III. PENGARUH SUHU TANAH
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Suhu adalah tingkat kemampuan benda dalam memberi atau
menerima panas. Suhu seringkali juga dinyatakan sebagai energi kinetis
rata-rata suatu benda yang dinyatakan dalam derajat suhu.Suhutanah
merupakanhasil dari keseluruhan radiasi yang merupakankombinasi
emisi panjang gelombang dan aliran panas dalam tanah. Suhu tanahjuga
disebut intensitas panas dalam tanah dengan satuan derajat Celcius,
derajatFahrenheit, derajat Kelvin dan lain-lain. Tanah dapat dipandang
sebagai campuranantara partikel, mineral dan organic dengan berbagai
ukuran dan komposisi. Suhutanah dapat di ukur dengan menggunakan
alat yang dinamakan termometer tanahselubung logam.
Suhu tanah ditentukan oleh panas matahari yang menyinaribumi.
Intensitas panas tanah dipengaruhi oleh kedudukan permukaan
yangmenentukan besar sudut datang, letak digaris lintang utara dan
selatan dan tinggidari permukaan laut. Sejumlah sifat tanah juga
menentukan suhu tanah antara lainintensitas warna tanah, komposisi,
panasienis tanah, kemampuan dan kaar legastanah. Salah satu fungsi
tanah yang terpenting adalah tempat tumbuhnya tanaman.Akar tanaman
dalam tanah menyerap kebutuhan utama tumbuhan yaitu air, nitrisidan
oksigen. Udara adalah kumpulan atau campuran gas, yang terbanyak
adalahnitrogen dan oksigen. Oksigen sangat penting untuk mendukung
kehidupanmahluk hidup dan memungkinkan terjadinya pembakaran
bahan baker. Nitrogenmerupakan penyubur tanaman. Bakteri
menggunakan nitrogen dari udara untukmenyuburkan tanah. Udara juga
melindungi bumi dari radiasi berbahaya yangberasal dari ruang angkasa.
Suhu tanah dapat dideteksi dengan alat yang disebut thermometer
tanah. Suhutanah ditentukan oleh panas matahari yang menyinari bumi.
Intensitas panas tanahdipengaruhi oleh kedudukan permukaan yang
menentukan besar sudut datang,letak digaris lintang utara atau selatan
dan tinggi dari permukaan laut.Suhu biasanya diamati pada kedalaman 5,
10, 20, 50, dan 100 cm. Untukkeperluan ini telah dibuat
termometersesuai dengan kedalamannya. Pengukuransuhu tanah
dilakukan pada tanah yang tertutup oleh rumput maupun tanah
yangterbuka. Pengukuran biasanya dilakukan dalam areal stasiun
pengamatan. Arealtidak boleh ternaungi dan tergenang air, hal ini harus
dihindari. Termometerdilindungi dengan pagar kawat dan dijaga agar
tanah disekitarnya tidak terganggu.Prinsip kerja termometer tanah hampir
sama dengan termometer biasa, hanyabentuk dan panjangnya berbeda.
Pengukuran suhu tanah lebih teliti daripada suhuudara. Perubahannya
lambat sesuai dengan sifat kerapatan tanah yang lebih besardaripada
udara. Sampai kedalaman 20 cm digunakan termometerair raksa
dalamtabung gelas dengan bola ditempatkan pada kedalaman yang
diinginkan. Ciri-ciri dari thermometer tanah adalah pada bagian skala
dilingkungkan. Hal ini dibuat adalah untuk memudahkan dalam
pembacaan thermometer dan menghindari kesalahan paralaks.
2. Tujuan Praktikum
Praktikum agroklimatologi acara Pengukuran Suhu Tanah
Bertujuan untuk mengetahui variasi suhu tanah pada berbagai perlakuan
diantaranya yaitu kontrol, mulsa plastik hitam, mulsa plastik bening,
mulsa organik, dan cover crop (rumput)
3. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum agroklimatologi acara Pengukuran Suhu Tanah
dilaksanakn pada Hari Sabtu, tanggal 21 April 2012 di dekat Rumah
Kaca Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
B. Tinjauan Pustaka
Suhu tanah mengalami perubahan dari pengembunan secara terus
menerus pada kedalaman yang dangkal di banyak tanah di daerah Alaska
yang beku sampai ke Hawai yang tropis, dimanapun jarang ditemukan suhu
tanah dapat mencapai 100o F (37,8o C) pada hari yang panas sekalipun. Pada
kebanyakan permukaan bumi, suhu tanah harian jarang mengalami perubahan
pada kedalaman 20 inchi (51 cm). tapi dibawah kedalaman tersebut suhu
tanah akan mengalami perubahan yang secara lambat menunjukkan
pertambahan derajat suhu sekitar 2o F (Donahue dkk, 1977).
