i
PENGARUH INDEPENDENSI, AKUNTABILITAS DAN
PROFESIONALISME AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT
(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Afif Bustami
NIM: 107082001362
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M
ii
PENGARUH INDEPENDENSI, AKUNTABILITAS DAN
PROFESIONALISME AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT
(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Afif Bustami
NIM: 107082001362
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Wilda Farah, M.Si
NIP. 195706171985031002 NIP. 198303262009122005
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Afif Bustami
2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 11 Februari 1989
3. Alamat : Puri Teluk Jambe Blok C11 No. 15
RT 011/04 Kel. Sirnabaya
Kec. Teluk Jambe Timur Karawang 41361
4. Telepon : 085717548411
5. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. SDN Joglo 10 Pagi Tahun 1995-1997
2. SDN Sirnabaya 3 Tahun 1997-2001
3. SMP Negeri 1 Karawang Tahun 2001-2004
4. SMA Negeri 3 Karawang Tahun 2004-2007
5. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007-2013
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Sanudin
2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 15 April 1959
3.Pendidikan Terakhir : SLTA
4. Ibu : Ita Fatahillah
viii
INFLUENCE OF AUDITOR’S INDEPENDENCE, ACCOUNTABILITY, AND
PROFESIONALISM TO AUDIT QUALITY
ABSTRACT
This study examines influence of independence, accountability, and
profesionalism to audit quality. Respondents in this study are auditors who worked
for Public Accounting Firm in Jakarta. The number of auditor that were visited in
this study were 80 auditors from 30 Public Accounting Firms. The method of
determining the sample is using purposive sampling method, auditors who have
been experienced in auditing more than 1 year while the data processing method
used in this research were four methods, method of analysis used in hypothesis
testing is multiple regression which will declare link between independent variable
to dependent variable.
The result shows independence, accountability, and profesionalism
simultanously and significantly influence to audit quality. This significant link is
positive that means if the independent variable increased then same goes to the
dependent variable and in reverse.
Keyword : independence, accountability, professionalism, audit quality
ix
PENGARUH INDEPENDENSI, AKUNTABILITAS, DAN
PROFESIONALISME AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT
ABSTRAK
Penelitian ini menguji pengaruh independensi, akuntabilitas, dan
profesionalisme terhadap kuallitas audit. Responden dalam penelitian ini adalah
para auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik di wilayah Jakarta. Jumlah
auditor yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 80 auditor dari 30 Kantor
Akuntan Publik yang berada di wilayah Jakarta. Metode penentuan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu auditor yang
memiliki pengalaman kerja lebih dari 1 tahun sedangkan metode pengolahan data
yang digunakan dalam penelitian ini ada empat metode, metode analisis yang
digunakan dalam uji hipotesis adalah regresi berganda yang menyatakan hubungan
diantara variabel independen terhadap dependen.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa independensi, akuntabilitas dan
profesionalisme secara simultan dan signifikan berpengaruh terhadap kualitas
audit. Hubungan signifikan ini bernilai positif yang berarti jika variabel
independen meningkat maka variabel dependen juga meningkat begitu pula
sebaliknya.
Kata kunci: independensi, akuntabilitas, profesionalisme, kualitas audit
x
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“Pengaruh Independensi, Akuntabilitas, Dan Profesionalisme Auditor
Terhadap Kualitas Audit”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk
memenuhi sebagian syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama
kepada:
1. Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang diberikan kepada penulis
selama pembuatan skripsi ini.
2. Kedua orang tua yang telah memberikan kebutuhan jasmani dan rohani
kepada penulis.
3. Rahmawati, SE, MM selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Yessi Fitri, SE, Ak, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dan selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang telah
bersedia memberikan waktunya untuk membimbing penulis selama menyusun
skripsi.
6. Wilda Farah, M.Si selaku dosen Pembimbing Skripsi II yang telah
meluangkan waktu dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
7. Seluruh staf pengajar dan karyawan Universitas Islam Negeri yang telah
memberikan bantuan kepada penulis.
8. Teguh Dermawan yang membantu menyebarkan kuesioner.
9. Teman-teman semua yang telah memberikan saran dan menceritakan
pengalamannya untuk membuat skripsi ini.
xi
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak.
Jakarta, Februari 2013
(Afif Bustami)
xii
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Skripsi .............................................................................. ii
Lembar Pengesahan Uji Komprehensif ........................................................... iii
Lembar Pengesahan Uji Skripsi ....................................................................... iv
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ................................................... v
Daftar Riwayat Hidup ....................................................................................... vi
Abstract .............................................................................................................. viii
Abstrak ................................................................................................................ ix
Kata Pengantar .................................................................................................. x
Daftar Isi ........................................................................................................... xii
Daftar Tabel ...................................................................................................... xv
Daftar Gambar ................................................................................................. xvii
Daftar Lampiran ........................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................... 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................. 10
1. Tujuan Penelitian ............................................................ 10
2. Manfaat Penelitian .......................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 12
A. Tinjauan Literatur ................................................................... 12
1. Auditing .......................................................................... 12
xiii
2. Kualitas Audit ................................................................ 14
3. Independensi ................................................................. 19
4. Akuntabilitas .................................................................. 26
5. Profesionalisme .............................................................. 29
B. Keterkaitan antara Variabel dan Perumusan Hipotesis .......... 41
1. Independensi dengan Kualitas Audit .............................. 41
2. Akuntabilitas dengan Kualitas Audit .............................. 44
3. Profesionalisme dengan Kualitas Audit ......................... 46
4. Independensi, akuntabilitas, dan profesionalisme terhadap
Kualitas Audit ................................................................... 47
C. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ............................................ 49
D. Kerangka Pemikiran ................................................................ 53
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................... 55
A. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................... 55
B. Metode Penentuan Sampel ..................................................... 55
C. Metode Pengumpulan Data .................................................... 56
D. Metode Analisis Data ............................................................. 57
1. Statistik Deskriptif .......................................................... 57
2. Uji Kualitas Data ............................................................ 57
3. Uji Asumsi Klasik .......................................................... 59
4. Uji Hipotesis ................................................................... 61
E. Operasionalisasi Variabel ....................................................... 63
1. Independensi ................................................................... 63
xiv
2. Akuntabilitas .................................................................. 64
3. Profesionalisme .............................................................. 64
4. Kualitas Audit ................................................................ 65
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN ........................................ 67
Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitan ................................... 67
Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 67
Karakteristik Profil Responden ..................................................... 69
Hasil Uji Instrumen penelitian ...................................................... 73
Hasil Uji Statistik Deskriptif ......................................................... 73
Hasil Uji Kualitas Data ................................................................. 74
Hasil Uji Asumsi Klasik ............................................................... 78
Hasil Uji Hipotesis ........................................................................ 81
BAB V PENUTUP ................................................................................... 89
Kesimpulan .................................................................................... 89
Implikasi ......................................................................................... 90
Saran ............................................................................................... 92
Daftar Pustaka ……………………………………………………………………94
Lampiran-lampiran ………………………………………………………......…..99
xv
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ..................................................49
3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian .............................................66
4.1 Data Sampel Penelitian ...............................................................…68
4.2 Data Distribusi Sampel Penelitian ………………………………...68
4.3 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan
Jenis Kelamin .............................................................................…70
4.4 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan
Posisi Terakhir ............................................................................…71
4.5 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan
Pendidikan Terakhir ......................................................................71
4.6 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan
Usia ...............................................................................................72
4.7 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan
Pengalaman Kerja .......................................................................…73
4.8 Hasil Uji Statistik Deskriptif ......................................................…74
4.9 Hasil Uji Validitas Independensi ................................................…75
4.10 Hasil Uji Validitas Akuntabilitas ................................................…75
4.11 Hasil Uji Validitas Profesionalisme ...........................................…76
4.12 Hasil Uji Validitas Kualitas audit ...............................................…76
4.13 Hasil Uji Reliabilitas ..................................................................…77
xvi
No. Keterangan Halaman
4.14 Hasil Uji Multikolonieritas .........................................................…78
4.15 Hasil Uji Koefisien Adjusted R Square ......................................…82
4.16 Hasil Uji Statistik t ....................................................................…83
4.17 Hasil Uji Statistik F ....................................................................…87
xvii
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
2.1 Skema Kerangka Pemikiran......................................................53
4.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot ……………....79
4.2 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram …………..80
4.3 Grafik Scatterplot ...................................................................81
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1 Surat Penelitian Skripsi …………………………………………100
2 Surat Penelitian ………………………………………………….102
3 Surat Keterangan dari KAP ……………………………………..105
4 Kuesioner Penelitian …………………………………………….110
5 Daftar Jawaban Responden ……………………………………..117
6 Output Hasil Pengujian Data ……………………………………128
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya
adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal material,
posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan
Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia. Laporan auditor merupakan sarana
bagi auditor untuk menyatakan pendapatnya, atau apabila keadaan mengharuskan,
untuk menyatakan tidak memberikan pendapat. Baik dalam hal auditor
menyatakan pendapat maupun menyatakan tidak memberikan pendapat, ia harus
menyatakan apakah auditnya telah dilaksanakan berdasarkan standar auditing
yang telah ditetapkan Institut Akuntan Publik Indonesia. Standar auditing yang
telah ditetapkan Institut Akuntan Publik Indonesia mengharuskan auditor
menyatakan apakah, menurut pendapatnya, laporan keuangan disajikan sesuai
dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia dan jika ada, menunjukkan
adanya ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan
laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip
akuntansi tersebut dalam periode berikutnya (Institut Akuntan Publik Indonesia,
2011:110.1).
Laporan keuangan yang telah diaudit dapat digunakan oleh para pengambil
keputusan dengan keyakinan bahwa informasi yang terkandung di dalamnya
relevance dan reliable, lebih lanjut Boynton (2006:20-21) menekankan kebutuhan
2
atas pentingnya profesi auditor dalam melaksanakan jasa audit karena hal-hal
sebagai berikut:
a. Conflict of interest, karena terdapat perbedaan kepentingan antara pengelola
dan pemilik perusahaan,
b. Consequence, publikasi laporan keuangan merupakan informasi yang dapat
diandalkan bagi para pengguna laporan keuangan seperti investor dan kreditor
untuk melakukan pengambilan keputusan investasi modal,
c. Complexity, proses akuntansi (accounting process) dan standar pelaporan
akuntansi sangat kompleks, sehingga diperlukan fungsi audit untuk melakukan
evaluasi,
d. Remoteness, jarak dan waktu (distance and time): dengan berlalunya waktu dari
jarak terjadinya transaksi sampai dengan tanggal pelaporan maka diperlukan audit
atas laporan keuangan.
Kepercayaan yang besar dari masyarakat khususnya pihak-pihak pemakai
laporan keuangan yang telah diaudit terhadap jasa yang diberikan akuntan publik
mengharuskan akuntan publik memperhatikan kualitas hasil kerja yang
dilakukannya. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang merupakan
standar sekaligus menjadi pedoman dan aturan yang wajib ditaati oleh para
auditor dalam standar umum pada butir 1, 2 dan 3 yang berbunyi: “(1) Audit harus
dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis
yang cukup sebagai auditor, (2) dalam semua hal yang berhubungan dengan
perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor, (3)
dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan
3
kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.” (Institut Akuntan Publik
Indonesia, 2011:210.1). Di samping itu, Standar Pengendalian Mutu Kantor
Akuntan Publik (KAP) telah memberikan panduan bagi kantor akuntan publik di
dalam melaksanakan pengendalian kualitas jasa yang dihasilkan oleh kantornya
dengan mematuhi berbagai standar yang diterbitkan oleh Dewan Standar
Profesional Akuntan Publik Institut Akuntan Publik Indonesia (DSPAP IAPI).
Unsur-unsur pengendalian mutu yang harus diterapkan oleh setiap KAP pada
semua jenis jasa audit, atestasi dan konsultasi salah satunya adalah independensi
yang berarti meyakinkan semua personel pada setiap tingkat organisasi harus
mempertahankan independensi. Standar profesi dan standar pengendalian mutu
tersebut harus diterapkan oleh akuntan publik dan KAP demi menjaga kualitas
dari pekerjaan yang dilakukannya.
Mengingat betapa pentingnya menjaga kualitas audit agar terciptanya
kepercayaan publik terhadap keakuratan dan validitas laporan keuangan auditan
yang diterbitkan oleh auditor, tentu sudah menjadi kewajiban bagi para akuntan
publik menjaga dan meningkatkan kualitas auditnya. Namun, profesi auditor telah
menjadi sorotan masyarakat dalam beberapa tahun terakhir. Mulai dari kasus
Enron di Amerika serikat, hingga kasus-kasus kecurangan pelaporan keuangan
yang terjadi di dalam negeri, seperti kasus laporan keuangan ganda Bank Lippo,
dan kasus mark-up laporan keuangan oleh manajemen PT. Kimia Farma Tbk yang
membuat kredibilitas dan kualitas auditor semakin dipertanyakan, serta kasus-
kasus lainnya. Kasus-kasus skandal akuntansi keuangan tersebut telah
4
memberikan bukti bahwa pengabaian kualitas hasil kerja audit membawa akibat
serius bagi masyarakat bisnis (David Parsaoran’s blog, 2012).
Selain fenomena-fenomena skandal akuntansi keuangan tersebut, kualitas
audit yang dihasilkan oleh akuntan publik juga tengah menjadi sorotan dari
masyarakat umum, seperti kasus yang menimpa Akuntan Publik (AP) Justinus
Aditya Sidharta pada tahun 2006 yang diindikasikan melakukan kesalahan dalam
mengaudit laporan keuangan PT. Great River International, Tbk. Pada kasus
tersebut AP Justinus Aditya Sidharta melakukan konspirasi dengan kliennya
untuk menggelembungkan account penjualan, piutang, dan asset lainnya hingga
ratusan milyar rupiah. Oleh karenanya Menteri Keuangan Republik Indonesia
terhitung sejak tanggal 28 Nopember 2006 telah membekukan izin praktik bagi
Akuntan Publik Justinus Aditya Sidaharta selama dua tahun karena telah
melanggar Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP). Fenomena ini hanya satu dari
beberapa Akuntan Publik yang terbukti telah melanggar SPAP, masih banyak lagi
kasus pelanggaran pada akhir-akhir ini yang dilakukan oleh akuntan publik.
Maka dari itu kualitas audit sangat penting karena dengan kualitas audit
yang tinggi maka akan dihasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya sebagai
dasar pengambilan keputusan. Selain itu adanya kekhawatiran akan merebaknya
skandal keuangan dapat mengikis kepercayaan publik terhadap laporan keuangan
auditan dan profesi akuntan publik (Hukum Online, 2007).
Kualitas audit ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah
profesionalisme yang berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung
terhadap kualitas audit (Baotham, 2007:1). Selain itu kualitas dari pekerjaan
5
auditor dapat dipengaruhi oleh rasa kebertanggungjawaban (akuntabilitas) yang
dimiliki auditor dalam menyelesaikan pekerjaan audit (Mardisar et al., 2007:2).
De Angelo (1981) telah mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas bahwa
auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran pada sistem akuntansi
klien. Deis dan Groux (1992) dalam Alim et al. (2007:2) menjelaskan bahwa
probabilitas untuk menemukan pelanggaran tergantung pada kemampuan teknis
auditor dan probabilitas melaporkan pelanggaran tergantung pada independensi
auditor.
Studi yang pernah dilakukan oleh para peneliti terdahulu menjelaskan bahwa
betapa pentingnya bagi auditor untuk senantiasa memelihara dan meningkatkan
kualitas pekerjaannya. Hogan (1997) menjelaskan bahwa kantor auditor besar
dapat memberikan kualitas audit yang baik dimana dapat mengurangi terjadinya
underpricing pada saat perusahaan melakukan Initial public offering (IPO).
Penelitian Teoh dan Wong (1993) juga memberikan bukti bahwa ERC (Earning
Response Coefficient) perusahaan yang menjadi klien pada kantor audit besar,
secara statistik signifikan lebih besar dibandingkan perusahaan yang menjadi klien
pada kantor audit kecil. Kantor auditor yang besar menunjukan kredibilitas auditor
yang semakin baik, yang berarti kualitas audit semakin baik pula. Sejalan dengan
penelitian tersebut, penelitian yang dilakukan oleh Wibowo et al. (2009:11) yang
meneliti tentang faktor-faktor penentu kualitas audit juga menyatakan KAP yang
besar akan menghasilkan kualitas audit yang tinggi jika dibandingkan dengan
KAP yang kecil. Hal ini berdasarkan argumen bahwa KAP yang besar memiliki
kelebihan dalam empat hal, yaitu: (1) besarnya jumlah dan ragam klien yang
6
ditangani, (2) banyaknya ragam dan jasa yang ditawarkan, (3) luasnya cakupan
geografis, termasuk adanya afiliasi internasional, dan (4) banyaknya jumlah staf
audit dalam KAP.
Demi mewujudkan kualitas audit yang baik tentunya seorang auditor harus
memperhatikan beberapa aspek penting untuk menunjang kualitas hasil kerjanya,
seperti independensi, rasa tanggung jawab dan profesionalisme.
Penelitian mengenai independensi telah banyak dilakukan, diantaranya oleh
Abu Bakar et al. (2005:14) yang melakukan penelitian tentang faktor-faktor
penentu independensi auditor. Yaitu: (1) ukuran KAP, (2) tingkat persaingan
dalam pasar jasa audit, (3) lama waktu audit yang diberikan KAP kepada
kliennya, (4) besarnya audit fee yang diterima oleh KAP, (5) adanya jasa non
audit yang diberikan oleh KAP kepada kliennya, dan (6) keberadaan komite audit.
Kemudian Lavin (1976) dalam Alim et al. (2007:3) pada penelitiannya
menjelaskan lebih mendalam konsep independensi dalam hal hubungan antara
klien dan auditor melalui pengamatan pihak ketiga. Banyaknya penelitian
mengenai independensi menunjukkan bahwa faktor independensi merupakan
faktor penting bagi auditor untuk menjalankan profesinya. Tanpa memperhatikan
aspek independensi bagi auditor, maka kepercayaan masyarakat terhadap profesi
akuntan publik akan menghilang.
Beberapa penelitian psikologi sosial yang membuktikan adanya hubungan
dan pengaruh akuntabilitas terhadap kualitas pekerjaan. Seseorang yang sadar dan
memahami keadaan disekitarnya dalam menghadapi suatu masalah, maka
permasalahan tersebut akan diolah melalui empat tahap, yaitu : (1)
7
mengidentifikasi informasi yang masuk, (2) membandingkan informasi yang
masuk tersebut dengan kompetensi, pengalaman dan referensi yang dimiliki, (3)
menganalisis informasi yang masuk untuk menjadi bahan pertimbangan dalam
membuat keputusan, (4) membuat keputusan atau tindakan dari hasil analisis
tersebut dengan memperhatikan berbagai akibat dan risiko yang mungkin akan
terjadi dari pengambilan keputusan tersebut (Gunawan, (2012:36-37). Dalam
Mardisar et al. (2007:3) melakukan penelitian tentang akuntabilitas seseorang
yang dikaitkan dengan sesuatu yang mereka senangi dan tidak disenangi. Dari
hasil penelitian tersebut terbukti bahwa untuk subjek yang memiliki akuntabilitas
tinggi, setiap mengambil tindakan lebih berdasarkan alasan-alasan yang rasional
tidak hanya semata-mata berdasarkan sesuatu itu mereka senangi atau tidak.
Profesionalisme juga menjadi syarat utama bagi seseorang yang ingin
menjadi seorang auditor eksternal. Sebab dengan profesionalisme yang tinggi
kebebasan auditor akan semakin terjamin (Herawaty et al., 2008:2). Kemudian
menurut Wahyudi (2006:2), untuk menjalankan perannya yang menuntut
tanggung jawab yang semakin luas, auditor eksternal harus memiliki wawasan
yang luas tentang kompleksitas organisasi modern. Hal tersebut dikarenakan
semakin berkembangnya jaringan dunia usaha pada saat ini menyebabkan alur
mobilisasi perekonomian semakin meningkat dan kompleks, untuk itu diperlukan
wawasan yang luas dalam menghadapi perkembangan pengetahuan tersebut.
Penelitian mengenai kualitas audit penting bagi KAP dan auditor agar
mereka dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi
kualitas audit dan selanjutnya dapat meningkatkan kualitas audit yang
8
dihasilkannya. Bagi pemakai jasa audit, penelitian ini penting untuk menilai
sejauh mana akuntan publik dapat konsisten dalam menjaga kualitas jasa audit
yang diberikannya.
Berdasarkan penjelasan berbagai variabel dari hasil penelitian terdahulu
yang telah dikemukakan di atas, dapat dikatakan bahwa kemungkinan kasus-kasus
kecurangan pelaporan keuangan yang terjadi pada perusahaan-perusahaan bisnis
yang menyeret nama baik dan kualitas auditor disebabkan oleh faktor
independensi, akuntabilitas, dan profesionalisme. Peneliti menduga bahwa
skandal keuangan perusahaan tersebut disebabkan oleh kurangnya sikap
profesionalisme serta rasa bebas dari pengaruh luar yang dimiliki auditor dalam
melaksanakan pekerjaanya, sehingga mengakibatkan telah hilangnya kepercayaan
publik dan pemerintah terhadap mandat yang dibebankan kepada akuntan publik
untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan secara obyektif dan dapat
menyatakan opininya secara leluasa tanpa adanya kepentingan dari pihak tertentu.
Dari uraian di atas, peneliti termotivasi untuk melakukan pengujian empiris
dengan alasan: pertama, dalam menjalankan tugasnya akuntan publik rentan
menghadapi berbagai tekanan kepentingan dan ekonomi yang dapat berakibat
menurunnya sikap independensi yang dimilikinya. Kedua, berbagai penelitian
sebelumnya mengenai independensi dan akuntabilitas maupun profesionalisme
masih menunjukkan hasil yang tidak konsisten.
Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini mengangkat judul “Pengaruh
Independensi, Akuntabilitas, dan Profesionalisme Auditor Terhadap
Kualitas Audit”.
9
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya, yaitu
penelitian yang dilakukan oleh Alim et al. (2007) dan Ussahawanitchakit (2008).
Adapun perbedaan-perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah
sebagai berikut:
1. Variabel yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Alim et al.
(2007) adalah kompetensi dan independensi terhadap kualitas audit dengan
etika auditor sebagai variabel moderasi, kemudian untuk Ussahawanitchakit
(2008) hanyalah meneliti hubungan antara profesionalisme dan kualitas audit.
Sedangkan dalam penelitian ini, menambahkan satu variabel independen yaitu
akuntabilitas sebagaimana telah disarankan dalam penelitian terdahulu untuk
menambahkan variabel tertentu yang dapat menjadi aspek lain yang perlu
untuk diteliti yang dapat mempengaruhi kualitas audit.
