PEMANFAATAN BUKU TEKS DALAM MENUNJANG
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH
MENENGAH KEJURUAN NEGERI I KEBUMEN
TAHUN 2019
TESIS
Diajukan oleh :
ELVIA ROMYATI
NIM : 171103596
Kepada
MAGISTER MANAJEMEN STIE WIDYA WIWAHA YOGYAKARTA
2019
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
ii
PEMANFAATAN BUKU TEKS DALAM MENUNJANG
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH
MENENGAH KEJURUAN NEGERI I KEBUMEN
TAHUN 2019
TESISUntuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat
Sarjana S2 / gelar Magister pada Program Magister Manajemen
STIE WIDYA WIWAHA
Diajukan oleh :
ELVIA ROMYATI
NIM : 171103596
Kepada
MAGISTER MANAJEMEN STIE WIDYA WIWAHA YOGYAKARTA
2019
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
iii
TESIS
“PEMANFAATAN BUKU TEKS DALAM MENUNJANG PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH MENENGAH
KEJURUAN NEGERI I KEBUMEN TAHUN 2019”
Oleh : ELVIA ROMYATI
NIM : 171103596
Tesis ini telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Pada tanggal : 29 Maret 2019
Dosen Penguji I
Dr. Khamim Zarkasih Putro, M.Si
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Dr. Wahyu Widayat, M.Ec Drs.Achmad Tjahyono, MM,Ak
dan telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister
Yogyakarta, Maret 2019
Mengetahui,
PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN STIE WIDYA WIWAHA YOGYAKARTA
DIREKTUR
Drs. John Soeprihanto, MIM Phd
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
iv
MAGISTER MANAJEMEN SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI ( STIE ) WIDYA WIWAHA
YOGYAKARTA Jalan Lowano Yogyakarta
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :
Nama : Elvia Romyati
NIM : 171103596
Kebidangan : Pendidikan
Menyatakan bahwa :
1. Karya tulis saya, tesis ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik (Magister) baik di STIE Widya Wiwaha
maupun Perguruan Tinggi lainnya.
2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penilaian saya sendiri
tanpa bantuan pihak lain kecuali arahan Dosen pembimbing.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah
ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan
jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan
nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila
dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam
pernyataan ini maka saya bersedia menerima sanksi akademik serta
sanksi lainnya sesuai norma yang berlaku.
Yogyakarta, Maret 2019
Yang menyatakan
Elvia Romyati NIM. 171103596
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, dengan pertolongan dan
ridloNya penulisan tesis telah selesai tanpa ada suatu hambatan yang berarti.
Penulisan tesis ini tidak terlepas dari saran, motivasi, arahan serta bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu sudah sepantasnya pada kesempatan ini
disampaikan ucapan terima kasih secara mendalam kepada :
1. Dr. Wahyu Widayat, M.Ec. selaku Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan ilmu, gagasan, dan motivasi selama proses penyusunan tesis ini.
2. Drs. Achmad Tjahyono, MM, Ak selaku Dosen pembimbing II yang
senantiasa memberikan bimbingan, pengarahan, masukan dan motivasi selama
proses penyusunan tesis ini.
3. Drs. John Soeprihanto, MIM Phd selaku Direktur Program Magister
Manajemen STIE Widya Wiwaha Yogyakarta.
4. Nurul A’ini, S.Pd, M.Pd selaku Kepala SMK N I Kebumen yang telah
memberikan ijin penelitian.
5. Teman-teman sejawat yang telah membantu memberikan data, serta motivasi
dan dukungan selama penyusunan tesis ini.
6. Ibu yang selalu memanjatkan do’a, Suamiku tercinta, anak-anakku yang
senantiasa memberi motivasi dan dorongan.
7. Teman-teman satu kelompok yang sangat membantu sehingga dapat
diselesaikannya tesis ini dengan tepat waktu.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
vi
8. Pihak-pihak lain yang tidak mungkin disebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan baik moril maupun material sehingga dapat membantu
memperlancar proses penulisan tesis ini.
Penyusunan tesis ini dilakukan dengan penuh kesungguhan dan
kemampuan. Walaupun demikian disadari bahwa ketidaksempurnaan dan
kekurangan selalu ada, untuk itu sangat diharapkan adanya kritik yang bersifat
membangun dari semua pihak demi kesempurnaan penulisan tesis ini.
Akhirnya atas segenap bantuan semua pihak diucapkan terima kasih,
semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan yang sesuai, Amiin.
Yogyakarta, Maret 2019
Elvia Romyati
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
vii
DAFTAR ISI
JUDUL......................................................................................................................iLEMBAR
PENGAJUAN........................................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................iii
PERNYATAAN ..................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................ v
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL...................................................................................................ix
DAFTAR BAGAN / DIAGRAM............................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................xi
ABSTRAK ............................................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ........................................................................... 11
C. Pertanyaan Penelitian ......................................................................... 11
D. Tujuan Penelitian ............................................................................... 12
E. Manfaat Penelitian ............................................................................. 12
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 14
A. Tinjauan Tentang Buku Teks ............................................................. 14
B. Hakekat Pembelajaran ........................................................................ 24
C. Kurikulum .......................................................................................... 30
D. Penelitian Yang Relevan .................................................................... 46
E. Kerangka Berpikir .............................................................................. 48
BAB III METODA PENELITIAN
A. Rancangan atau Desain penelitian ........................................................ 50
B. Tempat dan waktu .............................................................................. 50
C. Subyek Penelitian ................................................................................ 51
D. Metoda Pengumpulan Data ................................................................. 51
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
viii
E. Analisis Data ........................................................................................ 52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................................54
A. Hasil Penelitian .................................................................................. 54
B. Sajian Data .......................................................................................... 73
C. Pokok-Pokok Temuan ...................................................................... 107
D. Pembahasan ...................................................................................... 109
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 123
A. Kesimpulan ....................................................................................... 123
B. Saran ................................................................................................. 123
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 124
LAMPIRAN
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Nilai Ulangan Harian Kelas XI Akuntansi 3 6
2.1 Pembagian Materi Belajar SMK Tahun Pembelajaran 2018/2019 39
4.1 Tabel Relevansi Kompetensi Dasar dan Materi Buku Terbitan Erlangga Kelas XI 83
4.2 Tabel Relevansi Antara Kompetensi Dasar dan Materi Buku Terbitan Erlangga Kelas X 89
4.3 Tabel Nilai Ulangan Kelas X BDP 3 100
4.4 Tabel Nilai Ulangan Kelas XI Akuntansi 2 102
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
x
DAFTAR BAGAN/DIAGRAM
Bagan/diagram Halaman
Diagram 1.1 Nilai Ulangan Harian Kelas XI Akuntansi 3 6
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian 49
Diagram 4.1 Nilai Ulangan Harian Kelas X BDP 3 101
Diagram 4.2 Nilai Ulangan Harian Kelas XI AK 3 102
Bagan 4.1 Makna Buku Teks Bagi Guru Sebagai Sumber dan Media Pembelajaran 115
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Pedoman Wawancara
2. Contoh Hasil Wawancara
3. Daftar Informan
4. Contoh Silabus Matematika
5. Biodata Diri
6. Dokumentasi Penelitian
7. Daftar Nilai Siswa Kelas X BDP 3
8. Daftar Nilai Siswa Kelas XI Akuntasi 2
9. Surat Ijin Penelitian
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
xii
ABSTRAK
Elvia Romyati, 1711103596. 20198. Pemanfaatan Buku Teks Dalam MenunjangPembelajaran Matematika Di SMK Negeri I Kebumen. Tesis: Program Pascasarjana STIE Widya Wiwaha .
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang (1) Makna buku teks bagi guru dalam pembelajaran matematika di SMK Negeri I Kebumen; (2) Kriteria pemilihan buku teks bagi guru dalam pembelajaran matematika di SMK Negeri I Kebumen; (3) Pemanfaatan buku teks bagi guru dalam proses pembelajaran matematika di SMK Negeri I Kebumen; dan (4) Kendala-kendala yang dihadapi guru dalam memanfaatkan buku teks pada pembelajaran matematika.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian dilakukan di SMK Negeri I Kebumen. Teknik pengumpulan data menggunakan pengamatan, wawancara, dokumentasi. Sumber data penelitian ini terdiri atas informan (guru-guru matematika), dokumen (buku teks), tempat dan peristiwa (kelas dan kegiatan pembelajaran). Analisis data menggunakan analisis interaktif dengan tiga tahapan analisis, yakni reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa buku teks memiliki makna yang penting bagi guru. (1) Buku teks dapat berfungsi sebagai sumber belajar dan media pembelajaran matematika karena di dalamnya terdapat materi, ilustrasi-ilustrasi, dan beragam evaluasi, sehingga tujuan pembelajaran matematika dapat tercapai secara optimal. (2) Kriteria pertama pemilihan buku teks didasarkan pada relevansi materi yang terkandung dalam buku teks dengan struktur kurikulum. Kriteria berikutnya dilihat dari kelengkapan materi, banyaknya ilustrasi, dan beragamnya latihan dan evaluasi. (3) Pada pembelajaran matematika, ada dua jenis pemanfaatan buku teks, yakni pemanfaatan buku teks yang siswanya telah memiliki buku dan pemanfaatan buku teks pada siswa yang tidak memiliki buku. Siswanya tidak memiliki buku teks, buku teks dimanfaatkan dengan cara dipinjamkan kepada siswa. (4) Kendala dalam pemanfaatan buku teks yaitu harga yang relatif mahal, keterbatasan jumlah buku teks, belum optimalnya pemanfaatan perpustakaan, dan terbatasnya penggunaan teknologi informasi dari internet. Kendala-kendala ini menjadi faktor yang menghambat pemanfaatan buku teks secara maksimal.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha manusia untuk mencapai kehidupan
yang lebih baik. Pada UU No. 20 tahun 2003 pasal 13 ayat 1 jalur pendidikan
terdiri dari pendidikan formal, non-formal, dan informal. Salah satu cara yang
dapat ditempuh untuk mencapai kehidupan yang lebih baik antara lain dengan
menempuh pendidikan formal. Pendidikan formal merupakan pendidikan
yang diselenggarakan di sekolah. Melaui proses belajar di sekolah inilah
manusia mampu meningkatkan kualitas dirinya untuk terus maju meraih cita-
cita.