Kebanyakan tanah memiliki albedo 0,10 sampai 0,15, dan semakin besar
tingkatannya maka akan semakin kering tanah tersebut, dan warna tanah
cerah yang dimiliki oleh albedo yang lebih tinggi dari pada yang rendah akan
lebih gelap. Hebatnya lagi, semakin kecil albedo tanah maka akan semakin
besar terjadinya fluktuasi suhu tanah. Oleh karena itu banyak di daerah
bermusim panas menutup tanah dengan bubuk putih (pengapuran) yang akan
mengurangi kemungkinan terjadinya fluktuasi suhu tanah ke permukaan
tanah, dan jika ditutupi dengan bubuk hitam maka akan terjadi fluktuasi suhu
tanah besar-besaran (Wild, 1973).
Suhu tanah yang rendah dapat mempengaruhi penyerapan air dari
pertumbuhan tumbuhan. Jika suhu tanah rendah, kecil kemungkinan terjadi
transpirasi, dan dapat mengakibatkan tumbuhan mengalami dehidrasi atau
kekurangan air. Pengaruh dari suhu tanah pada proses penyerapan bisa dilihat
dari hasil perubahan viskositas air, kemampuan menyerap dari membran sel,
dan aktivitas fisiologi dari sel-sel akar itu sendiri. Dengan kata lain pada
keadaan udara yang panas maka evaporasi air dari permukaan tanah akan
semakin besar (Tisdale and Nelson, 1966).
Untuk mengatur suhu tanah bukanlah kemampuan manusia secara
pribadi, tapi suhu tanah tersebut dapat di kontrol dengan cara yaitu dengan
menutupi mulsa organik pada tanah, dan pengaturan tanaman residu yang
keduanya dapat mempengaruhi implikasi biologi, juga bisa dengan mulsa
plastik yang biasanya diberikan untuk perkebunan dan terakhir dapat dengan
cara mengatur penguapan tanah (Brady and Weil, 2000).
Di bawah pembekuan tidak ada aktivitas hayati, air tidak bergerak
melalui tanah sebagai cairan dan kecuali bila ada embun beku memecah,
waktu berhenti bagi tanah. Perkecambahan biji dan pertumbuhan akar hampir
tak terjadi pada kisaran 0 sampai 5o C. horison sedingin 5o C bertindak
sebagai panci panas bagi kebanyakan akar tanaman. Masing-masing jenis
tanaman mempunyai persyaratan suhunya sendiri. Proses kimia dan kegiatan
jasad renik yang mengubah hara tanaman menjadi bentuk yang dapat
digunakan secara materi juga dipengaruhi oleh suhu. Pembekuan dan
pencairan berperan dalam pelapukan batuan, pembentukan struktur dan
pemanjangan akar tanaman. Jadi suhu tampaknya merupakan sifat tanah yang
penting (Foth, 1994).
Suhu tanah juga akan dipengaruhi oleh jumlah serapan radiasi matahari
oleh permukaan bumi. Pada siang hari suhu permukaan tanah akan lebih
tinggi dibandingkan suhu pada lapisan tanah yang lebih dalam. Hal ini juga
disebabkan karena permukaan tanah yang akan menyerap radiasi matahari
secara langsung pada siang hari tersebut, baru kemudian panas dirambatkan
ke lapisan tanah yang lebih dalam secara konduksi. Sebaliknya, pada malam
hari permukaan tanah akan kehilangan panas terlebih dahulu, sebagai
akibatnya suhu pada permukaan tanah akan lebih rendah dibandingkan
dengan suhu pada lapisan tanah yang lebih dalam. Pada malam hari, panas
akan merambat dari lapisan tanah yang lebih dalam menuju ke permukaan
(Lakitan, 1992).
C. Alat dan Cara Kerja
1. Alat : Termometer tanah
2. Cara Kerja :
Mengukur suhu tanah (menggunakan termometer tanah) pada beberapa
perlakuan. Perlakuannya adalah:
a. Control
b. Melsa plastik hitam
c. Melsa plastik putih
d. Mulsa organik
e. Cover crop (rumput)
D. Hasil Pengamatan
Hari Kelompok Waktu
Suhu tanah oC
Kontrol
Mulsa
Plastik
Hitam
Mulsa
Plastik
Bening
Mulsa
Organik
Cover
Crop
Sab
tu, 2
1 A
pril
201
2
20 07.30 28 30 30 26 30
20 07.45 28 30 30 26 30
20 08.00 28 30 30 26 30
19 08.15 28 30 30 26 30
19 08.30 28 30 30 26 30
18 08.45 29 30 30 27 31
18 09.00 29 30 30 27 31
17 09.15 29 31 30 27 31
17 09.30 29 31 30 27 31
40 09.45 29 31 30 27 31
40 10.00 29 31 30 27 31
24 10.15 29 32 31 27 31
24 10.30 29 32 32 28 32
23 10.45 29 33 33 29 33
23 11.00 30 33 34 29 33
21 11.15 31 33 35 30 34
21 11.30 31 34 36 30 34
E. Pembahasan
Tanah terdiri atas hancuran batu-batuan. Sifat-sifat tanah bergantung
pada besar kecilnya partikel-partikel yang merupakan komponen-komponen
tanah tersebut.Tanah mengandung partikel-partikel mineral, sisa-sisa tanaman
dan binatang, air, berbagai gas dan komposisi lainnya yang menjadikan tanah
tersebut menjadi subur, yang menjamin berlangsungnya kehidupan berbagai
makhluk di bumi.
