8/2/2019 Pemetaan Bersih Siip
1/42
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pengukuran tanah adalah salah satu seni paling tua dan terpenting yang
dipraktekkan manusia sejak dahulu kala sudah dirasakan perlunya menandai
batas batas dan pemetakan tanah.
Pengukuran tanah terus memainkan peranan yang sangat penting dalam
banyak cabang rekayasa. Sebagai contoh, pengukuran diperlukan untuk
merencanakan, menbangun, dan memelihara jalan raya, jalan baja, system sistemperhubungan cepat, bangunan, jembatan, tempat peluncuran proyektil, tempat
peluncuran roket, stasiun pelacak, terowongan tambang, terusan, saluran irigasi,
bendungan, saluran pembuangan air, pengkaplingan tanah tanah perkotaan,
system persediaan dan pembuangan saluran limbah, jalur pipa, dan terowongan
tambang. Pengukuran tanah atau metode pengukuran, biasa dipakai dalam
perancangan jalur perakitan dan alat jepit antar, pembuatan dan penempatan alat
besar, menyediakan titik kontrol untuk pemotretan udara, dan dalam banyak hal
yang berkaitan dalam agronomi, arkeologi, astronomi, kehutanan, geografi,
geologi, dan sismologi, tetapi khususnya dalam rekayasa militer dan sipil.
Semua insinyur harus tahu batas batas ketelitian yang mingkin dalam
konstruksi, rancangan dan perencanan pabrik, dan proses proses pengkhalakan
(manufacturing), Walaupun pengukuran sebenarnya dapat dikerjakan orang lain.
Khususnya juru ukur dan insinyur sipil yang bertugas merancang dan
merencanakan pengukuran harus mempunyai pengertian menyeluruh tentang
metode dan instrument yang dipakai, termasuk kemampuan dan keterbatasannya.
Pengetahuan ini paling baik didapat dengan melakukan pengukuran dengan
menggunakan peralatan yang digunakan dalam praktek untuk memperoleh konsep
yang tepat mengenai teori galat, dan selisih selisih kecil tetapi yang dapat
ditemukan yang terjadi dalam kuantitas kuantitas yang diamati.
Disamping menekankan perlunya batas batas ketelitian yang wajar,
pengukuran tanah menitikberatkan nilai angka angka terpakai. Para juru ukur dan
insnyur harus tahu kapan harus bekerja sampai perseratusan foot dan bukan
8/2/2019 Pemetaan Bersih Siip
2/42
2
persepuluhan atau perseribuan, atau barang kali foot terdekat, serta sejauh mana
kesaksamaan data lapangan yang perlu untuk pembenaran pelaksanaan hitungan
hingga sejumlah angka di belakang koma yang dikehendaki. Dengan pengalaman,
mereka mempelajari bagaimana peralatan dan petugas yang tersedia menentukan
prosedur dan hasilnya.
Sketsa dan hitungan yang rapi adalah pertanda pikiran teratur, yang
selanjutnya merupakan petunjuk adanya latar belakang dan kecakapan rekayasa
yang kuat. Membuat catatan lapangan dalam segala jenis keadaan adalah
persiapan amat baik untuk pencatatan dan pembuatan sketsa macam apa yang
diharapkan dari semua insinyur. Latihan tambahan yang bernilai lanjut diperoleh
dalam penyusunan hitungan yang benar.
Para insinyur yang mrancang gedung, jembatan, peralatan dan sebagainya
sudah beruntung bila taksiran beban yang dapat didukung adalah benar dalam
batas 5%. Selanjutnya diterapkan factor keamanan 2 atau lebih. Namun kecuali
untuk pekerjaan topografik, hanya galat galat yang teramat kecil dapat ditoleransi
dalam pengukuran tanah, dan tidak ada faktor keamanan. Oleh karena itu sudah
menjadi tradisi bahwa pengukuran tanah menekankan baik kesaksamaan
pekerjaan tangan maupun kesaksamaan hitungan.
1.2 TUJUAN
Adapun tujuan dari praktikum pemetaan ini adalah
1.2.1 untuk mempraktekkan teori pemetaan situasi,
1.2.2 untuk memetakan area Fakultas Farmasi Universitas Negeri Jember
dengan skala 1:400 .
1.3 MANFAAT
Adapun manfaat dari praktikum pemetaan ini adalah
1.3.1 kita dapat menggunakan alat ukur tanah seperti Theodolit dan
Waterpass,
1.3.2 kita dapat menggambarkan situasi area Fakultas Farmasi pada peta.
8/2/2019 Pemetaan Bersih Siip
3/42
3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi ilmu ukur tanah
Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara
cara pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk menentukan posisi
relatif atau absolut titik titik pada permukaan tanah, di atasnya atau di bawahnya,
dalam memenuhi kebutuhan seperti pemetaan dan penentuan posisi relatif suatu
daerah.
2.2 Kerangka Kontrol Horizontal
2.2.1 Sudut dan Jarak
Kerangka dasar horizontal adalah posisi sebarang titik ikat yang
mengacu kepada koordinat dan absis. Apabila diperhatikan rumus dasar
ilmu ukur tanah, dapat disimpulkan bahwa koordinat titik titik
selanjutnya hanyalah didapatkan apabila koordinat titik sebelumnya telah
diketahui. Dengan demikian apabila masalahnya terus ditarik mundurmaka yang menjadi pangkal masalah adalah koordinat titik dan sudut
jurusan yang paling awal. Artinya kedua besaran ini haruslah tetap
diketahui sebelumnya. Apabila diketahui koordinat dua buah titik, maka
untuk menentukan koordinat titik titik lainnya dibutuhkan sudut dan
jarak yang dibentuk antara titik yang bersangkutan. Bentuk kerangka dasar
seperti ini dikenal dengan polygon, yaitu dengan melakukan pengukuran
sudut dan jarak diantara titik titiknya. Dalam bentuk kerangka sebagaipolygon tertutup, pengukuran kontrolnya dapat dilakukan dititik awal saja,
karena titik tersebut juga merupakan titik akhir dari pengukuran kerangka
tersebut.
2.2.2 Azimuth dan Koordinat
Azimuth adalah sudut yang diukur searah jarum jam dari
sembarang meridian acuan. Dalam pengukuran tanah datar, azimuth
http://id.wikipedia.org/wiki/Geodesihttp://id.wikipedia.org/wiki/Bumihttp://id.wikipedia.org/wiki/Tanahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Tanahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Bumihttp://id.wikipedia.org/wiki/Geodesi8/2/2019 Pemetaan Bersih Siip
4/42
4
biasanya diukur dari arah utara, tetapi para ahli astronomi, militer dan
national geodetic survey memakai selatan sebagai arah acuan.