Selama menempuh pendidikan formal, siswa dituntut untuk
memahami dan menguasai materi yang telah diajarkan di sekolah untuk
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu materi yang menjadi
sorotan, yaitu materi pada mata pelajaran matematika. Matematika
merupakan salah satu mata pelajaran yang memegang peranan penting dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini karena melalui matematika, siswa dapat
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari secara logis dan
sistematis.
Salah satu faktor yang berperan dalam peningkatan mutu
pembelajaran matematika, yaitu sumber belajar matematika yang berkualitas.
Pendapat tersebut didukung oleh Ramon & Oluyemi (2012) yang menyatakan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
2
bahwa “Teaching materials has significantinfluence on students academic
performance”. Buku majalah, brosur, poster, ensiklopedia, video, model,
audio casette, dan internet merupakan sumber belajar yang ada di lingkungan
sekitar (Prastowo, 2011: 37). Buku teks merupakan salah satu bahan ajar yang
digunakan dalam pembelajaran matematika. Rezat (2009) dalam artikelnya
menyatakan bahwa “The mathematics textbook is one of the important
resources for teaching andlearning mathematics”. Pentingnya buku teks
sebagai penunjang dalam pembelajaran menyebabkan jenis buku yang
beredar sangat beragam. Persoalan yang dihadapi, yaitu bagaimana memilih
buku teks yang beragam tersebut sebagai pendamping dalam belajar.
Beragamnya buku teks yang ada, pemerintah melalui Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP) melakukan kontrol terhadap buku teks
khususnya buku pegangan wajib. Tujuan dilakukan kontrol, yaitu
menyediakan buku teks pelajaran yang layak pakai untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran.
Pembelajaran merupakan sebuah proses yang memadukan segenap
komponen untuk berjalan secara bersinambung. Dalam Undang Undang
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar. Oleh karena itu dalam pembelajaran harus
terjadi sebuah proses timbal balik dengan optimalisasi peran dari
masing masing komponen, baik dari guru dalam melakukan perencanaan,
pemilihan model dan metoda, pemilihan sumber belajar, penentuan evaluasi.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
3
Selain itu ada pula faktor sumber belajar yang digunakan dalam
pembelajaran. Sumber belajar dalam pembelajaran ini beraneka ragam, bisa
dalam bentuk buku teks ataupun sumber berupa lingkungan.
Sumber belajar yang selama ini dipercaya masih memegang peran
penting dan bahkan paling banyak digunakan adalah buku teks. Buku teks
penting karena ia berperan tidak hanya sebagai sumber, tetapi juga sebagai
media pembelajaran, sarana untuk penyampaian materi, penyedia instrumen
evaluasi, meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa. Melalui buku teks,
siswa diharapkan mampu mempelajari fakta, konsep, prinsip, hukum, teori,
dan gagasan inovatif lainnya pada tingkat ingatan, serta menerapkannya
secara efektif dalam pemecahan. Hal ini karena pada era globalisasi seperti
saat ini diperlukan pengetahuan dan keanekaragaman keterampilan agar siswa
mampu memberdayakan dirinya untuk menemukan, menafsirkan, menilai dan
menggunakan informasi, serta melahirkan gagasan kreatif untuk menentukan
sikap dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu, pemanfaatan buku teks
secara optimal dengan strategi yang efektif melalui berbagai metoda
pengajaran, diharapkan mampu meningkatkan kualitas pendidikan.
Dalam pendidikan matematika di SMK, permasalahan tentang peran
dan fungsi buku teks masih menjadi hal yang menarik untuk dijadikan
sebuah bahan kajian. Hal ini tidak lain karena dalam pembelajaran
matematika masih ditemui beberapa permasalahan kaitannya dengan
permasalahan umum pembelajaran dan belum optimalnya pembelajaran
matematika. Beberapa permasalahan yang ditemui dalam dunia pendidikan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
4
matematika adalah masih terus berkembangnya permasalahan permasalahan
klasik dalam pengajaran matematika.
Masalah umum dalam pendidikan matematika antara lain: (1)
rendahnya daya saing diajang internasioanal, (2) rendahnya rata-rata nilai
UN bila dibanding dengan pelajaran lain, (3) rendahnya minat belajar
matematika disebabkan asumsi anak terhadap pelajaran matematika terasa
sulit, apalagi dengan metoda pengajaran guru yang kurang manarik yaitu
guru menerangkan sementara siswa mencatat.
Permasalahan lain dalam pembelajaran matematika di antaranya
adalah sebagai berikut: (1) sering terlihat siswa kurang aktif dalam
mengikuti pembelajaran, (2) keberanian siswa untuk bertanya kepada guru
sangat rendah, apabila ditanya oleh guru tidak ada yang mau menjawab jika
tidak ditunjuk.
Permasalahan permasalahan tersebut menjadikan satu pekerjaan yang
harus segera diselesaikan. Hal ini dimaksudkan untuk mencapai tujuan
pendidikan matematika yang memiliki arti strategis dalam pembentukan
sikap logis, kritis, analitis, kreatif, cermat, dan teliti, bertanggungjawab,
responsif, dan tidak mudah menyerah dalam memecahkan masalah.
Memiliki rasa ingin tahu, percaya diri, semangat belajar yang kontinu,
pemikiran reflektif, dan ketertarikan pada matematika. Memiliki rasa
percaya pada daya dan kegunaan matematika, serta sikap kritis yang
terbentuk melalui pengalaman belajar (Permendiknas No. 24 tahun 2016).
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
5
Upaya untuk menyelesaikan masalah dalam pembelajaran matematika
dapat dilakukan dengan melakukan optimalisasi dalam pemanfaatan buku
teks. Optimalisasi ini dapat diawali dengan adaya pemilihan buku teks yang
representatif dan dapat menjadi sumber belajar yang efektif bagi siswa.
Pemilihan dan pemanfaatan buku teks sebagai salah satu upaya dalam
memperbaiki kualitas pembelajaran matematika disebabkan buku teks
memiliki peran penting dalam pendidikan matematika.
Pada kenyataannya siswa dalam kegiatan belajar mengajar di
sekolah sering kurang aktif dan cenderung tidak begitu memanfaatkan buku
teks dengan optimal. Mungkin karena selama ini pelajaran Matematika
dianggap sebagai pelajaran yang sulit dan membosankan dan hanya
mementingkan hafalan rumus semata, sehingga menyebabkan rendahnya
minat belajar matematika siswa di sekolah.
Berdasarkan pada kondisi rendahnya semangat ataupun hasil belajar
siswa di sekolah menunjukan betapa pembelajaran matematika di kelas
sering dinilai tidak sukses karena dianggap terlalu sulit dan kurang
menarik. Hal itu diperkuat dengan rata-rata nilai harian siswa yang tidak
maksimal, seperti misalnya pada ulangan harian yang diadakan guru pada
kelas XI Akuntansi 3, dengan kompetensi tertentu menunjukkan rata-rata
kurang dari nilai KKM yaitu 75. Hasil nilai ulangan harian kelas XI
Akuntansi 3 ditunjukkan pada tabel di bawah ini :
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
6
Tabel 1.1 Nilai Ulangan Harian kelas XI AK3
No Uraian Jumlah
1 Nilai Terendah 30
1 Nilai Tertinggi 85
3 Nilai Rerata 59
4 Rentang Nilai 55
5 KKM 75
6 Prosentase Ketuntasan 8 (22%)
7 Prosentase Belum Tuntas 28 (78%)
Dari tabel tersebut di atas jika di sajikan dalam diagram maka bisa di
gambarkan sebagai berikut:
Diagram1.1 Nilai Ulangan Harian kelas XI AK 3
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa dari ulangan harian
yang pernah dilakukan pada satu kelas, ada sekitar ± 78 % siswa yang
mendapatkan nilai dibawah 75,00. Angka-angka tersebut dapat diartikan,
bahwa pemahaman siswa relatif masih rendah. Dengan kata lain, pemahaman
siswa kelas SMK Negeri 1 Kebumen terhadap mata pelajaran Matematika
yang diajarkan baru tercapai sekitar 22 %. Selain itu motivasi belajar siswa
terhadap pelajaran matematika dianggap rendah, hal ini dapat dibuktikan dari
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
7
beberapa indikator antara lain: 1) Siswa pasif dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran; 2) Kemampuan dasar menghitung juga rendah; 3) Penguasaan
konsep dan rumus terkesan dangkal dan 4) Prestasi belajar kurang
berkembang.
Kondisi seperti ini tidak bisa dibiarkan terus menerus, dan merupakan
tantangan bagi guru matematika untuk mengembangkan pembelajaran
matematika agar lebih menarik, materi lebih mudah dikuasai, siswa tidak
cepat bosan/jenuh, dan penguasaan kompetensi siswa terus berkembang serta
maksimal. Untuk itulah guru perlu memaksimalkan pemanfaatan media
pembelajaran yang lebih menarik bagi siswa yaitu dengan memanfaatkan
buku teks yang sudah disediakan oleh sekolah sebagai fasilitas untuk
mengembangkan pembelajaran.
Buku teks merupakan salah satu bentuk bahan ajar cetak. Menurut
Prastowo (sebagaimana dikutip dalam Rofi, Atmazaki, Abdurahman, 2014: 2)
buku teks merupakan bahan ajar hasil seorang pengarang atau tim pengarang
yang disusun berdasarkan kurikulum atau tafsiran kurikulum yang berlaku
dan menggunakan suatu pendekatan untuk mengimplementasikan kurikulum.
Lebih dari itu, buku teks merupakan salah satu komponen
pembelajaran yang kedudukannya strategis dan ikut mempengaruhi mutu
pendidikan, karena dapat berfungsi sebagai sumber belajar dan media yang
sangat penting untuk mendukung tercapainya kompetensi yang menjadi
tujuan pembelajaran. Sehubungan dengan hal itu seharusnya buku teks yang
digunakan dapat menunjang dalam peningkatan hasil belajar dan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
8
mencerdaskan bangsa dalam hal ini adalah pelajar.