Suhu tanah merupakan hasil dari keseluruhan radiasi yang merupakan
kombinasi emisi panjang gelombang dan aliran panas dalam tanah. Suhu
tanah juga disebut intensitas panas dalam tanah dengan satuan derajat
Celcius, derajat Fahrenheit, derajat Kelvin dan lain-lain.Suhu tanah
ditentukan oleh interaksi sejumlah faktor.Faktor eksternal (lingkungan) dan
internal (tanah) menyumbang perubahan-perubahan suhu tanah.
Semua panas tanah berasal dari dua sumber yaitu :
1. Radiasi matahari dan awan
2. Konduksi dari dalam bumi.
Suhu biasanya diamati pada kedalaman 5, 10, 20, 50, dan 100 cm.
Untuk keperluan ini telah dibuat termometer sesuai dengan kedalamannya.
Pengukuran suhu tanah dilakukan pada tanah yang tertutup oleh rumput
maupun tanah yang terbuka. Pengukuran biasanya dilakukan dalam areal
stasiun pengamatan. Areal tidak boleh ternaungi dan tergenang air, hal ini
harus dihindari. Termometer dilindungi dengan pagar kawat dan dijaga agar
tanah disekitarnya tidak terganggu.
Prinsip kerja termometer tanah hampir sama dengan termometer biasa,
hanya bentuk dan panjangnya berbeda. Pengukuran suhu tanah lebih teliti
daripada suhu udara. Perubahannya lambat sesuai dengan sifat kerapatan
tanah yang lebih besar daripada udara.Sampai kedalaman 20 cm digunakan
termometer air raksa dalam tabung gelas dengan bola ditempatkan pada
kedalaman yang diinginkan. Ciri-ciri dari termometer tanah adalah pada
bagian skala dilengkungkan.halini dibuat adalah untuk memudahkan dalam
pembacaan termometer dan menghindari kesalahan paralaks.Termometer
tanah untuk kedalaman 50 cm dan 100 cm bentuknya berbeda dengan
kedalaman lain. Termometer berada dalam tabung gelas yang berisi parafin,
kemudian tabung diikat dengan rantai lalu diturunkan dalam selongsong
tabung logam ke dalam tanah sampai kedalaman 50 cm atau 100 cm.
Pembacaan dilakukan dengan mengangkat termometer dari dalam
tabung logam, kemudian dibaca. Adanya parafin memperlambat perubahan
suhu ketika termometer terbaca di udara. Termometer tanah pada kedua
kedalaman ini bila merupakan suatu kapiler yang panjang dari mulai
permukaan tanah, mudah sekali patah apabila tanah bergerak turun atau pecah
karena kekeringan
Pada praktikum kali ini dilakukan lima perlakuan dalam mengukur suhu
tanah, yaitu pada tanah (sebagai kontrol), mulsa plastic hitam, mulsa plastic
bening, mulsa organic, dan Cover croop (rumput). Berdasarkan data yang
telah diperoleh, dapat dilihat bahwa semakin siang suhu tanah semakin tinggi.
Pada tanah (control) terjadi fluktuasi suhu yang cukup tinggi, sedangkan pada
perlakuan lainnya juga terjadi fluktuasi suhu tetapi hanya sedikit, hal ini
disebabkan karena mulsa plastic hitam, mulsa plastic bening, mulsa organic
dan rumput berfungsi untuk menjaga kestabilan suhu dalam tanah baik pada
siang hari maupun malam hari sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik.
F. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
a. Suhu tanah merupakan hasil dari keseluruhan radiasi yang
merupakan kombinasi emisi panjang gelombang dan aliran panas
dalam tanah.
b. Suhu tanah juga disebut intensitas panas dalam tanah dengan satuan
derajat Celcius, derajat Fahrenheit, derajat Kelvin dan lain-lain.
c. Semua panas tanah berasal dari dua sumber yaitu : Radiasi matahari
dan awan serta Konduksi dari dalam bumi.
d. Alat untuk mengukur suhu tanah adalah thermometer tanah. Prinsip
kerja termometer tanah hampir sama dengan termometer biasa, hanya
bentuk dan panjangnya berbeda.
e. Pemberian mulsa pada tanah bertujuan untuk menjaga kestabilan suhu
dalam tanah.
