PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang
Panitia Skripsi pada :
Hari :
Tanggal :
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Prof. Dr. Rusdarti, M. Si. Drs. Mudjijono, M. Si.NIP 131411053 NIP 130795079
Mengetahui
Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan
Drs. Bambang Prishardoyo, M.Si. NIP 131993879
ii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan sidang panitia ujian Skripsi
Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang pada:
Hari :
Tanggal :
Penguji Skripsi
Dra. Hj. Sucihatiningsih, M.Si. NIP 132158718
Anggota I Anggota II Prof. Dr. Rusdarti, M. Si. Drs. Mudjijono, M. Si.NIP 131411053 NIP 130795079
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi
Drs. Agus Wahyudin, M. Si. NIP 131658236
iii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian ataupun
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, Agustus 2007
Laela Mufida
NIM 3301403031
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO:
1. Orang yang besar hati adalah orang yang banyak mengalami cobaan hidup
dan selalu berpikir positif serta mengambil hikmah dari setiap peristiwa
yang terjadi, dan selalu tabah serta sabar atas segala bentuk cobaan yang
ada. (Irwanto).
2. Perubahan selamanya tidak menjamin kemajuan tetapi setiap kemajuan
membutuhkan perubahan. Pendidikan adalah sesuatu yang sangat
mendasar bagi perubahan karena pendidikan menghadirkan keinginan baru
dan kemampuan untuk memenuhi keinginan. (Henry Steele Commager).
PERSEMBAHAN:
1. Bapak dan Ibu tercinta, terimakasih atas kasih sayang, doa serta segenap
dukungan yang telah diberikan.
2. Kakak dan adikku: Mas Haris, Mbak Dhama, Mbak Eva, Mas Arif, De’
Lia, De’ Nala yang telah memberikan dukungan, semangat serta motivasi.
3. Teman-teman Pendidikan Ekonomi Koperasi 2003 terimakasih atas
kerjasama dan kebersamaan selama ini. Special for Lita, Septi, Unik,
Khilmi, Hari, Zanto, Adi, Agus, Wachid dan kawan-kawan. Terimakasih
untuk semuanya.
4. Teman-teman kos Kirana, terimakasih atas semangat dan dukunganya, I
love you all.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Persepsi Guru Mengenai Pelaksanaan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di SMP Negeri I Warungasem Kecamatan
Warungasem Kabupaten Batang Tahun 2007/2008” dengan lancar. Skripsi ini
merupakan syarat akademis dalam menyelesaikan Studi Strata I untuk mencapai
gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
Melalui skripsi ini penulis banyak belajar sekaligus memperoleh pengalaman-
pengalaman baru secara langsung, yang belum diperoleh sebelumnya dan
diharapkan pengalaman tersebut dapat bermanfaat di masa yang akan datang.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah menerima banyak
bimbingan, dorongan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak ternilai
harganya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Prof. Dr. Sudijono Sasatroatmodjo, M.Si, Rektor Universitas Negeri
Semarang
2. Drs. Agus Wahyudin, M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi
3. Drs. Bambang Prishardoyo, M.Si, Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan
4. Prof. Dr. Rusdarti, M.Si, Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan
mengarahkan skripsi ini
5. Drs. Mudjijono, M.Si, Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan
mengarahkan skripsi ini
vi
6. Dra. Hj. Sucihatiningsih, M.Si, Dosen Penguji yang telah memberikan
masukan sehingga skripsi ini dapat lebih baik.
7. Bapak Achmad Cholid, S.H, Kepala Sekolah SMP Negeri I Warungasem yang
telah memberikan ijin penelitian
8. Bapak/Ibu Guru SMP Negeri I Warungasem yang telah bersedia menjadi
responden dalam penelitian ini
9. Semua pihak yang telah membantu peneliti menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan
demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna
dan bermanfaat bagi pembaca. Amin.
Semarang, Agustus 2007
Penulis
vii
SARI
Laela Mufida. 2007. Persepsi Guru Mengenai Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di SMP Negeri I Warungasem Kecamatan Warungasem Kabupaten Batang Tahun 2007/2008. Program Studi Pendidikan Ekonomi Koperasi. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Kata Kunci: Persepsi, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Kurikulum
2006)
Untuk memperbaiki mutu kurikulum salah satunya dengan perubahan kurikulum. Tahun 2006 telah diberlakukan kurikulum baru yang dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di SMP Negeri I Warungasem ini belum dapat dilaksanakan. Sekolah menunggu pengesahan dari kabupaten untuk dapat melaksanakan KTSP. Perangkat pembelajaran dan segala sesuatunya telah dipersiapkan, termasuk uji coba pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan telah dilaksanakan satu tahun yang lalu. Tahun ajaran baru 2007/2008 SMP Negeri I Warungasem baru akan melaksanakannya. Hal ini disebabkan karena untuk wilayah Kabupaten Batang pelaksanaan KTSP baru dilaksanakan tahun ajaran 2007/2008.
KTSP merupakan penyempurna dari KBK, dimana dalam KTSP ini, indikator harus dibuat sendiri oleh guru sesuai dengan kondisi sekolah, longkungan dan karakteristik peserta didik. Dalam KTSP peran guru lebih dominan terutama dalam menjabarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, tidak saja dalam program tertulis tetapi juga dalam pembelajaran nyata di kelas. Guru berperan sebagai fasilitator sehingga siswa lebih aktif berperan dalam proses belajar. Guru harus terbiasa memberikan peluang yang seluas-luasnya agar siswa dapat belajar lebih bermakna dengan memberi respon yang mengaktifkan semua siswa secara positif dan edukatif. Masalahnya apakah guru sudah siap untuk itu. Jika guru kurang kreatif dalam pengelolaan pembelajaran dengan memberikan metode pengajaran yang kurang variatif maka akan menghambat pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Oleh karena itu, sebelum melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), guru perlu mengerti dan memahami Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan mempunyai persepsi yang benar tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).(1) Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimanakah persepsi guru mengenai pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di SMP Negeri I Warungasem Kecamatan Warungasem Kabupaten Batang Tahun 2007/2008, (2) Hambatan apa yang dihadapi guru dalam persiapan pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di SMP N I Warungasem Kecamatan Warungasem Kabupaten Batang Tahun 2007/2008 dan upaya apa yang dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut. Penelitian ini bertujuan: Untuk mengetahui bagaimana persepsi guru mengenai pelaksanaan Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan di SMP Negeri I Warungasem kecamatan
viii
Warungasem kabupaten Batang Tahun 2007/2008, (2) Untuk mengetahui hambatan apa yang dihadapi guru dalam persiapan pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di SMP Negeri I Warungasem kecamatan Warungasem kabupaten Batang Tahun 2007/2008 dan upaya apa yang dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut.
Penelitian ini tidak menggunakan sampel melainkan seluruh populasi (penelitian populasi) atau seluruh guru SMP Negeri I Warungasem yang berjumlah 27 orang. Penelitian ini memiliki variabel tunggal, variabel yang dimaksud adalah persepsi guru mengenai pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Penelitian ini mengungkap data persepsi guru mengenai pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang meliputi hakekat KTSP, pengembangan KTSP, cara penyusunan KTSP, cara mengembangkan silabus berbasis KTSP, cara membuat RPP, pembelajaran dan penilaian berbasis KTSP dan hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan KTSP. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuesioner, metode wawancara, dan metode dokumentasi. Metode kuesioner menggunakan dua bentuk, yaitu kuesioner skala pengetahuan dan skala sikap. Data yang diperoleh berupa jawaban responden yang telah dikuantitatifkan, kemudian dianalisis secara deskriptif presentase.
Berdasarkan analisis deskriptif persentase dari skala pengetahuan menunjukkan hakekat KTSP termasuk dalam kategori baik, pengembangan KTSP termasuk dalam kategori baik, cara penyusunan KTSP termasuk dalam kategori baik, cara mengembangkan silabus berbasis KTSP termasuk dalam kategori sangat baik, cara membuat RPP termasuk dalam kategori sangat baik, pembelajaran dan penilaian berbasis KTSP termasuk dalam kategori sangat baik dan hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan KTSP termasuk dalam kategori sangat baik. Dari skala sikap menunjukkan hakekat KTSP termasuk dalam kategori baik, pengembangan KTSP termasuk dalam kategori sangat baik, cara penyusunan KTSP termasuk dalam kategori baik, cara mengembangkan silabus berbasis KTSP termasuk dalam kategori sangat baik, cara membuat RPP termasuk dalam kategori baik, pembelajaran dan penilaian berbasis KTSP termasuk dalam kategori baik dan hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan KTSP termasuk dalam kategori sangat baik.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa guru SMP Negeri I Warungasem memiliki persepsi baik mengenai pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Kurikulum 2006) baik berdasarkan sikap maupun pengetahuan. Memperhatikan hal tersebut, saran yang dapat disumbangkan yaitu Guru hendaknya menyiapkan dan mempelajari terlebih dahulu semua hal tentang KTSP. Guru juga harus mau belajar agar lebih menguasai materi serta memahami KTSP. Kedua, kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah harus mendukung sepenuhnya agar pelaksanaan KTSP dapat berjalan dengan lancar. Ketiga, menambah sarana prasarana yang ada dalam pelaksanaan KTSP.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN .............................................. iii
PERNYATAAN.............................................................................................. iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN........................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
SARI ................................................................................................................ viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
1.2. Permasalahan ....................................................................... 6
1.3. Penegasan Istilah.................................................................. 6
1.4. Tujuan Penelitian ................................................................. 7
1.5. Manfaat Penelitian ............................................................... 8
1.6. Sistematika Skripsi............................................................... 9
BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR
2.1. Persepsi
2.1.1 Pengertian Persepsi ...................................................... 10
x
2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya
Persepsi ........................................................................ 12
2.1.3 Prinsip-prinsip Terjadinya Persepsi ............................. 14
2.1.4 Proses Terjadinya Persepsi........................................... 15
2.2. Guru
2.2.1 Pengertian Guru ........................................................... 17
2.2.2 Peran dan Fungsi Guru................................................. 18
2.2.3 Guru dalam KTSP........................................................ 23
2.3. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
2.3.1 Hakekat KTSP.............................................................. 25
2.3.2 Pengembangan KTSP .................................................. 28
2.3.3 Cara Menyusun KTSP ................................................. 28
2.3.4 Cara Mengembangkan Silabus Berbasis KTSP ........... 35
2.3.5 Cara Membuat RPP...................................................... 35
2.3.6 Pembelajaran dan Penilaian Berbasis KTSP................ 36
2.3.7 Hambatan dalam KTSP................................................ 39
2.4. Kerangka Pikir ..................................................................... 42
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Populasi ................................................................................ 46
3.2. Variabel Penelitian ............................................................... 46
3.3.Metode Pengumpulan Data ................................................... 47
3.4. Validitas dan Reliabilitas ..................................................... 49
3.5. Analisa Data ......................................................................... 51
xi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian .................................................................... 54
4.1.1. Gambaran Umum........................................................ 54
4.2. Deskripsi Variabel Penelitian.............................................. 59
4.2.1. Analisis Data Persepsi Guru SMP Negeri I
Warungasem mengenai Pelaksanaan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan Berdasarkan
Pengetahuan................................................................. 59
4.2.2. Analisis Data Persepsi Guru SMP Negeri I
Warungasem mengenai Pelaksanaan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan Berdasarkan Sikap........... 66
4.3. Pembahasan.......................................................................... 78
4.3.1. Persepsi Guru SMP Negeri I Warungasem mengenai
Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Berdasarkan Pengetahuan ........................................... 78
4.3.2. Persepsi Guru SMP Negeri I Warungasem mengenai
Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Berdasarkan Sikap....................................................... 84
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan .............................................................................. 97
5.2. Saran..................................................................................... 100
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 101
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 2.1 Perbedaan Mendidik, Membimbing, Mengajar dan
Melatih .................................................................................. 19
Tabel 2.2 Peran dan Tugas Pokok Guru................................................ 21
Tabel 3.1 Validitas Angket Pengetahuan Responden ........................... 49
Tabel 3.2 Validitas Angket Skala Sikap Responden............................. 50
Tabel 3.3 Reliabilitas Angket Sikap...................................................... 51
Tabel 3.4 Kriteria Deskriptif Persentase Pengetahuan.......................... 53
Tabel 3.4 Kriteria Deskriptif Persentase Sikap ..................................... 53
Tabel 4.1 Daftar Guru SMP Negeri I Warungasem Tahun 2007.......... 57
Tabel 4.2 Keadaan Karyawan SMP Negri I Warungasem
Tahun 2007 ........................................................................... 58
Tabel 4.3 Keadaan Siswa SMP Negeri I Warungasem Batang
Tahun 2007 ........................................................................... 58
Tabel 4.4 Jawaban Responden tentang Persepsi Guru SMP Negeri I
Warungasem Mengenai Pelaksanaan KTSP Berdasarkan
Pengetahuan .......................................................................... 60
Tabel 4.5 Hakekat KTSP....................................................................... 62
Tabel 4.6 Pengembangan KTSP ........................................................... 62
Tabel 4.7 Cara Menyusun KTSP .......................................................... 63
Tabel 4.8 Cara Mengembangkan Silabus Berbasis KTSP .................... 64
xiii
Tabel 4.9 Cara Membuat RPP............................................................... 64
Tabel 4.10 Pembelajaran dan Penilaian Berbasis KTSP......................... 65
Tabel 4.11 Hambatan dalam KTSP......................................................... 65
Tabel 4.12 Jawaban Responden tentang Persepsi Guru SMP Negeri I
Warungasem Mengenai Pelaksanaan KTSP Berdasarkan
Sikap...................................................................................... 66
Tabel 4.13 Jawaban Responden tentang Hakekat KTSP ........................ 68
Tabel 4.14 Jawaban Responden tentang Pengembangan KTSP ............. 70
Tabel 4.15 Jawaban Responden tentang Cara Menyusun KTSP ............ 71
Tabel 4.16 Jawaban Responden tentang Cara Mengembangkan
Silabus Berbasis KTSP ......................................................... 73
Tabel 4.17 Jawaban Responden tentang Cara Membuat RPP ................ 74
Tabel 4.18 Jawaban Responden tentang Pembelajaran dan Penilaian
Berbasis KTSP ...................................................................... 76
Tabel 4.19 Jawaban Responden tentang Hambatan dalam KTSP .......... 77
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 4.1 Struktur Organisasi ............................................................... 55
Gambar 4.2 Histogram Hasil Penelitian Pengetahuan .............................. 61
Gambar 4.3 Histogram Hasil Penelitian Sikap ......................................... 67
Gambar 4.4 Diagram Jawaban Responden Tentang Hakekat KTSP........ 69
Gambar 4.5 Diagram Jawaban Responden Tentang Pengembangan
KTSP..................................................................................... 70
Gambar 4.6 Diagram Jawaban Responden Tentang Cara Menyusun
KTSP..................................................................................... 72
Gambar 4.7 Diagram Jawaban Responden Tentang Cara
Mengembangkan Silabus Berbasis KTSP............................. 73
Gambar 4.8 Diagram Jawaban Responden Tentang Cara Membuat
RPP........................................................................................ 75
Gambar 4.9 Diagram Jawaban Responden Tentang Pembelajaran dan
Penilaian Berbasis KTSP ...................................................... 76
Gambar 4.10 Diagram Jawaban Responden Tentang Hambatan dalam
KTSP..................................................................................... 77
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Pengantar Angket Penelitian ................................................................... 105
2. Angket Penelitian.................................................................................... 127
3. Tabel Frekuensi Pengetahuan Guru Mengenai Pelaksanaan KTSP........ 117
4. Reliabilitas dan Validitas Angket Pengetahuan ...................................... 118
5. Hasil Analisis Angket Responden Tentang Pengetahuan ....................... 119
6. Data Persepsi Guru Mengenai Pelaksanaan KTSP Berdasarkan
Sikap........................................................................................................ 120
7. Reliabilitas dan Validitas Angket Sikap ................................................. 121
8. Analisis Deskriptif Presentase ................................................................ 135
9. Pertanyaan Wawancara ........................................................................... 149
10. Surat Ijin Penelitian................................................................................. 160
11. Surat Keterangan Melakukan Penelitian................................................. 161
12. Surat Rekomendasi Judul ....................................................................... 162
13. Dokumentasi Hasil Wawancara dengan Responden............................... 163
xvi
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Indonesia sebagai negara berkembang sedang giat-giatnya
melaksanakan reformasi di segala bidang kehidupan, salah satunya yaitu
bidang pendidikan. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan
kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan, karena itu
perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang
seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan manusia.
Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus
menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan. Pemikiran ini
mengandung konsekuensi bahwa penyempurnaan atau perbaikan pendidikan
untuk mengantisipasi kebutuhan dan tantangan masa depan perlu terus
menerus dilakukan, diselaraskan dengan perkembangan kebutuhan dunia
industri, perkembangan dunia kerja, serta perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni.
Mutu produk pendidikan sangat erat kaitannya dengan proses
pelaksanaan pembelajaran. Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 35 (1) untuk menilai mutu
pendidikan di Indonesia dilihat dengan delapan kriteria, yaitu isi (kurikulum),
proses pembelajaran, kompetensi lulusan, tenaga pendidik, sarana prasarana,
pengelola pendidikan, pembiayaan pendidikan dan penilaian pendidikan.
Meskipun kurikulum hanya berperan sebagai pemberi arah, tujuan, dan
2
landasan filosofi pendidikan, namun kurikulum harus sesuai dengan dinamika
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tuntutan kebutuhan pasar
kerja, serta dinamika perubahan sosial masyarakat.
Karim (2002) dalam Joko Susilo (2006: 10) berpendapat dalam upaya
peningkatan mutu pendidikan, salah satunya adalah dengan perubahan
kurikulum, sehingga mulai cawu 2 tahun ajaran 2001/2002 sudah
diperkenalkan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang merupakan
pengembangan kurikulum 1994, dan kini dikenalkan dengan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang hampir sama dengan KBK. Tahun
2006 ini telah dilaksanakan kurikulum baru yang dikenal dengan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ini
merupakan revisi atau penyempurna dari Kurikulum Berbasis Kompetensi
(Kurikulum 2004). Istilah kompetensi dalam KTSP tetap muncul atau tetap
ada. Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar
yang direfleksikan dalam berpikir dan bertindak. Tetapi, jika dalam kurikulum
2004 ada indikator yang sudah ditulis dalam kurikulum tersebut, maka dalam
KTSP indikator harus dibuat oleh guru sendiri (Suyitno, 2006: 54).
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan menganai
tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran
tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta
kesesuaian dengan peserta didik. Oleh sebab itu, kurikulum disusun oleh
3
satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan
dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.
Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) merupakan salah satu
wujud dari usaha pembaharuan peningkatan mutu pendidikan. Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 (UU. 20/2003) tentang
Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah RI No. 20 Tahun 2005
(PP. 19/2005) tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan setiap
satuan pendidikan untuk membuat Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) sebagai pengembangan kurikulum yang akan dilaksanakan pada
tingkat satuan pendidikan yang bersangkutan. Selain itu, penyusunan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mengakomodasi penerapan
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang sudah mulai dilaksanakan sejak
diberlakukannya otonomi daerah sehingga dengan penyusunan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ini memungkinkan penyesuaian program
pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang
beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin
pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar pendidikan terdiri dari standar
isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga pendidikan, sarana dan prasarana,
pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan
standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar
Kompetensi Kelulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan
dalam mengembangkan kurikulum.
4
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum
operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan
pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan,
struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender
pendidikan, rencana pelaksanaan pembelajaran dan silabus. Inilah yang masih
menjadi permasalahan bagi sekolah dan guru mengenai komponen
pembelajarannya yang jauh lebih kompleks. Hal ini disebabkan karena pada
saat Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sudah mulai berjalan dengan
lancar muncul peraturan baru dari pemerintah pusat tentang pembaharuan
Kurikulum Berbasis Kompetensi menjadi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) yang disesuaikan dengan karakteristik daerah. Sementara
itu berdasar fakta empiris, sekolah dan komite sekolah belum semuanya
memiliki sumber daya manusia yang memadai, sehingga belum semua sekolah
dan komite sekolah mampu menyusun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan silabusnya.
Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di SMP N
I Warungasem ini belum dapat dilaksanakan. Sekolah menunggu pengesahan
dari kabupaten untuk dapat melaksanakan KTSP. Perangkat pembelajaran dan
segala sesuatunya telah dipersiapkan, termasuk uji coba pelaksanaan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan telah dilaksanakan satu tahun yang lalu
yaitu tahun 2006 untuk kelas VII dan VIII semester gasal. Tahun ajaran baru
2007/2008 SMP Negeri I Warungasem baru akan melaksanakannya secara
keseluruhan yaitu kelas VII, VIII dan IX. Hal ini disebabkan karena untuk
5
wilayah Kabupaten Batang pelaksanaan KTSP baru dilaksanakan tahun ajaran
2007/2008.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ditujukan untuk
menciptakan tamatan yang kompeten dan cerdas dalam mengembangkan
identitas budaya dan bangsanya. Selain itu, tujuan utama KTSP adalah
memandirikan dan memberdayakan dalam mengembangkan kompetensi yang
akan disampaikan kepada peserta didik, sesuai dengan kondisi lingkungan.
Dalam KTSP ini peran guru lebih dominan terutama dalam
menjabarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, tidak saja dalam
program tertulis tetapi juga dalam pembelajaran nyata di kelas. Guru juga
harus menentukan indikator sendiri yang disesuaikan dengan kondisi sekolah,
lingkungan dan karakteristik peserta didik. Guru berperan sebagai fasilitator
sehingga siswa lebih aktif berperan dalam proses belajar. Guru harus terbiasa
memberikan peluang yang seluas-luasnya agar siswa dapat belajar lebih
bermakna dengan memberi respon yang mengaktifkan semua siswa secara
positif dan edukatif. Masalahnya apakah guru sudah siap untuk itu. Jika guru
kurang kreatif dalam pengelolaan pembelajaran dengan memberikan metode
pengajaran yang kurang variatif maka akan menghambat pelaksanaan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Oleh karena itu, sebelum
melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), guru perlu
mengerti dan memahami Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan
mempunyai persepsi yang benar tentang Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP).
6
Dengan adanya hal tersebut, muncul permasalahan bagaimana persepsi
guru mengenai pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
SMP N I Warungasem Kecamatan Warungasem Kabupaten Batang Tahun
2007/2008 termasuk di dalamnya, hambatan dan upaya yang dilakukan untuk
mengatasi hambatan tersebut.
1.2. Permasalahan
1. Bagaimanakah persepsi guru mengenai pelaksanaan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) di SMP Negeri I Warungasem Kecamatan
Warungasem Kabupaten Batang Tahun 2007/2008?
2. Hambatan apa yang dihadapi guru dalam persiapan pelaksanaan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di SMP Negeri I
Warungasem Kecamatan Warungasem Kabupaten Batang Tahun
2007/2008 dan upaya apa yang dilakukan untuk mengatasi hambatan
tersebut?
1.3. Penegasan Istilah
Sesuai dengan judul dari permasalahan yang akan diteliti ada istilah
yang perlu ditegaskan agar tidak terjadi salah penafsiran, guna membatasi
permasalahan yang ada dalam penelitian. Adapun istilah yang perlu diberikan
penjelasan adalah:
1. Persepsi
Persepsi adalah tanggapan langsung atas sesuatu. (Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 2003: 901).
7
Dalam skripsi ini persepsi yang dimaksud adalah persepsi guru
mengenai pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di
SMP N I Warungasem Kecamatan Warungasem Kabupaten Batang Tahun
2007/2008.
2. Guru
Pendidik adalah tenaga professional yang bertugas merencanakan
dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan
tinggi (Pasal 39[2] UU Nomor 20 Tahun 2003)
3. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum
operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan
pendidikan.
4. SMP Negeri I Warungasem
SMP Negeri I Warungasem merupakan sekolah yang dijadikan
tempat penelitian yang berlokasi di jalan raya Cepagan Kecamatan
Warungasem Kabupaten Batang.
1.4. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana persepsi guru mengenai pelaksanaan
Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan di SMP N I Warungasem
Kecamatan Warungasem Kabupaten Batang Tahun 2007/2008.
8
2. Untuk mengetahui hambatan apa yang dihadapi guru dalam persiapan
pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di SMP Negeri I
Warungasem kecamatan Warungasem kabupaten Batang Tahun
2007/2008 dan upaya apa yang dialkukan untuk mengatasi hambatan
tersebut.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang dapat diambil dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1.5.1. Manfaat Teoritis
1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna untuk memberikan
informasi dalam pengembangan penelitian selanjutnya.
2. Sebagai sumbangan ilmu pengetahuan dalam hubungannya dengan
kegiatan belajar mengajar.
1.5.2. Manfaat Praktis
1. Dapat memberikan input bagi sekolah terhadap kesiapan guru
dalam pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
di SMP Negeri I Warungasem Kecamatan Warungasem Kabupaten
Batang Tahun 2007/2008.
2. Dapat memberikan pengetahuan bagi guru hal apa yang perlu
disiapkan dalam menghadapi pelaksanaan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) di SMP Negeri I Warungasem
Kecamatan Warungasem Kabupaten Batang Tahun 2007/2008.
9
1.6. Sistematika Penulisan Skripsi
Untuk memberikan gambaran isi keseluruhan skipsi ini maka penulis
akan mengemukakan sistematika penulisan skripsi sebagai berikut :
Skripsi ini terdiri dari lima bab yang masing-masing bab terbagi ke
dalam beberapa sub bab.
BAB I Pendahuluan: berisi tentang alasan pemilihan judul,
permasalahan, penegasan istilah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
sistematika penulisan skripsi.
BAB II Landasan Teori berisi tentang semua teori-teori yang
mendukung dalam penulisan skripsi yang berasal dari berbagai sumber antara
lain: Teori tentang Persepsi, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Mutu
Pendidikan dan Guru.
BAB III Metode Penelitian: membahas tentang objek penelitian,
subjek penelitian, sampel penelitian, metode pengumpulan data, tehnik analisa
data.
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan: berisi tentang pembahasan
hasil penelitian yang telah dilakukan.
BAB V Penutup: berisi tentang kesimpulan dan saran penulis
tentang penelitian yang telah dilakukan.
10
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Persepsi
2.1.1 Pengertian Persepsi
Dengan menggunakan alat indera yang dimiliki, individu
mengenali dunia luar. Individu dapat mengenali diri dan keadaan disekitar
berkitan dengan persepsi (perception). Melalui proses penginderaan
memunculkan persepsi pada diri individu. Individu mengamati,
mengalami dan menghayati atau memberi arti terhadap semua stimulus
yang datang.
Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau
informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terus menerus
mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan itu dilakukan
lewat inderanya yaitu indera penglihat, pendengar, peraba, perasa dan
pencium (Slameto 2003:102).
Menurut Dimyati ( 1989: 41) persepsi adalah menafsirkan stimulus
yang telah ada di dalam otak. Jalaludin Rahmat ( 1994: 51) menyatakan
bahwa persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
menafsirkan pesan.
Menurut Davidoff (1981) dalam Walgito (2002: 70) persepsi
didefinisikan sebagai proses yang mengorganisir dan menggabungkan
11
data-data kita (penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa
sehingga kita dapat menyadari sekeliling kita, termasuk sadar akan diri
sendiri. Menurut Walgito (2002: 70) persepsi merupakan proses
pengorganisasian, penginterprestasian terhadap stimulus yang diterima
oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti,
dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu.
Persepsi merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu,
maka apa yang ada dalam diri individu akan ikut aktif dalam persepsi.
Berdasarkan hal tersebut, maka dalam persepsi dapat dikemukakan karena
perasaan, kemampuan berfikir, pengalaman-pengalaman individu tidak
sama, maka dalam mempersepsi sesuatu stimulus, hasil persepsi mungkin
akan berbeda antar individu satu dengan individu lain.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi
adalah suatu proses penerimaan, penilaian, pengorganisasian dan
penginterprestasian seseorang atau sekelompok orang terhadap obyek,
peristiwa, stimulus atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan
melibatkan pengalaman tentang obyek atau peristiwa tersebut, atau
hubungan yang diperoleh melalui proses kognisi dan afeksi untuk
menyimpulkan dan menafsirkan pesan untuk membentuk konsep tentang
obyek tersebut.
12
2.1.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Persepsi
Persepsi seseorang dipengaruhi berbagai faktor yang menyebabkan
seseorang memberikan interprestasi yang berbeda dengan orang lain pada
saat melihat sesuatu.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang adalah:
1) Faktor fungsional
Faktor fungsional berarti bahwa obyek-obyek yang mendapat tekanan
dalam persepsi kita biasanya obyek yang memenuhi tujuan individu
yang melakukan persepsi. Seperti pengaruh kebutuhan, kegembiraan
(suasana hati), pelayanan dan pengalaman masa lalu seorang individu.
2) Faktor struktural
Berasal dari stimuli dan efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada
sistem saraf individu. Prinsip-prinsip itu menurut teori Gestalt yaitu
bila kita mempersepsi sesuatu, kita mempersepsinya sebagai suatu
keseluruhan. Kita tidak melihat bagian-bagiannya. Jika kita ingin
memahami seseorang, kita harus melihat dalam konteksnya,
lingkungannya, serta dalam masalah yang dihadapinya.
3) Faktor situasional
Faktor ini banyak berkaitan dengan bahasa non verbal. Petunjuk
proksemik, petunjuk kinesik, petunjuk wajah, petunjuk paralinguistik
adalah beberapa faktor situasional yang mempengaruhi persepsi.
13
4) Faktor personal
Faktor personal terdiri atas pengalaman, motivasi dan kepribadian dari
masing-masing individu yang akan dapat mewarnai perbedaan
persepsi. (Jalaludin Rakhmat , 2005: 51 dalam Nugroho, 2006:14)
Menurut Walgito (2002: 70) faktor-faktor yang berperan dalam
persepsi dapat dikemukakan beberapa faktor, yaitu:
1) Obyek yang dipersepsi
2) Obyek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor.
Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga
dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang
langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor.
3) Alat indera, syaraf dan susunan syaraf
Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus, di
samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk
meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf,
yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan
respon diperlukan motoris yang dapat membentuk persepsi seseorang.
4) Perhatian
Untuk menyadari atau dalam mengadakan persepsi diperlukan adanya
perhatian, yaitu merupakan langkah utama sebagai suatu persiapan
dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan
atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada
sesuatu sekumpulan obyek.
14
Dari beberapa faktor yang berperan dalam pembentukan persepsi
di atas menunjukkan bahwa banyak sekali faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi individu. Faktor-faktor tersebut menjadikan
persepsi individu berbeda satu sama lain dan akan berpengaruh pada
individu dalam mempersepsi suatu obyek stimulus, meskipun obyek
tersebut benar-benar sama.
2.1.3. Prinsip-Prinsip Dasar Persepsi
1) Prinsip itu relatif bukannya absolut
Manusia bukan instrumen ilmiah yang mampu menyerap sesuatu
persis seperti keadaan sebenarnya. Dalam hubungannya dengan
kerelatifan seperti persepsi ini, dampak pertama dari suatu perubahan
rangsang dirasakan lebih besar daripada rangsangan yang datang
kemudian.
2) Prinsip itu selektif
Seseorang hanya memperhatikan beberapa rangsangan saja dari
banyak rangsangan yang ada di sekelilingnya pada saat tertentu.
3) Persepsi mempunyai tatanan
Orang menerima rangsangan tidak dengan cara sembarangan. Ia akan
menerimanya dalam bentuk hubungan-hubungan atau kelompok-
kelompok. Jika rangsangan yang datang tidak lengkap, ia akan
melengkapinya sendiri sehingga hubungan itu menjadi jelas.
15
4) Persepsi dipengaruhi oleh harapan dan kesiapan (penerimaan
rangsangan)
Harapan dan kesiapan penerima pesan akan menentukan pesan mana
yang akan dipilih untuk diterima, selanjutnya bagaimana pesan yang
akan dipilih itu akan ditata dan demikian pula bagaimana pesan
tersebut akan diinterprestasikan.
5) Persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh berbeda dengan persepsi
orang atau kelompok lain sekalipun situasinya sama.
Perbedaan persepsi dapat ditelusuri pada adanya perbedaan-perbedaan
individu, perbedaan-perbedaan dalam kepribadian, perbedaan dalam
sikap atau perbedaan dalam motivasi (Slameto 1995: 103).
2.1.4. Proses Terjadinya Persepsi
Proses terjadinya persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut: objek
menimbulkan stimulus dan stimulus mengenai alat indera (reseptor).
Proses ini merupakan proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera
diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak. Proses ini merupakan proses
fisologis. Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran
sehingga individu menyadari apa yang dilihat, apa yang didengar, atau apa
yang diraba. Proses ini merupakan proses psikologis. Proses ini adalah
proses terakhir dari persepsi dan merupakan persepsi yang sebenarnya.
Respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu
dengan berbagai macam bentuk. Stimulus mana yang akan mendapatkan
respon dari individu tergantung pada perhatian individu yang
16
bersangkutan. Secara skematis hal tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut:
St St
St St
Respon SP
Fi Fi
Fi Fi
Keterangan:
St = Stimulus (faktor luar)
Fi = Faktor intern (faktor dalam, termasuk perhatian)
Sp = Struktur pribadi individu
(Walgito, 2002:72)
Skema tersebut memberikan gambaran bahwa individu menerima
bermacam-macam stimulus yang datang dari lingkungan. Tidak semua
stimulus diperhatikan atau diberi respon. Individu mengadakan seleksi
terhadap stimulus yang mengenainya, di sini berperannya perhatian.
Sehingga individu menyadari dan memberikan respon sebagai reaksi
terhadap stimulus. Skema tersebut dapat dilanjutkan sebagai berikut:
L – S – O – R – L
Keterangan:
L = lingkungan
S = Stimulus
O = Organisme/individu
R = Respon atau reaksi
(Walgito, 2002:72)
17
Menurut Walgito (2000:54-55) dalam Widodo (2007: 32) faktor
internal yang mempengaruhi persepsi yaitu individu, sedang faktor eksternal
adalah stimulus dan lingkungan. Kedua faktor itu saling berinteraksi dalam
individu mengadakan persepsi. Agar stimulus dapat dipersepsi, maka stimulus
harus cukup kuat, stimulus mempunyai kekuatan yang minimal tetapi sudah
dapat menimbulkan kesadaran, sudah dapat dipersepi oleh individu. Kejelasan
stimulus juga dapat berpengaruh pada persepsi.
Oleh karena itu maksud dari kejelasan dan kekuatan objek dari
penelitian ini adalah KTSP. Apabila guru mempersiapkan KTSP positif maka
akan positif pula sikapnya. Untuk itu, apabila persepsi ini dikaitkan terhadap
KTSP maka persepsi terhadap KTSP diartikan sebagai proses penafsiran,
pengorganisasian, penginterpretasian terhadap KTSP sehingga merupakan
sesuatu yang berarti merupakan respon yang menyatu dalam diri individu
(guru SMP Negeri I Warungasem). Dalam hal ini, guru SMP Negeri I
Warungasem merespon hal-hal yang berkaitan dengan Kurikulum 2006
(KTSP) tersebut dengan pengetahuan dan sikap yang mereka miliki. Sehingga
dalam merespon, guru SMP Negeri I Warungasem membutuhkan pemahaman
pengetahuan tentang Kurikulum 2006 (KTSP).
2.2. Guru
2.2.1. Pengertian Guru
Dalam tradisi agama Hindu, guru dikenal sebagai maha resi guru
yakni para pengajar yang bertugas untuk menggembleng para calon biksu
18
di bhinaya panti (tempat pendidikan bagi para biksu) (Suparlan 2006: 9).
Dalam bahasa Arab, kosa kata guru dikenal dengan al-mu’alimim
atau al-ustadz yang bertugas memberikan ilmu dalam majelis taklim
(dapat memperoleh ilmu). Sehingga guru mempunyai pengertian orang
yang mempunyai tugas untuk membangun aspek spiritualitas manusia.
Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan
penelitian pada perguruan tinggi (Pasal 39 [2] UU. Nomor 20 Tahun
2003).
Guru sebagai vigur sentral pendidikan, haruslah dapat diteladani
akhlaknya di samping kemampuan keilmuan dan akademisnya. Selain itu,
guru haruslah mempunyai tanggung jawab dan keagamaan untuk mendidik
anak didiknya menjadi orang yang berilmu dan berakhlak (Hossein Nasr,
dalam Azyumardi Azra, 2006: 9).
Dengan demikian, guru bukan hanya menjadi sosok yang suka
berceramah dengan pola pembelajaran yang kovensional, tetapi juga sosok
yang mahir di bidang teknologi informasi dengan model pembelajaran
berbasis ICT (Information and Communication Technology).
2.2.2 Peran dan Fungsi Guru
Status guru mempunyai implikasi terhadap peran dan fungsi yang
menjadi tanggung jawabnya. Guru memiliki kesatuan peran dan fungsi
yang tidak terpisahkan, antara kemampuan mendidik, membimbing,
19
mengajar dan melatih. Keempat kemampuan tersebut merupakan
kemampuan integratif, yang satu tidak dapat dipisahkan dari yang lain.
Keempat kemampuan tersebut, secara terminilogis akademis dapat
dibedakan antara satu dengan yang lain. Namun kenyataan praktek di
lapangan, keempat hal tersebut harus menjadi kesatuan utuh yang tidak
dapat dipisah-pisahkan.