Pemilihan dan pemanfaatan buku teks sebagai media sumber
pembelajaran yang tepat merupakan faktor pendukung keberhasilan dalam
pembelajaran. Manfaat yang diperoleh menurut Sunarko (sebagaimana
dikutip dalam Banowati, 20017: 148) antara lain adalah: a) meningkatkan
perhatian dan motifasi belajar, b) memberikan variasi dalam belajar, c)
memberikan struktur yang memudahkan belajar, d) menyajikan inti informasi
belajar, e) memberikan contoh-contoh yang lebih kongret, f) merangsang
berfikir analisis, g) memberikan situasi belajar yang tanpa tekanan.
Di Indonesia, buku teks berperan penting dalam sistem pendidikan.
Semenjak buku teks merefleksikan perubahan sistem kurikulum. Setiap
sebuah kurikulum diberlakukan, maka akan ada sejumlah buku yang
diterbitkan. Untuk merespon hal tersebut, pemerintah melalui Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan telah membuat peraturan dalam menyusun,
menggunakan dan mengevaluasi buku teks. Kemudian pemerintah telah
mengumumkan daftar buku teks yang sesuai untuk digunakan dalam proses
pembelajaran.
Pemilihan buku teks perlu mempertimbangkan berbagai hal di
antaranya yang utama adalah adanya keunggulan buku teks yaitu sebagai
sumber informasi, maupun pemberi rangsangan saat diperlukan mengingat
penyajian materi tertentu dapat mempengaruhi sikap pembaca. Kemutakhiran
tahun terbit dipertimbangkan dalam pemilihan namun yang lebih utama
adalah data, dan isi (contain) dari buku teks tersebut. Widodo (sebagaimana
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
9
dikutip dalam Sulistyorini, 2006: 4) mengatakan bahwa buku teks dapat
dibaca kapanpun, dimanapun dan dapat dimanfaatkan sesuai dengan
perkembangan kurikulum.
Buku teks memainkan peran utama, terlebih dalam pengajaran bahasa
di kelas pada semua jenjang pendidikan, baik negeri maupun swasta, sekolah
menengah maupun perguruan tinggi, pengajar maupun peserta didik. Bagi
pengajar, buku teks dapat mengisi tuntutan kurikulum, khususnya membantu
dalam penyusunan program pengajaran yakni silabus, materi, dan persiapan
mengajar. Sedangkan bagi siswa, buku teks membantu siswa dalam
memahami isi buku dengan sarana seperti skema, gambar-gambar ilustrasi,
dan sebagainya (Sheldon dalam Mudzakir, 2003: 2).
Buku teks dapat dikatakan layak apabila telah terpenuhinya berbagai
kriteria. Berbagai kriteria tersebut di antaranya adalah jika buku teks tersebut
menarik siswa yang menggunakannya, mampu memberikan motivasi kepada
para pemakainya, memuat ilustrasi yang menarik hatimempertimbangkan
aspek-aspek linguistik sesuai dengan kemampuan penggunanya, dan mampu
memberi pemantapan penekanan materi pada para penggunanya (Banowati,
2007: 3). Buku teks yang telah memenuhi kriteria dapat digunakan sebagai
acuan dalam kegiatan pembelajaran.
Dengan demikian, jika buku teks yang digunakan tidak sesuai dengan
kurikulum yang diterapkan, maka tujuan pembelajaran tidak akan tercapai.
Oleh karenanya pengajar sebagai pemeran utama dalam proses pembelajaran
harus lebih selektif dalam pemilihan dan penggunaan buku teks.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
10
Keberhasilan suatu pengajaran biasanya di ukur dari keberhasilan
siswa yang mengikuti pelajaran tersebut. Keberhasilan tersebut di tunjang
dari terpenuhinya buku acuan yang di gunakan dalam mencapai tujuan
pendidikan. Tingkat keberhasilan pengajaran setiap bidang studi pada suatu
program pendidikan tertentu (SMK misalnya) akan menentukan tingkat
keberhasilan program pendidikan tersebut. Salah satu mata pelajaran bidang
studi yang ada di SMK adalah matematika, yang dianggap sebagai mata
pelajaran yang sulit di pahami.
Dalam pengajaran matematika, buku memegang peranan yang sangat
penting, karena ilmu matematika pemahamannya harus dengan latihan–
latihan mengerjakan soal–soal . Dan soal- soal tersebut di antaranya di dapat
dalam buku–buku acuan atau buku teks. Buku acuan itu harus di sesuaikan
dengan kurikulum yang berlaku, karena dasar umum penyusunan buku acuan
adalah kurikulum. Buku acuan yang di persiapkan secara baik memang
merupakan sarana pengajaran yang paling baik bagi pelajaran matematika.
Dalam pelaksanaannya buku teks yang di gunakan dalam pembelajaran
matematika digunakan sesuai selera masing–masing guru, selama buku
tersebut adalah buku yang diijinkan oleh pemerintah. Oleh karena itu kriteria
pemilihan dan strategi pemanfaatan buku teks dalam pembelajaran
tergantung masing- masing guru.
Di Kabupaten Kebumen banyak buku teks yang beredar dari
berbagai penerbit seperti Erlangga, Yudhistira, Balai Pustaka, Ganecha dan
Intan Pariwara. Banyaknya pilihan buku ini menjadi satu hal yang menarik
untuk di teliti. Masing–masing guru memiliki selera dan kriteria dalam
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
11
memilih dan memanfaatkan buku teks dalam pembelajaran khususnya
pembelajaran matematika.
SMK N 1 Kebumen merupakan salah satu sekolah yang menerapkan
Kurikulum 2013, dan dalam implementasinya sekolah sudah menyiapkan
fasilitas berupa buku-buku pelajaran di perpustakaan. Demikian pula untuk
pengembangan pembelajaran matematika di SMK N 1 Kebumen, maka
fasilitas yang telah disediakan sekolah sudah bisa dikatakan lebih dari
cukup, akan tetapi dalam pelaksanaannya ternyata masih belum maksimal
seperti yang diharapkan, permasalahan yang sering ditemukan dari
pemanfaatan buku teks disekolah di antaranya adalah: 1) Komitmen dalam
penggunaan buku teks dalam pembelajaran, 2) Guru yang kurang bisa
memanfaatkan buku teks yang sudah disediakan sekolah, 3) Kesadaaran
baik guru maupun siswa akan pentingnya buku teks dalam pembelajaran.
B. Perumusan Masalah
Berdasar uraian latar belakang di atas maka yang menjadi pokok
permasalahannya adalah pemanfaatan buku teks matematika yang belum
optimal dalam menunjang pembelajaran matematika di sekolah.
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka
pertanyaan dalam penelitian ini adalah bagaimana guru memanfaatkan buku
teks secara optimal dalam pembelajaran matematika di SMK N I Kebumen ?
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
12
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan pertanyaan penelitian di atas, maka
tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meneliti pemanfaatan buku teks oleh
guru secara optimal dalam pembelajaran matematika di SMK N I Kebumen.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini di harapkan bermanfaat dalam
pengembangan teori yang berkaitan pemanfaatan buku teks dalam
pembelajaran matematika, bahkan di harapkan mampu mendorong
penelitian yang sejenis sebagai kajian tentang buku teks sebagai media
pengajaran semakin berkembang.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan di gunakan untuk memberi
masukan dan dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan untuk :
a. Guru :
- Membantu pemilihan dan penyeleksian buku teks matematika yang
memenuhi tuntutan kurikulum 2013 SMK.
- Membantu cara penggunaan buku teks matematika di dalam proses
belajar mengajar.
- Membantu pengembangan materi pelajaran yang terdapat di dalam
buku teks matematika sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013
SMK.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
13
b. Sekolah
- Memberikan masukan di dalam mengadakan analisis materi
pelajaran matematika di SMK.
- Memberikan masukan untuk memberikan skala prioritas
pembinaan kepada guru–guru mata pelajaran matematika.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
14
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Tentang Buku Teks
1. Pengertian dan definisi buku teks.
Dunia modern tidak dapat di pisahkan dari perbukuan. Peradaban
manusia modern identik dengan peradaban buku. Melalui buku,
kebudayaan manusia dapat di lestarikan dan di teruskan ke generasi
berikutnya. Jenis buku yang paling penting dan fungsional bagi pelajar
ialah buku teks. Buku teks dapat memberikan motivasi belajar bagi siswa
dalam berbagai mata pelajaran. Buku tekspun dapat memberikan
perangsang atau menstimulus aktivitas siswa. Buku teks memberikan
uraian yang terperinci dan jelas mengenai berbagai mata pelajaran.
Bahkan buku teks yang baik dapat memberikan bahan pelajaran yang
tersusun rapi,memantapkan nilai-nilai yang berlaku.
Sejak dulu telah banyak ahli yang menaruh perhatian pada buku
teks, dan juga mengemukakan pengertiannya. Untuk memberikan
gambaran yang jelas tentang pengertian buku teks, dalam (Tarigan, 1986:
1.3) akan dikemukakan beberapa pendapat tentang buku teks sebagai
berikut:
Buku teks adalah rekaman pikiran rasial yang disusun buat
maksud-maksud dan tujuan-tujuan instruksional (HaalQuest,1985). Ahli
yang lain menjelaskan bahwa:
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
15
Buku teks adalah buku standar/buku setiap cabang khusus studi
dan dapat terdiri dari dua tipe yaitu buku pokok/utama dan
suplemen/tambahan (Lange,1940). Lebih terperinci lagi, ada ahli yang
mengemukakan bahwa:
Buku teks adalah buku yang dirancang buat penggunaan di kelas,dengan cermat disusun dan disiapkan oleh para pakar atau para ahli dalam bidang itu dan diperlengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang sesuai dan serasi (Bacon,1935).
Dan ahli yang lain mengutarakan bahwa:
Buku teks adalah sarana belajar yang biasa di gunakan di sekolah-sekolah dan di perguruaan tinggi untuk menunjang suatu program pengajaran dalam pengertian modern dan yang umum dipahami (Buckigham, 1958: 1523)
Banyak pendapat ahli tentang buku teks, dari pendapat para ahli tersebut,
Tarigan merumuskan dalam kesimpulan sebagai berikut:
a. Buku teks itu selalu merupakan buku pelajaran yang ditujukan bagi
siswa pada jenjang pendidikan tertentu. Ada buku teks untuk SD,
SLTP, SMA, SMK, dan sebagainya.
b. Buku Teks itu selalu berkaitan dengan bidang studi tertentu. Ada
buku teks mengenai matematika, bahasa dan sebagainya.
c. Buku Teks itu selalu merupakan buku yang standar. Pengertian
standar disini ialah buku menjadi acuan, berkualitas, dan biasanya
ada tanda pengesahan dari badan yang berwenang. Di Indonesia
misalnya, badan itu di bawah naungan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
16
d. Buku Teks itu biasanya disusun dan di tulis oleh para pakar (ahli)
dibidangnya masing–masing. Di Indonesia misalnya, kita kenal nama
pengarang yang ahli dibidangnya seperti HB Jassin, Hutagalung yang
ahli dibidang Kritik Sastra.
e. Buku Teks itu ditulis untuk tujuan instruksional tertentu. Buku teks
mengenai matematika ditulis untuk tujuan pengajaran tertentu
dibidang matematika.
f. Buku Teks biasanya juga dilengkapi dengan sarana pengajaran.