2. Saran
Tanah merupakan tempat bertumbuhnya tanaman. Untuk itu
diperlukan pembelajaran tentang tanah khususnya suhu tanah. Tanaman
untuk tumbuh dengan baik ditanam pada tanah yang fluktuasi suhu antara
siang dan malam yang kecil, dan untuk itu diperlukan cara untuk
mencegah fluktuasi yang besar pada tanah salah satunya dengan
menggunakan mulsa. Penggunaan mulsa pada tanah sangat membantu
petani dalam usaha taninya sehingga hal ini juga akan mempengaruhi
perbaikan ekonomi petani.
DAFTAR PUSTAKA
Brady, N.C., and R.R. Weil. 2000. Elements of The Nature and Properties of Soils. Prentice Hall, New jersey.
Foth, H.D. 1994. Dasar-dasar Ilmu Tanah Edisi keenam. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Lakitan, B. 1992. Dasar-dasar Klimatologi. Penebar Swadaya, Jakarta.
Tisdale, S.L. and W.L. Nelson. 1966. Soil Fertility And Fertilizers Third Edition. Collier Macmillan Publishers, London.
Wild, A. 1973. Russel’s Soil Condition and Plant Growth Eleventh Edition. Longman Scientific & Technical, New york.
IV. PERAN SUHU UDARA, RH, DAN CAHAYA TERHADAP LAJU
EVAPOTRANSPIRASI
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Suhu udara merupakan rata-rata energi kinetik gerakan molekul-
molekul didalam udara. Suhu udara dipengaruhi oleh radiasi matahari
secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung karena
adanya partikel yang ada di atmosfer mengabsorbsi energi matahari,
sedang pengaruh tidak langsung karena adanya radiasi bumi dalam
bentuk gelombang panjang.
Relative Humidity (RH) adalah kandungan uap air pada udara saat
itu dibagi dengan kandungan uap airmaksimum yang dapat dikandung
oleh udara pada suhu tersebut. Tumbuhan atau tanaman tumbuh pada
suatu tempat yang tidak bisa pindahseperti hewan dan manusia, sehingga
untuk memenuhi kebutuhan air harus mengambil dari tanah tempat
tanaman itu tumbuh. Kondisi kering, basah, ataupun tergenang harus
diterima oleh tanaman sehingga suatu saat tanamandihadapkan masalah
air.
Evaporasi adalah pengertian penguapan air secara umum dari suatu
permukaan benda. Sedangkan Transpirasi dapat dikatakan proses
kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan melalui stomata
kemungkinan kehilangan air dari jaringan tanaman melalui kegiatan
tanamn yang dapat terjadi, tetapi porsi kehilangan tersebut sangat kecil
dibandingkan dengan yang aaoleh stomata oleh sebab itu dalam
perhitunganya besarnya jumlah air yang hilang dari jarinagn tanaman
umumnya difokuskan untuk air yang hilang melalui stomata. Proses
transpirasi berlangsung selama tumbuhan hidup.
Pengangkutan garam mineral dari akar ke daun terutama lewat
xilem dan kecepatanya dipengaruhi oleh kecepatan transpirasi.
Transpirasi itu pada hakikatnya sama dengan penguapan akan tetapi
istilah penguapan tidak digunakan pada makhluk hidup. Transpirasi tidak
melalui kutikula, stomata, dan inti sel sebenarnya seluruh bagian
tanaman mengadakan transpirasi akan tetapi biasanya yang dibicarakan
transpirasi lewat daun tersebut
Tumbuhan jauh lebih cepat bertranspirasi bilamana terbuka
terhadap cahaya dibandingkan dengan di dalam gelap. Hal ini terjadi
karena cahaya mendorong / merangsang tumbuhnya stomata. Tumbuhan
bertranspirasi lebih cepat pada suhu yang tinggi. Pada suhu 30oC daun
dapat bertranspirasi tiga kali lebih cepat dibandingkan suhu 20°C. Laju
transpirasi juga dipengaruhi oleh kelembaban nibsi udara sekitar
tumbuhan. Laju difusi setiap substansi dalam kedua daerah menurun.
Adanya angin juga mengakibatkan meningkatnya laju transpirasi.
Tumbuhan tidak dapat bertranspirasi dengan cepat jika kelembaban
hilang, tidak digantikan oleh air segar (Kimbal, 1983). Traspirasi adalah
proses hilangnya air dalam bentuk penguapan air dari daun dan cabang
tanaman (jaringan hidup tanaman) melalui pori – pori daun yakni melalui
stomata, lubang kutikula, dan lentisel oleh proses fisiologi tanaman.