2. Populasi dalam penelitian ini adalah auditor pada Kantor Akuntan Publik yang
ada di wilayah DKI Jakarta sesuai dengan data Directory Kantor Akuntan
Publik 2011 yang diterbitkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI).
Sedangkan, populasi penelitian sebelumnya adalah seluruh auditor pada
Kantor Akuntan Publik yang ada di wilayah Jawa Timur khususnya Surabaya
dan Malang sesuai dengan data Directory Kantor Akuntan Publik yang
dikeluarkan oleh IAPI pada tahun 2006.
B. Perumusan Masalah
Sebagai seorang auditor, dalam pekerjaannya melakukan pemeriksaan
keuangan pada sebuah perusahaan harus taat pada standar profesional akuntan
10
publik (SPAP), maka dalam hal ini auditor juga harus memenuhi profesionalisme,
independensi, dan akuntabilitas agar dapat memberikan kepuasan informasi
kinerja perusahaan kepada pemilik entitas atau share holder.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan
permasalahan yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah faktor independensi berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas
audit?
2. Apakah faktor akuntabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas
audit?
3. Apakah faktor profesionalisme berpengaruh secara signifikan terhadap
kualitas audit?
4. Apakah independensi, akuntabilitas, dan profesionalisme berpengaruh secara
signifikan terhadap kualitas audit?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk menemukan
bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:
a. Menentukan pengaruh independensi terhadap kualitas audit.
b. Menentukan pengaruh akuntabilitas terhadap kualitas audit.
c. Menentukan pengaruh profesionalisme terhadap kualitas audit.
d. Menentukan pengaruh independensi, akuntabilitas dan profesionalisme
terhadap kualitas audit.
11
2. Manfaat penelitian
a. Kontribusi Teoritis
1) Mahasiswa Jurusan Akuntansi, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan
referensi bagi penelitian selanjutnya dan sebagai literatur penambah
ilmu pengetahuan.
2) Masyarakat, sebagai sarana informasi tentang kinerja auditor serta dapat
menambah pengetahuan akuntansi khusunya auditing dengan
memberikan bukti empiris tentang pengaruh profesionalisme,
independensi, dan akuntabilitas auditor terhadap kualitas auditnya.
3) Penelitian berikutnya, sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang
akan melakukan penelitian tentang topik kualitas audit.
b. Kontribusi Praktis
1) Auditor dan Kantor Akuntan Publik (KAP), sebagai tinjauan literatur
yang diharapkan dapat dijadikan informasi untuk meningkatkan kinerja
para auditornya.
2) Perusahaan atau user dari jasa KAP, diharapkan dapat bermanfaat
dalam menilai kualitas pekerjaan audit yang dihasilkan oleh auditor
eksternal.
3) Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI), hasil penelitian ini diharapkan
menjadi panduan dalam menilai dan mengevaluasi kinerja auditor
eksternal, serta usaha-usaha yang dilakukan untuk terus
mengembangkan profesi akuntan publik.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Auditing
Kata audit berasal dari bahasa latin Audire yang dalam Bahasa Inggris
berarti to hear. Maksudnya adalah “hearing about the account’s balances”
yaitu mendengarkan kesesuaian akun. Menurut sejarahnya, pada zaman
dahulu apabila seorang pemilik organisasi usaha merasa ada suatu
kesalahan/penyalahgunaan, maka ia mendengarkan kesaksian orang tertentu.
Kemudian apabila pemilik organisasi usaha mencurigai adanya kecurangan,
maka ia akan menunjuk orang tertentu untuk memeriksa rekening/akun
perusahaan. Auditor yang ditunjuk tersebut “mendengar” kemudian
“didengar” pernyataan pendapatnya (opininya) mengenai kebenaran catatan
akun perusahaan oleh pihak-pihak yang berkepentingan (Gondodiyoto,
2007:28).
Auditing adalah jasa yang diberikan oleh auditor dalam memeriksa dan
mengevaluasi laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan klien.
Pemeriksaan ini tidak dimaksudkan untuk mencari-cari kesalahan atau
menemukan kecurangan, walaupun dalam pelaksanaannya sangat
memungkinkan ditemukannya kesalahan atau kecurangan. Pemeriksaan atas
laporan keuangan dimaksudkan untuk menilai kewajaran laporan keuangan,
berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku sacara umum di Indonesia
(Agoes, 2007:1-3).
13
Sementara itu Arens, Elder, Beasley dan Jusuf (2010:4) mendefinisikan
auditing sebagai berikut:
“Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information
to determine and report on the degree of correspondence between the
information and established criteria. Auditing should be done by a
competent, independent person”.
Artinya auditing adalah pengumpulan dan pengevaluasian bukti
mengenai berbagai kejadian ekonomi (informasi) guna menentukan dan
melaporkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi (informasi) dengan
kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilaksanakan oleh
orang yang kompeten dan independen.
Sedangkan definisi auditing menurut Boynton dan Johnson (2006:6)
yang berasal dari The report of the Committee on Basic Auditing Concepts of
the American Accounting Association (Accounting Review, Vol 47) adalah
sebagai berikut:
“A Systematic process of objectively obtaining and evaluating regarding
assertions about economic actions and events to ascertain the degree of
correspondence between those assertions and established criteria and
communicating the results to interested users”.
Artinya Auditing adalah suatu proses sistematis untuk menghimpun dan
mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif mengenai asersi-asersi tentang
berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat
kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan
dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan.
Berdasarkan definisi-definisi yang dikemukakan oleh ahlinya dalam
bidang auditing, maka pengertian auditing adalah suatu proses sistematis dan
14
kritis yang dilakukan oleh pihak yang independen untuk menghimpun dan
mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai
kejadian ekonomi (informasi) dengan tujuan untuk menetapkan dan
melaporkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria
yang ditetapkan, serta menyampaikan hasilnya kepada para pemakai laporan
keuangan auditan yang berkepentingan.
2. Kualitas Audit
Ada empat kelompok definisi kualitas audit yang diidentifikasi oleh
Watkins et al. (2004) dalam Erna Widiastuti dan Rahmat Febrianto (2010:4)
antara lain:
a) De Angelo (1981) mendefinisikan kualitas audit sebagai kemungkinan
bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran dalam
sistem akuntansi klien. Temuan pelanggaran mengukur kualitas audit
berkaitan dengan pengetahuan dan keahlian auditor. Sedangkan pelaporan
pelanggaran tergantung kepada dorongan auditor untuk mengungkapkan
pelanggaran tersebut. Dorongan ini akan tergantung pada independensi
yang dimiliki auditor tersebut.
b) Lee, Liu, dan Wang (1999) mendefinisikan kualitas audit menurut
mereka adalah probabilitas bahwa auditor tidak akan melaporkan laporan
audit dengan opini wajar tanpa pengecualian untuk laporan keuangan
yang mengandung kekeliruan material.
15
c) Titman dan Trueman (1986), Beaty (1986), Krinsky dan Rotenberg
(1989), dan Davidson dan Neu (1993). Menurut mereka, kualitas audit
diukur dari akurasi informasi yang dilaporkan oleh auditor.
d) Wallace (1980) mendefinisikan kualitas audit ditentukan dari
kemampuan audit untuk mengurangi noise dan bias dan meningkatkan
kemurnian (fineness) pada data akuntansi.
Dalam literatur lain dijelaskan juga bahwa kinerja auditor merupakan
tindakan atau pelaksanaan tugas pemeriksaan yang telah diselesaikan oleh
auditor dalam kurun waktu tertentu. Pengertian kinerja auditor menurut
Mulyadi (1998) dalam Sri Trisnaningsih (2007:8-9) adalah akuntan publik
yang melaksanakan penugasan pemeriksaan (examination) secara obyektif
atas laporan keuangan suatu perusahaaan atau organisasi lain dengan tujuan
untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara
wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, dalam semua hal
yang material, posisi keuangan, dan hasil usaha perusahaan.
Kinerja merupakan suatu bentuk kesuksesan seseorang untuk mencapai
peran atau target tertentu yang berasal dari perbutannya sendiri. Kinerja
seseorang dikatakan baik apabila hasil kerja individu tersebut dapat
melampaui peran atau target yang ditentukan sebelumnya (Reza Surya,
2004:35).
American Accounting Association (AAA) menyatakan bahwa:
“Good quality audits require both competence (expertise) and independence.
These qualities have direct effects on actual audit quality, as well as potential
interactive effects. In addition, financial statement users’ perception of audit
16
quality are a function of their perceptions of both auditor independence and
expertise (AAA Financial Accounting Standard Committee, 2000)
Inti dari pernyataan tersebut adalah kualitas audit yang baik ditentukan
oleh dua hal, yaitu kompetensi dan independensi. Menurut
Ussahawanitchakit (2008:1) kualitas audit merupakan nilai yang signifikan
bagi para investor di pasar modal karena investor sering menggunakan
laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor sebagai dasar untuk
membuat keputusan investasi.
Ada banyak penelitian yang membahas tentang kualitas audit,
diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Wibowo et al. (2009:18) yang
meneliti tentang faktor-faktor yang menentukan kualitas audit, hasil
penelitiannya menunjukkan sebagai berikut:
a. Lamanya masa penugasan audit
Dengan semakin panjangnya jangka waktu dan kesinambungan
penugasan audit, konsumen jasa audit (seperti pemegang saham,
pemegang obligasi, manajer, karyawan, agen-agen pemerintah, bank dan
pengguna lainnya) mendapatkan manfaat karena mereka dapat
menghemat biaya yang berkaitan dengan evaluasi kualitas audit, berbagai
manfaat yang diterima pengguna jasa audit akan hilang jika masa
penugasan auditor dalam waktu yang relatif singkat (De Angelo, 1981).
Berbeda dengan pendapat peneliti lainnya yang menyatakan bahwa
adanya hubungan negatif antara lamanya masa penugasan audit dengan
kualitas audit dengan alasan:
17
1) Erosi independensi
Hal ini mungkin muncul akibat tumbuhnya hubungan pribadi antara
auditor dengan kliennya. Auditor harus menyadari berbagai tekanan
yang bermaksud mempengaruhi perilakunya dan sedikit demi sedikit
akan mengurangi independensinya (Mautz dan sharaf, 1993)
2) Berkurangnya sikap kritis
Dengan semakin lamanya masa penugasan audit, kapabilitas auditor
untuk bersikap kritis akan berkurang karena auditor sudah terlalu
familiar. Hal ini dapat menyebabkan semakin terbatasnya pendekatan
pengujian audit kreatif seperti yang sering terjadi pada saat awal
perikatan audit.
Perbedaan argumen tersebut telah dijawab dalam penelitian Wibowo et al.
(2009) dengan hasil masa penugasan audit tidak mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap kualitas audit.
b. Ukuran KAP
Kualitas audit seringkali diukur dari ukuran besar atau kecilnya KAP. De
Angelo (1981) dan juga Watts dan Zimmerman (1986) berpendapat bahwa
ukuran KAP akan berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Dengan
demikian, diperkirakan bahwa dibandingkan dengan KAP kecil, KAP
besar mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam melakukan audit,
sehingga mampu menghasilkan kualitas audit yang lebih tinggi dengan
argumen sebagai berikut:
1) Besarnya jumlah dan ragam klien yang ditangani KAP.
18
2) Banyaknya ragam jasa yang ditawarkan.
3) Luasnya cakupan geografis, termasuk adanya afiliasi internasional.
4) Banyaknya jumlah staf audit dalam suatu KAP.
Berdasarkan hasil penelitian Wibowo et al. (2009), terdapat bukti empiris
bahwa ukuran KAP mempunyai hubungan positif terhadap kualitas audit,
hal ini konsisten dengan penelitian sebelumnya De Angelo (1981).
c. Regulasi audit
Di Indonesia, melalui PPAJP-Kementrian Keuangan, pemerintah
melaksanakan regulasi yang bertujuan untuk melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap akuntan publik. Hal ini dilakukan sejalan dengan
regulasi yang dilakukan oleh asosiasi profesi Akuntan Publik (IAPI)
terhadap anggotanya. Dalam regulasi tersebut diatur mengenai rotasi audit,
pembinaan dan pengawasan, serta sanksi disiplin berat dan denda
administratif bagi akuntan publik yang melanggar Standar Profesional
Akuntan Publik, selain itu ditambahkan pula sanksi pidana bagi akuntan
publik palsu (atau orang yang mengaku sebagai akuntan publik palsu).
Hasil penelitian Arie dan Hilda (2009:19) membuktikan bahwa regulasi
audit secara efektif dapat meningkatkan kualitas audit.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan dan hasil penelitian yang ada, dapat
disimpulkan kualitas audit adalah kemungkinan seorang auditor dapat
melihat kesalahan dan kecurangan yang terjadi dalam sistem akuntansi
kliennya dan kualitas audit bisa diukur dengan tingkat kepatuhan auditor
terhadap standar atau kriteria yang berlaku. Berbagai hal yang dapat
19
menunjang kualitas audit adalah profesionalisme, independensi, adanya
regulasi, ukuran KAP, serta faktor psikologis lainnya yang dapat memotivasi
auditor untuk melakukan pekerjaannya dengan baik seperti akuntabilitas.
3. Independensi
Beberapa definisi tentang independensi telah banyak dikemukakan oleh
para ahli, diantaranya oleh Arens et al. (1999) dalam Abu Bakar et al.
(2005:2) yang mendefinisikan independensi dalam auditing sebagai berikut:
“Independence in auditing is taking an unbiased viewpoint in the
performance of audit test, the evaluation of the results and issuance of the
audit reports”.
Artinya “Independensi dalam auditing adalah penggunaan sudut
pandang tanpa bias dalam mengerjakan pengujian audit, evaluasi terhadap
hasil dan dalam penerbitan laporan audit. Pengertian bias disini adalah
melakukan penilaian terhadap sesuatu berdasarkan kondisi dari obyek yang
sesungguhnya tanpa merasa adanya tekanan atau kepentingan tertentu, atau
dengan kata lain bersifat obyektif. Independensi adalah sikap yang
diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan
pribadi dalam pelaksanaan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip
integritas dan obyektivitas.
Dalam buku Standar Profesi Akuntan Publik 2011 seksi 220 PSA No.
04 Alinea 2, dijelaskan bahwa:
“Standar ini mengharuskan auditor bersikap independen, artinya tidak
mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk
kepentingan umum (dibedakan dalam hal berpraktik sebagai auditor intern).
Dengan demikian ia tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapa
20
pun, sebab bagaimana pun sempurnanya keahlian teknis yang ia miliki, ia
akan kehilangan sikap tidak tidak memihak, yang justru sangat penting untuk
mempertahankan kebebasan pendapatnya. Namun, independensi dalam hal
ini tidak berarti seperti sikap seorang penuntut dalam perkara pengadilan,
namun dalam hal ini disamakan dengan sikap tidak memihaknya seorang
hakim. Auditor mengakui kewajiban untuk jujur tidak hanya kepada
manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak
lain yang meletakkan kepercayaan (paling tidak sebagian) atas laporan
auditor independen, seperti calon-calon pemilik dan kreditur. Independensi
itu berarti tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya
untuk kepentingan umum (dibedakan dalam hal berpraktik sebagai auditor
intern). Dengan demikian ia tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan
siapapun, sebab bilamana tidak demikian halnya, bagaimanapun
sempurnanya keahlian teknis yang ia miliki, ia akan kehilangan sikap tidak
memihak yang justru paling penting untuk mempertahankan kebebasan
pendapatnya.”
Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak
dikendalikan oleh pihak lain, dan tidak tergantung pada orang lain.
Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam
mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang obyektif tidak
memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan
pendapatnya. Independensi akuntan publik merupakan dasar utama
kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntan publik dan merupakan
salah satu faktor yang sangat penting untuk menilai mutu jasa audit.
Terdapat dua aspek independensi yang dimiliki auditor, yaitu
independensi dalam sikap mental (independence in mind) dan independensi
dalam penampilan (independence in appearance) (Trisnaningsih, 2006:6),
masing-masing akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Independensi dalam sikap mental (independence in mind)
Independensi dalam sikap mental berarti adanya kejujuran di dalam diri
akuntan untuk mempertimbangkan fakta-fakta dan adanya pertimbangan
21
yang obyektif tidak memihak di dalam diri akuntan dalam menyatakan
pendapatnya.
b. Independensi dalam penampilan (independence in appearance)
Independensi dalam penampilan berarti adanya kesan dari masyarakat
bahwa akuntan publik bertindak independen, sehingga akuntan publik
harus menghindari faktor-faktor yang dapat mengakibatkan masyarakat
meragukan kebebasannya. Independensi dalam penampilan berhubungan
dengan persepsi masyarakat terhadap independensi akuntan publik, untuk
memperjelas pengertian ini akan diberikan contoh seperti seorang akuntan
yang kompeten dan independen akan melakukan audit pada sebuah
perusahaan yang dewan direksi dan para manajernya adalah saudara atau
kerabat dekatnya. Walaupun auditor tersebut benar-benar bersikap
independen dalam sikap mentalnya. Namun, menurut persepsi masyarakat
auditor tersebut tidak akan bersikap independen dikarenakan adanya
hubungan darah atau kekerabatan yang dapat mengakibatkan rusaknya
independensi.
Selain independensi sikap mental dan independensi penampilan. Mautz
(1961) dalam Trisnaningsih (2006:7) mengungkapkan ada dua aspek
independensi lainnya, yaitu independensi praktisi (practitioner independence)
dan independensi profesi (profession independence). Adapun penjelasannya
sebagai berikut:
a. Independensi praktisi (practitioner independence)
22
Independensi praktisi berarti independensi yang berhubungan dengan
kemampuan praktisi secara individual untuk mempertahankan sikap yang
wajar atau tidak memihak dalam merencanakan program, pelaksanaan
pekerjaan, verifikasi, dan penyusunan hasil pemeriksaan. Independensi
ini mencakup tiga dimensi, yaitu independensi penyusunan program,
independensi investigatif, dan independensi pelaporan.
b. Independensi profesi (profession independence)
Independensi profesi berarti kesan masyarakat terhadap profesi akuntan
publik. Berbeda sedikit dengan independensi dalam penampilan,
independensi profesi lebih bersifat menyeluruh terhadap profesi akuntan
publik. Jika profesi akuntan publik sedang buruk di mata masyarakat
seperti adanya kasus enron, maka nama baik seluruh akuntan publik akan
ikut tercemar.
Sebagian besar literatur yang membahas tentang independensi auditor
menegaskan bahwa kredibilitas laporan keuangan tergantung pada persepsi
para pengguna laporan keuangan tentang independensi auditor eksternal. Jika
auditor tidak terlihat independen oleh para pengguna laporan keuangan, maka
para pengguna tidak akan mempunyai kepercayaan terhadap laporan
keuangan dan opini auditor pada suatu laporan keuangan perusahaan tidak
akan bernilai. Dengan demikian, kredibilitas auditor tidak hanya tergantung
dari sikap independensi yang dimilikinya, tetapi juga tergantung pada
persepsi independensi dari para pengguna laporan keuangan. Bagaimanapun
juga, independensi dalam sikap mental maupun independensi dalam
23
penampilan merupakan dua hal yang perlu diperhatikan dalam memelihara
kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntan publik (Abu Bakar et al.,
2005:3)
Shockley (1981) dalam Carey dan Simnett, R. (2006:5) melakukan
penelitian tentang empat faktor yang berpengaruh terhadap independensi
akuntan publik dimana responden penelitiannya adalah kantor akuntan
publik, bank dan analis keuangan. Faktor yang diteliti adalah pemberian jasa
konsultasi kepada klien, persaingan antar KAP, ukuran KAP dan lama
hubungan audit dengan klien. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa KAP
yang memberikan jasa konsultasi manajemen kepada klien yang diaudit dapat
meningkatkan risiko rusaknya independensi yang lebih besar dibandingkan
yang tidak memberikan jasa tersebut. Tingkat persaingan antar KAP juga
dapat meningkatkan risiko rusaknya independensi akuntan publik. KAP yang
lebih kecil mempunyai risiko kehilangan independensi yang lebih besar
dibandingkan KAP yang lebih besar. Sedangkan faktor lama ikatan hubungan
dengan klien tertentu tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap
independensi akuntan publik.
Abu Bakar et al. (2005) telah melakukan penelitian tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi independensi auditor, dalam penelitiannya
terdapat enam hal yang dapat mempengaruhi independensi auditor, yaitu
ukuran KAP, tingkat persaingan antar KAP, lamanya waktu audit, besarnya
audit fee yang diterima KAP, pemberian jasa konsultasi manajemen oleh
24
KAP, dan keberadaan komite audit. Keenam hasil penelitian tersebut akan
dijelaskan di bawah ini:
a. Ukuran KAP
Dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa ada hubungan positif antara
ukuran KAP dengan independensi auditor. Hubungan yang positif berarti
ukuran KAP yang lebih besar membuat independensi auditor yang lebih
besar, hal ini berdasarkan alasan bahwa ukuran KAP yang lebih besar
dapat menolak berbagai tekanan dari kliennya, dengan demikian KAP
yang lebih besar dapat memelihara independensi auditornya. Selain itu,
KAP yang lebih besar lebih mampu dan memotivasi untuk memberikan
jasa audit yang lebih baik.
b. Tingkat persaingan antar KAP
Beberapa studi empiris terdahulu telah membuktikan bahwa tingkat
persaingan yang tinggi antar KAP dapat menghasilkan independensi
auditor yang rendah.
c. Lama waktu audit
Hasil penelitian membuktikan bahwa semakin lama auditor mengaudit
suatu perusahaan, maka auditor tersebut dapat mengalami penurunan
independensi karena mulai timbul rasa loyalitas terhadap kliennya.
d. Besarnya audit fee yang diterima KAP
Semakin besar audit fee yang diterima, maka dapat meningkatkan risiko
yang besar kehilangan independensi auditor. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Pany dan Reckers (1980).
25
e. Pemberian jasa konsultasi manajemen sekaligus kepada klien
Pemberian jasa selain jasa audit mempunyai hubungan negatif terhadap
independensi auditor. Jika jasa non audit diberikan sekaligus kepada
kliennya, maka dapat menyebabkan hilangnya kepercayaan diri bagi
auditor. selain itu, dengan adanya jasa non audit sekaligus dapat
menciptakan hubungan kerjasama antar auditor dan kliennya, tentunya hal
ini dapat menggangu independensi auditor.
f. Keberadaan komite audit
Keberadaan komite audit dapat meningkatkan independensi auditor. hal ini
karena dengan adanya komite audit auditor dapat megalami peningkatan
kepercayaan dirinya (Knap, 1985) dalam Abu Bakar et al. (2005: 6).
