perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENERAPAN METODE UNTUK MENGOPTIMALKAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN MEMBACA
INTENSIF SISWA KELAS V SD NEGERI 1 JETIS
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
i
PENERAPAN METODE SURVEY, QUESTION, READ, RECITE, UK MENGOPTIMALKAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN MEMBACA
INTENSIF SISWA KELAS V SD NEGERI 1 JETISKABUPATEN KARANGANYAR
TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh:
ANGGRIANA ROHMADANTI K1208066
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA Juli 2012
SURVEY, QUESTION, READ, RECITE, REVIEW (SQ3R) UK MENGOPTIMALKAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN MEMBACA
INTENSIF SISWA KELAS V SD NEGERI 1 JETIS
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Anggriana Rohmadanti
NIM : K1208066
Jurusan/Program Studi : PBS/Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “PENERAPAN METODE SQ3R
UNTUK MENGOPTIMALKAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN
MEMBACA INTENSIF SISWA KELAS V SD NEGERI 1 JETIS
KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2011/2012” ini benar-
benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang
dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juli 2012
Yang membuat pernyataan,
Anggriana R.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENERAPAN METODE SQ3R UNTUK MENGOPTIMALKAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN MEMBACA INTENSIF SISWA KELAS V SD NEGERI 1 JETIS
KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh :
Aggriana Rohmadanti
K 1208066
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, 30 Juli 2012
Pembimbing I, Pembimbing II,
Dra. Sumarwati, M.Pd Dr. Muhammad Rohmadi, S.S., M.Hum
NIP 196004131987022001 NIP 197610132002121005
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari : Senin
Tanggal : 30 Juli 2012
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Dr. Kundharu Saddhono, S.S, M.Hum
Sekretaris : Dra. Raheni Suhita, M.Hum
Anggota I : Dra. Sumarwati, M.Pd
Anggota II : Dr. Muhammad Rohmadi, S.S., M.Hum
Disahkan Oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
a.n. Dekan,
Pembantu Dekan I
Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si
NIP 196604151991031002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK Anggriana Rohmadanti. PENERAPAN METODE SQ3R UNTUK MENGOPTIMALKAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN MEMBACA INTENSIF SISWA KELAS V SD NEGERI 1 JETIS KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2011/2012. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Juli 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan: (1) motivasi membaca intensif dan, (2) kemampuan membaca intensif dengan metode SQ3R pada siswa kelas V SD Negeri 1 Jetis, Kabupaten Karanganyar.
Penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri 1 Jetis, Kabupaten Karanganyar yang berjumlah 35 siswa dan guru kelas sekaligus guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas V. Sumber data yang digunakan, yaitu: (1) tempat dan peristiwa, (2) informan, dan (3) dokumen. Dokumen yang digunakan berupa catatan observasi selama proses pembelajaran, hasil tes siswa berupa hasil pekerjaan siswa membaca, daftar nilai yang berupa nilai proses dan hasil pembelajaran membaca intensif, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), catatan hasil wawancara yang ditranskrip, dan foto kegiatan pembelajaran membaca intensif. Teknik pengumpulan data yang diterapkan, yaitu: (1) observasi; (2) wawancara; (3) tes; (4) analisis dokumen. Teknik validitas yang digunakan adalah: (1) triangulasi metode dan (2) triangulasi sumber data.
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa metode SQ3R dapat meningkatkan motivasi dan kemampuan membaca intensif pada siswa kelas V SD Negeri 1 Jetis, Kabupaten Karanganyar. Hal tersebut teridentifikasi sebagai berikut: (1) motivasi membaca intensif mengalami peningkatan dari kondisi awal hanya 10 siswa (29%) yang aktif selama proses pembelajaran. Pada siklus I motivasi siswa dalam membaca intensif 18 siswa (52%), pada siklus II motivasi siswa dalam membaca intensif 25 siswa (71%), dan pada siklus III motivasi membaca siswa sebesar 33 siswa (95 %), (2) kemampuan membaca intensif mengalami peningkatan dari kondisi awal hanya 10 siswa (29%) yang sudah mencapai batas ketuntasan 70. Pada siklus I dengan rerata nilai siswa sebesar 65 dan terdapat 20 siswa (57%) yang sudah mencapai batas ketuntasan 70, pada siklus II dengan rerata 71. Pada siklus III dengan rerata nilai siswa 79 dan mengalami peningkatan, yaitu 33 siswa (95%) yang sudah mencapai batas ketuntasan 70.
Prosedur penerapan metode SQ3R yang efektif adalah dengan tahap membaca sekilas, tahap membuat pertanyaan, tahap membaca, tahap menyatakan kembali, dan yang terakhir tahap meninjau ulang. Simpulan penelitian ini adalah penerapan metode SQ3R dapat meningkatkan motivasi dan kemampuan membaca intensif siswa kelas V SD Negeri 1 Jetis Kabupaten Karanganyar Tahun ajaran 2011/2012 Kata kunci: motivasi, membaca intensif, metode SQ3R, dan kemampuan
membaca
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah
selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang
lain” (QS.: Al Insyiraah: 6-7).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Karya ini penulis persembahkan kepada :
1. Bapak Mulyadi dan Ibu Warti tercinta,
atas doa, dan semangat untukku;
2. Keluargaku tersayang, khususnya adik-
adikku yang telah menjadi teman dalam
hidupku;
3. Tofa Jauhari yang selalu memberikan
doa, dukungan, dan kasih sayangnya
dalam menyusun skripsi ini;
4. Teman-teman Bahasa dan Sastra
Indonesia’08;
5. Sahabat-sahabatku yang selalu
menyemangati dan memberikan inspirasi
kepadaku (Fitri, Ayu Dyah, Pepy, Mira);
6. Almamater.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang
memberi ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “PENERAPAN METODE SQ3R UNTUK
MENGOPTIMALKAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN MEMBACA
INTENSIF SISWA KELAS V SD NEGERI 1 JETIS KABUPATEN
KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2011/2012”
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, Jurusan Bahasa dan Seni, Universitas Sebelas Surakarta. Penulis
menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan,
bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk ini, penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberikan persetujuan pengesahan skripsi.
2. Dr. H. Muh. Rohmadi, M.Hum., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Seni yang telah memberikan izin untuk penulisan skripsi.
3. Kundharu Saddhono, S.S., M.Hum., Ketua Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan izin untuk menyusun
skripsi.
4. Dr. Hj.Andayani,M.Pd., selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis selama menjadi
mahasiswa di Program Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNS.
5. Dra. Sumarwati, M.Pd dan Muhammad Rohmadi, S.S., M.Hum., selaku
pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan dengan
sabar kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan lancar.
6. Sri Isroiliyah, S.Pd., selaku Kepala SD Negeri 1 Jetis, Kabupaten
Karanganyar yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk
melaksanakan penelitian tindakan kelas (PTK).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
7. Nunik Sri Utami, S.Pd., selaku guru kelas V SD Negeri 1 Jetis, Kabupaten
Karanganyar yang telah banyak membantu dan berpartisipasi aktif dalam
proses penelitian.
8. Siswa-siswi kelas V SD Negeri 1 Jetis, Kabupaten Karanganyar yang telah
berpartisipasi aktif sebagai subjek penelitian dan membantu pelaksanaan
penelitian.
9. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang
tidak mungkin disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... ii
HALAMAN PENGAJUAN……………………………………………….. ... iii
HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………… . iv
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... v
HALAMAN ABSTRAK .................................................................................. vi
HALAMAN MOTTO…………………………………………… .................. vii
HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………… .. viii
KATA PENGANTAR……………………………………….. ....................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………. .. xiii
DAFTAR TABEL……………………………………………………….. ...... xiv
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………….. .. xv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 7
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................... 9
A. Kajian Teori ......................................................................................... 9
1. Hakikat Keterampilan Membaca ..................................................... 9
a. Pengertian Membaca ................................................................... 9
b. Tahapan-tahapan Membaca ........................................................ 12
c. Manfaat Membaca ....................................................................... 13
d. Tujuan Membaca ......................................................................... 14
e. Jenis-jenis Membaca ................................................................... 15
f. Membaca Intensif ........................................................................ 16
g. Penilaian Membaca Intensif ........................................................ 18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
2. Hakikat Motivasi ............................................................................. 24
a. Pengertian Motivasi....................................................................... 24
b. Jenis Motivasi ................................................................................ 26
c. Motivasi Membaca ........................................................................ 26
3. Hakikat Metode SQ3R...................................................................... 28
a. Pengertian Metode Pembelajaran ................................................ 28
b. Pengertian SQ3R .......................................................................... 31
c. Pembelajaran Membaca Intensif Dengan SQ3R .......................... 38
B. Penelitian yang Relevan ....................................................................... 41
C. Kerangka Berpikir ................................................................................ 43
D. Hipotesis Tindakan............................................................................... 45
BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 46
A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 46
B. Bentuk dan Strategi Penelitian............................................................. 47
C. Sumber Data Penelitian......................................................................... 48
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 48
E. Teknik Validitas Data ........................................................................... 49
F. Teknik Analisis Data ............................................................................ 50
G. Prosedur Penelitian ............................................................................... 51
H. Indikator Keberhasilan Tindakan ......................................................... 54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 56
A. Hasil Penelitian .................................................................................... 56
1. Pratindakan ...................................................................................... 56
2. Siklus Pertama ................................................................................. 59
a. Perencanaan Tindakan................................................................. 59
b. Pelaksanaan Tindakan ................................................................. 61
c. Observasi ..................................................................................... 63
d. Analisis dan Refleksi ................................................................... 65
3. Siklus Kedua .................................................................................... 67
a. Perencanaan Tindakan ................................................................. 67
b. Pelaksanaan Tindakan ................................................................. 70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
c. Observasi ..................................................................................... 73
d. Analisis dan Refleksi…………………………………………… 75
4. Siklus Ketiga………………………………………………………. 77
a. Perencanaan Tindakan………………………………………… . 77
b. Pelaksanaan Tindakan………………………………………….. 79
c. Observasi………………………………………………………. 82
d. Analisis dan Refleksi ................................................................... 85
C. Perbandingan Antar Siklus................................................................. . 87
D. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................. 87
1.Motivasi Membaca Intensif .............................................................. 87
2. Kemampuan Siswa Membaca Intensif............................................ . 87
a. Membaca sekilas (survey)................................................................. 88
b. Membuat pertanyaan (question)....................................................... 88
c. Membaca (read)............................................................................... 89
d. Menyatakan kembali (recite)............................................................ 89
e. Meninjau ulang (review).................................................................. 89
f. Perolehan nilai membaca intensif ..................................................... 89
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ......................................... 94
A. Simpulan ............................................................................................... 94
B. Implikasi ............................................................................................... 95
C. Saran ..................................................................................................... 97
Daftar Pustaka .................................................................................................. 99
Lampiran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Nilai Pretest Membaca Siswa..................................................................... 4
2. Penilaian Proses Pembelajaran ................................................................... 21
3. Contoh Pertanyaan ..................................................................................... 24
4. Rincian Kegiatan Penelitian ....................................................................... 46
5. Indikator Proses Membaca Intensif ............................................................ 55
6. Perolehan Nilai Pretes Membaca Intensif .................................................. 58
7. Pencapaian Indikator Siklus I..................................................................... 64
8. Pencapaian Indikator Siklus II ................................................................... 74
9. Pencapaian Indikator Siklus III .................................................................. 84
10. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus ................................................. 86
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Hubungan Unsur Pembelajaran ................................................................ 19
2. Alur Kerangka Berpikir ........................................................................... 45
3. Model Analisis Interaktif .......................................................................... 51
4. Siklus Penelitian Tindakan Kelas ............................................................. 52
5. Peningkatan Indikator Setiap Siklus…………………………………. .... 87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Silabus Pelajaran ....................................................................................... 102
2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Bahasa Indonesia Tingkat
Sekolah Dasar ........................................................................................... 103
3. Lembar Rekapitulasi Keaktifan Siswa Kelas V dalam Pembelajaran
Membaca Intensif ...................................................................................... 104
4. Lembar Observasi Kinerja Guru……………………………………… ... 105
5. Lembar Observasi Keaktifan Siswa…………………………………...
6. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Guru Saat Pra-tindakan ..... 110
7. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Siswa Saat Pra-tindakan .... 115
8. Catatan Lapangan (Fieldnote) Hasil Observasi Pra-Tindakan
Pembelajaran Membaca Intensif ............................................................... 119
9. Lembar Observasi Keaktifan Siswa Kelas V dalam Pembelajaran
Membaca Intensif ...................................................................................... 122
10. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pra-Tindakan .................................. 123
11. Daftar Nilai Siswa dalam Pembelajaran Membaca Intensif Saat Pra-
Tindakan (Pretes) ...................................................................................... 125
12. Lembar Observasi Kinerja Guru Saat Mengajar (Pra-Tindakan) ............. 127
13. Hasil Pekerjaan Siswa (Pra-Tindakan) ..................................................... 130
14. Foto-foto Pembelajaran Membaca Intensif Pra-Tindakan ........................ 131
15. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ................................. 133
16. Catatan Lapangan (fieldnote) Hasil Observasi Siklus I ........................... 140
17. Hasil Pekerjaan Siswa Siklus I ................................................................. 143
18. Lembar Observasi Keaktifan Siswa Kelas V ............................................ 144
19. Daftar Proses Membaca Intensif Siswa Siklus I ....................................... 145
20. Daftar Nilai Membaca Intensif Siswa Siklus I ......................................... 146
21. Lembar Observasi Kinerja Guru Saat Mengajar ....................................... 148
22. Foto-foto Pembelajaran Membaca Intensif Siklus I ................................. 150
23. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ................................ 152
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
24. Catatan Lapangan (fieldnote) Hasil Observasi Siklus II .......................... 158
25. Hasil Pekerjaan Siswa pada Siklus II ........................................................ 162
26. Lembar Observasi Keaktifan Siswa Kelas V dalam Pembelajaran
Membaca Intensif Siklus II ....................................................................... 163
27. Daftar Penilaian Proses Pembelajaran Siklus II……………………… .... 164
28. Daftar Nilai Siswa Pada Siklus II…………………………………….. ... 165
29. Lembar Observasi Kinerja Guru Saat Mengajar Siklus II ........................ 167
30. Foto Pembelajaran Membaca Intensif Siklus II ........................................ 169
31. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus III .............................. 171
32. Catatan Lapangan (fieldnote) Hasil Observasi Siklus III ......................... 177
33. Hasil Pekerjaan Siswa Siklus III ............................................................... 182
34. Lembar Observasi Keaktifan Siswa Kelas V dalam Pembelajaran
Membaca Intensif Siklus III ...................................................................... 183
35. Daftar Penilaian Proses Pembelajaran Siklus III…………………….. ... 184
36. Penilaian Siswa Siklus III……………………………………………. .... 185
37. Lembar Observasi Kinerja Guru Saat Mengajar Siklus III ....................... 187
38. Foto-foto Pembelajaran Siklus III ............................................................. 189
39. Rekapitulasi Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Membaca Intensif ....
dengan Metode SQ3R ............................................................................. 191
40. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Siswa (Pascatindakan) ....... 192
41. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Siswa (Pascatindakan) ....... 193
42. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Guru (Pascatindakan) ........ 194
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa merupakan hal yang sangat penting dalam komunikasi. Dua atau
lebih manusia yang berkomunikasi menggunakan bahasa yang sama dapat
membuat mereka memahami maksud dari penyampai pesan. Pesan yang
disampaikan tersebut dapat berupa pengungkapan gagasan ataupun perasaan baik
secara lisan maupun tertulis. Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek,
yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca,
dan keterampilan menulis.
Tarigan (2008 : 1) menyatakan bahwa dalam memperoleh keterampilan
berbahasa biasanya kita melalui suatu hubungan urutan yang runtut. Mula-mula
pada masa kecil kita belajar menyimak dan berbicara, sesudah itu membaca dan
menulis. Menyimak dan berbicara dipelajari sebelum memasuki jenjang sekolah,
sedangkan membaca dan menulis dipelajari di bangku sekolah. Keempat
keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan kesatuan catur tunggal berbahasa.
Keempat keterampilan berbahasa di atas, merupakan suatu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan satu sama lain, tetapi hanya bisa dibedakan. Memang harus
diakui bahwa pembelajaran membaca di sekolah sangat memprihatinkan.
Membaca hanya diajarkan sebagai pelajaran yang berorientasi pada hasil.
Keberhasilan anak didik dalam mengikuti kegiatan belajar-mengajar
disekolah banyak ditentukan kemampuannya dalam membaca. Sebagaimana
diketahui bahwa sebagian besar pengetahuan disajikan dalam bentuk bahasa tulis
sehingga menuntut anak harus melakukan aktivitas membaca guna memperoleh
pengetahuan. Oleh karena itu, pembelajaran membaca mempunyai kedudukan
yang sangat strategis dalam pendidikan dan pengajaran. Kemampuan membaca ini
tidak dapat diperoleh secara alamiah, tetapi melalui proses pembelajaran yang
sebagian merupakan tanggung jawab guru. Dengan demikian, guru dituntut untuk
dapat membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan membacanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Banyak sekali informasi yang dapat digali dari kegiatan membaca. Orang
yang banyak membaca akan mendapatkan suatu pengetahuan yang lebih
dibandingkan dengan orang yang jarang atau bahkan tidak pernah membaca.
Melalui pengetahuan yang dimiliki itu, orang dapat mengkomunikasikan kembali
informasi yang dimiliki dalam bentuk lisan atau tulisan. Sehingga dengan kata
lain, membaca dapat membantu pula seseorang untuk meningkatkan keterampilan
berkomunikasi dalam bentuk lain. Apalagi dalam masyarakat yang berteknologi
modern seperti sekarang ini, seseorang haruslah banyak membaca agar dapat
mengikuti perkembangan dan kemajuan teknologi karena kesulitan dalam
membaca merupakan cacat yang serius dalam kehidupan (Rubin dalam Slamet
(2003: 74). Dengan demikian kemampuan membaca sangat penting peranannya
dalam membantu anak mempelajari berbagai hal.
Melalui aktivitas membaca yang baik dan benar yaitu anak mampu
mengambil intisari bacaan yang dibacanya, anak bisa mendapatkan sesuatu dari
aktivitas membaca yang ia lakukan. Semakin banyak intisari yang bisa dipahami
dari bahan bacaannya maka semakin banyak pula pengetahuan yang anak peroleh.
Banyaknya pengetahuan ini tentu akan sangat membantu si anak dalam menjalani
kehidupan selanjutnya. Selain itu, kemampuan nalar (reasoning) anak juga akan
berkembang dengan pesat ketika anak berhasil mendapatkan informasi melalui
bahan bacaannya. Pada tingkatan yang lebih luas, tantangan abad 21
mensyaratkan individu mampu memilah-milah dan mengritisi informasi. Generasi
muda yang tidak mampu membaca dengan baik dan benar tentunya akan berakibat
fatal pada kualitas SDM, sehingga bangsa ini akan kesulitan berkompetisi dengan
generasi muda dari negara-negara lain. Sampai di sini, jelaslah bahwa kemampuan
membaca anak sangat penting peranannya bagi keberhasilan dirinya sendiri,
bahkan bisa mempengaruhi kemajuan negaranya.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya
masyarakat yang gemar membaca. Proses belajar yang efektif antara lain
dilakukan melalui membaca. Masyarakat yang gemar membaca memperoleh
pengetahuan dan wawasan baru yang akan semakin meningkatkan kecerdasannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
sehingga mereka lebih mampu menjawab tantangan hidup pada masa-masa
mendatang.
Kemampuan membaca merupakan sesuatu yang penting dalam suatu
masyarakat yang terpelajar. Namun, anak-anak yang tidak memahami pentingnya
belajar membaca tidak akan termotivasi untuk belajar, belajar membaca
merupakan usaha terus menerus dan anak-anak yang melihat tingginya nilai
membaca dalam kegiatan pribadinya akan lebih giat belajar dibandingkan dengan
anak-anak yang tidak menemukan dari kegiatan membaca.
Dalam kehidupan sehari-hari keterampilan membaca sangat dibutuhkan
seseorang dalam memperoleh informasi, baik melalui media cetak maupun media
elektronik, setiap orang pasti akan membutuhkan informasi melalui membaca.
Semua yang diperoleh melalui bacaan itu akan memungkinkan orang tersebut
mampu mempertinggi daya pikirnya, mempertajam pandangannya, dan
memperluas wawasan. Dengan demikian, kegiatan membaca merupakan yang
sangat diperlukan oleh siapapun yang ingin maju dan meningkatkan diri. Oleh
sebab itu, peran guru mengajarkan membaca di sekolah sangat penting.
Kehadiran pengajaran membaca yang terencana dengan baik dirasakan
sangat mendesak mengingat pentingnya kegiatan membaca yang dirasakan oleh
hampir semua orang khususnya bagi siswa SD. Namun sayangnya dalam proses
belajar mengajar tidak semua anak mampu melakukan aktivitas membaca dengan
baik dan benar. Penelitian yang dilakukan Tim Program of International Student
Assessment (PISA) Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen
PendidikanNasional RI menunjukkan bahwa kemahiran membaca anak usia 15
tahun di Indonesia sangat memprihatinkan. Sekitar 37,6% dari mereka hanya bisa
membaca tanpa bisa menangkap maknanya, dan sebanyak 24,8% hanya bisa
mengaitkan teks yang dibaca dengan satu informasi pengetahuan (Kompas, 2 Juli
2003) dalam (Runikasari Septiana, 2008: 2). Hal tersebut berarti masih sangat
banyak anak Indonesia yang mengalami kesulitan untuk benar-benar memahami
materi bacaannya. Alih-alih menggunakan materi bacaan tersebut untuk
membantunya di kemudian hari, banyak anak Indonesia yang bahkan tidak
mengetahui intisari dari apa yang dibacanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Fenomena rendahnya pembelajaran kemampuan membaca terutama
pembelajaran meembaca intensif juga terjadi di kelas V SD Negeri 1 Jetis
Kabupaten Karanganyar. Hal ini dapat dilihat dari data pendukung yang diperoleh
pada saat guru memberikan tugas untuk membaca sebuah teks. Berdasarkan hasil
observasi awal yang telah dilakukan peneliti menunjukkan bahwa kualitas
pembelajaran membaca di kelas V SD Negeri 1 Jetis, Kabupaten Karanganyar
masih kurang memuaskan. Pada hasil membaca intensif siswa, siswa kurang
begitu memahami isi bacaan yang terkandung dalam teks yang sudah dibaca siswa
tersebut. Hal ini dikarenakan proses pembelajaran yang dilakukan guru masih
konvensional (ceramah) dalam menyampaikan materi, serta guru dalam
pembelajaran tidak menggunakan media yang dapat menunjang pembelajaran,
dan sebagai evaluasinya guru selalu memberikan tugas.
Hal itu mengakibatkan kemampuan membaca siswa rendah. Nilai pretes
dalam pembelajaran membaca sebuah teks dapat di lihat hasilnya. Dari jumlah 35
siswa, siswa yang termotivasi untuk membaca hanya 29%, dan siswa yang tidak
termotivasi untuk membaca ada 71%.
Tabel 1. Nilai pretes membaca intensif siswa
No Nilai Jumlah
Siswa
Keterangan
1. 90 0 Tuntas
2. 80 2 Tuntas
3. 70 8 Tuntas
4. 60 15 Tidak Tuntas
5. 50 10 Tidak Tuntas
Jumlah 35
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan Ibu Nunik
Sri Utami, S.Pd., guru kelas V SD Negeri 1 Jetis, Kabupaten Karanganyar,
diketahui bahwa rendahnya kualitas hasil pembelajaran membaca intensif di kelas
ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: (1) siswa tidak termotivasi dalam
membaca, (2) kemampuan membaca intensif siswa rendah; (3) siswa kesulitan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
dalam memahami isi bacaan, (4) siswa hanya menganggap remeh pembelajaran
membaca. Untuk identifikasi lebih lanjut, peneliti juga melakukan wawancara
dengan beberapa siswa SD tersebut mengenai pembelajaran membaca yang
diajarkan guru selama ini.
Dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa para siswa kurang
termotivasi mengikuti pembelajaran membaca karena pembelajaran yang
diberikan guru selama ini masih bersifat konvensional (hanya berkutat pada teori)
dan berjalan secara monoton tanpa ada variasi metode atau teknik pembelajaran
yang diberikan. Hasil wawancara dengan beberapa siswa diperoleh fakta bahwa
bagi mereka aktivitas membaca terasa membosankan dan menghabiskan banyak
waktu. Oleh karena itu, mereka mengaku dalam membaca mereka hanya
membaca sekilas dan mengabaikan isi bacaan secara keseluruhan. Menurut
mereka, mereka lebih senang bermain dan berbicara dengan teman karena merasa
bosan saat pelajaran hal tersebut terjadi karena saat pembelajaran membaca di
kelas, siswa hanya dijejali dengan materi melalui ceramah saja, kemudian
langsung diminta untuk mengerjakan pelatihan soal di buku di rumah. Oleh sebab
itulah, pembelajaran membaca di kelas selama ini dirasakan membosankan atau
menjenuhkan.
Prosedur pembelajaran membaca intensif yang selama ini dilakukan oleh
guru sebagai berikut: (1) guru memberikan teks atau wacana, (2) siswa langsung
disuruh untuk membaca teks tersebut, (3) guru memberikan sejumlah soal seputar
isi bacaan untuk menguji tingkat pemahaman siswa, (4) siswa mengerjakan soal,
(5) soal dibahas, guru memberikan jawaban yang benar. Prosedur pembelajaran
membaca tersebut menunjukkan siswa tidak dilatih membaca intensif melalui
proses atau tahapan-tahapan yang seharusnya dilakukan.
Berdasarkan hasil wawancara, survei awal, dan pretest didapatkan,
pembelajaran membaca intensif sebuah teks yang dilakukan oleh siswa adalah
siswa langsung membaca teks tersebut. Siswa tidak melakukan survei awal guna
memperoleh gambaran umum isi buku sehingga proses selanjutnya siswa
mengalami kesulitan dalam memahami esensi bacaan. Jika pada awal
pembelajaran saja metode yang digunakan sudah keliru maka dapat dipastikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
hasil selanjutnya kurang memuaskan. Dengan kata lain, inti pembelajaran
membaca intensif yang selama ini terjadi lebih berorientasi pada selesainya
pelajaran membaca, namun pembelajaran tersebut belum mengarah pada proses
pembelajaran membaca intensif.
