1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kedelai merupakan komoditas pangan penghasil protein nabati yang
sangat penting karena gizinya, aman dikonsumsi, dan harganya yang relatif murah
dibandingkan dengan sumber protein hewani. Di Indonesia, kedelai umumnya
dikonsumsi dalam bentuk pangan olahan seperti tahu, tempe, susu kedelai dan
berbagai bentuk makanan ringan (Damardjati dkk, 2005).
Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan industri pangan
olahan berbahan baku kedelai di dalam negeri, permintaan kedelai terus
meningkat. Data statistik FAO dan BPS menunjukkan bahwa kebutuhan kedelai
rata-rata pada tahun 2001-2005 sebesar 1,84-0,24 juta ton, sementara produksi
dalam negeri masih sangat rendah yaitu antara 0,67-0,81 juta ton dan kekurangan
tersebut harus diimpor sebesar 1,12-1,36 juta ton. Gambaran di atas
mencerminkan bahwa Indonesia masih mengalami defisit yang cukup besar dalam
memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri (Sudaryanto dkk, 2007).
Mengatasi permasalahan di atas diperlukan upaya peningkatkan produksi
kedelai nasional berupa perbaikan teknologi budidaya. Beberapa di antaranya
yaitu, aplikasi pemupukan yang tepat dan berimbang terutama P, modifikasi iklim
mikro perakaran tanaman dan penentuan jarak tanam yang tepat. Manfaat fosfat
bagi tanaman adalah mempercepat pertumbuhan akar, memacu pertumbuhan
tanaman da meningkatkan produksi biji-bijian (Suprapto dkk, 1992).
Unsur hara makro tanaman salah satunya adalah unsur P. Unsur hara P
memiliki peranan yang sangat penting didalam keberlangsungan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, yaitu mempercepat pertumbuhan akar, mempercepat
2
pendewasaan tanaman, mempercepat pembentukan buah dan biji serta meningkatkan
produksi (Syam, 1992).
Istilah pupuk hayati digunakan sebagai nama kolektif untuk semua
kelompok fungsional mikroba tanah yang dapat berfungsi sebagai penyedia hara
dalam tanah, sehingga dapat tersedia bagi tanaman. Pemakaian istilah ini relatif
baru dibandingkan dengan saat penggunaan salah satu jenis pupuk hayati
komersial pertama di dunia yaitu inokulan Rhizobium yang sudah lebih dari 100
tahun yang lalu. Pupuk hayati dalam buku ini dapat didefinisikan sebagai inokulan
berbahan aktif organisme hidup yang berfungsi untuk menambat hara tertentu atau
memfasilitasi tersedianya hara dalam tanah bagi tanaman. Memfasilitasi
tersedianya hara ini dapat berlangsung melalui peningkatan akses tanaman
terhadap hara misalnya oleh cendawan mikoriza arbuskuler, pelarutan oleh
mikroba pelarut fosfat, maupun perombakan oleh fungi, aktinomiset atau cacing
tanah. Penyediaan hara ini berlangsung melalui hubungan simbiotis atau
nonsimbiotis. Secara simbiosis berlangsung dengan kelompok tanaman tertentu
atau dengan kebanyakan tanaman, sedangkan nonsimbiotis berlangsung melalui
penyerapan hara hasil pelarutan oleh kelompok mikroba pelarut fosfat, dan hasil
perombakan bahan organik oleh kelompok organisme perombak. Kelompok
mikroba simbiotis ini terutama meliputi bakteri bintil akar dan cendawan
mikoriza. Penambatan N2 secara simbiotis dengan tanaman kehutanan yang
bukan legum oleh aktinomisetes genus Frankia di luar cakupan buku ini.
Kelompok cendawan mikoriza yang tergolong ektomikoriza juga di luar cakupan
baku ini, karena kelompok ini hanya bersimbiosis dengan berbagai tanaman
kehutanan. Kelompok endomikoriza yang akan dicakup dalam buku ini juga
3
hanya cendawan mikoriza vesikulerabuskuler, yang banyak mengkolonisasi
tanaman-tanaman pertanian (Balitbang Pertanian, 2006).
