BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia Preeklampsia berat (PEB) merupakan salah satu penyebab utama
kematian maternal dan perinatal di Indonesia. PEB diklasifikasikan kedalam penyakit
hypertensi yang disebabkan karena kehamilan. PEB ditandai oleh adanya hipertensi
sedang-berat, edema, dan proteinuria yang masif. Penyebab dari kelainan ini masih
kurang dimengerti, namun suatu keadaan patologis yang dapat diterima adalah adanya
iskemia uteroplacentol.
Diagnosis dini dan penanganan adekuat dapat mencegah perkembangan buruk PER
kearah PEB atau bahkan eklampsia penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk
menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan anak. Semua kasus PEB harus dirujuk ke
rumah sakit yang dilengkapi dengan fasilitas penanganan intensif maternal dan neonatal,
untuk mendapatkan terapi definitif dan pengawasan terhadap timbulnya komplikasi-
komplikasi.
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan secara rutin mencari tanda preeklampsia sangat
penting dalam usaha pencegahan preeklampsia berat, di samping pengendalian terhadap
faktor-faktor predisposisi yang lain
Preeklampsia adalah penyakit pada wanita hamil yang secara langsung disebabkan
oleh kehamilan. Pre-eklampsia adalah hipertensi disertai proteinuri dan edema akibat
kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini
dapat timbul sebelum 20 minggu bila terjadi. Preeklampsia hampir secara eksklusif
merupakan penyakit pada nullipara. Biasanya terdapat pada wanita masa subur dengan
1
umur ekstrem yaitu pada remaja belasan tahun atau pada wanita yang berumur lebih dari
35 tahun. Pada multipara, penyakit ini biasanya dijumpai pada keadaan-keadaan berikut :
1). Kehamilan multifetal dan hidrops fetalis.
2). Penyakit vaskuler, termasuk hipertensi essensial kronis dan diabetes mellitus.
3) Penyakit ginjal.
1.2 Tujuan Penulisan
A. Tujuan Umum
Menganalisa hubungan antara beberapa faktor risiko terhadap terjadinya pre-eklampsia
pada saat kehamilan
B. Tujuan Khusus
a. Mengukur besar risiko faktor umur ibu hamil terhadap terjadinya preeklampsia berat
b. Mengukur besar risiko paritas terhadap terjadinya preeklampsia berat.
c. Mengukur besar risiko jarak kehamilan terhadap terjadinya preeklampsia berat
d. Mengukur besar risiko kehamilan ganda terhadap terjadinya preeklampsia berat.
1.3 Manfaat
a. Manfaat Praktis
1. Sebagai salah satu sumber informasi bagi penentu kebijakan dan pelaksanaan
program, serta sebagai salah satu persyaratan dalam untuk memenuhi penugasan
kami.
2. Manfaat Ilmiah
Sebagai bahan masukan atau informasi bagi perawat, maupun tenaga kesehatan
lainnya dalam menangani kasus khususnya yang berkaitan dengan preeclampsia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Teori
2.1 Pengertian
Preeklampsia atau sering juga disebut toksemia adalah suatu kondisi yang bisa
dialami oleh setiap wanita hamil. Preeklampsia adalah kumpulan gejala yang timbul
pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias : hipertensi,
proteinuri, dan edema.
Pengertian preelamsia menurut beberapa referensi :
a. Preeklampsia adalah perkembangan hipertensi, protein pada urin dan
pembengkakan, dibarengi dengan perubahan pada refleks (Curtis, 1999).
b. Preeklampsia adalah suatu penyakit vasospastik, yang melibatkan banyak sistem dan
ditandai oleh hemokonsentrasi, hipertensi, dan proteinuria (Bobak, dkk., 2005).
c. Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai
dengan proteinuria (Prawirohardjo, 2008).
c. Pre eklampsi adalah timbulanya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat
kehamilan setelah usia 20 minggu atau segera setelah persalinan (Mansjoer dkk,
2000).
d. Pre eklampsi merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan dimana hipertensi terjadi
setelah minggu ke-20 pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah
normal.