Menumbuhkan minat membaca siswa dengan metode yang tepat, dapat
digunakan sebagai langkah awal dalam pembelajaran membaca intensif dengan
tujuan meningkatkan kemampuan pemahaman siswa terhadap bacaan. Salah
satunya adalah dengan metode SQ3R (Zuchdi, 2007: 128). Alasan pemilihan
metode SQ3R didasarkan pada hasil pengamatan penulis bahwa selama ini dalam
pembelajaran membaca intensif siswa belum melakukan aktivitas membaca
sebagaimana mestinya. Metode SQ3R ini ditinjau dari aspek proses dalam
melakukan aktivitas membaca tampak sangat sistematis sehingga diasumsikan
penerapan metode SQ3R dapat meningkatkan kemampuan membaca intensif
siswa. Metode SQ3R merupakan proses membaca sistematik yang meliputi tahap
Survey, Question, Read, Recite, dan Review ( Soedarso, 2002: 59).
Peneliti merasa metode ini paling tepat untuk diterapkan karena pertama
sebelum membaca langsung buku, siswa melakukan observasi awal guna
mengetahui gambaran umum isi buku. Tahapan ini disebut Survey. Kedua adanya
tahapan Question sebelum membaca itu sendiri, yaitu menyusun daftar pertanyaan
membuat siswa menjadi semangat membaca guna menjawab pertanyaan yang
timbul dalam benaknya. Ketiga adanya tahap Question tadi akhirnya membuat
kegiatan Read menjadi menyenangkan dan siswa bisa lebih fokus serta
konsentrasi terhadap isi bacaan. Keempat tahap Recite memungkinkan siswa
dapat mengingat lebih lama terhadap esensi bacaan yang telah dibacanya dengan
mengungkapkan kembali isi bacaan baik secara lisan maupun tulisan. Kelima
adanya tahap Review yaitu meninjau ulang, hal-hal penting dari bacaan yang
belum didapatkan dapat diminimalisir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Atas dasar uraian di atas, maka penulis ingin mengetahui kemampuan
membaca intensif siswa dengan penerapan metode SQ3R. Oleh karena itu dalam
penelitian ini penulis mengangkat judul
“PENERAPAN METODE SQ3R UNTUK MENGOPIMALKAN MOTIVASI
DAN KEMAMPUAN MEMBACA INTENSIF PADA SISWA KELAS V SD
NEGERI JETIS 1 KABUPATEN KARANGANYAR”
B. Rumusan Masalah
Latar belakang yang dikemukakan di atas kemudian menjadi dasar pokok
untuk merumuskan masalah penelitian yaitu:
1. Apakah penerapkan metode SQ3R yang dapat meningkatkan motivasi
membaca intensif siswa kelas V SD Negeri 1 Jetis, Kabupaten Karanganyar?
2. Apakah penerapkan metode SQ3R yang dapat meningkatkan kemampuan
membaca siswa kelas V SD Negeri 1 Jetis, Kabupaten Karanganyar?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk :
1. Meningkatkan motivasi membaca intensif dengan penerapan metode SQ3R
pada siswa.
2. Meningkatkan kemampuan membaca intensif dengan penerapan metode
SQ3R pada siswa.
D. Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat dapat diperoleh dari penelitian ini, baik manfaat teoretis
maupun praktis.
1. Manfaat teoretis
Secara teoretis manfaat penelitian ini sebagai bahan dalam pengembangan
silabus mata pelajaran Bahasa Indonesia dan strategi belajar mengajar, tentang
peningkatan hasil belajar membaca dan penerapan metode SQ3R yang inovatif
dan kreatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
1) Meningkatkan kemampuan guru dalam mengatasi kendala pembelajaran
keterampilan membaca di kelas.
2) Penerapan metode SQ3R sebagai sarana bagi guru untuk memotivasi siswa
agar lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran membaca.
3) Menciptakan pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan sehingga dapat
menarik perhatian siswa.
b. Bagi Siswa
1) Memperoleh pengalaman baru dalam proses belajar membaca dan terbantu
untuk mempercepat dan memperoleh peningkatan hasil belajar membaca.
2) Meningkatkan keterampilan membaca siswa.
3) Menjadikan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa
termotivasi dan merasa antusias dalam mengikuti pembelajaran.
c. Bagi Sekolah
1) Mendorong guru lain untuk aktif melaksanakan pembelajaran yang inovatif.
2) Sebagai pendidikan memperoleh salah satu pendekatan pembelajaran yang
inovatif sebagai upaya peningkatan hasil belajar membaca dengan strategi
membaca proses dan dapat dijadikan kerangka acuan untuk
mengembangkannya dalam pembelajaran membaca lain.
3) Menciptakan situasi dan kondisi sekolah yang mendukung pembelajaran
membaca dengan metode SQ3R.
d. Bagi Peneliti
1) Mengembangkan wawasan mengenai penerapan pembelajaran membaca yang
inovatif.
2) Mendapatkan fakta bahwa dengan menerapkan metode SQ3R dapat
meningkatkan keterampilan membaca siswa.
3) Memberi sumbangan perbaikan pembelajaran membaca di sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. KAJIAN TEORI
1. Hakikat Keterampilan Membaca a. Pengertian Keterampilan Membaca
Membaca merupakan istilah yang mengandung pengertian yang berbeda-
beda bagi setiap orang. Ada yang mengira bahwa membaca adalah sekadar
menyuarakan lambang-lambang tertulis tanpa mempersoalkan apakah kalimat
atau kata-kata yang dilisankan itu dipahami atau tidak (Mujiyanto,dkk., 2000: 46).
Membaca seperti ini tergolong jenis membaca permulaan seperti yang pernah
dilakukan di tingkat SD kelas 1 dan 2. Jika berpijak pada pandangan di atas,
tentulah banyak timbul anggapan yang keliru bahwa pembelajaran membaca
merupakan pelajaran termudah dikuasai tanpa banyak mengalami hambatan dan
kesulitan.
Jika diperhatikan secara cermat, membaca tidak hanya sekadar
menyuarakan lambang-lambang saja akan tetapi lebih dari itu. Zuchdi (2007: 19)
mendefinisikan membaca sebagai penafsiran yang bermakna terhadap bahasa
tulis. Hal ini berarti membaca bukan hanya menyuarakan simbol-simbol tetapi
juga mengambil makna atau berusaha memahami simbol tersebut. Definisi
membaca ini sejalan dengan pendapat Snow dalam (Septiana Runikasari, 2008: 1)
bahwa membaca merupakan suatu proses pemberian makna pada materi yang
tercetak dengan menggunakan pengetahuan tentang huruf-huruf tertulis dan
susunan suara dari bahasa oral untuk mendapatkan pengertian. Pada saat proses
pemberian makna tersebut pembaca tidak begitu saja menerima secara mentah-
mentah atau sederhana apa yang dibacanya namun pembaca berusaha untuk
menafsirkan makna yang terkandung didalamnya.
Rahim (2007: 2) menambahkan aktivitas membaca ini melibatkan banyak
hal, tidak hanya sekadar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan ktivitas visual,
berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Sebagai proses visual, membaca
merupakan proses menerjemahkan simbol tulis (huruf) ke dalam kata-kata lisan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Selanjutnya sebagai suatu proses berpikir, proses membaca mencakup aktivitas
pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis, dan pemahaman
kreatif. Membaca sebagai proses psikolinguistik, pembaca secara simultan atau
terus-menerus menguji dan menerima atau menolak hipotesis yangia buat sendiri
pada saat proses membaca berlangsung. Membaca sebagai proses metakognitif,
ialah pembaca mencoba mengaitkan berbagai hal yang dimiliki untuk memahami
pesan yang disampaikan penulis.
Nuttal (2000 : 44) menjelaskan bahwa reading is proces of identifying,
interpreting, and evaluating ideas in termsof the mental content or total
awareness of the reader, artinya membaca adalah proses mengidentifikasi,
memaparkan, dan mengevaluasi beberapa inti bagian bacaan yang ditujukan
kepada pendengar. Membaca merupakan salah satu keterampilan dari lambang
tulisan. Banyak ahli yang memberikan definisi tentang membaca. Di bawah ini
diterangkan berbagai pendapat mereka mengenai kegiatan membaca. Wiryadijaya
(dalam Masrupah, 2000: 415) menyatakan bahwa membaca adalah proses
mendapatkan arti dari kata-kata yang tertulis. Dengan demikian seseorang yang
membaca berusaha untuk memperoleh arti atau makna dari bacaan yang sedang
dibaca. Jadi membaca bukan merupakan kegiatan pasif, tetapi membaca
merupakan yang dilakukan untuk mengkonstruksi makna yang akan disampaikan
penulis. Canter (dalam Rahim, 2007), membaca adalah sebuah proses berpikir,
yang termasuk di dalamnya mengartikan, menafsirkan, mengartikan dan
menerapkan ide-ide dari lambang. Dari pengertian ini dimaksudkan bahwa
membaca merupakan aktifitas yang melibatkan kegiatan berpikir untuk
memahami bahan atau bacaan yang dibaca.
Burns, dkk (1984: 11) “reading is a complex act that must be learned. It is
also a means by wich further learning takes place. In other word, a person learn to
read and read to learn.” Kutipan tersebut menegaskan bahwa “membaca
merupakan suatu perilaku komples yang harus dipelajari dan merupakan alat
untuk pelajaran yang lebih lanjut. Jadi, belajar untuk membaca dan membaca
untuk belajar.” Definisi lain dikemukan oleh Crawley dan Mauntain (dalam
Rahim, 2007) mengemukakan bahwa pembaca adalah dua tingkat proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
penerjemahan dan pemahaman: pengarang penulis pesan berupa kode (tulisan)
dan pembaca mengartikan kode itu. Hal ini berarti bahwa membaca adalah
merupakan kegiatan untuk menerjemahkan atau memahami isi bacaan.
Selanjutnya Klein (dalam Rahim, 2007) menyebutkan definisi membaca sebagai
proses psikologis untuk menentukan arti kata-kata tertulis. Membaca melibatkan
penglihatan, gerak mata, pembicaraan batin, ingatan, pengetahuan mengenai kata
yang dapat dipahami dan pengalaman membacanya. Jadi membaca merupakan
suatu proses, strategis dan interaktif di mana informasi dari teks dan pengetahuan
yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan utama dalam pembentukan
makna.
Rahim (2007) membaca adalah proses visual merupakan proses
menerjemahkan simbol tulis ke dalam bunyi. Definisi lain menurut Wiryadijaya
(dalam rahim, 2000), membaca adalah merupakan pengucapan kata-kata dan
peralihan arti dari barang cetakan. Kegiatan ini melibatkan analisis dari
pengorganisasian berbagai keterampilan yang kompleks, termasuk di dalamnya
pelajaran, pemikiran, pertimbangan, perpaduan, pemecahan masalah yang berarti
menimbulkan kejelasan informasi (bagi pembaca).
Anderson (1972 : 209) reading is a recording and deconding proces,
artinya membaca sebagai proses kegiatan mencocokkan huruf atau melafalkan
lambang-lambang bahasa tulis. Nurhadi (2005:123) mengemukakan bahwa
membaca adalah aktivitas yang kompleks yang melibatkan berbagai faktor yang
berasal dari diri pembaca maupun yang berada di luar diri pembaca. Selain itu
membaca juga dapat dikatakan sebagai jenis kemampuan manusia sebagai produk
belajar dari lingkungan, dan bukan kemampuan yang bersifat instingtif, atau
naluri yang dibawa sejak lahir. Oleh karena itu proses membaca dilakukan oleh
orang dewasa ( dapat membaca) merupakan usaha mengolah dan menghasilkan
sesuatu melalui penggunaan modal tertentu. Untuk memperlancar proses
membaca, seorang pembaca harus memiliki modal (1) pengetahuan dan
pengalaman, (2) kemampuan berbahasa (kebahasaan), (3) pengetahuan tentang
teknik membaca, (4) dan tujuan membaca. Dari hakikat membaca tersebut dapat
diketahui, dapatlah diketahui bahwa proses membaca merupakan proses yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
panjang dan membutuhkan tahapan sehingga pada akhirnya memperoleh
informasi yang terkandung dalam bacaan tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa
membaca adalah suatu proses berpikir yang melibatkan seluruh indra dan jiwa
untuk memahami isi, mendapatkan pesan-pesan atau untuk memperoleh informasi
yang hendak disampaikan penulis melalui media tulis.
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan hakikat membaca
adalah proses pemberian makna pada bahasa tulis dengan menggunakan
pengetahuan tentang huruf-huruf tertulis yang dimiliki dan juga melibatkan
aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif untuk mendapatkan
penafsiran.
b. Tahapan-tahapan Membaca
Sebagai suatu proses, membaca terdiri atas tahap-tahap yang saling
berkaitan. Palawija (2008: 1) menjelaskan 5 tahapan membaca, yaitu:
1) mengidentifikasi pernyataan tesis dan kalimat topik. Tesis merupakan perumusan singkat yang mengandung tema dasar dari sebuah karangan. Kalimat topik merupakan kalimat yang mewakili isi dari sebuah paragraf,
2) mengidentifikasi kata-kata dan frasa-frasa kunci. Pengidentifikasian ini bertujuan untuk memahami makna bacaan yang tersirat dari kata-kata dan frasa-frasa kunci tersebut,
3) mencari kosakata baru, kosakata tersebut berfungsi untuk menambah kekayaan kosakata pembaca,
4) mengenali organisasi tulisan, yaitu bagan, grafik, dan gambar yang berfungsi untuk mempermudah pemahaman, dan
5) mengidentifikasi teknik pengembangan paragraf, yakni penyajian ide oleh penulis apakah dalam bentuk deduktif, induktif, generalisasi, atau analogi.
Berkaitan dengan tahapan membaca, Goodman dalam Dubin (1988: 126)
menyatakan bahwa dalam proses penguraian sandi atau pemberian makna,
pembaca harus melalui tahap-tahap tertentu secara berurutan. Tahap pertama yaitu
mengenali keberagaman penanda linguistik serta menggunakan mekanisme
pemrosesan data linguistik yang dimilikinya untuk menentukan susunan atau
urutan penanda-penanda linguistik tersebut. Tahap kedua pembaca memilih
diantara semua informasi yang ada, data-data yang sekiranya cocok, koheren, dan
bermakna untuk membangun sebuah pengertian. Finnociaro dan Bonomo (1973 :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
119) reading is bringing meaning to and getting meaning from printed or written
material, artinya membaca sebagai proses memetik dan memahami arti atau
makna yang terkandung dalam bahasa tulis.
Sementara itu, Mujiyanto, dkk. (2000: 48) menyatakan bahwa proses
membaca berlangsung dengan urutan sebagai berikut :
minat baca, lambang-lambang tertulis atau naskah konsentrasi atau pemusatan
perhatian, pemahaman dan penjiwaan.
Minat baca merupakan syarat awal yang mesti dipenuhi sebelum berangkat
membaca. Minat baca inilah yang memotivasi seseorang melakukan kegiatan
membaca. Kemudian kegiatan membaca tentunya tidak terlepas dari naskah,
karena naskah merupakan sarana kegiatan ini. Selain itu, tersedianya bahan
bacaan yang menarik dapat pula menumbuhkembangkan minat baca seseorang.
Selanjutnya pemusatan perhatian atau konsentrasi terhadap teks yang dibacanya
diperlukan agar pemahaman naskah bisa tercapai. Pembaca akan mencapai
pemahaman yang lebih baik jika disertai dengan konsentrasi baca yang tinggi dan
ditambah keaktifan berpikir serta sikap kritis. Terakhir setelah melalui beberapa
tahap tadi, terbentuklah pemahaman terhadap bacaan.
Berkaitan dengan uraian tahapan membaca yang telah dipaparkan diatas,
maka peneliti cenderung pada pendapat yang disampaikan oleh Yant Mujiyanto,
dkk. dikarenakan adanya unsur minat sebagai syarat awal seseorang melakukan
aktivitas membaca kemudian penafsiran terhadap lambang tulis dan dilengkapi
dengan konsentrasi tinggi terhadap bacaan menjadikan pemahaman terhadap
bacaan dapat terbentuk.
c. Manfaat Membaca Rahim (2007:1) mengemukakan bahwa kegiatan membaca yang dilakukan
oleh seseorang adalah untuk memperoleh pengetahuan wawasan baru yang akan
semakin meningkatkan acara alasannya sehingga mereka lebih mampu menjawab
tantangan hidup pada masa-masa mendatang. Dengan bertahap membaca, maka
dapat meningkatkan pengayaan khasanah kata dan kepekaan dan juga kepekaan
rasa bahasa. Hanya melalui kegiatan membaca yang luaslah seseorang dapat
memliki perbendaharaan kata yang luas, dapat memperoleh berbagai pengetahuan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
dan juga belajar mengkonsepsikan abstraksi-abstraksi. Lebih-lebih bagi orang
biasa membaca karya sastra, tentu dia akan terbiasa pula untuk berfikir secara
konotatif, asosiatif, kritis, dan kreatif.
d. Tujuan Membaca Rivers dan Temperly (1978) mengajukan tujuh tujuan utama dalam
membaca yaitu:
a. memperoleh informasi untuk suatu tujuan atau merasa penasaran tentang suatu topik,
b. memperoleh berbagai petunjuk tentang cara melakukan suatu tugas bagi,
c. pekerjaan atau kehidupan sehari-hari (misalnya, mengetahui cara kerja alat-alat rumah tangga),
d. berakting dalam sebuah drama, bermain game, menyelesaikan teka-teki,
e. berhubungan dengan teman-teman dengan surat-menyurat atau untuk memahami surat-surat bisnis,
f. mengetahui kapan dan di mana sesuatu akan terjadi atau apa yang tersedia,
g. mengetahui apa yang sedang terjadi atau telah terjadi (sebagaimana h. dilaporkan dalam koran, majalah, laporan), dan i. memperoleh kesenangan atau hiburan.
Ada beberapa tujuan membaca menurut Anderson (dalam Tarigan,
1985:9–10):
a. menemukan detail atau fakta, b. menemukan gagasan utama, c. menemukan urutan atau organisasi bacaan, d. menyimpulkan, e. mengklasifikasikan, f. menilai, dan g. membandingkan atau mempertentangkan.
Hubungan antara tujuan membaca dengan kemampuan membaca sangat
signifikan. Pembaca yang mempunyai tujuan yang sama, dapat mencapai tujuan
dengan cara pencapaian berbeda-beda. Tujuan membaca mempunyai kedudukan
yang sangat penting dalam membaca karena akan berpengaruh pada proses
membaca dan pemahaman membaca.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
e. Jenis-jenis Membaca
Kegiatan membaca dapat dibedakan menjadi beberapa macam. Hal ini
dapat dilihat dari segi tinjauannya. Ada dua jenis tinjauan yang berkaitan dengan
jenis-jenis membaca antara lain (1) menurut segi teknik, dan (2) menurut segi
tatarannya (Suyatmi, 1997: 39). Membaca dari segi teknik adalah terdengar atau
tidaknya suara si pembaca pada saat melakukan aktivitas membaca. Dilihat dari
segi ini membaca dibedakan menjadi dua, yaitu membaca dalam hati dan
membaca nyaring. Pada membaca dalam hati, pembaca menggunakan ingatan
visual dalam arti keaktifan terletak pada penglihatan dan ingatan. Pada membaca
nyaring, selain menggunakan penglihatan dan ingatan, dituntut pula keaktifan
auditori (pendengaran).
A. Gates dalam Dictionary of Reading (1997 : 221) oral reading is much
more difficult process than silent reading, membaca nyaring lebih sulit dibanding
membaca dalam hati. Menurut tatarannya kegiatan membaca dapat dibedakan
menjadi 2 macam, yaitu membaca permulaan dan membaca lanjut. Membaca
permulaan adalah suatu jenis mermbaca yang hanya mementingkan kelancaran
suara saja. Membaca jenis ini biasa dilakukan saat anak masih duduk di kelas1
dan 2 SD. Membaca lanjut merupakan kegiatan membaca yang bukan hanya
mementingkan kelancaran saja, tetapi juga pemahaman dan penerapan dalam
praktik hidup sehari-hari sesuai dengan situasi dan kondisi. Membaca jenis
inidilakukan mulai kelas 3 SD hingga tingkat perguruan tinggi.
Mujiyanto, dkk. (2000: 51-53), menjelaskan jenis membaca yang harus
dikuasai dan dikembangkan oleh seseorang khususnya dalam bidang akademik,
yaitu:
(1) membaca intensif, ialah suatu jenis membaca yang dilakukan untuk memperoleh pemahaman ide-ide naskah dari ide pokok sampai ke ide-ide penjelas dan dari hal-hal yang global sampai hal-hal yang rinci. Jenis membaca inilah yang biasa disebut dengan membaca pemahaman, (2) membaca kritis, merupakan tataran membaca paling tinggi. Hal ini dikarenakan ide-ide bacaan yang telah dipahami secara baik dan detail, dikomentari dan dianalisis kesalahan dan kekurangannya, (3) membaca cepat, membaca jenis ini dilakukan untuk memperoleh informasi keseharian secara cepat, seperti berita dan laporan utama pada surat kabar atau majalah, (4) membaca
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
apresiatif dan estetis, yakni membaca yang berhubungan dengan pembinaan sikap apresiatif atau penghargaan terhadap nilai-nilai keindahan dan kejiwaan, dan (5) membaca teknik, ialah jenis membaca yang mementingkan kebenaran pembacaan serta ketepatan intonasi dan jeda.
f. Membaca Intensif
Membaca intensif merupakan kegiatan membaca bacaan secara teliti dan
seksama dengan tujuan memahaminya secara rinci. Membaca intensif merupakan
salah satu upaya untuk menumbuhkan dan mengasah kemampuan membaca
secara kritis. Tarigan (1990:35) mengutip pendapat Brook menyatakan bahwa,
membaca intensif merupakan studi seksama, telaah teliti, serta pemahaman
terinci terhadap suatu bacaan. Brown (2001:297) membaca intensif adalah
membaca dengan penuh penghayatan untuk menyerap pesan yang ada di dalam
teks. Sherman (1980:15) membaca intensif membatasi sebagai suatu proses
merekontruksi pesan yang terdapat dalam teks yang dibacanya. Tujuan dari
membaca intensif adalah untuk memperoleh sukses dalam pemahaman penuh
terhadap argumen-argumen yang logis, urutan-urutan retoris atau pola-pola teks,
pola-pola simbolisnya, nada-nada tambahan yang bersifat emosional dan sosial,
pola-pola sikap dan tujuan pengarang, dan juga sarana-sarana linguistik yang
dipergunakan untuk mencapai tujuan. Yang termasuk membaca intensif ini adalah
membaca pemahaman. Berikut ini akan diuraikan tentang membaca pemahaman.
1. Membaca Pemahaman
Menurut Tarigan (1990: 37) ada tiga jenis keterampilan membaca
pemahaman yaitu:
(1) membaca literal, (2) membaca kritis, dan (3) membaca kreatif.
Masing-masing jenis keterampilan membaca tersebut mempunyai ciri-ciri
tersendiri. Oleh karena itu, dalam hubungannya dengan pengajaran membaca, tiga
keterampilan membaca pemahaman ini perlu diajarkan secara terus-menerus.
Setiap pertanyaan bacaan dalam buku teks harus selalu mencerminkan
keterampilan membaca tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
2. Kemampuan membaca literal
Kemampuan membaca literal adalah kemampuan pembaca untuk
mengenaldan menangkap isi bacaan yang tertera secara tersurat (eksplisit).
Artinya, pembaca hanya menangkap informasi yang tercetak secara literal
(tampak jelas) dalam bacaan. Informasi tersebut ada dalam baris-baris bacaan
(Reading The Lines). Pembaca tidak menangkap makna yang lebih dalam lagi,
yaitu makna di balik baris-baris. Yang termasuk dalam keterampilan membaca
literal antara lain keterampilan:
a) mengenal kata, kalimat, dan paragraf,
b) mengenal unsur detail, unsur perbandingan, dan unsur utama,
c) mengenal unsur hubungan sebab akibat,
d) menjawab pertanyaan (apa,siapa, kapan, dan di mana), dan
e) menyatakan kembali unsur perbandingan, unsur urutan, dan unsur sebab
akibat.
3. Kemampuan membaca kritis
Kemampuan membaca kritis merupakan kemampuan pembaca untuk
mengolah bahan bacaan secara kritis dan menemukan keseluruhan makna bahan
bacaan, baik makna tersurat, maupun makna tersirat. Mengolah bahan bacaan
secara kritis artinya, dalam proses membaca seorang pembaca tidak hanya
menangkap makna yang tersurat makna baris-baris bacaan (Reading The Lines),
tetapi juga menemukan makna antarbaris (Reading Between The Lines), dan
makna di balik baris (Reading Beyond The Lines).
Yang perlu diajarkan dalam membaca kritis antara lain keterampilan: 1)
menemukan informasi faktual (detail bacaan); 2) menemukan ide pokok yang
tersirat; 3) menemukan unsur urutan, perbandingan, sebab akibat yang tersirat; 4)
menemukan suasana (mood); 5) membuat kesimpulan; 6) menemukan tujuan
pengarang; 7) memprediksi (menduga) dampak; 8) membedakan opini dan fakta;
9) membedakan realitas dan fantasi; 10) mengikuti petunjuk; 11) menemukan
unsur propaganda; 12) menilai keutuhan dan keruntutan gagasan; 13) menilai
kelengkapan dan kesesuaian antar gagasan; 14) menilai kesesuaian antara judul
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
dan isi bacaan; 15) membuat kerangka bahan bacaan; dan 16) menemukan tema
karya sastra.
4. Kemampuan membaca kreatif
Kemampuan membaca kreatif merupakan tingkatan tertinggi dari
kemampuan membaca seseorang. Artinya, pembaca tidak hanya menangkap
makna tersurat (Reading The Lines), makna antarbaris (Reading Between The
Lines), dan makna di balik baris (Reading Beyond The Lines), tetapi juga mampu
secara kreatif menerapkan hasil membacanya untuk kepentingan sehari-hari.
Beberapa keterampilan membaca kreatif yang perlu dilatihkan antara lain
keterampilan: 1) mengikuti petunjuk dalam bacaan kemudian menerapkannya; 2)
membuat resensi buku; 3) memecahkan masalah sehari-hari melalui teori yang
disajikan dalam buku; 4) mengubah buku cerita (cerpen atau novel) menjadi
bentuk naskah drama dan sandiwara radio; 5) mengubah puisi menjadi prosa; 6)
mementaskan naskah drama yang telah dibaca; dan 7) membuat kritik balikan
dalam bentuk esai atau artikel populer.