Penelitian Pany dan Reckers (1980) menunjukkan bahwa hadiah
meskipun jumlahnya sedikit berpengaruh signifikan terhadap independensi
auditor, sedangkan ukuran klien tidak berpengaruh secara signifikan.
Penelitian yang dilakukan oleh Knapp (1985) menunjukkan bahwa
subyektivitas terbesar dalam teknik standar mengurangi kemampuan auditor
untuk bertahan dalam tekanan klien dan posisi keuangan yang sehat
mempunyai kemampuan untuk menghasilkan konflik audit. Mayangsari
(2003) menemukan bahwa hasil pengujian hipotesis pertama dengan
menggunakan alat analisis ANNOVA diperoleh hasil bahwa auditor yang
memiliki keahlian dan independensi memberikan pendapat tentang
kelangsungan hidup perusahaan yang cenderung benar dibandingkan auditor
yang hanya memiliki salah satu karakteristik atau sama sekali tidak memiliki
26
keduanya. Hasil pengujian hipotesis yang kedua dengan menggunakan uji
Simple Factorial Analysis of Variance diperoleh hasil bahwa auditor yang
ahli lebih banyak mengingat informasi yang atypical sedangkan auditor yang
tidak ahli lebih banyak mengingat informasi yang typical.
Berdasarkan definisi di atas, dapat disinpulkan bahwa independensi
adalah sikap yang terdapat pada diri seseorang untuk mengambil keputusan
yang tanpa bias dan obyektif serta kebebasan dari berbagai pengaruh dan
tekanan dari dalam maupun dari luar diri. Independensi terbagi menjadi dua
hal yaitu independensi dalam sikap mental dan independensi dalam
penampilan. Sedangkan ada pula peneliti lain yang menjelaskan tentang
aspek independensi lainnya, yaitu independensi praktisi dan independensi
profesi.
4. Akuntabilitas
Tetclock (1984) mendefinisikan akuntabilitas sebagai bentuk dorongan
psikologi yang membuat seseorang berusaha mempertanggungjawabkan
semua tindakan dan keputusan yang diambil kepada lingkungannya.
Lingkungan disini maksudnya adalah lingkungan atau tempat dimana
seseorang melakukan aktivitas atau pekerjaannya yang dapat mempengaruhi
keadaan di sekitarnya.
Libby dan Luft (1993), Cloyd (1997) dan Tan dan Alison (1999)
melihat ada tiga indikator yang dapat digunakan untuk mengukur
akuntabilitas individu. Pertama, seberapa besar motivasi mereka untuk
meyelesaikan pekerjaan tesebut. Kedua, seberapa besar usaha atau daya pikir
27
yang diberikan untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan. Ketiga, seberapa
besar keyakinan mereka bahwa pekerjaan mereka akan diperiksa oleh atasan.
Dibawah ini akan dijelaskan masing-masing ketiga hal tersebut
a. Seberapa besar motivasi untuk menyelesaikan pekerjaan
Motivasi secara umum adalah keadaan dalam diri seseorang yang
mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan
tertentu untuk mencapai tujuan. Dalam kaitannya dengan akuntabilitas
seseorang, orang dengan akuntabilitas tinggi juga memiliki motivasi
tinggi dalam mengerjakan sesuatu.
b. Seberapa besar usaha atau daya pikir untuk menyelesaikan pekerjaan
Orang dengan akuntabilitas tinggi mencurahkan usaha (daya pikir) yang
lebih besar dibanding orang dengan akuntabilitas rendah ketika
menyelesaikan pekerjaan. Dengan rasa akuntabilitasnya yang tinggi itu,
seseorang akan menggunakan kemampuannya secara maksimal agar
dapat memperoleh hasil yang baik pula dari pekerjaanya tersebut. Jika
dikaitkan dengan kualitas audit, auditor yang memiliki akuntabilitas
tinggi dapat menyelesaikan pekerjaanya dengan baik, dan dapat
menyelesaikannya secara tepat waktu.
c. Seberapa yakin pekerjaan mereka akan diperiksa oleh atasan
Keyakinan bahwa sebuah pekerjaan akan diperiksa atau dinilai orang lain
dapat meningkatkan keinginan dan usaha seseorang untuk menghasilkan
pekerjaan yang lebih berkualitas. Seseorang dengan akuntabilitas tinggi
memiliki keyakinan yang lebih tinggi bahwa pekerjaan mereka akan
28
diperiksa oleh supervisor/manajer/pimpinan dibandingkan dengan
seseorang yang memiliki akuntabilitas rendah.
Teclock dan Kim (1987) meneliti pengaruh akuntabilitas terhadap
proses kognitif seseorang. Hasil penelitiannya membuktikan bahwa subjek
yang diberikan instruksi diawal (post exposure accountability) bahwa
pekerjaan mereka akan diperiksa oleh atasan, melakukan proses kognitif yang
lebih lengkap, memberikan respon yang lebih tepat dan melaporkan
keputusan yang lebih realistis.
Cloyd (1997) dalam Mardisar et al. (2007:4) meneliti pengaruh
akuntabilitas terhadap kualitas hasil kerja auditor. Hasil penelitian Cloyd
(1997) membuktikan akuntabilitas dapat meningkatkan kualitas hasil kerja
auditor jika pengetahuan audit yang dimiliki tinggi. Asumsi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah bahwa kompleksitas pekerjaan yang dihadapi
tinggi. Penelitian Cloyd (1997) ini dikembangkan oleh Tan dan Alison (1999)
dengan menilai kualitas hasil kerja berdasarkan kompleksitas kerja yang
dihadapi. Hasil penelitian Tan dan Alison (1999) ini tidak konsisten dengan
Cloyd (1997). Tan dan Alison (1999) membuktikan bahwa akuntabilitas
(secara langsung) tidak mempengaruhi kualitas hasil kerja baik untuk
pekerjaan dengan kompleksitas kerja rendah, menengah ataupun tinggi.
Dari pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa akuntabilitas
adalah dorongan kejiwaan atau psikologi yang bisa mempengaruhi seseorang
untuk mempetanggungjawabkan tindakannya dan akibat yang
ditimbulkannya kepada lingkungan dimana tempat seseorang tersebut
29
melakukan aktivitasnya. Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk
mengukur akuntabilitas seseorang adalah motivasi seseorang untuk
menyelesaikan pekerjaan, seberapa besar usaha dan daya pikir yang
dicurahkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut, dan terakhir keyakinan
bahwa pekerjaannya akan diperiksa oleh atasannya.
5. Profesionalisme
Menurut Yendrawati (2008:76) profesionalisme adalah konsep untuk
mengukur bagaimana para profesional memandang profesi mereka yang
tercermin dalam sikap dan perilaku mereka. Untuk mengukur tingkat
profesionalisme bukan hanya dibutuhkan suatu indikator yang menyebutkan
bahwa seorang dikatakan profesional. Tetapi juga dibutuhkan faktor-faktor
eksternal seperti bagaimana seseorang berperilaku dalam menjalankan
tugasnya. Sehingga ada sebuah gambaran yang menyebutkan bahwa perilaku
profesional adalah cerminan sikap profesionalisme.
Dalam kaitannya dengan proses pelaksanaan tugas audit, setiap auditor
dibekali dengan aturan-aturan serta kode etik yang mengikat. Untuk itu,
dibutuhkan namanya sikap auditor yang dapat dijadikan pedoman bagi
auditor junior lainnya. Karena sebagai seseorang yang memiliki pekerjaan
berat yang bertanggung jawab penuh terhadap hasil opininya. Auditor
dituntut untuk bersikap profesional. Maka dari itu, segala bentuk tekanan
dan intervensi dari klien hendaknya dijadikan sebagai sebuah tantangan
dalam kaitannya dengan pekerjaan sebagai akuntan publik. Dalam
pengertian umum, seseorang dapat dikatakan profesional jika memenuhi tiga
30
kriteria, yaitu mempunyai keahlian untuk melaksanakan tugas sesuai dengan
bidangnya, melaksanakan suatu tugas atau profesi dengan menetapkan
standar baku di bidang profesi yang bersangkutan dan menjalankan tugas
profesinya dengan mematuhi etika profesi yang telah ditetapkan (Herawaty
et al., 2008:3).
Menurut Wahyudi (2006:5), seorang auditor bisa dikatakan profesional
apabila telah memenuhi dan mematuhi standar-standar kode etik yang telah
ditetapkan oleh IAPI, antara lain: a). prinsip-prinsip yang ditetapkan oleh
IAPI yaitu standar ideal dari perilaku etis yang telah ditetapkan oleh IAPI
seperti dalam terminologi filosofi, b). peraturan perilaku seperti standar
minimum perilaku etis yang ditetapkan sebagai peraturan khusus yang
merupakan suatu keharusan, c). interpretasi peraturan perilaku tidak
merupakan keharusan, tetapi para praktisi harus memahaminya, dan d).
ketetapan etika seperti seorang akuntan publik wajib untuk harus tetap
memegang teguh prinsip kebebasan dalam menjalankan proses auditnya,
walaupun auditor dibayar oleh kliennya.
Jadi ada semacam pedoman yang digambarkan oleh Institut Akuntan
Publik Indonesia (IAPI) bagi seorang auditor untuk dikatakan bahwa auditor
tersebut profesional. empat poin di atas menjadi acuan untuk meningkatkan
kinerja para auditor sehingga tingkat profesionalisme auditor tersebut tidak
perlu diragukan lagi. Untuk itu, pemahaman yang tinggi dan tingkat
kedisiplinan atas peraturan yang ditetapkan harus betul-betul diperhatikan
agar penghargaan publik yang diberikan bukan hanya sekedar pujian
31
ataupun lencana penghargaan, tetapi juga penghormatan dan pengakuan
profesi yang tentunya sangat berguna bagi auditor itu sendiri.
Profesionalisme menjadi syarat utama bagi orang yang bekerja sebagai
akuntan publik. Gambaran seseorang yang profesional dalam profesi
dicerminkan dalam lima dimensi profesionalisme yaitu pertama, pengabdian
pada profesi dicerminkan dari dedikasi dengan menggunakan pengetahuan
dan kecakapan yang dimiliki serta keteguhan untuk tetap melaksanakan
pekerjaan meskipun imbalan ekstrinsik kurang. Sikap ini adalah ekspresi
dari pencurahan diri yang total terhadap pekerjaan. Kedua, kewajiban sosial
adalah suatu pandangan tentang pentingnya peranan profesi serta manfaat
yang diperoleh baik masyarakat maupun kalangan profesional lainnya
karena adanya pekerjaan tersebut. Ketiga, kemandirian dimaksudkan sebagai
suatu pandangan bahwa seorang yang profesional harus mampu membuat
keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain (pemerintah, klien dan
mereka yang bukan anggota profesi). Setiap ada campur tangan dari luar
dianggap sebagai hambatan kemandirian secara profesional. Keempat,
keyakinan terhadap profesi adalah suatu keyakinan bahwa yang paling
berwenang menilai apakah suatu pekerjaan yang dilakukan profesional atau
tidak adalah rekan sesama profesi, bukan pihak luar yang tidak mempunyai
kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan tersebut. Kelima, hubungan
dengan sesama profesi adalah dengan menggunakan ikatan profesi sebagai
acuan, termasuk di dalamnya organisasi formal dan kelompok kolega
32
informal sebagai ide utama dalam melaksanakan pekerjaan (Herawaty et al,
2008:4).
Hall R (1968) dalam Yendrawati (2008:2) mengembangkan konsep
profesionalisme dari level individual yang digunakan untuk profesionalisme
eksternal auditor meliputi lima dimensi yaitu pengabdian pada profesi
(dedication), kewajiban sosial (social obligation), kemandirian (autonomy
demands), keyakinan terhadap peraturan profesi (belief in self-regulation),
dan hubungan dengan sesama profesi (professional community affiliation).
Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
a. Pengabdian pada profesi (dedication), yang tercermin dalam dedikasi
professional melalui penggunaan pengetahuan dan kecakapan yang
dimiliki. Sikap ini adalah ekspresi dari penyerahan diri secara total
terhadap pekerjaan. Pekerjaan didefinisiskan sebagai tujuan hidup dan
bukan sekedar sebagai alat untuk mencapai tujuan.penyerahan diri secara
total merupakan komitmen pribadi, dan sebagai kompensasi utama yang
diharapkan adalah kepuasan rohaniah dan kemudian kepuasan material.
b. Kewajiban sosial (social obligation) yaitu pandangan tentang pentingnya
peran profesi serta manfaat yang diperoleh baik oleh masyarakat maupun
oleh profesional karena adanya pekerjaan tersebut.
c. Kemandirian (autonomy demands) yaitu suatu pandangan bahwa seorang
profesional harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa adanya
tekanan dari pihak lain.
33
d. Keyakinan terhadap peraturan profesi (belief in self-regulation) yaitu
suatu keyakinan bahwa yang berwenang untuk menilai pekerjaan
profesional adalah rekan sesama profesi, dan bukan pihak luar yang
tidak mempunyai kompetensi dalam ilmu dan pekerjaan mereka.
e. Hubungan dengan sesama profesi (professional community affiliation)
yaitu menggunakan ikatan profesi sebagai acuan, termasuk organisasi
formal dan kelompok-kelompok kolega informal sebagai sumber utama
pekerjaan.melalui ikatan profesi ini, para professional membangun
kesadaran profesinya.
Kelima dimensi diatas tentunya menjadi sebuah tolok ukur yang dapat
digunakan oleh auditor untuk menguji apakah selama ini dirinya telah
bersikap profesional. Selain itu juga menjadi sebuah acuan baru dalam
bersikap selain dari aturan yang diberikan oleh IAPI. Karena pengabdian,
kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap peraturan profesi, dan
hubungan dengan sesama profesi merupakan hal-hal yang harus menjadi
perhatian auditor. Contohnya bagaimana bentuk pengabdian seorang auditor
dilihat, misalnya dengan totalitas kerja yang dilakukan dan ia merasa puas
dengan kinerjanya. Kemudian bagaimana auditor juga merasa bahwa dirinya
juga merupakan makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain,
misalnya dengan pekerjaannya auditor yakin bahwa ada perasaan saling
membutuhkan antara auditor dan klien. Selanjutnya kemandirian yang
pastinya harus dimiliki oleh seorang auditor sebagai pembuat keputusan
mengenai opini audit, dan memiliki keyakinan bahwa yang berhak menilai
34
kinerjanya adalah rekan seprofesi serta adanya kerjasama dengan rekan-
rekan seprofesi. Untuk itu, keterkaitan antara kelima dimensi tersebut harus
menjadi bahan pemikiran bagi para auditor sebagai pihak yang terlibat
langsung dalam dunia profesional.
Menurut Code of Ethics for Professional Accountants (2005:14):
”The principle of professional behavior imposes an obligation on
professional accountants to comply with relevant laws and regulations and
avoid any action that may bring discredit to the profession. This includes
actions which a reasonable and informed third party, having knowledge of
all relevant information, would conclude negatively affects the good
reputation of the profession”.
Menurut penjelasan di atas, seorang auditor yang profesional harus
mematuhi peraturan hukum yang berlaku. Hal tersebut kembali kepada etika
profesi yang menyebutkan perlu adanya sikap kehati-hatian dalam
pelaksanaan tugas, jangan sampai ada kelalaian yang menyebabkan
terjadinya pelanggaran terhadap hukum, yang dalam hal ini mungkin
peraturan yang telah ditetapkan. Kemudian diharapkan auditor tidak
melakukan kegiatan yang dapat mendiskreditkan profesinya. Karena pada
saat ini banyak ditemukan kecurangan-kecurangan yang dilakukan oleh
auditor, misalnya dengan menerima suap, dan kecurangan lainnya. Tentunya
hal tersebut membuat profesi auditor dipertanyakan, termasuk semua
kegiatan yang dapat menimbulkann kesan negatif. Jadi intinya, seorang
auditor yang memiliki jiwa profesionalisme pasti memiliki sikap kehati-
hatian, cermat, serta teliti dalam melaksanakan tugasnya, dan selalu menjaga
nama baik profesinya.
35
Menurut Ikhsan (2007:204), seorang yang profesional di dalam
melakukan suatu profesi biasanya akan memiliki motivasi yang tinggi. Hal
tersebut berkaitan dengan semangat seorang profesional, dimana setiap
pekerjaan yang dilakukan didasarkan atas rasa ikhlas atau tanpa paksaan.
Mereka merasa dengan sikap positif yang diberikan akan mendapatkan hasil
yang baik. Sehingga akan mendapatkan keuntungan psikologis berupa
kepuasan akan pekerjaan yang dilakukan.
Profesionalisme telah menjadi isu yang kritis untuk profesi akuntan
karena dapat menggambarkan kinerja akuntan (Herawaty et al., 2008:2).
Sejalan dengan hal tersebut, isu yang muncul adalah kinerja akuntan sering
dikaitkan dengan tindak kecurangan yang terjadi pada beberapa perusahaan.
Bagi seorang auditor yang profesional tentunya hal tersebut menjadi sebuah
tantangan dalam menjalankan tugasnya, sehingga pandangan miring tentang
kinerja auditor tidak ada lagi. Intinya selama kinerja yang dihasilkan auditor
memenuhi standar kode etik yang ditetapkan, maka tidak akan ada keraguan
dalam laporan yang dibuat.
IAPI sebagai organisasi yang berwenang menetapkan standar (yang
merupakan pedoman) dan aturan yang harus dipatuhi oleh seluruh anggota
termasuk setiap kantor akuntan publik lain yang beroperasi sebagai auditor
independen. Persyaratan-persyaratan ini dirumuskan oleh komite-komite
yang dibentuk oleh IAPI. Ada tiga bidang utama dimana IAPI berwenang
menetapkan standar dan memuat aturan yang bisa meningkatkan perilaku
profesional seorang auditor.
36
a. Standar Auditing. Komite Standar Profesional Akuntan Publik (Komite
SPAP) IAPI bertanggung jawab untuk menerbitkan standar auditing.
Standar ini disebut sebagai Pernyataan Standar Auditing atau PSA
(sebelumnya disebut sebagai NPA dan PNPA). Di Amerika Serikat
pernyataan ini disebut sebagai SAS (Statement on Auditing Standard)
yang dikeluarkan oleh ASB (Auditing Standard Boards). Pada tanggal
10 November 1993 dan 1 Agustus 1994 pengurus pusat IAPI telah
mensahkan sejumlah pernyataan standar auditing. Penyempurnaan ini
terutama sekali bersumber pada SAS dengan penyesuaian terhadap
kondisi Indonesia dan standar auditing internasional.
b. Standar kompilasi dan penelaahan laporan keuangan. Komite SPAP
IAPI dan Compilation and Review Standards Committee bertanggung
jawab untuk mengeluarkan pernyataan mengenai pertanggungjawaban
akuntan publik sehubungan dengan laporan keuangan suatu perusahaan
yang tidak diaudit. Pernyataan ini di Amerika Serikat disebut
Statements on Standards for Accounting and Review Services (SSARS)
dan di Indonesia disebut Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan
Review (PSAR). PSAR 1 disahkan pada 1 Agustus 1994 menggantikan
pernyataan NPA sebelumnya mengenai hal yang sama. Bidang ini
mencakup dua jenis jasa, pertama, untuk situasi dimana akuntan
membantu kliennya menyusun laporan keuangan tanpa memberikan
jaminan mengenai isinya (jasa kompilasi). Kedua, untuk situasi dimana
akuntan melakukan prosedur-prosedur pengajuan pernyataan dan
37
analitis tertentu, sehingga dapat memberikan suatu keyakinan terbatas
bahwa tidak diperlukan perubahan apapun terhadap laporan keuangan
bersangkutan (jasa review).
c. Standar atestasi lainnya. Tahun 1986, AICPA menerbitkan Statement on
Standards for Atestation Engagements. IAPI sendiri mengeluarkan
beberapa pernyataan standar atestasi pada 1 Agustus 1994. Pernyataan
ini mempunyai fungsi ganda, pertama sebagai kerangka yang harus
diikuti oleh badan penetapan standar yang ada dalam IAPI untuk
mengembangkan standar yang terinci mengenai jenis jasa atestasi yang
spesifik. Kedua, sebagai kerangka pedoman bagi para praktisi bila tidak
terdapat atau belum ada standar spesifik seperti itu. Komite Kode Etik
IAPI di Indonesia dan Committee on Professional Ethics di Amerika
Serikat menetapkan ketentuan perilaku yang harus dipenuhi oleh
seorang akuntan publik yang meliputi standar teknis. Standar auditing,
standar atestasi, serta standar jasa akuntansi dan review dijadikan satu
menjadi Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP).
Pernyataan tersebut tentunya mendeskripsikan bahwa sikap
profesionalisme yang ditunjukkan seorang auditor tentunya memiliki suatu
acuan atau dasar yang patut dipahami oleh auditor. IAPI sebagai lembaga
tertinggi profesi akuntan di Indonesia harus menaungi dan mengawasi
kinerja akuntan-akuntan yang ada, khususnya auditor. Salah satu bentuk
apresiasi yang ditunjukkan oleh IAPI antara lain melalui 3 (tiga) poin
38
standar di atas yang harus ditaati oleh auditor, serta menjadi standar yang
berlaku saat ini dan berharap dapat meningkatkan profesionalisme auditor.
Berdasarkan Standar Profesi Akuntan Publik (2011:001.2) disebutkan
bahwa ada enam tipe standar profesional yang dikodifikasi, yaitu standar
auditing, standar atestasi, standar jasa akuntansi dan review, standar jasa
konsultasi, standar pengendalian mutu, dan kode etik profesi akuntan publik.
Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
a. Standar Audit
Merupakan panduan audit atas laporan keuangan historis. Standar
Auditing terdiri dari 10 standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan
Standar Auditing (PSA). Dengan demikian PSA merupakan penjabaran
lebih lanjut masing-masing standar yang tercantum dalam standar
auditing. PSA berisi ketentuan-ketentuan dan panduan utama yang
harus diikuti oleh akuntan publik dalam melaksanakan perikatan audit.
Kepatuhan terhadap PSA yang dikeluarkan oleh DSP IAPI bersifat
wajib bagi praktisi. Termasuk didalam PSA adalah Interpretasi
Pernyataan Standar Auditing (“IPSA”), yang merupakan interpretasi
resmi yang dikeluarkan oleh DSP IAPI terhadap ketentuan-ketentuan
yang diterbitkan oleh DSP IAPI dalam IPSA. Dengan demikian IPSA
memberikan jawaban atas pertanyaan atas keraguan dalam penafsiran
ketentuan-ketentuan yang dimuat dalam PSA, sehingga merupakan
perluasan lebih lanjut berbagai ketentuan dalam PSA. Tafsiran resmi ini
bersifat mengikat bagi praktisi, sehingga pelaksaannya bersifat wajib.