Secara terminologi akademis, pengertian mendidik, membimbing,
mengajar dan melatih dapat dijelaskan dalam tabel berikut:
Tabel 2.1. Perbedaan Mendidik, Membimbing, Mengajar dan Melatih
No Aspek Mendidik Membimbing Mengajar Melatih 1. Isi Moral dan
kepribadian Norma dan tata tertib
Bahan ajar berupa ilmu pengetahuan dan teknologi
Keterampilan atau kecakapan hidup (life skill)
2. Proses Memberikan motivasi untuk belajar dan mengikuti ketentuan atau tata tertib yang telah menjadi kesepakatan bersama
Menyampaikan atau mentransfer bahan ajar yang berupa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni sesuai dengan strategi dan metode mengajar yang sesuai dengan perbedaan individual siswa
Memberikan contoh kepada siswa atau mempraktikan keterampilan tertentu atau menerapkan konsep yang telah diberikan kepada siswa menjadi kecakapan yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari
Menjadi contoh dan teladan dalam hal moral dan kepribadian
3. Strategi dan metode
Keteladanan, pembiasaan
Motivasi dan pembinaan
Ekspositori dan inquiri
Praktik kerja, simulasi dan magang
Sumber: Suparlan (2006: 34 )
20
Sebagai pendidik, guru lebih banyak sebagai sosok panutan, yang
memiliki nilai moral dan agama yang patut ditiru dan diteladani oleh
siswa. Contoh dan keteladanan itu lebih merupakan aspek-aspek sikap dan
perilaku, budi pekerti luhur dan akhlak mulia, seperti jujur, tekun, mau
belajar, amanah, sopan santun terhadap sesama. Sikap dan perilaku guru
yang sehari-hari dapat diteladani oleh siswa di dalam maupun di luar
kelas, merupakan alat pendidikan yang diharapkan akan membentuk
kepribadian siswa di masa dewasa.
Sebagai pengajar, guru diharapkan memiliki pengetahuan yang
luas tentang disiplin ilmu yang harus diampu untuk ditransfer kepada
siswa. Dalam hal ini, guru harus menguasai materi yang akan diajarkan,
menguasai penggunaan strategi dan metode mengajar yang digunakan
untuk menyampaikan bahan ajar dan menentukan alat evaluasi pendidikan
yang akan digunakan untuk menilai hasil belajar siswa, aspek-aspek
manajemen kelas dan dasar-dasar kependidikan.
Sebagai pembimbing, guru juga perlu memiliki kemampuan untuk
dapat membimbing siswa, memberikan dorongan psikologis agar siswa
dapat menepikan faktor-faktor internal dan faktor eksternal yang akan
mengganggu proses pembelajaran di dalam dan diluar sekolah, serta
memberikan arah dan pembinaan karir siswa sesuai dengan bakat dan
kemampuan siswa.
Sebagai pelatih, guru harus memberikan sebanyak mugkin
kesempatan bagi siswa untuk dapat menerapkan konsepsi atau teori ke
dalam praktik yang akan digunakan langsung dalam kehidupan. Dalam
21
aspek ini, guru perlu memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada
siswa agar siswa memperoleh pengalaman belajar yang sebanyak-
banyaknya, khusunya untuk mempraktekkan berbagai jenis keterampilan
yang mereka butuhkan.
Kamaruddin Haji Husin (1993:38), memaparkan peran guru dalam
berbagai aspek, yaitu sebagai (1) pendidik, (2) pengajar, (3) fasilitator, (4)
pembimbing, (5) pelayan, (6) perancang, (7) pengelola, (8) inovator dan
(9) penilai. Peran dan tugas pokok tersebut dapat dijelaskan dalam tabel
berikut:
Tabel 2.2. Peran dan Tugas Pokok Guru
No. Peranan Tugas Pokok 1. Pendidik a. Mengembangkan kepribadian
b. Membina budi pekerti 2. Pengajar a. Menyampaikan ilmu pengetahuan
b. Melatih keterampilan, memberikan panduan atau petunjuk
c. Panduan antara memberikan pengetahuan, bimbingan dan keterampilan
d. Merancang pengajaran e. Melaksanakan pembelajaran f. Menilai aktivitas pembelajaran
3. Fasilitator a. Memotivasi siswa b. Membantu siswa c. Membimbing siswa dalam proses pembelajaran di
dalam dan di luar kelas d. Menggunakan strategi dan metode pembelajaran yang
sesuai e. Menggunakan pertanyaan yang merangsang siswa
untuk belajar f. Menyediakan bahan pengajaran g. Mendorong siswa untuk mencari bahan ajar h. Menggunakan ganjaran dan hukuman sebagai alat
pendidikan i. Mewujudkan disiplin
4. Pembimbing a. Memberikan petunjuk atau bimbingan tentang gaya pembelajaran siswa
22
b. Mencari kekuatan dan kelemahan siswa c. Memberikan latihan d. Memberikan penghargaan kepada siswa e. Mengenal permasalahan yang dihadapi siswa dan
menemukan pemecahannya f. Membantu siswa menemukan bakat dan minat siswa
(karir di masa depan) g. Mengenali perbedaan individual siswa
5. Pelayan a. Memberikan layanan pembelajaran yang nyaman sesuai dengan perbedaan individual siswa
b. Menyediakan fasilitas pembelajaran dari sekolah seperti ruang belajar, meja kursi, papan tulis, almari, alat peraga dan papan pengumuman
c. Memberikan layanan sumber belajar 6. Perancang a. Menyusun program pengajaran dan pembelajaran
berdasarkan kurikulum yang berlaku b. Menyusun rencana mengajar c. Menentukan strategi dan metode pembelajaran sesuai
dengan konsep PAKEM (Pembelajaran Kreatif, Efektif dan Menyenengkan)
7. Pengelola a. Melaksanakan administrasi kelas b. Melaksanakan persensi kelas c. Memilih strategi dan metode pembelajaran yang efektif
8. Inovator a. Menemukan strategi dan metode mengajar yang efektif b. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam
penggunaan strategi dan metode mengajar c. Mau mencoba dan menerapkan strategi dan metode
pembelajaran yang baru 9. Penilai a. Menyusun tes dan instrumen penilaian lain
b. Melaksanakan penilaian terhadap siswa secara objektif c. Mengadakan pembelajaran modul d. Mengadakan pengayaan dalam pembelajaran
Sumber: ditabulasi dan dimodifikasi dari Kamaruddin Haji Husin (1993:8)
Menurut Usman (2005: 6) tugas guru sebagai profesi meliputi
mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan
mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih
berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa.
23
Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat
menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mampu menarik
simpati sehingga ia menjadi idola para siswanya. Pelajaran apapun yang
diberikan, hendaknya dapat memberikan motivasi bagi siswa dalam
belajar. Bila seorang guru dalam penampilannya sudah tidak menarik,
maka kegagalan pertama adalah ia tidak akan dapat menanamkan benih
pengajarannya itu kepada para siswanya. Para siswa akan enggan
menghadapi guru yang tidak menarik. Pelajaran tidak dapat diserap
sehingga setiap lapisan masyarakat (homoludens, homopuber dan
homosapiens) dapat mengerti bila menghadapi guru.
Masyarakat menempatkan guru pada tempat yang lebih terhormat
di lingkungannya karena dari seorang guru diharapkan masyarakat dapat
memperoleh ilmu pengetahuan. Ini berarti bahwa guru berkewajiban
mencerdaskan bangsa menuju pembentukan manusia Indonesia seutuhnya
yang berdasarkan Pancasila.
2.2.3. Guru dalam KTSP
Guru adalah figur yang sangat berperan dalam proses dan hasil
belajar siswa. Karakter guru perlu dibangun sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan jaman. Guru tidak berperan lagi sebagai penyampai
informasi tetapi guru juga harus mampu menjadikan dirinya sebagai
fasilitator agar siswa dapat belajar dengan lebih optimal.
Agar KTSP dapat dikembangkan secara efektif, serta dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran, guru perlu memiliki hal-hal berikut:
24
1) Menguasai dan memahami kompetensi dasar dan hubungannya dengan
kompetensi lain dengan baik.
2) Menyukai apa yang diajarkannya dan menyukai mengajar sebagai
suatu profesi.
3) Memahami peserta didik, pengalaman, kemampuan dan prestasinya.
4) Menggunakan metode yang bervariasi dalam mengajar dan
membentuk kompetensi peserta didik.
5) Mengeliminasi bahan-bahan yang kurang penting dan kurang berarti
dalam kaitannya dengan pembentukan kompetensi
6) Mengikuti perkembangan pengetahuan mutakhir
7) Menyiapkan proses pembelajaran.
8) Mendorong peserta didik untuk memperoleh hasil yang lebih baik,
serta
9) Menghubungkan pengalaman yang lalu dengan kompetensi yang akan
dikembangkan.
2.3. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Sudaryanto (Kompas, 18 September 2006), Mendiknas Bambang
Sudibyo menegaskan bahwa tidak ada perubahan drastis dalam kurikulum
baru. Kurikulum baru yang dimaksud adalah kurikulum tingkat satuan
pendidikan yang mulai akrab disebut dengan Kurikulum 2006, yang diolah
berdasarkan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan produk Badan
Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Dalam kurikulum baru ini, guru diberi
otonomi dalam menjabarkan kurikulum, dan murid sebagai subyek dalam
25
proses belajar mengajar. Dari situlah diharapkan implementasi kurikulum
tingkat satuan pendidikan dapat memenuhi standarisasi evaluasi belajar.
2.3.1. Hakekat Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
1. Landasan
Landasan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
yaitu:
1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional
2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun
2005 tentang Satndar Nasional Pendidikan
3) Standar Isi (SI)
Standar Isi mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi
untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis
pendidikan tertentu. Termasuk dalam SI adalah: kerangka dasar
dan struktur kurikulum, Standar Kompetensi (SK) dan
Kompetensi Dasar (KD) setiap mata pelajaran pada setiap
semester dari setiap jenis dan jenjang pendidikan dasar
menengah. SI ditetapkan dengan Kepmendiknas No. 22 tahun
2006.
4) Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
SKL merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagaimana
yang ditetapkan dengan Kepmendiknas No. 23 Tahun 2006.
26
2. Pengertian
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum
operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing
tingkat satuan pendidikan.
3. Karakteristik KTSP
Karakteristik KTSP bisa diketahui antara lain dari bagaimana
kinerja sekolah dan satuan pendidikan dapat mengoptimalkan kinerja,
proses pembelajaran, pengelolaan sumber belajar, profesionalisme
tenaga kependidikan, serta sistem penilaian. Berdasarkan uraian
tersebut ada beberapa karakteristik KTSP yaitu:
1) Pemberian otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan
2) Partisipasi masyarakat dan orang tua yang tinggi
3) Kepemimpinan yang demokratis dan profesional
4) Team kerja yang kompak dan transparan
4. Latar Belakang Kebijakan KTSP
Latar belakang yang mendasari munculnya kebijakan KTSP antara
lain:
1) Kurikulum-kurikulum yang disusun secara nasional ternyata
mengalami banyak kendala dan dirasakan kurang mampu
menyentuh permasalahan dan kenyataan yang berada di sekolah
dan masyarakat kalangan bawah (grassroot) karena apa yang
dipikirkan oleh pemerintah pusat belum sepenuhnya sesuai
dengan karakteristik, kondisi dan potensi daerah, sekolah
27
masyarakat adan peserta didik. Sehingga apa yang ada dalam
kurikulum sering tidak dapat dilaksanakan dengan baik di
sekolah.
2) Keinginan masyarakat dan seluruh pemangku kepentingan
(stakeholders) pendidikan untuk mendekatkan penyusunan
kurikulum kepada satuan pendidikan yang merupakan centre of
teaching – learning process, dengan harapan yang disusun dan
dirumuskan merupakan pencerminan dari permasalahan dan
kebutuhan sesuai dengan karakteristik, kondisi dan potensi
setempat. Dengan demikian kurikulum yang disusun dapat
diimplementasikan secara maksimal.
3) Keinginan untuk memberdayakan sumber daya dan potensi yang
ada untuk berperan serta lebih aktif, kreatif dan inovatif dalam
penyusunan kurikulum.
4) Sejalan dengan otonomi daerah di bidang pendidikan, pemerintah
pusat lebih banyak berperan dan berkewajiban menyusun
standar-standar pendidikan sebagaimana yang tertuang dalam
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
5. Tujuan KTSP
Secara umum tujuan diterapkan KTSP adalah untuk memandirikan
dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian
kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong
28
sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif
dalam pengembangan kurikulum.
2.3.2. Pengembangan KTSP
Ada beberapa strategi yang perlu diperhatikan dalam
pengembangan dan pelaksanaan KTSP, yaitu
1. sosialisasi KTSP di sekolah, menciptakan suasana yang kondusif,
mengembangkan fasilitas dan sumber belajar
2. membina disiplin
3. mengembangkan kemandirian kepala sekolah,
4. mengubah paradigma (pola pikir) guru,
5. memberdayakan staf.
2.3.3. Cara Menyusun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Proses penyusunan KTSP melibatkan seluruh guru, pimpinan dan
komite sekolah. Mekanisme penyusunan KTSP meliputi penyusunan draft,
revisi, finalisasi dan pengesahan. Penjabarannya adalah sebagai berikut:
1. Penyusunan Draft
Penyusunan draft KTSP perlu diawali dengan melakukan
analisis konteks terhadap hal-hal berikut: analisis potensi, kekuatan
dan kelemahan yang ada di sekolah dan satuan pendidikan, baik yang
berkaitan dengan peserta didik, guru, kepala sekolah dan tenaga
administrasi, sarana dan prasarana, serta pembiayaan dan program-
program yang ada di sekolah. Langkah berikutnya yaitu menganalisis
peluang dan tantangan yang ada di masyarakat dan lingkungan sekitar,
29
baik yang bersumber dari komite sekolah, dewan pendidikan, Dinas
Pendidikan, asosiasi profesi, dunia industri dan dunia kerja serta
sumber daya alam dan sosial budaya. Langkah terakhir yaitu dengan
mengidentifikasi Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan sebagai
acuan dalam penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan.
KTSP memiliki enam komponen penting sebagai berikut:
1) Visi dan misi satuan pendidikan
Dalam mengembangkan visinya, kepala sekolah harus
mampu mendayagunakan kekuatan-kekuatan yang relevan bagi
kegiatan internal sekolah. Kekuatan-kekuatan tersebut dapat dibagi
dalam dua kelompok. Pertama, kekuatan yang berhubungan dengan
apa yang sedang berlangsung di luar sekolah. Kedua, kekuatan
yang berhubungan dengan klien pendidikan yaitu latar belakang
sosial, aspirasi keuangan, sumber-sumber masyarakat dan
karakteristik lingkungan. Kepala sekolah dalam mengembangkan
visinya harus mampu menyeleksi secara berkelanjutan atas
kelompok-kelompok kekuatan tersebut.
2) Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan
Dalam pengembangan KTSP, satuan pendidikan harus
mampu menyusun program peningkatan mutu yang mencakup
tujuan, sasaran dan target yang akan dicapai untuk program jangka
pendek maupun jangka panjang. Tujuan pendidikan dasar adalah
meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak
30
mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut.
3) Menyusun kalender pendidikan
Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu kegiatan
pembelajaran peserta didik selama satu tahun ajaran. Kalender
pendidikan mencakup permulaan tahun ajaran, minggu efektif
belajar, waktu pembelajaran efektif dan hari libur.
Setiap permulaan tahun pelajaran, sekolah/madrasah
menyusun kalender pendidikan untuk mengatur waktu kegiatan
pembelajaran selama satu tahun ajaran yang mencakup permulaan
tahun pelajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif
dan hari libur. Pengaturan waktu belajar di sekolah/madrasah
mengacu pada Standar Isi dan disesuaikan dengan kebutuhan
daerah, karakteristik sekolah/madrasah, kebutuhan peserta didik
dan masyarakat, serta ketentuan dari pemerintah/pemerintah
daerah.
4) Struktur muatan KTSP
Struktur muatan KTSP mencakup mata pelajaran, muatan
lokal, kegiatan pengembangan diri, pengaturan beban belajar,
kenaikan kelas, penjurusan dan kelulusan, pendidikan kecakapan
hidup, pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global.
a) Mata pelajaran
Mata pelajaran beserta alokasi waktu untuk masing-
masing tingkat satuan pendidikan tertera pada struktur
kurikulum yang tercantum dalam Standar Isi.
31
b) Muatan lokal
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk
mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri
khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang
materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran
yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan
pendidikan.
c) Kegiatan pengembangan diri
Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran
yang harus diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan
kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan
atau dibimbing oleh konselor, guru atau tenaga kependidikan
yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler.
Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan
pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri
pribadi dan kehidupan sosial, belajar dan pengembangan karier
peserta didik.
d) Pengaturan beban belajar
Beban belajar ditentukan berdasarkan penggunaan sistem
pengelolaan program pendidikan yang berlaku di sekolah.
32
Sistem tersebut terdiri dari sistem paket dan sistem kredit
semester (SKS).
Beban belajar dalam sistem paket digunakan oleh tingkat
satuan pendidikan SD/MI/SLB, SMP/MTs/SMPLB baik
kategori standar maupun mandiri, SMA/MA/SMALB/SMK/
MAK kategori standar.
Beban belajar dalam sistem kredit semester (SKS) dapat
digunakan oleh SMP/MTs/SMPLB kategori mandiri, dan oleh
SMA/MA/SMALB/SMK/MAK kategori standar.
Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran pada
sistem paket dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur
kurikulum. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah
maksimum empat jam pembelajaran per minggu secara
keseluruhan. Pemanfaatan jam pembelajaran tambahan
mempertimbangkan kebutuhan peserta didik dalam mencapai
kompetensi.
Alokasi waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan
mandiri tidak terstruktur dalam sistem paket SD/MI/SLB 0%-
40%, SMP/MTs/SMPLB 0%- 50% dan SMA/MA/SMALB/
SMK/MAK 0%- 60% dari waktu kegiatan tatap muka mata
pelajaran yang bersangkutan. Pemanfaatan alokasi waktu
tersebut mempertimbangkan kebutuhan peserta didik dalam
mencapai kompetensi.
33
Alokasi waktu mandiri untuk praktik, dua jam kegiatan
praktik di sekolah dengan satu jam tatap muka. Empat jam
praktik di luar sekolah setara dengan satu jam tatap muka.