Selain ketiga kemampuan membaca pemahaman tersebut di atas, yang
termasuk membaca pemahaman antara lain juga membaca cepat. Jenis membaca
ini bertujuan agar pembaca dalam waktu yang singkat dapat memahami isi bacaan
secara tepat dan cermat. Jenis membaca ini dilaksanakan tanpa suara (membaca
dalam hati). Bahan bacaan yang diberikan untuk kegiatan ini harus baru (belum
pernah diberikan kepada siswa) dan tidak boleh terdapat banyak kata-kata sukar,
ungkapan-ungkapan yang baru, atau kalimat yang kompleks. Kalau ternyata ada,
guru harus memberikan penjelasan terlebih dahulu, agar siswa terbebas dari
kesulitan memahami isi bacaan karena terganggu oleh masalah kebahasaan.
g. Penilaian Membaca Intensif
Menurut Sudjana (2008: 2), proses pembelajaran merupakan suatu proses
yang mengandung tiga unsur yang saling berkaitan, yaitu tujuan instruksional,
penilaian proses pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran. Hubungan
ketiga unsur tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Tujuan Instruksional ( kegiatan pembelajaran )
(a) (c)
Proses Pembelajaran Hasil Belajar
(b)
Gambar 1. Hubungan Unsur Pembelajaran
Keterangan:
a). = hubungan antara tujuan dari kegiatan pembelajaran dengan proses
pembelajaran.
b). = hubungan antara proses pembelajaran dengan hasil pembelajaran.
c). = hubungan antara tujuan dari kegiatan pembelajaran dengan hasil
pembelajaran.
Penilaian merupakan proses menentukan nilai suatu objek untuk mengetahui
keberhasilan (proses dan hasil) dari suatu pogram kegiatan (Cartono dan Toto
Sutarto, dan G. Utari 2006: 20). Teknik penilaian yang tepat memerlukan data
yang berkaitan dengan objek penelitian yang dilakukan. Sejalan dengan itu, Anas
Sudiyono (2005: 4) menjelaskan bahwa penilaian adalah berarti menilai sesuatu
yang sedang dinilai dengan melakukan sebuah pengukuran (tes). Setiap kegiatan
pembelajaran selalu ada proses penilaian, baik dalam bentuk angka/skala 0 – 4
maupun dalam bentuk huruf (A-B-C-D-E atau TL) (Ngalim Purwanto, 2004: 75).
Nilai angka ataupun nilai huruf itu umumnya merupakan hasil tes atau ujian yang
diberikan oleh guru/dosen kepada para siswa atau mahasiswa, setelah mereka
mengikuti proses pembelajaran dalam waktu tertentu. Format penilaian yang biasa
digunakan dalam pengajaran menulis ada beberapa, di antaranya adalah teknik
penilaian unjuk kerja. Untuk mengamati unjuk kerja peserta didik adalah dengan
menggunakan instrumen skala penilaian (rating scale). Skala penilaian adalah
penilaian yang disusun dengan mencari indikator-indikator yang mencerminkan
keterampilan yang akan diukur. Dalam skala penilaian setelah diperoleh indikator-
indikator keterampilan selanjutnya ditentukan skala penilaiannya untuk setiap
indikator ( Majid, 2007: 277).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Selaras dengan pendapat di atas Suwandi (2010: 74) mengemukakan
bahwa rating scale merupakan penilaian unjuk kerja yang memungkinkan penilai
memberi nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu, karena pemberian
nilai secara kontinum di mana pilihan kategori lebih dari dua. Skala penilaian
tersebut terentang dari tidak sempurna sampai sangat sempurna. Misalnya: 1 =
tidak kompeten; 2 = cukup kompeten; 3 = kompeten; dan 4 = sangat kompeten.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penilaian merupakan proses
memberi atau menentukan nilai kepada objek tertentu, sesuai dengan kriteria yang
telah ditentukan.
1) Penilaian Proses Pembelajaran
Penilaian proses pembelajaran adalah upaya seorang guru memberikan
nilai terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan siswa dengan guru dalam
mencapai tujuan-tujuan pengajaran. Sujana (2008: 56) mengungkapkan bahwa
apa yang dicapai oleh siswa merupakan akibat dari proses yang ditempuhnya
melalui program dan kegiatan yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru dalam
proses mengajar. Ini berarti bahwa hasil (prestasi) belajar siswa tidak terlepas dari
proses belajar yang dialaminya. Secara umum objek/sikap yang perlu dinilai
dalam proses pembelajaran meliputi beberapa hal, yakni sikap terhadap materi
pelajaran (motivasi mengikuti pelajaran, keseriusan, semangat); sikap terhadap
guru/pengajar (interaksi, respon); dan sikap terhadap proses pembelajaran
(perhatian, kerjasama, konsentrasi, dsb.) .
Berdasarkan hal tersebut maka pedoman penilaian proses yang digunakan
dalam pembelajaran membaca intensif adalah sebagai berikut.
Tabel 2. Penilaian Proses Pembelajaran
a) Kolom penilaian sikap diisi dengan angka yang sesuai dengan kriteria
berikut.
1 = sangat kurang (E) 4 = baik (B)
2 = kurang (D) 5 = amat baik (A)
No Nama Siswa
Motivasi siswa dalam membaca intensif dengan SQ3R Ket.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
3= cukup (C)
b) Motivasi siswa dalammembaca intensif dengan metode SQ3R
Skor 5 : Jika siswa tampak bersungguh-sungguh dan menunjukkan adanya
kesenangan dalam mengerjakan setiap tugas yang diberikan;
tampak semangat, antusias, dan senang saat diberi tugas membaca
(tidak bosan, tidak mengantuk, secara sukarela membacakan
pekerjaan yang dibuat).
Skor 4 : Jika siswa mengerjakan setiap tugas yang diberikan guru serta
tampak bersemangat dan antusias saat diberi tugas membaca (tidak
bosan, tidak mengantuk).
Skor 3 : Jika siswa mengerjakan setiap tugas yang diberikan namun
kurang bersemangat dan antusias saat diberi tugas membaca
(kurang serius).
Skor 2 : Jika siswa hanya sekedar mengerjakan tugas yang diberikan dan
terlihat tidak bersemangat saat membaca intensif (ogah-ogahan,
meletakkan kepala di meja).
Skor 1 : Jika siswa sama sekali tidak mau mengerjakan tugas yang
diberikan dan sama sekali tidak bersemangat saat diberi tugas
membaca intensif (tampak bosan, tertidur).
2) Penilaian Hasil Pembelajaran
Kegiatan membaca merupakan aktivitas mental memahami apa yang
dituturkan pihak lain melalui sarana tulisan. Kegiatan memahami informasi itu
sendiri merupakan aktivitas kognitif, sehingga alat ukur yang digunakan
hendaklah alat ukur yang valid (Kurniawan, 2008: 1). Pendapat ini sejalan dengan
pendapat dari Nurgiyantoro (2001: 253-254), bahwa penekanan tes membaca
adalah kemampuan untuk memahami informasi yang terkandung dalam wacana.
Kegiatan memahami informasi itu sendiri sebagaisuatu aktivitas kognitif yang
dapat dibuat secara berjenjang, mulai dari tingkat ingatan (C1) sampai dengan
tingkat evaluasi (C6). Hal itu berarti proses berpikir manusia dimulai dari proses
berpikir sederhana hingga proses berpikir yang paling kompleks. Ranah kognisi
dalam taksonomi Bloom ini merupakan alternatif yang baik untuk menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
landasan dalam pembuatan alat ukur atau penilaian. Bloom membagi ranah
kognisi tersebut kedalam enam tataran berpikir.
Stephen N. Elliot, dkk., menyatakan tujuan pembagian tataran ini untuk
mengklasifikasikan arah pencapaian sistem pembelajaran (2000: 297). Keenam
jenjang proses berpikir itu meliputi: pertama ingatan, yaitu mengingat kembali
fakta-fakta yang ada dalam bacaan (Elliot, dkk., 2000:297). Maksudnya adalah
mengingat pengetahuan yang telah didapat. Tes kemampuan membaca pada
jenjang ini hanya sekadar menghendaki jawaban sebagai hasil mengingat kembali
apa yang sudah diterangkan dalam bacaan, baik berupa fakta, definisi, generalisasi
atau konsep-konsep. Kedua pemahaman, yaitu memahami apa yang
dikomunikasikan (Elliot, dkk., 2000:297). Pada tingkat tes ini pembaca dituntut
untuk memahami isi bacaan, mencari hubungan antarhal, sebab akibat, perbedaan,
dan persamaan antarhal.
Ketiga aplikasi, yaitu menggeneralisasikan dan menggunakan informasi
yang didapat untuk diterapkan dalam situasi nyata (Elliot, dkk., 2000:297). Pada
tes ini pembaca dapat menerapkan atau mentransfer konsep-konsep yang telah
dipahaminya ke dalam situasi atau hal lain yang berkaitan dengan konsep tadi.
Misalnya kemampuan pembaca memberi contoh, mendemontrasikan, dan
mengidentifikasi. Keempat analisis, yaitu mengambil kesimpulan di antara
bagian-bagian dalam bacaan (Elliot, dkk.,2000: 297). Jenjang pertanyaan ini
menuntut pembaca mengidentifikasi langkah-langkah logis yang digunakan dalam
proses berpikir hingga sampai pada suatu kesimpulan, mampu mengenali,
mengidentifikasi, membedakan informasi tertentu dalam bacaan. Kelima sintesis
(Elliot, dkk., 2000: 298). Maksudnya mensintesis, adalah pembaca mampu
menyatu padukan semua informasi yang diperoleh dari materi bacaannya
sehingga dapat menciptakan ide-ide baru yang tidak dinyatakan secara eksplisit
dalam bacaan. Keenam evaluasi, yaitu menggunakan beberapa kriteria untuk
membuat suatu pernyataan. (Elliot, dkk., 2000: 298). Pada tingkat evaluasi ini
pembaca memberikan penilaian tentang sesuatu nilai yang berkaitan dengan suatu
informasi tertentu dari wacana yang dibacanya dengan menggunakan standar
tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Penilaian ini berkaitan dengan wacana, isi dan permasalahan yang
dikemukakan dalam wacana seperti gagasan, konsep, cara pemecahan, dan yang
berkaitan dengan gaya penulisan seperti penggunaan bahasa, pilihan kata, dan
pemilihan bentuk kebahasaan. Penilaian membaca intensif tersebut bisa melalui
berbagai teknik tes baik yang bersifat subjektif maupun objektif. Tes bentuk
subjektif dapat dibuat dalam bentuk pertanyaan yang dijawab melalui jawaban
panjang dan lengkap atau sekadar jawaban pendek. Berbeda dengan tes subjektif,
tes objektif dapat disusun dalam bentuk tes melengkapi, menjodohkan, pilihan
ganda, atau bentuk-bentuk gabungan.
Berikut contoh wacana yang bertema peternakan
Tabel 3. Contoh pertanyaan dari bacaan di atas
No Pertanyaan Jenjang pertanyaan
1 Ingatan Bagaimana peternak sapi menyikapi
kemarau yang berkepanjangan di
desanya?
2 Pemahaman Bagaimana akibatnya jika musim
kemarau terus melanda desa Jatinom?
3 Aplikasi Berikan contoh peternakan lain yang
mengalami kerugian produksi hasil
Kemarau Turunkan Produksi Susu
Kekeringan yang berkepanjangan ternyata berdampak juga pada penurunan produksi susu di kecamatan Jatinom, Klaten. Kemarau panjang telah menyebabkan sapi perah milik petani tidak mendapatkan rumput segar.
Pantauan di lapangan, setiap dua kli dalam sehari, ratusan peternak sapi di wilayah Jatinom giat memeras susu sapi untuk memenuhi pasokan 11.000 liter susu ke Koperasi Unit Desa (KUD) di Jatinom. Namun memasuki musim kemarau ini, produksi susu dari koperasi peternak susu Jatinom mengalami penurunan hingga 20%. Bila sebelumnya seekor sapi mampu menghasilkan susu sebanyak 12 liter per hari, kini maksimal hanya 8 liter saja setiap hari.
(Dikutip dari : Joglo Semar, 17 Januari 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
ternaknya yang disebabkan oleh musim
kemarau yang berkepanjangan!
4 Analisis Pikiran utama pada paragarf pertama
adalah..
5 Sintesis apa yang terjadi jika musim kemarau
terus melanda desa Jatinom?
Bagaimana cara peternak sapi untuk
meningkatkan produksi susunya dalam
keadaan musim kemaru seperti ini?
6 Evaluasi Jika musim penghujan datang, apakah
dapat meningkatkan kenaikan produksi
susu di desa Jatinom?
Bagaimana peternak sapi mengatasi
masalah yang terjadi, agar hasil produksi
susu sapi meningkat lagi?
2. Hakikat Motivasi
a. Pengertian Motivasi
Perkataan motivasi adalah berasal daripada perkataan Bahasa Inggris
motivation. Perkataan asalnya ialah motive yang juga telah dipinjam oleh Bahasa
Melayu, Bahasa Malaysia kepada motif, yakni bermaksud tujuan. Di dalam surat
kabar, kerap pemberita menulis ayat “motif pembunuhan”. Perkataan motif di sini
boleh kita pahami sebagai sebab atau tujuan yang mendorong sesuatu
pembunuhan itu dilakukan. Motif seringkali diartikan dengan istilah dorongan.
Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat.
Jadi motif tersebut merupakan suatu driving force yang menggerakkan manusia
untuk bertingkah-laku, dan di dalam perbuatannya itu mempunyai tujuan tertentu.
Setiap tindakan yang dilakukan oleh manusia selalu di mulai dengan motivasi
(niat).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Hal ini didukung pendapat Nasution (2002: 58) yang mendeskripsikan
bahwa motivasi adalah sesuatu kekuatan atau energi yang menggerakkan tingkah
laku seseorang untuk beraktivitas. Mitchell (dalam Winardi, 2002) motivasi
mewakili proses- proses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, dan
terjadinya persistensi kegiatan- kegiatan sukarela (volunter) yang diarahkan ke
tujuan tertentu. Selanjutnya, Williams & Burden (dalam Balkir and Topkaya,
2009) menyatakan bahwa, “Motivation is a state of cognitive and emotional
arousal, which leads to a conscious decision to act, and which gives rise to a
period of sustained intellectual and/or physical effort, in order to attain a
previously set goal (or goals)”. Artinya, motivasi adalah keadaan terangsang
kognitif dan emosional, yang mengarah pada keputusan sadar untuk bertindak,
dan yang menimbulkan periode upaya intelektual dan/ atau fisik yang
berkelanjutan, untuk mencapai ditetapkan sebelumnya tujuan (atau tujuan).
Motivasi adalah daya pendorong dari keinginan kita agar terwujud. Energi
pendorong dari dalam agar apapun yang kita inginkan dapat terwujud. Motivasi
erat sekali hubungannya dengan keinginan dan ambisi, bila salah satunya tidak
ada, motivasi pun tidak akan timbul. Dari semua pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa Motivasi adalah sesuatu yang menggerak dan mengarahkan
terhadap tujuan seseorang dalam tindakan-tindakannya sama ada secara negatif
atau positif.
Motivasi adalah merupakan sejumlah proses- proses psikologikal, yang
menyebabkan timbulnya, diarahkanya, dan terjadinya persistensi kegiatan-
kegiatan sukarela (volunter) yang diarahkan ke tujuan tertentu, baik yang bersifat
internal, atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap
antusiasme dan persistensi. Motivasi yang ada pada setiap orang tidaklah sama,
berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain. Untuk itu, diperlukan
pengetahuan mengenai pengertian dan hakikat motivasi, serta kemampuan teknik
menciptakan situasi sehingga menimbulkan motivasi atau dorongan bagi mereka
untuk berbuat atau berperilaku sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh individu
lain atau organisasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
a. Jenis Motivasi
Ada dua jenis motivasi diantaranya sebagai berikut.
1) Motivasi instrinsik
Motivasi intrinsik merupakan dorongan yang sering dikatakan dibawa sejak
lahir, sehingga tidak dapat dipelajarai karena seseorang yang terdorong rasa
ingin tahu, maka orang itu akan belajar dan pengetahuan serta aktivitas yang
disadari oleh motivasi instrinsik ini akan bertahan lebih lama.
2) Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang melandasi partisipasi individu itu
sendiri. Motivasi ekstrinsik dapat berupa penghargaan, pujian, hukuman,
hadiah. Dengan sendirinya motivasi ekstrinsik tetap mendukung dan menjadi
pendorong yang kuat dalam mencapai tujuan belajar. Motivasi dapat
merupakan tujuan dan alat dalam pembelajaran, motivasi sebagai faktor yang
bisa menentukan keberhasilan belajar siswa dalam bidang pengetahuan,
keterampilan, dan nilai. Ada tiga komponen utama dalam motivasi yaitu:
1) kebutuhan,
2) dorongan, dan
3) tujuan.
b. Motivasi Membaca
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi.
Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara
potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan yang dilandasi tujuan
untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor
intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar,
harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya
penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang
menarik. Tetapi harus diingat, kedua faktor tersebut disebabkan oleh ransangan
tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar lebih
giat dan semangat. Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan
eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan
tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
mendukung. Hal ini mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang
dalam belajar. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
(1) adanya hasrat dan keinginan berhasil; (2) adanya dorongan dan kebutuhan
dalam belajar; (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan; (4) adanya
penghargaan dalam belajar; (5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; (6)
adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang
siswa dapat belajar dengan baik. Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat
disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah dasar atau faktor yang mendorong
sehingga seseorang atau individu mau belajar sehingga terjadi perubahan tingkah
laku dalam diri pribadi orang tersebut.
Faktor penyebab rendahnya motivasi membaca (Arixs, 2006: 56 ) yaitu:
1. sistem pembelajaran di Indonesia belum membuat anak-anak, siswa,
2. mahasiswa harus membaca buku, mencari informasi, pengetahuan lebih dari apa yang diajarkan, mengapresiasi karya-karya ilmiah, sastra,
3. banyaknya jenis hiburan, permainan, dan tayangan TV yang mengalihkan perhatian mereka dari membaca buku,
4. banyaknya tempat hiburan, 5. budaya baca memang belum pernah diwariskan nenek moyang
kita, 6. sarana untuk memperoleh bacaan, seperti perpustakaan atau taman
bacaan, masih merupakan barang aneh dan langka, 7. masih dominananya budaya tutur daripada budaya membaca, dan 8. tidak meratanya penyebaran bahan bacaan di berbagai lapisan
masyarakat.
Ada hubungan linier antara motivasi membaca dengan minat membaca
seseorang. Semakin rendah tingkat motivasi baca seseorang, akan semakin
rendah minat bacanya. Untuk meningkatkan motivasi membaca seseorang ada
sembilan motivasi pilihan yang harus ditanamakan kuat-kuat pada tiap diri
individu sesuai tingkat perkembangan jiwa dan penalarannya, yang akan
menggugah minat baca pada diri seseorang tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
3. Hakikat Metode SQ3R
a. Pengertian Metode Pembelajaran
Guru adalah yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan pembelajaran di
sekolah, baik di dalam kelas maupun di luar kelas, karena guru sebagai ujung
tombak yang berada langsung di lapangan. Menurut Hamalik (2003: 57),
pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, prosedur yang saling mempengaruhi
dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, dalam pembelajaran
seorang guru senantiasa berupaya untuk membuat siswa belajar dengan cara
mengaktifkan faktor intern dan ekstern dalam kegiatan belajar. Faktor intern dan
ekstern dapat mempengaruhi keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Faktor intern merupakan faktor-faktor yang terdapat di dalam pembelajaran,
antara lain guru, siswa, materi, dan sebagainya. Faktor ekstern adalah faktor-
faktor yang berasal dari luar yang juga berpengaruh dalam pembelajaran,
misalnya lingkungan. Belajar merupakan proses perubahan perilaku secara aktif,
proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, proses yang
diarahkan kepada suatu tujuan. Proses berbuat melalui berbagai pengalaman,
proses melihat, mengamati, memahami sesuatu yang dipelajari. Berdasarkan
beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
merupakan suatu kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dan siswa
dengan cara mengaktifkan faktor intern dan ekstern untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Dalam belajar-mengajar melibatkan beberapa komponen. Adapun yang
dimaksud dengan komponen tersebut antara lain.
1) Siswa
Siswa adalah seseorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan
penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
2) Guru
Guru adalah seseorang yang bertindak sebagai pengelola kegiatan belajar-
mengajar, katalisator belajar mengajar, dan peranan lainnya yang
memungkinkan berlangsungnya kegiatan. Hamalik (2003: 9) mengungkapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
bahwa guru merupakan salah satu komponen yang penting dalam kegiatan
pendidikan, yang bertugas menyelenggarakan kegiatan mengajar, melatih,
meneliti, mengembangkan, mengelola, dan memberikan pelayanan teknis
dalam bidang pendidikan. Lebih lanjut diuraikan bahwa sebagai tenaga
profesional yang memiliki kualifikasi, peranan guru dalam pendidikan adalah
sebagai fasilitator, pembimbing, evaluator, inovator, dan sebagainya.
3) Tujuan
Tujuan yakni pernyataan tentang perubahan perilaku yang diinginkan terjadi
pada siswa setelah mengikuti belajar-mengajar.
4) Materi atau isi pelajaran
Materi atau isi pelajaran yakni segala informasi berupa fakta, prinsip dan
konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
5) Metode
Metode yakni cara yang teratur yang digunakan oleh guru dalam
menyampaikan pelajaran, untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar
mendapat informasi yang dibutuhkan mereka untuk mencapai tujuan.
6) Media
Media yakni bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan
untuk menyajikan informasi kepada siswa agar mereka dapat mencapai tujuan.
Media tersebut dapat berupa media elektronik maupun media nonelektronik.
Media yang digunakan oleh guru bisa audio, visual, maupun audio-visual.
7) Evaluasi
Evaluasi yakni cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses dan
hasil dari pembelajaran, apakah berhasil atau tidak. Hamalik (2003: 30)
mengungkapkan bahwa aspek-aspek yang dinilai dalam evaluasi didasarkan
pada tujuan yang hendak dicapai dan kemampuan apa yang hendak
dikembangkan (pengetahuan, sikap, dan keterampilan).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Dalam proses pembelajaran terdapat komponen yang sangat penting yakni
tercapainya suatu tujuan. Sardiman (2004: 26) membagi tujuan belajar menjadi
tiga, yaitu.
1) Untuk mendapatkan pengetahuan. Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pemilikan pengetahuan dan kemampuan berpikir sebagai yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain, tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya kemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan.
2) Penanaman konsep dan keterampilan. Penanaman konsep atau merumuskan konsep memerlukan suatu keterampilan. Keterampilan memang dapat dididik, yaitu dengan banyak melatih kemampuan. Demikian juga mengungkapkan perasaan melalui bahasa tulis atau lisan, bukan soal kosakata atau tata bahasa, semua memerlukan banyak latihan.
3) Pembentukan sikap. Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi anak didik, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya. Untuk ini dibutukan kecakapan dalam mengarahkan motivasi dan berpikir dengan tidak lupa menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh atau model. Pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik tidak akan terlepas dari soal penanaman nilai-nilai. Dengan dilandasi nilai-nilai itu, anak didik akan tumbuh kesadaran dan kemauannya, untuk mempraktikkan segala sesuatu yang sudah dipelajarinya.
Jadi, berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, tujuan belajar
itu adalah ingin mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan penanaman sikap
mental/ nilai-nilai. Metode pembelajaran adalah cara kerja yang terencana, teratur,
dan bersistem dalam suatu pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah
dirumuskan. Metode pembelajaran yang digunakan harus sesuai dengan strategi
pengajaran dan membantu tercapainya tujuan pembelajaran. Hamalik (2003: 26)
menyatakan bahwa metode adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan
materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum. Suatu metode
mengandung pengertian terlaksananya kegiatan guru dan kegiatan siswa dalam
proses pembelajaran. Metode atau strategi pembelajaran harus menekankan pada
kegiatan siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Berdasarkan Badan Standar Nasional Pendidikan (2006: 260) dinyatakan
bahwa pembelajaran bahasa dan Sastra Indonesia dilaksanakan untuk membantu
peserta didik dalam mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
telah ditetapkan dalam kurikulum KTSP. Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai
diperlukan strategi pembelajaran diantaranya pemilihan dan penggunakan metode
yang tepat terutama pada pembelajaran menulis atau mengarang. Metode
pembelajaran yang digunakan oleh guru harus dinamis, demokratis, berorientasi
pada siswa, dan tidak membosankan juga mampu merangsang siswa kreatif dan
inovatif sehingga siswa merasa memiliki kemampuan dan berapresiasi dan timbul
ketertarikannya pada pelajaran menulis. Karena menggunakan metode belajar
yang bervariasi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk
memotivasi siswa untuk belajar. Seperti yang diungkapkan oleh Zahera (2000:
25), bahwa beberapa cara yang dapat dilakukan guru untuk memotivasi siswa,
antara lain: guru harus memperjelas tujuan belajar yang akan dicapai; guru harus
menggunakan metode yang belajar yang bervariasi; membuat situasi persaingan;
mengadakan evaluasi yang berkesinambungan; dan guru harus membuat contoh
yang baik.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa metode
pembelajaran merupakan cara kerja yang terencana, teratur, dan bersistem. Suatu
pembelajaran untuk mencapai tujuan yakni untuk membantu peserta didik dalam
mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan dalam
kurikulum. Untuk mencapai tujuan tersebut guru harus menerapkan strategi
pembelajaran diantaranya pemilihan dan penggunaan metode yang tepat yang
mampu membangkitkan motivasi siswa dalam belajar.
b. Pengertian SQ3R
Metode SQ3R merupakan suatu prosedur belajar yang sistematik yang
dikembangkan oleh Robinson pada tahun 1970. SQ3R sendiri kependekan dari
Survey, Question, Read, Recite, dan Review. Horowitz (1996:141) merinci fase-
fase dalam proses membaca meliputi survey, question, read, recite, review.
Robinson (1970) The SQ3R wich stand for survey, quetion, read, recite, adn
review to provide a structured approach for student to use when studying content
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
to material, artinya SQ3R merupakan kepanjangan dari survey atau membaca
sekilas, pertanyaan atau membuat pertanyaan, membaca, menyatakan kembali,
dan meninjau ulang metode ini digunakan untuk membantu belajar siswa saat
memahami materi. Suyatmi (1997: 210) membuat akronimnya dalam bahasa
Indonesia menjadi surtabaku yang merupakan akronim dari survei, tanya, baca,
katakan, dan ulang. Ada beberapa manfaat yang bisa dipetik dari penggunaan
metode ini dalam kegiatan membaca (Suyatmi, 1997: 210-211).
