8/12/2019 PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR KOTORAN PADA INTI SAWIT DI STASIUN KERNEL DI PTPN III NUSANTARA PABRIK
1/39
PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR KOTORAN PADA INTI
SAWIT DI STASIUN KERNEL DI PTPN III NUSANTARAPABRIK KELAPA SAWIT RAMBUTAN
TEBING TINGGI.
KARYA ILMIAH
ANDIKA EKA PUTRA
082409024
PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA INDUSTRY
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR KOTORAN PADA INTI SAWIT DI STASIUN KERNEL DI PTPN III NUSANTARA PABRIK
2/39
PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR KOTORAN PADA INTI
SAWIT DI STASIUN KERNEL DI PTPN III NUSANTARA
PABRIK KELAPA SAWIT RAMBUTAN
TEBING TINGGI.
KARYA ILMIAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Memenuhi Syarat Untuk Mencapai Gelar Ahli
Madya
ANDIKA EKA PUTRA
082409024
PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA INDUSTRY
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR KOTORAN PADA INTI SAWIT DI STASIUN KERNEL DI PTPN III NUSANTARA PABRIK
3/39
PERSETUJUAN
Judul : PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR KOTORAN
PADA INTI SAWIT DI STASIUN KERNEL DI PTPN
III
NUSANTARA PABRIK KELAPA SAWIT
RAMBUTAN
TEBING TINGGI.
Kategori : TUGAS AKHIR
Nama : ANDIKA EKA PUTRANomor Induk Mahasiswa : 082409024
Program Studi : D3 KIMIA INDUSTRI
Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
(FMIPA) SUMATERA UTARA
Disetujui di
Medan, Juli 2012
Program Studi D3 Kimia
Ketua, Dosen Pembimbing
Dra. Emma Zaidar Nasution, M.Si. Drs. Chairuddin,Msc.
NIP. 19551218198701001 NIP.19593112198701001
Departemen Kimia FMIPA USU
Ketua,
Dr. Rumondang Bulan, M Si.NIP.195408201985032001
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR KOTORAN PADA INTI SAWIT DI STASIUN KERNEL DI PTPN III NUSANTARA PABRIK
4/39
PERNYATAAN
PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR KOTORAN PADA INTI SAWIT DI
STASIUN KERNEL DI PTPN NUSANTARA PABRIK KELAPA SAWIT
RAMBUTAN TEBING TINGGI
KARYA ILMIAH
Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juli 2012
Andika Eka Putra
082409024
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR KOTORAN PADA INTI SAWIT DI STASIUN KERNEL DI PTPN III NUSANTARA PABRIK
5/39
PENGHARGAAN
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah-rabbilalamin penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
melimpahkan rahmat dan hidayat serta kasih saying-Nya kepada kita semua serta
salawat dan salam kita ucapkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad Saw
sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini sebagai salah satu syarat untuk
meraih gelar ahli madya pada program Diploma 3 Kimia Industri di Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya ilmiah ini dari kesempurnaan
karena keterbatasan penulis baik dari kemampuan, waktu dan pengetahuan, tapi penulis
barharap karya ilmiah ini dapat berguna bagi lingkungan Universitas Sumatera Utarapada umumnya. Penulis mengucapkan terima kasih atas segala kritik dan saran yang
membangun untuk karya ilmiah ini.
Selama penulisan karya ilmiah ini penulis banyak mendapatkan dorongan,
bantuan dan petunjuk dari semua pihak, maka pada kesempatan ini dengan segala
kerendahan hati penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang
sebesar besarnya :
1. Ayanda, Ibunda, serta keluarga yang banyak menuntun dan memberikan doabeserta kasih sayang yang tulus kepada penulis.
2. Bapak Drs. Chairuddin,M.Sc, Selaku dosen pembimbing yang telah dengansabar dan teliti membimbing serta mengarahkan penulis dalam menyelesaikan
karya ilmiah ini.
3. Dr.Rumondang Bulan,Ms. Selaku Ketua Departemen Kimia4. Seluruh Dosen Kimia Industri, FMIPA-USU Medan5. Bapak Zulkifli, Selaku pembimbing dan Ibu Mastarida Lambok F.Sitorus,ST,
Selaku pembimbing Laboratorium.
6. Seluruh sahabat-sahabatku angkatan 2008 Jurusan Kimia Industri FMIPA USU.Penulis memanjatkan Doa kehadirat Allah SWT, semoga amal kebaikan mereka
diberikan balasan yang setimpal, Amin ya Robbal Alamin.
Medan, Juli 2012
Penulis,
Andika Eka Putra
082409024
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR KOTORAN PADA INTI SAWIT DI STASIUN KERNEL DI PTPN III NUSANTARA PABRIK
6/39
ABSTRAK
Penentuan Kadar Air dan kadar Kotoran dari inti sawit pada stasiun kernel di
PTPN III Rambutan Tebing Tinggi dengan melakukan percobaan selama 7 hari. Hasil
analisis yang diperoleh bervariasi, yaitu berturut-turut 9,59%, 7,86%, 7,90%, 6,11,
11,70%, 7,90% dan 7,80% untuk kadar air dan berturut-turut 7,97%, 9,50%, 8,50%,
9,38%, 4,43%, 8,50% dan 7,87% untuk kadar kotoran. Hasil analisa kadar air dan kadar
kotoran tersebut ada 2 sampel yang tidak memenuhi norma atau standar mutu dari
PTPN III Rambutan, yaitu norma untuk kadar air adalah 7,0% dan untuk kadar
kotoran adalah 6,0%. Maka, untuk bagian pengolahan kernel haruslah diperhatikan
betul factor-faktor yang dapat meningkatkan kadar air dan kadar kotoran tersebut.
Karena kadar air dan kadar kotoran pada inti sawit yang tidak memenuhi norma akan
menurunkan mutu dari inti sawit yang akan dijual atau diproses lebih lanjut menjadi
minyak inti sawit.
