Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
PENGARUH KARAKTERISTIK REMAJA, GENETIK, PENDAPATAN KELUARGA, PENDIDIKAN IBU,
POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN OBESITAS
DI SMU RK TRI SAKTI MEDAN 2008
TESIS
Oleh
NELLY KATHARINA MANURUNG 067023012/AKK
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N
2 0 0 9
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
PENGARUH KARAKTERISTIK REMAJA, GENETIK, PENDAPATAN KELUARGA, PENDIDIKAN IBU,
POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN OBESITAS
DI SMU RK TRI SAKTI MEDAN 2008
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes)
dalam Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
NELLY KATHARINA MANURUNG
067023012/AKK
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N 2 0 0 9
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
Judul Tesis : PENGARUH KARAKTERISTIK REMAJA, GENETIK, PENDAPATAN KELUARGA, PENDIDIKAN IBU, POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN OBESITAS DI SMU RK TRI SAKTI MEDAN 2008
Nama Mahasiswa : Nelly Katharina Manurung Nomor Pokok : 067023012 Program Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi : Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si) Ketua
(Dra. Jumirah, Apt., M.Kes) Anggota
Ketua Program Studi,
(Dr. Drs. Surya Utama, MS)
Direktur,
(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc)
Tanggal lulus : 9 Juni 2009
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
Telah diuji pada
Tanggal : 9 Juni 2009
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si
Anggota : 1. Dra. Jumirah, Apt., M.Kes
2. Drh. Hiswani, M.Kes
3. Ernawati Nasution, SKM, M.Kes
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
PERNYATAAN
PENGARUH KARAKTERISTIK REMAJA, GENETIK,
PENDAPATAN KELUARGA, PENDIDIKAN IBU, POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK
TERHADAP KEJADIAN OBESITAS DI SMU RK TRI SAKTI MEDAN
2008
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperolah gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Juni 2009
Nelly Katharina Manurung
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
ABSTRAK
Prevalensi obesitas di Indonesia mengalami peningkatan mencapai tingkat yang membahayakan. Berdasarkan data SUSENAS tahun 2004 prevalensi obesitas pada anak telah mencapai 11%. Hasil penelitian Simatupang pada murid SD di Medan tahun 2007, menunjukkan bahwa prevalensi obesitas mencapai 25,65% pada laki-laki dan 19,50% pada perempuan. Obesitas pada masa anak dan remaja cenderung berlanjut hingga dewasa dan lanjut usia.
Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan desain cross sectional yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga, pendidikan ibu, pola makan dan aktivitas fisik terhadap kejadian obesitas di SMU RK Tri Sakti Medan. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 468 orang dengan sampel sebanyak 96 orang yang dipilih secara random sampling. Data yang terkumpul dianalisis dengan uji regresi logistik ganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi obesitas cukup tinggi mencapai 10,4%. Hasil analisis multivariat menunjukkan adanya pengaruh pola makan berdasarkan jumlah asupan energi dan jenis makanan (p < 0,05) terhadap kejadian obesitas. Faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap kejadian obesitas adalah pola makan berdasarkan jenis makanan (β = - 3,178). Karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga, pendidikan ibu, jumlah asupan protein dan aktivitas fisik tidak berpengaruh terhadap kejadian obesitas (p > 0,05).
Disarankan kepada pihak-pihak terkait ( sekolah, Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan Kota Medan) untuk melakukan upaya promotif - preventif terhadap kejadian obesitas secara terpadu. Remaja perlu memahami kejadian obesitas dan faktor-faktor yang mempengaruhinya agar dapat mencegah atau menanggulangi obesitas secara mandiri.
Kata kunci: Obesitas, Remaja dan Pola Makan
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
ABSTRACT
The prevalence of obesity in Indonesian is increasing reached to a dangerous
level. Based on SUSENAS data 2004, the prevalence of obesity in child was reached 11%. The result of Simatupang’s survey at elementary student in Medan 2007 indicate, that the prevalence of obesity reached 25,65% in boy and 19,58% in girl. Obesity in children and adolescent tend to continue till adult and old age.
This study is a survey with cross sectional design to describe the influence of adolescent characteristic, genetic, family income, level of mother education, meal pattern and physical activity on obesity at SMU RK Tri Sakti Medan. The population in this study are 468 students with 96 samples that selected through random sampling. The collected data is analyze by using multiple regression logistics test.
The result of this study indicate, that the prevalence of obesity is high enough reached 10,4%. The result of multivariate analyze indicate, that there are an influence of meal pattern by total energy intake and kinds of food (p < 0,05) on obesity. The most dominant factor influence on obesity is meal pattern based on kind of food (β = - 3,178). The adolescent characteristic, genetic, family income, level of mother education, total protein intake and physical activity have no influence on obesity (p > 0,05).
It is suggested to the interlaced side ( school, Education Office and District Health Office of Medan) to take a promotive – preventive integrated action for the occurrence of obesity. The adolescent needs to understand the occurrence of obesity and the influence factors so that they can make an effort to prevent or manage obesity autonomously. Key words: Obesity, Adolescent and Meal Pattern
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karuniaNya
penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul ”Pengaruh Karakteristik Remaja,
Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan dan Aktivitas Fisik ter
hadap Obesitas di SMU RK Tri Sakti Medan 2008”.
Dalam menyusun tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan dan
bimbingan dari berbagai pihak.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Evawany Aritonang,
M.Si dan Ibu Dra. Jumirah, Apt, M.Kes selaku komisi pembimbing yang telah
membantu dan memberikan waktu dan pikiran serta dengan penuh kesabaran
membimbing penulis dalam penyusunan tesis ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(K), selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara Medan dan Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B,
M.Sc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana (SPs) Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Ketua Program Studi Administrasi dan
Kebijakan Kesehatan dan Ibu Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Sekretaris
Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana
(SPs) Universitas Sumatera Utara yang telah memberi bimbingan dan motivasi
serta arahan dalam perkuliahan maupun penyelesaian tesis.
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
3. Bapak Drs. Saut Sianturi, selaku Kepada Sekolah SMU Tri Sakti Medan yang
telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.
4. Ibu Ir. Zuraidah Nasution, M.Kes yang telah memberikan tugas belajar kepada
penulis.
5. Ibu Drh. Hiswani, M.Kes dan Ibu Ernawati Nasution, SKM, M.Kes sebagai
penguji yang telah memberi masukan, saran dan bimbingan dalam penyelesaian
tesis ini.
Terima kasih yang tidak terhingga penulis ucapkan kepada kedua orang tua
penulis dan bapak mertua, suami Jonni M. Simbolon dan ketiga putriku Hannah,
Naomi dan Tirza, abang, kakak dan adik yang telah memberi motivasi. Selanjutnya
penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses
penyusun tesis ini sehingga selesai.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat banyak kekurangan dan
kelemahan, untuk itu diharapkan saran yang bersifat membangun untuk
menyempurnakan tesis ini.
Medan, 8 Juni 2009
Penulis
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Nelly Katharina Manurung yang lahir di Medan pada
tanggal 23 Mei 1970, anak kelima dari tujuh bersaudara, beragama Kristen Protestan
dan bertempat tinggal di Jalan Balai Desa, Komplek Perumahan Pondok Nusantara
Blok B-7 Medan.
Penulis menamatkan Sekolah Dasar pada tahun 1983 dari SDN 060842
Medan, tahun 1986 menamatkan Sekolah Menengah Pertama dari SMPN 6 Medan,
kemudian pada tahun 1989 menamatkan Sekolah Menengah Atas dari SMAN 4
Medan, tahun 1996 menamatkan Perguruan Tinggi dari FKG-USU Medan, dan tahun
2002 menamatkan AKTA IV dari Fakultas Ilmu Keguruan Universitas Medan.
Penulis bekerja sebagai dokter gigi puskesmas di Kecamatan Kendawangan
dari tahun 1997-2000, tahun 2000-2001 di puskesmas Tuan-tuan, Kabupaten
Ketapang Kalimantan Barat, tahun 2001 sampai sekarang bekerja sebagai staf
pengajar di Jurusan Kesehatan Gigi Politeknik Tenaga Kesehatan Medan.
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK ………………………………………………………………… ABSTRACT ………………………………………………………………. KATA PENGANTAR …………………………………………………….. RIWAYAT HIDUP ……………………………………………………….. DAFTAR ISI ……………………………………………………………… DAFTAR TABEL ………………………………………………………… DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………… DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………
i ii
iii v
vi viii
x xi
BAB 1. PENDAHULUAN ………………………………………………. 1 1.1. Latar Belakang ……………………………………………… 1 1.2. Permasalahan ……………………………………………….. 6 1.3. Tujuan Penelitian …………………………………………… 6 1.4. Hipotesis …………………………………………………….. 6 1.5. Manfaat Penelitian ………………………………………….. 6 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………. 7 2.1. Gizi Lebih …………………………………………………… 7 2.2. Faktor-faktor Risiko Obesitas pada Remaja ………………… 8 2.3. Risiko Kegemukan ………………………………………….. 18 2.4. Metode Penilaian Status Gizi ………………………………... 20 2.5. Pola Makan ............................................................................. 21 2.6. Aktivitas Fisik ......................................................................... 27 2.7. Landasan Teori ........................................................................ 29 2.8. Kerangka Konsep .................................................................... 31 BAB 3. METODE PENELITIAN ............................................................... 32 3.1. Jenis Penelitian ....................................................................... 32 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................. 32 3.3. Populasi dan Sampel ............................................................... 32 3.4. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 34 3.5. Variabel dan Definisi Operasional ......................................... 34 3.6. Metode Pengukuran ................................................................ 35 3.7. Metode Analisis Data .............................................................. 42
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
BAB 4. HASIL PENELITIAN ................................................................... 43 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................ 43 4.2. Karakteristik Responden .......................................................... 43 4.3. Pola Makan ............................................................................... 45 4.4. Aktivitas Fisik .......................................................................... 50 4.5. Obesitas .................................................................................... 51 4.6. Analisis Bivariat ....................................................................... 52 4.7. Analisis Multivariat .................................................................. 56 BAB 5. PEMBAHASAN ............................................................................ 59 5.1. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Obesitas ....... 59 5.2. Keterbatasan Penelitian ............................................................ 72 BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 74 6.1. Kesimpulan ............................................................................... 74 6.2. Saran ......................................................................................... 75 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 77
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL Nomor Judul Halaman
2.1 Kategori Obesitas Berdasarkan BB/TB (%) dan IMT …………. 21
2.2 Jenis-jenis Aktivitas ……………………………………………. 28
3.1 Metode Pengukuran Variabel Independen …………………….. 41
3.2 Metode Pengukuran Variabel Dependen .................................... 41
4.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur, Jenis Kelamin
dan Jumlah Uang Saku di SMU RK Tri Sakti Medan 2008 ……
44
4.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Genetik, Pendapatan Keluarga dan Pendidikan Ibu di SMU RK Tri Sakti Medan 2008 ..............................................................................................
45
4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Asupan Energi dan Protein di SMU RK Tri Sakti Medan 2008 …………………….
46
4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi dan Jenis Bahan
Makanan Pokok, Lauk Pauk serta Sayuran yang Dikonsumsi di SMU RK Tri Sakti Medan 2008 ………………………………..
47
4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi dan Jenis Buah-buahan serta Makanan Jajanan yang Dikonsumsi di SMU RK Tri Sakti Medan 2008 ......………………………………………
49
4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Makanan yang Dikonsumsi di SMU RK Tri Sakti Medan 2008 ……………......
50
4.7 Distribusi Aktivitas Fisik Responden Berdasarkan Energi
Metabolik Basal di SMU RK Tri Sakti Medan 2008 …………...
51
4.8 Distribusi Responden Menurut Status Obesitas di SMU RK Tri Sakti Medan 2008 …………………………................................
52
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
4.9 Distribusi Status Obesitas Responden Berdasarkan Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan dan Aktivitas Fisik di SMU RK Tri Sakti Medan 2008 ...
53
4.10 Hasil Analisis Model Pertama Pengaruh Pola Konsumsi Menurut Jumlah Asupan Energi, Jenis Makanan, Aktivitas Fisik dan Genetik Terhadap Kejadian Obesitas .……………………...
57
4.11 Hasil Akhir Multivariat Pengaruh Jumlah Energi dan Jenis Makanan Terhadap Kejadian Obesitas …………………….......
57
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR GAMBAR Nomor Judul Halaman
2.1 Keseimbangan Energi dan Penimbunan Lemak .......................... 8
2.2 Model Perilaku Konsumsi Pangan .............................................. 23
2.3 Landasan Teori ............................................................................ 30
2.4 Kerangka Konsep ........................................................................ 31
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR LAMPIRAN Nomor Judul Halaman 1 Kuesioner Penelitian …………………………………………….. 82 2 Daftar Nilai Perkiraan Keluaran Energi Pada Kegiatan Tertentu .. 87 3 Tabel Baku Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U) untuk
Anak Laki-Laki Usia 14 – 20 Tahun (CDC 2000) ........................
89 4 Tabel Baku Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U) untuk
Anak Perempuan Usia 14 – 20 Tahun (CDC 2000) ......................
91 5 Angka Kecukupan Gizi Rata-Rata yang Dianjurkan (Per Orang
Per Hari) Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1593/MENKES/SK/XI/2005 Tanggal 24 November 2005 .....
93 6 Output Penelitian ........................................................................... 94 7 Surat Keterangan Penelitian .......................................................... 116
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keberhasilan dan kualitas pertumbuhan pembangunan suatu negara dilihat
dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Indeks Kemiskinan Manusia (IKM).
Menurut Human Development Report Statistic (2008), Indonesia berada pada urutan
ke 107 dari 177 negara dengan IPM sebesar 0,728. IPM dilihat dari kualitas sumber
daya manusia (SDM), karena itu penting bagi pemerintah untuk memperhatikan
pembangunan SDM (Depkes RI, 2006).
Menurut Budianto, dkk (1998) yang mengutip pendapat Rai, ciri-ciri
pembangunan SDM di Indonesia adalah sehat dan berumur panjang, cerdas, kreatif,
terdidik, mandiri, bertaqwa dan memiliki akses untuk hidup layak. Ciri-ciri ini sangat
diperlukan dalam meningkatkan produktivitas dan daya saing bangsa. Pangan dan
gizi merupakan unsur penting dalam membentuk SDM yang berkualitas, karena itu
pemerintah berupaya mewujudkan ketahanan pangan dan perbaikan gizi.
Indonesia pada saat ini mengalami permasalahan gizi ganda, yaitu ketika
permasalahan gizi kurang belum terselesaikan, muncul masalah gizi lebih. Tingginya
angka kesakitan dan kematian ibu dan anak balita di Indonesia sangat berkaitan
dengan buruknya status gizi, sementara pada sekelompok masyarakat terutama di
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
kota-kota besar masalah kesehatan masyarakat justru dipicu dengan adanya kelebihan
gizi (Hadi, 2005).
Obesitas mulai menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia, bahkan WHO
menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan epidemi global, sehingga obesitas
sudah menjadi problem kesehatan yang harus segera ditangani (Hidayati, dkk 2006).
Menurut Hadi (2005), saat ini di seluruh dunia terdapat peningkatan
prevalensi kelebihan berat badan (overweight) dan obesitas hingga mencapai tingkat
yang membahayakan. Kejadian obesitas di negara-negara maju seperti Eropa, USA,
dan Australia telah mencapai tingkat epidemi, demikian juga di negara-negara
berkembang.
Menurut laporan Inoue (2000), prevalensi overweight dan obesitas di kawasan
Asia Pasifik meningkat sangat tajam, di Korea Selatan 20,5% penduduk tergolong
overweight dan 1,5% mengalami obesitas, di Thailand 16% penduduk mengalami
overweight dan 4% mengalami obesitas, di daerah perkotaan Cina prevalensi
overweight adalah 12% pada laki-laki dan 14,4% pada perempuan, sedangkan di
pedesaan overweight pada laki-laki dan perempuan masing-masing adalah 5,3% dan
9,8% (Hadi, 2005).
Obesitas tidak hanya terjadi pada orang dewasa, tetapi juga pada anak-anak
dan remaja. Prevalensi obesitas di Malaysia, seperti yang dilaporkan Ismail dan Tan
(1998) mencapai 6,6% untuk kelompok umur 7 tahun dan menjadi 13,8% pada umur
10 tahun. Menurut Ito dan Murata (1999), di Cina kurang lebih 10% anak sekolah
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
mengalami obesitas, sedangkan di Jepang prevalensi obesitas pada anak umur 6-14
tahun berkisar antara 5-11% (Hadi, 2005).
Berdasarkan hasil survey indeks massa tubuh (IMT) pada seluruh ibukota
Provinsi di Indonesia tahun 1997, terdapat kecenderungan peningkatan IMT > 25
dengan bertambahnya usia, baik pada laki-laki maupun perempuan. Prevalensinya
mencapai 30% pada perempuan di atas 35 tahun dan > 20% pada laki-laki di atas 40
tahun (Persagi, 2004).