Pertama, adanya tahap Survey terhadap bacaan yang dihadapi memberi
kemungkinan pada pembaca untuk menentukan apakah materi yang dihadapinya
itu sesuai dengan keperluannya atau tidak. Hal itu berarti jika bacaan itu memang
diperlukannya, tentu pembaca akan meneruskan kegiatan membacanya. Jika tidak,
pembaca akan mencari bahan lain yang sesuai dengan kebutuhannya.
Kedua, metode SQ3R memberi kesempatan kepada para pembaca untuk
berlaku fleksibel. Artinya pengaturan kecepatan membaca untuk setiap bagian
bahan bacaan tidaklah harus sama. Pembaca akan memperlambat tempo
bacaannya manakala bertemu dengan hal-hal yang relatif baru baginya, yang
memerlukan perenungan untuk dapat memahaminya, dan bagian-bagian
bacaanyang berisi informasi yang diperlukan. Sebaliknya, pembaca akan
menaikkan tempo kecepatan bacanya, jika bagian-bagian bacaan itu dipandang
kurang relevan dengan kebutuhannya atau sudah dikenalinya. Harvey dan
Goudvis (2007:82) bahwa dengan melatih siswa membuat pertanyaan sebelum
membaca intensif suatu teks adalah cara untuk mengondisikan mereka menjadi
pembaca yang senantiasa berpikir kritis dan mandiri.
Ketiga, metode SQ3R membekali pembaca dengan metode belajar yang
sistematis. Belajar dengan menggunakan metode tertentu akan menghasilkan
efisiensi dan efektifitas hasil belajar yang lebih baik daripada tidak bermetode.
Penerapan metode ini dalam pembelajaran akan menghasilkan pemahaman yang
komprehensif, bukan ingatan. Pemahaman yang komprehensif relatif akan
bertahan lebih lama tersimpan di dalam otak kita, daripada hanya sekadar
mengingat fakta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
a. Tahap Survey ( Menjelajahi)
Survey atau prabaca adalah teknik untuk mengenal bahan sebelum
membacanya secara lengkap (Suyoto, 2008: 1). Pendapat yang lebih komplet
dikemukakan oleh Soedarso (2002: 60), prabaca adalah teknik untuk mengenal
bahan sebelum membacanya secara lengkap, dilakukan untuk mengenal
organisasi dan ikhtisar umum yang akan dibaca. Survey the chapter by reading
and thinking about the chapter title, the introductory paragraph, the heading and
subheadings the concluding paragraph, artinya sebelum membaca siswa
melakukan membaca sekilas tentang bacaan dengan memperhatikan judul bab,
sub judul, judul, dan sub judul dalam setiap paragraf. Berdasarkan pendapat
kedua tokoh tersebut jelas bahwa survei dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
bacaan tersebut akan bermakna baginya. Kegiatan prabaca dilakukan untuk
mengenal organisasi dan ikhtisar umum yang akan dibaca dengan maksud untuk:
mempercepat penangkapan arti, mendapatkan abstrak, mengetahui ide-ide yang
penting, melihat susunan (organisasi) bahan bacaan tersebut, mendapatkan minat
perhatian yang saksama terhadap bacaan, dan memudahkan mengingat lebih
banyak dan memahami lebih mudah. Tujuan tersebut sejalan dengan yang
dikemukakan oleh Anne Ediger, Roberta Alexander, dan Krystyna Srutwa (1989:
iv), bahwa prabaca berfungsi untuk memotivasi pembaca, guna memperoleh
prediksi tema dan mendapat gambaran informasi dan topik bacaan. Ada beberapa
teknik dalam melakukan survei. Setiap jenis bacaan, teknik surveinya pun
berbeda.
1) Survei Buku
Dalam prabaca buku, tindakan yang perlu dilakukan, antara lain :
(1) memperhatikan judul dan topik,
(2) telusuri daftar isi,
(3) baca kata pengantar,
(4) lihat tabel, grafik, dan gambar, dan
(5) telusuri indeks.
2) Survei Bab
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Soedarso (2002: 61) sebelum membaca suatu bab, adakan survei terlebih
dahulu yang lebih teliti lagi dibandingkan survei secara keseluruhan isi buku.
Selain itu, diamati pula subjudul-subjudul dan kaitannya, alat-alat bantu visual
yang ada di bab seperti grafik, peta, dan lain-lain. Alat-alat bantu visual tersebut
mampu memberikan gambaran secara jelas bab yang dibahas. Selanjutnya
perhatikan paragraf pertama dan akhir, karena kadang-kadang penulis
menggunakan paragraf tersebut untuk menyampaikan pokok yang akan
dibicarakan dalam bab itu. Kemudian lihatlah ringkasannya, karena ringkasan
atau ikhtisar merupakan kesimpulan isi dari bab tersebut. Terakhir, melihat
subjudul-subjudul, karena dengan adanya subjudul, pembaca semakin mengetahui
hubungan bagian-bagian isi buku itu.
3) Survei Artikel
Ada beberapa macam artikel yang dibaca, yaitu (1) ada yang terus saja
ditelan, (2) ada yang perlu diuji kembali, (3) ada yang perlu diringkas, (4) ada
yang perlu ditimbang-timbang, dan (5) ada yang langsung dibuang saja (Soedarso,
2002: 61). Oleh karena itu, sebelum membaca hendaklah melakukan survei
terlebih dahulu. Barulah jika diperlukan, membacanya secara keseluruhan. Setiap
artikel umumnya terbagi dalam tiga bagian, yaitu pendahuluan, isi, dan penutup/
kesimpulan. Setiap paragraf mempunyai topik yang memuat pokok pikiran
paragraf. Kalimat pertama atau dua kalimat pertama biasanya kalimat topik.
Berikut tahapan prabaca yang dapat dilakukan: pertama baca judul, judul tidak
hanya menunjukkan masalah yang akan dibahas, tetapi untuk merangsang
pembaca berpikir hal-hal yang akan didapatkan dari judul, gagasan-gagasan yang
ada, dan hal yang telah diketahui. Kedua baca semua subjudul dengan cepat.
Subjudul membantu pembaca membentuk pengertian yang menyeluruh. Subjudul
menunjukkan fokus yang khusus serta aspek-aspek yang mengacu pada
keseluruhan topik. Ketiga baca kalimat pertama sub-bab, karena kalimat pertama
sering menuturkan isi bagian tulisan itu. Jika tidak maka baca kalimat terakhir
paragraf karena kalimat inisering mengulangi gagasan utama paragraf tersebut.
Keempat amati tabel untuk memahami isi. Kelima buang jika memang benar-
benar tidak dibutuhkan dan tidak bermanfaat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
b. Tahap Question (Bertanya)
Beatty (2002: 2) sebelum kegiatan membaca dilakukan, dimulai dengan
menyusun beberapa pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir
mengenai topik secara kesatuan. Question by selecting the first topic in the
chapter and restaters it in the form of a question, pertanyaan dibuat berdasarkan
hasil membaca sekilas yang pertama dengan melihat topik bacaan dan memulai
untuk membuat pertanyan. Kegiatan ini sebagai aktivitas pemanasan sebelum
membaca. Hal ini dikarenakan pertanyaan-pertanyaan yang dibuat berdasarkan
prediksi-prediksi pembaca pada saat melakukan survei akan memandu pembaca
pada saat melakukan aktivitas baca yang sesungguhnya. Pertanyaan ini muncul
karena dorongan atau hasrat ingin tahu tentang sesuatu hal yang diduga jawabnya
akan diperoleh melalui bacaan tersebut. Mengajukan pertanyaan bisa dengan
mengubah judul dan subjudul serta sub bab dari subjudul menjadi suatu
pertanyaan. Gunakan kata-kata siapa, apa, kapan, di mana, mengapa, dan
bagaimana (5W1H). Mel Silberman (1996 : 94) menjelaskan manfaat dari
pertanyaan yaitu membuat siswa aktif sehingga pembelajaran yang berlangsung
menjadi efektif. Terlebih dahulu, tanpa penjelasan dari guru, siswa mencari
permasalahan yang ada dalam bacaan. Atau dengan cara guru menstimulus siswa
dengan beberapa pertanyaan. Pada waktu survei buku secara keseluruhan,
pertanyaan yang disusun mungkin terlalu umum, tetapi pada saat survei pada bab
ke bab pertanyaan-pertanyaan itu dapat lebih spesifik. Suatu pertanyaan dapat
menimbulkan beberapa pertanyaan lain tentang isi bacaan secara lebih mendalam.
Berdasarkan pengalaman, membaca dengan maksud untuk dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan biasanya lebih sungguh-sungguh dan cermat daripada
membaca hanya sekadar untuk membaca.
c. Tahap Read (Membaca)
Tahap selanjutnya dilakukan kegiatan membaca sesungguhnya untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dirumuskan (Zuchdi, 2007:128). Pembaca
tidak diharuskan untuk membaca dengan kecepatan yang sama. Robinson (1970)
The student is to read to answer purpose question formulated in step 2 question,
artinya pada tahap ketiga siswa membaca teks untuk menjawab pertanyaan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
telah dibuat pada tahap kedua yaitu tahap membuat pertanyaan. Hal ini ditentukan
oleh tujuannya dan karakteristik bacaan yang dihadapinya. Cara membacanya pun
bukan seperti membaca novel yang hanya mengikuti apa yang sedang
berlangsung, melainkan secara kritis. Baca tulisan bagian demi bagian. Bersamaan
membaca bagian-bagian itu, mencari jawaban atas pertanyaan yang muncul
sehubungan dengan topik bacaan. Soedarso (2002: 63) pada tahap membaca ini
ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu (1) jangan membuat catatan-catatan
karena akan memperlambat kecepatan membaca dan berbahaya jika hanya
merupakan kutipan kata-kata penulisnya saja, (2) jangan membuat tanda-tanda
seperti garis bawah pada kata maupun frasanya, acap kali setelah selesai
membacanya ternyata salah memilih. Pada tahap membaca ini, konsentrasikan
diri untuk mendapatkan ide pokoknya serta mengetahui detail yang penting.
d. Tahap Recite (Menceritakan Kembali)
Recite merupakan kegiatan menceritakan kembali isi bacaan yang telah
dibaca dilakukan setelah pembaca merasa yakin bahwa sejumlah pertanyaan yang
dirumuskan sebelum kegiatan membaca dilakukan telah terpenuhi (Soedarso,
2002: 63-64). Kegiatan menceritakan kembali isi bacaan ini disebut juga dengan
retall yang berfungsi untuk mengingat hal-hal yang telah didapatkan. Recites the
information obtained in step 3 by restarting the answer in one's own word and
then writing the response, artinya tahap menceritakan kembali mendapatkan
informasi pada tahap ketiga yaitu tahap membaca dan kemudian digunakan untuk
menjawab pertanyaan pada tahap kedua yatiu tahap membuat
pertanyaan.Walaupun bahan bacaan mudah dipahami, pastikan tahap recite atau
mengutarakan kembali isi bacaan ini jangan dilewatkan agar hal-hal penting yang
telah didapatkan tidak mudah dilupakan. Lebih lanjut Zuchdi (2007: 129)
menjelaskan tahap recite ini dilakukan dengan cara menyatakan jawaban dan
bukti dikemukakan kepada diri sendiri dengan bergumam, bersuara, atau dalam
bentuk catatan tulisan.
Hal itu berarti dengan melihat pertanyaan-pertanyaan yang dibuat sebelum
membaca pembaca mencoba menjawab pertanyaan tersebut dengan bergumam
atau bersuara yang dikemukakan pada dirinya sendiri, atau menulis jawabannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
pada selembar kertas tanpa melihat buku. Hal-hal yang perlu diperhatikan di
dalam pembuatan ikhtisar bacaan meliputi: (1) ikhtisar dibuat dengan kata-kata
sendiri, (2) ikhtisar dibuat secara singkat, padat, dan jelas yang mencakup butir-
butir penting isi bacaan, (3)kegiatan ini dilakukan tidak bersamaan dengan
kegiatan lain, misalnya mencatat sambil membaca atau mencatat sambil
membuka-buka kembali halaman bacaan,(4) setelah selesai membuat ikhtisar
kemudian direnungkan lagi apakah hal itu sesuai dengan pendapat penulis.
e. Tahap Review (Meninjau Kembali)
Soedarso (2002: 64) daya ingat manusia terbatas. Sekalipun pada waktu
membaca 85% pembaca menguasai isi bacaan, kemampuannya dalam nwaktu 8
jam untuk mengingat detail bagian yang penting tinggal 40%. Lalu dalam tempo
dua minggu pemahamannya tinggal 20%. Bagaimana jika selang satu
bulanbahkan 1 tahun? Tentu tinggal 2% saja hal yang diingat oleh manusia. Oleh
karena itu, kegiatan terakhir yaitu review janganlah dilewatkan. Review
merupakan kegiatan mengulangi kembali judul/ subjudul/ subbab guna
mendapatkan hal-hal penting yang seharusnya diingat (Soedarso, 2002: 64). Hal
ini sangat bermanfaat karena review merupakan salah satu strategi membaca,
yang membuat siswa memahami keseluruhan ide (Beatty, 2002: 6) Student review
the material by reading parts of the text, student verify answer given during in
step 4, recite this helps retain information better and gives immadiate feedback,
artinya siswa meninjau ulang materi bacaan pada tahap ketiga, kemudian
digunakan untuk menjawab pertanyaan pada tahap keempat, hal ini membantu
siswa memperoleh informasi dengan baik dan mendapat umpan balik yang baik
pada tahap meninjau ulang ini.
Manfaat dari kegiatan review ini diperkuat oleh pernyataan Zuchdi (2007:
129) bahwa, meninjau kembali, dilakukan dalam jarak waktu yang tepat setelah
membaca guna mengingatnya secara permanen. Dengan demikian dari beberapa
pendapat di atas dapat disimpulkan manfaat review antara lain: (1) dapat
membantu dan meningkatkan isi bacaan, (2) lebih memperjelas pemahaman daya
ingat, (3) memperoleh hal penting lain yang luput dari pengamatan pada saat
membaca. Meninjau ulang hanya dengan melihat-lihat bagian-bagian tertentu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
yang dianggap perlu untuk sekadar menyegarkan kembali ingatan. Bagian-bagian
tersebut misalnya, judul-judul dan sub-judul, gambar-gambar, diagram-diagram,
grafik-grafik, dan memeriksa kembali pertanyaan-pertanyaan baik yang telah
tersedia dalam bacaan ataupun pertanyaan yang telah dirumuskan sendiri.
Melalui kegiatan peninjauan ulang ini, pembaca bukan sekadar harus merasa
yakin bahwa apa yang akan dibacanya itu telah dikuasai dan dipahaminya,
melainkan juga harus merenungkan dan memikirkan tingkat keberterimaan
gagasan penulisnya, kelemahan dan kebaikan sajian buku tersebut, bila perlu
memikirkan kritik dan saran untuk penyempurnaan buku tersebut. Akan lebih
baik lagi jika hasil-hasil bacaan itu ditulis dan dirangkum (Zuchdi, 2007: 131).
Pembuatan rangkuman ini meliputi: (1) judul buku, nama pengarang, penerbit,
dan tahun terbit, (2) topik atau tema bacaan, (3) catatan ringkas mengenai pokok-
pokok penting isi bacaan dan ditulis dengan menggunakan bahasa sendiri, (4)
kutipan selengkapnya bagian informasi atau pernyataan yang dipandang penting
disertai keterangan sumber otentik (tahun terbit dan halamannya).
Berdasarkan penjabaran dari tahap-tahap SQ3R di atas, dapat disimpulkan
bahwa, tahap survei bacaan dilakukan untuk mendapatkan gagasan umum apa
yang akan dibaca. Lalu dengan mengajukan berbagai pertanyaan pada diri sendiri
yang jawabannya diharapkan terdapat dalam bacaan tersebut akan lebih
memudahkan pembaca memahami bacaan. Kemudian dengan mencoba
mengutarakan dengan kata-kata sendiri pokok-pokok pentingnya, pembaca akan
menguasai dan mengingatnya lebih lama. Sehingga metode ini memungkinkan
para siswa untuk belajar secara sistematis dengan bantuan langkah-langkah kerja
yang tepat dan efisien.
c. Pembelajaran Membaca Intensif dengan Metode SQ3R
Ada beberapa tahap yang harus dilakukan. Berikut ini skenario proses
belajar mengajar yang diadaptasi dari Suyatmi (1997: 213). Sebelum kegiatan ini
dilaksanakan hendaknya tiap-tiap siswa mempunyai artikel yang sama dari
sumber yang sama pula.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Langkah 1 Apersepsi
Pada langkah apersepsi ini, kegiatan diarahkan pada hal-hal yang
berkenaan dengan bagaimana memilih dan memahami artikel. Misalnya artikel-
artikel menarik yang pernah dibaca, hambatan dalam memahami artikel dan
kebingungan menentukan perlu tidaknya artikel tersebut dibaca.
Langkah 2 Melakukan Survey
Survey langkah ini untuk menunjukkan pada para siswa tentang perlu
tidaknya membaca suatu artikel secara keseluruhan. Hal-hal yang dilakukan saat
mensurvei artikel yaitu , pertama membaca judul. Judul merupakan ungkapan
yang mewakili seluruh isi karya (Keraf, 2003: 128). Suatu judul tidak hanya
menunjukkan masalah yang akan dibahas, tetapi juga untuk merangsang pembaca
berpikir tentang hal-hal yang akan didapatkan, gagasan yang akan diperoleh, dan
hal-hal yang telah diketahui dari judul tersebut.
Kedua baca semua subjudul dengan cepat. Subjudul membantu pembaca
membentuk pengertian yang menyeluruh. Subjudul menunjukkan fokus yang
khusus serta aspek-aspek yang mengacu pada keseluruhan topik. Ketiga amati
tabel, skema, atau peta. Tabel, skema, dan peta biasanya direncanakan oleh
penulis untuk mempermudah pembaca memahami bacaan. Keempat baca
pengantar. Pengantar ini berfungsi memberikan gambaran awal isi artikel. Selain
itu, untuk memberikan arah pembicaraan artikel. Jika tidak ada pengantar, maka
baca dua paragraf pertama dengan kecepatan tinggi untuk mendapatkan ide,
cerita, latar, nada, suasana, dan gaya penulisnya. Pada umumnya penulis
memberikan pengantar pada beberapa paragraf pertama. Hal tersebut akan
membantu pembaca menangkap isi. Kelima baca kalimat pertama subbab.
Kalimat pertama sering menuturkan isi bagian tulisan itu. Tetapi adakalanya
kalimat pertama ini hanya merupakan kalimat transisi atau hanya untuk menarik
perhatian pembaca. Jika demikian maka baca kalimat terakhir paragraf tersebut.
Keenam buatlah keputusan. Jika memang tidak bermutu dan tidak berguna lebih
baik tidak dibaca. Kegunaan prabaca di sini memang untuk menentukan artikel itu
layak dibaca atau tidak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Langkah 3 Latihan Membuat Pertanyaan
Setelah penjajagan selesai, langkah selanjutnya adalah membuat
pertanyaan berdasarkan masukan atau informasi yang diperoleh dari hasil
penjajagan. Pertanyaan berfungsi sebagai pemandu di dalam kegiatan membaca
yang sesungguhnya nanti (Suyoto, 2008: 2). Misalnya saja dari sebuah artikel
yang berjudul “Susu Banyak Mengandung Gizi”. Berdasarkan judul tersebut
pembaca dapat membuat pertanyaan-pertanyaan yaitu: Pentingkah susu itu
untuk pertumbuhan anak? Apa hubungan susu dengan pertumbuhan anak? Atau
dengan kata tanya siapa, apa, kapan, dimana, mengapa, dan bagaimana yang
biasanya dirumuskan dalam 5W1H. Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan itu
diharapkan siswa akan termotivasi untuk mencari jawabannya pada saat dia
melakukan kegiatan membaca. Pertanyaan-pertanyaan itu berfungsi sebagai
pemandu kegiatan membaca.
Langkah 4 Membaca
Kegiatan membaca ini disebut dengan kegiatan membaca mandiri
(Suyatmi, 1997: 217) yang mana setiap anak diminta untuk membaca uraian
artikel tersebut. Kegiatan membaca, mula-mula dilakukan secara bertahap
dibawah bimbingan dan instruksi guru. Misalnya sebelum siswa membaca, guru
mengingatkan agar siswa membaca dalam hati dan tidak boleh menggerakkan
bibir. Lalu guru menyuruh membaca dua paragraf pertama dengan waktu 5 menit.
Setelah waktu berakhir, siswa ditanyai apakah dari paragraf yang telah dibaca ada
jawaban dari pertanyaan yang telah disusun. Jika ada maka siswa diminta untuk
mengingat jawaban dari pertanyaan tersebut. Namun jika tidak ada maka kegiatan
membaca dapat dilanjutkan. Kegiatan membaca terbimbing ini bisa dilakukan
sampai pada 5 atau 6 paragraf. Caranya sama seperti di atas. Untuk kegiatan baca
selanjutnya, diserahkan kepada masing-masing anak. Setiap anak mempunyai
daftar pertanyaan khusus yang telah dicatatnya dalam buku catatan.
Langkah 5 Mencatat Jawaban Pertanyaan
Setelah kegiatan membaca dianggap tuntas, selanjutnya diikuti oleh
kegiatan penceritaan ulang hasil baca (Zuchdi, 2007: 129). Sebagai tolak ukur,
para siswa dapat memanfaatkan pertanyaan yang dibuatnya sebagai pemandu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
penceritaan hasil baca. Hal yang harus diingatkan kepada siswa adalah bahwa
penceritaan ulang hasil baca hendaknya menggunakan kata-kata sendiri. Jika
siswa sudah merasa yakin bahwa dirinya dapat memahami buku yang dibacanya,
kegiatan dilanjutkan dengan pembahasan jawaban untuk deretan pertanyaan.
Kegiatan ini diikuti dengan latihan membuat ikhtisar bacaan yang berpatokan
pada butir-butir penting dari ide-ide penulis dalam bacaan dalam beberapa
kalimat.
Langkah 6 Meninjau Ulang Kegiatan dari Hasil Baca
Sebelum pelajaran diakhiri, guru dan siswa secara bersama memerikan
ulang bagian-bagian artikel itu, mulai dari judul hingga paragraf terakhir artikel
tersebut. Bagian-bagian yang diperiksa hanyalah bagian-bagian penting yang
dianggap dapat menyegarkan kembali ingatan dan pemahaman pembaca
terhadaphasil baca. Kemudian diikuti dengan pembuatan bagan atau skema
tentang organisasi pikiran siswa mengenai artikel tersebut.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian lain yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang
berjudul Peningkatan Kemampuan Membaca Nyaring Melalui Metode SQ3R
Pada Siswa Kelas V SD Negeri Senden Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali
Tahun Pelajaran 2006/2007 oleh Sulistyowati. Jenis penelitian ini adalah PTK
dengan tujuan penelitian untuk menemukan faktor-faktor penyebab rendahnya
kualitas keterampilan membaca siswa dan strategi mengajar membaca yang sesuai
dengan kondisi siswa agar dapat meningkatkan kualitas keterampilan membaca.
Kesamaan penelitian Sulistyowati dengan penelitian ini adalah objek kajian
penelitian, yaitu keterampilan membaca dan cara evaluasinya.
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh ST. Y. Slamet, dosen PGSD FKIP UNS Surakarta dalam Jurnal
Penelitian Pendidikan FKIP UNS 2003 yang berjudul: “Kemampuan Membaca
Intensif Mahasiswa Ditinjau dari Penguasaan Struktur Kalimat dan Pengetahuan
Derivasi Survei di Program PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta”.
Penelitian tersebut menyatakan bahwa kemampuan membaca merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
kemampuan dasar yang harus dikuasai oleh pelajar agar mereka dapat mengikuti
seluruh kegiatan dalam proses pendidikan dan pembelajaran dengan baik dan
lancar.
R. Pipit Budi Astuti (2008) mahasiswa FKIP Bahasa Indonesia UNS
dalam skripsinya yang berjudul: “Optimalisasi Pembelajaran Membaca Intensif
dengan Peta Konsep Pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Sukoharjo” (tidak
dipublikasikan). Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa dengan
penerapan peta konsep dalam membaca pemahaman, yaitu dengan cara siswa
membuat sebuah peta yang berisi konsep-konsep yang terkandung dalam bacaan yang
dibacanya, dapat meningkatkan kualitas proses membaca intensif dan kemampuan
membaca intensif. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang peneliti
lakukan adalah sama-sama mengkaji pembelajaran membaca intensif.
Perbedaannya terletak pada bentuk tindakanyang dilakukan.
Penelitian lain yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh Rahmat Husein, I Wayan Dirgayasa, Marlina Tobing, Simarmata,
dan Khairiah dalam Penelitian untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran (PPKP)
dikti tahun 2006 yang berjudul: ”Upaya Meningkatkan Kemampuan Penguasaan
Membaca Pemahaman Siswa Kelas III SLTP Negeri 27 Medan Melalui Metode
SQ3R ” (tidak dipublikasikan). Penelitian ini mengungkapkan bahwa
menggunakan metode SQ3R dalam membaca pemahaman membuat siswa
berpikir kritis dan kreatif, dimulai dari menghubungkan latar belakang pengetahuan
dengan teks pada prabaca sampai dengan mengulang bagian-bagian penting di akhir materi
sehingga siswa menjadi pembaca yang efektif dan efisien.Penelitian inilah yang
menginspirasi peneliti untuk mencoba menerapkan penelitian ini pada kelas yang
lebih tinggi.
Penelitian lain yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh Sumarwati dan Purwadi dosen FKIP Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Sebelas Maret Surakarta dalam Jurnal penelitian FKIP UNS 2010
yang berjudul “Pembuatan Pertanyaan Awal pada Kegiatan Prabaca Untuk
Meningkatkan Kemampuan Membaca Intensif”. Penelitian tersebut menyatakan
bahwa kemampuan membaca merupakan kemampuan dasar yang harus dikuasai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
oleh pelajar dengan cara membuat pertanyaan pada tahap prabaca agar mereka
dapat mengikuti seluruh kegiatan dalam proses pendidikan dan pembelajaran
dengan baik dan lancar.
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan hasil survei awal, pretes, dan wawancara dengan guru dan
siswa kelas V SD Negeri 1 Jetis, diperoleh kesimpulan bahwa motivasi dan hasil
pembelajaran membaca intensif dinilai masih rendah. Motivasi siswa dalam
aktivitas membaca rendah. Hal ini terlihat sikap siswa dalam mengikuti
pembelajaran membaca intensif kurang semangat, siswa meletakkkan kepalanya
di meja waktu pelajaran membaca sekaligus cepat-cepat mengerjakan soal tanpa
membaca bacaan dengan teliti, sehingga siswa kesulitan menemukan maksud atau
informasi dari penulis.