Transpirasi berlangsung melalui bagian tumbuhan yang
berhubungan dengan udara luar, yaitu luka dan jaringan epidermis pada
daun, batang, cabang, ranting, bunga, buah, dan bahkan akar. Cepat
lambatnya proses transpirasi ditentukan oleh faktor-faktor yang mampu
merubah wujud air sebagai cairan ke wujud air sebagai uap atau gas dan
faktor-faktor yang mampu menyebabkan pergerakan uap atau gas.
Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi transpirasi ada 2,yaitu faktor
dalam dan luar. Faktor-faktor dalam adalah besar kecilnya daun, tebal
tipisnya daun, berlapiskan lilin atau tidaknya permukaan daun, banyak
sedikitnya bulu di permukaan daun, banyak sedikitnya stomata, serta
bentuk dan lokasi stomata. Sedangkan factor luar yang mempengaruhi
adalah sinar matahari, temperatur, kelembaban udara, angin, dan keadaan
air dalam tanah.
2. Tujuan
Mengetahui pengaruh suhu, kelembaban relatif, dan cahaya terhdap laju
evaporasi tanah, tanspirasi dan evapotranspirasi.
3. Waktu dan Tempat
Praktikum Agroklimtologi acara Peran Suhu, RH, dan Cahaya terhadap
Laju Evapotranspirasi ini dilaksanakan pada Hari Sabtu tanggal 21 April
2012 di Rumah Kaca dan sekitarnya Fakultas Pertanian UNS.
B. Tinjauan Pustaka
Penguapan adalah proses perubahan air dari bentuk cair menjadi
bentuk gas. Ada dua macam penguapan, yaitu evaporasi yaitu penguapan air
secara langsung dari lautan, danau, sungai dan transpirasi merupakan
penguapan air dari tumbuh-tumbuhan dan yang lainya. Gabungan antara
evaporasi dan transpirasi disebut evapotranspirasi (Wuryanto, 2000).
Evaporasi adalah perubahan air menjadi uap, yang merupakan suatu
proses yang berlangsung hampir tanpa gangguan selama berjam-jam pada
siang hari dan sering juga selama malam hari.Uap ini kemudian bergerak dari
permukaan tanah atau permukaan air ke udara. Evapotranspirasi merupakan
ukuran total kehilangan air untuk suatu luasan lahan melalui evaporasi dari
permukaan tanaman. Secara potensial evapotranspirasi ditentukan hanya oleh
unsur – unsur iklim, sedangkan secara aktual evapotranspirasi juga
ditentukan oleh kondisi tanah dan sifat tanaman (Karmini, 2008).
Tidak semua presipitasi yang mencapai permukaan secara langsung
berinfiltrasi ke dalam tanah atau melimpas di atas permukaan tanah. Sebagian
darinya, secara langsung atau setelah penyimpanan permukaan atau bawah
permukaan, hilang dalam bentuk evaporasi, yaitu proses dimana air menjadi
uap. Walaupun diketahui sejumlah faktor mempengaruhi laju
evapotranspirasi, adalah sulit sekali untuk menilai kepentingan relatif
masing-masing faktor (Anonim, 2008).
Penyerapan energy radiasi matahari oleh sistem tajuk
tanaman akan memacu tumbuhan untuk meningkatkan laju
transpirasinya (terutama untuk menjaga stabilitas suhu
tumbuhan). Transpirasi akan menggunakan sebagian besar air
yang berhasil diserap tumbuhan dari tanah. Setiap gram air
yang diuapkan akan menggunakan energy sebesar 580
kalori. Karena besarnya energi yang digunakan untuk
menguapkan air pada proses transpirasi ini, maka hanya
sedikit panas yang tersisa yang akan dipancarkan ke udara
sekitarnya. Hal ini yang menyebabkan suhu udara di sekitar
tanaman tidak meningkat secara drastis pada siang hari.
Pada kondisi kecukupan air, kehadiran pohon diperkirakan
dapat menurunkan suhu udara di bawahnya kira-kira 3,5 oC
pada siang hari yang terik (Lakitan 1997).
Evapotranspirasi merupakan salah satu mata rantai dalam siklus
hidrologi dan komponen penting dalam perhitungan kebutuhan dan
ketersediaan air. Metode untuk mengestimasi evapotranspirasi biasanya
dilakukan pertitik dengan tutupan lahan dianggap homogen sehingga estimasi
evapotranspirasi untuk wilayah yang luas bisa menyebabkan ketidakakuratan,
untuk mengatasi masalah ini diaplikasikan penginderaan jauh dengan
estimasi evapotranspirasi per piksel. Pada penelitian ini diaplikasikan
pengolahan citra satelit kedalam perhitungan evapotranspirasi untuk
memperoleh hasil estimasi evapotranspirasi spasial (Bituk, 2009)
C.