Azimuth dapat merupakan sebenarnya, magnetik, kisi, atau
anggapan, tergantung meridian yang dipakai. Azimuth juga dapat bersifat
kedepan atau azimuth belakang, dan sebaliknya, dengan menambah atau
mengurangi 180.
Azimuth diukur dari sebuah arah acuan yang harus ditetntukan dari
(a) pengukuran sebelumnya, (b) jarum magnetik, (c) pengamatan matahari
atau bintang, atau (d) anggapan.
Azimut dapat dibaca pada lingkaran berpembagian skala pada
teodolit kompas atau teodolit repetisi setelah instrument diatur dengan
benar. Ini dapat dikerjakan membidik sepanjang sebuah garis yan
gdiketahui azimutnya pada lingkaran dan kemudian memutar kearah yang
diinginkan. Azimuth (arah arah) dipakai dengan menguntungkan pada
pengukuran titik kontrol topografik dan beberapa pengukuran lainnya
maupun dalam hitungan hitungan.
Setiap pengukuran polygon perlu disediakan titik titik kontrol
yang umumnya berada pada akhir dari jalur pengukuran tersebut. Cara lainyang juga selalu dipergunakan adalah dengan melakukan pengukuran
kontrol pada beberapa titik yang dipilih. Pengukuran kontrol yang
dilakukan adalah kontrol azimuth matahari yang diikatkan pada salah satu
sisi yang terpilih. Pengukuran azimuth matahari merupakan salah satu
teknik pengukuran pada ilmu Astronomi Geodesi tersebut yang selalu
dipakai oleh para surveyor dalam menentukan azimuth awal dari suatu
kerangka polygon, serta dalam melakukan kontrol sudut yang dihasilkandalam pengukuran tersebut.
Sesuai dengan rumus :
X2 = X 1 + d 12 sin 12
Y2 = Y 1 + d 12 cos 12
Absis dan ordinat titik 1 (titik terdahulu) diketahui, jarak diukur dan sudut
jurusan garis 12 diketahui. Apabila titik 1 adalah titik awal, maka
koordinat titik 1 serta sudut jurusan awal tersebut dapat didefinisikan atau
8/2/2019 Pemetaan Bersih Siip
5/42
5
ukur. Dari hubungan koordinat titik, jarak, dan sudut jurusannya maka
akan dapat pula ditentukan koordinat titik titik selanjutnya.
2.3 Kerangka Kontrol Vertikal
Kerangka kontrol vertikal merupakan kumpulan titik titik yang
telah diketahui atau ditentukan posisi vertikalnya berupa ketinggiannya
terhadap bidang rujukan ketinggian tertentu. Bidang ketinggian rujukan ini
bisa berupa ketinggian muka air laut rata rata ( mean sea level MSL )
atau ditentukan lokal. Umumnya titik kerangka kontrol vertikal dibuat
menyatu pada satu pilar dengan titik kerangka dasar horizontal.
2.3.1 Titik Tinggi
Pengadaan jaring kerangka kontrol vertikal dimulai oleh Belanda
dengan menetapkan MSL di beberapa tempat dan diteruskan dengan
pengukuran sipat datar teliti. Bakosurtanal, mulai akhir tahun 1970 an
memulai upaya penyatuan sistem tinggi nasional dengan melakukan
pengukuran sipat datar teliti yang melewati titik titik kerangka dasar yang
telah ada maupun pembuatan titik titik baru pada kerapatan tertentu.Jejaring titik kerangka dasar vertikal ini disebut sebagai Titik Tinggi
Geodesi (TTG).
2.3.2 Beda Tinggi
Pengukuran beda tinggi cara sipat datar mudah dilaksanakan pada
daerah relatif datar dan terbuka. Pada daerah pegunungan, terjal atau
tertutup berakibat jarak pandang yang semakin pendek. Jumlah
pengamatan pada selang pengukuran yang sama bertambah, sehinggamemperbesar kemungkinan dan besaran kesalahan atau mengurangi
ketelitian. Bila titik poligon sebagai titik kerangka horizontal juga
merupakan titik tinggi kerangka vertikal, maka penempatannya harus
memungkinkan pelaksanaan pengukuran sipat datar.
2.4 Garis Kontur
Salah satu unsur yang penting pada suatu peta topografi adalah
informasi tentang tinggi suatu tempat terhadap rujukan tertentu. Untuk
8/2/2019 Pemetaan Bersih Siip
6/42
6
menyajikan variasi ketinggian suatu tempat pada peta topografi, umumnya
digunakan garis kontur (contour line).
Garis kontur dapat didefinisikan sebagai garis khayal yang
menghubungkan secara berurutan semua titik yang memiliki ketinggian
yang sama terhadap suatu datum ketinggian yang dipilih sebelumnya.
Sehingga garis garis tersebut tidak mungkin akan saling berpotongan
selama medan pengukuran tidak terjal atau bentuk patahan tegak lurus.
Dalam peta topografi, selalu dihubungkan besaran skala peta dengan beda
garis kontur yang akan digambarkanl. Sehingga skala peta tidak hanya
mencerminkan aspek horizontal saja, namun juga mempunyai aspek
vertikal. Beda kontur untuk skala 1 : xxxx adalah (xxxx/2000).
Nilai 2000 adalah konstanta beda kontur.
Dengan demikian penyajian data dalam bentuk peta dapat
direncakan sejak pengukuran, maksudnya pengambilan ketinggian titik
detail dapat diatur sebaik mungkin dengan persyaratan hanya boleh
dilakukan interpolasi garis kontur diantara 2 titik detail.
Garis kontur + 25 m, artinya garis kontur ini menghubungkan titik
titik yang mempunyai ketinggian sama + 25 m terhadap referensi tinggitertentu.
Garis kontur dapat dibentuk dengan membuat proyeksi tegak
garis garis perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke
bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat dengan skala tertentu,
maka bentuk garis kontur ini juga akan mengalami pengecilan sesuai skala
peta.