Prevalensi obesitas pada anak Sekolah Dasar (SD) di Yogyakarta, seperti
yang dilaporkan oleh Ismail tahun 1999 mencapai 9,7% dan di Denpasar menurut
Padmiari dan Hadi tahun 2002 mencapai 15,8%. Survey yang dilakukan pada remaja
siswa-siswi SLTP di Yogyakarta menunjukkan bahwa 7,8% remaja di perkotaan dan
2% di pedesaan mengalami obesitas. Angka prevalensi obesitas di atas baik pada
anak-anak dan dewasa sudah merupakan warning bagi pemerintah dan masyarakat
luas bahwa obesitas sudah menjadi ancaman yang serius bagi masyarakat Indonesia
khususnya di kota-kota besar (Hadi, 2005). Data SUSENAS tahun 2004
menunjukkan bahwa obesitas pada anak telah mencapai 11 % (Sudarmanto, 2008).
Berdasarkan hasil penelitian pada SD swasta di Kecamatan Medan Baru tahun
2007 prevalensi obesitas mencapai 25,65% pada laki-laki dan 19,50% pada
perempuan (Simatupang, M.R., 2008).
Hasil survey Indeks Massa Tubuh (IMT) tahun 2006 di Kendari menunjukkan
bahwa 19% orang dewasa menderita kegemukan. Berdasarkan jenis kelamin,
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
prevalensi kegemukan lebih tinggi pada perempuan yaitu sebesar 20,8% dan pada
laki-laki sebesar 14,4% (Nimala dan Irma, 2006).
Menurut Kanarek dan Kaufman (1991), pertambahan berat badan disebabkan
oleh adanya kelebihan asupan energi dibanding dengan yang dikeluarkan dan
disimpan dalam bentuk jaringan lemak, sedangkan menurut Ensminger (1995)
obesitas disebabkan oleh kombinasi dari kelebihan makanan dengan kurangnya
aktivitas fisik. Menurut Labuza (1991), 95% obesitas disebabkan adanya konsumsi
makanan berlebih (overconsumtion) yang banyak dipengaruhi faktor lingkungan.
Perubahan gaya hidup yang menjurus ke westernisasi dan pola hidup kurang
gerak (sedentary life styles) sering ditemukan di kota-kota besar di Indonesia. Hal ini
mengakibatkan terjadinya perubahan pola makan masyarakat yang merujuk pada pola
makan tinggi kalori, lemak dan kolesterol, terutama makanan siap saji (fast food)
yang berdampak meningkatkan obesitas. Data menunjukkan bahwa beberapa tahun
terakhir terlihat adanya perubahan gaya hidup yang menjurus pada penurunan
aktivitas fisik seperti ke sekolah naik kenderaan dan kurangnya aktivitas bermain
dengan teman serta lingkungan rumah yang tidak memungkinkan anak-anak bermain
di luar rumah sehingga anak lebih senang bermain komputer / games, nonton TV atau
video dibandingkan melakukan aktivias fisik (Hidayati, dkk 2006).
Mengunjungi mall dan cafe diwaktu luang atau akhir pekan (weekend) telah
menjadi trend di kalangan remaja dan mall sudah menjadi rumah kedua (Tambunan,
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
2001). Olahraga tidak lagi menjadi aktivitas yang rutin bagi remaja, mereka
melakukannya hanya karena merupakan pelajaran wajib di sekolah (Anonim, 2005).
Perubahan gaya hidup pada remaja memiliki pengaruh signifikan terhadap
kebiasaan makan mereka. Mereka menjadi lebih aktif, lebih banyak makan di luar
rumah dan mendapat banyak pengaruh dalam memilih makanan yang akan
dimakannya. Mereka juga lebih sering mencoba-coba makanan baru, salah satunya
adalah fast food (Virgianto dan Purwaningsih, 2006). Berdasarkan hasil penelitian
Lieswanti (2007), di SMU Harapan I Medan ditemukan adanya hubungan yang
signifikan antara konsumsi fast food dengan status gizi, khususnya pada penderita
obesitas. Hal ini disebabkan karena pada 97% penderita obesitas terjadi peningkatan
pemasukan energi yang berasal dari fast food sebanyak 55%.
Menurut Arisman (2004), ada beberapa alasan mengapa remaja dikatakan usia
yang rentan terhadap terjadinya kelebihan gizi. Pertama, adanya kebutuhan energi
yang lebih besar untuk mengimbangi peningkatan pertumbuhan dan perkembangan
yang relatif singkat. Kedua, perubahan gaya hidup dan kebiasaan pangan menuntut
penyesuaian asupan energi dan zat gizi. Ketiga, keikutsertaan dalam olahraga,
kehamilan, kecanduan alkohol dan obat, meningkatkan kebutuhan energi dan zat gizi.
SMU RK Tri Sakti yang terletak di tengah kota Medan memiliki kegiatan
belajar dan ekstrakurikuler yang cukup padat, sehingga siswa-siswinya memiliki
peluang yang cukup besar untuk makan di luar rumah dan mengkonsumsi makanan
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
jadi, dengan pola makan yang tidak seimbang. Dari hasil pengamatan yang
dilakukan, terlihat cukup banyak siswa-siswi yang mengalami obesitas (8,13%).
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh
karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga, pendidikan ibu, pola makan dan
aktivitas fisik terhadap kejadian obesitas pada remaja di SMU RK Tri Sakti Medan
tahun 2008.
1.2. Permasalahan
Tingginya prevalensi obesitas (8,13%) pada remaja di SMU RK Tri Sakti
Medan diduga dipengaruhi oleh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga,
pendidikan ibu, pola makan dan aktivitas fisik.
1.3. Tujuan Penelitian
Menganalisis pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga,
pendidikan ibu, pola makan serta aktivitas fisik terhadap kejadian obesitas pada
remaja di SMU RK Tri Sakti Medan tahun 2008
1.4. Hipotesis
Ada pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga, pendidikan
ibu, pola makan serta aktivitas fisik terhadap kejadian obesitas pada remaja di SMU
RK Tri Sakti Medan tahun 2008.
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
1.5. Manfaat Penelitian
1. Sebagai dasar informasi bagi pihak sekolah dalam melakukan upaya promotif-
preventif terhadap kejadian obesitas.
2. Sebagai bahan informasi bagi remaja dalam memahami kejadian obesitas dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Sebagai bahan informasi bagi Dinas Kesehatan dalam program penanggulangan gizi lebih / obesitas pada remaja.
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Gizi Lebih
Gizi lebih pada umumnya adalah berat badan yang relatif berlebihan jika
dibandingkan dengan usia atau tinggi badan, sebagai akibat terjadinya penimbunan
lemak yang berlebihan dalam jaringan lemak tubuh. Dalam istilah umum gizi lebih
ini juga disebut kegemukan, sedangkan kelebihan berat sering disebut overweight.
Kelebihan berat relatif tidak selalu berarti karena kelebihan lemak tubuh, oleh karena
pada anak-anak yang giat berolahraga seperti pada olahragawan remaja mungkin saja
terjadi karena pertumbuhan otot yang hipertrofis. Obesitas adalah suatu keadaan
akumulasi energi dalam bentuk lemak tubuh, yang mengganggu kesehatan tubuh.
Jika sangat berlebihan sekali mencapai sekitar 100% atau lebih dari berat ideal,
disebut super obese, sedangkan obesitas yang menimbulkan kelainan, keluhan dan
gejala penyakit disebut morbidly obese. Obesitas merupakan keadaan gizi lebih yang
berat (Aritonang dan Siagian 2001).
Menurut Subardja (2005) obesitas adalah suatu keadaan sakit yang ditandai
oleh adanya penimbunan lemak yang berlebihan di dalam jaringan lemak di bawah
kulit dan di dalam organ tubuh. Kegemukan ini dapat terjadi pada setiap umur dan
mempunyai gambaran klinis yang sangat bervariasi mulai dari yang ringan sampai
yang berat sekali.
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
Berdasarkan hukum termodinamika, obesitas terjadi oleh karena adanya
keseimbangan energi positif, sebagai akibat dari ketidakseimbangan antara asupan
energi dengan keluaran energi, sehingga terjadi kelebihan energi yang disimpan
dalam bentuk jaringan lemak. Whitney (1990) dan Nassar (1995) mengatakan
kelebihan energi ini dapat disebabkan oleh :
1. Masukan energi tinggi, pengunaan normal
2. Masukan energi normal, penggunaan rendah.
Gambar 2.1 Keseimbangan Energi dan Penimbunan Lemak (Nasar, 1995)
2.2. Faktor-faktor Risiko Obesitas pada Remaja
Menurut Hidayati dkk (2006), penyebab terjadinya obesitas belum diketahui
secara pasti. Obesitas adalah suatu penyakit multi faktorial yang diduga disebabkan
oleh adanya interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan.
Masukan Energi Metabolisme
Balans Energi
Kelebihan Energi
Lemak Tubuh
Penggunaan Energi
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
Ada beberapa faktor yang diketahui dapat mempengaruhi terjadinya
kegemukan (obesitas) antara lain: jenis kelamin, umur, tingkat sosial ekonomi, faktor
lingkungan, aktivitas fisik, kebiasaan makan, faktor psikologis dan faktor genetik
(Salam, 1989)
1. Jenis Kelamin
Obesitas lebih umum dijumpai pada wanita terutama pada saat remaja, hal ini
disebabkan faktor endokrin dan perubahan hormonal (Arisman 2004).
2. Umur
Obesitas sering dianggap kelainan pada umur pertengahan. Obesitas yang muncul
pada tahun pertama kehidupan biasanya disertai dengan perkembangan rangka
yang cepat. Anak yang obesitas cenderung menjadi obes pada saat remaja dan
dewasa serta dapat berlanjut ke masa lansia (Arisman, 2004).
Menurut Dietz, ada empat periode kritis terjadinya obesitas, yaitu: masa prenatal,
masa bayi, masa adiposity rebound dan masa remaja. Obesitas yang terjadi pada
masa remaja, 30 % akan melanjut sampai dewasa menjadi obesitas persisten.
Obesitas yang terjadi pada masa remaja ini perlu mendapatkan perhatian, sebab
obesitas yang timbul pada waktu anak dan remaja bila kemudian berlanjut hingga
dewasa akan sulit diatasi secara konvensional (diet dan olahraga). Selain itu,
obesitas pada remaja tidak hanya menjadi masalah kesehatan di kemudian hari,
tetapi juga membawa masalah bagi kehidupan sosial dan emosi yang cukup
berarti pada remaja (Virgianto dan Purwaningsih, 2006).
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
Menurut Spear (1996), masa remaja adalah masa terjadinya perubahan yang
dramatik dalam kehidupan setiap manusia. Pertumbuhan yang relatif sama pada
masa kanak-kanak secara tiba-tiba berubah dengan adanya suatu peningkatan
kecepatan pertumbuhan. Lonjakan yang tiba-tiba ini berhubungan dengan
perubahan hormonal, kognitif dan emosional yang menciptakan kebutuhan-
kebutuhan khusus.
3. Tingkat Sosial Ekonomi.
Obesitas yang terjadi pada kelompok masyarakat dengan tingkat sosial ekonomi
rendah disebabkan karena tingginya makanan sumber karbohidrat, sementara
konsumsi protein rendah. Penelitian di Midtown Manhattan menunjukkan bahwa
status sosial ekonomi berbanding terbalik dengan obesitas, dimana 30% wanita
obesitas berasal dari kalangan sosial ekonomi rendah, 16% dari tingkat menengah
dan 5% dari tingkat sosial ekonomi yang tinggi (Pi-Sunyer, 1994).
Menurut Hidayati, dkk (2006) peningkatan pendapatan juga dapat mempengaruhi
pemilihan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi. Peningkatan kemakmuran
di masyarakat yang diikuti oleh peningkatan pendidikan dapat mengubah gaya
hidup dan pola makan dari pola makan tradisional ke pola makan makanan
praktis dan siap saji yang dapat menimbulkan mutu gizi yang tidak seimbang.
Pola makan praktis dan siap saji terutama terlihat di kota-kota besar di Indonesia,
dan jika dikonsumsi secara tidak rasional akan menyebabkan kelebihan masukan
kalori yang akan menimbulkan obesitas. (Virgianto dan Purwaningsih, 2006).
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
4. Faktor Lingkungan
Menurut Labuza (1991) penyebab utama obesitas adalah karena kalori yang
masuk ke dalam tubuh lebih banyak dari pada yang digunakan. Pada 95%
penderita obesitas, kelebihan konsumsi mungkin dihasilkan oleh beberapa faktor
lingkungan. Penekan-penekanan terhadap makan dimulai sejak bayi, ketika
seorang anak lahir ada dua hal yang selalu dipertanyakan: ”Apakah laki-laki atau
perempuan dan seberapa besar bayi tersebut”. Bagi banyak orang lebih besar
adalah lebih baik sehingga bayi dipaksa untuk makan berlebihan. Beberapa
peneliti percaya bahwa pola pemberian makanan pada bayi dan anak dapat
mendasari obesitas dimasa yang akan datang.
Remaja belum sepenuhnya matang dan cepat sekali terpengaruh oleh lingkungan.
Kesibukan menyebabkan mereka memilih makan di luar, atau menyantap
kudapan (jajanan). Lebih jauh lagi kebiasaan ini dipengaruhi oleh keluarga, teman
dan terutama iklan di televisi. Teman sebaya berpengaruh besar pada remaja
dalam hal memilih jenis makanan. Ketidakpatuhan terhadap teman dikhawatirkan
dapat menyebabkan dirinya terkucil dan akan merusak kepercayaan dirinya
(Arisman, 2004).
Sementara itu, televisi secara terus-menerus menekankan makanan-makanan dan
snack kepada anak-anak dan orang dewasa, tanpa rujukan diet yang baik. Anak-
anak banyak menghabiskan waktu di depan TV, sehingga dengan gencar
dipengaruhi oleh iklan tentang makan ataupun pola makan yang tidak sehat.
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
Keluarga yang secara konstan menyiapkan snack di depan TV, kemungkinan
20-30% akan mengalami obesitas.
Pengaruh faktor lingkungan bagi anak yang berasal dari keluarga gemuk lebih
besar lagi, dimana 75% anak obesitas memiliki orang tua yang obesitas dan 80%
anak obesitas akan mengalami obesitas pada masa dewasa. Kehamilan juga dapat
menjadi suatu masalah karena banyak wanita menemukan kesulitan untuk
menghilangkan pertambahan berat badan yang terjadi selama kehamilan.
Kesenangan dan kenyamanan di sekeliling kita juga memberikan pengaruh
terhadap obesitas. Jadi banyak faktor di lingkungan yang menekankan makanan
dan makan (Labuza, 1991).
5. Aktivitas Fisik
Sebagian besar energi yang masuk melalui makanan pada anak remaja dan orang
dewasa seharusnya digunakan untuk aktivitas fisik. Kurangnya aktivitas fisik
menyebabkan banyak energi yang tersimpan sebagai lemak, sehingga orang-
orang yang kurang melakukan aktivitas cenderung menjadi gemuk. Ada
hubungan antara nonton TV dengan kegemukan, semakin lama menonton TV
prevalensi obesitas meningkat karena menonton TV tanpa mengeluarkan energi
dan cenderung mengurangi waktu untuk aktivitas lain (Herini, 1999).
Penelitian di negara maju menunjukkan bahwa individu dengan aktivitas fisik
yang rendah mempunyai risiko peningkatan berat badan sebesar ≥ 5 kg. Penelitian
di Jepang menunjukkan risiko obesitas yang rendah (OR: 0,48) pada kelompok
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
yang mempunyai kebiasaan olahraga, sedangkan penelitian di Amerika
menunjukkan adanya penurunan berat badan dengan jogging (OR: 0,57), aerobik
(OR: 0,59), tetapi untuk olahraga tim dan tenis tidak menunjukkan penurunan
berat badan yang signifikan (Hidayati dkk, 2006). Studi kasus yang dilakukan di
SMU 3 Semarang menunjukkan bahwa semakin tinggi aktivitas fisik remaja,
semakin rendah kejadian obesitas. Hal ini menjelaskan bahwa tingkat aktivitas
fisik juga berkontribusi terhadap kejadian obesitas terutama kebiasaan duduk
terus-menerus, menonton televisi, penggunaan komputer dan alat-alat
berteknologi tinggi lainnya (Virgianto dan Purwaningsih 2006).
Penelitian terhadap anak di Amerika dengan tingkat sosial ekonomi yang sama
menunjukkan bahwa mereka yang menonton TV ≥ 5 jam p er hari m empunyai
risiko obesitas sebesar 5,3 kali lebih besar dibanding mereka yang menonton TV
≤ 2 jam setiap harinya (Hidayati dkk, 2006).
Menurut hasil penelitan Hadi (2005) di Yogyakarta dan Bantul menunjukkan
bahwa remaja dengan asupan energi normal (< 2.200 kkal per hari) yang memiliki
kegiatan menonton TV ≥ 3 jam per hari mempunyai risiko obesitas sebesar 2,7
kali lebih besar daripada mereka yang menonton TV < 3 jam per hari. Pada
remaja yang asupan energinya tinggi (≥ 2.200 kkal per hari) dan memiliki
kegiatan menonton TV ≥ 3 jam per hari , mempunyai risiko menderita obesitas
12,3 kali lebih tinggi daripada yang asupan energinya < 2.200 kkal per hari dan
waktu menonton TV < 3 jam per hari.