C. Prosedur Kerja
1. Memasang termometer dan higrometer pada sangkar cuaca. Menyiapkan
tiga buah sangkar cuaca dan diletakkan pada tiga lokasi yang berbuda,
yaitu di tempat terbuka, naungan dan rumah kaca.
2. Meletakkan tiga tanaman dalam pot masing-masing loksi yang dekat
kotak sangkar, dengan ketemtuan:
a. Pot A berisi tanah saja tanpa tanaman kondisi terbuka.
b. Pot B berisi tanman dengan kondisi pot dan tanah dibungkus plastik.
c. Pot C kondisi biasa berisi tanaman. Tanaman pada pot B dan C
diusahakan seragam.
3. Melakukan pengamatan berat pot A, B, C serta pengamatan cuaca, suhu
RH yang ada di dalam snagkar.
4. Melakukan pengamatan intensitas cahaya dengan lux meter. Posisi
sensor menghadap ke atas (jangan miring). Pengamatan dilakukan pada
ketinggian 100 cm di atas tanah (lantai). Untuk pengamatan dengan lux
alat di setel pada posisi tertinggi, dan bila belum terdeteksi posisi sakelar
bisa diturunkan ke posisi yang lebih rendah. Alat lux meter digital ada 3
range (skala) pengukuran.
5. Mengulangi pengamatan suhu, rh, intensitas cahaya dan pot setian 30
menit sekali.
6. Setelah melakukan 4 kali pengamatan (ada 4 data), melakukan
perhitungan laju evaporasi, transpirasi dan evapotranspirasi pada masing-
masing periode percobaan (satu periode=30 menit).
7. Untuk menghitung evaporasi, transpirasi dan evapotranspirasi dibuat
satuan gram per jam, sehingga data yang diperoleh perlu dikonversi.
D. Hasil Pengamatan
Tabel 4.1. Pengamatan suhu, RH, dan intensitas cahaya serta laju
evapotranspirasi di Naungan.
Kelo
mpok
Jam Suhu R
H
Int.
Chy
Berat Pot Evp Trans ET Eth Angin
A B C
18 07.30 26 62 410 0 794 1102 1393 --- --- --- ---
18 08.00 26 61 1200 1 794 1098 1392 0 -8 -2 -8 0,61
17 08.30 27 60 620 2 780 1055 1391 -28 -6 -2 -14
20 09.00 28 54 1900 3 780 1090 1388 0 -10 -6 -10 0,34
19 09.30 29 50 1120 4 786 1089 1388 -4 -2 0 -6
23 10.00 30 45 1740 5 783 1088 1385 -6 -2 -6 -8 0
21 10.30 30 44 2440 6 783 1085 1382 0 -6 -6 -6
40 11.00 31 42 2720 7 779 1082 1378 -8 -6 -10 -14 0,58
24 11.30 31 40 2550 8 776 1079 1375 -6 -6 -6 -12
Tabel 4.2. Pengamatan suhu, RH, dan intensitas cahaya serta laju
evapotranspirasi di Rumah kaca
Kelom
pok
Jam Suh
u
RH Int.
Chy
Berat Pot Evp Trans ET Eth Angin
A B C
19 07.30 29 68 1030 0 838 913 1436 --- --- --- ---
19 08.00 30 89 1070 1 821 908 1432 -34 -10 -8 -44 0,47
18 08.30 30 71 1570 2 821 891 1431 0 -18 -2 -18
17 09.00 31 60 1640 3 815 880 1428 -12 -22 -6 -34 0,34
20 09.30 31 56 2740 4 814 880 1426 -2 0 -4 -2
24 10.00 32 52 2490 5 812 877 1421 -4 -6 -10 -10 0,83
23 10.30 32 51 5720 6 810 875 1415 -4 -4 -12 -8
21 11.00 35 49 4000 7 807 874 1412 -6 -2 -6 -8 0,58
40 11.30 35 46 5420 8 805 871 1406 -4 -6 -12 10
Tabel 4.3. Pengamatan suhu, RH, dan intensitas cahaya serta laju
evapotranspirasi di Tempat terbuka
Kelo
mpok
Jam Su
hu
RH Int.