Alokasi waktu untuk tatap muka, penugasan terstruktur dan
kegiatan mandiri tidak terstruktur untuk SMP/MTs/ SMPLB
dan SMA/MA/SMALB/SMK/MAK menggunakan sistem SKS
mengikuti aturan sebagai berikut: satu SKS pada SMP/MTs
terdiri atas 40 menit tatap muka, 20 menit kegiatan terstruktur
dan kegiatan mandiri tidak terstruktur.
e) Kenaikan kelas, penjurusan dan kelulusan
Kenaikan kelas, penjurusan dan kelulusan mengacu pada
standar penilaian yang dikembangkan oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP). Dalam pelaksanaannya, guru dan
kepala sekolah dapat mengambil tindakan yang diperlukan
dalam memutuskan kenaikan kelas, penjurusan, dan kelulusan
bagi peserta didik.
f) Pendidikan kecakapan hidup
Kurikulum untuk SD/ MI/SDLB, SMP/MTS/SMPLB
dan SMA/ MA/ SMALB, SMK/ SMAK dapat memasukkan
pendidikan kecakapan hidup, yang mencakup kecakapan
pribadi, kecakapan sosial, kecakapan akademik dan satu
kecakapan vokasional. Pendidikan kecakapan hidup dapat
merupakan bagian dari pendidikan semua mata pelajaran.
34
g) Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global
Kurikulum untuk semua tingkat satuan pendidikan dapat
memasukkan pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global.
Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global dapat
merupakan bagian semua mata pelajaran.
5) Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan atau
kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar
kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran,
indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar.
Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi
dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran
dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.
6) RPP
RPP adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan
pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi
dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam
silabus. Lingkup RPP paling luas mencakup 1 (satu) kompetensi
dasar yang terdiri atas 1 (satu) indikator untuk 1 (satu) kali
pertemuan atau lebih.
2. Revisi
Draft lengkap KTSP mendapat masukan dari guru, pimpinan
maupun komite sekolah untuk penyempurnaannya. Kegiatan ini dapat
35
berbentuk rapat kerja sekolah/madrasah dan atau kelompok
sekolah/madrasah yang diselenggarakan sebelum tahun pelajaran baru.
3. Finalisasi
Hasil revisi draft KTSP menjadi dokumen KTSP final. Hasil
KTSP final ini yang akan dilaksanakan pada satu tahun ajaran.
4. Pengesahan
Dokumen KTSP dinyatakan berlaku bila telah disahkan oleh
kepala sekolah dan komite sekolah serta diketahui oleh Dinas
Pendidikan.
2.3.4. Cara Mengembangkan Silabus Berbasis Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan
Ada beberapa langkah dalam pengembangan silabus yaitu:
1) Mengisi kolom identitas sekolah
2) Mengkaji dan menganalisis standar kompetensi
3) Mengkaji dan menentukan kompetensi dasar
4) Mengidentifikasi materi standar
5) Mengembangkan pengalaman (standar prses)
6) Merumuskan indikator pencapaian kompetensi
7) Menentukan jenis penilaian
8) Alokasi waktu
9) Menentukan sumber belajar
2.3.5. Cara Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Ada beberapa komponen RPP yaitu:
36
1) Tujuan pembelajaran
2) Materi ajar
3) Metode pembelajaran
4) Sumber belajar
5) Penilaian hasil belajar
Cara pengembangan RPP dalam garis besarnya dapat mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut:
1) Mengisi kolom identitas
2) Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan yang
telah ditetapkan
3) Menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta
indikator yang akan digunakan yang terdapat pada silabus yang
telah disusun
4) Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan standar kompetensi
dan kompetensi dasar, serta indikator yang telah ditentukan
5) Mengidentifikasi materi standar berdasarkan materi pokok yang
terdapat dalam silabus
6) Menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan
7) Merumuskan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari
kegiatan awal, inti dan akhir
8) Menentukan sumber belajar yang akan digunakan
9) Menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan, contoh soal dan
tehnik penskoran.
37
2.3.6. Pembelajaran dan Penilaian Berbasis Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan
Pembelajaran berbasis KTSP merupakan proses penerapan ide,
konsep dan kebijakan KTSP dalam satu aktivitas pembelajaran, sehingga
peserta didik menguasai seperangkat kompetensi tertentu, sebagai hasil
interaksi dengan lingkungan.
Pelaksanaan pembelajaran KTSP mencakup tiga hal yaitu:
1) Pre Tes (tes awal)
Pada umumnya pelaksanaan proses pembelajaran dimulai dengan pre
tes. Pre tes ini memiliki banyak kegunaan dalam menjajagi proses
pembelajaran yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu pre tes
memegang peranan penting dalam proses pembelajaran.
2) Pembentukan Kompetensi
Pembentukan kompetensi merupakan kegiatan inti dari pelaksanaan
proses pembelajaran, yakni bagaimana kompetensi dibentuk pada
peserta didik, dan bagaimana tujuan-tujuan belajar direalisasikan.
Proses pembentukan kompetensi dikatakan efektif apabila seluruh
peserta didik terlibat secara aktif, baik mental, fisik maupun sosialnya.
3) Post Tes
Pada umumnya pelaksanaan pembelajaran diakhiri dengan post tes.
Sama halnya dengan pre tes, post tes juga memiliki kegunaan utama
dalam melihat keberhasilan pembelajaran dan pembentukan
kompetensi.
38
Penilaian hasil belajar dalam KTSP dapt dilakukan dengan
penilaian kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhir satuan pendidikan
dan serifikasi, brenchmarking, dan penilaian program.
1) Penilaian kelas
Penilaian kelas dilakukan dengan ulangan harian, ulangan umum dan
ujian akhir. Penilaian kelas dilakukan oleh guru untuk mengetahui
kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan
belajar, memberikan umpan balik untuk perbaikan proses
pembelajaran dan penentuan kenaikan kelas.
2) Tes kemampuan dasar
Tes kemampuan dasar dilakukan untuk mengetahui kemampuan
membaca, menulis dan berhitung yang diperlukan dalam rangka
memperbaiki program pembelajaran (program remidial). Tes
kemampuan dasar dilakukan pada setiap tahun akhir kelas III.
3) Penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi
Pada setiap akhir semester dan tahun pelajaran diselenggarakan
kegiatan penilaian guna mendapatkan gambaran secara utuh dan
menyeluruh mengenai ketuntasan belajar peserta didik dalam satuan
waktu tertentu. Untuk keperluan sertifikasi, kinerja hasil dan hasil
belajar yang dicantumkan dalam Surat Tanda Tamat Belajar tidak
semata-mata didasarkan atas hasil penilaian pada akhir jenjang
sekolah.
39
4) Brenchmarking
Brenchmarking merupakan suatu standar untuk mengukur kinerja yang
sedang berjalan, proses dan hasil untuk mencapai suatu keunggulan
yang memuaskan. Penilaian dilaksanakan secara berkesinambungan
sehingga peserta didik dapat mencapai satuan tahap keunggulan
pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan usaha dan keuletannya.
5) Penilaian program
Penilaian program dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional
dan Dinas Pendidikan secara kontinyu dan berkesinambungan.
Penilaian program dilakukan untuk mengetahui kesesuaian KTSP
dengan dasar, fungsi dan tujuan pendidikan nasional serta
kesesuaiannya dengan tuntutan perkembangan masyarakat, dan
kemajuan jaman.
2.3.7. Kendala-kendala dalam Pelaksanaan KTSP di Sekolah
Kendala-kendala yang dihadapi guru dan sekolah adalah sebagai
berikut:
1. KTSP menuntut guru untuk mampu menyusun dan mengembangkan
kurikulumnya sendiri, kenyataannya selama ini guru terbiasa
melaksanakan kurikulum yang hanya dibuat oleh pusat. Guru merasa
kesulitan untuk menyusun dan mengambangkan kurikulum. Seperti
dalam pengembangan silabus kesulitan yang dihadapi guru adalah:
1) Mengembangkan standar kompetensi dasar dan kompetensi dasar
ke dalam materi pembelajaran.
40
2) Mengembangkan indikator ketercapaian dari proses pembelajaran
yang dilaksanakan.
3) Merencanakan kegiatan pembelajaran yang dapat mengerahkan
siswa mencapai kompetensi yang sedang dipelajari.
4) Memilih alat penilaian yang tepat, yang dapat mengevaluasi
tercapai atau tidaknya kompetensi yang dipelajari.
2. Kurangnya pemahaman guru tentang KTSP yang merupakan
paradigma baru yang masih banyak terjadi di sekolah, hal ini
disebabkan kurangnya informasi yang kontinyu tentang KTSP bagi
guru. Sosialisasi yang dilakukan Dinas Pendidikan ataupun dilakukan
secara mandiri oleh sekolah sangat terbatas, sementara guru sudah
terbiasa dengan pola lama yang diikutinya selama bertahun-tahun.
Sosialisasi KTSP yang hanya dilakukan selama tiga atau empat hari
dan tidak berkelanjutan, kurang efektif untuk membantu guru
memahami KTSP.
3. Implementasi KTSP memberi otonomi yang luas kepada sekolah,
dalam hal tertentu bertabrakan dengan kebijakan para pemegang
kekuasaan pendidikan. Sebagai contoh keputusan diberlakukannya
ujian bersama di akhir semester, dengan soal yang ditentukan secara
terpusat dan dikoordinasi oleh MKKS atau Dinas setempat. Sekolah
terpaksa mengikuti kebijakan tersebut yang tentu saja hal itu merusak
tujuan mulia KTSP. Dengan KTSP materi pembelajaran yang
dikembangkan sekolah sangat beragam. Perbedaan materi baik mautan
41
maupun kedalamannya sangat mungkin terjadi, tetapi dengan ujian
bersama di akhir semester perbedaan antar satuan pendidikan ini tidak
lagi penting untuk dikaji.
4. Dalam struktur kurikulum yang merupakan bagian dari Standar Isi,
dijelaskan bahwa komponen kurikulum pendidikan umum dan
pendidikan kejuruan mencakup mata pelajaran, muatan lokal dan
pengembangan diri. Muatan lokal merupakan bagian integral dari
KTSP. Muatan lokal seharusnya dapat menjadi keunggulan sekolah,
karena muatan lokal dipilih sendiri oleh sekolah sesuai dengan
kebutuhannya. Masalahnya adalah ketika sekolah ingin
mengembangkan muatan lokal yang sesuai dengan kebutuhan sekolah,
sekolah telah diikat dengan muatan lokal yang merupakan ciri khas
proinsi/kabupaten. Penambahan muatan lokal memang dimungkinkan
sehingga sekolah bisa memiliki ciri lebih dari satu muatan lokal, tetapi
penambahan muatan lokal ini berakibat pada penambahan beban
belajar tiap minggu, sementara beban belajar per minggu sudah
ditetapkan tidak boleh lebih dari 42 jam pelajaran. Dengan kondisi
tersebut, keinginan sekolah untuk merealisasikan otonomi luas
agaknya belum dapat terlaksana.
5. Jumlah siswa dalam satu rombongan belajar masih terlalu besar. Untuk
mengimplementasikan model-model pembelajaran yang variatif dan
menyenangkan seperti tuntutan KTSP, mengembangkan sistem
penilaian yang berkelanjutan, mengembangkan program remidial dan
42
pengayaan yang merupakan pelayanan individual terhadap siswa, sulit
terlaksana karena situasi kelas tidak kondusif.
6. Terbatasnya sarana dan prasarana kurikulum yang merangsang guru
untuk inovatif, kreatif dan profesional membutuhkan sarana dan
parasarana yang memadai.
7. Guru-guru di sekolah uji coba kurikulum 2004 masih merasakan
kendala dengan pelaksanaan KTSP, apalagi bagi guru yang masih
melaksanakan kurikulum 1994 dan akan segera melaksanakan KTSP.
Kesulitan tersebut yaitu kesulitan dalam penyusunan silabus. Selain
guru harus mampu mengembangkan metode pembelajaran yang
inovatif, melaksanakan sistem penilaian berkelanjutan yang diampu
bukan hal yang mudah yang dapat langsung teratasi oleh guru hanya
dengan mendengarkan sosialisasi dan workshop.
2.4. Kerangka Pikir
Kurikulum merupakan aspek penting yang mempengaruhi mutu
pendidikan. Meskipun kurikulum hanya berperan sebagai pemberi arah,
tujuan, dan landasan filosofi pendidikan, namun kurikulum harus sesuai
dengan dinamika perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tuntutan
kebutuhan pasar kerja, serta dinamika perubahan sosial masyarakat. Tahun
2006 telah diberlakukan kurikulum baru yang dikenal dengan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang hampir sama dengan kurikulum
berbasis kompetensi. KTSP merupakan penyempurna dari KBK. Istilah
43
kompetensi dalam KTSP juga tetap ada. Kompetensi merupakan pengetahuan,
keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam berpikir dan
bertindak. Tetapi, jika dalam kurikulum 2004 ada indikator dan materi pokok
yang sudah ditulis dalam kurikulum tersebut, maka dalam KTSP indikator dan
materi pokok pelajaran harus dibuat oleh guru sendiri, disesuaikan dengan
situasi daerah dan minat anak didik. Dengan adanya perubahan kurikulum
diharapkan mutu pendidikan dapat meningkat. Dalam hal ini yaitu dapat
menciptakan guru yang berkualitas dan lulusan yang kompeten.
Dalam sistem dan proses pendidikan guru memegang peranan yang
sangat penting karena siswa tidak mungkin belajar sendiri tanpa bimbingan
guru yang mampu mengemban tugasnya dengan baik. Peranan guru sebagai
fasilitator belajar bertitik tolak dari tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Maka
guru berkewajiban mengemban tujuan-tujuan pendidikan menjadi rencana-
rencana yang operasional. Dalam hal ini guru berperan dalam
mengembangkan kurikulum dalam bentuk rencana-rencana yang lebih
operasional seperti: silabus/satuan pelajaran.
Menurut Walgito (2000:54-55) dalam Widodo (2007: 32) faktor
internal yang mempengaruhi persepsi yaitu individu, sedang faktor eksternal
adalah stimulus dan lingkungan. Kedua faktor itu saling berinteraksi dalam
individu mengadakan persepsi. Agar stimulus dapat dipersepsi, maka stimulus
harus cukup kuat, stimulus mempunyai kekuatan yang minimal tetapi sudah
dapat menimbulkan kesadaran, sudah dapat dipersepsi oleh individu.
Kejelasan stimulus juga dapat berpengaruh pada persepsi.
44
Oleh karena itu, maksud dari kejelasan dan kekuatan obyek dari
penelitian ini adalah KTSP. Apabila guru mempersiapkan KTSP positif maka
akan positif pula sikapnya. Untuk itu, apabila persepsi ini dikaitkan terhadap
KTSP maka persepsi terhadap KTSP diartikan sebagai proses penafsiran,
pengorganisasian, pengeinterpretasian terhadap KTSP sehingga merupakan
sesuatu yang berarti merupakan respon yang menyatu dalam diri individu
(guru SMP Negeri I Warungasem). Dalam hal ini, guru SMP Negeri I
Warungasem merespon hal-hal yang berkaitan dengan Kurikulum 2006
tersebut dengan pengetahuan dan sikap yang mereka miliki. Sehingga dalam
merespon, guru SMP Negeri I Warungasem membutuhkan pemahaman
pengetahuan tentang Kurikulum 2006 (KTSP).
Secara sistematis kerangka pemikiran dalam penelitian ini
digambarkan sebagai berikut:
45
Guru
Pelaksanaan KTSP: 1. Sangat
Baik 2. Baik 3. Tidak Baik 4. Sangat
Tidak Baik
Persepsi Pengetahuan
Persepsi Sikap
KTSP: 1. Hakekat KTSP 2. Pengembangan
KTSP 3. Cara menyusun
KTSP 4. Cara
mengembangkan silabus berbasis KTSP
5. Cara Membuat RPP
6. Pembelajaran dan penilaian berbasis KTSP
7. Hambatan pelaksanaan KTSP
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
46
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2002: 108).
Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru di SMP N I
Warungasem Batang, sebanyak 27 orang. Apabila subyeknya kurang dari 100,
lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian
populasi (Arikunto, 2002: 108). Berdasarkan pendapat tersebut, karena jumlah
subyek yang diteliti kurang dari 100 maka penelitiannya adalah penelitian
populasi.
3.2. Variabel Penelitian
Variabel penelitian harus mengandung variabel yang jelas sehingga
memberikan gambaran data dan informasi apa yang diperlukan untuk
memecahkan masalah tersebut. Variabel adalah subyek penelitian/ apa yang
menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2002: 94).
Berdasarkan pengertian variabel di atas, maka variabel yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah persepsi guru mengenai pelaksanaan kurikulum
tingkat satuan pendidikan. Penelitian ini mengungkap data persepsi guru
mengenai pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang meliputi
hakekat KTSP, pengembangan KTSP, cara penyusunan KTSP, cara
mengembangkan silabus berbasis KTSP, cara membuat RPP, pembelajaran
47
dan penilaian berbasis KTSP dan hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan
KTSP.
Menurut Walgito (2000:54-55) faktor internal yang mempengaruhi
persepsi yaitu individu, sedang faktor eksternal adalah stimulus dan
lingkungan. Kedua faktor itu saling berinteraksi dalam individu mengadakan
persepsi. Dalam penelitian ini, yang dimaksud faktor internal adalah sikap
dalam individu, sedangkan faktor eksternalnya adalah pengetahuan yang
diperoleh masing-masing individu.
3.3. Metode Pengumpulan Data
3.3.1. Angket/ Kuesioner
Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. (Arikunto, 2002: 128).
Dalam penelitian ini kuesioner yang digunakan adalah kuesioner
tertutup, yang jawabannya sudah disediakan oleh peneliti sehingga
responden tinggal memilih. Pertanyaan untuk penelitian berupa 50
pertanyaan. Metode kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Skala pengetahuan, berupa pertanyaan dengan jawaban sesuai materi
dengan memilih alternatif jawaban a, b, c dan d.
2) Skala sikap, berupa pernyataan dengan jawaban menggunakan skala
Likert (1 sampai 4) yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat
tidak setuju.
48
3.3.2. Wawancara
Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh
pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari
terwawancara (interviewer) (Arikunto, 2002: 132).
Metode wawancara ini digunakan peneliti untuk melengkapi data
yang diperoleh melalui kuesioner yaitu untuk mengetahui bagaimana
persepsi guru mengenai pelaksanaan KTSP, hambatan-hambatan yang
dihadapi dan upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut.
Wawancara dilakukan kepada 4 orang guru mata pelajaran yang di
Ujikan (Matematika, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris) ditambah
dengan guru ekonomi, dengan alasan adanya asumsi masyarakat bahwa
baik buruknya mutu pendidikan dilihat dari kelulusannya terutama ketiga
mata pelajaran tersebut. Wawancara juga dilakukan kepada sekolah
sebagai pemegang kekuasan tertinggi dalam sekolah seklaigus sebagai
pengontrol dan pengawas dalam sekolah tersebut.