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
6. Kebiasaan Makan ( Pola Makan)
Menurut Davies, dkk (1995) pola makan dengan kalori berlebih dan kurangnya
aktivitas fisik merupakan faktor yang dominan untuk terjadinya obesitas.
Orang yang banyak makan akan memiliki gejala cenderung untuk menderita
kegemukan. Kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan kurang serat
merupakan faktor penunjang timbulnya masalah kegemukan (Salam, 1989).
Berdasarkan hasil penelitian pada remaja SLTP di Yogyakarta dan Bantul terlihat
bahwa semakin tinggi asupan energi dan lemak semakin tinggi kemungkinan
terjadinya obesitas. Penelitian ini juga menunjukkan adanya hubungan kontribusi
lemak terhadap total energi dengan terjadinya obesitas (Medawati dkk, 2005).
7. Faktor Psikologis
Menurut Dariyo (2004), keadaan psikologis yang dapat menyebabkan kegemukan
adalah ketidakstabilan emosional yang menyebabkan individu cenderung untuk
melakukan pelarian diri dengan cara banyak makan makanan yang mengandung
kalori atau kolesterol tinggi.
Makan berlebihan dapat terjadi sebagai respon terhadap kesepian, berduka,
depresi atau rangsangan dari luar (Salam 1989). Bagi orang yang rajin makan
pada saat dilanda stress, untuk sementara waktu dapat merasa tenang dan puas
sehingga lupa akan tekanan psikologis yang dialaminya. Namun, jika keadaan ini
berlangsung dalam waktu yang lama dan tidak terkontrol maka akan
menyebabkan dampak negatif pada tubuh, terlebih jika makanannya mengandung
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
kalori, karbohidrat dan lemak yang tinggi. Kondisi ini dapat menyebabkan
bertambahnya berat badan dan jika hal ini berlangsung cukup lama maka
penderita stres ini akan menderita kegemukan (Purwati dkk, 2005).
8. Faktor Genetik
Menurut Whitney dkk, (1990 ) dan Hegarty (1996) genetik memegang peranan
penting dalam mempengaruhi berat dan komposisi tubuh seseorang. Jika kedua
orang tua mengalami obesitas, kemungkinan bahwa anak-anak mereka akan
mengalami obesitas sangat tinggi (75-80%), jika salah satu orang tuanya
mengalami obesitas kemungkinan tersebut hanya 40 %, sedangkan jika tidak
seorangpun dari orang tuanya mengalami obesitas, peluangnya relatif kecil
(kurang dari 10%). Penelitian-penelitian menunjukkan bahwa orang tua biologi
dan anak-anak alamiah (kandung) cenderung sama dalam berat badan, tetapi
tidak demikian dengan anak-anak yang diadopsinya.
9. Faktor Budaya
Kebiasaan makan keluarga dan susunan hidangan merupakan salah satu
manifestasi kebudayaan keluarga yang disebut life style (gaya hidup). Life style
ini merupakan kondensasi dari interaksi berbagai faktor sosial, budaya dan
lingkungan. Faktor-faktor yang merupakan asupan (input) bagi terbentuknya
suatu life style keluarga ialah: penghasilan, pendidikan, lingkungan kota atau
desa, susunan keluarga, pekerjaan, suku bangsa, kepercayaan dan agama,
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
pendapat tentang kesehatan, pengetahuan gizi, produksi pangan, sistem distribusi,
dan banyak lagi faktor sosiopolitik yang terkait (Sediaoetama, 2006).
Pengaruh budaya ternyata juga dapat menyokong kecenderungan terjadinya
kegemukan khususnya di negara maju dan pada sebagian masyarakat perkotaan
negara berkembang. Tingginya angka obesitas sangat erat hubungannya dengan
proses modernisasi (akulturasi) dan meningkatnya kemakmuran bagi sekelompok
masyarakat. Modernisasi telah membawa konsekuensi negatif yang
menyebabkan terjadinya perubahan gaya hidup. Perubahan gaya hidup ini
dipercepat oleh kuatnya arus budaya asing yang disebabkan oleh adanya
kemajuan teknologi informasi dan globalisasi ekonomi. Pola hidup kurang gerak
(sedentary lifestyles) dan pola makan yang mengarah ke westernisasi seperti
konsumsi makanan siap saji (fast food) telah menjadi secular trend bagi
masyarakat kita. Hal ini akan meningkatkan resiko terjadinya obesitas (Hadi
2005).
Menurut Budianto dkk, (1998) yang mengutip pendapat Mudjianto dkk, makanan
fast food telah menjadi bagian perilaku sebagian anak sekolah dan remaja di luar
rumah di berbagai kota besar. Kemampuan dan daya tarik bisnis fast food ini
terletak pada teknik promosi dengan menggunakan tokoh idola, hadiah, media
campuran (mixed media), penciptaan suasana, tempat dan cara pelayanan yang
meningkatkan gengsi konsumen.
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
Selain faktor- faktor di atas menurut Purwati dkk (2005) masih ada beberapa
faktor lagi yang dapat mempengaruhi obesitas, yaitu:
1. Metabolisme Basal
Metabolisme basal adalah metabolisme yang dilakukan oleh organ-organ tubuh
dalam keadaan istirahat total (tidur). Kecepatan metabolisme basal setiap orang
berbeda-beda, seseorang yang memiliki kecepatan metabolisme yang rendah
cenderung lebih gemuk dibanding dengan orang yang kecepatan metabolismenya
tinggi.
2. Enzim Tubuh
Enzim adipose tissue lipoprotein memiliki peranan penting dalam mempercepat
proses peningkatan berat badan. Enzim ini berfungsi untuk mengontrol kecepatan
pemecahan triglisida dalam darah menjadi asam-asam lemak dan kemudian
disalurkan ke sel-sel tubuh untuk disimpan. Ketika seseorang membutuhkan
bahan bakar untuk oksidasi, diperlukan sejumlah energi dan tubuh akan memilih
glikogen atau lemak sebagai sumber energinya. Menurut sejumlah penelitian,
penggunaan glikogen akan menurunkan glukosa darah sehingga menyebabkan
orang merasa lapar.
3. Hormon
Pada wanita yang telah mengalami menopause, fungsi hormon tiroid di dalam
tubuhnya akan menurun. Akibatnya kemampuan untuk menggunakan energi akan
berkurang. Selain hormon tiroid, insulin juga dapat menyebabkan kegemukan.
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
Seseorang yang mengalami peningkatan insulin juga akan mengalami
peningkatan penimbunanan lemak. Gangguan produksi hormon juga berhubungan
dengan obesitas, misalnya hipotiroidism dan hipopituitorism. Orang yang seperti
ini biasanya telah mengalami kegemukan sejak kecil.
4. Efek Samping Obat
Sebagaimana diketahui, terdapat beberapa jenis obat yang dapat merangsang
pusat lapar di dalam tubuh, sehingga orang yang mengkonsumsi obat tersebut
akan meningkatkan nafsu makannya. Apabila obat tersebut digunakan dalam
waktu yang lama, seperti pada masa penyembuhan suatu penyakit, maka akan
memicu terjadinya kegemukan. Nafsu makan yang meningkat dengan aktivitas
yang sama tentu dapat menyebabkan kenaikan berat badan secara perlahan-lahan.
2.3. Risiko Kegemukan
Risiko obesitas dapat terjadi dalam jangka pendek maupun jangka panjang,
seperti yang diuraikan sebagai berikut (Satoto, 1998) :
1. Gangguan psiko-sosial: rasa rendah diri, depresi dan menarik diri dari
lingkungan. Hal ini terjadi karena anak obesitas sering menjadi bahan olok-olok
teman main dan teman sekolahnya atas ketidakmampuannya untuk melaksanakan
suatu tugas atau kegiatan, terutama olahraga akibat adanya hambatan pergerakan
oleh karena kegemukan. Kegemukan juga mengakibatkan penis tampak kecil
karena terkubur dalam jaringan lemak (buried penis) dan ini dapat menyebabkan
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
rasa malu karena merasa berbeda dengan anak lainnya. National Cholesterol
Education Report on Obesity menyatakan bahwa anak obesitas memiliki risiko
yang lebih besar terhadap sejumlah masalah kesehatan termasuk menurunnya
kapasitas bekerja, masalah ortopedi, komplikasi paru-paru, resistensi insulin
dan hipertensi serta mengalami kesulitan-kesulitan dalam penyesuaian sosial dan
psikologis. Anak obesitas sering diejek oleh teman sebayanya dan terlihat
menggelikan atau menyedihkan. Banyak anak atau remaja obesitas menghindari
atau tidak suka bersekolah karena suasana sosial yang tidak bersahabat. Obesitas
sering meyebabkan isolasi sosial, body image negatif, rendah diri dan
kerterlambatan perkembangan psikososial. Pada kelompok remaja, anak obesitas
seringkali disisihkan dari olahraga, kencan dan teman sebaya (Mc. Carty dan
Mellin, 1996).
2. Pertumbuhan fisik atau linier yang lebih cepat dan usia tulang lebih lanjut
dibanding usia biologisnya.
3. Masalah ortopedi, seringkali terjadi slipped capita femonal epiphysis dan
penyakit blount sebagai akibat beban tubuh yang terlalu berat.
4. Gangguan pernafasan, sering terserang infeksi saluran nafas, tidur ngorok,
kadang-kadang terjadi apnea sewaktu tidur dan sering mengantuk siang hari. Bila
gangguan sangat berat disebut pickwicknan syndrome, yaitu adanya hipoventilasi
alveolar.
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
5. Gangguan endokrin, menarche lebih cepat terjadi, karena disamping faktor
hormonal, untuk terjadinya menarche diperlukan jumlah lemak tertentu sehingga
pada anak obesitas dimana lemak tubuh sudah cukup tersedia, menarche akan
terjadi lebih dini.
6. Obesitas yang berlanjut (menetap) sampai dewasa, terutama bila obesitas dimulai
pada masa pra pubertas. Berdasarkan penelitian longitudinal seperti yang
dinyatakan oleh Subardja (2005) bahwa 25-50% atau paling banyak 74% anak
obesitas akan mengalami obesitas pada masa dewasa.
7. Gangguan penyakit degeneratif dan peyakit metabolik, seperti: hipertensi,
penyakit jantung koroner, diabetes militus, atritis, penyakit kandung empedu,
hiperlipoproteinemia, penyakit hiperkolesterolemia, beberapa jenis cancer,
gangguan fungsi pernafasan dan berbagai gangguan kulit (Arisman, 2004).
Penyakit-penyakit degeneratif ini akan menyebabkan menurunnya angka harapan
hidup sehingga resiko kehilangan generasi (lost generation) suatu negara semakin
meningkat (Tarigan 2007).
2.4. Metode Penilaian Status Gizi
Menurut Supariasa dkk (2002), metode penilaian status gizi dapat dilakukan
secara langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung dapat
dibagi menjadi empat penilaian yaitu: antropometri, klinis, biokimia dan biofisik,
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
sedangkan penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu: survey
konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi.
Semua metode penilaian status gizi memiliki keunggulan dan kelemahan,
karena itu dalam penggunaannya diperlukan berbagai pertimbangan. Antropometri
merupakan cara yang paling sering digunakan dalam kegiatan dan program gizi
dimasyarakat (Supariasa dkk, 2002).
Pada umumnya, penentuan kegemukan (obesitas) atas dasar antropometri
adalah sebagai berikut (Nasar, 1995) :
1. Hanya mengukur berat badan (BB) dan hasilnya dibandingkan dengan standar
pada usia yang sama, yakni bila BB > 120% disebut obesitas, sedangkan antara
110 – 120% disebut over weight. Keburukan cara ini adalah pertama, tidak
dikaitkan dengan tinggi badan (TB), sehingga tidak mencerminkan proporsi
tubuh; kedua, penampilan fisik seseorang dipengaruhi oleh komposisi tubuh,
artinya pada BB yang sama seseorang dapat tampak lebih langsing dari pada yang
lainnya karena tubuhnya lebih berotot, sedangkan yang lainnya lebih banyak
lemak.
2. BB dihubungkan dengan TB, selain mencerminkan proporsi atau penampilan
(BB/TB) juga memberikan gambaran tentang massa tubuh tanpa lemak (less body
mass) dengan cara menghitung BMI (Body Mass Index) yaitu BB/TB2.
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 2.1 Kategori Obesitas Berdasarkan BB/TB (%) dan IMT
KATEGORI BB / TB (%) IMT Obesitas ringan/derajat I 120 – 135 20 – 25
Obesitas sedang/derajat II 135 – 150 25 – 30
Obesitas berat/derajat III 150 – 200 30 – 40
Obesitas super/derajat (morbit) > 200 > 40
Sumber : Nasar (1995)
2.5. Pola Makan
Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai
jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh seseorang dan
merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu. Kebiasaan makan
adalah cara individu atau kelompok individu memilih pangan dan mengkonsumsinya
sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologik, psikologik, sosial dan budaya (Suhardjo,
2003).
Menurut Khumaidi (1994) yang dimaksud dengan kebiasaan makan adalah
tingkah laku manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makanan yang meliputi
sikap, kepercayaan dan perilaku dalam memilih makanan. Sikap orang terhadap
makanan dapat bersifat positif atau negatif. Sikap positif atau negatif terhadap
makanan bersumber pada nilai-nilai afektif yang berasal dari lingkungan (alam,
budaya, sosial, ekonomi) dimana manusia itu tumbuh. Demikian juga halnya dengan
kepercayaan (belief) terhadap makanan yang nilai-nilai kognitifnya berkaitan dengan
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
kualitas baik atau buruk, menarik atau tidak menarik. Pemilihan adalah proses
psikomotor untuk memilih makanan sesuai sikap dan kepercayaan.
Kebiasaan makan dalam kelompok memberi dampak pada distribusi makanan
bagi anggota kelompok. Mutu serta jumlah bagian tiap anggota hampir selalu
didasarkan pada status hubungan antar anggota, bukan atas dasar pertimbangan-
pertimbangan gizi. Ada dua faktor utama yang mempengaruhi kebiasaan makan,
yaitu: faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari
dalam diri manusia itu sendiri yang meliputi asosiasi emosional, keadaan jasmani dan
kejiwaan serta penilaian yang lebih terhadap makanan. Faktor ekstrinsik adalah faktor
yang berasal dari luar diri manusia yang meliputi lingkungan alam, sosial, ekonomi,
budaya dan agama (Khumaidi, 1994).
Pelto dalam Suhardjo (2003), menyajikan kerangka model gaya hidup dan
perilaku makan dengan beberapa faktor yang mempengaruhinya, sebagai berikut:
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
Gambar 2.2 Model Perilaku Konsumsi Pangan (Pelto dalam Suhardjo 2003)
Berdasarkan model di atas terlihat bahwa kebiasaan makan sangat
dipengaruhi oleh gaya hidup. Faktor-faktor yang merupakan input bagi terbentuknya
gaya hidup keluarga adalah penghasilan, pendidikan, lingkungan hidup kota atau
Produksi Pangan dan
Sistem Distribusi
Sistem Sosial Ekonomi
Politik
Pendapatan
Pekerjaan
Pendidikan
Identitas
Suku
Kota/Desa
Agama / Ke- percayaan
Pengetahu- an Kesehat-
an
Pengetahu-
an Gizi
Karakteristik
Fisiologis
Struktur Rumah Tangga
Gaya Hidup
Perilaku Konsumen
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
desa, susunan keluarga, pekerjaan, suku bangsa, kepercayaan dan agama, pendapat
tentang kesehatan, pengetahuan gizi, produksi pangan dan distribusi, serta sosial
politik (Almatsier, 2003).
Peningkatan pendapatan pada kelompok masyarakat tertentu terutama di
perkotaan menyebabkan perubahan pola makan. Pola makan tradisional yang tadinya
tinggi karbohidrat, tinggi serat kasar, dan rendah lemak berubah ke pola makan baru
yang rendah karbohidrat, rendah serat kasar dan tinggi lemak sehingga menggeser
mutu makanan ke arah tidak seimbang. Perubahan pola makan ini dipercepat oleh
makin kuatnya arus budaya makan asing yang disebabkan oleh kemajuan teknologi
informasi dan globalisasi ekonomi. Perbaikan ekonomi juga menyebabkan
berkurangnya aktivitas fisik bagi masyarakat tertentu. Perubahan pola makan dan
aktivitas fisik ini mengakibatkan semakin banyaknya penduduk golongan tertentu
mengalami masalah gizi lebih berupa kegemukan dan obesitas (Almatsier, 2003).
Pekerjaan orang tua juga dapat mempengaruhi kebiasaan makan keluarga.
Akibat banyaknya keluarga yang kedua orang tuanya bekerja, menyebabkan
terjadinya peningkatan ketergantungan terhadap makanan cepat saji (fast food) dari
luar rumah yang cara penyediaannya dilakukan dengan pemanasan tinggi serta waktu
masak yang singkat. Makanan semacam ini cenderung tinggi lemaknya sehingga
merugikan individu yang mengkonsumsinya (Subardja, 2005).
