LAPORAN AKHIR
PENDAMPINGAN PENERAPAN TEKNOLOGIBARU MENDUKUNG PENGEMBANGANKAWASAN HORTIKULTURA (JERUK)
SRI SURYANI M. RAMBE
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULUBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
2016
No. Kode:
LAPORAN AKHIR
PENDAMPINGAN PENERAPAN TEKNOLOGIBARU MENDUKUNG PENGEMBANGANKAWASAN HORTIKULTURA (JERUK)
Sri Suryani M. RambeKusmea Dinata
Lina IvantiRahmat Oktafia
Rizal EfendiJohardi
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULUBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
2016
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir Kegiatan Kegiatan
Pendampingan Penerapan Teknologi Baru Mendukung Pengembangan Kawasan
Hortikultura (Jeruk). Kegiatan ini mempunyai arti penting mendukung
pelaksanaan penelitian dan pengkajian oleh BPTP Bengkulu.
Laporan ini telah kami susun semaksimal mungkin dan tentunya dengan
bantuan berbagai pihak. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pelaksanaan
kegiatan dan pembuatan laporan tengah tahun ini.
Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik dari aspek
penyusun bahasanya maupun aspek lainnya. Untuk itu kritik dan sarannya
sangat kami harapkan. Semoga Laporan ini bermanfaat.
Bengkulu, Desember 2016
Penanggung Jawab Kegiatan,
Ir. Sri Suryani M.Rambe, M.AgrNIP. 19630805 198705 2 007
ii
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul RDHP : Pendampingan Penerapan Teknologi BaruMendukung Pengembangan Kawasan TanamanHortikultura (Jeruk) di Bengkulu
2. Unit Kerja : BPTP Bengkulu3. Alamat Unit Kerja : JL. Irian KM, 6,5 Bengkulu 381194. Sumber Dana : DIPA BPTP Bengkulu5. Status Kegiatan : Lanjutan6. Penanggung Jawab
a. Nama : Ir. Sri Suryani M.Rambe, M.Agrb. Pangkat/Golongan : Pembina Utama Madya/IVdc. Jabatan : Penyuluh Pertanian Utama
7. Lokasi : Provinsi Bengkulu8. Agroekosistem : Lahan kering9. Jangka waktu : 3 tahun10. Tahun mulai : 201511. Tahun selesai : 201712. Output Tahunan : 1. Percepatan penyebarluasan dan penerapan
inovasi teknologi baru dalam pengembangankawasan jeruk di Provinsi Bengkulu.
2. Peningkatan pengetahuan dan keterampilanpetani dan petugas terhadap inovasiteknologi dalam pengembangan kawasanjeruk di Provinsi Bengkulu.
13. Output Akhir : Percepatan adopsi teknologi baru dalampengembangan kawasan jeruk di ProvinsiBengkulu
14. Biaya : Rp. 96.000.000 (Sembilan Puluh Enam JutaRupiah)
Koordinator Program
Dr. Shannora Yuliasari, MPNIP. 19740731 200312 2 001
Penanggung Jawab RDHP
Ir. Sri Suryani M.Rambe,M.AgrNIP.19630805 198703 2 007
Mengetahui,Kepala BBP2TP,
Dr. Ir. Haris Syahbuddin, DEANIP. 19680415 199203 1 001
Kepala BPTP Bengkulu,
Dr. Ir. Dedi Sugandi, MPNIP.19590206 198603 1 002
iii
DAFTAR ISI
HalamanKATA PENGANTAR.................................................................................... iLEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ iiDAFTAR ISI.............................................................................................. iiiDAFTAR TABEL......................................................................................... ivDAFTAR LAMPIRAN................................................................................... vRINGKASAN ............................................................................................. viSUMMARY................................................................................................ viii
I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 11.1. Latar Belakang............................................................................. 11.2. Tujuan ........................................................................................ 21.3. Keluaran ..................................................................................... 31.4. Perkiraan Manfaat dan Dampak..................................................... 31.5. Dampak yang diharapkan ............................................................. 3
II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 5
III. PROSEDUR KERJA............................................................................... 103.1. Lokasi dan Waktu ........................................................................ 103.2. Ruang Lingkup Kegiatan............................................................... 103.3 Tahapan Pelaksanaan Kegiatan...................................................... 10
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 214.1 Kegiatan percepatan penyebarluasan dan penerapan inovasi
teknologi dalam pengembangan kawasan jeruk di Provinsi Bengkulu 21a. Program Kegiatan Pendampingan............................................... 21b. Peningkatan penerapan teknologi............................................... 22c. Tingkat Produksi Tanaman Jeruk ................................................ 23
4.2 Kegiatan peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani danpetugas terhadap inovasi teknologi................................................ 24a. Peningkatan kinerja kelembagaan kelompok tani......................... 26b. Menjadi narasumber dalam kegiatan pengembangan kawasan
jeruk....................................................................................... 26
KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 27KINERJA HASIL ........................................................................................ 27DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 28ANALISIS RISIKO ..................................................................................... 30JADWAL KERJA......................................................................................... 31PEMBIAYAAN ........................................................................................... 32PERSONALIA ............................................................................................ 34LAMPIRAN ............................................................................................... 35
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Program pengembangan kawasan jeruk di Provinsi Bengkulu ................. 21
2. Kegiatan diseminasi yang dilakukan pada kawasan pengembangan
jeruk berdasarkan sumber anggaran pada tahun 2016…………………………. 22
3. Komponen teknologi PTT yang diadopsi oleh petani jeruk di kab.
Lebong tahun 2016 ............................................................................ 25
4. Tingkat pengetahuan petani tentang teknologi PTT jeruk tahun 2016
di Provinsi Bengkulu .......................................................................... 25
5. Tingkat keterampilan petani dalam penerapan teknologi PTT jeruk
tahun 2016 di Provinsi Bengkulu ......................................................... 25
6. Tingkat pengetahuan petugas tentang teknologi PTT jeruk tahun
2016 di Provinsi Bengkulu ..................................................................
7. Daftar resiko pelaksanaan kegiatan pendampingan pengembangan
kawasan jeruk di Provinsi Bengkulu tahun 2016. ................................... 29
8. Daftar penanganan resiko pelaksanaan kegiatan pendampingan
pengembangan kawasan jeruk di Provinsi Bengkulu tahun 2016............. 29
9. Jadwal Kerja Kegiatan. ....................................................................... 30
10. Rencana Anggaran Belanja (RAB) Kegiatan. ....................................... 31
11. Realisasi Anggaran Belanja (RAB) Kegiatan. ....................................... 32
12. Personalia Kegiatan.......................................................................... 34
v
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman1. Dokumentasi rangkaian kegiatan Pendampingan Penerapan
Teknologi Baru Mendukung Pengembangan Kawasan Hortikultura(Jeruk) tahun 2016 .......................................................................... 34
vi
RINGKASAN
1. Judul : Pendampingan Penerapan Teknologi BaruMendukung Pengembangan Kawasan TanamanHortikultura (Jeruk) di Bengkulu
2. Unit kerja : BPTP Bengkulu3. Lokasi : Provinsi Bengkulu4. Agroekosistem : Lahan kering5. Status (L/B) : Lanjutan6. Tujuan : 1. Mempercepat penyebaran dan penerapan
inovasi teknologi baru dalam pengembangankawasan jeruk di Provinsi Bengkulu
2. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilanpetani dan petugas terhadap inovasiteknologi dalam pengembangan kawasanjeruk di Provinsi Bengkulu
7. Keluaran : 1. Percepatan penyebarluasan dan penerapaninovasi teknologi baru dalam pengembangankawasan jeruk di Provinsi Bengkulu
2. Peningkatan pengetahuan dan keterampilanpetani dan petugas terhadap inovasi teknologidalam pengembangan kawasan jeruk diProvinsi Bengkulu
8. Hasil : 1. Tersedianya demplot pengelolaan tanamanterpadu (PTT) jeruk seluas 5 ha
2. Terlaksananya 7 kali pelatihan pengelolaanterpadu tanaman jeruk
3. Terjadi peningkatan pengetahuan danketerampilan petani dan penyuluh
9. Prakiraan Manfaat : 1. Mendekatkan teknologi untuk komoditasjeruk kepada pengguna antara (penyuluhpertanian) dan pengguna akhir (petani),sehingga dapat meningkatnya akselerasidiseminasi hasil penelitian dan pengkajian.
2. Peningkatan produktivitas tanaman jerukyang diikuti oleh peningkatan pendapatanpetani
10. Prakiraan Dampak : 1.Meningkatkan kesejahteraan petani danmewujudkan pertanian yang berkelanjutandan ramah lingkungan.
2.Terciptanya kawasan agribisnis jeruk yangberdaya saing
vii
11. Metodologi : 1. Pendampingan kawasan pengembangan jerukdilaksanakan di 4 kabupaten/kota di ProvinsiBengkulu dimulai tahun 2015 s/d 2017.
2. Ruang lingkup kegiatanpendampingan meliputi: 1) penyediaaninovasi teknologi tepat guna; 2) penyusunandan penyebaran bahan diseminasi; 3)demplot pengelolaan terpadu tanaman (PTT)jeruk spesifik lokasi ; 4) apresiasi/temulapang; 5) pertemuan/ pelatihan; 6)pembinaan kinerja kelompok tani; dan 7)sebagai nara sumber.
3.Tahapan pelaksanaan kegiatan pendampinganmeliputi: 1) Kegiatan persiapan (desk study,penyusunan dan penyempurnaan RDHP,RODHP dan juklak dan koordinasi internal daneksternal/konsultasi; 2) Kegiatan pelaksanaan(penyediaan inovasi teknologi, penyusunandan penyebaran bahan diseminasi;pengawalan demplot PTT jeruk; pertemuan/pelatihan; temu lapang/sosialisasi kegiatanserta sebagai nara sumber 3) Pengumpulandan analisis data serta 4) Pelaporan.
12 Jangka Waktu : 3 (tiga) tahun (2015 -2017)
13 Biaya : Rp.96.000.000 (Sembilan Puluh Enam JutaRupiah)
viii
SUMMARY
1 Title : Guarding/Assisting for New TechnologyApplication in Citrus Development Area inBengkulu Province
2 Implementation Unit : AIAT Bengkulu3 Location : Bengkulu Province4 Agro-ecosystem : Dry land5 Status : Advanced6 Objectives : 1. To accelerate dissemination and adoption of
new technology innovation in supportingdevelopment area of citrus in BengkuluProvince
2. To improve the knowledge and skill of farmerand field officer in development area of citrusin Bengkulu Province
7 Output : 1. Acceleration of dissemination and adoption ofnew technology innovation in supportingdevelopment area of citrus in BengkuluProvince
2. Improvement of the knowledge and skill offarmer and field officer in development areaof citrus in Bengkulu Province
8 Outcome : 1. The availability of demonstration plot ofspecific location of integrated management ofcitrus for 3 kinds of citrus plants
2. Improvement of farmers and extensionworker skills and knowledge of integratedmanagement of citrus
9. Expected benefit : 1. Acceleration of dissemination and adoption ofassessment and research increase becauseinnovation technology from extension workerbecome closer to beneficiaries
2. Increasing the citrus productivity and farmer’sincome
10 Expected Impact : 1. Improving the farmers' welfare indevelopment area of citrus
2. Creating competitive areas of citrusagribusinesses
11 Methodology : This activity is starting from 2015 until 2017.The scope of assistance activities include:1) preparing citrus technology innovation; 2);preparing and disseminating information ofcitrus technology innovation; 3) escortingdemonstration plot; 4) meetings/ trainings; 5)open field/socialization; 6) guiding farmer group;and 8) as the resource person.The stage of activities include: 1) preparationactivities (desk study, writing and refinementRDHP, RODHP and guidelines, internal and
ix
external coordination/consultation; 2)implementation activities (preparing anddisseminating information of innovationtechnology, escorting demonstration plot;meeting training; open-field/socialization,become the resource person; 3) collecting data,analyzing data, and 4) reporting.