2.2 Etiologi
Etiologi penyakit preeklamsia sampai saat ini belum diketahui dengan pasti.
Banyak teori – teori dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan
penyebabnya. Oleh karena itu disebut “penyakit teori” namun belum ada memberikan
jawaban yang memuaskan.
Preeklampsia ialah suatu kondisi yang hanya terjadi pada kehamilan manusia. Tanda
dan gejala timbul hanya selama hamil dan menghilang dengan cepat setelah janin dan
3
plasenta lahir. Tidak ada profil tertentu yang mengidentifikasi wanita yang akan
menderita preeklampsia.
Preeklampsia umumnya terjadi pada kehamilan yang pertama kali, kehamilan di usia
remaja dan kehamilan pada wanita diatas 40 tahun. Faktor resiko yang lain adalah :
- Riwayat kencing manis, kelainan ginjal, lupus atau rematoid arthritis
- Riwayat tekanan darah tinggi yang khronis sebelum kehamilan.
- Kegemukan.
- Riwayat mengalami preeklampsia sebelumnya.
- Riwayat preeklampsia pada ibu atau saudara perempuan.
- Mengandung lean alirbih dari satu orang bayi.
- Gizi buruk
- Gangguan aliran darah ke rahim..
Kira-kira 85% preeklampsia terjadi pada kehamilan pertama. Preeklampsia terjadi pada
14% sampai 20% kehamilan dengan janin lebih dari satu dan 30% pasien mengalami
anomali rahim yang berat. Pada ibu yang mengalami hipertensi kronis atau penyakit
ginjal, insiden dapat mencapai 25%. Preeklampsia ialah suatu penyakit yang tidak
terpisahkan dari preeklampsia ringan sampai berat, sindrom HELLP, atau eklampsia
(Bobak, dkk., 2005).
2.3 Patofisiologi
Patofisiologi pre eklampsia setidaknya berkaitan dengan fisiologis kehamilan.
Adaptasi fisiologis normal pada kehamilan meliputi peningkatan volume plasma
darah, vasodilatasi, penurunan resistensi vaskuler sistemik, peningkatan curah
jantung dan penurunan tekanan osmotik koloid pada pre eklampsia. Volume
plasma yang beredar menurun, sehingga terjadi hemokonsetrasi dan peningkatan
hematokrit maternal. Perubahan ini membuat perfusi ke unit janin utero plasenta.
Vasospasme siklik lebih lanjut menurunkan perfusi organ dengan menghancurkan
sel-sel darah merah, sehingga kapasitas oksigen maternal menurun. Ada beberapa
indikasi dilakukan tindakan operasi Sectio Caesaria diantaranya karena pre
eklamsia, sebelum dilakukan tindakan Sectio Caesaria perlu adanya persiapan,
persiapan diantaranya yaitu premedikasi, pemasangan kateter dan anestasi yang
4
kemudian baru dilakukan operasi. Dilakukannya operasi Caesar akan berpengaruh
pada dua kondisi yaitu yang pertama, kondisi yang dikarenakan pengaruh anestesi,
luka akibat operasi dan masa nifas, anestesi akan berpengaruh pada peristaltic
usus, otot pernafasan dan kons pengaturan muntah. Sedangkan pada luka akibat
operasi akan menyebabkan perdarahan, nyeri serta proteksi tubuh kurang. Pada
masa nifas akan berpengaruh pada kontraksi uterus, lochea dan laktasi. Kontraksi
uterus yang berlebihan akan mengakibatkan nyeri hebat. Sedangkan pada lochea
yang berlebihan akan menimbulkan pendarahan. Pada masa laktasi progesterone
dan estrogen akan meransang kelenjar susu untuk mengeluarkan ASI.