8/2/2019 Pemetaan Bersih Siip
7/42
7
2.5 Alat Ukur Teodolit
2.5.1 Bagian Bagian Teodolit
Keterangan :
1. Visir 11. Centring optis
2. Teropong 12. Sekrup gerak halus horisontalatas
3. Sekrup pengunci gerak vertikal 13.Sekrup gerak halus pengunciatas
4. Sekrup okuler 14.Sekrup pengunci gerak halushorizontal bawah
5. Kaca penerang 15.Sekrup gerak halus horisontalbawah
6. Teropong pembaca sudut 16.Lensa penerang
7. Sekrup obyektif 17.Nivo kotak
8. Sekrup gerak halus vertikal 18.Tribarch
9. Nivo tabung 19.Sekrup penyetel
8/2/2019 Pemetaan Bersih Siip
8/42
8
6
21
3
4
5
10. Sekrup mikrometer 20.Statif
2.5.2 Pengaturan Teodolit
Pengaturan yang diperlukan alat teodolit adalah :
1. semua kedudukan sumbu sudah dalam keadaan baik, yaitu:
a) sumbu I sudah tegak
b) sumbu I sudah tegak lurus sumbu I (mendatar)
c) sumbu lensa (sejajar garis bidik) sudah tegak lurus terhadap
sumbu II
2. semua kedudukan gelembung nivo telah diatur dengan baik
3. salah index telah dihilangkan4. alat ukur telah ter centering dengan baik
dalam keadaan sempurna kedudukan sumbu sumbu alat ukur harus
saling tegak lurus. Sumbu I tegak lurus terhadap bidang mendatar yang
dibentuk oleh gelembung nivo, (bidang nivo) dititik pengamatan atau
dengan perkataan lain berimpit dengan garis gaya gravitasi dititik
pengamatan.
2.6 Alat Ukur Waterpass
Waterpas adalah alat yang digunakan untuk mengukur beda tinggi
antara titik titik diatas permukaan bumi.
2.6.1 Bagian Bagian Waterpass
Keterangan :
8/2/2019 Pemetaan Bersih Siip
9/42
9
a. Teropong
b. Nivo
c. Tiga sekrup penyetel nivo
d. Dudukan alat
e. Pengatur fokus
f. Pengatur halus horisontal
2.6.2 Pengaturan Waterpass
Sebelum alat waterpas tersebut digunakan di lapangan terlebih dahulu
dikoreksi terhadap adanya kesalahan yang akan mempegaruhi hasil
pengukuran. Pekerjaan mengoreksi ini bisa disebut dengan mengatur alat
pengukuran. Pekerjaan mengoreksi ini biasa disebut dengan mengatur alat.
Pada umumnya mengatur alat waterpass terdiri atas :
a) Mengatur barang silang horisontal tegak lurus sumbu I
b) Membuat garis Visir sejajar garis arah
2.7. KompasSecara umum pengertian kompas adalah alat untuk mennjukkan arah mata
angin yaitu utara, selatan, barat, dan timur.
Dalam pemetaan partisipatif, kompas digunakan untuk mengukur azimuth
atau besar sudut berdasarkan perhitungan arah magnetis utara bumi.
8/2/2019 Pemetaan Bersih Siip
10/42
10
8/2/2019 Pemetaan Bersih Siip
11/42
11
BAB III
PELAKSANAAN PRATIKUM
3.1. PERSIAPAN ALAT
Untuk mendetailkan dan memetakan bangunan yang ada di dalam
rangka poligon diperlukan alat ukur theodolit. Didalam melakukan pengukuran
dibantu dengan beberapa alat seperti tripod, pita ukur, dan unting unting theodolit
adalah alat ukur sudut dengan dilengkapi dua buah lingkaran pembacaan yang
digunakan untuk penentuan sudut horizontal dan vertical. Beberapa bagian
penting lainnya dari theodolit adalah teropong dan nivo yang fungsinya sama
dengan yang terdapat pada alat ukur sifat datar.
Theodolit memiliki berbagai macam merek dan jenis sehingga memiliki
perbedaan ketelitian dalam pembacaanya. Sehingga pemilihan merek maupun
ketelitian alat biasanya sangat tergantung dengan permintaan pemakai peta.
Pemilihan alat dengan sendirinya mempunyai hubungan sangat erat dengan
ketelitian hasil ukuran yang diminta pemberi pekerjaan.
3.1.1. Pengukuran Poligona. Pematokan
Pada penentukan letak atau pematokan sebuah rencana sumbu jalan,
maka diperlukan sedikitnya dua buah pilar titik ikat yang lazim yang
disebut BM(Bench Mark). Salah satu dari kedua titik ikat tersebut
merupakan posisi titik awal sehingga perlu tersedia di lapangan dan
diketahui koordinatnya. Umumnya pada pembuatan jalan, juga harus
tersedia dua buah pilar pada awal sumbu rencana jalan yangbersangkutan lengkap dengan koordinatnya.
Misalnya titik 0 atau yang umumnya dinamakan Sta 0 + 000
mempunyai koordinat (X 0 , Y 0) yang didapat dari peta perencanaan
secara grafis, selanjutnya titik 0 ini adalah titik yang akan dicari
letaknya di lapangan. Untuk menentukan titik 0, maka sebagai acuan
dipakai titik titik P (X p , Y p) dan Q (X q , Yq). untuk menentukan
kedudukan titik awal (titik 0) , maka hal ini dapat dilakukan baik dari
8/2/2019 Pemetaan Bersih Siip
12/42
12
titik A ataupun titik B. pemilihannya tergantung dari situasi dan kondisi
yang dihadapi, namun sebaiknya dilakukan dari dua titik ikat tersebut
agar didapat ketelitian letak yang lebih baik.
b. Pengukuran Sudut dan Jarak dengan menggunakan theodolit
Untuk memakai alat ukur sudut ini perlu dilakukan beberapa
pengaturan pada bagian beberapa alat tersebut. Pengaturan itu selalu
dilakukan pada saat pelaksanaan pengaturan diatas patok yang
merupakan titik sudut yang diukur. Dengan sendirinya sebelum alat
dipergunakan dilapangan terlebih dahulu dilakukan pengecekan ke
andalan bagian bagian alat ukur tersebut, sebagaimana kedudukan
sumbu sumbu.Apabila keadaan sudah baik, maka alat harus dapat
berdiri tegak diatas patok dengan tepat.
Maksudnya adalah pusat alat yang menyatakan wakil titik sudut di
alat telah tepat berada diatas titik yang bersangkutan. Pekerjaan ini
dinamakan centering optis alat dan dapat dilakukan dalam dua tahapan
yaitu memakai unting unting dan ditepatkan secara optis . adapun cara
mengerjakan centering optis adalah sebagai berikut:
a. Pasang tripod sehingga bagian atas tripod sebelah atas kira kiradiatas patok polygon dan mendatar.
b. Pasang pengukur, keraskan dengan skrup pengencang, tripod
ditancapkan sehingga tetap diam selama pengukuran.
c. Pasangkan untig unting pada tengah sekrup pengencang.
d. Bila diujung unting unting masih menyimpang terhadap paku
pada patok, maka dengan mengangkat dan menurunkan kaki
tripod dan dengan bantuan skrup tripod ditepatkan ujung unting unting diatas paku.
e. Ketengahkan gelembung nivo ke kotak
f. Karena centering dengan unting unting masih kasar, maka
unting unting dikesampimgkan kemudian dilakukan centering
optis ditepatkan benang silangnya agar tepat berada ditengah
tengah patok/paku.