12 Duration : 3 (three) years (2015 – 2017)13 Budget : IDR 96.000.000
1
I.PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pengembangan kawasan hortikultura merupakan program hortikultura di
tingkat nasional yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan mutu
hasil komoditas hortikultura. Pendekatan pengembangan hortikultura dilakukan
secara terpadu dan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, yang
dikenal dengan 6 (enam) pilar pengembangan hortikultura, yaitu : 1)
pengembangan kawasan agribisnis hortikultura, 2) penataan manajemen rantai
pasokan, 3) penerapan budidaya pertanian yang baik (good agricultural
practices/GAP) dan standard operating procedure (SOP), 4) fasilitasi terpadu
investasi hortikultura, 5) pengembangan kelembagaan usaha, dan 6)
peningkatan konsumsi dan akselerasi ekspor. Semua program di atas dapat
dilakukan melalui peningkatan daya saing dan dukungan inovasi di semua lini
dari hulu ke hilir melalui sistem agribisnis.
Salah satu komoditas hortikultura buah-buahan unggulan nasional adalah
komoditas jeruk. Kebutuhan buah-buahan termasuk jeruk belum dapat dipenuhi
dari pasokan dalam negeri. Produksi jeruk siam, jeruk keprok dan jeruk besar di
Indonesia sebesar 1.615.191 ton.
Jeruk merupakan salah satu komoditas unggulan Provinsi Bengkulu.
Produksi jeruk di Provinsi Bengkulu selama tiga tahun cenderung menurun yaitu
10.319 ton/ha, 9.439,6 ton/ha dan 7.263,6 ton/ha. Permasalahan yang dihadapi
yaitu produktivitas tanaman dan kualitas buah jeruk relatif masih rendah. Hal ini
disebabkan antara lain karena pengetahuan petani dan petugas masih terbatas
sehingga penerapan inovasi teknologi belum optimal. Inovasi teknologi untuk
komoditas jeruk sudah tersedia. Mengacu pada inovasi teknologi yang dihasilkan
oleh Badan Litbang Pertanian yaitu pengelolaan terpadu kebun jeruk sehat
(PTKJS) telah dihasilkan inovasi teknologi untuk komoditas jeruk yang spesifik
Bengkulu pengelolaan terpadu tanaman jeruk (PTT jeruk) spesifik Bengkulu yang
meliputi 4 komponen teknologi yaitu: 1) penggunaan benih yang sehat; 2)
pemeliharaan tanaman yang optimal; 3) Pengendalian hama penyakit utama dan
4) koordinasi antar petani dalam suatu kawasan jeruk.
2
Produksi jeruk di Provinsi Bengkulu dapat ditingkatkan melalui program
pengembangan kawasan jeruk yang dilaksanakan oleh Dinas Pertanian Tanaman
Pangan dan Hortikultura Provinsi Bengkulu. Pengembangan kawasan jeruk
dilaksanakan pada 4 kabupaten di Provinsi Bengkulu yaitu di Kabupaten Lebong,
Kepahiang, Bengkulu Utara dan Bengkulu Tengah.
Salah satu kunci keberhasilan dari program pengembangan kawasan jeruk
adalah tingkat inovasi teknologi yang diterapkan oleh pelaku usaha dari hulu
sampai ke hilir. Badan Litbang Pertanian telah menghasilkan berbagai hasil
penelitian dalam bentuk paket teknologi yang dapat meningkatkan mutu dan
produktivitas komoditas jeruk.
Untuk mendukung program tersebut diperlukan kegiatan diseminasi untuk
mempercepat penyampaian inovasi teknologi jeruk. Pendampingan merupakan
salah satu aspek penting yang dibutuhkan dalam mendukung mensukseskan
program strategis kementerian pertanian. Pendampingan yang holistik,
bersinergi, terkoordinir, terfokus dan terukur sangat diharapkan oleh semua
pihak dalam mengakselerasi pencapaian dari sasaran yang telah ditetapkan.
Melalui pengawalan/pendampingan kegiatan pengembangan kawasan agribisnis
hortikultura diharapkan minimal dapat menggunakan 25% inovasi teknologi
Badan Litbang Pertanian (Hendayana et al., 2009).
Dalam rangka mendukung program pengembangan kawasan jeruk,
diperlukan kegiatan pendampingan untuk mempercepat penyampaian inovasi
teknologi jeruk. Kegiatan pendampingan pengembangan kawasan jeruk mulai
dilaksanakan tahun 2015 pada 4 kabupaten yang mempunyai program
pengembangan kawasan jeruk. Pada tahun pertama kegiatan pendampingan
difokuskan pada 1 kabupaten yaitu kabupaten Lebong. Untuk meningkatkan
penerapan inovasi teknologi dalam rangka mendukung pengembangan kawasan
jeruk di wilayah Bengkulu, maka pada tahun 2016 masih perlu dilakukan
kegiatan pendampingan yang lebih intensif terutama pada lokasi pengembangan
kawasan pada ketiga kabupaten lainnya.
1.2. Tujuan
Tujuan Jangka Panjang:
Mempercepat adopsi teknologi baru pada kawasan pengembangan jeruk di
Provinsi Bengkulu.
3
Tujuan Tahun 2016 :
1. Mempercepat penyebaran dan penerapan inovasi teknologi baru dalam
pengembangan kawasan jeruk di Provinsi Bengkulu.
2. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dan petugas terhadap
inovasi teknologi baru dalam pengembangan kawasan jeruk di Provinsi
Bengkulu.
1.3. Keluaran
Keluaran Jangka Panjang:
Percepatan adopsi teknologi baru pada kawasan pengembangan jeruk di Provinsi
Bengkulu.
Keluaran Tahun 2016 :
1. Percepatan penyebarluasan dan penerapan inovasi teknologi baru dalam
pengembangan kawasan jeruk di Provinsi Bengkulu.
2. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani dan petugas terhadap
inovasi teknologi baru dalam pengembangan kawasan jeruk di Provinsi
Bengkulu.
1.4. Perkiraan Manfaat dan Dampak
Perkiraan manfaat yang akan diperoleh yaitu: a) terjadinya percepatan
penyebaran inovasi teknologi produksi dan pascapanen jeruk baik pengguna
utama dan pengguna usaha di sektor pertanian, dan b) terjadinya peningkatan
kinerja kelembagaan petani dan tumbuhnya kelembagaan agribisnis.
Dengan berkembangnya jumlah petani yang mengadopsi inovasi teknologi
yang di diseminasikan akan berdampak dalam meningkatkan luas pertanaman
jeruk yang menerapkan teknologi yang direkomendasikan sehingga produksi dan
produktivitas, sekaligus pendapatan dan kesejahteraan petani akan meningkat.
1.5. Dampak yang diharapkan
Manfaat yang diperoleh yaitu: a) terjadinya percepatan penyebaran inovasi
teknologi pengelolaan terpadu kebun jeruk sehat, teknologi produksi dan
teknologi pascapanen jeruk kepada pengguna di kawasan pengembangan jeruk,
dan b) terjadinya peningkatan kinerja kelompok binaan sehingga tingkat adopsi
teknologi untuk komoditas jeruk dapat meningkat. Dengan meningkatnya jumlah
4
petani yang mengadopsi inovasi teknologi yang di diseminasikan berdampak
dalam peningkatan luas pertanaman jeruk yang menerapkan teknologi yang
direkomendasikan. Dengan demikian terjadi peningkatan produksi jeruk sekaligus
peningkatan pendapatan petani di kawasan pengembangan jeruk.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teoritis
2.1.1.Kawasan Hortikultura
Mulai tahun 2007, Ditjen Hortikultura memperkenalkan dan melaksanakan
pembangunan hortikultura melalui pendekatan pembangunan hortikultura melalui
pendekatan Kawasan Agribisnis Hortikultura (KAH), yang dirancang berdasarkan
kesesuaian potensi daerah dan bersifat multi komoditas, keterkaitan antar
wilayah pengembangan, kesamaan infrastruktur ekonomi, serta berorientasi pada
peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Pendekatan KAH
merupakan suatu terobosan dan perubahan paradigma dalam pembangunan
hortikultura dengan memperhatikan kepentingan pelaku usaha dan petani, serta
dukungan dari berbagai institusi, sehingga hasilnya lebih optimal,
menguntungkan dan berkelanjutan (Badan Litbang Pertanian, 2012).
Pembangunan kawasan agribisnis hortikutura bertujuan : 1) meningkatkan
produksi, produktivitas dan mutu komoditas hortikultura potensial di masing-
masing kawasan; 2) mengembangkan keanekaragaman usaha pertanian yang
menjamin pelestarian fungsi dan manfaat lahan; 3) meningkatkan efektivitas dan
efisiensi layanan dan 4) meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
2.1.2.Tanaman Jeruk
Tanaman jeruk dapat ditanam dimana saja, baik didataran rendah maupun
didataran tinggi.Jeruk merupakan salah satu komoditi buah-buahan yang
mempunyai peranan penting di pasaran dunia maupun di dalam negeri. Karena
mempunyai nilai ekonomis tinggi, maka pemerintah tidak hanya mengarahkan
pengelolaan jeruk bagi petani kecil saja, tetapi juga mengorientasikan kepada pola
pengembangan industri jeruk yang komprehensif. Prospek yang lebih cerah ke
arah agribisnis jeruk semakin nyata dengan memperhatikan berbagai potensi yang
ada seperti potensi lahan yaitu ketersediaan lahan pertanian untuk tanaman buah-
buahan meliputi jutaan hektar sehingga mempunyai peluang yang cukup besar
untuk membuka perkebunan dengan skala besar dengan memperhatikan
kesesuaian agroklimat, potensi produksi dapat dicapai jika pengelolaan usahatani
jeruk dilakukan secara intensif untuk mengarah ke agribisnis, dan potensi pasar
diperkirakan permintaan terhadap buah jeruk akan semakin meningkat dengan
6
memperhitungkan peningkatan pendapatan, pertambahan jumlah penduduk dan
elastisitas pendapatan terhadap permintaan (Soelarso, 1996). Produktivitas jeruk
di Indonesia mengalami penurunan atau kemunduran hasil, akibat dari gangguan
penyakit terutama CVPD (Citrus Vein Phloen Degeneration) yang menyebabkan
kerugian besar tanaman jeruk di berbagai sentra produksi (Soelarso, 1996).