39
b. Standar Atestasi
Standar atestasi memberikan kerangka untuk fungsi atestasi bagi jasa
akuntan publik yang mencakup tingkat keyakinan tertinggi yang
diberikan dalam jasa audit atas laporan keuangan historis, pemeriksaan
atas laporan keuangan prospektif, serta tipe perikatan atestasi lain yang
memberikan keyakinan yang lebih rendah (review, pemeriksaan, dan
prosedur yang disepakati). Standar atestasi terdiri dari 11 standar dan
dirinci dalam bentuk PSAT. PSAT merupakan penjabaran lebih lanjut
masing-masing standar yang terdapat dalam standar atestasi. Termasuk
di dalam PSAT adalah Interpretasi Pernyataan Standar Atestasi
(“IPSAT”), yang merupakan interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh
DSP IAPI terhadap ketentuan-ketentuan yang diterbitkan oleh DSP
IAPI dalam PSAT. Dengan demikian IPSAT memberikan jawaban atas
pertanyaan atau keraguan dalam penafsiran ketentuan-ketentuan yang
dimuat dalam PSAT sehingga merupakan perluasan lebih lanjut dalam
PSAT. Tafsiran resmi ini bersifat mengikat bagi praktisi, sehingga
pelaksaannya bersifat wajib
c. Standar Jasa Akuntansi dan Review
Standar jasa akuntansi dan review memberikan kerangka untuk fungsi
nonatestasi bagi jasa akuntan publik yang mencakup jasa akuntansi dan
review. Standar jasa akuntansi dan review dirinci dalam bentuk
Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (PSAR). Termasuk
dalam PSAR adalah Interpretasi Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan
40
Review (IPSAR), yang merupakan interpretasi resmi yang dikeluarkan
oleh dewan terhadap ketentuan-ketentuan yang diterbitkan oleh dewan
dalam PSAR. IPSAR memberikan jawaban atas pertanyaan atau
keraguan dalam penafsiran ketentuan-ketentuan yang dimuat dalam
PSAR sehingga merupakan perluasan lebih lanjut berbagai ketentuan
dalam PSAR. Tafsiran resmi ini bersifat mengikat bagi praktisi,
sehingga pelaksanaannya bersifat wajib.
d. Standar Jasa Konsultasi
Standar jasa konsultasi memberikan panduan bagi praktisi yang
menyediakan jasa konsultasi bagi kliennya melalui kantor akuntan
publik. Jasa konsultasi konsultasi pada hakikatnya berbeda dari jasa
atestasi akuntan publik terhadap asersi pihak ketiga. Dalam jasa
atestasi, para praktisi suatu kesimpulan mengenai keandalan suatu
asersi tertulis yang menjadi tanggung jawab pihak lain, yaitu pembuat
asersi (asserter). Dalam jasa konsultasi, para praktisi menyajikan
temuan, kesimpulan, dan rekomendasi. Sikap dan lingkup pekerjaan
jasa konsultasi ditentukan oleh perjanjian antara praktisi dengan
kliennya. Umumnya, pekerjaan jasa konsultasi dilaksanakan untuk
kepentingan klien.
e. Standar Pengendalian Mutu
Standar pengendalian mutu memberikan panduan bagi kantor akuntan
publik di dalam melaksanakan pengendalian kualitas jasa yang
dihasilkan oleh kantornya dengan mematuhi berbagai standar profesi
41
yang ditetapkan oleh DSP IAPI (termasuk Kode Etik Profesi Akuntan
Publik). Dalam perikatan jasa profesional, kantor akuntan publik
bertanggung jawab untuk mematuhi berbagai standar profesi yang
relevan. Dalam pemenuhan tanggung jawab, kantor akuntan publik
wajib mempertimbangkan integritas stafnya dalam menetukan
hubungan profesionalnya, bahwa kantor akuntan publik dan para
stafnya akan independen terhadap kliennya sebagaimana diatur dalam
Kode Etik Profesi Akuntan Publik dan bahwa staf kantor akuntan
publik kompeten, profesional dan objektif serta akan menggunakan
kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama (due profesional
care). Oleh karena itu, kantor akuntan publik harus memiliki sistem
pengendalian mutu memberikan keyakinan memadai keserasian
perikatan profesional dengan berbagai standar profesi yang berlaku.
Ada satu standar yang tidak dijabarkan yaitu mengenai Kode Etik
Profesi Akuntan Publik. Hal tersebut dikarenakan berada langsung di bawah
Standar Pengendalian Mutu. Kemudian kelima standar tersebut merupakan
standar-standar professional yang dikerjakan oleh akuntan publik, dalam hal
ini auditor eksternal. Standar tersebut sudah seharusnya ditaati oleh auditor
dalam setiap penugasan auditnya, agar tidak melenceng dari batas-batas yang
berlaku, sehingga tindak kecurangan dapat dihindari. Disini tuntutan auditor
untuk bersikap profesional benar-benar dipacu sebagai pembuktian bahwa
kredibilitas auditor tidak perlu diragukan lagi.
42
B. Keterkaitan Antara Variabel dan Perumusan Hipotesis
1. Independensi dengan Kualitas Audit
Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak
dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada pihak lain.
Independensi juga berarti adanya kejujuran pada diri auditor dalam
mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif, tidak
memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan
pendapatnya Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa independensi
seorang auditor sangat penting dalam menyatakan opini dan kualitas atas
hasil audit laporan keuangan. Pernyataan ini didukung oleh penelitian
yang dilakukan oleh Alim et al. (2007), yang menyimpulkan bahwa
independensi auditor berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas
audit.
Penelitian yang dilakukan oleh Christiawan (2005) menyatakan
bahwa salah satu faktor yang dapat mendukung kualitas audit adalah
adanya independensi dalam diri auditor, dalam penelitiannya yang
berjudul aktivitas pengendalian mutu jasa audit disimpulkan bahwa jika
auditor tidak independen maka tidak ada perbedaan antara laporan
keuangan auditan dengan laporan keuangan yang belum diaudit. Maka
dari itu, demi menjaga kualitas auditnya auditor harus menghindari
berbagai hal-hal yang dapat mendiskreditkan profesinya.
Dalam menentukan kualitas audit, terdapat penelitian yang
dilakukan oleh Wibowo et al. (2009) yang menguji tentang faktor-faktor
43
penentu kualitas audit mengajukan hipotesis tentang faktor-faktor yang
dapat menentukan kualitas audit, yaitu: masa penugasan audit, ukuran
KAP, regulasi audit. Dalam hasil penelitiannya, disimpulkan bahwa
ukuran KAP dan regulasi audit berpengaruh signifikan terhadap kualitas
audit. Namun, belum ditemukan adanya bukti empiris bahwa masa
penugasan audit berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
De Angelo (1981) melakukan penelitian terkait dengan kualitas
audit berdasarkan teori permintaan dan penawaran kualitas jasa audit.
Argumen utamanya adalah permintaan dan penawaran kualitas jasa audit
dapat terpenuhi dengan semakin panjangnya masa penugasan audit,
karena auditor dapat terus menggunakan tekhnologi dan pengetahuan
audit yang telah diperoleh selama menjalankan audit pada periode
sebelumnya dan memberikan jasa secara konsisten. Menurut ia, dengan
semakin lamanya masa penugasan auditor, maka para pengguna jasa
auditor (seperti: pemegang saham, kreditur, manajer, karyawan, agen-
agen pemerintah dan sebagainya) akan mendapat manfaat karena dapat
menghemat biaya yang berkaitan dengan evaluasi kualitas audit. Maka
dari itu ia menyimpulkan semakin lamanya masa penugasan auditor maka
kualitas audit semakin baik. Berlawanan dengan pendapat Mautz dan
Sharaf (1961) yang menyatakan semakin lama masa penugasan auditor
maka dapat mengikis sifat independensinya, jika auditor tidak independen
maka laporan auditan yang dihasilkan tidak akan bernilai.
44
Berdasarkan hasil penelitian oleh Christiawan (2005), Wibowo et
al. (2009), DeAngelo (1981), dan Alim et al. (2007), dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:
Ha1: Independensi auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
2. Akuntabilitas dengan Kualitas Audit
Akuntabilitas adalah rasa kebertanggungjawaban yang dimiliki
oleh auditor dalam menyelesaikan pekerjaan audit. Akuntabilitas
merupakan dorongan psikologi sosial yang dimiliki seseorang untuk
menyelesaikan kewajibannya yang akan dipertanggungjawabkan kepada
lingkungannya.
Penelitian psikologi sosial yang membuktikan adanya hubungan dan
pengaruh akuntabilitas seseorang terhadap kualitas pekerjaan adalah
Tetlock dan Kim (1987) yang mengkaji tentang permasalahan
akuntabilitas auditor dalam menyelesaikan sebuah pekerjaan. Penelitian
ini dilakukan dengan membagi subjek penelitian menjadi tiga kelompok:
pertama, kelompok yang diberikan instruksi bahwa pekerjaan mereka
tidak akan diperiksa oleh atasan (no accountability); kedua, kelompok
yang diberikan instruksi awal (sebelum melaksanakan pekerjaan) bahwa
pekerjaan mereka akan diperiksa oleh atasan (preexposure
accountability); ketiga, kelompok yang diberikan instruksi bahwa
pekerjaan mereka akan diperiksa oleh atasan, tetapi instruksi ini baru
disampaikan setelah mereka menyelesaikan pekerjaan (postexposure
accountability). Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa subyek penelitian
45
dalam kelompok preexposure accountability menghasilkan pekerjaan
yang lebih berkualitas dibandingkan dengan kelompok lainnya.
Kelompok ini melakukan proses kognitif yang lebih lengkap, respon yang
lebih cepat dan tepat serta melaporkan keputusan yang lebih dapat
dipercaya dan realistis.
Penelitian yang dilakukan oleh Mardisar et al. (2007) yang
melakukan penelitian tentang pengaruh akuntabilitas dan pengetahuan
terhadap kualitas hasil kerja auditor menyimpulkan bahwa untuk
kompleksitas pekerjaan tinggi interaksi antara akuntabilitas dengan
pengetahuan berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas hasil kerja
auditor jika didukung dengan pengetahuan audit yang tinggi.
Cloyd (1997) meneliti interaksi akuntabilitas dengan pengetahuan
untuk menentukan kualitas hasil kerja pada auditor yang menangani
masalah perpajakan. Dari penelitian tersebut terbukti bahwa akuntabilitas
dapat meningkatkan hasil kerja untuk subyek yang memiliki pengetahuan
perpajakan yang tinggi.
Penelitian Cloyd (1997) ini dikembangkan oleh Tan dan Alison
(1999), yang membagi kualitas hasil pekerjaan berdasarkan tingkat
kompleksitasnya, yaitu kualitas hasil pekerjaan dengan kompleksitas
rendah, sedang dan tinggi serta manambahkan variabel kemampuan
pemecahan masalah sebagai salah satu variabel yang juga mempengaruhi
interaksi akuntabilitas individu dengan kualitas hasil pekerjaannya.
Subyek penelitian tersebut aalah akuntan publik. Dari penelitian tersebut
46
diperoleh hasil bahwa untuk kompleksitas pekerjaan rendah, akuntabilitas
tidak mempengaruhi kualitas pekerjaannya, untuk tingkat kompleksitas
menengah, akuntabilitas dapat meningkatkan kualitas hasil pekerjaan jika
didukung dengan pengetahuan yang tinggi. Sedangkan kompleksitas
pekerjaan yang tinggi, akuntabilitas dapat meningkatkan kualitas hasil
pekerjaan jika didukung dengan pengetahuan dan kemampuan
memecahkan masalah yang tinggi.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Tetlock dan Kim (1987),
Cloyd (1997), Tan dan Alison (1999), Mardisar et al. (2007), dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Ha2: akuntabilitas auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
3. Profesionalisme dengan Kualitas Audit
Penelitian yang dilakukan oleh Lavin (1976) dalam Alim et al.
(2007:2) menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara
profesionalisme, dalam hal ini independensi auditor dan kualitas audit.
Ini menjadi sangat penting bagi seorang auditor mengingat bahwa tingkat
profesionalisme auditor sangat dibutuhkan untuk melakukan sebuah
pekerjaan. Untuk itu diperlukan sikap dan prinsip yang kuat untuk
mempertahankan sikap profesional tersebut. Karena bagaimana pun sikap
profesional dapat menjadi sesuatu yang sangat berharga. Pandangan
publik terhadap kinerja auditor pada saat ini sudah menjadi sesuatu yang
ditunggu, dan diharapkan menjadi acuan dalam melakukan suatu
kegiatan bisnis, seperti investasi, dan yang hanya sekedar ingin
47
mengetahui kinerja suatu perusahaan. Menurut Ussahawanitchakit (2008)
perilaku profesional berhubungan positif mempengaruhi kualitas audit.
Selain itu, dalam penelitian yang lain yang dilakukan olehnya,
profesionalisme juga memiliki hubungan positif terhadap kualitas audit.
Selanjutnya menurut Baotham (2007) menunjukkan bahwa
profesionalisme berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit.
Kemudian Deis dan Groux (1992) mengatakan bahwa klien dapat
menekan auditor untuk melawan standar profesional dan dalam ukuran
yang besar, kondisi keuangan klien yang sehat dapat digunakan sebagai
alat untuk menekan auditor dengan cara melakukan pergantian auditor.
Hal ini dapat membuat auditor tidak akan dapat bertahan dengan tekanan
klien tersebut sehingga menyebabkan independensi mereka melemah.
Pada kondisi saat ini, maka profesionalisme yang diproksikan oleh
independensi auditor berpengaruh negatif terhadap kualitas audit.
Berdasarkan bukti-bukti empiris dan kajian teoritis yang dilakukan oleh
Ussahawanitchakit (2008), Baotham (2007) dan Deis dan Groux (1992)
dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
Ha3: Profesionalisme berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas
audit.
4. Independensi, Akuntabilitas dan Profesionalisme Terhadap Kualitas
Audit
Hasil penelitian Ussahawanitchakit (2008) menunjukkan perilaku
profesional berhubungan positif mempengaruhi kualitas audit. Hasil
48
penelitian yang dilakukan oleh Alim et al. (2007) menyatakan bahwa
independensi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mardisar et al. (2007) menyatakan
bahwa akuntabilitas akan mempengaruhi kualitas hasil pekerjaan auditor.
Dalam penelitiannya akuntabilitas dibagi menjadi menjadi dua bagian
yaitu akuntabilitas dengan kompleksitas pekerjaan rendah dan
akuntabilitas dengan kompleksitas pekerjaan tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Alim et al. (2007),
Ussahawanitchakit (2008) dan Mardisar et al. (2007). Dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:
Ha4: independensi, akuntabilitas, dan profesionalisme auditor
berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit
5. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 berikut ini adalah beberapa penelitian terdahulu yang
berhubungan dengan kualitas audit. Penelitian terdahulu ini menjadi penguat
atau sebagai referensi pada penelitian ini, diantaranya adalah:
49
Tabel 2.1
Hasil-Hasil penelitian terdahulu
No Peneliti
(Tahun)
Judul Penelitian Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1 Abu Bakar et
al. (2005)
Factors Influencing
Auditor
Independence:
Malaysian Loan
Officers’
Perceptions
Variabel Independensi,
data diperoleh secara
langsung dengan
mengirimkan kuesioner
kepada responden.
Tidak ada variabel
profesionalisme dan
akuntabilitas, obyek
penelitian.
6 faktor independensi:
size KAP, audit tenure,
persaingan KAP,
komite audit, jasa
nonaudit, dan besarnya
fee audit
2 Alim et al.
(2007)
Pengaruh
Kompetensi dan
Independensi
Terhadap Kualitas
Audit dengan Etika
Auditor sebagai
Variabel Moderasi
Variabel kompetensi dan
independensi, serta
kualitas audit, pengukuran
variabel dengan
menggunakan skala likert
obyek penelitian adalah
auditor di wilayah Jawa
timur, tidak
menambahkan variabel
akuntabilitas, tetapi
menggunakan variabel
moderasi etika auditor.
Terdapat pengaruh
yang signifikan antara
kompetensi dan
independensi terhadap
kualitas audit.
Kompetensi disini
dibagi menjadi menjadi
dua dimensi yaitu
pengalaman dan
pengetahuan.
3 Knechel et al.
(2007)
The Relationship
Between Auditor
Tenure and Audit
Quality Implied by
Going Concern
Opinion
Variabel kualitas audit
dan audit tenure sebagai
bagian komponen
independensi.
Obyek penelitiannya
seluruh perusahaan
privat di Belgia,
menggunakan alat
analisis regresi logistik
Jangka waktu auditor
atau lama mengaudit
kliennya tidak
mempunyai pengaruh
negative terhadap
kualitas audit
50
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
4 Mardisar et al.
(2007)
Pengaruh Akuntabilitas
dan Pengetahuan Auditor
terhadap Kualitas Hasil
Kerja Auditor
Variabel akuntabilitas
dan kualitas hasil
kerja auditor,
menggunakan metode
purposive sampling,
Tidak ada variabel
profesionalisme
dan independensi,
obyek penelitian
auditor yang berada
di Pekanbaru dan
Padang,
menggunakan
variabel moderasi
pengetahuan
auditor.
Akuntabilitas
memiliki pengaruh
yang positif
terhadap kualitas
hasil kerja auditor
dengan
kompleksitas
pekerjaan rendah,
begitu pula dengan
komlpleksitas
pekerjaan tinggi jika
didukung oleh
pengetahuan audit
yang tinggi.
5 Phapruke
Ussahawannitchakit.
(2008)
Relationship quality,
profesionalism, audit
quality : an empirical
study of auditors on
thailand
Variabel
profesionalisme dan
kualitas audit
tidak terdapat
variabel
akuntabilitas dan
independensi
objek penelitian
pada auditor
Thailand
Penelitian
menunjukkan
bahwa
profesionalisme
berpengaruh
signifikan terhadap
kualitas audit
51
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
6 Setyarno
Herawati dan Yulius
Kurnia Susanto
(2008)
Profesionalisme,Pengetahuan
Akuntan Publik dalam
Mendeteksi Kekeliruan, dan
Pertimbangan Tingkat
Materialitas.
Variabel
profesionalisme, dan
kualitas audit.
Pemilihan sampel
berdasarkan metode
purposive sampling
Tidak ada variabel
independensi,
akuntabilitas dan
kualitas audit.
Penelitian
menunjukkan
bahwa
profesionalisme,
pengetahuan
akuntan publik
berpengaruh
signifikan dalam
mendeteksi
kekeliruan, dan
pertimbangan
tingkat materialitas.
7 Sumintorn Baotham
(2007)
Effect of profesionalism on
audit quality and self image
of CPA’s in thailand
Variabel
profesionalism dan
kualitas audit
Obyek penelitian
auditor di
Thailand, tidak
ada variabel
independensi dan
akuntabilitas
profesionalisme
berpengaruh
signifikan terhadap
kualitas audit
52
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Sumber: Diolah dari berbagai referensi
No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
8 Wibowo et al.
(2009)
Faktor-faktor determinasi
Kualitas Audit-Suatu studi
dengan pendekatan
Earnings Surprise
Benchmark
Variabel kualitas
audit, di dalam
penelitian ini terdapat
sub variabel
independensi auditor.
Tidak ada variabel
profesionalisme
dan akuntabilitas,
menggunakan data
sekunder yang
diambil dari
database OSIRIS,
Indonesian Capital
Market Directory
(ICMD) TAHUN
2000-2007. Dan
laporan keuangan
tahunan perusahaan
pada pusat riset
pasar modal.
Terdapat dua faktor
yang mempunyai
pengaruh positif
terhadap kualitas
audit, yaitu ukuran
KAP, dan Regulasi
audit
53
6. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran penelitian ini dapat digambarkan dalam gambar 2.1:
Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran
Basis Teori: Teori Independensi, Teori Akuntabilitas, Teori Profesionalisme,
dan Teori-teori Auditing.
Independensi (X1)
Akuntabilitas (X2)
Profesionalisme (X3)
Kualitas Audit
(Y)
Variabel Independen Variabel Dependen
Judul
Pengaruh Independensi, Akuntabilitas, dan Profesionalisme
Auditor Terhadap Kualitas Audit
54
Gambar 2.1 (lanjutan)
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan, Implikasi dan Saran
Metode Analisis:
Regresi Linier Berganda
Uji Koefisien Determinasi (R2) Uji Statistik t Uji Statistik F
Uji Asumsi Klasik Uji Kualitas Data Uji Statistik Deskriptif
Metode Analisa Data
Uji Hipotesis
55
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa hubungan sebab akibat
yang digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel independen, yaitu
independensi, akuntabilitas, dan profesionalisme terhadap variabel dependen,
yaitu kualitas audit. Populasi penelitian ini adalah akuntan publik yang bekerja
pada kantor akuntan publik (KAP) yang berada di wilayah Jakarta.
B. Metode Penentuan Sampel
Metode penentuan sampel yang digunakan adalah pemilihan sampel
bertujuan (purposive sampling), dengan teknik berdasarkan pertimbangan
(judgement sampling) yang merupakan tipe pemilihan sampel secara tidak acak
yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu
(umumnya disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian) (Indriantoro dan
Supomo, 2002:131) dengan kriteria sebagai berikut:
1. Sampel merupakan auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik yang
ada di wilayah Jakarta sesuai dengan Directory Kantor Akuntan Publik
2011 yang diterbitkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI).
56
2. Auditor yang bekerja di KAP dan pernah melaksanakan pekerjaan di bidang
auditing.
3. Auditor yang memiliki pengalaman kerja minimal satu tahun, hal ini
dilakukan karena auditor tersebut telah mampu mengenal dan beradaptasi
dengan lingkungan kerjanya.
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data-data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
Penelitian Lapangan (Field Research). Data utama dalam penelitian ini diperoleh
melalui penelitian lapangan, peneliti memperoleh data secara langsung dari
pihak pertama (data primer). Pada penelitian ini, yang menjadi subyek penelitian
adalah auditor eksternal yang bekerja pada KAP. Peneliti memperoleh data
dengan mengirimkan kuesioner kepada kantor akuntan publik secara langsung
ataupun melalui perantara. Data primer diperoleh dengan menggunakan daftar
pertanyaan yang telah terstruktur dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi
dari auditor yang bekerja pada KAP sebagai responden dalam penelitian. Sumber
data dalam penelitian ini adalah skor masing-masing indikator variabel yang
diperoleh dari pengisian kuesioner yang telah dibagikan kepada auditor yang
bekerja di KAP sebagai responden.