Pola umum perilaku konsumen terhadap makanan jadi (jajanan) adalah bahwa
semakin tinggi pendapatan semakin besar proporsi pengeluaran untuk makanan jadi
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
dari jumlah total pengeluaran pangan. Sekitar seperlima pengeluaran pangan rumah
tangga diperkotaan pada tahun 1996 dialokasikan untuk makanan jadi, sedangkan
dipedesaan sekitar seperdelapan dari total pengeluaran pangan. Pengeluaran untuk
makanan jadi (termasuk fast food) di kota-kota besar seperti Jakarta dan Yogyakarta
lebih besar lagi, yaitu sekitar seperempat dari total pengeluaran pangan (Budianto
dkk, 1998).
Menurut Subardja (2005) yang mengutip pendapat Kjeges, faktor sosial
dimana pola makan anak berkembang, menjadi penting karena perilaku orang di
lingkungan itu menjadi model bagi anak yang sedang berkembang. Jadi bagaimana
seorang anak menyukai atau tidak menyukai jenis makanan tertentu (misalnya sayur-
sayuran), dipengaruhi oleh kebiasaan orang di sekitarnya termasuk orang dewasa lain,
saudara kandung maupun teman-temannya.
Pada permulaan usia sekolah anak mulai berhubungan dengan orang-orang di luar
keluarganya. Selain itu mereka berkenalan pula dengan suasana dan lingkungan baru
dalam hidupnya. Keadaan ini tentunya dapat mempengaruhi kebiasaan makan anak.
Anak sekolah biasanya telah mempunyai pilihan sendiri terhadap makanan yang
disukainya (Moehdji, 1992).
Penilaian terhadap jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi individu dapat
dilakukan dengan survey konsumsi makanan. Survey ini bertujuan untuk mengetahui
kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
kelompok, rumah tangga dan perorangan serta faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap konsumsi makanan tersebut (Supariasa dkk, 2002).
Pengukuran konsumsi makanan untuk tingkat individu dapat dilakukan
dengan metode food recall 24 jam, estimated food record, penimbangan makanan,
dietary history dan food frequency (Cameron,1988 dan Supariasa dkk, 2002).
1. Mengingat makanan (food recall) adalah makanan yang dimakan oleh individu
selama 24 jam sebelum dilakukan wawancara. Contoh makanan (food model)
dapat dipakai sebagai alat bantu. Jumlah bahan makanan yang dikonsumsi
diperkirakan atau dihitung dengan ukuran rumah tangga, kemudian dikonversikan
kedalam ukuran berat. Pemakaian metode food recall ini digunakan untuk
mengukur rata-rata konsumsi makanan dan zat gizi kelompok masyarakat yang
jumlahnya besar.
2. Estimated food record adalah pencatatan makanan yang dimakan (food record)
oleh individu dalam jangka waktu tertentu, jumlahnya ditimbang dan
diperkirakan dengan ukuran rumah tangga.
3. Riwayat makan (dietry history) yaitu mencatat apa saja yang dimakan dalam
waktu lama. Cara ini memerlukan petugas wawancara yang terlatih. Periode yang
diukur biasanya adalah selama enam bulan atau satu tahun yang lalu. Metode
wawancara ini merupakan modifikasi dari cara recall 24 jam untuk dapat
memperoleh informasi tentang makanan yang dikonsumsi, frekuensi dan
kebiasaan makan.
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
4. Frekuensi konsumsi makanan (food frequency questionnaire) adalah recall
makanan yang dimakan pada waktu lalu. Kuesioner terdiri dari daftar bahan
makanan dan frekuensi makan. Cara ini merekam keterangan tentang berapa kali
konsumsi bahan makanan dalam sehari, seminggu, sebulan, tiga bulan atau jangka
waktu tertentu.
2.6. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot dan sistem
penunjangnya. Selain untuk metabolisme tubuh, selama aktivitas fisik berlangsung
otot membutuhkan energi untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru
membutuhkan tambahan energi untuk mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke
seluruh tubuh dan mengeluarkan sisa-sisa (ekskresi) dari seluruh tubuh. Jumlah
energi yang dibutuhkan tergantung pada banyaknya otot yang bergerak, lama dan
beratnya pekerjaan yang dilakukan (Almatsier, 2003).
Menurut Arisman (2004), akitivitas fisik memerlukan lebih banyak energi
daripada saat beristirahat, karena itu penting untuk memperhitungkan derajat
kegiatan fisik dalam penentuan jumlah kebutuhan energi individu. Derajat kegiatan
fisik dapat dihitung dengan menggunakan metode faktorial, yaitu dengan merinci
jenis serta lamanya kegiatan yang dilakukan selama 24 jam, selanjutnya dicocokkan
dengan daftar nilai perkiraan keluaran energi pada kegiatan tertentu.
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
WHO/FAO/UNU membagi derajat kegiatan fisik menjadi empat, yaitu: kerja ringan
(20% BMR), sedang (30% BMR), berat (40% BMR) dan sangat berat (50% BMR).
Berdasarkan pedoman Centre for Disease Control/ CDC (2002) jenis aktivitas
fisik dapat dikelompokkan menjadi aktivitas ringan, sedang dan berat yang dapat
dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 2.2 Jenis-jenis Aktivitas
Aktivitas Ringan Aktifitas Sedang Aktivitas Berat Duduk, naik motor, naik angkutan, antar jemput , les di sekolah, les di luar sekolah, mengasuh adik, mencuci piring, nonton TV, main play station, main komputer, belajar di rumah
Bermain di sekolah, berjalan, bersepeda, kegiatan pramuka, main musik, karawitan, paduan suara, band, palang merah, bola velley, tenis meja, cuci pakaian, cuci mobil, memasak, menyapu, menyiram tanaman, membersihkan tempat tidur, menyetrika
Menari, drum band, bela diri, aeromodeling, peleton inti, sepak bola, basket, renang, badminton, tenis lapangan, taekwondo, aerobik, lari, skipping, sit up, kasti, mengepel, menimba air
Sumber : Huriyati, dkk, 2004
Menurut Mu’tadin (2002) aktivitas fisik yang kurang mungkin merupakan
penyebab utama meningkatnya obesita di masyarakat. Seseorang yang
mengkonsumsi makanan kaya lemak dan kurang melakukan aktifitas fisik atau jarang
berolahraga akan cenderung mengalami obesitas karena tidak adanya keseimbangan
antara energi yang masuk dengan yang keluar.
Menurut The 2005 Dietary Guidelines dari The U.S. Departement of
Agriculture (USDA) dan The Departement of Health and Services (DHS), setiap anak
usia dua tahun atau lebih harus melakukan kegiatan fisik tingkat menengah-sulit
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
selama 60 menit setiap harinya. The National Association for Sport and Physical
Education (NASPE) merekomendasikan kegiatan fisik minimal bagi anak usia
sekolah yaitu selama satu jam per hari yang dibagi tiap 15 menit atau lebih. Penting
diingat bahwa anak-anak yang masih kecil jangan sampai tidak aktif bergerak untuk
jangka waktu yang berlebihan (lebih dari satu jam) kecuali saat tidur dan anak usia
sekolah jangan sampai tidak aktif lebih dari dua jam.
Salah satu cara terbaik untuk mendorong agar anak lebih aktif adalah dengan
membatasi jumlah waktu yang terpakai untuk kegiatan yang tidak aktif (sedentary
activities), terutama menonton TV atau bemain video games. American Academy of
Pediatrics (AAP) merekomendasikan bagi anak di bawah dua tahun untuk tidak
menonton TV sedikitpun. Sedangkan untuk anak usia dua tahun atau lebih boleh
menonton program berkualitas tetapi tidak lebih dari dua jam setiap harinya (Anonim
2006).
2.7. Landasan Teori
Menurut sudut pandang epidemiologi, munculnya masalah gizi sangat
dipengaruhi oleh ketidakseimbangan antara pejamu, faktor risiko (agens) dan
lingkungan. Unsur pejamu meliputi: genetis, umur, jenis kelamin, kelompok etnik,
keadaan fisiologis, keadaan immunologis dan kebiasaan seseorang. Unsur agens
meliputi: gizi, kimia dari luar, kimia dari dalam, faali, genetis, psikis, kekuatan fisik
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
dan biologis. Unsur lingkungan meliputi: biologis, sosial, ekonomi dan budaya
(Supariasa dkk, 2002).
Almatsier (2003) menyatakan bahwa peningkatan pendapatan dan arus
budaya asing pada kelompok masyarakat tertentu di Indonesia, terutama di perkotaan
menyebabkan perubahan dalam pola makan dan aktivitas fisik. Pola makan
tradisional yang tadinya tinggi karbohidrat, tinggi serat kasar, dan rendah lemak
berubah ke pola makan yang rendah karbohidrat, rendah serat kasar dan tinggi lemak
sehingga menggeser mutu makanan ke arah tidak seimbang. Perubahan pola makan
dan aktivitas fisik ini mengakibatkan semakin meningkatnya masalah gizi lebih
berupa kegemukan dan obesitas.
Menurut Subardja (2005) dan Aritonang (2001) obesitas adalah penyakit yang
ditandai oleh adanya penimbunan lemak yang berlebihan di bawah kulit dan pada
organ tubuh lainnya, yang dapat terjadi pada setiap umur serta mempunyai gambaran
klinis bervariasi mulai dari yang ringan sampai yang sangat berat.
Dari beberapa teori maupun hasil penelitian yang telah diuraikan, maka dapat
disusun gambaran terjadinya obesitas dalam bentuk kerangka teoritis sebagai berikut:
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
Umur
Jenis Kelamin
Sosial Ekonomi Genetik
Obesitas
Lingkungan
Psikologis Pola Makan
Budaya
Metabolisma Basal Aktivitas Fisik
Enzim
Efek Samping Obat
Hormon
Gambar 2.3 Landasan Teori
2.8. Kerangka Konsep
Berdasarkan landasan teori di atas, kerangka konsep penelitian adalah sebagai
berikut :
Karakteristik Remaja - Umur Genetik
- Jenis Kelamin - Uang Saku
Kejadian Obesitas - Obesitas
- Tidak Obesitas
Pendapatan Keluarga Pola Makan
Pendidikan Ibu Aktivitas Fisik
Gambar 2.4 Kerangka Konsep
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian survey dengan desain cross sectional
yang mempelajari pengaruh variabel bebas (faktor risiko) terhadap variabel
tergantung (efek) dengan melakukan pengukuran sesaat.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di SMU RK Tri Sakti Jl. H.M. Joni dengan
pertimbangan di sekolah ini belum pernah diadakan penelitian yang sama. Selain itu
berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terlihat adanya prevalensi obesitas
yang cukup tinggi (8,13%) pada siswa-siswinya yang diduga dipengaruhi oleh pola
makan tidak seimbang dan rendahnya aktivitas fisik.
Penelitian berlangsung mulai bulan Januari 2008 sampai dengan April 2009.
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi adalah siswa-siswi kelas I dan II SMU RK Tri Sakti Medan, yang
berjumlah 468 orang. Sampel adalah sebahagian dari siswa-siswi SMU RK Tri Sakti
Medan, yang besarnya ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut
(Sastroasmoro, 1995) :
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
2
2
dPQZn α=
Keterangan :
n = besar sampel
Zα = nilai deviasi normal pada tingkat kemaknaan 95% atau α=0,05
P = proporsi penyakit atau keadaan yang akan dicari
Q = 1 - P
d = tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki (90%)
Dengan perhitungan sebagai berikut:
( )( )( )2
2
1,05,05,096,1=n
01,09604,0=n
04,96=n
Berdasarkan perhitungan di atas, maka jumlah sampel adalah 96 orang yang tersebar
pada kelas I dan II.
Untuk mengambil sampel terpilih setiap kelas dilakukan dengan metode
simple random sampling, yaitu mengambil sampel dengan cara acak atau undian
sampai memenuhi jumlah sampel yang diinginkan (Arikunto, 2000).
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
3.4. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder.
Data primer terdiri dari karakteristik remaja (umur, jenis kelamin dan uang saku),
genetik, pendapatan keluarga, pendidikan ibu, pola makan (frekuensi, jumlah dan
jenis makanan), aktivitas fisik serta obesitas. Data Primer diperoleh dengan
wawancara dan pengukuran langsung, berpedoman pada kuesioner yang telah
dipersiapkan sebelumnya.
Data sekunder terdiri dari data kesiswaan berupa: nama, kelas, dan jumlah
siswa tiap kelas yang diperoleh dari dokumen sekolah.
3.5. Variabel dan Definisi Operasional
Adapun definisi operasional tiap-tiap variabel adalah sebagai berikut:
1. Uang saku adalah jumlah uang yang dipergunakan siswa untuk membeli kudapan
(jajanan) per hari dalam satuan rupiah.
2. Genetik, yaitu ada tidaknya riwayat kegemukan dari orangtua (ayah dan ibu)
siswa yang ditentukan berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT).
3. Pendapatan keluarga adalah jumlah pendapatan total keluarga selama satu bulan
dalam satuan rupiah.
4. Pendidikan ibu adalah tingkat pendidikan formal terakhir ibu siswa yang pernah
diikuti dan diselesaikan sampai memperoleh ijazah.
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
5. Pola makan, yaitu kebiasaan siswa dalam mengkomsumsi makanan yang meliput i
jenis, jumlah dan frekuensi makan rata-rata per hari dalam dua kali waktu
pengukuran.
6. Frekuensi makan adalah angka yang menunjukkan seberapa sering siswa
mengkomsumsi jenis makanan tertentu dalam satu hari atau satu minggu.
7. Jenis makanan adalah keragaman makanan yang dikomsumsi siswa setiap kali
makan yang meliputi: makanan pokok, lauk-pauk, sayuran, buah-buahan dan
susu.
8. Jumlah makanan adalah angka yang menunjukkan berapa banyak makanan
(energi dan protein) yang dikomsumsi siswa per hari dalam satuan kkal.
9. Aktivitas fisik adalah seluruh kegiatan yang biasa dilakukan siswa setiap harinya
selama 24 jam.
10. Obesitas adalah kejadian (kasus) kelebihan berat badan (kegemukan) siswa
menurut umur berdasarkan Indeks Massa Tubuh dari Centre for Disease Control
and Prevention 2000 ( IMT-CDC 2000)
3.6. Metode Pengukuran
Pengukuran terhadap variabel bebas yang meliputi: karakteristik remaja
(umur, jenis kelamin, uang saku), genetik, pendapatan keluarga, pendidikan ibu, pola
makan (frekuensi, jumlah dan jenis makanan) serta aktivitas fisik dan variabel terikat
(obesitas), dilakukan dengan metode sebagai berikut:
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
1. Karakteristik remaja diukur dengan metode wawancara langsung yang berpedoman
pada kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya.
a. Umur siswa dihitung sejak tanggal kelahiran sampai dengan tanggal penelitian
dilaksanakan.
b. Jenis kelamin dikelompokkan dengan menggunakan skala nominal:
1. Laki-laki
2. Perempuan
c. Uang saku dikategorikan dengan menggunakan skala ordinal:
1. < Rp 3.000
2. Rp. 3.000 – 6.000
3. > Rp. 6.000
2. Keterkaitan faktor genetik diukur dengan menentukan ada tidaknya riwayat
kegemukan pada orangtua siswa (ayah dan ibu) dengan penghitungan IMT
berdasarkan data tinggi badan dan berat badan orangtua yang diperoleh melalui
wawancara dengan siswa. IMT orangtua dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
BB (kg) IMT = TB x TB (m) Selanjutnya dikelompokkan dengan menggunakan skala nominal:
1. Obesitas: IMT ≥ 25
2. Tidak obesitas: IMT < 25
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
3. Pendapatan keluarga dikategorikan dengan mengunakan skala ordinal
berdasarkan Upah Minimun Kota ( UMK ) di Medan menjadi :
1. ≤ Rp 1.020.000
2. > Rp 1.020.000
4. Pendidikan ibu dikategorikan dengan menggunakan skala ordinal:
1. Dasar: tingkat SD – SLTP
2. Lanjut: tingkat SLTA – Perguruan Tinggi
5. Pola makan (frekuensi, jenis dan jumlah) dikategorikan dengan menggunakan
skala ordinal :
a. Frekuensi makan diukur dengan menggunakan Food Frequency Quetionnairer
(FFQ), selanjutnya dikategorikan menjadi:
1. > 1 kali sehari
2. 1 kali sehari
3. 4-6 kali seminggu
4. 1-3 kali seminggu
b. Pengukuran jenis makanan yang dikomsumsi dilakukan dengan cara
membandingkannya terhadap pola menu seimbang ”empat sehat lima
sempurna” kemudian dikategorikan menjadi:
1. Baik (≥ 4 jenis terdiri dari: makanan pokok, lauk -pauk, sayuran, buah-
buahan dan susu)
2. Sedang (3 jenis terdiri dari: makanan pokok, lauk-pauk dan sayuran)
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
3. Tidak baik (< 3 jenis terdiri dari: makanan pokok dan lauk-pauk / sayuran /
buah-buahan).
c. Jumlah makanan diukur dengan menggunakan metode recall 24 jam selama
dua hari berturut-turut. Jumlah makanan dinyatakan dalam satuan Ukuran
Rumah Tangga /URT (seperti: sendok, piring gelas dan lain-lain yang biasa
dipergunakan sehari-hari), selanjutnya dikonversi ke dalam ukuran berat
(gram) dengan bantuan food model kemudian kandungan energi dan
proteinnya dihitung berdasarkan Daftar Bahan Makanan Penukar atau Daftar
Kandungan Zat Gizi Makanan Jajanan. Hasil pengukuran tersebut kemudian
dibandingkan dengan Daftar Angka Kecukupan Gizi rata-rata yang dianjurkan
berdasarkan golongan umur, selanjutnya tingkat kecukupan gizi dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Jumlah konsumsi Tingkat kecukupan = x 100% Kecukupan yang dianjurkan
Jumlah makanan (energi dan protein) dikategorikan menjadi:
1. Baik: ≥ 100% AKG
2. Sedang: 80,01-99,99% AKG
3. Kurang: 70-80% AKG
4. Defisit: < 70% AKG
6. Aktivitas fisik diukur dengan metode faktorial, yaitu merinci semua jenis dan
lamanya kegiatan yang dilakukan selama 24 jam (dalam menit) pada lembar
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
kuesioner, selanjutnya dicocokkan dengan Daftar Nilai Perkiraan Keluaran Energi
pada kegiatan tertentu. Jumlah total energi yang dikeluarkan untuk melakukan
aktivitas fisik selama 24 jam dapat dihitung dengan menjumlahkan hasil perkalian
antara lamanya tiap jenis kegiatan yang dilakukan selama 24 jam dengan
perkiraan energi yang dikeluarkan per menit. Untuk lebih jelasnya dapat
digambarkan sebagai berikut:
Misalkan: E adalah total energi yang dikeluarkan untuk aktivitas fisik
selama 24 jam dalam satuan kkal.