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan paper ini adalah untuk mengetahui
pemberian pupuk fosfat dan jarak tanam pada tanaman
kedelai (Glycine max L. Merrill).
Kegunaan Penulisan
- Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Mengikuti Pra Praktikal di Laboratorium
Teknologi Budidaya Tanaman Pangan, Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatera Utara, Medan.
- Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
4
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut Adisarwanto (2008) tanaman kedelai diklasifikasikan sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneacae
Ordo : Rosales
Famili : Leguminoceae
Genus : Glycine
Spesies : Glycine max (L.) Merrill
Akar kedelai mulai muncul disekitar misofil. Kemudian akar muncul
kedalam tanah, sedangakan kotiledon akan terangkat ke permukaan tanah akibat
pertumbuhan dari hipokotil. Akar tanaman kedelai terdiri dari akar tunggang dan
akar sekunder yang tumbuh dari akar tunggang. Untuk memperluas permukaan
kontaknya dalam menyerap unsur hara, akar juga membentuk bulu-bulu akar.
Bulu akar merupakan penonjolan dari sel-sel epidermis akar. Pada akar terdapat
bintil-bintil akar yang berkoloni dari bakteri Rhizhobium japonicum yang
terbentuk di akar, yang dapat mengikat N, bersimbiosa dengan tanaman
(Suprapto dkk, 1992).
Bintil akar dapat terbentuk pada tanaman kedelai muda setelah ada akar
rambut pada akar utama atau akar cabang. Bintil akar dibentuk oleh Rhizobium
japonicum. Akar mengeluarkan triptofan dan substansi lain yang menyebabkan
5
perkembangan pesat dari populasi bakteri yang menyebabkan akar rambut
melengkung sebelum bakteri menginfeksi ke dalamnya. Gejala ini tidak tampak
apabila infeksi terjadi pada akhir pertumbuhan akar rambut (Hidajat, 1993).
Batang kedelai yang masih muda setelah perkecambahan dibedakan
menjadi dua bagian yaitu hipokotil dan epikotil. Hipokotil adalah bagian batang
dibawah keping biji yang belum lepas sampai ke pangkal batang, sedangkan
epicotil adalah bagian batang yang berada diatas keping biji. Sistem pertumbuhan
batang kedelai dibedakan menjadi dua tipe yaitu tipe determinate adalah tipe
pertumbuhan pucuk batang yang jika tanaman telah berbunga pertumbuhan
batangnya terhenti dan tipe indeterminate adalah pertumbuhan pucuk batang dapat
terus berlangsung walaupun tanaman telah mengeluarkan bunga
(Adisarwanto, 2008).
Daun kedelai berwarna hijau, mempunyai dua bentuk daun, yaitu stadia
kotiledon yang tumbuh saat masih kecambah dengan dua helai daun tunggal dan
daun bertangkai tiga yang tumbuh setelah masa perkecambahan. Daun berbentuk
bulat (oval), yang mempunyai bulu. Panjang bulu bisa mencapai 1 mm dan lebar
0,0025 mm. kepadatan bulu berkisar 3-20 buah/mm. pada varietas anjasmoro
kepadatan bulu jarang (Suprapto dkk, 1992).
Kedelai dapat berbunga ketika memasuki stadia reproduktif yaitu 5-7
minggu bergantung pada varietas. Bunga kedelai umumnya muncul pada ketiak
tangkai daun. Jumlah bunga yang ada pada setiap tangkai daun beragam, antara 2-
25 bunga. Penyerbukan bunga berlangsung secara sendiri dengan tepung sari
sendiri karena pembuahan terjadi sebelum bunga kedelai mekar (Hidajat, 1993).
6
Polong pertama kali muncul sekitar 7-10 hari setelah munculnya bunga
pertama. Polong berwarna hijau, Panjangnya polong muda sekitar 1 cm. Jumlah
polong terbentuk pada setiap ketiak daun sangat beragam, antara 1-10 polong
dalam setiap kelompok. Dalam satu polong berisi 1-4 biji. Bentuk biji kedelai
pada umumnya bulat lonjong, ada yang bundar bulat agak pipih
(Adisarwanto, 2008).