57
D. Metode Analisa Data
Metode analisis data menggunakan uji statistik deskriptif, uji kualitas data,
uji asumsi klasik dan uji hipotesis.
1. Uji Statistik Deskriptif
Uji statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari nilai rata- rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,
dan minimum (Ghozali, 2009:19).
Gambaran umum mengenai karakteristik responden dijelaskan dengan
tabel statistik deskriptif responden yang diukur dengan skala ukur interval
yang menjelaskan besarnya frekuensi absolute dan persentase jenis kelamin,
umur, pendidikan terakhir, lama bekerja dan posisi terakhir, sedangkan untuk
memberikan deskriptif mengenai variabel independen penelitian yaitu
profesionalisme, independensi dan akuntabilitas auditor. Dan variabel
dependen penelitian yaitu kualitas audit, dijelaskan dengan tabel statistik
deskriptif variabel yang menunjukkan kisaran teoritis, kisaran aktual, rata-
rata (mean) dan standar deviasi.
2. Uji Kualitas Data
a. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas menunjukkan konsistensi dari data yang dikumpulkan, suatu
kuesioner dikatakan reliable (handal) jika jawaban pertanyaan seseorang
adalah konsisten dari waktu ke waktu (Ghozali, 2009:19), uji reliabilitas
58
hanya dapat dilakukan setelah suatu instrumen telah dipastikan
validitasnya.
Pengukuran reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan One Shot
atau pengukuran sekali saja. Disini pengukurannya hanya sekali dan
kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur
korelasi antar jawaban pertanyaan. Kriteria pengujian dilakukan dengan
menggunakan pengujian Cronbach Alpha (α). Suatu variabel dikatakan
reliable jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60 (Nunnaly, 1960
dalam Ghozali, 2009:46).
b. Uji Validitas
Uji validitas yaitu untuk mengukur sah atau tidaknya suatu kuesioner, suatu
kuesioner dikatakan valid jika pertanyaannya pada kuesioner mampu untuk
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut
(Ghozali, 2009: 49) Dalam penelitian ini pengujian validitas dilakukan
dengan menggunakan Pearson correlation yaitu dengan cara menghitung
korelasi antar nilai yang diperoleh dari pertanyaan-pertanyaan, apabila
Sig.(2-tailed) yang didapat memiliki nilai dibawah 0,05 berarti data yang
diperoleh adalah valid (Ghozali, 2009:49).
59
3. Uji Asumsi Klasik
Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data primer ini, maka dalam
penelitian ini dilakukan uji normalitas, uji multikolonieritas, dan uji
heteroskedastisitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas ini dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi
variabel independen dan dependen keduannya memiliki distribusi normal
atau mendekati normal. Untuk mendeteksi apakah keduanya berdistribusi
normal atau tidak yaitu dengan melihat normal probability plot (P Plot).
Suatu variabel dikatakan normal jika gambar distribusi dengan titik-titik
data yang menyebar di sekitar garis diagonal, dan penyebaran titik-titik
data searah mengikuti garis diagonal. Normal tidaknya suatu data dapat
dideteksi juga lewat grafik histogram, suatu data dikatakan normal jika
kemencengan grafiknya membentuk pola seperti lonceng. Hanya gambar
grafik kadang-kadang dapat menyesatkan karena kelihatan distribusinya
normal tetapi secara statistik sebenarnya tidak normal (Ghozali, 2005:110-
112).
b. Uji Multikolonieritas
Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan
atau korelasi diantara variabel independen. Multikolonieritas menyatakan
hubungan antar sesama variabel independen. Model regresi yang baik
60
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen (Ghozali,
2009:95). Deteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model
regresi dapat dilihat dari besaran VIF (Variance Inflation Factor) dan
tolerance. Regresi bebas dari multikolonieritas jika besar nilai VIF < 10
dan nilai tolerance > 0,10 (Ghozali, 2009:96).
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu
model regresi terdapat persamaan atau perbedaan varians dari residual
satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
homokedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model
regresi yang baik adalah homokedastisitas (Ghozali, 2009:125). Deteksi
ada atau tidaknya heterokedastisitas dapat dilihat dengan ada tidaknya
pola tertentu pada grafik scaterplot. Jika ada pola tertentu maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Tetapi jika tidak ada
pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0
pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2009:125-
126).
61
4. Uji Hipotesis
Pada penelitian ini digunakan tiga variabel independen dan satu
variabel dependen. Metode analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis
adalah regresi berganda (multiple regression), yaitu regresi yang digunakan
untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen. Regresi berganda digunakan untuk menguji H1, H2, H3
dengan pendekatan interaksi yang bertujuan untuk memenuhi ekspektasi
peneliti mengenai pengaruh independensi akuntabilitas dan profesionalisme
auditor terhadap kualitas audit. Persamaan regresinya adalah sebagai berikut:
Y = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + e
Dimana : Y : Kualitas audit
a : Konstanta
β1 ,β2, dan β3 : Koefisien regresi
X1 : Independensi
X2 : Akuntabilitas
X3 : Profesionalisme
e : Error
62
a. Koefisien Determinasi ( R2
)
Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel dependen, nilai R2
yang
mendekati 1 berarti variabel-variabel independen memberikan hampir
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel independen
(Ghozali, 2005:83).
b. Uji Statistik F (Simultan)
Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas
yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-
sama terhadap variabel dependen atau terikat. Uji statistik F digunakan
untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yang dimasukkan
dalam model regresi secara bersama-sama terhadap variabel dependen
yang diuji pada tingkat signifikansi 0,05 (Ghozali, 2005:84).
c. Uji Statistik t (Parsial)
Uji statistik t digunakan untuk mengetahui hubungan masing-masing
variabel bebas secara individual terhadap variabel terikat untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh masing-masing variabel bebas secara
individual terhadap variabel terikat digunakan tingkat signifikan 0,05 jika
nilai t terhitung lebih kecil dari nilai t tabel pada taraf signifikan 0,05
maka Ha ditolak, sedangkan jika nilai t hitung lebih besar dari t tabel
maka Ha diterima (Ghozali, 2005:85).
63
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel yang
digunakan berikut dengan operasional dan cara pengukurannya.
1. Independensi (X1)
Independensi dalam auditing adalah penggunaan sudut pandang yang tanpa
bias dalam mengerjakan pengujian audit, evaluasi terhadap hasil dan dalam
penerbitan laporan audit. Pengertian bias disini adalah melakukan penilaian
terhadap sesuatu berdasarkan kondisi dari obyek yang sesungguhnya tanpa
merasa adanya tekanan atau kepentingan tertentu, atau dengan kata lain
bersifat obyektif. Independensi adalah sikap yang diharapkan dari seorang
akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam
pelaksanaan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan
obyektivitas (Abu Bakar et al., 2005:2). Variabel ini juga diukur dengan
mengadopsi instrumen yang digunakan oleh Alim et al. (2007). Semua item
pertanyaan diukur dengan menggunakan skala Interval (likert), 1 sampai 5.
Jawaban yang didapat akan dibuat skor yaitu: nilai (1) sangat tidak setuju, (2)
tidak setuju, (3) netral, (4) setuju, dan (5) sangat setuju. Untuk pertanyaan
yang negatif, maka skor dibalik menjadi: (5) sangat tidak setuju, (4) tidak
setuju, (3) netral, (2) setuju, (1) sangat setuju.
64
2. Akuntabilitas (X2)
Akuntabilitas adalah dorongan psikologi yang membuat seseorang berusaha
mempertanggungjawabkan semua tindakan dan keputusan yang diambil
kepada lingkungannya. Pengertian lingkungan disini adalah tempat dimana ia
melakukan aktivitas atau pekerjaannya (Tetlock, 1984) dalam Mardisar et al.
(2007:6). ada tiga indikator yang dapat digunakan untuk mengukur
akuntabilitas individu. Pertama, seberapa besar motivasi mereka untuk
meyelesaikan pekerjaan tesebut. Kedua, seberapa besar usaha atau daya pikir
yang diberikan untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan. Ketiga, seberapa
besar keyakinan mereka bahwa pekerjaan mereka akan diperiksa oleh atasan.
Dalam penelitian ini akuntabilitas diukur dengan menggunakan instrumen
yang dikembangkan oleh Mardisar et al. (2007). Semua item pertanyaan
diukur dengan menggunakan skala Interval (likert), 1 sampai 5. Jawaban
yang didapat akan dibuat skor yaitu: (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju,
(3) netral, (4) setuju, dan (5) sangat setuju.
3. Profesionalisme (X3)
Profesionalisme adalah suatu atribut individual yang melakukan kegiatan-
kegiatan kerja tertentu dalam masyarakat berbekal keahlian tinggi dan
berdasarkan rasa keterpanggilan dengan semangat pengabdian untuk
menjalankan tugasnya. Variabel ini menggunakan 10 instrumen pertanyaan
yang diadopsi dari Ussahawanitchakit (2008) Respon dari responden
65
direkam dengan skala interval (likert) 5 poin dari mulai (1) sangat tidak
setuju, (2) tidak setuju, (3) netral, (4) setuju, sampai dengan (5) sangat
setuju.
4. Kualitas audit (Y)
Kualitas audit didefinisikan sebagai probabilitas dimana seorang auditor
menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam
sistem akuntansi kliennya (Alim et al., 2007:4). Variabel kualitas audit
dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan instrumen yang
dikembangkan oleh Alim et al. (2007). Variabel ini diukur dengan
menggunakan skala interval (likert) 5 poin, dari (1) sangat tidak setuju, (2)
tidak setuju, (3) netral, (4) setuju, hingga (5) sangat setuju.
66
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel Indikator No. Butir
Pertanyaan
Skala
Pengukuran
Independensi
(X1) (Abu Bakar
et al., 2005)
1. Pengungkapan kecurangan klien 1,2 Interval
2. Besarnya fee audit 3,4
3. pemberian fasilitas dari klien 5,6,7
4. penggantian (rotasi) auditor 8,9
5. penggunaan jasa non audit 10
Akuntabilitas
(X2) (Libby dan
Luft, 1993),
(Cloyd, 1997),
dan (Tan dan
Alison, 1999)
1. Besarnya motivasi menyelesaikan
pekerjaan
11,12,13 Interval
2. Keyakinan bahwa pekerjaan akan
diperiksa oleh atasan
14,15,16
3. Usaha atau daya pikir untuk
menyelesaikan pekerjaan
17,18,19,20
Profesionalisme
(X3) (Wahyudi,
2006) dan (Hall
R, 1968)
1. Menggunakan pengetahuan 21 Interval
2. Teguh pada profesi 22
3. Penarikan diri dari penugasan 23
4. Profesi yang penting 24
5. Pendapat atas laporan keuangan 25
6. Ketepatan tingkat materialitas 26
7. Audit oleh eksternal auditor 27
8. Menilai auditor eksternal 28
9. Tukar pendapat 29
10. Mendukung organisasi 30
Kualitas Audit
(Y) (Alim et al.,
2007)
1. Deteksi salah saji 31,32 Interval
2. Kesesuaian dengan SPAP 33,34
3. Kepatuhan terhadap SOP 35,36
4. Risiko audit 37
5. Prinsip kehati-hatian 38
6. Pengendalian oleh supervisor 39
7. Perhatian yang diberikan oleh
manajer atau partner
40
Sumber: Diolah dari berbagai referensi
67
BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap akuntan publik (auditor) yang
bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada di wilayah DKI
Jakarta baik KAP kelas kecil maupun menengah. Auditor yang
berpartisipasi dalam penelitian ini meliputi supervisor, auditor senior dan
auditor junior yang melaksanakan pekerjaan di bidang auditing.
Pengumpulan data dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner
penelitian secara langsung seperti dengan cara mendatangi responden dan
secara tidak langsung melalui perantara kepada responden yang bekerja
pada KAP di wilayah DKI Jakarta dan terdaftar dalam Directory Kantor
Akuntan Publik 2011 yang diterbitkan oleh Institut Akuntan Publik
Indonesia (IAPI). Penyebaran dan pengambilan kuesioner dilaksanakan
mulai tanggal 10 Oktober 2011 hingga 23 November 2011.
Peneliti mengambil sampel sebanyak 30 KAP dari keseluruhan KAP
yang berada di wilayah DKI Jakarta. Kuesioner yang disebarkan berjumlah
120 buah dan jumlah kuesioner yang kembali adalah sebanyak 93
kuesioner atau 77,5%. Kuesioner yang tidak kembali sebanyak 27 buah
atau 22,5% dan yang tidak berlaku atau tidak dapat diolah 13 buah atau
10,83%, hal ini mungkin disebabkan waktu penyebaran kuesioner yang
68
kurang tepat karena para auditor sedang sibuk mendatangi kliennya, dan
ada juga auditor yang mengisi kuesioner yang tidak sesuai kriteria dalam
penelitian ini. Kuesioner yang dapat diolah berjumlah 80 buah atau
66,67%. Gambaran mengenai data sampel disajikan pada tabel 4.1.
Tabel 4.1
Data Sampel Penelitian
No. Keterangan Jumlah Persentase
1. Jumlah kuesioner yang disebar 120 100%
2. Jumlah kuesioner yang tidak kembali 27 22,5%
3. Jumlah kuesioner yang tidak dapat
diolah
13 10,83%
4. Jumlah kuesioner dapat diolah 80 66,67%
Sumber: Data primer yang diolah
Data distribusi penyebaran kuesioner penelitian ini dapat dilihat dalam
tabel 4.2.
Tabel 4.2
Data Distribusi Sampel Penelitian
No. Nama Kantor Akuntan Publik Kuesioner
Dikirim
Kuesioner
dikembali
kan
1 Drs. Irwanto 4 0
2 Abdul Aziz 4 4
3 Achmad, Rasyid, Hisbullah & Jerry
(Cabang) 5 5
4 Agus Ubaidillah 2 2
5 Arman Dhani & Rekan 4 0
6 Armen, Budiman &Rekan 1 1
7 Bambang, Sutjipto Ngumar & Rekan
(Pusat)
4 4
8 Basyiruddin & Wildan (Pusat) 5 5
9 Benny,Tony,Frans & Daniel (Cab) 3 3
10 Chatim, Atjeng, Jusuf & Rekan
(Pusat)
5 5
11 DRS. Danny Sughanda 4 4
69
Tabel 4.2 (Lanjutan)
No. Nama Kantor Akuntan Publik Kuesioner
Dikirim
Kuesioner
dikembalikan
12 Darmawan, Hendang & Yogi (Pusat) 5 5
13 Dedy Zeinirwan Santosa 3 3
15 Dolly Bambang Sudarmadji & Rekan
(Cabang)
2 2
16 Eddy Siddharta & Rekan 5 5
17 Euneke Winarjo 5 5
18 Hadori Sugiarto Adi & Rekan (Pusat) 5 0
19 Herman, Dody, Tanumihardja &
Rekan (Cab)
5 5
20 Hertanto, Sidik & Rekan (Pusat) 3 3
21 DRS. Heryanto Subrata Gani 4 0
22 Ghazali, Sahat dan Rekan 4 0
23 Jack & Young 5 5
24 Jimmy Budhi & Rekan 3 0
25 Junaedi, Chairul, Labib, Subyakto &
Rekan (Cab)
5 5
26 Kosasih, Nurdiyaman, Tjahjo &
Rekan (Cab)
4 4
27 Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono,
Ade Fatma & Rekan
3 3
28 Pieter, Uuways & Rekan 3 0
29 Salaki & Salaki 5 5
30 Drs. Tasnim Ali Widjanarko & Rekan
(Pusat)
5 5
Total 120 93
Sumber: Data Primer
2. Karakteristik Profil Responden
Responden dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada
KAP di Jakarta sesuai dengan Directory Kantor Akuntan Publik 2011 yang
diterbitkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), responden yang
menjadi objek penelitian ini adalah auditor yang menduduki posisi sebagai
auditor junior, auditor senior, maupun supervisor, serta pernah
melaksanakan pekerjaan di bidang auditing atau pernah melakukan
70
praktek langsung mengaudit laporan keuangan kliennya dan telah memiliki
pengalaman kerja minimal satu tahun. Responden penelitian ini berasal
dari beberapa kotamadya yang tersebar di wilayah DKI Jakarta, meliputi
Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Pusat, dan Jakarta Barat. Hanya
saja dalam penelitian ini tidak terdapat responden dari wilayah Jakarta
Utara dikarenakan tidak ada kuesioner yang kembali dari wilayah tersebut.
Berikut ini adalah deskripsi mengenai identitas responden penelitian yang
terdiri dari jenis kelamin, posisi terakhir, pendidikan terakhir, usia, dan
pengalaman kerja responden.
a. Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4.3 berikut ini menyajikan hasil uji deskripsi responden
berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4.3
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa sekitar 45 orang atau
56,25% responden didominasi oleh jenis kelamin laki-laki, dan sisanya
sebesar 35 orang atau 43,75% responden berjenis kelamin perempuan.
b. Deskripsi responden berdasarkan posisi terakhir
Hasil uji deskripsi responden berdasarkan posisi terakhir disajikan pada
tabel berkut ini:
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
Laki-laki 45 56,25%
Perempuan 35 43,75%
Total 80 100%
71
Tabel 4.4
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Posisi Terakhir
Jabatan Terakhir Frekuensi Persentase
Partner 0 0%
Manajer 0 0%
Supervisor 2 2,5%
Auditor Senior 22 27,5%
Auditor Junior 56 70%
Total 80 100%
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.4 diatas diperoleh informasi bahwa mayoritas
responden sebanyak 56 orang atau sebesar 70% menduduki posisi
sebagai auditor junior. Responden yang menduduki jabatan sebagai
auditor senior sebanyak 22 orang atau 27,5%, sedangkan supervisor
sebanyak 2 orang atau 2,5%. Responden yang menduduki jabatan
sebagai partner dan manajer tidak ikut serta dalam mengisi kuesioner
ini.
c. Deskripsi responden berdasarkan pendidikan terakhir
Tabel 4.5 menyajikan hasil uji deskripsi responden berdasarkan
pendidikan terakhir.
Tabel 4.5
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Pendidikan Frekuensi Persentase
D3 11 13,75%
S1 67 83,75%
S2 2 2,5%
Total 80 100%
Sumber: Data primer yang diolah
72
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden berpendidikan terakhir Strata Satu (S1) dengan jumlah 67
responden atau 83,75%. Sisanya sebesar 2,5% atau sebanyak 2 orang
berpendidikan terakhir Strata Dua (S2) dan sebesar 13,75% atau
sebanyak 11 orang berpendidikan terakhir Diploma III (D3).
d. Deskripsi responden berdasarkan usia
Tabel 4.6 berikut ini disajikan hasil uji deskripsi responden
berdasarkan usia.
Tabel 4.6
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia
Usia Frekuensi Persentase
21-30 72 90%
31-40 5 6,25%
41-50 3 3,75%
Total 80 100%
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.6 menunjukkan responden yang bekerja pada kantor
akuntan publik auditor yang berusia 41-50 tahun sebanyak 3,75%,
responden yang berusia 31-40 tahun sebanyak 6,25%, yang berusia
21-30 tahun sebanyak 90%.
e. Karakteristik responden berdasarkan pengalaman kerja
Berikut ini adalah hasil uji responden berdasarkan pengalaman kerja
73
Tabel 4.7
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.7 di atas dapat diketahui bahwa mayoritas
responden (sebanyak 63,75%) atau sekitar 51 auditor memiliki
pengalaman bekerja 1-3 tahun, dan 33,75% atau sebanyak 27 auditor
memiliki pengalaman bekerja >1 tahun, sebesar 2,5% atau sebanyak 2
auditor memiliki pengalaman bekerja >3 tahun.
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yang meliputi independensi,
akuntabilitas, profesionalisme dan kualitas audit akan diuji secara statistik
deskriptif seperti yang terlihat dalam tabel 4.8
Pengalaman Kerja Frekuensi Persentase
<1 tahun 27 33,75%
1-3 tahun 51 63,75%
>3 tahun 2 2,5%
Total 80 100%
74
Tabel 4.8
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic
TI 80 32 48 39.78 .419 3.748
TA 80 31 50 40.55 .444 3.968
TP 80 28 50 38.20 .494 4.416
TKA 80 35 49 41.01 .317 2.835
Valid N (listwise) 80
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.8 menjelaskan bahwa pada variabel independensi jawaban
minimum responden sebesar 32 dan maksimum sebesar 48, dengan rata-
rata total jawaban 39,78 dan standar deviasi sebesar 3,748. Variabel
akuntabilitas jawaban minimum responden sebesar 31 dan maksimum
sebesar 50, dengan rata-rata total jawaban 40,55 dan standar deviasi
sebesar 3,968. Pada profesionalisme minimum jawaban responden sebesar
28 dan maksimum sebesar 50, dengan rata-rata total jawaban 38,20 dan
standar deviasi sebesar 4,416. Sedangkan, pada variabel kualitas audit
jawaban minimum responden sebesar 35 dan maksimum sebesar 49,
dengan rata-rata total jawaban 41,01 dan standar deviasi sebesar 2,835.
2. Hasil Uji Kualitas Data
a. Hasil Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya
suatu kuesioner. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan
75
Pearson Corelation, pedoman suatu model dikatakan valid jika tingkat
signifikansinya dibawah 0,05 maka butir pertanyaan tersebut dapat
dikatakan valid. Tabel berikut menunjukkan hasil uji validitas dari
empat variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu
independensi (I), akuntabilitas (A), profesionalisme (P), dan kualitas
audit (KA), dengan 80 sampel responden.
Tabel 4.9
Hasil Uji Validitas Independensi
Nomor
Butir Pertanyaan
Pearson
Correlation
Sig
(2-Tailed) Keterangan
1 (I1) 0,457** 0,004 Valid
2 (I2) 0,500** 0,000 Valid
3 (I3) 0,624** 0,000 Valid
4 (I4) 0,549** 0,000 Valid
5 (I5) 0,482** 0,000 Valid
6 (I6) 0,716** 0,000 Valid
7 (I7) 0,707** 0,000 Valid
8 (I8) 0,542** 0,000 Valid
9 (I9) 0,487** 0,000 Valid
10 (I10) 0,526** 0,000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.9 menunjukkan variabel independensi mempunyai
kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikansi
lebih kecil dari 0,05.