Jeruk terdiri dari berbagai varietas yang mempunyai arti penting dari segi
ekonomis. Berdasarkan karakteristik (bentuk, sifat fisik buah dan manfaatnya),
jeruk yang dibudidayakan di Indonesia dapat dibagi menjadi lima golongan, yang
pertama yaitu jeruk keprok, jenis ini tumbuh baik di dataran tinggi (Keprok Siem,
Keprok Garut, Keprok Punten, Keprok Tejakula, dan Keprok Madura). Golongan
yang kedua adalah Jeruk Manis, terdiri dari dua kelompok yaitu yang diusahakan di
dataran rendah (Norris, Pineapple, Valencia Late Orange (VLO)) dan yang
diusahakan di dataran tinggi (Jeruk Manis Punten, Washington Navel Orange
(WNO)). Golongan yang ketiga adalah Jeruk Besar, jeruk ini secara ekonomis
kurang dan daerah penghasil terbatas yaitu Nambangan-Madiun, Gulung,
Pandanwangi. Golongan yang keempat adalah Jeruk Sayur atau Jeruk Bumbu,
jeruk ini buahnya masam, bermanfaat untuk sayur dan bumbu (Jeruk Nipis atau
Jeruk Pecel, Jeruk Purut, Jeruk Sambal). Golongan kelima adalah Jeruk Hibrida,
jeruk ini berfungsi sebagai batang bawah, perakarannya dalam dan luas, diambil
bijinya untuk batang bawah (Japanesche Citroen), sebagai batang buah (Rough
Lemon) (Soelarso, 1996).Jeruk Keprok RGL merupakan komoditas unggulan
Provinsi Bengkulu. Jerukinimempunyai keunggulan kompetitif, yaitu buahnya
berwarna kuning-orange, berbuah sepanjang tahun, ukuran buah besar 200-350
gram, kadar sari buah tinggi dan mempunyai potensi pasar yang baik
(Rambe,2013).
2.1.3.Kegiatan Pendampingan BPTP
Target darimembangun perdesaan melalui inovasi pertanian adalah untuk
mendukung visi pembangunan pertanian menuju terwujudnya pertanian
unggulan berkelanjutan yang berbasis sumberdaya lokal untuk meningkatkan
kemandirian, nilai tambah, daya saing ekspor dan kesejahteraan petani
(Hendayana, 2011).
Salah satu aktivitas Kementerian Pertanian melalui Badan Litbang Pertanian
guna mendukung pembangunan pertanian menuju terwujudnya pertanian
7
unggulan berkelanjutan, adalah melalui pengawalan/pendampingan inovasi
teknologi pertanian. Kegiatan pendampingan perlu dilakukan untuk menjamin
kesinambungan pelaksanaan program. Wujud pendampingan untuk setiap
program strategis Kementerian Pertanian disesuaikan dengan karakteristik
kegiatan, sehingga pelaksanaan pendampingan berjalan dengan efektif. Tujuan
pendampingan adalah menciptakan aktifitas agar peserta atau subjek dampingan
dapat terlibat langsung dalam proses pendidikan sekaligus terlibat dalam
keseluruhan proses kegiatan tersebut.
Dukungan inovasi teknologi melalui pendampingan oleh BPTP provinsi
dilaksanakan di kawasan berdasarkan Kepmentan no: 45 Tahun 2015. Bentuk
pendampingan melalui : 1) koordinasi dengan pemda setempat; 2) membangun
demplot sebagai contoh penerapan teknologi anjuran; 3) pelatihan penerapan
teknologi inovatif; 4) pengembangan inovasi kelembagaan petani; dan 5) nara
sumber pertemuan dan pelatihan. Indikator keberhasilan meliputi peningkatan
produktivitas, efisiensi usahatani, pendapatan petani, komponen teknologi yang
diperbaiki, respon petani terhadap demplot, peningkatan aktivitas poktan,
peningkatan aktivitas kelembagaan, peningkatan jumlah petani adopter dan
tingkat adopsi, dan kehadiran petugas lapang yang berkunjung ke temu lapang/
demplot.
Inovasi pertanian yang telah diadaptasikan perlu didiseminasikan kepada
pengguna.Kegiatan diseminasi teknologi pertanian bertujuan meningkatkan
adopsi dan inovasi pertanian hasil litkaji melalui berbagai kegiatan komunikasi,
promosi dan komersialisasi serta penyebaran paket teknologi unggul yang
dibutuhkan dan menghasilkan nilai tambah bagi berbagai khalayak pengguna dan
menyelenggarakan kegiatan penyebarluasan materi penyuluhan baik secara
tercetak maupun media elektronik.Perubahan yang diharapkan dari kegiatan
diseminasi adalah pengetahuan, ketrampilan teknis dan sikap perilaku.
Dalam konteks pembangunan pertanian, diseminasi diartikan secara praktis
sebagai cara dan proses penyampaian hasil-hasil pengkajian teknologi kepada
masyarakat atau pengguna untuk diketahui dan dimanfaatkan (Permentan No:
20 tahun 2008). Di dalam Permentan No. 03/ Kpts/HK.060/1/2005, dijelaskan
bahwa hasil-hasil pengkajian teknologi di bidang pertanian tersebut merupakan
inovasi yang mengandung ilmu pengetahuan baru atau cara baru untuk
menerapkan pengetahuan dan teknologi ke dalam produk atau proses produksi.
8
Inovasi yang dimaksud mencakup teknologi pertanian dan kelembagaan
agribisnis unggul mutakhir hasil temuan atau ciptaan Badan Litbang Pertanian.
Syarat yang diperlukan dalam bidang penyebaran informasi teknologi
pertanian untuk mendukung percepatan akses informasi teknologi adalah data
base tentang berbagai inovasi teknologi pertanian yang dikelola sedemikian rupa
sehingga mudah untuk diakses oleh pengguna. Praktek penyalurannya bisa
dilakukan melalui berbagai kanal/saluran. Penyaluran informasi teknologi harus
sesuai dengan perencanaan, yaitu apa yang disalurkan dapat dengan mudah
diterima pengguna. Untuk itu agar diseminasi itu lebih efektif,
mutlakmenggunakan berbagai saluran komunikasi dan media yang merupakan
komponen penting pada SDMC seperti percontohan, temu lapang, media cetak,
media elektronik dan lain-lain (Badan Litbang Pertanian, 2011). Pemilihan media
yang akan digunakan dalam penyebaran inovasi harus dilihat dari target
komunikannya.
Menurut Ridwan et al. (2008), faktor utama yang memengaruhi tinggi
rendahnya adopsi teknologi adalah faktor keuntungan, kesesuaian, dan
kerumitan dari teknologi tersebut dibanding teknologi kebiasaan
petani.Soekartawi (1988), menyatakan bahwa mereka yang berpendidikan
tinggi relatif cepat dalam melaksanakan adopsi teknologi, begitu juga
sebaliknya mereka yang berpendidikan rendah relatif lebih agak sulit untuk
melaksanakan adopsi inovasi dengan cepat. Jika pengetahuan petani tinggi dan
petani bersikap positif terhadap suatu teknologi baru di bidang pertanian, maka
penerapan teknologi tersebut akan menjadi lebih sempurna, yang pada akhirnya
akan memberikan hasil secara lebih memuaskan baik secara kuantitas maupun
kualitas (Sudarta, 2005).
2.2. Hasil-hasil Penelitian Sebelumnya
Inovasi teknologi yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian adalah
Pengelolaan Terpadu Kebun Jeruk sehat (PTKJS) yang meliputi lima komponen
teknologi, yaitu : (1) menggunakan bibit jeruk berlabel bebas penyakit, (2)
mengendalikan serangga penular CPVD D. citri secara cermat, (3) melakukan
sanitasi kebun secara cermat, (4) memelihara tanaman secara optimal, (5)
konsolidasi pengelolaan kebun (Dwiastuti et al., 2011). Berdasarkan hasil kajian
Endarto et al. (2006) PTKJS efektif untuk menurunkan serangan D. Citri hingga
9
4% dan menghambat laju perkembangan penyakit CVPD dan penyakit lainnya.
Untuk memperoleh tanaman jeruk yang sehat, salah satu komponen PTKJS
yang perlu diperhatikan adalah pemeliharaan tanaman secara optimal antara lain
pemupukan. Rambe et al. (2012) menyatakan bahwa pemupukan berdasarkan
analisis tanah/tanaman meningkatkan produktivitas jeruk lebih tinggi daripada
cara petani ataupun metode pemupukan lainnya. Menurut Sugiyatno, et al.
(2004) dalam Suyanto dan Irianti (2011), pemupukan merupakan faktor yang
paling berpengaruh terhadap perkembangan buah karena dengan pemberian
pupuk, ketersediaan hara di dalam tanah menjadi seimbang.
Menurut Wutscher dan Smith (1996) dalam Suyanto dan Irianti (2011),
buah yang tidak berair dapat terjadi karena ketidak seimbangan hara.Kahat
fosfor (P) dapat menyebabkan rasa hambar dan buah tidak berair, sedangkan
kahat K dapat menyebabkan aroma buah kurang kuat dan rasanya asam.Taufik
et al. (2005) dalam Suyanto dan Irianti (2011) menyatakan bahwa kekahatan K
pada pertanaman jeruk berkaitan dengan tingginya kandungan kalsium (Ca)
dalam tanah.Kedua unsur tersebut bersifat antagonis.Tanah dengan pH rendah
menyebabkan unsur P kurang tersedia dalam tanah karena dijerap tanah.
Menurut Pangestuti dan Supriyanto (2009),jeruk Gerga lebih unggul
dibandingkan jeruk keprok yang lainkarena ukurannya yang besar. Selain itu,
kandungan jus buah yang dihasilkan berkisar antara 41.60-55.50%, telah
melampaui standar minimum kandungan jus buah jeruk Bali jenis ‘Star Ruby’
untuk pemasaran yakni 35% (CODEX alimentarius). Kandungan jus jeruk RGL
juga telah memenuhi standar internasional untuk jeruk jenis mandarin yang
ditetapkan United Nation/ Economic and Social Council (2000)yaitu sebesar 33%.
Hasil kajian Rambe dan Dinata (2013) memperlihatkan bahwa penyuluhan
dengan menggunakan sistem diseminasi multi channel (SDMC) dapat
meningkatkan pengetahuan petani kelurahan Rimbo Pengadang tentang inovasi
teknologi PTKJS sebanyak 26,89% dan peningkatan minat petani sebesar 90%.
Rambe et al. (2013) menyatakan bahwa dengan diseminasi yang menggunakan
metode temu lapang inovasi teknologi PTKJS mampu meningkatkan pengetahuan
petani peserta temu lapang sebesar 30,2 %, peningkatan minat sebesar 90,03%
dan penerapan komponen teknologi PTKJS sebanyak 26,7%.