Syarat Tumbuh
Iklim
Kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan
subtropis. Tanaman kedelai dapat tumbuh baik di daerah yang memiliki curah
hujan sekitar 100-400 mm/bulan (Sugeno, 2008).
Pada saat perkecambahan, faktor air menjadi sangat penting karena akan
mempengaruhi proses pertumbuhan. Kebutuhan air semakin meningkat seiring
dengan bertambahnya umur tanaman. Kebutuhan air paling tinggi terjadi pada saat
masa berbunga dan pengisian polong. Kondisi kekeringan menjadi sangat kritis
saat tanaman kedelai pada stadia perkecambahan dan pembentukkan polong
(Adisarwanto, 2008).
Pertumbuhan kedelai berkisar pada suhu 20–25ºC. Suhu yang sesuai untuk
proses pertumbuhan tanaman pada 12–20ºC (optimum). Jika berada di bawah
suhu optimum akan menghambat proses perkecambahan benih dan pemunculan
kecambah, serta pembungaan dan pertumbuhan biji. Jika berada di atas suhu
optimum, fotorespirasi cenderung mengurangi hasil fotosintesis, memperoleh
cahaya matahari langsung akibat tertutup oleh mulsa, dan unsur lain seperti air
dan 02, menstabilkan agregat tanah, mengurangi pencucian tanah, menambah
7
unsur tanah (mulsa organik), mencegah terjadinya evapotranspirasi. Kedelai
sangat peka terhadap perubahan panjang hari atau lama penyinaran sinar matahari.
Kedelai merupakan tanaman hari pendek artinya tidak akan berbunga bila panjang
hari melebihi batas kritis yaitu 15 jam per hari. Jika suatu varietas berproduksi
tinggi di daerah subtropik dengan panjang hari 14-16 jam maka akan mengalami
penurunan hasil di daerah tropik karena masa berbunganya menjadi pendek
(Adisarwanto, 2008).
Tanah
Pada dasarnya kedelai menghendaki kondisi tanah yang tidak terlalu
basah, tetapi air tetap tersedia. Kedelai tidak menuntut struktur tanah yang khusus
sebagai suatu persyaratan tumbuh. Bahkan pada kondisi lahan yang kurang subur
dan agak masam pun kedelai dapat tumbuh dengan baik, asal tidak tergenang air
yang akan menyebabkan busuknya akar. Kedelai dapat tumbuh baik pada berbagai
jenis tanah, asal drainase dan aerasi tanah cukup baik (Sugeno, 2008).
Kedelai tumbuh baik pada pH tanah antara 5,8-7. Namun pada tanah
dengan pH 4,5 pun kedelai masih dapat tumbuh baik karena kedelai toleran
terhadap tanah masam. Jenis tanah yang cocok yaitu alluvial, regosol, grumosol,
latosol dan andosol. Pada tanah podzolik merah kuning dan tanah yang
mengandung banyak pasir kwarsa, pertumbuhan kedelai kurang baik, kecuali bila
diberi tambahan pupuk organik atau kompos dalam jumlah yang cukup
(Andrianto dan Indarto, 2004).
Jika pH terlalu rendah dapat menimbulkan keracunan aluminium dan
ferum serta pertumbuhan bakteri bintil dan proses nitrifikasi akan terhambat.
8
Pengapuran juga dapat meningkatkan pH tanah dan memperkaya tanah akan
kalsium dan magnesium (Suprapto dkk, 1992).
9
PENGGUNAAN PUPUK HAYATI Pseudomonas sp. PADA BUDIDAYA TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill)
Pengertian Pupuk Hayati
Pupuk hayati atau biofertilizer adalah pupuk yang mengandung
mikrooganisme yang memiliki peranan positif bagi tanaman, kelompok mikroba
yang sering digunakan adalah mikroba-mikroba yang menambat N dari udara,
mikroba yang malarutkan hara (terutama P dan K), mikroba-mikroba yang
merangsang pertumbuhan tanaman (Aprilia dkk, 2011).
