang baik
sehingga harga saham dan return saham diharapkan dapat meningkat, begitu pula
sebaliknya. Pendapat ini konsisiten dengan yang dilaporkan Triyono dan Jogiyanto
(2000) yang menyatakan bahwa arus kas operasi mempunyai hubungan maupun
pengaruh yang signifikan dengan harga saham namun tidak terhadap return saham.
Wahyuni (1998) dan Ngaisah (1998) dalam penelitiannya tidak berhasil mendapatkan
hubungan yang signifikan antara arus kas operasi dengan return saham.
Arus kas investasi akan mempengaruhi harga saham dan return saham jika
perusahaan mengalami peningkatan investasi. Peningkatan investasi tersebut
mencerminkan bahwa perusahaan melakukan investasi untuk meningkatkan prospek di
masa mendatang. Prospek perusahaan yang semakin baik diharapkan akan
mempengaruhi harga saham perusahaan di lantai bursa dan dapat memberikan
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
keuntungan (return) bagi perusahaan maupun bagi investor. Miller dan Rock (1985)
berpendapat bahwa peningkatan investasi berhubungan dengan peningkatan arus kas
masa yang akan datang dan mempunyai pengaruh terhadap return saham pada saat
pengumuman investasi akan memberikan reaksi yang positif terhadap return saham,
pendapat ini di dukung oleh Livnat dan Zarowin (1990) yang menyatakan bahwa tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara arus kas investasi dengan return saham.
Konsisten dengan pendapat Bernard dan Stober (1989) yang menyatakan bahwa arus kas
investasi tidak mempunyai pengaruh terhadap return saham. Di Indonesia hasil yang
dilaporkan oleh Triyono dan Jogiyanto (2000) menyatakan bahwa arus kas investasi
tidak berhubungan dengan return saham tetapi terdapat hubungan yang signifikan
dengan harga saham.
Arus kas pendanaan mempengaruhi harga, dan return saham didasarkan
signalling theory yang menyatakan bahwa penerbitan hutang merupakan sinyal yang
baik untuk menaksir kas. Berdasarkan teori ini pasar akan bereaksi terhadap
pengumuman penerbitan hutang. Livnat dan Zarrowin (1990) menemukan adanya
hubungan yang signifikan antara arus kas dari aktivitas pendanaan dengan return saham.
Penerbitan utang dan penerbitan saham mengakibatkan arus kas pendanaan akan bersifat
positif. Arus kas pendanaan yang positif mencerminkan perusahaan akan memiliki
kesempatan tumbuh sehingga diharapkan harga saham mengalami peningkatan dan
dapat memberikan keuntungan (return) bagi investor maupun perusahaan.
Kenyataan menunjukkan, dalam hal ini di Bursa Efek Jakarta (BEJ) bahwa
investor lebih sering menggunakan analisis laporan neraca dan laporan laba rugi
dibandingkan analisis terhadap laporan arus kas (Manurung 1998:17-18). Hal ini
dikarenakan informasi laporan arus kas belum digunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan membeli atau menjual saham suatu perusahaan di lantai bursa.
Adanya beberapa hasil kesimpulan yang berbeda dalam melihat pengaruh
laporan arus kas terhadap harga saham dan return saham mendorong peneliti untuk
melihat / meneliti kembali permasalahan diatas. Adapun alasan emiten manufaktur yang
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
dipilih karena emiten-emiten tersebut relatif stabil, sehingga data yang digunakan dalam
penelitian tersedia di BEJ. Selain itu terdapat perbedaan karakteristik antara laporan arus
kas dari perusahaan manufaktur dengan perusahaan non manufaktur, perbedaan tersebut
dapat menyebabkan ketidakseragaman data yang akan digunakan dalam penelitian ini.
Pada dasarnya penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan
oleh Dilah Utami dan Ferry & Erny. Yang menjadi sampel dalam penelitian Dilah Utami
adalah perusahaan manufaktur yang telah terdaftar di BEJ pada tahun 1991 sampai
dengan 1997, dengan variabel independen adalah return saham dan variabel dependen
adalah arus kas dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Sedangkan pada
penelitian Ferry & Erny yang menjadi sampel adalah perusahaan manufaktur yang telah
terdaftar di BEJ mulai tahun 1999 sampai dengan tahun 2002, dengan variabel
independen adalah laba akuntansi, arus kas operasi, arus kas investasi dan arus kas
pendanaan dan yang menjadi variabel independen adalah harga saham. Tujuan dari
replikasi ini adalah untuk melihat apakah hasil penelitian sebelumnya masih relevan
dengan kondisi saat ini.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, masalah
dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah laporan arus kas operasi, investasi dan pendanaan secara parsial dan
simultan berpengaruh terhadap harga saham?
2. Apakah laporan arus kas operasi, investasi dan pendanaan secara parsial dan
simultan berpengaruh terhadap return saham?
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah diatas, penelitian ini mempunyai tujuan
sebagai berikut :
1. Untuk memberikan bukti empiris adanya pengaruh laporan arus kas operasi,
investasi dan pendanaan secara parsial dan simultan terhadap harga saham.
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
2. Untuk memberikan bukti empiris adanya pengaruh laporan arus kas operasi,
investasi dan pendanaan secara parsial dan simultan terhadap retun saham.
1.4. Kerangka Konseptual
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan
diatas, maka peneliti membuat kerangka konseptual sebagai berikut:
Gambar 1 -1. Kerangka Konseptual
Pengaruh Arus Kas Secara Parsial terhadap return saham dan harga saham
Gambar 1 -2. Kerangka konseptual
Pengaruh Arus Kas Secara Simultan terhadap return saham dan harga saham
Cash Flow dari Kegiatan Operasi
Cash Flow dari Kegiatan Investasi
Cash Flow dari Kegiatan Pendanaan
Harga Saham
Return Saham
Cash Flow dari Kegiatan Operasi
Cash Flow dari Kegiatan Investasi
Harga Saham
Return Saham
Cash Flow dari Kegiatan Pendanaan
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
1.5. Hipotesis
Berdasarkan identifikasi masalah dan kerangka pemikiran yang telah dijelaskan
pada bagian terdahulu, maka hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian adalah :
1. Laporan arus kas operasi, investasi dan pendanaan secara parsial dan simultan
berpengaruh terhadap harga saham.
2. Laporan arus kas operasi, investasi dan pendanaan secara parsial dan simultan
berpengaruh terhadap return saham.
1.6. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut:
1. Bagi penulis dan peneliti selanjutnya: Memperkaya khasanah pengetahuan dalam
meningkatkan dan mengembangkan wawasan keilmuan. Sebagai bahan referensi
bagi peneliti selanjutnya sebagai dasar perluasan penelitian terutama yang
berhubungan dengan kandungan informasi keuangan yang dikaitkan dengan harga
saham dan return saham.
2. Bagi Perusahaan (Emiten): membantu perusahaan dalam meningkatkan daya tarik
atas keuntungan (return) sahamnya dengan menyajikan informasi yang relevan,
lengkap, akurat dan tepat waktu bagi investor khususnya mengenai informasi yang
terkandung dalam laporan arus kas.
3. Bagi Investor: Investor dapat menggunakan analisis arus kas untuk mengetahui
kemampuan perusahaan dalam menjalankan operasional perusahaannya dan melihat
kinerja perusahaan di bursa saham dalam rangka untuk membeli saham suatu emiten
di lingkungan Bursa Efek Jakarta.
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. LANDASAN TEORI 2.1.1. Latar Belakang Kebutuhan Laporan Arus Kas
Salah satu tujuan laporan keuangan yang tercantum dalam kerangka Dasar
Penyusunan dan Penyajian laporan Keuangan, Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
paragraf 12 hal. 3 (IAI, 1999) mengemukakan: “Tujuan laporan keuangan adalah
menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan
posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan”.
Perubahan posisi keuangan selama satu periode akuntansi dapat ditentukan
dengan membandingkan perkiraan-perkiraan pada dua neraca yang berurutan. Sementara
laporan rugi dan laporan laba ditahan dapat memperlihatkan perubahan-perubahan pada
stockholder’s equity, namun perubahan-perubahan yang signifikan dalam posisi
keuangan perusahaan dan informasi-informasi lain sehubungan dengan aktivitas
investasi dan aktivitas pendanaan belum tercakup dalam laporan keuangan tersebut.
Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan akan informasi mengenai aktivitas operasi,
aktivitas pendanaan dan aktivitas pendanaan tersebut maka sejak bulan November 1987,
Financial Accounting Standard Board (FASB) mengeluarkan standar nomor 95 tentang
laporan arus kas (Statement of Cash Flow).
Pendapat yang menyatakan pentingnya laporan arus kas bagi investor
dikemukakan oleh George Staubus (1961), yang berpendapat bahwa kebutuhan investor
adalah untuk peramalan tentang kesanggupan perusahaan untuk mendapatkan kas di
masa yang akan datang, dimana kas yang akan diterima investor di masa yang akan
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
datang tersebut akan terkandung pada kemampuan perusahaan untuk melakukan
pengeluaran kas, keinginan perusahaan untuk membayar investor dan prioritas
pembayaran terhadap klaim investor. Berdasarkan hal ini maka laporan arus kas sangat
dibutuhkan oleh investor untuk memenuhi kebutuhan informasi dalam proses
pengambilan keputusan investasinya.
Laporan arus kas berbeda dengan laporan keuangan lain (neraca laporan laba
rugi) dalam perkembangannya. Laporan arus kas (Statement of Cash Flow) mengalami
perkembangan yang cukup panjang. Pada awalnya, laporan arus kas merupakan suatu
alat analisis sederhana yang disebut dengan “where got and where gone statement”,
yang terdiri dari daftar penambahan dan pengurangan perkiraan-perkiraan di dalam
neraca perusahaan. Pada perkembangan berikutnya, laporan ini berubah menjadi “funds
statement”.
Pada tahun 1961, American Institute Certified Public Accountant (AICPA) yang
didukung oleh Accounting Research Study (ARS) dengan opini No. 2 mengubah
kembali namanya menjadi “Cash Flows Analysis and Fund Statement”.
Selanjutnya pada tahun 1963, Accounting Principle Board (APB) mengeluarkan
opini No. 3 yang menyatakan adanya perubahan nama menjadi “Statement of Sources
and Application of Funds” dan pelaporan ini disajikan sebagai informasi pendukung
dalam pelaporan keuangan. Kemudian pada tahun 1971 APB mengeluarkan lagi oponi
No. 19 yang mengharuskan penyajian “Statement of Sources and Application of Funds”
sebagai bagian yang tak terpisahkan (integral) dari laporan keuangan dan tercakup
dalam opini auditor. Namun APB opini No. 19 ini tidak menentukan definisi atau
konsep dana yang harus digunakan atau format yang diharuskan untuk laporan-laporan
tersebut sehingga perusahaan-perusahaan dimungkinkan melaporkan melaporkan arus
dana secara fleksibel.
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
Pada pertengahan tahun 1986, Financial Accounting Standard Board (FASB)
mengusulkan agar kebebasan yang terdapat dalam APB opini No. 19 dikurangi. Sebagai
pengganti penggunaan berbagai definisi dana dan bermacam-macam format laporan,
FASB mensyaratkan sebuah laporan arus kas untuk mengganti laporan perubahan posisi
keuangan. Akhirnya pada bulan November 1987, FASB mengeluarkan Statement No. 95
tentang Statement of Cash Flows yang secara efektif berlaku sejak tanggal 15 Juli 1990.
Statement No. 95 ini telah mengalami amandemen sebanyak dua kali. Pada bulan
Februari 1989, FASB mengeluarkan Statement of Financial Accounting Standard
(SFAS) No. 102, “Statement of Cash Flows from Certain Securities Acquired for Resale.
An Amandemend of FASB Statement No. 95”. Amandemen ini ditujukan untuk
mengklasifikasikan arus kas dari transaksi tertentu yang dilakukan oleh pihak
perbankan. Selanjutnya pada tangga 15 Juni 1990, Financial Accounting Standard
Board (FASB) juga mengeluarkan amandemen dalam bentuk Statement of Financial
Accounting Standard (SFAS) No. 104, “Statement of Cash from Hedging Transaction”.
Amandemen ini berhubungan dengan pelaporan suatu transaksi arus kas tertentu, apakah
dengan net atau gros.
Kedua amandemen tersebut di atas dimaksudkan untuk mempermudah pemakai
laporan keuangan dalam memahami informasi yang relevan dalam mengevaluasi
prestasi industri. Amandemen ini muncul karena adanya tuntutan dari lembaga
keuangan, khususnya pihak perbankan bahwa Statement of Financial Accounting
Standard (SFAS) No. 95 tidak cocok untuk diterapkan dalam industri ini, dimana akan
sulit untuk menyajikan laporan arus kas. Di Indonesia, laporan arus kas mulai
diberlakukan secara efektif pada tanggal 1 Januari 1995.
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
2.1.2. Pengertian Dan Tujuan Laporan Arus Kas
Laporan arus kas merupakan salah satu dari bagian laporan keuangan yang harus
dibuat perusahaan. Berdasarkan definisi di atas maka pengertian laporan arus kas adalah
suatu laporan keuangan yang memperlihatkan arus masuk dan arus keluar kas dari
aktivitas operasi, investasi dan pendanaan dari suatu perusahaan selama suatu periode
akuntansi tertentu dalam suatu cara yang merekonsiliasi saldo awal dan akhir kas.