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR KOTORAN PADA INTI SAWIT DI STASIUN KERNEL DI PTPN III NUSANTARA PABRIK
7/39
DETERMINATION OF WATER CONTENT AND DIRT CONTEN AND PALM
KERNEL IN KERNEL STATION AT PTPN RAMBUTAN TEBING TINGGI
ABSTRACT
Determination of Moisture and dirt from the kernel oil content in kernel station at High
Cliff Rambutan PTPN III by conducting experiments for 7 days. Analytical results
obtained varied, ie respectively 9.59%, 7.86%, 7.90%, 6.11, 11.70%, 7.90% and 7.80%
for water content and successive 7.97%, 9.50%, 8.50%, 9.38%, 4.43%, 8.50% and
7.87% for the levels of impurities. Results of analysis of water content and the levels of
these impurities there are two samples that do not meet the quality standards of the
norm or PTPN III Rambutan, which is the norm for the water content is 7.0% and for
levels of impurities were 6.0%. So, for the kernel processing, shall be fully the factors
that can increase water levels and levels of these impurities. Due to moisture and dirt
content in palm kernel that does not meet the norms will reduce the quality of palm
kernel oil to be sold or further processed into palm kernel oil.
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR KOTORAN PADA INTI SAWIT DI STASIUN KERNEL DI PTPN III NUSANTARA PABRIK
8/39
DAFTAR ISI
Halaman
PERSETUJUAN i
PERNYATAAN ii
PENGHARGAAN iii
ABSTRAK
iv
ABTRACT vDAFTAR ISI
vi
DAFTAR TABEL
viii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan 2
1.3. Mamfaat 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1. Sejarah perkebunan kelapa sawit 4
2.2. Minyak kelapa sawit 4
2.3. Komposisi minyak kepala sawit dan inti sawit 6
2.4. Mutu minyak kelapa sawit 7
2.5. Proses pengolahan 8
2.5.1. Stasiun Penerimaan Buah (Fruit Receotion Station) 9
2.5.2. Stasiun Perebusan (Sterresing Station)
10
2.5.4. Stasiun Pengadukan dan kempa (Digester Pressing
Station)
11
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR KOTORAN PADA INTI SAWIT DI STASIUN KERNEL DI PTPN III NUSANTARA PABRIK
9/39
2.5.5. Staisiun Pemurnian Minyak 112.5.6. Pengolahan Kernel 14
2.6. Penentuan Kadar Air terhadap Mutu Minyak Sawit 14
2.7. Penentuan kadar air terhadap kadar Asam Lemak Bebas (ALB) 15
2.8. Penentuan kadar air terhadap reaksi Enzimatis 15
2.9. Jenis-jenis Produksi Kelapa Sawit 16
BAB 3 BAHAN DAN METODE PENELITIAN 18
3.1. Bahan 18
3.2. Peralatan 18
3.3. Produser 18
3.3.1 Penentuan Kadar Kotoran 18
3.3.2 Penentuan Kadar Air 19
BAB 4 HASIL ANALISISA DAN PEMBAHASAN 20
4.1. Data Percobaan 20
4.2. Perhitungan 21
4.2.1 Kadar air 21
4.2.2 Kadar kotoran 21
4.3. Pembahasan 24
BAB 5 KESIMPULAN 26
5.1. Kesimpulan 26
5.2. Saran 27
DAFTAR PUSTAKA 28
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR KOTORAN PADA INTI SAWIT DI STASIUN KERNEL DI PTPN III NUSANTARA PABRIK
10/39
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.3.1 Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit Dan
Minyak Inti Kelapa Sawit 6
Tabel 4.1. Data Hasil Analisa 20
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR KOTORAN PADA INTI SAWIT DI STASIUN KERNEL DI PTPN III NUSANTARA PABRIK
11/39
ABSTRAK
Penentuan Kadar Air dan kadar Kotoran dari inti sawit pada stasiun kernel di
PTPN III Rambutan Tebing Tinggi dengan melakukan percobaan selama 7 hari. Hasil
analisis yang diperoleh bervariasi, yaitu berturut-turut 9,59%, 7,86%, 7,90%, 6,11,
11,70%, 7,90% dan 7,80% untuk kadar air dan berturut-turut 7,97%, 9,50%, 8,50%,
9,38%, 4,43%, 8,50% dan 7,87% untuk kadar kotoran. Hasil analisa kadar air dan kadar
kotoran tersebut ada 2 sampel yang tidak memenuhi norma atau standar mutu dari
PTPN III Rambutan, yaitu norma untuk kadar air adalah 7,0% dan untuk kadar
kotoran adalah 6,0%. Maka, untuk bagian pengolahan kernel haruslah diperhatikan
betul factor-faktor yang dapat meningkatkan kadar air dan kadar kotoran tersebut.
Karena kadar air dan kadar kotoran pada inti sawit yang tidak memenuhi norma akan
menurunkan mutu dari inti sawit yang akan dijual atau diproses lebih lanjut menjadi
minyak inti sawit.
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR KOTORAN PADA INTI SAWIT DI STASIUN KERNEL DI PTPN III NUSANTARA PABRIK
12/39
DETERMINATION OF WATER CONTENT AND DIRT CONTEN AND PALM
KERNEL IN KERNEL STATION AT PTPN RAMBUTAN TEBING TINGGI
ABSTRACT
Determination of Moisture and dirt from the kernel oil content in kernel station at High
Cliff Rambutan PTPN III by conducting experiments for 7 days. Analytical results
obtained varied, ie respectively 9.59%, 7.86%, 7.90%, 6.11, 11.70%, 7.90% and 7.80%
for water content and successive 7.97%, 9.50%, 8.50%, 9.38%, 4.43%, 8.50% and
7.87% for the levels of impurities. Results of analysis of water content and the levels of
these impurities there are two samples that do not meet the quality standards of the
norm or PTPN III Rambutan, which is the norm for the water content is 7.0% and for
levels of impurities were 6.0%. So, for the kernel processing, shall be fully the factors
that can increase water levels and levels of these impurities. Due to moisture and dirt
content in palm kernel that does not meet the norms will reduce the quality of palm
kernel oil to be sold or further processed into palm kernel oil.