Sedangkan metode pembelajaran membaca intensif yang diterapkan guru
selama ini pun belum mampu mengoptimalkan kemampuan membaca intensif
siswa, sehingga prestasi kemampuan membaca intensif siswa rendah. Metode
yang digunakan yaitu (1) guru menyuruh siswa membaca teks, (2) siswa
mengerjakan soal latihan, dan (3) jawaban siswa dikoreksi dengan cara guru
memberikan jawaban yang benar.
Berdasarkan permasalahan tersebut, diperlukan suatu metode yang dapat
diterapkan untuk memudahkan siswa dalam memahami suatu bacaan. Salah satu
metode yang dapat diterapkan adalah metode SQ3R. Penggunaan metode ini
memberikan motivasi pada siswa untuk membaca dengan konsentrasi tinggi
dengan waktu yang relatif sedikit. Siswa diajak untuk memahami bacaan melalui
5 tahap, yaitu Survey, Question, Read, Recite, dan Review. Survey bacaan
dilakukan untuk mendapatkan gagasan umum bacaan. Tahap Question yaitu
mengajukan berbagai pertanyaan pada diri sendiri, jawaban yang diharapkan
terdapat dalam bacaan tersebut dapat membantu pemahaman terhadap bacaan
(Read ). Kemudian mengutarakan dengan kata-kata sendiri pokok-pokok penting
(Recite dan Review), akan membuat siswa menguasai dan mengingatnya lebih
lama. Dengan metode pembelajaran seperti ini diharapkan dapat meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
kemampuan membaca pemahaman pada siswa. Siswa diharapkan tidak
mengalami kesulitan lagi untuk menemukan informasi bacaan, sehingga
pembelajaran membaca dapat berjalan efektif. Kerangka pemikiran tersebut
digambarkan pada gambar halaman berikut.
Gambar 2. Alur kerangka berpikir
Prosedur Pembelajaran
Guru menjelaskan materi membaca intensif.
Guru memberi tugas siswa untuk membaca teks yang ada di dalam buku paket.
Siswa mengerjakan tugas. Siswa mengumpulkan tugas.
Prosedur Pembelajaran
Guru menjelaskan materi membaca intensif. Guru menjelaskan metode SQ3R pada tahap
membaca. Guru menjelaskan tahap membaca sekilas
kepada siswa disertai dengan contoh. Guru menjelaskan membuat pertanyaan
dengan bantuan 5W1H disertai dengan contoh.
Guru menjelaskan tahap membaca yang efektif kepada siswa disertai dengan contoh.
Guru menjelaskan tahap menyatakan kembali kepada siswa dengan cara menjawab pertanyaan yang sudah dibuat pada tahap kedua.
Guru menjelaskan tahap meninjau ulang dengan cara membuat rangkuman isi cerita kepada siswa disertai dengan contoh.
Kualitas Prosedur dan Hasil Motivasi siswa dalam
pembelajaran membaca intensif rendah
Kemampuan membaca intensif siswa rendah
Kualitas Prosedur dan Hasil Motivasi siswa dalam pembelajaran
membaca intensif meningkat Kemampuan membaca intensifs
siswa meningkat
Sebelum Tindakan: Konvensional (tanpa metode
SQ3R)
Selama Tindakan: Metode SQ3R
Pembelajaran Membaca Intensif kelas V SDN 1 Jetis Kabupaten Karanganyar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
D. Hipotesis Tindakan
Penerapan metode SQ3R dalam pembelajaran membaca intensif,
diharapkan dapat :
1. Meningkatkan motivasi membaca intensif siswa kelas V SD Negeri 1 Jetis,
Kabupaten Karanganyar.
2. Meningkatkan kemampuan membaca intensif siswa kelas V SD Negeri 1
Jetis, Kabupaten Karanganyar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Jetis, Kabupaten Karanganyar.
Tahap persiapan hingga pelaporan hasil penelitian dilakukan selama enam bulan,
yakni mulai bulan Desember sampai dengan Mei 2012 Adapun pelaksanaan
pembelajaran membaca diselenggarakan pada semester genap (semester kedua),
yaitu bulan Maret sampai dengan April 2012
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama lima bulan yakni pada bulan Januari 2011
sampai dengan Juni 2012. Untuk lebih jelasnya rincian waktu dan jenis kegiatan
dapat dilihat pada Tabel waktu dan jenis kegiatan penelitian berikut ini.
Tabel 4. Rincian Kegiatan Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian No Kegiatan Bulan
Jan
12
Feb
12
Mar
12
April
12
Mei
12
Juni
12
1. Persiapan survei awal sampai
penyusunan proposal
-xx
2. Menentukan informan,
menyiapkan peralatandan
instrumen
--xx
3. Pengajuan surat izin
penelitianke sekolah
-xx
4. Pengumpulan Data Pelaksanaan
Siklus I
Siklus II
Siklus III
--x
--xx
---xx
5. Analisis data X X
6. Penyusunan laporan X
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 1 Jetis,
Kabupaten Karanganyar. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah
pembelajaran membaca intensif mata pelajaran Bahasa Indonesia.
C. Metode dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas (Classroom Action
Research), yaitu penelitian yang merupakan hasil kolaborasi antara peneliti dan
guru sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Suharsimi Arikunto,
dkk (2006: 58) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu
penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki mutu
praktik pembelajaran di kelas.
Adapun karakteristik penelitian tindakan kelas menurut Suharsimi
Arikunto, dkk. (2006 : 62), antara lain: (1) adanya tindakan yang nyata yang
dilakukan dalam situasi yang dialami dan ditujukan untuk menyelesaikan
masalah; (2) menambah wawasan keilmiahan dan keilmuan; (3) sumber
permasalahan berasal dari masalah yang dialami guru dalam pembelajaran; (4)
permasalahan yang diangkat bersifat sederhana, nyata, jelas, dan penting; (5)
adanya kolaborasi antara praktikan dan peneliti; (6) ada tujuan penting dalam
pelaksanaan PTK, yaitu meningkatkan profesionalisme guru, ada keputusan
kelompok, bertujuan untuk meningkatkan dan menambah pengetahuan.
Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yang
bertujuan untuk menjelaskan dan menggambarkan realita yang ada. Peneliti
mencoba memberikan gambaran dan menjelaskan segala peristiwa dalam
pelaksanaan tindakan serta hasil penelitian dalam bentuk data tertulis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
D. Sumber Data Penelitian
Sumber data penelitian tersebut, antara lain.
1. Informan
Informan dalam penelitian ini adalah Ibu Nunik Sri Utami S.pd guru
kelas V SD Negeri 1 Jetis dan sua siswa (Ilham, dan Okta) kelas V SD
Negeri 1 Jetis, Kabupaten Karanganyar.
2. Peristiwa
Peristiwa dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran membaca
intensif dengan menerapkan metode SQ3R.
3. Dokumen dan Arsip
Dokumen yang dijadikan sumber data pada penelitian ini, meliputi
catatan hasil observasi selama proses pembelajaran, hasil tes siswa berupa
hasil membaca siswa, daftar nilai, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP),
catatan hasil wawancara yang ditranskrip, dan foto kegiatan pembelajaran
membaca.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1) Observasi
Observasi dilakukan dengan mengamati jalannya kegiatan belajar
mengajar membaca intensif guru di kelas. Peneliti bertindak sebagai
partisipan pasif yang duduk di bagian kelas paling belakang yang mengamati
jalnnya kegiatan belajar mengajar di kelas.
Hasil observasi peneliti didiskusikan dengan guru yang bersangkutan
untuk kemudian dianalisis bersama-sama untuk mengetahui berbagai
kelemahan yang ada dan untuk mencari solusi terhadap segala kelemahan
yang ada. Hasil diskusi yang berupa solusi utnuk berbagai kelemahan tersebut
untuk kemudian dilaksanakan dalam siklus selanjutnya. Observasi terhadap
guru difokuskan pada kemmapuan guru mengelola kelas dan memancing
keaktifan siswa saat pembelajaran berlangsung. Sedangkan observasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
terhadap siswa difokuskan pada keaktifan siswa saat proses pembelajaran,
kegiatan dimulai dari awal pembelajaran yang berkaitan dengan membaca.
2) Wawancara
Wawancara dilakukan kepada dua siswa SD Negeri 1 Jetis yaitu Ilham dan
Okta, guru kelas V SD Negeri 1 Jetis, Ibu Nunik Sri Utami S.pd , kepala sekolah
Ibu Sri Isroiliyah S.pd, untuk menggali data tentang proses pembelajaran
keterampilan membaca dan metode yang digunakan dalam pembelajaran
membaca intensif.
3) Analisis Dokumen
Analisis dokumen dilakukan untuk mengetahui peningkatan keterampilan
membaca siswa selama dilaksanakannya tindakan yang meliputi daftar nilai siswa,
RPP, hasil pekerjaan siswa, wawanara yang sudah ditrasnkip, dan foto kegiatan
membaca intensif di kelas.
F. Teknik Validitas Data
Berbagai data yang didapatkan dalam penelitian ini diuji validitasnya
dengan beberapa teknik triangulasi, yaitu triangulasi sumber data dan triangulasi
metode. Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dari
berbagai sumber yang berbeda. Data yang bersumber dari peristiwa proses
pembelajaran membaca ilmiah diuji keabsahannya dengan pernyataan-pernyataan
informan.
1. Triangulasi metode, teknik ini digunakan untuk membandingkan data yang
telah diperoleh dari hasil observasi dengan data yang diperoleh dari
kenyataan di lapangan maupun wawancara. Dalam hal ini peneliti
membandingkan hasil observasi dengan data yang berasal dari siswa yang
diperoleh melalui observasi dan wawancara terstruktur. Data yang berasal
dari guru diperoleh melalui wawancara mendalam yakni mengenai segala hal
yang terjadi dan berhubungan dengan kegiatan pembelajaran membaca di
kelas tersebut.
2. Triangulasi sumber data, teknik ini digunakan untuk menguji satu data yang
diperoleh dari sumber data yang berbeda. Misalnya, untuk menentukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
keabsahan antusias siswa selama mengikuti pembelajaran, peneliti melakukan
trianggulasi sumber data dari siswa selaku informan dengan sumber data
dokumen yang berupa foto pembelajaran dan catatan lapangan. (Dalam hal ini
siswa dikatakan antusias jika dalam kegiatan pembelajaran siswa terlihat
bersemangat atau aktif baik saat mengerjakan tugas maupun memperhatikan
penjelasan guru serta merespons stimulus yang diberikan guru, yang
ditunjukkan melalui foto-foto pembelajaran ataupun catatan lapangan).
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis interaktif. Teknik tersebut mencakup kegiatan untuk mengungkap
kelemahan dan kelebihan kinerja guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
Analisis model interaktif ini merupakan interaksi dari empat komponen, yaitu:
pemgumpulan data, penyajian data (display data), dan penarikan kesimpulan
(ferivikasi). Pada saat melakukan tahap pengumpulan data, peneliti sudah
melakukan reduksi dan display data sekaligus sesuai dengan kemunculan data
yang diperlukan. Adapun langkah-langkah analisis interaktif sebagai berikut ini.
1. Pengumpulan Data
Pegumpulan data dilakukan dengan wawancara dengan guru dan murid, tes
mencatat dan merekam ujaran dan pembicaraan antara guru dan murid yang
terjadi dalam proses pembelajaran membaca.
2. Reduksi Data
Langkah yang dilakukan berupa penyeleksian, menentukan fokus,
menyederhanakan, meringkas, dan mengubah data ’mentah’ yang ada dalam
catatan lapangan. Dalam proses ini dilakukan penajaman, pemilahan,
pemfokusan, penyisihan data yang kurang bermakna, dan menatanya
sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat ditarik dan diverifikasi.
3. Sajian Data (Display Data)
Melalui sajian data, data yang telah terkumpul dikelompokkan dalam
beberapa bagian sesuai dengan jenis permasalahannya supaya mudah dilihat
dan dimengerti, sehingga mudah dianalisis. Langkah ini mencakup dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
memasuki analisis data. Data yang ada dijabarkan dan ditafsirkan kemudian
dibandingkan antara data yang satu dengan data yang lain untuk menemukan
persamaan dan perbedaan
4. Penarikan Kesimpulan
Seluruh hasil analisis yang terdapat dalam reduksi data maupun sajian data
diambil suatu kesimpulan. Penarikan kesimpulan tentang peningkatan atau
perubahan yang terjadi dilakukan secara bertahap mulai dari kesimpulan
sementara, yang ditarik pada akhir siklus I, ke kesimpulan terevisi pada akhir
siklus II dan seterusnya, dan simpulan terakhir pada akhir siklus terakhir.
Kesimpulan yang pertama sampai dengan yang terakhir saling terkait dan
simpulan pertama sebagai pijakan.
Proses analisis tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 3. Model Analisis Interaktif
(Sutopo, 2002: 96)
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah rangkaian tahapan penelitian dari awal hingga
akhir. Prosedur dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) meliputi: persiapan,
studi/survei awal, pelaksanaan siklus, dan penyusunan laporan. Pelaksanaan siklus
meliputi kegiatan sebagai berikut: (1) perencanaan tindakan; (2) pelaksanaan
Pengumpulan Data
Sajian Data Reduksi Data
Penarikan Simpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
tindakan; (3) observasi dan interpretasi; dan (4) analisis dan refleksi. Berikut ini
adalah gambaran singkat mengenai tahapan penelitian yang dilaksanakan.
Berikut ini adalah gambaran singkat mengenai tahapan penelitian yang
dilaksanakan.
Siklus I
Siklus II
Gambar 4. Siklus Penelitian Tindakan Kelas (Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi, 2006: 74)
Permasalahan Perencanaan
Tindakan I
Pelaksanaan
Tindakan I
Pengamatan/
Pengumpulan Data
Refleksi I
Perencanaan
Tindakan II
Permasalahan Baru hasil Refleksi
Pelaksanaan Tindakan II
Pengamatan/ PengumpulanDa
ta
Refleksi II
Apabila Permasalahan Belum Terselesaikan
Dilanjutkan ke Siklus Berikutnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Keterangan:
1. Perencanaan Tindakan
Berdasarkan hasil identifikasi dan penetapan masalah peneliti dan guru
kemudian berdiskusi untuk menemukan alternatif. Alternatif yang disepakati
antara peneliti dan guru adalah penerapan pendekatan proses dalam pembelajaran
membaca intensif. Pada tahap ini peneliti menyajikan data yang telah
dikumpulkan kemudian bersama guru menentukan solusi yang tepat berdasarkan
masalah yang dihadapi. Tahap perencanaan tindakan meliputi:
a. membuat skenario pembelajaran;
b. mempersiapkan sarana pembelajaran;
c. mempersiapkan instrumen penelitian; dan
d. mengajukan solusi alternatif berupa penerapan metode SQ3R dalam
pembelajaran membaca intensif.
2. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan dilakukan dalam pembelajaran membaca intensif dengan
menerapkan metode SQ3R. Dalam setiap tindakan yang dilakukan selalu diikuti
dengan kegiatan pengamatan dan evaluasi serta analisis dan refleksi. Pada tahapan
ini, peneliti mengadakan pengamatan apakah tindakan yang telah dilakukan dapat
mengatasi masalah yang ada. Selain itu, pengamatan dilakukan untuk
mengumpulkan data yang nantinya diolah untuk menentukan tindakan yang akan
dilakukan selanjutnya.
3. Observasi
Observasi ini dilakukan dengan mengamati dan menginterpretasikan
aktivitas penerapan pendekatan proses dalam pembelajaran membaca intensif.
Dalam kegiatan ini, peneliti berperan sebagai partisipan pasif. Maksudnya,
peneliti berada dalam lokasi penelitian namun tidak berperan aktif. Peneliti hanya
mengamati dan mencatat segala aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa
pada saat pembelajaran membaca. Setelah itu, peneliti mengolah data untuk
mengetahui ada atau tidak peningkatan kualitas hasil dan proses pembelajaran
membaca intensif dengan penerapan metode SQ3R tersebut, juga untuk
mengetahui kelemahan yang mungkin muncul.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
4. Analisis dan Refleksi
Tindakan ini dilakukan dengan menganalisis atau mengolah data hasil
observasi dan interpretasi sehingga diperoleh kesimpulan bagian yang perlu
diperbaiki dan bagian mana yang sudah mencapai tujuan penelitian. Dalam
melakukan refleksi, peneliti bekerjasama dengan guru sebagai kolaborator. Selain
itu, peneliti dengan guru juga mengadakan diskusi untuk menentukan langkah-
langkah perbaikan (solusi pemecahan masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan
yang telah dilakukan). Setelah itu ditarik kesimpulan terhadap penelitian yang
telah dilakukan berhasil atau tidak sehingga berdasarkan kesimpulan tersebut
peneliti dan guru dapat menetukan langkah selanjutnya.
I. Indikator Keberhasilan Tindakan
Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan
dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian (Suwandi, 2011: 66).
Indikator yang dijadikan sebagai tolak ukur dalam suatu proses pembelajaran
dapat dikatakan berhasil apabila daya serap terhadap bahan pelajaran yang
diajarkan mencapai prestasi tinggi dan perilaku yang digariskan dalam tujuan
pengajaran telah dicapai siswa baik individu maupun kelompok. Indikator yang
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatnya kualitas proses dan hasil
belajar dalam pembelajaran membaca intensif. Kualitas pembelajaran dapat dilihat
dari segi proses dan segi hasil. Proses pembelajaran dikatakan berhasil jika
seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat
secara aktif, baik fisik, mental, sosial selama proses pembelajaran. Selain itu,
siswa juga menunjukkan kegairahan dan semangat yang tinggi terhadap
pembelajaran. Dilihat dari segi hasil pembelajaran dikatakan berhasil jika
seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagaian besar (75%) siswa mengalami
perubahan positif dan output yang bermutu tinggi serta mendapat ketuntasan
sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Kualitas proses yang diukur dalam penelitian ini dilihat dari motivasi siswa
dalam membaca intensif yang memperlihatkan kesungguhan, semangat dan
antusias siswa, sedangkan kualitas hasilnya adalah kemampuan siswa dalam
membaca intensif. Siswa dikatakan berhasil (tuntas) dalam membaca intensif jika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
mendapatkan nilai 70 dan siswa yang mendapatkan nilai di bawah 70
dinyatakan belum tuntas (KKM yang ditetapkan adalah 70). Berdasarkan hal
tersebut maka indikator dalam penelitian ini dirumuskan seperti pada tabel
berikut.
Tabel 5. Indikator Kinerja Penelitian
Aspek yang diukur
Persentase pencapaian pada
siklus akhir Cara mengukur
Motivasi siswa
dalam membaca
intensif dengan
metode SQ3R
Kemampuan siswa
dalam membaca
intensif
75%
75%
Diamati saat pembelajaran
dengan menggunakan lembar
observasi oleh peneliti dan
dihitung dari jumlah siswa
yang memperlihatkan
kesungguhan, semangat dan
antusias dalam membaca
intensif dengan SQ3R
Dihitung dari jumlah siswa
yang memperoleh nilai 70
dalam membaca intensif.
Siswa yang mendapat nilai
70 dinyatakan telah
mencapai ketuntasan belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 56
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan
Pelaksanaan pratindakan ini dilaksanakan pada hari Selasa, 6 Maret
2012 selama 2 jam pelajaran (2 x 35 menit) di ruang kelas V SD Negeri 1 Jetis,
Kabupaten Karanganyar. Dalam pelaksanaannya, guru bertindak sebagai
pemimpin jalannya kegiatan belajar mengajar, sedangkan peneliti melakukan
observasi terhadap proses pembelajaran. Peneliti bertindak sebagai partisipan
pasif dengan duduk di kursi paling belakang untuk mengamati jalannya
pembelajaran. Dalam pra siklus ini peneliti melakukan beberapa langkah, yakni:
(1) mengamati proses pembelajaran membaca intensif di kelas V (observasi); (2)
wawancara dengan guru; dan (3) wawancara dengan siswa.
Saat proses pembelajaran berlangsung, siswa terlihat pasif. Beberapa siswa
memang tampak memperhatikan keterangan guru namun tidak sedikit pula siswa
yang menguap, bosan, menopang dagu, serta sibuk beraktivitas sendiri. Dari hasil
pantauan peneliti dengan lembar observasi, diketahui bahwa siswa yang aktif
dalam pembelajaran sebanyak 10 siswa (29%) dari keseluruhan siswa yang
berjumlah 35 siswa. Dengan kata lain, sebanyak 25 siswa (71%) siswa tidak aktif
dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil pekerjaan siswa, diperoleh 10 siswa (29%)
sudah dapat membaca intensif dengan baik, yaitu mendapatkan nilai 70
sedangkan 25 siswa (71%) perlu perbaikan.
Sebenarnya guru sudah berusaha untuk mengaktifkan siswa, tetapi kurang
berhasil. Guru sudah memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya, tetapi tidak
ada siswa yang memanfaatkan kesempatan tersebut. Karena tidak ada pertanyaan,
guru menugaskan siswa untuk membaca. Saat membaca, siswa tampak masih
bingung dalam memahami isi bacaan. Beberapa siswa bertanya pada temannya
sehingga suasana kelas sedikit gaduh. Setelah ditegur guru, kelas kembali tenang.
Pekerjaan siswa dikumpulkan sesaat setelah bel pergantian jam pelajaran
berbunyi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Jika dicermati, pembelajaran tersebut masih bersifat konvensional.
Pembelajaran masih berpusat pada guru meskipun siswa diberi kesempatan untuk
bertanya. Metode yang diterapkan pun kurang bervariasi. Ceramah masih
mendominasi kegiatan pembelajaran. Penugasan digunakan guru sebagai kegiatan
evaluasi pembelajaran. Sehubungan dengan metode yang dipilih guru dalam
pembelajaran, diakui guru saat wawancara, beliau belum menemukan metode
yang tepat dan mudah untuk mengajarkan materi membaca intensif.
Melihat kenyataan tersebut, tidak mengherankan jika siswa tampak tidak
aktif selama proses pembelajaran. Metode yang konvensional dan tidak bervariatif
membuat siswa jenuh dan enggan mengikuti pembelajaran membaca intensif yang
berujung pada hasil yang kurang memuaskan.
Dari hasil wawancara yang dilakukan pada siswa diketahui bahwa
pembelajaran membaca intensif memang membosankan. Guru selalu
menggunakan metode ceramah untuk menyampaikan materi. Di akhir
pembelajaran, guru selalu memberikan tugas sebagai evaluasi. Selain
menyebabkan kejenuhan, metode tersebut tidak memudahkan siswa untuk
memahami materi meskipun materi tersebut diajarkan berulang-ulang oleh guru.
Dari wawancara tersebut juga diketahui bahwa kesulitan terbesar siswa dalam
membaca intensif disebabkan oleh tidak adanya motivasi untuk membaca. Siswa
cenderung malas kalau disuruh membaca tidak ada keinginan untuk membaca.
Ada juga beberapa siswa yang sudah memiliki motivasi untuk membaca tetapi
kurang memperhatikan isi dari teks yang dibaca, sehingga siswa itu cenderung
hanya membaca teks saja tanpa memahami isi bacaan dengan baik.
Dari pretes yang dilakukan pada pratindakan diketahui bahwa
kemampuan membaca intensif kelas V SD Negeri 1 Jetis, Kabupaten Karanganyar
tergolong rendah. Rendahnya kemampuan membaca intensif tersebut tampak
dalam indikator berikut:
1) siswa tidak termotivasi untuk membaca;
2) siswa tidak bisa memahami isi teks yang dibaca dengan baik;
3) pemanfaatan potensi kata kurang;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
4) siswa menganggap remeh pelajaran membaca;
5) kemampuan membaca intensif siswa sangat rendah; dan
6) sebagian besar siswa belum mencapai batas minimal ketuntasan hasil belajar.
Berdasarkan hasil observasi terhadap proses pembelajaran tersebut,
diperoleh gambaran yang menunjukkan motivasi siswa selama kegiatan belajar-
mengajar berlangsung, yaitu sebagai berikut:
1) siswa yang tampak termotivasi selama proses pembelajaran sebanyak 10 siswa
(29%), sedangkan siswa lainnya sebanyak 25 siswa (71%) tampak diam,
berbicara dengan temannya, melamun, dan sibuk sendiri (memainkan pulpen,
buku, dan penggaris);
2) berdasarkan hasil pekerjaan siswa, diperoleh 10 siswa (29%) sudah dapat
membaca intensif yang mencapai KKM yaitu mendapatkan nilai 70
sedangkan 25 (71%) siswa yang lain masih perlu perbaikan. Hal ini
disebabkan karena siswa belum memahami sepenuhnya tentang membaca
yang baik dan benar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 6. Nilai Membaca Intensif Siswa pada Pratindakan
No Nilai Frekuensi Presentase
1 80 2 6%
2 70 8 23%
3 60 15 43%
4 50 10 28%
Jumlah 35 100%
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa nilai membaca intensif pada pra
siklus adalah siswa yang mendapat nilai 80 berjumlah 2 siswa atau 6%.
Selanjutnya, siswa yang mendapat nilai 70 berjumlah 38 siswa atau 23%, siswa
yang mendapat nilai 60 berjumlah 15 siswa atau 43%. Sedangkan siswa yang
mendapat nilai 50 berjumlah 10 siswa atau 28%. Capaian nilai terendah yang
diperoleh siswa adalah 50, sedangkan nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
80. Secara keseluruhan, siswa yang sudah mencapai kriteria ketuntasan minimal
yang ditentukan 70 berjumlah 10 siswa, sedangkan siswa yang belum mencapai
kriteria ketuntasan minimal berjumlah 25 siswa.
B. Hasil Penelitian
Berdasarkan pada pratindakan yang dilakukan diketahui bahwa ada dua
permasalahan utama yang menyebabkan banyak siswa tidak mencapai batas
minimal ketuntasan belajar. Permasalahan pertama adalah motivasi pembelajaran
siswa rendah. Permasalahan kedua adalah kemampuan dan pemahaman siswa
dalam membaca intensif masih rendah.
Proses penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus yang masing-masing
terdiri atas empat tahapan, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3)
observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi.
1. Siklus Pertama
a. Perencanaan Tindakan
Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 10 Maret 2012 di ruang guru.