Dalam laporan arus kas, kas didefinisikan sebagai uang tunai yang ada di
perusahaan atau bank ditambah dengan ekuivalen / setara kas (cash equivalent) yaitu
investasi yang sangat likuid yang dapat dikonversikan menjadi kas memiliki waktu jatuh
tempo yang pendek tanpa menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan, biasanya
perusahaan mendapatkannya dengan kebutuhan kas dari kebutuhan lancarnya.
Pada saat menyusun laporan arus kas, kas dan ekuivalen kas dijumlahkan dan
diperlakukan sebagai satu jumlah. Hal ini dilakukan karena pembelian maupun
penjualan ekuivalen kas dianggap sebagai bagian dari keseluruhan manajemen kas
perusahaan daripada sebagai sumber dan penggunaan kas, akan tetapi pada saat
mendiskusikan laporan arus kas akuntan umumnya menggunakan istilah kas daripada
kas dan ekuivalen kas.
Penyajian laporan arus kas mempunyai tujuan utama yaitu untuk menyediakan
informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas suatu perusahaan dalam
suatu periode. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2 menyatakan
bahwa tujuan laporan arus kas adalah memberikan informasi historis mengenai
perubahan kas dan setara kas dari suatu perusahaan melalui laporan arus kas yang
mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas dari operasi, investasi selama suatu
periode akuntansi. Pengklasifikasian arus kas menjadi tiga komponen dalam PSAK No.
2 sama dengan yang diisyaratkan pada SFAS No. 95.
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
Dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK), Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) No. 2 (IAI: 1999) disebutkan tujuan laporan arus kas sebagai berikut:
Informasi tentang arus kas suatu perusahaan berguna bagi para pemakai laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan menilai kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut. Dalam proses pengambilan keputusan ekonomi, para pemakai perlu melakukan evaluasi terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas serta kepastian perolehannya. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut di atas maka laporan arus kas harus
melaporkan pengaruh kas selama suatu periode usaha perusahaan, transaksi investasi
dan transaksi pendanaanya. Pengungkapan yang berkaitan dengan hal tersebut juga
meliputi dampak transaksi pendanaannya. Pengungkapan yang berkaitan dengan hal
tersebut juga meliputi dampak transaksi investasi dan pendanaan yang mempengaruhi
posisi keuangan perusahaan, tetapi secara langsung mempengaruhi arus kas selama
periode tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, informasi yang terdapat dalam laporan arus kas,
harus disertai dengan pengungkapan dan informasi yang berkaitan dengan laporan
keuangan lain sehingga dapat membantu para investor, kreditor dan pihak lainnya untuk:
a. Menetapkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan arus kas bersih yang
positif di masa depan. Dalam banyak kasus, sumber dan penggunaan kas tidak
berubah secara drastis dari tahun ke tahun. oleh karena itu penerimaan dan
pembayaran kas yang lalu adalah alat peramal yang baik untuk penerimaan dan
pembayaran kas masa depan.
b. Menentukan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya, seperti
membayar dividen dan kebutuhan pembelanjaan ekstern. Para pemegang saham
tertarik dalam penerimaan dividen atas investasi mereka dalam perusahaan
perusahaan. Kreditor ingin menerima bunga dan pokok pinjaman tepat waktunya.
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
Laporan arus kas membantu investor dan kreditor meramalkan apakah perusahaan
dapat melakukan pembayaran ini.
c. Menetapkan alasan perbedaan antara laba bersih dan penerimaan / pembayaran kas.
Biasanya kas dan laba bersih berjalan bersama, namun adakalanya saldo kas
perusahaan dapat menurun ketika laba bersih meningkat dan kas dapat meningkat
pada saat laba bersih menurun.
d. Menentukan pengaruh terhadap posisi keuangan perusahaan, baik transaksi kas
maupun transaksi investasi non kas dan transaksi pendanaan selama periode tertentu.
e. Kebutuhan perusahaan akan pendanaan ekstern (External financing).
f. Untuk mengevaluasi keputusan manajemen. Jika manajer membuat keputusan
investasi yang bijaksana maka bisnis mereka akan menjadi makmur, begitu juga
sebaliknya jika manajer membuat keputusan yang tidak bijaksana maka bisnis
mereka akan mengalami kegoncangan.
Lebih jelas manfaat atau kegunaan laporan arus kas diatur dalam Standar
Akuntansi Keuangan pada Pernyataan No. 2 paragraf 3, IAI (1999) sebagai berikut:
Jika digunakan dalam kaitannya dengan laporan keuangan yang lain, laporan arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan pemakai untuk mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih perusahaan, struktur keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan keadaan dan peluang. Informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan para pemakai mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dan arus kas masa depan (Fiture cash flows) dari berbagai perusahaan. Informasi tersebut juga meningkatkan daya banding pelaporan kinerja operasi berbagai perusahaan karena dapat meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang berbeda terhadap transaksi dan peristiwa yang sama.
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
2.1.3. Komponen Laporan Arus Kas
Laporan arus kas mengklasifikasikan penerimaan dan pengeluaran kas dalam tiga
kategori utama, yaitu: arus kas dari aktivitas operasi, arus kas dari aktivitas investasi dan
arus kas dari aktivitas pendanaan.
Sebagaimana yang dinyatakan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) No. 2 paragraf 10 (IAI: 1999) sebagai berikut:
Perusahaan menyajikan arus kas dari aktivitas operasi, aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan dengan cara yang paling sesuai dengan bisnis perusahaan tersebut. Klasifikasi menurut aktivitas memberikan informasi yang memungkinkan para pengguna laporan untuk menilai pengaruh aktivitas tersebut terhadap posisi keuangan perusahaan serta terhadap jumlah kas dan setara kas. Informasi tersebut dapat juga digunakan untuk mengevaluasi hubungan antara ketiga jenis aktivitas tersebut. Berdasarkan pernyataan di atas maka laporan arus kas terdiri dari tiga komponen
utama yang terdiri dari:
1) Arus Kas dari Aktivitas Operasi
2) Arus Kas dari Aktivitas Investasi
3) Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan
Adapun penjelasan dari masing-masing komponen laporan arus kas tersebut
adalah sebagai berikut:
A. Arus Kas Dari Aktivitas Operasi
Aktivitas operasi menunjukkan kas dari transaksi penghasilan dan biaya. Konsep
aktivitas operasi dalam laporan arus kas berbeda dengan pendapatan operasi dalam
laporan laba rugi. Dalam laporan laba rugi, pendapatan operasi (operating income)
hanya memasukkan penghasilan dan biaya yang berhubungan dengan aktivitas utama
perusahaan.
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
Sedangkan dalam laporan arus kas, aktivitas operasi (operating activity)
memasukkan pengaruh kas dari semua tipe transaksi pendapatan dan biaya, termasuk
bunga dan pajak penghasilan. Dalam PSAK No. 2 paragraf 12 disebutkan bahwa:
Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah dari operasinya perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar. Lebih lanjut dalam PSAK NO. 2 paragraf 13 dijelaskan transaksi-transaksi yang
termasuk dalam arus kas dari aktivitas operasi, yaitu sebagai berikut:
a. Penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa;
b. Penerimaan kas dari royalti, fees, komisi dan pendapatan lain;
c. Pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa;
d. Pembayaran kas pada karyawan;
e. Pembayaran kas kepada para pemegang saham;
f. Penerimaan dan pembayaran kas oleh perusahaan asuransi sehubungan dengan
premi, klaim, anuitas dan manfaat asuransi lainnya;
g. Pembayaran kas atau penerimaan kembali (restitusi) pajak penghasilan kecuali jika
dapat diidentifikasikan secara khusus sebagai bagian dari aktivitas pendanaan dan
investasi;
h. Penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang diadakan untuk tujuan transaksi
usaha dan perdagangan.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI: 1999) dalam PSAK No. 2, menyatakan bahwa:
“Arus kas operasi adalah arus kas yang berasal dari aktivitas penghasil utama
pendapatan perusahaan dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan
pendanaan”.
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
Jumlah arus kas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah dari
operasinya perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi
pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen dan
melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar. Arus
kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan
perusahaan. Oleh karena itu, arus kas operasi pada umumnya berasal dari transaksi dan
peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan laba dan rugi bersih.
Arus kas operasi pada suatu perusahaan dapat bernilai positif (surplus) ataupun
negatif (defisit). Suatu perusahaan memiliki arus kas operasi yang positif atau surplus
jika arus kas masuk dari aktivitas operasi lebih besar daripada arus kas keluarnya.
Sebaliknya perusahaan akan memiliki arus kas operasi yang negatif atau defisit jika arus
kas masuk dari aktivitas operasi lebih kecil daripada arus kas keluarnya.
Arus kas operasi oleh perusahaan diharapkan bernilai positif atau surplus dari
tahun ke tahun. hal ini karena arus kas dari aktivitas operasi yang surplus dapat
menambah dana bagi perusahaan dan menunjukkan bahwa perusahaan berupaya
meningkatkan operasi dalam usahanya. Surplus arus kas dari aktivitas operasi ini dapat
menyebabkan kinerja perusahaan menjadi lebih baik karena adanya kemungkinan
perusahaan akan membagikan dividen yang cukup besar bagi para pemegang saham
sehingga akhirnya akan meningkatkan harga saham perusahaan di lantari bursa
(Manurung 1998).
Sementara itu arus kas dari aktivitas operasi yang defisit menunjukkan semakin
berkurangnya laba perusahaan sehingga ada kemungkinan perusahaan akan membagikan
dividen semakin kecil. Selain itu perusahaan tidak akan dapat meningkatkan kas dari
sumber lain dalam waktu yang tidak terbatas. Jika kondisi ini terus berlangsung maka
kemungkinan saham perusahaan tidak akan diminati oleh investor sehingga pada
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
akhirnya perusahaan akan mengalami kesulitan keuangan dan kemungkinan terburuk,
perusahaan akan bangkrut.
B. Arus Kas Dari Aktivitas Investasi
Aktivitas investasi mencakup transaksi-transaksi atau kejadian-kejadian
pembelian dan penjualan saham (securities), tanah, bangunan, peralatan dan aktiva-
aktiva lain yang pada umumnya tidak untuk dijual kembali dan pembelian serta
pengumpulan hutang-hutang yang diklasifikasikan sebagai aktivitas investasi. Aktivitas
investasi ini terjadi secara reguler serta mempengaruhi penerimaan dan pengeluara kas.
Aktivitas-aktivitas ini tidak dimasukkan dalam aktivitas operasi karena bukan
merupakan aktivitas pokok perusahaan. Dalam PSAK No. 2 paragraf 15 dijelaskan
bahwa: “Pengungkapan terpisah arus kas investasi ini perlu dilakukan sebagai arus kas
tersebut mencerminkan penerimaan dan pengeluaran sehubungan dengan sumber daya
yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan”.
Lebih lanjut dalam PSAK No. 2 paragraf 15 dijelaskan transaksi-transaksi yang
termasuk dalam arus kas dari aktivitas investasi, yaitu sebagai berikut:
a) Pembayaran kas untuk membeli aktiva tetap, aktiva tak berwujud, dan aktiva
jangka panjang lain, termasuk biaya pengembangan yang dikapitalisasi dan aktivas
tetap yang dibangun sendiri;
b) Penerimaan kas dan penjualan tanah, bangunan dan peralatan, aktiva tak berwujud
dan aktiva jangka panjang lain;
c) Perolehan saham atau instrumen keuangan perusahaan lain.
d) Uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain serta pelunasannya.
e) Pembayaran kas sehubungan dengan fitures contracts, forward contracts, forward
contracts, option contracts dan swap contracts kecuali apabila kontrak tersebut
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
dilakukan untuk tujuan perdagangan (dealing or trading), atau apabila pembayaran
tersebut diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan.
Arus kas investasi pada suatu perusahaan dapat bernilai positif (surplus) ataupun
negatif (defisit). Suatu perusahaan memiki arus kas investasi yang positif atau surplus
jika arus kas masuk dari aktivitas investasi lebih besar daripada arus kas keluarnya.
Sebaliknya perusahaan akan memiliki arus kas investasi yang negatif atau defisit jika
arus kas masuk dari aktivitas investasi lebih kecil daripada arus kas keluarnya.
Suatu perusahaan memiliki arus kas investasi yang negatif menunjukkan adanya
peningkatan investasi. Peningkatan investasi ini mencerminkan perusahaan banyak
menggunakan investasi, seperti membeli aktiva tetap jangka panjang, surat-surat
berharga atau memberikan pinjaman kepada perusahaan lain, yang hasilnya diharapkan
akan menghasilkan keuntungan di masa yang akan datang. Selain itu arus kas investasi
yang defisit menunjukkan bahwa perusahaan masih memiliki peluang melakukan
investasi, memiliki kesempatan tumbuh, dan prospek yang baik di masa yang akan
datang sehingga diharapkan akan meningkatkan kinerja perusahaan di bursa dengan
ditunjukkan oleh harga saham yang mengalami peningkatan. Sementara itu arus kas
investasi yang positif menunjukkan bahwa perusahaan banyak melakukan pelepasan
investasi jangka panjangnya, menjual surat berharganya ataupun menerima tagihan dari
pinjaman yang diberikannya.