Kondisi kedua adalah kondisi fisiologis yang terdiri dari 3 fase yaitu taking in,
taking hold dan letting go. Pada fase taking in terjadi saat satu sampai dengan dua
hari pos partum, sedangkan ibu sangat tergantung pada orang lain. Fase yang
kedua terjadi pada 3 hari post partum, ibu mulai bisa makan dan minum sendiri,
merawat diri dan bayinya. Untuk fase ketiga, ibu dan keluarganya harus segera
menyesuaikan diri terhadap interaksi antar anggota keluarga (Bobak, 2004;
Prawirohardjo, 2000).
2.4 Klasifikasi
Preeklamsi di bagi menjadi 2 golongan yaitu :
1. Preeklampsi Ringan :
Bentuk dari pengkajian Pada ibu hamil meliputi pemeriksaan bersihan urine terhadap
proteinuria (adanya protein dalam urin, yang menunjukkan bahwa ginjal tidak bekerja
dengan benar); pengukuran berat badan dengan skala yang sama dengan kisaran waktu
yang sama pada hari yang bersangkutan, observasi terhadap edema, menanyakan tentang
sakit kepala,pening, atau gangguan lambung. Pemeriksaan darah juga dianjurkan sebagai
indikasi. Dengan meliputi hasil:
a. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang di ukur pada posisi berbaring
terlentang, atau kenaikan diastolic 15 mmHg atau lebih, kenaikan sistolik 30
mmHg/lebih. Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan
5
jarak periksa 1 jam, dan sebaiknya 6 jam.
b. Edema umum (kaki, jari tangan dan muka atau BB meningkat)
c. Proteinuri kuwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, sedangkan kuwalitatif 1+ & 2+ pada
urine kateter atau midstream.
2. Preeklampsi Berat
Bila preeklampsia menjadi lebih berat diperlukan perawatan di rumah sakit. Tujuan dari
perawatan adalah mencegah kejang, menurunkan tekanan darah, menetapkan fungsi
ginjal yang adekuat, dan melanjutkan kehamilan sampai janin cukup matur. Pengkajian
pasien preeklampsi berat di Rumah sakit meliputi:
a. Tekanan darah, nadi, pernapasan minimal setiap 2 jam sampai 4 jam.
b. Suhu setiap 4 jam, atau kurang bila terjadi peningkatan suhu tubuh
c. Kecepatan denyut jantung janin setiap 2 sampai 4 jam atau diawasi terus-menerus.
d. Haluaran urin dilakukan pada setisp berkemih atau setiap jam dengan memasang
kateter (haluaran harus lebih besar dari 700 ml dalam 24 jam atau 30 ml per jam).
e. Protin urin ditentukan setiap jam bila dipasang kateter (hasil +3 menandakan
kehilangan 5 gm protein dalam 24 jam).
f. Edema dievaluasi pada wajah, ekstremitas, dan sakrum setiap 4 jam; kedalaman
ditentukan dengan melakukan penekanan pada area diatas tulang.
g. Berat badan ditentukan setiap hari pada waktu yang sama kecuali tirah baring ketat.
2.5 Manifestasi Klinis
1. Penambahan berat badan yang berlebihan, terjadi kenaikan 1 kg seminggu beberapa
kali.
2. Edema terjadi peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan dan muka.
3. Hipertensi (di ukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit)
a. TD > 140/90 mmHg atau
b. Tekanan sistolik meningkat > 30 mmHg
c. Diastolik>15 mmHg
d. Tekanan diastolic pada trimester ke II yang >85 mmHg patut di curigai sebagai
preeklamsi
4. Proteinuria
6
a. Terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam urin 24 jam atau pemeriksaan
kuwalitatif +1 / +2.
b. Kadar protein > 1 g/l dalam urine yang di keluarkan dengan kateter atau urine
porsi tengah, di ambil 2 kali dalam waktu 6 jam.