Dengan cara :
8/2/2019 Pemetaan Bersih Siip
13/42
13
1. mata melihat melalui teropong centering optis.
2. bila benang silang belum tepat ditengah tengah paku ,
sekrup pengencang alat dikendorkan dan alat digeser
geser sehingga benang silang tepat ditengah tengah paku
kemudian skrup dikencangkan lagi
3. periksa lagi gelembung nivo kotak, bila berubah maka
ketengahkan lagi.
4. periksa pergeseran benang silang dan pekerjaan diulang
lagi dari butir 2
5. Aturlah nivo tabung dengan menggunakan tiga sekrup
penyetel pada alat.
6. Dengan demikian alat theodolit siap untuk melakukan
pembacaan sudut horizontal dan vertical (untuk
pengukuran jarak, disertai dengan pembacaan benang
tengah , atas dan bawah).
3.1.2. Pengukuran Titik Detail Bangunan
1. Tujuan Intruksional Umum ( TIU )
Mahasiswa terampil dalam melakukan pengukuran detail di berbagai
macam bentuk permukaan tanah, dalam pemetaan topografi sekala besar.
2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Mahasiswa terampil dalam melakukan pengukuran detail pada daerah
relative datar datar dengan menggunakan teodolit sudut.
3. Kategori Praktikum
Keterampilan kelompok
4. Peralatan yang dipakai :
a. 1 alat Theodolit,
b. 2 rambu ukur,
c. Payung,
d. formulir ukur jarak dan alat tulis,
e. 1 kompas,
f. 1 unit pita ukur.
5. Pelaksanaan :
8/2/2019 Pemetaan Bersih Siip
14/42
14
a. Titik titik 1,2 ,dst adalah titik titik kerangka dasar horizontal
dan kerangka dasar vertikal yang merupakan titik ikat pada
pengukuran situasi ini (titik pologon yang telah diukur
sebelumnya),
b. Dirikan alat dititik 1 ( atau menurut kebutuhan dan kondisi
lapangan ), aturlah alat sesuai ketentuan ( centering optic ),
c. Lakukan pengukuran sudut (satu seri ) antara titik 1 dan titik detail
A ( lihat praktikum terdahulu), misalkan diperoleh harga 1 pada
saat teropong membidik titik detail a, lakukan pembacaan dan catat
skala lingkaran vertical dan BT, BB, BA untuk pengukuran jarak
antar titik 1 dan detail A,
d. Kemudian teropong diputar ke arah titik detail B, lakukan seprti
pada butir sebelumnya,
e. Demikian seterusnya pengukuran untuk titik detail lainnya dari
titik polygon 1,
f. Selanjutnya alat dipindah ke titik detail ke titik 2 atau dipilih sesuai
kebutuhan dan kondisi kemudian lakukan seperti urutan diatas.
3.1.3. Peersiapan alat waterpas
Waterpas adalah alat yang digunakan untuk mengukur beda tinggi antara
titik titik diatas permukaan bumi.
Sebelum alat waterpas tersebut digunakan di lapangan terlebih dahulu
dikoreksi terhadap adanya kesalahan yang akan mempegaruhi hasil
pengukuran. Pekerjaan mengoreksi ini bisa disebut dengan mengatur alatpengukuran. Pekerjaan mengoreksi ini biasa disebut dengan mengatur alat.
1. Pada umumnya mengatur alat waterpass terdiri atas :
a) Mengatur barang silang horisontal tegak lurus sumbu I
b) Membuat garis Visir sejajar garis arah
2. Bahan dan Alat Praktikum
Alat yang dipergunakan praktikum ini adalah sebagai berikut :
8/2/2019 Pemetaan Bersih Siip
15/42
15
a) Waterpass + Tripod : 1 set
b) Baak/Rambu ukur : 1 buah
c) Alat Pengukur jarak/pegas ukur 30 cm : 1 buah
d) Alat tulis dan alat hitung/kalkulator
3. Tujuan Intruksional Khusus
Agar Mahasiswa dapat mengatur alat waterpass sebelum alat dipastikan.
4. Prosedur Praktikum
A. Membuat Sumbu I Vertikal
a) Dengan memutar 3 sekrup gelembung Nivo sehingga tepat pada lingkaran
Nivo.
b) Sekrup C untuk arah samping sedang A untuk maju mundur sehingga
gelembung Nivo lingkaran kearah nivo seimbang.
c) Bila item sudah terpenuhi maka dapat dikatakan sumbu 1 sudah vertikal.
B. Mengatur benang Silang Horisontal Lurus sumbu I
a) Pada teropong akan salalu terlihat keadaan seperti terlampir di samping
dimana benang silang horisontalnya adalah untuk mendapatkan tinggi tempat
(dengan pembacaan) pada Baak.
Gelembung NivoA
B C
A
B C
8/2/2019 Pemetaan Bersih Siip
16/42
16
b) Ambil titik P di tembok dan impitkan benang silang horisontalnya pada
titik P tersebut. Bila teropong di putar putar ternyata bayangan titik P keluar,
maka betulkan dengan memutar benang silang dengan perantara sekrup Visir.
Membuat garis Visir sejajar garis arah Nivo
a) Tempatnya alat pada poisi antara A dan B dengan jarak yang sama.
b) Baca rambu di A dan B (baca benang tengahnya) beda tinggi antara A
dan B adalah h AB = a b.
c) Pindahkan alat di C dengan jarak yang sama (d) baca kembali rambu di
A dan B beda tinggi antara A dan B adalah AB = a b.
btba
bbP
0
a 0
a
a
a
8/2/2019 Pemetaan Bersih Siip
17/42
17
Seharusnya a b = a b, karena garis sejajar garis arah nivo maka
diadakan koreksi sebesar C.
d) Untuk menempatkan garis Visir sejajar garis arah nivo maka diadakan
koreksi sebesar C.
C = (a b h AB) ( 2d + d ) : = 3 : 2
Sehingga :
C = 3/2 (ab h AB)
e) Berikan koreksi dengan cara membetulkan pembacaan ada kedudukan
rambu di C pada pembacaan C = a c.
f) Dengan koreksi akan terlihat Nivo tidak seimbang lagi dan harus di
seimbangkan dengan koreksi Nivo.