T1,2,3,......n adalah lamanya tiap jenis kegiatan yang dilakukan selama 24
jam dalam satuan menit.
P1,2,3,.....n adalah nilai perkiraan energi yang dikeluarkan untuk tiap
kegiatan dalam satuan kkal/menit.
Maka: E = ∑ (T1P2 + T2 P2 + T3P3 + ......................... TnPn)
Jumlah total energi yang dikeluarkan untuk seluruh kegiatan ditambah dengan
kebutuhan energi untuk pertumbuhan pada usia 16-18 tahun yaitu sebesar 0,5
kkal/kg berat badan selanjutnya dibandingkan terhadap perkiraan Energi
Metabolisme Basal ( EMB ) sesuai umur dan jenis kelamin yang dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut (Hardinsyah, 1992) :
EMB (laki-laki) = 17,5 B + 651
EMB (perempuan) = 12,2B + 746
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
Keterangan:
EMB = Energi Metabolisme Basal (kkal)
B = Berat badan (dalam kilogram) berdasarkan
Tingkat kegiatan fisik dikategorikan berdasarkan faktor kelipatan EMB menjadi:
Laki-laki Perempuan
1. Ringan 1,55 EMB 1,56 EMB
2. Sedang 1,78 EMB 1,64 EMB
3. Berat 2,10 EMB 2,00 EMB
7. Obesitas diukur dengan menggunakan metode antropometri berdasarkan IMT,
yang diperoleh dengan membandingkan berat badan terhadap tinggi badan. Data
berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) diperoleh dengan melakukan pengukuran
secara langsung. BB diukur dengan menggunakan timbangan injak dengan
ketelitian 0,5 kg. TB diukur dengan menggunakan microtoise yang memiliki
ketelitian 0,1 cm. Setelah data BB dan TB siswa diperoleh, maka IMT masing-
masing siswa dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
BB (kg) IMT = TB x TB (m) Selanjutnya, dikategorikankan berdasarkan indeks CDC (2000) menurut umur
dengan menggunakan skala nominal menjadi:
1. Obesitas (golongan gemuk)
2. Tidak obesitas (di luar golongan gemuk)
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 3.1 Metode Pengukuran Variabel Independen
No Nama Variabel
Kategori Range Skala Ukur
1.
Karakteristik Remaja
- Umur Rasio - Jenis kelamin 1. Laki-laki
2. Perempuan - Nominal
- Uang saku ≤ Rp. 3.000 Rp. 3.000 - 6.000 > Rp. 6.000
Ordinal
2. Genetik 1. Obesitas 2. Tidak obesitas
IMT > 25 IMT < 25
Nominal
3. Pendapatan keluarga
> Rp 1.020.000 ≤ Rp 1.020.000
Ordinal
4. Pendidikan ibu 1. Dasar 2. Lanjut
SD - SLTP SLTA – Perguruan Tinggi
Ordinal
5. Pola Makan - Jumlah makanan
1. Baik 2. Sedang 3. Kurang 4. Defisit
≥ 100% AKG 80,01-99,99% AKG 70-80% AKG < 70% AKG
Ordinal
- Jenis makanan
1. Baik 2. Sedang 3. Tidak baik
≥ 4 jenis ( m. pokok, lauk p, sayur, buah & susu) 3 jenis (m. pokok, lauk p & sayur) < 3 jenis (m. pokok dan lauk pauk / sayur / buah)
Ordinal
- Frekuensi
> 1 x sehari 1 x sehari 4-6 x seminggu 1-3 x seminggu
Ordinal
6. Aktivitas Fisik
1.Ringan 2. Sedang 3. Berat
Laki-laki Perempuan 1,55 EMB 1,56 EMB 1,78 EMB 1,64 EMB 2,10 EMB 2,00 EMB
Ordinal
Tabel 3.2 Metode Pengukuran Variabel Dependen
Variabel Kategori Range Skala
Ukur Kejadian Obesitas
1. Obesitas 2. Tidak obesitas
IMT/U-CDC (2000) golongan gemuk IMT/U-CDC (2000) di luar golongan gemuk
Nominal
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
3.7. Metode Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan mengunakan uji regresi logistik ganda dengan
persamaan sebagai berikut:
Z = α + β1X1 + β2X2 + ................+ βiXi
Keterangan :
Z = kejadian obesitas
α = konstanta
β1…i = koefisien variabel bebas
X1 = Uang saku
X2 = Genetik
X3 = Pendapatan keluarga
X4 = Pendidikan ibu
X5 = Jumlah energi dan protein yang dikonsumsi
X6 = Jenis makanan yang dikonsumsi
X7 = Frekuensi makan
X8 = Aktivitas fisik
Alasan digunakannya metode analisis regresi logistik ganda adalah karena teknik
analisa ini dapat memberikan jawaban mengenai besarnya pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat serta dapat mengidentifikasi faktor yang paling dominan.
Regresi logistik ganda digunakan pada penelitian ini karena variabel dependen adalah
data nominal dengan kategori dummy.
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
SMU Swasta Katolik Tri Sakti beralamat di Jl. Raya Medan Tenggara Gang
Benteng No. 21, Kecamatan Medan Denai 20228, Sumatera Utara. Jumlah siswa
sebanyak 725 orang, terdiri dari 313 orang laki-laki dan 412 orang perempuan.
Siswa kelas I berjumlah 278 orang, kelas II 190 orang dan kelas III 257 orang.
Tenaga pengajar sebanyak 32 orang, terdiri dari 14 orang guru laki-laki dan 18 guru
perempuan termasuk diantaranya dua orang guru olahraga
Sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah antara lain lapangan bola kaki,
futsal, basket, bola volley dan kantin.
4.2. Karakteristik Responden
Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 96 orang, terdiri dari 43 orang
laki-laki (44,8%) dan perempuan 53 orang (55,2%).
Umur responden yang paling banyak adalah 16 tahun yaitu 62 orang (64,6%),
dan paling sedikit adalah umur 14 tahun yaitu satu orang (1%). Umur rata-rata
responden adalah 16,23 tahun.
Jumlah responden dengan uang saku kurang dari Rp. 3.000 sebanyak 5 orang
(5,2%), yang uang sakunya Rp. 3.000 – 6.000 sebanyak 65 orang (67,7%), dan yang
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
uang sakunya lebih dari Rp. 6.000 sebanyak 26 orang ( 27,1%). Untuk lebih jelasnya
gambaran karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur, Jenis Kelamin, dan Jumlah Uang Saku di SMU RK Tri Sakti Medan 2008
No. Variabel Jumlah Persentase 1. Umur
- 14 tahun - 15 tahun - 16 tahun - 17 tahun
1 24 62 9
1,0 25,0 64,6 9,4
Total 96 100,0 2. Jenis Kelamin
- Laki-laki - Perempuan
43 53
44,8 55,2
Total 96 100,0 3. Uang saku
- < Rp. 3.000 - Rp. 3.000 – 6.000 - > Rp. 6.000
5 65
26
5,2 67,7 27,1
Total 96 100,0
Berdasarkan tabel 4.2. dibawah ini terlihat bahwa, responden yang orang
tuanya obesitas sebanyak 39 orang (40,6%) sedangkan responden yang orang tuanya
tidak obesitas berjumlah 57 orang (59,4%).
Jumlah responden dengan pendapatan keluarga di atas Upah Minimum Kota
(UMK) sebanyak 83 orang (86,5%) sedangkan yang pendapatan keluarganya berada
dibawah sampai sama dengan UMK hanya 13 orang (13,5%).
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
Tingkat pendidikan ibu responden yang paling banyak adalah tingkat lanjut yaitu 73
orang (76,0%) dan yang paling sedikit adalah tingkat dasar sebanyak 23 orang (24%).
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Genetik, Pendapatan Keluarga dan Pendidikan Ibu di SMU RK Tri Sakti Medan 2008
No. Variabel Jumlah Persentase 1. Genetik
- Obesitas(IMT ≥ 25) - Tidak obesitas
39 57
40,6
59,4 Total 96 100,0
2. Pendapatan keluarga - > Rp. 1.020.000 - ≤ Rp. 1.020.000
83 13
86,5 13,5
Total 96 100,0 3. Pendidikan ibu
- Dasar – Lanjut
23 73
24,0 76,0
Total 96 100,0 4.3. Pola makan
Kebiasaan responden dalam mengkonsumsi makanan berdasarkan jumlah
energi dan protein dapat dilihat pada tabel 4.3.
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Asupan Energi dan Protein di SMU RK Tri Sakti Medan 2008
No Pola makan Jumlah Persentase 1. Jumlah energi
- Baik - Cukup - Kurang - Defisit
17 37 19 23
17,7 38,5 19,8 24,0
Total 96 100,0 2. Jumlah protein
- Baik - Cukup - Kurang - Defisit
56 27 6 7
58,3 28,1 6,3 7,3
Total 96 100,0
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa distribusi responden berdasarkan
pola makan menurut jumlah asupan energi yang terbanyak adalah kategori cukup
yaitu sebanyak 37 orang (38,5%) sedangkan kategori baik hanya 17 orang (17,7%).
Jumlah responden berdasarkan jumlah protein yang dikonsumsi yang terbanyak
adalah pada kategori baik yaitu sebanyak 56 orang (58,3%), diikuti dengan kategori
cukup sebanyak 27 orang (28,1%).
Rata-rata jumlah energi yang dikonsumsi responden adalah 1.945,27 kkal
dengan jumlah energi minimum yang dikonsumsi sebanyak 1.050,00 kkal dan
maksimum 2.964,00 kkal. Jumlah rata-rata protein yang dikonsumsi responden
adalah 60,17 gr dengan jumlah protein minimum yang dikonsumsi sebanyak 34,00 gr
dan maksimum 92,00 gr.
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
Gambaran pola makan responden berdasarkan frekuensi dan jenis makanan
pokok, lauk pauk serta sayur-sayuran dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi dan Jenis Bahan Makanan Pokok, Lauk Pauk serta Sayuran yang Dikonsumsi di SMU RK Tri Sakti Medan 2008
Jenis Makanan
Frekuensi Tidak
Pernah > 1 x
Sehari 1 x
Sehari 4 – 6 x
Seminggu 1 – 3 x
Seminggu n % n % n % n % n %
Makanan Pokok - Nasi 0 0,0 88 91,7 4 4,2 4 4,2 0 0,0 - Jagung 79 82,3 1 1,0 3 3,1 4 4,2 9 9,4 - Ubi kayu 82 85,4 0 0,0 3 3,1 2 2,1 9 9,4 - Talas 91 94,8 0 0,0 3 3,1 1 1,0 1 1,0 Lauk-pauk - Daging 20 20,8 10 10,4 4 4,2 10 10,4 52 54,2 - Ikan basah 13 13,5 29 30,2 15 15,6 29 30,2 10 10,4 - Telur 28 29,2 12 12,5 33 34,4 10 10,4 13 13,5 - Ikan asin 66 68,8 3 3,1 13 13,5 6 6,3 8 8,3 - Ikan teri 43 44,8 12 12,5 11 11,5 12 12,5 18 18,8 - Ayam 30 31,3 5 5,2 6 6,3 18 18,8 37 38,5 - Tahu tempe 37 38,5 10 10,4 16 16,7 13 13,5 20 20,8 - Cumi-cumi 95 99,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 1 1,0 Sayuran - Bayam 19 19,8 19 19,8 15 15,6 19 19,8 24 25,0 - Kangkung 24 25,0 18 18,8 13 13,5 13 13,5 28 29,2 - Gori 73 76,0 2 2,1 6 6,3 7 7,3 8 8,3 - Kacang panjang 59 61,5 5 5,2 5 5,2 13 13,5 14 14,6 - Sawi 58 60,4 10 10,4 5 5,2 6 6,3 17 17,7 - Wortel 50 52,1 8 8,3 13 13,5 8 8,3 17 17,7 - Terong 67 69,8 6 6,3 4 4,2 6 6,3 13 13,5 - Kol 67 69,8 8 8,3 8 8,3 7 7,3 6 6,3 - Kecipir 84 87,5 3 3,1 1 1,0 3 3,1 5 5,2 - Tomat 48 50,0 13 13,5 19 19,8 13 13,5 3 3,1 - Sayur lodeh 85 88,5 3 3,1 1 1,0 3 3,1 4 4,2 - Daun ubi 92 95,8 0 0,0 1 1,0 1 1,0 2 2,1
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa hampir seluruh responden
mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokok dengan frekuensi lebih dari sekali sehari,
88 orang (91,7%). Talas, ubi kayu dan jagung sangat jarang dikonsumsi.
Laukpauk yang paling sering dikonsumsi adalah ikan basah dan daging
Responden yang tidak pernah mengkonsumsi ikan basah hanya 13 orang (13,5%) dan
yang tidak mengkonsumsi daging sebagai lauk pauk hanya 20 orang (20,8%). Cumi-
cumi, ikan asin dan dan ikan teri sangat jarang dikonsumsi responden.
Sebahagian besar responden jarang mengkonsumsi sayuran. Bayam dan
kangkung adalah sayuran yang paling sering dikonsumsi oleh responden.
Jenis buah-buahan dan makanan jajanan yang sering dikonsumsi dapat dilihat
pada tabel 4.5. Tabel ini menggambarkan bahwa jenis buah-buahan yang dikonsumsi
sudah beraneka ragam. Buah yang paling sering dikonsumsi adalah jeruk dan pisang,
namun masih dijumpai beberapa jenis buah-buahan yang tidak dikonsumsi responden
selama periode pengumpulan data.
Mayoritas responden memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan jajanan.
Jajanan yang paling sering dikonsumsi adalah bakso dan roti. Jajanan lain seperti
kerupuk, kentang goreng dan gado-gado sangat jarang dikonsumsi.
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi dan Jenis Buah-buahan serta Makanan Jajanan yang Dikonsumsi di SMU RK Tri Sakti Medan 2008
Jenis Makanan
Frekuensi Tidak
Pernah > 1 x
Sehari 1 x
Sehari 4 – 6 x
Seminggu 1 – 3 x
Seminggu n % n % n % n % n %
Buah-buahan - Alpukat 63 65,6 0 0,0 2 2.1 6 6.3 25 26.0 - Apel 55 57,3 4 4,2 6 6,3 6 6,3 25 26,0 - Jeruk manis 17 17,7 15 15,6 26 27,1 17 17,7 21 21,9 - Pisang 26 27,1 13 13,5 20 20,8 10 10,4 27 28,1 - Pepaya 43 44,8 3 3,1 17 17,7 7 7,3 26 27,1 - Mangga 66 68,8 4 4,2 5 5,2 6 6,3 15 15,6 - Nenas 72 75,0 4 4,2 4 4,2 5 5,2 11 11,5 - Nangka 82 85,4 1 1,0 1 1,0 4 4,2 8 8,3 - Belimbing 82 85,4 0 0,0 3 3,1 5 5,2 6 6,3 - Jambu biji 72 75,0 4 4,2 8 8,3 7 7 5 5,2 - Jambu air 79 82,3 1 1,0 3 3,1 3 3,1 10 10,4 - Buah lain 86 89,6 0 0,0 4 4,2 1 1,0 5 5,2 Jajanan - Susu 33 34,4 16 16,7 21 2,9 14 14,6 12 12,5 - Bakso 33 34,4 8 8,3 7 7,3 10 10,4 38 39,6 - Cendol 66 68,8 0 0,0 4 4,2 6 6,3 20 20,8 - Kolak 70 72,9 1 1,0 4 4,2 8 8,3 13 13,5 - Pisang goreng 50 52,1 5 5,2 17 17,7 10 10,4 14 14,6 - Ubi rebus 62 64,6 7 7,3 10 10,4 8 8,3 9 9,4 - Roti 33 34,4 15 15,6 21 21,9 13 13,5 14 14,6 - Mie goreng 47 49,0 2 2,1 7 7,3 8 8,3 32 33,3 - Nasi goreng 57 59,4 7 7,3 6 6,3 12 12,5 14 14,6 - Ayam goreng 70 72,9 0 0,0 1 1,0 7 7,3 18 18,8 - Burger 79 82,3 0 0,0 4 4,2 4 4,2 9 9,4 - Roti bakar 72 75,0 0 0,0 3 3,1 6 6,3 15 15,6
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
- Pisang bakar 78 81,3 2 2,1 5 5,2 2 2,1 9 9,4 - Pecal 79 82,3 0 0,0 5 5,2 6 6,3 6 6,3 - Lain-lain 85 88,5 2 2,1 3 3,1 1 1,0 5 5,2
Kebiasaan responden dalam mengkonsumsi makanan berdasarkan jenis
makanan dapat dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Makanan yang Dikonsumsi di SMU RK Tri Sakti Medan 2008
Jenis Makanan Jumlah Persentase
Baik 4 4,2 Sedang 57 59,4 Tidak Baik 35 36,5 Total 96 100,0
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa pola makan berdasar jenis
makanan yang dikonsumsi responden yang terbanyak adalah kategori sedang
sebanyak 57 orang (59,4 %). Sedangkan kategori baik hanya 4 orang (4,2 %).