C. Arus Kas Dari Aktivitas Pendanaan
Aktivitas pendanaan meliputi semua transaksi atau kejadian, dengan jalan mana
kas yang diperoleh dari pembayaran kembali kepada para pemilik (equity financing) dan
kreditor (dept financing), misalnya penerimaan kas yang berasal dari pengeluaran atau
penjualan saham, pengembalian pokok pinjaman atau pembayaran untuk saham dalam
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
perbendaharaan (treasury stock) dan pembayaran dividen. Dalam PSAK No. 2 paragraf
16 dijelaskan bahwa : “Pengungkapan terpisah arus kas yang timbul dari aktivitas
pendanaan perlu dilakukan sebab berguna untuk memprediksi klaim terhadap arus kas
masa depan oleh para pemasok modal perusahaan”.
Lebih lanjut dalam PSAK No. 2 paragraf 16 dijelaskan transaksi-transaksi yang
termasuk dalam arus kas dari aktivitas pendanaan, yaitu sebagai berikut:
a. Penerimaan kas dari emisi saham atau instrumen modal lainnya.
b. Pembayaran kas kepada para pemegang saham untuk menarik atau menebus saham
perusahaan.
c. Penerimaan kas dari emisi obligasi, pinjaman, wesel, hipotik dan pinjaman lainnya.
d. Pelunasan pinjaman
e. Pembayaran kas oleh penyewa guna usaha (lessee) untuk mengurangi saldo
kewajiban yang berkaitan dengan sewa guna pembiayaan (finance lease)”.
Arus kas pendanaan pada sautu perusahaan dapat bernilai positif (surplus)
ataupun negatif (defisit). Suatu perusahaan memiliki arus kas pendanaan yang positif
atau surplus jika arus kas masuk dari aktivitas pendanaan lebih besar daripada arus kas
keluarnya. Sebaliknya perusahaan akan memiliki arus kas pendanaan yang negatif atau
defisit jika arus kas masuk dari aktivitas pendanan lebih kecil daripada arus kas
keluarnya.
Arus kas pendanaan yang defisit mengambarkan bahwa perusahaan cenderung
mengembalikan hutang jangka panjangya atau menarik kembali saham yang beredar.
Kondisi ini sangat disenangi oleh investor karena perusahaan mampu membayarkan
kewajibannya dan mengembalikan keuntungan atas investasi yang ditanamkan oleh
investor, sehingga diharapkan harga saham perusahaan dapat meningkat.
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
Sementara jika perusahaan menghasilkan arus kas pendanaan positif atau surplus
menunjukkan bahwa perusahaan lebih banyak meminjamkan daripada melunasi
kewajibannya. Jika kondisi di atas terus berlangsung tanpa diimbangi oleh kelancaran
operasinya perusahaan maka kemungkinan perusahaan akan kesulitan untuk
membayarkan kewajibannya dan akhirnya perusahaan akan pailit.
2.1.4. Pelaporan Arus Kas Perusahaan
Pada tahun 1987, FASB mengeluarkan Statement No. 95 tentang “Statement of
Cash Flows”, yang berlaku sejak Juli 1990 dimana perusahaan diminta mencantumkan
laporan arus kas sebagai pengganti dari laporan perubahan posisi keuangan. Dengan
diisyaratkannya membuat laporan arus kas tersebut maka setiap perusahaan wajib
mencantumkan laporan arus kas dalam setiap laporan keuangannya sesuai dengan
seperangkat pedoman yang berlaku.
Sejalan dengan perkembangan yang terjadi di Amerika, di Indonesia telah pula
disahkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2 yang menjadi standar
atau pedoman dalam penyusunan laporan arus kas bagi perusahaan-perusahaan di
Indonesia.
Menurut PSAK No. 2 paragraf 17, perusahaan harus melaporkan arus kas dari
aktivitas operasi dengan menggunakan salah satu dari metode berikut:
(a) Metode langsung: dengan metode ini kelompok utama dari penerimaan kas bruto
dan pengeluaran kas bruto diungkapkan; atau
(b) Metode tidak langsung: dengan metode ini laba atau rugi bersih disesuaikan
dengan mengoreksi pengaruh dari transaksi bukan kas, penangguhan (deferral)
atau akrual dari penerimaan atau pembayaran kas untuk operasi di masa lalu dan
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
masa depan, dan unsur penghasil atau beban yang berkaitan dengan arus kas
investasi atau pendanaan.
Namun SAK dalam pernyataan No. 2 paragraf 18 menganjurkan agar perusahaan
melaporkan arus kas operasi ini dengan menggunakan metode langsung (IAI, 1999).
Sedangkan untuk pelaporan arus kas dari aktivitas investasi dan pendanaan menurut
PSAK No. 2 paragraf 20 sebagai berikut:
Perusahaan harus melaporkan secara terpisah kelompok utama penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto yang berasal dari aktivitas investasi dan pendanaan, kecuali sebagaimana dijelaskan pada paragraf 21 dan 23, arus kas dilaporkan atas dasar arus kas bersih. Perusahaan yang listing di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dianjurkan untuk
melaporkan arus kas dari aktivitas operasi, arus kas dari aktivitas investasi dan arus kas
dari aktivitas pendanaan dengan menggunakan metode langsung (Manurung 1998: 15).
Dengan metode langsung ini akan menghasilkan informasi yang berguna dalam
mengestimasi arus kas masa depan yang tidak dapat dihasilkan dengan metode tidak
langsung, dengan metode langsung juga informasi mengenai kelompok utama
penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto dapat diperoleh baik dari catatan
akuntansi perusahaan atau dengan menyesuaikan penjualan dan pos-pos lain dalam
laporan laba rugi untuk:
a. Perubahan persediaan, piutang usaha dan hutang usaha selama periode berjalan;
b. Pos bukan kas lainnya;
c. Pos lain yang berkaitan dengan arus kas investasi dan pendanaan.
Dalam metode tidak langsung, arus kas bersih dari aktivitas operasi ditentukan
dengan menyesuaikan laba atau rugi bersih dari pengaruh:
a. Perubahan persediaan dan piutang usaha serta hutang usaha selama periode berjalan;
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
b. Pos bukan kas seperti penyusutan, penyisihan, pajak ditangguhkan, keuntungan dan
kerugian valuta asing yang belum direalisasikan, laba perusahaan asosiasi yang
belum dibagikan dan hak minoritas dalam laba / rugi konsolidasi.
2.1.5. Pengertian dan Jenis Saham
Jones (1998:40) memberikan batasan pengertian tentang saham sebagai berikut:
“Equity securities represent an ownership interest in a corporation. These securities
provide a residual claim-after payment of all obligation to fixe income claim-on the
income and assets of a corporation”.
Menurut Suad Husnan (2001) mendefenisikan saham sebagai bukti tanda
kepemilikan atas suatu perusahaan.
Berdasarkan definisi tentang saham tersebut di atas maka dapat disimpulkan
bahwa saham adalah suatu surat berharga yang merupakan bukti kepemilikan modal atas
suatu perusahaan, dimana pemilik saham tersebut berhak atas dividen sebesar porsi
kepemilikannya dalam perusahaan dan apabila perusahaan melakukan pembayaran
dividen serta saham juga dapat dijual di kemudian hari dengan harapan harga saham
akan naik sehingga investor dapat memperoleh keuntungan berupa capital gain.
Bursa Efek Jakarta (2001) membagi kategori saham ke dalam dua kelompok,
yaitu jenis saham berdasarkan manfaat yang dapat diperoleh serta jenis saham yang
berdasarkan atas peralihan hak. Saham berdasarkan manfaat yang dapat diperoleh terdiri
dari saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferred stock). Adapun saham
berdasarkan peralihan hak pemilikan terdiri dari saham atas unjuk dan saham atas nama.
Jones (1998:40-41) menyatakan bahwa saham dibagi atas:
The are two form of equities, preferred stock and common stock. Preferred stock is know as hybrid security because it resembles both equity and fixed income instrument. As an equity security, preferred stock has an infinite life and pays dividens. Preferred stock resembles fixed income securities. In that dividends is
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
fixed in amount and providing a stream of income very similar to that of bond. Common stock represent the ownership interest of corporations or the equity of the stockholders. Suad Husnan (1998: 36) membagi saham atas 2 jenis yaitu saham biasa dan
saham preferen. Saham biasa adalah bukti tanda kepemilikan atas suatu perusahaan,
sedangkan saham preferen adalah saham yang akan menerima dividen dalam jumlah
yang tetap.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis saham tersebut
dapat dikategorikan berdasarkan manfaat yang diperoleh yaitu saham preferen dan
saham biasa, dimana saham preferen mempunyai hak yang lebih tinggi dibandingkan
dengan saham biasa. Sedangkan yang dikategorikan berdasarkan atas peralihan hak
terdiri dari saham atas unjuk dan saham atas nama.
2.1.6. Penilaian Saham
Saham yang diperdagangkan di lantai bursa selain dinilai dengan harga pasar
(market value) dapat pula dilakukan penilaian dengan memperhatikan hal berikut ini:
1. Nilai pari / nilai nominal (par value / face value) adalah nilai yang tercantum dalam
sertifikat saham tersebut. Menurut Van Horne (1995: 29) “Par value of a stock is
merely a stated figure the corporation charters and is of little of economic
significance”.
2. Nilai buku (book value) menunjukkan nilai bersih kekayaan perusahaan per saham.
Nilai buku perusahaan di dapat dengan mengurangkan total asset perusahaan
terhadap hutang dan saham preferen, kemudian dibagi dengan jumlah saham yang
beredar. Menurut Horne (1995: 29): “The book value of share of a stock is the
shareholders equity of corporation less the par value of preferred stock outstanding
and debt devided by the number of share outstanding”.
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
3. Nilai intrinsik / nilai riil (fair value / reasonable value) adalah harga saham yang
ditetapkan untuk sebuah saham biasa jika faktor-faktor utama seperti modal dan
hutang perusahaan dipertimbangkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai
intrinsik tersebut adalah asset fisik yang dimiliki perusahaan, perkiraan pendapatan
perusahaan dimasa yang akan datang dan prospek pertumbuhan perusahaan tersebut.
4. Nilai pasar (market value) adalah harga saham biasa yang terjadi di pasar modal
berdasarkan permintaan dan penawaran. Sehubungan dengan nilai pasar tersebut
Jones (1998:42) menjelaskan bahwa: “The market value of one of share of stock is
simply the observed current market price”.
Berdasarkan penjelasan tersebut apabila dihubungkan dengan nilai intrinsik
maka akan terdapat dua kondisi pasar saham yaitu:
a) Undervalue adalah nilai intrinsik lebih besar dari nilai pasar. Pada kondisi seperti
ini investor sebaiknya membeli saham untuk memperoleh keuntungan.
b) Overvalue adalah nilai intrinsik lebih kecil dari nilai pasar. Pada kondisi seperti ini
investor sebaiknya menjual saham yang dimilikinya.
Pada suatu saham tercantum antara lain harga saham. Harga ini disebut dengan
harga atau nilai nominal. Harga nominal ini merupakan nilai yang ditetapkan oleh
emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Dalam proses penilaian
harga saham, pengertian nilai (value) dan harga (price) perlu dibedakan. Nilai (value)
yaitu nilai yang mengandung kekayaan perusahaan pada saat sekarang dan unsur potensi
perusahaan untuk menghimpun laba di masa yang akan datang, sedangkan harga (price)
diartikan sebagai harga pasar (market price). Harga pasar yaitu harga yang terjadi di
pasar primer maupun di pasar sekunder pada saat transaksi antara penjual dan pembeli.
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
Jones (1992:40) menyebutkan bahwa: “The price of share of stock is formally
determined by the interaction of demand and supply”. Weston and Brigham (1993: 255)
mengemukakan: “Market price is the price at which a stock sell in the market”.
Berdasarkan pengertian harga saham tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
harga saham dalam penelitian ini adalah harga pasar saham yang benar-benar terjadi di
pasar sekunder, yang disepakati oleh pihak penjual saham maupun pihak yang membeli
saham suatu perusahaan.
Harga saham yang terjadi di lantai bursa dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain adalah penawaran dan permintaan serta pelaku investor. Adapun uraian rinci
mengenai hal tersebut adalah sebagai berikut:
1. Penawaran Dan Permintaan
Harga pasar saham akan terbentuk melalui sejumlah penawaran dan permintaan
terhadap suatu efek. Jumlah penawaran dan permintaan akan mencerminkan kekuatan
pasar, jika penawaran lebih besar daripada permintaan, pada umumnya harga saham
akan turun. Sebaliknya jika jumlah permintaan lebih besar daripada penawaran terhadap
suatu efek maka harga cenderung akan naik.
2. Pelaku Investor
Para investor yang bermain dalam pasar modal berasal dari bermacam-macam
kalangan masyarakat. Investor dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu:
1. Investor yang bertujuan memperoleh dividen, investor ini mengincar perusahaan-
perusahaan yang stabil akan memberikan keuntungan yang relatif stabil. Pada
kelompok ini dividen lebih penting daripada keinginan untuk memperoleh capital
gain.
2. Investor yang bertujuan berdagang, perubahan harga yang sering naik-turun menarik
bagi kalangan investor yang bertujuan berdagang. Kelompok investor ini membeli
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
saham dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan dari selisih positif antara harga
jual dan harga beli saham.
3. Investor yang berkepentingan dalam pemilikan saham perusahaan, Bagi kelompok
investor ini yang terpenting adalah keikutsertaan mereka sebagai pemilik
perusahaan. Investor ini cenderung memilih saham yang mempunyai nama baik.
Kelompok ini tidak aktif dalam perdagangan saham.