2.6 Komplikasi Preeklampsia
Tergantung pada derajat preeklampsi yang dialami. Namun yang termasuk komplikasi antara lain:
Pada Ibu
• Eklampsia
• Solusio plasenta
• Pendarahan subkapsula hepar
• Kelainan pembekuan darah ( DIC )
• Sindrom HELPP ( hemolisis, elevated, liver,enzymes dan low platelet count )
• Ablasio retina
• Gagal jantung hingga syok dan kematian.
Pada Janin
• Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus
• Prematur
• Asfiksia neonatorum
• Kematian dalam uterus
• Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal
2.7 Penatalaksanaan
1. Prinsip Penatalaksanaan Pre-Eklampsia
7
a. Melindungi ibu dari efek peningkatan tekanan darah
b. Mencegah progresifitas penyakit menjadi eklampsia
c. Mengatasi atau menurunkan risiko janin (solusio plasenta, pertumbuhan janin
terhambat, hipoksia sampai kematian janin)
d. Melahirkan janin dengan cara yang paling aman dan cepat sesegera mungkin
setelah matur, atau imatur jika diketahui bahwa risiko janin atau ibu akan lebih
berat jika persalinan ditunda lebih lama.
2. Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Ringan
a. Dapat dikatakan tidak mempunyai risiko bagi ibu maupun janin
b. Tidak perlu segera diberikan obat antihipertensi atau obat lainnya, tidak perlu
dirawat kecuali tekanan darah meningkat terus (batas aman 140-150/90-100
mmhg).
c. Istirahat yang cukup (berbaring / tiduran minimal 4 jam pada siang hari dan
minimal 8 jam pada malam hari)
d. Pemberian luminal 1-2 x 30 mg/hari bila tidak bisa tidur
e. Pemberian asam asetilsalisilat (aspirin) 1 x 80 mg/hari.
f. Bila tekanan darah tidak turun, dianjurkan dirawat dan diberi obat antihipertensi :
metildopa 3 x 125 mg/hari (max.1500 mg/hari), atau nifedipin 3-8 x 5-10
mg/hari, atau nifedipin retard 2-3 x 20 mg/hari, atau pindolol 1-3 x 5 mg/hari
(max.30 mg/hari).
g. Diet rendah garam dan diuretik tidak perlu
h. Jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa tiap 1 minggu
i. Indikasi rawat : jika ada perburukan, tekanan darah tidak turun setelah 2 minggu
rawat jalan, peningkatan berat badan melebihi 1 kg/minggu 2 kali berturut-turut,
atau pasien menunjukkan tanda-tanda pre-eklampsia berat. Berikan juga obat
antihipertensi.
j. Jika dalam perawatan tidak ada perbaikan, tatalaksana sebagai pre-eklampsia
berat. Jika perbaikan, lanjutkan rawat jalan
k. Pengakhiran kehamilan : ditunggu sampai usia 40 minggu, kecuali ditemukan
pertumbuhan janin terhambat, gawat janin, solusio plasenta, eklampsia, atau
indikasi terminasi lainnya. Minimal usia 38 minggu, janin sudah dinyatakan
8
matur.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1. Data Biografi
Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida ,< 20 tahun atau > 35 tahun, Jenis
kelamin,
a. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama : biasanya klien dengan preeklamsia mengeluh demam, sakit
kepala,
2) Riwayat kesehatan sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri
epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur
3) Riwayat kesehatan sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial,
hipertensi kronik, DM
4) Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion
serta riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya
5) Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun
selingan
6) Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan,
oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya
b. Riwayat Kehamilan
Riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat kehamilan
dengan eklamsia sebelumnya.
c. Riwayat KB
Perlu ditanyakan pada ibu apakah pernah / tidak megikuti KB jika ibu pernah ikut
KB maka yang ditanyakan adalah jenis kontrasepsi, efek samping. Alasan
pemberhentian kontrasepsi (bila tidak memakai lagi) serta lamanya menggunakan
kontrasepsi
d. Pola aktivitas sehari-hari
1) Aktivitas
9
Gejala :biasanya pada pre eklamsi terjadi kelemahan, penambahan berat badan
atau penurunan BB, reflek fisiologis +/+, reflek patologis -/-.