8/2/2019 Pemetaan Bersih Siip
18/42
18
3.1.4. Pengukuran Waterpass
Pengukuran waterpas sipat datar bertujuan untuk mengetahui beda tinggi
sekaligus ketinggian titik ikat pada poligon dari permukaan air laut.
a) Tempatkan alat pada poisi kira kira berada di tengah A dan B
b) Baca rambu di A dan B (baca benang tengahnya) beda tinggi antara A
dan B adalah h AB = a b.
c) Hitung jarak antara alat ke A dan ke B, apabila jaraknya tidak sama (
alat belum berada tepat di tegah ) maka alat harus dipindahkan sesuai
dengan kebutuhan (metode Double Stand ).
d) Bidik titik BM sebagai datum atau referensi dari titik ikat poligon yang
paling dekat dengan titik BM tersebut.
e) Dengan berdasar pada ketinggian titik BM tersebut dapat dicari
ketinggian tiap tiap titik ikat pada poligon dengan cara ditambahkan
dengan beda tinggi.
3.1.5. Pengukuran Waterpass Profil / Titik kontur
Waterpassing dilakukan untuk mendapatkan penampang memanjang
maupun melintang yang nantinya dapat digambarkan sebagai kontur di daerah
tersebut.
Pada dasarnya cara kerja pengukuran waterpass profil memanjang dan
melintang sama dengan pengukuran waterpass sipat datar. Perbedaannya
pada pengukuran waterpass profil memajang dan melintang ini titik yang
dibidik lebih banyak karena ketinggian dari tiap tiap profil yang akan dibidik
berbeda.
0
a 0
a
a
a
8/2/2019 Pemetaan Bersih Siip
19/42
19
BAB IV
PENGOLAHAN DAN PERHITUNGAN DATA
4.1 Penyortiran Data
StasiunTitik
arah
Pembacaan Sudut Horisontal Jarak
( D
)
Besar Sudut Horisontal Sudut Horisontal
Rata-RataBA BB BT
B LB B LB
15 275 o 27' 49'' 95 o 29' 14'' 24,4
208 o 33' 39'' 208 o 33' 44'' 208 o 33' 41,5''1540 1296 1418
2 124 o 01' 28'' 304 o 02' 58'' 42,4 1826 1402 1614
21 266 o 55' 12" 86 o 55' 02'' 42,8
38o 58' 26'' 38 o 58' 25'' 38 o 58' 25,5''1736 1308 1522
3 305 o 53' 38" 125 o 53' 27'' 98 1790 0810 1300
32 254 o 27' 41" 74 o 28' 10'' 100
85o 23' 05'' 85 o 23' 07'' 85 o 23' 06''2150 1150 1650
4 339 o 50' 46" 159 o 51' 17'' 61,2 2046 1434 1740
43 249 o 17' 52" 69 o 18' 32'' 60
82o 28' 11'' 82 o 28' 08'' 82 o 28' 9,5''1650 1050 1350
5 331o
46' 03" 151o
46' 40'' 52 1660 1140 1400
54 336 o 16' 16" 156 o 15' 57'' 52,8
124 o 41' 04'' 124 o 41' 05'' 124 o 41' 4,5''2064 1536 1800
1 100 o 57' 20" 280 o 57' 02'' 24,6 1813 1567 1690Keterangan : * dalam meter (m)
Data Polygon Hasil Penembakan
8/2/2019 Pemetaan Bersih Siip
20/42
20
4.2 Perhitungan Poligon
Perhitungan Sudut Horisontal
180)2(n fs o
= 540 o 04' 27'' (5-2) 180 o
= 540 o 04' 27'' 540 o 00' 00''
= 00 o 04' 27''
n fs
s f
"4,53'00005
"270400 '
n fs
f
f
Sudut Horisontal Terkoreksi
1 = 38 58' 25,5" 00 o 00' 53,4''
= 38 57' 32,1"
2 = 85 23' 06" 00 o 00' 53,4''
= 85 22' 12,6"
3 = 82 28' 9,5" 00 o 00' 53,4''
= 82 27' 16,1"
4 = 124 41' 4,5" 00 o 00' 53,4''
= 124 40' 11,1"
5 = 208 33' 41,5" 00 o 00' 53,4''
= 208 32' 48,1"
Perhitungan Azimuth
5012
1801223
1
= 50 + 180 + 38 57' 32,1"
= 268 57' 32,1"
8/2/2019 Pemetaan Bersih Siip
21/42
21
1802334
2
= 268 57' 32,1"+ 180 + 85 22' 12,6"
= 174 19' 44,7"
1803445
3
= 174 19' 44,7" + 180 + 82 27' 16,1"
= 76 47' 0,8"
1804551
4
= 76 47' 0,8" + 180 + 124 40' 11,1"
= 21 27' 11,9"
= 50 00' 00"
Perhitungan Jarak f (x)
12121212 sinsin D D
50sin6,42
63349328,32
23232323 sinsin D D
sin99 "1,32'57268
98365748,98
34343434 sinsin D D
sin6,60 "7,44'19174
988167599,5
45454545 sinsin D D
sin4,52 "8,0'4776
01209817,51
51515151 sinsin D D
sin5,24 "9,11'2721
960699605,8
8/2/2019 Pemetaan Bersih Siip
22/42
22
D sin = D 12 sin 12 + D 23 sin 23 + D 34 sin 34 + D 45 sin 45
+ D 51 sin 51
389198826,0
Perhitungan Jarak f(y)
1212 cos D 50cos6,42
38275217,27
2323 cos D cos99 "1,32'57268
798763879,1
3434 cos D cos6,60 "7,44'19174
3034149,60
4545 cos D cos4,52 "8,0'4776
98022705,11
5151 cos D cos5,24 "9,11'2721
8025407,22
063341141,0cos D
D cos = D 12 cos 12 + D 23 cos 23 + D 34 cos 34 + D 45 cos 45
+ D 51 cos 51
063341141,0
Koreksi f(x)
F(x) = sin D D
D