10
III. PROSEDUR KERJA
3. 1. Lokasi dan Waktu
Kegiatan pendampingan dilaksanakan pada 4 kabupaten yang merupakan
kawasan pengembangan jeruk di Provinsi Bengkulu yang meliputi Kabupaten
Lebong, Kepahiang, Bengkulu Utara dan Bengkulu Tengah.
3. 2. Ruang Lingkup Kegiatan
Kegiatan pendampingan yang akan dilaksanakan pada tahun 2016 yaitu:
1) Percepatan penyebarluasan dan penerapan inovasi teknologi dalam
pengembangan kawasan jeruk di Provinsi Bengkulu. Ruang lingkup kegiatan ini
meliputi: (1) penyediaan inovasi teknologi; (2) penyiapan dan penyebaran bahan
diseminasi; (3) display/demplot PTT jeruk dan (4) temu lapang/sosialisasi.
2) Peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani dan petugas terhadap
inovasi teknologi. Ruang lingkup kegiatan ini meliputi: (1) pertemuan/pelatihan;
(2) pembinaan kinerja kelompok tani dan (3) nara sumber.
3. 3. Tahapan Pelaksanaan kegiatan
Tahapan pelaksanaan kegiatan pendampingan tahun 2016 meliputi:
a. Persiapan
Desk study, penyusunan dan penyempurnaan RODHP dan juklak
Koordinasi internal dilakukan bersama dengan seluruh tim kegiatan
pendampingan.
Koordinasi eksternal di lakukan dengan Dinas Pertanian, Badan Pelaksana
Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP4K) dan Balai
Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, Penyuluh Pertanian
Lapangan serta Ketua Gapoktan/kelompoktani di 4 kabupaten (Lebong,
Bengkulu Tengah, Bengkulu Utara dan Kepahiang).
b. Pelaksanaan:
Koordinasi Kegiatan Pendampingan
Koordinasi kegiatan dilakukan dengan Puslit Hortikultura dengan mengikuti rapat
kerja/workshop yang diselenggarakan oleh Badan Litbang Pertanian Kementerian
Pertanian di yang diikuti oleh 32 BPTP, BBP2TP, Pusat Penelitian Hortikultura,
Balai Penelitian lingkup hortikultura dan peneliti-peneliti senior dengan peserta
berjumlah 250 orang. Hasil koordinasi secara keseluruhan untuk 33 BPTP se
11
Provinsi Bengkulu disarankan agar memperhatikan benang merah antara
pendahuluan, tujuan dan metode pelaksanaan kegiatan pendmpingan. Khusus
untuk rencana kegiatan pendampingan dari BPTP Bengkulu perlu keterangan
lebih rinci pada inovasi teknologi pengelolaan terpadu tanaman jeruk, khususnya
komponen teknologi penggunaan benih sehat.
Dari hasil koordinasi ke Dinas Pertanian Kabupaten Lebong diperoleh
informasi bahwa program Dinas Pertanian untuk pengembangan kawasan jeruk
di Kabupaten Lebong berupa bantuan benih jeruk Gerga (RGL) tahun 2015
seluas 135 ha tidak terealisasi dan tahun 2016 tidak ada program PKAH jeruk.
Program PKAH yang dimulai sejak tahun 2011 di Kecamatan Rimbo Pengadang
seluas 180 ha perlu didampingi. Hasil koordinasi ke Badan Pelaksana Penyuluhan
Pertanian (BP4K) Kabupaten Lebong di Desa Sukabumi antara lain program BP4K
untuk kawasan pengembangan jeruk berupa pembinaan/bimbingan ke petani
jeruk melalui sistim latihan dan kunjungan (sistim LAKU), khususnya penyuluh
dari Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Air Dingin.
Hasil Koordinasi dengan Koordinator Penyuluh Balai Penyuluhan Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan Air Dingin yang mempunyai wilayah kerja pada dua
kecamatan yang merupakan kawasan pengembangan jeruk yaitu kecamatan
Rimbo Pengadang dan kecamatan Tapus. Hasil koordinasi dengan ketua
Gapoktan Rimbo Besamo Kelurahan Rimbo Pengadang berupa permasalahan-
permasalahan yang dihadapi petani jeruk saat ini.
Hasil koordinasi ke Dinas Pertanian Kabupaten Bengkulu Utara antara
lain: program Dinas Pertanian untuk pengembangan kawasan jeruk hingga 2015
seluas 30 ha yang tersebar dibeberapa kecamatan. Jenis jeruk yang
dikembangkan pada tahun 2015 adalah jeruk siam Madu dan jeruk keprok
Tejakula. Program pengembangan jeruk diarahkan pada Kecamatan Air Besi
(Desa Genting Pelengkap), Kecamatan Kerkap (Desa Penyangkak) dan
Kecamatan Tanjung Agung Palik (Sengkuang dan Tanjung Putus) dan Kecamatan
Hulu Palik (Desa Batu Raja R). Tahun 2016 tidak ada program pengembangan
kawasan jeruk baik dari pusat maupun daerah. Program pengembangan kawasan
tahun 2015 tetap memerlukan pendampingan dari BPTP Bengkulu terutama dari
aspek teknologinya, karena pengetahuan petani dan petugas tentang teknologi
untuk komoditas jeruk masih sangat terbatas.
12
Hasil koordinasi dengan Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan dan
Peternakan Kabupaten Bengkulu Tengah antara lain: program Dinas Pertanian
untuk pengembangan kawasan jeruk tahun 2015 seluas 25 ha (jeruk kalamansi)
tidak terealisasi karena masalah benih tanaman yang belum memenuhi kriteria.
Untuk tahun 2016 juga tidak ada program pengembangan jeruk dari dana pusat,
tetapi dari dana APBD direncanakan program pengembangan jeruk seluas 12 ha.
Hasil koordinasi ke Dinas Pertanian Kabupaten Kepahiang antara lain
adalah program pengembangan jeruk yang terealisasi pada tahun 2015 seluas 82
ha, sedangkan untuk tahun 2016 kegiatan CPCL untuk program pengembangan
kawasan agribisnis hortikultura di Kabupaten Kepahiang dilakukan bulan
September 2016. Pengembangan kawasan jeruk seluas 50 ha dengan benih jeruk
Gerga dengan lokasi kecamatan Kabawetan, Ujan Mas, Sebrang Musi dan
Bermani Ilir.
Penyiapan dan penyebarluasan bahan diseminasi
Kegiatan ini dilaksanakan pada awal kegiatan. Bahan diseminasi yang
disiapkan berupa leaflet/brosur/buku dan CD. Penyusunan bahan/materi
diseminasi meliputi 6 judul leaflet, 1 judul buku dan 1 naskah RRI. Materi
diseminasi yang disusun meliputi Pengelolaan Terpadu Tanaman Jeruk, Teknologi
Budidaya Jeruk RGL, Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman jeruk.
Teknologi Pengendalian Busuk Akar, Aplikasi Kompos Trichoderma pada
Tanaman jeruk, Pembuatan bubur kalifornia/belerang. Jumlah bahan diseminasi
yang dicetak sebanyak 1.000. lembar.
Penyebarluasan bahan diseminasi dilakukan melalui berbagai metode/media
diseminasi seperti metode pelatihan, temu lapang, anjangsana dan lainnya
dengan menggunakan media elektronik meliputi RRI/website/ pemutaran
film/VCD dan media cetak meliputi buku/brosur/leaflet). Penyebarluasan bahan
diseminasi meliputi 4 (empat) kabupaten yang mempunyai program
pengembangan kawasan jeruk di Provinsi Bengkulu yaitu Kabupaten Lebong,
Kepahiang, Bengkulu Utara dan Bengkulu Tengah.
Pelaksanaan demplot inovasi teknologi
Pelaksanaan percontohan berupa demplot inovasi teknologi pengelolaan
tanaman terpadu jeruk dilakukan pada pertanaman jeruk keprok RGL seluas 3,5
13
ha di Kecamatan Rimbo Pengadang, 1 ha jeruk keprok Tejakula di Kecamatan
Hulu Palik dan 0,5 ha jeruk Kalamansi di Kecamatan Pondok Kubang.
Inovasi teknologi produksi komoditas jeruk yang diimplementasikan adalah
Pengelolaan Terpadu Tanaman (PTT) Jeruk yang terdiri dari empat komponen
teknologi, yaitu : (1) penggunaan benih jeruk sehat, (2) pemeliharaan tanaman
secara optimal, (3) pengendalian hama penyakit utama dan (4) koordinasi
pengelolaan kebun.
a. Demplot jeruk keprok Tejakula di Kabupaten Bengkulu Utara
Demplot pengelolaan terpadu tanaman jeruk dilaksanakan di lahan
pertanaman jeruk kelompoktani dengan ketinggian tempat yaitu 485 dpl. Luas
demplot 1 ha (380 batang). Petani kooperator: Suryadi, kelompok tani Dulang
Jaya. Jarak tanam 5 m x 5 m. Jenis jeruk keprok Tejakula. Jeruk ditanam bulan
November tahun 2015. Pada tahun 2015, demplot jeruk difasilitasi oleh Dinas
Pertanian Kabupaten Bengkulu Utara. Mulai awal tahun 2016, BPTP Bengkulu
yang memfasilitasi demplot jeruk tersebut. Untuk pertanaman jeruk muda (fase
vegetatif), pertanaman sela dianjurkan untuk meningkatkan produktivitas lahan,
karena jarak tanam yang cukup besar sedangkan tanaman jeruk masih kecil.
Pada demplot jeruk diterapkan teknologi PTT. Pemangkasan bentuk tanaman
dilakukan secara bertahap, sesuai dengan kondisi pertanaman.
b. Demplot jeruk keprok RGL di Kabupaten Lebong
Demplot PTT jeruk RGL dilaksanakan pada kelompoktani Maju Bersama dan
Rimba Jaya seluas 3,5 ha. Umur tanaman jeruk 4-5 tahun. Kondisi pertanaman
jeruk baik (pertumbuhan optimal), kondisi buah baik (tidak burik kusam), rasa
jeruk manis. Hama penyakit yang menyerang antara lain lalat buah dan
penggerek buah, kutu daun dan embun jelaga. Hama penyakit tersebut sudah
dikendalikan dengan menggunakan perangkap metil eugenol, perangkap likat
kuning, bubur belerang, pestisida kimia.
c. Demplot jeruk Kalamansi di Kabupaten Bengkulu Tengah
Demplot jeruk kalamansi yang dilaksanakan di Kecamatan Pondok Kubang
menunjukkan perbaikan. Pada awalnya pertanaman jeruk tidak terpelihara
dengan baik karena lingkungannya kotor sehingga banyak serangan hama dan
penyakit. Setelah aplikasi teknologi PTT jeruk, serangan hama penyakit pada
pertanaman jeruk, baik pada batang, daun dan buah mulai berkurang. Aplikasi
14
kompos trichoderma, bubur belerang, perangkap likat kuning serta pestisida
kimia dilakukan pada demplot jeruk tersebut.