Tanda : pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka2) Sirkulasi
Gejala :biasanya terjadi penurunan oksegen.
3) Abdomen
Gejala : Inspeksi :biasanya Perut membuncit sesuai usia kehamilan aterm,
apakah adanya sikatrik bekas operasi atau tidak ( - ) Palpasi :
(1) Leopold I : biasanya teraba fundus uteri 3 jari di bawah proc. Xyphoideus
teraba massa besar, lunak, noduler
(2) Leopold II : teraba tahanan terbesar di sebelah kiri, bagian – bagian kecil
janin di sebelah kanan.
(3) Leopold III : biasanya teraba masa keras, terfiksir
(4) Leopold IV : biasanya pada bagian terbawah janin telah masuk pintu atas
panggul
Auskultasi : biasanya terdengar BJA 142 x/1’ regular
4) EliminasiGejala :biasanya proteinuria + ≥ 5 g/24 jam atau ≥ 3 pada tes celup, oliguria
5) Makanan / cairan
Gejala :biasanya terjadi peningkatan berat badan dan penurunan , muntah-
muntah
Tanda :biasanya nyeri epigastrium,
6) Integritas ego
Gejala : perasaan takut.
Tanda : cemas.
7) Neurosensori
Gejala :biasanya terjadi hipertensi
Tanda :biasanya terjadi kejang atau koma
8) Nyeri / kenyamanan
Gejala :biasanya nyeri epigastrium, nyeri kepala, sakit kepala, ikterus, gangguan
penglihatan.
Tanda :biasanya klien gelisah,
10
9) Pernafasan
Gejala :biasanya terjadi suara nafas antara vesikuler, Rhonki, Whezing, sonor
Tanda :biasanya ada irama teratur atau tidak, apakah ada bising atau tidak.
10) Keamanan
Gejala :apakah adanya gangguan pengihatan, perdarahan spontan.
11) Seksualitas
Gejala : Status Obstetrikus
e. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum : baik, cukup, lemah
2) Kesadaran : Composmentis (e = 4, v = 5, m = 6)
3) Pemeriksaan Fisik (Persistem)
a) Sistem pernafasan
Pemeriksaan pernapasan, biasanya pernapasan mungkin kurang, kurang dari
14x/menit, klien biasanya mengalami sesak sehabis melakukan aktifitas,
krekes mungkin ada, adanya edema paru hiper refleksia klonus pada kaki.
b) Sistem cardiovaskuler
(1) Inspeksi : apakah Adanya sianosis, kulit pucat, konjungtiva anemis.
(2) Palpasi : Tekanan darah : biasanya pada preeklamsia terjadi
TD, melebihi tingkat dasar setetah 20 minggu kehamilan,
Nadi : biasanyanadi meningkat atau menurun
Leher : apakah ada bendungan atau tidak pada Pemeriksaan Vena
Jugularis, jika ada bendungan menandakan bahwa jantung ibu
mengalami gangguan. Edema periorbital yang tidak hilang dalam kurun
waktu 24 jam Suhu dingin
(3) Auskultasi :untuk mendengarkan detak jantung janin untuk mengetahui
adanya fotal distress, bunyi jantung janin yang tidak teratur gerakan
janin melemah.
c) System reproduksi
(1) Dada
Payudara : Dikaji apakah ada massa abnormal, nyeri tekan pada
11
payudara.
(2) Genetalia
Inspeksi adakah pengeluaran pervaginam berupa lendir bercampur darah,
adakah pembesaran kelenjar bartholini / tidak.