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR KOTORAN PADA INTI SAWIT DI STASIUN KERNEL DI PTPN III NUSANTARA PABRIK
13/39
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Minyak Kelapa Sawit merupakan tanaman yang paling produktif dengan produksi
minyak perhal paling tinggi dari seluruh tanaman penghasil minyak nabati lainnya.
Dimana tanaman ini dapat memberikan keuntungan yang paling melimpah bagi pihak
pengusaha perkebunan maupun pedagang, karena kebutuhan minyak nabati dan lemak
dunia terus meningkat sebagai akibat pertumbuhan penduduk.
Minyak kelapa sawit merupakan komoditas yang mempunyai nilai strategis karena
merupakan bahan baku utama pembuatan minya makan. Dimana minyak kelapa sawit
dapat dihasilkan dari tandan buah segar (TBS) menjadi minyak kasar kelapa sawit
(crude palm oil) dan minyak intih sawit (palm kernel oil) pabrik kelapa sawit Rambutan
PTP. Nusantara III merupakan salah satu pabrik kelapa sawit yang tidak hanya
mengolah tandan buah segar (TBS) menjadi minyak kasar kelapa sawit (crude palm oil
dan minyak inti sawit (palm kernel oil).
Mutu minyak sawit dapat terjaga dengan menekan rendah mungkin kadar asam
lemak bebas, air dan kotoran didalamnya. Pada kesempatan ini, yang akan dibahas
adalah penentuan kadar air dan kadar kotoran dari inti sawit pada stasiun kernel di
PTPN III Rambutan Tebing Tinggi.
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR KOTORAN PADA INTI SAWIT DI STASIUN KERNEL DI PTPN III NUSANTARA PABRIK
14/39
Salah satu factor yang mempengaruhi mutu minyak sawit adalah kadar air yang
terdapat pada minyak sawit, dimana jika kadar air dalam minyak sangat besar dapat
mengakibatkatkan gliserida sehingga asam lemak bebasnya semakin besar pula.
( Tim Penulis, 1997 )
1.2 Permasalahan
Masalah yang dihadapi adalah berapa % kadar air dan kadar kotoran yang terdapat di
dalam inti sawit setelah diolah di PTPN III Rambutan Tebing Tinggi. Apakah kadar air
dan kadar kotoran tersebut memenuhi norma atau tidak.
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui kadar air dan kadar kotoran dari inti sawit
1.4 MamfaatKarya ilmiah ini diharapkan dapat memberi informasi kepada pabrik, khususnya pada
stasiun kernel agar dapat lebih memperhatikan pengolahan kernel sawit agar
memperoleh mutu inti sawit yang baik.
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR KOTORAN PADA INTI SAWIT DI STASIUN KERNEL DI PTPN III NUSANTARA PABRIK
15/39
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah perkebunan kelapa sawitKelapa sawit (Elacis guineensis jascg) adalah tumbuhan industri penting penghasil
minyak masak, minyak industri, maupun bahan baker (biodisel). Perkebunan
menghasilkan keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama
dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Indonesia adalah penghasil minyak kelapa
sawit kedua setelah Malaysia. Di Indonesia penyebarannya di daerah aceh, pantai timur
Sumatera, jawa, dan Sulawesi.
Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia oleh pemerintah hindia belanda pada tahun
1848. beberapa bijinya ditanam di kebun raya bogor, sementara sisa benihnya ditanam
di tepi-tepi jalan sebagai tanaman hias di deli, Sumatera Utara pada tahun 1870-an. Pada
saat bersamaan meningkatlah permintaan minyak nabati akibat revolusi industri
pertengahan abad ke-19, dari sini kemudian muncul ide membuat perkebunan kelapa
sawit berdasarkan tumbuhan seleksi dari bogor dan deli, maka dikenal lah jenis sawit
Deli Dura.
Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara
komersial dengan perintisnya di Hindia belanda adalah Adrian, seorang belgia, yang
lalu diikuti oleh K. Schadt. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di pantai timur
sumatera (Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunan mencapai 5.123. Pusat pemuliaan
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR KOTORAN PADA INTI SAWIT DI STASIUN KERNEL DI PTPN III NUSANTARA PABRIK
16/39
dan penangkaran kemudian didirikan di marihat (terkenal sebagai AVROS),
sumatera utara dan di rantau panjang, kuala Selangor, Malaysia pada 1911-1912. di
Malaysia, perkebunan pertama dibuka pada tahun 1917 di lading tenmaran, kuala
Selangor menggunakan benih dura deli dari rantau panjang. Di afrika barat sendiri
penanaman kelapa sawit besar-besaran baru di mulai pada tahun 1911.
Hingga menjelang pendudukan jepang, hindia belanda merupakan pemasok utama
minyak sawit dunia. Semenjak pendudukan jepang, produksi merosot hingga tinggal
seperlima dari angka tahun 1940.
Usaha peningkatan pada masa orde baru perluasan areal penanaman digalakkan,
dipadukan dengan system PIT perkebunan. Perluasan areal perkebunan kelapa sawit
terus berlanjut akibat meningkatnya harga minyak bumi sehingga peran minyak nabati
meningkat sebagai energi alternative.
Bebarapa pohon kelapa sawit yang ditanam di kebun Botani Bogor hingga
sekarang masih hidup, dengan ketinggiaan 12 m, dan merupakan kelapa sawit tertua di
Asia Tenggara yang berasal dari Afrika. (Mangoensoekarjo,2003).
2.2. Minyak kelapa sawitSalah satu dari beberapa tanaman golongan palm yang dapat menghasilkan minyak
adalah kelapa sawit ( Elaisgi guinensis JACQ ). Batangnya mencapai tinggi 15-24
meter dan memiliki buah yang banyak pada tiap tandan yang muncul pada ketiak daun.