Peneliti dan guru kelas mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan
dalam proses penelitian ini. Kemudian disepakati bahwa pelaksanaan tindakan
pada sikus pertama akan dilaksanakan pada hari Selasa, 13 Maret 2012 (dua jam
pelajaran).
Tahap perencanaan pada siklus I meliputi kegiatan sebagai berikut:
1) Peneliti mengusulkan penerapan metode SQ3R, yaitu dengan menggunakan
metode yang terdiri dari lima tahapan dalam membaca survey (membaca
sekilas), question (membuat pertanyaan), read (membaca), recite
(menceritakan kembali), dan review (meninjau ulang). Langkah-langkah yang
ditempuh pada siklus pertama antar lain:
a) guru membuka pelajaran dengan ucapan salam;
b) guru mengondisikan kelas;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
c) guru melakukan apersepsi mengenai pengalaman siswa dalam membaca
intensif melalui kegiatan tanya jawab;
d) guru menerangkan tentang membaca sekilas kepada siswa disertai dengan
contoh;
e) guru menerangkan tentang membuat pertanyaan kepada siswa diserati
dengan contoh;
f) guru menerangkan tentang tahap membaca kepada siswa disertai dengan
contoh;
g) guru menerangkan kepada siswa tetahap menyatakan kembali isi bacaan
dengan menjawab pertanyaan yang sudah dibuat pada tahap kedua disertai
dengan contoh;
h) guru menerangkan tahap meninjau ulang dengan membuat rangkuman isi
bacaan disertai dengan contoh;
i) guru menugasi siswa untuk membaca sebuah artikel yang dibagikan guru;
j) guru menugasi siswa untuk menceritakan kembali isi artikel yang
dibacanya dan menjawab pertanyaan yang sudah disediakan guru;
k) guru menugasi beberapa siswa untuk membacakan hasil pekerjaan di
depan kelas;
l) guru mengumpulkan hasil pekerjaan siswa;
m) guru bersama siswa merefleksi pembelajaran yang sudah dilaksanakan;
n) guru menyimpulkan pembelajaran, siswa boleh bertanya; dan
o) guru menutup pelajaran dengan ucapan salam.
2) Peneliti dan guru menentukan metode pembelajaran yang lebih menarik siswa
dan memudahkan siswa dalam memahami pembelajaran.
3) Peneliti dan guru bersama-sama menyusun rancangan pembelajaran (RPP)
untuk siklus I
4) Peneliti dan guru merumuskan indikator pencapaian tujuan.
5) Peneliti dan guru bersama-sama membuat lembar penilaian siswa, yaitu
instrumen penelitian berupa tes dan nontes. Instrumen tes digunakan untuk
menilai hasil dari pekerjaan siswa (penilaian hasil), dan instrumen nontes
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
digunakan untuk menilai sikap siswa (penilaian proses) dalam pembelajaran
membaca intensif. Instrumen untuk menilai kualitas proses pembelajaran
membaca intensif, dinilai berdasarkan rubrik penilaian proses pembelajaran
motivasi (sikap) membaca intensif siswa selama kegiatan pembelajaran
berlangsung. Dari kegiatan diskusi disepakati pula bahwa tindakan dalam
siklus I dilaksanakan dalam satu kali pertemuan yaitu, Selasa,13 Maret 2012
b. Pelaksanaan Tindakan
Seperti yang telah direncanakan, tindakan siklus I dilaksanakan dalam
satu kali pertemuan, yaitu: Senin, 13 Maret 2012 di ruang kelas V SD Negeri 1
Jetis, Kabupaten Karanganyar. Masing-masing pertemuan berlangsung 2 x 35
menit. Pada pertemuan pertama, tindakan dilaksanakan pada pukul 07.00 - 08.10
(jam 1-2).
Adapun urutan pelaksanaan tindakan I pada pertemuan pertama ini
meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
1) guru membuka pelajaran dengan mengucap salam dan melakukan presensi;
2) guru melakukan apersepsi mengenai pengalaman siswa dalam membaca
intensif melalui kegiatan tanya jawab;
3) guru menerangkan dan memberi contoh tentang membaca sekilas kepada
siswa, membaca sekilas ini bertujuan untuk mengetahui gambaran secara
umum tentang isi bacaan;
4) guru menerangkan tahap membuat pertanyaan kepada siswa, tahap membuat
pertanyaan ini bertujuan untuk melatih cara berpikir siswa, pada tahap
membuat pertanyaan dengan menggunakan rumus 5W1H yang meliputi apa.
siapa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana, kemudian guru memberikan
contoh cara membuat pertanyaan; berikut contoh yang di jelaskan guru
dengan bacaan yang berjudul “Rem Blong Sumber Kencono Menabrak
Pembatas Jalan”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
5) guru menerangkan tahap membaca kepada siswa, pada tahap membaca ini
guru memberikan pengertian kegiatan membaca dilakukan untuk mengetahui
secara jelas isi bacaan;
6) guru menerangkan tahap menyatakan kembali isi bacaan dengan cara
menjawab pertanyaan yang sudah dibuat pada tahap kedua, menyatakan
kembali ini bertujuan untuk melatih daya ingat siswa, kemudian guru
memberikan contoh tahap menyatakan kembali kepada siswa;
7) Guru menerangkan tahap meninjau ulang kepada siswa dengan cara membuat
rangkuman isi bacaan, tahap meninjau ulang ini bertujuan untuk melatih daya
ingat siswa, kemudian guru memberikan contoh cara meninjau ulang;
- Apa isi bacaan di atas?
- Kapan peristiwa itu terjadi?
- Dimana kecelakaan itu terjadi?
- Siapa korban dari kecelakaan itu?
- Mengapa kecelakaan itu bisa terjadi?
- Bagaimana keadaan korban kecelakaan itu?
- Isi dari bacaan di atas adalah kecelakaan yang merenggut 10 nyawa.
- Peristiwa itu terjadi pada hari minggu, 12 Januari 2102
- Kecelakaan terjadi di Jalan Hasanudin Boyolali
- Korban kecelakaan adalah supir bis dan penumpang bis Sumber Kencono
- Kecelakaan terjadi disebabkan oleh kecerobohan supir bis.
- Keadaan korban kecelakaan saat ini masih dirawat di Rumah Sakit.
Bis Sumber Kencono lagi-lagi mengalami kecelakaan. Kecelakaan terjadi pada hari minggu, 12 Januari 2012, saat bis melaju ke arah Boyolali. Saat itu bis dalam keadaan rem blong dan akhirnya supir tidak bisa mengendalikan bisnya. Akhirnya bis menabrak pembatas jalan. Tidak ada korban tewas dalam kecelakaan ini, akan tetapi banyak korban di rawat di RS terdekat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
8) guru menugasi siswa untuk membaca intensif sebuah artikel yang dibagikan
guru dengan judul “Budidaya Belut Dalam Tong” dengan tahap-tahap
membaca sekilas isi bacaan, membuat pertanyaan, membaca, menyatakan
kembali, meninjau ulang yang sudah dijelaskan guru;
9) siswa mengerjakan pelatihan soal untuk mengetahui kemampuan membaca
intensif siswa;
10) guru mengumpulkan hasil pekerjaan siswa;
11) guru dan siswa membahas pelatihan soal yang dikerjakan siswa;
12) guru melakukan refleksi kepada siswa bahwa membaca intensif dengan tahap
membaca sekilas, membuat pertanyaan, membaca, menyatakan kembali, dan
meninjau ulang membuat siswa lebih mudah dalam memahami isi bacaan.
Dalam tahap ini, guru bertindak sebagai pemimpin jalannya kegiatan
pembelajaran membaca intensif di dalam kelas, sedangkan peneliti hanya
bertindak sebagai partisipan aktif.
c. Observasi
Observasi dilaksanakan saat pembelajaran membaca intensif dengan
metode membaca sekilas, membuat pertanyaan, membca, menyatakan kembali,
meninjau ulang (SQ3R) berlangsung pada hari Selasa,13 Maret 2012 pukul 07.00
- 08.10 WIB (jam ke 1 – 2). Observasi difokuskan pada situasi pelaksanaan
pembelajaran, kegiatan yang dilaksanakan guru serta aktivitas siswa dalam
pembelajaran membaca intensif. Pada saat observasi, peneliti bertindak sebagai
partisipan pasif dan duduk dibangku paling belakang. Sesekali, peneliti berada di
samping kelas untuk mengambil gambar.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti diperoleh hasil sebagai
berikut; guru membuka pelajaran dengan salam kemudian melakukan presensi
dengan menanyakan siswa yang tidak masuk. Jumlah siswa yang hadir pada hari
itu 35 orang. Langkah selanjutnya, guru bertanya jawab dengan beberapa siswa
mengenai pengalaman mereka dalam membaca intensif. Beberapa siswa
mengungkapkan kurang begitu suka dengan membaca.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Setelah itu, guru membagikan artikel. Kemudian menjelaskan tentang
tahap-tahap membaca yang meliputi membaca sekilas, membuat pertanyaan,
membaca, menyatakan kembali, dan meninjau ulang. Para siswa terlihat antusias
menanggapi penjelasan guru. Hal ini dikarenakan metode yang di jelaskan guru
adalah hal yang baru bagi mereka. Guru meminta siswa langsung mempraktekkan
tahap-tahap membaca sekilas, membuat pertanyaan, membaca, menyatkan
kembali, meninjau ulang pada artikel yang telah diberikan. Pada saat langkah
siswa diminta membaca sebentar artikel tersebut, kemudian artikel ditutup. Guru
memberikan beberapa pertanyaan.seputar bacaan untuk mengetahui kemampuan
siswa dalam mensurvei. Ada 3 siswa yang angkat tangan menjawab pertanyaan
guru tersebut. Langkah selanjutnya, guru menjelaskan tahap membuat pertanyaan
dan memberi contoh cara membuat pertanyaan yaitu dengan menggunakan rumus 5W1H.
Lalu siswa membuat pertanyaan berdasarkan artikel tersebut. Setelah selesai, guru
menjelaskan langkah membaca, pada tahap ini guru menekankan kepada siswa
bahwa kegiatan membaca bukan langkah pertama namun merupakan langkah
ketiga. Setelah selesei membaca guru menjelaskan langkah menyatakan kembali
dengan cara menjawab pertanyaan yang sudah dibuat pada tahap kedua. Siswa
menjawab pertanyaan yang sudah dibuat pada tahap kedua. Setelah itu guru
menjelaskan tentang bgaimana membuat rangkuman isi dari bacaan atau tahap
meninjau ulang, siswa membuat ranngkuman isi bacaan dengan menggunakan
kata-kata sendiri. Kemudian siswa mengerjakan pelatihan soal untuk mengetahui
kemampuan membaca intensif siswa. Guru dan siswa membahas pelatihan
soalnya. Pada tahap terakhir, guru melakukan refleksi kepada siswa bahwa dengan
membaca sekilas, membuat pertanyaan, membaca, menyatakan kembali, dan
meninjau ulang itu bisa mempermudah siswa dalam memahami isi bacaan. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Tabel 7. Pencapaian Indikator Pada Siklus I
No Aspek Persentase
1 Motivasi membaca sekilas, membuat pertanyaan, membaca intensif, menyatakan kembali, meninjau ulang.
52%
2 Kemampuan Membaca Intensif Siswa
57%
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran membaca
intensif diperoleh gambaran ketercapaian indikator pelaksanaan siklus I sebagai
berikut;
1) Siswa yang tampak termotivasi dalam membaca sekilas, membuat pertanyaan,
membaca, menyatakan kembali, meninjau ulang sebanyak 18 siswa (52%),
sedangkan 17 siswa (48%) belum mampu menrapkan membaca sekilas,
mebuat pertanyaan, membaca dengan baik, menyatakan kembali, dan
meninjau ulang isi bacaan;
2) berdasarkan proses pembelajaran membaca intensif, diketahui siswa yang
sudah dapat membaca intensif dengan baik dan telah mencapai ketuntasan
belajar sebanyak 20 siswa (57%), sedangkan 15 siswa (43%) lainnya belum
tuntas karena masih mendapatkan di bawah 70 (KKM).
d. Analisis dan Refleksi
Berkaitan dengan hasil observasi yang menunjukkan bahwa indikator
penelitian ini belum tercapai, peneliti dan guru berupaya menggali faktor
penyebab fenomena tersebut, kemudian melakukan analisis dan refleksi bersama-
sama. Adapun hasilnya sebagai berikut.
1) Saat tahap membaca sekilas tampak siswa masih kurang bisa menerapkannya
dengan baik. Masih ada beberapa siswa yang hanya membaca judulnya saja,
ada yang hanya membaca paragraf awal saja dan tidak bersungguh-sungguh
dlaam melakukan membaca sekilas.
2) Pada tahap membuat pertanyaan, siswa masih terlihat bingung dan banyak
yang bertanya kepada teman lain saat mengerjakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
3) Pada tahap membaca siswa masih ramai sendiri, aktivitas membaca yang
dilakukan siswa terlihat begitu dipaksakan sehingga kemauan untuk membaca
artikel yang diberikan tidak tumbuh dari kemauannya sendiri melainkan atas
paksaan
4) Pada tahap menyatakan kembali siswa juga terlihat sangat tidak antusias,
siswa hanya mencontoh pekerjaan teman lain tidak mau mengerjakan sendiri.
5) Pada tahap membuat rangkuman siswa juga kurang termotivasi, karena siswa
hanya mencontoh hasil pekerjaan teman lain yang sudah selesei tidak mau
berpikir untuk membuat rangkuman sendiri.
6) Pada tahap pelatihan soalnya siswa juga kurang termotivasi saat mengerjakan,
siswa sering bertanya kepada teman lain untuk menjawab pertanyan yang
sudah dibagikan guru.
Berdasarkan analisis tersebut, berikut ini dikemukakan refleksi dari
kekurangan yang ditemukan.
1) Guru akan membimbing siswa saat membaca sekilas sebelum kegiatan
membaca dilakukan, agar siswa termotivasi untuk melakukan kegiatan
membaca sekilas.
2) Guru akan menjelaskan kembali bagaimana cara membuat pertanyaan dan
memberikan contoh cara membuat pertanyaan dengan rumus 5W1H kepada
siswa, agar siswa tidak bingung lagi dalam membuat pertanyaan.
3) Guru akan membimbing siswa untuk membaca dengan serius. Dan guru
memberikan bacaan yang bervariatif agar siswa tidak bosan membaca, dan
siswa lebih termotivasi untuk membaca karena kemauan sendiri bukan sekedar
paksaan.
4) Guru akan menjelaskan kembali tahap menyatakan kembali dengan
menjawab pertanyaan yang sudah dibuat pada tahap kedua, agar siswa
termotivasi untuk mengerjakan dan tidak bertanya kepada teman lain saat
mengerjakan.
5) Guru akan menjelaskan kembali tahap meninjau ulang dengan membuat
rangkuman isi bacaan, agar siswa tidak bingung dalam mengerjakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
6) Guru akan memberikan penghargaan bagi siswa yang mengerjakan pelatihan
soal benar semua, hal itu untuk memotivasi siswa pada saat mengerjakan
pelatihan soal.
Adapun dari hasil belajar membaca intensif siswa. Pada siklus I, diketahui
bahwa terjadi peningkatan kemampuan membaca siswa. Hal ini ditandai dengan
jumlah siswa yang mendapatkan nilai tuntas pada siklus I lebih banyak dari pada
obeservasi awal, yaitu siswa yang tuntas pada saat observasi awal berjumlah 10
siswa dan setelah diberi tindakan menjadi 20 siswa (57%). Selain dari hasil
pembelajaran, peningkatan juga terlihat pada proses belajar, sudah terlihat
peningkatan motivasi siswa. Motivasi siswa pada saat guru menjelaskan materi
pada siklus I sudah mengalami peningkatan dibandingkan pada waktu observasi
awal. Peningkatan memang terjadi pada beberapa indikator yang telah ditentukan
dibandingkan pada saat survei awal. Akan tetapi, dalam siklus ini hanya 20 siswa
yang telah tuntas sedangkan sisanya masih jauh dari batas minimal ketuntasan
yang telah ditetapkan (nilai minimal ketuntasan adalah 70). Oleh karenanya, perlu
dilaksanakan siklus II untuk memperbaiki proses dan hasil belajar pada siklus I.
Siklus II akan dilaksanakan pada hari Selasa, 20 Maret 2012.
2. Siklus Kedua
a. Perencanaan Tindakan
Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 17 Maret 2012 di kantor
guru. Peneliti dan guru sepakat bahwa pelaksanaan tindakan selanjutya, pada
siklus II akan dilaksanakan pada hari Selasa, 20 Maret 2012. Kemudian peneliti
dan guru mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilaksanakan dalam
proses penelitian selanjutnya. Dalam kesempatan ini, peneliti juga menyampaikan
beberapa kelebihan dan upaya mengatasi kekurangan yang terdapat pada siklus I.
Kelebihan yang sudah mulai tampak selama berlangsunya proses
pembelajaran membaca intensif sebagai berikut.
1) Siswa sudah mulai diberi tindakan (treatment) yang inovatif, yaitu metode
membaca sekilas, membuat pertanyaan, membaca, menmyatakan kembali,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
meninjau ulang , yang akan mempermudah siswa dalam pemahaman membaca
intensif.
2) Siswa mulai tertarik dengan teknik mengajar guru melalui metode membaca
sekilas, membuat pertanyaan, membaca, menyatkan kembali, dan meninjau
ulang yang dikemas secara aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan dengan
melakukan apersepsi yang dapat membangkitkan semangat siswa.
Untuk mengatasi kekurangan-kekurangan pada siklus I, akhirnya disepakati hal-
hal yang sebaiknya dilakukan guru dalam mengajarkan membaca intensif pada
siswa. Hal-hal yang disepakati antara lain:
1) guru lebih banyak berinteraksi dengan siswa, posisi guru tidak hanya di depan
kelas;
2) guru akan menjelaskan kembali tahap-tahap membaca sekilas, membuat
pertanyaan dengan rumus 5W1H, agar siswa tidak bertanya lagi dengan
temannya saat mengerjakan,
3) guru akan memberikan bacaan yang bervariatif, agar siswa lebih termotivasi
dalam membaca.
4) guru akan memberikan penjelasan saat menyatakan kembali dan membuat
rangkuman, agar siswa lebih mandiri saat mengerjakan,
5) guru akan memberikan penghargaan bagi siswa yang bisa mengerjakan
pelatihan soal dengan benar semua, hal ini kan menumbuhkan motivasi siswa
untuk mengerjakan pelatihan soal dengan serius.
Disepakati bahwa tindakan siklus II dilaksanakan dalam satu kali
pertemuan, yaitu senin 20 Maret 2012 di ruang kelas V SD Negeri 1 Jetis,
Kabupaten Karanganyar.
Pembelajaran membaca intensif siklus II ini rencananya akan dilaksanakan
dengan urutan sebagai berikut:
1) Peneliti bersama guru merancang skenario pembelajaran membaca intensif
dengan metode membaca sekilas, membuat pertanyaan, membaca,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
menyatakan kembali, dan meninjau ulang. Langkah-langkah yang ditempuh
antara lain:
a) guru membuka pelajaran dengan ucapan salam;
b) guru mengondisikan kelas dengan presensi;
c) guru melakukan apersepsi dengan bertanya jawab kepada siswa tentang
cita-cita yang mereka inginkan agar siswa tersebut rajin belajar;
d) guru memberikan motivasi pada siswa untuk rajin membaca, karena
membaca sangat penting untuk pemahamn siswa;
e) guru memberi contoh membaca intensif dengan menerapkan tahap-tahap
membaca , guru menjelaskan bagaimana cara membaca sekilas isi bacaan
yang berguna untuk mengetahui keseluruhan isi dari bacaan, kemudian
guru mengajarkan bagaimana membuat pertanyaan sesuai dengan isi
bacaan, pertanyaan itu cukup menggunakan pedoman 5W+1H (apa,
siapa, mengapa, kapan, di mana dan bagaimana), guru mengajarkan tahap
membaca, pada tahap membaca ini diharusakna siswa membaca dengan
keadaan tenang dan harus teliti membaca, kemudian tahap keempat yaitu
menjawab pertanyaan yang sudah dibuat pada tahap question hal ini
bertujuan untuk mengingat kembali apa yang sudah dibaca, tahap
terakhir adalah tahap meninjau ulang, tahap ini siswa harus membuat
rangkuman isi dari keseluruhan teks yang sudah dibacanya, jika ada
yang belum memahami bisa ditanyakan kepada guru.
f) guru merefleksi beberapa hasil pekerjaan siswa di depan kelas pada
siklus I;
g) guru menanyakan kesulitan yang dihadapi siswa dalam membaca intensif
pada siklus I;
h) guru menugasi siswa untuk membaca artikel yang sudah dibagi guru
dengan judul “Usaha Kesehatan Sekolah” dengan langkah-langkah yang
sudah dijelaskan oleh guru dan mengerjakan pelatihan soalnya;
i) guru mengumpulkan hasil pekerjaan siswa;
j) guru menyimpulkan pembelajaran, merefleksi bersama siswa; dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
k) guru menutup pelajaran dengan ucapan salam.
2) Peneliti dan guru sepakat untuk tetap menggunakan metode membaca sekilas,
membuat pertanyaan, membaca, menyatkan kembali, dan meninjau ulang,
untuk membaca intensif.
3) Peneliti dan guru bersama-sama menyusun rancangan pembelajaran (RPP)
untuk siklus II
4) Peneliti dan guru merumuskan indikator pencapaian tujuan.
5) Peneliti dan guru bersama-sama membuat lembar penilaian siswa, yaitu
instrumen penelitian berupa tes. Instrumen tes digunakan untuk menilai hasil
membaca siswa (penilaian hasil), dan instrumen nontes digunakan untuk
menilai motivasi sikap siswa (penilaian proses) dalam pembelajaran
membaca intensif. Instrumen untuk menilai kualitas proses pembelajaran
membaca intensif.
b. Pelaksanaan Tindakan
Seperti yang telah direncanakan tindakan siklus II dilaksanakan dalam
satu kali pertemuan yaitu Selasa, 20 Maret 2012 di ruang kelas V SD Negeri 1
Jetis, Kabupaten Karanganyar. Masing-masing pertemuan berlangsung 2 x 35
menit. Pada tindakan dilaksanakan pada pukul 07.00 - 08.10 WIB (jam 1 - 2).
Langkah-langkah yang dilakukan guru dalam pembelajaran membaca intensif
pada tindakan siklus II adalah sebagai berikut:
1) guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan melakukan
presensi;
2) guru mengondisikan kelas dengan melakukan presensi;
3) guru melakukan apersepsi dengan bertanya jawab kepada siswa tentang cita-
cita yang mereka inginkan agar siswa tersebut rajin belajar.
4) guru memberi motivasi pada siswa agar siswa rajin untuk membaca, karena
membaca sangat penting untuk pemahaman siswa;
5) guru merefleksi beberapa hasil pekerjaan siswa pada siklus I di depan kelas,
dengan merefleksi bersama, siswa akan mengetahui letak kesalahan yang
dilakukan dalam tahap-tahap membaca intensif dengan membaca sekilas isi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
bacaan, membuat pertanyaan isi bacaan, membaca isi bacaan, menyatkan
kembali, dan membuat rangkuman isi bacaan;
6) guru menanyakan kesulitan yang dihadapi siswa dalam membaca intensif
pada siklus I dan siswa menjawab pertnayaan guru seperti di tuliskan pada
tabel di bawah ini;
7) Guru menjelaskan kembali membaca sekilas isi bacaan, hal ini bertujuan
untuk mengetahui gambaran secara umum isi bacaan.. Contoh cara membaca
sekilas isi bacaan yaitu dengan melihat ide pokok dalam bacaan;
Dari tabel di atas, “Mustofa” salah satu siswa bisa memberikan contoh saat
membaca sekilas, dari hasil membaca sekilas itu pokok utama bacaan adalah
usaha lampu batik solo yang menembus pasar ekspor.
8) Guru menjelaskan kembali bagaimana membuat pertanyaan dengan rumus
5W1H sesuai dengan isi artikel bacaan,
Bisnis Lampu Batik
Berawal sebagai pekerjaan sampingan, Fajar Adhinata pemilik lampu Batik Solo ini sedang merintis agar hasil industri kreatifnya berupa lampu batik bisa menembus pasar ekspor. Dua tahun sudah lampu batik Solo ini meramaikan industri kreatif di kota Solo. Meski pasarnya belum terlalu berkembang, ia optimis potensi pasar untuk produk antik dan unik ini pasti ada. Apalagi saat ini batik sedang terkenal dan mencari ciri khas kota Solo.
Bisnis Lampu Batik
Berawal sebagai pekerjaan sampingan, Fajar Adhinata pemilik lampu Batik Solo ini sedang merintis agar hasil industri kreatifnya berupa lampu batik bisa menembus pasar ekspor. Dua tahun sudah lampu batik Solo ini meramaikan industri kreatif di kota Solo. Meski pasarnya belum terlalu berkembang, ia optimis potensi pasar untuk produk antik dan unik ini pasti ada. Apalagi saat ini batik sedang terkenal dan mencari ciri khas kota Solo.
"bu saya masih bingung pada tahap membuat pertanyaan, bisa ibu jelaskan kembali bu", kata Okta, salah satu siswa
Ilham juga bertanya, "bu kalau saya masih bingung pada tahap membuat rangkumanya"
Guru menjawab, "baiklah untuk lebih jelasnya ibu akan menjelaskan kembali metode membaca sekilas, mmembuat pertanyaan, membaca, menyatakna kembali, dan meninjau ulang, kalian perhatikan baik-baik ya."
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Dari bacaan di atas “Elly” (salah satu siswa) dapat membuat pertanyaan
dengan rumus 5W1H, seperti dibawah ini:
Apa isi bacaan di atas?
Siapa yang mengembangkan usaha bisnis lampu batik?
Selain di Solo bisnis lampu batik ini sudah dikenal dimana?
9) guru menjelaskan tahap membaca yang benar yaitu membaca secara intensif
seluruh isi bacaan dengan teliti dan juga konsentrasi, membaca yang baik
tidak perlu mennggerakkan bibir dan tanpa suara, jadi saat kegiatan membaca
keadaan kleas harus tenang dan tidak berisik, hal ini bertujuan untuk
mendapatkan hasil pemahaman yang maksimal.
10) Guru menjelaskan kembali tahap menyatakan kembali kepada siswa, pada
tahap menyatakan kembali ini siswa harus menjawab pertanyaan yang sudah
dibuat pada tahap kedua, tahap menyatakan kembali ini bertujuan untuk
melatih daya ingat siswa atas bacaan yang sudah dibacanya.