4. Investor dengan tujuan spekulasi, kelompok investor ini lebih menyukai saham-
saham yang baru berkembang. Investor ini mencoba meraih keuntungan melalui
perubahan harga saham dan berita pasar terkini. Investor ini sangat aktif dalam
perdagangan saham.
2.1.7. Return Saham
Ekspektasi dari para investor terhadap investasinya adalah memperoleh return
(tingkat pengembalian) sebesar-besarnya dengan risiko tertentu. Return tersebut dapat
berupa capital gain dan dividen untuk investasi pada saham dan pendapatan bunga untuk
investasi pada surat hutang. Return tersebut yang menjadi indikator untuk meningkatkan
wealth para investor, termasuk di dalamnya para pemegang saham Seorang investor
yang memutuskan untuk melakukan investasi dalam berbagai saham maka berarti
investor tersebut melakukan partisipasi dalam modal suatu perusahaan. Seorang investor
yang rasional akan selalu berusaha agar investasinya mendatangkan tingkat return yang
melebihi biaya modalnya.
Return saham adalah suatu tingkat pengembalian saham yang diharapkan atas
investasi yang dilakukan dalam saham atau beberapa kelompok saham melalui suatu
portofolio. Van Horne (1992: 121) mendefinisikan return saham yaitu “the return of an
investment is the change of market price, plus any cash payment received due to
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
ownership, devidend by the beginning price”. Berdasarkan definisi di atas maka return
atas suatu saham terdiri dari capital gain (losses) dan yield. Capital gain (losses)
merupakan selisih dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode lalu.
Capital gain terjadi jika harga pasar yang dinilai sekarang lebih tinggi dari harga
perolehannya. Sedangkan Capital losses terjadi jika nilai sekarang harga pasar lebih
rendah dari harga perolehannya. Menurut Jogiyanto return saham dibedakan atas return
realisasi merupakan return yang telah terjadi dan return ekspekstasi merupakan return
yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa yang akan datang.
Return saham dapat dirumuskan sebagai berikut (Ross et.al 2003: 238):
Ri = 1
1
−
−−
t
tt
PPP
Dimana : Ri = Return Saham
Pt = Harga saham pada periode t
Pt-1 = Harga saham pada periode t-1
Formula di atas adalah mengukur return saham yang sifatnya historis atau
dengan model historis. Pada kenyataannya return saham tidak diketahui dengan pasti
oleh investor sehingga investor hanya dapat menentukan a priori expectations. Oleh
karena itu keputusan investor dalam menanamkan dananya didasarkan atas perkiraan
return yang akan diperoleh atau expected return.
Return saham pada suatu perusahaan dapat bernilai positif ataupun negatif.
Return saham yang bernilai positif menunjukkan bahwa perusahaan dapat memberikan
keuntungan berupa capital gain dan dividen. Hal ini berarti bahwa para investor
menerima keuntungan dari dana yang diinvestasikannya di lantai bursa, yaitu sebesar
selisih antara harga jual dengan harga beli saham.
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
Return saham yang bernilai positif ini akan menyebabkan saham suatu emiten akan
diminati oleh para investor karena dapat memberikan keuntungan bagi investor dalam
bentuk capital gain dan dividen. Sebaliknya return saham yang bernilai negatif
menunjukkan bahwa perusahaan memberikan capital losses atau kemungkinan tidak
membagikan dividen pada investor. Hal ini berarti bahwa para investor mengalami
capital losses dan kemungkinan investor tidak memperoleh deviden. Jika hal ini terjadi
maka saham suatu emiten tidak akan diminati oleh investor karena tidak dapat
memberikan keuntungan bagi investor. Return saham yang tinggi merupakan daya tarik
bagi investor untuk membeli suatu saham di lantai bursa.
2.1.8. Hubungan Arus Kas Dengan Harga Saham dan Return Saham
Tujuan pelaporan keuangan diupayakan mempunyai cakupan yang luas agar
memenuhi berbagai kebutuhan para pemakai dan melayani kepentingan umum dari
berbagai pemakai yang potensial, bukan hanya untuk kebutuhan khusus kelompok
tertentu saja. Pelaporan keuangan juga menyediakan informasi yang bermanfaat untuk
menaksir arus kas di masa yang akan datang (Jogiyanto, 1998).
Dari laporan keuangan yang diterbitkan yang diantaranya adalah laporan arus
kas, bisa dilihat kekuatan dan kelemahan relatif suatu perusahaan, serta untuk
menunjukkan apakah posisi keuangan membaik atau memburuk selama suatu waktu.
Hal ini akan membantu investor, kreditor, pemakai lainnya yang potensial, dalam
menilai ketidakpastian penerimaan dividen dan bunga di masa akan datang ( Jogiyanto,
1998).
Laporan keuangan diperlukan investor untuk pengambilan keputusan investasi
mereka. Informasi laba dan arus kas membawa muatan informasi ke pasar modal
sebagai konsekwensi dari manfaatnya dalam memprediksi arus kas masa depan.
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
Informasi tentang arus kas berguna bagi investor dan pemakai lainnya sebagai dasar
untuk menilai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan arus kas tersebut (prospek
arus kas perusahaan). Investor akan melakukan investasi kedalam suatu perusahaan,
demikian juga kreditur akan memberikan kredit kepada perusahaan yang memiliki
prospek arus kas yang baik. Investor menggunakan informasi tersebut untuk
mengevaluasi kinerja perusahaan sebelum mengambil keputusan untuk investasi pada
perusahaan tertentu yang dianggap akan dapat memberikan return yang lebih besar
dibandingkan dengan perusahaan lain.
Laporan arus kas memberikan informasi penting yang melengkapi neraca dan
laporan laba-rugi, dengan kata lain bahwa laporan arus kas memberikan gambaran yang
lebih lengkap mengenai aktivitas-aktivitas usaha dan posisi keuangan perusahaan.
Laporan arus kas dianggap yang penting dalam pelaporan keuangan suatu perusahaan di
lantai bursa. Hal ini didasarkan pada logika bahwa analisis terhadap ketiga kategori arus
kas diasumsikan dapat mempengaruhi harga saham dan return saham. Harga saham
sebuah perusahaan akan meningkat jika investor memperkirakan arus kas yang akan
diperoleh dari perusahaan tersebut meningkat. Peningkatan arus kas tersebut diharapkan
dapat memeberikan keuntungan (return) bagi investor. Sebaliknya, jika investor
memperkirakan arus kas yang akan diterima di masa datang menurun, harga saham
perusahaan tersebut akan turun, begitu pula terhadap return saham.
Dengan adanya laporan keuangan (Laporan Arus Kas), maka manajemen
perusahaan yang bersangkutan maupun para investor akan dapat melakukan tindakan,
dan melakukan penilaian terhadap nilai saham perusahaan. Manajemen perusahaan
maupun para investor menyadari bahwa arus kas operasi positif akan menjamin
kemampuan perusahaan dalam menjalankan aktivitas usahanya di masa yang akan
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
datang. Perusahaan yang mampu membayar dividen kepada pemegang saham adalah
perusahaan yang memiliki earning tinggi dan sekaligus dana tunai yang cukup.
2.1.9. Analisis Perusahaan
Secara umum untuk menganalisis harga saham dapat dilakukan dengan dua
pendekatan yaitu pendekatan fundamental dan pendekatan teknikal. Analisis
fundamental yang disebut juga analisis perusahaan yang mengunakan data fundamental
/ data keuangan perusahaan untuk menentukan nilai saham.
Pendekatan fundamental bertolak dari anggapan dasar bahwa setiap investor
adalah makhluk rasional. Keputusan investasi saham dari seorang pemodal yang rasional
di dahului oleh suatu proses analisis terhadap variabel yang secara fundamental yang
diperkirakan akan mempengaruhi harga saham.
Ada dua pendekatan dalam analisis fundamental yaitu pendekatan nilai sekarang
(Present Value Approach) / kapitalisasi laba dan pendekatan PER (P/E Ratio Approach).
Dalam pendekatan sekarang, nilai perusahaan ditentukan dengan mendiskontokan nilai-
nilai arus kas (cash flow) di masa depan menjadi nilai sekarang. Arus kas merupakan
komponen di dalam penentuan nilai perusahaan. Pendekatan PER atau earnings
multiplier adalah rasio dari harga saham terhadap earnings. Rasio ini menunjukkan
berapa besar investor menilai harga dari saham terhadap kelipan dari earnings.
Pada pendekatan ini argumentasi dasarnya jelas yaitu bahwa nilai saham
mewakili nilai perusahan tidak hanya nilai intrinsik suatu saat, tetapi juga termasuk
harapan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan nilai dikemudian hari. Adapun
argumentasi dasar pendekatan ini adalah bahwa harga saham adalah sama dengan nilai
intrinsik saham atau nilai discounted arus pendapatan yang akan diperoleh.
Jika investor percaya bahwa nilai dari perusahaan tergantung dari prospek
perusahaan tersebut di masa mendatang dan prospek ini merupakan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan aliran kas masa depan, maka nilai perusahaan tersebut
dapat ditentukan dengan mendiskontokan nilai-nilai arus kas di masa depan menjadi
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
nilai sekarang. Arus kas merupakan komponen di dalam menentukan nilai perusahaan.
Arus kas merupakan kas yang diterima oleh perusahaan emiten (Jogiyanto:89).
Beberapa tahap dalam analisis fundamental adalah analisis terhadap variabel
ekonomi dan pasar modal, analisis berbagai jenis industri dan yang terakhir adalah
analisis perusahaan. Dalam analisis perusahaan akan dijelaskan saham-saham
perusahaan mana dalam industri terpilih yang paling menguntungkan bagi investor atau
saham-saham manakah yang harga pasarnya lebih rendah dari nilai intrinsiknya
sehingga layak dibeli serta saham-saham manakah yang harga pasarnya lebih tinggi dari
nilai intrinsiknya sehingga menguntungkan untuk dijual. Untuk mengetahui apakah
saham suatu perusahaan layak dijadikan pilihan investasi, maka kita harus melakukan
analasis terhadap perusahaan yang bersangkutan untuk bisa memberikan gambaran
tentang nilai perusahaan tersebut, karakteristik internalnya, kualitas perusahaan tersebut
dan prospek perusahaan di masa datang.
Bagi para investor yang melakukan analisis perusahaan, informasi laporan
keuangan yang diterbitkan perusahaan merupakan salah satu jenis informasi yang paling
mudah di dapat. Informasi laporan keuangan sudah cukup menggambarkan kepada kita
sejauh mana perkembangan kondisi perusahaan selama ini dan apa yang telah
dicapainya. Berdasarkan informasi laporan keuangan, investor bisa mengetahui
perbandingan antara nilai intrinsik perusahaan dibanding harga pasar saham perusahaan
dan juga investor dapat membuat keputusan apakah membeli atau menjual saham
bersangkutan. Beberapa jenis informasi laporan keuangan yang dimaksud adalah laporan
Neraca, laporan Laba Rugi dan laporan Arus Kas.
Laporan arus kas disebut juga laporan perubahan posisi financial atau laporan
aliran dana perusahaan (Eduardus: 2001). Laporan arus kas merupakan laporan yang
memuat aliran kas yang berasal dari operasi perusahaan, investasi dan aktivitas financial
yang dilakukan perusahaan. Ada beberapa perbedaan antara laporan arus kas dengan
rugi laba dan neraca perusahaan, yaitu:
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
1. Neraca dan laba rugi di susun atas dasar metode akrual akuntansi, sedangkan
arus kas hanya mencatat transaksi yang menyebabkan aliran kas nyata.
Laporan laba-rugi memasukkan pos depresiasi untuk “menghaluskan” pengeluaran
modal yang terlalu besar dalam laporan rugi laba sedangkan arus kas hanya akan
mencatat transaksi pengeluaran modal perusahaan pada saat transaksi itu terjadi.
2.2. REVIEW PENELITIAN TERDAHULU
Wilson (1986) menemukan bukti bahwa ada muatan informasi tambahan dari
pembedaan laba bersih dengan arus kas operasi dan akrual. Bernard dan Stober (1989)
menunjukkan bahwa pembedaan laba bersih dengan arus kas operasi dan akrual tidak
mempunyai muatan informasi tambahan melebihi laba bersih. Livnat dan Zarowin
(1990:237) menyatakan bahwa model penilaian menunjukkan bahwa unexpected cash
inflow or outflow dari operasi dalam periode tertentu akan mempengaruhi harga saham
melalui pengaruhnya pada arus kas, sehingga diharapkan komponen arus kas dari
aktivitas operasi mempunyai hubungan yang signifikan dengan return saham. Rayburn
(1986) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara arus kas dari operasi dengan hasil
dari investasi saham (return).
Namun pendapat di atas di bantah oleh Ali (1994) yang menyatakan bahwa
laporan arus kas tidak memberikan informasi dalam hubungannya dengan return saham
kepada para pemegang saham. Hal ini dikarenakan arus kas operasi yang positif
mencerminkan realitas ekonomi perusahaan yang baik sehingga harga saham dan return
saham diharapkan dapat meningkat, begitu pula sebaliknya. Pendapat ini konsisiten
dengan yang dilaporkan Triyono dan Jogiyanto (2000) yang menyatakan bahwa arus kas
operasi mempunyai hubungan maupun pengaruh yang signifikan dengan harga saham
namun tidak terhadap return saham. Wahyuni (1998) dan Ngaisah (1998) dan Dilah
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
Utami (1999) dalam penelitiannya tidak berhasil mendapatkan hubungan yang signifikan
antara arus kas operasi dengan return saham.