Kelapa Sawit tumbuh terdiri dari tiga tipe atau varies, yaitu tipe Dura, Tenera dan
Psifera. Masing-masing tipe dibedakan berdasarkan table tempurung.
Pada umumnya kelapa sawit terdiri beberapa varietas, berdasarkan karakteristiknya
dapat dibagi atas 3 (tiga) bagian yaitu :
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR KOTORAN PADA INTI SAWIT DI STASIUN KERNEL DI PTPN III NUSANTARA PABRIK
17/39
1. Duara
Tempurung cukup tebal antara 2-8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut pada
bagian luar tempurung. Daging buah relative tipis dengan persentase daging buah
terhadap buah bervariasi antara 35-50%. Kernel ( daging buah ) biasanya besar dengan
kandungan minyak yang rendah. Dari empat pohon induk yang tumbuh di Kebun Raya
Bogor, varietes ini kemudian menyebar ke tempat lain, antara lain ke Negara Timur
Jauh. Dalam persaingan, varietes Dura dipakai sebagai pohon induk betina.
2. Pisifera
Ketebalan tempurung sangat tipis bahkan hamper tidak ada, tetapi daging buahnya
tebal. Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi, sedangkan daging biji sangat
tipis. Jenis Pisifera tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis yang lain.
Varietas ini dikenal sebagai tanaman betina yang steril sebab bunga betina gugur pada
fase dini. Oleh sebab itu, dalam persilangan dipakai sebagai pohon induk jantan.
Penyerbukan silang antara Pisifera dan Dura menghasilkan Pisifera.
3. Tenera
Varieras ini mempunyai sifat-sifat yang berasal dari kedua induknya yaitu Dura
dan Pisifera. Varietas inilah yang banyak ditanam di perkebunan perkebunan pada
saat ini. Tempurung sudah menipis, ketebalannya berkisar antara 0,54 mm, dan terdapat
lingkaran serabut di sekelilingnya. Persentase daging buah terhadap buah tinggi, antara
60-90%. Tanda buah yang dihasilkan oleh Tenera lebih banyak dari pada Dura, tetapi
ukuran tandanya relative lebih kecil. ( Phan, I. 2006 ).
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR KOTORAN PADA INTI SAWIT DI STASIUN KERNEL DI PTPN III NUSANTARA PABRIK
18/39
2.2 Komposisi minyak kelapa sawit dan minyak sawitKelapa sawit mengandung kurang lebih 80% perikarp dan 20 persen buah yang
dilapisi kulit yang tipis, kadar minyak dalam perikarp sekitar 34-40 persen.
Minyak kelapa sawit adalah lemak semi dapat mempunyai komposisi yang tetap.
Rata rata komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel
2.3.1. bahan yang tidak dapat disabunkan jumlahnya sekitar 0,3 persen.
Tabel 2.3.1 Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dan minyak inti sawit
Asam Lemak Minyak Kepala Sawit (Persen) Minyak Inti Sawit ( Persen )
Asam kaprilat
Asam kaproad
Asam laurat
Asam miristat
Asam palmiat
Asam stearat
Asam oleat
Asam linoleat
-
-
-
1,1-2,5
40-46
3,6-4,7
39-45
7-11
3-4
3-7
46-52
14-17
6,5-9
1-2,5
13-19
0,5-2
Sumber : Eckey, S.W. (1955)
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR KOTORAN PADA INTI SAWIT DI STASIUN KERNEL DI PTPN III NUSANTARA PABRIK
19/39
2.4 Mutu minyak kelapa sawit
Mutu minyak kelapa sawit adalah merupakan hal yang penting untuk
menentukan kualitas dari minyak. Rendahnya mutu minyak sawit sangat ditentukan
oleh banyak factor. Factor factor tersebut dapat langsung dilihat dari sifat pohon
induknya penanganan pasca panen, atau kesalahan selama pemrosesan dan
pengangkutannya.
Berikut ini akan dikemukakan beberapa hal yang berkaitan dengan penurunan
mutu minyak sawit dan cara pencegahannya, mutu minyak kelapa sawit ditentukan oleh
beberapa factor yaitu :
1. Asam Lemak Bebas
Asam lemak bebas dalam konsentrasi tinggi yang terikut dalam minyak sawit
sangat merugikan. Asam lemak bebas yang tinggi mengakibatkan rendemen minyak
turun, maka dilakukan usaha untuk mencegah terbentuknya asam lemak bebas dalam
minyak sawit. Kenaikan kadar asam lemak bebas ini disebabkan karena adanya
hidrolisa pada minyak Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit adalah gliserol dan asam
lemak bebas, reaksi ini dipercepat juga dengan adanya factor-faktor seperti : panas, air,
keasaman, dan katalis ( enzim ). Semakin lama reaksi ini berlangsung maka semakin
banyak asam lemak bebas yang terbentuk.
Beberapa factor yang dapat menyebabkan peningkatan kadar asam lemak bebas yang
relatif tinggi dalam minyak sawit antara lain :
1. Pemanenan buah sawit yang tidak tepat waktu2. Keterlambatan dalam pengumpulan dan pengangkutan buah
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR KOTORAN PADA INTI SAWIT DI STASIUN KERNEL DI PTPN III NUSANTARA PABRIK
20/39
3. Penumpukan buah yang terlalu lam, dan4. Proses hidrolisa selama pemrosesan di pabrik
2. Kadar Air
Kadar air yang terkandung dalam minyak sawit tergantung pada efektivitas
pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, dan juga tergantung pada kematangan buah
yang dipanen. Buah yang terlalu matang akan mengandung air lebih banyak. Untuk itu
perlu pengaturan panen yang tepat dan pengolahan yang sempurna untuk mendapatkan
produk yang tinggi mutunya.