11) Guru memberikan contoh cara meninjau kembali isi bacaan dengan membuat
rangkuman isi bacaan dengan menggunakan kalimat masing-masing, dalam
membuat rangkuman tidak perlu panjang-panjang , ditulis pokok-pokok
kalimat yang penting saja, seperti contoh di bawah ini salah satu siswa
“Dyah” bisa memberikan contoh;
Isi bacaan di atas adalah usaha bisnis lampu batik di Solo.
Fajar Andhinata
bisnis lampu batik ini sudah dikenal di Jakarta
Dyah membuat rangkuman bacaan, sebagai berikut:
Bisnis Lampu Batik
Usaha bisnis lampu batik ini awalnya adalah pekerjaan sampingan Fajar Andhinata. Ternyata bisnis yang dikembangkan ini berkembang dengan baik. Bisnis ini sudah dikenal di luar Solo terutama di Jakarta. Fajar menggunakan bahan bahan kayu jati untuk di ukir motif batik sesuai selera pembeli. Harga perunit lampu batik ini berkisar antara RP 125.000-Rp250.000,- per unit sesuai dengan jenis lampunya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
12) Guru menugasi siswa membaca bacaan yang sudah di bagikan guru yang
berjudul “Usaha Kesehatan Sekolah” dan mengerjakan pelatihan soal yang
ada di bawahnya;
13) Setelah selesai mengerjakan, guru meminta siswa untuk mengumpulkan
pekerjaannya tersebut. Hal itu tercermin dalam catatan lapangan berikut ini.
14) Guru menggunakan sisa waktu untuk membahas pelatihan soal dengan siswa,
dengan cara saling menukarkan hasil pekerjaan siswa, kemudian siswa
memberi tanggapan pekerjaan temannya. Hal ini melatih siswa untuk mampu
mengidentifikasi kesalahan dalam hasil pekerjaannya;
15) guru memberikan umpan balik pekerjaaan siswa, siswa sudah tampak
memahami apa yang sudah dijelaskan oleh guru tentang membaca dengan
metode membaca sekilas, membuat pertanyaan, membaca, menyatakn
kembali, dan meninjau kembali, meskipun masih ada bebarapa siswa yang
masih ribut karena bertanya dengan temannya;
16) guru menyimpulkan pembelajaran; dan
17) guru menutup pelajaran dengan ucapan salam.
Pada tahap ini, guru bertindak sebagai pemimpin jalannya kegiatan
pembelajaran membaca intensif di dalam kelas, sedangkan peneliti hanya
bertindak sebagai partisipan pasif.
c. Observasi
Observasi dilaksanakan saat pembelajaran membaca intensif dengan metode
SQ3R berlangsung yaitu pada hari Selasa, 20 Maret 2012 pukul 07.00 - 08.10
WIB (jam ke 1 – 2). Seperti pada siklus I, observasi difokuskan pada situasi
pelaksanaan pembelajaran, kegiatan yang dilaksanakan guru serta aktivitas siswa
dalam pembelajaran membaca intensif dengan menggunakan pedoman observasi.
Pada saat observasi, peneliti bertindak sebagai partisipan pasif dan duduk di
“Sudah selesai semua?” guru bertanya pada siswa. “sudah” siswa menjawab
pertanyaan guru dengan serentak. “kalau sudah selesai kumpulkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
bangku paling belakang. Sesekali, peneliti berada di samping kelas untuk
mengambil gambar.
Tindakan dalam siklus II dilaksanakan selama satu kali pertemuan yaitu
pada hari Selasa, 20 Maret 2012 di ruang kelas V SD Negeri 1 Jetis, Kabupaten
Karanganyar. Dalam kegiatan ini, guru mengaplikasikan solusi yang telah
disepakati dengan peneliti untuk mengatasi kekurangan pada proses pembelajaran
membaca intensif pada siklus I. Adapun hasil pengamatan peneliti pada proses
pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus II adalah sebagai berikut.
Pada pembelajaran (Selasa, 20 Maret 2012) guru mengucapkan salam
kemudian menanyakan siswa yang tidak masuk. Pada kegiatan awal ini siswa
terlihat bersemangat. Langkah selanjutnya, guru melakukan apersepsi dengan
bertanya jawab kepada siswa tentang cita-cita yang mereka inginkan agar siswa
tersebut rajin belajar. Siswa tampak tertarik dengan apersepsi yang disampaikan
guru. Selanjutnya, guru memberikan motivasi pada siswa untuk rajin membaca,
karena membaca sangat penting untuk pemahaman siswa. Guru membagikan hasil
pekerjaan yang ditulis siswa pada siklus I. Kemudian siswa menyimak refleksi
yang dilakukan guru. Refleksi dilakukan guru pada beberapa hasil pekerjaan
siswa. Guru meminta beberapa siswa untuk maju ke depan kelas. Beberapa siswa
maju ke depan secara bergantian dan tampak percaya diri. Pada kegiatan tersebut
guru menunjukkan kesalahan-kesalahan dan kekurangan pada hasil pekerjaan
siswa. Refleksi ini dilanjutkan kegiatan tanya jawab dengan siswa mengenai
kesulitan siswa dalam membaca intensif. Siswa sudah terlihat tidak sungkan lagi
untuk bertanya.
Siswa merespons pertanyaan yang diberikan guru. Siswa pun banyak yang
mengajukan pertanyaan seputar kesulitan mereka dalam membaca intensif.
Kebanyakan siswa mengungkapkan bahwa kesulitan mereka adalah bingung
untuk membuat pertanyaan. Setelah itu, guru menerangkan lebih banyak tentang
bagaimana membuat pertanyaan, untuk pedoman yang digunakan untuk membuat
pertanyaan itu hanya apa, siapa, mengapa, kapan, dimana, dan bagimana atau
yang lebih dikenal dengan 5W1H serta memberikan contoh bagaimana membuat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
pertanyann dengan rumus 5W1H Guru juga menjelaskan bagiman membuat
rangkuman isi bacaan yaitu dengan mengambil ide-ide pokok yang terdapat dalam
bacaan tidak perlu panjang-panjang hanya diambil bagian yang penting saja. Pada
kegiatan ini, siswa terlihat antusias. Setelah itu, guru menugaskan kembali pada
siswa untuk membaca artikel yang dibagikan guru dengan metode membaca
sekilas, membuat pertanyaan, membaca, menyatakan kembali, dan meninjau
ulang. Guru memantau dan membimbing siswa saat mengerjakan. Setelah sielesei
siswa mengumpulkan pekerjaannya. Guru menyimpulkan pembelajaran yang
telah dilaksanakan lalu menutup dengan salam.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini:
Tabel 8. Pencapaian Indikator Pada Siklus II
No Aspek Persentase 1 Motivasi membaca sekilas, membuat
pertanyaan, membaca intensif, menyatakan kembali, meninjau ulang
57%
2 Kemampuan membaca intensif siswa 71%
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran membaca
intensif diperoleh gambaran ketercapaian indikator pelaksanaan siklus II sebagai
berikut;
1) Siswa yang tampak termotivasi membaca sekilas, membuat pertanyaan,
membaca, menyatakan kembali, dan meninjau ulang sebanyak siswa 20
(57%), sedangkan 15 siswa (43%) belum termotivasi saat membaca sekilas,
membuat pertanyaan, membaca, menyatakan kembali, dan meninjau ulang isi
bacaan;
2) berdasarkan proses pembelajaran membaca intensif, diketahui siswa yang
sudah mencapai ketuntasan belajar sebanyak 25 siswa (71%), sedangkan 10
siswa (29%) lainnya belum tuntas karena masih mendapatkan nilai dibawah
70 (KKM).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
d. Analisis dan Refleksi
Berkaitan dengan hasil observasi yang menunjukkan bahwa indikator
penelitian ini belum tercapai, peneliti dan guru berupaya menggali faktor
penyebab fenomena tersebut, kemudian melakukan analisis dan refleksi bersama-
sama. Adapun hasilnya sebagai berikut.
1) Siswa sudah termotivasi untuk membaca sekilas, meskipun ada bebarapa
siswa yang masih enggan melakukan membaca sekilas.
2) Sebagian besar siswa masih bingung saat membuat pertanyaan, hal ini
terlihat saat siswa mengerjakan masih banyak siswa yang bertanya kepada
temannya.
3) Siswa sudah termotivasi untuk membaca artikel yang sudah dibagikan
guru, hal in terlihat saat kegiatan membaca siswa sudah membaca secara
individu, meskipun masih ada beberapa siswa yang tidak konsentrasi saat
membaca.
4) Siswa sudah termotivasi saat menyatakan kembali, dengan menjawab
pertanyaan pada tahap kedua.
5) Siswa masih bingung saat membuat rangkuman hasil membaca, hal ini
terlihat saat siswa mengerjakan tahap ini terlihat gaduh karena banyak
yang bertanya ke teman lain.
Berdasarkan analisis tersebut, berikut ini dikemukakan refleksi dari
kekurangan yang ditemukan.
1) Guru akan membimbing siswa saat membaca sekilas, dan akan lebih
memotivasi siswa agar aktif saat membaca sekilas. Membaca sekilas itu
penting untuk mengetahui gambaran secara umum isi dari bacaan.
2) Guru akan menjelaskan kembali tahap membuat pertanyaan dengan rumus
5W1H kepada siswa disertai dengan contoh, tujuannya agar siswa jelas dan
tidak bingung lagi saat membuat pertanyaan. Guru akan membimbing siswa
membuat pertanyaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
3) Guru membimbing siswa agar siswa lebih serius dalam membaca. Dan guru
akan memotivasi siswa untuk melakukan kegiatan membaca, guru juga akan
menggunakan bacaan yang bervariatif agar siswa tidak bosan
4) Guru akan menjelaskann kembali tahap menyatakan kembali dengan
menjawab pertanyaan yang sudah dibuat pada tahap kedua, hal ini untuk
melatih daya ingat siswa. Guru akan membimbing siswa saat menyatakan
kembali.
5) Guru akan menjelaskan bagaimana cara membuat rangkuman kepada siswa
agar siswa tidak bingung lagi saat membuat rangkuman. Guru akan
membimbing siswa saat meninjau ulang.
Adapun dari hasil belajar membaca siswa siklus II diketahui bahwa
terjadi peningkatan kemampuan membaca siswa. Hal ini ditandai dengan jumlah
siswa yang mendapatkan nilai tuntas pada siklus II lebih banyak dari pada siklus I,
yaitu siswa yang tuntas pada siklus I berjumlah 20 siswa (57%) dan setelah diberi
tindakan menjadi 25 siswa (71%). Selain dari hasil pembelajaran, peningkatan
juga terlihat pada proses belajar, sudah terlihat peningkatan motivasi siswa.
Motivasi siswa pada saat kegiatan pembelajaran pada siklus II sudah mengalami
peningkatan signifikan dibandingkan pada siklus I.
Meskipun telah terjadi peningkatan yang cukup signifikan pada
beberapa indikator yang berhubungan dengan kemampuan proses maupun hasil
belajar siswa. Namun, dalam siklus ini siswa yang telah mendapatkan ketuntasan
belajar belum mencapai indikator yang telah ditentukan (siswa yang tuntas pada
siklus ini 25 siswa 71%). Oleh karenanya, perlu dilaksanakan siklus III untuk
memperbaiki proses dan hasil belajar pada siklus II. Siklus III akan dilaksanakan
pada hari Selasa, 27 Maret 2012.
3. Siklus Ketiga
a. Perencanaan Tindakan
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus II, disepakati bahwa siklus III
perlu dilaksanakan. Persiapan dan perencanaan tindakan dilakukan pada hari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Sabtu, 24 Maret 2012 di ruang guru SD Negeri 1 Jetis, Kabupaten Karanganyar.
Peneliti dan guru sepakat bahwa pelaksanaan tindakan selanjutya, pada siklus III
akan dilaksanakan pada hari Selasa, 27 Maret 2012. Dalam kesempatan ini,
peneliti kembali menyampaikan hasil observasi dan refleksi terhadap
pembelajaran membaca intensif yang dilakukan pada siklus II. Guru yang
bersangkutan menyampaikan segala kelebihan dan kekurangan proses
pembelajaran membaca intensif yang telah dilakukan pada siklus II.
Pembelajaran membaca intensif di siklus III ini rencananya akan
dilaksanakan dengan urutan sebagai berikut:
1) Peneliti bersama guru merancang skenario pembelajaran membaca intensif
dengan metode membaca sekilas, membuat pertanyaan, membaca,
menyatakan kembali, meninjau ulang.. Langkah-langkah yang ditempuh
antara lain:
a) guru membuka pelajaran dengan mengucap salam dan melakukan
presensi;
b) guru melakukan apersepsi dan memotivasi siswa;
c) guru membagikan hasil pekerjaan pada siklus II, kemudian direfleksi
bersama-sama, kali ini siswa diminta untuk menunjukkan letak kesalahan;
d) guru menanyakan kesulitan yang dihadapi siswa dalam membaca intensif
pada siklus II;
e) guru mengulas materi bagaimana cara membuat pertanyaan sesuai dengan
isi teks yaitu dengan pedoman 5W1H apa, siapa, kapan, di mana,
mengapa, dan bagiamana. Pedoman ini dirasa lebih mempermudah siswa
dalam mebuat pertanyaan agar siswa tidak bingung lagi;
f) guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok, setiap kelompok
terdiri dari 6 orang;
g) guru menugaskan untuk mengerjakan tugasnya sesuai dengan
kelompoknya masing-masing;
h) guru mengumpulkan pekerjaan siswa;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
i) hasil pekerjaan siswa saling ditukarkan dengan siswa yang lain.
Perwakilan siswa membacakan di depan kelas dan siswa lain memberi
tanggapan;
j) guru menyimpulkan pembelajaran; dan
k) guru menutup pelajaran dengan ucapan salam.
2) Peneliti dan guru sepakat untuk tetap metode membca sekilas, membuat
pertanyaan, membaca, menyatakan kembali, dan meninjau ulang, untuk
memudahkan siswa dalam memahami pembelajaran.
3) Peneliti dan guru bersama-sama menyusun rancangan pembelajaran (RPP)
untuk siklus III.
4) Peneliti dan guru merumuskan indikator pencapaian tujuan.
5) Peneliti dan guru bersama-sama membuat lembar penilaian siswa, yaitu
instrumen penelitian berupa tes dan nontes. Instrumen tes digunakan untuk
menilai membaca intensif siswa (penilaian hasil), dan instrumen nontes
digunakan untuk menilai motivasi (sikap) membaca intensif siswa selama
kegiatan pembelajaran berlangsung.
b. Pelaksanaan Tindakan
Seperti yang telah direncanakan, tindakan siklus III dilaksanakan dalam
satu kali pertemuan yaitu Selasa, 27 Maret 2012 di ruang kelas V SD Negeri 1
Jetis, Kabupaten Karanganyar. Siklus III, tindakan dilaksanakan pada pukul 07.00
- 08.10 WIB (jam ke 1 – 2).
Langkah-langkah yang dilakukan guru dalam pembelajaran membaca
intensif pada tindakan siklus III ini adalah sebagai berikut:
1) guru membuka pelajaran dengan mengucap salam dan melakukan presensi;
2) guru melakukan apersepsi dengan bernyanyi dan tepuk tangan untuk
membuat semangat siswa;
3) guru menjanjikan hadiah bagi siswa dengan hasil pekerjaan terbaik. Hal ini
untuk membangkitkan motivasi siswa;
4) guru membagikan hasil pekerjaan siswa pada siklus II. Dengan didampingi
guru, siswa diminta untuk mengecek dan menunjukan sendiri letak kesalahan-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
kesalahan yang masih dilakukan. Hal ini dilakukan agar siswa lebih peka
terhadap segala bentuk kesalahan.
5) guru menanyakan kesulitan yang dihadapi siswa dalam membaca intensif
pada siklus II, seperti berikut ini;
6) guru mengulas materi tentang tahap membuat pertanyaan dengan rumus
5W1H, seperti uraian di bawah ini;
7) guru membagi siswa ke dalam kelompok. Tiap kelompok terdiri dari enam
siswa. Pembagian kelompok dilakukan sesuai dengan tempat duduk siswa.
Meskipun ini pekerjaan kelompok tetapi guru menghimbau kepada siswa
untuk mengerjakan pelatihan soal secara individu, hal ini bertujuan untuk
penilaian secara individu. Hal ini dilakukan untuk memberi variasi dalam
"Dari kelima tahapan membaca yang sudah ibu jelaskan pada pertemuan sebelumnya, tahap mana yang anak-anak masih sulit untuk mengerjakan?" , tanya guru kepada siswa.
Siswa menjawab "pada tahap membuat pertanyaan bu, masih bingung dalam membuat pertanyaan".
"Mari anak-anak perhatikan contoh yang ibu buat dalam membuat pertanyaan dengan rumus 5W1H" pada bacaan ini, untuk latihan ibu hanya memberi satu contoh pertanyaan, selanjutnya kalian yang melanjutkan membuat pertnayaan ya”
Sabun Cuci
Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (iptek) menyebabkan kebanyakan ibu-ibu rumah tangga diringankan pekerjaannya. Salah satu kerja keras ilmuwan telah menghasilkan produk detergen (sabun cuci). Detergen, baik yang berbentuk serbuk, krim maupun cairan dapat membersihkan pakaian dari berbagai kotoran. Pakaian yang kotor dan lusuh menjadi bersih dan tampak baru. Selain itu, pakaian juga menjadi harum.
1. Apa isi dari bacaan di atas?
Kemudian siswa yang melanjutkan membuat pertanyaan sebagai berikut:
- Siapa yang menghasilkan produk detergen itu? (Okta yang membuat pertanyaan)
- Mengapa detergen bisa membersihkan kotoran yang ada di baju kita? (Dyah yang membuat pertanyaan)
- Apa manfaat detergen itu? (Vio yang membuat pertanyaan)
- Hasil industri apa yang dapat meringankan tugas ibu rumah tangga? (Elly yang membuat pertanyaan).
“nah itulah contoh membuat pertanyaan, seperti yang dituliskan teman kamu di papan tulis, sudah paham anak-anak?” , siswa menjawab serentak “sudah bu.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
pembelajaran dan untuk memicu semangat siswa. Selain itu juga dapat
melatih kerjasama siswa dan kepercayaan diri siswa akan kemampuan yang
dimiliki; seperti uraian di bawah ini;
8) guru menugasi siswa untuk membaca intensif sebuah artikel dengan judul
“Polusi Asap Mengganggu Pernafasan” dengan tahap-tahap membaca sekilas,
membuat pertanyaan, membaca, menyatakan kembali, meninjau ulang
bersama kelompok. Tahap pertama siswa membaca sekilas isi artikel, tahap
kedua siswa membuat pertanyaan hasil membaca sekilas, tahap ketiga siswa
membaca intensif artikel, tahap keempat siswa menjawab pertanyaan yang
sudah dibuat pada tahap kedua, dan yang terakhir tahap meninjau ulang,
siswa harus membuat rangkuman dari isi artikel;
9) guru menugasi siswa untuk membaca sesuai dengan tahap-tahapan membaca
sekilas, membuat pertanyaan, membaca, menyatakan kembali, contoh sebagai
berikut;
10) Guru membimbing siswa dengan cara berkeliling memantau siswa saat
mengerjakan;
11) guru mengumpulkan hasil pekerjaan siswa;
"Baiklah untuk mengerjakan tugas kali ini, ibu akan membagi kelas menjadai 6 kelompok setiap kelompok terdiri dari 6 orang, tapi meskipun ini tugas kelompok pada waktu mengerjakan pelatihan soal harus sendiri-sendiri ya, yang boleh didiskusikan dengan teman hanya pada tahap membuat pertanyaan, menyatakan kembali, dan meninjau ulang saja untuk membaca sekilas, dan membaca anak-anak harus membaca sendiri".
"ingat ya anak-anak tahap-tahap membacanya harus diurutkan ya agar kalian tidak bingung saat mengerjakan", kata ibu guru kepada siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
12) hasil pekerjaan siswa saling ditukarkan dengan siswa yang lain. Perwakilan
siswa membacakan di depan kelas dan siswa lain memberi tanggapan;
13) guru mengumumkan hasil pekerjaan siswa terbaik dan kemudian diberi
hadiah;
14) guru menyimpulkan pembelajaran lalu melakukan refleksi; dan
15) guru menutup pelajaran dengan ucapan salam.
Dalam tahap ini, guru bertindak sebagai pemimpin jalannya kegiatan
pembelajaran membaca intensif di depan kelas, sedangkan peneliti hanya
bertindak sebagai partisipan pasif yang memantau serta mendokumentasikan
kegiatan pembelajaran.
c. Pengamatan (Observasi)
Observasi dilaksanakan saat pembelajaran membaca intensif dengan
metode SQ3R berlangsung yaitu pada hari Selasa, 27 Maret 2012 pukul 07.00 -
08.10 WIB (jam ke 1 – 2). Seperti pada siklus sebelumnya, observasi difokuskan
pada situasi pelaksanaan pembelajaran, kegiatan yang dilaksanakan guru serta
aktivitas siswa dalam pembelajaran membaca intensif. Dalam observasi ini,
peneliti menggunakan pedoman observasi sebagaimana terlampir. Pada saat
observasi, peneliti bertindak sebagai partisipan aktif dan duduk di bangku paling
belakang. Sesekali, peneliti berada disamping kelas untuk mengambil gambar.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti diperoleh hasil sebagai
berikut. Tindakan dalam siklus III dilaksanakan selama satu kali pertemuan yaitu
pada hari Selasa, 27 Maret 2012 di ruang kelas V SD Negeri 1 Jetis, Kabupaten
Karanganyar. Dalam kegiatan ini, guru mengaplikasikan solusi yang telah
disepakati dengan peneliti untuk mengatasi kekurangan pada proses pembelajaran
membaca intensif pada siklusII.
Pada awal pembelajaran, (Selasa, 27 Maret 2011 pukul 07.00 - 08.10
(WIB) guru mengucapkan salam kemudian menanyakan siswa yang tidak masuk.
Pada hari itu, semua siswa masuk. Pada kegiatan awal ini siswa terlihat
bersemangat. Langkah selanjutnya, guru melakukan apersepsi dengan bernyanyi
dan tepuk tangan untuk membuat semangat siswa. Siswa terlihat aktif dan antusias
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
pada saat melakukan apersepsi. Hal ini berbeda Guru memberitahukan bahwa
guru akan memberikan reward (hadiah) berupa bingkisan untuk siswa yang
mendapatkan nilai tertinggi. Hal ini dilakukan untuk memberi motivasi siswa agar
lebih bersemangat dan antusias dalam pembelajaran. Dengan pemberian hadiah
diharapkan siswa akan berlomba-lomba menjadi yang terbaik dan hal itu sangat
positif.
Selanjutnya, guru membagikan hasil pekerjaan yang dikerjakan pada
siklus II. Dengan didampingi guru, siswa diminta untuk mengecek dan
menunjukan sendiri letak kesalahan-kesalahan yang masih dilakukan. Guru
menanyakan kesulitan yang dihadapi siswa dalam membaca intensif pada siklus
II. Kemudian ada siswa yang mengatakan bahwa kesulitan yang masih dialami
adalah bingung saat membuat pertanyaan, sudah pernah disinggung pada
pertemuan sebelumnya. Kemudian guru mengatakan bahwa kendala-kendala itu
bisa diatasi dengan banyak berlatih. Dengan berlatih siswa akan terbiasa dengan
kegiatan kegiatan membuat pertanyaan dengan sendirinya kemampuan akan
terasah dengan baik.
Selanjutnya, guru mengulas dan menambah materi tentang membuat
pertanyaan seperti yang sudah dijelaskan pada siklus II membuat pertanyaan itu
bertujuan untuk melatih siswa berpikir kritis karena dalam membuat pertanyaan
siswa harus memahami isi bacaan, agar mudah untuk membuat pertanyaan siswa
dianjurkan untuk menggunakan rumus 5W1H (apa, siapa, di mana, kapan,
mengapa, dan bagimana), dan mengulang kembali tahap-tahapan membaca
dengan membaca sekilas, membuat pertanyaan, menyatakan kembali, meninjau
ulang. Pada pembelajaran membaca intensif kali ini guru membagi siswa ke
dalam kelompok diskusi. Karena melihat pada siklus-siklus sebelumnya pada
setiap pemberian tugas, siswa sering gaduh, bertanya-tanya kepada temannya
meskipun beda tempat duduk, sehingga pembagian kelompok diskusi ini efektif
untuk memaksimal hasil pembelajaran. Tiap kelompok diskusi terdiri dari enam
siswa. Pembagian kelompok dilakukan sesuai dengan posisi tempat duduk.
Karena posisi tempat duduk siswa sudah mendukung untuk berdiskusi kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Meskipun tugas ini berkelompok guru menghimbau kepada siswa untuk
mengerjakan pelatihan soal sendiri, untuk penilaian secara individu. Hal ini
dilakukan untuk memberi variasi dalam pembelajaran dan untuk memicu
semangat siswa. Selain itu juga dapat melatih kerjasama siswa dan kepercayaan
diri siswa. Siswa meresponnya dengan antusias, tidak ada siswa yang enggan dan
sibuk dengan aktivitasnya sendiri. Langkah selanjutnya, guru menugaskan siswa
untuk membaca artikel dengan menggunakan tahapan-tahapan membaca sekilas,
membuat pertanyaan, membaca, menyatakan kembali, meninjau ulang. Siswa
lalun melakukan tahap membaca sekilas dengan antusias, membuat pertanyaan
dengan diskusi dengan teman kelompoknya, tahap membaca siswa membaca
artikel secara individu, tahap keempat siswa kembali berdiskusi dengan
kelompoknya untuk mengerjakan, tahap kelima siswa juga berdiskusi dengan
teman kelompok nya untuk membuat rangkuman, setelah selesei siswa
mengerjakan pelatihan soal secara individu. Setelah selesei guru meminta siswa
untuk mempresentasikan hasil pekerjaan di depan kelas, dan siswa lain
menanggapi. Setelah itu guru mengumumkan hasil pekerjaan siswa terbaik dan
memberinya hadiah. Siswa tampak antusias dan sangat senang. Guru
menyimpulkan pembelajaran yang telah dilaksanakan lalu menutup dengan salam.