3.3.3 Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang bersumber
dari tulisan (Arikunto, 2002: 135). Dokumentasi yang dipakai dalam
penelitian ini untuk mengetahui dan memperoleh data mengenai jumlah
guru, nama guru, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan kondisi dan
keadaan sekolah.
49
3.4. Validitas dan reliabilitas
3.4.1. Validitas
Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh
mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang
variabel yang dimaksud. Validitas yang dicapai apabila terdapat
kesesuaian antara bagian-bagian instrumen dengan instrumen secara
keseluruhan (Arikunto, 1998:162). Untuk menentukan validitas
masing-masing butir angket “pengetahuan”, dan “sikap” dilakukan
dengan bantuan komputer yaitu melalui Program SPSS for Windows.
Dari hasil perhitungan diperoleh hasil validitas angket pengetahuan
sebagai berikut :
Tabel 3.1 Validitas Angket Pengetahuan Responden
No Nomor Soal r hitung r tabel Keterangan 1 1 0,724 0,381 Valid 2 2 0,698 0,381 Valid 3 3 0,713 0,381 Valid 4 4 0,668 0,381 Valid 5 5 0,729 0,381 Valid 6 6 0,708 0,381 Valid 7 7 0,721 0,381 Valid 8 8 0,716 0,381 Valid 9 9 0,729 0,381 Valid 10 10 0,743 0,381 Valid Sumber: Hasil olahan data, 2007
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa semua item soal
angket untuk pengetahuan responden telah valid, hal ini dilihat dari
nilai r hitung lebih besar dari r tabel.
Sedangkan untuk angket skala sikap diperoleh hasil sebagai
berikut:
50
Tabel 3.2. Validitas angket skala sikap
No Indikator r hitung r tabel Keterangan
1 Hakekat KTSP 0,746 0,381 Valid
2 Pengembangan KTSP 0,509 0,381 Valid
3 Cara menyusun KTSP 0,688 0,381 Valid
4 Cara mengembangkan silabus berbasis KTSP
0,509 0,381 Valid
5 Cara membuat RPP 0,848 0,381 Valid
6 Pembelajaran & penilaian berbasis KTSP
0,679 0,381 Valid
7 Hambatan KTSP 0,391 0,381 Valid
Sumber: Hasil olahan data, 2007
Berdasarkan pada tabel tersebut di atas dapat diketahui bahwa r
hitung lebih besar dari r tabel, maka dapat dikatakan bahwa soal
angket tersebut telah valid.
3.4.2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah ketepatan atau tingkat presisi suatu ukuran
atau alat pengukur (Nazir 1999: 162). Reliabilitas menunjukkan pada
satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya
untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen
tersebut sudah baik (Arikunto 2002 : 154).
Untuk mencari reliabilitas angket pengetahuan digunakan
program SPSS for Windows sehingga diketahui hasil r hitung 0,7365
dan r tabel 0,60. Sehingga angket tersebut reliabel.
51
Untuk mencari reliabilitas angket sikap digunakan program
SPSS for Windows, sehingga diketahui hasil sebagai berikut:
Tabel 3.3. Reliabilitas angket Sikap
No Indikator r hitung r tabel Keterangan
1 Hakekat KTSP 0,841 0,60 reliabel
2 Pengembangan KTSP 0,716 0,60 reliabel
3 Cara menyusun KTSP 0,740 0,60 reliabel
4 Cara mengembangkan silabus berbasis KTSP
0,744 0,60 reliabel
5 Cara membuat RPP 0,724 0,60 reliabel
6 Pembelajaran & penilaian berbasis KTSP
0,763 0,60 reliabel
7 Hambatan KTSP 0,804 0,60 reliabel
Sumber : Hasil olahan data, 2007
Dari tabel tersebut di atas dapat diketahui bahwa semua
indikator memiliki r hitung lebih besar dari r tabel, sehingga dapat
dikatakan bahwa angket tersebut telah reliabel.
3.5. Tehnik Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
statistik deskriptif persentase. Berikut ini adalah tahap-tahap analisis data:
3.5.1. Melakukan tabulasi data.
Untuk dapat dilakukan analisis lebih lanjut, seluruh jawaban dalam
kuesioner ini dikonversi dalam bentuk numerik, dimana:
52
Pada skala sikap:
1) Jawaban sangat setuju , memiliki bobot nilai 4
2) Jawaban setuju, memiliki bobot nilai 3
3) Jawaban tidak setuju, memiliki bobot nilai 2
4) Jawaban sangat tidak setuju, bobot nilai 1
5) Tetapi untuk pertanyaan negatif bobot nilai sebaliknya.
Pada skala pengetahuan:
1) Jawaban benar, memiliki bobot nilai 1
2) Jawaban salah, memiliki bobot nilai 0
3.5.2. Melakukan perhitungan frekuensi tiap-tiap kategori jawaban masing-
masing variabel atau sub variabel
3.5.3. Melakukan analisis deskriptif persentase, dengan rumus:
%100xNn
Dp =
Keterangan:
Dp = skor yang diharapkan
N = jumlah skor maksimum
n = jumlah skor yang diperoleh
(Ali, 1984:104)
Hasil perhitungan dikonsultasikan dengan kriteria deskriptif
persentase yang dikelompokkan dalam empat kategori yaitu:1). Kategori
Sangat baik, 2). Kategori Baik, 3). Kategori Sedang, dan 4). Kategori
Kurang.
53
Pada analisis data penelitian “Pengetahuan”, dipergunakan
perhitungan kategori tingkatan: persentase tertinggi adalah 100% dan
terendah adalah 0% sehingga rentangan skor persentasenya adalah 100% -
0% = 100%. Banyaknya kategori 4, jadi interval kelas persentasenya 100%
: 4 = 25% (panjang kelas). Interval tersebut dapat dilihat pada tabel kriteria
deskriptif persentase di bawah ini.
Tabel 3.4. Kriteria Deskriptif Persentase “Pengetahuan”
Interval Kriteria
74%<%≤100% Sangat baik
49%<%≤75% Baik
24%<%≤50% Sedang
0%<%≤25% Kurang
(Suharsimi Arikunto, 2002: 196)
Pada analisis data penelitian “Skala Sikap”, digunakan perhitungan
kategori tingkatan : Persentase tertinggi adalah 100 % dan terendah 25 %
sehingga rentangan skor persentasenya adalah 100 % - 25 % = 75 %.
Banyaknya kategori 4, jadi interval kelas persentasenya 75 % : 4 = 18,75 %
(panjang kelas). Interval tersebut dapat dilihat pada tabel kriteria deskriptif
persentase di bawah ini:
Tabel 3.5. Kriteria Deskriptif Persentase “Skala Sikap”.
Interval Kriteria
81,24%<%≤100% Sangat Baik
62,49%< %≤ 81,25% Baik
43,74 %< % ≤ 62, 50% Sedang
25 %<%≤ 43,75 % Kurang
(Suharsimi Arikunto, 2002: 196)
54
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum SMP Negeri 1 Warungasem
1. Sejarah Berdiri
Pada tahun 1982, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Kabupaten Batang melakukan sosialisasi kepada masyarakat Kecamatan
Warungasem bahwa pada daerah tersebut akan didirikan Sekolah
Menengah Pertama dan ada tanggapan positif dari masyarakat. Sekolah ini
ditempatkan pada Desa Cepagan Kecamatan Warungasem yang selama ini
belum ada Sekolah Menengah Pertama Negeri. Status sekolah negeri
berdasarkan SK. Kelembagaan 0229/ 1982 tanggal 9 Oktober 1982 NSS
(12 digit): 20 103 25 12 022 status tanah. Sertifikat luas tanah: 12,550 m2.
2. Letak Geografis
SMP Negeri I Warungasem berlokasi di Kelurahan Cepagan
Kecamatan Warungasem Kabupaten Batang, keberadaan SMP Negeri I
Warungasem ini sangat strategis letaknya, karena berada di jalan raya
sehingga mudah dijangkau oleh guru, siswa maupun wali murid yang
mungkin ada perlu untuk datang ke sekolah. Begitu juga letaknya tidak
jauh dari tempat tinggal siswa, sehingga memudahkan bagi jalannya
proses belajar mengajar. Secara geografis letak SMP Negeri I
Warungasem dibatasi oleh:
55
5) Sebelah barat : Perkampungan penduduk
6) Sebelah selatan : Jalan Raya (Cepagan) dan sawah
7) Sebelah timur : Sawah
8) Sebelah utara : Sawah
3. Struktur Organisasi
SMP Negeri I Warungasem merupakan lembaga formal yang di
dalamnya terhimpun berbagai komponen yang membentuk sebuah
organisasi. Adapun struktur organisasi SMP Negeri I Warungasem tahun
2007 yaitu sebagai berikut:
Gambar 4.1
STRUKTUR ORGANISASI
Wali Kelas Wali Kelas
SISWA
Humas
Kepala sekolah
Waka Sekolah
Koor. Perpus
Kurikulum
Kesiswaan
Pembina OSIS
Sarana prasarana
56
Keterangan:
Kepala Sekolah : Achmad Cholid, SH
Waka Sekolah : Ismiyati, S.Pd
Kurikulum : Fakhrudin
Kesiswaan : Agunaryo, S.Pd
Pembina OSIS : Sugito, S.Pd
Koordinator Perpus : Suwarni
Sarana Prasarana : V. Heni Tuti W, S.Pd
Humas : Wasiatun Nikmah
Wali Kelas
1) Kelas VII A : Khoiruman, S.Pd
2) Kelas VII B : Lukmono DA, SE
3) Kelas VII C : Dra. Woro Suhesti
4) Kelas VII D : Sri Rokhaniwati, S.Pd
5) Kelas VII E : Nur Aini Ike, S.Pd
6) Kelas VIII A : Rokhayati, S.Pd
7) Kelas VIII B : Suwarni
8) Kelas VIII C : Jaka Sutapa
9) Kelas VIII D : Sumono, S.Pd
10) Kelas VIII E : Sukisno
11) Kelas IX A : Sunarso, S.Pd
12) Kelas IX B : Sri Handayani
13) Kelas IX C : Dasuki
57
14) Kelas IX D : Dra. Lili Iriyanti
15) Kelas IX E : Ubaidillah, S.Pd
4. Keadaan Guru dan Siswa
1) Keadaan Guru
Guru SMP Negeri I Warungasem Batang tahun 2007
berjumlah 28 orang terdiri dari 13 guru laki-laki dan 15 guru
perempuan. Guru-guru tersebut lulusan dari beberapa sekolah, yang
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1. Daftar Guru SMP Negeri I Warungasem Batang Tahun 2007
No Nama Pendidikan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Achmad Cholid, SH Ubaidillah, S.Pd Ismiyati, S.Pd Sumono, S.Pd Agunaryo, S.Pd S. Sugirman, S.Pd Sunarso, S.Pd Dasuki Siti Rahayuningsih Wasiatun Nikmah Sukisno V. Heni Tuti W, S.Pd Fahrudin Sri Handayani Jaka Sutapa Dra. Woro Suhesti Dra. Dwi Purwantiningsih Suwarni Yati Rohayati, S.Pd Dra. Lily Irianti Tatik Agustina, S.Pd Sugito, S. Pd Lukmono Dwi A, S.Pd Nur Ani Ike B, S.Pd Feni Binartini, S.Pd Khoiruman, S.Pd Sri Rokhaniwati, S.Pd Rokhmi Isna Fuadati, S.Pd
S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 D3 D3 D2 S1 D2 D3 D3 S1 S1 D1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1
Sumber: data sekolah, 2007
58
2) Keadaan Karyawan
Adapun karyawan SMP Negeri I Warungasem Batang tahun
2007 berjumlah 11 orang, yang dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2. Keadaan Karyawan SMP Negeri 1 Warungasem Batang Tahun 2007
No Nama Jabatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Kulaini Amat Yahya Eni Kusmiyati Bambang Tri Joko Siti Handayani Istikha Sutikwo Bambang Yuniarto Fauzan Mungkin Maryanto Sapari
KTU Pemegang Kas Bendahara Perpus TU TU Pesuruh Pesuruh Pesuruh Pesuruh Pesuruh
Sumber: data sekolah, 2007
3) Keadaan Siswa
Adapun siswa SMP Negeri I Warungasem Batang tahun 2007
berjumlah 618 siswa, terdiri dari 254 siswa laki-laki dan 369 siswa
perempuan, yang dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.3. Keadaan Siswa SMP Negeri I Warungasem Batang Tahun2007 No Kelas Pa Pi Jumlah 1 2 3 4 5
VII A VII B VII C VII D VII E
15 18 19 18 16
24 22 20 27 24
39 40 39 40 40
86 117 198 6 7 8 9 10
VIII A VIII B VIII C VIII D VIII E
14 16 14 15 16
25 22 24 24 24
39 38 38 39 40
75 119 194
59
11 12 13 14 15
IX A IX B IX C IX D IX E
18 19 19 19 18
28 28 25 26 26
46 47 44 45 44
93 133 226 Jumlah 254 369 618
Sumber: data sekolah, 2007
4.2. Deskripsi Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel tunggal
yaitu Persepsi guru mengenai pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP).
Gambaran dari variabel tersebut dapat diketahui dari hasil analisis
deskriptif persentase sebagai berikut :
4.2.1. Analisis Data Persepsi Guru SMP Negeri I Warungasem mengenai
Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Berdasarkan
Pengetahuan
Gambaran tentang persepsi guru SMP Negeri 1 Warungasem
mengenai pelaksanaan KTSP berdasarkan pengetahuan berdasarkan
jawaban angket dari masing-masing responden diperoleh hasil seperti
terdapat pada tabel berikut:
60
Tabel 4.4. Hasil Analisis Data tentang Persepsi Guru SMP Negeri I Warungasem mengenai KTSP Berdasarkan Pengetahuan
No Indikator Skor
maksimum
Skor yang
diperoleh % Skor Kriteria
1 Hakekat KTSP 54 36 66,67% Baik
2 Pengembangan
KTSP
27 18 66,67% Baik
3 Cara Menyusun
KTSP
54 34 62,96% Baik
4 Cara
Mengembangkan
Silabus Berbasis
KTSP
54 47 87,03% Sangat
baik
5 Cara Membuat
RPP
27 25 92,59% Sangat
baik
6
Pembelajaran dan
Penilaian
Berbasis KTSP
27 24 88,89% Sangat
baik
7 Hambatan dalam
KTSP
27 21 77,78% Sangat
baik
Sumber : Data penelitian yang diolah, 2007
Tabel hasil analisis data persepsi Guru SMP Negeri I Warungasem
mengenai Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan berdasarkan
“Pengetahuan” di atas dapat dilihat juga dalam bentuk histogram yang
menggambarkan hubungan antara indikator dan skor persentase yang
diperoleh. Histogram tersebut dapat dilihat pada gambar 4.2 di bawah ini.
61
66.67 66.6762.96
87.0392.59
88.8977.78
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
PER
SEN
TASE
(%
Hak
ekat
KTS
P
Pen
gem
bang
an
KTSP
Car
a M
enyu
sun
KTSP
Car
a
Men
gem
bang
kan
Sila
bus Be
rbas
is
Car
a M
embu
at
RPP
Pem
bela
jara
n
dan
Pen
ilaia
n
Berb
asis K
TSP
Ham
bata
n da
lam
KTSP
INDIKATOR
PENGETAHUAN
Gambar 4.2 Histogram Hasil Penelitian Pengetahuan
Hasil data penelitian berdasarkan “pengetahuan”
memperlihatkan bahwa guru SMP Negeri I Warungasem mempunyai
persepsi yang sangat baik mengenai Pelaksanaan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan dengan persentase seperti yang tertuang pada tabel
4.4 di atas. Persepsi yang sangat baik tersebut meliputi cara
mengembangkan silabus berbasis KTSP, cara membuat RPP,
pembelajaran dan penilaian berbasis KTSP, dan hambatan dalam
KTSP. Selain itu guru-guru tersebut mempunyai persepsi baik
mengenai Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
berdasarkan pengetahuan dalam aspek hakekat KTSP, pengembangan
KTSP, serta cara menyusunan KTSP.
Gambaran mengenai pengetahuan guru tentang pelaksanaan
KTSP dapat dilihat pada tiap indikator sebagai berikut:
62
1. Hakekat KTSP
Untuk mengetahui pengetahuan guru tentang hakekat
KTSP dapat dilihat pada soal angket nomor 1 dan 2. Dari hasil
analisis data dengan menggunakan rumus deskriptif persentase
dapat diperoleh hasil seperti terdapat pada tabel berikut:
Tabel 4.5. Hakekat KTSP
No Jml soal Jml Resp.
Skor Maksimal
(N)
Skor yang diperoleh
(n)
%
1 2 27 54 36 66,67 Sumber: Hasil pengolahan data 2007
Dari tabel tersebut dapat diketahui hasil persentase untuk
indikator pengetahuan guru tentang hakekat KTSP sebesar
66,67%. Setelah dikonsultasikan dengan kriteria persentase maka
termasuk dalam kriteria baik.
2. Pengembangan KTSP
Angket mengenai persepsi guru tentang pengembangan
KTSP terdapat pada soal nomor 3, dari hasil analisis data dengan
rumus deskriptif persentase diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.6 Pengembangan KTSP
No Jml soal Jml Resp.
Skor Maksimal
(N)
Skor yang diperoleh
(n)
%
2 1 27 27 18 66,67
Sumber: Hasil pengolahan data 2007
Berdasar pada tabel di atas, dapat diketahui hasil persentase
persepsi guru mengenai pengembangan KTSP sebesar 66,67%,
63
setelah dikonsultasikan dengan kriteria persentase termasuk
dalam kriteria baik.
3. Cara Menyusun KTSP
Angket mengenai persepsi guru mengenai cara menyusun
KTSP terdapat pada soal nomor 4 dan 5, dari hasil analisis data
dengan rumus deskriptif persentase diperoleh hasil sebagai
berikut:
Tabel 4.7 Cara Menyusun KTSP
No Jml soal Jml Resp.
Skor Maksimal
(N)
Skor yang diperoleh
(n)
%
3 2 27 54 34 62,96 Sumber : Hasil pengolahan data 2007
Berdasar pada tabel di atas, dapat diketahui hasil
persentase persepsi guru mengenai cara menyusun KTSP sebesar
62,96%, setelah dikonsultasikan dengan kriteria persentase
termasuk dalam kriteria baik.
4. Cara mengembangkan silabus berbasis KTSP
Angket mengenai persepsi guru mengenai cara
mengembangkan silabus berbasis KTSP terdapat pada soal
nomor 6 dan 7, dari hasil analisis data dengan rumus deskriptif
persentase diperoleh hasil sebagai berikut:
64
Tabel 4.8 Cara mengembangkan silabus berbasis KTSP
No Jml soal Jml Resp.