Pelatihan Teknis
a. Pelatihan di Kabupaten Bengkulu Utara
Pelatihan/pertemuan kelompok tani jeruk Dulang Jaya dilaksanakan di
Madrasah Aliyah Desa Batu Raja R, Kec. Hulu Palik, Kecamatan Bengkulu Utara.
Jumlah peserta 15 orang yang terdiri dari petani jeruk, kepala desa, Koordinator
Penyuluh BP3K Batu Roto dan penyuluh pertanian. Acara dibuka oleh Ketua
kelompoktani Dulang Jaya Bapak Guntoyo, dilanjutkan dengan kata sambutan
dari kepala Dusun dan Koordinator Penyuluh BP3K Batu Roto Bapak Sihaloho.
Materi yang disampaikan adalah (1) pengelolaan terpadu tanaman (PTT) jeruk
(Ir. Sri Suryani M. Rambe, M.Agr), dan (2) pengendalian hama penyakit tanaman
jeruk (Kusmea Dinata, SP). Diskusi dilakukan untuk memperdalam permasalahan
dilapangan, antara lain tentang waktu penyemprotan insektisida untuk mencegah
hama perusak daun. Anjurannya dilakukan penyemprotan saat keluar tunas daun
(pupus), jika terlambat, serangan tetap merusak daun. Permasalahan lainnya
adalah serangan kutu sisik. Pengendalian hama kutu sisik pada batang bisa
dilakukan dengan pelaburan bubur kalifornia, sedangkan jika serangan juga
menyerang daun maka dilakukan penyemprotan dengan insektisida Alika (racun
kuat) sehingga hama kutu sisik mati kemudian rontok. Praktek lapang dilakukan
dengan memperagakan cara pemangkasan bentuk tanaman, cara pengendalian
busuk akar dengan penggunaan kompos trichoderma, serta pengamatan gejala
yang disebabkan hama perusak daun pada pertanaman jeruk.
Pelatihan/pertemuan kelompok wanita tani Lestari dilaksanakan di Balai
desa Genting Perangkap, Kec. Air Besi, Kecamatan Bengkulu Utara. Jumlah
peserta 18 orang yang terdiri dari petani jeruk, kepala desa, Koordinator
Penyuluh BP3K Air Besi dan penyuluh pertanian. Acara dibuka oleh Penyuluh
Pertanian Bapak Kasimin, SP dan dilanjutkan dengan kata sambutan dari kepala
desa Bapak Sukirman dan Koordinator Penyuluh BP3K Air Besi, Bapak Muryono.
Materi yang disampaikan adalah (1) pengelolaan terpadu tanaman (PTT) jeruk
(Ir. Sri Suryani M. Rambe, M.Agr), dan (2) pengendalian hama penyakit tanaman
jeruk (Kusmea Dinata, SP). Diskusi dilakukan untuk memperdalam permasalahan
dilapangan. Antara lain tentang hama penyakit tanaman seperti hama perusak
15
daun (ulat peliang daun, kutu daun), penyakit busuk akar, dan pemangkasan
bentuk. Praktek lapang dilakukan dengan memperagakan cara pemupukan, cara
pemangkasan bentuk dan cara pemangkasan pemeliharaan.
b. Pelatihan di Kabupaten Kepahiang
Pelatihan/pertemuan kelompok tani jeruk Harapan Ite dan Delta Agro
dilaksanakan di Balai Desa Kembang Sri Kec. Bermani Ilir, Kecamatan
Kepahiang. Jumlah peserta 25 orang yang terdiri dari petani jeruk (2
kelompoktani), kepala desa, Koordinator Penyuluh BP3K Keban Agung dan
penyuluh pertanian. Acara dibuka oleh Koordinator Penyuluh BP3K Kebun Agung,
Bapak Askarudin, SP, dilanjutkan dengan kata sambutan dari yang mewakili
Kepala Desa yaitu Kaur Pembangunan. Materi yang disampaikan adalah (1)
pengelolaan terpadu tanaman (PTT) jeruk (Ir. Sri Suryani M. Rambe, M.Agr), dan
(2) pengendalian hama penyakit tanaman jeruk (Kusmea Dinata, SP). Diskusi
dilakukan untuk memperdalam permasalahan dilapangan, antara lain tentang
hama-penyakit yang menyerang tanaman jeruk. Praktek lapang dilakukan
dengan memperagakan cara pemangkasan bentuk, cara pengendalian penyakit
kanker pada daun, serta cara pengendalian hama perusak daun.
Pelatihan/pertemuan kelompok tani dilaksanakan di Rumah Ketua
Kelompok desa Kelompoktani Makmur, Kec. Bermani Ilir, Kabupaten Kepahiang.
Jumlah peserta 20 orang yang terdiri dari petani jeruk, kepala desa, Koordinator
Penyuluh BP3K Keban Agung dan penyuluh pertanian. Acara dibuka oleh
Koordinator Penyuluh Bapak Askarudin dan dilanjutkan dengan kata sambutan
dari Ketua Kelompoktani Makmur. Materi yang disampaikan adalah (1)
pengelolaan terpadu tanaman (PTT) jeruk (Ir. Sri Suryani M. Rambe, M.Agr), dan
(2) pengendalian hama penyakit tanaman jeruk (Kusmea Dinata, SP). Diskusi
dilakukan untuk memperdalam permasalahan dilapangan. Antara lain tentang
hama penyakit tanaman seperti hama perusak daun (ulat peliang daun, kutu
dompolan), pemangkasan bentuk dan pemangkasan pemeliharaan. Praktek
lapang dilakukan dengan memperagakan cara pemangkasan bentuk dan cara
pemangkasan pemeliharaan.
Pelatihan/pertemuan kelompok tani jeruk dilaksanakan di Balai Desa Taba
Padang, Kec. Sebrang Musi, Kecamatan Kepahiang. Jumlah peserta 30 orang
yang terdiri dari petani jeruk, kepala desa, Koordinator Penyuluh BP3K Batu Roto
16
dan penyuluh pertanian. Acara dibuka oleh Penyuluh Pertanian Desa Taba
Padang, dan dilanjutkan dengan kata sambutan Kepala Desa Taba Padang
dilanjutkan dengan kata sambutan dari Kepala BPTP Bengkulu yang diwakili oleh
penanggung Jawab Kegiatan Pendampingan Jeruk. Materi yang disampaikan
adalah (1) pengelolaan terpadu tanaman (PTT) jeruk (Ir. Sri Suryani M. Rambe,
M.Agr), dan (2) pengendalian hama penyakit tanaman jeruk (Kusmea Dinata,
SP). Diskusi dilakukan untuk memperdalam permasalahan dilapangan, antara lain
tentang hama penyakit tanaman seperti hama dan penyakit perusak daun (ulat
peliang daun, kutu daun serta kanker daun), penyakit busuk akar, dan
pemangkasan bentuk, waktu penyemprotan insektisida untuk mencegah hama
perusak daun. Anjurannya dilakukan penyemprotan saat keluar tunas daun
(pupus). Tanaman dilokasi praktek sudah disemprot dengan insektisida tetapi
agak terlambat karena tunas daun sudah menjadi daun muda, sehingga
serangan hama tetap merusak daun. Permasalahan lainnya adalah serangan
penyakit kanker daun yang disebabkan oleh bakteri. Pengendalian penyakit
kanker ini bisa dilakukan dengan penyemprotan cairan bubur kalifornia/bubur
belerang, atau bisa dengan penyemprotan dengan benlate. Praktek lapang
dilakukan dengan memperagakan cara pengamatan serangan hama dan penyakit
tanaman dan cara pengendalian busuk akar, pengendalian hama perusak daun,
cara pemupukan, dan cara pemangkasan bentuk.
Pelatihan/pertemuan kelompok tani jeruk dilaksanakan di rumah penyuluh
pertanian Desa Suro Baru Kec. Ujan Mas, Kecamatan Kepahiang. Jumlah peserta
20 orang yang terdiri dari petani jeruk, kepala desa, Koordinator Penyuluh BP3K
Ujan Mas dan penyuluh pertanian. Acara dibuka oleh Koordinator Penyuluh BP3K,
dilanjutkan dengan kata sambutan dari Kepala Desa. Materi yang disampaikan
adalah (1) pengelolaan terpadu tanaman (PTT) jeruk (Ir. Sri Suryani M. Rambe,
M.Agr), dan (2) pengendalian hama penyakit tanaman jeruk. Diskusi dilakukan
untuk memperdalam permasalahan dilapangan, antara lain tentang hama-
penyakit yang menyerang tanaman jeruk. Praktek lapang dilakukan dengan
memperagakan cara pemangkasan bentuk dan cara pemupukan.
4.5. Bimbingan Teknis
Bimbingan teknis pengamatan hama penyakit tanaman jeruk dilakukan
pada demplot PTT jeruk. Dari hasil pengamatan terdapat serangan hama yang
17
dominan yaitu serangan hama kutu daun dan penyakit kudis dan kanker
penyebab burik kusam pada buah jeruk pada lokasi pertanaman jeruk Kalamansi
di Bengkulu Tengah
Hama kutu daun menyerang mulai dari pucuk daun muda, bunga, buah
hingga cabang tanaman jeruk. Hama ini menyerang dengan menghisap cairan
tanaman sehingga pada daun muda, bentuk daun menjadi abnormal. Untuk
mengendalikan hama kutu dilakukan dengan penyemprotan insektisida pada
daun tanaman saat keluar tunas. Penyakit kudis dan kanker yang disebabkan
bakteri juga menyerang buah jeruk pada pertanaman jeruk di Kecamatan
Pondok Kubang. Petani di wilayah tersebut belum menerapkan penggunaan
bubur kalifornia. Untuk pengendaliannya digunakan pestisida berbahan aktif
benomil/thiaphanatemet untuk penyakit kudis dan copper/streptomisin/
kloromisetin untuk penyakit kanker. Anjuran penyemprotan untuk pencegahan
yaitu pada saat tunas muda hingga fruit set.
Pada pertanaman jeruk kelompoktani Maju Bersama, serangan hama
penyakit rendah. Pada sebagian tanaman masih ada daun yang menggulung
keatas, yang disebabkan oleh hama kutu. Pada kelompok ini, sudah dilakukan
pembuatan bubur belerang bersama-sama dengan anggota kelompoknya yang
dibimbing oleh ketua kelompoknya. Penerapan teknologi pengendalian hama dan
penyakit menggunakan bubur belerang dan larutan supernatannya sudah mulai
diterapkan anggota kelompoknya. Saran pengendalian hama kutu dengan
melakukan penyemprotan insektisida berbahan aktif imidaklorpit.
Pengamatan hama penyakit pada demplot PTT jeruk dilakukan di lahan
pertanaman jeruk kelompoktani kelompok tani Dulang Jaya. Dari hasil
pengamatan hama penyakit tanaman jeruk, terdapat serangan hama peliang
daun dan penyakit kudis (karena bakteri) dan penyakit busuk akar. Pengendalian
peliang daun dilakukan dengan pemangkasan daun yang terserang dan
penyemprotan pada tunas yang baru dengan insektisida sistemik berbahan aktif
imidakloprid. Pengendalian penyakit kudis dengan bakterisida contohnya
puanmur. Pengendalian penyakit busuk akar dengan pemberian kompos
trichoderma.