(3) Abdomen
Palpasi : untuk mengetahui tinggi fundus uteri, letak janin, lokasi edema,
periksa bagian uterus biasanya terdapat kontraksi uterus
d) Sistem integument perkemihan
(1) Periksa vitting udem biasanya terdapat edema pada ekstermitas akibat
gangguan filtrasi glomelurus yang meretensi garam dan natrium,
(Fungsi ginjal menurun).
(2) Oliguria
(3) Proteinuria
e) Sistem persarafan
Biasanya hiperrefleksi, klonus pada kaki
f) Sistem Pencernaan
Palpasi : Abdomen adanya nyeri tekan daerah epigastrium (kuadran II kiri
atas), anoreksia, mual dan muntah.
f. Pengelompokan Data
1) Data Subyektif
a) Biasanya ibu mengeluh Panas
b) Biasanya ibu mengeluh sakit kepala
c) Biasanya ibu mengeluh nyeri kepala
d) Biasanya ibu mengeluh nyeri perut akibat fotal distress pada janin
e) Biasanya ibu mengeluh tegang pada perutnya
f) Biasanya mengeluh nyeri
g) Skala nyeri (2-4)
h) Klien biasanya mengatakan kurang nafsu makan
i) Klien biasanya sering mual muntah
j) Klien biasanya sering bertanya
k) Klien biasanya sering mengungkapkan kecemasan
12
2) Data Obyektif
a) Biasanya teraba panas
b) Biasanya tampak wajah ibu meringis kesakitan
c) Biasanya ibu tampak kejang
d) Biasanya ibu tampak lemah
e) Biasanya penglihatan ibu kabur
f) Biasanya klien tampak cemas
g) Biasanya klien tampak gelisah
Pathway
13
Hamil
Pre-Eklamsia
(hipertensi, edema, proteinuria)
Pembedahan Sectio Caesaria
Post Sectio Caesaria
Luka Operasi
Jaringan Terputus
Jaringan Terbuka
Proteksi Tubuh Menurun
Pintu Masuknya Kuman
Resiko Infeksi
Nyeri
Imobilisasi
Intoleran Aktifitas
Sistem Reproduksi
Uterus
Kontraksi
Lemah
Perdarahan
Kurangnya volume cairan
2. Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas b/d adanya insisi pembedahan nyeri
2. Resiko infeksi b/d peningkatan kerentanan tubuh terhadap bakteri sekunder
pembedahan
3. Kurangnya volume cairan b/d kehilangan darah dalam pembedahan
4. Nyeri b/d terputusnya kontinuitas jaringan sekunder akibat pembedahan
3. Intervensi Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas b/d adanya insisi pembedahan nyeri
Tujuan : Klien dapat meningkatkan dan melakukan aktivitas sesuai kemampuan
tanpa disertai nyeri
Kriteria Hasil : Klien dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang menurunkan toleransi
aktivitas
Intervensi :
a. Kaji respon pasien terhadap aktivitas
Rasional : Untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada klien dalam keluhan
kelmahan, keletihan yang berkenan dengan aktifitas.
b. Catat tipe anestesi yang diberikan pada saat intra partus pada waktu klien sadar
Rasional : Pengaruh anestesi yang berlebihan
c. Anjurkan klien untuk istirahat
Rasional : Dengan istirahat dapat mempercepat pemulihan tenaga untuk
beraktifitas, klien dapat merasakan rileks
d. Bantu dalam pemeriksaan aktivitas sehari-hari sesuai kebutuhan
Rasional : Dapat memberikan rasa aman, dan tenang pada klien karena kebutuhan
aktifitas sehari-hari dapat terpenuhi dengan bantuan keluarga dan
perawat
e. Tingkatkan aktivitas secara bertahap
Rasional : Aktifitas sedikit demi sedikit dapat dilakukan klien
sesuai yang
diinginkan, meningkatkan proses penyembuhan dan kemampuan
koping emosional.