3. Kadar Zat Menguap dan KotoranKotoran yang terdapat dalam minyak ada yang berukuran besar dan ada pula
yang berukuran kecil. Kotoran-kotoran yang berukuran besar bisa dihilangkan dengan
cara penyaringan dengan menggunakan alat penyaring. Akan tetapi kotoran-kotoran
atau serabut yang berukuran kecil tidak bias disaring, hanya melayang-melayang
didalam minyak sawit sebab berat jenisnya sama dengan minyak sawit.
Meskipun kadar asam lemak bebas dalam minyak sawit kecil, tetapi, hal itu
belum menjamin mutu minyak sawit. Kematangan minyak sawit harus dijaga dengan
membuang kotoran dan zat penguap. Hal ini dilakukan dengan perlatan pemurnian
modern. (Fauzi, 2002 )
2.5. Proses PengolahanPTPN II Rambutan Tebing Tinggi bahan baku utamanya adalah buah sawit yang masih
segar untuk diolah menjadi minyak kelapa sawit (CPO) dan inti sawit yang diperoleh
dari pemisahan daging buah dan biji sawit yang akan diolah menjadi minyak inti sawit
(PKO). Dengan melalui beberapa tahap pengolahan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR KOTORAN PADA INTI SAWIT DI STASIUN KERNEL DI PTPN III NUSANTARA PABRIK
21/39
Cara pengolahan inti sawit ada 2 macam, salah satu cara diantaranya yaitu
dengan mengektraksi minyak menggunakan hexane. Dapat diperoleh minyak inti sawit
(PKO) yang tinggi yaitu 46,5% dan pellet kering yang berkadar minyak 3%. Cara ini
memerlukan investasi besar dan mengandung risiko kebakaran yang besar karena
hexane mudah terbakar. Cara kedua menggunakan pressan (kempa) yang akan
memberikan rendeman minyak lebih rendah yaitu 40% dan ampas yang masih
mengandung minyak 8%. Cara kedua ini biaya investasinya lebih kecil. Pada saat ini
cara kedua lebih banyak dipilih dan dibawah ini akan diuraikan lebih lanjut.
Untuk mendapatkan efisiensi yang lebih tinggi maka sebaiknya pabrik pengolahan inti
ini berada dalam lokasi yang sama dengan pabrik pengolahan tandan sehingga fasilitas
yang telah ada (tenaga kerja, pembangkit listrik bangunan dan lain-lain) dapat
dimamfaatkan lebih baik. (Adlin. 1992).
2.5.1.Stasiun Penerimaan Buah (Fruit Reception Station)
Stasiun penerimaan buah ini berfungsi untuk menerima tandan buah segar (TBS) yang
berasal dari kebun. Pada stasiun melalui tahapan proses sebagai berikut :
a. Penimbangan Buahb. Penumpukan dan pemindahan buah
a. Penimbangan Buah (Fruit Weighting)
TBS atau buah sawit yang baru dipanen dari kebun diangkat dengan menggunakan truk
ke pabrik. Setelah tiba dilokasi pabrik terlebih dahulu ditimbang pada jembatan
timbangan mengetahui berat dari TBS tersebut.
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR KOTORAN PADA INTI SAWIT DI STASIUN KERNEL DI PTPN III NUSANTARA PABRIK
22/39
b. Penumpukan dan Pemindahan Buah (Transfer and Loading Ramp)
Setelah melalui jembatan timbang kemudian truk membongkat muatannya di loading
ramp. Buah sawit yang sudah disortasi, kemudian dituang kedalam loading ramp.
Fungsi ramp adalah :
a. Tempat penampungan dan penumpukan TBS sementara sebelum diolahb. Tempat melakukan sortasi terhadap TBS yang masuk ke pabrikc. Memudahkan pengisian TBS ke dalam lorid. Menjamin penyediaan bahan baku untuk kontinitas proses.
2.5.2. Stasiun Perebusan (Sterlizing Station)TBS yang berada didalam lori rebusan diangkut dari stasiun penerimaan buah ke stasiun
perebusan dengan bantuan transfer cerier yang bergerak pada jaringan rel. lori rebusan
ini selain sebagai alat angkut juga sebagai wadah untuk merebus buah. Lori rebusan ini
berisi penuh dan merata dengan kapasitas rata-rata 2,5 ton/lori. Lori berisi TBS
dimasukkan kedalam keteel rebusan (Stelizer) untuk proses perebusan buah.
Adapun tujuan perebusan buah antara lain :
1. Mematikan / menonaktifkan kegiatan enzin-enzin yang dapat menguraikanminyak menjadi asam lemak bebas.
2. Untuk mempermudah proses pelepasan buah dari tanda sebagai akibat reaksihidrlisa pada tempat persentuhan antara buah dengan tangkai tandan.
3. Mengurangi kadar air dalam buah agar lebih memudahkan pekerjaan dalamproses pengempaan (Pressing), Pemisahan cangkang (Shell) dengan inti
( kernel).
4. Untuk menkoaglasikan protein sehingga proses pemurnian minyak.
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR KOTORAN PADA INTI SAWIT DI STASIUN KERNEL DI PTPN III NUSANTARA PABRIK
23/39
2.5.3. Stasiun Penebahan (Theressing Station)TBS berikut lori yang telah direbus dikirim penebah (thresher)dengan bantuan hoisting
crane transfer carriage. Proses penebahan ini terjadi akibat tromol berputar pada sumbu
mendatar yang membawa TBS ikut berputar sehingga membanting-banting TBS
tersebut dan menyebabkan brondolan lepas dari tandannya.
Pada bagian dalam dari penebah, dipasang batang-batang besi perantara sehingga
membentuk kisi menungkinan brondolan keluar dari penebah, brondolan yang keluar
dari bagian bawah penembah ditampung oleh screwconveyer untuk dikirim kebagian
digesting dan pressing.