Serangan penyakit busuk akar pada tanaman jeruk bersifat perlahan dan
sulit dideteksi secara dini. Gejala akan nampak apabila keadaan tanaman sudah
agak parah, maka dari itu perlu penanganan dengan cara pencegahan sedini
18
mungkin. Pengendalian pada penyakit busuk akar harus dilakukan dengan
intensif dan berkelanjutan. Penyakit ini berkembang secara perlahan dan
mematikan tanaman apabila sudah terserang berat. Pengendalian pada demplot
jeruk dilakukan dengan cara memberikan kompos trichoderma. Pengendalian
dengan menggunakan jamur Trichoderma harus terus dilakukan dengan cara
melakukan penyiraman atau penyemprotan pada pada pangkal batang tanaman
jeruk. Pada tanaman jeruk yang akar sudah terinfeksi berat perlu dibantu dengan
pemberian fungisida berbahan aktif benomyl dapat dengan cara ditabur atau
dengan dilabur pada pangkal batang tanaman. Sebaiknya bagian tanaman yang
sakit segera dipotong agar pemulihan berjalan lebih cepat yang ditandai dengan
munculnya tunas baru.
4.6. Pemberdayaan kelembagaan petani
Pemberdayaan kelembagaan berupa pertemuan kelompok tani/gapoktan
untuk meningkatkan kinerja (fungsi dan peran) sebagai saluran untuk
mempercepat transfer teknologi. Pertemuan dilaksanakan sebanyak 4 kali.
Permasalahan kelembagaan yang dihadapi dalam pengembangan kawasan jeruk
yang utama adalah kelompok tani. Kelompok tani yang ada belum menunjukkan
kinerja yang optimal.Dalam melakukan usahataninya masih secara
perorangan.Lembaga penyuluhan sudah ada di tingkat kecamatan (BP3K), tetapi
tenaga penyuluh yang ahli untuk komoditas jeruk belum ada. Sebagian
kelompoktani belum aktif terjadi karena kesibukan pengurusnya sehingga tidak
dapat melaksanakan pertemuan ataupun kunjungan lapangan.Diperlukan
dorongan yang terusmenerus serta motivasi oleh petugas/penyuluh setempat
kepada kelompoktani yang masih non-aktif tersebut.
c. Kegiatan pengumpulan data dan metode analisis
Indikator/Parameter Pengamatan
1. Peningkatan produktivitas dan kualitas tanaman
2. Peningkatan pendapatan
3. Peningkatan efisiensi usahatani (R/C dan
marginal B/C ratio)
4. Komponen teknologi yang diperbaiki
5. Respon petani terhadap hasil demarea
19
6. Peningkatan aktivitas kelompok tani/gapoktan
(frekuensi pertemuan, materi yang dibahas, aktivitas lainnya)
7. Peningkatan jumlah petani adopter (yang
mengadopsi teknologi yang didemonstrasikan)
8. Jumlah stakeholder (PPL, petugas Dinas
kabupaten/kecamatan) yang berkunjung dalam temu lapang/promosi
demarea)
Untuk memperoleh data produktivitas tanaman jeruk digunakan metode
observasi pada pertanaman jeruk di lokasi demarea inovasi teknologi
produksi/PTKJS di Kecamatan Rimbo Pengadang dan pertanaman jeruk di
sekitarnya pada awal dan akhir kegiatan pendampingan. Selain itu akan
dilakukan wawancara dengan petani jeruk.
Metode pre-test dan post-test dilakukan untuk mengukur tingkat
pengetahuan dan keterampilan petani/petugas sebelum dan sesaat setelah
pelaksanaan diseminasi dilakukan pada seluruh peserta diseminasi. Untuk
mengukur tingkat pengetahuan petani pada akhir kegiatan pendampingan
(pengetahuan yang sebenarnya) dilakukan dengan menggunakan alat bantu
kuesioner.
Untuk mengukur peningkatan kinerja kelembagaan digunakan metode
before-after. Kinerja yang diukur meliputi keaktifan poktan/gapoktan dalam
mendukung pelaksanaan usahatani jeruk, jumlah unit agribisnis input dan output
serta pengolahan buah/produk.
Untuk mengukur respon petani terhadap teknologi yang dipromosikan serta
mengukur jumlah adopter teknologi dilakukan penyebaran kuesioner pada setiap
kegiatan diseminasi yang dilakukan. Pengumpulan data menggunakan teknik
wawancara langsung dengan alat bantu kuesioner. Kuesioner berisi pertanyaan
tentang tahapan adopsi yang telah dilakukan oleh petani serta perannya dalam
penyampaian teknologi kepada pengguna/petani. Data yang diperoleh dianalisis
secara diskriptif dan analisis non parametrik. Selain itu juga akan dilakukan uji t
untuk mengetahui signifikansinya.
d. Pelaporan
20
Penyusunan laporan pelaksanaan kegiatan pendampingan dilakukan setiap
bulan (Laporan Bulanan), pada pertengahan tahun (Laporan Tengah Tahun) dan
akhir tahun (Laporan Akhir Tahun).
e. Supervisi, monitoring dan evaluasi
Kegiatan supervisi, monitoring dan evaluasi dilaksanakan oleh tim Monev
internal (BPTP Bengkulu) maupun tim pusat dari Balai Besar Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian/ tim dari Pusat Penelitian Hortikultura.
21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kegiatan percepatan penyebarluasan dan penerapan inovasi
teknologi dalam pengembangan kawasan jeruk di Provinsi
Bengkulu
a. Program Pengembangan Kawasan Jeruk
Program pengembangan kawasan jeruk di Provinsi Bengkulu disajikan
pada Tabel 1. Luas pengembangan kawasan jeruk tahun 2011 s/d 2015
seluas 232 ha, sedangkan tahun 2016 seluas 294 ha. Diseminasi teknologi
dilakukan pada kelompoktani di 4 kabupaten yang mencakup 294 ha
kawasan jeruk.
Tabel 1. Program pengembangan kawasan jeruk di Provinsi Bengkulu
No Kabupaten Kecamatan 2011-2015(ha)
2016(ha)
Total(ha)
Keterangan
1 BengkuluTengah
Pagar Jati, MerigiSakti, MerigiKelindan
0 12 12 APBD
2 Kepahiang Kabawetan, UjanMas, Bermani Ilir,Sebrang Musi
82 50 132 APBN
3 BengkuluUtara
Hulu Palik, Kerkap 30 0 30 APBN
4 Lebong Rimbo Pengadang,Tapus
120 0 120 APBN
Untuk melaksanakan percepatan penyebarluasan inovasi teknologi
dilakukan berbagai kegiatan diseminasi. Kegiatan diseminasi yang sumber dana
dan pelaksanaannya dilakukan oleh pemerintah daerah dan kegiatan diseminasi
yang sumber dana dan pelaksanaannya oleh BPTP Bengkulu disajikan pada Tabel
2. Pada tabel ini terlihat bahwa terjadi percepatan penyebaran inovasi teknologi
melalui demplot, pertemuan, pelatihan, temu lapang/sosialisasi dengan
menggunakan media cetak dan elektronik. Jumlah demplot yang diselenggarakan
pemerintah daerah tahun 2016 tidak ada. Demplot yang bersumber dari BPTP
Bengkulu ada 3 unit. Dengan demikian dari 1 unit meningkat menjadi 3 unit ( 3
kali lipat), dengan luas demplot dari tidak ada menjadi 5 ha (5 kali lipat).
Demikian juga dengan frekuensi pelatihan, pertemuan, temu lapang serta
pembagian media cetak menjadi meningkat. Pelatihan/pertemuan/kunjungan
22
meningkat dari 1 x menjadi 28 x (28 kali lipat). Demikian juga dengan
penyebaran media cetak, dimana pemerintah daerah tidak melakukan
penyebaran sedangkan BPTP Bengkulu mendistribusikan leaflet dan buku.
Petugas lapang/penyuluh pertanian selanjutnya juga menyebarkan pengetahuan
yang diterimanya ke kelompok taninya. Dengan demikian, terjadi percepatan
penyebaran inovasi teknologi.
Tabel 2. Kegiatan diseminasi yang dilakukan pada kawasan pengembanganjeruk berdasarkan sumber anggaran pada tahun 2016
Lokasi
Jumlah kegiatan/bahan diseminasi
Sumber Anggaran Pemda Sumber Anggaran BPTPPelatihan/sosialisasi/pertemuankunjungan
Demplot
Mediacetak/elektro
nik
Pelatihan/sosialisasi/pertemuankunjungan
DemplotMediacetak/
Elektronik
Lebong 0 0 0 6 x 3,5 ha 250
BengkuluTengah
0 0 0 4 x 0,5 ha 50
BengkuluUtara
0 0 0 6 x 1 ha 200
Kepahiang 0 0 0 12 x 0 470
Provinsi 1 x 0 0 0 0 30
Total 1 x 0 0 28 x 5 ha 1.000
b. Peningkatan penerapan teknologi
Komponen teknologi PTT yang diterapkan petani disajikan pada Tabel 3.
Hasil tersebut memperlihatkan bahwa terjadi perubahan tingkat penerapan
komponen teknologi PTT jeruk sebesar 36,07% yaitu dari 39,95% menjadi
73,30%.
Komponen teknologi yang sudah diterapkan oleh semua petani yaitu
penggunaan benih sehat, hal ini karena para petani mengikuti program
pengembangan jeruk yang dilaksanakan oleh dinas terkait, jadi pengadaan benih
harus melalui sertifikasi terlebih dahulu sebelum dibagikan ke petani. Diluar
peserta program, banyak juga yang masyarakat yang mulai berkebun jeruk.
Benih tanaman yang digunakan tidak berlabel tetapi berasal dari penangkar
benih tanaman jeruk di wilayah setempat.