4.4. Aktivitas fisik
Rata-rata energi yang dikeluarkan responden untuk melakukan seluruh
kegiatan selama 24 jam adalah 2250,50 kkal dengan jumlah minimum sebanyak
1550,00 kkal dan maksimum 3580,10 kkal.
Tingkat aktivitas fisik responden digolongkan berdasarkan besar faktor
kelipatannya terhadap energi metabolik basal (EMB). Aktivitas fisik dikatakan ringan
jika jumlah energi yang dikeluarkan untuk melakukan seluruh kegiatan selama 24
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
jam sebesar 1,55 – 1,77 EMB untuk laki-laki dan 1,56 - 1,63 EMB untuk perempuan.
Akivitas fisik tergolong sedang jika energi yang dikeluarkan sebesar 1,78 - 2,09
EMB untuk laki-laki dan 1,64 - 1,99 EMB untuk perempuan. Aktifitas fisik tergolong
berat jika energi yang dikeluarkan sebesar 2,10 EMB atau lebih untuk laki-laki dan
sebesar 2,00 EMB atau lebih untuk perempuan.
Gambaran aktivitas fisik responden dibandingkan energi metabolik basal
dapat dilihat dari tabel 4.7.
Tabel 4.7 Distribusi Aktivitas Fisik Responden Berdasarkan Energi Metabolik Basal di SMU RK Tri Sakti Medan 2008
Aktivitas Fisik Jumlah Persentase
- Ringan - Sedang - Berat
51 31 14
53,1 32,3
14,6 Total 96 100,0
Dari tabel 4.7 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memiliki
aktivitas fisik yang tergolong ringan yaitu sebanyak 51 orang (53,1%) dan 14 orang
responden (14,6%) memiliki aktivitas fisik yang berat.
4.5. Obestitas
Ukuran rata-rata IMT responden adalah 20,86. IMT minimum 15 dan
maksimum 37. Responden dikatakan obesitas jika IMTnya berdasarkan tabel IMT
CDC 2000 sama dengan IMT anak yang tergolong gemuk. Responden dikatakan
tidak obesitas jika IMTnya lebih kecil dari IMT anak yang tergolong gemuk.
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
Gambaran kejadian obesitas pada responden, berdasarkan IMT CDC 2000
dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8 Distribusi Responden Menurut Status Obesitas di SMU RK Tri Sakti Medan 2008
Kejadian Obesitas Jumlah Persentase
Obesitas 10 10,4 Tidak Obesitas 86 89,6
Total 96 100,0
Dari Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa jumlah responden yang mengalami
obesitas adalah 10 orang (10,4 %).
4.6. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji regresi logistik untuk
melihat pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga, pendidikan ibu,
pola makan dan aktivitas fisik terhadap kejadian obesitas. Agar data yang terkumpul
dapat dianalisa secara bivariat dengan uji regresi logistik sederhana maka harus
dilakukan pengkaretegorian ulang untuk beberapa variabel. Kategori uang saku
menjadi lebih dari Rp. 6.000 dan kurang atau sama dengan Rp. 6. 000. Jumlah asupan
energi dan protein dikategorikan menjadi baik (lebih atau sama dengan100% AKG)
dan tidak baik (kurang dari 100% AKG). Jenis makanan dikategorikan menjadi baik
(lebih atau sama dengan 4 jenis) dan tidak baik (kurang dari 4 jenis). Aktivitas fisik
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
dikategorikan menjadi ringan dan berat ( kategori sedang dan berat pada analisis
univariat). Hasil analisis bivariat penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.9 Distribusi Status Obesitas Responden Berdasarkan Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan dan Aktivitas Fisik di SMU RK Tri Sakti Medan 2008
No Variabel
Independen Status Obesitas
p
RP
CI 95% Obesitas Tidak Obesitas n % n %
1. Karakteristik Remaja Jenis kelamin - Perempuan - Laki-laki
5 5
9,4 11,6
48 38
90,6 88,4
0,727
0,811
0,213 – 2,936
Uang saku - > Rp. 6.000 - ≤ Rp. 6.000
3 7
11,5 10,0
23 63
88,5 90,0
0,828
1,154
0,280 – 4,927
2. Genetik - Obesitas - Tidak Obesitas
7 3
17,9 5,3
32 54
82,1 94,7
0,047*
3,410
0,950 – 16,313
3. Pendapatan Keluarga - > Rp. 1.020.000 - ≤ Rp. 1.020.000
10 0
12,0
0
73
13
88,0
100
0,079**
∼
0,175 – 2,996
4. Pendidikan Ibu - Dasar - Lanjut
1 9
4,3
12,3
22 64
95,7 87,7
0,297
0,352
0,039 - 2,698
5. Pola Makan Jumlah Energi - Baik - Tidak Baik
5 5
29,4 6,3
12 74
70,6 93,7
0,012*
4,674
1,549 – 24,549
Jumlah Protein - Baik - Tidak Baik
6 4
10,7 10,0
50 36
89,3 90,0
0,910
1,071
0,284 – 4,107
Jenis Makan - Tidak Baik - Baik
8 2
8,7
50,0
84 2
91,3 50,0
0,039*
0,174
0,012 – 0,770
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
6. Aktivitas Fisik - Ringan - Berat
7 3
13,7 6,7
44 42
86,3 93,3
0,251**
2,050
0.540 – 9,187
Keterangan * = pnifikan (p < 0,05) ** = tidak pnifikan tetapi dapat menjadi kandidat untuk model multivariat (p < 0,25) RP = rasio prevalens CI = confidence intervals Berdasarkan Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa jumlah perempuan yang
mengalami obesitas sebanyak 5 orang (9,4%) sedangkan yang tidak obesitas
sebanyak 48 orang (90,6%). Jumlah laki-laki yang mengalami obesitas sebanyak 5
orang (11,6 %) dan yang tidak mengalami obesitas sebanyak 38 orang (88,4%).
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa p > 0,05 artinya tidak ada pengaruh jenis
kelamin terhadap kejadian obesitas.
Jumlah responden dengan uang saku lebih dari Rp. 6.000 yang mengalami
obesitas sebanyak 3 orang (11,5%) sedangkan yang tidak mengalami obesitas
sebanyak 23 orang (88,5%). Responden yang memiliki uang saku sampai dengan Rp.
6.000 mengalami obesitas sebanyak 7 orang (10,0%) sedangkan yang tidak
mengalami obesitas sebanyak 63 orang (90%). Hasil uji statistik p > 0,05, artinya
tidak ada pengaruh uang saku terhadap kejadian obesitas.
Jumlah responden yang memiliki orang tua obesitas mengalami obesitas
sebanyak 7 orang (17,9%) sedangkan yang tidak mengalami obesitas sebanyak 32
orang (82,1%). Responden yang memiliki orang tua tidak obesitas mengalami
obesitas sebanyak 3 orang (5,3%) sedangkan yang tidak mengalami obesitas
sebanyak 54 orang (94,7%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa p < 0,05 ini
berarti bahwa faktor genetik berpengaruh terhadap kejadian obesitas.
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
Jumlah responden dengan pendapatan keluarga di atas UMK mengalami
obesitas sebanyak 10 orang (12,0%) dan yang tidak mengalami obesitas sebanyak 73
orang (88,0%). Tidak ada responden yang mengalami obesitas dengan pendapatan
keluarga berada dibawah sampai sama dengan UMK. Hasil uji statistik p > 0,05
artinya tidak ada pengaruh pendapatan keluarga terhadap kejadian obesitas.
Responden yang mengalami obesitas dengan tingkat pendidikan ibu diatas
SLTP sebanyak 9 orang (12,3%) dan yang tidak obesitas sebanyak 64 orang (87,7%).
Responden yang obesitas dengan tingkat pendidikan ibu sama atau dibawah SLTP
hanya satu orang (4,3%) sedangkan yang tidak obesitas sebanyak 22 orang (95,7%).
Hasil uji statistik p > 0,05 artinya tidak ada pengaruh pendidikan ibu terhadap
kejadian obesitas.
Responden dengan jumlah asupan energi yang baik mengalami obesitas
sebanyak 5 orang (29,4%) dan yang tidak menngalami obesitas sebanyak 12 orang
(70,6%). Responden dengan jumlah asupan energi yang tidak baik mengalami
obesitas sebanyak 5 orang (6,3%) dan yang tidak mengalami obesitas sebanyak 74
orang (93,7%). Hasil uji statistik p < 0,05 ini berarti bahwa jumlah asupan energi
berpengaruh terhadap kejadian obesitas.
Responden dengan jumlah asupan protein yang baik mengalami obesitas
sebanyak 6 orang (10,7%) dan yang tidak mengalami obesitas 50 orang (89,3%).
Responden dengan jumlah asupan protein yang tidak baik mengalami obesitas
sebanyak 4 orang (10,0%) dan yang tidak mengalami obesitas sebanyak 86 orang
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
(89,6%). Hasil uji statistik p > 0,05 artinya tidak ada pengaruh jumlah asupan protein
terhadap kejadian obesitas.
Jumlah responden yang obesitas dan tidak obesitas dengan jenis makanan
yang baik adalah sama, masing-masing sebanyak 2 orang (50,0%). Responden
dengan jenis makanan yang tidak baik mengalami obesitas sebanyak 8 orang (8,7%)
dan yang tidak mengalami obesitas sebanyak 84 orang (91,7%). Hasil uji statistik p
< 0,05 ini berarti bahwa jenis makanan berpengaruh terhadap kejadian obesitas.
Responden yang obesitas dengan aktivitas fisik berat sebanyak 3 orang (6,7%)
dan ringan sebanyak 7 orang (13,7%). Responden yang tidak obesitas dengan
aktivitas fisik berat sebanyak 42 orang (93,9%) dan ringan sebanyak 44 orang
(86,3%). Hasil uji statistik p > 0,05 artinya tidak ada pengaruh aktivitas fisik terhadap
kejadian obesitas.
4.7. Analisis Multivariat
Dalam penelitian ini ada lima variabel yang diduga berpengaruh terhadap
kejadian obesitas yaitu pola konsumsi menurut energi, jenis makanan, pendapatan
keluarga, aktivitas fisik dan genetik. Menurut Mickey dan Greeland (1989), bahwa
nilai p < 0,25 dan mempunyai kemaknaan secara substansi dapat dijadikan sebagai
kandidat dimasukkan ke dalam model multivariat. Hasil uji bivariat menunjukkan
bahwa kelima variabel di atas (p < 0,25) masuk ke model multivariat.
Selanjutnya dilakukan pembuatan model faktor penyebab obesitas yang lebih
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
dominan. Dalam model ini semua variabel kandidat dicoba bersama-sama. Kemudian
dilakukan analisa multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik ganda yang
mengikutkan seluruh variabel. Semua variabel independen dimasukkan ke dalam
model, kemudian variabel dengan nilai p yang tidak pnifikan dikeluarkan dari model
secara berurutan dimulai dari p yang terbesar.
Hasil analisis model pertama pengaruh semua variabel yang meliputi: pola
konsumsi menurut jumlah asupan energi, jenis makanan, pendapatan keluarga,
aktivitas fisik dan genetik dapat dilihat seperti pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10 Hasil Analisis Model Pertama Pengaruh Pola Konsumsi Menurut Jumlah Asupan Energi, Jenis Makanan, Aktivitas Fisik dan Genetik Terhadap Kejadian Obesitas
No. Variabel Independen β p 1. 2. 3. 4.
Jumlah Energi Jenis Makanan Pendapatan Keluarga Aktivitas Fisik
2,464 - 3,241 19,601
1,507
0,006 0,012 0,998 0,086
5. Genetik 1,217 0,152
Dari Tabel 4.10 terlihat bahwa variabel pendapatan keluarga, genetik dan
aktivitas fisik memiliki nilai p yang tidak pnifikan (p > 0,05) maka harus dikeluarkan
dari model secara berurutan mulai dari variabel dengan nilai p terbesar sehingga
diperoleh model akhir sebagai berikut ini.
Tabel 4.11 Hasil Akhir Multivariat Pengaruh Jumlah Energi dan Jenis
Makanan Terhadap Kerjadian Obesitas
No. Variabel Independen β p
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
1. 2. 3.
Jumlah Energi Jenis Makanan Konstanta
2,303 - 3,178
0,875
0,004 0,006 0,100
Hasil tabel di atas merupakan akhir analisis multivariat uji regresi logistik
karena jumlah energi dan jenis makanan telah memiliki p < 0,05 maka kedua
variabel tersebut tidak dikeluarkan dari model dan kedua-duanya merupakan faktor
yang berpengaruh terhadap kejadian obesitas. Bila dilihat dari nilai B maka yang
mempunyai pengaruh yang lebih dominan dengan kejadian obesitas adalah variabel
jenis makanan, karena memiliki nilai β yang terbesar yaitu - 3,178.
Dari hasil uji regresi logistik diatas diperoleh persamaan sebagai berikut:
Y = 0,875 + 2,303 (asupan energi) - 3,178 (jenis makan)
Artinya, anak yang asupan energinya sama atau lebih dari 100% AKG dan
mengkonsumsi kurang dari empat jenis makanan memiliki peluang untuk mengalami
obesitas sebesar 3,178 kali dibanding anak yang asupan energinya kurang dari 100%
AKG dan mengkonsumsi sama atau lebih dari empat jenis makanan.
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
BAB 5
PEMBAHASAN
5.1. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Obesitas
Obesitas yang terjadi pada masa remaja, 30 % akan melanjut sampai dewasa
menjadi obesitas persisten dan akan sulit diatasi secara konvensional (diet dan olah
raga). Obesitas yang terjadi pada masa remaja ini perlu mendapatkan perhatian sebab
obesitas pada remaja tidak hanya menjadi masalah kesehatan di kemudian hari, tetapi
juga membawa masalah bagi kehidupan sosial dan emosi yang cukup berarti pada
remaja (Dietz, 2006 dalam Virgianto dan Purwaningsih, 2006).
Dampak lain yang sering diabaikan adalah bahwa obesitas dapat
mempengaruhi kejiwaan pada remaja, yakni kurangnya rasa percaya diri, pasif dan
depresi karena sering tidak dilibatkan dalam kegiatan yang dilakukan oleh teman
sebayanya (Wulandari, 2007).
Ada banyak faktor yang berpengaruh terhadap kejadian obesitas, dalam
penelitian ini faktor yang mungkin berpengaruh terhadap kejadian obesitas adalah:
karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga, pendidikan ibu, pola makan dan
aktivitas fisik.
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
1. Karakteristik Remaja
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa persentase kejadian
obesitas pada laki-laki (11,6%) lebih besar dari pada perempuan (9,4%), akan
tetapi dari hasil uji statistik dengan menggunakan regresi logistik sederhana
menunjukkan nilai p > 0,05 artinya tidak ada pengaruh jenis kelamin terhadap
kejadian obesitas.
Hal ini mungkin disebabkan karena perempuan lebih memperhatikan
penampilan (citra tubuh) dari pada laki-laki. Citra tubuh adalah suatu konsep
pribadi seseorang tentang penampilan fisiknya.
Hasil penelitian Amaliah (2004) menunjukkan bahwa terdapat hubungan
yang bermakna antara citra tubuh dengan persen lemak tubuh pada remaja.
Remaja dengan citra tubuh rendah (yang merasa kurang puas dengan penampilan
fisiknya) berpeluang mempunyai persen lemak tubuh tinggi sebesar 0,388 kali
dibandingkan dengan yang citra tubuhnya tinggi (yang merasa cukup puas dengan
penampilan fisiknya). Nizar (2002) menemukan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara citra tubuh dengan status gizi. Hanley et al (2000) menyatakan
bahwa ada hubungan terbalik antara overweight dengan persepsi tubuh wanita
sehat, resiko overweight turun 1,3 kali dengan peningkatan satu level indikator
persepsi tubuh wanita sehat.
Hasil ini sejalan dengan penelitian Suhendro (2003) terhadap remaja SMU
di kota Tangerang dan penelitian Ismail, dkk (1999) pada murid SD di
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
Yogyakarta yang menunjukkan bahwa sebahagian besar obesitas terjadi pada
anak laki-laki.