Chy
Berat Pot Evp Tran
s
ET Eth Angin
A B C
17 07.30 26 62 1350 0 890 1061 951 --- --- --- ---
17 08.00 27 61 1550 1 888 1059 947 -4 -4 -8 -8 0,65
20 08.30 28 58 3850 2 882 1057 937 -12 -4 -20 -16
19 09.00 28 52 5670 3 878 1056 933 -8 -2 -8 -10 0,83
18 09.30 30 42 6310 4 874 1054 914 -8 -4 -38 -12
21 10.00 31 36 4750 5 868 1052 907 -12 -4 -14 -16 0,42
40 10.30 31 35 7480 6 864 1051 901 -8 -2 -12 -10
24 11.00 33 32 9630 7 858 1048 893 -12 -6 -16 -18 0,71
23 11.30 34 30 9320 8 850 1046 881 -16 -4 -24 -20
E. Pembahsan
Transpirasi adalah hilangnya uap air dari permukaan tumbuhan.
Evaporasi adalah proses perubahan molekul di dalam keadaan cair
(contohnya air) dengan spontan menjadi gas (contohnya uap air).
Evapotranspirasi adalah perpaduan antara evaporasi dari permukaan tanah
dengan transpirasi dari tumbuh-tumbuhan. Besarnyalaju evapotranspirasi
berbeda-beda, tergantusng dari kadar kelembaban tanah dan jenis tumbuh-
tumbuhan. Transpirasi dan evaporasi dari permukaan tanah bersama-sama
disebut evapotranspirasi atau kebutuhan air. Jika air yang tersedia dalam
tanah cukup banyak maka evapotranspirasi itu disebut evapotranspirasi
potensial. Mengingat faktor-faktor yang mempengaruhi evapotranspirasi itu
banyak dan lebih sulit daripada faktor yang mempengaruhi evaporasi maka
banyaknya evapotranspirasi tidak dapat diperkirakan dengan teliti. Akan
tetapi evapotranspirasi adalah faktor dasar untuk menentukan kebutuhan air
dalam rencana irigasi dan merupakan proses yang penting dalam siklus
hidrologi. Oleh sebab itu maka telah banyak jenis dan cara penentuannya
yang telah diadakan.
Evapotranspirasi adalah jumlah dari beberapa unsur seperti terlihat
dalam persamaan matematik dibawah ini.
ET = T + It + Es + Eo
Keterangan :
T : Transpirasi
It : Intersepsi total
Es : Evaporasi dari tanah, batuan dan jenis permukaan lainnya
Eo : Evaporasi permukaan air terbuka seperti sungai, danau dan waduk
Untuk tegakan hutan Eo dan Es biasanya diabaikan dan ET = T + It.
Bila unsur vegetasi diabaikan maka ET = Es. Evaporasi tanah (Es) adalah
penguapan air langsung dari tanah mineral. Nilai Es kecil dibawah tegakan
hutan karena serasah dan tumbuhan menghalangi radiasi matahari mencapai
permukaan tanah mineral hutan dan mencegah gerakan udara di atasnya. Es
bertambah besar dengan makin berkurangnya tumbuhan dan jenis penutup
tanah lainnya. Melalui proses transpirasi, vegetasi mengendalikan suhu agar
sesuai dengan yang diperlukan tanaman untuk hidup. Pada tingkat yang
paling praktis, perhitungan pemakaian air oleh vegetasi dapat dimanfaatkan
sebagai masukan untuk memilih jenis tanaman (pertanian) yang dapat tumbuh
dengan baik di bawah kondisi curah hujan yang tidak menentu. Perhitungan
keperluan air irigasi untuk suatu tanaman juga didasarkan pada besarnya
evaportanspirasi vegetasi yang akan ditanam.
Faktor-faktor penentu evapotranspirasi untuk mengetahui faktor-faktor
yang dianggap mempengaruhi besarnya evapotranspirasi, maka
evapotranspirasi perlu dibedakan menjadi evapotranspirasi potensial (PET)
dan evapotranspirasi aktual (AET). PET lebih dipengaruhi oleh faktor-faktor
meteorologi, sementara AET lebih dipengaruhi oleh faktor fisiologi tanaman
dan unsur tanah. Uraian tentang pengaruh faktor lingkungan terhadap
evapotranspirasi akan lebih ditekankan pada pengaruh faktor- faktor tersebut
pada PET. Faktor-faktor yang dominan mempengaruhi PET adalah radiasi
panas matahari dan suhu, kelembaban atmosfer dan angin, dan secara umum
besarnya PET akan meningkat ketika suhu, radiasi panas matahari,
kelembaban, dan kecepatan angin bertambah besar. Pengaruh radiasi panas
matahari terhadap PET adalah melalui proses fotosíntesis.