23
Tabel 3. Komponen teknologi PTT yang diadopsi oleh petani jeruk di kab. Lebongtahun 2016
No TeknologiSebelum
pendampinganSesudah
pendampingan
Perubahantingkatadopsi
%1 Benih bersertifikat 100 100 0.002 Pemangkasan bentuk 61.72 78.1 16.383 pemangkasan
pemeliharaan 75.30 93.02 17.72
4 Pemberian kompos 41.97 79.07 37.105 Cara pemupukan 79.07 83.72 4.656 Dosis pemupukan 74.07 86.67 12.607 Penggunaan perangkap
kuning 8.33 32.56 24.23
8 Penggunaan perangkapmetil eugenol 3.33 46.51 43.18
9 Pengamatan hama kutuloncat 50.61 65.12 14.51
10 Penggunaan buburbelerang 7.40 55.81 48.41
11 Pengendalian hamadengan saputan batang 3.70 65.12 61.79
12 Pengendalian OPTberdasarkan serangan 73.33 100 26.67
13 Sanitasitanaman/membuangbagian tanamanterserang OPT
19.75
76.74 56.99
14 Mengubur buah yanggugur 19.75 46.51 26.76
15 Melakukan penjaranganbuah 3.33 83.72 80.39
16 Panen 8.33 69.77 61.4417 Koordinasi antar
poktan/ gapoktan 0 83.72 80.39
Rata-rata 39.95 73.30 36.07
Tingkat penerapan teknologi yang masih rendah yaitu pengamatan hama
kutu loncat, dan penggunaan bubur belerang, penggunaan perangkap,
pengendalian hama dengan saputan batang serta penguburan buah gugur.
c. Tingkat Produktivitas Tanaman Jeruk
Tingkat produktivitas tanaman jeruk meningkat sesuai dengan semakin
tua umur tanamannya. Pada pertanaman jeruk umur 4 tahun yang menerapkan
24
teknologi PTT jeruk di Kabupaten Lebong, terjadi peningkatan produktivitas
sebesar 6,7 ton/ha dari 1,3 ton/ha menjadi 8 ton/ha, sedangkan pada tanaman
jeruk umur 5-6 tahun terjadi peningkatan sebesar 7 ton/ha dari 3 ton/ha menjadi
10 ton/ha. Dengan penerapan PTT jeruk, terjadi peningkatan produktivitas
tanaman dibandingkan dengan pertanaman jeruk yang tidak menerapkan
teknologi PTT jeruk.
4.2. Kegiatan peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani danpetugas terhadap inovasi teknologiDengan adanya kegiatan pendampingan dari BPTP, pengetahuan dan
keterampilan petani dapat ditingkatkan baik melalui pelaksanaan temu lapang,
pelatihan, pertemuan kelompoktani, pelaksanaan demplot maupun kunjungan ke
lapangan (Tabel 4 dan 5).
Tabel 4. Tingkat pengetahuan petani tentang teknologi PTT jeruk tahun 2016 diProvinsi Bengkulu
No Kabupaten Sebelumpendampingan
Sesudahpendampingan
Perubahantingkat
pengetahuan1 Kepahiang 11,73 63,9 51,362 Lebong 51,94 82,46 30,523 Bengkulu Utara 26,32 66,63 39,954 Bengkulu Tengah 26,32 44,33 18,01
Rata-rata 29,08 64,33 34,96
Pada Tabel 4 terlihat bahwa terjadi perubahan positif tingkat pengetahuan
petani tentang teknologi PTT jeruk berkisar dari 18,01 s/d 51,36. Peningkatan
tertinggi terjadi pada petani di Kabupaten Kepahiang karena pengetahuan petani
sebelum pendampingan dari BPTP Bengkulu masih sangat rendah (11,73%).
Tingkat pengetahuan petani tentang PTT jeruk yang tertinggi adalah petani di
Kabupaten Lebong. Hal ini terjadi karena mulai tahun 2012 dilakukan berbagai
kegiatan pengkajian dan diseminasi di di Kabupaten Lebong sehingga tingkat
pengetahuan petani sudah meningkat secara bertahap dari tahun ketahun. Hal
ini membuktikan bahwa peningkatan pengetahuan petani perlu dilakukan secara
bertahap dan terus menerus sehingga pada akhirnya petani mampu menguasai
sebagian besar pengetahuan tentang PTT jeruk.
Tabel 5 memperlihatkan peningkatan keterampilan petani sebesar 50,38
tentang PTT jeruk meliputi cara pemupukan, cara pemangkasan bentuk,
pembuatan bubur belerang, pelaburan serta penyaputan batang yang berkisar
25
dari 39,77 hingga 64,93. Tingkat keterampilan petani sesudah pendampingan
yang tertinggi pada komponen teknologi cara pemupukan dan pembuatan dan
pelaburan bubur belerang.
Tabel 5. Tingkat keterampilan petani tentang teknologi PTT jeruk tahun 2016 diProvinsi Bengkulu
No Uraian Sebelumpendampingan
Sesudahpendampingan
Perubahantingkat
pengetahuan1 Cara pemupukan 60,23 100 39,772 Cara pemangkasan bentuk 10,50 75,43 64,933 Pembuatan bubur belerang 29,33 80,12 50,794 Pelaburan bubur belerang 29,33 80,12 50,795 Penyaputan batang 19,77 65,45 45,62
Rata-rata 29,83 80,22 50,38
Pengetahuan petugas tentang PTT jeruk mengalami peningkatan sebesar
41,82 setelah dilakukan pendampingan BPTP yaitu dari 25,45 menjadi 67,27
(Tabel 6).
Tabel 6. Peningkatan pengetahuan petugas tentang teknologi PTT jeruk tahun2016
No TeknologiTingkat pengetahuan petugas
Sebelumpendampingan
Sesudahpendampingan
Perubahan(%)
1 Pengertian PTKJS 0 100 1002 Tujuan PTKJS 0 100 1003 Penyebab penyakit CVPD 20 40 204 Serangga Penular CVPD 20 100 80
5Metode pengendalianCVPD 20 20 0
6 Pemangkasan bentuk 80 100 207 Cara pemupukan 100 100 08 Rekomendasi pupuk 0 40 40
9Penggunaan buburkalifornia 40 100 60
10Pengendalian denganpestisida yg tepat 0 0 0
11 Panen 0 40 40Rata2 25,45 67,27 41,82
Tingkat pengetahuan petugas tentang metode pengendalian CVPD dan
pengendalian dengan pestisida yang tepat masih rendah, oleh karena itu masih
26
diperlukan diseminasi teknologi tentang pengendalian hama penyakit tanaman
jeruk kepada petugas secara bertahap dengan lebih intensif.
a. Peningkatan Kinerja Kelembagaan Kelompok Tani
Permasalahan kelembagaan yang dihadapi dalam pengembangan kawasan
jeruk yang utama adalah kelompok tani. Kelompok tani yang ada di kawasan
pengembangan jeruk umumnya belum menunjukkan kinerja yang optimal.
Diperlukan dorongan yang terus menerus serta motivasi oleh petugas/penyuluh
setempat kepada kelompok tani yang masih non-aktif tersebut.
Dengan adanya pendampingan maka terjadi peningkatan kinerja
kelembagaan petani, khususnya peningkatan frekuensi pertemuan maupun
kunjungan ke lapangan oleh pengurus kelompok tani. Sebanyak 90% dari
kelompoktani jeruk sudah melaksanakan pertemuan kelompok/kunjungan ke
lapangan dari 2-3 kali setahun menjadi 6-10 kali setahun (peningkatan kinerja
kelompok tani sekitar 40%). Permasalahan yang ada di kebun petani anggota
kelompok tani mulai diatasi secara bersama-sama dengan pengurus kelompok
tani maupun petani lain yang lebih berpengalaman, terutama dalam melakukan
pengendalian hama penyakit tanaman.
Dengan demikian, transfer teknologi dari pengurus kelompok tani kepada
anggotanya sudah berjalan. PTT jeruk tidak dapat dilakukan secara perorangan,
namun harus melibatkan kelompok tani pada suatu wilayah/ kawasan sehingga
keaktifan gabungan kelompok tani menjadi penentu keberhasilan PTT.
b. Menjadi Nara Sumber dalam Kegiatan Pengembangan Kawasan
Jeruk
Dalam sosialisasi kegiatan pengembangan kawasan jeruk yang
diselenggarakan oleh Dinas Pertanian Provinsi Bengkulu dengan peserta petugas
dari kabupaten, BPTP Bengkulu diundang untuk menjadi narasumber dengan
materi yang berjudul “Teknologi budidaya untuk kawasan pengembangan jeruk”.
27
V. KESIMPULAN DAN SARAN
1.Dengan kegiatan pendampingan terjadi percepatan penyebaran inovasi
teknologi pada lokasi pengembangan kawasan jeruk di Provinsi Bengkulu
seluas 294 ha (120 ha di Kabupaten Lebong, 132 ha di Kabupaten
Kepahiang, 15 ha di Kabupaten Bengkulu Utara serta 12 ha di Kabupaten
Bengkulu Tengah). Penerapan inovasi teknologi pengelolaan terpadu
tanaman jeruk meningkat sebesar 36,07%. Produktivitas tanaman jeruk RGL
di Kabupaten Lebong meningkat dari 6,7 hingga 7 ton/ha.
2.Pengetahuan dan keterampilan petani jeruk tentang teknologi PTT jeruk di
kawasan pengembangan jeruk Provinsi Bengkulu berturut-turut meningkat
sebesar 34,96% dan 50,38%, sedangkan pengetahuan petugas meningkat
sebesar 41,82%.
3.Program pengembangan kawasan jeruk di Kabupaten Kepahiang 2015 s/d
2017 seluas 182 ha, sehingga sangat diperlukan demonstrasi plot sebagai
salah satu metode penyuluhannya.
4.Untuk mendukung peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani jeruk
khususnya pengendalian hama penyakit, diperlukan metode penyuluhan
berupa sekolah lapang.
28
KINERJA HASIL
Dengan adanya kegiatan pendampingan jeruk telah dilaksanakan pelatihan
PTT jeruk, pertemuan, temu lapang, dan kunjungan untuk petani jeruk dan
penyuluh dan pembinaan kelompoktani sebanyak 28 kali di 4 kecamatan (di
Kabupaten Bengkulu Utara dan Kabupaten Lebong), pelaksanaan demplot PTT
jeruk sebanyak 3 unit (RGL, Tejakula dan kalamansi). Kawasan jeruk di 4
Kabupaten Provinsi Bengkulu yang didampingi seluas 294 ha. Selain itu juga
terjadi peningkatkan kinerja kelompok tani dalam mentransfer teknologi kepada
anggotanya dan petani sekitarnya.
29
DAFTAR PUSTAKA
Badan Litbang Pertanian. 2011. Pedoman Umum Spectrum Diseminasi MultiChannel (SDMC). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.Kementerian Pertanian.
Badan Litbang Pertanian. 2012. Panduan Umum Program DukunganPengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PDPKAH). BadanPenelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian.
Departemen Pertanian. 2011. Perkembangan produksi tanaman buah periode2008 – 2012.hortikultura.deptan.go.id [12 Februari 2014].
Dwiastuti, M. E., A. Triwiratno, O. Endarto, S. Wuryantini, dan Yunimar. 2011.Panduan Teknis Pengenalan dan Pengendalian Hama dan PenyakitTanaman Jeruk. Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika.Pusat Penelitian Hortikultura. Badan Litbang Pertanian. KementerianPertanian.
Endarto, O., A. Supriyanto, S. Wuryantini, A. Triwiratno. 2006. EvaluasiPenerapan Pengelolaan Terpadu Kebun Jeruk Sehat (PTKJS) pada DaerahEndemis CVPD (Evaluation on Integratied Management for Healthy CitrusOrchards (IMHCO) at CVPD Endemik. Prosiding Seminar Nasional JerukTropika Indonesia Batu, 28 – 29 Juli 2005:hal.277-295.