Berbeda dengan pendapat Salam (1989), yang menyatakan bahwa obesitas
lebih umum dijumpai pada wanita terutama pada saat remaja, yang kemungkinan
disebabkan faktor endokrin dan perubahan hormonal.
Menurut Krummel (1996) tubuh anak perempuan menyimpan lebih banyak
lemak dibandingkan tubuh laki-laki. Pada saat kematangan fisik terjadi, biasanya
jumlah lemak tubuh anak perempuan dua kali lebih banyak daripada laki-laki.
Penimbunan lemak ini terjadi di daerah sekitar panggul, payudara dan lengan
atas. Akumulasi lemak seringkali dihubungkan dengan mulainya menarche yang
terjadi ketika anak anak perempuan memiliki lemak tubuh minimal 17% dari
berat badannya, sehingga anak perempuan yang gemuk akan mendapat menarche
lebih awal daripada yang kurus (Amaliah, 2005).
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa persentase kejadian
obesitas pada anak yang memiliki uang saku lebih dari Rp. 6.000 yaitu 11,5%,
sedikit lebih besar dari pada anak yang uang sakunya kurang atau sama dengan
Rp. 6.000 (10%). Namun perbedaan ini tidak menunjukkan adanya pengaruh
uang saku terhadap kejadian obesitas karena hasil uji statistiknya p > 0,05. Hal ini
kemungkinan disebabkan karena lebih kecilnya kesempatan bagi anak yang uang
sakunya dibawah atau sama dengan Rp. 6.000 untuk memilih jajanan yang zat
gizinya baik, dari pada anak yang memiliki uang saku diatas Rp. 6.000.
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
Sebaliknya, anak yang memiliki uang saku diatas Rp. 6.000 memiliki kemampuan
yang lebih besar dari pada anak yang uang sakunya di bawah Rp. 6.000 untuk
membeli berbagai jenis jajanan yang tidak sehat seperti junk food. Disamping itu,
anak usia remaja sudah memiliki kemampuan dan kesempatan yang lebih luas
dalam memilih makanannya sendiri, remaja juga sangat mudah terpengaruh oleh
lingkungan misalnya: keluarga, teman sebaya atau iklan dalam memilih jenis
makanan.
Hasil yang sama ditemukan pada penelitian Welis (2003) dan Rinjanti
(2002) yang menunjukkkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara
kebiasaan mengkonsumsi makanan siap saji dengan status gizi.
Menurut Arisman (2004), remaja belum sepenuhnya matang dan cepat
sekali terpengaruh oleh lingkungan. Kesibukan menyebabkan mereka memilih
makan di luar, atau menyantap kudapan (jajanan). Sebahagian besar jajanan
mengandung zat gizi yang sangat sedikit. Makanan sampah (junk food) kini
semakin digemari remaja baik hanya sebagai kudapan maupun makanan utama.
Makanan ini sangat sedikit mengandung kalsium, besi, riboflavin, asam folat,
vitamin A dan C, sebaliknya mengandung lemak jenuh, kolesterol dan natrium
yang tinggi. Proporsi lemak sebagai penyedia kalori lebih dari 50% total kalori
yang terkandung didalamnya. Besarnya uang saku diduga erat kaitannya dengan
pemilihan jenis jajanan yang dikonsumsi.
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
Berdasarkan hasil penelitian Lieswanti (2007), di SMU Harapan I Medan
ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara konsumsi fast food dengan
status gizi, khususnya pada penderita obesitas. Hal ini disebabkan oleh adanya
peningkatan pemasukan energi yang berasal dari fast food sebanyak 55% pada
97% penderita obesitas.
Untuk mengurangi keterpaparan anak sekolah terhadap jajanan yang tidak
sehat dan tidak aman, perlu dilakukan usaha promosi keamanan pangan baik
kepada pihak sekolah, guru, orang tua, murid serta pedagang. Sekolah dan
pemerintah perlu kembali menggiatkan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
2. Genetik
Berdasarkan hasil penelitian ini terlihat bahwa persentase kejadian obesitas
pada anak yang memiliki orangtua yang obesitas adalah lebih besar (17,9%) dari
pada anak yang orang tuanya tidak obesitas (5,3%). Meskipun demikian, hasil uji
multivariat yang menggunakan uji regresi logistik ganda menunjukkan bahwa
nilai p > 0,05 artinya tidak ada pengaruh faktor genetik terhadap kejadian
obesitas.
Hal ini mungkin disebabkan karena anak yang memiliki orangtua yang
obesitas mempunyai kekhawatiran mengalami obesitas yang lebih besar dari pada
anak yang orangtuanya tidak obesitas, sehingga mereka lebih memperhatikan pola
makan atau aktifitas fisiknya sehari-hari .
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
Penyebab obesitas belum diketahui secara pasti. Obesitas adalah penyakit
gangguan keseimbangan energi yang bersifat multi faktorial yang sebagian besar
diduga disebabkan oleh adanya interaksi antara faktor genetik dengan faktor
lingkungan. Sebagian besar gangguan keseimbangan energi ini disebabkan oleh
faktor eksogen (antara lain: aktivitas fisik, gaya hidup, sosial-ekonomi dan
perilaku makan) yaitu sekitar 90%, sedangkan faktor endogen yaitu: kelainan
hormonal, sindrom atau peyakit dan genetik hanya sekitar 10% (Hidayati dkk,
2006).
3. Pendapatan keluarga
Pada penelitian ini terlihat bahwa semua responden yang mengalami
obesitas 10 orang (12,0%) memiliki pendapatan keluarga di atas UMK. Meskipun
demikian, hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh pendapatan
keluarga terhadap kejadian obesitas (p > 0,05).
Hal kemungkinan disebabkan karena keluarga yang pendapatannya lebih
besar lebih memiliki kemampuan untuk membeli makanan jadi yang umumnya
tinggi lemak. Keluarga yang pendapatannya lebih rendah kurang mampu
menyediakan makanan yang sesuai dengan pola menu seimbang, mereka
cenderung memilih makanan yang mengenyangkan ( yang banyak mengandung
lemak) dengan harga yang terjangkau (murah) dan kurang memperhatikan
kualitas atau kandungan zat gizinya.
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Amaliah (2004) yang
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat
pendapatan keluarga dengan persen lemak tubuh. Penelitian Afifah (2003),
Medawati (2005) dan Asih (2001) juga menunjukkan hasil yang sama, yaitu
bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendapatan keluarga
dengan status gizi.
Menurut Hidayati, dkk (2006) peningkatan pendapatan juga dapat
mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi.
Peningkatan kemakmuran di masyarakat yang diikuti oleh peningkatan
pendidikan dapat mengubah gaya hidup dan pola makan dari pola makan
tradisional ke pola makan makanan praktis dan siap saji yang dapat menyebabkan
gizi tidak seimbang.
Pola umum perilaku konsumen terhadap makanan jadi adalah bahwa
semakin tinggi pendapatan semakin besar proporsi pengeluaran untuk makanan
jadi dari jumlah total pengeluaran pangan. Tahun 1996 sekitar seperlima
pengeluaran pangan rumah tangga di perkotaan dialokasikan pada makanan jadi,
sedangkan di pedesaan sekitar seperdelapan dari total pengeluaran pangan.
Pengeluaran untuk makanan jadi (termasuk fast food) di kota-kota besar seperti
Jakarta dan Yogyakarta lebih besar lagi, yaitu sekitar seperempat dari total
pengeluaran pangan ( Budianto dkk., 1998).
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
Menurut penelitian yang dilakukan Jerome di Amerika Utara disimpulkan
bahwa pendapatan bukan faktor penentu terhadap perilaku makan, tetapi faktor
gabungan antara pendapatan dan gaya hidup dapat memberikan andil bagi
perubahan perilaku makan suatu kelompok yang kebudayaannya cenderung
berubah (Suhardjo, 1989).
4. Pendidikan ibu
Pada penelitian ini terlihat bahwa kejadian obesitas berdasarkan tingkat
pendidikan ibu lebih besar proporsinya pada kelompok responden yang memiliki
ibu berpendidikan tingkat lanjut yaitu sebanyak 12,3% (9 orang). Kejadian
obesitas pada responden yang memiliki ibu berpendidikan tingkat dasar hanya
4,3% (1 orang). Hasil uji statistik menunjukkan p > 0,05 artinya tidak ada
pengaruh pendidikan ibu terhadap kejadian obesitas. Hal ini mungkin disebabkan
karena ibu yang berpendidikan tinggi mempunyai kekhawatiran yang lebih besar
terhadap status gizi anaknya sehingga tanpa disadari telah memberikan peluang
yang lebih besar pada anak untuk makan berlebih (over consumption).
Sebaliknya, ibu yang berpendidikan rendah kemungkinan memiliki pengetahuan
gizi yang lebih rendah juga, sehingga kurang memperhatikan kandungan zat gizi
dalam makanan yang dikonsumsi anaknya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Welis (2003), Rijanti (2002)
dan Asih (2001) yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna
antara pendidikan ibu dengan gizi lebih.
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
Menurut Harper (1986) dan Sallayanti (1977) pendidikan dapat
berhubungan dengan pengetahuan gizi yang akhirnya berpengaruh terhadap
konsumsi makanan. Sanjur 1982 menyatakan bahwa pengetahuan gizi sangat
penting artinya bagi keluarga, khususnya bagi ibu rumah tangga (Sanjur 1982).
5. Pola makan
Berdasarkan hukum termodinamika, obesitas terjadi oleh karena adanya
keseimbangan energi positif, sebagai akibat dari ketidakseimbangan antara
asupan energi dengan keluaran energi, sehingga terjadi kelebihan energi yang
disimpan dalam bentuk jaringan lemak (Whitney, 1990 dan Nassar, 1995):
Pengukuran pola konsumsi makanan pada penelitian ini dilakukan dengan
metode food recall 24 jam selama dua hari. Data yang terkumpul diolah dengan
menggunakan bantuan program nutrisurvey.
Berdasarkan hasil penelitian ini terlihat bahwa responden yang jumlah
asupan energinya sama atau lebih dari 100% AKG mengalami obesitas sebanyak
5 orang (29,4%) dan yang jumlah asupan energinya kurang dari 100% AKG,
mengalami obesitas sebanyak 5 orang (6,3%). Hasil uji statistik p < 0,05 artinya
jumlah asupan energi berpengaruh terhadap kejadian obesitas.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan pada remaja SLTP di
Yogyakarta dan Bantul yang menunjukkan bahwa semakin tinggi asupan energi
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
dan lemak semakin tinggi kemungkinan terjadinya obesitas (Medawati dkk,
2005).
Penelitian Hapsari (2007) pada karyawan PT ACS Jakarta, juga
menunjukkan bahwa ada hubungan yanng bermakna antara asupan energi dengan
status gizi. Karyawan yang asupan energinya melebihi angka kecukupan gizi
(AKG) memiliki risiko gizi lebih sebesar 2,9 kali dibanding dengan karyawan
yang asupan energinya tidak melebihi AKG.
Berdasarkan hasil penelitian ini juga diperoleh bahwa responden dengan
jumlah asupan protein yang sama atau lebih dari 100% AKG, mengalami obesitas
sebanyak 6 orang (10,7%) sedangkan responden dengan jumlah asupan protein
yang kurang dari 100% AKG, mengalami obesitas sebanyak 4 orang (10,0%).
Hasil uji statistik p > 0,05 artinya tidak ada pengaruh jumlah asupan protein
terhadap kejadian obesitas.
Hasil ini sejalan dengan penelitian Amaliah (2005) dan Haya (2003)
menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat konsumsi
protein dengan persen lemak tubuh.
Menurut Almatsier (2002), fungsi utama protein adalah untuk pertumbuhan,
namun jika tubuh mengalami kekurangan energi maka fungsi protein terlebih
dahulu untuk menghasilkan energi atau membentuk glukosa. Jika protein dalam
keadaan berlebih maka akan mengalami deaminase, yaitu nitrogen dikeluarkan
dari tubuh dan sisa-sisa ikatan karbon akan diubah menjadi lemak tubuh.
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
Pada penelitian ini juga terlihat bahwa responden yang mengkonsumsi
empat jenis makanan atau lebih, mengalami obesitas sebanyak 2 orang (50%).
Responden yang mengkonsumsi kurang dari empat jenis makanan, mengalami
obesitas sebanyak 8 orang (8,7%) dan yang tidak mengalami obesitas sebanyak
84 orang (91,3%). Dari 10 orang responden yang mengalami obesitas sebagian
besar yaitu 8 orang (80 %) mengkonsumsi kurang dari empat jenis makanan
(kategori tidak baik) dan hanya 2 orang (20%) yang mengkonsumsi empat jenis
makanan atau lebih (kategori baik). Hasil uji statistik p < 0,05 artinya jenis
makanan berpengaruh terhadap kejadian obesitas.
Hal ini kemungkinan disebabkan karena makanan yang dikonsumsi
mengandung kalori dan lemak yang tinggi tetapi rendah serat. Hasil Food
Frequency Questionnaire Method menunjukkan bahwa sebahagian besar
responden jarang mengkonsumsi sayur dan buah tetapi memiliki kebiasaan
mengkonsumsi jajanan. Makanan pokok yang paling sering dikonsumsi adalah
nasi. Jenis lauk pauk yang paling sering dikonsumsi adalah ikan basah dan
daging. Jenis buah yang paling sering dikonsumsi adalah jeruk dan pisang,
sedangkan sayuran yang paling sering dikonsumsi adalah bayam dan kangkung.
Jajanan yang paling sering dikonsumsi adalah roti dan bakso.
Susunan makanan yang baik harus dapat memenuhi selera, memberi rasa
kenyang dan mengandung zat gizi yang dibutuhkan bagi tubuh kita dalam jumlah
yang seimbang sesuai dengan pedoman umum gizi seimbang. Zat-zat gizi dapat
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
diperoleh dari jenis bahan makanan pokok, lauk pauk, sayur-sayuran, buah-
buahan dan susu. Bahan makanan pokok dapat berupa nasi, jagung, umbi-umbian
dan sagu merupakan sumber energi yang jika berlebih disimpan dalam bentuk
lemak. Lauk-pauk dapat berupa lauk hewani dan nabati yang banyak mengandung
protein dan lemak yang merupakan sumber zat pembangun. Sayur-sayuran dan
buah-buahan banyak mengandung vitamin yang merupakan sumber zat pengatur
metabolisme dalam tubuh. Susu penting bagi tubuh sebagai sumber kalsium untuk
pertumbuhan tulang dan gigi (Almtsier, 2003). Susunan makanan yang tidak baik,
yang hanya terdiri dari makanan pokok dan lauk pauk tanpa sayur atau buah
sebagai pengatur metabolisme tubuh cenderung akan meningkatkan kejadian
obesitas.
Menurut Adi (1998), frekuensi makan merupakan salah satu aspek penting
dari kebiasaan makan yang secara langsung mempengaruhi asupan zat gizi dan
dari data frekuensi makan dapat diketahui peluang bagi seseorang untuk
mengkonsumsi pangan dan memenuhi kecukupan serta kelengkapan zat gizi yang
diperlukan untuk hidup sehat.
Frekuensi makan menu utama diduga mempunyai hubungan dengan status
gizi. Kemungkinan yang pertama adalah frekuensi makan tidak sejalan dengan
banyaknya kandungan zat gizi dalam makanan terutama energi dan protein.
Kemungkinan yang kedua adalah kecukupan gizi remaja lebih dipenuhi oleh
makanan kudapan dan bukan dari makanan utama.
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
Penelitian yang dipublikasikan dalam American Journal of Epidemiology
2003 juga mengungkapkan bahwa orang yang mengkonsumsi makanan sampai
tiga kali per hari berisiko menderita obesitas 45% lebih tinggi daripada orang
yang mengkonsumsi makanan empat kali atau lebih (Siagian, 2004).
Frekuensi makan yang rendah berkaitan dengan sekresi insulin yang tinggi.
Insulin dapat berperan sebagai penghambat enzim lipase untuk memecah lemak.
Semakin banyak insulin yang disekresikan, makin besar hambatan pada aktivitas
enzim lipase. Akibatnya semakin banyak lemak yang ditimbun dalam tubuh.
6. Aktivitas Fisik
Obesitas terjadi karena adanya ketidakseimbangan energi yang masuk
dengan yang keluar. Banyaknya asupan energi dari konsumsi makanan yang
dicerna melebihi energi yang digunakan untuk metabolisme dan aktivitas fisik
sehari-hari. Kelebihan energi ini akan disimpan dalam bentuk lemak pada
jaringan lemak (Rosenbaum, 1998).
Pada penelitian ini terlihat bahwa tingkat aktivitas fisik responden sebagian
besar dikategorikan ringan yaitu sebanyak 75 orang (78,1%). Jumlah responden
yang obesitas dengan aktivitas fisik berat sebanyak 3 orang (6,7%) dan ringan
sebanyak 7 orang (13,7%). Aktivitas fisik ringan yang paling sering dilakukan
responden adalah duduk, belajar dan menonton TV, sedangkan aktivitas fisik
berat yang paling sering dilakukan adalah sepak bola dan basket. Hal ini
menunjukkan bahwa kejadian obesitas pada remaja yang tingkat aktivitasnya
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
ringan lebih besar dari pada remaja yang aktivitasnya berat. Meski demikian hasil
uji statistik menunjukkan nilai p > 0,05 artinya tidak ada pengaruh aktivitas fisik
terhadap kejadian obesitas.