Misalnya peta dalam pelajaran ilmu bumi, gambar tiruan dalam ilmu
kesehatan, dan sebagainya.
g. Buku Teks itu ditulis untuk jenjang pendidikan tertentu. Ada buku
teks untuk SLTP, SMA/SMK, Perguruan Tinggi, dan sebagainya.
h. Buku Teks itu selalu ditulis untuk menunjang sesuatu program
pengajaran. Ada buku teks yang menunjang pengajaran kesusastraan,
tata bahasa, matematika, dan sebagainya.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas serta kesimpulan-kesimpulan
tersebut, maka dapat lebih lengkap didefinisikan buku teks sebagai berikut:
”Buku Teks adalah buku pelajaran dalam bidang studi tertentu, yang
merupakan buku standar, yang disusun oleh para pakar dalam bidang itu
buat maksud-maksud dan tujuan instruksional, yang dilengkapi dengan
sarana-sarana pengajaran yang serasi dan mudah dipahami oleh para
pemakainya di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi sehingga dapat
menunjang sesuatu pengajaran. (Tarigan,1986: 1.5)
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
17
2. Fungsi buku teks
Dalam dunia pendidikan, buku merupakan bagian dari
kelangsungan pendidikan. Dengan buku, pelaksanaan pendidikan dapat
lebih lancar. Guru dapat mengelola kegiatan pembelajaran secara efektif dan
efisien lewat sarana buku. Siswa pun dalam mengikuti kegiatan belajar
dengan maksimal dengan sarana buku. Bahkan, administratur pendidikan
dapat mengelola pendidikandengan efektif dan efisien dengan berpedoman
pada aturan aturan dan kebijakan yang tertuang dalam buku, misalnya
pedoman pelaksanaan pendidikan dan kurikulum.
Sebagaimana tersebut pada bagian sebelumnya bahwa buku teks
merupakan salah satu jenis buku pendidikan. Buku teks adalah buku yang
berisi uraian bahan tentang mata pelajaran atau bidang studi tertentu, yang
disusun secara sistematis dan telah diseleksi berdasarkan tujuan tertentu,
orientasi pembelajaran, dan perkembangan siswa, untuk diasimilasikan.
Banyak cara efektif yang dapat dilakukan oleh para siswa
menggunakan serta memanfaatkan buku mereka,antara lain dengan cara
melatih mereka membaca intensif. Membaca atau mempelajari suatu buku
misalnya buku teksdalam mata pelajaran tertentu,siswa ataupun pembaca
dapat mengatur sendiri mengenai kecepatannya.
Sarana-sarana khusus yang ada dalam suatu buku teks dapat
menolong para pembaca, untuk memahami isi buku. Sarana seperti, skema,
diagram, matriks, gambar-gambar ilustrasi dan sebagainya berguna sekali
dalam mengantar pembaca kearah pemahaman isi buku.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
18
Secara teknis, Geene dan Pety yang dikutip Tarigan (1986: 21)
menyodorkan sepuluh kategori yang harus dipenuhi buku teks yang
berkualitas. Sepuluh kategori tersebut sebagai berikut : (1) Menarik minat
siswa yang mempergunakannya; (2) Mampu memberikan motivasi kepada
para siswa yang memakainya; (3) Memuat ilustrasi yang menarik siswa
yang memanfaatkannya; (4) Seyogyanya mempertimbangkan aspek aspek
linguistik sehingga sesuai dengan kemampuan para siswa yang
memakainya; (5) Berhubungan erat dengan pelajaran pelajaran lainnya,
lebih baik lagi kalau dapat menunjangnya dengan terencana sehingga
semuanya merupakan suatu kebulatan yang utuh dan terpadu; (6) Dapat
menstimuli, merangsang aktivitas aktivitas pribadi para siswa yang
mempergunakannya; (7) Dengan sadar dan tegas menghindar dari
konsep konsep yang samar samar dan tidak biasa, agar tidak membuat
bingung siswa yang memakainya; (8) Mempunyai sudut pandang atau
”point of view” yang jelas dan tegas sehingga ada akhirnya juga menjadi
sudut pandang para pemakainya yang setia; (9) Mampu memberi
pemantapan, penekanan pada nilai nilai anak dan orang dewasa; (10) Dapat
menghargai perbedaan perbedaan pribadi para pemakainya. Sepuluh
kategori yang disodorkan Geene dan Petty tersebut pada dasarnya
merupakan penjabaran lebih lanjut dari ketiga ciri buku teks yang
disampaikan sebelumnya. Dikatakan demikian, karena butir butir kategori
tersebut bisa dimasukkan ke dalam tiga ciri buku teks.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
19
Sebagai buku pendidikan, buku teks memainkan peranan penting
dalam pembelajaran. Dengan buku teks, program pembelajaran bisa
dilaksanakan secara lebih teratur, sebab guru sebagai pelaksana pendidikan
akan memperoleh pedoman materi yang jelas.
Penyusunan buku teks dalam upaya pengembangan pembelajaran
di sekolah tidaklah disusun tanpa fungsi yang jelas. Fungsi dan peranan
buku teks itu adalah:
a. Mencerminkan suatu sudut pandang yang tangguh dan modern mengenai
pengajaran, serta mendemonstrasikan aplikasinya dalam bahan
pengajaran yang disajikan.
b. Menyajikan suatu sumber pokok masalah yang kaya, mudah dibaca dan
bervariasi, sesuai dengan minat dan kebutuhan para siswa. Selain itu,
juga berfungsi sebagai dasar bagi program-program kegiatan yang
disarankan untuk memperoleh keterampilan-keterampilan ekspresional di
bawah kondisi yang menyerupai kehidupan sebenarnya.
c. Menyediakan suatu sumber yang tersusun rapi dan bertahap mengenai
keterampilan-keterampilan ekspresional yang mengemban masalah
pokok dalam komunikasi.
d. Metoda dan sarana penyajian bahan dalam buku teks harus memenuhi
syarat-syarat tertentu. Misalnya, harus menarik, menantang, merangsang,
dan bervariasi sehingga siswa benar-benar termotivasi untuk mempelajari
buku teks tersebut.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
20
e. Menyajikan fiksasi (perasaan yang mendalam) awal yang perlu dan juga
sebagai penunjang bagi latihan-latihan dan tugas-tugas praktis.
f. Di samping sebagai sumber bahan, buku teks juga berperan sebagai
sumber atau alat evaluasi dan pengajaran remidial yang serasi dan tepat
guna (Green dan Petty, dalam Tarigan 1986).
Dari uraian-uraian di atas tergambarlah peranan atau fungsi buku
teks. Buku teks ternyata pula berkaitan erat dengan kurikulum. Setiap mata
pelajaran membutuhkan sejumlah buku teks. Apalagi bila mata pelajaran itu
mempunyai sub atau bagian yang dapat dianggap atau paling sedikit
diperlukan sebagai berdiri sendiri.
Suatu buku teks haruslah mencerminkan suatu sudut pandang yang
jelas. Apa prinsip-prinsip yang digunakan, pendekatan apa yang dianut,
metoda apa yang digunakan serta teknik-teknik pengajaran yang digunakan.
Buku teks sebagai pengisi bahan haruslah menampilkan sumber bahan yang
mantap, susunannya teratur, sistematis, jenisnya bervariasi. Lebih dari itu
buku teks itu harus menantang, merangsang dan menunjang aktivitas dan
kreatifitas siswa.
3. Jenis – jenis buku teks
Buku buku yang digunakan di sekolah sekolah pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah di Indonesia terdiri atas empat jenis, yaitu
(1) buku pelajaran atau buku teks, (2) buku bacaan, (3) buku sumber, dan
(4) buku pegangan guru yang biasanya mendampingi buku teks.
Menurut Tarigan ada 4 dasar atau patokan yang di gunakan dalam
pengklasifikasian buku teks. Patokan-patokan itu adalah : (a) Berdasarkan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
21
mata pelajaran atau bidang studi (terdapat di SD, SMP, SMA), (b)
berdasarkan mata kuliah bidang yang bersangkutan (terdapat di perguruan
tinggi), (c) berdasarkan penulisan buku teks, (d) berdasarkan jumlah penulis
buku teks.
Dari segi cara penulisan buku teks dikenal 3 jenis buku teks. Ketiga
jenis itu adalah: (a) buku teks tunggal, ialah buku teks yang hanya terdiri
atas satu buku saja, (b) buku teks berjilid, ialah buku pelajaran untuk suatu
kelas tertentu atau untuk satu jenjang sekolah tertentu, (c) buku teks berseri,
ialah buku pelajaran berjilid mencakup beberapa jenjang sekolah, misalnya
dari SD-SMP-SMA.
Berdasarkan jumlah penulis buku teks kita kenal buku teks dengan
penulis tunggal dan buku teks dengan penulis kelompok. Penulis tunggal
ialah penulis yang menyiapkan buku teks tertentu seorang diri. Penulis
kelompok ialah penulis yang terdiri atas beberapa orang untuk menyiapkan
buku teks tersebut.
4. Buku teks dalam kurikulum
Buku teks erat sekali kaitannya dengan kurikulum. Keeratan
hubungan buku teks dengan kurikulum dapat diumpamakan, digambarkan
atau dibandingkan dengan hubungan antara ikan dan air. Ada kemungkinan
tentang buku teks dan kurikulum :
a. Kurikulum mendahukui buku teks.