Hendayana, R. 2011. Mempercepat Pembangunan Perdesaan dengan InovasiPertanian.http://ekonomi.kompasiana.com/agrobisnis/2011/02/13/mempercepat-pembangunan-perdesaan-dengan-inovasi-pertanian/ [diakses tanggal22Juni 2011].
Pangestuti, R dan A. Supriyanto. 2009. <http://www.bsn.go.id/bsn successstory.php?id= 1337>, Badan Standardisasi. Nasional.Jurnal Standardisasivol 11 No. 2 [diakses tanggal 27 October 2011].
Ridwan, H.K., A. Ruswandi, Winarno, A. Muharam dan Hadiyanto. 2008. “Sifatinovasi dan aplikasi teknologi pengelolaan terpadu kebun jeruk sehat dalampengembangan agribisnis jeruk di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat”.Jurnal Hortikultura 18: 477-490.
Rambe, S.S.M., I. Calista, K. Dinata. 2013. Site Specific Fertilizing of RGL Citrus inLebong District Bengkulu Province. Proceeding of the 3rd InternationalSymposium for sustainable Humanonspare between people and ecoystemfor the future of human sustainability.Bengkulu University.
----------------------------. 2013. Peranan Metode Temu Lapang TerhadapPeningkatan Pengetahuan Petani Di Kawasan Pengembangan Jeruk RimboPengadang. Prosiding Inovasi Teknologi Pertanian Ramah LingkunganSpesifik Lokasi Mendukung Pembangunan Pertanian Berkelanjutan diProvinsi Bengkulu.Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulubekerjasama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah ProvinsiBengkulu.
30
Rambe, S.S.M. dan K. Dinata. 2013. Model Pengembangan Pertanian PerdesaanMelalui Inovasi (m-P3MI) Jeruk di Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu.Prosiding Inovasi Teknologi Pertanian Ramah Lingkungan Spesifik LokasiMendukung Pembangunan Pertanian Berkelanjutan di Provinsi Bengkulu.Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu bekerjasama dengan BadanPenelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Bengkulu.
Soelarso. 1996. Budidaya Jeruk Bebas Penyakit. Kanisius, Jakarta.
Soekartawi. 1988. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Penerbit UniversitasIndonesia. Jakarta.
Sudarta, W. 2005. Pengetahuan dan Sikap Petani Terhadap PengendalianHamaTanaman Terpadu. http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/(6)%20 soca-sudarta-pks%20pht(2).pdf [diakses 15 Desember 2014].
Suyanto, A. dan T. P. Irianti. 2011. Studi Hubungan Karakteristik Tipologi Lahanyang Digunakan Terhadap Kualitas Hasil Jeruk Siem (Citrus Nobilis Var.Microcarpa) di Kabupaten Sambas. J. Tek. Perkebunan dan PSDL. Vol (1).No. 2 : 42-48.
31
ANALISIS RISIKO
Analisis risiko yang terdiri dari Daftar risiko dan Daftar penanganan risiko
kegiatan pendampingan kawasan pengembangan jeruk di Provinsi Bengkulu
disajikan pada Tabel 7 dan Tabel 8.
Tabel 7. Daftar risiko pelaksanaan kegiatan pendampingan pengembangankawasan hortikultura di Provinsi Bengkulu tahun 2016.
No. Risiko Penyebab Dampak
1. Koordinasiantar SKPDpendukungkurang lancar
- Masing-masing SKPDmenjalankan tupoksinyasendiri dan belumterintegrasi
- Programpengembangan kawasanhortikultura tidakberjalan optimal
2 Penyediaanbahandiseminasiterlambat
- Pencetakanbahan diseminasiterlambat
- Pelaksanaanaplikasi inovasi teknologitidak sesuai rekomendasi
3 Teknologi tidaksepenuhnyadiadopsi petani
- Teknologiyang diintroduksikansulit diterapkan
- Peningkatanproduktivitas tidakoptimal
Tabel 8. Daftar penanganan risiko dalam pelaksanaan kegiatan pendampinganpengembangan kawasan hortikultura di Provinsi Bengkulu tahun 2016
No. Risiko Penyebab Penanganan
1 Koordinasi antarSKPD pendukungkurang lancar
- Masing-masing SKPDmenjalankan tupoksinyasendiri dan belumterintegrasi
- Melakukankoordinasi lebih intensif
2 Penyediaanbahan diseminasiterlambat
- Pencetakanbahan diseminasiterlambat
- Melakukanpencetakan di tempatlain
3 Teknologi tidaksepenuhnyadiadopsi petani
- Teknologiyang diintroduksikansulit diterapkan
- Melakukanmodifikasi agarteknologi lebih mudahdigunakan
32
JADWAL KERJA
Jadwal kerja kegiatan pendampingan jeruk tahun 2016 selama 12 bulan
disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Jadwal Kerja Kegiatan
No. Kegiatan Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 121. Persiapan:
Desk studyPenyusunan RODHP danjuklakKoordinasi InternalKoordinasi dengan instansiterkaitPenyusunan kuesioner
2. Pelaksanaan:Identifikasi potensisumber dayaIdentifikasi kebutuhanteknologiPelaksanaandisplay/demfarm PTKJSBimbingan teknisPenyiapan bahan/materidiseminasiPenyebaran materidiseminasi melalui mediacetak dan elektronikPemberdayaankelembagaanPengumpulan dataTemu Lapang
3. Pengolahan data4. Penulisan Laporan5. Seminar6. Penulisan laporan akhir7. Penggandaan laporan
33
PEMBIAYAAN
Rencana dan realisasi anggaran belanja kegiatan pendampingan jeruk
tahun 2016
Tabel 10. Rencana Anggaran Belanja (RAB) Kegiatan
No. Mata Anggaran VolumeHarga Satuan
(Rp.)Jumlah(Rp)
1 Belanja Bahan 13.000.000
Penggandaan dan penjilidan 1 paket 1.500.000 1.500.000
Dokumentasi 1 paket 1.500.000 1.500.000Konsumsi rapat koordinasi,sosialisasi, pertemuan 200 OK 50.000 10.000.000
2 Honor output kegiatan 8.000.000
Honor Petugas lapang,dll 80 OH 100.000 8.000.0003 Belanja barang non operasional
lainnya 5.000.000
UHL petani kooperator 100 OH 50.000 5.000.0003 Belanja barang untuk persediaan
barang konsumsi 16.000.000
Bahan pendampingan dan bahanpendukung lainnya 1 tahun 16.528.000 10.000.000
ATK, Komputer Suplies dan pelaporan 1 paket 3.972.000 3.000.000Bahan diseminasi/penyuluhan(modul, brosur, leaflet, CD, buku) 1 paket 6.000.000 3.000.000
4 Belanja jasa Profesi 2.000.000Narasumber, fasilitator, evaluator,moderator 9 OJ 500.000 2.000.000
5 Belanja Perjalanan Biasa 45.000.000Perjalanan dalam rangkapelaksanaan kegiatan (berkisarantara Rp.365.000,- s/dRp.5.000.000)
9 OP 5.000.000 45.000.000
6 Belanja Perjalanan Dinas PaketMeeting Luar Kota 7.000.000
Uang harian dan transport perjalanankeluar propinsi/ pusat dalam rangkapelaksanaan kegiatan
1 OH 2.900.000 2.900.000
Penginapan perjalanan ke luarpropinsi/pusat dalam rangkapelaksanaan kegiatan
2 OP 700.000 1.400.000
Akomodasi temu lapang, sosialisasi,FGD, pertemuan 15 OH 180.000 2.700.000
Total 96.000.000
34
Tabel 11. Realisasi Anggaran Belanja (RAB) Kegiatan
No. Mata AnggaranRealisasiAnggaran
(Rp.)
PersentaseKeuangan
(%)
PersentaseFisik(%)
1 Belanja BahanBahan pendampingan dan bahanpendukung lainnya 9.660.000
99 100
ATK, Komputer Suplies 3.000.000 100 100Penggandaan, penjilidan laporan 750.000Bahan diseminasi/penyuluhan 3.000.000 100 100Dokumentasi 1.500.000 100 100
Konsumsi 10.000.000 100 1002 Honor output kegiatan
UHL 5000000 100 100
Petugas lapang 8.000.000 100 1003 Belanja jasa Profesi
Narasumber/Pengarah 2.000.000 100 100
4 Belanja Perjalanan LainnyaPerjalanan dalam rangkapelaksanaan kegiatan
41.700.000 92,7 100
Total 99 100
35
PERSONALIA
Tabel 12. Personalia kegiatan pendampingan jeruk tahun 2016
No Nama/NIPJabatan
Fungsional/Bidang
keahlian
Jabatandalam
KegiatanUraian Tugas
AlokasiWaktu(Jam/
minggu)1 Ir. Sri Suryani
Rambe M.Agr/19630805198703 2 007
PenyuluhPertanian
Madya/IlmuTanah
Penang-gungjawab
Mengkoordiniranggota tim dalampelaksanaankegiatan, Membuatperencanaan danmengevaluasikegiatan danMenyusun laporankegiatan secaraperiodik
15
2. Lina Ivanti,SP/19841001200901 2 004
PenelitiPertama/Pas
ca Panen
Anggota Membantuperencanaankegiatan danMembantupelaksanaankegiatan
5
3. Kusmea Dinata,SP/19831024201101 1 007
PenelitiPertama/Hama Penyakit
Tanaman
Anggota Membantuperencanaan danpelaksanaankegiatan, 2.Mengkoordinirkegiatan teknisbudidaya dilapangan danMembantupengolahan databudidaya.
10
4. Rizal Efendi,SE/19720605200003 1 001
Keuangan Anggota Membantukegiatan teknis dilapangan danMembantuadministrasi
5
5. Rahmat Oktavia,SP/19791003200701 1 001
Agribisnis Anggota Membantukegiatan teknis dilapangan,Membantupengolahan datasosial ekonomi danMembantuadministrasi
10
6 Johardi/19720110200710 1 001
- Anggota Membantu kegiatanteknis di lapangandan Membantuadministrasi
5
36
Lampiran 1. Rangkaian kegiatan pendampingan pengembangan kawasanpertanian nasional hortikultural (jeruk) tahun 2016
Koordinasi dengan Kepala Dinas PertanianKabupaten Bengkulu Utara
Demplot PTT jeruk RGL di KabupatenLebong
Kondisi pertanaman produktif padademplot PTT jeruk RGL di Kabupaten
Lebong
Koordinasi dengan BP4K KabupetenKepahiang
Bimbingan teknologi pada petanikooperator di lokasi demplot PTT jerukTejakula di Kabupaten Bengkulu Utara
Pelatihan PTT jeruk di Kec. Bermani IlirKabupaten Kepahiang
31
Foto kegiatan pertemuan dalam rangka penyampaian materi PTT jerukdi Kabupaten Kepahiang
Foto kegiatan praktek cara pemangkasan tanamandi Kabupaten Kepahiang
Foto kegiatan praktek cara pemangkasan tanaman
32
di Kabupaten Bengkulu Utara
Foto kegiatan temu lapang di Kabupaten Lebong
Top Related