Skor Maksimal
(N)
Skor yang diperoleh
(n)
%
4 2 27 54 47 87,03 Sumber : Hasil pengolahan data 2007
Berdasar pada tabel di atas, dapat diketahui hasil persentase
persepsi guru mengenai cara mengembangkan silabus berbasis
KTSP sebesar 87,03%, setelah dikonsultasikan dengan kriteria
persentase termasuk dalam kriteria sangat baik.
5. Cara membuat RPP
Angket mengenai persepsi guru mengenai cara membuat
RPP terdapat pada soal nomor 8, dari hasil analisis data dengan
rumus deskriptif persentase diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.9 Cara membuat RPP
No Jml soal Jml Resp.
Skor Maksimal
(N)
Skor yang diperoleh
(n)
%
5 1 27 27 25 92,59 Sumber: Hasil pengolahan data 2007
Berdasar pada tabel di atas, dapat diketahui hasil persentase
persepsi guru mengenai cara membuat RPP sebesar 92,56%,
setelah dikonsultasikan dengan kriteria persentase termasuk
dalam kriteria sangat baik.
6. Pembelajaran dan penilaian berbasis KTSP
Angket mengenai persepsi guru mengenai pembelajaran
dan penilaian berbasis KTSP terdapat pada soal nomor 9, dari
65
hasil analisis data dengan rumus deskriptif persentase diperoleh
hasil sebagai berikut:
Tabel 4.10. Cara membuat RPP
No Jml soal Jml Resp.
Skor Maksimal
(N)
Skor yang diperoleh
(n)
%
6 1 27 27 24 88,89 Sumber: Hasil pengolahan data 2007
Berdasar pada tabel di atas, dapat diketahui hasil persentase
persepsi guru mengenai pembelajaran dan penilaian berbasis
KTSP sebesar 88,89%, setelah dikonsultasikan dengan kriteria
persentase termasuk dalam kriteria sangat baik.
7. Hambatan dalam KTSP
Angket mengenai persepsi guru mengenai hambatan
dalam KTSP terdapat pada soal nomor 10, dari hasil analisis data
dengan rumus deskriptif persentase diperoleh hasil sebagai
berikut:
Tabel 4.11. Hambatan dalam KTSP
No Jml soal Jml Resp.
Skor Maksimal
(N)
Skor yang diperoleh
(n)
%
7 1 27 27 21 77,78
Sumber: Hasil pengolahan data 2007
Berdasar pada tabel di atas, dapat diketahui hasil persentase persepsi
guru mengenai hambatan dalam KTSP sebesar 77,78%, setelah
dikonsultasikan dengan kriteria persentase termasuk dalam kriteria
baik.
66
4.2.2. Analisis Data Persepsi Guru SMP Negeri I Warungasem mengenai
Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Berdasarkan Sikap
Penelitian mengenai persepsi guru SMP Negeri I
Warungasem berdasarkan “sikap” diperoleh hasil dengan uji analisis
deskriptif persentase. Ringkasan hasil dari data tersebut dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.12. Hasil Analisis Data Persepsi Guru SMP Negeri I
Warungasem mengenai Pelaksanaan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan Berdasarkan “Sikap”
No Indikator Skor
maksimum
Skor yang
diperoleh % Skor Kriteria
1 Hakekat KTSP 648 436 67,28% Baik
2 Pengembangan
KTSP
324 274 84,57% Sangat
baik
3 Cara Menyusun
KTSP
756 614 81,22% Baik
4 Cara
Mengembangkan
Silabus Berbasis
KTSP
432 378 87,5% Sangat
baik
5 Cara Membuat
RPP
1404 1099 78,27% Baik
6
Pembelajaran dan
Penilaian
Berbasis KTSP
540 427 79,07% Baik
7 Hambatan dalam
KTSP
216 179 82,87% Sangat
baik
Sumber : Data penelitian yang diolah, 2007
67
Dari tabel hasil analisis data persepsi guru SMP Negeri I
Warungasem mengenai Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan berdasarkan sikap di atas dapat dilihat juga dalam bentuk
histogram yang menggambarkan hubungan antara indikator dan skor
persentase yang diperoleh. Histogram tersebut dapat dilihat pada
gambar di bawah ini:
67.28
84.57 81.22 87.5 78.27 79.07 82.87
0102030405060708090
PE
RSE
)
Gambar 4.3. Histogram Hasil Penelitian Skala Sikap
Hasil data penelitian berdasarkan “sikap” memperlihatkan
bahwa guru SMP Negeri I Warungasem mempunyai persepsi yang
sangat baik mengenai Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan dengan persentase seperti yang tertuang pada tabel 4.12 di
atas. Persepsi yang sangat baik tersebut meliputi pengembangan
KTSP, cara mengembangkan silabus berbasis KTSP, serta hambatan
dalam KTSP. Selain itu guru-guru tersebut mempunyai persepsi baik
mengenai Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
berdasarkan sikap dalam aspek hakekat KTSP, cara menyusun KTSP,
cara membuat RPP, serta pembelajaran dan penilaian berbasis KTSP.
NTA
SE
(%
SIKAP
Hak
ekat
KTS
P
Pen
gem
bang
anK
TSP
Car
a M
enyu
sun
KTS
P
Car
aM
enge
mba
ngka
nS
ilabu
s B
erba
sis
Car
a M
embu
atR
PP
Pem
bela
jara
nda
n P
enila
ian
Ber
basi
s K
TSP
Ham
bata
n da
lam
KTS
P
INDIKATOR
68
Gambaran mengenai persepsi Guru SMP Negeri I
Warungasem terhadap Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan berdasarkan sikap pada tiap indikator diperoleh hasil
dengan uji analisis deskriptif persentase sebagai berikut:
1. Hakekat KTSP
Sikap guru terhadap hakekat KTSP dapat diketahui dari hasil
angket yang menjawab sangat setuju sebanyak 12 orang (44,4%)
dan yang menjawab setuju sebanyak 15 (55,6%), yang menjawab
tidak setuju dan sangat tidak setuju sebanyak 0 (0%), secara umum
perolehan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.13. Jawaban Responden Tentang Hakekat KTSP
No. Interval Kategori Frekuensi Persentase
1
2
3
4
526,4 < skor ≤ 648
404 < skor ≤ 526,5
283,4 < skor ≤ 405
162 ≤ skor ≤ 283,5
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
12
15
0
0
44,4 %
55,6 %
0 %
0 %
Jumlah 27 100 %
Sumber: Data Penelitian yang diolah, 2007.
Berdasarkan tabel tersebut dapat digambarkan dalam diagram
pie sebagai berikut:
69
44,40%55,60%
0%
0% Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat TidakSetuju
Gambar 4.4. Diagram Jawaban Responden Tentang Hakekat KTSP
Berdasarkan hasil penelitian deskripsi persentase untuk
indikator hakekat KTSP diperoleh rata-rata sebesar 67,28%.
Persentase sebesar 67,28% berdasar analisis deskriptif persentase
termasuk kategori baik.
Berdasarkan pada tabel dan gambar di atas, maka dapat
diketahui bahwa responden memberikan pernyataan tentang
hakekat KTSP paling banyak menjawab setuju yaitu sebanyak 15
orang (55,6 %) , kemudian jawaban sangat setuju berjumlah 12
orang atau sebesar 44,4 %, sedangkan untuk jawaban tidak setuju
dan sangat tidak setuju tidak ada responden yang memilih atau
sebanyak 0 (0%).
2. Pengembangan KTSP
Sikap responden terhadap pengembangan KTSP berdasarkan
jawaban angket dari masing-masing responden diperoleh hasil
sebagai berikut:
70
Tabel 4.14. Jawaban Responden Tentang Pengembangan KTSP
No. Interval Kategori Frekuensi Persentase
1
2
3
4
263,24 < skor ≤ 324
202,4 < skor ≤ 263,25
141,74 < skor≤ 202,5
81 ≤ skor ≤ 141,75
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
20
6
1
0
74,10 %
22,20 %
3,70 %
0,00 %
Jumlah 27 100 %
Sumber:Data Penelitian yang diolah, 2007.
Dari tabel tersebut dapat dibuat gambar diagram pie sebagai
berikut :
74,10%
22,20%0%3.70%
Sangat Baik BaikTidak Baik Sangat Tidak Baik
Gambar 4. 5
Jawaban responden tentang Pengembangan KTSP
Berdasarkan hasil penelitian deskripsi persentase untuk
indikator pengembangan KTSP diperoleh rata-rata sebesar 84,57%.
Persentase sebesar 84,57% berdasar analisis deskriptif persentase
termasuk kategori sangat baik.
Berdasarkan pada tabel dan diagram tersebut di atas dapat
diketahui sikap responden mengenai pengembangan KTSP yang
71
memberikan jawaban sangat setuju sebanyak 20 orang atau
sebesar 74,1%, jawaban setuju sebanyak 6 orang atau sebesar
22,2%, jawaban tidak setuju sebanyak 1 orang atau sebesar 3,70%
dan jawaban sangat tidak setuju tidak ada yang menjawab atau
sebesar 0%.
3. Cara menyusun KTSP
Sikap responden terhadap cara menyusun KTSP berdasarkan
jawaban angket dari masing-masing responden diperoleh hasil
yang menjawab sangat baik sebanyak 16 orang, yang menjawab
baik sebanyak 11 orang dan yang menjawab tidak baik dan sangat
tidak baik sebanyak 0, selengkapnya dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4.15. Jawaban Responden Tentang Cara Menyusun KTSP
No. Interval Kategori Frekuensi Persentase
1
2
3
4
614,24 < skor ≤ 756
472,4 < skor ≤ 614,25
330,74 < skor≤ 472,5
189 ≤ skor ≤ 330,75
Sangat Baik
Baik
Tidak Baik
Sangat Tidak Baik
16
11
0
0
59,26 %
40,74 %
0 %
0 %
Jumlah 27 100 %
Sumber: Data Penelitian yang diolah, 2007.
Dari tabel tersebut dapat dibuat gambar diagram pie sebagai
berikut:
72
0%
0%
40,74%
59,26%
Sangat Baik
Baik
Tidak Baik
Sangat TidakBaik
Gambar 4.6
Jawaban responden tentang Cara Menyusun KTSP
Berdasarkan hasil penelitian deskripsi persentase untuk
indikator cara menyusun KTSP diperoleh rata-rata sebesar 81,22%.
Persentase sebesar 81,22% berdasar analisis deskriptif persentase
termasuk kategori baik.
Berdasarkan pada tabel dan diagram tersebut di atas dapat
diketahui sikap responden mengenai cara menyusun KTSP yang
memberikan jawaban sangat baik sebanyak 16 orang atau sebesar
59,26%, jawaban baik sebanyak 11 orang atau sebesar 40,74%,
jawaban tidak baik sebanyak 0 orang atau sebesar 0% dan jawaban
sangat tidak baik tidak ada yang menjawab atau sebesar 0%.
4. Cara Mengembangkan Silabus Berbasis KTSP
Sikap responden terhadap cara mengembangkan silabus
berbasis KTSP berdasarkan jawaban angket dari masing-masing
responden diperoleh hasil yang menjawab sangat baik sebanyak 23
orang dan yang menjawab baik sebanyak 4 orang, selengkapnya
dapat dilihat pada tabel berikut :
73
Tabel 4.16. Jawaban Responden Tentang Cara Mengembangkan
Silabus berbasis KTSP
No. Interval Kategori Frekuensi Persentase
1
2
3
4
350 < skor ≤ 432
269 < skor ≤ 351
188 < skor≤ 270
108 ≤ skor ≤ 189
Sangat Baik
Baik
Tidak Baik
Sangat Tidak Baik
23
4
0
0
85,20 %
14,80 %
0
0
Jumlah 27 100 %
Sumber: Data Penelitian yang diolah, 2007.
Dari tabel tersebut dapat dibuat gambar diagram pie sebagai
berikut:
85,20%
14,80%0%
0%Sangat Baik BaikTidak BaikSangat tidak baik
Gambar 4.7 Jawaban responden tentang Cara Mengembangkan Silabus Berbasis KTSP
Berdasarkan hasil penelitian deskripsi presentase untuk
indikator cara mengembangkan silabus berbasis KTSP diperoleh
rata-rata sebesar 87,50%. Persentase sebesar 87,50% berdasar
analisis deskriptif persentase termasuk kategori sangat baik.
Berdasarkan pada tabel dan diagram tersebut di atas dapat
diketahui sikap responden mengenai cara pengembangan silabus
74
berbasis KTSP yang memberikan jawaban sangat baik sebanyak
23 orang atau sebesar 85,2%, jawaban baik sebanyak 4 orang atau
sebesar 14,8%, jawaban tidak baik sebanyak 0 orang atau sebesar
0% dan jawaban sangat tidak baik tidak ada yang menjawab atau
sebesar 0%.
5. Cara Membuat RPP
Sikap responden terhadap cara membuat RPP berdasarkan
jawaban angket dari masing-masing responden diperoleh hasil
yang menjawab sangat baik sebanyak 19 orang dan yang menjawab
baik sebanyak 8 orang, selengkapnya dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4.17. Jawaban Responden Tentang Cara Membuat RPP
No. Interval Kategori Frekuensi Persentase
1
2
3
4
1140,74 < skor ≤ 1404
877,4 < skor ≤ 1140,75
614,24 < skor≤ 877,5
351≤ skor ≤ 614,25
Sangat Baik
Baik
Tidak Baik
Sangat Tidak Baik
19
8
0
0
70,37%
29,63%
0
0
Jumlah 27 100
Sumber: Data Penelitian yang diolah, 2007.
75
Dari tabel tersebut dapat dibuat gambar diagram pie sebagai
berikut: :
0%
0%29,63%
70,37%
Sangat BaikBaikTidak BaikSangat Tidak Baik
Gambar 4.8
Jawaban responden tentang Cara membuat RPP
Berdasarkan hasil penelitian deskripsi persentase untuk
indikator cara membuat RPP diperoleh rata-rata sebesar 78,27%.
Persentase sebesar 78,27% berdasar analisis deskriptif persentase
termasuk kategori baik.
Berdasarkan pada tabel dan diagram tersebut di atas dapat
diketahui sikap responden mengenai cara membuat RPP yang
memberikan jawaban sangat baik sebanyak 19 orang atau sebesar
70,4%, jawaban baik sebanyak 8 orang atau sebesar 29,6%,
jawaban tidak baik sebanyak 0 orang atau sebesar 0% dan jawaban
sangat tidak baik tidak ada yang menjawab atau sebesar 0%.
6. Pembelajaran dan Penilaian Berbasis KTSP
Sikap responden terhadap pembelajaran dan penilaian
berbasis KTSP berdasarkan jawaban angket dari masing-masing
responden diperoleh hasil sebagai berikut:
76
Tabel 4.18. Jawaban Responden Tentang Pembelajaran dan Penilaian Berbasis KTSP
No. Interval Kategori Frekuensi Persentase
1
2
3
4
438,74 < skor ≤ 540
337,4 < skor ≤ 438,75
236,24 < skor≤ 337,5
135 ≤ skor ≤ 236,25
Sangat Baik
Baik
Tidak Baik
Sangat Tidak Baik
13
13
1
0
48,15%
48,15 %
3,7 0%
0,00 %
Jumlah 27 100%
Sumber: Data Penelitian yang diolah, 2007.
Dari tabel tersebut dapat dibuat gambar diagram pie sebagai
berikut:
0%3.7%
48.15%48.15%
Sangat BaikBaikTidak BaikSangat Tidak Baik
Gambar 4. 9 Jawaban responden tentang pembelajaran dan penilaian berbasis KTSP
Berdasarkan hasil penelitian deskripsi persentase untuk
indikator pembelajaran dan penilain berbasis KTSP diperoleh rata-
rata sebesar 79,07%. Persentase sebesar 79,07% berdasar analisis
deskriptif persentase termasuk kategori baik.
Berdasarkan pada tabel dan diagram tersebut di atas dapat
diketahui sikap responden mengenai pembelajaran dan penilaian
berbasis KTSP yang memberikan jawaban sangat baik sebanyak
77
13 orang atau sebesar 48,15%, jawaban baik sebanyak 13 orang
atau sebesar 48,15%, jawaban tidak baik sebanyak 1 orang atau
sebesar 3,70% dan jawaban sangat tidak baik tidak ada yang
menjawab atau sebesar 0%.
7. Hambatan dalam KTSP
Sikap responden terhadap hambatan dalam KTSP
berdasarkan jawaban angket dari masing-masing responden
diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.19. Jawaban Responden Tentang hambatan dalam KTSP
No. Interval Kategori Frekuensi Persentase
1
2
3
4
175,4 < skor ≤ 216
134 < skor ≤ 175,5
94,4 < skor≤ 135
54 ≤ skor ≤ 94,5
Sangat Menghambat
Menghambat
Tidak Menghambat
Sangat Tidak
Menghambat
16
11
0
0
59,26 %
40,74 %
0, %
0, %
Jumlah 27 100
Sumber: Data Penelitian yang diolah, 2007.
Dari tabel tersebut dapat dibuat gambar diagram pie sebagai
berikut:
0%
0%
40,74%59,26%
Sangat Menghambat
Menghambat
Tidak Menghambat
Sangat TidakMenghambat
Gambar 4.10
Jawaban responden tentang hambatan dalam KTSP
78
Berdasarkan hasil penelitian deskripsi presentase untuk
indikator hambatan dalam KTSP diperoleh rata-rata sebesar
82,87%. Persentase sebesar 82,87% berdasar analisis deskriptif
persentase termasuk kategori sangat baik.
Berdasarkan pada tabel dan diagram tersebut di atas dapat
diketahui sikap responden mengenai hambatan dalam KTSP yang
memberikan jawaban sangat menghambat sebanyak 16 orang atau
sebesar 59,26%, jawaban menghambat sebanyak 11 orang atau
sebesar 40,74%, jawaban tidak menghambat sebanyak 0 orang atau
sebesar 0% dan jawaban sangat tidak menghambat tidak ada yang
menjawab atau sebesar 0%.
4. 3. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis mengenai persepsi guru terhadap
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di SMP Negeri 1
warungasem Batang dapat diketahui sebagai berikut:
4.3.1. Persepsi Guru SMP Negeri I Warungasem mengenai Pelaksanaan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Berdasarkan Pengetahuan.
1. Hakekat KTSP
Dari hasil analisis data dapat diketahui persentase untuk
indikator pengetahuan guru tentang hakekat KTSP sebesar 66,67%.
Setelah dikonsultasikan dengan kriteria persentase maka termasuk
dalam kriteria baik.
79
Hal ini sesuai dengan pendapat dari guru Bahasa
Indonesia (Ibu Handayani) yang mengatakan
“Kelihatannya KTSP lebih positif, lebih mudah dilaksanakan karena sifatnya yang praktis dan sederhana serta lebih memfokuskan pada keaktifan guru dan siswa.” (Hasil wawancara dengan Ibu Handayani, Rabu, 13 Juni 2007).