Miller dan Rock (1985) berpendapat bahwa peningkatan investasi berhubungan
dengan peningkatan arus kas masa yang akan datang dan mempunyai pengaruh terhadap
return saham pada saat pengumuman investasi akan memberikan reaksi yang positif
terhadap return saham, pendapat ini di dukung oleh Livnat dan Zarowin (1990) yang
menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara arus kas investasi
dengan return saham. Konsisten dengan pendapat Bernard dan Stober (1989) yang
menyatakan bahwa arus kas investasi tidak mempunyai pengaruh terhadap return saham.
Di Indonesia hasil yang dilaporkan oleh Triyono dan Jogiyanto (2000) menyatakan
bahwa arus kas investasi tidak berhubungan dengan return saham tetapi terdapat
hubungan yang signifikan dengan harga saham. Riset mengenai pengaruh investasi
terhadap return saham telah dilakukan oleh Miller dan Rock (1985). Hasil studi ini tidak
konsisten dengan hasil studi Livnat dan Zarowin (1990), Bernard dan Stober (1989)
yang keduanya menemukan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara arus
kas investasi dengan return saham.
Arus kas pendanaan mempengaruhi harga, dan return saham didasarkan
signalling theory yang menyatakan bahwa penerbitan hutang merupakan sinyal yang
baik untuk menaksir kas. Berdasarkan teori ini pasar akan bereaksi terhadap
pengumuman penerbitan hutang. Smith (1986) berpendapat bahwa berdasarkan teori
keuangan, penerbitan atau penarikan saham biasa akan berpengaruh terhadap return
saham. Penerbitan utang dan penerbitan saham mengakibatkan arus kas pendanaan akan
bersifat positif. Arus kas pendanaan yang positif mencerminkan perusahaan akan
memiliki kesempatan tumbuh sehingga diharapkan harga saham mengalami peningkatan
dan dapat memberikan keuntungan (return) bagi investor maupun perusahaan. Triyono
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
dan Jogiyanto (2000 :54-66) dalam kondisi pasar modal Indonesia menemukan bukti
bahwa arus kas pendanaan mempunyai hubungan signifikan dengan harga saham tetapi
tidak dengan return saham.
Pendapat yang menyatakan pentingnya laporan arus kas dikemukakan oleh
George Stabus (1961) dengan teori investornya, yang berpendapat bahwa biasanya
kebutuhan investor adalah untuk peramalan tentang kesanggupan perusahaan untuk
mendapatkan kas di masa yang akan datang. Lebih lanjut Stabus mengemukakan bahwa
kas yang akan diterima investor di masa yang akan datang terkandung pada kemampuan
perusahaan untuk melakukan pengeluaran kas, keinginan manajemen untuk membayar
investor dan prioritas pembayaran terhadap klaim investor. Dari teori ini Stabus
menyimpulkan bahwa peranan laporan arus kas sangat penting untuk memenuhi
kepentingan informasi investor dalam proses pengambilan keputusan investasi.
Penelitian mengenai pentingnya analisis terhadap arus kas telah pula dilakukan
oleh Finger (1994: 221-223), Finger melakukan penelitian dengan menguji kemampuan
laba untuk menunjukkan bahwa: laba merupakan prediktor yang signifikan atas laba
dimasa mendatang untuk 88% perusahaan dan arus kas adalah prediktor yang lebih baik
atas arus kas untuk periode prediksi jangka pendek, dibandingkan prediktor laba. Hasil
penelitian Finger tidak mendukung pernyataan FASB bahwa laba adalah prediktor yang
lebih baik atas arus kas dibandingkan dengan arus kas. Bedford (1971) berpendapat
bahwa laporan arus kas adalah relevan secara umum untuk model pengambilan
keputusan.
Miller dan Rock (1985) berargumen bahwa pasar akan bereaksi negatif terhadap
pengumuman pendanaan dari luar, karena akan berpengaruh terhadap arus kas dari
aktivitas operasi yang lebih rendah untuk masa yang akan datang. Smith (1986)
berargumen berdasarkan teori keuangan bahwa penerbitan atau penarikan saham
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
berpengaruh terhadap arus kas dari aktivitas pendanaan adalah model dari Miller dan
Rock (1985) yang memprediksi bahwa perubahan dividen berhubungan dengan return
saham. Dividen yang meningkat memberikan sinyal terhadap arus kas masa yang akan
datang, yang diharapkan mempunyai pengaruh terhadap return saham. Cheng, Liu dan
Schaeler (1997) menyimpulkan dalam penelitiannya bahwa arus kas memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap return saham.
Diyanti (2000) meneliti hubungan laba bersih dan arus kas dengan return pada
saham di Bursa Efek Jakarta pada periode 1994-1997. Laba bersih memperlihatkan
hubungan yang lebih kuat daripada arus kas. Parawiyati dan Zaki Baridwan (1998)
dengan mengambil sampel 288 laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar
di BEJ untuk periode 1989-1994, menyimpulkan laba dan arus kas merupakan prediktor
yang baik untuk meramalkan arus kas masa depan. Manurung (1998) dengan periode
pengamatan 1994-1995 juga menemukan arus kas operasi yang surplus menunjukkan
korelasi yang positif dengan kinerja saham, meskipun lemah. Kesimpulan ini
mendukung pemikiran bahwa arus kas yang positif akan meningkatkan harga saham atau
kinerja perusahaan di bursa.
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
Tabel II-1. Review Penelitian Sebelumnya Informasi Akuntansi Peneliti Hasil Penelitian Laba, piutang, persediaan, biaya operasional, NPM
Parawiyati (2000)
Informasi keuangan signifikan berhubungan dengan prediksi pertumbuhan laba dan arus kas periode satu tahun.
Laba dan arus kas Wiwik Utami & Suharmadi (1998)
Informasi penghasilan berpengaruh positif terhadap harga saham
Arus kas operasi, investasi, pendanaan
Dilah Utami (1999)
Tidak ada muatan informasi tambahan pada arus kas operasi, investasi dan pendanaan.
Informasi Arus kas dan laba
Zaki Baridwan & parawiyati (1998)
Laba dan arus kas merupakan prediktor yang baik untuk meramalkan arus kas masa depan
Laba akuntansi & arus kas
Triyono (1998) Total arus kas tidak mempunyai hubungan signifikan dengan harga saham. Namun pemisahan ketiga komponen arus kas yaitu arus kas operasi, investasi dan pendanaan mempunyai hubungan yang signifikan terhadap harga saham.
Arus kas operasi, laba akuntansi
Charles Gultom (1999)
Relevansi nilai arus kas operasi yang dilaporkan tidak lebih kuat dari laba akuntansi akrual dalam hubungannya dengan perubahan harga saham yang ditentukan dengan unexpected return.
Komponen Arus kas & laba akuntansi
Jogiyanto & Triyono
Laporan arus kas operasi mempunyai hubungan dan pengaruh yang signifikan terhadap harga saham namun tidak terhadap return saham. Arus kas investasi tidak berhubungan dengan return saham tetapi terdapat hubungan yang signifikan terhadap harga saham. Arus kas pendanaan mempunyai hubungan yang positif terhadap harga saham tetapi tidak dengan return saham.
Arus kas operasi, investasi dan pendanaan
Livnant & Zarrowin (1990)
Arus kas operasi dan pendanaan mempunyai hubungan yang signifikan terhadap return saham, tetapi arus kas investasi tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan return saham.
Arus kas Adler Manurung (1998)
Arus kas operasi yang surplus menunjukkan korelasi yang positif dengan kinerja saham, meskipun lemah.
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan sektor Manufaktur
yang listing di Bursa Efek Jakarta selama periode penelitian dari tahun 2001 sampai
tahun 2005. Berdasarkan data dari Bursa Efek Jakarta perusahaan manufaktur yang
listing hingga tanggal 31 Desember 2005 sebanyak 143 perusahaan.
Berdasarkan populasi penelitian di atas, yang menjadi sampel frame adalah
emiten yang terdaftar di BEJ mulai tahun 2001 sampai tahun 2005. Metode penarikan
sampel yang digunakan adalah teknik Purposive Sampling. Berdasarkan metode
tersebut maka yang menjadi kriteria dalam penarikan sampel dalam penelitian ini
adalah:
1. Perusahaan manufaktur yang sudah listing di BEJ sejak tahun 2001 sampai 2005.
2. Tersedia data laporan keuangan tahunan yang berakhir 31 Desember.
3. Tersedia data laporan arus kas secara lengkap yaitu data arus kas operasi, investasi
dan pendanaan.
Tabel 3.1. Seleksi Sampel
No Keterangan Jumlah
1 Jumlah populasi 143
2 Pelanggaran kriteria no.1 16
3 Pelanggaran kriteria no.2 24
4 Pelanggaran kriteria no.3 19
5 Jumlah sampel yang memenuhi syarat 84
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
3.2. Defenisi Operasional Variabel
Satuan pengamatan yang menjadi objek penelitian adalah laporan arus kas yang
terdiri dari arus kas operasi, arus kas investasi dan arus kas pendanaan perusahaan
manufaktur yang telah diaudit dan dipublikasikan di Bursa Efek Jakarta untuk periode
akuntansi tahun 2001 sampai dengan tahun 2005 serta Harga Saham dan Return Saham
perusahaan tersebut.
Laporan arus kas operasi (X1) adalah selisih dari arus kas masuk dengan arus kas
keluar dari aktivitas operasi perusahaan dalam tahun pengamatan.
Laporan arus kas investasi (X2) adalah selisih dari arus kas masuk dengan arus
kas keluar dari aktivitas investasi perusahaan dalam tahun pengamatan.
Laporan arus kas pendanaan (X3) adalah selisih dari arus kas masuk dengan arus
kas keluar dari aktivitas pendanaan perusahaan dalam tahun pengamatan.
Harga saham adalah harga rata-rata penutupan saham harian dari setiap sampel
perusahaan yang terpilih dalam tahun pengamatan (harga pasar saham yang benar-benar
terjadi di pasar sekunder).
Return saham adalah adalah harga saham hari ini dikurangi dengan harga saham
kemarin dibagi dengan harga saham kemarin (return aktual).
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
Tabel 3.2 Defenisi Operasional Variabel
Variabel Konsep Sub Variabel Indikator Skala
Arus
ak
kas dari
tivitas
operasi (X1)
Jumlah arus kas bersih
operasi (selisih antara arus
kas masuk dan keluar)
perusahaan.
Rasio
A
aktivit
Inves
rus kas dari
gas
tasi (X2)
Jumlah arus kas bersih
investasi (selisih arus kas
masuk dan arus kas keluar
investasi) perusahaan.
Rasio
Laporan
Arus Kas
(X)
Laporan yang
ditujukan untuk
melaporkan
penerimaan dan
pengeluaran kas
selama satu
periode yang
berasal dari
aktivitas
perusahaan Arus kas dari
aktivitas
pendanaan (X3)
Jumlah arus kas bersih
pendanaan (selisih arus kas
masuk dan arus kas keluar
pendanaan) perusahaan.
Rasio
Harga
Saham
(Y1)
Harga saham
menurut harga
pasar.
Harga rata-rata penutupan
(Closing Price) saham harian
perusahaan setelah tanggal
publikasi laporan keuangan
Rasio
Return
Saham
(Y2)
Keuntungan dalam
bentuk Capital
Gain
Return Actual Perubahan harga saham
(harga saham hari ini
dikurangi harga saham
kemarin) dibagi dengan
harga saham pada awal
periode
Rasio
3.3. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini dikumpulkan data sekunder yaitu laporan keuangan tahunan
perusahaan yang telah di audit oleh auditor independen pada seluruh perusahaan
manufaktur khususnya Laporan Arus Kas, harga penutupan saham selama periode 2001
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
sampai dengan 2005. Sumber data tersebut diperoleh dari Jakarta Stock Exchange
Monthly, JSX Statistic, Capital Market Directory dan dari Pusat Referensi Pasar Modal
lainnya dan informasi website yang dapat diakses melalui internet dengan alamat
www.yahoo.finance.com atau www.jsx.co.id, serta karya tulis lain yang dianggap dapat
menunjang dalam pembahasan serta analisis hasil penelitian lapangan. Data yang
digunakan dalam penelitian ini merupakan gabungan data antara perusahaan (cross
section) dan antar waktu (time series) atau dikenal dengan pooled cross section-time
series.
3.4. Hipotesis Statistik
Dalam penelitian ini digunakan uji statistik untuk menguji apakah laporan arus
kas yang terdiri dari arus kas operasi, arus kas investasi dan arus kas pendanaan secara
simultan dan parsial berpengaruh terhadap harga saham dan return saham.
Sesuai dengan uraian pada latar belakang dan tujuan penelitian di atas maka
hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut:
H1: Laporan arus kas operasi, arus kas investasi dan arus kas pendanaan secara parsial
dan secara simultan berpengaruh terhadap harga saham.
H2: Laporan arus kas operasi, arus kas investasi dan arus kas pendanaan secara parsial
dan secara simultan berpengaruh terhadap return saham.
3.5. Teknik Analisis Data Dan Pengujian Asumsi Klasik
3.5.1. Analisis Data
Untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini dan sehubungan dengan
operasional variabel yang mempergunakan jenis data kuantitatif maka digunakan
analisis linier regresi berganda (multiple regression) dengan metode pangkat dua terkecil
biasa/ Ordinary Least Square (OLS). Metode ini dipakai untuk mengetahui hubungan
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
dan pengaruh variabel-variabel independen laporan arus kas terhadap variabel dependen
harga saham dan return saham.