Fx 1 = sin12 D D
D
= 826)(-0,389198279,1
42,6
= -0,059404765
8/2/2019 Pemetaan Bersih Siip
23/42
23
Fx 2 = sin23 D D
D
= 826)(-0,389198279,199
= -0,138053327
Fx 3 = sin34 D D
D
= 826)(-0,389198279,1
60,6
= -0,08450537
Fx 4 = sin45 D D
D
= 826)(-0,389198279,1
52,4
= -0,07307065
Fx 5 = sin51 D D
D
= 826)(-0,389198279,1
24,5
= -0,034164712
Fx = Fx 1 + Fx 2 + Fx 3 + Fx 4 + Fx 5
= -0,059404765+ -0,138053327+ -0,08450537+ -0,07307065+ -
0,034164712
= -0,389198824
Koreksi f(y)
F(y) = cos D D
D
Fy1 = cos12 D D
D
= 41)(0,0633411279,1
42,6
8/2/2019 Pemetaan Bersih Siip
24/42
24
= 0,009667977809
Fy2 = cos23 D D
D
= 41)(0,0633411279,1
99
= 0,022467835
Fy3 = cos34 D D
D
= 41)(0,0633411279,1
60,6
= 0,013753038
Fy4 = cos45 D D
D
= 41)(0,0633411279,1
52,4
= 0,011892066
Fy5
= cos51 D D
D
= 41)(0,0633411279,1
24,5
= 0,00556022198
Fy = Fy 1 + Fy 2 + Fy 3 + Fy 4 + Fy 5
= 0,009667977809+ 0,022467835+ 0,013753038+ 0,011892066+
0,00556022198
= 0,063341138
Koordinat (X)
X1 = 0
X2 = x 1 + d 12 sin 12 Fx1
= 0 + 63349328,32 (-0,059404765)
= 32,69289805
X3 = x 2 + d 23 sin 23 Fx 2
8/2/2019 Pemetaan Bersih Siip
25/42
25
= 32,69289805+ ( 98365748,98 ) (-0,138053327)
= -66,15270611
X4 = x 3 + d 34 sin 34 Fx 3
= -66,15270611+ 988167599,5 (-0,08450537)
=-60,08003314
X5 = x 4 + d 45 sin 45 Fx4
= -60,08003314+ 01209817,51 (-0,07307065)
= -8,994864319
X = X 1 + X 2 + X 3 + X 4 + X 5
= -0,000000002
Koordinat Y
Y1 = 0
Y2 = y 1 + d 12 cos 12 Fy1
= 0 + 38275217,27 0,009667977809
= 27,37308419
Y3 = y 2 + d 23 cos 23 Fy2
= 27,37308419+ )798763879,1( 0,022467835
= 25,55185248
Y4 = y 3 + d 34 cos 34 Fy3
= 26,55185248+ ( 3034149,60 ) 0,013753038
= -34,76531546
Y5 = y 4 + d 45 cos 45 Fy4 = -34,76531546+ 98022705,11 0,011892066
= -22,79698048
Y = Y 1 + Y 2 + Y 3 + Y 4 + Y 5 + Y 6 + Y 7
= 0,00000000222
8/2/2019 Pemetaan Bersih Siip
26/42
26
TABEL PERHITUNGAN POLIGON
Titik
poligon
Sudut
horisontal
Rata-rata
( )
Fs
Sudut
horisontal
Terkoreksi
(
)
Azimut
( )
Jarak
( D
)
Terkor
eksi*
D sin Koreksi
fxD cos
Koresksi
fyx y
1 208 o33'41,5''
00 o 01'
6,75''
208 o32'48,1'' 50 o 42,6 32,63349328 -0,059404765 27,38275217 0,0096679778 0 0
2 38 o 58'25,5'' 38 o 57' 32,1'' 268 o57'32,1'' 99 -98,98365748 -0,138053327 -1,798763879 0,02246783532,6928980
5
27,3730841
9
3 85 o 23' 06'' 85 o 22'12,6'' 174 o19'44,7'' 60,6 5,988167599 -0,08450537 -60,3034149 0,013753038
-
66,1527061
1
25,5518524
8
4 82 o 28' 9,5'' 82 o 27'16,1'' 76 o 47' 0,8'' 52,2 51,01209817 -0,07307065 11,98022705 0,011892066
-
60,0800331
4
-34,7653154
5 124 o 41'4,5'' 124 o40'11,1'' 21 o 27'11,9'' 24,5 8,960699605 -0,034164712 22,8025407 0,0055602219
-
8,99486431
9
-22,7969804
540 o 04' 27'' 540 o 00' 00'' 50 o 00' 00'' 279,1 -0,389198826 -0,389198824 0,063341141 0,063341138 -0,00 0,00
Keterangan : * dalam meter (m)
8/2/2019 Pemetaan Bersih Siip
27/42
27
4.3 Perhitungan BM
TitikPembacaan BT
JarakBeda Tinggi ( h)
ElevasiBelakang Belakang + -
BM1354 1322 39,2 m 0032 -
6020
1 6052
1836 1140 111,2 m 0696 -
2 6748
1656 1106 53,2 m 0550 -
3 7298
1606 1196 33,2 m 0410 -
4 7708
1638 1196 37,2 m 0558 -Patok 1 8266
8090 5844 274 m 2246
P1 = h BM + h BM-P1 = 6020 + 2246 = 8266
Keterangan :
- Tinggi BM = 6020- Jarak dihitung dengan hitungan rumus BA-BB
Tabel Waterpass BM(Elevasi Poligon Dari Bm )
8/2/2019 Pemetaan Bersih Siip
28/42
28
4.4 Perhitungan Waterpass
Perhitungan Jarak (d)
1001000
21 Jarak Jarak Jarak
1001000
)()( 21 Bb Ba Bb Ba
2,431001000
20822412d
4,991001000
48251223d
2,611001000
28432834d
2,531001000
27625645d
2,241001000
11612651d
2,281d
Perhitungan Beda Ketinggian (H)
H1000
21 BT BT
12
H 1000
21 Bt Bt
8/2/2019 Pemetaan Bersih Siip
29/42
29
03,01000
1840181012 H
23
H 1000
32 Bt Bt
246,01000
1692193823 H
34
H 1000
43 Bt Bt
328,01000
1594126634 H
45
H 1000
54 Bt Bt
284,01000
1240152445 H
51
H 1000
15 Bt Bt
172,01000
1572140051 H
000000,0H
8/2/2019 Pemetaan Bersih Siip
30/42
30
Perhitungan Tinggi Poligon (h).