2.5.4. Stasiun Pengadukan dan Kempa ( Digester and Pressing Station)
Pada stasiun ini dilakukan dua tahap pengolahan yaitu :
a. Pengadukan
Brondolan yang dihasilkan pada proses penebahan dialirkan kedalam digester, Peralatan
ini digunakan untuk melumatkan brondolan. Sehingga daging buah terpisah dari biji dan
menhancurkan sel-sel yang mengandung minyak, dalam waktu cepat agar minyak dapat
diperas sebanyak-banyaknya pada aat pengempaan.
b. Pengempaan
Tujuan dari proses pengempaan adalah untuk mengambil minyak yang ada dalam
masa adukan semaksimal mungkin dengan cara mengempa pada tekanan tertentu.
Tekanan kempa yang ditentukan 50-60 Kg/cm2
2.5.4. Stasiun Pemurnian MinyakStasiun ini berfungsi untuk mendapatkan minyak sawit yang sudah dimurnikan dari
kotoran.
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR KOTORAN PADA INTI SAWIT DI STASIUN KERNEL DI PTPN III NUSANTARA PABRIK
24/39
Pada stasiun pemurnian/klarifikasi minyak, terjadi beberapa tahapan proses, yaitu :
a. Pemisahan Pasirb. Penyaringan minyakc. Pemurnian Minyakd. Pemisahan Lumpure. Pengutipan Minyak
Alat-alat yang terlibat dalam proses pemurnian minyak secara ringkas terdapat
dijelaskan sebagai berikut :
a. Tangki Pemisah Pasir
Alat ini digunakan untuk memisahkan pasir dari cairan minyak kasar. Hal-hal ini yang
perlu diperhatikan :
1. Suhu minyak kasar 95-1150C2. Pembuangan pasir dilakukan secara rutin setiap 4 jam
b. Saringan Besar
Untuk memisahkan serat-serat dan kotoran kasar yang terikut dengan minyak, dilakukan
dengan penyaringan pada ayakan/saringan getar.
Benda-benda yang berupa ampas yang disaring pada saringan ini dikembalikan
kelimba buah untuk diproses kembali. Cairan minyak yang ditampung dalam tangki
minyak kasar.
c. Bak Minyak Mentah
Minyak kasar yang telah disaring masuk kedalam bak minyak mentah yang brfungsi
sebagai tempat penyimpanan sementara sebelum dipompakan dalam tangkiu pemisah
minyak continious tank dengan pompa minyak kasar. Untuk menjaga agar suhu cairan
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR KOTORAN PADA INTI SAWIT DI STASIUN KERNEL DI PTPN III NUSANTARA PABRIK
25/39
tetap, diberikan penambahan panas dengan menginjeksikan uap pada temperature 90-
950C.
d. Tangki Pemisah (Continious Setting Tank)
Minyak yang dipompakan dari tangki minyak kasar ke tangki pemisah lanjut melalui
tangki umpan continious settling masih bercampur dengan Lumpur dan air, oleh karma
itu harus dipisahkan. Minyak yang masih kotor dialirkan ke sludge tank untuk
dipisahkan dari zat-zat pengotorannya dan minyak yang bersih dialirkan ke oil tank.
e. Tangki Masakan Minyak (Oil Tank)
Minyak yang telah dipisahkan pada tangki pemisah ditampung didalam tangki ini untuk
dinasi lagi sebelum diolah lebih lanjut pada sentrifusi minyak.
Diusahakan suhu tetap pada 90-950C.
f. Sentrifusi Minyak (Oil Purifer)
Minyak yang keluar dari tangki masakan masih mengandung 0,5,7% dan kotoran 0,1-
0,3%. Karena itu perlu dimurnikan, untuk proses pemurnian tersebut digunakan alat
yang disebut Oil Purifer.
g. Pengeringan Minyak (Vacum Dryer)
Minyak yang keluar dari oil purifier masih mengandung 0,3-0,4% air. Untuk
mengurangi kadar airnya perlu dikeringkan dengan menggunakan vakum
(Vacum Dtyer). Tekanan dalam pengeringan diawasi antara (50-70 cmHg) dan
Temperatur 90-950C.
h. Tangki Timbun
Minyak yang keluar dari vacuum dryer kemudian dialirkan ke tangki timbun untuk
diproses lebih lanjut.
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR KOTORAN PADA INTI SAWIT DI STASIUN KERNEL DI PTPN III NUSANTARA PABRIK
26/39
2.5.6 Pengolahan Kernel
Untuk mengolah tandan buah segar (TSB) menjadi Crude palm oil (CPO) dan kernel,
PKS-Rambutan memiliki stasiun kerja yang saling terkait, yaitu :
a. Stasiun penerima TBS dan pengiriman produksi
b. Stasiun loading ramp
c. Stasiun rebusan (Sterillizer)
d. Stasiun thressing
e. Stasiun pressing
f. Stasiun klarifikasi
g. Stasiun kernel
h. Stasiun water treatment
i. Stasiun power plant
j. Stasiun boiler
k. Stasiun fat-fit effluent treatmen (Tim penulis, 1997)
2.6. Penentuan Kadar air terhadap mutu minyak sawit
Dari hasil pengolahan didapat CPO dengan zat menguap air sebesar 0,3% dan kadar
kotoran hanya 0,0005%. Dalam kondisi diatas CPO sudah dianggap terjadinya proses
hidrolisa, perlu dilakukan pengeringan pada kondisi fisik hampa sehingga CPO tersebut
hanya mengandung kadar zat yang terdapat pada minyak sawit mentah adalah sebagai
berikut :
a. Karena dengan tingginya kadar air pada CPO maka secara otomatis akan
mengganggu proses pemucatan dan akan mempengaruhi warna CPO yaitu
merak akan semakin meningkat atau semakin besar sehingga dengan demikian
kualitas CPO semakin menurun.
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR KOTORAN PADA INTI SAWIT DI STASIUN KERNEL DI PTPN III NUSANTARA PABRIK
27/39
b. Karena dengan semakin kadar air yang terkandung dalam CPO secara otomatiskadar asam lemak bebas akan semakin besar pula dan hal ini akan
mengakibatkan turunnya mutu dari CPO.