Buku teks yang dianggap paling logis ialah kurikulum
mendahului buku teks. Setelah kurikulum ditetapkan atau diumumkan
oleh pihak yang berwenang para pengarang menulis buku teks yang
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
22
relevan dengan kurikulum. Dalam hal ini buku teks benar-benar
menunjang kurikulum yang berlaku. Titik tolak penilaian buku teks juga
jelas yakni kurikulum yang berlaku.
b. Buku teks mendahului kurikulum
Buku teks yang dianggap bermutu yang juga memang ditulis
oleh para pakar dibidangnya dijadikan dasar, landasan dan pedoman
penyusunan kurikulum. Mungkin sekali penulis buku teks tersebut
ditugasi sebagai penyusun kurikulum agar yang bersangkutan dapat
menerjemahkan ide pada kurikulum. Bila hal ini terjadi maka
kurikulum dan buku teks tetap sejalan, saling menunjang.
c. Buku Teks dan kurikulum serentak diumumkan.
Penyusunan buku teks sejalan dan bersamaan dengan
penyusunan kurikulum. Dalam proses penggodokannnya memang ada
dua kemungkinan. Pertama kurikulum disusun lebih dahulu kemudian
buku teks. Kedua mungkin pula berdasarkan buku teks tertentu
kurikulum disusun. Baik buku teks maupun kurikulum serentak
digunakan dan diumumkan. Bila cara ini digunakan maka antara
kurikulum dan buku teks terdapat hubungan yang erat.
d. Buku teks dan kurikulum lahir sendiri-sendiri.
Adakalanya, dan sering terjadi antara buku teks dan kurikulum
tidak ada pertemuan. Buku teks disusun tersendiri kemudian diterbitkan
mungkin mendahului atau sesudah adanya kurikulum yang berlaku.
Dengan perkataan lain, buku teks dan kurikulum lahir sendiri-sendiri.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
23
Menurut Brown, Strevens maupun Tarigan dalam (Tarigan, 1986:
2.13) hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kurikulum sebagai landasan
atau acuan dalam menyusun buku teks adalah: (1) Tujuan, (2) Pendekatan,
(3) Bobot, (4) Urutan, (5) Metodologi.
Kelima hal di atas perlu dipertimbangkan dalam menyusun buku teks
untuk setiap mata pelajaran. Tidak hanya itu tetapi juga hal-hal yang
berkaitan dengan karakteristik mata pelajaran itu sendiri merupakan faktor
yang harus dan perlu diperhatikan dalam penyusunan suatu buku teks.
5. Dasar – dasar penyusunan buku teks
Dalam penyusunan buku teks digunakan dua patokan. Patokan
pertama bersifat umum yang berlaku bagi setiap buku teks. Patokan kedua
bersifat khusus yang berlaku bagi buku teks tertentu saja, misalnya buku
teks matematika, buku teks biologi dan sebagainya. Patokan umum biasanya
bersumber dari kurikulum. Sedang patokan khusus bersumber dari
karakteristik setiap mata pelajaran. Patokan umum yang berlaku bagi setiap
buku teks meliputi:
a. Pendekatan: Ketrampilan proses yang meliputi : 1) mengamati, 2)
menginterpretasikan, 3) mengaplikasikan konsep, 4) meramalkan, 5)
merencanakan dan melaksanakan penelitian, 6) mengkomunikasikan
hasil penelitian.
b. Tujuan: 1) kognitif, 2) afektif, 3) psikomotor
c. Bahan Pengajaran
d. Program: 1) kelas, 2) semester, 3) jam pelajaran
e. Metoda
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
24
f. Sarana dan sumber
g. Penilaian
h. Bahasa
Pedoman umum ini harus dilengkapi, diisi dengan kekhususan setiap
mata pelajaran. Hal itulah yang membedakan setiap buku teks.
B. Hakekat Pembelajaran
1. Pengertian Pembelajaran.
Istilah pembelajaran sama dengan instruction atau pengajaran.
Pengajaran mempunyai arti: (1) cara (perbuatan) mengajar atau
mengajarkan (Purwadaminta, 1976: 22 ) dalam ( Susanto, 1994: 30 ).
Bila pengajaran diartikan sebagai perbuatan mengajar tentunya ada
yang mengajar yaitu guru dan ada yang di ajar atau yang belajar yaitu
siswa. Pengajaran diartikan sama dengan perbuatan belajar (oleh siswa),
mengajar (oleh guru). Agar dapat di ketahui keaktifan kegiatan belajar
mengajar, maka setiap proses dan hasilnya harus di evaluasi. Kegiatan
belajar mengajar merupakan suatu kegiatan yang melibatkan beberapa
komponen, antara lain (Susanto, 1994: 30 – 31)
a. Siswa, adalah seseorang yang bertindak sebagai pencari, penerima
dan penyimpan isi pelajaran yang di butuhkan untuk mencapai
tujuan.
b. Guru, adalah seseorang yang bertindak sebagai pengelola kegiatan
belajar mengajar dan peranan lainnya yang memungkinkan
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
25
c. Tujuan, yakni pernyataan tentang perubahan perilaku yang
diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti belajar mengajar
d. Isi Pelajaran, yakni segala informasi berupa fakta,prinsip dan konsep
yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
e. Media, yakni bahan pelajaran dengan atau tanpa peralatan yang di
gunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa agar mereka
dapat mencapai tujuan.
f. Metoda, yakni cara yang teratur untuk memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mendapatkan informasi yang di butuhkan mereka
untuk mencapai tujuan.
g. Evaluasi, yakni cara tertentu yang di gunakan untuk menilai suatu
proses dan hasilnya. Evaluasi di lakukan terhadap seluruh komponan
kegiatan belajar mengajar sekaligus memberikan balikan bagi setiap
komponen kegiatan belajar mengajar.
Dalam (Susanto, 1994: 31- 32) para ahli memberikan batasan
mengenai mengajar antara lain :
a. Rochman Nata wijaya (1992) memberikan batasan mengajar sebagai
upaya guru untuk “ membangkitkan “ yang berarti menyebabkan atau
mendorong seseorang (siswa) belajar.
b. Hasibuan J.J (1992) memberikan batasan mengajar adalah
menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses
belajar.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
26
c. Gagne memberikan batasan mengajar sebagai suatu usaha untuk
membuat siswa belajar, yaitu usaha untuk terjadinya perubahan
tingkah laku.
Dengan demikian, sesuai dengan uraian di atas dapat di peroleh
pengertian tentang apa yang di namakan pembelajaran atau instruction /
instruksional atau pengajaran sebaagai berikut: pembelajaran merupakan
usaha sadar dan di sengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar dengan
jalan mengaktifkan faktor intern dan faktor ekstern dalam kegiatan belajar
mengajar.
2. Belajar Matematika
Matematika seringkali di lukiskan sebagai suatu kumpulan sistem
matematika matematika yang setiap dari sistem–sistem itu mempunyai
struktur tersendiri yang sifatnya bersistem deduktif. Suatu sistem deduktif
di mulai dengan memilih beberapa unsur yang tidak didefinisikan
(underfined term), yang di sebut unsur–unsur primitif. Unsur–unsur
tersebut di perlukan sebagai dasar komunikasi. Misalnya di dalam
geometri unsur titik merupakan suatu unsur yang tidak di definisikan untuk
semua pernyataan yang tidak melibatkan titik–titik. Dengan demikian
dapat di katakan bahwa hakekat matematika berkenaan dengan ide–ide,
struktur–struktur dan hubungan–hubungannya yang di atur menurut urutan
yang logis. Jadi matematika berkenaan dengan konsep–konsep abstrak.
Suatu kebenaran matematis di kembangkan berdasarkan alasan logis.
Namun kerja matematika terdiri dari observasimenebak dan merasa ,
mengetes hipotesa, mencari analogi, dan akhirnya merumuskan teorema–
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
27
teorema yang di mulai dari asumsi–asumsi dan unsur–unsur yang tidak di
definisikan.
Menurut Dienes (1963) dalam (Herman Hudoyo, 1991: 97) berpikir
matematis berkenaan dengan penyeleksian himpunan–himpunan unsur
matematika dan himpunan–himpunan ini menjadi unsur–unsur dari
himpunan baru yang membentuk himpunan–himpunan baru yang lebih
rumit dan seterusnya. Karena itu berpikir matematis berarti merumuskan
suatu himpunan langsung dari unsur–unsur. Jadi seorang guru harus
berhati–hati bila memperkenalkan konsep matematika yang baru
sebagaimana para ahli psikologi pendidikan matematika, misalnya Collins
(1967) dalam (Herman Hudoyo, 1991:100) memperingatkan, sekali unsur
struktur kognitif seorang anak sudah terbentuk, maka sukarlah untuk di
ubah.
Menurut Ausebel (1971) dalam (Herman Hudoyo, 1991: 108) bahan
pelajaran yang dipelajari haruslah bermakna( meaningful), artinya bahan
pelajaran itu cocok dengan kemampuan siswa dan harus relevan dengan
struktur kognitif yang di miliki siswa. Pelajaran baru haruslah dikaitkan
dengan konsep–konsep yang sudah ada sedemikian hingga konsep–
konsep baru benar–benar terserap. Belajar yang bermakna adalah
bertentangan dengan belajar dengan menghafal. Belajar dengan menghafal
berarti bahwa belajar di kerjakan dengan cara mekanis, sekedar suatu
latihan mengingat tanpa suatu pengertian. Jika matematika dipelajari
dengan hafalan, maka siswa akan menjumpai kesulitan, sebab bahan
pelajaran yang di peroleh dengan hafalan belum “siap pakai“ untuk
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
28
menyelesaikan masalah bahkan juga dalam situasi–situasi yang mirip
dengan bahan yang dipelajari itu. Belajar menemukan (Discovery
Learning) merupakan proses belajar yang memungkinkan siswa
menemukan untuk dirinya melalui suatu rangkaian pengalaman–
pengalaman yang konkret.
Jika siswa aktif melibatkan dirinya di dalam menemukan suatu prinsip
dasar, anak itu akan mengerti konsep tersebut lebih baik, ingat lebih lama
dan akan mampu menggunakan konsep tersebut di konteks yang lain.