Tabel 4.10
Hasil Uji Validitas Akuntabilitas
Nomor
Butir Pertanyaan
Pearson
Corelation
Sig
(2-Tailed) Keterangan
11 (A1) 0,419** 0,004 Valid
12 (A2) 0,452** 0,000 Valid
13 (A3) 0,737** 0,000 Valid
14 (A4) 0,761** 0,000 Valid
15 (A5) 0,808** 0,000 Valid
76
Tabel 4.10 (Lanjutan)
Nomor
Butir Pertanyaan
Pearson
Corelation
Sig
(2-Tailed) Keterangan
16 (A6) 0,680** 0,000 Valid
17 (A7) 0,731** 0,000 Valid
18 (A8) 0,620** 0,000 Valid
19 (A9) 0,420** 0,000 Valid
20 (A10) 0,450** 0,000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.10 menunjukkan variabel akuntabilitas mempunyai
kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikansi
lebih kecil dari 0,05.
Tabel 4.11
Hasil Uji Validitas Profesionalisme
Nomor
Butir Pertanyaan
Pearson
Corelation
Sig
(2-Tailed) Keterangan
21 (P1) 0,578** 0,000 Valid
22 (P2) 0,652** 0,000 Valid
23 (P3) 0,647** 0,000 Valid
24 (P4) 0,675** 0,000 Valid
25 (P5) 0,612** 0,000 Valid
26 (P6) 0,550** 0,000 Valid
27 (P7) 0,545** 0,000 Valid
28 (P8) 0,378** 0,001 Valid
29 (P9) 0,423** 0,000 Valid
30 (P10) 0,467** 0,000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.11 menunjukkan variabel profesionalisme mempunyai
kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikansi
lebih kecil dari 0,05.
77
Tabel 4.12
Hasil Uji Validitas Kualitas Audit
Nomor
Butir Pertanyaan
Pearson
Corelation
Sig
(2-Tailed) Keterangan
31 (KA1) 0,570** 0,000 Valid
32 (KA2) 0,464** 0,000 Valid
33 (KA3) 0,644** 0,000 Valid
34 (KA4) 0,677** 0,000 Valid
35 (KA5) 0,585** 0,000 Valid
36 (KA6) 0,644** 0,000 Valid
37 (KA7) 0,495** 0,000 Valid
38 (KA8) 0,448** 0,000 Valid
39 (KA9) 0,343** 0,002 Valid
40 (KA10) 0,343** 0,002 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.12 menunjukkan variabel kualitas audit mempunyai
kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikansi
lebih kecil dari 0,05.
b. Hasil Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk menilai konsistensi dari
instrumen penelitian. Suatu instrumen penelitian dapat dikatakan
reliabel jika nilai Cronbach Alpha berada diatas 0,6. Tabel 4.13
menunjukkan hasil uji reliabilitas untuk empat variabel penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini.
Tabel 4.13
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Cronbach’s
Alpha Keterangan
Independensi 0,759 Reliabel
Akuntabilitas 0,814 Reliabel
Profesionalisme 0,761 Reliabel
Kualitas Audit 0,712 Reliabel
78
Tabel 4.13 menunjukkan nilai cronbach’s alpha atas variabel
Independensi sebesar 0,759, akuntabilitas sebesar 0,814,
profesionalisme sebesar 0,761, dan kualitas audit sebesar 0,712.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pernyataan dalam
kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai cronbach’s alpha lebih
besar dari 0,6. Hal ini menunjukkan bahwa setiap item pernyataan
yang digunakan akan mampu memperoleh data yang konsisten yang
berarti bila pernyataan itu diajukan kembali akan diperoleh jawaban
yang relatif sama dengan jawaban sebelumnya.
3. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Hasil Uji Multikolonieritas
Untuk mendeteksi adanya problem multiko, maka dapat
dilakukan dengan melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation
Factor (VIF) serta besaran korelasi antar variabel independen.
Tabel 4.14
Hasil Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 16.176 2.493 6.490 .000
TI .252 .084 .333 2.996 .004 .458 2.183
TA .180 .083 .253 2.173 .033 .419 2.387
TP .196 .058 .306 3.400 .001 .699 1.432
a. Dependent Variable: TKA
Sumber: Data primer yang diolah
79
Berdasarkan tabel 4.14 diatas terlihat bahwa nilai tolerance
mendekati angka 1 dan nilai variance inflation factor (VIF) disekitar
angka 1 untuk setiap variabel, nilai tolerance dan VIF untuk
independensi sebesar 0,458 dan 2,183, lalu nilai tolerance dan VIF
untuk akuntabilitas sebesar 0,419 dan 1,168, nilai tolerance dan VIF
untuk profesionalisme sebesar 0,699 dan 1,432. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa model persamaan regresi tidak terdapat
problem multiko dan dapat digunakan dalam penelitian ini.
b. Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi, variabel dependen dan variabel independen atau
keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang
baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal.
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot
80
Hasil uji normalitas berdasarkan output histogram disajikan
pada gambar berikut ini.
Gambar 4.2
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram
Sumber: Data primer yang diolah
Gambar 4.1 dan 4.2 memperlihatkan penyebaran data yang
berada disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, ini
menunjukkan bahwa model regresi telah memenuhi asumsi
normalitas.
c. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah
dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari
residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians
dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap,
maka disebut homoskedastisitas.
81
Gambar 4.3
Grafik Scatterplot
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan gambar 4.3, grafik scatterplot menunjukkan
bahwa data tersebar di atas dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y
dan tidak terdapat suatu pola yang jelas pada penyebaran data
tersebut. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model
persamaan regresi, sehingga model regresi layak digunakan untuk
memprediksi kualitas audit berdasarkan variabel yang
mempengaruhinya, yaitu independensi, akuntabilitas dan
profesionalisme.
4. Hasil Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan model analisis
regresi berganda (multiple regression analysis), yaitu:
82
a. Uji Koefisien Adjusted R Square
Uji koefisien adjusted R Square dilakukan untuk mengetahui
seberapa besar kemampuan variabel independen dalam menjelaskan
variabel dependen.
Tabel 4.15
Hasil Uji Koefisien Adjusted R Square
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .755a .570 .553 1.896
a. Predictors: (Constant), TP, TI, TA
b. Dependent Variable: TKA
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.15 menunjukkan nilai R sebesar 0,755 atau 75,5%. Hal
ini berarti bahwa hubungan atau korelasi antara faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas audit adalah kuat karena > 0,50 Nilai Adjusted
R Square sebesar 0,553 atau 55,3%, ini menunjukkan bahwa variabel
kualitas audit yang dapat dijelaskan oleh variabel independensi,
akuntabilitas dan profesionalisme adalah sebesar 55,3%, sedangkan
sisanya sebesar 0,447 atau 44,7% (1-0,553) dijelaskan oleh faktor-
faktor lain yang tidak disertakan dalam model penelitian ini. Standar
Error of Estimation (SEE) sebesar 1,896. Makin kecil nilai SEE akan
membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel
dependen.
83
b. Hasil Uji Statistik t
Uji statistik t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
pengaruh masing-masing variabel independen secara individual
terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi 0,05.
Hasil uji statistik t dapat dilihat pada tabel 4.16, jika nilai probability t
lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima, sedangkan jika nilai probability
t lebih besar dari 0,05 maka Ha ditolak..
Tabel 4.16
Hasil Uji Statistik t
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 16.176 2.493 6.490 .000
TI .252 .084 .333 2.996 .004
TA .180 .083 .253 2.173 .033
TP .196 .058 .306 3.400 .001
a. Dependent Variable: TKA
Sumber: Data primer yang diolah
Hasil uji hipotesis 1 dapat dilihat pada tabel 4.16, variabel
independensi mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,004. Hal ini
berarti menerima Ha1 sehingga dapat dikatakan bahwa variabel
independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit karena
tingkat signifikansi yang dimiliki variabel independensi lebih kecil dari
0,05. Hal ini telah sesuai dengan penelitian Deis dan Giroux (1992)
yang menyatakan bahwa lama waktu auditor melakukan kerjasama
dengan klien (tenure) berpengaruh negatif terhadap kualitas audit,
84
dimana tenure merupakan hal yang terkait dengan independensi.
Pendapat De Angelo (1981) yang menyatakan bahwa independensi
merupakan hal yang penting selain kemampuan teknik auditor juga
sesuai dengan hasil penelitian ini. Auditor harus memiliki kemampuan
dalam mengumpulkan setiap informasi yang dibutuhkan dalam
pengambilan keputusan audit dimana hal tersebut harus didukung
dengan sikap independen. Tidak dapat dipungkiri bahwa sikap
independen merupakan hal yang melekat pada diri auditor, sehingga
independen seperti telah menjadi syarat mutlak yang harus dimiliki.
Tidak mudah menjaga tingkat independensi agar sesuai dengan jalur
yang seharusnya. Kerjasama dengan klien yang terlalu lama bisa
menimbulkan kerawanan atas independensi yang dimiliki auditor.
Belum lagi berbagai fasilitas yang disediakan klien selama penugasan
audit untuk auditor. Bukan tidak mungkin auditor menjadi “mudah
dikendalikan” klien karena auditor berada dalam posisi yang dilematis.
Shockley (1981) dalam Carey dan Simnett, R. (2006:5)
melakukan penelitian tentang empat faktor yang berpengaruh terhadap
independensi akuntan publik dimana responden penelitiannya adalah
kantor akuntan publik, bank dan analis keuangan. Faktor yang diteliti
adalah pemberian jasa konsultasi kepada klien, persaingan antar KAP,
ukuran KAP dan lama hubungan audit dengan klien. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa KAP yang memberikan jasa konsultasi
manajemen kepada klien yang diaudit dapat meningkatkan risiko
85
rusaknya independensi yang lebih besar dibandingkan yang tidak
memberikan jasa tersebut. Tingkat persaingan antar KAP juga dapat
meningkatkan risiko rusaknya independensi akuntan publik. KAP yang
lebih kecil mempunyai risiko kehilangan independensi yang lebih
besar dibandingkan KAP yang lebih besar. Sedangkan faktor lama
ikatan hubungan dengan klien tertentu tidak mempengaruhi secara
signifikan terhadap independensi akuntan publik.
Abu Bakar et al. (2005) telah melakukan penelitian tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi independensi auditor, dalam
penelitiannya terdapat enam hal yang dapat mempengaruhi
independensi auditor, yaitu ukuran KAP, tingkat persaingan antar
KAP, lamanya waktu audit, besarnya audit fee yang diterima KAP,
pemberian jasa konsultasi manajemen oleh KAP, dan keberadaan
komite audit.
Hasil uji hipotesis 2 dapat dilihat pada tabel 4.16, variabel
akuntabilitas mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,033. menerima
Ha2 sehingga dapat dikatakan bahwa variabel akuntabilitas berpengaruh
signifikan terhadap kualitas audit karena tingkat signifikansi yang
dimiliki variabel akuntabilitas lebih kecil dari 0,05. Jika auditor
memiliki motivasi atau dorongan dalam menyelesaikan suatu
pekerjaan maka pekerjaan tersebut akan dikerjakan sungguh-sungguh,
sehingga auditor akan mencurahkan seluruh usaha dan daya pikirnya,
dengan begitu pekerjaan selesai tepat pada waktunya. Penelitian ini
86
mendukung penelitian yang dilakukan oleh Mardisar et al. (2007), Dan
Cloyd (1997).
Hasil uji hipotesis 3 dapat dilihat pada tabel 4.16, variabel
profesionalisme mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,001. Hal ini
berarti menerima Ha3 sehingga dapat dikatakan bahwa variabel
profesionalisme berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit karena
tingkat signifikansi yang dimiliki variabel profesionalisme lebih kecil
dari 0,05. Hubungan antara profesionalisme dan kualitas audit bersifat
positif. Profesionalisme pada hakikatnya merupakan suatu sikap yang
dimiliki oleh seseorang yang melaksanakan pekerjaan sesuai dengan
profesinya, sikap tersebut meliputi: kemampuan dalam menyelesaikan
pekerjaan sesuai dengan keahlian dan kompetensi yang dimiliki pada
bidangnya, kemampuan menyelesaikan pekerjaan tepat pada
waktunya, kemampuan dalam hal memecahkan masalah dan
kemampuan meminimalisir kesalahan. Dalam hal ini seorang auditor
yang bekerja memberikan jasa kepada klien harus betul-betul bersikap
profesional agar pekerjaan yang dilaksanakan memberikan hasil yang
maksimal. Tentunya dengan profesi tersebut, auditor menemukan
banyak tantangan, seperti intimidasi dari klien ataupun dari sesama
rekan seprofesi. Dalam hal ini tingkat profesionalisme auditor dapat
terlihat, terlebih lagi ketika pekerjaan yang dilakukan menyangkut
kualitas audit yang dihasilkan. Semakin profesional seorang auditor,
maka semakin baik kualitas audit yang dihasilkan. Jadi, ada semacam
87
sikap yang mendorong auditor untuk bekerja sesuai dengan
keahliannya. Penelitian ini mendukung penelitian Lavin (1976) dalam
alim (2007), Ussahawanichakit (2008) dan Baotham (2007) yang
menyatakan bahwa profesionalisme berpengaruh secara signifikan
terhadap kualitas audit.
c. Hasil Uji Statistik F
Uji statistik F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua
variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi secara
bersama-sama terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat
signifikan 0,05. Hasil uji statistik F dapat dilihat pada tabel 4.17, jika
nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan menolak
H0, sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 maka H0
diterima dan menolak Ha.
Tabel 4.17
Hasil Uji Statistik F
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 361.885 3 120.628 33.569 .000a
Residual 273.103 76 3.593
Total 634.987 79
a. Predictors: (Constant), TP, TI, TA
b. Dependent Variable: TKA
Sumber: Data primer yang diolah
Hasil uji hipotesis 4 dapat dilihat pada tabel 4.17 nilai F
diperoleh sebesar 33,569 dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena
tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka Ha4 diterima, sehingga
88
dapat dikatakan bahwa independensi, akuntabilitas serta
profesionalisme berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
Meningkatnya tekanan dari klien dan adanya konflik kepentingan
membuat auditor dapat kehilangan independensinya, sehingga
menyebabkan perilaku disfungsional auditor yang menjadi indikasi
menurunnya kualitas audit. Adanya motivasi dalam diri akan membuat
pekerjaan diselesaikan dengan baik dan tepat waktu yang tentunya
dapat meningkatkan kinerja. Seorang auditor yang bekerja dengan
sikap profesionalisme yang tinggi dan perilaku yang baik dalam
melaksanakan audit akan menghasilkan suatu laporan audit yang
berkualitas. Untuk itu diharapkan dalam penerapannya auditor harus
melaksanakan seluruh prosedur audit yang telah dibuat dan mematuhi
kode etik profesi akuntan publik sehingga laporan audit yang dibuat
betul-betul menggambarkan kondisi perusahaan sebenarnya tanpa ada
rekayasa dan segala bentuk kecurangan. Hasil penelitian ini
mendukung penelitian yang dilakukan oleh Alim et al. (2007),
Mardisar et al. (2007), Abu Bakar (2005), Ussahawanichakit (2008),
dan Christiawan (2005).
89
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh independensi,
akuntabilitas, dan profesionalisme terhadap kualitas audit. Responden
penelitian ini berjumlah 80 auditor yang bekerja di 30 Kantor Akuntan Publik
(KAP) yang berada di Jakarta dan berdasarkan Directory KAP yang
diterbitkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) pada tahun 2011.
Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dan hasil pengujian yang
telah dilakukan terhadap permasalahan dengan menggunakan model regresi
berganda, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hasil
penelitian ini dapat dijelaskan oleh besarnya tingkat signifikansi variabel
independensi sebesar 0,004 < 0,05. Hasil penelitian ini konsisten dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Alim et al. (2007), Sukriah et al.
(2009), dan Christiawan (2005) yang menyatakan bahwa independensi
berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit, dimana kompetensi
tersebut terdiri menjadi dua dimensi, yaitu pengalaman dan pengetahuan.
2. Variabel akuntabilitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kualitas audit. Hasil penelitian ini dapat dijelaskan oleh besarnya tingkat
signifikansi variabel akuntabilitas sebesar 0,033 < 0,05. Hasil penelitian
ini telah berhasil mendukung penelitian yang dilakukan oleh Mardisar et
al. (2007), Cloyd (1997), serta Tetlock dan Kim (1987).
90
3. Profesionalisme memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas
audit. Hal ini dapat dijelaskan dengan besarnya tingkat signifikansi
variabel profesionalisme sebesar 0,001 < 0,05. Hasil penelitian ini telah
berhasil mendukung penelitian yang dilakukan oleh Phapruke
Ussahawannitchakit (2008) dan Sumintorn Baotham (2007).
4. Independensi, akuntabilitas, dan profesionalisme berpengaruh secara
signifikan terhadap kualitas audit. Sebagaimana yang dapat dilihat pada
hasil uji statistik F pada tabel 4.17 yang menunjukkan bahwa tingkat
signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Hasil penelitian ini mendukung hasil
penelitian yang dilakukan oleh Alim et al. (2007), Mardisar et al. (2007),
Sukriah et al. (2009), Cloyd (1997), Christiawan (2005), Wibowo et al.
(2009), Phapruke Ussahawannitchakit (2008) dan Sumintorn Baotham
(2007).
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan di atas, menunjukkan bahwa variabel
independensi, akuntabilitas, dan profesionalisme berpengaruh secara
signifikan terhadap kualitas audit. Dalam menjalankan tugasnya, seorang
auditor sangat ditekankan untuk memiliki berbagai pengetahuan dan
pengalaman dalam melakukan audit, dengan adanya suatu keharusan yang
mutlak tersebut membuat para auditor agar senantiasa secara terus-menerus
melakukan proses belajar dan mencari pengalaman yang sebanyak-
banyaknya. Sebab tidak dapat diragukan lagi bahwa pengetahuan tidak hanya
91
diperoleh dari dunia akademik atau pendidikan formal, tetapi juga dapat terus
ditingkatkan dan dikembangkan melalui pengalaman audit. Seorang auditor
yang memiliki rasa tanggung jawab (akuntabilitas) akan mengalami suatu
dorongan psikologis dalam dirinya sehingga dalam melakukan sesuatu penuh
dengan sikap tanggung jawab, mencurahkan seluruh kemampuan dan daya
pikir serta perhatian penuh. Jika seseorang memiliki rasa akuntabilitas, maka
ia yakin bahwa pekerjaan tersebut akan dilihat dan dinilai oleh atasannya.
Jika dikaitkan dengan berbagai kasus dan skandal akuntansi yang terjadi,
maka diharapkan hasil dari penelitian ini dapat menjadi panduan bagi seluruh
auditor didalam melaksanakan pekerjaannya agar menjadi berkualitas.
Diharapkan dengan terus meningkatkan kompetensinya, menanamkan
independensi dalam diri auditor serta melakukan pekerjaan secara profesional
akan dapat mengendalikan kemungkinan terjadinya berbagai skandal
akuntansi keuangan seperti yang pernah terjadi.
Kekecewaan masyarakat yang pernah timbul akibat terjadinya berbagai
skandal akuntansi disebabkan oleh kurangnya sikap independen para auditor
yang menjadi tumpuan masyarakat dalam menjembatani perbedaan
kepentingan antara manajemen dengan para pengguna laporan keuangan,
diharapkan dengan memahami pentingnya auditor yang kompeten dan
independen, maka masyarakat dapat lebih berwawasan dalam membuat
keputusan atas laporan keuangan auditan.
Sikap independensi dapat membuat auditor lebih leluasa dalam
mengungkapkan apa yang seharusnya diungkapkan, dengan demikian Ia
92
dapat menilai suatu fakta secara objektif. Akuntabilitas akan dapat
mendorong auditor untuk melaksanakan audit secara maksimal karena adanya
supervisi dari atasan, profesionalisme yang melekat pada diri seorang auditor
akan menimbulkan kewibawaan dan kecakapan dalam melakukan audit. Dari
pemaparan diatas tentunya kualitas pekerjaan audit akan lebih baik dan
meningkat. Mengingat betapa pentingnya unsur-unsur yang menunjang
kualitas audit tersebut maka kualitas audit dapat terjaga jika unsur-unsur
tersebut menjadi perhatian bagi para auditor.
C. Saran
Penelitian ini di masa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil
penelitian yang lebih berkualitas lagi dengan adanya beberapa masukan
mengenai beberapa hal, diantaranya:
1. Penelitian lebih lanjut disarankan untuk menambah variabel-variabel yang
berpengaruh terhadap kualitas audit. Dimana kualitas audit dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor internal maupun eksternal.
Faktor internal, misalnya: struktur audit, sistem pengendalian, dan perilaku
setiap individu. Faktor eksternal misalnya tingginya tingkat persaingan.
2. Penelitian lebih lanjut diharapkan dapat memperluas daerah survei,
sehingga hasil penelitian lebih mungkin untuk disimpulkan secara umum.
3. Peneliti lebih lanjut sebaiknya mendatangi responden secara langsung
dalam menyebar kuesioner dibandingkan melalui pos, hal ini dimaksudkan
untuk mengurangi jumlah kuesioner yang tidak kembali.
93
4. Hendaknya penelitian selanjutnya mempersiapkan lebih banyak biaya dan
waktu dalam melakukan penelitian empiris guna lebih meningkatkan
perolehan data dari responden.
5. Peneliti selanjutnya disarankan untuk mendapatkan data berupa
wawancara dari beberapa auditor yang menjadi responden penelitian agar
bisa mendapatkan data yang lebih nyata dan bisa keluar dari pertanyaan-
pertanyaan kuesioner yang mungkin terlalu sempit atau kurang
menggambarkan keadaan yang sesungguhnya.
94
DAFTAR PUSTAKA
Abu Bakar, Nur Barizah. Abdul Rahman, Abdul Rahim. and Abdul Rashid, Hafiz
Majdi.”Factors Influencing Auditor Independence: Malaysian Loan Officers’
Perceptions”, Managerial Auditing Journal, Department of Accounting Faculty of
Economics and Management Sciences International Islamic University Malaysia,
Kuala Lumpur, 2005.
Agoes, Sukrisno. “Auditing Jilid I & II (Pemeriksaan Akuntansi) Oleh Kantor Akuntan
Publik” Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2007.
Alim, M. Nizarul et al., “Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas
Audit dengan Etika Auditor sebagai Variabel Moderasi”, SNA X Makassar,
Makassar, 2007.
Anonim, “Tugas Etika Profesi Akuntansi”. http://wartawargagunadarma.ac.id/,
Didownload pada 14 Juli 2012.
Baotham, Sumintorn, “Effects of Professionalism on Audit Quality and Self-image of
CPAs in Thailand”, International Journal of Bussiness Strategy, 2007.
Boynton, William C. and Raymond N. Johnson. “Modern Auditing: Assurance
Services and The Integrity of Financial Reporting”, 8th
edition, John Wiley &
Sons Inc., United States of America, 2006.
Boynton, William C. and Raymond N. Johnson, Walter G. Kell. “Modern Auditing”,
Edisi Ketujuh, John Willey & Sons Inc., New York, 2002.