Selain itu juga diperkuat dengan adanya pendapat Bapak
Sukisno (guru ekonomi):
“Saya kira KTSP hampir sama dengan KBK sehingga tidak banyak perubahan bagi kami.” (Rabu, 13 Juni 2007)
Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Warungasem Bapak
Achmad Cholid , SH. juga mengatakan :
“KTSP sebagai kurikulum baru, pada awalnya masih membingungkan kami sebagai pelaksana pendidikan, namun setelah dilaksanakan kami dapat merasakan bahwa KTSP hampir sama dengan KBK, dimana KTSP lebih difokuskan untuk pengembangan kurikulum di masing-masing tingkat satuan pendidikan sehingga memberikan keleluasaan kepada sekolah untuk merumuskan silabusnya sendiri dan perangkat mengajar lainnya.” (Jumat, 15 Juni 2007)
Pendapat tersebut sesuai dengan pendapat Mulyasa
(2006:20) bahwa KTSP merupakan strategi pengembangan
kurikulum untuk mewujudkan sekolah yang efektif, produktif
dan berprestasi. Hasil analisis tentang persepsi guru SMP Negeri
I Warungasem mengenai hakekat KTSP berdasarkan
pengetahuan menunjukkan bahwa rata-rata guru memiliki
persepsi baik mengenai hakekat KTSP dengan persentase
66,67%. Di sini guru SMP Negeri I Warungasem mempunyai
pemahaman yang baik terhadap Kurikulum 2006, namun masih
80
dalam rentang persentase minimum. Sebenarnya guru sudah
memahami hakekat kurikulum 2006 namun belum sepenuhnya.
2. Pengembangan KTSP
Dari hasil analisis data dapat diketahui hasil persentase
persepsi guru mengenai pengembangan KTSP sebesar 66,67%,
setelah dikonsultasikan dengan kriteria persentase termasuk
dalam kriteria baik.
Menurut pendapat Kepala Sekolah (Bapak Achmad Cholid,
SH) menyatakan bahwa :
“KTSP sebagai kurikulum berbasis tingkat satuan pendidikan, dikembangkan sesuai dengan kondisi masing-masing tingkat, jadi ini lebih mudah bagi guru untuk melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) serta membuat administrasinya dibandingkan dengan KBK.”
Hal ini didukung dari pernyataan guru Matematika SMP
Negeri 1 Warungasem yang menyatakan
“Kurikulum 2006 (KTSP) ini tentunya telah disesuaikan dengan perkembangan jaman, dimana kita dituntut untuk aktif dan mampu menghadapi tantangan global, juga memiliki wawasan lingkungan yang diintegrasikan dengan pendidikan.” (wawancara dengan Bapak Sumono, Kamis 14 Juni 2007)
Pendapat lain disampaikan oleh Ibu Ike (Guru Bahasa
Inggris)
” Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan pengembangan dari kurikulum 2004 (KBK) yang dikemas secara ringkas, namun dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi sekolah masing-masing, sehingga KTSP ini sifatnya fleksibel.” (Kamis, 14 Juni 2007).
81
3. Cara Menyusun KTSP
Dari hasil analisis data, dapat diketahui hasil persentase
persepsi guru mengenai cara menyusun KTSP sebesar 62,96%,
setelah dikonsultasikan dengan kriteria persentase termasuk
dalam kriteria baik.
Hasil tersebut sesuai dengan tingkat pengetahuan guru
SMP Negeri 1 Warungasem tentang cara menyusun KTSP ,
“Kami menyusun KTSP secara bersama-sama dalam MGMP sehingga lebih mudah dan memiliki kesamaan dengan guru mata pelajaran di sekolah lain.” (Hasil wawancara dengan Bapak Sukisno, Rabu, 13 Juni 2007).
Pernyataan tersebut sesuai dengan pernyataan yang
diungkapkan oleh Mulyasa (2006: 172), proses penyusunan
KTSP harus diawali dengan analisis konteks terhadap hal-hal
berikut yaitu analisis potensi, kekuatan dan kelemahan yang ada
di sekolah dan satuan pendidikan, analisis peluang dan tantangan
yang ada di masyarakat dan lingkungan sekitar, serta
mengidentifikasi standar isi dan standar kompetensi lulusan. Dari
sini dapat diketahui bahwa responden mempunyai pengetahuan
yang baik tentang hal-hal yang baru dalam Kurikulum 2006.
4. Cara mengembangkan silabus berbasis KTSP
Dari hasil analisis data diketahui hasil persentase persepsi
guru mengenai cara mengembangkan silabus berbasis KTSP
sebesar 87,03%, setelah dikonsultasikan dengan kriteria
persentase termasuk dalam kriteria sangat baik.
82
Hasil tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan Ibu
Handayani,
“Pada dasarnya KTSP yang dari pusat masih bersifat sederhana, untuk pelaksanaannya dikembangkan sendiri sesuai dengan kondisi sekolah masing-masing, termasuk dalam pembuatan silabus indikator harus ditentukan sendiri oleh guru sesuai dengan kondisi peserta didik dan lingkungan.” (Rabu, 13 Juni 2007).
Ibu Ike mengungkapkan :
”Pelaksanaan KTSP kelihatannya memang mudah, namun dalam membuat silabus guru harus menentukan sendiri indikatornya, hal inilah merupakan pengalaman yang benar-benar bagi kami.” (Wawancara dilaksanakan pada hari Kamis, 14 Juni 2007).
5. Cara membuat RPP
Dari hasil analisis data dapat diketahui hasil persentase
persepsi guru mengenai cara membuat RPP sebesar 92,59%,
setelah dikonsultasikan dengan kriteria persentase termasuk
dalam kriteria sangat baik.
Pengetahuan guru dalam membuat RPP sangat baik, hal ini
sesuai dengan pernyataan Bapak Sumono,
”RPP bagi kami adalah hal yang biasa dibuat, karena sebelum mengajar kita harus membuat RPP terlebih dahulu jadi kami tidak mengalami kesulitan dalam hal ini.” (wawancara dilaksanakan pada hari Kamis, Tanggal 14 Juni 2007).
Pendapat lain dikemukakan oleh Kepala Sekolah (Bapak
Achmad Cholid,SH), yang menyatakan bahwa :
“ Dalam hal pembuatan RPP tentunya diserahkan masing-masing guru bidang studi, dimana disesuaikan dengan kondisi peserta didik, sekolah dan kemampuan guru itu sendiri.
83
Saya selaku Kepala Sekolah juga melakukan pengawasan dan monitoring terhadap semua guru terutama kelengkapan mengajar dan cara mengajarnya di kelas.” (wawancara pada hari Kamis, 14 Juni 2007).
6. Pembelajaran dan penilaian berbasis KTSP
Dari hasil analisis data dapat diketahui hasil persentase
persepsi guru mengenai pembelajaran dan penilaian berbasis
KTSP sebesar 88,89%, setelah dikonsultasikan dengan kriteria
persentase termasuk dalam kriteria sangat baik.
Hal ini sesuai dengan jawaban responden
”Pada dasarnya proses pembelajaran dengan menggunakan kurikulum apapun adalah sama, hanya saja metode yang digunakan berbeda-beda, untuk KTSP pembelajaran dengan menggunakan metode interaktif dimana siswa dan guru sama-sama aktif, sedangkan penilaian yang digunakan bisa secara lisan dan tertulis.” (wawancara dengan Bapak Sukisno, Rabu, 13 Juni 2007).
Tanggapan Kepala Sekolah antara lain : “ Pembelajaran dalam KTSP pada dasarnya berusaha
mengoptimalkan siswa dan guru, sedangkan cara atau metode mengajar yang digunakan diserahkan pada guru masing-masing, untuk penilaian caranya sama saja hanya untuk KTSP lebih detail dari berbagai aspek (kognitif, afektif dan psikomor) dinilai sendiri-sendiri.” (Bapak Achmad Cholid, Kamis 14 Juni 2007).
7. Hambatan dalam KTSP
Dari hasil analisis data diketahui hasil persentase persepsi
guru mengenai hambatan dalam KTSP sebesar 77,78%, setelah
dikonsultasikan dengan kriteria persentase termasuk dalam
kriteria sangat baik.
Hasil tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh
responden
84
” Hambatan dalam pelaksanaan kurikulum baru selalu ada, hanya karena belum terbiasa biasanya guru belum siap dalam materi, sedangkan siswa masih terkondisi dengan adanya kurikulum yang lama.” (wawancara dengan Ibu Handayani pada hari Rabu, tanggal 13 Juni 2007).
4.3.2. Persepsi Guru SMP Negeri I Warungasem mengenai Pelaksanaan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Berdasarkan Sikap
1. Hakekat KTSP
Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa responden
memberikan pernyataan tentang hakekat KTSP paling banyak
menjawab setuju yaitu sebanyak 15 orang (55,6%), kemudian
jawaban sangat setuju berjumlah 12 orang atau sebesar 44,4%,
sedangkan untuk jawaban tidak setuju dan sangat tidak setuju tidak
ada responden yang memilih atau sebanyak 0 (0%). Dengan ini
rata-rata 67,28% termasuk dalam kategori baik.
Di sini guru SMP Negeri I Warungasem mempunyai sikap
yang baik terhadap hakekat dari KTSP yang meliputi konsep dasar
KTSP seperti yang diungkapkan Mulyasa (2006:20) bahwa KTSP
merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan
sekolah yang efektif, produktif dan berprestasi. Dari hal ini dapat
diketahui bahwa guru sudah berusaha menyikapi dan menerima
kehadiran Kurikulum 2006 ini dengan baik.
Hal ini juga didukung dengan hasil wawancara, dimana
seperti dinyatakan oleh responden
85
”Kami mendukung adanya perubahan kurikulum karena dengan perubahan kurikulum diharapkan dapat meningkatkan atau memperbaiki kualitas kurikulum yang telah berlaku selama ini. (wawancara dengan Ibu Handayani, Rabu, 13 Juni 2007).
Bapak Sukisno beranggapan bahwa,
” Penyempurnaan kurikulum perlu dilaksanakan karena dengan penyempurnaan kurikulum, kurikulum sebelumnya dapat diperbaiki kekurangannya, sehingga dimungkinkan kurikulum baru sebagai penyempurnaan kurikulum sebelumnya dapat memberikan manfaat bagi para pihak pendidikan. (wawancara dilaksanakan pada hari Rabu, 13 Juni 2007).
2. Pengembangan KTSP
Dari hasil analisis data diketahui sikap responden mengenai
pengembangan KTSP yang memberikan jawaban sangat setuju
sebanyak 20 orang atau sebesar 74,10%, jawaban setuju sebanyak
6 orang atau sebesar 22,20%, jawaban tidak setuju sebanyak 1
orang atau sebesar 3,70% dan jawaban sangat tidak setuju tidak ada
yang menjawab atau sebesar 0%. Sehingga rata-rata jawaban
sebesar 84,57%. Termasuk kategori sangat baik.
Di sini guru SMP Negeri I Warungasem mempunyai sikap
yang sangat baik mengenai pengembangan KTSP yang mencakup
strategi pengembangan KTSP dan acuan operasional penyususnan
KTSP. Ada beberapa strategi pengembangan KTSP yaitu terutama
berkaitan dengan sosialisasi KTSP di sekolah, menciptakan
suasana yang kondusif, mengembangkan fasilitas dan sumber
belajar, membina disiplin, mengembangkan kemandirian kepala
sekolah, mengubah paradigma (pola pikir) guru, serta
86
memberdayakan staf. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa guru
menerima kehadiran Kurikulum 2006 tersebut dengan baik pula.
Hal ini juga didukung oleh wawancara responden di mana
ada responden yang mengatakan ,
” Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan pengembangan dari kurikulum 2004 (KBK) yang dikemas secara ringkas, namun dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi sekolah masing-masing, sehingga KTSP ini sifatnya fleksibel.” (wawancara dengan Ibu Ike Kamis, 14 Juni 2007).
3. Cara menyusun KTSP
Dari hasil analisis data diketahui sikap responden mengenai
cara penyusunan KTSP yang memberikan jawaban sangat baik
sebanyak 16 orang atau sebesar 59,26%, jawaban baik sebanyak
11 orang atau sebesar 40,74%, jawaban tidak baik tidak ada yang
menjawab atau sebesar 0% dan jawaban sangat tidak baik juga
tidak ada yang menjawab atau sebesar 0%. Sehingga rata-rata
jawaban sebesar 81,22%. Termasuk kategori baik.
Penyusunan KTSP merupakan bagian dari kegiatan
perencanaan sekolah/ madrasah. KTSP harus dikembangkan sesuai
dengan visi, misi, tujuan, kondisi dan ciri khas satuan pendidikan.
Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya penyusunan KTSP
mencakup komponen: pengembangan visi dan misi, perumusan
tujuan pendidikan satuan pendidikan, analisis konteks,
pengembangan struktur dan muatan KTSP, pengembangan
87
kalender pendidikan, pengembangan silabus dan pengembangan
RPP.
Hasil analisis tentang persepsi guru SMP Negeri I
Warungasem mengenai cara menyusun KTSP berdasarkan sikap
menunjukkan bahwa rata-rata guru memiliki persepsi baik
mengenai cara menyusun KTSP dengan persentase 81,22%. Di
sini guru SMP Negeri I Warungasem mempunyai sikap yang baik
mengenai bagaimana mengembangkan komponen-komponen yang
ada di dalam KTSP dan hal-hal yang baru dalam Kurikulum 2006.
semua responden menerima perubahan kurikulum, tapi dalam
perubahan tersebut ada segi positif dan negatifnya. Dilihat dari
segi positif memang perubahan kurikulum tersebut sesuai dengan
perkembangan pendidikan di masa sekarang ini. Sedang dari sisi
negatifnya, guru menjadi kerepotan karena harus menyiapkan
segala sesuatunya terutama dalam pembuatan perangkat
pembelajaran, karena guru harus menentukan sendiri indikator dan
materi pembelajarannya yang disesuaikan dengan karakteristik
peserta didik dan lingkungan dan sistem penilaian yang jauh lebih
kompleks.
Dari hasil wawancara dengan Kepala Sekolah (Bapak
Achmaad Cholid, SH) diketahui bahwa
“ KTSP disusun oleh pemerintah pusat, kemudian oleh guru dibuat silabusnya masing-masing sesuai dengan mata pelajarannya.”
88
4. Cara Mengembangkan Silabus Berbasis KTSP
Dari hasil analisis data diketahui sikap responden mengenai
cara mengembangkan silabus berbasis KTSP yang memberikan
jawaban sangat baik sebanyak 23 orang atau sebesar 85,19%,
jawaban baik sebanyak 4 orang atau sebesar 14,81%, jawaban tidak
baik sebanyak 0 orang atau sebesar 0% dan jawaban sangat tidak
baik tidak ada yang menjawab atau sebesar 0%. Sehingga rata-rata
jawaban sebesar 87,5% termasuk kategori sangat baik.
Dalam kaitannya dengan pengembangan standar
kompetensi, guru harus mampu mengembangkan silabus sebagai
penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam
materi standar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian
kompetensi untuk penilaian. Pengembangan silabus harus
dikembangkan dengan memperhatikan prinsip ilmiah, relevan,
sistematis, konsisten, memadai, aktual, kontekstual, fleksibel dan
menyeluruh. Penyusunan silabus dilaksanakan bersama-sama oleh
guru kelas/ guru yang mengajarkan mata pelajaran yang sama pada
tingkat satuan pendidikan untuk satu sekolah atau kelompok
sekolah dengan tetap memperhatikan karakteristik masing-masing
sekolah.
Hasil analisis tentang persepsi guru SMP Negeri I
Warungasem mengenai cara mengembangkan silabus berbasis
KTSP berdasarkan sikap menunjukkan bahwa rata-rata guru
89
memiliki persepsi sangat baik mengenai cara mengembangkan
silabus berbasis KTSP dengan persentase 87,5%. Di sini guru
SMP Negeri I Warungasem bersikap sangat baik dalam prinsip
pengembangan silabus, tugas dan tanggung jawab guru dan
sekolah sebagai pengembang silabus, prosedur pengembangan
silabus dan proses pengembangan silabus dan menerima
kehadiran Kurikulum 2006 dengan baik.
Dari hasil wawancara denagn Kepala Sekolah diketahui
bahwa
“ kehadiran Kurikulum 2006 ini dengan baik dimana mereka beranggapan bahwa kurikulum dalam pendidikan memang sudah beberapa kali mengalami perubahan, pemerintah sebagai birokrasi tertinggi berusaha memperbaiki kurikulum yang telah berlaku yaitu dengan memutuskan melaksanakan perubahan kurikulum.” (Wawancara dengan Bapak Acmah Cholid, SH.)
Semua responden setuju dengan anggapan bahwa
penyempurnaan kurikulum penting untuk memperbaiki
komponen-komponen kurikulum yang kurang memadai dalam
pelaksanaan pendidikan dengan konsep kurikulum sebelumnya.
Dengan pemberlakuan Kurikulum 2006, diharapkan guru-guru
yang mengampu kelas mampu mempersiapkan segala sesuatu
untuk memperlancar pelaksanaan Kurikulum tersebut. Seperti
diungkapkan oleh Mulyasa (2006) bahwa untuk kepentingan
kesiapan para pelaksana kurikulum diperlukan sosialisasi yang
matang kepada berbagai pihak, agar kurikulum yang ditawarkan
tersebut dapat dipahami dan diterapkan secara optimal.
90
Dari hasil wawancara, semua responden telah mengikuti
seminar ataupun workshop. Sekitar 2 responden sudah dua kali
mengikuti seminar tentang Kurikulum 2006 yang disini sangat
membantu dalam penambahan pemahaman mereka tentang
Kurikulum 2006 tersebut, dan selebihnya sudah sekali mengikuti
seminar. Dalam memperoleh informasi Kurikulum 2006 tersebut
tidak hanya dari seminar tapi juga dari membaca buku, artikel dari
internet, perpustakaan guru, MGMP dan lebih baiknya lagi
pengetahuan tersebut didapat dari perbincangan antar teman
seprofesi sewaktu istirahat. Dengan saling bertukar pikiran, guru
akan semakin mengerti tentang Kurikulum 2006 tersebut.
5. Cara Membuat RPP
Dari hasil analisis data dapat diketahui sikap responden
mengenai cara membuat RPP yang memberikan jawaban sangat
baik sebanyak 19 orang atau sebesar 70,37%, jawaban baik
sebanyak 8 orang atau sebesar 29,63%, jawaban tidak baik
sebanyak 0 orang atau sebesar 0% dan jawaban sangat tidak baik
tidak ada yang menjawab atau sebesar 0%. Sehingga rata-rata
jawaban sebesar 78,27 % termasuk kategori baik.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran merupakan rencana
yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran
untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan
dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. Tugas guru yang
91
paling utama terkait dengan RPP berbasis KTSP adalah
menjabarkan silabus ke dalam RPP yang lebih operasional dan
rinci, serta siap dijadikan skenario dalam pembelajaran.