h BM-1 = 22461
hBM = 60201
h1 = h BM + h BM-1 = 6020 + 2246 = 8266 h2 = h 1 + h 1-2 = 8266 + (-0030) = 8236 h3 = h 2 + h 2-3 = 8236 + 0246 = 8482 h4 = h 3 + h 3-4 = 8482 + (-0328) = 8154 h5 = h 4 + h 4-5 = 8154 + 0284 = 8438 h1 = h 5 + h 5-1 = 8438 + (-0172) = 8266
1 Dari data perhitungan tinggi BM
8/2/2019 Pemetaan Bersih Siip
31/42
31
TABEL WATERPASS
Keterangan : - h BM-1 = 2246 2 - hBM = 6020 2
- h1 = h BM + h BM-1
2 Dari data perhitungan tinggi BM
Titik
Alat
BTJarak
Beda Tinggi
(h)
Tinggi
ElevasiBelakang Muka
11810 1840 43,2m -0030
8266
2 8236
1938 1692 99,4m 0246
3 8482
1266 1594 61,2m -0328
4 8154
1524 1240 53,2m 0284
5 8438
1400 1572 24,2m -01721 8266
281,2m 0000
8/2/2019 Pemetaan Bersih Siip
32/42
32
4.5 TABEL DETAIL POLIGON DAN DETAIL KONTUR (WATERPASS)
Ttitik
alat
Titik
arah BA BB BT
Jarak
(m) Sudut
Tinggi
alat
Keting
gian
1 5 1518 1270 1394 24,8 0 o 1566 8438
E 1866 1678 1742 18,8 9 o 1566 8090
B 1550 1494 1522 5,6 150 o 1566 8310
H 1546 1346 1446 20,0 228 o 1566 8386
G 1906 1782 1874 18,4 250 o 1566 7958
C 1750 1710 1730 4 335,5 o 1566 8102
D 1654 1582 1618 7,2 338 o 1566 8214
F 1818 1606 1762 21,2 356 o 1566 8070
A 1538 1498 1518 4 357 o 1566 8314
2 1 1730 1300 1515 43 0 o 1545 8266
J 1202 1022 1112 18,0 40,4 o 1545 8669
K 1458 1190 1324 26,8 56 o 1545 8457
M 1818 1598 1708 22 215 o 1545 8073
N 2180 1780 1980 40 306 o 1545 7801
L 1924 1424 1674 50 350 o 1545 8107
I 1240 0984 1112 25,6 358 o 1545 8669
3 2 2236 1244 1740 99,2 0 o 1740 8236
O 1500 1110 1505 39,0 3 o 1740 8717
P 1480 1188 1284 29,2 11 o 1740 8938
R 1946 1362 1654 58,4 22 o 1740 8568
Q 1672 1220 1446 45,2 23 o 1740 8776
X 1886 1702 1794 18,4 24 o 1740 8428
Y 1660 1320 1490 34 24 o 1740 8732
S 1850 1626 1738 22,4 72 o 1740 8484
T 1920 1570 1748 35 79 o 1740 8474
8/2/2019 Pemetaan Bersih Siip
33/42
33
V 1840 1540 1690 30 85 o 1740 8532
U 1950 1546 1748 40,4 102 o 1740 8474
W 1334 1250 1292 8,4 288 o 1740 8938
4 3 1504 0896 1200 60,8 0 o 1528 8482
Z 1368 1180 1274 18,4 56 o 1528 8408
C 1468 1388 1428 8 61 o 1528 8254
A 1472 1268 1370 20,4 64 o 1528 8312
B 1600 1408 1504 19,2 74 o 1528 8178
D 1572 1348 1460 22,4 344 o 1528 8222
5 4 2110 1580 1845 53,0 0 o 1561 8154
G 1634 1510 1572 12,4 14 o 1561 8427
E 1786 1734 1760 5,2 265 o 1561 8239
F 1962 1698 1830 26,4 353 o 1561 8169
8/2/2019 Pemetaan Bersih Siip
34/42
34
4.6 Perhitungan Kontur
Tinggi titik:
h1 = 8266 h2 = 8236 h3 = 8482 h4 = 8154 h5 = 8438 h1 = 8266
Kontur = (h tertinggi -h terendah ) / 200
= (8938-7801) / 200
= 5,685 6
Beda Kontur = skala/2000x 1m
= 400/2000x 1m
= 0,2m
Rumus Kontur = (ha-hantara ) / (h a-hb) x d ab
Ket: h a> h b
dab = jarak dalam peta (cm)
Kontur 1-3 (8400) = (8482-8400) / (8482-8266) x 17,5cm
= 6,6cm
Kontur 1-E (8200) = (8266-8200) / (8266-8090) x 47cm
= 1,76cm
Kontur 1-G (8000) = (8266-8000) / (8266-7958) x 4,6cm
= 4cm
Kontur 1-G (8200) = (8266-8200) / (8266-7958) x 4,6cm
= 1cm
Kontur 1-C (8200) = (8266-8200) / (8266-8105) x 1cm
8/2/2019 Pemetaan Bersih Siip
35/42
35
= 0,4cm
Kontur 1-F (8200) = (8266-8200) / (8266-8070) x 5,3cm
= 1,8cm
Kontur 2-3 (8400) = (8482-8400) / (8482-8236) x 24,6cm
= 8,2cm
Kontur 2-J (8400) = (8669-8400) / (8669-8236) x 4,5cm
= 2,8cm
Kontur 2-J (8600) = (8669-8600) / (8669-8236) x 4,5cm
= 0,7cm
Kontur 2-K(8400) = (8457-8400) / (8457-8236) x 6,7cm
= 1,7cm Kontur 2-N(8000) = (8236-8000) / (8236-7801) x 10cm
= 5,4cm
Kontur 2-L(8200) = (8236-8200) / (8236-8107) x 12,5cm
= 3,5cm
Kontur 2-I(8400) = (8669-8400) / (8669-8236) x 6,8cm
= 4,2cm
Kontur 2-I(8600) = (8669-8600) / (8669-8236) x 6,8cm= 1,1cm
Kontur 3-4 (8200) = (8482-8200) / (8482-8154) x 15,2cm
= 13,1cm
Kontur 3-4 (8400) = (8482-8400) / (8482-8154) x 15,2cm
= 3,8cm
Kontur 3-O(8600) = (8717-8600) / (8717-8482) x 9,75cm
= 4,9cm Kontur 3-P(8600) = (8938-8600) / (8938-8482) x 9,9cm
= 7,3cm
Kontur 3-P(8800) = (8938-8800) / (8938-8482) x 9,9cm
= 3cm
Kontur 3-Q(8600) = (8776-8600) / (8776-8482) x 11,3cm
= 6,8cm
Kontur 3-Y(8600) = (8732-8600) / (8732-8482) x 8,5cm
8/2/2019 Pemetaan Bersih Siip
36/42
36
= 4,5cm
Kontur 3-W(8600) = (8938-8600) / (8938-8482) x 2,1cm
= 1,6cm
Kontur 3-W(8800) = (8938-8800) / (8938-8482) x 2,1cm
= 0,6cm
Kontur 4-5 (8200) = (8438-8200) / (8438-8154) x 12,9cm
= 10,8cm
Kontur 4-5 (8400) = (8438-8400) / (8438-8154) x 24,6cm
= 1,73cm
Kontur 4-Z (8200) = (8408-8200) / (8408-8154) x 4,7cm
= 3,8cm Kontur 4-Z (8400) = (8408-8400) / (8408-8154) x 4,7cm
= 0,15cm
Kontur 4- C (8200) = (8254-8200) / (8254-8154) x 2cm
= 1,08cm
Kontur 4- A (8200) = (8312-8200) / (8312-8154) x 5,1cm
= 3,615cm
Kontur 4- D (8200) = (8282-8200) / (8282-8154) x 5,1cm= 1,65cm
Kontur 5-1 (8400) = (8438-8400) / (8438-8266) x 6,1cm
= 1,4cm
Kontur 5- F (8200) = (8438-8200) / (8438-8169) x3,3cm
= 2,9cm
Kontur 5- F (8400) = (8438-8400) / (8438-8169) x 3,3cm
= 0,5cm
8/2/2019 Pemetaan Bersih Siip
37/42
37
Tabel Perhitungan Kontur
Ket : x = letak titik kontur dari h yang lebih tinggi(dalam cm).