Adapun model regresi linier berganda yang dipakai dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut (Sritua Arif, 1993:1) :
Y1 = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ε
Y2 = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ε
Dimana :
Y1 = Harga saham
Y2 = Return saham
X1 = Arus kas operasi
X2 = Arus kas investasi
X3 = Arus kas pendanaan
β0 = Parameter konstanta
βi = Koefisien regresi masing-masing Xi, i = 1,2,3
ε = Kesalahan random (galad)
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu akan dilakukan uji
asumsi-asumsi yang mendasari penggunaan persamaan regresi linier berganda. Model
regresi yang digunakan dalam menguji hipotesis haruslah menghindari kemungkinan
terjadi penyimpangan asumsi klasik. Dengan dipenuhi asumsi-asumsi tersebut maka
estimator OLS (Ordinary Leas Square) dapat memenuhi harapan, yaitu sebagai
estimator yang BLUE (Best, Linier, Unbiased, Estimator), artinya suatu penaksir adalah
BLUE kalau linier (yaitu fungsi linier dari variabel random seperti variabel dependen Y
dalam model regresi) dan efisien (yaitu tidak bias maupun mempunyai varians
minimum).
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
3.5.2. Pengujian Normalitas Dan Asumsi Klasik
Asumsi klasik regresi meliputi (Gujarati, alih bahasa Sumarno Zain, 1995) yaitu:
Heterokedastisitas, Multikolinearitas, Autokorelasi.
A. Uji Normalitas
Pengujian normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel independen dan variabel dependen keduanya mempunyai distribusi normal atau
tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi normal atau mendekati
normal. Pengujian dilakukan dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu
diagonal dari grafik normal P-P Plot, dengan kriteria keputusan:
1. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal
maka menunjukkan pola distribusi normal.
2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah garis
diagonal maka tidak menunjukkan pola distribusi normal.
Penyimpangan asumsi normalitas ini akan semakin kecil pengaruhnya apabila
jumlah sampel di perbesar (Suharyadi & Purwanto, 2003). Salah satu penyelesaiannya
adalah dengan cara mengubah bentuk nilai variabel yang semula nilai absolut
ditransformasikan menjadi bentuk lain (kwadratik, resiprokal) sehingga distribusi
menjadi normal.
B. Uji Heterokedastisitas
Heterokedastisitas terjadi karena perubahan situasi yang tidak tergambar dalam
spesifikasi model regresi dengan kata lain jika residual tidak memiliki varians yang
konstan. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas.
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk mendeteksi gejala
heterokedastisitas adalah uji metode grafis yaitu dengan melihat ada tidaknya pola
tertentu yang tergambar pada suatu scatter plot.
Apabila terjadi pelanggaran pada asumsi ini maka tindakan perbaikan model
adalah dengan melakukan transformasi data dengan cara membagi model regresi yang di
dapat dengan salah satu variabel independennya, Ghazali (2001: 76).
C. Uji Multikolinearitas
Masalah-masalah lain yang mungkin akan terjadi penggunaan persamaan regresi
berganda adalah multikolinearitas, yaitu suatu keadaan yang satu atau variabel bebasnya
terdapat korelasi dengan variabel bebas lainnya atau suatu variabel merupakan fungsi
linier dari variabel bebas lainnya. Adanya multikolinearitas dapat dilihat dari tolerance
value atau nilai variance inflation factor (VIF). Batas dari tolerance value adalah 0,1
atau nilai VIF di atas 10, maka terjadi problem multikolinearitas, Ghazali (2001: 77).
Apabila terjadi asumsi ini maka tindakan perbaikan model adalah mengeluarkan
satu atau lebih variabel independen yang memiliki korelasi yang tinggi dari model
regresi atau dengan menambah variabel lain ke dalam model.
3.6. Pengujian Hipotesis
Setelah dilakukan uji asumsi klasik terhadap data, selanjutnya dilakukan uji hipotesis.
Untuk membuktikan hipotesis pertama sampai dengan hipotesis keempat maka
digunakan alat uji sebagai berikut:
1. Uji F, dengan maksud menguji apakah secara simultan variabel independen
berpengaruh terhadap variabel dependen, tingkat keyakinan 95% (α =0,05)
2. Uji Koefisien Determinasi (R2), melihat beberapa besar variasi dari variabel
independen secara bersama-sama dalam mempengaruhi variabel dependen.
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
Semakin besar nilai R2 berarti semakin besar variasi dari variabel dependen oleh
variabel independen.
3. Uji t, dengan maksud untuk menguji apakah secara parsial variabel independen
berpengaruh terhadap variabel dependen, dengan tingkat keyakinan 95% (α
=0,05). Variabel independen dikatakan berpengaruh terhadap variabel dependen
bisa dilihat dari probabilitas variabel independen dibandingkan tingkat
kesalahannya (α). Jika probabilitas variabel independen lebih besar dari tingkat
kesalahannya (α) maka variabel independen tidak berpengaruh, tetapi jika
probabilitas variabel independen lebih kecil dari tingkat kesalahannya (α) maka
variabel independen tersebut berpengaruh terhadap variabel dependen.
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Statistik Deskriptif
Penelitian ini mengamati 2 Variabel terikat yaitu variabel harga saham dan
variabel return saham dan 3 variabel bebas yaitu variabel arus kas operasi (X1), variabel
arus kas investasi (X2), dan variabel arus kas pendanaan (X3). Informasi semua variabel
diambil berdasarkan laporan keuangan tahunan selama tahun 2001 sampai dengan 2005.
Analisis deskriptif semua variabel baik variabel bebas maupun variabel terikat
adalah sebagai berikut:
A. Variabel Arus Kas Operasi
Table 4.1. Descriptive Statistics Operasi
N Minimum Maximum Mean Std. DeviationTahun 2001 84 -80705504773 3.39921E+12 1.11889E+11 3.97358E+11Tahun 2002 84 -2.79848E+11 4.14272E+12 1.14863E+11 4.83086E+11Tahun 2003 84 -65563883170 2.42662E+12 1.28144E+11 3.89898E+11Tahun 2004 84 -1.346E+11 3.17942E+12 1.39252E+11 4.93938E+11Tahun 2005 84 -3.08806E+11 2.483E+12 99432797208 3.78042E+11Valid N (listwise) 84
Dari hasil olahan data pada tabel 4.1 di atas dapat disimpulkan bahwa rata-rata
arus kas operasi terbesar ada pada tahun 2004 yaitu sebesar 139.252.000.000, hal ini
berarti pada tahun 2004 kondisi rata-rata arus kas operasi perusahaan sampel mencapai
nilai terbaik. Sedangkan nilai standar deviasi yang terbesar adalah pada tahun 2004
dengan nilai standart deviasi sebesar 493.938.000.000. Hal ini berarti bahwa pada tahun
2004 nilai cash flow operasi semua perusahaan sampel paling bervariasi dengan nilai
terbesar 3.179.420.000.000 dan terkecil -134.600.000.000. Kondisi ini sekaligus
menunjukkan bahwa kondisi arus kas operasi perusahaan sampel sangat berfluktuasi,
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
rata-rata jarak antara perusahaan yang arus kas operasinya tinggi dan positif cukup jauh
dengan rata-rata jarak antara perusahaan yang arus kas operasinya negatif dan sangat
rendah.
B. Variabel Arus Kas Investasi
Table 4.2. Descriptive Statistics Investasi
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
2001 84 -1.1011E+12 7.23236E+11 -17804290820 1.6354E+112002 84 -7.34961E+11 1.79657E+11 -28024305905 951594176002003 84 -5.17978E+11 1.32167E+12 -1979931355 1.64548E+112004 84 -1.83759E+12 68925889819 -57954854047 2.13518E+112005 84 -2.74469E+12 7.71965E+11 -68767039917 3.26434E+11
Valid N (listwise) 84 Dari hasil olahan data pada tabel 4.2 di atas dapat disimpulkan bahwa rata-rata
arus kas investasi terbesar ada pada tahun 2003 yaitu sebesar -1.979.931.355, hal ini
berarti pada tahun 2003 kondisi rata-rata arus kas investasi perusahaan sampel mencapai
titik terbaik. Sedangkan nilai standar deviasi yang terbesar adalah pada tahun 2005
dengan nilai standar deviasi sebesar 326.434.000.000. Hal ini berarti bahwa pada tahun
2005 nilai arus kas investasi semua perusahaan sampel paling bervariasi dengan nilai
terbesar 771.965.000.000 dan terkecil -2.744.690.000.000. Kondisi ini sekaligus
menunjukkan bahwa kondisi arus kas investasi perusahaan sampel sangat berfluktuasi,
rata-rata jarak antara perusahaan yang arus kas operasinya tinggi dan positif cukup jauh
dengan rata-rata jarak antara perusahaan yang arus kas investasinya negatif dan sangat
rendah.
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
C. Variabel Arus Kas Pendanaan
Table 4.3. Descriptive Statistics Pendanaan
N Minimum Maximum Mean Std. DeviationTahun 2001 84 -4.61233E+11 5.86828E+11 -19815232974 1.19887E+11Tahun 2002 84 -2.57561E+12 86966041922 -86619754986 3.8733E+11Tahun 2003 84 -3.8989E+12 1.55808E+11 -84173145687 4.46036E+11Tahun 2004 84 -1.96183E+12 7.28851E+11 -51521564694 2.96702E+11Tahun 2005 84 -3.15257E+12 6.39254E+13 7.19905E+11 6.99201E+12Valid N (listwise) 84
Dari hasil olahan data pada tabel 4.3 di atas dapat disimpulkan bahwa rata-rata
arus kas pendanaan terbesar ada pada tahun 2005 yaitu sebesar 719.905.000.000, hal ini
berarti pada tahun 2005 kondisi rata-rata arus kas investasi perusahaan sampel mencapai
titik terbaik. Sedangkan nilai standar deviasi yang terbesar adalah pada tahun 2005
dengan nilai standar deviasi sebesar 6.992.010.000.000. Hal ini berarti bahwa pada
tahun 2005 cash flow pendanaan semua perusahaan sampel paling bervariasi dengan
nilai terbesar 63.925.400.000.000 Dan terkecil -3.152.570.000.000 Kondisi ini sekaligus
menunjukkan bahwa kondisi arus kas pendanaan perusahaan sampel sangat
berfluktuasi, rata-rata jarak antara perusahaan yang arus kas pendanaannya tinggi dan
positif cukup jauh dengan rata-rata jarak antara perusahaan yang arus kas pendanaannya
negatif dan sangat rendah.
D. Variabel Harga Saham
Table 4.4. Descriptive Statistics Harga Saham
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Tahun 2001 84 28.18 37052.63 2465.501548 6353.016537Tahun 2002 84 18.41 39209 2297.827024 5914.213524Tahun 2003 84 31.25 45525 2573.224167 7066.337177Tahun 2004 84 32.5 50355 3364.644762 8386.057505Tahun 2005 84 28.86 70427 3821.579881 10658.7937Valid N (listwise) 84
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
Dari hasil olahan data pada tabel 4.4 di atas dapat disimpulkan bahwa rata-rata
harga saham terbesar ada pada tahun 2005 yaitu sebesar 3.821, 58, hal ini berarti pada
tahun 2005 kondisi rata-rata transaksi saham perusahaan sampel harganya paling besar.
Sedangkan nilai standar deviasi yang terbesar adalah pada tahun 2005 dengan nilai
standar deviasi sebesar 10.658, 80. Hal ini berarti bahwa pada tahun 2005 nilai harga
saham semua perusahaan sampel paling bervariasi dengan harga saham terbesar 70.427
yaitu saham PT. Aqua Golden Missisipi Tbk dan yang terkecil 28,86 yaitu saham PT
Asiaplast Industries Tbk. Kondisi ini menunjukkan bahwa harga saham perusahaan
sampel sangat berfluktuasi, rata-rata jarak antara perusahaan yang harga sampel tinggi
cukup jauh dengan rata-rata jarak dengan perusahaan yang harga saham sangat rendah.
E. Variabel Return Saham
Table 4.5. Descriptive Statistics Return Saham
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Tahun 2001 84 27.18 37051.63 2548.262738 6367.43304Tahun 2002 84 17.41 39208 2296.827024 5914.213524Tahun 2003 84 30.25 45524 2572.224167 7066.337177Tahun 2004 84 31.5 50354 3363.637143 8386.05068Tahun 2005 84 27.86 70426 3820.575595 10658.79477Valid N (listwise) 84
Dari hasil olahan data pada tabel 4.5 di atas dapat disimpulkan bahwa rata-rata
return saham terbesar ada pada tahun 2005 yaitu sebesar 3.820,575, hal ini berarti pada
tahun 2005 kondisi rata-rata return saham perusahaan sampel returnnya paling besar.
Sedangkan nilai standar deviasi yang terbesar adalah pada tahun 2005 dengan nilai
standar deviasi sebesar 10658.794. Hal ini berarti bahwa pada tahun 2005 nilai return
saham semua perusahaan sampel paling bervariasi dengan return saham terbesar 70.426
yaitu return saham PT. Aqua Golden Missisipi Tbk dan yang terkecil 27,86 yaitu return
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
saham PT. Asiaplast Industries Tbk. Kondisi ini menunjukkan bahwa return saham
perusahaan sampel sangat berfluktuasi, rata-rata jarak antara perusahaan yang return
sampel tinggi cukup jauh dengan rata-rata jarak dengan perusahaan yang return saham
sangat rendah.