Christiawan, Yulius Jogi. “Aktivitas Pengendalian Mutu Jasa Audit Laporan
Keuangan Historis”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 7 No.1, Universitas
Kristen Petra, Jakarta, 2005.
Cloyd. C. Bryan. “Performance in Research Task: The Join Effect of Knowledge and
Accountability”, Journal of Accounting Review, 1997.
De Angelo, L.E. “Auditor Independence, Low Balling, and Disclosure Regulation”.
Journal of Accounting and Economics 3, 1981.
95
Deis, D.R. dan G.A. Groux. “Determinants of Audit Quality in The Public Sector”.
The Accounting Review, 1992.
Elder, Randal J., Mark S. Beasley and Alvin A. Arens. “Auditing and Assurance
Services, An Integrated Approach”, Thirteenth Edition, Pearson Education Inc.,
New Jersey, 2010.
Erna Widiastuti dan Rahmat Febrianto, “Pengukuran Kualitas Audit: Sebuah Esai”
2010.
Ghozali, Imam, “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2009.
Gunawan, Adi W., “Manage Your Mind For Success”, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 2012.
Gondodiyoto, Sanyoto, “Audit Sistem Informasi + Pendekatan CobIT”, Penerbit Mitra
Wacana Media, Jakarta, 2007.
Hamid, Abdul, “Buku Panduan Penulisan Skripsi”, FEIS, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2007.
Herawaty, Arleen Dkk., “Profesionalisme, Pengetahuan Akuntan Publik dalam
Mendeteksi Kekeliruan, Etika Profesi dan Pertimbangan Tingkat Materialitas”.
The 2nd
National Conference UKWMS Surabaya, 2008
Hogan, C.E., “Cost and Benefits of Audit Quality in the IPO Market:A Self Selection
Analysis”, The Accounting Review, 1997.
Institut Akuntan Publik Indonesia, “Standar Profesional Akuntan Publik”, Salemba
Empat, Jakarta 2011.
Ikhsan, Arfan, “Profesionalisme Auditor Pada Kantor Akuntan Publik dilihat dari
Perbedaan Gender, Kantor Akuntan Publik dan Hirarki Jabatannya”. Jurnal
Bisnis dan Akuntansi Vol. 9 No. 3 Desember 2007, 199 - 222, Universitas Medan,
2007.
Indriantoro, Nur. Supomo, Bambang, “Metodologi Penelitian Untuk Akuntansi Dan
Manajemen”, Edisi ke-1, BPFE,Yogyakarta, 2002.
96
Knapp, M. C., “Audit Conflict: An Empirical Study of the Perceived Ability of Auditor
to Resist Management Pressure”, The Accounting Review Vol. LX No. 2, 1985.
Knechel, W. Robert and Vanstraelen, Ann. “The Relationship Between Auditor Tenure
and Audit Quality Implied by Going Concern Opinions”, A Journal of Practise &
Theory Vol. 26, No. 21, 2007.
Libby, R. dan Luft, J. “Determinants of Judgment Performance in Accounting
Settings: Ability, Knowledge, Motivation and Environment”, Accounting
Organization and Society, 1993.
Mardisar, Diani. Sari, Ria Nelly. “Pengaruh Akuntabilitas Dan Pengetahuan Terhadap
Kualitas Hasil Kerja Auditor”, Simposium Nasional Akuntansi Universitas
Hasanuddin, Makassar, 2007.
Mautz, R.K and Sharaf, Hussein A. ”The Philosophy of Auditing”, American
Accounting Association, Sarasota, 1993.
Mayangsari, S. “Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi terhadap Pendapat
Audit: Sebuah Kuasi eksperiman”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 6, No.
1, 2003.
Pany, K dan Reckers, M.J. “The Effect of Gifts, Discount, and Client Size on Perceived
Auditor Independence”, The Accounting Review, 1980.
Parsaoran, David. “Skandal Manipulasi Laporan Keuangan PT. Kimia Farma Tbk”.
http://davidparsaoran.wordpress.com/2009/11/04, didownload pada 14 Juli 2012.
Reza Surya. “Pengaruh Emotional quotient Auditor Terhadap Kinerja Auditor di
Kantor Akuntan Publik”, Perspektif: Jurnal Ekonomi Pembangunan, Manajemen,
dan Akuntansi, Vol 9 No.1 Juni Hal 33-40, 2004.
Shockley, R.A. “Perception’s of Auditor independence: An Empirical Analysis”, The
Accounting Review, 1981. Dalam Carey dan Simnett, R. “Audit Partner Tenure
and Audit Quality”, The Accounting Review, 2006.
Sri Trisnaningsih. “Independensi Auditor dan Komitmen Organisasi Sebagai Mediasi
Pengaruh Pemahaman Good Governance, Gaya Kepemimpinan, da Budaya
Organisasi Terhadap Kinerja Auditor”, Simposium Nasional Akuntansi X,
Makasar, 2007.
97
Susiana dan Arleen Herawaty, “Analisis Pengaruh Independensi, Mekanisme
Corporate Governance, dan Kualitas Audit terhadap Integritas Laporan
Keuangan”. SNA X Makassar, 2007
Tan, Tong Han dan Alison, Kao. “Accountability Effect on Auditor’s Performance:
The Influence of Knowledge, Problem Solving Abiility and Task Complexity”,
Journal of Accounting Research, 1999.
Teoh, S.H., dan T.J.Wong. ”Perceived Audit Quality and The Earnings Response
Coefficient”, The Accounting Review, 1993.
Tetlock, P.E dan J.L Kim. “Accountability and Judgment Process in a Personality
Prediction Task”, Journal of Personality and Social Psychology, 1987.
Trisnaningsih, Sri. “Independensi Auditor dan Komitmen Organisasi Sebagai Mediasi
Pengaruh Pemahaman Good Corporate Governance, Gaya Kepemimpinan dan
Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Auditor”, Universitas Pembangunan
Nasional (UPN) Veteran, Jawa Timur, 2006.
Ussahawanitchakit, Phapruke, “Relationship Quality, Profesionalism, and Audit
Quality: Empirical Study of Auditors in Thailand”. International Journal of
Bussiness Strategy, Thailand, 2008.
Wahyudi, Hendro dan Aida Ainul Mardiyah, “Pengaruh Profesionalisme Auditor
terhadap Tingkat Materialitas dalam Pemeriksaan Laporan Keuangan”. SNA IX
Padang, 2006.
Watts, R. dan Zimmerman, J. “Positive Accounting Theory”, Prentice Hall, New York,
1986.
Wibowo, Arie. Rossieta, Hilda. “Faktor-Faktor Determinasi Kualitas Audit: Suatu
Studi Deskriptif”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan , Universitas Indonesia,
Depok, 2009.
Widagdo, R,S. Lesmana, dan Irwandi, S. A. “Analisis Pengaruh Atribut-atribut
Kualitas Audit Terhadap Kepuasan Klien (Studi Empiris pada Perusahaan yang
Terdaftar di Bursa Efek Jakarta), SNA 5, Semarang, 2002.
98
Yendrawati, Reni, “Analisis Hubungan Antara Profesionalisme Auditor dengan
Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Proses Pengauditan Laporan
Keuangan”. Dalam Jurnal Fenomena : Vol. 6 No.1, 2008.
103
Hal: Permohonan Pengisian Kuesioner Jakarta, 19 November 2010
Kepada Yth.
Bapak/Ibu/Sdr/i Responden
Di Tempat
Dengan hormat,
Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir sebagai mahasiswi Program
Strata Satu (S1) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, saya:
Nama : Rahmawati
NIM : 107082003473
Fak/Jur/Smtr : Ekonomi dan Ilmu Sosial/Akuntansi/VII
bermaksud melakukan penelitian ilmiah untuk penyusunan skripsi dengan judul
“Pengaruh Role Stress Terhadap Kinerja Auditor Dengan Emotional
Quotient Sebagai Variabel Moderating”.
Untuk itu, saya sangat mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/i untuk
menjadi responden dengan mengisi lembar kuesioner ini secara lengkap dan
sebelumnya saya mohon maaf telah menggangu waktu bekerja Bapak/Ibu/Sdr/i.
Data yang diperoleh hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian dan
tidak digunakan sebagai penilaian kinerja di tempat Bapak/Ibu/Sdr/i bekerja,
sehingga kerahasiaannya akan saya jaga sesuai dengan etika penelitian.
Informasi yang diperoleh atas partisipasi Bapak/Ibu/Sdr/i merupakan faktor
kunci untuk mengetahui pengaruh role stress terhadap kinerja auditor dengan
emotional quotient sebagai pemoderasi.
Dimohon untuk membaca setiap pertanyaan secara hati-hati dan
menjawab dengan lengkap semua pertanyaan, karena apabila terdapat
salah satu nomor yang tidak diisi maka kuesioner dianggap tidak berlaku.
Tidak ada jawaban yang salah atau benar dalam pilihan anda, yang
penting memilih jawaban yang sesuai dengan pendapat anda.
118
IDENTITAS RESPONDEN
NO. JK Usia PosTer PendTer PengKer
1 2 27 5 2 2
2 1 37 4 2 2
3 2 22 5 2 2
4 1 25 5 2 2
5 2 30 4 2 2
6 2 26 4 2 2
7 2 25 5 2 2
8 2 21 5 2 2
9 1 27 5 2 2
10 2 27 5 2 2
11 1 23 5 2 2
12 1 24 5 2 1
13 1 25 5 2 1
14 1 23 5 2 1
15 2 27 4 2 3
16 1 40 4 2 2
17 2 24 5 2 1
18 2 25 5 2 1
19 1 26 5 2 1
20 1 25 5 2 1
21 1 33 4 2 2
22 1 26 5 2 2
23 2 29 5 2 1
24 1 27 5 2 3
25 2 26 5 2 1
26 1 25 5 2 1
27 2 26 5 2 1
28 2 26 5 2 1
29 2 25 5 2 1
30 1 24 5 2 1
31 1 32 4 2 2
32 1 34 4 2 2
33 1 42 4 2 2
34 2 30 5 2 2
35 1 26 5 2 1
36 1 47 3 3 2
37 1 29 5 2 2
38 2 26 5 2 2
39 2 25 5 2 1
40 1 46 3 3 3
41 1 26 5 1 1
42 1 23 5 1 1
43 2 24 5 1 1
44 1 24 5 2 1
45 1 30 5 2 1
119
IDENTITAS RESPONDEN (Lanjutan)
NO. JK Usia PosTer PendTer PengKer
46 2 22 5 1 2
47 2 22 5 2 1
48 1 24 5 2 1
49 2 22 5 2 1
50 2 22 5 2 1
51 2 24 5 2 2
52 1 24 5 2 2
53 1 25 5 1 2
54 1 25 5 2 1
55 2 22 5 1 1
56 2 28 4 2 2
57 1 26 5 1 2
58 1 26 4 2 2
59 1 25 5 2 2
60 1 24 5 2 2
61 1 24 5 1 2
62 2 30 5 2 2
63 1 30 5 2 2
64 2 25 4 2 2
65 2 23 4 1 2
66 1 29 4 2 2
67 2 24 5 2 2
68 2 25 4 2 2
69 2 24 4 2 2
70 1 23 5 2 2
71 2 27 4 2 2
72 2 25 4 2 2
73 1 23 5 2 2
74 1 23 5 1 2
75 1 26 4 2 2
76 2 29 4 3 2
77 2 22 5 1 2
78 1 23 5 2 2
79 1 26 4 2 2
80 1 27 4 2 2
120
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL INDEPENDENSI
NO I1 I2 I3 I4 I5 I6 I7 I8 I9 I10 TI
1 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 41
2 5 4 3 3 4 5 5 5 4 4 42
3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 38
4 4 5 2 4 4 4 2 4 4 3 36
5 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 36
6 5 4 5 4 4 4 4 5 5 4 44
7 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
8 5 5 4 5 5 5 5 3 4 3 44
9 5 4 3 3 5 4 4 4 4 3 39
10 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 37
11 3 4 3 4 4 4 2 4 4 2 34
12 4 3 4 3 3 3 3 4 4 3 34
13 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 36
14 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 36
15 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 36
16 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 36
17 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 37
18 3 4 3 3 3 3 3 4 4 2 32
19 4 3 4 5 5 5 4 5 4 4 43
20 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 37
21 3 5 4 3 4 4 4 4 4 3 38
22 4 5 4 4 5 4 4 4 4 1 39
23 3 4 5 4 5 5 5 5 4 3 43
24 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 41
25 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 41
26 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 38
27 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 46
28 4 4 4 3 3 4 4 3 3 5 37
29 3 5 5 4 4 4 4 4 4 5 42
30 3 5 4 4 4 5 4 4 4 4 41
31 4 5 5 3 4 4 4 5 5 5 44
32 3 5 4 4 4 5 4 3 3 4 39
33 3 5 5 4 4 4 4 4 4 4 41
34 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 42
35 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 47
36 4 5 4 5 5 5 5 3 3 5 44
37 3 4 4 3 5 3 2 3 3 4 34
38 5 4 4 4 4 5 4 4 4 5 43
39 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 39
40 4 4 3 3 4 4 3 4 4 3 36
121
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL INDEPENDENSI (Lanjutan)
NO I1 I2 I3 I4 I5 I6 I7 I8 I9 I10 TI
41 5 4 5 4 4 4 4 5 5 5 45
42 5 4 4 4 5 5 4 5 5 4 45
43 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
44 5 4 4 5 4 5 4 5 5 4 45
45 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 40
46 3 4 5 3 3 4 4 5 5 3 39
47 5 5 5 5 4 4 5 5 4 5 47
48 5 5 5 5 4 5 5 4 4 5 47
49 5 4 4 4 4 4 4 2 2 4 37
50 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 48
51 2 4 4 2 4 4 4 4 4 4 36
52 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 38
53 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 47
54 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 37
55 3 4 4 3 4 4 4 4 4 2 36
56 4 4 4 2 4 4 4 4 4 3 37
57 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 39
58 3 4 4 4 4 4 4 4 4 1 36
59 3 4 4 4 5 4 3 3 3 3 36
60 3 3 5 1 5 5 5 5 5 3 40
61 4 4 4 4 4 4 4 5 4 3 40
62 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 42
63 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 42
64 4 4 4 2 4 4 4 4 4 2 36
65 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 38
66 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 38
67 3 4 3 4 3 4 3 4 3 2 33
68 4 4 3 5 4 5 5 4 4 3 41
69 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 47
70 3 4 4 5 4 4 4 4 4 3 39
71 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 39
72 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 39
73 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 37
74 3 4 4 4 4 4 5 5 3 4 40
75 3 5 5 5 5 5 5 5 5 4 47
76 3 3 4 4 4 4 4 4 4 5 39
77 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 38
78 3 5 5 5 2 4 4 4 4 4 40
79 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 38
80 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 41
122
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL AKUNTABILITAS
NO A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 TA
1 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 38
2 4 4 4 3 3 1 3 3 4 4 33
3 4 4 4 5 5 5 4 4 5 4 44
4 4 4 2 4 2 3 4 3 4 4 34
5 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4 35
6 5 4 5 5 5 5 5 5 4 4 47
7 4 4 4 4 4 2 4 4 5 4 39
8 5 4 5 5 5 2 3 3 5 4 41
9 5 5 3 3 4 3 4 3 4 5 39
10 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 36
11 4 4 2 4 2 3 4 3 4 4 34
12 4 4 3 3 3 4 2 3 4 4 34
13 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
14 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
15 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
16 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
17 4 3 4 3 3 2 1 3 4 4 31
18 4 4 4 3 3 2 2 3 4 4 33
19 5 4 3 4 3 4 3 3 4 4 37
20 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 35
21 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 39
22 4 5 4 4 4 5 4 3 4 4 41
23 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 47
24 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
25 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
26 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 39
27 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 47
28 5 3 4 4 4 4 4 4 4 4 40
29 5 4 4 4 4 5 5 4 4 4 43
30 4 4 5 5 4 5 4 4 4 4 43
31 5 4 4 4 5 5 5 4 4 4 44
32 4 4 5 5 4 5 4 4 4 4 43
33 5 4 4 4 4 5 5 4 4 4 43
34 4 5 4 4 4 5 4 3 4 4 41
35 5 5 5 5 5 5 5 3 4 4 46
36 4 5 5 5 5 5 4 3 4 4 44
37 5 5 3 3 2 4 4 3 4 4 37
38 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 42
39 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
40 4 4 3 4 3 4 3 3 4 4 36
123
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL AKUNTABILITAS (Lanjutan)
NO A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 TA
41 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 41
42 4 5 5 5 4 4 4 5 4 4 44
43 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
44 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 42
45 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 39
46 5 3 4 4 4 4 5 3 4 4 40
47 4 3 5 5 5 4 5 4 4 4 43
48 4 3 5 5 5 5 5 5 5 5 47
49 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
50 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50
51 4 4 3 4 3 4 4 3 3 4 36
52 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 39
53 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 48
54 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 37
55 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
56 4 4 4 4 4 4 4 5 3 4 40
57 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
58 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 42
59 5 5 4 3 3 4 4 4 5 5 42
60 5 5 5 5 5 3 5 3 5 5 46
61 4 4 4 4 5 4 4 4 5 5 43
62 4 5 4 4 5 5 4 4 5 5 45
63 4 4 4 5 4 4 4 4 5 5 43
64 5 4 5 4 4 4 4 4 5 5 44
65 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 36
66 4 4 4 4 5 4 4 3 4 4 40
67 4 3 4 3 4 4 3 3 4 4 36
68 4 5 5 5 5 5 3 3 4 4 43
69 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 48
70 4 4 4 4 4 4 4 4 5 3 40
71 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
72 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 41
73 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 35
74 4 4 5 5 5 4 4 3 4 4 42
75 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 49
76 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 39
77 4 4 4 4 4 4 4 3 4 5 40
78 5 4 4 4 4 5 5 2 3 3 39
79 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 38
80 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 42
124
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL PROFESIONALISME
NO P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 TP
1 2 2 2 3 3 2 4 4 3 4 29
2 5 1 3 3 3 2 4 4 4 4 33
3 2 2 5 5 2 2 4 4 4 4 34
4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 38
5 3 3 3 4 3 2 3 4 4 4 33
6 5 2 2 2 2 3 4 4 4 4 32
7 3 4 4 4 4 2 4 4 4 4 37
8 4 5 4 3 4 2 5 5 4 4 40
9 5 3 4 4 3 5 5 4 5 5 43
10 3 3 3 3 3 4 5 4 4 4 36
11 2 2 2 3 3 3 4 4 5 5 33
12 4 2 3 4 3 3 3 4 5 3 34
13 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 38
14 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 38
15 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 38
16 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 37
17 4 2 3 4 3 3 3 3 4 4 33
18 4 2 3 4 3 4 4 4 4 4 36
19 2 3 3 3 3 3 3 4 3 4 31
20 2 2 2 4 4 3 3 4 4 3 31
21 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 37
22 2 4 5 3 3 3 4 4 4 4 36
23 4 5 5 4 5 2 4 4 4 4 41
24 2 2 2 2 2 2 4 4 4 4 28
25 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 38
26 2 4 4 4 2 3 4 4 4 3 34
27 5 5 4 4 5 4 5 5 5 5 47
28 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 38
29 3 2 2 3 3 4 5 4 5 3 34
30 2 4 5 4 2 2 5 5 5 5 39
31 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 48
32 4 5 5 5 5 4 4 4 4 3 43
33 4 4 5 4 4 4 4 4 5 5 43
34 5 5 5 4 4 3 4 4 4 4 42
35 4 5 4 4 3 4 4 4 4 5 41
36 5 4 5 5 5 3 4 4 4 4 43
37 2 2 2 2 2 2 4 4 4 4 28
38 5 4 5 5 3 3 4 4 4 4 41
39 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 38
40 4 4 5 4 4 4 4 3 3 3 38
125
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL PROFESIONALISME (Lanjutan)
NO P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 TP
41 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 42
42 2 4 5 4 2 4 5 5 5 5 41
43 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 45
44 4 4 5 5 5 2 4 4 4 3 40
45 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 39
46 2 4 4 4 4 2 4 4 4 4 36
47 4 4 4 5 5 5 5 4 4 5 45
48 5 3 3 5 5 5 5 3 5 5 44
49 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50
50 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 44
51 2 4 4 4 4 3 3 4 4 3 35
52 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 39
53 3 5 5 4 4 4 5 4 4 4 42
54 3 4 4 4 4 2 4 4 4 4 37
55 3 4 4 4 4 2 4 4 4 3 36
56 3 4 4 2 2 3 3 2 3 3 29
57 3 4 4 4 3 2 5 5 5 5 40
58 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 38
59 3 3 4 4 4 3 4 3 4 4 36
60 4 4 3 4 3 5 5 5 5 5 43
61 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 39
62 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 42
63 3 4 4 4 4 3 5 4 4 4 39
64 2 4 4 4 3 3 4 4 5 4 37
65 3 4 4 4 4 4 3 3 4 3 36
66 4 5 5 4 5 3 4 4 4 4 42
67 2 4 4 4 3 3 4 4 4 4 36
68 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 42
69 3 3 5 4 4 3 5 4 4 4 39
70 2 4 4 4 2 4 5 5 5 4 39
71 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
72 2 4 4 4 2 3 4 3 4 4 34
73 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 36
74 2 4 5 4 4 5 5 4 4 4 41
75 5 4 5 5 5 3 4 4 4 4 43
76 3 4 4 4 2 3 4 4 4 4 36
77 3 5 4 5 1 3 5 4 4 4 38
78 2 4 5 5 5 4 4 3 4 4 40
79 2 1 4 4 3 4 5 5 5 4 37
80 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 38
126
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL KUALITAS AUDIT
NO KA1 KA2 KA3 KA4 KA5 KA6 KA7 KA8 KA9 KA10 TKA
1 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 38
2 4 5 4 3 3 4 4 4 4 4 39
3 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 42
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
5 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 38
6 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 42
7 2 4 4 4 4 4 4 5 4 5 40
8 2 5 5 4 4 4 4 5 5 5 43
9 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 49
10 3 4 4 3 4 4 4 4 5 5 40
11 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
12 3 3 4 4 4 3 4 5 4 4 38
13 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 38
14 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 38
15 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 38
16 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 38
17 4 5 4 3 3 4 3 4 4 4 38
18 4 5 5 3 3 4 4 4 3 4 39
19 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
20 1 4 4 4 5 5 4 3 4 4 38
21 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 38
22 4 5 4 4 4 5 4 4 4 5 43
23 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 46
24 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
25 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 42
26 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 39
27 5 5 5 5 4 5 4 5 4 4 46
28 3 3 4 4 4 4 4 4 5 5 40
29 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 43
30 4 4 5 4 4 5 4 5 4 4 43
31 3 4 4 4 5 5 5 4 4 4 42
32 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 42
33 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 42