Dalam kegiatan ini, guru mengaplikasikan solusi yang telah disepakati
dengan peneliti untuk mengatasi kekurangan pada proses pembelajaran membaca
intensif dengan metode membaca sekilas, membuat pertanyaan, membaca,
menyatakan kembali, dan meninjau ulang pada siklus II. Berdasarkan hasil
pengamatan terhadap proses pembelajaran membaca intensif diperoleh gambaran
ketercapaian indikator pelaksanaan siklus III sebagai berikut:. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 9 berikut ini:
Tabel 9. Pencapaian Indikator Siklus III
NO Aspek Persentase
1 Motivasi membaca sekilas, membuat
pertanyaan, membaca intensif, menyatakan
95%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
kembali, meninjau ulang
2 Kemampuan membaca intensif siswa 95%
1) Siswa yang tampak termotivasi dalam membaca sekilas, membuat pertanyaan,
membaca, menyatakan kembali, dan meninjau ulang sebanyak 33 siswa
(95%), sedangkan 2 siswa (5%) tampak tidak termotivasi saat membaca
sekilas, membuat pertnayaan, membaca, menyatakan kembali, dan meninjau
ulang;
2) berdasarkan proses pembelajaran mmbaca intensif, diketahui siswa yang sudah
mencapai ketuntasan belajar sebanyak 33 siswa (95%), sedangkan 2 siswa
(5%) lainnya belum tuntas karena masih mendapatkan nilai dibawah 70
(KKM).
d. Analisis dan Refleksi
Dari hasil pengamatan peneliti pada tindakan siklus III dapat
dikekemukakan sebagai berikut.
1) Untuk menumbuhkan semangat siswa pada saat apersepsi, guru sudah
menggunakan proses yang lebih kreatif, di mana siswa belum pernah
mengalaminya.
2) Saat membaca sekilas tampak siswa sudah melakukan membaca sekilas isi
bacaan, saat membuat pertanyaan siswa juga tidak bingung lagi, tahap
membaca siswa sudah membaca dengan baik, saat menyatakan kembali siswa
juga sudah tidak mengalami kesulitan, dan saat membuat rangkuman siswa
sudah bisa mengembangkan kata-kata senidir untuk membuat rangkuman.
Hal ini dapat dilihat pada kemampuan membaca intensif siswa, sudah ada 33
siswa (95%) dari keseluruhan siswa sudah mencapai batas minimal
ketuntasan hasil belajar, sedangkan 2 siswa yang lain belum mencapai
ketuntasan.
3) Siswa terlihat sangat antusias pada saat disuruh membacakan hasil
pekerjaannya di depan. Hal ini membuktikan bahwa keberanian siswa sudah
mulai terlihat dibandingkan pada saat siklus-siklus sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
4) Saat tahap evaluasi dan refleksi, jumlah siswa yang bersedia memberikan
penilaian atau pendapat mengenai hasil pekerjaan siswa terbaik yang
dibacakan teman bertambah. Adanya reward dari guru yang berupa hadiah
ternyata cukup efektif meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk
mengungkapkan pendapat, serta merespon pernyataan atau stimulus yang
diberikan guru.
5) Dapat dikatakan bahwa kekurangan atau kelemahan selama pelaksanaan
tindakan pada siklus III ini hampir tidak terlihat atau telah sesuai dengan yang
diharapkan. Ini menunjukkan bahwa guru telah mampu mengatasi
kekurangan-kekurangan yang terjadi pada kedua siklus sebelumnya dengan
baik. Selain itu, dalam siklus ini sikap siswa dalam pembelajaran juga terlihat
semakin baik (saat apersepsi, kegiatan inti, maupun penutup).
Dalam kegiatan ini, guru mengaplikasikan solusi yang telah disepakati
dengan peneliti untuk mengatasi kekurangan pada proses pembelajaran membaca
intensif pada siklus II. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses
pembelajaran membaca intensif diperoleh gambaran ketercapaian indikator
pelaksanaan siklus III sebagai berikut:
1) Siswa yang tampak termotivasi dalam membaca sekilas, membuat pertanyaan,
membaca, menyatakan kembali, dan meninjau ulang sebanyak 33 siswa
(95%), sedangkan 2 siswa (5%) tampak tidak termotivasi saat membaca
sekilas, membuat pertanyaan, membaca, menyatakan kembali, dan meninjau
ulang;
2) berdasarkan proses pembelajaran membaca intensif, diketahui siswa yang
sudah mencapai ketuntasan belajar sebanyak 33 siswa (95%), sedangkan 2
siswa (5%) lainnya belum tuntas karena masih mendapatkan nilai dibawah 70
(KKM).
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi di atas, tindakan pada siklus III
dikatakan berhasil. Peningkatan terjadi pada beberapa indikator dibandingkan
siklus sebelumnya. Nilai rata-rata kelas sudah mencapai batas ketuntasan
meskipun masih ada dua siswa yang belum mencapai batas ketuntasan belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
minimal tersebut. Meskipun demikian, penelitian dipandang cukup untuk
dilaksanakan mengingat kesempatan yang diberikan kepala sekolah untuk
melaksanakan tindakan telah habis.
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus
Tindakan-tindakan berupa penerapan metode membaca sekilas, membuat
pertanyaan, membaca, menyatakan kembali, dan meninjau ulang yang
dilaksanakan mampu meningkatkan kemampuan membaca intensif siswa kelas V
SD Negeri 1 Jetis, Kabupaten Karanganyar. Hal ini ditunjukkan dengan
tercapainya sejumlah indikator yang diterapkan dalam pembelajaran membaca
intensif. Setiap siklus yang telah dilaksanakan mengalami peningkatan pada
proses pembelajaran dan berpengaruh dalam meningkatnya hasil pembelajaran
membaca intensif siswa. Peningkatan ini dapat dilihat tabel yang perlu
disampaikan hasilnya dalam bentuk tabel 10 dan gambar diagram berikut.
Tabel 10. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus
No. Aspek Persentase Siklus I Siklus II Siklus III
1
Motivasi membaca sekilas, membuat pertanyaan, membaca intensif, menyatakan kembali, dan meninjau ulang kegiatan membaca intensif
52% 57% 95%
2 Kemampuan membaca intensif 57% 71% 95% Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada diagram berikut.
Gambar 4. Peningkatan Indikator dari Setiap Siklus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Peningkatan kualitas pembelajaran membaca intensif berimplikasi pada
kemampuan siswa membaca intensif. Kemampuan siswa membaca intensif
mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari hasil pekerjaan siswa pada setiap
siklus.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan pada permasalahan yang dirumuskan dalam bagian
pendahuluan serta paparan hasil penelitian, berikut ini dijabarkan pembahasan
hasil penelitian yang meliputi motivasi membaca intensif dan kemampuan
membaca intensif siswa kelas V SD Negeri 1 Jetis, Kabupaten Karanganyar.
1. Metode SQ3R Meningkatkan Motivasi Membaca Intensif
Tindakan-tindakan berupa penerapan metode membaca sekilas, membuat
pertanyaan, membaca, menyatakan kembali, dan meninjau ulang yang
dilaksanakan setiap siklus mampu meningkatkan kualitas pembelajaran membaca
intensif siswa kelas V SD Negeri 1 Jetis, Kabupaten Karanganyar. Hal ini ditandai
dengan kesungguhan, semangat dan antusias siswa saat membaca dan
mengerjakan tugas. Pada tahap membaca sekilas, siswa sudah termotivasi untuk
melakukannya, pada tahap membuat pertanyaan siswa sudah bisa mengerjakan
sendiri dan tidak bingung lagi, pada tahap membaca, siswa sudah membaca
dengan teliti dan intensif, pada tahap menyatakan kembali, siswa sudah mampu
melakukannya, dan pada tahap meninjau ulang isi bacaan, siswa sudah bisa
membuat rangkuman isi bacaan dan tidak bingung lagi. Dari pantauan peneliti,
motivasi siswa pada siklus I diindikasikan mencapai 51% (10 siswa). Pada siklus
II motivasi siswa mengalami peningkatan menjadi 57% (20 siswa). Siswa sudah
berani bertanya, merespon pertanyaan yang diajukan guru dan berani maju ke
depan dengan percaya diri mempresentasikan hasil pekerjaannya. Pada siklus III
terjadi peningkatan yaitu 95% (33siswa).
2. Metode SQ3R Meningkatkan Kemampuan Membaca Intensif
Peningkatan kualitas pembelajaran membaca intensif berimplikasi pada
kemampuan siswa membaca intensif siswa. Kemampuan siswa membaca intensif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari kemampuan pemahaman bacaan
siswa pada setiap siklus. Kemampuan membaca intensif siswa terlihat saat ssiwa
melakukan membaca sekilas, membuat pertanyaan, membaca, menyatakan
kembali, dan meninjau ulang.
a. Membaca sekilas (survey)
Dalam membaca sekilas siswa sudah mulai termotivasi saat melakukan
membaca sekilas. Membaca sekilas ini bertujuan untuk mengetahui gambaran
secara umum isi bacaan untuk mengetahui ide-ide pokok dalam bacaan. Tahap
membaca sekilas ini penting untuk dilakukan sebelum kegiatan membaca.
Soedarso (2002: 60), membaca sekilas adalah teknik untuk mengenal bahan
sebelum membacanya secara lengkap, dilakukan untuk mengenal organisasi
dan ikhtisar umum yang akan dibaca. Kemampuan siswa dalam membaca
sekilas isi bacaan meningkat pada setiap siklusnya. Dari kegiatan awal siswa
belum mampu untuk membaca sekilas, sampai dengan tahap seterusnya siswa
sudah mampu membaca sekilas isi bacaan.
b. Membuat pertanyaan (question)
Kemampuan siswa dalam membuat pertanyaan juga meningkat, dalam
membuat pertanyaan siswa menggunakan rumus 5W1H yang meliputi apa,
siapa, kapan, dimana, mengapa, dan bagaimana. Pada kegiatan awal siswa
masih terlihat enggan dan masih bingung saat membuat pertanyaan. Setelah
beberapa pertemuan kemampuan siswa dalam membuat pertanyaan meningkat
pada setiap siklusnya. Dalam tahap membuat pertanyaan ini melatih cara
berpikir kritis siswa dalam menangkap isi bacaan (Rahmat Husein, dkk.
2006:3)
c. Membaca (read)
Kemampuan siswa dalam membaca intensif sudah meningkat. Hal ini
terbukti saat kegiatan membaca siswa sudah melakukan kegiatan membaca
dengan sungguh-sungguh dengan konsentrasi yang tinggi. Hal ini juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
dipengaruhi oleh artikel yang diberikan guru bervariasi, sehingga siswa
terlihat antusias saat membaca, hal ini bertujuan untuk membuat siswa tidak
bosan saat membaca. Kemampuan membaca siswa meningkat pada setiap
siklusnya. Kegiatan membaca sesungguhnya untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang dirumuskan (Darmiyati Zuchdi, 2007:128).
d. Menyatakan kembali (recite)
Kemampuan siswa menyatakan kembali juga meningkat. Pada awalnya
siswa masih bingung untuk menyatakan kembali, setelah dilakukan tindakan
siswa sudah mengerti untuk menyatakan kembali. Siswa menyatakan kembali
dengan cara menjawab pertanyaan yang sudah dibuat pada tahap kedua, hal ini
bertujuan untuk melatih daya ingat siswa dalam memahami isi bacaan.
Darmiyati Zuchdi (2007: 129) menjelaskan tahap menyatakan kembali ini
dilakukan dengan cara menyatakan jawaban dan bukti dikemukakan kepada
diri sendiri dengan bergumam, bersuara, atau dalam bentuk catatan tulisan.
e. Meninjau ulang (review)
Kemampuan siswa dalam merangkum bacaan juga meningkat pada setiap
siklusnya. Siswa sudah bisa membuat rangkuman isi bacaan dengan kata-kata
sendiri. Kemampuan menarik kesimpulan bacaan penting pengaruhnya
terhadap kemampuan membaca pemahaman siswa. Darmiyati Zuchdi (2007:
123) bahwa tidak ada kemampuan yang lebih esensial bagi pelajar masa kini
daripada kemampuan membuat rangkuman yang efektif tentang apa yang
dibacanya. Kegiatan mengulangi kembali judul subjudul subbab guna
mendapatkan hal-hal penting yang seharusnya diingat (Soedarso, 2002: 64).
f. Perolehan Nilai Membaca Intensif Siswa Meningkat
Dari pretes yang dilakukan pada survei awal, diketahui bahwa kemampuan
membaca intensif siwa masih tergolong rendah. Hal ini terlihat dari capaian
nilai membaca intensif siswa. Pada kegiatan pretes diketahui bahwa hanya ada
10 (29%) siswa yang mencapai batas minimal ketuntasan belajar (70). Dua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
puluh lima siswa (71%) yang lain belum mencapai batas minimal ketuntasan
belajar. Siswa masih belum mampu membaca intensif dengan baik, membuat
pertanyaan dengan benar, siswa belum membaca dengan serius, siswa belum
bisa menyatakan kembali, dan siswa belum bisa membuat rangkuman dengan
baik. Kisaran nilai yang dicapai siswa yaitu antara 50 – 70 dengan capaian
rata-rata 53.
Pada siklus I terdapat peningkatan nilai membaca intensif siswa. Delapan
belas siswa (52%) telah mencapai ketuntasan belajar,siswa sudah mampu
membaca sekilas isi bacaan meskipuin masih ada beberapa siswa yang belum
melakukan membaca sekilas, siswa masih bingung saat membuat pertanyaan,
siswa sudah melakukan kegiatan membaca meskipun ada beberapa siswa yang
masih belum membaca dengan baik, siswa masih bingung saat menyatakan
kembali isi bacaan, sebagian siswa sudah bisa membuat rangkuman isi
bacaan.. Tujuh belas siswa (48%) yang lain belum mencapai batas ketuntasan
belajar, sebagian siswa tidak melakukan membaca sekilas isi bacaan, siswa
masih bingung saat membuat pertanyaan, siswa belum membaca dengan baik,
siswa belum bisa menyatkan kembali isi bacaan, dan siswa masih bingung saat
membuat rangkuman isi bacaan, meskipun belum sepenuhnya memahami
metode yang diberikan guru tetapi hasil belajar siswa mengalami peningkatan.
Kisaran nilai yang dicapai siswa yaitu antara 50 – 80 dengan capaian rata-rata
65.
Pada siklus II, peningkatan nilai capaian membaca intensif siswa terjadi
cukup signifikan. Dari 18 siswa menjadi 25 siswa (71%) telah mencapai
ketuntasan belajar, siswa sudah mampu membaca sekilas bacaan, siswa sudah
mampu membuat pertanyaan meskipun ada bebarapa yang masih bingung saat
membuat pertanyaan, siswa sudah membaca dengan baik dan konsentrasi,
tidak ada suara gaduh karena siswa tidak membaca, siswa sudah mampu
menyatakan kembalin isi bacaan dengan cara menjawab pertanyaan yang
sudah dibuat pada tahap kedua, siswa sudah bisa membuat rangkuman isi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
bacaan meskipun ada bebarapa siswa yang masih bertanya kepada teman
lainnya.. Sepuluh siswa (29%) yang lain belum mencapai batas ketuntasan
belajar, sisswa belum membaca sekilas isi bacaan ,siswa masih bingung dalam
membuat pertanyaan, sebagian siswa masih belum melakukan tahap
membaca, siswa masih bertanya kepada teman saat menjawab pertanyaan,
siswa masih mencontoh pekerjaan teman lain saat membuat rangkuman.
Kisaran nilai yang dicapai siswa yaitu antara 60 – 80 dengan capaian rata-rata
71.
Pada siklus III, peningkatan nilai capaian membaca intensif siswa terjadi
sangat signifikan. Dari 25 siswa menjadi 33 siswa (95%) telah mencapai
ketuntasan belajar, siswa sudah mampu membaca sekilas dengan baik untuk
mengetahui gambaran secara umum isi bacaan, siswa sudah bisa membuat
pertanyaan tanpa harus bertanya kepada teman lain, siswa sudah membaca
dengan serius tidak ada yang ramai sendiri, siswa sudah mampu menjawab
pertanyaan dengan individu tidak bertanya kepada teman lain, siswa sudah
mampu membuat rangkuman isi bacaan dengan baik tanpa harus mencontoh
hasil pekerjaan teman. Dua siswa (5%) yang lain belum mencapai batas
ketuntasan belajar tetapi mengalami peningkatan. Kisaran nilai yang dicapai
siswa yaitu antara 60 – 90 dengan capaian rata-rata 79. Terhadap dua anak
yang tidak mencapai batas minimal ketuntasan belajar (70), Peneliti telah
melakukan wawancara mendalam baik pada siswa tersebut maupun pada guru
yang bersangkutan. Dari wawancara pada guru terungkap bahwa kedua siswa
tersebut tergolong siswa yang berkesulitan belajar. Siswa tersebut memang
lebih lambat dalam pembelajaran. Hal ini diketahui dari perolehan nilai siswa
pada pelajaran yang lain. Kedua siswa tersebut mendapat nilai kurang
dibandingkan dengan siswa yang lain. Akan tetapi guru yang bersangkutan
menggaris bawahi bahwa kedua siswa tersebut tergolong rajin dan patuh pada
guru. Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan terbukti bahwa membaca
sekilas (survey), membuat pertanyaan (question), membaca (read),
menyatakna kembali (recite), dan meninjau ulang (SQ3R) dapat meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
motivasi membaca intensif siswa dan dapat meningkatkan kemampuan
membaca intensif siswa. Suyatmi, Sumarwati, dan Rohmadi ( 2005: 40)
menerapkan metode membaca sekilas, membuat pertanyaan, membaca,
menyatakan kembali, dan meninjau ulang (SQ3R) secara bertahap dapat
membawa dampak positif dalam membantu mempermudah saat siswa
melakukan kegiatan membaca.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN
A. Simpulan
Simpulan yang dihasilkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Penerapan metode SQ3R dapat meningkatkan motivasi membaca siswa kelas
V SD Negeri 1 Jetis, Kabupaten Karanganyar. Hal ini tampak pada
kesungguhan, semangat dan antusias siswa saat diberi tugas membaca intensif
dengan metode SQ3R dalam proses pembelajaran. Prosedur penerapan metode
SQ3R yang dapat meningkatkan motivasi membaca intensif adalah sebagai
berikut: (1) guru memberi contoh cara membaca sekilas isi bacaan, (2) siswa
membaca sekilas seluruh isi bacaan; (3) siswa membuat pertanyaan sebanyak
5 dengan menggunakan pedoman apa, siapa, kapan, dimana, mengapa, dan
bagaimana sesuai dengan isi bacaan; dan (4) siswa melakukan tahap
membaca; (5) siswa menyatakan kembali dengan menjawab pertanyaan yang
sudah dibuat pada tahap kedua untuk melatih daya ingat siswa; (6) siswa
meninjau ulang bagian-bagian bacaan yang belum dimengerti dengan
membuat rangkuman isi bacaan. Berdasarkan hasil pengamatan dalam
membaca intensif dengan menerapkan metode SQ3R, motivasi siswa
menunjukkan peningkatan disetiap siklusnya. Pada siklus I siswa yang tampak
termotivasi saat pembuatan peta pikiran sebanyak 51%, pada siklus berikutnya
terus mengalami peningkatan menjadi 57% pada siklus II dan 95% pada siklus
III.
2. Penerapan metode SQ3R dapat meningkatkan kemampuan membaca intensif
pada siswa kelas V SD Negeri 1 Jetis, Kabupaten Karanganyar. Adanya
peningkatan kemampuan membaca intensif dilihat dari hasil belajar siswa
dalam memabaca intensif dengan menerapkan metode SQ3R. Hal ini terbukti
dengan meningkatnya hasil belajar siswa dalam membaca intensif. Prosedur
penerapan metode SQ3R yang dapat meningkatkan kemampuan membaca
intensif adalah sebagai berikut: (1) siswa membaca sekilas seluruh isi bacaan;
(2) siswa membuat pertanyaan dengan mengunakan pedoman 5W1H (apa,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
siapa, kapan, di mana, mengapa, dan bagiamana) berdasarkan isi bacaan; (3)
siswa melakukan kegiatan membaca dengan intensif; (4) siswa melakukan
tahap menyatakan kembali dengan cara menjawab pertanyaan yang sudah
dibuat pada tahap kedua untuk melatih daya ingat siswa; (5) siswa meninjau
ulang seluruh isi bacaan dengan membuat rangkuman isi bacaan. Peningkatan
kemampuan siswa terjadi pada siklus I hingga siklus III yang ditunjukkan
dengan semakin banyaknya siswa yang telah mencapai batas ketuntasan
(KKM 70). Pada siklus I siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar
sebesar 52% atau sebanyak 18 siswa, pada siklus II meningkat menjadi 71%
atau sebanyak 25 siswa, dan pada siklus III sebanyak 95% (33siswa).
B. Implikasi
Penelitian ini memberikan gambaran yang jelas bahwa keberhasilan proses
pembelajaran dan peningkatan hasil pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Faktor-faktor tersebut, antara lain: guru, siswa, metode pembelajaran,
media pembelajaran, dan sumber belajar. Keterampilan guru dalam mengelola
kelas yang kurang akan menjadikan siswa tidak berminat sehingga tidak
memperhatikan pelajaran. Wawasan guru yang kurang terhadap metode
pembelajaran terbaru yang lebih inovatif dan bervariasi menyebabkan guru lebih
konvensional disertai media dan sumber belajar yang kurang juga menjadi
penghambat keberhasilan proses dan peningkatan hasil belajar siswa.
Faktor-faktor di atas saling terkait. Oleh karena itu, untuk meningkatkan
kualitas proses serta hasil pembelajaran, pemenuhan faktor tersebut perlu
diupayakan. Metode pembelajaran yang tepat perlu diterapkan. Media serta
sumber belajar perlu dipilih sesuai dengan materi yang diajarkan. Agar materi
tersampaikan dengan baik, siswa perlu memiliki minat, motivasi, perhatian, dan
aktif dalam pembelajaran. Pemenuhan faktor-faktor tersebut tercermin dalam
keterampilan guru dalam mengelola kelas.
Penelitian ini membuktikan bahwa kualitas proses dan hasil pembelajaran
meningkat setelah diterapkan metode SQ3R. Oleh karena itu, metode SQ3R ini
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi guru yang ingin menerapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
metode tersebut. Di samping itu, bagi guru Bahasa Indonesia metode ini dapat
digunakan sebagai metode alternatif yang menyenangkan dalam pembelajaran
membaca.
Penerapan metode SQ3R dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
membaca intensif. Dengan metode ini, siswa membuat perencanaan sebelum
membaca. Sebelum membaca siswa melakukan membaca sekilas terlebih dahulu
seluruh isi bacaan (survey), kemudian siswa membuat pertanyaan (question),
siswa melakukan tahap membaca (read), yang keempat siswa menyatakan
kembali isi bacaan (recite), yang terakhir adalah meninjau ulang isi bacaan
(review).
Pemberian tindakan pada siklus I, siklus II, dan siklus III menggambarkan
bahwa ada beberapa kelemahan dalam pembelajaran membaca intensif. Namun,
kelemahan-kelemahan yang ada dapat diatasi dengan baik oleh guru. Dari
kegiatan analisis dan refleksi yang dilaksanakan setelah tindakan, diketahui
terdapat peningkatan baik kualitas proses maupun hasil berupa kemampuan siswa
dalam membaca intensif. Dari segi proses, terdapat peningkatan pada
keterampilan guru dalam mengelola kelas serta keaktifan, perhatian, konsentrasi,
minat, dan motivasi siswa dalam pembelajaran. Adapun dari segi hasil, terdapat
peningkatan nilai rata-rata siswa siklus I sampai siklus III.
Sementara itu, adanya 2 siswa yang tidak mencapai ketuntasan minimal
hasil belajar, mencerminkan bahwa metode SQ3R tidak sepenuhnya efektif jika
diterapkan pada siswa dengan kondisi tertentu. Siswa yang tergolong tidak
kesulitan belajar akan mudah menerapkan metode tersebut. Akan tetapi, bagi
siswa yang berkesulitan belajar metode tersebut tidak mempermudah bahkan
mempersulit kegiatan membaca. Di samping itu, penerapan metode SQ3R ini juga
perlu memperhatikan minat dan motivasi siswa dalam membaca. Minat serta
motivasi yang tinggi akan mempermudah siswa untuk melakukan kegiatan
membaca.
C. Saran
Berkaitan dengan simpulan dan implikasi di atas, maka peneliti
mengajukan saran-saran sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
1. Bagi Siswa
Siswa disarankan saat melakukan kegiatan membaca, terlebih dahulu
siswa membaca sekilas isi bacaan, kemudian tahap kedua siswa membuat
pertanyaan sesuai isi bacaan, tahap ketiga siswa membaca, tahap keempat
siswa menyatakan kembali isi bacaan, tahap kelima siswa meninjau ulang isi
bacaan. Hal ini akan membantu siswa saat melakukan kegiatan membaca,
siswa akan lebih mudah memahami isi bacaan. Selanjutnya siswa hendaknya
rajin membaca agar siswa sadar dan terdorong untuk melakukan kegiatan
membaca secara teratur, terencana, dan kontinyu.
2. Bagi Guru
Dalam kegiatan pembelajaran membaca guru hendaknya dapat
mengajarkan siswa tahap-tahap membaca yang efektif. Yang pertama siswa
membaca sekilas terlebih dahulu isi bacaan, tahap kedua siswa membuat
pertanyaan sesuai isi isi bacaan, tahap ketiga siswa meakukan kegiatan
membaca, tahap keempat menyatakan kembali isi bacaan, tahap kelima
meninjau ulang isi bacaan dengan cara membuat rangkumanisi bacaan.Tahap-
tahap membaca ini bertujuan untuk mempermudah pemahaman siswa dalam
membaca. Guru hendaknya melakukan suatu perencanaan dan evaluasi
terhadap segala tindakan yang akan ditempuh. Hal ini penting dilakukan agar
dalam pelaksanaannya, guru dapat memperkecil kemungkinan munculnya
hambatan dalam proses pembelajaran.
3. Bagi Sekolah
Pihak sekolah hendaknya menambah sarana atau fasilitas belajar-
mengajar yang dapat digunakan oleh siswa dan guru untuk mendukung dan
lebih mengoptimalkan kegiatan pembelajaran.
Pihak sekolah hendaknya dapat memotivasi dan memfasilitasi guru
dalam meningkatkan kemampuan mengajar. Baik dengan mengikut sertakan
guru dalam kegiatan seminar, workshop, penataran, maupun dengan
mendukung guru untuk melakukan berbagai penelitian dalam pendidikan dan
pengajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
4. Bagi Peneliti Lain
Diharapkan bagi peneliti lain agar mampu berkolaborasi secara aktif
dengan guru dan dapat menciptakan metode pembelajaran baru yang dapat
mengembangkan bakat, potensi, dan kreativitas siswa sehingga kualitas
pendidikan di Indonesia dapat meningkat.
Top Related