Manfaat pupuk hayati sangat luas, dapat dijelaskan secara singkat bahwa
peranan mikroba bermanfaat yaitu memiliki kemampuan untuk mengurai residu
kimia, mengikat logam berat, mensuplai sebagian kebutuhan N untuk tanaman,
melarutkan senyawa fosfat, melepaskan senyawa K dari ikatan koloid tanah,
menghasilkan zat pemacu tumbuh alami (Giberellin, Sitokinin, Asam Indol
Asestat), menghasilkan enzim alami, menghasilkan zat anti patogen (spesifik pada
tiap jenis mikroorganisme), dll, jadi dapat disimpulkan bahwa peranan dan
manfaat pupuk hayati sangat besar di dalam pratek budidaya. Pupuk hayati
berfungsi untuk meningkatkan hasil produksi, meningkatkan kualitas hasil,
meningkatkan efisiensi pemakaian pupuk buatan , mengurangi dosis pemakaian
pupuk buatan, memperbaiki struktur fisik- kimia-biologi tanah, menekan serangan
hama dan penyakit, menjadikan keseimbangan flora fauna dalam tanah tercipta
dengan baik yang pada akhirnya membawa kebaikan untuk segala sisi budidaya
pertanian (Aprilia dkk, 2011).
10
Pseudomonas sp.
Pseudomonas fluorescens P60 berbentuk batang lurus atau agak lengkung,
berukuran (0,5-1,0) x (1,5-5,0)µm, tidak spiral, bergerak dengan satu atau
beberapa flagellum polar, dan bersifat gram negatif. Bakteri hidup secara aerob,
mempunyai tipe pernapasan secara tegas dari metabolisme, dengan oksigen
sebagai penerima elektron akhir (terminal), mempunyai tipe metabolism respirasi
tidak fermentatif, dan menggunakan denitrifikasi sebagai pilihan. Beberapa
bakteri bersifat kemolitotrof fakultatif, yang menggunakan H2 sebagai sumber
energi, sedangkan mekanisme respirasinya bersifat aerob (Soesanto, 2008)
Menurut Goto (1992), pengkelasan Pseudomonas fluorescens adalah:
Kingdom : Prokariota
Divisi : Gracilutes
Kelas : Proteobacteria
Ordo : Pseudomonadales
Family : Pseudomonadaceae
Genus : Pseudomonas
Spesies : Pseudomonas fluorescens
P. fluorescens mengeluarkan pigmen hijau, merah hijau, merah jambu, dan
kuning terutama pada medium yang kekuranagn unsur besi. P. fluorescens
membentuk pigmen berpendar yang dikenal dengan nama fluorescein. Akan
tetapi, sekarang lebih banyak digunakan istilah pyoverdin untuk menghilangkan
kebingungan dengan fluorescein yang disintesis secara kimia, yakni
resorcinolphthalein. Pyoverdin terdiri atas peptide 5-8 asam amino dan kromofor
turunan kuinolin yang berberat molekul sekitar 1.000. Pyoverdin mempunyai
11
kemampuan sebagai senyawa pengikat besi dan pengangkut besi atau siderofor
(Soesanto, 2008).
Peranan Pseudomonas sp.
Untuk meningkatkan efisiensi pemupukan fosfat, saat ini mulai
dikembangkan kemampuan bakteri dalam mengefektifkan ketersediaan unsur P.
Menurut Rao (1982) dalam tanah banyak bakteri yang mempunyai kemampuan
melepas P dari ikatan Fe, Al, Ca dan Mg sehingga P yang tidak tersedia menjadi
tersedia bagi tanaman, salah satunya adalah Pseudomonas. Bakteri tersebut dapat
digunakan sebagai Biofertilizer.
Pemanfaatan bakteri pelarut fosfat sebagai salah satu penerapan
bioteknologi merupakan suatu alternatif yang sangat potensial untuk
dikembangkan dalam mencari pemecahan masalah efektivitas ketersediaan unsur
P pada tanah masam.