Untuk memudahkan siswa dalam mempelajari matematika, Dienes dalam
(Herman Hudoyo, 1991: 110) menterjemahkan ide–ide matematika ke
dalam permainan matematika. Dienes mendasarkan metodanya atas empat
prinsip belajar yaitu:
a. Prinsip Dinamis
Di dalam bentuk yang sederhana, berarti proses pemahaman konsep
berjalan dari pengalaman ke penetapan klasifikasi.
b. Prinsip Konstruktivitas
Konstruksi harus mengambil bagian sebelum analisa dapat berfungsi
secara efektif. Mengkonstruksi setiap ide matematika atas konsep yang
menghendaki sifat–sifat tertentu adalah konstruksif.
c. Prinsip Variabelitas Persepsial
Untuk mencapai suatu abstraksi yang efektif dari struktur matematika,
haruslah diakomodasikan sebanyak mungkin situasi-situasi yang
berbeda untuk struktur atau konsep yang sama. Untuk memahami
konsep–konsep atau struktur–struktur yang sama harus di sajikan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
29
bermacam–macam persepsi. Aplikasi prinsip ini menjamin abstraksi
secara efektif.
d. Prinsip Variabel Matematis
Setiap konsep matematika menyertakan variabel–variabel yang
essensial yang perlu di buat bermacam–macam bila generalisasi dari
pada konsep matematika telah tercapai. Aplikasi dari prinsip ini
menjamin generalisasi secara efektif (Herman Hudoyo, 1991: 110)
Agar supaya berpikir matematis itu efektif, abstraksi dan
generalisasi itu harus menjadi perhatian utama. Abstraksi dan generalisasi
itu merupakan bagian berpikir matematis yang bermanfaat karena
keduanya menyebabkan matematika dapat di aplikasikan ke situasi nyata,
baik yang sudah belum di ketahui maupun yang tidak terduga.
C. Kurikulum
1. Pengertian dan definisi Kurikulum
Ditinjau dari asal katanya, kurikulum berasal dari bahasa Yunani
yang mula–mula di gunakan dalam bidang olahraga, yaitu kata currere,
yang berarti jarak tempuh lari. Dalam kegiatan berlari tentu saja ada jarak
yang harus di tempuh mulai dari start sampai dengan finish. Jarak dari
start sampai finish ini di sebut currere. Atas dasar itulah pengertian
kurikulum di terapkan dalam bidang pendidikan.
Kemudian para ahli pendidikan dan ahli kurikulum membuat
macam–macam batasan tentang kurikulum tersebut. Setiap ahli memiliki
versi batasan yang berbeda–beda. Banyak ahli pendidikan dan ahli
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
30
kurikulum yang membatasi pengertian kurikulum. Namun di dalamnya
sering terjadi ketidaksamaan pengertian atau konseptualnya. Sebagai
gambaran di sini di sajikan beberapa pengertian kurikulum yang di
kemukakan oleh beberapa ahli kurikulum dalam bukunya (Nasution,
1995: 4-8 ).
a. Hilda Taba dalam bukunya, Curriculum Development Theory and
Practise (1962) mendefinisikan kurikulum sebagai “a plan for
learning “, yakni sesuatu yang direncanakan untuk pelajaran anak.
b. J. Galen Saylor dan William M. Alexander dalam buku Curriculum
Planning for Better Teaching and Learning (1965) menjelaskan
kurikulum sebagai berikut: segala usaha sekolah untuk mempengaruhi
anak belajar, apakah dalam ruangan kelas, di halaman sekolah atau di
luar sekolah termasuk kurikulum. Kurikulum juga meliputi apa yang
di sebut kegiatan ekstrakurikuler.
c. Harold B. Albertycs dalam Reorganizing the High School Curriculum
(1965) memandang kurikulum tidak terbatas pada mata pelajaran,
akan tetapi juga meliputi kegiatan–kegiatan lain, di dalam, di dalam
dan di luar kelas, yang berada di bawah tanggungjawab sekolah.
d. William B. Ragan, dalam buku Modern Elementary Curriculum
(1966) menjelaskan arti kurikulum dalam arti yang luas, yang meliputi
seluruh program dan kehidupan dalam sekolah, yakni segala
pengalaman anak di bawah tanggung jawab sekolah. Kurikulum tidak
hanya meliputi bahan pelajaran tetapi meliputi seluruh kehidupan
dalam kelas.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
31
e. J. Lloyd Trump dan Delmas F. Miller dalam buku Secondary School
Improvement (1973. Menurut mereka dalam kurikulum juga termasuk
metoda mengajar dan belajar, mengevaluasi murid dan seluruh
program, perubahan tenaga pengajar, bimbingan dan penyuluhan,
supervisi dan administrasi dan hal–hal struktural mengenai waktu,
jumlah ruangan, serta kemungkinan memilih mata pelajaran.
f. Edward A. Krug dalam The Secondary School Curriculum (1960)
kurikulum dilihatnya dengan cara–cara dan usaha mencapai tujuan
persekolahan. Karena itu Krug membatasi kurikulum pada:
(i) Organized classroom instruction, yaitu pengajaran di dalam kelas.
(ii)Kegiatan–kegiatan tertentu di luar pengajaran itu, seperti
bimbingan dan penyuluhan, kegiatan pengabdian masyarakat
yang berkaitan dengan pelajaran.
Dari definisi tersebut di atas dapat di katakan bahwa kurikulum
merupakan aktivitas dan kegiatan belajar yang direncanakan, di
programkan bagi peserta didik di bawah bimbingan sekolah, baik di dalam
maupun di luar sekolah. Atas dasar itu secara operasional kurikulum dapat
di definisikan sebagai:
a. Suatu bahan tertulis yang berisi tujuan tentang program pendidikan
suatu sekolah yang di laksanakan dari tahun ke tahun.
b. Bahan tertulis yang di maksudkan untuk di gunakan oleh guru dalam
melaksanakan pengajaran untuk siswa–siswanya.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
32
c. Suatu usaha untuk menyampaikan asas dan ciri terpenting dari suatu
rencana pendidikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga dapat di
laksanakan guru di sekolah.
d. Tujuan–tujuan pengajaran, pengalaman belajar, alat–alat belajar dan
cara–cara penilaian yang direncanakan dan digunakan dalam
pendidikan.
e. Suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Kurikulum tersebut di atas dapat di klasifikasikan menjadi dua
kelompok yaitu:
(i) Kurikulum sebagai program yang direncanakan dan dilaksanakan di
sekolah.
(ii) Kurikulum sebagai program yang direncanakan dan dilaksanakan secara
nyata di kelas.
Perencanaan dan pelaksanaan program tersebut dimaksudkan untuk
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dengan demikian,
kurikulum berkedudukan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan.
Apabila kurikulum dipandang sebagai alat untuk mencapai tujuan
pendidikan, maka kurikulum dalam kedudukannya harus memiliki sifat
anticipatory, bukan hanya sebagai reportorial. Hal ini berarti bahwa
kurikulum harus dapat “meramalkan“ kejadian yang akan datang tidak
hanya melaporkan keberhasilan belajar peserta didik. Di samping kurikulum
itu berkenaan dengan tujuan, kurikulum juga berkenaan dengan hasil
pendidikan yaang dapat dicapai, yang tidak menyimpang dari tujuan mana
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
33
yang ditetapkan sebelumnya. Dengan perkataan lain, kurikulum menunjuk
kepada apa yang sebenarnya harus dipelajari oleh peserta didik (what is to
be learned ).
2. Asas – asas kurikulum
Asas – asas yang mendasari kurikulum, yakni :
a. Asas filosofis yang berkenaan dengan tujuan pendidikan yang sesuai
dengan filsafat negara.
b. Asas psikologis yang memperhitungkan faktor anak dalam kurikulum
yakni : (a) psikologi anak, perkembangan anak (b) psikologi belajar ,
bagaimana proses belajar anak.
c. Asas sosiologis yaitu keadaan masyarakat, perkembangan dan
perubahannya, kebudayaan manusia, hasil kerja manusia berupa
pengetahuan.
d. Asas organisatoris yang memperhatikan bentuk dan oraganisasi bahan
pelajaran yang di sajikan ( Nasution S, 1990 )
3. Komponen kurikulum
Kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan memiliki
komponen pokok dan komponen penunjang yang saling berkaitan,
berinteraksi dalam rangka dukungannya untuk mencapai tujuan itu.
Komponen pokok kurikulum meliputi:
a. Komponen tujuan.
Tujuan merupakan hal yang ingin dicapai oleh sekolah secara
keseluruhan meliputi tujuan domain kognitif, domain afektif, domain
psikomotor. Tujuan pendidikan yang berkaitan dengan aspek ( domain )
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
34
pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan ketrampilan (psikomotor) di
sebut tujuan lembaga (institusional). Sedangkan tujuan yang ingin
dicapai oleh suatu lembaga pendidikan yang berkaitan dengan setiap
bidang studi di sebut tujuan kurikulum.
b. Komponen isi / materi
Komponen isi berupa materi yang diprogramkan untuk mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan. Isi atau materi itu biasanya berupa
materi–materi bidang–bidang studi. Bidang–bidang studi tersebut di
sesuaikan dengan jenis, jenjang maupun jalur pendidikan yang ada.
Bidang–bidang studi tersebut biasanya telah dicantumkan dalam
struktur program kurikulum sekolah yang bersangkutan.
c. Komponen media
Media merupakan sarana perantara dalam pengajaran. Media
merupakan perantara untuk menjabarkan isi kurikulum agar lebih
mudah dipahami oleh peserta didik. Ketepatan pemilihan media yang di
gunakan guru akan membantu kelancaran dalam pencapaian tujuan
pengajaran (pendidikan).
d. Komponen strategi
Srategi menunjuk kepada pendekatan dan metoda serta peralatan
mengajar yang digunakan dalam pengajaran. Strategi pengajaran
mengatur seluruh komponen, baik pokok maupun penunjang, dalam
sistem pengajaran.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
35
e. Komponen proses belajar mengajar.
Keberhasilan pelaksanaan proses belajar mengajar merupakan indikator
keberhasilan pelaksanaan kurikulum. Oleh karena itu dalam proses
belajar mengajar guru dituntut untuk menciptakan suasana pengajaran
yang kondusif, sehingga memungkinkan dan mendorong peserta didik
untuk secara leluasa mengembangkan kreativitasnya dengan bantuan
guru (Subandijah, 1996: 6)
Sedangkan komponen penunjang kurikulum meliputi: (1) sistem
administrasi dan supervisi, (2) pelayanan bimbingan dan penyuluhan dan (3)
sistem evaluasi.