Dengan menaikkan kadar air pada CPO maka akan mengakibatkan
terganggunya pemucatan CPO. Dengan terganggunya proses pemucatan pada CPO
maka otomatis akan mempengaruhi kualitas dari produksi dan akan mengganggu
kesinambungan proses.
Dalam praktek di lapangan sulit untuk mempengaruhi perubahan kadar air
terhadap kualitas warna CPO pada proses pemucatan dan pengaruh perubahan kadar air
terhadap kandungan ALB.
2.7. Penentuan kadar air terhadap kadar asam lemak bebas (ALB)
Kadar air yang berlebih yang terdapat pada CPO dapat mempengaruhi kadar ALB
dalam CPO yaitu semakin besar pula kadar ALB-nya.
2.8. Penentuan kadar air terhadap reaksi enzimatis
Kegiatan enzimatis yang tidak menguntungkan dalam proses pengolahan pangan
dapat dihambat atau diberhentikan misalnya dengan pemanasan.
Penurunan kadar air akan sangat besar pengaruhnya terhadap reaksi enzimatis karena
pada kondisi air bebas akan membantu difusi enzim dan substratnya.
Pada nilai kadar air rendah kelarutan substrat sangat kecil jumlahnya dan apabila
jumlahnya telah habis dihidrolisasis maka reaksinya akan terhenti. Oleh karena itu
peningkatan kadar air bebas akan melarutkan substrat yang baru. (Kateren, 1986).
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR KOTORAN PADA INTI SAWIT DI STASIUN KERNEL DI PTPN III NUSANTARA PABRIK
28/39
2.9. Jenis-jenis Produksi Kelapa Sawit
Buah kelapa sawit menghasilkan dua jenis minyak. Minyak yang berasal dari daging
buah (mesokarp) berwarna merah. Jenis minyak ini dikenal sebagai berikut.
1. Minyak kelapa sawit kasar atau crude palm oil (CPO)2. Minyak inti sawit atau palm kernel oil (PKO)
Bahan padatan ini dapat dimanfaatkan untuk sumber energy, pupuk, makanan,
ternak, dan bahan untuk industry.
Produksi CPO dan PKO bertambah dengan pesat, karena bertambahnya dengan
cepat perluasan areal, pertambahan areal tanaman menghasilkan, serta penerapan
teknologi maju. Ini mengakibatkan masalah permasalahan hasil dan masalah
pengendalian mutu atau pemamfaatan limbah. Pemasaran perlu dilakukan
diversifikasi produk untuk memperluas pasar dan melakukan penyesuaian terhadap
keinginan dan permintaan pasar.
Produk kelapa sawit dapat dikelompokkan dalam :
a. Bahan makanan (oleofoo, oleomakanan)b. Bahan non makanan (oleochemical, oleokimia)c. Bahan kosmetik dan farmasi (cosmetic farmacy)
(Ritonga, 1999).
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR KOTORAN PADA INTI SAWIT DI STASIUN KERNEL DI PTPN III NUSANTARA PABRIK
29/39
BAB III
BAHAN DAN METODE
3.1 Bahan
- kelapa inti sawit
3.2 Alat
- Cawan Petri
- Desikator
- Alat penggiling Kernel Thomas Willier
- Neraca Analitik Sartorius
- Oven
- Tang Penjepit
3.3. Prosedur
3.3.1 Penentuan Kadar Kotoran
- ditimbang sampel sebanyak 1000 gram
- dipisahkan sampel antara cangkang,biji utuh,inti utuh,biji pecah, dan inti pecah
- ditimbang masing-masing sampel yang dipisahkan
- dicari kadar larutan dari masing-masing sampel yang dipisahkan
- dicatat hasilnya
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR KOTORAN PADA INTI SAWIT DI STASIUN KERNEL DI PTPN III NUSANTARA PABRIK
30/39
3.3.2 Penentuan Kadar air
- diambil biji utuh
- dihaluskan dialat penggiling kernel
- ditimbang cawan kosong
- dimasukkan inti yang sudah dihaluskan kedalam cawan secukupnya
- ditimbang kembali untuk mendapatkan berat sampel
- diovenkan pada suhu 103 C selama 1 jam
- ditimbang untuk mendapatkan kadar airnya
- dihitung kadar airnya
CS.CSK setelah dipanaskan
Kadar Air = BS contoh x 100
Keterangan : CS = Cawan + Sampel (gram)
CSK = Cawan + Sampel Setelah dikeringkan (gram)
BS = Berat Sampel (ram)
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR KOTORAN PADA INTI SAWIT DI STASIUN KERNEL DI PTPN III NUSANTARA PABRIK
31/39
BAB IV
HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Percobaan
a. Kadar air dan Kadar kotoran
Hari Kadar air (%) Kadar kotoran (%)
I 9,59 % 7,97 %
II 7,86 % 9,50 %
III 7,90 % 8,50 %
IV 6,11 % 9,38 %
V11,74 % 5,98 %
VI 14,01 % 4,43 %
VII 7,87 % 2,87 %
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR KOTORAN PADA INTI SAWIT DI STASIUN KERNEL DI PTPN III NUSANTARA PABRIK
32/39
4.2 Perhitungan
4.2.1 Kadar air dan kadar kotoran
1. Sampel + cawan (cs) = 21,9 g
2. Cawan kosong (ck) = 14,81 g
3. Berat sampel (bs) = 7,09 g
4. Beart sampel setelah dioven +cawan (csk) = 21,22 g
5. Berar sampel setelah dioven = 6,41 g
6. Kadar air (KA)
CS - CSK
% KA = x 100 %
BS
21,9-21,22
= x 100 %
7,0
= 9,590%
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR KOTORAN PADA INTI SAWIT DI STASIUN KERNEL DI PTPN III NUSANTARA PABRIK
33/39
8/12/2019 PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR KOTORAN PADA INTI SAWIT DI STASIUN KERNEL DI PTPN III NUSANTARA PABRIK
34/39
110,02 g
% inti pecah = x 100 %
1000g
= 11,002 %
47,84 g
% inti pecah = x 100 %
1000g
= 4,784%
%KK = % cangkang + % nut utuh + % nut pecah
= 2,543 % + 0,639 % + 4,784 %
= 7,966 %
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR KOTORAN PADA INTI SAWIT DI STASIUN KERNEL DI PTPN III NUSANTARA PABRIK
35/39
4.3 Pembahasan
Ampas pressan yang terdiri dari serat, biji, dan inti yang pecah oleh cake brake
conveyor sehingga lebih mudah diblower untuk memisahkan fraksi ringan dan fraksi
berat. Fraksi ringan terdiri dari serat, inti pecah, dan pecahan tempurung. Fraksi berat
ialah biji utuh, biji pecah, inti utuh dan inti pecah.