4.2. Analisis Hasil Pengujian Asumsi Klasik
Untuk menghasilkan suatu analisa data yang akurat, suatu persamaan regresi
sebaiknya memenuhi semua asumsi klasik. Asumsi-asumsi klasik yang harus dipenuhi
antara lain terbebas dari auto korelasi, multikolineritas, heterokedastisitas, dan
normalitas (Kuncoro; 2001).
4.2.1. Uji Normalitas
Pada penelitian ini uji normalitas hanya akan dideteksi melalui analisis grafik
yang dihasilkan melalui perhitungan regresi dengan SPSS 12. Adapun hasil pengujian
normalitas untuk harga dan return saham dapat dilihat pada gambar 4.1 dan gambar 4.2.
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Expe
cted C
um Pr
ob
Dependent Variable: RETURN SAHAM
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
Uji ini dilakukan untuk menunjukkan simetris tidaknya distribusi data. Uji
normalitas akan dideteksi melalui analisa grafis yang dihasilkan melalui perhitungan
regressi dengan SPSS versi.12. Dasar pengambilan keputusan yaitu (Santoso, 2001):
a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal,
maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
b. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis
diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
2.2.2 Uji Multikolierinitas
Uji ini dilakukan untuk menunjukkan ada tidaknya korelasi yang besar diantara
variabel bebas. Untuk mendeteksi adanya gejala multikolonieritas dapat dilakukan
dengan uji collinearity statistic. Dalam melakukan uji multikolierinitas harus diketahui
terlebih dahulu Variance Inflation Factor (VIF).
Pedoman pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
a. Jika Variance Inflation Factor (VIF) > 10 maka terdapat persoalan Multikolieritas
diantara variabel bebas.
b. Jika Variance Inflation Factor (VIF) < 10 maka tidak terdapat persoalan
Multikolieritas diantara variabel bebas.
Tabel 4.6
Coefficients Nilai VIF Collinearity Statistics Model Tolerance VIF
1 (Constant) Operasi 0.89 1.124 Investasi 0.895 1.117 Pendanaan 0.994 1.006
Dependen variabel: Harga Saham
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
Tabel 4.7
Coefficients Nilai VIF a
.890 1.124
.895 1.118
.994 1.006
OPERASIINVESTASIPENDANAAN
Model1
Tolerance VIFCollinearity Statistics
Dependent Variable: RETURN SAHAMa.
Dari tabel di atas, terlihat bahwa variabel independen yaitu Arus kas operasi,
Arus kas investasi dan Arus kas pendanaan, mempunyai angka variance inflaction factor
(VIF) dibawah angka 10. dengan demikian dapat disimpulkan bahwa regresi yang
dipakai tidak terdapat persoalan multikolinieritas.
2.2.3. Uji Heterokedastisitas
Uji ini dilakukan untuk menunjukkan penyebaran varians gangguan.
Heterokedastisitas terjadi bila varians gangguan berbeda dari satu observasi ke observasi
lainnya. Deteksi dapat dilakukan dengan menggunakan uji metode grafis yaitu dengan
melihat ada tidaknya pola tertentu yang tergambar pada scatterplot. Pedoman
pengambilan keputusan:
a. Jika ada pola tertentu maka terjadi heterokedastisitas.
b. Jika tidak ada pola tertentu maka tidak terjadi heterokedastisitas.
Hasil pengujian heterokedastisitas dalam penelitian ini menggunakan program
SPSS dengan cara mengamati pola yang terdapat pada scatter plot, yang hasilnya dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
-2 -1 0 1 2
Regression Standardized Predicted Value
-1
0
1
2
Regr
essio
n Stu
dent
ized R
esidu
al
Dependent Variable: RETURN SAHAM
Scatterplot
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
Pada kedua gambar di atas dapat dilihat bahwa titik–titik menyebar secara acak,
tidak membentuk pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik di atas maupun dibawah
angka nol pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heterokedastisitas pada model
regresi, sehingga model regresi layak pakai.
4.3. Analisis Hasil Pengujian Hipotesis
4.3.1. Pengujian Secara Simultan
Alat uji serempak adalah uji F, yang digunakan untuk mengetahui apakah
variabel-variabel independent secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel dependen. Berdasarkan output regresi pada lampiran output SPSS,
maka dapat dilakukan uji statistic secara serempak untuk mengetahui variabel Arus Kas
Operasi (X1), variabel Arus Kas Investasi (X2) dan Arus Kas Pendanaan (X3)
mempengaruhi harga saham dan return saham. Pengaruh variabel-variabel independent
tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.8 Hasil Regresi Uji F
ANOVA
Model F Sig. 1 Regression 12.680 .000(a) Residual Total
a Predictors: (Constant), Pendanaan, Investasi, Operasi b Dependent Variable: Harga Saham
Dari tabel 4.8. di atas, diperoleh nilai F hitung sebesar 12,680; sedangkan nilai
signifikan F nya adalah sebesar 0,000. Hal ini berarti bahwa nilai signifikan F lebih kecil
dari α = 0.05. Hal ini memberikan arti bahwa variabel-variabel independen yaitu
variabel arus kas operasi (X1), variabel arus kas investasi (X2), dan variabel arus kas
pendanaan (X3) secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
harga saham. Dengan demikian Hipotesis yang mengatakan bahwa variabel arus kas
operasi (X1), variabel arus kas investasi (X2), dan variabel arus kas pendanaan (X3)
secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham dan
return saham diterima.
Tabel 4.9 Hasil Regresi Uji F
ANOVA
Model F Sig. 1 Regression 2.689 .046(a) Residual Total
a Predictors: (Constant), Operasi / X1, Investasi / X2, Pendanaan / X3 b Dependent Variable: Y (return saham)
Dari tabel 4.9 di atas, diperoleh nilai F hitung sebesar 2,689; sedangkan nilai
signifikan F nya adalah sebesar 0,046. Hal ini berarti bahwa nilai signifikan F lebih kecil
dari α = 0.05. Hal ini memberikan arti bahwa variabel-variabel independen yaitu
variabel arus kas operasi (X1), variabel arus kas investasi (X2), dan variabel arus kas
pendanaan (X3) secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
return saham. Dengan demikian Hipotesis yang mengatakan bahwa variabel arus kas
operasi (X1), variabel arus kas investasi (X2), dan variabel arus kas pendanaan (X3)
secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham dan
return saham diterima.
Sedangkan besarnya koefisien determinasi (R2) hipotesis dapat diketahui dengan
melihat pada tabel 4.10 di bawah ini.
Tabel 4.10 Hasil Uji R2
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square 1 .725(a) .525 .423
a Predictors: (Constant), operasi, investasi, pendanaan b Dependen Variabel: Harga saham
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
Dari tabel 4.10 di atas dapat dilihat bahwa adjusted R square adalah sebesar
0,423. Hal ini menunjukkan bahwa dari variabel-variabel independen yang terdiri dari
variabel arus kas operasi (X1), variabel arus kas investasi (X2) dan arus kas pendanaan
(X3), menunjukkan kemampuan variasi menjelaskan 42,3% terhadap variabel harga
saham. Sedangkan sisanya 57,7% merupakan pengaruh dari variabel-variabel lain yang
tidak diikutsertakan dalam analisis ini.
Tabel 4.11 Hasil Uji R2
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square 1 .710(a) .504 .307
a Predictors: (Constant), Operasi / X1, Investasi / X2, Pendanaan / X3 b Dependen Variabel: Return saham
Dari tabel 4.11 di atas dapat dilihat bahwa adjusted R square adalah sebesar
0,207. Hal ini menunjukkan bahwa dari variabel-variabel independen yang terdiri dari
variabel arus kas operasi (X1), variabel arus kas investasi (X2) dan arus kas pendanaan
(X3), menunjukkan kemampuan variasi menjelaskan 20,7% terhadap variabel harga
saham. Sedangkan sisanya 79,3% merupakan pengaruh dari variabel-variabel lain yang
tidak diikutsertakan dalam analisis ini.
4.3.2. Pengujian Secara Parsial
Alat uji secara parsial adalah uji t, yang digunakan untuk mengetahui apakah
variabel-variabel independent secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependen. Berdasarkan output regresi pada lampiran output SPSS 12, maka
dapat dilakukan uji statistik secara parsial untuk mengetahui Variabel arus kas operasi
(X1), variabel arus kas investasi (X2) dan arus kas pendanaan (X3), masing-masing
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
mempengaruhi harga saham. Pengaruh variabel-variabel independen tersebut dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.12 Hasil Uji t
Coefficients
Model Unstandardized
Coefficients t Sig.
B 1 (Constant) 2.711 78.973 .000 Operasi .196 5.383 .000 Investasi -.022 -.597 .551 Pendanaan -.044 -1.289 .198
a Dependent Variable: Harga Saham
Pengujian hubungan antara variabel-variabel independen (X) terhadap variabel
dependen (Y) adalah sebagai berikut:
1. Pengujian parsial antara variabel arus kas operasi, arus kas investasi dan arus
kas pendanaan terhadap harga saham.
Dari tabel 4.12 di atas, diperoleh hasil signifikan t pengaruh variabel arus kas
operasi (X1) sebesar 0.000, dimana signifikan t lebih kecil dari α = 0.05. hal tersebut
berarti Ho ditolak sedangkan H1 diterima dan dapat disimpulkan bahwa arus kas operasi
secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Dengan
demikian hipotesis yang menyatakan arus kas operasi berpengaruh secara signifikan
terhadap harga saham perusahaan manufaktur dapat diterima.
Dari tabel 4.12 di atas, diperoleh hasil signifikan t pengaruh variabel arus kas
investasi (X2) sebesar 0,551, dimana signifikan t lebih besar dari α = 0,05. Hal ini
berarti bahwa Ho diterima sedangkan H1 ditolak dan dapat disimpulkan bahwa arus kas
investasi secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga
saham. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan arus kas investasi berpengaruh
secara signifikan terhadap saham perusahaan manufaktur ditolak.
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
Dari tabel 4.11 di atas, diperoleh hasil signifikan t pengaruh variabel arus kas
investasi (X2) sebesar 0, 198, dimana signifikan t lebih besar dari α = 0,05. Hal tersebut
berarti bahwa Ho diterima sedangkan H1 ditolak dan dapat disimpulkan bahwa arus kas
pendanaan secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga
saham. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan arus kas pendanaan berpengaruh
secara signifikan terhadap saham perusahaan manufaktur ditolak.
Tabel 4.13 Hasil Uji t
Coefficients
Model
Unstandardized Coefficients t Sig.
B Std. Error 1 (Constant) ,219 ,031 6,984 ,000 OPERASI ,042 ,033 1,265 ,206 INVESTASI -,030 ,033 -,892 ,373 PENDANAAN -,023 ,032 -,716 ,474
a Dependent Variable: RETURN SAHAM 2. Pengujian parsial antara variabel arus kas operasi, arus kas investasi dan arus
kas pendanaan terhadap return saham.
Dari tabel 4.13 di atas, diperoleh hasil signifikan t pengaruh variabel arus kas
operasi (X1) sebesar 0,206, dimana signifikan t lebih besar dari α = 0.05. Hal tersebut
berarti Ho diterima sedangkan H1 dtolak dan dapat disimpulkan bahwa arus kas operasi
secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham.
Dengan demikian hipotesis yang menyatakan arus kas operasi berpengaruh secara
signifikan terhadap return saham perusahaan manufaktur ditolak. .
Dari tabel 4.13 di atas, diperoleh hasil signifikan t pengaruh variabel arus kas
investasi (X2) sebesar 0.373. dimana signifikan t lebih besar dari α = 0,05. Hal tersebut
berarti bahwa Ho diterima sedangkan H1 ditolak dan dapat disimpulkan bahwa arus kas
investasi secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
saham. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan arus kas investasi berpengaruh
secara signifikan terhadap return saham perusahaan manufaktur ditolak.
Dari tabel 4.13 di atas, diperoleh hasil signifikan t pengaruh variabel arus kas
investasi (X2) sebesar 0.474, dimana signifikan t lebih besar dari α = 0,05. Hal tersebut
berarti bahwa Ho diterima sedangkan H1 ditolak dan dapat disimpulkan bahwa arus kas
pendanaan secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga
saham. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan arus kas pendanaan berpengaruh
secara signifikan terhadap return saham perusahaan manufaktur ditolak.
4.4. Analisa Persamaan Regresi
Berdasarkan tabel 4.10. di atas, maka model analisa regresi linier antara variabel
X terhadap variabel Y dapat diformulasikan dalam model persamaan:
Y = 2,711 + 0,196X1 – 0,022X2 – 0,044X3 + ε
Y = 0,219 + 0,042X1 – 0,030X2 – 0,023X3 + ε
Dari hasil persamaan regresi tersebut, masing-masing variabel independent dapat
diinterpretasikan pengaruhnya terhadap harga saham sebagai berikut:
1. variabel arus kas operasi (X1) memiliki koefisien bertanda positif sebesar 0,196,
hal ini berarti apabila nilai koefisien regresi variabel lainnya tetap (tidak berubah),
maka perubahan arus kas operasi sebesar Rp.1 akan meningkatkan rata-rata harga
saham sebesar Rp.0.196.