14
2. Dx 2 : Resiko infeksi b/d peningkatan kerentanan tubuh terhadap bakteri sekunder
pembedahan
Tujuan : Tidak terjadi infeksi
Kriteria Hasil : a. Tidak ada tanda-tanda infeksi
b. TTV normal terutama suhu (36-37 c)
Intervensi :
a. Monitor TTV
Rasional : Suhu yang meningkat dapat menunjukkan terjadi infeksi
b. Kaji luka pada abdomen dan balutan
Rasional : Mengidentifikasi apakah ada tanda-tanda infeksi adanya pus
c. Menjaga kebersihan sekitar luka dan lingkungan pasien, teknik rawat luka
dengan antisep dan antiseptic
Rasional : Mencegah kontaminasi silang/ penyebaran organisme infeksius
d. Catat/ pantau kadar Hb dan Ht
Rasional : Resiko infeksi post partum dan penyembuhan buruk meningkat
bila kadar Hb rendah dan kehilangan darah berlebihan
e. Kolaborasi pemberian antibiotic
Rasional : Antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi
3. Dx 3 : Kurangnya volume cairan b/d kehilangan darah dalam pembedahan
Tujuan : Tidak terjadi kurangnya volume cairan
Kriteria Hasil : Membran mukosa lembab, kulit tidak kering, Hb 12 gr%
Intervensi :
a. Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran
Rasional : Dokumentasi yang akurat akan membantu dalam mengidentifikasi
pengeluaran cairan/pengganti dan menunjang intervensi
b. Berikan bantuan berkemih sesuai kebutuhan, missal privasi,posisi duduk
Rasional : Meningkatkan relaksasi otot perineal dan memudahkan upaya
Pengosongan
c. Catat munculnya mual dan muntah
Rasional : Masa post operasi, semakin lama durasi anestesi semakin besar
15
resiko untuk muncul. Mual yang lebih dari 3hari post operasi
mungkin dihubungkan untuk mengontrol rasa sakit.
d. Periksa pembalut, banyaknya perdarahan
Rasional : Pendarahan yang berlebihan dapat mengacu pada hemoragi
e. Kolaborasi pemberian cairan infus yang telah hilang
Rasional : Untuk menggantikan cairan yang hilang
4. Dx 4: Nyeri b/d terputusnya kontinuitas jaringan sekunder akibat pembedahan
Tujuan : Nyeri berkurang/hilang
Kriteria Hasil : a. Klien merasa nyeri berkurang/hilang
b. Klien tampak rileks, ekspresi wajah tenan
Intervensi :
a. Tentukan karakteristik dan lokasi nyeri
Rasional : Membedakan karakteristik khusus dari nyeri, membedakan
nyeri pasca operasi dan terjadinya kompikasi
b. Monitor tekanan darah dan nadi
Rasional : Nyeri dapat menyebabkan gelisah serta TD dan nadi meningkat
c. Anjurkan penggunaan tehknik nafas dalam, relaksasi dan distraksi
Rasional : Merilekskan otot dan mengalihkan perhatian dan sensori nyaman
d. Kolaborasi pemberian analgesic sesuai indikasi
Rasional : Meningkatkan kenyamanan
16
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pre-eklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan.
Pre-eklampsia adalah merupakan hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan. Pre-
eklampsia adalahpenyakit yang disebabkan oleh tekanan darah toksemia tinggiyang
terkait dengan kondisi diawal kehamilan.
Pre-eklampsia adalah penyakit multisistem, yang bisa melibatkan otak, hati,
ginjal, dan plasenta.Komplikasi-komplikasi maternal mencakup eklampsia, stroke,
gagal hati dan gagal ginjal, dan koagulopati.
3.2 Saran
Lebih meningkatkan lagi penyuluhan tentang pre-eklamsia oleh tim medis dan
para medis kepada masyarakat banyak, khusus nya yang ada di daerah terpencil agar
masyarakat lebih cepat mengetahui tanda-tanda dan gejala dari pre eklamsi terutama
pada ibu-ibu,agar dapat di atasi dengan cepat.
17