Stasiun Titik
Jarak
padaGambar(cm)
Elevasi Beda Kontur
Stasiun Titik 8000 8200 8400 8600 8800
1
2 10,6
8266
82363 17,5 8482 6,6E 4,7 8090 1,76G 4,6 7958 4 1C 1 8102 0,4
2
3 24,6
8236
8482 8,2
J 4,5 8669 2,8 0,7K 6,7 8457 1,7M 5,5 8073 1,2N 10 7801 5,4 0,82L 12,5 8107 3,48I 6,8 8669 4,2 1,1
3
4 15,2
8482
8154 13,1 3,8O 9,75 8717 4,9
P 9,9 8938 7,3 3
Q 11,3 8776 6,8Y 8,5 8732 4,5W 2,1 8938 1,6 0,6
4 5 12,9 8154 8438 10,8 1,73
51 6,1
84388266 1,4
F 3,3 8169 2,9 0,5
8/2/2019 Pemetaan Bersih Siip
38/42
38
4.7 Perhitungan Crossection
Ket :
dA1 = 13,21m a = 201 o27'11,9'' b = 1 = 14 o30'01'' c = 144 o02'47,1'' d = A = 149 o42'21'' e = 5A = 5 o39'33,9'' f = 5 = 15 o47'38''
1A = a+b = 215o57'1,29''
51
sin
5
1sin
1
5sin
d A
dAdA
5,24
'42'21'149sin
5
'30'01'14sin
1
'47'38'15sin
dAdA
15,120206,0
2504.05dA
21,130206,0
2722.01dA
U
U
1
A
a
c
b
d
5 e
f
8/2/2019 Pemetaan Bersih Siip
39/42
39
Koordinat A dari 5
Ket : (X,Y) = koordinat patok
(x,y) = koordinat crossection
Azimut 5-AJarak 5-A
Koordinat A dari 1
Ket : (X,Y) = koordinat patok
(x,y) = koordinat crossection
Azimut 1-A
Jarak 1-A
KOORDINAT TITIK IKAT BANGUNAN
TitikKoordinat
X Y
A -7,7 -10,7
Titik Azimuth()
Jarak (D)
X Y D sin D cos x y
A 5 o39'33,9'' 12,15 -8,9 -22,8 1,1982 12,0844 -7,7018 -10,715
Titik Azimut
()
Jarak
(D)X Y D sin D cos x y
A 215 o57'1,29'' 13,21 0 0 -7,7559 -10,6934 -7,7559 -10,6934
8/2/2019 Pemetaan Bersih Siip
40/42
40
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Dalam pengukuran menggunakan theodolit sudut- sudut yang diukur telah
sesuai antara pengukuran ,perhitungan dan juga penggambaran pada titik
poligon dan detail. Dengan titik awal ( 0 , 0 ) telah diperoleh data akhir
yang sesuai yaitu dengan titik akhir ( 0 , 0 ) juga. Namun masih terdapat
kendala kendala pada saat pengukuran , perhitungan serta pada saat
penggambaran. Kendala kendala tersebut meliputi :
a. Cuaca yang kurang mendukung sehingga menyebabkan pembacaan
sudut horisontal dan vertical pada teodolite kurang sempurna
sehingga pembacaan pada pengukuran dilakukan berulang ulang,
b. Kurang ketelitian dari pengukuran pada saat pengukuran
dilapangan.
c. Keadaan bak ukur yang tidak tegak lurus
2. Dalam pengukuran dengan mempergunakan waterpass angka koreksi jarak
pada pngukuran bisa dan luar baisa diperoleh maximum 4,5 mm
sedangkan pada pengukuran jarak biasa diperoleh angka 0 mm dan
pengukuran jarak doublestand diperoleh dengan angka koreksi 0,1 mm,
berarti pengukuran bisa dikatakan berhasil namun kurang sempurna karena
angka koreksi jarak yang diperoleh bukan nol mm. kendala yang
menyebabkan pengukuran jarak tidak sempurna antara lain:a. Penempatan Nivo kurang tepat ditengah sehingga menyebabkan
pengukuran waterpass kurang sempurna.
b. Penempatan pada saat pengukuran angka koreksi.
b. Kesalahan pembacaan pada saat pengukuran oleh pengukur alat.
c. Kesalahan pada saat mendirikan rambu ukur pada saat pengukuran.
e. Penempatan awal fokus center dengan mempergunakan unting-
unting yang tidak tepat pada titik center pada patok.
8/2/2019 Pemetaan Bersih Siip
41/42
41
5.2 SARAN
Pada pelaksanaan praktikum selanjutnya, baik dalam penggunaan
waterpass maupun teodolit diharapkan lebih memperhatikan keadaan cuaca
sehingga pembacaan benang atas, benang bawah, benang tengah, sudut horizontal,
dan sudut vertical lebih tepat. Selain itu, kita harus memperhatikan rambu ukur
supaya tegak lurus dan tidak berubah posisi.
8/2/2019 Pemetaan Bersih Siip
42/42
DAFTAR PUSTAKA
Sinaga, Indra---- Pengukuran dan Pemetaan Pekerjaan Konstruksi .
Sosrodarsono, Suyono dan Takasaki,Masayoshi.2005. Pengukuran Topografi dan
Teknik Pemetaan. Jakarta : PT.PRADNYA PARAMITA.
Dugdale,R.H. Ilmu Ukur Tanah . Jakarta : ERLANGGA