Hasil analisis tentang persepsi guru SMP Negeri I
Warungasem mengenai cara membuat RPP berdasarkan sikap
menunjukkan bahwa rata-rata guru memiliki persepsi sangat baik
dengan persentase 78,27%. Di sini guru mempunyai sikap yang
baik dalam hakekat perencanaan, prinsip pengembangan RPP dan
kinerja guru dalam pengembangan RPP. Guru sudah dapat
membuat RPP sesuai dengan tuntutan dalam KTSP dengan
mencantumkan bentuk penilaian, kriteria penilaian sekaligus
penskorannya. Mereka menerima kehadiran Kurikulum 2006 yang
mulai akan diberlakukan pada tahun pelajaran 2007/2008.
Dari hasil wawancara semua responden setuju dengan
adanya perubahan kurikulum, karena itu memang keputusan yang
diambil oleh pemerintah dengan berbagai pertimbangan. Mereka
juga mengungkapkan bahwa dalam RPP ini mencantumkan tujuan
pembelajaran dan penilaian yang lebih detail seperti yang
diungkapkan di atas.
Dari hasil wawancara, responden tidak mengalami
kesulitan dalam membuat RPP. Walaupun mereka sedikit
kerepotan karena harus mencantumkan tujuan pembelajaran,
bentuk penilaian, kriteria penilaian sekaligus penskorannya,
92
namun mereka tidak merasa kesulitan dalam menyusunnya. Hal
tersebut telah mereka pelajari dari hasil seminar,
pelatihan/workshop, berdiskusi dengan teman seprofesi, membaca
buku/ artikel. Bahkan mereka juga bisa melihat CD hasil dari
seminar yang telah mereka laksanakan. Dengan terus belajar dan
bertukar pikiran dengan teman seprofesi, maka pengetahuan dan
pemahaman serta sikap guru tentang Kurikulum 2006 (KTSP)
akan semakin baik.
6. Pembelajaran dan Penilaian Berbasis KTSP
Dari hasil analisis data dapat diketahui sikap responden
mengenai pembelajaran dan penilaian berbasis KTSP yang
memberikan jawaban sangat baik sebanyak 13 orang atau sebesar
48,15%, jawaban baik sebanyak 13 orang atau sebesar 48,15%,
jawaban tidak setuju sebanyak 1 orang atau sebesar 3,70% dan
jawaban sangat tidak baik tidak ada yang menjawab atau sebesar
0%. Sehingga rata-rata jawaban sebesar 79,07% termasuk kategori
baik.
Pembelajaran berbasis KTSP dapat didefinisikan sebagai
suatu proses penerapan ide, konsep dan kebijakan KTSP dalam
suatu aktifitas pembelajaran, sehingga peserta didik menguasai
seperangkat kompetensi tertentu, sebagai hasil interaksi dengan
lingkungan. Persepsi guru SMP Negeri I Warungasem mengenai
pembelajaran dan penilaian berbasis KTSP mencakup:
93
pelaksanaan pembelajaran dan penilaian hasil belajar. Hasil
analisis tentang persepsi guru SMP Negeri I Warungasem
mengenai pelaksanaan pembelajaran dan penilaian berbasis KTSP
berdasarkan sikap menunjukkan bahwa guru rata-rata memiliki
persepsi baik mengenai pelaksanaan pembelajaran dan penilaian
berbasis KTSP dengan persentase 79,07%. Di sini guru SMP
Negeri I Warungasem mempunyai sikap yang baik mengenai
pelaksanaan pembelajaran dan penilaian berbasis KTSP yang
meliputi pelaksanaan pembelajaran yang mencakup tiga hal yaitu:
pre tes, pembentukan kompetensi dan post tes. Sedangkan pada
penilaian hasil belajar dapat dilakukan dengan penilaian kelas, tes
kemampuan dasar, penilaian akhir satuan pendidikan dan
sertifikasi, brenchmarking, dan penilaian program dari hal ini
dapat diketahui bahwa guru sudah siap dalam menerima dan
melaksanakan Kurikulum 2006.
Hal ini juga didukung dari hasil wawancara dimana guru
sudah menguasai dalam menentukan penilaian kepada siswa.
Namun kadang merasa kerepotan dalam memberikan penilaian
kepada siswa. Guru harus membagi penilaian ke dalam beberapa
aspek, misalnya untuk Imu Pengetahuan Sosial dan Pengetahuan
Alam harus dibagi dalam dua aspek yaitu aspek pemahaman dan
penerapan, sedangkan untuk Bahasa Indonesia harus dibagi ke
dalam empat aspek.
94
Responden telah menerima pelatihan dan seminar,
membaca buku/artikel, perpustakaan guru, MGMP, bertukar
pikiran dengan teman seprofesi untuk dapat menambah dalam
memperoleh informasi mengenai Kurikulum 2006 dan dapat
melaksanakannya sesuai dengan ketentuan yang ada dalam
Kurikulum 2006 (KTSP).
7. Hambatan dalam KTSP
Dari hasil analisis data diketahui sikap responden mengenai
hambatan dalam KTSP yang memberikan jawaban sangat
menghambat sebanyak 16 orang atau sebesar 59,26%, jawaban
menghambat sebanyak 11 orang atau sebesar 40,74%, jawaban tidak
menghambat sebanyak 0 orang atau sebesar 0% dan jawaban sangat
tidak menghambat tidak ada yang menjawab atau sebesar 0%.
Sehingga rata-rata jawaban sebesar 82,87% termasuk kategori sangat
baik.
Hambatan di sini diartikan sebagai kesulitan-kesulitan yang
dihadapi oleh sekolah dan guru pada umumnya. Dari hasil
wawancara ada beberapa hambatan dalam pelaksanaan Kurikulum
2006 (KTSP) antara lain:
1) KTSP menuntut guru untuk mampu menyusun dan
mengembangkan kurikulumnya sendiri, kenyataannya selama ini
guru terbiasa melaksanakan kurikulum yang hanya dibuat oleh
pusat. Guru merasa kesulitan untuk menyusun dan
95
mengembangkan kurikulum. Seperti menentukan indikator,
materi pelajaran dan sistem penilaian.
2) Sosialisasi KTSP yang hanya dilakukan selama tiga atau empat
hari dan tidak berkelanjutan, kurang efektif untuk membantu
guru untuk lebih memahami KTSP.
3) Implementasi KTSP memberi otonomi yang luas kepada sekolah,
dalam hal tertentu bertabrakan dengan kebijakan para pemegang
kekuasaan pendidikan. Dengan KTSP dimungkinkan terjadi
perbedaan materi pembelajaran baik dari muatan maupun
kedalamannya, sedangkan soal ujian bersama ditentuakan secara
terpusat dan dikoordinasi oleh MKKS atau Dinas setempat.
4) Muatan lokal merupakan bagian integral dari KTSP. Muatan
lokal seharusnya dapat menjadi keunggulan sekolah, karena
muatan lokal dipilih sendiri oleh sekolah sesuai dengan
kebutuhannya. Masalahnya adalah ketika sekolah ingin
mengembangkan muatan lokal yang sesuai dengan kebutuhan
sekolah, sekolah telah diikat dengan muatan lokal yang
merupakan ciri khas propinsi/kabupaten. Penambahan muatan
lokal memang dimungkinkan sehingga sekolah bisa memiliki ciri
lebih dari satu muatan lokal, tetapi penambahan muatan lokal ini
berakibat pada penambahan beban belajar tiap minggu,
sementara beban belajar per minggu sudah ditetapkan tidak boleh
lebih dari 42 jam pelajaran. Dengan kondisi tersebut, keinginan
96
sekolah untuk merealisasikan otonomi luas agaknya belum dapat
terlaksana.
5) Jumlah siswa dalam satu rombongan belajar masih terlalu besar
yaitu 40 siswa untuk setiap kelasnya. Sehingga untuk
mengimplementasikan model-model pembelajaran yang variatif
dan menyenangkan seperti tuntutan KTSP, mengembangkan
sistem penilaian yang berkelanjutan, mengembangkan program
remidial dan pengayaan yang merupakan pelayanan individual
terhadap siswa, sulit terlaksana karena situasi kelas tidak
kondusif.
6) Terbatasnya sarana dan prasarana kurikulum yang merangsang
guru untuk inovatif, kreatif dan profesional membutuhkan sarana
dan parasarana yang memadai.
Untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam pelaksanaan
Kurikulum 2006 nanti menurut responden ada beberapa cara yang
dapat dilakukan untuk menghadapi hambatan dalam Kurikulum 2006
nanti, diantaranya yaitu dengan penambahan gedung (sarana
prasarana), penambahan dana, menyiapkan siswa untuk mulai
melaksanakan KTSP, serta dengan peningkatan sumber daya
manusia guru. Dengan melakukan hal tersebut sekolah dapat
mengatasi hambatan dalam pelaksanaan KTSP. Kepala Sekolah juga
melakukan pengawasan dan monitoring terhadap semua guru
terutama kelengkapan mengajar dan cara mengajarnya di kelas.
97
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat dapat
diambil kesimpulan:
1. Guru SMP Negeri I Warungasem Batang mempunyai persepsi baik
mengenai pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
baik berdasarkan pengetahuan maupun sikap, dilihat dari indikator
antara lain : Hakekat KTSP berdasarkan pengetahuan diperoleh mean
(rata-rata) sebesar 66,67%, termasuk dalam kategori baik dan
berdasarkan sikap diperoleh rata-rata 67,28%, termasuk dalam kategori
baik. Pengembangan KTSP berdasarkan pengetahuan diperoleh mean
(rata-rata) sebesar 66,67%, termasuk dalam kategori baik dan
berdasarkan sikap diperoleh rata-rata 84,57%, termasuk dalam kategori
sangat baik. Cara menyusun KTSP berdasarkan pengetahuan diperoleh
mean (rata-rata) sebesar 62,96%, termasuk dalam kategori baik dan
berdasarkan sikap diperoleh rata-rata 81,22%, termasuk dalam kategori
baik. Cara mengembangkan silabus berbasis KTSP berdasarkan
pengetahuan diperoleh mean (rata-rata) sebesar 87,03%, termasuk
dalam kategori sangat baik dan berdasarkan sikap diperoleh rata-rata
87,5%, termasuk dalam kategori sangat baik. Cara membuat RPP
berdasarkan pengetahuan diperoleh mean (rata-rata) sebesar 92,59%,
termasuk dalam kategori sangat baik dan berdasarkan sikap diperoleh
98
rata-rata 78,27%, termasuk dalam kategori baik. Pembelajaran dan
penilaian berbasis KTSP berdasarkan pengetahuan diperoleh mean
(rata-rata) sebesar 88,89%, termasuk dalam kategori sangat baik dan
berdasarkan sikap diperoleh rata-rata 79,07%, termasuk dalam kategori
baik. Hambatan dalam KTSP berdasarkan pengetahuan diperoleh mean
(rata-rata) sebesar 77,78%, termasuk dalam kategori sangat baik dan
berdasarkan sikap diperoleh rata-rata 82,87%, termasuk dalam kategori
sangat baik.
2. Hambatan dalam pelaksanaan KTSP di sekolah yaitu :
1) KTSP menuntut guru untuk mampu untuk mampu menyusun dan
mengembangkan kurikulum. Guru merasa kesulitan untuk menyusun
dan mengembangkan kurikulum, karena selama ini guru terbiasa
melaksanakan kurikulum yang dibuat oleh pusat.
2) Sosialisasi KTSP yang hanya dilakukan selama tiga atau empat hari
dan tidak berkelanjutan, kurang efektif untuk membantu guru untuk
lebih memahami KTSP.
3) Implementasi KTSP memberi otonomi yang luas kepada sekolah,
dalam hal tertentu bertabrakan dengan kebijakan para pemegang
kekuasaan pendidikan. Dengan KTSP dimungkinkan terjadi
perbedaan materi pembelajaran baik dari muatan maupun
kedalamannya, sedangkan soal ujian bersama ditentuakan secara
terpusata dan dikoordinasi oleh MKKS atau Dinas setempat.
4) Muatan lokal merupakan bagian integral dari KTSP. Muatan lokal
seharusnya dapat menjadi keunggulan sekolah, karena muatan lokal
99
dipilih sendiri oleh sekolah sesuai dengan kebutuhannya.
Masalahnya adalah ketika sekolah ingin mengembangkan muatan
lokal yang sesuai dengan kebutuhan sekolah, sekolah telah diikat
dengan muatan lokal yang merupakan ciri khas propinsi/kabupaten.
Penambahan muatan lokal memang dimungkinkan sehingga sekolah
bisa memiliki ciri lebih dari satu muatan lokal, tetapi penambahan
muatan lokal ini berakibat pada penambahan beban belajar tiap
minggu, sementara beban belajar per minggu sudah ditetapkan tidak
boleh lebih dari 42 jam pelajaran.
5) Jumlah siswa dalam satu rombongan belajar masih terlalu besar yaitu
empat puluh (40) siswa untuk setiap kelasnya,
sehingga sulit untuk mengimplementasikan model-model
pembelajaran yang variatif dan menyenangkan seperti tuntutan
KTSP, mengembangkan sistem penilaian yang berkelanjutan,
mengembangkan program remidial dan pengayaan.
6) Terbatasnya sarana dan prasarana pembelajaran yang dapat
merangsang guru untuk inovatif, kreatif dan profesional.
3. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam KTSP
yaitu dengan penambahan gedung (sarana prasarana), penambahan
dana, menyiapkan siswa untuk mulai melaksanakan KTSP, serta dengan
peningkatan sumber daya manusia guru. Kepala Sekolah juga
melakukan pengawasan dan monitoring terhadap semua guru terutama
kelengkapan mengajar dan cara mengajarnya di kelas
100
5.2. Saran
Dari hasil penelitian mengenai persepsi guru SMP Negeri I
Warungasem mengenai pelaksanaan Kurikulum 2006 (KTSP) saran yang
diberikan adalah sebagai berikut:
1. Kepada Guru
Guru hendaknya menyiapkan dan mempelajari terlebih dahulu semua
hal tentang KTSP, menyiapkan perangkat mengajar yang diperlukan
sebelum melaksanakan KTSP, menyiapkan materi pelajaran dengan
baik sehingga dapat menunjang penerapan Kurikulum 2006 baik
dalam kegiatan belajar mengajar maupun di luar kegiatan belajar
mengajar.
2. Kepada Kepala Sekolah
Kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah hendaknya harus
mendukung sepenuhnya agar pelaksanaan KTSP dapat berjalan
dengan lancar, misalnya dengan mengadakan diskusi dan pelatihan
secara berkelanjutan dalam rapat mingguan atau dalam MGMP,
sehingga para guru memiliki pengetahuan yang banyak tentang KTSP.
3. Kepada Sekolah
Untuk dapat menciptakan sekolah yang berkualitas, hendaknya
sekolah menambah sarana dan prasarana pendukung terutama dalam
pelaksanaan KTSP. Sarana dan prasarana tersebut antara lain:
peralatan dan perlengkapan kegiatan belajar mengajar.
101
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. 1984. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung: Angkasa
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta
Azyumardi, Azra. 2006. Paradigma Baru Pendidikan Nasional Rekonstruksidan
Demokratisasi. Jakarta: Kompas
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Modul 1 Panduan Penyusunan KTSP
Jenjang Pendidikan Dasar dan Mengengah. Jakarta: Badan Standar
Nasional Pendidikan
Baedhowi. 2007. Kebijakan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Modul 3 Specimen KTSP dari Puskur
Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah. Jakarta:
Depatemen Pendidikan Nasional
Joko Susilo, Muhammad. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Manajemen Pelaksanaan dan Kesiapan Sekolah Menyongsongnya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Hamalik, Oemar. 2004. Pendidikan Guru Berdasarkan Kompetensi. Jakarta: PT.
Bumi Aksara
Hasan Hamid, S. 2007. Pengembangan dan Implementasi KTSP Konsep dan
Substansi. Semarang: Seminar Nasional Pendidikan Universitas Negeri
Semarang
102
Kamaruddin, Husin. 1993. Dinamika Sekolah dan Bilik Darjah. Yogyakarta:
Hikayat
Mahmud Dimyati, M. 1989. Psikologi Suatu Pengantar. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan
Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya
Nazir, M. 1999. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
Nugroho Agung, D. 2006. Hubungan Persepsi Guru Terhadap Supervisi
Instruksional Kepala Sekolah Dengan Kompetensi Mengajar Guru di
SMP Muhammadiyah Se- Kabupaten WonogiriTahun 2006-2007.
Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES
Rakhmat, Jalaludin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya
Rumini, Sri. 1998. Psikologi Umum. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Menpengaruhi. Jakarta: PT.
Rineka Cipta
Sumiyati. 2007. Kebijakan Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Semarang: Seminar Naisonal Dalam Rangka Dies Natalis Ke-
42 Universitas Negeri Semarang
Suparlan. 2006. Guru Sebagai Profesi. Yogyakarta: Hikayat
Suyitno, Amin. 2006. Dasar-dasar Proses Pembelajaran Matematika. Semarang:
Jurusan Matematika UNNES
103
Usman Uzar, M. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya
Walgito, Bimo. 2002. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset
Widodo Prasetyo, Ragil. 2007. Persepsi Guru Teknik Mekanik Otomotif SMK Se-
Kecamatan Kota Blora Kabupaten Blora Terhadap Kurikulum 2004.
Skripsi. Fakultas Tehnik Universitas Negeri Semarang
Yamin, Martinis. 2007. Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP. Jakarta:
Gaung Persada
--------. 2003. UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Bandung: Citra Umbara
--------. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Bumi Angkasa
http // www. Google.com /fisip. Undip. ac. id/ in/ index.
104
105
Lampiran 1
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Semarang, Mei 2007
Kepada:
Yth. Bapak/ Ibu Guru
SMP Negeri I Warungasem
Di tempat
Dengan Hormat,
Sehubungan dengan diperlukannya data dalam rangka penelitian skripsi
yang berjudul ’’ PERSESPI GURU MENGENAI PELAKSANAAN
KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DI SMP
NEGERI I WARUNGASEM KECAMATAN WARUNGASEM
KABUPATEN BATANG TAHUN 2007/2008 ’’, maka peneliti bermaksud
mengumpulkan data yang berhubungan dengan judul tersebut di atas.
Untuk itu peneliti memohon Bapak/ Ibu guru tidak keberatan untuk
meluangkan waktu guna mengisi angket yang kami berikan. Peneliti memohon
jawaban yang sejujur-jujurnya sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan
peneliti menjamin kerahasiaan jawaban tersebut.
Atas kesediaan dan partisipasi Bapak/ Ibu guru peneliti mengucapkan
terimakasih.
Peneliti
Laela Mufida
Top Related