34 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 42
35 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 47
36 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 46
37 3 5 3 3 3 4 4 3 4 3 35
38 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 41
39 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
40 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 38
127
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL KUALITAS AUDIT (Lanjutan)
NO KA1 KA2 KA3 KA4 KA5 KA6 KA7 KA8 KA9 KA10 TKA
41 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 44
42 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 42
43 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 43
44 5 4 5 4 4 4 4 4 4 5 43
45 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
46 3 3 4 4 4 4 4 4 5 5 40
47 3 3 5 5 4 4 4 5 4 4 41
48 3 3 5 5 4 4 4 5 4 5 42
49 4 4 5 5 5 5 4 5 4 4 45
50 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
51 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 38
52 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
53 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 47
54 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
55 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 39
56 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 38
57 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
58 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
59 4 5 4 3 4 4 4 4 4 4 40
60 1 5 5 5 5 3 5 4 4 4 41
61 4 4 4 4 5 4 4 3 4 4 40
62 4 5 4 4 5 5 4 5 5 5 46
63 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 41
64 2 4 5 4 4 4 4 4 5 4 40
65 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 38
66 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 41
67 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 37
68 5 5 5 5 5 5 3 4 4 4 45
69 5 5 5 5 4 5 5 5 4 4 47
70 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 41
71 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
72 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 43
73 1 4 4 3 4 4 4 4 4 4 36
74 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 42
75 5 4 5 5 5 5 5 4 5 4 47
76 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 39
77 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 41
78 2 4 4 4 4 5 5 4 4 4 40
79 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 40
80 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 43
129
HASIL UJI VALIDITAS INDEPENDENSI
Correlations
I1 I2 I3 I4 I5 I6 I7 I8 I9 I10 TI
I1 Pearson Correlation 1 .108 .011 .230* .206 .232
* .251
* .088 .099 .156 .457
**
Sig. (2-tailed) .339 .920 .040 .067 .038 .025 .439 .382 .168 .000
N 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
I2 Pearson Correlation .108 1 .340** .393
** .245
* .324
** .259
* .076 .081 .142 .500
**
Sig. (2-tailed) .339 .002 .000 .028 .003 .020 .504 .475 .209 .000
N 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
I3 Pearson Correlation .011 .340** 1 .215 .186 .261
* .520
** .388
** .325
** .322
** .624
**
Sig. (2-tailed) .920 .002 .056 .099 .019 .000 .000 .003 .004 .000
N 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
I4 Pearson Correlation .230* .393
** .215 1 .179 .333
** .325
** .045 -.038 .239
* .549
**
Sig. (2-tailed) .040 .000 .056 .112 .003 .003 .692 .739 .033 .000
N 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
I5 Pearson Correlation .206 .245* .186 .179 1 .440
** .311
** .128 .130 .049 .482
**
Sig. (2-tailed) .067 .028 .099 .112 .000 .005 .259 .249 .665 .000
N 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
I6 Pearson Correlation .232* .324
** .261
* .333
** .440
** 1 .560
** .395
** .333
** .260
* .716
**
Sig. (2-tailed) .038 .003 .019 .003 .000 .000 .000 .003 .020 .000
N 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
130
I7 Pearson Correlation .251* .259
* .520
** .325
** .311
** .560
** 1 .284
* .208 .279
* .707
**
Sig. (2-tailed) .025 .020 .000 .003 .005 .000 .011 .064 .012 .000
N 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
I8 Pearson Correlation .088 .076 .388** .045 .128 .395
** .284
* 1 .698
** .073 .542
**
Sig. (2-tailed) .439 .504 .000 .692 .259 .000 .011 .000 .522 .000
N 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
I9 Pearson Correlation .099 .081 .325** -.038 .130 .333
** .208 .698
** 1 .076 .487
**
Sig. (2-tailed) .382 .475 .003 .739 .249 .003 .064 .000 .502 .000
N 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
I10 Pearson Correlation .156 .142 .322** .239
* .049 .260
* .279
* .073 .076 1 .526
**
Sig. (2-tailed) .168 .209 .004 .033 .665 .020 .012 .522 .502 .000
N 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
TI Pearson Correlation .457** .500
** .624
** .549
** .482
** .716
** .707
** .542
** .487
** .526
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
131
HASIL UJI VALIDITAS AKUNTABILITAS
Correlations
A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 TA
A1 Pearson Correlation 1 .275* .199 .132 .201 .208 .402
** .102 .131 .166 .419
**
Sig. (2-tailed) .014 .077 .242 .073 .064 .000 .369 .248 .141 .000
N 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
A2 Pearson Correlation .275* 1 .209 .249
* .219 .314
** .260
* .093 .101 .241
* .452
**
Sig. (2-tailed) .014 .063 .026 .051 .005 .020 .411 .372 .031 .000
N 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
A3 Pearson Correlation .199 .209 1 .680** .737
** .354
** .371
** .429
** .226
* .195 .737
**
Sig. (2-tailed) .077 .063 .000 .000 .001 .001 .000 .044 .084 .000
N 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
A4 Pearson Correlation .132 .249* .680
** 1 .651
** .489
** .521
** .394
** .239
* .158 .761
**
Sig. (2-tailed) .242 .026 .000 .000 .000 .000 .000 .033 .162 .000
N 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
A5 Pearson Correlation .201 .219 .737** .651
** 1 .517
** .523
** .396
** .288
** .234
* .808
**
Sig. (2-tailed) .073 .051 .000 .000 .000 .000 .000 .010 .037 .000
N 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
A6 Pearson Correlation .208 .314** .354
** .489
** .517
** 1 .601
** .345
** -.036 .053 .680
**
Sig. (2-tailed) .064 .005 .001 .000 .000 .000 .002 .749 .638 .000
N 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
132
A7 Pearson Correlation .402** .260
* .371
** .521
** .523
** .601
** 1 .405
** .065 .138 .731
**
Sig. (2-tailed) .000 .020 .001 .000 .000 .000 .000 .567 .223 .000
N 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
A8 Pearson Correlation .102 .093 .429** .394
** .396
** .345
** .405
** 1 .251
* .291
** .620
**
Sig. (2-tailed) .369 .411 .000 .000 .000 .002 .000 .025 .009 .000
N 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
A9 Pearson Correlation .131 .101 .226* .239
* .288
** -.036 .065 .251
* 1 .659
** .420
**
Sig. (2-tailed) .248 .372 .044 .033 .010 .749 .567 .025 .000 .000
N 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
A10 Pearson Correlation .166 .241* .195 .158 .234
* .053 .138 .291
** .659
** 1 .450
**
Sig. (2-tailed) .141 .031 .084 .162 .037 .638 .223 .009 .000 .000
N 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
TA Pearson Correlation .419** .452
** .737
** .761
** .808
** .680
** .731
** .620
** .420
** .450
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
133
HASIL UJI VALIDITAS PROFESIONALISME
Correlations
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 TP
P1 Pearson Correlation 1 .255* .211 .274
* .451
** .240
* .113 .008 .085 .193 .578
**
Sig. (2-tailed) .022 .061 .014 .000 .032 .320 .943 .456 .086 .000
N 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
P2 Pearson Correlation .255* 1 .646
** .408
** .386
** .175 .212 .108 -.032 .114 .652
**
Sig. (2-tailed) .022 .000 .000 .000 .120 .059 .340 .778 .313 .000
N 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
P3 Pearson Correlation .211 .646** 1 .586
** .381
** .122 .203 .074 .017 .079 .647
**
Sig. (2-tailed) .061 .000 .000 .000 .279 .071 .515 .883 .486 .000
N 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
P4 Pearson Correlation .274* .408
** .586
** 1 .476
** .275
* .172 .129 .239
* .103 .675
**
Sig. (2-tailed) .014 .000 .000 .000 .014 .128 .256 .033 .365 .000
N 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
P5 Pearson Correlation .451** .386
** .381
** .476
** 1 .246
* .017 -.032 -.031 .005 .612
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .028 .878 .776 .786 .968 .000
N 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
P6 Pearson Correlation .240* .175 .122 .275
* .246
* 1 .340
** .031 .270
* .287
** .550
**
Sig. (2-tailed) .032 .120 .279 .014 .028 .002 .784 .015 .010 .000
N 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
134
P7 Pearson Correlation .113 .212 .203 .172 .017 .340** 1 .533
** .511
** .511
** .545
**
Sig. (2-tailed) .320 .059 .071 .128 .878 .002 .000 .000 .000 .000
N 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
P8 Pearson Correlation .008 .108 .074 .129 -.032 .031 .533** 1 .585
** .403
** .378
**
Sig. (2-tailed) .943 .340 .515 .256 .776 .784 .000 .000 .000 .001
N 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
P9 Pearson Correlation .085 -.032 .017 .239* -.031 .270
* .511
** .585
** 1 .471
** .423
**
Sig. (2-tailed) .456 .778 .883 .033 .786 .015 .000 .000 .000 .000
N 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
P10 Pearson Correlation .193 .114 .079 .103 .005 .287** .511
** .403
** .471
** 1 .467
**
Sig. (2-tailed) .086 .313 .486 .365 .968 .010 .000 .000 .000 .000
N 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
TP Pearson Correlation .578** .652
** .647
** .675
** .612
** .550
** .545
** .378
** .423
** .467
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .001 .000 .000
N 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
135
HASIL UJI VALIDITAS KUALITAS AUDIT
Correlations
KA1 KA2 KA3 KA4 KA5 KA6 KA7 KA8 KA9 KA10 TKA
KA1 Pearson Correlation 1 .297** .245
* .268
* .084 .347
** .034 .080 -.050 -.022 .570
**
Sig. (2-tailed) .008 .028 .016 .458 .002 .762 .480 .659 .845 .000
N 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
KA2 Pearson Correlation .297** 1 .291
** .043 .126 .400
** .189 -.041 -.060 -.032 .464
**
Sig. (2-tailed) .008 .009 .704 .264 .000 .094 .719 .600 .776 .000
N 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
KA3 Pearson Correlation .245* .291
** 1 .578
** .344
** .337
** .267
* .278
* .017 .051 .644
**
Sig. (2-tailed) .028 .009 .000 .002 .002 .017 .012 .884 .651 .000
N 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
KA4 Pearson Correlation .268* .043 .578
** 1 .655
** .353
** .317
** .226
* .058 .026 .667
**
Sig. (2-tailed) .016 .704 .000 .000 .001 .004 .044 .608 .820 .000
N 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
KA5 Pearson Correlation .084 .126 .344** .655
** 1 .421
** .335
** .047 .180 .073 .585
**
Sig. (2-tailed) .458 .264 .002 .000 .000 .002 .678 .110 .520 .000
N 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
KA6 Pearson Correlation .347** .400
** .337
** .353
** .421
** 1 .353
** .099 .050 -.022 .644
**
Sig. (2-tailed) .002 .000 .002 .001 .000 .001 .380 .662 .846 .000
N 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
136
KA7 Pearson Correlation .034 .189 .267* .317
** .335
** .353
** 1 .106 .201 .082 .495
**
Sig. (2-tailed) .762 .094 .017 .004 .002 .001 .349 .073 .472 .000
N 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
KA8 Pearson Correlation .080 -.041 .278* .226
* .047 .099 .106 1 .291
** .441
** .448
**
Sig. (2-tailed) .480 .719 .012 .044 .678 .380 .349 .009 .000 .000
N 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
KA9 Pearson Correlation -.050 -.060 .017 .058 .180 .050 .201 .291** 1 .566
** .343
**
Sig. (2-tailed) .659 .600 .884 .608 .110 .662 .073 .009 .000 .002
N 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
KA10 Pearson Correlation -.022 -.032 .051 .026 .073 -.022 .082 .441** .566
** 1 .343
**
Sig. (2-tailed) .845 .776 .651 .820 .520 .846 .472 .000 .000 .002
N 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
TKA Pearson Correlation .570** .464
** .644
** .667
** .585
** .644
** .495
** .448
** .343
** .343
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .002 .002
N 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
137
HASIL UJI REALIBILITAS INDEPENDENSI
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 80 100.0
Excludeda 0 .0
Total 80 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.740 .759 10
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
I1 3.71 .783 80
I2 4.20 .537 80
I3 4.06 .623 80
I4 3.93 .792 80
I5 4.11 .595 80
I6 4.14 .568 80
I7 4.05 .654 80
I8 3.99 .684 80
I9 3.94 .581 80
I10 3.65 .929 80
138
Inter-Item Correlation Matrix
I1 I2 I3 I4 I5 I6 I7 I8 I9 I10
I1 1.000 .108 .011 .230 .206 .232 .251 .088 .099 .156
I2 .108 1.000 .340 .393 .245 .324 .259 .076 .081 .142
I3 .011 .340 1.000 .215 .186 .261 .520 .388 .325 .322
I4 .230 .393 .215 1.000 .179 .333 .325 .045 -.038 .239
I5 .206 .245 .186 .179 1.000 .440 .311 .128 .130 .049
I6 .232 .324 .261 .333 .440 1.000 .560 .395 .333 .260
I7 .251 .259 .520 .325 .311 .560 1.000 .284 .208 .279
I8 .088 .076 .388 .045 .128 .395 .284 1.000 .698 .073
I9 .099 .081 .325 -.038 .130 .333 .208 .698 1.000 .076
I10 .156 .142 .322 .239 .049 .260 .279 .073 .076 1.000
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Squared Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
I1 36.06 11.983 .268 .148 .742
I2 35.57 12.323 .381 .274 .723
I3 35.71 11.524 .505 .474 .705
I4 35.85 11.420 .374 .274 .725
I5 35.66 12.252 .347 .237 .727
I6 35.64 11.323 .629 .527 .691
I7 35.73 11.012 .601 .499 .689
I8 35.79 11.739 .393 .553 .720
I9 35.84 12.264 .356 .511 .726
I10 36.13 11.250 .311 .191 .742
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
39.78 14.050 3.748 10
139
HASIL UJI REALIBILITAS AKUNTABILITAS
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 80 100.0
Excludeda 0 .0
Total 80 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.823 .814 10
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
A1 4.25 .464 80
A2 4.14 .522 80
A3 4.10 .686 80
A4 4.15 .618 80
A5 4.03 .746 80
A6 4.04 .818 80
A7 4.00 .746 80
A8 3.68 .671 80
A9 4.08 .522 80
A10 4.10 .493 80
140
Inter-Item Correlation Matrix
A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10
A1 1.000 .275 .199 .132 .201 .208 .402 .102 .131 .166
A2 .275 1.000 .209 .249 .219 .314 .260 .093 .101 .241
A3 .199 .209 1.000 .680 .737 .354 .371 .429 .226 .195
A4 .132 .249 .680 1.000 .651 .489 .521 .394 .239 .158
A5 .201 .219 .737 .651 1.000 .517 .523 .396 .288 .234
A6 .208 .314 .354 .489 .517 1.000 .601 .345 -.036 .053
A7 .402 .260 .371 .521 .523 .601 1.000 .405 .065 .138
A8 .102 .093 .429 .394 .396 .345 .405 1.000 .251 .291
A9 .131 .101 .226 .239 .288 -.036 .065 .251 1.000 .659
A10 .166 .241 .195 .158 .234 .053 .138 .291 .659 1.000
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Squared Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
A1 36.30 14.415 .316 .248 .823
A2 36.41 14.144 .339 .206 .821
A3 36.45 12.200 .641 .658 .791
A4 36.40 12.395 .682 .601 .789
A5 36.53 11.518 .725 .669 .780
A6 36.51 12.000 .542 .492 .804
A7 36.55 11.972 .623 .555 .793
A8 36.88 12.896 .498 .326 .808
A9 36.48 14.278 .302 .510 .824
A10 36.45 14.225 .343 .489 .821
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
40.55 15.744 3.968 10
141
HASIL UJI REALIBILITAS PROFESIONALISME
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 80 100.0
Excludeda 0 .0
Total 80 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.746 .761 10
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
P1 3.38 1.036 80
P2 3.69 .976 80
P3 3.95 .899 80
P4 3.95 .692 80
P5 3.60 .976 80
P6 3.31 .949 80
P7 4.15 .597 80
P8 3.99 .562 80
P9 4.15 .506 80
P10 4.04 .561 80
142
Inter-Item Correlation Matrix
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10
P1 1.000 .255 .211 .274 .451 .240 .113 .008 .085 .193
P2 .255 1.000 .646 .408 .386 .175 .212 .108 -.032 .114
P3 .211 .646 1.000 .586 .381 .122 .203 .074 .017 .079
P4 .274 .408 .586 1.000 .476 .275 .172 .129 .239 .103
P5 .451 .386 .381 .476 1.000 .246 .017 -.032 -.031 .005
P6 .240 .175 .122 .275 .246 1.000 .340 .031 .270 .287
P7 .113 .212 .203 .172 .017 .340 1.000 .533 .511 .511
P8 .008 .108 .074 .129 -.032 .031 .533 1.000 .585 .403
P9 .085 -.032 .017 .239 -.031 .270 .511 .585 1.000 .471
P10 .193 .114 .079 .103 .005 .287 .511 .403 .471 1.000
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Squared Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
P1 34.83 15.285 .388 .256 .732
P2 34.51 14.835 .495 .474 .711
P3 34.25 15.177 .503 .561 .710
P4 34.25 15.861 .574 .493 .704
P5 34.60 15.180 .444 .397 .721
P6 34.89 15.797 .372 .285 .733
P7 34.05 16.985 .439 .485 .724
P8 34.21 17.942 .261 .476 .743
P9 34.05 17.871 .322 .517 .738
P10 34.16 17.505 .359 .359 .733
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
38.20 19.504 4.416 10
143
HASIL UJI REALIBILITAS KUALITAS AUDIT
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 80 100.0
Excludeda 0 .0
Total 80 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.684 .712 10
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
KA1 3.65 .943 80
KA2 4.11 .595 80
KA3 4.28 .477 80
KA4 4.10 .542 80
KA5 4.11 .503 80
KA6 4.23 .477 80
KA7 4.11 .450 80
KA8 4.11 .528 80
KA9 4.13 .402 80
KA10 4.19 .453 80
144
Inter-Item Correlation Matrix
KA1 KA2 KA3 KA4 KA5 KA6 KA7 KA8 KA9 KA10
KA1 1.000 .297 .245 .268 .084 .347 .034 .080 -.050 -.022
KA2 .297 1.000 .291 .043 .126 .400 .189 -.041 -.060 -.032
KA3 .245 .291 1.000 .578 .344 .337 .267 .278 .017 .051
KA4 .268 .043 .578 1.000 .655 .353 .317 .226 .058 .026
KA5 .084 .126 .344 .655 1.000 .421 .335 .047 .180 .073
KA6 .347 .400 .337 .353 .421 1.000 .353 .099 .050 -.022
KA7 .034 .189 .267 .317 .335 .353 1.000 .106 .201 .082
KA8 .080 -.041 .278 .226 .047 .099 .106 1.000 .291 .441
KA9 -.050 -.060 .017 .058 .180 .050 .201 .291 1.000 .566
KA10 -.022 -.032 .051 .026 .073 -.022 .082 .441 .566 1.000
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Squared Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
KA1 37.36 5.880 .278 .239 .704
KA2 36.90 6.825 .276 .296 .674
KA3 36.74 6.525 .528 .441 .631
KA4 36.91 6.283 .538 .637 .624
KA5 36.90 6.623 .449 .540 .643
KA6 36.79 6.524 .528 .392 .631
KA7 36.90 6.977 .361 .229 .659
KA8 36.90 6.977 .281 .308 .671
KA9 36.89 7.418 .210 .372 .681
KA10 36.83 7.361 .192 .415 .684
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
41.01 8.038 2.835 10
145
HASIL UJI ASUMSI KLASIK
1. HASIL UJI MULTIKOLONIERITAS
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 16.176 2.493 6.490 .000
TI .252 .084 .333 2.996 .004 .458 2.183
TA .180 .083 .253 2.173 .033 .419 2.387
TP .196 .058 .306 3.400 .001 .699 1.432
a. Dependent Variable: TKA
Coefficient Correlationsa
Model TP TI TA
1 Correlations TP 1.000 -.137 -.320
TI -.137 1.000 -.641
TA -.320 -.641 1.000
Covariances TP .003 .000 -.002
TI .000 .007 -.004
TA -.002 -.004 .007
a. Dependent Variable: TKA
147
3. HASIL UJI HETEROSKEDASTISITAS
HASIL UJI REGRESI BERGANDA
Regression
Variables Entered/Removed
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 TP, TI, TAa . Enter
a. All requested variables entered.
148
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .755a .570 .553 1.896
a. Predictors: (Constant), TP, TI, TA
b. Dependent Variable: TKA
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 361.885 3 120.628 33.569 .000a
Residual 273.103 76 3.593
Total 634.987 79
a. Predictors: (Constant), TP, TI, TA
b. Dependent Variable: TKA
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 16.176 2.493 6.490 .000
TI .252 .084 .333 2.996 .004 .458 2.183
TA .180 .083 .253 2.173 .033 .419 2.387
TP .196 .058 .306 3.400 .001 .699 1.432
a. Dependent Variable: TKA
149
Coefficient Correlationsa
Model TP TI TA
1 Correlations TP 1.000 -.137 -.320
TI -.137 1.000 -.641
TA -.320 -.641 1.000
Covariances TP .003 .000 -.002
TI .000 .007 -.004
TA -.002 -.004 .007
a. Dependent Variable: TKA
Collinearity Diagnosticsa
Model
Dimensi
on Eigenvalue Condition Index
Variance Proportions
(Constant) TI TA TP
1 1 3.985 1.000 .00 .00 .00 .00
2 .007 23.897 .15 .05 .02 .95
3 .005 27.674 .83 .13 .17 .02
4 .002 40.835 .02 .82 .81 .02
a. Dependent Variable: TKA
150
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 36.91 45.93 41.01 2.140 80
Std. Predicted Value -1.915 2.297 .000 1.000 80
Standard Error of Predicted
Value
.217 .785 .402 .137 80
Adjusted Predicted Value 37.11 46.51 41.01 2.153 80
Residual -5.928 7.519 .000 1.859 80
Std. Residual -3.127 3.967 .000 .981 80
Stud. Residual -3.278 4.058 .001 1.010 80
Deleted Residual -6.514 7.869 .002 1.974 80
Stud. Deleted Residual -3.514 4.555 .004 1.050 80
Mahal. Distance .046 12.556 2.962 2.771 80
Cook's Distance .000 .266 .016 .040 80
Centered Leverage Value .001 .159 .037 .035 80
a. Dependent Variable: TKA
Top Related