4. Kurikulum matematika
Program yang di susun terperinci sehingga menggambarkan kegiatan
siswa di sekolah dengan bimbingan guru di sebut kurikulum. Suatu
kurikulum mengacu pengalaman–pengalaman belajar yang direncanakan
untuk kepentingan siswa dengan bimbingan guru. Dengan demikian suatu
kurikulum matematika adalah suatu kurikulum yang berhubungan dengan
matematika dan cara pengorganisasian materi matematika menggunakan
jawab pertanyaan: mengapa, apa, bagaimana, dan kepada siapa matematika
di ajarkan di sekolah. Kurikulum matematika yang di susun harus di tangani
oleh guru–guru yang kompeten. Dengan kurikulum yang baik di tangani
oleh guru yang kompeten,kurikulum tersebut akan dapat dilaksanakan di
depan kelas. Pelaksanaan kurikulum di depan kelas benar–benar sangat
tergantung kepada kemampuan dan ketrampilan seorang guru.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
36
Agar kurikulum matematika itu dapat di laksanakan di depan kelas
faktor–faktor yang harus di perhatikan :
a. Kesatuan yang utuh. Kurikulum matematika harus di susun menurut
kesatuan yang utuh, komponen–komponen yang terdapat di dalam
kurikulum harus saling berkaitan.
b. Perumusan tujuan. Tujuan itu harus di rumuskan jelas hingga tidak
salah tafsir bagi pelaksanaan program.
c. Pemilihan dan pengorganisasian bahan–bahan harus relevan dengan
tujuan dan sesuai dengan tingkat kemampuan siswa. Dalam
pengorganisasian bahan–bahan harus diperhatikan :
( i ) Perkembangan intelektual anak
(ii) Pengalaman belajar siswa yang lampau
( iii) Hakekat matematika
d. Strategi penyampaian. Bahan pelajaran yang terorganisir itu perlu di
sampaikan kepada anak didik . Untuk itu perlu strategi.
e. Keberhasilan. Suatu program yang sedang berjalan perlu mendapatkan
penilaian, apakah program tersebut berhasil atau tidak berhasil.
Kelemahan–kelemahan segera dapat kita ketahui untuk segera dapat
kita perbaiki. Dengan demikian penilaian dan program berjalan
beriringan (Herman Hudoyo, 1991: 16)
5. Kurikulum Matematika SMK 2013
Matematika sebagai salah satu ilmu dasar dewasa ini telah
berkembang amat pesat, baik materi maupun kegunaannya. Dengan
demikian maka setiap upaya penyusunan kembali atau penyempurnaan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
37
kurikulum matematika sekolah perlu selalu mempertimbangkan
perkembangan-perkembangan tersebut, pengalaman masa lalu serta
kemungkinan masa depan.
Dalam hal ini yang dimaksud dengan matematika sekolah adalah
matematika yang diajarkan di Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
Matematika tersebut terdiri atas bagian-bagian matematika yang dipilih
guna menumbuhkembangkan kemampuan-kemampuan dan membentuk
pribadi siswa serta berpandu kepada perkembangan IPTEK. Ini berarti
bahwa matematika sekolah selain memiliki ciri-ciri penting yaitu: (1)
memiliki obyek yang abstrak dan (2) memiliki pola pikir deduktif dan
konsisten, juga tidak dapat dipisahkan dari perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi (IPTEK).
Fungsi matematika sekolah adalah sebagai salah satu unsur masukan
instrumental, yang memiliki obyek dasar abstrak dan berlandaskan
kebenaran konsisten, dalam sistem proses belajar mengajar untuk mencapai
tujuan pendidikan. Kebenaran konsisten adalah kebenaran (suatu pernyataan
tertentu) yang didasarkan kepada kebenaran-kebenaran terdahulu yang telah
diterima.
Tujuan umum diberikannya matematika di jenjang pendidikan dasar
dan pendidikan menengah adalah sebagai berikut :
a. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di
dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang melalui latihan
bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur,
efisien, dan efektif.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
38
b. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola
pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari
berbagai ilmu pengetahuan.
Tujuan khusus diberikannya matematika di sekolah menengah
atas/kejuruan adalah agar :
a. Siswa mengetahui pengetahuan matematika sebagai bekal untuk
melanjutkan pendidikan kependidikan tinggi.
b. Siswa memiliki keterampilan matematika sebagai peningkatan
matematika pendidikan dasar untuk dapat digunakan kehidupan yang
lebih luas (dunia kerja) maupun dalam kehidupan sehari-hari.
c. Siswa mempunyai pandangan yang lebih luas serta memiliki sikap
menghargai kegunaan matematika, sikap kritis objektif, terbuka, kreatif
serta inovatif.
d. Siswa memiliki kemampuan yang dapat dialihgunakan (transferable)
melalui kegiatan matematika.
Bahan kajian inti matematika di SMA/K mencakup: bilangan real,
aljabar, geometri dan transformasi, dasar-dasar trigonometri, limit fungsi
aljabar, matriks, kombinatorika, statistika dan peluang, turunan fungsi
aljabar, dan program linear. Adapun materi yang diberikan untuk SMK
adalah sebagai berikut:
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
39
Tabel 2.1 PEMBAGIAN MATERI BELAJAR SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN TAHUN PEMBELAJARAN
2018/2019
Kelas Semester KD Materi
I I 3.1, 4.1 Bilangan berpangkat, akar dan
logaritma
3.2, 4.2 Persamaan dan pertidaksamaan nilai
mutlak
3.3, 4.3 Sistem persamaan linear dua variabel
3.4, 4.4 Program linear
3.5, 4.5 Barisan dan deret aritmatika
3.6, 4.6 Barisan dan deret geometri
3.7, 4.7 Pertumbuhan, peluruhan, bunga dan
anuitas
I II 3.8, 4.8 Perbandingan trigonometri pada
segitiga siku-siku
3.9, 4.9 Perbandingan trigonometri untuk sudut
berelasi
3.10,4.10 Koordinat kutub dan kartesius
3.11,4.11 Grafik fungsi trigonometri
3.12,4.12 Aturan sinus dan kosinus
3.13,4.13 Luas segitiga pada trigonometri
3.14,4.14 Jumlah dan selisih dua sudut
3.15,4.15 Operasi pada matriks
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
40
3.16,4.16 Determinan, invers dan transpose
3.17,4.17 Vektor pada dimensi dua
3.18,4.18 Vektor pada dimensi tiga
II I 3.15,4.15 Operasi pada matriks
3.16,4.16 Determinan, invers dan transpose
3.17,4.17 Vektor pada dimensi dua
3.18,4.18 Vektor pada dimensi dua
3.19,4.19 Persamaan dan fungsi kuadrat
3.20,4.20 Operasi komposisi dan invers pada
fungsi
3.21,4.21 Persamaan lingkaran
II II 3.22,4.22 Logika Matematika
3.23,4.23 Titik,garis dan bidang pada dimensi tiga
3.24,4.24 Transformasi geometri
3.25,4.25 Kaidah pencacahan, permutasi,
kombinasi
3.25,4.25 Peluang kejadian
III I 3.1,4.1 Jarak dalam bangun ruang
3.2,4.2 Penyajian data hasil pengukuran dan
pencacahan dalam tabel.
III II 3.3,4.3
3.3,4.3
Aturan pencacahan (aturan penjumlahan
, aturan perkalian, permutasi dan
kombinasi ) dan peluang kejadian
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
41
Keterangan: 1. Kelas X dan XI menggunakan Keputusan Dirjen Dikdasmen no 330
tahun 2017. 2. Materi Matriks dan vektor tahun pelajaran 2017/2018 masuk kelas XI,
sedang di tahun pelajaran 2018/2019 masuk kelas X dengan pertimbangan kelas XI anak PKL selama 6 bulan sehingga mengurangi KD di kelas XI.
3. Kelas XII menggunakan Permendikbud no 24 tahun 2016
a. Pengertian Kurikulum 2013
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian
tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang
kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran.
Kurikulum 2013 yang diberlakukan mulai tahun ajaran 2013/2014
memenuhi kedua dimensi tersebut.
b. Rasional Pengembangan Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan faktor-faktor sebagai
berikut:
1) Tantangan Internal
Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan
dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8
(delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi,
standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
42
kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan,
standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.
Tantangan internal lainnya terkait dengan perkembangan penduduk
Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. Saat ini
jumlah penduduk Indonesia usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak
dari usia tidak produktif (anak-anak berusia 0-14 tahun dan orang tua
berusia 65 tahun ke atas). Jumlah penduduk usia produktif ini akan
mencapai puncaknya pada tahun 2020-2035 pada saat angkanya
mencapai 70%. Oleh sebab itu tantangan besar yang di hadapi adalah
bagaimana mengupayakan agar sumber daya manusia usia produktif
yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi sumber daya
manusia yang memiliki kompetensi dan ketrampilan melalui pendidikan
agar tidak menjadi beban.
2) Tantangan Eksternal
Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan
berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan
teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan
perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Arus globalisasi
akan menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan
tradisional menjadi masyarakat industri dan perdagangan modern
seperti dapat terlihat di World Trade Organization (WTO), Association
of Southeast Asian Nations (ASEAN) Community, Asia-Pacific
Economic Cooperation (APEC), dan ASEAN Free Trade Area (AFTA).
Tantangan eksternal juga terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
43
dunia, pengaruh dan imbas teknosains serta mutu, investasi, dan
transformasi bidang pendidikan. Keikutsertaan Indonesia di dalam studi
International Trends in International Mathematics and Science Study
(TIMSS) dan Program for International Student Assessment (PISA)
sejak tahun 1999 juga menunjukkan bahwa capaian anak-anak
Indonesia tidak menggembirakan dalam beberapa kali laporan yang
dikeluarkan TIMSS dan PISA. Hal ini disebabkan antara lain
banyaknya materi uji yang ditanyakan di TIMSS dan PISA tidak
terdapat dalam kurikulum Indonesia.
c. Penguatan Tata Kelola Kurikulum
Pelaksanaan kurikulum selama ini telah menempatkan kurikulum
sebagai daftar mata pelajaran. Pendekatan Kurikulum 2013 untuk Sekolah
Menegah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan diubah sesuai dengan
kurikulum satuan pendidikan. Oleh karena itu dalam Kurikulum 2013
dilakukan penguatan tata kelola sebagai berikut:
1) tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja yang
bersifat kolaboratif;
2) penguatan manajeman sekolah melalui penguatan kemampuan
manajemen kepala sekolah sebagai pimpinan kependidikan (educational
leader); dan
3) penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan
proses pembelajaran.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
44
d. Penguatan Materi
Penguatan materi dilakukan dengan cara pendalaman dan perluasan materi
yang relevan bagi peserta didik.
e. Karakteristik Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut:
1) mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan
sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan
intelektual dan psikomotorik.
2) sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan
pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang
dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat
sebagai sumber belajar.
3) mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta
menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat.
4) memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai
sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
5) kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci
lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran.
6) kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing
elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses
pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang
dinyatakan dalam kompetensi inti.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
45
7) kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif,
saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata
pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).
f. Tujuan Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia
agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang
beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi
pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.
D. Penelitian Yang Relevan
Terdapat beberapa penelitian lain tentang pemanfaatan buku teks yang
menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan penelitian sehingga penulis
dapat memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian yang
dilakukan. Beberapa penelitian yang menunjang penelitian ini di antaranya
adalah:
1. Penelitian oleh Darwati (2010) yang berjudul “Pemanfaatan Buku Teks oleh
Guru Dalam Pembelajaran Matematika ( Studi Kasus Di SMA N Kabupaten
Semarang )”. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pemahaman
dengan deskripsi dan informasi yang jelas tentang pelaksanaan
pembelajaran mata pelajaran matematika dan penggunaan buku teks
Matematika SMA N Kabupaten Semarang. Hasil penelitian yang dilakukan
Darwati membuktikan bahwa buku teks memiliki makna yang penting bagi
Guru, (1) Buku teks dapat berfungsi sebagai sumber belajar dan media
matematika karena di dalamnya terdapat materi, ilustrasi-ilustrasi dan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
46
beragam evaluasi sehingga tujuan pembelajaran matematika dapat tercapai
secara optimal, (2) Kriteria pertama pemilihan buku teks didasarkan pada
relevansi materi yang terkandung dalam buku teksdengan struktur
kurikulum,kriteria berikutnya dilihat dari kelengkapan materi, banyaknya
ilustrsi dan beragamnya soal latihan dan evaluasi, (3) Pada pembelajaran
matematika ada dua jenis pemanfaatan buku teks yakni pemanfatan buku
teks yang siswanya tidak memiliki buku teks dan pemanfaatan buku teks
yang siswanya sudah memiliki buku teks. Buku teks dimanfaatkan dengan
cara di pinjamkan kepada siswa, (4) Kendala dalam pemanfaatan buku teks
yaitu harga yang relatif mahal, belum diakomodasikannya wahana
kematematikaan terbaru, keterbatasan jumlah buku teks, belum optimalnya
pemanfaatan perpustakaan dan terbatasnya penggunaan teknologi informasi.
2. Penelitian oleh Nika Dwi Astuti (2015) yang berjudul “ Pemanfaatan
Penggunaan Buku Siswa Mata Pelajaran PPK n Kelas XI IPS 3 di SMA N 1
Gemolong”.
Tujuan penelitian ini untuk menggambarkan penggunaan, kendala, dan
solusi dari kendala penggunaan buku siswa pada mata pelajaran PPKn di
SMA Negeri 1 Gemolong. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif,
dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi,
dokumentasi.Validitasnya menggunakan triangulasi sumber data dari
narasumber, dokumen, dan peristiwa serta triangulasi teknik dari observasi,
wawancara, dandokumen. Analisis data dilakukan dengan model analisis
interaktif yang meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
47
penarikan kesimpulan. Penggunan buku siswa dalam pelajaran PPKn di
SMA N 1 Gemolong secara Relatif sudah dapat terlaksana.
Perbedaan penelitian diatas dengan yang penelitian ini adalah pada
pemanfaatan Buku Teks di SMKN 1 Kebumen yang ditujukan untuk
menunjang pembelajaran matematika di sekolah. Beberapa hasil dan temuan
dari penelitian terdahulu menjadi bahan masukan bagi peneliti untuk
melakukan penelitian ini. Untuk penelitian yang dilakukan Darwati (2010)
menunjukkan bahwa buku teks memiliki makna yang penting bagi guru
(terutama guru matematika) . Penelitian yang dilakukan oleh Nika Dwi
Astuti (2015) menunjukkan bahwa penggunaan buku siswa dalam pelajaran
PPKn secara relatif sudah dapat terlaksana. Kesamaan tema penelitian
terhadap penelitian terdahulu akan membantu peneliti untuk mengkaji teori-
teori yang akan dibahas dalam penelitian ini mengenai pemanfaatan buku teks
dalam menunjang pembelajaran matematika di SMKN 1 Kebumen.
E. Kerangka Berpikir
Posisi buku teks dalam pembelajaran matematika di SMK adalah
sangat penting. Hal ini karena buku teks dalam pembelajaran matematika
memiliki peran dalam penyampaian konsep–konsep atau rumus-rumus
matematika kepada siswa. Selain itu buku teks dapat pula di gunakan dalam
pembelajaran sebagai sumber sekaligus media. Sebagai sumber belajar, buku
memegang peran keilmuan, artinya memberikan informasi tentang konsep–
konsep atau rumus–rumus yang benar. Sebagai media buku teks memiliki
peran untuk menumbuhkan konsep visualisasi dan generalisasi terhadap rumus-
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
48
rumus matematika. Adanya posisi penting buku teks dalam pembelajaran
mengakibatkan pada saaat ini banyak bermunculan buku teks yang dapat
menjadi pilihan bagi guru untuk dapat di gunakan dalam pembelajaran. Adanya
berbagai pilihan buku teks yang tersedia menyebabkan adanya keragaman
pemanfaatan buku teks oleh guru matematika SMK N I Kebumen di
Kabupaten Kebumen. Adanya perbedaan pemilihan ini diikuti pula dengan
adanya perbedaan dalam strategi pemanfaatan buku teks dalam pembelajaran.
Dari hal tersebut,penelitian ini bertujuan untuk mencari pandangan guru
terhadap buku teks, kriteria pemilihan dan pemanfaatan serta kendala dalam
pemanfaatan. Secara sederhana kerangka berpikir dari penelitian ini adalah:
Bagan 2.1. Kerangka Berpikir Penelitian
Buku Teks
Sumber Belajar Media
Makna Buku Teks
Pembelajaran matematika
Kriteria Pemilihan
Guru Matematika
Pemanfaatan
Kendala
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
49
BAB III METODA PENELITIAN
A. Rancangan atau Desain penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dan metoda
analisis kualitatif. Penelitian kualitatif diartikan sebagai penelitian yang tidak
menggunakan perhitungan (Lexy, J. Moleong, 1986: 2)
Penelitian ini mengevaluasi buku teks pelajaran melalui sumber data
observasi dan wawancara. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang
mendeskripsikan hasil dari observasi dan wawancara tentang manfaat dari
buku teks pelajaran matematika. Oleh karenanya hasil penelitian ini
dideskripsikan tanpa memberikan data statistik. Sehingga penelitian ini adalah
penelitian kualitatif deskriptif.
B.Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini di laksanakan di SMK N I Kebumen. Sekolah tersebut
terletak di Jalan Cemara no 37 Karangsari Kecamatan Kebumen Kabupaten
Kebumen Jawa Tengah. Objek penelitian ini adalah pemanfaatan buku teks
dalam menunjang pembelajaran matematika di SMK Negeri 1 Kebumen.
Waktu penelitian dilaksanakan selama lima bulan yaitu terhitung mulai
bulan Nopember 2018 sampai bulan Maret 2019. Waktu tersebut digunakan
mulai dari observasi awal, penyusunan proposal, seminar proposal,
pengumpulan data, analisis data, penyusunan draft laporan dan penyusunan
laporan penelitian.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
50
C. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah guru matematika SMK N I Kebumen yang
berjumlah 5 orang.
D. Metoda Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tiga metoda,yaitu:
a. Pengamatan (Observasi)
Observasi dalam penelitian ini adalah sebuah proses atau kegiatan awal
yang akan dilakukan pada penelitian ini. Pada teknik ini, menggunakan
observasi partisipasif melihat atau mengamati secara langsung mengenai
proses pemanfaatan buku teks dalam kegiatan pembelajaran di kelas untuk
bisa mengetahui kondisi, realitas lapangan penelitian.
b. Wawancara
Wawancara di sini untuk memperoleh keterangan dalam rangka
pencapaian tujuan penelitian dengan cara tanya jawab antara penanya
atau pewawancara dengan penjawab atau responden dengan
menggunakan panduan wawancara. Dalam penelitian ini, mencatat
semua jawaban dari responden sebagaimana adanya. Jenis wawancara
yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur.
Wawancara terstruktur adalah wawancara yang sudah siapkan instrumen
penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis.
c. Dokumentasi
Dokumentasi yang dilakukan yaitu dengan mengumpulkan dokumen dan
data-data yang diperlukan dalam permasalahan penelitian lalu ditelaah
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
51
secara intens sehingga dapat mendukung dan menambah kepercayaan
dan pembuktian suatu kejadian. Pedoman dokumentasi ini dapat berupa
check list dokumen yang diperlukan dalam peneliian ataupun foto aktivitas
pembelajaran. Sehingga tidak ada dokumen yang terlewatkan dalam
memperoleh data.
E. Analisis Data
Teknik analisis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah non
statistik atau tabel dengan notasi. Adapun teknik analisa datanya adalah
sebagai berikut:
a. Reduksi data
Data yang di peroleh dalam lapangan ditulis/ diketik dalam bentuk uraian
atau laporan yang terperinci. Laporan–laporan itu perlu direduksi, di
rangkum, dipilih hal–hal yang pokok, difokuskan pada hal- hal yang
penting, dicari pola atau temanya.
b. Display data
Penyajian data atau display data dimaksudkan untuk memudahkan dalam
melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari
penelitian. Dengan kata lain merupakan pengorganisasian data ke dalam
bentuk tertentu sehingga kelihatan dengan sosoknya lebih utuh.
c. Penarikan kesimpulan.
Dalam penelitian kualitatif, penarikan kesimpulan di lakukan secara terus
menerus sepanjang proses penelitian berlangsung.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
Top Related