Hal ini sejalan dengan penelitian Amaliah (2005) menunjukkan bahwa
proporsi persen lemak tubuh tinggi lebih banyak pada responden dengan tingkat
aktivitas sedang. Namun tidak ada hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik
dengan persen lemak tubuh.
Demikian juga dengan penelitian Putri (2004), Asih (2001) dan Haya (2003)
yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara aktivitas
fisik dengan status gizi.
Sebagian besar energi yang masuk melalui makanan pada anak remaja dan
orang dewasa seharusnya digunakan untuk aktivitas fisik. Kurangnya aktivitas
fisik menyebabkan banyak energi yang tersimpan sebagai lemak, sehingga orang-
orang yang kurang melakukan aktivitas cenderung menjadi gemuk.
Pada penelitian ini, berdasarkan analisis multivariat terlihat bahwa jumlah
asupan energi dan jenis makanan yang dikonsumsi berpengaruh secara signifikan
terhadap kejadian obesitas (p < 0,05). Ini berarti, jika seseorang dapat mengatur
pola makan dan keseimbangan energi yang masuk dengan yang dikeluarkan maka
kejadian obesitas dapat dihindarkan. Hal ini sangat tergantung pada kemampuan
pengaturan diri untuk mengendalikan diri sendiri yang sering disebut dengan self
regulated behavior.
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
Menurut Dimatteo (1991), ada tiga syarat utama dari self regulated behavior
yaitu: self monitoring/self observation, self evaluation dan self reinforcement.
Self monitoring pada penderita obesitas dapat dilakukan dengan
menimbang berat badan dan memperhatikan jumlah kalori yang dikonsumsi. Self
evaluation dilakukan dengan membandingkan berat badan dan jumlah kalori yang
diperoleh melalui self monitoring dengan kriteria ideal. Self reinforcement
dilakukan dengan memberikan penghargaan diri atau penguatan pada diri sendiri
untuk mencapai berat badan yang ideal (Wulandari, 2007)
5.2 Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan, yaitu:
1. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yaitu penelitian yang
mempelajari hubungan antara faktor risiko dengan penyakit (efek), observasi atau
pengukuran terhadap variabel bebas dan variabel tergantung dilakukan sekali dan
dalam waktu yang bersamaan. Agar dapat dianalisis dengan analisis regresi
logistik, maka hasil pengamatan ini kemudian disusun dalam tabel 2 x 2
sehingga harus dilakukan pengkategorian ulang untuk beberapa variabel (uang
saku, pendidikan ibu, jumlah asupan energi dan protein, jenis makanan serta
aktivitas fisik).
Pengumpulan data konsumsi makanan menggunakan metode food recall 2 x 24 jam,
yang sangat bergantung pada daya ingat responden mengakibatkan kurangnya
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
validitas data. Untuk mengurangi terjadinya bias ingatan peneliti menggunakan food
model pada saat wawancara. Pada penggunaan metode ini dapat terjadi flat slope
syndrome yaitu kecenderungan bagi responden untuk mengurangi makanan yang
banyak dikonsumsi dan menambah makanan yang sedikit dikonsumsi, sehingga
kemungkinan data konsumsi individu tersebut tidak bisa mengambarkan keadaan
yang sebenarnya.
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMU Tri Sakti Medan tahun
2008, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan karakteristik remaja, responden yang terbanyak adalah perempuan
(55,2%), umur terbanyak adalah umur16 tahun (64,6%), uang saku yang
terbanyak adalah Rp. 3.000 – 6.000 yaitu sebanyak 67,7%.
2. Berdasarkan faktor genetik, respoden terbanyak adalah yang orang tuanya tidak
obesitas berjumlah 57 orang (59,4%).
3. Berdasarkan pendapatan keluarga, yang terbanyak adalah di atas Upah Minimum
Kota (UMK) sebanyak 83 orang (86,5%).
4. Berdasarkan pendidikan ibu yang terbanyak adalah berpendidikan diatas SLTP
yaitu 73 orang (76,0%).
5. Pola makan menurut jumlah asupan energi yang terbanyak adalah kategori cukup
(38,5%) dan jumlah asupan protein yang terbanyak adalah kategori baik (58,3%)
Menurut jenis makanan yang dikonsumsi yang terbanyak adalah kategori sedang
sebanyak 57 orang (59,4 %).
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
6. Berdasarkan aktivitas fisik yang terbanyak adalah kategori ringan yaitu sebanyak
51 orang (53,1%).
7. Prevalensi obesitas pada remaja cukup tinggi yaitu 10,4%.
8. Berdasarkan analisis bivariat, variabel jumlah asupan energi, jenis makanan dan
genetik berpengaruh terhadap kejadian obesitas (p < 0,05)
9. Berdasarkan analisis multivariat, ada pengaruh jumlah asupan energi dan jenis
makanan terhadap kejadian obesitas (p < 0,05). Karakteristik remaja, genetik,
pendapatan keluarga, pendidikan ibu, jumlah asupan ptotein dan aktivitas fisik
tidak berpengaruh terhadap kejadian obesitas (p > 0,05).
10. Faktor yang lebih dominan berpengaruh terhadap kejadian obesitas adalah pola
makan berdasarkan jenis makanan dengan nilai β = - 3,178.
6.2. Saran
1. Pihak sekolah perlu melakukan upaya promotif - preventif terhadap kejadian
obesitas. Hal ini dapat dilakukan dengan mengundang ahli gizi untuk
mengadakan penyuluhan dan konsultasi gizi (khususnya mengenai obesitas) serta
melakukan pengawasan terhadap kantin sekolah melalui program Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS). Pihak sekolah juga perlu memberi masukan kepada
Dinas Pendidikan Kota Medan untuk mecantumkan materi gizi khususnya
obesitas dalam pelajaran pendidikan jasmani (penjas).
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
2. Remaja perlu memahami kejadian obesitas dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya agar dapat melakukan upaya pencegahan atau penanggulangan
obesitas secara mandiri dengan cara memantau berat badan secara rutin, mengatur
pola makan serta meningkatkan aktivitas fisiknya.
3. Dinas Kesehatan perlu menggalakkan program penanggulangan gizi lebih
(obesitas) pada remaja dengan memberikan pendidikan gizi dan kesehatan kepada
remaja maupun masyarakat tentang perilaku makan yang sehat yang sesuai
dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS).
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR PUSTAKA Almatsier, 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Amaliah, 2005. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Persen Lemak Tubuh pada
Remaja di SMA Budi Mulia dan SMA Rimba Madya Kota Bogor, Jawa Barat. Tesis. IKM FKM UI.
Anonim, 2005. Obesitas, Litbang Bali Post. http://www.balipost.com/ diakses tanggal
18 April 2008. ______, 2006. Anak-anak dan Olahraga. http://www.kidshealth.org/ diakses tanggal
18 April 2008. Arikunto, S., 2000. Manajemen Penelitian, Cetakan Kelima, P.T. Rineka Cipta,
Jakarta. Arisman, 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta. Aritonang, E., dan Siagian, A., 2001. Hubungan Pangan dengan Gizi Lebih Pada
Anak TK di Kotamadya Medan, FKM USU, Medan. Asih, W.F., 2001.Status Gizi Remaja dan Faktor-faktor yang Berhubungan pada
siswa SMUN 3 Bogor. Skripsi. FKM UI. Budianto, J., Hardiansyah, Agus, W., dan Deden, H.A., 1998. Strategi Menuju
Perilaku Makan Sehat dan Implikasi Pada Perencanaan Kesehatan Pangan dalam Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI, Jakarta.
Cameron, M.E., and Staveren, W.A.V., 1998. Manual on Methodology for Food
Consumption Studies, Oxford University Press, New York. Dariyo, A., 2004. Psikologi Perkembangan Remaja, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
Davies, P.S.W., Gregory, J., and White, A., 1995. Physical Activity and Body Fatness in Pre-school Children, Int J Obes Relat Metab Disord: 19: 5-10.
Depkes RI, 2006. Rencana Pembangunan Kesehatan Tahun 2005 – 2009, Jakarta. Ensminger, A.H., Ensminger, M.E., Konlande, J.E., dan Robson, J.R.K., 1995. The
Concise Encyclopedia of Foods and Nutrition, CRC Press, Florida. Hadi, H., 2005. Beban Ganda Masalah Gizi dan Implikasinya Terhadap Kebijakan
Pembangunan Kesehatan Nasional, UGM, Yogyakarta. Hanley, et al, 2000. Overweight Among Children and Adolescent in nutive Canadian
Community Prevalence and Associated Factor. American Journal of Clinical Nutrition, (71): 639 – 700.
Hapsari, L.P.,2007. Analisis Konsumsi dan Aktivitas Fisik Terhadap Status Gizi
Lebih pada Karyawan PT. Angkasa Citra Sarana Catering Service (PT ACS) Jakarta. Skripsi. FKM UI Depok.
Harper, L, J., Deaton, B, J., Judi, A, D., 1986 Pangan, Gizi dan Pertanian, Penerbit
Universitas Indonesia Jakarta. Hastono, S.P., 2001. Analisis Data, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia Jakarta. Haya, M. 2000. Studi Analisis Hubungan Antropometri (IMT, LILA, RLPP) dengan
Persen Lemak Tubuh pada Pasien Usia Lanjut di Poliklinik Reumatologi RSUPN DR. Cipto Mangunkusumo Jakata Tahun 1999. Tesis FKM UI, Depok.
Hegarty, V., 1996. Nutrition, Food and Environment, Eagon Press, Minnesotta, USA. Herini, E.S., P. Hagung, W., E.P. Prawirohartono, dan T. Sadjimin, 1999.
Karakteristik Keluarga dengan Anak Obesitas, Berita Kedokteran Masyarakat, XV.2.41-85.
Hidayati, N.S., Irawan, R., dan Hidayat, B., 2006. Obesitas Pada Anak.
http://www.pediatrik.com/ diakses tanggal 16 April 2008. Huriyati, E., Hadi, H., Julia, M., 2004. Aktivitas Fisik pada Remaja SLTP Kota
Yogyakarta dan Kabupaten Bantul serta Hubungannya dengan Kejadian Obesitas, Jurnal Gizi Klinik Indonesia, (1)3 :54-60.
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
Jane, 2002. Memahami Penelitian Kedokteran, Pedoman Seorang Praktisi. Penerbit Hipokrates, Jakarta.
Judarwanto,W., 2004. Perilaku Makan Anak Sekolah.
http://kesulitanmakan.bravehost.com/diakses tanggal 16 April 2008. Kanarek, R.B., and Kaufman, R.M., 1991. Nutrition and Behavior New Perspectives,
Van Nonstrand Reinhold, New York. Khumaidi, M., 1994. Gizi Masyarakat, P.T. BPK Gunung Mulia, Jakarta. Labuza, T.P., 1991. Obesity, Weight Control and Dieting dalam Food and Your Well
Being, Chapman and Hall, New York. Lemeshow, S., Hosmer DW dan Klar J, 1997. Besar Sampel dalam Penelitian
Kesehatan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Edisi terjemahan. Lieswanti, M., 2007. Hubungan Konsumsi Fast Food dengan Status Gizi Remaja di
SMU Harapan I Medan Tahun Ajaran 2006/2007. Skripsi. FKM USU, Medan. Mc Carty, B., dan Mellin, L., 1996. Obesity dalam Adolescent Nutrition Assesment
and Management, Chapman and Hall, New York. Medawati, A., Hadi, H., dan Pramantara, I.D.P., 2005. Hubungan antara Asupan
Energi, Asupan Lemak, dan Obesitas pada Remaja SLTP di Kota Yogyakarta dan di Kabupaten Bantul, Jurnal Gizi Klinik Indonesia, (1)3 : 119-129.
Moehdji, S., 1992. Ilmu Gizi. P.T. Bharata, Jakarta.
Mu’tadin, Z., 2002. Obesitas dan Faktor Penyebab. http://www.e-psikologi.com/ diakses tanggal 18 April 2008.
Nassar, S.S., 1995. Obesitas Pada Anak : Aspek Klinis dan Pencegahan. Naskah
Lengkap Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak, XXXV, Jakarta.
Nimala, I.R., dan Irma, R., 2006. Warning Obesitas di Sulawesi Tenggara.
http://www.danonenutrindo.org/ diakses tanggal 5 April 2008. Nizar, M. 2002 Studi Beberapa Karakteristik yang Berhubungan denganStatus Gizi
Anak Kelas IV dan V dari Kelompok Sosial Ekonomi Menengah Keatas di SD Hj. Isriati Kodya Semarang. FKM UI.
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
Padmiari, I.A.E., 2002. Prevalensi Obesitas dan Konsumsi Fast Food Sebagai Faktor
Terjadinya Obesitas Pada Anak SD di Kota Denpasar, Provinsi Bali. Tesis. Program Pasca Sarjana UGM, Yogyakarta.
Persagi, 2004. Direktori Gizi Indonesia Dalam Rangka Mensukseskan Program
Perbaikan Gizi Indonesia, Jakarta. Petrie, A., 1996. Statistika Kedokteran, Edisi Kedua. Alih bahasa Ali Ghufron Mukti.
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Pi-Sunyer, F.X., 1994. Obesity dalam Modern Nutrition in Health and Disease,
Eighth Edition, Lea and Febiger, Philadelphia. Purwati, S., dkk, 2005. Perencanaan Menu untuk Penderita Kegemukan. Penebar
Swadaya, Jakarta. Putri, Riana, A.,2004. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Persen Lemak Tubuh
pada Siswi SMA Al Azhar I dan SMK Negeri 8 Jakarta Selatan. Rosenbaum M, Leibel RL. The Physiology of Body Weight Regulation: Relevance to
the Etiology of Obesity in Children. Pediatric 1998; (101): 525-39. Salam, M.A., 1989. Epidemiologi dan Patologi Obesitas dalam Obesitas,
Permasalahan dan Penanggulangannya, Laboratorium Farmakologi Klinis Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta.
Sastroasmoro, S., dan Ismael, S., 1995. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis,
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Satoto, Karjati, S., Budhi-Darmojo, Tjokroprawiro, A., dan Kodhy, B.A., 1998.
Kegemukan, Obesitas dan Penyakit Degeneratif : Epidemiologi dan Strategi Penanggulangannya dalam Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI, Jakarta.
Sediaoetama, A.D., 2006. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi, Cetakan V, Dian
Rakyat, Jakarta. Siagian, A., 2004. Hubungan Sarapan dan Obesitas. http://www.kompas.com/ diakses
tanggal 9 April 2009.
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
Simatupang, M.R., 2008. Pengaruh Pola Konsumsi, Aktivitas Fisik dan Keturunan Terhadap Kejadian Obesitas pada Siswa Sekolah Dasar Swasta di Kecamatan Medan Baru Kota Medan Tahun 2007. Tesis. SPs USU Medan.
Singarimbun, M., dan Sofian Efendi, 1989. Metode Penelitian Survey, Edisi Revisi.
LP3ES, Jakarta. Spear, B.,1996. Adolescent Growth and Development dalam Adolescent Nutrition
Assessment and Management, Chapman and Hall, New York. Subardja, D., 2005. Obesitas Pada Anak, Penyakit Masa Depan yang Terabaikan
yang disampaikan dalam Pertemuan Ilmiah Nasional Dietetic II, Bandung. Sudarmanto, A., 2008. Sehat Demi Negara yang Kuat.
http://www.wawasandigital.com/ diakses tanggal 5 April 2008. Suhardjo, 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi, Bumi Aksara, Jakarta. Supariasa, I.D.N., Bari, B., dan Fajar, I., 2002. Penelitian Status Gizi, Penerbit Buku
Kedokteras EGC, Jakarta. Tambunan, R., 2001. Remaja dan Perilaku Konsumtif. http://www.e-psikologi.com/
diakses tanggal 19 April 2008. Tarigan, N., Hadi, H., dan Julia, M., 2007. Persepsi Citra Tubuh dan Kendala untuk
Menurunkan Bearat Badan pada Remaja SLTP di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul, Jurnal Gizi Sumatera Utara, Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, Medan.
UNDP, 2008. Indonesia the Human Development Index. Going Beyond.
http://hdr.undp.org/en/reports/ diakses 28 Februari 2008. Virgianto, G., dan Purwaningsih, E., 2006. Konsumsi Fast Food Sebagai Faktor
Risiko Terjadinya Obestias Pada Remaja. http://www.m3undip.org/ diakses tanggal 19 April 2008.
Welis, W. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Gizi Lebih pada Siswa SLTP
Kesatuan dan SLTP Bina Insani di Kota Bogor, Jawa Barat. Tesis. IKM FKM UI. Depok.
Whitney, E.N., Cataldo, C.B., dan Rolfes, S.R., 1990. Weight Control : Over Weight
and Under Weight, Fifth Edition, West/Wadsworth, USA.
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009
Wulandari, T., Zulkaida, A. Self Regulated Behavior pada masa remaja putri yang
mengalami obesitas. Proceeding PESAT vol. 2 (2007).
Top Related