Dalam mengatur hidupnya tanaman memerlukan sirkulasi air melalui
sistem akar-batang-daun. Sirkulasi perjalanan air dari bawah (perakaran) ke
atas (daun) dipercepat dengan meningkatnya jumlah radiasi panas matahari
terhadap vegetasi yang bersangkutan. Pengaruh suhu terhadap PET dapat
dikatakan secara langsung berkaitan dengan intensitas dan lama waktu radiasi
matahari. Namun demikian perlu dikemukakan bahwa suhu yang akan
mempengaruhi PET adalah suhu daun dan bukan suhu udara disekitar daun.
Pengaruh angin terhadap PET adalah melalui mekanisme dipindahkannya uap
air yang keluar dari pori-pori daun. Semakin besar kecepatan angin, semakin
besar pula laja evapotranspirasi yang dapat terjadi. Dibandingkan dengan
pengaruh radiasi panas matahari, pengaruh angin terhadap laju ET adalah
lebih kecil. Terbukanya stomata daun juga dianggap sebagai faktor dominan
untuk berlangsungnya ET. Ketika stomata daun terbuka, laju transpirasi
ditentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya evaporasi,
demikian seterusnya sampai stomata daun setengah tertutup. Pada keadaan ini
tampak bahwa pengaruh fisiologi tanaman terhadap ET adalah dominan.
Namun demikian proses terbuka dan tertutupnya stomata ditentukan oleh
faktor iklim terutama lama waktu penyinaran (suhu udara).
Suhu udara dapat mempengaruhi kecepatan membuka dan
menutupnya stomata. Sementara kelembaban disekitarnya membantu
memperpanjang lama waktu stomata tersebut terbuka. Hal inilah yang
menyebabkan proses ET terjadi terutama pada siang hari dan berkurang
secara drastis pada malam hari. Kelembaban tanah juga mempunyai peran
untuk mempengaruhi terjadinya evapotranspirasi. Evapotranspirasi
berlangsung ketika vegetasi yang bersangkutan sedang tidak kekurangan
suplai air. Dengan kata lain evapotranspirasi potensial berlangsung ketika
kondisi kelembaban tanah berkisar antara titik wilting point danfield capacity.
Pada praktikum kali ini dilaksanakan di tiga tempat, yaitu rumah kaca, dalam
naungan dan alam terbuka (terkena sinar matahari langsung).
F. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
a. Transpirasi adalah hilangnya uap air dari permukaan tumbuhan.
b. Evaporasi adalah proses perubahan molekul di dalam keadaan cair.
c. Evapotranspirasi adalah perpaduan antara evaporasi dari permukaan
tanah dengan transpirasi dari tumbuh-tumbuhan.
d. Evaporasi tanah (Es) adalah penguapan air langsung dari tanah
mineral.
e. Evapotranspirasi perlu dibedakan menjadi evapotranspirasi potensial
(PET) dan evapotranspirasi aktual (AET)
f. Pengaruh suhu terhadap PET dapat dikatakan secara langsung
berkaitan dengan intensitas dan lama waktu radiasi matahari. Namun
demikian perlu dikemukakan bahwa suhu yang akan mempengaruhi
PET adalah suhu daun dan bukan suhu udara disekitar daun.
g. Suhu udara dapat mempengaruhi kecepatan membuka dan
menutupnya stomata. Sementara kelembaban disekitarnya membantu
memperpanjang lama waktu stomata tersebut terbuka. Hal inilah yang
menyebabkan proses ET terjadi terutama pada siang hari dan
berkurang secara drastis pada malam hari.
h. Cahaya sangat berpengaruh terhadap laju evapotranspirasi, yaitu
semakin besar cahaya maka laju evapotranspirasi juga akan semakin
besar.
2. Saran
Suhu, kelembaban, dan cahaya matahari merupakan unsur cuaca
yang bersifat dinamis, tentunya hal ini sangat mempengaruhi proses
pertumbuhan tanaman dan proses dalam (fisiologi) tanaman. Selain itu
tanaman yang digunakan pada praktikum ini diusahakan sama sehingga
dapat dibandingkan pengaruh antara unsur satu dengan yang lainnya.
Tanaman pangan yang sebaiknya digunakan sehingga kita dapat
mengetahui keefektifan tanaman pangan tersebut dalam proses
pertumbuhannya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Klimatologi Terapan. http://www.fpk.unair.ac.id.Diakses tanggal 1 Mei 2012. Pukul 13.53 WIB.
Bituk. 2009. Evapotranspirasi. http://bituk.blogspot.com. Diakses pada tanggal 4 Mei 2012 pada pukul 13.30 WIB.
Karmini. 2008. Validasi Model Pendugaan Evapotranspirasi : Upaya Melengkapi
Sistem Database Iklim Nasional. Jurnal Tanah dan Iklim.No. 27, 2008.
Lakitan, B. 1997. Dasar-dasar Klimatologi, Cet. II. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Wuryatno, Indro. 1999. Kliatologi Dasar. UNS Press. Surakarta.
Top Related