Bakteri P. fluorescens dapat memberikan pengaruh menguntungkan
terhadap perkembangan dan pertumbuhan tanaman, yaitu sebagai “ Plant Growth
Promoting Rhizobacteria” (PGPR). Bakteri juga menghasilkan antibiotika yang
dapat menghambat pertumbuhan patogen, terutama patogen tular tanah dan
mempunyai kemampuam mengoloni akar tanaman. Bakteri mempunyai tipe
interaksi dengn patogen berupa pesaing hara, penghasil antibiotika, siderofor, dan
asam sianida (Soesanto, 2008).
KESIMPULAN
1. Fosfat merupakan nutrisi bagi perkembangan bakteri Rhizobium japonicum
yang berperan dalam pembentukan bintil akar. Semakin tinggi pupuk fosfat
yang diberikan maka jumlah bintil akar yang terbentuk juga tinggi.
12
2. Fosfat adalah pupuk yang berperan dalam metabolisme karbohidrat yang
digunakan untuk pembentukan klorofil daun.
3. Perlakuan jarak tanam 50 cm x 25 cm dapat meningkatkan tinggi tanaman
kedelai dan meningkatkan volume akarnya.
4. Perlakuan jarak tanam dapat meningkatkan jumlah polong per tanaman
(polong) dan produksi biji per tanaman (g).
5. Perlakuan pupuk fosfat dan jarak tanam dapat meningkatkan bobot kering
tajuk.
6. Pupuk fosfat dan jarak tanam dapat meningkatkan kadar N (%) dan P (%)
pada tanaman kedelai.
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto, T. 2008. Kedelai. Penebar Swadaya, Jakarta.
Agustina, L. 1990. Dasar Nutrisi Tanaman. Rineka Cipta, Jakarta.
Andrianto, T. T., dan N. Indarto. 2004. Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai, Kacang Hijau, Kacang Panjang. Absolut, Yogyakarta.
13
Damardjati, D. S., Marwoto, D. K. S.Swastika, D. M. Arsyad, dan Y. Hilman. 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kedelai. Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian, Jakarta.
Dwidjoseputro, D. 1985. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia, Jakarta.
Hakim, N., M. Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S. G. Nugroho, M. R. Saul, M. A. Diha, G. B. Hong dan H. H. Bailey. 1986. Dasar - Dasar Ilmu Tanah. Unila, Lampung.
Hidajat, O. O. 1993. Morfologi Tanaman Kedelai. Dalam Kedelai, Cetakan Kedua. Bogor: Badan Litbang Pertanian. Puslitbang Tanaman Pangan.
Islami, T. dan W. Hadi. 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. IKIP Semarang Press, Semarang.
Mayadewi, N. N. A. 2007. Pengaruh Jenis Pupuk Kandang dan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan Gulma dan Hasil Jagung Manis. Jurusan Budidaya Pertanian. Vol 26 (4) : 153 - 159 (2007). Fakultas Pertanian Unud, Denpasar.
Setyowati, N., E. Maryanto dan D. Surya. 2002. Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Galur Harapan Kedelai Pada Kerapatan Tanam Berbeda. Akta Agrosia Vol 5 (2) : 47-52. Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
Sudaryanto, T dan Swastika, D. K. S. 2007. Ekonomi Kedelai di Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.
Sugeno, R. 2008. Budidaya Kedelai. Dikutip dari http://warintek.ristek.go.id/pertanian/kedelai.pdf. Diakses pada tanggal 11 Maret 2008.
Suprapto, H., Machmud, M., Soewito, T., Pasaribu, D., Sutrisno, Adang, K., Nono, M. 1992. Hasil Penelitian Tanaman Pangan. Balai Penelitian Tanaman Pangan, Bogor.
Supriono. 2000. Pengaruh Dosis Urea Tablet dan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai Kultivar Sindoro. Agrosains Vol 2 (2). Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Sutedjo, M. M. dan A. G. Kartasapoetra. 1999. Pupuk dan Cara Pemupukan. Graha Media Pratama. Jakarta.
Syam, R. 1992. Pengaruh Konsentrasi Pupuk Gandasil dan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kacang Hijau Varietas Parkit. Fakultas Pertanian Universitas Muhamadiyah Malang.
14
Whigham, D. K. 1983. Soybean. Symposium on Potential Productivity of Field Crops Under Different Environments. IRRI Los Banos.
Top Related