Proses penguapan dengan cara pemanasan pada cake brake conveyor sangat
mempengaruhi dalam pemisahan fraksi ringan dan fraksi berat dari ampas presan.
Dimana fraksi ringan seperti serat dan biji pecah digunakan sebagai sumber bahan bakar
untuk boiler, sehingga diperlukan kadar air yang rendah pada serat dan biji pecah untuk
mendapatkan kalor bakar yang besar agar dapat memenuhi kebutuhan dari kapasitas
boiler dan memenuhi kebutuhan instalasi pabrik.
Pengolahan minyak kelapa sawit dan minyak inti sawit hasil akhirnya haruslah bebas
dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi mutu minyak kelapa sawit dan minyak inti
sawit, diantaranya kadar asam lemak bebas, kadar air dan kadar kotoran.
Dalam hal ini penulis membahas tentang penentuan kadar air dan kadar kotoran
dari inti sawit pada stasiun kernel di PTPN III Rambutan Tebing Tinggi.
Kadar air dan kadar kotoran yang terdapat pada inti sawit tentulah dapat mempengaruhi
mutu inti sawit tersebut, yaitu dapat membuat mutu inti sawit menurun, hal ini tentu saja
adalah hal yang tidak diinginkan oleh pabrik.
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR KOTORAN PADA INTI SAWIT DI STASIUN KERNEL DI PTPN III NUSANTARA PABRIK
36/39
Dari data dapat dilihat bahwa % kadar air dan % kadar kotoran sebagai besar
tidak memenuhi norma, yaitu 7 % untuk kadar air dan 6 % untuk kadar kotoran
pada inti sawit.
Hanya pada percobaan hari ke-IV kadar air yang diperoleh memenuhi norma
pabrik yaitu 6,11 % dan untuk kadar kotoran yang memenuhi norma yaitu pada
percobaan haro ke V, VII dan VII.
Kadar air dan kadar kotoran tersebut tergantung pada efektivitas pengolahan inti
sawit. Sehingga perlu diperhatikan proses pengolahan mulai dari buah direbus hingga
menghasilkan inti sawit yang baik mutunya.
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR KOTORAN PADA INTI SAWIT DI STASIUN KERNEL DI PTPN III NUSANTARA PABRIK
37/39
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kadar air dan kadar kotoran yang diperoleh dari hasil analisa yang dilakukan
Selama 7 hari yaitu :
1. Kadar Air = hari pertama 9,59 %
hari kedua 7,86 %
hari ketiga 7,90 %
hari keempat 6,11 %
hari kelima 11,70 %
hari keenam 7,90 %
hari ketujuh 7,80 %
2. Kadar kotoran = hari pertama 7,97 %
hari kedua 9,50 %
hari ketiga 8,50 %
hari keempat 9,38 %
hari kelima 4,43 %
hari keenam 8,50 %
hari ketujuh 7,87 %
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR KOTORAN PADA INTI SAWIT DI STASIUN KERNEL DI PTPN III NUSANTARA PABRIK
38/39
standar mutu untuk kadar air dan kadar kotoran berturut-turut adalah 7,0 % dan
6,0 %. Untuk percobaan penentuan kadar air pada hari ke empat.
Yang memenuhi norma yaitu 6,11 %. Dan untuk penentuan kadar kotoran pada hari
kelima saja yang memenuhi norma yaitu 4,43 %.hasil ini disebabkan oleh beberapa
factor yang mempengaruhi, yaitu proses dari rebusan kelapa sawit itu sendiri diantara
menjaga mutu bahan baku dan bahan penembah lain dan rebusan dari pengeperesan
pabrik.
5.2 Saran
Untuk memperoleh minyak sawit yang sesuai dengan yang diinginkan maka harus
dilakukan pengawasan yang intensif pada proses pengolahan minyak sawit terutama
pada pengendalian kadar air dalam minyak, agar hidrolisasi minyak dapat ditekan
sekecil mungkin sehingga kadar asam lemak bebasnya juga kecil.
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR KOTORAN PADA INTI SAWIT DI STASIUN KERNEL DI PTPN III NUSANTARA PABRIK
39/39
DAFTAR PUSTAKA
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak Dan Lemak Pangan. Edisi Pertama.
UI-Press.Jakarta
Mangoensoekarjo, S.2003. manajemen Agrobisnis Minyak Kelapa Sawit. Cetakan
Pertama. Gajah Mada University Press. Yokyakarta
Pahan, Iyung, 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis Dari
Hulu Hingga Hilir. Cetakan Pertama. Penebar Swadaya. Jakarta
Ritonga. MY 1999. Pengaruh Kadar Air Dalam Minyak Terhadap Proses Pemucatan.
Usu Press. Medan
Tim Penulis PS. 1997. Kelapa Sawit, Usaha Budidaya, Pemamfaatan Hasil dan Aspek
Pemasaran. Cetakan Kedelapan, Penebar Swadaya. Jakarta
Fauzi, Y. 2002. Kelapa Sawit. Jakarta penebar Swadaya.
Adlin. U.L.1992. Kelapa Sawit di Indonesia. Pusat penelitian perkebunan. Marhat
Bandar Kuala. Pematang Siantar. Sumatera Utara.
Top Related