2. Variabel arus kas investasi (X2) memiliki koefisien bertanda negative sebesar
0,022, hal ini berarti apabila nilai koefisien regresi variabel lainnya tetap (tidak
berubah), maka perubahan arus kas investasi sebesar Rp.1 akan menurunkan rata-
rata harga saham sebesar Rp.0.022.
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
3. Variabel arus kas pendanaan (X3) memiliki koefisien bertanda negative sebesar
0,044, hal ini berarti apabila nilai koefisien regresi variabel lainnya tetap (tidak
berubah), maka perubahan arus kas pendanaan sebesar Rp.1 akan menurunkan
rata-rata harga saham sebesar Rp.0,044.
4. Variabel arus kas operasi (X1) memiliki koefisien bertanda positif sebesar 0,042,
hal ini berarti apabila nilai koefisien regresi variabel lainnya tetap (tidak berubah),
maka perubahan arus kas operasi sebesar Rp.1 akan meningkatkan rata-rata return
saham sebesar Rp.0,042.
5. Variabel arus kas investasi (X2) memiliki koefisien bertanda positif sebesar 0,030,
hal ini berarti apabila nilai koefisien regresi variabel lainnya tetap (tidak berubah),
maka perubahan arus kas operasi sebesar Rp.1 akan meningkatkan rata-rata return
saham sebesar Rp.0,030.
6. Variabel arus kas pendanaan (X3) memiliki koefisien bertanda positif sebesar
0,023, hal ini berarti apabila nilai koefisien regresi variabel lainnya tetap (tidak
berubah), maka perubahan arus kas operasi sebesar Rp.1 akan meningkatkan rata-
rata return saham sebesar Rp.0,023.
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan pada analisis data dan uji hipotesis penelitian serta pembahasan
hasil penelitian, maka dapat disimpulkan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hasil pengujian hipotesis pertama, pengujian parsial dan simultan antara variabel
arus kas operasi, arus kas investasi arus kas pendanaan terhadap harga saham. Dari
hasil pembahasan membuktikan bahwa secara parsial arus kas operasi berpengaruh
secara signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur tetapi arus kas
investasi dan arus kas pendanaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga
saham. Hasil penelitian diatas konsisten mendukung hasil penelitian sebelumnya
yaitu Ferry & Erni (2004) dan bertentangan dengan hasil penelitian Triyono dan
Jogiyanto.
Dari hasil pembahasan membuktikan bahwa secara simultan variabel arus kas
operasi, arus kas investasi dan arus kas pendanaan berpengaruh secara signifikan
terhadap harga saham. Hasil penelitian diatas konsisten ,emdukung hasil penelitian
Fery dan Erni (2004) dan bertentangan dengan hasil penelitian Triyono dan
Jogiyanto (2000).
2. Hasil pengujian hipotesis kedua, pengujian parsial dan simultan antara variabel arus
kas operasi, arus kas investasi dan arus kas pendanaan terhadap return saham. Dari
hasil pembahasan membuktikan bahwa secara parsial variabel arus kas operasi, arus
kas investasi dan arus kas pendanaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
return saham. Hasil penelitian diatas konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya
yaitu Livnant & Zarowin (1990), Triyono dan Jogiyanto (2000), Wahyu (1998),
Ngaisah (1998).
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
Dari hasil pembahasan membuktikan bahwa variabel arus kas operasi, arus kas
investasi dan arus kas pendanaan secara simultan tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap return saham. Hasil penelitian diatas konsisten dengan hasil penelitian
sebelumnya yaitu hasil penelitian Ali ( 1998), Ngaisah (1998) Triyono dan Jogiyanto
(2000) dan Dilah Utami (1998).
5.2. Keterbatasan
Adapun yang menjadi keterbatasan adalah:
1. Tolak ukur yang digunakan untuk memprediksi pengaruh laporan arus kas
terhadap harga dan return saham dalam penelitian ini adalah tolak ukur yang
menggunakan data akuntansi yang bersifat historis saja.
2. Dalam penelitian ini, periode waktu yang digunakan dan jumlah variabel yang
dalam melihat perubahan harga saham dan return saham adalah terbatas hanya
pada 5 periode. Sehingga hasilnya bisa saja tidak dapat mencerminkan kondisi
secara keseluruhan dari populasi dan tidak dapat digeneralisasi ke jenis industri
lain.
5.3. Saran
Berdasarkan pada hasil penelitian yang disimpulkan diatas, dapatlah
dikemukakan saran sebagai berikut:
1. Investor yang ingin investasi saham di sektor Manufaktur, hendaknya
mempertimbangkan faktor fundamental dan psikologi pasar saham secara
umum.
2. Dalam penelitian selanjutnya diharapkan untuk memperbesar jumlah sampel
penelitiannya, misalnya dengan menggunakan seluruh perusahaan industri
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
manufaktur yang terdaftar di BEJ atau seluruh sektor lainnya, sehingga dapat
mewakili seluruh industri yang ada di BEJ.
3. Diharapkan pada penelitian yang akan datang menambah variabel baru, sehingga
dengan adanya jumlah variabel baru yang dimasukkan akan membuat temua
baru yang lebih baik lagi dan bermanfaat untuk kepentingan perkembangan ilmu
pengetahuan. Variabel tersebut misalnya laba perusahaan, aktiva, kewajiban,
penjualan, EVA, kondisi makro ekonomi seperti tingkat inflasi, suku bunga dan
lain-lain.
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
DAFTAR PUSTAKA
Adiwijaya. 2000. “Pengaruh Laporan Keuangan Interim Terhadap Perubahan Harga
Saham di Bursa Efek Jakarta”. Ekobisnis Vol.1. No.3, September. Ali, Ashing and P.F. Pope. 1995. “The Incremental Content of Earnings, Funds Flow,
and Cash Flow. The UK Evidence”. Journal of Business Finance and Accounting. 22(1). Pp.19-30.
Aloysia, Yanti. 2003. “Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Return Saham Dengan
Kualitas Audit Sebagai Variabel Pemoderasi”. Simposium Nasional Akuntansi VI, Surabaya.
Ardiansyah, Misnen. 2003. “Pengaruh Keuangan Terhadap Return Awal dan Return 15
Hari Setelah IPO di Bursa Efek Jakarta”. Simposium Nasional Akuntansi VI, Surabaya.
Arif, Sritua. 1993. “Metode Penelitian ekonomi”. UI – Pres, Jakarta. Baridwan, Zaki, 1997. “Analisis Nilai Tambah Informasi Laporan Arus Kas”. Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol.12, No.2, Hal.1-13. Bowen. Robert, M. David and Lane. 1986. “Evidence on Relationships Between
Earnings and Various Measures of Cash Flow”. The Accounting Review. vol.LXI.no.4. Oktober.
Bernad V.L. and Stober T.L. 1989. “The Nature and Amount of Information In Cash
Flow And Accruals”. The Accounting Review, October. Brealy, Richard & Myers, Stewart. 1991: “Principles of Corporate Finance”, Mc.Graw
Hill. International Book Company, Singapore. Burton, J. 1981. “Emerging Trends In Financial Reporting”. Journal of Accounting.
Juli.pp.54-66. Cheng, Liu Chao dan Schaeler. “The Value Relevance of SFAS No.95 Cash Flow From
Operation as Assessed by Security Market Effects”. American Accounting Association. Accounting Horizon, September 1997, Vol.11,pp.1-15.
Diyanti, Vera. “Analisis Keterkaitan Pendapatan dan Arus Kas Dengan Return Saham”.
Karya Akhir MM-UI, 2000.
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
Dickens, Charles. 1999. “Relevansi Nilai Arus Kas Operasi Terhadap Unexpected
Return Studi di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.1 No.2 Eduardus. Tandelin. 2001. “Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio”. Edisi 1.
Yogyakarta, BPFE. Fama. 1970. “E. Efficient Capital Market: A Review of The Theory and Empirical
Work”, Journal of Finance. Foster, George. 1986. “Financial Statement Analysis”. Prentice Hall International Inc. FASB. 1978. Statement of Financial Accounting Concept No.1. Stanford. Ferry dan Erni. 2004. “Pengaruh Informasi Laba, Aliran Kas dan Komponen Aliran Kas
Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia”. Simposium Nasional Akuntansi VII, Denpasar, Bali.
Finger, Chaterine A. (Autumn 1994). The Ability of Earnings to Predict Future Earnings
and Cash Flow”. Journal of Accounting Research, Vol.32, No.32, p.210-223. Gujarati, D. 1995. “Basic Econometric”. Third Edition, Mc. Graw Hill Inc. Singapore. Hastuti, Ambar, Sudibyo. 1998. “Pengaruh Publikasi Laporan Arus Kas Terhadap
Volume perdagangan Saham Perusahaan di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol.1 Juli. hal.239-254.
Husnan, Suad. 1998. “Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas”. Edisi
Ketiga. UPP. AMP. YKPN, Yogyakarta. Ikatan Akuntan Indonesia. 1999. “Standar Akuntansi Keuangan”. IAI, Indonesia,
Salemba Empat, Jakarta. Januar dan Sri. 2003. “Dampak Pengumuman Rating Terhadap Return Saham
Perusahaan di Bursa Efek Jakarta”. Simposium Nasional Akuntansi VI, Surabaya. Jogiyanto. 1998. “Teori Portofolio dan Analisis investasi”, Edisi 2, BPFE, Yogyakarta. John Wild, dkk. 2004. “Financial Statement Analysis”. Terjemahan Salemba Empat
Jakarta. Jones. Charles.P. 2000. Investment Analysis and Management. Edisi 7. John Wiley &
Sons Inc. New York.
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
Kothari, S.P., and Zimmerman. 1995. “Price and Return Models, Journal of Accounting
Economics 20: 155-192. Livnant, Joshua and Zarowin. 1990. “The Incremental Content of Cash Flow”. Journal
of Accounting and Economic, p.25-46. Manurung, Adler Haymans. “Analisis Arus Kas Terhadap tingkat Pengembalian Saham
di Bursa Efek Jakarta”. Usahawan No.5th. XXVII, Mei 1998. Miller, M. And K. Rock 1985. “Dividen Policy under Asymetric Information Content of
Cash Flow components”. Journal of Accounting and Economics, May 1990. pp.25-46.
Mudrajat kuncoro. 2003. “Metode Riset Untuk Bisnis & Ekonomi – Bagaimana Meneliti
dan Menulis Tesis”. Erlangga. Nugroho Agung Bhuono. 2005. “Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian
Dengan SPSS”. Andi Jogjakarta. Parawiyati dan Baridwan, Zaki. 1998. “Kemampuan Laba dan Arus Kas Dalam
Memprediksi Laba dan Arus Kas Perusahaan go Public di Indonesia”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol.1.no.1. Januari.
Pradhono dan Yulius. 2004. “Pengaruh EVA, Residual Income, Earning dan Arus Kas
Operasi Terhadap Return Yang Diterima Oleh Pemegang Saham – Studi Pada Perusahaan Manufaktur di BEJ)”. Jurnal Akuntansi & Keuangan Vo.6. No.2. Nopember.
Pratisto, Arif. 2004. “Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan Dengan SPSS 12”.
Elex Media Komputindo, Jakarta. Rayburn, J. “The Association of Operating Cash Flow and Accrual With Security
Returns”. Journal of Accounting Research, 1986, pp. 112-133. Ros, A Stephen. Westerfield, Randolph W. Jordan, Bradford D. 2003. “Fundamental of
Corporate Finance”. Sixth Edition. New York: Mc Graw – Hill. Santoso, Singgih. 2004. “SPSS Statistik Parametrik”. Elex Media Komputindo, Jakarta. Shapiro, Alan C. 1999. “Multinational Financial Management”. 6 Edition, John Wiley &
Sons Inc.
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
Sharpe, William. Gordon J. Alexander and Jeffrey V. Bailey. “Investment”. 5 Edition,
Prentice Hall Inc. 1995. Simamora, Hendry. 2000. “Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan”. Salemba Empat,
Jakarta. Smith, Jay. And Fred Skousen. 1992. “Intermediate Accounting”. South-Western
Publishing Co. Suadi. 1998. “Penelitian Tentang Manfaat Laporan Arus Kas”. Jurnal Ekonomi dan
Bisnis, Indonesia. Vol.13. No.2, Juli 1998. Supramono dan Intiyas. 2004. “Desain Proposal Penelitian – Akuntansi dan Keuangan”.
Andy Yogyakarta. Triyono dan Jogiyanto Hartono. 2000. “Hubungan Kandungan Informasi Arus Kas,
Komponen Arus Kas dan Laba Akuntansi Dengan Harga dan Return Saham”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.3. No.1, pp.54-68.
Utami, Dilah.1999. “Muatan Informasi Tambahan Arus Kas Dari Aktivitas Operasi,
Investasi dan Pendanaan”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol.1.no.1.April. Van Horne, James. C and John M. Wachowich, Jr. 2005. “Prinsip-Prinsip Manajemen
Keuangan”. Edisi 12, Edisi Indonesia, Salemba Empat, Jakarta. Wahyuni, Sri. 1998. Analisis Kandungan Informasi Laporan Arus Kas di Bursa Efek
Jakarta”. Tesis S-2. UGM. Wilson. Peter J. “Relative Information Content of Accruals and Cashflows: Combinated
Evidence at Earnings Annountcement and Annual Report Release Date” Journal of Accounting Research. Vol.24.supplement 1986.
Tagor Darius Sidauruk: Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek jakarta, 2007. USU e-Repository © 2008
Top Related